KESENJANGAN ANTARDAERAH Dl PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Magister Ekonomika Pembangunan Jurusan llmu-llmu Sosial
diajukan oleh :
lka Hartanti 7681/PSIMEP/0 1 kepada
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKAR TA 2002
/
Tesis KESENJAN GAN ANTARDAE RAH Dl PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKAR TA dipersiapkan dan disusun oleh
lka Hartanti 7681 I PS I MEP I 01 telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal: 11 Nopember 2002
Susunan Dewan Penguji Pembimbing Utama
~-__/
Dr. l\i1asykur Wiratmo. M.Sc.
Anggota Dewan Penguji Lain
Drs. M. Adnan Hadjam, M. A.
Drs. Harnanto. M.Soc.Sc.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta,
Oktober 2002
Ill
PERSEMBAHAN Tesis ini kupersembahkan untuk
suamiku terkasih lwan Budiman yang
selalu mendorong untuk dapat menyelesaikan pendidikan sehingga rela untuk dinomorduakan, untuk kedua orang tuaku yang selalu berdo'a demi lancarnya studi serta adik-adik kandungku, adik-adik ipar, keponakan serta teman-teman yang tidak dapat
saya sebutkan satu per satu, yang selalu
memotivasi serta memberikan eksternalitas positif.
IV
PRAKATA
Dengan mengucap puji syukur ke hadlirat Alloh SWT, atas berkat dan karuniaNya penulisan tesis ini dapat selesai. Berkat bantuan berbagai pihak tesis dengan judul Kesenjangan Antardaerah di Propinsi Daerah /stimewa Yogyakarta dapat terwujud.
Untuk
semua
pihak
yang
telah
membantu
penulis
dalam
menyelesaikan tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang setinggitingginya kepada: 1.
Bapak Dr. Masykur Wiratmo, M.Sc., selaku pembimbing utama di mana dalam
kesibukannya
berkenan
membimbing,
mengarahkan,
memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis; 2.
Bapak Dr. Budiono Sri Handoko, MA dan Bapak Drs. Wahib Suyitno, M.Agr yang memberikan kritik dan saran dalam
seminar untuk
penyusumm tesis ini; 3.
Bapak
Gubernur Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta dan Bapak
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi di MEP-UGM; 4.
BAPPENAS melalui PPAN-Bappenas yang telah mendanai studi di MEP-UGM;
5.
kedua orang tuaku, suamiku terkasih, saudara-saudaraku, serta ternanternan sejawat yang selalu memberikan masukan yang sangat berguna, dorongan dan semangat serta do'a selama menempuh studi di MEPUGM.
v
Temuan dalam tesis ini tidaklah merupakan hal baru dalam penelitian mengenai kesenjangan antardaerah di Propinsi DIY, temuan ini hanya merupakan sumbangan kecil bagi beberapa studi sebelumnya. Berbagai pendekatan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu memberikan inspirasi bagi penulis untuk melakukan penelitian lanjutan. Walaupun penulis sudah berusaha maksimal namun disadari bahwa penelitian inii masih jauh dari sempurna,
karenanya
untuk
kepentingan
penelitian
lanj;.Jtan
sangat
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya, dengan penuh kerendahan hati dan suka cita penulis mengharapkan
semoga
tesis
ini
bermanfaat
bagi
pihak-pihak
yang
membutuhkannya. Yogyakarta,
Oktober 2002
Penulis,
Ika Hartanti
VI
DAFTAR lSI
Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN. ..............................................................
ii
PERNYATAAN .................................................................................
111
PERSEMBAHAN ... ........ .... ..... ........ ..................................................
iv
PRAKATA.........................................................................................
v
DAFTAR lSI .....................................................................................
vii
DAFTAR TABEL................................................................................
ix
DAFTAR GAM BAR . ........................... ............................ ...................
X
DAFTAR LAMPIRAN ········································································
XI
INTISARI ..........................................................................................
xii
ABSTRACT
xiii
BAB I
BAB II
PENGANTAR. ...................................................................... . 1.1 Latar Belakang................................................. ............. 1. 2 Keasl ian Penelitian....................................................... 1.3 Tujuan Penelitian............... ........................................... 1.4 Manfaat Penelitian........................................................ 1.5 Sistematika Penulisan.................................................. TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS....................... 2. 1 Tinjauan Pustaka.......................................................... 2.2 Landasan Teori ...................................... ...................... 2.2.1 Teori pembangunan ekonomi ........................ 2.2.2 Konsep daerah............................................... 2.2.3 Pembangunan ekonomi daerah......... ... .. ....... 2.2.4 Teori pertumbuhan ekonomi daerah............... 2.2.5 Penyebab kesenjangan pembangunan ekonomi.......................................................... 2.3 Alat Anal isis.•.. ................... .............. .......... ................. ... 2.4 Hipotesis.......................................................................
1 10 13 14 14 16 16 18 19 20 21 22 23 27 31
.. VII
BAB Ill
BAB IV
ANALISIS DATA.................................................................. 3.1 Cara Penelitian................... .. ................. ........ .. ............ . 3. 1. 1 Data................................................................... 3.1.2 Sumber data...................................................... 3.2 Perkembangan Hubungan Antara Variabel yang Diamati.......................................................................... 3.2.1 Perkembangan penduduk di Propinsi DIY........ 3.2.2 Perkembangan PDRB per kapita di Propinsi DIY..................................................................... 3.3 Hasil Analisis Data dan Pembahasan........................... 3.3. 1 Kesenjangan antardaerah di Propinsi DIY........ 3.3.2 Kecenderungan tingkat kesenjangan antardaerah di Propinsi DIY...................................... 3.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan antardaerah di Propinsi DIY..............................
32 32 32 32
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 4.1 Kesimpulan ....... ............ ................................... ... ......... 4.2 Saran .............. ............................. ....... ........ ....... .. .... ....
45 45 46
33 33 34 35 35 37
39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
49
LAMP IRAN ....... .. ........................................... .....................................
52
VIII
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 PDRB Per kapita Propinsi DIY Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan 1993 (ribuan), 1993-2000 .. ....
7
Tabel 1.2 Tipologi Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Rata-rata Pertumbuhan PDRB dan Rata-rata PDRB Per Kapita Di Propinsi DIY, 1993 - 2000 ............ .. ......... .. .......... .. .... .......
8
Tabel 2. 1 Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi Daerah 21
Tabel 2.2 lndeks Kesenjangan Regional Indonesia, 1980-1998 ......
25
Tabel 3.1 Laju Pertumbuhan Penduduk DIY, 1980-1990 dan 19902000 ...................................................................................
34
Tabel 3.2 lndeks Williamson Propinsi DIY, 1980-2000 ....................
36
Tabel 3.3 Nilai OF dan ADF Uji Derajat lntegrasi .. ... .........................
39
Pengeluaran Williamson, Kesenjangan Tabel 3.4 lndeks di Pertumbuhan dan Swasta lnvestasi Pembangunan, Propinsi DIY, 1980-2000 ............ ... ............. ................ ......
40
Tabel 3.5 Hasil Pt11gujian Fakto1-fakwr Yang Mempengaruhi Kesenjangan Antardaerah di Propinsi DIY, 1980-2000 . .
41
IX
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1
Grafik Struktur Perekonomian Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1980-2000 .......
9
Grafik Perkembangan PDRB Per Kapita Propinsi DIY Tahun 1980-2000 ....
35
Grafik lndeks Kesenjangan Williamson Propinsi DIY, 1980 - 2000 ..............
37
Grafik Kecenderungan Trend Linier lndeks Kesenjangan Williamson 1980 - 2000 ..............
38
oo . . . .
Gambar 3.1
oo
Gambar 3.2
. . oo . . . . oo . . oooo
00
Gambar 3.3
....
00
....
00
..............
..........
00
....
oo
00
oo
...
oo . .
.....
00
..
..
....
.
X
DAFTAR LAMPIRAN Halaman PDRB Per Kapita dan Jumlah Penduduk Kota, Kabupaten, Propinsi DIY, 1980 - 2000 Berdasarkan Harga Konstan 1993 .................... ........ ........ .. .......... ....
52
Penghitungan lndeks Williamson Propinsi DIY, 1980 2000Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993 ............
58
Peranan Sektor Primer, Sekunder, dan Tersier Terhadap PDRB Propinsi DIY, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, 1980-2000 ......... ........................... ..... . .
79
lnvestasi Proyek PMA/PMDN Propinsi DIY, 19802000 ·············································································
80
Lampi ran 5
Hasil Regresi Dalam Bentuk Log-linier dan Linier .. .... ..
81
Lampiran 6
Linearitas, (Normalitas, Diagnostik Uji Hasil Otokorelasi, dan Heteroskedastisitas) ..........................
83
Hasil Regresi Kecenderungan Trend Linier lndeks Williamson ... ..... .. ... ... .. ..... ...... ...... .... ... ......... ........ ...... ...
87
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 7
XI
INTI SARI Penelitian ini berjudul Kesenjangan Antardaerah di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta. Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis: (1) tingkat kesenjangan antardaerah di Propinsi DIY dengan pendekatan lndeks Williamson; (2) trend kesenjangan antardaerah di Propinsi DIY; (3) faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat kesenjangan. Data yang digunakan adalah data runtut waktu berupa data PDRB per kapita, data jumlah penduduk kabupaten/kota dan propinsi tahun 1980-2000; data pengeluaran pembangunan propinsi, data investasi swasta propinsi dan laju pertumbuhan tahun 1980-2000. Model Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesenjangan antardaerah di Propinsi DIY pada periode 1980-2000 berkisar antara 0,331 sampai 0,409. Kecenderungan kesenjangan antardaerah di Propinsi DIY selama periode penelitian semakin meningkat yaitu sebesar 0,0032. Faktorfaktor yang signifikan mempengaruhi adanya kesenjangan antardaerah adalah variabel investasi swasta dan pertumbuhan, di mana apabila pertumbuhan meningkat kesenjangannya akan menurun dan apabila investasi swasta meningkat maka kesenjangannyapun akan meningkat.
XII
ABSTRACT
The title of the research is The Disparity Among Regions in The Province of Daerah lstimewa Yogyakarta, in the period of 1980 to 2000. The objective of the research is analyzing: (1) level of disparity among regions in the Province of Daerah lstimewa Yogyakarta, (2) trend of disparity among regions in the Province of Daerah lstimewa Yogyakarta, (3) the factors significantly causing and increasing that disparity. The data used in this research are PDRB per capita, number of population, and PDRB regency/city, province; the development expenditure, private investment and growth in the period of 1980 to 2000. The analysis models applied in this research are Error Correction Model (ECM). The result of this research indicate that the disparity among region in the Province of Daerah lstimewa Yogyakarta in the period of 1980-2000 is between 0,331 - 0,409, and tended to increase although it was small relatively, namely 0,0032 per year. The factor significantly causing the disparities among regions was private investment and growth, if growth increasing the disparity among regions will decrease and if private investment increasing causing the disparity will increase too.
. ..
XIII
BASI PENGANTAR
1 . 1 La tar Belakang
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dan penjabaran dari Pembanguan Nasional, mempunyai arti penting dalam rangka mewujudkan tujuan nasional dalam tatanan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan pembangunan nasional pada dasarnya adalah
mewujudkan masyarakat
yang sejahtera, baik secara materiil maupun spirituil yang pada hakekatnya dapat dilakukan dengan cara antara lain memperluas lapangan kerja, meningkatkan dan memeratakan pendapatan per kapita, serta menjalin hubungan ekonomi antardaerah dengan tujuan memperkecil jurang pemisah antara daerah maju dengan daerah tertinggal, mengupayakan pergeseran perekonomian dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Arsyad ( 1 999(a): 108) menyetakan bahwa
pe~bargun3n
ek0nc~i
daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
antara
pemerintah
daerah
dengan
sektor
swasta
untuk
menciptakan suatu ·1apangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, dan semakin kecilnya kesenjangan pendapatan antarpenduduk, antardaerah dan antarsektor. Akan tetapi pada kenyataannya bahwa pertumbuhan ekonomi tidak selamanya diikuti pemerataan secara memadai.
