Apa disini maksud Lotjianpwee meberikan pelajaraan ilmu itu kepada Boanpwee ?’ …Benar, bocah, dua kali kau telah menemukan kejadian gaib.Sudah tidak perlu lagi Lohu mengorbankan darahnya kura-kura yang usianya sudah ribuan tahun untuk membantu kekuatan dirimu.Meskipun hal ini adanya mengandalkan kekuatan gaib dan apa yang telah terjadi atas dirimu, tetapi antara kita dengan jago sejak itu tidak mempunyai permusuhan apa-apa. Maksudnya adalah hendak menguji kepandaian saja.’ Yo Tjie Tjong mendadak terbangun semangatnya.Ia merasa bersyukur atas kesempatan yang diberikan kekuatannya dengan muridnya satu jago yang merupakan jago terkuat nomor satu dalam dunia. Orang tua itu lantas berkata pula: …Hweshio gila itu seumur hidupnya hanya hidup bergelandangan saja.Habiatnya juga lucu dan suka main-main. Kalau dia mau berdiam dipuncaknya gunung Tjeng-kong-hong yang sepi sunyi itu selama lima belas tahun lamanya, ini sebetulnya merupakan suatu tekanan hebat bagi jiwanya yang suka kebebasan itu.Tetapi Hweshio itu juga licik sipatnya. Dia sendiri tidak mau menjelaskan persoalannya kepadamu, sebaliknya ia malah menyuruh kau mencari aku.’ Yo Tjie Tjong ketawa hambar,tba-tiba ia berkata dengan sungguh-sungguh : …Boanpwee merasa sangat bersyukur sudah mendapatkan hadiah berupa darahnya binatang Lotjianpwee yang usianya sudah ribuan tahun itu, yang telah menolong Boanpwee dari racun yang mengeram didiri Boanpwee. Budi ini tidak ada bedanya dengan memberi jiwa baru bagi Boanpwee. Dan sekarang kembali Lotjianpwee itu, disini Boanpwee hendak bersumpah akan menggunakan segala kepandaian yang Boanpwee dapatkan untuk membasmi semua kejahatan didalam dunia.Hanya dengan jalan ini saja Boanpwee hendak membalas jiwa Lotjianpwee. Sementara mengenai pelaksana perjanjian dengan muridnya jago See-gak itu, disegala tempat dan sembarang waktu akan Boanpwee tunggu panggilan Lotjianpwee .’ …Tetapi, bocah, kalau kau nanti menggunakan kepandaianmu untuk melakukan kejahatan didunia Kang-ouw, biar bagaimana lohu tidak akan melepaskan kau begitu saja.’ …Boanpwee mengerti.’ …Kalau begitu, sekarang kita boleh mengadakan suatu ketetapan. Pada waktunya, lohu akan muncul lagi didunia Kang-ouw ……….’ Pada saat itu Oet-tie Kheng mendatangi dari luar gubuk, ia lantas berkata dengan suaranya yang nyaring : …Yaya, perahu sudah siap.’ …Baik. Kheng-djie,antarkan dia meninggalkan pulau ini.’
Yo Tjie Tjong lantas berbangkit, ia memberi hormat kepada orang tua itu mengambil selamat berpisah. …Lotjianpwee , Boanpwee meskipun akan berkelana didunia Kang-ouw, tetapi sembarang waktu bersedia memenuhi panggilan Lotjianpwee.’ Yo Tjie Tjong pada saat itu agaknya merasa berat meninggalkan Pengail Linglung, sebab orang tua itu bukan saja sudah menghadiahkan darahnya binatang kura-kura mujijad sehingga dapat menyembuhkan penyakitnya, tetapi juga telah menurunkan kepandaiannya yang tinggi. Kedua muda-mudi itu setelah keluar dari dalam gubuk sebentar saja sudah sampai di pantai laut. Disana sudah menantikan sebuah perahu kecil. Setelah sudah ada diperahu, Yo Tjie Tjong lalu berkata kepada Oet-tie Kheng dengan suara perlahan : …Aku telah merepotkan adik Kheng yang sudah menghantarkan aku.’ …Huhhh. Tidak perlu kau ucapkan kata-kata yang begitu merendah. Duduk dengan baik. Aku sekarang hendak mendayung perahu ini.’ Sehabisnya berkata, dengan gerakannya yang lincah dan cekatan sekali ia mendayung perahunya yang kecil, sebentar saja perahu itu sudah nyelonong ketengah laut. Karena bentuk perahu itu kecil dan ringan, maka mereka bisa berlayar dengan laju. Caranya sinona mendayung perahunya yang agak luar biasa, membuat Yo Tjie Tjong yang menyaksikan menjadi terheran-heran. Setelah berada di tengah lautan yang luasitu, banyak perasaan mengganggu otaknya Yo Tjie Tjong . Ia teringat akan nasib Siang-koan Kiauw yang telah pergi kemudian di telan ombak sekarang dia sudah berhasil mendapatkan apa yang dicari tetapi sudah sebaliknya Siang-koan Kiauw sudah terbenam di lautan yang luas. Oet-tie Kheng yang menyaksikan sikapnya Yo Tjie Tjong itu dalam hati merasa agak heran, maka ia lantas menanya. …Engko Tjong kau sedang memikirkan apa ?” Seseorang yang lagi terbenam dalam kedukaan, jika tidak terganggu mungkin masih tetap tinggal dalam lamunannya tetapi apabila ia tertegur maka ia sadar pula. Begitu pula keadaan Yo Tjie Tjong setelah mendapat teguran dari Oet-tie Kheng matanya mendadak menjadi basah air mata hampir turun, setelah sekian lama membisu barulah ia menjawab dengan suara sedih. …Aku sedang memikirkan diri seseorang.”
…Siapa ?” …Seseorang yang bersama-sama belajar dengan aku.” …Lelaki atau perempuan.” …Sama dengan kau.” Jiwa Oet-tie Kheng mendadak terlintas suatu perasaan. …Apa dia cantik.” …Ya.” …Dimana dia sekarang berada ?” …Di telan oleh ombak laut.” …Apa.” …Mungkin dia sudah didasar lautan atau didalam perut ikan.” …Benar.” …Ketika datang bersama-sama tetapi pulangnya hanya sendiri .” …Engko Tjong maaf kan aku telah mengajukan pertanyan yang membuat kau berduka.” Nona itu lalu tundukan kepalanya tangannya lalu di gerakan makin cepat sehingga perahu itu berjalan semakin laju. Yo Tjie Tjong geleng-gelengkan kepala tak bisa menjawab sebab dalam pikirannya terbenam rasa sedih yang sangat memilukan. Dua jam kemudian, perahu kecil itu mendarat dipantai yang dituju. Yo Tjie Tjong lantas lompat kedarat, kemudian berpaling dan berkata kepada Oet-tie Kheng-tie Keng : …Adik Keng, sampai ketemu dilaun hari.” Hati Oet-tie Kheng-tie Keng saat itu merasa sangat risau. Perpisahan itu membuat perasaannya sangat berat. Dengan air mata mengembang ia berkata kepada Yo Tjie Tjong dengan suara tidak lampias. …Engko Tjong, harap dijaga baik-baik dirimu.” Banyak kata-kata yang hendak diucapkan, tetapi saat itu tidak bisa diucapkan dari mulutnya. Mereka sejak bertemu hingga sekarang perpisahan, sebetulnya hanya dalam dua hari saja, tetapi
bayangan Yo Tjie Tjong sudah menggores dalam hatinya si nona. Ia sebetulnya ingin mengatakan perasaan hatinya itu. Tetapi bagaimana ia bisa keluarkan dari mulutnya sendiri. Meskipun dalam hatinya sendiri ada pikiran demikian, tetapi ia tidak mampu mengatakan pikirannya itu dihadapan sinona. Sambil ulapkan tangannya ia lantas berkata …Adik Keng, silakan kau pulang. Tolonglah sampaikan pernyataan terima kasihku kepada Oet-tie Lotjianpwee.” Diwajahnya Oet-tie Kheng-djie yang merah segar itu diliputi oleh kesedihan. Dengan suara gemetaran ia menjawab : …Engko Tjong, ada satu hari aku nanti pasti akan datang mencari kau.” Setelah mengucapkan perkataan itu dia lantas menekap wajahnya dengan tangannya, satu tangan digunakan untuk mendayung perahu. Sebentar saja perahu itu sudah meluncur ke tengah lautan. Yo Tjie Tjong mengawasi perahu kecil itu yang dengan perlahan-lahan menghilang seolah-olah ditelan laut, kemudian sambil menghela napas ia berlalu meninggalkan tempat tersebut. Sejak dengan tidak disengaja ia telah dapatkan dan makan telurnya burung rajawali raksasa, mustika Gu-liong-kao yang semula mengeram dalam perutnya dalam keadaan utuh itu kini telah lumer dan menyelusup menyusuri semua jalan darah dan ototnya sehingga dengan demikian ia telah menjadi seorang kuat yang sudah mempunyai latihan dari setengah abad. Dengan kekuatan yang ada pada saat itu, Yo Tjie Tjong ketika mengerahkan ilmu membentengi tubuhnya, benar-benar seperti sudah terbang saja. Jika dibandingkan keadaannya pada satu bulan berselang, seperti dua orang saja layaknya. Dua hari kemudian, ia sudah tiba dikota Kui lim. Dikota tersebut ia menginap disebuah rumah penginapan.Waktu malam hari, ketika keadaan diluar sudah sunyi senyap, ia mulai membuka buku yang termuatkan nama-nama musuh Kam-lo-pang. Sepasang matanya memancarkan cahaya yang menakutkan. Ternyata anak muda itu sedang merencanakan suatu rencana yang besar dan hebat ……… … Kota Kui-lim yang ramai tetapi tenang tenteram itu dengan mendadak telah diliputi suasana ketakutan yang hebat. Ada apa ? Oh, Golok Maut ………
Senjata aneh bentuknya yang menakutkan hati setiap orang itu, kini telah muncul kembali dikota Kuilim. Golok keramat yang belum lama berselang menggegerkan dunia Kang-ouw dan sudah sekian waktu tidak terdengar lagi kabar ceritanya, kini muncul kembali untuk kedelapan kalinya. Oleh karena pada setiap kali munculnya Golok Maut itu, pasti ada saja korbannya yang diminta, maka kali ini tentunya juga tidak ada kecualinya. Dua orang yang kali inimenerima ancaman Golok Maut itu, ternyata adalah pemimpin dari delapan belas perusahaan Piauw dikedua propinsi Kang-tang dan Kang-see. Jago itu bernama Tjoa Tjeng It dan bergelar ‘Lutung sakti lengan besi.’ Kalau Golok Maut itu berani mengancam jago yang kenaman itu, sesungguhnya ada diluar dugaan semua orang. Tjoa Tjeng It yang memimpin delapan belas perusahaan Piauw besar, kepandaian ilmu silatnya sudah termasuk dalam golongan kelas wahid dalam rimba persilatan. Namanya sudah sangat terkenal dikedua propinsi yang disebut duluan, bahkan orang-orang golongan hitam dan golongan putih semuanya telah memandang padanya sebagai satu macan. Piauwsu-piauwsu yang mempunyai kepandaian tinggi yang berada dibawah pimpinannya, jumlah keseluruhannya lebih dari seratus orang. Tapi Golok Maut itu toh masih tetap berani mengancam dirinya, ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang sangat menggemparkan. Siapakah pemilik Golok Maut itu ? Sampai sekarang masih tetap merupakan suatu teka-taki besar. Oleh karena munculnya Golok Maut itu dikota Kui-lim ini, maka orang yang berkepandaian tinggi dari golongan hitam maupun dari golongan putih yang dulu sedang mengejar-ngejar Golok Maut itu, setelah mendengar kabar itu, kini kembali pada berduyun-duyun menuju kekota Kui-lim. Tjoa Tjeng it dulu juga merupakan salah seorang dari orang-orang kuat yang turut ambil bagian dalam peristiwa pembasmian Kamlo-pang. Ia tidak akan menyangka kalau pada duapuluh tahun masih ada orang yang datang menagih jiwa padanya. Mengingat setiap kali munculnya Golok Maut itu selalu ditujukan kepada orang-orang yang dulu pernah ambil bagian dalam peristiwa pembasmian Kam-lo-pang, maka manusia yang menakutkan itu, sekalipun bukannya Pangtju dari Kam-lo-pang sendiri, tetapi sedikit-dikitnya juga pasti adalah seorang yang mempunyai perhubungan erat dengan Kam-lo-pang . Tjoa Tjeng It setelah menerima ancaman Golok Maut itu, dapatlah diduga kaget dan takutnya pada waktu itu. Dengan cepatnya ia mengumpulkan lima puluh lebih orang-orangnya yang terkenal kuat untuk melindungi tempat kediamannya. Ia sudah bertekad bulat untuk melayani orang yang penuh rahasia dan menakutkan itu.
