PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR : 10 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN TAHUNAN DAERAH ( REPETADA ) PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2002
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR JAWA TENGAH
Menimbang
: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2001 tentang Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Propinsi Jawa Tengah Tahun 2001-2005, maka dipandang perlu menetapkan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (REPE-TADA) Propinsi Jawa Tengah Tahun 2002 dengan Peraturan Daerah.
Mengingat :
1. Undang-undang
Nomor
10
Tahun
1950
tentang
1999
tentang
Pembentukan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-undang
Nomor
22
Tahun
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 3. Undang-undang
Nomor
25
Tahun
1999
tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan
http://www.bphn.go.id/
Daerah
(Lembaran
Negara
Tahun
1999
Nomor
72,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-2004 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 206); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, tentang Kewenangan
Pemerintah
Dan
Kewenangan
Propinsi
Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000, tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4021); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Dekon-sentrasi (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4095). 8. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Dan Bentuk Rancangan
Undang-Undang,
Rancangan
Peraturan
Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70). 9. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2001 tentang Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Propinsi Jawa Tengah Tahun 2001-2005. (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2001 Nomor 19). Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH MEMUTUSKAN
http://www.bphn.go.id/
Menetapkan
: PERATURAN
DAERAH
PROPINSI
JAWA
TENGAH
TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN TAHUNAN DAERAH (REPETADA) PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2002.
Pasal 1 Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (REPETADA) Propinsi Jawa Tengah Tahun 2002 merupakan landasan dan pedoman operasional bagi Dinas, Badan, Kantor
dan
Satuan
Kerja
Pemerintah
Propinsi
Jawa
Tengah
dalam
merencanakan dan melaksanakan pembangunan Tahun 2002.
Pasal 2 Sistematika Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (REPETADA) Propinsi Jawa Tengah Tahun 2002 disusun sebagai berikut : BAB I
: Pendahuluan
BAB II
: Prioritas Pembangunan Daerah
BAB III
: Pembangunan Hukum, Keamanan dan Ketertiban
BAB IV
: Pembangunan Politik
BAB V
: Pembangunan Ekonomi
BAB VI
: Pembangunan Kesejahteraan Rakyat dan Ketahanan Budaya
BAB VII : Pemberdayaan Daerah BAB VIII : Pembangunan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup BAB IX
: Pembiayaan Pembangunan
BAB X
: Penutup
http://www.bphn.go.id/
Pasal 3 Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (REPETADA) Propinsi Jawa Tengah Tahun 2002 berikut matriknya sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 4 Pelaksanaan
lebih
lanjut
Rencana
Pembangunan
Tahunan
Daerah
(REPETADA) Propinsi Jawa Tengah Tahun 2002 dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pasal 5 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah.
Ditetapkan di Semarang pada tanggal 7 September 2001 GUBERNUR JAWA TENGAH ttd MARDIYANTO
http://www.bphn.go.id/
Diundangkan di Semarang pada tanggal 10 September 2001
SEKRETARIS DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH Pelaksana Harian
ttd
MULYADI WIDODO Wakil Gubernur Jawa Tengah Bidang Kesejahteraan Rakyat
LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2001 NOMOR 39
http://www.bphn.go.id/
BAB I PENDAHULUAN
A. Umum. Rencana
Pembangunan Tahunan Daerah
(REPETADA)
Propinsi Jawa Tengah Tahun 2002 merupakan rencana kegiatan operasional tahun kedua dari PROPEDA Propinsi Jawa Tengah Tahun
2001-2005.
REPETADA
ini
disusun
dengan
mempertimbangkan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan pada tahun-tahun sebelumnya dengan mencermati hasil -hasil yang telah dicapai, permasalahan yang dihadapi serta memperhatikan aspirasi masyarakat (stakeholder) yang dijaring melalui berbagai forum seminar, diskusi dan diskusi kelompok terfokus. Penyusunan REPETADA Propinsi Jawa Tengah Tahun 2002 dimaksudkan untuk memberikan landasan dan pedoman kebijakan operasional bagi Dinas, Badan, Kantor dan Satuan Kerja Pemerintah
Propinsi
Jawa
Tengah
dalam
menyusun
rencana
program, proyek/kegiatan sesuai dengan peran, tugas pokok dan fungsi masing-masing di dalam tahapan pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan daerah yang untuk selanjutnya dituangkan dalam
RAPBD
dengan
memperhatikan
kemampuan
keuangan
daerah, dinamika dan aspirasi yang berkembang di mas yarakat. Dengan
demikian
REPETADA
ini
diharapkan
dapat
mewujudkan keterpaduan perencanaan dan mempertajam prioritas kegiatan
pembangunan
dalam
rangka
mencapai
hasil -hasil
pembangunan secara merata dan optimal bagi kesejahteraan masyarakat. Program
dan
proyek/kegiatan
disusun
dengan
mendasarkan pada PROPEDA, Rencana Strategis (RENSTRA)
http://www.bphn.go.id/
Dinas,
Badan,
aspirasi
Kantor,
dan
masyarakat
Satuan
melalui
Kerja,
serta
mekanisme
menampung perencanaan
pembangunan yang berlaku. Landasan penyusunan REPETADA adalah T AP MPR RI Nomor IV/MPR/1999 Tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-2004, Undang-Undang (UU) RI Nomor 25 Tahun
2000
Tentang
Program
Pembangunan
Nasional
(PROPENAS) Tahun 2000-2004 dan Perda Propinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2001 Tentang Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Propinsi Jawa Tengah Tahun 2001 -2005. Sistematika REPETADA Propinsi Jawa Tengah Tahun 2002 terdiri
dari
sepuluh
Pembangunan Ketertiban;
Daerah;
bab
:
Pembangunan
Pembangunan
Pembangunan
yaitu
Kesejahteraan
Politik; Rakyat
Pendahuluan; Hukum,
Keamanan
Pembangunan dan
Prioritas
Ketahanan
dan
Ekonomi; Budaya;
Pemberdayaan Daerah; Pembangunan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup; Pembiayaan Pembangunan; dan Penutup. B. Kondisi Saat Ini. 1. Perekonomian. Pertumbuhan ekonomi tahun 2000 sebesar 3,36 %, lebih rendah bila dibandingkan tahun 1999, yaitu 3,41%. Dengan pergantian kepemimpinan nasional yang dibantu oleh Kabinet Gotong Royong yang kondusif ini, diharapkan kondisi keamanan dan perekonomian mulai tahun 2001 aka n lebih baik yang ditandai oleh menguatnya nilai tukar rupiah. Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB sebesar 29,44%; sektor pertanian sebesar 25,55%; sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 22,44%; sektor jasa jasa 8,77%; sektor pengangkutan dan komunikasi 4,42%; sektor
http://www.bphn.go.id/
bangunan
3,75%;
sektor
pertambangan
dan
penggalian
memberikan sumbangan relatif kecil yaitu 1,05 %. Demikian pula sektor listrik, gas dan air bersih sumbangannya hanya 0,68%. Krisis ekonomi pertengahan tahun 1997 menyebabkan pendapatan perkapita tahun 1998 mengalami penurunan dari Rp 1.226.211,- menjadi Rp 1.073.830,- (menurun 12,43%). Namun pada tahun 1999 naik menjadi Rp 1.095.480, - atau 2,02%. Tahun
2000
pendapatan
perkapita
meningkat
lebih
besar
menjadi Rp. 1.123.096 (2,52 %). Fluktuasi pendapatan per kapita ini berpengaruh pula terhadap aspek pemerataan, yang ditandai dengan naiknya Indeks Gini dari 0,252 tahun 1998 menjadi 0,260 tahun 1999, yang berarti tingkat kesenjangan meningkat. Angka
inflasi
sebagai
salah
satu
indikator
stabilitas/perubahan harga di suatu wilayah mengalami kontraksi cukup besar. Tahun 1998 inflasi 67,19%, namun tahun 1999 menurun menjadi 1,51%. Tahun 2000 laju inflasi dibawah 2 digit yaitu 8,73%. Nilai ekspor dan impor periode 1995 -1999 berfluktuasi dari tahun ke tahun. Diharapkan kenaikan nilai ekspor tidak diikuti kenaikan nilai impor, karena akan berpengaruh terhadap neraca perdagangan. Pada tahun 1997 neraca perdagangan Jawa Tengah sebesar 390 juta US $, namun sejak tahun 1998 hingga saat ini terus mengalami defisit. Tahun 1998 dan 1999 mengalami defisit 102 juta US $ dan 203 juta US $. Tahun 2000 (Januari–September) defisit sebesar 594 juta US $. Salah satu penyebabnya adalah ketergantungan pada bahan baku impor untuk produk-produk ekspor. Perkembangan perekonomian daerah tidak lepas dari peranan investasi yang ditanamkan baik melalui fasilitas PMA
http://www.bphn.go.id/
dan PMDN maupun non fasilitas dari peran Usaha Menengah (UKM). Nilai investasi pembangunan
Kecil
non fasilitas
pada periode 1997/1998 sampai dengan 1999/2000 berturut turut
mengalami
penurunan
dari
4.342,60
milyar
rupiah,
3.641,58 milyar rupiah hingga 1.384,53 milyar rupiah. Namun pada tahun 2000 nilai investasi meningkat menjadi 3.134,02 milyar rupiah antara lain disebabkan oleh ni lai tukar rupiah terhadap dollar semakin menurun. 2. Kesejahteraan Rakyat. Masalah
ketenagakerjaan
ditandai
oleh
belum
seimbangnya kesempatan kerja dengan ketersediaan tenaga kerja,
yakni
:
(a)
Tingkat
Pengangguran
Terbuka
(TPT)
mencapai 4,22 % pada tahun 2000; (b) Kualitas tenaga kerja masih relatif rendah, karena sebanyak 71,63 % tenaga kerja berpendidikan setinggi – tingginya SD, akibatnya
berpengaruh
pada tingkat produktivitas pekerja; dan (c) Rata – rata jam kerja per minggu hanya mencapai 37,72 jam, dan pekerja wanita 34,62 jam. Sempitnya kesempatan kerja dan beratnya beban keluarga mengakibatkan
pekerja
dengan
status pekerja
keluarga yang tidak dibayar relatif tinggi (19,57 %), sebagian besar adalah pekerja perempuan (13,16 %). Di bidang kesehatan kasus penyakit tertentu masih tinggi, antara lain : malaria, 1,78 per 1.000 penduduk, demam berdarah dengue, 1,4 per 10.000 penduduk, tuberkulosis paru dengan Baksil Tahan Asam (BTA) positif 6,9 %, diarhe 14,4 %, dan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 24,21 %. Pelayanan persalinan yang ditolong oleh dukun masih relatif tinggi (36 %), kasus HIV sebanyak 25 penderita dan AIDS 4 kasus. Angka kematian bayi 36,6 per 1.000 kelahiran dan angka kematian ibu 152 per 10.000 kelahiran. Sementara itu cakupa n air bersih
http://www.bphn.go.id/
71,03 % dan penggunaan
jamban yang memenuhi syarat
kesehatan baru 51,58 % serta Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) 27,40 %. Penduduk berumur 10 tahun keatas sebanyak 71,63 % berpendidikan SD. Angka partisipasi kasar SD mencapai 106, 29 %, tingkat SLTP baru mencapai 79,15 % dan tingkat SLTA hanya sebesar 38,72 %. Angka transisi ke SLTP sebesar 81,68 %, dan SLTA 50,42 %. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh tingkat
kemampuan
orang
tua
yang
relatif
rendah,
serta
keterbatasan daya tampung SLTP dan SLTA. Permasalahan kebudayaan yang masih dihadapi antara lain derasnya arus informasi dan nilai-nilai budaya asing yang tidak
sesuai
dengan
nilai
budaya
bangsa,
kurangnya
pemahaman akan arti pentingnya pendidikan moral dan budi pekerti yang menyebabkan timbulnya budaya hedonisme dan sangat permisif terhadap pergeseran nilai – nilai etika dan moral. Disamping itu belum optimalnya dukungan masyarakat dibidang kesenian dan kebudayaan serta lembaga/organisasi seni
budaya
dalam
memberikan
kontribusi
positif
untuk
meningkatkan apresiasi seni budaya. Penyandang
Masalah
Kesejahteraan
Sosial
(PMKS)
relatif besar, yang ditunjukkan oleh jumlah anak terlantar 260.233 orang, anak nakal 25.211 orang dan anak jalanan 8.507 orang, Tuna Susila 7.118 orang serta Pengemis Gelandangan dan
Orang
Terlantar
(PGOT)
4.430
orang.
Sementara
kemampuan pelayanan pemerintah baik di panti maupun di luar panti terbatas. Penghayatan dan pengamalan agama dalam kehidupan sehari–hari belum optimal yang mengakibatkan meningkat nya tindak kriminal serta penghargaan terhadap orang tua semakin
http://www.bphn.go.id/
menurun. Globalisasi informasi menjadikan semakin mudah akses informasi yang sulit dibendung dan lemahnya pengawasan dari orang
tua,
serta
kurangnya
penanaman
ajaran -ajaran
agama, menyebabkan semakin maraknya pemakaian obat -obat terlarang di kalangan masyarakat. Laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan (0,82 %), namun pertumbuhan absolut masih tinggi. Jumlah keluarga miskin (Pra KS dan KS 1) mengalami peningkatan yaitu dari 58,52 % pada tahun 1999 menjadi 61,04 % pada tahun 2000. Angka Droup Out Keluarga Berencana pada Wanita Usia Subur (W US) usia 15 – 49 tahun mengalami peningkatan dari 12,7 % pada tahun 1997 menjadi 15,5 % pada tahun 1999. Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak terlayan i (unmetneed) dalam bidang kesehatan reproduksi sebesar 13,64 %, partisipasi pria dalam berkeluarga berencana relatif kecil. Dalam kehidupan sehari-hari masih terlihat adanya bias gender, antara lain tampak dari relatif lebih rendahnya hak yang diterima perempuan di bidang ketenagakerjaan dan masih relatif tingginya angka perempuan kawin pertama di bawah 17 tahun. Hal tersebut dilatarbelakangi pandangan masyarakat bahwa kedudukan
perempuan
di
dalam
keluarga
bukan
sebagai
penentu kebijakan. Disisi lain kesiapan anak dan remaja, terutama
anak
dan
remaja
perempuan
masih
memerlukan
pembinaan untuk dapat berperan sebagai calon orang dewasa secara fisik dan mental. 3. Pembangunan Daerah dan Pengembangan Masyarakat. Penyelenggaraan pemerintahan telah bergeser , yaitu dari sentralistik menjadi desentralistik. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 disertai perangkat peraturan pelaksanaannya. Namun pelaksanaannya
http://www.bphn.go.id/
belum
optimal,
karena
ketergantungan
pemerintah
Kabupaten/Kota terhadap pemerintah Propinsi dan Pusat masih relatif besar, disisi lain kemauan berotonomi sangat tinggi. Pengelolaan
pembangunan
melibatkan
masyarakat.
pemerintah
dirasakan
Hal
ini
kurang
belum
berakibat,
sepenuhnya program/proyek
bermanfaat
dan
kurang
didayagunakan oleh masyarakat, karena tidak sesuai dengan aspirasi, potensi dan kebutuhan masyarakat. Dalam era otonomi, daerah diberikan kewenangan untuk merencanakan pembangunan daerahnya sendiri sesuai dengan permasalahan aspirasi, potensi serta kebutuhan masyarakat dan daerah. Partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan diperlukan
melalui
pelibatan
tokoh -tokoh
masyarakat
untuk
mendorong dan menggali potensi termasuk mengoptimalkan dana
masyarakat,
sebagai
wujud
kemandirian,
sehingga
ketergantungan pada dana dari pemerintah semakin berkurang. Paradigma
pemberdayaan
masyarakat
merupakan
alternatif, dimana dalam paradigma ini masyarakat dituntut untuk berperan
aktif
dalam
proses
pembangunan,
termasuk
meningkatkan fungsi kontrol dalam pelaksanaan p emerintahan dan pembangunan didaerahnya. 4. Penegakan Hukum, Keamanan dan Ketertiban Masyarakat serta Hak Asasi Manusia (HAM). Kemampuan dan kemauan memahami perbedaan di dalam masyarakat
berada
pada
situasi
problematik.
Budaya
penyampaian pendapat serta aspirasi secara arif dan bijaksana, adalah penting sekali dalam rangka memahami cara menafsirkan demokrasi.
Demikian
pula
dengan
partisipasi
dalam
pengambilan keputusan yang aktual masih belum menggunakan mekanisme demokrasi.
http://www.bphn.go.id/
Masalah
penegakan
hukum
dihadapi Propinsi Jawa Tengah
secara
kualitatif
yang
tidak jauh berbeda dengan
Propinsi lain di Indonesia, karena konteks pembangunan hukum berkaitan dengan sistem hukum yang berlaku secara nasional. Persoalan-persoalan
di
bidang
hukum
disamping
relatif
rendahnya kesadaran dan kepatuhan masyarakat dan aparatur terhadap hukum juga karena adanya kendala atau hambatan dalam pelaksanaan penegakan hukum oleh aparatur. 5. Pemerintahan Daerah dan Otonomi Daerah. Dalam bidang pemerintahan daerah perma salahan yang terjadi
adalah
menjalankan kepada
belum
optimalnya
pemerintahan,
masyarakat.
kinerja
pembangunan
Disamping
itu
aparatur dan
juga
dalam
pelayanan
jumlah
aparat
pemerintah lebih besar dari kebutuhan riil, sebagai akibat dari perubahan
kewenangan
Pemerintah
Propinsi
dan
adanya
pengintegrasian instansi pusat kedalam Pemerintahan Daerah. Disisi lain tuntutan masyarakat atas kualitas pelayanan aparat semakin tinggi, sementara itu ketersediaan sarana terbatas dalam rangka mengimbangi tuntutan masyarak at tersebut. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, permasalahannya adalah rendahnya pemahaman aparat dan masyarakat tentang hakekat
otonomi
daerah,
belum
lengkapnya
peraturan
pelaksanaan yang mendukung pelaksanaan otonomi daerah, serta
rendahnya
kemampuan
keuangan
daerah
dalam
membiayai pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan. Dalam
rangka
memecahkan
permasalahan
tersebut
terdapat potensi pendukung yang perlu dikembangkan, yaitu motivasi aparatur pemerintah dalam menyikapi reformasi dan otonomi
serta
adanya
iklim
kondusif
masyarakat
dalam
mendukung pelaksanaan pemerintahan dan otonomi daerah.
http://www.bphn.go.id/
6. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Lingkungan hidup sebagai wahana kegiatan dan faktor produksi
telah
menjadi
suatu
komoditas
penting
dalam
mendukung proses pertumbuhan ekonomi wilayah. Pemahaman ini mendorong pemerintah, swasta dan masyarakat semakin meningkatkan eksploitasi lingkungan hidup, karena memiliki nilai ekonomi, seperti sumber-sumber air bersih, hutan alam, dan plasma nutfah. Sebagian aparat pemerintah , pengusaha maupun masyarakat belum memahami konsep daya dukung lingkungan hidup,
guna
penyelamatan
dan
pelestarian.
Keterbatasan
pemahaman dan kesadaran masyarakat ini menunjukkan adanya kelemahan secara struktural maupun sosial budaya masyarakat. Kondisi ini telah mengganggu kelestarian fungsi lingkungan dalam
mendukung kehidupan
manusia
dan
makhluk
hidup
lainnya dalam berbagai skala (lokal, regional, nasional maupun internasional). Dalam jangka pendek dan panjang, gangguan atau
kerusakan
fungsi
lingkungan
yang
melampaui
batas
kemampuannya akan menimbulkan bencana yang merugikan dan atau korban jiwa masyarakat sekitar, seperti : kekeringan, bencana alam, tanah longsor dan lainnya. Dewasa
ini
gejala
kerusakan
lingkungan
telah
berkembang dari wilayah perkotaan ke perdesaan. Pertambahan luas lahan kritis pada berbagai Daerah Aliran Sungai (DAS), tingginya tingkat erosi tanah beberapa wilayah serta tingginya pencemaran air di sungai-sungai akibat perkembangan industri merupakan fenomena yang berkembang saat ini. Apabila kondisi ini
terjadi
terus
menerus
dalam
jangka
menengah
akan
menimbulkan pencemaran di pantai, pesisir dan perairan laut. Dalam
upaya
memecahkan
permasalahan
tersebut
terdapat potensi yang perlu dikembangkan seperti tingginya
http://www.bphn.go.id/
komitmen Pemerintah Daerah untuk menopang pembangunan berkelanjutan dengan melakukan perubahan struktural maupun sosial masyarakat dan meningkatnya kesadaran dan kontrol masyarakat.
http://www.bphn.go.id/
BAB II PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH
Permasalahan pokok yang terjadi di Jawa Tengah pada saat ini adalah lemahnya penegakan hukum, masih tingginya gangguan keamanan, ketertiban dan masih rendahnya penghargaan terhadap Hak Azasi Manusia (HAM), belum pulihnya kondisi ekonomi, kemiskinan, pengangguran, rendahnya tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, lemahnya pelaksanaan tatalaksana pemerintahan, kurang berkembangnya kapasitas pembangunan daerah dan pemberdayaan masyarakat, dan masih rendahnya pemahaman tentang otonomi daerah, serta lemahnya kualitas pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan. Pada tahun 2001 pertumbuhan ekonomi diprediksikan sebesar 3,16 %, hal ini disebabkan adanya kenaikan harga Bahan-Bakar Minyak (BBM), tarif telpon dan listrik. Namun pada tahun 2002 apabila kondisi perekonomian semakin membaik yang didukung pula oleh kondisi sosial, politik dan keamanan yang stabil maka pertumbuhan ekonomi akan mencapai 3,5 %. Dengan asumsi angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) sebesar 4 serta inflasi antara 6-8 %, maka perkiraan kebutuhan pembiayaan pembangunan tahun 2002 akan mencapai Rp. 6.488,66 milyar yang diharapkan 65 % dapat disediakan melalui sektor swasta dan masyarakat, sedangkan 35 % dari pemerintah. Pembiayaan
pembangunan
dari pemerintah
pusat melalui dana
perimbangan diperkirakan sebesar Rp. 900,90 milyar atau naik 26 % dari tahun 2001. Sedangkan dari Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS) Propinsi diharapkan mencapai Rp. 622,90 milyar atau naik 25 % dari pendapatan tahun 2001. Prediksi penerimaan daerah dari pusat diperkirakan mencapai Rp. 1.120,00 milyar atau naik 20 % dibanding tahun 2001, sedangkan kebutuhan biaya pembangunan tahun 2002 diperkirakan mencapai Rp. 403,8 milyar atau
http://www.bphn.go.id/
naik 30 % dari tahun 2001. Kebutuhan biaya pembangunan lainnya diharapkan dari Kabupaten/Kota sebesar Rp. 1.014,78 milyar. Di sisi lain pendapatan perkapita diharapkan akan mengalami kenaikan yang cukup berarti bagi masyarakat. Prediksi PDRB perkapita pada tahun 2001 sebesar Rp. 1.330.046,40 meningkat menjadi Rp. 1.362.516,68 pada tahun 2002. Untuk itu sektor-sektor potensial yang perlu mendapatkan dorongan yaitu industri pengolahan; perdagangan; hotel dan restoran; serta pertanian. Pada tahun 2002 diharapkan ada peningkatan dalam hal penegakan supremasi hukum, peningkatan pelayanan sosial dasar dibidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat. Hal ini merupakan landasan bagi upaya percepatan pemulihan kondisi ekonomi dan langkah untuk membangun basis perekonomian kerakyatan di masa depan. Dengan mengacu PROPEDA Propinsi Jawa Tengah Tahun 2001-2005 dan mempertimbangkan latar belakang kondisi faktual dan keterkaitan antar masalah, kemampuan pembiayaan, serta tantangan yang dihadapi, maka strategi dan kebijakan perencanaan pembangunan daerah Jawa Tengah disusun melalui pendekatan pemecahan masalah terutama yang menjadi kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom dengan tetap mempertimbangkan asas dekonsentrasi
serta
memperhatikan
aspirasi
dan
permasalahan
yang
berkembang di Kabupaten/Kota maupun di tingkat Nasional. Oleh karena itu prioritas pembangunan diarahkan untuk : melanjutkan program kegiatan penuntasan pemecahan masalah yang belum terselesaikan pada tahun sebelumnya; program kegiatan yang berorientasi pada upaya pemecahan masalah mendesak; program kegiatan yang berorientasi langsung pada kebutuhan masyarakat terutama yang memiliki daya ungkit tinggi terhadap perekonomian rakyat dan peningkatan sarana prasarana pelayanan sosial dasar masyarakat; program kegiatan yang dapat menunjang stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat; serta program kegiatan yang berorientasi pada kepedulian terhadap permasalahan Kabupaten/Kota yang memiliki aspek peningkatan hubungan antara Propinsi dengan Kabupaten/Kota maupun antar
http://www.bphn.go.id/
Kabupaten/Kota; serta program kegiatan yang berorientasi pada pengembangan atau pertumbuhan kawasan/daerah baik yang berskala lokal, regional, maupun nasional. Dengan mempertimbangkan kompleksnya permasalahan yang dihadapi dan target yang ingin dicapai serta keterbatasan pendanaan untuk upaya pemecahannya maka prioritas pembangunan daerah Jawa Tengah pada tahun 2002 dirumuskan sebagai berikut : A. Pemulihan Kondisi Ekonomi Prioritas pembangunan untuk pemulihan ekonomi meliputi : 1. Pengembangan koperasi usaha kecil dan menengah dengan memperkuat infrastruktur dan lembaga-lembaga pendukungnya serta pengembangan pola-pola kemitraan yang telah ada. 2. Pengembangan produk berorientasi ekspor dan penguatan jaringan pemasaran. 3. Pengembangan kegiatan investasi melalui berbagai kegiatan promosi dan peningkatan pelayanan serta kemudahan dalam penanaman modal. 4. Peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agrobisnis, melalui diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi pertanian baik hulu maupun hilir. 5. Pengembangan kehutanan untuk mendukung fungsi ekonomi dan keseimbangan tata lingkungan secara berkelanjutan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. 6. Pengembangan sistem distribusi untuk lebih menjamin pemerataan ketersediaan barang maupun jasa dan pengendalian harga. 7. Pengembangan sarana dan prasarana ekonomi. 8. Pengembangan ―Kawasan Pengembangan Ekonomi‖.
