PENERJEMAHAN TEKS MANGUPA DARI BAHASA MANDAILING KE DALAM BAHASA INGGRIS
DISERTASI Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Linguistik pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara di bawah pimpinan Rektor Universits Sumatera Utara Profesor Chairuddin P. Lubis, DTM&H., Sp.A(K) dipertahankan dihadapan Senat Universitas Sumatera Utara pada hari Selasa, 21 April 2009 pada pukul 09.00 di Medan, Sumatera Utara
SYAHRON LUBIS NIM 058107017/LNG
SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
PENERJEMAHAN TEKS MANGUPA DARI BAHASA MANDAILING KE DALAM BAHASA INGGRIS
DISERTASI
Untuk Memperoleh Gelas Doktor dalam Ilmu Linguistik pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatrera Utara Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Doktor Terbuka Pada Hari : Selasa Tanggal : 21 April 2009 Pukul : 10.00 WIB
Oleh SYAHRON LUBIS NIM 058107017
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Judul Disertasi
: Penerjemahan Teks Mangupa dari Bahasa Mandailing ke dalam Bahasa Inggris
Nama Mahasiswa
: Syahron Lubis
NIM
: 058107017
Program Studi
: Linguistik
Menyetujui Komisi Pembimbing,
Prof.Amrin Saragih,M.A.Ph.D Promotor
Prof.T.Silvana Sinar, M.A., Ph.D Co-Promotor
Ketua Program Studi,
Prof.T.Silvana Sinar,M.A., Ph.D.
Prof.Drs.M.R.Nababan, M.Ed.,M.A.,Ph.D Co-Promotor
Direktur,
Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,M.Sc.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
HASIL PENELITIAN DISERTASI INI TELAH DISETUJUI UNTUK SIDANG TERBUKA TANGGAL 21 APRIL 2009
Oleh Promotor
Prof.Amrin Saragih,M.A.Ph.D
Ko-Promotor
Prof.T.Silvana Sinar, M.A., Ph.D
Prof.Drs.M.R.Nababan, M.Ed.,M.A.,Ph.D
Mengetahui Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Prof.T.Silvana Sinar, M.A., Ph.D. NIP 1308099976
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Telah diuji pada Ujian Tertutup Tanggal 16 Maret 2009
PANITIA PENGUJI DISERTASI Ketua Anggota
: Prof. Amrin Saragih, M.A.,Ph.D. : 1. Prof. T.Silvana Sinar,M.A.,Ph.D. 2. Prof. Drs. M.R.Nababan,M.Ed.,M.A.,Ph.D. 3. Prof. Dr.Robert Sibarani,M.S. 4. Prof. Dr.H.Anas Yasin, M.A. 5. Prof. Dr.M.Butar-Butar 6.Prof. D.P.Tampubolon
Dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 614/H5.1.R/SPB/2009 Tanggal:13 Maret 2009 Diuji pada Ujian Disertasi (Promosi) Tanggal 21 April 2009 ____________________________________________________________________
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
PANITIA PENGUJI DISERTASI Ketua
: Prof. Amrin Saragih, M.A.,Ph.D.
Anggota
: 1. Prof.T.Silvana Sinar,M.A.,Ph.D. 2. Prof. Drs. M.R.Nababan,M.Ed.,M.A.,Ph.D. 3. Prof. Dr.Robert Sibarani,M.S. 4. Prof. Dr.H.Anas Yasin, M.A. 5. Prof. Dr.M.Butar-Butar 6.Prof. D.P.Tampubolon
Dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 614/H5.1.R/SPB/2009 Tanggal: 13 Maret 2009
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
TIM PROMOTOR
Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D.
Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.
Prof. Drs. M.R.Nababan,M.Ed.,M.A.,Ph.D.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
TIM PENGUJI LUAR KOMISI
Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S.
Prof. Dr.H. Anas Yasin, M.A.
Prof. Dr. M. butar-Butar
Prof. D.P.Tampubolon
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
PERNYATAAN
PENERJEMAHAN TEKS MANGUPA DARI BAHASA MANDAILING KE DALAM BAHASA INGGRIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi yang disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Doktor dari Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun pengutipan-pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan disertasi ini, telah saya cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian Disertasi ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan , 20 April 2009
Syahron Lubis
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
ABSTRACT This study was conducted for two main purposes. First, for theoretical purpose it was aimed at exploring translation problems in translating text of mangupa, a Mandailingnese cultural text into English due to the vast difference in the structure of the two languages and also because of the great difference between Mandailingnese and English cultures from which language derives and then to find appropriate solutions to the problems. Second, for practical purpose it was aimed at maintaining and introducing the highly valuable traditional ceremony which is known only to Mandailingnese society, to other societies by translating the text of the ceremony into English which in turn may attract foreigners to know more about Mandailingnese cultures. The data (the text translated) of the descriptive-qualitative study was a written text of mangupa comprising 22 paragraphs and 37 verses. Some publications dealing with Mandailingnese and English language and cultures have been used as well as sources of data and also a number of informants. Since translating is concerned with two different languages and cultures, a comparison of some important linguistic aspects between the two languages has been carried out and a comparison of some important cultural aspects of the two cultures has also been carried out. After linguistic and cultural differences had been found out, the mangupa text was then translated by applying meaning-based translating method; a method which transfers the meaning of the source text into target text so that an accurate, readable and acceptable translation can be achieved. It has been found out that Mandailingnese and English have more differences than similarities in linguistic structures such as affixation, compounding, reduplication, clipping, system of pronoun, structures of phrase, sentence patterns, meaning components, polysemy and antonymy, generic and specific meaning, metaphor, idiom and euphemism. It has also been found out that Mandailingnese society and English society differ greatly in some cultural aspects such as religion and belief, family and marriage, type of society, inequality of gender and social manners. Due to the differences of linguistic structure of the two languages, translating phrases, compound words and sentences encountered problems. Subject of sentence, number and conjunction which are often implicit in the source text also caused translation problems. The use of many archaic words in the source text also made translation problems and since Mandailingnese has no tenses, it occasioned difficulties to translate them into English which has tenses. Due to cultural differences between Mandailingnese society and English society a number of cultural terms and expressions in the source text does not have equivalents in the target text and therefore they must be borrowed (untranslatable) and their meanings were explained in the glossary. And there were terms whose equivalents could be found in English but their cultural meanings could not be transferred into English and therefore their meanings must also be explained in the glossary.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Great care and patience must be taken in translating the 37 verses into English because the aim of translating verses is not only to transfer the meanings they contain but also to create the rhyming of the translated verses. Some techniques of translation have therefore been applied in order to achieve a good translation. The techniques used were transcreation, transformation, addition, deletion, alteration, creation, paraphrase, restructuring, explication, generalization, modulation, specification and literal translation. Thus translating the text of mangupa was not only faced with linguistic problems but also with cultural problems and various techniques of translation must be applied to solve the problems in order to achieve an accurate, a readable, and an acceptable translation. Besides the mangupa text, there are some more texts of Mandailingnese culture which are worth-introducing to other societies through translating in order to strengthen the theory of culture translations and which are then expected to contribute to the development of tourism in Indonesia. Key Words: translating, translation, culture text, source text, target text, text of mangupa
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
ABSTRAK Penelitian ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, untuk manfaat keilmuan penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan masalah-masalah penerjemahan dalam menerjemahkan teks mangupa, sebuah teks budaya Mandailing ke dalam bahasa Inggris disebabkan perbedaan yang luas dalam struktur kedua bahasa dan juga disebabkan perbedaan yang lebar antara budaya Mandailing dengan budaya Inggris sebagai asal bahasa dan kemudian untuk menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah penerjemahan tersebut. Yang kedua, untuk manfaat praktis, sebagai upaya untuk mempertahankan dan memperkenalkan upacara tradisional Mandailing yang memiliki nilai budaya yang tinggi yang hingga saat ini hanya diketahui oleh masyarakat Mandailing saja, kepada halayak lain dengan menerjemahkan teks upacara tersebut ke dalam bahasa Inggris yang pada gilirannya diharapkan akan menarik minat masyarakat asing untuk mengenal lebih luas budaya Mandailing. Data (teks yang telah diterjemahkan) penelitian deskriptif-kualitatif ini adalah teks mangupa tertulis dalam bahasa Mandailing yang terdiri dari 22 paragraf dan 37 pantun. Sejumlah publikasi yang berkaitan dengan bahasa dan budaya Mandailing dan Inggris juga telah digunakan sebagai sumber data dan juga sejumlah informan. Karena penerjemahan berhubungan dengan dua bahasa dan dua budaya yang berbeda, perbandingan beberapa aspek kebahasaaan penting kedua bahasa telah dilakukan dan perbandingan beberapa aspek kultural penting kedua budaya juga telah dilakukan. Setelah perbedaan kebahasaan dan kultural telah ditemukan, teks mangupa kemudian diterjemahkan dengan menerapkan metode penerjemahan berbasis makna; sebuah metode yang mentransfer makna teks sumber ke dalam teks sasaran untuk mencapai terjemahan yang akurat, terbaca dan berterima. Ditemukan bahwa bahasa Mandailing dan bahasa Inggris memiliki lebih banyak perbedaan daripada persamaan dalam struktur bahasa seperti afiksasi, pemajemukan, reduplikasi, pemenggalan kata, sistem pronomina, struktur frasa, polapola kalimat, komponen makna, polisemi, sinonim dan antonim, makna generik dan spesifik, metafora, idiom dan eufemisme. Juga ditemukan bahwa masyarakat Mandailing dan Inggris berbeda luas dalam sejumlah aspek kultural seperti agama dan kepercayaan, keluarga dan perkawinan, tipe masyarakat, ketimpangan gender, pemakaian bahasa dan sopan santun sosial. Disebabkan perbedaan struktur kedua bahasa, menerjemahkan frasa, kata majemuk dan kalimat dari teks sumber ke dalam teks sasaran menghadapi masalah. Subjek kalimat, jumlah dan konjungsi yang sering implisit dalam teks sumber juga menyebabkan masalah penerjemahan.Pemakaian banyak kata arkais juga membuat kesulitan penerjemahan dan karena bahasa Mandailing tidak memiliki tenses, hal itu juga menyebabkan masalah penerjemahan ke dalam bahasa Inggris yang memiliki tenses.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Disebabkan perbedaan budaya di antara kedua masyarakat Mandailing dan Inggris sejumlah istilah dan ungkapan budaya Mandailing tidak memiliki padanan dalam bahasa Inggris dan oleh karena itu kata-kata tersebut harus dipinjam (tidak diterjemahkan) dengan memberikan penjelasan makna pada glosarium. Dan beberapa kata memiliki padanan tetapi nuansa budaya yang melekat pada kata-kata tersebut tidak dapat ditransfer ke dalam bahasa Inggris dan maknanya juga harus dijelaskan pada glosarium. Diperlukan kesabaran dan kehati-hatian dalam menerjemahkan ke 37 pantun ke dalam bahasa teks sasaran sebab tujuan penerjemahan pantun bukan hanya mengalihkan makna yang terkandung dalam pantun tetapi juga menciptakan persajakan pantun terjemahan. Sejumlah teknik penerjemahan telah digunakan untuk menghasilkan terjemahan yang baik. Teknik-teknik yang telah digunakan adalah transcreation, transformasi, penambahan, penghilangan, pengubahan, penciptaan, parafrase, restrukturisasi, eksplikasi, generalisasi, modulasi, spesifikasi dan penerjemahan harfiah. Dengan demikian penerjemahan teks mangupa tidak hanya menghadapi masalah-masalah kebahasaan tetapi juga masalah-masalah budaya dan berbagai teknik penerjemahan diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut agar tercapai terjemahan yang akurat, terbaca dan dapat diterima penutur asli bahasa sasaran. Selain teks mangupa masih ada sejumlah teks budaya Mandailing lain yang memiliki nilai budaya yang tinggi yang perlu dipertahankan dan diintroduksi ke masyarakat lain melalui penerjemahan demi pengayaan khasanah teori penerjemahan teks budaya dan diharapkan dapat memberi kontribusi kepada peningkatan kepariwisataan di Tanah Air. Kata Kunci: penerjemahan, terjemahan, teks budaya, teks sumber, teks sararan,teks mangupa,
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
The more you know, the more you know you don’t know.
Karya ini saya persembahkan kepada: Ayah dan Ibu Alm.Janurdin Lubis Alm.Nisma Nasution Isteri dan Anak-anak: Risna Sari Winda Andriani Lubis, S.Sos. Yulita Dewi S. Lubis, S.T. Sadat Gumbara Lubis,Amd Andrew Satria Lubis
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi rabbil alamin. Syukur dan puji penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat yang diberikan kepada penulis sehingga disertasi ini dapat diselesaikan seperti diharapkan. Selanjutnya shalawat dan salam kepada Muhammad, rasul Allah sebagai pembawa rahmat dan teladan bagi seluruh ummat manusia baik dalam kehidupan duniawi maupun dalam kehidupan ukhrawi. Dalam penulisan disertasi ini berbagai pihak telah memberikan kontribusi kepada penulis baik moral maupun material dan oleh karena itu sudah sewajarnyalah penulis mengucapkan terimakasih. Pertama sekali terima kasih yang setulus-tulusnya penulis sampaikan kepada komisi promotor, Profesor Dr. Amrin Saragih, M.A, Ph.D. bersama ko-promotor, Profesor Dr. Tengku Silvana Sinar M.A.,Ph.D. dan Profesor Drs.M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. atas segala arahan, bimbingan serta koreksi yang tulus dan ikhlas yang telah diberikan untuk penulisan disertasi ini sejak dari perancangan, proses penulisan sampai pada penyelesaian.. Sudah barang tentu tanpa arahan dan bimbingan ketiga pakar yang sangat terdidik tersebut disertasi ini tidak akan sampai pada penyelesaian. Kedua terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada Profesor Thomas E.Nunnally dari Auburn University, Amerika Serikat yang telah meluangkan waktunya yang sangat berharga untuk memeriksa keberterimaan terjemahan bahasa Inggris teks mangupa dan memberikan bimbingan beserta saran kepada penulis dan Drs.Namsyah Hot Hasibuan,M.Ling dari Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara untuk memeriksa ketepatan pengalihan makna teks bahasa Mandailing ke dalam bahasa Inggris. Selanjutnya terima kasih yang yang tidak terhingga disampaikan kepada yang sangat terhormat Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Chairuddin P..Lubis, DTM&H.,Sp.A.(K) atas kesempatan dan bantuan finansial yang telah diberikan penulis untuk melanjutkan studi di Universitas Sumatera Utara.Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr.Ir.Chairun Nisa B,M.Sc. ketua Program Studi Linguistik, Prof.T.Silvana Sinar,M.A.,Ph.D. beserta Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Drs. Syaifuddin,MA.,Ph.D. atas segala layanan administrasi akademik yang sangat memuaskan yang diberikan kepada penulis mulai dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan di Sekolah Pasca Sarjana UniversitasSumatera Utara terutama sekali dalam masa penulisan disertasi ini. Selayaknya jugalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua dosen Program Studi Linguistik, Universitas Sumatera Utara yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu mereka yang sangat berguna kepada penulis selama masa perkuliahan di program studi tersebut. Para sejawat pada angkatan pertama Program Studi linguistik USU yang telah banyak memberikan motivasi dan saran selama penulisan disertasi ini semoga
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
mendapat ganjaran dari Allah S.A.W. dan oleh penulis tiada yang dapat disampaikan kecuali ucapan terima kasih yang ikhlas dari hati sanubari. Selamat berjuang dan jadilah ilmuan sejati yang inovatif. Kedua orangtua (almarhum) Janurdin Lubis dan Nisma Nasution yang pertama sekali memberikan pendidikan dasar kepada penulis serta segala bantuan moral dan material semoga jasa-jasa mereka mendapat ganjaran yang setinggi-tingginya dari Allah Yang Maha Pengasih. Yang terakhir tetapi bukan yang kurang penting adalah isteri tercinta, Risna Sari atas segala bantuan moral dan material serta kebersamaan yang tidak pernah susut, keempat anak tersayang Winda Andriani Lubis, S.Sos., Yulita Dewi S. Lubis, S.T., Sadat Gumbara Lubis,Amd. dan Andrew Satria Lubis atas motivasi, doa dan bantuan yang diberikan demi prestasi akademik orangtua mereka semoga Allah senantiasa memberkahi kita semua. Amin ya rabbal alamin. Medan, April 2009 Penulis, Syahron Lubis
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
DAFTAR ISI ABSTRACT ........................................................................................................
i
ABSTRAK ............................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
v
DAFTAR ISI.........................................................................................................
viii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG .......................................................
xv
1. BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................................
1
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................
6
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................
7
1.5 Klarifikasi Makna Istilah..........................................................................
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................
11
2.1 Pendahuluan ...........................................................................................
11
2.2 Relevansi Bahasa dengan Budaya ...........................................................
12
2.3 Kontribusi Kajian Lintas Budaya terhadap Penerjemahan.....................
21
2.4 Kontribusi Analisis Kontrastif terhadap Penerjemahan. .........................
22
2.5 Kontribusi Linguistik Fungsional Sistemik terhadap Penerjemahan ......
25
2.5.1 Bahasa Menurut Pandangan Halliday .................................................
25
2.5.2 Teks dan Konteks (Pengalaman Malinowski)......................................
28
2.6 Teori Penerjemahan ................................................................................
39
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................
51
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
3.1 Pendekatan...............................................................................................
51
3.2 Data dan Sumber Data.............................................................................
52
3.3 Teknik Analisis Data/Teknik Penerjemahan...........................................
53
BAB IV BUDAYA DAN BAHASA MASYARAKAT INGGRIS DAN MASYARAKAT MANDAILING...............................................
60
4.1 Budaya.....................................................................................................
60
4.1.1 Inggris: Lokasi Geografis dan Wilayah.................................................
60
4.1.2 Penduduk dan Kehidupan Penduduk.....................................................
61
4.1.3 Agama dan Kepercayaan.......................................................................
62
4.1.4 Keluarga dan Perkawinan......................................................................
64
4.1.5 Masyarakat Inggris ................................................................................
66
4.1.6 Gender dalam Masyarakat Inggris ........................................................
67
4.1.7 Bahasa Masyarakat Inggris....................................................................
68
4. 1.8 Sopan Santun dalam Masyarakat Inggris ............................................
71
4.1.9 Mandailing: Lokasi Geografis dan Wilayah.........................................
77
4.1.10 Penduduk dan Kehidupan Penduduk..................................................
77
4.1.11 Agama dan Kepercayaan.....................................................................
78
4.1.12 Keluarga dan Perkawinan....................................................................
79
4.1.13 Masyarakat Mandailing .......................................................................
83
4.1.14 Gender dalam Masyarakat Mandailing ...............................................
88
4.1.15 Bahasa Masyarakat Mandailing ..........................................................
90
4.1.16 Sopan Santun dalam Masyarakat Mandailing .....................................
93
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
4.2 Bahasa.......................................................................................................
96
4.2.1 Afiksasi.................................................................................................
98
4.2.2 Pemajemukan ....................................................................................... 100 4.2.3. Reduplikasi .......................................................................................... 102 4.2.4 Pemenggalan Kata ................................................................................ 104 4.2.5. Pronomina Persona dalam BI dan BM ................................................ 106 4.2.6. Struktur Frasa ...................................................................................... 108 4.2.6.1 Frasa Nominal .................................................................................. 109 4.2.6.2 Frasa Verbal....................................................................................... 111 4.2.6.3 Frasa Ajektival .................................................................................. 113 4.2.6.4 Frasa Adverbial ................................................................................ 115 4.2.6.5 Frasa Preposisional............................................................................. 118 4.2.7 Kalimat .................................................................................................. 120 4.2.7.1 Pola-pola Kalimat Dasar BI ............................................................... 122 4.2.7.2 Pola-pola Kalimat Dasar BM ............................................................. 123 4.2.7.3 Jenis Kalimat ..................................................................................... 125 4.2.7.3.1 Kalimat Deklaratif BI ..................................................................... 125 4.2.7.3.2 Kalimat Imperatif BI ....................................................................... 126 4.2.7.3.3 Kalimat Interogatif BI .................................................................... 126 4.2.7.3.4 Kalimat Eksklamatif BI .................................................................. 128 4.2.7.3.5 Kalimat Deklaratif BM.................................................................... 129
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
4.2.7.3.6 Kalimat Imperatif BM...................................................................... 129 4.2.7.3.7 Kalimat Interogatif BM .................................................................... 130 4.2.7.3.8 Kalimat Eksklamatif BM…………………………………………. 131 4.2.8. Semantik Bahasa Inggris dan Bahasa Mandailing ............................... 134 4.2.8.1 Komponen Makna .............................................................................. 135 4.2.8.2 Polisemi .............................................................................................. 139 4.2.8.3 Sinonimi dan Antonimi ...................................................................... 143 4.2.8.4 Makna Generik-Spesifik..................................................................... 147 4.2.8.5 Metafora ............................................................................................. 150 4.2.8.6 Idiom................................................................................................... 157 4.2.8.7 Eufemisme.......................................................................................... 161 BAB V TEMUAN PENELITIAN ........................................................................ 166 5.1 Pendahuluan ............................................................................................. 166 5.2 Upacara Mangupa sebagai Teks............................................................... 166 5.3 Situasi, Budaya dan Idiologi Teks Mangupa ........................................... 168 5.3. 1 Situasi (Register) .................................................................................. 168 5.3.2 Budaya (Genre) .................................................................................... 170 5.3.3 Idiologi (Ideology)................................................................................. 173 5.4.Persamaan dan Perbedaan Struktur BM dan BI ....................................... 194 5.4.1.Afiksasi.................................................................................................. 194 5.4.1.1 Persamaan........................................................................................... 194 5.4.1.2 Perbedaan ........................................................................................... 195
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
5.4.2 Pemajemukan ........................................................................................ 195 5.4.2.1 Persamaan........................................................................................... 195 5.4.2.2 Perbedaan ........................................................................................... 195 5.4.3.Reduplikasi ............................................................................................ 196 5.4.3.1 Persamaan........................................................................................... 196 5.4.3.2 Perbedaan ........................................................................................... 196 5.4.4.Pemenggalan Kata ................................................................................ 197 5.4.4.1 Persamaan........................................................................................... 197 5.4.4.2 Perbedaan ........................................................................................... 197 5.4 5.Pronomina Persona ............................................................................... 197 5.4.5.1 Persamaan........................................................................................... 197 5.4.5.2 Perbedaan ........................................................................................... 198 5.4.6. Frasa .................................................................................................... 199 5.4.6.1 Persamaan........................................................................................... 199 5.4.6.2 Perbedaan ........................................................................................... 199 5.4.7. Kalimat ................................................................................................. 201 5.4.7.1 Persamaan........................................................................................... 201 5.4.7.2 Perbedaan ........................................................................................... 201 5.4.8. Komponen Makna ................................................................................ 202 5.4.8.1 Persamaan........................................................................................... 202 5.4.8.2 Perbedaan ............................................................................................ 203 5.4.9. Polisemi ................................................................................................ 205
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
4.9.1 Persamaan.............................................................................................. 205 5.4.9.2 Perbedaan ........................................................................................... 205 5.4.10. Sinonimi dan Antonimi ...................................................................... 207 5.4.10.1 Persamaan......................................................................................... 207 5.4.10.2 Perbedaan ......................................................................................... 207 5.4.11. Makna Generik-Spesifik..................................................................... 208 5.4.11.1 Persamaan ........................................................................................ 208 5.4.11.2 Perbedaan ......................................................................................... 209 5.4.12. Metafora ............................................................................................. 209 5.4.12.1 Persamaan........................................................................................ 209 5.4.12.2 Perbedaan ........................................................................................ 210 5.4.13. Idiom................................................................................................... 211 5.4.13.1 Persamaan......................................................................................... 211 5.4.13.2 Perbedaan ......................................................................................... 212 5.4.14. Eufemisme ......................................................................................... 213 5.4.14.1 Persamaan ........................................................................................ 213 5.4.14.2 Perbedaan ......................................................................................... 213 5.5 Persamaan dan Perbedaan Budaya Mandailing dengan Budaya Inggris .......................................................................... 215 5.5.1 Agama dan Kepercayaan...................................................................... 215 5.5.2 Keluarga dan Perkawinan..................................................................... 216 5.5.3 Masyarakat .......................................................................................... 218
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
5.5.4 Gender .................................................................................................. 220 5.5.5 Bahasa .................................................................................................. 221 5.5.6 Sopan Santun ....................................................................................... 223 5.6 Penerjemahan Teks Mangupa ............................................................... 225 5.7 Masalah dan Teknik Penerjemahan......................................................... 239 BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 271 6.1 Struktur Bahasa Inggris dan Bahasa Mandailing ................................... 271 6.2 Budaya Inggris dan Budaya Mandailing ................................................ 277 6.3 Penerjemahan Teks Mangupa ................................................................. 286 BAB VII PENUTUP ............................................................................................. 291 7.1 Simpulan .................................................................................................. 291 7.2 Saran......................................................................................................... 297 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 299 Lampiran 1 Glosarium Istilah-istilah Budaya dalam Bahasa Indonesia .............. 304 Lampiran 2 Glosarium Istilah-istilah Budaya dalam Bahasa Inggris ................... 309 Lampiran 3 Surat Pernyataan 1 ............................................................................. 314 Lampiran 4 Surat Pernyataan 2 ............................................................................. 315 Lampiran 5 Riwayat Hidup................................................................................... 316
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG Singkatan A
Ajektiva
B Ind.
Bahasa Indonesia
BI
Bahasa Inggris
BM
Bahasa Mandailing
BSar
Bahasa sasaran
BSur
Bahasa sumber
Ket.
Keterangan
N
Nomina
O
Objek
OL
Objek langsung
OTL
Objek tidak langsung
P
Predikat
Pel.
Pelengkap
S
Subjek
TSar
Teks sasaran
TSur
Teks sumber
V
Verba
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Lambang *
Lambang yang menunjukkan bahwa bentuk yang ditunjukkan lambang tersebut tidak berterima/tidak gramatikal.
(
) '
Kata/bentuk yang diapit lambang ini bersifat opsional. '
→ "
Lambang yang mengapit makna atau terjemahan. Lambang yang bermakna ‘menjadi.’
"
Mengapit kutipan dan makna konotatif atau metaforis.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seandainya di atas bumi ini hanya ada sebuah bahasa dan semua manusia dapat menggunakan bahasa tersebut sudah barang tentu terjemahan tidak diperlukan. Namun karena jumlah bahasa sangat banyak, hampir sama dengan jumlah kelompok manusia yang ada dan bahasa sebuah kelompok merupakan sebuah bahasa asing (tidak dipahami) bagi kelompok lain dan adanya keinginan untuk berkomunikasi atau saling bertukar informasi antara satu kelompok dengan kelompok yang lain, keinginan itu dapat terwujud melalui terjemahan. Terjemahan
sebagai
sarana
komunikasi
lintas
budaya
(inter-cultural
communication) telah sejak dahulu dikenal dan dipraktekkan manusia. Konon Chrstopher Colombus ketika ia berlayar dari Spanyol untuk menemukan benua Amerika pada abad XV membawa seorang penerjemah untuk menerjemahkan bahasa etnis daerah setempat (Moentaha, 2006:viii). Bronislaw Malinowski, seorang antropolog berkebangsaan Inggris yang sedang mengadakan penelitian di Trobriand Islands, Pasific Selatan pada tahun 1923 ingin agar masyarakat Inggris memahami hasil penelitiannya. Upaya yang dilakukannya ialah menerjemahkan hasil penelitian itu ke dalam bahasa Inggris (BI) (katan, 1999). Terjemahan makin diperlukan sejalan dengan meningkatnya hubungan antarbangsa/antarnegara. Dua negara yang menggunakan dua bahasa yang berbeda menjalin hubungan diplomatik, mengadakan kerja sama ekonomi, perdagangan,
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
pendidikan, militer, dan bertukar pengalaman budaya. Kerja sama dapat terwujud melalui terjemahan. Perkembangan ilmu dan teknologi canggih yang sangat cepat di negara-negara maju sementara negara-negara sedang berkembang ingin menyerap ilmu dan teknologi tersebut maka cara yang paling cepat dan efisien yang dapat dilakukan negara-negara sedang berkembang adalah dengan menerjemahkan bukubuku ilmu dan teknologi tersebut ke dalam bahasa mereka. Terjemahan sebagai “jembatan” yang menghubungkan dua masyarakat yang saling tidak memahami sejak dari masa silam hingga kini telah banyak berperan dalam berbagai bidang seperti agama, budaya, sastra, seni, politik, teknologi, dan ilmu pengetahuan. Berbagai negara seperti Jepang, Malaysia dan Cina telah banyak melakukan penerjemahan untuk
mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi dari
negara-negara maju yang pada gilirannya dapat meningkatkan perekonomian dan kemakmuran negara-negara tersebut (Syamsulhadi, 2005). Namun meskipun terjemahan/penerjemahan telah banyak memberi manfaat bagi manusia, pada kenyataannya, di Indonesia pada umumnya dan di Sumatera Utara pada khususnya terjemahan/penerjemahan belum diminati seluas kajian-kajian interdisipliner linguistik lain seperti sosiolinguistik, psikolinguistik, analisis kontrastif, analisis wacana, pengajaran bahasa dll. Sejauh ini belum ada perguruan tinggi di Sumatera Utara yang menghasilkan disertasi tentang penerjemahan. Diskrepansi pertumbuhan antara kajian terjemahan dengan berbagai disiplin linguistik lain perlu dipikirkan dan diatasi mengingat besarnya kontribusi terjemahan terhadap percepatan kemajuan suatu negara dan kelancaran komunikasi lintas budaya.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Teori terjemahan tidak berlaku untuk penerjemahan bahasa tertentu saja, tetapi untuk semua bahasa manusia dan semua jenis teks dari teks ilmiah, politik, sosial, agama hingga budaya. Ciri-ciri dan struktur sebuah teks dengan teks yang lain tidak sama. Teks ilmiah, misalnya tidak terlalu terikat dengan budaya, tetapi sebaliknya sebuah teks budaya, misalnya teks tentang upacara kerkawinan sangat terikat dengan budaya.Dalam penerjemahan teks budaya penerjemah tidak hanya berhadapan dengan perbedaan kelinguistikan kedua bahasa tetapi juga berhadapan dengan kesenjangan budaya yang melatari bahasa sumber (BSur) dan bahasa sasaran (BSar). Dengan demikian penerjemahan teks budaya akan menghahapi lebih banyak masalah dan tantangan penerjemahan dan oleh karena itu akan lebih menarik dan bermanfaat secara keilmuan dan membutuhkan strategi dan teknik-teknik penerjemahan yang lebih bervariasi. Indonesia yang didiami oleh ratusan sukubangsa menjadikan negara tersebut negara yang multikultural dan multilingual. Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keragaman budaya khas yang tidak dimiliki bangsa-bangsa lain. Namun sayang sekali budaya yang khas, beragam dan indah tersebut belum banyak dikenal dunia luar karena hambatan kebahasaan. Dalam era globalisasi dimana ketergantungan suatu negara kepada negara lain semakin tinggi dan oleh karena itu intensitas komunikasi antarnegara pun semakin tinggi, tidak cukup bila ilmu dan teknologi saja yang kita serap dari negara-negara maju melalui sarana penerjemahan. Kini saatnya (mungkin juga sudah tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara lain) kekayaan budaya Indonesia diperkenalkan kepada bangsa-bangsa lain melalui
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
terjemahan agar negara ini lebih dikenal dan menarik perhatian bangsa-bangsa lain yang pada gilirannya akan menarik minat wisatawan manca negarra untuk mengunjungi Indonesia. Mandailing adalah sebuah daerah di Sumatera Utara yang memiliki dan mempertahankan budaya tradisional. Salah satu aspek budaya tradisional Mandailing yang spesifik adalah pelaksanaan perkawinan. Perhelatan perkawinan tradisional Mandailing menempuh sederet upacara adat yaitu mangaririt boru (menyelidiki kedaan perempuan sebagai calon isteri oleh pihak calon suami), padamos hata (penentuan hari peminangan), patobang hata (upacara peminangan), manulak sere (penyerahan
kewajiban/syarat-syarat
perkawinan
dari
pihak
calon
suami),
mangalehan mangan pamunan (memberi makan terakhir kepada calon isteri oleh orangtuanya sebelum meninggalkan rumah orangtuanya), upacara pernikahan, horja pabuat boru (upacara pelepasan mempelai wanita), horja (perhelatan perkawinan di rumah mempelai laki-laki) dan mangupa (upacara pemberian nasihat-nasihat perkawinan) (Nasution, 2005:279-419). Mangupa sebagai puncak atau upacara terakhir dalam perkawinan Mandailing merupakan upacara yang sangat menarik. Mangupa dihadiri oleh perangkat dalihan na tolu (kahaggi, mora dan anakboru) dan nasihat-nasihat perkawinan disampaikan oleh seorang datu pangupa. Upacara mangupa yang disampaikan secara verbal dan dengan menggunakan berbagai macam benda sebagai simbol terrealisasi dalam sebuah teks yang relatif panjang dan menggunakan banyak kata dan ungkapan budaya yang memerlukan strategi dan teknik-teknik penerjemahan tertentu.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Teks mangupa dipilih sebagai teks yang diterjemahkan dalam kajian ini karena teks ini sangat terikat dengan budaya dan memiliki banyak ungkapan budaya. Di samping itu mangupa bukan hanya disampaikan dalam teks prosa tetapi juga teks pantun. Sebahagian penerjemah mengakui bahwa penerjemahan teks pantun merupakan salah satu pekerjaan penerjemahan yang sangat sulit dan memerlukan banyak waktu, kesabaran, ketelitian dan kepiawaian penerjemah. Sejauh penelusuran literatur yang telah dilakukan, teks mangupa Mandailing belum pernah diterjemahkan ke dalam BI dan oleh karena itu penerjemahan teks mangupa ke dalam BI dalam kajian ini merupakan sebuah upaya rintisan. Teks mangupa diterjemahkan ke dalam BI bukan ke dalam bahasa-bahasa lain karena BI adalah sebuah bahasa internasional yang jauh lebih luas digunakan dibandingkan dengan bahasa-bahasa asing lainnya. Olehkarena itu terjemahan mangupa bukan hanya dipahami oleh penutur BI saja tetapi oleh pembaca-pembaca yang
berasal dari bangsa-bangsa lain. Selain itu kompetensi bahasa asing yang
dimiliki penerjemah adalah BI sedangkan bahasa Mandailing (BM) adalah bahasa pertama penerjemah. 1.2 Batasan dan Rumusan Masalah Penelitian ini dibatasi pada penerjemahan teks budaya Mandailing ke dalam bahasa Inggris dan secara spesifik teks mangupa, sebagai salah satu teks budaya Mandailing, dipilih sebagai objek penelitian. Fokus utama penelitian ini adalah
penerjemahan
istilah dan ungkapan
berkonteks budaya yang terkandung dalam teks mangupa tersebut. Namun karena
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
penerjemahan merupakan pengalihan pesan dari teks sumber (TSur) ke dalam teks sasaran (TSar), analisis kontrastif kedua bahasa tersebut perlu dilakukan. Dan oleh karena bahasa adalah bahagian dari budaya (Larson, 1984:431), kajian tentang persamaan dan perbedaan kedua budaya tersebut juga perlu dilakukan. Berdasarkan batasan tersebut, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai barikut. 1. Persamaan dan perbedaan kelinguistikan apakah yang ada antara BSur dan BSar berdasarkan data penelitian kedua bahasa? . 2. Masalah
kelinguistikan
apakah yang muncul dalam penerjemahan TSur ke
dalam Tsar? 3. Persamaan dan perbedaan budaya apakah
yang ada
antara BSar dan BSur
berdasarkan data penelitian kedua bahasa? 4. Masalah budaya apakah yang muncul dalam penerjemahan TSur ke dalam TSar? 5. Teknik penerjemahan apakah yang paling tepat dan dapat diterapkan untuk mengatasi masalah penerjemahan
teks mangupa yang disebabkan oleh faktor
linguistik dan faktor budaya dari BSur ke dalam BSar? 6. Bagaimanakah dampak teknik penerjemahan yang digunakan terhadap kualitas terjemahan
dalam hal keakuratan (accuracy), keterbacaan (readability), dan
keberterimaan (acceptability)? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini menelaah masalah yang muncul dalam proses penerjemahan teks budaya masyarakat Mandailing. Teks budaya yang menjadi sasaran telaah ini adalah teks
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
mengupa (sebuah upacara tentang pemberian nasihat-nasihat, penyampaian permohonan kepada Tuhan YME serta harapan-harapan untuk kedua mempelai) ke dalam bahasa Inggris. Secara rinci tujuan penelitian ini dapat disenaraikan sebagai berikut. 1. Untuk menemukan persamaan dan perbedaan kelinguistikan antara BSur
dan
berdasarkan data penelitian kedua bahasa. 2. Untuk menemukan masalah
kelinguistikan dalam penerjemahan TSur ke
dalam TSar berdasarkan data penelitian kedua bahasa. 3. Untuk menemukan persamaan dan perbedaan budaya antara BSur dan BSar berdasarkan data penelitian kedua bahasa.. 4. Untuk menemukan masalah terkait budaya dalam penerjemahan TSur ke dalam TSar berdasarkan data penelitian kedua bahasa. 5. Untuk menemukan teknik penerjemahan yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan terkait linguistik dan budaya dari TSur ke dalamTsar? 6. Untuk menemukan dampak teknik penerjemahan yang digunakan terhadap kualitas terjemahan dalam hal keakuratan (accuracy), keterbacaan (readability) dan keberterimaan (acceptability). 1.4 Manfaat Penelitian Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat yang dibedakan menjadi manfaat teoritis dan praktis. 1
Manfaat Teoritis a. Sebagai pengayaan khasanah penerjemahan dan terjemahan teks budaya.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
b. Sebagai penguatan teori yang menyatakan bahwa penerjemahan teks budaya selalu menghadapi banyak masalah. 2
Manfaat Praktis
a. Sebagai contoh dan acuan tentang teknik yang dapat mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam penerjemahan teks budaya. b. Sebagai upaya untuk memperkenalkan dan mempopulerkan salah satu teks masyarakat Mandailing kepada khalayak luas termasuk untuk tujuan peningkatan daya tarik wisataan mancanegara terhadap budaya Indonesia. c. Sebagai upaya pemertahanan teks budaya yang memiliki nilai budaya yang tinggi dan luhur yang secara perlahan mulai terkikis oleh pengaruh budaya global. d. Sebagai acuan untuk mengetahui perbedaan dan persamaan sistem linguistik BM dengan BI. e. Sebagai acuan untuk mengetahui perbedaan dan persamaan berbagai aspek budaya Mandailing dengan budaya Inggris dan f. Untuk memperoleh terjemahan teks mangupa budaya Mandailing ke dalam BI yang akurat, dapat dipahami dan berterima. 1.5 Klarifikasi Makna Istilah Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman tentang makna istilah-istilah penting yang dipakai, makna setiap kata atau istilah kunci yang sering digunakan perlu diklarifikasi.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
1. Bahasa Inggris adalah bahasa Inggris baku yang digunakan oleh penutur bahasa Inggris di Kerajaan Inggris atau yang dikenal dengan British English. 2. Bahasa Mandailing adalah bahasa etnis yang digunakan oleh kelompok etnis Mandailing yang menetap di Mandailing, Kabupaten Mandailing Natal. 3. Budaya Inggris adalah budaya masyarakat Inggris yang menetap di Kerajaan Inggris. 4. Budaya Mandailing adalah budaya masyarakat Mandailing yang menetap di daerah Mandailing. 5. Penerjemahan adalah proses/pekerjaan pengalihan makna teks sumber ke dalam teks sasaran dalam dua bahasa yang berbeda. 6. Terjemahan adalah produk penerjemahan (teks yang merupakan hasil penerjemahan). 7. Padanan adalah kata atau unsur lain dalam teks sasaran yang maknanya dianggap setara dengan makna kata atau unsur lain dalam teks sumber. 8. Teks mangupa adalah sebuah teks lisan yang diucapkan pada upacara perkawinan tradisional masyarakat Mandailing di daerah Mandailing yang mengandung nasihat, anjuran, doa kepada sang Pencipta serta harapan yang baik bagi
kedua mempelai yang diupa-upa dalam kehidupan berkeluarga dan
bermasyarakat. 9. Pangupa adalah sejumlah benda seperti nasi, kepala kerbau, ayam, ikan, telur ayam, garam dan lain-lain
yang digunakan dalam upacara mangupa yang
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
memiliki makna tertentu dan melambangkan harapan yang diinginkan dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat di Mandailing. 10. Struktur adalah istilah yang tidak terbatas pada bentuk formal bahasa seperti kalimat,frasa kata dan morfem tetapi juga aspek makna/semantik bahasa. 11. Teks Sumber (TSur) adalah teks yang akan atau sedang diterjemahkan. Dalam penerjemahan ini TSur adalah teks mangupa berbahasa Mandailing. 12. Teks Sasaran (TSar) adalah teks yang menjadi target/tujuan penerjemahan. Dalam penerjemahan ini TSar adalah teks hasil penerjemahan berbahasa Inggris. 13. Bahasa Sumber (BSur) adalah bahasa yang digunakan dalam TSur. Dalam penerjemahan ini bahasa sumber adalah bahasa Mandailing yang digunakan di daerah Mandailing 14. Bahasa Sasaran (BSar) adalah bahasa yang digunakan dalam TSar.