Tetapi munculnya Golok Maut kali ini agak berbeda sedikit keadaanya dengan beberapa kejadian yang lalu. Golok Maut itu disampaikan oleh seorang pemuda berwajah jelek yang mengaku dirinya sebagai ‘Utusan Golok Maut .’ Ketika itu Tjoa Tjeng It juga sudah suruh empat orang muridnya yang kuat untuk menguntit pemuda wajah jelek itu, tetapi pemuda jelek yang mengaku sebagai utusannya Golok Maut itu kepandaiannya tinggi sekali, dengan mudah ia sudah berhasil meloloskan diri dari intaiannya empat orang itu. Dipandang dari kepandaiannya utusan itu saja, dapat dibayangkan berapa tingginya sipemilik Golok Maut itu. Dari keterangan empat muridnya Tjoa Tjeng It yang menguntit jejaknya Utusan Golok Maut itu menghilangnya utusan tersebut secara misterius merupakan suatu kepandaian yang sangat gaib. Tertarik oleh perasaan keingintahuan, orang-orang rimba persilatan sekitar kota Kui-lim berduyunduyun datang dikediamannya Tjoa Tjeng It . Mereka kepingin bisa menyaksikan bagaimana macamnya itu ( pemilik Golok Maut ) yang sepak terjangnya seperti malaikat pencabut nyawa. Kira-kira waktu tengah hari pada hari ketiga, seorang pemuda cakap tapi bersikap adam kecut juga nampak berkunjung kegedungnya Tjoa Tjeng It . Siapakah pemuda itu ? Ia adalah Yo Tjie Tjong yang baru kembali dari pulau Batu Hitam di Lam-hay. Tjoa Tjeng It yang kedudukannya sebagai pemimpin 18 perusahaan Piauw, mempunyai banyak kawan dan perhubungannya sangat luas, setiap orang yang berkunjung padanya, ia harus sambut dengan baik, itu ada kebiasaannya orang yang mengusahakan perusahaan tersebut. Digedungnya Tjoa Tjeng It pada hari itu, diadakan perjamuan makan, hingga gedung itu penuh dengan orang-orang Kang-ouw dari segala macam. Yo Tjie Tjong juga terdapat diantara mereka.Oleh karena ia masih merupakan pemuda yang tidak banyak orang kenal, sudah tentu tidak mendapat banyak perhatian. Ia duduk di tempat biasa. Piauwsu-piauwsu yang diundang oleh Tjoa Tjeng It , pada hari kedua sudah datang di gedung tersebut , jumlahnya kira-kira 50 orang. Piauwsu-piauwsu itu semua merupakan orang-orang pilihan yang tergolong paling kuat dari barisan piauwsu dari perusahaan piauw yang dipimpin oleh Tjoa Tjeng It. Maka setelah piauwsu itu tiba, gedung Tjoa Tjeng It telah dilindungi begitu kuat, seolah-olah dikurung oleh tembok besi atau baja. Dalam perjamuan itu, orang-orang pada ramai membicarakan sepak terjangnya ‘Golok Maut ‘ dimasa yang lalu. Perjamuan makan telah berlangsung dibawah suasana yang seram dan penuh kekuatiran.
Tjoa Tjeng It usianya sudah 60 tahun lebih, orang masih gagah. Tapi semenjak menerima ancaman Golok Maut , semangatnya seperti runtuh, ia harus duduk di pertengahan ruangan dengan hati ketarketir. Hari itu adalah hari ketiga, juga merupakan hari terakhir. Selama tiga hari itu, ia selalu berada dalam ketakutan dan kekuatiran. Ia telah berjanji kepada dirinya sendiri, apabila ia beruntung terlolos dari kematian, ia nanti akan bubarkan perusahaan piauwnya,dan selanjutnya akan mengundurkan diri dari dunia Kang-ouw . Meski hari itu orang-orang dari dunia Kang-ouw yang datang berkumpul digedungnya Tjoa Tjeng It lebih dari 300 orang jumlahnya, tapi belum cukup untuk meredakan suasana, setiap orang diliputi oleh perasaan tegang. Yo Tjie Tjong yang sikapnya dingin kecut, tidak jarang matanya berkeliaran memandang keadaan sekitarnya,juga tidak jarang mengawasi situan rumah Tjoa Tjeng It yang keadaannya sangat mengesankan. Diatas penglari diruangan tersebut, ada menancap sebilah golok yang panjangnya kira-kira satu setengah kaki, golok itu bentuknya sangat aneh, disisi bawah tajam sekali, disisi atas bentuknya seperti gigi gergaji. Itulah Golok Maut yang diantarkan oleh utusannya pada dua hari berselang. Golok yang bentuknya aneh dan memancarkan sinarnya berkilauan itu, menimbulkan rasa takut dan ngeri bagi siapa yang memandangnya. Hampir setiap orang yang mengawasi golok tersebut pada merasa gemetar, akhirnya tidak berani mengawasi lebih lama. Pada saat yang tegang itu, mendadak dari luar mendatangi seorang gadis berpakaian serba hitam. Kecantikan gadis baju hitam itu membuat tergerak hatinya semua orang yang ada disitu. Tapi diwajahnya gadis baju hitam itu nampaknya sangat kejam, sepasang matanya kelihatan beringas, hal ini sesungguhnya membuat heran orang-orang banyak itu. Entah apa maksudnya kedatangan gadis itu ? Yo Tjie Tjong ketika menampak kedatangannya gadis baju hitam itu juga agak terkejut. Bukankah ia itu adalah Tio Lee Tin ? Mengapa ia juga muncul disini ? Pertanyaan ini selalu berputeran didalam otaknya. Gadis baju hitam itu terus berjalan menuju keruangan dimana ada duduk tuan rumah. Kedaatangan secara mendadak dan sikapnya yang aneh dari gadis itu, telah menimbulkan perasaan
curiga bagi orang banyak, apakah dia itu pemiliknya Golok Maut? ………. Tjoa Tjeng It yang pertama-tama berbangkit dengan wajah berubah, kemudian disusul oleh para tetamu lainnya . Suasana mejadi semakin tegang. Gadis berbaju hitam itu ketika menampak keadaan demikian, terlebih dulu ia mengangguk-anggukkan kepalanya dan bersenyum kepada semua orang, kemudian berdiri dihadapan tuan rumah sambil mengawasi Golok Maut yang menancap diatas penglari. Setelah itu ia baru berkata kepada Tjoa Tjeng it : …Siaoli adalah Tio Lee Tin, hari ini dengan secara lancang mengunjungi Tjoa Loatjianpwee , harap Lotjianpwee suka memberi maaf banyak-banyak !’ Tjoa Tjeng It dehem-dehem sejenak, perasaan tegangnya lantas lenyap. Orang-orang Kang-ouw yang tadi pada berbangkit, lantas pada duduk lagi dengan perasaan lega, tapi mata mereka masih ditujukan kepada dirinya gadis itu. Hanya Yo Tjie Tjong yang menyaksikan sambil kerutkan alisnya. Hatinya diam-diam berpikir : bagaimana ia bisa datang secara mendadak ? Kalau dilihat dari sikapnya, nampaknya juga ada hubungannya dengan Golok Maut ini.
XVIII TJOA TJENG IT saat itu lantas menjawab : …Nona Tio, hari ini lohu ada urusan, jika nona tidak ada urusan yang penting sekali, bolehkah datang dilain hari saja ? Harap maafkan ………’ …Kedatanganku ini justru karena Golok Maut ini !’ demikian berkata pula Tio Lee Tin dengan sikap sedih. Keterangan itu telah mengejutkan semua orang, tidak terkecuali Yo Tjie Tjong . Kedatangan Tio Lee Tin yang katanya berhubung dengan Golok Maut ini, sesungguhnya diluar dugaannya. Peristiwa diatas tanah kuburan pada beberapa waktu berselang, kembali terbayang di otaknya Yo Tjie Tjong . Tio Lee Tin setelah barang pusakanya dirampas oleh siluman tengkorak Lui Bok Thong , orangnya terluka parah. Ia pernah menolong membuka totokannya nona itu, hingga jari tangannya telah merabah-rabah sekujur badannya sinona. Sepasang matanya Tio Lee Tin yang bulat jeli, perkataannya yang merdu,masih belum lenyap dari ingatannya, dan sekarang bertemu pula dalam keadaan demikian …… Tjoa Tjeng It yang dibikin terheran-heran oleh perkataannya sinona, lantas berkata : …Kedatangan nona adalah karena Golok Maut ini ?’ …Benar !’ …Lohu ingin mendapat keterangan nona lebih jauh !’ …Ayahku Tio Ek Tjhiu telah binasa dibawah Golok Maut , maka siaoli telah bersumpah hendak menuntut balas sakit hati ini, biar bagaimana harus berusaha untuk menumpas kejahatan itu.’ …Ouw !’ Orang banyak ketika mendengar Tio Lee Tin itu lantas ramai membicarakannya : kiranya gadis ini karena mendengar munculnya Golok Maut , telah datang hendak menuntut sakit hati ayahnya, tapi apakah kepandaiannya mampu menandingi kepandaiannya Golok Maut …………….? Hanya Yo Tjie Tjong ketika mendengar itu seolah-loah disambar geledek, ia sungguh tidak nyana bahwa Tio Lee Tin itu adalah anak perempuannya Tio Ek Tjhiu . Namanya Tio Ek Tjhiu sudah di hapus dari dalam daftar musuh-musuhnya Kam-lo-pang , ini menjadi suatu bukti bahwa ayahnya gadis ini sudah binasa dibawah Golok Maut .