http://www.bphn.go.id/
9. Pengembangan pariwisata melalui kegiatan promosi dan peningkatan sarana dan prasarana. B. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Prioritas pembangunan peningkatan kesejahteraan masyarakat meliputi : 1. Pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. 2. Peningkatan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial serta peningkatan partisipasi
masyarakat
dalam
penanganan
penyandang
masalah
kesejahteraan sosial. 3. Rehabilitasi sarana dan prasarana pendidikan, pemerataan pelayanan pendidikan masyarakat dan peningkatan kualitas manajemen dan kemandirian sekolah. 4. Perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha pada berbagai sektor, dan pengembangan sistem informasi ketenagakerjaan yang dapat diakses oleh masyarakat. 5. Peningkatan ketrampilan, profesionalisme tenaga kerja dan peningkatan produktivitas masyarakat. 6. Pemberdayaan perempuan, anak dan remaja. C. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Prioritas pembangunan peningkatan kualitas pelayanan publik meliputi: 1. Peningkatan akses informasi masyarakat dan pemberian pelayanan prima kepada masyarakat. 2. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. 3. Peningkatan kualitas pengawasan fungsional, pengawasan melekat dan pengawasan masyarakat.
http://www.bphn.go.id/
D. Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat Prioritas pembangunan pemberdayaan dan pengembangan masyarakat adalah fasilitasi pengembangan masyarakat. E. Penegakan Hukum, Keamanan dan Ketertiban Masyarakat serta HAM. Prioritas pembangunan penegakan hukum keamanan dan ketertiban masyarakat meliputi : 1. Penyusunan dan pembaharuan produk-produk hukum hukum di daerah. 2. Peningkatan kesadaran dan kepatuhan hukum. 3. Penerapan dan penegakan hukum serta HAM. 4. Peningkatan sarana dan prasarana hukum F. Pembangunan Politik. Prioritas pembangunan politik, meliputi : 1. Fasilitasi penyelenggaraan pendidikan politik rakyat dan pengembangan sistem politik. 2. Peningkatan peran lembaga legislatif. 3. Fasilitasi/dukungan penyelenggaraan Pemilu 2004 dan sosialisasi sistem Pemilu. G. Percepatan Pelaksanaan Otonomi Daerah Prioritas pembangunan percepatan pelaksanaan otonomi daerah meliputi : 1. Peningkatan
pemahaman
terhadap
peraturan
perundang-undangan
tentang otonomi daerah. 2. Penataan dan pengembangan sistem manajemen pemerintahan dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan otonomi daerah.
http://www.bphn.go.id/
3. Peningkatan pemahaman dan partisipasi pelaku pembangunan dalam pelaksanaan otonomi daerah. H. Pelestarian Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Prioritas pembangunan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan meliputi: 1. Pengelolaan potensi sumber daya alam, lingkungan alam, dan lingkungan buatan sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungan. 2. Peningkatan kemitraan pengelolaan lingkungan, peningkatan kesadaran masyarakat dan mediasi penyelesaian masalah. 3. Pengendalian pencemaran lingkungan. 4. Pengendalian eksplorasi sumber daya kelautan.
http://www.bphn.go.id/
BAB III PEMBANGUNAN HUKUM, KEAMANAN DAN KETERTIBAN A. Hukum. Reformasi hukum dalam rangka mewujudkan supremasi hukum, hingga kini belum sepenuhnya dapat dilaksanakan secara optimal. Sebagian masyarakat mempunyai persepsi bahwa reformasi diartikan sebagai suatu kebebasan untuk melaksanakan kehidupan tanpa
memperdulikan
peraturan-peraturan/norma-norma
hukum
yang ada. Disisi lain, aparat hukum dirasakan belum sepenuhnya melaksanakan penegakan hukum dan HAM yang memenuhi rasa keadilan. Keadaan ini merupakan cermin masih rendahnya tingkat kesadaran dan kepatuhan hukum oleh masyarakat maupun aparat hukum. Selain itu peraturan-peraturan hukum yang ada belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan tuntutan aspirasi masyarakat. Rendahnya pemahaman dan penghargaan terhadap HAM menyebabkan
adanya
diskriminasi
hukum,
tidak
adanya
transparansi hukum dan tidak konsistennya penerapan hukum. Disamping itu rendahnya integritas moral dan profesionalisme aparat hukum
menyebabkan masyarakat kurang percaya pada
penegakan hukum, sehingga masyarakat memilih jalur yang justru melanggar hukum, yaitu main hakim sendiri atau
pengadilan
jalanan. Pelayanan
informasi
hukum
kepada
ma syarakat
juga
dirasakan kurang optimal, antara lain disebabkan oleh belum operasionalnya layanan Jaringan Dokumentasi dan Informasi (JDI) hukum sebagai sarana penyebaran informasi hukum secara cepat, tepat dan transparan.
http://www.bphn.go.id/
Memperhatikan permasalahan diatas, kebijakan yang akan ditempuh adalah : (a) penyusunan dan penyempurnaan produk produk hukum di daerah yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat; (b) pengembangan
budaya
hukum melalui
peningkatan kesadaran dan kepatuhan hukum masyarakat dan aparat hukum; (c) penegakan hukum dan HAM secara tegas, manusiawi berdasarkan keadilan dan kebenaran; (d) peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur hukum; (e) peningkatan sarana dan prasarana hukum serta peningkatan layanan Jaringan Dokumentasi dan Informasi (JDI) hukum. Sasaran yang akan dicapai yaitu : (a) tersusunnya produk produk hukum daerah yang sesuai dengan kondisi daerah dan aspirasi masyarakat; (b) berkembangnya budaya hukum untuk menciptakan kesadaran dan kepatuhan hukum masyarak at dan aparat hukum; (c) tegaknya supremasi hukum dan penghargaan terhadap Hak Azasi Manusia (HAM); (d) meningkatnya kemampuan dan kualitas aparatur hukum; (e) tersedianya sarana dan prasarana hukum yang memadai guna peningkatan pelayanan hukum kepada masyarakat. Untuk mencapai sasaran pembangunan hukum ditempuh program sebagai berikut : 1. Penyusunan dan Pembaharuan Produk-Produk Hukum di Daerah. Kegiatannya
meliputi
:
(a)
Inventarisasi
dan
penyusunan
RAPERDA tentang Pajak dan Retribusi Daerah yang mel iputi : Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,
Bea
Balik
Nama
Kendaraan
Bermotor,
Pajak
Pemanfaatan Air Permukaan, Pajak Pemakaian Air Bawah Tanah, Pajak Kendaraan Atas Air dan Bea Balik Nama Kendaraan Atas Air,
inventarisasi
dan
penyusunan
aturan
hukum
dengan
menindaklanjuti peraturan yang sudah ada maupun menggali dan
http://www.bphn.go.id/
menghormati aturan-aturan adat yang diformalkan, sedangkan kegiatan inventarisasi dan penyusunan Perda Retribusi meliputi : retribusi perairan dan bandar, sarana ban tu navigasi, frekuensi radio lokal; (b) Penyempurnaan produk-produk hukum tentang Retribusi yaitu Perubahan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 1998 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 1999 tentang Retribusi Tempat Penginapan/ Pesanggrahan/Villa dan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 1999 tentang Retribusi Penjualan Usaha Produksi Daerah; (c) Penetapan Keputusan dan Surat Keputusan Gubernur tentang
Pelaksanaan
Pemerintahan,
Pembangunan
dan
Kemasyarakatan. 2. Peningkatan Kesadaran dan Kepatuhan Hukum. Kegiatannya meliputi : (a) Penyuluhan hukum tentang Pajak dan Retribusi Daerah dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah; (b) Fasilitasi dan sosialisasi Undang -undang Tentang Hak
Azasi
Manusia
(HAM)
dan
Undang -undang
Bidang
Pertanahan. 3. Penerapan dan Penegakan Hukum serta HAM. Kegiatannya meliputi : (a) Penegakan Perda tentang Pajak dan Retribusi;
(b)
pengamanan
Fasilitasi hasil
hutan
penegakan dan
hukum
peredaran
dalam
hasil
rangka
hutan;
(c)
Dukungan/pemberian bantuan hukum kepada LBH/LKBH; (d) Perlindungan hukum pelaksanaan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI); (e) Bimbingan Teknis kuasa hukum Pemerintah Daerah; (f) Bimbingan teknis Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).
4. Peningkatan Sarana dan Prasarana Hukum.
http://www.bphn.go.id/
Kegiatannya meliputi : (a) Penyempurnaan perangkat lunak naskah
cetak
peraturan
atau
Properat
(Program
Pencarian
Peraturan); (b) Pembuatan Website Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum. B. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. Krisis ekonomi yang berkembang menjadi krisis multi dimensi mendorong sebagian masyarakat untuk melakukan tindakan pelanggaran keamanan
hukum dan
dan
kriminal
ketertiban
perubahan dan dinamika
yang
masyarakat.
dapat
mengganggu
Disamping
itu
ada nya
masyarakat yang begitu cepat, seiring
dengan perubahan keadaan sosial politik, membawa implikasi pada segala bidang kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Permasalahan lainnya adalah meningkatnya potensi konflik kepentingan
dan
pengaruh
negatif
arus
globalisasi
terhadap
berbagai sendi kehidupan masyarakat. Keadaan ini diperberat dengan adanya beberapa daerah yang terkena musibah/bencana yang perlu penanggulangan dan penanganan. Sebagai upaya untuk menangani permasa lahan tersebut perlu mendayagunakan budaya gotong-royong, Sistim Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Siskamtibmas) Swakarsa dan Satuan Perlindungan kemandirian
Masyarakat masyarakat
(Linmas) sebagai
untuk
daya
menumbuhkan
tangkal
terhadap
kemungkinan ancaman dan gangguan yang akan terjadi termasuk didalamnya gangguan akibat bencana. Kebijakan
untuk
mengatasi
permasalahan
tersebut
ditempuh melalui : (a) peningkatan kamtibmas, pertahanan sipil dan unsur
rakyat
terlatih
menanggulangi peningkatan
lainnya
ancaman
rasa
persatuan
agar
dan dan
mampu
gangguan kesatuan
berperan yang bangsa
dalam
terjadi; melalui
(b) :
http://www.bphn.go.id/
penciptaan iklim kondusif, menghidupkan kembali nilai -nilai luhur kegotong-royongan dan pengembangan sikap kesetiakawanan yang melibatkan
seluruh
partisipasi
rakyat
komponen terlatih;
(d)
masyarakat; peningkatan
(c)
peningkatan
pemasyarakatan
Pendidikan Pendahuluan Bela Negera (PPBN) kepada masyarakat dalam upaya menumbuhkembangkan kesadaran bela negara sejak dini. Sasaran yang akan dicapai adalah :
(a) terjaminnya
stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat; (b) terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa serta terhindarnya ancaman yang dapat mengganggu keamanan dan ketentraman setiap warga negara dalam melakukan kegiatan; (c) meningkatnya kemamp uan anggota satuan perlindungan masyarakat utamanya dalam penanggulangan bencana; (d) tumbuh dan berkembangnya kesadaran bela negara, kemandirian dan daya tangkal masyarakat yang tangguh dalam menghadapi ancaman serta gangguan keamanan. Untuk mencapai sasaran pembangunan keamanan dan ketertiban umum ditempuh program sebagai berikut : 1. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. Kegiatannya meliputi : (a) Rapat koordinasi pengamanan (Rakor PAM); (b) Penanganan eks G 30 S / PKI; (c) Monitoring dampa k sosial harga sembako; (d) Dukungan pengamanan tamu/pejabat negara; (e) Fasilitasi pengerahan anggota Linmas; (f) Posko Siaga.
2. Peningkatan Persatuan dan Kesatuan Bangsa. Kegiatan dilaksanakan melalui fasilitasi dan mediasi peningkatan kesatuan bangsa, meliputi : (a) Rapat koordinasi kesatuan bangsa; (b) Forum Wawasan Kebangsaan; (c) Seminar dan
http://www.bphn.go.id/
second opinion tentang kesatuan bangsa; (d) Pemasyarakatan himpunan peraturan bidang kesatuan bangsa; (e) Temu Karya Tim Penggerak Pembauran (TPP); (f) Sosial isasi kewaspadaan nasional;
(g)
Mediasi
penanganan
masalah
strategis
yang
berdampak politis; (h) Evaluasi bidang kesatuan bangsa.
3. Peningkatan
Rakyat
Terlatih
(Ratih)
dan
Perlindungan
Masyarakat (Linmas). Kegiatannya meliputi : (a) Peningkatan kemampu an anggota Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas); (b) Peningkatan kemampuan Pusat Pengendalian Operasional Penanggulangan Bencana (Pusdalop PB).
4. Peningkatan Kesadaran Bela Negara. Kegiatannya melalui penataran kader Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) anggota Linmas.
http://www.bphn.go.id/
BAB IV PEMBANGUNAN POLITIK
Seiring bergulirnya
proses reformasi, kran demokrasi dan
komunikasi telah dibuka lebar. Namun budaya politik demokratis, sikap dan perilaku berpolitik yang menghargai perbedaan pandangan dalam membangun
masyarakat
belum
terarah
secara
baik.
Aspirasi
masyarakat belum sepenuhnya terartikulasi dan teragregasikan secara transparan dan konsisten. Interes atas kepentingan dalam pengambilan keputusan masih terasa dalam kehidupan politi k, baik yang datangnya dari elit politik, penyelenggara pemerintahan, maupun kelompok kelompok kepentingan. Di lain pihak, institusi pemerintah tidak jarang berada pada posisi yang dilematis dalam menghadapi sikap dan perilaku masyarakat yang saat ini berk embang. Kemajemukan masyarakat mengandung benih konflik, seperti ekses kegiatan pilkada dan pilkades, konflik horizontal antar warga di berbagai daerah menjadi ancaman keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa. Di samping itu, tumbuh dan berkembangnya partai politik dan organisasi massa yang berorientasi agama, etnis dan kedaerahan merupakan tantangan dalam mewujudkan sistem politik yang stabil, transparan dan demokratis. Kebijakan pembangunan politik yang ditempuh, adalah : (a) fasilitasi penyelenggaraan pendidikan politik dan pengembangan sistem politik; (b) peningkatan
peran
lembaga
legislatif;
(c)
fasilitasi/dukungan
persiapan
penyelenggaraan Pemilu 2004 dan sosialisasi sistem Pemilu. Sasaran yang akan dicapai, adalah : (a) semakin diipahaminya peran komunikasi, etika dan moral politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang kondusif.; (b) meningkatnya komunikasi hubungan
http://www.bphn.go.id/
antar lembaga dalam penyerapan aspirasi masyarakat; (c) Mantapnya penyiapan penyelenggaraan Pemilu 2004. Untuk
mencapai
sasaran
pembangunan
politik
ditempuh
program sebagai berikut :
1. Fasilitasi
Penyelenggaraan
Pendidikan
Politik
Rakyat
dan
Pengembangan Sistem Politik. Kegiatannya adalah : (a) Fasilitasi penyelenggaraan pendidikan politik rakyat, yang meliputi : forum Muspida den gan pimpinan Partai Politik, forum komunikasi antar Partai Politik, forum komunikasi dan konsultasi tokoh masyarakat dan tokoh agama, forum komunikasi organisasi masyarakat; (b) Pengembangan sistem politik, yang meliputi : temu muka Senat Mahasiswa Perguru an Tinggi Negeri (PTN) / Perguruan Tinggi Swasta (PTS), fasilitasi kegiatan seminar bagi PTN/PTS, Ormas dan LSM. 2. Peningkatan Peran Lembaga Legislatif. Kegiatannya adalah peningkatan hubungan antar lembaga melalui : Dialog interaktif antar eksekutif dan legislatif. 3. Fasilitasi / Dukungan Penyelenggaraan Pemilu 2004 dan Sosialisasi Sistem Pemilu. Kegiatannya
adalah
fasilitasi
persiapan
penyelenggaraan
Pemilu 2004 melalui : (a) Rapat koordinasi dalam rangka persiapan Pemilu; (b) Penyiapan sarana dan prasarana Pemilu.
http://www.bphn.go.id/
BAB V PEMBANGUNAN EKONOMI
A. Pertanian dan Kehutanan.
1. Pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2000 sebesar 20,36%. Laju pertumbuhan PDRB pertanian berdasarkan harga konstan tahun 1996-1998 mengalami penurunan rata-rata sebesar minus 3,28 % per tahun. Namun pada tahun 1998 - 2000 meningkat kembali menjadi rata-rata 2,14 % per tahun. Nilai Tukar Petani (NTP) rata-rata tahun 1996-1998 berturut-turut adalah 109, 104,2 dan 94. Pada tahun 2000 NTP kembali turun menjadi 90. Ketersediaan pangan yang dihitung dari jumlah energi yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk per hari selama tahun 1998 menunjukkan bahwa untuk komoditas padi-padian, makanan berpati dan gula sudah melebihi standar Pola Pangan Harapan (PPH) penduduk Jawa Tengah. Untuk komoditas buah/sayur dan pangan hewani masih dibawah standar PPH, masing -masing sebesar 92 Kilo kalori per Kapita (Kcal/Kap) sementara standar PPH buah dan sayur 125 Kcal/Kap, serta PPH pangan hewani 105 Kcal/Kap (standar PPH pangan hewani 382 Kcal/Kap). Luas panen tanaman padi, jagung dan kedelai tahun 2000 berturut-turut
1.669.486
Ha,
581.893
Ha
dan
147.305
Ha.
Sementara luas panen bawang merah, bawang putih dan kentang relatif sedikit masing-masing 25.830 Ha, 5.384 Ha dan 6.685 Ha. Luas panen komoditas padi dan jagung dari tahun 1996 -2000
http://www.bphn.go.id/
meningkat rata-rata sebesar 1,01 % dan 1,6 % per tahun. Sementara komoditas kedelai dan kentang mengalami penurunan sebesar 5,61 % dan 18,10 % per tahun. Produksi padi dan jagung tahun 2000 adalah 8.469.430 Kwintal (Kwt) dan 1.633.818 Kwt. Sementara produksi bawang merah dan kentang masing-masing sebesar 2.123.124 Kwt dan 1.122.341 Kwt. Produksi padi dan jagung dari tahun 1996 -2000 meningkat rata-rata 0,35 % dan 1,62 % per tahun. Namun produksi
kedelai,
kentang
dan
bawang
putih
mengalami
penurunan rata-rata 4,86 %, 18,46 % dan 8,83 % per tahun. Perkebunan ikut memberikan kontribusi bagi pembangunan pertanian.
Luas areal perkebunan
di Jawa
Tengah
adalah
712.054 ha, terdiri dari perkebunan rakyat 657.306 ha (92,3 %), perkebunan besar negara 36.633 ha (5,2 %) dan perkebunan besar swasta 18.114 ha
(2,5 %). Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar perkebunan di Jawa Tengah adalah perkebuna n milik rakyat dengan pengelolaan yang belum optimal. Akibatnya produktivitas, kualitas dan nilai tambah hasil perkebunan masih rendah. Disamping itu lemahnya permodalan dan iptek masih menjadi hambatan pembangunan perkebunan. Pembangunan menunjukkan
hasil
peternakan sebagai
dari
tahun
:
peningkatan
berikut
1999-2000 populasi
terbesar terjadi pada ternak burung puyuh (73,40 %), sedangkan terendah pada ternak ayam ras pedaging (0,43 %). Populasi sapi potong mengalami peningkatan 6,53 % dan sapi perah 9,18 % . Namun
populasi
kerbau
dan
angsa
mengalami
penurunan
masing-masing 0,12 % dan 1,89 %. Produksi total daging tahun 2000 mengalami penurunan dibandingkan tahun 1999 sebesar 0,42 % (728.589 kg). Namun produksi daging sapi mengalami peningkatan sebesar 38,69 %,
http://www.bphn.go.id/
akibat berkurangnya permintaan daging ternak unggas (ayam buras dan ayam ras). Sementara produksi susu dan telur dari tahun 1999-2000 mengalami kenaikan masing-masing 16,39 % (1.121.321 liter) dan 26,72 % (24.064.778 kg). Konsumsi daging, telur, susu dan protein hewani penduduk Jawa Tengah tahun 2000 masing-masing sebesar 5,32 kilo gram per kapita per tahun (kg/kap/th), 3,16 kg/kap/th, 3,38 ltr/kap/th dan 3,93 gr/kap/th. Pemotongan ternak sapi dan babi tahun 2000 mengalami peningkatan dibanding tahun 1999 masing-masing sebesar 12,12 % dan 6,79 %, sedangkan pemotongan ternak lain mengalami penurunan. Pemotongan ternak yang tidak tercatat di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) masih relatif besar. Jumlah dan nilai ekspor hasil ternak tahun 2000 mengalami penurunan cukup tinggi dibanding tahun 1999. Jumlah ekspor kulit sapi mengalami penurunan sebesar 52,51 %, sementara ekspor sarang burung walet menurun sebesar 34,93 %. Kondisi perikanan di Jawa Tengah menunjukkan bahwa sekitar kontribusi
80 % total produksi perikan an berasal dari laut, dengan terbesar
dari
kawasan
Pantai
Utara.
Sementara
produksi perikanan darat (air tawar dan payau) mencapai lebih kurang 20 %, dengan kontribusi terbesar dari hasil pertambakan. Kontribusi lainnya berasal dari kolam rakyat , karamba, mina padi dan perairan umum (waduk, rawa/telaga dan sungai). Eksploitasi produksi ikan kawasan laut Pantura sudah berlebihan, khususnya pada kawasan laut dibawah 4 mil. Oleh karena itu kebijakan pengembangan penangkapan ikan diarahkan ke perikanan samudera. Pengembangan
tambak menghadapi
kendala semakin menurunnya kualitas air yang disebabkan oleh pencemaran laut, pencemaran daerah hulu melalui sungai, dan hilangnya
areal
bakau.
Hal
ini
mempengaruhi
produktivitas
http://www.bphn.go.id/
tambak
udang.
Pengembangan
peri kanan
air
tawar
masih
mengalami kendala yaitu ketersediaan benih, harga pakan, jaringan pemasaran serta sarana dan prasarana penangkapan yang belum memadai. Jumlah kelompok tani dan nelayan (KT) di Jawa Tengah sebanyak 34.061 KT dengan jumlah anggota 2.3 93.743 orang. Sebagian besar KT masih berada pada kelas pemula dan lanjut masing-masing sebesar 27,6 % dan 43,4 %. Sementara yang berada pada kelas madya dan utama sebesar 21,5 % dan 7,3 %. Hal ini menunjukkan kualitas SDM petani nelayan masih cukup rendah. Memperhatikan kondisi pertanian dalam arti luas tersebut diatas, maka kebijakan pembangunan pertanian mencakup : (a) pengembangan sumberdaya pertanian yang meliputi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, ilmu pengetahuan dan teknologi, dana, informasi, dan kelembagaan; (b) peningkatan produksi usahatani,
agroindustri,
pengembangan
sistem
wilayah,
distribusi
pengentasan
dan
perdagangan,
kemiskinan,
dan
optimalisasi investasi pertanian; (c) pengembangan manajemen pembangunan
pertanian
kabupaten/kota.
Kebijakan
lintas
sektoral
pembangunan
dan
pertanian
li ntas tersebut,
dilaksanakan melalui : diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi. Diversifikasi pertanian diarahkan untuk dapat meningkatkan tetap
optimalisasi
memperhatikan
pemanfaatan
kelestariannya,
sumberdaya
memperluas
dengan spektrum
pembangunan pertanian dalam rangka pengembangan sistem agribisnis, dan pengembangan kawasan terpadu. Intensifikasi pertanian
merupakan
usaha
peningkatan
produktivitas
input
pertanian, meliputi tenaga kerja, modal, sumberdaya alam dan buatan, serta upaya peningkatan keunggulan daya saing dengan penerapan iptek dan sarana produksi yang efisien. Ekstensifikasi
http://www.bphn.go.id/
dilakukan melalui peningkatan luas areal tanam maupun luas bidang usaha.
Rehabilitasi sumberdaya
pert anian
diarahkan
untuk memulihkan kemampuan produktif sumberdaya alam dan prasarana pertanian. Adapun sasaran pembangunan pertanian, meliputi: (a) tercapainya
optimalisasi
pemanfaatan
sumberdaya
domestik
berupa lahan, air, perairan, plasma nutfah, dan tena ga kerja; (b) meningkatnya
spektrum
sistem
pembangunan
pertanian;
(c)
meningkatnya penerapan rekayasa teknologi pertanian spesifik lokal dan tepat guna, baik dari lembaga penelitian pemerintah maupun swasta; (d) berkembangnya sistem agrobisnis dengan mengintegrasikan kegiatan hulu dan hilir untuk meningkatkan pengembangan pertanian yang berdaya saing tinggi.