Di negara-negara sedang berkembang, perhatian utama terfokus pada dilema kompleks antara pertumbuhan versus distribusi pendapatan. Keduanya sama-sama penting, namun hampir selalu sulit diwujudkan bersamaan. Pengutamaan yang satu akan menuntut dikorbankannnya yang lain. Pembangunan ekonomi mensyaratkan Gross National Product yang tinggi dan untuk itu tingkat pertumbuhan yang tinggi merupakan pilihan yang harus diambil. Namun yang menjadi masalah bukan hanya soal bagaimana memacu pertumbuhan, tetapi juga siapa yang melaksanakan dan berhak menikmati hasil-hasilnya. Pada dasa warsa 1970-an muncul himbauan/ tuntutan dari masyarakat luas untuk dilakukannya peninjauan kembali atas tradisi
pengutamaan Gross National Product (GNP) sebagai sasaran
kegiatan
ekonomi
pemerataan
yang
utama.
pendapatanpun
Upaya pengentasan merupakan
masalah
kemiskinan dan pokok
dalam
pembangunan dan sasaran utama kebijakan pembangunan di banyak negara (Todaro, 2000: 178). Sampai merupakan
saat ini
isu
pembangunan
di
yang
masalah
kesenjangan
menarik
untuk
Indonesia
lebih
pembangunan
dibicarakan,
menitikberatkan
karena
pada
ekonomi strategi
pertumbuhan
ekonomi sehingga segi pemerataan kurang mendapat perhatian, padahal pertumbuhan dan pemerataan merupakan dua hal penting dalam proses pembangunan. Karena lebih menitikberatkan pada strategi pertumbuhan ekonomi, maka kesejahteraan masyarakat mengalami peningkatan dan peningkatannya telah mencakup semua daerah, akan tetapi pembangunan
3
ekonomi
yang
selama
ini
dilaksanakan
belum
sepenuhnya
mampu
mengatasi kesenjangan antar daerah (Sumodiningrat, 1997: 18). Menurut Arsyad (1999(a):121) pemerintah daerah dapat bertindak sebagai koordinator untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategistrategi bagi pembangunan di daerahnya dengan melibatkan lembagalembaga
pemerintah
lainnya,
dunia
usaha,
dan
masyarakat
dalam
penyusunan sasaran, rencana dan strategi. Pendekatan ini sangat potensial dalam menjaga konsistensi pembangunan daerah dengan nasional (pusat) dan menjamin bahwa perekonomian daerah akan mendapat manfaat yang maksimum. mempercepat
Peran dari pemerintah daerah sebagai fasilitator, dapat pembangunan
melalui
perbaikan
lingkungan
attitudinal
(perilaku atau budaya masyarakat) di daerahnya. Hal ini akan mempercepat proses
pembangunan
dan
prosedur
perencanaan
serta
pengaturan
penetapan daerah yang lebih baik. Pembangunan menyebabkan terjadinya perubahan struktur ekonomi dalam kegiatan produksi di suatu wilayah. Pada daerah yang sedang berkembang
proses pertumbuhan ekonomi tercermin pada perubahan
peranan sektor ekonomi tradisional (sektor pertanian) mengalami penurunan dan peningkatan peranan sektor non pertanian. Pemerintah daerah di Indonesia telah mengalami perubahan seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, dengan mendekatkan pembuatan keputusan ke daerah, pemerintah pusat telah memberikan kewenangan kepada
pemerintah
daerah
untuk
mengatur
urusan
pembangunan
4
ekonominya sendiri. Pemberlakuan otonomi daerah juga berarti pemerintah daerah
harus
memiliki
rencana
ekonomi
daerah
menyediakan kesejahteraan bagi penduduknya.
yang
baik
untuk
UU No. 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, akan membawa angin segar bagi daerah untuk dapat menggali dan mengembangkan potensi ekonomi secara mandiri sehingga kesenjangan pendapatan antarpenduduk, antardaerah dan antarsektor perekonomian secara bertahap dapat diperkecil. Pertumbuhan ekonomi daerah sangat dipengaruhi oleh potensi ekonomi yang dimiliki. Oleh karena itu dalam rangka melaksanakan pembangunan ekonomi daerah maka perlu digali, dikembangkan dan dimanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki oleh daerah. Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta (DIY) mempunyai beberapa masalah
pokok
dalam
mencapai
tujuan
pembangunan
ekonominya,
sebagaimana tertuang dalam Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Tahun 2001-2005, antara lain sebagai berikut. 1.
Rendahnya
daya
dukung
terhadap
pengembangan
perekonomian
wilayah; sumber daya yang terdapat di DIY terutama sumber daya alam tidak
cukup
tersed1a
untuk
dapat
mendukung
pengembangan
perekonomian wilayah. 2.
Kesenjangan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi antarwilayah pengembangan; terdapat k.esenjangan yang nyata dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi antara wilayah pengembangan.
5
3.
Penurunan kualitas lingkungan;
penurunan kualitas lingkungan tidak
hanya ditunjukkan oleh terjadinya pencemaran air (air sungai maupun air bawah tanah) dan pencemaran uadara, namun juga terjadinya degradasi lahan terutama lahan pertanian yang menjadi lahan kritis. 4.
Ketimpangan antara kesempatan kerja dan angkatan kerja; kesempatan kerja yang lebih luas dan merata belum dapat diwujudkan pada saat ini terutama
dalam
kaitannya
dengan
persyaratan
atau
kualifikasi
kebutuhan tenaga, terutama pada sektor industri dan sektor tersier, karena kesempatan kerja dan berusaha di DIY didominasi oleh sektorsektor
informal
dan
atau
sektor
ekonomi
rakyat
yang
untuk
pengembangannya diperlukan pengerahan sumber daya dan dana yang cukup besar. 5.
Kawasan tertinggal dan kemiskinan; masih terdapatnya desa-desa tertinggal di kawasan pengembangan timur serta jumlah keluarga pra sejahtera yang masih sekitar 21,10% pada tahun 2000 menunjukkan kondisi
masyarakat masih belum mencapai tingkat kesejahteraan
ekonomi yang diharapkan. 6.
Ketidakmerataan Yogyakarta
latar belakang pendidikan masyarakat;
walaupun
mempunyai predikat sebagai kota pendidikan,
riamun
masyarakatnya sendiri tidak semuanya mempunyai kesempatan untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi atau dalam mendapatkan pendidikan keahlian, terutama dikarenakan oleh faktor ekonomi.
6
Bertolak dari beberapa masalah pokok tersebut maka sasaran pembangunan ekonomi dalam Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 2001-2005 antara lain adalah: a.
terwujudnya pemulihan dan ketahanan ekonomi daerah;
b.
tercapainya kesejahteraan masyarakat;
c.
tercapainya ketahanan budaya;
d.
tarwujudnya Daerah lstimewa Yogyakarta sebagai pusat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi terkemuka;
e.
terberdayakannya masyarakat. Selanjutnya
berdasarkan
masalah
dan
sasaran
pembangunan
ekonomi di Propinsi DIY, sebagaimana tertuang dalam PROPEDA DIY Tahun
2001-2005,
penelitian
ini
khusus
menganalisis
kesenjangan
antardaerah di Propinsi DIY. Penelitian ini dianggap penting agar kebijakankebijakan yang diambil pemerintah daerah dan masyarakat mempunyai arah dan sasaran yang jelas, sehingga akan diperoleh hasil yang optimal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara adil sesuai dengan tujuan pembangunan Propinsi DIY. Salah satu variabel yang digunakan untuk menganalisis kesenjangan pendapatan antardaerah tersebut adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita yang diperoleh dengan membagi PDRB dengan jumlah penduduk pada suatu daerah. Untuk mengetahui perkembangan PDRB per kapita Propinsi DIY menurut kabupaten/kota se:ama periode 1993-2000 dapat dilihat pada tabel 1. 1 berikut ini.
7
Tabel 1.1 PDRB Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan 1993 (ribuan) di Propinsi DIY, 1993-2000 1997
1998
1999
1993
1994
1995
19%
1.428.266
1.537.924
1.652.389
1.766.889
1.796.480
1.623.284
1.626.590
1.612.172
997.608
1.07-U51
1.149.725
1.217.859
1.237.947
I.IOH21
1.069.848
1.087.393
KL l'rogo
1.073.998
1.099.503
1.116.757
1.174.483
1.205.197
1.036.520
932.568
945.840
G. Kidul
1.052.410
I 147.143
1.247.4151
1.340.494
1.388.519
1.286.192
1.302.803
1.387.982
Yog.ya
2.569.223
2.780.000
3.045.587
3.291.320
3.394.328
2.969.742
2.951.941
3.009.980
Kah/Kota Slcman 11antul
DIY
1.390.640
1.503.375
1.625.415
i
1.753.147
1.760.336
1.552.3 79
1.556.554
2000
1.607.364
Sumber : PDRB Propinsi DIY dirinci per kab/kota beberapa terb1tan PDRB Propinsi DIY beberapa terbitan Dari data yang ada pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa selama periode 1993-2000 setiap tahun terjadi peningkatan PDRB per kapita di setiap
daerah
kabupaten/kota
yang
ada di
Propinsi
DIY,
sehingga
mengakibatkan terjadinya peningkatan PDRB per kapita Propinsi DIY pada periode yang sama, namun pada tahun 1998 PDRB per kapita di setiap daerah kabupaten/kota mengalami penurunan sehinpqa berakibat pula pAda penurunan PDRB per kapita Porpinsi DIY. Selanjutnya mulai tahun 1999, terjadi peningkatan PDRB per kapita lagi untuk seluruh daerah walaupun angka peningkatannya kecil. Jika dibandingkan dengan PDRB per kapita Propinsi DIY, seperti tampak pada tabel 1. 1, selama periode 1993-2000 PDRB per kapita Kabupaten Kulon Progo jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan PDRB per kapita Kota Yogyakarta, namun perbedaan besarnya PDRB per kapita belum bisa memberikan kBsimpulan, apakah perbedaan tersebut tergolong ringan atau berat. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka diperlukan analisis
8
dengan mempergunakan alat-alat analisis tertentu yang akan dilakukan pada penelitian ini. Karakteristik daerah kabupaten/kota yang ada di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta berdasarkan pola pertumbuhan dan PDRB per kapita diketahui dengan membandingkan laju pertumbuhan PDRB kabupaten/kota dan laju pertumbuhan Propinsi DIY dengan PDRB per kapita kabupaten/kota dan PDRB per kapita Propinsi DIY. Perbandingan tersebut dilakukan dengan Klassen Typology (Sjafrizal, 1997:30). Tipologi daerah kabupaten/kota di
Propinsi DIY berdasarkan rata-rata pertumbuhan PDRB dan rata-rata PDRB per kapita pada tahun 1993-2000 adalah seperti tabel berikut ini. Tabel1.2 Tipologi Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Rata-rata Pertumbuhan PDRB dan Rata-rata PDRB Per Kapita di Propinsi DIY, 1993-2000. ! Tipologi I (daerah maju & I tumbuh cepat)
J
i
Tipologi II (daerah berkembang cepat)
! I
I
I Rata-rata pertumbuhan > 5.46
: Rata-rata pertumbuhan > 5.46
I Rata-rata PDRB per kapita > Rp
i Rata-rata PDRB per kapita
i 1.593.651,-
I
I
< Rp
1.593.651,-
1
Tipologi Ill (daerah maju tapi 1 tertekan) j
Rata-rata pertumbuhan < 5.46
I Tipologi IV (daerah relatif i tertinggal)
i Rata-rata pertumbuhan
< 5.46
i
Rata-rata PDRB per kapita > Rp
\ Rata-rata PDRB per kapita < Rp
1.593.651,- : Kabupaten Sleman
11.593.651,-: Kabupaten Gunung
i dan Kota yogyakarta
\ Kidul, Kabupaten Bantul,
I
·~
Kabupaten Kul·on Progo
L~------------------------~·--------------------
Sumber : lihat tabel 1. 1
I
I
_j
9
Struktur perekonomian Daerah lstimewa Yogyakarta telah mengalami pergeseran, hal ini terbukti dari perkembangan data sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier selama dua dasa warsa terakhir. Pada tahun 1980 sektor primer sebesar 42,45 % dan sektor tersier 43,65 %. Namun pada tahun 2000, sektor primer 22,43% sedang sektor tersier sebesar 53,14 %, sementara sektor sekunder sebesar 24,43 %. Sektor tersier memberikan kontribusi
terbesar
terhadap
pembentukan
PDRB
Daerah
lstimewa
Yogyakarta, sedangkan sektor primer terus mengecil hingga kontribusinya terkecil mulai tahun 1994 dan sektor sekunder memberikan kontribusi sedikit lebih besar dibanding sektor primer. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
60
l
50
~-·=o4t'·~----~ !
..
I
I
~
-
/•
---
·~
·~, ·r--
: --+-- Airrer ------- Sekunder; ---A- Tersier
1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 Tahun
Sumber : Data Lampiran 3
.
Gam bar 1. 1 Struktur Perekonomian Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta, 1980- 2000.
10
Uraian di atas menggambarkan bahwa kesenjangan ekonomi selalu merupakan masalah yang cukup rumit dalam pembangunan. Kesenjangan dapat berupa kesenjangan antarpenduduk, kesenjangan antarsektoral atau kesenjangan antarwilayah, bahkan kesenjangan antarnegara. Oleh karena itu penelitian ini dibatasi pada masalah kesenjangan yang menjadi masalah bagi Pemerintah Daerah lstimewa Yogyakarta, dengan judul Kesenjangan Antardaerah Di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta.
1.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kesenjangan banyak dilakukan oleh para peneliti. Diskusi tentang kesenjangan adalah topik yang sangat menarik karena merupakan satu dilema dalam pembangunan. Esmara (1975:41-57) melakukan
analisis kesenjangan antardaerah
di Indonesia menggunakan koefisien disparitas Williamson dari PDRB per kapita. Di luar propinsi penghasil migas (Riau, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah), secara umum kesenjangan antardaerah jauh lebih rendah dibandingkan jika daerah tidak
termasuk migas. Namun selama
periode 1968-1972 baik dengan migas maupun tanpa migas, kesenjangan antardaerah cenderung meningkat dari 0,340 meningkat mcnjadi 0,522. Bourdet
(1998)
yang
melakukan
penelitian
tentang
dinamika
kesenjangan-kesenjangan regional di Laos, menyimpulkan bahwa efek-efek positif kebijakan reformasi terhadap daerah-daerah yang kaya. yang berasal dari kekuatan lokalisasi dan perkembangan industrial jauh lebih besar
II
daripada efek-efek positif terhadap daerah miskin yang berasal dari peningkatan pengeluaran-pengeluaran sosial. Penelitian tentang kesenjangan distribusi pengeluaran rumah tangga di Indonesia yang dilaksanakan oleh Akita, dkk (1999), menyimpulkan bahwa pertumbuhan PDB rata-rata lebih dari 5 % per tahun, telah mampu menurunkan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan secara signifikan dari hampir 40 % pada tahun 1976 menjadi 13,5 % pada tahun 1993. Data yang digunakan adalah data survey sosial dan ekonomi nasional (SUSENAS) tahun 1963, 1987, 1990 dan 1993. Wei dan Fan (2000)
melakukan penelitian tentang Kesenjangan
regional di Propinsi Jiangsu China menunjukkan bahwa pertumbuhan yang cepat di kota-kota menyumbang peningkatan kesenjangan antardaerah (kabupaten). Sejak bergulirnya reformasi, pertumbuhan bagian selatan (Sunan) bahkan lebih cepat dan memperlebar kesenjangan dibandingkan bagian tengah (Suzhong) dan utara (Subei). Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sjafrizal (1997), dalam penelitiannya di wilayah Indonesia bagian barat menyimpulkan, secara relatif perkembangan pembangunan regional di wilayah Indonesia Bagian Barat dalam periode 1987-1997 ternyata lebih baik dibandingkan dengan rata-rata seluruh Indonesia, baik dari segi pertumbuhan ekonomi maupun pemerataan pembangunan antar wilayah.