Dalam
penerjemahan ini bahasa sasaran adalah bahasa Inggris yang digunakan di Inggris.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Penerjemahan (Translation Studies) merupakan sebuah disiplin ilmu yang multidisipliner. Penerjemahan berkaitan dengan/dan memerlukan kontribusi berbagai subdisiplin ilmu linguistik seperti
semantik, sosiolinguistik, pragmatik, analisis
wacana, kontrastif linguistik, kognitif linguistik, dan dengan disiplin lain seperti filsafat, rekayasa bahasa (language engineering),
studi kebudayaan dan
kesusasteraan (Hatim dan Munday, 2004:8). Oleh karena itu penelitian ini tidak dapat didasarkan pada satu teori saja akan tetapi pada sejumlah teori (eclectic) yang saling terkait dan mendukung. Bahasa adalah bahagian dari budaya. Ketika seorang penutur menggunakan bahasa sebagai sarana interaksi dengan penutur lain, atau sebagai sarana penyampai pikiran, gagasan dan perasaan, ciri-ciri budaya penutur selalu terrefleksi dalam bahasanya. Oleh karena itu penelaahan bahasa apapun tidak akan memadai tanpa melihat budaya yang melatar belakangi bahasa tersebut. Bahasa digunakan dalam konteks. Bentuk dan makna bahasa yang sedang digunakan ditentukan oleh konteks. Sebagai contoh, dalam konteks yang tidak formal bahasa yang dipakai pun bahasa tidak resmi dan sebaliknya bila konteksnya formal penutur akan menggunakan bahasa resmi atau formal. Kajian tentang relevansi bahasa dengan konteks: konteks situasi, konteks budaya dan konteks ideologi juga perlu dilakukan untuk membantu upaya penerjemahan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Penerjemahan sebagai sebuah disiplin, yang merupakan sub-disiplin linguistik terapan (applied linguistics) tentu saja memiliki teori , metode, dan teknik. Teori, metode dan teknik apa yang akan diterapkan penerjemah dalam menerjemahkan sebuah teks ditentukan oleh tujuan penerjemahan yang telah ditetapkan oleh penerjemah. Oleh karena itu pilihan teori penerjemahan yang diterapkan perlu pula dilakukan sebelum penerjemahan dimulai.. 2.2 Relevansi Bahasa dengan Budaya Seperti telah disampaikan pada Pendahuluan, bahasa adalah bahagian dari budaya; bahasa tidak dapat dipisahkan dari budaya. Cara manusia berpikir, memandang dunia sekelilingnya, mengekspresikan ide dan gagasan melalui bahasa selalu dilatarbelakangi oleh budaya penutur. Eratnya hubungan bahasa dengan budaya telah sejak lama diklaim oleh linguis Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf yang lazim disebut Sapir-Whorf hypothesis atau yang lebih populer dengan sebutan Whorfian hypothesis. Sapir dan Whorf melihat betapa eratnya hubungan bahasa dengan budaya sehingga seseorang tidak akan dapat memahami salah satu tanpa pengetahuan tentang yang lainnya ( Wardhaugh, 1986:212). Banyak contoh yang dapat dikutip untuk mendukung hipotesis ini dari berbagai bahasa dan budaya. Misalnya, orang Arab memiliki pandangan yang berbeda terhadap hewan unta dari orang Inggris karena orang Arab memiliki banyak kata yang mengacu kepada binatang unta sementara orang Inggris hanya memiliki satu kata, camel. Seseorang yang tinggal di daerah tropis tentu tidak dapat membayangkan bagaimana keadaan empat musim di negara-negara Eropah karena dia hanya
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
mengalami musim kemarau dan musim hujan. Sering kita mendengar bahwa orang Inggris sangat menghargai waktu. Dalam bahasa Inggris kita mengenal banyak kata yang berkaitan dengan waktu seperti on time, in time, punctual. Setiap kalimat bahasa Inggris menunjukkan waktu (tense) terjadinya sebuah peristiwa dan tindakan atau keadaan. Penghargaan terhadap waktu ditunjukkan dalam ungkapan-ungkapan seperti time is money, I don’t have much time, It’ll take much time dan lain-lain. Peribahasa Don’t wait till tomorrow what you can do today menunjukkan bahwa orang Inggris tidak boleh menyia-nyiakan waktu. Mereka menganjurkan untuk melakukan sesuatu selagi ada kesempatan dan kita (orang Indonesia meskipun tidak semua) tidak dapat mengingkari bahwa kita masih memandang waktu sebagai sesuatu yang jumlahnya tidak terbatas. Sering sekali acara-acara yang telah jelas terjadwal pada waktu tertentu dilaksanakan terlambat, jarang sekali dilaksanakan tepat waktu apa lagi lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan. Kelihatannya, peribahasa lama Biar lambat asal selamat tidak lari gunung di kejar masih mempengaruhi cara pandang sebahagian anggota masyarakat kita terhadap waktu. Orang Arab yang tinggal di daerah padang pasir tandus dan kering tentu sulit memahami sejumlah istilah yang berkenaan dengan air di Indonesia seperti sungai, selokan, rawa, mata air, kubangan, sumur, danau. Dengan kata lain pandangan orang Indonesia terhadap air berbeda dari pandangan orang Arab. Dengan demikian berbicara tentang air akan lebih mudah bagi orang Indonesia daripada bagi orang Arab sebab orang Indonesia memiliki lebih banyak kosakata tentang air. Sebaliknya pandangan orang Arab terhadap unta berbeda dari pandangan orang Indonesia sebab
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
orang Arab memiliki sejumlah kosakata tentang unta yang bagi orang Indonesia hanya satu kata. Seorang penerjemah tentu saja tidak bisa, dalam proses penerjemahan hanya mencari padanan kata BSur dalam BSar misalnya autumn dalam BI menjadi musim gugur dalam bahasa Indonesia tanpa menjelaskan musim yang bagaimana, musim yang memiliki ciri-ciri alam seperti apa musim gugur tersebut sebab musim seperti itu tidak dikenal di Indonesia, sebagai daerah tropis.. Sebagai sarana komunikasi, bahasa digunakan para mitrabicara untuk bertukar informasi, pikiran, gagasan, pengalaman, perasaan dan lain-lain. Ketika
mereka
berkomunikasi mereka mereflesikan berbagai perspektif dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat mereka (Tarjana, 2006:1). Seorang penutur bahasa Inggris misalnya, sebelum memulai sebuah pidato akan menyapa halayaknya dengan ladies and gentlemen yang dalam bahasa Indonesia dapat dipadankan dengan bapak-bapak ibu-ibu, namun seorang pembicara berbahasa Indonesia merasa belum lengkap sebuah sapaan kepada halayak jika hanya dengan bapak-bapak ibu-ibu tetapi biasanya ditambah lagi dengan serta saudara-saudari sekalian. Dalam budaya Inggris, menyapa seseorang dalam situasi formal, misalnya dalam sebuah pertemuan resmi, mereka menyebutkan gelar Mr, Mrs atau Miss sebelum nama keluarganya, misalnya Mr Smith, Mrs Austin. Dalam situasi tidak resmi sehari-hari misalnya di dalam rumah seseorang umumnya disapa dengan nama kecilnya saja oleh ayah, ibu suami/isteri dan saudara-saudaranya baik yang lebih tua maupun yang lebih muda (meskipun tidak oleh anak-anaknya). Di dalam masyarakat
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
kita, Indonesia nama yang manapun disebutkan tidak menjadi masalah dan tidak bergantung situasi. Nampaknya nama pertama lebih sering digunakan meskipun orang tersebut memiliki nama kedua (nama keluarga?).(Ba)pak Akbar (mantan ketua Partai Golkar) lebih sering terdengar daripada (Ba)pak Tanjung; (I)bu Mega (wati) lebih kerap disebutkan daripada
(I)bu Sukarnoputri (mantan Presiden Republik
Indonesia). Nama kedua (nama keluarga) digunakan apabila orang merasa sulit menyebutkan nama depan karena, misalnya disingkat atau karena nama kedua sengaja lebih dipopulerkan seperti marga. Jadi (Ba)pak Habibi yang nama depan dan tengah disingkat B(Baharudin), J(Jusuf) (mantan presiden ketiga Republik Indonesia atau (Ba)pak Pardede (almarhum pengusaha sukses di Sumatera Utara) yang nama depan dan tengah juga disingkat (T.D). Contoh sederhana di atas menunjukkan bahwa tradisi budaya selalu direfleksikan dalam bahasa yang kita pakai. Istilah budaya (culture) itu sendiri meskipun sangat akrab dengan kita namun tidak mudah didefinisikan secara tegas; dengan kata lain pandangan orang terhadap budaya berbeda dari satu orang ke orang lain. Menurut Katan (1999:16) Alfred Louis Kroeber dan Clyde Kluckhohn (1961:181) telah pernah mendaftarkan sebanyak 164 definisi budaya. Jumlah definisi yang sangat banyak ini menunjukkan betapa budaya yang menjadi bahagian dari kehidupan manusia itu sendiri sulit didefinisikan secara tegas dan seragam. Tiga definisi budaya berikut ini diajukan oleh dua orang sosiolog dari Amerika: Henry L. Tischler dan Caroline Hodges Persell dan seorang profesor
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Translatioan & Intercultural Studies, Said Faiq yang juga dari Amerika memberikan definisi budaya sebagai berikut. Tischler (1996:70) mendefinisikan budaya sebagai berikut: “All that human beings learn or do, to use, to produce, to know, and to believe as they grow to maturity and live out their lives in the social groups to which they belong”. Tischler memandang bahwa apa yang dipelajari atau dilakukan, digunakan, dihasilkan, diketahui dan diyakini oleh manusia dalam kehidupan mereka bermasyarakat adalah budaya. Sementara Persell (1987:85) dengan pemahaman yang tidak jauh berbeda membatasi budaya sebagai:”… all the socially learned behaviors, beliefs, feelings, and values the members of a
group or society experience. It
includes customs and language. It affects how people interact, the meanings they place on different interactions and how interactions are organized.” Menurut Persell budaya adalah semua tingkah laku yang dipelajari secara bersama, kepercayaan, perasaan dan nilai-nilai yang dialami oleh para anggota kelompok atau masyarakat. Adat istiadat dan bahasa juga merupakan bahagian dari budaya. Budaya mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi, bagaimana pandangan mereka terhadap interaksi yang berbeda, dan bagaimana interaksi di antara sesama mereka diatur. Masyarakat oleh Persell diibaratkan sebagai aktor dalam permainan drama dan budaya sebagai skrip/naskah drama tersebut yang harus diikuti. Budaya memberikan cara-cara yang lebih teruji bagaimana menghadapi berbagai masalah yang muncul dalam mencari kebutuhan pokok seperti makanan, air, perlindungan, reproduksi dan cara hidup bersama yang dapat mengurangi friksi di antara mereka dan meningkatkan kerja sama. Faiq (2007:9) dengan mengutip Fairclough (1995) dan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Scolon (1998) menyatakan bahwa budaya merupakan totalitas sikap terhadap dunia, peristiwa-peristiwa, budaya-budaya lain dan masyarakat dan bagaimana sikap-sikap tersebut disepakati bersama. Dengan kata lain budaya mengacu kepada kepercayaan dan sistem nilai yang dengan sendirinya secara kolektif diterima oleh masyarakatmasyarakat tertentu. Dari ketiga definisi ini dapat disimpulkan bahwa budaya sangat kompleks. Semua yang dipelajari, digunakan, dihasilkan dan diyakini oleh manusia dalam hidup bermasyarakat adalah budaya. Dengan demikian semua cara dan tingkah laku yang mereka gunakan untuk mempertahankan kehidupan bermasyarakat dan semua yang mereka hasilkan untuk menopang atau mempermudah kelangsungan hidup mereka adalah budaya. Jadi berdasarkan definisi tersebut hanya alam dan benda-benda alam yang sudah tersedia sebelum eksistensi manusia sajalah sebenarnya yang bukan termasuk budaya. Namun setelah benda-benda alam diolah dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti bagaimana tanah sebagai benda alam diolah sedemikian rupa supaya dapat menjadi tempat tumbuh tanaman lebih subur dan memberi hasil yang lebih banyak; bagaimana bahan tambang seperti minyak, gas bumi, besi, timah batu bara dan lain-lain diolah demi kemaslahatan manusia menjadi salah satu aspek dari budaya itu sendiri. Oleh karena budaya adalah semua tingkah laku manusia dan apa yang telah dia hasilkan, budaya dibedakan menjadi budaya materi (material culture) – semua benda sebagai produk teknologi manual dan budaya non-materi (nonmaterial culture) –
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
totalitas pengetahuan, bahasa dan simbol-simbol, kepercayaan, nilai-nilai dan aturanaturan yang dimiliki bersama (Rischler, 1996; Persell, 1987). Masyarakat manusia memiliki kesamaan dalam sejumlah ciri budaya tertentu (cultural universals) atau kesemestaan kultural. Unsur-unsur budaya yang ditemukan dalam masyarakat adalah simbol, bahasa, dan norma sosial. Simbol atau tanda merupakan objek yang memiliki makna yang dipahami bersama oleh para anggota suatu masyarakat. Dalam masyarakat tertentu warna hitam melambangkan keadaan duka cita, putih melambangkan kesucian, matahari melambangkan kekuatan. Tentu saja benda yang sama dapat melambangkan keadaan yang berbeda dalam dua masyarakat yang berbeda atau makna yang sama dilambangkan dengan dua benda yang berbeda. Di dalam masyarakat Mandailing, misalnya kancil melambangkan kepintaran dan kebijaksanaan (mangido bisuk tu landuk “meminta kepandaian kepada kancil), sedangkan dalam masyarakat Melayu hewan yang sama melambangkan kelicikan. Bagi banyak orang pemilikan sebuah mobil bukan hanya sekadar sarana transportasi tetapi juga lambang status sosialekonomi. Bagi masyarakat Mandailing yang religius “naik haji” bukan sekadar lambang telah tertunainya rukun Islam yang kelima, tetapi juga dapat menjadi lambang status sosial, ekonomi dan religius. Dalam upacara mangupa sejumlah benda digunakan untuk menjadi lambang tertentu yang mungkin di dalam masyarakat lain tidak melambangkan sesuatu atau mungkin melambangkan hal yang berbeda.Jadi, bagi setiap masyarakat benda tertentu dapat memberi lambang yang dipahami dan diterima oleh masyarakat.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Bahasa yang terealisasi sebagai ucapan atau tulisan merupakan simbol yang paling penting dan paling luas digunakan oleh para anggota masyarakat. Bahasa membuat masyarakat dapat berbagi ide, pikiran, pengalaman, keinginan, perasaan, temuan dan rencana hari esok. Sebagai sarana komuniksi, bahasa memungkinkan manusia dapat berinteraksi secara sempurna Norma sosial mengacu kepada peraturan tentang tingkah laku yang dapat diterima dan ditolak. Norma merupakan petunjuk tentang sesuatu yang dapat diterima dan sesuai dalam situasi tertentu (Persell, 1987:87-88). Norma dibedakan menjadi folkways (adat kebiasaan), mores (adat istiadat), tabu dan hukum. Folkways merupakan tradisi yang biasa diikuti oleh para anggota masyarakat namun bila tidak dipatuhi, pelanggaran tersebut belum dianggap pelanggaran moral. Biasanya yang membiarkan rambut panjang adalah kaum perempuan sedangkan kaum laki-laki biasanya memotong rambutnya secara rutin. Namun bila ada seorang laki-laki yang membiarkan rambutnya tumbuh hingga panjang hal tersebut hanya dipandang sebagai susuatu yang tidak lazim dan tidak perlu mendapat hukuman. Lazimnya orang pergi ke pantai memakai pakaian yang sederhana (celana pendek, kaus oblong dan sandal) tetapi bila ada seseorang yang berpakaian resmi dan lengkap (memakai jas, sepatu dan berdasi) membuat yang melihat tercengang tetapi merasa tidak perlu memprotes cara berpakaian orang tersebut. Berbeda dengan folkways, mores merupakan norma sosial yang harus dipatuhi. Pelanggaran yang dilakukan terhadap mores atau adat istiadat dipandang sebagai pelanggaran moral. Seorang anak mandi tanpa busana di sebuah pantai umum hanya
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
merupakan pelanggaran folkways tetapi seorang ayah atau ibu mandi tanpa berpakaian di pantai yang sama merupakan pelanggaran mores. Pelanggar mores bisanya mendapat reaksi yang kuat dari masyarakat atau bahkan dapat dikenakan hukuman. Orang memasuki sebuah masjid dengan memakai sepatu atau sandal merupakan pelanggaran mores dalam masyarakat Islam dan dapat dikenakan sanksi. Tabu merupakan perbuatan yang sangat terlarang dan norma sosial yang paling kuat. Dalam masyarakat, Persell (1987:88), larangan yang jelas dalam setiap masyarakat adalah incest taboo (hubungan seksual antara dua orang yang masih berhubungan darah). Perbuatan tabu tidak saja mendapat hukuman sosial seperti diusir dari masyarakat tetapi juga hukuman formal dari pemimpin masyarakat. Eksistensi norma sosial didukung oleh sanksi atau hukuman. Sanksi dibedakan menjadi sanksi negatip dan positip (Persell, 1987:88). Sanksi negatip berkisar dari cemoohan masyarakat sampai hukuman berat dan sanksi positip berkisar dari pujian sampai hadiah Nobel. Bentuk sanksi yang diberikan disesuaikan dengan tingkat pelanggaran norma yang dilakukan dan tingkat kepatuhan terhadap norma-norma tersebut. Jika budaya suatu masyarakat semakin maju dan mereka menyadari bahwa pelanggaran norma tertentu akan mengganggu kehidupan sosial dan melanggar hak asazi manusia seperti perampokan, pembunuhan manusia, perkosaan dan lain-lain, adat kebiasaan tersebut akan cenderung menjadi hukum (Hasyim, 1986:28). Pelanggaran sebuah hukum yang sedang berlaku akan diberi ganjaran yang setimpal.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
2.3 Kontribusi Kajian Lintas Budaya terhadap Penerjemahan Hubungan bahasa dengan budaya, seperti telah dipahami, sangat erat, suatu hubungan yang tidak dapat dipisahkan. “Kita tidak dapat mempelajari suatu bahasa dengan sempurna jika kita tidak mempelajari sesuatu tentang pengalaman dan keyakinan bangsa yang bahasanya akan kita pelajari. Terutama lagi, jika budaya bangsa itu sangat berbeda dari budaya kita sendiri (Hasyim, 1986:37). Eratnya hubungan bahasa dengan budaya dipertegas
oleh Edward Sapir dalam Hasyim,
(1986:37) sebagai berikut. “Of all aspects, it is a fair guess that language was the first to receive a highly developed form and that its essential perfection is a prerequisite to the development of culture as a whole”. Dan tanpa bahasa, kata Persell, (1987:86) akan sulit menyebarkan budaya dan budaya akan berkembang sangat lambat. Bahasa merupakan kunci krusial untuk memahami setiap budaya dan masyarakat. Pemahaman dua budaya yang berbeda (cross cultural understanding) merujuk pada kajian yang terpusat pada pemahaman berbagai unsur budaya, baik domestik maupun asing (Levine, 1987) dalam Tarjana (2006:7). Tarjana lebih jauh menyatakan bahwa
pemahaman lintasbudaya diperlukan penerjemah untuk
menerjemahkan teks yang kaya akan istilah dan peristiwa budaya dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Teori dan praktek penerjemahan akhir-akhir ini telah memperhatikan budaya sumber dengan budaya sasaran sebagai sesuatu yang harus dipelajari sebelum penerjemahan suatu karya dilakukan (Dingwaney, 1995). Komunikasi lintasbudaya
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
(cross cultural communication) dipengaruhi oleh nilai-nilai kultural, sikap dan tingkah laku; pengaruh budaya terhadap reaksi dan respon antara satu orang dengan orang lain (Lavine & Adelman, 1993:viii). Karena teks budaya biasanya sarat dengan eskpresi idiomatik dan tradisi spesifik, seorang penerjemah diharapkan memiliki kompetensi (near)native untuk melakukan tugas alih bahasa tersebut (Tarjana, 2006:7). Seseorang yang sedang menerjemahkan peribahasa Indonesia sambil menyelam minum air, karena kurang pengetahuan akan budaya Inggris mungkin akan menerjemahkannya menjadi while diving we drink water yang hanya bermakna harfiah bagi penutur bahasa Inggris. Sebaliknya seorang penerjemah yang memahami budaya Inggris akan menerjemahkannya ke dalam peribahasa yang memiliki makna kultural yang sama dalam budaya Inggris: to kill two birds with a stone. Perumpamaan blood is thicker than water hanya memberikan makna harfiah bila diterjemahkan menjadi darah lebih kental dari air. Perumpamaan yang bernuansa kultural itu akan memiliki makna yang bernuansa kultural pula bila diterjemahkan menjadi bagai mencincang air dalam bahasa Indonesia. Kajian lintasbudaya, oleh karena itu, menjadi sarana yang sangat membantu bila orang belajar bahasa asing atau sedang melakukan pekerjaan penerjemahan. 2.4 Kontribusi Analisis Kontrastif terhadap Penerjemahan Karena penerjemahan adalah suatu upaya pengalihan makna BSur ke dalam BSar dukungan kajian yang membandingkan struktur BSur dan BSar atau yang dalam disiplin Linguistik dikenal dengan analisis kontrastif (contrastive analysis) diperlukan dalam pekerjaan penerjemahan. Apa hakikat dan tujuan analisis kontrastif
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
dapat dilihat dalam empat kutipan berikut ini.
Crystal (1991:82) menyatakan
bahwa:” Contrastive Analysis … identifies a general approach to the investigation of language, particularly as carried on in certain areas of applied linguistics such as foreign language teaching and translation’. Naibaho (2006:1) mendefinisikan analisis kontrastif sebagai berikut; “ Contrastive Analysis is the method of analysis whereby the differences and similarities of two or more languages (or sub-systems of language) are made explicit. Menurut Kridalaksana (1993:13) analisis kontrstif adalah metode sinkronis dalam analisis bahasa untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa atau dialek-dialek untuk mencari prinsip yang dapat diterapkan dalam masalah praktis, seperti pengajaran bahasa dan terjemahan”. Dan Bussmann (1996:102) menyatakan bahwa analisis kontrastif merupakan “Linguistic subdiscipline concerned with the synchronic, comparative study of two or more languages or language varieties (e.g. dialects). Generally both differences and similarities in the languages are studied, although emphasis is usually placed on differences thought to lead to interference (i.e. negative transfer, the faulty application of structures from one’s native language to the second language”. Berdasarkan makna keempat definisi di atas, analisis kontrastif adalah suatu upaya untuk membandingkan dua bahasa secara sinkronis yang bertujuan untuk mendeskripsikan
perbedaan dan persamaan kedua bahasa dalam berbagai aspek.
Perhatian analisis kontrastif biasanya lebih terfokus pada pencarian perbedaan yang dapat menyebabkan terjadinya interferensi dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Temuan tentang perbedaan dan persamaan di antara kedua bahasa digunakan untuk
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
membantu pengajaran bahasa asing dan juga penerjemahan.Kontrastif analisis (Hoey & Houghton, 1998) dapat memberikan penjelasan tentang kesulitan yang mungkin dihadapi dalam penerjemahan. Karena hasil yang diperoleh melalui analisis kontrastif
terutama adalah
perbedaan yang terdapat di dalam dua bahasa, maka pengajar bahasa atau penerjemah dapat memprediksi aspek yang sulit dipelajari oleh pelajar dan sulit bagi penerjemah. Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia terdapat pronomina kedua jamak: kami dan kita sedangkan dalam bahasa Inggris hanya satu yaitu we. Karena ketidaksepadanan itu sulit menentukan padanan we yang tepat dalam bahasa Indonesia. Sebaliknya dalam bahasa Inggris orang ketiga tunggal dibedakan berdasarkan gender menjadi he dan she. Sementara dalam bahasa Indonesia hanya ada satu yakni dia. Sekali lagi akan sulit mencari padanan yang tepat pronomina dia dalam bahasa Inggris. Contoh berikut inimengindikasikan kesulitan menerjemahkan dia ke dalam bahasa Inggris apabila konteksnya tidak menunjukkan walaupun secara implisit jenis kelamin orang yang sedang dibicarakan. Saya memiliki seorang teman dekat. Dia sangat baik kepada saya. Kebaikannya sulit dibandingkan dengan kebaikan orang lain. Oleh karena teman dekat tidak menunjukkan jender maka kita tidak dapat memadankan dia dengan she dan juga tidak dengan he. Tetapi seandainya ada kata perempuan setelah teman dekat kita langsung dapat memilih she sebagai padanannya dan demikian juga seandainya ada kata laki-laki setelah teman dekat itu, maka kita dapat memadankan dia dengan he.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
2.5 Kontribusi Linguistik Fungsional Sistemik terhadap Penerjemahan 2.5.1 Bahasa Menurut Pandangan Halliday Sehubungan dengan penggunaan
teori linguistik untuk mendukung
pelaksanaan penerjemahan ini, teori linguistik yang paling relevan
dengan
penerjemahan adalah Linguistik Fungsional Sistemik (LFS). Tidak seperti teori linguistik formal yang memandang bahasa sebagai entitas yang otonom, teori fungsional sistemik memandang bahasa sebagai entitas yang terikat kepada konteks. Bahasa tidak terdiri dari rangkaian kalimat belaka (sebagaimana dianggap oleh pengikut linguistik formal) akan tetapi terdiri dari teks atau wacana yang merupakan pertukaran makna dalam konteks interpersonal. Konteks sebagai wadah makna dipertukarkan tidak terlepas dari nilai-nilai sosial; konteks bahasa itu sendiri merupakan konstruk semiotik (Halliday, 1978:2). Halliday lebih jauh mengatakan bahwa bahasa adalah semiotik sosial yang merupakan sumber daya (resource) yang digunakan manusia untuk mncapai tujuan mereka dengan mengekspresikan makna dalam konteks (Halliday, 1985:7). Oleh karena bahasa adalah teks yang ditentukan oleh konteks, teori LFS ini sangat sesuai dan dapat diaplikasikan untuk menganalisis keregaman makna yang terkandung dalam sebuah teks. Konteks itu sendiri sebagai wadah terjadinya peristiwa bahasa terdiri atas tiga strata, yakni konteks situasi, konteks budaya dan konteks ideologi (Martin,1992). Hubungan bahasa dengan konteks dapat digambarkan sebagai berikut.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Ideologi
Budaya
Situasi Teks
Diagram 1. Teks dan Konteks Sosial Gambar menunjukkan bahwa konteks yang paling dekat dengan bahasa atau yang paling konkret adalah konteks situasi, diikuti oleh konteks budaya dan konteks ideologi. Sebuah teks menurut Halliday (1985:10), adalah bahasa yang fungsional dalam konteks. Sebuah tulisan pendek pada rambu lalulintas di sebuah persimpangan jalan seperti “ Turn left at any time with care” adalah sebuah teks yang sedang berfungsi dalam konteks. Konteksnya adalah jalan itu sendiri dan pemakai jalan. Akan tetapi seandainya tulisan yang sama ditulis pada papan tulis oleh seorang guru bahasa untuk menganalisis strukturnya, tentu saja itu bukan sebuah teks karena tidak sedang berfungsi atau misalnya rambu itu dipancangkan di tengah sebuah lapangan bola
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
kaki, tentu itu juga bukan sebuah teks karena tidak ada hubungan antara makna dengan konteksnya. Teks merupakan unit semantik yang bisa berbentuk ujaran atau tulisan. Sebuah teks berfungsi dalam konteks situasi. Dengan kata lain setiap teks dibentuk oleh konteks situasi. Seorang penutur bisa berbicara secara ringkas atau panjang lebar dengan cara memaksa atau membujuk, tegas atau ragu-ragu, kasar atau halus, dengan bahasa umum atau teknis dan lain-lain, masing-masing pilihan ditentukan oleh konteks situasi. Konteks situasi terdiri atas tiga unsur yakni: field (atau apa yang sedang dibicarakan; dalam situasi atau peristiwa apa partisipan terlibat, tenor atau siapa yang sedang berbicara atau siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut termasuk apa peran dan status mereka, mode atau bagaimana pembicaraan itu dilakukan, misalnya secara lisan atau tulisan. Konteks budaya adalah kegiatan sosial yang bertahap dan berorientasi tujuan. (Martin 1986). Teks merupakan produk interaksi verbal yang melibatkan dua partisipan yang memiliki tugas yang berbeda: penutur versus pendengar, atau penulis versus pembaca. Konteks budaya menetapkan langkah yang harus dilalui untuk mencapai tujuan sosial sebuah teks. Langkah atau tahap-tahap itu disebut struktur teks (generic/semantic structure). Berdasarkan tujuan sosialnya, teks dapat dikelompokkan ke dalam berbagai jenis seperti narasi, laporan, diskusi, argumentasi yang masing-masing memiliki struktur tertentu (Saragih, 2005:199).
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Ideologi menurut (Simsons, 1993) merupakan sebuah terminologi yang mengacu kepada cara dimana apa yang kita katakan dan pikirkan berinteraksi dengan masyarakat. Oleh karena itu, lanjutnya, ideologi berasal dari asumsi, kepercayaan dan sistem nilai yang dimiliki bersama oleh kelompok masyarakat. Saragih (2005: 204) secara gamblang membatasi ideologi sebagai konstruksi atau konsep sosial yang menyatakan apa yang seharusnya dilakukan atau tidak seharusnya dilakukan seseorang sebagai anggota masyarakat. Dengan pengertian ini ideologi mencakup system nilai (yang dimiliki secara sadar atau tidak sadar), sudut pandang atau perspektif yang dianut oleh sebuah masyarakat. Sejumlah faktor seperti kelas sosial, jenis kelamin, etnisitas dan generasi berperan menentukan ideologi. Berdasar pada pengertian ideologi yang dikemukan oleh Simsons, ideologi menentukan bagaimana
seseorang sebagai anggota
masyarakat bertindak dan melakukan tindak verbal dengan anggota masyarakat lainnya sebagai penganut nilai-nilai yang sama. Dengan demikian hubungan teks dengan ideologi adalah sebagai berikut: teks merupakan realisasi ideologi dan ideologi dapat dijajaki di dalam teks (Saragih 2005 :204) 2.5.2 Teks dan Konteks (Pengalaman Malinowski) Pengalaman Bronislaw Malinowski, seorang antropolog Inggris di Trobriand Islands, Pasifik Barat (1923, 1935) meyakinkan sejumlah linguis bahwa bahasa adalah teks yang terikat kepada konteks. Malinowski menghadapi masalah ketika ia menerjemahkan peristiwa sosial verbal upacara adat penduduk Melanesia itu ke dalam bahasa Inggris untuk dipahami oleh pembaca berbahasa dan berbudaya Inggris.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Dia mencoba penerjemahan bebas dan hasilnya dapat dipahami pembaca tetapi dia gagal membuat pembaca memahami berbagai nilai budaya dan sosial yang melatari teks tersebut. Kemudian dia mencoba penerjemahan harfiah dan hasilnya adalah sebuah terjemahan lengkap dengan nilai sosial dan budayanya namun sayangnya teks tersebut tidak dipahami oleh pembaca yang berbudaya Inggris. Akhirnya dia memilih terjemahan yang disertai komentar. Komentar tersebut dibuat untuk menghadirkan imaji situasi teks tersebut dengan cara “menjembatani” teks tersebut dengan lingkungannya baik lingkungan verbal maupun non- verbal. Dia menyebut lingkungan teks ini konteks situasi. Sejak itu dia percaya bahwa sebuah teks tidak akan dapat dipahami dengan baik bila konteks teks itu sendiri tidak dipahami (Hatim dan Mason, 1990: 36-37). Seperti disebutkan pada 2.5.3 tentang teori penerjemahan, Larson (1984:3) menyatakan bahwa penerjemahan jangan semata-mata memperhatikan ketepatan makna tetapi lebih dari itu
seorang penerjemah harus memperhatikan situasi
komunikasi dan konteks budaya kedua bahasa tersebut. Bahasa atau teks bukanlah sekadar rangkaian kalimat yang gramatikal belaka akan tetapi hasil atau proses pertukaran makna dalam konteks interpersonal yang terikat dengan nilai-nilai sosial dan budaya (Halliday, 1978:2). Sebuah teks adalah bahasa yang fungsional dalam konteks (Halliday, 1985:10). Sebuah teks tidak selalu merupakan rangkaian dua atau lebih kalimat. Sebuah teks bisa terdiri atas sebuah tulisan singkat seperti hati-hati sebagai rambu lalu lintas di pinggir jalan yang menikung tajam hingga sebuah teks pidato panjang yang mencapai puluhan bahkan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
ratusan halaman seperti pidato presiden Republik Indonesia setiap tanggal 16 Agustus. Sebuah teks akan dapat dipahami bila digunakan dalam konteks yang sesuai. Rambu lalu lintas yang sigkat tadi dapat dipahami dengan baik oleh pengendara karena pengendara memahami konteks yang menjadi wadah rambu tersebut yakni tikungan tajam yang dapat membahayakan bila pengendara tidak berhati-hati. Tetapi seandainya rambu yang sama dipancangkan di halaman sebuah gedung yang luas, orang tidak akan memahami maknanya sebab konteksnya tidak sesuai atau tidak ada konteks sama sekali. Sebuah teks bisa berbentuk lisan seperti percakapan, perintah, ceritera lisan, pidato tanpa teks dan bisa juga berbentuk tulisan seperti sebuah surat peribadi, surat keputusan, undang-undang, laporan penelitian atau sebuah novel. Jadi wujud sebuah teks tidak ditentukan oleh ukuran panjang atau pendek sebuah bentuk linguistik. Sudah barang tentu dalam keragaman teks tersebut terdapat perbedaan. Dengan kata lain makna sebuah teks berbeda dari makna yang dikandung oleh teks lain. Perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan tujuan (purpose) setiap teks. Sebuah teks dibentuk dengan cara yang berbeda dari teks lain agar tujuan teks tersebut tercapai (Derewianka, 1990:17). Misalnya tujuan sebuah teks instruksi adalah menyuruh atau memerintah seseorang bagaimana melakukan atau membuat sesuatu. Jadi dalam struktur teks tersebut kalimat bergerak melalui beberapa tahap seperti:
Penyebutan tujuan (apa yang akan dibuat atau dilakukan).
Penyebutan bahan-bahan atau peralatan yang diperlukan.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Penyebutan langkah-langkah yang akan dilalui sebagai contoh, Bagaimana membuat secangkir kopi.
1. Sediakan sebuah cangkir, satu sendok kopi dua sendok gula, dan sebuah sendok kecil. 2. Pertama panaskan air sampai mendidih kemudian 3. Masukkan kopi dan gula ke dalam cangkir 4. Tuangkan air yang mendidih ke dalam cangkir seterusnya 5. Aduk kopi bersama gula dengan sendok hingga merata. Sebuah teks berada dalam lingkungannya (environment). Dengan kata lain sebuah teks berada dalam konteksnya. Konteks itu sendiri “mengelilingi” teks atau konteks itu berupa “wadah” untuk teks berfungsi. Konteks terdiri dari tiga lapisan yaitu konteks situasi (dalam teori LFS disebut register), konteks budaya (genre) dan konteks ideologi. Ketiga konteks ini “mengitari” teks secara bertingkat atau berstrata dan membentuk hubungan semiotik bertingkat. Konteks yang paling konkret adalah konteks situasi, konteks budaya dan konteks ideologi meskipun tidak sekonkrit konteks situasi tetapi tetap berfungsi menentukan bentuk dan makna teks. Dengan kata lain makna sebuah teks akan dipahami dengan pertama-tama memahami konteks situasi, kemudian memahami konteks budaya, dan pemahaman terhadap konteks budaya ditentukan oleh ideologi. Konteks situasi terdiri atas tiga komponen yaitu bidang atau substansi teks itu sendiri yang oleh Halliday disebut (field), partisipan yang terlibat dalam memproduksi teks tersebut (tenor) dan bagaimana teks tersebut diproduksi (mode).
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Dengan menggunakan kata tanya apa, siapa, dan bagaimana, apa mengacu kepada peristiwa yang sedang terjadi, aktivitas verbal dan non verbal apa yang sedang dilakukan oleh partisipan pada saat itu misalnya musyawarah, interviu, proses belajar-mengajar di dalam kelas dan lain -lain. Siapa mengacu kepada partisipan apa yang terlibat dalam peristiwa verbal tersebut, bagaimana status masing-masing partisipan, peran dan sifat hubungan antara satu partisipan dengan partisipan lain misalnya hubungan hirarkis seperti antara atasan dengan bawahan, atau hubungan horizontal seperti antara dua orang sejawat yang memiliki hubungan yang setara. Bagaimana mengacu kepada dengan cara apa partisipan melakukan aktivitas verbal tersebut, misalnya dengan menggunakan bahasa lisan atau tulis, hanya satu orang yang berbicara (monolog) seperti pidato, hotbah, dalam bentuk interaksi di antara sesama partisipan (dialog), dan gaya bahasa yang dipakai (formal atau tidak formal). Konteks situasi yang terdiri dari field, tenor, dan mode seperti telah dideskripsikan di atas secara teknis disebut register. Konteks yang berada diluar konteks situasi disebut konteks budaya. Konteks budaya yang secara teknis disebut genre dideskripsikan oleh Santoso (2003:23) sebagai realisasi proses sosial verbal. Lebih jauh Santoso mengatakan bahwa genre terdapat dalam konteks budaya yang mengandung nilai-nilai atau norma-norma kultural yang dimiliki suatu masyarakat. Martin (1986) dalam Saragih (2005:198) mendefenisikan konteks budaya sebagai kegiatan sosial yang bertahap dan berorientasi tujuan. Jadi genre merupakan suatu proses sosial. Setiap anggota masyarakat menggunakan genre sebagai sarana
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
untuk berhubungan dengan anggota masyarakat lain. Genre berorientasi pada tujuan karena setiap proses sosial memiliki tujuan. Dan untuk mencapai tujuan tersebut proses sosial harus dilakukan secara bartahap. Misalnya dalam sebuah pidato tentu ada pesan atau isi utama yang akan disampaikan oleh orang yang berpidato, tetapi sebelum dia sampai kepada penyampaian isi pidato dia terlebih dahulu memulai pidato tersebut dengan beberapa ungkapan berupa pengantar seperti menyapa halayak, memperkenalkan diri atau menyebutkan tujuan pidato. Tidaklah lazim menurut tradisi dan budaya jika orang yang berpidato langsung memaparkan isi utama pidatonya. Kemudian pidato tersebut tidak dibiarkan berakhir tanpa ungkapan yang mengisyaratkan bahwa pidato telah selesai. Dengan kata lain pidato tersebut memiliki bagian pendahuluan atau pembukaan yang diikuti oleh bagian isi/substansi dan diakhiri dengan bagian penutup. Konteks yang berada diluar konteks budaya --- konteks yang paling jauh dari teks dan oleh karena itu sifatnya lebih abstrak--- adalah ideologi. Konsep ideologi dalam kajian bahasa dapat ditelusuri pada karya Roger Fowler bersama sejumlah koleganya di University of East Anglia, Inggris pada tahun 1970an (Simpson 1993:5). Ideologi dalam bahasa menjadi salah satu fokus perhatian Fowler dengan kawan-kawan melalui pendekatan yang meraka namai Critical Linguistics (Analisis Bahasa Kritis). Analisis bahasa kritis merupakan aplikasi linguistik berorientasi sosial dengan menggunakan konsep-konsep dan metode Linguistik Fungsional Sistemik yang dikembangkan oleh M.A.K Halliday (Fowler, 1991:89). Tujuan analisis ini ialah
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
untuk menjelajahi sistem nilai dan kepercayaan yang berada dalam teks untuk menjelajahi ideologi dalam bahasa (Simpson, 1993:5). Banyak defenisi ideologi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Berikut ini beberapa defenisi yang didapat digunakan sebagai landasan untuk pemahaman ideologi dengan lebih jelas yang terkandung dalam teks. Menurut perspektif Analisis Bahasa Kritis, istilah ideologi biasanya memerikan cara-cara dimana apa yang kita katakan dan pikirkan berinteraksi dengan masyarakat. Oleh karena itu sebuah ideologi berasal dari asumsi, kepercayaan dan sistem nilai yang dimiliki secara bersama-sama oleh kelompok-kelompok masyarakat (Simpson, 1993:5). Raymond William dalam (Eriyanto, 2001:87-88) membatasi ideologi sebagai sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu. Trew (1979) melihat ideologi sebagai sebuah sistem konsep dan imaji yang merupakan suatu cara mengandung dan memahami keadaan dan menapsirkan apa yang terlihat atau didengar ataupun apa yang dibaca. Dan Eggins dalam Saragih (2005:204) mendefenisikan ideologi sebagai konstruksi atau konsep sosial yang menyatakan apa yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan seseorang sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian ideologi mencakup nilai, sudut pandang, posisi atau perspektif yang dianut. Ideologi mempengaruhi seseorang dalam bertindak nonverbal atau verbal atau dalam memproduksi teks. Oleh karena itu produksi teks tidak terlepas dari pertimbangan ideologi. Dengan kata lain, teks merupakan realisasi ideologi dan ideologi dapat dijajaki dalam teks (Saragih, 2005:204). Ideologi tidak harus mengacu kepada sejumlah ideologi besar yang sudah mapan seperti liberal,
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
sosialis, komunis, pancasila saja, tetapi juga dapat mengacu kepada masalah keagamaan, gender, paham filosofis tertentu, paham kemasyarakatan dan termasuk paham tertentu yang dimiliki oleh seorang individu saja ( Santoso, 2003:40).Sinar (2003:83) melihat bahwa perbedaan jender laki-laki dan perempuan bukan hanya didasarkan kepada perbedaan ragawi tetapi juga atas pandangan yang berbeda terhadap laki-laki dan perempuan; kaum perempuan dipandang lebih lemah dari kaum laki-laki. Di dalam keenam pengertian idiologi yang dikemukakan di atas ada dua frasa yang paling dominan dipakai yaitu sistem kepercayaan dan sistim nilai. Dengan demikian idiologi berkenaan dengan sistim kepercayaan yang dianut oleh suatu masyarakat
dan
nilai-nilai
yang
mereka
junjung
dan
yakini
kebenarannya dan yang akan memberi manfaat bagi mereka bila ditaati namun sebaliknya akan memberi mudarat bagi mereka bila nilai-nilai tersebut diabaikan atau dilanggar. Sebagai contoh kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat Indonesia didasarkan pada idiologi Pancasila. Idiologi Pancasila secara eksplisit direalisasikan dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam pembukaan UUD 1945 tersebut dinyatakan bahwa bangsa Indonesia menolak penjajahan, mendambakan kemerdekaan, keadilan, kedamaian, persatuan, kebersamaan (permusyawaratan) melindungi dan menjaga peradaban manusia (humanity), serta meyakini adanya kekuatan ang esa yang tidak dapat dibandingkan dengan kekuatan manusia yang mengatur alam semesta dan segala isinya.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Menurut Poespowardojo (1992) idiologi adalah: ”… kompleks pengetahuan dan nilai, yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang (atau masyarakat) untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang dihayati itu seseorang menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik”. Poespowardojo lebih lanjut mengatakan: “Idiologi adalah produk kebudayaan suatu masyarakat dan karena itu dalam arti tertentu merupakan manifestasi kenyataan sosial juga”. “Dengan demikian terlihatlah bahwa idiologi bukanlah sekedar pengetahuan teoritis belaka, tetapi merupakan sesuatu yang dihayati menjadi suatu keyakinan” lanjut
Poespowardojo (1992). Poespowardojo melihat
terdapat beberapa fungsi idiologi dalam masyarakat sebagai berikut: 1. Sebagai landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadiankejadian dalam alam sekitarnya. 2. Sebagai orientasi dasar untuk membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia. 3. Sebagai norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan bertindak. 4. Sebagai bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya. 5. Sebagai kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
6. Sebagai pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati serta memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung di dalamnya. Esensi pemahaman Puespowadojo dengan beberapa ahli yang disebut terlebih dahulu tidak banyak berbeda. Pada hakikatnya idiologi bagi Puespowardojo adalah sebagai landasan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami dunia dan sekelilingnya dan dirinya sendiri, untuk bertindak, menilai sesuatu apakah baik atau buruk dan untuk menentukan tujuan hidupnya. Teks kenegaraan seperti pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia setiap tanggal 16 Agustus pada berbagai upacara lainnya jelas terlihat bahwa teks tersebut dijiwai oleh idiologi Pancasila. Fowler dan Kress (1979) menyatakan bahwa makna kosakata yang dipakai penulis/pembuat teks dapat menunjukkan idiologi penulis. Misalnya, seorang penulis yang tidak suka kepada tindakan pemberhentian seorang karyawan dari tempat bekerja akan menggunakan kata “dipecat” untuk menciptakan kesan bagi pembaca bahwa perbuatan itu jahat. Sebaliknya seorang penulis yang ingin membuat kesan kepada pembaca bahwa pemecatan adalah sesuatu yang wajar bukan jahat dia mungkin akan menggunakan kata “ di-PHK atau dinonaktipkan” sebagai eufemisme/penghalusan makna yang kasar tersebut. Dalam teks-teks kenegaraan resmi Republik Indonesia yang beridiologi Pancasila pada umumnya kata bersyukur selalu digunakan pada pembukaan teks dan kata memberkahi/berkah pada penutup teks. Kata syukur secara semantis adalah kata yang digunakan untuk menyampaikan “rasa kasih kepada Tuhan” dan kata
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
memberkati/berkah adalah kata yang bermakna ‘karunia tuhan’. Pemakaian kedua kata ini menunujukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang meyakini keberadaan Tuhan sebagai Pencipta alam dan segala isinya, sebagai Yang Maha Kuasa dan sebagai Pelindung dan Pemberi berkah kepada manusia. Di dalam bagian utama teks (sebagai contoh Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia Soeharto, 16 Agustus 1985) kita dapat menemukan kata/ frasa berikut banyak digunakan: masyarakat yang adil dan makmur kesejahteraan umum/rakyat keadilan/adil kekeluargaan/permusyawaratan perikemanusiaan/kemanusiaan kemerdekaan perdamaian ketertiban dunia campur tangan (orang asing) terhadap urusan dalam negeri orang lain kecerdasan kehidupan bangsa Semua kata ini merupakan kata atau sinonim kata yang digunakan dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu kata-kata yang menjadi jiwa dari Idiologi Pancasila itu sendiri. Kata ketuhanan terdapat dalam sila pertama, kata kemanusiaan terdapat dalam sila kedua, kata kekeluargaan yang mengisyaratkan persatuan dijumpai dalam sila ketiga, kata permusyawaratan dijumpai pada sila keempat, dan kata keadilan terdapat pada sila kelima.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
2.6 Teori Penerjemahan Dalam pandangan orang awam penerjemahan merupakan pekerjaan yang sederhana. Menurut pandangan mereka bila seseorang dapat menggunakan sebuah bahasa asing dengan serta-merta dia akan mampu menerjemahkan teks bahasa asing itu ke dalam bahasanya atau sebaliknya. Pandangan seperti ini terlalu simplistis. Menerjemahkan merupakan kegiatan yang kompleks (Nababan et.al, 2004). Seorang penerjemah profesional dituntut untuk memiliki penguasaan linguistik tentang kedua BSurr dan BSar, bukan sekadar dapat menggunakan kedua bahasa tersebut tetapi harus menguasai perbedaan dan persamaan ciri-ciri linguistik kedua bahasa tersebut melalui telaah kontrastif lingusitik (contrastive linguistics), penguasaan teori makna (semantics) penguasaan teori register dan genre (stilistika), penguasaan teori dan prosedur penerjemahan dan
penguasaaan secara relatif bidang ilmu teks yang
sedang diterjemahkan (Bell, 1991). Tentu saja seorang penerjemah tidak akan menguasai semua disiplin ilmu yang jumlahnya sangat banyak. Jika seorang penerjemah menghadapi masalah dalam bidang ilmu tertentu dia dapat berkonsultasi dan meminta nasehat dari pakar bidang terkait. Jika teks yang sedang diterjemahkan adalah teks tentang budaya, seorang penerjemah dituntut lagi menguasai lebih mendalam persamaan dan perbedaan kedua budaya tersebut (pengetahuan lintas budaya atau cross-culture understanding).Idealnya seorang penerjemah bukan hanya harus seorang bilingual tetapi juga bicultural (Robert, 1978:98). Sekurang-kurangnya seorang penerjemah telah pernah tinggal beberapa tahun bersama masyarakat tempat bahasa sasaran digunakan. Jadi,
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
penerjemahan bukanlah pekerjaan yang sederhana. Kajian terjemahan terkait dengan banyak disiplin lain dan karena keterkaitannya dengan banyak disiplin lain, ilmu terjemahan diibaratkan sebagai “rumah berkamar banyak” (Tou, 2004:34). Seperti dinyatakan oleh sejumlah pakar penerjemahan antara lain Larson (1984 : 431), Katan (1999), Gabrielatos (1998), bahasa adalah bahagian dari budaya; oleh karena itu penerjemahan dari satu budaya ke budaya lain tidak memadai tanpa pengetahuan akan budaya serta struktur kedua bahasa tersebut.Bassnett dalam (Faiq, 2007: 9) mengatakan: “ I cannot take language out of culture or culture out of language”. Lebih jauh Larson (1984) mengatakan bahwa semua makna terkondisi oleh budaya dan respon pembaca terhadap sebuah teks juga terkondisi oleh budaya. Setiap masyarakat menginterpretasikan teks berdasarkan budaya dan pengalaman penulis teks atau khalayak teks aslinya. Berkaitan dengan konteks ini,
Tarjana
(2006:11) menyatakan bahwa pemahaman lintas budaya diperlukan ketika seorang penerjemah menerjemahkan teks yang kaya akan istilah dan peristiwa budaya dari BSur ke dalam BSar. Sebuah teks budaya biasanya penuh dengan muatan budaya seperti ekspresi idiomatik dan tradisi spesifik. Berkaitan dengan penerjemahan teks budaya, Simatupang (2000) menyatakan bahwa setiap bahasa mempunyai kosakata yang mencerminkan kekhasan budaya pemakai bahasa tersebut yang mungkin saja tidak dimiliki oleh bahasa-bahasa lain. Sejalan dengan
Simatupang, Goddard
(1998:1) berpendapat
mencerminkan budaya
kosakata bahasa dan tatabahasa
penuturnya. Dan lebih jauh lagi menurut Martin (1986) agar penerjemahan benarbenar barhasil,
pemahaman idiologi kedua masyarakat pemakai bahasa tersebut
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
diperlukan oleh seorang penerjemah sebab ide dan pikiran yang direalisasikan dalam bentuk bahasa semuanya berasal dari ideologi masyarakat pemakai bahasa tersebut. Oleh karena itu, penerjemahan teks budaya merupakan penerjemahan yang lebih sulit dan
menghadapi lebih banyak tantangan dan problema dan oleh karena itu akan
lebih menarik dan memerlukan strategi dan teknik penerjemahan tertentu dari pada penerjemahan teks-teks non-budaya yang secara relatif hanya mengandung perbedaan-perbedaan kelinguistikan kedua bahasa. Teks budaya, seperti disebutkan tadi,
di samping tentu saja memiliki
perbedaan-perbedaan struktur kelinguistikan antara BSur dengan BSar juga sarat dengan perbedaan aspek budaya. Budaya Mandailing yang merupakan budaya timur dalam banyak aspek sudah jelas sangat berbeda dari budaya Inggris yang tergolong ke dalam budaya barat. Perbedaan-perbedaan ini akan terrefleksi dalam pemakaian bahasa kedua masyarakat pemakai bahasa tersebut. Sejauh mana aspek-aspek linguistik dan budaya berbeda di antara kedua bahasa tersebut merupakan hal yang menarik dan penting untuk diteliti melalui upaya penerjemahan. Penerjemahan dapat dibedakan menjadi tiga jenis (1) penerjemahan dalam bahasa yang sama (intralingual translation), (2) penerjemahan dari satu bahasa ke dalam bahasa lain (interlingual translation) dan (3) penerjemahan dari bahasa tulisan ke dalam media lain
seperti musik, gambar dan lain-lain (intersemiotic
translation). Dalam jenis yang pertama orang melihat bahwa hampir setiap aspek kehidupan dan interaksi di antara berbagai masyarakat bahasa dianggap relevan dengan penerjemahan, sebuah disiplin ilmu yang berkenaan dengan bagaimana
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
makna dihasilkan di dalam dan di antara berbagai kelompok orang dalam berbagai daerah budaya (Baker, 1992 : 4). Ketika kita belajar berbicara, kita juga belajar menerjemahkan. Seorang anak yang menanyakan ibunya tentang makna sebuah kata sebenarnya anak itu sedang meminta ibunya menerjemahkan istilah yang tak lazim tersebut ke dalam kata yang sederhana yang telah dipahaminya. Dalam pemahaman itu penerjemahan dalam bahasa yang sama pada hakikatnya tidak jauh berbeda dari penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain (Paz, 1992 : 152,154). Penerjemahan dalam bahasa yang sama (intralingual translation)
atau
penerjemahan dari satu dialek ke dialek lain atau dari satu versi bahasa ke versi bahasa lain telah banyak dilakukan. Misalnya sebuah ceritera yang ditulis untuk bahan bacaan orang dewasa, diterjemahkan/ditulis kembali untuk bahan bacaan anakanak dengan menggunakan bahasa yang sesuai untuk anak-anak. Dalam jenis
yang kedua, jenis penerjemahan
yang lebih luas dikenal,
penerjemahan dipandang sebagai upaya pengalihan makna TSur ke dalam TSar. Menurut pandangan ini proses penerjemahan terjadi dalam dua teks yang berbeda yakni dari teks sumber (teks yang akan diterjemahkan ke dalam teks sasaran/teks yang menjadi sasaran penerjemahan) misalnya teks berbahasa Inggris sebagai TSur dan teks berbahasa Indonesia sebagai TSar.