Untuk mencapai sasaran pembangunan pertanian ditempuh program sebagai berikut :
a. Peningkatan Ketahanan Pangan. Kegiatannya meliputi: 1)Pertanian
tanaman
pengembangan
pangan:
komoditas
(a)
strategis
Penelitian yang
dan
berorientasi
pasar; (b) Optimalisasi pemanfaatan lahan dan air untuk produksi
pertanian,
antisipasi kekeringan,
guna
kekeringan El
Nino,
atau dan
peningkatan banjir
(c)
ketahanan
produksi
dan
Penanganan pangan;
(d)
Pengendalian hama dan organisme pengganggu tanaman, melalui: monitoring, peramalan, pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT), pengendalian hama terpadu (PHT), pengembangan agensia hayati; (e) Pengawasan
http://www.bphn.go.id/
pemakaian
pupuk
perbenihan,
dan
melalui:
peningkatan
pestisida;
(f)
perbanyakan
sarana-prasarana
Pengembangan benih
perbenihan,
sumber, pembinaan
penangkar benih, perbaikan seleksi dan pemurnian benih, pengawasan
dan
sertifikasi
benih;
(g)
Peningkatan
produksi, melalui: aplikasi teknologi produksi pertanian, pengembangan hortikultura
komoditas pada
pertanian
kawasan
pangan
pertanian
dan
terpadu,
pengembangan tanaman pangan alternatif, pengembangan hutan-keluarga
dengan
basis
tanaman
pangan
dan
hortikultura; (h) Peningkatan sumberdaya manusia petani dan petugas, serta kelembagaan petani; (i) Pengembangan penanganan pasca panen; (j) Peningkatan kewaspadaan pangan
dan
penganekaragaman
pangan;
(k)
perwilayahan
dan
Pengembangan sistem informasi pangan. 2)Perkebunan
:
(a)
Penyusunan
pengendalian lahan perkebunan lintas Kabupaten/Kota; (b) Pengembangan
perkebunan
rakyat;
(c)
Pengawasan
perbenihan, pupuk, pestisida serta alat dan mesin (alsin); (d) Pengembangan sistem budidaya dan pengolahan hasil; (e) Penyediaan dukungan penyelenggaraan diklat teknis bagi
petani
dan
penyelenggaraan
petugas; litbang;
(f) (g)
Penyediaan Pelaksanaan
dukungan kegiatan
pemberantasan hama dan organisme penganggu. 3) Peternakan : (a)
Peningkatan pelaksanaan inseminasi
buatan (IB) dan optimalisasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) IB
Sidomulyo,
Peningkatan
sebagai
pengamanan
sarana-prasarana
penghasil ternak,
laboratorium
laboratorium kesehatan masyarakat
semen melalui:
beku;
(b)
peningkatan
kesehatan
hewan,
veteriner, pos lalu
lintas ternak, peningkatan kualitas petugas laboratorium,
http://www.bphn.go.id/
dan rehab laboratorium kesehatan; (c) Revitalisasi taman ternak;
(d)
Pengembangan
kawasan,
melalui
pengembangan peternakan terpadu; 4) Perikanan : (a) Penguatan kelembagaan Balai Benih Ikan Sentra
(BBIS);
(b)
optimalisasi
Pengembangan
pengelolaan
Pengembangan Peningkatan
perairan
budidaya
di
pemanfaatan
pengembangan Peningkatan
rakyat umum;
kawasan
pantai;
teknologi
teknologi kualitas
kolam
terapan
pertambakan
sumber
daya
dan (c) (d) dan
rakyat;
(e)
manusia;
(f)
Pengembangan kawasan andalan. b. Pengembangan Agrobisnis. Kegiatannya meliputi: 1) Pertanian tanaman pangan : (a) Pengembangan model irigasi,
berupa:
model
Pengembangan
laboratorium
operasionalisasi
dan
kultur
Laboratorium
pengembangan Pengendalian
siraman
Blok OPT
pengembangan
jaringan,
kultur
Fondasi
induk;
agensia
organik;
(d)
(b)
melalui:
jaringan
tanaman
dengan
pertanian
pompanisasi;
hayati,
dan (c) dan
Pengembangan
wilayah pertanian terpadu pada kawasan desa -kota (DAS Kaligarang); (e) Pengembangan jaringan pemas aran hasil pertanian;
(f)
Pengembangan
Pengembangan
komoditas
iptek
ekspor
pasca bernilai
panen;
(g)
ekonomis,
pengembangan kawasan agribisnis komoditas spesifik; (h) Peningkatan
sumber
Pengembangan
promosi
daya
manusia
dan
(petani);
(i)
informasi
pasar;
( j)
agribisnis
perkebunan
industri
masyarakat
Pengembangan agribisnis pangan. 2) Perkebunan: melalui
(a)
Pengembangan
pengembangan
kawasan
http://www.bphn.go.id/
perkebunan
(Kimbun);
agroindustri;
(c)
Pengembangan
(b)
Pengembangan
Pengawasan
informasi
sentra
perbenihan;
pasar;
(e)
(d)
Peningkatan
pengolahan hasil samping dan limbah; (f) Pengembangan kemitraan usaha; (g) Pengembangan
wisata agro; (h)
Pengembangan komoditas dan usahatani terpadu dalam rangka pengelolaan kawasan Sindoro Sumbing, DAS Progo dan Serayu. 3) Peternakan: (a) Peningkatan promosi produk hasil ternak; (b) Pengembangan kemitraan usaha; (c) Pemberdayaan peternak; (d) Peningkatan kualitas sumber daya manusia (peternak
dan
petugas);
(e)
Pengembangan
teknologi
bidang peternakan; (f) Pengembangan sarana prasar ana pendukung
kegiatan
manajemen
usaha
Pengembangan
peternakan; tani
on-farm
Sentra
(g)
Pengembangan
dan
off
Pengembangan
farm;
(h)
Agribisnis
Komoditas Unggulan Sapi Limbah Hijauan (SPAKU -SALIH); (i)
Pengembangan
KSP
Rembang-Blora
dan
Kebumen
Purworejo. 4) Perikanan : (a) Peningkatan kemampuan pelayanan sarana dan
prasarana
perikanan;
(b)
Pengembangan
usaha
perikanan ; (c) Pengembangan sistem pengawasan dan pengendalian
produksi;
(d)
Pengembangan
kawasan
terpadu Rawapening, Kawasan Bahari Terpadu Remba ng. 2. Kehutanan. Jawa Tengah dengan luas daratan 3.254.412 ha memiliki 640.526
Ha
hutan
negara,
104.592
Ha
Taman
Nasional
Karimunjawa (Kep. Menteri Kehutanan RI No. 435/Kpts -II/1999 tanggal 15 Juni 1999) dan 204.056 Ha hutan rakyat yang tersebar di 28 Kabupaten. Berdasarkan fungsinya hutan negara terdiri
http://www.bphn.go.id/
atas hutan produksi 561.637 Ha, hutan konservasi 3.375 Ha dan hutan lindung 75.514 Ha. Seluruh hutan negara dikelola oleh PT Perhutani Unit I Jawa Tengah. Produksi kayu bulat dari hutan negara pada tahun 1998 untuk jati sebesar 321.477 m 3 dan untuk jenis rimba sebesar 322.670 m 3 . Sementara produksi non kayu dari hutan negara pada tahun 1998 berupa getah pinus 39.095 ton, kopal 168 ton dan daun kayu putih 8.257 ton. Potensi produksi hutan rakyat yang luasnya 6,27 % dari total luas hutan di Jawa Tengah pada tahun 2000 adalah 23.180.727 m 3 . Permasalahan pembangunan kehutanan, antara lain kurangnya ketersediaan bahan baku bagi industri perkayuan sekitar 1,7 juta m 3 per tahun. Hal ini menyebabkan meningkatnya penebangan ilegal dan masuknya kayu ilegal dari luar Jawa. Selain itu masih terjadi proses marginalisasi masyarakat sekitar hutan, karena kegiatan
pengelolaan
hutan
belum
mampu
meningkatkan
kesejahteraan mereka. Memperhatikan kondisi kehutanan diatas, maka kebijakan pembangunan kehutanan meliputi: (a) peningkatan kelestarian hutan untuk kepentingan keseimbangan tata air dan lingkungan hidup; (b) perluasan areal untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri, masyarakat dan ekspor; (c) peningkatan kegiatan penghijauan,
rehabilitasi
lahan
kritis
dan
rehabilitasi
hutan
lindung; (d) penyerasian pemanfaatan kawasan hutan dengan pemanfaatan lainnya; (e) pemanfaatan hutan secara multifungsi baik untuk wisata alam maupun pemanfaatan flora/fauna; (f) peningkatan
profesionalisme
SDM,
sarana
dan
prasarana
pengelolaan hutan. Sasaran
pembangunan
kehutanan
yang
ingin
dicapai
adalah : (a) tercapainya tertib administrasi batas -batas hutan dan tersusunnya rencana strategi kehutanan; (b) tercapainya kondisi
http://www.bphn.go.id/
hutan
yang
aman
untuk
pengendalian
banjir,
erosi
dan
kekeringan; (c) terbangunnya sumberdaya hutan baru (hutan rakyat)
di
luar
perlindungan
kawasan
dan
hutan
pengamanan
negara;
(d)
meningkatnya
hutan
dari
perambahan,
penebangan liar, penjarahan dan kebakaran; (e) meningkatnya produktivitas hutan; (f) meningkatnya kesejahteraan masyarakat sekitar hutan; (g) meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD) dari kehutanan; (h) membuka peluang usaha bagi masyarakat diluar kawasan hutan negara. Untuk
mencapai
sasaran
pembangunan
ke hutanan
ditempuh program sebagai berikut : a. Pemantapan Prakondisi Pengelolaan Hutan. Kegiatannya kehutanan
meliputi Jawa
:
(a)
Tengah;
Penyusunan (b)
rencana
Penyusunan
umum
pedoman
inventarisasi dan pembuatan peta tematik hutan rakyat serta pedoman
pengukuhan
hutan
negara;
(c)
Identifikasi
dan
inventarisasi kawasan hutan b. Optimalisasi Pemanfaatan Hutan. Kegiatannya meliputi : (a) Peningkatan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan hutan; (b) Pengendalian tata usaha kayu dan peredaran hasil hutan; (c) Peningkatan fasilitasi dalam peningkatan kerjasama PT. Perhutani; (d) Pengembangan manfaat jasa-jasa hutan; c. Rehabilitasi Hutan. Kegiatannya
meliputi
:
(a)
Peningkatan
pelaksanaan
rehabilitasi hutan dan lahan; (b) Peningkatan usaha kemitraan; (c) Pengendalian hama dan penyakit tanaman kehutanan.
http://www.bphn.go.id/
d. Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Kegiatannya meliputi : (a) Pengendalian peredaran kayu ilegal dan
flora
fauna
peranserta
yang
tidak
masyarakat
dilindungi;
dalam
(b)
Peningkatan
perlindungan
hutan
dan
konservasi alam; (c) Pengembangan usaha serta pelestarian flora dan fauna. e. Pengembangan Kelembagaan. Kegiatannya meliputi : (a) Peningkatan kinerja perencanaan, pengendalian dan pelayanan kehutanan; (b) Inventarisasi dan fasilitasi
kelompok
pengolahan
kayu
tani hutan
hutan
rakyat;
rakyat;
(d)
(c)
Industrialisasi
Peningkatan
sistem
informasi manajemen kehutanan.
B. Perindustrian dan Perdagangan Perkembangan
Unit
Usaha
Industri
di
Jawa
Tengah
mengalami kenaikan dari 641.094 Unit Usaha pada tahun 1999 menjadi 642.271 Unit Usaha mengalami kenaikan dari
pada
tahun
2000. Jumlah Investasi
Rp. 11.595.328 juta pada tahun 1999
menjadi Rp. 12.703.390 juta pada tahun 2000. Tenaga Kerja yang terserap sebanyak 2.526.678 orang pada tahun 1999 meningkat menjadi 2.541.422 orang pada tahun 2000. Untuk Nilai Produksi Industri
sebesar Rp.19.635.594 juta pada tahun 1999 meningkat
menjadi Rp.21.401.837 juta pada tahun 2000. Sedangkan Nilai Ekspor Non Migas juga mengalami kenaikan US $. 1.665.303,90 pada tahun 1999 menjadi US $. 1.854.686,90 pada tahun 2000. Masalah
yang
dihadapi
bidang
Perindustrian
dan
Perdagangan saat ini adalah masih tidak berdayanya ekonomi nasional akibat krisis yang berkepanjangan, pembangunan in dustri saat ini masih belum sepenuhnya berbasis potensi unggulan daerah
http://www.bphn.go.id/
dan masih banyak industri yang menggunakan bahan baku impor, keterkaitan antara industri besar – menengah – kecil masih kurang. Disamping itu belum sesuainya mutu produk daerah dengan standar ekspor serta belum terkoordinasinya jaringan informasi pasar. Hal lain yang menjadi kendala adalah belum siapnya Industri Kecil dan Menengah dalam menghadapi persaingan global, karena penguasaan teknologi masih rendah dan masih tingginya biaya produksi serta ketergantungannya bahan baku impor. Disamping itu untuk komoditas andalan ekspor umumnya diekspor dalam bentuk bahan mentah atau barang setengah jadi sehingga nilai ekonominya relatif kecil. Pembangunan industri dan perdagangan dimaksudkan u ntuk menjamin terselenggaranya kegiatan industri dalam berproduksi dan kegiatan perdagangan pada umumnya. ditempuh
antara
lain:
(a)
Untuk itu kebijakan yang
Peningkatan
kandungan
lokal
dan
penggunaan produksi dalam negeri, dalam rangka penghematan devisa dan mendorong kemandirian; (b) Peningkatan keterpaduan antar lembaga pembina industri, dunia usaha dan masyarakat. (c) Pemanfaatan keunggulan komparatif dan penciptaan keunggulan kompetitif
dalam
Pengembangan
rangka
menghadapi
sumberdaya
manusia
persaingan secara
global;
intensif
(d)
melalui
transformasi teknologi; (e) Peningkatan promosi dagang dalam rangka memperluas pasar industri. Sasaran perdagangan
yang
ingin
adalah
:
dicapai (a)
dalam
bidang
Tercukupinya
industri
kebutuhan
dan
pokok
masyarakat dengan harga yang terjangkau melalui pengamanan distribusi; (b) Terwujudnya peran pengusaha kecil dan menengah serta perbaikan infrastruktur pasar; (c) Terciptanya kembali roda perekonomian
melalui
peningkatan
dan
pengembangan
roda
produksi dan distribusi serta terkendalinya inflasi; (d) Terwujudnya
http://www.bphn.go.id/
pemberdayaan untuk penguatan agroindustri dan agrobisnis; (e) Terwujudnya pengembangan industri berorientasi ekspor.
Untuk mencapai sasaran pembangunan perindustrian dan perdagangan ditempuh program sebagai berik ut :
1. Pemberdayaan dan Penataan Basis Produksi dan Distribusi Kegiatannya meliputi : (a) Peningkatan ketrampilan teknologi, bantuan modal serta pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah; (b) Peningkatan manajemen usaha dan mutu produk Agroindustri; pembina;
(c)
(d)
Penataan
sistem
Perningkatan
informasi
sarana
dan
distribusi,
lembaga pelayanan
informasi pasar dan pemasyarakatan produk dalam negeri.
2. Perluasan dan Penguatan Lembaga Pendukung Pengembangan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi. Kegiatannya Industri
meliputi
Kecil
dan
:
(a)
Pengembangan
Menengah;
(b)
Pola
Kemitraan
Peningkatan
jiwa
kewirausahaan; (c) Pembangunan Sarana Pemasaran Industri Kecil dan Menengah.
3. Pengembangan Ekspor. Kegiatannya meliputi : (a) Peningkatan Mutu da n Pengembangan Produk Berorientasi Ekspor; (b) Peningkatan promosi produk untuk pasar Ekspor.
http://www.bphn.go.id/
4. Penguatan Institusi Pendukung Pasar. Kegiatannya meliputi : (a) Pengembangan sistem dan jaringan informasi
pasar;
(b)
Peningkatan
pelayanan
bidang
Kemetrologian.
C. Penanaman Modal Dalam rangka memulihkan kembali perekono -mian yang masih terpuruk, peran pemerintah daerah dan dunia usaha serta masyarakat
dalam
menunjang
kebutuhan
pembiayaan
pembangunan masih perlu ditingkatkan, ka rena pembiayaan pembangunan mempunyai multi manfaat, baik dalam rangka peningkatan
pendapatan
daerah
untuk
kemandirian
daerah,
maupun peningkatan sumber daya manusia. Perkembangan
perekonomian
tahun 2000
belum
pulih
sepenuhnya, hal ini berakibat pada pe rkembangan investasi dan penyerapan
tenaga
kerja
di
Jawa
Tengah.
Perkembangan
penanaman modal melalui Penanaman Modal Asing/Penanaman Modal Dalam Negeri (PMA/PMDN) pada tahun 1999 terdapat 98 proyek dan tahun 2000 turun menjadi 90 proyek atau minus 8 %. Dalam kurun waktu yang sama nilai investasi meningkat dari Rp 2,11 trilyun menjadi Rp 3,05 trilyun atau naik 45 %, penyerapan tenaga kerja 30.708 orang menjadi 35.771 orang atau naik 16 %. Di samping itu nilai ekspor meningkat dari US $. 275,1 juta menjadi US $ 596,9 juta atau naik 117 %, sedangkan investasi masyarakat dilihat dari perkembangan kredit investasi melalui perbankan juga mengalami peningkatan dari Rp. 1,44 trilyun menjadi Rp. 3,13 trilyun atau naik 117,36 %. Sasaran yang ingin dicapai antara lain: (a) meningkatnya peran dunia usaha dalam pembangunan;
(b) meningkatnya
http://www.bphn.go.id/
promosi investasi di dalam dan luar negeri; (c) meningkatnya realisasi perijinan yang ada; (d) tercapainya kebutuhan investasi tahun 2002 dari swasta yang diprediksikan sebesar Rp . 4,2 trilyun. Untuk mencapai sasaran pembangunan penanaman modal ditempuh program sebagai berikut : a. Pengkajian dan Pengembangan Dunia Usaha. Kegiatannya penambahan
meliputi:
(1)
penyertaan
Pengembangan modal
BUMD
Pemerintah
melalui
Daerah;
(2)
Inventarisasi dan pengkajian potensi-potensi investasi daerah; (3) Kajian rencana kebutuhan investasi. b. Promosi Investasi. Kegiatannya meliputi : (1) Pengembangan SIMPEDAL dan home page Jawa Tengah; (2) Mengikuti promosi investasi di dalam dan luar negeri; (3) Penyediaan sarana dan prasarana promosi investasi; (4) Pengembangan kerjasama dengan propinsi dan negara lain. c. Pelayanan Perijinan Investasi. Kegiatannya
meliputi
:
(1)
Penyederhanaan
prosedur
persetujuan penanaman modal; (2) Penyelenggaraan fo rum komunikasi; (3) Memfasilitasi upaya pemecahan masalah perijinan. d. Pengendalian dan Pengawasan investasi. Kegiatannya meliputi : (1) Memantau realisasi Surat Persetujuan Tetap (SPT) PMA dan PMDN; (2) Inventarisasi perkembangan investasi non fasilitas; (3) Sosialisasi standar ecolabeling bagi usaha PMA/PMDN.
http://www.bphn.go.id/
D. Pertambangan dan Energi 1. Pertambangan Potensi berdasarkan
bahan
galian
identifikasi
golongan
dan
C
di
inventarisasi
35
Jawa
Tengah
jenis
hanya
didapatkan 28 jenis. Dari 28 jenis bahan galian golongan C yang menjadi komoditas prospektif di Jawa Tengah berjumlah hanya 10 jenis yaitu pasir kuarsa, feldspar, bentonit, diorit, phospat, marmer, batugamping, kaolin, ball clay dan trass. Sedangkan potensi bahan galian golongan A dan B di Jawa Tengah teridentifikasi sebagai berikut : batubara, mangaan, belerang, barit, timah putih, timah hitam (galena), pasir besi, emas, pirit, chalcopyrite, gambut dan minyak bumi. Dari data air bawah tanah yang ada secara regional baru teridentifikasi sebanyak 21 cekungan dengan potensi 241.900.000 m3/tahun. Jumlah
perijinan
untuk
usaha
pertambangan
yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat sebanyak 8 buah kuasa pertambangan eksplorasi emas dan 8 buah kuasa pertambangan eksploitasi emas dan pasir besi. Pada tahun 2001 jumlah pengusaha
pertambangan
bahan
galian
golongan
C
untuk
eksplorasi sebanyak 2 buah, sedangkan usaha pertambangan eksploitasi sebanyak 79 buah, serta pengolahan 7 Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD). Untuk perijinan Air Bawah Tanah (SIP/SIPA) yang dikeluarkan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah sebanyak
2.070 SIP serta 849 SIPA.
Pada tahun 1998 retribusi bahan galian golongan C dan air bawah tanah mencapai Rp 15,48 milyar atau 119 % dari target sebesar Rp 13 milyar. Pada tahun 1999 setelah ditangani oleh Kabupaten/Kota mengalami penurunan yaitu menjadi Rp 9,2 milyar. Sedangkan kontribusi bahan galian golongan C terhadap pembangunan Propinsi Jawa Tengah mencapai Rp 1.098,4 milyar
http://www.bphn.go.id/
dengan prosentase 26,92 % pada sektor industri dan 73,08 % untuk sektor konstruksi. Masalah
yang
dihadapi
penambangan
tanpa
pertambangan
dengan
ijin,
dan
upaya
kegiatan
sulit
diatasi
adalah
mengkaitkan
usaha
antara
sektor
belum
efektif
lain
dilaksanakan, masih banyak lahan bekas perta mbangan yang belum
direklamasi
dan
dimanfaatkan,
belum
optimalnya
pengawasan dan pengendalian dibidang pertambangan dan Air Bawah Tanah dan belum terpenuhinya sarana dan prasarana pertambangan yang memadai. Pembangunan pertambangan dilakukan dengan mend orong dan menggerakkan partisipasi dunia usaha agar memanfaatkan potensi bahan tambang secara optimal, memberikan perluasan kesempatan kerja di bidang pertambangan dan meningkatkan bahan tambang menjadi bahan yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Kebijakan pengelolaan
yang
potensi
akan dan
dilaksanakan penataan
antara
wilayah
lain:
(a)
pertambangan
sebagai dukungan minat investasi dan pengelolaan yang optimal serta upaya menciptakan kondisi wilayah yang kompetitif;
(b)
pengawasan dan pengendalian untuk mencapai efisiensi dan produktifitas usaha pertambangan dan pengambilan air bawah tanah
dalam
peningkatan pembinaan
rangka
keseimbangan
mekanisme sistem
fungsi
pelayanan
usaha
yang
lingkungan; kondusif
pertambangan
(c)
melalui
dan
mendorong
(a)
terwujudnya
keterlibatan peran serta masyarakat. Sasaran pemberdayaan
yang aparat
ingin
dicapai
adalah:
Kabupaten/Kota
khususnya
di
Bidang
Pertambangan dalam rangka operasionalisasi pengawasan dan pengendalian
usaha
pertambangan
dan
air
bawah
tanah
http://www.bphn.go.id/
didaerah; (b) berkembangnya usaha pertambangan sebesar 25 % pertahun dan terealisasinya pengusaha pertambangan berskala menengah dan besar yang saat ini masih dalam tahap eksplorasi untuk
ditingkatkan
menjadi
tahap
eksploitasi
serta
penganekaragaman bahan tambang m enjadi barang setengah jadi, (c) teridentifikasinya seluruh potensi bahan galian vital dan strategi
dengan
pengembangan
skala bahan
cadangan galian
yang
tereka,
(d)
berbasis
tercapainya
pada
ekonomi
pedesaan dan terciptanya peran aktif masyarakat dalam keg iatan pengolahan bahan galian, (e) terciptanya pusat informasi dan laboratorium pertambangan secara berkesinambungan. Untuk
mencapai
sasaran
pembangunan
pertambangan
ditempuh program sebagai berikut: a. Penelitian dan Pengembangan Potensi dan Teknolog i Geologi, Pertambangan dan Air Bawah Tanah Kegiatannya meliputi : (1) Peningkatan dan pengembangan potensi bahan tambang dan Air Bawah Tanah (ABT); (2) Bimbingan usaha pertambangan; (3) Pemberdayaan usaha pertambangan ; (4) Intensifikasi perhitungan pro duksi dan penetapan pajak bahan tambang dan ABT. b. Penataan
Wilayah
dan
Konservasi
Lingkungan
Geologi,
Pertambangan dan Air Bawah Tanah Kegiatannya meliputi : (1) Penataan dan pengembangan kawasan pertambangan; (2) Penyusunan pola cekungan dan pengaturan pengambilan Air Bawah Tanah. c. Pengembangan Investasi Usaha Pertambangan Kegiatannya
meliputi
:
(1)
Peningkatan
promosi;
(2)
Pengembangan sistem pelayanan perijinan pertambangan
http://www.bphn.go.id/
d. Peningkatan dan Pengembangan Sistem Pengawasan dan Pengendalian Geologi, Pertambangan dan Air Bawah Tanah Kegiatannya meliputi : (1) Pelaksanakan pemantauan dan pengendalian pertambangan; (2) Penertiban dan pengendalian kegiatan pengambilan ABT; (3) Pemantauan dan pengendalian gerakan tanah. e. Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana Geologi, Pertambangan dan Air Bawah Tanah Kegiatannya meliputi : Pengembangan pusat informasi dan sarana di bidang geologi, pertambangan dan ABT. 2. Energi Di Jawa Tengah pada tahun 2000 potensi pembangkitan tenaga listrik terpasang 39 unit tersebar di 17 lokasi dengan total
daya
sampai
sebesar
bulan
1.694,32 MW.
September
2000
Jumlah desa berlistrik
mencapai
98,65
%,
jumlah
pelanggan listrik sebanyak 3.644.485 pelanggan dengan
Rasio
elektrifikasi sebesar 58,19 %. Gardu Distribusi yang terdapat di Jawa Tengah sebanyak 3.185 buah dengan jumlah trafo terpasang sebanyak 65.367 buah.
Panjang
jaringan
tegangan
menengah
31.105
KMs,
panjang jaringan tegangan rendah 33.931 KMs. Sedangkan pemanfaatan
energi
alternatif
di
Jawa
Tengah
terdiri
dari
Pembangkit Listrik Tenaga Surya tersebar di 20 Kabupaten, Pembangkit Listrik Tenaga Disel terdapat di Kabupaten Cilacap dan Jepara, Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Kabupaten Wonosobo dan Pekalongan (keadaannya rusak) serta Pembangkit Listrik Tenaga Bayu di Kabupaten Jepara. Masalah yang dihadapi adalah kondisi geografis desa -desa yang belum berlistrik semakin sulit untuk dijangkau jaringan listrik
http://www.bphn.go.id/
dan
terkadang
harus
melewati
kawasan
hutan/perkebunan.