Kecenderungan kesenjangan di wilayah
Indonesia bagian barat dan Indonesia secara keseluruhan semakin menurun. Studi empiris yang dilakukan oleh "Andayasa (1999) yang mengambil lokasi di Propinsi Sumatera Selatan dalam kurun waktu 1984-1996, dengan
12
menggunakan lndeks Williamson telah ditemukan bahwa terjadi kesenjangan antar daerah, dan antar sektoral di Propinsi Sumatera Selatan, di mana pola hubungan
antar
pertumbuhan
dengan
kesenjangan
pembangunan
di
Propinsi Sumatera Selatan pada periode penelitian ternyata tidak mengikuti pola kurva U terbalik sebagaimana pendapat Kuznets. Selanjutnya
Prasetyanto
( 1999) menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kesenjangan pembangunan antardaerah di Propinsi DIY periode 1981 - 1995, dengan kecenderungan tingkat kesenjangan menurun. Variabel yang signifikan menurunkan kesenjangan adalah persentase sektor industri terhadap PDRB, dan yang signifikan meningkatkan kesenjangan adalah lnpres Dati II. Selain itu Ariani (2000) juga telah melakukan studi empiris tentang pertumbuhan dan kesenjangan ekonomi antar daerah di Propinsi Jawa timur dengan menghitung laju pertumbuhan ekonomi dan kesenjangan antar daerah dengan lndeks Williamson dan mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi
kesenjangan
antardaerah
periode
1980-1998.
Hasil
penelitian menunjukkan besarnya kesenjangan ekonomi antardaerah di Jawa timur dari tahun 1980-1998 berdasarkan PDRB per kapita cukup bervariasi yaitu an tara 0,661
sampai 1, 162 dengan trend kesenjangan ekonomi
antardaerah semakin meningkat. Wardana (2002) melakukan penelitian tentang distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat di Daerah lstimewa Yogyakarta periode 1994-2000 menyimpulkan bahwa pendapatan terdistribusi secara
13
relatif merata, tingkat kesejahteraan masyarakat termasuk dalam kategori baik serta pendapatan per kapita berpengaruh secara tidak signifikan terhadap distribusi pendapatan, umur harapan hidup dan angka melek huruf. Dari beberapa hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya tidak ada kesamaan dengan penelitian yang dilakukan. Hal-hal yang membedakan terutama waktu atau periode penelitian (penelitian sebelumnya periode 19811995),
variabel (faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan pada
penelitian sebelumnya adalah persentase sektor industri terhadap PDRB dan lnpres Dati II)
dan pendekatannya (penelitian sebelumnya menggunakan
autoregresif model). 1.3 Tujuan Penelitian Berkenaan dengan latar belakang dan
perumusan
masalah
penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1.
menganalisis kesenjangan antardaerah di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta dengan indeks Williamson dari sisi PDRB per kapita;
2.
mengidentifikasi kecenderungan kesenjangan antardaerah di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta;
3.
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesenjangan dengan
menganalisis
pengaruh
investasi
swasta,
pengeluaran
pembangunan dan laju pertumbuhan. Alasan mencerminkan
pemilihan
PDRB per kapita karena
pendapatan
yang
diterima
PDRB per kapita
masing-masing
penduduk.
Pemilihan investasi swasta dan pengeluaran pembangunan karena variabel-
14
variabel ini dapat dikategorikan sebagai variabel pemacu pembangunan perekonomian daerah. Alasan pemilihan laju pertumbuhan karena untuk mengetahui apakah di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta berlaku, bahwa antara
pemerataan
dan
pertumbuhan
sulit untuk diwujudkan secara
bersama-sama atau dapat berjalan beriringan.
1.4 Manfaat Penelitian 1.
Memberikan sumbang saran serta masukan bagi Pemerintah Daerah Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta, khususnya dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi dan usaha untuk mengurangi kesenjangan antardaerah.
2.
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi para peneliti selanjutnya khusus dalam penelitian tentang kesenjangan antardaerah.
1.5 Sistematika Fenulban
Pada penelitian ini disusun sistematika penulisan yang terdiri dari empat bab dan beberapa sub bab· sebagai berikut : BAB I Pengantar berisikan latar belakang, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta dilengkapi dengan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis berisikan tinjauan pustaka, landasan teori dan alat analisis yang digunakan serta hipotesis. BAB Ill Analsisis Data berisikan cara penelitian, variabel dan data yang digunakan, hasil analisis dari data yang digunakanserta pembahasan. BAB IV Kesimpulan dan Saran
merupakan
15
akhir
penelitian
yang
sebelumnya dan pada
berisikan
kesimpulan
hasil
analisis
bagian akhir disajikan rekomendasi
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh atau saran.
bab-bab kebijakan
BABII TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS 2. 1 Tinjauan Pustaka Di dalam subbab ini akan diuraikan tentang hasil-hasil penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu yang ada hubungannya dengan kesenjangan antar daerah. Kuznets (1955) yang telah berjasa besar dalam memelopori analisis
pola-pola
pertumbuhan
historis di
negara-negara
maju
telah
mengemukakan bahwa pada tahap-rahap pertumbuhan awal, distribusi pendapatan atau kesejahteraan cenderung memburuk, namun pada tahaptahap berikutnya hal itu akan membaik. Observasi inilah yang kemudian dikenal secara luas sebagai konsep kurva Kuznets "U-terbalik" (lihat Todaro, 2000 : 206-207).
Menurut Oshima (1999: 198)
banya~<
(1992),
sebagaimana dikutip oleh
Akita,
negara-negara Asig nampaknya me11giku+i kwva
dkk
Ku~ne~s
dalam kesenjangan pendapatan, tetapi puncaknya telah dicapai ketika ekonomi masih didominasi sektor pertanian dengan pendapatan per kapita yang lebih rendah daripada di negara-negara barat. Temuan menunjukkan bahwa faktor-faktor dan kekuatan-kekuatan yang mendasari proses Kuznets bervariasi, kalau hanya salah satu tidak dapat menjelaskan proses dengan model yang sederhana. Williamson
(1965)
meneliti
hubungan antara disparitas regional
dengan tingkat pembangunan ekonomi. Dengan menggunakan data ekonomi yang sudah maju dan ekonomi yang sedang berkembang, ditemukan bahwa
16
17
selama tahap awal pembangunan, disparitas regional menjadi lebih besar dan pembangunan terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu. Pada tahap yang
lebih
matang
dari
pertumbuhan
ekonomi,
tampak
adanya
keseimbangan antar daerah dan disparitas berkurang dengan signifikan. Menurut
Myrdal
(1957)
perbedaan
tingkat
kemajuan
ekonomi
antardaerah yang berlebihan akan menyebabkan pengaruh yang merugikan (backwash effects) mendominas:· pengaruh yang menguntungkan (spread effects) terhadap pertumbuhan daerah,
hal ini mengakibatkan proses
ketidakseimbangan. Pelaku-pelaku yang mempunyai kekuatan di pasar secara normal akan cenderung meningkat bukannya menurun, sehingga mengakibatkan ketimpangan antardaerah (lihat Arsyad, 1999(a): 129). Hirschman mengalami
(1958)
mengemukakan
perkembangan,
maka
bahwa
perkembangan
jika itu
suatu akan
daerah
membawa
pengaruh atau imbas ke daerah lain. Daerah-daerah lain tersebut dapat memperoleh pengaruh yang positif dan juga negatif dari perkembangan di daerah yang menjadi pusat pertumbuhan. Pengaruh yang menguntungkan bagi daerah lain disebut trickling down effect dan yang merugikan disebut polarization
effect.
Menurut
Hirschman
sekali
pertumbuhan
dimulai,
pertumbuhan tersebut cenderung terkonsentrasi di sekitar titik awal (starting points) karena ekonomis external seperti biaya produksi yang lebih rendah,
lokalisasi
perusahaan
yang
saling
berhubungan
dan
ekspansi
pasar.
Kemajuan di kutub pertumbuhan menetes (trickle down) ke daerah-daerah terbelakang karena migrasi tenaga kerja menurunkan tekanan penduduk di
18
daerah terbelakang. Di sisi lain, kemampuan yang lebih besar untuk bersaing di antara industri-industri, peluang investasi yang lebih baik di kutub pertumbuhan, terbelakang
dan
berpindahnya
merupakan
sumber
penyebab
proses
daya
terbaik
pengkutuban
dari
daerah
(lihat Arsyad,
199(a): 129).
2.2 Landasan Teori Kesenjangan pembangunan ekonomi merupakan satu dari sekian banyak
permasalahan
pembangunan.
Sebenarnya
kesenjangan
pembangunan bukan hanya terjadi di negara-negara sedang berkembang, tetapi di negara-negara maju pun masih terdapat ketidakmerataan dalam menikmati hasil-hasil pembangunan, namun di negara-negara berkembang masalah
ketidakmerataan
menjadi sangat berat karena selain tingkat
pendapatan yang rendah, ketersediaan sumber-sumber daya juga terbatas. Ketidakmerataan kesenjangan
pembangunan
pendapatan
yang
terjadi
antarpenduduk,
dapat kesenjangan
mengakibatkan pendapatan
antardaerah dan kesenjangan antarsektor-sektor ekonomi. Pemerataan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal
yang
harus berjalan saling beriringan,
karena pemerataan tanpa
pertumbuhan akan memperluas kemiskinan, sedangkan pertumbuhan tanpa pemerataan
akan
menimbulkan
kesenjangan.
Berkaitan
dengan
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan daerah, berikut ini akan diuraikan teori pertumbuhan ekonomi daerah dan penyebab terjadinya kesenjangan pembangunan ekonomi.
19
2.2.1 Teori pembangunan ekonomi Studi pembangunan ekonomi adalah suatu cabang ilmu yang paling menggairahkan dan menantang dari disiplin ilmu ekonomi. Ahli ilmu ekonomi pembangunan pertama adalah Smith yang terkenal dengan bukunya yang berjudul Wealth of Nations terbit pada tahun 1776. Buku ini diyakini sebagai pelopor mengenai pembangunan ekonomi. Namun ada sementara kalangan yang beranggapan bahwa ekonomi pembangunan bukanlah merupakan cabang khusus ilmu ekonomi, seperti cabang-cabang ilmu ekonomi lainnya yang
memiliki
ciri
khas
seperti
ilmu
makroekonomi,
ilmu
ekonomi
ketenagakerjaan, ilmu keuangan negara atau ilmu ekonomi moneter. Namun pandangan para penentangnya bahwa ilmu ekonomi pembangunan itu hanyalah merupakan campuran dari berbagai cabang ilmu ekonomi, yang memusatkan perhatian khusus kepada perekonomian di masing-masing ncg&ta-negara Afrika, Asia, Amb.-ika Latin (Todaro, 2000:8). Ekonomi
pembangunan
(development
economics)
mempunyai
cakupan yang cukup luas, selain mengupas tentang cara-cara alokasi sumber daya produktif langka yang seefisien mungkin serta kesinambungan waktu
ke
waktu.
pertumbuhannya
dari
memperhatikan
mekanisme-mekanisme
Ekonomi ekonomi,
pembangunan sosial,
politik
juga dan
kelembagaan baik yang terkandung di sektor swasta maupun di sektor pemerintah/publik. Semua mekanisme tersebut sangat diperlukan untuk memperbaiki taraf hidup manusia secara cepat (Todaro, 2000:9).
20
2.2.2 Konsep daerah Daerah adalah suatu areal geografis yang merupakan suatu kesatuan. Pada intinya ada tiga konsep daerah yaitu daerah homogen, daerah nodal dan daerah administratif, di mana masing-masing mempunyai pengertian sebagai berikut (Soepono, 1999:16). a. Daerah homogen adalah suatu gabungan beberapa areal geografis yang memiliki karakteristik yang sama, walaupun secara fisik letaknya tidak bersebelahan Kesamaan
tetapi
ada
sifat-sifat
kesamaan sifat-sifat di wilayah tersebut.
tersebut
dapat
berupa
kesamaan
dari
segi
pendapatan per kapita, kesamaan sosial budaya, kesamaan geografis dan sebagainya. b. Daerah nodal yaitu suatu daerah
di mana terjadi satu atau beberapa
pusat kegiatan ekonomi. c. Daerah administratif adalah suatu wilayah ekonomi yang berada di bawah suatu administrasi tertentu seperti propinsi, kabupaten, kecamatan dan sebagainya. Di dalam prakteknya pembagian wilayah di Indonesia didasarkan atas pembagian daerah administrasi, oleh karena itu wilayah negara dibagi menjadi wilayah-wilayah atau daerah-daerah ekonomi berdasarkan satuan administrasi yang ada. Pembagian wilayah berdasarkan administrasi akan lebih
mudah
untuk
diakses
dan
dianalisis.
karena
pada
umumnya
pengurr.·;Julan data di berbagai daerah atau negara didasarkan kepada satuan administratifnya.
21
2.2.3 Pembangunan ekonomi daerah Pembangunan
ekonomi
daerah
pada
hakekatnya
melakukan
pembahasan mengenai dua hal yaitu berkisar tentang metode dalam menganalisis perekonomian suatu daerah dan teori-teori yang membahas tentang faktor-faktot yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu.