…Kalau begitu silahkan nona duduk. Ketika lohu mendengar nona ayah, juga merasa sangat gemas, siapa nyana iblis tua kini telah mengunjungi Lohu !’ Demikian berkata pula Tjoa Tjeng It . …Tjoa Loatjianpwee pikir bagaimana ?’ …Melayani padanya sekuat tenaga !’ …Siaoli hari ini menyediakan tenaga, dan bersumpah hendak mengadu jiwa dengan iblis itu. Sekalipun harus korbankan jiwa juga tidak apa, demi arwah ayah dialam baqa merasa gembira. Sehabis berkata ia lantas duduk dekat Tjoa Tjeng It . Tapi baru saja berduduk, matanya yang mengawasi orang banyak lantas dan melihat Yo Tjie Tjong duduk di suatu sudut. Nampaknya ia sangat terkejut, tapi ia mendadak , menjadi gusar. Ia bangkit dari tempat duduknya. …Nona ada urusan apa ? tanya Tjoa Tjeng it heran. Tidak apa-apa, hanya urusan sahabat lama, aku akan pergi sebentar jawabnya Tio Lie tin juga dapat dilihat dan sekarang sedang berjalan menghampiri dengan hati berdebar ia mendatangi si nona. Ketika di hadapan Yo Tjie Tjong Tio Lio Tin lantas merandak setelah mengawasi sejenak ia baru pendengarkan suaranya kemudian berkata agak kaku. …Yo Tjie Tjong, aku ingin bicara sedikit dengan kau !” …Nona ingin bicara apa ? silahkan jawab Yo Tjie Tjong dengan dingin. Saat semua mata telah di tunjukan kepda muda mudi itu entah pembicaraan apa yamh hedak dilakukan oleh mereka ? …Mari kita bicara di luar !berkata pula Tio Lee Tin. …Disini bukan sama saja ?. …Tidak!” …baiklah !” …Yo Tjie Tjong lalu megikuti Tio Lee Tin, tidak lama mereka tiba disebuah rimba di luar kota. …Nona ada keperluan apa ?” YO TJIE TJONG membuka suaranya. …Yo Tjie Tjong aku ingin bertanya sebagai seorang rimba utama di persilatan apakah kau yang paling pertama.?
…Kepercayaan dan ke bajikan !” …Kalau begitu kenapa kau meninggalkan aku sendiri ketika terluka parah ?” …Hari itu aku….” …Kalau begitu nona baju merah Siang-koan Kiauw yang telah tunjukan tepat pada waktunya, barang kali aku sudah di perhina oleh kawanan orang-orang rendah….” …Yo Tjie Tjong sekarang mengerti apa sebabnya Tio Lee Tin begitu gusar padanya …Tapi begitu ia menyebut namanya Siang-koan Kiauw hatinya lantas merasa perih bayangan si nona berbaju merah terlintas dalam otaknya yang tidak mudah terhapus di otaknya dan sinona itu meninggalkan untuk selama-lamanya. Untuk sesaat lamanya ia terbenam dalam lamunan yang menyedihkan. Tio Lee tin tiba-tiba alisnya berdiri ia berkata dengan suara bengis. …Yo Tjie Tjong sekarang kau harus berikan aku satu keadilan !” …Keadilan ?” Yo Tjie Tjong balas menanya… ucapan nona ini agaknya…..” …Hari itu aku tidak bisa menepati janji nona sebetulnya dalam keadan terpaksa !” …Coba kau terangkan !” Hari itu setelah meninggalkan nona, sebetulnya hari itu ingin lekas kembali dengan mermbawa kereta tiba-tiba ditengah jalan aku bertemu dengan musuhku, malah hampir saja jiwaku melayang !” …Benar ’ …Hari itu sebetulnya terlalu, gegabah aku tidak ingat bahwa diriku sedang di incar musuh hingga hampir mencelakakan nona!’ Mendengar ini Tio Lee Tin nampak sudah reda kegusarannya. Ia sebetulnya mulai suka terhadap pemuda dingin ini apalagi setelah menyaksikan keberanian Yo Tjie Tjong yang membela dirinya yang tidak memikirkan resikonya bertambah dengan rasa simpati ketika dirinya terluka parah Yo Tjie Tjong telah merambah hampir seluruh badannya utuk membebaskan dari totokan Lui Bok Thong Bok Thong. Tubuh gadis yang masih putih bersih telah dirambah oleh tangan seorang leki-laki Yang baru saja di kenalnya meski hanya untuk menyembuhkan lukanya tapi biar bagai mana itu merupakan satu kejadian yang tidak biasa maka ia lantas merasa bahwa si pemuda itu calon pendamping hidupnya sudah tidak ada jalan lain lagi.
Oleh karena itu ia mengakmbil keputusan demikian, maka ketika akhirnya Yo Tjie Tjong tidak balik lagi. Dalam anggapanya lantas mengira kalau pemuda itu menipu dirinya dan kegusarannya telah bertambah ketika tadi dapat lihat dirinya Yo Tjie Tjong juga berada diantara orang banyak itu. Sebetulnya hendak mengutarakan isi hatinya, tapi bagaimana ia dapat membuka mulut ? Ia pernah memberitahukan hal itu kepada suhunya, itu orang misterius yang selalau mengenakan kedok kain merah dan yang mengaku dirinya sebagai pemilik bendera burung laut. Suhunya pernah berjanji padanya, apabila Yo Tjie Tjong ada seorang laki-laki yang tidak berbudi, ia juga nanti akan membereskan orang muda itu. …Kalau nona sudah tidak ada lagi keperluan, aku permisi berlalu !” akhirnya Yo Tjie Tjong berkata setelah mereka lama membisu. Tio Lee Tin wajahnya berubah, ia merasa bahwa pemuda ini ternyata telah menyia-nyiakan harapannya. Meski ia merasa cinta terhadap pemuda itu, tapi Yo Tjie Tjong sikapnya begitu dingin maka ucapannya yang dingin tadi ia rasakan seolah-olah pisau tajam menusuk ulu hatinya. …Kau hendak pergi ?” ia bertanya. Yo Tjie Tjong merasa heran atasa pertanyaan ini, hatinya berfikir : apakah kau akan terus berada disini ? Namun demikian, diwajahnya tidak menunjukan perubahan apa-apa, dengan tenang ia menjawab : …Yah, aku hendak pergi !” Sehabis berkata, ia lantas balikan badannya. Tapi baru saja bergerak……. …Kau balik !” demikian Tio Lee Tin minta ia kembali. Yo Tjie Tjong dengan perasaan heran hentikan kakinya dan lantas balik kembali. …Nona masih ada keperluan apa ?” ia menanya. …Kau ….kau …” Parasnya Tio Lee Tin saat itu menunjukan peraasaan yang tidak karuan, karena hatinya, hatinya risau, mulutnya tidak mengatkan apa-apa. Ia hendak menyatakan isi hatinya. Tapi tidak mempunyai keberanian. Sebaliknya ia juga tidak ingin pemuda yang sudah mencuri hatinya itu terlalu begitu saja. Maka untuk sesaat lamanya ia terus berdiri terpaku, tidak bisa berbuat apa-apa. Kesannya Yo Tjie Tjong terhadap Tio Lee Tin yang bukan saja cantik manis tapi juga mempunyai kepandaian sangat tinggi, sebetulnya juga tidak buruk. Tertapi hari ini, setelah mengetahui asalusulnya diri sinona itu, kesnnya lantas berubah.