Investasi di sektor energi semakin memerlukan biaya tinggi, sedangkan dana yang tersedia terbatas. Disamping itu masalah kewenangan disektor energi sebagian besar masih ditangani Pemerintah
Pusat,
sehingga
menentukan
kebijakan
pemerintah
sepenuhnya
masih
daerah
dalam
mengacu
p ada
Pemerintah Pusat. Kebijakan
yang
akan
dilaksanakan
antara
lain
:
(a)
penyediaan, pemanfaatan, pemasaran dan penjualan energi, (b) peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penguasaan teknologi, (c) peningkatan, penyediaan energi dari berbagai sumber. Sasaran yang ingin dicapai adalah : (a) terinventarisasinya kebutuhan
energi
untuk
masyarakat
dan
industri,
(b)
terinventarisasinya kebutuhan energi alternatif untuk masyarakat pedesaan, (c) terinventarisasinya energi untuk penunjang usaha minyak dan gas. Untuk mencapai sasaran pembangunan energi ditempuh program sebagai berikut : a. Pengembangan Listrik Pedesaan Kegiatannya meliputi : Inventarisasi listrik perdesaan. b. Pengembangan Energi Alternatif Kegiatannya meliputi : Inventarisasi energi alternatif. c. Pengembangan Jasa Penunjang Migas Kegiatannya meliputi : Inventarisasi jasa usaha penunjang migas.
http://www.bphn.go.id/
E. Pariwisata.
Perkembangan kepariwisataan di Jawa Tengah tidak terlepas dari kondisi nasional maupun regional yang ada, diantaranya adalah menurunnya daya beli masyarakat, dan yang paling utama adalah kondisi sosial politik dan keamanan yang belum stabil. Hal tersebut merupakan kondisi eksternal yang merupakan masalah umum yang mempengaruhi perkembangan pariwisata di Jawa Tengah. Perkembangan pariwisata Jawa Tengah juga tidak terlepas dari
perkembangan
pelayanan
jasa
dan
kepariwisataan atraksi
yang
internasional. semakin
baik
Kualitas di
tingkat
internasional telah menyebabkan semakin beratnya kompetis i yang harus dihadapi oleh Jawa Tengah dalam memasarkan produk kepariwisataannya. Hal lain yang menyebabkan Jawa Tengah sulit bersaing
secara
internasional
disebabkan
kurangnya
promosi,
sehingga produk pariwisata belum banyak dikenal masyarakat internasional. Hal yang sama dialami di tingkat nasional. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 1998 hanya memiliki porsi sebesar 2 %, jauh dibawah Bali (39 %), Jakarta (26 %), dan Yogyakarta (4 %).
Saat ini masih terjadi pula penurunan jumlah
wisman, yaitu sebesar 3,39 % pada tahun 2000. Selain itu, lama tinggal wisatawan di Jawa Tengah (1,55 hari) relatif masih tertinggal oleh Propinsi lain seperti Bali (4,61 hari), Yogya (2,45) hari, bahkan Lampung (1,70 hari). Hal ini selain disebabkan oleh belum kuat nya jejaring antar pelaku (stakeholders), juga disebabkan oleh masih rendahnya kualitas jasa dan atraksi yang ditawarkan. Hal -hal tersebut telah menyebabkan kinerja kepariwisataan Jawa Tengah belum sepenuhnya sebagaimana diharapkan, yang antara lain dapat ditandai dengan beberapa kenyataan berikut :
(a) belum pulihnya
http://www.bphn.go.id/
kunjungan wisatawan ke Jawa Tengah. Pada tahun 1997 -1998 jumlah kunjungan menurun sebesar 18,17%, sedangkan pada tahun 1998-1999
meningkat
sebesar
13,04%.
Walaupun
terjadi
peningkatan pada tahun 1998-1999, jumlah kunjungan wisatawan asing (yang juga sekaligus mencerminkan tingkat kemampuan kompetisi global) masih menurun sebesar 19,97 %. Bahkan untuk tahun 2000 masih turun sekitar 3,39 % dengan rata -rata lama tinggal dibawah 2 hari. Hal ini an tara lain dipengaruhi oleh optimalnya promosi
belum
yang dilakukan sehingga Jawa Tengah belum
banyak dikenal di negara lain; (b) walaupun memiliki potensi wisata unggulan dan fasilitas pendukung yang memadai (jenis obyek wisata alam,
budaya
dan
buatan
sekitar
213
obyek,
serta
fasilitas
akomodasi 89 hotel berbintang dengan jumlah kamar 5129 dan 832 hotel melati dengan jumlah kamar 15.665 ditambah infrastruktur dan aksesibilitas lainnya), Jawa Tengah belum mampu menjadikan dirinya sebagai daerah tujuan wisa ta utama di tingkat nasional. Bahkan
belum
banyak
masyarakat
asing
mengetahui
potensi
pariwisata di Jawa Tengah. Ini berarti bahwa produk wisata di Jawa Tengah masih banyak yang belum dapat dipasarkan sebagai produk unggulan (market driven); (c) belum optimalnya jejaring (network) yang terbentuk antar pelaku (stakeholders), antar sektor dan antar wilayah. Ini semua menyebabkan kurang efektifnya pengembangan kepariwisataan daerah; (d) sumbangan sektor pariwisata terhadap PDRB maupun PAD Jawa Tengah masih relatif kecil, yakni 6,71 % terhadap PDRB dan 7,65 % terhadap PAD pada tahun 1999; (e) kualitas sumber daya manusia di bidang pariwisata masih relatif rendah,
semangat
kompetisi
dan
kewirausaahaan
dari
para
stakeholders masih belum kuat. Kebijakan
pembangunan
pariwisata
diarahkan
untuk
mengatasi berbagai permasalahan pariwisata yang ada di daerah, sekaligus untuk mengantisipasi datangnya persaingan bebas di era
http://www.bphn.go.id/
globalisasi, diantaranya : (a) membangun jaringan pemasaran dan promosi maupun jaringan informasi dan komunikasi secara terpadu; (b) menumbuhkembangkan potensi kepariwisataan melalui potensi budaya dan alam yang dimiliki sebagai daya tarik unggulan; (c) membentuk daya sinergi antar tumbuhnya
iklim
investasi
stakeholders
yang
kondusif;
untuk mendorong
( d)
mempersiapkan
tersedianya tenaga kerja bidang pariwisata yang lebih profesional guna peningkatan daya saing. Sasaran
pengembangan
pariwisata
adalah
:
(a)
berkembangnya promosi dan sistem informasi dan pariwisata dalam negeri dan luar negeri secara ter integrasi; (b) meningkatnya kualitas obyek dan daya tarik wisata andalan dan unggulan sesuai dengan pasar yang dituju; (c) meningkatnya kualitas produk wisata yang mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional; (d) meningkatnya kerjasama terpadu antar wilayah, antar sektor dan antar
pelaku
pariwisata
dalam
pembangunan
pariwisata;
(e)
meningkatnya kualitas pelayanan sesuai dengan standar kompetensi yang berlaku dan kualitas sumber daya manusia untuk tujuan profesionalisme. Untuk
mencapai
sasaran
pembangunan
pariwisata
ditempuh
program sebagai berikut : 1. Promosi Pariwisata Kegiatannya kerjasama
adalah
(a)
pengembangan
Pengkajian pariwisata
pasar melalui
wisata
dan
penyusunan
profil wisatawan mancanegara, analisa pasar wisata budaya, wisata
bahari,
wisata
minat
khusus;
(b)
Pengembangan
promosi pariwisata melalui pengadaan bahan promosi dan informasi,
promosi
lewat
media
cetak
dan
elektronik,
pengadaan bahan peragaan promosi lewat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), serta persiapan Festival B orobudur
http://www.bphn.go.id/
2003; (c) Penyelenggaraan event dan informasi produk wisata melalui penyelenggaraan pameran, fam tour, dan peningkatan pelayanan informasi, dan pers release.
2. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata Kegiatannya
meliputi : (a) Perencanaan Par iwisata Jawa
Tengah melalui penyusunan software data base pariwisata dan data statistik pariwisata Jateng 2002, pengembangan forum perencanaan pariwisata, serta peningkatan hubungan antar lembaga; (b) Penyuluhan pariwisata melalui pelatihan tenaga kerja, usaha jasa pariwisata, penyuluhan sadar wisata dan kuis sadar wisata, pembinaan pramuwisata dan fasilitasi duta wisata.
3. Pengembangan Produk Pariwisata Kegiatannya meliputi : (a) Pengembangan produk wisata melalui Rawa
pengembangan Pening,
Pulau
kawasan
pariwisata
Nusakambangan
dan
Karimun jawa, taman
wisata
purbakala Sangiran; (b) Peningkatan sarana wisata melalui pembinaan penyusunan
dan
pengawasan
standar
pariwisata,
kompetensi
hotel,
klasifikasi
dan
inventarisasi
dan
identifikasi potensi usaha pariwisata serta pengadaan ramburambu wisata di Jawa Tengah; (c) Pengembangan daya tarik dan atraksi wisata melalui pemberdayaan khasanah seni kriya, pengemasan paket wisata bersama stakeholders, dan fasilitasi obyek dan atraksi wisata.
http://www.bphn.go.id/
F. Perhubungan dan Pekerjaan Umum. 1. Perhubungan. Perhubungan
sesuai
dengan
media
yang
dilaluinya,
dikelompokkan menjadi Perhubungan Darat, Laut, Udara, Pos dan Telekomunikasi. Untuk Perhubungan Darat sendiri terdiri dari Transportasi
Jalan
Raya,
Rel
serta
Sungai,
Danau
dan
Penyeberangan. Dari berbagai fasilitas perhubungan yang terdiri dari sarana dan prasarana tersebut di atas, angkutan jalan rayalah yang menuntut perhatian paling besar. Hal ini disebabkan oleh tidak seimbangnya tingkat volume kendaraan dengan tingkat pertumbuhan
volume/kapasitas
jalan.
Kebutuhan
sarana
perhubungan selain merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat juga merupakan kebutuhan dasar ekonomi. Panjang jalan di Propinsi Jawa Tengah mencapai sekitar 23.700 km, dengan perincian: 1.215 km jalan Nasional, 2.589 km jalan Propinsi dan 19.817 km jalan Kabupaten / Kota. Guna mencapai kelaikan jalan yang optimal telah disediakan 35 unit pengujian
kendaraan
bermotor
yang
tersebar
di
seluruh
Kabupaten / Kota, dan sesuai Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Tengah No. 550.2/0179 tanggal 25 Mei 1997 tentang penataan kembali Jembatan Timbang – maka telah dibuka kembali 17 Jembatan Timbang yang ada di Jawa Tengah dan telah
ditetapkan
Perda
No.
4
Tahun
2001
tentang
Te rtib
Pemanfaatan Jalan dan Pengendalian Kelebihan Muatan. Sementara kualitas
itu
pelayanan
memuaskan
dan
kondisi yang
masih
angkutan
diberikan dalam
umum
masih
taraf
yang
menunjukkan
rendah,
belum
memprihatinkan.
Selanjutnya dalam penyediaan public good s seperti pelayanan angkutan
umum,
peranan
manajemen
dan
pendayagunaan
sumberdaya sangat diperlukan.
http://www.bphn.go.id/
Angkutan
umum
yang
saat
ini
diupayakan
penyelenggaraannya merupakan angkutan yang dapat dijangkau oleh
masyarakat
mengakibatkan Penyediaan jurusan
luas
dan
permintaan
tambahan
Semarang
–
banyak
akan
kereta
jasa
(massal), kereta
api
hal
ini
melonjak.
api penumpang jarak pendek
Cirebon
yang
semula
melintasi
rute
Semarang – Tegal sangat banyak membantu para pengguna jasa transportasi, khususnya para pengla jo (commuter). Hal ini perlu ditunjang dengan penambahan beberapa spoor emplasemen pada beberapa stasiun dan peningkatan prasarana jalan rel yang secara bertahap dapat menjadi jalur ganda ( double track) lintas Surabaya – Jakarta. Sedangkan untuk mengurangi beban lalu lintas di wilayah tengah perlu ditingkatkan jalan dan jembatan kereta api lintas Semarang – Solo dengan penggantian bantalan beton dan rel dengan R 54. Kondisi angkutan penyeberangan saat ini masih perlu diberdayakan, utamanya penyeberangan Jepara – Karimunjawa. Prasarana dermaga penyeberangan sudah memadai, namun sarana (kapal) penyeberangan yang ada masih perlu ditingkatkan dan ditambah armadanya. Hal ini selain digunakan sebagai angkutan
perintis,
kunjungan
juga
wisatawan.
diharapkan
Sementara
dapat
untuk
meningkatkan
lintas
Cilacap
–
Majingklak – Kalipucang perlu segera dilaksanakan pengerukan alur pelayarannya, dan untuk angkutan penyeberangan yang berada di waduk-waduk yang saat ini masih dikelola oleh UPT Dep. Perhubungan perlu ditingkatkan sarana dan prasarana fasillitas keselamatannya. Pelabuhan Tanjung Emas Semarang adalah salah satu Pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan luar negeri, telah tumbuh
dan
berkembang
serta
berperan
dalam
menunjang
kegiatan ekonomi nasional khususnya Jawa Tengah. Namun
http://www.bphn.go.id/
untuk pelayanan angkutan penumpang saat ini terminal yang ada masih menjadi satu dengan terminal barang ( cargo), sementara jumlah
penumpang
kapal
semakin
meningkat
setiap
tahun,
sehingga perlu peningkatan prasarana terminal terpadu angku tan penumpang kapal dengan moda angkutan transportasi darat yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pelayanan yang memadai. Sedangkan Pelabuhan Tanjung Intan – Cilacap, merupakan outlet Jawa
Tengah
bagian
selatan
yang
dikembangkan
menjadi
pelabuhan utama sekunder. Selain sarana prasarana pelabuhan yang dimiliki cukup
memadai (5
buah
dermaga
serbaguna
termasuk dermaga untuk semen dan pupuk, jetty untuk kapal kecil,angkutan
laut
dan
terminal
ferry
untuk
penumpang,
karantina hewan hidup), beberapa hal yang mendukung untuk menarik
investasi
dalam
bidang
industri,
manufaktur
dan
pertanian yaitu : adanya pelabuhan alam, sarana transportasi yang baik (jalan raya, jalan kereta api), keamanan yang mantap, infrastruktur penunjang yang memadai, aktifitas dan pertumb uhan yang tinggi. Pertamina mempergunakan pelabuhan untuk impor minyak tanah dan ekspor hasil pengolahan sedangkan PT. Semen Nusantara membongkar batubara dan bahan baku untuk pabrik semen yang terdapat di hulu S. Donan. Untuk pelabuhan pelabuhan niaga lainnya yang berada di daerah pantura, seperti Pelabuhan Tegal, Juwana, Brebes, Rembang serta pelabuhan pelabuhan kecil lainnya selain dipergunakan untuk angkutan barang antar pulau
juga
sebagai persinggahan
kapal -kapal
nelayan. Hal ini memerlukan peningkatan fasilitas keselamatan pelayaran
berupa
sarana
Bantu
navigasi
pelayaran
dan
pengerukan alur pelayaran. Sedangkan untuk Pelabuhan Legon Bajak
di
Karimunjawa
masih
perlu
ditingkatkan
fasilitas
prasarananya.
http://www.bphn.go.id/
Bandar Udara Achmad Yani Semarang saat ini melay ani jalur penerbangan domestik, dengan panjang runway 1.850 x 45 m
diharapkan dapat ditingkatkan menjadi 2.250 x 45 sehingga
dapat didarati pesawat jenis B -737 penuh dan dapat melayani penerbangan dengan skala internasional. Hal ini perlu ditunjang dengan fasilitas sarana dan prasarana penunjang yang memadai, serta penambahan rute penerbangan. Bandar Udara Adisumarmo Surakarta saat ini melayani jalur penerbangan internasional, selain melayani penerbangan haji dengan fasilitas asrama haji Donohudan – dapat pula melakukan pemberangkatan TKI dan sejak awal
tahun 2000
dapat pula melakukan pelayanan
keimigrasian di bandara. Sedangkan
Bandar
Udara
Tunggul
Wulung Cilacap saat ini selain melayani air traffic – sedang dalam proses untuk pemulihan penerbangan ke mbali oleh PT. Merpati
Nusantara. Bandar Udara Dewadaru Karimunjawa – karena
subsidi dihentikan sejak Maret 1998, maka selain melayani air traffic juga melayani penerbangan charter. Tugas Pemerintahan di bidang Pos dan Telekomunikasi merupakan bagian terpisah dari tugas pengusahaan yang dikelola oleh PT. Pos Indonesia dan PT. Telekomunikasi Indonesia. Tugas pemerintah adalah pembinaan, dimana aspek pembinaan filateli diarahkan pada peran aktif masyarakat dalam penggunaan pelayanan jasa pos disamping penertiban frekuensi radio di daerah. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, kebijakan yang akan ditempuh adalah: (a) pengembangan Sistem Jaringan Transportasi melalui penataan simpul-simpul transportasi; (b) pengembangan terminal angkutan penumpang te rpadu di Tanjung Emas Semarang; (c) pembangunan jalan Tol dan Jalan Rel Semarang-Solo;
(d)
peningkatan
koordinasi
antar
asosiasi
pengguna jalan dengan Dinas/Instansi terkait; (e) penyeserasian
http://www.bphn.go.id/
jaringan jalan dari sentra produksi ke pasar; (f) penyeserasian moda
angkutan;
(g)
pengembangan
pariwisata;
(h)
pengembangan perekonomian antar wilayah, meningkatkan PAD; (i)
peningkatan
pembangunan transportasi; hukum
di
peran
dan (j)
swasta
pemeliharaan
peningkatan
sektor
dan
masyarakat
sarana
pengawasan
transportasi;
(k)
dan /
dalam
prasarana
pembe r-dayaan
peningkatan
keamanan,
keselamatan, dan ketertiban penyelenggara -an transportasi. Sasaran Transportasi,
yang yaitu
:
sebagai serangkaian
akan (a)
dicapai
terwujudnya
dalam
pembangunan
jaringan
simpul transportasi dan
transportasi
/
atau
ruang
kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga terbentuk
satu
kesatuan
sistem
jaringan
untuk
keperluan
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan. Jaringan Transportasi ini diwujudkan dengan menetapkan Rencana Um um Jaringan Transportasi; (b) terwujudnya pembangunan terminal penumpang terpadu di Tanjung Emas Semarang; (c) terpeliharanya jalan dan jembatan; (d) berkembangnya sistem angkutan umum massal; (e) meningkatnya sarana dan prasarana angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan, terutama dalam perbaikan mutu pelayanan dan
keseimbangan
supply
–
demand;
(f)
meningkatnya
pemeliharaan dan rehabilitasi Bandar udara, terutama dalam perbaikan
mutu
pelayanan
dan
fasilitas
keselamatan
penerbangan serta penambahan rute dan operator penerbangan; (g)
meningkatnya
laut/samudera,
pemeliharaan
terutama
dalam
dan
rehabilitasi
perbaikan
mutu
pelabuhan pelayanan,
fasilitas keselamatan pelayaran dan keseimbangan supply – demand; (h) berkembangnya pos dan telekomunikasi, terutama dengan adanya perbaikan mutu pelayanan dan keseimbangan supply - demand.
http://www.bphn.go.id/
Untuk
mencapai
sasaran
pembangunan
perhubungan
ditempuh program sebagai berikut : a. Pengembangan Perhubungan Darat. Kegiatannya meliputi : (1) Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat melalui; (a) Penyusunan Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan Jawa Tengah; (b) Penyusunan Data Angkutan Bus (AKAP dan AKDP), serta Angkutan Truk; (c)
Pengendalian
Simpul
Transportasi
(Terminal Bus dan Area Parkir Truk); Fasilitas
keselamatan
Lalu
Lintas
Angkutan
Jalan
(2) Pengembangan Jalan,
melalui;
(a)
Pengadaan Peralatan Komputer On Line untuk peningkatan Kinerja Jembatan Timbang dan Sistem Informasi Manajemen Angkutan;
(b)
Peningkatan
Alat
Pengujian
Kendaraan
Bermotor; (c) Pengadaan Kendaraan Operasional dan Mobil Derek; (d) Peningkatan Fasilitas Jembatan Timbang; (e) Relokasi Jembatan Timbang ;(f) Pengadaan Rambu, Marka dan Fasilitas Keselamatan Lalu Lintas Jalan; (g) Peningkatan koordinasi
antara
pengguna
jalan
dengan
dinas/instansi
terkait; (3) Pengendalian Angkutan Lebaran, Natal dan Tahun Baru. b. Pengembangan Perhubungan Laut. Kegiatannya meliputi : (1) Pengembangan Fasilitas pelabuhan laut; (2) Pengembangan Fasilitas Keselamatan Pelayaran dan keamanan perairan. c. Pengembangan Perhubungan Udara. Kegiatannya keselamatan
meliputi
:
penerbangan;
(1)
Pengembangan (2)
fasilitas
Penambahan
rute
penerbangan. d. Pengembangan Bidang Pos dan Telekomunikasi.
http://www.bphn.go.id/
Kegiatannya
meliputi:
(1)
Peningkatan
Pengendalian
Frekuensi. e. Penelitian dan Pengembangan Perhubungan. Kegiatannya meliputi : (1) Pengkajian sistem jaringan transportasi
di
perhubungan; transportasi
Jawa (b)
Tengah
:
Penyusunan
angkutan
air,
(a)
Penyusunan
rencana
Kereta
Api
umum dan
profil
jaringan
Udara;
(2)
Pengkajian manajemen dan rekayasa transportasi melalui : Perencanaan
kawasan
terpadu
prasarana
penumpang
angkutan penyeberangan, rel dan jalan di Semarang; (3) Pengembangan sistem angkutan umum masal jalan rel antar kota yang efisien, nyaman, aman dan terjangkau me lalui : Penyusunan perencanaan peningkatan fungsi jalur kereta api Semarang-Solo-batas DIY; (4) Pengkajian keselamatan transportasi melalui : Penyusunan kondisi dan unjuk kerja sarana Bantu navigasi pelayaran di Pantai Jawa Tengah Selatan; (5)
Penyusunan
perencanaan optimalisasi pengembangan dan pembangunan radio base station di Jawa Tengah.
2. Pengairan. Potensi
sumber
daya
air
di
Jawa
Tengah
sebanyak
65.733,75 juta m 3 yang termanfaatkan sebesar 25.282,16 juta m 3 (± 41,97 %) dan yang tidak termanfaa tkan sebanyak ± 38.143,21 juta m 3 (± 58,03 %) berupa banjir dan terbuang ke laut. Melihat potensi air tesebut, apalagi kalau diingat bahwa keberadaan air tidak
dijumpai
pada
sepanjang
tahun
dan
pada
setiap
tempat/lokasi, maka diperlukan suatu pengelolaan a ir dan sumber air yang terpadu dan berkelanjutan. Prasarana dan sarana
http://www.bphn.go.id/
pengairan yang dikelola sesuai kewenangan bidang pengairan adalah : (a) sungai 1.321 buah sepanjang ± 15.052,70 km dengan tanggul banjir sepanjang ± 1.129 km;
(b) waduk besar, waduk
alam, waduk kecil sebanyak 39 buah; (c) embung atau waduk lapangan sebanyak 172 buah; (d) bendung sebanyak 5.437 buah terdiri dari berbagai tipe; (e) jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan irigasi sebanyak 1.273 buah dan saluran irigasi induk/primer sepanjang 580,36 km, saluran sekunder sepanjang 475,76 km, saluran pembuang sepanjang 22,53 km; (f) prasarana penunjang pengelolaan pengairan
yang mendukung penyediaan
data sumber daya air meliputi jaringan stasiun hidroklimatologi dan fasilitas peralatan telekomunikasi. Bencana alam banjir dan tanah longsor dibeberapa daerah di Jawa Tengah akhir-akhir ini dirasakan cenderung meningkat, penyebab bencana tersebut bermula dari kondisi alam sendiri maupun karena aktivitas manusia, seperti berkurangnya lahan sebagai daerah resapan air dan menurunnya daya dukung lingkungan terhadap kelestarian fungsi dan manfaat sumber daya air akibat perilaku perusakan hutan di daerah hulu yang kurang terkendali, kurang terpeliharanya bangunan pengendali banjir dan alur sungai, pengendapan sedimen pada sungai, sistem jaringan drainase yang tidak berjalan baik, serta curah hujan yang melebihi batas normal, sehingga
mengakibatkan kerugian jiwa,
ekonomi, sosial dan lingkungan. Kondisi pengairan di Jawa Tengah cukup memprihatinkan akibat bencana alam tersebut dengan gambaran sebagai berikut : (a) kondisi tanggul sungai yang dadal dan limpas status sampai dengan 2 Pebruari 2001 terdapat di 185 lokasi; (b) jaringan irigasi pada 13 Kabupaten mengalami gangguan layanan irigasi di lahan sawah seluas ± 53.615 Ha.
http://www.bphn.go.id/
Untuk mengatasi permasalahan banjir, perlu beberapa alternatif pengendalian banjir yang dapat digunakan sebagai kebijakan pemerintah, yaitu pengendalian dengan bangunan (pembuatan bendungan), kolam penampungan, tanggul penahan banjir, saluran pengelak aliran banjir, pengerukan drainase, pengendalian banjir dengan pengaturan dan pengendalian banjir dengan
eksploitasi
dan
pemeliharaan
sungai
secara
rutin.
Mengingat hal tersebut, langkah yang perlu dilakukan adalah pertama,
dengan
meningkatkan
peran
serta
masyarakat/
penerima manfaat dalam pengelolaan air dan sumber -sumber air melalui swadaya sehingga secara bertahap dapat mengurangi beban
Pemerintah.
