perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN TERJEMAHAN ABSTRAK DISERTASI DARI BAHASA INDONESIA KE BAHASA INGGRIS
DISERTASI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Doktor Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Penerjemahan
Oleh: Sukirmiyadi NIM: T 140306003
PROGRAM STUDI LINGUISTIK (S3) PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2014
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id PENGESAHAN UJIAN TERBUKA DISERTASI
Dengan ini saya, Nama NIM Program Studi Minat Utama Judul Disertasi Bahasa Inggris
: Sukirmiyadi : T140306003 : Linguisstik : Penerjemahan : Kajian Terjemahan Abstrak Disertasi dari Bahasa Indonesia ke
Telah menempuh Ujian TERBUKA pada hari Rabu, 01 Oktober 2014 dengan hasil lulus dengan predikat Memuaskan. Disertasi tersebut telah direvisi sesuai dengan saran dari Tim Penguji. Surakarta, Oktober 2014 Tertanda, Sukirmiyadi Hasil revisi telah disetujui oleh tim penguji: Nama Terang Prof. Dr. Okid Parama Astirin, M.S. NIP. 196303271986012 Drs. Riyadi Santosa, M. Ed., Ph.D. NIP. 196003281986011001 Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana NIP. 194406021965112001 Prof. Drs. MR. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. NIP. 196303281992011001 Prof. Dr. Sumarlam, M.S. NIP. 196203091987031001 Dr. Tri Wiratno, M.A. NIP. 196109141987031001 Dr. Anam Sutopo, M.Hum NIK. 849
Jabatan Ketua
Tanda Tangan …………………
Sekretaris ………………… Promotor ………………… Ko-promotor ………………… Anggota ………………… Anggota ………………… Anggota …………………
Mengetahui Rektor Universitas Sebelas Maret,
Prof. Dr. Ravik Karsidi, commit to userM.S. NIP. 195707071981031006
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN TERJEMAHAN ABSTRAK DISERTASI DARI BAHASA INDONESIA KE BAHASA INGGRIS
DISERTASI
Oleh: Sukirmiyadi NIM: T.140306003
KOMISI PEMBIMBING:
Tanda Tangan
1. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana (Promotor)
Tanggal
……………………………….
2. Prof. Drs. MR. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D (Ko-promotor) ……………………………….
Telah dinyatakan lulus pada Ujian Terbuka Pada tanggal 01 Oktober 2014 Mengetahui Ketua Program Studi S-3 Linguistik,
Prof. Dr. Djatmika, M.A. NIP. 196707261993021001
commit to user
iii
2014
2014
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PERSYARATAN PUBLIKASI
Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Nama Nama Panggilan NIM Program Surakarta Program Studi Tempat & Tgl Lahir Institusi /Alamat Jawa Timur
: : : :
Sukirmiyadi Yaddy T. 140306003 Pascasarjana (S.3) Universitas Sebelas Maret
: Linguistik, minat utama penerjemahan. : Klaten, 01 Juni 1961 : Universitas Pembangunan Nasional „Veteran„ Jln. Raya Rungkut Madya, Gunung Anyar –
Surabaya. Alamat Rumah No. PonSel Alamat Emai
: Perumahan Sinar Medayu Selatan Blok A No.6 : Jln. Tambak Medayu XI-XII, Rungkut – Surabaya. : 081330053156 :
[email protected]
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa disertasi dengan judul ‘Kajian Terjemahan Abstrak Disertasi dari Bahasa Indonessia ke Bahasa Inggris’ adalah asli, bukan hasil jiplakan , dan benar-benar hasil karya saya sendiri, serta belum pernah diajukan oleh peneliti / penulis lain maupun untuk memeroleh gelar akademik tertentu. Sementara hasil temuan, gagasan, maupun pendapat yang diadopsi dari penulis atau peneliti lain yang dikutip dalam disertasi ini ditulis dengan mencantumkan sumber rujukan atau daftar pustaka sesuai dengan aturan sebagaimana mestinya. Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan saya ini tidak benar, saya bersedia dikenai sangsi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Surakarta, agustus 2014 Yang membuat pernyataan
Materai Rp.6000,SUKIRMIYADI commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiiim. Assalamu‟alaikum warahmatullahiwabarakatuh. Alhamdulillahirabbil‟alamin. Pertama - tama perkenankan saya memanjatkan puja dan puji syukur yang tak tehingga ke hadhirat Allah Swt, Tuhan yang maha kuasa, karena berkat rahmat, karunia dan ridlo NYA saya telah menyelesaikan disertasi ini dengan baik. Karena penulisan disertasi merupakan salah satu prasyarat penyelesaian studi S3 untuk memeroleh gelar doktor, hal ini tentu saja tidak terlepas dari peranperan penting dan bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, ijinkan saya menghaturkan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya dan sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi S3 sampai selesai. 2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus M.S., Direktur Pascasarjana UNS yang telah menyediakan sarana dan prasarana, fasilitas belajar yang cukup nyaman dan memadahi, serta berbagai kemudahan selama proses belajar mengajar dan masa studi. 3. Prof. Dr. Djatmika, M.A., dan Prof. Dr. Sumarlam, M.S., selaku Kaprodi dan Sekprodi S3. Linguistik Pascasarjana UNS yang telah memberikan motivasi/dorongan demi terselesainya disertasi ini. 4. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana, selaku promotor yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan masukan, saran yang dengan sabar dan teliti dalam mengoreksi dan pembimbingan demi kesempurnaan disertasi ini. 5. Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A, Ph.D., selaku Ko-Promotor yang telah berkenan meluangkan waktu dalam pembimbingan dan banyak memberikan masukan sehubungan dengan teori penerjemahan. commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Dr. Anam Sutopo, M.Hum., yang telah memberikan banyak saran, masukan dan koreksi demi perbaikan disertasi ini. 7. Seluruh dosen S3 Linguistik-Penerjemahan Pascasarjana UNS dan segenap staf
administrasi & karyawan terkait yang telah memberikan materi
perkuliahan sebagai pendukung teori terhadap penulisan disertasi ini, dan layanan admisnistrasi. 8. Prof. Dr. Rochayah Machali, M.A., Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., dan Dr. Tri Wiratno, M.A., atas kesediaannya menjadi tim penilai (Raters) sehubungan dengan pengambilan data yang diperlukan dalam penelitian ini. 9. Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, M.S., selaku Rektor UPN „Veteran„ Jatim dan Prof. Dr. Djohan Mashudi, M.S., Direktur Pascasarjana UPN „Veteran„ Jatim yang telah berkenan memberikan ijin tugas belajar, dukungan dan semangat untuk penyelesaian studi saya di S3 ini. 10. Ir. Nanik Jar, M.Kes., dan Dr. Ir. Edi Mulyadi, SU., Dekan FTSP UPN yang sekarang dan terdahulu, yang turut pula andil memberikan dukungan moril, motivasi, dan nasihat atas terselesaikannya studi di S3 ini. 11. Dr. Rudy Laksmono, M.S., (Wadek I) , Ir. Tuhu Agung, M.S., (Wadek II), Dr. Munawar Ali, M.S, Kaprodi Teknik Lingkungan FTSP UPN Surabaya, yang turut memberikan dukungan, semangat dan motivasi dalam penyelesaian studi S3 ini. 12. Dr. Rudi Laksmono, M.S., Dr. Minarni Nur Trilita, M.T., Dr. Pancawati Dewi, M.T., Dr. dr. Afif Nurul H, Sp.K.K., Dr. dr. Cita Rusita Sigit P, Sp.K.K., Dr. dr. M. Yulianto L, Sp.K.K.Ck., atas kesediaannya sebagai pembaca sasaran dalam pengambilan data dengan memberikan penilaian sehubungan dengan aspek keterbacaan teks terjemahan abstrak disertasi dalam bahasa Inggris. 13. Ibuku Ny. Hj. Sumiyati yang telah membesarkan, Istri dan anak-anakku tercinta dan terkasih, Tanty, Bella Beauty.Julian Permatasari, Sophia Clara Beauty Kusumawardhani, dan Angga (Enggo) Kurniawan Frediansyah, yang senantiasa turut memberikan do‟a, semangat dan bersabar disaat-saat ditinggal commit toS3. user Surabaya-Solo demi penyelesaian studi
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14. Kakak-kakak dan adikku tercinta: Tarti, Marmi, Yanik, Sar, Arno, Arni, Toen, Narto, Totok, Didik, dan Budi, yang juga turut memberikan dukungan moril, dan doa. 15. Teman-teman seperjuangan S3: Aris, Rajaban, Sullam, Kar, Soeryadi, Duki, Na‟imah, Kardimin, dan berbagai pihak lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Dengan harapan semoga disertasi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya,
di
bidang
kebahasaan
dan
penerjemahan
pada
khususnya.
Bagaimanapun juga peneliti menyadari bahwa disertasi ini belum sempurna dan masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karenanya peneliti sangat mengharapkan masukan dan saran demi kesempurnaan penelitian ini.
Surakarta, Oktober 2014
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Sukirmiyadi. T140306003. 2014. ‘KAJIAN TERJEMAHAN ABSTRAK DISERTASI DARI BAHASA INDONESIA KE BAHASA INGGRIS‘. DISERTASI. Program Studi Linguistik Minat Utama Penerjemahan, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Promotor: Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana; Ko-Promotor: Prof. Drs. M.R. Nababan, M.A., M.Ed., Ph.D. Abstrak merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah penelitian karena abstrak merupakan teks singkat yang mewakili keseluruhan isi yang dipadatkan. Karena sebuah penelitian tersusun atas aspek-aspek seperti pendahuluan, tujuan, metodologi, hasil / pembahasan, dan simpulan, teks abstrak seharusnya juga tersusun atas 5 (lima) aspek tersebut. Namun demikian pada kenyataannya masih banyak ditemukan abstrak yang tidak tersusun atas kelima aspek tersebut secara lengkap, sehingga teks abstrak yang seharusnya ditulis dalam 5 (lima) paragraf secara terpisah hanya ditulis dalam 4 (empat) paragraf, 3 (tiga), atau bahkan 1 (satu) paragraf. Hal ini menyebabkan teks abstrak menjadi tidak koheren. Selain itu, di era global ini teks abstrak biasanya ditulis dalam 2 (dua) bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Mengingat menerjemahkan bukanlah pekerjaan mudah, ada kemungkinan terjemahan yang dihasilkan diragukan kualitasnya baik dari segi keakuratan, keberterimaan, maupunn keterbacaannya. Sehubungan dengan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan format penulisan dan keragaman struktur abstrak, struktur abstrak dan tingkat koherensi teks dalam Tsu maupun Tsa nya. Selain itu, penelitian juga bertujuan untuk mengetahui kualitas hasil terjemahan teks abstrak disertasi dari aspek keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaannya. Sementara itu metodologi yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan strategi studi kasus terpancang. Sumber datanya berupa 15 (limabelas) teks abstrak disertasi, 7 (tujuh) teks bidang kedokteran dan 8 (delapan) teks bidang teknik sipil yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris. Data yang dihimpun berupa jumlah paragraf, struktur abstrak, struktur gramatikal (tense), kohesi, dan koherensi teks. Untuk memeroleh data yang diperlukan, peneliti membuat kuesioner dan melakukan interview terhadap sejumah tim penilai (Raters). Sejumlah Raters yang diminta untuk memberikan penilaian adalah 3 (tiga) orang pakar bidang penerjemahan dan kebahasaan, dan 6 (enam) pembaca sasaran, yang terdiri dari 3 orang dokter dan 3 orang dosen teknik sipil yang telah menyelesaikan studinya S.3. Hasil penilaian dari para Raters ini kemudian digunakan sebagai alat / instrumen untuk menganalisis data dan pembahasan. Setelah dilakukan analisis dan pembahasan, diketahui bahwa dari 15 (limabelas) teks abstrak diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Berdasarkan format penulisan dan keragaman teks abstrak nya, a) Sehubungan dengan jumlah paragrafnya: 6 (enam) teks (40%) ditulis dalam 3 (tiga) paragraf; 4 (empat) teks (26,67%) ditulis dalam 5 (lima)commit paragraf; 3 (tiga) teks (20%) ditulis dalam 4 to user (empat) paragraf; dan 2 (dua) teks (13,33%) ditulis dalam 1 (satu) paragraf. b)
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan jumlah struktur abstraknya: 5 (lima) teks abstrak (33,33%) tidak dilengkapi simpulan; 4 (empat) teks (26,67%) tidak memiliki tujuan penelitian dan simpulan; 4 (empat) teks (26,67%) lengkap memiliki 5 (lima) struktur abstrak; 1 (satu) teks (6,67%) tidak dilengkapi pendahuluan); dan 1 (satu) teks (6,66%) tidak dilengkapi dengan tujuan penelitian. (2) Penilaian struktur abstrak dan koherensi Tsu-nya, 4 (empat) teks (26,66%) dinyatakan „Baik‟, dan 11 (sebelas) lainnya (73,34%) dinyatakan „Kurang Baik‟. Tidak ditemukan teks atau (0%) yang dinyatakan „Tidak Baik‟. (3) Penilaian struktur abstrak dan koherensi Tsa, tidak ditemukan satupun teks abstrak (0%) yang dinyatakan „Baik‟. Terbanyak adalah teks abstrak dengan kategori „Kurang Baik‟, yang mencapai 13 (tigabelas) teks (86,67%), dan 2 (dua) teks (13,33%) dinyatakan „Tidak Baik‟. Berdasarkan hasil rerata penilaian secara keseluruhan, terjadi sedikit penurunan nilai, Tsu: „2,16‟ dengan kategori „Kurang Baik‟, Tsa: „1,81‟ dengan kategori yang sama. (4) Berdasarkan tingkat keakuratannya, tidak ditemukan satu pun teks abstrak (0,%) dinyatakan „Akurat‟ maupun „Tidak Akurat. Semua data/teks (100%) dinyatakan „Kurang Akurat‟. (5) Sementara untuk aspek keberterimaan, juga tidak ditemukan satupun teks abstrak (0%) yang dinyatakan „Berterima‟. Penilaian didominasi oleh data/teks abstrak yang dinyatakan „Kurang Berterima, yang mencapai 12 (duabelas) teks (80%). Sedangkan teks yang dinyatakan „Tidak Berterima‟ hanya ada 3 (tiga) atau 20%. (6) Yang terakhir, penilaian tingkat keterbacaan teksnya. Ditemukan ada 6 (enam) teks (40%) dinyatakan memiliki tingkat keterbacaan „Tinggi‟ dan terbanyak adalah teks abstrak yang memiliki tingkat keterbacaan „Sedang‟, yang mencapai 9 (sembilan) teks (60%), dan tidak ditemukan data/teks abstrak (0%) yang memiliki tingkat keterbacaan „Rendah‟. Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa format penulisan teks abstrak disertasi cukup beragam, baik dalam jumlah paragraf maupun struktur abstraknya. Selanjutnya, hasil terjemahan sehubungan dengan struktur abstrak dan koherensi teks-nya diketahui bahwa Tsa lebih buruk dari Tsu nya atau terjadi penurunan kualitas. Selanjutnya, diketahui bahwa hasil akhir nilai rerata keseluruhan teks terjemahan sehubungan dengan aspek keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan teks abstrak disertasi adalah „1,97‟. Ini berarti bahwa secara umum kualitas terjemahan teks abstrak disertasi dinyatakan „Kurang Akurat, Kurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami‟. Terakhir, hubungan antara kohesi/koherensi dan kualitas terjemahan teks abstrak disertasi diketahui bahwa hanya 13,33% berpengaruh terhadap tingkat keterbacaan teks, dan sebagian besar (86,67%) tidak. Sementara ditemukan 80% data/teks abstrak memiliki nilai keberterimaan lebih rendah daripada keakuratannya, dan 20% lainnya lebih tinggi. Kata Kunci: kualitas terjemahan, abstrak disertasi, struktur abstrak, koherensi teks, keakuratan, keberterimaan, keterbacaan.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Sukirmiyadi. T140306003. 2014. ‘A STUDY ON THE TRANSLATION OF DISSERTATION ABSTRACT FROM INDONESIAN INTO ENGLISH’. DISSERTATION. Doctorate Program Concentrating in Translation Studies. Postgraduate Program, Sebelas Maret University. Surakarta. Supervisors: I. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana; II. Prof. Drs. M.R. Nababan, M.A., M.Ed., Ph.D. Abstract is one of the important parts in one research due to the fact that it is a kind of short condensed text that represents the whole text. As one research consists of some aspects such as introduction, objective, methodology, result / discussion, and conclusion, so that an abstract should cover those five aspects. However, in fact many abstracts do not have those five completely. Therefore, an abstract that should be written in 5 separated paragraphs, it is sometimes written in 4, 3, 2, or even 1 paragraph. This might cause the coherence of the text is not good. Besides, in this globalization era, abstract is usually written in two languages, Indonesian and English. As what many experts of translation often say that the work of translation is not such an easy job to do. Besides, most of the translators in Indonesia are not professional. They usually have to translate many kinds of different texts. This might cause the result of translation especially related to its accuracy, acceptability, and readability is not as good as what it is expected. In line with the background of study above, this research was aimed at finding and investigating the writing format and variations of abstract structure, the abstract structure and its coherence of text used in both source and target text. Besides, it was intended to analyze and describe about the result quality of the abstract translation of dissertation in accordance with its accuracy, acceptability, and readability. Meanwhile, the methodology employed was descriptive qualitative, with a strategy of embedded case study. The research data were 15 (fifteen) texts of dissertation abstract consisting of 7 (seven) texts of medical science, and civil engineering of the 8 (eight) others written in Indonesian and their translation in English. The data collected were the number of paragraphs, abstract structure, cohesion, and coherence of text. To obtain the required data, the researcher made some questionnaire and did interviewing to some raters. Those requested to assess the quality of translation were some experts in translation and linguistics. Meanwhile for the target readers, the researcher recommended 3 (three) professional doctors and 3 (three) lecturers of civil engineering who had already completed their PhD program. The result of their assessment was used as an commit to user instrument to analyze the data and made a conclusion.
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Furthermore, having discussed and analyzed the data, among the 15 (fifteen) abstract texts, it was found that: (1) The writing format and variations of abstract structure of dissertation: a) In accordance with the number of paragraphs: 6 (six) texts (40%) written in 3 (three) paragraphs; 4 (four) texts (26,67%) written in 5 (five) paragraphs; 3 (three) texts (20%) written in 4 (four) paragraphs; and 2 (two) texts ( 13,33%) were written in 1 (one) paragraph; b) In accordance with the number of abstract structures: 5 (five) texts (33,33%) were not completed with „conclusion‟; 4 (four) texts (26,67%) did not have „objective and conclusion‟; 4 (four) texts (26,67%) had complete abstract structures; 1 (one) text (6,67%) missed „introduction‟; and 1 (one) text (6,66%) was not provided with „objective‟. (2) Based on the assessment of abstract structure and its coherence of source text: 4 (four) texts (26,66%) were categorized as „Good‟, 11 (eleven) texts (73,34%) were „Less Good‟, and no text or 0% was considered as „Bad/not good‟. (3) The assessment of abstract structure and its coherence of target text: No text (0%) was considered as „Good‟ text. Most texts or 13 (thirteen) texts (86,67%) were categorized as „Less Good‟, and 2 (two) others (13,33%) were „Bad or Not Good‟. Moreover, there was a little bit decrease of score: the average score of the whole text structure of dissertation abstract and its coherence of source text was „2,16‟, categorized as „Less Good‟, and target text was „1,81‟ (Less Good). (4) The assessment in accordance with its accuracy, no text (0%) was considered as either „Accurate or Inaccurate‟. All of the texts (100%) were categorized as „Less Accurate‟. (5) The assessment in accordance with its acceptability, it was found that no text (0%) was categorized as „Acceptable‟. Most of the texts or 12 texts (80%) were considered as „Less Acceptable‟, and the four others (20%) were „Not Acceptable‟. (6) The last, in accordance with readability level, it was found that 6 (six) texts (40%) were categorized as „High‟. The most (9 texts) (60%) were „Medium/Average‟ and no text (0%) was considered as „Low‟. Based on the finding result and discussion, it could be concluded that there were some variations of the writing format both in accordance with the number of paragraphs and abstract structures. Then, the result of its translation of the target text was worse than that of the source text. There was a quality decline on the average score of the whole abstract structure and its coherence of text. Moreover, in accordance with the final result of the whole average scores of accuracy, acceptability, and readability, it was found that the final average score was „1,97. This meant that in general, the translation quality of dissertation abstracts were considered as „less accurate, less acceptable, and not so easy to comprehend‟ by the target readers. Finally, the relationship between cohesion/coherence aspect and readability, it was found that only 13,33% directly influenced its readability, while most of the data (86,67%) did not. Meanwhile, it was found that 80% data/abstract text, the average score of acceptability was lower than its accuracy, and the 20% others, the average score of acceptability was higher. Key Words: quality of translation, dissertation abstract, abstract structure, coherence of text, accuracy, acceptability, readability. commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
PENGESAHAN PEMBIMBING/PROMOTOR .........................................
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
iv
ABSTRAK DALAM BAHASA INDONESIA ............................................ ABSTRACT IN ENGLISH... .......................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B.
Pembatasan Masalah ..............................................................
20
C.
Rumusan Masalah ..................................................................
22
D.
Tujuan Penelitian ...................................................................
22
E.
Manfaat Penelitian .................................................................
23
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ............................................................................
25
1. Pengertian Penerjemahan .........................................................
25
2. Proses Penerjemahan ................................................................
28
3. Makna dalam Penerjemahan.....................................................
31
4. Kesulitan-kesulitan dalam Penerjemahan.................................
34
5. Penilaian Kualitas Terjemahan .................................................
36
6. Alasan Perlunya Karya Terjemahan Dinilai .............................
37
7. Aspek-aspek yang Dinilai.........................................................
39
a. Keakuratan.........................................................................
39
b. Keberterimaan ................................................................... commit to user c. Keterbacaan .......................................................................
40
xii
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Pengertian Teks dan Jenisnya ...................................................
43
9. Keterbacaan Teks .....................................................................
46
10. Abstrak dan Penerjemahan .......................................................
48
a. Pengertian Abstrak .............................................................
49
b. Struktur Abstrak .................................................................
51
c. Karakteristik Abstrak .........................................................
53
d. Hubungan antara Abstrak dan Penerjemahan ....................
55
e. Masalah-masalah dalam Penerjemahan Abstrak ................
57
11. Penerjemahan Teks Ilmiah .......................................................
85
12. Contoh Format Penulisan Struktur Abstrak dan Terjemahannya 93 13. Contoh Format Penulisan Abstrak oleh Penulis Asing ............
94
14. Contoh Format Penulisan Abstrak oleh Penulis Indonesia ......
97
15. Tinjauan Pustaka / Penelitian yang Relevan ............................
101
B. Kerangka Pikir ...............................................................................
106
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Strategi Penelitian...........................................................
108
B. Objek Penelitian .............................................................................
108
C. Data, dan Sumber Data ..................................................................
109
D. Teknik Sampling ............................................................................
113
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................
116
F. Validitas / Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .........................
125
G. Teknik Analisis Data ......................................................................
126
H. Prosedur Penelitian.........................................................................
129
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ..............................................................................
131
1. Format Penulisan dan Keragaman Teks Abstrak Disertasi ......
135
a. Analisis Berdasarkan Jumlah Paragrafnya ........................
145
b. Analisis Berdasarkan Jumlah Struktur Abstraknya ........... commit to 2. Penilaian Struktur Abstrak danuser Tingkat Koherensi Tsu. ..........
145
xiii
154
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Penilaian Struktur Abstrak dan Tingkat Koherensi Tsa ..........
171
4. Penilaian Tingkat Keakuratan Teks Absrak Disertasi ..............
188
5. Penilaian Tingkat Keberterimaan Teks Abstrak Disertasi .......
201
6. Penilaian Tingkat Keterbacaan oleh Pembaca Sasaran ............
219
B. Pembahasan ....................................................................................
235
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ........................................................................................
261
B. Implikasi .........................................................................................
268
C. Saran ...............................................................................................
269
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
272
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Kuesioner Penilaian Struktur Abstrak, Kohesi, dan Koherensi Teksnya .................................................................
277
Lampiran 2
: Tabulasi Nilai Rerata Struktur Abstrak ..................................
324
Lampiran 3
: Kuesioner Penilaian Keakuratan dan Keberterimaan .............
330
Lampiran 4
: Tabulasi Nilai Rerata Keakuratan dan Keberterimaan Terjemahan Teks Abstrak Disertasi .......................................
406
Lampiran 5
: Kuesioner Penilaian Keterbacaan Teks Abstrak Disertasi .....
413
Lampiran 6
: Tabulasi Nilai Rerata Keterbacaan (Pembaca Pakar & Sasaran) .................................................................................
commit to user
xv
439
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
1.
Tabel 4.1 Format, Struktur Abstrak dan Jumlah Paragraf Setiap Teks Abstrak ...................................................................................
2.
Tabel 4.2 Tabulasi Nilai Rerata Keseluruhan (Rt1-2-3) Struktur Abstrak & Koherensi Tsu.......................................................
3.
189
Tabel 4.8 Klasifikasi, Kategori & Persentase Keakuratan Terjemahan Teks Abstrak. .........................................................................
9.
184
Tabel 4.7 Tabulasi Nilai Keakuratan Terjemahan Teks Abstrak Disertasi..................................................................................
8.
173
Tabel 4.6 Tabulasi Nilai Rerata Keseluruhan (Rt1-2-3) Struktur Abstrak & Koherensi Tsu & Tsa ............................................
7.
172
Tabel 4.5 Klasifikasi, Kategori, dan Persentase Nilai Rerata struktur Abstrak & Koherensi Tsa .......................................................
6.
158
Tabel 4.4 Tabulasi Nilai Rerata Keseluruhan (Rt1-2-3) Struktur Abstrak & Koherensi Tsa .......................................................
5.
157
Tabel 4.3 Klasifikasi, Kategori, dan Persentase Nilai Rerata struktur Abstrak & Koherensi Tsu.......................................................
4.
134
190
Tabel 4.9 T abulasi Nilai Rerata Keberterimaan Teks Abstrak Disertasi..
10. Tabel 4.10 Nilai Rerata Total Keseluruhan Keberterimaan ....................
203
11. Tabel 4.11 Nilai Rerata Keberterimaan Terjemahan Terjemahan Teks Abstrak Disertasi ...................................................................
204
12. Tabel 4.12 Klasifikasi, Kategori & Persentase Nilai Rerata Keterbacaan Terjemahan Teks Abstrak Disertasi oleh Pembaca Sasaran ..
221
13. Tabel 4B1 Hubungan antara Struktur Abstrak, Kohesi/Koherensi, dan Kualitas Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Bidang 235Kedokteran ....................................................................... 14. Tabel 4B2
Hubungan antara Struktur Abstrak, Kohesi/Koherensi, dan K245ualitas Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Bidang Teknik .................................................................................. commit to user
xvi
245
perpustakaan.uns.ac.id
15. Tabel 4B3
digilib.uns.ac.id
Hasil Akhir Nilai Rerata Kualitas Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Bidang Kedokteran dan Bidang Teknik .
16. Tabel 4B4
251
Perbedaan Hasil Akhir Nilai Rerata Keseluruhan Kualitas Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Bidang Kedokteran dan Bidang Teknik ..............................................................
commit to user
xvii
257
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN Bsa
: Bahasa Sasaran
Bsu
: Bahasa Sasaran
K
: Teks Abstrak Bidang Kedokteran
K1
: Teks Abstrak ke 1 Bidang Kedokteran
K3.15
: Teks Abstrak ke 3 (tiga) Bidang Kedokteran Data No. 15
K2P4
: Teks Abstrak ke 2 Paragraf ke 4 Bidang Kedokteran
Khr
: Koherensi
Khs
: Kohesi
PbPk
: Pembaca Pakar
PbPk2
: Pembaca Pakar Orang ke 2 (dua)
PbSa
: Pembaca Sasaran
PbSk1
: Pembaca Sasaran Bidang Kedokteran Orang ke 1 (satu)
PbSt2
: Pembaca Sasaran Bidang Teknik Orang ke 2 (dua)
Prg
: Paragraf
Rt
: Rater
Rrta
: Rerata
Rrt 3K
: Rerata 3 (tiga) aspek: Keakuratan, Keberterimaan, dan Keterbacaan
Rrt 4K
: Rerata 4 (empat) aspek: Keakuratan, Keberterimaan, Keterbacaan,
dan Kohesi T
: Teks Bidang Teknik
T7
: Teks Abstrak ke 7 Bidang Teknik
T5.19
: Teks Abstrak ke 5 (lima) Bidang Teknik Data No. 19.
T7P2
: Teks Abstrak ke 7 Paragraf ke 2 Bidang Teknik
Tsa
: Teks Sasaran
Tsu
: Teks Sumber
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dikemukakan beberapa hal pokok yang mendasari pentingnya penelitian ini dilakukan. Hal penting tersebut adalah: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi, serta hal-hal lain terkait dengan penelitian ini. A. Latar Belakang Di era globalisasi ini peran bahasa Inggris menjadi semakin penting karena bahasa Inggris merupakan alat komunikasi yang digunakan di hampir seluruh negara di dunia. Selain itu bahasa Inggris tidak saja digunakan oleh antar bangsa dari berbagai belahan dunia tetapi juga dipergunakan sebagai alat komunikasi resmi antar negara. Adanya fenomena tersebut maka tidaklah berlebihan jika saat ini ada kecenderungan, utamanya para professional sangat antusias dan termotivasi dalam hal penguasaan bahasa Inggris. Bahkan untuk menunjang profesionalitasnya, sebagian dari mereka menganggap bahwa menguasai bahasa Inggris secara lisan maupun tulis seb`agai satu tuntutan yang wajib dipenuhi. Hal ini dilakukan sehubungan dengan realitas yang ada saat ini yaitu berbagai informasi juga disampaikan dalam bahasa Inggris. Betapa pentingnya bahasa Inggris ini terutama sangat dirasakan bagi sebagian besar kalangan di dunia pendidikan. Hal ini disebabkan kebanyakan buku-buku ilmiah terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, jurnal, teknologi informasi, negosiasi antar bangsa, dan berbagai macam jaringan internasional lainnya masih ditulis dan disampaikan dalam bahasa Inggris. Sementara itu, tidak semua orang mampu memahami informasi tersebut dengan baik karena adanya kendala bahasa. Di sinilah diperlukan orang lain yang memiliki kemampuan khusus untuk menerjemahkan ke dalam bahasa lain untuk menghasilkan teks terjemahan yang berkualitas sehingga dapat dipahami oleh pembaca targetnya.
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Sebagai salah satu bentuk komunikasi tertulis yang bertujuan untuk menyampaikan pesan dari bahasa sumber (bahasa Inggris) ke dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia) atau sebaliknya, teks terjemahan harus diupayakan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca targetnya. Jika tidak, pesan yang ada dalam teks sumber dikhawatirkan tidak dapat tersampaikan dengan baik. Kalau hal ini terjadi, akan menyebabkan komunikasi menjadi terhambat atau bahkan menyesatkan. Dengan demikian tugas menerjemahkan di perguruan tinggi semakin meningkat dan sangat penting seiring dengan semakin pesatnya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Hal yang perlu digarisbawahi tentang apa yang seringkali dikemukakan oleh para pakar penerjemahan bahwa pekerjaan menerjemahkan bukanlah pekerjaan mudah, dan tidak semua orang dapat melakukaannya dengan baik. Berdasarkan pengamatan mereka, memiliki latar belakang pendidikan dan kemampuan bahasa Inggris cukup baik saja ternyata belum menjadi jaminan bahwa terjemahan yang dihasilkan memiliki tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan yang baik pula. Dari segi kebahasaan
maupun struktur
gramatikalnya mungkin hal ini tidak menjadi masalah, namun jika mereka harus menerjemahkan teks di luar bidang keilmuan yang mereka dalami, maka mereka belum tentu dapat melakukannya dengan baik. Misalnya seorang sarjana bahasa Inggris diminta menerjemahkan teks di bidang kedokteran, teknik, atau hukum. Begitu pula sebaliknya, misalnya, seorang sarjana kedokteran
diminta
menerjemahkan teks di bidangnya sendiri yaitu bidang kedokteran dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Untuk istilah-istilah yang terkait dengan bidang kedokteran kemungkinan mereka tidak mengalami kesulitan, tetapi mungkin kesulitan itu akan muncul pada saat menyusun kalimat demi kalimat. Hal ini dikarenakan mereka kurang atau tidak begitu menguasai bidang kebahasaan maupun struktur gramatikal bahasa tersebut dengan baik. Bagaimanapun juga, tugas menerjemahkan bagi mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi tidak bisa dihindarkan, mengingat sebagian besar buku-buku commit user referensi dan acuan mereka ditulis olehto penulis asing dalam bahasa Inggris.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Sementara itu sebagian besar mahasiswa Indonesia tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk bisa memahami buku-buku tersebut. Di sisi lain, mereka sangat membutuhkan dan ingin mengetahui informasi yang ditulis dalam buku-buku maupun jurnal asing tersebut. Untuk mencapai tujuan ini, yaitu mahasiswa mampu memahami buku-buku teks dan membuat teks abstrak dalam bahasa Inggris, dalam 1 (satu) dekade belakangan sebagian besar perguruan tinggi negeri maupun swasta telah mensyaratkan para mahasiswa S3 atau program doktor harus memiliki nilai setara TOEFL serendah-rendahnya 500. Secara teoritis, jika seorang mahasiswa memperoleh nilai TOEFL sekitar 500 ini diharapkan telah mampu memahami buku-buku teks maupun jurnal asing yang ditulis dalam bahasa Inggris. Selain itu, mereka juga diharapkan dapat menulis abstrak hasil penelitiannya sendiri dalam bahasa Indonesia maupun terjemahannya dalam bahasa Inggris. Namun demikian, pencapaian nilai setara TOEFL 500 tersebut rupanya dirasa masih belum memberikan jaminan bahwa yang bersangkutan secara otomatis
mampu
menghasilkan
terjemahan
abstrak
yang
dapat
dipertanggungjawabkan dari segi keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaannya. Hal ini dapat diketahui sehubungan dengan kenyataan bahwa sebagian besar dari mereka masih memerlukan bantuan seorang penerjemah atau orang lain yang dianggapnya memiliki latar belakang pendidikan, pengalaman, dan kemampuan bahasa Inggris lebih baik untuk menerjemahkannya atau menerjemahkan ulang teks abstrak mereka. Bagaimanapun juga, meskipun hasil terjemahan yang dibuat oleh para mahasiswa S3 tersebut telah direvisi atau disempurnakan oleh seorang penerjemah
tersumpah yang telah berpengalaman sekalipun,
hal ini tidak
menutup kemungkinan bahwa kesalahan-kesalahan tersebut masih saja sering terjadi (Lihat contoh 1)*: hasil terjemahan penerjemah tersumpah. Abstrak disertasi diambil sebagai objek dalam penelitian ini karena abstrak merupakan ringkasan hasil penelitian yang dilakukan oleh kaum intelektual di puncak karirnya di bidang pendidikan tinggi yang dijadikan sebagai acuan atau to user tolok ukur kepakaran seseorang. commit Selain itu, abstrak biasanya ditulis padabagian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
awaldisertasi sebelum memasuki bab-bab pokok bahasan lain. Oleh karenanya, teks abstrak seharusnya dibuat sedemikian rupa sehingga pembaca
merasa
tertarik dan perlu untuk membaca bagian-bagian selanjutnya sampai selesai. Selain itu, di era global seperti sekarang ini, informasi seperti abstrak hasil penelitian dapat diakses melalui internet secara mudah dan cepat. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan bahwa teks abstrak hasil terjemahan yang ditulis oleh para peneliti Indonesia dalam bahasa Inggris tersebut juga akan dibaca oleh berbagai kalangan masyarakat dari berbagai bangsa dan negara. Oleh karena itu, apabila hasil terjemahan abstrak tersebut masih terdapat banyak kesalahan maupun kesilapan dikhawatirkan dapat berakibat sangat fatal jika ternyata isinya jauh menyimpang dari teks aslinya. Lagi pula, sebagai salah satu teks ilmiah diharapkan setiap teks abstrak disertasi yang ditulis dalam bahasa Indonesia maupun hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris, seharusnya dibuat sebaik mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar dan berlaku. Hal ini dimaksudkan agar kualitas teks abstrak yang ditulis dalam bahasa Indonesia maupun hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris benar-benar
dapat
dipertanggungjawabkan
baik
dari
segi
keakuratan,
keberterimaan maupun keterbacaannya. Hal ini penting, dengan harapan isi pesan yang ingin disampaikan oleh penulis aslinya benar-benar dapat tersampaikan dan dipahami oleh pembaca sasaran dengan mudah serta tidak menyimpang dari teks aslinya. Ketiga aspek, yaitu keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan itulah yang
perlu mendapat perhatian khusus dari penerjemah, mengingat abstrak
merupakan ringkasan dari sebuah hasil penelitian yang telah dilakukan sekian lama, dan akan dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti lain. Terlebih lagi jika abstrak hasil terjemahan tersebut dibaca oleh bangsa lain yang tidak mengerti bahasa Indonesia sama sekali. Oleh karena itu jika teks hasil terjemahan tidak memenuhi ke tiga unsur tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan pemahaman yang keliru atau bahkan menyesatkan pembacanya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Sebagaimana sering dikatakan oleh para pakar penerjemahan bahwa menerjemahkan bukanlah pekerjaan mudah dan berdasarkan hasil sejumlah temuan, selain hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris, ternyata ada beberapa hal pokok lain yang perlu mendapat perhatian peneliti, yaitu aspek kebahasaan Tsu, struktur abstrak, dan koherensi teksnya. Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa mahasiswa lulusan S3 dan bergelar doktor, tidak semestinya kalimatkalimat yang dibuatnya masih terdapat kesalahan-kesalahan secara signifikan. Akan tetapi pada kenyataannya hal itu masih saja sering terjadi. Misalnya, penulis membuat kalimat terlalu panjang. Semestinya kalimat tersebut harus dipisah menjadi dua atau tiga kelimat tetapi hanya dibuat dalam satu kalimat. Kasus lain, maksud penulis membuat kalimat tetapi sebenarnya masih berupa frasa atau klausa. Selanjutnya, pemilihan kata yang kurang atau tidak tepat juga dapat menyebabkan makna yang berbeda, dan lain sebagainya. Kesalahan lain adalah tentang struktur abstrak yang digunakan. Sebagaimana kita ketahui bahwa teks abstrak seharusnya merepresentasikan semua isi disertasi yang ditulis. Secara umum, disertasi sebuah penelitian harus mencakup 5 (lima) pokok bahasan inti yang meliputi: pendahuluan / latar belakang masalah, tujuan penelitian, metode / metodologi penelitian yang digunakan, pembahasan dan hasil, dan simpulan. Dengan demikian, abstrak dapat dikategorikan baik jika didalamnya mencakup kelima aspek tersebut.Sementara di lapangan ditemukan sejumlah teks abstrak tidak dilengkapi satu atau bahkan lebih dari satu aspek tersebut. Diantaranya, sejumlah abstrak tidak memiliki pendahuluan, tidak dilengkapi tujuan penelitian, dan simpulan. Hal lain yang perlu mendapat perhatian khusus peneliti dan para penulis teks abstrak disertasi adalah dalam hal ketepatan penggunaan penanda kohesi,kohesi gramatikal dan atau kohesi leksikal.Selain itu penulis abstrak seringkali juga menuliskan lebih dari satu pokok bahasan atau ide pokok (main idea)dalam satu paragraf. Mereka tidak menyadari bahwa kedua hal tersebut (ketidaktepatan penggunaan atau ketiadaan penanda kohesi dan penulisan lebih commit to usermengakibatkan teks menjadi tidak dari satu ide pokok dalam satu paragraf) dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
koheren. Oleh karena itu, apabila penulis tidak cermat dan tidak tepat dalam mengimplementasikan keduanya, hal inidapat berpengaruh terhadap teks abstrak yang ditulisnya dan pada akhirnya menyebabkan teks tidak mudah dipahami oleh pembacanya. Dengan kata lain, teks abstrak tersebut dikategorikan memiliki koherensi yang baik atau tidak sangat dipengaruhi oleh kesesuaian, dan ketepatan menggunakan penanda kohesi leksikal atau gramatikal, dan jumlah ide pokok (main idea) pada setiap paragrafnya. Berdasarkan hasil temuan di lapangan beberapa hal seperti masalah format penulisan teks abstrak, kualitas hasil terjemahan, struktur abstrak dan koherensi teks inilah yang masih perlu mendapat perhatian dan dilakukan perbaikan. Berikut ini adalah beberapa contoh kasus temuan di lapangan: 1) Contoh Teks Abstrak yang Tsu nya kurang baik: Peneliti mengambil salah satu contoh teks abstrak asli yang ditulis oleh Mr. S.H, mahasiswa S.3 Universitas Airlangga Surabaya alumni tahun 2007. Peneliti hanya mengambil salah satu paragraf dari sepuluh paragraf yang ada, dan selanjutnya mengambil sejumlah frasa nomina dan verba, serta kalimat untuk mengetahui padanan leksikal, gramatikal, dan tekstualnya. Berdasarkan informasi yang
diperoleh peneliti, teks abstrak tersebut
diterjemahkan oleh seorang penerjemah tersumpah di Surabaya yang sudah menjadi langganan para mahasiswa S.3
Universitas Airlangga untuk
menerjemahkan abstrak atau memperbaiki hasil terjemahan abstrak dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Tsu:„Indonesia dalam proses pembangunannya dihadapkan pada suatu kondisi perekonomian dunia yang semakin global dan terintegrasi sedemikian kuatnya dengan negara di dunia, ( ) sehingga dengan kondisi global itu telah menciptakan berbagai kecenderungan berupa regionalisasi ekonomi dan perdagangan bebas @1 dibarengi dengan @2 arus informasi dan teknologi yang @3 telah berubah dari teknologi sederhana menjadi teknologi canggih‟. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Tsa: „Indonesia in the course of its continual development processes is confronted with the world economy which is increasingly globalized and strongly integrated with many other economies in the world. This global condition brings about some tendencies toward economic regionalization and free trade accompanied by a flow of various information and the state-of theart technology‟. Komentar Tsu: Kalau diperhatikan, Tsu di atas terlalu panjang jika dikatakan sebagai kalimat, meskipun pada kenyataannya berupa paragraf. Paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat tersebut memiliki jumlah kata terlalu banyak, yaitu sekitar 50an kata. Menurut Flesch dalam Sakri (1984) bahwa satu kalimat yang memiliki lebih dari 29 kata seperti contoh tersebut dapat dikelompokkan sebagai teks yang sangat sulit dipahami. Jika diamati lebih cermat, sebenarnya kalimat diatas bisa dipecah menjadi dua. Kalimat pertama seharusnya telah berakhir pada tanda ( ). Selain itu kata-kata yang digaris bawah sebenarnya juga dapat dilesapkan/ dihilangkan. Menurut peneliti, kata-kata tersebut sebenarnya tidak perlu. Sedangkan bagian yang ditandai dengan „@‟ sebaiknya ditambahkan kata-kata sbb: @1 dengan kata „yang‟, @2 dengan kata „pertumbuhan‟, dan @3 dengan kata „semakin‟. Selanjutnya untuk katakata yang dicetak miring yaitu pada kata „menciptakan‟ sebaiknya diganti dengan kata „menyebabkan‟, dan
kata „kecenderungan‟ diganti dengan
„perubahan‟. Dengan demikian akan diperoleh kalimat berikut ini: Tsu. yang disarankan : „Indonesia dalam proses pembangunannya dihadapkan pada kondisi perekonomian global dan terintegrasi sedemikian kuatnya. Kondisi itu telah menyebabkan berbagai perubahan berupa regionalisasi ekonomi dan perdagangan bebas yang dibarengi dengan pertumbuhan arus informasi dan teknologi yang semakin canggih‟. Sehubungan dengan komentar dan saran yang dikemukakan oleh peneliti commit to user tersebut maka dapat disimpulkan bahwa teks sumber yang ditulis oleh penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
asli masih terdapat kekurangan baik dari aspek pemilihan kata (lexical equivalence), struktur gramatikal (grammatical equivalence), maupun kohesi dan koherensinya (cohesion and coherence of the discourse) nya. Dengan demikian disarankan kepada penerjemah, sebelum menerjemahkan sebaiknya penerjemah melakukan perbaikan teks sumber terlebih dahulu (dengan persetujuan penulis teks asli) sebelum menerjemahkannya kedalam teks sasaran. Hal ini selain akan membantu mempermudah seorang penerjemah sendiri untuk menerjemahkan, hasil terjemahannyapun tentu juga akan lebih mudah dipahami pembaca. Selain itu, yang terpenting adalah teks terjemahan yang dihasilkannya tidak menyimpang dengan isi pesan pada teks aslinya. Komentar Tsa: Secara umum hasil terjemahan diatas sudah cukup baik dan berterima meskipun penerjemah melakukan penambahan maupun pelesapan karena dalam teks sumber terdapat sejumlah kata maupun frasa yang menurut penerjemah mungkin tidak perlu digunakan. Penerjemah juga telah memecah kalimat dalam Tsu yang semula hanya ada satu kalimat menjadi dua. Hal ini sudah tepat sebagaimana yang disarankan oleh peneliti pada komentar Tsu diatas meskipun kalimatnya tidak sama persis. Sehubungan dengan hal itu penerjemah telah melakukan perubahan struktur kalimat supaya penerjemah sendiri dapat menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh penulis asli. Perubahan ini pada akhirnya dapat menghasilkan pesan yang lebih baik dari pada teks aslinya sehingga lebih mudah dipahami oleh pembaca. Namun demikian ada sejumlah kata maupun frasa yang digunakan oleh penerjemah yang tidak setia dengan teks aslinya atau kurang tepat dan berterima, yang menurut peneliti mungkin justru dapat mengaburkan makna, seperti penggunaan preposisi „dalam‟ yang dipadankan dengan „in the course of‟, kata kerja „confronted‟ yang dipadankan dengan „dihadapkan‟, frasa „dengan negara di dunia‟, menurut saya mungkin yang dimaksud penulis adalah „dengan Negara-negara lain di dunia‟ dipadankan dengan „with many other commit to user economies in the world‟, dan klausa „teknologi yang telah berubah dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
teknologi sederhana menjadi teknologi canggih‟ dipadankan dengan „the stateof the-art technology‟. Namun demikian, jika dilihat dari tataran kata baik frasa nomina maupun frasa verbanya, padanan yang dihasilkan kurang atau bahkan tidak tepat sama sekali. Berikut ini adalah beberapa contoh padanan leksikal dan gramatikal yag kurang tepat. Padanan leksikal (frasa nomina): Tsu -
Tsa
kondisi perekonomian dunia
- the world economy (seharusnya : „the condition of
yang semakin global
global economy‟) -
teknologi sederhana menjadi teknologi canggih.
-
the state-of the-art (seharusnya: simple technology into modern one)
Padanan gramatikal (frasa verba): Tsu
Tsa.
-
-
telah menciptakan
brings about (seharusnya: has resulted in)
-
telah berubah
-
…………………………. (tidak diterjemahkan) Kesalahan-kesalahan seperti itu semestinya tidak perlu terjadi atau sedapat mungkin harus dihindari, apalagi di lingkungan akademis. Hal ini terkait dengan ilmu pengetahuan yang sudah barang tentu banyak dibaca to user secara meluas dari berbagai commit kalangan, khususnya kaum intelektual sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
pengguna dari hasil terjemahan tersebut. Lebih jauh lagi abstrak disertasi yang merupakan inti dari sebuah penelitian dijadikan sebagai tolok ukur dari kualitas kepakaran seseorang sudah barang tentu sangat diharapkan menjadi panutan dan bahan acuan bagi ilmuan maupun peneliti lain yang membacanya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti menyarankan bahwa sebelum penerjemah melakukan kegiatan penerjemahan, Tsu. sebaiknya perlu dilakukan perbaikan dan pembetulan baik dari aspek leksikal, struktur gramatikal, maupun kohesi dan koherensi teksnya. Melihat kenyataan ini maka peneliti sependapat dengan sejumlah pakar penerjemahan bahwa menerjemahkan memang bukanlah pekerjaan mudah. Selain butuh ketelitian dan ketajaman berpikir, pekerjaan ini juga memerlukan ketrampilan khusus, salah satunya adalah „sense of language‟ yang kuat. Selain itu juga harus didukung oleh wawasan yang sangat luas terkait dengan dua bahasa, dan bidang keilmuan yang
menjadi target terjemahannya. Dengan kata lain,
seorang penerjemah tidak akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa didukung oleh ketrampilan berbagai aspek kebahasaan maupun non kebahasaan terkait dengan pemahaman kedua bahasa tersebut. 2) Contoh Teks Abstrak yang Struktur Teks nya tidak Lengkap TsuT-1: Murni R
TsaT-1
FUNGSI DALAM ARSITEKTUR FUNCTION IN ARCHITECTURE DAN TANTANGAN ABAD XXI AND 21TH CENTURY Kasus: Jean Nouvel dan YB. CHALLENGES Mangunwijaya Works of Jean Nouvel and YB. Saat ini pembahasan fungsi hanya Mangunwijaya memegang peranan kecil dalam Recently, function as a subject have arsitektur, padahal tanpa fungsi sebuah only received a small part in bangunan bagaikan kehilangan architectural discussion. Meanwhile fondasinya. Fungsi merupakan elemen without function, a building seems have yang tidak bisa dihilangkan dalam no foundation. Function is ineliminable arsitektur. Pada abad XXI ini arsitektur element within the architectural. At sudah dihadapkan pada tantangan yang 21th century, architecture face the harus ditanggapi yaitu: masalah challenges that must be answered: humanity, nature, dan technology problems of humanity, nature and commit to user dalam konteks sustainable technology in sustainable architecture.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
architecture. Untuk menanggapinya dilakukan penelitian mengenai fungsi pada arsitektur yang mampu menghadapi tantangan yang harus dihadapi. Penelitian ini ada dalam ranah teoritis, dan merupakan penelitian kualitatif, dengan obyek studi berupa pustaka dan data tertulis yang sudah dipublikasikan. Metoda yang paling sesuai untuk mendiskripsi fungsi dan membuat proposisinya adalah logical argumentation dan metode kritik. Hasil yang didapat, berupa proposisi tentang fungsi yang ternyata menunjuk kepada konteks humanisme yang sesuai tantangan abad XXI, dengan fungsi pelestarian alam, fungsi teknologi, dan fungsi humanity beserta masing-masing pokok pikiran fungsi di masing-masing isyu tantangannya. Fungsi hasil diujikan kepada pemikiran Jean Nouvel dan YB. Mangunwijaya. Masing-masing, Jean Nouvel maupun YB. Mangunwijaya menunjukkan kemampuan di beberapa pokok pikiran fungsi yang ada namun tidak semuanya. Hasil akhir penelitian diharap mampu menambah wawasan dan alternatif acuan teori dalam arsitektur. Kata kunci: arsitektur, fungsi, tantangan abad XXI, Jean Nouvel, YB. Mangunwijaya
The research objective is examining carefully how function used when face the challenges. This is a theoretical and qualitative research, which the object of study are literature, criticism and other written data. The most suitable method used to describe the function and to make the proposition about function, are logical argumentation and critical method. The result is the proposition about function, with humanism context according to the 21th century‟s challenges. The result then tested to Jean Nouvel and YB.Mangunwijaya architectural thinking. Jean Nouvel and YB. Mangunwijaya have ability to face the challenges but not all. It is hoped that the result will enrich architectural knowledge and giving an alternative references in architecture. Keyword: architecture, function, 21th century challenges, Jean Nouvel, YB. Mangunwijaya
Contoh teks abstrak diatas hanya tersusun atas 3 (tiga) paragraf dan 3 (tiga)
struktur
abstrak,
yaitu
pendahuluan,
metodologi,
dan
hasil
penelitian.Sementara teks abstrak yang baik seharusnya memiliki 5 (lima) struktur abstrak, yaitu pendahuluan, tujuan, metodologi, hasil, dan simpulan. Dengan demikian teks abstrak diatas dikategorikan sebagai teks abstrak yang tidak baik karena tidak dilengkapi dengan tujuan dan simpulan yang commit to user seharusnya ada dalam setiap laporan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Sehubungan dengan ketidaklengkapan struktur abstrak tersebut, sebagai seorang penerjemah yang baik seharusnya tidak begitu saja menerjemahkan
apa
adanya
jika
dia
mengetahui
teks
yang
akan
diterjemahkannya masih terdapat kesalahan. Dia harus mengkonfirmasikannya lagi dengan penulis Tsu terlebih dahulu apakah perlu dilakukan perbaikan atau tidak, dan berusaha untuk mencarikan solusi terbaik. Seorang penerjemah profesional harus berani menolak jika mengetahui adanya kesalahan seperti itu sementara kliennya tetap mempertahankannya. Oleh karena itu, seorang penerjemah tidak hanya dituntut mampu menghasilkan karya terjemahan yang akurat, berterima, dan mudah dibaca, akan tetapi dia juga dituntut memiliki wawasan dan pengetahuan yang sangat luas terkait dengan materi atau teks yang diterjemahkan atau Tsu nya. 3) Contoh Teks Abstrak yang Tsu nya Tidak Koheren TsuT-7: TsaT-7 Surabaya sebagai kota terbesar Surabaya as the second biggest city in kedua di Indonesia setelah Jakarta, Indonesia after Jakarta is faced by dihadapkan pada kemacetan lalu lintas traffic congestion and pollution . It is dan polusi (1).Hal ini (2a) disebabkan caused by the density from various karena kepadatan lalu lintas dari vehicles on either primary or secondary berbagai kendaraan (2b) di jalan arteri artery road. The growth of cars and baik primer maupun sekunder. motorcycles have made the road full Pertumbuhan kendaraan dan sepeda with various problem for the last 5 motor (3a) untuk 5 tahun terakhir, years. Now, Surabaya which relies on membuat jalan dipenuhi dengan the trade and services sector of 58%, berbagai macam persoalan (3b). industry sector of 41% and agriculture Sekarang, Surabaya (4a) mengandalkan sector of 1% has made the city grow sektor perdagangan dan jasa 58%, very quickly. Hence, people can easily sektor industri 41% dan sektor pertanian buy cars and motorcycles to help them 1% telah membuat pertumbuhan kota in many activities. The Local amat cepat (4b). Sehingga penduduk Government in its position could not (5a) dapat dengan mudah membeli balance the building of a new road to mobil maupun sepeda motor guna service their activities through membantu mereka melakukan aktivitas activities driving in good manner. mereka (5b). Pemerintah lokal (6)dalam The problems occur is to inform posisinya belum dapat mengimbangi the level of services of artery road, to pembangunan jalan raya baru untuk make a mapping the growth of artery melayani kegiatan mereka dalam road from year to year, to optimalize user road basic in traffic management berkendara dengan perilaku commit baik. toartery
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Permasalahan yang timbul (7) adalah mengkaji kinerja jalan-jalan arteri di Kota Surabaya, memetakan pertumbuhan jalan arteri dari tahun ke tahun, melakukan optimalisasi jalan arteri berdasarkan sistem manajemen lalu lintas secara spasial. Dengan menggunakan kajian evaluasi kinerja jalan dan sistem informasi geografis, serta optimalisasi manajemen lalu lintas dengan rencana spasial diharapkan dapat menjawab segala pertanyaan penelitian tersebut. HCM 2010, memberikan arahan dalam klasifikasi jalan yang membantu melihat kinerja jalan, sedangkan sistem informasi dapat membantu memvisualisasikan atribut maupun pertumbuhan jalan arteri dapat tersaji secara layer per layer dalam arti metoda tumpang susun. Dalam analisis digunakan Pearson Correlation (SPSS 15) guna mengetahui beberapa variabel yang mempengaruhi jalan arteri. Variabel tersebut adalah PDRB, Jumlah Penduduk dan Jumlah Kendaraan yang dikaji dengan regresi maupun korelasi, hasil diharapkan dapat menjadi suatu pemodelan. Model tersebut adalah suatu persamaan: Panjang Jalan Arteri primer = 577 + 0,00000096 PDRB – AHDK – 0,00021596 Jumlah Penduduk – 0,000003534 Jumlah Kendaraan. Hal ini ( disimpulkan bahwa ada Sirkulasi Ekuator harus dibangun diantara jalan arteri agar supaya dapat memecahkan persoalan kemacetan dalam optimalisasi manajemen lalu lintas dengan perencanaan spasial di Surabaya. Kata kunci: Kinerja Jalan, SIG, Optimalisasi Jalan Arteri, Sirkulasi Ekuator.
by spatial planning. By using evaluation study of the level of services and remote sensing especially in geographical information system and also optimalizing traffic management with spatial planning, it can be hoped that there is an answer all of the research questions. HCM 2010, gives directon in road classification to help observed level of services, by the way information system also help to visualize attribute or growth of artery road that served in layer by layer. In this analysis is used Pearson Correlation from SPSS 15 – AMOS for knowing various variables that influence artery road. The variables is PDRB, Inhabitants, Vehicles will be observed by regression and correlation and the result can made a model. The model is a function: Length of Primary Artery = 577 + 0,00000096 PDRB – AHDK – 0,00021596 Sum of Inhabitants – 0,000003534 Sum of Vehicles. It can be concluded that there are an Equator Circulation must be built among the artery road in order can solved the problem congestion as optimalizing traffic management with spatial planning in Surabaya. Keyword: Level of Services, SIG, Optimalization Artery Road, Equator Sirculation.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Penjelasan / analisis data: Teks abstrak diatas tingkat koherensinya kurang baik karena beberapa hal sebagai berikut: a) Antara frasa „berbagai macam persoalan‟ (3b) dan „Surabaya …..(4a) tidak nyambung karena penanda kohesinya tidak ada atau tidak tepat. Mestinya frasa (4a) menjelaskan persoalan apanya? b) „Pertumbuhan kota amat cepat..‟ (4b) dan „Sehingga penduduk dapat dengan mudah membeli mobil……‟ (5a) tidak nyambung. Seharusnya: Pertumbuhan kota amat cepat , hal ini meningkatkan perekonomian atau pendapatan sehingga …………….. c) „Guna membantu mereka melakukan aktivitas mereka„ (5b) dan „pemerintah lokal........„ (6) tidak nyambung. Seharusnya: apa yang dilakukan oleh pemerintah kota dalam upayanya atau tidak berupaya dalam mengatasi kemacetantersebut? d) Paragraf satu dan dua memiliki lebih dari satu ide pokok atau main idea. e) Poin a-b-c-d merupakan ciri teks yang tidak memiliki koherensi yang baik, karena selain menggunakan penanda kohesi yang tidak tepat dan ketiadaan penanda kohesi, teks tersebut pada setiap paragrafnya memiliki lebih dari satu ide pokok. Kesalahan-kesalahan seperti itu semestinya tidak perlu terjadi atau sedapat mungkin harus dihindari, apalagi di lingkungan pendidikan tinggi. Hal ini terkait dengan ilmu pengetahuan yang sudah barang tentu banyak dibaca secara meluas dari berbagai kalangan, khususnya kaum intelektual sebagai pengguna dari hasil terjemahan tersebut. Apalagi abstrak disertasi yang merupakan inti dari sebuah penelitian dijadikan sebagai tolok ukur dari kualitas kepakaran seseorang sudah barang tentu sangat diharapkan menjadi panutan dan bahan acuan bagi ilmuan maupun peneliti lain yang membacanya. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyarankan bahwa sebelum penerjemah melakukan kegiatan penerjemahan, Tsu. sebaiknya perlu dilakukan perbaikan dan pembetulan baik dari aspek leksikal, struktur commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
gramatikal, maupun kohesi dan koherensi teksnya. Melihat kenyataan ini maka peneliti sependapat dengan sebagian besar pakar penerjemahan bahwa menerjemahkan memang bukanlah pekerjaan mudah. Selain butuh ketelitian dan ketajaman berpikir, pekerjaan ini juga memerlukan ketrampilan khusus, salah satunya adalah „sense of language‟ yang kuat. Selain itu juga harus didukung oleh wawasan yang sangat luas terkait dengan dua bahasa, dan bidang keilmuan yang
menjadi target terjemahannya. Dengan kata lain,
seorang penerjemah tidak akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa didukung oleh ketrampilan berbagai aspek kebahasaan maupun non kebahasaan terkait dengan pemahaman kedua bahasa tersebut. Sehubungan dengan sejumlah hasil temuan sebagaimana dijelaskan di atas, dan mengingat pentingnya kedudukan teks abstrak dalam sebuah hasil penelitian ilmiah, kajian tentang kualitas hasil terjemahan teks abstrak disertasi dan tingkat koherensi teksnya perlu dilakukan. Koherensi merupakan aspek penting dalam penulisan sebuah teks atau wacana karena keterbacaan teks sangat ditentukan oleh koheren tidaknya teks tersebut (Kumar, 2003). Sementara itu, koherensi teks ditentukan oleh kesesuaian atau tepat tidaknya penulis dalam menggunakan penanda kohesi dalam menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya, dan antara paragraf satu dengan lainnya. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian relasi kohesi dinyatakan dalam bentuk tata bahasa atau kohesi gramatikal, dan sebagian lainnya dalam bentuk kosa kata atau kohesi leksikal. Oleh karena itu, aspek-aspek kebahasaan yang berfungsi untuk menghubungkan antara sub bagian teks yang satu dengan lainnya sehingga teks tersebut menjadi kohesif dan pada akhirnya suatu teks dikatakan koheren dikenal sebagai penanda kohesi. Sehubungan dengan adanya kohesi gramatikal dan kohesi leksiakal, maka penanda kohesi juga dibedakan menjadi penanda kohesi gramatikal, dan penanda kohesi leksikal, (Halliday dan Hasan: 1980), dan Cutting, (2002). Penelitian tentang terjemahan abstrak dan koherensi teks sebenarnya user telah dilakukan oleh sejumlahcommit penelititosebelumnya, akan tetapi mereka hanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
mengkaji sebagian kecil saja. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Junining (2003) yang mengangkat tentang „The Translation of Theses Abstracts in the Accounting Department of Brawijaya University‟. Penelitian ini hanya mengkaji tentang satu aspek saja, yaitu keterbacaan dan kesalahankesalahan linguistik dalam terjemahan abstrak tesis. Hasilnya diketahui bahwa kesalahan-kesalan tersebut ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat keterbacaan teks abstrak meskipun jumlah kesalahannya mencapai lebih dari 75%. Sementara Kumar, G.K (2003) dalam artikelnya yang berjudul „Improving Coherence in Technical Writing‟ hanya memfokuskan pada aspek kohesi/koherensi yang dapat berpengaruh terhadap meningkatnya pemahaman suatu teks, dan memperlancar komunikasi secara signifikan. Sedangkan Heuboeck (2009) yang menulis tentang „Some Aspects of Coherence, Genre, and Rhetorical Structure and their Integration in a General Model of Text‟ juga hanya memfokuskan
pada satu aspek kecil saja, yaitu: pentingnya
konsep koherensi dalam menganalisis teks sehubungan dengan keutuhan teks. Selanjutnya, Supana (2012) dalam penelitiannya yang berjudul „Kajian Terjemahan Penanda Kohesi pada Novel “Wings” juga tidak membahas tentang pengaruh kohesi/koherensi terhadap keterbacaan teks. Berpedoman pada penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini mengkaji lebih luas yang mencakup banyak hal. Diantaranya sejumlah aspek sehubungan dengan format penulisan abstrak disertasi baik dalam bahasa Indonesia maupun hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, selain mengkaji kualitas terjemahan abstrak disertasi yang meliputi aspek keakuratatan, keberterimaan, dan keterbacaannya, penelitian ini juga mengkaji tentang format penulisan, jumlah paragraf dan struktur abstraknya, serta tingkat koherensi teks nya baik Tsu maupun Tsa nya. Adapun teks yang dikaji berjumlah 15 (limabelas) teks abstrak disertasi dalam bahasa Indonesia dan hasil terjemahannya dalam bahasa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Inggris yang ditulis oleh mahasiswa yang telah menyelesaikan studi S.3 nya. Dari limabelas teks abstrak tersebut, 7 (tujuh) diantaranya diambil dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dan 8 (delapan) lainnya dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS Surabaya. Teks-teks abstrak tersebut telah mendapat pengesahan dan didokumentasikan di Perpustakaan kedua perguruan tinggi masing-masing. Peneliti mengambil sampel di dua perguruan tinggi tersebut karena selain merupakan perguruan tinggi besar dan tua di Indonesia, lokasinya juga berdekatan dengan tempat tinggal peneliti. Sedangkan dalam hal jumlah dan pengambilan sampel, secara umum teks-teks abstrak yang ditulis oleh mahasiswa S.3 Universitas Airlangga lebih panjang, dan rata-rata setiap teks abstrak telah tersusun atas 5 (lima) paragraf dan lima struktur abstrak. Sementra teks-teks abstrak disertasi yang ditulis oleh para mahasiswa S.3 ITS lebih pendek, dan rata-rata setiap teks abstrak hanya memiliki 3 (tiga) atau 4 (empat) paragraf dan tiga atau empat struktur abstrak saja. Untuk menganalisis data, peneliti merujuk teori Baker (1991), Halliday dan Hassan (1980), dan Bassnett-Mc Guire (1988) tentang kesulitan-kesulitan dalam menerjemahkan yang meliputi padanan leksikal, gramatikal, dan tekstual yang mencakup kohesi dan koherensi. Sementara untuk menganalisis struktur abstrak dan koherensi teks merujuk pada D Williamson (2007). Sedangkan untuk
penilaian kualitas terjemahan sehubungan dengan
keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan, merujuk pada Machali (2000), dan Nababan dkk (2012). Sebagaimana telah diketahui bahwa Baker (1991) dan Halliday & Hasan (1980) yang didukung oleh Bassnett-Mc Guire (1988 : 23-25) menyebutkan bahwa ada tiga (3) kendala utama atau kesulitan yang seringkali dihadapi oleh seorang penerjemah dalam menerjemahkan teks Bsu ke dalam Bsa. yaitu dalam hal mencarikan padanan leksikal (lexical equivalence) yang tepat dan berterima, padanan sintaksis (grammatical / syntactic / linguistic commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
equivalence), dan padanan tekstual (textual equivalence) yang meliputi kohesi dan koherensi teks (cohesion and coherence of the discourse). Sehubungan dengan tujuan dilakukannya penelitian ini, selain ke tiga hal tersebut, prediksi terjadinya keragaman dalam penulisan teks abstrak dikarenakan belum adanya pedoman khusus atau pembakuan tentang penulisan abstrak sehubungan dengan format dan struktur abstrak itu sendiri, terutama dari aspek kohesi dan koherensi teksnya, serta sejumlah kesulitan lainnya. Sejumlah alasan mengapa peneliti merasa perlu melakukan kajian tentang aspek-aspek kebahasaan yang digunakan dalam penulisan teks abstrak disertasi diantaranya: (1) Menerjemahkan bukanlah pekerjaan yang mudah, karena menerjemahkan merupakan kegiatan yang melibatkan dua bahasa yang berbeda (bilingual activity) yang sudah barang tentu memiliki aturan dan tataran yang berbeda antara Bsu dan Bsa. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa penerjemah masih melakukan banyak kesalahan pada ke tiga aspek tersebut. (2) Dalam penulisan abstrak baik itu skripsi (tugas akhir mahasiswa S1), tesis (S2), maupun disertasi (S3), demikian pula halnya dengan setiap artikel yang dimuat di dalam jurnal ilmiah pasti dilengkapi dengan abstrak yang ditulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Sebagaimana kita ketahui bahwa di era global ini berbagai informasi dapat diakses secara bebas dan dengan mudahnya melalui internet, termasuk abstrak hasil penelitian. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa abstrak abstrak bahasa Inggris yang ditulis oleh para peneliti maupun ilmuan Indonesia juga akan diakses dan dibaca oleh pembaca lain yang penutur aslinya bukan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sedapat mungkin terjemahan abstrak dalam bahasa Inggris yang mereka tulis harus diupayakan memiliki tingkat kesalahan serendah mungkin supaya pesan yang ingin disampaikan oleh penulis benar benar dapat tersampaikan dan commit to user dipahami oleh pembaca sasaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
(3) Sebagaimana kita ketahui bahwasanya para penulis abstrak tersebut sebagian besar tidak memiliki latar belakang pendidikan maupun kemampuan bahasa Inggris yang memadai baik dari aspek leksikal, struktur gramatikal, maupun aspek kebahasaan lainnnya. Meskipun demikian, sebenarnya sejak satu dekade yang lalu para mahasiswa S.3 maupun
S.2 di berbagai perguruan tinggi (terutama perguruan tinggi
negeri) di Indonesia telah diwajibkan memiliki nilai setara dengan TOEFL sedikitnya 475 sampai 500, atau bahkan lebih dari itu. Oleh karena itu mereka juga diwajibkan untuk membuat abstrak sendiri dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dengan nilai TOEFL sebesar itu diasumsikan bahwa mahasiswa yang bersangkutan baik S.2 maupun S.3 tidak akan mengalami kesulitan lagi ketika harus membaca bukubuku referensi yang ditulis dalam bahasa Inggris. Selain itu mereka juga diharapkan telah memiliki kemampuan menerjemahkan abstrak mereka sendiri dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Namun demikian, pada kenyataannya sebagian besar dari mereka masih menyuruh orang lain untuk menerjemahkan buku-buku referensi yang diinginkan, termasuk menerjemahkan abstrak dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Mereka tidak mengerjakannya sendiri, melainkan menyuruh orang lain untuk
menerjemahkan
abstrak
mereka
yang
kualitas
hasil
terjemahannyapun juga belum tentu dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi keakuratan, keberterimaan, maupun keterbacaannya. (4) Konsentrasi bidang keilmuan yang diterjemahkan sangat beragam, sementara kebanyakan penerjemah yang ada di Indonesia belum atau tidak memiliki spesifikasi tersebut. Hal ini dapat menyebabkan terjemahan yang dihasilkan kurang optimal. (5) Tidak semua orang memiliki kemampuan berbahasa dan rasa bahasa yang cukup baik. Hal ini memungkinkan terjadinya pergeseran makna pada teks terjemahan yang dihasilkan. Jika ini terjadi dapat menyebabkan terjemahan yang dihasilkan menjadi lebih bagus atau bahkan lebih buruk commit to user dari pada teks aslinya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
(6) Seringkali pesan yang ingin disampaikan oleh penulis asli tidak dapat terakomodasi dengan baik karena kurang atau tidak adanya komunikasi antara penulis asli dengan penerjemah. (7) Berdasarkan pengamatan peneliti, penulisan abstrak di sejumlah perguruan tinggi negeri di Indonesia memiliki aturan penulisan yang berbeda beda, terutama pada bagian awal teks abstrak. (8) Belum adanya keseragaman atau pembakuan dalam penulisan abstrak di Indonesia. Sebagaimana dikemukakan oleh D. Williamson (2007: 3) bahwa teks abstrak yang baik dan lengkap seharusnya terdiri atas: pendahuluan (introduction), tujuan (aims), metode (methods), hasil (results), dan kesimpulan (conclusion), serta koherensi teksnya (coherence of text). Aspek koherensi teks inilah yang seringkali dilupakan oleh para penulis abstrak maupun penerjemahnya. Sehubungan dengan sejumlah alasan tersebut di atas, peneliti melakukan penelitian sehubungan dengan penulisan teks abstrak dalam bahasa Indonesia dan kualitas terjemahan abstrak yang ditulis oleh para mahasiswa S.3 pada umumnya, di Universitas Airlangga dan ITS Surabaya khususnya. Penilaian tentang kualitas teks hasil terjemahan yang dilakukan oleh para „raters‟ ini utamanya difokuskan pada 3 (tiga) aspek penilaian yaitu: keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaannya. Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan oleh para Raters tersebut selanjutnya peneliti mengkaji dan menganalisisnya secara cermat dan komprehensif. Hal lain yang perlu diketahui bahwasanya sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai dosen atau tenaga pengajar dan profesional baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta yang tersebar di sejumlah kota di Indonesia, dan satu di antaranya di Australia. Selanjutnya untuk pembahasan dan analisis data lebih mendalam dan rinci sehubungan dengan struktur abstrak, kohesi/koherensi teks, dan kualitas terjemahan sejumlah teks abstrak disertasi dapat dilihat pada bagian analisis data dan pembahasan pada babcommit IV. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
B. Pembatasan Masalah Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa penelitian ini mengkaji tentang format penulisan dan keragaman struktur abstrak, struktur abstrak dan tingkat koherensi teks yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris. Selain struktur abstrak dan tingkat koherensi teksnya, penelitian ini juga mengkaji kualitas terjemahan abstrak disertasi dalam bahasa Inggris sehubungan dengan tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan teksnya. Untuk tingkat keberterimaan, penilaian meliputi 3 (tiga ) aspek, yaitu: kelengkapan struktur abstrak yang mencakup pendahuluan/latar belakang, tujuan, metode, hasil, dan simpulan, struktur gramatikal, dan koherensi Tsa, ketepatan penggunaan struktur gramatikal, dan koherensi Tsa nya. Untuk penilaian keterbacaan, tataran teks atau banyaknya kalimat disesuaikan dengan panjang pendeknya paragraf yang ada pada setiap teks abstrak. Dengan demikian, penilaian difokuskan pada tataran teks atau tataran makro, yaitu per paragraf dan bukan per kata, frasa/kumpulan kata, atau klausa. Dengan demikian penilaian dilakukan per paragraf jika paragraf yang ada cukup pendek, dan dibagi dua jika paragraf teksnya cukup panjang. Adapun teks abstrak yang dikaji berjumlah 15 (lima belas) teks abstrak disertasi yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris. Rinciannya adalah: 7 (tujuh) teks abstrak bidang Kedokteran untuk mewakili Universitas Airlangga dan 8 (delapan) teks lainnya diambil dari jurusan teknik sipil dan perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Peneliti mengambil sampel dengan jumlah tidak sama karena secara umum teks abstrak yang ditulis oleh mahasiswa S.3 Universitas Airlangga lebih panjang daripada teks abstrak yang ditulis oleh mahasiswa ITS. Selain itu, program studi kedokteran dan teknik dipilih karena secara umum dua bidang tersebut memiliki istilah-istilah khusus yang seringkali tidak diketemukan atau tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
C. Rumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang dan masalah yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah format penulisan dan jumlah struktur abstrak yang ditulis oleh mahasiswa S.3? 2. Bagaimanakah struktur abstrak dan tingkat koherensi teks (Tsu) yang ditulis oleh mahasiswa S.3 dalam bahasa Indonesia? 3. Bagaimanakah struktur abstrak dan tingkat koherensi teks (Tsa) / hasil terjemahan teks abstrak dalam bahasa Inggris? 4. Bagaimanakah tingkat keakuratan teks hasil terjemahan abstrak disertasi yang ditulis oleh mahasiswa S3? 5. Bagaimanakah tingkat keberterimaan teks hasil terjemahan abstrak disertasi yang mencakup: a) padanan pada tataran tekstual sehubungan dengan kesesuaian penggunaan penanda kohesi dan tingkat koherensi teks Tsa; b) kelengkapan sturktur abstrak; dan c) struktur gramatikal Tsa-nya? 6. Bagaimanakah tingkat keterbacaan teks hasil terjemahan abstrak disertasi oleh pembaca sasaran?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk: 1. Menemukan dan mendeskripsikan keragaman format penulisan dan jumlah struktur abstrak yang digunakan. 2. Menemukan dan mendeskripsikan struktur abstrak dan tingkat koherensi teksnya dalam bahasa Indonesia (Tsu) yang ditulis oleh mahasiswa S.3. 3.
Menemukan dan mendeskripsikan struktur abstrak dan tingkat koherensi teks (Tsa) hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
4. Menemukan dan menjelaskan tingkat keakuratan teks hasil terjemahan teks abstrak disertasi yang ditulis oleh mahasiswa S3. 5. Memahami dan menjelaskan tingkat keberterimaan teks hasil terjemahan abstrak disertasi yang mencakup: (a) padanan pada tataran tekstual sehubungan dengan kesesuaian penggunaan penanda kohesi dan koherensi teksnya; (b) kelengkapan sturktur abstrak; dan (c) struktur gramatikal Tsanya. 6. Memahami tingkat keterbacaan teks hasil terjemahan abstrak disertasi dalam bahasa Inggris oleh pembaca sasaran.
E. Manfaat Penelitian Karena penelitian ini berhubungan dengan masalah hasil penelitian dan kualitas hasil terjemahan teks abstrak disertasi oleh mahasiswa S.3 di lingkungan perguruan tinggi, maka hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis sebagi berikut. (1) Manfaat teoritis: Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan yang dapat memberikan manfaat teoritis, yaitu dapat digunakan sebagai informasi tambahan atau acuan untuk mengkaji lebih
lanjut
sehubungan
dengan
penulisan
teks
abstrak,
masalah-
masalah/kesulitan-kesulitan yang sering dijumpai dalam menerjemahkan teks abstrak disertasi, dan kualitas hasil terjemahan abstrak disertasi. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam menyusun teori penerjemahan terutama sehubungan dengan penerjemahan teks abstrak disertasi dan solusinya terutama dalam hal mencarikan padanan leksikal, gramatikal, maupun tekstual nya (kohesi/koherensi) dalam bahasa Inggris secara akurat dan berterima, dan mudah dipahami oleh pembaca sasarannya. (2) Manfaat praktis: (a) Bagi mahasiswa, secara umum hasil penelitian ini diaharapkan dapat memberikan gambaran tentang kemampuan para dosen/ mahasiswa S.3 (program doktor) pada umumnya, Universitas Airlangga dan ITS commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Surabaya pada khususnya. Selanjutnya, informasi tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam hal penulisan teks abstrak disertasi dalam bahasa Indonesia maupun hasil terjemahnya dalam bahasa Inggris yang baik, benar, dan memiliki kualitas terjemahan yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana menulis teks abstrak disertasi sesuai dengan tata cara dan kaidah penulisan yang baik dan benar. Sehubungan dengan hal tersebut, dianjurkan untuk diberikan semacam pelatihan atau „work shop„ tentang penulisan abstrak disertasi yang baik dan benar sesuai dengan kaidah penulisan yang berlaku. (b) Bagi penerjemah atau praktisi penerjemahan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu masukan, acuan, informasi dan tolok ukur untuk mendapatkan hasil terjemahan yang lebih baik dan berkualitas. Oleh karenanya seorang penerjemah seharusnya lebih berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya sebagai penerjemah di waktu-waktu yang akan datang. Seorang penerjemah harus berani menolak untuk tidak mengambil pekerjaan yang harus dilakukan kalau memang sebenarnya dia tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Dan kalau pada akhirnya dia memutuskan untuk menerima pekerjaan
tersebut,
dia
harus
berani
mempertanggungjawabkan
hasil
terjemahannya dari segi keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaannya. Bila perlu, disarankan untuk diberikan semacam pelatihan khusus bagi penerjemah untuk menerjemahkan teks-teks abstrak disertasi sehingga dapat menghasilkan terjemahan teks abstrak yang berkualitas dari aspek keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR Untuk mendukung kegiatan penelitian yang dilakukan sehubungan dengan kualitas terjemahan teks abstrak disertasi, berikut ini diuraikan secara rinci sejumlah tinjauan pustaka/teori pendukung berupa pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh sejumlah pakar penerjemahan, linguistik, sejumlah hasil penelitian terdahulu, dan hal-hal lain terkait yang relevan. A. Tinjauan Pustaka 1.
Pengertian Penerjemahan Ada beragam pendapat tentang pengertian penerjemahan, dan masingmasing pakar mengartikannya berbeda-beda. Beberapa di antaranya adalah pendapat dari Nida (1969): „Translation consists of reproducing in the receptor language the closet natural equivalence of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style‟. Definisi ini menunjukkan bahwa penerjemahan merupakan kegiatan untuk menghasilkan bahasa sasaran dengan memadankan bahasa sumber secara wajar dan sedekatdekatnya, yang pertama ditekankan adalah dalam hal makna, dan ke dua, adalah gayanya. Dalam hal ini „makna‟ lebih diutamakan, sedangkan „gaya‟ dapat berubah-ubah sesuai dengan gaya bahasa yang dimiliki oleh penerjemah dan siapa pembaca targetnya. Selain itu „gaya‟ juga lebih banyak menyesuaikan dengan karakteristik bahasa yang cenderung berbeda antara bahasa yang satu dengan bahasa lainnya. Selanjutnya, Brislin (1976: 1) membedakan antara penerjemahan teks tulis dan penerjemahan bahasa lisan: „Translation is the general term referring to the transfer of thought and ideals from one language to another whether the language is in written or oral form‟. Definisi ini menunjukkan bahwa penerjemahan adalah istilah umum yang sering digunakan untuk mentransfer atau mengalihkan pesan/pemikiran atau gagasan dari satu bahasa ke dalam commit to user bahasa lainnya baik itu bahasa tulis maupun lisan. Oleh karena itu, kegiatan
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
menerjemahkan
dapat
dibedakan
menjadi
2
(dua)
bentuk,
yaitu
menerjemahkan teks/bahasa tulis yang disebut penerjemahan (translation activity), dan menerjemahkan bahasa lisan, yang disebut „interpretation‟. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang pekerjaannya menerjemahkan teks tulis disebut „translator‟ (penerjemah teks tulis), sedangkan orang yang pekerjaannya menerjemahkan bahasa lisan disebut „interpreter‟ (penerjemah bahasa lisan). Sementara itu, pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Pinchuck (1977) yang mengatakan bahwa: „Translation is a process of finding a target language equivalent for a source language utterance‟. Definisi ini menunnjukkan bahwa penerjemahan adalah suatu proses mencarikan padanan bahasa sumber ke dalam bahasa target/sasaran yang sesuai. Definisi ini tidak dijelaskan secara eksplisit apakah teks yang diterjemahkannya teks tulis ataukah lisan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan menerjemahkan baik itu teks tulis maupun lisan, keduanya merupakan proses pengalihan pesan atau gagasan dari bahasa yang satu (Tsu) ke dalam bahasa lainnya (Tsa). Selanjutnya Catford (1975: 20) mendefinisikan penerjemahan sebagai proses menggantikan materi berbentuk tekstual dari satu bahasa (Tsu) dengan materi teks dalam bahasa lain yang sepadan. „Translation is the replacement of textual material in one language (source language by equivalent textual material in another language (target language). Sementara itu Mc.Guire (1980 : 27) melengkapi pengertian terjemahan atas pernyataan pernyataan yang telah dikemukakan oleh para pakar sebelumnya bahwa: „Translation is the rendering of a source language text into the target language (TL), so as to ensure that the surface meaning of the two languages will be approximately similar, and the structure of the source language (SL) will be preserved as closely as possible but not so closely that the TL structures will be seriously distorted‟. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Berdasarkan beberapa pengertian tentang penerjemahan di atas, secara umum kata „terjemahan‟ mengacu pada dua hal yang saling terkait yaitu pengalihan pesan tertulis yang disebut „translation‟ dan pengalihan pesan secara lisan yang disebut „interpretation‟. Sedangkan kata „penerjemahan‟ sendiri mengandung pengertian proses alih pesan, dan hasil dari proses alih pesan tersebut adalah terjemahan. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa kata „penerjemahan‟ dapat diartikan sebagai proses penggantian atau pengalihan pikiran atau gagasan (pesan) dari suatu teks bahasa sumber menjadi teks bahasa lain (bahasa sasaran) dengan menggunakan padanan yang setepat-tepatnya atau paling tidak sedekat-dekatnya. Bahasa yang dimaksud disini dapat berupa bahasa tulis maupun lisan. Sebagaimana dikemukakan oleh Kridalaksana (dalam Nababan, 1999) yang mengatakan bahwa penerjemahan merupakan poses pemindahan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran tanpa mengesampingkan makna maupun gaya bahasanya. Karena pada setiap kegiatan menerjemahkan diperoleh satu produk akhir yaitu berupa karya terjemahan, setiap hasil terjemahan tersebut diharapkan dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca atau orang lain pengguna bahasa yang bersangkutan. Oleh karena itu penerjemah sudah seharusnya mengetahui target pembacanya, maksudnya kepada siapa hasil terjemahan tersebut diperuntukkan dan bagaimana tingkat kemampuan pembacanya, sehingga mereka benar benar mampu menangkap dan memahami pesan yang disampaikan oleh penerjemah. Bagaimanapun juga bahwa kemampuan pembaca dalam memahami suatu teks sangatlah beragam, yaitu dari masyarakat awam sampai ahli. Dengan demikian apabila terjemahan tersebut ditujukan kepada para pembaca yang bukan ahli dalam bidang disiplin ilmu tertentu yang diterjemahkan maka penerjemah harus bisa menyesuaikan dengan cara menyederhanakan kalimat kalimat terjemahan yang sekiranya memiliki struktur yang rumit namun tanpa harus mengaburkan maupun menghilangkan pesan yang toterkandung dalam teks aslinya bahasa commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
sumber. Kata kata yang sekiranya pembaca masih asing sebaiknya dicarikan padanannya dalam bahasa sasaran yang memunginkan pembaca dapat memahami makna atau maksud yang terkandung dalam kata kata tersebut. Namun demikian penerjemah tidak boleh memaksakan diri untuk menjelaskan arti dari suatu istilah tertentu apabila padanannya tidak ditemukan dalam bahasa sasaran, apalagi
penerjemah sendiri belum memahami arti istilah
tersebut. Misalnya kata-kata, nama-nama/jenis makanan asing seperti: ‟hot dog, hamburger, pizza, dan sandwich (jenis-jenis makanan), mouse, cpu, monitor, key board (istilah-istilah dalam komputer)‟, sebaiknya tidak perlu diterjemahkan ke dalam Bsa karena kata-kata tersebut memang tidak ditemukan dalam budaya Indonesia sebelumnya. Begitu pula halnya kata-kata dalam bahasa Jawa yang harus diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, seperti: ‟klepon, srabi, kethoprak, midodareni, sepasaran, tingkepan‟, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan sejumlah pengertian tentang penerjemahan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang penerjemah dalam upayanya mengalihkan pesan dari Bsu ke dalam Bsa sehingga dihasilkan suatu karya yang memiliki makna yang sedekat-dekatnya dengan teks aslinya. 2. Proses Penerjemahan Sejumlah aspek yang berpengaruh selama proses penerjemahan berlangsung hingga pada sasaran terakhir yaitu pembaca teks hasil terjemahan meliputi:
1) penulis teks asal, 2) teks asal, 3) penerjemah, 4) teks hasil
terjemahan dalam bsa, dan 5) pembaca. Sementara itu Susan Bassnett dan Mc Guire (1988: 16) mengatakan bahwa pada proses penerjemahan melibatkan proses decoding dan recoding: „The translator, therefore, operates criteria that transcend the purely linguistic, and a process of decoding and recoding takes place‟. Selanjutnya Bassnett (1988) menyitir pendapat Nida bahwasanya proses penerjemahan yang mempunyai 3 (tiga) tahapan, yaitu menganalisis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
teks bahasa sumber (Bsu), mengalihkan pesan, kemudian menyusun kembali (restructuring) pesan yang telah ditulis untuk dijadikan hasil akhir produk terjemahan.
Adapun proses penerjemahan menurut Nida (1975: 80) dapat
digambarkan sebagai berikut: Source Language
Receptor Language
Text
Translation
ANALYSIS
RESTRUCTURING
TRANSFER Gambar 1: Proses penerjemahan, menurut Nida (1975:80) Berdasarkan gambaran di atas maka proses penerjemahan adalah suatu sistem kegiatan dimana seorang penerjemah dalam melakukan aktivitasnya mendapat tugas, yaitu menerjemahkan suatu teks dalam bahasa tertentu untuk dialihkan kedalam bahasa lain; Atau dengan kata lain dapat pula diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang penerjemah pada saat dia mengalihkan amanat atau pesan dari Bsu ke dalam Bsa. Oleh karena itu apabila seorang penerjemah dalam melakukan kegiatan menerjemahkan melakukan kesalahan
pada satu tahapan tertentu akan
berakibat pada munculnya kesalahan pada tahapan lainnya, yang pada akhirnya terjemahan yang dihasilkan tidak berterima karena banyak terjadi kesalahan-kesalahan atau penyimpangan / tidak sesuai dengan pesan sebagaimana pesan yang tertulis dalam Bsu. Dengan demikian maka pekerjaan menerjemahkan diperlukan kecermatan dan kehati-hatian khusus dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
pengerjaannya supaya tidak terjadi banyak kesalahan maupun penyimpangan yang tidak diinginkan. a) Analisis Teks Bahasa Sumber Dalam kegiatan ini penerjemah membaca teks bahasa sumber dengan cermat dan teliti agar bisa memahami isi teks dengan baik. Supaya penerjemah dapat memahami teks yang akan diterjemahkan dengan baik, penerjemah dituntut memiliki kepekaan pemahaman terhadap unsur linguistik (kebahasaan) dan ekstra linguistik (unsur yang berada di luar linguistik), yang meliputi sosial budaya teks bahasa sumber yang merupakan bagian tak terpisahkan dari bahasa itu. Dalam menganalisis aspek linguistik yang dilakukan terhadap teks bahasa sumber meliputi berbagai tataran, seperti tataran kalimat, klausa, frasa, dan kata. Analisis pada tataran tataran ini dianggap perlu karena pada hakekatnya setiap teks dibentuk dari tataran tataran tersebut. Selain itu, kemampuan dalam memahami makna yang direalisasikan dalam tataran tataran itu merupakan modal utama untuk bisa memahami isi teks secara keseluruhan. b) Pengalihan Pesan Setelah penerjemah dapat memahami makna dan struktur bahasa sumber, diapun akan dapat menangkap pesan yang terkandung di dalamnya. Langkah selanjutnya ialah mengalihkan isi, makna, pesan yang terkandung dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Dalam tahap pengalihan ini, penerjemah dituntut untuk menemukan padanan kata bahasa sumber dalam bahasa sasaran. Proses pengalihan isi, makna dan pesan tadi merupakan proses bathin yang berlangsung dalam pikiran penerjemah yang kemudian mengungkapkannya dalam bahasa sasaran secara tertulis maupun lisan. Terjemahan perlu diselaraskan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik yang sesuai dengan tujuan commit to user penerjemahan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
c) Restrukturisasi (Penyelarasan) Tahapan akhir dalam menerjemahkan adalah dengan melakukan penyelarasan atau restrukturisasi, yaitu pengubahan proses pengalihan pesan menjadi bentuk stilistik yang sesuai dengan bahasa sasaran, pembaca, maupun pendengar dengan memperhatikan ragam bahasa untuk menentukan gaya bahasa yang sesuai dengan jenis teks yang diterjemahkan. Sementara itu Nida dan Taber (1971: 120) mengatakan bahwa
dalam
proses
restrukturisasi
seorang
penerjemah
perlu
mempertimbangkan masalah masalah yang dihadapi dari tiga perspektif atau sudut pandang, yaitu dari segi keragaman bahasa yang diinginkan, komponen komponen penting dan sifat keragaman tersebut, serta teknik teknik yang digunakan dalam menghasilkan keragaman atau bentuk yang diinginkan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses penerjemahan adalah suatu tahapan yang seharusnya dilewati oleh seorang penerjemah dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menghasilkan karya terjemahan yang berkualitas seharusnya seorang penerjemah melewati 3 (tiga) tahapan tersebut apalagi jika teks yang akan diterjemahkannya merupakan teks yang sulit.Tanpa melewati tahapan-tahapan tersebut dikhawatirkan terjemahan yang dihasilkan menyimpang dari Tsu. nya. 3. Makna dalam Penerjemahan Makna dalam penerjemahan tidak hanya sekedar mengartikan atau mencarikan padanan setiap kata yang ada dalam suatu teks melainkan harus dilihat berdasarkan rangkaian antar kata yang saling terkait secara utuh yang berdasarkan pada situasi, waktu, dan tempat dimana kata kata tersebut digunakan. Larson ( 1991: 38-39) membedakan makna penerjemahan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu makna referensial, makna konteks linguistik, dan makna commit to user situasional. Makna referensial mengacu pada makna yang sifatnya lugas atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
makna acuan. Tiga makna penerjemahan tersebut, selanjutnya dapat dikelompokkan menjadi 6 (enam) macam, yaitu: makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, makna tekstual, makna sosio kultural, dan makna idiomatik. a) Makna leksikal cenderung mengacu pada makna yang ada di dalam kamus, yaitu makna mandiri seperti apa adanya (tidak mengalami perubahan). Misalnya, kata „happy‟, memiliki arti „gembira, bahagia, atau senang‟. b) Makna gramatikal, yaitu makna dari suatu kata yang disebabkan oleh pengaruh penggunaan struktur kalimat yang digunakan. c) Makna kontekstual, yaitu makna suatu kalimat atau teks yang disesuaikan dengan situasi dalam konteks tersebut. d) Makna tekstual, yaitu makna yang diperoleh berdasarkan teks atau bacaan tertentu. e) Makna sosio-budaya, yaitu makna yang sangat erat sekali dengan konteks budaya dari mana bahasa itu dipergunakan di dalam lingkup budaya yang bersangkutan. f) Makna idiomatik, yaitu makna yang berkaitan dengan ungkapan-ungkapan khusus yang sudah memiliki arti khusus pula. Bentuk-bentuk idiom tidak bisa diubah susunannya, dihilangkan salah satu unsur katanya, diubah, diganti dengan unsur kata lain, maupun diubah susunan strukturnya. Ungkapan-ungkapan lain yang termasuk dalam kelompok idiom seperti proverb (peri bahasa), maxim (pepatah), dan collocation (ungkapan seharihari) juga perlu diperhatikan dalam proses penerjemahan. Berdasarkan penjelasan di atas maka seorang penerjemah harus mampu meyesuaikan makna dalam hasil terjemahannya sebagaimana yang dimaksud oleh penulis aslinya dalam Bsu karena kalau tidak maknanya bisa menyimpang dari teks aslinya. Misalnya kata „use‟ dalam bahasa Inggris yang mempunyai makna leksikal: menggunakan atau mempergunakan, mempunyai makna yang beragam tergantung konteksnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
a. „I use a pencil to write my letter‟ : b. „I used your stamp to send the letter‟ * Kata „use‟ dan „used‟ pada kalimat „a‟ dan „b‟ mempunyai makna sama yaitu makna leksikal yaitu : menggunakan atau mempergunakan. c. I used to play marbles when I was a child‟; d. The wheat flour that you bought this morning has already been used to make many kinds of cakes‟ * Kata ‟used‟ pada kalimat ‟c‟ dan ‟d‟ mempunyai makna gramatikal namun memiliki makna yang berbeda. Pada kalimat ‟c‟ kata ‟used‟ diartikan ‟dahulu biasa / mempunyai kebiasaan‟; sedangkan pada kalimat ‟d‟ mempunyai makna ‟pasif‟ yaitu ‟telah dipergunakan‟. e. ‟I have used up all of the papers to do my assignment‟. * Kata ‟used up‟ pada kalimat ‟e‟ mempunyai makna idiomatik yang merupakan ‟two-word verb‟ yang tidak dapat dipisahkan yang mempunyai satu makna yaitu ‟menghabiskan‟. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa makna suatu teks memiliki keragaman sesuai dengan konteksnya. Misalnya
kata
„seratusan‟. Kata „seratusan‟ disini memiliki beberapa makna. Jika diartikan secara leksikal,kata „seratusan‟ dapat dimaknaidengan bilangan dalam jumlah seratus atau lebih dari seratus, atau uang pecahan seratus. Tetapi jika kata „seratusan„ tersebut dibuat dalam kalimat ‚“Besok di rumah pak Joko ada acara „seratusan„ kakeknya“. Kata „seratusan„ di sini tentu memiliki makna yang berbeda dengan makna yang ada dalam kalimat: „Ada „seratusan‟ yang menghadiri seminar kemarin‟. Kata „seratusan„ dalam kalimat pertama memiliki makna „sosio-budaya„ yang artinya „melakukan kegiatan selamatan atau kirim do‟a dalam rangka memperingati seratus hari meninggalnya kakeknya Joko. Sementara pada kalimat ke dua, kata „seratusan‟ memiliki makna leksikal yang dimaknai dengan jumlah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
4. Kesulitan-kesulitan dalam Penerjemahan Secara umum hanya ada dua macam kesulitan yang biasanya dihadapi oleh penerjemah, yaitu kesulitan dari segi linguistik dan non linguistik. Namun Catford (1991:32) secara lebih khusus mengatakan bahwa aspek non linguistik yang dimaksud adalah kesulitan budaya. „Linguistic untranslatability, he argues, is due to difference in the source language and target language, whereas cultural untranslatability is due to the absence in the target language culture of relevant situational for the source language text‟. Secara lebih rinci kesulitan-kesulitan dari aspek linguistik / kebahasaan meliputi: penguasaan bahasa sumber dan bahasa sasaran, yang mencakup tataran makna leksikal, gramatikal, kalimat, situasional, penggunaan ejaan, kesulitan
pada
tataran
idiomatik,
rank-shift
makna,
sosiolinguistik,
politikolinguistik, biolinguistik, dan lain-lainnya yang terkait dengan makna. Selanjutnya, apabila seorang penerjemah telah memahami sepenuhnya seluruh isi atau pesan yang tertulis dalam teks asli, ia masih dihadapkan dengan masalah lain yaitu aspek kebahasaan dalam bahasa sasaran, yang meliputi: mencarikan padanan yang sesuai dengan situasi teks aslinya, ragam dan gaya bahasanya dan keindahan (Soemarno, 1997: 6). Kesulitan menerjemahkan yang ke dua adalah kesulitan non linguistik, yaitu budaya. Kesulitan budaya yang dimaksud adalah segala hal yang terkait dengan budaya, diantaranya meliputi mental fisik dan psikis/psikologis, geografis, dan instrumentalis. Sebagaimana dikemukakan oleh Larson (1984:13) bahwa salah satu masalah yang seringkali menyulitkan dalam melaksanakan kegiatan menerjemahkan adalah masalah perbedaan budaya antara Bsu dan Bsa nya.„One of the most difficult problems in translating is found in the differences between culture‟. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Baker (1982:21) yang commit to user mengatakan bahwa seringkali kata, pernyataan, atau ungkapan yang ada dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Bsu sama sekali tidak ada atau tidak dikenal dalam Bsa. Hal ini tentu saja akan sangat menyulitkan bagi seorang penerjemah untuk mencarikan padanan yang tepat dan berterima.„The source language word may express concepts which are totally unknown in the target language culture. The concept in question may be abstract or concrete; it may relate to religious belief, a social custom, or even a type of food‟. Yang dimaksud dengan kata „unknown‟ dalam pernyataan tersebut adalah suatu konsep atau peristiwa yang ada atau dikenal dalam bahasa sumber tetapi tidak dapat ditemukan (padanannya) secara khusus dalam bahasa sasaran. Misalnya dalam budaya Jawa dikenal banyak istilah atau peristiwa budaya seperti: „nyadranan, sekatenan, wilujengan, ruwatan, tingkepan, midodareni, kendurenan, selapanan, sepasaran‟, dan masih banyak lagi.Jika kata-kata tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris maka akan menemui kesulitan karena di negara-negara yang menggunakan bahasa pertamanya bahasa Inggris tidak memiliki budaya, peristiwa, maupun peristilahan tersebut (Thomas Soemarno, 1997: 6). Sementara itu yang dimaksud dengan kesulitan psikologis adalah kesulitan-kesulitan yang disebabkan adanya kendala-kendala fisik (misalnya kondisi badan kurang sehat) maupun psikis. Keadaan psikis ini misalnya seorang penerjemah merasa kurang percaya diri, cemas, atau bahkan merasa takut untuk menerjemahkan meskipun sebenarnya dia sangat potensial untuk melakukan pekerjaan itu. Sedangkan yang dimaksud dengan kesulitan geografis adalah menyangkut kendala letak geografis dimana si penerjemah bertempat tinggal. Bisa jadi penerjemah memiliki keahlian khusus dalam bidang penerjemahan namun mungkin karena dia tinggal di tempat yang sangat terpencil yang cukup sulit dijangkau dari keramaian kota, dan belum ada listrik misalnya, sehingga menyulitkan bagi dia untuk bisa melaksanakan tugasnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Kesulitan lainnya disebabkan kurangnya, atau bahkan ketiadaan peralatan / instrumen yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugasnya. Misalnya seorang penerjemah perlu menyediakan alat tulis seperti balpoin, pensil, penghapus, kertas, mesin ketik atau komputer, macam-macam kamus baik kamus umum maupun khusus, buku-buku teori terjemahan, dan lain-lainnya. Dengan keterbatasan sarana maupun prasarana yang dimiliki, seorang penerjemah seringkali merasa enggan dan kesulitan untuk dapat menghasilkan karya terjemahan yang baik dan berkualitas. 5. Penilaian Kualitas Terjemahan Untuk mendapatkan segala sesuatu dengan kualitas baik dan bermutu sudah semestinya dilakukan evaluasi, termasuk karya terjemahan. Nababan (1999:86)
mengatakan
bahwa
penilaian
terhadap
mutu
terjemahan
terkonsentrasi pada tiga hal utama, yaitu ketepatan pengalihan pesan, ketepatan pengungkapan pesan dalam bahasa sasaran, dan kealamiahan bahasa terjemahan. Namun demikian Nababan mengemukakan bahwa ketiga aspek penilaian tersebut lebih tepat untuk mengevaluasi terjemahan karya ilmiah, bukan terjemahan karya sastra. Selanjutnya Rochayah Machali (2000: 119-120) mengklasifikasi penilaian hasil terjemahan menjadi 5 (lima) kategori, yaitu: 1) Terjemahan Hampir Sempurna, dengan nilai huruf „A„, yaitu teks terjemahan yang mendapat nilai angka antara 86-90. Nilai ini diberikan untuk hasil terjemahan yang hampir tidak terasa seperti terjemahan, tidak ada kesalahan baik dari aspek linguistik maupun leksikal, termasuk ejaannya. 2) Terjemahan Sangat Bagus, dengan nilai huruf „B„, yaitu teks terjemahan yang mendapat nilai angka antara 76-85. Nilai ini diberikan jika hasil terjemahan tidak ada distorsi makna, tidak ditemukan terjemahan harfiah yang kaku, dan hanya ada satu atau dua kesalahn gramatikal atau to user pemilihan kata yang tidak commit atau kurang tepat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
3) Terjemahan Baik, dengan nilai huruf „C„, yaitu teks terjemahan yang mendapat nilai angka antara 61-75. Nilai ini diberikan untuk hasil terjemahan yang sebagian kalimatnya terasa kaku berkisar 15% dari seluruh teks yang diterjemahkan. 4) Terjemahan Cukup, dengan nilai huruf „D„, yaitu teks terjemahan yang mendapat nilai angka antara 46-60. Nilai ini diberikan jika hasil terjemahan
terasa
seperti
terjemahan.