Apalagi hatinya saat itu sudah seperti terbang mengikuti sirinya Siang-koan Kiauw yang sudah binasa didalam lautan. Kalau saat itu ia masih terusa mau hidup, itu disebabkan semata-mata karena tugas dan kewajiban yang dibebenkan oleh suhunya masih belum selesai, sehingga perasaan hatinya seolah-olah sudah padam terhadap semua wanita. Setelah berdiam sekian lamanya, akhirnya Tio Lee Tin membicarakan soal lainnya. …Adik Siang-koan kiauw pernah mengatakan ia kenal dengan kau.” …Benar.” …Apa kau sudah bertemu padanya ?” Yo Tjie Tjong hanya mengangguk. …Dan sekarang, kemana perginya dia ?” Pertanyaan itu telah menimbulkan kedukaanya Yo Tjie Tjong, maka ia lantas menjawab sambil ketawa getir : …Dia sudah meninggal dunia.” …Apa sudah binasa ?” …Ya.” …Bagaimana cara ia meninggal ?” …Dapat kecelakaan ditengah lautan. Dia telah terlekan ombak laut.” Jawab Yo Tjie Tjong dengan nada suara sedih. Dari sikap dan pembicaraanya Yo Tjie Tjong yang tampaknya sangat berduka, Tio Lee Tin dapat menduga bahwa pemuda yang sikapnya kecut dingin ini tentunnya mempunyai hubungan yang tidak biasa lagi dengang Sian-koan Kiauw. Tio Lee Tin merasa sangat berduka atas kematiannya Siang-koan kiauw, sebab nona baju merah itu pernah menolong dirinya ketika ia dfalam keadaan berbahaya sehingga senagai gadis ia tetap tak terganggu. Tetapi dilain pihak, suatu pikiran yang boleh dikatakan pikiran seorang yang rendah, telah menggirangkan hatinya sebab dengan kematian nona baju merah itu ia lantas mendapatkan pemuda idamannya dan juga kehilangan satu saingan yang berat. Dengan demikian, sebetulnya sangat bertentangan dengan Liang siang sendiri disini dapat dilihat bahwa soal asmara sebetulnya terlalu egostis mementingkan satu keuntungan diri sendiri saja. Tio Lee Tin setelah berpikirlama, tiba-tiba mengambil suatu keputusan ia mengetahui bahwa
kesempatan sebaiknya tudak dilepaskan begitu saja maka dengan tidak menghiraukan kedudukannya sebagai seorang gadis suci lantas berkata dengan tidak malu-malu lagi : …Kau rupanya jemu pada ku “ Yo Tjie Tjong ia segera mengerti perkataan apa yang di maksud dengan pertanyaan si nona maka ia lantas menjawab dengan suara yang dingin : Dalam kehidupan manusia, betemu ataupun berpisah seperti juga awan yang menggumpal sebentar akan buyar. Diantara kita tak ada apa-apa yang dapat dikatakan jemu.” Jawaban Yo Tjie Tjong membuat hati Tio Lee Tin semakin murung karena dengan tegas sudah menggambarkan bagaimana perasan hati Yo Tjie Tjong . Tio Lee Tin merasa terluka hatinya wajahnya mengakat keatas memandang kelangit perasannya dirasakan kosong melompong. Tiba-tiba ia teringat maksud kedatangannya kekota Kuil-Lim hendak menjumpai pemilik Golok Maut dan maksud tujuannya ialah hendak menuntut balas dendam atas kematian ayahnya. Jika pemilik Golok Maut muncul pada saat itu, bukankah itu berarti telah kehilangan kesempatan baiknya ? maka setelah memandang Yo Tjie Tjong dengan perasaan gemas ia berkata : …Diantara kita, biar bagaimana kain hari kita bikin perhitungan.’ Sehabis mengucapkan perkataannya itu dengan cepat Tio Lee Tin lantas berlalu. Yo Tjie Tjong mengawasi berlalunya sinona sambil geleng-gelengkan kepalanya lalu ia berkata pada dirinya sendiri : “ya antara, kau dan aku harus membuat perhitungan sekali lagi. Tetapi perhitungan yang dimaksud Yo Tjie Tjong dan yang di maksud oleh Tio Lee Tin sangat berlainan sifatnya. Selanjutnya ia sendiri kembali kegedung Tjoa Tjeng It. Sekarang kita kembali lagi kepada, Tio Lee Tin oleh karena mengigat kematian ayahnya yang sangat mengenaskan dengan ilmu larinya yang luar biasa sebentar saja oia sudah sampai di gedung Tjoa Tjeng It. Pikiran untuk menuntut balas untuk ayahnya, untuk sementara itu telah membuat tawar hatinya terhadap Yo Tjie Tjong . Ketika ia sedang lari, di tengah jalan ia melihat sosok bayangan hitam yang ddengan pesat lewat di sampingnya dan kemudian ia hilang di pandangannya. Sebagai seorang yang mempunyai ilmu lari yang sangat tinggi ilmunya Tio Lee Tin
masisangat heran dengan kegesitannya orang itu dapoat di bayangkan betapa tinggi kepandainnya. Si nona kagum sejak keluar dari perguruannya belum pernah ia menjumpai orang yang mempunyai ilmu kepandaian lari yang sekarang dilihatnya. …Apakah bayangan itu sipemilik Golok Maut pertanyaan itu timbul dalam hatinya pada saat itu, oleh karena berpikir demikian larinya di percepat pula. Tatkala ia sampai di gedung Tjoa Tjeng It ketegangan meliputi setiap oaring di tempat. Gedung itu meskipun terang benderang tetapi dirasakan begitu menyeramkan. Golok maut yang tertancap diatas tiang karena tersorot oleh sinar lil in, kelihatan tambah berkilau. Tjoa Tjeng it dengan tidak berhenti-hentinya terus mengawasi limapuluh lebih pioauwsunya yang melindungi di sekitarnya dan semua orang-orang Kang ouw datang membantu melindungi tuan rumahnya. Meski di luarnya dia seolah-olah hendak mengadu jiwa dengan si pemilik Golok Maut tetapi di dalam hatinya merasa ketakutan. Suatu perasaan buruk telah menekan perasaannya. Sebab menurut kabaryang di siarkan orang banyak kepandain yang di miliki Golok Maut susah di ukur sampai di mana tingginya. Meskipun didalamnya penuh dengan orang-orang yang gagah berilmu cukup tinggi dari berbagai golongan tetapi ia sendiri merasa orang terkecil seorang diri, dalam hatinya selalu berpikir : “mungkin aku takan lolos dari nasib yang mengenaskan yang akan menimpa diriku……..” Malaikat maut seperti membayangi dirinya yang membuat tidak enak makan dan enak duduk penderitaan batin yang sangat hebat yang dialami sekarang sebetulnya lebih celaka dari pada mati. Orang-orang dari persilatan itu turut datang berkumpul ia pun merasa cemas sekali, ketegangan membuat orang susah bernapas. Dari jauh telah terdengar kentongan lonceng berbunyi dua kali suatu tanda hari sudah pukul dua tengah malam. Sebantar lagi sudah sampai pukul tiga tetapi pemilik golok maut belum tampak jua dirinya. Didalam ruangan dan di luar pekarangan semuanya kelihatan sunyi sepi. Ratusan mata yang tidak henti-hetinya mengincar dan mencari bagai sinar bintang yang berkelik-kelik tidak terlihat apa-apa saat di situ. Pada saat-saat menegangkan terdengar suara tawa yang seram sekali…..
Suara tawa itu seolah -olah sebilah pedang yang tajam yang menikam ulu hati dan menusuk telinga setiap pendengarnya. Suara tawa itu telah memecahkan kesunyian malam itu. Setiap wajah orang-orang yang mengaku dirinya sebagai orang-orang rimba persilatan tiba-tiba berubah pucat, hati mereka berdebar-debar napas mereka seolah-olah berhenti. Terutama Tjoa Tjeng it sendiri, saat itu pucat keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya sedangkan kelima puluh orang piauwsu telah menyiapkan senjata mereka masing-masing untuk menantikan pemilik Golok maut. Suara tawa yang dingin itu sebentar terputus . tetapi makin lama kedengarannya semakin dekat saja. Suasana tegang makin memuncak. Keseraman meliputi seluruh gedung. …Tjoa Tjeng it orang yang hendak menagih hutang kini telah dating ! demikian tiba-tiba terdengar suara seperti orang bicara yang tidak kelihatan orangnya. Suara itu tidak keras tapi nyaring menusuk telinga sehingga membuat semua orang yang mendengar berdiri bulu kuduknya. Selanjutnya disusul oleh munculnya seorang orang tua berambut putih dengan tangan yang Cuma sebelah, seolah-oalh malikat yang turun dari langit orang tua aneh itu tiba-tiba sudah ada di atas wuwungan rumah, sedangkan Golok Maut yang menancap kini sudah berada di tangannya. …Kau….kau..kau..adalah …” berkata Tjoa Tjong it dengan suara gemetar. Semua orang-orang Kang ouw yang berada di tempat melongo seperti patung. Lima puluh orang piauwsu yang diundang oleh Tjoa Tjeng it saat itu tidak tahu harus berbuat apa dengan mata melotot mengawasi orang aneh yang menyeramkan itu. …Iblis,aku akan mengabisi nyawamu “saat itu sang nona tak tinggal diam begitu saja.” Demikian terdengar teriakan nyaring kemudian di susul dengan melesatnya satu bayangan yang kecil langsing. Tapi sebelum Nona itu bertindak, di dalam ruangan terdengar suara jeritan ngeri kemudian satu bayangan melesat berkelebat dari ruangan. Bayangan kecil langsing lantas menyusul keluar. Lima puluh piawsu tersadar dari kagetnya di hadapan mereka sudah tak terlihat bayangan si pemilik Golok Maut diantara suara bentakan riuh merreka lantas keluar loncat untuk mengejar. Ketika orang-orang berkerumun masuk kedalam ruangan.Tjoa Tjeng it sudah tergeletak di tanah dalam keadaan mengerikan.
Orang she Tjoa itu sudah binasa dalam keadaan kutung kedua lengan tangannya dan depan dadanya terdapat satu lobang besar yang saast itu masih menyemburkan darah segar kematianya itu sungguh sangat mengenaskan. Pemimpin delapan belas piaw itu ternyata tidak bisa meloloskan diri dari tangan pemilik Golok Maut. Ia merupakan orang ke delapan yang binasa oleh golok Maut. Bagaimana sebetulnya Golok Maut itu mengambil jiwa korbannya ? meski terdapet begitu banyak, orang-orang Kang ouw yang sudah banyak pengalaman tapi herannya tak seorang pun dapat terlihat. Ini sungguh sangat mengherankan tapi merupakan kenyataan suatu bukti yang kuat maka keanehan tetap tinggal keanehan. Orang yang mengeluarkan terikan dan kemudian kelihatan bayangannya yang kecil langsing mengejar bayangan si pemilik Golok Maut adalah Tio Lee Tin karena ia agak terlambat sedetik, pemilik Golok Maut sudah berhasil mengambil jiwa korbanya. Tio Lee Tin dengan mata berlinang-linang dan hati panas telah mengejar pemilik Golok Maut sampai jauh. Ia adalah murid pemilik bendera burung laut, si orang berkedok berkain merah kepandaiannya ilmu silat didalam kalangan Kang Ouw sudah merupakan orang yag terkuat. Tetapi meski demikian nampaknya tidak berhasil menyandang pemilik Golok Maut. Sebentar saja, kedua bayangan itu sudah menghilang ke luar kota. Bayangan yang ada di depan terdengar suaranya yang dingin, larinya pun makin cepat hingga kedua bayangan itu terpisah semakin jauh. Tio Lee Tin terdengar seantero kepandaiannya, tapi masih tak berhasil membuat jarak pendek dengan bayangan pemilik Golok Maut bahkan makin lama terpisah makin jauh, sekejap saja sudah terpisah kira-kira lima puluh tumbak lebih. Setan iblis kalau kau adalah laki-laki berhenti dulu saambutlah serangan aku ! “Nona itu berkata dalam dongkolanya ia Cuma bisa berseru dengan suara keras. Tapi bayangan itu seolah-olah tak dengar Tio Lee Tin sekejap saja sudah menghilang kedalam rimba. Tio Lee Tin terpaksa mengejar terus. Rimba itu tak lama berselang pernah di gunakan sebagai tempat pertemuan dengan Yo Tjie Tjong . Tiba-tiba di suatu tempat dapat melihat berdirinya satu bayangan orang. …Iblis ! Serahkan jiwamu,’ demikian Tio Lee Tin berseru dan dengan pedang terhunus ia menerjang kearah bayangan itu.