Kedua,
dengan
membentuk
Institusi
Pengelola yang diberi kewenangan mengelola air d an sumber air serta prasarana pengairan. Dalam pengelolaan sumber daya air permasalahan utama yang dihadapi adalah mengenai penebangan hutan yang tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan sehingga mengakibatkan menurunnya vegetasi hutan dan fungsi hidro logis serta erosi yang tinggi di daerah aliran sungai. Hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya aliran permukaan dan menurunnya air yang meresap ke dalam tanah, sehingga timbul bencana banjir maupun kekeringan. Dengan
berlakunya
otonomi
daerah
akan
berimplikasi
diserahkannya sebagian urusan jaringan irigasi pengairan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Propinsi hanya menangani
jaringan
Kabupaten/Kota, membutuhkan tanggung
irigasi
termasuk
kesepakatan
jawab
pengairan juga
pengelolaan
bersama
pengelolaannya
yang
sifatnya air
mengenai
yang
lintas
baku
yang
kriteria
dan
mencakup
kegiatan
pembangunan, perbaikan, operasi dan pemeliharaan waduk,
http://www.bphn.go.id/
embung dan jaringan air baku untuk keperluan penyediaan air baku bagi industri, permukiman dan perkota an. Untuk terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat memberikan manfaat bagi kepentingan di segala bidang kehidupan dan penghidupan, maka penanganannya didasarkan atas Satuan Wilayah Sungai (SWS) dengan keterpaduan semua pihak terkait. Dalam melaksanakan penanganan jaringan irigasi secara menyeluruh perlu adanya pendefinisian kembali peran dan tugas-tugas Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota, sebagai pedoman bagi Pemerintah dalam menyiapkan sumber daya manusia, dana dan kelembagaann ya. Keberhasilan pengelolaan yang berkelanjutan memerlukan dukungan semua pihak. Dalam pemberdayaan kelembagaan pengelolaan sumber daya air dilakukan melalui pendekatan peran serta
semua
pihak
yang
terkait
termasuk
pengguna
air
merupakan salah satu prasyarat dalam upaya menciptakan iklim keterpaduan,
kebersamaan,
sumber daya
air.
mengkoordinasi
Dalam
keterbukaan hal
ini
dalam
diperlukan
kegiatan-kegiatan
yang
pengelolaan
lembaga
berkaitan
yang
dengan
pengelolaan sumber daya air, seperti Panitia Tata Penga turan Air Propinsi dan Panitia Pelaksana
Tata Pengaturan Air pada
Wilayah Sungai. Dalam rangka terwujudnya pendayagunaan sumber daya air secara optimal, maka kebijakan pembangunan pengairan mencakup:
(a)
peningkatan
upaya
pengembangan
dan
konservasi sumber daya air guna mendukung pertumbuhan ekonomi
wilayah;
(b)
perlindungan
kawasan
strategis
dan
sumber-sumber produksi pertanian dari bahaya bencana banjir; (c) peningkatan pelayanan jaringan irigasi dan tata air dalam rangka
mendukung
sektor
pertanian
dalam
arti
luas
dan
http://www.bphn.go.id/
mendorong
industri
yang
menggunakan
bahan
baku
lokal
(resourced based) dan ekspor. Adapun sasaran pembangunan pengairan, meliputi: (a) tersedianya data hidrologis dan data kualitas air; (b) tersedianya air baku ; (c) berfungsinya banguna n pengairan dan terjaganya areal sawah/ permukiman/sarana ekonomi dari bencana banjir; (d)
teratasinya
konflik
antar
kepentingan
dan
optimalnya
pembangunan
pengairan
pengelolaan sumber daya air. Untuk
mencapai
sasaran
ditempuh program sebagai berikut : a. Pengembangan Dan Konservasi Sumber Air Kegiatan pengembangan data dasar perencanaan meliputi pengumpulan dan analisa data hidrologi, pemasangan penakar hujan type OBS, rehabilitasi pos hidrologi, pembangunan Pos Duga Air Biasa (PDAB), analisa kualitas a ir dan analisa potensi sumber air Daerah Pengaliran Sungai (DPS). b. Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku Kegiatan pengembangan air tanah meliputi pembuatan sumur dangkal. c. Pengelolaan Sungai, Danau dan Sumber Air Lainnya Kegiatan perbaikan sungai, muara, danau dan pantai meliputi pengamanan pantai, perkuatan tebing, pembuatan tanggul, normalisasi alur, pembuatan chek dam, perbaikan tanggul, pengerukan muara, rehabilitasi waduk dan pengadaan alat berat. d. Pengembangan Pengelolaan Jaringan Irigasi Kegiatannya mencakup : (1) Penelitian dan pengendalian operasi
dan
pemeliharaan
pengairan
meliputi
studi
http://www.bphn.go.id/
peningkatan efisiensi pengoperasian Waduk Kedung Ombo dalam pengendalian banjir dan kekeringan, pengembangan sistem
informasi
pengelolaan
sumber
daya
air
y ang
berkelanjutan, studi pengembangan sumber daya air Daerah Pengaliran
Sungai
Pemali, pengkajian kinerja
saluran
drainase Daerah Irigasi. Colo Timur, kaji ulang pedoman O & P Waduk Cengklik, kajian pengelolaan sumber daya air Kali Gelis, dan pengkajian operasi Bendung Klambu dan saluran induk Klambu kanan; (2) Penanggulangan dan perbaikan jaringan
irigasi
kerusakan
akibat
jaringan
bencana
irigasi
alam
akibat
meliputi
bencana
perbaikan
alam,
dengan
melakukan perbaikan bendung, bangunan air, saluran ir igasi dan penyediaan bahan banjiran (karung plastik dan kawat bronjong); (3) Operasi dan pemeliharaan pengairan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air meliputi pemeliharaan waduk, pemeliharaan
bendung,
pemeliharaan
bangunan
air,
pemeliharaan saluran dan pemeliharaan sungai; (4) Perbaikan dan peningkatan pengairan meliputi desain jaringan irigasi, rehabilitasi jaringan irigasi, rehabilitasi bendung, pembuatan ground sill dan pembuatan talang; (5) Normalisasi saluran irigasi tambak meliputi perbaikan dan normalisa si saluran irigasi
tambak
untuk
areal
tambak;
(6)
Pemberdayaan
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dalam Pengelolaan Irigasi meliputi operasionalisasi kelompok kerja Pembaharuan Kebijakan
Pengelolaan
Irigasi
(PKPI)
Tingkat
Propinsi,
operasionalisasi Tim Pemberdayaan Tingkat Kabupaten dan implementasi PKPI.
http://www.bphn.go.id/
G. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Para perumus kebijakan dan strategi pembangunan menyadari bahwa peranan
Iptek
dalam
pembangunan
sangat
besar.
Dalam
proses
pembangunan, perhatian penting adalah pada tingkat daya serap dan daya terap perkembangan Iptek sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat (teknologi tepat guna). Oleh karena itu dalam pembangunan Iptek dituntut adanya kemampuan memilih Iptek secara tepat dan merupakan usaha yang sistematis untuk percepatan laju pembangunan. Permasalahan pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi antara lain kegiatan penelitian dan pengembangan serta rekayasa teknologis belum sepenuhnya dirancang secara sistematis untuk mendukung pembangunan. Hasil-hasil
penelitian
dan
kebutuhan
pengguna
belum
sinergis.
Pengembangan dan rekayasa teknologi belum terkoordinasikan dalam satu kesatuan sistem. Disamping itu data dan informasi, iklim yang mendorong kegiatan penelitian, sarana dan prasarana, dan SDM peneliti belum memadai. Untuk mengatasi hal-hal tersebut ditempuh kebijakan : (a) perumusan kebijakan
strategis
iptek
terpadu
(b)
peningkatan
peran
penelitian,
pengembangan dan rekayasa yang antisipatif dan responsif terhadap kepentingan pengguna; (c) meningkatkan kemampuan jaringan penelitian sebagai
wadah keterpaduan diantara lembaga penelitian di daerah dan
pusat; (d) fasilitasi kepada masyarakat dalam memperoleh perlindungan hukum berupa Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Sasaran yang ingin dicapai adalah : (a) tersusunnya kebijakan strategis iptek terpadu; (b) terwujudnya hasil-hasil penelitian yang responsif terhadap pengguna baik bagi penyelenggaraan pemerintahan, maupun kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat; (c) optimalnya pemberdayaan jaringan
penelitian
antar
lembaga
penelitian
dan
masyarakat;
(d)
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlindungan atas hukum produk penelitian dan inovasi dalam menghadapi persaingan global.
http://www.bphn.go.id/
Untuk mencapai sasaran tersebut dilakukan melalui program sebagai berikut : 1. Pengembangan Sumberdaya Iptek . Kegiatannya meliputi : (a) Penyusunan kebijakan ilmu pengetahuan dan teknologi secara terpadu; (b) Penelitian untuk masukan penyusunan kebijakan pembangunan, yakni: (1) studi dalam rangka peningkatan PADS; (2) Penelitian masalah sosial ; (3) Penelitian pengembangan sistem penjamin sosial/kesehatan bagi masyarakat miskin; (4) Penelitian efektivitas kinerja organisasi Pemerintah Daerah; (c) Peningkatan kualitas sumberdaya
manusia
peneliti
melalui
kursus
dan
pelatihan;
(d)
Pemberdayaan lembaga penelitian melalui forum jaringan penelitian. 2. Penelitian dan Pengembangan. Kegiatannya adalah fasilitasi pemanfaatan hasil-hasil penelitian pada masyarakat dengan teknologi tepat guna. 3. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Iptek. Kegiatannnya meliputi : (a) Koordinasi pemutahiran data Iptek; (b) Fasilitasi antar lembaga penghasil data dan informasi. 4. Fasilitasi Perlindungan Hukum HAKI. Kegiatannya
adalah
memfasilitasi
penemu
teknologi
dan
masyarakat untuk memperoleh perlindungan hukum berupa Hak Atas Kekayaan Intelektual.
http://www.bphn.go.id/
BAB VI PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN KETAHANAN BUDAYA
A. Kependudukan dan Ketenagakerjaan. 1. Kependudukan. Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2000 (SP-2000), jumlah penduduk di Jawa Tengah sebanyak 30.856.825 jiwa (7.842.634 Rumah Tangga), yang terdiri dari penduduk laki-laki 49,67 % dan perempuan 50,33 % dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) 98,68. Laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,82 % dalam periode 1990-2000, dengan kepadatan 948 orang per Km2. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kabupaten Brebes yaitu sebanyak 1.695.163 jiwa (5,49 %) dengan kepadatan 1.023 orang per Km2 dan terkecil di Kota Magelang sebanyak 116.000 jiwa (0,38 %) dengan kepadatan 6.402 orang per Km2. Laju pertumbuhan tertinggi di Kota Salatiga
yaitu sebesar 4,54 %. Disamping itu terdapat 2 (dua)
Daerah dengan laju pertumbuhan negatip yaitu Kota Magelang (- 0,62 %) dan Kota Surakarta (- 0,32 %). Berdasarkan pendataan keluarga sejahtera oleh BKKBN Propinsi Jawa Tengah tahun 2000, dari jumlah keluarga yang di data sebanyak 7.753.433 KK, terdapat Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) sebanyak 3.123.253 KK (40,28 %), jumlah terbanyak di Kabupaten Grobogan (70,79 %) dan terkecil di Kota Magelang (5,47 %). Jumlah Keluarga Sejahtera-I (KS-I) sebanyak 1.609.468 KK (20,76 %),jumlah terbanyak di Kota Pekalongan (33,60 %) dan terkecil di Kabupaten Rembang (8,56 %). Adapun Keluarga Sejahtera-II (KS-II), KS-III dan KS-III Plus berturut-turut
http://www.bphn.go.id/
tercatat sebanyak 1.605.631 KK (20,71 %), 1.137.194 KK (14,67 %) dan 277.887 KK (3,58 %). Berkaitan dengan KB, tercatat jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 5.655.349 yang terdiri dari PUS berusia 20 tahun ke bawah, sebanyak 165.297 2,92 %), PUS
berusia
20—30 tahun sebanyak
1.955.314 (34,58 %) dan selebihnya berusia 30 tahun ke atas sebanyak 3.534.738 (62,50 %). Dari jumlah total PUS tersebut sebanyak 4.283.727 (75,75 %) merupakan
Peserta
KB
Aktif dan selebihnya sebanyak
1.371.622 (24,25 %) adalah PUS bukan peserta KB. Partisipasi masyarakat dalam ber KB dipengaruhi oleh efektivitas pemakaian alat kontrasepsi dengan tingkat perlindungan waktu yang lama, seperti Intra Uterine Device (IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim), Methode kontrasepsi
Operasi (MO)
bawah
kulit) yang
Jangka Panjang (MKJP). Dari
dan
Implant
biasa
(Susuk KB atau alat
disebut Methode Kontrasepsi
jumlah total Peserta KB Aktif yang
menggunakan MKJP sebanyak 1.595.338 (37,24 %), sedangkan yang Non MKJP sebanyak 2.688.389 (62,76%). Peserta KB Aktif yang memperoleh pelayanan dengan cara membayar sendiri (Peserta KB Mandiri) tercatat sebanyak 2.289.567 (53,45 %), selebihnya sebanyak 1.994.160 (46,55 %) adalah peserta KB yang didukung dari dana pemerintah atau lembaga lain. Peserta KB wanita tercatat sebesar 96,31% sedangkan untuk pria relatif rendah yaitu sebesar 3,69 %. Rendahnya peserta KB pria antara lain dikarenakan pengetahuan dan pemahaman pria tentang jenis alat kontrasepsi pria, efek samping, efektivitas dan cara penggunaan, tempat mendapatkan pelayanan dan manfaat relatif masih rendah dan sebagian besar sikap suami berpendapat bahwa program KB hanya untuk perempuan saja. PUS yang sedang hamil yang merupakan sasaran prioritas penggarapan untuk menjadi peserta KB Baru sebanyak 214.739 (15,66 %) dari total PUS bukan peserta KB. Sedangkan PUS Unmetneed (tidak
http://www.bphn.go.id/
terlayani KB) sebanyak 771.435 (56,24 %) dari PUS tidak ber-KB atau sebanyak 13,64 % dari total PUS. Sehubungan
dengan
hal
di
atas,
maka
permasalahan
kependudukan mencakup pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas dan menyerasikan distribusi dan komposisi penduduk. Oleh karena itu kebijakan pembangunan
kependudukan diarahkan : (1) meningkatkan
kualitas dan perluasan cakupan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi bagi kelompok remaja, pria dan usia pasca reproduksi; (2) meningkatkan kualitas penyelenggaraan jaminan pelayanan kontrasepsi bagi keluarga miskin
(Keluarga
Pra
Sejahtera
dan
Keluarga
Sejahtera-I);
(3)
meningkatkan kualitas keluarga melalui peningkatan peran masyarakat dan sektor swasta secara mandiri; (4) meningkatkan program advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) serta pembinaan institusi masyarakat; (5) meningkatkan kualitas ketahanan keluarga melalui Bina Keluarga Balita (BKB), remaja, lansia dan keluarga rentan; serta
(6)
meningkatkan keikutsertaan kaum pria dalam ber-KB. Sasaran yang akan dicapai adalah : (1) menurunnya Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR); (2) meningkatnya jaminan dan pelayanan program KB dan kesehatan reproduksi; (3) menurunnya persentase peserta KB yang tidak terlayani KB (Unmet Need); (4) meningkatnya partisipasi peserta KB mandiri dan peserta KB Pria; (5) meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pemakaian alat kontrasepsi efektif; (6) meningkatnya usia kawin pertama; (7) menurunnya jumlah Keluarga Pra Keluarga Sejahtera (Pra KS) dan Keluarga Sejahtera-I (KSI); (8) terselenggaranya tertib administrasi kependudukan. Untuk mencapai sasaran tersebut ditempuh program sebagai berikut : a. Pemberdayaan Keluarga.
http://www.bphn.go.id/
Kegiatannya meliputi : (1) Pemberdayaan ekonomi keluarga Pra KS dan KS-I ; (2) Pembinaan kelompok bina keluarga sejahtera ; dan (3) Pembinaan dan peningkatan ketahanan keluarga. b. Pengembangan dan Keserasian Kebijaksanaan Kependudukan. Kegiatannya
adalah
dalam
rangka
pengelolaan
pelaksanaan
administrasi kependudukan meliputi : (1) Pendataan, pengolahan dan analisis hasil pendataan keluarga ; dan (2) Pengelolaan administrasi kependudukan berupa: (a) Fasilitasi pengolahan data manual tingkat desa/kelurahan; dan (b) Pelaporan dan penyampaian informasi data kependudukan kepada publik yang cepat dan akurat. c. Keluarga Berencana. Kegiatannya meliputi : (1) Peningkatan jaminan dan perlindungan pelayanan KB ; dan (2) Peningkatan partisipasi pria dalam ber-KB. d. Kesehatan Reproduksi Remaja. Kegiatannya meliputi : (1) Promosi untuk pendewasaan usia kawin pertama bagi remaja ; (2) Menyelenggarakan forum komunikasi, edukasi dan advokasi untuk peningkatan pemahaman masyarakat, keluarga dan remaja terhadap kesehatan reproduksi remaja. e. Penguatan Kelembagaan dan Jaringan KB. Kegiatannya meliputi : (1) Peningkatan cakupan mutu pelayanan KB dan kesehatan reproduksi ; dan (2) Peningkatan kemandirian lembaga pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berbasis masyarakat. 2. Ketenagakerjaan. Berdasarkan Susenas 2000, jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 14.491.222 orang, terdiri dari laki-laki 59,62 % dan perempuan 40,38 %. Dilihat dari lapangan pekerjaan, sektor pertanian masih menanggung
beban
yang
tinggi
yaitu
tercatat
42,34
%,
sektor
perdagangan 20,91 %, industri pengolahan 15,71 %, dan jasa 10,98 %,
http://www.bphn.go.id/
selebihnya bekerja di sektor konstruksi, listrik, gas dan air, pertambangan dan penggalian, angkutan, komunikasi dan keuangan. Pada umumnya tingkat pendidikan tenaga kerja (penduduk usia kerja) relatif rendah, yaitu tamat SD ke bawah 71,63 %, SLTP 14,32 %, SLTA 11,52 % dan Perguruan Tinggi 2,53 %. Rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan tenaga kerja berakibat lemahnya daya saing untuk memasuki pasar kerja, terutama di luar negeri. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tercatat sebesar 4,22 %, (laki-laki 2,53 % dan perempuan 1,69 %) atau sebanyak 637.900 orang. Dilihat dari kelompok umur, untuk umur 10-14 tahun sebanyak 16.084 orang (2,52 %), 15-19 tahun 187.260 orang (29,36 %), 20-24 tahun 243.393 orang (38,15 %), 25–29 tahun 108.516 orang (17,01 %), 30–59 tahun 78.508 orang (12,31 %), dan di atas 60 tahun 4.139 orang (0,65 %). Struktur tingkat pendidikannya, adalah SD ke bawah sebesar 32,96 %, SLTP 21,64 %, SLTA 35,46 % dan Perguruan Tinggi 9,94 %. Adapun jumlah setengah penganggur (bekerja kurang dari 35 jam per minggu) sebanyak 5.294.803 orang (36,54 %) dari jumlah penduduk yang bekerja, dengan proporsi laki-laki 48,17 % dan perempuan 51,83 %. Dengan demikian, permasalahan mendasar pada pembangunan ketenagakerjaan, antara lain masih banyaknya jumlah penganggur dan setengah penganggur, relatif rendahnya kualitas dan produktivitas, rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja, pelatihan kerja yang belum memenuhi
kebutuhan pasar dengan standar kualitas yang memadai,
kesejahteraan tenaga kerja relatif rendah, belum seimbangnya antara Upah Minimum Regional (UMR) dengan Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) yang pada tahun 2000 baru mencapai 78,47% dan hubungan industrial yang belum sepenuhnya berjalan harmonis. Selain itu, masih banyaknya TKI illegal mengindikasikan masih lemahnya pemahaman dan kesadaran pekerja serta perusahaan pengirim dan pengguna jasa pekerja terhadap ketentuan dan peraturan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri.
http://www.bphn.go.id/
Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan ditempuh melalui penyelenggaraan transmigrasi. Selama ini melalui penyelenggaraan transmigrasi telah banyak memberikan kontribusi dalam rangka pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kondisi Jawa Tengah yang mendukung penyelenggaraan transmigrasi antara lain : (1) Banyaknya pengungsi sebagai akibat krisis sosial dari berbagai propinsi di luar Jawa yang mencapai 3.143 KK (Keadaan Bulan Juli 2001); (2) Banyaknya Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) dan Keluarga Sejahtera I (KS-I) merupakan sasaran potensial penyelenggaraan transmigrasi; (3) Penduduk yang telah mendaftarkan diri dan berminat sebagai calon transmigran sebanyak 4.256 KK, pada umumnya tidak mampu sebagai Transmigran Swakarsa Mandiri (TSM) dan memilih penempatan di Kawasan Barat Indonesia; (4) Terjadinya bencana alam di beberapa kabupaten/kota yang salah satu penanganannya dilakukan melalui resettlement (pemukiman kembali). Sehubungan dengan hal tersebut, maka permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan transmigrasi antara lain banyaknya pengungsi (sebagian besar para transmigran yang kembali akibat kerusuhan) yang berada di Jawa Tengah dan masih menginginkan untuk bertransmigrasi, kemampuan ekonomi para calon Transmigran Swakarsa Mandiri (TSM) relatif lemah, terbatasnya lokasi penempatan transmigran di luar Jawa dan sebagian besar calon transmigran berminat di lokasi Kawasan Barat Indonesia. Kebijakan pembangunan ketenagakerjaan diarahkan untuk (a) memperluas dan menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi jumlah penganggur dan setengah penganggur yang berbasis pada potensi lokal; (b) memberdayakan dan meningkatkan kualitas, produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja baik di perkotaan maupun di perdesaan; (c) menyempurnakan prosedur dan tata cara pengiriman dan penempatan TKI ke luar negeri serta peningkatan Informasi Pasar Kerja (IPK); (d) mengembangkan sistim jaminan sosial tenaga kerja dalam rangka
http://www.bphn.go.id/
perlindungan, keamanan dan keselamatan kerja dengan melibatkan unsur perusahaan, pekerja dan pemerintah; (e) perlindungan tenaga kerja, termasuk di dalamnya pekerja anak, penyandang cacat dan pekerja wanita sesuai dengan kondisi dan kemampuannya; (f) meningkatkan kualitas pelaksanaan dan pelayanan program transmigrasi melalui peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), partisipasi aktif masyarakat dalam penyelenggaraan transmigrasi dan menjalin hubungan kerjasama yang harmonis antara Pemda daerah asal dengan daerah penempatan. Sasaran yang akan dicapai adalah : (a) menurunnya jumlah penganggur dan setengah penganggur melalui perluasan kesempatan kerja dan berusaha; (b) meningkatnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja; (c) meningkatnya hubungan industrial yang harmonis, kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja; (d) tersusunnya perencanaan tenaga kerja daerah;
(e)
tersedianya
sistem
informasi
ketenagakerjaan
dan
ketransmigrasian (f); meningkatnya kualitas pelayanan transmigrasi; dan (g) meningkatnya minat masyarakat untuk bertransmigrasi. Untuk mencapai sasaran tersebut ditempuh program sebagai berikut : a. Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Kegiatannya meliputi : (1) Peningkatan kesempatan kerja dan berusaha melalui: (a) Pembinaan dan pengembangan usaha mandiri, sektor informal dan ekonomi produktif, (b) Pembinaan dan pengembangan kesempatan kerja dan berusaha bagi penyandang cacat, dan (c) Fasilitasi, penyiapan, pembekalan, penyaluran dan penempatan tenaga kerja ke luar negeri, (d) Perintisan kerjasama ketenagakerjaan antar propinsi dan luar negeri; (2) Survey Angkatan Kerja Daerah (SAKERDA) dan Penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Daerah (PTKD); (3) Penyusunan dan pengembangan sistem informasi ketenagakerjaan dan ketransmigrasian; (4) Pengembangan bursa kerja terpadu; (5) Penyiapan, pengerahan, penempatan dan pemberdayaan
http://www.bphn.go.id/
transmigrasi dan pemukiman kembali (Resettlement); (6) Perintisan dan pengembangan kerjasama program transmigrasi meliputi: (a) Perintisan kerjasama program transmigrasi dengan propinsi lain, (b) Pengembangan kerjasama program transmigrasi dengan Propinsi Kalimantan Tengah, Jambi, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan, dan (c) Pemukiman kembali (Resettlement) di Kabupaten Cilacap, Temanggung, Jepara, Wonogiri, Pati, Purworejo, Batang, Tegal, Pemalang, Brebes dan Kebumen; serta (8) Identifikasi potensi dan minat para pengungsi (Eksodan) untuk bertransmigrasi dan potensi calon lokasi transmigran. b. Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja. Kegiatannya meliputi : (1) Pelatihan calon tenaga kerja dan pekerja; (2) Pemagangan; (3) Optimalisasi pemanfaatan lembaga pelatihan, pemasyarakatan kegiatan pelatihan dan pengembangan kegiatan pelatihan termasuk kerjasama dengan lembaga pendidikan formal, swasta,
BUMN,
Jamsostek
dan
LSM;
(4)
Peningkatan
dan
pemasyarakatan produktivitas tenaga kerja; (5) Akreditasi, sertifikasi, kompetensi dan uji ketrampilan; dan (6) Pelatihan calon transmigran dan transmigran di lokasi pemukiman kembali (Resettlement). c. Perlindungan dan Pengembangan Hubungan Industrial. Kegiatannya meliputi : (1) Perlindungan, pengem-bangan hubungan industrial dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja melalui : (a) Pemasyarakatan dan pembudayaan perlindungan dan hubungan industrial tenaga kerja, (b) Peningkatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), (c) Peningkatan kesejahteraan pekerja, (d) Penetapan dan pengawasan pelaksanaan upah minimum, (e) Penanggulangan pekerja anak, perlindungan tenaga kerja wanita dan penyandang cacat, (f) Regulasi tentang perlindungan dan penempatan TKI, pengesahan peraturan perusahaan dan pendaftaran Kesepakatan Kerja Bersama (KKB), penyempurnaan Perda tentang Wajib Latih Tenaga Kerja
http://www.bphn.go.id/
Perusahaan (WLTKP) dan Iuran Wajib Latih Tenaga Kerja Perusahaan (IWLTKP), Pengawasan norma K3; (2) Pemberdayaan organisasi pekerja dan lembaga ketenagakerjaan; dan (3) Study kelayakan dampak sosial terhadap lingkungan industri.
B. Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda Dan Olahraga. 1. Pendidikan. Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pendidikan antara lain : (a) belum meratanya kesempatan memperoleh pendidikan; (b) kualitas dan relevansi pendidikan belum sesuai; (c) manajemen dan kemandirian masih lemah; da n (d) kurangnya peran masyarakat dan sekolah. Kenyataan demikian menimbulkan pemikiran dan bahkan keyakinan, bahwa sektor pendidikan harus mendapat perhatian tersendiri dalam pembangunan suatu daerah. Hal ini dapat disadari bahwa hanya melalui pendidik anlah tingkat kecerdasan rakyat
dapat
meningkatkan
ditingkatkan kemampuan
yang dan
pada
gilirannya
produktivitas
pada
dapat tingkat
individu, keluarga, masyarakat dan daerah. Sesuai data tahun 2000, kurangnya pemerataan ditandai oleh Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk tingkat Sekolah Dasar yang mencapai 106,76 % sedangkan Angka Transisi (AT) sebesar 74,31 % dan angka Drop Out (DO) sebanyak 10.978 murid. Pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama APK mencapai 79,94 % sementara AT sebesar 62,09% dan DO sebanyak 11.129 murid.