Sebagian
kalimat
yang
diterjemahkan terdapat sekitar 25% yang diterjemahkan secara harfiah masih terasa kaku. 5) Terjemahan Buruk, dengan nilai huruf „E„, yaitu teks terjemahan yang mendapat nilai angka antara 20-45. Nilai ini diberikan jika hasil terjemahan sangat terasa sebagai hasil terjemahan. Misalnya, masih cukup banyaknya terjemahan harfiah yang kaku, yang mencapai sekitar 25%. 6. Alasan-alasan Perlunya Karya Terjemahan Dinilai / Dievaluasi Seperti dikatakan oleh Larson (1984: 485) bahwasanya ada 3 (tiga) alasan utama perlunya dilakukan penilaian karya terjemahan, yaitu untuk memastikan apakah terjemahan yang dihasilkan sudah akurat, jelas (mudah dipahami), dan alamiah / wajar (natural). Berdasarkan pernyataan di atas maka terjemahan memang seharusnya diuji untuk mengetahui tingkat keakuratan, kejelasan, dan ketepatannya, serta meluruskan kewajaran / kealamiahan tentang isinya. Oleh karena itu untuk memperoleh ketepatan, kejelasan, dan kewajaran ini harus dilakukan evaluasi sehingga diperoleh hasil karya terjemahan yang bagus dan berkualitas, bermakna, serta yang lebih penting adalah dapat dipertanggungjawabkan isinya. Selain itu, alasan utama perlunya hasil terjemahan dikritisi adalah untuk memastikan apakah pesan atau makna yang dihasilkan dalam karya terjemahan tersebut sudah tepat dan berterima sebagaimana pesan yang disampaikan dalam bahasa sumber. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Alasan
lain diperlukannya evaluasi terhadap karya tejemahan adalah
seringnya seorang penerjemah menambahkan informasi yang sebenarnya tidak ada dalam bahasa sumber, atau menguranginya sehingga membuat pesan yang disampaikan tidak atau kurang lengkap. Berdasarkan teori penerjemahan, seorang
penerjemah
tidak
diperbolehkan
untuk
menambah
maupun
mengurangi isi pesan yang disampaikan oleh penulis asli sekecil apapun. Oleh karena itu, seorang penerjemah harus ekstra hati-hati dan objektif selama melakukan proses pengalihan pesan untuk mendapatkan ketepatan makna dan keberterimaan karya terjemahan yang dihasilkan. Kadang-kadang penerjemah juga membuat kesalahan dalam menganalisis teks bahasa sumber atau selama pengalihan pesan sehingga ia membuat persepsi yang salah pula. Hal inilah yang pada akhirnya dapat menyebabkan makna yang dihasilkan menyimpang dari teks aslinya. Dengan alasan inilah maka pemeriksaan kembali terhadap ketepatan makna karya terjemahan perlu dilakukan. Alasan selanjutnya adalah penerjemah sendiri ingin mengetahui kejelasan makna atau pesan yang telah dialihkannya, karena bisa saja terjadi bahwa sesungguhnya makna yang dialihkan di dalam hasil terjemahannya sudah tepat namun ternyata isinya membingungkan para pembacanya. Apabila hal ini terjadi maka penerjemah sedapat mungkin berupaya untuk memperbaiki gaya bahasa yang digunakan sehingga teks yang dihasilkannya dapat dengan mudah dimengerti dan tidak membingungkan
para pembaca yang
membutuhkan informasi tersebut. Alasan ketiga perlunya karya terjemahan dikritisi dimaksudkan untuk meluruskan kewajaran teks yang telah diterjemahkan. Sebenarnya pesan yang disampaikan dalam karya terjemahan yang dihasilkannya sudah tepat dan mudah dimengerti oleh para pembacanya namun bentuk terjemahannya kurang idiomatis. Yang dimaksud dengan idiomatis di sini yaitu hal-hal terkait dengan kesesuaian atau umum tidaknya bentuk gramatikal yang digunakan dalam bahasa sasaran, kelancaran bentuk terjemahan, istilah-istilah yang commit user digunakan tidak asing di telinga paratopembacanya, dan gaya bahasanya pun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
enak dibaca. Sementara itu yang tidak kalah pentingnya adalah kewajaran suatu teks hasil terjemahan yang apabila dibaca seolah-olah karya itu bukan merupakan hasil terjemahan. 7. Aspek-aspek yang Dinilai Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa ada tiga hal utama yang digunakan untuk memberikan penilaian terhadap karya terjemahan. Ketiga hal tersebut yaitu dari segi keakuratannya (accuracy), keberterimaan (acceptability), dan keterbacaannya (readibility). Namun Larson (1984) mengistilahkan ketiga hal tersebut dengan accuracy, clarity, and naturalness‟. Sehubungan dengan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas terjemahan sangat ditentukan oleh tiga hal tersebut, yaitu: tingkat keakuratan (accuracy), kejelasan (clarity) atau keterbacaan (readibility), dan kewajaran / alamiah (naturalness) atau keberterimaan (acceptability) nya. a.
Keakuratan (accuracy) Keakuratan sangat dipengaruhi oleh tepat tidaknya teks terjemahan yang dihasilkan. Oleh karena itu ketepatan berhubungan erat dengan kesepadanan makna antara Bsu dan Bsa.
Dengan demikian teks
terjemahan dikatakan akurat jika pesan teks Bsu dapat tersampaikan secara utuh ke dalam Bsa. Teks hasil terjemahan dikatakan memiliki tingkat keakuratan yang tinggi jika memenuhi tiga kriteria, yaitu ketepatan dalam pemilihan kata / padanan (lexical equivalence), wajar (natural), dan terdekat (closest). Sebagaimana dikatakan oleh Nida (1969: 12): „Translation consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalence of the source language message, first in terms of meaning, and secondly in terms of style‟. Berdasarkan pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa penerjemahan merupakan proses mengalihkan pesan dari Bsu ke dalam Bsa yang diupayakan dapat menghasilkaan karya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
terjemahan yang sedekat-dekatnya dan sealamiah mungkin baik dalam hal makna maupun gaya bahasanya. Yang dimaksud dengan ketepatan dalam „pemilihan kata‟ atau „padanan‟ (equivalence), yaitu kata maupun istilah yang digunakan dalam Bsa sesuai dengan pesan atau amanat dalam Bsu.nya. Sebagaimana kita ketahui bahwa teks yang diterjemahkan oleh seorang penerjemah bukanlah kata katanya secara harfiah melainkan makna atau amanat yang ada dalam pesan teks Bsu.nya. Sedangkan „wajar‟ (natural), adalah terjemahan yang dihasilkan menunjukkan kewajaran atau kealamiahan yang tinggi sesuai dengan kaidah, norma, dan budaya yang berlaku dalam Bsa. Hasil terjemahan yang memiliki tingkat kewajaran tinggi seorang pembaca seolah olah merasakan bahwa teks yang dibacanya bukan hasil terjemahan. Sementara „terdekat‟ (closest) adalah penggabungan antara dua (2) aspek sebelumnya, yaitu „equivalence dan naturalness‟, yang menjadi indikator penting dalam keakuratan (accuracy) hasil terjemahan. b. Keberterimaan (acceptability) Keberterimaan
berhubungan
erat
dengan
kewajaran,
yaitu
kesesuaian struktur kalimat / aturan linguistik dan norma tekstual yang digunakan antara Bsu dan Bsa. Kewajaran yang dimaksud adalah kewajaran teks terjemahan yang dihasilkan berdasarkan pada normanorma, budaya dan bahasa yang berlaku dalam Bsa. Dengan demikian, teks terjemahan dikategorikan memiliki tingkat keberterimaan tinggi jika bahasa terjemahan yang dihasilkan sesuai dengan kaidah-kaidah, norma, dan budaya yang berlaku dalam Bsa. Selain itu, setiap kalimatnya juga harus memiliki makna yang sesuai dengan konteksnya, dan dapat diterima secara logis dalam Bsa. Dengan kata lain, serangkaian kalimat yang ada disusun sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu teks yang dapat diterima dan dipahami baik makna maupun maksudnya dengan baik oleh pembaca sasaran. Dengan demikian berterima atau tidaknya suatu teks commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
terjemahan sangat bergantung pada tanggapan dan sikap pembaca terhadap teks yang dibacanya. Sebagaimana dikatakan oleh Renkema (1993: 36): „Acceptability requires that a sequence of sentences be acceptable to the intended audience in order to quality as a text‟. Berdasarkan pernyataan di atas maka penerjemah sedapat mungkin berusaha merangkaikan kalimat demi kalimat sedemikian rupa sehingga pembaca akan dengan mudah memahami makna kalimat demi kalimat yang tersusun secara logis dan berkesinambungan dalam suatu teks yang diterjemahkannya.
Hal
ini
akan
mempermudah
pembaca
untuk
menangkap keseluruhan isi teks yang dibacanya. Sebaliknya, jika makna atau pesan yang ditangkap dalam serangkaian kalimat demi kalimat tersebut
tidak
menunjukkan
keterkaitan
secara
logis
dan
berkesinambungan maka teks tersebut tidak berterima karena sulit dipahami. Selain kelogisan dan setiap kalimat yang tersusun secara berkesinambungan, keberterimaan teks terjemahan juga dipengaruhi oleh dua aspek lain, yaitu kohesi dan koherensi. Teks terjemahan dikatakan memiliki kohesi yang baik jika pembaca dengan mudah dapat memahami hubungan kalimat – kalimat pembentuk teksnya. Sedangkan dari aspek koherensinya, jika pembaca dapat dengan mudah memahami hubungan pengertian pada setiap kalimat yang ada dan keterkaitannya berdasarkan situasi dan konteksnya. Dengan kata lain, kesatuan makna atau pengorganisasian gagasan / ide dalam teks tersebut tersusun secara bagus sehingga mudah dipahami. c. Keterbacaan (Readability) Keterbacaan berhubungan erat dengan tingkatan kemampuan seorang pembaca dalam memahami isi teks yang dibacanya. Sedangkan commit to user hubungan antara keterbacaan dan terjemahan tidak dapat dipisahkan satu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
dengan lainnya. Hal ini dikarenakan suatu teks hasil terjemahan tidak akan memiliki fungsi apa-apa jika tingkat keterbacaannya sangat rendah. Sementara itu, teks terjemahan akan memberikan manfaat sangat banyak kepada pembaca jika teks tersebut memiliki tingkat keterbacaan tinggi. Hal ini dapat dicapai jika hasil terjemahan itu dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca sasaran. Semakin tinggi tingkat keterbacaan suatu teks maka semakin mudah pula teks tersebut dibaca (dipahami). Sebaliknya, semakin rendah tingkat keterbacaan suatu teks maka semakin sulit teks itu dibaca (dipahami). Pada dasarnya tinggi rendahnya tingkat keterbacaan suatu teks dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor kebahasaan dan pembaca itu sendiri. Kesulitan yang berasal dari faktor kebahasaan diantaranya disebabkan oleh: a) Pemilihan kata yang kurang / tidak tepat, yang meliputi: 1) Kata-kata yang mempunyai makna ganda /ambigu, yaitu kata yang dapat menimbulkan perbedaan makna atau penafsiran; 2) Penggunaan kata-kata asing dan atau daerah; 3) Kata-kata baru / tidak atau kurang dikenal / lazim digunakan; b) Penggunaan struktur kalimat yang membingungkan, diantaranya: 1) Kalimat yang tidak / kurang lengkap; 2) Kalimat-kalimat yang tersusun terlalu panjang; 3) Kalimat yang menggunakan struktur
sangat kompleks;
dan c) Alur pikiran yang
kurang/tidak logis. Yang terakhir ini berhubungan dengan kohesi dan koherensi teks. Tiga faktor kebahasaan inilah yang seringkali menjadi penyebab berkurangnya tingkat keterbacaan teks. Sementara itu masalah yang disebabkan oleh pembaca adalah berhubungan dengan kemampuan pembaca itu sendiri memahami isi teks yang dibacanya. Misalnya isi materi yang tidak sesuai dengan bidang atau tingkatan kemampuannya; Penguasaan kosa kata yang masih sedikit; dan yang lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Sehubungan dengan penilaian kualitas hasil terjemahan secara holistik yang mencakup keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan, Nababan dkk (2012) memberikan pembobotan nilai yang berbeda antara aspek yang satu dengan lainnya, yaitu dengan rentang nilai: „3-2-1‟. Tingkat keakuratan memiliki bobot tertinggi, yaitu „3„, keberterimaan: „2„, dan terendah tingkat keterbacaan yaitu: „1‟. Di bawah ini adalah pembobotan aspek kualitas hasil terjemahan yang meliputi keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan. Pembobotan Aspek Kualitas yang Dinilai: No.
Aspek
Bobot
1.
Keakuratan
3
2.
Keberterimaan
2
3.
Keterbacaan
1
8. Pengertian Teks dan Jenis-jenisnya Berdasarkan hasil telusuran di sejumlah situs internet maupun arti yang terdapat dalam beberapa kamus maupun buku buku dan kamus linguistik, terdapat puluhan definisi tentang teks. Namun demikian dari beragam jenis pengertian teks tersebut dapat disimpulkan sebagai hasil suatu gagasan yang diungkapkan oleh penulis dalam bentuk tulisan yang bersumber pada permasalahan yang disampaikan secara tulis maupun lisan. Salah satu definisi dari kamus yang ditulis oleh Webster (1983: 925) dikatakan bahwa teks adalah suatu materi utama yang dicetak atau ditulis dalam suatu lembaran sebagai catatan bermanfaat yang dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi, dan sebagainya; Sekumpulan kata-kata actual yang dikemukakan oleh penulis atau pembicara; Atau wacana apapun dalam bentuk tulisan. ‟Text is the main body of matter on a printed or written page, as distinguished from notes, illustrations, commit toetc; userThe actual words of an author or
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
speaker; Any form in which a writing exists‟. Secara umum definisi ini mengemukakan bahwa teks adalah suatu bentuk gagasan penulis atau pembicara yang diformulasikan dalam bentuk tulisan atau wacana yang diharapkan dapat dipahami oleh orang lain atau pembaca. Sementara itu definisi yang hampir sama juga dikemukakan oleh Crystal (1991: 350): ‟Texts may refer to collections of written or spoken material‟. Pendapat lain yang lebih sederhana namun memiliki makna penting dalam pemaknaan itu sendiri dikemukakan oleh Brown and Yule (1983: 6 & 190): ‟Text is the verbal record of a communicative act‟. Sementara definisi tentang teks ini juga dikemukakan oleh Halliday (1976: 1-2): „A text is a unit of language in use. It is used in linguistics to refer to any passage, spoken or written, of whatever length that does form a unified whole‟. Sementara itu, definisi tentang teks terkait dengan penerjemahan yang diperoleh dari Free Online Dictionary, Thesaurus and Encyclopedia dinyatakan bahwa: ‟Text is the original words of something written or printed, as opposed to a paraphrase, translation, revision, or condensation, and the words of a speech appearing in print‟. Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas maka diperoleh dua kata kunci yang sangat penting yaitu ‟written atau printed, atau verbal record‟, yang memiliki makna hampir sama, yaitu tulisan atau catatan, dan ‟communicative act or speech‟ yang bermakna ‟komunikasi‟. Dari dua kata yaitu written dan communicative act inilah kemudian dapat diasumsikan bahwa pembaca yang dalam hal ini bertindak sebagai pembaca sasaran harus dapat memahami apa yang dikemukakan oleh penulisnya sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh penulis benar-benar tepat sasaran dan dapat dipahami. Dengan kata lain teks adalah suatu bentuk wacana atau komunikasi bisa dalam bentuk tulisan atau pembicaraan atau ucapan langsung yang ditulis atau diucapkan oleh orang pertama untuk dipahami atau mendapat tanggapan dari orang kedua. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Oleh karena itu seorang penulis atau penerjemah harus berupaya bagaimana tulisan maupun karya terjemahan yang dihasilkannya benar-benar dapat dipahami oleh pembaca sasaran sebagaimana penulis maupun penerjemah memahami apa yang ditulisnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Thomas (1998: ‟Texts can have only one true meaning and that is the author‟s intention‟. Pernyataan ini menunjukkan bahwa setiap teks biasanya hanya memiliki 1 (satu) makna yang benar yaitu pesan yang dimaksud oleh penulis atau pengarangnya. Berdasarkan pernyataan tersebut akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa makna suatu pesan yang ada dalam teks yang dipahami oleh pembaca sasaran seharusnya sama dengan pesan atau pemaknaan yang dikemukakan oleh penulis asli. Hal ini penting agar tulisan maupun teks hasil terjemahan benar-benar tepat sasaran dan bermanfaat bagi orang yang membutuhkannya. Sementara itu, jenis-jenis teks berdasarkan ciri-ciri kebahasaan dan struktur kalimat yang digunakan, dapat dibedakan menjadi 13 (tiga belas) macam, yaitu: 1) naratif / narasi / dongeng (narrative), 2) laporan peristiwa, kejadian atau kegiatan di masa lampau (recount), 3) deskripsi (discriptive), 4) laporan hasil pengamatan (report), 5) penjelasan (explanation), 6) eksposisi analitis (analytical exposition), 7) eksposisi hortatori(hortatory exposition), 8) prosedur (procedure), 9) diskusi / pembahasan (discussion), 10) ulasan / tinjauan (review), 11) cerita lucu (anecdote), 12) laporan kejadian atau peristiwa lucu (spoof), dan 13) berita (news item). Ketiga belas jenis teks ini disebut dengan ‟Genres‟ (Gerot dan Wignell: 1994). Berdasarkan jenis-jenis teks tersebut maka dapat disimpulkan bahwa abstrak disertasi sebagai ringkasan hasil penelitian dapat dikelompokkan kedalam teks jenis ‟Explanation‟. Hal ini dapat diketahui bahwa secara umum teks abstrak memiliki ciri-ciri sama dengan jenis teks ‟explanation‟ sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya baik ditinjau dari struktur generik (Generic Structure) maupun ciri ciri kebahasaan (Language Features) nya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Pada Struktur generiknya yang terdiri atas: a) General Statement, sama dengan pendahuluan atau latar belakang masalah dalam teks abstrak; b) Explanation, identik dengan permasalahan dan pemecahannya; dan c) Closing, sama dengan simpulan atau hasil analisis yang diperoleh, saran, dan penelitian lanjutan. Sementara itu, Dominant Language Features yang dikemukakan dalam jenis teks ini, yaitu penggunaan kalimat kalimat ‟Simple Present Tense, Simple Past, Passive Voice, Action Verbs, Noun Phrase, Adverbial Phrase, Technical Terms, General and abstract Nouns, dan Conjunction of time Cause – effect‟ juga sama dengan ciri ciri kebahasaan yang biasa digunakan dalam penulisan abstrak disertasi pada umumnya. 9. Keterbacaan Teks Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa istilah keterbacaan (translatability) tidak hanya berhubungan dengan kegiatan membaca saja namun juga dalam bidang penerjemahan. Sedangkan istilah teks atau text (dalam bahasa Inggris) menurut Halliday (1976: 1-2) : ‟A text is a unit of language in use. It is used in linguistics to refer to any passage, spoken or written, of whatever length that does form a unified whole‟. Karena dalam kegiatan penerjemahan selalu melibatkan dua bahasa maka keterbacaan tidak hanya menyangkut keterbacaan teks Bsu saja akan tetapi juga keterbacaan Bsa. Oleh karena itu seorang penerjemah seharusnya mampu menghasilkan terjemahan yang dapat dipahami oleh pembaca Bsa sebagaimana penerjemah memahami Bsu yang diterjemahkannya. Adapun parameter keterbacaan suatu teks sebagaimana dinyatakan oleh Dale dan Chall dalam Flood dalam Nababan (1997: 45) bahwa keterbacaan adalah seluruh unsur yang tercetak dalam suatu teks yang dapat mempengaruhi sekelompok pembacanya memahami apa yang mereka baca. :‟Readability....the sum total (including the interactions) of all those elements within a given piece of printed material that affects the success a group of readers have with it‟.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang penerjemah adalah hal yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat keterbacaan suatu teks hasil terjemahan sangat bergantung pada panjang pendeknya kalimat, banyak sedikitnya kosa kata baru, dan kompleksitas gramatikal yang digunakan. Selain itu, kata dan kalimat yang ambigu / taksa atau bermakna ganda, kalimat yang tidak lengkap, serta alur dalam penyampaian pesan yang kurang atau tidak runtut juga dapat berpengaruh terhadap terbaca atau tidaknya suatu teks hasil terjemahan. Sehubungan dengan hal ini maka untuk menghasilkan teks terjemahan yang dapat dibaca dan dipahami oleh para pembaca Bsa, seorang penerjemah sedapat mungkin menghindari pemakaian struktur-struktur kalimat yang sangat panjang dan rumit, kata-kata asing maupun daerah / lokal yang tidak atau belum pernah dikenal oleh pembaca, melainkan kata-kata sehari-hari yang sudah dikenal secara umum dan bahasa yang cukup sederhana sehingga mudah dipahami oleh pembaca Bsa. Selanjutnya Flesch dalam Sakri (1984) mengelompokkan tingkatan keterbacaan suatu teks menjadi 7 (tujuh) tingkatan berdasarkan banyak sedikitnya kata-kata yang digunakan dalam setiap kalimatnya seperti berikut ini: Tingkat Keterbacaan
Jumlah Kata Per Kalimat
Sangat Mudah
< 8
Mudah
11
Agak Mudah
14
Standar/Baku
17
Agak Sulit
21
Sulit
25
Sangat Sulit
29
Namun demikian tabel diatas bukan merupakan harga mati yang harus diikuti karena panjangnya sebuah commit kalimat to user belum tentu memiliki tingkat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
keterbacaan yang rendah. Begitu pula halnya sebaliknya, kalimat yang tampaknya sangat sederhana juga belum tentu memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Dengan kata lain, kata-kata yang menurut pembaca memiliki arti atau makna khusus dan masih dirasa asing akan lebih menyulitkan dari pada banyaknya kata yang dipergunakan dalam setiap kalimatnya. 10. Abstrak dan Penerjemahannya Dalam dua dekade terakhir ini penulisan abstrak dalam dua bahasa merupakan
kewajiban
bagi
para
mahasiswa
Indonesia
yang
telah
menyelesaikan studinya di S.1, S.2, maupun S.3. Oleh karena itu abstrak dan penerjemahan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya mengingat abstrak yang merupakan inti sari dari sebuah hasil penelitian seringkali dibaca oleh banyak kalangan terutama dari kalangan pendidikan maupun akademisi yang terkait dengan disiplin ilmu yang ditulis. Sehubungan dengan hal tersebut maka tidak menutup kemungkinan hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh orang Indonesia juga dibaca oleh pembaca dari negara lain yang tidak memahaminya jika abstrak hanya ditulis dalam satu bahasa saja yaitu bahasa Indonesia. Mengingat pentingnya hal tersebut maka setiap abstrak yang selalu dilampirkan dalam setiap laporan sebuah hasil penelitian perlu pula disertakan terjemahannya dalam salah satu bahasa Internasional terutama bahasa Inggris. Sebagaimana dikemukakan oleh Procter (2008: 1): ‟Abstracts are important because they give a first impression of the document that follows, letting readers decide whether to continue reading and showing them what to look for if they do‟. Pernyataan ini menyebutkan bahwa abstrak merupakan bagian penting karena teks abstrak biasanya ditulis paling depan dan merupakan ringkasan dari sub-bab sub-bab berikutnya. Dengan demikian teks abstrak dapat menentukan apakah pembaca akan meneruskan membaca sub-bab berikutnya atau tidak. Hal ini sangat bergantung dengan isi maupun menarik tidaknya teks abstrak tersebaut dibaca. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
a. Pengertian Abstrak Istilah abstrak menurut pengertian / arti sempit (arti dalam kamus) adalah ringkas; ringkasan; intisari; tidak tampak secara fisik. Sebagaimana disebutkan dalam kamus, pengertian ‟abstract‟(Noun) dalam Oxford Advanced Learner‟s Dictionary yang ditulis oleh AS Hornby (1974: 4): ‟Abstract is a short account, e.g. of the chief points of a piece of writing, a book, speech, etc‟. Sementara itu kata abstract dalam Webster‟s Desk Dictionary of the English Language dikatakan bahwa abstrak merupakan ringkasan dari suatu pernyataan maupun teks bentuk apapun: ‟Abstract‟ is a summary of a statement, etc‟ (Webster, 1983: 4). Berdasarkan beberapa istilah abstrak tersebut diatas, maka kata abstract : yaitu arti secara khusus dan lebih luas, terutama terkait dengan penulisan dalam sebuah jurnal, hasil penelitian maupun artikel artikel ilmiah lainnya, adalah suatu laporan akhir yang diwujudkan dalam bentuk ringkasan padat atau intisari dari seluruh kegiatan yang dilakukan oleh seorang peneliti atau penulis yang ditulis secara singkat, ringkas dan padat yang biasanya dibatasi sekitar 300-500 kata atau sebanyak banyaknya 2 (dua) halaman, atau bahkan bisa kurang dari itu tergantung banyak sedikitnya hasil penelitian yang ditulis / dilaporkan. Pengertian ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Kilborn (1998: 1) yang ditulis dalam sebuah artikel dalam Literacy Education Online (LEO: 1) bahwa: ‟An abstract is a condensed version of a longer piece of writing that highlights the major points covered, concisely describes the content and scope of the writing, and reviews the writing‟s contents in abbreviated form‟. Berdasarkan pengertian tersebut maka abstrak dapat dipahami sebagai ringkasan yang ditulis secara padat terhadap berbagai tulisan apa saja yang panjang tulisan aslinya tidak dibatasi berapapun jumlah halamannya. Namun secara khusus Gilbert (1985: 1) mengatakan bahwa berapa jenis commit to user tulisan yang dapat diabstraksi adalah karya asli diantaranya berupa buku,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
artikel dalam jurnal atau hasil penelitian, laporan teknis, dan lain-lain. „Abstract is a short informative or descriptive summary of a longer report. It is a condensed version of an original work: a book, journal article, technical report, patent, or sometimes a speech or an interview‟. Selanjutnya jika ditinjau secara fungsi, abstrak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu abstrak diskriptif dan abstrak informatif. Abstrak diskriptif berisikan tentang informasi singkat dari sebuah laporan, artikel, maupun jenis makalah-makalah lainnya, yang meliputi tujuan, metode, dan bidang / isi dari laporan, artikel, maupun makalah tersebut. Sedangkan abstrak informatif tidak disertai hasil, simpulan, maupun rekomendasi. Oleh karenanya para pembaca sendirilah yang harus mencari hasil, membuat simpulan, maupun rekomendasi berdasarkan makalah atau artikel yang dibacanya sesuai dengan maksud penulis. Selain itu abstrak jenis ini biasanya sangat singkat atau pendek, yang hanya terdiri atas kurang dari seratus kata. Sementara itu pada abstrak informatif, informasi yang disampaikan lebih luas dan mendalam. Selain memberikan informasi khusus kepada para pembaca tentang laporan, artikel, maupun makalah sebagaimana pada abstrak deskriptif, pada abstrak informatif terdapat pula tujuan, metode, dan isi laporan tentang batasan bidang / masalah yang diteliti, hasil, simpulan, dan rekomendasi. Selain itu abstrak jenis ini ditulis sedikitnya satu paragraf atau lebih yang panjangnya sekitar satu sampai dua halaman tergantung pada panjang pendeknya tulisan asli yang diabstraksi, yaitu sekitar 10%nya dari naskah aslinya atau dapat juga kurang dari itu. Pada umumnya abstrak hasil penelitian ini ditulis di awal tulisannya yaitu sebelum menginjak Bab I. Pendahuluan. Karena bagian ini merupakan ringkasan dari sebuah hasil penelitian maka isinya biasanya meliputi judul penelitian, nama penelitinya, uraian singkat (ringkasan) tentang isi laporan penelitian tentang: masalah yang diteliti, latar commit topenelitian, user belakangnya, tujuan dilakukannya tinjauan pustaka (landasan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
teori), metodologi dan analisisnya, hasil utama dan manfaatnya serta rekomendasi pokoknya. Judul penelitian dan nama peneliti: Judul ditulis dengan huruf besar (kapital) yang ukuran / fond hurufnya lebih besar dibandingkan dengan ukuran huruf pada naskah. Sedangkan nama peneliti ditulis lengkap (tanpa singkatan) dan tanpa gelar. Selanjutnya adalah tahun dilakukannya penelitian. Sedangkan metodologi penelitian meliputi lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data , jumlah sampel atau responden, analisis dan pembahasan, hasil dan simpulan, saran (kalau ada), (Sukandarrumidi, 2002: 161-162). Pada akhir abstrak ditulis pula ‟key words‟ (kata-kata kunci) yang biasanya diambil dari kata-kata yang dipakai dalam pokok pembahasan atau topik utama dalam judul penelitian. Kata-kata kunci sangat penting artinya dalam sebuah penelitian karena kata-kata kunci ini merupakan inti dari pokok permasalahan yang dibahas dalam sebuah abstrak penelitian, sehingga kata-kata ini pulalah yang biasanya mendominasi dalam sebuah abstrak karena diharapkan menjadi informasi sangat penting yang perlu diketahui oleh para pembaca. Ditinjau dari segi esensinya, abstrak terdiri atas dua bagian penting, yaitu: struktur abstrak dan karakteristik abstrak. b. Struktur Abstrak. Berdasarkan struktur teksnya, secara umum teks abstrak yang ditulis dari hasil penelitian terdiri atas 3 (tiga) bagian pokok, yaitu: 1) Opening, berisikan tentang penjelasan singkat tentang judul dan alasan dilakukannya penelitian tersebut; 2) Body, merupakan isi pokok dari seluruh kegiatan penelitian yang meliputi bagian-bagian penting dari penelitian itu sendiri, yang meliputi identitas penelitian, tujuan penelitian, rumusan masalah, metodologinya termasuk teori-teori pendukungnya; dan 3) Closing, (penutup) adalah hasil akhir penelitian dan simpulan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
disertai implikasinya serta saran-saran jika dianggap perlu (Judith Kilborn, 1998). Sementara itu Koopman (1997: 1) mengemukakan bahwa struktur abstrak harus mencakup lima (5) aspek, yaitu: 1) Motivation, yaitu alasan pentingnya masalah yang menjadi topik (penelitian) tersebut diangkat untuk dilakukan penelitian; 2) Objective or Goal (tujuan), yang biasanya dinyatakan dalam bentuk Statement of the Problems, yaitu rumusan masalah yang menjadi fokus pembahasan dalam penelitian tersebut. Pada bagian ini dikemukakan tujuan maupun hipotesa yang menjadi landasan utama; 3) Approach, yaitu metodologi atau pendekatan yang digunakan dalam menganalisis data yang ada untuk memperoleh hasil temuan yang diharapkan; 4) Results, yaitu merupakan jawaban atau hasil temuan atas rumusan masalah yang dikemukakan; dan 5) Conclusion, yaitu kesimpulan dan implikasinya terhadap hasil temuan atau jawaban dari rumusan masalah. Selanjutnya, hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh Williamson (2007 : 3). Dalam artikelnya Williamson mengemukakan bahwa selain lima aspek yang telah disebutkan oleh Koopman tersebut, struktur abstrak seharusnya juga dilengkapi atau disempurnakan dengan yang disebutnya sebagai „coherence of text„(koherensi teks) yang baik:‟Abstract should consist of 1) introduction, 2) aims, 3) methods, 4) results, 5) conclusions, and 6) coherence‟. Dengan demikian, suatu teks dikatakan baik jika teks tersebut menunjukkan adanya keutuhan makna pesan yang tidak bisa saling dipisahkan antara kalimat satu dengan kalimat lainnya, danantara paragraf yang satu dengan paragraf lainnya, jika teks tersusun lebih dari satu paragraf. Artinya, keutuhan makna suatu pesan dalam suatu teks tidak akan tercapai jika teks tersebut tidak memiliki koherensi teks yang baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Sementara itu, koherensi teks sangat ditentukan oleh kesesuaian atau ketepatan penulis teks dalam mengimplementasikan penggunaan penanda kohesi. Adapun penanda kohesi sendiri terdiri atas kohesi leksikal dan kohesi gramatikal. Selain itu koherensi juga ditentukan oleh ide pokok atau pokok permasalahan yang jumlahnya tidak boleh lebih dari satu dalam setiap paragrafnya. Berdasarkan sejumlah persyaratan sehubungan dengan struktur abstrak yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa struktur abstrak yang dikemukakan oleh Williamson lah yang menurut peneliti paling sempurna. Selain dilengkapi dengan aspek koherensi teks yang baik, hal yang tidak kalah pentingnya dalam penulisan suatu teks adalah dalam hal struktur gramatikalnya. Selanjutnya, pendapat yang sama sehubungan dengan pentingnya koherensi dalam penulisan suatu teks, baik teks sumber (source text) maupun teks sasaran (target text) juga dikemukakan oleh Reiss dan Vermer dalam Munday (2000 : 79). Sehubungan dengan pentingnya koherensi teks ini, selanjutnya Kilborn (1998 : 2) juga mengemukakan tentang kriteria abstrak yang baik seperti diuraikan berikut ini: c. Karakteristik Abstrak Karakteristik abstrak dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek substansi dan kebahasaannya. (1) Aspek
Substansinya, yaitu jenis penelitian yang dilakukan oleh
peneliti tersebut dengan menggunakan kualitatif, kuantitatif, atau campuran keduanya. (2) Aspek Kebahasaannya. Jika ditinjau dari aspek kebahasaan yang digunakan dalam penulisan abstrak, seorang penulis (peneliti) dapat menganalisisnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
melalui tiga sisi, yaitu jenis padanan leksikal, struktur gramatikal yang digunakan koherensi teksnya. (a) Jenis leksikalnya atau pemilihan kata yang digunakan dalam penulisan abstrak. Dalam penulisan ilmiah, peristilahan yang digunakan dalam sebuah penelitian harus bersifat akademis dan khusus. Selain itu, yang terpenting bahasa yang digunakan harus formal/resmi, padat namun jelas. Sehubungan dengan hal tersebut maka jenis leksikon yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua hal. Yang pertama yaitu terkait dengan metode penelitian, seperti penggunaan kata-kata: ‟purposive sampling, random sampling design, methodology, aim / objective, data analysis, snowball, experiment, informan, dan lain sebagainya. Sedangkan yang ke dua adalah terkait dengan bidang studi atau minat utama yang disesuaikan dengan jenis keilmuan masing-masing. Dalam bidang ekonomi misalnya ada istilah-istilah seperti: balance sheet, budgeting, cost accounting, current account, current assets, marketing performance, gross national product, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam bidang pertanian kita mengenal istilah-istilah seperti: soil temperature, pest, agronomy and ergonomy, crops, gigaspora, arbuscular, organic acids, acauluspora and scutellospora spp, dan lain sebagainya. (b) Jenis gramatikal yang digunakan. Jika dilihat dari fungsinya, yaitu abstrak sebagai discourse (wacana), maka teks abstrak harus memiliki sifat-sifat seperti coherence, cohession,andunity (Judih Kilborn, 1998: 2). Ini artinya bahwa setiap kalimat dalam teks abstrak harus memiliki konsistensi yang kuat, dan kait mengkait antara paragraf / bagian yang satu dengan lainnya, sehingga dihasilkan teks yang utuh. Selain itu teks abstrak juga harus ditulis secara singkat dan padat namun jelas. Dengan kata lain, tulisan seharusnya tidak menggunakan bahasa atau kalimat yang terlalu panjang dan rumit. Misalnya dengan memberikan penjelasan secara panjang lebar yang diikuti dengan contoh-contoh. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Adapun hal-hal lain yang perlu diperhatikan untuk menghasilkan abstrak yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut. Sebagaimana dikemukakan oleh Judith Kilborn (ibid) bahwa kriteria tersebut meliputi: 1) Abstrak yang terdiri atas satu paragraf atau lebih dengan jumlah kata antara 300 s/d 500 kata tersebut seharusnya merupakan kesatuan yang utuh (unified) dan dapat berdiri sendiri (able to stand alone) namun kalimatkalimat yang ditulis saling kait mengkait secara erat antara kalimat satu dengan kalimat lainnya, antara paragraf yang satu dengan paragraf lainnya, berterima dan logis (coherent), ringkas dan padat (concise); 2) Susunan abstrak harus berurutan yang dimulai dengan kata pembuka / pengantar, tujuan, metodologi,
hasil, simpulan dan rekomendasi; 3) Mengikuti
aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam penulisan ilmiah pada umumnya; 4) Semua informasi yang ditulis dan hal-hal lain yang terkait harus berterima dan logis; Sedapat mungkin pembahasan harus tuntas sehingga tidak diperlukan penjelasan tambahan; 5) Dapat dipahami oleh hampir semua kalangan dengan mudah; 6) Sebagian besar struktur kalimat yang digunakan adalah bentuk: a) Simple Present Tense pada bagian pembuka kalimat atau pengantar / pendahuluan; b) Simple past tense dan atau Passive Voice pada bagian-bagian selanjutnya, seperti pada bagian tujuan, metodologi, hasil, diskusi / kesimpulan. d. Hubungan antara Abstrak dan Penerjemahan Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi yang sangat pesat saat ini kita dengan mudah mengakses segala macam informasi yang kita inginkan dan butuhkan secara cepat dan akurat. Oleh karena itu semenjak internet telah dikenal masyarakat secara meluas maka kita dengan mudah pula mengakses segala hal terkait dengan kehidupan kita sehari hari sampai hal-hal lain yang sebelumnya sangat mustahil dilakukan, seperti pengiriman surat-surat dan dokumen lewat ‟e.mail, chatting‟ dan men-download berbagai artikel dan lain-lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa abstrak adalah merupakan inti sari dari sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti yang ditulis secara ringkas, padat dan berisi dengan menggunakan bahasa ilmiah sesuai dengan bidang keahiannya masing-masing. Karena penelitian merupakan karya ilmiah yang merupakan sebuah hasil kerja keras dari seorang peneliti yang biasanya memberikan manfaat bagi kepentingan orang banyak
maka
sudah barang tentu akan banyak dibaca oleh berbagai kalangan masyarakat, terutama dari kalangan akademisi dan peneliti lain yang terkait dengan hasil penelitian tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya untuk mendapatkan hasil penelitian yang berkualitas dan maksimal, seorang peneliti maupun para kalangan akademisi harus mencari informasi sebanyak banyaknya untuk dijadikan sebagai sumber data maupun referensi sehingga akan diperolah data seakurat mungkin yang dibutuhkan. Hal ini sudah barang tentu tidak akan terpenuhi jika hanya mengandalkan referensi yang sifatnya lokal melainkan juga harus banyak ditunjang referensi internasional yang kebanyakan masih ditulis dalam bahasa Inggris. Mengingat pentingnya sebuah hasil penelitian yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepentingan orang lain maupun para calon peneliti lain yang tidak hanya terbatas untuk konsumsi para peneliti lokal saja namun juga untuk para peneliti dari manca negara. Sehubungan dengan hal tersebut maka setiap peneliti lokal pun (peneliti Indonesia) dalam menulis abstrak hasil penelitian mereka diharuskan membuatnya dalam 2 (dua) bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Inggris, baik itu untuk tingkatan Sarjana S.1, S.2, maupun S.3. Karena mahasiswa S.3 merupakan produk akhir dari sebuah proses pendidikan dan pembelajaran di perguruan tinggi maka tidaklah berlebihan jika masyarakat luas pun tentu saja sangat mengharapkan hasil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
penelitiannya dapat dijadikan sebagai acuan yang akurat, terpercaya, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehubungan dengan hal tersebut maka hasil penelitian yang telah disarikan dalam bentuk abstrak seharusnya benarbenar ditulis sedemikian rupa sehingga dapat dipahami betul isinya, dinikmati dan kemudian diaplikasi oleh berbagai kalangan masyarakat yang membutuhkannya baik lokal maupun internasional. Dengan demikian abstrak tersebut terutama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sedapat mungkin juga harus dapat dibaca dan dipahami dengan mudah oleh para pembaca maupun calon peneliti pada umumnya, dan dari negara lain pada khususnya, yang akan merancang penelitian baru serupa. e. Masalah-masalah dalam Penerjemahan Abstrak Sebagian
besar
pakar
penerjemahan
mengatakan
bahwa
menerjemahkan bukanlah pekerjaan mudah. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa hasil terjemahan teks-teks
abstrak disertasi yang
ditulis oleh mahasiswa S3 belum tentu semuanya baik dari segi keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaannya. Sebagaimana dikatakan oleh Larson (1984: 153) bahwa menerjemahkan digambarkan sebagai proses mempelajari leksikon, struktur gramatikal, dan situasi komunikasi dari teks Bsu, menganalisis teks untuk menentukan maknanya, dan kemudian menyelaraskan kembali makna yang sama tersebut dengan menggunakan bentuk yang sewajar-wajarnya dalam Bsa. Oleh karena itu dalam melaksanakan tugasnya seorang
penerjemah masih harus
mencarikan padanan leksikal maupun struktur gramatikal yang setepat dan seakurat mungkin dalam Bsa namun tidak mengurangi makna maupun pesan sebagaimana yang tertulis dalam teks aslinya. Bagaimanapun juga, hal tersebut seringkali masih sangat menyulitkan seorang penerjemah dalam mencarikan padanan leksikal mengingat kebudayaan bahasa sasaran sangat berbeda dengan kebudayaan bahasa sumbernya sehingga pada akhirnya penerjemah harus mebuat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
banyak penyesuaian disana sini supaya hasil terjemahannya dapat terbaca oleh para pembaca sasaran meskipun pada akhirnya bentuk terjemahan sangat berbeda dengan bentuk teks sumbernya. Selanjutnya Larson (1984) juga mengatakan beberapa hal yang seringkali menyulitkan penerjemah dalam mencarikan padanan leksikal adalah: 1) Jika ada konsep dalam teks sumber yang sudah dikenal dalam Bsa tetapi masih harus diterjemahkan dengan padanan yang tidak harfiah (implied meaning); 2) Jika ada konsep (benda atau kejadian) dalam bahasa sumber namun tidak dikenal dalam bahasa sasaran. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya perbedaan letak geografis, adat istiadat, wawasan, kepercayaan, dsb; 3) Adanya unsur leksikal dalam teks yang merupakan kata kunci, yaitu kata-kata yang dianggap sangat penting yang dipakai berulangkali dalam suatu teks yang dijadikan sebagai tema atau topik yang sedang dibahas dalam teks tersebut sehingga memerlukan perlakuan khusus karena kalau tidak hal ini dapat membingungkan pembacanya. Selain kesulitan dalam mencarikan padanan leksikal dalam Bsa, seorang penerjemah juga seringkali dihadapkan dengan masalah mencarikan padanan yang tepat untuk aspek gramatikal maupun sintaksisnya. Pengertian ‟syntax‟ atau ilmu yang mempelajari struktur kalimat suatu bahasa, sangat erat kaitannya dengan penerjemahan karena sekumpulan kata-kata (lexicon) yang tersusun tidak akan memiliki makna sebagaimana yang diharapkan tanpa didukung struktur kalimat (grammar) yang benar berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku. Sebagaimana dikatakan oleh Crystal (1991: 341) bahwa : ‟Syntax or syntactic(s) is a traditional term for the study of the rules governing the way words are combined to form sentences; or the study of word structure: the study of the interrelationships between elements of sentence sructure, and of the rules of governing the arrangement of sentences in sequences‟. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Selain itu, keeratan hubungan antara padanan leksikal dan gramatikal (lexical equivalence or meaning of lexicon‟ and ‟syntactic equivalence) dalam penerjemahan juga diungkapkan oleh Newmark (1988: 125) yang mengatakan bahwa grammar merupakan kerangka teks; kosa kata, pengertian terbatas: ‟Grammar is the skeleton of a text; vocabulary, or, in a restricted sense, lexis, is its flesh; and collocations, the tendons that connect the one to the other. Grammar gives you the general and main facts about a text: statements, questions, requests, purpose, reason, condition, time, place, doubt, feeling, certainty. Grammar indicates who does what to whom, why, where, when, how.........; As translators, we are interested in grammar only as a transmitter of meaning‟. Sehubungan dengan uraian diatas maka peneliti akan menganalisis tentang kualitas terjemahan abstrak disertasi dalam bahasa Inggris yang ditulis oleh mahasiswa S.3 Universitas Airlangga Surabaya. Sehubungan dengan hal tersebut, masalah-masalah yang kemungkinan besar sangat berpengaruh terhadap tingkat keterbacaan, keakuratan, dan keberterimaan terjemahan yang dihasilkan, yaitu
meliputi Pemadanan Gramatikal /
Sintaksis (Grammatical / Syntactic Equivalence), makna atau arti kata (Pemadanan kosa kata) terutama yang menyangkut istilah-istilah khusus (Lexical equivalence), dan kesatuan makna suatu teks (Cohesion and Coherence of the Discourse). Yang dimaksud dengan ‟equivalence‟ (Inggris) adalah padanan atau terjemahan suatu kata atau frasa tertentu atau hasil terjemahan (dalam bahasa Indonesia atau bahasa lain) yang sesuai dengan makna yang sesungguhnya sebagaimana makna yang disampaikan oleh penulis aslinya dalam Bsu. Sebagaimana dikatakan oleh Vinay dan Darbelnet dalam Peter Fawcett (1997: 38): ‟Equivalence is essentially defined as the translation of idioms when two languages refer to the same situation in totally different ways‟. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Selanjutnya Baker (2000:77) menyatakan bahwa: ‟Equivalence is supposed to define translation, and translation, in turn, defines equivalence‟. Sedangkan Anthony Pym (1992 : 2) mengatakan: ‟Equivalence has been extensively used to define translation, but few writers have been prepared to define equivalence itsef‟. Sementara itu menurut Barnstone (dalam Nababan, 1997: 62), ‟equivalence‟ atau padanan merupakan bagian inti dari teori penerjemahan, sedangkan praktek
menerjemahkan,
yang
merupakan
realisasi
dari
proses
penerjemahan selalu melibatkan pencarian padanan. Dan dalam pencarian padanan ini penerjemah selalu dihadapkan dengan konsep
tentang
keterjemahan (translatability) dan ketakterjemahan (untranslatability). Selain itu Baker (1991) juga mengemukakan bahwa equivalence (pemadanan) dapat dibedakan menjadi enam (6) macam, yaitu: equivalence at word level, equivalence above word level, grammatical equivalence, textual equivalence (related to thematic and information structures), textual equivalence (related to cohesion), and pragmatic equivalence (related to coherence). Sementara itu Popovic dan Baker (dalam Nababan, 1997 : 63) mengatakan bahwa padanan dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu padanan pada tataran kata, padanan diatas tataran kata (idiom), padanan gramatikal, padanan tekstual, dan padanan pragmatik.. Meskipun sejumlah pakar penerjemahan lain mengemukakan sejumlah pendapat yang beragam namun pada intinya tetap sama yaitu sekitar padanan leksikal, gramatikal, dan tekstual. Karena sebagian kata-kata maupun istilah dalam Bsu seringkali tidak diketemukan dalam Bsa maka hasil terjemahan yang sempurna tidak akan pernah kita jumpai. Sehubungan dengan definisi-definisi tersebut di atas peneliti menyimpulkan bahwa padanan adalah suatu bentuk kata, frasa, ungkapan, pernyataan, dan hal-hal lainnya terkait dengan kebahasaan Bsa yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
memiliki makna sepadan dengan ungkapan, pernyataan, dan hal lain yang ada dalam Bsa tanpa mengurangi makna yang tersimpan dalam Bsu nya. Apabila seorang penerjemah tidak dapat menemukan pemadanannya yang sesuai dan tepat seperti Bsu nya di dalam Bsadia harus tetap berusaha untuk mencarikan padanan yang sedekat-dekatnya dengan berbagai metode maupun prosedur penerjemahan yang ada untuk mendapatkan hasil terjemahan yang semaksimal mungkin. Misalnya dengan cara-cara seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, yaitu dengan konsep penambahan dan atau penghilangan bagian atau sub bagian maupun informasi, dan pergeseran tataran namun tidak mengubah pesan sebagaiman pesan yang ada dalam Bsu nya. Hal ini penting untuk mengatasi berbagai kesulitan dalam proses pencarian padanan yang diinginkan. Berdasarkan penjelasan diatas, dan sehubungan dengan tujuan penelitian ini maka prediksi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh penerjemah dalam menerjemahkan abstrak disertasi adalah dalam hal mencarikan padanan yang tepat dan berterima. Seperti dikatakan oleh Halliday and Hassan (1980), dan Baker (1991) bahwa kesulitan-kesulitan dalam penerjemahan diantaranya meliputi: „Equivalence at word level and Equivalence
above word level (Lexical Equivalence), Grammatical /
Syntactic Equivalence, Textual Equivalence (related to Cohesion), dan Pragmatic Equivalence (Coherence)’. Dengan demikian maka secara garis besar prediksi kesulitan dan masalah-masalah yang dihadapi dalam menerjemahkan abstrak disertasi dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Padanan Leksikal (Lexical Equivalence) Sebagaimana
kita ketahui
bahwa setiap
bahasa
memiliki
kekhususan masing-masing yang tidak sama satu dengan lainnya. Dengan demikian maka kosa kata maupun struktur kalimat yang digunakan pasti juga terdapat banyak perbedaan. Hal inilah yang seringkali mempersulit commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
penerjemah
dalam
mencarikan
padanan
baik
leksikal
maupun
gramatikalnya. Kesulitan dalam hal mencarikan padanan leksikal ini juga dikemukakan oleh Larson ( 1984: 153) : ‟Translator is constantly looking for lexical equivalence...... However, this is sometimes a very complicated process. The fact that the receptor language is spoken by people of a culture which is often very different from the culture of those who speak the source language will automatically make it difficult to find lexical equivalents. The lexicon of the two languages will not match‟. Berdasarkan pernyataan di atas maka sebagai solusi akhir ketika seorang penerjemah menemui kesulitan dalam mencarikan padanan yang tepat dan berterima, perlu kiranya melakukan penyesuaian-penyesuaian di sana sini sehingga maknanya tidak akan menyimpang dari teks aslinya dan diperoleh hasil terjemahan yang berkualitas. Sebagaimana
kita
ketahui
bahwa kebanyakan penerjemah di Indonesia belum mengarah pada profesionalisme yang sesungguhnya. Artinya, bahwa seorang penerjemah yang ada sekarang ini belum atau tidak menspesialisasikan pada salah satu bidang keilmuan saja. Mereka cenderung menyanggupi menerjemahkan berbagai macam jenis teks dari bidang keilmuan yang berbeda beda, seperti kedokteran, hukum, ekonomi, filsafat, perbankan, dan lain sebagainya. Padahal kita tahu bahwa setiap teks memiliki peristilahanperistilahan khusus dan keunikannya sendiri-sendiri yang berbeda beda jenisnya antara bidang keilmuan yang satu dengan bidang lainnya. Dengan demikian seorang penerjemah semestinya tidak dengan mudah begitu saja menerjemahkan naskah untuk segala bidang keilmuan tersebut. Kalau penerjemah mau jujur, hal ini semestinya sangat sulit dilakukan, atau bahkan mungkin mustahil. Oleh karena itu seorang penerjemah yang mengaku profesional, hendaknya hanya memfokuskan pada salah satu bidang keilmuan saja, misalnya bidang hukum, teknik, kedokteran, sosial, ekonomi, politik. Itupun masih harus tetap ditunjang commit to user dengan penguasaan substansi yang akan diterjemahkannya. Sementara di
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
negara-negara maju spesialisasi ini sudah dilakukan hanya pada salah satu bidang saja. Maksudnya, seorang penerjemah hanya fokus menerjemahkan salah satu bidang keilmuan saja, tidak lebih. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis sangat sependapat dengan apa yang ditulis dalam salah satu website di sebuah biro terjemahan terkemuka di luar negeri. Salah satu keterangannya disebutkan bahwa untuk mendapatkan hasil terjemahan yang berkualitas baik yang mudah dipahami oleh pembaca sasaran dan sesuai dengan pesan yang ditulis oleh penulis aslinya, seorang penerjemah seharusnya hanya mengkhususkan pada salah satu bidang keilmuan saja. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa para penerjemah yang melaksanakan tugasnya sangat menguasai dengan baik bidang yang diterjemahkan, dan memiliki spesialisasi terhadap salah satu bidang keilmuan saja, misalnya di bidang kimia, telekomunikasi, komputer, teknologi informasi, pertambangan dan energy, mekanik atau permesinan, industri perminyakan, agribisnis, hukum, kedokteran, konstruksi, biologi, sosiologi, bioteknologi, ekonomi dan perbankan, seni, dan lain sebagainya. Atas dasar itulah dapat diasumsikan bahwa terlalu banyaknya bidang keilmuan yang harus diterjemahkan oleh para penerjemah Indonesia seringkali menyulitkan penerjemah itu sendiri dalam mencarikan padanan leksikal yang tepat dan berterima. Contoh istilah khusus yang harus diterjemahkan secara khusus pula misalnya kata „window‟. Kata ini mempunyai arti umum yaitu „jendela‟, sedangkan arti khusus dalam istilah perbankan.yaitu „loket‟ atau tempat nasabah mendapatkan layanan dari petugas bank (teller); Kata „jamur‟ menurut pengertian umum adalah „mushroom‟, sedangkan arti khususnya adalah „fungi‟. Begitu pula halnya dengan kata „bunga‟, yang dalam bahasa umumnya dimaknai „flower‟, dalam istilah perbankan diterjemahkan menjadi „interest‟. Sehubungan dengan pencarian padanan leksikal yang tepat dan berterima, hal itu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu padanan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
pada tataran kata dan padanan diatas tataran kata yang berupa idiom. Sementara itu berdasarkan pengelompokannya, aspek leksikal dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kata isi (content words), dan kata fungsi (function words). (a) Content words meliputi: 1) Nouns, contohnya: house, banana, organization, etc; 2) Verbs, contohnya: take, speak, deliver, send, etc; 3) Adjectives, contohnya: clever, beautiful, diligent, rich, etc; dan 4) Adverbs, contohnya: slowly, fast, carefully, etc. (b) Function Words meliputi: 1) Pronouns : He, She, It, I, You, We, They, there; 2) Determiners : a, an, the, this, some, etc; 3) Quantifiers : much, a few, four, any, more, etc; 4) Prepositions : in, at, for, from, beside, to, of, behind, etc; 5) Intensifiers : very, too, so, a little, quite, etc; 6) Coordinate Conjunctions : and, but, or, so, yet, not only...also, both...and, etc; 7) Adverbial conjunctions : although, if, because, before, etc; 8) Conjunctive Adverbs : besides, nevertheless, hence, etc; 9) Relative Pronouns : who, whose, which, that; 10) Auxiliary Verbs : can, will, would, etc; 11) Linking Verbs : be, is, am, are, was, were. 2) Padanan Gramatikal (Grammatical Equivalence) Selain padanan leksikal, kesulitan lain dalam hal pencarian padanan juga terjadi pada pencarian padanan gramatikal atau sintaksis. Hal ini disebabkan banyaknya perbedaan antara struktur kalimat dalam bahasa Indonesia
dengan aturan atau kaidah kalimat dalam bahasa Inggris.
Seperti dikatakan oleh Baker (1992: 180) berikut ini: „Each language has its own patterns to convey the interrelationships of persons and events, in no language may these patterns be ignored, if the translation is to be understood by its readers‟. Kesulitan-kesulitan dalam hal mencarikan padanan gramatikal tersebut diantaranya dalam hal pembentukan infleksi, dan derivasi. commit to user Misalnya kata „buku-buku‟ (dalam bahasa Indonesia) yang hanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
menambahkan huruf „s‟ di akhir kata „book‟ (dalam bahasa Inggris). Namun demikian penambahan „s‟ sebagai penanda bahwa jumlah benda lebih dari satu juga sangat beragam, yaitu ada yang ditambah „es‟, seperti dalam kata: watch menjadi watches, mango
menjadi mangoes;
„y‟
berubah jadi „i + es., seperti lady menjadi ladies, „f‟ berubah menjadi „v + es‟, seperti dalam kata knife – knives, dsb. Selain itu penggunaan „tenses‟, yaitu kalimat yang bentuk verbanya dipengaruhi oleh waktu yang dibedakan dengan „Verb I (simple present), Verb II (simple past), and Verb III (past participle / perfect)‟ juga memiliki variasi yang beragam.Misalnya: Kata kerja „pergi‟ dalam kalimat-kalimat „Ayahku segera pergi ke masjid; Tahun lalu ayahku pergi ke London; dan Ayahku telah pergi bekerja‟. Dalam bahasa Indonesia kata „pergi‟ dalam ketiga kalimat tersebut tidak mengalami perubahan meskipun waktu kejadiannya tidak sama. Sementara dalam bahasa Inggris verba tersebut mengalami perubahan, sehingga kata kerja „pergi‟ (Ind), yang padanannya „go‟ (Eng) dalam kalimat-kalimat tersebut menjadi: „My father is
going to the
Mosque soon; My father went to London last year; My father has gone to work already‟. Contoh kesulitan lain adalah bentuk pasif dalam Bsu (Indonesia) dapat berubah menjadi verba
aktif dalam Bsa (Inggris).
Misalnya: Lagu ini enak dinikmati sebelum tidur (Bsu) : „This song is nice to enjoy before sleeping)‟; Tembok rumah ini perlu dicat : „The wall of this house needs painting‟; dan masih banyak lagi. Begitu pula halnya dalam pembentukan derivasi juga tidak kalah rumitnya. Seperti dalam pembentukan kata-kata yang berasal dari akar kata beauty (nomina) yang dapat berubah menjadi beautify (verba), beautiful (adjektiva), beautifully (adverbia); large (adjektiva), largely (adverbia), enlarge (verba), enlargement (nomina); dsb. Aspek gramatikal dapat dibagi menjadi dua (2) unsur utama, yaitu aspek morfologi dan sintaksis, seperti dikemukakan oleh Mona Baker (1991: 83): ‟Grammar commit is organized to user along two main dimensions:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
morphology and syntax‟. Selanjutnya dari ke dua aspek tersebut masingmasing memiliki sejumlah sub-sub aspek dengan rincian sebagai berikut: (a) Aspek Sintaksis meliputi : 1) Modification (modifier), yaitu ketidaktepatan pembentukan frasa nomina yang head wordnya bisa berupa noun, verb, adjective, atau adverb; 2) Predication, yaitu kesesuaian antara Subjek dan predikat dalam suatu kalimat. Aspek ini meliputi : Tense, misalnya kesalahan dalam penggunaan verba yang semestinya simple past namun dibuat dalam simple present tense atau sebaliknya, atau dengan menggunakan tense lainnya; Aspect, yaitu pembentukan ‟ing form‟ dalam kalimat ‟progressive tense‟, dimana penerjemah tidak menambahkan morfem ‟ing‟ atau ‟be‟, atau keduanya yang semestinya harus ada; Voice, yaitu kesalahan kalimat yang semestinya dalam bentuk ‟passive construction‟ namun penerjemah menggunakan ‟active‟ atau sebaliknya. Misalnya kalimat yang semestinya ‟His research was conducted last month‟ ditulisnya menjadi ‟His research conducted or was conduct last month‟; Status, yaitu kesalahan struktur kalimat baik dalam kalimat negatif maupun interogatif. Misalnya kalimat yang seharusnya: ‟ I didn‟t attend the meeting yesterday‟ ditulis: ‟I am not attended the meeting yesterday or I was not attend the meeting yesterday‟. (b) Aspek Morfologis, meliputi: 1) Inflection, yang dibagi menjadi 3 aspek, yaitu : Conjugation verbs (-ing, -ed, -s, etc); Comparison Adjective and Adverb (positive, comparative, and superlative); Declination : Nouns and Pronouns, yang meliputi : Nominative ( teacher teachers); Possessive ( the teacher‟s method, the teachers‟ method, the design of building);2) Derivation, yang meliputi affixation, prefix, infix, and suffix). Berikut ini adalah beberapa hasil temuan tentang ketidak akuratan atau kesalahan dalam pencarian padanan yang terdapat dalam terjemahan abstrak disertasi oleh mahasiswa S.3: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Tsu : Salah satu penyakit penting pada bawang merah yang menimbulkan banyak kerugian di beberapa sentra produksi adalah penyakit moler yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp.sepae. Tsa : One of the important shallot diseases is moler caused by Fusarium oxysporum f.sp cepae, causing great loss to the farmers in several main shallot fields. (1) Lexical Equivalence: * Kata ‟penyakit‟ dalam Tsu yang dipadankan dengan ‟disease‟ dalam Bsa kurang berterima karena istilah ‟disease‟ biasanya digunakan untuk penyakit yang diidap oleh manusia, sedangkan untuk tumbuhan digunakan ‟pest‟. Kesalahan pemilihan kata ini adalah termasuk dalam aspek ‟content word‟. Ketidaktepatan pada aspek ‟content word‟ juga ditemukan pada frasa nomina ‟sentra produksi‟ yang dipadankan dengan ‟main shallot fields‟, dan bukan ‟production centre‟. (2) Grammatical Equivalence: Ketidaktepatan dalam pencarian padanan juga terjadi pada aspek gramatikal dimana frasa nomina ‟Salah satu penyakit penting pada bawang merah yang menimbulkan banyak kerugian di beberapa sentra produksi‟ seharusnya diterjemahkan menjadi satu frasa, namun diterjemahkan menjadi satu kalimat dan frasa nomina. Kesalahan ini termasuk dalam klasifikasi ’modification’ dari aspek sintaksisnya. Kesalahan dari aspek sintaksis lain juga dijumpai pada kalimat berikut ini: Tsu: Industri gula Indonesia sudah berlangsung sejak lebih dari satu abad yang lalu. Tsa: Sugar industry in Indonesia have existed since a century ago. *Penjelasan: Kata ‟have‟ seharusnya ‟has‟ karena subjek dalam kalimat commit to user tersebut berbentuk tunggal (singular), sedangkan ‟have‟ seharusnya untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
jamak / lebih dari satu (plural) atau untuk orang pertama dan kedua tunggal (I,You). 1) Padanan Tekstual (Textual Equivalence: Cohesion) Kesulitan dari aspek padanan tekstual (kohesi dan koherensi teks) dapat dijumpai baik penulis asli maupun penerjemah. Hal ini terjadi terutama jika penulis maupun penerjemah tidak memiliki kemampuan dan rasa bahasa yang cukup kuat. Apabila hal ini terjadi maka dapat dipastikan berpengaruh pada penulisan dan penyusunan teks Bsu maupun terjemahan yang dihasilkan. Hal ini dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya perubahan teks terjemahan yang dihasilkan tersebut menjadi lebih baik atau justru yang terjadi malah sebaliknya. Aspek kohesi dan koherensi merupakan hal penting yang harus dipenuhi demi kesempurnaan dan keutuhan suatu teks seperti teks abstrak. Sebagaimana dikatakan oleh Owen D Williamson (2007: 3) bahwa kohesi dan koherensi merupakan salah satu aspek yang harus dipenuhi untuk mencapai keutuhan dan kesempurnaan teks abstrak. Dalam tulisannya Williamson mengemukakan bahwa teks abstrak seharusnya tersusun atas: a) Pendahuluan (motivation / introduction), yaitu pentingnya penelitian dilakukan; b) Tujuan (aims / goal / objective), yang dinyatakan dalam rumusan masalah); c) Metode / metodologi (methods / approach), d) Hasil temuan dan pembahasan (results / discussion); e) Kesimpulan dan implikasinya terhadap hasil temuan (conclusion), dan f) Koherensi teks (coherence of the text). Selanjutnya juga dijelaskan bahwa teks abstrak seharusnya memiliki batasan kata sedikitnya 200 kata, dan sebanyak-banyaknya 550 kata. Kohesi (cohesion) adalah keterkaitan secara semantis antara unsur kebahasaan yang ada dalam suatu kalimat atau teks dengan unsur lain yang saling berhubungan erat dan merupakan pengganti atau penjelas terhadap unsur yang ada dalam teks tersebut. Sebagaimana dikatakan oleh Halliday dan Ruqaiya Hasan (1976: 8): ‟Cohesion is a semantic relation between an user element that is crucial to the element in the text andcommit some to other
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
interpretation of it‟. Pendapat yang hampir sama dan lebih spesifik juga dikemukakan oleh Baker (1991: 180): ‟Cohesion is the network of lexical, grammatical, and other relations which provide links between various parts of a text‟. Berdasarkan pernyataan diatas maka seorang penulis harus memahami betul tentang unsur-unsur kebahasaan yang saling mengikat tersebut dalam menyusun kata-kata yang akan dibentuk menjadi suatu rangkaian kalimat maupun teks sehingga pembaca dapat menangkap dengan jelas pesan yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Selanjutnya secara lebih rinci Halliday and Hasan dalam Baker (1991) mengemukakan bahwa dalam bahasa Inggris terdapat lima (5) alat kohesi utama, yaitu: reference, substitution, ellipsis, conjunction, and lexical cohesion. Sementara itu Mc. Carthy (1991) membedakan kohesi ini menjadi dua macam saja, yaitu lexical cohesion and grammatical cohesion, namun secara umum memiliki uraian yang kurang lebih sama. (a) Kohesi Lexical(Lexical Cohesion), yaitu keterkaitan antara unsur kebahasaan, yang berupa kata, frasa maupun kata pengganti yang memberikan penjelasan atau menggantikan kata atau frasa yang telah disebutkan sebelumnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Baker (1991: 202): ‟Lexical cohesion refers to the role played by the selection of vocabulary in organizing relations within a text‟. Selanjutnya Cutting (2002: 13) mengatakan bahwa lexical cohesion dapat dibedakan menjadi empat (4) macam, yaitu: repetition, synonyms, superordinates, and general words. (1) Pengulangan (Repetition),adalah pengulangan kata atau frasa yang sama dalam suatu kalimat atau teks. Sementara itu substitusi dan elipsis pada grammatical cohesion justru menghindari pengulangan tersebut. Repetition sering kita jumpai dalam karya-karya sastra atau seni seperti commit to user pada syair-syair lagu, cerita pendek dan puisi. Hal ini dilakukan penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
mungkin untuk mempertahankan keindahan bahasa, gaya penulisan, maupun memberi penekanan-penekanan tertentu pada kata maupun frasa yang diulangi tersebut karena dianggapnya memiliki pesan atau makna khusus. Sebagaimana dikatakan oleh Cutting (2002): ‟Substitution and ellipsis avoid repetition; lexical repetition exploits it for stylistic effect, and the repetition contributed to the cynicism‟. 1.1. ”The child put the pale chrysanthemums to her lips, murming: ‟Don‟t they smell beautiful!‟ Her mother gave a short laugh. ‟No‟, she said, ‟ not to me. It was chrysanthemums when I married him, and chrysanthemums when you were born, and the first time they
ever
brought
chrysanthemums
in
him his
home
drunk,
button-hole‟‟.
he‟d (Ditulis
got oleh
brown D.H.
Lawrence‟s short story ‟Odour of Chrysanthemums‟ dalam Cutting (2002: 13). (2) Synonyms: Untuk menghindari pengulangan kata maupun frasa yang persis sama, penulis atau penutur dapat menggunakan kata maupun frasa lain yang memiliki makna yang hampir sama, yaitu sinonim atau persamaan makna. 2.1. ‟At some75 cm across and capable of cracking open a coconut shell with its formidable claws, the land-dwelling coconut crab is your beach lounger‟s worst nightmare. Fortunately for the sunbather, the world‟s largest terrestrial arthropod has seemingly always been confined to tropical islands across the Pacific and Indian oceans‟. Penjelasan: Frasa the land-dwelling coconut crab dan the world‟s largest terrestrial arthropod ke duanya mengacu pada binatang yang sama, seperti halnya pada frasa ‟ your beach lounger dan the sunbather‟ mengacu orang commit to user yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
(3) Superordinates; Yaitu memberikan penjelasan atau menggantikan kata yang telah disebutkan sebelumnya dengan menggunakan kata lain yang lebih bersifat umum, misalnya: mawar, anggrek menjadi bunga; garuda, kasuari menjadi burung; kuda, singa, gajah menjadi binatang; dst. 3.1.‟ The candle-light glittered on the lustre-glasses, on the two vases that held some of the pink chrysanthemums, and on the dark mahogany. There was a cold, deathly smell of chrysanthemums in the room. Elisabeth stood looking at the flowers‟. (4) Kata-kata umum (General Words);Lexical cohesion jenis ini adalah berupa kata-kata benda umum, seperti: ‟thing, stuff, place, person, woman, and man; atau kata-kata kerja umum, seperti: ‟do and happen‟. 4.1. In the following, Peter, a 49- year old chemist, uses the general noun ‟place‟ to refer back either to ‟the poly‟ or to ‟the city”; and so he went off to Wolverhampton Poly which he selected for, you know , all the usual reasons, reasonable place, reasonable course, a reasonable this a reasonable that t-term to do computer science which of course all the kids want to do now ermtwentieth centu-no it isn‟t it‟s a sort of nineteen eighties version of wantin to be an ingine driver‟. Sehubungan dengan uraian diatas, tidak semua aspek lexical cohesion dapat diterapkan dalam semua jenis teks, misalnya synonyms dan superordinates tidak dapat diimplementasikan dalam teks-teks tertentu seperti bidang-bidang teknik dan tulisan ilmiah lainnya dimana kata-kata kunci tidak dapat digantikan dengan menggunakan istilah-istilah yang lebih umum. Sebagaimana dikemukakan oleh Cutting (2002: 15) : ‟Lexical cohesion varies from genre to genre. Synonyms and superordinates are unsuitable for some types of text, such as technical or scientific ones where key words cannot be substituted for other more general terms without precise meaning being lost‟. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
(b)
Kohesi
Gramatikal
(Grammatical Cohesion),
adalah unsur
kebahasaan, misalnya kata ganti atau kata fungsi yang digunakan untuk menggantikan unsur kebahasaan yang sama yang telah disebutkan sebelum atau sesudahnya. Sebagaimana dikatakan oleh Cutting (2002: 9) : ‟When a referring expression links with another expression within the co-text, we say that it is cohesive with the previous mention of the referent in the text. This is part of what is known as grammatical cohesion‟. Selanjutnya
Brown
and
Yule
dalam
Mc.
Carthy
(1991:
35)
mengelompokkan bentuk kohesi gramatikal ini menjadi empat (4) macam, yaitu: ‟reference or co-reference, substitution, ellipsis, and conjunction‟. Berikut ini adalah contoh-contoh teks yang mengandung aspek kohesi gramatikal seperti ‟reference, substitution, ellipsis, dan conjunction‟: (1) Reference: Aspek-aspek yang termasuk dalam referensi ini adalah: Personal pronouns (I, she, we, him, they, me, your, our, etc); Demonstrative pronouns, (this, that, those, these); Article ‟the‟; and items like ‟such a‟. Contoh: 1.1‟The schoolmaster was leaving the village, and everybody seemed sorry. The miller at Cresscombe lent him the small white tilted cart and horse to carry his goods to the city of his destination, about twenty miles off, such a vehicle proving of quite sufficient size for the departing teacher‟s effects. (Mc. Carthy, 1991: 35). * Penjelasan:Kata-kata yang dicetak tebal berfungsi sebagai ‟reference‟ dari teks tersebut sehingga menjadikannya koheren. Kata ‟him‟ mengacu pada kata ‟the schoolmaster‟ yang telah ditulis sebelumnya. His mereferensi pada the schoolmaster‟s, dan ‟such a‟ mereferensi pada kata commit to user ‟cart‟. Sedangkan kata ‟the‟ pada ‟the schoolmaster‟ dan ‟the village‟
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
merupakan ‟definite article‟ yang biasanya digunakan untuk menunjukkan kekhususan atau mereferensi kata yang sama yang telah disebutkan sebelumnya. 1.2 ‟We have been established by an Act of Parliament as an independent body to eliminate discrimination against disabled people and to secure equal opportunities for them. To achieve this, we have set ourselves the goal of: A society where all disabled people can participate fully as equal citizens‟. (The Disability Rights Comission leaflet, dalam Cutting, 2002: 9). Penjelasan : Kata ganti ‟them‟ mereferensi kata benda atau objek yang sama yaitu ‟desabled people‟. Selain itu kohesi gramatikal (grammatical cohesion) juga ditemukan pada frasa ‟to achieve this‟, dimana kata ganti penunjuk ‟this‟ merupakan kohesi dari frasa nomina the aim of eliminating ‟discrimination against disabled people and securing equal opportunities for them‟. Dengan demikian jika teks di atas ditulis secara lengkap tanpa menggunakan kohesi gramatikal akan menjadi: ‟We have been established by an Act of Parliament as an independent body to eliminate discrimination against disabled people and to secure equal opportunities for disabled people. To achieve the aim of eliminating discrimination against disabled people and securing equal opportunities for disabled people, we have set ourselves the goal of: ‟A society where all disabled people can participate fully as equal citizens‟. (2) Substitution: ‟Little boxes on the hillside, Little boxes made of ticky-tacky, Little boxes, little boxes, Little boxes, all the same. commit to user There‟s a green one and a pink one
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
And a blue one and a yellow one And they‟re all made out of ticky-tacky And they all look just the same (Ditulis oleh Reynolds dalam Cutting, 2002: 11). Penjelasan: Kata one pada frasa-frasa nomina seperti: ‟a green one, a pink one, a blue one, dan a yellow one‟ merupakan pengganti atau noun substitute dari kata ‟box‟ yang berjumlah satu (tunggal). Sedangkan jika benda yang digantikan itu lebih dari satu (jamak) maka kata penggantinya adalah ‟ones‟. Oleh karena itu pada baris ke dua ‟ Little boxes, little boxes made of ticky-tacky‟ semestinya diganti dengan ‟little ones‟, namun tidak dilakukan oleh penulisnya. Hal ini mungkin dengan pertimbangan untuk menyesuaikan nada, lirik, gaya, atau pertimbangan lainnya. (3) Ellipsis; yaitu menghilangkan dan atau menggantikan kata atau frasa dalam suatu kalimat karena telah disebutkan sebelumnya sebagai upaya untuk
menghindari
pengulangan
kata
maupun
frasa
yang
sama.Sebagaimana definisi yang dikemukakan oleh Crystal (1991: 120) dalam A Dictionary of Linguistics and Phonetics:‟Ellipsis is a term used in grammatical analysis to refer to a sentence where, for
reasons of
economy, emphasis or style, a part of the structure has been omitted, which is recoverable from a scrutiny of the context‟. Selanjutnya Mc Carthy (1991: 43) mengatakan bahwa ‟ellipsis‟ dapat dibedakan menjadi tiga (3) macam, yaitu: nominal, verbal, and clausal, seperti pada contoh-contoh berikut ini: 3.1. My wife likes the blue tiles; myself I prefer the green‟ (nominal) 3.2. Q : Will anyone be waiting? R : Jim will, I should think (verbal) commit to user 3.3. Q : Has she got married?
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
R : No, but she will one day, I‟m sure. (clausal) 3.4. Q: Should any one have been told? R: John should / should have / should have been (Mc. Carthy, 1991: 43-44) 3.5. ‟He‟s afraid of you‟, Yossarian said. ‟He‟s afraid you‟re going to die of pneumonia‟. ‟He‟d better be afraid‟, Chief White Halfoat said. A deep low laugh rumbled through his masive chest. ‟I will, too, the first chance I get. You just wait and see‟. (Ditulis oleh Heller dalam Cutting, 2002: 12) Penjelasan: Kalimat pada ‟I will, too‟ di atas adalah contoh ‟ellipsis‟. Penulis sengaja menghilangkan sebagian kalimat yang berupa nomina, verba, maupun klausa karena menganggapnya tidak perlu, dan pembaca pun diharapkan sudah memahami meskipun ada bagian kalimat yang dihilangkan. Seperti halnya pada penggunaan ‟substitution maupun reference‟ yang telah dibahas sebelumnya, maka hal ini dilakukan untuk menghindari pengulangan kata maupun frasa yang dianggapnya tidak perlu ditulis lagi karena sudah jelas. 3.6. ‟My wife likes movies, and I do (‟do‟ menggantikan frasa ‟likes movies‟ 3.7. Q : ‟I‟ll have two poached eggs on toast, please‟ R : ‟I‟ll have the same‟. eggs on
(‟the same‟ menggantikan ‟two poached
toast). Dicontohkan oleh Baker (1991: 187).
Berikut ini adalah contoh kalimat yang memiliki dua aspek sekaligus, yaitu ellipsis dan substitusi: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
3.8.The children will carry the small boxes, the edults the large ones‟ or ‟The the small boxes, the adults will carry the large ones‟. (4) Kata Penghubung (Conjunction ) Yang dimaksud dengan kata penghubung dalam tata bahasa adalah kata
atau
sekumpulan
kata
atau
frasa
yang
digunakan
untuk
menghubungkan dua kata atau lebih atau dua kalimat yang memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya. Sebagaimana dikatakan oleh Crystal (1990: 73) dalam definisinya: ‟Conjunction or conjunct is a term used in the grammatical classification of words to refer to an item or a process whose primary function is to connect words or other constructions‟. Secara umum kata penghubung dapat dibedakan menjadi dua (2) macam, yaitu: ‟Co-ordinating Conjunctions (e.g. and, but, or) and Subordinating Conjunctions (e.g. because, when, unless, however, moreover, indeed). Sehubungan dengan kata penghubung ini Halliday dan Hassan (1976: 242) mengelompokkan kata penghubung bahasa Inggris menjadi empat (4) kategori utama, yaitu: Additive (e.g. and, in addition); Adversative (e.g. but, however); Causal (e.g. because, consequently); and Temporal (e.g. then, subsequently). Dari ke empat kategori tersebut selanjutnya Halliday dan Hassan memecahnya menjadi bagian-bagian yang lebih rinci lagi seperti berikut ini: (a) Additive: Kata penghubung jenis ini masih dibagi lagi menjadi: 1) Additive Simple; (a) Additive: and, and also; (b) Negative: nor, and... not; (c) Alternative: or or else.2) Complex Emphatic; (a). Additive: furthermore, in addition, besides; (b) Alternative:alternatively; (3) Complex de-emphatic: incidentally, by the way.c) Apposition; 1. Expository: this is, I mean, in after words; 2. Exemplificatory: for commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
instance, thus.d) Comparison; 1. Similar: likewise, similarly, in the same way; 2. Disimilar: on the other hand, by contrast. (2) Adversative: Kata penghubung yang termasuk dalam kelompok ini meliputi: a) Adversative ‟Proper‟, diantaranya: 1. Simple: yet, though, only; 2. Containing ‟and‟: but; 3. Emphatic: however, nevertheless, despite this. b) Contrastive; 1. Avowal: in fact, actually, as a matter of fact; 2. Contrastive External: Simple: but, and; Emphatic: however, on the other hand, at the same time. c) Correction; 1. Of meaning: instead, rather, on the contrary; 2. Of wording: at least, rather, I mean. d) Dismissal; 1. Closed: in any case, in either case, whichever way it is; 2. Open-ended: in any case, anyhow, at any rate, however it is. (3) Causal: Jenis kata penghubung ini terdiri atas: a. General diantaranya: 1. Simple: so, then, hence, therefore; 2. Emphatic: consequently, because of this; b. Specific causal, meliputi: 1. Reason: for this reason, on account of this; 2. Result: as a result, in consequence; 3. Purpose: for this purpose, with this in mind. 2) Reversed causal, mencakup: a. Simple: for, because; b. Causal, specific: 1. Reason: it follows, on this basis; 2. Result: arising out of this; 3. Purpose: to this end. c) Conditional (also external); 1. Simple: then; 2. Emphatic: in that case, in such an event, that being so; c. Generalized: under the circumstances; d. Reversed polarity: otherwise, under other circumstances. d) Respective; 1. Direct: in this respect, in this regard, with reference to this; 2. Reversed polarity: otherwise, in other respects, aside from this. (4) Temporal: Ragam kata penghubung ini antara lain: a) Temporal simple (external only); 1. Sequencial: then, next, after that; 2) Simultaneous: just then, at the same time; 3. Preceding: previously, before that; 4. Conclusive; Simple: finally, at last; e. Correlative forms; Sequencial: first..... then; Conclusive: at first....in the end. b) Complex (external only); 1. Immediate: at once, thereupon; 2. Interrupted: soon, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
after a time; 3. Repetitive: next time, on another occasion; 4. Specific: next day, an hour later; 5. Durative: meanwhile; 6. Terminal: until then; 7. Punctiliar: at this moment. c) Internal temporal; 1. Sequential: then, next, secondly; 2. Conclusive: finally, in conclusion; 3. Correlative forms; Sequencial: first....next; Conclusive: .....finally. d) ’Here and now’; 1. Past: up to now, hitherto; 2. Present: at this point, here; 3. Future: from now on, henceforward; 4. Summary; Summarizing: to sum up, in short, briefly; Resumptive: to resume, to return to the point. Selanjutnya Winter dalam Mc. Carthy (1991: 47) menambahkan bahwa ada empat cara untuk mengungkapkan ‟Causal
(Cause-
consequence relation), yaitu: a) ‟Single word conjunction (e.g. He was insensitive to the group‟s needs. Consequently there was a lot of bad feeling)‟. b) Adverbial phrase as conjunction. (e.g. He was insensitive to the group‟s. As a consequence there was a lot of bad feeling)‟. c) Adverbial phrase plus nominalisation. (e.g. As a consequence of his insensitivity to the group‟s needs, there was a lot of bad feeling)‟. d) Lexical item within the predicate of the clause. (e.g. The bad feeling was a consequence of his insensitivity to the group‟s needs)‟. Sementara itu Mona Baker (1991: 191) mengatakan bahwa kata penghubung tidak hanya dapat diklasifikasikan menjadi empat macam saja sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Halliday dan Hasan di atas, namun mengelompokkannya menjadi lima (5) dengan rincian sebagai berikut: (1) Additive: (e.g. and, or, also, in addition, furthermore,
besides,
similarly, likewise, by contrast, for instance); (2) Adversative: (e.g. but, yet, however, instead, on the other hand, nevertheless, at any rate, as a matter of fact); commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
(3) Causal: (e.g. so, consequently, it follows, for, because, under the circumstances, for this reason) (4) Temporal: (first, second, and third, next, then, after that, afterwards, on another occasion, in conclusion, an hour later, finally, at last) (5) Continuatives: (e.g. now, of course, well, anyway, surely, after all). Berdasarkan uraian di atas terkait dengan kohesi teks (lexical and grammatical cohesion) maka untuk mempermudah pemahamannya Joan Cutting (2002: 13) menggambarkannya seperti dalam diagram di bawah ini: Cohesion
Grammatical
Reference
Substitution
Repetition
Lexical
Ellipsis
Synonym
Conjunction
Super ordinates
General Words
Gambar 2: Kohesi Teks, menurut Cutting (2002: 13) Gambar 3 (tiga) diatas menunjukkan bahwa penanda kohesi terdiri atas 2 (dua) macam, yaitu kohesi gramatikal, dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian / konjungsi (conjunction). Sementara itu kohesi leksikal dapat dibagi menjadi 4 (empat), yaitu pengulangan bentuk kata (repetition), sinonim, super ordinat, dan kata umum (general words), (Baker, 1992: 202, dan Halliday dan Hassan, 1983) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
4) Padanan Pragmatik (Pragmatic Equivalence: Coherence) Kata ‟coherence‟ (Inggris) atau koherensi (dalam bahasa Indonesia) adalah keutuhan suatu teks karena adanya jalinan atau hubungan yang saling mengikat antara aspek kebahasaan yang satu dengan yang lainnya sehingga terbentuklah suatu teks utuh yang memiliki makna. Sebagaimana dikatakan oleh Steven (1988: 153) bahwa: ‟Coherence refers to how a discourse hangs together, makes sense, or is meaningful‟. Sementara itu Baker (1991: 218) mengatakan bahwa: ‟Coherence is a network of relations which organize and create a text‟. Selanjutnya Newmark (1988: 59) mengatakan bahwa kalimat-kalimat pada suatu teks dikatakan memiliki koherensi yang baik jika penulis menggunakan referensi leksikal maupun pronominal yang tepat berdasarkan alur atau urutan peristiwa / kejadiannya. ‟Sentences cohere through the use of referential synonyms, which may be lexical, pronominal or general‟. Berdasarkan beberapa pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa coherence (Inggris), atau koherensi (dalam bahasa Indonesia) yaitu keterikatan hubungan antara unsur-unsur kebahasaan yang ada dalam satu kalimat, atau keterikatan hubungan antara kalimat satu dengan yang lainnya dalam satu paragraph, atau yang lebih panjang lagi adalah keterikatan hubungan antara paragraf yang satu dengan paragraf lainnya dalam suatu teks yang dilengkapi dengan penanda-penanda kohesif tertentu (cohesive markers) yang saling menopang satu dengan lainnya sehingga terbentuklah kesatuan makna yang utuh yaitu teks. Dengan demikian maka penanda-penanda kohesi (cohesive markers) tertentu akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan koherensi suatu teks yang tentu saja sangat diperlukan untuk mengetahui keruntutan kejadian atau kebermaknaan suatu teks yang diungkapkan oleh penulisnya, sekaligus menjaga keutuhan makna teks yang disajikan. Oleh karena itu sebagai landasan utama dalam memahami suatu teks tertentu, seorang pembaca commit to user harus memiliki kemampuan dasar yaitu background knowledge of the
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
world (skemata) sehubungan dengan memahami makna atau arti setiap pesan yang disampaikan oleh penulisnya baik dari aspek gramatikal maupun leksikalnya. Sebagaimana dikatakan oleh Brown and Yule (1983: 223): ‟We certainly rely on the syntactic structure and lexical items used in a linguistic message to arrive at an interpretation‟. Namun demikian, koherensi suatu teks (terutama dalam teks lisan atau percakapan), teks tidak harus dilengkapi dengan penanda-penanda kohesi tertentu sebagaimana dikemukakan oleh Mona Baker tersebut. Begitu pula sebaliknya, dengan keberadaan penanda-penanda kohesif tertentu juga tidak menjamin bahwa teks tersebut memiliki koherensi yang baik. Brown and Yule (1993: 224) mengatakan bahwa: ‟We also rely on some principle that, although there may be no formal linguistic links connecting contiguous linguistic strings, the fact of their contiguity leads us to interpret them as connected. Yet, the assumption of coherence will only produce one particular interpretation in which the elements of the message are seen to be connected, with or without overt linguistic connections between those elements‟. Selanjutnya Labov dalam Brown and Yule (1983: 226) mengatakan bahwa: ‟The recognition of coherence or incoherence in conversational sequences is not based on a relationship between utterences, but between the actions performed with those utterences‟. Hal ini dicontohkan pada dialog pendek berikut ini: 1) Q: What time is it? R: Well, the postman‟s been already‟ Secara gramatikal kalimat pertanyaan ‟What time is it?‟ semestinya dijawab dengan menggunakan penanda kohesi ‟it‟ yang kemudian diikuti dengan penunjuk waktu, misalnya: It‟s 7 p.m; It‟s half past twelve ; dsb. to kurang user atau bahkan tidak tepat karena Dengan demikian jawabancommit tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
selain tidak didukung adanya penanda kohesi, jawaban tersebut sepertinya tidak nyambung. Namun demikian, jika teks tersebut kita perhatikan secara lebih cermat dan kita pahami berdasarkan konteksnya maka jawaban tersebut cukup berterima, dan bahkan bisa jadi sangat beragam. Variasi jawaban lain seperti misalnya: ‟Where are you going?; But you have just arrived; Do you have some other thing to accomplish?‟; dsb. Oleh karena itu pada konteks di atas dapat diinterpretasikan bahwa antara Q dan R ke duanya sudah saling mengetahui tentang jadwal atau kebiasaan tukang pos lewat, sehingga R menganggap bahwa Q sudah dapat menangkap kira-kira jam berapa yang dimaksud ketika tukang pos sudah lewat. Selanjutnya adalah contoh teks yang ditulis oleh Baker (1991: 218219) , yaitu teks yang dilengkapi dengan penanda-penanda kohesi tertentu namun tidak memiliki koherensi yang baik: 2) ‟I bought a Ford. The car in which President Wilson rode down the Champs Elysees was black. Black English has been widely disweek has seven days. Every day I feed my cat. Cats have four legs. The cat is on the mat. Mat has three letters‟. Penjelasan: Teks di atas dianggap tidak memiliki koherensi yang baik karena antara kalimat yang satu dengan lainnya tidak memiliki hubungan semantik yang kuat meskipun dilengkapi dengan penanda-penanda kohesif. Penanda-penanda kohesif itu adalah:
kata ‟the car‟ yang
menggantikan ‟a Ford‟; Kata ‟black‟ dengan ‟black English‟;
‟cat‟
dengan ‟cats‟; dan ‟mat‟ dengan ‟the mat‟. Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan penanda-penanda kohesif akan sangat membantu dalam menginterpretasikan suatu teks jika penandapenanda tersebut merefleksikan adanya hubungan konseptual yang masuk commit to user akal dan berterima. Oleh karena itu sebenarnya dengan keberadaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
penanda-penanda
kohesif
sangat
bermanfaat
untuk
mengantarkan
pembacanya dalam menginterpretasi pesan suatu teks berdasarkan hubungan semantiknya. Namun demikian dengan keberadaan penandapenanda kohesi juga tidak menjamin bahwa teks tersebut dikategorikan memiliki koherensi yang baik sebagaimana yang dicontohkan di atas. Dengan kata lain koherensi teks adalah keterbacaan suatu teks oleh pembaca atau pendengar secara pragmatis terhadap isi pesan yang ingin disampaikan oleh penulis maupun pembicara baik pesan itu disampaikan secara eksplisit maupun implisit, dengan maupun tanpa penanda kohesif tertentu. Adapun hal yang membedakan antara kohesi dan koherensi adalah bahwasanya dalam kohesi, keeratan hubungan antara unsur-unsur kebahasaan yang terkait tersebut tampak dalam teks karena adanya penanda-penanda kohesi. Kohesi merupakan pengungkapan secara eksplisit dari hubungan koherensi, yaitu sebagai alat
untuk menentukan
hubungan konseptual sehingga teks tersebut memiliki makna. Sementara itu koherensi adalah bagaimana penanda-penanda kohesi tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya untuk mendapatkan makna teks yang utuh. Namun demikian koherensi akan sangat ditentukan oleh kemampuan bagaimana pembaca memahami keterikatan penanda-penanda kohesi yang ada dalam teks tersebut. Koherensi suatu teks adalah hasil dari interaksi antara pengetahuan yang tersaji dalam teks, pengetahuan pembaca, dan skemata yang dimilikinya. Oleh karena itu usia, pengalaman, pendidikan, lingkungan seseorang dimana ia bertempat tinggal akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan memahami kohesi dan koherensi teks ini. Misalnya, kata penghubung ‟therefore‟ yang digunakan untuk mengungkapkan sebuah alasan atau konsekuensi. Jika seorang pembaca tidak mengetahui benar hubungan semantik terhadap kata penghubung ‟therefore‟ yang digunakan untuk menghubungkan kalimat sebelum dan sesudahnya maka ia tidakcommit akan mampu to user memaknai atau menerjemahkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
teks tersebut dengan benar. Hal yang demikian ini dikatakan bahwa teks tersebut tidak memiliki koherensi yang baik untuk pembaca yang bersangkutan. Bagaimanapun juga dengan adanya penanda-penanda kohesi belum tentu teks tersebut memiliki koherensi yang baik. Oleh karena itu setiap penanda kohesi seharusnya merefleksikan hubungan konsep yang bermakna, mudah dimengerti, dan masuk akal. Perbedaan antara koherensi dan kohesi tersebut secara ringkas dikemukakan oleh Baker (1991: 218): ‟Cohesion is the network of surface relations which links words and expressions to other words and expressions in a text, and coherence is the network of conceptual relations which underlie the surface text. In the case of cohesion, stretches of language are connected to each other by virtue of lexical and grammatical dependencies. In the case of coherence, they are connected by virtue of conceptual or meaning dependencies as perceived by language users‟. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa kohesi adalah keterikatan antara kata, frasa, klausa, maupun kalimat satu dengan lainnnya yang ditandai dengan adanya penanda kohesi. Penanda kohesi inilah yang befungsi untuk merekatkan antara kata, frasa, klausa maupun kalimat dengan lainnya. Hal ini ditandai dengan adanya kesesuaian dalam menggunakan kata ganti, kata penghubung, dan lain sebagainya dalam setiap kalimat yang ditulisnya. Sedangkan koherensi adalah keutuhan suatu teks atau wacana karena adanya kesesuaian dan ketepatan penulis dalam menggunakan penanda kohesi dalam setiap kalimat yang dibuatnya. 5) Kesulitan lain adalah belum adanya pedoman khusus atau pembakuan tentang penyusunan struktur abstrak yang benar sebagaimana disarankan oleh Owen D Williamson. Hal inilah yang seringkali menyebabkan teks abstrak kurang atau bahkan tidak memenuhi standar penulisan abstrak sebagaimana mestinya. Salah satu penyebabnya adalah kurang atau tidak terpenuhinya aspek koherensi teks ini. Sebagaimana kita commit to user ketahui bahwa diantara keenam aspek struktur abstrak yang harus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
dipenuhi, aspek koherensi teks lah yang seringkali tidak banyak mendapat perhatian baik penulis Bsu maupun penerjemahnya. Hal ini tentu saja dapat berpengaruh terhadap keutuhan atau keterpaduan (unity) teks yang dihasilkan. 6) Seorang penerjemah abstrak seringkali belum atau tidak mengetahui
ciri-ciri
kebahasaan
(language
features)
yang
harus
dipergunakan dalam penulisan maupun menerjemahkan teks abstrak. Karena Abstrak termasuk jenis teks „Explanation‟, maka ciri-ciri kebahasaan (language features) nya adalah: „simple present tense, simple past, action verbs, kalimat pasif (passive voice), frasa nomina (noun phrase), frasa adverbia (adverbial phrase), istilah-istilah teknis / khusus (technical terms), nomina umum dan abstrak (general and abstract nouns), dan dalam penggunaan kata sambung / penghubung yang tepat (conjunction of time and-effect). 7) Sebelum menerjemahkan, seorang penrjemah tidak selalu melakukan pengecekan ulang atau berdiskusi dengan penulis teks abstrak tentang pesan teks yang ingin disampaikan. Hal ini mengakibatkan hasil terjemahan tidak sesuai dengan pesan yang ada dalam teks asli, terutama jika terdapat kesalahan atau ketidakjelasan Tsu nya. Apabila tidak dilakukan, terjemahan yang dihasilkan bisa menjadi lebih baik (kalau penerjemahnya benar-benar professional di bidangnya) atau bahkan sebaliknya, jika penerjemahnya mengerjakannya asal-asalan. 11. Penerjemahan Teks Ilmiah Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa abstrak adalah ringkasan singkat atau inti sari tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan maupun akademisi yang dilakukan secara ilmiah yang diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan oleh peneliti lain serta dapat diimplementasikan
untuk
kepentingan masyarakat banyak. Dengan commit to user pertimbangan tersebut maka diharapkan teks abstrak hasil terjemahan dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
bahasa Inggris
yang ditulis oleh para mahasiswa S.3 harus komunikatif,
artinya teks tersebut harus dapat dipahami secara menyeluruh sebagaimana teks aslinya. K. Saedi (1997: 185) mengatakan bahwa berdasarkan pemahaman makna linguistic di era modern ini, teks yang dikatakan lebih dari sekedar kalimat, yaitu satuan unit komunikasi, yang mengorganisir makna dalam bentuk komunikasi verbal maupun tekstual/tulis: ‟According to modern trends in linguistics, a text rather than a sentence is the unit of communication, and communication and negotiation of meanings in human verbal transactions is achieved within the framework of a text‟. Menurut Phillips dalam Hertanto (1994: 3),
teks dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu teks bahasa umum, teks bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi, dan teks bahasa sastra dan puisi. Berdasarkan fungsinya, teksteks tersebut bisa dikelompokkan ke dalam bentuk exspressive, informative, dan vocative. Karena abstrak merupakan intisari dari sebuah laporan hasil penelitian yang diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan oleh peneliti lain maka abstrak dikategorikan sebagai teks informatif seperti yang dikemukakan oleh Reiss (2007: 105). Oleh karena itu abstrak juga dikategorikan sebagai reference book, karena abstrak dibuat setelah melakukan penelitian dan melalui proses analisis data. Sementara itu untuk melakukan penelitian dan analisis data, peneliti memerlukan berbagai macam buku acuan. Sedangkan „report‟, karena abstrak merupakan produk akhir dari sebuah penelitian yang kemudian ditulis agar dapat dibaca oleh orang lain yang memerlukannya. Sementara itu Werlich dalam G. Emery (1991: 1) mengatakan bahwa teks dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu deskripsi (description),
narasi
(narration),
exposisi
(exposition),
argumentasi
(argumentation), dan instruksi (instruction). Sedangkan Hatim (ibid) mengatakan bahwa dari kelima jenis teks tersebut dipersempit hanya menjadi tiga jenis teks saja. Deskripsi, narasi, dan exposisi digabung menjadi satu, yaitu „expository‟. Sehubungan dengan sejumlah pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa suatu teks pada dasarnya memiliki kesamaan fungsi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
yaitu ungkapan atau pernyataan seorang penulis yang disampaikan dalam bentuk tulisan untuk diketahui oleh orang lain setelah membaca informasi yang ditulisnya. Dengan demikian abstrak termasuk dalam kategori teks campuran, yaitu eksposisi dan argumentasi. Eksposisi karena informasi yang di kemukakannya bersumber dari gagasan, eksperimen, dan pengalaman yang kemudian diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk diketahui oleh orang lain. Sedangkan argumentasi, karena hasil tulisan yang dibuat memungkinkan orang lain untuk memberikan komentar atau sanggahan atas paparan atau hasil temuan yang ditulisnya. Sementara itu Newmark (1982: 12) mengatakan bahwa terjemahan abstrak dikelompokkan sebagai terjemahan yang bersifat informatif, dimana fungsi teks adalah sebagai teks informasi yang digunakan sebagai acuan oleh para penulis, peneliti, atau pembaca lain. Oleh karena itu diharapkan setiap abstrak berbahasa Inggris (hasil terjemahan), baik itu yang ditulis dalam skripsi (S.1), thesis (S.2), maupun disertasi (S.3) seharusnya dibuat sedemikian rupa sehingga pesan yang disampaikan tidak menyimpang, dan dapat dipahami pembaca dengan baik. Sehubungan
dengan
pernyataan
diatas
maka
seiring
dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian pesat dua dekade belakangan ini maka bahasa yang merupakan alat komunikasi utama menjadi sangat penting artinya. Oleh karena itu tak dapat dipungkiri lagi bahwa kata-kata maupun istilah baru yang digunakan sebagai instrumen utama dalam melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulis terus mengalami perkembangan dan peningkatan secara kuantitas. Hal ini tentu saja akan semakin mempersulit para pengguna bahasa lain apabila peristilahan baru tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi tersebut. Sementara itu buku-buku teks dan berbagai hasil penelitian maupun tulisantulisan ilmiah lainnya sebagian besar juga masih ditulis dalam asing, terutama bahasa Inggris. Belum lagi kegunaan bahasa Inggris di Indonesia yang hanya commit user berfungsi sebagai bahasa asing akantosemakin mempersulit pembaca untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi yang dicapai oleh negaranegara lain di dunia apabila tidak dapat memahami teks secara keseluruhan. Hal ini tentu saja akan semakin mempersulit bagi bangsa Indonesia khususnya yang masih menyandang gelar negara sedang berkembang ini untuk mencarikan padanannya dalam bahasa Indonesia yang sesuai dengan kata-kata maupun istilah baru terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tersebut. Dengan demikian kebutuhan akan penerjemahan teks-teks ilmiah sehubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi akan semakin mengalami peningkatan. Sementara jumlah penerjemah di Indonesia yang memiliki keahlian khusus di bidang itu masih sangat terbatas. Sebagaimana dikatakan oleh Nida dalam Ali Al-Hassnawi bahwa terjemahan teks ilmiah dari satu bahasa ke bahasa lainnya: „If, however, the translation of scientific texts from one language to another participating in modern cultural development is not too difficult, it is not surprising that the converse is true that translating scientific material from a modern Indo-European language into a language largely outside the reach of Western science is extremely difficult. This is one of the really pressing problems confronting linguists in Asia today‟. Berdasarkan pernyataan di atas, yang dimaksud dengan „a modern Indo-European language‟ tentu saja bahasa Inggris, mengingat bahasa Inggris inilah yang mendominasi bahasa tulis dalam berbagai tulisan ilmiah maupun buku-buku ilmu pengetahuan lainnya di seluruh penjuru dunia. Seperti yang dikatakan oleh Al-Hassnawi (2003): „…… In pure science, for instance, 70% of the research indexed in 1970 in the Science Abstract were written in English and 30% were in Russian and other languages‟. Pernyataan ini menunjukkan bahwa sebagian besar atau sekitar 70% teks abstrak ditulis dalam bahasa Inggris karena bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa asing yang telah diakui masyarakat dunia sebagai alat komunikasi resmi, baik secara lisan maupun tertulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Hal yang sama sehubungan dengan kesulitan-kesulitan dalam penerjemahan, teks ilmiah juga dikemukakan oleh Catford (1965: 90): „In translation, the selection of an appropriate register in TL is often important. Here,if the TL has no equivalent register, untranslatability may result. One of the problems of translating scientific texts into certain languages which have recently become National languages, such as Hindi, is that of finding, or creating, an equivalent register‟. Berdasarkan pernyataan di atas, tidak lah mudah tugas seorang penerjemah dalam menjalankan tugasnya. Sehubungan dengan hal ini, untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut para linguis sepakat untuk menyusun kata-kata maupun istilah-istilah khusus tersebut yang dihimpun dalam kamuskamus khusus sesuai dengan bidang maupun keahlian masing-masing, misalnya kamus yang isinya khusus mengenai istilah-istilah di bidang ekonomi, teknik, kedokteran, hukum, bisnis dan perbankan, dan lain sebagainya. Sebenarnya bahasa yang dipergunakan dalam teks-teks ilmiah cenderung lebih sederhana bila dibandingkan dengan bahasa pada umumnya. Apalagi bila dibandingkan dengan tulisan-tulisan maupun teks yang berhubungan dengan karya sastera yang cenderung lebih panjang dan rumit meskipun pesan yang ingin disampaikan oleh penulisnya sebenarnya sangat sederhana dan sedikit. Namun karena adanya faktor kekhususan tersebut maka akibatnya sering terjadi kesalahan makna dalam mencarikan padanan yang sesuai apabila penerjemah tidak dapat membedakan antara kata atau istilah yang memiliki arti umum dan khusus. Perbedaan makna antara istilah umum dan khusus ini dapat dilihat dalam beberapa contoh kalimat berikut ini, misalnya sejumlah kata yang dipergunakan dalam istilah ekonomi dan perbankan: 1) „Pak Karyo mendapatkan banyak bunga dari hasil menabung di bank‟ dan 2) „Pak Karyo mendapatkan banyak bunga dari kebunnya‟. commit to user 3) ‟Bunga desa itu sekarang sudah dinikahi orang kaya dari kota
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Kata „bunga‟ dalam ketiga kalimat di atas tidak seharusnya mempunyai padanan yang sama yaitu „flower‟ karena pada kalimat pertama kata „bunga‟ memiliki arti khusus yang digunakan dalam istilah perbankan. Oleh karena itu padanan yang tepat untuk kata „bunga‟ pada kalimat yang pertama adalah „interest‟ yang tidak dapat disamakan dengan arti umum seperti dalam kalimat kedua yang bermakna bunga yang sesungguhnya. Sedangkan kalimat ke tiga, makna ‟bunga‟ yang dimaksud adalah ‟gadis paling cantik yang menjadi idola atau banyak diperebutkan oleh kaum lelaki‟. Begitu pula halnya pada contoh kalimat berikut ini: 1) „The bank opens six windows everyday‟ dan 2) „Mr. Robert opens six windows of his house‟
Padanan kata „windows‟ dalam kalimat pertama memiliki arti khusus, sehingga terjemahan yang tepat dalam kalimat pertama adalah „loket‟, yaitu tempat di mana petugas bank memberikan pelayanan kepada nasabah atau masyarakat umum yang ingin melakukan transaksi penyetoran maupun penarikan uangnya yang telah dia simpan sebelumnya di bank tersebut. Ciri-ciri teks ilmiah
yang membedakan dengan teks lain pada
umumnya diantaranya adalah adanya pengungkapan kebenaran fakta, seperti laporan hasil penelitian, eksperimen, hipotesa, dan sebagainya. Selain itu dalam
teks
ilmiah
yang
menjadi
prioritas
utama
adalah
pokok
permasalahannya dari pada gaya bahasanya. Yang dicari para pembaca teks ilmiah adalah pokok permasalahan atau isi pokok dari teks dan bagaimana mengimplementasikannya, dan bukannya sekadar untuk kesenangan atau hiburan semata sebagaimana dalam teks karya sastra. Yang terpenting dalam teks ilmiah adalah adanya keakuratan verbal dan kejelasan informasi yang disampaikan yang diharapkan dapat diaplikasikan dalam karya nyata yang dapat memberikan manfaat untuk kepentingan umum. Kata-kata maupun peristilahan yang dipergunakanpun dalam teks ilmiah juga berbeda dengan istilah yang digunakan dalam karya sastra maupun teks lain pada umumnya. commit to user Dalam karya sastra pada umumnya keindahan bahasa cenderung lebih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
ditonjolkan, sehingga kata-kata dan peristilahan yang digunakan dalam karya sastra lebih banyak menggunakan bentuk pengandaian, kiasan maupun metafora serta perumpamaan-perumpamaan lain yang melibatkan dengan alam sekitar. Oleh karena itu kalimat-kalimat yang digunakan dalam karya sastra cenderung lebih panjang dan kompleks. Sementara dalam menerjemahkan teks ilmiah kata-kata maupun peristilahan yang dipergunakan cenderung lebih sederhana, bebas, dan langsung pada pokok permasalahannya. Perbedaan cara menerjemahkan teks tersebut sebagaimana dikatakan oleh Al-Hassnawi (20032008: 4): „Scientific words differ from ordinary and literary words since they do not accumulate emotional associations and implications. This explains why the translation of a scientific work is supposed to be more direct, freer from alternatives, and much less artistic than the other kinds of prose. The language of scientific and technical language is characterized by impersonal style, simpler syntax, use of acronyms, and clarity‟. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek kesederhanaan dalam penerjemahan teks ilmiah lebih diutamakan karena dalam teks ilmiah lebih mementingkan pokok permasalahan yang ada dalam isi teks tersebut dari pada gaya bahasa yang dipergunakan. Aspek kebahasaan dan kesederhanaan bahasa yang dipergunakan yang membedakan antara teks ilmiah dan karya sastra juga dikemukakan oleh Day (2008: 1) yang mengatakan bahwa: „A scientific text is not a literary work and therefore, the language should not overtly complex. Scientists should avoid the use of metaphors or anything that may alter it and context of the paper. The author discusses the origins of the scientific terminology as what today, which is focused on Introduction, Methodology, Results and Discussion‟. Sehubungan dengan pernyataan di atas maka jelaslah bahwa abstrak juga termasuk sebagai salah satu tulisan atau teks ilmiah, mengingat dalam setiap abstrak dari sebuah hasil penelitian pasti mengandung unsur-unsur seperti „introduction, methodology, results, maupun discussion‟ sebagaimana yang commit to user dikemukakan oleh Day tersebut. Meskipun dikatakan bahwa teks ilmiah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
sebenarnya cenderung lebih sederhana karena biasanya hanya memfokuskan pada pokok permasalahan yang dikaji saja, namun pada kenyataannya disisi lain juga dikatakan bahwa menerjemahkan teks ilmiah sangat sulit sebagaimana yang dikatakan oleh Nida dan Catford (1965: 90) di atas. Kesulitan
lain
yang
dihadapi
oleh
seorang
penerjemah
dalam
menerjemahkan teks ilmiah yaitu karena biasanya penerjemah menerjemahkan teks dari bahasa pertama (bahasa Indonesia) ke dalam bahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan yang sangat mendasar antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Masalah lainnya adalah adanya perbedaan budaya, dimana penerjemah kurang atau bahkan tidak menguasai sama sekali tentang budaya penulis aslinya, H. Hoed ( 2003: 4). Namun demikin kesulitan dalam menerjemahkan abstrak kemungkinan besar bukan menyangkut masalah budaya penulis aslinya, namun yang terpenting adalah dalam hal penguasaan materi pokok atau bidang keilmuan yang diterjemahkannya. Oleh karena itu sebelum menerjemahkan teks ilmiah tertentu seorang penerjemah seharusnya telah memahami betul tentang pokok permasalahan yang akan diterjemahkannya, atau setidak-tidaknya dia telah membaca
buku-buku maupun referensi lain terkait supaya pada saat
menerjemahkan yang bersangkutan telah memiliki gambaran dan pemahaman yang jelas tentang teks yang diterjemahkannya. Kesulitan-kesulitan dalam menerjemahkan teks ilmiah tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi jika penerjemah memiliki sejumlah kriteria berikut ini sebagaimana yang dikemukakan oleh salah satu lembaga pendidikan ternama di London yaitu Institut Linguistik. Artikel tersebut mensyaratkan beberapa hal yang harus dikuasai oleh seorang penerjemah teks ilmiah, di antaranya memiliki: (1) Pengetahuan yang luas tentang materi teks yang akan diterjemahkannya; (2) Imajinasi yang berkembang dengan baik yang memudahkannya untuk commit to user memfisualisasikan pemahaman maupun proses yang sedang didiskripsikan;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
(3) Inteligensi yang baik untuk melengkapi atau menyempurnakan pesan sesuai dengan teks aslinya bila terjadi putusnya mata rantai (missing links in the original text; (4) Rasa bahasa / kepekaan untuk memilih kata atau istilah yang paling tepat berdasarkan makna atau pesan yang ada dalam teks maupun kamus; (5) Kemampuan berbahasa yang baik untuk mendapatkan hasil terjemahan yang ringkas, padat namun jelas dan akurat; (6) Pengalaman praktis dalam menerjemahkan bidang-bidang terkait. Dengan kata lain untuk menjadi seorang penerjemah yang handal di bidang teknis, dia haruslah seorang ilmuan atau ahli teknik, linguis, dan sekaligus penulis. 12. Contoh Format Penulisan Struktur Abstrak oleh Mahasiswa S.3 dari Sejumlah Perguruan Tinggi di Indonesia Pada bagian ini peneliti mengungkapkan beberapa hal tentang kesamaan dan perbedaan dalam penulisan abstrak maupun terjemahannya yang diambil dari sejumlah sampel abstrak disertasi dari sejumlah perguruan tinggi negeri di Indonesia, yaitu Unair Surabaya, Unibraw Malang, UGM Yogyakarta, dan IPB Bogor. Penulis menemukan bahwa format penulisan abstrak dari ke empat Perguruan Tinggi Negeri tersebut berbeda beda. Namun demikian dari ke empat perguruan tinggi tersebut, format penulisan abstrak yang sebagian besar memiliki kesamaan dan memenuhi persyaratan sebagaimana yang disyaratkan oleh sejumlah pakar tentang teori penulisan abstrak adalah Unibraw Malang dan IPB Bogor, dengan contoh format sbb: Nama peneliti; Tahun selesainya penelitian; Program Studi dan Nama Perguruan Tinggi; Judul / Topik Penelitian; dan Nama-nama Promotor atau Pembimbing. Dengan demikian maka contoh format abstrak yang semestinya adalah sbb: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
13. Contoh Format Penulisan Struktur Abstrak oleh Penulis Asing DI bawah ini adalah salah satu contoh format penulisan struktur abstrak yang ditulis oleh mahasiswa program doktor oleh penulis asing: ABSTRACT Title of Dissertation: ORGANIZATIONAL STRUCTURE AND INTERNAL COMMUNICATION AS ANTECEDENTS OF EMPLOYEE - ORGANIZATION RELATIONSHIPS IN THE CONTEXT OF ORGANIZATIONAL JUSTICE: A MULTILEVEL ANALYSIS Hyo Sook Kim, Doctor of Philosophy, 2005 Dissertation Directed By: Professor James E. Grunig Department of Communication One research direction that is needed but has not been fully exploited in studies of organization-public relationships is research on the antecedents of relationships. The antecedents of relationships are the first stage of the relationship framework, for they are what cause specific relationships between an organization and its publics to develop. The purpose of this study was to explore possible antecedents of internal relationships in organizations. I examined the direct and indirect influences of organizational
structure
and
internal
communication
on
employee-
organization relationships using organizational justice as a mediating factor. Organizational justice is (2-1)a relatively recently developed but widely used concept in organizational studies that refers (2-2) to the extent to which people perceive organizational events as being fair. This study was a typical example of multilevel research in that it gathered and summarized individual-level data to operationalize organizational-level constructs such as organizational structure and internal communication. The multilevel nature of the main contstructs of this study was addressed by using the multilevel analysis method.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Data were collected by conducting a survey of about 1,200 employees in 31 Korean organizations. I used hierarchical linear modeling (HLM), which is (4-1) a type of random coefficient model and is (4-2) specifically designed to accommodate nested or multilevel data structure, to test the cross-level hypothesis of this study. The findings suggested that organizational structure and the system of internal
communication
were
associated
with
employee-organization
relationships, playing the role of antecedents of internal relationships. More specifically, asymmetrical communication was negatively related to employees‟ commitment, trust, and satisfaction. Also it was shown that symmetrical communication was associated positively with communal relationships. Lastly, organic structure was negatively related to exchange relationships and positively related to trust and control mutuality. On the other hand, organizational justice was associated with organizational structure and internal communication as well as with employeeorganization relationships. Organizational justice also mediated the effects of symmetrical communication and organizational structure on communal relationships and four relationship outcomes (control, mutuality, trust, commitment, and satisfaction), implying that symmetrical communication and organic structure can contribute (6-1) to building quality relationships when they are combined (6-2) with fair behavior by management. Komentar: Berikut ini peneliti menganalisis sedikit tentang teks abstrak yang ditulis oleh penulis asing sehubungan dengan format penulisan, yaitu jumlah paragraf,kelengkapan struktur abstraknya, dan struktur gramatikal terutama terkait dengan ketepatan penggunaan „tense‟. Berdasarkan jumlah paragrafnya: Teks abstrak di atas ditulis dalam 6 (enam) paragraf.Paragraf ke satu dan ke dua sudah benar karena masingmasing hanya memuat satu struktur abstrak, yaitu pendahuluan di paragraf to user pertama, dan tujuan penelitiancommit di paragraf ke dua. Sementara metodologi yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
seharusnya hanya ditulis dalam satu paragraf di paragraf ke tiga, oleh penulisnya dipisah menjadi dua, di paragraf ke tiga dan empat. Sedangkan hasil penelitian yang seharusnya juga ditulis dalam satu paragraf di paragraf ke empat ditulis dalam dua paragraf juga, yaitu di paragraf ke lima dan enam. Berdasarkan kelengkapan struktur abstraknya:Dari lima struktur abstrak yang seharusnya yaitu pendahuluan, tujuan penelitian, metodologi, hasil, dan simpulan, teks abstrak tersebut tidak dilengkapi dengan simpulan. Dengan demikian susunan struktur abstraknya adalah: pendahuluan ditulis di paragraf pertama, tujuan di paragraf ke dua, metodologi di paragraf ke tiga dan empat, dan hasil penelitian juga ditulis dalam dua paragraf, yaitu di paragraf ke lima dan enam. Struktur gramatikalnya: Secara umum struktur gramatikal yang digunakan dalam teks abstrak di atas sudah baik. Hanya ada beberapa bagian „verbs„ yang perlu dilakukan koreksi atau revisi. Ada 6 (enam) bagian struktur gramatikal (tense) yang perlu dilakukan koreksi, yaitu: „2-1, 2-2, 4-1, 4-2, 6-1, 6-2„. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa strutur gramatikal (tense) yang digunakan dalam penulisan teks abstrak adalah „Simple Present Tense„ untuk bagian pendahuluan atau latar belakang, dan „Simple Past Tense„ untuk bagian tujuan penelitian, metodologi, hasil, dan simpulan. Berikut ini adalah koreksi atau pembetulan sejumlah kesalahan „tense„yang dilakukan oleh penulis teks abstrak di atas: No.