Bayangan orang itu kelihatan berkelit kesamping dan kemudian membalas dengan serangan tangan kosong. ‘Bluk !’ demikianlah terdengar suatu suara yang nyaring dan Tio Lee Tin beserta pedangnya telah dibikin terpental oleh serangan yang dilancarkan oleh bayangan orang tadi. Tatkala ia lompat bangun lagi dan selagi hendak menyerang orang tersebut, ia lantas menjadi melongo. …Ei. Kau ?’ …Benar, Itu adalah aku. Mengapa nona menyerang aku ?’ …Kenapa kau belum berlalu dari sini ?” …Ngng” Orang itu adalah Yo Tjie Tjong . Bertepatan pada saat itu, terlihat satu bayangan yang dengan cara mengendap-ngendap masuk kedalam rimba tanpa mengeluarkan suara. Tio Lee Tin masih ingant betul kekuatan Yo Tjie Tjong masih jauh dibawah kekuatannya sendiri. Tetepi mengapa tadi ketika turun tangan ia menyerang dirinya, ada yang mempunyai kekuatan hebat ?diam-diam ia merasa bingung sendiri. Ia masih belum mengetahui Yo Tjie Tjong tadi menggunakan beberapa banyak kekuatan dalam serangannya tetapi ia dapat memastikan muangkin ia tidak mampu menangkis serangan tersebut. Untuk sesaat lamanya pikirannya menjadi kalut sendiri. Apakah ia dulu hanya pura-pura saja, tidak mau menunjukan kekuatan aslinya ? tetapi perlu apa ia menyembunyikan kekuatannya sendiri ? dengan kekuatan seperti yang sudah di keluarkan tadi, ketika lukaku parah dengan mudah ia dapat menyembuhkan lukaku dengan kekuatan tenaga dalamnya. Tetapi menmgapa ia hanya mengurut jalan darah ku saja dan mengaku tak mempuyai kekuatan untuk menyembuhkan lukaku saja. Mengapa ? pertanyaan-pertanyaan itu terus berdatangan di otakku. “si Nona itu berkata dalam hatinya.” Sebentar kemudian ia lantas mendekati Yo Tjie Tjong. Barusan aku sudah menduga kau sebagai iblis jahat itu, kau lantas turun angan menyerangmu. Untung kekuatanmu sangat hebat. Jika tidak bukan kah membuat aku
menyesal untuk selama-lamanya ?” demikian Tio Lee Tin berkata. …Nona tadi aku kira aku ini siapa ?” …Pemilik Golok Maut.” …YO TJIE TJONG terperanjat, ia coba menegasi : …pemilik Golok Maut ?” …Benar apakah kau barusan melihat ada orang lain masuk kedalam rimba ini ?” …Tidak” Ini sengguh heran. Aku tadi sendiri melihat sendiri iblis itu masuk kedalam rimba ini. Apakah …. …Mengapa nona hendak mengejarnya ?” …… …Iblis jahat itu mempunyai permusuhan yang sangat dalam dengan aku maka aku takan melepaskan begitu saja.” …Permusuhan apa sebetulnya ?” …Ayahku Tio Ek Tjhiu telah binasa ditangannya.” …Oooo, tapi mungkin nona masih bukan tandinganmu.” …Bagaimana kau tahu kalau aku bukan tandingannya ?” …Menurut berita yang tersiar dikalangan Kang Ouw kepandaian pemilik Golok Maut itu sangat tinggi dan sukar di jajaki .” …Hmm ! kalau benda pusaka ku tak dirampas oleh siluman tengkorak, sekalipun sepuluh pemilik Golok Maut juga pasti akukan binasakan.” Yo Tjie Tjong hatinya tergerak ia tidak benda pusaka apa yang di ucapkan oleh Tio Lee Tin yang katanya ada begitu hebat. Benda itu telah menarik perhatianaya si luman tengkorak yang telah merampas dari tangan si nona, maka dapat di bayangkan betapa pentingnya benda itu dan merupakan suatu benda pusaka yang tak ternilai harganya. XIX. Hari itu ketika Si luan tengkorak Lui bok Thong merampas benda pusaka dari tangan si Nona Yo Tjie Tjong juga menyaksikan sendiri. Tetapi sesudah kejadian tersebut kala itu ia masih belum berani menanyakan kepada Tio Lee Tin tentang benda menarik perhatiannya itu. Dan sekarang setelah si Nona menyebutkannya lagi benda yang dirampasnya itu perasaan ingin tahu telah timbul dalam dirinya maka ia lalu menanya :
…Benda apakah yang Nona maksudkan dan banggakan itu ?” …Aku beritahukan padamu juga taka pa, “jawab Si Nona. …Benda itu namanya Ouw-bok pok-lok.” Bukan kepalang kagetnya Yo Tjie Tjong mendengar sebutan Ouw-bok pok-lok. Hampir saja mulutnya berseru tanpa di sadari. Sebab benda yang di sebut oleh Tio Lee Tin adalah barang peninggalan suhunya yang telah hilang juga merupakan peristiwa berdarah Kam-lo pang pada dua puluh tahun berselang. Pada pesan terakhir suhunya, ia pernah menyuruh Yo Tjie Tjong mencari kembali benda pusaka yang telama hilang yang kini hanya sepotong saja pada dirinya. Maksudnya ialah supaya menuntut balas pada musuh-musuhnya. Sungguh tak disangka bahwa hari ini secara kebetulan ia telah dapat mengetahui dimana adanya barang yang telah hilang itu ia kini sudah dapat alamatnya kepada siapa ia harus meminta potongan Ouw-bok pok-lok lainnya, ialah pada Lui Bok Thong seorang iblis yang merupakan musuh besar suhunya. Tetapi ia kemudian berpikir pula, Ouw-bok pok-lok itu meskipun betul merupakan suatu benda yang amat mukjijat, tetapi jika tidak mendapatkan keterangannya, orang lain juga tidak akan mampu menggunakan inti sari yang termuat dalam potongan kayu itu…. Yo Tjie Tjong terbenam dalam lamunannya. Ia hampir lupa bahwa di sisinya ada Tio Lee Tin . …Eij..mangapa kau tak bersuara !“Tio Lee Tin menegur bersenyum manis. …Aku……..Oh, kau sedang berpikir ….“jawabanya agak gelagapan.” …Berpikir apa ?” …Ouw-bok pok-lok itu merupakan benda yang sangat berharga, mangapa Nona bawa-bawa ?” Sebab di situ tertulis suatu pelajaran ilmu silat yang sangat hebat dan tinggi sekali. Ayah almarhum telah menggunakan waktu hampir dua puluh tahun lamanya untuk mempelajarinya tetapi masih belum juga memecahkan apa isinya maka aku pikir hendak minta suhu untuk mempelajari. …Suhumu seorang berilmu tinggi mungkin dapat memahami apa isinya. …Tetapi sayang sekarang benda itu sudah terjatuh dalam genggaman tangan siluman tengkorak.
…Apa suhumu sudah mengetahui hal tersebut ?” …Beliau sudah mengirim dua belas orang utusan untuk mencari siluman tengkorak.” Yo Tjie Tjong terperanjat dalam hatinya diam-diam berpikir : Aku harus cepat untuk mencari Siluman tengkorak itu lebih dulu. Dan harus bisa kembali mengambil benda pusaka itu lebih dulu. Dan harus bisa mengambil benda pusaka itu sebelum di dahului orang-orang bendera burung laut.” Meskipun dalam hatinya merasa tergoncang keras tetapi di luarnya masih tetap dingin. Sedikit pun tak berubah apa-apa. Jikalau pada saat itu Tio Lee Tin mengetahui siapa orsngnys yang si ajak bicara itu, sudah kali di ajak bertempur mati-matian. …nona Tio Lee Tio Lee Tin, aku sekarang hendak pergi,” berkata Yo Tjie Tjong . …kau mau pergi?” …ya.” …hmm…! Tida begitu gampang.” …apa maksud nona?” Tanya Yo Tjie Tjong dengan heran. …Yo Tjie Tjong, apa kau benar-benar tidak mengerti?” …aku tidak mengerti.” …antara kita toh masih ada perhitungan buksn?” Di jawbnya Yo Tjie Tjong yang dingin terl intas persaan sangsi, ia menanya dengan penuh heran: …antara kita masih ada ganjalan apa lagi?” …kalau kau masih berani berkukuh, aku akan membunuh kau terlebih dahulu.” Tio Lee Tin kelihatanya sudah benar-benar gusar. Tangana meraba gagang pedangnya, kelihatanya, jika Yo Tjie Tjong tidak mau menjelaskannya begitu saja, ia benar-benar akn turun tangan. Jika hal itu terjadi pada sebulan berselang, sudah tentu Yo Tjie Tjong tidak dapat menangani sinina. Tetapi keadaan Yo Tjie Tjong sekarang berlainan sekali. Dua kali keajaiban yang menimpa dirinya yang membikin ia menjasi oaring yang sangat kuat sekali. Apa lagi ia sudah mendapat pelajaran dari du oaring aneh yang luar biasa, yaitu Hwesio gila dan poengail linglung. Jikalau Tio Lee Tin turun tangan benar-benar, sudah pasti akan merugikan dirinya sendiri. Yo Tjie Tjong ketika mendengar perkataan sinona, hatinya jugamesara mendongkol lantas ia
menjawab sambil berkata singin: …‘Tio Lee Tin, coba kau sebutkan, jikalau aku terbukti aku bersalah, aku Yo Tjie Tjong tidak mungkin akan mugkir dan tidak perlu kau turun tangan sendiri. Aku bisa habiskan jiwaku di hadapan matamu. Tetapi jikalau kau mencari cerita…..hmm.” …bagaimana?” …kau hendak membunuh aku barang kali tidak mungkin.” …baik. Sekarang aku Tanya kau. Dengan kekuatan yang kau tunjukan ketika kau tadi menyerang aku, ternyata kekuatan tenaga dalamu sudah cukup matang . rasanya hal ini toh kau tidak akan mungkir?” …sedikit kepandaian yang tidak berarti itu nasih belum boleh di katakana sudah matang.” …jika dengan kekuatan tenaga dalamu itu di pakai untuk menyembuhkan luka orang, bukankan sudah cukup?” …rasanya cukup” …kalau begitu, hari itu, ketika aku terluka parah oleh seranganya siluman tengkorak mengapa kau tidak mau menggunakan kekuatan tenaga dalamu untuk menyembuhkan lukaku, sebaliknya menurut jalan darahku sehingga tanganmu meraba-raba sekujur badanku……………..?” Yo Tjie Tjong sekarang baru mengerti apa sebabnya nona itu gusar. Dikala itu, memang ia sendiri tidak mempunya kekuatan untuk menyembuhkan lukanya sinona. Kalau di dapat kepandaian kekuatanya yang maha hebat itu, hanyalah terjadi pada beberapa hari ini saja. Tetapi ia tidak bisa membantah. …benar. Apakah kau berbuat begitu ada salahnya?” …kau mengandung maksud tidak baik terhadap diriku.” Yo Tjie Tjong hanpir saja meledak badanya, ia yang baik hati menolong jiwa orang, sekarang sebaliknya telah didakwa mengandung maksud jahat, maka saat itu ia lantas berkata dengan suara tidak senang: … Tio Lee Tin, kau mengerti aturan atau tidak?” …mengapa aku tidak mengerti aturan?” …apakah aku menolong dirimu itu ada salahnya?” …kau tidak mengerti jalan yang dekat, tetapi menempuh jalan yang jauh. Itu sudah merupakan suatu bukti bahwa kau ada mengandung maksud tidak baik.”