Pada tingkat Sekolah Menengah APK sebesar 38,72 %
dan tingkat DO sebanyak 10.187 murid, dan tingkat melanjutkan ke Perguruan Tinggi relatif masih rendah, karena berbagai faktor
http://www.bphn.go.id/
diantaranya rendahnya kondisi ekonomi keluarga, kesa daran keluarga, dan terbatasnya daya tampung Perguruan Tinggi. Disamping
itu,
jumlah
pekerja
anak
semakin
marak,
mencapai 21.711 anak, karena diantaranya kondisi ekonomi keluarga yang tidak mampu sehingga anak dipandang lebih menguntungkan difungsikan sebagai tenaga kerja. Phenomena pekerja anak berarti perihal hilangnya kesempatan anak untuk berinteraksi
dan
bersosialisasi
dengan
sesamanya
(seusia)
dalam lingkungan edukatif, yang berimplikasi pada buruknya pembentukan dan perkembangan intelektual, emo si maupun kepribadiannya. Pada sisi lain, penyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan terbatasnya penyediaan sarana, prasarana dan fasilitas, serta belum
adanya
ukuran/
standar
pelayanan
minim al
penyelenggaraan PLS. Masalah
kualitas
dan
relevansi
pendidikan
sangat
berkaitan dengan efektivitas penyelenggaraan proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena terbatasnya penyediaan sarana dan prasarana, rendahnya kualitas tenaga kependidikan , metode mengajar
dan
kurikulum yang belum sesuai dengan
kebutuhan pembangunan. dan
fasilitas
lainnya
Penyediaan prasarana fisik gedung,
seperti
penyediaan
buku
pokok
dan
penunjang, alat peraga dan alat penunjang pendidikan lainnya dirasakan kurang memadai. Sedangkan kualitas tenaga kependidikan saat ini dirasakan masih
relatif
rendah,
kualifikasi/standar
tampak
kelayakan
pada
mengajar
belum di
terpenuhinya
semua
jenis
dan
jenjang sekolah. Hal ini ditandai oleh presentase kelayakan guru
http://www.bphn.go.id/
mengajar pada SD/MI baru mencapai 41,43 %; SLTP/ MTs 47,23 % dan SMU/ SMK/ MA 84,31 %. Kebijakan pembangunan pendidikan adalah : (a) perluasan dan
pemerataan
bermutu;
(b)
kesempatan peningkatan
memperoleh
pendidikan
yang
kemampuan
akademik
dan
profesionalitas serta kesejahteraan tenaga kependidikan; (c) pemberdayaan lembaga pendidikan baik formal maupun informal di dalam pembentukan dan pengembangan nilai, sikap dan kemampuan
serta
meningkatkan
masyarakat
dalam
pendidikan;
pelayanan untuk
partisipasi (d)
keluarga
peningkatan
dan
k ualitas
lembaga pendidikan masyarakat maupun pemerintah
mencapai
pendidikan;
(e)
efektivitas
dan
efisiensi
penetapan
standarisasi
penyelenggaraan pelayanan
bidang
pendidikan untuk mencegah terjadinya kesenjangan kualitas layanan antar Daerah; (f) pengembangan kualitas SDM sedini mungkin secara terarah, terpadu dan keberlanjutan. Sasaran
pembangunan
meningkatnya
pemerataan
meningkatnya
kualitas
meningkatnya
manajemen
meningkatnya
peran
pendidikan pelayanan
dan
meliputi
(b)
pendidikan;
(c)
kemandirian;
masyarakat
(a)
pendidikan;
relevansi dan
:
dalam
dan
(d)
pembangunan
pendidikan. Untuk
mencapai
sasaran
tersebut
ditempuh
program
sebagai berikut : a. Pendidikan Dasar dan Prasekolah. Kegiatannya Pendidikan
meliputi :
(a)
:
(1)
Peningkatan
Peningkatan
Pemerataan
sarana
pra
pendidikan dasar dan pra sekolah, serta
dan
sarana
pendidikan
luar
biasa; (b) Peningkatan mutu sekolah swasta dan pendidikan luar biasa; (c) Penerapan alternatif layanan pendidikan bagi
http://www.bphn.go.id/
masyarakat kurang mampu; (d) Revitalisasi dan regrouping; (e) Pemberian bea siswa pada siswa berprestasi khususnya berasal
dari
kemudahan,
keluarga bantuan
kurang
lembaga
mampu; penitipan
(f)
Pemberian
anak,
kelompok
bermain, dan Taman Kanak-kanak, serta pendidikan luar biasa; (g) Peningkatan Pelayanan Pendidikan Luar biasa; (2) Peningkatan
Kualitas
Pendidikan:
(a)
Peningkatan
profesionalisme dan kesejahteraan tenaga kependidikan, serta Wiyata Bhakti; (b) Penyusunan kurikulum muatan lokal yang berbasis kompetensi dasar dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat;
(c)
Penyediaan
dan
perawatan
sarana
prasarana pendidikan; (d) Penyusunan standar
dan
pelayanan
minimum pendidikan dasar dan pra sekolah; (e) Peningkatan efisiensi dan efektivitas proses kegiatan belajar mengajar; (f) Peningkatan kualitas siswa; (g) Pengembangan pendidikan budi pekerti; (h) Peningkatan kerja sama antar lembaga pendidikan; (3) Penataan Sistem dan Kelembagaan melalui : (a)
Melaksanakan
berbasis
sekolah
desentralisasi sesuai
pendidikan,
dengan
kond isi
manajemen aspirasi
dan
kemampuan daerah; (b) Meningkatkan partisipasi masyarakat; (c) Mengembangkan sistem sehat
antar
insentif
dan
kompetitif
yang
lembaga; (d) Pengembangan sistem akreditasi
untuk negeri dan swasta; (e) Peningkatan Sistem Informasi Manajemen (SIM) kependidikan dasar dan pra sekolah. b. Pendidikan Menengah. Kegiatannya Pendidikan pendidikan
meliputi :
(a)
:
(1)
Peningkatan
menengah
Peningkatan sarana
dan
Pemerataan pra
sarana
serta pendidikan luar biasa; (b)
Peningkatan mutu sekolah swasta dan pendidikan luar biasa; (c) Penerapan alternatif layanan pendidikan bagi masyarakat
http://www.bphn.go.id/
kurang
mampu;
(d)
Pemberian
bea
siswa
pada
siswa
berprestasi khususnya berasal dari keluarga kurang mampu; (2)
Peningkatan
Kualitas
Pendidikan
:
(a)
Peningkat an
profesionalisme dan kesejahteraan tenaga kependidikan, serta Wiyata Bhakti; (b) Peningkatan kemampuan penguasaan ilmu dasar; (c) Peningkatan
standar mutu pelayanan pendidikan;
(d) Pengembangan kurikulum daerah; (e) Kerja sama dengan dunia
usaha
dan
industri;
(f)
Peningkatan
kemampuan
penyusunan karya ilmiah; (g) Pengembangan pendidikan budi pekerti;
(h)
Peningakatan
kerja
sama
antar
lembaga
pendidikan; (i) Perintisan sekolah unggulan; (3) Peningkatan Kualitas Manajemen melalui : (a) Pelaksanaan desentr alisasi (Komite
Sekolah
yang
mmengimplementasikan,
ikut
berperan
meng-evaluasi
merencanakan, penyelenggaraan
pendidikan, Dewan Sekolah); (b) Meningkatkan kemandirian dengan manajemen berbasis sekolah; (c) Mengembangkan sistem
akreditasi
untuk
negeri
dan
swasta;
(d)
Mengembangkan sistem insentif dan kompetisi yang sehat; (e) Peningkatan Sistem Informasi Manajemen (SIM) kependidikan menengah. c. Pendidikan Tinggi. Kegiatannya meliputi : (a) Peningkatan koordinasi penelitian pendidikan
dan
pengabdian
masyarakat;
(b)
Fasilitasi
penyelenggaraan pendidikan tinggi; (c) Peningkatan kerjasama antar
lembaga
pendidikan
tinggi;
(d)
Pendampingan
pengawasan penyelenggaraan pendidikan tinggi. d. Pendidikan Luar Sekolah . Kegiatannya meliputi : (a) Mempercepat penuntasa n wajar dikdas 9 tahun dan Pemberantasan Buta Aksara Fungsional (PBAF)
melalui
program
keaksaraan
fungsional
(PAF),
http://www.bphn.go.id/
pembentukan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan kelompok belajar (Kejar) Paket A , B dan C; (b) standar
pelayanan
minimal
pendidikan
luar
Menyusun
sekolah;
(c)
Meningkatkan ketrampilan dan kemampuan kewirausahaan; (d) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan luar sekolah secara bertahap; (e) Mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan melalui pola kemitraan dengan dunia usaha
dan
industri;
(f)
Meningkatkan
kualitas
tenaga
kependidikan luar sekolah;
2. Kebudayaan. Membangun kebudayaan mempunyai fungsi, yakni untuk tetap mempertahankan
dan
melestarikan
secara
dinamis.
Namun
permasalahan yang dihadapi adalah pera n institusi akademis belum optimal memberikan kontribusi dalam mengangkat derajat berkesenian dan apresiasi karya seni sebagai salah satu unsur budaya. Permasalahan di bidang kebahasaan adalah belum dipahaminya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan ben ar, rendahnya
rasa
kebanggaan
terhadap
penggunaan
Bahasa
Indonesia. Selain
itu
perhatian
dan
dukungan
pemerintah
dan
masyarakat terhadap perkembangan sastra daerah masih kurang, termasuk penghargaan terhadap karya sastra dan sastrawan. Terbatasnya jangkauan layanan perpustakaan menjadi masalah pula dalam membudayakan gemar membaca dan menjadikan perpustakaan
sebagai
pusat
informasi
dan
sumber
ilmu
pengetahuan bagi masyarakat. Pesatnya
perkembangan
teknologi
dan
arus
informasi
dapat menyebabkan masyarakat yang belum siap akan memilih dan
memilah
tatanan
nilai-nilai
budaya
asing,
sehingga
http://www.bphn.go.id/
menimbulkan perilaku menyimpang dari nilai -nilai luhur budaya bangsa. Disamping itu rendahnya peran serta masyarakat dan swasta dalam upaya penyelamatan, pemeliharaan, p erlindungan, pengembangan
dan
pemanfaatan
benda
cagar
budaya,
menyebabkan pelestarian kebudayaan daerah tidak optimal. Dengan
memperhatikan
kondisi
tersebut,
kebijakan
pembangunan bidang Kebudayaan adalah : (a) mengembangkan kebudayaan daerah yang bersumber dari warisan budaya luhur bangsa, budaya daerah yang mengandung nilai -nilai universal termasuk kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (b) mengembangkan sikap kritis terhadap nilai -nilai budaya asing untuk disesuaikan dengan kondisi daerah; (c) menge mbangkan kebebasan berkreasi dengan tetap memperhatikan etika, moral, estetika dan agama serta memberikan penghargaan terhadap seniman atau pelaku seni budaya; (d) meningkatkan perfilman daerah; (e) melestarikan apresiasi nilai kesenian dan kebudayaan tradisional
dan
menjadikannya
sebagai
tempat
bagi
pengembangan pariwisata daerah, nasional dan internasional; (f) mengembangkan budaya gemar membaca. Sedangkan sasaran yang akan dicapai meliputi : (a) meningkatnya
peran
perpustakaan
daerah
sebagai
pusat
informasi dan sumber ilmu pengetahuan; (b) berkembangnya kreasi berkesenian dan meningkatkan apresiasi budaya daerah; (c) pelestarian tradisi dan peninggalan sejarah; (d) terbinanya organisasi dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Untuk
mencapai
sasaran
tersebut
ditempuh
program
sebagai berikut : a. Kebahasaan, Kesusasteraan dan Kepustakaan.
http://www.bphn.go.id/
Kegiatannya
meliputi:
pengembangan pelatihan,
(1)
bahasa
penyuluhan
Meningkatkan
Meningkatkan nasional
dan
lomba
kepustakaan
dan
pembinaan
dan
daerah
penulisan budaya
dan
melalui
sastra;
ilmiah
(2)
berupa
peningkatan jumlah dan jenis bahan pustaka, jangkauan layanan
perpustakaan,
perawatan
dan
pelestarian
bahan
pustaka, penelitian dan pengkajian perpustakaan dan minat baca,
pengembangan
profesionalisme
pustakawan,
serta
pengembangan kebiasaan menulis dan pola berpikir kritis. b. Pembinaan Kesenian dan Nilai-Nilai Budaya. Kegiatannya bangsa
meliputi
dan
lembaga
dan
:
(1)
Pembinaan
pengembangan organisasi
sikap
nilai -nilai
kritis;
kesenian;
(3)
(2)
budaya
Pembinaan
Meningkatkan
prefesionalisme dan kesejahteraan seniman. c. Pembinaan Tradisi, Peninggalan Sejarah dan Permuseuman. Kegiatannya meliputi : (1) Pembinaan dan pengembangan tradisi, peninggalan sejarah, purbakala dan permuseuman; (2) Penelusuran dan penggalian terhadap warisan sejarah dan budaya bangsa; (3) Pembinaan lembaga adat yang diakui dan dianut oleh masyarakat. d. Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu melakukan pembinaan dan fasilitasi
terhadap
penganut
dari
organisasi
penghayat
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 3. Generasi Muda. Permasalahan internal yang terjadi pada generasi muda, antara lain rendahnya tingkat pendidikan penduduk usia kerja dan gejala penurunan nilai – nilai moral dan budi pekerti,
http://www.bphn.go.id/
munculnya tindakan anarkhis, mulai ditinggalkannya kebudayaan daerah
dan
memudarnya
rasa
solidaritas
kebangsaan.
Sedangkan permasalahan eksternal dipengaruhi oleh perubahan dinamika global, antara lain transformasi buda ya asing yang tidak sesuai
dengan
masyarakat
setempat
yang
mengakibatkan
ditinggalkannya norma sosial yang berlaku di masyarakat, sikap individualistis, meningkatnya penggunaan minuman keras dan narkoba. Kebijakan yang akan dilaksanakan yaitu : (a) meni ngkatkan pembinaan dan pengembangan sikap perilaku yang baik di kalangan generasi muda secara dini, terpadu dan berkelanjutan; (b)
menumbuhkan
kemandirian
pemuda
melalui
pemanduan
motivasi, aspirasi, dan kreativitas ke dalam gerak pembangunan; (c)
menanamkan
jiwa
kewirausahaan
yang
mandiri
dan
profesional; (d) meningkatkan peran serta lembaga/organisasi kepemudaan
sebagai
wadah
pengembangan
bakat,
minat,
kreativitas dan ketrampilan pemuda. Sasaran yang akan dicapai adalah : (a) terwujudnya kader penerus perjuangan bangsa yang bertaqwa kepada Tuhan YME, berwawasan kebangsaan, berbudi
pekerti
disiplin,
bertanggung
jawab,
luhur; (b) meningkatnya kualitas generasi
muda dan menumbuhkan sikap tanggap terhadap permasalahan, lingkungan dan mempunyai vis i pembangunan ke depan; (c) meningkatnya
peran
serta
generasi
muda
secara
nyata
di
berbagai bidang dan sektor pembangunan. Untuk pembangunan
mencapai
sasaran
kepemudaan
Mengembangkan
sentra
tersebut
dengan
ditempuh
kegiatan
pemberdayaan
program
meliputi pemuda
:
(a)
melalui
kelompok usaha produktif; (b) Bimbingan teknis manajemen kewirausahaan pemuda; (c) Memotivasi pemuda terdidik ke
http://www.bphn.go.id/
perdesaan; (d) Mengembangkan jaringan kerjasama kepemudaan antar daerah/regional/nasional/internasional; (e) Penyuluhan dan kampanye
tentang
dampak
negatif
budaya
asing,
bahaya
penyalahgunaan NAPZA dan miras serta penyebaran penyakit HIV/AIDS dan penyakit menular seksual dikalangan pemuda dan pelajar;
(f)
Meningkatkan
penanggulangan pemahaman,
kenakalan
penanaman
peran remaja
nilai-nilai,
aktif dan
pemuda
dalam
kriminalitas
serta
penghormatan
terhadap
supremasi hukum dan hak asasi manusia (HAM) dikalangan pemuda dan pelajar; (g) Meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan kepramukaan. 4. Olah Raga. Pembinaan prestasi atlet dewasa ini dihadapkan pada keterbatasan kemampuan dana, sarana dan prasarana, serta kurang terarahnya pola pembinaan, pembibitan dan pemanduan bakat prestasi atlet sejak usia dini. Sementara itu kurangnya jaminan
masa
depan
bagi
atlet
berpengaruh
terhadap
menurunnya minat orang tua dan masyarakat untuk mendorong putra-putrinya menekuni dan berkarier di bidang olahraga. Kebijakannya diarahkan untuk mengembangkan olahraga bagi pelajar, mahasiswa dan masyarakat dengan menumbuhkan rasa kecintaan berolahraga dan menjadikan olahraga sebagai tuntutan kebutuhan untuk mewujudkan pola hidup sehat. Sasaran yang ingin dicapai adalah : (a) berdayagunanya lembaga/organisasi
olahraga daerah untuk dikelola secara
profesional dalam rangka menunjang peningkata n prestasi; (b) meningkatnya sarana dan prasarana serta fasilitas olahraga; (c) meningkatnya prestasi olahraga melalui forum Nasional maupun Internasional; (d) tumbuhnya kecintaan masyarakat terhadap olahraga.
http://www.bphn.go.id/
Untuk
mencapai
sasaran
tersebut
ditempuh
p rogram
pembangunan olah raga yang kegiatannya meliputi : a. Pemasyarakatan olahraga, yaitu : (1) Menye -lenggarakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) serta konseling tentang pendidikan jasmani,
olahraga rekreasi, dan olahraga
bagi kesegaran jasmani; (2) Melaksanakan pembentukan, pembinaan, dan pemberdayaan olahraga pelajar -mahasiswa dan
masyarakat;
(3)
Melaksanakan
bimbingan
kegiatan
olahraga dan pendidikan jasmani di sekolah dan masyarakat. b. Peningkatan prestasi olahraga, yaitu : (1) Pembinaan dan pembibitan olahraga; (2) Pembinaan prestasi olah raga; (3) Peningkatan
sumberdaya
tenaga
Meningkatkan
sarana
dan
Pemanfaatan
IPTEK
olahraga;
kelembagaan
dan
organisasi
keolahragaan;
prasarana (6)
olahraga;
olahraga;
(4) (5)
Pengembangan (7)
Pemberian
penghargaan/besiswa bagi atlit berprestasi.
C. Kesehatan. Pembangunan kesehatan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, yang ditandai dengan menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) dari 51,7 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 36,67 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1999, Angka Kematian Ibu (AKI), menurun dari 343 per 10.000 kelahiran hidup menjadi 152 per 10.000 kelahiran hidup dalam periode yang sama serta meningkatnya usia harapan hidup dari 67,32 tahun pada tahun 1995 menjadi 67,97 tahun pada tahun 1999 (sumber data : Dinas Kesehatan Prop. Jateng). Angka kesakitan (morbidity rate) menunjukkan bahwa penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan mencapai 31,47 %. Beberapa jenis
http://www.bphn.go.id/
keluhan adalah pilek 54,32 %, batuk 47,48 %, panas 31,59 % dan sakit kepala 15,56 % (sumber data : Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2000, BPS Jakarta). Permasalahan yang dihadapi saat ini, antara lain adanya kecenderungan meningkatnya morbiditas beberapa penyakit menular diantaranya malaria dari 1,09 menjadi 1,78 per 1.000 penduduk, demam berdarah dengan incidence rate 1,4 % dan HIV ditemukan pada 25 penderita, sedangkan AIDS ada 4 kasus. Disamping itu masih belum teratasinya permasalahan penyakit menular lainnya, diantaranya TB Paru dengan BTA positif 6,9 %, Diarhe 14,4 % dan ISPA 24,21 %. Pada sisi lain morbiditas penyakit tidak menular, penyakit degeneratif, ruda paksa (perkosaan), kecelakaan lalu lintas, perlu diperhatikan dan diwaspadai dimasa mendatang. Disamping itu belum memadainya pelayanan kesehatan sesuai standard
pelayanan
dan
lingkungan
yang
belum
optimal
dapat
menghambat terhadap pemutusan mata rantai penularan penyakit maupun dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Kondisi ini dapat mendorong menurunnya derajad kesehatan pada kelompok rentan, bayi, ibu hamil dan menyusui serta anak Balita, pra sekolah dan wanita subur, terutama pada keluarga yang kurang mampu. Kebijaksanaan yang ditempuh adalah : (a) pemantapan manajemen pembangunan kesehatan dengan konsep paradigma sehat secara sinergis lintas sektor; (b) Peningkatan peran aktif masyarakat dan swasta; (c) Pengembangan tenaga kesehatan yang berpegang pada pengabdian dan etika profesi; (d) Penyelenggaraan upaya kesehatan dan penyehatan lingkungan. Sasaran yang akan dicapai adalah: (a) meningkatnya kualitas manajemen pembangunan kesehatan; (b) meningkatnya perilaku hidup sehat; (c) meningkatnya pelayanan kesehatan; dan (d) meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
http://www.bphn.go.id/
Untuk mencapai sasaran tersebut ditempuh program sebagai berikut : 1. Perilaku Hidup Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat. Kegiatannya meliputi : (a) Penyuluhan tentang kepedulian dan gerakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan Rumah tangga, Sekolah, Tempat kerja dan Tempat Umum; (b) Pemberdayaan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan melalui Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat. 2. Lingkungan Sehat. Kegiatannya meliputi : (a) Promosi hygiene dan sanitasi di tingkat individu keluarga dan masyarakat, melalui penyehatan makanan; (b) Penyehatan kualitas air dan lingkungan; (c) Penyehatan lingkungan pemukiman; (d) Penyehatan tempat-tempat umum; (e) Penyusunan strategi pengembangan Kab/Kota Sehat termasuk kawasan bebas rokok 3. Upaya Pelayanan Kesehatan. Kegiatannya meliputi : (a) Pengembangan paradigma baru Puskesmas; (b) Penyediaan Obat Kejadian Luar Biasa (KLB)/Bencana Alam dan Pelatihan kegawatdaruratan obstetri dan Neonatal, KLB, Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) bagi petugas Puskesmas; (c) Pengembangan Program Perawatan kesehatan masyarakat; (d) Pelayanan Kesehatan daerah perbatasan dan terpencil; (e) Revitalisasi Badan Pembinaan Kesehatan Jiwa Masyarakat (BPKJM); (f) Pelayanan kesehatan khusus; (g) Peningkatan kualitas manajemen pelayanan kesehatan di RS; (h) Upaya Kesehatan Reproduksi; (i) Peningkatan ketrampilan Deteksi Dini tumbuh kembang balita dan penyusunan modul konseling kesehatan balita; (j) Pengembangan model Pelayanan Lansia; (k) Pemberantasan
kesehatan
dan pencegahan penyakit (penularan
http://www.bphn.go.id/
melalui hewan, penularan langsung dan penyakit degeneratif) serta imunisasi; (l) Mengembangkan Surveilans epidemiologi. 4. Pengawasan Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya. Kegiatannya meliputi : (a) Pengamanan dan pengawasan terhadap pemakaian dan distribusi obat, napza, dan bahan berbahaya (NAPZA) ; (b) Peningkatan Penggunaan dan pembinaan pengobatan tradisional serta mengembangkan Industri Kecil Farmasi ; (c) Penerapan obat rasional 5. Sumber Daya Kesehatan. Kegiatannya meliputi : (a) Sinkronisasi kebijakan perencanaan dan manajemen pembangunan kesehatan; (b) Pendayagunaan tenaga kesehatan bagi tenaga kesehatan strategis; (c) Pendidikan dan pelatihan teknis fungsional dan pra tugas bagi tenaga medis dan paramedis; (d) Penyediaan sarana dan prasarana serta dukungan logistik pelayanan kesehatan; (e) Menginventarisasi dan updating data sarana dan sumber daya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan; (f) Penelitian dan pengembangan model dan teknologi berbagai upaya kesehatan. 6. Perbaikan Gizi Masyarakat. Kegiatannya meliputi : (a) Penanggulangan Anemi Gizi zat besi dan kekurangan vitamin (b) Penanggulangan GAKI di daerah Endemis; (c) Penanganan Kasus gizi makro/buruk dengan penyakit komplikasi; (d) Melaksanakan fortifikasi dan keragaman pangan; (e) Memantapkan sistem kewaspadaan pangan dan Gizi.