Tense/Verb
Pembetulan
2-1
Is
Was
2-2
refers
Refered
4-1
Which is
Was
4-2
Is
Was
6-1
Can contribute
Could contribute
6-2
Are combined
Were combined
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teks abstrak yang ditulis oleh penulis asing tersebut juga dikategorikan kurang baik. Ada 3 (tiga) kesalahan sekaligus, yaitu teks abstrak tidak dilengkapi dengan simpulan, satu gagasan pokok yang ditulis dalam dua paragraf yang menjadikan teks menjadi tidak koheren, dan ditemukannya sejumlah struktur gramatikal (tense.)yang kurang tepat. Sehubungan dengan ketidaktepatan tense yang digunakan, sepertinya penulis kurang atau tidak konsisten terutama dalam penggunaan struktur gramatikalnya. Misalnya tercampurnya „tense„ yang berbeda (simple present dan simple past tense) dalam satu kejadian yang sama. Berdasarkan penjelasan di atas, menurut peneliti teks abstrak tersebut belum sepenuhnya memenuhi kriteria teks abstrak yang baik sebagaimana yang disyaratkan oleh Owen D. Williamson. Ditemukan ada 3 (tiga) kesalahan mendasar dalam teks abstrak tersebut, yaitu aspek struktur abstraknya, koherensi, dan struktur gramatikal terutama tensenya. 14. Contoh Format Penulisan Struktur Abstrak dan Terjemahannya oleh Penulis Indonesia Contoh 1: Penggalan teks abstrak ini ditulis oleh Mr. SH alumni Universitas Airlangga Surabaya tahun 2007 dengan bidang studi Ekonomi Manajemen. Peneliti hanya mengambil satu paragraf dari lima paragraf yang ada, yaitu pada bagian pendahuluan. Tsu: Abstrak ’Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Ekspor dan Impor NonMigas Serta Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi Jawaa Timur’ Indonesia dalam proses pembangunannya dihadapkan pada suatu kondisi perekonomian dunia yang semakin global dan terintegrasi sedemikian kuatnya dengan negara di dunia, sehingga dengan kondisi global itu telah menciptakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
berbagai kecenderungan berupa regionalisasi ekonomi dan perdagangan bebas dibarengi dengan arus informasi dan teknologi yang telah berubah dari teknologi sederhana menjadi teknologi canggih. Tsa: Abstract: ’An Effect of Economic Growth on Non-Migas Export and Import, and on Social Welfare in East Java Province’ Indonesia in the course of its continual development processes is confronted with the world economy which is increasingly globalized and strongly integrated with many other economies in the world. This global condition brings about some tendencies toward economic regionalization and free trade accompanied by a flow of various information and the state-of the-art technology 1) Komentar tentang Tsu: Pada paragraf ini penulis merangkaikan sebanyak 51 kata hanya menjadi satu kalimat saja. Secara teoritis sebagaimana yang dikemukakan oleh Flesch dalam Sakri dalam Nababan, (1997: 53) maka dari segi tingkat keterbacaan, teks tersebut termasuk sangat sulit. Paragraf diatas hanya terdiri satu kalimat dan memiliki lebih dari 29 kata atau bahkan hampir dua kali lipatnya, yaitu 51 kata. Bagi para pembaca yang penutur aslinya bahasa Indonesia mungkin kalimat sepanjang itu tidak begitu menjadi masalah. Akan tetapi apabila pembacanya bukan dari Indonesia hal tersebut kemungkinan besar akan sangat menyulitkan untuk bisa memahami teks tersebut secara keseluruhan. Jadi kesalahan pertama dari Tsu. nya adalah karena kalimat yang digunakan terlalu panjang serta mengulangi sejumlah kata yang tidak perlu. Sebenarnya kalimat diatas dapat dipecah menjadi dua atau bahkan tiga kalimat dengan menyisipkan sejumlah kata dan atau melesapkan sejumlah kata yang tidak perlu (karena sudah jelas), seperti pembetulan yang disarankan peneliti berikut ini: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
Pembetulan pertama: ‟Indonesia dalam proses pembangunannya dihadapkan pada suatu kondisi perekonomian dunia yang semakin global dan terintegrasi. (Pengaruh ini) sedemikian kuatnya dengan negara di dunia, sehingga dengan kondisi global itu telah menciptakan berbagai kecenderungan berupa regionalisasi ekonomi dan perdagangan bebas. (Kemajuan pembangunan ini juga ) dibarengi dengan arus informasi dan teknologi yang telah berubah dari teknologi sederhana menjadi teknologi canggih‟. Pembetulan ke dua: Menurut pengamatan penulis, kalimat tersebut terlalu banyak menggunakan kata yang semestinya tidak perlu. Selain itu pemilihan kata maupun struktur gramatikalnya juga kurang tepat. Oleh karena itu peneliti menyarankan agar kalimat tersebut diubah menjadi: ‟Indonesia dalam proses pembangunannya dihadapkan pada suatu kondisi perekonomian dunia yang semakin global dan terintegrasi sedemikian kuatnya. dengan negara di dunia sehingga dengan Kondisi global itu telah menciptakan berbagai kecenderungan berupa regionalisasi ekonomi dan perdagangan bebas. (Kemajuan pembangunan ini juga) dibarengi dengan (semakin gencarnya) arus informasi dan teknologi yang telah berubah (mengubah) dari teknologi sederhana menjadi teknologi canggih‟. Keterangan: Menurut peneliti, kata-kata yang digaris bawahi tidak perlu digunakan. Dengan demikian ada 11 (sebelas) kata yang semestinya tidak diperlukan dalam konteks kalimat tersebut. Oleh karena itu pada pembetulan ke dua ini hanya diperlukan dua kalimat saja karena adanya pengurangan kata-kata tersebut. Sedangkan kata-kata yang ada dalam kurung adalah kata-kata yang disarankan untuk ditambahkan sehingga terbentuk koherensi antara kalimat satu dengan lainnya. Kesimpulan sementara: Menurut peneliti Tsu yang ditulis oleh penulis teks asli (mahasiswa S.3) tersebut secara keseluruhan (dilihat dari padanan sintaksis, struktur gramatikal, leksikal, kohesi, maupun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
koherensinya masih kurang atau bahkan tidak memenuhi persyaratan teks yang baik. Oleh karena itu sebelum teks abstrak asli diterjemahkan ada baiknya direvisi bersama antara penulis teks asli dan penerjemah sehingga tidak terjadi ‟misinformation‟. 2) Komentar tentang Tsa: Berdasarkan Tsa (teks abstrak hasil terjemahan) sebagaimana yang tertulis di atas, penerjemah telah menambahkan kata sekitar 12 atau 13 kata (sebagaimana kata-kata yang digaris bawahi) melesapkan atau
dan
mengurangi sejumlah kata serta mengubah struktur
kalimat dari teks aslinya. Hal
ini
dilakukan oleh penerjemah
(kemungkinan) agar apa yang ingin disampaikan oleh penulis teks asli dapat dipahami oleh pembaca Teks sasaran (Tsa). Selain itu penerjemah juga telah membagi paragraf yang semula hanya terdiri atas satu kalimat saja menjadi dua kalimat dengan maksud untuk mempermudah pemahaman pembacanya. Meskipun metode penerjemahan seperti ini sering kali dikatakan tidak setia dengan teks aslinya namun hal ini lebih baik dari pada teks hasil terjemahannya tidak dapat dipahami sama sekali oleh pembaca sasaran. Selanjutnya penggunaan kata-kata seperti: ‟in the course of‟‟ yang dipadankan dengan ‟dalam‟; ‟increasingly globalized‟ = semakin global; ‟many other economies‟ = dengan negara (lain) di dunia; ‟a flow of various information‟= arus informasi; ‟the state-of the-art technology‟ = teknologi yang telah berubah dari teknologi sederhana menjadi teknologi canggih. Padanan-padanan yang digunakan oleh penerjemah tersebut menurut peneliti sebenarnya kurang tepat pada konteks tersebut sehingga hal ini dikhawatirkan dapat mengubah makna kalimat sebagaimana pesan yang ingin disampaikan oleh penulis teks asli. 3) Saran-saran: Untuk meminimalisasi kesalahan dan menghindari adanya salah interpretasi antara penulis teks asli dengan penerjemah, ada baiknya teks abstrak bahasa Indonesia direvisi terlebih dahulu oleh penerjemah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
(terutama abstrak hasil penelitian S.3) dengan persetujuan penulis sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Hal ini perlu dilakukan untuk menyamakan persepsi antara penulis teks asli dan penerjemah, dengan pertimbangan bahwa abstrak ini merupakan ringkasan hasil penelitian yang ditulis oleh seorang doktor yang tentu saja kapabilitas keilmuan maupun kepakarannya diharapkan mendekati sempurna. 15. Tinjauan Pustaka dan Penelitian yang Relevan Penelitian terdahulu dan kajian pustaka yang relevan dengan penelitian ini diantaranya dilakukan / ditulis oleh sejumlah peneliti atau penulis, diantaranya: Yang pertama, Esti Junining dari Universitas Negeri Malang yang diselesaikan pada bulan Nopember tahun 2003. Judul penelitiannya adalah: „The Translation of Thesis Abstracts in the Accounting Department of Brawijaya
University‟.
Masalah
yang
diangkat
sehubungan
dengan
penerjemahan abstrak tersebut adalah tentang: 1) jenis kesalahan linguistik apa yang ditemukan pada terjemahan abstrak skripsi yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan akuntansi Universitas Brawijaya Malang, dan 2) bagaimana tingkat keinformatifan dari abstrak yang diterjemahkan tersebut. Berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemkakan sebelumnya maka dapat diketahui bahwa: 1) Jenis kesalahan linguistik terbesar terjadi pada kesalahan gramatikal yang mencapai 78%. 2) Kesalahan terbesar ke dua diikuti oleh kesalahan leksikal (22%). Kesalahan paling dominan terjadi pada frasa yang hilang, frasa yang ditambahi, dan frasa yang melompat yang mencapai (26%); Kedua, kesalahan morfologis (17%). Ke tiga, kesalahan kata-kata fungsi (16%); ke empat, kesalahan pemilihan kata, kelima kesalahan pada kata-kata istilah dalam bidang ekonomi (1%), keenam, kesalahan sintaksis (7%), ke delapan, kesalahan kata-kata isi (5%), dan yang terkecil adalah kesalahan dalam penggunaan idiom. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
Meskipun dari hasil penelitian tersebut ditemukan lebih dari 75% kesalahan namun terjemahan tersebut dikatakan masih cukup informatif dengan kriteria yang didukung oleh bukti-bukti empiris, tidak didukung oleh informasi secara detail, penggunaan paragraf argumentative, penggunaan bahasa formal, penggunaan bahasa yang tidak mengandalkan emosi, penggunaan
style
(gaya)
yang
tidak
objektif
(sedikitnya
frekuensi
penyederhanaan, kolektivitas, ekonomis, dan kongruitas), kata-kata sulit yang hanya sedikit, dan tidak mudah dimengerti. Dalam thesis tersebut peneliti hanya memusatkan perhatiannya pada aspek kesalahan linguistik dan pemilihan kata serta keterbacaan teks; Sementara itu dalam penelitian ini penelitimelakukan analisis data lebih luas dan mendalam. Teks abstrak yang dianalisis terdiri atas 2 (du) bidang keilmuan yang berbeda, yaitu kedokteran dan teknik sipil dan perencanaan. Adapun aspek yang dianalisis tidak hanya struktur gramatikal atau linguistik dan keterbacaannya saja, akan tetapi lebih luas lagi, termasuk format penulisan dan keragaman struktur abstrak, struktur abstrak dan tingkat koherensi Tsu dan Tsa, keakuratan, dan keberterimaan. Ke dua adalah Suraish Kumar, G.K pada tahun 2003 yang menulis dalam artikel jurnal „Biochemical Engineering Group, the Departmentof Chemical Engineering, Indian Institute of Technology, Bombay, India. Dia meneliti tentang „Improving Coherence In Technical Writing‟. Hasil temuan dari penelitian tersebut disebutkan bahwa „Aspek Koherensi‟ dapat meningkatkan pemahaman suatu teks dan memperlancar komunikasi secara signifikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa ada 2 (dua)
aspek
penting
yang
dapat
berpengaruh
terhadap
kelancaran
berkomunikasi tulis (written text communication) ini, yaitu: a) adanya atau kesesuaian dalam penggunaan penanda kohesi sebagai perangkat koherensi (tools for coherence), diantaranya : repetition or synonymy, antonymy, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
pronouns, parallelism, transition or conjunctive Adverbs / conjunction, yang berfungsi sebagai pengikat atau penyambung antara kalimat satu dengan yang lainnya; b) Kemampuan awal / dasar , ketrampilan, dan persiapan penulisnya sendiri, yang meliputi: pengetahuan atau wawasan dasar tentang materi yang akan ditulis, kejelasan pokok-pokoh permasalahan yang akan ditulis sebelum kegiatan menulis dilakukan, dan situasi dan kondisi yang nyaman dan releks selama proses menulis berlangsung. Yang ke tiga, artikel sehubungan dengan koherensi teks juga ditulis oleh Heuboeck pada tahun 2009 dengan judul „Some Aspects of Coherence, Genre, and Rhetorical Structure and their Integration in a Generic Model of Text‟. Artikel ini diterbitkan oleh University of Reading, Language Studies working Papers, Vol 1 page 35-45. Dalam artikel ini Heuboeck menulis tentang betapa pentingnya konsep koherensi dalam menganalisis teks sehubungan dengan keutuhan teks nya. Sejumlah artikel lain terkait dengan penelitian ini juga ditulis oleh Judith Kilborn pada tahun 1998.Topik yang diangkat adalah „Writing Abstracts‟ yang diterbitkan oleh Literacy Education Online (LEO). St Cloud State University, Minnesota. Dua topik yang hampir sama juga ditulis oleh Koopman, tahun 1997 tentang „How to Write an Abstract‟, Carnegie Mellon University, dan Williamson, 2008 yang menulis artikel dengan judul „How to Write a Better Abstract‟, yang diterbitkan oleh Spine Society of Australia, Sydney. Artikel yang ditulis oleh Kilborn, Koopman, maupun Williamson di atas ketiganya mejelaskan segala hal tentang penulisan teks abstrak dalam sebuah artikel, disertasi, dan penelitian ilmiah lainnya. Secara prinsip, ketiganya menyatakan bahwa teks abstrak harus memiliki 5 (lima) struktur abstrak, yaitu: 1) Pendahuluan atau Latar Belakang Masalah, 2) Tujuan Penelitian, 3) Metodologi, 4) Pembahasan dan Hasil, serta 5) Simpulan. Yang membedakan antara ketiganya adalah pendapat yang dikemukakan oleh D commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
Williamson. Dia mengatakan bahwa selain kelima struktur abstrak tersebut, yaitu: (1) Pendahuluan atau Latar Belakang Masalah, (2) Tujuan Penelitian, (3) Metodologi, (4) Pembahasan dan Hasil, (5) Simpulan, harus ditambahkan satu aspek lagi yaitu berupa (6) „Koherensi Teks„. Aspek koherensi ini merupakan halpenting yang harus diperhatikan dan dipenuhi dalam penulisan suatu teks. Baik buruknya teks sangat dipengaruhi oleh aspek koherensi ini, karena aspek koherensi dapat berpengaruh terhadap mudah tidaknya teks tersebut dipahami oleh pembacanya. Selanjutnya adalah Cutting, tahun 2002 dalam bukunya yang berjudul „Pragmatics and Discourse‟. A Course Book for Students. London and New York, Routledge. Taylor and Francis Group. Sealin itu Halliday & Hasan, tahun 1980 dalam bukunya yang berjudul „Cohesion in English‟. Great Britain: Longman Group Ltd. Dalam 2 (dua) buku yang ditulis oleh Cutting maupun Halliday & Hassan tersebut dijelaskan hal-hal sehubungan dengan koherensi teks. Joan Cutting, dan Halliday dan Hasan menjelaskan banyak tentang pentingnya penanda kohesi yang sangat berpengaruh terhadap koherensi suatu teks. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatannya juga dijelaskan macam-macam kohesi, kohesi leksikal dan kohesi gramatikal, fungsi penanda kohesi, yang dilengkapi dengan contoh-contohnya. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa koherensi teks adalah suatu teks yang utuh dimana antara kalimat satu dengan yang lainnya saling mengikat erat dan membentuk satu kesatuan teks yang utuh sehingga tidak satupun kata, frasa, ataupun kalimat dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Sebagai pengikat kalimat satu dengan lainnya atau paragraf satu dengan paragraf lainnya biasanya digunakan konjungsi atau kata penghubung yang seringkali disebut dengan penanda kohesi, kohesi leksikal dan kohesi gramatikal.Aspek-aspek kohesi, macam-macam dan pengaruhnya dibahas secara lengkap dan tuntas di buku-buku yang ditulis oleh Cutting maupun Halliday. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
Selain itu Baker tahun 1991 dalam bukunya „In Other Words‟, A Course Book on Translation‟. London, Great Britain and New York: Routledge, Linguistics / Translation Studies. Dalam buku ini juga banyak dibahas tentang hal-hal sehubungan dengan kesulitan-kesulitan dalam penerjemahan. Disebutkan bahwa ada 3 (tiga) hal pokok kesulitan dalam menerjemahkan Tsu ke dalam Tsa, yaitu dalam hal: 1) mencarikan padanan leksikal(lexical
equivalence),
2)
padanan
gramatikal
(grammatical
equivalence) dan 3) padanan tekstual (textual equivalence), yang meliputi aspek kohesi dan koherensi. Kesulitan-kesulitan dalam penerjemahan Tsu ke dalam Tsa juga dikemukakan oleh Halliday & Hassan (1980). Selain itu, halhal lain terkait dengan kohesi dan koherensi teks juga banyak dibahas dalam buku ini. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Supana tahun 2012 dalam disertasinya yang berjudul: „Kajian Terjemahan Penanda Kohesi pada Novel “Wings‟ karya Danielle Steel ke dalam Bahasa Indonesia‟. Dalam disertasinya disebutkan bahwa hasil penelitian adalah: a) Terjemahan penanda kohesi mengalami perubahan, baik perubahan jenis penanda kohesi maupun perubahan tataran. Perubahan ini disebabkan oleh perbedaan system persona antara Bsu dan Bsa, perbedaan struktur gramatikalnya, perbedaan kelaziman penggunaan penanda kohesi, dan perbedaan konteks sosiobudayanya. Perubahan penanda kohesi dalam terjemahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perubahan yang bersifat wajib (perubahan harus dilakukan oleh penerjemah karena adanya perbedaan struktur gramatikal dan konteks sosiobudaya), dan perubahan yang bersifat pilihan (perubahan yang dilakukan penerjemah karena alas an strategi; b) Ada 9 teknik yang digunakan dalam menerjemahkan
penanda
kohesi;
c)
Ada
6
(enam)
alasan
yang
mendasaridalam penggunaan 9 teknik penerjemahan: mengutamakan makna, menghindari kerancuan, menghindari kemubadziran, membuat variasi, supaya mudah dipahami, dan menyesuaikan dengan sosiobudaya Bsa nya; d) Nilai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
keterbacaan terjemahan penanda kohesi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesepadanan makna dan kewajaran bahasa. Sehubungan
dengan
sejumlah
penelitian
sebelumnya,
yang
membedakan dengan penelitian ini adalah bahwasanya fokus penelitian ini lebih luas daripada penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini, data yang dianalisis adalah sehubungan dengan padanan pada tataran teks yang mencakup struktur abstrak dan koherensi Tsu, dan Tsa. Selain itu hasil terjemahan teks abstrak juga dilakukan penilaian dari aspek keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan teks nya. Dengan demikian, penilaian dilakukan per teks, yaitu per paragraf atau per teks (abstrak) yang terdiri atas sejumlah paragraf. Berdasarkan hasil temuan, dari 15 (limabelas) teks abstrak yang dianalisis, sejumlah teks abstrak tersusun atas 1 (satu) paragraf, 3 (tiga), 4 (empat), dan 5 (lima) paragraf. B. Kerangka Berpikir Supaya penelitian dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana maka perlu dibuat kerangka berpikir yang menjelaskankan tentang langkahlangkah atau alur penelitian yang digambarkan melalui bagan berikut ini: Sumber Data Teks Abstrak Disertasi Disertasi) Tsu Teks (Struktur) Abstrak Bhs Ind. Indonesia
Tsa Teks (Struktur) Abstrak Bhs. Inggris.
Raters Peneliti Kualitas Terjemahan Klasifikasi Data
Tingkat Keakuratan
Struktur Abstrak, Kohesi, Koherensi, Struktur Gramatikal
commit to user Tingkat Keberterimaan
Tingkat Keterbacaan
Gambar 3 Kerangka Berpikir
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
Skema di atas menggambarkan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam mengolah data sampai dengan penarikan simpulan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa 15 (limabelas) teks abstrak disertasi yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris. Dari limabelas teks tersebut, 7 (tujuh) teks abstrak diantaranya diambil dari fakultas kedokteran Universitas Airlangga, dan 8 (delapan) teks lainnya dari fakultas teknik sipil dan perencanaan ITS Surabaya yang telah menyelesaikan studinya S3. Adapun data yang diambil berupa: 1) struktur teks yang meliputi: pendahuluan, tujuan, metodologi, hasil, dan simpulan; 2)Padanan grammatikal (ketepatan penggunaan struktur kalimat); 3) Padanan tekstual, yang mencakup kohesi dan koherensi teks.Kohesi teks berhubungan dengan ketepatan atau kesesuain dalam menggunakan penanda kohesi. Sedangkan koherensi teks, sealin dilihat dari ketepatan dalma mengimplementasikan penggunaan penanda kohesi, juga ditentukan oleh jumlah ide pokok yang digunakan dalam setiap paragrafnya. Data tersebut kemudian diklasifikasi berdasarkan fungsinya masingmasing yang selanjutnyadianalisis,didiskripsikan, dan dijelaskan secara rinci dan komprehensif. Dalam menganalisis data ini peneliti melibatkan sejumlah tim penilai (raters) untuk memberikan penilaian sehubungan dengan kualitas hasil terjemahan abstrak disertasi sehubungan dengan tingkat keakuratan (accuracy), keberterimaan (acceptability), dan keterbacaan (readability) nya. Selain itu, peneliti juga melibatkan 6 (enam) pembaca sasaran: 3 (tiga) orang dokter sekaligus dosen, dan 3 (tiga) orang lainnya dosen teknik sipil yang telah menyelesaikan studinya S3. Sebagai pembaca sasaran. Hasil penilaian yang diberikan oleh para tim penilai ini lah yang kemudian dijadikan sebagai instrumen atau acuan peneliti dalam menganalisis data, pembahasan, dan menarik simpulan akhir penelitian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini disajikan masalah-masalah yang terkait dengan metode yang kami terapkan dalam melakukan penelitian, di antaranya: jenis dan strategi penelitian, objek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik cuplikan, validitas data, dan teknik analisis data. A. Jenis dan Strategi Penelitian Strategi penelitian ini adalah penelitian studi kasus tunggal terpancang (embedded case study research‟), (Sutopo, 2006) karena permasalahan maupun konsentrasi penelitian yang dikaji telah ditentukan dalam proposal ini jauh hari sebelum peneliti menggali permasalahan yang sesungguhnya di lapangan. Sedangkan jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan kasus tunggal, karena penelitian ini hanya memfokuskan pada satu karakteristik/bidang sasaran saja, yaitu penerjemahan, utamanya hasil terjemahan teks abstrak disertasi. Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, yaitu format penulisan dan keragaman struktur abstrak, struktur abstrak dan koherensi teks Tsu dan Tsa, bagaimana kualitas terjemahan abstrak disertasi ditinjau dari aspek keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaannya, jenis penelitian dan strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hal ini dimaksudkan bahwa penelitian ini diharapkan dapat menangkap dan mengungkap berbagai informasi secara kualitatif dengan mendiskripsikannya secara cermat dan komprehensif. B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sejumlah teks abstrak disertasi dan hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris yang ditulis oleh para mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya S.3. Teks abstrak yang dikaji berjumlah 15 (limabelas) yang diambil dari dua perguruan tinggi negeri di Surabaya, yaitu Universitas commit toSepuluh user Airlangga (Unair) dan Institut Teknologi Nopember (ITS). Tujuh teks
108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
abstrak bidang kedokteran diambil dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dan delapan teks lainnya di bidang teknik dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITS Surabaya. Teks-teks abstrak tersebut telah mendapatkan legalitas dari perguruan tinggi masing-masing dan telah didokumentasikan di perpustakaan di kedua perguruan tinggi tersebut. Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya, peneliti melakukan kajian tentang kualitas teks-teks abstrak disertasi yang ditulis oleh mahasiswa S.3 Unair dan ITS, dan hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris. Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan berbagai informasi hasil temuan secara kualitatif dengan mendeskripsikan dan menjelaskan hal-hal yang diteliti secara cermat dan komprehensif. Selanjutnya, model analisisnya dilakukan secara induktif, yaitu memposisikan data penelitian bukan sebagai alat pembuktian melainkan sebagai modal dasar untuk memahami fakta-fakta yang sesungguhnya. Fakta-fakta atau hasil-hasil temuan di lapangan inilah kemudian dideskripsikan dan dijelaskan secara rinci, akurat dan seobjektif mungkin. C. Data dan Sumber Data Data dan sumber data dalam penelitian kualitatif merupakan bagian yang sangat penting, karena kelengkapan dan ketepatan data maupun informasi yang dibutuhkan sangat ditentukan oleh ketepatan dalam memilih dan menentukan jenis sumber data. Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, tingkah laku, dokumen, arsip, dan berbagai benda/hal maupun objek pendukung lainnya yang dianggap perlu (Sutopo, 2006) . Oleh karena itu data dan informasi penting yang diperlukan yang dikaji dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Dengan demikian informasi tersebut diupayakan digali dari berbagai sumber data yang berbeda untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Sementara itu, data kualitatif didasarkan pada kualitasnya dan tidak ditentukan oleh banyaknya data yang diambil. Satu hal yang perlu diketahui bahwasanya tidak menutup kemungkinan jika dalam penelitian kualitatif to user Namun demikian, hal ini tidak adakalanya juga bisa mengambil commit data kuantitatif.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
dimaksudkan untuk melakukan pembuktian bagi suatu prediksi, akan tetapi hanya merupakan data
yang digunakan sebagai
instrumen pendukung dalam
menganalisis secara kualitatif bagi kemantapan makna yang akan dijadikan sebagai simpulan akhir penelitian. Hal lain yang perlu diketahui bahwa penelitian kualitatif
lebih mementingkan makna yang tidak ditentukan oleh banyak
sedikitnya data yang diambil. Hal ini dikarenakan penelitian kualitatif yang mengambil data kuantitatif lebih menekankan pada proses terjadinya jumlah, yang biasanya diaktualisasikan dalam bentuk angka, dan perspektifnya/cara pandang (Sutopo, 2002). Selanjutnya teknik pengambilan data seperti ini akan diterapkan oleh peneliti dalam penelitian ini, dimana data kuantitas dipergunakan sebagai acuan dalam mendiskripsikan hasil temuan secara kualitatif. Adapun data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: (1) Format penulisan yang meliputi jumlah paragraf dan struktur abstrak nya; (2) Penanda kohesi leksikal dan gramatikal untuk menentukan koherensi teksnya baik Tsu maupun Tsa; (3) Struktur gramatikal yang digunakan dalam Tsa untuk menentukan aspek keberterimaan teks; (4) Informasi atau hasil penilaian oleh pembaca pakar penerjemahan dan kebahasaan; dan (5) Informasi atau tanggapan dari pembaca sasaran sehubungan dengan aspek keterbacaan teks abstrak disertasi hasil terjemahan dalam bahasa Inggris. Sementara itu, sumber data utama dalam penelitian ini ada dua, yaitu dokumen tertulis atau arsip, dan manusia atau informan. Dokumen tertulis yang dimaksud adalah Limabelas (15) teks abstrak disertasi berbahasa Indonesia dan hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris yang ditulis oleh para mahasiswa yang telah menyelesaikan studi S.3 nya di dua perguruan tinggi negeri di Surabaya. Adapun rinciannya adalah: 7 (tujuh) teks abstrak diambil dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dan 8 (delapan) teks lainnya dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITS Surabaya. Teks-teks abstrak tersebut diambil dari naskah disertasi yang ditulis oleh mahasiswa S.3 yang telah menyelesaikan studinya di dua perguruan tinggi negeri besar di Surabaya, yaitu Unair dan ITS. commit to user sumber data karena teks abstrak Alasan utama dipilihnya abstrak disertasi sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
merupakan sebuah ringkasan dari hasil sebuah penelitian yang akan dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti lain baik lokal maupun internasional. Sementara itu, teks-teks abstrak yang diteliti adalah hasil tulisan/penelitian mahasiswa S.3 yang telah menyelesaikan studinya di Universitas Airlangga maupun ITS. Alasan diambilnya teks abstrak dari perguruan tinggi tersebut karena kedua perguruan tinggi ini merupakan perguruan tinggi besar milik pemerintah yang ada di Indonesia, serta telah memiliki program doktor pada kedua bidang tersebut. Sedangkan sumber data yang berasal dari manusia/informan ada 2 (dua) macam, yaitu tim pembaca pakar dan pembaca sasaran. (1) Pembaca pakar/ahli yang dimaksud adalah mereka yang telah memiliki kepakaran di bidang linguistik dengan konsentrasi penerjemahan, dan pakar linguistik bidang wacana. (2) Pembaca teks terjemahan abstrak disertasi atau pembaca sasaran, yang terdiri atas 2 (dua) kelompok. Pertama, sejumlah dokter spesialis atau praktisi sekaligus dosen di Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga. Sementara kelompok ke dua adalah beberapa dosen di bidang lain yang mengajar di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS Surabaya. Informan atau pembaca pakar yang ditunjuk sebagai narasumber untuk memberikan informasi sehubungan dengan keakuratan dan keberterimaan teks abstrak disertasi harus memiliki sejumlah kriteria sebagai berikut: (a) Memiliki kepakaran dalam hal linguistik bidang penerjemahan. (b) Memiliki kepakaran dalam hal linguistik bidang wacana. (c) Memiliki latar belakang pendidikan S.3 bahasa Inggris. (d) Menguasai bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan baik. (e) Yang bersangkutan adalah seorang akademisi dan atau praktisi di bidang penerjemahan. (f) Berpengalaman di bidang penerjemahan sedikitnya 10 (sepuluh) tahun. Adapun informan/pakar linguistik bidang penerjemahan yang dijadikan sebagai pembaca ahli atau narasumber dalam penelitian ini adalah Prof. Dr. Rochayah Machali, M.A. Beliau adalah dosen tetap yang mengampu mata kuliah „interpreting and translating„ di The Universtiy of New South Wales, Sydney commit to user Beliau sebelumnya juga pernah Australia mulai tahun 1990 sampai sekarang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
mengajar di beberapa perguruan tinggi negeri di Indonesia, seperti Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Airlangga Surabaya. Pengalamannya di bidang „interpreting and translating„
telah dijalani di berbagai lembaga profesi
penerjemahan. Karya-karyanya berupa buku-buku maupun karya ilmiah lainnya seputar penerjemahan sangat banyak, dan diterbitkan oleh berbagai penerbit berskala nasional maupun internasioanal. Begitu pula halnya telah banyak artikel dan karya ilmiahnya seputar linguistik dan penerjemahan juga telah dimuat dan diterbitkan di berbagai jurnal lokal, nasional, maupun internasional. Sementara itu, narasumber pakar linguistik bidang wacana harus memiliki kriteria sebagai berikut: (a) Memiliki latar belakang pendidikan bahasa Indonesia dan atau bahasa Inggris S.3. (b) Memiliki pengalaman sebagai akademisi di bidang kebahasaan, utamanya linguistik sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun. (c) Menguasai bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan baik. Informan dari pakar linguistik bidang wacana yang dilibatkan dalam penelitian ini ada 2 (dua) orang, yaitu: (1) Prof. Drs. Riyadi Santosa, M.A. Ph.D., dan (2) Dr. Tri Wiratno, M.A. Keduanya merupakan staf pengajar/dosen senior di bidang linguistik di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sejumlah buku maupunn karya ilmiah seputar kebahasaan/linguistik telah dihasilkan dan diterbitkan di sejumlah penerbit, jurnal nasional maupun internasional. Selanjutnya, kriteria pembaca sasaranadalah sebagai berikut: (a) Pembaca sasaran adalah mereka yang telah menyelesaikan studi S.3 di bidang kedokteran, untuk pembaca teks abstrak bidang kedokteran, dan teknik sipil dan perencanaan untuk pembaca teks abstrak di bidang teknik sipil dan perencanaan. (b) Berstatus sebagai tenaga dosen/staf pengajar/akademisi di perguruan tinggi dan atau praktisi di bidang yang sama. (c) Berdomisili di Surabaya dan sekitarnya. Berikut ini adalah nama-nama pembaca terjemahan teks abstrak disertasi yang minta untuk memberikan informasi tingkat keterbacaan. Bidang kedokteran: (1) Dr. Afif Nurul H, dr. SpKK., (2) Dr. Cita Rusita S, dr. SpKKCk., (3) Dr. M. Yulianto Listyawan, dr. SpKKCk. Ketiganya merupakan tenaga medis atau dokter di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya, dan sekaligus sebagai staf pengajar/dosen commit to user di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Sedangkan untuk bidang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
teknik, informan/narasumber yang dilibatkan adalah: (1) Dr. Ir. Rudi Laksmono, M.S., (2) Dr. Minarni Nur Trilita, M.T., (3) Dr. Pancawati Dewi, M.T. Satu diantaranya lulusan S3 Teknik Sipil ITB Bandung, dan dua lainnya dari ITS Surabaya. Ketiganya mengajar di bidang yang sama, yaitu di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Pemilihan informan sebagai pembaca sasaran ini dengan pertimbangan selain sejumlah kriteria sebagaimana telah disebutkan di atas, mereka juga telah memiliki nilai setara TOEFL serendah-rendahnya 500 yang dijadikan sebagai prasyarat meraih gelar doktor di perguruan tinggi yang bersangkutan. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa mereka secara umum tidak mengalami kesulitan, baik dalam hal istilah-istilah khusus maupun pemahaman teksnya secara keseluruhan.
D. Teknik Sampling Yang dimaksud dengan teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel atau data dan sumber data yang diperlukan dalam sebuah penelitian kualitatif. Dalam hal ini teknik sampling yang digunakan adalah „purposive sampling‟ atau teknik cuplikan, yaitu teknik pemilihan sample atau pengambilan data untuk mewakili informasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu informasi yang dibutuhkan didasarkan atas keterwakilan informasi yang tidak ditentukan oleh jumlah sumber datanya (Sutopo, 1989). Dengan demikian sumber data yang digunakan lebih mementingkan kelengkapan dan kedalaman informasi yang dibutuhkan dan keterwakilan informasi yang diperlukan, dan bukan berdasarkan pada populasinya atau banyaknya data. Goets & Le Comte dalam Sutopo (2006) menyebut teknik ini adalah „criterion-based selection‟. Selain itu, sumber data yang digunakan dalam penelitian kualitatif tidak mewakili populasi, akan tetapi lebih menekankan pada keterwakilan informasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu sebelum menentukan pilihan informan atau sumber data yang dibutuhkan, peneliti harus mempertimbangkan dengan seksama kriteria-kriteria dan persyaratan khusus yang harus dipenuhi. Hal ini dilakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
peneliti untuk memperoleh kelengkapan dan kedalaman informasi atau data yang benar-benar tepat dan dibutuhkan. Selanjutnya,
untuk
memperoleh
kelengkapan
dan
kedalaman
informasi/data yang dibutuhkan, peneliti memberikan kuesiener dan melakukan interview mendalam terhadap tim penilai (raters) yang terdiri dari pakar penerjemahan, linguistik, maupun pembaca sasaran. Selain itu, sejumlah teks abstrak dalam bahasa Indonesia dan hasil terjemahannya juga diamati secara cermat untuk mengetahui kualitasnya. Berdasarkan uraian di atas maka dalam memilih informan, baik itu pakar penerjemahan, pakar linguistik, pembaca sasaran, maupun teks abstrak disertasi, harus dilakukan secara hati-hati dan cermat, sehingga data maupun informasi yang diperoleh benar-benar sesuai dan tepat, serta dapat dipertanggungjawabkan. Berikut ini adalah pertimbangan atau kriteria, yaitu persyaratan khusus yang harus dipenuhi dalam memilih informan yang dibutuhkan: (1) Kriteria pakar penerjemahan: a) Memiliki latar belakang pendidikan S.3 bahasa Inggris. b) Menguasai bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan baik. c) Yang bersangkutan adalah seorang akademisi dan atau praktisi di bidang penerjemahan. d) Berpengalaman di bidangnya sedikitnya 15 (limabelas) tahun. e) Informan pakar penerjemahan yang dimaksud adalah Prof. Dr. Rochayah Machali, M.A. Beliau adalah dosen tetap yang mengampu mata kuliah „interpreting and translating„ di The Universtiy of New South Wales, Sydney Australia mulai tahun 1990 sampai sekarang. Beliau sebelumnya juga pernah mengajar di beberapa perguruan tinggi negeri di Indonesia, seperti Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Airlangga Surabaya. Pengalamannya di bidang „Interpreting and Translating„
telah
dijalani di berbagai lembaga profesi penerjemahan. Dan karya-karyanya berupa buku-buku maupun karya ilmiah lainnya seputar penerjemahan sangat banyak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
(2) Kriteria pakar linguistik: a) Memiliki latar belakang pendidikan bahasa Indonesia dan atau bahasa Inggris S.3; b) Memiliki pengalaman sebagai akademisi di bidang kebahasaan, utamanya linguistik sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun; c) Menguasai bahasa Indonesia dan atau bahasa Inggris dengan baik; d) Informan di bidang linguistik yang dilibatkan sebagai raters dalam penelitian ini ada 2 (dua) orang, yaitu Riyadi Santosa, M.A. Ph.D., dan Dr. Tri Wiratno, M.A. Keduanya merupakan staf pengajar senior bidang linguistik di Universitas Sebelas Maret Surakarta. (3) Kriteria pembaca sasaran: a) Pembaca sasaran adalah mereka yang telah menyelesaikan studi S.3 di bidang kedokteran (untuk pembaca teks abstrak bidang kedokteran), dan teknik sipil dan perencanaan (untuk pembaca teks abstrak di bidang teknik sipil). b) Berstatus sebagai tenaga dosen di perguruan tinggi dan atau praktisi di bidangnya masing-masing. c) Berdomisili di Surabaya dan sekitarnya. d) Adapun pembaca sasaran untuk bidang kedokteran adalah: (1) Dr. Afif Nurul H, dr. SpKK., (2) Dr. Cita Rusita S, dr. SpKKCk., (3) Dr. M. Yulianto Listyawan, dr. SpKKCk. Ketiganya merupakan tenaga medis di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya, dan sekaligus sebagai staf pengajar/dosen di fakultas kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Sedangkan untuk bidang teknik, informan yang dilibatkan adalah: (1) Dr. Ir. Rudi Laksmono, M.S., (2) Dr. Minarni Nur Trilita, M.T., (3) Dr. Pancawati Dewi, M.T. Satu diantaranya lulusan S3 teknik sipil ITB Bandung, dan dua lainnya dari ITS Surabaya. Ketiganya mengajar di bidang yang sama yaitu teknik sipil dan perencanaan. (4) Kriteria teks abstrak disertasi: Teks abstrak diambil berdasarkan kriteria kajian sesuai dengan bidang keilmuan yang telah ditentukan berdasarkan tujuan penelitian yang meliputi: a) Tujuh (7) teks abstrak bidang kedokteran diambil dari disertasi yang ditulis oleh mahasiswa Unair, dan 8 (delapan) teks abstrak di bidang teknik sipil dan perencanaan dari ITS yang telah menyelesaikan studinya di S.3. b) Teks abstrak telah dibukukan dalam sebuah disertasi, dan telah mendapat pengesahan dari perpustakaan Universitas Airlangga maupun commit to user bidang kajian yang disesuaikan ITS. c) Teks Abstrak diambil berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
dengan program studi yang ada di
Universitas Airlangga Surabaya, yaitu:
teks bidang Kedokteran dan ITS untuk bidang teknik sipil dan perencanaan. d) Teks abstrak diambilkan dari alumni 5 tahun terakhir, yaitu antara tahun 20072012.
E. Teknik Pengumpulan Data Sehubungan dengan jenis penelitian yang bersifat kualitatif, dan sumber data yang dibutuhkan, maka teknik pengumpulan datanya berupa: 1) pemberian kuesioner, 2) wawancara, 3) mencatat dokumen dan mengkajinya atau analisis isi (content analysis). Seperti dikatakan oleh Goets dan LeCompte dalam Sutopo (2002:58) menjelaskan bahwa strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dikelompokkan ke dalam dua cara yaitu metode interaktif dan non-interaktif. Metode interaktif meliputi wawancara mendalam dan observasi berperan. Sedangkan yang dimaksud dengan metode non-interaktif meliputi observasi tak berperan, yaitu berupa pemberian kuesioner. Teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah, dan dampaknya terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner
tersebut kemudian
peneliti mencatat dan mengkajinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, peneliti melibatkan sejumlah pakar atau tim penilai (raters) untuk memberikan
penilaiannya,
yaitu
dengan
menggunakan
sejumlah
teknik
pengumpulan data sebagaimana dikemukakan di atas. 1. Pemberian Kuesioner kepada Informan Untuk melengkapi data yang dibutuhkan, peneliti memberikan serangkaian pertanyaan / kuesioner kepada pakar penerjemahan, linguistik, maupun pembaca sasaran. Yang dimaksud dengan kuesioner adalah serangkaian atau daftar pertanyaan yang dirancang untuk mengumpulkan data (sesuai dengan kebutuhan) dalam sebuah penelitian baik secara tulis maupun lisan (Sutopo, 2006: 81). Adapun tujuan pemberian kuesioner ini dimaksudkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
sebagai pengumpulan data awal untuk mengetahui kualitas hasil terjemahan dari segi keakuratan pesan, keberterimaan, dan keterbacaan teks hasil terjemahan. Hasil kuesioner inilah yang nantinya dijadikan sebagai acuan pada wawancara sehingga akan diperoleh informasi yang lebih mendalam. Serangkaian pertanyaan atau kuesioner tertulis tersebut sifatnya terbuka (open-ended questionnaire), maksudnya meskipun pada setiap pertanyaan telah disediakan pilihan jawaban, namun tetap diberi tempat kosong yang cukup. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada informan / responden untuk memberikan penjelasan atau alasan sesuai dengan hati nuraninya atas pilihan jawaban yang diambil. Oleh karena itu, pemilihan informan harus dilakukan seselektif mungkin berdasarkan kriterian yang telah disebutkan di atas (purposive sampling). Adapun data yang digali dari ketiga informan tersebut adalah berupa pendapat umum,
tanggapan atau
pendapatnya tentang menerjemahkan teks dari sejumlah bidang ilmu pengetahuan yang berbeda, dan saran-saran sehubungan dengan kualitas teks terjemahan abstrak disertasi yang dihasilkan oleh penerjemah. Sementara itu untuk menjaga kerahasiaan informan, peneliti sengaja tidak menyebutkan nama-nama mereka secara eksplisit. Untuk menjaga validitas kuesioner, peneliti mengkonsultasikannya terlebih dahulu kepada pakar penerjemah maupun linguistik sebelum kuesioner tersebut diberikan kepada informan. Hal ini dilakukan untuk menghindari pertanyaanpertanyaan yang kurang jelas, bermakna ganda, dan untuk mendapatkan saran dan masukan jika kuesioner yang telah disusun tersebut dirasa masih perlu dilakukan perubahan atau perbaikan. Selanjutnya untuk mengetahui kualitas hasil terjemahan diperlukan 3 (tiga) jenis instrumen (kuesioner) dari responden yang berbeda, yaitu: untuk mengetahui tingkat keakuratan (accuracy), keberterimaan (acceptability), dan keterbacaan (readability) nya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
a) Kuesioner yang pertama berupa instrumen untuk memperoleh data sehubungan dengan tingkat keakuratan pesan (accuracy). Kuesioner ini bertujuan
untuk
memberikan
penilaian
tentang
keakuratan
hasil
terjemahan teks abstrak disertasi pada setiap paragraf atau sejumlah kalimat yang merupakan bagian paragraf. Penilaian tingkat keakuratan terjemahan menggunakan skala 3-2-1. Berikut ini adalah kriteria penilaian keakuratan terjemahan menurut Nababan dkk ( 2012) :
Skala
Jenis Penilaian & Keterangan Tidak akurat: Pesan kalimat dalam Bsu tidak diterjemahkan secara
1
akurat atau tidak diterjemahkan sama sekali ke dalam Bsa atau dihilangkan. Kurang akurat: Pesan kalimat Bsu belum tersampaikan secara akurat ke dalam Bsa. Misalnya, masih terdapat sejumlah kesalahan
2
seperti dalam hal pemilihan kata,
hubungan antar frasa, klausa,
dan unsur kalimat lainnya. Terjemahan sebenarnya sudah dapat dipahami namun masih diperlukan sedikit revisi, misalnya dengan mengganti kata yang kurang tepat dalam susunan katanya. Akurat: Pesan kalimat dalam Bsu telah tersampaikan secara akurat
3
dalam Bsa sehingga tidak perlu dilakukan perbaikan atau revisi sama sekali.
b) Kuesioner kedua berupa instrumen yang digunakan untuk menghimpun data sehubungan dengan tingkat keberterimaan (acceptability) teks. Kuesioner ini diberikan kepada pakar penerjemahan dan linguistik bahasa Inggris dan atau Indonesia yang memiliki kepakaran kedua bidang keilmuan tersebut. KetigaRater diminta memberikan informasi yang dibutuhkan sehubungan dengan tingkat keberterimaan teks abstrak. Aspek yang dinilai meliputi 3 (tiga) hal, yaitu lengkap tidaknya struktur abstrak, struktur gramatikal, dan koherensi commit toTsa usernya. Hasil penilaian ketiga aspek
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
ini dijumlah dan direrata. Untuk memperrmudah dalam pengisian angket, instrumen dibuat dengan menggunakan tiga (3) skala penilaian sebagaimana dalam menilai tingkat keakuratan seperti berikut ini: Skala
Jenis Penilaian & Keterangan Tidak berterima, karena adanya kesalahan yang sangat fatal. Hasil terjemahan tidak sesuai sama sekali dengan struktur
1
maupun budaya Bsa karena adanya pelesapan / penghilangan unsur-unsur tertentu sehingga mempengaruhi isi kalimat atau pesan.
Ketidakberterimaan
ini
juga
disebabkan
adanya
pemertahanan teks Bsu dalam Bsa. Kurang berterima, karena masih adanya kejanggalan atau 2
ketidaksesuaian struktur dalam Bsa. Misalnya menggunakan istilah-istilah yang kurang atau tidak dikenal dalam Bsa sehingga masih diperlukan revisi.
3
Berterima, karena hasil terjemahan sangat alami / wajar dan tidak perlu dilakukan perbaikan / revisi sama sekali.
c) Kuesioner yang ketiga berupa instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data sehubungan dengan tingkat keterbacaan teks (readibility).Adapun bentuk kuesioner yang diberikan adalah berupa sekumpulan kalimat (bagian paragraph), atau satu paragraf penuh bergantung panjang pendeknya teks dalam setiap paragraf. Kuesioner ini diberikan kepada 3 (tiga) orang pembaca pakar, dan 6 (enam) pembaca sasaran. Pembaca sasaran yang dimaksud adalah para dosen fakultas kedokteran dan fakultas teknik sipil dan perencanaan yang telah menyelesaikan studinya di S.3 di bidang masing-masing. Mereka diminta untuk memberikan tanggapannya sehubungan dengan hasil terjemahan teks abstrak disertasi dengan cara mengisi kuesioner yang telah disediakan. Adapun instrumen yang disediakan dibuat dalam 3 (tiga) skala commit to user sebagaimana dikemukakan oleh Nababan dkk, (2012) yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
Skala
Jenis Penilaian, Kategori & Parameter kualitatif Sulit Dipahami, jika tingkat pemahaman teks kurang dari 50%.
1
(Terjemahan sulit dipahami oleh pembaca). Agak Sulit / Kurang Bisa Dipahami, jika tingkat pemahaman teks hanya sekitar 60-70%. (Terjemahan dapat dipahami pembaca, akan
2
tetapi ada bagian tertentu yang perlu dibaca ulang untuk bisa memahaminya dengan baik. Mudah Dipahami, jika pembaca dapat memahami teks diatas 80%. (Kata, frasa, istilah teknis, klausa, kalimat atau teks terjemahan dapat
3
dipahami dengan mudah oleh pembaca sasaran.
Kuesioner yang diberikan berupa teks keseluruhan hasil terjemahan abstrak dalam bahasa Inggris. Selain itu pada lembaran kuesioner juga disediakan tempat untuk memberikan komentar tentang teks yang dibacanya. Disini pembaca diminta untuk menuliskan atau melingkari kata-kata maupun bagian kalimat yang tidak dimengerti, atau yang menyebabkan terganggunya pemahaman mereka terhadap teks tersebut menjadi sulit atau sangat sulit. Sehubungan dengan penilaian kualitas hasil terjemahan dilakukan secara holistik yang mencakup ketiga aspek: keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan, Nababan dkk (2012) juga memberikan pembobotan nilai yang berbeda, yaitu dengan rentang nilai antara: „3-2-1‟. Aspek keakuratan mendapat bobot tertinggi, yaitu „3‟, keberterimaan: „2‟, dan yang terendah adalah „keterbacaan‟ dengan bobot „1‟. Selanjutnya pembobotan terhadap ketiga aspek yang dinilai tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ini: No.
Aspek yang Dinilai
Bobot
1.
Keakuratan
3
2.
Keberterimaan
2
3.
Keterbacaan
1 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
2. Wawancara Mendalam (in-depth interviewing) Wawancara atau interview adalah bentuk komunikasi verbal atau percakapan / dialog yang bertujuan untuk memperoleh informasi (S. Nasution, 2003: 113). Sementara itu, Sutopo (2006, 67-68) mengatakan bahwa teknik wawancara diperlukan untuk mengumpulkan data / informasi yang berasal dari sumber data yang berupa manusia sebagai informan. Wawancara ini biasanya dilakukan secara langsung, maksudnya orang yang mewawancarai maupun diwawancarai saling berhadapan secara fisik. Namun demikian ada kalanya dalam situasi tertentu dapat juga dilakukan melalui telepon. Adapun orang yang diwawancarai bisa hanya satu orang, dua, atau bahkan lebih pada waktu yang bersamaan atau berbeda tergantung situasi. Supaya
informasi
yang diperoleh benar-benar akurat maka pewawancara harus melakukan pendekatan kepada pihak yang diwawancarai sedemikian rupa sehingga informan
bersedia
memberikan
keterangan
yang
sejujur-jujurnya
sebagaimana yang diharapkan. Dalam penelitian ini, informan yang diwawancarai adalah pakar penerjemahan, dan atau linguistik, serta pembaca sasaran. Wawancara yang dilakukan kepada pakar penerjemahan dan linguistik adalah untuk mendapatkan informasi tentang kualitas hasil terjemahan yang dinilai dari tingkat keakuratan, keberterimaan, dan koherensi teksnya. Tujuan lainnya adalah untuk
mengkonfirmasikan tentang alasan sehubungan nilai yang
diberikan dan solusi dalam mengatasi masalah yang ditemukan. Sedangkan untuk mendapatkan informasi tentang
keterbacaan teks atau tingkat
pemahaman, wawancara juga dilakukan kepada pembaca teks sasaran. Selain itu, wawancara juga bertujuan untuk mengecek kembali validitas / keabsahan data yang diperoleh melalui kuesioner. Teknik semacam ini disebut dengan triangulasi metode. Oleh karena itu pemilihan informan harus dilakukan seselektif mungkin berdasarkan kriteria tertentu sehingga diperoleh informasi yang benar-benar dibutuhkan . commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
Sementara itu teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam atau „in-depth interviewing‟. Pertanyaanpertanyaan yang diberikan sifatnya terbuka (open-ended question). Teknik wawancara semacam ini bertujuan untukmengkonfirmasi jawaban yang kurang jelas terhadap kuesioner yang telah diberikan sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar informasi (data) yang diperoleh lebih dalam, lengkap, dan akurat. Sutopo (2002: 59) mengatakan bahwa wawancara mendalam ini sifatnya harus lentur dan terbuka, tidak dilakukan secara terstruktur ketat, dan tidak dalam situasi formal, serta sedapat mungkin dilakukan berulang-ulang pada informan secara rinci dan mendalam. Kelonggaran dan kelenturan yang dilakukan ini diharapkan mampu mengungkap kejujuran informan untuk memberikan informasi yang sebenar-benarnya, dan sejujur-jujurnya. Daftar pertanyaan yang dijadikan sebagai bahan interview harus disusun dan mengacu pada informasi yang telah diperoleh dari hasil kuesioner. Oleh karena itu jenis-jenis pertanyaan dalam interview harus diarahkan pada hal-hal yang berhubungan dengan jawaban informan dari kuesioner sebelumnya yang sekiranya masih perlu penjelasan lebih dalam lagi. Selain itu, pertanyan difokuskan pada pokok permasalahan sehingga informasi yang terkumpul sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dimaksudkan agar informasi atau data yang diperoleh benar-benar lengkap dan sesuai dengan apa yang diinginkan peneliti. Kegiatan wawancara diawali dengan merencanakan pertemuan dengan membuat kesepakatan dengan informan tentang tempat dan waktu pelaksanaan interview. Peneliti menyusun acuan tentang data yang diperlukan berdasarkan informasi dari kuesioner yang telah
dibuat dan jawabannya.
Sementara itu, waktu pelaksanaan, lama, dan frekuensi wawancara yang dilakukan disesuaikan dengan data yang diperlukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
3. Mengkaji dan Mencatat Dokumen (Content Analysis) Mencatat dokumen dan kemudian mengkajinya merupakan salah satu kegiatan penting dalam penelitian kualitatif, karena dokumen tertulis ini merupakan faktor objektif dan salah satu sumber data utama dalam penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca dokumen secara cermat terlebih dahulu, dan kemudian mencatatnya (content analysis). Sesuai dengan tujuan penelitian, teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran umum tentang data
yang dibutuhkan
penerjemahan yang muncul.
dan
mengidentifikasi
teknik-teknik
Selanjutnya teknik-teknik penerjemhan yang
muncul diidentifikasi dan dicatat di kartu-kartu data secara berpasangan (cuplikan / sample), yang kemudian akan dijadikan sebagai data untuk membuat generalisasi secara teoritis. Adapun dokumen atau arsip yang dikaji bersumber dari 15 (limabelas) teks abstrak disertasi yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris. Dari limabelas teks abstrak, 7 (tujuh) diantaranya diambil dari fakultas kedokteran Universitas Airlangga, dan 8 (delapan) teks lainnya dari fakultas teksik sipil dan perencanaan ITS Surabaya. Dokumen yang dimaksud adalah berupa teks abstrak disertasidalam bahasa Indonesia yang ditulis oleh mahasiswa S.3 dan hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris yang telah mendapat pengesahan dari perpustakaan setempat dan telah didokumentasikan. Alasan mengambil lima belas teks abstrak dari dua program studi yang ada dan dari dua perguruan tinggi yang berbeda adalah untuk mengetahui keragaman struktur teks, koherensi teks, dan kualitas terjemahannya dalam bahasa Inggris. Disini peneliti membaca seluruh teks abstrak disertasi baik Tsu maupun Tsa nya. Setelah itu setiap pokok bahasan dikelompokkan ke dalam sub-sub pokok pembahasan yang lebih kecil seperti berikut ini: a) Jumlah paragraf dan struktur abstrak setiap teks abstrak; b) Kohesi, dan koherensi teks setiap abstrak commit nya;toc)user Struktur gramatikal yang digunakan;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
d) Hasil penilaian para Raters. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi, mengklasifikasi, membuat tabulasi, dan menganalisisnya secara cermat dan komprehensif. Untuk menggali data yang diharapkan, peneliti membaca secara cermat dan teliti dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Membaca secara cermat dan teliti semua teks abstrak baik yang ditulis dalam bahasa Indonesia maupun hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris. (2) Mengidentifikasi setiap teks abstrak tentang jumlah struktur abstraknya, kohesi, koherensi, dan struktur gramatikalnya. (3) Menggaris bawahi atau memberikan tanda (kode) bagian kata, frasa, kalimat, atau paragraf berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan. (4) Mencatat setiap kata, frasa, klausa maupun kalimat-kalimat yang menyimpang atau tidak berterima, baik yang ada dalam Tsu maupun hasil terjemahannya sehubungan dengan penanda kohesi dan koherensi teks. (5) Memberi kode pada setiap data yang diinginkan dan mengklasifikasi kannya berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan. Contoh pemberian kode: - K3p1: Teks Abstrak ke 3 bidang Kedokteran paragraf ke 1 - T7p2: Teks Abstrak ke 7 bidang Teknik paragraph ke 2. - K5.25: Teks Abstrak ke 5 bidang Kedokteran Data no. 25 - T2.7: Teks abstrak ke 2 bidang Teknik Data no. 7 (6) Berdasarkan hasil penilaian yang telah diberikan oleh para Raters, pembaca sasaran, dan pengamatan peneliti, selanjutnya dibuat tabulasi dan tabel. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
(7) Mengklasifikasi
data
yang
mempunyai
karakteristik
sama,
mengelompokkannya, dan memberikan kategori yang mendapat nilai/skor tertinggi sampai terendah. (8) Selanjutnya data tersebut dimasukkan ke dalam kolom-kolom tabel yang sesuai dengan klasifikasi-klasifikasi dan kategori yang telah ditentukan. (9) Tabel tersebut berisikan jumlah data, nilai/skor, rerata, dan hal lain sehubungan dengan aspek-aspek yang diberikan penilaian. Adapun aspekaspek yang dinilai meliputi: format penulisan teks abstrak, jumlah paragraf, struktur abstrak Tsu, Tsa, koherensi Tsu, Tsa, Struktur gramatikal Tsa, keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan Tsa. (10) Berdasarkan poin 9, selanjutnya dilakukan analisis data penelitian, melakukan pembahasan dan menjelaskan semua hasil temuan secara komprehensif. (11) Akhirnya, setelah dilakukan analisis data berdasarkan hasil temuan dan pembahasan, selanjutnya dibuat simpulan, implikasi, dan memberikan saran-saran untuk penelitian lanjutan. F. Validitas Data Untuk mendapatkan hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan maka data yang diperolehnya harus valid dan dapat dipertanggungjawabkan pula. Dengan perolehan data yang valid maka penarikan simpulan bisa menjadi semakin mantap dan meyakinkan. Dengan demikian maka teknik pengembangan validitas data yang digunakan adalah trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan data dengan memanfaatkan segala sesuatu di luar data tersebut untuk mengecek kembali atau sebagai pembanding terhadap data yang telah diperoleh (Moleong, 1990:
178). Hal
ini
dimaksudkan untuk
menjamin
dan
mengembangkan validitas data yang telah dikumpulkan. Trianggulasi yang dimaksud adalah trianggulasi data / sumber, trianggulasi metode (metodologi), trianggulasi teori, dan trianggulasi peneliti (Patton dalam Sutopo, 2002 : 78). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
Dari ke empat jenis trianggulasi tersebut peneliti hanya akan menggunakan dua macam trianggulasi yaitu trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode. 1. Triangulasi Sumber Data, yaitu melakukan penggalian data dari beberapa sumber data yang berbeda untuk memperoleh data yang sejenis / sama. Hal ini dilakukan untuk memantapkan data yang telah diperoleh sehingga tidak diragukan kebenarannya. Misalnya, data tentang kualitas terjemahan digali dari hasil analisis dokumen (content analysis), dan informan yang terdiri dari beberapa raters (praktisi penerjemahan, pakar penerjemahan, linguistik, dan pembaca sasaran). Trianggulasi ini dilakukan untuk memperoleh data yang valid (tidak diragukan keabsahannya) dari beberapa informan tersebut tentang kualitas hasil terjemahan terutama terkait dengan tingkat keberterimaan, keakuratan, dan keterbacaannya. 2. Triangulasi Metode, yaitu melakukan penggalian data yang sama dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Misalnya, data atau informasi yang diperoleh dari informan dapat dilakukan dengan menggunakan metode pemberian kuesioner. Akan tetapi jika hasil kuesioner tersebut dirasa masih meragukan dan kurang lengkap maka bisa dilakukan wawancara mendalam. Hal ini dilakukan untuk memastikan dan mengkonfirmasi atau verifikasi atas jawaban-jawaban yang kurang jelas atau lengkap. Berdasarkan hasil trianggulasi data tersebut diharapkan data yang diperoleh dapat saling melengkapi sehingga validitas data yang disajikan benarbenar dapat dipertanggungjawabkan. G. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kualitatif teknik analisisnya bersifat induktif, sehingga tidak hanya sekedar untuk membuktikan prediksi-prediksi peneliti semata. Hal ini disebabkan karena simpulan yang dihasilkan tidak hanya mengandalkan teori saja melainkan terus berkembang sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan. Dengan demikian ada beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam commit to user Sebagaimana dikemukakan oleh menganalisis data dalam penelitian kualitatif.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
Miles dan Huberman dalam Sutopo (2006: 113-116) bahwa dalam teknik analisis data model interaktif terdapat tiga komponen utama, yaitu: 1) reduksi data, 2) sajian data, dan 3) penarikan simpulan dan verifikasi. Dari tiga komponen tersebut dihasilkan kegiatan berupa analisis interaktif. Dan analisis interaktif inilah yang kemudian digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh di lapangan. Yang dimaksud dengan model analisis interaktif adalah proses analisis data yang melibatkan keempat tahapan tersebut namun tidak dilakukan secara berurutan, melainkan secara bersamaan pada saat pengumpulan data berlangsung. Dalam hal ini setiap satuan data yang diperoleh kemudian saling dibandingkan sehingga akan terjadi interaksi antara proses pengumpulan, dan analisis data, serta unsur-unsur lain seperti pencatatan data, penulisan laporan sementara, dan hal-hal lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kegiatan ini dilakukan dalam bentuk interaktif pula, yaitu diawali dengan kegiatan proses pengumpulan data, kemudian diikuti dengan analisis data sebagai suatu proses siklus seperti yang digambarkan oleh (ibid, 120) berikut ini:
Pengumpulan data
Reduksi data
Sajian data
Penarikan kesimpulan/ verifikasi
Gambar 4: Proses Analisis Interaktif menurut Miles dan Huberman Berdasarkan
gambar
4, kegiatan analisis data diawali dengan commit to user mengumpulkan data yang diikuti dengan tiga komponen lainnya, yaitu reduksi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
data, sajian data, dan kemudian penarikan simpulan dan verifikasi. Adapun langkah-langkah analisis interaktif yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Reduksi Data Dalam kegiatan reduksi data, peneliti menyeleksi dengan cermat dan hati-hati terhadap semua informasi yang ada. Setelah itu langkah selanjutnya adalah menyederhanakan data (informasi) tersebut berdasarkan informasi yang telah ditentukan baik yang tertulis maupun hasil catatan yang diperoleh di lapangan (wawancara), dan kemudian meringkasnya. Pada saat yang bersamaan, peneliti juga melakukan pengkodean data untuk teks abstrak baik yang berbahasa Indonesia maupun Inggris. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses analisis selanjutnya. 2. Sajian Data Pada sajian data, peneliti melakukan pengorganisasian informasi sedemikian rupa, dan kemudian menyusunnya secara rinci, lengkap, dan jelas dalam bentuk narasi / diskripsi secara logis dan sistematis. Beradasarkan uraian ini lah peneliti kemudian membuat simpulan penelitian. Informasi atau sajian data yang dimaksud meliputi: a) Struktur abstrak Tsu dan Tsa; b) Tingkat koherensi teks; c) struktur gramatikal Tsa; d) Informasi dari informan (pembaca pakar dan sasaran) sehubungan dengan kualitas terjemahan yang dihasilkan tentang tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaannya. 3. Penarikan Simpulan dan Verifikasi Pada tahapan ini peneliti mengakomodasi semua informasi yang diperoleh selama proses pengumpulan data berlangsung. Berdasarkan data yang telah terkumpul kemudian dianalisis satu persatu sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan.. Data yang dikumpulkan berupa keterangan atau informasi dari sumber data, yaitu informan baik penerjemah, pembaca pakar / rater, maupun pembaca sasaran. Adapun informan yang dimaksud commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
adalah orang yang telah ditunjuk dengan berbagai pertimbangan seperti yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Sedangkan data yang diambil dari dokumen yaitu berupa struktur abstrak Tsu maupun Tsa, koherensi Tsa, struktur gramatikal Tsa, dan hasil penilaian para raters. Data ini kemudian disusun, diklasifikasikan sesuai dengan criteria masing-masing. Dari sajian data ini kemudian peneliti mengolahnya dan menyusun pengertian singkatnya dengan pemahaman dalam bentuk diskripsi atau uraian logis dan sistematis beserta aspek-aspek pendukung dan segala peristiwa yang ada yang kemudian disebut dengan reduksi data. Setelah selesai, peneliti menarik simpulan berdasarkan pada semua hal yang diperoleh selama pengumpulan data, dan catatan di lapangan sehubungan dengan variabel teknik dan kualitas hasil terjemahan. Namun jika simpulan yang dibuat ini masih dirasa kurang mantap, maka peneliti akan melakukan verivikasi dengan cara menggali lagi data yang ada dalam fieldnote dan catatan di lapangan, maupun para
informan atau „raters‟.
Pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan simpulan ini akan dilakukan secara berkesinambungan, berkelanjutan, dan terus menerus dilakukan sampai diperoleh simpulan yang benar-benar mantap. Maksudnya simpulan yang telah dibuat akan diverivikasikan kembali dengan catatan di lapangan, informan, maupun penerjemah jika masih terdapat hal-hal yang dirasa meragukan. Dengan demikian apabila data yang diperoleh ternyata kurang lengkap maka tidak menutup kemungkinan peneliti akan melakukan wawancara ulang. Hal ini dimaksudkan guna melengkapi data yang masih kurang tersebut untuk diverifikasikan atau disimpulkan sehingga data yang diperoleh benar-benar lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan. H. Prosedur Penelitian Ada tiga tahapan pokok dalam prosedur penelitian ini, yaitu: 1) persiapan, 2) pelaksanaan penelitian, dan 3) menyusun laporan. Untuk tahapan persiapan, peneliti mengawalinya dengan melakukan pencarian masalah yang akan diteliti, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
merumuskan masalah, dan menyusun proposal. Namun sebelum proposal dinyatakan jadi (lulus dalam ujian komprhensif), peneliti mengkonsultasikannya terlebih dulu untuk mendapatkan pesetujuan dari promotor maupunn ko-promotor sehubungan dengan penetapan judul. Setelah proposal selesai dibuat, peneliti melaksanakan seminar proposal, pembuatan instrumen, pengurusan ijin untuk pengambilan data di Universitas Airlangga dan ITS Surabaya, melaksanakan unjian komprehensif, dan penyusunan jadwal penelitian. Selanjutnya untuk pelaksanaan kegiatan penelitian, sejumlah tahapan yang dilakukan adalah: 1) Membaca seluruh teks abstrak disertasi yang ditulis dalam bahasa Indonisia maupun terjemahannya dalam bahasa Inggris secara teliti dan cermat; 2) Melakukan pengkodean pada bagian teks abstrak; 3) Mengumpulkan, mencatat, dan mengklasifikasi data; 4) Memeriksa validitas data; 5) Menganalisis data yang telah terkumpul yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan menyusun simpulan/verivikasi data; dan 6) Membuat simpulan akhir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dibahas hasil penelitian dan pembahasan. Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa objek penelitian yang dijadikan sebagai sumber data adalah berupa sejumlah teks abstrak disertasi dalam bahasa Indonesia dan hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris. Teks-teks abstrak yang diteliti berjumlah 15 (lima belas) buah, yang terdiri atas 7 (tujuh) teks dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dengan kode „K‟, dan 8 (delapan) teks lainnya dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan dengan kode „T‟ untuk mewakili Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya. Selanjutnya teks sumber untuk Fakultas Kedokteran
diberikan kode TsuK,
sedangkan teks sasarannya adalah TsaK. Sementara untuk Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan diberikan kode TsuT untuk Tsu nya, dan TsaT untuk Tsa nya.
A. Hasil Penelitian Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa teks abstrak sebaiknya tersusun atas 5 (lima) hal, yaitu: 1) pendahuluan, 2) tujuan, 3) metodologi, 4) pembahasan, dan 5) simpulan yang ditulis dalam 5 (lima) paragraf terpisah; dan disempurnakan dengan satu faktor pendukung lainnya yaitu 6) koherensi teks. Teks-teks abstrak yang dijadikan sebagai objek dalam penelitian ini berupa ringkasan singkat hasil penelitian (teks abstrak) yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris. Teks-teks abstrak ini 7 (tujuh) teks diantaranya ditulis oleh para mahasiswa jurusan kedokteran Universitas Airlangga dan 8 (delapan) lainnya ditulis oleh mahasiswa jurusan teknik sipil dan perencanaan ITS Surabaya.Teks-teks abstrak tersebut telah didokumentasikan pada bagian awal disertasi masing-masing oleh penulisnya yang telah menyelesaikan studinya S3 (Program Doktor) di bidang ilmu kedokteran dan teknik sipil dan perencanaan. commit to user
131
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
Adapun analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: 1) Format penulisan dan keragaman struktur abstrak; 2) Struktur abstrak dan koherensi Tsu dalam bahasa Indonesia; 3) Struktur abstrak dan koherensi Tsa yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris; 4) Bagaimana tingkat keakuratan hasil terjemahan teks abstrak; 5) Tingkat keberterimaan; dan 5) Keterbacaan teks hasil terjemahannya. 1.
Format Penulisan dan Keragaman Teks Abstrak Disertasi Untuk menganalisis format penulisan dan keragaman teks abstrak disertasi ini peneliti berpedoman pada struktur abstrak yang dikemukakan oleh Owen D. Williamson (2008) dan Koopman (1997). Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa struktur teks abstrak yang baik seharusnya memiliki 5 (lima) hal pokok, yaitu: 1) motivation (pendahuluan), 2) aims / objective (tujuan), 3) methods / approach (metodologi), 4) results (hasil), 5) conclusion (simpulan), dan diperkuat 1 (satu) aspek pendukung lainnya yaitu berupa koherensi teks (coherence) sehingga keutuhan teksnya benar-benar terjaga. yang dimaksud motivation adalah alasan pentingnya masalah diangkat untuk dilakukan penelitian. Aims, yaitu masalah yang diangkat, yang biasanya dinyatakan dalam rumusan masalah, tujuan dan hipotesanya. Approach, yaitu metodologi atau pendekatan yang digunakan dalam menganalisis data yang ada untuk memperoleh hasil temuan yang diharapkan. Results, yaitu jawaban / hasil temuan atas rumusan masalah yang dikemukakan. Conclusion, yaitu kesimpulan dan implikasinya terhadap hasil temuan / jawaban dari rumusan masalah. sedangkan koherensi teks adalah keterkaitan dan keterikatan antara kalimat satu dengan kalimat lainnya, dan paragraph yang satu dengan lainnya, yang biasanya ditandai dengan adanya kohesi gramatikal (grammatical cohesion) dan atau kohesi leksikal (lexical cohesion)yang tepat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
Selanjutnya menurut Halliday dan hasan dalam mona baker (1991), dan brown & yule dalam mc. carthy (1991) ada 4 (empat) aspek kohesi gramatikal, yaitu: pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), dan konjungsi (conjunction). aspek pengacuan meliputi pronomina persona / personal pronouns (i, she, him, your, etc), dan pronomina demonstratif (demonstrative pronouns (this, that, these, those); penyulihan mencakup substutusi nomina, verba, dan klausa; sementara pelesapan juga meliputi pelesapan nomina, verba, dan klausa; sedangkan konjungsi sendiri meliputi aditif (e.g. and, in addition), adversative (e.g. but, however), temporal, dan kausal. karena teks abstrak hanya tersusun dari beberapa paragraf (lima paragraf), secara global analisis hanya difokuskan pada aspek konjungsi dan pengacuan atau salah satu aspek kohesi leksikal dan atau gramatikal saja yang mengacu atau menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam satu paragraf, dan atau antara paragraf satu dengan paragraf lainnya, dan berikutnya. indikator lain sehubungan dengan penilaian tingkat koherensi suatu teks bahwasanya dalam satu paragraf seharusnya hanya memiliki satu ide pokok (main idea). hal ini dimaksudkan untuk menyederhanakan dalam pengambilan data sebagai indikator apakah teks abstrak tersebut memiliki tingkat koherensi yang baik atau tidak. selanjutnya, format penulisan teks abstrak disertasi berdasarkan keragaman struktur abstrak danjumlah paragrafnya pada setiap teks abstrak dapat dilihat pada tabel 4.1. dibawah ini. selain dua hal tersebut, tabel ini juga menunjukkan tabulasi dan prosentase format penulisan teks abstrak, jumlah paragraf, serta struktur abstrak pada setiap teks abstrak disertasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
Tabel 4.1 Format, Struktur Abstrak, & Jumlah Paragraf Setiap Teks Abstrak Disertasi No. Jumlah Pendahuluan Tujuan Metodologi Hasil Simpulan Data Paragraf K-1 V V V V V 5 K-2 V V V V 4 K-3 V V V V V 1 K-4 V V V V 1 K-5 V V V V V 5 K-6 V V V V V 5 K-7 V V V V 5 T-1 V V V 3 T-2 V V V V 3 T-3 V V V 4 T-4 V V V V 4 T-5 V V V 3 T-6 V V V V 3 T-7 V V V V 3 T-8 V V V 3 Pnym pngan
6,67%
33,33%
0%
0%
60%
100 %
BERDASARKAN tabel 4.1 diatas diketahui bahwa dari 15 (limabelas) teks abstrak yang diteliti ditemukan bahwa format penulisan teks abstrak tersebut cukup beragam, yaitu dua (2) teks abstrak atau 13,33% hanya tersusun atas 1 (satu) paragraf; enam (6) teks atau 40% memiliki tiga paragraf; tiga (3) teks atau 20% terdiri atas empat paragraf; dan empat (4) lainnya atau 26,66% memiliki lima paragraf. Sementara itu berdasarkan jumlah struktur abstraknya, 4 (empat) teks abstrak atau 26,66% lengkap memiliki 5 (lima) struktur abstrak; 7 (tujuh) teks atau 46,66% memiliki 4 (empat) struktur abstrak; dan 4 (empat) teks lainnya atau 26,66% hanya mempunyai 3 (tiga) struktur abstrak. Berikut ini adalah klasifikasi data dan penjelasan selengkapnya sehubungan dengan: a) jumlah paragraf dan b) jumlah struktur abstraknya:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
a) Analisis Teks Abstrak Berdasarkan Jumlah Paragrafnya: Dari 15 (limabelas) teks abstrak yang diteliti, terdapat keragaman penulisan dalam hal jumlah paragrafnya, yaitu: sebagian ditulis dalam 1 (satu) paragraf, 3 (tiga) paragraf, 4 (empat), dan 5 (lima) paragraf. (1) Teks abstrak hanya memiliki 1 (satu) paragraf Dari 15 (limabelas) teks abstrak ada dua (2) teks abstrak atau sekitar 13,33% hanya memiliki 1 (satu) paragraf, yaitu data no.K3 dan K4. Kedua teks abstrak ini hanya ditulis dalam satu paragraf meskipun didalamnya terkandung lebih dari tiga struktur abstrak. Data no. K3 memiliki kelima struktur abstrak sebagaimana yang seharusnya, yaitu pendahuluan, tujuan, metodologi, hasil, dan simpulan. Sementara data no. K4 memiliki 4 (empat) struktur abstrak, yaitu pendahuluan, tujuan, metodologi, dan hasil, tanpa simpulan. Kedua teks abstrak ini dikategorikan kurang berterima meskipun data no K3 memiliki kelima struktur abstrak sebagaimana yang telah ditentukan. Hal ini dikarenakan dalam teori penulisan teks ilmiah dikatakan bahwa setiap paragraf seharusnya hanya memiliki 1 (satu) ide pokok (main idea) saja. Oleh karena itu kelima struktur abstrak tersebut seharusnya ditulis dalam 5 (lima) paragraf secara terpisah sehingga teks tersebut memiliki tingkatan koherensi yang baik. Berikut ini adalah contoh data no. K3, teks abstrak yang hanya ditulis dalam 1 (satu) paragraf: TsuK-3: Eddy H Tanggo TsaK-3 PERAN RESPON IMUN TERHADAP THE ROLE OF IMMUNE HORMON MAMMOTROPIK PADA RESPONSE TO MAMMOTROPIC HORMONE ON NON CYCLIC MASTALGIA NON SIKLIK MASTALGIA (Penelitian Observasi and disain (Observational study and Longitudinal) Longitudinal design) Mastalgia atau nyeri payudara merupakan nyeri yang paling banyak Breast pain (mastalgia) is one of dialami oleh seorang wanita selama the most common breast symptom hidupnya (45-78%) dan sangat erat experienced by woman (45-78%) hubungannya dengan siklus menstruasi. during her lifetime, that strong related Sekitar 30-32 penderita mastalgia non to menstrual cycles. There were 35- 40 commit tomastalgia user siklik yang datang berobat ke poliklinik patients undergo medical
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
onkologi satu atap Surabaya setiap treatment each month at clinical bulan. Pengobatan hormonal, oncology RSUD Dr Soetomo general nonhormonal masih belum mapan benar, Hospital Surabaya. Conventional karena masih dijumpai efek samping therapy with hormonal or nonyang tinggi, dan angka kekambuhan hormonal agent like herbal drug, and yang tinggi (30-60%). Mastalgia siklik non steroidal anti-inflammation drug (MS) merupakan nyeri payudara yang unsuccessful yet due to highly side ada hubungannya dengan siklus effects, and more relapsed (30-60%). menstruasi dan lebih respon terhadap Cyclic mastalgia (CM) is breast pain pengobatan hormonal, sebaliknya that has a clear relationship to the mastalgia non siklik (MNS) menstrual cycle and more influenced memberikan respon yang sedikit by hormonal appearance, contradictive terhadap pengobatan hormonal. MNS with non Cyclic mastalgia (NCM) lebih sering mengenai satu sisi which interference by a little hormonal payudara, bisa berlangsung antara 2-5 activity. Cyclic mastalgia is usually hari, dengan episode 2-3 kali selama involved bilateral breast and diffuse satu siklus menstruasi. Pada saat and the pain may be sharp and menstruasi berlangsung,terjadi shooting with radiation to the axilla or kerusakan luas dari selaput arm. NCM is more defined in one site endometrium, terlihat banyak sel of the breast and more localized with inflamasi (neutrofil, makrofag, NK cell) duration tends to be shorter 2-7 days, yang bertanggung jawab terhadap and the frequency may 2-3 times in a response inflamasi ini untuk period. NCM may be arise from CM mempertahankan continuity after menstrual period homeostasis.(fagositosis dan repair) Di finished and still exist or episode sisi lain sel-sel mediator inflamasi ini during post menstruation, it is mean memproduksi sitokin inflamasi yang there is a little hormonal effect. During dapat memodulasi nyeri. Ini menstrual period, endometrial wall menunjukkan bahwa MNS ini disruption, circulating effector cells merupakan bagian dari respons (neutrophils, macrophages activated, immunologi namun bagaimana NK cells) act to early phagocyte and mekanisme terjadi nyeri ini belum killing microbes and secretion of terungkap jelas. Tujuan dari penelitian cytokines that stimulate inflammation, ini adalah untuk membuktikan pengaruh lysis of infected cells, activation of sitokin inflamasi memodulasi nyeri macrophages, as an immune response payudara post menstruasi pada penderita to maintain homeostasis. It is mean mastalgia non siklik asosiasinya dengan that NCM is a part of immunologic hormon mamotropik. Sebanyak 27 reaction, even if the mechanism of penderita MNS diikutkan dalam action is still unclear. The aim of penelitian ini, umur 18-35 thn, rerata study: are there inflammatory 33,3 thn, dan terdiri atas 16 penderita cytokines could influence breast pain nyeri dengan palpasi, dan 11 penderita post menstruation on non cyclic nyeri tanpa palpasi dengan rancangan mastalgia patients. Try to explore this penelitian studi longitudinal. mechanism, observation longitudinal Pengambilan darah dilakukan 2 kali study design was performed. 27 NCM user eligible this study consist of yaitu pada premenstruasi dancommit post topatients
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
menstruasi. Sebagai variabel independent adalah interleukin-1, interleukin-2, interleukin 6, dan interleukin 10. Variabel intermediate adalah hormon estrogen, progesteron, prolaktin. Sebagai variabel bebas adalah nyeri post menstruasi. Pemeriksaan sitokin dengan R&D System, dan Diaclone, sedang pemeriksaan hormon dengan metode Elyza/ Advia. Hasil penelitian : ada hubungan yang bermagna antara interleukin-1 dengan kejadian nyeri post menstruasi pada penderita mastalgia non siklik, p=0, 039 (p<0.05). Tidak ada hubungan bermagna pada Il-2, Il-6, Il-10, estrogen, progesteron dan prolaktin terhadap nyeri postmenstruasi pada penderita mastalgia non siklik. Kesimpulan: sitokin inflamasi yaitu Il-1 beta dapat memodulasi nyeri pada penderita mastalgia non siklik dan tidak ada hubungannya dengan hormone mamotropik. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dan optimal dan akurat diusulkan pengambilan darah lebih 2 kali , yaitu pada masa mid luteal, mid polifrasi dan awal fase poliferasi. Juga diusulkan pemeriksaan sitokin inflamasi lainnya, pemeriksaan biopsi jaringan payudara untuk mengetahui adanya reseptor sitokin dan reseptor hormonal . Untuk pengelolaan mastalgia non siklik dapat dipertimbangkan inhibitor Il-1 beta sebagai salah satu modalitas terapi, namun perlu penelitian lebih banyak dan sample yang lebih besar. Kata kunci: mastalgia non siklik, respon imun,sitokin inflamasi,hormon mamotropik.
16 palpable with pain, 11 non palpable with pain, 18-45 years old, mean 33,3 y. Serum examination underwent twice on premenstrual and post menstrual situation. Cytokines analysis is performed by product R & D system and Diaclone, while hormones assay by Elyze/Advia method. The analytical study by Logistic Regression was suggestion which independent variables are interleukin-1, interleukin2, interleukin-6, and interleukin-10, and intermediate variables are estrogen, progesterone and prolactine. Dependent variable is breast pain. Result: There is strong correlation designated by interleukin-1 to modulate pain post menstruation on non cyclic mastalgia patients, significant value p=0, 039 (p<0,05). Not significant shown on interleukin-2, interleukin-6, interleukin-10, estrogen, progesterone and prolactine. Conclusion: Inflammation cytokine could influence breast pain on post menstrual non cyclic mastalgia. In order to achieve maximal interference the other inflammation cytokines, suggestion to performed several times to examine serum samples in a period of menstrual cycles. It is suggestion to examine others inflammation cytokines, and to perform tissue biopsy on breast tissue to determine cytokines receptor and hormonal receptors. Treatment non cyclic mastalgia not interference with hormonal agent but more suggestion to cytokines inhibitor or another modalities need more study further.Key Words: Non cyclic mastalgia, immune response, inflammation cytokines, mamotropic harmones.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
(2) Teks Abstrak memiliki 3 (tiga) paragraf Ada 6 (enam) teks abstrak atau 40% yang tersusun atas 3 (tiga) paragraf, yaitu data no. T1-T2-T5-T6-T7-T8. Keenam teks abstrak ini meskipun sama-sama tersusun atas 3 (tiga) paragraf memiliki format yang berbeda dalam penulisan struktur abstraknya. Misalnya, 3 (tiga) data yaitu T1T5 dan T8 yang hanya tersusun atas 3 (tiga) struktur abstrak tersebut, paragraf pertama ditulis pendahuluan, kedua metodologi, dan ke tiga hasil. Sementara tiga data lainnya, yaitu data no. T2-T6, dan T7 meskipun tersusun atas 3 (tiga) paragraf, teks ini memiliki 4 (empat) struktur abstrak. Data no. T2 pada paragraf ke satu ditulis pendahuluan, paragraf ke dua ditulis tujuan dan metodologi, dan paragraf ke tiganya adalah hasil penelitian. Sementara data no.T6, paragraf pertama ditulis pendahuluan dan tujuan, paragraf ke dua metodologi, dan paragraf ke tiganya adalah hasil penelitian. Sedangkan data T7, paragraf pertama ditulis pendahuluan, paragraf ke dua metodologi dan hasil, dan paragraf ke tiganya simpulan. Dibawah ini adalah contoh data no. T6, teks abstrak yang ditulis dalam 3 (tiga) paragraf namun memiliki 4 (empat) struktur abstrak: TsuT-6: Entin H TsaT-6 MODEL DISAGREGASI DATA TEMPORAL RAINFALL HUJAN TEMPORAL DENGAN DISAGREGATION MODEL USING PENDEKATAN BAYESIAN BAYESIAN APPROACH AS FLOOD SEBAGAI INPUT MODELLING PEMODELAN BANJIR Rainfall-runoff modeling in order Pemodelan hujan-aliran dalam to estimate the flood design requires rangka mengestimasi debit banjir high resolution rainfall (hourly) data. In rencana membutuhkan data hujan general, in Indonesia, there are lack of resolusi tinggi (jam-jaman). Pada automatic rain gauges providing high umumnya, di Indonesia yang tersedia resolution rainfall, and a number of adalah alat pengukur hujan harian, daily rain gauges, on the other hand, is sedangkan alat pengukur hujan available. This is an obstacle for otomatis (yang menyediakan data hujan rainfall-runoff modeling. This research secara jam-jaman) jumlahnya terbatas. is aimed to create a model of Penelitian ini bertujuan untuk membuat disaggregated daily rainfall data into model disagregasi data hujan harian hourly rainfall data in order to provide menjadi jam-jaman guna menyediakan input for flood modeling. The research input data pemodelan banjir. commit Data to is user conducted in a single location at
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
diambil dari satu lokasi stasiun Sentral Station. The data used in this pengukur hujan di stasiun Sentral, modeling is the rainfall data series in Bondowoso, Jawa Timur. Data yang December from 2005 to 2008 in Sentral digunakan untuk memodelkan adalah station, Bondowoso East Java. data series bulan Desember dari tahun This study tries to disaggregating 2005-2008. daily scaled rainfall data to hourly Penelitian ini mencoba untuk scaled rainfall data using periodic automendisagregasi data hujan skala jam- regression model (PAR (1)24) coupled jaman dari data hujan skala harian with adjusting and filtering procedures. menggunakan model time series auto- The model is employed for estimating regresi Periodik (PAR(1)24) yang diberi the hourly rainfall from daily rainfall. perlakuan dengan prosedur adjusting The Bayesian Markov Chain Monte dan filtering. Metode yang digunakan Carlo (MCMC), WinBUGS 1.4 is dalam proses estimasi model ini adalah utilized for the purpose. The evaluation Bayesian Markov Chain Monte Carlo of model is compared the results (MCMC) yang dibantu dengan provided by the Heytos program. software statistik WinBUGS 1.4. Furthermore, the prediction of the Model ini dievaluasi melalui disaggregated data is modeled by using membandingkan model dengan hasil Matlab linked with WinBUGS. implementasi Heytos. Selanjutnya, The simulation model of PAR (1)24 prediksi model disagregasi hujan ini coupled with adjusting and filtering dibantu dengan Matlab yang procedures gives Mean Absolute Error dihubungkan dengan WinBUGS. (MAE) value of 0.44. This model has Hasil simulasi model PAR (1)24 successfully increased the performance yang diberi perlakuan dengan adjusting of the output by 15% compared to the dan filtering ini memberikan nilai results of Heytos application. This MeanAbsolute Error (MAE) sebesar model demonstrates better prediction of 0,44. Model ini mampu meningkatkan maximum rainfall depth (only 6.1% kinerja sebesar 15% jika dibandingkan differ from the observation) than the hasil aplikasi Heytos. Kinerja prediksi Heytos. The realibility of this model is model menunjukkan hasil yang bagus tested for 2 conditions. Firstly is by untuk tinggi hujan maksimum (selisih implementing the model to the rainfall tinggi hujannya hanya 6,1% terhadap data in December 2009. 1 shows that tinggi hujan observasi). Keandalan this model works significantly well in model ini telah diuji untuk dua disaggregating the rainfall data from kejadian. Pertama, implementasi untuk daily to hourly with the MAE value of bulan Desember tahun 2009 0.37. Secondly is by calibrating and memberikan kinerja yang bagus dengan implementing the model to the rainfall nilai MAE 0.37. Kedua, hasil kalibrasi data in Januari –Nopember 2005-2008. dan implementasi model untuk bulan- It shows that this parameter model bulan lain selain Desember tahun 2005- works well mostly for the wet seasons. 2008 menunjukkan bahwa model ini The data obtained from the model has mampu mendisagregasi data hujan dari been used for developing a flood harian ke jam-jaman terutama pada hydrograph and the result shows the bulan basah. Pemanfaatan data hasil similarity with the one build by using commit user data. disagregasi telah diuji dalam to observed
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
perhitungan hidrograf banjir dengan hasil yang sangat memuaskan karena Key word: rainfall disaggregation, mengahsilkan hidrograf banjir yang periodic auto-regression (PAR), polanya mirip dengan hidrograf banjir Bayesian, adjusting, filtering yang dibangun dari data observasi. Kata kunci: disagregasi data hujan, PAR, Bayesian, adjusting, filtering. (3) Teks Abstrak ditulis dalam 4 (empat) paragraf Ada 3 (tiga) teks abstrak atau 20%tersusun atas 4 (empat) paragraf, yaitu data no. K2-T3 dan T4. Namun demikian, ketiga data ini tidak semuanya memiliki 4 (empat) struktur abstrak meskipun tersusun atas 4 (empat) paragraf. Hanya data no. K2 dan T4 yang memiliki 4 (empat) struktur abstrak: paragraf pertama pendahuluan, ke dua tujuan, ke tiga metodologi, dan ke empat hasil. Kedua data ini tidak dilengkapi simpulan. Sementara data no. K2, tujuan penelitian dijadikan satu dengan pendahuluan yang ditulis dalam paragraf pertama. Hal ini tidak dibenarkan karena suatu teks dikatakan memiliki tingkat koherensi yang baik jika dalam satu paragraf hanya memiliki satu ide pokok (main idea). Sementara data no. T3, paragraf pertama pendahuluan, ke dua juga pendahuluan (lanjutan) dan sedikit saran, paragraf ke tiga adalah metodologi, dan ke empat nya hasil. Dibawah ini adalah contoh data no. K-2, yaitu teks abstrk yang tersusun atas 4 (empat) paragraf. TsuK-2: Nani Y TsaK-2 ‘Pengaruh Nilai Pribadi, Evaluasi ‘The influence of personal value, outcome, Sikap, Niat, dan Perceived outcome evaluation, attitude, Behavior Control terhadap Proses intension, and perceived behavioral Pengambilan Keputusan, Keputusan, control on decision-making dan Tindakan Memanfaatkan processes, decisions, and actions in utilizing public health center Pelayanan Puskesmas’ services’ Penelitian ini diawali dengan masalah rendahnya pemanfaatan This study begins with the pelayanan Puskesmas di mana realisasi problem of low utilization of services tidak sesuai dengan target yang telah in health centers where the target is ditentukan. Tujuan dari penelitian ini not in accordance with the realization. adalah menganalisis pengaruh nilai The purpose of this study was to commit toanalyze user pribadi terhadap evaluasi outcome, the influence of personal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
sikap, keputusan memanfaatkan pelayanan Puskesmas, pengaruh niat dan perceived behavioral control terhadap proses pengambilan keputusan, keputusan, dan tindakan memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Rancangan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectionalmenggunakan metode survey. Penelitian dilakukan pada seluruh wilayah Puskesmas di kota Kendari. Unit analisis yaitu pasien atau keluarga pasien yang mengambil keputusan untuk memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Besar sampel dihitung secara proporsional dan memenuhi ketentuan model size yaitu sebesar 410 sampel. Hasil penelitian menunjukkan, nilai pribadi berpengaruh signifikan terhadap evaluasi outcome dan keputusan memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Nilai pribadi mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap sikap. Evaluasi outcome berpengaruh signifikan terhadap sikap memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Niat berpengaruh signifikan terhadap proses pengambilan keputusan memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Proses pengambilan keputusan berpengaruh signifikan terhadap keputusan memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Perceived behavior control berpengaruh signifikan terhadap proses pengambilan keputusan dan keputusan. Keputusan berpengaruh signifikan terhadap tindakan memanfaatkan pelayanan Puskesmas.
value, outcome evaluation, attitude, intention, and perceived behavioral control on decision-making processes, decisions, and actions in utilizing public health center services. The design of this research was quantitive by using cross sectional survey method. The research was was conducted in all areas of health centers in Kendari, the unit of analysis was patients or families of the patients who decided to utilize health center services. The samples were proportionally calculatedand should comply with the requirement of the model size which consisted of 410 samples.