…ha,ha,hah……. Tio Lee Tin, kalau aku Yo Tjie Tjong ada seorang yang semacam kau maksudakan, ketika kau dalam keadaan pingsan tidak ingat orang, segala apa aku toh bisa lakukan terhadap dirimu?” Tio Lee Tin lantas bungkam. Kalau tadi ia terus mendesak Yo Tjie Tjong, maksudanya ialah supaya Yo Tjie Tjong mengerti kehendaknya, sebab seluruh badannya telah di raba-raba oleh Yo Tjie Tjong, maka ia sudah bermasud hendak menyerahkan dirinya pada anak muda itu. Tetapi, dengan berbuat demikian justru ia mendapatkan yang sebaliknya. Jangan kata Yo Tjie Tjong saat itu hatinya sudah terbawa pergi oleh Siang-koan Kiauw, sekalipun tidak begitu ia juga tidak bisa mencintakan oaring secara demikian. Meskipun Tio Lee Tin mempunya kecantikan seperti bidadari, tetapi masih juga tidak mampu menggertakan hatinya Yo Tjie Tjong. Sebab Yo Tjie Tjong sudah mengetahui saipa adnya nona itu. Maka ia juga tidak dapat mencintai dirinya. Kedua oaring itu dengan pikiranya sendiri-sendiri pada berdiri mencublek berhadapan didalam rimba yang gelap itu. Tio Lee Tin hatinya seperti di iris-iris radanya. Ia tidak menduga kalau pemuda itu tidak mempunya perasaan terhadap pemuda itu. Barang apa saja di dunia ini,‘cinta’ adalah yang paling makan hati, semakin susah di dapatnya. Semakin bernafsu mendapatkan. Seolah-olah barang yang mudah didapat itu, adalah barang yangb paling indah, paling berharga. Yang sukar dimiliki. Itulah sifatnya manusia, begitu pula keadaanya Tio Lee Tin pada saat itu. Buat oaring lemah, kalau ia tidak dapatkan barang yang di inginio, ia bisa merusak dirinya sendiri tapi buat oaring yang berhati keras, berkemauan keras, jika tida dapatkan barang yang di ingini, ia juga tidak suka barang itu di dapatkan oleh orang lain, ia bisa merusak barang tersebut. Tio Lee Tin ada seorang mempunyai sifat seperti orang tersebut belakangan. …nona Tio, aku hendak memberi sedikit nasihat padamu, aku harap kau dalam segala hal, harus piker dulu masak-masak. Aku berani bersumpah bahwa aku ada berhati jjujur terhadap diri nona, sedikitpun tidak mempunyai pikiran jahat seperti apa yang di katakana nona kiara, ” berkata pula Yo Tjie Tjong. …sebetunya hal ini Tio Lee Tin juga sudah tahu, Cuma karna ia terlalu cinta padanya, maka ia terusmenerus mendesaknya, tapi pemuda itu seolah-olah mengabaikan cintanya. …Yo Tjie Tjong, aku tidak Tanya kau tentang maksud hatimu, aku Cuma kau bagaimana hendak membereskan perhitungan ini?” …Diantara kita toh tidak ada apa-apa yang harus di perhitungkan!”
…Apa kira aku boleh kau buat sembarangan?” Perkataan yang meluncur itu, membuat Yo Tjie Tjong tidak bisa menahan kesabaranya lagi, maka ia berkata dengan suara dingin: …Kau hendak berbuat apa?” …Aku hendak bunuh mati kau!” …Dengan kepandaianmu seperti sekarang ini masih belum bisa kau lakukan!” …Coba saja.” …Sehabis berkata, dengan cepat Tio Lee Tin menghunus pedangnya, sekejapan saja sudah melancarkan serangannya sampai delapan kali. Dengan gerak badannya yang sangat lincah. Yo Tjie Tjong terus berkelit untuk menghindari serangan si Nona. …Kau benar-benar hendak turun tangan ?” …Memang aku main-main “ Tio Lee Tin menjawab tangan tak berhenti berberak, kembali melancarkan serangan. Yo Tjie Tjong tidak senang ia lantas meluncurkan tenaganya, hingga meluncur keluar tenaga dalamnya meski itu menggunakan lima bagian saja tapi sudah cukup hebat. Tio Lee Tin kenal baik hingga memancing tenaga dalam Yo Tjie Tjong pedangdi tangannya lantas di ayunkan untuk memudahkan kekuatan tenaga yamng di lancarkan oleh anak muda itu. Yo Tjie Tjong agak terkejut, tahu-tahu sinar pedang siNona sudah mengurung dirinyda lagi. Kali ini ia benar-benar gusar, maka lantas mengirim serangannya lagi. Serangannya kali ini dibarengi dengan kekuatnnya Kan-goan Tjian-tjao, hingga pedang Tio Lee Tin lantas tersampok oleh sambaran angin serangannya. Dalam kagetnya, Tio Lee Tin buru-buru tarik kembali serangannya dan lantas mundur teratur, sekarang ia merasa heran akan kekuatan dan kepandaian anak muda ini. Yang keliatnnya tidak dibawahnya Lui Bok tong. Itu siluman tengkorak yang merupakan lawan paling kuat sejak ia muncul didunia Kang-ouw. Justru karena demikian, sukunya Tio Lee Tin kepada Yo Tjie Tjong semakin tebal, tapi disamping itu rasa gemasnya juga semakin bertambah. Perasaan cinta dan gemas yang tumbuh berbarengan ini. Sesungguhnya susah dimengerti. Yo Tjie Tjong berhasil menyerang mundur lawannya, tidak mendesak lebih lanjut karena ia cuma
merasa mendongkol atas sikapnya si nona yang dianggapnya setori tampa sebab. Dengan gerak badannya badannya yang sangat lincah, Yo Tjie Tjong terus berkelit untuk menghindarkan serangannya si nona. …Kau benar-benar hendak turun tangan ?” …Memang aku main-main ?” Tio Lee Tin mulutnya menjawab, tangannya tidak berhenti bergerak. Kembali sudah melancarkan beberapa kali serangannya. Yo Tjie Tjong tidak senang ia lantas ayun tangannya meluncur keluar kekuatan tenaga dalamnya meskipun itu cuma menggunakan 5 bagian saja, tapi sudah cukup hebat. Tio Lee Tin kenal baik sampai dimana hebatnya tenaga dalam Yo Tjie Tjong, pedang ditangannya lantas diputar, untuk menangkis kekuatan tenaga yang dilancarkan oleh anak muda itu. Yo Tjie Tjong agak terkejut tahu-tahu sinar pedang si nona sudah mengurung dirinya lagi. Kali ini ia sudah benar-benar gusar maka ia lantas mengirim mengirim serangannya lagi. Dalam kagetnya, Tio Lee Tin buru-buru tarik kembali serangannya dan lantas mundur teratur. Sekarang ia merasa heran atas kekuatan dan kepandaian anak muda ini, yang kelihatannya tidak dibawah Lui bok Thong, itu siluman tengkorak yang merupakan lawan paling kuat sejak ia muncul ke dunia Kang-ouw. Justru karena demikian, sukanya Tio Lee Tin kepada Yo Tjie Tjong semakin tebal, tapi disamping itu rasa gemasnya juga semakin bertambah. Perasaan cinta dan gemasnya yang sudah tumbuh secara berbareng ini, sesungguhnya sudah dimengerti. Yo Tjie Tjong setelah berrhasil menyerang mendur lawannya, tidak mendesak lebih lanjut. Karena ia Cuma mendengkol atas sikapnya sinona yang dianggapnya mencari setori tanpa sebab. Maka ia tidak bermaksud hendak melukai dirinya. Oleh karena merasa gusar dan malu, Tio Lee Tin lantas berubah wajahnya, dengan suara gemetar ia membentak : …Yo Tjie Tjong , aku akan adu jiwa dengan kau !” Perkataannya itu lantas disusul dengan serangannya yang makin hebat. Untuk sesaat, Yo Tjie Tjong terdesak oleh serangan yang dilakukan secara kalap itu sehingga mundur sampai 3 tindak. Anak muda itu diam-diam lantas berpikir : jika tidak diberi sedikit rasa, tentunya kau
tidak mau mengerti. Setelah berpikir demikian, tangan kanannya lantas melancarkan serangan hebat, hingga Tio Lee Tin ,terpaksa mundur lagi,Yo Tjie Tjong geser maju kakinya, tangan kirinya mengeluarkan serangan kearah udara. Serangan itu adalah ilmu Liu-in Hut-hiat yang didapat dari Phoa-ngo Hweshio . Betapapun tinggi kepandaiannya Tio Lee Tin, juga tidak berdaya menghadapi serangan tersebut. Jika serangan itu mengenakan sasarannya, Tio Lee Tin pasti akan jatuh rubuh tanpa ampun lagi. Dalam saat yang sangat berbahaya itu, mendadak terdengar suara yang muncul dibelakang dirinya Yo Tjie Tjong . …Bocah tahan !” Yo Tjie Tjong segera tarik kembali serangannya, kemuian lompat ke samping. Tatkala ia menengok, disuatu tampat terpisah kira-kira satu tumbak jauhnya, ada kelihatan berdiri satu orang. Bukan kepalang kagetnya Yo Tjie Tjong, karena orang itu berada dibelakangnya dalam jarak cuma satu tumbak saja, ia masih tidak berasa sama sekali, maka kepandaiannya orang itu sesungguhnya sangat luar biasa. Ketika ia mengawasi dengan seksama, orang itu ternyata ada si orang berkedok kain merah ! Selagi Yo Tjie Tjong hendak menghampiri, mendadak terdengar suara……. …Suhu !” Dengan cepat Tio Lee Tin sudah lompat maju dan berlutut dihadapannya orang berkedok itu. …Tin-djie, bangun !” demikian orang berkedok itu berkata. Yo Tjie Tjong dengan cepat maju menghampiri, lalu memberi hormat sambil berkata : …Boanpwee Yo Tjie Tjong disini menghadap kepada Lotjianpwee ditepi danau Naga, sehingga Boanpwee terhindar dari kematian, disini Boanpwee mengucapkan banyak-banyak terimakasih !” …Eh ! bocah, kiranya adalah kau ? Ha ha ! kau bisa terluput dari bencana kematian. Dikemudian hari pasti besar sekali rejekimu !” Tio Lee Tin lantas berbangkit, dengan mata masih merah, ia lantas berkata dengan lagaknya yang sangt aleman :
…Suhu, dia…..dia menghina muridmu !” Orang berkedok lalu menjawab dengan perlahan-lahan : …Tin-djie , suhumu ada mempunyai pendirian sendiri. Dalam soal asmara, kedua pihak harus mendapat kecocokan, sedikitpun tidak boleh di paksa. Kau ada seorang pintar, sudah tentu mengerti apa maksud perkataan suhumu ini.” Yo Tjie Tjong dalam hati diam-diam memuji orang berkedok itu sebab uraiannya itu memang tepat. Sebaliknya bagi Tio Lee Tin, nona itu merasa seolah-olah tidak di gubris pengaduannya, maka hatinya merasa sedih , sambil menekap mukanya, ia lantas menangis. Ia juga tahu bahwa asmara itu tidak boleh dipaksa, namun ia tidak tahan dengan godaan hatinya. Orang berkedok itu menyaksikan keadan muridnya, dengan pelahan mengelah napas.