Pembangunan daerah pada dasarnya merupakan fungsi dari
sumbe:- daya alam, tenaga kerja, investasi, enterpreuneurship, transportasi, komunikasi, komposisi industri, teknologi, luas daerah, pasar ekspor, situasi ekonomi
internasional,
pemerintah
pusat
pembangunan
kapasitas
dan
daerah
bantuan mengalami
pemerintah (Arsyad,
daerah,
pengeluaran
1999(a):114-115).
perkembangan
mengingat
Teori teori
pembangunan yang dikenal selama ini tidak dapat menjawab secara tuntas dan komprehensif. Suatu paradigma baru teori pembangunan ekonomi adalah seperti yang terlihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.1 Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Komponen Kesempatan kerja
Konsep Lama Konsep Baru Semakin banyak peru- Perusahaan harus mesahaan semakin banyak I ngembangkan pekerjaan peluang kerja yang sesuai dengan kondisi I penduduk daerah
Basis pembangunan
Pengembangan ekonomi
sektor Pengembangan lemba-galembaga ekonomi baru I
Aset-aset lokasi
Sumberdaya tahuan
Keunggulan komparatif Kunggulan komparatif didasarkan kepada aset didasarkan pada kualitas fisik lingkungan penge- Ketersediaan kerja
Sumber: Arsyad, 1999(a)
angkatan
P~ngetahuan
sebagai pembangkit ekonomi
22
2.2.4 Teori pertumbuhan ekonomi daerah Kuznets
(1971)
dalam
kuliahnya
pada
peringatan
Nobel
mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, penyesuaian kelembagaan dan ideologi yang diperlukannya (lihat Jhingan, 1999 : 57). Teori pertumbuhan terakhir yang akan dibahas pada tulisan ini adalah teori basis ekonomi (economic base theory). Teori ini menyatakan bahwa faktor
penentu
utama
pertumbuhan
ekonomi
suatu
daerah
adalah
berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan surnber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan peluang kerja (Arsyad, 1999(a) : 116). Model ini sangat berguna untuk menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri dan sektor yang
dibutuhkan
masyarakat
untuk mengembangkan
stabilitas
ekonomi. Setiap daerah dalam melaksanakan penibangunannya mengharapkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan pemerataan, sehingga akan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakatnya. Dalam melaksanakan pembangunan, daerah sebaiknya lebih memperhatikan keunggulan-keunggulan
dan
kharakteristik yang
dimiliki
setiap daerah
tersebut. Partisipasi masyarakat di daerah dalarri pembangunan akan dapat
meningkatkan pendapatan per kapita. Peningkatan pendapatan per kapita akan mendorong peningkatan daya beli masyarakat sehingga masyarakat akan memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup secara layak. Peningkatan pendapatan per kapita akan mendorong aktivitas ekonomi, karena permintaan yang meningkat sebagai akibat dari J:.aningkatan daya beli masyarakat, dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
2.2.5 Penyebab kesenjangan pembangunan ekonomi Banyak pihak baik di negara maju maupun di negara berkembang tidak lagi meyakini pertumbuhan ekonomi sebagai
tujuan pembangunan
nomor satu yang harus selalu dikejar-kejar dan diutamakan. Perhatian utama terfokus pada dilema kompleks antara pertumbuhan versus distribusi pendapatan. Keduanya sama-sama penting namun hampir selalu sangat sulit untuk diwujudkan secara bersamaan. Pengutamaan yang satu menuntut dikorbankannnya yang lain. Sekarang
banyak negara dunia ketiga yang
cukup berhasil mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi mulai menyadari bahwa pertumbuhan yang tinggi tersebut ternyata belum membuahkan hasil yang berarti bagi masyarakatnya yang paling miskin dan paling
membutuhkan
taraf
hidup.
Ketimpangan
distribusi
pendapatan
merupakan akibat langsung dari ketimpangan pelaksanaan pembangunan ekonomi.
Penanggulangan kemiskinan dan ketimpangan
pembangunan
ekonomi merupakan salah satu masalah pokok dalam pembangunan, karena itu uraian berikut akan .memusatkan perhatian pad a kajian mengenai penyebab kesenjangan pembangunan ekonomi.
24
Kesenjangan pembangunan antarpusat dan daerah atau daerah dengan daerah lainnya merupakan fenomena lama yang selalu ada. Hal ini disebabkan oleh faktor endowment.
sumber daya manusia,
investasi,
bantuan pembangunan dan perbedaan awal pelaksanaan pembangunan. Menurut Adelman dan Morris (1973) secara umum yang menyebabkan ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara sedang berkembang adalah pertambahan
penduduk
yang
tinggi
yang
mengakibatkan
menurunnya
pendapatan per kapita, inflasi yang dikarenakan pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertambahan produksi barangbarang,
ketidakmerataan
pembangunan
antardaerah,
capital
intensive
sehingga persentase pendapatan modal dari harta tambahan lebih besar dibandingkan persentase pendapatan yang berasal dari kerja sehingga pengangguran bertambah, rendahnya mobilitas sosial, kebijakan industri substitusi impor yang berakibat pada peningkatan harga barang hasil industri, memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi negara sedang berkembang dengan negara comaju, dan hancurnya industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga dan lain-lain (Arsyad, 1999(b) : 226-227). Kesenjangan pembangunan di Indonesia selama ini berlangsung dan berwujud dalam berbagai bentuk. Bukan saja berupa kesenjangan hasi-hasil pembangunannya misalnya pendapatan per kapita, tetapi juga kesenjangan
25
kegiatan atau proses pembangunan itu sendiri. Bukan pula semata-mata berupa kesenjangan antarindividu, tetapi juga kesenjangan antardaerah dan antarsektoral.
Gambaran tentang angka indeks
kesenjangan regional
Indonesia mulai tahun 1980 - 1998 seperti pada tabel berikut ini. Tabel 2.2 lndeks Kesenjangan Regional Indonesia, 1980-1998 Tahun
!
lndeks Kesenjangan Williamson
!
0.425
'
1980
'
1981
0.445
1982
0.438
1983
0.498
1984
0.515
1985
0.494
1986
0.474
1987
0.471
1988
0.465
1989
0.493
1990
0.484
1991
0.536
1992
0.535
1993
0.544
1994
0.583
1995
0.575
1996
0.660
1997
0.663
1998
0.650
i Sumber : Sjafrizal, 1997 Para ahli ekonomi Klasik berpendapat bahwa mekanisme pctsar bebas akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang antar
26
berbagai daerah. Melalui mekanisme pasar bebas maka dengan sendirinya dapat menghapus gangguan-gangguan ketidakseimbangan yang terjadi, selain itu bila ada ketidakseimbangan antardaerah hal itu hanya bersifat sementara (Sukirno, 1985:29). Mc.nurut Hasibuan
(1993: 1OS) menyebutkan bahwa pemerataan
pendapatan dapat dilihat dari tiga segi yaitu : a. pembagian pendapatan antargolongan pendapatan atau ketimpangan relatif; b. pembagian pendapatan antaradaerah perkotaan dan pedesaan; c. pembagian pendapatan antardaerah. Selanjutnya dalam penelitian ini yang dimaksud kesenjangan antar daerah adalah berkaitan dengan pengertian pembagian pendapatan antar daerah yaitu antar daerah kabupaten/kota di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta. Kesenjangan antardaerah di Propinsi DIY pada hakekatnya adalah melihat sejauhmana ketimpangan distribusi pendapatan per kapita antar daerah di Propinsi DIY. Tingkat kesenjangan diukur dengan menggunakan indeks ketimpangan regional yang semula digunakan oleh Jeffrey G. Williamson. menunjukkan
Nilai indeks ketimpangan berkisar antara 0 s/d bahwa
semakin
mendekati
1
maka
semakin
1, yang terjadi
ketimpangan antar daerah di Propinsi DIY. Kecenderungan ketimpangan di .Propinsi DIY dengan melakukan analisis trend dari nilai indeks Williamson. Dari analisis trend ini akan
27
diketahui apakah kesenjangan di Propinsi DIY semakin melebar atau semakin menyempit. Melebar atau menyempitnya kesenjangan ini bisa dilihat dari
slope trendnya.
Apabila
slope trend
positif,
maka
kesenjangan
pembangunan ekonomi di Propinsi DIY trendnya semakin melebar dan sebaliknya bila negatif maka trendnya semakin me'lyempit. Variabel
pengeluaran
pembangunan,
investasi
swasta
dan
pertumbuhan digunakan untuk menguji penyebab kesenjangan di Propinsi DIY. Variabel yang berarti sebagai variabel penjelas dalam mempengaruhi tingkat kesenjangan adalah variabel yang signifikan secara statistik, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai alat kebijakan dalam mengantisipasi adanya kesenjangan.
2.3 Alat Analisis
Untuk mengukur kesenjangan digunakan indeks Williamson
yang
pada dasarnya melihat nisbah antara PDRB per kapita suatu wilayah dengan jumlah penduduk dalam wilayah tersebut.
Rumus indeks kesenjangan
Williamson adalah sebagai berikut (Sjafrizal, 1997:31) IWt
=
'sl ~ (Yi - Y)
2
f/n
y
IWt
= l;1deks Williamson pada tahun t
yi
= PDRB per kapita kabupaten/kota ke-i
y
= PDRB per kapita Propinsi DIY
fi
= Jumlah penduduk kabupaten/kota ke-i
n
= Jumlah penduduk Propinsi DIY
(2.1)
28
Nilai indeks kesenjangan Williamson antardaerah adalah 0 artinya bila nilai indeks Williamson
~
IW
~
1
semakin besar maka semakin tinggi
kesenjangan antardaerah, demikian pula sebaliknya. Nilai indeks Williamson terletak antara 0 dan 1 maka disebut juga nilai kesenjangan relatif. Kecenden.Jtlgan kesenjangan PDRB per kapita antardaerah dapat diketahui dengan menerapkan alat analisis Trend Linear pada lndeks Willi-amson. Persamaan Trend Linear yang dimaksud adalah sebagai berikut (Saleh, 1996:216) =a+ bXi
Yt
= nilai trend lndeks Williamson pada tahun t
~
=tahun ke-i
a
= nilai trend pada tahun dasar
b
= slope garis trend
(2.2)
Tiap nilai a dan b dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut:
a
= L Yin
b
= LXY I LX2
n
=jumlah tahun pengamatan
Persamaan tersebut dapat digunakan dengan syarat tahun dasar trend berada di tengah ( X = 0). Dari persamaan trend linear kecenderungan kesenjangan PDRB per kapita antardaerah selama periode penelitian dapat diketahui dari slope garis trend. Jika slope garis trend (nilai b) positif berarti selama periode penelitian telah terjadi peningkatan kesenjangan, sebaliknya
29
jika slope garis trend nilainya negatif berarti selama periode penelitian telah terjadi penurunan kesenjangan. Pengujian
terhadap
pengaruh
hubungan
antara
kesenjangan
antardaerah dengan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan, investasi dan laju pertumbuhan dilakukan dengan membentuk suatu model dengan fungsi sebagai berikut, IW = f (PP, INV, G) yang selanjutnya diuji dengan menggunakan Error Correction Model (ECM),
karena ECM relatif lebih
unggul bila dibandingkan dengan Partial Adjustment Model (PAM) misalnya karena kemampuan yang dimiliki oleh ECM dalam meliput lebih banyak variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek dan jangka panJang dan mengkaji konsisten tidaknya model empirik dengan teori ekonomika, serta dalam usaha mencari pemecahan terhadap persoalan variabel runtun waktu yang tidak stasioner (non stationary) dan regresi lancung (spurious regression) atau korelasi lancung (spurious correlation) dalam analisis ekonometrika
(Gujarati,
1995:387), dengan persamaan
sebagai berikut (lihat Anonim, 2001:7-8) ·DIWt = Co + c1DPP + c2DINV + c3DG + C4PPt-1 + esiNVt-1 + esGt-1 +
C7ECT + Ut Di mana; IWt
= indeks kesenjangan di Propinsi DIY pada tahun t
PPt
= Pengeluaran Pembangunan Propinsi DIY pada tahun t
INVt
= lnvestasi swasta di Propinsi DIY pada tahun t
Gt
= Laju pertumbuhan PDRB Propinsi DIY pada tahun t
(2.3)
30
DIWt = IWt-IWt-1 DPPt = PPt- PPt-1 DINVt
= INVt- INVt-1
DGt
= Gt- Gt-1
ECT
=Variabel koreksi kesalahan (Error Correction Term= ECT) ECT = PPt-1 + INVt-1 + Gt-1- IW1-1
Ut
=Variabel pengganggu
Co, c1, c2, C3, C4, C5, C£, C7
= koefisien variabel penjelas
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bentuk fungsi model empiris dengan pendekatan
Error Correction Model (ECM) ini adalah bila
hasil estimasi koefisien error correction term (ECT) signifikan secara statistik dan mempunyai tanda positif, maka spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian tersebut adaiah sahih atau valid serta konsisten dengan teori ekonomi. Selanjutnya koefisien ECT terletah. diantara 0 dan 1.
A~abila
ketiga
persyaratan tersebut tidak dapat dipenuhi maka penggunaan model tidak bisa dipakai. Untuk menghitung nilai koefisien regresi jangka panjang digunakan rumus sebagai berikut : Konstanta
= (eo + c1) I c1
PPt
= (C4 +
C7)
I
C7
INVt
= (C5 +
C7)
I
C7
Gt
= (C6 +
C7)
I
C7
31
2.4 Hipotesis 1.
Diduga di Daerah lstimewa Yogyakarta semakin tinggi pertumbuhan ekonomi dan investasi swasta yang masuk akan
menyebabkan
kesenjangan antardaerah akan semakin meningkat atau berhubungan positif. 2.
Diduga di Daerah lstimewa Yogyakarta semakin tinggi pengeluaran pembangunan akan menyebabkan kesenjangan antardaerah akan semakin menurun atau berhubungan negatif.
BAB Ill ANALISIS DATA
3. 1 Cara Penelitian 3.1.1 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data runtun waktu, dengan pengamatan data dari tahun 1980 - 2000 yang terdiri dari : a. PDRB Propinsi DIY dan PDRB Kabupaten/Kota se-Propinsi DIY tahun 1980- 2000 berdasarkan harga konstan 1993:
b. PDRB per kapita Propinsi DIY dan PDRB per kapita Kabupaten/Kota sePropinsi DIY tahun 1980 - 2000 berdasarkan harga konstan 1993; c. jumlah penduduk Propinsi DIY dan jumlah penduduk kabupaten/kota sePropinsi DIY tahun 1980-2000; d. data investasi ::.vvasta Propinsi DIY tahun 1980- 2000; e. data pengeluaran pembangunan Propinsi DIY tahun 1980- 2000; f.
data laju pertumbuhan Propinsi DIY tahun 1980- 2000.
3.1.2 Sumber data
Sumb9r data diperoleh dari Kantor Statistik Propinsi DIY, kantor BAPPEDA Propinsi DIY, dan Kantor BKPMD Propinsi DIY, yaitu : a. data PDRB, PDRB per kapita, laju pertumbuhan serta jumlah penduduk dari buku PDRB DIY serta PDRB Kabupaten dan Kota yang ada di Propinsi DIY tahun 1980 - 2000;
32
...,..., .).)
b. data pengeluaran pembangunan Propinsi DIY dari buku DIY dalam angka tahun 1980 - 2000; c. data investasi swasta DIY dari buku daftar PMDN dan PMA Propinsi DIY tahun 1980 - 2000.