Sejumlah teorisi dan praktisi
penerjemahan yang terkenal seperti Nida & Taber (1969), Larson (1984), Newmark (1981, 1988) dan Flowly (1984) telah banyak melakukan penerjemahan jenis ini.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Jenis penerjemahan yang ketiga yang kelihatannya belum banyak dilakukan adalah penerjemahan dari bahasa tulisan ke dalam lambang-lambang non-verbal seperti musik, gambar dan lain-lain. Menurut Hatim dan Munday (2004) penerjemahan tipe kedua (interlingual translation) lebih luas dikenal dan lebih banyak dilakukan. Penerjemahan tipe yang kedua ini jugalah yang telah diterapkan dalam penelitian ini. Penerjemahan antardua bahasa dapat dilakukan dengan tiga cara. Cara yang pertama ialah dengan menerjemahkan TSur ke dalam TSar kata demi kata (word for word) dan dengan penerjemahan harfiah (literal translation). Hasil penerjemahan kedua cara ini tidak banyak bermanfaat untuk memahami makna sesungguhnya yang terkandung dalam TSur bahkan kadang-kadang makna tidak dipahami sama sekali oleh pembaca Tsar (Larson, 1984:16). Manfaat yang dapat diambil dari penerjemahan seperti ini hanyalah untuk melihat padanan kata TSur dalam Tsar. Misalnya, enjoy yourself diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Indonesia menjadi nikmati dirimu sendiri, suatu ungkapan yang tidak dikenal dalam bahasa Indonesia atau hujan turun lagi diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi the rain is coming down again yang terasa asing bagi penutur bahasa Inggris. Cara yang ketiga adalah dengan menerjemahkan makna yang terkandung di dalam TSur dengan mengabaikan kesamaan bentuk Tsar dengan TSur. Penerjemahan berdasar makna ini dilakukan dengan tujuan agar pembaca TSar memahami makna teks tersebut dengan sebenarnya (Larson, 1984:16; Savory, 1968:52; Newmark,
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
1981:10). Dengan cara ini teks enjoy yourself sebaiknya diterjemahkan menjadi bersenang-senanglah dan hujan turun lagi menjadi it is raining again. Penerjemahan penerjemahan makna teks yang jauh lebih dikenal dan bermanfaat dan dipraktekkan oleh kebanyakan pakar dan praktisi terjemahan didukung oleh sejumlah definisi terjemahan berikut ini. 1. Menurut Halliday (1956:82): “ ... the ‘ideal’ translation may be thought of as ‘contextual one ‘: it is that in which the form in language 2 operates with identical effect in the identical context of situation as the form in language 1.” 2. Malinowski (1965:11-12) menyatakan: ”translation must always be the recreation of the original into something profoundly different. On the other hand, it is never a substitution of word but inevitably the translation of whole context.” 3. Catford (1965:20) menyebutkan: ”Translation is an operation performed on languages a process substituting a text in one language for a text in another ... translation may be defined as follows : the replacement of textual material in one language (SL) by equivalent textual material in another language (TL).” 4. Nida dan Taber (1969:12) mengklaim: “Translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.” 5. Menurut Papegaaij dan Schubert (1988:11): “ To translate means to express in another language the content given... the objective of translation is to replace the form and preserve the content of the text.” 6. Wilss (1982:113) menyatakan: “Translation is a procedure which leads from a written SLT to an optimal equivalent TLT and requires the syntactic, semantic, stylistic and text-pragmatic comprehension by the translator of the original text.” 7. Newmark (1981:7) mengklaim: “Translation is a craft consisting in the attempt to replace a written message and/or statement in one language by the same message and/or statement in another language.”
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
8. Dan menurut Larson (1984:3): “… translation consists of transferring the meaning of the source language into the receptor language. This in done by going from the first language to the second language by way of semantic structure. It is meaning which is being transferred and must be held constant. Only the form changes.” Dari delapan defenisi di atas dapat diperoleh kesamaan pandangan tentang penerjemahan yakni penerjemahan merupakan upaya pengalihan/transfer makna (meaning/content) sebuah teks/berita (bukan kata demi kata) dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran yang sesuai dengan stilistika dan konteks bahasa itu digunakan. Berdasarkan pandangan para pakar di atas penulis mencoba mengajukan sebuah definisi penerjemahan sebagai berikut: “Penerjemahan (antarbahasa) adalah proses pengalihan makna teks sumber ke dalam teks sasaran secara akurat, dapat dipahami dan berterima bagi pembaca terjemahan tersebut”. Penerjemahan yang dimaksud dalam definisi ini adalah penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain, bukan dalam bahasa yang sama (intralingual) dan bukan pula penerjemahan antar semiotika (intersemiotic translation). Penerjemahan secara akurat adalah hasil upaya penerjemah untuk menerjemahkan teks sumber secara jujur; tidak menyimpang dari makna teks sumber ke makna lain; tidak menambah dan mengurangi makna teks sumber kecuali diharuskan oleh perbedaan sistem linguistik kedua bahasa atau untuk memenuhi tuntutan estetika bahasa. Terjemahan dapat dipahami adalah apabila pembaca dengan mudah dapat memahami hasil terjemahan dan tidak merasa sedang membaca teks asing. Terjemahan berterima apabila pembaca merasakan bahwa
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
gaya bahasa (stilistika) dan konteks terjemahan sudah tepat dan secara kultural dapat dipahami dan diterima oleh pembaca. Larson (1984) menegaskan berkali-kali bahwa maknalah yang ditransfer bukan bentuk. Ini didasarkan pada fakta bahwa tidak ada dua bahasa memiliki bentuk yang sama. Bahasa bisa berbeda dalam keberadaan jenis kata, dalam struktur sintaktis dan lain-lain. Struktur makna bahasa lebih universal daripada struktur gramatika (Larson, 1984:26) Jadi di dalam “kepala” dua penutur bahasa yang berbeda (bahasa Inggris dan bahasa Indonesia) misalnya ada sebuah ide atau pikiran yang sama untuk mengetahui “keadaan diri lawan bicaranya “. Penutur bahasa Inggris mengatakan How are you? yang secara harafiah berarti ‘bagaimana keberadaan anda “ sedangkan penutur bahasa Indonesia menyebutkan Apa kabar yang secara harfiah berarti ‘berita apa yang Anda miliki?’ Jadi
dengan jelas terlihat bahwa makna yang sama
disampaikan dengan bentuk yang berbeda. Dalam proses penerjemahan bentuk/struktur bahasa sumber tidak harus dipertahankan; bentuk/struktur boleh berubah misalnya sebuah kata dalam TSur harus ditransfer menjadi sebuah frasa atau bahkan ke dalam sebuah kalimat di dalam TSar atau sebuah kalimat aktif dalam TSur harus ditransfer ke dalam kalimat pasif dalam TSar. Perubahan bentuk/struktur yang oleh Catford disebut shift dan transposition oleh Vinay dan Darbelnet dalam Newmark (1998) lazim terjadi dalam proses penerjemahan dan ini tidak menjadi masalah sepanjang makna TSur dapat dialihkan ke dalam TSar secara akurat
dapat dipahami
dan berterima. Namun dalam
penerjemahan teks berbentuk puisi (teks mangupa berupa kombinasi dari teks prosa
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
dan puisi) prinsip penerjemahan yang dipakai agak berbeda dari prinsip penerjemahan berdasarkan makna yang berlaku dalam penerjemahan teks prosa. Sebuah teks puisi memiliki tujuan yang berbeda dari teks prosa.Teks puisi memiliki bentuk yang khas. Puisi merupakan ungkapan perasaan dalam kata-kata dengan irama musik/rima sebagai refleksi perasaan yang paling dalam dari penyair seperti kegembiran, kedamaian, harapan, kesedihan, kekecewaan, frustrasi, penderitaan, bencana dan lain-lain (Chan, 2003: 2).
Penerjemahan puisi
atau pantun lebih
mengutamakan fungsi estetis. Oleh karena itu pantun/puisi baru boleh diciptakan oleh penerjemah sedangkan penerjemahan harfiah tidak dibenarkan (Newmark, 1981, 1988). Dastjerdi (2004) mengakui bahwa dalam penerjemahan puisi ada unsurunsur puitis dalam puisi asli yang tidak dapat diterjemahkan tetapi karena penerjemah boleh menciptakan dan mengukir puisi baru, hasil penerjemahan puisi bisa lebih baik dan indah dari puisi aslinya. Chan (2003) telah menerapkan beberapa teknik ketika menerjemahkan teks puisi berbahasa Mandarin ke dalam BI antara lain parafrase, pemungutan
penggantian, kata-kata
penambahan, umum,
penghilangan,
restrukturisasi,
dan
pengubahan,
teknik
penciptan,
transformasi.
Dalam
menerjemahkan teks mangupa, sejumlah teknik penerjemahan telah digunakan agar terjemahan yang akurat, dipahami dan berterima dapat dihasilkan. Akan halnya penerjemahan teks budaya yang sarat dengan istilah/ungkapan terikat budaya, Salleh (2005) menyatakan bahwa istilah/ungkapan budaya tidak dapat diterjemahkan. Ketika dia menerjemahkan hikayat Melayu klasik, Hang Tuah ke dalam BI, banyak istilah/ungkapan budaya yang padanan harfiahnya dapat ditemukan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
dalam bahasa tersebut tetapi nuansa budaya yang melekat pada ungkapan tersebut tidak dapat dialihkan ke dalam TSar. Sebagai contoh ungkapan makan sirih secara harfiah tentu tidak sulit diterjemahkan ke dalam BI tetapi situasi, tujuan dan makna simbolik yang dimiliki ungkapan tersebut dalam budaya Melayu sulit dipahami oleh orang Inggris bila diterjemahkan menjadi “eating betel leaves “. Salleh memilih tidak menerjemahkan istilah/ungkapan yang terikat budaya tetapi diberikan penjelasan (parafrase) pada glosarium. Teks mangupa sebagai teks budaya klasik memiliki banyak istilah/ungkapan budaya yang memerlukan perhatian khusus. Perbedaan antara bentuk (form) bahasa dan makna (meaning) dapat lebih jelas terlihat berdasarkan asumsi bahwa bahasa terdiri dari lapis bentuk (surface structure) dan lapis makna (deep structure). Postulat yang pada mulanya diajukan oleh Chomsky (1965) ini dibuktikan oleh Larson (1984) dengan berbagai contoh; salah satu di antaranya: Lapisan Makna John met Bill on the corner John and Bill talked Bill left John left Keempat proposisi ini dapat dikodekan ke dalam beberapa bentuk seperti: 1. John met Bill on the corner. They talked. Bill left.Then John left, too. 2. John met Bill on the corner and they talked. Then Bill left and John did too.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
3. John met Bill on the corner. After they talked, Bill left and then John left. 4. John and Bill met on the corner to talk. When they finished talking, Bill left first and then John also left. Lapisan makna berada di balik lapisan bentuk dan makna itulah yang berlaku sebagai dasar penerjemahan ke dalam bahasa lain (Larson,1984:26). Penerjemahan yang mengutamakan makna disebut oleh Larson (1984:15) sebagai terjemahan berdasarkan makna (meaning based translation) atau terjemahan idiomatik, yang sangat berbeda dari terjemahan berdasarkan bentuk atau terjemahan harfiah. Terjemahan berdasarkan makna inilah yang menjadi landasan teoritis
studi
ini.Mengapa strategi penerjemahan berdasarkan makna yang dipilih dalam penerjemahan ini karena tujuan penerjemahan ini adalah mentransfer makna bukan bentuk TSur ke dalam TSar sehingga pembaca terjemahan dapat memahami makna terjemahan dengan baik (readable) tidak sedang membaca teks asing (acceptable) tanpa mengabaikan keakuratan isi/pesan TSur (accurate). Upaya menghasilkan terjemahan yang mendekati TSar dikenal dengan strategi domestikasi. Namun dalam penerjemahan teks budaya kedekatan dengan TSar sangat relatif disebabkan perbedaan budaya dan adanya istilah dan ungkapan TSur yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam TSar. Menurut Larson (1984:3) pekerjaan penerjemahan mencakup pemahaman kosakata, struktur gramatika, situasi komunikasi dan konteks budaya bahasa sumber untuk menentukan maknanya dan selanjutnya makna tersebut direkonstruksi dengan menggunakan kosakata dan struktur gramatika yang sesuai dalam bahasa
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
dan
konteks budaya bahasa sasaran. Jadi sebuah penerjemahan tidak semata-mata memfokuskan perhatian pada ketepatan makna saja tetapi juga harus memperhatikan situasi komunikasi dan konteks budaya kedua bahasa tersebut. Pandangan ini sangat sejalan dengan pandangan teori LFS yang melihat bahasa sebagai suatu entitas yang terikat dengan konteks situasi dan konteks budaya seperti disebutkan terdahulu. Tentu saja, menurut Larson (1984) tidak mudah secara konsisten melakukan penerjemahan idiomatik . Kadang–kadang sebuah ujaran dapat diterjemahkan secara idiomatik tetapi kadang-kadang sebuah ujaran hanya dapat diterjemahkan secara harfiah/literal ke dalam bahasa sasaran Namun seorang penerjemah harus tetap berusaha untuk menghasilkan sebuah terjemahan idiomatik. Sebuah terjemahan yang berhasil menurut Larson (1984:23) adalah bila pembaca bahasa sasaran tidak mengetahui/merasakan bahwa teks yang sedang dibacanya adalah sebuah terjemahan.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif yang masalah penerjemahan
menjawab
dari TSur ke dalam TSar secara kualitatif, baik yang
disebabkan oleh perbedaan struktur kedua bahasa maupun karena kesenjangan kultural kedua budaya.. Agar semua masalah penerjemahan dapat diungkapkan dengan jelas dan teknik penerjemahan apa yang tepat digunakan
tiga langkah pendekatan perlu
dilakukan yaitu (1) analisis struktur teks mangupa (analisis register, genre dan ideologi),
(2) analisis kontrastif dan (3) perbandingan lintas budaya.
Analisis
struktur teks dilakukan untuk mengetahui jenis teks, ciri-ciri leksikal teks, konteks budaya dan ideologi yang mendasari terjadinya teks tersebut. Analisis kontrastif dilakukan untuk mengungkapkan sejauh mana sistem kelinguistikan TSur (bahasa Mandailing) berbeda atau/dan sama dengan sistem kelinguistikan Inggris).Setelah
TSar (bahasa
perbedaan dan persamaan struktur kedua bahasa teridentifikasi
teknik-teknik penerjemahan yang akan digunakan dapat dipersiapkan. Sedangkan perbandingan lintas budaya dilakukan untuk mengetahui sejauh mana berbagai istilah dan ungkapan terikat budaya dalam TSur dapat atau tidak dapat ditransfer ke dalam TSar yang dilatarbelakangi budaya lain.
Seperti disebutkan sebelumnya bahasa
adalah bagian dari budaya. Makna bahasa tidak akan dapat dipahami dengan baik jika kita tidak mengenal budaya sebagai asal dari bahasa itu sendiri.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
3.2 Data dan Sumber Data Data utama penelitian ini adalah sebuah teks
mangupa, sebuah upacara
tradisional Mandailing yang masih dilakukan oleh masyarakat Mandailing bukan saja di daerah Mandailing tetapi juga di perantauan orang Mandailing. Upacara mangupa dilaksanakan dengan menggunakan bahasa lisan tetapi untuk penelitian ini data yang digunakan adalah data tertulis (teks upacara tersebut telah dialihkan ke dalam bahasa tulis Mandailing). Struktur dan penggunaan kosakata teks tertulis ini tidak berbeda dari teks lisannya.Tentu saja unsur suprasegmental seperti jeda, stress, intonasi ujaran tidak dapat dimunculkan dalam teks tulisan ini dan lagi pula unsur-unsur tersebut tidak terlalu relevan dalam konteks penerjemahan ini. Teks mangupa ini tertulis dalam BM dan berbentuk prosa dan puisi. Data yang terdiri dari 22 paragraf dan 37 pantun ini diambil dari buku Acara Mangupa di Mandailing, Angkola, Sipirok dan Padang Lawas oleh H. Pandapotan Nasution yang diterbitkan tahun 2001 oleh Yayasan Parsarimpunan ni Tondi. Upacara mangupa--yang merupakan sebuah upacara pemberian nasihat dan permohonan kepada Yang Maha Kuasa untuk keselamatan dan keberhasilan orang yang diberi ‘upa-upa’-- terdiri dari dua macam yakni mangupa karena mendapat keberuntungan dan karena terhindar dari musibah atau bencana (Nasution, 2001:23). Satu peristiwa yang dianggap sebagai keberuntungan dalam masyarakat Mandailing adalah peristiwa perkawinan. Pasangan suami–istri
yang
baru saja
melangsungkan pernikahan diberi nasihat, pandangan agar perjalanan hidup mereka sebagai suami isteri bersama keturunan mereka kelak senantiasa selamat, aman,
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
berhasil dan diberkati Tuhan. Teks mangupa (salah satu dari serangkaian upacara perkawinan) inilah yang dijadikan sebagai data penelitian ini. Teks mangupa mengandung banyak istilah dan ungkapan berkonteks budaya seperti dalihan na tolu, kahanggi, anak boru, mora, sinuan tunas sinuan boyu, sayur matua bulung, horas tondi madingin, pir tondi matogu, pitu sundut suada mara dan lain-lain. Data yang diperlukan untuk studi kontrastif antara BM sebagai bahasa sumber dan BI sebagai bahasa sasaran diperoleh dari beberapa sumber. Untuk BM sumber data yang digunakan adalah teks mangupa itu sendiri, beberapa publikasi tentang BM, dan
sejumlah informan. Sumber data tentang budaya Mandailing adalah
sejumlah publikasi tentang budaya Mandailing dan juga sejumlah informan. Dan sumber data yang digunakan untuk BI dan budaya Inggris adalah publikasi-publikasi yang tersedia cukup banyak di perpustakaan dan internet. 3.3 Teknik Analisis Data/Teknik Penerjemahan Penerjemahan adalah sebuah pekerjaan yang rumit dan kompleks. Terutama dalam penerjemahan teks sosial, agama dan budaya. Seorang penerjemah di samping harus memiliki kompetensi linguistik kedua bahasa sumber dan bahasa sasaran, seorang penerjemah
juga harus memahami budaya yang melatari kedua bahasa
tersebut. Oleh karena itu untuk menghasilkan terjemahan yang akurat, dapat dipahami dan berterima bagi pembaca, langkah pertama yang ditempuh adalah melakukan analisis kontrastif kedua bahasa tersebut untuk mengidentifikasi perbedaan dan persamaan terutama tentang berbagai aspek bahasa yang relevan dengan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
penerjemahan yaitu struktur morfem, kata, frasa, kalimat, sistem makna, konteks situasi, budaya dan ideologi teks mangupa tersebut. Kemudian langkah berikutnya adalah melakukan perbandingan budaya Inggris dan budaya Mandailing yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan
karakteristik
sebuah teks. Setelah kedua
langkah ini selesai dilakukan, kemudian dilakukan penerjemahan data, yaitu penerjemahan teks mangupa ke dalam bahasa Inggris. Penerjemahan dilakukan dengan melalui dua tahapan utama yakni tahap penerjemahan dan tahap evaluasi. Prosedur penerjemahan yang telah dilakukan dapat digambarkan seperti dalam diagram berikut.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Teks Sumber
Perbandingan Struktur BSur & Struktur BSar
Perbandingan Budaya BSur & Budaya BSar
1
Analisis TSur
2
Transfer
Tahaptahap penerjema
3
4 5
6
Penulisan Draf Pertama
han
Revisi Draf Pertama & Penulisan Draf Kedua
Evaluasi Draf Kedua
Penulisan Draf Ketiga
Tahaptahap evaluasi
7
8
Reevaluasi
Penulisan Draf khir
Diagram 2. Prosedur Penerjemahan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
P r o s e s P e n e r j e m a h a n
Tahap penerjemahan terdiri atas 1) Analisis TSur Dalam tahap pertama ini penerjemah telah mengadopsi pendekatan atasbawah (top-down) yakni pertama–tama mempelajari beberapa hal yang berada diluar teks seperti ideologi, konteks
budaya/ genre teks atau jenis teks tersebut apakah
narasi, deskripsi, puisi, prosedural atau gabungan dari dua atau tiga macam genre dan juga mempelajari konteks situasi/register teks. Dalam sebuah teks biasanya terdapat berbagai kata kunci (key words) berbagai istilah penting yang biasanya digunakan berulang-ulang dalam teks. Semua kata yang merupakan kata kunci didaftarkan. 2) Transfer Dalam tahap kedua ini dilakukan transfer makna TSur menjadi draf awal terjemahan. Ini dilakukan dengan mencari padanan kata yang cocok dalam teks sasaran; tepat dalam makna linguistik dan sesuai dengan konteks budaya bahasa sasaran. Juga yang dilakukan adalah mendaftar semua kata dalam TSur yang tidak memiliki padanan dalam TSar dan mencari teknik penerjemahan yang tepat
untuk
mengatasi masalah tersebut. 3) Penulisan Draf Pertama Dalam tahap ketiga ini penulisan draf awal dilakukan dengan memperhatikan makna paragraf dan makna pantun. Setelah makna sebuah paragraf dan pantun dipahami benar penulisan TSar/teks terjemahan dilakukan sealami/sewajar dan sejelas mungkin. Setelah sebuah paragraf/pantun ditulis, terjemahan diperiksa lagi untuk memastikan apakah ada informasi yang tertinggal, transfer makna yang kurang tepat,
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
struktur kalimat yang tidak gramatikal, ejaan yang salah atau penempatan tanda baca yang tidak tepat. 4) Revisi Draf Pertama dan Penulisan Draf Kedua Karena draf awal, seperti biasanya belum sempurna, beberapa perbaikan dan perubahan dilakukan dalam tahap yang keempat ini melalui beberapa langkah.Langkahlangkah yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. a. Membaca kembali TSar (hasil terjemahan) untuk mencari apakah masih terdapat kesalahan seperti kesalahan gramatika, pilihan kata, kolokasi, pemakaian kata yang tidak formal dan lain-lain. b. Memperhatikan ketepatan, keterbacaan dan keberterimaan terjemahan. c. Menulis draf kedua setelah menemukan beberapa kejanggalan dalam draf awal. Tahap Evaluasi terdiri atas 5) Evaluasi draf kedua Setelah draf kedua selesai ditulis, draf tersebut kemudian diuji/dievaluasi Evaluasi hasil terjemahan dilakukan agar terjemahan yang dihasilkan sudah akurat, dapat dipahami dan berterima (accurate, readable and acceptable). Menurut Nababan (2002) hasil terjemahan
sebaiknya dievaluasi untuk
memastikan ketepatan, keterbacaan dan keberterimaan. Evaluasi terjemahan dilakukan oleh pakar yang menguasai bahasa TSur dan bahasa TSar, memahami budaya BSur dan BSar, menguasai materi yang diterjemahkan dan menguasai teori dan memiliki pengalaman praktek penerjemahan.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Ketiga promotor disertasi ini yaitu Profesor Amrin Saragih, M.A., PhD., Professor T.Silvana Sinar, M.A., Ph.D, dan Profesor Drs.M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. adalah pakar yang sangat menguasai BSar dan memiliki banyak pengalaman budaya Inggris dan praktek penerjemahan. Para pakar bahasa Inggris dan linguistik ini telah mengevaluasi pemakaian bahasa Inggris di dalam terjemahan. Evaluasi ketepatan transfer makna dari TSur ke dalam TSar dilakukan oleh Drs. Namsyah Hot Hasibuan M.Ling seorang penutur asli BM dan menguasai materi yang diterjemahkan dan menguasai bahasa Inggris. Seorang penutur asli BSar pun telah menilai dan mengoreksi terjemahan ini terutama tentang keterbacaan dan keberterimaan terjemahan ini menurut pandangan dan pengalaman budaya seorang penutur asli BI. Pakar yang telah melakukan penilaian dan memberi koreksi terhadap terjemahan ini adalah Professor Thomas Nunnally Ph.D., seorang pakar bahasa Inggris dan linguistik di Auburn University, Alabama, Amerika Serikat. 6) Penulisan draf ke tiga Berdasarkan koreksi, komentar dan saran yang diberikan oleh para penilai, draf ketiga ditulis. 7) Reevaluasi Setelah draf ketiga dihasilkan, reevaluasi/pemeriksaan ulang
dilakukan
terutama tentang keakuratan, keterbacaan, dan kekonsistenan pemakaian istilah dan kesesuaian stilistika.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
8) Penulisan draf akhir Kemudian setelah
terjemahan tersebut dinilai telah akurat, terbaca, dan
berterima tahap terakhir adalah penulisan draf akhir/hasil akhir penerjemahan.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
BAB IV BUDAYA DAN BAHASA MASYARAKAT INGGRIS DAN MASYARAKAT MANDAILING 4.1 Budaya Dalam seksi berikut ini sejumlah aspek budaya kedua masyarakat
akan
diuraikan yang mencakup geografi dan wilayah, penduduk dan kehidupan penduduk, agama dan kepercayaan, keluarga dan perkawinan, masyarakat, gender, bahasa dan sopan santun yag berlaku dalam kedua masyarakat. 4.1.1 Inggris : Lokasi Geografis dan Wilayah Nama resmi dan lengkap negara Inggris adalah The United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland, namun lebih populer dan sering orang menyebutnya dengan The United Kingdom atau disingkat menjadi the UK (McDowall,1993:10). Negara Inggris terdiri atas empat wilayah yang masing-masing memiliki karateristik budaya yang berbeda yakni England, Scotland, Wales dan Northern Ireland. Dari keempat wilayah yang membentuk kerajan Inggris, England atau di Indonesia disebut Inggris adalah nama yang lebih populer dan lebih luas dikenal oleh orang luar. Tidak jarang orang luar menyebut England saja yang mengacu ke seluruh wilayah Inggris dan tidak mengetahui bahwa orang Inggris terdiri dari empat kebangsaan dan identitas serta bahasa yang berbeda., Mengapa England labih populer dan lebih dikenal dari pada tiga wilayah lainnya tentu saja disebabkan berbagai alasan seperti historis, politis, ekonomi dan juga bahasa.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Inggris adalah salah satu negara Eropah yang bertetangga dengan Perancis. Luas wilayah Inggris adalah 243.460 Km2 dengan jumlah penduduk sekiar 56 juta jiwa, menggunakan bahasa Inggris dan London sebagai ibu kotanya ( Encyclopedia International, 1980, vol 18, 377-401). Selain anggapan banyak orang bahwa Britain adalah England, nama England itu sendiri mengingatkan orang kepada simbol-simbol terkenal di negara monarki itu sendiri seperti ratu, London, London,
parlemen, Westminster Abbey, istana Buckingham, menara Oxford, Cambridge, BBC dan
seperempat jumlah penduduk
Inggris berada pada 25 mil dari Trafalgor Square, wilayah England (Mc Dowall, 1993:10). England juga dipandang sebagai wilayah inti (core) sedangkan Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara sebagai wilayah pinggir (periphery) 4.1.2 Penduduk dan Kehidupan Penduduk Penduduk asli negara Inggris terdiri dari empat suku bangsa yakni English yang mendiami wilayah England, Scots yang mendiami wilayah Skotlandia, Welsh yang mendiami wilayah Wales dan Irish yang mendiami wilayah Irlandia Utara. Nama English (oleh
banyak orang di Indonesia disebut orang Inggris) sering
digunakan secara tidak tepat sebab dalam pengetahuan pemakainya nama tersebut telah mencakup semua penduduk negara itu. Asal mula keempat suku bangsa ini juga berbeda; memiliki budaya dan bahasa yang berbeda. Seperti halnya bila orang Indonesia sedang berada di luar negeri, dia disebut orang Indonesia, bukan orang Jawa atau Batak. Tentu sebutan itu tidak sesuai
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
lagi bila dia berada di Indonesia sebab dia merasa anggota dari kelompok etnis tertentu. Meskipun disebut minoritas, dewasa ini sejumlah kelompok etnis dari berbegai asal telah berimigrasi dan menetap di negara Inggris. Jumlah terbesar yang meninggalkan negaranya dan menetap di Inggris adalah orang-orang Irlandia (Irish) karena masalah politik dan agama. Kemudian jumlah terbesar kedua adalah orang Yahudi
orang-
(Jewish). Antara tahun 1950-an dan 1960-an orang-orang Asia
terutama India mulai datang ke Inggris untuk mencari pekerjaan. Kemudian antara tahun 1970-an dan 1980-an para pengungsi dari berbagai negara seperti Uganda, Amerika Latin, Sri Lanka, Vietnam memasuki Inggris dan menetap di negeri itu. Jadi dengan keragaman kelompok etnis yang menetap sekarang di negara Inggris, Inggris merupakan negara multi-etnis. Meskipun jumlahnya dari tahun ke tahun semakin berkurang, sebahagian penduduk masih hidup dari pertanian dan penangkapan ikan. Hampir setengah dari jumlah pekerja hidup di bidang industri dan pertambangan dan selebihnya bergerak di bidang perdagangan dan jasa ( Encyclopedia International, 1980, vol 18, 377-401). 4.1.3 Agama dan Kepercayaan Mayoritas penduduk Inggris adalah penganut dua agama besar yakni Kristen dan Katolik. Negara mendirikan dua gereja negara yakni the Church of England atau Anglican Church dan the Church of Scotland sebagai sarana beribadah.
Selain
daripada dua gereja negara tersebut masih ada lagi gereja-gereja Kristen lainnya seperti Methodist Union, Baptists, United Church dan Salvation Amry.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Selain agama Kristen dan Katolik, sekurang-kurangnya ada lima agama lainnya yang penganutnya terutama para imigran dan keturunan mereka. Yang tertua adalah agama Yahudi yang dianut oleh komunitas Yahudi sejak abad ke tujuh belas. Islam adalah agama kaum imigran terpenting kedua setelah Yahudi. Terdapat lebih dari 1000 masjid yang tersebar di seluruh wilayah negeri itu dan London Central Mosque adalah yang terpenting di antaranya. Penganut agama Islam yang menetap di Inggris kira-kira 1,5 juta orang. Hindu juga merupakan agama penting di Inggris yang penganutnya kurang lebih 1 juta orang. Selain itu, ada juga agama Sikh dan Buddha yang dianut oleh para pendatang dari negara-negara Asia. Dewasa ini kebebasan beragam sangat ditolerir di negara itu; sesuatu yang tidak dibenarkan hingga pertengahan abad ke sembilan belas. Kini agama dipandang sebagai hal yang sangat pribadi. Jumlah jamaah gereja di negara itu menurut data oleh Mc DoWall (1993) bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lain. Di England jamaah gereja berjumlah 13% dari populasi dewasa. Semakin jauh dari London jumlah jamah makin banyak. Di Wales terdapat 23%, di Skotlandia 37% dan di Irlandia Utara tidak kurang dari 80% Peran geraja (McDoWall, 1993) semakin lama semakin menurun. Setiap diadakan sensus tentang jumlah jamaah gereja, ditemukan penurunan jumlah. Pada tahun 1970 di perkirakan ada sejumlah 8,6 juta orang anggota gereja. Pada tahun 1985 angka itu turun menjadi 6,9 juta orang. Pada perayan Natal pengunjung gereja bisa mencapai 5 juta orang tetapi pada hari minggu biasa, jumlah pengunjung tidak
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
lebih dari setengahnya. Seperti dikatakan oleh Greely (1991) seorang profesor ilmu sosial di University of Chicago, masyarakat Inggris adalah masyarakat yang kurang religius namun bukan masyarakat yang non-religius. Menurut hasil survei tentang sikap terhadap agama yang dilakukan oleh International Social Survey Programme (ISSP) hanya 69 % responden yang mempercayai keberadaan Tuhan dan 55 % yang percaya adanya kehidupan di hari kemudian dan hanya 20% yang percaya bahwa hidup manusia diatur oleh Tuhan. 4.1.4 Keluarga dan Perkawinan Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ikatan antara anggota keluarga ini didasarkan pada hubungan darah, perkawinan dan/atau adopsi dan dijiwai oleh suasana kasih sayang dan rasa tanggung jawab untuk merawat, memelihara dan melindungi anggota keluarga ( Khairuddin, H.SS, 1997: 3). Bentuk tipikal keluarga tradisional Inggris adalah keluarga inti (nuclear family), sebuah keluarga yang terdiri dari pasangan suami-isteri dengan dua orang anak (idealnya anak laki-laki dan perempuan) dan kadang-kadang disertai seorang nenek. Dari masa ke masa pandangan masyarakat Inggris terhadap keluarga dan perkawinan terus berubah. Banyak orang Inggris, demi mengejar karir dan takut kehilangan kebebasan, serta sikap yang lebih manyukai kehidupan menyendiri lebih memilih hidup bersama Sebelum pernikahan atau hidup bersama tanpa nikah selamanya (cohabit) merupakan hal yang wajar di Inggris. Pada tahun 2000 di perkirakan kebanyakan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
pasangan menjalani hidup bersama dulu sebelum menikah (Mc DoWall, 1993: 92).Dalam sebuah survei tentang sikap terhadap hidup bersama sebelum menikah yang dilakukan oleh British Social Attitudes (BSA) tahun 1993 ditemukan bahwa 43%
responden mengharapkan hidup bersama dulu sebelum menikah (Scott et
al,1993). Tingginya jumlah pasangan yang hidup bersama tanpa nikah tidak berarti bahwa perkawinan tidak lagi populer atau tidak diminati masyarakat Inggris.Dalam survei yang sama ditemukan bahwa hanya 4% responden yang menginginkan hidup sendiri (Scott, et al). Menurut Mc Dowall
banyak pasangan perkawinan yang
berakhir dengan perceraian. Pada tahun 1988 saja lanjut Mc Do Wall berdasarkan hasil sebuah survey, tingkat perceraian adalah 12,9% dalam seribu pasangan. Angka perceraian paling tinggi berada pada pasangan-pasangan berpenghasilan rendah dan pasangan-pasangan yang dalam usia sangat muda. Sebagai konsekuensi gaya hidup bersama yang semakin populer ini adalah lahirnya anak-anak yang disebut non-marital (anak di luar nikah). Sebagai akibat dari tingkat perceraian yang tinggi tersebut adalah peningkatan jumlah keluarga yang disebut single parent, biasanya anak-anak yang diasuh dan ditanggung jawabi oleh ibu mereka saja tanpa kehadiran ayah, atau dibantu dengan dana keamanan sosial atau layanan sosial pemerintah setempat ( Bromhead, 1991:109). Sebahagian orang bertanya; apakah masyarakat Inggris sedang mengalami kemerosotan moral? Sebahagian menginginkan betapa perlunya masyarakat Inggris kembali kepada nilai tradisional perkawinan dan menurut sebahagian lainnya lebih
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
tepat menyatakan bahwa nilai moral masyarakat Inggris sedang mengalami perubahan terutama generasi mudanya. 4.1.5 Masyarakat Inggris Masyarakat dapat didefenisikan sebagai gabungan atau kumpulan dari sejumlah keluarga. Pada awalnya sebuah masyarakat berasal dari sebuah keluarga, kemudian muncul keluarga-keluarga lain sehingga kelompok keluarga tersebut semakin membesar dan terbentuklah apa yang disebut masyarakat ( Khairuddin, H.SS, 1997:25). Masyarakat Inggris dikenal sebagai masyarakat yang sangat
individualistik
(Mc Dowall, 1993:93). Pengertian umum masyarakat individualistik adalah masyarakat yang memandang bahwa kebebasan adalah hak masing-masing individu dan merupakan hak yang tidak boleh dikendalikan oleh orang lain atau negara. Dalam masyarakat Inggris dikenal istilah kelas, penggolongan
masyarakat
(bukan penggolongan yang dibuat oleh Pemerintah secara formal, tetapi lebih banyak berdasar pada kesamaan dalam beberapa indikator seperti pendidikan, jenis pekerjaan dan kekayaan). Kelas masyarakat Inggris dibedakan menjadi tiga kelas: kelas bawah (blue-collar wokers), kelas menengah (white-collar wokers) dan kelas atas (upper class). Kelas bawah biasanya terdiri dari orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan tenaga manusia (manual workers) seperti pekerja pabrik, buruh-buruh, pekerja bangunan, pengemudi, nelayan dan lain-lain. Kelompok pekerja seperti ini disebut blue collar-wokers atau pekerja berkerah biru karena mereka melakukan pekerjaan secara manual atau dengan menggunakan tenaga sendiri. Kelas menengah
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
terdiri dari white collar-wokers atau pekerja berkerah putih seperti tenaga-tenaga profesional seperti hakim-hakim, para dokter, para banker, pegawai pemerintah senior, dosen-dosen universitas dan lain-lain. Mereka hidup dengan tidak mengandalkan tenaga fisik..Kelas atas, walaupun jumlahnya relatif sedikit, adalah kelompok yang hidup dari satu generasi ke generasi lain. Kelas atas ini terdiri dari orang-orang kaya yang memiliki harta warisan yang sangat banyak, dan menguasai seperempat kekayaan negara. Mereka mengendalikan perekonomian nasional dan anak-anak mereka bersekolah pada sekolah-sekolah terkenal. Dalam hal pergaulan sosial, seorang anggota kelas masyarakat tertentu akan bergaul dengan anggota masyarakat lain dari kelas yang sama. Dengan kata lain para anggota kelas rendah akan bergaul antar sesama mereka dan para anggota masyarakat menengah bergaul di anatara sesama meraka, bukan dengan anggota masyarakat kelas lain: 4.1.6 Gender dalam Masyarakat Inggris Meskipun
negara
Inggris
didiami
oleh
masyarakat
moderen
yang
individualistik, yang sangat mengutamakan kebebasan peribadi dan persamaan hak antara kaum laki-laki dan perempuan ternyata bila kita melihat pada posisi-posisi penting baik dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan, ternyata posisi kaum perempuan masih berada relatif jauh di bawah posisi kaum laki-laki. Dengan kata lain kesetaraan laki-laki dengan perempuan dalam jabatan dan lapangan pekerjaan belum tercapai. Kaum perempuan secara signifikan masih dirugikan (Mc Dowall, 1993:96). Fakta berikut (Mc Dowall, 1993) dapat membenarkan pernyataan di atas.. Meskipun persentase angkatan kerja wanita terus naik dari tahun ke tahun namun
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
posisi mereka dalam jabatan masih relatif jauh berada di bawah posisi kaum laki-laki. Semua posisi penting di negara tersebut dipegang oleh kaum laki-laki. Tidak seorang perempuan pun pernah menjabat sebagai kepala polisi, tidak sampai 3 % jumlah profesor wanita di universitas, hanya 25 % perempuan menjadi dokter, hampir tidak ada perempuan yang menjadi pemimpim perserikatan dagang dan tidak banyak perempuan yang berhasil dalam bisnis dan industri. Kaum perempuan juga digaji lebih rendah dari kaum laki-laki. Ada beberapa alasan mengapa pekerja wanita tidak dapat setara dengan pekerja laki-laki antara lain, wanita dikenakan sanksi karir karena mereka melahirkan bayi dan mengasuhnya dan perusahaan atau negara tidak menyediakan banyak tempat titipan dan asuhan bayi dan anak-anak supaya para ibu dapat bekerja.Selain daripada alasan-alasan tersebut, alasan-alasan kelasikpun (Kiernan, 1992) masih berlaku yakni tugas suami masih dipercayai sebagai mencari uang sedangkan tugas isteri adalah mengurus rumah tangga dan keluarga. Meskipun pelajar perempuan cenderung lebih pandai di sekolah, mereka tidak didorong agar mereka melanjutkan studi mereka ke bidang humaniora seperti bahasa moderen. 4.1.7 Bahasa Masyarakat Inggris Pertumbuhan bahasa Inggris yang spektakuler merupakan sebuah fenomena sejarah pertumbuhan bahasa yang tiada tandingannya (Katzner, 1986:43). Bahasa Inggris sedang dalam pertumbuhan (malah sudah cukup beralasan bila dikatakan sebagai bahasa dunia, bukan lagi sekadar bahasa internasional) untuk mencapai status sebagai bahasa dunia. Bahasa Inggris adalah bahasa yang paling banyak digunakan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
di atas dunia ini. Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa ibu (native language) oleh kurang lebih 350 juta orang (di bawah jumlah penutur bahasa Cina) yang hidup di negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, Selandia Baru, Kanada dan sejumlah negara yang baru merdeka seperti Bahama, Jamaica, Barbados, Grenada, Trinidad, Tobago, St. Lucia, Belize dan Guyana. Bahasa Inggris juga merupakan bahasa resmi di belasan negara Afrika, Hongkong, Carribean dan negara-negara pasifik (Katzner, 1986:43). Sebagai bahasa kedua (second language) bahasa Inggris digunakan di dalam kira-kira 25 negara seperti India, Malaysia, Brunai Darusalam dan Singapura. Hampir semua negara tersebut merupakan ex-jajahan Ingris (Quirk et.al, 1985: 4) Sebagai bahasa asing (foreign language) bahasa Inggris digunakan di semua negara selain dari pada negara-negara dimana bahasa Inggris sebagai bahasa ibu dan bahasa kedua yang digunakan sebagai bahasa media cetak (buku, majalah, surat kabar), media elektronik (radio, TV, internet), media perdagangan dan perjalanan. Bahasa Inggris juga merupakan syarat untuk memperoleh pekerjaan yang bagus, menjadi akses terhadap tidak kurang dari setengah jumlah literatur ilmiah dunia dan jurnal-jurnal ilmiah terkemuka. Juga bahasa Inggris merupakan bahasa pengantar dalam teknologi, ekonomi dan bantuan-bantuan internasional, bahasa automasi dan teknologi komputer, bahasa penerbangan, pelayaran, olah raga dan bahasa diplomasi dunia. Meskipun dengan status yang berbeda bahasa Inggris sekarang digunakan di segala penjuru dunia. Di Indonesia
sendiri bahasa Inggris adalah bahasa asing
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
pertama yang harus dipelajari hampir di semua tingkatan sekolah dari taman kanakkanak sampai perguruan tinggi. Inggris, sebagai negara asal bahasa Inggris, tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai
bahasa satu-satunya. Walaupun semua penduduknya
dapat berbahasa
Inggris, sebahagian penduduk Wales, Skotlandia dan Irlandia Utara menggunakan bahasa daerah mereka. Di Wales penduduk menggunakan bahasa Wels, di Skotlandia dan Irlandia Utara bahasa Gaelig, yang ketiganya barasal dari bahasa Keltika, walaupun fungsinya hanya sebagai bahasa kedua. Kemampuan semua penduduk Inggris menggunakan bahasa Inggris telah menjadi alat pemersatu dan penyeragam bagi penduduk negeri itu. Meskipun terdapat perbedaan pemakaian bahasa Inggris dari satu daerah ke daerah lain, perbedaan itu hanya berupa aksen dan ungkapan-ungkapan idiomatis. Dalam bahasa tulis Inggris tidak ada perbedaan dari satu daerah ke daerah lain (Encyclopedia International, 1980. Vol 18, 377-401) Seperti bahasa-bahasa lain, bahasa Inggris juga memiliki dialek atau variasi bahasa. Variasi bahasa yang digunakan oleh British Broadcasting Corporation (BBC) merupakan ragam bahasa Inggris yang dipandang oleh banyak orang Inggris sebagai ragam yang paling baik dan baku dan ragam itu pulalah yang diajarkan di sekolahsekolah, yang ditulis dalam buku-buku teks yang diekspor ke luar negeri, yang digunakan dalam surat kabar, dan yang digunakan dalam sidang-sidang parlemen. Di london, ibu kota negeri itu digunakan ragam Cockney, sebuah ragam bahasa Inggris yang khas yang berbeda dari ragam yang biasa dipelajari orang asing.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
4.1.8 Sopan Santun dalam Masyarakat Inggris Peribahasa ‘Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya’ menunjukkan bahwa tiap negeri memiliki adat istiadatnya sendiri. Adat istiadat itulah yang mengatur bagaimana seorang individu atau sebuah masyarakat harus berbuat, bertingkah laku, bersikap dan bertutur. Adat istiadat suatu masyarakat menjadi ciri khas dari masyarakat itu sendiri. Ciri khas tersebut biasanya tidak dimiliki oleh masyarakat lain. Kekhasan adat istiadat atau sopan santun sebuah masyarakat sering membuat anggota sebuah masyarakat, ketika dia sedang berinteraksi dengan anggota masyarakat lain, mengalami culture shock, perasaan tidak nyaman ketika berhadapan dengan budaya yang asing dari budayanya sendiri. Pengunjung selalu diingatkan agar memahami adat istiadat sebuah masyarakat yang dikunjunginya atau menyesuaikan diri dengan adat istiadat/sopan santun yang berlaku di masyarakat yang dikunjunginya agar tridak mengalami culture-shock seperti disebutkan dalam pepatah Inggris ‘When in Rome, do as the Romans do’. Dalam kehidupan sehari-hari orang Inggris berbuat, bersikap dan bertutur menurut tatakrama mereka. Pada saat pertama kali bertemu dengan orang asing (orang yang belum dikenal) orang Inggris menganggap tidak santun memulai pembicaraan dengan pertanyaan yang bersifat pribadi sperti Who are you ? atau Where are you going ? Biasanya seorang Inggris akan mengomentari hal lain seperti keadaan cuaca bila sedang berada di luar atau mengomentari kedaan makanan dan musik bila dalam sebuah pesta atau acara-acara sosial lainnya. Berjabat tangan tidak lazim dilakukan pada setiap pertemuan tetapi cukup pada pertemuan pertama.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Meperkenalkan diri sendiri atau orang lain sering dilakukan orang Inggris pada pertemuan pertama dengan masing-masing menyebut nama lengkap dan bisa ditambah dengan pekerjaan seperti I am Allan Smith. I am principal of this college tetapi tidak diikuti oleh hal-hal lain seperti penyebutan asal keturunan seperti yang dilakukan orang-orang dalam budaya tertentu. Meskipun masyarakat Inggris dikenal dengan masyarakat individualistik, tetapi dianggap tidak sopan menyendiri (tidak bersosialisasi) dengan orang lain dalam suatu acara sosial. Dalam mayarakat Inggris ada peribahasa umum an English man’s home is his castle yang bermakna betapa besar penghargaan mereka kepada harta atau milik peribadi mereka. Jika kita akan atau sedang mengunjungi rumah orang Inggris kita harus berlaku dengan penuh perhatian. Misalnya, jika kita diundang, hadirlah tepat waktu. Jika tidak dapat hadir tepat waktu atau tidak bisa hadir sama sekali, dianggap tidak sopan tanpa pemberitahuan kepada tuan rumah sebelumnya. Adalah sesuatu yang wajar bila kita membawa sesuatu meskipun sederhana seperti sepotong coklat atau sebotol minuman dan membantu pekerjaan rumah seperti menata meja atau membantu mencuci piring. Sebagai tamu tidak lumrah berada di rumah orang Inggris terlalu lama karena dapat membuat tuan rumah merasa terganggu. Masyarakat Inggris sangat menghargai kebebasan pribadi (privacy). Mereka tidak senang masalah peribadinya dicampuri orang luar. Sebagai contoh, seorang Inggris akan merasa tersinggung jika ditanyakan hal-hal yang sifatnya pribadi seperti usia, penghasilan, perkawinan (kawin atau belum kawin), agama dan bahkan bila ditanyakan sedang pergi kemana kecuali yang ditanya seorang teman.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Seorang remaja Inggris akan lebih senang tinggal sendiri (bila secara finansial sudah mampu) dari pada tinggal bersama orangtuanya. Orang-orang muda lebih suka tinggal jauh dari orangtua dan kerabat lain setelah mereka menikah, sering di kota lain sehingga banyak anak yang tidak mengenal paman, bibi atau sepupu mereka (Broomhead, 1991:109). Demikian juga seorang nenek atau kakek merasa lebih bebas tinggal di rumah jompo daripada ‘menumpang’ dengan anak; mungkin disebabkan ketergantungan secara ekonomi kepada anak sangat sedikit sebab negara Inggris sejak tahun 1948 telah mengadakan program nasional yang disebut welfare state yang salah satu programnya adalah menyantuni orang-orang tua yang sudah pensiun (Mackenzie and Westwood, 1978: 135). Orang Inggris juga sangat menghargai hak orang lain. Mereka tidak suka ‘merampas’ hak orang lain. Sebagai contoh antrian adalah sesuatu yang telah membudaya di masyarakat Inggris. Orang yang lebih dulu berada pada antrian akan mendapat pelayanan pertama. Ini sesuai dengan peribahasa mereka: first come, first served. Masyarakat Inggris sangat menyadari akan keterbatasan waktu. Bagi mereka waktu adalah sama dengan komoditas lain yang dapat berkurang, habis, dan sia-sia bila tidak digunakan. Banyak ungkapan metaforis yang menunjukkan betapa waktu adalah sesuatu yang sangat bernilai seperti Time is money, Don’t waste time, Time flies, It takes much time, Time is up, Don’t wait till tomorrow what you can do today. Orang Inggris umumnya memulai dan mengahiri sebuah acara tepat waktu (on time) dan tidak dapat mentolerir perbuatan yang menyia-nyiakan waktu. Mereka merasa sedang membuang waktu bila duduk tanpa melakukan apa-apa ketika, misalnya,
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
sedang menunggu atau sedang berada di dalam kereta api. Mereka biasanya memanfaatkan waktu senggang tersebut dengan membaca. Hubungan hirarkis antara senioritas dengan junioritas dalam budaya apapun dapat terlihat dengan bagaimana satu pihak bersikap, bertingkah laku dan bertutur kepada pihak lain misalnya antara orangtua sebagai senior dan anak sebagai junior. Dalam keluarga Inggris seorang anak menyapa seniornya seperti father (daddy), mother (mom), uncle, aunt, grandfather (granpa) dan grandmother (grandma, granny), tetapi biasanya tidak menyapa seorang kakak atau adik dengan brother atau sister tetapi dengan menyebut nama pertama (first name) saudaranya tersebut. Jadi tidak terlihat adanya hubungan yang hirarkis antara kakak dengan adik. Situasi (formal atau tidak formal) menentukan pilihan sapaan yang digunakan. Dalam sebuah situasi formal, misalnya sebuah rapat resmi, seseorang akan menyapa yang lain secara resmi dengan menyebut gelar (Mr, Mrs, Miss) sebelum nama lengkap orang yang disapa atau sebelum nama keluarganya, misalnya Mr (Paul) Dixon meskipun orang yang disapa itu adalah ayah atau ibu sendiri. Tidak santun menyapa seseorang dalam situasi formal dengan menyebut nama pertamanya apalagi dengan menambahkan gelar di depan nama tersebut. Umumnya nama orang Inggris terdiri dari sekurang-kurangnya dua kata (nama pertama dan nama keluarga). Nama pertama untuk di gunakan dalam situasi tidak resmi/akrab dan nama keluarga dalam situasi resmi. Masyarakat Inggris, terutama yang telah berusia dewasa, gemar manghabiskan waktu senggang mereka di dalam pub (public house), dimana mereka bertemu dan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
ngobrol dengan teman-teman. Pub menyediakan beraneka minuman termasuk minuman keras dan berbagai macam makanan dan juga berbagai macam bentuk permainan dalam ruangan. Kesukaan berkumpul dalam ruangan bukan di tempat terbuka seperti pantai atau lapangan disebabkan keadaan cuaca Inggris yang selalu tidak pasti (Machenzie and Westwood, 1987:33). Sopan santun orang Inggris dalam bertutur ditandai dengan pemakaian sejumlah kata yang menunjukkan kesantunan seperti please, thank you, execuse me, sorry dan I am afraid. Kealpaan menggunakan kata-kata ini (tentu saja harus sesuai konteks) dapat mengecewakan lawan bicara kita (Hill and Lewis, 1990:5). Kata-kata ini digunakan hampir dalam setiap interaksi lisan langsung. Kata please digunakan di awal permintaan misalnya Please sit down dan diakhiri sebuah permintaan untuk melakukan sesuatu seperti Could you turn on the light please ? atau dalam meminta sesuatu misalnya di sebuah warung kopi seperi A cup of coffee please. Excuse me digunakan sebelum kita menyela atau menganggu ketenangan, misalnya ketika kita berlalu di hadapan orang, menanyakan sesuatu kepada orang asing atau ketika menyela orang yang sedang berbicara misalnya Excuse me I have to leave now, Excuse me could you tell me the way to the railway station ? Excuse me may I ask a question about that ? Excuse me juga dipakai setelah kita bersin dan batuk terutama ketika kita sedang berbicara. Di budaya tertentu orang tidak biasa mengucapkan kata maaf meskipun bersin atau suara batuk tersebut telah menginterupsi tuturannya. Kata sorry yang salah satu maknanya adalah ‘meminta maaf’ digunakan apabila kita telah sedikit mengecewakan orang misalnya mendorong orang walaupun tidak
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
dengan sengaja atau datang terlambat seperti sorry I didn’t mean that, I am sorry for being late. Sorry juga dipakai untuk merespon komplain dan berita duka misalnya sorry I didn’t realise I was so noisy, I am so sorry to hear that. Kata tersebut juga dapat digunakan apabila kita meminta seseorang untuk mengulangi ujarannya karena kita tidak dapat mendengarnya dengan jelas misalnya sorry would you repeat it please ?. Thank you digunakan setelah orang berbuat baik dan memberikan sesuatu kepada kita, juga cara sopan untuk menolak tawaran, misalnya Thank you for the nice present; Thank you I have just had lunch. Ungkapan I am afraid digunakan di depan kalimat yang menunjukkan keraguraguan, ketidakpastian ataupun penolakan secara sopan terhadap ajakan, misalnya A: Do you know the way, to the station ? B: I’m afraid I don’t A: Could you go camping with me this weekend ? B: I’m afraid I can’t. I’ve got a previous appointment Memberi kepada dan menerima sesuatu dari orang lain dengan tangan kiri dipandang sesuatu yang wajar yang bagi banyak masyarakat lain termasuk masyarakat
Mandailing dianggap tidak sopan. Rasa sayang kepada orang lain
ditunjukkan dengan menyapu kepala orang yang disayangi bukan hanya untuk anakanak tetapi juga dewasa. Dalam masyarakat tertentu, menyentuh kepala orang dianggap sebagai pelecehan.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
4.1.9 Mandailing : Lokasi Geografis dan Wilayah Mandailing. yang setelah pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan, berada di wilayah pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal (Madina) yang terdiri dari 17 kecamatan.. Mandailing yang merupakan bahagian wilayah Kabupaten Mandailing Natal, kebanyakan daerahnya membujur di sepanjang jalan raya lintas Sumatera kurang lebih 40 km dari Padangsidempuan ke arah selatan dan kurang lebih 150 km dari Bukittinggi ke arah utara. Mandailing berbatasan dengan wilayah etnis Angkola di sebelah selatan, dengan wilayah etnis Pesisir di sebelah barat, dengan etnis Minangkabau di sebelah selatan dan dengan wilayah etnis Padanglawas di sebelah timur. Wilayah Mandailing dikenal dengan pembedaan menjadi Mandailing Godang (Mandailing
Besar)
dan
Mandailing
Julu/Ulu
(Mandailing
Hulu/Kecil)
(Nasution,2005:5) Berdasarkan ciri-ciri geografis dan flora, kedua daerah Mandailing itu berbeda. Mandailing Godang terdiri dari dataran rendah yang luas dan digunakan terutama sebagai daerah pertanian padi, kelapa, palawija, dan tambak ikan. Sementara Mandailing Julu memiliki daerah yang lebih tinggi dan umumnya bergunung-gunung. Karet, kopi kulit manis, padi dan plawija merupakan tanaman pertanian utama di daerah ini. 4.1.10 Penduduk dan Kehidupan Penduduk Wilayah kabupaten Mandailing Natal didiami oleh empat kelompok etnis yaitu Mandailing (mayoritas) mendiami semua wilayah/kecamatan di kabupaten tersebut, kelompok etnis Pesisir mendiami beberapa kecamatan di daerah pesisir terutama
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
kecamatan Batang Natal, kelompok etnis Lubu yang mendiami daerah pegunungan Panyabungan dan kelompok etnis Ulu yang mendiami sebahagian kecamatan Muarasipongi Kelompok etnis Mandailing yang menganut garis keturunan ayah (patrilineal) terdiri dari sejumlah kelopok kekerabatan/marga yakni Nasution, Lubis. Pulungan, Rangkuti, Batubara, Daulay, Matondang, Parinduri, Hasibuan dan lain-lain. Margamarga ini tidak datang secara serentak ke wilayah Mandailing. Sebahagian datang kemudian dan berbaur dengan marga-marga yang telah lebih dulu mendiami daerah tersebut seperti Nasution dan Lubis. Nasution dan Lubis adalah dua marga besar yang berkuasa. Nasution menduduki wilayah Mandailing Godang dan Lubis menduduki wilayah Mandailing Julu (Abdullah, 1996:287). Para pendatang baru berbaur dan menikah dengan putri-putri pemilik kampung dan mereka menjadi kerabat pemilik kampung (anak boru) dan menjadi orang Mandailing (Nasution; 2005:13) Mayoritas penduduk Mandailing hidup dari hasil pertanian padi, kopi, karet, cengkeh dan sebahagian lagi bekerja sebagai pedagang hasil hutan dan bidang jasa lainnya. 4.1.11 Agama dan Kepercayaan Masyarakat Mandailing (hampir 100 %) adalah penganut agama Islam yang taat (Nasution, 2005:13) Agama Islam masuk ke Mandailing pada tahun 1830 yang dibawa oleh kaum Padri yang berasal dari Minangkabau (Abdullah, 1996:302). Sebagai penganut agama Islam yang taat, Masyarakat Mandailing melakukan ibadah shalat wajib lima kali satu hari di masjid-masjid atau langgar yang dapat
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
ditemukan di setiap kampung. Pada bulan Ramadhan suasana di setiap kampung terlihat jauh berbeda dari bulan-bulan biasa. Pada siang hari masyarakat melakukan ibadah puasa dan hampir tidak ada warung yang dibuka untuk menjual makanan, sebelum mendekati waktu berbuka. Pada malam hari mereka berduyun-duyun pergi ke masjid- masjid untuk melaksanakan shalat tarawih. Kesempatan menunaikan ibadah haji merupakan dambaan setiap Muslim di Mandailing. Banyak yang pada akhirnya dapat menunaikan ibadah haji setelah menabung bertahun-tahun. Sampai sekarang status seseorang sebagai haji tetap mendapat penghargaan yang tinggi di masyarakat tersebut. Agama lain yang dianut oleh sebahagian kecil masyarakat Mandailing adalah Kristen. Penganut agama ini sangat sedikit jumlahnya. Jarang terlihat ada gereja di kampung-kampung. Gereja biasanya berada di ibu kota kecamatan sebagai tempat beribadah penduduk yang beragama Kristen dan pendatang (umumnya pegawai pemerintah yang sedang bertugas di daerah tersebut) yang juga beragama Kristen. 4.1.12 Keluarga dan Perkawinan Sterotip sebuah keluarga Mandailing terdiri dari seorang ayah dan seorang ibu beserta sejumlah anak (laki-laki dan perempuan) dan kadang-kadang disertai kakek dan nenek (orangtua si ayah). Tipe keluarga orang Mandailing tergolong ke dalam keluarga luas (extended family) bukan keluarga inti (nuclear family) seperti di masyarakat Inggris.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Masyarakat Mandailing menganut prinsip patrilinial, mengikut garis keturunan ayah. Ayah menjadi pemimpin dalam keluarga. Jumlah anak (teutama dalam keluarga Mandailing tradisional) tidak dibatasi. Tidak jarang dalam keluarga Mandailing ditemukan puluhan bahkan belasan anak. Pepatah terkenal yang berbunyi maranak sapulu pitu marboru sapulu onom ( secara harfiah: beranak laki-laki tujuh belas, beranak perempuan enam belas) mengisyaratkan betapa jumlah anak yang besar merupakan sebuah idaman. Mungkin jumlah anak yang besar ini diharapkan sebagai sumber daya manusia untuk mengerjakan pekerjaan pertanian yang di masa lampau lahan pertanian cukup luas untuk diolah. Dewasa ini dalam upacara perkawinan terutama di kota-kota pepatah tadi telah mengalami perubahan menjadi maranak na bisuk bisuk, marboru na pohom-pohom (beranak laki-laki yang pintar-pintar dan beranak perempuan yang sopan-sopan). Ini mungkin disebabkan pandangan orang Mandailing terhadap jumlah anak telah mulai berubah. Mungkin konsep program keluarga berencana yang terus digiatkan Pemerintah dapat diterima masyarakat Mandailing. Seorang ayah bertanggung jawab penuh tehadap keluarganya. Seorang anak mulai dari kelahirannya sampai pada saat anak tersebut menikah menjadi tanggungan ayah/ibu. Meskipun sebenarnya secara lahiriah tidak dibedakan anak laki-laki dari anak perempuan dalam keluarga, namun seorang ayah Mandailing sangat mengharapkan kehadiran anak laki-laki sebagai penerus garis keturunan dan pewaris harta. Kadangkadang
ketiadaan anak laki-laki menjadi alasan bagi si ayah untuk menikahi
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
perempuan lain yang diharapkan dapat memberinya anak laki-laki (Khairuddin, 1997:89). Dalam keluarga Mandailing yang patrilinial dan hirarkis ‘kekuasaan’ berada di tangan si ayah.