Suasana saat itu sangat mengharukan Sejenak kenudian, orang berkedok itu tiba-tiba berkata : …Bocah, kau bernama Yo Tjie Tjong ?” …Yah, Boanpwee bernama Yo Tjie Tjong !” …Siapa suhumu ?” …Untuk sementara Boanpwee merasa keberatan untuk memberitahu, harap Lotjianpwee suka maafkan !” …Ng !” Namun dalam hatinya orang berkedok itu diam-diam berpikir : heran, gerak tipu dan kepandaiannya ilmu silat bocah ini, meski pengalamanku sudah luas, ternyata masih belum dapat tahu ilmu silatnya itu dari golongan mana. Lagi pula bocah ini pada bulan berselang kepandaiannya biasa saja, mengapa sekarangsengan mendadak sudah berubah demikian hebat ? Sepasang matanya yang tajam, melalui dua lubang kecil di matanya orang it uterus menatap wajah Yo Tjie Tjong. Yo Tjie Tjong yang siawasi secara demikian diam-diam merasa tidak enak. …Bocah sejak kau menelan mustika Gu-lion Kauw ditepi danau Naga, apa kau mengalami kejadian gaib lagi ? Tapi jika kau anggap mempunyai kesulitan kau boleh tak usah menjawab pertanyaan ini !” Tanya orang berkedok itu. Yo Tjie Tjong dengan tanpa ragu-ragu lantas menjadwab, …Yah, Boanpwee pernah menemukan dan secara tidak terduga-duga sudah memakan telur burung Rajawali raksasa !” …Bocah, kau benar-benar seorang yang mempunyai keberuntungan yang sangat besar aku berharap kau baik-baik menjaga dirimu !” …Terima kasih Lojianpwee !” Tio Lee Tin keyika mendengar pembicaraan mereka, lantas pesut air matanya kemudian berpaling kepada suhunya. Dalam hatinyav berpikir : suhu agaknya ia kenal satu sama. Ketika lama bercengkrama dengan Yo Tjie Tjong manusia berkedok itu lantas dialikan kelangit yang gelap, lama tidak berkata apa-apa entah, apa yang ia pikirkan !” Diantara Tio Lee Tin dengan Yo Tjie Tjong karena sudah retak hubungan maka satu sama lainya sudah tak angkat bicara . Di malam yang sunyi itu suaranya nampak mengharukan .
Setelah hening sekian lama, manusia berkedok itu lantas berkata kepada Tio Lee Tin : …Tin-djie kau sudah bertemu dengan pemilik Golok Maut atau belum ? …Muridmu sudah bersumpah dengan dia, ternyata dia adalah orang tua berambut dan berjenggot putih sedang lengannya tinggal sebelah.karena kepandaian muridmu yang terbatas, aku tak bisa berbuat apa-apa bagi dirinya !” …Ng !” Yo Tjie Tjong diam-diam hatinya berguncang hebat. Skuhu apakah pernah berhadapan dengan pemilik Golok Maut itu apakah benar pangcu paertai Kamlo pang ?” Tanya Tio Lee Tin. …Dewasa ini masih belum dipastikan. Menurut kabar yang tersiar dari Kang Ouw,Yo Tjin Hoan sendiri ia sudah binasa berasama-sama dengan runtuhnya partai Kam Lo Pang pada dua puluh tahun berselang !” Tapi ketiaka Ayahmu di binasakan olehnya, pernah dengar orang yang membinasakan Ayahmu itu menyebutkan dirinya seorang pangcu dari Kam Lo pang….,apakah dalam hal ini…. …Orang dalam dunia Kang Ouw banyak sekali akalnya sebelum keadaan yang sebenarnya menjadi terang, susah di pastikan !” memotong pembicaran suhu. Dalam hatinya Yo Tjie Tjong, saat itu berkobar pula dendam sakit hatinya tapi dalam hatinya yang dingin dan kecut, masih yak mengejutkan perubahan apa-apa. …Suhu ! tidak perduli pemilik Golok Maut itu siapa orangnya sekalipun Tin djie harus kobarbankan jiwa, kaukan turun tangan untuk membinasakannya dan untuk menuntut balas atas kematian Ayah !” …Tin djie, akan menuntut balas kematian orang tua, memang sudah seharusnya.Cuma kepandaian Mu yang belum menandingi Si pamilik Golok Maut itu !” …Tapi aku muridmu tak akan berhenti mengejar dan diriku tak akan tenang sebelum membinasakannya !” Yo Tjie Tjong yang diam-diam mendengarkannya marasa …Bergidik ! …Tin djie, sekarang yang penting adalah mencari bendamu yang hilang itu !” …Apakah sudah berhasil menemukan jejak siluman tengkorak itu ?” …Belum ada yang pulang mamberi laporan !” Yo Tjie Tjong setelah berpikir sejenak, lalu berkata kepada orang berkedok : …Lotjianpwee, Boanpwee masih ada sedikit urusan yang hendak di bereskan sekarang boanpwee
permisi berlalu !” Sebelum orang berkedok itu membuka mulut, tiba-tiba sudah didahului oleh Tio Lee Tin : …Suhu, kau ada kata untuk membereskan persoalanku !” …Tin djie, mengapa kau begini kukuh ?” …Tapi diri muridmu yang masih suci, sudah di……” …Haha, Tin djie dia toh tak menghina dirimu !” …Suhu, akukan seorang gadis bagaimana badannya seorang gadis dirabah oleh seorang pria yang sembarangan ?” berkata Tio Lee Tin sambil menangis trseguk-seguk. …Anak tolol masa kau sebagai perempuan Kang ouw mempunyai pendirian begitu cupat ? Dia toh bermaksud baik, bukan ?” …Bermaksud baik ? aku lihat dia mengandung maksud jahat !” …Yo Tjie Tjong yang urungkan maksudnya hendak pergi, ketika mendengar perkataan siNona hatinya sangat dongkol. Ddengan mata beringas mengawasi dirinya. Manusia berkedok itu tiba-tiba berkata dengan beringas : …Thin-djie mengapa kau tak mau mendengarkan kata ? Diam ada orang dating !” Yo Tjie Tjong lalu pasang telinga, benar dari tempat yang tidak jauh terdengar suara yang sangat perlahhan. Jikalau bukan mausia berkedok itu yang berkata ia sendiri benar-benar tidak mengetahui. Terhadap kepandaian yang di punyai manusia berkedok itu diam-daim ia merasa kagum. Tidak lama maanusia berkedok itu berkata di tempat itu muncul Empat orang. Namapaknya mereka semua itu orang-orang yang berkepandaian sangat tinggi. Empat orang tersebut lau mengawasi ketiga orang yang ada disit. Tiba-tiba mereka berseru : …Eh !” lalu ia mundur setengah langkah, dengan sorot mata yang tajam mereka mengawasi manusia berkedok. Empat orang yang baru tiba tadi senua merupakan orang-orangtua yang usianya sudah Limapuluh tahunnan. Satu diantara mereka yang bentuk badannya tinggi, lantas berkata sambil memberi hormat : Kami tidak tahu kalau pemimpin burung laut ada disini harap maaf atas kelancangan semua ini. Kami berEmpat adalah orang-orang perkumpulan Im-mo-ko’ ,yang mendapat perintah mencari jejaknya
pemilik Golok Maut !” Yo Tjie Tjong terperanjat rasanya ia belum mendengar dalam dunia Kang ouw ada perkumpumpulan yang bernama ‘Im-mo-kao’ Tapi dilihat dari 4 orang tua yang mengaku sebagai orang-orangnya saja, kepandaiannya sudah demikian tingginya, apalagi pemimpinnya, barangkali merupakan satu iblis yang luar biasa : Tio Lee Tin yang selalu ingat musuh ayahnya, ktika mendengar 4 orang tua itu katanya hendak mencari jejaknya penilik Golok Maut mendadak lantas nyeletuk : …Apakah tuan-tuan berempat sudah dapat menemukan jejaknya iblis itu ?” …Apa nona juga hendak mencari menusia yang misterius itu ?” orang tua berbadan tinggi itu balas menanya sambil ketawa aneh. …Benar !” Orang tua tinggi itu setelah mengawasi 3 kawanan sejenak, lalu menyahut ; …Ada suatu hal yang kami ingin memberitahukan kepada nona’pemilik Golok Maut bukannya pangcu dari Kam-lo-pang sendiri melainkan orang lain yang memegang peranan itu !” Yo Tjie Tjong terkejut sekali ketika mendengar perkataan orang tua itu, diwajahnya yang cakap, saat itu lantas timbul napsunya hendak melakukan pembunuhan, tapi syukur sebentar saja sedah lenyap lagi. Orang-orang yang ada disitu semua tidak satupun yang dapat melihat perubahan sekapnya itu.
XX IA tidak merasa heran akan keterangan orang tua itu, yang membuat ia gegetun mengapa orang tua itu dapat mengetahui begitu jelas. Didalam daftar nama-namanya musuh Kam-lo-pang tidak terdapat namanya Im-mo-kao, tetapi heran keempat orang tua ini telah mengaku diperintahkan mencari jejaknya pemilik Golok Maut. Dalam hal ini ada terselip maksud apa sebetulnya. …Aku harus mencari tahu sampai ke dasar-dasarnya mengenai dirinya orang-orang ini.” demikianlah akhirnya Yo Tjie Tjong mengambil keputusan. Sementara itu, Tio Lee Tin yang sangat memperhatikan tentang pemilik Golok Maut, lantas menanya dengan suara cemas : Mengapa tuan dapat memastikan bahwa pemilik Golok Maut itu buakna pangcu Kam-lo pang sendiri ?” Orang tua berbadan tinggi itu menjawab sambil tersenyum : Dalam hal ini Noan tak perlu cemas. Percayalah padaku bahwa aku tak berkata sembarangan. Tetapi Tio Lee Tin masih tetap bersangsi. Pada malam itu ketika Ayahku Tio ek Tjhiu di binasakan olehnya aku teklah mendengar sendiri bahwa orang yang melakukan pembunuhan itu adalah orang-orang dari Kam-lo pang. Apakah itu bohong ?” Itu mungkin benar, tetapi tadi malam yang datang ke kotaku Kui-lim melakukan pembunuhan itu bukankah pemilik Golok Maut ya ng beberapa berselang ini semua tak salah. …Tio Lee Tin menjadi bingung sendiri, apakah iblis itu ada dua orang ? Mengenai soal itu, Yo Tjie Tjong sendiri yang mengerti sedangkan ke Emapt orang tua dari Im-mokao itu sebetulnya hanya mengetahui sebagaian saja . Orang berkedok berbaju merah itu hanya mendengarkan pembicaraan mereka sama sekali tak turut mengutarakan apa-apa. Orang tua berbadan tinggi besar itu lalu berkata kepada manusia berkedok berbju merah. …Maaf atas kedatangan kami menggerecoki ketengan tuan.” …Setelah berkata demikian kemudian ia mengajak ketiga orangnya berlalu meninggalkan tempat itu. Sebentar saja mereka sudah hilang dari pandangan di depan mata.