3.2 Perkembangan Hubungan Antara Variabel Yang Diamati 3.2.1 Perkembangan penduduk di Propinsi DIY
Berdasarkan data jumlah penduduk pada lampiran 1, maka jumlah penduduk terbesar adalah penduduk Kabupaten Gunung Kidul, kemudian Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantu!, Kabupaten Kulon Progo dan terkecil adalah penduduk Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Propinsi DIY, sekaligus sebagai kota pendidikan, kota budaya dan tujuan pariwisata, mampu menarik pendatang untuk tinggal di Yogyakarta. Namun karena luasnya yang sangat kecil bila dibandingkan empat kabupaten lainnya, sehingga banyak pemukiman muncul di sekitar Kota Yogyakarta dan sudah masuk wilayah administrasi kabupaten, terutama sekali di wilayah Kabupaten Sleman. Akibatnya jumlah penduduk Kabupaten Sleman menjadi banyak, di mana sebetulnya mereka kebanyakan mempunyai aktivitas seharihari di dalam Kota Yogyakarta. Laju pertumbuhan penduduk
Propinsi Daeral1 lstimewa Yogyakarta
dalam dua dasa warsa terakhir mangalami peningkatan, dari tahun 1980 1990 sebesar 0,57 dan meningkat menjadi 0,72 pada periode 1990- 2000.
Peningkatan
laju terjadi di empat kabupaten,
sementara untuk
Kota
Yogyakarta turun dari 0,34 pad a peri ode 1980-1990 menjadi -0,38 pad a
34
periode 1990-2000. Secara rinci laju pertumbuhan penduduk untuk setiap kabupaten dan kota selama dua dasa warsa terakhir seperti pada tabel berikut ini. Tabel 3.1 Laju Pertumbuhan Penduduk DIY, 1980-1990 dan 1990-2000 Kabu paten/Kota
Tahun 1980-1990
Tahun 1990-2000
-0,13
0,31
1,43
1,51
Bantu I
0,94
1,19
Kulon Progo
-0,22
-0,04
Yogyakarta
0,34
-0,38
0,57
0,72
; ;
i
Gunung Kidul
! i
'
I
Sleman :
Propinsi DIY
'
Sumber : PDRB Proptnsl DIY 3.2.2 Perkembangan PDRB per kapita di Propinsi DIY Rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita untuk semua wilayah melebihi rata-rata pertumbuhan penduduknya. Perkembangan PDRB per kapita
tertinggi
adalah
kota
Yogyakarta,
diikuti
Kabupaten
Sleman,
Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantu!. Namun mulai tahun 1997 terjadi pergeseran di · mana setelah Kabupaten Gunung Kidul, diikuti Kabupaten Bantu! maka selanjutnya Kabupaten Kulon Progo menjadi paling rendah PDRB per kapitanya. Untuk lebih jelasnya perkembangan PDRB per kapita secara rinci untuk tiap wilayah seperti pada gambar berikut ini.
35
--------- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - l
Grafik PDRB Per Kapita 4000000
I
1
I
I
3500000 .
!
2 3000000 "
·g.
::.:::
2500000 •
Q:; 2000000 -
()_
~ 1500000
0
()_
0---------------------------------------~~
~~~~~~~~~$~~~~w~~~~ ~ ~ ~ 0 ~ 0 0 0 0 ~ ~ ~*~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
Tahun -+-Yogyakarta -----Sieman ---.-Gunung Kidul ---*-Bantul ___.._Kulon Progo ' -
-
Gambar 3.1 Grafik Perkembangan PDRB Per kapita Propinsi DIY, 1980-2000
3.3 Hasil Analisis Data dan Pembahasan 3.3.1 Kesenjangan antar daerah di Propinsi DIY Angka indeks
William~on
yang semakin
meningk~t
(mendekati satu)
mengindikasikan adanya kesenjangan antardaerah yang semakin melebar, sebaliknya apabila angka indeks Williamson semakin menurun (mendekati nol) berarti kesenjangan antardaerah semakin menyempit atau semakin merata. Hasil penghitungan indeks kesenjangan antardaerah di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta dengan menggunakan indeks Williamson periode 1980-2000, atas dasar harga konstan tahun 1993 penghitungan
(berdasarkan
yang telah dilakukan sebagaimana pada lampiran 2) seperti
. pada tabel berikut ini.
36
Tabel 3.2 lndeks Williamson Propinsi DIY, 1980-2000
l
No.
Tahun
lndeks
I I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000
0.355 0.334 0.362 0.344 0.342 0.349 0.338 0.336 0.331 0.332 0.354 0.369 0.362 0.375 0.389 0.342 0.398 0.409 0.401 0.400 0.397
I i ' '~
I
'
!
!
!
I i
I I
i I
I
I II i
II
I
I
Sumber: data diolah Selama periode pengamatan dari tahun 1980-2000, maka di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta angka indeks Williamson yang menunjukkan adanya tingkat kesenjangan antardaerah besarnya berfluktuasi, tertinggi sebesar 0,409 pada tahun 1997 dan terendah sebesar 0,331 pada tahun 1988. Apabila dibandingkan dengan angka indeks kesenjangan Indonesia, maka untuk wilayah Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta kesenjangannya lebih rendah atau bisa dikatakan pembangunan ekonominya lebih merata. Untuk melihat fluktuasi angka indek.s kesenjangan Williamson dari tahun ke tahun tersebut seperti pada gambar berikut ini.
37
IW
0.421 0.4 ·J I
i i I
0.38
I I
i
0.36
I
~
0.34
!
~
0.32
0.3
!
-L'--------------,--------..,------------. ~~*~~~~ ~~~~~~~~~#~~~~~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
:-+-IW
-~---'
Gambar 3.2 Grafik lndeks Kesenjangan Williamson Propinsi DIY, 1980-2000
3.3.2 Kecenderungan tingkat kesenjangan antar daerah di Propinsi DIY Selama periode pengamatan, tampak da.ri tabel dan gambar angka indeks kesenjangan Williamson besarnya berfluktuasi, kadang menurun namun pada tahun berikutnya meningkat, atau variasi dari keduanya sehingga
belum
bisa
diambil
kesimpulan
apakah
selama
periode
pengamatan, indeks kesenjangan Williamson di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta tersebut cenderung meningkat atau menurun. Untuk memastikan apakah indeks kesenjangan tersebut memiliki kecenderungan meningkat atau menurun,
maka
dianalisis
dengan
trend
linier dengan
menggunakan program Eview's 3.0 adalah sebagai berikut:
penghitungan
38
IWvs. TAHUN
0.42 0
0.40
0
0
0
0
0
0.38 0 0
0.36
0
0.34
0
c
0
0
0.32 1975
1980
1985
0
1990
1995
2000
2005
TAHUN Gambar 3.3 Grafik Kecenderunqan Trend Linier lndeks Kesenjanpan Williamson, 1980- 2000
Y = -6,103398 + 0,003249 X
t-Statistic = 5,16
R2
=0,583572
Hasil perhitungan seperti pada lampiran 6 serta gambar grafik kecenderungan menunjukkan peningkatan indeks kesenjangan Williamson yang signifikan yang ditunjukkan dengan nilai t-statistic sebesar 5,16. Besarnya koefisien arah trend indeks kesenjangan Williamson adalah sebesar
0,0032
dan
bertanda
positif,
ini
berarti
bahwa
arah
kesenjangan antar daerah cenderung meningkat walaupun relatif kecil.
trend
39
3.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan antardaerah di DIY Faktor -
faktor yang mempengaruhi kesenjangan antardaerah di
Propinsi DIY periode tahun 1980 - 2000 diuji dengan menggunakan model dinamik yaitu model koreksi kesalahan (Error Correction Model
= ECM). Agar
diperoleh hasil regresi yang tidak lancung maka sebelum dilakukan regresi, data distasionerkan dulu dengan melakukan uji akar-akar unit dan uji derajat integrasi. Dalam penelitian ini digunakan uji yang dikembangkan oleh Dickey(1979) dan Fuller(1981). Uji akar-akar unit untuk data yang digunakan dengan panjang kelembanan adalah k = N
113
= 2,76 ~ 3. Dari hasil uji akar-
akar unit tidak ada data yang stasioner, hal ini ditunjukkan dari nilai ADF Test Statistic belum ada yang lebih besar dari nilai kritis (critical value) MacKinnon, oleh karena itu harus dilakukan uji derajat integrasi. Dari hasil regresi antara data linier dan data log-linier diperoleh hasil yang lebih baik pada data loglinier (lampiran 5) yang ditunjukkan oleh ECT yang positif, terletak antara 0 dan 1 serta signifikan, sehingga untuk selanjutnya akan diuraikan hasil regresi dengan data log-linier. Hasil pengujian dengan derajat integrasi satu menunjukkan semua data sudah stasioner, hasil uji stasionaritas data adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Nilai OF dan ADF Uji Derajat lntegrasi i
Varia bel
OF
;LPP LINV G DLPP DLINV DG Sumber:
1
ADF
-7,67 -3,97 -4,76 -6,58 -8,54 -3,99 -5,64 l-3,89 -6,58 i -3,51 I I -3,95 -8,·17 Data Tabel 3.4 (data diolah)
Nilai kritis OF (0, 10) -2,68 -2,70 -2,72 -2,69 -2,69 -3,38
kritis Nilai ADF (0,05) -3,08 -3,12 -3,15 -3,10 -3,10 -3,87
40
Variabel - variabel yang digunakan dalam pengujian tersebut adalah indeks
kesenjangan
Williamson,
pengeluaran
pembangunan
Propinsi,
investasi swasta dan laju pertumbuhan di Propinsi DIY yang sebelumnya sudah dilakukan uji stasionaritas data, adalah sebagai berikut : Tabel 3.4 lndeks Kesenjangan Williamson, Pengeluaran Pembangunan, lnvestasi Swasta dan Pertumbuhan di Propinsi DIY, 1980 - 2000 Tahun
1980 1981 1982 1983 11984 I 1985 /1986 1 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 i 1998 1999 2000
IW
0.355 0.334 0.362 0.344 0.342 0.349 0.338 I 0.336 0.331 0.332 0.354 0.369 0.362 0.375 0.389 0.342 0.398 0.409 0.401 0.400 0.397
I
Pengeluaran Pembangunan (000 Rp) 4.910.409 7.362.429 8.4 ~ 5.020 7.812.098 10.755.050 14.4210695 19.407.725 14.952.643 18.482.685 15.487.967 20.389.945 28.129.451 30.172.878 36.925.170 34.727.192 39.938.108 47.172.897 50.300.478 43.230.735 53.014.934 61.161.451
lnvestasi Swasta (Rp)
1.171. 703.000 12.443.210.000 1.261.395.824 21.328.878.100 6.600.000.000 89.145.825.000 44.631.173.000 44.016.072.000 171.523.378.744 59.429.798.022 453.509.490.00 0 443.134.480.00 0 261.434.090.00 0 348.572.260.000 237.519.730.00 0 51.434.178.000 177.079.830.00 0 281.178.290.000 84.275.742.000 150.623.340.00 0 152.101.750.00 0
Pertumbuhan \ (%) !
1
8.89 6.59 4.11 5.75 5.81 1.42 7.76 4.08 6.00 6.27 4.57 5.19 6.94 6.40 8.11 8.09 7.80 3.51 -11.18 0.99 4.01
Sumber: BPS, DIY Dalam Angka 1980-2000, BKPMD Propinsi DIY
Hasil regresi linier dengan Ordinary Least Squares (OLS) data time
series pada tabel tersebut di atas adalah sebagai berikut .
41
Tabel3.5 Hasil Pengujian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesenjangan Antardaerah di Propinsi DIY, 1980 - 2000. t hitung
Koefisien
Varia bel
Kesimpulan
t tabel 0,05
-0.004152
-0.320090
DSG
9.66E-05
0.292691
DSLINV
0.004548
0.772689
Tidak signifikan
DSLPP
0.049010
0.601816
Tidak signifikan
GS(-1)
-0.592062
-2.424013
Signifikan
-2.417512
Signifikan
-1.691905
Tidak signifikan
Konstanta
LINVS(-1)
-0.5872921 -0.467659
I I
IECT
Tidak signifikan
I
I
LPPS(-1)
1.721
2.419290
0.591680
!
signifikan
I
Sumber: Tabel 3.4
= 0.830815
R2
Adjusted R2 = 0.633433 DW
F statistik
=4.209176
F tabel
= 2.55
= 2.049299
Uji Diagnostik : 1. Normalitas : Jarque- Bera Test = 0.1731 2. Linieritas (Ramsey RESET Tes) : X2 hitung
= 0.5409
X2 tabel
= 2.46
3. Heteroskedastisitas (Park Test) Berdasarkan hasil regresi dengan uji Park, koefisien semua variabel secara individual tidak ada yang signifikan. 4. Autokorelasi (Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test) X2 hitung
= 11.3365
X2 tabel
= 15.5071
42
Persamaan hasil estimasi tingkat kesenjangan antar daerah di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta dengan menggunakan model ECM adalah sebagai berikut : DSIW
= 0,0000966(DSG) + 0,004548(DSLINV) + 0,04901 O(DSLPP) 0,467659(LPPS(-1))- 0,592062(GS(-1))- 0,587292(LINVS(-1)) + 0,591680(ECT)- 0,004152 Hasil estimasi di atas dapat dikatakan bahwa ECM cukup baik dalam
mengestimasi tingkat kesenjangan di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien ECT positif, antara 0 dan 1 serta signifikan secara statistik, sehingga menunjukkan sahihnya spesifikasi model yang digunakan serta ada konsistensi antara hasil estimasi dengan teori ekonomi. Nilai R2 yang diperoleh
= 0.330815
berarti 83.08 % dari vanas1
perubahan tingkat kesenjangan di Propinsi DIY mampu dijelaskan oleh variasi himpunan variabel penjelasnya, sedang 16.92 % sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak turut dimasukkan di dalam model. Nilai F statistik hitung yang signifikan menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel penjelas mempengaruhi variabel tingkat kesenjangan di Propinsi DIY selama periode penelitian. Dari hasil uji diagnostik, ternyata bahwa hasil regresi tersebut normal, linier, bebas dari otokorelasi, dan heteroskedastisitas. Dari hasil estimasi tampak bahwa dalam jangka pendek tidak ada satupun variabel penjelas yang signifikan, hal ini dapat diartikan bahwa dalam
43
jangka pendek variabel pengeluaran pembangunan, investasi swasta dan pertumbuhan tidak mempengaruhi tingkat kesenjangan.