Bila ayah berhalangan, misalnya dalam upacara adat yang
mengharuskan tindakan pengambilan keputusan , ‘kekuasaan’ diturunkan kepada anak laki-laki yang tertua, dan bila tidak ada anak laki-laki ‘kekuasaan’ dialihkan kepada saudara kandung ayah yang laki-laki dan jika berhalangan anak laki-laki saudara kandung ayahlah yang melaksanakan tanggung jawab itu.. Tugas keadatan tidak pernah diserahkan kepada kaum perempuan. Bila seorang anak baik laki-laki maupun perempuan menikah, dia akan meninggalkan rumah orangtuanya. Laki-laki akan membentuk keluarga baru dengan isterinya dan perempuan menjadi anggota keluarga suaminya. Sangat tidak lazim seorang anak yang telah menikah tetap tinggal bersama orangtuanya. Sebuah perkawinan adalah ikatan resmi lahir dan batin antara seorang perempuan untuk membentuk sebuah keluarga. Bagi masyarakat Mandailing sebuah perkawinan bukan hanya sebatas terbentuknya ikatan dua orang individu yang berbeda jenis kelamin, tetapi juga terbentuknya ikatan orangtua kedua belah pihak bahkan lebih luas lagi, yakni terbentuknya ikatan keluarga kedua belah pihak (Nasution, 2005:273). Dalam masyarakat Mandailing perkawinan adalah sebuah peristiwa penting dan besar yang melibatkan banyak orang di samping dua peristiwa besar lainnya yakni kelahiran dan kematian.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Sebuah perkawinan yang ideal bagi orang Mandailing termasuk juga sukusuku lainnya yang dianggap berasal dari etnis Batak
adalah perkawinan antara
seorang laki-laki dengan boru tulangnya (putri saudara laki-laki kandung ibunya) (Khoiruddin, 1997 :90). Bila saudara kandung ibunya tidak mempunyai anak perempuan atau belum cukup usia untuk menikah, putri sepupu laki-laki ibunya menjadi pilihan berikutnya. Meskipun bukan keharusan mengawini seorang boru tulang, tetapi dipandang sebagai sesuatu yang janggal bila seorang laki-laki tidak terlebih dahulu manyapai (melamar) boru tulangnya sebelum dia menikah dengan perempuan lain. Perkawinan dalam masyarakat Mandailing merupakan sebuah peristiwa besar dan sakral dalam alur kehidupan. Perkawinan yang dilakukan secara adat menghendaki keterlibatan banyak orang yakni kahanggi (pihak yang semarga dengan laki-laki yang akan menikah), mora (pihak yang semarga dengan ibunya) dan anak boru (pihak yang semarga dengan suami adik/kakak perempuannya), raja penusunan, raja pamusuk raja-raja torbing balok (raja-raja dari daerah tetangga) dan lain-lain dengan mengikuti serangkaian acara adat yang cukup rumit, memerlukan waktu yang relatif banyak dan tentu saja dana yang tidak sedikit. Tentu saja bukanlah hal yang janggal di dalam masyarakat Mandailing bila sebuah perkawinan dilakukan tanpa mengukuti upacara adat yang rumit dan mahal tersebut. Perkawinan berdasarkan syariat Islam (tidak berdasarkan adat) jauh lebih sederhana dan murah. Bahkan untuk menghindari kerumitan adat tersebut tidak
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
jarang orang melakukan marlojong (kawin lari) baik tanpa seizin orangtua si perempuan atau dengan izin mereka (tangko binoto). 4.1.13 Masyarakat Mandailing Masyarakat Mandailing tergolong ke dalam tipe masyarakat komunal paternalistik, dan hirarkis. Sebagai masyarakat komunal masyarakat
Mandailing
selalu mengutamakan kebersamaan, hidup bersama orang lain tidak hidup menyendiri dan selalu lebih mementingkan kepentingan orang banyak dari pada kepentingan peribadi. Sebagai masyarakat paternalistik dan hirarkis pola hubungan antara satu orang dengan orang lain didasarkan pada hirarki. Misalnya dalam sebuah keluarga, orangtua berada pada posisi paling tinggi diikuti oleh anak tertua dan seterusnya hingga anak termuda. Misalnya dalam pengambilan keputusan dalam keluarga orangtualah yang bertindak mengambil keputusan. Bila orangtua tidak ada hak jatuh kepada anak laki-laki tertua dan jika anak tertua berhalangan, hak jatuh kepada anak laki-laki langsung di bawahnya dan seterusnya. Posisi orang-orang tua (orang yang berusia lanjut) tidak setara dengan posisi orang-orang muda. Orang tua adalah orang yang dihormati dan menempati posisi lebih tinggi dari pada orang muda. Sebagai masyarakat paternalistik seorang junior selalu bergantung kepada senior. Misalnya, seorang anak dalam hal-hal penting selalu bergantung kepada orangtua misalnya dalam menentukan pilihan atas seseorang sebagai calon isteri atau suami. Sebuah masyarakat merupakan gabungan dari sejumlah keluarga. Dengan kata lain sebuah masyarakat pada awalnya berasal dari sebuah keluarga. Keluarga ini kemudian berkembang terus hingga terbentuklah sebuah masyarakat. Sebuah
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
masyarakat di Mandailing pun pada awalnya berasal dari sebuah keluarga (Nasution, 2005; Lubis, 2007). Keluarga ini pertama kali membuka sebuah perkampungan (manuak banua). Misalkanlah sebuah keluarga bermarga Lubis membuka sebuah kampung (huta) dan anggota keluarga yang tertua (si ayah atau saudara tertua, bila kampung itu dibuka oleh sejumlah orang bersaudara) akan menjadi raja. Kemudian setelah jumlah anggota keluarga ini semakin banyak (tentu saja disebabkan perkawinan anggota keluarga laki-laki dengan perempuan dari marga lain) perkampungan lain perlu dibuka. anak ni raja (anak raja) atau anggi ni raja (adik raja) akan menjadi raja di kampung yang baru itu (kita sebut saja anak ni huta). Kampung yang pertama kali dibuka tersebut berstatus induk ni huta (kampung induk/asal) dan raja di kampung yang pertama itu berstatus raja panusunan (secara harfiah : raja yang menata) dan raja baru di anak ni huta berstatus raja pamusuk. Posisi induk ni huta dan raja panusunan lebih tinggi daripada anak ni huta dan raja pamusuk. Dengan kata lain raja pamusuk tunduk kepada raja panusunan . Bila anak ni huta ini berkembang pula, terbentuk pulalah pemukiman-pemukiman kecil yang disebut banjar ( 4-6 kepala keluarga), lumban (6-10 kepala keluarga) dan pagaran (10-20 kepala keluarga). Kampung induk (induk ni huta), kampung baru (anak ni huta), beserta pagaran, lumban dan banjar membentuk satu wilayah pemerintahan adat yang dipimpin oleh satu kepala pemerintahan adat (raja panusunan) disebut janjian. Belanda, sipenjajah kemudian mengubah janjian menjadi kekuriaan, raja panusunan menjadi kepala kuria, raja pamusuk menjadi kepala kampung, anak ni huta menjadi kampung.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Model masyarakat yang sudah terbentuk tadi adalah sebuah masyarakat homogen, masyarakat yang semua anggotanya berasal dari satu marga, katakanlah marga Lubis. Sebagai makhluk biologis dan sosial , manusia tentu ingin melakukan perkawinan untuk melanjutkan dan mengembangkan keturunan. Jadi, misalnya seorang laki-laki dari keluarga Lubis tadi mengawini seorang perempuan barmarga Nasution, dan kemudian anak perempuan hasil perkawinan ini dinikahi pula oleh seorang laki-laki bermarga lain, katakanlah Rangkuti maka terbentuklah sebuah ikatan kekeluargaan segitiga yang sangat populer dengan istilah dalihan na tolu (secara harfiah : tungku yang tiga). Orangtua, bersama kahanggi (saudara semarga) si isteri yang bermarga Nasution tadi menjadi mora (asal isteri) bagi si laki-laki, suami bermarga Lubis tadi bersama kahangginya. Si laki-laki yang menikahi putri keluarga Lubis tadi bersama kahangginya menjadi anak boru (yang mengambil isteri) bagi keluarga Lubis. Di dalam masyarakat Batak lainnya ikatan kekeluargaan segi tiga ini juga ada meskipun dengan istilah yang berbeda. Hubungan sosial masyarakat Mandailing yang bertumpu pada sistem dalihan na tolu ini masing-masing komponen memiliki status, kewajiban, tugas dan hak tertentu dalam hubungannya dengan koponen lain. Status seseorang sebagai mora, kahanggi, atau anak boru tidak statis, tapi bersifat sirkular bergantung pada situasi. Sebagai contoh, pada suatu ketika sebuah keluarga Lubis mangadakan sebuah upacara adat, misalnya perkawinan, keluarga Lubis yang langsung mengadakan upacara tersebut berstatus suhut sihabolonan (keluarga yang langsung mengadakan pekerjaan/tuan rumah) dan bersama orang-orang lain yang bermarga Lubis disebut
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
kahanggi. Keluarga Nasution menjadi mora sebagai asal/tempat mengambil isteri bagi Lubis, dan keluarga Rangkuti menjadi anak boru bagi Lubis. Pada kesempatan lain, misalnya Nasution mengadakan acara adat, maka Nasution lah sebagai suhut, dan bersama orang lain yang semarga sebagai kahanggi, Lubis menjadi anak boru, dan katakanlah gadis yang menjadi isteri laki-laki bermarga Nasution itu bermarga Hasibuan, maka Hasibuanlah yang menjadi mora. Jadi mora tidak selamanya berstatus mora tapi bisa menjadi anak boru dan anak boru pun bisa juga menjadi mora bergantung pada keadaan. Sering kita mendengar kelalakar orang luar yang menyebut bahwa semua orang Batak adalah raja. Meskipun sebuah kelakar tentu saja ini benar karena setiap orang bisa menduduki posisi mora (mora dipandang sebagai “raja”). Status dan posisi masing-masing unsur ini berbeda. Hubungan antara sesama kahanggi adalah hubungan yang simetris, hubungan yang seimbang, seiring sejalan, senasib sepenanggungan. Mereka tidak dapat dipisahkan, seperti air dalam tempayan. Bila dipisah akan bersatu kembali (Nasution, 2005: 96). Mora adalah pihak yang dihormati, mora memiliki marwah, sumber berkah dan tempat meminta, mora diibaratkan sebagai mata ni ari sogakgahon (matahari yang tidak boleh ditentang). Anak boru merupakan pihak pemberi tenaga baik fisik, moral maupun material. Anak boru diibaratkan sebagai suluh di kegelapan, tongkat di jalan licin, boleh mengambil yang berlebih tetapi juga harus siap menambah bila terjadi kekurangan.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Hubungan sosial berdasarkan sistem dalihan na tolu ini diharapkan berjalan langgeng dengan mempertahankan sikap: Rosu markahanggi (akrablah bersaudara) Laok maranak boru (sayanglah kepada anak boru) dan Sangap marmora (hormatlah kepada mora ). Hubungan segitiga yang asimetris ini berpengaruh kepada pola sikap, tingkah laku, dan tutur bahasa antara satu pihak dengan pihak lain. Meskipun aplikasi interaksi bardasarkan dalihan na tolu ini paling jelas terlihat pada upacara-upacara adat seperti perkawinan atau kematian, dalam kehidupan sehari-hari pun pola hubungan ini tetap berlaku, sebagai contoh seorang menantu (anak boru) di manapun berada tidak akan bersikap dan bertutur terhadap mertuanya (mora) serupa dengan cara dia bersikapdan bertutur kepada
saudaranya sendiri
(kahanggi). Dalam masyarakat Mandailing dikenal juga kelas atau lapisan sosial (Abdullah, 1996:296) yakni: 1
Namora-mora (umumnya keluarga raja)
2
Halak na bahat (orang kebanyakan, rakyat jelata) dan
3
Budak. Keluarga namora-mora adalah keluarga raja-raja sebagai pendiri kampung (raja
panusunan, raja pamusuk). Mereka adalah kelompok elite dalam masyarakat. Mereka memiliki beberapa ciri khas seperti pemilikan bagas (rumah) yang lebih besar, memiliki sopo godang (pondok besar), sebagai balai desa, ruang sidang dll.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Perkawinan dan kematian seorang namora-mora merupakan suatu peristiwa besar yang mewah dan mahal. Dalam pemakaman hanya mereka yang diperkenankan memakai usungan khusus, pakaian, alat dan perlengkapan tertentu hanya kelopok ini yang diizinkan memakainya (Abdullah, 1996: 297). Di luar kelompok ini terdapatlah lapisan luas yakni halak na bahat. Lapisan ini bisa terdiri dari orang-orang yang semarga dengan namora-mora atau orang-orang dari marga lain yang sudah lama menetap di kampung itu. Sesuai dengan statusnya sebagai rakyat kebanyakan, tentu saja mereka ditandai dengan ciri-ciri yang serba sederhana. Dan pada lapisan bawah terdapat golongan budak (hatoban). Di era moderen ini tentu saja telah banyak terjadi perubahan. Penulis sendiri tidak pernah melihat keberadaan golongan hatoban ini dalam masyarakat meskipun sering mendengar istilah tersebut. Tetapi simbol-simbol lapisan atas (na mora-mora) dan lapisan menengah (halak na bahat) masih jelas terlihat sampai sekarang. Bila dulu horja adat (pesta perkawinan sesuai adat) hanya dilakukan oleh keluarga na mora-mora tetapi dewasa ini telah banyak dilakukan “orang biasa” sepanjang persyaratan adat dapat dipenuhi. 4.1.14 Gender dalam Masyarakat Mandailing Sebagai penganut garis keturunan patrilinial, di dalam masyarakat Mandailing apabila seorang anak laki-laki lahir, dia akan diberi nama, biasanya nama kakeknya dan marga nenek moyangnya. Si anak laki-laki diharapkan menjadi penerus dan pewaris keluarga. Sementara si anak perempuan meskipun diberi nama kerabat, biasanya nama namboru ayahnya (saudara perempuan kakek anak) tidak menjadi
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
penerus/pewaris keluarga. Anak perempuan akan ialap (dijemput) marga lain dan akan menjadi anggota keluarga suaminya. Seorang anak laki-laki juga diharapkan sebagai tempat berlindung bagi kedua orangtua di hari tua mereka (Khairuddin, 1997:89). Pekerjaan rumah seperti memasak makanan, mencuci pakaian, membersihkan rumah biasanya dilakukan kaum perempuan meskipun pekerjaan di luar rumah seperti mengerjakan sawah dan
ladang dapat dikerjakan keduanya laki-laki dan
perempuan. Pekerjaan di hutan seperti menyadap karet dan mengambil hasil hutan lebih banyak dikerjakan kaum laki-laki. Dalam bidang pendidikan, pendidikan anak lakilaki lebih diutamakan meskipun dewasa ini telah banyak kaum perempuan yang telah mencapai tingkat pendidikan tinggi. Dalam keluarga, anak-anak perempuan tanpa ayah dan ibu (misalnya kedua orangtua mereka telah meninggal) tidak diberi hak untuk mengambil keputusan penting. Bila saudara laki-laki kandung tidak ada, sepupu laki-laki lah yang berhak mengambil keputusan. Hal lain yang mencolok tentang perbedan gender ini adalah posisi kaum perempuan yang tidak diperhitungkan dalam upacara adat.
Pendapat dan saran
perempuan pun hampir tidak diperlukan. Mereka juga tidak diberi tempat duduk di bagian rumah yang dianggap terhormat (di tonga) tetapi mereka duduk di talaga (bagian rumah dekat pintu masuk) atau di ruang yang dekat dengan dapur dan perempuan mendapat kesempatan makan setelah kaum laki-laki selesai makan.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Kaum laki-lakilah yang mengunjungi warung kopi minum sambil “ngobrol” berjam-jam sementara kaum perempuan tidak memiliki warung kopi. Mereka manghabiskan waktu senggang di rumah atau “mengobrol” dengan tetangga sambil mengerjakan pekerjaan rumah seperti menumbuk padi, kopi atau menganyam tikar.. 4.1.15 Bahasa Masyarakat Mandailing Masyarakat Mandailing memiliki bahasa sendiri, bahasa etnis yang lazim dikenal dengan bahasa Mandailing (BM) yang berasal dari rumpun Austronesia. BM yang menurut sejarah merupakan sebuah dialek geografis dari bahasa induk, bahasa Batak masih memiliki banyak persamaan dengan “dialek-dialek” lain seperti bahasa Angkola, bahasa Toba, bahasa Simalungun, bahasa Pakpak dan bahasa Karo dalam semua tataran kebahasaan: bunyi, kosakata, frasa dan kalimat. BM digunakan di wilayah Mandailing dan oleh perantau Mandailing di daerahdaerah perantauan. Fungsi utama BM adalah sebagai alat komunikasi intraetnis dalam ranah-ranah seperti rumah oleh semua anggota keluarga, kedai-kedai, upacara adat, di luar rumah seperti pasar, tempat bekerja dan lain-lain sebagai alat interaksi lisan. Dalam kegiatan-kegiatan formal seperti pengajaran di sekolah-sekolah baik sekolah Pemerintah maupun sekolah swasta, khotbah di mesjid-mesjid, diskusi ataupun ceramah/pidato yang berkaitan dengan urusan Pemerintah, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia lisan ataupun tulisan. BM
yang pada umumnya digunakan sebagai alat komunikasi lisan
(BM
sebenarnya memiliki sistem tulisan yang disebut Huruf Tulak-tulak) memiliki kosakata yang banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa di luar wilayah Mandailing
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
seperti bahasa Minang, bahasa Indonesia/Melayu dan bahasa Arab (yang terakhir ini melalui pengajaran agama Islam). Kata-kata seperti godang ‘besar’, kecek ‘cerita’, lomang ‘lemang’, tape ‘tapai’, joring ‘jengkol’,
sirit ‘kotoran’, etek ‘makcik’,
mamak ‘paman’dan l;ain-lain diyakini berasal dari bahasa Minang. Kata-kata seperti ari ‘hari’, tano’tanah’, poken’pekan’, hata ‘kata’ sikola ‘sekolah’ sonang ‘senang’, lambok ‘lembek’, paet ‘pahit’ dan lain-lain diperkirakan berasal dari bahasa Indonesia. Kata-kata yang berasal dari bahasa Arab pun cukup dominan dalam kosakata
BM seperti kata sapaan assalamualaikum, ucapan rasa syukur
alhamdulillah, nama-nama waktu mengerjakan sholat lima kali sehari : subuh, zuhur, asar, magrib dan isya; kosakata tentang pelaksanaan ibadah sholat seperti takbir, rukuk, sujud, zikir, saf ‘baris jamaah’, kopiah, sajadah ‘tikar sholat’, imam dan lain-lain. Seperti sudah menjadi ciri universal bahasa, BM juga memiliki variasi yang berkaitan dengan situasi. Menurut situasi pemakaian (Nasution,2005:14) BM dapat dibedakan menjadi: 1. bahasa Adat (ragam yang digunakan dalam upacara adat) 2. bahasa Andung (ragam yang digunakan dalam situasi duka seperti kematian) 3. bahasa Parkapur ( ragam yang digunakan ketika pemakai berada di dalam hutan) 4. bahasa na Biaso (ragam sehari-hari) dan 5. bahasa Bura (ragam kasar). Namun dalam era moderen seperti sekarang ini ragam yang tetap digunakan hanya ragam sehari-hari dan ragam adat/formal. Bahasa Andung sudah jarang terdengar karena ragam tersebut sama dengan ratapan sementara meratap dalam saat
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
kematian tidak dibenarkan oleh ajaran Islam (kebanyakan penduduk Mandailing adalah pemeluk agama Islam), bahasa Parkapur pun sudah jarang digunakan sebab pada masa ini hutan bukan lagi tempat yang menakutkan seperti dahulu ketika masih banyak binatang buas berkeliaran, dan ragam kasar pun jarang dipakai secara terangterangan sebab bertentangan dengan norma-norma sosial kecuali di antara orangorang yang sangat akrab dan itupun bukan untuk tujuan penghinaan atau pelecehan malah sebaliknya untuk menunjukkan keakraban di antara mereka. Berikut ini (Nasution, 2005: 14) beberapa contoh kata yang berkaitan dengan situasi. Bahasa Adat napuran balemun marpanyongon -
Bahasa Andung simanggurak siubeon
Bahasa Biasa burangir babiat mangan boltok
Bahasa Kasar simorjut mandursik ‘makan’ rojan ‘perut’
Bahasa Parkapur siroan ‘sirih’ ompui ‘harimau’ -
Banyak kata BM yang telah menjadi arkais dan diganti dengan kata-kata yang sebahagian berasal dari bahasa Indonesia seperti hauma diganti dengan kobun, jailan diganti dengan rambutan, poda diganti dengan sipaingot ‘nasihat’, mian diganti dengan tinggal, tong diganti dengan totop ‘tetap’, tabi diganti dengan mohop ‘maaf’, tahi diganti dengan pokat ‘pakat’ yang semuanya berasal dari bahasa Indonesia. Dalam semua aspek, bahasa Mandailing tentu tidak sebanding dengan bahasa Inggris yang merupakan bahasa dunia dengan jumlah kosakata terkaya dan memiliki banyak fungsi.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
4.1.16 Sopan Santun dalam Masyarakat Mandailing Sopan santun dalam masyarakat Mandailing berbeda dari masyarakat Inggris disebabkan perbedaan budaya dan mobilitas masyarakatnya. Masyarakat Inggris adalah masyarakat yang bukan saja berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat seasal tetapi juga banyak berinteraksi dengan masyarakat/pengunjung dari luar sebab negara Inggris adalah salah satu negara paling banyak dikunjungi oleh pendatang/turis dari luar negeri sedangkan masyarakat Mandailing lebih banyak berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat dan hampir tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat luar. Dengan demikian tidak ada pola-pola pertuturan yang telah menjadi baku untuk orang asing dan orang yang telah dikenal. Tipe masyarakat yang paternalistik hirarkis secara langsung merefleksikan pola-pola bertutur masyarakat Mandailing. Seperti telah dibicarakan sebelumnya hubungan sosial masyarakat Mandailing bertumpu pada sistem dalihan natolu, hubungan tiga unsur masyarakat yang secara adat tidak simetris. Dengan kata lain pihak mora berada pada strata yang lebih tinggi dari pada pihak anak boru. Relasi yang simetris hanya ada pada sesama anggota kahanggi. Dengan demikian setiap anggota anak boru harus (jika tidak ingin dianggap tidak beradat) berbuat dan berbicara sopan kepada moranya tanpa memandang usia apakah mora tersebut lebih tua atau lebih muda dari dirinya sendiri, misalnya adik laki-laki isterinya. Sebaliknya mora pun harus berbuat serupa kepada anak borunya. Seseorang harus selalu menempatkan dirinya pada posisi yang diharuskan oleh sistem dalihan natolu
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
misalnya sebagai anggota anak boru dia harus tetap berada pada posisi anak boru tidak berlaku seperti mora. Sementara di antara sesama kahanggi perbuatan dan pertuturan tidak harus sopan dan hormat tetapi bernuansa akrab. Misalnya sapaan ho (kau) boleh saling mereka gunakan, tetapi akan menjadi tabu bila digunakan untuk mora (Lihat Pronomina Persona dalam BI dan BM). Pola masyarakat Mandailing yang hirarkis menciptakankan adanya jarak antara senioritas dan junioritas. Orang-orang yang lebih senior (terutama dalam usia) harus dihormati oleh orang-orang yang lebih junior. Dalam bertutur, dianggap tidak sopan seorang junior memanggil nama atau menyuruh seorang senior melakukan sesuatu. Misalnya, memanggil nama abang/kakaknya. Sedangkan memanggil nama adik oleh seorang kakak/abang dianggap tidak melanggar sopan santun, tetapi akan lebih santun apabila seorang abang/kakak memanggil adiknya dengan istilah kekerabatan, yakni anggi. Cara sopan untuk menyapa seseorang dalam masyarakat Mandailing adalah dengan menggunakan istilah yang menunjukkan hubungan kekerabatan yang disebut partuturon (Nasution, 2005:98). Sudah barang tentu setiap orang mempunyai nama, tetapi cara yang sopan dan santun menyapa atau memanggil seseorang adalah dengan menggunakan istilah yang menunjukkan hubungan kekerabatan tersebut. Khasanah atau lengkapnya istilah kekerabatan yang tersedia memungkinkan setiap orang dapat disapa dan dipanggil dengan istilah kekerabatan tanpa menyebut namanya. Dan orang yang pandai menggunakan istilah kekerabatan dipandang sebagai orang yang sopan dan santun dan sebaliknya orang yang tidak pandai menggunakan istilah kekerabatan dinilai sebagai orang yang tidak tahu adat dan sopan santun.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Bila terjadi siluluton (peristiwa duka misalnya kematian) setiap orang diharapkan
hadir untuk menunjukkan rasa duka cita/simpati meskipun tidak
diberitahu secara langsung oleh keluarga yang sedang berduka. Biasanya pekerjaan rutin pun harus ditinggalkan sebelum acara pemakaman selesai. Sebaliknya bila ada acara siriaon (peristiwa sukacita seperti perkawinan) orang tidak perlu hadir jika tidak diundang. Dalam peribahasa tangi di silulutan bege di siriaon kata tangi dan bege meskipun bersinonim tapi tangi berarti mendengar dengan lebih banyak perhatian dari pada bege. Ini menunjukkan orang Mandailing harus lebih peka terhadap duka cita orang lain daripada suka cita. Orang yang tidak mau menghadiri kemalangan orang lain dianggap orang yang tidak mau bermasyarakat. Bila masyarakat Inggris sangat mengutamakan kebebasan dalam banyak aspek kehidupan termasuk kehidupan seks, masyarakat Mandailing memandang masalah seks sesuatu yang sangat tabu. Masyarakat tradisional Mandailing selalu menghindari situasi yang dapat memungkinkan terjadinya hubungan seksual terlarang. Sebagai contoh, meskipun sebenarnya muda-mudi Mandailing mengenal keadaan berpacaran tetapi dalam masyarakat tradisional Mandailing dua orang muda-mudi tidak berpacaran secara terbuka seperti orang yang tinggal di kota. Komunikasi di antara mereka dilakukan melalui surat atau melalui cara yang sangat populer dulu yakni marhusip (berkomunikasi dengan bisikan melalui celah/lubang di dinding yang dilakukan di tengah malam). Seorang remaja laki-laki dianggap tidak sopan bahkan tabu bila terlalu akrab dengan adiknya remaja perempuan. Para remaja laki-laki memilih tidur pada malam
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
hari bersama-sama di dalam sebuah rumah tersendiri (bagas podoman) daripada tidur di rumah orangtua mereka. Demikian juga remaja perempuan, namun biasanya remaja perempuan tidur bersama-sama di rumah seorang ibu yang sudah menjanda. Membicarakan hal yang berhubungan dengan seksualitas baik hubungan seksual maupun organ seksual adalah hal yang sangat tabu. Memberi dan menerima dengan tangan kiri merupakan perbuatan yang tidak sopan, dan tidak menawarkan sesuatu kepada orang lain (makanan atau minuman) ketika kita sedang makan/minum meskipun hanya sekadar “basa-basi” juga dianggap kurang beretiket. Keadaan ini berbeda dari masyarakan Inggris dimana seseorang boleh saja makan atau minum tanpa menawarkan makanan/minuman kepada temannya atau orang yang duduk di sebelahnya. Dalam masyarakat Mandailing, kaum laki-lakinya mumumnya merokok bila sedang duduk bersama, dan
sama-sama meletakkan
rokoknya di lantai sebagai pertanda bahwa ia menawarkan rokoknya kepada orang lain sebagai pertanda kebersamaan.. 4.2 Bahasa Sebagai sebuah disiplin ilmu, penerjemahan berkaitan dengan sejumlah disiplin lain seperti Linguistik, Ilmu Sastra, Ilmu Budaya, Rekayasa Bahasa dan Filsafat (Hatim dan Munday, 2004:8). Meskipun penerjemahan tidak berkaitan erat dengan semua subdisiplin linguistik seperti fonetik dan fonologi tetapi berkaitan erat dengan berbagai subdisiplin lain seperti Semantik, Pragmatik, Sosiolinguistik, Kontrasif Linguistik, dan Teks Linguistik.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Kontrasif Linguistik yang bertujuan untuk mencari, menganalisis dan mendeskripsikan perbedaan-perbedaan dan persamaan–persamaan sistim kebahasaan dua bahasa (bahasa sumber dan bahasa sasaran) memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap proses penerjemahan. Seperti dinyatakan oleh Hatim dan Mason (1990:26) teori penerjemahan menjadi cabang linguistik kontrasif dan problema penerjemahan merupakan masalah ketidaksepadanan di antara kategori-kategori formal yang ada dalam dua bahasa yang berbeda. Pada hakekatnya, Hatim dan Mason (1990: 27) lebih lanjut menyatakan bahwa semua bahasa alami memiliki kapasitas untuk mengutarakan semua pengalaman masyarakat budaya dan semua sumber daya yang dimiliki. Setiap bahasa
dapat berkembang untuk memenuhi kebutuhan
pengalaman baru melalui peminjaman, penggunaan metafora dan nelogisme akan tetapi struktur leksis dan gramatika serta kategori bahasa mengharuskan pemakai bahasa untuk menyampaikan makna-makna tertentu dengan cara tertentu. Dan menurut pandangan penganut linguistik kontrastif/struktural disinilah letak problema penerjemahan. Agar dapat mengalihkan makna sebuah teks dalam BSur ke dalam teks BSar seorang penerjemah harus menguasai persamaan dan perbedaan kaidah lingual yang berlaku dalam kedua bahasa tersebut. Sebagai contoh struktur kalimat yang mengandung verba transitif bahasa Indonesia adalah S(ubjek) – V(erba) – O(bjek) seperti dalam Adik (S) makan (V) pisang (O) atau V-O-S seperti dalam Makan pisang adik meskipun tingkat kekerapan pemakaian kedua pola tersebut mungkin berbeda. Dalam bahasa Inggris struktur yang paling tipikal adalah S-V-O seperti dalam Mother
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
makes cakes. Hampir tidak digunakan pola V-O-S seperti dalam *Makes cakes mother, atau *Drinks father coffee. Seorang penerjemah yang sedang menerjemahkan sebuah teks bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris harus menguasai perbedaan kaidah-kaidah lingual seperti ini agar ia tidak membuat kesalahan besar seperti contoh yang bertanda asterisk di atas. Dalam seksi berikut ini akan dicoba diperikan beberapa persamaan dan perbedaan unsur–unsur kebahasaan antara bahasa Inggris (BI) sebagai bahasa sasaran dan bahasa Mandailing (BM) sebagai bahasa sumber. Namun unsur–unsur yang akan dibandingkan dibatasi pada tataran lingual yang menjadi fokus penerjemahan seperti tataran morfem kata, frasa, kalimat, teks dan juga aspek makna, sedangkan tataran bunyi, karena kurang relevan dengan penerjemahan tulisan, tidak dibicarakan di sini. 4.2.1 Afiksasi Salah satu alat untuk mengembangkan kosakata bahasa termasuk BI dan BM adalah dengan menambahkan afiks kepada (kata) dasar yang dikenal sebagai proses afiksasi. Sebuah afiks (prefiks) dapat ditambahkan pada bagian depan sebuah dasar, pada bagian belakang (sufiks), pada bagian depan dan belakang secara simultan (konfiks) dan dapat disisipkan ke dalam dasar (infiks). Bahasa Inggris memiliki banyak afiks baik afiks-afiks asli maupun pinjaman dari bahasa Latin dan Yunani dan terdiri dari hanya dua jenis yaitu prefiks (yang melekat di depan) dan sufiks (yang melekat dibelakang) seperti: re- ditambahkan kepada write en- ditambahkan kepada able
rewrite ‘menulis kembali’ enable ‘ membuat mampu’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
bi- ditambahkan kepada ligual
bilingual ‘dwi bahasawan’
uni- ditambahkan kepada form
uniform ‘seragam’
-ment ditambahkan kepada govern -al ditambahkan kepada digit
digital ‘digital’
-ist ditambahkan kepada sience -or ditambahkan kepada translate
government ‘pemerintahan’
scientist ‘ilmuan’ translator ‘penerjemah
Afiks-afiks yang dapat mengembangkan kata atau yang dapat megubah kelas kata disebut afiks-afiks derivasional. Dan sejumlah afiks dalam BI tidak berfungsi mengembangkan kata dan mengubah kelas kata seperti –s yang melekat pada akhir verba present tense, -ed yang melekat pada verba past tense, -er dan –est yang melekat di akhir ajektiva untuk membuat perbandingan. Afiks-afiks semacam ini disebut afiks-afiks infleksional. Dalam BM ditemukan empat jenis afiks yaitu prefiks, sufiks, konfiks dan infiks seperti: pa- ditambahkan kepada upa
pangupa ‘perlengkapan yang digunakan dalam acara mangupa
sa- ditambahkan kepada hata
sahata ‘satu kata’
mar- ditambahkan kepada koum tar- ditambahkan kepada ida
markoum ‘bersaudara’ tarida ‘dapat dilihat’
-an ditambahkan kepada podom -kon (hon) ditambahkan kepada paboa ripuk
podoman ‘tempat tidur’ paboahon ‘memberitahukan’
ripukkon ‘ patahkan’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
-on ditambahkan kepada pangan
panganon ‘makanan’
ha–an ditambahkan kepada ngolu
hangoluan ‘ kehidupan’
par-an ditambahkan kepada bagas
parbagasan ‘ perumahan’
pa (N) – an ditambahkan kepada boku
pambokuan ‘tempat
membekukan getah/ karet’ -in disisipkan ke dalam baen pangan
pinangan ‘dapat dimakan’
-um disisipkan ke dalam tabo Jolo
binaen ‘dibuat’
tumabo ‘ lebih enak’
jumolo ‘ lebih dini’
Dalam hal afiksasi, terdapat persamaan antara BI dan BM yakni keduanya memiliki prefiks dan sufiks tetapi juga terdapat perbedaan yakni BI tidak memiliki konfiks dan infiks sedangkan BM memiliki keduanya. 4.2.2 Pemajemukan Pemajemukan atau komposisi adalah proses penggabungan sebuah morfem dasar dengan morfem dasar yang lain baik morfem dasar yang bebas maupun yang terikat untuk membentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru (Chaer, 1994: 185). Kata majemuk menurut Kridalaksama (1982) memiliki pola khusus yang membedakannya dari gabungan kata yang bukan kata majemuk. Dalam bahasa Inggris stres berperan membedakan sebuah kata majemuk dari sebuah frasa (Katamba,1993:294). Sebagai contoh white house bila unsur pertama dilafalkan dengan stres utama dan unsur kedua dengan stres sekunder merupakan kata majemuk yang bermakna ‘ Istana presiden Amerika Serikat’ dan bila
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
kedua unsur tersebut diberi stres yang sama maka konstruksi itu merupakan sebuah frasa yang berarti ‘rumah berwarna putih’. Dalam bahasa Indonesia misalnya, stres tidak berperan untuk membedakan sebuah kata majemuk dari sebuah frasa. Gabungan kata orang tua yang berarti ‘ayah dan ibu’ atau ‘orang yang berusia lanjut’ dilafalkan dengan stres yang sama ( Lihat Chaer, 1994). Kata majemuk dalam bahasa Inggris seperti halnya kata sederhana, dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis berdasarkan fungsinya seperti kata majemuk yang berfungsi sebagai nomina seperti blackboard, handbook, attorney general, killjoy, tooth pick, man-eater, make love, holdout, down pour. Kata majemuk yang berfungsi seperti ajektiva seperti letter-perfect, red-hot, quick-frozen, bald-headed, worthreading, hand-made, blow – legged. Kata majemuk yang berfungsi sebagai verba seperti deep-fry, blocks-list, hand-paint, sand paper, underestimate, run over. Di dalam BM kata majemuk yang berfungsi sebagai nomina adalah seperti batang aek ‘sungai’, bagas godang ‘rumah adat’, ihan sale ‘ ikan yang diasap’, tombak si jabut ‘tombak berumbul-umbul’, indahan si hunik ‘nasi kunyit,’ si horus na lobi ‘orang yang mengambil sesuatu yang berlebih’, gordang sambilan ‘ jenis gendang yang terdiri dari sembilan buah’, dalihan na tolu ‘(secara harfiah) tungku yang tiga’. Kata majemuk yang berfungsi sebagai verba adalah serperti pahae-pahulu ‘ berjalan ke hilir dan ke hulu’, jama-jama goreng ‘menjamah dengan ragu-ragu’, mago-mago tarida ‘ kadang kadang timbul, kadang-kadang hilang’, mate pusuk ‘mati pucuk’, mulak-mulak mata ‘ menjadi mentah kembali’, mate poso ‘ mati muda’. pabuat boru
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
’melepas putri untuk menikah’, mate maranak
‘meninggal dalam melahirkan’,
margonti daun ‘ berganti daun’. Kata mejamuk yang berfungsi sebagai adjektiva seperti menek porngis ‘ kecil pedas’, paet sira ‘ pahit garam’, manis-manis ancim ‘rasa antara manis dan asin’, tipul dua ‘patah dua’, lambok mangalangoi ‘lembut tapi beracun’ Seperti terlihat dalam contoh-contoh di atas kedua bahasa memiliki kata majemuk dan dapat dibedakan menjadi kata majemuk yang berkategori nomina, verba dan ajektiva. Tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam hal struktur kata majemuk kedua bahasa. 4.2.3 Reduplikasi Reduplikasi adalah suatu proses atau hasil pengulangan bahagian atau seluruh kata yang berfungsi sebagai sarana fonologis atau gramatikal (Kridalaksana, 1982). Proses pengulangan kata bukan ciri penting kosakata bahasa Inggris. Namun demikian beberapa contoh reduplikasi dalam bahasa Inggris dapat ditunjukkan seperti berikut ini: pooh – pooh ‘memandang rendah’ sing –song ‘cara berbicara dengan nada turun naik’ goody –goody ‘orang yang berbuat baik hanya untuk menyenangkan orang lain’. roly – poly ‘pendek dan gemuk’ wishy – washy ‘ tidak jelas’ willy – nilly ‘suka atau tidak’ harum scarum ‘ceroboh’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Salah satu ciri utama kosakata BM adalah pengulangan kata baik sebagian maupun seluruh kata. Dalam BM pengulangan memiliki fungsi derivasional dan gramatikal. Sebagai contoh untuk fungsi derivasional adalah: pangan (V) ‘makan’
papangan (N) ‘mulut’
ro (V) ‘datang’
haroro (N) ‘ kedatangan’
goruk (V) ‘memalang pintu’
goruk-goruk (N) ‘palang pintu’
poso ( A) ‘muda’
poso-poso (N) ‘anak muda’
longko (A) ‘tergenang’
longko-longko (N) ‘air tergenang’
Kata pangan yang berkategori verba setelah diulang berubah menjadi nomina demikian juga ro (verba) setelah diulang berubah menjadi nomina. Pengulangan yang memiliki fungsi gramatikal dapat ditunjukkan dalam contohcontoh berikut. dongan (N tunggal) ‘teman’
dongan- dongan (N. jamak)
danak (N. tunggal) ‘ anak’
dakdanak (N. jamak)
ina (N.tunggal) ‘ibu’
ina-ina (N.jamak)
bujing (N. tunggal) ‘gadis’
bujing-bujing (N. jamak)
ama (N..tunggal) ‘ayah’
ama-ama (N. jamak)
ro (V) ‘datang’
ro-ro (V) ‘ datang berkali-kali’
pio (V) ‘panggil’
pio-pio (V) ‘panggil berkali-kali’
dege (V) ‘pijak’
dege-dege (V) ‘pijak berkali-kali
jama (V) ‘sentuh’
jama-jama (V) ‘menyentuh berkali-kali’
godang (A) ‘besar’
godang –godang (A) ‘kebanyakan besar’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
injang (A) ‘panjang’
injang-injang (A) ‘kebanyakan panjang’
jeges (A) ‘cantik’
jeges-jeges (A) kebanyakan cantik
gogo (A) ‘kuat’
gogo-gogo (A) ‘kebanyakan kuat’
asok (A) ‘pelan’
asok-asok (A) ‘kebanyakan pelan’
halak (N) ‘orang’
halak-halak (N ‘ benda mirip manusia’
sopo (N) ‘pondok’
sopo-sopo (N) ‘bangunan mirip pondok’
gulo (N) ‘gula’
gulo-gulo (N) ‘ makanan mirip gula’
pantar (N) ‘lantai’
pantar-pantar (N) ‘bagian bangunan mirip lantai’
pira (N) ‘telur’
pira-pira (N) ‘buah zakar (mirip) telur’
4.2.4 Pemenggalan Kata Pemenggalan kata adalah pemotongan bahagian kata (biasanya kata yang panjang) agar menjadi lebih singkat dan lebih praktis digunakan. Bentuk penggalan lebih cocok digunakan dalam bahasa lisan non formal. Bahasa Inggris terkenal dengan banyaknya kata yang dipenggal seperti: Bentuk Lengkap
Bentuk Penggalan
zoological garden
zoo ‘kebun binatang’
advertisement
ad ‘ iklan’
comprehension
compre ‘pemahaman’
vocabulary
vocab ‘ kosakata’
influenza
flu ‘ influenza’
omnibus
bus ‘bus’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
refrigerator
fridge ‘ lemari pendingin’
microphone
mike ‘ pengeras suara’
university
uni ‘ universitas’
chocolate
choc ‘coklat’
Dalam BM ditemukan juga bentuk-bentuk penggalan seperti: Bentuk Lengkap
Bentuk Penggalan
amang tulang
tulang ‘paman’
inang tulang
nantulang ‘bibi’
inang boru
namboru’saudara permpuan ayah’
amang tua
tuak ‘wak’
dainang
inang ‘ibu’
daganak
anak/danak ‘anak’
parmaen
maen ‘menantu perempuan’
babere
bere ‘menantu laki-laki’
dada boru
boru ‘putri’
batang aek
aek ‘sungai’
inang /amang tobang
tobang ‘wak’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
4.2.5 Pronomia Persona dalam BI dan BM
BI BM
Pronomina Subjek Pronomina Subjek
Tunggal
Jamak
I, you, he, she, it
we, you, they
au, ho (hamu), ia
hami (eksklusif),
(halai)
hita (inklusif), homu, halai
BI
Pronomina Objek
me, you, him, her, it
you, you, them
BM
Pronomina Objek Pronomina Posesif Pronomina Posesif
au, ho, ia
hami, hamu, halai
mine, yours, his, hers
ours, yours, theirs.