The results showed that personal values had a significant effect on outcome evaluation and decision to public health center services. Personal values had no significant effect on attitudes. Outcome evaluation had a significant effect on attitude to utilize public health center services. An intention had a significant influence on the decision making process in utilizing public health center services. The decision-making process significantly influenced the decisions in utilizing public health center services. The perceived behavioral control significantly influenced the decision making process and the decision itself. The decision significantly influenced the action to utilize public health center services.
Dengan ditemukannya konsep ilmiah baru dalam lingkup perilaku konsumen di Puskesmas, maka dapat Due to the discovery of new dipakai sebagai dasar meningkatkan scientific concepts within the scope of kinerja Puskesmas melalui pemahaman commit toconsumers‟ user behavior in the clinic, it nilai pribadi masyarakat dan petugas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
memberikan pelatihan pada masyarakat untuk meningkatkan keyakinan tentang kemampuan mengendalikan perilakunya dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan sebagai pilihan memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Hasil ini juga berguna untuk mengembangkan strategi Puskesmas dalam pengelolaan pelayanan kesehatan.
can be used as a basis for improving the performance of health centers by understanding of personal values of society and provide training to public officials to increase confidence about the ability to control his behavior in the use of public health center. The results are also useful for developing strategies in the management of public health centers as an opinion in Key words: nilai pribadi, evaluasi utilizing health services. outcome, sikap, niat, perceived behavior control, pengambilan keputusan Keywords: Personal value, outcome evaluation, attitude, intention, perceived behavioral control, decision-making.
(4) Teks Abstrak ditulis dalam 5 (lima) paragraf Ada 4 (empat) teks abstrak atau sekitar 26,66% memiliki 5 (lima) paragraf. Keempat data yang termasuk dalam kategori ini yaitu data no. K1K5-K6 dan K7. Namun demikian, keempat data ini atau teks abstrak yang tersusun atas 5 (lima) paragraf tersebut tidak semuanya memiliki 5 (lima) struktur abstrak sebagaimana mestinya. Hanya 3 (tiga) data atau sekitar 20% yang memiliki 5 (lima) struktur abstrak secara lengkap, yaitu data no. K1-K5 dan K6. Ketiga data inilah yang teks abstraknya ditulis secara benar, yaitu paragraf pertama pendahuluan, ke dua tujuan penelitian, ke tiga metodologi, ke empat hasil penelitian, ke lima simpulan dan ditulis secara terpisah. Sementara data no. K7, meskipun tersusun atas 5 (lima) paragraf teks abstrak ini tidak memiliki pendahuluan. Dalam data ini paragraf ke satu ditulis tujuan dan tidak ada pendahuluan, (yang seharusnya tujuan ditulis dalam paragraf ke dua), paragraf ke dua yang seharusnya ditulis tujuan penelitian oleh penulisnya ditulis metodologi, patagraf ke tiga yang seharusnya ditulis metodologi diganti dengan hasil penelitian, commit to user ke empat yang seharusnya hasil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
penelitian diisi dengan simpulan, dan paragraf ke 5 (lima) adalah saran yang seharusnya ditulis simpulan. Dengan demikian, secara umum diketahui bahwa dari limabelas teks abstrak yang diteliti ternyata hanya ada 3 (tiga3) teks abstrak atau 20% saja yang dikategorikan sebagai teks abstrak yang baik, yaitu: K-1, K-5, dan K-6. Sementara K-7, meskipun tersusun atas 5 (lima) paragraf, tidak memiliki pendahuluan. Karena tidak memiliki pendahuluan teks abstrak ini susunan atau urutan struktur abstrak dalam setiap paragrafnya tidak sesuai dengan teori yang telah ditentukan. Dibawah ini adalah contoh data no. K7 yang tersusun atas 5 (lima) paragraf akan tetapi hanya memiliki empat struktur (tujuan, metodologi, hasil, dan simpulan), tidak dilengkapi dengan pendahuluan. Data no. K7 TsuK-7: Ma’rufi, Isa ‘Mekanisme Pneumonitis Hipersensitif (HP) akibat Pajanan Debu Penggilingan Padi Pada Mencit (Mus Musculus) BALB/C‘ Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis mekanisme respon imun (kekebalan) dari Pneumonitis Hipersensitif (HP) sebagai akibat dari pajanan debu yang berasal dari penggilingan padi pada mencit (Mus Musculus) BALB/C.
TsaK-7 ‘Mechanism of hypersensitivity Pneumonitis (HP) as a result from the exposure of dust from paddy milling on mice (Mus musculus) BALB/C’ The purpose of this research was to analyze the immune response mechanism of Hypersensitivity Pneumonitis (HP) as a result from the exposure of dust from paddy milling on mice (Musmusculus) BALB/C.
Penelitian ini merupakan penelitian The research done was a laboratory eksperimen laboratorium dengan experimental research with mice menggunakan mencit (Mus Musculus) (MusMusculus) as experimental sebagai binatang eksperimen. animal. The research design used was Rancangan penelitian yang digunakan the post only control group design adalah „the post only control group using mice (MusMusculus) Balb/c as design‟ dengan menggunakan mencit experimental animal. Mice (Mus Musculus) Balb/c sebagai (Musmusculus) Balb/c were exposed binatang eksperimen. Mencit (Mus to dust from paddy milling for four (4) Musculus) Balb/c ini diberi pajanan hours/day and it was done for thirty debu yang berasal dari penggilingan (30) days with the exposed padi selama 4 (empat) jam per hari, dan concentrations respectively were 0.50 commit tomg/m3, user 0.75mg/m3, 1.00 mg/m3. The pemberian pajanan ini dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
dengan konsentrasi penuh selama 30 (tigapuluh) hari secara berturut-turut: 0.50 mg/m3, 0.75 mg/m3, 1.00 mg/m3. Adapun variabel penelitian terdiri atas variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Variabel bebas (independent variable) berupa debu yang berasal dari penggilingan padi, variabel terikat (dependent variable) berupa Pneumonitis Hipersensitif (HP), IgE, IL-4, CD8, IFN-γ, sel-sel pencetus terjadinya peradangan (inflammatory cells), dan gambaran histopatologi paruparu mencit, sedangkan variabel kontrolnya adalah ketegangan / respon, bobot, dan usia mencit (Mus Musculus) Balb/c.
research variables were free variable, dependent variable, and control variable. Independent variable was dust from paddy milling, dependent variables were Hypersensitivity Pneumonitis (HP), IgE, IL-4, CD8, IFN-γ, inflammatory cells, and histopathological picture of mice lung, while control variables were strain, body weight and age of mice (MusMusculus) Balb/c.
The research result showed that there was an increase of IgE, yet statistically there was no significant difference; there was an increase on IL4, CD-8, IFN-γ, inflammatory cells, and lung histopathology and Hasil penelitian menunjukkan statistically there was a significant bahwa terjadi peningkatan IgE, namun difference between the study and secara statistik tidak ada perbedaan control on mice BALB/C. yang signifikan; terjadi peningkatan The conclusion of the research was pada IL-4, CD-8, IFN-γ, sel-sel that the immune response mechanism pencetus terjadinya peradangan (inflammatory cells), dan histopatologi of Hypersensitivity Pneumonitis (HP) paru-paru (lung hispatology), dan as a result from the exposure of dust secara statistik ada perbedaan signifikan from paddy milling on mice (Mus antara hasil kajian dan kontrol pada musculus) BALB/C. It could be concluded that dust from paddy milling mencit BALB/C. inhaled repeatedly passed into the Kesimpulan dari penelitian ini alveoli and then it was caught by adalah terjadinya mekanisme respon alveolar macrophages which then imun dari Pneumonitis Hipersensitif generated the increase of IL-4 and CD(HP) sebagai akibat dari adanya debu 8. After that, IL-4 generated the yang berasal dari penggilingan padi increase of IgE which afterward pada mencit (Mus Musculus) BALB/C: attracted mast cells while CD8 dapat disimpulkan bahwa debu yang expressed IFN-γ which then activated berasal dari penggilingan padi yang alveolar macrophages and attracted a dihirup berulang-ulang melalui rongga number of neutrophil and mast cell paru-paru (alveoli) kemudian diserap which subsequently induced oleh alveolar macrophages yang inflammation. The inflammation kemudian menyebabkan terjadinya occurred would develop into other peningkatan IL-4, dan CD-8. Setelah tissue damage and led to itu, IL-4 menyebabkan meningkatnya Ig Hypersensitivity Pneumonitis (HP). E yang kemudian mengikat mast cells. It was suggested that: it be better to Sementara itu CD-8 yang ditopang commit to user adanya IFN-γ yang kemudian repeat with longer exposure time so
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
menggerakkan alveolar macrophages dan mengikatsejumlah neutrophyl dan mast cells yang kemudian menyebabkan terjadinya peradangan. Peradangan yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan lain dan hal ini dapat mengakibatkan terjadinya Pneumonitis Hipersensitif (HP).
that the damage in lung be seen more clearly sepecially the occurrence of granuloma in lung Keywords: Hypersensitivity Pneumonitis (HP), dust from paddy milling
Disarankan bahwa: ada baiknya untuk mengulangi pemberian / perlakuan lebih lama lagi sehingga kerusakan paru-paru dapat diamati lebih jelas terutama pada saat terjadinya granuloma dalam paru-paru. Kata Kunci: Pneumonitis Hipersensitif (HP), debu dari penggilingan padi
Berdasarkan tabel 4.1 dan penjelasan diatas, secara teoritis hanya ada 3 (tiga) teks abstrak atau sekitar 20% saja yang memenuhi kriteria penulisan teks abstrak yang baik dan benarsebagaimana disyaratkan oleh Owen D Williamson dan Koopman. Ketiga data atau teks abstrak yang memiliki 5 (lima) struktur abstrak (pendahuluan, tujuan, metodologi, hasil, dan simpulan) yang direpresentasikan dalam 5 (lima) paragraf tersebut adalah data No. K1, K5, dan K6. Sementara K7 dikategorikan kurang baik karena teks abstrak ini tidak memiliki unsur pendahuluan meskipun memiliki 5 (lima) paragraf sebagaimana telah dicontohkan diatas. b) Analisis Berdasarkan Jumlah Struktur Abstraknya Selain format penulisan abstrak dan jumlah paragraf, dalam penelitian ini juga ditemukan teks-teks abstrak yang tidak atau kurang memenuhi kriteria penulisan teks abstrak yang baik, yaitu ditinjau dari jumlah struktur abstraknya. Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa hanya sebagian kecil saja teks abstrak yang memiliki 5 (lima) struktur abstrak secara lengkap, yaitu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
tujuan, pendahuluan, metodologi, hasil, dan simpulan. Sementara sebagian besar lainnya tidak dilengkapi dengan pendahuluan, tujuan, atau simpulan. (1) Teks abstrak yang lengkap memiliki 5 (lima) struktur abstrak: pendahuluan, tujuan, metodologi, hasil, dan simpulan,
hanya ada 4
(empat) atau 26,66%, yaitu data no. K1, K3, K5, dan K6. Berikut ini adalah contoh teks abstrak yang memiliki 5 (lima) struktur abstrak secara lengkap: Data no. K6. TsuK-6: Komang A I ‘Perubahan Subseluler Sel Kondroid Nukleus Pulposus pada Degenerasi Diskus Intervertebralis‘
TsaK-6 Sub cellular Changes in Chondroid Cells of Nucleus Pulposus in Degenerative
Latar Belakang Masalah: Degenerasi diskus intervertebralis (DIV) selalu dianggap penyebab utama dari nyeri tulang belakang. Sekali dalam seumur hidupnya 80% orang pernah mengalaminya. Penanganan konservatif dan operatif belum memberikan hasil yang memuaskan. Proses degenerasi DIV merupakan perubahan struktur dan fungsi akibat perubahan sel kondroid di dalam diskus sebagai respon terhadap akselerasi beban progresif yang berlangsung terus menerus. Pada DIV degenerasi, sel kondroid yang berasal dari notokord hanya tersisa 1% dan banyak membentuk struktur klaster. Proses terjadinya perubahan subseluler dari sel kondroid ini belum jelas mekanismenya. Dengan memahami proses perubahan subseluler diskus degenerasi, diharapkan konsep penanganan nyeri tulang belakang akan lebih terarah sesuai dengan patologinya.
Intervertebral Disc‘ Back ground: Degenerated intervertebral disc (IVD) has always been considered as the major cause of low back pain. These were aberrant cell-mediated response to progressive structural failure, combined with accelerated or advanced signs of aging. Eighty percent of the population ever experiencing such back pain once in the life time. The pathogenesis itself is remained unclear; intriguing to find out the starting point where the disc structures started to decrease the ability to resist the load. While these notochord-origin chondroid IVD cells lesson into 1% of population and mostly were forming clusters. Understanding the sub cellular changes would guide the right management of degenerative disc desease. Objective: the aim of this study is to show the sub cellular changes of chondroid cells in the degenerative disc.
Tujuan Penelitian: Menjelaskan Method: Fifty one discus specimens perubahan subseluler sel kondroid sampled from MED (Micro Endoscopic Discectomy) of Herniation nukleus pulposus pada degenerasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
diskus intervertebralis. Bahan dan Metoda: Lima puluh satu spesimen diskus dari bahan operasi penderita HNP dengan Micro Endoscopy discectomy (MED) dan dua specimen diskus anak dengan scoliosis, dilakukan pemeriksaan Histopatologi untuk menilai jumlah struktur klaster sel kondroid dan Immunohistokimia untuk ekspresi HSP70, CD68, Casepase-3, Kolagen I dan Kolagen II. Analisis statistik menggunakan Uji t berpasangan dan Wilcoxon Sign Rank Test untuk uji beda dan Uji Pearson untuk analisis korelasi (p≤0,05).
Disc patients and two child discus specimens from scoliosis patients were looked into proportional of chondroid cell clustering. Immunohistochemistry evaluated for protein expressions of HSP70, CD68, Caspase-3, Collagen I and Collagen II. Data analyzed statistic with Paired t-test and WilcoxonSign Rank Test, and Pearson correlation test (p≤0.05).
Results: Chondroid cell clustering was signifaicantly higher than the single cells in degenerative disc. There was strong correlation of HSP70, CD68, Casepase3, and Collagen II in chondroid cell cluster, but not for Hasil Penelitian: Sel kondroid NP collagen I. There was strong correlation berstruktur klaster mengekspresikan of CD68 and Caspase-3 in cell cluster HSP70, CD68, Casepase3, dan (p≤0,05, r=0,734). Kolagen II secara bermakna (p≤0,05), sedangkan Kolagen I tidak. Terdapat Conclusion: The subcellular changes in hubungan yang kuat antara ekspresi IVD cell clustering showed adaptation CD68 dengan Casepase-3 pada sel and regeneration process by the expression of HSP70, CD68, and persist berstruktur klaster (p≤0,05, r=0,734). Collagen II. The Caspase-3 and Kesimpulan: Pada penderita Collagen I expressions showed degenerasi DIV terjadi perubahan degeneration process. The strong subseluler pada sel kondroid klaster correlation of CD68 and Caspase-3 yang menunjukkan adanya expressed equilibrium of adapting and kemampuan beradaptasi dan apoptotic process. beregenerasi. Kemampuan ini ditunjukkan oleh ekspresi HSP70, Key words: Intervertebralis Disc, Cd68, CD68, dan Kolagen II. Sedangkan Caspase3, Adaptation. ekspresi Caspase-3 dan Kolagen I menunjukkan sel kondroid menuju proses degenerasi. Adanya hubungan ekspresi Caspase-3 dan CD68 menunjukkan keseimbangan adaptasi dan apoptosis. Kata kunci: diskus intervertebral, sel kondroid, CD68, Caspase3, proses adaptasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
(2) Teks abstrak tanpa pendahuluan ada 1 (satu) atau 6,66%, yaitu data no. K7. Teks abstrak ini hanya memiliki 4 (empat) struktur abstrak, yaitu tujuan, metodologi, hasil, dan simpulan. Contoh data dapat dilihat di bagian lampiran. (3) Ada 5 (lima) teks abstrak atau 33,33% tidak memiliki tujuan, yaitu data no. T1, T3, T5, T7, dan T8.Teks-teks abstrak ini tersusun atas: pendahuluan, metodologi, hasil, dan simpulan. Contoh data dapat dilihat di bagian lampiran. (4) Yang terbanyak adalah teks abstrak tidak memiliki simpulan, yaitu mencapai 9 (sembilan) teks abstrak atau 60%. Teks abstrak yang termasuk dalam kategori ini adalah data no. K2, K4, T1, T2, T3, T4, T5, T6, dan T8. Contoh data dapat dilihat di bagian lampiran. (1) Teks Abstrak Tanpa Pendahuluan Dari 15 (limabelas) teks abstrak yang diteliti, ditemukan 1 (satu) teks abstrak atau 6,66%tidak dilengkapi dengan pendahuluan, yaitu data no. K7. Data ini merupakan satu-satunya teks abstrak diantara kelimabelas teks abstrak yang tidak memiliki pendahuluan atau latar belakang. Hal ini semestinya tidak perlu terjadi, mengingat disertasi adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ilmuan. Secara logika sebenarnya tidak mungkin suatu kegiatan ilmiah dikerjakan tanpa adanya latarbelakang yang melandasi atau alasan mengapa suatu kegiatan penelitian dilakukan. Dalam teks abstrak ini paragraf pertama yang seharusnya ditulis segala hal yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian namun penulis tidak melakukannya, dan langsung menuliskan tujuan penelitian. Dengan demikian paragraf ke dua yang seharusnya diisi dengan tujuan penelitian ditulis metodologi dan seterusnya. Hasil temuan ini dapat dilihat pada contoh data no K-7 berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
TsuK-7: Ma’rufi, Isa
TsaK-7
‘Mekanisme Pneumonitis ‘Mechanism of hypersensitivity Hipersensitif (HP) akibat Pajanan Pneumonitis (HP) as a result from Debu Penggilingan Padi Pada Mencit the exposure of dust from paddy (Mus Musculus) BALB/C‘ milling on mice (Mus musculus) Tujuan penelitian ini adalah untuk BALB/C’ menganalisis mekanisme respon imun The purpose of this research was to (kekebalan) dari Pneumonitis analyze the immune response Hipersensitif (HP) sebagai akibat dari mechanism of Hypersensitivity pajanan debu yang berasal dari Pneumonitis (HP) as a result from the penggilingan padi pada mencit (Mus exposure of dust from paddy milling on Musculus) BALB/C. mice (Musmusculus) BALB/C. Penelitian ini merupakan penelitian The research done was a laboratory eksperimen laboratorium dengan experimental research with mice menggunakan mencit (Mus Musculus) (MusMusculus) as experimental sebagai binatang eksperimen. animal. The research design used was Rancangan penelitian yang digunakan the post only control group design adalah „the post only control group using mice (MusMusculus) Balb/c as design‟ dengan menggunakan mencit experimental animal. Mice (Mus Musculus) Balb/c sebagai (Musmusculus) Balb/c were exposed binatang eksperimen. Mencit (Mus to dust from paddy milling for four (4) Musculus) Balb/c ini diberi pajanan hours/day and it was done for thirty debu yang berasal dari penggilingan (30) days with the exposed padi selama 4 (empat) jam per hari, dan concentrations respectively were 0.50 pemberian pajanan ini dilakukan mg/m3, 0.75mg/m3, 1.00 mg/m3. The dengan konsentrasi penuh selama 30 research variables were free variable, (tigapuluh) hari secara berturut-turut: dependent variable, and control 0.50 mg/m3, 0.75 mg/m3, 1.00 mg/m3. variable. Independent variable was dust Adapun variabel penelitian terdiri atas from paddy milling, dependent variabel bebas, variabel terikat, dan variables were Hypersensitivity variabel kontrol. Variabel bebas Pneumonitis (HP), IgE, IL-4, CD8, (independent variable) berupa debu IFN-γ, inflammatory cells, and yang berasal dari penggilingan padi, histopathological picture of mice lung, variabel terikat (dependent variable) while control variables were strain, berupa Pneumonitis Hipersensitif (HP), body weight and age of mice IgE, IL-4, CD8, IFN-γ, sel-sel pencetus (MusMusculus) Balb/c. terjadinya peradangan (inflammatory The research result showed that cells), dan gambaran histopatologi paru- there was an increase of IgE, yet paru mencit, sedangkan variabel statistically there was no significant kontrolnya adalah ketegangan / respon, difference; there was an increase on ILbobot, dan usia mencit (Mus Musculus) 4, CD-8, IFN-γ, inflammatory cells, Balb/c. and lung histopathology and Hasil penelitian menunjukkan statistically there was a significant bahwa terjadi peningkatan IgE, namun difference between the study and secara statistik tidak ada perbedaan commit tocontrol user on mice BALB/C. yang signifikan; terjadi peningkatan The conclusion of the research was
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 150
pada IL-4, CD-8, IFN-γ, sel-sel pencetus terjadinya peradangan (inflammatory cells), dan histopatologi paru-paru (lung hispatology), dan secara statistik ada perbedaan signifikan antara hasil kajian dan kontrol pada mencit BALB/C. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terjadinya mekanisme respon imun dari Pneumonitis Hipersensitif (HP) sebagai akibat dari adanya debu yang berasal dari penggilingan padi pada mencit (Mus Musculus) BALB/C: dapat disimpulkan bahwa debu yang berasal dari penggilingan padi yang dihirup berulang-ulang melalui rongga paru-paru (alveoli) kemudian diserap oleh alveolar macrophages yang kemudian menyebabkan terjadinya peningkatan IL-4, dan CD-8. Setelah itu, IL-4 menyebabkan meningkatnya Ig E yang kemudian mengikat mast cells. Sementara itu CD-8 yang ditopang adanya IFN-γ yang kemudian menggerakkan alveolar macrophages dan mengikatsejumlah neutrophyl dan mast cells yang kemudian menyebabkan terjadinya peradangan. Peradangan yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan lain dan hal ini dapat mengakibatkan terjadinya Pneumonitis Hipersensitif (HP). Disarankan bahwa: ada baiknya untuk mengulangi pemberian / perlakuan lebih lama lagi sehingga kerusakan paru-paru dapat diamati lebih jelas terutama pada saat terjadinya granuloma dalam paru-paru. Kata Kunci: Pneumonitis Hipersensitif (HP), debu dari penggilingan padi
that the immune response mechanism of Hypersensitivity Pneumonitis (HP) as a result from the exposure of dust from paddy milling on mice (Mus musculus) BALB/C. It could be concluded that dust from paddy milling inhaled repeatedly passed into the alveoli and then it was caught by alveolar macrophages which then generated the increase of IL-4 and CD8. After that, IL-4 generated the increase of IgE which afterward attracted mast cells while CD8 expressed IFN-γ which then activated alveolar macrophages and attracted a number of neutrophil and mast cell which subsequently induced inflammation. The inflammation occurred would develop into other tissue damage and led to Hypersensitivity Pneumonitis (HP). It was suggested that: it be better to repeat with longer exposure time so that the damage in lung be seen more clearly sepecially the occurrence of granuloma in lung. Keywords: Hypersensitivity Pneumonitis (HP), dust from paddy milling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 151
(2) Teks Abstrak tidak dilengkapi dengan TujuanPenelitian Bentuk penyimpangan lain juga ditemukan pada sejumlah teks abstrak dimana teks-teks abstrak tersebut tidak memiliki tujuan penelitian. Sebenarnya mustahil suatu penelitian ilmiah sekelas disertasi tidak memiliki tujuan karena apapun yang akan kita lakukan sudah pasti memiliki tujuan. Dengan ditentukannya tujuan diharapkan tahapan-tahapan untuk mencapai tujuan tersebut tidak akan salah langkah dan menyimpang atau tidak akan keluar dari apa yang telah ditentukan sebelumnya. Sejumlah teks abstrak yang termasuk dalam kategori ini ada 5 (lima) teks atau sekitar 33,33%. Teks-teks abstrak yang dimaksud adalah data no. T1, T3, T5, T7, dan T8. Berikut ini adalah salah satu contoh teks abstrak (data no. T-1) yang tidak dilengkapi tujuan penelitian: TsuT-1: Murni R
TsaT-1
FUNGSI DALAM ARSITEKTUR FUNCTION IN ARCHITECTURE DAN TANTANGAN ABAD XXI AND 21TH CENTURY Kasus: Jean Nouvel dan YB. CHALLENGES Mangunwijaya Works of Jean Nouvel Saat ini pembahasan fungsi hanya andYB.Mangunwijaya memegang peranan kecil dalam Recently, function as a subject have arsitektur, padahal tanpa fungsi sebuah only received a small part in bangunan bagaikan kehilangan architectural discussion. Meanwhile fondasinya. Fungsi merupakan elemen without function, a building seems have yang tidak bisa dihilangkan dalam no foundation. Function is ineliminable arsitektur. Pada abad XXI ini arsitektur element within the architectural. At sudah dihadapkan pada tantangan yang 21th century, architecture face the harus ditanggapi yaitu: masalah challenges that must be answered: humanity, nature, dan technology problems of humanity, nature and dalam konteks sustainable technology in sustainable architecture. architecture. Untuk menanggapinya The research objective is examining dilakukan penelitian mengenai fungsi carefully how function used when face pada arsitektur yang mampu the challenges. menghadapi tantangan yang harus This is a theoretical and qualitative dihadapi. research, which the object of study are Penelitian ini ada dalam ranah literature, criticism and other written teoritis, dan merupakan penelitian data. The most suitable method used to kualitatif, dengan obyek studi berupa describe the function and to make the pustaka dan data tertulis yang sudah proposition about function, are logical dipublikasikan. Metoda yang paling argumentation and critical method. The sesuai untuk mendiskripsi fungsicommit dan to result useris the proposition about function, membuat proposisinya adalah logical with humanism context according to the
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 152
argumentation dan metode kritik. Hasil yang didapat, berupa proposisi tentang fungsi yang ternyata menunjuk kepada konteks humanisme yang sesuai tantangan abad XXI, dengan fungsi pelestarian alam, fungsi teknologi, dan fungsi humanity beserta masingmasing pokok pikiran fungsi di masing-masing isyu tantangannya. Fungsi hasil diujikan kepada pemikiran Jean Nouvel dan YB. Mangunwijaya. Masing-masing, Jean Nouvel maupun YB. Mangunwijaya menunjukkan kemampuan di beberapa pokok pikiran fungsi yang ada namun tidak semuanya. Hasil akhir penelitian diharap mampu menambah wawasan dan alternatif acuan teori dalam arsitektur. Kata kunci: arsitektur, fungsi, tantangan abad XXI, Jean Nouvel, YB.Mangunwijaya
21th century‟s challenges. The result then tested to Jean Nouvel and YB.Mangunwijaya architectural thinking. Jean Nouvel and YB.Mangunwijaya have ability to face the challenges but not all. It is hoped that the result will enrich architectural knowledge and giving an alternative references in architecture. Keyword: architecture, function, 21th century challenges, Jean Nouvel, YB.Mangunwijaya
(3) Teks Abstrak tidak Memiliki Simpulan Penyimpangan terbanyak adalah ditemukannya sejumlah teks abstrak yang tidak memiliki simpulan, yang jumlahnya mencapai 9 (sembilan) teks atau 60%. Sejumlah teks abstrak yang tidak dilengkapi simpulan tersebut adalah data no. K2, K4, T1, T2, T3, T4, T5, T6, T8. Ketiadaan simpulan ini bisa terjadi, mungkin dikarenakan penulis abstrak menganggap bahwa simpulan tidak begitu penting. Merekaberanggapan bahwa hal-hal yang seharusnya ditulis dalam simpulan sudah masuk di bagian pembahasan dan hasil. Mereka tidak menyadari bahwa pembaca seringkali merasa perlu membaca bagian simpulan ini untuk mendapatkan informasi secara cepat dan mendesak. Oleh karena itu, bagaimanapun juga simpulan seharusnya tetap ditulis meskipun sebenarnya pokok-pokok permasalahan telah disebutkan pada bagian sebelumnya yaitu pada bagian pembahasan dan hasil penelitian. Hal ini perlu karena selain simpulan merupakan salah satu aspek yang harus commit to user ada dalam penulisan karya ilmiah terutama abstrak disertasi, simpulan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 153
biasanya juga menjadi bagian penting yang dicari pembaca untuk mengetahui hasil penelitian secara singkat dan cepat. Berikut ini adalah salah satu temuan teks abstrak disertasi yang tidak memiliki simpulan, yaitu data no. T-5. TsuT-5: Mahendra W
TsaT-5
TERBENTUKNYA RUANG THE DEVELOPMENT OF ELDERLY BERSAMA OLEH LANSIA COMMON SPACE BASE ON BERDASARKAN INTERAKSI SOCIAL INTERACTION AND ITS SOSIAL DAN POLA USAGE PATTERN PENGGUNAANNYA Research on elderly common space Penelitian ruang bersama lansia is useful to support higher quality of sangat berguna untuk mendukung their life. This support is important peningkatan kualitas kehidupannya. Hal agenda in national and global. One big ini juga merupakan agenda penting di discussion in older people research is tingkat nasional dan global. Salah satu the connection physical environment bahasan dalam agenda penelitian with need of socialization. These berkaitan dengan lansia ini adalah researches also deeply analyse those tentang hubungan lingkungan fisik problem with specific discussion of dengan kebutuhan bersosialisasi lansia. common space theory and interaction Penelitian ini akan mendalami masalah between elderly in its space. tersebut dengan spesifikasi bahasan The use of common space for pada teori ruang bersama dan interaksi elderly in their elderly house became antar lansia yang terjadi di dalamnya. important aspect in this research. The Penggunaan ruang bersama oleh elderly usages of common space will lansia di panti werdha menjadi show from the usage pattern of their perhatian dalam penelitian yang akan space. Research will analyze from dilaksanakan ini. Penggunaan ruang quantitative and sociogram connected bersama oleh lansia tercermin melalui with the usage pattern of their common pola dan perulangan yang diperlihatkan space. lansia dalam menggunakan ruang Research methodology that held bersamanya. Analisa dilaksanakan dari here is Combined Strategies (Mixedsisi kuantitatif dan analisa diagram Methodology) with research tactics are sosiogram berkaitan dengan focus on data collection and analysis. penggunaan ruang bersama oleh lansia. Important point in this research analyse Metodologi penelitian yang are co-presence, movement, and dilaksanakan dalam penelitian ini common space usage pattern. The adalah Combined Strategies (Mixed- result contribution and research Methodology) dengan taktik penelitian originality are finding the process to yang dilakukan adalah berfokus pada develop elderly common space, koleksi data dan analisa. Titik penting common space characteristics, factors dalam analisa penelitian adalah that creates common space and berkaitan dengan kehadiran bersama, Environmental Social Value (NSL). interaksi, pergerakan antar ruang, dan Key words: Usage Pattern, Interaction, pola penggunaan ruang bersamanya. Common Space commit Temuan yang berupa kontribusi dan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 154
orisinalitas penelitian ini adalah pada penemuan proses terbentuknya ruang bersama, sifat-sifat dan faktor-faktor pembentuknya serta Nilai Sosialisasi pada Lingkungan (NSL). Kata kunci: Pola penggunaan, Interaksi, Ruang bersama.
Berdasarkan hasil temuan dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum dari limabelas (15) teks abstrak yang diteliti hanya ada 4 (tempat) teks abstrak atau sekitar 26,66% saja yang memenuhi kriteria teks abstrak yang baik dan benar. Keempat teks tersebut adalah data no. K1-K3-K5 dan K6. Namun setelah diamatisecara lebih cermat, dari keempat teks abstrak tersebut satu diantaranya yaitu data no. K3 tidak termasuk kategori teks abstrak yang baik karena hanya tersusun satu paragraf saja. Hal ini menjadikan teks abstrak tersebut tidak koheren karena teks abstrak memiliki lima ide pokok dalam satu paragraf. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa suatu teks dikatakan baik jika teks tersebut memiliki koherensi teks yang baik. Sementara salah satu prasyarat koherensi teks adalah dalam satu paragraf tidak boleh memiliki lebih dari satu ide pokok. Dengan demikian secara teoritis dari kelimabelas teks abstrak yang diteliti hanya ada 3 (tiga) teks abstrak atau 20% yang dikategorikan sebagai teks abstrak yang baik dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Ketiga teks abstrak tersebut adalah data no.K1-K5 dan K6. 2. Struktur Abstrak & Tingkat Koherensi Tsu Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian sebelumnya bahwa Struktur abstrak yang baik seharusnya mencakup struktur abstrak, (yang terdiri atas 5 (lima) hal yaitu pendahuluan, tujuan, metodologi, hasil penelitian, dan simpulan), serta memiliki tingkat koherensi teks yang baik. Sementara itu untuk mendapatkan tingkat koherensi teks yang baik diperlukan adanya aspek lain yang berupa kohesi teks. Oleh karena itu penilaian teks abstrak selain berdasarkan atas kelima aspek, yaitu adanya pendahuluan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 155
tujuan dilakukannya penelitian, metodologi, hasil penelitian, dan simpulan, yang ditulis dalam 5 (lima) paragraf secara terpisah, setiap paragrafnya juga harus memiliki tingkatan kohesi dan koherensi yang baik pula. Untuk menganalisis struktur abstrak dan koherensi teksnya, peneliti berpedoman pada struktur abstrak yang disyaratkan oleh Owen D. Williamson (2007) dan Koopman (1997).
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya bahwa struktur teks abstrak yang baik seharusnya memiliki 6 (enam) aspek, yang terdiri atas 5 (lima) aspek berupa struktur: 1) motivation / introduction, 2) aims / objective, 3) methods / approach, 4) results, 5) conclusion,dan
diperkuat
1
(satu)aspek
pendukung
lainnya
yaitu
berupakoherensi teks (coherence) sehingga keutuhan teksnya benar-benar terjaga. Yang dimaksud motivation adalah alasan pentingnya masalah diangkat untuk dilakukan penelitian. Aims, yaitu masalah yang diangkat, yang biasanya dinyatakan dalam rumusan masalah, tujuan dan hipotesanya. Approach, yaitu metodologi atau pendekatan yang digunakan dalam menganalisis data yang ada untuk memperoleh hasil temuan yang diharapkan. Results, yaitu jawaban / hasil temuan atas rumusan masalah yang dikemukakan. Conclusion, yaitu kesimpulan dan implikasinya terhadap hasil temuan / jawaban dari rumusan masalah. Sedangkan koherensi teks adalah keterkaitan dan keterikatan antara kalimat satu dengan kalimat lainnya, dan paragraph yang satu dengan lainnya, yang biasanya ditandai dengan adanya kohesi gramatikal (grammatical cohesion) dan atau kohesi leksikal yang tepat. Menurut Halliday dan Hasan dalam Mona Baker (1991), dan Brown & Yule dalam Mc. Carthy (1991) ada 4 (empat) aspek kohesi gramatikal, yaitu: pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), dan konjungsi (conjunction). Aspek pengacuan meliputi pronomina persona / personal pronouns (I, she, him, your, etc), dan pronomina demonstratif (demonstrative pronouns (this, that, these, those); Penyulihan mencakup commit to user substutusi nomina, verba, dan klausa; Sementara pelesapan juga meliputi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 156
pelesapan nomina, verba, dan klausa; Sedangkan konjungsi sendiri meliputi aditif (e.g. and, in addition), adversative (e.g. but, however), temporal, dan kausal. Karena teks abstrak hanya tersusun dari beberapa paragraf (lima paragraf), secara global analisis hanya difokuskan pada aspek konjungsi dan pengacuan atau salah satu aspek kohesi leksikal dan atau gramatikal saja yang mengacu atau menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam satu paragraf, dan atau antara paragraf satu dengan paragraf lainnya, dan berikutnya. Indikator lain sehubungan dengan penilaian tingkat koherensi suatu teks bahwasanya dalam satu paragraf seharusnya hanya memiliki satu ide pokok (main idea). Hal ini dimaksudkan untuk menyederhanakan dalam pengambilan data sebagai indikator apakah teks abstrak tersebut memiliki tingkat koherensi yang baik atau tidak. Berdasarkan tabel no 2.1 pada lampiran 2, selanjutnya hasil penilaian struktur abstrak oleh ketiga raters untuk masing-masing teks abstrak, kohesi dan tingkat koherensi, serta rerata keseluruhan teks Tsu dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 157
Tabel 4.2 Nilai Rerata Keseluruhan (Rt1-2-3) Struktur Abstrak: Struktur, Kohesi, dan Koherensi Tsu. Nilai Struktur Abstrak: Struktur, Kohesi, dan Koherensi Tsu No.
Nilai Struktur Abstrak: Struktur, Kohesi, dan Koherensi Teks (Tsu)
Data
Rt1
Rt2
Rt3
Rerata
K-1
2,66
3,00
2,33
2,66
K-2
2,33
3,00
3,00
2,77
K-3
1,66
2,33
2,00
2,00
K-4
1,66
2,00
2,00
1,88
K-5
2,66
3,00
3,00
2,88
K-6
3,00
3,00
2,00
2,66
K-7
2,66
1,00
2,33
2,00
T-1
2,00
2,00
2,00
2,00
T-2
2,33
2,33
2,00
2,22
T-3
1,66
1,66
2,66
2,00
T-4
2,33
1,66
2,33
2,11
T-5
1,00
1,66
2,00
1,55
T-6
2,00
1,66
2,00
1,88
T-7
1,66
1,33
2,00
1,66
T-8
2,66
1,33
2,33
2,11
Total
32,33
31,00
34,00
32,44
2,06
2,26
2,16
Rerata 2,15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 158
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil rerata penilaian sehubungan dengan struktur abstrak dan koherensi teks Tsu cukup bervariasi, dengan nilai terendah „1,55„, dan tertinggi „2,88„. Rentang nilai ini cukup jauh, namun jika merujuk kembali pada model penilaian yang dikemukakan oleh Nababan dkk (2012), keragaman nilai tersebut hanya dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu „3„ dengan kategori „baik„, „2„ : kurang baik, dan „1„ : tidak baik. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti membuat tafsiran kategori penilaian sebagai berikut:
No.
Nilai
Kategori
1.
2,51-3,00
Baik
2.
1,51-2,50
Kurang Baik
3.
1,00-1,50
Tidak Baik
Sehubungan dengan kategori penilaian tersebut, selanjutnya nilai rerata pada tabel 4.2 dapat diklasifikasikan seperti pada tabel 4.3 dibawah ini: Tabel 4.3 Klasifikasi, Kategori, dan Persentase Nilai Rerata Struktur Abstrak dan Koherensi Teks Tsu. Nilai
No. Data
Jumlah
Persentase
Kategori
2,51-3,00
K1-K2-K5-K6
4
26,67%
Baik
1,51-2,50
K3-K4-K711
73,33%
Kurang Baik
T1-T2-T3-T4T5-T6-T7-T8 1,00-1,50
----
----
0%
Tidak Baik
TOTAL
15
15
100%
----
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui bahwa dari 15 (limabelas) teks abstrak/data yang dianalisis sehubungan dengan penilaian struktur abstrak dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 159
koherensi teks Tsu nya diketahui hanya ada 2 (dua) kategori, yaitu teks abstrak dengan kategori „Baik‟, dan „Kurang Baik‟. Yang terbanyak adalah teks abstrak dengan kategori „Kurang Baik‟, yang mencapai 11 teks atau 73,33%. Yang ke dua adalah teks abstrak yang mendapat kategori penilaian tertinggi dengan kategori „Baik‟. Teks abstrak yang mendapat kategori ini hanya 4 (empat) teks abstrak atau 26,67% saja, yaitu data no. K1-K2-K5, dan K6. Namun demikian tidak satupun teks abstrak yang mendapat nilai rerata „3‟: Baik Sempurna. Ke empat data yang mendapat kategori „Baik„ tersebut mendapatkan nilai rerata dibawah „3‟, yaitu antara „2,66-2,77-2,88‟. Sementara teks abstrak yang mendapat kategori „Tidak Baik‟ tidak ditemukan atau tidak ada, atau 0%. (1) Ada 4 (empat) teks abstrak/data atau 26,67% yang mendapat nilai tertinggi dengan kategori „Baik‟, yaitu data no. K1-K2-K5, dan K6. Nilai tertinggi pertama dengan rerata „2,88‟ diperoleh data no. K5. Nilai ini merupakan nilai rerata gabungan dari 3 (tiga) Raters dimana Rater 1 memberi nilai rerata „2,66„, Rater 2 memberi nilai „3„, dan Rater 3 juga memberi nilai „3„. Dengan demikian komposisi nilai yang diperoleh data no. K2 ini adalah: „2,66-3,00-3,00‟. Perlu diketahui bahwa setiap nilai yang diberikan oleh masing-masing Rater merupakan nilai rerata penggabungan dari 3 (tiga) aspek penilaian, yaitu terkait dengan lengkap tidaknya struktur abstrak yang digunakan, ketepatan penggunaan penanda kohesi, dan koherensi teks. Sementara nilai tertinggi ke 2 dengan rerata „2,77‟ diperoleh data no. K2. Nilai ini diperoleh dari 3 (tiga) Raters dimana Rater 1 memberi nilai rerata „2,33„, Rater 2 memberi nilai „3„, dan Rater 3 juga memberi nilai „3„.Dengan demikian komposisi nilai tersebut adalah: „2,33 – 3,00 – 3,00‟. Tertinggi ke tiga ada 2 (dua) yaitu data no. K1 dan K6, yang keduanya mendapat nilai rerata sama, yaitu : „2,66‟. Berikut ini adalah contoh data no. K5, yaitu teks abstrak yang mendapat kategori penilaian „Baik‟ dengan nilai rerata „2,88‟:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 160
Contoh Data no. K5: ‘EKSPRESI HUMAN LEUKOCYTE ANTIGEN-G, HEAT SHOCK PROTEIN-90, VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR-A DAN KOLAGEN TIPE IV PADA MOLAHIDATIDOSA (SUATU KAJIAN BIOLOGI MOLEKULER MOLAHIDATIDOSA)’ Molahidatidosa adalah penyakit trofoblas (1a) gestasional (PTG) dan merupakan kehamilan abnormal yang secara histologik ditandai dengan proliferasi sel trofoblas (1b), villi korialis yang avaskuler dan mengalami degenerasi hidropik. Di Indonesia penyakit trofoblas (1c) gestasional masih merupakan masalah pelayanan reproduksi yang besar, karena prevalensi yang tinggi, faktor risiko yang banyak dan penyebaran yang merata. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (2a) ekspresi protein HLA-G, Hsp-90, VEGF-A dan Kolagen-IV di trofoblas dan serum pada molahidatidosa dan kehamilan normal. Disamping itu juga bertujuan (2b) menganalisis adakah hubungan kausatif adanya penurunan ekspresi HLA-G terhadap peningkatan ekspresi Hsp-90 dan Kolagen-IV serta penurunan ekspresi VEGF-A pada molahidatidosa. Rancangan Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian Observasional Analitik dengan rancangan Cross Sectonal (3a).Subyek yang telah memenuhi kriteria sampel dilakukan pemeriksaan imunnohistokimia (3b) HLA-G, Hsp-90, VEGF-A dan Kolagen tipe-IV dan pemeriksaan Elisa Hsp-90, VEGF-A dan Kolagen tipe-IV dan sebagai kontrol dilakukan pemeriksaan serupa yang diambil dari plasenta kehamilan normal. @Hasil: Pemeriksaan imunohistokimia (4a) ekspresi HLA-G pada trofoblas molahidatidosa lebih rendah, Hsp-90 lebih tinggi, VEGF-A lebih rendah dan Kolagen-IV lebih tinggi 160 isbanding pada trofoblas plasenta kehamilan normal (p<0,05). Pada pemeriksaan Elisa (4b) kadar Hsp-90 dan Kolagen-IV pada molahidatidosa lebih tinggi 160 isbanding pada kehamilan normal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 161
(p<0,05), sedang kadar VEGF-A lebih rendah tidak terbukti (p>0,05). Sebagai marker molahidatidosa Hsp-90 mempunyai tingkat prediksinya sebesar 70%. Kesimpulan:HLA-G yang rendah (5a)pada trofoblas merupakan pathogenesis molahidatidosa……(5b)……Hsp-90
dapat
digunakan
sebagai
marker
molahidatidosa dengan tingkat prediksi 70%. Keterangan: Kata, frasa, maupun klausa yang digaris bawahi diatas merupakan konjungsi yang menghubungkan kalimat satu dengan lainnya. Frasa maupun klausa tersebut berfungsi sebagai penanda kohesi dalam kalimat tersebut. Misalnya frasa pada penyakit trofoblas (1a) dan proliferasi sel trofoblas (1b), keduanya berfungsi sebagai penanda kohesi yang berfungsi untuk merekatkan kedua kalimat tersebut. Ketepatan menggunakan penanda kohesi inilah yang dapat menentukan bahwa suatu teks atau paragraf dikategorikan baik karena memiliki koherensi teks yang baik. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa data no. K5 tersebut mendapat nilai rerata „2,88‟ dimana Rater 1 memberi nilai rerata „2,66‟, Rater 2 dan 3 memberi nilai „3‟. Dengan demikian komposisi nilai tersebut adalah: „2,66 – 3 – 3‟. Perlu diketahui bahwa nilai yang diberikan oleh ketiga Raters tersebut sebenarnya berasal dari rerata penilaian dari 3 (tiga) aspek, yaitu struktur abstrak, ketepatan dalam penggunaan penanda kohesi, dan koherensi teks. Berikut ini adalah rincian penilaian dari tiga aspek tersebut: Struktur
Kohesi
Koherensi
Rerata
Rater 1
3
2
3
2,66
Rater 2
3
3
3
3,00
Rater 3
3
3
3
3,00 „2,88„
Rerata Rater 1-2-3:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 162
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa teks abstrak tersebut telah memiliki kelima struktur abstrak secara lengkap, yaitu pendahululuan, tujuan penelitian, metodologi, hasil / pembahasan, dan simpulan. Dengan demikian sudah seharusnya aspek struktur abstraknya mendapat nilai „3‟. Sementara untuk ketepatan dan kesesuaian dalam penggunaan penanda kohesi sudah cukup baik kecuali pada paragraf ke lima di kesimpulan. Diantara frasa pada no.
5b
molahidatidosa……(5b)……Hsp-90……….seharusnya
diberikan
konjungsi „sementara itu atau sedangkan„. Mungkin inilahyang menjadi pertimbangan Rater 1 memberikan nilai „2„ untuk aspek kohesi pada data no. K5 tersebut. Selanjutnya untuk aspek koherensi teksnya, peneliti setuju dengan memberikan nilai rerata „3,00‟, karena meskipun ada satu paragraf yaitu paragraf ke 5 bagian kesimpulan yang tidak dilengkapi dengan kojungsi, secara umum tidak begitu berpengaruh terhadap keutuhan teks. Dua kalimat tersebut seharusnyadiberikan tambahan konjungsi atau kata penghubung „sementara
atau
sedangkan‟ supaya kedua
kalimat tersebutmemiliki
keterikatan sehingga menjadi koheren. Sedangkan empat paragraf lainnya, yaitu paragraf 1,2,3, dan 4 sudah cukup baik karena telah dilengkapi dengan penanda kohesi yang tepat.Misalnya pada paragraf pertama, frasa 1a „penyakit trofoblas‟ menunjukkan hubungan / kerekatan dengan kalimat ke dua yang ditunjukkan dengan pengulangan frasa „penyakit trofoblas‟ pada kalimat ke dua. Frasa inilah yang berfungsi sebagai penanda kohesi diantara kalimat keduanya sehingga paragraf tersebut menjadi koheren. Ada 2 (dua) data dalam kategori teks yang „Baik‟ ini yang mendapatkan penilaian sama dari ketiga raters, yaitu data no. K1 dan K6. Kedua data ini mendapat nilai rerata sama, yaitu „2,66‟. Namun ada perbedaan penilaian antara rater ke 1 (satu) dan rater 3 (tiga). Perbedaan komposisi nilai tersebut adalah sebagai berikut: Data no. K1 komposisi nilai yang diperoleh adalah: „2,66 – 3,00 – 2,33‟, sedangkan data no. K6, komposisi nilai yang commit to user diperoleh dari ketiga raters adalah: „3,00 – 3,00 – 2,00‟.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 163
Contoh Data no K6: ‘Perubahan Subseluler Sel Kondroid Nukleus Pulposus pada Degenerasi Diskus Intervertebralis‘ Latar Belakang Masalah: Degenerasi diskus intervertebralis (DIV) (1)selalu dianggap penyebab utama dari nyeri tulang belakang. Sekali dalam seumur hidupnya 80% orang pernah mengalaminya (2). (....3.....) Penanganan konservatif dan operatif belum memberikan hasil yang memuaskan. Proses degenerasi DIV (4)merupakan perubahan struktur dan fungsi akibat perubahan sel kondroid di dalam diskus sebagai respon terhadap akselerasi beban progresif yang berlangsung terus menerus. Pada DIV degenerasi (5), sel kondroid yang berasal dari notokord hanya tersisa 1% dan banyak membentuk struktur klaster. Proses terjadinya perubahan subseluler dari sel kondroid ini (6) belum jelas mekanismenya. Dengan memahami proses perubahan subseluler diskus degenerasi (7), diharapkan konsep penanganan nyeri tulang belakang akan lebih terarah sesuai dengan patologinya. Tujuan Penelitian: Menjelaskan perubahan subseluler sel kondroid nukleus pulposus pada degenerasi diskus intervertebralis. Bahan dan Metoda: Lima puluh satu spesimen diskus dari bahan operasi penderita HNP dengan Micro Endoscopy discectomy (MED) dan dua specimen diskus anak dengan scoliosis, dilakukan pemeriksaan Histopatologi (1)untuk menilai jumlah struktur klaster sel kondroid dan (2) Immunohistokimia (....3...) untuk ekspresi HSP70, CD68, Casepase-3, Kolagen I dan Kolagen II.(...4.....) Analisis statistik menggunakan Uji t berpasangan dan Wilcoxon Sign Rank Test untuk uji beda dan Uji Pearsonuntuk analisis korelasi (p≤0,05). Hasil Penelitian: Sel kondroid NP berstruktur klaster mengekspresikan HSP70, CD68, Casepase3, dan Kolagen II secara bermakna (p≤0,05), sedangkan Kolagen I tidak. Terdapat hubungan yang kuat antara ekspresi CD68 dengan Casepase-3 pada sel berstruktur klaster (p≤0,05, r=0,734). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 164
Kesimpulan: Pada penderita degenerasi DIV terjadi perubahan subseluler pada sel kondroid klaster yang menunjukkan adanya kemampuan beradaptasi dan beregenerasi. Kemampuan ini ditunjukkan oleh ekspresi HSP70, CD68, dan Kolagen II. Sedangkan ekspresi Caspase-3 dan Kolagen I menunjukkan sel kondroid menuju proses degenerasi. Adanya hubungan ekspresi Caspase-3 dan CD68 menunjukkan keseimbangan adaptasi dan apoptosis. Kata kunci: diskus intervertebral, sel kondroid, CD68,
Caspase3, proses
adaptasi. (2) Ada 11 (sebelas) teks abstrak atau 73,33% yang mendapat nilai dengan kategori teks abstrak „Kurang Baik„, yaitu data no. K3-K4-K7, T-1-T2-T3-T-4T5-T6-T7-T8. Nilai-nilai ini sangat bervariatif, yaitu dengan rentang nilai tertinggi „2,22„, dan terendah „1,55„.Dari sebelas teks abstrak ini didominasi teks abstrak yeng mendapatkan nilai rerata „2„, yaitu mencapai 4 (empat) teks atau 36,36%. Selanjutnya disusul teks abstrak yang mendapat nilai rerata „2,11„ dan „1,8„ yang masing-masing ditemukan 2 (dua) teks atau 18,18%. Secara berturut-turut nilai tersebut adalah : „2,22„ : 1 (satu) teks (14,28%), „2,11„ : 2 (dua) teks (28,57%), „2,00„ : 4 (empat) teks (57,14%), „1,88„ : 2 (dua) teks (28,57%), „1,66„ dan „1,55„ masing-masing 1 (satu) teks atau 14,28%. Yang terakhir adalah 3 (tiga) data yang mendapat nilai berbeda, yaitu data no T2 dengan nilai „2,22‟, data no.T7 dengan nilai rerata „1,66‟, dan terakhir data no. T5 dengan nilai rerata „1,55‟. Berikut ini adalah contoh data no.T2 dengan kategori nilai „Kurang Baik‟ yang mendapat nilai rerata tertinggi untuk kategori ini. Data ini mendapat nilai rerata „2,22‟ dari ketiga raters. Komposisi nilai ini adalah: „2,33-2,33-2,00„.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 165
Contoh Data no. T2: ‘LANSEKAP
KORIDOR
JALAN
DI
PERKOTAAN
SEBAGAI
PEMBENTUK NILAI LINGKUNGAN‘: Kasus Kota Malang Dalam
perkembangan
dan
pembangunan
perkotaan,
menguatnya
kepentingan ekonomi sering mengganggu eksistensi lansekap koridor jalan (LKJ). Kondisi ini telah menimbulkan dampak negative bagi lingkungan perkotaan. Untuk itu diperlukan pemahaman terhadap manfaat dari fungsi LKJ sebagai pembentuk nilai lingkungan, sehingga dapat tercipta lansekap kota dan system kota yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan konsepsi model perencanaan, perancangan dan pengembangan LKJ di perkotaan berdasarkan penilaian kognitif para pemangku kepentingan melalui analisis eksistensi, performansi, persepsi, preferensi, keragaan estetis-arsitektural; ekologis-biofisik; sosial; dan ekonomi, partisipasi, dan apresiasi tentang manfaat dari fungsi utamanya. Penelitian dilakukan di Kota Malang yang ketersediaannya direpresentasikan pada 12 LKJ. Metode penelitian yang digunakan merupakan gabungan metode kualitatif dan kuantitatif. Alat analisis yang digunakan adalah scenic beauty estimation, semantic differensial, correlation, principal component analysis, cluster analysis dan contingent evaluation methods. Hasilnya: eksistensi LKJ bernilai cukup tinggi. Performansinya beragam dan ada yang belum optimal, persepsi dan preferensi publik tertinggi adalah LKJ berjalur pedestrian dan bermedian hijau. Kualitas estetis-arsitektural yang tinggi secara substansial diikuti oleh kualitas ekologis-biofisik yang tinggi pula, demikian sebaliknya. Secara ekologis-biofisik, kualitas LKJ masih sesuai dengan baku mutu. Potensi partisipasi publik tercermin dari
nilai surplus
konsumen LKJ relatif besar, dan dipengaruhi oleh taraf pendidikan dan pendapatan. Nilai lingkungan LKJ terkelompok menjadi dua, yakni gabungan estetis-arsitektural, ekologis-biofisik dan sosial, dan kelompok fungsi ekonomi, dimana fungsi ekonomi lebih rendah nilainya. Apresiasi publik terhadap nilai lingkungan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan latar belakang yang commit to user bertaut dengan bidang arsitektur dan lingkungan. Dari hasil ini diformulasikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 166
konsepsi model secara terpadu yang mengakomodasi keempat fungsi LKJ dan aspirasi publik. Kata kunci : konfigurasi, kualitas estetis-ekologis, lansekap koridor jalan, nilai lingkungan, publik warga kota. Penjelasan: Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa data atau teks abstrak ini mendapat nilai rerata „2,22„ dengan komposisi nilai: „2,33-2,332,00„. Nilai ini artinya bahwa baik struktur abstrak maupun koherensi teksnya kurang baik. Hal ini dikarenakan, teks abstrak di atas hanya terdiri atas 4 (empat) struktur abstrak, yaitu latar belakang, tujuan penelitian, metodologi, dan hasil penelitian, dan tidak dilengkapi dengan simpulan pada akhir teks. Selain itu koherensi teksnya juga kurang baik, terutama bagian teks paragraf terakhir. Dengan demikian nilai yang diberikan oleh ketiga raters yaitu antara „2,00-2,33„ sudah semestinya dan sesuai.
Contoh data no. T1: ‘FUNGSI DALAM ARSITEKTUR DAN TANTANGAN ABAD XXI‘ Kasus: Jean Nouvel dan YB. Mangunwijaya Saat ini pembahasan fungsi (1) hanya memegang peranan kecil dalam arsitektur, padahal tanpa fungsi (2b) sebuah bangunan bagaikan kehilangan fondasinya. (2a) Fungsi merupakan elemen yang tidak bisa dihilangkan dalam arsitektur (2b).Pada abad XXI ini arsitektur (3a) sudah dihadapkan pada tantangan yang harus ditanggapi yaitu: masalah humanity, nature, dan technology dalam konteks sustainable architecture (3b). Untuk menanggapinya (4a) dilakukan penelitian mengenai fungsi pada arsitektur (4b) yang mampu menghadapi tantangan yang harus dihadapi. Penelitian ini (5a) ada dalam ranah teoritis, dan merupakan penelitian kualitatif (5b), dengan obyek studi berupa pustaka dan data tertulis yang sudah dipublikasikan. Metoda (6) yang paling sesuai untuk mendiskripsi fungsi dan membuat proposisinya adalah logical argumentation dan metode kritik. Hasil yang didapat (7a), berupa proposisi tentang fungsi yang ternyata menunjuk kepada konteks humanisme yang sesuai tantangan abad XXI (7b), dengan fungsi pelestarian alam, fungsi teknologi, dan fungsi humanity beserta masing-masing pokok pikiran fungsi di masing-masing isyu tantangannya (7c).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 167
(…8a..) .Fungsi hasil (8b)diujikan kepada pemikiran Jean Nouvel dan YB. Mangunwijaya.
(…9….)
Masing-masing
(10),
Jean
Nouvel
maupun
YB.
Mangunwijaya menunjukkan kemampuan di beberapa pokok pikiran fungsi yang ada namun tidak semuanya. Hasil akhir penelitian diharap mampu menambah wawasan dan alternatif acuan teori dalam arsitektur. Kata kunci: arsitektur, fungsi, tantangan abad XXI, Jean Nouvel, YB.Mangunwijaya
Penjelasan:Berdasarkan hasil temuan, dari limabelas teks abstrak yang dianalisis, data no. T1 mendapat nilai rerata „2,00‟ dengan kategori nilai „D„ (Cukup). Dengan demikian, nilai ini diperoleh dari ketiga Raters dengan komposisi nilai: „2,00 - 2,00 – 2,00„. Nilai yang diperolehdari ketiga Raters tersebut sebenarnya berasal dari rerata penilaian 3 (tiga) aspek, yaitu struktur abstrak, ketepatan dalam penggunaan penanda kohesi, dan koherensi teks. Berikut ini adalah rincian penilaian dari tiga aspek tersebut: Struktur
Kohesi
Koherensi
Rerata
Rater 1
2
2
2
2,00
Rater 2
1
3
2
2,00
Rater 3
2
2
2
2,00
Rerata Rater 1-2-3:
2,00
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa teks abstrak tersebut hanya memiliki 3 (tiga) struktur abstrak, yaitu pendahuluan, metodologi, dan hasil / pembahasan, dan tidak dilengkapi dengan tujuan penelitian dan simpulan. Dengan demikian peneliti kurang setuju dengan hasil penilaian yang diberikan oleh Rater 1 dan 3 yang telah memberi nilai „2„ untuk struktur abstrak ini.Menurut peneliti, nilai „2‟ diberikan jika teks abstrak memiliki 4 (empat) struktur abstrak dari 5 (lima) struktur yang seharusnya ada.Dengan demikian menurut peneliti nilai yang tepat adalah „1„ seperti yang telah diberikan oleh Rater 2. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 168
Sementara untuk hasil penilaian sehubungan dengan kesesuaian penanda kohesi, menurut peneliti sudah cukup baik. Akan tetapi masih ada beberapa bagian kalimat yang perlu diberikan tambahan penanda kohesi, yaitu berupa konjungsi seperti pada bagian kalimat no. (...8a.....). Pada bagian ini sebaikanya ditambahkan konjungsi „Selanjutnya„ supaya kalimat setelahnya nyambung dengan paragraf sebelumnya.Selain itu pada bagian kalimat no. (9)dan (10) juga perlu ditambahankanfrasa, konjungsi dan perubahan susunan kata dan frasa supaya koheren dengan kalimat sebelum dan sesudahnya.Pada bagian kalimat no. (…9….) sebaiknya ditambahkan frasa „Setelah hasil diujikan‟, dan bagian no. (10) sebaiknya ditambahkan kata atau frasa dan dilakukan perubahan susunan kalimat menjadi „diketahui bahwa hasil pemikiran Jean Nouvel maupun YB. Mangunwijaya menunjukkan kemampuan di beberapa pokok pikiran fungsi yang ada namun tidak semuanya.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, peneliti setuju dengan Rater 1 dan 3 yang telah memberikan penilaian „2‟ baik untuk aspek kohesi maupun koherensi teksnya karena masih terdapat sejumlah kesalahan dan ketiadaan penanda kohesi. Selanjutnya adalah teks abstrak atau data yang mendapat penilaian terendah, yaitu data no. T5 dengan nilai rerata „1,55‟. Teks abstrak ini mendapatkan nilai terendah sehubungan dengan struktur abstrak dan koherensi teksnya. Komposisi nilai yang diperoleh data ini adalah „1,00-1,66-2,00‟. Ini artinya Rater 1 hanya memberi nilai „1,00‟, sedangkan rater 2 memberi nilai „1,66‟, dan rater 3 memberi nilai „2,00‟. Perbedaan nilai yang diberikan oleh Rater 1 dengan Rater 2 dan 3 ini cukup signifikan. Hal ini cukup menarik untuk mendapat perhatian khusus, mengapa demikian? Berikut ini adalah contoh data no. T5 yang mendapat nilai rerata terendah, yaitu „1,55„ dengan kategori teks „Kurang Baik„.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 169
Contoh Data no. T5: ‘TERBENTUKNYA RUANG BERSAMA OLEH LANSIA BERDASARKAN INTERAKSI SOSIAL DAN POLA PENGGUNAANNYA‘ Penelitian ruang bersama lansia sangat berguna untuk mendukung peningkatan kualitas kehidupannya.Hal ini juga merupakan agenda penting di tingkat nasional dan global. Salah satu bahasan dalam agenda penelitian berkaitan dengan lansia ini adalah tentang hubungan lingkungan fisik dengan kebutuhan bersosialisasi lansia. Penelitian ini akan mendalami masalah tersebut dengan spesifikasi bahasan pada teori ruang bersama dan interaksi antar lansia yang terjadi di dalamnya. Penggunaan ruang bersama oleh lansia di panti werdha menjadi perhatian dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini. Penggunaan ruang bersama oleh lansia tercermin melalui pola dan perulangan yang diperlihatkan lansia dalam menggunakan ruang bersamanya. Analisa dilaksanakan dari sisi kuantitatif dan analisa diagram sosiogram berkaitan dengan penggunaan ruang bersama oleh lansia. Metodologi
penelitian
yang
dilaksanakan
dalam
penelitian
ini
adalahCombined Strategies (Mixed-Methodology) dengan taktik penelitian yang dilakukan adalah berfokus pada koleksi data dan analisa. Titik penting dalam analisa penelitian adalah berkaitan dengan kehadiran bersama, interaksi, pergerakan antar ruang, dan pola penggunaan ruang bersamanya. Temuan yang berupa kontribusi dan orisinalitas penelitian ini adalah pada penemuan proses terbentuknya ruang bersama, sifat-sifat dan faktor-faktor pembentuknya serta Nilai Sosialisasi pada Lingkungan (NSL). Kata kunci: Pola penggunaan, Interaksi, Ruang bersama. Penjelasan:Dari limabelas teks abstrak yang dianalisis,data no. K5 ini mendapat nilai rerata terendah yaitu „1,55‟ dengan kategori nilai „E„ (Buruk). Nilai ini diperoleh dari ketiga Raters dengan komposisi nilai: „1,00 - 1,66 – 2,00„. Perlu diketahui bahwa nilai yang diberikan oleh ketiga Raters tersebut to user sebenarnya berasal dari reratacommit penilaian dari 3 (tiga) aspek, yaitu struktur
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 170
abstrak, ketepatan dalam penggunaan penanda kohesi, dan koherensi teks. Berikut ini adalah rincian penilaian dari tiga aspek tersebut: Struktur
Kohesi
Koherensi
Rerata
Rater 1
1
1
1
1,00
Rater 2
1
3
1
1,66
Rater 3
2
2
2
2,00 „1,55„
Rerata Rater 1-2-3:
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa teks abstrak tersebut hanya memiliki 3 (tiga) struktur abstrak, yaitu pendahuluan, metodologi, dan hasil / pembahasan, tidak dilengkapi dengan tujuan penelitian dan simpulan. Dengan demikian peneliti setuju dengan hasil penilaian yang diberikan oleh Rater 1 dan 2 yang memberi nilai „1„ untuk struktur abstrak ini. Sementara untuk ketepatan dan kesesuaian dalam penggunaan penanda kohesi sangat buruk. Hal ini dapat dilihat pada sejumlah kata maupun frasa yang digaris bawahi tersebut. Disana cukup banyak penggunaan penanda kohesi yang tidak tepat, kurang, atau tidak jelas.Oleh karena itu peneliti setuju dengan Rater 1 yang hanya memberi nilai„1,00„ untuk ketepatan penggunaan penanda kohesi ini. Selanjutnya untuk koherensi teksnya peneliti juga setuju dengan Rater 1 yang juga hanya memberi nilai „1,00„. Selain terdapat cukup banyak ketidaktepatan dalam penggunaan dan ketiadaan penanda kohesi, teks abstrak tersebut tidak tertulis secara jelas kalimat mana yang berfungsi sebagai ide pokok, mana kalimat penjelas. Misalnya, pada paragraf terakhir, disitu terdapat 4 (empat) kata „adalah„, yang semuanya tidak memiliki kalimat penjelas. Selain itu, untuk aspek pendahuluan tidak ditulis dalam satu paragraf, melainkan dua. Aspek pendahuluan ini ditulis dalam paragraf satu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 171
dan dua, dan diteruskan dengan sedikit aspek metodologi. Aspek metoldologi ini diteruskan dalam paragraf ke tiga. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa suatu teks dikatakan memiliki koherensi yang baik jika dalam satu paragraf hanya memiliki satu ide pokok.
3. Penilaian Struktur Abstrak dan Tingkat Koherensi Teks Tsa Untuk menganalisis struktur abstrak dan koherensi teks Tsa, peneliti juga berpedoman pada penulisan teks abstrak yang dikemukakan oleh Owen D. Williamson (2007) dan Koopman (1997). Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa teks abstrak yang baik seharusnya memiliki 6 (enam) aspek, yang terdiri atas 5 (lima) struktur abstrak, yaitu: 1) pendahuluan/latar belakang (motivation / introduction), 2) tujuan penelitian (aims
/
objective,
3)metodologi
(methods
/
approach,
4)
hasil
temuan/pembahasan (results), 5) simpulan (conclusion), dan 6) koherensi teks (coherence of text. Kelima struktur abstrak tersebut merepresentasikan sub-sub pokok bahasan atau bagian-baian pokok yang ditulis dalam disertasi, dan diperkuat 1 (satu) aspek pendukung lainnya yang ke enam yaitu berupa koherensi teks (coherence of text) sehingga keutuhan teksnya benar-benar terjaga. Seperti halnya pada penilaian struktur abstrak dan tingkat koherensi Tsu yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, aspek-aspek yang dinilai pada tingkat koherensi Tsa ini juga sama. Sejumlah aspek yang dinilai sehubungan dengan struktur abstrak dan koherensi teks nya disini meliputi jumlah (lengkap tidaknya) struktur abstrak yang digunakan, kesesuaian dalam menggunakan penanda kohesi leksikal dan atau gramatikal, dan koherensi teks. Koherensi teks dipengaruhi oleh tepat tidaknya mengimplementasikan penanda kohesi leksikal atau gramatikal. Selain itu syarat lain koherensi teks adalah bahwasanya dalam satu paragraf tidak boleh memiliki lebih dari satu ide pokok (main idea). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 172
Berdasarkan tabel no 4.3 pada lampiran 4, selanjutnya hasil penilaian rerata struktur abstrak oleh ketiga raters untuk masing-masing teks abstrak, kohesi dan tingkat koherensi, serta rerata keseluruhan teks Tsa. dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.4 Nilai Rerata Keseluruhan (Rt1-2-3) Struktur Abstrak: Struktur, Kohesi, dan Koherensi Tsa. Nilai Struktur Abstrak: Struktur, Kohesi, dan Koherensi Tsa
No. Data
Nilai Struktur Abstrak: Struktur, Kohesi, dan Koherensi Teks (Tsa) Rt1 Rt2 Rt3 Rerata
K-1
2,00
2,33
2,33
2,22
K-2
2,00
2,33
2,00
2,11
K-3
1,66
2,33
2,00
2,00
K-4
1,00
1,66
2,00
1,55
K-5
2,00
2,33
2,00
2,11
K-6
2,66
2,00
1,33
2,00
K-7
2,66
1,00
2,33
2,00
T-1
1,66
2,00
2,00
1,88
T-2
2,00
1,66
2,00
1,88
T-3
1,33
1,00
2,66
1,66
T-4
2,00
1,00
2,33
1,77
T-5
1,00
1,00
2,00
1,33
T-6
1,66
1,00
2,00
1,55
T-7
1,33
1,00
2,00
1,44
T-8
2,00
1,00
2,33
1,77
Total
27
23,66
31,33
27,28
Rerata
1,80
1,57
2,08
1,81
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil rerata penilaian sehubungan dengan struktur abstrak dan koherensi teks Tsa sangat bervariasi, yaitu dengan nilai tertinggi „2,22„, dan terendah „1,33„. Dari 3 (tiga) skala penilaian (3-2-1) yang dilakukan oleh ketiga raters ternyata diperoleh 9 (sembilan) variasi nilai. commit to user Rentang nilai ini sangat jauh, namun jika merujuk kembali pada model
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 173
penilaian yang dikemukakan oleh Nababan dkk (2012), keragaman nilai tersebut perlu dilakukan klasifikasi/pengelompokan nilai hanya menjadi 3 (tiga) kategori lagi. Oleh karena itu skala penilaian harus disesuaikan lagi dengan skala penilaian awal, yaitu „3„ dengan kategori „baik„, „2„ : kurang baik, dan „1„ : tidak baik. Sehubungan dengan hal tersebut, seperti halnya pada penilaian struktur abstrak dan koherensi Tsu, peneliti juga membuat tafsiran kategori penilaian seperti berikut ini:
No.
Nilai
Kategori
1.
2,51-3,00
Baik
2.
1,51-2,50
Kurang Baik
3.
1,00-1,50
Tidak Baik
Sehubungan dengan pengelompokan penilaian tersebut, selanjutnya nilai rerata pada tabel 4.4 dapat diklasifikasikan seperti pada tabel 4.5 dibawah ini: Tabel 4.5 Klasifikasi, Kategori, dan Persentase Nilai Rerata Struktur Abstrak dan Koherensi Teks Tsa. Nilai
No. Data
Jumlah
Persentase
Kategori
2,51-3,00
----
----
0%
Baik
13
86,67%
Kurang Baik
K1-K2-K31,51-2,50
K4-K5-K6K7-T1-T2-T3T4-T6-T8
1,00-1,50
T5-T7
2
13,33%
Tidak Baik
TOTAL
15
15
100%
----
Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa dari 15 (limabelas) teks commit to user abstrak/data yang dianalisis sehubungan dengan penilaian struktur abstrak dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 174
koherensi teks Tsa nya diketahui bahwa tidak ditemukan satupun data/teks abstrak yang mendapat penilaian dengan kategori „Baik‟. Hasil rerata penilaian yang dilakukan oleh ketiga Raters ternyata didominasi oleh teks abstrak/data yang mendapat kategori „Kurang Baik‟, yaitu mencapai 13 (tigabelas) teks atau 86,67%. Sementara 2 (dua) teks lainnya atau 13,33% mendapat kategori „Tidak Baik‟, yaitu data no. T5 dan T7. Kedua data/teks abstrak yang mendapat kategori penilaian „Kurang Baik„ tersebut adalah data no. T5 mendapatkan nilai rerata dibawah „1,33‟, dan data no.T7 mendapat nilai rerata „1,44„. Sementara teks abstrak yang mendapat kategori „Baik‟ tidak ditemukan atau tidak ada, atau 0%. (1) Ada 13 (tigabelas) teks abstrak/data atau sekitar 86,67% yang mendapat nilai dengan kategori „Kurang Baik‟, yaitu data no. K1-K2-K3-K4K5-K6-K7, T1-T2-T3-T4-T6-T8. Perlu diketahui bahwa kategori nilai ini memiliki rentangan nilai cukup jauh, yaitu dengan nilai terendah „1,55‟ dan tertinggi „2,22‟. Nilai tertinggi pertama dengan rerata „2,22‟ ini diperoleh data no. K1. Nilai ini merupakan nilai rerata gabungan dari 3 (tiga) Raters dimana Rater 1 memberi nilai rerata „2,00„, Rater 2 memberi nilai „2,33„, dan Rater 3 juga memberi nilai yang sama, yaitu „2,33„. Dengan demikian komposisi nilai yang diperoleh data no. K1 ini adalah: „2,00-2,33-2,33‟. Sementara nilai terendah untuk kategori teks abstrak yang „Kurang Baik‟ ini ada 2 (dua) data/teks, yaitu data no. K4 dan T6. Komposisi nilai yang diperoleh dari ketiga Raters untuk data no. K4 adalah „1,00-1,66-2,00‟. Sedangkan data no. T6 komposisi nilainya adalah „1,66-1,00-2,00‟. Perlu diketahui bahwa setiap nilai yang
diberikan
oleh
masing-masing
Rater
merupakan
nilai
rerata
penggabungan dari 3 (tiga) aspek penilaian, yaitu terkait dengan lengkap tidaknya struktur abstrak yang digunakan, ketepatan penggunaan penanda kohesi, dan koherensi teks. Berikut ini adalah salah satu contoh data/teks abstrak yang mendapat kategori penilaian „Kurang Baik‟, yaitu data yang mendapat nilai rerata „2,11‟. to user Ada 2 (dua) data/teks abstrakcommit atau sekitar 15,38% yang mendapat nilai sama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 175
(2,11), yaitu data no. K2 dan data no. K5. Kedua data ini selain mendapat nilai rerata sama dari ketiga Raters, komposisi nilainya pun juga sama, yaitu: „2,002,33-2,00‟. Ini artinya ketiga Raters tersebut memberikan penilaian yang persis sama terhadap 3 (tiga) aspek yang dinilai, yaitu: struktur abstrak, kesesuaian penggunaan penanda kohesi, dan koherensi teks Tsa. nya.
Contoh Data no. K5: TsuK-5:Respati, S EKSPRESI HUMAN
LEUKOCYTE
TsaK-5 EXPRESSION OFHUMAN LEUKOCYTE
ANTIGEN-G, HEAT SHOCK PROTEIN-
ANTIGEN-G, HEAT SHOCK PROTEIN-90,
90,
ENDOTHELIAL
VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH
GROWTH FACTOR-A DAN KOLAGEN
FACTOR-A AND COLLAGEN TYPE IV IN
TIPE IV PADA MOLAHIDATIDOSA
HIDATIDIFORM MOLE
VASCULAR
(SUATU
KAJIAN
BIOLOGI
MOLEKULER MOLAHIDATIDOSA)
(MOLECULAR BIOLOGICAL STUDY OF HIDATIDIFORM MOLE)
Molahidatidosa adalah penyakit trofoblas gestasional (PTG) dan merupakan kehamilan abnormal yang secara histologik (1c) ditandai dengan proliferasi sel trofoblas, villi korialis yang avaskuler dan mengalami degenerasi hidropik.
Di
gestasional
Indonesia masih
penyakittrofoblas
merupakan
masalah
pelayanan reproduksi yang besar, karena (2a) prevalensi yang tinggi (2b), faktor risiko yang
Background:Hidatidiform mole (1a) is a gestational trophoblastic desease (GTD) (1b), an abnormal pregnancy (.…1c....) characterized by proliferation of trophoblastic cells, avascular chorialis
villi,
degeneration
and
underwent
(1d).Gestational
hydropic
trophoblastic
deseases (2a) in Indonesia still pose as a great reproductive health problem, with its high prevalence (2b), numerous risk factors, and
banyak dan penyebaran yang merata.
smooth distribution. Tujuan:
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menganalisis ekspresi protein HLA-G, Hsp90, VEGF-A dan Kolagen-IV di trofoblas dan serum pada molahidatidosa dan kehamilan normal. Disamping itu (2a) juga bertujuan menganalisis
adakah hubungan kausatif
adanya penurunan ekspresi HLA-G terhadap peningkatan ekspresi Hsp-90 dan Kolagen-IV
Objective:The aim of this study (1) is to analyze the expression of VEGF-A trophoblast
and and
type-IV serum
HLA-G, Hsp-90, collagen of
in
patients
the with
hydatidiform mole, and normal pregnancy. (…2a…)
We
aimed
(2b)to
analyze
the
possibility of causative relationship between the
decrease of in HLA-G expression, and the serta penurunan ekspresi VEGF-Acommit pada to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 176
increase of Hsp-90 and type IV collagen
molahidatidosa.
expression, and the decrease of VEGF-A Rancangan Penelitian: Penelitian ini adalah
expression in hydatidiform mole.
penelitian Observasional Analitik dengan rancangan Cross Sectonal. Subyek yang telah
Design: This is an observational analytic study
memenuhi 176 isbandi sampel dilakukan
with a cross sectional design. Subjects that
pemeriksaan imunnohistokimia HLA-G, Hsp-
fulfill our (1) sample criterion were subjected
90, VEGF-A dan Kolagen tipe-IV dan
to HLA-G, Hsp-90, VEGF-A and type-IV
pemeriksaan Elisa Hsp-90, VEGF-A dan
collagen immunohystochemical examination ,
Kolagen tipe-IV dan sebagai 176 isband
and ELISA study for the same proteins. Control
dilakukan pemeriksaan serupa yang diambil
for this study was taken from placenta of
dari plasenta kehamilan normal.
normal pregnancies.
Hasil: Pemeriksaan imunohistokimia ekspresi
Result:
HLA-G pada trofoblas molahidatidosa lebih
examination found out that a lower HLA-G,
rendah, Hsp-90 lebih tinggi, VEGF-A lebih
higher Hsp-90, lower VEGF-A and higher type-
rendah
tinggi
IV collagen expression in samples from
plasenta
hydatifirorm mole, compared with throphoblast
Pada
in placenta normal pregnancies (p<0.05). Using
pemeriksaan Elisa kadar Hsp-90 dan Kolagen-
ELISA method, we (2) found higher levels of
IV
Hsp-90 and type IV collagen in hydatidiform
dan
Kolagen-IV
176 isbanding
pada
kehamilan
pada
trofoblas
normal
(p<0,05).
molahidatidosa
176 isbanding
pada
lebih
lebih
kehamilan
tinggi normal
mole,
Our
compared
(1)
immunohystochemical
with
normal
pregnancy
(p<0,05), sedang kadar VEGF-A lebih rendah
(p<0.05), while the decrease of VEGF-A was
tidak terbukti (p>0,05). Sebagai marker
not established (p<0.05). The Hsp-90 was found
molahidatidosa Hsp-90 mempunyai tingkat
to be a marker for hydatidiform mole with a
prediksinya sebesar 70%.
predictive value is 70.0%.
Kesimpulan: HLA-G yang rendah pada
Conclusion: the low HLA-G in trophoblast is
trofoblas
pathogenesis
the pathogenesis of hydatidiform mole. Hsp-90
digunakan
can be used as a hydatidiform mole marker,
merupakan
molahidatidosa.
Hsp-90
dapat
sebagai marker molahidatidosa dengan tingkat
with a prediction value is 70%.
prediksi 70%. Keywords: Hydatidiform mole, HLA-G, HspKata Kunci: Molahidatidosa, HLA-G, Hsp-
90, VEGF-A, Collagen type IV
90, VEGF-A, Kolagen-IV.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 177
Data no. K5 di atas nilai rerata struktur abstrak dan koherensi teks Tsa nya adalah: „2,11„ dengan kategori nilai ‟Kurang Baik. Nilai ini diperoleh dari tiga Raters dimana Rater 1 memberi nilai rerata „2‟, Rater 2 memberi nilai rerata „2,33‟, dan Rater 3 memberi nilai „2‟. Nilai rerata „2,11‟ ini sebenarnya merupahan hasil penjumlahan dari 9 (Sembilan) nilai yang diberikan oleh ketiga Raters dari 3 (tiga) aspek yang dinilai dengan rincian seperti berikut ini: Struktur
Kohesi
Koherensi
Rerata
Rater 1
3
1
2
2,00
Rater 2
3
1
3
2,33
Rater 3
2
2
2
2,00
Rerata Rater 1-2-3:
2,11
Berdasarkan hasil penilaian yang diberikan oleh ketiga Raters tersebut, ada tiga perbedaan penilaian. Yang pertama, struktur abstrak, Rater 1 dan 2 memberi nilai „3‟ sementara Rater 3 hanya member nilai „2‟. Dalam hal ini peneliti setuju dengan hasil penilaian yang diberikan oleh Rater 1 dan 2 karena dalam teks abstrak / data no. K5 tersebut telah memiliki 5 (lima) struktur abstrak secara lengkap,yaitu Pendahuluan, Tujuan, Metodologi, Hasil, dan Simpulan. Sementara untuk penilaian aspek kohesi, peneliti juga setuju dengan hasil penilaian yang diberikan oleh Rater 1 dan 2, yaitu: „1‟. Hal ini dikarenakan dalam setiap paragraf setidaknya ada satu kesalahan dalam menggunakan atau ketidak tepatan, atau ketiadaan penanda kohesi leksikal maupun gramatikal. Contohnya pada frasa 1c paragraf 1, dalam Tsu tertulis „yang secara histologik‟, namun dalam Tsa dilesapkan. Selanjutnya, konjungsi „karena„ pada no. 2a paragraf 1, diterjemahkan dengan „with‟ dalam Tsa.Hal ini tentu saja tidak tepat. Konjungsi „disamping itu„ pada Tsu no 2a paragraf 2, dalam Tsa juga tidak ada atau dilesapkan. Padahal sejumlah konjungsi tersebut sangat berpengaruh terhadap koherensi teks. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 178
Berdasarkan hasil temuan sehubungan dengan kesesuaian dan ketiadaan penanda kohesi di atas, peneliti setuju dengan Rater 1 dan 3 yang memberikan nilai „2„ untuk aspek koherensi teks Tsa pada data no. K5 ini. Hal ini dikarenakan koherensi suatu teks sangat ditentukan tepat tidaknya mengaplikasikan penanda kohesi ini. Dengan demikian kurang tepat jika teks abstrak tersebut mendapatkan nilai „3„ untuk koherensi teksnya. Selanjutnya, berikut ini adalah contoh data lain yang mendapat kategori teks abstrak „Kurang Baik‟, dengan nilai rerata „2,00‟. Ada 3 (tiga) teks abstrak/data atau sekitar 23,08% yang mendapat kategori nilai ini. Ketiga data tersebut adalah data no. K3-K6-K7. Meskipun ketiga data ini mendapat nilai rerata sama, yaitu „2,00‟, nilai ketiganya mendapatkan penilaian yang bervariasi dari ketiga Raters tersebut. Adapun komposisi nilai yang diperoleh adalah: Data no. K3: „1,66-2,33-2,00‟; data no. K6: „2,66-2,00-1,33‟; dan data no. K7: „2,66-1,00-2,33‟. Di bawah ini adalah salah satu contoh data no. K6 yang mendapatkan kategori penilaian dengan rerata „2,00‟ dari ketiga Raters dengan kategori teks abstrak „Kurang Baik„ dari segi struktur abstrak dan koherensti Tsa nya. Contoh Data no. K6 TsuK-6: Komang A I
TsaK-6
‘Perubahan Subseluler Sel Kondroid Nukleus Pulposus pada Degenerasi Diskus
Intervertebral Disc‘
Intervertebralis‘ Latar Belakang Masalah: Degenerasi diskus intervertebralis
(DIV)
selalu
dianggap
penyebab utama dari nyeri tulang belakang (1). Sekali dalam seumur hidupnya (2a) 80% orang (2b)pernah konservatif memberikan
mengalaminya dan hasil
(3b).Proses degenerasi
(2c).Penanganan
operatif yang
Sub cellular Changes in Chondroid Cells of Nucleus Pulposus in Degenerative
(3a)belum memuaskan
DIV (4a)merupakan
Background: Degenerated intervertebral disc (IVD) has always been considered as the major cause of low back pain (1).These (2) were aberrant cell-mediated response to progressive structural failure, combined with accelerated or advanced signs of aging. Eighty percent of the population ever experiencing such back pain (3)once in the life time. The pathogenesis itself
commit to user (4)is remained unclear; intriguing to find out the
perubahan struktur dan fungsi (4b) akibat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 179
perubahan sel kondroid di dalam diskus (4c)
starting point where the disc structures started to
sebagai respon terhadap akselerasi beban
decrease the ability to resist the load. While
progresif (4d) yang berlangsung terus menerus.
(5)these notochord-origin chondroid IVD cells
Pada
sel
(6-7) lesson into 1% of population and mostly
kondroid(5c)yang berasal dari notokord (5d)
were forming clusters. Understanding the sub
hanya tersisa 1% dan banyak membentuk
cellular changes (10) would guide the right
struktur
terjadinya
management of degenerative disc desease
perubahan subseluler dari sel kondroid ini (6a)
(13).Objective: the aim of this study is to show
belum
the sub cellular changes of chondroid cells in
(5a)
DIV
klaster
jelas
degenerasi
(5e).Proses
mekanismenya
(5b),
(6b).Dengan
memahami proses perubahan subseluler (7a) diskus
degenerasi
(7b),diharapkan
the degenerative disc.
konsep
penanganan nyeri tulang belakang (7c) akan lebih terarah sesuai dengan patologinya (7d).
Method: Fifty one discus specimens sampled from MED (Micro Endoscopic Discectomy) of Herniation
Tujuan Penelitian: Menjelaskan perubahan subseluler sel kondroid nukleus pulposus pada
Disc patients and two child discus specimens from scoliosis patients were looked into
degenerasi diskus intervertebralis.
proportional Bahan
Metoda:
puluh
cell
clustering.
Immunohistochemistry evaluated for protein
spesimen diskus dari bahan operasi penderita
expressions of HSP70, CD68, Caspase-3,
HNP dengan Micro Endoscopy discectomy
Collagen I and Collagen II. Data analyzed
(MED) dan dua specimen diskus anak dengan
statistic with Paired t-test and WilcoxonSign
scoliosis, dilakukan pemeriksaan Histopatologi
Rank
untuk menilai jumlah struktur klaster sel
(p≤0.05).
dan
Lima
chondroid
satu
kondroid
dan
of
Immunohistokimia
Test,
and
Pearson
correlation
test
clustering
was
untuk
ekspresi HSP70, CD68, Casepase-3, Kolagen I dan Kolagen II. Analisis statistik menggunakan Uji t berpasangan dan Wilcoxon Sign Rank Test untuk uji beda dan Uji Pearson untuk analisis
Results:
Chondroid
cell
signifaicantly higher than the single cells in degenerative disc. There was strong correlation of HSP70, CD68, Casepase3, and Collagen II in chondroid cell cluster, but not for collagen I.
korelasi (p≤0,05).
There was strong correlation of CD68 and Hasil Penelitian: Sel kondroid NP berstruktur klaster
mengekspresikan
HSP70,
Caspase-3 in cell cluster (p≤0,05, r=0,734).
CD68,
Casepase3, dan Kolagen II secara bermakna (p≤0,05), sedangkan Kolagen I tidak. Terdapat hubungan yang kuat antara ekspresi CD68 dengan Casepase-3 pada sel berstruktur klaster
Conclusion: The subcellular changes in IVD cell
clustering
showed
adaptation
and
regeneration process by the expression of HSP70, CD68, and persist Collagen II. The Caspase-3 and Collagen I expressions showed
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 180
(p≤0,05, r=0,734).
degeneration process. The strong correlation of CD68 and Caspase-3 expressed equilibrium of
Kesimpulan: Pada penderita degenerasi DIV
adapting and apoptotic process.
terjadi perubahan subseluler pada sel kondroid klaster yang menunjukkan adanya kemampuan
Key
words:
Intervertebralis
beradaptasi dan beregenerasi. Kemampuan ini
Caspase3, Adaptation.
Disc,
Cd68,
ditunjukkan oleh ekspresi HSP70, CD68, dan Kolagen II. Sedangkan ekspresi Caspase-3 dan Kolagen I menunjukkan sel kondroid menuju proses degenerasi. Adanya hubungan ekspresi Caspase-3
dan
CD68
menunjukkan
keseimbangan adaptasi dan apoptosis. Kata
kunci:
diskus
intervertebral,
sel
kondroid, CD68, Caspase3, proses adaptasi.
Data no. K6 diatas Tsa nya mendapat nilai rerata „2,00‟ dengan kategori penilaian „D‟ (Cukup). Nilai ini diperoleh dari ketiga Raters, dengan komposisi nilai: „2,66 – 2,00 – 1,33‟ sehingga nilai reratanya menjadi „2,00‟.Berikut ini adalah awal pemerolehan nilai dari ketiga Raters dengan tiga aspek penilaian, yaitu: struktur abstrak, kohesi, dan koherensi teks dengan rincian seperti berikut ini: Struktur
Kohesi
Koherensi
Rerata
Rater 1
3
2
3
2,66
Rater 2
3
1
2
2,00
Rater 3
2
1
1
1,33
Rerata Rater 1-2-3:
2,00
Berdasarkan hasil penilaian yang diberikan oleh ketiga Raters tersebut, nilai itu cukup beragam. Hal ini mungkin terjadi karena adanya persepsi yang berbeda antara Rater 1, 2, dan 3. Untuk penilaianstruktur abstrak, peneliti setuju dengan nilai yang diberikan oleh Rater 1 dan 2 yang memberi nilai „3‟. commit to usertelah memiliki 5 (lima) struktur Hal ini dikarenakan teks abstrak tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 181
abstrak secara lengkap, yaitu Pendahuluan, Tujuan, Metodologi, Hasil, dan Simpulan. Mungkin pertimbangan Rater 3 memberi nilai „2‟ karena struktur abstrak „objective‟ disatukan dalam satu paragraf dengan „background of study / introduction‟ di paragraf pertama. Sementara untuk penilaian aspek kohesi, peneliti lebih setuju dengan hasil penilaian yang diberikan oleh Rater 1 yang memberikan nilai „2‟. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa kesalahan dalam menggunakan atau ketidak tepatan, ketidakjelasan, dan ketiadaan penanda kohesi leksikal maupun gramatikal. Hal ini terjadi karena penerjemah dalam menerjemahkan menggunakan teknik penerjemahan bebas. Disini penerjemah banyak menggabungkan sejumlah kata maupun frasa, atau bahkan klausa Tsu menjadi lebih pendek dalam Tsa. Hal ini membuat Tsa sedikit menyimpang dengan Tsu nya. Sedangkan untuk aspek koherensi teksnya, peneliti setuju dengan Rater 2 yang memberikan nilai „2„. Hal ini dikarenakan ada salah satu paragraf, yaitu paragraph pertama memiliki duaide pokok, yaitu „background of study dan objective‟. Dengan demikian tidaklah tepat jika teks abstrak tersebut mendapatkan nilai „3„ untuk koherensi teksnya. (2) Selanjutnya adalah teks abstrak/data yang mendapat kategori penilaian teks abstrak yang „Tidak Baik‟. Hanya ada 2 (dua) data/teks abstrak atau 13,33% yang termasuk dalam kategori ini, yaitu data no. T5 dan T7. Data no. T5 mendapat nilai rerata „1,33„, sedangkan data no. T7 mendapat nilai rerata „1,44„. Selisih atau perbedaan nilai keduanya hanya kecil sekali, yaitu „0,11„. Oleh karena itu, perbedaan penilaian yang diberikan oleh ketiga Raters juga tidak begitu signifikan. Perbedaan pemberian nilai itu hanya sedikit lebih tinggi yang dilakukan oleh Rater 1. Adapun komposisi nilai keduanya adalah sebagai berikut: Data no T5 adalah: „1,00-1,00-2,00„, dan data no. T7: „1,331,00-2,00„. Berikut ini adalah contoh data no. T5 yang mendapat nilai terendah: „1,33‟ dengan kategori teks abstrak „Tidak Baik‟ dari segi struktuk abstrak dan koherensi Tsa nya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 182
Contoh Data no. T5: TsuT-5: Mahendra W TERBENTUKNYA RUANG BERSAMA
TsaT-5 THE DEVELOPMENT OF ELDERLY
OLEH LANSIA BERDASARKAN
COMMON SPACE BASE ON SOCIAL
INTERAKSI SOSIAL DAN POLA
INTERACTION AND ITS USAGE
PENGGUNAANNYA
PATTERN
Penelitian ruang bersama lansia sangat
Research on elderly common space is
berguna untuk mendukung peningkatan useful to support higher quality of their kualitas
kehidupannya.
Hal
ini
juga life. This support is important agenda in
merupakan agenda penting di tingkat national and global. One big discussion in nasional dan global. Salah satu bahasan older people research is the connection dalam agenda penelitian berkaitan dengan physical lansia
ini
lingkungan
adalah fisik
tentang dengan
environment
with
need
of
hubungan socialization. These researches also deeply kebutuhan analyse
those
problem
with
specific
bersosialisasi lansia. Penelitian ini akan discussion of common space theory and mendalami spesifikasi
masalah bahasan
tersebut pada
teori
dengan interaction between elderly in its space. ruang The use of common space for elderly in
bersama dan interaksi antar lansia yang their elderly house became important terjadi di dalamnya.
aspect in this research. The elderly usages
Penggunaan ruang bersama oleh lansia di of common space will show from the panti werdha menjadi perhatian dalam usage pattern of their space. Research will penelitian yang akan dilaksanakan ini. analyze from quantitative and sociogram Penggunaan ruang bersama oleh lansia connected with the usage pattern of their tercermin melalui pola dan perulangan yang common space. diperlihatkan lansia dalam menggunakan Research methodology that held here is ruang bersamanya. Analisa dilaksanakan Combined
Strategies
(Mixed-
dari sisi kuantitatif dan analisa diagram Methodology) with research tactics are sosiogram berkaitan dengan penggunaan focus on data collection and analysis. ruang bersama oleh lansia. Metodologi
penelitian
Important point in this research analyse are yang co-presence, movement, and common
dilaksanakan dalam penelitian ini adalah space
usage
pattern.
The
result
Combined Strategies (Mixed-Methodology) contribution and research originality are dengan taktik penelitian yang dilakukan commit tofinding user the process to develop elderly
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 183
adalah berfokus pada koleksi data dan common analisa.
Titik
penelitian
penting
adalah
dalam
berkaitan
space,
analisa characteristics,
common
factors
that
space creates
dengan common space and Environmental Social
kehadiran bersama, interaksi, pergerakan Value (NSL). antar ruang, dan pola penggunaan ruang Key words: Usage Pattern, Interaction, bersamanya.
Temuan
yang
berupa Common Space
kontribusi dan orisinalitas penelitian ini adalah pada penemuan proses terbentuknya ruang bersama, sifat-sifat dan faktor-faktor pembentuknya serta Nilai Sosialisasi pada Lingkungan (NSL). Kata kunci: Pola penggunaan, Interaksi, Ruang bersama.
Data no. T5 diatas Tsa nya mendapat nilai rerata terendah, yaitu: „1,33‟ dengan kategori teks: „Tidak Baik‟. Nilai ini diperoleh dari ketiga Raters, dengan komposisi nilai: „1,00 – 1,00 – 2,00‟ sehingga nilai reratanya menjadi „1,33‟. Ini artinya Rater 1 dan 2 memberi nilai sama, yaitu: „1,00„, sedangkan Rater 3 memberikan nilai lebih tinggi, yaitu: „2,00„. Menurut peneliti, perbedaan ini cukup signifikan sehingga perlu dilakukan analisis secara lebih mendalam lagi. Berikut ini adalah awal pemerolehan nilai dari ketiga Raters dengan tiga aspek penilaian, yaitu: struktur abstrak, kesesuan penggunaan penanda kohesi, dan koherensi teks dengan rincian seperti berikut ini: Struktur
Kohesi
Koherensi
Rerata
Rater 1
1
1
1
1,00
Rater 2
1
1
1
1,00
Rater 3
2
2
2
2,00 „1,33‟
Rerata Rater 1-2-3: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 184
Berdasarkan hasil penilaian yang diberikan oleh ketiga Raters tersebut, nilai yang diberikan oleh Rater 1 dan 2 persis sama, yaitu „1‟ untuk ketiga aspek yang dinilai. Perbedaan nilai hanya pada Rater 3, dimana ketiga aspek yang dinilai, yaitu struktur abstrak, kohesi, dan koherensi teks mendapat nilai sama, yaitu „2‟, lebih tinggi satu poin dari Rater 1 dan 2. Dalam hal ini peneliti lebih setuju dengan hasil penilaian yang diberikan oleh Rater 1 dan 2 yang memberikan nilai ketiga aspek nya sama, yaitu „1‟. Hal ini dikarenakan pada teks abstrak tersebut hanya dilengkapi 3 (tiga) struktur abstrak, yaitu pendahuluan, metodologi, dan hasil, dan tidak dilengkapi dengan tujuan penelitian dan simpulan. Sementara untuk aspek kohesinya tidak adanya kesesuaian dan ketepatan dalam menggunakan penanda kohesi sehingga dapat membingungkan pembaca. Sejumlah frasa yang digaris bawahi di atas menunjukkan bahwa penanda-penanda kohesi tersebut tidak jelas mengacu apa, yang mana. Sedangkan untuk tingkat koherensinya, teks abstrak tersebut terdapat kerancuan dalam menuliskan ide pokok. Misalnya, pendahuluan ditulis dalam dua paragraf yang berbeda. Sementara pada paragraf ke tiga, disana terdapat dua ide pokok, yaitu metodologi dan hasil dalam satu pragraf yang sama, yaitu di paragraf ke tiga. Dengan demikian teks abstrak ini sudah seharusnya diberikan nilai „1‟ dengan kategori „tidak baik atau buruk‟ baik dari aspek struktur abstrak, kohesi, maupun koherensi teks nya. Sehubungan dengan hasil temuan dan analisis struktur abstrak Tsu dan Tsa di atas, berikut ini peneliti membandingkan keduanya seperti yang terlihat pada tabel 4.6 di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 185
Tabel 4.6 Nilai Rerata Keseluruhan (Rt1-2-3) Struktur Abstrak: Struktur, Kohesi, dan Koherensi Tsu & Tsa Berdasarkan tabel 4.2 & 4.4. diperoleh perbandingan hasil akhir sebagai berikut:
1. Nilai Rerata Keseluruhan Struktur Abstrak: Struktur, Kohesi, dan Koherensi Teks (Tsu & Tsa)
No. Data
Rater-1
Rater-2
Rater-3
Rerata
Tsu
Tsa
Tsu
Tsa
Tsu
Tsa
Tsu
Tsa
K-1
2,66
2,00
3,00
2,33
2,33
2,33
2,66
2,22
K-2
2,33
2,00
3,00
2,33
3,00
2,00
2,77
2,11
K-3
1,66
1,66
2,33
2,33
2,00
2,00
2,00
2,00
K-4
1,66
1,00
2,00
1,66
2,00
2,00
1,88
1,55
K-5
2,66
2,00
3,00
2,33
3,00
2,00
2,88
2,11
K-6
3,00
2,66
3,00
2,00
2,00
1,33
2,66
2,00
K-7
2,66
2,66
1,00
1,00
2,33
2,33
2,00
2,00
T-1
2,00
1,66
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
1,88
T-2
2,33
2,00
2,33
1,66
2,00
2,00
2,22
1,88
T-3
1,66
1,33
1,66
1,00
2,66
2,66
2,00
1,66
T-4
2,33
2,00
1,66
1,00
2,33
2,33
2,11
1,77
T-5
1,00
1,00
1,66
1,00
2,00
2,00
1,55
1,33
T-6
2,00
1,66
1,66
1,00
2,00
2,00
1,88
1,55
T-7
1,66
1,33
1,33
1,00
2,00
2,00
1,66
1,44
T-8
2,66
2,00
1,33
1,00
2,33
2,33
2,11
1,77
Total
32
27,33
31,00
23,66
34,00
31,33
32,38
27,27
Rerata
2,15
1,82
2,06
1,57
2,26
2,08
2,15
1,81
Berdasarkan tabel 4.6 diatas secara keseluruhan hasil rerata penilaian Struktur abstrak Tsu dan Tsa yang terdiri atas: Struktur abstrak, kesesuan penggunaan penanda kohesi, dan koherensi teksnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 186
a) Sebagian besar yaitu 13 (tigabelas) data dari limabelas teks abstrak yang diteliti atau 86,66 % mengalami penurunan nilai, yaitu nilai Tsa lebih rendah atau lebih jelek daripada Tsu nya. Ketigabelas data tersebut adalah data no K1 yang Tsu nya 2,66 Tsa nya turun menjadi 2,22 (tertinggi pertama); Data no K2 yang Tsu nya 2,77 Tsa nya turun menjadi 2,11 (tertinggi ke dua pertama); K4 dan seterusnya lihat tabel 4.3 diatas. b) Dari 15 (limabelas) teks abstrak disertasi yang diteliti hanya ada dua (2) data, atau 13,33% yaitu data no K3, dan K7 yang nilai Tsu dan Tsa nya sama atau tidak mengalami penurunan. Nilai rerata Tsu dan Tsa kedua teks abstrak ini sama yaitu „2,00„. c) Berdasarkan hasil temuan diatas (poin a dan b) maka dapat diambil simpulan bahwa tidak ada satu pun teks abstrak Tsa yang nilainya mengalami peningkatan. d) Nilai tertinggi pertama Tsu yaitu data nomor K5. Data ini semula nilai Tsu nya „2,88‟ dengan kategori teks yang „Baik‟, akan tetapi Tsa nya merosot menjadi „2,11‟ dengan kategori nilai „Kurang Baik‟. Artinya, nilai ini mengalami penurunan 1 (satu) tingkat lebih rendah. e) Sementara nilai rerata tertinggi ke 2 Tsu yaitu data no K2 yang semula nilai Tsu nya „2,77‟ dengan kategori nilai „Baik‟, Tsa nya juga mengalami penurunan menjadi „2,11‟ dengan kategori nilai „ Kurang Baik‟. Penurunan satu tingkat juga dialami pada data ini. f) Selanjutnya data no. K1 dan K6 yang Tsu nya sama-sama menduduki peringkat ke tiga yang nilai reratanya „2,66‟ dengan kategori nilai „Baik‟, nilai penurunannya tidak sama. Data no. K1 yang Tsu nya mendapat nilai rerata „2,66‟ dengan kategori nilai „Baik‟ tersebut turun menjadi „2,22‟ dengan kategori nilai „Kurang Baik, sama dengan data no. K5 dan K2 yang Tsu nya mendapatkan nilai tertinggi pertama dan ke dua. Nilai ini justru sedikit melampau nilai yang diperoleh data no. K5 dan K2 tersebut yang Tsa nya hanya mendapat nilai rerata „2,11„. Dengan demikian nilai rerata Tsa data no K1 ini menjadi yang tertinggi meskipun perbedaannya commit todata userno. K6 yang Tsu nya sama-sama tidak begitu signifikan. Sementara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 187
menduduki peringkat ke tiga dengan kategori nilai „Baik„, nilai Tsa nya mengalami penurunan cukup tajam yaitu ‟2,00‟ dengan kategori nilai „Kurang Baik„. Ini artinya, nilai Tsu juga mengalami penurunan satu tingkat, dari „Baik„ turun menjadi „Kurang Baik„. g) Selanjutnya peringkat ke 4 (empat), data no. T2 yang Tsu „2,22„ dengan kategori nilai „Kurang Baik‟
juga turun menjadi „1,88„ meskipun
kategorinya tidak mengalami perubahan, tetap „Kurang Baik‟. h) Peringkat ke 5 (lima) yaitu data no. T4 dan T8 yang Tsu nya mendapat nilai „2,11‟ dengan kategori nilai „Kurang Baik‟, penurunan nilai Tsa nya sama menjadi „1,77‟ dengan kategori yang sama, yaitu „Kurang Baik‟. i) Peringkat ke 6 (enam), ada 4 (empat) teks abstrak yang nilai Tsu nya sama yaitu dengan nilai rerata Tsu „2,00‟ dengan kategori „Kurang Baik‟ . Teks abstrak yang masuk dalam kelompok ini adalah data no. K3-K7-T1 dan T3. Dari keempat teks abstrak ini 2 (dua) data diantaranya tidak mengalami penurunan. Nilai rerata Tsa sama dengan nilai Tsu nya, yaitu tetap „2,00‟ dengan kategori nilai yang tetap sama yaitu „Kurang Baik‟. Dua data tersebut adalah data no. K3 dan K7. Sedangkan 2 (dua) teks lainnya (T1 dan T3) mengalami penurunan. Data no. T1, dari „2,00„ dengan kategori „Kurang Baik„ turun sedikit menjadi
„1,88„ dengan
kategori sama, yaitu „Kurang Baik„. Sedangkan data no. T3 dari „2,00„ dengan kategori nilai „Kurang Baik„, Tsa nya turun menjadi „1,66„ dengan kategori sama, yaitu „Kurang Baik„. j) Urutan ke 7 (tujuh) adalah data no. K4 dan T6 dengan nilai rerata Tsu „1,88‟ dengan kategori nilai „Kurang Baik‟, Tsa keduanya mengalami penurunan yang sama yaitu menjadi „1,55‟ dengan kategori sama pula, yaitu „Kurang Baik). k) Ke 8 (delapan) adalah data no. T7 yang nilai Tsu 1,66 turun menjadi „1,44„. l) Sedangkan nilai terendah ditemukan pada data no.T5. Data ini Tsu nya mendapatkan nilai rerata „1,55„ dengan kategori nilai „Kurang Baik„, Tsa commit kategori to user „Tidak Baik„. Data/teks abstrak nya turun menjadi „1,33„ dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 188
ini merupakan data yang mendapatkan nilai rerata struktur abstrak paling rendah atau paling buruk baik Tsu maupun Tsa nya. m) Berdasarkan hasil temuan dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai rerata secara keseluruhan struktur teks abstrak disertasi dan tingkatan koherensi teksnya yaitu: Tsu adalah „2,15„ dengan kategori nilai „Kurang Baik„, sedangkanTsa. nya mengalami penurunan menjadi „1,77„ dengan kategori nilai yang sama, yaitu „Kurang Baik„. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum hasil terjemahan struktur abstrak dan koherensi Tsu mengalami penurunan kualitasnya meskipun tidak signifikan.