Dalam jangka
panjang ada dua variabel penjelas yang signifikan yaitu variabel investasi swasta dan pertumbuhan. Hasil perhitungan koefisien regresi jangka panjang dari model ECM adalah sebagai berikut :
GS
=(-0.592062 + 0.591680) I 0.591680 =-0.000646
LINVS
= (-0.587292 + 0.591680) I 0.591680 = 0.007442
Dari hasil perhitungan di atas maka dalam jangka panjang : a. bila pertumbuhan naik sebesar 1 % maka tingkat kesenjangan akan turun sebesar 0.000646 %; b. bila investasi swasta naik sebesar 1 % maka tingkat kesenjangan juga akan naik sebesar 0.007442 %. Dari analisis tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam jangka panjang
variabel pertumbuhan berpengaruh negatif terhadap kesenjangan,
sehingga tidak sesuai dengan hipotesis, atau dengan kata lain terjadinya dilema bahwa antara pemerataan dan pertumbuhan secara bersama-sama sulit diwujudkan tidak terjadi di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta selama periode penelitian. Pemerintah Daerah dalam hal ini Pemerintah Propinsi DIY dapat menggunakan pertumbuhan sebagai alat kebijakan untuk mengurangi kesenjangan yang mempunyai kecenderungan meningkat selama periode penelitian.
44
Untuk variabel investasi swasta dalam jangka panjang berpengaruh positif terhadap kesenjangan. Dari lampiran 4 data investasi swasta tampak, bahwa investasi swasta yang masuk ke Propinsi DIY selama periode penelitian hanya terfokus di beberapa wilayah. lnvestasi swasta masuk ke lima wilayah yang ada hanya terjadi pada tahun 1988, 1991 dan 1994, selebihnya
tidak pernah secara bersama-sama ke lima wilayah dimasuki
oleh investor. Akibatnya dalam jangka panjang pemerataan pembangunan kurang dapat dirasakan di semua wilayah, sehingga meningkatnya investasi swasta di Propinsi DIY menyebabkan adanya kesenjangan yang semakin melebar. Penelitian Meningkatkan
tentang
Peluang
Pertumbuhan
lnvestasi
Ekonomi
Daerah
di
DIY
Dalam
menyimpulkan
Rangka bahwa
sebagian besar perusahaan yang ada di Propinsi DIY berlokasi di Kota Yogyakarta, hal ini disebabkan oleh prasarana penunjang dan akses ke pasar yang relatif lebih baik, akibatnya investasi yang ada cenderung ditanamkan di kota Yogyakarta. Selanjutnya untuk pemerataan pembangunan di DIY diperlukan campur tangan pemerintah untuk menciptakan iklim yang kondusif untuk menarik investor agar mau menanamkan uangnya di daerah lain selain di Kota Yogyakarta.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan dan saran dengan masalah tentang kesenjangan antardaerah di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta periode 1980-2000. Kesenjangan antardaerah di Propinsi DIY selama periode penelitian relatif rendah, namun ada kecenderungan meningkat, untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut.
4. 1 Kesimpulan Dari hasil analisis pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan. 1. Kesenjangan antardaerah di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta yang dianalisis dengan menggunakan indeks kesenjangan Williamsor. selam:::: periode 1980-2000 berfluktuasi dengan angka indeks terendah sebesar 0,331 pada tahun 1988 dan tertinggi sebesar 0.409 pada tahun
1997,
artinya pembangunan ekonomi antardaerah di Propinsi DIY relatif lebih merata dibandingkan Indonesia secara keseluruhan. 1
Selama
periode
Williamson
di
pengamatan Propinsi
dari
Daerah
1980-2000
lstimewa
indeks
Yogyakarta
kesenjangan cenderung
mengalami peningkatan, meskipun relatif kecil yang ditunjukkan dengan arah garis trend yang positif sebesar 0.0032, artinya Pemerintah Daerah
45
46
selama ini dalam menerapkan kebijakannya belum memperhatikan adanya kesenjangan atau ketidakmerataan pembangunan antardaerah. 3. Faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat kesenjangan antardaerah yang diuji menggunakan model koreksi kesalahan dengan variabel variabel pengeluaran pembangunan, investasi swasta dan pertumbuhan menunjukkan hasil estimasi, bahwa dalam jangka pendek tidak satupun variabel yang berarti dalam mempengaruhi tingkat kesenjangan. Namun dalam
jangka
panjang,
ada
dua variabel
yang
secara
signifikan
mempengaruhi tingkat kesenjangan yaitu variabel pertumbuhan dan investasi swasta, di mana variabel pertumbuhan secara signifikan memperkecil
kesenjangan
sedangkan
variabel
investasi
swasta
bahwa
variabel
memperlebar kesenjangan. a. Dengan
demikian
hipotesis
yang
menyatakan
pertumbuhan berhubungan positif dengan tingkat kesenjangan, di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakrta tidak terbukti. b. Selanjutnya hipotesis yang menyatakan bahwa variabel investasi swasta berhubungan· positif dengan tingkat kesenjangan terbukti di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta.
4.2 Saran 1. Meskipun tingkat kesenjangan antardaerah di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta yang ditunjukkan oleh indeks Williamson meningkat relatif kecil,
pemerintah
daerah
perlu
memberi
perhatian
pada
masalah
kesenjangan tersebut baik melalui pendekatan spasial maupun wilayah.
47
2. Untuk mengurangi adanya kesenjangan antardaerah yang semakin Iebar, Pemerintah
Daerah
Propinsi
Daerah
lstimewa
Yogyakarta
dapat
melakukan pembangunan dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 3. Adanya hubungan positif antara tingkat kesenjangan dan investasi swasta menunjukkan
meningkatnya
tingkat
kesenjangan
akibat
masuknya
investasi hanya terfokus di kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, maka pemerintah daerah perlu memberi perhatian pada investasi yang masuk ke DIY. Oleh karena itu kebijakan paling efektif bagaimana meningkatkan investasi swasta dan pemerintah ke daerah selain Kota Yogyakarta (daerah terbelakang), sedangkan peran dari pemerintah daerah menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti infrastruktur, jasa perbankan. asuransi dan fasilitas lainnya ke daerah terbelakang. 4. Bsoerapa kebijakar. yar.g dapat 1ner.dorong masuknya investa::;i ke daerah terbelakang dengan cara sebagai berikut. a. Pemerintah Daerah campur tangan untuk menciptakan iklim yang kondusif untuk menarik investor. b. Pemerintah Daerah menetapkan regulasi yang kondusif agar investor mau menanamkan dananya ke daerah yang kurang maju. c. Mengarahkan investasi yang selama ini terkonsentrasi di daerah maju ke daerah yang kurang maju sehingga dapat mendorong penyebaran penduduk secara lebih merata ke berbagai wilayah.
48
d. Memaksimalkan perhatian pada usaha peningkatan sektor unggulan yang ada di kabupaten dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di daerah untuk mendorong terciptanya produk unggulan kabupaten. e. Memperbaiki institusi, adminstrasi serta adanya kepastian hukum di daerah.
f.
Memperbaiki infrastruktur serta fasilitas usaha di daerah yang kurang maju untuk menarik investor.
DAFTAR PUSTAKA
Akita,T., Lukman, R.A., and Yamada, Y., 1999, "Inequality in the Distribution of Household Expenditure in Indonesia : A Theil Decomposition Analysis", Journal The Developing Economies, Vol. XXXVII No. 2, 197-221 Andayasa, A.R., 1999. Kesenjangan Pembangunan Ekonomi di Propinsi Sumatera Selatan. Tesis S-2. Program PascaSarjana, UGM, Yogyakarta (tidak dipublikasikan). Anonim, 2001. Pelatihan Ekonometrika Dasar, Modul, Program Magister Sains, UGM, Yogyakarta. Ariani, Mintarti, 2000, Pertumbuhan dan Kesenjangan Ekonomi Antar Daerah di Propinsi Jawa Timur, Tesis S-2, Program PascaSarjana UGM, Yogyakarta (tidak dipublikasikan). Arsyad, Lincolin, 1999 (a). Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, BPFE, Yogyakarta Arsyad, Lincolin, 1999 (b). Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN, Yogyakarta Bappeda DIY, 2002. Program Pembangunan Daerah Propinsi DIY Tahun 2001-2005, Peraturan Daerah Propinsi DIY No. 3 Tahun. Badan Pusat Statistik DIY, Produk Domestik Regional Bruto Propinsi DIY Dirinci Per dati II (Tahun 1980 sampai dengan Tahun 2000), Kantor Statistik Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta.
__________ , Daerah lstimewa Yogyakarta dalam Angka (Tahun 1980 sampai dengan Tahun 2000), Kantor Statistik Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta. Bourdet, Yves, 1998, "The Dynamics of Regional Disparities in Laos", Paper, Asian Survey, Vol. XXXVIII, No. 7, 629-652. Esmara, Hendra, 1975. Regional Income Disparities, Buletin of Indonesian Economics Studies Vol. XI No. 1, 41-57.
49
50
Gujarati, Damodar N, 1995. Basic Econometrics, McGraw-Hill Book Co., Singapore. Hasibuan, N, 1993. Pemerataan dan Pembangunan Ekonomi, Universitas Sriwidjaja (UNSRI), Palembang. Jhingan, M.L, 1999. Ekonomi Pembangunan dan Perenranaan (Terjemahan oleh Guritno), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Prasetyanto, Eko, 1999. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesenjangan Pembangunan Antar Daerah d: DIY, Tesis S-2, Program PascaSarjana, UGM (tidak dipublikasikan).
Saleh, Samsubar, 1996. Statistika Terapan Untuk Bisnis dan Ekonomi, BPFE, Yogyakarta. Sjafrizal, 1997. "Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat", Jumal, Prisma, No. 3, hal. 27-37. Soepono, Prasetyo, 1999. "Teori Lokasi: Representasi Landasan Mikro Bagi Teori Pembangunan Daerah" Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 14, No.4, 4-24. S~kirno,
Sadono, 1985. Ekor1umi Pembangunan, Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Ul dengan Bima Grafika, Jakarta
Sumodiningrat, Gunawan, 1997. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, PT. Bina Rena Pariwara, Jakarta
Tim Peneliti PPE FE UGM, 1994. Peluang lnvestasi di DIY Dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Laporan Akhir, Proyek Kerjasama Antara Bank Indonesia Kantor Cabang Yogyakarta dengan Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.
Todaro, Michael P., 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia (Terjemahan oleh Munandar), Erlangga, .Jakarta
Ketiga
51
Wardana, 0. W., 2002. Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan S-2, Program PascaSarjana UGM, Masyarakat di DIY, Tesis Yogyakarta (tidak dipublikasikan). Wei, Yehua and C. Cindy Fan, 2000. "Regional Inequality in China : A Case Study of Jiangsu Province", Paper, Professional Geographer, Vol. 52 No. 3, 455-469. Williamson, Jeffrey G., 1965, "Regional Inequality and the Process of National Development : A Discription of the Patterns", Journal, Economics Development and Cultural Change, Vol XIII, No.4, 3-21.