-ku,-mu (muyu), -nia
-nami, -muyu,
(halai)
-halai
my, your, his, her, its
our, your, their
-
-
BI BM
BI BM
Ajektiva Posesif Ajektiva Posesif
Sistem pronomina antara BI dan BM memiliki banyak perbedaan, pertama, pronomina persona ketiga tunggal dalam BI mengenal jender yaitu he untuk persona maskulin, she untuk feminin dan it untuk non-manusia (netral) sementara dalam BM tidak dikenal perbedaan seperti itu. Kedua, BM memiliki dua macam bentuk pronomina kedua jamak yaitu hami (ekslusif) yang berarti lawan berbicara tidak termasuk ke dalam kelompok pembicara dan hita (inklusif) yang berarti lawan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
berbicara turut beserta kelompok pembicara misalnya: Hami cogot marangkat tu Medan ‘Kami besok berangkat ke Medan’. Lawan berbicara tidak turut beserta kelompok pembicara tetapi dalam: Hita cogot marangkat tu Medan ‘Kita besok berangkat ke Medan’ lawan berbicara turut beserta kelompok pembicara..Dalam BI tidak dikenal perbedaan seperti itu. Ketiga, dalam BM pronomina kedua dan ketiga tunggal dibedakan menjadi bentuk biasa ho dan ia dan bentuk honorifik homu dan halahi (halai). Bentuk honorifik dipakai untuk menyapa orang yang dihormati pembicara seperti mertua atau ipar (homu) dan (halai) bila mengacu kepada atau membicarakan orang yang dihormati tersebut. Dalam BI tidak dikenal adanya perbedaan antara pronomina bentuk biasa dan bentuk honorifik. You dan he, she dapat digunakan tanpa memandang status dan keadaan hubungan antara pembicara dengan lawan bicara. Keempat, dalam BI, kecuali you bentuk pronomina yang berfungsi sebagai objek tidak sama dengan bentuk pronomina yang berfungsi sebagai subjek, sementara dalam BM perubahan bentuk seperti itu tidak ada. Kelima, dalam BI pronomina posesif merupakan bentuk bebas sedangkan dalam BM merupakan bentuk terikat seperti terlihat dalam contoh-contoh berikut: BI
BM
The book is mine
The book is ours
The book is yours
The book is yours
The book is his/ hers
The book is theirs
Bagas i bagasku ‘rumah itu rumahku’
Bagas i bagasnami ‘Rumah itu rumah kami’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Bagas i bagasmu ‘Rumah itu
Bagas i bagasmuyu ‘Rumah itu
rumahmu’
Bagas i bagasnia ‘Rumah itu ’
rumah kalian’
Bagas i bagas ni halai ‘Rumah itu
rumahnya’
rumah mereka’
Khusus untuk halai, bentuk ini tidak dapat melekat langsung kepada nomina yang mendahuluinya, tetapi harus disisipi oleh ni (yang berarti ‘dari’ atau preposisi posesif) Keenam, BI memiliki ajektiva posesif yang ditempatkan sebelum nomina seperti: My pen
Our teacher
Your pen
Your teacher
It is/ her pen
Their teacher
Sementara BM tidak memiliki ajektiva posesif seperti ini. 4.2.6 Struktur Frasa Sebuah frasa secara umum dipahami sebagai sebuah untaian kata yang terdiri dari dua kata atau lebih dan merupakan konstruksi yang non predikatif ( tidak berstruktur subjek-predikat atau predikat- objek) (Chaer, 1994: 222). Namun jika dilihat dari struktur sintaksis, sebuah frasa tidak selalu harus terdiri dari dua kata atau lebih. Sebuah katapun dapat berfungsi sebagai frasa apabila kata tersebut dapat mengisi sebuah gatra (slot) dalam sebuah struktur sintaktis (Miller, 2003:18). Jadi menurut pengertian yang pertama kalimat The hungry tiger is eating the fresh meat memiliki tiga frasa yakni the hungry tiger, is eating dan the fresh meat. Sedangkan menurut pengertian yang kedua kalimat Tiger eats meat juga memiliki tiga frasa
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
yakni tiger, eats, dan meat walaupun masing-masing terdiri dari satu kata tetapi dapat mengisi gatra untuk frasa vebal dan gatra untuk frasa nomina. Dalam telaah ini struktur sebuah frasa kita dasarkan pada pengertian yang pertama untuk melihat bagaimana sebuah unsur berkaitan dengan unsur lain atau fungsi apa yang dimiliki oleh masing-masing unsur yang membentuk frasa tersebut. Frasa dikenal dengan berbagai jenis seperti frasa nominal, frasa verbal, frasa ajektival, frasa adverbial dan frasa preposisional. 4.2.6.1 Frasa Nominal Sebuah frasa nominal dalam BI terdiri dari sebuah nomina sebagai inti dan dapat diikuti oleh unsur-unsur lain yang muncul sebelum atau sesudah inti tersebut (Huddleston, 1984:232). Sebuah inti dapat didahului oleh determinator seperti the, a, some, any dan lain-lain dan oleh pewatas (ajektiva) seperti beautiful, intersting, strong, weak dan sebagainya, seperti dalam: The handsome actor An interesting story A weak argument Frasa nomina yang intinya diikuti oleh unsur-unsur lain menurut Huddleston dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: 1. Yang berpola determinator, inti, komplemen seperti: the construction of the bridge the attack of the enemy the delivery of the goods
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
2. Yang berpola determinator, inti, pewatas seperti dalam: a man with blond hair a house with classic style a knife with double blade 3. Yang berpola inti dan unsur periferal seperti dalam: the man, who lives nearby the child, who broke the window Dalam BM pewatas mengikuti inti dalam frasa nominal seperti: saba na bolak
‘sawah yang luas’
horbo na riar
‘kerbau yang liar’
bayo na losok
‘ laki-laki yang malas’
gasgas na tinggal ‘ ladang yang terbengkalai’ Bila determinator muncul, determinator berada setelah pewatas seperti dalam: aek na milas i
‘air yang panas itu’
harambir na poso i
‘kelapa yang muda itu’
bayo na denggan i
‘laki-laki yang baik itu’
burung na habang i
‘burung yang terbang itu’
halak na ro i
‘ orang yang datang itu’
sopo na di tonga saba i ‘pondok yang di tengah sawah itu’ Sebuah inti dalam frasa nominal dapat juga diikuti oleh komplemen seperti dalam: tarup ni bagas
‘atap rumah’
daun ni harambir ‘ daun kelapa’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
boru ni tulang
‘putri paman’
indege ni babiat
‘jejak harimau’
mata ni ari
‘mata hari’
Seperti terlihat dalam contoh–contoh di atas, terdapat persamaan dan perbedaan struktur frasa nominal dalam kedua bahasa. Dalam BI pewatas dan determinator muncul sebelum inti sedangkan dalam BM sebaliknya. Komplemen terhadap inti dalam kedua bahasa tersebut muncul setelah inti. Dengan demikian posisi komplemen dalam frasa nominal kedua bahasa sama. 4.2.6.2 Frasa Verbal Dalam BI frase verbal terdiri dari sebuah unsur inti dengan satu atau lebih dependent (Huddleston, 1984:128) Sebuah frase verbal yang terdiri dari inti dan sebuah verba bantu sebagai dependent seperti dalam : (she) is going (they) are going (the boys) are going Sebuah inti dan sebuah verba modal seperti dalam: (They) may/can/will/must/have to/ought to/need to/might come Sebuah inti dengan dua verba bantu seperti dalam (the car)/ is being repaired (the papers ) are being printed Sebuah inti dengan sebuah modal dan sebuah verba bantu seperti dalam:
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
(the plane ) may have landed (He)/ should have returned (the book). Sebuah inti dengan tiga verba bantu seperti dalam: (The letter) has been being written. (The watch) has been being repaired Sebuah inti dengan sebuah verba modal, verba bantu dan partikel not seperti dalam. (He) might have not known (about it) (She) must have not done (it). Salah satu perbedaan utama antara bahasa-bahasa Indoeropah (salah satu adalah bahasa Inggris) dan dengan bahasa-bahasa Astronesia (salah satu adalah bahasa Mandailing di Indonesia) adalah ketiadaan verba bantu (auxiliary verbs) dan verba modal (modal verbs). Dengan demikian sebuah frase verbal dalam BM terdiri dari sebuah verba yang menjadi inti dan sebuah partikel inda, nga, naso, ‘tidak’ seperti dalam: Inda kehe (amang tu saba sadari on ) ‘Ayah tidak pergi ke sawah hari ini’ Nga kehe (hamu mangguris?) ‘Kau tidak pergi menders?’ Naso ikarejohon (dope saba i) ‘ Belum dikerjakan sawah itu’ Atau sebuah inti dengan kata tugas dompak ‘sedang’, nangkan ‘akan’, madung ‘ sudah’, unjung ‘pernah’ seperti dalam: dompak mangan
‘lagi makan’
nangkan mate
‘ akan mati’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
madung modom
‘sudah tidur’
inda unjung ro
‘tidak pernah datang’
4.2.6.3 Frasa Ajektival Sebuah frasa yang memiliki ajektiva sebagai intinya adalah frasa ajektival, (Miller, 2002:19). Dengan demikian very beautiful atau too hot dalam BI atau tar dao ‘agak jauh’ atau inda bisuk ‘tidak pintar’ dalam BM adalah frasa ajektival. Dalam BI sebuah frasa ajektival dapat menempati tiga posisi: 1) posisi atributif seperti very intelligent ‘sangat pintar’, rather diffucult ‘agak sulit’, too small seperti dalam: a very intelligent student a rather difficult question too small room 2). Posisi predikatif seperti so hard ‘begitu sulit’,
quite easy ‘sungguh mudah’
absolutely impossible ‘sama sekali mustahil’ seperti dalam: (the question was) so hard (that I almost couldn’t answer it) (it will be) quite easy (for him) (to complete the work in an hour is) absolutely imposible 3). Setelah nomina sebagai pewatas belakang seperti very interesting, very inteligent, quite important seperti dalam: (something) very interesting (some one) very intelligent
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
(something) quite important (nothing) so serious Dalam frasa BM pewatas berada setelah inti, bukan sebelum inti seperti dalam: godang situtu
‘sangat besar’
losok peto
‘benar malas’
lomlom putus
‘sama sekali hitam’
tajom bariba
‘tajam sebelah (tidak adil)’
butong babiat
‘kenyang harimau’
Namun apabila kata tugas seperti tar ‘agak’ menjadi pewatas kata tugas tersebut berada sebelum inti seperti dalam: tar godang ‘agak besar’ tar manis
‘agak manis’
tar macom ‘agak masam’ tar jahat
‘agak jahat’
tar bisuk
‘agak pintar’
Inti dalam sebuah frasa ajektival dapat didahului partikel na dan diakhiri partikel an dan bermakna ‘sangat’ seperti dalam: na golap an (ari)
‘hari gelap sekali’
na pir an (pining on)
‘keras sekali pinang ini’
na ipas an (motor i )
‘cepat sekali mobil itu’
na milas an (aek on)
‘ panas sekali air itu’
na tajom an (piso i)
‘tajam sekali pisau itu’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Bila partikel lobi ‘sangat’ dipakai sebagai pewatas partikel tersebut berada sebelum inti seperti dalam: na lobi milas
‘panas sekali’
na lobi dao
‘jauh sekali’
na lobi bagas
‘dalam sekali’
na lobi bolak
‘luas sekali’
na lobi paet ‘ pahit sekali’ Sebuah frasa ajektival dalam BM dapat berupa dua buah ajektival yang dihubungkan oleh sebuah kata penghubung meskipun kata penghubung itu sering tidak muncul secara eksplisit, seperti dalam : godang (dohot) ginjang
‘besar dan tinggi’
rata (dohot) lomlom
‘hijau dan hitam’
dao (ato) donok
‘jauh dan dekat
maol-maol (asa) momo
‘bisa sulit bisa mudah’
4.2.6.4 Frasa Adverbial Frasa adverbial adalah sebuah frasa yang memiliki sebuah adverbia sebagai inti (Miller, 2002:19). Sebagai contoh, very quickly adalah sebuah frasa adverbial yang terdiri dari adverbia quickly sebagi inti dan very sebagi pewatas dalam BI. Adverbia dalam BI memiliki tiga fungsi yaitu: - dapat menjadi pewatas terhadap verba seperti dalam He types quickly (qiuckly mewatasi verba types).
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
- dapat menjadi pewatas terhadap ajektiva seperti dalam Rosalin is very beautiful (very mewatasi ajektiva beautiful ) - dapat pula menjadi pewatas terhadap sebuah adverbia jenis lain seperti dalam: He spoke too fast (too mewatasi adverbia fast). Frasa adverbial dapat terbentuk dengan sebuah adverbia kualitatif sebagai pewatas seperti dalam; very quickly, rother carelessly, softly enough, too hard Dengan menggabungkan dua buah adverbia waktu seperti dalam: late
last
night,
early
tommorow,
soon
next
year,
after
tommorow,
dengan menggabungkan adverbia tempat dan adverbia waktu seperti dalam: (Go) there soon, (Come) here now Sebuah frasa adverbial dapat juga terbentuk dengan menggabungkan sebuah adverbia tempat, adverbia cara dan adverbia waktu seperti dalam: (She sang the song) here nicely last night (A special troop must be able to act) quickly every where any time. Dalam BM adverbia dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Adverbia cara seperti : jeges ‘cantik’, gogo ‘kuat’, hipas ‘cepat’, honok ‘lama’, asok ‘pelan’ dll. 2. Adverbia waktu seperti: sannari ‘ sekarang’, nangkin ‘tadi’, cogot ‘besok’, haduan ‘lusa’ dll. 3. Adverbia frekuensi seperti: manombo ‘kadang-kadang’, jot-jot/pupu ‘sering’, jarang ‘jarang’, dor ‘selalu’ dll.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
4. Adverbia kuantitatif seperti: bahat ‘banyak’, sotik ‘sedikit’, hira-hira ‘ kira-kira’, tuk ‘cukup’. 5. Adverbia kualitatif seperti : situtu ‘sangat’, lobi ‘lebih’, hurang ‘kurang’, tar ‘agak’, hum ‘lebih’ atau na + adverbial + an ‘sangat’ 6. Adverbia tempat seperti : dison ‘sini’, disadun ‘sana’, donok ‘dekat’ dao ‘ jauh’, diginjang ‘atas’, di toru ‘bawah’, di siamun ‘kanan’, di siambirang ‘ kiri’, di tonga ‘tengah’, dll. Tidak seperti adverbia cara dalam BI adverbia cara dalam BM memiliki bentuk yang sama dengan ajektiva bandingkan: Motor i ipas ‘Mobil itu cepat (ajektiva) Ipas mardalan motor i ‘Mobil itu berjalan cepat (adverbia) Gogo sora nia ‘Kuat suaranya’ (ajektiva) Ulang ko gogo mangecek ‘Jangan kau berbicara kuat’ (adverbia) Dalam BM sebuah frasa adverbial dapat dibentuk dengan adverbia cara sebagai inti ditambah sebuah adverbia kualitatif sebagai pewatas seperti dalam: Tar gogo ia mangecek
‘ Agak keras dia berbicara ‘
Hurang hipas komu ro
‘ Kurang cepat kalian datang’
Hum asok patibal pinggan i ‘ Lebih pelan letakkan piring itu’ Na lambok an ia mangecek
‘ Lembut sekali dia berbicara’
Sebuah frasa adverbial bisa juga berupa penggabungan adverbia cara dengan adverbia waktu seperti dalam: Kehe ma ho ipas sannari
‘Pergilah kau cepat sekarang’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Ulang ko lambat cogot
‘Jangan kau datang lambat besok’
Seperti dalam BI, frasa dapat juga terbentuk dengan menggabungkan adverbia waktu, cara dan tempat seperti dalam: Ro ho cogot ipas tu son
‘Datang kau besok cepat kesini’
Mulak ko ipas sannari tu huta
‘Pulanglah kau cepat sekarang ke kampung’
Pamasak indahan i tibu cogot di hudon na godang i ‘masak nasi itu
cepat besok di periuk yang besar itu’.
4.2.6.5 Frasa Preposisional Frasa preposisional adalah sebuah frasa yang memiliki preposisi sebagai inti (Miller,2002:19) sebagai contoh at the bus stop,behind the building, from Singapore. Frasa preposisional dalam BI, berdasarkan maknanya dapat dibedakan menjadi frasa preposisional yang mengacu kepada: 1.
Tempat seperti dalam under the tree, on the table, near the river
2.
Peruntukan seperti dalam (well-known) for its beauty, (they are doing the medical research) pro- human life.
3.
Sebab seperti dalam (we were delayed) because of the storm,. (the team’s success was) due to hard work.
4.
Kesertaan seperti dalam (he cut the string) with a knife, (they destroyed the building) with a bomb.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
5.
Pelaku seperti dalam (the letter was typed) by the secretary, (the penalty kick was taken) by the captain.
6.
Pemilikan seperti dalam (the manager) of the company, (the roar) of the lion
7.
Ikhwal peristiwa seperti dalam (we will talk) about the matter (next month), (they have paid much attntion) on the problem. Frasa preposisional dalam BM dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis
berdasarkan maknanya yang mengacu kepada: 1.
Tempat, seperti dalam di bagas‘di rumah’ tu poken ‘ke pekan’
2.
sian saba ‘dari sawah’
Peruntukan, seperti dalam (kapak on) baen panaba ni hayu ‘kampak ini untuk penebang kayu’ (handor on) baen pangkobek ni soban ‘akar ini untuk pengikat kayu’
3.
Sebab, seperti dalam (bahat halak marsalisi) harani harto ‘banyak orang berselisih karena harta’ Harani udan na por i (magodang aek) ‘karena hujan lebat itu sungai banjir’.
4.
Kesertaan, seperti dalam (ibongka ia harambir i) dohot gadubang ‘dibelahnya kelapa itu dengan parang’ (ijujar angkang jambu i) dohot gala ‘dijolok abang jambu itu dengan galah’.
5.
Pelaku
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Dalam BM tidak ditemukan frasa preposisional yang bermakna pelaku seperti dalam BI atau bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia misalnya “pelaku” dinyatakan dengan kata “oleh” seperti dalam Baju ini debeli oleh paman, bila makna kalimat di atas disampaikan dalam BM, maka kalimatnya akan seperti : Baju on itabusi uda. Jadi tidak ada preposisi yang menyatakan pelaku dalam BM. 6. Pemilikan, seperti dalam (bagas) ni tulang ‘rumah paman’ (hopuk) ni eme ‘lumbung padi’ (indege) ni babiat ‘jejak harimau’ 7. Ikhwal peristiwa, seperti dalam (Marcarito ia) satontang parkancitan nia ‘dia bercerita tentang penderitaannya’ Satontang tu musyawarah pembangunan ni musojid i (aha do kesimpulanna?) 4.2.7 Kalimat Tidak terdapat pemahaman yang seragam tentang kalimat di antara para ahli tata bahasa. Sebahagian ahli tata bahasa mambuat defenisi kalimat berdasarkan bahasa tulisan dan sebahagian bahasa lisan. Tentu saja karena bentuk bahasa yang digunakan sebagai landasan defenisi berbeda maka defenisi yang dibuat pun berbeda. Defenisi kalimat yang dipakai dalam kajian ini dikutip dari buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia yang membuat defenisi kalimat berdasarkan kedua bentuk bahasa (bahasa lisan dan bahasa tulisan) sebagai berikut: Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau wujud tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, di sela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik ( . ), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu, di dalamnya di sertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi (Alwi et.al, 2000:311). Sebagai “satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh”, sebuah kalimat tentu harus lebih besar dari unit kata atau frasa sebab kata dan frasa belum dapat mengungkapkan pikiran yang utuh. Maksud “pikiran yang utuh” adalah adanya unsur subjek (pelaku) dan unsur predikat (perlakuan atau apa yang dilakukan; atau keadaan). Bahasa adalah sarana untuk mengekspresikan perbuatan, pergerakan atau keadaan makhluk hidup atau benda-benda lainnya yang ada di sekeliling manusia, seperti Ali berlari Harimau menerkam kambing itu Pohon itu telah tumbuh besar Bumi berputar Indonesia berada di benua Asia Gula manis Air laut asin Keutuhan makna yang terkandung dalam sebuah kalimat terjadi disebabkan oleh adanya sekurang-kurangnya dua unsur tadi (subjek dan predikat) seperti ali (subjek) dan berlari (predikat). Sebuah kata atau frasa tidak/belum memiliki pikiran/ makna yang utuh. Kita tidak dapat memahami pikiran pembicara/penulis seandainya dia mengucapkan /menulis:
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Indonesia (kata) atau berada di Asia (frasa) Dalam kajian ini tidak semua aspek kalimat akan dibicarakan. Perbandingan kalimat BI dan BM dibatasi pada pola-pola kalimat dasar dan jenis-jenis kalimat kedua bahasa. 4.2.7.1 Pola-pola Kalimat Dasar BI Fungsi
Tipe 1. S-P
2. S-P-O 3. S-POTL-OL 4. S-P-Pel 5. S-P-OPel 6. S-P-OKet
7. S-P-OPel-Ket 8. S-P-Ket
Subjek
Predikat
Objek Tak Langsung
Objek Langsung
Pelengkap
Keterangan
The moon The sky The man The kids
shines is blue is an actor are here
-
-
-
-
Cows The child My uncle Grandma The girl The players The pupils They The students The boys
eat is eating gave taught looked became elected call study are playing
me her -
grass chocolate a present music Tom their teacher Spanish football
disappointed frustrated prefect Mr. Killer -
at the college at the school yard
I The scientists The professor His father
put took teaches works
-
the book water sample -
on your table from the river -
an hour ago yesterday at a university at a bank
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
4.2.7.2 Pola-pola Kalimat Dasar BM Fungsi
Subjek
Predikat
Objek
Pelengkap
Keterangan
Daganak i‘anak-anak itu’ Aek i ‘ air itu’ Tulangku ‘pamanku’ Mandailing
maridi ‘mandi’ ngali ‘dingin’ sudagar ‘saudagar’ tano hasoranganku ‘tanah kelahiranku’ di huali i ‘di kuali itu’
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Tipe
1
S-P
Gule i ‘gulai itu’
2
S-P-O
Inang ‘ibu’ Si Taing
manduda ‘menumbuk’ mambaen ‘membuat’
eme ‘padi’ kue ‘kue’
-
-
3 S-P-Pel
Si Tarmusi Si Dapot Guru i
manjadi ‘menjadi’ mancit ‘sakit’ mangajar ‘mengajar’
-
lurah ipon ‘gigi’ -
Bayo i Halai ‘mereka’
karejo ‘kerja’ pamasuk ‘memasukkan’
aek‘air’
tu saba‘ke sawah’
di SMA negeri Kotanopan di kantor Camat sadari on ‘hari ni’
Inang ‘ibu’
manyonduk‘menyendok ’
indahan‘nasi ’
sian hudon ‘dari periuk’
nangkin ‘tadi’
Bujing-bujing i ‘gadis-gadis itu’ Si Taon
manyabun ‘mencuci’
abit ‘kain’
di tapian ‘di tepian’
mangkail ‘memancing’
Tulang ‘paman’
mangalehen ‘memberi’
gulaen ‘ikan’ hepeng ‘uang’
-
4 S-PKet 5 S-P-OPel-Ket
6 S-P-OKet
-
-
di lubuk i‘di lubuk
itu’ baen di au ‘kepada saya’
Dengan mengamati pola-pola kalimat dasar kedua bahasa terdapat sejumlah persamaan dan perbedaan utama di antara kedua bahasa tersebut. Persamaan: 1. Kedua bahasa memiliki kalimat berpola S-P, S-P-O, S-P-Pel, S-P-Ket, S-P-O-PelKet. 2. Kedua bahasa memiliki pola kalimat yang memiliki fungsi yang lengkap (S,P,O Pel dan Ket).
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
3. Kedua bahasa memiliki kalimat yang berpola S-P yang predikatnya terdiri dari verba, ajektiva, nomina atau adverbia. Perbedaan: 1. Dalam BI pada umumnya subjek mendahului predikat seperti The moon shines atau The sky is blue, sedangkan dalam BM meskipun tidak ditunjukkan dalam table di atas, predikat sering mendahului subjek. Kalimat Daganak i maridi (S-P) dapat diubah menjadi Maridi daganak i (P-S). Bila predikat dalam kalimat yang berpola S-P-O dalam BM mendahului subjek, maka kalimat tersebut akan berpola P-O-S seperti terlihat dalam contoh berikut ini: Inang manduda eme (S-P-O) menjadi Manduda eme inang (P-O-S). 2. BI memiliki kalimat yang berpola S-P-OTL-OL (My uncle gave me a present) sedangkan BM tidak memiliki pola seperti ini. Bila makna kalimat BI di atas disampaikan dalam BM maka pola S-P-O-Ket yang dipakai seperti : Tulang mangalehen hepeng di (baen di) au (S-P-O-Ket). Kalimat Tulang (S) mangalehen (P) au (OTL) hepeng (OL) tidak berterima dalam BM. 3. BI menggunakan verba bantu (auxiliary) seperti to be: am, is are dan keberadaan verba bantu ini akan menghasilkan pola-pola kalimat negatif dan interogatif yang sangat berbeda dari pola-pola kalimat yang sama dalam BM karena ketiadaan verba bantu dalam bahasa tersebut
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
4.2.7.3 Jenis Kalimat Kalimat dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria seperti jumlah klausanya, kelengkapan unsurnya, dan susunan subjek dan predikatnya. (Alwi et.al 2000:336) Dalam telaah ini tidak semua perbedaan kalimat itu akan dibicarakan. Perbedaan kalimat yang akan dibicarakan berkenaan hanya dengan bentuk sintaksisnya. 4.2.7.3.1 Kalimat Deklaratif BI Kalimat deklaratif atau kalimat berita adalah kalimat yang digunakan untuk menyampaikan berita. Kalimat deklaratif boleh berbentuk aktif, pasif, inversi dan lain-lain (Alwi et.al ,2000:353) Dalam BI kalimat-kalimat berikut tergolong kedalam kalimat deklaratif. a. English is the first foreign language in Indonesia b. Britain is located in Europe c. William Shakespeare was an English great playwright. d. Tigers do not eat grass, but cows do. e.There is no life without water. Kalimat (a) di atas memberitahukan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama di Indonesia, (b) memberitakan bahwa negeri Inggris berada di Eropah, (c) memberitakan bahwa William Shakespeare merupakan seorang penulis drama besar Inggris (d) memberitakan bahwa harimau tidak makan rumput seperti lembu dan (e) memberitakan bahwa tidak ada kehidupan tanpa air.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
4.2.7.3.2 Kalimat Imperatif BI Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung makna berupa perintah, permohonan, ajakan, larangan atau pembiaran (Alwi et.al, 2000:353). Berikut ini adalah sejumlah contoh kalimat imperatif dalam BI. a. Do the exercise now! b. Take a seat, please! c. Keep clear from the running machine! d. Let him do it as he wants! Kalimat (a) menyampaikan makna perintah untuk mengerjakan latihan, kalimat (b) meminta atau memohon supaya lawan bicara duduk, (c) menyampaikan makna larangan agar lawan bicara menjauhkan diri dari mesin yang sedang bekerja dan (d) menyampaikan makna pembicara agar orang yang sedang dibicarakan dapat berbuat seperti yang dia inginkan . Kalimat imperatif dalam bentuk lisan umumnya ditandai dengan penghilangan nama orang yang diperintah atau diajak sebab konteks telah menjelaskan kepada siapa perintah atau ajakan tersebut ditujukan. 4.2.7.3.3 Kalimat Interogatif BI Kalimat interogatif adalah kalimat yang lazim diawali dengan kata tanya. Pada bahasa tulis kalimat interogatif diberi tanda tanya (?) dan dalam bahasa lisan kalimat interogatif diakhiri dengan intonasi naik atau turun (Alwi at.al, 2000:358). Makna yang terkandung dalam sebuah kalimat interogatif adalah berupa permintaan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
jawaban dari lawan bicara atas pertanyaan yang disampaikan pembicara. Apakah berupa “ya” atau “tidak” atau berupa informasi. Berikut ini adalah beberapa contoh kalimat interogatif dalam BI. a. What is the meaning of ‘hypocrisy’? b. Where were you born ? c. How is the patient now? d. Are you a student of this college? e. Is the girl your sister? f. Do you live in Liverpool? g. Did they watch the movie last night? h. Can he speak French? i. Will your father go to Singapore next week? j. Where do they live? k. How did they come here? l. Why haven’t they arrived yet? Kalimat interogatif yang dimulai dengan kata tanya yang biasanya disebut whwords seperti what, where, when, whom, whose, why, dan how, meminta jawaban berupa informasi sedangkan kalimat interogatif yang dimulai dengan verba bantu dan modal memerlukan jawaban yes atau no saja. Pembentukan kalimat interogatif yang baku dan lengkap harus dibantu dengan verba bantu atau modal (am, is, are, was, do/does, did,.were, shall, will, can, may, must dll) seperti
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Where were you born ? bukan * Where you born? atau Do you live in Liverpool ? bukan * You live in Liverpool ? Tetapi bila who atau what berfungsi sebagai subjek kalimat, verba bantu tidak diperlukan seperti: Who broke the glass ? What happened ? Kedua kalimat ini masing-masing menanyakan subjek kalimat deklaratif berikut: Someone broke the glass Something happened. 4.2.7.3.4 Kalimat Eksklamatif BI Kalimat eksklamatif adalah kalimat yang digunakan untuk menyatakan perasaan kagum atau heran (Alwi et.al, 2000:362). Dalam BI kalimat eksklamatif biasanya diawali dengan what atau how (Crystal, 1991:127). Dalam bahasa lisan kalimat eksklamatif dilafalkan dengan intonasi kuat. Berikut ini beberapa contoh kalimat eksklamatif dalam BI. a. What a pity !
‘Alangkah kasihannya’
b. What a lovely day!
‘Alangkah indahnya hari ini’
c. How careless you were
‘ Betapa cerobohnya kamu’
d. How beautiful she looks
‘Betapa cantiknya dia kelihatan’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Bila what yang dipakai frasa yang mengikuti kata what itu adalah frasa nomina (a pity, a lovely day). Dan bila how yang dipakai frasa yang mengikutinya ialah frasa ajektival (careless, beautiful). 4.2.7.3.5 Kalimat Deklaratif BM a
Amang kehe tu saba. ‘Ayah pergi ke sawah’
b
Inang dompak mardahan i dapur. ‘ Ibu sedang memasak di dapur’
c
Madung gurgur aek i. ‘Air itu sudah mendidih’
d
Na rara baju ni si Taing. ‘ Baju si Taing merah’
e
Datu godang mandiang ompung nia. ‘Mendiang atoknya dukun besar’ Dalam (a, b) subjek berada sebelum predikat (amang – kehe ; inang –
mardahan) dan dalam (c, d, e) predikat mendahului subjek (gurgur- aek i ; na rara baju; datu-ompung nia). Dalam BM predikat dapat mendahului subjek dan pola ini merupakan salah satu pola kalimat BM. 4.2.7.3.6 Kalimat Imperatif BM a. Denggan tutup gule i. ‘Tutup gulai itu baik-baik’ b. Minum hita jolo, uda. ‘Mari kita minum, pakcik’ c. Tolong pasampe hamu hobar on tu koum-koumta di huta i. ‘Tolong sampaikan berita ini kepada semua keluarga kita di kampung itu’ d. Ulang topo huting i. ‘Jangan lempar kucing itu’ e. Padiar ma ia kehe sado ia. ‘Biarkan dia pergi sendiri’ Kalimat (a) menyampaikan makna perintah/suruhan untuk menutup gulai dengan baik, kalimat (b) menyampaikan ajakan untuk minum (minum kopi atau teh);
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
kalimat (c) menyampaikan permohonan untuk menyampaikan berita (penting) kepada semua sanak keluarga; kalimat (d) menyampaikan larangan untuk tidak melempar kucing dan kalimat (e) menyampaikan makna pembiaran agar ia (orang yang dibicarakan) di biarkan pergi sendiri. 4.2.7.3.7 Kalimat Interogatif BM Bahasa Mandailing memiliki sejumlah kata tanya yang digunakan untuk membuat kalimat interogatif seperti aha, ise, didia, andigan, mangua, aso, sadia, piga, nadia, tudia, siandia. yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih masingmasing sepadan dengan apa (untuk non manusia), siapa (untuk manusia), dimana, bila, mengapa (untuk menanyakan ucapan atau keadaan), mengapa (untuk menanyakan alasan ), berapa (untuk menanyakan harga), berapa (untuk menanyakan jumlah) yang mana (untuk menanyakan pilihan, kemana, dan darimana). Berikut ini masing-masing kata tanya tersebut digunakan dalam kalimat interogatif. a. Aha do maksud ni haroro muyu on? ‘ Apa maksud kedatangan kamu ini?’ b. Ise do bayo i ? ‘ Siapakah laki-laki itu’ c. Didia do homu tinggal sannari ? ‘Dimana kamu tinggal sekarang’ d. Andigan do halai ro sian Medan ? ‘ Bila/kapan mereka datang dari Medan?’ e. Mangua ning udamu ? ‘Apa kata pakcikmu ?’ f. Mangua rupana tulangmu ? ‘Bagaimana keadaan pakcikmu?’ g. Aso inda kehe homu tu kobun ? ‘Kenapa tidak pergi kamu ke kebun?’ h. Sadia do arga ni harambir on ? ‘Berapa harga kelapa ini?’ i. Piga do pira ni manuk i? ‘Berapa (banyak) telur ayam itu?’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
j. Nadia do di ho? ‘Yang mana untuk kau’ k. Tudia do halai kehe? ‘Kemana mereka pergi?’ l. Sian dia do halai ro ? ‘Dari mana mereka datang?’ Kalimat interogatif bisa juga dibuat tanpa menggunakan kata tanya tetapi dengan mengucapkan kalimat dengan intonasi naik. Pola kalimat interogatif seperti ini sama dengan pola kalimat deklaratif yang berpola P-S atau P-O-S dan biasanya dengan menyisipkan partikel do setelah predikat, seperti terlihat berikut ini. a. Ia kehe tu poken (deklaratif). ‘ Ia pergi ke pasar’ b. Kehe (do) ia tu poken? (interogatif). c. Angkang manaha soban. (deklaratif). ‘Abang/kakak membelah kayu’ d. Manaha soban (do) angkang? (interogatif). e. Aek i milas (deklaratif). ‘Air itu panas’ f. Milas (do) aek i ? (interogatif) g. Uda nia katua kampung. (deklaratif). ‘Pakciknya ketua kampung’. h. Katua kampung (do) uda nia? (interogatif). 4.2.7.3.8 Kalimat Eksklamatif BM a
Na por ma udan i ! ‘ Lebat sekali hujan itu !’
b
Na losok ma danak on! ‘Malas sekali anak ini !’
c
Ahama na bagas aek i! ‘Alangkah dalamnya sungai itu!’
d
Na lobi godang arga ni sere i! ‘Alangkah mahalnya harga emas itu !’
e
Milas na ari on! ‘ Alangkah panasnya hari ini!’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Kalimat eksklamatif dalam BM dibentuk dengan menempatkan partikel na sebelum unsur predikat dan menambahkan partikel ma setelah unsur tersebut seperti terlihat pada (a, b). Bisa juga dengan menempatkan ahama na sebelum predikat atau dengan menempatkan na lobi sebelum predikat seperti terlihat pada (c, d). Partikel na bisa juga ditempatkan setelah predikat.
Bila na di tempatkan setelah predikat,
partikel ma tidak muncul lagi seperti terlihat pada (e). Predikat kalimat eksklamatif hanya bisa berupa kata ajektiva; tidak dapat digunakan kata lain seperti nomina atau verba sebab kalimat eksklamatif digunakan untuk menyatakan keheranan atau kekaguman. Dengan demikian (a, b) berikut tidak berterima. a. *Na karejo ma bayo i ! b. *Na saba ma i! tetapi c. Na ringgas ma bayo i karejo! ‘Rajin sekali laki-laki itu bekerja!’ d. Na bolak ma saba i! ‘ Luas sekali sawah itu!’ Terdapat beberapa persamaan antara BI dan BM dalam hal jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksisnya, seperti berikut. 1. Kedua bahasa, BI dan BM memiliki empat jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksisnya: kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, dan eksklamatif. 2. Kalimat imperatif kedua bahasa dapat menyampaikan makna perintah, permohonan, ajakan, larangan, dan pembiaran. 3. Pronomina atau kata ganti orang yang diperintah atau diajak atau dilarang tidak wajib dihadirkan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Do it now! ‘Lakukan (itu) sekarang!’ tidak harus You do it now ! atau Ulang marsurak ! ‘ Jangan ribut!’ tidak harus Ulang ho marsurak! 4. Kedua bahasa memiliki sejumlah kata tanya yang digunakan untuk membentuk kalimat tanya yang memerlukan jawaban berupa informasi. 5. Kedua bahasa memiliki kalimat interogatif yang memerlukan jawaban yang bermakna ya atau tidak. 6. Kalimat eksklamatif dalam kedua bahasa menggunakan ajektiva sebagai predikat yang didahului dengan kata tugas (how dalam BI dan na dalam BM) yang bermakna betapa/alangkah. Di samping keenam persamaan tersebut terdapat juga sejumlah perbedaan, sebagai berikut. 1. Bila kalimat perintah, larangan atau ajakan ditujukan kepada orang yang di hormati dalam BM nama panggilan orang yang dihormati tersebut harus disebutkan. Jika tidak ujaran tersebut dianggap tidak sopan, misalnya. Mangan ma ompung jolo! ‘ Makanlah nenek dulu’ Ulang kehe Inang tu kobun anggo inda mardongan! ‘Jangan pergi ibu ke kebun tanpa ditemani’. bukan Mangan ma jolo! Ulang kehe tu kobun …!
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
2.