4. Penilaian Tingkat Keakuratan Hasil Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Pada bagian ini peneliti menjawab rumusan masalah yang ke empat, yaitu sehubungan dengan tingkat keakuratan hasil terjemahan teks abstrak disertasi dalam bahasa Inggris. Sebagai instrumen untuk menganalisis data, peneliti menggunakan sistem penilaian yang dimulai dari „1„: yang berarti Tidak Akurat, nilai „2„: Kurang Akurat, dan „3„: Akurat. Untuk mengetahui tingkat keakuratan hasil terjemahan teks abstrak disertasi ini peneliti melibatkan 3 (tiga) orang Raters yang memiliki dedikasi tinggi di bidang penerjemahan dan linguistik (kebahasaan). Setiap Rater memberikan penilaian terhadap setiap data yang diberikan oleh peneliti melalui kuesioner. Data yang dimaksud adalah setiap paragraf yang ada dalam setiap teks abstrak. Dengan demikian jika teks abstrak memiliki 5(lima) paragraf, teks abstrak tersebut memiliki 5 (lima) data yang perlu diberikan nilai keakuratannya. Hasil penilaian ketiga Raters ini kemudian dijumlah dan dirata-rata. Selanjutnya nilai ini akan dijadikan sebagai alat untuk mendiskripsikan dan menjelaskan hasil terjemahan teks abstrak secara lebih rinci. Karena penilaiannya difokuskan pada tataran tekstual yang mencakup aspek kohesi dan koherensi maka penilaian dilakukan per paragraf. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 189
Berdasarkan tabel 4.1 pada lampiran 4, tabel 4.7 di bawah ini diperoleh hasil penilaian rerata, dan pengkategorian tingkat keakuratan setiap teks abstrak disertasi oleh ketiga Raters. Tabel 4.7 Nilai Rerata Tingkat Keakuratan Teks Abstrak Disertasi No.
No. Data
Nilai
1.
K1
1,80
2.
K2
2,41
3.
K3
2,00
4.
K4
1,66
5.
K5
2,06
6.
K6
1,60
7.
K7
2,40
8.
T1
1,66
9.
T2
2,22
10.
T3
1,75
11.
T4
2,00
12.
T5
2,00
13.
T6
2,00
14.
T7
1,88
15.
T8
2,00
TOTAL
15
29,44
Rerata
29,44:15
„1,96„
Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa hasil penilaian rerata untuk tingkat keakuratan teks terjemahan teks abstrak disertasi sangat beragam. Namun demikian, selisih nilai antara data satu dengan yang lainnya relatif kecil. Oleh karena itu tidak ditemukan perbedaan nilai yang cukup mencolok. Berdasarkan hasil penilaian rerata yang dilakukan oleh ketiga Raters tersebut diperoleh 10 (sepuluh) varian nilai dengan nilai terendah „1,60„, diperoleh data commit„2,41„, to userdiperoleh data no. K2. Dari 15 no. K6, dan tertingginya adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 190
(limabelas) teks abstrak tersebut nilai rerata yang paling mendominasi adalah „2,00„, yang mencapai 5 (lima) data/teks abstrak atau sekitar 33,33%. Kelima teks abstrak yang memperoleh nilai sama tersebut adalah data no. K3-T4-T5T6-T8. Selanjutnya adalah teks abstrak yang mendapat nilai rerata „1,66„. Ada 2 (dua) teks abstrak/data atau sekitar 13,33% yang mendapat nilai ini, yaitu data no. K4 dan T1. Sementara 8 (delapan) data sisanya atau sekitar 53,34% memperoleh nilai yang bervariasi. Sehubungan dengan keragaman nilai yang mencapai 10 (sepuluh) varian tersebut, peneliti kembali membuat penafsiran nilai berdasarkan model penilaian kualitas terjemahan yang dikemukakan oleh Nababan dkk (2012) seperti tampak dalam tabel 4.8 dibawah ini: Tabel 4.8 Nilai Rerata Keakuratan Teks Abstrak Disertasi, Kategori, & Persentase Nilai
No. Data
Kategori
Jumlah
Persentase
2,51-3,00
----
Akurat
----
0%
K6-K7, T1-T2-T3-
Kurang
15
100%
T4-T5-T6-T7-T8
Akurat
----
Tidak
----
0%
K1-K2-K3-K4-K51,51-2,50
1,00-1,50
Akurat
Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan oleh ketiga Raters, rerata tingkat keakuratan teks abstrak disertasi seperti dalam tabel 4.8 di atas diketahui bahwa tidak satupun data/teks abstrak atau 0% yang mendapat kategori teks yang „Akurat‟. Hal ini mungkin menurut ketiga Raters, semua teks abstrak (limabelas teks abstrak) yang dibacanya tidak satupun teks abstrak yang dikategorikan „Akurat‟. Begitu pula halnya, tidak ditemukan satu pun teks abstrak atau 0%, teks abstrak/data yang dikategorikan sebagai teks yang „Tidak Akurat‟. Hal ini commit mungkin semua teks abstrak hasil to dikarenakan user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 191
terjemahan yang dibacanya memiliki tingkat keakuratan yang tidak begitu tinggi dan juga tidak begitu rendah. Dengan demikian, dari 15 (limabelas) teks abstrak disertasi yang diteliti semuanya atau 100% termasuk kategori „Kurang Akurat. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, instrument yang digunakan untuk menganalisis data adalah berdasarkan pada hasil penilaian yang telah dilakukan oleh para Raters yaitu dengan rentangan nilai „3-2-1„. Nilai „3‟ dengan kategori teks „akurat‟, nilai „2‟: kurang akurat, dan „1‟: tidak akurat. Akan tetapi setelah dilakukan tabulasi (penjumlahan dan hasil rerata) dari ketiga Raters diketahui bahwa nilai tersebut berkembang menjadi 10 (sepuluh) varian, dengan rincian sebagai berikut: „2,41‟, satu teks (6,66%), „2,40‟, satu teks (6,66%), „2,22‟, satu teks (6,66%), „2,06‟, satu teks (6,66%), „2,00‟, lima teks (33,33%), „1,88-1,80-1,75‟ masing-masing satu teks (6,66%), „1,66‟, dua teks (13,34%), dan terakhir 1,60, satu teks (6,66%). Sehubungan dengan keragaman nilai yang mencapai 10 (sepuluh) varian tersebut, peneliti kembali membuat penafsiran nilai berdasarkan model penilaian kualitas terjemahan sebagaimana dikemukakan oleh Nababan dkk (2012) yaitu dengan menggunakan skala „3,00-2,00-1,00‟. Oleh karena itu peneliti membuat pernafsiran 10 (sepuluh) varian nilai tersebut menjadi 3 (tiga) skala penilaian, yaitu: „3‟, untuk teks abstrak dengan kategori „Akurat„ „2„, untuk teks abstrak dengan kategori „Kurang Akurat„ „1„, untuk teks abstrak dengan kategori „Tidak Akurat„. Di bawah ini adalah pedoman model penilaian untuk aspek keakuratan oleh Nababan, dkk (2012) :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 192
No.
Nilai
Kategori
1.
2,51-3,00
Akurat
2.
1,51-2,50
Kurang Akurat
3.
1,00-1,50
Tidak Akurat
Berikut ini adalah sejumlah teks hasil penilaian rerata yang dilakukan oleh ketiga Raters. Perlu diketahui bahwa penilaian keakuratan dilakukan per paragraf. Oleh karena itu, contoh-contoh analisis di bawah ini juga diambil per paragraf supaya kualitas tingkat keakuratannya lebih jelas. (1) Berdasarkan tabel 4.1 pada lampiran 4, dari 52 (limapuluh dua) teks/data, diketahui bahwa nilai tertinggi dengan kategori „Akurat Sempurna‟ hanya ada 1 (satu) teks atau sekitar 1,92%, yaitu data no. K2P3. Data ini mendapat nilai rerata „3‟ dari ketiga Raters. Dengan demikian komposisi nilainya adalah: „3 - 3 - 3‟. Ini artinya, menurut ketiga Raters, Tsu terssebut telah diterjemahkan secara akurat ke dalam Bsa, sehingga tidak perlu dilakukan perbaikan sama sekali baik dari aspek leksikal maupun gramatikalnya. Namun demikian, jika skala penilaian untuk kategori „Akurat‟ ini adalah nilai antara: „2,51-3,00‟, teks atau data yang mendapat kategori penilaian „Akurat‟ ini ada 4 (empat) teks atau sekitar 7,69%. Keempat teks yang dikategorikan akurat ini selain data no. K2P3, seperti telah disebutkan di atas dengan nilai rerata „3,00‟, ada 3 (tiga) data lainnya masuk dalam kategori „Akurat‟. Tiga data tersebut adalah data no. K2.P1K7P1-K7P3, dan masing-masing mendapat nilai rerata „2,66‟. Dibawah ini adalah contoh data no. K2P3 yang mendapat nilai rerata „3,00‟ dengan kategori „Akurat‟.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 193
Contoh data no. K2P3: Tsu 3. (K2p3) Hasil penelitian menunjukkan, nilai pribadi berpengaruh signifikan terhadap evaluasi outcome dan keputusan memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Nilai pribadi mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap sikap. Evaluasi outcome berpengaruh signifikan terhadap sikap memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Niat berpengaruh signifikan terhadap proses pengambilan keputusan memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Proses pengambilan keputusan berpengaruh signifikan terhadap keputusan memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Perceived behavior control berpengaruh signifikan terhadap proses pengambilan keputusan dan keputusan. Keputusan berpengaruh signifikan terhadap tindakan memanfaatkan pelayanan Puskesmas.
Tsa (K2p3)The results showed that personal values had a significant effect on outcome evaluation and decision to public health center services. Personal values had no significant effect on attitudes. Outcome evaluation had a significant effect on attitude to utilize public health center services. An intention had a significant influence on the decision making process in utilizing public health center services. The decisionmaking process significantly influenced the decisions in utilizing public health center services. The perceived behavioral control significantly influenced the decision making process and the decision itself. The decision significantly influenced the action to utilize public health center services.
(2) Nilai rerata tertinggi ke dua yaitu „2,66‟ dengan kategori „Akurat‟. Data yang mendapat kategori nilai ini pun tidak banyak. Hanya ada 3 (tiga) data atau sekitar 5,76%, yaitu data no. K2P1-K7P1-K7P3. Nilai rerata „2,66‟ merupakan penggabungan nilai yang diperoleh dari ketiga Raters dimana salah satu Rater nya hanya memberi nilai „2‟, dan dua Raters lainnya memberi nilai sama, yaitu: „3‟. Dengan demikian komposisi nilai yang diperoleh dari ketiga Raters tersebut „2 – 3 – 3‟, „3 – 3 – 2‟, atau „3 – 2 – 3‟. Berikut ini adalah contoh data yang mendapat nilai rerata „2,66‟ dengan kategori „Akurat‟.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 194
Contoh data no. K2P1: Tsu (K2p1)Penelitian ini diawali dengan masalah rendahnya pemanfaatan pelayanan Puskesmas di mana realisasi tidak sesuai dengan target yang telah ditentukan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh nilai pribadi terhadap evaluasi outcome, sikap, keputusan memanfaatkan pelayanan Puskesmas, pengaruh niat dan perceived behavioral control terhadap proses pengambilan keputusan, keputusan, dan tindakan memanfaatkan pelayanan Puskesmas.
Tsa (K2p1)This study begins with the problem of low utilization of services in health centers where the target is not in accordance with the realization. The purpose of this study was to analyze the influence of personal value, outcome evaluation, attitude, intention, and perceived behavioral control on decision-making processes, decisions, and actions in utilizing public health center services.
Pada data no. K2P1 tersebut Rater 1 dan Rater 2 memberi nilai „3‟, sedangkan Rater 3 memberi nilai „2‟. Dengan demikian total nilai ketiga Raters adalah 3 -3 – 2 dibagi 3 menjadi „2,66‟. Dalam hal ini Rater 1 dan 2 menganggap bahwa hasil terjemahan K2P1 sudah akurat dan tidak perlu lagi dilakukan perbaikan karena pesan dalam Tsu sudah tersampaikan cukup jelas dan akurat. Sementara Rater 3 beranggapan kurang akurat, dengan pertimbangan struktur gramatikal yang digunakan dalam kalimat pertama kurang tepat. Berdasarkan teori penulisan, kalimat satu dengan lainnya harus „balance„. Misalnya simple present dengan simple present, simple past dengan simple past, dan seterusnya. Dengan demikian verba „begins‟ dalam kalimat pertama seharusnya ditulis menjadi „began‟ untuk menyeimbangkan dengan kalimat berikutnya, yaitu pada verba „was„. Selain itu dalam teori penulisan abstrak juga disebutkan bahwa „tense‟ yang digunakan dalam tujuan penelitian seharusnya menggunakan simple past. (3) Urutan ke 3 (tiga) adalah dengan nilai rerata „2,33‟ dengan kategori nilai „Kurang Akurat‟. Ada 10 (sepuluh) data yang mendapat nilai rerata „2,33‟ atau 19,23%, yaitu data no. K1P1, K5P5, K7P2, K7P4, T2P1,T2P2, T4P3, commit to user T4P4, T6P3, dan T8P3 (terbanyak ke dua). Nilai ini diperoleh dari rerata
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 195
nilai ketiga Raters dimana salah satu Rater member nilai „3‟, sementara dua Raters lainnya hanya memberi nilai „2‟. Dengan demikian komposisi nilai itu memiliki variasi: „2 – 2 – 3‟; „2 – 3 – 2‟; atau „3 – 2 – 2‟. Berikut ini adalah contoh data yang mendapat nilai rerata „2,33‟dengan kategori nilai „Kurang Akurat‟. Contoh data no. T4P3: Tsu
Tsa
(T4p3) Metoda penelitian yang digunakan adalah kombinasi antara kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan sosiologi tentang ruang sosial. Data primer diperoleh dari pengamatan terhadap perilaku pengguna ruang publik di lokasi penelitian. Analisa yang digunakan adalah analisa domain, komponensial, dan analisa proses (tipo-morfologi) untuk menemukan dan menjelaskan proses pembentukan ruang publik eksklusif dan inklusif.
(T4p3) The research method used was combination of qualitative and quantitative method applied for sociological approach for social space. Primary data was compiled from field study and observation to the behavior of the user when using the open space. Three types of analysis were used in order to understand and to explain the formation process of exclusive and inclusive public space. Those are domain analysis, componential analysis, and process analysis (typomorphology).
Pada data no. T4P3 di atas, Rater 1 dan 3 memberi nilai „2„, sedangkan Rater 2 memberi nilai „3„. Dengan demikian komposisi nilainya adalah: „2 – 3 – 2‟. Berdasarkan hasil penilaian ini, Rater 1 dan 2 beranggapan bahwa Tsa kurang akurat dengan pertimbangan beberapa bagian kalimat masih perlu dilakukan koreksi atau perbaikan sedikit baik dari segi leksikal maupun struktur gramatikalnya. Kalimat diatas seharusnya: „The research method used was (a ) combination of qualitative and quantitative method applied for (in the) sociological approach for (on the study of ) social space. (The) Primary data was compiled from field study and observation to(on) the behavior of the user(s)when using the(of) open space. (The) three types of analysis were used user in order to understand and tocommit explaintothe formation process of exclusive and
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 196
inclusive public space. Those are domain analysis, componential analysis, and process analysis (typo-morphology). (4) Selanjutnya adalah data/teks yang mendapat nilai rerata antara „1,66 – 2,00‟ dengan kategori nilai „Kurang Akurat„. Nilai ini paling mendominasi untuk tingkat keakuratan teks karena dari 52 (limapuluh dua) data yang dinilai 35 (tigapuluh lima) data atau 67,31% diantaranya termasuk dalam kategori ini. Nilai rerata „2„diperoleh dari hasil penjumlahan nilai yang diberikan oleh ketiga Raters dimana ketiganya memberikan skor „2‟. Dengan demikian komposisi nilai yang diberikan oleh ketiga raters berimbang, yaitu: „2 – 2 – 2„. Ada 19 (sembilanbelas) data atau 54,28% yang mendapat nilai rerata „2‟, yaitu data no. K1P3, K2P2, K2P4, K3P1, K5P1, K5P2, K5P3, K5P4, K6P2, K7P5, T2P3, T3P4, T5P1, T5P2, T5P3, T6P2, T7P1, T7P2, dan T8P2. Sementara 16 (enambelas) data lainnya atau 45,72% mendapat nilai rerata „1,66‟, yaitu data no. K1P2, K1P4, K4P1, K6P1, K6P4, T1P1, T1P2, T1P3, T3P1, T3P2, T3P3, T4P1, T4P2, T6P1, T7P3, dan T8P1. Nilai ini diperoleh dari rerata hasil penjumlahan nilai yang diberikan oleh ketiga Raters dimana 2 (dua) raters memberikan skor „2‟, dan satu Rater lainnya memberi skor „1„. Dengan demikian komposisi nilai yang diberikan oleh ketiga raters adalah: „2 – 2 – 1; 2 – 1 – 2; atau 1 – 2 – 2„. Dibawah ini adalah salah satu contoh data yang mendapat nilai rerata „2‟ dengan kategori „Kurang Akurat‟:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 197
Contoh data no. T7 P1: Tsu
Tsa
(T7p1)Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, dihadapkan pada (1) kemacetan lalu lintas dan polusi. Hal ini disebabkan karena kepadatan lalu lintas dari berbagai kendaraan di jalan arteri baik primer maupun sekunder (2). Pertumbuhan kendaraan (3) dan sepeda motor untuk 5 tahun terakhir, membuat jalan dipenuhi dengan berbagai macam persoalan. Sekarang, Surabaya mengandalkan sektor perdagangan dan jasa 58%, sektor industri 41% dan sektor pertanian 1% telah membuat pertumbuhan kota amat cepat. Sehingga penduduk dapat dengan mudah membeli mobil maupun sepeda motor guna membantu mereka melakukan aktivitas mereka. Pemerintah lokal dalam posisinya belum dapat mengimbangi pembangunan jalan raya baru untuk melayani kegiatan mereka dalam berkendara dengan perilaku baik. Permasalahan yang timbul adalah mengkaji kinerja jalan-jalan arteri di Kota Surabaya (6), memetakan pertumbuhan jalan arteri dari tahun ke tahun, melakukan optimalisasi jalan arteri berdasarkan sistem manajemen lalu lintas secara spasial.
(T7p1a)Surabaya as the second biggest city in Indonesia after Jakarta is faced by(1) traffic congestion and pollution . It is caused by the density from various vehicles on either primary or secondary artery road (2). The growth of cars (3) and motorcycles have (4) made the road full with(5) various problem for the last 5 years. Now, Surabaya which relies on the trade and services sector of 58%, industry sector of 41% and agriculture sector of 1% has made the city grow very quickly. Hence, people can easily buy cars and motorcycles to help them in many activities. The Local Government in its position could not balance the building of a new road to service their activities through activities driving in good manner. The problems occur is to inform the level of services of artery road, (6) to make a mapping the growth of artery road from year to year, to optimalize artery road basic in traffic management by spatial planning.
Teks hasil terjemahan pada data no. T7 P1 diatas mendapat nilai rerata „2„ (dua) dengan kategori „Kurang Akurat‟, karena masih ditemukan beberapa penggunaan leksikal maupun struktur gramatikalnya kurang tepat meskipun sebagian besar pesan Tsu sudah tersampaikan. Oleh karena itu sejumlah user dilakukan revisi atau perbaikan kalimat yang ada dalam datacommit tersebutto perlu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 198
pada beberapa kata dan struktur gramtikalnya. Misalnya, frasa „is faced by‟ (1 pasif) seharusnya menjadi faces (aktif) karena dalam bahasa inggris terdapat sejumlah struktur gramatikal „aktif‟ yang dimaknai pasif dalam bahasa Indonesia; (2) either ….or seharusnya „both ……and‟; road mestinya jamak (lebih dari satu) sehingga harus mendapat tambahan „s‟ menjadi „roads (3)‟; „full with‟ seharusnya „full of” (4); „now‟ seharusnya diganti menjadi „nowadays / recently‟ (5) karena berdasarkan Tsu, penulis mengatakan „saat ini‟ yang maknanya bahwa kejadian tersebut tidak hanya berlangsung sekarang saja akan tetapi sudah terjadi beberapa hari yang lalu, saat ini, dan masa yang akan datang. Dengan demikian jika dipadankan dengan „,now‟ menjadi kurang tepat.; The problems „occur is to inform‟(6). Struktur gramatikal kalimat ini agak kacau dan sulit dipahami. seharusnya „the problem was how to examine‟ (6). Bagaimanapun juga peneliti setuju dengan para raters memberikan nilai „2‟ karena meskipun terdapat cukup banyak kesalahan teks hasil terjemahan masih dapat dipahami sehingga pesan yang dalam Tsu sudah tersampaikan dengan baik. Dibawah ini adalah salah satu contoh data yang mendapat nilai rerata „1,66‟ dengan kategori „Kurang Akurat‟: Contoh Data no. T1P1: Tsu Tsa (T1p1)Saat ini pembahasan fungsi (T1p1)Recently, function as a subject (1)hanya memegang peranan kecil (1)have only received a small part (2) (2) dalam arsitektur (3), padahal in architectural discussion (3). tanpa fungsi sebuah bangunan Meanwhile without function, a bagaikan (4) kehilangan fondasinya. building seems (4)have no foundation. Fungsi merupakan elemen yang Function is ineliminable element tidak bisa dihilangkan dalam within the architectural (5). At 21th arsitektur. Pada abad XXI ( 6) ini (6) century, architecture face the arsitektur sudah dihadapkan pada (7) challenges that must be answered: tantangan yang harus ditanggapi (8) problems of humanity, nature and yaitu: masalah humanity, nature, technology in sustainable architecture. dan technology dalam konteks The research objective is examining sustainable architecture.Untuk carefully how function used when face menanggapinya dilakukan penelitian the challenges (9). mengenai fungsi pada arsitektur yang mampu menghadapi tantangan yang harus dihadapi (9). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 199
Pada contoh data no. T1P1 diatas, Rater 1 dan 2 memberi nilai 2, sedangkan Rater 3 memberi nilai 1. Dengan demikian komposisi nilainya adalah: 2 – 2 – 1. Hasil penjumlahan atau totalnya 5 dibagi 3 = 1,66. Kalau diperhatikan jumlah kesalahan dalam Tsa tersebut begitu banyak. Setelah diamati secara cermat kesalahan itu bukan saja dari segi makna leksikal akan tetapi juga makna atau padanan gramatikal. Oleh karena itu peneliti lebih setuju dengan rater 3 yang memberikan nilai „1„ (tidak akurat) karena ada beberapa bagian kalimat yang tidak diterjemahkan dan sebagian lainnya meskipun diterjemahkan tetapi menyimpang dari Tsu nya. Misalnya pada kalimat pertama (1-2-3) dan terakhir 9 (Sembilan). (5) Yang terakhir adalah teks atau data yang mendapat nilai rerata antara „1,00 - 1,33‟ dengan kategori „Tidak Akurat‟. Namun demikian tidak ada satupun data yang mendapat nilai rerata „1,00‟. Oleh karena itu, nilai rerata terendah untuk tingkat keakuratan teks abstrak disertasi adalah „1,33‟. Nilai ini diperoleh dari rerata nilai ketiga Raters dimana 2 (dua) Raters memberi nilai „1‟ dan 1 (satu) Rater lainnya memberi nilai „2‟. Ada 3 (tiga) data/teks, atau sekitar 5,76% yang termasuk dalam kategori ini, yaitu data no. K1P5, K6P3, dan K6P5. Jumlah ini relatif sedikit, hanya ada 3 (tiga) teks/data atau sekitar 5,77% dari 52 (limapuluh dua) data yang diteliti. Ada tiga kemungkinan komposisi nilai yang diberikan oleh ketiga Raters, yaitu: „1 – 2 – 1‟; „2 – 1 – 1‟; atau „1 – 1 – 2‟. (6) Berikut ini adalah contoh data yang mendapat nilai rerata „1,33‟ dengan kategori „Tidak Akurat‟:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 200
Contoh Data no. K6P5: Tsu (K6p5) Kesimpulan:Pada penderita degenerasi DIV terjadi perubahan subseluler pada sel kondroid klaster (1)yang menunjukkan adanya kemampuan beradaptasi dan beregenerasi (2). Kemampuan ini ditunjukkan oleh ekspresi HSP70, CD68, dan Kolagen II (3).Sedangkan ekspresi Caspase-3 dan Kolagen I menunjukkan sel kondroid menuju proses degenerasi.Adanya hubungan ekspresi Caspase-3 dan CD68 menunjukkan keseimbangan adaptasi dan apoptosis (4). Kata kunci: diskus intervertebral, sel kondroid, CD68, Caspase3, proses adaptasi.
Tsa (K6p5)Conclusion:The subcellular changes in IVD cell clustering (1)showed adaptation and regeneration process by the expression of HSP70, CD68, and persist Collagen II. The Caspase-3 and Collagen I expressions showed degeneration process (2).The strong correlation of CD68 and Caspase-3 expressed equilibrium of adapting and apoptotic process (3-4). Key words: Intervertebralis Disc, Cd68, Caspase3, Adaptation.
Pada contoh data no. K6P5 ini Rater 1 memberi nilai „2‟, sedangkan Rater 2 dan 3 memberikan nilai „1„. Dengan demikian komposisi nilainya adalah: „2 – 1 – 1‟. Setelah mengamati Tsa secara cermat peneliti setuju dengan Rater 2 dan 3 yang memberi nilai „1„ atau Tidak Akurat. Berdasarkan data Tsu di atas, peneliti melakukan pemenggalan kalimat atau frasa untuk mengikuti ide atau pemikiran penerjemah. Pemenggalan Tsu menjadi 4 (empat) bagian, dan Tsa nya menjadi 3 (tiga) bagian. Pemenggalan Tsu yang pertama berbentuk klausa atau kalimat tetapi Tsa nya menjadi frasa. Mungkin penerjemah bermaksud membuat penerjemahan bebas tetapi hal ini tidak tepat dan tidak berterima. Misalnya pada pemenggalan pertama terjadi pegeseran tempat (transposisi). Frasa „perubahan subseluler„ yang semestinya menduduki sebagai komplemen dalam Tsu oleh penerjemahnya digeser menjadi subjek menggantikan posisi subjek yang sebenarnya yaitu. Sementara subjek yang sebenarnya dalam Tsa dijadikan sebagai pelengkap atau keterangan yang menerangkan „subseluler„. Hal ini jelas akan mengubahcommit maknatodalam user kalimat tersebut. Pemenggalan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 201
pertama dalam Tsu sebenarnya sudah berupa kalimat sempurna, sementara dalam Tsa masih dalam bentuk frasa yang berfungsi sebagai subjek. Pada pemenggalan ke dua frasa „yang menunjukkan„ dalam Tsu sebenarnya berfungsi sebagai penjelas atau keterangan (adjective clause) yang memberi keterangan pada „perubahan subseluler pada sel kondroid klaster„. Tsu sebenarnya pemenggalan pertama berupa kalimat kompleks yang terdiri atas satu kalimat inti yaitu „Pada penderita degenerasi DIV
terjadi perubahan
subseluler pada sel kondroid klaster„ (1) dan klausa penjelas / adjective clausa yaitu „yang menunjukkan adanya kemampuan beradaptasi dan beregenerasi„. Selanjutnya frasa nomina dan verba pada penggalan ke tiga: „Kemampuan ini ditunjukkan oleh‟: Frasa „kemampuan ini„ yang menduduki subjek dalam kalimat tersebut dilesapkan, sementara verba „ditunjukkan oleh„ yang semestinya menduduki predikat dalam kalimat tersebut dan bentuknya „pasiva„, oleh penerjemahnya diubah menjadi verba aktif dan digeser menempati predikat pada kalimat penggalan pertama. Penggalan kalimat ke 3 dan 4 Tsu dilebur menjadi penggalan 1, 2, dan 3. Disini juga terjadi cukup banyak pergeseran dan pelesapan sehingga pesan Tsu tidak dapat tersampaikan dengan baik. Oleh karena itu data no. K6 P5 ini lebih sesuai jika dikategorikan sebagai hasil terjemahan yang „tidak akurat‟. Sehubungan dengan hasil temuan dan penjelasan di atas, dan berdasarkan hasil akhir rerata tingkat keakuratan yaitu „1,98‟, dapat disimpulkan bahwa tingkat keakuratan teks abstrak disertasi oleh para mahasiswa S3 adalah „Kurang Akurat„. 5.
Penilaian Keberterimaan Hasil TerjemahanTeks Abstrak Disertasi Pada bagian ini peneliti menjawab rumusan masalah yang ke 5 (lima) yaitu sehubungan dengan tingkat keberterimaan hasil terjemahan teks abstrak disertasi dalam bahasa Inggris. Sebagai instrumen untuk menganalisis data, peneliti menggunakan sistem penilaian yang dimulai dari : „3„ yang berarti „Berterima„; Nilai „2„: „Kurang Berterima„, dan Nilai „1„: „Tidak Berterima„. to user hasil terjemahan teks abstrak Untuk mengetahui tingkat commit keberterimaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 202
disertasi ini peneliti melibatkan 3 (tiga) orang Raters yang memiliki dedikasi tinggi di bidang penerjemahan dan linguistik (ilmu kebahasaan). Setiap Rater memberikan penilaian terhadap setiap data yang diberikan oleh peneliti melalui kuesioner. Hasil penilaian ketiga Raters ini kemudian dijumlah dan dirata-rata. Selanjutnya nilai ini akan dijadikan sebagai instrument/alat untuk mendiskripsikan hasil terjemahan teks abstrak secara lebih rinci dan komprehensif. Adapun penilaian
difokuskan
pada tataran tekstual yang
mencakup 3 (tiga) aspek penilaian, yaitu Struktur Gramatikal, Rerata Nilai Struktur Abstrak dan Koherensi Tsa, dan Koherensi Tsa. Nya. Penilaian Struktur Gramatikal dilakukan per paragraf atau per teks, sedangkan Struktur Abstrak dan Koherensi Teks Tsa dilakukan per teks abstrak. Struktur gramatikal yang dimaksud adalah struktur kalimat yang biasanya digunakan dalam penulisan abstrak, yaitu simple present tense untuk bagian pendahuluan, dan simple past tense untuk bagian tujuan, metodologi, hasil, dan simpulan. Sementara aspek-aspek yang dinilai pada Struktur Abstrak yaitu meliputi jumlah struktur abstraknya, kohesi, dan koherensi Tsa. Sedangkan Koherensi Teks yang dinilai adalah kesesuaian penggunaan penanda kohesi, kohesi leksikal dan atau gramatikal yang digunakan dalam Tsa, dan jumlah ide pokok (main idea) dalam setiap paragrafnya. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu indikator suatu teks dikatakan koheren jika dalam satu paragraf memiliki tidak lebih dari satu ide pokok atau main idea. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa aspek keberterimaan yang dinilai meliputi 3 (tiga) hal, yaitu: (1) Ketepatan Struktur Gramatikal (Tense) nya; (2) Lengkap tidaknya Struktur Abstrak yang digunakan, dan (3) Koherensi Tsa. nya. Dengan demikian, berdasarkan tabulasi hasil penilaian yang dilakukan oleh ketiga Raters pada Lampiran 4 Tabel 4.3, selanjutnya diketahui bahwa nilai rerata keberterimaan yang diberikan oleh ketiga Raters tersebut seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.9 di bawah ini: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 203
Tabel 4.9 Nilai Rerata Keseluruhan (Hasil Penilaian Rater1-2-3) Keberterimaan: (Struktur Gramatikal, Struktur Abstrak & Koherensi Tsa) Teks Abstrak Disertasi. No. Data K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 Total Rerata
Struktur Gramatikal 2,00 2,00 1,00 1,00 2,00 2,00 2,33 1,00 2,00 2,00 2,00 1,22 1,66 1,33 1,66 25,22 1,68
Struktur Absstrak 2,22 2,11 2,00 1,66 2,11 2,00 2,00 1,88 2,00 1,66 1,77 1,33 1,55 1,44 1,77 27,51 1,83
Koherensi Tsa 2,00 2,33 2,00 1,66 2,33 2,00 2,00 2,00 2,33 1,33 1,66 1,33 1,33 1,33 1,66 27,33 1,82
Total
Rerata
6,22 6,44 5,00 4,33 6,44 6,00 6,33 4,88 6,33 5,00 5,43 3,88 4,54 4,10 5,10 80,06 5,33
2,07 2,14 1,66 1,44 2,14 2,00 2,11 1,62 2,11 1,66 1,81 1,29 1,51 1,36 1,70 26,68 1,77
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, instrumen yang digunakan untuk menganalisis data adalah berdasarkan pada hasil penilaian yang telah dilakukan oleh ketiga raters dengan rentangan nilai „3 – 2 - 1„. Nilai „3‟ dengan kategori teks „Berterima‟, nilai „2‟: Kurang Berterima, dan „1‟: Tidak „Berterima„. Akan tetapi, setelah dilakukan tabulasi (penggabungan nilai, penjumlahan dan hasil rerata) dari tiga aspek yang dinilai diketahui bahwa hasil rerata nilai tersebut berkembang menjadi lebih dari 3 (tiga), yaitu mencapai 12 (duabelas) varian seperti pada tabel 4.9 di atas. Varian nilai terendah nya adalah „1,29„ diperoleh data no T5, dan tertinggi „2,14„ diperoleh data no. K2 dan K5. Rentang nilai ini cukup jauh, dan ada 12 varian nilai. Keduabelas varian itu terdiri dari: 2 (dua) teks abstrak dengan nilai sama, yaitu: „2,14„. Ada 2 (dua) data/teks abstrak yang memperoleh nilai rerata „2,14„, yaitu data no. K2 dan K5, dan merupakan commit to user nilai rerata tertinggi untuk tingkat keberterimaan ini. Selanjutnya disusul data
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 204
no. K7 dan T2 yang sama-sama mendapat nilai rerata „2,11‟. Data no. K1 dengan nilai rerata „2,07‟, data no. K6 dengan nilai rerata „2,00‟, T5: „1,29‟, T8: „1,70‟, K3-T3: „1,66‟, T1: „1,62‟, T6: „1,51‟, K4: „1,44‟, T7: „1,36‟, dan terakhir T5: „1,29‟. Hal ini terjadi karena aspek yang dinilai dalam keberterimaan teks terjemahan abstrak disertasi tidak hanya satu melainkan tiga, yaitu Struktur Gramatikal, Struktur Abstrak Tsa, dan Koherensi Tsa. Sehubungan dengan hasil temuan di lapangan dimana varian nilainya cukup banyak dan beragam, peneliti kembali memampatkan dengan melakukan penafsiran skala penilaian berdasarkan model penilaian kualitas terjemahan oleh Nababan, dkk (2012) seperti berikut ini: No.
Nilai
Kategori
1.
2,51-3,00
Berterima
2.
1,51-2,50
Kurang Berterima
3.
1,00-1,50
Tidak Berterima
Berdasarkan pengelompokan nilai tersebut di atas, selanjutnya klasifikasi, kategori, dan persentase nilai rerata sehubungan dengan penilaian tingkat keterbacaan teks dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini: Tabel 4.10 Klasifikasi, Kategori, dan Persentase Nilai Rerata Keberterimaan Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Nilai No. Data Jumlah Persentase Kategori 2,51-3,00
----
----
0%
Berterima
13
86,67%
Kurang
K1-K2-K31,51-2,50
K4-K5-K6K7-T1-T2-T3-
Berterima
T4-T6-T8 1,00-1,50
T5-T7
2
13,33%
Tidak Berterima
TOTAL
15
15
100%
----
Berdasarkan pada tabel 4.10 diatas, tidak ditemukan satupun data atau teks abstrak yang tingkat keberterimaannya commit to usermendapat nilai rerata antara „2,51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 205
– 3,00‟ dengan kategori „Berterima„. Ini artinya bahwa dari 15 (limabelas) teks abstrak yang diteliti tidak ditemukan satupun teks abstrak disertasi yang hasil terjemahannya dikategorikan sebagai teks abstrak yang mendapat kategori teks „Berterima‟. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa untuk mendapatkan kategori ini, teks abstrak disertasi dan hasil terjemahannya tersebut harus mendapatkan nilai rerata antara „2,513,00‟ dari 3 aspek yang dinilai, yaitu struktur gramatikal, struktur abstrak, dan koherensi Tsa nya. Berdasarkan hasil temuan dan analisis data, pencapaian nilai rerata tertinggi sehubungan dengan tingkat keberterimaan teks abstrak disertasi ini ditemukan pada data no. K2 dan K5 dengan nilai rerata „2,14„, dan mendapat kategori „Kurang Berterima„. Sedangkan nilai rerata terendah ditemukan pada data no. T5 dengan nilai rerata „1,29„, dengan kategori „Tidak Berterima„. Dari 15 (limabelas) teks abstrak disertasi yang diteliti, ada 3 (tiga) teks abstrak atau sekitar 20% yang termasuk dalam kategori ini, yaitu data no. K4T5-T7. Secara berturut-turut ketiga data tersebut mendapat nilai rerata: „1,44, 1,29, dan 1,36‟. Sementara itu, untuk tingkat keberterimaan ini klasifikasi nilai didominasi oleh teks abstrak atau data yang mendapat kategori teks abstrak „Tidak Berterima‟, yang mencapai 9 (Sembilan) teks atau 80%. Sementara teks abstrak yang mendapat kategori „Berterima‟ tidak ditemukan atau 0 %. Berikut ini adalah beberapa contoh data/teks abstrak yang mendapat kategori „Kurang Berterima„, dan „Tidak Berterima„. (1) Contoh data/teks yang mendapat kategori „Kurang Berterima‟. Contoh data no. K2:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 206
TsuK-2: Nani Y ‘Pengaruh Nilai Pribadi, Evaluasi outcome,
TsaK-2 ‘The influence of personal value, outcome
Sikap, Niat, dan Perceived Behavior Control
evaluation, attitude, intension, and perceived
terhadap Proses Pengambilan Keputusan,
behavioral
Keputusan, dan Tindakan Memanfaatkan
processes, decisions, and actions in utilizing
Pelayanan Puskesmas’
public health center services’
Penelitian
ini
diawali
dengan
control
on
decision-making
masalah
This study begins (1) with the problem of low
rendahnya pemanfaatan pelayanan Puskesmas
utilization of services in health centers where
di mana realisasi tidak sesuai dengan target
the target is (2) not in accordance with the
yang telah ditentukan. Tujuan dari penelitian ini
realization. The purpose of this study was to
adalah menganalisis pengaruh nilai pribadi
analyze (3) the influence of personal value,
terhadap evaluasi outcome, sikap, keputusan
outcome evaluation, attitude, intention, and
memanfaatkan pelayanan Puskesmas, pengaruh
perceived (4) behavioral control on decision-
niat dan perceived behavioral control terhadap
making processes, decisions, and actions in
proses pengambilan keputusan, keputusan, dan
utilizing public health center services.
tindakan memanfaatkan pelayanan Puskesmas. The design of this research was (5) Rancangan penelitian ini adalah penelitian
quantitive by using cross sectional survey
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional
method. The research was conducted (6) in all
menggunakan
Penelitian
areas of health centers in Kendari, the unit of
dilakukan pada seluruh wilayah Puskesmas di
analysis was (7) patients or families of the
kota Kendari. Unit analisis yaitu pasien atau
patients who decided to utilize(8) health center
keluarga pasien yang mengambil keputusan
services. The samples were (9) proportionally
untuk memanfaatkan pelayanan Puskesmas.
calculatedand should comply(10) with the
Besar sampel dihitung secara proporsional dan
requirement of the model size which consisted
memenuhi ketentuan model size yaitu sebesar
of 410 samples.
metode
survey.
410 sampel. Hasil pribadi
penelitian
berpengaruh
menunjukkan, signifikan
nilai
terhadap
evaluasi outcome dan keputusan memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Nilai pribadi mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap sikap. Evaluasi
outcome
terhadap
sikap
Puskesmas. terhadap
Niat proses
berpengaruh
signifikan
memanfaatkan
pelayanan
berpengaruh
signifikan
pengambilan
keputusan
The results showed (11) that personal values had (12) a significant effect on outcome evaluation and decision to public health center services. significant
Personal effect
values on
had
attitudes.
(13)
no
Outcome
evaluation had (14)a significant effect on attitude to utilize public health center services. An intention had (15) a significant influence on
commit totheuser decision making process in utilizing public
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 207
memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Proses
health center services. The decision-making
pengambilan keputusan berpengaruh signifikan
process
terhadap keputusan memanfaatkan pelayanan
decisions in utilizing public health center
Puskesmas.
Perceived
significantly
influenced
(16)the
behavior
control
services. The perceived behavioral control
proses
significantly influenced (17) the decision
keputusan.
making process and the decision itself. The
Keputusan berpengaruh signifikan terhadap
decision significantly influenced (18) the action
tindakan memanfaatkan pelayanan Puskesmas.
to utilize public health center services.
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengambilan
keputusan
dan
Dengan ditemukannya konsep ilmiah
Due to the discovery of new scientific concepts
baru dalam lingkup perilaku konsumen di
within the scope of consumers‟ behavior in the
Puskesmas, maka dapat dipakai sebagai dasar
clinic, it can be used (19)as a basis for
meningkatkan
melalui
improving the performance of health centers by
masyarakat dan
understanding of personal values of society and
petugas memberikan pelatihan pada masyarakat
provide (20) training to public officials to
untuk
tentang
increase confidence about the ability to control
kemampuan mengendalikan perilakunya dalam
his behavior in the use of public health center.
memanfaatkan pelayanan kesehatan sebagai
The results are (21) also useful for developing
pilihan memanfaatkan pelayanan Puskesmas.
strategies in the management of public health
Hasil ini juga berguna untuk mengembangkan
centers as an opinion in utilizing health
strategi
services.
kinerja
Puskesmas
pemahaman nilai pribadi
meningkatkan
Puskesmas
keyakinan
dalam
pengelolaan
pelayanan kesehatan. Keywords: Personal value, outcome evaluation, Key words: nilai pribadi, evaluasi outcome,
attitude,
sikap,
control, decision-making.
niat,
perceived
behavior
control,
intention,
perceived
behavioral
pengambilan keputusan
*Keterangan: Kata atau frasa yang dicetak miring adalah bagian struktur gramatikal (Tense) yang salah, dan perlu dilakukan pembetulan. Data no. K2 diatas mendapat nilai rerata tertinggi, yaitu: „2,14‟ dengan kategori „Kurang Berterima‟. Nilai ini diperoleh dari ketiga Raters, dengan komposisi nilai: „2,00 – 2,11 – 2,33‟ sehingga nilai reratanya menjadi „2,14‟. Berikut ini adalah penjelasan awal pemerolehan nilai „2,14„ dari ketiga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 208
Raters dengan tiga aspek penilaian, yaitu: struktur gramatikal, struktur abstrak, dan koherensi teks Tsa dengan rincian seperti berikut ini: Struktur Gramatikal
Struktur Abstrak
Kohernsi
Rerata
Rater 1
2
2
2
2,00
Rater 2
2
2,33
3
2,44
Rater 3
2
2
2
2,00
Rrata Rt 1-2-3:
„
2,14‟
Berdasarkan hasil penilaian yang diberikan oleh ketiga Raters tersebut, nilai yang diberikan oleh Rater 1 dan 3 persis sama, yaitu „2‟ untuk ketiga aspek yang dinilai. Perbedaan nilai hanya pada Rater 2, itupun hanya pada aspek struktur abstraknya. Perlu diketahui bahwa penilaian struktur gramatikal hanya difokuskan pada ketepatan dalam penggunaan „Tense„. Tense yang dimaksud adalah Simple Present Tense untuk bagian pendahuluan, dan Simple Past untuk keempat bagian lainnya, yaitu tujuan penelitian, metodologi, pembahasan / hasil, dan simpulan. Sedangkan struktur abstrak yang dinilai meliputi 3 (tiga) aspek (seperti telah dibahas pada bagian sebelumnya), yaitu jumlah struktur abstraknya, kohesi, dan koherensi Tsa. Sementara koherensi disini adalah koherensi Tsa nya. Sehubungan dengan penjelasan di atas, untuk penilaian struktur gramatikal, peneliti setuju dengan hasil penilaian yang diberikan oleh ketiga Raters yang telah memberikan nilai sama, yaitu „2‟. Dengan pertimbangan, dari 21 (duapuluh satu) tense yang digaris bawahi dalamteks abstrak tersebut terdapat 3 (tiga) tense atau 14,28% yang kurang tepat, yaitu pada no. 19-20 dan 21. „can be‟ pada no. 19 seharusnya „could be‟, no. 20, „provide‟ seharusnya „providing‟ supaya parallel dengan „understanding‟, dan no. 21, „are‟ seharusnya diganti „were‟. Sementara untuk struktur abstrak dan koherensi Tsa peneliti setuju dengan penilaian yang diberikan oleh Rater 1 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 209
dan 3 yang memberikan nilai „2‟. Kedua aspek ini telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. (2) Contoh data no. T4 yang mendapat niai rerata „1,81‟ tetapi mendapat kategori yang sama, yaitu: „Kurang Berterima‟. Contoh data no. T4: TsuT-4: Sherly A-‘Dinamika….
TsaT-4
Ruang publik merupakan salah satu Public space such as public park, football elemen penting ruang kota dan menjadi field and others, is (1) an importantelement kebutuhan Ruang
bagi
publik
penduduk dapat
perkotaan. of urban space for the need of urban
berupa
taman, dwellers. However, along with the rapid
lapangan olahraga, dan lain-lain. Seiring change
in
urban
development
and
makin pesatnya perkembangan kota dan economic interests, the existence of public menguatnya
kepentingan
ekonomi, space is (2)in trouble, it decreases (3)both
eksistensi ruang publik di lingkungan in term of amount and quality in the urban pemukiman terganggu karena luasan yang area. makin berkurang.
The aim of the study is to understand
Tujuan penelitian ini untuk memahami
(4)the dynamic of exclusive and inclusive
dinamika ruang publik eksklusif dan public space which emerges in new inklusif serta memelajari faktor internal settlement
of
middle
lower
income
dan eksternal yang berperan pada dinamika community. The study is conducted (5)to ruang publik di kawasan pemukiman investigate the role of internal and external masyarakat menengah ke bawah. Ruang factors played (6)in the dynamic of public eksklusif adalah ruang yang digunakan space. Exclusive space is (7) space that is oleh kelompok tertentu, bersifat tertutup used (8) only by specific group in certain dan terbatas serta terletak di bagian dalam settlement. On the other hand, the inclusive pemukiman. Sedang ruang inklusif adalah space is (9)an open space that can ruang yang dapat diakses oleh siapa pun, beaccessed (10)by all, located around a bersifat terbuka dan terletak di sekitar settlement or as border to other settlement. kawasan atau berbatasan dengan kawasan lain di pemukiman.
The
research
(11)combination
Metoda penelitian yang digunakan quantitative
commit to user
method of
method
used
was
qualitative
and
applied
(12)for
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 210
adalah kombinasi antara kualitatif dan sociological approach for social space. kuantitatif dengan pendekatan sosiologi Primary data was compiled (13)from field tentang ruang sosial. Data primer diperoleh study and observation to the behavior of the dari
pengamatan
terhadap
perilaku user when using the open space. Three
pengguna ruang publik di lokasi penelitian. types of analysis were used (14)in order to Analisa yang digunakan adalah analisa understand and to explain the formation domain, komponensial, dan analisa proses process of exclusive and inclusive public (tipo-morfologi) untuk menemukan dan space. Those are (15)domain analysis, menjelaskan proses pembentukan ruang componential analysis, and process analysis publik eksklusif dan inklusif. Penelitian
(typo-morphology).
menemukan
bahwa
The
finding
reveals
(16)that
the
karakteristik ruang eksklusif dan ruang characteristics of exclusive and inclusive inklusif pada ruang publik di pemukiman masyarakat
menengah
ke
public space of the middle lower housing
bawah community are influenced (17)by space
dipengaruhi oleh besaran dan bentuk dimension its form, and space boundary, as ruang, batas ruang, dan zonasi ruang. well as space zones. Included in the factors Faktor budaya, kebiasaan dan pengalaman affecting are (18)the dwellers culture, seseorang
juga
turut
mempengaruhi custom, and experience. The development
karakteristik ruang eksklusif dan inklusif. of the exclusive and inclusive public space Sedang faktor-faktor yang mempengaruhi is affected (19) by place and space content proses pembentukan ruang eksklusif dan factors created by bordering, clustering, inklusif adalah wadah dan isi ruang akibat and
exclusion-inclusion
process.
The
adanya proses bordering, clustering dan dynamics of exclusive and inclusive public exclusion-inclusion. Kedinamikaan ruang space mostly caused (20) by the space publik eksklusif dan inklusif dipengaruhi user‟s activities and time that created (21) oleh jenis kegiatan, kelompok pengguna, overlapping pattern. In addition the factors dan waktu yang membentuk pola tumpang of spatial behavior, space density, the tindih. Di samping itu faktor perilaku intensity of space use also affect (22)the keruangan, kepadatan ruang dan intensitas dynamic of space. Therefore, public space pemanfaatan ruang juga mempengaruhi is not only related (23)to the characters of kedinamikaan ruang. Dengan demikian, physical
spatial
architecture
but
also
ruang publik bukan sesuatu yang bersifat embraces the social, culture, economy, law, fisik, spasial, arsitektural saja, namun and other aspects of life.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 211
mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi, hukum dan sejenisnya.
Keywords: public open space, exclusive-
Kata kunci: Ruang Publik, Eksklusif- inclusive, and a middle lower class Inklusif
dan
Permukiman
Masyarakat settlement.
Menengah Ke bawah.
*Keterangan: Kata atau frasa yang dicetak miring adalah bagian struktur gramatikal (Tense) yang salah, dan perlu dilakukan pembetulan. Data no. T4 diatas mendapat nilai rerata tertinggi ke lima, yaitu: „1,81‟ dengan kategori sama, yaitu „Kurang Berterima‟. Nilai ini diperoleh dari ketiga Raters, dengan komposisi nilai: „2,00 – 1,77 – 1,66‟, sehingga nilai reratanya menjadi „1,81‟. Nilai ini berasal dari pemerolehan nilai dari ketiga Raters dengan tiga aspek penilaian, yaitu: struktur gramatikal, struktur abstrak, dan koherensi teks Tsa dengan rincian seperti berikut ini: Struktur Gramatikal Struktur Abstrak
Kohernsi
Rerata
Rater 1
2
2
2
2,00
Rater 2
2
1
1
1,33
Rater 3
2
2,33
2
2,11 „1,81‟
Rrata Rt 1-2-3:
Berdasarkan hasil penilaian yang diberikan oleh ketiga Raters tersebut, hanya aspek struktur gramatikal yang mendapat penilaian sama dari ketiga Raters, yaitu „2„, sementara untuk dua aspek lainnya, yaitu struktur abstrak dan koherensi Tsa, nilai yang diperoleh cukup beragam.Hanya aspek koherensi Tsa yang mendapat nilai sama dari Rater 1 dan 3, yaitu „2„, sedangkan Rater 2 hanya memberi nilai „1„ untuk aspek ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 212
Perlu diketahui bahwa penilaian struktur gramatikal hanya difokuskan pada ketepatan dalam penggunaan „Tense„. Tense yang dimaksud adalah Simple Present Tense untuk bagian pendahuluan, dan Simple Past untuk keempat bagian lainnya, yaitu tujuan penelitian, metodologi, pembahasan / hasil, dan simpulan. Sedangkan struktur abstrak yang dinilai meliputi 3 (tiga) aspek (seperti telah dibahas pada bagian sebelumnya), yaitu jumlah struktur abstraknya, kohesi, dan koherensi Tsa. Sementara koherensi disini adalah koherensi Tsa nya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan sehubungan dengan data di atas, untuk penilaian struktur gramatikal, peneliti kurang setuju dengan hasil penilaian yang diberikan oleh ketiga Raters yang telah memberikan nilai sama, yaitu „2‟. Menurut peneliti dari 23 (duapuluh tiga) tense yang diberi garis bawah tersebut terdapat 13 (tigabelas) tense (lebih dari limapuluh persen) salah. Kesalahan-kesalahan tersebut terjadi pada tense no: 4-5-7-8-9-10-15-16-17-18-19-22-23. Berikut ini adalah sejumlah data „Tense‟ yang salah dan pembetulannya: No.
No. tense
Salah Tense
Pembetulan
1.
4
is to understand
was to understand
2. 3 4. 5. 6.
5 7 8 9 10
is conducted is is used is can be accessed
was conducted was was used was could be accessed
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
15 16 17 18 19 22 23
are reveals are influenced are is affected affect is not only related
were revealed were influenced were was affected affected was not only related
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 213
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa „tense‟ yang digunakan dalam penulisan teks abstrak adalah „Simple Present Tense‟ digunakan untuk bagian pendahuluan saja, sedangkan untuk 4 (empat) bagian lainnya seperti: tujuan penelitian, metodologi, pembahasan / hasil, dan simpulan, ditulis dengan menggunakan „Simple Past Tense‟, baik aktive maupun pasive.Dengan pertimbangan ini, peneliti kurang sependapat dengan ketiga Raters yang telah memberikan nilai „2‟ untuk aspek struktur gramatikal ini. Pertimbangan lain adalah jumlah kesalahannya lebih dari limapuluh persen, yaitu 13 kesalahan atau mencapai 56,52% dari 23 tense yang ada. Oleh karena itu peneliti hanya memberi nilai „1‟ untuk aspek struktur gramatikal pada data no. T4 tersebut. Sementara untuk dua aspek lainnya yaitu struktur abstrak dan koherensi Tsa, peneliti setuju dengan Rater 1 dan 3 yang telah memberikan penilaian rerata sekitar „2‟ untuk dua aspek ini. (3) Contoh data/teks abstrak disertasi yang mendapat kategori penilaian „Tidak Berterima„. Dari 15 (limabelas) teks abstrak yang diteliti, ada 3 (tiga) data/teks abstrak atau sekitar 20% termasuk dalam kategori ini. Ketiga data tersebut adalah data no. K4 dengan nilai rerata „1,44‟, data no. T5 dengan nilai rerata „1,29‟, dan data no. T7 dengan nilai rerata „1,36‟. Dari ketiga data tersebut, data no. K4 terjadi perbedaan penilaian yang cukup mencolok antara nilai yang diberikan Rater 1 dengan Rater 2 dan 3. Data ini mendapat nilai rerata „1,00‟ dari Rater 1, sedangkan Rater 2 dan 3 memberi nilai rerata sama, yaitu „1,66‟. Sementara perbedaan penilaian pada data no. T5 dan T7 relatif sangat kecil. Komposisi nilai yang diperoleh data no. T5 adalah „1,22-1,33-1,33„, sedangkan komposisi nilai data no. T7 adalah: „1,33-1,44-1,33„. Di bawah ini adalah contoh data no. K4 dengan nilai rerata „1,44„ dengan kategori teks abstrak/data yang dikelompokkan sebagai teks terjemahan abstrak disertasi yang „Tidak commit to user Berterima„.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 214
Contoh data no. T8: TsuT-8: Ali M
TsaT-8
KEBERLANJUTAN SISTEM
SUSTAINABILITY OF WATER
PENYEDIAAN AIR BERSIH
SUPPLY SYSTEM BY PIPELINE IN
PERPIPAAN DI PEDESAAN
RURAL AREAS
Air bersih merupakan salah satu
Water is (1) one of the public
kebutuhan dasar manusia. Namun, tidak needs. However, not all peoples receive semua warga negara dapat menikmati (2) water services. Low level of water pelayanan air bersih. Rendahnya tingkat services is related (3) to the failure of pelayanan air bersih ini terkait dengan water and sanitation developments in kegagalan pembangunan air minum dan 1970-2000, especially in rural areas. In penyehatan lingkungan era 1970-2000, the era, many water infrastructures khususnya
di
pedesaan.
Pada
era were not (4)sustainable in operation
tersebut, banyak sarana dan prasarana and maintenance. Experience in other air minum yang tidak berkelanjutan countries showed (5) that failure was dalam
pengoperasian
pemeliharaannya. Negara
lain
kegagalan
dan caused (6) by lack of community
Pengalaman
menunjukkan
sering
disebabkan
di participation and lack of community
bahwa acceptance of new technology. In the oleh future, the government would improve
kurangnya partisipasi masyarakat dan (7)water services for the poor in rural kurangnya
penerimaan
masyarakat areas. Therefore, research related to the
terhadap teknologi baru. Di masa yang sustainability of water supply system akan 214 datang, pemerintah berupaya was conducted (8). Results of the meningkatkan pelayanan air bersih bagi research will contribute (9) to problem masyarakat miskin di pedesaan. Oleh solving
in
rural
water
supply
karena itu perlu dilakukan penelitian development in the future. yang berkaitan dengan keberlanjutan
Research was conducted (10) in 24
system penyediaan air bersih yang villages in nine districts in the Brantas hasilnya dapat memberikan kontribusi River Basin. The villages have (11) problem
solving
pada
pelaksanaan water supply system that managed (12) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 215
pembangunan air bersih pedesaan di by community. The research used masa yang akan 215datang.
(13)quantitative
and
qualitative
Penelitian dilakukan di 24 desa di approach by case studies and surveys. sembilan kabupaten dalam wilayah Survey aimed to obtain (14)customers daerah aliran sungai (DAS) Brantas. and committee perception of technical, Desa-desa tersebut merupakan desa financial,
social,
and
institutional
yang memiliki sarana air bersih yang aspects of water management. All data dikelola oleh masyarakat. Penelitian were (15) quantified in range 0 to 1 and menggunakan kuantitatif
metoda
dan
penelitian analyzed (16) with statistical methods,
kualitatif
dengan namely structural equation modeling
pendekatan studi kasus dan survei. (SEM). The data are grouped (17)into Survei bertujuan untuk mendapatkan several variables, including planning, data persepsi masyarakat pelanggan dan management, community, reliability of pengelola air tentang aspek teknis, system, and sustainability of system. keuangan, sosial, dan institusi. Semua
Results of the research show (18)
data dikuantifikasi dalam rentang 0 that sustainability is influenced (19) sampai 1 agar dapat dianalisis dengan significantly by variables of technology metoda
statistik.
Data
tersebut selection, availability of water sources,
dikelompokkan ke dalam beberapa investment variabel,
yaitu
pengelolaan,
masyarakat,
cost,
existence
and
perencanaan, capabilities of operator, availability of keandalan spare parts, operation cost, technical
sistem dan keberlanjutan. Analisis data operations, community participation, menggunakan
metoda
structural and institutional management. This
equation modeling.
research also results (20) a model of
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sustainability which able to predict (21) keberlanjutan dipengaruhi signifikan sustainability index. This index is used oleh variabel pemilihan / penerapan (22)
for
teknologi, ketersediaan sumber air, sustainability. biaya
investasi,
keberadaan
determining The
level level
of of
dan sustainability is grouped (23) into three
kemampuan operator, ketersediaan suku levels, namely low sustainability (the commit user cadang, biaya operasi, teknik tosustainability index is (24)less than
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 216
pengoperasian, partisipasi masyarakat, 1.320),
medium
sustainability (the
dan pengelolaan lembaga. Penelitian ini sustainability index = 1.320 to 1.914), juga mengahsilkan model keberlanjutan and yang
mampu
memprediksi
high
sustainability
(the
indeks sustainability index is (25) higher than
keberlanjutan system penyediaan air 1.914). bersih perpipaan di pedesaan. Indesks keberlanjutan
digunakan
menentukan
tingkat
untuk Key words: Sustainability, water supply
keberlanjutan. system, rural area, Brantas River Basin.
Tingkat keberlanjutan dikelompokkan menjadi
tiga,
yaitu
berkelanjutan
rendah (indeks keberlanjutan lebih kecil dari
1,320),
keberlanjutan
sedang
(indeks keberlanjutan = 1,320-1,914), dan
keberlanjutan
tinggi
(indeks
keberlanjutan lebih besar dari 1,941). Kata
kunci:
Keberlanjutan,
system
penyediaan air bersih, perdesaan, DAS Brantas.
*Keterangan: Kata atau frasa yang dicetak miring adalah bagian struktur gramatikal (Tense) yang salah, dan perlu dilakukan pembetulan. Data no. T8 diatas mendapat nilai rerata „1,70‟ dengan kategori „Tidak Berterima‟. Nilai ini diperoleh dari nilai rerata ketiga Raters dari 3 (tiga) aspek penilaian yang menckup 3 (tiga) aspek, yaitu kelengkapan struktur abstraknya, kesesuaian penggunaan struktur gramatikalnya, dan koherensi Tsa nya. Nilai ini memiliki komposisi: „1,66 – 1,77 – 1,66‟, dan nilai reratanya menjadi „1,70‟. Nilai ini berasal dari pemerolehan nilai dari ketiga Raters dengan tiga aspek penilaian, yaitu: struktur gramatikal, struktur abstrak, dan koherensi teks Tsa dengan rincian seperti berikut ini: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 217
Struktur Gramatikal Struktur Abstrak
Kohernsi
Rerata
Rater 1
2
2
2
2,00
Rater 2
1,33
1
1
1,11
Rater 3
1,66
2,33
2
2,00
Rrata Rt
1-2-3:
„1,70‟
Berdasarkan hasil penilaian yang diberikan oleh ketiga Raters tersebut, Rater 1 dan 3 memberikan nilai rerata sama, yaitu „2„ meskipun dua aspek yaitu struktur gramatikal dan struktur abstrak terdapat sedikit perbedaan. Sementara Rater 2 memberikan penilaian yang agak jauh berbeda dari Rater 1 dan 3, yaitu dengan nilai rerata „1,11„. Perlu diketahui bahwa penilaian struktur gramatikal hanya difokuskan pada ketepatan dalam penggunaan „Tense„. Tense yang dimaksud adalah Simple Present Tense untuk bagian pendahuluan, dan Simple Past untuk keempat bagian lainnya, yaitu tujuan penelitian, metodologi, pembahasan / hasil, dan simpulan. Sedangkan struktur abstrak yang dinilai meliputi 3 (tiga) aspek (seperti telah dibahas pada bagian sebelumnya), yaitu jumlah struktur abstraknya, kohesi, dan koherensi Tsa. Sementara koherensi yang dimaksud disini adalah koherensi Tsa nya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan sehubungan dengan data di atas, untuk penilaian struktur gramatikal, peneliti kurang setuju dengan hasil penilaian yang diberikan oleh Rater 1 yang telah memberikan nilai „2‟ dan Rater3 yang memberikan nilai rerata „1,66‟. Dari hasil temuan dan analisis yang dilakukan peneliti, dari 25 (duapuluh lima) „tense‟ yang diberi garis bawah tersebut terdapat 17 (tujuhbelas) „tense‟ atau 68% (lebih dari limapuluh persen) salah. Kesalahan-kesalahan tersebut terjadi pada „tense‟ no: 4-5-6-7-8-11-12-14-17-18-19-20-21-22-23-24-25. Berikut ini adalah sejumlah data „Tense‟ yang salah dan pembetulannya: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 218
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
No. tense 4 5 6 7 8 11 12 14 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Salah Tense were showed was caused would improve was conducted have that managed aimed to obtain are grouped show is influenced results which able to is used is grouped is less is higher
Pembetulan are shows is caused will improve is conducted had that was managed was aimed atobtaining were grouped showed was influenced resulted in which was able to was used was grouped was less was higher
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa „tense‟ yang digunakan dalam penulisan teks abstrak adalah „Simple Present Tense‟, digunakan untuk bagian pendahuluan saja, sedangkan untuk 4 (empat) bagian lainnya seperti: tujuan penelitian, metodologi, pembahasan / hasil, dan simpulan, ditulis dengan menggunakan „Simple Past Tense‟, baik aktive maupun pasive. Dengan pertimbangan ini, peneliti kurang sependapat dengan Rater 1 dan 3 yang telah memberikan nilai rerata „2‟ untuk aspek struktur gramatikal ini. Pertimbangan lain adalah jumlah kesalahannya lebih dari limapuluh persen, yaitu mencapai 68%. Dari 25 „Tense„ yang ada, 17 (tujuhbelas) diantaranya terjadi kesalahan.Oleh karena itu peneliti hanya memberi rerata nilai „1‟ untuk aspek struktur gramatikal pada data no. T8 tersebut. Sementara untuk dua aspek lainnya yaitu struktur abstrak dan koherensi Tsa, peneliti setuju dengan Rater 1 dan 3 yang telah memberikan nilai rerata sekitar „2‟ untuk dua aspek ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 219
(4) Contoh data/teks dengan kategori „Tidak Berterima‟. Berdasarkan hasil temuan, dari 15 (limabelas) teks abstrak yang diteliti, nilai terendahnya adalah data no. T5 dengan nilai rerata „1,29„, dengan komposisi nilai: „1,22-1,33-1,33„. Ini artinya, ketiga Raters memberi nilai rerata „1,22„ untuk struktur gramatikalnya, „1,33„ untuk rerata struktur absstrak, dan „1,33„ untuk koherensi Tsa nya. 6. Penilaian Tingkat Keterbacaan Hasil Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Dalam Bahasa Inggris Pada bagian ini peneliti menjawab rumusan masalah yang ke 6 (enam) yaitu sehubungan dengan tingkat keterbacaan hasil terjemahan teks abstrak disertasi
dalam
bahasa
Inggris.
Untuk
menganalisis
data,
peneliti
membutuhkan instrumen berupa kuesioner terkait dengan rumusan masalah. Dalam hal ini peneliti menggunakan sistem penilaian yang dimulai dari : Nilai „3„ (tiga) yang berarti teks yang dibacanya „Mudah dipahami„. Nilai „2„: Agak Sulit / Kurang Bisa Dipahami, dan Nilai „1„: jika teks yang dibacanya dianggap „Sulit Dipahami„. Secara umum penilaian dilakukan per paragraf. Namun apabila paragraf teks tersebut terlalu panjang, paragraf dibagi menjadi 2 (dua) bagian atau bahkan lebih. Dengan demikian, dari 15 (limabelas) teks absstrak disertasi yang diteliti, setelah dilakukan pemisahan paragraf diperoleh sebanyak 75 (tujuhpuluh lima) teks yang harus diberikan penilaian oleh tim penilai (pembaca sasaran). Untuk mengetahui tingkat keterbacaan hasil terjemahan teks abstrak disertasi ini peneliti melibatkan 3 (tiga) orang Raters yang memiliki dedikasi cukup tinggi di bidang penerjemahan dan linguistik (ilmu kebahasaan). Setiap Rater memberikan penilaian terhadap semua data yang telah diberikan peneliti melalui kuesioner. Data yang dimaksud adalah berupa paragraf sebagaimana tertulis dalam teks abstrak, atau bagian paragraf jika paragraf tersebut dirasa terlalu panjang. Hasil penilaian oleh ketiga Raters ini kemudian dijumlah, dan dirata-rata. Selanjutnya, hasil penilaian rerata yang telah diberikan oleh ketiga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 220
Raters
inilah
yang
dijadikan
sebagai
instrumen
atau
alat
untuk
mendiskripsikan dan menjelaskan hasil temuan secara rinci dan komprehensif. Untuk memberikan penilaian sehubungan dengan tingkat keterbacaan teks ini peneliti menunjuk 6 (enam) orang akademisi dan atau praktisi di bidang kedokteran dan teknik sipil dan perencanaan untuk dijadikan sebagai pembaca sasaran. Keenam orang tersebut berasal dari 2 (dua) kelompok professional akademisi dan atau praktisioner yang memiliki latar belakang pendidikan berbeda, yaitu tim dokter dan tim teknik sipil dan perencanaan. Dari 6 (enam) informan tersebut 3 (tiga) diantaranya selain bertugas sebagai dokter di rumah sakit Dr. Soetomo mereka juga sebagai tenaga dosen di fakultas kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Demikian pula halnya, 3 (tiga) pembaca sasaran lainnya, mereka juga bekerja sebagai tenaga dosen di fakultas teknik sipil dan perencanaan ITS. Selain itu, semua pembaca sasaran yang ditunjuk telah menyelesaikan program doktornya berdasarkan bidang keilmuan masingmasing. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa teks abstrak disertasi yang diteliti berjumlah 15 (limabelas), dengan rincian: 7 (tujuh) teks abstrak bidang kedokteran diambil dari fakultas kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, dan 8 (delapan) teks abstrak lainnya adalah bidang teknik sipil dan perencanaan diambil dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Selanjutnya nilai yang telah diberikan oleh para pembaca pakar maupun pembaca sasaran tersebut dijadikan sebagai alat atau instrument untuk mendiskripsikan hasil terjemahan teks abstrak disertasi terkait dengan tingkat keterbacaan secara lebih rinci dan komprehensif. Berdasarkan hasil temuan, setelah dilakukan penggabungan nilai dari ketiga Raters, skala nilai yang semula hanya „3,00-2,00-1,00‟ berkembang menjadi 7 (tujuh) variasi nilai, yaitu: „1,00 - 1,33 – 1,66 – 2,00 – 2,33 – 2,66 – 3,00‟. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti kembali membuat penafsiran skala penilaian yang mengacu pada model penilaian kualitas terjemahan oleh Nababan, dkk (2012). Dengan demikian, penafsiran skala penilaian tersebut to ini: user menjadi sebagaimana tersebutcommit di bawah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 221
No.
Nilai
Kaategori
1.
2,66-3,00
Mudah Dipahami
2.
1,66-2,33
Kurang Bisa Dipahami
3.
1,00-1,33
Sulit Dipahami
Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan oleh para Raters (pembaca sasaran) sebagaimana telah ditabulasikan pada bagian Lampiran 6 Tabel 6.1 sehubungan dengan Nilai Rerata Keterbacaan, dan tafsiran skala penilaian di atas, selanjutnya dapat diketahui klasifikasi, jumlah, persentase, dan kategori keterbacaan teks abstrak disertasi per sub teks sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini: Tabel 4.11 Klasifikasi, Kategori, Persentase dan Nilai Rerata Keterbacaan Terjemahan Per Sub Teks Abstrak Disertasi Oleh Pembaca Sasaran Nilai 2,66-3,00 1,66-2,33
Jumlah 29 44
Persentase 38,66% 58,67%
1,00-1,33 Total Nilai / Data
2 177,60 / 75 = 2,38
2,66% 100%
Kategori Mudah Dipahami Kurang Bisa Dipahami Sulit Dipahami Kurang Bisa Dipahami
Berdasarkan tabel 4.11 di atas diketahui bahwa tingkat keterbacaan teks abstrak disertasi per sub teks abstrak didominasi oleh data/teks yang masuk dalam kategori „Kurang Bisa Dipahami‟, yaitu mencapai 44 (empatpuluh empat) teks atau sekitar 58,67%. Data/teks yang masuk kategori ini mendapat nilai rerata dari ketiga Raters antara „1,66-2,33‟. Nilai rerata yang diperoleh dari ketiga Raters ini memiliki komposisi „2,00-1,00-2,00‟ untuk nilai rerata „1,66‟, dan „2,00-3,00-2,00‟ untuk nilai rerata „2,33‟. Selanjutnya disusul teks/data yang dinilai oleh pembaca sasaran sebagai teks yang „Mudah Dipahami‟. Teks yang masuk kategori ini ada 29 teks/data atau sekitar 38,66%.commit Data/teks yang masuk kategori ini mendapat to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 222
nilai rerata dari ketiga Raters antara „2,66-3,00‟. Nilai rerata yang diperoleh dari ketiga Raters ini memiliki komposisi „3,00-2,00-3,00‟ untuk nilai rerata „2,66‟, dan „3,00-3,00-3,00‟ untuk nilai rerata „3,00‟. Dari 29 (duapuluh Sembilan) data yang masuk kategori ini 14 (empatbelas) atau sekitar 48,28% diantaranya mendapat nilai rerata „3,00‟ dari ketiga Raters, dan 15 (limabelas) atau 51,22% lainnya mendapat nilai rerata „2,66‟. Data yang mendapat nilai rerata „3,00‟ dari ketiga Raters ini adalah data no. K3-14, K5-26, K5-27, K740, T1-1, T1-3, T2-5, T3-9, T4-14, T4-15, T6-22, T8-32, T8-33, T8-34. Sedangkan data yang mendapat nilai rerata „2,66‟ adalah data no. K1-5, K312, K3-13, K3-18, K4-22, K4-23, K5-25, K5-28, K7-36, K7-38, K7-39, T413, T4-16, T5-19, T7-27. Yang terakhir adalah data/teks yang mendapat penilaian dengan kategori paling rendah, yaitu „Sulit Dipahami‟. Data/teks yang masuk kategori ini tidak banyak. Dari 75 (tujuhpuluh lima) data yang terkumpul, hanya ditemukan 2 (dua) data atau sekitar 2,66% masuk kategori teks yang mendapat kategori „Sulit Dipahami‟. Dua data yang masuk kategori ini adalah data no. K1-2, dan T4-17 dengan nilai rerata sama, yaitu „1,33‟. Nilai rerata ini diperoleh dari ketiga Raters dengan komposisi „2,00-1,00-1,00‟ untuk data no. K1-2, dan „1,00-1,00-2,00„ untuk data no. T4-17. Namun demikian, jika hasil penilaian untuk tingkat keterbacaan ini direrata secara keseluruhan dengan total nilai „177,60„ dibagi dengan jumlah data sebanyak 75 (tujuhpuluh lima) diperoleh nilai akhir/rerata: „2,37„ dengan kategori „Kurang Bisa Dipahami„, atau dengan kualitas keterbacaan „Sedang„ (Nababan dkk, 2012). Sehubungan dengan penilaian kualitas terjemahan untuk tingkat keterbacaan dalam penelitian ini dilakukan per teks abstrak, selanjutnya peneliti mengklasifikasikan dari 75 (tujuhpuluh lima) data sebagaimana diuraikan di atas menjadi 15 (limabelas) data sesuai dengan jumlah teks abstraknya. Dengan demikian, setelah dilakukan klasifikasi, penilaian, rerata, dan kategori terhadap 75 (tujuhpuluh lima) data/teks yang ada tersebut commit to user diperoleh nilai rerata dan pengkategorian seperti pada tabel 4.12 dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 223
Tabel 4.12 Klasifikasi, Kategori, dan Nilai Rerata Keterbacaan Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Per Teks Abstrak Oleh Pembaca Sasaran No. Data
Nilai
Kategori
K1
2,06
Kurang Bisa Dipahami
K2
2,00
Kurang Bisa Dipahami
K3
2,57
Mudah Dipahami
K4
2,33
Kurang Bisa dipahami
K5
2,73
Mudah Dipahami
K6
2,16
Kurang Bisa Dipahami
K7
2,61
Mudah Dipahami
Total K / Rerata
16.46 / 2,35
Kurang Bisa Dipahami
T1
2,66
Mudah Dipahami
T2
2,33
Kurang Bisa Dipahami
T3
2,08
Kurang Bisa Dipahami
T4
2,53
Mudah Dipahami
T5
2,33
Kurang Bisa Dipahami
T6
2,33
Kurang Bisa Dipahami
T7
2,05
Kurang Bisa Dipahami
T8
3,00
Mudah Dipahami
Total T / Rerata
19,31 / 2,41
Kurang Bisa Dipahami
Total K+T / Rerata
35,77 / 2,38
Kurang Bisa Dipahami
Berdasarkan hasil temuan sebagaimana dapat dilihat dalam tabel 4.12 di atas, secara keseluruhan (data K+T), nilai tertinggi diperoleh data no. T8 (bidang teknik) dengan nilai rerata „3,00‟ dengan kategori „Mudah Dipahami‟. Sedangkan nilai terendahnya diperoleh data/teks abstrak no.K2 (bidang kedokteran) dengan nilai rerata „2,00„ dengan kategori „Kurang Bisa Dipahami„. Apabila nilai rerata data bidang kedokteran dan teknik dibandingkan, hasilnya adalah sebagai berikut: Nilai tertinggi di bidang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 224
kedokteran diperoleh data no. K5 dengan nilai rerata „2,73„ dengan kategori „Mudah Dipahami„, dan nilai rerata terendahnya adalah data no. K2 dengan nilai rerata „2,00„ dengan kategori „Kurang Bisa Dipahami„. Jika seluruh teks abstrak bidang kedokteran ini direrata, diperoleh nilai rerata „2,35„ dengan kategori „Kurang Bisa Dipahami„. Sementara itu nilai rerata tertinggi untuk bidang teknik diperoleh data no.T8 dengan nilai rerata „3,00„ dengan kategori „Mudah Dipahami„, dan nilai terendahnya adalah data no. T7 dengan nilai rerata „2,05„ dengan kategori „Kurang Bisa Dipahami„. Jika seluruh data/teks abstrak bidang teknik ini direrata, diperoleh nilai rerata „2,41„ dengan kategori „Kurang Bisa Dipahami„. Dengan demikian, secara umum nilai rerata untuk tingkat keterbacaan teks abstrak disertasi di bidang teknik sidikit lebih tinggi dibandingkan dengan teks abstrak bidang kedokteran meskipun tidak begitu signifikan. Bagaimanapun juga, jika seluruh nilai yang diperoleh data K (Bidang Kedokteran) dan data T (Bidang Teknik) ini digabung dan direrata, diperoleh hasil akhir nilai rerata „2,38„ dengan kategori sama, yaitu „Kurang Bisa Dipahami„. Berdasarkan tabel 4.13 di atas, selanjutnya dilakukan klasifikasi lagi sehubungan dengan kategori, nilai rerata gabungan (data K+T) dan persentase secara keseluruhan sehubungan dengan tingkat keterbacaan terjemahan teks abstrak disertasi oleh pembaca sasaran sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini. Tabel 4.12 Klasifikasi, Kategori, dan Persentase Nilai Rerata Keterbacaan Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Oleh Pembaca Sasaran Nilai 2,66-3,00
1,00-1,33
No. Data K3-K5-K7, T1-T4-T8 K1-K2-K4K6, T2-T3T5-T6-T7 ----
TOTAL
15
1,66-2,33
Jumlah 6
Persentase 40 %
Kategori Mudah Dipahami
9
60 %
----
0%
Kurang Bisa Dipahami Sulit Dipahami ----
commit to 15 user
100%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 225
Berdasarkan tabel 4.13 di atas, dari tiga kategori penilaian: „Mudah Dipahami, Kurang Bisa Dipahami, dan Sulit Dipahami„, diketahui hanya ditemukan 2 (dua) kategori, yaitu kategori „Mudah Dipahami„, dan „Kurang Bisa Dipahami„. Sementara data atau teks abstrak yang mendapat kategori „Sulit dipahami‟ tidak ditemukan sama sekali atau 0 %. Hal ini dikarenakan penilaian dilakukan per teks abstrak bukan per paragraf atau sub bagian dari paragraf teks abstrak sebagaimana pada telah dijelaskan sebelumnya. Kategori untuk tingkat keterbacaan ini didominasi teks abstrak/data yang mendapat kategori „Kurang Bisa Dipahami„ yang mencapai 9 (sembilan) teks atau 60%. Teks Abstrak atau data yang mendapat kategori ini adalah data no. K1-K2-K4K6, T2-T3-T5-T6-7. Sedangkan sisanya 6 (enam) data/teks abstrak lainnya atau 40% mendapat kategori „Mudah Dipahami„. Keenam data tersebut adalah data no. K3-K5-K7, T1-T4-T8. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa penilaian tingkat keterbacaan teks ini dilakukan per paragraf atau sub bagian paragraf yang ada dalam setiap teks abstrak disertasi. Oleh karena itu apabila paragraf tersebut dirasa terlalu panjang, peneliti membaginya menjadi 2 (dua) bagian atau lebih. Dengan demikian jumlah keseluruhan teks yang dinilai oleh para pembaca sasaran ada 75 (tujuhpuluh lima) teks. Tabulasi penilaian tingkat keterbacaan ini dapat dilihat pada Tabel no. 6.1 Lampiran 6. Sehubungan dengan hal tersebut, sejumlah contoh data yang dianalisis berikut ini tidak berupa teks abstrak secara utuh akan tetapi dilakukan per paragraf atau sub bagian paragraf dari teks abstrak yang diteliti. Berkut ini adalah beberapa contoh data/teks yang mendapat penilaian dengan kategori „Mudah Dipahami‟ dan „Kurang Bisa Dipahami‟. (1) Contoh teks atau data yang menurut pembaca sasaran „Mudah Dipahami‟ dan mendapat nilai rerata „3,00‟. Dari 75 (tujuhpuluh lima) data/teks yang commit to data/teks user diteliti ditemukan 14 (empatbelas) atau 18,66% mendapat nilai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 226
rerata „3,00‟ dengan kategori „Mudah Dipahami‟. Data ini mendapat nilai rerata „3,00‟ dari ketiga Raters. Dengan demikian komposisi nilainya adalah „3,00-3,00-3,00‟. Berikut ini adalah contoh data no. K3.14 yang mendapat nilai rerata „3,00‟ dari pembaca sasaran (tim dokter) dan masuk kategori teks „Mudah Dipahami‟. Contoh Data no. K3.14: K3-14 During menstrual period, endometrial wall disruption, circulating effector cells (neutrophils, macrophages activated, NK cells) act to early phagocyte and killing microbes and secretion of cytokines that stimulate inflammation, lysis of infected cells, activation of macrophages, as an immune response to maintain homeostasis. It is mean that NCM is a part of immunologic reaction, even if the mechanism of action is still unclear.
Penjelasan: Kata, frasa, maupun klausa pada data yang diberi garis bawah tersebut merupakan peristilahan medis atau kedokteran. Data K3.14 di atas mendapat nilai rerata „3‟ dari ketiga Pembaca sasaran (tim dokter), dengan kategori „Mudah Dipahami„. Ini artinya menurut ketiga tim penilai tersebut, data no. K3.14 secara kontekstual secara keseluruhan tidak menemui kesulitan sedikitpun dalam memahami teks yang dibacanya sehingga ketiganya sepakat memberi nilai untuk data K2.9 tersebut „3„. Dengan demikian komposisi nilainya adalah „3 – 3 – 3„. Hal ini mungkin dikarenakan selain teks tersebut hanya tersusun atas 2 (dua) kalimat, sebagian besar teks tersebut terdiri atas kat-kata atau istilah medis/kedokteran yang sudah meraka kenal dan pahami dengan baik. Akan tetapi jika teks tersebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 227
dibaca oleh orang yang tidak memiliki latar belakan pendidikan dan keilmuan medis/kedokteran, mungkin teks tersebut masuk dalam kategori sulit dipahami. Seperti kita ketahui bahwa kalimat pertama dalam teks tersebut sangat panjang dan kompleks. Kalimat ini tersusun atas 35-37 kata dan banyak menggunakan peristilahan khusus bidang kedokteran. Secara teoritis, Nababan (1999) mengatakan bahwa satu kalimat yang tersusun atas lebih dari 30 (tigapuluh) kata dikatakan sebagai teks yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Hal ini dikarenakan selain terlalu panjang, kalimat tersebut juga tersusun atas istilah-istilah yang menurut orang diluar bidang keilmuannya sangat asing. Menurut peneliti, tim dokter yang telah memberikan nilai rerata „3„ pada data ini, hal ini sudah wajar mengingat istilah-istilah seperti itu sudah menjadi bagian hidup dan profesi mereka sehari-hari. Oleh karena itu, meskipun secara teoritis kalimat tersebut sebenarnya sangat panjang dan kompleks, serta sulit dipahami, tim dokter menganggapnya tidak demikian. Hal ini dikarenakan secara kontekstual mereka telah menguasai dengan baik peristilahan-peristilahan medis, kedokteran, dan hal-hal terkait lainnya yang sudah menjadi bagian hidup dan profesi mereka. (2) Contoh data atau teks yang menurut tim insinyur teknik sipil, teks tersebut dikategorikan sebagaai teks „Kurang bisa Dipahami„. Data ini mendapat nilai rerata „2,00‟ dari tim insinyur teknik sipil. Komposisi nilai yang diberikan oleh tim ini adalah : „2 – 2 – 2„. Berikut ini adalah contoh data yang mendapat nilai rerata „2,00„ dari jurusan Teknik Sipil dengan kategori „Kurang Bisa Dipahami‟. Contoh data T3-12. T3-12 On the basis of the result of this research, it is expected that the strategies of maintaining the formation of space of the Settlement Based on Ritual Culture in Sasak people especially in Puyung village can be mounted. By maintaining the culture, the space of Sasak settlement can be identified. commit to user Key words: ritual, space-settlement, and Sasak.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 228
Data di atas diambil dari teks abstrak mahasiswa S3 jurusan teknik sipil dan perencanaan. Teks di atas, sebenarnya tidak ditemukan istilah-istilah khusus yang berarti terkait dengan ilmu teknik maupun rekayasa lainnya. Teks tersebut hanya tersusun atas 2 (dua) kalimat, akan tetapi kalimat pertamanya cukup panjang. Kalimat pertama tersusun atas lebih dari 35 kata. Mungkin hal inilah yang agak menyulitkan pembaca untuk memahami keseluruhan isi teks tersebut. Sehubungan dengan hal ini maka ketiga Raters memberi nilai „2,00‟ untuk data no. T3-12 ini. Selain kalimat yang terlalu panjang, penyebab lainnya adalah penguasaan tentang aspek kebahasaan dan kosa kata yang masih kurang baik. Kedua hal inilah yang sebenarnya menjadikan penentu utama tinggi rendahnya tingkat keterbacaan teks oleh pembaca. Secara umum, aspek kebahasaan dan kosa kata itulah yang menyebabkan pembaca agak kesulitan memahami teks tersebut. Oleh karena itu, siapapun orangnya hampir dipastikan akan mengalami kesulitan dalam hal pemahan suatu teks yang ditulis dalam bahasa asing jika penguasaan aspek kebahasaan dan kosa katanya kurang karena kedua aspek inilah yang menjadi kunci pokok seseorang dalam memahami suatu teks baik tulis maupun lisan. (3) Contoh data/teks yang mendapat nilai rerata „2,33‟ dengan kategori „Kurang Bisa Dipahami‟ oleh tim dokter. Komposisi nilai yang diperoleh adalah „2 – 2 – 3„. Berikut ini adalah contoh data no. K3.16 yang mendapat nilai rerata „2,33„ dari tim dokter dengan kategori „Kurang Bisa Dipahami„. Contoh data no. K3.16 K3-16 Cytokines analysis is performed by product R & D system and Diaclone, while hormonesassay by Elyze / Advia method. The analytical study by Logistic Regression was suggestion which independent variables are interleukin-1, interleukin-2, interleukin-6, and interleukin-10, and intermediate variables are estrogen, progesterone and prolactine. Dependent variable is breast pain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 229
Kata, frasa, maupun klausa yang diberi garis bawah pada data no, K3.16 tersebut semuanya merupakan istilah-istilah medis. Bagi orang pada umumnya (bukan dari kalangan medis/dokter) mungkin teks tersebut sangat sulit memahami . Bagaimanapun juga, dari 3 (tiga) dokter yang memberikan penilaian terhadap teks tersebut hanya satu yang menganggap teks tersebut mudah dipahami dan memberi nilai „3„. Ini artinya bahwa secara umum tim dokter sendiri masih belum mampu sepenuhnya memahami teks tersebut. Kemungkinan salah satu penyebabnya adalah aspek kebahasaannya yang belum dikuasi betul oleh pembaca. Hal ini dikarenakan teks di atas sebagian besar kata-kata dan istilah yang digunakan berhubungan dengan medis. Secara umum istilah-istilah yang digunakan dalam teks tersebut tidak menyulitkan pembaca, namun pada kenyataannya dua dari tiga pembaca hanya memberi nilai „2,00„. Ini artinya kedua pembaca tersebut merasa bahwa teks yang dibacanya tidak dipahami secara keseluruhan. Menurut peneliti, hal ini lebih disebabkan oleh penguasaan kebahasaan yang masih kurang. Selain itu, menurut peneliti susunan kata dalam membentuk kalimat juga kurang bagus sehingga dapat mengubah makna dan sedikit membingungkan. Pertimbangan lain tim dokter ini memberikan nilai rerata „2,33„, mungkin dengan pertimbangan bahwa secara kontekstual mereka telah memahami isi teks dengan baik. Mereka telah mengenal dan terbiasa dengan istilah-istilah tersebut. Akan tetapi, mungkin susunan kalimatnya yang kurang bagus dan agak membingungkan sehingga nilai yang diberikan oleh Rater 1 dan 2 adalah „2„, sedangkan Rater 3 memberi nilai „3„, sehingga nilai rerata yang diberikan oleh tim dokter ini adalah „2,33„. (4) Contoh data/teks yang mendapat nilai rerata terendah, yaitu „1,33‟ dengan kategori „Sulit Dipahami‟. Dari 75 (tujuhpuluh lima) data yang terkumpul ditemukan 2 (dua) data/teks atau sekitar 2,66% yang mendapat nilai rerata „1,33‟ dengan kategori „Sulit Dipahami‟. Dua data tersebut adalah data no. K1-2 bidang kedokteran, dan to user Kedua data ini memperoleh nilai T4-17 bidang teknik sipil dancommit perencanaan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 230
rerata sama, yaitu „1,33‟ tetapi dengan komposisi nilai yang berbeda. Komposisi nilai untuk data no. K1-2 adalah „2,00-1,00,-1,00‟, sedangkan data no. T4-17 adalah „1,00-1,00-2,00‟. Berikut ini adalah contoh data no. T4-17 dengan nilai rerata „1,33„ dengan kategori „Sulit Dipahami„. Contoh data no. T4-17: T4-17 8) In addition the factors of spatial behavior, space density, the intensity of space use also affect the dynamic of space. Therefore, public space is not only related to the characters of physical spatial architecture but also embraces the social, culture, economy, law, and other aspects of life. Keywords: public open space, exclusive-inclusive, and a middle lower class settlement.
Berdasarkan hasil temuan, data no. T4-17 nilai rerata yang diperoleh dari ketiga Raters adalah „1,33„ dengan kategori „Sulit Dipahami„. Ini artinya satu Rater memberi nilai „2,00„, sedangkan 2 (dua) Raters lainnya memberi nilai „1,00‟. Berdasarkan hasil temuan, Rater 1 dan 2 memberi nilai „1,00‟, sedangkan Rater 3 memberi nilai „2,00‟. Dengan demikian komposisi nilai untuk data no. T4-17 ini adalah: „1,00-1,00-2,00‟. Teks terjemahan pada data no. T4-17 di atas memang tidak meudah dipahami. Hal ini dikarenakan ada sejumlah kata inti yang penggunaannya tidak jelas. Misalnya kata-kata yang diberi garis bawah tersebut cukup membingungkan pembaca, apakah kata-kata tersebut berfungsi sebagai verba atau nomina. Selain itu susunan kata yang membentuk frasa nomina maupun klausa juga dapat membingungkan pembaca. Misalnya pada kalimat pertama pada bagian klausa: „the intensity of space use also affect the dynamic of space‟. Kata-kata „use‟ dan „affect‟ tidak jelas, apakah verba ataukah nomina. Padahal verba maupun nomina dalam suatu kalimat itu sangat penting. Oleh karenanya, penulis harus sangat cermat dan berhati-hati dalam hal pembuatan commit to user dan penyusunan kalimat. Kalau tidak, apa yang dia tulis akan sia-sia belaka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 231
karena tidak banyak dimengerti. Memang hal ini tidaklah mudah. Oleh karenanya seorang penulis harus belajar dan berlatih dan berlatih supaya apapun yang ditulis maupun teks hasil terjemahannya benar-benar dapat memberikan manfaat karena teks yang dibacanya dapat dipahami oleh pembaca sasaran. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa rerata tingkat keterbacaan teks untuk bidang kedokteran adalah „2,35‟, dengan kategori „Kurang Bisa Dipahami„, sedangkan bidang teknik sedikit lebih tinggi, yaitu „2,38‟ dengan kategori yang sama, yaitu „Kurang Bisa Dipahami„. Dengan demikian jika direrata keduanya menjadi : 4,73 : 2 = „2,36‟ dengan kategori „Kurang Bisa Dipahami„. Menurut peneliti, secara umum nilai rerata tingkat keterbacaan teks „2,36„ untuk pembaca sasaran sudah cukup baik. Hal ini dikarenakan mereka pada umumnya tidak memiliki latar belakang bahasa Inggris yang cukup baik. Kalaupun ada mereka biasanya hanya mengikuti pelatihan atau semacam kursus di lembaga-lembaga bahasa yang khusus mempelajari dan latihan soalsoal TOEFL. Meskipun para pembaca sasaran telah memiliki nilai setara TOEFL di atas 500, hal ini bukan jaminan bahwa orang yang bersangkutan secara otomatis memiliki kemampuan baca yang baik pula. Selain itu para Raters cenderung lebih mementingkan aspek kepraktisannya saja, yaitu sekedar memahami pokok permasalahan atau ide pokoknya saja tanpa menghiraukan aspek-aspek kebahasaan sebagaimana yang dipertimbangkan oleh pembaca pakar. Selain itu mereka juga telah mengenal dan memahami dengan baik peristilahan-peristilahan khusus yang biasa digunakan di bidang mereka. Sehubungan dengan penilaian terhadap ketiga aspek: keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan teks abstrak disertasi secara holistik, Nababan, dkk (2012) mensyaratkan untuk dilakukan pembobotan nilai yang berbeda terhadap ketiga aspek tersebut. Keakuratan memiliki bobot tertinggi, yaitu „3„, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 232
keberterimaan „2„, dan keterbacaan „1„. Berdasarkan nilai rerata ketiga aspek: keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan sebelumnya, Tabel 4.14 di bawah ini menunjukkan nilai rerata ketiga aspek setelah dilakukan pembobotan. Tabel 4.14 Nilai Rerata Keseluruhan: Keakuratan, Keberterimaan, dan Keterbacaan Teks Abstrak Disertasi No. Data
Keakuratan
Keberterimaan
Keterbacaan
Rerata
K1
1,80x3=5,40
2,07x2=4,14
2,06x1=2,06
11,60:6=1,93
K2
2,41x3=7,23
2,14x2=4,28
2,00x1=2,00
13,51:6=2,25
K3
2,00x3=6,00
1,66x2=3,32
2,57x1=2,57
11,89:6=1,98
K4
1,66x3=4,98
1,44x2=2,88
2,33x1=2,33
10,19:6=1,70
K5
2,06x3=6,18
2,14x2=4,28
2,73x1=2,73
13,19:6=2,20
K6
1,60x3=4,80
2,00x2=4,00
2,16x1=2,16
10,96:6=1,83
K7
2,40x3=7,20
2,11x2=4,22
2,61x1=2,61
14,03:6=2,34
T1
1,66x3=4,98
1,62x2=3,24
2,66x1=2,66
10,88:6=1,81
T2
2,22x3=6,66
2,11x2=4,22
2,33x1=2,33
13,21:6=2,20
T3
1,75x3=5,25
1,66x2=3,32
2,08x1=2,08
10,65:6=1,78
T4
2,00x3=6,00
1,81x2=3,62
2,53x1=2,53
12,15:6=2,03
T5
2,00x3=6,00
1,29x2=2,58
2,33x1=2,33
10,91:6=1,82
T6
2,00x3=6,00
1,51x2=3,02
2,33x1=2,33
11,35:6=1,89
T7
1,88x3=5,64
1,36x2=2,72
2,05x1=2,05
10,41:6=1,74
T8
2,00x3=6,00
1,70x2=3,40
3,00x1=3,00
12,40:6=2,07
Total /
88,32:15=5,88
53,24:15=3,55
35,77:15=2,38
Rerata
5,88:3=1,96
3,55:2=1,78
2,38:1=2,38
29,55:15= 1,97
Berdasarkan tabel no. 4.14 di atas, dari nilai rerata gabungan antara keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan teks abstrak disertasi setelah dilakukan pembobotan setiap aspeknya, ditemukan ada 14 (empat belas) varian nilai dengan nilai terendah „1,70„ diperoleh data no. K4, dan tertinggi adalah „2,34„ diraih data no. K7. Selain itu, hasil akhir nilai rerata secara commit to user keseluruhan data/teks abstrak (15 teks abstrak) diperoleh nilai ‘1,97‘
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 233
dengan kateagori ‘Kurang Akurat-Kurang Berterima dan Kurang Bisa Dipahami‘ oleh pembaca sasarannya. Bagaimanapun juga selisih atau perbedaan nilai rerata antara data yang satu dengan lainnya sangat kecil. Jika keempat belas varian nilai tersebut dikembalikan lagi sesuai dengan skala model penilaian kualitas terjemahan oleh Nababan, dkk (2012) maka keempatbelas varian nilai tersebut hanya menjadi 3 (tiga) kategori penilaian. Sehubungan dengan hal tersebut diketahui bahwa tidak ditemukan satupun data/teks abstrak (0%) yang dinyatakan sebagai teks abstrak yang „AkuratBerterima-Mudah dipahami„ oleh pembaca sasaran. Selain itu juga tidak ditemukan satu pun data/teks abstrak (0%) yang mendapat kategori „Tidak Akurat-Tidak Berterima-Sulit Dipahami„ oleh pembaca sasaran. Ini artinya, dari 15 (limabelas) data/teks abstrak yang diteliti semuanya atau 100% dinyatakan: ‘Kurang Akurat, Kurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami‘ oleh pembaca sasaran. Berikut ini adalah pemerolehan nilai rerata masing-masing teks abstrak dengan 3 (tiga) aspek penilaian yaitu Keakuratan, Keberterimaan, dan Keterbacaan teks secara keseluruhan. (1) Yang pertama adalah data no K7 dengan nilai rerata „2,34‟ dengan kategori teks „Kurang Akurat-Kurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami oleh pembaca sasaran. (2) Yang kedua adalah nilai rerata „2,25‟ diraih data no. K2 dengan kategori teks „Kurang Akurat-Kurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami„ oleh pembaca sasaran. (3) Ke tiga adalah data/teks abstrak yang mendapat nilai rerata „2,20‟ diperolah data no. K5 dan T2 dengan kategori teks „Kurang AkuratKurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami„ oleh pembaca sasaran. (4) Selanjutnya adalah nilai rerata „2,07„dengan kategori teks „Kurang AkuratKurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami„ oleh pembaca sasaran diperoleh data no. T8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 234
(5) Ke lima adalah nilai rerata „2,03‟ dengan kategori teks „Kurang AkuratKurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami„ oleh pembaca sasaran diperoleh data no. T4. (6) Ke enam adalah nilai rerata „1,98‟ dengan kategori teks „Kurang AkuratKurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami„ oleh pembaca sasaran diperoleh data no. K3. (7) Ke tujuh adalah nilai rerata „1,93‟ dengan kategori teks „Kurang AkuratKurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami„ oleh pembaca sasaran diperoleh data no. K1. (8) Ke delapan adalah nilai rerata „1,89‟ dengan kategori teks „Kurang AkuratKurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami„ oleh pembaca sasaran diperoleh data no. T6. (9) Ke sembilan adalah nilai rerata „1,83‟ dengan kategori teks „Kurang Akurat-Kurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami„ oleh pembaca sasaran diperoleh data no. K6. (10) Ke sepuluh adalah nilai rerata „1,82‟ dengan kategori teks „Kurang Akurat-Kurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami„ oleh pembaca sasaran diperoleh data no. 5. (11) Ke sebelas adalah nilai rerata „1,81‟ dengan kategori teks „Kurang Akurat-Kurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami„ oleh pembaca sasaran diperoleh data no. T1. (12) Ke duabelas adalah nilai rerata „1,78‟ dengan kategori teks „Kurang Akurat-Kurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami„ oleh pembaca sasaran diperoleh data no. T3. (13) Ke tigabelas adalah nilai rerata „1,74‟ dengan kategori teks „Kurang Akurat-Kurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami„ oleh pembaca sasaran diperoleh data no. T7. (14) Terakhir adalah nilai rerata „1,70‟ dengan kategori teks „Kurang AkuratKurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami„ oleh pembaca sasaran diperoleh data no. K4. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 235
(15) Sehubungan dengan poin 1 s/d 14, dapat disimpulkan bahwa hasil akhir nilai rerata secara keseluruhan terhadap 3 (tiga) aspek kualitas terjemahan: keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan adalah „1,97„. Ini artinya, dari 15 (limabelas) data/teks abstrak yang diteliti semuanya atau 100% dinyatakan: ‘Kurang Akurat, Kurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami‘ oleh pembaca sasaran.