52
Lampiran 1 Tabel1 PDRB Per Kapita dan Jumlah Penduduk Kota Yogyakarta Tahun 1980-2000 Berdasarkan Harga Konstan 1993
Tahun
PDRB Per Kapita
Jumlah Penduduk
1980
1,269,294
382,784
1981
1,287.952
390,180
1982
1,420,998
396,286
1983
1,483.238
403,155
1984
1,539,452
436,681
1985
1,602.262
434,876
1986
1,692,950
441,967
1987
1,752,880
449,620
1988
1,853,846
410,643
1989
1,965.633
411,775
1990
2.108.535
412,861
1991
2,245.379
412,861
1992
2.375.611
414,977
19Q3
2,569,223
415,9C'J
1994
2,780,000
417,300
1995
3,045,587
418,757
1996
3,291,320
422,844
1997
3,394,328
429,546
1998
2,969,743
436,434
1999
2,951,941
443,584
2000
3,009,980
450,681
Sumber: PDRB Kota Yogyakarta beberapa terbitan
53
LANJUTAN Tabel2 PDRB Per Kapita dan Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 1980-2000 Berdasarkan Harga Konstan 1993 Tahun
PDF
Jumlah Penduduk
1980
620,500
658,830
1981
722,448
668,021
1982
719,486
678,962
1983
758.554
691,511
1984
814,991
711,800
1985
823,793
724,643
1986
892,332
733,560
1987
936,949
745,190
1988
984.546
757,050
1989
1,055,827
763,374
1990
1.136.598
773,701
1991
1,236.846
773,701
1992
1,329,733
777,351
1993
1,428,266
797,200
1994
1,537,924
802,850
1995
1,652,389
808,214
1996
1,766,889
818,220
1997
1,796,480
833,219
1998
1,623,284
848,424
1999
1,626,590
863,560
2000
1,612,172
900,507
Sumber: PDRB Kabupaten Sleman beberapa terbitan
54
LANJUTAN Tabel3 PDRB Per Kapita dan Jumlah Penduduk Kabupaten Gunung Kidul T ahun 1980-2000 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993
Tahun
PDRB Per Kapita
Jumlah Penduduk
1980
649,610
683,495
1981
695,083
687,980
1982
665,889
691,695
1983
717,296
695,326
1984
794,908
676,134
1985
716,450
687,676
1986
787.163
693,421
1987
813,848
698,678
1988
889,536
654,203
1989
972,619
652,932
1990
952,777
651,588
1991
913,904
651,588
1992
1.010,961
635,500
1993
1,052,410
638,100
1994
1, 147,143
632,800
1995
1,247,415
627,311 '
1996
1.340,494
625,488
1997
1,388,519
627,257
1998
1.286,192
628,840
1999
1,228,354
668,502
2000
1,387,982
670,395
Sumber: PDRB Kabupaten Gn.Kidul beberapa terbitan
55
LANJUTAN Tabel4 PDRB Per kapita dan Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 1980-2000 Berdasarkan Harga Konstan 1993
TAHUN
PDRB PER KAPIT A
JUMLAH PENDUDUK
1980
516,175
635.634
1981
504,613
641.761
1982
554,115
647.955
1983
599,719
656.043
1984
614,052
665.629
1985
646,167
676.571
1986
690,494
685.433
1987
724,674
694.187
1988
755,834
685.366
1989
794,231
691,365
1990
832.830
697.333
1991
895,459
697.333
1992
942.919
700.785
1993
997,608
702,850
1994
1,074,351
704.500
1995
1,149,725
705.912
1996
1,217,859
711.314
1997
1,237,947
720.918
1998
1' 107,421
730.536
1999
1,069,848
767,035
2000
1,087,393
777,748
Sumber : PDRB Kabupaten Bantul beberapa terbitan
56
LANJUTAN Tabel5 PDRB Per Kapita dan Jumlah Penduduk Kabupaten Kulon Progo Tahun 1980-2000 Berdasarkan Harga Konstan 1993 Tahun
PDRB Per Kapita
Jumlah Penduduk
I
1980
439,964
402,152
I
1981
I
498,347
1982
I
537,368
I I I
402,300 404,744 383,229
1983
625,818
1984
665,308
1985
739,024
392,268
1986
810,044
393,942
1987
834,507
374,916
1988
883,409
373,851
1989
898,162
372,745
1990
923,221
372,745
1991
975,014
374,648
1992
1,029,029
362,400
1993
1,073,998
371.932
1994
1,099,503
371,791
1995
1 '116,757
371,649
1996
1 '174,483
371,508
1997
1,205,197
371,467
1998
1,036,520
371,226
1999
932,568
371,085
2000
945,840
370,944
I I
389,868
Sumber : PDRB Kabupaten Kulon Progo beberapa terbitan
I I I I I I I I I I I I I
I I I I I I
57
LANJUTAN Tabel6 PDRB Per Kapita dan Jumlah Penduduk Propinsi DIY Tahun 1980-2000 Berdasarkan Harga Konstan 1993 Tahun
PDRB Per Kapita
Jumlah Penduduk
1980
733,474
2.762,895
1981
773,174
2,790,242
1982
801,624
2,819,642
1983
842,265
2.852,314
1984
883,144
2,886,316
1985
919,550
2,922,551
1986
982,678
2,958,279
1987
1,014,608
2,993,477
1988
1,066,861
2,878,224
1989
1,125,017
2,893,297
1990
1,167,455
2,908,228
1991
1,223,075
2,908,228
1992
1,307,351
2,922,372
1993
1,390,640
2,925,982
1994
1,503,375
2,934,541
1995
1,625,415.
2,931,843
1996
1 ,753,147
2,949,374
1997
1,760,336
2,982,507
1998
1,552,379
3,015,460
1999
1,556,554
3,113,766
2000
1,607,364
3,170,275
Sumber: PDRB Propinsi DIY beberapa terbitan
58
Lampiran 2. Tabel 1 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1980 Serda~ 'lrkan Harga Konstan Tahun 1993 Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
Yi 620500 516175 439964 649610 1269294
y
733474
Yi- Y -112974 -217299 -293510 -83864 -535820
(Yi- Y) 11 2=a 12763124676 47218855401 86148120100 7033170496 2.87103E+11
Fi
n
658830 635634 402152 2762895 683495 382784 2762895
Fi/n=b 0.238456 0.230061 0.145555 0.247384 0.138545
axb
IW
3043448785 10863210485 12539252775 1739891262 39776561348 67962364655 260695.9237
I
0.3554261
59
LANJUTAN
Tabel2 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1981 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993 Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
Yi 722448 504613 498347 695083 1287952
y
773174
Yi- Y -50726 -268561 -274827 -78091 -514778
(Yi- Y)"2=a 2573127076 72125010721 75529879929 6098204281 2.64996E+11
Fi 668021 641761 402300 687980 390180 2790242
n
2790242
Fi/n=b 0.239413 0.230002 0.144181 0.246566 0.139837
axb 616040803.1 16588890500 10889976818 1503612440 37056388360 66654908920 258176.12
---
--
IW
0.333917
60
LANJUTAN
Tabel3 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1982 Berdasarkan harga Konstan Tahun 1993 Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
y
Yi 719486 554115 537368 665889 1420998
801624
Yi- Y -82138 -247509 -264256 -135735 -619374
(Yi- Y)"2=a 6746651044 61260705081 69831233536 18423990225 3.83624E+11
Fi 678962 647955 404744 691695 396286 2819642
n
2819642
Fi/n=b 0.240797 0.2298 0.143544 0.245313 0.140545
axb
IW
1624574923 14077737585 10023886999 4519645373 53916376849 84162221730 290107.259 0.361899
-
-
-- -
---
61
LANJUTAN
Tabe14 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1983 Berdasarkan Harga Konstan 1993
Kabupaten Sleman Bantu! Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
Yi 758554 599719 625818 717296 1483238
y
842265
Yi- Y -83711 -242546 -216447 -124969 -640973
(Yi- Y)"2=a
Fi
7007531521 58828562116 46849303809 15617250961 4.1 0846E+11
691511 655001 407321 695326 403155 2852314
n
2852314
Fi/n=b 0.242439 0.229638 0.142804 0.243776 0.141343
axb
IW
1698896100 13509300524 6690254045 3807112626 58070315906 83775879200 289440.6316 0.343646
---
--
62
LANJUTAN
Tabel5 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1984 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993
Kabupaten
.
Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
Yi 814991 614052 665308 794907 1539452
y
883144
Yi- Y -68153 -269092 -217836 -88237 -656308
(Yi- Y)"2=a 4644831409 72410504464 47452522896 7785768169 4.3074E+11
Fi 724643 665629 383229 676134 436681 2886316
n
2886316
Fi/n=b 0.251062 0.230615 0.132774 0.234255 0.151294
axb
IW
1166138623 16698979487 6300482309 1823855245 65168213490 91157669154 301923.2836 0.341873
63
LANJUTAN
Tabel6 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1985 Berdasarkan Harga Konstan 1993
Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
Yi 823793 646167 739024 716449 1602262
y
919550
Yi- Y
(Yi- Y)"2=a
-95757 -273383 -180526 -203101 -682712
9169403049 74738264689 32589636676 41250016201 4.66096E+11
Fi 733560 676571 389868 687676 434876 2922551
n
2922551
Fi/n=b 0.251 0.2315 0.1334 0.2353 0.1488
axb
IW
2301519221 17301919617 4347454149 9706125279 69355102011 1.03012E+11 320955.0129 0.349035
64 LANJUTAN
Tabel7 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1986 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993
Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung.Kidul Yogyakarta
Yi 892332 690494 810044 787163 1692950
y
982678
Yi- Y
(Yi- Y)2=a
-90346 -292184 -172634 -195515 -710272
8162399716 85371489856 29802497956 38226115225 5.04486E+11
Fi 745190 685433 392268 693421 441967 2958279
-
------
n
2958279
Fi/n=b 0.2519 0.2317 0.1326 0.2344 0.1494
axb
IW
2056107164 19780567150 3951813290 8960206608 75370275330 1.10119E+11 331841.7839 0.337691
65
LANJUTAN
Tabel8 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1987 Berd< tsarkan harga Konstan Tahun 1993
Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
Yi 936949 724674 834507 813848 1752880
y
1014608
Yi- Y
CYi- Y)"2=a
-77659 -289934 -180101 -200760 -738272
6030920281 84061724356 32436370201 40304577600 5.45046E+11
-------~
Fi 757050 694187 393942 698678 449620 2993477
n
2993477
Fi/n=b 0.2529 0.2319 0.1316 0.2334 0.1502
axb
IW
1525219068 19493904996 4268630943 9407094716 81865796325 1. 16561 E+ 11 :_:\41409.792 0.336494
66
LANJUTAN
Tabel9 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1988 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993
Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
.
Yi 984546 755834 883409 889536 1853846
-------
y
1066861
Yi- Y
(Yi - Y) 11 2=a
-82315 -311027 -183452 -177325 -786985
6775759225 96737794729 33654636304 31444155625 6.19345E+11
Fi 753096 685366 374916 654203 410643 2878224
n
2878224
Fi/n=b 0261653 0.238121 0.130259 0.227294 0.142672
axb
IW
1772897860 23035314632 4383835874 7147067408 88363466179 1.24703E+11 353132.5275 0.331001
67
LANJUTAN
Tabel 10 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1989 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993 Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
Yi 1055827 794231 898162 972619 1965633
y
1125017
Yi- Y
(Yi - Y)"2=a
-69190 -330786 -226855 -15231)8 -840616
4787256100 1.09419E+11 51463191025 23225150404 7.06635E+11
Fi 763374 691365 373851 652932 411775 2893297
n
2893297
Fi/n=b 0.263842 0.238954 0.129213 0.225671 0.14232
axb
IW
1263080437 26146202111 6649702892 5241233065 1.00569E+11 1.39869E+11 373990.3552 0.332431 I
68 LANJUTAN
Tabel 11 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1990 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993 Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
Yi 1136598 832831 923221 952777 2108535
y
1167455
Yi- Y
(Yi - Y)"2=a
-30857 -334624 -244234 -214678 -941080
952154449 1.11973E+11 59650246756 46086643684 8.85632E+11
Fi 773701 697333 372745 651588 412861 2908228
n
2908228
Fi/n=b 0.266039 0.239779 0.128169 0.22405 0.141963
axb
IW
253309867.5 26848865488 7645319152 10325704857 1.25727E+11 1. 708E+11 413279.7878 0.354001
69
LANJUTAN
Tabel 12 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1991 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993
Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
Yi
y
Yi- Y
13771 1236846 -327616 895459 975014 1223075 -248061 -309171 913904 -1022304 2245379
.
·-·
---~
(Yi - Y)l\2=a
Fi
189640441 1.07332E+11 61534259721 95586707241 1.04511E+12
773701 697333 372745 651588 412861 2908228
n
2908228
Fi/n=b 0.266039 0.239779 0.128169 0.22405 0.141963
axb
IW
50451683.58 25736054851 7886791421 21416185869 1.48366E+11 2.03456E+11 451060.8313 0.368792
70
LANJUTAN
Tabel 13 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1992 Serda ;arkan Harga Konstan Tahun 1993
Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
Yi 1329733 942919 1029029 1010960 2375611
y
1307351
Yi- Y
(Yi- Y)"2=a
22382 -364432 -2783'22 -296391 -10682·..30
500953924 1.32811 E+11 77463135684 87847624881 1.14118E+12
Fi 777351 700785 374648 654611 414977 2922372
n
2922372
Fi/n=b 0.266 0.2398 0.1282 0.224 0.142
axb
IW
133253752 31848010528 9930771598 19677858114 1.62048E+11 2.23637E+11 472903.2051 0.361726
71 LANJUTAN
Tabel 14 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstirnewa Yogyakarta Tahun 1993 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993
Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
Yi 1428266 997608 1073998 1052410 2569223
y
1390640
Yi- Y 37626 -393032 -316642 -338230 -1178583
(Yi - Y)"2=a 1415715876 1.54474E+11 1 00262E+11 1.144E+11 1 38906E+12
Fi 797200 702850 371932 638100 415900 2925982
n
2925982
Fi/n=b 0.272456 0.24021 0.1?.7114 0.218081 0.14214
axb
IW
385719630.7 37106229106 12744679997 24948322288 1.97441E+11 2.72626E+11 522136.0697 0.375465
72
LANJUTAN
Tabel 15 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1994 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1994
Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
Yi
y
Yi- Y
1537924 34549 1074351 -429024 1099503 1503375 -403872 -450965 1052410 -1276625 2780000
(Yi - Y) 11 2=a 1193633401 1.84062E+11 1.63113E+11 2 03369E+11 1.62977E+12
Fi 802850 704500 371791 638100 417300 2934541
n
Fi/n=b
2934541
0.273586 0.240072 0.126695 0.217445 0.142203
axb
IW
!