Kalimat Interogatif yang memerlukan jawaban ya atau tidak dalam BI dibentuk dengan menggunakan verba bantu (be, atau modal) seperti: Are you a student ? Do you live in the city? Will he leave tomorrow ? Tetapi dalam BM kalimat interogatif seperti itu dibentuk dengan menempatkan
verba, ajektiva, nomina, atau frasa preposisional sebelum subjek sebab tidak ada verba bantu dan modal dalam BM. Kehe do amanta tu Panyabungan ? ‘Pergikah ayah ke Panyabungan’ Hiras do inanta ? ‘ Sehatkah ibu’ Kopi do nangkan isuan homu di kobun i ? Kopikah yang akan engkau tanam di kebun itu? Di bagas do amanta ? ‘ Adakah ayah kita di rumah?. 4.2.8 Semantik Bahasa Inggris dan Bahasa Mandailing Dalam seksi terdahulu telah dibicarakan sejumlah aspek struktur, beberapa aspek struktur yang langsung berkaitan dengan pekerjaan penerjemahan seperti struktur frasa, kalimat dan lain-lain, kedua bahasa dan telah dicoba dibandingkan untuk menemukan persamaan dan perbedaan. Dalam seksi berikut ini deskripsi akan dilanjutkan ke aspek makna kedua bahasa.. Sebagaimana telah dipahami bahwa bahasa itu sendiri adalah makna (ide, pikiran, maksud, emosi dan lain-lain) yang disampaikan atau dipertukarkan dengan menggunakan simbol (lisan atau tulisan) berupa kata, frasa, kalimat atau teks antara
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
pembicara dengan pendengar atau antara penulis dengan pembaca.Pengungkapan makna merupakan wujud dari keseluruhan bahasa (Goddard, 1998:1). Deskripsi dan komparasi makna yang akan dilakukan harus juga dibatasi karena aspek makna bahasa juga sangat luas dan beragam dan kiranya tidak semua aspek makna berkaitan erat dengan penerjemahan. Jadi aspek-aspek makna yang akan dibicarakan dibatasi pada: komponen makna, makna generik-spesifik, polisemi, sinonimi dan antonimi, metafora , idiom, dan eufemisme. 4.2.8.1 Komponen Makna Setiap kata atau unsur leksikal memiliki satu atau beberapa unsur makna yang semuanya membentuk makna kata tersebut (Chaer, 1990). Misalnya, kata ayah dalam bahasa Indonesia memiliki sejumlah komponen makna dengan melihat sejumlah ciri yang dimiliki oleh ayah sebagai referen. Dilihat dari keberadaannya sebagai wujud, ayah
adalah manusia bukan hewan, bukan tumbuh-tumbuhan dan benda-benda
lainnya. Dilihat dari usia, ayah berusia dewasa, bukan remaja atau balita. Bila dilihat dari jenis kelamin ayah berjenis kelamin jantan bukan betina. Dilihat dari hubungan antar jenis kelamin, seorang ayah harus sudah kawin, bukan bujangan, dan bila dilihat dari hasil perkawinan antarjenis kelamin, seorang ayah harus sudah mempunyai anak atau keturunan. Kelima komponen makna ini dikemas dalam kata ayah. Berdasarkan kelima komponen makna tersebut kata ayah memiliki makna sebagai “manusia dewasa berjenis kelamin jantan telah kawin dan mempunyai anak”. Seperti disebutkan oleh Chaer (1990) di atas bahwa setiap unsur leksikal memiliki satu atau lebih komponen makna. Ketidaksamaan makna yang dimiliki oleh
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
dua kata (walaupun berbeda dalam satu komponen makna) akan menyebabkan perbedaan makna. Perbedaan ayah dan Ibu hanya terletak pada perbedaan jenis kelamin. Perbedaan komponen makna dalam berjalan dan berlari hanya terletak pada caranya. Berlari dilakukan dengan cara cepat sedangkan berjalan dilakukan dengan cara normal. Komponen makna lainnya tidak berbeda keduanya memiliki makna: 1. bergerak ke arah depan, bukan ke arah belakang; 2. bergerak dengan telapak kaki bukan dengan tangan dan lutut seperti dalam merangkak. Tentu saja banyak kata di antara dua bahasa yang bermakna persis sama. Kata ayah dan Ibu yang kita ambil sebagai contoh di atas memiliki komponen yang sama dalam BI maupun dalam BM demikian juga berlari dan berjalan. Kelihatannya katakata yang mengacu kepada alam (benda dan peristiwa) cenderung memiliki kesamaan makna di antara berbagai bahasa. Kata eat dalam BI yang bermakna to put food into mouth, chew and swallow it memasukkan makanan kedalam mulut lalu dikunyah dan ditelan (Hornby, 1995). Sama dengan makna yang dimiliki oleh kata makan dalam BI atau dengan pangan dalam BM. Demikian juga kata minum yang bermakna memasukkan benda cair ke dalam mulut lalu ditelan Namun seperti di percontohkan oleh Larson (1984: 89-90) kata yang bermakna membawa dalam BI dan Tzetal (sebuah bahasa Meksiko)memiliki makna yang berbeda. Dalam BI
kata carry
‘membawa’ memiliki makna generik yakni ‘memindahkan sesuatu dari satu tempat ke tempat lain’ sementara dalam bahasa Tzetal membawa dibedakan menjadi 14 macam makna spesifik antara lain membawa dengan tangan, dengan bahu, dengan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
kepala. Dalam BM pun kata oban yang bermakna ‘memindahkan sesuatu dari satu tempat ke tempat lain’ dibedakan menjadi sekurang-kurangnya 5 macam: 1
mamorsan ‘membawa dengan bahu’
2
manjujung ‘membawa dengan kepala’
3
manompi ‘ membawa dengan punggung’
4 mangambit ‘ membawa dengan menggunakan sehelai kain sebagai tempat yang dibawa yang dililitkan dari pangkal leher sebelah kiri ke ketiak sebelah kanan dan barang yang dibawa bertumpu pada dada’ 5
manjinjing ‘membawa dengan tangan terulur ke bawah’ Kata-kata yang mengacu kepada aspek-aspek budaya kelihatannya cenderung
memiliki lebih banyak perbedaan dalam komponen makna dari satu bahasa ke bahasa lain. Kata meal ‘makanan yang disantap secara rutin pada waktu-waktu tertentu sepanjang hari seperti pagi, siang dan malam tidak sama persis dengan mangan dalam BM. Dalam masyarakat Inggris meal terdiri dari breakfast ‘sarapan’, lunch ‘makan siang’, dinner ‘makan malam’ dan supper ‘ makan tengah malam’. Dalam masyarakat Madailing makan terdiri dari makan pagi (hidangan yang menu dan takarannya sama dengan makan siang dan sore) makan siang dan makan sore, tidak ada makan tengah malam. Bagi orang Inggris menu breakfast tidak sama dengan menu untuk lunch dan dinner. Biasanya menu untuk breakfast lebih sederhana dan “ringan” dari pada menu untuk santapan lainnya. Bagi orang Mandailing menu untuk ketiga waktu santap tersebut tidak berbeda, umumnya nasi dengan gulai, atau sambal. Walaupun orang Inggris mengenal nasi sebagai bahan makanan tetapi cara mereka memandang nasi
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
berbeda dari orang Mandailing. Dalam kosakata BI hanya terdapat sebuah kata rice sementara dalam BM terdapat empat kata yang berbeda yang maknanya tetap berkaitan dengan rice yakni eme ‘padi’, da (ha)non ‘beras’ indahan’ ‘nasi’ dan monis ‘menir’ BI memiliki istilah kekerabatan father–in-law ‘mertua laki-laki’ dan ‘motherin-law’. Baik seorang suami atau seorang isteri menggunakan kedua istilah ini bila mengacu kepada mertua. Dalam BM tidak dikenal istilah mertua tetapi seorang suami menggunakan istilah tulang untuk mertua laki-laki dan nantulang untuk mertua perempuan sementara seorang isteri menggunakan istilah lain (amang boru) untuk mertuanya laki-laki dan namboru untuk mertua perempuan . Ketidaksamaan makna istilah kekerabatan BI dan BM terdapat juga pada kata uncle. Dalam BI uncle bermakna ‘saudara laki-laki ayah atau ibu tanpa memandang usia’. Dalam BM saudara laki-laki ayah disebut (amang)tua atau (amang)uda bergantung pada usia. Bila saudara ayah tersebut lebih tua dari ayah, istilah yang digunakan adalah (amang)tua dan bila lebih muda istilah (amang) uda yang dipakai. Untuk saudara ibu yang laki-laki istilah tulang yang dipakai tanpa memandang usia. Uraian tentang perbedaan makna kata di antara kedua bahasa tidak bermaksud untuk mencari perbedaan dalam semua leksis kedua bahasa tersebut karena hal itu merupakan suatu pekerjaan yang tidak mungkin dan juga tidak terlalu bermanfaat. Namun contoh-contoh yang telah ditampilkan di atas agaknya sudah memadai untuk memberikan gambaran bahwa makna konseptual dua buah kata (bahasa Adan B) yang sekilas terlihat sama namun bila diuraikan semua komponen makna yang
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
dimiliki kedua kata tersebut ternyata terdapat komponen yang berbeda atau sebuah komponen makna yang ada pada kata A ternyata tidak ada pada kata B. Kesetaraan dan ketidaksetaraan makna antara kata BSur dan kata BSar harus menjadi perhatian utama bagi seorang penerjemah untuk menghasikan terjemahan yang akurat. 4.2.8.2 Polisemi Salah satu fenomena yang dapat ditemukan dalam kosakata bahasa ialah bahwa sebuah kata dapat memiliki beberapa makna selain dari pada makna utama yang dimiliki kata tersebut (Larson,1984:100). Menurut Larson, lebih lanjut, makna yang dimiliki sebuah kata dapat dibedakan menjadi makna primer (primary meaning) dan makna sekunder (secondary meaning). Larson mengatakan bahwa makna primer adalah makna pertama yang dipahami kebanyakan orang bila kata tersebut digunakan tersendiri. Dan makna itu jugalah yang lebih dahulu dikuasai manusia dalam hidupnya. Sebagai contoh, kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua memerikan makna primer kata kaki sebagai ‘anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan’, dan makna primer kata manis adalah ‘rasa seperti rasa gula’. Jadi dalam orang tua itu tidak dapat berjalan cepat karena kakinya sakit makna kaki dalam kalimat ini adalah makna primer. Namun apabila kata kaki digunakan dalam konteks lain, makna yang dimiliki oleh kata tersebut berubah seperti dalam lebar kain itu hanya dua kaki yang berarti ukuran yang sama dengan 12 inci. Makna kata manis dalam Rambutan Blarang rasanya manis adalah makna primer tetapi dalam Senyum si Zuraida manis sekali bukan lagi makna primer yang harus dipahami sebab tidak
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
mungkin senyuman orang dapat dikecap. Perbedaan makna yang diakibatkan oleh konteks inilah yang disebut Larson sebagai makna sekunder. Bila seorang penerjemah tidak memahami makna-makna sekunder kosakata BSur dan mengalihkan makna primer kata tersebut ke dalam BSar hasil terjemahan akan membingungkan. Bahasa Inggris sebagai bahasa dunia (bahasa yang paling banyak jumlah pemakainya dan paling kaya kosakatanya) (Katzner, 1986:47) tidak sedikit kata bahasa tersebut yang memiliki aneka makna. Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary (International New Students’ Edition) kata verba take terdaftar memiliki 41 macam makna, kata get 20, kata make 22, run 22, kata ajektiva nice 5 macam makna, hot 15, big 7 makna, short 9 makna; nomina house memiliki 9 macam makna, hour 8 makna, head 17, colour 8 makna, modal should 14 macam makna, can 6, will dan might 6 makna. Jadi kata take, misalnya memiliki 41 macam makna yang berbeda bila digunakan dalam 41 konteks yang berbeda. Seorang penerjemah yang baik tentunya dituntut menguasai makna primer dan makna-makna sekunder lainnya sebab tidak mungkin seorang penutur/penulis hanya menggunakan makna primer sebuah kata. Menerjemahkan makna sekunder sebuah kata BSur ke dalam BSar biasanya lebih sulit. Ini disebabkan BSar lebih mungkin memiliki kata yang maknanya sepadan dengan makna primer sebuah kata dalam BSur (Larson,1984:101). Jadi misalnya dalam sebuah kamus dwibahasa Inggris-Indonesia makna pertama kata run dalam bahasa Indonesia adalah berlari bukan makna-makna sekunder lainnya seperti
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
‘berair’ dalam The Child’s nose often runs atau ‘menjalar’ dalam The bean plant runs. Menerjemahkan The child’s nose often runs menjadi *Hidung anak itu sering berlari tentu saja membuat pembaca bahasa Indonesia tidak dapat membayangkan bahwa hidung manusia bisa berlari. Menerjemahkan must menjadi harus (makna primer) dalam, misalnya Tom has not come yet. He must have got traffic jam tentu akan terdengar janggal bagi penutur bahasa Indonesia sebab kalimat: ‘Dia harus mengalami kemacetan lalu lintas’ terdengar aneh dan tidak berterima dalam konteks tersebut. Sejauh ini kita telah melihat keragaman makna dalam B I dan telah kita tunjukkan bahwa pemahaman makna primer sebuah kata saja tidak memadai untuk menghasilkan terjemahan yang tepat malah bisa manghasilkan terjemahan yang keliru. Berikut ini contoh keragaman makna dalam BM. Dalam banyak aspek BM tentu tidak sebanding dengan BI. Dalam aspek usia (BI telah berusia lebih dari satu milenium tahun), aspek jumlah kosakata, jumlah penutur asli dan pemakai lainnya, variasi, ‘pergaulan’ dengan bahasa-bahasa besar lainnya dan lain-lain. BI tidak dapat disetarakan dengan BM. BM yang digunakan oleh kelompok etnis Mandailing, digunakan hanya sebagai sarana komunikasi lisan, dan ‘pergaulannya’ terbatas hanya dengan bahasa-bahasa tetangga (bahasa Angkola, bahasa Minang) bahasa Indonesia dan bahasa Arab (melalui pengajaran agama Islam) membuat bahasa ini tidak setara dengan BI yang merupakan bahasa dunia.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Namun sebagai salah satu bahasa yang memiliki ciri-ciri semesta tentu saja keragaman makna juga dijumpai dalam BM meskipun derajat keragamannya tidak sama antara satu bahasa dengan bahasa lain. Contoh lain adalah kata take BI yang padanannya dalam BM adalah mambuat ‘mengambil’.
Dalam
BM
makna
primer
kata
mambuat
adalah
‘mengangkat/melepaskan sesuatu dari tempatnya lalu dibawa’ seperti dalam Mambuat hasang goreng inang di saba ‘Ibu mengambil kacang di sawah’. Disamping makna primer yang dimiliki kata tersebut kata itu juga memiliki makna sekunder seperti ‘membeli’ dan ‘menikahi’ seperti dalam Madung lalu amanta mambuat motor ? ‘Sudahkah ayah membeli mobil?’. Di ari rayo on mambuat boru ma si Torkis. ‘Pada hari raya ini si Torkis menikah’. Makna kata primer kata run BI sepadan dengan marlojong ‘berlari’ dalam BM seperti dalam Marlojong daganak i lau kehe tu sikola ‘Anak-anak itu berlari ketika pergi ke sekolah’. Kata marlojong juga memiliki makna sekunder yakni ‘kawin lari’ seperti dalam: Harana inda ipatola natobang nia ia marbagas tu bayo i laluna kehe halai marlojong ‘Karena dilarang kawin oleh orang tuanya dengan laki-laki itu lalu mereka kawin lari’. Contoh berikutnya adalah
kata milas yang dalam BI sepadan dengan hot
‘panas’. Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary seperti dirujuk di atas kata hot memiliki makna tidak kurang dari 15 bila digunakan dalam konteks yang berbeda, antara lain seperti, dalam : The water is hot. ‘Air itu panas’.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Chilli is hot. ‘Cabai itu pedas’. The news is too hot to publish ‘ Berita itu terlalu kritis untuk dipublikasikan’. The debate is getting hotter. ‘Perdebatan itu makin seru’ Our teacher is very hot on punctuality ‘Guru kami sangat memperhatikan
masalah kehadiran’
Dalam BM kata milas ‘panas’ juga memiliki aneka makna tetapi tidak sebanyak makna yang dimiliki BI. Kata milas hanya memiliki tiga makna yang berbeda seperti dalam. Ulang inum aek na milas i. ‘Jangan minum air yang panas itu’ Na mur mamilas do arun ni ompung. ‘Demam nenek makin parah’ Milas roha nia mangida parange ni anak nia i. ‘Dia marah melihat perangai anaknya itu’. 4.2.8.3 Sinonimi dan Antonimi Dalam bahasa, sebuah kata tidak hanya memiliki berbagai makna (polysemy) yang berbeda tetapi juga dua atau lebih kata yang memiliki bentuk yang berbeda memiliki makna yang sama; atau seperti dinyatakan oleh Saeed (2000) bahwa katakata yang memiliki bunyi yang berbeda tetapi memiliki makna yang sama atau sangat mirip disebut sinonim. Dalam bahasa-bahasa “besar” seperti bahasa Inggris tidak jarang sebuah kata bersinonim (bermakna sama) dengan sejumlah kata lain, misalnya dalam BI kata friend bersinonim dengan sejumlah kata seperti partner, associate, colleague, comrade, companion, pal, mate, buddy, accomplice, atau kata big bersinonim dengan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
large, immense, great, huge, spacious, enormous, colossal, gigantic, dan extensive. Sudah barang tentu bahwa kata-kata yang bersinonim tersebut tidak selalu merupakan kata-kata asli bahasa tersebut, sebahagian dipinjam dari bahasa lain. Banyaknya kata yang bersinonim dalam BI tidak terlepas dari alasan-alasan historis. Sebagai bahasa Indo-Germanika, kosakatanya berasal dari berbagai bahasa yang serumpun seperti Perancis, Latin, atau bahasa Yunani (Palmer:1976). Kata royal dan regal, menurut Palmer, masing-masing berasal dari bahasa Perancis dan Latin yang bersinonim dengan kingly, kata asli bahasa Inggris (Anglo-Saxon). Meskipun pada dasarnya kata yang bersinonim dipahami sabagai kata-kata yang bermakna sama, para ahli seperti (Palmer, 1976; Wallace, 1982; Saeed, 2000; Hurford & Heasley, 1983; Kearns,2005: dan Finch, 2000 untuk menyebut beberapa saja) sependapat bahwa hampir tidak mungkin menemukan dua kata yang bermakna sama dalam semua konteks berdasarkan alasan-alasan seperti perbedaan geografi atau dialek (autumn digunakan di Inggris dan fall di Amerika), perbedaan situasi pemakaian bahasa misalnya formal dan tidak formal (child formal dan kid informal), perbedaan makna puitis dengan slang (steed dan nag), perbedaan makna emosional (economical atau frugal bermakna positip stingy bermakna negatip) dan karena keterbatasan kolokasi (deep dan profound bisa berkolokasi dengan knowledge, tetapi hanya deep yang dapat berkolokasi dengan water). Meskipun kata-kata yang bersinonim ditemukan juga dalam BM tentu jumlah kata yang bersinonim dalam bahasa ini tidak sebanyak dalam BI. Bila kita ambil kata dongan ‘kawan’ sebagai padanan kata friend dalam BI, ternyata kata dongan tidak
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
memiliki sinonim. Untuk kata godang ‘besar’ yang sepadan dengan big dalam BI, terdapat dua kata: kasar dan bolak yang dapat dianggap sebagai sinonimnya. Berikut ini beberapa contoh sinonim dalam BM: halak / jolma ‘manusia’ amang / ayah ‘ayah’ inang / umak ‘Ibu’ mate/ maninggal / jumolo ‘mati’ mangecek / markobar ‘berbicara’ mancit / marnyae ‘sakit’ horas / hiras / torkis / sehat ‘ sehat’ gogo / kokoh / togu / ‘kuat’ denggan / jeges / pade ‘baik’ Bila sinonim dipahami sebagai kata-kata yang berbeda tetapi bermakna sama, antonim sering dipandang sebagai kebalikannya, yakni dua atau lebih kata yang maknanya berlawanan seperti besar/kecil, tinggi/rendah, halus/kasar dalam B Ind. Sama halnya dengan sinonim, mencari antonim yang mutlak juga sulit bahkan tidak mungkin. Dalam BI sweet/bitter memiliki makna yang berlawanan misalnya dalam: The tea is sweet but the coffee is bitter Tetapi bila konteksnya bukan minuman, misalnya buah apel atau mangga tentu lawan dari sweet bukan lagi bitter tetapi sour ‘masam’, misalnya dalam : This ripe apple tastes sweet but the green one tastes sour
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Kata shallow ‘dangkal’ adalah antonim deep/profound ‘dalam’. Jadi dalam BI untuk mengukur kedalaman atau kedangkalan pengetahuan seseorang dalam bidang tertentu bisa digunakan ketiga kata seperti dalam: His knowledge of politics is still shalow but his knowledge of chemistry is very deep/profound. ‘Pengetahuan politiknya masih dangkal tetapi pengetahuannya tentang kimia sangat dalam’ Namun bila yang diukur adalah kedangkalan atau kedalaman benda konkret, misalnya air, antonim shallow hanya deep, tidak bisa profound seperti dalam: Shallow water is not always dangerous but deep water is. ‘ Air dangkal tidak selalu membahayakan akan tetapi air dalam sering membahayakan’ Kenisbian makna antonim juga dimiliki oleh BM. Antonim kata mata ‘mentah’ adalah malamun atau masak ‘masak’. Bila yang dipertentangkan adalah keadaan buah-buahan atau biji-bijian antonim mata yang dapat digunakan hanya malamun tetapi bila keadaan masakan yang dipertentangkan, malamun tidak bisa dipakai tapi masak misalnya dalam. Inda pe do malamun rambutan i, na mata dope. ‘Belum masak rambutan itu masih mentah.’ Ulang inum aek na mata i, inum aek na masak on. ‘Jangan minum air yang mentah itu, minum air yang matang ini’ Kata lomlom ‘hitam’ adalah antonim bontar ‘putih’ bila yang dibandingkan warna kulit, tetapi bila warna buah-buahan atau biji-bijian yang dibandingkan, pasangan bontar/lomlom tidak sesuai seperti terlihat dalam contoh-contoh berikut:
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Si Butet bontar tai si Ucok lomlom. ‘ Si Butet putih tapi si Ucok hitam.’ Na rata dope eme i inda pe do gorsing. ‘Padi itu masih hijau belum kuning.’ Na rata do pe rambutan i, inda pe do rara ‘ Rambutan itu masih hijau, belum merah’. Seorang penerjemah sebaiknya menyadari betul bahwa meskipun makna konseptual sejumlah sinonim adalah sama tetapi tetap ada perbedaan makna antara sebuah kata dengan kata lain berdasarkan alasan-alasan yang dikemukakan di atas. Misalnya menerjemahkan kata dongan ‘teman’ dari BM ke dalam BI, penerjamah harus memilih salah satu kata dari 11 sinonim yang ada dalam BI, seperti ditunjukkan di atas, yang memiliki makna yang paling tepat sesuai situasi, kolokasi atau makna emosional yang dapat ditimbulkan kata terseebut. Apakah kata friend, partner atau colleague yang dipilih, ini harus benar-benar
dipertimbangkan
oleh seorang
penerjemah. 4.2. 8.4 Makna Generik-Spesifik Pada 8.3 telah kita lihat bahwa sebuah makna dapat dilambangkan oleh dua atau lebih lambang (lambang bunyi atau ortografis) yang berbeda misalnya, seseorang yang selalu dekat dengan kita dilambangkan dengan kawan, teman, sahabat, patner, kolega dll. Dalam hubungan makna generik-spesifik, meskipun dua buah kata tidak memiliki makna yang sama tetapi terdapat komponen makna yang serupa dalam dua kata tersebut. Misalnya makna bunga juga ditemukan dalam melati karena bunga adalah istilah generik yang dapat mencakup sejumlah istilah spesifik lainnya seperti mawar, ros, lili, kaktus, anggrek, kamboja, dll. Bila seseorang menyebut kata bunga
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
berarti kata itu sudah mengacu kepada semua jenis bunga. Misalnya, A menyuruh B pergi ke tukang bunga untuk membeli bibit bunga. Ketika B pulang dengan membawa bibit bunga apa saja maka tindakan B sudah benar sebab dia telah membeli sesuatu yang disebut bunga. Apabila misalnya A, menolak bibit bunga ros yang dibawa B karena A menginginkan bunga anggrek B tetap tidak salah. Yang salah adalah A sebab dia menggunakan istilah generik bukan spesifik. Setiap bahasa menurut Larson (1984:66) memiliki kosakata yang memiliki hubungan makna generik-spesifik ini. Dan hubungan makna generik-spesifik ini sangat membantu untuk menganalisis makna kosakata bahasa sumber dan bahasa sasaran, dan juga penting untuk melihat padanan kata dalam penerjemahan. Tidak semua bahasa sama dalam hal (hubungan makna generik-spesifik) ini. Menurut Larson (1984: 71) kebanyakan bahasa memiliki padanan-padanan kata yang bermakna spesifik. Dalam bahasa tertentu sejumlah kata yang memiliki makna spesifik juga memiliki sebuah kata yang bermakna generik. Dalam BI makna istilah spesifik seperti crow, lark, heron, eagle, owl, pigeon, parrot dll ditemukan dalam istilah generik fowl ‘unggas’. Dalam B Ind. sebagai contoh juga ditemukan sebuah istilah generik unggas dan sederet istilah spesifik seperti elang, enggang, cucarawa, bergam, balam, punai dll. Di dalam BM tidak ditemukan istilah generik sebagai padanan unggas; yang ada hanya istilah spesifik seperti alihi ‘elang’, onggang ‘enggang’, barobaro ‘cucarawa’, pergom’bergam’, balom ‘balam’, pune ‘punai’ siapkap ‘burung hantu’ dll. Hal serupa terjadi dalam kata generik insect ‘serangga’. Dalam BI istilah–istilah spesifik yang maknanya berhubungan dengan insect adalah
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
antara lain seperti ant ‘semut’, bee ‘lebah’ fly ‘lalat’ butterfly ‘kupu-kupu’, grasshopper ‘belalang’ dll. Dalam BM tidak ditemukan istilah generik yang bermakna ‘serangga’, walaupun ada sejumlah istilah spesifik seperti porkis ‘semut’, loba’lebah’, lanok ‘lalat’, siapor ‘belalang’, rama-rama ‘kupu-kupu’. Bila BSur dan BSar memiliki makna spesifik untuk sebuah kata tertentu seperti bee ‘lebah’ dalam BI dan loba ‘lebah’ dalam BM tentu masalah penerjemahan tidak terjadi. Tetapi akan menjadi masalah bila sebuah kata dalam BSur tidak ditemukan padanannya dalam BSar misalnya kata tarutung ‘durian’ dalam BM yang tidak memiliki padanan dalam BI sebab tarutung adalah buah khas daerah tropis. Dalam kasus seperti ini penerjemah dapat menggunakan istilah generik misalnya tarutung a kind of (tropical) fruit. Masalahnya akan lebih rumit bila BSar tidak memiliki istilah generik untuk sejumlah makna spesifik. Misalnya mencari padanan pear buah nontropis yang dikenal luas di Inggris tetapi tidak dikenal oleh masyarakat Mandailing dan tambahan lagi dalam BM tidak ada istilah generik untuk buah. Dalam kasus ini, mungkin yang dapat dilakukan adalah mencari istilah yang lebih generik atau anotasi misalnya batu/danon ni suan-suanan na tola ipangan, hibul songon batu ni pokat, rasona manis ‘buah tanam-tanaman, boleh dimakan, berbentuk bulat seperti buah pokat dan rasanya manis’ namun makna yang sangat generik ini mencakup juga makna buah-buahan lagi seperti apel, mangga dll. Tetapi sekurangkurangnya pembaca BM sudah memiliki bayangan bagaimana bentuk dan rasa buah pear itu meskipun masih secara umum dan tidak lagi menganggapnya misalnya
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
sebagai buah berbentuk kecil, lonjong seperti buah anggur dan tidak menganggapnya memiliki bentuk besar seperti kelapa atau durian. 4.2.8.5 Metafora Metafora seperti dinyatakan oleh Larson (1984: 243) adalah bahasa kiasan (figure of speeh) yang dijumpai dalam banyak bahasa. Dalam makna metafora dilakukan pembandingan antara dua proposisi. Proposisi yang pertama dinyatakan dalam makna literal dan proposisi yang kedua yang bermakna non-literal berfungsi sebagai pembanding karena menurut penutur terdapat kemiripan di antara kedua proposisi itu.. Dengan cara lain dapat digambarkan seperti : A adalah B karena A mirip dengan B. Dalam sebuah iklan tertulis: Pelanggan adalah raja. Dalam metafora ini tentu saja makna yang berlaku adalah makna kias sebab pelanggan bukanlah raja dalam arti yang sebenarnya tetapi orang yang diperlakukan seperti raja: dihormati, dituruti permintaannya, dikerjakan perintahnya, dilayani dengan baik dan lain-lain. Dahulu bahasa kias dipandang sebagai penghias bahasa/makna literal saja tetapi sebenarnya makna-makna kias tidak dapat dipisahkan dari fungsi bahasa dan tidak hanya sangat penting bagi bahasa puisi tetapi bagi semua jenis wacana (Abrams,:60). Metafora bukan semata-mata bahasa kias, tetapi suatu pemetaan mantal yang spesifik yang sangat banyak mempengaruhi bagaimana orang berfikir, bernalar, dan berimajinasi dalam kehidupan sehari-hari (Johnson 1987, Lakoff & Johnson, 1980) dalam Gibbs (1997: 145). Metafora (Hipkiss, 1995:76) adalah sarana untuk
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
memadatkan ungkapan pikiran.Dengan sebuah simbol banyak atribut dari seorang manusia atau peristiwa dapat diungkapkan. Bila kita pehatikan dengan cermat ungkapan-ungkapan dalam bahasa ternyata banyak yang merupakan ungkapan metaforis yang sejak dari dulu telah digunakan penuturnya dan tidak lagi dirasakan bahwa ungkapan-ungkapan tersebut merupakan metafora. Orang yang mendengarkan/membaca metafora tersebut tidak lagi merasakan adanya perbandingan dalam metafora tersebut. Bila orang mendengarkan kaki meja orang tidak lagi membandingkan ‘bahagian meja yang berfungsi sebagai penyangga’ dengan kaki manusia yang memiliki fungsi yang sama. Jenis metafora yang disebut metafora mati (dead metaphors) digunakan dalam bahasa sehari-hari seperti dalam BI berikut ini: head of school ‘pemimpin sekolah’ leg of the table ‘bagian penyangga meja’ hand of a watch ‘ bagian jam yang menunjuk angka pada jam’ the body of the letter ‘bagian utama sebuah surat’ the foot of the page ‘bagian paling bawah selembar kertas’ the eye of the needle ‘ bagian yang berlubang pada jarum’ Dalam BM ungkapan-ungkapan berikut juga tergolong metafora mati: ulu ni (batang) aek ‘tempat sebagai asal sungai’ baba ni bondar ‘ bahagian depan dari sebuah kali yang menghempang sungai agar air sungai mengalir ke dalam kali tersebut. Air digunakan untuk mengairi
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
sawah.’ pira ni bitis ‘ bahagian yang berbentuk bulat dan menonjol pada betis’ pat ni tor ‘ bahagian paling bawah dari sebuah bukit/gunung’ janggut ni jegang ‘ bahagian yang berbentuk seperti rambut dalam buah jagung’ Dalam contoh-contoh di atas benda dibandingkan dengan banda karena keduanya terlihat memiliki kemiripan seperti dalam the body of the letter bagian utama surat dibandingkan dengan badan manusia atau hewan yang berukuran lebih besar dari bagian-bagian lain atau di dalam ulu ni (batang) aek, bagian paling atas sungai dibandingkan kepala manusia yang juga bagian paling atas dalam tubuh. Dalam metafora seperti ini sebuah benda bisa juga dibandingkan dengan sifat atau ciri-ciri benda. Dengan kata lain benda tertentu dibandingkan dengan sifat atau keadaan, misalnya putih, hitam, bersih, kotor, berat, ringan, tinggi,, rendah dll.seperti terlihat dalam contoh-contoh BI berikut. a cool wellcome ‘ sambutan yang tidak meriah’ hot news ‘ berita terkini’ a heavy smoker ‘ perokok yang menghisap banyak rokok dalam waktu tertentu’ a clean match ‘pertandingan yang bebas dari kecurangan dan pelanggaranpelanggaran’. a virgin forest ‘ hutan yang belum pernah diolah oleh manusia’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Metafora seperti ini juga ditemukan dalam BM seperti terlihat dalam contoh-contoh berikut ini roha na incat ‘hati yang tinggi (sombong)’ ate-ate na geduk ‘hati yang bengkok (tidak jujur)’ pangkuling na manis ‘cara berbicara yang manis (menyenangkan)’ paretongan na tip-tip ‘perhitungan yang rapi (tidak lebih,tidak kurang dari yang telah ditentukan’ dosa na godang ‘dosa besar (dosa sebagai akibat perbuatan yang melanggar larangan utama yang telah ditetapkan Tuhan’ Jadi dalam a virgin forest misalnya, keadaan hutan dibandingkan dengan keadaan seorang wanita yang masih perawan, belum berhubungan seksual dengan seorang laki-laki. Dalam pangkuling na manis, cara berbicara dibandinngkan dengan rasa manis, rasa yang umumnya disukai kebanyakan orang. Live methapor (metapora hidup), sebaliknya berbeda dari dead metapor. Bila sebuah live metapor sedang digunakan, pendengar/pembaca dengan jelas dapat merasakan bahwa makna yang digunakan adalah makna kias. Tidak seperti dead metapor live metapor belum menjadi bahagian dari bahasa sehari-hari. Malmkjaer (1991:310) lebih jelas menyatakan bahwa live metapor adalah metafora yang masih baru atau relatif masih baru belum menjadi bagian dari pemakaian bahasa seharihari, sehingga ketika kita mendengarnya kita tahu bahwa sebuah metafora sedang digunakan. Jadi dalam Maradona adalah ujung tombak Argentina, Maradona mantan pemain penyerang dalam kesebelasan Argentina dibandingkan dengan ujung tombak.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Ketika kita mendengarkan ujaran ini kita masih dapat merasakan adanya suatu pembandingan. Atau dalam Ketika masih remaja, Halimah adalah bunga desa kami. Halimah seorang gadis dibandingkan dengan bunga. Seperti bahasa-bahasa lainnya BI banyak menggunakan live metapor. Metapora yang sangat terkenal adalah Time is money ‘Waktu adalah uang’ Dalam metafora ini time ‘waktu’ dibandingkan dengan money ‘uang’. Pembandingan waktu dengan uang dilakukan dalam budaya barat moderen karena menurut Lakoff & Johnson (1979: 8) waktu dipandang sebagai sumber daya yang terbatas yang dapat digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Waktu juga disamakan dengan komoditas yang berharga sehingga ujaran-ujaran seperti : I don’t have much time Thank you for your time Don’t waste time sesuatu yang lazim terdengar dalam budaya barat. Beberapa contoh lain seperti: Love is blind ‘Cinta itu buta’ Silence is golden ‘Diam itu emas’ The story is rubbish ‘Cerita itu omong kosong’ She ran her eyes over everything in the room ‘Dia melihat apa saja di ruangan itu’ His ideas have finally come to fruition ‘ Idenya akhirnya telah berbuah/berhasil’ Tidak terkecuali BM, dalam BM pun ditemukan banyak live metaphor seperti: Mora i mataniari naso gaggakon ‘Mora adalah matahari (pihak) yang
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
tidak boleh ditentang’ Tungkot ho amang di na landit, sulu di na golap ‘Jadilah engkau amang (anak) tongkat (orang yang dapat menolong orang yang lagi susah), suluh (orang yang dapat
memberi penerangan bagi orang yang sedang
dalam kebingungan). Inda tola iba tajom bariba ‘Tidak boleh kita tajam sebelah (orang yang berpihak pada satu pihak saja). mangido gogo tu gaja ‘meminta tenaga (dana) kepada gajah (orang yang memiliki dana yang banyak)’ mangido bisuk tu landuk ‘meminta kepandaian (nasihat, pendapat, pandangan) kancil (orang yang pintar dan bijaksana) mangido sora tu onggang ‘meminta suara (pengaruh, kharisma, tuah) dari enggang (orang yang kharismatik dan berpengaruh) Ulos panggobak ni tondi ‘selimut untuk menyelimuti semangat’ hata-hata pambayar utang ‘perkataan pembayar utang’ Dalam Mora i mataniari naso gaggakon, mora (pihak pemberi isteri) disamakan dengan matahari yang tidak boleh ditentang sebab matahari adalah sumber kehidupan, sumber kekuatan dll. Dalam tungkot ho amang di na landit sulu di nagolap anak disamakan dengan tongkat yang dapat menolong orang yang lemah dan dengan suluh sebagai penerang bagi orang yang sedang dalam kebingungan atau ketidaktahuan.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Menerjemahkan sebuah metafora dari BSur ke dalam BSar dapat menghadapi masalah apabila makna metafora yang digunakan dalam BSur tidak memiliki padanan dalam Bsar seperti metafora Time is money yang sangat luas dikenal dalam budaya barat tidak memiliki padanan dalam BM. Dalam budaya Mandailing waktu tidak dipandang atau smpai saat ini belum dipandang sebagi komoditas yang berharga seperti uang. Bila makna metaforis ini secara langsung ditransfer menjadi waktu i hepeng ‘waktu itu uang’ masyarakat Mandailing tidak dapat memahami perbandingan antara waktu dengan uang. Dalam budaya Mandailing memang ada sesuatu yang dibandingkan dengan uang yakni hata-hata (kepandaian berbicara) seperti dinyatakan dalam metafora hata-hata pambayar utang ‘kata-kata pembayar hutang’ yang artinya kepandaian berbicara (ujaran-ujaran yang halus, sopan, yang disampaikan dengan rendah hati) dapat melunasi utang. Sebagai contoh mahar yang dibebankan oleh pihak mempelai perempuan kepada pihak mempelai laki-laki dapat berkurang banyak karena kepandaian pihak laki-laki menawar menggunakan kata-kata halus dan sopan. Menerjemahkan metafora seperti ini menurut Larson (1984: 253) dapat dilakukan dengan mengubah metafora tersebut menjadi simile (ibarat) seperti : Waktu i songon hepeng menjadi waktu itu seperti uang Dengan mengubah metafora menjadi ibarat, makna ibarat menjadi lebih
mudah
dipahami. Maknanya akan lebih mudah dipahami bila ditambahkan titik persamaannya seperti: Waktu i marharga/marguna songon hepeng ‘Waktu itu berharga/ berguna seperti uang’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Bila penerjemah ingin mengabaikan makna metafora atau makna ibarat, penerjemah menurut Larson (1984) dapat menempuh penerjemahan harfiah. Misalnya metafora Madung matobang hata satontang i dalam BM dapat diterjemahkan secara harfiah kedalam BI seperti We have reached an agreement about the matter ‘Kita telah mencapai kesepakatan tentang hal itu’. 4.2.8.6 Idiom Setiap kata penuh (content word) tentu memiliki makna harfiah seperti kambing ‘sejenis hewan’, hitam salah satu macam warna dalam B. Ind. Bila kedua kata itu digabung akan terbentuk sebuah frasa yang maknanya adalah ‘kambing berwarna hitam’. Tetapi gabungan kambing dan hitam di samping makna harfiah yang dimilikinya juga memiliki makna non-harfiah yakni ‘orang yang menjadi tumpuan kesalahan padahal dia tidak bersalah’. Gabungan kata yang menghasilkan makna seperti inilah yang disebut idiom. Palmer (1976: 99) menyatakan bahwa sebuah idiom tidak dapat diterjemahkan secara langsung (harfiah) ke dalam bahasa lain. Bila kick the bucket diterjemahkan secara harfiah ke dalam B. Ind. akan menghasilkan terjemahan seperti ’menendang ember’ sebuah padanan yang sangat tidak tepat sebab idiom bahasa Inggris tersebut bermakna ‘mati’. Meskipun belum ada sebuah defenisi idiom yang disetujui semua pihak menurut Wallace (1982:118) idiom memiliki ciri-ciri seperti: 1. Sebuah idiom terdiri lebih dari satu kata 2. Sebuah idiom merupakan kolokasi yang tetap; dan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
3. Makna sebuah idiom tidak transparan (opaque) Wallace mempercontohkan bahwa blackmail terdiri dari dua kata black dan mail; black dan mail berkolokasi. Dengan kata lain black dan mail merupakan pasangan yang tetap. Black tidak dapat diganti dengan kata lain seperti white dan blue dan black dalam black mail tidak mengacu kepada jenis warna dan mail tidak bermakna surat black mail bernakna ‘pemerasan’. Sebagai bahasa ‘besar’ BI kaya akan idiom. Idiom tidak hanya digunakan dalam bahasa formal lisan dan tulisan tetapi juga dalam bahasa lisan sehari-hari. Ungkapan-ungkapan seperti by the way; by all means, of course, by accident adalah beberapa idiom yang tidak luput dari pemakaian bahasa sehari-hari. Banyak idiom dalam BI berbentuk phrasal verb (verba diikuti adverbia) seperti: carry out ‘melaksanakan’ drop in ‘menyinggahi’ put out ‘memadamkan api’ look after ‘mengawasi’ bring about ‘menghasilkan/menyebabkan’ pay attention to ‘memperhatikan’ give up ‘berhenti’. Sebahagian idiom berbentuk frasa seperti: to miss the boat ‘tidak mendapat kesempatan’ in cold blood ‘ tidak merasa bersalah dalam melakukan kejahatan’ wild goose chase ‘pekerjaan berat dan sia-sia’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
to kick the bucket ‘mati’ to hit the bottle ‘ menjadi penggemar minuman beralkohol’ to kill two birds with one stone ‘ dua hasil yang diperoleh dengan sebuah tindakan’ better late than never ‘lebih baik terlambat daripada tidak hadir sama sekali’ Dan banyak idiom dalam bentuk kalimat seperti A bird in one hand worth two in the bush ‘Sesuatu yang telah dimiliki dengan pasti jangan dilepaskan karena
mengharap yang lain yang belum pasti’.
Blood is thicker than water ‘Orang yang memiliki hubungan darah tak dapat dipisahkan’ It is no use crying over spilt milk ‘ Tidak berguna menyesali yang sudah terjadi ‘ It rains cats and dogs ‘Hujan turun dengan lebat’ Let the cat out of the bag ‘Biarkan rahasia itu diketahui orang’ BM juga memiliki banyak idiom. Idiom berbentuk frasa adalah seperti contohcontoh berikut. mangangin hosa ‘mempertaruhkan nyawa’ martoruk ni abara ‘bersedia dengan rendah hati’ butong-butong babiat ‘memperoleh hasil yang banyak pada suatu saat, tetapi di saat-saat lain tidak memperoleh apa-apa. gotap hotang ‘hubungan yang putus yang tak mungkin disambung lagi’ mangulak ari ‘kunjungan resmi pertama pasangan pengantin baru
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
ke rumah orang tua mempelai wanita’ dompak di abara panjujungan ‘ dalam keadaan tidak mampu secara finansial’ Idiom dalam bentuk kalimat adalah seperti contoh-contoh berikut Santampul dua lancim, sanduruk dua marobo ‘Dua hasil yang diperoleh dengan satu tindakan’. Inda ajaran unte marduri ‘Orang pintar/orang yang sudah tahu tidak perlu diajari lagi’ Muda singkam tungkona singkam ma i tunasna ‘Orang biasanya mewarisi sifat-sifat leluhurnya,. Inda tarporo aek ni indalu ‘upaya yang mustahil’ Tagonan na gonting pa do na tos ‘Lebih baik ada walaupun sedikit dari pada tidak ada sama sekali’. Inda mangilak tano itinggang udan ‘Sesuatu yang telah menjadi kewajiban tidak dapat/tidak boleh dihindari’. Baik dalam BI maupun
dalam BM terdapat banyak idiom dengan variasi
makna yang terkandung di dalamnya. Namun dengan melihat contoh-contoh di atas, BM tidak memiliki idiom berupa phrasal verb. Meskipun budaya Inggris dengan budaya Mandailing merupakan dua budaya yang sangat berbeda dan secara geografis berjauhan ternyata dalam idiom terdapat juga persamaan makna. Idiom to kill two birds with one stone memiliki arti yang sama dengan santampul dua lancim, sanduruk dua marobo yakni sebuah upaya yang dapat meraih dua hasil. Idiom better late than never, meskipun konteks
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
pemakaiannya adalah konteks kehadiran dan konteks pemakaian tagonan na gonting pada na tos adalah keberadaan sesuatu tetapi keduanya memiliki makna generik yang sama yakni ‘meskipun sedikit akan lebih baik dari pada tidak ada sama sekali’. Penerjemahan idiom dari BSur ke dalam BSar dapat dilakukan dengan beberapa alternatif seperti melakukan penerjemahan dengan menggunakan makna denotatif bila tidak ditemukan idiom dalam BSar yang maknanya setara dengan idiom dalam BSur. Namun bila sebuah idiom ditemukan dalam BSar, pemakain idiom akan lebih baik. Misalnya, inda tarporo aek ni indalu dalam BM sebagai BSur dapat diterjemahkan ke dalam BI sebagai BSar menjadi a wild goose chase sebab kedua idiom tersebut bermakna ‘pekerjaan yang sia-sia’ atau santampul dua lancim, sanduruk dua marobo dapat diterjemahkan menjadi to kill two birds with one stone. Yang tidak boleh dilakukan menurut Larson (1984: 116) adalah menerjemahkan sebuah idiom secara harfiah karena akan menghsilkan makna yang tidak dapat dipahami. Bahkan lebih jauh Larson menyatakan bahwa seorang penerjemah perlu mengembangkan sentivititas terhadap pemakain idiom untuk menghasilkan terjemahan yang lebih hidup. Kadang-kadang ada saatnya kata-kata yang bukan idiom dalam BSur akan lebih baik bila diterjemahkan dengan menggunakan idiom dalam BSar. 4.2.8.7 Eufemisme Makna dapat disampaikan dengan berbagai cara seperti dengan cara harfiah (Diego Maradona adalah pemain penyerang tim nasional Argentina) melalui pembandingan ( Diego Maradona adalah ujung tombak tim nasional Argentina),
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
melalui pengibaratan (Diego Maradona berlari seperti kijang), secara tidak langsung/tidak menggunakan makna harfiah (Pemerintah akan menyesuaikan (= menaikkan) harga BBM lagi) dan dengan cara-cara lainnya. Dalam Diego Maradona adalah pemain penyerang tim nasional Argentina, pemain penyerang adalah makna harfiah, pemain penyerang lalu dibandingkan dengan ujung tombak, dan kemampuan berlari Maradona diandaikan/diibaratkan dengan kemampuan berlari kijang. Dalam Pemerintah akan menyesuaikan harga BBM
lagi,
penulis/penutur
menghindari
pemakaian
makna
harfiah
tetapi
menggunakan makna tidak langsung/non harfiah. Jadi kata menaikkan diganti dengan menyesuaikan. Pemakaian makna tidak langsung biasanya terdengar lebih halus, sopan, lebih berterima serta tidak
menyinggung perasaan pendengar/pembaca.