D. Kesejahteraan Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Anak Dan Remaja. 1. Kesejahteraan Sosial.
http://www.bphn.go.id/
Permasalahan kesejahteraan sosial yang menjadi perhatian utama antara lain masih tingginya populasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), masih lemahnya pelayanan sosial lewat panti maupun diluar panti dan belum optimalnya penanganan bagi korban bencana. Kebijakan pembangunan di bidang kesejahteraan sosial diarahkan untuk : (a) peningkatan dan perluasan pelayanan kesejahteraan sosial; (b) pelestarian nilai–nilai kepahlawanan, keperintisan dan kejuangan serta nilai–nilai kesetiakawanan sosial. Sasaran
yang
akan
dicapai
adalah
:
(a)
meningkatnya
kesejahteraan sosial bagi masyarakat penyandang masalah sosial; (b) berkembangnya potensi dan sumber daya sosial untuk mendukung pelayanan kesejahteraan sosial dan; (c) meningkatnya partisipasi masyarakat,
lembaga
dan
organisasi
sosial
dalam
meningkatkan
kesejahteraan sosial masyarakat. Untuk mencapai sasaran tersebut ditempuh program sebagai berikut : a. Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Kegiatannya meliputi : (1) Pemberian santunan kepada lanjut usia potensial, dan veteran/pahlawan beserta keluarganya; (2) Penanganan anak dan remaja terlantar; (3) Pembinaan Usaha Kesejahteraan Sosial bagi keluarga miskin. b. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. Kegiatannya meliputi : (1) Penyempurnaan sarana dan prasarana panti sosial; (2) Peningkatan SDM Pengelola Panti Sosial ; (3) Rehabilitasi Penyandang cacat, penanganan terhadap bekas penyandang penyakit kusta/kronis;
(4)
Rehabilitasi
dan
penanganan
terhadap
Eks
Narapidana, PGOT, Pekerja Seks, Anak jalanan dan Anak nakal. c. Peningkatan Partisipasi Sosial Kemasyarakatan.
http://www.bphn.go.id/
Kegiatannya
adalah
bimbingan
dan
pemantapan
manajemen
pembangunan yang partisipatif bagi organisasi sosial, Karangtaruna, peguyuban PSM, masyarakat daerah perbatasan, tepi hutan serta masyarakat kumuh/nelayan. d. Penanggulangan Bencana Alam. Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah (1) penanggulangan akibat bencana; (2) Penyelamatan, rehabilitasi dan pemberian bantuan kepada korban bencana. 2. Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Remaja. Permasalahan pemberdayaan perempuan, yang masih menjadi perhatian utama antara lain rendahnya derajad kualitas hidup perempuan, kurangnya
pemahaman
pengarusutamaan
jender
pada
pengambil
keputusan dan pengelola pembangunan, masih rendahnya Indeks Pembangunan Jender dan Indek Pemberdayaan Jender. Adapun permasalahan anak dan remaja antara lain masih tingginya populasi anak dan remaja penyandang masalah, meningkatnya kasus pelecehan dan pemerkosaan anak dibawah umur, serta banyaknya jumlah pekerja anak di sektor formal dan informal. Kebijakan pembangunan pemberdayaan perempuan diarahkan untuk
:
(a)
meningkatkan
kualitas
sumberdaya
perempuan;
(b)
memantapkan pengarusutamaan jender bagi pengambil kebijakan dan pengelola pembangunan; (c) memantapkan peran masyarakat dan jaringan organisasi / kelembagaan. Sasaran yang akan dicapai adalah : (a) meningkatnya kualitas hidup perempuan; (b) meningkatnya kualitas pranata dan kelembagaan pemberdayaan perempuan; (c) mantapnya pengarusutamaan jender bagi pengambil kebijakan dan pengelola pembangunan; (d) meningkatnya kesetaraan keadilan jender dan penegakan HAM perempuan.
http://www.bphn.go.id/
Kebijakan
pembangunan
anak remaja
diarahkan
untuk (a)
meningkatkan kualitas sumber daya anak dan remaja; (b) menumbuhkan rasa cinta tanah air, persatuan dan kesatuan bangsa; (c) menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan dan perlindungan anak dan remaja; (d) pemenuhan hak–hak anak dan remaja. Sasaran yang akan dicapai adalah : (a) meningkatnya kualitas sumber daya anak dan remaja; (b) tumbuhnya rasa cinta tanah air, persatuan dan kesatuan bangsa; (c) meningkatnya iklim yang kondusif baik dalam lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat bagi
perkembangan dan perlindungan anak dan remaja dalam tumbuh kembang mereka; (d) terpenuhinya hak – hak anak dan remaja dalam rangka mencapai kesejahteraan terhadap anak dan remaja. Untuk
mencapai
sasaran
pembangunan
pemberdayaan
perempuan, anak dan remaja ditempuh program sebagai berikut : a. Pemberdayaan Perempuan. Kegiatannya meliputi : (1) Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya perempuan dalam berbagai aspek kehidupan; (2) Peningkatan kesetaraan, keadilan jender dan penegakan HAM perempuan; (3) Peningkatan peran serta perempuan dalam penentuan kebijakan; (4) Perlindungan perempuan terhadap tindak kekerasan. b. Anak dan Remaja. Kegiatannya
melalui
koordinasi
pelaksanaan
dalam
upaya
mewujudkan: (1) Peningkatan kualitas sumber daya anak dan remaja; (2) Penanganan anak dan remaja yang bermasalah; (3) Perlindungan hak – hak anak dan remaja. c. Peningkatan Peran Masyarakat dan Pemampuan Kelembagaan Pengarusutamaan Jender. Kegiatannya meliputi : (1) Peningkatan kualitas dan pemantapan jaringan
organisasi
dan
kelembagaan
yang
peduli
terhadap
http://www.bphn.go.id/
pemberdayaan perempuan; (2) Pemantapan pengarus utamaan jender bagi
pengambil
kebijakan
dan
pengelola
pembangunan;
(3)
Peningkatan peranserta lembaga kemasyarakatan, organisasi wanita dan
Lembaga
Swadaya
Masyarakat
dalam
pemantapan
pengarusutamaan jender; (4) Validasi dan analisis jender dalam data statistik.
E. Agama. Pembangunan bidang agama sebagai salah satu faktor pembentukan masyarakat madani masih dihadapkan pada berbagai masalah yang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan secara terpadu dan berkelanjutan, antara lain masih kurang dihayatinya ajaran agama sehingga dalam pengamalannya belum sesuai dengan esensi keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan agama, selama ini ada kecenderungan mengajarkan pada masalah
keakhiratan/ukhrawi
serta
kurang
menyentuh
amaliah
dan
duniawiah, kegiatan belajar mengajar belum optimal, keterbatasan sarana prasarana dan belum memadainya mutu tenaga kependidikan. Masalah lain adalah belum optimalnya pengembangan pribadi, watak, dan akhlak mulia yang dilakukan oleh keluarga, lembaga sosial keagamaan, lembaga pendidikan tradisional keagamaan dan tempat-tempat ibadah. Disisi lain, perilaku sosial yang menyimpang dari nilai – nilai ajaran agama, budi pekerti dan perkembangan norma yang berlaku di masyarakat merupakan tantangan yang berkembang pada saat ini. Kebijakan yang ditempuh adalah : (a) memantapkan fungsi, peran, dan kedudukan agama sebagai landasan moral spiritual, dan etika dalam menyelenggarakan
pemerintahan,
pembangunan
dan
kehidupan
bermasyarakat; (b) meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama dalam semangat kemajemukan; (c) meningkatkan peran dan fungsi lembaga-lembaga keagamaan.
http://www.bphn.go.id/
Sasaran pembangunannya meliputi : (a) mantapnya kerukunan hidup antar umat beragama dalam semangat kemajemukan; (b) mantapnya peran dan fungsi lembaga keagamaan dalam pembangunan manusia; (c) meningkatnya kualitas umat beragama; (d) meningkatnya kualitas pendidikan agama melalui penyempurnaan sisteml; (e) meningkatnya pembangunan pendidikan agama baik material maupun spiritual. Untuk mencapai sasaran pembangunan agama ditempuh program sebagai berikut : 1. Pelayanan Kehidupan Beragama Kegiatannya meliputi : (a) Peningkatan pelayanan haji, yaitu : (1) Fasitasi dan koordinasi proses pra dan pasca pelaksanaan ibadah haji; (2) Penataran, pelatihan, dan pembinaan
bagi petugas, calon haji, dan
aparat pendukung; (3) Peningkatan sarana–prasarana penyelenggaraan haji; (b) Peningkatan kualitas pelayanan keagamaan meliputi : (1) Pemberian
bantuan
pembangunan/rehabilitasi
tempat
ibadah;
(2)
Pemberian bantuan sertifikasi tanah wakaf; (3) Penyelenggaraan pembinaan dan pelatihan masjid paripurna; (4) Peningkatan peran pranata keagamaan melalui pelatihan, penyuluhan perbaikan manajemen dan perluasan jangkauan pelayanan; (c) Penerangan dan bimbingan dalam kerukunan hidup umat beragama, yaitu melalui : (1) Pemberdayaan lembaga dakwah keagamaan; (2) Pembinaan kepada penyuluh/juru penerang agama; (3) Musyawarah/sarasehan keagaaman bagi generasi muda dan masyarakat baik antar, inter maupun dengan Pemerintah; (5) Penyelenggaraan
dan
pengiriman
kegiatan
MTQ/STQ,
kegiatan
seni/liturgis agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan kegiatan lain yang bersifat keagamaan.
http://www.bphn.go.id/
2. Pembinaan Pendidikan Agama. Kegiatannya meliputi : (a) Peningkatan mutu pendidikan agama tingkat dasar, menengah dan tinggi melalui penyempurnaan materi pendidikan, metodologi pengajaran dan sistem evaluasi; (b) Penyediaan bantuan sarana-prasarana pendidikan agama; (c) Peningkatan profesionalisme dan kesejahteraan tenaga kependidikan agama baik pada pendidikan formal maupun non formal yang berkembang pada masyarakat; (d) Pemberdayaan lembaga – lembaga pendidikan keagamaan yang berkembang dan berbasis pada masyarakat.
http://www.bphn.go.id/
BAB VII PEMBERDAYAAN DAERAH
A. Aparatur Pemerintah Daerah. Aparatur pemerintah berperan strategis sebagai fasilitator dalam proses pembangunan selaras dengan aktifnya partisipasi masyarakat. Peran ini terutama dalam tanggungjawabnya dalam mengkoordinasikan
penyusunan
kebijakan
dan
strategi
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Namun permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan Aparatur Pemerintah Daerah antara lain : (a) kurangnya kualitas dan transparannya pelayanan kepada masyarakat; (b) masih lemahnya sistem pengawasan yang efektif dan efisien untuk mendukung tercapainya aparatur pemerintah yang bersih, berwibawa dan bebas dari KKN. Kebijakan yang ditempuh, adalah : (a) penataan aparatur pemerintah daerah sesuai dengan penataan struktur organisasi dan perangkat kelembagaan daerah; (b) peningkatan kualitas pelayanan kepada
masyarakat
melalui
pelayanan
prima;
(c)
peningkatan
profesionalisme dan kualitas SDM Aparatur untuk mendukung pelaksanaan
tugas;
pemerintahan
dan
perencanaan
(d)
peningkatan
pembangunan;
(e)
sistem
administrasi
pemantapan
sistim
pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi
pembangunan; penyelenggaraan
(f)
peningkatan
pemerintahan
dan
pengawasan
terhadap
pembangunan
untuk
mendukung pemerintahan yang bersih; (g) peningkatan sarana dan prasarana pemerintahan daerah.
http://www.bphn.go.id/
Sasaran
yang
akan
dicapai
adalah
:
(a)
terbentuknya
organisasi dan perangkat kelembagaa n yang efektif dan efisien serta sesuai dengan kapasitas kebutuhan daerah; (b) terlaksanya pelayanan prima kepada masyarakat; (c) meningkatnya kualitas SDM aparatur pemerintah daerah dalam mendukung pelaksanaan tugas;
(d)
meningkatnya
pemerintahan
dan
sistem
administrasi
pembangunan
daerah;
p enyelenggaraan (e)
terwujudnya
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi pembangunan yang semakin mantap; (f) meningkatnya kualitas pengawasan
terhadap
pembangunan;
dan
pemerintahan
yang
(g)
penyelenggaraan meningkatnya
semakin
pemerintahan
sarana
memadai
dan
untuk
dan
prasarana
meningkatkan
produktifitas kerja. Untuk mencapai sasaran pembangunan aparatur pemerintah daerah ditempuh program sebagai berikut :
1. Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan. Kegiatannya meliputi : (a) Evaluasi kelembagaan perangkat daerah
Propinsi
Jawa
Tengah;
(b)
Fasilitasi
kelembagaan
perangkat daerah pemerintahan Kabupaten/Kota; (c) Penyusunan data base kelembagaan perangkat daerah; (d) Penyusunan pengukuran efektifitas kelembagaan; (e) Penataan prosedur dan mekanisme pelayanan.
2. Peningkatan Sumber Daya Aparatur Pemerintah Daerah. Kegiatannya meliputi : (a) Peningkatan kualitas manajemen kepegawaian, melalui : (1) Analisis Kebutuhan Diklat (AKD), (2) Analisis Kebutuhan Aparatur (AKA), (3) Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan
Bidang
Kepegawaian,
(4)
Fasilitasi
http://www.bphn.go.id/
penyelenggaraan Diklat di Kabupaten/Kota; (b) Pendidikan dan latihan aparatur, melalui : (1) Pra Jabatan, (2) Dalam Jabatan : Diklat Kepemimpinan, Diklat Teknis, Diklat Fungsional, (3) Diklat Kader, (4) Tugas Belajar PNS
3. Peningkatan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan. Kegiatannya
meliputi
:
(a)
Peningkatan
sistim
administrasi
pemerintahan dan pembangunan melalui pembakuan administrasi pemerintahan,
pembangunan
dan
Pengembangan
standar
aparatur
melalui
:
(1)Bimbingan
kinerja teknis
kemasyarakatan; pemerintah
akuntabilitas
kinerja
(b)
daerah instansi
pemerintah, (2) Penyusunan standar kinerja aparatur pemerintah; (c) Pemantapan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan melalui sinkronisasi
perencanaan
pembangunan
daerah;
(d)
Pengembangan pola pengendalian pembangunan daerah; (e) Peningkatan monitoring dan evaluasi pembangunan daerah; (f) Peningkatan kualitas pelaksanaan pengawasan, melalui : (1) Perencanaan program kerja pengawasan tahunan, (2) Koordinasi pengawasan,
(3)
Peningkatan
kualitas
penelitian
LHP,
(4)
Penegakan disiplin aparatur, (5) Peningkatan tindaklanjut hasil pemeriksaan APF, (6) Pengelolaan penanganan kerugian negara dan kewajiban setor negara/daerah, (7) Pemeriksaan serentak hasil mutu dan manfaat proyek, (8) Evaluasi kinerja Bawasda Kabupaten/Kota. 4. Peningkatan Sarana dan Prasarana Pemerintahan. Kegiatannya meliputi : (a) Penertiban dan pengamanan asset daerah;
(b)
Komputerisasi
pengelolaan
barang
daerah;
(c)
Pengadaan dan peningkatan sarana dan prasarana pemerintahan sesuai dengan analisis kebutuhan.
http://www.bphn.go.id/
B. Pemberdayaan Masyarakat Paradigma
sentralistik
selama
kreativitas kepada masyarakat Semula
paradigma
ini
ini,
kurang
memberikan
dalam pengelolaa n pembangunan.
diharapkan
dapat
mempercepat
laju
pembangunan, tanpa menimbulkan ketergantungan. Kegiatan yang dirancang dari atas kurang bermanfaat dan tidak sesuai dengan aspirasi
serta
kebutuhan
masyarakat,
karena
proses
perencanaannya tidak melibatkan partisipasi masyarakat penerima manfaat. Pada era otonomi daerah diperlukan dukungan dan partisipasi masyarakat dalam seluruh proses pengelolaan pembangunan untuk berkembang dan keberlangsungannya pembangunan. Partisipasi masyarakat
memerlukan
keterlibatan
tokoh-tokoh
masyarakat
setempatsebagai tokoh kunci, sehingga sumber daya lokal termasuk dana masyarakat dapat dimanfaatkan secara optimal dan efektif. Dengan demikian kebijakan yang ditempuh adalah mendorong
usaha
usaha
masyarakat
terwujudnya kemandirian masyarakat; masyarakat
dalam
pemeliharaan
perencanaan,
hasil
yang
mengarah
pada
(b) meningkatkan peran
pelaksanaan,
pembangunan;
: (a)
(c)
pengawasan,
mempermudah
akses
informasi dan meningkatkan penguasaan teknologi Sasaran
yang
akan
dicapai,
meliputi
:
(a)
meningkatnya
kemampuan masyarakat dalam berorganisasi dan berfungsinya lembaga masyarakat secara optimal; (b) meningkatnya sinergi program-program pembangunan dengan kebutuhan dan kegiatan masyarakat setempat; dan (c) menin gkatnya ketahanan sosial ekonomi masyarakat. Untuk
mencapai
sasaran
pembangunan
pemberdayaan
masyarakat ditempuh program sebagai berikut :
http://www.bphn.go.id/
Fasilitasi Pengembangan Masyarakat Kegiatannya meliputi : (a) Fasilitasi pengembangan usaha ekonomi rakyat melalui kegiatan : (1) Stimulan Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam
(UED-SP),
(2)
Peningkatan
melalui
pengembangan
pasar
keswadayaan
tradisional,
(3)
masyarakat
Pengembangan
lumbung pangan; (b) Pemberdayaan Teknologi Tepat Guna ( TTG ) di pedesaan. C. Otonomi Daerah. Masalah utama yang dihadapi dalam otonomi daerah, adalah: (a) belum dipahaminya hakekat otonomi daerah yang berakibat antara lain munculnya ego daerah yang berlebihan; (b) belum optimalnya sinergi pembangunan antar sektor, antar sektor dan daerah;
(c)
terbatasnya
kemampuan
aparatur
daerah
dalam
pelayanan masyarakat; (e) adanya konflik antar daerah mengenai penguasaan sumber daya alam dan asset ekonomi daerah. Kebijakan
yang
ditempuh
adalah
:
(a)
meningkatkan
pemahaman hakekat otonomi daerah; (b) mengem bangkan potensi lokal dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah; dan (c) meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar daerah. Sasaran
pembangunan
otonomi
daerah,
adalah
:
(a)
meningkatnya pemahaman hakekat ototomi daerah; (b) terwujudnya kemandirian yang berbasis potensi lokal; dan (c) meningkatnya koordinasi dan kerjasama antar daerah. Untuk
mencapai
sasaran
pembangunan
otonomi
daerah
ditempuh melalui program : Pelaksanaan Otonomi Daerah. Kegiatannya meliputi : (a) Fasilitasi Sosialisasi Otonomi Dae rah, melalui : (1) fasilitasi sinkronisasi kewenangan Daerah; (2) fasilitasi
http://www.bphn.go.id/
kebijakan otonomi daerah; (3) fasilitasi pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dan Pergantian Antar Waktu (PAW ); (b) Perencanaan pembangunan yang bertumpu pada kapasitas Daerah, melal ui : (1) penyusunan Rencana penataan
Daerah
Induk Pelaksanaan Otonomi Daerah; (2)
Otonom;
(c)
Peningkatan
koordinasi
dan
kerjasama antar daerah, melalui pengembangan kerjasama antar daerah, dalam negeri maupun luar negeri.
http://www.bphn.go.id/
BAB VIII SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
A. Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Kelautan. 1. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Pada saat ini pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup menghadapi
tantangan
berat
sebagai
akibat
tindakan
sebagian
masyarakat dan pengusaha yang kurang memahami dan menyadari terhadap fungsi dan peran serta manfaat sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kelangsungan kehidupan dan penghidupan masyarakat luas. Dalam masa krisis ini sebagian masyarakat telah memanfaatkan (eksploitasi) sumber daya alam dan lingkungan hidup yang cenderung melampaui batas daya dukung dan daya tampung lingkungan, tidak menghiraukan fungsi ruang, mengabaikan peraturanperaturan yang berlaku, dilain pihak masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam sering kurang memperhitungkan pentingnya upaya rehabilitasi, konservasi dan pengolahan limbah sebagai bagian dari upaya kita memelihara kelestarian sumber daya alam. Eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan hidup daerah penting untuk disikapi secara arif dan bijaksana oleh semua pihak, agar tidak menimbulkan dampak negatif yang semakin parah dan merugikan penduduk. Lingkungan hidup daerah yang berkualitas memiliki peran sangat
penting
bagi
masyarakat
dan
pemerintah
daerah
untuk
kelangsungan kehidupan manusia dan pembangunan daerah, baik sebagai faktor produksi dalam bentuk sumber alam, maupun sebagai wahana dalam penyediaan jasa-jasa lingkungan, seperti pemanfaatan bahan tambang, kayu hutan, daerah resapan air hujan, tubuh perairan dan hutan lindung.
http://www.bphn.go.id/
Peran Sub Sektor Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup bagi daerah adalah menopang pembangunan yang berkelanjutan, melalui : pelestarian fungsi lingkungan hidup; peningkatan kualitas lingkungan sosial; peningkatan daya dukung lingkungan buatan; pengendalian pencemaran tanah, perairan dan udara; pengendalian kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup; pemeliharaan mutu dan fungsi sumber daya alam dan lingkungan; penegakan hukum lingkungan; serta pengembangan sistem informasi lingkungan. Kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup sebagai berikut : (a) pengembangan keserasian aktivitas pembangunan dengan daya dukung sumber daya alam dan lingkungan hidup agar dapat menopang
pembangunan
yang
berkelanjutan;
(b) mencegah
dan
menanggulangi pencemaran lingkungan melalui pengurangan produksi limbah, penerapan teknologi ramah lingkungan dan pengembangan strategi pencapaian baku mutu lingkungan dan baku mutu limbah; (c) meningkatkan upaya rehabilitasi dan pemulihan fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang telah rusak, serta mempertahankan fungsi dan kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup yang masih utuh; (d) memanfaatkan teknologi pengelolaan lingkungan hidup yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi yang ada; (e) meningkatkan kepedulian masyarakat dalam mengelola lingkungan hidup; (f) memadukan dan mensinergikan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya dan dimensi lingkungan; (g) pengembangan upaya mediasi dalam upaya pemecahan masalah lingkungan dengan peran pemerintah sebagai fasilitator. Sasaran pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup adalah : (a) terciptanya keseimbangan antara kemampuan daya dukung alam dan lingkungan melalui upaya pentaatan masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan; (b) meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap upaya pemeliharaan dan pengelolaan sumber daya alam secara bertanggung jawab.