326561658. 5 44187963968 20665512540 44221578116 I 2.31758E+11 3.4116E+11 584088.7782 0.388518
73 LANJUTAN
Tabel 16 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1995 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993
Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
Yi
y
1652389 1149725 1116757 1625415 1247415 2780000
Yi- Y 26974 -475690 -508658 -378000 -1154585
(Yi- Y)"2=a 727596676 2.26281 E+11 2.58733E+11 1.42884E+11 1.33307E+12
Fi 808214 705912 371649 627311 418757 2931843
n
Fi/n=b
0.275668 0.240774 2931843 0.126763 0.213965 0.142831
---
-
--
axb 200574798.8 54482609199 32797747427 30572136681 1.90403E+11 3 08456E+11 555387.9789 ~--
IW
0.34169
74
LANJUTAN
Tabel 17 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1996 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993
Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
Yi
y
1766889 1217859 1174483 1753147 1340494 3291320
Yi- Y
(Yi - Y)"2=a
13742 -535288 -578664 -412653 -1538173
-
-
188842564 2.86533E+11 3.34852E+11 1.70282E+11 2.36598E+12
-
Fi
n
818220 711314 371508 2949374 625488 422844 2949374
Fi/n=b 0.277422 0.241175 0.125962 0.212075 0.143367
axb
IW
52389002.79 69104531054 42178511801 36112632499 3.39204E+11 4.86652E+11 697604.3661 0.397916
75
LANJUTAN
Tabel 18 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1997 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993
Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
-----
Yi
y
Yi- Y
(Yi- Y)"2=a
1796480 36144 1306388736 -522389 2.7289E+11 1237947 1205197 1760336 -555139 3.081 /'9E+11 -371817 1.38248E+11 1388519 -1633992 2.66993E+12 3394328
Fi 833219 720918 371567 627257 429546 2982507
n
2982507
Fi/n=b
axb
IW
0.279369 364964077.6 0.241715 65961791787 0.124582 38393627048 0.210312 29075187887 0.144022 3.84528E+11 5.18324E+11 719946.9777 0.408983
76 LANJUTAN
Tabel 19 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1998 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993
Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
Yi
y
Yi- Y
70905 1623284 -444958 1107421 1036520 1552379 -515859 -266187 1286192 -1417364 2969743
(Yi- Y)"2=a 5027519025 1.97988E+11 2.66111 E+11 70855518969 2.00892E+12
Fi 848424 730536 371226 628840 436434 3015460
n
Fi/n=b
0.281358 0.242264 3015460 0.123108 0.208539 0.144732
axb
IW
1414533040 47965181184 32760222122 14776115269 2.90755E+11 3.87671 E+11 622632.6838
'
0.401083
77
LANJUTAN
Tabel20 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Oaerah lstimewa Yogyakarta Tahun 1999 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993
Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta
Yi
y
Yi- Y
19226 1626590 -537516 1069848 932568 1607364 -674796 -379010 1228354 -1344577 2951941
(Yi - Y)"2=a 369639076 2.88923E+11 4.5535E+11 1.43649E+11 1.80789E+12
Fi 863560 767035 371085 668502 443584 3113766
n
3113766
Fi/n=b 0.277336 0.246337 0.119176 0.214692 0.142459
axb 102514293. 1 71172464041 54266576794 30840263236 2.5755E+11 4.13932E+11 643375.1953
----
IW
0.400267
78
LANJUTAN
Tabel21 Penghitungan lndeks Williamson Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta Tahun 2000 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993
Kabupaten Sleman Bantu I Kulon Progo Gunung Kidul Y~gyakarta
Yi
y
Yi- Y
4808 1612172 -519971 1087393 945840 1607364 -661524 -219382 1387982 -1402616 3009980
(Yi- Y)A2=a 23116864 2.7037E+11 4.37614E+11 48128461924 1.96733E+12
Fi 900507 777748 370944 670395 450681 3170275
n
3170275
Fi/n=b 0.284047 0.245325 0.117007 0.211463 0.142158
axb
IW
6566275.118 66328505563 51203850950 10177375853 2. 79673E+11 4.07389E+11 638270.2248 0.397091
-
79
Lampiran 3.
Peranan Sektor Primer, Sekunder dan TersierTerhadap PDRB Propinsi DIY, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, 1980-2000
!
Sektor Primer (%)
Tahun
1---
I Sektor Sekunder (%)
I
Sektor T ersier (%)
I
1980
142.45
13.90
43.65
1982
35.03
15.46
49.51
1984
30.91
13.91
55.18
1986
29.24
14.70
56.06
1988
29.34
15.62
55.04
1990
27.72
15.95
56.33
1992
27.55
18.75
53.70
1994
19.40
24.63
55.97
1996
18.55
25.12
56.33
1998
20.73
23.94
55.33
2000
22.43
! 24.43
53.14
I Sumber: PDRB Prop1ns1 DIY Tahun 1980-2000, beberapa terbitan
80
Lampiran 4
lnvestasi Proyek PMA I PMDN Propinsi DIY Tahun 1980 - 2000
Tahun
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
Lokasi Yogyakarta Sleman Bantul Kl. Progo Gn. Kidul Yogyakarta Sleman Bantul Kl. Progo Gn. Kidu. Yogyakarta Sleman Bantu I Kl. Progo Gn. Kidul Yogyakarta Sleman Bantu I Kl. Progo Gn. Kidul Yogyakarta Sleman Bantu! Kl. Progo Gn. Kidul Yogyakarta Sleman Bantul KL Progo Gn. Kidul Yogyakarta Sleman Bantu I Kl. Progo Gn. Kidul Yogyakarta Sleman Bantu I KL Progo Gn. Kidul Yogyakarta Sleman Bantul Kl. Progo Gn. Kidul Yogyakarta Sleman Bantul Kl. Progo Gn. Kidul Yogyakarta Sleman Bantu I Kl. Progo Gn. Kidul
lnvestasi (Rp)
1,171,703,000 0 0 0 0 12,443.210.000 0 0 0 0 1.261,395,824 0 0 0 0 11.115.682.100 2.998.145.000 1.224.367.000 5.990.684.000 0 6.600.000,000 0 0 0 0 6.450.000,000 74.980.000.000 7.715.825.000 0 0 28.431.000.000 8.921.123.000 5.309.500.000 1.969.550.000 0 21.877.424.000 19.839.270.000 2.299.378,000 0 0 13.940.728.750 125.130.462.000 1,781.780.000 22.1 00.000,000 8.570.407.994 25.721.449,750 22.578.762.000 8.389.586.272 2.740.000,000 0 134,082.000,000 306,44 7,910,000 10,239,586,000 0 0
Sumber : BKPMD Propinsi DIY
Tahun
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
Lokasi Yogyakarta Sleman Bantul Kl. Progo Gn. Kidul Yogyakarta Sleman Bantu I Kl. Progo Gr.. Kidul Yogyakarta Sleman BantuI Kl. Progo Gn. Kidul Yogyakarta !Sieman Bantu I Kl. Progo Gn. Kidul Yogyakarta Sleman Bantul K!. Progo Gn. Kidul Yogyakarta Sleman Bantu! Kl. Progo Gn. Kidul Yogyakarta Sleman BantuI KL Progo Gn. Kidul Yogyakarta Sleman Bantu! Kl. Progo Gn. Kidul Yogyakarta Sleman Bantu I Kl. Progo Gn. Kidul Yogyakarta Sleman Bantul Kl. Progo Gn. Kidul
lnvestasi (Rp)
83,568,610,000 0 0 0 0 215,420,670 42,976,293,876 2,037,120,000 1,000,000,000 0 37,053,312,000 121,160,950,000 190,358,000,000 0 0 108,365,520,000 113,960,000.000 11,200,000,000 1,994,217,000 2,000,000,000 28,934,178,000 0 0 0 22,500,000,000 177,079,830,000 0 0 0 0 29,876,100,000 51,302,190,000 0 200,000,000,000 0 52,913,672.000 13,114,46L,U00 18,247,607.000 0 0 14,066,750,000 31,246,024,000 34,921,048,000 0 70,389,525,000 139,956,380,000 13,859,702,000 7,531,327,500 0 900,000,000
81
Lampiran 5.
Hasil Regresi Dalam Bentuk Log-linier !Dependent Variable: DSIW .
!
!Method: Least Squares joate: 09/25/02 Time: 15:13 ;sample(adjusted): 1987 2000 !Included observations: 14 after adjusting endpoints Variable
Coefficient:
Std. Error:
t-Statistic
Pro b.
LPPS(-1) GS(-1) LINVS(-1) DSG DSLINV DSLPP ECT
-0.467659: -0.592062! -0.587292!I 9.66E-05: 0.004548! 0.049010! 0.5916801 -0.004152i
0.276410 0.244249i 0.2429321 0.0003301 0.0058861 0.0814381 0.2445681 0.0129721
-1.691905 -2.424013 -2.417512 0.292691 0.772689 0.601816
0.14161 0.0516 0.05201 0.7796 0.4690 0.5693 0.0519 0.7598
c
I
1
I
2.4192901 -0.320090
i
. R-squared : !Adjusted R-squared ~
0.830815 0.633433,I
Mean dependent var S.D. dependentvar
-0.002429 0.077366
jS. E. of regression
0.0468411
Akaike info criterion
-2.988555
!Sum squared resid
0.013164i
Schwarz criterion
-2.623380\
!Log likelihood
28.91989!
F-statistic
4.2091761
2.049299
Prob(F -statistic)
0.0499341
1
I
)Durbin-Watson stat :
82
Lanjutan
Hasil Regresi Dalam Bentuk Linier Dependent Variable: DIWS Method: Least Squares !Date: 9/25/02 Time: 15:20 Sample( adjusted): ~ 983 2000 !Included observations: 18 after adjusting endpoints I
Variable DINVS DPPS DGS INVS(-1) PPS(-1) GS(-1) ECT01
I
c
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Curbin-Watson stat
I
Coefficient -4.18E-14 4.62E-09 -0.004204 -2.16E-13 1.07E-08 -0.007671 -4.97E-14 0.005434 0.338992 -0.123714 0.061110 0.037345 30.06055 3.025463
Std. Error t-Statistic 1.18E-13: -0.354658 3.98E-09; 1.161080 0.003077 -1.366262 1.92E-13: -1.123386 6.96E-09 1.531815 0.005673 -1.352221 1.35E-13 -0.367833 0.204709 0.026547 Mean dependent var S.D. dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
Pro b. 0.7302 0.2726 0.2018 0.2875 0.1566 0.2061 0.7207 0.8419 -0.002833 0.057648 -2.451172 -2.055451 0.732630 0.650643
83
Lampiran 6.
Hasil Uji Diagnostik (Normalitas, Linieritas, Otokorelasi dan Heteroskedastisitas)
6 Series: Residuals Sample 1987 2000 Observations 14
5
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
4 3 2 1
Jarque-Bera Probability
0 -0.05
0.00
0.05
-3.29E-16 -0.002269 0.055214 -0.054686 0.031822 -0.148045 2 .542687 0 .173136 0 .917073
84
Lanjutan
Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
0.540861 1.437968
Probability Probability
0.495104 0.230468
Test Equation: Dependent Variable: DSIW Method: Least Squares Date: 10/07102 Time: 13:31 Sample: 1987 2000 Included observations: 14
i
Variable
I
LPPS(-1) GS(-1) LINVS(-1} DSG DSLINV DSLPP ECT
!
I i I
I I I
II
I
c
FITTED"2
i
! i i
Coefficient
Std. Error;
t-Statistic
-0.517582 -0.650220 -0.645513 2.63E-05 0.005508 0.060320 0.6498931 -0.0147191 1.9872471
0.295536 0.266185i 0.264903! 0.000357\ 0.006263:I 0.086129! 0.266524: 0.019714: 2.702147!
-1.751333 -2.442736 -2.436788 0.073651 0.879418 0.700350 2.438401 -0.746613 0.735433
i
!
JR-squared Adjusted RI squared S.E. of regression Sum squared 1 resid Log likelihood Durbin-Watson stat
I
I
I
0.8473301 0.603058
I
I
Mean dependent var S.D.dependentvar
i I
0.0487431 0.011879
0.14031 0.0585 0.0589 0.9441 0.4194 0.5149 0.0588 0.4889\ 0.4951 -0.002429i 0.077366! I
Akaike info criterion Schwarz criterion
'
-2.948410! -2.537588i
I
I 29.63887 1.786706
: Prob.j
F-statistic Prob(F-statistic)
I 3.4687991 0.093365 !
85
Lanjutan
Park Test \Dependent Variable: LU2 !Method: Least Squares JDate: 9/25/02 Time: 11:22 [Sample(adjusted): 1987 2000 Jlncluded observations: 14 after adjusting endpoints Variable DSG DSLINV DSLPP LINVS(-1) LPPS(-1) GS(-1) ECT
I Coefficienti
Std. Errori
t-Statistici
Pro b.
0.011377 0.306779 -3.908484 10.26216 9.508155 10.01329! -10.01 058! -8.214709[
0.016696: 0.297759! 4.119511i 12.28871! 13.98218 12.3553012.37144; 0.656169i
0.681438! 1.0302931 -0.948774! 0.8350881 0.6800191 0.8104451 -0.8091691 -12.519201
0.5210 0.3426 0.3794 0.43571 0.5219 0.4486 0.4493 0.0000
1
c
I
!
:R-squared !Adjusted R, ,squared iS. E. of regression! ! !Sum squared :resid !Log likelihood Durbin-Watson :stat . ·-------·
I -8.294248
0.426823[ -0.241884!
Mean dependent var S.D.dependentvar
2.369450 33.68577
Akaike info criterion Schwarz criterion
4.858752 5.223928
F-statistic Prob(F-statistic)
0.638281 0.715858
-26.01127! 0.309346:
-----~-~---
----------
...
-----------
2.126215
-
------ ------
I
86
Lanjutan
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test F-statistic :obs*R-squared
8.512417 11.33648
0.036196 0.003454
Probability Probability
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 09/25/02 Time: 11:29 Variable LPPS(-1) GS(-1) LINVS(-1) DSG DSLINV DSLPP ECT
c RESID(-1) RESID(-2) R-squared Adjusted Rsquared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Coefficient 0.062772 0.006699 0.000841 0.000142 -0.007662 0.045643 -0.007115 0.003193 -0.211045 -1.106135
Std. Error 0.183810 0.165965 0.165561 0.000184 0.003660 0.045160 0.166175 0.006973 0.282064 0.273653
t-Statistic 0.341503 0.040366 0.005082 0.774892 -2.093580 1.010711 -0.042816 0.457940 -0.748218 -4.042109
Pro b. I
0.74991 0.9697\ 0.99621 0.4817\ 0.1044\ 0.36931 0.96791 0.6708\ 0.49591 0.0156j
0.809749 0.381684
Mean dependent var S.D. dependentvar
-3.29E-16i 0.031822!
0.025023 0.002505
Akaike info criterion Schwarz criterion
-4.362251 i -3.9057811
40.53576 0.579794
F-statistic Prob(F-statistic)
I
1.8916481 0.281900!
87
Lampiran 7
Hasil Regresi Kecenderungan Trend Linier lndeks Williamson
Dependent Variable: IW Method: Least Squares Date: 10/10/02 Time: 11:36 Sample: 1980 2000 Included observations: 21 Variable
~
Coefficient · Std. Error
I t-Statistic
Pro b.
TAHUN
0.003249;
0.0006301
5.160048
0.0001
c
-6.103398
1.2531351
-4.870503
0.0001
i R-squared Adjusted Rsquared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.583572~
0.561654
Mean dependent var S.D. dependentvar
0.362810 0.026392
0.017474 0.005801:
Akaike info criterion Schwarz criterion
-5.165832 -5.066353
56.24123 1.440044
F -statistic Prob(F -statistic)
26.62609 0.000056