Pemakaian makna seperti ini dikenal sebagai eufemisme. Kata eufenisme yang berasal dari bahasa Yunani berarti ‘berbicara dengan baik’. Eufenisme dipakai sebagai pengganti kata yang langsung mengacu kepada wujud, peristiwa, dan keadaan yang tidak disukai, kasar, menyeramkan dan menyinggung perasaan. Makna eufenisme samar-samar dan tidak langsung (Abrams, 1971). Eufenisme dipakai untuk menggantikan kata-kata yang berkaitan dengan halhal seperti kematian, keagamaan, bagian-bagian tubuh tertentu, fungsi-fungsi tubuh tertentu, hubungan seksual dan hal-hal lain yang bersifat sosial. Semua bahasa menurut Larson (1984:16) menggunakan eufenisme untuk menghindari ungkapan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
yang menyinggung perasaan atau yang tidak berterima secara sosial atau ungkapan yang tidak enak didengar. Di dalam BI pemakain kata die ‘mati’ untuk manusia dalam situasi formal dipandang kasar dan oleh karena itu digunakan kata pass away sebagai eufenisme untuk kata die tersebut. Pemakain kata cunt ‘kemaluan perempuan’ biasanya dihindari dan vagina dipakai sebagai eufenisme. Meskipun tidak semua penyebutan fungsi tubuh dianggap tabu/kasar seperti sleep ‘tidur’, eat ‘makan’, drink, ‘minum’, cough ‘batuk’ atau sneeze ‘bersin’ tetapi shit ‘berak’ dan piss ‘kencing’ dipandang kasar dan masing-masing diganti dengan defecate dan urinate. Kata yang dianggap tidak sopan yang mengacu kepada hubungan seksual manusia adalah fuck dan eufenisme untuk kata ini antara lain adalah to touch, to come together, to sleep with ( Lihat Larson, 1994). Di Amerika Serikat ungkapan old people ‘orang-orang tua’ diganti dengan senior citizens. Pemakaian kata cancer mengingatkan orang kepada penyakit yang menyeramkan karena pada umumnya penyakit ini menyebabkan kematian penderitanya. Agar pikiran kita tidak langsung terfokus pada sifat penyakit tersebut, kata lain yang agak samar-samar dipakai yakni new growth ‘pertumbuhan baru’. Sama dengan BI, dalam BM pun banyak digunakan eufenisme dalam bidangbidang seperti disebutkan di atas tadi. Pemakaian kata mate ‘mati’ untuk manusia dalam sirtuasi formal juga dihindari dan diganti dengan beberapa eufenisme antara lain jumolo ‘pergi lebih awal’, maninggal ‘meninggal dunia’, halangan atau parhalan bila mengacu kepada peristiwa kematian itu sendiri. Setiap bahasa tentu saja memiliki
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
kata yang mengacu kepada organ seksual laki-laki dan permpuan. Dalam BM penyebutan kedua kata tersebut dihindari dan eufemisme untuk kedua kata tersebut adalah dongan mangodang yang secara harfiah bermakna ‘teman menjadi besar’. Eufemisme untuk kata yang bermakna buang kotoran adalah tu aek yang secara harfiah bermakna ‘pergi ke sungai’ Pemakaian eufenisme tidak bersifat semesta. Sebuah kata yang dianggap tabu dalam masyarakat tertentu mungkin tidak dianggap tabu dalam masyarakat lain. Dalam BM kata marbagas ‘kawin’ dihindari dalam situasi formal dan kata maringanan yang secara harfiah bermakna ‘bertempat tinggal’ atau matobang yang secara harfiah bermakna ‘menjadi tua’ dipakai untuk menghaluskan makna tersebut. Dalam BI kata marry atau wed dapat dipakai dalam situasi apa saja. Pemakaian eufemisme dalam BM cukup luas; tidak terbatas pada bagian tubuh dan hubungan seksual saja. Seorang menantu dipandang sangat tidak sopan bila memanggil mertuanya dengan ho ‘kau’ tetapi menggunakan nama hubungan kekerabatan tersebut: tulang untuk mertua laki-laki dan nantulang untuk yang perempuan atau menggunakan kata ganti kedua; homu dan menggunakan kata ganti persona ketiga halai bila membicarakan orang yang dihormati tersebut (Lihat Pronomina Persona dalam BI dan BM dalam 5.) Lubis (2004) menemukan bahwa bentuk klitik –ku yang melekat di akhir kata benda sebagai penunjuk pemilikan orang pertama tunggal seperti dalam bagasku ‘rumahku’, sabangku ‘sawahku’ diganti dengan –ta ( penunjuk pemilikan orang pertama jamak) karena pemakaian –ku terdengar asosial, tidak mau berbagi dengan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
orang lain meskipun sebenarnya makna harfiahnya tetap ‘milikku’. Jadi bagasku diganti dengan bagasta meskipun pendengar tidak akan merasa bahwa dia ikut memiliki. Mangundang atau mengajak tamu makan, oleh penutur yang santun, tidak menggunakan kata mangan ‘makan’, tapi markopi ‘minum kopi’, jumlah pendapatan (uang) yang lumayan tidak dinyatakan dengan
makna harfiah seperti misalnya
seratus ribu, sejuta dan lain-lain tetapi dengan menggunakan eufemisme seperti tuk panabusi nis sira ‘ cukup untuk pembeli garam’. Ingat bahwa garam adalah salah satu perlengkapan dapur yang cukup murah harganya. Seorang anak yang berbadan subur dan gemuk tidak dipuji dengan kata-kata pujian tetapi sebaliknya disebut na jat sibukna ‘badannya buruk’. Keadaan ini serupa dengan salah satu bahasa di Meksiko dimana sorang bayi yang baru lahir tidak boleh disebut cantik tapi jelek supaya makhluk halus tidak mnyukai bayi tersebut (Larson, 1984 : 116) Sebaiknya menurut Larson (1984) eufemisme dalam BSur diterjemahkan dengan menggunakan eufemisme ke dalam BSar bila terdapat persamaan eufemisme dalam kedua bahasa tersebut. Misalnya jumolo ‘pergi lebih dahulu’ dalam BM dapat di- terjemahkan menjadi pass away ke dalam BI. Tetapi bila sebuah eufemisme dalam BSur tidak ditemukan padanannya dalam BSar, pemakaian makna harfiah dapat dilakukan karena hal tersebut tidak mempengaruhi ‘nilai’ bahasa tersebut misalnya matobang ‘kawin’ (sebuah eufemisme dalam BM) dapat diterjemahkan menjadi get married ke dalam BI.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
BAB V TEMUAN PENELITIAN 5.1 Pendahuluan Seperti disebutkan dalam Metode Penelitian, data
dianalisis/diterjemahkan
dengan pendekatan atas-bawah (top-down analysis). Dengan demikian analisis teks/data dimulai dengan menganalisis unsur-unsur eksternal dari teks tersebut yakni register, genre dan ideologi teks tersebut. Langkah berikutnya adalah menganalisis dan membandingkan struktur kelinguistikan TSur dan TSar ( kalimat, frasa dan kata), menemukan padanan-padanan yang tepat dalam BSar .Membandingkan kedua budaya, budaya Inggris dengan budaya Mandailing dan langkah ketiga adalah melakukan penerjemahan. 5.2 Upacara Mangupa sebagai Teks Mangupa, suatu upacara tradisional yang lazim dilakukan di Mandailing dan daerah lain seperti Angkola, Sipirok dan Padang Lawas, dilaksanakan karena dua hal yaitu mendapatkan keberuntungan dan terhindarnya seseorang dari marabahaya (Nasution, 2001:4) Upacara mangupa dilakukan dengan tujuan agar tondi (tondi dapat dipadankan dengan semangat dalam bahasa Indonesia) yang ada dalam tubuh manusia menjadi kuat, tegar, tenang dan nyaman. Orang Mandailing percaya bahwa tondi dapat meninggalkan tubuh. Bila tondi meninggalkan badan maka orang kehilangan semangat hidup, kelihatan lesu bahkan dapat jatuh sakit.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Bila seseorang
baru terhindar dari marabahaya diyakini orang yang
bersangkutan kehilangan tondi seperti orang yang terhindar dari bahaya kecelakaan, orang yang hilang/tersesat di dalam hutan, orang yang selamat dari gangguan binatang buas dan lain-lain. Orang yang telah berhadapan dengan mara bahaya ini perlu di-upa agar tondi atau semangat hidupnya kembali seperti semula. Namun orang yang baru mendapat keberuntungan pun perlu di-upa bukan karena kehilangan tondi tetapi supaya orang yang beruntung tersebut terhindar dari penyakit-penyakit rohaniah seperti sombong, ria, kikir, takabur dan lain-lain. Pada dasarnya mangupa adalah upacara doa selamatan bagi orang yang di-upa. Oleh karena itu pasangan yang baru menikah, bayi yang baru lahir, orang yang akan menghuni rumah baru dan lainlain perlu dimintakan doa selamat agar hidupnya tidak menghadapi masalah. Mangupa sebagai teks/wacana lisan dituturkan oleh seorang ahli yang disebut datu pangupa di hadapan orang yang di-upa dan sejumlah orang lainnya, yang berasal dari jajaran dalihan na tolu. Datu pangupa pada umumnya bertutur atau menyampaikan doa dengan menggunakan bahan-bahan pangupa sebagai simbol untuk melambangkan harapan-harapan yang disampaikan melalui tuturan tersebut. Misalnya bahagian yang kuning dari telur melambangkan emas; emas itu sendiri adalah barang logam yang langka dan sangat berharga yang ingin dimiliki oleh setiap orang. Bagian yang putih dari luar melambangkan kesucian hati untuk bergaul dengan kerabat-kerabat meraka. (Teks mangupa dalam upacara perkawinan beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia dapat dilihat pada 5.3.3).
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
5.3 Situasi, Budaya dan Ideologi Teks Mangupa 5.3.1 Situasi (register) Makna sebuah teks akan dapat dipahami lebih mudah dan jelas bila ketiga konteks: register, genre dan ideologi dalam teks tersebut dipahami. Register atau konteks situasi yang meliputi field (apa yang sedang terjadi, atau substansi teks itu sendiri), tenor (partisipan atau pelibat yang memproduksi teks itu ), dan mode (bagaimana teks tersebut diproduksi). Field teks mangupa dalam upacara perkawinan Mandailing (untuk seterusnya disebut saja teks mangupa) adalah sebuah upacara tradisional sebagai salah satu dari serangkaian upacara yang dilakukan dalam upacara perkawinan tersebut. Mangupa adalah sebuah upacara selamatan yang dilakukan sehubungan dengan telah berdirinya sebuah keluarga baru (ikatan resmi antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai sebuahkeluarga). Mangupa dilakukan dengan menyampaikan dan menjelaskan makna simbolik masing-masing materi pangupa serta serangkaian doa atau harapan yang diikrarkan oleh datu pangupa di hadapan kedua mempelai dan halayak lainnya. Dengan terlaksananya upacara mangupa diharapkan kedua mempelai akan selamat “ibarat sebuah bahtera yang akan mengharungi lautan luas yang penuh ombak, gelombang dan tantangan”. Mangupa adalah sebuah upaacara yang terinstitusi yang dilaksanakan di sebuah ruangan di dalam rumah orangtua salah seorang pengantin. Tenor atau partisipan dalam teks mangupa adalah datu pangupa, seorang yang pintar melantunkan ungkapan-ungkapan teks mangupa, kedua mempelai dan halayak
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
yang merupakan representasi dari dalihan na tolu yang terdiri dari suhut (keluarga yang mengadakan upaacara), kahanggi, para kerabat yang semarga dengan suhut, anak boru (pihak yang mengambil isteri dari suhut/kahanggi), mora (pihak pemberi isteri kepada suhut/kahanggi), hatobangon (pihak yang mewakili orang-orang tua), harajaon (pihak yang mewakili raja-raja), dan raja panusunan (raja yang tertinggi) dan paralok-alok (protokol). Sebagai upacara yang terinstitusi mangupa memiliki sifat formal (ada prosedur yang harus diikuti seperti siapa yang pertama berbicara, dan siapa yang menyampaikan tuturan-tuturan mangupa). Raja Panusunan sebagai raja tertinggi berperan sebagai pemimpin upacara; protokol berperan sebagai pemandu upacara dan datu pangupa sebagai ahli, yang memiliki keterampilan dalam menuturkan ungkapan-ungkapan mangupa. Kedua mempelai merupakan penyimak dan penerima kata-kata nasihat dan halayak lainnya berperan sebagai pengunjung, penyaksi dan pendengar upacara terebut. Datu pangupa menyampaikan nasihat-nasihat kepada kedua mempelai sebagai dua anak yang disayangi dan dicintai sehingga bahasa yang dipakai berciri interpersonal. Mode atau cara bagaimana tuturan mangupa disampaikan adalah dengan cara langsung, bersemuka, dalam bahasa lisan yang berbentuk monolog. Penjelasan materi pangupa disampaikan satu demi satu dalam bentuk deskripsi sedangkan nasihatnasihat disampaikan dalam bentuk pantun.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Teks mangupa adalah sebuah teks yang terencana bukan yang terjadi secara spontan. Meskipun upacara mangupa adalah kegiatan langsung dan bersemuka, pelibat lain, terutama kedua mempelai tidak memberi tanggapan langsung terhadap tuturan-tuturan mangupa yang disampaikan datu pangupa. Mereka hanya mendengarkan dan menyimak nasihat-nasihat yang disampaikan melalui tuturan mangupa tersebut. Jarak antara pelibat dengan kegiatan yang sedang dilakukan adalah tanpa batas. Pelibat berada dalam arena dan berbicara (datu pangupa) dan menyimak (kedua mempelai dan halayak lainnya) ketika aktivitas mangupa sedang berlangsung. 5.3.2 Budaya (Genre) Genre atau konteks budaya merupakan tujuan sosial (social purpose) yang ingin dicapai melalui tahapan-tahapan dalam teks. Teks mangupa, dengan melihat pada tujuan, tergolong kepada genre eksplanasi (explanation). Genre eksplanasi bertujuan untuk menjelaskan proses suatu kejadian atau fenomena (Santoso, 2003:36). Atau seperti disebutkan oleh Derewianka, (1991:60); “ To give an account of how something works or reasons for some phenomenon”. Struktur genre eksplanasi terdiri dari daskripsi fenomena, peristiwa atau konsep yang akan dijelaskan kemudian diikuti oleh sejumlah penjelasan yang berurut secara logis (logical sequence) (Knapp dan Watkins, 2005:130; Derewianka, 1990:62). Sebagai genre eksplanasi teks mangupa dimulai dengan sebuah deskripsi atau introduksi kepada halayak bahwa upacara mangupa akan diadakan (dalam B Ind.:tibalah saatnya menyampaikan kata-kata mangupa kepada kedua mempelai.)
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Introduksi ini disampaikan oleh datu pangupa kemudian datu pangupa menjelaskan satu demi satu makna materi pangupa tersebut secara logis mulai dari materi yang paling penting (telur ayam yang direbus) sampai kepada materi yang kurang penting (daun ubi kayu yang digulai.) Sebenarnya sebelum datu pangupa menyebutkan bahwa acara mangupa akan diadakan, semua partisipan dalam upacara itu telah mengetahui dan diberitahukan bahwa upacara mangupa akan dilakukan. Dan setelah semua materi pangupa dijelaskan oleh datu pangupa, datu pangupa secara implisit melalui tuturan-tuturannya mengisyaratkan bahwa upacara sudah berakhir ( dalam B. Ind.:beginilah ungkapan-ungkapan pangupa yang dapat dititipkan kepada Kamu berdua). Genre eksplanasi memiliki ciri-ciri bahasa seperti: 1. Pemakaian verba tindakan dan kadang-kadang verba mental, 2. Makna verba pertama berkaitan dengan makna verba kedua dan makna verba kedua berkaitan dengan makna verba ketiga dan seterusnya sehinga tercipta sebuah urutan yang logis. 3. Pemakaian kata penghubung yang berfungsi menciptakan urutan logis seperti when (apabila), then (kemudian), first (pertama), after this (setelah ini) atau kata penghubung yang menunjukkan sebab akibat, seperti because (sebab, karena) dan so (jadi, akibatnya, supaya), if (jika). 4. Pemakaian pronomina persona dan pronomina penunjuk seperti this (ini) dan that (itu.)
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
5. Tidak mengacu kepada waktu tertentu: lampau, kini, akan (tanpa waktu yang spesifik). 6. Sejumlah verba berbentuk pasif. Dalam teks mangupa ini sejumlah verba tindakan digunakan yaitu diungkap (ma pangupa) ‘dibukalah (materi pangupa)’, dipajuguk (hamu )’didudukkan (kamu)’, dipatibal (on pangupa) ‘diletakkan (materi pangupa)’, diabinma (pangupa) ‘diangkatlah (materi pangupa)’. Pemakaian
keempat verba tindakan ini
menunjukkan sebuah proses yang berurutan secara logis; pertama materi pangupa dibuka kemudian kedua mempelai yang akan diberi nasihat-nasihat diaminta supaya duduk, selanjutnya materi pangupa diletakkan di depan kedua mempelai dan terakhir setelah kata-kata nasihat disampaikan, materi pangupa diangkat. Materi pangupa dijelaskan satu demi satu dari yang pertama sampai yang terakhir.. Meskipun tidak disebutkan urutan penjelasan secara eksplisit seperti yang pertama, yang kedua tetapi pada urutan yang ketiga datu pangupa menyebutkan na patoluhan ‘yang ketiga’ secara eksplisit. Kata penghubung anso ‘supaya’ banyak digunakan dalam teks tersebut. Kadang-kadang sinonimnya yang digunakan seperti mudah-mudahan, nian, sai. Hubungan sebab akibat pun banyak dipakai dengan menggunakan
kata
penghubung muda ‘jika’ seperti dalam … muda ngada marrumbuk tahi , sai totop marsigagahan ‘jika tidak sepakat, akan selalulah bertengkar’, atau dalam … muda sorang anak dadaboru, jeges-jeges boti na pintar ‘jika lahir anak-anak perempuan, semoga cantik-cantik dan pintar-pintar’.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Pronomina hamu ‘kamu’ banyak sekali digunakan demikian juga kata penunjuk dekat on ‘ini’ dan kata penunujuk jauh i ‘itu’. Teks mangupa sebagai sebuah teks eksplanasi tidak mengacu kepada masa lampau dan masa kini namun karena substansi mangupa sebenarnya adalah pemberian nasihat-nasihat
kepada kedua mempelai dalam menempuh perjalanan
panjang maka waktu yang digunakan adalah masa yang akan datang seperti terlihat dalam dipajuguk hamu amang bope inang di ginjang ni amak lampisan, mudahmudahan marlapis-lapis bisukmu, marlapis-lapis sinaloanmu, ngon on tu ginjang nia ari.’ Didudukkan kepintaran kalian
Kalian amang, juga inang di atas tikar berlapis supaya
berlapis-lapis, berlapis-lapis kepandaian kalian dari sekarang
hingga di masa yang akan datang’. Ciri-ciri kebahasaan lainnya dalam teks mangupa ini adalah pemakaian verba pasif seperti dipajuguk ‘didudukkan’, dipatibal ‘diletakkan’, ditutup ‘ditutup’, nisuan ‘ditanam’ dan lain-lain. 5.3.3. Ideologi (Ideology) Masyarakat Mandailing mempercayai bahwa seorang manusia memiliki tiga unsur yakni badan (body), jiwa (soul) dan tondi (spirit). Seseorang akan dapat hidup normal bila tondi kuat atau tidak ‘meninggalkan badan”. Kehilangan tondi menyebabkan orang tidak bergairah, putus asa, tidak berwibawa dan tidak memiliki marwah (Nasution, 2001:7). Jadi tujuan mengupa adalah ‘mengembalikan semangat ke dalam tubuh” atau ‘memperkuat semangat” untuk menghadapi tantangan dalam berbagai gelombang kehidupan dari masa sekarang dan selanjutnya.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Hata pangupa (words of advice) diucapkan oleh seorang datu pangupa (orang yang terlatih mengucapkan hata pangupa). Acara mangupa dilakukan di dalam rumah dengan mempersiapkan peralatan dan bahan-bahan pangupa (bahan-bahan yang diperlukan sebagai syarat pelaksanaan mangupa yang terdiri atas telur ayam yang direbus dan telah dibuang kulitnya, garam, nasi, air, ikan, udang , daun ubi, kepala kerbau (tidak dimasak) dan ayam (dimasak). Semua bahan pangupa ditaruh di atas
penampi dan ditutup dengan ujung
daun pisang . Setiap benda pangupa melambangkan keadaan dan harapan . Datu pangupa melantunkan hata pangupa dengan menyebutkan makna/nilai setiap benda pangupa. Dalam seksi ini ideologi yang menjadi dasar teks mangupa diungkapkan.Agar ideologi tersebut dapat dipahami pembaca, teks mangupa dalam BM diterjemahkan dulu ke dalam bahasa Indonesia . Penerjemahan dilakukan paragraf demi paragraf dan pantun demi pantun diikuti langsung ideologi yang mendasarinya . Teks mangupa disajikan dalam cetak miring untuk membedakannya dari terjemahannya dalam
bahasa Indonesia
dan ideologinya disajikan dalam cetak
tebal.Berikut ini adalah paparan ideologi yang terkandung dalam teks mangupa. Datu Pangupa: Paragraf 1. Parjolo au marsantabi tu barisan ni dalihan na tolu, kahanggi, anakboru, mora songon i tu barisan ni harajaon, sumurung lobi to raja panusunan na juguk di uluan ni pantar paradaton on
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Paragraf 2. Satorusna marsyukur hita tu hadirat ni Allah Subahanahu wa taala. Tuhanta na gumorga langit na tu mompa tano na dung mengalehan halapangan dohot hatorkisan di hita sude na rap juguk di pantar paradaton on Paragraf 3. Marhite-hite di pardomuan ni tahi di pantar paradaton, dibaen tibo ma waktu na angkon pasampe hata pangupa tu bayo pangoli dohot boru na ni oli, parjolo au mandokon mauliate na sagodang-godangna asa mangido mohof, ampot adong naron na hurang tupa sanga na sala di pangalaho. Paragraf 4. Mudah-mudahan, ulang adong on nian na manggora manise, anso kobul borhat pangidoan tingon on tu pudi ni ari. . Terlebih dahulu saya minta maaf dari jajaran dalihan na tolu, kahanggi., anakboru, mora, demikian juga dari harajaon , terutama raja panusunan yang telah duduk di uluan dari pantar paradaton ini. Seterusnya marilah kita bersyukur kepada Allah Subahana huwa Taala, Tuhan yang berkuasa di langit dan berkuasa di bumi yang telah memberikan kelapangan dan kesehatan kepada kita semua yang sedang duduk di pantar paradaton ini. Sehubungan dengan hasil mupakat di pantar paradaton ini, karena sudah tiba waktunya menyampaikan hata pangupa kepada mempelai laki-laki dan mempelai perempuan, terlebih dahulu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya serta meminta maaf
bila ada nanti yang kurang tepat atau yang salah dalam
perbuatan. Mudah-mudahan jangan ada yang menegur dan mencela supaya makbul dan diberkati permintaan dari sekarang hingga nanti. Pantun 1. Natuari, di mata ni ari guling Di sima au ro tingon luat ni Mandailing Ia ulang suada na uoban Adat ni ompunta na robian Sai hita pagogo ma partahian Anso samate sahangoluan Kemarin, ketika matahari berguling Di saat itulah aku datang dari ranah Mandailing Tiada apapun yang aku bawa
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Selain adat nenek moyang kita Marilah kita perkokoh pakat kita Supaya kita sehidup semati selamanya Harapan yang tinggi akan kekukuhan serta kerukunan dalam hidup bersama. Pantun 2. Pala dung songon i Sahino ma i samalu Inda marimbar na disuru Sude karejo angkon lalu Jika sudah demikian adanya Sependeritaan dan seaiblah kita Siapa saja yang diminta Semua pekerjaan akan terlaksana Keyakinan bahwa bila kerukunan terpelihara semua pekerjaan akan dapat diselesaikan. Pantun 3. Antong angkon salumpat do saindege Sapangambe sapanaili Anso rap lomo roha mambege Ulang ma hita on pasili-sili Hendaklah kita seia sekata Sejalan dan setujuan Supaya sama-sama senang hati di dada Semoga terhindar dari pertengkaran Harapan atas keutuhan dan kerukunan (Diulang pada pantun ini) Pantun 4. Pala songon i, tanda mai songon adian Laplap songon indege Hombang mai adat ni ompunta na robian Rap lomo roha mambege Bila sudah demikian jelaslah terlihat seperti tempat peristirahatan Berbekas seperti jejak di dalam hutan Tegaklah adat nenek moyang yang kita muliakan Semua berada dalam ketenteraman Keyakinan bahwa kerukunan akan dapat mempertahankan adat yang diwarisi dari nenek moyang.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Paragraf 5. Ari on ari na denggan, ari na uli, ari na tupa, ari na niligi ni bayo datu, di hanaek ni mata ni ari, diupa tondi dohot badan muyu, anso manaek tua hamamora. Paragraf 6. On ma na margorar ari simonang-monang, na monang mangalo musu, talu mangalo dongan. Hari ini hari baik, hari yang bagus, hari yang tepat, hari yang telah diamati bayo datu, di saat mata hari naik, diupa semangat dan badan kalian supaya naik tuah dan kemuliaan. Inilah hari yang disebut hari kemenangan, menang melawan musuh, kalah melawan teman. Keyakinan bahwa mangupa tidak dapat dilakukan setiap saat tetapi harus dilakukan pada saat tertentu, di saat matahari sedang naik. Hari baik itu adalah hari kemenangan Bagi orang Mandailing kemenangan hanya diperoleh bila mengalahkan musuh, sedangkan dengan teman sendiri tidak pernah menang dengan dasar ideologi bahwa jangan pernah terjadi pertentangan dengan teman atau saudara sendiri. Pantun 5. Dihanaek ni mataniari Di sima naek tua hamamora Harani rumbuk hita satahi Madung dapot lomo ni roha Di saat matahari sedang naik Di saat itulah tuah dan kemuliaan naik Karena kita rukun kita sepakat Senang hatipun sudah didapat Pantun 6. Hatiha tu aek on bujing partonun Hatiha maruyup-uyup bayo parmahan Pasunggul lungun di parmayaman Ulang nian lungun-lungunan Di saat anak dara penenun pergi ke tepian Di saat anak muda penggembala meniup puput lagi kesepian Melepas rindu akan teman-teman Semoga nian terobat kerinduan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Pantun 7. Di hangu-nguas on bayo panopa Di hatalgang baju ni bulu Di son ma hita mangupa Pahoras tondi badan muyu Hatiha markuik on halihi bangar Martahuak manuk laho marpira Habang ma on langkupa Na songgop tu Gunungtua Diungkap ma pangupa Anso maroban sangap dohot tua Di saat pandai besi kehausan Di saat pelepah bambu lepas dari pohon Di saat inilah mangupa kita lakukan Supaya selamat badan dan semangat Kalian Di saat elang bersiul di atas pohon Di saat berkotek ayam betina Terbanglah langkupa yang hinggap di Gunungtua Dibukalah pangupa Supaya membawa kemuliaan dan tuah Keyakinan bahwa saat matahari sedang naik (biasanya antara pukul 10-11 pagi) merupakan saat yang tepat melakukan acara mangupa (pantun 5, 6, dan 7). (Pangupa dibuka oleh anakboru dengan menggulung penutup pangupa dan menjunjungnya serta membawanya ke ruang belakang. Selanjutnya datu pangupa mulai menuturkan makna benda pangupa satu demi satu) Paragraf 7.Dipajuguk homu amang bope inang di ginjang ni amak lampisa mudahmudahan marlampis-lampis bisuk mu, marlampis-lampis sinaloanmu,
marlampis-
lampis sahalamu, ngon on tu pudi ni ari. Didudukkan Kalian berdua amang
inang di atas amak lampisan agar kebijakan,
kepandaian dan wibawa kalian berlapis-lapis dari sekaranghingga di kemudian hari. Harapan agar kedua mempelai bijaksana, memiliki pengetahuan dan kepandaian yang banyak dan berwibawa. Paragraf 8. Di jolo muyu madung tangkas
diida hamu pangupa. On ma na
margorar pangupa ni tondi dohot badan, na mararti do on asa
na marantusan,
mudah-mudahan kobul borkat nian sude pangidoan.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Di hadapan kalian terletak pangupa. Inilah yang disebut pangupa untuk semangat dan badan. Pangupa ini memiliki makna dan harapan. Mudah-mudahan semua permintaan dikabulkan . Harapan dan keinginan hanya dapat dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagai masyarakat yang taat beragama masyarakat Mandailing senantiasa mengharapkan berkah Tuhan . Paragraf 9.
Dipatibal on pangupa di ginjang ni pinggan pasu anso denggan
homu marrosu na mamolus dalan matobang. Ditaruh pangupa di atas piring besar agar tegar kalian dalam kehidupan berkeluarga. Harapan agar kedua mempelai selalu hidup akrab dan harmonis sebagai sebuah keluarga. Paragraf 10.
Marmocom-mocom on isina. Di son pira manuk na nihobolan.
Na bontar on di luar na gorsing di bagasan, hobol nian tondi tu badan. Bontar nai songon on ma nian bontar ni ate-ate, ias ni pusu-pusu. Songon on ma ikhlas ni roha muyu manjagit pangupaon. Songon i
muse nian bontar ni ate-ate muyu
mangadopkon sisolkot sasudena. Gorsing na i, songon on ma doa nami tu Tuhan mudah-mudahan tarjomak sere homu, omas sigumorsing tingon on
tu pudi ni ari.
Bermacam-macam isinya. Inilah telur ayam rebus pelindung jiwadan dan raga. Yang putih di luar dan yang kuning di dalam. Mudah-mudahan kuat semangat dalamtubuh. Mudah-mudahan seputih inilah hati kalian. Seikhlas inilah hati kalian menerima pangupa ini. Seputih telur ini jugalah hati kalian menghadapi semua kerabat. Doa kami kepada Tuhan agar kalian menggenggam emas seperti kuning telur ini, omas sigumorsing, dari sekarang hingga nanti. Harapan bermasyarakat
agar dan
hati
selalu
harapan
akan
bersih
dan
kehidupan
suci yang
dalam
kehidupan
sejahtera
(emas
melambangkan kekayaan dan kesejahteraan). Paragraf 11. Di son muse sira sasumbiga na ditungkus di bulung salungsung.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Sai ancim nian pardaian muyu, marsira na nidok, mandapot bahagia lopus sayur
matua
bulung.
Songon
sira
on
muse
hamu
nian,
sude
halak
mamorluonsa. Di sini ada juga garam sejemput yang dibungkus dengan selongson daun
pisang.
Tetaplah asin pengecapan
Kalian,
terasa
asin
yang
disebutkan seperti rasa garam., berbahagia sampai lanjut usia. Seperti garam inilah kalian. Semua orang memerlukannya. Harapan agar perasaan tetap peka. Didengar orang yang disebutkan dan menjadi orang yang berguna bagi orang banyak dan berbahagia di dalam hidup selamanya. Paragraf 12 Na patoluhon, di son muse indahan sitamba tondi, indahan si tamba tua on, na pahoras badan ma on dohot tondi, sai ditubui sangap homu rap dohot tua, gogo muse manjalahi. Yang ketiga, di sini ada pula nasi penambah semangat, nasi penambah tuah yang menguatkan tubuh dengan semangat. Semoga kalian mulia dan bertuah dan kuat berusaha. Harapan akan keutuhan/kesehatan jasmani dan rohani memiliki tuah dan kemuliaan dan kekuatan untuk berusaha/mencari napkah Paragraf 13 Na manggonggomi indahan on di son ma i manuk na ringringan,manuk simarian-ian on, rambe-rambe, lai-lai mariring-iring on nian tangan muyu manogunogu, sinuan tunas dohot sinuan boyu, tingon on tu pudi ni ari. Yang mendampingi nasi ini adalahdaging ayam panggang yang dibelah-belah. Inilah ayam cantik. Mudah-mudahan tangan kalian memapah anak laki-laki dan anak perempuan dari sekarang hingga nanti. Harapan agar kedua mempelai memiliki keturunan laki-laki dan perempuan Pantun 8 Tubuan laklak, tubuan singkoru Tubuan anak nian tubuan boru Gosta-gosta giring-giring Marompa mariring-iring
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Belilah salak pagi-pagi di pekan salak Sidimpuan Lahirlah anak laki-laki lahirlah anak perempuan Gelang di tangan gemerincing Menggendong anak beriring-iring Pantun 9 Di Muarasada Marlai-lai do singkoru Langga-langga sada Jolo halaklahi anso dadaboru Di Muarasada di depan dangau Berjurai-jurai buah rambutan Berantara-antara satu Anak laki-lakilah dahulu disusul anak perempuan Harapan akan dikaruniai keturunan yang banyak, laki-laki dan perempuan dan anak pertama laki-laki dan disusul anak perempuan (Pantun 8 dan 9.) Paragraf 14 Na mangkatiri on, on mai gulaen sale, adong muse incor tali dohot haporas
na
nidurung
di
marayak
andospotang.
Torkis
homu
na
dua
mamolus paradaton matobang, horas badan dohot tondi ditubui sangap homu dohot tua, lopus sayur matua bulung. Ia sifat ni gulaen on rap tu jae do on rap tu julu, rosu dipardalanan, ra muse marsipaihutan. Yang menyertai ini (ayam) adalah ikan salai (ikan jurung) ada pula incor dan haporas yang ditangguk menjelang petang. Mudah-mudahan sehatlah Kalian berdua menempuh hidup berkeluarga, sehat badan dan rohani, memiliki kehormatan dan tuah sampai tua. Sifat ikan ini adalah sama-sama ke hilir dan sama-sama ke hulu, akrab dalam perjalanan dan saling menurut. Harapan akan kesehatan jiwa dan raga, memiliki kehormatan dan saling memahami dan menghormati sampai di hari tua. Di jolo muyu adong aek na lanlan, sada panginuman sada
Paragraf 15 parbasuan.
On
pe
anso
hami
baen
songon
on,
songon
on
ma
pangidoan nami tu Tuhan, anso nian sahata homu saoloan,marsada hata marsisalungan roha, songon pandok ni umpama, sabara sabustak, salumpat
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
saindege, sapinggan sapanganan,sapangambe sapanaili, anso ulang pajala-jelu songon parkuayam ni hajaran. Harana muda ngada marrumbuk tahi, sai totop marsigagahan, muda tanduk ningna paleang-leung, gumbang mai marsinggaluan, talaga ma i jadi uluan, maralo ma i sanga andigan. Di depan kalian ada air jernih, satu tempat minum, satutempat cuci tangan. Seperti inilah permintan kami kepadaTuhan agar seia sekata Kalian,, satu bahasa dan saling menyayangi seperti kata umpama: sabara sabustak, salumpat saindege, sapinggan sapanganan, sapangambe sapanaili supaya tidak timpang seperti mulut kuda yang menguak . Sebab bila tidak sepakat akan selalulah berlawanan. Bila tanduk tidak sejajar jadilah talaga menjadi uluan terjadilah pertentangan kemudian. Harapan agar kedua mempelai selalu menjaga keutuhan dan kerukunan perkawinan dan menghindari pertentangan. Paragraf 16. Sude on koum sisolkot, tarlobi-lobi amanta dohot inanta mengido tu Tuhan, mudah-mudahan suang hamu siala sampagul rap tu ginjang rap tu toru, muda malamun saulak lalu, muda magulang rap margulu, hibul songon ulu, impal tola palu-palu, songon on nian hamu tingon on tu ginjang ni ari. Semua kerabat, terutama ayah dan ibu Kalian memohon kepadaTuhan agar Kalian seperti siala sampagul, sama-sama ke atassama-sama ke bawah, bila masak, sama-sama masak, bila berguling sama-sama berlumpur, bulat seperti kepala, bongkah bisa jadi palu.Semoga beginilah kalian dari sekarang sampai nanti. Harapan akan keutuhan, kesetiaan, dan kelanggengan perkawinan diulang lagi dalam paragraph 16 ini. Paragraf 17. Di son muse tarida do pahan-pahanan ni raja na martua. Mata na i dohot ate-ate na i jadi partanda ma i anso “mata guru roha siseon”. Songon i muse suping nai anso “tangi homu di siluluton inte di siriaon”. Di sini juga terlihat (hewan) piaraan raja yang bertuah. Mata dan hatinya menjadi pertanda bahwa “mata guru roha siseon”. Begitu juga telinga menandakan “tangi di siluluton inte di siriaon”
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Harapan
agar
kedua
mempelai
peka/tanggap
terhadap
dukacita
(kesedihan) orang lain namun cukup menunggu (tidak terlalu berharap) atas keikut-sertaan dalam acara sukacita/gembira orang lain. Pantun 10. Di son ma horbo simaradang tua Namamolus ombun manyorop Dompak sannari hamu maroban tua Saulakon maroban sangap Inilah kerbau dari Gunung Tua Yang merumput di pinggir hutan Di saat ini Kalian membawa tuah Di hari nanti membawa kemuliaan Harapan agar kedua mempelai selalu bertuah dan mulia di hari kemudian. Pantun 11. Di son ma juhut gana-ganaan Mambaen gorar maginjang-magodang Gorarna tarmauk–tarbonggal Tu ipar ni laut siborang Mambaen partahian ulang janggal Patogu tua ulang sirang Inilah daging hewan piaraan Membuat nama menjadi panjang dan terkenal Nama yang tersohor hingga ke seberang lautan Berembuk janganlah janggal Perkokoh tuah, keakraban jangan tanggal Harapan agar nama kedua mempelai menjadi mashur bukan saja di antara orang-orang dekat tetapi juga orang jauh. Pantun 12. Di son adong tulan rincan Sada sin siamun Sada sian siambirang Manorjak laho tu pudi Mangambur laho tu jolo Mangamburkon anak dohot boru Pitu sundut suada mara Maroban tua hamamora Inilah daging paha kerbau Dari sebelah kanan satu Dari sebelah kiri satu Menerjang ke belakang dahulu
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Lalu meloncat ke hadapan Meloncatkan anak laki-laki dan perempuan Tiada bencana tujuh keturunan Membawa tuah dan kemuliaan Harapan agar kedua mempelai dapat membina anak-anak mereka serta selamat sepanjang masa, bertuah dan mulia. Pantun 13. Di son ma ihan-sayur Anso sayur matua bulung Ia ihan sayur on Sian lubuk parkatimbungan Riak mardomu tu tonga Inilah sayur dengan ikan jurung Supaya hidup dan umur Kalian panjang Dimana ikan dan sayur ini datang Dari lubuk pemandian yang tenang Riak ke tengah bergelombang Harapan agar kedua mempelai bersatu dan tetap rukun sampai tua. Pantun 14. Sayur badan dohot tondi Martamba denggan paruntungan Ulang adong bondul mangkalang Tumbuk dapot na ni roha Semoga jiwa dan raga berumur panjang Bertambah baiklah keberuntungan Jangan ada pematang jadi penghalang Dapatlah nian yang didambakan Harapan agar dalam kehidupan kedua mempelai tidak menghadapi rintangan. Paragraf 18.
Dipatibal sude pangupa on diginjang ni anduri anso malo homu
mambedahon na denggan dohot na sala, malo muse markoum, malo marmasyarakat, mamboto patik, uhum, ugari, hapantunon. Diletakkan semua bahan pangupa di atas penampi .agar kamu dapat embedakan yang baik dari yang buruk, pandai menjalin hubungan dengan kerabat, pandai ergaul, mengetahui aturan, adat dan sopansantun.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Harapan agar kedua mempelai dapat membedakan yang benar dari yang salah, pandai bergaul (dengan kerabat sendiri dan dengan masyarakat) dan mengetahui aturan, adat dan sopan santun. Paragraf 19.Pangupa on ditutup dohot bulung ujung, anso marujung on karejo, adong muse hasilna. Adong muse abit adat anso totop homu digonggomi paradaton, tingon on tu ginjang ni ari. Bahan-bahan
pangupa ini ditutup dengan ujung daun pisang supaya
setiap pekerjaan berujung, dan berhasil. Ada pula abit adat supaya kalian selalu dipelihara adat dari sekarang sampai ke belakang hari. Harapan agar setiap usaha akan mencapai hasil, dan supaya pandai hidup sesuai adat dan tradisi. Paragraf 20. Tamba ni on laing dipangido do tu Tuhan. Songon pandokon ni ompunta na robian: mamarpar homu songon dabuar, mardangka tu jae dohot tu julu songon haruaya. Haruaya ho amang silonggom banua , banir na bolak parkolipan, tungkot ho di na landit, sulu di na golap, payung di udan na gogo, parsilaungan di las ni ari. Togu diparkataan, pangidoan hamu pangalapan Selain daripada itu, kami selalu meminta kepada Tuhan seperti yang disebutkan nenek moyang kita dahulu: berseraklah kalian seperti dabuar bercabang ke hilir dan ke hulu seperti beringin. Jadilah Engkau amang beringin, silonggom banua batang yang lebar tempat berlindung, jadilah tongkat di tanah yang licin, suluh
di kegelapan,
Tegas/hati-hati
payung di hujan deras, tempat berteduh di hari panas.
dalam berbicara, jadilah tempat orang meminta dan tempat orang
mengambil (sesuatu). Harapan agar kedua mempelai memiliki banyak keturunan (beranak bercucu dan jadilah orang yang berguna bagi orang banyak) tidak menjadi beban bagi orang lain. Paragraf
21.
Mudah-mudahan
dohot
borkat
pangidoan
ni
damang
na
lambok marlidung dohot inang pangitubu, sude koum sisolkot, matumbur na ni suan manjadi pahan-pahanan.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Semoga berkat permintan ayah yang berbicara lembut dan ibu yang melahirkan serta
semua kerabat dekat, tumbuh suburlah tanam-tanaman, berkembang biak
hewan piaraan. Harapan agar apa yang dilakukan supaya berhasil dan menjadi harta di kemudian hari. Pantun 15.
Muda marmanuk tarhabang dinding Muda marlombu songon batu di pasir Anso adong siparinggas muyu mangkuling Muda ro koumta musafir Bila memiara ayam penuh satu kandang Bila memiara lembu berserak seperti batu di tengah pasir Supaya hati Kalian selalu lapang Bila datang kaum musafir
Pantun 16.
Muda marhorbo longa tinungtung Muda maritik rondam kualo Muda marjagal bahat mandapot untung Muda marsaba bahat mandapot eme pangisi sopo
Bila memiara kerbau banyak mendapat daging Bila memiara itik penuh telur dalam keranjang Bila berjualan banyak mendapat untung Bila bersawah banyak mendapat padi pengisi lumbung Harapan agar usaha kedua mempelai senantiasa maju (Pantun 15 dan 16). Pantun 17.
Upa-upa magabe Sinta-sinta mamora Satumtum hamu sapangambe Silang sae suada mara
Semua doa menjadi nyata Cita-cita menjadi mulia Satu hati kalian satu jiwa Tiada penghalang tiada bahaya Harapan agar kedua mempelai hidup rukun, bersatu tanpa mara bahaya. Pantun 18. Tubuan laklak hamu tubuan singkoru Sai siganda-sigandadua Tubuan anak tubuan boru
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Sada manjadi dua Pitu sundut suada mara Tumbuhlah salak tumbuhlah rambutan Tetaplah siganda-sigandua Lahirlah anak laki-laki lahirlah anak perempuan Satu manjadi dua Tujuh keturunan tiada bencana Pantun 19. Di Muarasada Marlai-lai andalado Marantara-antara sada Halaklahi ma nian parjolo Ke ladang memetik paku Ke kali memasang bubu Berselang-seling satu Laki-lakilah hendaknya dahulu Harapan agar kedua mempelai mendapat keturunan yang banyak lakilaki dan perempuan dan harapan agar anak lahir berselang-seling. Laki-laki yang pertama (Pantun 18 dan 19. Ideologi ini terdapat juga dalam pantun 8 dan 9). Pantun 20. Nipasae tanding duru Anso santak nida tu ipar Muda sorang anak dadaboru Jeges-jeges boti na pintar Dibersihkan tepi kebun Supaya terlihat sampai ke seberang Bila lahir anak-anak perempuan Cantik-cantik juga cemerlang Pantun 21. Halaklahi si suan bulu Dadaboru si suan pandan Rap lolot be hamu mangolu Pulik muse marhairasan Laki-laki penanam bambu Perempuan penanam pandan Semoga hidup lama berlalu Senantiasa sehat jiwa dan badan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Pantun 22. Halaklahi si panjala Dadaboru si pandurung Martua hamu marsahala Sarat be manompi-manjujung Laki-laki si penjala Perempuan si penangguk ikan Bertuahlah Kalian dan berharta Penuh gendongan dan junjungan Harapan agar anak-anak yang lahir adalah anak-anak yang baik yang sesuai kodratnya (dalam Masyarakat Mandailing
adalah pekerjaan laki-laki
menanam bambu/menebang bambu dan menjala ikan sedangkan perempuan menanam/mengambil pandan untuk bahan tikar dan menangguk ikan). Jadi laki-laki mengerjakan pekerjaan yang lebih berat dari pekerjaan perempuan dan harapan agar senantiasa memiliki harta yang banyak. Pantun 23. Dijujar harambir poso Mangihut saludang na tobang Tinggalkon ma amang adat naposo Madung sandang adat matobang Dijolok kelapa muda Ikut terjatuh pelepah tua Tinggalkanlah Amang adat orang muda Sudah tersandang adat berkeluarga Pantun 24. Talduskon ma giring-giring Laho mamasukkon golang-golang Tinggalkon ma inang adat mabujing Madung jujung adat matobang Lepaskanlah kerincing Ketika memasang gelang-gelang Adat remaja biarlah terbuang Adat berkeluarga sudah dijunjung Anjuran kepada kedua mempelai agar meninggalkan tradisi/kebiasaan orang muda sebab mereka sudah memasuki masa tua (masa berumah tangga) (Pantun 23 dan 24)
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Pantun 25. Na jolo digorar ho si Dalian Pabotohon anak tubu Horas do ho di hangoluan Lopus ho dapotan boru Dahulu dinamai Engkau si Dalian Memberitahu kelahiran anak laki-laki Sehat nian Engkau selalu dalam kehidupan Sampai Engkau mendapat teman sehati Pantun 26. Na jolo digorar ho si Taing Pabotohon anak dadaboru Magodang ho maginjang Sampe dapot dongan marrosu Dahulu dinamai Engkau si Taing Memberitahu kelahiran anak perempuan Engkau kini telah besar dan jangkung Hingga memperoleh teman rukun Ungkapan rasa syukur kepada Tuhan bahwa kedua mempelai telah tumbuh dan berkembang dengan sehat hingga masa berumah tangga. (Pantun 25 dan 26). Pantun 27 Madung digorar ho amang Sutan Pardomuan Anso pardomuan ni hula ho dongan-dongan Digorar muse ho inang Namora Pardamean Anso dame sude hula dongan Sudah diberi namamu Amang Sutan Pardomuan Agar Engkau menjadi tempat bertemu kerabat dan teman-teman Engkau pun Inang diberinama Namora Pardamean Agar semua kerabat dan teman merasa nyaman Harapan agar mempelai laki-laki menjadi orang yang diperlukan orang banyak dan mempelai perempuan menjadi penyejuk hati bagi orang banyak. Pantun 28. Jangat-jangat ni gordang Jigit-jigit di ari potang Dipasahat di hamu gorar matobang Manjagit nian tondi dohot pamatang
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Bunyi gordang membahana Membuat orang terpesona Dititipkan kepada Kalian gelar berumah tangga Semoga diterima jiwa dan raga Harapan agar semua nasehat dapat diterima jiwa dan raga. Pantun 29. Nipadao sipanggago Sian duru ni hauma Gorar na sangap na martua ulang mago Jana ulang tinggal malua Dijauhkan rumput ilalang Dari tepi ladang Gelar yang mulia yang bertuah jangan hilang Jangan pula menjadi terbuang Harapan agar nama yang mulia dan bertuah tetap dipertahankan. Pantun 30. Tangan siamun-siambirang Ujungna marjari-jari lima Gogo hamu sumbayang Tarkarejohon nian rukun na lima Tangan kanan dan tangan kiri Di ujungnya lima jari-jari Rajinlah kalian sembahyang dan mengaji Dapat pula nian menunaikan ibada haji Anjuran agar kedua mempelai senantiasa taat beribadah. Pantun 31. Dongdong di Batangtoru Songgopan ni langkupa tonga ari Jongjong ma anakboru Mangabin pangupa di naek ni mataniari Kemiri di Batangtoru Tempat langkupa hinggap di tengah hari Berdirilah anakboru Mengangkat pangupa di saat naik matahari Dalam Pantun 31 tidak terdapat anjuran ataupun harapan kepada kedua mempelai, hanya permintaan kepada anakboru untuk mengangkat pangupa.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
(Anakboru berdiri mengangkat pangupa dan dilayang-layangkan di atas kepala kedua pengantin dan datu pangupa mengucapkan: Turuuuuuupa upa tiga kali dan Turuuuuuuuuu ma tondi disahuti oleh hadirin tiga kali). Pantun 32. Mare ma tondi muyu Tondi sijanjang Tondi sijunjung Tondi siandarohot Tondi siandarasi Marilah semangat Kalian Semangat sijanjang Semangat sijunjung Semangat si andarohot Semangat siandarasi Pantun 33. Ulang tondi tarkalimanman Ulang tondi tarkalimunmun Ulang tondi marjalang-jalang Ulang tondi martandang-tandang Ulang tondi mandao-dao Di son do bagasta parsarimpunan ni tondi Janganlah semangat hilang Janganlah semangat melayang Janganlah semangat melancong-lancong Janganlah semangat bertandang-tandang Janganlah semangat bergadang-gadang Di sini rumah tempat yang langgeng Permintaan agar semangat kedua mempelai tetap berada dalam raga masing-masing. (Pantun 32 dan 33). Sada, dua, tolu, opat, lima, onom, pitu! Pitu sundut suada mara. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh! Tujuh keturunan tiada mara bahaya. Pantun 34. Jarunjung obur-obur Pasak sanggul simarjarunjung Horas hamu amang bope hamu inang Sampe sayur matua-bulung Dari si Hepeng ke Malintang Membawa padi dengan pedati
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Selamatlah Engkau amang serta Engkau inang Dari sekarang hingga nanti Tuuuuuruupa upa! (diucapkan oleh datu pengupa tiga kali) Turuuuuuuu ma tondi! (Disahuti oleh hadirin tiga kali). Pantun 35. Garang-garang giring-giring Di dangka ni ulasi Tondi maranak mariring-iring Markundang markuasi Halaklahi on na martua Dadaboru na marharatan Garang-garang giring-giring Di cabang pohon ulasi Semangat beranak beriring-iring Markundang markuasi Laki-laki yang bertuah Perempuan yang mulia Harapan agar kedua mempelai selamat hingga di usia tua demikian juga keturunan mereka (Pantun 34 dan 35). Turuuuuuupa upa (diucapkan oleh datu pangupa tiga kali) Turuuuuuuu ma tondi (disahuti oleh hadirin tiga kali) Pantun 36. Malos ma dingin-dingin Obanon tu Sipogu Horas ma tondi madingin Pir tondi matogu Sayur matua-bulung Horas …. Horas … Horas ! Tanamlah betik di pekarangan Daun betik diperas menjadi obat Semoga semangat sejuk dan nyaman Semoga semangat keras dan kuat Semoga panjang umur dan selamat Selamat … Selamat … Selamat! Harapan agar semangat sejuk dan kokoh dan usia terus berlanjut.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Pantun 37. Bariba tor bariba rura Aek mardomu tu muara Tarsongon on ma hata pangupa Na tarpasahat tu hamu na dua Bunga melati bunga cempaka Harum baunya tiada tara Demikianlah dulu nasihat pangupa Yang dapat dititipkan kepada Kalian berdua Pantun 37 (yang terakhir) tidak menyampaikan harapan atau nasihat hanya pernyataan tentang berakhirnya acara mangupa. Paragraf 22. Muda adong na martinggal-tinggal sada, martinggal-tinggal dua, parjolo au mangido mohop tu sude barisan ni dalihan na tolu, harajaon, tarlobi-lobi tu raja panusunan. Santabi Sapulu. Bila ada yang tertinggal satu, tertinggal dua, terlebih dahulu saya minta maaf dari semua jajaran dalihan na tolu, jajaran harajaon terutama raja Panusunan. Santabi.Sapulu. (Paragraf terakhir hanya berupa permintaan maaf datu pangupa dari semua pihak yang hadir dalam acara itu bila ada kesalahan dalam melakukan acara mangupa tersebut). Ideologi utama yang terdapat dalam teks mangupa adalah permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar kedua mempelai yang baru membina sebuah ikatan melalui perkawinan agar: 1. Memiliki kekuatan jasmani dan rohani (physical and mental strength). 2. Keutuhan dan keabadian perkawinan (the soundness and continuance of marriage). 3. Keselamatan dan kesejahteraan dalam hidup (safety and prosperity in life). Namun ada sejumlah
harapan lain
yang lebih spesifik untuk mendukung
tercapainya harapan dalam ideologi utama tersebut seperti ditunjukkan berikut ini. a. Kepintaran dan kepandaian. Seseorang harus memiliki kepintaran dan kepandaian agar dapat selamat dan sejahtera dalam hidup.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
b. Kesucian dan kebersihan hati. Kesucian dan kebersihan hati akan menjauhkan orang dari prasangka (prejudice), iri dan dengki (envy) terhadap orang lain. Sebab sifat ini tidak baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan hati dianjurkan bagi orang Mandailing melalui nasihat yang terkenal Poda na Lima (the five pieces of advice) (Ritonga dan Azhar, 2002: 10). c. Pemilikan keturunan (descendants) yang banyak. Meskipun sudah mulai terjadi pergeseran pandangan terhadap jumlah anak, dalam masyarakat Mandailing tradisional jumlah anak merupakan aset penting (human resource) yang dapat diberdayakan untuk
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan pertanian
(farming). Ideologi ini dapat ditemukan dalam ungkapan yang sangat populer: “Maranak nian sampulu pitu, marboru sampulu onom” (Memiliki anak laki-laki sepuluh dan tujuh (tujuh belas) dan memiliki anak perempuan sepuluh dan enam (enam belas) (Ritonga dan Azhar, 2002: 109). d. Pemilikan kehormatan. Orang yang dihormati adalah orang yang berwibawa, orang yang disegani karena memiliki sifat-sifat yang positif seperti adil, jujur, sopan, ramah, rendah hati (modest), suka bergaul (sociable) dan lain-lain. e. Kegemaran menolong orang, dan tidak mengharap bantuan orang. Salah satu sifat yang diharapkan dimiliki orang Mandailing adalah kesediaan/kepekaan terhadap kesulitan orang lain. Bila mengetahui ada orang yang sedang dalam kesulitan atau ditimpa bencana/musibah, diminta atau tidak diminta mereka sebaiknya datang memberi bantuan (jika tidak mampu memberi bantuan fisik, sekurang-kurangnya memberi bantuan moral). Sebaliknya jangan mengharapkan bantuan orang lain. Sebagai contoh, bila ada sebuah upacara gembira yang dilakukan sebuah keluarga misalnya, pesta perkawinan (wedding party) kita yang bukan kerabat keluarga tersebut tidak baik datang jika tidak diundang. Ideologi ini terdapat dalam ungkapan “Tangi di siluluton, bege disiriaon” Peka/tanggap dan bantulah orang yang dalam kesulitan, dan sebaliknya jangan mengharapkan bantuan orang lain atau jangan berharap ikut menikmati kegembiraan orang lain (Managor, 71).