B. Pembahasan Pada bagian ini dibahas hubungan antara struktur abstrak, kohesi, koherensi, dan kualitas terjemahan teks abstrak disertasi. Berdasarkan hasil temuan dan analisis data yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya, berikut ini dibahas tentang perbedaan dan nilai rerata keseluruhan, 15 (lima belas) teks abstrak disertasi jurusan kedokteran dan teknik sipil. Pembahasan ini menjelaskan tentang segala hal terkait dengan hubungan antara struktur abstrak, kohesi dan koherensi, serta kualitas terjemahan teks abstrak disertasi terkait dengan keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan teks. Pembahasan dilakukan per teks abstrak, jurusan/bidang atau fakultas, dan rerata keseluruhan teks absstrak disertasi bidang kedokteran dan teknik. Selanjutnya berdasarkan hasil temuan, berikut ini dijelaskan hubungan antara struktur abstrak, kohesi dan koherensi, serta kualitas terjemahan teks abstrak disertasi bidang kedokteran dan teknik sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4B1 dan 4B2 berikut ini: Tabel 4B1 Hubungan Antara Struktur Abstrak, Kohesi/koherensi, dan Kualitas Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Bidang Kedokteran Data no. K1 No. Data
K1
Struktur
Kohesi / Koherensi
Kualitas Terjemahan
Abstrak
Tipe
Nilai
Kkrtan
Kbrtrmaan
Ktrbcaan
Pndhuluan
Lksikal
2,00
2,33
2,07
1,66
Lksikal
2,00
1,66
2,07
1,33
Grmtikal
commit to user
Grmtikal Tujuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 236
Mtdologi
Lksikal
2,00
2,00
2,07
2,33
2,00
1,66
2,07
2,33
2,00
1,33
2,07
2,66
Grmtikal Hasil
Lksikal Grmtikal
Simpulan
Lksikal Grmtikal
Total
5,93
10
9,00
10,35
10,33
Rerata
1,98
2,00
1,80
2,07
2,06
Berdasarkan hasil nilai rerata pada data no. K1 di atas bahwa dari 3 (tiga) aspek
yang dinilai, aspek keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan
mendapatkan nilai rerata yang hampir sama, yaitu „1,80‟ untuk aspek keakuratan, „2,07‟ untuk keberterimaan, dan „2,06‟ untuk aspek keterbacaan. Ini artinya keempat aspek yang mendapat penilaian tersebut mendapatkan penilaian dengan kategori dan tingkatan yang sama, yaitu pada level sedang: „kurang akurat‟ untuk aspek keakuratannya, „kurang berterima‟ untuk keberterimaan, dan „kurang bisa dipahami‟ untuk aspek keterbacaannya. Dengan demikian jika direrata, ketiga aspek (keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan) diperoleh nilai rerata „1,98„. Nilai rerata ini dapat diartikan bahwa data/teks abstrak dengan no. Data K1 tersebut dinyatakan „kurang akurat, kurang berterima, dan kurang bisa dipahami„ oleh pembaca sasaran. Kalau dilihat nilai rerata antara aspek „kohesi„ dan „keterbacaan„ yang hampir sama, yaitu „2,00„ (kohesi) dan „2,06„ (keterbacaan), peneliti berasumsi bahwa aspek kohesi
sangat berpengaruh terhadap tingkat
keterbacaan teks. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suraish Kumar (2003), didukung oleh Cutting (2002), dan Halliday & Hassan (1980), Baker (1991) yang menyatakan bahwa aspek kohesi berpengaruh terhadap tingkat keterbacaan teks. Sementara itu aspek keakuratan tidak begitu berpengaruh terhadap aspek keterbacaan. Hal ini diketahui bahwa nilai rerata keakuratan yang hanya „1,80„ sedangkan nilai rerata untuk aspek keterbacaan adalah „2,06„. Sementara aspek „keberterimaan„ juga berpengaruh terhadap aspek commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 237
„keterbacaan„. Hal ini dapat diketahui hasil nilai rerata keduanya yang hanya beda „0,1‟. Keberterimaan „2,07„, dan keterbacaannya „2,06„. Data no. K2 No. Data
K2
Struktur
Kohesi / Koherensi
Kualitas Terjemahan
Abstrak
Tipe
Nilai
Kkrtan
Kbrtrmaan
Ktrbcaan
Pndhuluan
Lksikal
2,33
2,66
2,14
1,66
2,33
2,00
2,14
2,00
2,33
3,00
2,14
1,66
2,33
2,00
2,14
2,33
---------
--------
2,14
2,33
Grmtikal Tujuan
Lksikal Grmtikal
Mtdologi
Lksikal Grmtikal
Hasil
Lksikal Grmtikal
Simpulan
Lksikal Grmtikal
Total
6,55
9,32
9,66
10,7
10,00
Rerata
2,18
2,33
2,41
2,14
2,00
Data no. K2 di atas mendapat nilai rerata sedikit lebih tinggi dari pada data no. K1. Hanya aspek „keterbacaan‟ yang nilainya sedikit lebih rendah, namun tidak cukup signifikan. Data no. K1 mendapat nilai rerata „2,06‟ sementara data no. K2 adalah „2,00‟. Aspek koherensi dalam data ini sepertinya tidak begitu berpengaruh terhadap aspek keterbacaan teks. Hal ini diketahui bahwa nilai kohesi yang cukup tinggi, yaitu „2,00‟, sementara aspek keterbacaan hanya „2,00‟. Namun demikian secara umum, nilai rerata akhir data no. K2 ini adalah lebih tinggi, yaitu ‟2,18‟ sementara data no. K1 hanya „1,98‟. Meskipun secara kualitas data/teks abstrak ini lebih baik namun nilai rerata akhir „2,18‟ mendapat kategori yang sama dengan data no. K1, yaitu „kurang akurat, kurang berterima, dan kurang bisa dipahami„ oleh pembaca sasaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 238
Data no. K3 No. Data
K3
Struktur
Kohesi / Koherensi
Kualitas Terjemahan
Abstrak
Tipe
Nilai
Kkrtan
Kbrtrmaan
Ktrbcaan
Pndhuluan
Lksikal
2,00
2,00
1,66
2,66-2,66
2,00
2,00
1,66
3,00
2,00
2,00
1,66
2,33-2,33
2,00
2,00
1,66
2,33
2,00
2,00
1,66
2,66
Grmtikal Tujuan
Lksikal Grmtikal
Mtdologi
Lksikal Grmtikal
Hasil
Lksikal Grmtikal
Simpulan
Lksikal Grmtikal
Total
6,26
10,00
10,00
8,30
17,97
Rerata
2,09
2,00
2,00
1,66
2,57
Nilai tertinggi yang diperoleh data no. K3 di atas adalah aspek „keterbacaan„, yaitu „2,57„. Ini artinya bahwa data atau teks abstrak ini mendapat kategori „mudah dipahami‟ oleh pembaca sasaran, atau mimiliki tingkat keterbacaan „tinggi‟. Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa data/teks abstrak yang mendapat kategori ini adalah data/teks yang mendapat nilai rerata antara „2,51-3,00‟. Sementara nilai terendahnya diperoleh aspek keberterimaan yang hanya „1,66‟. Melihat kenyataan ini sepertinya aspek keberterimaan tidak berpengaruh terhadap aspek keterbacaan yang mendapat kategori tertinggi, yaitu teks yang „mudah dipahami‟. Begitu pula halnya aspek „koherensi‟ yang tidak begitu berpengaruh terhadap aspek keterbacaan nya. Hal ini dapat diketahui bahwa data/teks yang dinyatakan memiliki tingkat keterbacaan „tinggi‟ tersebut nilai rerata kohesinya hanya „2,00‟ dengan kategori „kurang baik‟ (satu tingkat lebih bawah). Hasil temuan ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang user dilakukan oleh Suraish Kumar commit (2003),to didukung oleh Cutting (2002), dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 239
Halliday & Hassan (1980), Baker (1991) yang menyatakan bahwa aspek koherensi berpengaruh terhadap tingkat keterbacaan teks. Begitu pula halnya aspek keberterimaan yang hanya mendapatkan nilai rerata cukup rendah, yaitu„1,66‟. Hasil temuan ini juga tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Halliday & Hassan (1980), dan Baker (1991). Dikatakan bahwa beberapa aspek seperti struktur gramatikal, leksikal, dan koherensi teks merupakan aspek penting dalam penerjemahan. Ketiga aspek tersebut juga merupakan bagian dari penilaian aspek keberterimaan. Oleh karena itu, secara kontekstual kalau nilai rerata ketiga aspek (gramatikal, leksikal, dan koherensi teks) tersebut rendah semestinya tingkat keterbacaannya juga rendah. Hal ini bisa terjadi mungkin dikarenakan data/teks abstrak tersebut banyak didominasi oleh kosa kata atau leksikal khusus (specific terms) yang sudah sering dijumpai dan dikenal dengan baik oleh pembaca sasaran. Dengan demikian mereka memahami teks tersebut berdasarkan kontekstual atau pesan yang disampaikan oleh penulis yang telah dipahaminya dengan baik. Data no. K4 No. Data
K4
Struktur
Kohesi / Koherensi
Kualitas Terjemahan
Abstrak
Tipe
Nilai
Kkrtan
Kbrtrmaan
Ktrbcaan
Pndhuluan
Lksikal
1,66
1,66
1,44
2,33
1,66
1,66
1,44
2,33
1,66
1,66
1,44
2,00
1,66
1,66
1,44
2,66
--------
--------
--------
2,00
5,76
12
1,44
2,40
Grmtikal Tujuan
Lksikal Grmtikal
Mtdologi
Lksikal Grmtikal
Hasil
Lksikal Grmtikal
Simpulan
Lksikal Grmtikal
Total Rerata
5,50
6,64 6,66 to user 1,66 1,83 commit 1,66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 240
Data no. K4 di atas memiliki nilai rerata yang hampir sama antara aspek koherensi (1,66), keakuratan (1,66), dan keberterimaan (1,44). Perbedaan mencolok terjadi pada penilaian yang diperoleh aspek keterbacaan, yang mencapai nilai rerata cukup tinggi yaitu „2,40‟. Nilai ini nyaris masuk kategori tingkat keterbacaan yang tinggi atau „mudah dipahami‟ oleh pembaca sasarran, sementara nilai rerata koherensi hanya „1,66‟. Perbedaan nilai rerata antara kohesi yang hanya „1,66‟ dan keterbacaan yang cukup tinggi ini yaitu „2,40‟ tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suraish Kumar (2003). Dalam hasil penelitiannya
dikatakan
bahwa
aspek
kohorensi
mempengaruhi
tingkat
keterbacaan suatu teks. Dengan kata lain, semakin baik kualitas koherensi suatu teks, tingkat keterbacaan teks akan semakin tinggi. Sementara hasil temuan dalam penelitian ini yang terjadi justru sebaliknya. Demikian pula halnya yang terjadi pada aspek keberterimaan yang mendapat penilaian cukup rendah, yaitu „1,44‟. Hal ini tidak sesuai dengan Halliday & Hassan (1980), Baker (1991) yang menyatakan bahwa aspek leksikal, gramatikal, dan koherensi teks (keberterimaan) seharusnya berpengaruh terhadap tingkat keterbacaan teks. Dikatakan bahwa beberapa aspek seperti struktur gramatikal, leksikal, dan koherensi teks merupakan aspek penting dalam penerjemahan. Ketiga aspek tersebut juga merupakan bagian dari penilaian aspek keberterimaan. Oleh karena itu, secara kontekstual kalau nilai rerata ketiga aspek (gramatikal, leksikal, dan kohesi/koherensi teks) tersebut rendah semestinya tingkat keterbacaannya juga rendah. Hal ini bisa terjadi mungkin dikarenakan data/teks abstrak tersebut banyak didominasi oleh kosa kata atau leksikal khusus (specific terms) yang sudah sering dijumpai dan dikenal dengan baik oleh pembaca sasaran. Dengan demikian mereka memahami teks tersebut berdasarkan kontekstual atau pesan yang disampaikan oleh penulis yang telah dipahaminya dengan baik. Sementara nilai rerata akhir untuk penialaian kualitas terjemahan dari aspek keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan adalah „1,83„. Nilai artinya bahwa data/teks abstrak tersebut dinyatakan „kurang akurat, kurang berterima, dan kurang bisa dipahami„ oleh pembaca sasarannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 241
Data no. K5 No. Data K5
Struktur Abstrak Pndhuluan Tujuan Mtdologi Hasil Simpulan Total Rerata
Kohesi / Koherensi Tipe Nilai Lksikal 2,33 Grmtikal Lksikal 2,33 Grmtikal Lksikal 2,33 Grmtikal Lksikal 2,33 Grmtikal Lksikal 2,33 Grmtikal 6,93 11,65 2,31 2,33
Kualitas Terjemahan Kkrtan Kbrtrmaan Ktrbcaan 2,00 2,14 2,66 2,00
2,14
3,00
2,00
2,14
3,00
2,00
2,14
2,66
2,33
2,14
2,33
10,33 2,06
10,70 2,14
13,66 2,73
Data no. K5 di atas memiliki nilai rerata keakuratan „2,06„, keberterimaan „2,14„, dan keterbacaan „2,73„. Sementara nilai rerata untuk aspek koherensi teks nya adalah „2,33„ dengan kategori „kurang baik„ mendekati baik. Nilai rerata yang diperoleh untuk aspek keakuratan, dan keberterimaan hampir sama, yaitu nilai rerata keakuratannya adalah „2,06„ dengan kategori „kurang akurat„, dan keberterimaannya adalah „2,14„ dengan kategori „kurang berterima„. Sementara nilai rerata yang diperoleh untuk aspek keterbacaan cukup tinggi, yaitu „2,73‟ dengan kategori „mudah dipahami„. Nilai ini merupakan yang tertinggi dari 3 (tiga) aspek lainnya, koherensi, keakuratan, dan keberterimaan, dan bahkan untuk semua teks abstrak bidang kedokteran. Hasil temuan ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suraish Kumar (2003). Dalam hasil penelitiannya dikatakan bahwa aspek kohorensi mempengaruhi tingkat keterbacaan suatu teks. Selain itu, aspek koherensi teks sepertinya juga tidak begitu berpengaruh terhadap keterbacaan teks sebagaimana dikatakang oleh Halliday & Hassan (1980), Baker (1991) yang menyatakan bahwa aspek leksikal, gramatikal, dan koherensi teks (keberterimaan) seharusnya berpengaruh terhadap tingkat keterbacaan teks. Begitu pula bahwa beberapa aspek seperti struktur gramatikal, leksikal, dan koherensi teks merupakan aspek penting dalam penerjemahan. Ketiga aspek commit to useraspek keberterimaan. Oleh karena tersebut juga merupakan bagian dari penilaian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 242
itu, secara kontekstual kalau nilai rerata ketiga aspek (gramatikal, leksikal, dan koherensi teks) tersebut rendah semestinya tingkat keterbacaannya juga rendah. Hal ini mungkin dikarenakan pembaca sasaran menemukan banyak data/teks abstrak yang dibacanya terdapat terdapat banyak kosa kata atau leksikal khusus (specific terms) yang sudah tidak asing lagi dan sering dijumpai dan dikenal dengan baik oleh pembaca sasaran. Dengan demikian mereka dapat memahami teks tersebut berdasarkan kontekstual atau melalui kata-kata (lexical terms) yang telah dikenalnya dengan baik. Selanjutnya, nilai rerata akhir untuk penialaian kualitas terjemahan yang meliputi 3 (tiga) aspek: keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan adalah „2,31„. Nilai ini merupakan nilai rerata tertinggi ke dua dari tujuh data/teks absstrak yang ada. Dengan demikian nilai ini dapat diartikan bahwa data/teks abstrak tersebut mendapat kategori data/teks yang „kurang akurat, kurang berterima, dan kurang bisa dipahami„ oleh pembaca sasarannya. Data no. K6 No. Data
K6
Struktur
Kohesi / Koherensi
Kualitas Terjemahan
Abstrak
Tipe
Nilai
Kkrtan
Kbrtrmaan
Ktrbcaan
Pndhuluan
Lksikal
2,00
1,66
2,00
2,33
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
1,33
2,00
2,00
2,00
1,66
2,00
2,33
2,00
1,33
2,00
2,34
Grmtikal Tujuan
Lksikal Grmtikal
Mtdologi
Lksikal Grmtikal
Hasil
Lksikal Grmtikal
Simpulan
Lksikal Grmtikal
Total
6,32
10,00
8,00
10,00
11,00
Rerata
2,11
2,00
1,66
2,00
2,20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 243
Tabel di atas menunjukkan bahwa data no. K6 memiliki nilai rerata untuk aspek koherensi adalah „2,00„, keakuratan „1,66‟, keberterimaan „2,00‟, keterbacaan „2,20‟, dan rerata akhir penilaian dari ketiga aspek adalah „2,11‟. Perbedaan keempat aspek yang mendapat penilaian ini relatif kecil. Ini artinya bahwa nilai-nilai tersebut telah sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya. Kesesuaian ini terjadi sehubungan dengan nilai rerata yang diperoleh keempat aspek, yaitu keakuratan, koherensi teks, dan keberterimaan teks terhadap aspek keterbacaan. Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa tinggi rendahnya tingkat keterbacaan sangat dipengaruhi oleh nilai rerata yang diperoleh aspek koherensi, keakuratan, maupun keberterimaan teks nya. Ini artinya bahwa hasil nilai rerata yang diperoleh data no. K6 telah sesuai dengan hasil temuan sebelumnya Suraish Kumar (2003), Halliday & Hassan (1980), Baker (1991). Selanjutnya hasil akhir nilai rerata ketiga aspek yaitu keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaannya diperoleh nilai rerata akhir „2,11‟ dengan kategori teks yang dinyatakan „kurang akurat, kurang berterima, dan kurang bisa dipahami‟ oleh pembaca sasaran. Data no. K7 No. Data K7
Struktur Abstrak Pndhuluan Tujuan Mtdologi Hasil Simpulan Total Rerata
Kohesi / Koherensi Tipe Nilai Lksikal -------Grmtikal Lksikal 2,00 Grmtikal Lksikal 2,00 Grmtikal Lksikal 2,00 Grmtikal Lksikal 2,00 Grmtikal 7,11 8,00 2,37 2,00 commit to user
Kualitas Terjemahan Kkrtan Kbrtrmaan Ktrbcaan 2,66 2,11 2,66 2,33
2,11
2,33
2,66
2,11
2,66-2,66
2,33
2,11
3,00
2,00
2,11
2,33
12 2,40
10,55 2,11
15,66 2,61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 244
Data no. K7 di atas merupakan data/teks abstrak terakhir yang dianalisis untuk bidang kedokteran. Berdasarkan hasil temuan, nilai rerata yang diperoleh data/teks abstrak ini adalah: aspek koherensi dengan nilai rerata „2,00‟, dengan kategori „kurang baik‟, keakuratan dengan nilai rerata cukup tinggi, yaitu „2,40‟, keberterimaan dengan nilai rerata „2,11‟, dan keterbacaan memperoleh nilai tertinggi, yaitu „2,61‟. Dari keempat aspek yang mendapat penilaian tersebut aspek yang mendapat nilai rerata tertinggi adalah aspek „keterbacaan‟ yang mendapat kategori tertinggi yaitu „mudah dipahami‟. Sementara aspek keakuratan juga mendapat nilai rerata cukup tinggi, yaitu „2,40‟ dengan kategori mendekati akurat. Selanjutnya disusul aspek keberterimaan yang mendapat nilai rerata „2,11‟, dan terendah adalah aspek kohesi, yaitu dengan rerata „2,00‟. Perbedaan yang cukup jauh terjadi antara nilai rerata yang diperoleh aspek kohesi yang mendapat nilai rerata „2,00‟ dengan kategori „kurang baik‟ dengan aspek keterbacaan yang mendapat nilai rerata „2,60‟ dengan kategori „mudah dipahami‟. Ini artinya terjadi perbedaan satu tingkatan antara nilai rerata yang diperoleh aspek kohesi dan keterbacaan. Seharusnya jika nilai rerata koherensinya rendah, nilai rerata keterbacaannya juga rendah. Akan tetapi hasil penilaian yang diberikan untuk data ini justru sebaliknya. Hasil temuan ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suraish Kumar (2003). Dalam penelitiannya dikatakan bahwa aspek kohesi/koherensi teks sangat berpengaruh terhadap tingkat keterbacaan teks. Ini artinya bahwa keterbacaan yang „tinggi‟ seharusnya didukung oleh nilai kohesi yang tinggi pula. Sementara nilai rerata untuk aspek keberterimaan „2,11‟ dengan nilai rerata pada aspek keakuratan yang mendapat nilai rerata „2,40‟ dan keterbacaan „2,61‟ sudah sesuai dengan yang disyaratkan oleh Halliday & Hassan (1980), Baker (1991). Berdasarkan nilai rerata akhir kualitas terjemahan terhadap aspek keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan diperoleh nilai rerata „2,37‟. Nilai ini merupakan nilai rerata tertinggi pertama diantara 6 (enam) data/teks abstrak lainnya. Nilai rerata tersebut dapat diartikan bahwa data/teks abstrak data no. K7 tersebut dinyatakan sebagai teks abstrak yang „kurang akurat, kurang berterima, dan kurang bisa dipahami„ oleh pembaca commit to user sasaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 245
Tabel 4B2 Hubungan Antara Struktur Abstrak, Kohesi, dan Kualitas Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Bidang Teknik Data no. T1 No. Data
T1
Struktur
Kohesi / Koherensi
Kualitas Terjemahan
Abstrak
Tipe
Nilai
Kkrtan
Kbrtrmaan
Ktrbcaan
Pndhuluan
Lksikal
2,00
1,66
1,62
3,00
--------
--------
--------
--------
2,00
1,66
1,62
2,00
2,00
1,66
1,62
3,00
--------
--------
---------
--------
Grmtikal Tujuan
Lksikal Grmtikal
Mtdologi
Lksikal Grmtikal
Hasil
Lksikal Grmtikal
Simpulan
Lksikal Grmtikal
Total
5,94
10,00
5,00
4,86
8,00
Rerata
1,98
2,00
1,66
1,62
2,66
Perbedaan nilai rerata yang diperoleh data no. T1 di atas relatif kecil, terutama 3 (tiga) aspek penilaian, yaitu kohesi, keakuratan, dan keberterimaan. Diantara 4 (empat) aspek yang dinilai, nilai yang diperoleh aspek keterbacaan lah yang paling menonjol, yaitu mencapai „2,66‟. Nilai rerata ini lebih tinggi satu tingkat daripada ketiga aspek lainnya. Nilai rerata ketiganya berturut-turut: „2,00„ untuk aspek kohesi dengan kategori „kurang baik‟, „1,66„ untuk aspek keakuratan dengan kategori „kurang akurat‟, dan nilai rerata „1,62„ untuk keberterimaan dengan kategori „kurang berterima‟. Sementara itu nilai rerata aspek keterbacaan adalah „2,66‟ dengan kategori satu tingkat lebih tinggi, yaitu „mudah dipahami‟ oleh pembaca sasaran. Dengan kata lain data/teks abstrak tersebut memiliki tingkat keterbacaan „tinggi‟ karena nilai yang dicapai adalah rerata antara „2,513,00‟.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 246
Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa perbedaan nilai rerata antara aspek keterbacaan dengan koherensi dan keberterimaan yang mencapai satu tingkat tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suraish Kumar (2003), Halliday & Hassan (1980), Baker (1991). Selanjutnya jika direrata hasil penilaian terhadap ketiga aspek,
yaitu keakuratan,
keberterimaan, dan keterbacaan tersebut diperoleh nilai rerata akhir „1,98‟. Nilai rerata ini artinya bahawa data/teks abstrak tersebut secara kualitas dinyatakan sebagai teks abstrak yang „kurang akurat, kurang berterima, dan kurang bisa dipahami‟ oleh pembaca sasaran. Data no. T2 No. Data
T2
Struktur
Kohesi / Koherensi
Kualitas Terjemahan
Abstrak
Tipe
Nilai
Kkrtan
Kbrtrmaan
Ktrbcaan
Pndhuluan
Lksikal
2,33
2,33
2,11
2,33
2,33
--------
--------
3,00
2,33
2,33
2,11
2,33
2,33
2,00
2,11
1,66
--------
--------
--------
2,33
Grmtikal Tujuan
Lksikal Grmtikal
Mtdologi
Lksikal Grmtikal
Hasil
Lksikal Grmtikal
Simpulan
Lksikal Grmtikal
Total
6,66
9,32
6,66
6,33
11,66
Rerata
2,22
2,33
2,22
2,11
2,33
Nilai rerata yang diperoleh data no. T2 tersebut adalah „2,33‟ untuk aspek koherensi, „2,22„ untuk keakuratan, „2,11„ untuk keberterimaan, dan „2,33„ untuk keterbacaan. Nilai rerata keempat aspek yang hampir homogen/sama ini menandakan bahwa nilai yang diperoleh commit toantara user aspek yang satu dengan lainnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 247
saling berhubungan satu dengan lainnya. Nilai rerata aspek koherensi berpengaruh terhadap tingkat keterbacaan teks, Suraish Kumar (2003), dan keberterimaan teks. Sementara aspek keakuratan dan koherensi berpengaruh terhadap keberterimaan teks, Halliday & Hassan (1980), dan Baker (1991). Data no. T3 No. Data T3
Struktur Abstrak Pndhuluan Tujuan Mtdologi Hasil Simpulan Total Rerata
Kohesi / Koherensi Tipe Nilai Lksikal 1,33 Grmtikal Lksikal -------Grmtikal Lksikal 1,33 Grmtikal Lksikal 1,33 Grmtikal Lksikal -------Grmtikal 5,49 3,99 1,83 1,33
Kualitas Terjemahan Kkrtan Kbrtrmaan Ktrbcaan 1,66 1,66 3,00 1,66
1,66
1,66
1,66
1,66
1,66
2,00
1,66
2,00
--------
--------
--------
7,00 1,75
6,64 1,66
8,33 2,08
Data no. T4 No. Data T4
Struktur Abstrak Pndhuluan Tujuan Mtdologi Hasil Simpulan Total Rerata
Kohesi / Koherensi Kualitas Terjemahan Tipe Nilai Kkrtan Kbrtrmaan Ktrbcaan Lksikal 1,66 1,66 1,81 2,66 Grmtikal Lksikal 1,66 1,66 1,81 3,00 Grmtikal Lksikal 1,66 2,33 1,81 3,00 Grmtikal Lksikal 1,66 2,33 1,81 2,66 Grmtikal Lksikal ---------------------1,33 Grmtikal 6,34 6,64 8,00 7,24 12,66 2,11 commit 1,66 1,81 2,53 to user 2,00
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 248
Data no. T5 No. Data
T5
Struktur
Kohesi / Koherensi
Kualitas Terjemahan
Abstrak
Tipe
Nilai
Kkrtan
Kbrtrmaan
Ktrbcaan
Pndhuluan
Lksikal
1,33
2,00
1,29
2,00
--------
--------
--------
--------
1,33
2,00
1,29
2,66
1,33
2,00
1,29
2,33
--------
--------
--------
--------
Grmtikal Tujuan
Lksikal Grmtikal
Mtdologi
Lksikal Grmtikal
Hasil
Lksikal Grmtikal
Simpulan
Lksikal Grmtikal
Total
5,62
3,99
6,00
3,87
7,00
Rerata
1,87
1,33
2,00
1,29
2,33
Data no T6 No. Data
T6
Struktur
Kohesi / Koherensi
Kualitas Terjemahan
Abstrak
Tipe
Nilai
Kkrtan
Kbrtrmaan
Ktrbcaan
Pndhuluan
Lksikal
1,33
1,66
1,51
2,00
1,33
--------
--------
3,00
1,33
2,00
1,51
2,33
1,33
2,33
1,51
2,00
--------
--------
--------
2,33
Grmtikal Tujuan
Lksikal Grmtikal
Mtdologi
Lksikal Grmtikal
Hasil
Lksikal Grmtikal
Simpulan
Lksikal Grmtikal
Total
5,84
5,32
6,00
4,53
11,66
Rerata
1,95
1,33
2,00
1,51
2,33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 249
Data no. T7 No. Data
T7
Struktur
Kohesi / Koherensi
Kualitas Terjemahan
Abstrak
Tipe
Nilai
Kkrtan
Kbrtrmaan
Ktrbcaan
Pndhuluan
Lksikal
1,33
2,00
1,36
2,00
--------
--------
--------
2,66
1,33
2,00
1,36
2,00
1,33
1,66
1,36
1,66
1,33
--------
--------
2,00/2,00
Grmtikal Tujuan
Lksikal Grmtikal
Mtdologi
Lksikal Grmtikal
Hasil
Lksikal Grmtikal
Simpulan
Lksikal Grmtikal
Total
5,30
5,32
5,66
4,08
12,33
Rerata
1,77
1,33
1,88
1,36
2,06
Ada 4 (empat) data /teks abstrak yang memiliki nilai rerata hampir sama, yaitu data no. T3, T5, T6, T7. Keempat data ini memiliki nilai rerata yang sama untuk aspek „koherensi‟ yaitu „1,33„ dengan kategori „tidak baik„. Sedangkan untuk tiga aspek lainnya, yaitu keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan nilai reratanya cukup beragam namun perbedaan itu relatif kecil. Selain itu keragaman nilai tersebut juga masih dalam satu kategori, yaitu „kurang akurat, kurang, berterima, dan kurang bisa dipahami„ oleh pembaca sasaran. Perbedaan cukup tajam terjadi antara aspek „koherensi„ yang mendapat nilai rerata „1,33„ dengan kategori terendah, yaitu „tidak baik„, dengan nilai rerata keterbacaannya antara „2,06 (terendah) – 2,33„ (tertinggi) dengan kategori satu tingkat lebih tinggi, yaitu „kurang bisa dipahami.. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suraish Kumar (2003).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 250
Data no. T8 No. Data
T8
Struktur
Kohesi / Koherensi
Kualitas Terjemahan
Abstrak
Tipe
Nilai
Kkratan
Kbrtrmaan
Ktrbcaan
Pndhuluan
Lksikal
1,66
1,66
1,70
3,00
--------
--------
--------
--------
1,66
2,00
1,70
3,00
1,66
2,33
1,70
3,00
--------
--------
--------
--------
Grmtikal Tujuan
Lksikal Grmtikal
Mtdologi
Lksikal Grmtikal
Hasil
Lksikal Grmtikal
Simpulan
Lksikal Grmtikal
Total
6,70
4,98
6,00
5,10
9,00
Rerata
2,23
1,66
2,00
1,70
3,00
Data no. T4 dan T8 juga memiliki nilai rerata yang hampir sama. Misalnya aspek kohesi, keduanya memiliki nilai sama, yaitu „1,66„. Selanjutnya aspek keakuratan, keduanya juga memiliki nilai rerata sama, yaitu „2,00„. Begitu pula halnya aspek keterbacaan, meskipun nilai rerata yang diperolehnya berbeda, akan tetapi keduanya dinyatakan mendapat kategori yang sama. Data no. T4 mendapat nilai rerata „2,53„ dengan kategori „mudah dipahami„ atau dengan tingkat keterbacaan „tinggi„, sementara data no. T8 juga mendapat kategori yang sama meskipun nilai reratanya lebih tinggi, yaitu „3,00„. Perbedaan nilai rerata antara tingkat koherensi dengan aspek keterbacaan sangat tinggi, atau beda satu tingkat. Aspek koherensi mendapat nilai rerata „1,66„ dengan kategori „kurang baik„ sementara aspek keterbacaan yang seharusnya mendapat nilai kurang lebih sama dengan aspek koherensinya justru mendapat nilai rerata cukup tinggi, yatu „2,53„ (T4) dengan kategori „mudah dipahami„, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 251
begitu pula halnya data no. T8 yang mendapatkan nilai rerata tertinggi, yaitu „3,00‟ dengan kategori sama, yaitu „mudah dipahami„ atau memiliki tingkat keterbacaan „tinggi„. Hasil temuan ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suraish Kumar (2003) dimana dikatakan bahwa aspek koherensi sangat berpengaruh terhadap tingkat keterbacaan teks nya. Sehubungan dengan hal ini, semestinya jika tingkat koherensi teks nya rendah, tingkat keterbacaannya juga rendah. Namun berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini yang terjadi justru sebaliknya. Hal ini mungkin disebabakan pemahaman akan materi teks atau secara kontekstual sebagian besar kosa katanya telah dikuasai dan dipahami dengan baik. Hal inilah yang mungkin memberi kemudahan pembaca untuk memahami teks yang dibacanya. Sehubungan dengan uraian di atas, tabel 4 B3 berikut ini adalah hasil akhir nilai rerata penilaian kualitas terjemahan abstrak disertasi bidang kedokteran dan teknik. Tabel 4B3 Hasil Akhir Nilai Rerata Kualitas Terjemahan Abstrak Disertasi Bidang Kedokteran dan Teknik: Kohesi/Koherensi, Keakuratan, Keberterimaan, dan Keterbacaan. No. Data
Khs/khr Keakuratan Kbrtrimaan Ktrbacaan
Rerata
K1
2,00
1,80
2,07
2,06
7,93 / 1,98
K2
2,33
2,41
2,14
2,00
8,88 / 2,22
K3
2,00
2,00
1,66
2,57
8,23 / 2,06
K4
1,66
1,66
1,44
2,40
7,16 / 1,79
K5
2,33
2,06
2,14
2,73
9,26 / 2,32
K6
2,00
1,66
2,00
2,20
7,86 / 1,96
K7
2,00
2,40
2,11
2,61
9,12 / 2,28
Jumlah /
14,33 /
14,00 /
13,56 /
16,57 /
58,46/14,61
Rerata
2,04
2,00
1,94
2,37
2,09
T1
2,00
1,66
1,62
2,66
7,94 / 1,98
T2
2,33
2,22
2,11
2,33
8,99 / 2,25
T3
1,33
1,75commit to user 1,66
2,08
6,82 / 1,71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 252
T4
1,66
2,00
1,81
2,53
8,00 / 2,00
T5
1,33
2,00
1,29
2,33
6,95 / 1,74
T6
1,33
2,00
1,51
2,33
7,17 / 1,79
T7
1,33
1,88
1,36
2,06
6,63 / 1,66
T8
1,66
2,00
1,70
3,00
8,36 / 2,09
Jumlah /
12,97 /
15,51 /
13,06 /
19,35 /
60,89/15,22
Rerata
1,62
1,94
1,63
2,42
1,90
JmlahK+T
27,30 /
29,51 /
26,62 /
35,92 /
119,35/29,83
/ Rerata
1,82
1,97
1,77
2,39
1,99
Berdasarkan tabel 4B3 di atas diketahui bahwa secara umum kualitas hasil terjemahan abstrak disertasi bidang kedokteran lebih baik daripada bidang teknik. Nilai terendah untuk bidang kedokteran adalah „1,79„ diperoleh data no. K4 dan bidang teknik adalah „1,66„ diperoleh data no. T7. Selanjutnya nilai rerata tertinggi untuk bidang kedokteran adalah „2,32„, dan bidang teknik lebih rendah sedikit, yaitu „2,25„. Namun jika dilihat dari setiap aspeknya, teks abstrak bidang teknik untuk aspek keterbacaannya sedikit lebih unggul daripada teks abstrak bidang kedokteran. Teks abstrak bidang teknik untuk aspek keterbacaan ini mendapat nilai rerata „2,42„ sedangkan bidang kedokteran sedikit lebih rendah, yaitu „2,37„. Sementara itu ketiga aspek lainnya, yaitu kohesi/koherensi teks, keakuratan, dan keberterimaan, teks abstrak bidang kedokteran lebih unggul. Sehubungan dengan aspek kohesi/koherensi teks, penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suraish Kumar (2003) dikatakan bahwa aspek kohesi/koherensi sangat berpengaruh terhadap tingkat keterbacaan teks nya. Dengan kata lain, jika tingkat kohesi/koherensi teks nya rendah, tingkat keterbacaannya juga rendah. Sebaliknya, jika tingkat kohesi/koherensi teks nya tinggi maka tingkat keterbacaannya juga tinggi. Akan tetapi, berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini yang terjadi justru sebaliknya. Sebagian besar data/teks abstrak mendapat penilaian kohesi/koherensi rendah namun memiliki tingkat keterbacaan commit to user cukup tinggi. Fakta ini ditemukan pada hampir semua data/teks abstrak bidang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 253
kedokteran maupun teknik. Hal ini mungkin dikarenakan pembaca sasaran secara kontekstual telah mengetahui dan memahami apa yang mereka baca. Mereka telah mengenal dengan baik kosa kata maupun istilah-istilah khusus yang digunakan dalam teks abstrak yang mereka baca. Hal ini tentu saja dapat mempermudah para pembaca sasaran memahami teks yang mereka baca. Berikut ini dijelaskan perbedaan dan persamaan sehubungan dengan aspek kohesi/koherensi teks dengan kualitas hasil terjemahan antara teks abstrak bidang kedokteran dan teknik. Sebagaimana diketahui pada tabel 4B3 di atas menunjukkan bahwa dari 7 (tujuh) teks abstrak disertasi bidang kedokteran yang diteliti, 6 (enam) teks diantaranya atau sekitar 85,71% memiliki kecenderungan tingkat keterbacaan yang cukup tinggi meskipun nilai rerata yang diperoleh untuk aspek kohesi/koherensinya rendah. Dari 6 (enam) data/teks abstrak tersebut 3 (tiga) diantaranya atau 50% memiliki perbedaan nilai rerata cukup tinggi, atau satu tingkat lebih tinggi. Perbedaan nilai antara kohesi/koherensi dan keterbacaan cukup menonjol ini terutama terjadi pada data no. K3-K5-K7. Ketiga data ini hanya mendapat nilai rerata antara„2,00-2,33„ dengan kategori „kurang baik„ atau kategori „sedang„ untuk aspek kohesi/koherensi nya, namun nilai rerata aspek keterbacaannya mencapai „2,57-2,73-2,61„ dengan kategori „mudah dipahami„ oleh pembaca sasaran atau dengan tingkat keterbacaan „tinggi‟. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa data/teks abstrak yang mendapat nilai rerata tersebut dikategorikan teks abstrak yang memiliki tingkat keterbacaan „tinggi„. Ini artinya, secara kualitas perbedaan nilai tersebut menunjukkan adanya kenaikan 1 (satu) tingkat, yaitu dari nilai rerata antara„2,00-2,33„ dengan kategori „kurang baik„ atau „sedang„ menjadi „tinggi„. Selanjutnya 3 (tiga) data/teks abstrak lain yang nilai rerata kohesi/koherensi nya tidak jauh berbeda dengan ketiga data/teks abstrak sebelumnya, nilai rerata tingkat keterbacaannya tidak begitu tinggi, yaitu antara „2,06-2,40„ dengan kategori „kurang bisa dipahami„ oleh pembaca sasaran, atau dengan kategori tingkat keterbacaan „sedang„. Ketiga data/teks abstrak ini untuk aspek kohesi/koherensi nya mendapat nilai rerata antara „1,66-2,00„ dengan kategori „kurang baik„ atau „sedang„, dan mendapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 254
nilai rerata antara „2,06-2,40„ dengan kategori „sedang„ pula. Meskipun nilai ini secara kuantitas masih dalam kategori yang sama, yaitu kategori „sedang„ namun secara kualitas nilai ini mengalami sedikit penurunan. Data/teks abstrak yang termasuk kategori ini adalah data no.K1-K4-K6. Sementara itu untuk data/teks bidang kedokteran hanya ditemukan 1 (satu) data/teks abstrak, atau sekitar 14,29% yang dinyatakan memiliki tingkat kohesi/koherensi lebih baik/lebih tinggi, yaitu dengan nilai rerata „2,33„ akan tetapi nilai rerata untuk tingkat keterbacaan nya hanya „2,00„. Data/teks abstrak yang mendapat kategori ini adalah data no. K2, dengan nilai rerata „2,33‟ untuk aspek kohesi/koherensi teks nya, dan „2,00‟ untuk aspek keterbacaannya. Fakta ini berbanding terbalik dengan 6 (enam) data/teks abstrak sebelumnya dimana nilai rerata tingkat keterbacaan teks lebih tinggi daripada aspek kohesi/koherensi teks nya.. Hal ini mungkin dikarenakan pembaca merasa bahwa teks yang dibacanya tersebut memang cukup sulit dipahami. Kesulitan yang dialami oleh pembaca sasaran ini mungkin dikarenakan dari aspek kebahasaannya, yaitu aspek gramatikal, leksikal, dan koherensi teksnya (Halliday & Hassan, 1980), dan Baker (1991). Selanjutnya,
hal yang tidak jauh berbeda juga ditemukan pada data/teks
abstrak bidang teknik. Perbedaan yang cukup jauh sehubungan dengan hasil akhir nilai rerata antara aspek kohesi/koherensi dengan tingkat keterbacaan teks untuk bidang teknik ini lebih ekstrim lagi. Dari 8 (delapan) teks abstrak yang diteliti ditemukan ada 7 (tujuh) data/teks abstrak atau 87,5% diantaranya memiliki perbedaan nilai yang cukup jauh atau lebih tinggi satu tingkat antara aspek kohesi/koherensi dengan tingkat keterbacaan teks nya. Misalnya data no. T3-T5T6-T7, yang aspek kohesi/koherensi nya hanya mendapat nilai rerata „1,33„ dengan kategori „buruk atau rendah„, tingkat keterbacaannya mendapat nilai rerata lebih tinggi satu tingkat, yaitu antara „2,06-2,33„ dengan kategori „sedang„. Sedangkan 3 (tiga) data/teks abstrak lainnya juga mengalami kenaikan satu tingkatan, yaitu dari nilai rerata antara „1,66-2,00„ dengan kategori „sedang„ menjadi „2,53-3,00„ dengan kategori tingkat keterbacaan „tinggi„. Tiga data/teks abstrak yang termasuk dalam kategori commitinito adalah user data no. T1-T4-T8. Sementara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 255
itu, dari 8 (delapan) data/teks abstrak bidang teknik hanya ditemukan 1 (satu) data/teks abstrak atau 12,5% yang dinyatakan memiliki nilai rerata sama atau sebanding antara aspek kohesi/koherensi dengan tingkat keterbacaan teks nya. Data/teks abstrak tersebut adalah data no. T2 dengan nilai rerata aspek kohesi/kohrensi „2,33‟ dengan kategori „sedang‟, dan tingkat keterbacaannya juga „2,33„ dengan kategori yang sama, yaitu „sedang‟. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suraish Kumar (2003) yang mengungkapkan bahwa aspek kohesi/koherensi teks dapat mempengaruhi tingkat keterbacaan teks oleh pembaca sasaran. Berdasarkan tabel 4B3 di atas pula, jika semua data/teks abstrak bidang kedokteran dan teknik disatukan, diketahui bahwa dari 15 (limabelas) teks abstrak, 13 (tigabelas)
diantaranya atau 86,67% dinyatakan
memiliki nilai keterbacaan lebih tinggi daripada kohesi/koherensinya. Dengan demikian hanya ada 2 (dua) data/teks abstrak atau sekitar 13,33% yang dinyatakan bahwa aspek kohesi/koherensi berpengaruh terhadap tingkat keterbacaan teks, yaitu data no. K2 dan T2. Hal ini ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suraish Kumar (2003). Sehubungan dengan keterkaitan antara satu aspek penilaian dengan aspek lain terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan, peneliti berasumsi bahwa aspek keberterimaan memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dari pada keakuratan. Hal ini dikarenakan aspek keberterimaan terdiri atas beberapa sub aspek lain yang perlu dilakukan penilaian sehingga suatu teks benar-benar dinyatakan „berterima‟ atau tidak. Selain ketepatan atau keakuratan dalam memilih kata atau leksikalnya, beberapa aspek lain seperti struktur gramatikal dan kohesi/koherensi teks Tsa juga harus dipertimbangkan. Karena dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah teks abstrak disertasi maka aspek lain sehubungan dengan lengkap tidaknya struktur abstrak yang digunakan juga harus dipertimbangkan dalam memberikan penilaian. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa jika nilai rerata yang diperoleh pada aspek keberterimaan tinggi maka seharusnya nilai keakuratannya juga tinggi. Sebaliknya, jika nilai rerata pada aspek keberterimaan rendah maka seharusnya nilai keakuratannya juga rendah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 256
Berdasarkan tabel no. 4B3 di atas, diketahui bahwa untuk teks kedokteran, dari 7 (tujuh) teks abstrak yang diteliti 3 (tiga) diantaranya atau 42,86%, nilai keberterimaannya lebih tinggi daripada keakuratannya. Selain itu, nilai yang diperoleh ketiga data tersebut juga tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan ketiga data/teks abstrak tersebut selain memiliki 5 (lima) struktur abstrak secara lengkap juga didukung oleh penanda kohesi yang lebih baik dari empat teks abstrak lainnya. Sementara dalam memberikan penilaian terhadap kohesi/koherensi teks, dua aspek, yaitu kelengkapan struktur abstrak dan aspek kohesi merupakan aspek penentu tinggi rendahnya nilai yang diberikan oleh Raters. Ketiga data tersebut adalah data no. K1-K5-K6. Sementara 4 (empat) data/teks abstrak lainnya atau 57,14% memiliki nilai keakuratan lebih tinggi daripada nilai keberterimaan nya. Jika demikian keadaannya, hal ini telah sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Halliday & Hassan (1980), dan Baker (1991) serta Williamson (2008). Sementara untuk data/teks abstrak bidang teknik (sebagaimana dapat dilihat pada tabel no. 4B3), dari 8 (delapan) data/teks abstrak yang diteliti semuanya (100%), nilai rerata aspek keberterimaannya lebih rendah daripada aspek keakuratannya. Hal ini dikarenakan secara faktual, semua data/teks abstrak bidang teknik atau 100% tidak memiliki 5 (lima) struktur abstrak secara lengkap. Empat data/teks abstrak (50%), yaitu data no. T2-T4-T6-T7 tidak dilengkapi simpulan, sedangkan 4 (empat) data/teks abstrak (50%) lainnya tidak dilengkapi tujuan penelitian dan simpulan (dapat dilihat pada tabel no. 4.1. Hal inilah yang menyebabkan nilai rerata aspek keberterimaan teks abstrak bidang teknik secara umum cenderung lebih rendah daripada bidang kedokteran. Akan tetapi secara umum nilai rerata tingkat keterbacaan bidang teknik sedikit lebih tinggi daripada bidang kedokteran. Hal ini mungkin dikarenakan hampir semua data/teks abstrak bidang teknik ditulis lebih pendek/sederhana, dan jumlah katanya pun jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kedokteran. Kemungkinan lain adalah secara kontekstual dan segi kebahasaan, pembaca sasaran bidang teknik memiliki kemampuan kebahasaan dan pemahaman teks lebih baik daripada pembaca sasaran bidang kedokteran. Namun demikian, commit to user jika semua data baik bidang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 257
kedokteran maupun teknik disatukan diketahui bahwa dari 15 (limabelas) data/teks abstrak yang diteliti 12 (duabelas) data/teks abstrak atau 80% diantaranya memiliki nilai keberterimaan lebih rendah daripada aspek keakuratannya. Sementara ditemukan ada 3 (tiga) data/teks abstrak atau 20% mendapatkan
nilai
rerata
keakuratan
lebih
tinggi
daripada
aspek
keberterimaannya. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Halliday & Hassan (1980), dan Baker (1991) serta Williamson (2008). Selanjutnya, berdasarkan hasil temuan dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, kualitas terjemahan abstrak disertasi bidang kedokteran dan teknik yang menyangkut hubungan antara aspek kohesi/koherensi teks, keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan, dapat dilihat pada tabel no. 4B4 berikut ini: Tabel 4B4 Perbedaan Hasil Akhir Nilai Rerata Keseluruhan Kualitas Terjemahan Abstrak Disertasi Bidang Kedokteran dan Teknik: Kohesi/Koherensi, Keakuratan, Keberterimaan, dan Keterbacaan. Jnis Teks
Khs/Khr
Kualitas Terjemahan
Rrt
Rrt
Kkuratan Kbrtrmaan Ktrbcaan
3K
4K
Kedokteran
2,04
2,00
1,94
2,37
2,10
2,09
Teknik
1,62
1,94
1,63
2,42
2,00
1,90
Jmlah K+T
3,66 /
3,94 /
3,57 /
4,79 /
6,14 /
7,96 /
/ Rerata
1,82
1,97
1,78
2,39
2,06
1,99
Tabel 4B4 di atas menunjukkan bahwa dari 4 (empat) aspek yang dinilai: kohesi/koherensi,
keakuratan,
keberterimaan,
dan
keterbacaan,
secara
keseluruhan, nilai rerata yang diperoleh teks abstrak bidang kedokteran sedikit lebih unggul bila dibandingkan dengan bidang teknik. Hasil akhir bidang kedokteran diketahui „2,10-2,09„, sementara bidang teknik sedikit lebih rendah, yaitu „2,00-1,90„. Akan tetapi jika dilihat dari setiap aspek yang dinilai, teks abstrak bidang teknik diketahui sedikit lebih unggul untuk aspek keterbacaan nya. commit to user Nilai rerata yang diperoleh untuk aspek ini adalah „2,42‟ sedangkan bidang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 258
kedokteran hanya „2,37‟. Hal ini mungkin disebabkan teks abstrak bidang teknik secara umum lebih pendek dan sederhana bila dibandingkan teks abstrak bidang kedokteran. Kemungkinan lain adalah pembaca sasaran untuk bidang teknik memiliki kemampuan baca dan pemahaman teks yang lebih baik daripada pembaca sasaran teks abstrak bidang kedokteran. Sementara itu, jika dilihat dari hubungan antara struktur abstrak, kohesi/koherensi, keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan teks nya diketahui bahwa teks abstrak bidang kedokteran maupun teknik secara umum memiliki kesamaan. Nilai rerata kohesi/koherensi yang seharusnya berpengaruh terhadap tingkat keterbacaan teks, hal ini tidak terjadi. Berdasarkan hasil temuan diketahui bahwa nilai rerata aspek keterbacaan baik teks abstrak bidang kedokteran maupun teknik jauh lebih tinggi daripada aspek kohesi/koherensi nya. Hal ini mungkin disebabkan para pembaca sasaran secara umum telah memiliki kemampuan kebahasaan dan pemahaman teks yang lebih baik. Hasil temuan ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suraish Kumar (2003) yang menyatakan bahwa aspek kohesi/koherensi dapat berpengaruh terhadap tingkat keterbacaan teks. Dengan kata lain, apabila nilai keterbacaannya tinggi seharusnya nilai kohesi/koherensi teks nya juga tinggi. Kesamaan lain adalah aspek keberterimaan yang cenderung lebih rendah daripada keakuratannya. Baik teks abstrak bidang kedokteran maupun teknik mendapatkan nilai rerata akhir lebih rendah daripada aspek keakuratannya. Hal ini dikarenakan penilaian pada aspek keberterimaan tidak hanya terkonsentrasi pada ketepatan/keakuratan dalam pemilihan kata saja, akan tetapi ada beberapa aspek lain yang perlu dilakukan penilaian, seperti struktur gramatikal yang digunakan, kohesi/koherensi teks, dan kelengkapan struktur abstrak nya, Halliday & Hassan (1980), Baker (1991) dan Williamson (2008). Selanjutnya, berdasarkan tabel 4B4 di atas diketahui bahwa nilai rerata keseluruhan yang diperoleh teks abstrak disertasi bidang kedokteran adalah sekitar „2,10‟ sedangkan bidang teknik sedikit lebih rendah, yaitu sekitar „1,90‟. commit user Sebagaimana telah diuraikan pada bagianto sebelumnya bahwa nilai rerata antara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 259
„1,51-2,50‟ dinyatakan bahwa secara kualitas, hasil terjemahan teks abstrak disertasi tersebut „kurang akurat, kurang berterima, dan kurang bisa dipahami‟ oleh pembaca sasaran. Dengan demikian, berdasarkan nilai rerata tersebut dapat diambil simpulan bahwa secara keseluruhan kualitas hasil terjemahan teks abstrak disertasi oleh mahasiswa S3 bidang kedokteran maupun teknik adalah sama, yaitu „kurang akurat, kurang berterima, dan kurang bisa dipahami‟ oleh pembaca sasaran nya. Berdasarkan hasil temuan dan uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa secara umum kemampuan membaca terutama pemahaman teks bahasa Inggris para profesional dan akademisi masih kurang baik meskipun mereka telah memiliki bekal nilai TOEFL sedikitnya 500. Secara kontekstual dan materi bahasan mestinya mereka telah mengenal dengan baik dan memahami sebagian besar istilah-istilah khusus baik yang digunakan dalam teks abstrak bidang kedokteran maupun teknik sipil dan perencanaan. Ekspektasi peneliti, tingkat kemampuan baca para profesional maupun akademisi dengan latar belakang pendidikan S3 dan berbekal nilai TOEFL diatas 500 setidaknya 60% teks abstrak dinyatakan „mudah dipahami‟, dan 40% nya „kurang bisa dipahami‟. Sehubungan dengan hasil akhir kemampuan baca para profesional dan akademisi yang cenderung kurang baik tersebut, peneliti sependapat dengan Baradja (2002). Hasil penelitian yang dilakukan menyebutkan bahwa kemampuan berbahasa asing (dalam hal ini bahasa Inggris) yang pemerolehannya tidak dimulai dari ketrampilan dasar berbahasa yang benar, yaitu listening, speaking, reading, writing didukung structure / grammar secara bersama-sama dan berkesinambungan, hasilnya (kemampuan berbahasanya) lebih rendah/buruk daripada pebelajar yang mendapatkan keempat ketrampilan tersebut secara bersama-sama dan terpadu. Sebagaimana diketahui bahwa para mahasiswa S.3 di kedua perguruan tinggi maupun pembaca sasaran dalam penelitian ini telah memiliki nilai setara TOEFL di atas 500. Nilai ini biasanya diperoleh melalui kursus atau pelatihan khusus TOEFL yang materinya hanya didominasi „structure, commit to user reading, dan sebagian kecil listening. Selain itu, pada saat proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 260
banyak diberikan latihan-latihan secara intensif, terus menerus, dan berulangulang. Hal inilah yang membuat para pebelajar mengenali jenis-jenis dan variasi soal TOEFL sehingga mereka terbiasa, dan pada akhirnya dapat mengerjakan soal-soal yang memiliki kemiripan-kemiripan dan kesamaan tersebut. Dengan cara ini mereka tidak mengalami kesulitan lagi ketika mengerjakan soal-soal test TOEFL yang sesungguhnya. Dengan demikian, nilai target tinggi yang diharapkan pun dapat dicapai dengan mudah. Hal yang perlu diketahui bahwa pencapaian nilai TOEFL yang tinggi tidak ada jaminan bahwa orang yang bersangkutan secara otomatis memiliki kemampuan berbahasa yang baik pula. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar bahasa Inggris yang sempurna harus mencakup 4 (empat) ketrampilan berbahasa, yaitu „listening, speaking, reading, writing‟. Sementara dalam pelatihan maupun test TOEFL sebagian besar hanya mencakup 2 (dua) ketrampilan berbahasa, yaitu „listening dan reading‟. Padahal kedua ketrampilan ini hanya merupakan „receptive skills‟ dan bukan „productive skills‟. Selanjutnya, dalam penelitiannya Baradja mengambil dua kelompok sampel, yaitu sejumlah dosen dari bidang bukan bahasa Inggris namun mereka memiliki nilai TOEFL rata-rata diatas 500-550, dan kelompok sampel dosen yang memiliki latar belakang pendidikan bahasa Inggris dengan nilai TOEFL lebih kecil/rendah dari kelompok pertama. Kedua kelompok dosen tersebut sama-sama mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi di luar negeri. Setelah dilakukan evaluasi lebih lanjut ternyata kelompok dosen yang memiliki nilai TOEFL lebih rendah, pemahan materi perkuliahan dan prestasi akademis nya lebih baik daripada kelompok dosen yang memiliki nilai TOEFL lebih tinggi. Hal ini dikarenakan kelompok dosen dengan latar belakang pendidikan bahasa Inggris telah memiliki 2 (dua) kemampuan berbahasa, yaitu „productive skills (speaking and writing)‟ yang kebanyakan tidak dimiliki oleh kelompok dosen dengan nilai TOEFL yang lebih tinggi namun hanya dibekali 2 (dua) ketrampilan berbahasa (receptive skills), yaitu listening dan writing saja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil temuan, analisis data, dan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, pada bagian ini diberikan simpulan, implikasi, dan saran terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan. A. Simpulan Berdasarkan hasil temuan, setelah dilakukan analisis data dan pembahasan, selanjutnya dibuat sejumlah kesimpulan penting. Sebagaimana rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, peneliti mencatat ada 6 (enam) hal pokok yang dapat disimpulkan, yaitu: 1. Format penulisan dan keragaman teks abstrak disertasi yang ditemukan ada 2 (dua), yaitu: (a) sehubungan dengan jumlah paragrafnya, dan (b) sehubungan dengan jumlah struktur abstraknya. (a) Berdasarkan jumlah paragrafnya: Dari 15 (limabelas) teks abstrak yang diteliti diketahui bahwa ada 4 (empat) variasi penulisan: (1) Ada 2 (dua) teks abstrak atau 13,33% yang ditulis dalam 1 (satu) paragraf; (2) Yang terbanyak adalah teks abstrak yang ditulis dalam 3 (tiga) paragraf. Ada 6 (enam) teks abstrak atau 40% yang tersusun atas 3 (tiga) paragraf ini; (3) Ada 3 (tiga) teks atau 20% yang ditulis dalam 4 (empat) paragraf; dan (4) Ada 4 (empat) teks abstrak atau 26,66% yang tersusun atas 5 (lima) paragraf. (b) Berdasarkan jumlah struktur abstraknya: Untuk kategori ini ditemukan 5 (lima) variasi penulisan, yaitu: (1) Teks abstrak yang lengkap memiliki 5 (lima) struktur abstrak (pendahuluan/latar belakang, tujuan penelitian, metodologi, pembahasan / hasil, dan simpulan. Ada 4 (empat) teks abstrak atau 26,66% yang termasuk dalam kategori ini; (2) Ada 1 (satu) teks abstrak atau 6,66% yang tidak dilengkapi dengan „pendahuluan/latar belakang‟; (3) Ada 5 (lima) teks abstrak commit to user atau 33,33% yang tidak memiliki „tujuan penelitian; dan (4) Yang terbanyak
261
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 262
adalah teks abstrak yang tidak dilengkapi dengan „simpulan„. Ada 9 (sembilan) teks atau 60% yang termasuk dalam kategori ini; (5) Ada 4 (empat) teks abstrak atau 26,66% hanya memiliki 3 (tiga) struktur abstrak, yaitu: pendahuluan, metodologi, dan hasil penelitian. Dengan demikian, keempat teks abstrak ini tidak dilengkapi dengan „tujuan penelitian„, dan „simpulan„. Bagaimanapun juga, dari sejumlah format penulisan dan keragaman teks abstrak disertasi yang ditulis oleh mahasiswa S3 tersebut hanya ada 3 (tiga) teks abstrak atau 20% yang memenuhi kriteria penulisan teks abstrak yang baik dan benar. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa teks abstrak yang baik dan benar adalah teks abstrak yang memiliki 5 (lima) struktur abstrak (pendahuluan, tujuan, metodologi, pembahasan/hasil, dan simpulan, dan ditulis dalam 5 (lima) paragraf terpisah (Owen D. Williamson, 2008). Ketiga teks abstrak yang dimaksud adalah data no. K1-K5-K6. Data no. K-3tidak termasuk teks abstrak yang baik dan benar karena teks ini hanya ditulis dalam 1 (satu) paragraf meskipun memiliki 5 (lima) struktur abstrak secara lengkap. 2. Penilaian struktur abstrak dan koherensti teks sumber (Tsu) didasarkan atas nilai rerata dari 3 (tiga) aspek, yaitu: (a) Lengkap tidaknya struktur abstrak; (b) Kesesuaian atau ketepatan dalam mengaplikasikan penanda kohesi dalam menulis teks abstrak; dan (c) Koherensi teks nya. Penilaian struktur abstrak dan koherensti teks ini dilakukan per teks abstrak. Dengan demikian pada bagian ini ada 15 (lima belas) data atau teks abstrak yang diberikan penilaian. Tujuh (7) teks abstrak diambil dari bidang kedokteran, dan 8 (delapan) teks lainnya dari jurusan teknik sipil dan perecanaan. Setelah dilakukan analisis dan pembahasan, dari 15 (limabelas) teks abstrak yang diteliti dapat disimpulkan bahwa: (a) Hanya ada 4 (empat) data/teks abstrak atau 26,66% yang masuk dalam kategori teks abstrak yang „Baik„. Keempat data mendapat nilai rerata tertinggi, yaitu antara „2,66-2,88‟. Keempat data ini adalah data no. K1-K2-K5-K6. (b) Kategori ke dua adalah data/teks abstrak dengan nilai rerata antara „1,55-2,22‟ dan dinyatakan teks abstrak „Kurang Baik‟. Kategori ini mendominasi dalam penilaian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 263
struktur abstrak dan koherensi Tsu. Ada 11 (sebelas) data/teks abstrak atau 73,34% yang termasuk dalam kategori ini. (c) Kategori ke 3 (tiga) yaitu data/teks abstrak yang mendapatkan kategori teks „Buruk / Tidak Baik„. Tidak ditemukan satu pun data/teks abstrak (0%) yang termasuk kategori ini. (d) Berdasarkan hasil penilaian rerata secara keseluruhan, struktur abstrak dan koherensi Tsu nya diperoleh nilai rerata „2, 16‟ dengan kategori „Kurang Baik„. 3. Penilaian struktur abstrak dan koherensti teks sasaran (Tsa) juga berdasarkan atas 3 (tiga) aspek penilaian, yaitu: (a) Lengkap tidaknya struktur abstrak; (b) Kesesuaian atau ketepatan dalam mengaplikasikan penanda kohesi dalam menulis teks abstrak; dan (c) Koherensi teks Tsa-nya. Berdasarkan hasil temuan, dan setelah dilakukan analisis serta pembahasan, diketahui bahwa hasil penilaian struktur abstrak dan koherensi Tsa dapat disimpulkan sebagai berikut: (a) Tidak ditemukan satu pun data/teks abstrak atau 0% teks abstrak yang dinyatakan teks abstrak yang „Baik„. (b) Kategori penilaian didominasi oleh data/teks abstrak yang mendapat kategori „Kurang Baik„. Ada 13 (tigabelas) data/teks abstrak atau sekitar 86,67% yang termasuk dalam kategori ini. (c) Kategori selanjutnya adalah teks abstrak yang mendapat kategori penilaian „Tidak Baik / Buruk‟. Hanya ada 2 (dua) data/teks abstrak atau sekitar 13,33% yang termasuk kategori ini. (d) Berdasarkan hasil rerata penilaian secara keseluruhan, struktur abstrak dan koherensi Tsa nya diperoleh nilai rerata kurang dari „2„, yaitu: „1,81‟ dengan kategori penilaian „Kurang Baik„. Dengan demikian, Tsa (hasil terjemahan) terjadi penurunan kualitas atau menjadi lebih rendah, yaitu dari „2,16‟ (Tsu) menjadi „1,81‟ (Tsa) dengan kategori sama, yaitu „Kurang Baik„. 4. Penilaian tingkat keakuratan teks abstrak disertasi dilakukan per paragraf yang ada dalam setiap teks abstraknya. Sehubungan dengan hal ini, dari 15 (limabelas) teks abstrak yang diteliti diperoleh 52 (limapuluh dua) data karena setiap teks abstrak memiliki jumlah paragraf yang berbeda-beda. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa dari 15 (limabelas) teks abstrak yang diteliti sebagian ditulis dalam 5 (lima) paragraf, 4 (empat) paragraf, 3 (tiga), dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 264
bahkan ada yang ditulis dalam 1 (satu) paragraph saja. Setelah dilakukan analisis data dan pembahasan secara mendalam diperoleh hasil akhir, yaitu: (a) Tidak ditemukan satu pun data/teks abstrak yang mendapat nilai rerata diatas „2,50‟ Oleh karena itu dari 15 (limabelas) data/teks abstrak disertasi yang diteliti tidak ditemukan satupun data/teks abstrak atau 0% yang dinyatakan „Akurat‟. Begitu pula halnya data/teks abstrak yang dinyatakan „Tidak Akurat‟ juga tidak ditemukan. (b) Dengan demikian semua data/teks abstrak atau 100% dinyatakan masuk kategori „Kurang Akurat‟. Hal ini dikarenakan nilai rerata dari kelimabelas data/teks abstrak yang diteliti, nilai reratanya berkisar antara „1,60‟ terendah, dan „2,41‟ tertinggi. Oleh karena itu, kategori ini lah yang paling mendominasi dalam penilaian tingkat keakuratan teks. Namun demikian, jika semua data/teks abstrak yang diteliti tersebut dilakukan rerata nilai secara keseluruhan, diperoleh nilai rerata akhir „1,98‟ dengan kategori „Kurang akurat‟. Ini artinya bahwa secara umum semua data/teks abstrak disertasi yang diteliti untuk tingkat keakuratan teks nya dinyatakan „Kurang Akurat‟. 5. Ada 3 (tiga) aspek yang dinilai sehubungan dengan tingkat keberterimaan teks, yaitu struktur gramatikal, struktur abstrak dan koherensi Tsa, dan koherensi Tsa nya. Penilaian keberterimaan teks dilakukan per teks abstrak. Oleh karena itu ada 15 (limabelas) data yang dilakukan penilaian. Berdasarkan hasil penilaian yang diberikan oleh ketiga Raters, hasil analisis, dan pembahasan, selanjutnya diketahui bahwa: (a) Tidak ditemukan satu pun data/teks abstrak atau „0%‟ yang dikategorikan sebagai teks abstrak yang „Berterima‟. Dengan demikian berdasarkan hasil temuan hanya ada 2 (dua) kategori, yaitu teks abstrak yang masuk kategori „Kurang Berterima‟ dan „Tidak Berterima„. (b) Dari 15 (limabelas) data/teks abstrak, hasil penilaian didominasi oleh data/teks abstrak yang dinyatakan sebagai teks abstrak yang „Kurang Berterima‟. Ada 12 (duabelas) data/teks abstrak atau 80% yang dinyatakan sebagai teks abstrak „Kurang Berterima‟. (c) Selanjutnya adalah data/teks abstrak yang dinyatakan „Tidak Berterima‟. Ditemukan ada 3 (tiga) data/teks atau 20% yang masuk kategori ini, yaitu data no. K4-T5-T7. Akan tetapito user setelah dilakukan rerata nilai dari commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 265
keseluruhan data diperoleh nilai rerata akhir „1,77‟ dengan kategori „Kurang Berterima‟. Ini artinya bahwa secara umum semua data/teks abstrak disertasi yang diteliti untuk tingkat keberterimaan teks nya dinyatakan „Kurang Baik‟ atau „Kurang Berterima‟. 6. Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan diketahui bahwa dari 15 (limabelas) data/teks abstrak yang diteliti untuk aspek keterbacaan hanya ditemukan 2 (dua) kategori, yaitu data/teks abstrak yang dinyatakan „Mudah Dipahami‟ dan „Kurang Bisa Dipahami‟ oleh pembacaa sasarannya. Sedangkan data/teks abstrak yang mendapat kategori „Sulit Dipahami‟ tidak ditemukan atau 0%. Oleh karena itu dari 15 (limabelas) data yang diteliti 6 (enam) data/teks abstrak atau 40% diantaranya dinyatakan „Mudah Dipahami‟. Keenam data tersebut memperoleh nilai rerata antara „2,53‟ (terendah) dan „3,00‟ (tertinggi). Adapun data yang masuk kategori ini adalah data no. K3-K5-K7, T1-T4-T8. Selanjutnya, untuk penilaian tingkat keterbacaan ini diketahui bahwa data/teks abstrak didominasi oleh data/teks abstrak yang mendapat kategori „Kurang Bisa Dipahami, yang mencapai 9 (sembilan) data/teks abstrak atau 60%. Sementara data/teks abstrak yang dinyatakan „Sulit Dipahami„ tidak ditemukan atau 0%. Namun demikian setelah dilakukan rerata nilai dari keseluruhan data diperoleh nilai rerata „2,38‟ dengan kategori „Kurang Bisa Dipahami‟. Ini artinya bahwa selurh data/teks abstrak yang dibaca oleh pembaca sasaran, sebagian besar dari mereka memiliki kemampuan baca „Sedang‟. Hasil temuan tersebut agak sedikit berbeda dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Junining (2002) yang mengatakan bahwa tingkat keterbacaan teks abstrak tesis yang ditelitinya dinyatakan „Cukup Baik‟ meskipun dalam teks tersebut ditemukan lebih dari 75% kesalahan struktur gramatikal, dan 25% kesalahan leksikal. Hal ini mungkin dalam penelitiannya, penilaian dilakukan langsung per teks abstrak (secara makro) sehingga pembaca kurang begitu fokus terhadap aspek-aspek mikro (misalnya kesalahan ketidaksesuaian penggunaan penanda kohesi dan koherensi, struktur gramatikal dan aspek to user leksikalnya). Sementara dalam commit penelitian ini, peneliti membagi teks abstrak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 266
setidaknya menjadi 5 (lima) paragraf atau sesuai dengan jumlah paragraf atau bahkan lebih. Oleh karena itu dalam penelitian ini pembaca melakukan penilaian pada setiap paragraf atau sub paragraf jika paragraf yang ada terlalu panjang. Hal inilah yang mungkin membuat pembaca sasaran lebih fokus, jeli dan lebih teliti terhadap kesalahan dan kekurangan teks yang dibacanya. Hal ini memungkinkan pembaca memberikan penilaian lebih rendah terhadap teks yang dibacanya daripada yang dilakukan pada penelitian sebelumnya. Selanjutnya, sehubungan dengan hasil temuan dan pembahasan di atas setelah dilakukan pembobotan diketahui bahwa hasil akhir nilai rerata secara keseluruhan
terhadap
3
(tiga)
aspek
kualitas
terjemahan:
keakuratan,
keberterimaan, dan keterbacaan setelah dilakukan pembobotan adalah sebagai berikut: (1) Hasil akhir nilai rerata tingkat keakuratan seluruh teks abstrak disertasi adalah „1,96‟ dengan kategori „Kurang Akurat‟. (2) Hasil akhir nilai rerata tingkat keberterimaan seluruh teks abstrak disertasi adalah „1,78‟ dengan kategori „Kurang Berterima„ (3) Hasil akhir nilai rerata tingkat keterbacaan seluruh teks abstrak disertasi adalah „2,38‟ dengan kategori „Agak sulit/kurang bisa Dipahami‟, atau dengan tingkat keterbacaan „sedang‟. (4) Berdasarkan hasil penilaian rerata terhadap ketiga aspek penilaian kualitas terjemahan (poin 1-2-3): keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan, diperoleh nilai rerata akhir „1,97„. Ini artinya, dari 15 (limabelas) data/teks abstrak yang diteliti semuanya atau 100% dinyatakan: „Kurang Akurat, Kurang Berterima, dan Kurang Bisa Dipahami„ oleh pembaca sasaran. (5) Berdasarkan hasil temuan dan uraian pada bagian pembahasan tentang hubungan antara kohesi/koherensi, dan kualitas terjemahan yang meliputi aspek keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaannya diketahui bahwa: (a) Sebagian besar atau 13 (tigabelas) data/teks abstrak (86,67%), nilai rerata untuk aspek keterbacaan lebih tinggi daripada aspek kohesi/koherensinya. commit user keterbacaan teks oleh pembaca Hasil temuan ini menunjukkan bahwatotingkat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 267
sasaran tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh sesuai tidaknya penanda kohesi dan koherensi teksnya saja (Kumar, 2003). Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa tingkat keterbacaan teks tidak hanya dipengaruhi oleh kesesuaian penggunaan penanda kohesi dan koherensi teksnya saja akan tetapi juga dipengaruhi oleh aspek lain, yaitu kemampuan pembaca dalam memahami materi teks yang dibacanya. Hal ini diketahui dari hasil akhir nilai rerata untuk aspek keterbacaan yang diberikan oleh pembaca sasaran secara umum lebih tinggi, (yaitu mencapai 86,67%) daripada aspek kohesi/koherensi teksnya. (b) Ditemukan hanya sedikit data/teks abstrak yang dinyatakan bahwa aspek penanda kohesi/koherensi berpengaruh langsung terhadap tingkat keterbacaan teksnya. Hal ini diketahui ditemukannya 2 (dua) data/teks abstrak atau 13,33% yang memiliki nilai rerata aspek kohesi/koherensi sedikit lebih tinggi atau sama dengan tingkat keterbacaannya. Data no. K2 mendapatkan nilai rerata kohesi/koherensi „2,33‟ dan nilai rerata keterbacaan „2,00‟, sedangkan data no. T2 mendapatkan nilai rerata kohesi/koherensi yang sama dengan nilai rerata aspek keterbacaannya, yaitu „2,33‟. Sementara itu, hubungan antara aspek keberterimaan dan keakuratan diketahui bahwa sebagian besar atau 12 (duabelas) data/teks abstrak (80%), nilai rerata aspek keberterimaan lebih rendah daripada aspek keakuratannya. Hal ini benar adanya mengingat aspek-aspek yang diberikan penilaian untuk keberterimaan lebih banyak daripada aspek keakuratan. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa sejumlah aspek yang diberikan penilaian sehubungan dengan aspek keberterimaan ini meliputi kelengkapan struktur abstraknya, kesesuaian penggunaan penanda kohesi/koherensi dan struktur gramatikal yang digunakan dalam Tsa-nya. Selanjutnya, hanya ditemukan ada 3 (tiga) data/teks abstrak atau 20% yang mendapatkan nilai rerata keberterimaan sedikit lebih tinggi daripada aspek keakuratannya. Ketiga data yang dimaksud adalah data no. K1-K5-K6. Hal ini (mungkin) disebabkan ketiga teks tersebut secara umum memiliki tingkat keberterimaan yang cukup baik atau bahkan lebih baik daripada aspek commit to userkeakuratannya. Ini artinya, secara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 268
umum ketiga aspek yang diberikan penilaian dalam aspek keberterimaan, yaitu sehubungan dengan kelengkapan struktur abstraknya, kesesuaian penanda kohesi/koherensi dan struktur gramatikal yang digunakan dalam Tsanya dinyatakan cukup baik. Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan, nilai rerata aspek keberterimaan yang diperoleh untuk ketiga data tersebut lebih tinggi daripada aspek keakuratannya. B. Implikasi Berdasarkan hasil temuan, analisis, dan pembahasan, sejumlah implikasi dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Tidak adanya koordinasi yang baik antara penulis teks abstrak dengan penerjemah. Hal ini terlihat dari hasil terjemahannya yang hanya sekadar mengalihkan pesan dari Bsu ke dalam Bsa. (2) Kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap materi atau bidang yang diterjemahkan, dan kurang profesionalnya penerjemah dalam menjalankan tugasnya. Hal ini diketahui bahwa semua teks abstrak Bsu tidak dilakukan revisi atau perbaikan meskipun terdapat sejumlah kesalahan. Hal ini terlihat dari hasil terjemahannya yang rata-rata cenderung lebih buruk daripada Tsunya. Dalam hal ini penerjemah tidak berupaya untuk memperbaiki Tsu terlebih dulu sebelum melaksanakan tugasnya sebagai penerjemah. (3) Sebagian besar penulis abstrak, meskipun mereka penutur asli bahasa Indonesia dan telah meraih gelar doktor, memiliki kemampuan dasar berbahasa dan keterampilan menulis yang kurang baik. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan, ketidaktepatan, ketiadaan penanda kohesi, dan kesalahan-kesalahan lain dalam menyusun kalimat-kalimat yang ditulisnya. Seringkali ditemukan kalimat yang tidak sempurna, misalnya kalimat hanya berupa klausa atau sekumpulan nomina dan frasa nomina yang tidak dilengkapi predikat. (4) Belum atau tidak adanya kesamaan, maupun ketentuan mengikat, atau standarisasi penulisan teks abstrak yang baik dan benar. Hal ini diketahui commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 269
bahwa dari data yang diambil dari dua pergurauan tinggi yang berbeda, format penulisan sehubungan dengan jumlah paragraf dan jumlah struktur abstraknya sangat beragam. Sebagian besar teks abstrak yang ditulis oleh mahasiswa Universitas Airlangga telah memiliki kelima struktur abstrak, yaitu pendahuluan, tujuan penelitian, metodologi, hasil penelitian, dan simpulan. Sementara sebagian besar teks abstrak yang ditulis oleh mahasiswa ITS hanya memiliki 3 (tiga) struktur abstrak, yaitu pendahuluan, metodologi, dan hasil. (5) Tidak dilakukannya pengecekan ulang atau kurangnya perhatian terhadap teks abstrak dan hasil terjemahannya dari lembaga perguruan tinggi yang bersangkutan. Hal ini dapat diketahui dari teks abstrak dan hasil terjemahannya yang cenderung berbeda jumlah paragraf dan struktur abstraknya meskipun dari perguruan tinggi yang sama.Misalnya, sebagian besar teks abstrak yang ditulis oleh mahasiswa Universitas Airlangga telah tersusun atas 5 (lima) struktur abstrak dan ditulis dalam 5 (lima) paragraf terpisah. Sementara masih ditemukan sebagian abstrak hanya ditulis dalam satu paragraf, dan sebagian lainnya tidak dilengkapi pendahuluan, dan struktur abstrak lainnya.
C. Saran Berdasarkan hasil temuan, analisis, pembahasan, dan simpulan, serta mengingat pentingnya penulisan teks abstrak di setiap penelitian maupun penulisan artikel lainnya, berikut ini disampaikan sejumlah saran: Pertama, kepada perguruan tinggi negeri khususnya dan atau Dirjen Dikti maupun Kopertis untuk melakukan sosialisasi dan atau koordinasi dan semacamnya untuk membuat standarisasi penulisan teks abstrak yang baik dan benar. Perlukah dibedadakan atau disamakan antara penulisan teks abstrak hasil penelitian yang ditulis dalam skripsi, tesis, disertasi, artikel yang dimuat di jurnal, dan makalah lainnya. Dengan diberlakukannya standarisasi penulisan atau pedoman ini diharapkan ke depannya tidak ada lagi keragaman dalam penulisan commit to user teks abstrak. Sejauh yang peneliti ketahui selama ini format penulisan maupun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 270
struktur abstrak yang digunakan di hampir setiap perguruan tinggi baik untuk penulisan abstrak skripsi, tesis, disertasi maupun artikel dalam jurnal berbeda beda satu dengan lainnya. Kedua, kepada penerjemah khususnya penerjemah teks abstrak disertasi, sebelum melaksanakan tugasnya sebaiknya: 1) Penerjemah memahami benar teks yang akan diterjemahkan, dan membenahi atau membetulkan kalimat-kalimat maupun bagian kalimat yang dirasa kurang baik dan tidak benar. 2) Apabila ada hal-hal atau bagian yang tidak diketahui / dimengerti sebaiknya penerjemah mengkomunikasikannya dengan klien nya untuk klarifikasi untuk menyamakan persepsi sehingga semua pesan yang ingin disampaikan oleh penulis dalam Tsu dapat tersampaikan dengan benar dan tepat. Hal ini diperlukan untuk menghindari kesalahpemahan antara penulis asli dan penerjemah. Hal lain yang perlu diketahui, meskipun Tsu ditulis oleh orang Indonesia asli dan berpendidikan tinggi tidak menutup kemungkinan susunan maupun kalimat yang mereka buat masih terdapat kesalahan sehingga perlu dilakukan perbaikan. 3) Penerjemah dalam melaksanakan tugasnya sebaiknya tidak hanya sekedar mentransfer Tsu menjadi Tsa akan tetapi lebih memfokuskan pada pesan utama yang ingin disampaikan oleh penulis dalam Tsu. Maksudnya, jika dalam Tsu terdapat kesalahan baik dari aspek kebahasaan, maupun konteksnya. 4) Penerjemah harus berani mengatakan tidak sanggup atau menolak pekerjaan jika dia merasa tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dan dengan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi keakuratan, ketberterimaan, dan keterbacaannya. Ketiga, disarankan kepada (calon) peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan sehubungan dengan kualitas terjemahan abstrak disertasi dengan melibatkan penerjemah dan menambahkan rumusan masalah terkait dengan teknik-teknik penerjemahan apa yang digunakan oleh penerjemah, dan mengapa penerjemah menggunakan teknik tersebut. Ke empat, disarankan kepada perguruan tinggi untuk menunjuk seorang penerjemah atau membentuk tim penerjemah khusus teks abstrak disertasi yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 271
benar-benar profesional di bidang penerjemahan untuk menerjemahkan teks-teks abstrak disertasi yang ada. Selain itu, setiap penerjemah juga disarankan untuk menerjemahkan satu bidang keilmuan saja. Hal ini dimaksudkan supaya terjemahan abstrak yang dihasilkan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya baik dari aspek keakuratan, keberterimaan, maupun keterbacaannya. Ke lima, ada baiknya penulisan teks abstrak dibedakan antara teks abstrak dalam skripsi, tesis, dan disertasi, maupun makalah/artikel dalam jurnal. Disarankan
baik
teks
abstrak
dalam
skripsi,
tesis,
disertasi,
maupun
artikel/makalah yang ditulis dalam jurnal ilmiah, semuanya harus memiliki 5 (lima) struktur abstrak, yaitu pendahuluan/latar belakang, tujuan penelitian, metodologi, hasil/pembahasan, dan simpulan, serta tetap memperhatikan aspek koherensi teks nya. Yang membedakan adalah dalam hal jumlah kata dan format penulisannya: Untuk skripsi, tesis, dan disertasi, disarankan ditulis dalam 5 (lima) paragraf (sesuai dengan struktur abstraknya) dengan sebanyak antara 450-600 kata. Sementara untuk artikel/makalah dalam jurnal, karena biasanya dibatasi jumlah kata yang digunakan, struktur abstraknya tetap sama yaitu meliputi 5 (lima) struktur abstrak (pendahuluan, tujuan, metodologi, hasil/pembahasan, dan simpulan, namun format penulisannya cukup ditulis dalam 1 (satu) paragraf, dan jumlah katanya sekitar 300-400 kata. Ke enam, mengingat hasil temuan dalam penelitian ini yang sebagian besar struktur abstrak dan aspek kohesi/koherensi teksnya yang kurang baik, peneliti menyarankan untuk diselenggarakan pelatihan khusus atau semacam „workshop‟ sehubungan dengan penulisan teks abstrak yang baik dan benar. Kalau tidak, perlu kiranya melibatkan tim penguji disertasi yang salah satu pengujinya adalah akademisi di bidang kebahasaan, bahasa Inggris dan atau bahasa Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 272
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hassnawi, Ali R.A. 2003-2008. Aspects of Scientific Translation: English into Arabic Translation as a Case Study. Ibri College of Education, The Sultanate of Oman. Al-Qinai, Jamal. 2000. Translation Quality Assessment, Strategy, Parameters and Procedures. Meta: Journal, Vol 45, No. 3, p.497-519. Arif Hertanto. 1994. Problems in Translation Encountered by Translation Learners of the English Department of IKIP Malang. Thesis. Institute of Teacher Training and Education at Malang. Post Graduate Program. English Education Ashari Husein, Ardiansyah. 2007. Beranda Hati: Pengantar Metode dan Teknik Menerjemah Buku‟; Makalah ini disampaikan dalam Sekolah Menulis SINAI yang diselenggarakan oleh Studi Informasi Alami Islam, Mesir. Baker, Mona. 1991. In Other Words; A Course Book on Translation. London, Great Britain and New York: Routledge, Linguistics / Translation Studies.. ……………… 2001. Routledge Encyclopedia of Translation Studies. London, Great Britain and New York: Library of Congres Cataloging–inPublication Data; TJ International Ltd, Padstow, Cornwall. Bassnett, Susan dan Mc. Guire. 1988. Translation Studies. London: Clays Ltd. St Ives plc. Bell, T. Roger. 1991. Translation and Translating: Theory and Practice‟. London: Longman. Brown, Gillian and Yule, George. 1983. Discourse Analysis. New York, USA: Cambridge University Press. Catford, JC. 1969. A Linguistics Theory of Translation. Oxford: Oxford University Press. Cooper, J. David. 2001. Using Different Types of Texts for Effective Reading Instruction. Houghton Mifftin Company. Crystal, David. 1990. A Dictionary of Linguistics and Phonetics. Oxford, UK; British Library Cataloguing in Publication Data: Basil Backwell, Inc. Cutting, Joan. 2002. Pragmatics and Discourse: A Course book for Students. commit to user London and New York: Routledge; Taylor & Francis Group.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 273
Day, Robert A. 2008. How to Write and Publish Scientific Papers. Spanish and Washington DC, USA: Organization Panamericana de la Salud; Fundacao Oswldo Cruz. Emery, Peter G. 1991. Text Classification and Text Analysis in Advanced Translation Teaching. Sultan Qaboos University, Sultanate of Oman; Meta Vol 36 Number 4, 1991 p. 567-577. Esti Junining. 2003. The Translation of Thesis Abstracts in the Accounting Department of Brawijaya University. Thesis: State University of Malang, Graduate Program in English Language Education. Fauwcett, Peter. 1997. Translation and Language‟. Linguistic Theories Explained. Manchester, UK: St. Jerome Publishing. Gerot, Linda and Wignell, Peter. 1994. Making Sense of Functional Grammar. Sydney, Australia. Gerd Stabler Antipodean Educational Enterprise NSW. Gilbert, Susan. 1985. How to Write an Abstract. Science Digest Journal, published on May 1985. Publication Manual of the American Psychological Association. Grosz, Barbara J, & Joshi, Aravind K. 2003. A Framework for Modelling the Local Coherence of Discourse. Cambridge: Division of Applied Sciences, Harvard University. Hadari Nawawi & Mimi Martini. 2005. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halliday, M.A.K and Hasan, Ruqaya. 1980. Cohesion in English. Great Britain: Longman Group Ltd. ……………... 1985. An Introduction to Functional Grammar. Great Britain: Edward Arnold Publishers Ltd. H. Johannes & Anton M. Moeliono. 1993. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Balai Pustaka; Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hartono. 2000. Studi tentang Metode Terjemahan yang Digunakan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Malang. ITB Central Library-Welcome I Powered by GDL4.2. Hoed, Benny H. 2006. Tentang Penerjemah. Jakarta: Harian Nasional Kompas. akarta: Harian Nasional Kompas. ...........................
2006. Penerjemahan ke dalam Bahasa Asing. Makalah disajikan untukcommit Kursus to userPenerjemahan; Jakarta: Pusat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 274
Penerjemahan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Hunter, Duncan. 1991. Translation from Chinese: Coherence and the Reader. Meta, Vol. 36, No. 4, 1991, p. 627-632. Ida Sundari Husen. 2005. Masalah Pilihan Kata dalam Penerjemahan Menciptakan Kata Baru atau Menerima Kata Pinjaman?. HPI d.a Pusat Penerjemahan FIB UI Gedung Rektorat Lantai Dasar, Jl. Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat. Kilborn, Judith. 1998. Writing Abstracts. LEO: Literacy Education Online. St. Cloud State University , St. Cloud, Minnesota. Koopman, Philip. 1997. How to Write an Abstract. Carnegie Mellon University: Larson, Mildred L. 1991. Meaning-Based Translation. New York. University Press of America. Lauwerse, M.M & Graesser, A.C. 2005. Coherence in Discourse. Chicago, Fitzroy Dearborn. Machali, Rochayah. 2000. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta. P.T.Grasindo Gramedia Widiasarana. -----------------------. 1998. Redefining Textual Equivalence in Translation, (with Special Reference to Indonesian-English). Jakarta. The Translation Center; The Faculty of Arts- the University of Indonesia. ----------------------. 2009. Kajian Penerjemahan Terkait Budaya: dengan Kasuskasus Domestication and Foreignization. Telaah-telaah Wacana, Bahasa, dan Penerjemahan. Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press. Mc. Carthy, Michael. 1991. Discourse Analysis for Language Teachers. New York: Cambridge University Press. Mc Guire, Susan Bassnet. 1988. Translation Studies. London: Methuen and Co. Ltd. British Library Cataloguing in Publication Data. Molina, L and Albir, AH. 2002. Translation Techniques Revisited: A Dynamic and Functionalist Approach‟. Meta: Journal des Traducteurs / Meta: Translators‟ Journal Vol. 47, No. 4 p. 498 – 512. Munday, Jeremy. 2000. Introducing Translation Studies: Theories and Applications. London: Routledge, Taylor and Francis Group. Nababan, M. Rudolf. 1997. Aspek Teori Penerjemahan dan Pengalihbahasaan. Surakarta: PPS UNS. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 275
--------------------------.1999. Teori Menerjemah Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. ------------------. 2012. Pengembangan Model Penilaian Kualitias Terjemahan. Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24 No.1: 39-57 Nasution, S. 2003. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT Bumi Aksara. Newmark, Peter. 1981. Approach to Translation. Oxford: Pergamon Press, Ltd. ------------------- .1988. A Textbook of Translation. Great Britain Prentice Hall International (UK) Ltd. Nida, Eugene A. 1976. Language Structure and Translation. California: Stanford University University Press. ------------------ and Taber, Charles R. 1974. The Theory and Practice of Translation. Leiden: The United Bible Societies. Pengertian Abstrak. 1999-2007. Yayasan Sarana Edukasi. Procter, Margeret. 2008. The Abstract.. Home / FAQs / News / Writing Centres / Advice / Books / For Faculty; California State Science Fair / Recommended Abstract Structure , University of Toronto. Pym, Anthony. 1992. Translation and Text Transfer, An Essay on the Principles of Intercultural Communication. Franfurt, Germany. Verlag Peter Lang Gmb H. Saedi, K. Lotfipour. 1997. Lexical Cohesion and Translation Equivalence. Meta, Vol. 42, No. 1 Th. 1997, p. 185-192. Sakri, Adjat. 1984. Ihwal Menerjemahkan. Bandung. Penerbit ITB Bandung. Sidiropoulou, Maria. 2005. Abstract Writing: English-Speaking Countries vs. Greece‟. Meta, Vol. 40, No. 4 Th 2005, p. 579-593. S. Nasution. 2003. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT Bumi Aksara. Small, Steven L. 1988. Lexical Ambiguity Resolution: Perspectives from Psycholinguistics, Neuropsychology, and Artificial Intelligence. San Mateo, California: Morgan Kaufmann Publishers, Inc. Soemarno, Thomas. 1997. Sekitar Masalah Budaya dalam Penerjemahan. Makalah Disampaikan pada Konggres Linguistik Nasional Tahun 1997 di Surabaya. Soricut, Radu & Marcu, Daniel. 2003. Discourse Generation Using Utility – Trained Coherence Models. Information Sciences Institute University of Southern commitCalifornia. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 276
Sukandarrumidi. 2002. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sutopo, H.B. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Makalah disajikan Bagi Para Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta. ----------------.
2002. Metodologi Penelitian Kualitatif‟: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelass Maret University Press.
...................., 2006. Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Surakarta Taryadi, Alfons. 2005. Terjemahan yang Ngawur. Jakarta,: harian Nasional kompas.Jakarta. Thomas, Dave. 1998. Meaning and Text. ISRS and Southern Nazarene University. Venuti, Lawrence. 2004. The Translation Studies Reader. USA and Canada: TJ International Ltd. , Padstow, Cornwall Webster, 1983. Webster‟s Desk Dictionary of the English Language. New York: Random House, Inc. Williamson, Owen D. 2008. How to Write a Better Abstract; Sydney: Spine Society of Australia. Wilss, Wolfram. 2004. Translation Studies – The State of the Art. Meta, Vol. 49, No. 4, 2004, p. 777-785. Wolf, Florian & Gibson, Edward. 2004. Discourse Coherence and Pronoun Resolution. Cambridge: Massachusetts Institute of Technology. Language and Cognitive Processes. Yus, Francisco. 2002. Special Issue on Pragmatics and Translation. Alicante, Spain: Department of English Studies, University of Alicante. Zuhridin Suryawinata. 1989. Terjemahan: Teori dan Praktek. Jakarta: P2LPTK, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. --------------------------.1991. Problema-Problema Kebahasaan dalam Penerjemahan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Malang: Pusat Penelitian IKIP Malang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 277
Lampiran 1 Kuesioner Penilaian Struktur Abstrak, Kohesi, dan Koherensi Teksnya Pengantar: Kuesioner ini dimaksudkan untuk memberikan penilaian terhadap struktur abstrak disertasi yang ditulis oleh mahasiswa S3 dan hasil terjemahannya. Sesuai anjuran Owen D. Williamson (2007),teks abstrak yang baik seharusnya mencakup6 (enam) hal, yaitu: (1) Pendahuluan (motivation / introduction), adalah alasan pentingnya masalah diangkat untuk dilakukan penelitian; (2) Tujuan (aims / objective), yaitu masalah yang diangkat, yang biasanya dinyatakan dalam rumusan masalah, tujuan dan hipotesanya;(3)Metodologi (methods / approach), yaitu metodologi atau pendekatan yang digunakan dalam menganalisis data yang ada untuk memperoleh hasil temuan yang diharapkan;(4) Hasil(results), yaitu jawaban / hasil temuan atas rumusan masalah yang dikemukakan;(5) Simpulan(conclusion), yaitu kesimpulan dan implikasinya terhadap hasil temuan / jawaban dari rumusan masalah;(6) Koherensi teks (coherence), adalah keterkaitan dan keterikatan antara kalimat satu dengan kalimat lainnya yang mendukung satu pokok pikiran utama, dan paragrafyang satu dengan lainnya, yang biasanya ditandai dengan adanya kohesi leksikal (lexical cohesion) dan atau kohesi gramatikal (grammatical cohesion), serta kata penghubungyang tepat. Baker (1991) mengatakan ada 6 (enam) jenis padanan, yaitu padanan pada tataran kata (equivalence at word level), tataran diatas kata / idiom (equivalence above word level), tataran gramatikal (grammatical equivalence), tataran teks (textual equivalence related to thematic and information structures), tataran teks (textual equivalence related to cohesion), dan tataran pragmatik (pragmatic equivalence related to coherence). Namun demikian, dari keenam jenis padanan tersebut dapat disederhanakan hanya menjadi 3 (tiga)padanan saja, yaitu: padanan leksikal, gramatikal, dan tekstual (yang mencakup aspek kohesi dan koherensi). Sehubungan dengan hal tersebutdan keterbatasan waktu, peneliti memutuskan bahwa penilaian teks abstrak disertasi akan difokuskan pada 2 (dua) commit to user aspek saja, yaitu penilaian padanan pada tataran gramatikal (terkait dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 278
keberterimaan teks) dan tataran tekstual (yang mencakup aspek kohesi dan koherensi). Adapun penilaian pada tataran ini, banyaknya kalimat disesuaikan dengan panjang pendeknya paragraf yang ada pada setiap teks abstrak. Selanjutnya,untuk memberikan penilaian secara keseluruhan tentang baik dan tidaknya teks abstrakakan dirinci menjadi 3 (tiga) penilaian, yaitu: 1) Struktur abstrak mencakup lima hal: pendahuluan, tujuan, metodologi, hasil, dan simpulan ; (2) Kohesi teks meliputi kesesuaian dan ketepatan dalam mengaplikasikan kohesi leksikal dan atau gramatikal; dan 3) Koherensi teks, yaitu keutuhan suatu teks yang ditandai adanya kesesuaian dan ketepatan dalam menggunakan kohesi leksikal dan atau gramatikalnya yang menjelaskan kalimat inti.Adapun skala penilaian dimulai dari 3 – 2 – 1 dengan makna penilaian sebagai berikut: 1. Penilaian Struktur Abstrak: a) Nilai 3 (tiga) : Baik, jika teks abstrak sepenuhnya memiliki struktur abstrak sebagaimana yang disyaratkan oleh Owen D. Williamson di atas, yaitu: 1) pendahuluan, 2) tujuan, 3) metodologi, 4) hasil, dan 5) simpulan secara
jelas/eksplisit
disebutkan
pada
setiap
paragrafnya
secara
berurutan.Dengan demikian setiap teks abstrak yang baik seharusnya terdiri atas 5 (lima paragraf) yang setiap paragrafnya merepresentasikan satu struktur abstrak saja. b) Nilai 2 (dua) : Kurang Baik, jika teks abstrak telah memiliki kelima struktur
abstrak sebagaimana tersebut diatas namun tidak disebutkan
secara jelas (implisit). Dan atau setiap struktur abstraknya tidak ditulis secara terpisah per paragraf, melainkan digabung. Hal ini memungkinkan dalam satu teks abstrak yang seharusnya ditulis dalam lima paragraf, hanya ditulis menjadi empat, tiga, dua, atau bahkan satu paragraf saja. c) Nilai 1 (satu) : Tidak Baik, jika teks abstrak tidak memiliki salah satu atau
bahkan
lebih,dari
lima
struktur
abstrak
yang
seharusnya.
Selainstruktur abstrak tidak ditulis secara jelas/eksplisit, dan berurutan, setiap struktur abstraknya tidak ditulis secara terpisah melainkan digabung.
commit to user
per paragraf,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 279
2. Penilaian Kohesi Teks a) Nilai 3 (tiga) : Baik, jika teks abstrak yang telah memiliki 5 (lima) struktur abstrak tersebut, setiap paragrafnyaterdiri atas sejumlah kalimat yang sepenuhnya didukung oleh adanya kesesuaian dan ketepatan dalam menggunakan kohesi leksikal dan atau kohesi gramatikal (jika perlu) sebagai koneksitas antara kalimat satu dengan yang lainnya. b) Nilai 2 (dua) : Kurang Baik, jika dari lima paragraf yang seharusnya, terdapat salah satu paragraf yang kurang baikkarena ketiadaan (yang seharusnya ada) dan atau ketidaktepatan dalam mengaplikasikan kohesi leksikal dan atau kohesi gramatikalnya. c) Nilai 1 (satu) : Tidak Baik,jika teks abstrak hanya memiliki empat struktur abstrak atau bahkan kurang.Dan atau teks abstrak telah memiliki lima struktur abstrak / paragraf akan tetapi terdapat dua paragraf atau lebih yang kurang baik dikarenakan ketidaktepatan dan atau ketiadaan kohesi leksikal dan atau gramatikal yang seharusnya ada. 3. Penilaian Koherensi Teks a) Nilai 3 (tiga) : Baik, jika setiap paragraf dalam teks abstrak hanya mengandung 1 (satu) pikiran pokok (main idea) yang dinyatakan dalam kalimat utama. Sementara kalimat-kalimat lainnya bersifat menjelaskan / sebagai pendukung terhadap pikiran pokok tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. b) Nilai 2 (dua) : Kurang Baik, jika dalam teks abstrak terdapat salah satu paragraf (dari lima paragraf yang seharusnya) tidak memenuhi persyaratan sebagaimana disebutkan pada poin „a„ di atas. Dan atau setiap paragraf teks abstrak telah mengandung satu pikiran pokok yang dinyatakan dalam kalimat inti (utama), akan tetapi terdapat kalimat atau bahkan sejumlah kalimat penjelas yang tidak relevan dengan pikiran utamanya. c) Nilai 1 (satu) : Tidak Baik, jika dari lima paragraf yang seharusnya terdapat dua paragraf atau lebih yangtidak memenuhi persyaratan sebagaimana disebutkan pada poin „a„ di atas. Dan atau dalam setiap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 280
paragraf teks abstrak tidak terdapat pikiran pokok yang jelas. Atau bahkan dalam satu paragraf terdapat lebih dari satu pikiran pokok. Berdasarkan kriteria yang telah dijelaskan diatas, selanjutnya, Bapak / Ibu / Sdr dimohon untuk memberikan penilaian dengan cara melingkariatau menyilangangka 3 (tiga), 2 (dua), atau 1 (satu) yang sesuai sebagaimana kriteria yang telah ditentukan. Selain itu Bapak / Ibu / Sdr dimohon untuk memberikan penjelasan / alasan / catatan / koreksi (pembetulan)jika nilai yang Bapak / Ibu berikan 2 (dua) atau 1 (satu). Sehubungan dengan hal ini, setiap kuesioner disediakan tempat kosong untuk memberikan catatan, penjelasan atau alasan atas jawaban yang Bapak / Ibu / Sdr pilih. Tsu-K1: Indrakila, S Tsa-K1 EKSPRESI PROTEIN p53, pRb, EXPRESSION OF p53, pRb, BCL2, BCL2, DAN E2F PADA AND E2FPROTEIN INPROGRESIVE PTERYGIUM TIPE PROGRESIF AND NON PROGRESIVE TYPE OF DAN TIPE NON PROGRESIF OLEH PTERYGIUM BY HUMAN PAPILLOMA VIRUS TYPE 18 INFEKSI HPV TIPE 18 INFECTION Pterygium adalah pertumbuhan berbentuk segitiga yang terdiri dari A pterygium is a triangular-shape epitel konjungtiva bulbi dan hipertrofi growth consisting of bulbar conjunctiva jaringan subkonjungtiva, yang muncul epithelium and hypertrophied di sebelah nasal dan temporal fisura subconjunctival connective tissue, palpebra, dan tumbuh mendekati occurring medially and literally in the palpebral fissure and encroaching onto kornea. the cornea. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan peningkatan ekspresi Objective: The research was aimed to protein p53, pRb, BCL2 dan E2F pada describe and explain the expression of pterygium tipe progresif dan tipe non p53, pRb, BCL2 and E2F protein in progresif yang terinfeksi HPV tipe 18, progresive and non progresive type of pterygium by Human Papilloma virus Cara Penelitian: penelitian ini adalah type 18 infection. observational analitik dengan desain penelitian Cross Sectional. Sebanyak Methods: The research was analytic 24 pasien pterygium yang didapat observasional by crossectional study selama bulan Mei sampai Oktober design. 24 patients of pterygium since 2009 terdiri dari 12 pterygium May to October was classified into progresif dan 12pterygium non progresive and non progresive progresif. Pemeriksaan PCR digunakan pterygium. The examining of PCR was user untuk melihat adanya DNA viruscommit HPV to used to detect the virus of the HPV type
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 281
tipe 18 pada kedua kelompok pterygium. Kemudian pterygium yang positif terinfeksi HPV tipe 18 dilakukan pengecatan Imunohistokimia untuk melihat dan membandingkan ekspresi protein p53, pRb, BCL2, dan E2F pada kedua kelompok.
18 on both types of pterygium. The pterygium which positively infected by HPV type 18, was applied imunnohistochimestry staining to see and compare the expression of pRb, BCL2 and E2F protein on both types of pterygium.