http://www.bphn.go.id/
Untuk mencapai sasaran pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup ditempuh program sebagai berikut : a. Pengelolaan Lingkungan Alam. Kegiatannya adalah : (1) Penanganan penurunan kualitas lahan bekas pertambangan rakyat, meliputi : (a) koordinasi penanganan kerusakan lahan bekas pertambangan, (b) penyuluhan teknis rehabilitasi lahan bekas pertambangan rakyat, (c) demplot penanganan lahan bekas pertambangan rakyat; (2) Penyelamatan hutan, tanah dan air, meliputi: (a) Koordinasi penanganan DAS Kali Babon, (b) Demplot pengendalian tanah longsor pada tebing sungai (gulley), (c) Penataan fungsi hutan, (d) Pengawasan peredaran satwa, liar, flora dan fauna langka, (e) inventarisasi kondisi fisik lahan pada daerah rawan gerakan tanah; (f) pengelolaan keanekaragaman hayati (biodiversity); (3) Pemantapan data dasar, sosialisasi Perda dan pengelolaan kawasan lindung, meliputi : (a) koordinasi pengelolaan kawasan lindung, (b) inventarisasi kerusakan daerah penyangga kawasan lindung, (c) peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat daerah penyangga kawasan lindung, (d) penyiapan revisi Perda Pengelolaan Kawasan Lindung Propinsi Jawa Tengah;
(4) Konservasi, rehabilitasi dan preservasi
tanah, air dan lahan, meliputi : (a) koordinasi pengendalian erosi dan sedimentasi tanah, (b) koordinasi pelaksanaan kegiatan penghijauan, (c) penyusunan pedoman rehabilitasi lahan kritis, (d) penyusunan data kerusakan lingkungan sumber daya air, (e) pembinaan pengembangan hutan rakyat; (5) Peningkatan pemantauan penggunaan air tanah dan air permukaan, yakni : pemantauan dan pengendalian fungsi daerah resapan air dan air bawah tanah; (6) penyusunan rencana induk pengelolaan lingkungan hidup Jawa Tengah. b. Pengelolaan Lingkungan Buatan. Kegiatannya adalah : (1) Penanganan penurunan kualitas lahan pada kawasan perkotaan, meliputi : (a) pengendalian pembuangan limbah
http://www.bphn.go.id/
cair dan padat di kawasan kota, (b) inventarisasi limbah padat dan limbah B3; (2) Penanganan penurunan kualitas lahan budidaya lainnya, meliputi : (a) koordinasi pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan pada lahan budidaya lainnya, (b) koordinasi penilaian dan penerapan
dokumen
lingkungan,
(c)
pengendalian
kerusakan
lingkungan pada lahan perkebunan. c. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Kegiatannya
adalah
:
(1)
Peningkatan
kemitraan
pengelolaan
lingkungan, meliputi : (a) Pengembangan kerjasama antar lembaga dan masyarakat dalam pemanfaatan wilayah Kedung Ombo, (b) Koordinasi penanganan masalah sosial ekonomi masyarakat
di sekitar Waduk
Kedung
kerjasama
Ombo,
(c)
Fasilitasi
pengembangan
lintas
kabupaten/kota dan propinsi dalam pengelolaan lingkungan hidup, (d) Fasilitasi kemitraan antara Masyarakat, LSM dan media massa, (e) Desiminasi Informasi
bagi mitra lingkungan hidup, (f) Peningkatan
kemitraan kalangan dunia usaha dalam pengendalian dampak lingkungan, (g) Penyusunan konsep Agenda 21 Daerah Prop. Jateng, (h) Penyusunan Data Base Terpadu BAPPEDAL Prop. Jateng, (i) Fasilitasi
Pengembangan
Kapasitas
Kelembagaan
PLH;
(2)
Peningkatan kesadaran masyarakat, meliputi : (a) peningkatan pengetahuan tentang pengelolaan SDA dan LH, (b) penyusunan Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah; (3) Mediasi penyelesaian kasus lingkungan, meliputi : (a) penyelenggaraan musyawarah penanganan kasus-kasus lingkungan, (b) koordinasi penanganan kasus
lingkungan,
(c)
advokasi
terhadap
masyarakat
korban
pencemaran dan kerusakan lingkungan. d. Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Kegiatannya adalah : (1) monitoring kualitas udara dan perairan, meliputi : (a) Penyusunan sumber
bergerak,
(b)
baku mutu limbah cair dan emisi udara Optimalisasi
pemanfaatan
laboratorium
http://www.bphn.go.id/
lingkungan, (c) Penyusunan data kualitas udara, (emisi dan ambien), buangan air limbah, kualitas air sungai serta tingkat pencemarannya, (d) Penyusunan data kualitas dan beban cemaran pestisida/insektisida, limbah padat dan B-3 yang masuk ke perairan umum, (e) Penyusunan peruntukan sungai Serayu dan Progo; (2) pengendalian pembuangan limbah cair, padat dan bahan beracun dan berbahaya (B3), meliputi : (a) Koordinasi penyelenggaraan pengendalian pencemaran antar sektor dan wilayah terkait, (b) Penyusunan konsep Perda pengendalian pencemaran, (c) Pengendalian pembuangan limbah cair, limbah padat, gas dan bahan beracun berbahaya (B-3), (d) Pengawasan baku mutu limbah, (e) Fasilitasi perintisan pembangunan TPA limbah B-3, (f) Sosialisasi pemahaman dan penerapan program produksi bersih, (g) Peningkatan Kapasitas Anggota Komisi Penilai AMDAL Daerah, (h) Pengendalian dan pengawasan emisi gas buang kendaraan bermotor, (i) Pengadaan alat ukur emisi gas buang kendaran bermotor, (j) Pengendalian (secara preventif) limbah industri, (k) Penyuluhan masyarakat
industri
dalam
pencegahan
timbulnya
pencemaran
lingkungan. e. Penegakan Hukum Lingkungan. Kegiatannya adalah fasilitasi penindakan secara hukum terhadap pencemaran dan perusak lingkungan. 2. Sumber Daya Kelautan Pantai, Pesisir dan Laut sebagai sumberdaya kelautan ternyata memiliki posisi dan arti strategis baik sebagai sumberdaya hayati dan nirhayati. Kawasan tersebut mempunyai kerawanan-kerawanan namun sekaligus memiliki potensi yang cukup strategis. Kerawanan-kerawanan yang
terdapat
didalamnya
terutama
berkaitan
dengan
fungsi
lindung/ekologis, karena kawasan ini merupakan peralihan fungsi ekosistem antara daratan dan perairan/lautan. Di dalam kawasan tersebut terdapat beraneka ragam sumberdaya alam yang spesifik, seperti terumbu
http://www.bphn.go.id/
karang, hutan bakau, tempat persembunyian berbagai satwa maupun tempat pemijahan/perkembang biakan beberapa jenis ikan/biota laut. Potensi laut di Jawa Tengah telah dimanfaatkan untuk berbagai macam kegiatan pembangunan. Dari tahun 1996-2000 potensi laut memberikan kontribusi produksi perikanan Jawa Tengah yang cukup besar nilai komoditasnya, yaitu 78,23%. Namun volume produksi penangkapan ikan di laut cenderung menurun rata-rata 0,92 % per tahun. Hal ini disebabkan oleh rusaknya habitat vital sehingga menyebabkan turunnya populasi ikan, penggunaan peralatan yang tidak ramah lingkungan, keterbatasan sarana prasarana penangkapan ikan. Selain itu lemahnya pengawasan laut telah menyebabkan hilangnya sebagian potensi ikan baik akibat pencurian ikan oleh nelayan asing, terjadinya penangkapan berlebih terutama di perairan pantai utara Jawa Tengah maupun beban kasus permasalahan lingkungan seperti pembuangan limbah secara ilegal ke laut oleh pihak-pihak yang kurang memiliki rasa tanggung jawab. Perairan laut Jawa Tengah memiliki karakteristik ekosistem yang perlu mendapat perhatian karena telah mengalami degradasi habitat, seperti : (a) rusaknya habitat terumbu karang, di kepulauan Karimunjawa, (b) pendangkalan Laguna di Segara Anakan Cilacap; (c) rusaknya Hutan Bakau di Segara Anakan dan perairan Nusa Kambangan, Perairan Pulau Karimunjawa, dan wilayah pesisir utara Jawa Tengah; (d) pendangkalan dan terjadinya pencemaran pada muara-muara sungai sepanjang Pantai Utara dan Pantai Selatan; (e) terjadinya eksploitasi berlebihan pada pantai berpasir sepanjang Pantai Selatan. Untuk mewujudkan pembangunan kelautan, maka ditempuh kebijakan sebagai berikut : (a) penataan wilayah pesisir dan laut dalam bentuk tata ruang wilayah laut; (b) inventarisasi potensi dan pemanfaatan kawasan pantai, pesisir dan laut serta ekosistem yang ada; (c) analisis mengenai dampak lingkungan terhadap program pembangunan yang
http://www.bphn.go.id/
beresiko tinggi merusak sumberdaya kelautan; (d) analisis mengenai pengaruh sistem drainase di kota-kota besar dan atau sungai-sungai yang ada serta dampaknya atas pencemaran dari berbagai sumber terhadap mutu air di muara sungai; (e) menentukan prinsip-prinsip melindungi ekosistem pantai untuk mencegah terjadinya abrasi pantai maupun mengendalikan pemanfaatan tanah-tanah timbul; (f) memberdayakan dan menguatkan
peran
mengembangkan
aktif
efektivitas
masyarakat dan
secara
efisiensi
seimbang;
(g)
pendayagunaan
dan
pengusahaan sumberdaya kelautan dan jasa-jasanya; (h) melakukan upaya pelestarian dan rehabilitasi kerusakan pantai, pesisir dan laut serta mengendalikan/pencegahan penggunaan bahan peledak, bahan racun dan bahan berbahaya lainnya yang dapat merusak ekosistem lingkungan laut; (i) meningkatkan pengawasan dan pencegahan hilangnya potensi sumber daya kelautan akibat pencurian maupun penangkapan ikan tidak legal; (j) rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut yang mengalami kerusakan, guna meningkatkan daya dukung dan kelestariannya; (k) pengembangan sistem pengawasan dalam pemanfaatan sumberdaya laut melalui perijinan usaha, pemantauan, pengendalian dan penegakan hukum; (m) pemberdayaan masyarakat pesisir. Sasaran pembangunan kelautan meliputi : (a) meningkatnya pemanfaatan sumberdaya laut yang didorong oleh perkembangan teknologi dan kemitraan usaha berbagai pelaku usaha; (b) meningkatnya mutu lingkungan kawasan pantai, pesisir dan lautan secara menyeluruh; (c) meningkatnya populasi berbagai jenis flora, fauna dan biota laut; (d) termanfaatkannya secara benar sumber daya kawasan pesisir, pantai dan laut untuk kegiatan ekonomi dan non ekonomi; (e) terhindarnya kerugian atau kehilangan atas sumber daya kawasan pantai, pesisir dan lautan yang tidak dapat diperbaiki atau dikembalikan; (f) meningkatnya kesejahteraan masyarakat pesisir dengan tanpa merusakkan ekosistem lingkungannya; (g) terkendalinya kegiatan pembangunan di kawasan pantai dan pesisir yang beresiko tinggi; (h) meningkatnya partisipasi
http://www.bphn.go.id/
masyarakat dalam pengelolaan sumber daya laut; (i) terjaganya kelestarian dan daya dukung lingkungan wilayah laut. Untuk mencapai sasaran pembangunan sumber daya kelautan ditempuh program sebagai berikut : a. Inventarisasi dan Evaluasi Sumberdaya Kelautan. Kegiatannya adalah : (1) Inventarisasi, identifikasi dan evaluasi hasil riset, meliputi : (a) inventarisasi data potensi sumber daya pesisir dan laut di Pantai Utara dan Selatan Jateng, (b) identifikasi daya dukung lahan budidaya tambak di Pantai Utara, (c) pengkajian stock sumber daya ikan demersal di Pantai Utara, (d) penyusunan data dasar tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut; (2) penyediaan data dan informasi, yakni : (a) pemetaan lokasi spawning ground, nursery ground, feeding ground, fishing ground, (b) pemetaan zona/mintakat pemanfaatan habitat vital, (c) pengkajian stock kepiting bakau di ekosistem mangrove/hutan bakau. b. Pengendalian Eksplorasi Sumberdaya Kelautan. Kegiatannya adalah : (1) Rehabilitasi dan perbaikan hutan mangrove dan terumbu karang, yakni : (a) penanaman bakau di sekitar muaramuara sungai, (b) pengembangan terumbu karang buatan di wilayah pantai; (2) Pencegahan perusakan ekosistem lingkungan, yakni : (a) penyusunan pedoman eksploitasi sumberdaya tambang di pesisir dan laut, (b) Penyusunan regulasi perijinan dan pedoman pengawasan eksploitasi sumberdaya tambang di pesisir dan laut, (c) Pengendalian dan pengawasan pengambilan sumberdaya tambang di pantai dan laut, (d) Penyusunan pedoman pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut spesifik lokasi, (e) Deregulasi perijinan, (f) Penyusunan kerjasama pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan antar sektor dan antar wilayah, (g) Penyusunan pedoman/petunjuk teknis pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di wilayah pesisir dan laut, (h) Bimbingan teknis bagi masyarakat pesisir dalam
http://www.bphn.go.id/
pengelolaan habitat ikan, (i) Mensinergikan upaya pencegahan dan pengendalian kerusakan ekosistem pantai dan pesisir secara terpadu terutama di Pantura, (j) Fasilitasi upaya pencegahan dan pengendalian kerusakan ekosistem pesisir dan laut dengan melibatkan peran serta masyarakat, (k) Penyusunan konsep panduan penetapan jalur hijauan hutan mangrove; (3) Pencegahan pencurian ikan dan sumber daya alam laut, yakni : (a) Peningkatan pengawasan penangkapan ikan dilaut, (b) Peningkatan pengendalian dan pengawasan sumberdaya perikanan pantai dan laut. c. Pengembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi. Kegiatannya meliputi : (1) Fasilitasi pedoman penyusunan tata ruang kawasan pengembangan ekonomi pesisir, yakni penyusunan pedoman rencana pemanfaatan ruang pantai; (2) Pengembangan peluang bisnis, yakni : (a) bimbingan teknis kewirausahaan bagi petani tambak, nelayan dan wanita nelayan, (b) pembangunan sentra pengolahan ikan. d. Pemberdayaan Pulau-Pulau Kecil. Kegiatannya adalah : (1) Pengembangan konservasi sumber daya ikan di Kep. Karimunjawa, meliputi : (a) Penyusunan kebijakan perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya ikan, (b) Koordinasi pencegahan dan pengendalian kerusakan terumbu karang, (c) Pengendalian kerusakan ekosistem mangrove; (2) Pemberdayaan masyarakat kepulauan Karimunjawa, yakni : bimbingan teknis bagi masyarakat nelayan; (3) Pemberdayaan potensi lokal kepulauan Karimunjawa, meliputi : (a) pengembangan budidaya laut komoditas unggulan, (b) penangkaran komoditas unggulan ikan laut, (c) rehabilitasi dan pembangunan sarana dan prasarana pemasaran ikan, (d) peningkatan wisata bahari, (e) penyusunan rencana pengembangan kepulauan Karimunjawa. e. Peningkatan Sistem Pengawasan.
http://www.bphn.go.id/
Kegiatannya adalah : (1) Pemberian ijin usaha pemanfaatan potensi sumberdaya
laut
dan pesisir, yakni : pemantauan perijinan usaha
penangkapan ikan; (2) Pemantauan dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir, meliputi : (a) Penyusunan pedoman pemantauan,
pengendalian
dan
pengawasan
guna
kerusakan pantai dan laut, (b) Penyelenggaraan
mencegah FKPPS dan
pengembangan MCSI, (c) Pembinaan nelayan dalam pengawasan sumber daya ikan; (3) Penetapan zonasi penangkapan ikan, meliputi : (a) penyusunan pedoman pemanfaatan zona penangkapan ikan dan sosialisasi, (b) kerjasama penyelesaian pelanggaran penangkapan ikan di laut. f. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Kegiatannya adalah : (1) Pengembangan kemitraan usaha, meliputi : (a) peningkatan kemitraan usaha komoditas unggulan, (b) bimbingan teknis usaha perikanan bagi masyarakat pesisir, (c) koordinasi SACDP; (2) Fasilitasi bimbingan teknis ketrampilan masyarakat pesisir.
B. Penataan Ruang, Pertanahan dan Pembangunan Perwilayahan. 1. Penataan Ruang dan Pertanahan. Dengan
semakin
meningkatnya
jumlah
penduduk,
meningkatnya dinamika dan ragam serta perubahan paradigma dan kebijaksanaan pembangunan disegala bidang pembangunan, maka meningkat pula aktifitas pemanfaatan ruang yang akan berdampak ketidakseimbangan fungsi lindung dan budidaya serta menurunnya kualitas dan kwantitas sumber daya alam yang sudah terbatas jumlahnya. Dengan kondisi tersebut maka ruang perlu untuk direncanakan dengan baik, pemanfaatannya seefisien dan
seefektif
mungkin
untuk
menjamin
pembangunan
yang
http://www.bphn.go.id/
berkelanjutan dan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat secara merata. Dalam upaya menuju kepada hal tersebut, masih dijumpai beberapa permasalahan : (a) Belum terperdakannya Revisi Rencana Tata Ruang W ilayah Propinsi (RTRWP) Jawa Tengah Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1992 pada tahun anggaran 2001; (b) Belum adanya Rencana Tata Ruang pada kawasan kawasan Andalan dan Strategis; (c) B elum efektif dan efisiennya pemanfaatan dan pengendalian ruang, terlihat dari terjadinya pengalihan fungsi lahan dari fungsi lindung menjadi fungsi budidaya, konversi pertanian ke non pertanian dan kinerja Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD) yang belum efektif serta adanya keterbatasan dan ketidak jelasan perangkat hukum, aturan, mekanisme dan prosedur dalam penataan ruang; (d) Kurangnya pemahaman dan apresiasi masyarakat umum dan aparatur pemerintah terhadap pentingnya penataan ruang serta keterbatasan
dan ketertinggalan data dan informasi penataan
ruang dan pertanahan sebagai pelayanan masyarakat maupun dalam rangka pengelolaan pembangunan; (e) Permasalahan pertanahan Kabupaten / Kota yang masih memerlukan dukungan dari Pemerintah Propinsi terutama untuk memetakan kondisi saat ini tanah Hak Guna Usaha (HGU) dan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) dengan penelitian penguasaan persyaratan yuridisnya, masih banyak obyek landreform dan belum lengkapnya patok batas wilayah Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi DIY. Kebijakan yang diambil yaitu : (a) Memantapkan dan meningkatkan kualitas perencanaan dan Renc ana Tata Ruang Wilayah Propinsi
(RTRWP) serta meningkatkan ketersediaan
Rencana Tata Ruang kawasan-kawasan andalan dan strategis; (b) Meningkatkan kapasitas kelembagaan penataan ruang dan menyebarluaskan
serta
melaksanakan
peraturan -peraturan
http://www.bphn.go.id/
penataan ruang; (c) Meningkatkan pemahaman masyarakat luas terutama dunia usaha dan aparatur pemerintah secara berjenjang dan berkelanjutan terhadap penataan ruang; (d) Mendorong dan optimalisasi pengendalian dan pengaturan penguasaan tanah di Kab/Kota dan di lintas Kabupaten/Kota. Sasaran yang ingin dicapai pada rencana pembangunan tahunan
daerah
tahun
Terselesaikannya
anggaran
2002
adalah
:
(a)
perencanaan RTRWP Jawa Tengah dengan
Perda dan disepakati oleh Kabupaten/Kota; (b) Meningkatnya ketersediaan Rencana Tata Ruang pada kawasan andalan dan strategis
terutama
pada
kawasan
Joglosemar
dan
Wilayah
Pantura; (c) Meningkatnya sinkronisasi dan fasilitasi kerjasama perencanaan
dan
rencana
tata
ruang
antar
Propinsi/Kab/Kota/kawasaan terutama di kawasan perbatasan dan atau lintas kepentingan/kemanfaatan pada kawasan andalan dan kawasan strategis; (d) Meningkatnya kualitas dan kapasitas TKPRD dengan mendasarkan pada profesionalisme, partisipatif dan kepentingan masyarakat luas; (e) Meningkatnya ketersediaan dan kejelasan petunjuk dan aturan teknis dalam penataan ruang dan pertanahan; (f) Meningkatnya pemahaman dan partisipasi stakeholders secara bertahap terutama dimulai dari aparatur pemerintah; (g) Meningkatnya teknologi dan sistem informasi penataan ruang dan pertanahan; (h) Meningkatnaya optimalisasi penataan dan pengendalian pertanahan lintas Kab/Kota. Untuk
mencapai
sasaran
tersebut
ditempuh
program
sebagai berikut : a. Peningkatan Perencanaan dan Rencana Tata Ruang. Kegiatannya meliputi : (1) Penyusunan Revisi Per da Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah Perda. No.8 Tahun 1992; (2) Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Andalan;
http://www.bphn.go.id/
(3) Penyusunan Struktur dan Program Prasarana dan Sarana Dasar (PSD-PU) Kawasan Strategis; (4) Peningkatan Rencana Pengembangan Wilayah/Kawasan Industri. b. Peningkatan Kwalitas dan Kapasitas Kelembagaan Penataan Ruang. Kegiatannya meliputi : (1) Peningkatan kualitas dan kapasitas kelembagaan
Tim
Koordinasi
Penataan
Ruang
Daerah
(TKPRD); (2) Pemantauan dan Pengendalian Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang Propinsi sesuai RTRWP; (3) Pengkajian Peraturan dan Petunjuk Teknis dalam Penataan Ruang c.
Peningkatan Pemahaman Masyarakat dan Pelayanan Dalam Penataan Ruang. Kegiatannya
meliputi
:
(1)
Pendampingan
Penyusunan
Rencana Tata Ruang Kab/Kota; (2) Pengembangan Sistem dan Informasi Perkotaan dan Penataan Ruang. d. Optimalisasi Penataan dan Pengendalian Pertanahan Lintas Kabupaten/Kota. Program ini dilaksanakan melalui kegiatan : (1) Inventarisasi tanah Hak Guna Usaha dan Hak Pengelolaan Laha n; (2) Pelaksanaan
dan
Pengendalian
Obyek
Landreform;
(3)
Pembangunan Patok Batas Wilayah Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi DIY. 2. Pembangunan Perwilayahan. Dalam
pembangunan
perwilayahan
dijumpai
beberapa
permasalahan, yaitu meliputi : (a) masih adan ya kesenjangan antar wilayah, antar kota dan antara kota dan desa; (b) masih berlangsungnya penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya alam (SDA) di beberapa wilayah, khususnya pada kawasan -
http://www.bphn.go.id/
kawasan
strategis;
(c)
Belum
efektif
dan
efisiennya
pengelolaansarana dan prasarana wilayah terutama Air Bersih dan
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
(AB -PLP)
dilintas
Kab/Kota; (d) Banyaknya permukiman kumuh dan padat serta rendahnya kualitas hunian di perkotaan dan perdesaan. Dalam
upaya
tersebut kebijakan
menangani
perma salahan
yang ditempuh adalah : (a) Mendorong dan
meningkatkan
terwujudnya
fungsional;
Meningkatkan
(b)
permasalahan
pembangunan pengelolaan
dan
perwilayahan ketersediaan
sarana dan prasarana wilayah; (c) Mendukung dan mendorong perbaikan perumahan dan permukiman bagi masyarakat terutama kurang mampu; (d) Mendukung dan mendorong penanganan permasalahan
pembangunan
perkotaan
dan
perdesaan
khususnya penangaanan permukiman padat dan kumuh. Sasaran yang ingin dicapai adalah : (a) Meningkatnya pengelolaan pembangunan perwilayahan terutama pada kawasan andalan
dan
Meningkatnya prasarana
kawasan
strategis
pengelolaan
wilayah
dan
terutama
di
Jawa
ketersediaan AB-PLP;
(c)
Tengah;
(b)
sarana
dan
Meningkatnya
pengelolan dan penanganan permukiman padat dan ku muh serta relokasi
korban
bencana
alam;
(d)
Meningkatnya
kualitas
perumahan dan permukiman pada permukiman kumuh dan padat di perkotaan dan perdesaan; (e) Meningkatnya kemampuan apresiasi aparatur dalam pengembangan wilayah. Untuk
mencapai
sasaran
pembangunan
perwilayahan
ditempuh program sebagai berikut : a. Pengembangan Pengelolaan Pembangunan Perwilayahan Kegiatannya meliputi : (1 Penyusunan Strategi Pembangunan dan Pengelolaan Pembangunan Perwilayahan Propinsi Jawa Tengah; (2) Koordinasi dan fasilitasi pelaksanan perencanaan
http://www.bphn.go.id/
pembangunan
perwilayahan;
(3)
Pengembangan
penataan
kawasan permukiman di daerah perbatasan antar Kab/kota di Kawasan Strategis. b. Peningkatan
Keterpaduan
dan
Kerjasama
Pengelolaan
Pembangunan Perwilayahan. Kegiatannya meliputi : (1) Koordinasi Pengendalian Banjir di Propinsi
Jawa
pemanfaatan,
Tengah;
(2)
Peningkatan
pembinaan
pengelolaan
dan
pemantauan
pengelolaan
sarana dan prasarana AB-PLP; (3) Peningkatan pembinaan program pengembangan Kecamatan. c. Pemantapan, Peningkatan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana W ilayah. Kegiatannya
meliputi
:
(1)
Peningkatan
kapasitas
dan
pelayanan AB-PLP lintas Kab/Kota sesuai dengan kemampuan dan batas kewenangan; (2) Perintisan pembangunan sarana dan prasarana AB-PLP. d. Penguatan
dan
Dukungan
Penanganan
Permasalahan
Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan. Kegiatannya meliputi : (1) Peningkatan dan pemantapan penanganan permukiman kumuh; (2) Dukungan pembangunan prasarana lingkungan relokasi korban bencana alam; (3) Perbaikan perumahan dan permukiman di permukiman padat dan kumuh perkotaan dan perdesaan.
http://www.bphn.go.id/
BAB IX PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
Dengan
diberlakukannya
UU
No.
22
tahun
1999
tentang
Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, terjadi perubahan paradigma
dalam
pengalokasian
pembiayaan
pembangunan
yang
berasal dari pusat. Selama lima tahun terakhir (1996/1997 sampai dengan tahun 2000), kontribusi pembiayaan pembangunan dari pusat rata-rata mencapai 63,71 %, sedangkan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Propinsi rata-rata hanya 1,78 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan pembiayaan pembangunan dari pusat masih sangat tinggi dan peran pendapatan asli daerah dalam pembangunan masih sangat kecil. Kemampuan
anggaran
tahun
2001 untuk pendapatan
dari
target/murni sebesar Rp. 1.237, 65 milyar, setelah perubahan terdapat kenaikan pendapatan sebesar Rp. 483,53 milyar sehingga diperkirakan pendapatan tahun 2001 menjadi Rp. 1.721,18 milyar. Sedangkan untuk belanja pada tahun 2001 meliputi belanja rutin pada penetapan/murni sebesar Rp. 928,65 milyar setelah perubahan mengalami kenaikan Rp. 399,89 milyar sehingga untuk belanja rutin diperkirakan menjadi sebesar Rp. 1.328,54 milyar, sedangkan untuk belanja pemb angunan pada penetapan/murni sebesar Rp. 309,01 milyar setelah perubahan mengalami penambahan sebesar Rp. 83,64 milyar sehingga belanja pembangunan belanja
rutin
menjadi Rp. 392,65 milyar. Dengan demikian jumlah dan
pembangunan
pada
tahun
2001
diperkiraka n
mencapai sebesar Rp. 1.721,19 milyar.
http://www.bphn.go.id/
Dengan adanya sistim pembiayaan dari pusat melalui dana perimbangan,
membawa
konsekuensi
agar
daerah
lebih
mampu
meningkatkan kemandiriannya dalam membiayai pembangunan melalui penggalian sumber-sumber PAD dan pengembangan potensi-potensi daerah serta peningkatan peran serta masyarakat. Strategi kebijakan pembiayaan pembangunan daerah dalam rangka memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan tahun 2002 diarahkan melalui : 1. Optimalisasi sumber-sumber PAD yang ada dan penggalian sumbersumber PAD baru. 2. Revisi perda-perda yang berkaitan dengan PAD yang tidak sesuai dengan kondisi dan situasi saat ini. 3. Upaya
menggali
sumber-sumber
pendapatan
dari
asset-asset
pemerintah pusat yang diserahkan ke daerah. 4. Mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. 5. Pemanfaatan pendapatan daerah diupayakan untuk memperoleh hasil guna dan daya guna yang optimal Dalam rangka memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan, berdasarkan BPS Jawa Tengah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tahun 2002 yang diprediksikan sebesar 3,5%, dengan perkiraan inflasi 6%
- 8%,
pembiayaan
dan
ICOR sebesar 4,
pembangunan
tahun
maka 2002
diperkirakan
baik
di
kebutuhan
swasta
maupun
pemerintah (Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota) sebesar Rp 6.488,66 milyar. Dari kebutuhan ini diharapkan 65% dapat didukung oleh sektor swasta, sedangkan dari pemerintah 35%. Pembiayaan pembangunan dari pemerintah yang berasal dari pusat melalui dana perimbangan diperkirakan dapat mencapai Rp 900,90 milyar atau naik 30 % dari target tahun 2001 sebesar Rp. 693,07 milyar. Sedangkan dari PADS Propinsi diperkirakan mencapai Rp 662,90 milyar atau naik 25% dari target pendapatan tahun 2001 sebesar Rp. 498,35 milyar. Untuk itu
http://www.bphn.go.id/
lapangan usaha potensial
yang perlu mendapatkan prioritas yaitu
industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran serta pertanian. Pada tahun 2002 diharapkan ada peningkatan dalam penegakan supremasi hukum yang mendekati realitas, peningkatan pelayanan sosial
dasar
peningkatan landasan
termasuk daya
yang
beli
baik
di
bidang
pendidikan,
masyarakat.
untuk
upaya
Oleh
kesehatan
karena
percepatan
itu
dan
merupakan
pemulihan
kondisi
ekonomi dan langkah untuk membangun landasan perekonomian kerakyatan di masa depan. Prediksi penerimaan daerah dari pusat dimaksudkan untuk mengantisipasi
kenaikan
biaya
rutin
sebagai
akibat
penyerahan
aparatur pusat ke daerah yang diperkirakan mencapai Rp. 1.602,22 milyar atau naik 20,6 % dibanding target tahun 2001 sebesar Rp. 1.328,54
milyar.
Kebutuhan
biaya
pembangunan
tahun
2002
diperkirakan mencapai Rp. 555,78 milyar atau naik 41,55 % dari tahun 2001 sebesar Rp. 392,64 milyar.
http://www.bphn.go.id/
BAB X PENUTUP
Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (REPETADA) tahun 2002 merupakan acuan atau pedoman dalam penyusunan rencana program/kegiatan pembangunan bagi badan/dinas/kantor dan satuan kerja pemerintah Propinsi Jawa Tengah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan umum maupun tugas-tugas pembangunan dengan tetap mempertimbangkan kemampuan daerah, berorientasi pada pemecahan masalah dan memperhatikan aspirasi dan dinamika yang berkembang. Dengan berpedoman pada REPETADA ini diharapkan terjadi konsistensi dan sinkronisasi serta sinergis, sehingga hasilhasil pembangunan dapat dirasakan manfaatnya oleh rakyat banyak secara merata dan adil. Disadari sepenuhnya bahwa keberhasilan pembangunan daerah ditentukan juga oleh partisipasi masyarakat dan dunia usaha serta tergantung pula pada sikap mental, tekad dan semangat, ketaatan, kejujuran dan disiplin dari para penyelenggara dan pelaku pembangunan itu sendiri. Hasil-hasil pembangunan tersebut diharapkan merata ke seluruh wilayah dan lapisan masyarakat, mampu meningkatkan kegiatan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi serta dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan lahir batin dalam suasana yang demokratis, tentram, aman dan damai.
http://www.bphn.go.id/