…Tio Lee Tin tiba-tiba menanyakan pada suhunya : …Suhu, menurut pikiranmu apa yang mereka katakan tadi benar atau tidak ?” …Ini susah dibilang.” Im-mo-kao, sebetulnya perkumpulan apasih ?mengapa aku baru mendengar namanya ?” Im-mo-kao muncul dikalangan Kang-ouw adalah baru-baru ini saja mengenai perkumpulan tersebut aku sendiri tak mengetahui dengan jelas. Belum lama berselang kematian dua puluh lima orang kuat dari golongan hitam maupun putih yang terdapat di jalan raya antara Su-tjwan dengan San-see adalah perbuatan Im-mo-kao. Tampaknya perkumpulan Iblis ini akan membawa malapetaka bagi dunia persilatan. …Mengapa Im-mo-kao hendak mencario jejak pemilik Golok Maut ?” …Hal ini aku sendiri juga tidak tahu.” Yo Tjie Tjong yang masih hendak membereskan persoalannya tidak mau membuang tempo lamalama, maka ia lantas pamitan pada orang berkedok berkain merah itu dan berlalu. Tio Lee Tin yang henadak mencegah kepergian Yo Tjie Tjong tetapi sudah di cegah oleh suhunya. Sebentar kemudian ia sudah lenyap ditelan kegelapan. Tio Lee Tin dengan perasaan mendongkol mengawasi berlalunya Yo Tjie Tjong.dalam hatinya pada saat itu timbul suatu perasaan yang sukar di lukiskan dengan kata-kata. Entah benci entah cinta ? Sebagai gadis remaja yang baru pertama kalinya jatuh cinta kepada laki-laki dan laki-laki itu tak membalas cintanya, dapat di bayangkan betapa berat perasaan Tio Lee Tin. Akhirnya ia dapat mendumel sendiri : Yo Tjie Tjong kau mempunyai kepandaian apa ? Awas kau suatu hari kau kan ku bunuh. Air mata kelihatan berlinag-linang di pipinya. Manusia berkedok itu mengawasi murid ke sayanganya itu sambil geleng-gelengkan kepala, kemudian ia berkata dengan suara yang lemah lembut. …Thin dji, bukankah kau selalu mendarakan perkataan Ku.” Tio Lee Tin berpaling dan menganggukan kepalanya …Dan sekarang dengarkan perkataan ku ini.” …Dan dengarkan.”
Dalam segala hal kita harus mengikuti aliran apa yang dinamakan jodoh atau takdir, kita tidak boleh mengikuti perasaan hati sendiri. Kembali Tio Lee Tin anggukan kepala, tetapi sebetulnya ia ingin mengatakan sesuatu : toh suhu sendiri yang ingin membereskan soal ini !” tetapi perkataan itu tidak berani di keluarkan dan di karnakan pikiran yang keliru ini akhirnya di kmudian hari membawa ekor yang mencelakakan dirinya sendiri. Orang berkedok kain merah itu dengan sepasang matanya yang tajam memandangi wajah muridnya seolah-olah hendak menembusi pikiran muridnya itu kemudian terdengar ia mengelah napas dan perlahan berkata pula : …Thin-djie mari kita pulang.” …Baiklah.” Dua bayangan itu melesat seolah-olah laksana bintang jatuh dari langit, sebentar saja menghilang dari kegelapan. SEKARANG MARI KITA BALIK KEMBALI PADA DIRI YO TJIE TJONG. Setelah meninggalkan rimba tersebut dengan cepat ia lari menuju kearah larinya ke Empat orang tua dari Im-mo-kao tadi. Perkumpulan Im-mo-kao telah mengutus orang-orangnya untuk mencari jejak pemilik Golok Maut bahkan mengatakan orang yang memegang peranan sebagai pemilik Golok Maut itu bukan pangcu dari Kam-lo pang sendiri. Hal ini perlu cari tahu oleh Yo Tjie Tjong, sebab besar sekali sangkut pautnya dengan dirinya. Apa yang membuat ia tidak habis mengerti ialah perkumpulan yang muncul di dunia Kang ouw belum lama ini mengapa bisa mengetahui rahasia Golok Maut ? Setelah berjalan kira-kira empat puluh li jauhnya diatas jalan raya Yo Tjie Tjong melihat Empat bayangan orang yang sedang berlarian dengan perlahan, maka ia lantas kendorkan gerakannya. Yo Tjie Tjong terus mengikuti ke Empat orang dari Im-mo-kao itu sedangkan keEmopat orang tua itu tak merasa kalau mereka ada yang mengikuti, bahkan mereka enak-enakan mengobrol.
Terdengar salah seorang itu menanya Dari mana saudara Gouw tahu bahwa pemilik Golok Maut bukan pancu dari Kang Lo pang sendiri ? Yo Tjie Tjong ia memasang telinganya baik-baik Orang tua yang bertubuh besar itu lantas menjawab : Ha..ha.. Kauwtju setelah mendapat tahu Golok Maut itu muncul di kota Kui-Lim terus mengadakan rapat kilat antara para Thia-tju dan Thong-tju. Aku mendapat dengar itu secara tidak di sengaja. Mengapa saudara Gouw beritahukan hal ini kepada Nona berbaju hitam tadi ? Jikalau hal ini di ketahui oleh saudara-saudara yang lain yang di perintah kan oleh Thong-tju bagian penyelidik bukankah itu merupakan di tuduh membocorkan rahasia perkumpulan ? hukumannya sangat berat .” Orang tua si Gouw hanya menyaut ‘ Hmmm ‘ dan lantas tak berkata apa-apa. Barang kali ia di buat takut oleh temannya tadi sebab dalam peraturan Im-mo-kao itu keras sekali. Setelah hening sekian lamanya, seorang tua yang lainnya berkata. Sayang kita terlambat bertindak saja sehingga kita tidak bisa melihat sendiri wajahnya pemilik Golok Maut ini jika kita bisa melihatnya maka mudahlah kita mencari jejaknya Iblis itu. Orang tua she Gouw lantas brkata : Menurut kata-kata orang Kang ouw yang menyaksikan pembunuhan atas dirinya Tjoa Tjeng it pemilik Golok Maut itu adalah seorang tua yang berambut dan berjenggot putih sedangkan tangannya yang tinggal sebelah itu. Tetapi kepandaian ilmunya susah di jejaki, biar bagaimana puan kita di perintahkan untuk mencari jejaknya saja perduli apa tentang dirinya. Di sebrang jalan sana kini terlihat sebuah rimba yang amat lebat. Yo Tjie Tjong diam-diam ketawa geli ia lau menggerakan badannya dengan jalan menyimpang ia melewati orang keEmapat dan menghilang kedalam rimba. Ke Empat orang tua itu yang sepanjang jalan enak-enak ngobrol kala itu sudah sampai di depan rimba. Mendadak mereka melihat satu bayangan muncul dari rimba . dengan tidak berkata apa-apa bayangan itu sudah menghadang prjalanan keEmpat orang tua tersebut. Mereka lalu menghentikan langkah kakinya, ketika mereka mengawasi siapa yang menghadang semangat mereka dirasakan terbang.
Sebab orang yang menghadang jalannya itu ternyata rambut dan jenggotnya sudah putih semuanya sedang lengan tangannya tinggal sebelah. Sepasang matanya pada malam gelap gulita itu kelihatan mencorong seperti dua bintang. Bentuk orang tua ini mirip sekali dengan apa yang di namakan pemilik Golok Maut. ( bersambung )
GOLOK MAUT
Jilid ke VI
-0Dalam perkumpulan Im-mo-kao, empat orang tua itu juga terhitung orang kuat nomor satu. Setelah merasa terkejut. Masing-masing lalu bersiap sedia untuk menghadapi segala kemungkinan dan orang tua she Gouw lantas berkata : …Apa maksudnya tuan menghadang perjalanan kami ?” …Eh, bukankah kalian sedang mencari aku ? agar supaya tidak mencari jauh-jauh, aku sekarang menemui kalian sendiri”. Demikian jawaban orang tua berambut putih berlengan satu itu sambil ketawa dingin. Suaranya itu begitu seramnya sehingga menimbulkan perasaan tidak enak bagi yang mendengarnya. Keempat orang itu kelihatan pada gemeteran, dalam hati mereka masing-masing berfikir : “Heran, mengapa dia bisa mengeluarkan perkataan demikian ? apakah benar dia adalah… Orang tua berambut putih berlengan satu itu lalu berkata pula : …Eh, tuan-tuan berempat bukankah hendak mencari aku si orang tua ?” Si orang she Gouw dengan hati berdebar lalu menyahut : …Dari mana tuan dapat tahu tentang ini ?” …Bukankah kau sendiri yang mengatakan ? kau kira aku si orang tua ini siapa ? Bukan main kagetnya si orang she Gouw, ia mundur satu tindak dan berkata pula dengan suara gemetaran : …Coba sebutkan nama tuan yang mulia”. …Aku si orang tua adalah “orangnya” yang hendak kalian cari !” …Adalah tuan pemilik Golok Maut ?” …Tidak salah”. Keempat orang tua itu badannya menggigil seperti yang kedinginan. Orang tua she Gouw itu merupakan kepala rombongan dari keempat orang tersebut. Kala itu dalam hatinya lantas timbul pikiran : …kita empat orang hanya merupakan salah satu rombongan yang mendapat tugas mencari jejaknya pemilik Golok Maut ini. Rombongan lain sekarang in masih belum keliatan. Sedangkan kita berempat sudah tentu tidak mampu menandingi si iblis tua ini. Salah-salah kita berempat bisa mati konyol. Lebih baik kita laguin saja dia, kemudian