Hasil: Sebanyak 21 dari 24 pterygium (87,5%) terinfeksi HPV tipe 18, hanya 19 sampel (10 sampel dari kelompok pterygium progresif dan 9 sampel dari kelompok pterygium non progresif) yang dilakukan pemeriksaan imunohistokimia. Padapemeriksaan imunohistokimia, terdapat beda rerata yang signifikan antara ekspresip53, pRb, BCL2, dan E2F pterygium progresif dan non progresif, yaitu pada p53 (rerata 0.018995 vs 0.0041178, p = 0,007), pRb (rerata 0.032243 vs 0.004964, p = 0,003), BCL2 (rerata 0.01545 vs 0.00339, p = 0,001), dan E2F (rerata 0.016746 vs 0.003577, p = 0,004).
Results: From our PCR examination, among 24 pterygium specimen, 21 (87,5%) were identified with HPV type 18 infection, of these, 19 samples (10 progresive and 9 non progressive pterygium) were further included in the study.
Kesimpulan: Pada penelitian ini dapat memberikan bukti bahwa ekspresi p53, pRb, BCL2, dan E2F pada pterygium progresif lebih tinggi disbanding pterygium nonprogresif. Sehingga progresifitas pterygium yang terinfeksi HPV tipe 18 ditentukan oleh tinggi rendahnya ekspresi p53, pRb, BCL2, dan E2F.
Conclusion: This study concludes that the expression of p53, pRb, BCL2, and E2F in a progressive pterygium was higher than non progressive pterygium. Then the progressivity of HPV type 18 infected pterygium is aggravated by increasing p53, pRb, BCL2, and E2F expression.
The were significant difference between progressive and non progressive pterygium among indicator to be studied, namely p53 (mean 0.018995 vs 0.0041178, p = 0,007), pRb (mean 0.032243 vs 0.004964, p = 0,003), BCL2 (mean 0.01545 vs 0.00339, p = 0,001), dan E2F (mean 0.016746 vs 0.003577, p = 0,004).
Keywords: Eye,Pterygium, Human Kata kunci:Mata, Pterygium, Human Papilloma Virus (HPV) tipe 18, p53, Papilloma Virus (HPV) tipe 18, p53, pRb, BCL2, E2F. pRb, BCL2, dan E2F
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 282
Tabel Penilaian: StrukturAbstrak, Kohesi, dan Koherensi Teks K-1 Aspek
Struktur
Kohesi
Koherensi
Tsu-K1
Tsa-K1
Nilai
Nilai
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
Total Rata-rata
*CATATAN: TsuK1: a) Struktur b) Kohesi
: ........................................................................................ : ........................................................................................
c) Koherensi : ........................................................................................
TsaK1: a) Struktur b) Kohesi
: ....................................................................................... : .......................................................................................
c) Koherensi : .......................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 283
TsuK-2:Nani Y TsaK-2 ‘Pengaruh Nilai Pribadi, Evaluasi ‘The influence of personal value, outcome, Sikap, Niat, dan Perceived outcome evaluation, attitude, Behavior Control terhadap Proses intension, and perceived behavioral Pengambilan Keputusan, Keputusan, control on decision-making dan Tindakan Memanfaatkan processes, decisions, and actions in utilizing public health center Pelayanan Puskesmas’ services’ Penelitian ini diawali dengan masalah rendahnya pemanfaatan pelayanan This study begins with the problem of Puskesmas di mana realisasi tidak low utilization of services in health sesuai dengan target yang telah centers where the target is not in ditentukan. Tujuan dari penelitian ini accordance with the realization. The adalah menganalisis pengaruh nilai purpose of this study was to analyze pribadi terhadap evaluasi outcome, the influence of personal value, sikap, keputusan memanfaatkan outcome evaluation, attitude, intention, pelayanan Puskesmas, pengaruh niat and perceived behavioral control on dan perceived behavioral control decision-making processes, decisions, terhadap proses pengambilan and actions in utilizing public health keputusan, keputusan, dan tindakan center services. memanfaatkan pelayanan Puskesmas. The design of this research was Rancangan penelitian ini adalah quantitive by using cross sectional penelitian kuantitatif dengan survey method. The research was was pendekatan cross sectional conducted in all areas of health centers menggunakan metode survey. in Kendari, the unit of analysis was Penelitian dilakukan pada seluruh patients or families of the patients who wilayah Puskesmas di kota Kendari. decided to utilize health center Unit analisis yaitu pasien atau keluarga services. The samples were pasien yang mengambil keputusan proportionally calculatedand should untuk memanfaatkan pelayanan comply with the requirement of the Puskesmas. Besar sampel dihitung model size which consisted of 410 secara proporsional dan memenuhi samples. ketentuan model size yaitu sebesar 410 sampel. Hasil penelitian menunjukkan, The results showed that personal values nilai pribadi berpengaruh signifikan had a significant effect on outcome terhadap evaluasi outcome dan evaluation and decision to public health keputusan memanfaatkan pelayanan center services. Personal values had no Puskesmas. Nilai pribadi mempunyai significant effect on attitudes. Outcome pengaruh tidak signifikan terhadap evaluation had a significant effect on sikap. Evaluasi outcome berpengaruh attitude to utilize public health center signifikan terhadap sikap memanfaatkan services. An intention had a significant pelayanan Puskesmas. Niat berpengaruh influence on the decision making process in utilizing public health center signifikan terhadap proses pengambilan commit toservices. user The decision-making process keputusan memanfaatkan pelayanan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 284
Puskesmas. Proses pengambilan keputusan berpengaruh signifikan terhadap keputusan memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Perceived behavior control berpengaruh signifikan terhadap proses pengambilan keputusan dan keputusan. Keputusan berpengaruh signifikan terhadap tindakan memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Dengan ditemukannya konsep ilmiah baru dalam lingkup perilaku konsumen di Puskesmas, maka dapat dipakai sebagai dasar meningkatkan kinerja Puskesmas melalui pemahaman nilai pribadi masyarakat dan petugas memberikan pelatihan pada masyarakat untuk meningkatkan keyakinan tentang kemampuan mengendalikan perilakunya dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan sebagai pilihan memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Hasil ini juga berguna untuk mengembangkan strategi Puskesmas dalam pengelolaan pelayanan kesehatan.
significantly influenced the decisions in utilizing public health center services. The perceived behavioral control significantly influenced the decision making process and the decision itself. The decision significantly influenced the action to utilize public health center services.
Due to the discovery of new scientific concepts within the scope of consumers‟ behavior in the clinic, it can be used as a basis for improving the performance of health centers by understanding of personal values of society and provide training to public officials to increase confidence about the ability to control his behavior in the use of public health center. The results are also useful for developing strategies in the management of public health centers as an opinion in utilizing health services.
Keywords: Personal value, outcome attitude, intention, Key words: nilai pribadi, evaluasi evaluation, perceived behavioral control, decisionoutcome, sikap, niat, perceived behavior making. control, pengambilan keputusan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 285
Tabel Penilaian: StrukturAbstrak, Kohesi, dan Koherensi Teks K-2 Tsu-K2
Tsa-K2
Nilai
Nilai
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
Aspek
Struktur
Kohesi
Koherensi
Total Rata-rata
*CATATAN: TsuK2: a) Struktur b) Kohesi
:........................................................................................ :........................................................................................
c) Koherensi :........................................................................................
TsaK2: a) Struktur b) Kohesi
: ....................................................................................... : .......................................................................................
c) Koherensi :........................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 286
TsuK-3:Eddy H Tanggo TsaK-3 PERAN RESPON IMUN TERHADAP THE ROLE OF IMMUNE HORMON MAMMOTROPIK PADA RESPONSE TO MAMMOTROPIC HORMONE ON NON CYCLIC MASTALGIA NON SIKLIK MASTALGIA (Penelitian Observasi and disain (Observational study and Longitudinal) Longitudinal design) Mastalgia atau nyeri payudara merupakan nyeri yang paling banyak Breast pain (mastalgia) is one of the dialami oleh seorang wanita selama most common breast symptom hidupnya (45-78%) dan sangat erat experienced by woman (45-78%) hubungannya dengan siklus menstruasi. during her lifetime, that strong related Sekitar 30-32 penderita mastalgia non to menstrual cycles. There were 35- 40 siklik yang datang berobat ke poliklinik mastalgia patients undergo medical onkologi satu atap Surabaya setiap treatment each month at clinical bulan. Pengobatan hormonal, oncology RSUD Dr Soetomo general nonhormonal masih belum mapan benar, Hospital Surabaya. Conventional karena masih dijumpai efek samping therapy with hormonal or nonyang tinggi, dan angka kekambuhan hormonal agent like herbal drug, and yang tinggi (30-60%). Mastalgia siklik non steroidal anti-inflammation drug (MS) merupakan nyeri payudara yang unsuccessful yet due to highly side ada hubungannya dengan siklus effects, and more relapsed (30-60%). menstruasi dan lebih respon terhadap Cyclic mastalgia (CM) is breast pain pengobatan hormonal, sebaliknya that has a clear relationship to the mastalgia non siklik (MNS) menstrual cycle and more influenced memberikan respon yang sedikit by hormonal appearance, contradictive terhadap pengobatan hormonal. MNS with non Cyclic mastalgia (NCM) lebih sering mengenai satu sisi which interference by a little hormonal payudara, bisa berlangsung antara 2-5 activity. Cyclic mastalgia is usually hari, dengan episode 2-3 kali selama involved bilateral breast and diffuse satu siklus menstruasi. Pada saat and the pain may be sharp and menstruasi berlangsung,terjadi shooting with radiation to the axilla or kerusakan luas dari selaput arm. NCM is more defined in one site endometrium, terlihat banyak sel of the breast and more localized with inflamasi (neutrofil, makrofag, NK cell) duration tends to be shorter 2-7 days, yang bertanggung jawab terhadap and the frequency may 2-3 times in a response inflamasi ini untuk period. NCM may be arise from CM mempertahankan continuity after menstrual period homeostasis.(fagositosis dan repair) Di finished and still exist or episode sisi lain sel-sel mediator inflamasi ini during post menstruation, it is mean memproduksi sitokin inflamasi yang there is a little hormonal effect. During dapat memodulasi nyeri. Ini menstrual period, endometrial wall menunjukkan bahwa MNS ini disruption, circulating effector cells merupakan bagian dari respons (neutrophils, macrophages activated, immunologi namun bagaimana commit toNK usercells) act to early phagocyte and mekanisme terjadi nyeri ini belum killing microbes and secretion of
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 287
terungkap jelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh sitokin inflamasi memodulasi nyeri payudara post menstruasi pada penderita mastalgia non siklik asosiasinya dengan hormon mamotropik. Sebanyak 27 penderita MNS diikutkan dalam penelitian ini, umur 18-35 thn, rerata 33,3 thn, dan terdiri atas 16 penderita nyeri dengan palpasi, dan 11 penderita nyeri tanpa palpasi dengan rancangan penelitian studi longitudinal. Pengambilan darah dilakukan 2 kali yaitu pada premenstruasi dan post menstruasi. Sebagai variabel independent adalah interleukin-1, interleukin-2, interleukin 6, dan interleukin 10. Variabel intermediate adalah hormon estrogen, progesteron, prolaktin. Sebagai variabel bebas adalah nyeri post menstruasi. Pemeriksaan sitokin dengan R&D System, dan Diaclone, sedang pemeriksaan hormon dengan metode Elyza/ Advia. Hasil penelitian : ada hubungan yang bermagna antara interleukin-1 dengan kejadian nyeri post menstruasi pada penderita mastalgia non siklik, p=0, 039 (p<0.05). Tidak ada hubungan bermagna pada Il-2, Il-6, Il-10, estrogen, progesteron dan prolaktin terhadap nyeri postmenstruasi pada penderita mastalgia non siklik.
cytokines that stimulate inflammation, lysis of infected cells, activation of macrophages, as an immune response to maintain homeostasis. It is mean that NCM is a part of immunologic reaction, even if the mechanism of action is still unclear. The aim of study: are there inflammatory cytokines could influence breast pain post menstruation on non cyclic mastalgia patients. Try to explore this mechanism, observation longitudinal study design was performed. 27 NCM patients eligible this study consist of 16 palpable with pain, 11 non palpable with pain, 18-45 years old, mean 33,3 y. Serum examination underwent twice on premenstrual and post menstrual situation. Cytokines analysis is performed by product R & D system and Diaclone, while hormones assay by Elyze/Advia method. The analytical study by Logistic Regression was suggestion which independent variables are interleukin-1, interleukin2, interleukin-6, and interleukin-10, and intermediate variables are estrogen, progesterone and prolactine. Dependent variable is breast pain. Result: There is strong correlation designated by interleukin-1 to modulate pain post menstruation on non cyclic mastalgia patients, significant value p=0, 039 (p<0,05). Kesimpulan: sitokin inflamasi yaitu Il-1 Not significant shown on interleukin-2, beta dapat memodulasi nyeri pada interleukin-6, interleukin-10, estrogen, penderita mastalgia non siklik dan tidak progesterone and prolactine. ada hubungannya dengan hormone Conclusion: Inflammation cytokine mamotropik. Untuk memperoleh hasil could influence breast pain on post yang maksimal dan optimal dan akurat menstrual non cyclic mastalgia. In diusulkan pengambilan darah lebih 2 order to achieve maximal interference kali , yaitu pada masa mid luteal, mid the other inflammation cytokines, polifrasi dan awal fase poliferasi. Juga suggestion to performed several times diusulkan pemeriksaan sitokin inflamasi to examine serum samples in a period lainnya, pemeriksaan biopsi jaringan of menstrual cycles. It is suggestion to user payudara untuk mengetahui commit adanya toexamine others inflammation
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 288
reseptor sitokin dan reseptor hormonal . Untuk pengelolaan mastalgia non siklik dapat dipertimbangkan inhibitor Il-1 beta sebagai salah satu modalitas terapi, namun perlu penelitian lebih banyak dan sample yang lebih besar.
cytokines, and to perform tissue biopsy on breast tissue to determine cytokines receptor and hormonal receptors. Treatment non cyclic mastalgia not interference with hormonal agent but more suggestion to cytokines inhibitor or another modalities need more study Kata kunci: mastalgia non siklik, further.Key Words: Non cyclic respon imun,sitokin inflamasi,hormon mastalgia, immune response, mamotropik. inflammation cytokines, mamotropic harmones.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 289
Tabel Penilaian: StrukturAbstrak, Kohesi, dan Koherensi Teks K-3 Tsu-K3
Tsa-K3
Nilai
Nilai
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
Aspek
Struktur
Kohesi
Koherensi
Total Rata-rata
*CATATAN: TsuK3: a) Struktur b) Kohesi
:........................................................................................ :........................................................................................
c) Koherensi :........................................................................................
TsaK3: a) Struktur b) Kohesi
: ....................................................................................... : .......................................................................................
c) Koherensi : .......................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 290
TsuK-4: Tjipto, Rini ‘Pengaruh Awareness Management Dan Komitment Kepemimpinan Terhadap Responsive Culture Serta Implikasinya Pada Kompetensi Tenaga Laboratorium Kesehatan Pemerintah dan Swasta‘
TsaK-4 ‘The Influence of Awareness Management and Leadership Commitment to the Responsive culture and its Implication on the Staff Competence of the Government and Private Health Laboratory’
Masalah empiris dalam penelitian ini The empirical problem of this adalah masih banyak tenaga analis di researarch is that many of the analysts beberapa laboratorium kesehatan working in some government and pemerintah maupun swasta yang private health institution only have mempunyai kemampuan bekerja hanya skill. Whereas, the meaning of sebatas skill saja, padahal pengertian competence should include knowledge, kompeten itu mencakup knowledge, skill and attitude. One of the low skill dan attitude. Salah satu penyebab competence causes of the analyst staff rendahnya kompetensi tenaga analisis is that responsive culture has not been adalah belum terbentuknya responsive established in each institution. The culture pada instansi masing-masing. theoretical problem to discuss is that Masalah teoritis yang diangkat adalah the mapping step has not been belum pernah dilakukan pemetaan conducted and the nature of responsive tahapan dan sifatresponsive culture culture and time oriented as its dengan 290 esponsiv yang berorientasi indicator, subject (people oriented), and waktu (time oriented), subjek (people object (activity oriented). This research oriented)dan objek (activity oriented). was conducted to make a confirmatory Penelitian disertasi ini untuk melakukan as an indicator maker of responsive konfirmatori 290 esponsiv pembentuk culture variable, to do the mapping step variabel responsive culture, and the characteristic of responsive memetakan tahapan dan sifat culturethat can be used to improve the responsive culture yang dapat leader‟s and analyst staff‟s competence digunakan untuk meningkatkan at the government and private health kompetensi pimpinan dan tenaga analis laboratory. The design employed was pada laboratorium kesehatan observational and cross sectional pemerintah dan swasta. Rancangan research intended to know the yang digunakan adalah penelitian organizational culture and causality observasional dan bersifat cross relation, that is to study and explain sectional untuk memotret about the causal relation among budayaorganisasi dan melihat hubungan variable through hypothesis test. The kausalitas yaitu mengkaji dan statistic of Structural Equation menjelaskan hubungan kausal antar Modeling (SEM) and software of variabel melalui pengujian hipotesis. Partial Least Square (PLS) were used to Statistik Structural Equation Modeling do the indicator confirmatory of (SEM)dengan software Partial Least responsive culture maker to find the Square (PLS) digunakan untuk best model of the effect line. Manova melakukan konfirmatori 290 esponsiv statistic was used to know the commit todifference user pembentuk responsive cultureuntuk between government health
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 291
menemukan model terbaik jalur pengaruh.Statistik MANOVA digunakan untuk mengetahui perbedaan laboratorium kesehatan pemerintah dengan swasta.
laboratory and private one. The result of this research showed that responsive culture was proved to beable to measure by using such indicators: (1) time oriented, (2) people oreiented, and (3) activity oriented. The map of step and the nature of responsive culture can be shown in one table that consists of 12 questions (interest, replying, responding, answering, appeals, active, inisiative, proactive, responsive, effort, suggestion and influences). The health laboratory belongs to the government is categorized to be irresponsive, while the private is quite responsive. 2 Besides accuracy, the carefulness, and the quality of examination result with high accuracy, clinic laboratory especially the analyst is also demanded to have a new knowledge in accordance with the change of era, for example by taking care of the other patient‟s needs related to some services of clinic laboratory. In other words, clinic laboratory is demanded to be more outward looking.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responsive culture terbukti dapat diukur melalui 291 esponsiv(1) time oriented, (2) people oreiented, dan (3) activity oriented. Peta tahapan dan sifat responsive culture dapat digambarkan dalam satu table yang terdiri dari 12 item pertanyaan (interest, replying, responding, answering, appeals, active, inisiative, proactive, responsive, effort, suggestion dan influences). Pada laboratorium kesehatan pemerintah berada pada katagori tidak 291 esponsive dan pada laboratorium kesehatan swasta berada pada katagori cukup responsive. 2 Selain ketepatan, ketelitian, dan kualitas hasil pemeriksaan dengan tingkat akurasi yang tinggi, laboratorium klinik khususnya tenaga analis juga dituntut memiliki pengetahuan baru yang sesuai dengan perubahan yang tengah berlangsung, misalkan memperhatikan kebutuhan lain dari pasien yang terkait dengan pelayanan laboratorium klinik. Sederhananya laboratorium klinik dituntut lebih outward looking. Keywords: responsive culture, competence, awareness management Kata kunci: responsive culture, andorganizational commitment kompetensi, awareness management dan organizational commitment
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 292
Tabel Penilaian: StrukturAbstrak, Kohesi, dan Koherensi Teks K-4 Tsu-K4
Tsa-K4
Nilai
Nilai
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
Aspek
Struktur
Kohesi
Koherensi
Total Rata-rata
*CATATAN: TsuK4: a) Struktur b) Kohesi
:........................................................................................ :........................................................................................
c)Koherensi :........................................................................................
TsaK4: a) Struktur b) Kohesi
:........................................................................................ : .......................................................................................
c) Koherensi : .......................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 293
TsuK-5:Respati, S EKSPRESI HUMAN LEUKOCYTE ANTIGEN-G, HEAT SHOCK PROTEIN-90, VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR-A DAN KOLAGEN TIPE IV PADA MOLAHIDATIDOSA (SUATU KAJIAN BIOLOGI MOLEKULER MOLAHIDATIDOSA)
TsaK-5 EXPRESSION OFHUMAN LEUKOCYTE ANTIGEN-G, HEAT SHOCK PROTEIN-90, VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR-A AND COLLAGEN TYPE IV IN HIDATIDIFORM MOLE
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ekspresi protein HLA-G, Hsp-90, VEGF-A dan Kolagen-IV di trofoblas dan serum pada molahidatidosa dan kehamilan normal. Disamping itu juga bertujuan menganalisis adakah hubungan kausatif adanya penurunan ekspresi HLA-G terhadap peningkatan ekspresi Hsp-90 dan Kolagen-IV serta penurunan ekspresi VEGF-A pada molahidatidosa.
Objective: The aim of this study is to analyze the expression of HLA-G, Hsp-90, VEGF-A and type-IV collagen in the trophoblast and serum of patients with hydatidiform mole, and normal pregnancy. We aimed to analyze the possibility of causative relationship between the decrease of in HLA-G expression, and the increase of Hsp-90 and type IV collagen expression, and the decrease of VEGF-A expression in hydatidiform mole.
(MOLECULAR BIOLOGICAL STUDY OF HIDATIDIFORM Molahidatidosa adalah penyakit MOLE) trofoblas gestasional (PTG) dan merupakan kehamilan abnormal yang Background: Hidatidiform mole is a trophoblastic desease secara histologik ditandai dengan gestational proliferasi sel trofoblas, villi korialis (GTD), an abnormal pregnancy yang avaskuler dan mengalami characterized by proliferation of degenerasi hidropik. Di Indonesia trophoblastic cells, avascular chorialis and underwent hydropic penyakittrofoblas gestasional masih villi, degeneration. Gestational trophoblastic merupakan masalah pelayanan reproduksi yang besar, karena deseases in Indonesia still pose as a prevalensi yang tinggi, faktor risiko great reproductive health problem, with yang banyak dan penyebaran yang its high prevalence, numerous risk factors, and smooth distribution. merata.
Rancangan Penelitian: Penelitian ini Design: This is an observational adalah penelitian Observasional analytic study with a cross sectional Analitik dengan rancangan Cross design. Subjects that fulfill our sample Sectonal. Subyek yang telah memenuhi criterion were subjected to HLA-G, 293 isbandi sampel dilakukan Hsp-90, VEGF-A and type-IV collagen pemeriksaan imunnohistokimia HLA- immunohystochemical examination , G, Hsp-90, VEGF-A dan Kolagen tipe- and ELISA study for the same proteins. Control for this study was taken from IV dan pemeriksaan Elisa Hsp-90, commit to user VEGF-A dan Kolagen tipe-IV dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 294
sebagai 294 isband dilakukan placenta of normal pregnancies. pemeriksaan serupa yang diambil dari Result: Our immunohystochemical plasenta kehamilan normal. examination found out that a lower Hasil: Pemeriksaan imunohistokimia HLA-G, higher Hsp-90, lower VEGFekspresi HLA-G pada trofoblas A and higher type-IV collagen molahidatidosa lebih rendah, Hsp-90 expression in samples from lebih tinggi, VEGF-A lebih rendah dan hydatifirorm mole, compared with Kolagen-IV lebih tinggi 294isbanding throphoblast in placenta normal pada trofoblas plasenta kehamilan pregnancies (p<0.05). Using ELISA normal (p<0,05). Pada pemeriksaan method, we found higher levels of Elisa kadar Hsp-90 dan Kolagen-IV Hsp-90 and type IV collagen in pada molahidatidosa lebih tinggi hydatidiform mole, compared with 294isbanding pada kehamilan normal normal pregnancy (p<0.05), while the (p<0,05), sedang kadar VEGF-A lebih decrease of VEGF-A was not rendah tidak terbukti (p>0,05). Sebagai established (p<0.05). The Hsp-90 was marker molahidatidosa Hsp-90 found to be a marker for hydatidiform mempunyai tingkat prediksinya mole with a predictive value is 70.0%. sebesar 70%. Conclusion: the low HLA-G in Kesimpulan: HLA-G yang rendah trophoblast is the pathogenesis of pada trofoblas merupakan pathogenesis hydatidiform mole. Hsp-90 can be used molahidatidosa. Hsp-90 dapat as a hydatidiform mole marker, with a digunakan sebagai marker prediction value is 70%. molahidatidosa dengan tingkat prediksi Keywords: Hydatidiform mole, HLA70%. G, Hsp-90, VEGF-A, Collagen type IV Kata Kunci: Molahidatidosa, HLA-G, Hsp-90, VEGF-A, Kolagen-IV.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 295
Tabel Penilaian: StrukturAbstrak, Kohesi, dan Koherensi Teks K-5 Tsu-K5
Tsa-K5
Nilai
Nilai
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
Aspek
Struktur
Kohesi
Koherensi
Total Rata-rata
*CATATAN: TsuK5: a) Struktur b) Kohesi
:........................................................................................ :........................................................................................
c) Koherensi :........................................................................................
TsaK5: a) Struktur b) Kohesi
:........................................................................................ : .......................................................................................
c) Koherensi : .......................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 296
TsuK-6: Komang A I ‘Perubahan Subseluler Sel Kondroid Nukleus Pulposus pada Degenerasi Diskus Intervertebralis‘
TsaK-6 Sub cellular Changes in Chondroid Cells of Nucleus Pulposus in Degenerative
Latar Belakang Masalah: Degenerasi diskus intervertebralis (DIV) selalu dianggap penyebab utama dari nyeri tulang belakang. Sekali dalam seumur hidupnya 80% orang pernah mengalaminya. Penanganan konservatif dan operatif belum memberikan hasil yang memuaskan. Proses degenerasi DIV merupakan perubahan struktur dan fungsi akibat perubahan sel kondroid di dalam diskus sebagai respon terhadap akselerasi beban progresif yang berlangsung terus menerus. Pada DIV degenerasi, sel kondroid yang berasal dari notokord hanya tersisa 1% dan banyak membentuk struktur klaster. Proses terjadinya perubahan subseluler dari sel kondroid ini belum jelas mekanismenya. Dengan memahami proses perubahan subseluler diskus degenerasi, diharapkan konsep penanganan nyeri tulang belakang akan lebih terarah sesuai dengan patologinya.
Intervertebral Disc‘
Tujuan Penelitian: Menjelaskan perubahan subseluler sel kondroid nukleus pulposus pada degenerasi diskus intervertebralis.
Background: Degenerated intervertebral disc (IVD) has always been considered as the major cause of low back pain. These were aberrant cell-mediated response to progressive structural failure, combined with accelerated or advanced signs of aging. Eighty percent of the population ever experiencing such back pain once in the life time. The pathogenesis itself is remained unclear; intriguing to find out the starting point where the disc structures started to decrease the ability to resist the load. While these notochord-origin chondroid IVD cells lesson into 1% of population and mostly were forming clusters. Understanding the sub cellular changes would guide the right management of degenerative disc desease. Objective: the aim of this study is to show the sub cellular changes of chondroid cells in the degenerative disc. Method: Fifty one discus specimens sampled from MED (Micro Endoscopic Discectomy) of Herniation Disc patients and two child discus specimens from scoliosis patients were looked into proportional of chondroid cell clustering. Immunohistochemistry evaluated for protein expressions of HSP70, CD68, Caspase-3, Collagen I and Collagen II. Data analyzed statistic with Paired t-test and WilcoxonSign Rank Test, and Pearson correlation test (p≤0.05).
Bahan dan Metoda: Lima puluh satu spesimen diskus dari bahan operasi penderita HNP dengan Micro Endoscopy discectomy (MED) dan dua specimen diskus anak dengan scoliosis, dilakukan pemeriksaan Histopatologi untuk menilai jumlah struktur klaster sel kondroid dan Immunohistokimia untuk ekspresi HSP70, CD68, Casepase-3, Kolagen I dan Kolagen II. to user commit Results: Chondroid cell clustering was Analisis statistik menggunakan Uji t
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 297
berpasangan dan Wilcoxon Sign Rank signifaicantly higher than the single Test untuk uji beda dan Uji Pearson cells in degenerative disc. There was strong correlation of HSP70, CD68, untuk analisis korelasi (p≤0,05). Casepase3, and Collagen II in Hasil Penelitian: Sel kondroid NP chondroid cell cluster, but not for berstruktur klaster mengekspresikan collagen I. There was strong correlation HSP70, CD68, Casepase3, dan of CD68 and Caspase-3 in cell cluster Kolagen II secara bermakna (p≤0,05), (p≤0,05, r=0,734). sedangkan Kolagen I tidak. Terdapat hubungan yang kuat antara ekspresi CD68 dengan Casepase-3 pada sel berstruktur klaster (p≤0,05, r=0,734). Kesimpulan: Pada penderita degenerasi DIV terjadi perubahan subseluler pada sel kondroid klaster yang menunjukkan adanya kemampuan beradaptasi dan beregenerasi. Kemampuan ini ditunjukkan oleh ekspresi HSP70, CD68, dan Kolagen II. Sedangkan ekspresi Caspase-3 dan Kolagen I menunjukkan sel kondroid menuju proses degenerasi. Adanya hubungan ekspresi Caspase-3 dan CD68 menunjukkan keseimbangan adaptasi dan apoptosis.
Conclusion: The subcellular changes in IVD cell clustering showed adaptation and regeneration process by the expression of HSP70, CD68, and persist Collagen II. The Caspase-3 and Collagen I expressions showed degeneration process. The strong correlation of CD68 and Caspase-3 expressed equilibrium of adapting and apoptotic process.
Kata kunci: diskus intervertebral, sel kondroid, CD68, Caspase3, proses Key words: Intervertebralis Disc, Cd68, Caspase3, Adaptation. adaptasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 298
Tabel Penilaian: StrukturAbstrak, Kohesi, dan Koherensi Teks K-6 Tsu-K6
Tsa-K6
Nilai
Nilai
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
Aspek
Struktur
Kohesi
Koherensi
Total Rata-rata
*CATATAN: TsuK6: a) Struktur b) Kohesi
:........................................................................................ :........................................................................................
c) Koherensi :........................................................................................
TsaK6: a) Struktur b) Kohesi
: ....................................................................................... : .......................................................................................
c) Koherensi :........................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 299
TsuK-7: Ma’rufi, Isa ‘Mekanisme Pneumonitis Hipersensitif (HP) akibat Pajanan Debu Penggilingan Padi Pada Mencit (Mus Musculus) BALB/C‘ Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis mekanisme respon imun (kekebalan) dari Pneumonitis Hipersensitif (HP) sebagai akibat dari pajanan debu yang berasal dari penggilingan padi pada mencit (Mus Musculus) BALB/C. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorium dengan menggunakan mencit (Mus Musculus) sebagai binatang eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah „the post only control group design‟ dengan menggunakan mencit (Mus Musculus) Balb/c sebagai binatang eksperimen. Mencit (Mus Musculus) Balb/c ini diberi pajanan debu yang berasal dari penggilingan padi selama 4 (empat) jam per hari, dan pemberian pajanan ini dilakukan dengan konsentrasi penuh selama 30 (tigapuluh) hari secara berturut-turut: 0.50 mg/m3, 0.75 mg/m3, 1.00 mg/m3. Adapun variabel penelitian terdiri atas variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Variabel bebas (independent variable) berupa debu yang berasal dari penggilingan padi, variabel terikat (dependent variable) berupa Pneumonitis Hipersensitif (HP), IgE, IL-4, CD8, IFN-γ, sel-sel pencetus terjadinya peradangan (inflammatory cells), dan gambaran histopatologi paruparu mencit, sedangkan variabel kontrolnya adalah ketegangan / respon, bobot, dan usia mencit (Mus Musculus) Balb/c.
TsaK-7 ‘Mechanism of hypersensitivity Pneumonitis (HP) as a result from the exposure of dust from paddy milling on mice (Mus musculus) BALB/C’ The purpose of this research was to analyze the immune response mechanism of Hypersensitivity Pneumonitis (HP) as a result from the exposure of dust from paddy milling on mice (Musmusculus) BALB/C. The research done was a laboratory experimental research with mice (MusMusculus) as experimental animal. The research design used was the post only control group design using mice (MusMusculus) Balb/c as experimental animal. Mice (Musmusculus) Balb/c were exposed to dust from paddy milling for four (4) hours/day and it was done for thirty (30) days with the exposed concentrations respectively were 0.50 mg/m3, 0.75mg/m3, 1.00 mg/m3. The research variables were free variable, dependent variable, and control variable. Independent variable was dust from paddy milling, dependent variables were Hypersensitivity Pneumonitis (HP), IgE, IL-4, CD8, IFN-γ, inflammatory cells, and histopathological picture of mice lung, while control variables were strain, body weight and age of mice (MusMusculus) Balb/c.
The research result showed that there was an increase of IgE, yet statistically there was no significant difference; there was an increase on IL-4, CD-8, IFN-γ, inflammatory cells, and lung histopathology and statistically there Hasil penelitian menunjukkan commit towas usera significant difference between bahwa terjadi peningkatan IgE, namun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 300
secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan; terjadi peningkatan pada IL-4, CD-8, IFN-γ, sel-sel pencetus terjadinya peradangan (inflammatory cells), dan histopatologi paru-paru (lung hispatology), dan secara statistik ada perbedaan signifikan antara hasil kajian dan kontrol pada mencit BALB/C. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terjadinya mekanisme respon imun dari Pneumonitis Hipersensitif (HP) sebagai akibat dari adanya debu yang berasal dari penggilingan padi pada mencit (Mus Musculus) BALB/C: dapat disimpulkan bahwa debu yang berasal dari penggilingan padi yang dihirup berulang-ulang melalui rongga paru-paru (alveoli) kemudian diserap oleh alveolar macrophages yang kemudian menyebabkan terjadinya peningkatan IL-4, dan CD-8. Setelah itu, IL-4 menyebabkan meningkatnya Ig E yang kemudian mengikat mast cells. Sementara itu CD-8 yang ditopang adanya IFN-γ yang kemudian menggerakkan alveolar macrophages dan mengikatsejumlah neutrophyl dan mast cells yang kemudian menyebabkan terjadinya peradangan. Peradangan yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan lain dan hal ini dapat mengakibatkan terjadinya Pneumonitis Hipersensitif (HP).
the study and control on mice BALB/C. The conclusion of the research was that the immune response mechanism of Hypersensitivity Pneumonitis (HP) as a result from the exposure of dust from paddy milling on mice (Mus musculus) BALB/C. It could be concluded that dust from paddy milling inhaled repeatedly passed into the alveoli and then it was caught by alveolar macrophages which then generated the increase of IL-4 and CD8. After that, IL-4 generated the increase of IgE which afterward attracted mast cells while CD8 expressed IFN-γ which then activated alveolar macrophages and attracted a number of neutrophil and mast cell which subsequently induced inflammation. The inflammation occurred would develop into other tissue damage and led to Hypersensitivity Pneumonitis (HP). It was suggested that: it be better to repeat with longer exposure time so that the damage in lung be seen more clearly sepecially the occurrence of granuloma in lung. Keywords: Hypersensitivity Pneumonitis (HP), dust from paddy milling
Disarankan bahwa: ada baiknya untuk mengulangi pemberian / perlakuan lebih lama lagi sehingga kerusakan paru-paru dapat diamati lebih jelas terutama pada saat terjadinya granuloma dalam paru-paru. Kata Kunci: Pneumonitis Hipersensitif (HP), debu dari penggilingan padicommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 301
Tabel Penilaian: StrukturAbstrak, Kohesi, dan Koherensi Teks K-7 Tsu-K7
Tsa-K7
Nilai
Nilai
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
Aspek
Struktur
Kohesi
Koherensi
Total Rata-rata
*CATATAN: TsuK7: a) Struktur b) Kohesi
:........................................................................................ :........................................................................................
c) Koherensi :........................................................................................
TsaK7: a) Struktur b) Kohesi
: ....................................................................................... : .......................................................................................
c) Koherensi : .......................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 302
TsuT-1: Murni R TsaT-1 FUNGSI DALAM ARSITEKTUR DAN FUNCTION IN ARCHITECTURE TANTANGAN ABAD XXI AND 21TH CENTURY Kasus: Jean Nouvel dan YB. CHALLENGES Mangunwijaya Works of Jean Nouvel Saat ini pembahasan fungsi hanya andYB.Mangunwijaya memegang peranan kecil dalam arsitektur, Recently, function as a subject have padahal tanpa fungsi sebuah bangunan only received a small part in bagaikan kehilangan fondasinya. Fungsi architectural discussion. Meanwhile merupakan elemen yang tidak bisa without function, a building seems have dihilangkan dalam arsitektur. Pada abad no foundation. Function is ineliminable XXI ini arsitektur sudah dihadapkan pada element within the architectural. At tantangan yang harus ditanggapi yaitu: 21th century, architecture face the masalah humanity, nature, dan technology challenges that must be answered: dalam konteks sustainable architecture. problems of humanity, nature and Untuk menanggapinya dilakukan penelitian technology in sustainable architecture. mengenai fungsi pada arsitektur yang The research objective is examining mampu menghadapi tantangan yang harus carefully how function used when face dihadapi. the challenges. Penelitian ini ada dalam ranah teoritis, This is a theoretical and qualitative dan merupakan penelitian kualitatif, dengan research, which the object of study are obyek studi berupa pustaka dan data tertulis literature, criticism and other written yang sudah dipublikasikan. Metoda yang data. The most suitable method used to paling sesuai untuk mendiskripsi fungsi dan describe the function and to make the membuat proposisinya adalah logical proposition about function, are logical argumentation dan metode kritik. Hasil argumentation and critical method. The yang didapat, berupa proposisi tentang result is the proposition about function, fungsi yang ternyata menunjuk kepada with humanism context according to the konteks humanisme yang sesuai tantangan 21th century‟s challenges. abad XXI, dengan fungsi pelestarian alam, The result then tested to Jean fungsi teknologi, dan fungsi humanity Nouvel and YB.Mangunwijaya beserta masing-masing pokok pikiran fungsi architectural thinking. Jean Nouvel and di masing-masing isyu tantangannya. YB.Mangunwijaya have ability to face Fungsi hasil diujikan kepada pemikiran the challenges but not all. It is hoped Jean Nouvel dan YB. Mangunwijaya. that the result will enrich architectural Masing-masing, Jean Nouvel maupun YB. knowledge and giving an alternative Mangunwijaya menunjukkan kemampuan di references in architecture. beberapa pokok pikiran fungsi yang ada namun tidak semuanya. Hasil akhir Keyword: architecture, function, 21th penelitian diharap mampu menambah century challenges, Jean Nouvel, wawasan dan alternatif acuan teori dalam YB.Mangunwijaya arsitektur. Kata kunci: arsitektur, fungsi, tantangan abad XXI, Jean Nouvel, YB.Mangunwijaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 303
Tabel Penilaian: StrukturAbstrak, Kohesi, dan Koherensi Teks T-1 Tsu-T1
Tsa-T1
Nilai
Nilai
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
Aspek
Struktur
Kohesi
Koherensi
Total Rata-rata
*CATATAN: TsuT1: a) Struktur b) Kohesi
:........................................................................................ :........................................................................................
c) Koherensi :........................................................................................
TsaT1: a) Struktur b) Kohesi
:........................................................................................ :........................................................................................
c) Koherensi : .......................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 304
TsuT-2: A. Tutut S TsaT-2 LANSEKAP KORIDOR JALAN DI STREET CORRIDOR LANDSCAPE PERKOTAAN SEBAGAI (SCL) IN URBAN AREAS AS AN PEMBENTUK NILAI ENVIRONMENTAL VALUELINGKUNGAN: Kasus Kota SHAPING AGENT: Case Malang Malang City Dalam perkembangan dan The development and constructions in pembangunan perkotaan, menguatnya such an urban area, the increase in kepentingan ekonomi sering economic interests has frequently mengganggu eksistensi lansekap disturbed the existence of SCL, which koridor jalan (LKJ). Kondisi ini telah has caused negative impacts on the menimbulkan dampak negative bagi city‟s environment. An understanding lingkungan perkotaan. Untuk itu of the benefits of the SCL function as diperlukan pemahaman terhadap an environmental value-shaping agent manfaat dari fungsi LKJ sebagai is, therefore, urgently required, so that pembentuk nilai lingkungan, sehingga the efforts to create sustainability of the dapat tercipta lansekap kota dan system city‟s landscape and system will kota yang berkelanjutan. produce a good result. Penelitian ini bertujuan untuk The current research is aimed at menemukan konsepsi model finding a model concept of planning, perencanaan, perancangan dan designing, and developing SCL in urban pengembangan LKJ di perkotaan areas based on a cognitive assessment berdasarkan penilaian kognitif para of the stakeholders through analyses of pemangku kepentingan melalui analisis existence, performance, perception, eksistensi, performansi, persepsi, preferences, aesthetic- ecologycalpreferensi, keragaan estetis- social and economic, participation, and arsitektural; ekologis-biofisik; sosial; appreciation of the benefits of its main dan ekonomi, partisipasi, dan apresiasi function. The research was carried out tentang manfaat dari fungsi utamanya. in the city of Malang, which is Penelitian dilakukan di Kota Malang represented by 12 SCLs. The method yang ketersediaannya direpresentasikan applied in the research was a pada 12 LKJ. Metode penelitian yang combination of qualitative and digunakan merupakan gabungan quantitative methods. The data analysis metode kualitatif dan kuantitatif.Alat carried out includes scenic beauty analisis yang digunakan adalah scenic estimation, semantic differensial beauty estimation, semantic analysis, correlation, principal differensial, correlation, principal component analysis, cluster analysis, component analysis, cluster analysis contingent valuation methods. dan contingent evaluation methods. The result shows that the existing Hasilnya:eksistensi LKJ bernilai SCLs are very valuable. Their cukup tinggi. Performansinya beragam performance varies, and some of them dan ada yang belum optimal, persepsi are not in their optimum performance. dan preferensi publik tertinggi adalah People have their highest perception LKJ berjalur pedestrian dan bermedian and preference on the SCL facilitated hijau. Kualitas estetis-arsitektural yang with sidewalks or padestrians‟ pathways user tinggi secara substansial diikuticommit oleh to and green medians. The high aesthetic-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 305
kualitas ekologis-biofisik yang tinggi pula, demikian sebaliknya. Secara ekologis-biofisik, kualitas LKJ masih sesuai dengan baku mutu. Potensi partisipasi publik tercermin dari nilai surplus konsumen LKJ relatif besar, dan dipengaruhi oleh taraf pendidikan dan pendapatan. Nilai lingkungan LKJ terkelompok menjadi dua, yakni gabungan estetis-arsitektural, ekologisbiofisik dan sosial, dan kelompok fungsi ekonomi, dimana fungsi ekonomi lebih rendah nilainya. Apresiasi publik terhadap nilai lingkungan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan latar belakang yang bertaut dengan bidang arsitektur dan lingkungan. Dari hasil ini diformulasikan konsepsi model secara terpadu yang mengakomodasi keempat fungsi LKJ dan aspirasi publik.
architectural quality should be substantially followed by a high ecological-biophysical quality, and vice versa. Ecologically- biophysically, the quality of the SCLs within the city being researched still meets the required standard quality. The potentials of public participation are reflected in the relatively high surplus-value of SCL consumers, and by and large influenced by levels of education and income. The environmental values shaped by SCL are clustered into two categories, i.e., the category of combined aestheticarchitectural and ecological-biophysal values, and the category of economic functions, in which such functions are valued as lower than the former category. People‟s appreciation on the environmental values is influenced by levels of education and architectureand-environment related backgrounds. Kata kunci : konfigurasi, kualitas Based on the result of this research, a estetis-ekologis, lansekap koridor jalan, concept of integrated model has been nilai lingkungan, publik warga kota. formulated that will accommodate the four functions of SLC and public aspirations. Key words: aesthetic-ecological quality, configurations, environmental values, urban citizens, street corridor landscape.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 306
Tabel Penilaian: StrukturAbstrak, Kohesi, dan Koherensi Teks T-2 Tsu-T2
Tsa-T2
Nilai
Nilai
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
Aspek
Struktur
Kohesi
Koherensi
Total Rata-rata
*CATATAN: TsuT2: a) Struktur b) Kohesi
:........................................................................................ :........................................................................................
c) Koherensi :........................................................................................
TsaT2: a) Struktur b) Kohesi
: ....................................................................................... : .......................................................................................
c) Koherensi : .......................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 307
TsuT-3: Ibnu S-‘Pembentukan… TsaT-3 Pembentukan ruang permukiman There are a lot of factors contributing to pada dasarnya ditentukan oleh banyak the formation of space in settlement, faktor, diantaranya adalah budaya. among which is culture. One of the Salah satu aspek budaya penting adalah important cultural aspects is ritual, terkait dengan ritual, khususnya rites of especially rites of passage or life cycle passage atau daur hidup dan and religion. This ritual always occurs keagamaan. Ritual ini merupakan repeatedly for generation. As each inisiasi dasar manusia sehingga selalu ritual are conducted in a particular dilaksanakan secara berulang dan turun place and space in a settlement, the temurun. Mengingat setiap ritual formation of space based on ritual can dilaksanakan masyarakat dalam tempat apparently be seen. dan ruang tertentu di permukiman, Sasak people, especially those maka akan dapat dilihat pembentukan living in Puyung village, are very ruang permukiman berbasis budaya religious and the generally adhere to ritual. their customs. In spite of this, the Masyarakat Sasak khususnya di culture, including the ritual undergo Desa Puyung dikenal sebagai changing. The obvious impacts of the masyarakat religius yang cukup erat changing are the alteration of space in memegang adat. Meskipun demikian the settlement, and the sustainability of budaya termasuk ritual di dalamnya their identity. On the basis of this a akan selalu mengalami perubahan, research on The Formation Space in sehingga perubahan budaya akan dapat The Settlement based on Ritual Culture memengaruhi pembentukan ruang is worth conducting. Identifying the pemukiman dan keberlanjutan identitas alteration and the sustainability of ritual atau cirri pemukiman masyarakat in the formation of space, it is Sasak. Untuk itulah diperlukan suggested that we be able to maintain pengkajian pembentukan ruang the existence of the formation space in pemukiman berbasis budaya ritual Sasak settlement. terkait daur hidup dan keagamaan. Ethnography is applied as the main Dengan diketahui perubahan dan method in the present research, and kebertahanan ritual dalam pembentukan phenomenology is used for interpreting ruang pemukiman selanjutnya dapat the meaning, meanwhile place-centered disarankan upaya menjaga technique is utilized to describe the keberlanjutan pembentukan ruang ritual-based formation of space in permukiman Sasak. settlement by which the specific places Mengingat kajian ini berbasis pada for conducting the ritual are identified. budaya ritual, maka digunakan metode In addition, to uncover what the etnografi sebagai metode dasar, dan inhabitants generally do during the selanjutnya untuk memahami ritual, person-centered technique is maknanya digunakan metode employed. Next, discourse analysis is fenomenologi. Selanjutnya untuk utilized for identifying the alterations menggambarkan pembentukan ruang and the various of the ritual. dari fenomena budaya ini akan On the basis of the result of this digunakan pemetaan melalui place research, it is expected that the commit tostrategies user centred dengan mengidentifikasi tempat of maintaining the formation
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 308
dan lintasan ritual dalam ruang pemukiman dan person centred untuk mengidentifikasi pergerakan pelaku ritual. Selanjutnya untuk melihat dan mengidentifikasi perubahan dan varian pelaksanaan ritual digunakan analisis wacana. Melalui studi ini diharapkan dapat diformulasikan keberlanjutan pembentukan ruang pemukiman berbasis budaya ritual masyarakat Sasak di Desa Puyung. Selanjutnya melalui upaya memertahankan budaya ritual ini akan tetap dikenali ruang permukiman Sasak. Kata kunci: budaya ritual, ruang pemukiman, dan Sasak.
of space of the Settlement Based on Ritual Culture in Sasak people especially in Puyung village can be mounted. By maintaining the culture, the space of Sasak settlement can be identified. Key words: ritual, space-settlement, and Sasak.
Tabel Penilaian: StrukturAbstrak, Kohesi, dan Koherensi Teks T-3 Aspek
Struktur
Kohesi
Koherensi
Tsu-T3
Tsa-T3
Nilai
Nilai
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
Total Rata-rata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 309
*CATATAN: TsuT3: a) Struktur b) Kohesi
:........................................................................................ :........................................................................................
c) Koherensi :........................................................................................
TsaT3: a) Struktur b) Kohesi
: ....................................................................................... : .......................................................................................
c) Koherensi :........................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 310
TsuT-4: Sherly A-‘Dinamika…. TsaT-4 Ruang publik merupakan salah Public space such as public park, satu elemen penting ruang kota dan football field and others, is an menjadi kebutuhan bagi penduduk importantelement of urban space for the perkotaan. Ruang publik dapat berupa need of urban dwellers. However, along taman, lapangan olahraga, dan lain- with the rapid change in urban lain. Seiring makin pesatnya development and economic interests, perkembangan kota dan menguatnya the existence of public space is in kepentingan ekonomi, eksistensi ruang trouble, it decreases both in term of publik di lingkungan pemukiman amount and quality in the urban area. terganggu karena luasan yang makin The aim of the study is to berkurang. understand the dynamic of exclusive Tujuan penelitian ini untuk memahami and inclusive public space which dinamika ruang publik eksklusif dan emerges in new settlement of middle inklusif serta memelajari faktor internal lower income community. The study is dan eksternal yang berperan pada conducted to investigate the role of dinamika ruang publik di kawasan internal and external factors played in pemukiman masyarakat menengah ke the dynamic of public space. Exclusive bawah. Ruang eksklusif adalah ruang space is space that is used only by yang digunakan oleh kelompok specific group in certain settlement. On tertentu, bersifat tertutup dan terbatas the other hand, the inclusive space is an serta terletak di bagian dalam open space that can be accessed by all, pemukiman. Sedang ruang inklusif located around a settlement or as border adalah ruang yang dapat diakses oleh to other settlement. siapa pun, bersifat terbuka dan terletak The research method used was di sekitar kawasan atau berbatasan combination of qualitative and dengan kawasan lain di pemukiman. quantitative method applied for Metoda penelitian yang digunakan sociological approach for social space. adalah kombinasi antara kualitatif dan Primary data was compiled from field kuantitatif dengan pendekatan sosiologi study and observation to the behavior of tentang ruang sosial. Data primer the user when using the open space. diperoleh dari pengamatan terhadap Three types of analysis were used in perilaku pengguna ruang publik di order to understand and to explain the lokasi penelitian. Analisa yang formation process of exclusive and digunakan adalah analisa domain, inclusive public space. Those are komponensial, dan analisa proses (tipo- domain analysis, componential analysis, morfologi) untuk menemukan dan and process analysis (typomenjelaskan proses pembentukan ruang morphology). publik eksklusif dan inklusif. The finding reveals that the Penelitian menemukan bahwa characteristics of exclusive and karakteristik ruang eksklusif dan ruang inclusive public space of the middle inklusif pada ruang publik di lower housing community are pemukiman masyarakat menengah ke influenced by space dimension its form, bawah dipengaruhi oleh besaran dan and space boundary, as well as space bentuk ruang, batas ruang, dan zonasi zones. Included in the factors affecting ruang. Faktor budaya, kebiasaancommit dan to areuser the dwellers culture, custom, and
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 311
pengalaman seseorang juga turut mempengaruhi karakteristik ruang eksklusif dan inklusif. Sedang faktorfaktor yang mempengaruhi proses pembentukan ruang eksklusif dan inklusif adalah wadah dan isi ruang akibat adanya proses bordering, clustering dan exclusion-inclusion. Kedinamikaan ruang publik eksklusif dan inklusif dipengaruhi oleh jenis kegiatan, kelompok pengguna, dan waktu yang membentuk pola tumpang tindih. Di samping itu faktor perilaku keruangan, kepadatan ruang dan intensitas pemanfaatan ruang juga mempengaruhi kedinamikaan ruang. Dengan demikian, ruang publik bukan sesuatu yang bersifat fisik, spasial, arsitektural saja, namun mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi, hukum dan sejenisnya. Kata kunci: Ruang Publik, EksklusifInklusif dan Permukiman Masyarakat Menengah Ke bawah.
experience. The development of the exclusive and inclusive public space is affected by place and space content factors created by bordering, clustering, and exclusion-inclusion process. The dynamics of exclusive and inclusive public space mostly caused by the space user‟s activities and time that created overlapping pattern. In addition the factors of spatial behavior, space density, the intensity of space use also affect the dynamic of space. Therefore, public space is not only related to the characters of physical spatial architecture but also embraces the social, culture, economy, law, and other aspects of life. Keywords: public open space, exclusive-inclusive, and a middle lower class settlement.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 312
Tabel Penilaian: StrukturAbstrak, Kohesi, dan Koherensi Teks T-4 Tsu-T4
Tsa-T4
Nilai
Nilai
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
Aspek
Struktur
Kohesi
Koherensi
Total Rata-rata
*CATATAN: TsuT4: a) Struktur b) Kohesi
:........................................................................................ :........................................................................................
c) Koherensi :........................................................................................
TsaT4: a) Struktur b) Kohes
: ....................................................................................... : .......................................................................................
c) Koherensi : .......................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 313
TsuT-5: Mahendra W TsaT-5 TERBENTUKNYA RUANG BERSAMA THE DEVELOPMENT OF ELDERLY OLEH LANSIA BERDASARKAN COMMON SPACE BASE ON INTERAKSI SOSIAL DAN POLA SOCIAL INTERACTION AND ITS PENGGUNAANNYA USAGE PATTERN Penelitian ruang bersama lansia sangat Research on elderly common space berguna untuk mendukung peningkatan is useful to support higher quality of kualitas kehidupannya. Hal ini juga their life. This support is important merupakan agenda penting di tingkat agenda in national and global. One big nasional dan global. Salah satu bahasan discussion in older people research is dalam agenda penelitian berkaitan dengan the connection physical environment lansia ini adalah tentang hubungan with need of socialization. These lingkungan fisik dengan kebutuhan researches also deeply analyse those bersosialisasi lansia. Penelitian ini akan problem with specific discussion of mendalami masalah tersebut dengan common space theory and interaction spesifikasi bahasan pada teori ruang between elderly in its space. bersama dan interaksi antar lansia yang The use of common space for terjadi di dalamnya. elderly in their elderly house became Penggunaan ruang bersama oleh important aspect in this research. The lansia di panti werdha menjadi perhatian elderly usages of common space will dalam penelitian yang akan dilaksanakan show from the usage pattern of their ini. Penggunaan ruang bersama oleh lansia space. Research will analyze from tercermin melalui pola dan perulangan quantitative and sociogram connected yang diperlihatkan lansia dalam with the usage pattern of their common menggunakan ruang bersamanya. Analisa space. dilaksanakan dari sisi kuantitatif dan Research methodology that held analisa diagram sosiogram berkaitan here is Combined Strategies (Mixeddengan penggunaan ruang bersama oleh Methodology) with research tactics are lansia. focus on data collection and analysis. Metodologi penelitian yang Important point in this research analyse dilaksanakan dalam penelitian ini adalah are co-presence, movement, and Combined Strategies (Mixed- common space usage pattern. The Methodology) dengan taktik penelitian result contribution and research yang dilakukan adalah berfokus pada originality are finding the process to koleksi data dan analisa. Titik penting develop elderly common space, dalam analisa penelitian adalah berkaitan common space characteristics, factors dengan kehadiran bersama, interaksi, that creates common space and pergerakan antar ruang, dan pola Environmental Social Value (NSL). penggunaan ruang bersamanya. Temuan Key words: Usage Pattern, Interaction, yang berupa kontribusi dan orisinalitas Common Space penelitian ini adalah pada penemuan proses terbentuknya ruang bersama, sifatsifat dan faktor-faktor pembentuknya serta Nilai Sosialisasi pada Lingkungan (NSL). Kata kunci: Pola penggunaan, Interaksi, commit to user Ruang bersama.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 314
Tabel Penilaian: StrukturAbstrak, Kohesi, dan Koherensi Teks T-5 Tsu-T5
Tsa-T5
Nilai
Nilai
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
Aspek
Struktur
Kohesi
Koherensi
Total Rata-rata
*CATATAN: TsuT5: a) Struktur b) Kohesi
:........................................................................................ :........................................................................................
c) Koherensi :........................................................................................
TsaT5: a) Struktur b) Kohesi
: ....................................................................................... : .......................................................................................
c) Koherensi :........................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 315
TsuT-6: Entin H TsaT-6 MODEL DISAGREGASI DATA TEMPORAL RAINFALL HUJAN TEMPORAL DENGAN DISAGREGATION MODEL USING PENDEKATAN BAYESIAN BAYESIAN APPROACH AS FLOOD SEBAGAI INPUT MODELLING PEMODELAN BANJIR Rainfall-runoff modeling in order Pemodelan hujan-aliran dalam to estimate the flood design requires rangka mengestimasi debit banjir high resolution rainfall (hourly) data. In rencana membutuhkan data hujan general, in Indonesia, there are lack of resolusi tinggi (jam-jaman). Pada automatic rain gauges providing high umumnya, di Indonesia yang tersedia resolution rainfall, and a number of adalah alat pengukur hujan harian, daily rain gauges, on the other hand, is sedangkan alat pengukur hujan available. This is an obstacle for otomatis (yang menyediakan data hujan rainfall-runoff modeling. This research secara jam-jaman) jumlahnya terbatas. is aimed to create a model of Penelitian ini bertujuan untuk membuat disaggregated daily rainfall data into model disagregasi data hujan harian hourly rainfall data in order to provide menjadi jam-jaman guna menyediakan input for flood modeling. The research input data pemodelan banjir. Data is conducted in a single location at diambil dari satu lokasi stasiun Sentral Station. The data used in this pengukur hujan di stasiun Sentral, modeling is the rainfall data series in Bondowoso, Jawa Timur. Data yang December from 2005 to 2008 in Sentral digunakan untuk memodelkan adalah station, Bondowoso East Java. data series bulan Desember dari tahun This study tries to disaggregating 2005-2008. daily scaled rainfall data to hourly Penelitian ini mencoba untuk scaled rainfall data using periodic automendisagregasi data hujan skala jam- regression model (PAR (1)24) coupled jaman dari data hujan skala harian with adjusting and filtering procedures. menggunakan model time series auto- The model is employed for estimating regresi Periodik (PAR(1)24) yang diberi the hourly rainfall from daily rainfall. perlakuan dengan prosedur adjusting The Bayesian Markov Chain Monte dan filtering. Metode yang digunakan Carlo (MCMC), WinBUGS 1.4 is dalam proses estimasi model ini adalah utilized for the purpose. The evaluation Bayesian Markov Chain Monte Carlo of model is compared the results (MCMC) yang dibantu dengan provided by the Heytos program. software statistik WinBUGS 1.4. Furthermore, the prediction of the Model ini dievaluasi melalui disaggregated data is modeled by using membandingkan model dengan hasil Matlab linked with WinBUGS. implementasi Heytos. Selanjutnya, The simulation model of PAR (1)24 prediksi model disagregasi hujan ini coupled with adjusting and filtering dibantu dengan Matlab yang procedures gives Mean Absolute Error dihubungkan dengan WinBUGS. (MAE) value of 0.44. This model has 24 Hasil simulasi model PAR (1) successfully increased the performance yang diberi perlakuan dengan adjusting of the output by 15% compared to the dan filtering ini memberikan nilai results of Heytos application. This commit to user demonstrates better prediction of MeanAbsolute Error (MAE) sebesar model
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 316
0,44. Model ini mampu meningkatkan kinerja sebesar 15% jika dibandingkan hasil aplikasi Heytos. Kinerja prediksi model menunjukkan hasil yang bagus untuk tinggi hujan maksimum (selisih tinggi hujannya hanya 6,1% terhadap tinggi hujan observasi). Keandalan model ini telah diuji untuk dua kejadian. Pertama, implementasi untuk bulan Desember tahun 2009 memberikan kinerja yang bagus dengan nilai MAE 0.37. Kedua, hasil kalibrasi dan implementasi model untuk bulanbulan lain selain Desember tahun 20052008 menunjukkan bahwa model ini mampu mendisagregasi data hujan dari harian ke jam-jaman terutama pada bulan basah. Pemanfaatan data hasil disagregasi telah diuji dalam perhitungan hidrograf banjir dengan hasil yang sangat memuaskan karena mengahsilkan hidrograf banjir yang polanya mirip dengan hidrograf banjir yang dibangun dari data observasi. Kata kunci: disagregasi data hujan, PAR, Bayesian, adjusting, filtering.
maximum rainfall depth (only 6.1% differ from the observation) than the Heytos. The realibility of this model is tested for 2 conditions. Firstly is by implementing the model to the rainfall data in December 2009. 1 shows that this model works significantly well in disaggregating the rainfall data from daily to hourly with the MAE value of 0.37. Secondly is by calibrating and implementing the model to the rainfall data in Januari –Nopember 2005-2008. It shows that this parameter model works well mostly for the wet seasons. The data obtained from the model has been used for developing a flood hydrograph and the result shows the similarity with the one build by using observed data. Key word: rainfall disaggregation, periodic auto-regression (PAR), Bayesian, adjusting, filtering
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 317
Tabel Penilaian: StrukturAbstrak, Kohesi, dan Koherensi Teks T-6 Tsu-T6
Tsa-T6
Nilai
Nilai
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
Aspek
Struktur
Kohesi
Koherensi
Total Rata-rata
*CATATAN: TsuT6: a) Struktur b) Kohesi
:........................................................................................ :........................................................................................
c) Koherensi :........................................................................................
TsaT6: a) Struktur b) Kohesi
: ....................................................................................... : .......................................................................................
c) Koherens :........................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 318
TsuT-7: Nanang S TsaT-7 Teknologi Sistem Informasi Geographical Information System Geografis Technology As A Tools For Sebagai Alat Optimalisasi Optimalization Traffic Management Manajemen Lalu Lintas Jalan Arteri Artery Road Di Kota Surabaya In Surabaya Surabaya sebagai kota terbesar Surabaya as the second biggest city kedua di Indonesia setelah Jakarta, in Indonesia after Jakarta is faced by dihadapkan pada kemacetan lalu lintas traffic congestion and pollution . It is dan polusi. Hal ini disebabkan karena caused by the density from various kepadatan lalu lintas dari berbagai vehicles on either primary or secondary kendaraan di jalan arteri baik primer artery road. The growth of cars and maupun sekunder. Pertumbuhan motorcycles have made the road full kendaraan dan sepeda motor untuk 5 with various problem for the last 5 tahun terakhir, membuat jalan dipenuhi years. Now, Surabaya which relies on dengan berbagai macam persoalan. the trade and services sector of 58%, Sekarang, Surabaya mengandalkan industry sector of 41% and agriculture sektor perdagangan dan jasa 58%, sector of 1% has made the city grow sektor industri 41% dan sektor very quickly. Hence, people can easily pertanian 1% telah membuat buy cars and motorcycles to help them pertumbuhan kota amat cepat. Sehingga in many activities. The Local penduduk dapat dengan mudah Government in its position could not membeli mobil maupun sepeda motor balance the building of a new road to guna membantu mereka melakukan service their activities through activities aktivitas mereka. Pemerintah lokal driving in good manner. dalam posisinya belum dapat The problems occur is to inform mengimbangi pembangunan jalan raya the level of services of artery road, to baru untuk melayani kegiatan mereka make a mapping the growth of artery dalam berkendara dengan perilaku baik. road from year to year, to optimalize Permasalahan yang timbul adalah artery road basic in traffic management mengkaji kinerja jalan-jalan arteri di by spatial planning. Kota Surabaya, memetakan By using evaluation study of the pertumbuhan jalan arteri dari tahun ke level of services and remote sensing tahun, melakukan optimalisasi jalan especially in geographical information arteri berdasarkan sistem manajemen system and also optimalizing traffic lalu lintas secara spasial. management with spatial planning, it Dengan menggunakan kajian can be hoped that there is an answer all evaluasi kinerja jalan dan sistem of the research questions. informasi geografis, serta optimalisasi HCM 2010, gives directon in road manajemen lalu lintas dengan rencana classification to help observed level of spasial diharapkan dapat menjawab services, by the way information segala pertanyaan penelitian tersebut. system also help to visualize attribute HCM 2010, memberikan arahan dalam or growth of artery road that served in klasifikasi jalan yang membantu layer by layer. melihat kinerja jalan, sedangkan sistem In this analysis is used Pearson commit toCorrelation user informasi dapat membantu from SPSS 15 – AMOS for
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 319
memvisualisasikan atribut maupun pertumbuhan jalan arteri dapat tersaji secara layer per layer dalam arti metoda tumpang susun. Dalam analisis digunakan Pearson Correlation (SPSS 15) guna mengetahui beberapa variabel yang mempengaruhi jalan arteri. Variabel tersebut adalah PDRB, Jumlah Penduduk dan Jumlah Kendaraan yang dikaji dengan regresi maupun korelasi, hasil diharapkan dapat menjadi suatu pemodelan. Model tersebut adalah suatu persamaan: Panjang Jalan Arteri primer = 577 + 0,00000096 PDRB – AHDK – 0,00021596 Jumlah Penduduk – 0,000003534 Jumlah Kendaraan. Hal ini disimpulkan bahwa ada Sirkulasi Ekuator harus dibangun diantara jalan arteri agar supaya dapat memecahkan persoalan kemacetan dalam optimalisasi manajemen lalu lintas dengan perencanaan spasial di Surabaya. Kata kunci: Kinerja Jalan, SIG, Optimalisasi Jalan Arteri, Sirkulasi Ekuator.
knowing various variables that influence artery road. The variables is PDRB, Inhabitants, Vehicles will be observed by regression and correlation and the result can made a model. The model is a function: Length of Primary Artery = 577 + 0,00000096 PDRB – AHDK – 0,00021596 Sum of Inhabitants – 0,000003534 Sum of Vehicles. It can be concluded that there are an Equator Circulation must be built among the artery road in order can solved the problem congestion as optimalizing traffic management with spatial planning in Surabaya. Keyword: Level of Services, SIG, Optimalization Artery Road, Equator Sirculation.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 320
Tabel Penilaian: StrukturAbstrak, Kohesi, dan Koherensi Teks T-7 Tsu-T7
Tsa-T7
Nilai
Nilai
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
Aspek
Struktur
Kohesi
Koherensi
Total Rata-rata
*CATATAN: TsuT7: a) Struktur b) Kohesi
:........................................................................................ :........................................................................................
c) Koherensi :........................................................................................
TsaT7: a) Struktur b) Kohesi
: ....................................................................................... : .......................................................................................
c) Koherensi : .......................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 321
TsuT-8: Ali M TsaT-8 KEBERLANJUTAN SISTEM SUSTAINABILITY OF WATER PENYEDIAAN AIR BERSIH SUPPLY SYSTEM BY PIPELINE IN PERPIPAAN DI PEDESAAN RURAL AREAS Air bersih merupakan salah satu Water is one of the public needs. kebutuhan dasar manusia. Namun, tidak However, not all peoples receive water semua warga negara dapat menikmati services. Low level of water services is pelayanan air bersih. Rendahnya tingkat related to the failure of water and pelayanan air bersih ini terkait dengan sanitation developments in 1970-2000, kegagalan pembangunan air minum dan especially in rural areas. In the era, penyehatan lingkungan era 1970-2000, many water infrastructures were not khususnya di pedesaan. Pada era sustainable in operation and tersebut, banyak sarana dan prasarana maintenance. Experience in other air minum yang tidak berkelanjutan countries showed that failure was dalam pengoperasian dan caused by lack of community pemeliharaannya. Pengalaman di participation and lack of community Negara lain menunjukkan bahwa acceptance of new technology. In the kegagalan sering disebabkan oleh future, the government would improve kurangnya partisipasi masyarakat dan water services for the poor in rural kurangnya penerimaan masyarakat areas. Therefore, research related to the terhadap teknologi baru. Di masa yang sustainability of water supply system akan 321 datang, pemerintah berupaya was conducted. Results of the research meningkatkan pelayanan air bersih bagi will contribute to problem solving in masyarakat miskin di pedesaan. Oleh rural water supply development in the karena itu perlu dilakukan penelitian future. yang berkaitan dengan keberlanjutan Research was conducted in 24 system penyediaan air bersih yang villages in nine districts in the Brantas hasilnya dapat memberikan kontribusi River Basin. The villages have water problem solving pada pelaksanaan supply system that managed by pembangunan air bersih pedesaan di community. The research used masa yang akan 321datang. quantitative and qualitative approach by Penelitian dilakukan di 24 desa di case studies and surveys. Survey aimed sembilan kabupaten dalam wilayah to obtain customers and committee daerah aliran sungai (DAS) Brantas. perception of technical, financial, Desa-desa tersebut merupakan desa social, and institutional aspects of water yang memiliki sarana air bersih yang management. All data were quantified dikelola oleh masyarakat. Penelitian in range 0 to 1 and analyzed with menggunakan metoda penelitian statistical methods, namely structural kuantitatif dan kualitatif dengan equation modeling (SEM). The data are pendekatan studi kasus dan survei. grouped into several variables, Survei bertujuan untuk mendapatkan including planning, management, data persepsi masyarakat pelanggan dan community, reliability of system, and pengelola air tentang aspek teknis, sustainability of system. keuangan, sosial, dan institusi. Semua Results of the research show that data dikuantifikasi dalam rentang 0 sustainability is influenced significantly commit tobyuser sampai 1 agar dapat dianalisis dengan variables of technology selection,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 322
metoda statistik. Data tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa variabel, yaitu perencanaan, pengelolaan, masyarakat, keandalan sistem dan keberlanjutan. Analisis data menggunakan metoda structural equation modeling. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa keberlanjutan dipengaruhi signifikan oleh variabel pemilihan / penerapan teknologi, ketersediaan sumber air, biaya investasi, keberadaan dan kemampuan operator, ketersediaan suku cadang, biaya operasi, teknik pengoperasian, partisipasi masyarakat, dan pengelolaan lembaga. Penelitian ini juga mengahsilkan model keberlanjutan yang mampu memprediksi indeks keberlanjutan system penyediaan air bersih perpipaan di pedesaan. Indesks keberlanjutan digunakan untuk menentukan tingkat keberlanjutan. Tingkat keberlanjutan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu berkelanjutan rendah (indeks keberlanjutan lebih kecil dari 1,320), keberlanjutan sedang (indeks keberlanjutan = 1,320-1,914), dan keberlanjutan tinggi (indeks keberlanjutan lebih besar dari 1,941). Kata kunci: Keberlanjutan, system penyediaan air bersih, perdesaan, DAS Brantas.
availability of water sources, investment cost, existence and capabilities of operator, availability of spare parts, operation cost, technical operations, community participation, and institutional management. This research also results a model of sustainability which able to predict sustainability index. This index is used for determining level of sustainability. The level of sustainability is grouped into three levels, namely low sustainability (the sustainability index is less than 1.320), medium sustainability (the sustainability index = 1.320 to 1.914), and high sustainability (the sustainability index is higher than 1.914). Key words: Sustainability, water supply system, rural area, Brantas River Basin.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 323
Tabel Penilaian: StrukturAbstrak, Kohesi, dan Koherensi Teks T-8 Tsu-T8
Tsa-T8
Nilai
Nilai
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
1
Aspek
Struktur
Kohesi
Koherensi
Total Rata-rata
*CATATAN: TsuT8: a) Struktur b) Kohesi
:........................................................................................ :........................................................................................
c) Koherensi :........................................................................................
TsaT8: a) Struktur b) Kohesi
: ....................................................................................... :........................................................................................
c) Koherensi : .......................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 324
LAMPIRAN 2 2.1 Tabulasi Nilai Rerata Struktur Abstrak: Struktur, Kohesi, dan Koherensi Teks Sumber (Tsu) Nilai Rerata Struktur Abstrak: Struktur, Kohesi, dan Koherensi Teks (Tsu) No. Data
Struktur Rt1 Rt2 Rt3
Kohesi
Koherensi
Rerat Rerat Rerat Rt1 Rt2 Rt3 Rt1 Rt2 Rt3 a a a
K1
3
3
3
3,00
2
3
2
2,33
3
3
2
2,66
K2
2
3
3
2,66
2
3
3
2,66
3
3
3
3,00
K3
1
2
2
1,66
2
3
2
2,33
2
2
2
2,00
K4
1
1
2
1,33
2
3
2
2,33
2
2
2
2,00
K5
3
3
3
3,00
2
3
3
2,66
3
3
3
3,00
K6
3
3
2
2,66
3
3
2
2,66
3
3
2
2,66
K7
2
1
3
2,00
3
1
2
2,00
3
1
2
2,00
15
16
18
16,3 3
16
19
16
16,9 7
19
17
16
17,3 2
Rerat a
2,1 4
2,2 8
2,5 7
2,33
2,2 8
2,7 1
2,2 8
2,42
2,7 1
2,4 2
2,2 8
2,47
T1
2
1
2
1,66
2
3
2
2,33
2
2
2
2,00
T2
2
1
2
1,66
3
3
2
2,66
2
3
2
2,33
T3
1
1
3
1,66
2
3
3
2,66
2
1
2
1,66
T4
2
1
3
2,00
3
3
2
2,66
2
1
2
1,66
T5
1
1
2
1,33
1
3
2
2,00
1
1
2
1,33
T6
2
1
2
1,66
2
3
2
2,33
2
1
2
1,66
T7
1
1
2
1,33
2 2 2 commit to user
2,00
2
1
2
1,66
Total
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 325
T8 Total
Rerat a
2
1
3
2,00
3
2
2
2,33
3
1
2
2,00
13
8
19
13,3 3
18
22
17
19
16
11
16
14,3 3
1,6 2
1,0 0
2,3 7
1,66
2,2 5
2,7 5
2,1 2
2,37
2
1,3 7
2
1,79
2.2 Tabulasi Nilai Rerata Struktur Abstrak: Struktur, Kohesi, dan Koherensi Teks Sasaran (Tsa) Nilai Rerata Struktur Abstrak: Struktur, Kohesi, dan Koherensi Teks (Tsa) No. Data
Struktur Rt 1
Rt2 Rt3
Kohesi
Koherensi
Rerat Rerat Rerat Rt1 Rt2 Rt3 Rt1 Rt2 Rt3 a a a
K1
3
3
3
3,00
2
1
2
1,66
1
3
2
2,00
K2
2
3
2
2,33
2
1
2
1,66
2
3
2
2,33
K3
1
2
2
1,66
2
3
2
2,33
2
2
2
2,00
K4
1
1
2
1,33
1
2
2
1,66
1
2
2
1,66
K5
3
3
2
2,66
1
1
2
1,33
2
3
2
2,33
K6
3
3
2
2,66
2
1
1
1,33
3
2
1
2,00
K7
2
1
3
2,00
3
1
2
2,00
3
1
2
2,00
15
16
16
15,6 6
13
10
13
12
14
16
13
14,3 3
Rerat a
2,1 4
2,2 8
2,2 8
2,23
1,8 5
1,4 2
1,8 5
1,71
2
2,2 8
1,8 5
2,04
T1
1
1
2
1,33
2
3
2
2,33
2
2
2
2,00
T2
2
1
2
1,66
2
1
2
1,66
2
3
2
2,33
T3
1
1
3
1,66
2 1 3 commit to user
2,00
1
1
2
1,33
Total
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 326
T4
2
1
3
2,00
2
1
2
1,66
2
1
2
1,66
T5
1
1
2
1,33
1
1
2
1,33
1
1
2
1,33
T6
2
1
2
1,66
2
1
2
1,66
1
1
2
1,33
T7
1
1
2
1,33
2
1
2
1,66
1
1
2
1,33
T8
2
1
3
2,00
2
1
2
1,66
2
1
2
1,66
12
8
19
12,9 7
15
10
17
15,7 2
12
11
16
12,9 7
1,5 0
1,0 0
2,3 7
1,62
1,8 7
1,2 5
2,1 2
1,96
1,5 0
1,3 7
2,0 0
1,62
Total
Rerat a
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 327
2.3 Tabulasi Nilai Rerata Keseluruhan (Rt1-2-3) Struktur Abstrak: Struktur, Kohesi, dan Koherensi Tsu & Tsa 1. Nilai Struktur Abstrak: Struktur, Kohesi, No. dan Koherensi Teks (Tsu) Data Rt1 Rt2 Rt3 Rerata K-1
2,66
3,00
2,33
2,66
K-2
2,33
3,00
3,00
2,77
K-3
1,66
2,33
2,00
2,00
K-4
1,66
2,00
2,00
1,88
K-5
2,66
3,00
3,00
2,88
K-6
3,00
3,00
2,00
2,66
K-7
2,66
1,00
2,33
2,00
T-1
2,00
2,00
2,00
2,00
T-2
2,33
2,33
2,00
2,22
T-3
1,66
1,66
2,66
2,00
T-4
2,33
1,66
2,33
2,11
T-5
1,00
1,66
2,00
1,55
T-6
2,00
1,66
2,00
1,88
T-7
1,66
1,33
2,00
1,66
T-8
2,66
1,33
2,33
2,11
Total
32,33
31,00
34,00
32,44
2,06
2,26
2,16
Rerata 2,15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 328
2.4 Nilai Struktur Abstrak: Struktur, Kohesi, dan Koherensi Teks (Tsa) No.
2. Nilai Struktur Abstrak: Struktur, Kohesi, dan Koherensi Teks (Tsa)
Data
Rt1
Rt2
Rt3
Rerata
K-1
2,00
2,33
2,33
2,22
K-2
2,00
2,33
2,00
2,11
K-3
1,66
2,33
2,00
2,00
K-4
1,00
1,66
2,00
1,55
K-5
2,00
2,33
2,00
2,11
K-6
2,66
2,00
1,33
2,00
K-7
2,66
1,00
2,33
2,00
T-1
1,66
2,00
2,00
1,88
T-2
2,00
1,66
2,00
1,88
T-3
1,33
1,00
2,66
1,66
T-4
2,00
1,00
2,33
1,77
T-5
1,00
1,00
2,00
1,33
T-6
1,66
1,00
2,00
1,55
T-7
1,33
1,00
2,00
1,44
T-8
2,00
1,00
2,33
1,77
Total
27
23,66
31,33
27,28
Rerata
1,80
1,57
2,08
1,81
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 329
2.5 Tabulasi Struktur Abstrak &Jumlah Paragraf Setiap Teks Abstrak Disertasi No. Data
Pendahulu an
Tujua n
Metodolo gi
K-1 K-2 K-3 K-4 K-5 K-6 K-7 T-1 T-2 T-3 T-4 T-5 T-6 T-7 T-8 Pnyimpang an %
V V V V V V V V V V V V V V 6,66%
V V V V V V V V V V 33,33 %
V V V V V V V V V V V V V V V 0%
commit to user
Hasi Simpula Jumlah l n Paragr af V V 5 V 4 V V 1 V 1 V V 5 V V 5 V V 5 V 3 V 3 V 4 V 4 V 3 V 3 V V 3 V 3 0% 60% 73,33 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 330
Lampiran 3 A. Kuesioner Penilaian Keakuratan / Kesepadanan Makna dan Keberterimaan: (Struktur Gramatikal, Struktur Abstrak, & Koherensi Teks Tsa) Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Pengantar: Kuesioner
ini dimaksudkan untuk memberikan penilaian terhadap
keakuratan / kesepadanan makna dan keberterimaan (naturalness) hasil terjemahan teks abstrak disertasi. Karena target penilaiannya difokuskan pada tataran tekstual maka untuk tujuan tersebut, penilaian keakuratan dan keberterimaannya dilakukaan per paragraf.Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bahwa dalam setiap paragraf seharusnya hanya merepresentasikan satu struktur abstrakdansatu pikiran pokok (main idea) saja. Penilaiankeakuratan yaitu secara garis besar pesan yang ingin disampaikan dalam Bsa tidak menyimpang dengan Bsu
nya.
Sementara
itu,
untuk
penilaian
keberterimaan,
selain
mempertimbangkan aspekStruktur abstrak dan koherensiTsasebagaimana tersebut dalam Lampiran1, Owen D Williamson (2007) dan Judith Kilborn (1998) juga mensyaratkan aspek lain yaitu struktur gramatikalnya. Adapun struktur gramatikal yang seharusnya digunakan dalam penulisan abstrakutamanya bahasa Inggris adalah ‘Simple Present Tense‘untukbagian pendahuluan, dan ‘Simple Past Tense‘ (dapat berupa kalimat aktif maupun pasif) pada bagian: tujuan, metodologi,
hasil,
dan
simpulannya.Oleh karena itu
untuk
penilaian
keberterimaan, selain berdasarkan pada aspek struktur abstrak (yang mencakup struktur, kohesi, dan koherensi teks Tsa) dan koherensi Tsa, juga dilihat sesuai tidaknya struktur gramatikal (tense) yang digunakan. Dengan demikianuntuk penilaian keberterimaan ini harus dilakukan penilaian terhadap struktur gramatikalnya terlebih dahulu kemudian digabung dengan nilai rerata struktur abstrak
dan
koherensi
Tsa
yang
telah
dibahas
pada
sebelumnya.Selanjutnya tata cara penilaiannya adalah sebagai berikut:
commit to user
bagian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 331
1) Penilaian Keakuratan: a) Nilai 3 (tiga), jika secara umum setiap paragraf teks abstrak memiliki makna yang akurat / sepadan / tidak menyimpang dengan Bsu nya. b) Nilai 2 (dua), jika maknanya kurang akurat / sedikit menyimpang dari Bsu nya. c) Nilai 1 (satu), jika maknanya tidak akurat / menyimpang dari Bsu nya. (1) Penilaian Struktur Gramatikal: a) Nilai 3, jika teks abstrak secara keseluruhan tidak terdapat satupun kesalahan struktur gramatikalnya (diutamakan terkait dengan penggunaan ‘tense’); b) Nilai2, jika teks abstrak terdapatkesalahan berkisar antara 1-2„tense„; dan c) Nilai 1, jika teks abstrak terdapat lebih dari 2 (dua) kesalahan„tense‟. 2) Penilaian Keberterimaan*: a) Nilai 3 (tiga), jikahasil terjemahan berterima, karena sesuai dengan kaidah / kelaziman Bsa (sesuai dengan konteks sosiokultural Bsa) dengan kriteria: (1) Nilai rerata aspek Struktur Abstrak (yang terdiri atas struktur, kohesi, & koherensi teks); (2) Koherensi Teks; dan (3) Struktur Gramatikal nya adalah 3 (tiga). b) Nilai 2 (dua), jika teks hasil terjemahannya kurang berterima, yaitu: (1) Nilai rerata aspek Struktur Abstrak (yang terdiri atas struktur, kohesi, & koherensi teks); (2) Koherensi Teks; dan (3) Struktur Gramatikal nya adalah: ≥2atau kurang dari 3. c) Nilai 1 (satu), jika teks hasil terjemahannya tidak berterima, yaitu: (1) Nilai rerata aspek Struktur Abstrak (yang terdiri atas struktur, kohesi, & koherensi teks); (2) Koherensi Teks; dan (3) Struktur Gramatikal nya kurang dari 2. Selanjutnya Bapak / Ibu / Saudara dimohon untuk memberikan penilaian tentang tingkat keakuratan dan keberterimaan penerjemahan teks abstrak tersebut dengan rentangan nilai 3-2-1. Selain itu Bapak / Ibu juga dimohon commit to user untuk memberikan alasan /penjelasan sehubungan dengan nilai yang diberikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 332
dan
atau
menuliskan
pembetulannya
untuk
hasil
terjemahan
yang
mendapatkan angka 1 atau 2. Tabel Penilaian: Keakuratan / Kesepadanan Makna dan Keberterimaan* Terjemahan Teks Abstrak Disertasi K-1 Pr g
Tsu
Tsa
Validitas Keakuratan Struktur Gramatikal 3 2 1 3 2 1
1.
(K1p1) Pterygium adalah pertumbuhan berbentuk segitiga yang terdiri dari epitel konjungtiva bulbi dan hipertrofi jaringan subkonjungtiva, yang muncul di sebelah nasal dan temporal fisura palpebra, dan tumbuh mendekati kornea.
(K1p1) A pterygium is a triangular-shape growth consisting of bulbar conjunctiva epithelium and hypertrophied subconjunctival connective tissue, occurring medially and literally in the palpebral fissure and encroaching onto the cornea.
2.
(K1p2)Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan peningkatan ekspresi protein p53, pRb, BCL2 dan E2F pada pterygium tipe progresif dan tipe non progresif yang terinfeksi HPV tipe 18,
(K1p2) Objective: The research was aimed to describe and explain the expression of p53, pRb, BCL2 and E2F protein in progresive and non progresive type of pterygium by Human Papilloma virus type 18 infection.
3
2
1
3
2
1
3.
(K1p3)Cara Penelitian: penelitian ini adalah observational analitik dengan desain penelitian Cross Sectional. Sebanyak 24 pasien pterygium
(K1p3) Methods: The research was analytic observasional by crossectional study design. 24 patients of pterygium since May to October wasto classified commit user into progresive and non
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 333
4.
yang didapat selama bulan Mei sampai Oktober 2009 terdiri dari 12 pterygium progresif dan 12 pterygium non progresif. Pemeriksaan PCR digunakan untuk melihat adanya DNA virus HPV tipe 18 pada kedua kelompok pterygium. Kemudian pterygium yang positif terinfeksi HPV tipe 18 dilakukan pengecatan Imunohistokimia untuk melihat dan membandingkan ekspresi protein p53, pRb, BCL2, dan E2F pada kedua kelompok.
progresive pterygium. The examining of PCR was used to detect the virus of the HPV type 18 on both types of pterygium. The pterygium which positively infected by HPV type 18, was applied imunnohistochimestry staining to see and compare the expression of pRb, BCL2 and E2F protein on both types of pterygium.
(K1p4)Hasil: Sebanyak 21 dari 24 pterygium (87,5%) terinfeksi HPV tipe 18, hanya 19 sampel (10 sampel dari kelompok pterygium progresif dan 9 sampel dari kelompok pterygium non progresif) yang dilakukan pemeriksaan imunohistokimia. Pada pemeriksaan imunohistokimia, terdapat beda rerata yang signifikan antara ekspresi p53, pRb, BCL2, dan E2F pterygium progresif dan non progresif,
(K1p4)Results: From our PCR examination, among 24 pterygium specimen, 21 (87,5%) were identified with HPV type 18 infection, of these, 19 samples (10 progresive and 9 non progressive pterygium) were further included in the study. The were significant difference between progressive and non progressive pterygium among indicator to be studied, namely p53 (mean 0.018995 vs 0.0041178, p = 0,007), pRb commit (mean 0.032243 to user vs 0.004964, p = 0,003),
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 334
5.
yaitu pada p53 (rerata 0.018995 vs 0.0041178, p = 0,007), pRb (rerata 0.032243 vs 0.004964, p = 0,003), BCL2 (rerata 0.01545 vs 0.00339, p = 0,001), dan E2F (rerata 0.016746 vs 0.003577, p = 0,004).
BCL2 (mean 0.01545 vs 0.00339, p = 0,001), dan E2F (mean 0.016746 vs 0.003577, p = 0,004).
(K1p5)Kesimpulan: Pada penelitian ini dapat memberikan bukti bahwa ekspresi p53, pRb, BCL2, dan E2F pada pterygium progresif lebih tinggi disbanding pterygium nonprogresif. Sehingga progresifitas pterygium yang terinfeksi HPV tipe 18 ditentukan oleh tinggi rendahnya ekspresi p53, pRb, BCL2, dan E2F.
(K1p5)Conclusion: This study concludes that the expression of p53, pRb, BCL2, and E2F in a progressive pterygium was higher than non progressive pterygium. Then the progressivity of HPV type 18 infected pterygium is aggravated by increasing p53, pRb, BCL2, and E2F expression.
Kata kunci: Mata, Pterygium, Human Papilloma Virus (HPV) tipe 18, p53, pRb, BCL2, dan E2F
Keywords: Eye, Pterygium, Human Papilloma Virus (HPV) tipe 18, p53, pRb, BCL2, E2F.
commit to user
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 335
Tabel Penilaian Keberterimaan: (Struktur Abstrak, Koherensi Teks, & Struktur Gramatikal)Terjemahan Teks Abstrak Disertasi K-1
Nilai
Struktur Abstrak 3 2 1
Aspek Koherensi Teks 3 2 1
Struktur Gramatikal 3 2 1
Total
Rerata
CATATAN: Paragraf 1. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 2. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 3. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 4. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 5. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………...
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 336
Tabel Penilaian: Keakuratan / Kesepadanan Makna dan Keberterimaan* Terjemahan Teks Abstrak Disertasi K-2 P rg
Validitas Tsu
Tsa
1.
(K2p1)Penelitian ini diawali dengan masalah rendahnya pemanfaatan pelayanan Puskesmas di mana realisasi tidak sesuai dengan target yang telah ditentukan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh nilai pribadi terhadap evaluasi outcome, sikap, keputusan memanfaatkan pelayanan Puskesmas, pengaruh niat dan perceived behavioral control terhadap proses pengambilan keputusan, keputusan, dan tindakan memanfaatkan pelayanan Puskesmas.
(K2p1)This study begins with the problem of low utilization of services in health centers where the target is not in accordance with the realization. The purpose of this study was to analyze the influence of personal value, outcome evaluation, attitude, intention, and perceived behavioral control on decisionmaking processes, decisions, and actions in utilizing public health center services.
3
2
1
Struktur Gramatikal 3 2 1
2.
(K2p2)Rancangan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional menggunakan metode
(K2p2)The design of this research was quantitive by using cross sectional survey method. The research was commit was conducted to user in
3
2
1
3
Keakuratan
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 337
3.
survey. Penelitian dilakukan pada seluruh wilayah Puskesmas di kota Kendari. Unit analisis yaitu pasien atau keluarga pasien yang mengambil keputusan untuk memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Besar sampel dihitung secara proporsional dan memenuhi ketentuan model size yaitu sebesar 410 sampel.
all areas of health centers in Kendari, the unit of analysis was patients or families of the patients who decided to utilize health center services. The samples were proportionally calculatedand should comply with the requirement of the model size which consisted of 410 samples.
(K2p3)Hasil penelitian menunjukkan, nilai pribadi berpengaruh signifikan terhadap evaluasi outcome dan keputusan memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Nilai pribadi mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap sikap. Evaluasi outcome berpengaruh signifikan terhadap sikap memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Niat berpengaruh signifikan terhadap proses pengambilan keputusan memanfaatkan
(K2p3)The results showed that personal values had a significant effect on outcome evaluation and decision to public health center services. Personal values had no significant effect on attitudes. Outcome evaluation had a significant effect on attitude to utilize public health center services. An intention had a significant influence on the decision making process in utilizing public health center services. The decisionmaking process significantly influenced commit to user
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 338
4.
pelayanan Puskesmas. Proses pengambilan keputusan berpengaruh signifikan terhadap keputusan memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Perceived behavior control berpengaruh signifikan terhadap proses pengambilan keputusan dan keputusan. Keputusan berpengaruh signifikan terhadap tindakan memanfaatkan pelayanan Puskesmas.
the decisions in utilizing public health center services. The perceived behavioral control significantly influenced the decision making process and the decision itself. The decision significantly influenced the action to utilize public health center services.
(K2p4)Dengan ditemukannya konsep ilmiah baru dalam lingkup perilaku konsumen di Puskesmas, maka dapat dipakai sebagai dasar meningkatkan kinerja Puskesmas melalui pemahaman nilai pribadi masyarakat dan petugas memberikan pelatihan pada masyarakat untuk meningkatkan keyakinan tentang kemampuan mengendalikan perilakunya dalam
(K2p4) Due to the discovery of new scientific concepts within the scope of consumers‟ behavior in the clinic, it can be used as a basis for improving the performance of health centers by understanding of personal values of society and provide training to public officials to increase confidence about the ability to control his behavior in the use of public health center. The commit resultsto are user also
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 339
memanfaatkan pelayanan kesehatan sebagai pilihan memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Hasil ini juga berguna untuk mengembangkan strategi Puskesmas dalam pengelolaan pelayanan kesehatan. Key words: nilai pribadi, evaluasi outcome, sikap, niat, perceived behavior control, pengambilan keputusan 5.
useful for developing strategies in the management of public health centers as an opinion in utilizing health services.
Keywords: Personal value, outcome evaluation, attitude, intention, perceived behavioral control, decision-making.
3
2
1
3
2
1
Tabel Penilaian Keberterimaan: (Struktur Abstrak, Koherensi Teks, & Struktur Gramatikal) Terjemahan Teks Abstrak Disertasi K-2 Aspek Total Rerata Struktur Koherensi Struktur Abstrak Teks Gramatikal 3 3 3 Nilai 2 2 2 1 1 1 CATATAN: Paragraf 1. :…………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 2. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… commit to user ………………………………………………………………………………
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 340
3. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 4. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 5. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 341
Tabel Penilaian: Keakuratan / Kesepadanan Makna dan Keberterimaan* Terjemahan Teks Abstrak Disertasi K-3* P rg 1.
Tsu
(K3p1) Mastalgia atau nyeri payudara merupakan nyeri yang paling banyak dialami oleh seorang wanita selama hidupnya (4578%) dan sangat erat hubungannya dengan siklus menstruasi. Sekitar 30-32 penderita mastalgia non siklik yang datang berobat ke poliklinik onkologi satu atap Surabaya setiap bulan. Pengobatan hormonal, nonhormonal masih belum mapan benar, karena masih dijumpai efek samping yang tinggi, dan angka kekambuhan yang tinggi (30-60%). Mastalgia siklik (MS) merupakan nyeri payudara yang ada hubungannya dengan siklus menstruasi dan lebih respon terhadap pengobatan hormonal, sebaliknya mastalgia non siklik (MNS) memberikan respon yang sedikit terhadap pengobatan hormonal.
Validitas Keakuratan Struktur Gramatikal (K3p1) Breast pain 3 2 1 3 2 1 (mastalgia) is one of the most common breast symptom experienced by woman (45-78%) during her lifetime, that strong related to menstrual cycles. There were 3540 mastalgia patients undergo medical treatment each month at clinical oncology RSUD Dr Soetomo general Hospital Surabaya. Conventional therapy with hormonal or nonhormonal agent like herbal drug, and non steroidal antiinflammation drug unsuccessful yet due to highly side effects, and more relapsed (3060%). Cyclic mastalgia (CM) is breast pain that has a clear relationship to the menstrual cycle and more influenced by hormonal appearance, contradictive with non Cyclic mastalgia (NCM) which interference by a little hormonal activity. commit to user Cyclic mastalgia is Tsa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 342
MNS lebih sering mengenai satu sisi payudara, bisa berlangsung antara 25 hari, dengan episode 2-3 kali selama satu siklus menstruasi. Pada saat menstruasi berlangsung,terjadi kerusakan luas dari selaput endometrium, terlihat banyak sel inflamasi (neutrofil, makrofag, NK cell) yang bertanggung jawab terhadap response inflamasi ini untuk mempertahankan homeostasis.(fagosito sis dan repair) Di sisi lain sel-sel mediator inflamasi ini memproduksi sitokin inflamasi yang dapat memodulasi nyeri. Ini menunjukkan bahwa MNS ini merupakan bagian dari respons immunologi namun bagaimana mekanisme terjadi nyeri ini belum terungkap jelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh sitokin inflamasi memodulasi nyeri payudara post menstruasi pada penderita mastalgia non siklik asosiasinya dengan hormon mamotropik.
usually involved bilateral breast and diffuse and the pain may be sharp and shooting with radiation to the axilla or arm. NCM is more defined in one site of the breast and more localized with duration tends to be shorter 2-7 days, and the frequency may 2-3 times in a period. NCM may be arise from CM continuity after menstrual period finished and still exist or episode during post menstruation, it is mean there is a little hormonal effect. During menstrual period, endometrial wall disruption, circulating effector cells (neutrophils, macrophages activated, NK cells) act to early phagocyte and killing microbes and secretion of cytokines that stimulate inflammation, lysis of infected cells, activation of macrophages, as an immune response to maintain homeostasis. It is mean that NCM is a part of immunologic reaction, even if the mechanism of action is still unclear. The aim of study: are there inflammatory commit to user cytokines could
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 343
Sebanyak 27 penderita MNS diikutkan dalam penelitian ini, umur 18-35 thn, rerata 33,3 thn, dan terdiri atas 16 penderita nyeri dengan palpasi, dan 11 penderita nyeri tanpa palpasi dengan rancangan penelitian studi longitudinal. Pengambilan darah dilakukan 2 kali yaitu pada premenstruasi dan post menstruasi. Sebagai variabel independent adalah interleukin-1, interleukin-2, interleukin 6, dan interleukin 10. Variabel intermediate adalah hormon estrogen, progesteron, prolaktin. Sebagai variabel bebas adalah nyeri post menstruasi. Pemeriksaan sitokin dengan R&D System, dan Diaclone, sedang pemeriksaan hormon dengan metode Elyza / Advia. Hasil penelitian : ada hubungan yang bermagna antara interleukin-1 dengan kejadian nyeri post menstruasi pada penderita mastalgia non siklik, p=0, 039 (p<0.05). Tidak ada hubungan bermagna pada Il-2, Il-6, Il-10, estrogen, progesteron
influence breast pain post menstruation on non cyclic mastalgia patients. Try to explore this mechanism, observation longitudinal study design was performed. 27 NCM patients eligible this study consist of 16 palpable with pain, 11 non palpable with pain, 1845 years old, mean 33,3 y. Serum examination underwent twice on premenstrual and post menstrual situation. Cytokines analysis is performed by product R & D system and Diaclone, while hormones assay by Elyze / Advia method. The analytical study by Logistic Regression was suggestion which independent variables are interleukin-1, interleukin-2, interleukin-6, and interleukin-10, and intermediate variables are estrogen, progesterone and prolactine. Dependent variable is breast pain. Result: There is strong correlation designated by interleukin-1 to modulate pain post menstruation on non cyclic mastalgia patients, significant to user039 valuecommit p=0,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 344
dan prolaktin terhadap nyeri postmenstruasi pada penderita mastalgia non siklik. Kesimpulan: sitokin inflamasi yaitu Il-1 beta dapat memodulasi nyeri pada penderita mastalgia non siklik dan tidak ada hubungannya dengan hormone mamotropik. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dan optimal dan akurat diusulkan pengambilan darah lebih 2 kali , yaitu pada masa mid luteal, mid polifrasi dan awal fase poliferasi. Juga diusulkan pemeriksaan sitokin inflamasi lainnya, pemeriksaan biopsi jaringan payudara untuk mengetahui adanya reseptor sitokin dan reseptor hormonal . Untuk pengelolaan mastalgia non siklik dapat dipertimbangkan inhibitor Il-1 beta sebagai salah satu modalitas terapi, namun perlu penelitian lebih banyak dan sample yang lebih besar. Kata kunci: mastalgia non siklik, respon imun, sitokin
(p<0,05). Not significant shown on interleukin-2, interleukin-6, interleukin-10, estrogen, progesterone and prolactine. Conclusion: Inflammation cytokine could influence breast pain on post menstrual non cyclic mastalgia. In order to achieve maximal interference the other inflammation cytokines, suggestion to performed several times to examine serum samples in a period of menstrual cycles. It is suggestion to examine others inflammation cytokines, and to perform tissue biopsy on breast tissue to determine cytokines receptor and hormonal receptors. Treatment non cyclic mastalgia not interference with hormonal agent but more suggestion to cytokines inhibitor or another modalities need more study further. Key Words: Non cyclic mastalgia, immune response, inflammation cytokines, mamotropic harmones. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 345
inflamasi, hormon mamotropik. 2.
3
2
1
3
2
1
3.
3
2
1
3
2
1
4.
3
2
1
3
2
1
5.
3
2
1
3
2
1
Tabel Penilaian Keberterimaan: (Struktur Abstrak, Koherensi Teks, & Struktur Gramatikal) Terjemahan Teks Abstrak Disertasi K-3
Nilai
Struktur Abstrak 3 2 1
Aspek Koherensi Teks 3 2 1
Struktur Gramatikal 3 2 1
Total
Rerata
CATATAN: Paragraf 1. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 2. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 3. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 4. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 5. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 346
Tabel Penilaian: Keakuratan / Kesepadanan Makna dan Keberterimaan* Terjemahan Teks Abstrak Disertasi K-4 Pr g 1.
Tsu
Tsa
(K4p1) Masalah empiris dalam penelitian ini adalah masih banyak tenaga analis di beberapa laboratorium kesehatan pemerintah maupun swasta yang mempunyai kemampuan bekerja hanya sebatas skill saja, padahal pengertian kompeten itu mencakup knowledge, skill dan attitude. Salah satu penyebab rendahnya kompetensi tenaga analisis adalah belum terbentuknya responsive culture pada instansi masingmasing. Masalah teoritis yang diangkat adalah belum pernah dilakukan pemetaan tahapan dan sifat responsive culture dengan 346 esponsiv yang berorientasi waktu (time oriented), subjek (people oriented) dan objek (activity oriented). Penelitian disertasi ini untuk melakukan konfirmatori 346 esponsiv pembentuk variabel
(K4p1) The empirical problem of this researarch is that many of the analysts working in some government and private health institution only have skill. Whereas, the meaning of competence should include knowledge, skill and attitude. One of the low competence causes of the analyst staff is that responsive culture has not been established in each institution. The theoretical problem to discuss is that the mapping step has not been conducted and the nature of responsive culture and time oriented as its indicator, subject (people oriented), and object (activity oriented). This research was conducted to make a confirmatory as an indicator maker of responsive culture variable, to do the mapping step and the characteristic of responsive culture that can be used to improve the leader‟s and analyst staff‟s competence at commit to user the government and
Validitas Keakuratan Struktur Gramatikal 3 2 1 3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 347
responsive culture, memetakan tahapan dan sifat responsive culture yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi pimpinan dan tenaga analis pada laboratorium kesehatan pemerintah dan swasta. Rancangan yang digunakan adalah penelitian observasional dan bersifat cross sectional untuk memotret budaya organisasi dan melihat hubungan kausalitas yaitu mengkaji dan menjelaskan hubungan kausal antar variabel melalui pengujian hipotesis. Statistik Structural Equation Modeling (SEM) dengan software Partial Least Square (PLS) digunakan untuk melakukan konfirmatori 347 esponsiv pembentuk responsive culture untuk menemukan model terbaik jalur pengaruh. Statistik MANOVA digunakan untuk mengetahui perbedaan laboratorium kesehatan pemerintah dengan swasta.
private health laboratory. The design employed was observational and cross sectional research intended to know the organizational culture and causality relation, that is to study and explain about the causal relation among variable through hypothesis test. The statistic of Structural Equation Modeling (SEM) and software of Partial Least Square (PLS) were used to do the indicator confirmatory of responsive culture maker to find the best model of the effect line. Manova statistic was used to know the difference between government health laboratory and private one. The result of this research showed that responsive culture was proved to be able to measure by using such indicators: (1) time oriented, (2) people oreiented, and (3) activity oriented. The map of step and the nature of responsive culture can be shown in one table that consists of 12 questions (interest, replying, responding, answering, appeals, active, Hasil penelitian inisiative, proactive, commit to usereffort, menunjukkan bahwa responsive,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 348
responsive culture terbukti dapat diukur melalui 348 esponsiv(1) time oriented, (2) people oreiented, dan (3) activity oriented. Peta tahapan dan sifat responsive culture dapat digambarkan dalam satu table yang terdiri dari 12 item pertanyaan (interest, replying, responding, answering, appeals, active, inisiative, proactive, responsive, effort, suggestion dan influences). Pada laboratorium kesehatan pemerintah berada pada katagori tidak 348 esponsive dan pada laboratorium kesehatan swasta berada pada katagori cukup responsive. 2 Selain ketepatan, ketelitian, dan kualitas hasil pemeriksaan dengan tingkat akurasi yang tinggi, laboratorium klinik khususnya tenaga analis juga dituntut memiliki pengetahuan baru yang sesuai dengan perubahan yang tengah berlangsung, misalkan memperhatikan kebutuhan lain dari pasien yang terkait dengan pelayanan laboratorium klinik. Sederhananya
suggestion and influences). The health laboratory belongs to the government is categorized to be irresponsive, while the private is quite responsive. 2 Besides accuracy, the carefulness, and the quality of examination result with high accuracy, clinic laboratory especially the analyst is also demanded to have a new knowledge in accordance with the change of era, for example by taking care of the other patient‟s needs related to some services of clinic laboratory. In other words, clinic laboratory is demanded to be more outward looking.
Keywords: responsive culture, competence, awareness management andorganizational commitment
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 349
laboratorium klinik dituntut lebih outward looking. Kata kunci: responsive culture, kompetensi, awareness management dan organizational commitment 2.
3
2
1
3
2
1
3.
3
2
1
3
2
1
4.
3
2
1
3
2
1
5.
3
2
1
3
2
1
Tabel Penilaian Keberterimaan: (Struktur Abstrak, Koherensi Teks, & Struktur Gramatikal) Terjemahan Teks Abstrak Disertasi K-4
Nilai
Struktur Abstrak 3 2 1
Aspek Koherensi Teks 3 2 1
Struktur Gramatikal 3 2 1
Total
Rerata
CATATAN: Paragraf 1. ……………………………………………………………………………… 2. ……………………………………………………………………………… 3. ……………………………………………………………………………… 4. ……………………………………………………………………………… 5. ………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 350
Tabel Penilaian: Keakuratan / Kesepadanan Makna dan Keberterimaan* Terjemahan Teks Abstrak Disertasi K-5 Pr g
Tsu
1.
(K5p1) Molahidatidosa adalah penyakit trofoblas gestasional (PTG) dan merupakan kehamilan abnormal yang secara histologik ditandai dengan proliferasi sel trofoblas, villi korialis yang avaskuler dan mengalami degenerasi hidropik. Di Indonesia penyakit trofoblas gestasional masih merupakan masalah pelayanan reproduksi yang besar, karena prevalensi yang tinggi, faktor risiko yang banyak dan penyebaran yang merata.
2.
(K5p2) Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ekspresi protein HLA-G, Hsp90, VEGF-A dan Kolagen-IV di trofoblas dan serum pada molahidatidosa dan kehamilan normal. Disamping itu juga bertujuan menganalisis adakah hubungan kausatif adanya penurunan ekspresi HLA-G
Tsa
Validitas Keakuratan Struktur Gramatikal (K5p1) Background: 3 2 1 3 2 1 Hidatidiform mole is a gestational trophoblastic desease (GTD), an abnormal pregnancy characterized by proliferation of trophoblastic cells, avascular chorialis villi, and underwent hydropic degeneration. Gestational trophoblastic deseases in Indonesia still pose as a great reproductive health problem, with its high prevalence, numerous risk factors, and smooth distribution. (K5p2) Objective: The aim of this study is to analyze the expression of HLA-G, Hsp-90, VEGF-A and type-IV collagen in the trophoblast and serum of patients with hydatidiform mole, and normal pregnancy. We aimed to analyze the possibility of causative relationship between the decrease of in HLA-G expression, to user of and commit the increase
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 351
terhadap peningkatan ekspresi Hsp-90 dan Kolagen-IV serta penurunan ekspresi VEGF-A pada molahidatidosa.
Hsp-90 and type IV collagen expression, and the decrease of VEGF-A expression in hydatidiform mole.
3.
(K5p3) Rancangan Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian Observasional Analitik dengan rancangan Cross Sectonal. Subyek yang telah memenuhi 351 isbandi sampel dilakukan pemeriksaan imunnohistokimia HLA-G, Hsp-90, VEGF-A dan Kolagen tipe-IV dan pemeriksaan Elisa Hsp-90, VEGF-A dan Kolagen tipe-IV dan sebagai 351 isband dilakukan pemeriksaan serupa yang diambil dari plasenta kehamilan normal.
(K5p3) Design: This is an observational analytic study with a cross sectional design. Subjects that fulfill our sample criterion were subjected to HLA-G, Hsp-90, VEGF-A and type-IV collagen immunohystochemical examination , and ELISA study for the same proteins. Control for this study was taken from placenta of normal pregnancies.
3
2
1
3
2
1
4.
(K5p4)Hasil: Pemeriksaan imunohistokimia ekspresi HLA-G pada trofoblas molahidatidosa lebih rendah, Hsp-90 lebih tinggi, VEGF-A lebih rendah dan KolagenIV lebih tinggi 351 isbanding pada trofoblas plasenta kehamilan normal (p<0,05). Pada pemeriksaan Elisa
(K5p4) Result: Our immunohystochemical examination found out that a lower HLA-G, higher Hsp-90, lower VEGF-A and higher type-IV collagen expression in samples from hydatifirorm mole, compared with throphoblast in placenta normal pregnancies (p<0.05). Using ELISA method, commit to user we found higher levels
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 352
5.
kadar Hsp-90 dan Kolagen-IV pada molahidatidosa lebih tinggi 352 isbanding pada kehamilan normal (p<0,05), sedang kadar VEGFA lebih rendah tidak terbukti (p>0,05). Sebagai marker molahidatidosa Hsp90 mempunyai tingkat prediksinya sebesar 70%.
of Hsp-90 and type IV collagen in hydatidiform mole, compared with normal pregnancy (p<0.05), while the decrease of VEGF-A was not established (p<0.05). The Hsp-90 was found to be a marker for hydatidiform mole with a predictive value is 70.0%.
(K5p5) Kesimpulan: HLA-G yang rendah pada trofoblas merupakan pathogenesis molahidatidosa. Hsp90 dapat digunakan sebagai marker molahidatidosa dengan tingkat prediksi 70%.
(K5p5) Conclusion: the low HLA-G in trophoblast is the pathogenesis of hydatidiform mole. Hsp-90 can be used as a hydatidiform mole marker, with a prediction value is 70%.
Kata Kunci: Molahidatidosa, HLA-G, Hsp-90, VEGF-A, KolagenIV.
Keywords: Hydatidiform mole, HLA-G, Hsp-90, VEGF-A, Collagen type IV
commit to user
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 353
Tabel Penilaian Keberterimaan: (Struktur Abstrak, Koherensi Teks, & Struktur Gramatikal) Terjemahan Teks Abstrak Disertasi K-5
Nilai
Struktur Abstrak 3 2 1
Aspek Koherensi Teks 3 2 1
Struktur Gramatikal 3 2 1
Total
Rerata
CATATAN: Paragraf 1. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 354
Tabel Penilaian: Keakuratan / Kesepadanan Makna dan Keberterimaan* Terjemahan Teks Abstrak Disertasi K-6 P rg 1.
Tsu (K6p1) Latar Belakang Masalah: Degenerasi diskus intervertebralis (DIV) selalu dianggap penyebab utama dari nyeri tulang belakang. Sekali dalam seumur hidupnya 80% orang pernah mengalaminya. Penanganan konservatif dan operatif belum memberikan hasil yang memuaskan. Proses degenerasi DIV merupakan perubahan struktur dan fungsi akibat perubahan sel kondroid di dalam diskus sebagai respon terhadap akselerasi beban progresif yang berlangsung terus menerus. Pada DIV degenerasi, sel kondroid yang berasal dari notokord hanya tersisa 1% dan banyak membentuk struktur klaster. Proses terjadinya perubahan subseluler dari sel kondroid ini belum jelas mekanismenya. Dengan memahami
Validitas Keakuratan Struktur Gramatikal (K6p1a) Background: 3 2 1 3 2 1 Degenerated intervertebral disc (IVD) has always been considered as the major cause of low back pain. These were aberrant cell-mediated response to progressive structural failure, combined with accelerated or advanced signs of aging. Eighty percent of the population ever experiencing such back pain once in the life time. The pathogenesis itself is remained unclear; intriguing to find out the starting point where the disc structures started to decrease the ability to resist the load. While these notochord-origin chondroid IVD cells lesson into 1% of population and mostly were forming clusters. Understanding the sub cellular changes would guide the right management of degenerative disc desease. (K6p1b)Objective: the commit to user aim of this study is to Tsa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 355
proses perubahan subseluler diskus degenerasi, diharapkan konsep penanganan nyeri tulang belakang akan lebih terarah sesuai dengan patologinya. 2.
(K6p2) Tujuan Penelitian:Menjelask an perubahan subseluler sel kondroid nukleus pulposus pada degenerasi diskus intervertebralis.
3.
(K6p3) Bahan dan Metoda: Lima puluh satu spesimen diskus dari bahan operasi penderita HNP dengan Micro Endoscopy discectomy (MED) dan dua specimen diskus anak dengan scoliosis, dilakukan pemeriksaan Histopatologi untuk menilai jumlah struktur klaster sel kondroid dan Immunohistokimia untuk ekspresi HSP70, CD68, Casepase-3, Kolagen I dan Kolagen II. Analisis statistik menggunakan Uji t berpasangan dan Wilcoxon Sign Rank Test untuk uji beda dan Uji Pearson untuk analisis korelasi
show the sub cellular changes of chondroid cells in the degenerative disc.
(K6p3) Method: Fifty one discus specimens sampled from MED (Micro Endoscopic Discectomy) of Herniation Disc patients and two child discus specimens from scoliosis patients were looked into proportional of chondroid cell clustering. Immunohistochemistry evaluated for protein expressions of HSP70, CD68, Caspase-3, Collagen I and Collagen II. Data analyzed statistic with Paired t-test and Wilcoxon Sign Rank Test, and Pearson correlation test (p≤0.05). commit to user
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 356
(p≤0,05). 4.
(K6p4) Hasil Penelitian: Sel kondroid NP berstruktur klaster mengekspresikan HSP70, CD68, Casepase3, dan Kolagen II secara bermakna (p≤0,05), sedangkan Kolagen I tidak. Terdapat hubungan yang kuat antara ekspresi CD68 dengan Casepase-3 pada sel berstruktur klaster (p≤0,05, r=0,734).
(K6p4) Results: Chondroid cell clustering was signifaicantly higher than the single cells in degenerative disc. There was strong correlation of HSP70, CD68, Casepase3, and Collagen II in chondroid cell cluster, but not for collagen I. There was strong correlation of CD68 and Caspase-3 in cell cluster (p≤0,05, r=0,734).
commit to user
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 357
5.
(K6p5) Kesimpulan: Pada penderita degenerasi DIV terjadi perubahan subseluler pada sel kondroid klaster yang menunjukkan adanya kemampuan beradaptasi dan beregenerasi. Kemampuan ini ditunjukkan oleh ekspresi HSP70, CD68, dan Kolagen II. Sedangkan ekspresi Caspase-3 dan Kolagen I menunjukkan sel kondroid menuju proses degenerasi. Adanya hubungan ekspresi Caspase-3 dan CD68 menunjukkan keseimbangan adaptasi dan apoptosis.
(K6p5) Conclusion: The subcellular changes in IVD cell clustering showed adaptation and regeneration process by the expression of HSP70, CD68, and persist Collagen II. The Caspase-3 and Collagen I expressions showed degeneration process. The strong correlation of CD68 and Caspase-3 expressed equilibrium of adapting and apoptotic process.
Kata kunci: diskus intervertebral, sel kondroid, CD68, Caspase3, proses adaptasi.
Key words: Intervertebralis Disc, Cd68, Caspase3, Adaptation.
commit to user
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 358
Tabel Penilaian Keberterimaan: (Struktur Abstrak, Koherensi Teks, & Struktur Gramatikal) Terjemahan Teks Abstrak Disertasi
K-6
Nilai
Struktur Abstrak 3 2 1
Aspek Koherensi Teks 3 2 1
Struktur Gramatikal 3 2 1
Total
Rerata
CATATAN: Paragraf 1. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 359
Tabel Penilaian: Keakuratan / Kesepadanan Makna dan Keberterimaan Terjemahan Teks Abstrak Disertasi K-7 P rg
Tsu
Tsa
1.
(K7p1) Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis mekanisme respon imun (kekebalan) dari Pneumonitis Hipersensitif (HP) sebagai akibat dari pajanan debu yang berasal dari penggilingan padi pada mencit (Mus Musculus) BALB/C.
(K7p1) The purpose of this research was to analyze the immune response mechanism of Hypersensitivity Pneumonitis (HP) as a result from the exposure of dust from paddy milling on mice (Musmusculus) BALB/C.
2.
(K7p2) Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorium dengan menggunakan mencit (Mus Musculus) sebagai binatang eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah „the post only control group design‟ dengan menggunakan mencit (Mus Musculus) Balb/c sebagai binatang eksperimen. Mencit (Mus Musculus) Balb/c ini diberi pajanan debu yang berasal dari penggilingan padi selama 4 (empat) jam per hari, dan pemberian pajanan ini
(K7p2) The research done was a laboratory experimental research with mice (MusMusculus) as experimental animal. The research design used was the post only control group design using mice (MusMusculus) Balb/c as experimental animal. Mice (Musmusculus) Balb/c were exposed to dust from paddy milling for four (4) hours/day and it was done for thirty (30) days with the exposed concentrations respectively were 0.50 mg/m3, 0.75mg/m3, 1.00 mg/m3. The research variables were free commit to user variable,
Validitas Keakuratan Struktur Gramatikal 3 2 1 3 2 1
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 360
dilakukan dengan konsentrasi penuh selama 30 (tigapuluh) hari secara berturutturut: 0.50 mg/m3, 0.75 mg/m3, 1.00 mg/m3. Adapun variabel penelitian terdiri atas variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Variabel bebas (independent variable) berupa debu yang berasal dari penggilingan padi, variabel terikat (dependent variable) berupa Pneumonitis Hipersensitif (HP), IgE, IL-4, CD8, IFNγ, sel-sel pencetus terjadinya peradangan (inflammatory cells), dan gambaran histopatologi paruparu mencit, sedangkan variabel kontrolnya adalah ketegangan / respon, bobot, dan usia mencit (Mus Musculus) Balb/c.
dependent variable, and control variable. Independent variable was dust from paddy milling, dependent variables were Hypersensitivity Pneumonitis (HP), IgE, IL-4, CD8, IFN-γ, inflammatory cells, and histopathological picture of mice lung, while control variables were strain, body weight and age of mice (MusMusculus) Balb/c.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 361
3.
(K7p3) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan IgE, namun secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan; terjadi peningkatan pada IL4, CD-8, IFN-γ, selsel pencetus terjadinya peradangan (inflammatory cells), dan histopatologi paru-paru (lung hispatology), dan secara statistik ada perbedaan signifikan antara hasil kajian dan kontrol pada mencit BALB/C.
(K7p3) The research result showed that there was an increase of IgE, yet statistically there was no significant difference; there was an increase on IL-4, CD-8, IFN-γ, inflammatory cells, and lung histopathology and statistically there was a significant difference between the study and control on mice BALB/C.
3
2
1
3
2
1
4.
(K7p4) Kesimpulan dari penelitian ini adalah terjadinya mekanisme respon imun dari Pneumonitis Hipersensitif (HP) sebagai akibat dari adanya debu yang berasal dari penggilingan padi pada mencit (Mus Musculus) BALB/C: dapat disimpulkan bahwa debu yang berasal dari penggilingan padi yang dihirup berulang-ulang melalui rongga paruparu (alveoli)
(K7p4) The conclusion of the research was that the immune response mechanism of Hypersensitivity Pneumonitis (HP) as a result from the exposure of dust from paddy milling on mice (Mus musculus) BALB/C. It could be concluded that dust from paddy milling inhaled repeatedly passed into the alveoli and then it was caught by alveolar macrophages which then generated the increase of IL-4 and commit userIL-4 CD-8. Aftertothat,
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 362
5.
kemudian diserap oleh alveolar macrophages yang kemudian menyebabkan terjadinya peningkatan IL-4, dan CD-8. Setelah itu, IL4 menyebabkan meningkatnya Ig E yang kemudian mengikat mast cells. Sementara itu CD-8 yang ditopang adanya IFN-γ yang kemudian menggerakkan alveolar macrophages dan mengikat sejumlah neutrophyl dan mast cells yang kemudian menyebabkan terjadinya peradangan. Peradangan yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan lain dan hal ini dapat mengakibatkan terjadinya Pneumonitis Hipersensitif (HP). (K7p5) Disarankan bahwa: ada baiknya untuk mengulangi pemberian / perlakuan lebih lama lagi sehingga kerusakan paru-paru dapat diamati lebih jelas terutama pada saat terjadinya granuloma dalam paru-paru. Kata Kunci:
generated the increase of IgE which afterward attracted mast cells while CD8 expressed IFN-γ which then activated alveolar macrophages and attracted a number of neutrophil and mast cell which subsequently induced inflammation. The inflammation occurred would develop into other tissue damage and led to Hypersensitivity Pneumonitis (HP).
(K7p5) It was suggested that: it be better to repeat with longer exposure time so that the damage in lung be seen more clearly sepecially the occurrence of granuloma in lung. Keywords: Hypersensitivity commit to(HP), user dust Pneumonitis
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 363
Pneumonitis Hipersensitif (HP), debu dari penggilingan padi
from paddy milling
Tabel Penilaian Keberterimaan: (Struktur Abstrak, Koherensi Teks, & Struktur Gramatikal) Terjemahan Teks Abstrak Disertasi K-7
Nilai
Struktur Abstrak 3 2 1
Aspek Koherensi Teks 3 2 1
Struktur Gramatikal 3 2 1
Total
Rerata
CATATAN: Paragraf 1. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 364
Tabel Penilaian: Keakuratan / Kesepadanan Makna dan Keberterimaan* Terjemahan Teks Abstrak Disertasi T-1 P r Tsu g 1. (T1p1) Saat ini pembahasan fungsi hanya memegang peranan kecil dalam arsitektur, padahal tanpa fungsi sebuah bangunan bagaikan kehilangan fondasinya. Fungsi merupakan elemen yang tidak bisa dihilangkan dalam arsitektur. Pada abad XXI ini arsitektur sudah dihadapkan pada tantangan yang harus ditanggapi yaitu: masalah humanity, nature, dan technology dalam konteks sustainable architecture. Untuk menanggapinya dilakukan penelitian mengenai fungsi pada arsitektur yang mampu menghadapi tantangan yang harus dihadapi. 2. (T1p2) Penelitian ini ada dalam ranah teoritis, dan merupakan penelitian kualitatif, dengan obyek studi berupa pustaka dan data tertulis yang sudah
Validitas Keakuratan Struktur Gramatikal (T1p1) Recently, 3 2 1 3 2 1 function as a subject have only received a small part in architectural discussion. Meanwhile without function, a building seems have no foundation. Function is ineliminable element within the architectural. At 21th century, architecture face the challenges that must be answered: problems of humanity, nature and technology in sustainable architecture. The research objective is examining carefully how function used when face the challenges. Tsa
(T1p2) This is a theoretical and qualitative research, which the object of study are literature, criticism and other written data. The most commit to user suitable method used
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 365
dipublikasikan. Metoda yang paling sesuai untuk mendiskripsi fungsi dan membuat proposisinya adalah logical argumentation dan metode kritik. Hasil yang didapat, berupa proposisi tentang fungsi yang ternyata menunjuk kepada konteks humanisme yang sesuai tantangan abad XXI, dengan fungsi pelestarian alam, fungsi teknologi, dan fungsi humanity beserta masingmasing pokok pikiran fungsi di masingmasing isyu tantangannya. 3. (T1p3) Fungsi hasil diujikan kepada pemikiran Jean Nouvel dan YB. Mangunwijaya. Masing-masing, Jean Nouvel maupun YB. Mangunwijaya menunjukkan kemampuan di beberapa pokok pikiran fungsi yang ada namun tidak semuanya. Hasil akhir penelitian diharap mampu menambah wawasan dan alternatif acuan teori dalam arsitektur. Kata kunci:
to describe the function and to make the proposition about function, are logical argumentation and critical method. The result is the proposition about function, with humanism context according to the 21th century‟s challenges.
(T1p3) The result then tested to Jean Nouvel and YB.Mangunwijaya architectural thinking. Jean Nouvel and YB.Mangunwijaya have ability to face the challenges but not all. It is hoped that the result will enrich architectural knowledge and giving an alternative references in architecture. Keyword: architecture, function, 21th century commit to user challenges, Jean
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 366
arsitektur, fungsi, tantangan abad XXI, Jean Nouvel, YB.Mangunwijaya
Nouvel, YB.Mangunwijaya
4.
3
2
1
3
2
1
5.
3
2
1
3
2
1
Tabel Penilaian Keberterimaan: (Struktur Abstrak, Koherensi Teks, & Struktur Gramatikal) Terjemahan Teks Abstrak Disertasi T-1
Nilai
Struktur Abstrak 3 2 1
Aspek Koherensi Teks 3 2 1
Struktur Gramatikal 3 2 1
Total
Rerata
CATATAN: Paragraf 1 1. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 367
Tabel Penilaian: Keakuratan / Kesepadanan Makna dan Keberterimaan* Terjemahan Teks Abstrak Disertasi T-2 P rg
1.
Tsu
Tsa
(T2p1)
Validitas
Dalam (T2p1)
perkembangan
The
dan development
and
pembangunan
constructions in such
perkotaan,
an
menguatnya
increase in economic
urban
area,
the
kepentingan ekonomi interests has frequently sering
mengganggu disturbed the existence
eksistensi
lansekap of SCL, which has
koridor jalan (LKJ). caused Kondisi
negative
telah impacts on the city‟s
ini
menimbulkan dampak environment. negative
An
bagi understanding of the
lingkungan perkotaan. benefits of the SCL Untuk itu diperlukan function
as
an
pemahaman terhadap environmental manfaat dari fungsi shaping LKJ
dapat
system
is,
urgently
nilai required, so that the
lingkungan, sehingga efforts
lansekap
agent
sebagai therefore,
pembentuk
value-
to
tercipta sustainability kota kota
berkelanjutan.
create of
the
dan city‟s landscape and yang system will produce a good result. commit to user
Keakuratan
Struktur Gramatikal
3
3
2
1
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 368
2.
(T2p2) Penelitian ini (T2p2) bertujuan
The
untuk research is aimed at
menemukan konsepsi finding model
current
a
model
perencanaan, concept of planning,
perancangan
dan designing,
pengembangan
LKJ developing
di
and SCL
perkotaan urban areas based on a
berdasarkan penilaian cognitive kognitif
para of
pemangku
assessment
the
stakeholders
through
kepentingan analisis
in
analyses
of
melalui existence,
eksistensi, performance,
performansi, persepsi, perception, preferensi,
keragaan preferences, aesthetic-
estetis-arsitektural;
ecologycal- social and
ekologis-biofisik;
economic,
sosial; dan ekonomi, participation, partisipasi,
dan appreciation
apresiasi
and of
the
tentang benefits of its main
manfaat dari fungsi function. The research utamanya. Penelitian was carried out in the dilakukan
di
Kota city of Malang, which
Malang
yang is represented by 12
ketersediaannya
SCLs.
The
method
direpresentasikan
applied in the research
pada 12 LKJ. Metode was a combination of penelitian
yang qualitative
digunakan merupakan quantitative gabungan
metode The
kualitatif kuantitatif.Alat
data
and methods. analysis
dan carried out includes commit to user scenic beauty
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 369
analisis
yang estimation,
semantic
digunakan
adalah differensial
analysis,
scenic
beauty correlation,
principal
semantic component
analysis,
estimation, differensial,
cluster
analysis,
correlation, principal contingent component
valuation
analysis, methods.
cluster analysis dan contingent evaluation methods. 3.
(T2p3)
Hasilnya: (T2p3)
eksistensi
The
LKJ shows that the existing
bernilai cukup tinggi. SCLs Performansinya
are
valuable.
beragam dan ada yang performance belum
Their varies,
dan not in their optimum publik performance.
tertinggi adalah LKJ have berjalur
very
optimal, and some of them are
persepsi preferensi
result
their
pedestrian perception
People highest and
dan bermedian hijau. preference on the SCL Kualitas
estetis- facilitated
with
yang sidewalks
or
arsitektural tinggi
secara padestrians‟ pathways
substansial
diikuti and
green
medians.
kualitas The
high
aesthetic-
oleh
ekologis-biofisik yang architectural
quality
tinggi pula, demikian should be substantially sebaliknya.
Secara followed by a high
ekologis-biofisik,
ecological-biophysical commit to user kualitas LKJ masih quality, and vice versa.
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 370
sesuai dengan baku Ecologicallymutu.
Potensi biophysically,
partisipasi
the
publik quality of the SCLs
tercermin dari surplus
nilai within the city being
konsumen researched still meets
LKJ relatif besar, dan the required standard dipengaruhi oleh taraf quality. The potentials pendidikan
dan of public participation
pendapatan.
Nilai are reflected in the
lingkungan
LKJ relatively high surplus-
terkelompok menjadi value
of
SCL
dua, yakni gabungan consumers, and by and estetis-arsitektural,
large
influenced
by
ekologis-biofisik dan levels of education and sosial, dan kelompok income. fungsi
The
ekonomi, environmental
dimana
values
fungsi shaped by SCL are
ekonomi lebih rendah clustered nilainya.
into
Apresiasi categories,
two
i.e.,
the
publik terhadap nilai category of combined lingkungan
aesthetic-architectural
dipengaruhi tingkat dan
oleh and
ecological-
pendidikan biophysal values, and
latar
belakang the
category
of
yang bertaut dengan economic functions, in bidang arsitektur dan which such functions lingkungan. Dari hasil are valued as lower ini
diformulasikan than
the
konsepsi model secara category. terpadu
former People‟s
yang appreciation on the commit to user mengakomodasi environmental values
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 371
keempat fungsi LKJ is influenced by levels dan aspirasi publik.
of
education
and
architecture-andKata
kunci
konfigurasi,
: environment
kualitas backgrounds. Based on
estetis-ekologis, lansekap jalan,
related
the
result
of
this
koridor research, a concept of nilai integrated model has
lingkungan,
publik been formulated that
warga kota.
will accommodate the four functions of SLC and public aspirations. Key words: aestheticecological
quality,
configurations, environmental values, urban citizens, street corridor landscape. 4.
3
2
1
3
2
1
5.
3
2
1
3
2
1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 372
Tabel Penilaian Keberterimaan: (Struktur Abstrak, Koherensi Teks, & Struktur Gramatikal) Terjemahan Teks Abstrak Disertasi T-2
Nilai
Struktur Abstrak 3 2 1
Aspek Koherensi Teks 3 2 1
Struktur Gramatikal 3 2 1
Total
Rerata
CATATAN: Paragraf 1 : 1. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 373
Tabel Penilaian: Keakuratan / Kesepadanan Makna dan Keberterimaan* Terjemahan Teks Abstrak Disertasi T-3 P rg 1.
Tsu
Tsa
Validitas Keakuratan Struktur Gramatikal (T3p1)There are a lot 3 2 1 3 2 1
(T3p1)Pembentukan ruang
permukiman of factors contributing
pada
dasarnya to the formation of
ditentukan
oleh space
in
settlement,
banyak
faktor, among
diantaranya
adalah culture. One of the
budaya.
Salah
which
satu important
aspek budaya penting aspects adalah terkait dengan especially
is
cultural is
ritual, rites
of
ritual, khususnya rites passage or life cycle of passage atau daur and religion. This ritual hidup dan keagamaan. always
occurs
Ritual ini merupakan repeatedly inisiasi dasar manusia generation.
for As
each
sehingga
selalu ritual are conducted in
dilaksanakan
secara a particular place and
berulang dan turun space in a settlement, temurun.
Mengingat the formation of space
setiap
ritual based on ritual can
dilaksanakan
apparently be seen.
masyarakat
dalam
tempat
ruang
dan
tertentu
di
permukiman, akan
dapat
maka dilihat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 374
pembentukan
ruang
permukiman berbasis budaya ritual. 2.
(T3p2)Masyarakat
(T3p2)Sasak
people,
Sasak khususnya di especially those living Desa Puyung dikenal in Puyung village, are sebagai
masyarakat very religious and the
religius yang cukup generally
adhere
to
erat memegang adat. their customs. In spite Meskipun
demikian of this, the culture,
budaya
termasuk including
ritual
di
the
ritual
dalamnya undergo changing. The
akan
selalu obvious impacts of the
mengalami
changing
are
the
perubahan,
sehingga alteration of space in
perubahan
budaya the settlement, and the
akan
dapat sustainability of their
memengaruhi
identity. On the basis
pembentukan
ruang of this a research on
pemukiman
dan The Formation Space
keberlanjutan identitas
in
atau
pemukiman
The
Settlement
cirri based on Ritual Culture is worth conducting.
masyarakat
Sasak. Identifying
Untuk
itulah alteration
the and
the
diperlukan pengkajian sustainability of ritual pembentukan pemukiman
ruang in the formation of berbasis space, it is suggested
budaya ritual terkait that we be able to daur
hidup
keagamaan.
dan maintain the existence commit to user Dengan of the formation space
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 375
diketahui dan
perubahan in Sasak settlement.
kebertahanan
ritual
dalam
pembentukan
ruang
pemukiman selanjutnya
dapat
disarankan
upaya
menjaga keberlanjutan pembentukan
ruang
pemukiman Sasak. 3.
(T3p3)Mengingat kajian
ini
(T3p3)Ethnography is
berbasis applied as the main
pada budaya ritual, method in the present maka
digunakan research,
metode
and
etnografi phenomenology is used
sebagai metode dasar, for
interpreting
dan selanjutnya untuk meaning,
the
meanwhile
memahami maknanya place-centered digunakan
metode technique is utilized to
fenomenologi.
describe
Selanjutnya
untuk based
menggambarkan pembentukan
the
ritual-
formation
of
space in settlement by ruang which
the
specific
dari fenomena budaya places for conducting ini akan digunakan the ritual are identified. pemetaan
melalui In addition, to uncover
place centred dengan what the inhabitants mengidentifikasi
generally do during the
tempat dan lintasan ritual, person-centered commit to user ritual dalam ruang technique is employed.
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 376
pemukiman
dan Next,
discourse
person centred untuk analysis is utilized for mengidentifikasi pergerakan ritual. untuk
identifying
the
pelaku alterations
and
the
Selanjutnya various of the ritual. melihat
dan
mengidentifikasi perubahan dan varian pelaksanaan digunakan
ritual analisis
wacana. 4.
T3p4)Melalui
studi T3p4) On the basis of
ini diharapkan dapat the
result
of
research, it is expected
keberlanjutan
that the strategies of
pemukiman
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
this
diformulasikan
pembentukan
3
ruang maintaining
the
berbasis formation of space of
budaya
ritual the Settlement Based
masyarakat Sasak di on Ritual Culture in Desa Selanjutnya
Puyung. Sasak
people
melalui especially in Puyung
upaya
village
memertahankan
mounted.
can
budaya ritual ini akan maintaining
be By the
tetap dikenali ruang culture, the space of
5.
pemukiman Sasak.
Sasak settlement can
Kata kunci: budaya ritual, ruang pemukiman, dan Sasak.
be identified. Key words: ritual, space-settlement, and Sasak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 377
Tabel Penilaian Keberterimaan: (Struktur Abstrak, Koherensi Teks, & Struktur Gramatikal) Terjemahan Teks Abstrak Disertasi T-3
Nilai
Struktur Abstrak 3 2 1
Aspek Koherensi Teks 3 2 1
Struktur Gramatikal 3 2 1
Total
Rerata
CATATAN: Paragraf 1 1. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 378
Tabel Penilaian: Keakuratan / Kesepadanan Makna dan Keberterimaan* Terjemahan Teks Abstrak Disertasi T-4 P rg 1.
Tsu
Tsa
Validitas Keakuratan Struktur Gramatikal publik (T4p1) Public space 3 2 1 3 2 1
(T4p1)Ruang
merupakan salah satu such as public park, elemen penting ruang football kota
dan
menjadi others,
kebutuhan
field
and
is
an
bagi importantelement
of
penduduk perkotaan. urban space for the Ruang publik dapat need of urban dwellers. berupa
taman, However, along with
lapangan
olahraga, the rapid change in
dan lain-lain. Seiring urban development and makin
pesatnya economic interests, the
perkembangan dan
kota existence
of
public
menguatnya space is in trouble, it
kepentingan ekonomi, decreases both in term eksistensi
ruang of amount and quality
publik di lingkungan in the urban area. pemukiman terganggu karena luasan yang makin berkurang. 2.
(T4p2)Tujuan
(T4p2)The aim of the
penelitian ini untuk study is to understand memahami dinamika the
dynamic
of
ruang publik eksklusif exclusive and inclusive dan
inklusif
memelajari
serta public
space
which
faktor emerges in new commit to user
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 379
internal dan eksternal settlement of middle yang berperan pada lower dinamika publik
income
ruang community. The study
di
kawasan is
pemukiman
conducted
to
investigate the role of
masyarakat menengah internal and external ke
bawah.
Ruang factors played in the
eksklusif adalah ruang dynamic
of
public
yang digunakan oleh space. Exclusive space kelompok
tertentu, is space that is used
bersifat tertutup dan only by specific group terbatas serta terletak in certain settlement. di
bagian
dalam On the other hand, the
pemukiman.
Sedang inclusive space is an
ruang inklusif adalah open space that can be ruang
yang
dapat accessed by all, located
oleh
siapa around a settlement or
diakses
pun, bersifat terbuka as
border
to
other
dan terletak di sekitar settlement. kawasan
atau
berbatasan kawasan
dengan lain
di
pemukiman. 3.
(T4p3)Metoda penelitian
(T4p3)The yang method
research used
digunakan
adalah combination
kombinasi
antara qualitative
kualitatif kuantitatif
dan quantitative
was of and method
dengan applied for sociological
pendekatan sosiologi approach for social commit to user tentang ruang sosial. space. Primary data
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 380
Data primer diperoleh was dari
compiled
pengamatan field
terhadap
study
perilaku observation
pengguna publik
from and
to
the
ruang behavior of the user di
penelitian. yang
lokasi when using the open Analisa space. Three types of
digunakan analysis were used in
adalah
analisa order to understand and
domain,
to
komponensial,
explain
the
dan formation process of
analisa proses (tipo- exclusive and inclusive morfologi)
untuk public space. Those are
menemukan
dan domain
analysis,
menjelaskan
proses componential analysis,
pembentukan
ruang and process analysis
publik eksklusif dan (typo-morphology). inklusif. 4.
T4p4)Penelitian menemukan karakteristik
T4p4)The
bahwa reveals
finding that
ruang characteristics
the of
eksklusif dan ruang exclusive and inclusive inklusif pada ruang public space of the publik di pemukiman middle lower housing masyarakat menengah community
are
ke bawah dipengaruhi influenced
by space
oleh
its
besaran
dan dimension
form,
bentuk ruang, batas and space boundary, as ruang,
dan
zonasi well as space zones.
ruang. Faktor budaya, Included in the factors kebiasaan pengalaman
dan affecting are the commit to user dwellers culture,
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 381
seseorang juga turut custom,
and
mempengaruhi
The
karakteristik
experience. ruang development
of
the
eksklusif dan inklusif. exclusive and inclusive Sedang faktor-faktor public space is affected yang
mempengaruhi by place and space
proses
pembentukan content factors created
ruang eksklusif dan by
bordering,
inklusif adalah wadah clustering,
and
dan isi ruang akibat exclusion-inclusion adanya
proses process. The dynamics
bordering, clustering of dan
exclusive
and
exclusion- inclusive public space
inclusion.
mostly caused by the
Kedinamikaan ruang space user‟s activities publik eksklusif dan and time that created inklusif
dipengaruhi overlapping pattern. In
oleh jenis kegiatan, addition the factors of kelompok pengguna, spatial behavior, space dan
waktu
membentuk
yang density, the intensity of pola space use also affect
tumpang tindih. Di the dynamic of space. samping
itu
faktor Therefore, public space
perilaku
keruangan, is not only related to
kepadatan ruang dan the intensitas pemanfaatan juga
characters
physical
of
spatial
ruang architecture but also
mempengaruhi embraces the social,
kedinamikaan ruang. culture, economy, law, Dengan
demikian, and other aspects of ruang publik bukan life. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 382
sesuatu yang bersifat fisik,
spasial, Keywords: public open
arsitektural namun
saja, space,
exclusive-
mempunyai inclusive, and a middle
aspek sosial, budaya, lower class settlement. ekonomi, hukum dan sejenisnya. Kata kunci: Ruang Publik, EksklusifInklusif dan Permukiman Masyarakat Menengah Ke bawah. 5.
3
commit to user
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 383
Tabel Penilaian Keberterimaan: (Struktur Abstrak, Koherensi Teks, & Struktur Gramatikal) Terjemahan Teks Abstrak Disertasi T-4
Nilai
Struktur Abstrak 3 2 1
Aspek Koherensi Teks 3 2 1
Struktur Gramatikal 3 2 1
Total
Rerata
CATATAN: Paragraf 1. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 384
Tabel Penilaian: Keakuratan / Kesepadanan Makna dan Keberterimaan* Terjemahan Teks Abstrak Disertasi T-5 P rg 1.
Tsu
Tsa
(T5p1)Penelitian
Validitas Keakuratan Struktur Gramatikal on 3 2 1 3 2 1
(T5p1)Research
ruang bersama lansia elderly common space sangat berguna untuk is useful to support mendukung
higher quality of their
peningkatan kualitas life. This support is kehidupannya. Hal ini important agenda in juga
merupakan national
agenda
penting
and
global.
di One big discussion in
tingkat nasional dan older people research global.
Salah
bahasan agenda
connection
dalam physical
environment need
of
dengan socialization. ini
tentang
These
adalah researches also deeply hubungan analyse those problem
lingkungan dengan
fisik with
specific
kebutuhan discussion of common
bersosialisasi Penelitian
lansia. space
ini
mendalami tersebut
theory
akan interaction
teori
masalah elderly in its space.
bahasan ruang
bersama dan interaksi antar
lansia
yang
and
between
dengan
spesifikasi pada
the
penelitian with
berkaitan lansia
satu is
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 385
terjadi di dalamnya. 2.
(T5p2)Penggunaan
(T5p2)The
ruang bersama oleh common
use
of
space
for
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
lansia di panti werdha elderly in their elderly menjadi
perhatian house
became
dalam penelitian yang important aspect in this akan dilaksanakan ini. research. The elderly Penggunaan
ruang usages
of
common
bersama oleh lansia space will show from tercermin
melalui the usage pattern of
pola dan perulangan their space. Research yang
diperlihatkan will
analyze
lansia
dalam quantitative
menggunakan
ruang sociogram
from and
connected
bersamanya. Analisa with the usage pattern dilaksanakan dari sisi of their common space. kuantitatif dan analisa diagram
sosiogram
berkaitan penggunaan
dengan ruang
bersama oleh lansia. 3.
(T5p3)Metodologi penelitian dilaksanakan
yang methodology that held dalam here
penelitian adalahCombined Strategies
(T5p3)Research
is
Combined
ini Strategies
(Mixed-
Methodology)
(Mixed- research
Methodology) dengan focus
tactics on
with are data
taktik penelitian yang collection and analysis. dilakukan
adalah Important point in this commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 386
berfokus pada koleksi research analyse are data dan analisa. Titik co-presence, penting dalam analisa movement,
and
penelitian
adalah common space usage
berkaitan
dengan pattern.
kehadiran
The
result
bersama, contribution
and
interaksi, pergerakan research originality are antar ruang, dan pola finding the process to penggunaan
ruang develop
elderly
bersamanya. Temuan common
space,
yang
space
berupa common
kontribusi
dan characteristics, factors
orisinalitas penelitian that creates common ini
adalah
pada space
and
penemuan
proses Environmental Social
terbentuknya
ruang Value (NSL).
bersama, dan
sifat-sifat Key
words:
faktor-faktor Pattern,
pembentuknya
Usage
Interaction,
serta Common Space
Nilai Sosialisasi pada Lingkungan (NSL). Kata kunci: Pola penggunaan, Interaksi, Ruang bersama. 4.
3
2
1
3
2
1
5.
3
2
1
3
2
1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 387
Tabel Penilaian Keberterimaan: (Struktur Abstrak, Koherensi Teks, & Struktur Gramatikal) Terjemahan Teks Abstrak Disertasi T-5
Nilai
Struktur Abstrak 3 2 1
Aspek Koherensi Teks 3 2 1
Struktur Gramatikal 3 2 1
Total
Rerata
CATATAN: Paragraf 1 1. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 388
Tabel Penilaian: Keakuratan / Kesepadanan Makna dan Keberterimaan* Terjemahan Teks Abstrak Disertasi T-6 P rg 1.
Tsu
Tsa
(T6p1)Pemodelan hujan-aliran
(T6p1)Rainfall-runoff
dalam modeling in order to
rangka mengestimasi estimate
the
flood
debit banjir rencana design requires high membutuhkan
data resolution
hujan resolusi tinggi (hourly) (jam-jaman). umumnya,
data.
In
Pada general, in Indonesia, di there
Indonesia
rainfall
are
lack
of
yang automatic rain gauges
tersedia adalah alat providing pengukur
high
hujan resolution rainfall, and
harian, sedangkan alat a number of daily rain pengukur
hujan gauges, on the other
otomatis
(yang hand, is available. This
menyediakan
data is
hujan
jam- rainfall-runoff
secara
jaman)
an
obstacle
for
jumlahnya modeling.
This
terbatas. Penelitian ini research is aimed to bertujuan
untuk create
a
model
membuat
model disaggregated
of
daily
disagregasi data hujan rainfall data into hourly harian menjadi jam- rainfall data in order to jaman
guna provide input for flood
menyediakan
input modeling. The research commit to user
Validitas Keakuratan Struktur Gramatikal 3 2 1 3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 389
data
pemodelan is conducted in a single
banjir. Data diambil location dari
satu
at
Sentral
lokasi Station. The data used
stasiun
pengukur in this modeling is the
hujan
di
stasiun rainfall data series in
Sentral, Bondowoso, December from 2005 Jawa
Timur.
Data to
2008
yang digunakan untuk station, memodelkan data
in
Sentral
Bondowoso
adalah East Java.
series
bulan
Desember dari tahun 2005-2008. 2.
(T6p2)Penelitian mencoba
ini (T6p2)This study tries
untuk to disaggregating daily
mendisagregasi
data scaled rainfall data to
hujan
jam- hourly scaled rainfall
skala
jaman dari data hujan data skala
using
periodic
harian auto-regression model
menggunakan model (PAR (1)24) coupled time
series
regresi (PAR(1)24) diberi dengan adjusting
auto- with
adjusting
Periodik filtering
procedures.
yang The model is employed perlakuan for prosedur hourly dan daily
estimating
the
rainfall
from
rainfall.
The
filtering. Metode yang Bayesian digunakan
and
dalam Chain
Markov
Monte
proses estimasi model (MCMC),
Carlo
WinBUGS
ini adalah Bayesian 1.4 is utilized for the Markov Chain Monte purpose. The commit to user Carlo (MCMC) yang evaluation of model is
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 390
dibantu
dengan compared the results
software
statistik provided by the Heytos
WinBUGS 1.4. Model program. Furthermore, ini dievaluasi melalui the prediction of the membandingkan
disaggregated data is
model dengan hasil modeled implementasi Heytos. Matlab
by
using
linked
with
Selanjutnya, prediksi WinBUGS. model hujan
disagregasi ini
dibantu
dengan Matlab yang dihubungkan dengan WinBUGS. 3.
(T6p3)Hasil simulasi (T6p3)The simulation 24
24
model PAR (1) yang model of PAR (1) diberi
perlakuan coupled with adjusting
dengan adjusting dan and filtering
filtering
ini procedures
memberikan
gives
nilai Mean Absolute Error
MeanAbsolute Error (MAE) value of 0.44. (MAE) sebesar 0,44. This Model
ini
model
has
mampu successfully increased
meningkatkan kinerja the performance of the sebesar
15%
dibandingkan
jika output
by
15%
hasil compared to the results
aplikasi
Heytos. of Heytos application.
Kinerja
prediksi This
model
model
menunjukkan demonstrates
better
hasil
yang
bagus prediction of maximum
untuk
tinggi
hujan rainfall depth commit to user(only
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 391
maksimum
(selisih 6.1% differ from the
tinggi hujannya hanya observation) than the 6,1% terhadap tinggi Heytos. The realibility hujan
observasi). of this model is tested
Keandalan model ini for 2 conditions. Firstly telah diuji untuk dua is by implementing the kejadian.
Pertama, model to the rainfall
implementasi
untuk data
in
December
bulan Desember tahun 2009. 1 shows that this 2009
memberikan model
kinerja
yang bagus significantly well
dengan
nilai
0.37.
MAE disaggregating
Kedua,
in the
hasil rainfall data from daily
kalibrasi
dan to
implementasi untuk
works
hourly
with
the
model MAE value of 0.37.
bulan-bulan Secondly
is
by
lain selain Desember calibrating
and
tahun
the
2005-2008 implementing
menunjukkan bahwa model to the rainfall model
ini
mampu data
mendisagregasi
pada
bulan
Pemanfaatan
shows
–
that
this
terutama parameter model works basah. well mostly for the wet data seasons.
hasil disagregasi telah obtained diuji
Januari
data Nopember 2005-2008.
hujan dari harian ke It jam-jaman
in
The
data
from
the
dalam model has been used
perhitungan hidrograf for developing a flood banjir dengan hasil hydrograph yang memuaskan
and
the
sangat result shows the commitwith to user karena similarity the one
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 392
mengahsilkan
build
by
using
hidrograf banjir yang observed data. polanya mirip dengan hidrograf banjir yang Key word: rainfall disaggregation, dibangun dari data periodic autoregression (PAR), observasi. Bayesian, adjusting, Kata kunci: filtering disagregasi data hujan, PAR, Bayesian, adjusting, filtering. 4.
3
2
1
3
2
1
5.
3
2
1
3
2
1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 393
Tabel Penilaian Keberterimaan: (Struktur Abstrak, Koherensi Teks, & Struktur Gramatikal) Terjemahan Teks Abstrak Disertasi T-6
Nilai
Struktur Abstrak 3 2 1
Aspek Koherensi Teks 3 2 1
Struktur Gramatikal 3 2 1
Total
Rerata
CATATAN: Paragraf 1. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 394
Tabel Penilaian: Keakuratan / Kesepadanan Makna dan Keberterimaan* Terjemahan Teks Abstrak Disertasi T-7 P rg 1.
Tsu
Tsa
(T7p1)Surabaya
Validitas Keakuratan Struktur Gramatikal as 3 2 1 3 2 1
(T7p1a)Surabaya
sebagai kota terbesar the second biggest city kedua di Indonesia in setelah
Indonesia
after
Jakarta, Jakarta is faced by
dihadapkan
pada traffic congestion and
kemacetan lalu lintas pollution . It is caused dan polusi. Hal ini by the density from disebabkan
karena various
kepadatan lalu lintas either dari
on
primary
or
berbagai secondary artery road.
kendaraan arteri
vehicles
di
baik
maupun
jalan The growth of cars and primer motorcycles have made
sekunder. the
Pertumbuhan
road
full
with
various problem for the
kendaraan dan sepeda last
5
years.
Now,
motor untuk 5 tahun Surabaya which relies terakhir,
membuat on
the
trade
and
jalan dipenuhi dengan services sector of 58%, berbagai
macam industry sector of 41%
persoalan. Sekarang, and agriculture sector Surabaya
of 1% has made the
mengandalkan sektor city grow very quickly. perdagangan dan jasa Hence,
people
can
58%, sektor industri easily buy cars and 41%
dan
sektor motorcycles to help commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 395
pertanian 1% telah them membuat
in
many
activities. The Local
pertumbuhan
kota Government
amat cepat. Sehingga position penduduk
in
could
its not
dapat balance the building of
dengan
mudah a new road to service
membeli
mobil their activities through
maupun sepeda motor activities
driving
in
guna
membantu good manner.
mereka
melakukan (T7p1b)The problems
aktivitas
mereka. occur is to inform the
Pemerintah
lokal level of services of
dalam
posisinya artery road, to make a
belum
dapat mapping the growth of
mengimbangi
artery road from year
pembangunan
jalan to year, to optimalize
raya
baru
melayani
untuk artery road basic in kegiatan traffic management by
mereka
dalam spatial planning.
berkendara
dengan
perilaku
baik.
Permasalahan
yang
timbul
adalah
mengkaji
kinerja
jalan-jalan arteri di Kota
Surabaya,
memetakan pertumbuhan
jalan
arteri dari tahun ke tahun,
melakukan
optimalisasi
jalan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 396
arteri
berdasarkan
sistem
manajemen
lalu
lintas
secara
spasial. 2.
(T7p2)Dengan
(T7p2)By
using
menggunakan kajian evaluation study of the evaluasi kinerja jalan level of services and dan sistem informasi remote geografis,
sensing
serta especially
optimalisasi
in
geographical
manajemen lalu lintas information system and dengan
rencana also
optimalizing
spasial
diharapkan traffic
management
dapat
menjawab with spatial planning, it
segala
pertanyaan can be hoped that there
penelitian tersebut. HCM
is an answer all of the
2010, research questions.
memberikan dalam
arahan HCM
2010,
gives
in
road
klasifikasi directon
jalan yang membantu classification to help melihat kinerja jalan, observed sedangkan informasi
level
of
sistem services, by the way dapat information
system
membantu
also help to visualize
memvisualisasikan
attribute or growth of
atribut
maupun artery road that served
pertumbuhan arteri
dapat
jalan in layer by layer. tersaji In this analysis is used
secara layer per layer Pearson
Correlation
metoda from SPSS 15 – commit to user tumpang susun. AMOS for knowing dalam
arti
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 397
Dalam
analisis various variables that
digunakan
Pearson influence artery road.
Correlation (SPSS 15) The variables is PDRB, guna
mengetahui Inhabitants,
beberapa yang
Vehicles
variabel will be observed by
mempengaruhi regression
jalan arteri. Variabel
correlation tersebut result
can
and and made
the a
adalah PDRB, Jumlah model. The model is a Penduduk dan Jumlah function: Kendaraan
Length
of
yang Primary Artery = 577 +
dikaji dengan regresi 0,00000096 PDRB – maupun
–
korelasi, AHDK
hasil
diharapkan 0,00021596Sum
–
dapat menjadi suatu Inhabitants pemodelan.
of
Model 0,000003534 Sum of
tersebut adalah suatu Vehicles. persamaan:
Panjang
Jalan Arteri primer = 577
+
0,00000096
PDRB – AHDK – 0,00021596 Penduduk
Jumlah –
0,000003534 Jumlah Kendaraan. 3.
(T7p3)Hal disimpulkan
ini (T7p3)It
be
bahwa concluded that there
ada Sirkulasi Ekuator are harus
can
an
dibangun Circulation
Equator must
be
diantara jalan arteri built among the artery commit to user agar supaya dapat road in order can
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 398
memecahkan
solved
the
problem
persoalan kemacetan congestion dalam
as
optimalisasi optimalizing
traffic
manajemen lalu lintas management
with
dengan
perencanaan spatial
spasial di Surabaya.
planning
in
Surabaya.
Kata kunci: Kinerja Keyword:
Level
of
Jalan,
SIG, Services,
Optimalisasi
Jalan Optimalization Artery
Arteri, Ekuator.
Sirkulasi Road,
SIG,
Equator
Sirculation.
4.
3
2
1
3
2
1
5.
3
2
1
3
2
1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 399
Tabel Penilaian Keberterimaan: (Struktur Abstrak, Koherensi Teks, & Struktur Gramatikal) Terjemahan Teks Abstrak Disertasi T-7
Nilai
Struktur Abstrak 3 2 1
Aspek Koherensi Teks 3 2 1
Struktur Gramatikal 3 2 1
Total
Rerata
CATATAN: Paragraf 1 1. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 400
Tabel Penilaian: Keakuratan / Kesepadanan Makna dan Keberterimaan* Terjemahan Teks Abstrak Disertasi T-8 P rg 1.
Tsu
Tsa
Validitas Keakuratan
(T8p1)Air
bersih (T8p1)Water is one of
merupakan salah satu the kebutuhan
dasar However,
manusia. tidak
public
needs. not
all
Namun, peoples receive water
semua
negara
warga services. Low level of dapat water
services
is
menikmati pelayanan related to the failure of air bersih. Rendahnya water and sanitation tingkat pelayanan air developments in 1970bersih
ini
dengan
terkait 2000,
especially
in
kegagalan rural areas. In the era,
pembangunan
air many
minum
water
dan infrastructures
penyehatan
not
were
sustainable
lingkungan era 1970- operation
in and
2000, khususnya di maintenance. pedesaan. Pada era Experience tersebut,
in
other
banyak countries showed that
sarana dan prasarana failure was caused by air minum yang tidak lack berkelanjutan
pemeliharaannya.
Negara
community
dalam participation and lack
pengoperasian
Pengalaman
of
dan of acceptance di technology.
community of In
new the
lain future, the government commit to user
3
2
1
Struktur Gramatikal 3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 401
menunjukkan bahwa would improve water kegagalan
sering services for the poor in
disebabkan
oleh rural areas. Therefore,
kurangnya partisipasi research related to the masyarakat
dan sustainability of water
kurangnya
supply
penerimaan
conducted. Results of
masyarakat teknologi
terhadap the
masa
baru.
yang
datang,
system
research
will
Di contribute to problem akan solving in rural water
pemerintah supply development in
berupaya
the future.
meningkatkan pelayanan air bersih bagi
masyarakat
miskin di pedesaan. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian
yang
berkaitan
dengan keberlanjutan system penyediaan air bersih yang hasilnya dapat
was
memberikan
kontribusi solving
problem pada
pelaksanaan pembangunan
air
bersih
pedesaan
di
masa
yang
akan
datang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 402
2.
(T8p2)Penelitian
(T8p2)Research
dilakukan di 24 desa conducted
was
in
di sembilan kabupaten villages
in
24 nine
dalam wilayah daerah districts in the Brantas aliran sungai (DAS) River Brantas.
Basin.
The
have
water
Desa-desa villages
tersebut
merupakan supply
system
desa yang memiliki managed
that by
sarana air bersih yang community.
The
dikelola
used
oleh research
masyarakat.
quantitative
Penelitian
qualitative approach by
menggunakan metoda case
and
studies
and
penelitian kuantitatif surveys. Survey aimed dan kualitatif dengan to pendekatan kasus
studi and
dan
Survei
obtain
customers committee
survei. perception of technical, bertujuan financial, social, and
untuk
mendapatkan institutional aspects of
data
persepsi water management. All
masyarakat pelanggan data were quantified in dan
pengelola
air range
0
to
1
and
tentang aspek teknis, analyzed
with
keuangan, sosial, dan statistical
methods,
institusi. Semua data namely
structural
dikuantifikasi
modeling
dalam equation
rentang 0 sampai 1 (SEM). The data are agar dapat dianalisis grouped into several dengan
metoda variables,
including
statistik. Data tersebut planning, management, commit toreliability user dikelompokkan ke community,
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 403
dalam
beberapa of
variabel,
system,
yaitu sustainability
perencanaan,
and of
system.
pengelolaan, masyarakat, keandalan sistem dan keberlanjutan. Analisis
data
menggunakan metoda structural
equation
modeling. 3.
(T8p3)Hasil
(T8p3)Results of the
penelitian
research
memperlihatkan
sustainability
show
that is
bahwa keberlanjutan influenced significantly dipengaruhi
by
signifikan
variables
oleh technology
of
selection,
variabel pemilihan / availability of water penerapan teknologi, sources, ketersediaan
sumber cost,
investment
existence
and
air, biaya investasi, capabilities of operator, keberadaan
dan availability of
spare
kemampuan operator, parts, operation cost, ketersediaan
suku technical
operations,
cadang, biaya operasi, community teknik pengoperasian, participation, partisipasi
and
institutional
masyarakat,
dan management.
This
pengelolaan lembaga. research also results a Penelitian
ini
juga model of sustainability
mengahsilkan model which able to predict commit to user
3
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 404
keberlanjutan
yang sustainability
index.
mampu memprediksi This index is used for indeks keberlanjutan determining level of system penyediaan air sustainability.
The
bersih perpipaan di level of sustainability pedesaan.
Indesks is grouped into three
keberlanjutan
levels,
digunakan
namely
low
untuk sustainability
menentukan
(the
tingkat sustainability index is
keberlanjutan.
less
than
1.320),
Tingkat keberlanjutan medium sustainability dikelompokkan menjadi
tiga,
(the
sustainability
yaitu index
berkelanjutan rendah 1.914),
=
1.320 and
to high
(indeks keberlanjutan sustainability lebih
kecil
(the
dari sustainability index is
1,320), keberlanjutan higher than 1.914). sedang
(indeks Key
keberlanjutan 1,320-1,914), keberlanjutan
= Sustainability,
besar
water
dan supply system, rural tinggi area,
(indeks keberlanjutan lebih
words:
Brantas
River
Basin.
dari
1,941). Kata kunci: Keberlanjutan, system penyediaan air bersih, perdesaan, DAS Brantas. 4.
3
2
1
3
2
1
5.
3
2
1
3
2
1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 405
Tabel Penilaian Keberterimaan: (Struktur Abstrak, Koherensi Teks, & Struktur Gramatikal) Terjemahan Teks Abstrak Disertasi T-8 Aspek Total Rerata Struktur Koherensi Struktur Abstrak Teks Gramatikal 3 3 3 Nilai 2 2 2 1 1 1
CATATAN: Paragraf 1. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 406
LAMPIRAN 4 Tabulasi Nilai Rerata Keakuratan dan Keberterimaan Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Tabel 4.1 Tabulasi Nilai Rerata Keakuratan Terjemahan Teks Abstrak Disertasi No. Data K1P1 K1P2 K1P3 K1P4 K1P5 Total Rrata K2P1 K2P2 K2P3 K2P4 Total Rrata K3P1 Total Rrata K4P1 Total Rrata K5P1 K5P2 K5P3 K5P4 K5P5 Total Rrata K6P1 K6P2 K6P3 K6P4 K6P5 Total Rrata K7P1 K7P2
Rater 1 2 1 2 1 1 7 1,40 3 2 3 2 10 2,50 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 3 11 2,20 1 3 2 2 2 9 1,80 2 2
Keakuratan Rater 2 Rater 3 Rerata 3 2 2,33 2 2 1,66 2 2 2 2 2 1,66 2 1 1,33 11 9 9 2,20 1,80 1,80 3 2 2,66 2 2 2 3 3 3 2 2 2 10 9 9,66 2,50 1,80 2,41 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1,66 2 2 1,66 2 2 1,66 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2,33 10 10 10,33 2 2 2,06 2 2 1,66 1 2 2 1 1 1,33 2 1 1,66 1 1 1,33 7 7 8 1,40 1,40 1,60 3 3 commit to2,66 user 2 3 2,33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 407
K7P3 K7P4 K7P5 Total Rrata T1P1 T1P2 T1P3 Total Rrata T2P1 T2P2 T2P3 Total Rrata T3P1 T3P2 T3P3 T3P4 Total Rrata T4P1 T4P2 T4P3 T4P4 Total Rrata T5P1 T5P2 T5P3 Total Rrata T6P1 T6P2 T6P3 Total Rrata T7P1 T7P2 T7P3 Total Rrata T8P1 T8P2
3 3 2 12 2,40 2 2 2 6 2 3 3 3 9 3 1 1 1 2 5 1,25 1 1 2 3 7 1,75 2 2 2 6 2 2 2 3 7 2,33 2 2 2 6 2 1 2
3 2 2 12 2,40 2 2 2 6 2 2 2 1 5 1,66 2 2 2 2 8 2 2 2 3 2 9 2,25 2 2 2 6 2 2 2 2 6 2 2 2 2 6 2 2 2
2 2,66 2 2,33 2 2 12 12 2,40 2,40 1 1,66 1 1,66 1 1,66 3 5 1 1,66 2 2,33 2 2,33 2 2 6 6,66 2 2,22 2 1,66 2 1,66 2 1,66 2 2 8 7 2 1,75 2 1,66 2 1,66 2 2,33 2 2,33 8 8 2 2 2 2 2 2 2 2 6 6 2 2 1 1,66 2 2 2 2,33 5 6 1,66 2 2 2 2 2 1 1,66 5 5,66 1,66 1,88 2 1,66 2 commit to 2user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 408
T8P3 Total Rrata Total Data
2 5 1,66 103/52 1,98
3 7 2,33
2 6 2
2,33 6 2
107/52
98/52
102,66
2,05
1,88
1,98
Tabel 4.2 Klasifikasi, Predikat dan Prosentase Nilai Rerata Keakuratan Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Nilai
No. Data
Total
Predikat
3
K2P3
1
Akurat
2,66
K2P1, K7P1, K7P3. K1P1, K5P5, K7P2, K7P4, T2P1,T2P2, T4P3, T4P4, T6P3, T8P3 K1P3, K2P2, K2P4, K3P1, K5P1, K5P2, K5P3, K5P4, K6P2, K7P5, T2P3, T3P4, T5P1, T5P2, T5P3, T6P2, T7P1, T7P2, T8P2
3
Mendekati Akurat
5,76%
10
Agak Akurat
19,23%
2,33
2
19
Kurang Akurat
Prosentase (%) 1,92%
36,53%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 409
1,66
1,33
1
K1P2, K1P4, K4P1, K6P1, K6P4, T1P1, T1P2, T1P3, T3P1, T3P2, T3P3, T4P1, T4P2, T6P1, T7P3, T8P1 K1P5, K6P3, K6P5 0
16
3
0 52
Sedikit Kurang Akurat
Mendekati Tidak Akurat Tidak Akurat 100%
30,76%
5,76
0% 100%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 410
4.3 Tabulasi Nilai Rerata Keberterimaan Teks Abstrak: 1) Struktur Gramatikal; 2) Struktur Abstrak: (Struktur, Kohesi, dan Koherensi Tsa); 3) Koherensi Tsa Nilai Rerata Keberterimaan: 1) Struktur Gramatikal; 2) Struktur Abstrak: (Struktur, Kohesi, dan Koherensi Tsa); 3) Koherensi Tsa No. Data
Struktur Gramakal Tsa Rt1 Rt2 Rt3
Struktur Abstrak Tsa
Koherensi Tsa
Rerat a
Rt1
Rt2
Rt3
Rerat a
Rt Rt2 1
Rt3
Rerata
K1
2
2
2
2,00
2
2,33
2,33
2,22
1
3
2
2,00
K2
2
2
2
2,00
2
2,33
2
2,11
2
3
2
2,33
K3
1
1
1
1,00
1,66
2,33
2
2,00
2
2
2
2,00
K4
1
1
1
1,00
1
2
2
1,66
1
2
2
1,66
K5
2
2
2
2,00
2
2,33
2
2,11
2
3
2
2,33
K6
2
2
2
2,00
2,66
2
1,33
2,00
3
2
1
2,00
K7
3
2
2
2,33
2,66
1
2,33
2,00
3
1
2
2,00
12
12
12
12,3 3
14
14,3 3
14
14,10
1 4
16
13
14,33
1,7 1
1,7 1
1,7 1
1,76
2,00
2,05
2,00
2,01
2, 0 0
2,2 8
1,86
2,04
T1
1
1
1
1,00
1,66
2
2
1,88
2
2
2
2,00
T2
2
2
2
2,00
2
1,66
2,33
2,00
2
3
2
2,33
T3
2
2
2
2,00
1,33
1
2,66
1,66
1
1
2
1,33
T4
2
2
2
2,00
2
1
2,33
1,77
2
1
2
1,66
1
1,3 3
1,3 3
1,22
1
1
2
1,33
1
1
2
1,33
2
1,3
1,6
1,66
1,66 commit1to user2
1,55
1
1
2
1,33
Total
Rerat a
T5
T6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 411
3
6
T7
1,3 3
1,3 3
1,3 3
1,33
1,33
1
2
1,44
1
1
2
1,33
T8
2
1,3 3
1,6 6
1,66
2
1
2,33
1,77
2
1
2
1,66
Total
13, 33
12, 33
13
12,8 8
13
9,66
17,6 6
13,44
1 2
11
16
13,00
1,6 6
1,5 4
1,6 2
1,67
1, 5 0
1,3 7
2,00
1,62
Rerat a
1,61
1,62
1,20
2,20
Tabel 4.4. Nilai Rerata Total Keseluruhan (Rater1-2-3) Keberterimaan: (Struktur Gramatikal, Struktur Abstrak & Koherensi Tsa) Teks Abstrak Disertasi. No. Data K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 Total Rerata
Struktur Gramatikal 2,00 2,00 1,00 1,00 2,00 2,00 2,33 1,00 2,00 2,00 2,00 1,22 1,66 1,33 1,66 25,22 1,68
Struktur Absstrak 2,22 2,11 2,00 1,66 2,11 2,00 2,00 1,88 2,00 1,66 1,77 1,33 1,55 1,44 1,77 27,51 1,83
Koherensi Tsa 2,00 2,33 2,00 1,66 2,33 2,00 2,00 2,00 2,33 1,33 1,66 1,33 1,33 1,33 1,66 27,33 1,82
commit to user
Total
Rerata
6,22 6,44 5,00 4,33 6,44 6,00 6,33 4,88 6,33 5,00 5,43 3,88 4,54 4,10 5,10 80,06 5,33
2,07 2,14 1,66 1,44 2,14 2,00 2,11 1,62 2,11 1,66 1,81 1,29 1,51 1,36 1,70 26,68 1,77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 412
Tabel 4.5 Klasifikasi, Predikat dan Prosentase Nilai Rerata Keberterimaan Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Nilai 3
No. Data Tidak Ada
Total ---
Predikat Berterima
Prosentase (%) 0%
2,50 <X< 3
Tidak Ada
---
0%
2 < X ≤ 2,50
K1-K2-K5K7- T2 K6
5
6
1 <X≤1,50
K3-T1-T3T4-T6-T8 K4-T5-T7
1
Tidak Ada
---
Mendekati Berterima Agak Berterima Kurang Berterima Sedikit Kurang Berterima Mendekati Tidak Berterima Tidak Berterima
2 2>X>1,50
1
3
15
commit to user
33,33% 6,66% 40% 20%
0% 100%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 413
Lampiran 5 Kuesioner Penilaian Keterbacaan Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Pengantar: Tujuan Kuesioner ini adalah untuk mengetahui tingkat kesulitan atau kemudahan apakah suatu teks dikategorikan‘sulit, agak sulit, atau mudah dipahami‟ oleh pembaca sasaran. Sehubungan dengan hal ini, Bapak / Ibu / saudara dimohon untuk membacasejumlah kalimat, penggalan-penggalan paragraf, maupun satu paragraf penuh dari suatu teks abstrak disertasi berikut ini.Selanjutnya Bapak / Ibu / saudara dimohon untuk memberikan tanggapan dengan memilih jawaban yang tersedia secara jujur dengan cara melingkari angka yang sesuai yang ada di bawah setiap teks. Apabila jawaban yang dipilih ‘agak sulit atau sulit dipahami‘, dimohon untuk menggaris bawahi atau melingkari kata, frasa, atau bagian kalimat mana yang dirasa sulit dipahami tersebut.Adapun skala penilaiannya adalah sbb: a) Nilai 3 (tiga) : mudah dipahami, jika Bapak / Ibu tidak mendapati satupun kata atau frasa sulit dalam teks tersebut. b) Nilai 2 (dua) : agak sulit dipahami, jika Bapak / Ibu mendapati sedikitnya 1 (satu) atau 2 (dua) kata atau frasa yang tidak dimengerti. c) Nilai 1 (satu) : sulit dipahami, jika Bapak / Ibu mendapati lebih dari 2 (dua) kata atau frasa yang tidak dimengerti. K1-1 EXPRESSION OF p53, pRb, BCL2, AND E2F PROTEIN IN PROGRESIVE AND NON 1)PROGRESIVE TYPE OF PTERYGIUM BY
HUMAN
PAPILLOMA VIRUS TYPE 18 INFECTION A pterygium is a triangular-shape growth consisting of bulbar conjunctiva epithelium and hypertrophied subconjunctival connective tissue, occurring medially and literally in the palpebral fissure and encroaching onto the cornea.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulittodipahami commit user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 414
K1-2 Objective: The research was aimed to describe and explain the expression of p53, pRb, BCL2 and E2F protein in progresive and non progresive type of pterygium by Human Papilloma virus type 18 infection.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K1-3 Methods: The research was analytic observasional by crossectional study design. 24 patients of pterygium since May to October was classified into progresive and non progresive pterygium. The examining of PCR was used to detect the virus of the HPV type 18 on both types of pterygium. The pterygium which positively infected by HPV type 18, was applied imunnohistochimestry staining to see and compare the expression of pRb, BCL2 and E2F protein on both types of pterygium.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K1-4 Results: From our PCR examination, among 24 pterygium specimen, 21 (87,5%) were identified with HPV type 18 infection, of these, 19 samples (10 progresive and 9 non progressive pterygium) were further included in the study. The were significant difference between progressive and non progressive pterygium among indicator to be studied, namely p53 (mean 0.018995 vs 0.0041178, p = 0,007), pRb (mean 0.032243 vs 0.004964, p = 0,003), BCL2 (mean 0.01545 vs 0.00339, p = 0,001), dan E2F (mean 0.016746 vs 0.003577, p = 0,004).
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 415
K1-5 Conclusion: This study concludes that the expression of p53, pRb, BCL2, and E2F in a progressive pterygium was higher than non progressive pterygium. Then the progressivity of HPV type 18 infected pterygium is aggravated by increasing p53, pRb, BCL2, and E2F expression. Keywords: Eye, Pterygium, Human Papilloma Virus (HPV) tipe 18, p53, pRb, BCL2, E2F.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K2-6 „The influence of personal value, outcome evaluation, attitude, intension, and perceived behavioral control on decision-making processes, decisions, and actions in utilizing public health center services‟ This study begins with the problem of low utilization of services in health centers where the target is not in accordance with the realization. The purpose of this study was to analyze the influence of personal value, outcome evaluation, attitude, intention, and perceived behavioral control on decision-making processes, decisions, and actions in utilizing public health center services.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K2-7 The design of this research was quantitive by using cross sectional survey method. The research was was conducted in all areas of health centers in Kendari, the unit of analysis was patients or families of the patients who decided to utilize health center services. The samples were proportionally calculatedand should comply with the requirement of the model size which consisted of 410 samples.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 416
K2-8 The results showed that personal values had a significant effect on outcome evaluation and decision to public health center services. Personal values had no significant effect on attitudes. Outcome evaluation had a significant effect on attitude to utilize public health center services. An intention had a significant influence on the decision making process in utilizing public health center services.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K2-9 The decision-making process significantly influenced the decisions in utilizing public health center services. The perceived behavioral control significantly influenced the decision making process and the decision itself. The decision significantly influenced the action to utilize public health center services.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K2-10 Due to the discovery of new scientific concepts within the scope of consumers‟ behavior in the clinic, it can be used as a basis for improving the performance of health centers by understanding of personal values of society and provide training to public officials to increase confidence about the ability to control his behavior in the use of public health center. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K2-11 The results are also useful for developing strategies in the management of public health centers as an opinion in utilizing health services. Keywords: Personal value, outcome evaluation, attitude, intention, perceived behavioral control, decision-making. 1. Sulit dipahami
commit to user 2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 417
K3-12 „THE ROLE OF IMMUNE RESPONSE TO MAMMOTROPIC HORMONE ON NON CYCLIC MASTALGIA‟ (Observational study and Longitudinal design) 1)Breast pain (mastalgia) is one of the most common breast symptom experienced by woman (45-78%)during her lifetime, that strong related to menstrual cycles. There were 35- 40 mastalgia patients undergomedical treatment each month at clinical oncology RSUD Dr Soetomo general Hospital Surabaya.Conventional therapy with hormonal or non-hormonal agent like herbal drug, and non steroidal antiinflammation drug unsuccessful yet due to highly side effects, and more relapsed (30-60%).
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K3-13 2) Cyclic mastalgia (CM) is breast pain that has a clear relationship to the menstrual cycle and more influenced by hormonal appearance, contradictive with non Cyclic mastalgia (NCM) which interference by alittle hormonal activity. Cyclic mastalgia is usually involved bilateral breast and diffuse and the pain may besharp and shooting with radiation to the axilla or arm. NCM is more defined in one site of the breast and more localized with duration tends to be shorter 2-7 days, and the frequency may 2-3 times in a period. NCM may be arise from CM continuity after menstrual periodfinished and still exist or episode during post menstruation, it is mean there is a little hormonal effect.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 418
K3-14 3) During menstrual period, endometrial wall disruption, circulating effector cells (neutrophils, macrophages activated, NK cells) act to early phagocyte and killing microbes and secretion of cytokines that stimulate inflammation, lysis of infected cells, activation of macrophages, as an immune response to maintain homeostasis. It is mean that NCM is a part of immunologic reaction, even if the mechanism of action is still unclear.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K3-15 4a) The aim of study: are there inflammatory cytokines could influence breast pain post menstruation onnon cyclic mastalgia patients. Try to explore this mechanism, observation longitudinal study design wasperformed. 27 NCM patients eligible this study consist of 16 palpable with pain, 11 non palpable with pain,18-45 years old, mean 33,3 y. Serum examination
underwent
twice
on
premenstrual
and
post
menstrualsituation.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K3-16 4b) Cytokines analysis is performed by product R & D system and Diaclone, while hormones assay by Elyze / Advia method. The analytical study by Logistic Regression was suggestion which independent variables are interleukin-1, interleukin-2, interleukin-6, and interleukin-10, and intermediate variables are estrogen, progesterone and prolactine. Dependent variable is breast pain.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 419
K3-17 5) Result: There is strong correlation designated by interleukin-1 to modulate pain post menstruation on noncyclic mastalgia patients, significant value p=0, 039 (p<0,05). Not significant shown on interleukin-2, interleukin6, interleukin-10, estrogen, progesterone and prolactine.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K3-18 6b) It is suggestion to examine others inflammation cytokines, and to perform tissue biopsy on breast tissue to determine cytokines receptor and hormonal receptors. Treatment non cyclic mastalgia not interference with hormonal agent but more suggestion to cytokines inhibitor or another modalities need more study further. Key Words: Non cyclic mastalgia, immune response, inflammation cytokines, mamotropic harmones.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K4-19 „The Influence of Awareness Management and Leadership Commitment to the Responsive culture and its Implication on the Staff Competence of the Government and Private Health Laboratory‟ 1a)The empirical problem of this researarch is that many of the analysts working in some government and private health institution only have skill. Whereas, the meaning of competence should include knowledge, skill and attitude.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 420
K4-20 1b) One of the low competence causes of the analyst staff is that responsive culture has not been established in each institution. The theoretical problem to discuss is that the mapping step has not been conducted and the nature of responsive culture and time oriented as its indicator, subject (people oriented), and object (activity oriented). 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K4-21 2) This research was conducted to make a confirmatory as an indicator maker of responsive culture variable, to do the mapping step and the characteristic of responsive culture that can be used to improve the leader‟s and analyst staff‟s competence at the government and private health laboratory. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K4-22 3a) The design employed was observational and cross sectional research intended to know the organizational culture and causality relation, that is to study and explain about the causal relation among variable through hypothesis test. 3b)The statistic of Structural Equation Modeling (SEM) and software of Partial Least Square (PLS) were used to do the indicator confirmatory of responsive culture maker to find the best model of the effect line. Manova statistic was used to know the difference between government health laboratory and private one. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K4-23 4) The result of this research showed that responsive culture was proved to be able to measure by using such indicators: (1) time oriented, (2) people oreiented, and (3) activity oriented. The map of step and the nature of responsive culture can be shown in one table that consists of 12 questions (interest, replying, responding, answering, appeals, active, inisiative, proactive, responsive, effort, suggestion and influences).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 421
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K4-24 5) The health laboratory belongs to the government is categorized to be irresponsive, while the private is quite responsive. 2 Besides accuracy, the carefulness, and the quality of examination result with high accuracy, clinic laboratory especially the analyst is also demanded to have a new knowledge in accordance with the change of era, for example by taking care of the other patient‟s needs related to some services of clinic laboratory. In other words, clinic laboratory is demanded to be more outward looking. Keywords:
responsive culture,
competence, awareness management
andorganizational commitment 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K5-25 EXPRESSION OFHUMAN LEUKOCYTE ANTIGEN-G, HEAT SHOCK PROTEIN-90, VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR-A AND COLLAGEN
TYPE
IV
IN
HIDATIDIFORM
MOLE(MOLECULAR
BIOLOGICAL STUDY OF HIDATIDIFORM MOLE) 1) Background: Hidatidiform mole is a gestational trophoblastic desease (GTD), an abnormal pregnancy characterized by proliferation of trophoblastic cells, avascular chorialis villi, and underwent hydropic degeneration. Gestational trophoblastic deseases in Indonesia still pose as a great reproductive health problem, with its high prevalence, numerous risk factors, and smooth distribution.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 422
K5-26 2) Objective: The aim of this study is to analyze the expression of HLA-G, Hsp90, VEGF-A and type-IV collagen in the trophoblast and serum of patients with hydatidiform mole, and normal pregnancy. We aimed to analyze the possibility of causative relationship between the decrease of in HLA-G expression, and the increase of Hsp-90 and type IV collagen expression, and the decrease of VEGF-A expression in hydatidiform mole.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K5-27 3) Design: This is an observational analytic study with a cross sectional design. Subjects that fulfill our sample criterion were subjected to HLA-G, Hsp-90, VEGF-A and type-IV collagen immunohystochemical examination , and ELISA study for the same proteins. Control for this study was taken from placenta of normal pregnancies.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K5-28 4a) Result: Our immunohystochemical examination found out that a lower HLAG, higher Hsp-90, lower VEGF-A and higher type-IV collagen expression in samples from hydatifirorm mole, compared with throphoblast in placenta normal pregnancies (p<0.05). 4b)Using ELISA method, we found higher levels of Hsp-90 and type IV collagen in hydatidiform mole, compared with normal pregnancy (p<0.05), while the decrease of VEGF-A was not established (p<0.05). The Hsp-90 was found to be a marker for hydatidiform mole with a predictive value is 70.0%.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 423
K5-29 5)Conclusion: the low HLA-G in trophoblast is the pathogenesis of hydatidiform mole. Hsp-90 can be used as a hydatidiform mole marker, with a prediction value is 70%. Keywords: Hydatidiform mole, HLA-G, Hsp-90, VEGF-A, Collagen type IV 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K6-30 „Sub cellular Changes in Chondroid Cells of Nucleus Pulposus in Degenerative Intervertebral Disc„ 1a)Background: Degenerated intervertebral disc (IVD) has always been considered as the major cause of low back pain. These were aberrant
cell-
mediated response to progressive structural failure, combined with accelerated or advanced signs of aging. Eighty percent of the population ever experiencing such back pain once in the life time.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K6-31 1b)The pathogenesis itself is remained unclear; intriguing to find out the starting point where the disc structures started to decrease the ability to resist the load. While these notochord-origin chondroid IVD cells lesson into 1% of population and mostly were forming clusters. Understanding the sub cellular changes would guide the right management of degenerative disc desease. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 424
K6-32 2)Objective: the aim of this study is to show the sub cellular changes of chondroid cells in the degenerative disc.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K6-33 3a)Method: Fifty one discus specimens sampled from MED (Micro Endoscopic Discectomy) of Herniation Disc patients and two child discus specimens from scoliosis patients were looked into proportional of chondroid cell clustering. 3b)Immunohistochemistry evaluated for protein expressions of HSP70, CD68, Caspase-3, Collagen I and Collagen II. Data analyzed statistic with Paired t-test and Wilcoxon Sign Rank Test, and Pearson correlation test (p≤0.05). 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K6-34 4)Results: Chondroid cell clustering was signifaicantly higher than the single cells in degenerative disc. There was strong correlation of
HSP70, CD68,
Casepase3, and Collagen II in chondroid cell cluster, but not for collagen I. There was strong correlation of CD68 and Caspase-3 in cell cluster (p≤0,05, r=0,734).
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K6-35 5)Conclusion: The subcellular changes in IVD cell clustering showed adaptation and regeneration process by the expression of HSP70, CD68, and persist Collagen II. The Caspase-3 and Collagen I expressions showed degeneration process. The strong correlation of CD68 and Caspase-3 expressed equilibrium of adapting and apoptotic process. Key words: Intervertebralis Disc, Cd68, Caspase3, Adaptation. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulittodipahami commit user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 425
K7-36 „Mechanism of hypersensitivity Pneumonitis (HP) as a result from the exposure of dust from paddy milling on mice (Mus musculus) BALB/C‟ 1)The purpose of this research was to analyze the immune response mechanism of Hypersensitivity Pneumonitis (HP) as a result from the exposure of dust from paddy milling on mice (Musmusculus) BALB/C.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K7-37 2a)The research done was a laboratory experimental research with mice (MusMusculus) as experimental animal. The research design used was the post only control group design using mice (MusMusculus) Balb/c as experimental animal. 2b)Mice (Musmusculus) Balb/c were exposed to dust from paddy milling for four (4) hours/day and it was done for thirty (30) days with the exposed concentrations respectively were 0.50 mg/m3, 0.75mg/m3, 1.00 mg/m3. The research variables were free variable, dependent variable, and control variable. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K7-38 2c) Independent variable was dust from paddy milling, dependent variables were Hypersensitivity Pneumonitis (HP), IgE, IL-4, CD8, IFN-γ, inflammatory cells, and histopathological picture of mice lung, while control variables were strain, body weight and age of mice (MusMusculus) Balb/c.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 426
K7-39 3)The research result showed that there was an increase of IgE, yet statistically there was no significant difference; there was an increase on IL-4, CD-8, IFN-γ, inflammatory cells, and lung histopathology and statistically there was a significant difference between the study and control on mice BALB/C.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K7-40 4a)The conclusion of the research was that the immune response mechanism of Hypersensitivity Pneumonitis (HP) as a result from the exposure of dust from paddy milling on mice (Mus musculus) BALB/C. It could be concluded that dust from paddy milling inhaled repeatedly passed into the alveoli and then it was caught by alveolar macrophages which then generated the increase of IL-4 and CD-8.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
K7-41 4b) After that, IL-4 generated the increase of IgE which afterward attracted mast cells while CD8 expressed IFN-γ which then activated alveolar macrophages and attracted a number of neutrophil and mast cell which subsequently induced inflammation. The inflammation occurred would develop into other tissue damage and led to Hypersensitivity Pneumonitis (HP). 5)It was suggested that: it be better to repeat with longer exposure time so that the damage in lung be seen more clearly especially the occurrence of granuloma in lung. Keywords: Hypersensitivity Pneumonitis (HP), dust from paddy milling
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 427
T1-1 FUNCTION IN ARCHITECTURE AND 21TH CENTURY CHALLENGES Works of Jean Nouvel andYB.Mangunwijaya 1)
Recently, function as a subject have only received a small part in
architectural discussion. Meanwhile without function, a building seems have no foundation. Function is ineliminable element within the architectural. At 21th century, architecture face the challenges that must be answered: problems of humanity, nature and technology in sustainable architecture. The research objective is examining carefully how function used when face the challenges. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T1-2 2) This is a theoretical and qualitative research, which the object of study are literature, criticism and other written data. The most suitable method used to describe the function and to make the proposition about function, are logical argumentation and critical method. The result is the proposition about function, with humanism context according to the 21th century‟s challenges. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T1-3 3)The result then tested to Jean Nouvel and YB.Mangunwijaya architectural thinking. Jean Nouvel and YB.Mangunwijaya have ability to face the challenges but not all. It is hoped that the result will enrich architectural knowledge and giving an alternative references in architecture. Keyword: architecture, function, 21th century challenges, Jean Nouvel, YB.Mangunwijaya 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 428
T2-4 STREET CORRIDOR LANDSCAPE (SCL) IN URBAN AREAS AS AN ENVIRONMENTAL VALUE-SHAPING AGENT: Case Malang City 1)The development and constructions in such an urban area, the increase in economic interests has frequently disturbed the existence of SCL, which has caused negative impacts on the city‟s environment. An understanding of the benefits of the SCL function as an environmental value-shaping agent is, therefore, urgently required, so that the efforts to create sustainability of the city‟s landscape and system will produce a good result. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T2-5 2)The current research is aimed at finding a model concept of planning, designing, and developing SCL in urban areas based on a cognitive assessment of the stakeholders through analyses of existence, performance, perception, preferences, aesthetic- ecologycal- social and economic, participation, and appreciation of the benefits of its main function. The research was carried out in the city of Malang, which is represented by 12 SCLs. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T2-6 3) The method applied in the research was a combination of qualitative and quantitative methods. The data analysis carried out includes scenic beauty estimation, semantic differensial analysis, correlation, principal component analysis, cluster analysis, contingent valuation methods. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 429
T2-7 4)The result shows that the existing SCLs are very valuable. Their performance varies, and some of them are not in their optimum performance. People have their highest perception and preference on the SCL facilitated with sidewalks or padestrians‟ pathways and green medians. The high aesthetic-architectural quality should be substantially followed by a high ecological-biophysical quality, and vice versa. 5)Ecologically- biophysically, the quality of the SCLs within the city being researched still meets the required standard quality. The potentials of public participation are reflected in the relatively high surplus-value of SCL consumers, and by and large influenced by levels of education and income. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T2-8 6)The environmental values shaped by SCL are clustered into two categories, i.e., the category of combined aesthetic-architectural and ecological-biophysal values, and the category of economic functions, in which such functions are valued as lower than the former category. 7)People‟s appreciation on the environmental values is influenced by levels of education and architecture-and-environment related backgrounds. Based on the result of this research, a concept of integrated model has been formulated that will accommodate the four functions of SLC and public aspirations. Key words: aesthetic-ecological quality, configurations, environmental values, urban citizens, street corridor landscape. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T3-9 1)There are a lot of factors contributing to the formation of space in settlement, among which is culture. One of the important cultural aspects is ritual, especially rites of passage or life cycle and religion. 2)This ritual always occurs repeatedly for generation. As each ritual are conducted in a particular place and space in a settlement, the formation of space based on ritual can apparently be seen. 1. Sulit dipahami
commit user 2. Agak sulittodipahami
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 430
T3-10 3)Sasak people, especially those living in Puyung village, are very religious and the generally adhere to their customs. In spite of this, the culture, including the ritual undergo changing. The obvious impacts of the changing are the alteration of space in the settlement, and the sustainability of their identity. 4)On the basis of this a research on The Formation Space in The Settlement based on Ritual Culture is worth conducting. Identifying the alteration and the sustainability of ritual in the formation of space, it is suggested that we be able to maintain the existence of the formation space in Sasak settlement. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T3-11 5)Ethnography is applied as the main method in the present research, and phenomenology is used for interpreting the meaning, meanwhile place-centered technique is utilized to describe the ritual-based formation of space in settlement by which the specific places for conducting the ritual are identified. 6)In addition, to uncover what the inhabitants generally do during the ritual, person-centered technique is employed. Next, discourse analysis is utilized for identifying the alterations and the various of the ritual. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T3-12 7)On the basis of the result of this research, it is expected that the strategies of maintaining the formation of space of the Settlement Based on Ritual Culture in Sasak people especially in Puyung village can be mounted. By maintaining the culture, the space of Sasak settlement can be identified. Key words: ritual, space-settlement, and Sasak. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 431
T4-13 1)Public space such as public park, football field and others, is an importantelement of urban space for the need of urban dwellers. However, along with the rapid change in urban development and economic interests, the existence of public space is in trouble, it decreases both in term of amount and quality in the urban area. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T4-14 2)The aim of the study is to understand the dynamic of exclusive and inclusive public space which emerges in new settlement of middle lower income community. The study is conducted to investigate the role of internal and external factors played in the dynamic of public space. 3)Exclusive space is space that is used only by specific group in certain settlement. On the other hand, the inclusive space is an open space that can be accessed by all, located around a settlement or as border to other settlement. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T4-15 4)The research method used was combination of qualitative and quantitative method applied for sociological approach for social space. Primary data was compiled from field study and observation to the behavior of the user when using the open space. 5)Three types of analysis were used in order to understand and to explain the formation process of exclusive and inclusive public space. Those are domain analysis, componential analysis, and process analysis (typo-morphology).
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 432
T4-16 6)The finding reveals that the characteristics of exclusive and inclusive public space of the middle lower housing community are influenced by space dimension its form, and space boundary, as well as apace zones. Included in the factors affecting are the dwellers culture, custom, and experience. 7)The development of the exclusive and inclusive public space is affected by place and space content factors created by bordering, clustering, and exclusion-inclusion process. The dynamics of exclusive and inclusive public space mostly caused by the space user‟s activities and time that created overlapping pattern. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T4-17 8) In addition the factors of spatial behavior, space density, the intensity of space use also affect the dynamic of space. Therefore, public space is not only related to the characters of physical spatial architecture but also embraces the social, culture, economy, law, and other aspects of life. Keywords: public open space, exclusive-inclusive, and a middle lower class settlement.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T5-18 THE DEVELOPMENT OF ELDERLY COMMON SPACE BASE ON SOCIAL INTERACTION AND ITS USAGE PATTERN 1)Research on elderly common space is useful to support higher quality of their life. This support is important agenda in national and global. 2)One big discussion in older people research is the connection physical environment with need of socialization. These researches also deeply analyse those problem with specific discussion of common space theory and interaction between elderly in its space. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 433
T5-19 3)The use of common space for elderly in their elderly house became important aspect in this research. The elderly usages of common space will show from the usage pattern of their space. Research will analyze from quantitative and sociogram connected with the usage pattern of their common space. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T5-20 4)Research methodology that held here is Combined Strategies (MixedMethodology) with research tactics are focus on data collection and analysis. Important point in this research analyse are co-presence, movement, and common space usage pattern. 5)The result contribution and research originality are finding the process to develop elderly common space, common space characteristics, factors that creates common space and Environmental Social Value (NSL). Key words: Usage Pattern, Interaction, Common Space 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T6-21 TEMPORAL RAINFALL DISAGREGATION MODEL USING BAYESIAN APPROACH AS FLOOD MODELLING 1)Rainfall-runoff modeling in order to estimate the flood design requires high resolution rainfall (hourly) data. In general, in Indonesia, there are lack of automatic rain gauges providing high resolution rainfall, and a number of daily rain gauges, on the other hand, is available. This is an obstacle for rainfall-runoff modeling. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 434
T6-22 2)This research is aimed to create a model of disaggregated daily rainfall data into hourly rainfall data in order to provide input for flood modeling. The research is conducted in a single location at Sentral Station. The data used in this modeling is the rainfall data series in December from 2005 to 2008 in Sentral station, Bondowoso East Java. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T6-23 3)This study tries to disaggregating daily scaled rainfall data to hourly scaled rainfall data using periodic auto-regression model (PAR (1)24) coupled with adjusting and filtering procedures. The model is employed for estimating the hourly rainfall from daily rainfall. 4)The Bayesian Markov Chain Monte Carlo (MCMC), WinBUGS 1.4 is utilized for the purpose. The evaluation of model is compared the results provided by the Heytos program. Furthermore, the prediction of the disaggregated data is modeled by using Matlab linked with WinBUGS.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T6-24 5)The simulation model of PAR (1)24 coupled with adjusting and filtering procedures gives
Mean Absolute Error (MAE) value of 0.44. This model has
successfully increased the performance of the output by 15% compared to the results of Heytos application. This model demonstrates better prediction of maximum rainfall depth (only 6.1% differ from the observation) than the Heytos. The realibility of this model is tested for 2 conditions. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 435
T6-25 6)Firstly is by implementing the model to the rainfall data in December 2009. 1 shows that this model works significantly well in disaggregating the rainfall data from daily to hourly with the MAE value of 0.37. Secondly is by calibrating and implementing the model to the rainfall data in Januari –Nopember 2005-2008. It shows that this parameter model works well mostly for the wet seasons. 7)The data obtained from the model has been used for developing a flood hydrograph and the result shows the similarity with the one build by using observed data. Key word: rainfall disaggregation, periodic auto-regression (PAR), Bayesian, adjusting, filtering 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T7-26 „Geographical Information System Technology As A Tools For Optimalization Traffic Management Artery Road in Surabaya‟ 1a)Surabaya as the second biggest city in Indonesia after Jakarta is faced by traffic congestion and pollution . It is caused by the density from various vehicles on either primary or secondary artery road. The growth of cars and motorcycles have made the road full with various problem for the last 5 years. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T7-27 1b)Now, Surabaya which relies on the trade and services sector of 58%, industry sector of 41% and agriculture sector of 1% has made the city grow very quickly. Hence, people can easily buy cars and motorcycles to help them in many activities. The Local Government in its position could not balance the building of a new road to service their activities through activities driving in good manner. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 436
T7-28 2)The problems occur is to inform the level of services of artery road, to make a mapping the growth of artery road from year to year, to optimalize artery road basic in traffic management by spatial planning. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T7-29 3a)By using evaluation study of the level of services and remote sensing especially in geographical information system and also optimalizing traffic management with spatial planning, it can be hoped that there is an answer all of the research questions. HCM 2010, gives directon in road classification to help observed level of services, by the way information system also help to visualize attribute or growth of artery road that served in layer by layer. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T7-30 3b)In this analysis is used Pearson Correlation from SPSS 15 – AMOS for knowing various variables that influence artery road. The variables is PDRB, Inhabitants, Vehicles will be observed by regression and correlation and the result can made a model. The model is a function: Length of Primary Artery = 577 + 0,00000096 PDRB – AHDK – 0,00021596 Sum of Inhabitants – 0,000003534 Sum of Vehicles. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T7-31 4) It can be concluded that there are an Equator Circulation must be built among the artery road in order can solved the problem congestion as optimalizing traffic management with spatial planning in Surabaya. Keyword: Level of Services, SIG, Optimalization Artery Road, Equator Sirculation. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulittodipahami commit user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 437
T8-32 SUSTAINABILITY OF WATER SUPPLY SYSTEM BY PIPELINE IN RURAL AREAS 1a)Water is one of the public needs. However, not all peoples receive water services. Low level of water services is related to the failure of water and sanitation developments in 1970-2000, especially in rural areas. In the era, many water infrastructures were not sustainable in operation and maintenance. 1b)Experience in other countries showed that failure was caused by lack of community participation and lack of community acceptance of new technology. In the future, the government would improve water services for the poor in rural areas. 1c)Therefore, research related to the sustainability of water supply system was conducted. Results of the research will contribute to problem solving in rural water supply development in the future. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
3. Mudah dipahami
T8-33 2a)Research was conducted in 24 villages in nine districts in the Brantas River Basin. The villages have water supply system that managed by community. The research used quantitative and qualitative approach by case studies and surveys. 2b)Survey aimed to obtain customers and committee perception of technical, financial, social, and institutional aspects of water management. All data were quantified in range 0 to 1 and analyzed with statistical methods, namely structural equation modeling (SEM). 2c)The data are grouped into several variables, including planning, management, community, reliability of system, and sustainability of system. 1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 438
T8-34 3a)Results of the research show that sustainability is influenced significantly by variables of technology selection, availability of water sources, investment cost, existence and capabilities of operator, availability of spare parts, operation cost, technical operations, community participation, and institutional management. 3b)This research also results a model of sustainability which able to predict sustainability index. This index is used for determining level of sustainability. 3c)The level of sustainability is grouped into three levels, namely low sustainability (the sustainability index is less than 1.320), medium sustainability (the sustainability index = 1.320 to 1.914), and high sustainability (the sustainability index is higher than 1.914). Key words: Sustainability, water supply system, rural area, Brantas River Basin.
1. Sulit dipahami
2. Agak sulit dipahami
commit to user
3. Mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 439
Lampiran 6 Tabel 6.1 Tabulasi Nilai Rerata Keterbacaan: Pembaca Pakar (PbPk) dan Pembaca Sasaran (PbSa): PbSk – PbSt No. PbP Data k1 K1– 3 1 K1– 2 2 K1– 2 3 K1– 3 4 K1– 2 5 K2– 2 6 K2– 2 7 K2– 2 8 K2– 3 9 K2 2 10 K22 11 K32 12 K31 13 K31 14 K31 15 K31 16 K32 17 K32 18 K43 19
PbP k2
PbP k3
3
2
3
3
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
3
2
3
3
2
2
3
2
2
2
1
2
1
2
1
2
1
1
2
1
1
1
2
2
Rra ta 2,6 6 2,6 6 2,0 0 2,0 0 2,0 0 2,0 0 2,0 0 2,3 3 3,0 0 2,0 0 2,3 3 2,0 0 1,3 3 1,3 3 1,3 3 1,0 0 1,6 6 1,3 3 2,3 3
PbS k1
PbS k2
PbS Rera PbS PbS PbS Rera k3 ta t1 t2 t3 tal
2
2
1
1,66
2
1
1
1,33
3
2
2
2,33
3
2
2
2,33
3
3
2
2,66
2
1
2
1,66
2
2
2
2,00
2
1
2
1,66
2
2
3
2,33
2
2
3
2,33
2
1
3
2,00
3
2
3
2,66
3
2
3
2,66
3
3
3
3,00
3
2
2
2,33
2
2
3
2,33
3
1
3
2,33
3
2
3
2,66
2 3 2 commit to user
2,33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 440
K420 K421 K422 K423 K424 K525 K526 K527 K528 K529 K6 30 K631 K632 K633 K634 K635 K736 K737 K738 K739 K740 K741 Tota
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
3
2
2
2
2
2
3
3
2
3
2
2
1
2
2
2
3
3
2
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
3
3
2
2
3
3
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
89
86
85
1,3 3 2,0 0 2,0 0 2,3 3 2,0 0 3,0 0 2,6 6 2,3 3 2,0 0 2,6 6 2,3 3 1,6 6 2,6 6 2,0 0 2,3 3 2,3 3 2,3 3 2,3 3 2,6 6 2,6 6 2,0 0 2,0 0 86,
2
2
3
2,33
2
1
3
2,00
2
3
3
2,66
2
3
3
2,66
2
1
3
2,00
3
3
2
2,66
3
3
3
3,00
3
3
3
3,00
3
2
3
2,66
3
1
3
2,33
2
3
2
2,33
2
1
3
2,00
2
1
3
2,00
2
2
2
2,00
2
2
3
2,33
2
2
3
2,33
3
3
2
2,66
3
2
2
2,33
3
2
3
2,66
3
3
2
2,66
3
3
3
3,00
3
1
3
2,33
commit83to user 102 105
96,6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 441
l Rera 2,17 2,09 2,07 ta T1 – 3 2 2 1 T1– 2 3 2 2 T1– 2 2 2 3 T2– 2 2 2 4 T2– 3 2 2 5 T2– 3 2 3 6 T2– 3 2 2 7 T2– 3 2 3 8 T3 – 3 3 2 9 T32 1 2 10 T32 3 2 11 T33 3 3 12 T42 2 2 13 T43 2 3 14 T43 3 3 15 T42 2 3 16 T43 2 3 17 T52 2 2 18 T52 1 2 19 T51 1 2 20 T62 2 2 21
6 2,1 1 2,3 3 2,3 3 2,0 0 2,0 0 2,3 3 2,6 6 2,3 3 2,6 6 2,6 6 1,6 6 2,3 3 3,0 0 2,0 0 2,6 6 3,0 0 2,3 3 2,6 6 2,0 0 1,6 6 1,3 3 2,0 0
2,48 2,02 2,56 2,35
commit to user
3
3
3
3
2
1
3
2
3
3
3
3
2
2
3
2,33
3
3
3
3
2
2
3
2,33
1
1
3
1,66
2
2
3
2,33
3
3
3
3
2
2
1
1,66
2
2
1
1,66
2
2
2
2
3
3
2
2,66
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2,66
1
1
2
1,33
2
2
2
2
3
3
2
2,66
3
2
2
2,33
2
1
3
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 442
T62,6 3 3 2 22 6 T62,0 2 2 2 23 0 T62,6 3 3 2 24 6 T62,3 3 2 2 25 3 T72,3 1 3 3 26 3 T71,6 1 2 2 27 6 T72,0 2 2 2 28 0 T71,6 1 2 2 29 6 T71,3 1 1 2 30 3 T71,6 1 2 2 31 6 T82,3 3 2 2 32 3 T82,3 3 2 2 33 3 T82,3 3 2 2 34 3 Tota 75, 78 72 76 l 3 Rrat 2,29 2,2 2,11 2,23 a 4 1
commit to user
3
3
3
3
2
2
3
2,33
2
1
3
2
2
2
3
2,33
2
2
2
2
3
3
2
2,66
2
1
3
2
1
1
3
1,66
2
1
3
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
80
75
88
81
2,3 5
2,2 0
2,5 8
2,38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 443
Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan oleh para raters sebagaimana telah ditabulasikan diatas, berikut ini adalah tabel berupa pengklasifikasian atau pengelompokan, predikat, dan prosentase sehubungan dengan tingkat keterbacaan terjemahan teks abstrak disertasi. Tabel 6.2a Klasifikasi, Predikat dan Prosentase Nilai Rerata Keterbacaan Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Oleh Pembaca Pakar Nilai 3
No. Data K2.9-K5.25-T3.12-T4.15
2,33-2,66 K1.1-K1.2-K2.8-K2.11K4.19-K4.23-K5.26-K5.27K5.29-K6.30-K6.32-K6.34K6.35-K7.36-K7.37-K7.38K7.39-T1.1-T1.2-T2.5-T2.6T2.7-T2.8-T3.9-T3.11T4.14-T4.16-T4.17-T6.22T6.24-T6.25-T7.26-T8.32T8.33-T8.34 2 K1.3-K1.4-K1.5-K2.6-K2.7K2.10-K3.12-K4.21-K4.22K4.24-K5.28-K6.33-K7.40K7.41-T1.3-T2.4-T4.13T5.18-T6.21-T6.23-T7.28 1,33-1,66 K3.13-K3.14-K3.15-K3.17K3.18-K4.20-K6.31-T3.10T5.19-T5.20-T7.27-T7.29T7.30-T7.31 1 K3.16
Predikat Mudah Dipahami
Total 4
% 5,33%
Agak Mudah Dipahami
35
46,67%
Agak Sulit Dipahami
21
28%
14
18,67%
1
1,33%
75
100%
Cukup / Mendekati Sulit
Total Data
commit to user
Sulit Dipahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 444
Tabel 6.2b Klasifikasi, Predikat dan Prosentase Nilai Rerata Keterbacaan Terjemahan Teks Abstrak Disertasi Oleh Pembaca Sasaran / Target Nilai 3
2,33-2,66
2
1,33-1,66
1
No. Data K3.14-K5.26-K5.27-K7.40T1.1-T1.3-T2.5-T3.9-T4.14T4.15-T6.22-T8.32-T8.33T8.34 K1.3-K1.4-K1.5-K2.9K2.10-K3.12-K3.13-K3.15K3.16-K3.17-K3.18-K4.19K4.20-K4.22-K4.23-K5.25K5.28-K5.29-K6.30-K6.34K6.35-K7.36-K7.37-K7.38K7.39-K7.41T2.4-T2.6T2.8-T4.13-T4.14-T4.16T5.19-T5.20-T6.23-T6.25T7.27 K2.7-K2.11-K4.21-K4.24K6.31-K6.32-K6.33-T1.2T3.12-T5.18-T6.21-T6.21T6.24-T7.26-T7.28-T7.30T7.31. K1.1-K1.2-K2.6-K.8-T2.7T3.10-T3.11-T4.17-T7.29. ---
Predikat Mudah Dipahami
Total 14
Agak Mudah Dipahami
% 18,67%
36
48%
Agak Sulit Dipahami 16
Cukup / Mendekati Sulit Sulit Dipahami
Total Data Rerata
commit to user
21,33%
9
12%
--
0%
75
100%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 445
SSSSSSTTTTTTOOOOOOOPPPPPP
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 446
KUESIONER PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN ABSTRAK DISERTASI
1. 2. 3. 4.
Struktur Abstrak Keakuratan Keberterimaan Keterbacaan
Oleh:
Sukirmiyadi T.140306003
PROGDI LINGUISTIK MINAT UTAMA PENERJEMAHAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user