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
f. Kepandaian/kegemaran bergaul (sociable). Dalam masyarakat Mandailing seorang yang pandai dan suka bergaul adalah orang yang mengenal dan dikenal oleh banyak orang. Orang yang dapat bergaul secara luas adalah orang yang jujur, sopan, dan rendah hati. g. Kepandaian berusaha dan mengumpul harta. Kehidupan yang sejahtera tidak akan tercapai tanpa didukung oleh keadaan ekonomi yang baik. Orang Mandailing diminta supaya bekerja keras mencari napkah dan harta. Dengan harta yang dimiliki dia dapat hidup mandiri (independent); tidak bergantung kepada orang lain. Sebuah tradisi yang mendukung sifat kemandirian ini adalah: bila seseorang telah kawin, dia tidak lagi menjadi tanggungan orangtuanya. Dia harus dapat hidup bersama isteri/suamiya. Dia tidak boleh lagi bergantung pada orangtuanya. Dapat disimpulkan bahwa teks mangupa sebagai ungkapan kata-kata nasihat kepada pasangan yang baru menikah merupakan realisasi dari ideologi utama yakni harapan (permohonan kepada Tuhan) akan kesehatan jasmani dan rohani pasangan suami-isteri dengan “mengembalikan” semangat ke dalam jasad atau dengan “memperkuat” semangat. Ideologi utama lain yang menjadi dasar teks mangupa adalah harapan akan keutuhan dan keabadian perkawinan dan keselamatan
serta
kesejahteraan
pasangan
tersebut
dalam
kehidupan
berkeluarga. Agar cita-cita tersebut tercapai permohonan dan harapan disampaikan kepada Tuhan agar pasangan memiliki kepintaran dan kepandaian, hidup akrab dan harmonis, memiliki hati yang bersih, memiliki keturunan yang banyak, memiliki kehormatan, suka membantu orang tidak mengharapkan bantuan orang, dan suka bergaul dengan orang banyak serta suka bekerja keras.
5.4
Persamaan dan Perbedaan Struktur BM dan BI
5.4.1 Afiksasi
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
5.4.1.1 Persamaan Kedua bahasa memiliki afiks-afiks sebagai bentuk terikat yang melekat pada kata dasar.Afiks-afiks derivasional digunakan untuk mengembangkan kosakata seperti pa- + upa → pangupa ‘bahan-bahan untuk melaksanakan upacara mangupa’ atau an- + songgop→songgopan ‘tempat hinggap burung’ dalam BM. Dalam BI seperti dis- + appear → disappear ‘menghilang’, -ion + cultivate → cultivation ‘ladang’. 5.4.1.2 Perbedaan BI memiliki hanya prefiks dan suffiks sedangkan BM memiliki konfiks dan infiks selain daripada prefiks dan sufiks. BI memiliki afiks-afiks infleksional seperti –s yang dilekatkan pada verba present tense yang didahului subjek tunggal seperti dalam He works sedangkan dalam BM hal seperti itu tidak dijumpai. 5.4.2 Pemajemukan 5.4.2.1 Persamaan Berdasarkan data BM dan BI ditemukan kata majemuk dengan kategori nomina seperti anakboru, dalihan na tolu, si nuan tunas; berkategori ajektiva seperti sayur matua bulung, gumorga langit, tumompa tano; berkategori verba seperti manompi manjujung, manggora manise; maginjang magodang; berkategori adverbial seperti mudah-mudahan. Di dalam BI pun ditemukan kata majemuk yang berkategori nomina seperti handbook, handbag, berkategori ajektiva seperti high class, red-hot, worth-reading;
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
berkategori verba seperti handpaint, underestimate, deep fry; berkategori adverbia seperti furthermore, likewise, anyhow. 5.4.2.2 Perbedaan Kata majemuk dalam BM berpola inti + pewatas seperti amak (inti) lampisan, indahan (inti) sitamba tua (pewatas), raja (inti) panusunan (pewatas) sedangkan dalam BI kata majemuk berpola sebaliknya yaitu pewatas + inti seperti dalam black (pewatas) board (inti), hand (pewatas) book (inti). 5.4.3 Reduplikasi 5.4.3.1 Persamaan Kosakata kedua bahasa mengalami proses reduplikaai. Hasil pengulangan kata dalam BM bisa tergolong ke dalam kategori nomina seperti upa-upa , golang-golang, ate-ate,; bisa berkategori ajektiva seperti jeges-jeges, dan dapat berkategori adverbia seperrti mandao-dao. Di dalam BI kata ulang dapat tergolong ke dalam kategori nomina seperti goody-goody, ding-dong, berkategori verba seperti pooh-pooh, berkategori ajektiva seperti wishy-washy, harum-scarum dan berkategori adverbial seperti willy-nilly. Dalam pengulangan kata dalam kedua bahasa juga terjadi pengulangan sempurna seperti golang-golang (BM) dan pooh-pooh (BI) dan pengulangan bunyi vokal seperti pajala-jelu (BM) dan wishy-washy (BI). 5.4.3.2 Perbedaan Dalam BM pengulangan kata dapat berfungsi gramatikal seperti mengubah nomina tunggal menjadi jamak seperti dalam dongan (tunggal) menjadi dongan-
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
dongan (jamak), menunjukkan jumlah frekuensi seperti dalam
dege (satu kali)
menjadi dege-dege (berkali-kali), menunjukkan ukuran seperti godang-godang ‘banyak berukuran besa’, menunjukkan gerakan perlahan seperti dalam asok-asok. Dalam BI pengulangan kata tidak berfungsi gramatikal.Pengulangan kata tidak dapat mengubah nomina tunggal menjadi jamak karena bukan ciri kosakata BI melakukan pengulangan untuk mengubah benda tunggal menjadi jamak tetapi dengan menambahkan sufik –s pada umumnya pada bagian belakang sebuah nomina. 5.4.4 Pemenggalan Kata 5.4.4.1 Persamaan Kedua bahasa melakukan pemenggalan kata. Dalam BM, menurut data yang ditemukan, pemenggalan kata dilakukan pada umumnya pada silaba pertama seperti dalam inang yang berasal dari dainang, dung dari madung/sidung, penghilangan dua silaba seperti dalam boru yang berasal dari dadaboru, dan penghilangan satu fonem seperti dalam amang yang berasal dari damang. Dalam BI pemenggalan juga banyak dilakukan pada silaba pertama atau pada dua silaba pertama seperti bus dari omnibus, phone dari telephone, plane dari aeroplane. 5.4.4.2 Perbedaan Pemenggalan kata dalam BI lebih kompleks dari pada pemenggalan kata dalam BM. Dalam BM pemenggalan kata dilakukan pada bagian depan kata sementara dalam BI pemenggalan kata selain dilakukan pada bagian depan kata juga pada bagian belakang kata seperti lab dari laboratory, dorm dari dormitory, ad dari
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
advertisement, bahkan pemenggalan kata dapat dilakukan pada bagian depan dan belakang kata seperti dalam flu dari influenza. 5.4.5 Pronomina Persona 5.4.5.1 Persamaan Kedua bahasa nemiliki pronomina pertama tunggal yaitu I dalam BI dan au dalam BM, pronomina kedua tunggal yaitu you dalam BI dan ho dalam BM, pronomina ketiga tunggal yaitu he,she,it dalam BI dan ia dalam BM. Kedua bahasa juga memiliki pronomina kedua jamak you dalam BI dan hamu dalam BM dan pronomina ketiga jamak yaitu they dalam BI dan halai dalam BM. 5.4.5.2 Perbedaan Sistem pronomina kedua bahasa memiliki banyak perbedaan, sebagai berikut 1. Pronomina ketiga tunggal dalam BI dibedakan berdasarkan gender, he untuk gender maskulin dan she untuk gender feminine dan it untuk non-manusia 2. Pronomina kedua tunggal dan jamak you dalam BI memiliki bentuk yang sama sedangkan dalam BM dibedakan yaitu ho dan hamu. 3. Pronomina kedua jamak homu dalam BM dapat digunakan sebagai pronomina kedua tunggal bentuk honorifik. 4. Pronomina persona dalam BI berubah bentuk sesuai fungsinya. Pronomina pertama tunggal I dalam fungsi subjektif berubah menjadi me dalam fungsi objektif, menjadi my sebagai ajektiva posesif, dan berubah menjadi my dalamfungsi posesif. Pronomina tunggal dan jamak kedua you tidak berubah dalam fungsi objektif, menjadi your sebagai ajektiva posesif dan menjadi yours
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
dalam fungsi posesif. Pronomina tunggal ketiga he dalam fungsi subjektif berubah menjadi him dalam fungsi objektif, menjadi his sebagai ajektiva posesif dan menjadi his dalam fungsi posesif. Pronomina ketiga tunggal she dalam fungsi subjektif berubah menjadi her dalam fungsi objektif, menjadi her sebagai ajektiva posesif dan menjadi hers dalam fungsi posesif. Pronomina it dalam fungsi subjektif tidak berubah dalam fungsi objektif, menjadi its sebagai ajektiva posesif dan menjadi its dalam fungsi objektif. Pronomina pertama we dalam fungsi subjektif berubah menjadi us dalam fungsi objektif, dan berubah menjadi ours dalam fungsi posesif. Pronomina ketiga jamak they dalam fungsi subjektif berubah menjadi them dalam fungsi objektif, menjadi their sebagai ajektiva posesif dan berubah menjadi theirs dalam fungsi posesif. 5. Pronomina dalam BM tidak mengalami perubahan bentuk dalam ketiga fungsi tersebut. 5.4.6 Frasa 5.4.6.1 Persamaan Kedua bahasa memiliki konstruksi frasa meskipun dalam jenis dan struktur yang tidak sama. 5.4.6.2 Perbedaan 1. Pewatas dalam frasa nomina BI berada sebelum inti (the good day) sedangkan dalam BM pewatas berada setelah inti (ari na denggan). 2. Dalam BM partikel na muncul di antara inti dan pewatas (ari na denggan).
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
3. Struktur frasa verbal dalam BI lebih kompleks karena sebuah frasa verbal BI dapat didahului satu atau lebih kata bantu (is being done), sedangkan frasa verbal BM, karena BM tidak memiliki kata bantu, strukturnya lebih sederhana. Sebuah frasa verbal BM pada umumnya hanya terdiri dari verba dan partikel negatif (ulang malua, ulang pasili-sili) atau dengan kata tugas (muda sorang, hatiha markuik), laho marpira). 4. Dalam struktur frasa ajektival BI pewatas mendahului inti (very interesting, so easy) sedangkan dalam BM pewatas berada setelah inti (tajom bariba, bontar gorsing). 5. Frasa ajektival BM pada umumnya terdiri dari ajektiva sebagai inti dan didahului partikel na (na martua, na uli, na landit). Dalam BI ajektiva tidak didahului partikel. 6. Bila sebuah ajektiva memerlukan pewatas yang bermakna ‘sangat’ maka ajektiva tersebut di dahului partikel na dan diakhiri partikel an (na denggan an, na landit an.) 7. Ajekltiva dapat diulang dalam BM untuk menghasilkan makna ‘frekuensi’ (jegesjeges, pintar-pintar), untuk menghasilkan makna ‘pengurangan’ (lambat –lambat, asok-asok). 8. Dalam BI adverbia cara umumnya dibentuk dengan menambahkan sufiks –ly kepada ajektiva seperti slow + -ly → slowly. Jadi sebuah frasa adverbial cara dapat dibentuk dengan menambahkan adverbia kualitatif kepada adverbia cara seperti very quickly. Dalam BM sebuah ajektiva dapat berfungsi sebagai adverbia
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
tanpa mengubah bentuk. Sebagai contoh, Babiat binatang na gogo ‘Harimau adalah hewan yang kuat’. Gogo dalam kalimat tersebut adalah ajektiva. Bila digunakan sebagai adverbia cara, tidak terjadi perubahan bentuk namun posisinya dalam kalimat berubah; berada di dekat verba (gogo mangan atau mangan gogo) atau berada sebelum pronominal/subjek seperti dalam (Gogo hamu mancari, Ikhlas roha manjagit). Jadi sebuah frasa adverbial dalam BM dapat dibentuk dengan menambahkan sebuah adverbia kualitatif kepada adverbia seperti dalam tar lambat (ia ro), atau dengan menambahkan partikel na di depan adverbia dan menambahkan an pada akhir adverbia seperti na ipas an (ia kehe). Hampir semua struktur frasa preposisional BI sama dengan struktur frasa preposisional BM kecuali struktur frasa yang mengacu kepada pelaku. Dalam BI frasa preposisional yang mengacu kepada pelaku menggunakan preposisi by sebagai inti seperti dalam by my fasther, by his uncle tetapi dalam BM tidak ditemukan preposisi yang bermakna pelaku. Jadi misalnya, kalimat BI This shirt was bought by my uncle, dalam BM akan menjadi Baju on itabusi udangku. Jadi tidak ada preposisi yang bermakna ‘oleh’ dalam BM. 5.4.7 Kalimat 5.4.7.1 Persamaan Berdasarkan fungsinya, kalimat pada umumnya dibedakan menjadi kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif dan kalimat eksklamatif. Kedua BI dan BM memiliki keempat jenis kalimat tersebut namun karena teks yang digunakan sebagai data memiliki genre eksplanatif, tidak ditemukan kalimat interogatif dan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
kalimat eksklamatif. Biasanya kedua jenis kalimat seperti itu ditemukan dalam genre argumentatif. 5.4.7.2 Perbedaan Perbedaan dalam pola atau struktur kalimat BI dan BM adalah sebagai berikut. 1. Ciri utama urutan kata dalam kalimat BI adalah subjek (S)–verba (V)–objek(O) seperti Father drinks coffee. Dalam BM urutan kata bisa berpola SVO seperti dalam Horbo simaradang tua (S) na mamolus (V) ombun manyorop (O)’Kerbau yang bertuah menempuh embun tebal’ dan dapat berpola VSK Seperti dalam Habangma on (V) langkupa (S) na songgop tu Gunung Tua (K). 2. Kalimat yang berpola subjek-predikat dalam BI dapat dibentuk dengan subjekverba (The moon shines) dan bisa juga berpola subjek + to be + nomina/ajektiva/adverbial (She is a student/beautiful/here). Dalam BM kalimat yang sama juga memiliki pola subjek-verba (Au ro tingon luat ni Mandailing) tetapi karena BM tidak memiliki verba bantu, maka urutan kata dalam kalimat untuk pola yang kedua hanya subjek + nomina/ajektiva/adverbia seperti dalam Halaklahi (N) si suan bulu (N); Ari (N) na tupa (A); Dongdong (N) di Batangtoru (K). 3. BM tidak memiliki kalimat yang berpola S-P-OTL-OL seperti dalam BI (She gave me a glass of water). Jadi tidak ada kalimat seperti *Ia mangalehen au sagalas aek, tetapi Ia mangalehen sagalas aek baen di au, yang berpola subjekverba-objek-keterangan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
5.4.8 Komponen Makna 5.4.8.1 Persamaan Tidak mudah membandingkan komponen makna yang dimiliki masing-masing kata secara lengkap dalam dua bahasa karena jumlah kata yang sangat banyak yang dimiliki oleh setiap bahasa. Bila ini dilakukan untuk setiap kata tentu akan memerlukan waktu yang sangat banyak. Namun karena penerjemahan adalah upaya pengalihan makna dari BSur ke dalam BSar pemahaman tentang komponen makna yang dimiliki oleh sebuah kata perlu agar tidak terjadi pengalihan makna yang salah atau kurang tepat. Ciri universal yang dimiliki oleh kata adalah terdapatnya pada umumnya lebih dari satu komponen makna. 5.4.8.2 Perbedaan Seperti diuraikan sebelumnya, membandingkan komponen makna dua kata yang dianggap sebagai berpadanan tentu memerlukan waktu yang sangat banyak, meskipun jumlah kata yang dijumpai dalam sebuah teks bukan seluruh kosakata yang dimiliki bahasa tersebut. Dalam kajian ini dibandingkan sejumlah istilah kekerabatan yang ditemukan dalam teks mangupa. Dalam teks mangupa ditemukan istilah-istilah kekerabatan seperti dalihan na tolu, kahanggi anakboru, harajaon, raja panusunan, amang dan inang. Istilah-istilah dalihan natolu, kahanggi, anakboru, mora, harajaon dan raja panusunan bulung tidak memiliki padanan dalam BI karena semuanya merupakan istilah budaya. Kata amang dalam BM dapat dipadankan dengan kata father dalam BI. Komponen makna utama kata amang dan father tentu serupa. Namun dalam BM
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
kata amang tidak hanya mengacu kepada “suami ibu” tetapi meluas kepada anak lakilaki seorang ayah/ibu sebab dalam budaya Mandailing anak laki-laki dianggap adik dari ayah kita. Oleh karena itu orang Mandailing boleh memanggil anak laki-lakinya amang karena dalam hubungan kekerabatan anak laki-laki setara dengan ayah kita. Demikian pula kata inang. Anak perempuan kita boleh dipanggil inang karena anak perempuan kita dianggap adik ibu kita sendiri. Dalam BI kata father dapat juga mengacu kepada pastor di dalam gereja.Dengan demikian komponen makna kata father dan amang dalam kedua bahasa tersebut tidak sama sedangkan komponen makna kata inang dalam BM lebih luas daripada mother yang menjadi padanannya dalam BI. Coba kita lihat lagi sejumlah nama benda berikut yang digunakan dalam upacara mangupa, dan sejauh mana kata-kata tersebut memiliki padanan dalam BI dan bila berpadanan apakah memiliki komponen makna yang sama. amak lampisan
sira
bulung salungsung
indahan
gulaen sale
manuk
incor tali
aek na lan
haporas
horbo anduri pinggan pasu
Untuk kata-kata yang berada pada kolom sebelah kiri tentu tidak ditemukan padanannya dalam BI karena benda-benda tersebut berkaitan dengan budaya dan geografi. Sebagai contoh, amak dapat dipadankan dengan dengan mat, tetapi amak
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
lampisan adalah produk budaya Mandailing yaitu tikar yang dibuat berlapis sebagai tempat duduk dalam acara-acara tertentu. Kata-kata pada kolom sebelah kanan, kecuali kata indahan, tentu saja memiliki komponen makna yang sama dalam BI. Kata sira berpadanan dengan salt, manuk dengan chicken, aek na lan dengan (fresh) water, horbo dengan buffalo, anduri dengan winnow dan pinggan pasu dengan big plate. Kata indahan biasanya dipadankan dengan kata rice dalam BI namun kata rice memiliki komponen makna yang sangat luas yang mencakup padi. beras ataupun menir. Dalam BM kata indahan berarti hanya ‘nasi yang berasal dari beras sebagai hasil proses pemasakan’. Istilah untuk padi, beram dan menir masing-masing adalah eme, danon, dan monis dalam BM. Jadi komponen makna rice dan indahan tidak persis sama. 5.4.9 Polisemi 5.4.9.1 Persamaan Salah satu ciri semesta kata ialah terjadinya perluasan makna . Pada mulanya sebuah kata hanya memiliki sebuah makna primer saja, kemudian seiring dengan masa pemakaian kata tersebut, makna primer tadi berkembang menjadi makna-makna yang lain. Jadi polisemi ditemukan dalam kosakata
setiap bahasa walaupun
keragaman makna itu berbeda dari datu bahasa ke bahasa lain. 5.4.9.2 Perbedaan BI dan BM dalam banyak hal adalah dua bahasa yang sangast berbeda. Misalnya dalam hal usia, BI jauh lebih tua daripada BM, jumlah penutur BI tidak
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
sebanding dengan jumlah penutur BM, status BI tidak setara dengan BM dan lainlain. BI adalah bahasa yang telah berusia lebih dari satu milenium dan digunakan di seluruh dunia dengan status yang berbeda. Berdasarkan usianya yang sangat panjang tersebut, wajarlah sebuah kata dalam BI memiliki banyak makna. Sebagai contoh kata take memiliki 41 macam makna, kata, kata make dan run maasing-masing memiliki 22 macam makna yang berbeda (Lihat 8.2.) Empat verba yang digunakan dalam teks mangupa yakni mambaen ‘membuat’, manjalahi ‘mencari, jongjong ‘berdiri’ dan tubu ‘tumbuh’ dan dipadankan dengan kata BI yakni masing-masing make, find, stand, dan grow dan dibandingkan berapa makna sekunder yang dimiliki masing-masing kata tersebut. Kata make dalam BI yang menjadi padanan kata mambaen memiliki 22 macam makna sedangkan BM hanya memiliki sebuah makna sekunder yaitu ‘mengerjakan sawah’. Kata manjalahi yang menjadi padanan kata find dalam BI hanya memiliki sebuah makna sekunder yaitu ‘mencari napkah’ sedangkan dalam BI terdapat 18 makna sekunder yang berbeda menurut kamus The Random House Dictionary of the English Language edisi ke 2 tahun 1987. Kata jonjong yang menjadi padanan kata stand dalam BI hanya memiliki dua buah makna sekunder yaitu ‘mendirikan bangunan’ seperti dalam pajonjong bagas ‘mendirikan rumah’ dan ‘menegakkan/mempertahankan adat’ seperti dalam pajonjong adat ’menegakkan adat/tradisi’ sedangkan dalam BI terdapat sebanyak 41 buah makna sekunder. Kata tubu ‘tumbuh’ yang menjadi padanan kata grow dalam BI hanya memiliki dua buah makna sekunder yaitu ‘anak
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
lahir’ dan ‘sesuatu, seperti bisul, tumbuh pada bagian tertentu tubuh’ sedangkan dalam BI terdapat 13 buah makna sekunder. Untuk perbandingan terakhir mari kita ambil kata ajektiva bontar yang menjadi padanan kata white dalam BI. Dalam BM kata ini hanya memiliki sebuah makna sekunder yaitu ‘ikhlas’ sedangkan dalam BI terdapat 18 macam makna sekunder. 5.4.10 Sinonimi dan Antonimi 5.4.10.1 Persamaan Ciri universal lain kosakata bahasa ialah bahwa pengguna bahasa memiliki lebih dari datu cara untuk mengungkapkan konsep atau makna yang sama. Ungkapan yang berbeda untuk konsep yang sama secara teknis disebut sinonim. Konsep besar dalam BI dapat diungkapkan dengan menggunakan ungkapan-ungkapan lain seperti large, great, huge, enormous dan lain-lain. Dalam BM ‘ sehat’ dapat diungkapkan dengan menggunakan sekurang-kurangnya tiga ungkapan yaitu hiras, torkis, horas. Antonim sebuah katapun sering dapat ditemukan dalam kata-kata tertentu setiap bahasa meskipun tidak setiap kata memiliki antonim. Dalam BI kata deep ‘dalam’ dianggap antonim dari kata shallow, kata far ‘jauh’ dianggap antonim dari close ‘dekat’. Kata godang ‘besar’ dalam BM dianggap antonim dari kata menek ‘kecil’ , kata tobang ‘tua’ dianggap antonim dari kata poso ‘muda’. Dengan demikian keberadaan sinonim dan antonim tidak hanya ditemukan dalam BI tetapi juga dalam BM. 5.4.10.2 Perbedaan Sejumlah kata yang bersinonim tentu saja tidak selalu berasal dari bahasa yang sedang dibicarakan. Misalnya kata royal ‘berkaitan dengan raja’
yang menjadi
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
sinonim kata kingly dalam BI bersal dari bahasasa Perancis, kata fiancé ‘pacar’ yang merupakan sinonim kata boy/girl friend juga berasal dari bahasa Perancis. BI sebagai bahasa yang telah berusia ribuan tahun dan telah ‘bergaul’ dengan banyak bahasa lain bukan saja dengan bahasa-bahasa yang berasal dari rumpun yang sama tetapi juga dengan bahasa-bahasa tidak serumpun,jumlah sinonim yang dimiliki kata-kata BI jauh lebih banyak dari sinonim kata BM. Kita ambil kata house ‘rumah’ dalam BI. Kata house memiliki sekurang-kurangnya enam sinonim seperti home, dwelling, abode, habitation, building sedangkan dalam BM hanya terdapat bagas dan inganan yang bermakna sama dengan house. Ini menunjuukan bahwa budaya orang Inggris dalam hal perumahan jauh lebih kaya daripada budaya orang Mandailing. Mari kita ambil lagi sebuah kata yang berkaitan dengan ‘hidup’ dalam BI. Terdapat sekurangkurangnya enam kata seperti live, abide, reside, dwell, exist, survive (Urdang, 1978:190). Sedangkan dalam BM hanya terdapt dua kata yakni ngolu/mangolu dan marhosa. Kata beautiful ‘cantik’ dalam BI memiliki antonim paling tidak empat kata yaitu ugly, homely, unattractive, dan plain (Urdang, 1978:30). Dalam BM kata deges ‘cantik’ memiliki sebuah antonim saja yaitu jat ‘buruk’.Kata happy ‘gembira’ dalam BI memiliki enam antonim yaitu sad, gloomy, unlucky, unfortunate (Urdang: 1978: 153) sedangkan dalam BM hanya terdapat dua kata yaitu marsak dan ibo(roha). 5.4.11 Makna Generik-Spesifik 5.4.11.1 Persamaan Makna generik-spesifik tidak sama denga hubungan makna dalam sinonimi. Dalam sinonimi hubungan makna adalah hubungan paralel atau setara. Dalam
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
hubugan makna generik-pesifik hubungan yang ada adalah hubungan hirarkis atau hubungan atas-bawah. Bahwa sebuah kata generik seperti bunga memiliki sejumlah kata spesifik seperti ros, lili, angrek, kaktus,dahlia, cempaka dll adalah hal yang umum dalam bahasa namun bisa saja istilah generik untuk sejumlah istilah spesifik tidak ditemukan dalam bahasa tertentu. Kedua bahasa, BI dan BM tentu saja memilki istilah generik dan spesifik. 5.4.11.2 Perbedaan Kata fowl ‘unggas’ dalam BI sebagai contoh sudah mencakup sejumlah makna seperti cock, hen, duck, eagle, owl, parrot dll. Dalam BM makna spesifik seperti manuk ‘ayam’, hitik ‘itik, alihi ‘elang’, onggang ‘enggang’, balom ‘balam’, barobaro ‘cucakrawa’ dll dapat dijumpai, tetapi tidak ada kata yang memiliki makna generik. Bila kata manuk, hitik dibuang, kata burung berlaku sebagai makna generik untuk kata-kata yang lainnya. Kata animal dalam BI memiliki sejumlah makna spesifik seperti lion, tiger, elephant, deer, buffalo, horse dll. Dalam BM istilah-istilah seperti itu ditemukan yaitu masing-masing singa, babiat, gaja, hursa, horbo dan kudo tetapi tidak ditemukan istilah generik untuk istilah-istilah spesifik tersebut. Maknamakna spesifik seperti tarutung ‘durian’, manggis ‘manggis’, lancat ‘langsat’, rambutan, jambu, salak unte ‘jeuk’ dll ditemukan dalam BM tetapi sekali lagi tidak ada istilah generik untuk semua kata tersebut. Sementara dalam BI kata fruit digunakan senbagai istilah generiknya. Tumbuhan yag tergolong ke dalam jenis palem seperti harambir ‘kelapa’, bargot ‘pohon enau’, salak, sawit tidak ditemukan makna generiknya dalam BM,sedangkan dalam BI makna generiknya adalah palm tree.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
5.4.12 Metafora 5.4.12.1 Persamaan Pemakaian metafora dalam bahasa adalah sesuatu yang wajar. Bila kita amati kosakata bahasa yang digunakan, sebahagian adalah metafora. Dahulu, pemakaian metafora dianggap sebagai penyimpangan dari bahasa biasa. Ternyata banyak ungkapan yang kita gunakan
dalam berkomunikasi terdiri dari metfora.
Sebagaimana dijelaskan pada 8.5. karena telah sangat sering digunakan, pemakai bahasa tersebut tidak menyadari lagi bahwa sebuah metafora sedang digunakan. Mendengarkan ungkapan ibu kota, anak panah, mata pisau dalam B.Ind. tidak lagi dapat dirasaskan bahwa metafora sedang digunakan. Seandainya makna denotatif yang digunakan maka ungkapan-ungkapan di atas akan berbunyi seperti kota tempat pemerintah pusat, panah yang dilontarkan dari busur, bagian yang tajam dari pisau, yang tentu saja lebih rumitdan tidak praktis. Dalam kedua bahasa, BI dan BM dapat ditemukan banyak metafora baik yang tergolong ke dalam dead metaphor maupun yang tergolong ke dalam live metaphor. Contoh-contoh lain metafora mati dalam BM adalah baju ni bulu, bontar ni ate-ate, pir tondi matogu. Dalam BI metafora mati adalah seperti from the bottom of my heart, the meat of coconut, footnote dan lain-lain. Contoh metafora hidup lain dalam BM adalah haruaya ho amang ‘pohon beringin engkau anakku’, banir na bolak parkolipan ko amang ‘pohon besar tempat berlindung kau amang’, mamolus dalan matobang ‘menempuh jalan berkeluarga’. Dalam BI Love is blue dan She is the star in our classroom merupakan metafora hidup.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
5.4.12.2 Perbedaan Kita lihat pada contoh-contoh di atas bahwa metafora tidak hanya berkenaan dengan benda konkrit seperti the eye of the needle dalam BI atau ulu ni aek dalam BM tetapi bisa juga berkenaan dengan benda abstrak seperti Love is blind/blue dalam BI atau roha na incat/lapang dalam BM. Perbedaan penggunaan metafora yang dapat terjadi di antara dua bahasa adalah perbedaan wilayah pemakaian. Seperti telah kita lihat bahwa metafora tentang waktu banyak ditemukan dalam BI seperti Time is money, I don’t have much time, Don’t waste time, It will take much time, Time flies dan lain-lain. Sedangkan dalam BM sejauh ini belum ada metafora tentang waktu yang dapat ditemukan. Kalimat yang berarti ‘Pekerjaan itu memerlukan banyak waktu’ dalam BI akan dinyatakan seperti It will take much time to complete the work, sedangkan dalam BM akan disampaikan seperti Na lambatan do mangkarejohon i‘ karena dalam BM tidak ada konsep tentang waktu. Dalam BM metafora tentang tondi ‘semangat’ lah yang banyak dijumpai seperti mago tondi, ‘hilang semangat’, lomos tondi ‘cemas semangat’, mulak tondio tu badan ‘kembali semangat ke dalam tubuh, pir tondi ‘keras semangat’, ulang tondi
martandang-tandang ‘jangan semangat
bersinggah-singgah’.Tondi yang merupakan benda abstrak, melalui metafora, direalisasikan sebagai benda konkrit yang dapat hilang (mago), cemas (lomos), pulang (mulak), menjadi keras (pir), dan bersinggah-singgah (martandang-tandang).
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
5.4.13 Idiom 5.4.13.1 Persamaan Karena idiom juga merupakan unsur bahasa yang dapat ditemukan dalam setiap bahasa, jadi dalam kedua bahasa, BI dan BM dapat ditemukan idiom. Idiom dapat berbentuk frasa seperti pay attention to’memperhatikan’, all of a sudden, keep an eye on ‘menjaga’ (BI), martoruk ni abara ‘bersedia dengan rendah hati’, manjagit sere ’menerima biya pernikahan oleh pihak calon mempelai laki-laki’, maginjang roha ‘mencari perempuan lain oleh seorang laki-laki yang telah menikah’ (BM). Juga dalam bentuk kalimat seperti it’s no use crying over spilt milk’ tiada guna menangisi susu yang sudah tumpah’, better late than never ‘lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali’, to kill two birds with one stone ‘mendapat untung ganda dengan satu usaha’ (BI), sayang logo sataon itinggang udan sadari (BM) ‘pekerjaan yang sudah lama dilakukan menjadi sia-sia karena masalah kecil’. Bukan hanya persamaan bentuk yang terdapat dalam idiom dalam kedua bahasa bahkan terdapat juga persamaan makna. Idiom BI better late than never bermakna sama dengan denggan an na gonting pado na tos, dan to kill two birds with one stone bermakna sama dengan sanduruk dua marobo. 5.4.13.2 Perbedaan Di dalam BM tidak ditemukan idiom dalam bentuk frase verbal (verba diikuti preposisi atau adverbia) seperti to do away with ‘membunuh’, to get together ‘berkumpul’, to run across ‘bertemu’. Dalam BM idiom dalam bentuk frasa biasanya terdiri dari verba diikuti nomina seperti
manulak sere ‘menyerahkan biaya
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
perkawinan kepada pihak mempelai perempuan’, mambayar utang ‘menunaikan kewajiban menantu laki-laki kepada mertua’, gabungan ajektiva dengan nomina seperti tajom bariba ‘memihak kepada satu pihak (tidak adil)’ butong-butong babiat ‘mendapat penghasilan yang banyak pada satu saat tetapi tidak mendapat apa-apa dalam waktu yang lama’, dan gabungan dari dua verba seperti tangko binoto ‘kawin lari dengan sepengetahuan orangtua si gadis’, mangan modom ‘tidak mencari napkah seperti biasa’. 5.4.14 Eufemisme 5.4.14.1 Persamaan Kedua bahasa, BI dan BM menggunakan eufemisme untuk menghindari penyebutan kata yang terlalu langsung mengacu kepada makna yang dituju. Dalam data (upacara mangupa) ditemukan eufemisme seperti adat matobang yang berarti ‘adat/kebiasaan hidup berumah tangga’. Kata matobang dalam BM digunakan sebagai eufemisme untuk menghindari pemakaian kata marbagas yang dalam B Ind. setara dengan kawin. Kata dongan marrosu yasng secara harfiah bermakna ‘teman dekat/intim’ digunakan sebagai pengganti dadaboru/halaklahi yang dalam B Ind. setara dengan isteri/suami. Ungkapan tubuan anak/tubuan boru terdengar lebih halus daripada lahir/sorang anak/boru. Penyebutan kata-kata yang berkaitan dengan fungsi dan bagian tubuh adalah tabu dalam kedua buhasa. Fungsi tubuh seperti buang air besar dan kecil, bersenggama, organ seksual, juga air seni dan kotoran manjusia, tetapi fungsi tubuh yang lain seperti batuk, bersin, makan, minum, menguap dan lain-lain tidak dianggap
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
tabu. Kata yang bermakna mati dalam kedua bahasa juga dianggap tabu lalu digunakan pass away dalam BI dan jumolo/maninggal dalam BM. 5.4.14.2 Perbedaan Karena perbedaan budaya, eufemisme tidak bersifat semesta. Ungkapan yang diangap tabu dalam bahasa A boleh jadi bukan tabu dalam bahasa B dan sebaliknya. Oleh karena itu penutur bahasa B tidak menggunakan eufemisme untuk kata tersebut. Seperti disebutkan pada 8.7. dalam BI kata you yang sepadan dengan ho ‘kau’ dalam BM dapat digunakan untuk hampir semua orang tanpa melihat faktor usia dan hubungan formal antara pembicara dengan lawan bicara seperti antara anak dengan ayah. Namun dalam BM ho hanya dapat digunakan kepada orang sebaya dan bukan dengan seorang anggota keluarga yang berasal dari pihak mora atau anakboru. Bukan hanya pemakaian pronomina ho kepada orang yang lebih tua yang dianggap tabu, bahkan menyebut nama seorang senior seperti abang/kakak apa lagi pihak orangtua seperti ayah/ibu atau mertua dianggap sangat melanggar tata susila. Orang yang sanggup menyebut/memanggil nama seniornya dianggap orang yang tidak tahu adat. Di dalam budaya Inggris, memang dianggap tidak sopan seorang anak menyebut nama orangtuanya tetapi memanggil nama seorang abang/kakak adalah lazim. Pronomina homu dapat digunakan sebagai eufemisme sebagai pengganti ho bila memanggil atau berbicara kepada pihak anakboru atau mora. Membicarakan tentang seseorang dari pihak mora dan anakboru pun sebagai pihak ketiga dianggap tidak sopan dengan menyebut namanya, misalnya menanyakan keadaan seseorang akan terdengar sopan bila menyebut istilah kekerabatan yang berlaku antara
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
pembicara dengan orang yang sedang dibicarakan atau dengan menggunakan pronomina ketiga jamak (halai) seperti dalam contoh: Madung songon dia do nyae ni tulang i?. Madung jadi do kehe halai na marubat i? ‘Sudah bagaimana penyakit tulang itu? Sudah pergikah beliau berobat?’ Jadi pronomina ia ‘dia’ harus diganti dengan pronomina halai (jamak) sebagai eufemisme/ungkapan halus dan sopan. 5.5. Persamaan dan Perbedaan Budaya Mandailing dengan Budaya Inggris 5.5.1 Agama dan Kepercayaan Kedua masyarakat, masyarakat Inggris dan masyarakat Mandailing adalah masyarakat penganut agama. Namun membandingkan agama yang dianut oleh masyarakat Inggris, masyarakat yang multikultural dengan agama yang dianut oleh masyarakat Mandailing yang monokultural tentu lebih banyak perbedaan daripada persamaan. Persamaan utama di antara keduanya adalah bahwa kedua masyarakat masing-masing menganut agama, bukan masyarakat yang atheis. Tentu saja sebagai masyarakat yang beragama, masing-masing masyarakat memiliki ideologi ataupun norma-norma yang mengatur bagaimana manusia harus berinteraksi dengan sang Pencipta dan bagaimana harus berintegrasi dengan sesama anggota masyarakat. Sebagai contoh, perkawinan adalah suatu peristiwa yang dituntun oleh aturan agama dan norma-norma sosial yang berlaku dalam kedua masyarakat. Perkawinan tidak dapat dilakukan sesuka hati, sebarang waktu, atau dengan sebarang orang. Tidak seperti memenuhi kebutuhan dasar lain seperti makan, tidur, menggenakan pakaian yang seeara relatif dapat dilakukan oleh masing-masing individu tanpa dituntun oleh aturan yang tegas.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Masyarakat Mandailing adalah masyarakat yang taat beragama. Meskipun orang Mandailing hidup sesuai tradisi dan norma-norma socsal namun keberadaan agama (Islam) berada di atas adat dan tradisi. Dalam masyarakat Mandailing kontemporer, adat tunduk kepada agama. Sebagai contoh, dalam masyarakat trasdisional Mandailing perkawinan intramarga dilarang, misalnya antara seorang gadis bermarga nasution dengan pemuda semarga karena adat melarang hal itu. Namun dalam masyarakat Mandailing dewasa ini perkawinan intramarga sudah lumrah terjadi sebab agama Islam tidak melarangnya. Sebagai Masyarakat beragama yang taat, pengingkaran terhadap perintah wasjib agama Islam seperti tidak salat, tidak mengerjakan puasa di bulan Ramadan, melawan orangtua atau melakukan perzinahan dll dianggap sebagai pelanggaran besar terhadap agama dan biasanya mendapat sanksi dari masyarakat. Di dalam masyarakat Inggris, agama menjadi urusan peribadi. Seorang yang tidak melakukan perintah agama tidak perlu mendapat sanksi dari masyarakat. Pada perayaan natal, jumlah jamaah gereja bisa sangat banyak tetapi pada hari-hari biasa jumlah itu bisa menurun drastis (McDowall, 1993). 5.5.2 Keluarga dan Perkawinan Membandingkan keluarga Inggris dengan keluarga Mandailing merupakan pembandingan dua institusi sosal yang sangat kontras. Dilatarbelakangi oleh tipe masyarakat yang berbeda yaitu masyarakat individualisme dan kolektivisme menghasilkan tipe keluarga yang berbeda. Masyarakat Inggris yang menganut tipe individuaslistik menghasilkan keluarga tipe tipe keluarga inti (nuclear family),
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
keluarga yang terdiri dari pasangan suami isteri dan dua orang anak. Sebaliknya masyarakat Mandailing yang menganut tipe kolektivisme menghasilkan keluarga yang bertipe keluarga luas (extended family), keluarga yang terdiri dari pasangan suami isteri dan sejumlah anak dan kadang-kadang disertai anggota keluarga yang lain. Di dalam keluarga Mandailing peran anak laki-laki lebih dominan daripada anak perempuan. Anak laki-lakilah yang akan melanjutkan keturunan keluarganya. Anak perempuan akan “dibawa” oleh suaminya. Anak laki-lakilah yang menjadi pewaris harta orangtuanya. Dalam ketiadaan orangtua, anak laki-lakilah yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan keluarga. Dalam masyarakat Mandailing perkawinan merupakan peristiwa besar yang didasarkan pada harapan-harapan besar seperti upaya pelanjutan keturunan, pembinaan hubungan di antara keluarga antara kedua belah pihak’ suami dan isteri. Besarnya makna sebuah perkawinan dalam masyarakast Mandailing ditandai dengan keterlibatan ketiga pilar masyarakat Mandailing yaitu kahanggi, mora dan anakboru. Pengahiran sebuah perkawinan atau perceraian dipandang sebagai perbuatan yang tidak terpuji. Dalam nasihat-nasihat perkawinan (Lihat upacara mangupa) kedua mempelai diharapkan dapat memberikan jumlah anak yang banyak (maranak sapulu pitu marboru sapulu onom) dan agar perkawinan berlangsung selamanya (sayur matua bulung; pitu sundut suada mara). Dalam masyarakat Inggris seperti dinyatakan oleh McDowall (1993) tingkat perceraian di negara itu tahun 1988 adalah setinggi 12,9% dalam 1000 pasangan. Hidup bersama sebelum pernikahan adalah perbuatan yang lazim terjadi dan menghasilkan kelahiran anak-anak di luar nikah
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
(non-marital). Sebaliknya hidup bersama tidak pernah terjadi di dalam masyarakat Mandailing dan seandainya pun terjadi merupakan perbuatan yang sangat tercela dan pasangan yang melakukan perbuatan tersebut akan mendapat hukuman yang sangat berat dari masyarakat. Jangankan hidup bersama, berpacaran secara terang-terangan saja pun masih dipandang tabu oleh masyarakat Mandailing. Sementara dalam masyarakat Inggris berpacaran secara terbuka, hidup bersama bertahun-tahun hingga memiliki banyak anak, dan kawin-cerai adalah hal yang jamak terjadi dalam masyarakat tersebut. 5.5.3 Masyarakat Masyarakat Inggris adalah
masyarakat individualistik, masyarakat yang
memandang bahwa kebebasan peribadi merupakan kebebasan yang tidak boleh dicampuri orang lain.Anggota masyarakat individualistik lebih mandiri (tidak banyak bergantung pada orang lain dan tidak pula suka menjadi tempat orang bergantung). Anggota masyarakat individialistik cenderung mengambil keputusan sendiri dan siap menanggung resiko sendiri sebagai konsekuensi dari keputusan yang diambilnya. Adalah hal yang wajar seorang anak, bila merasa sudah mampu, meninggalkan rumah orangtuanya dan hidup sendiri, dan seorang kakek/nenek memilih tinggal di rumah jompo, tidak tinggal/menumpang pada anak atau cucunya. Sebaliknya dalam masyarakat Mandailing yang komunal, paternalistik dan hirarkis seorang individu memandang bahwa kepentingan peribadi tidak boleh mengatasi kepentingan umum/masyarakat. Sebagai contoh, seorang asing/pendatang yang bukan salah satu anggota masyarakat yang ada di Mandailing yang ingin menetap atau menikahi
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
seorang gadis di salah satu kampung Mandailing, yang bersangkutan harus terlebih dahulu menjadi anggota dari salah satu masyarakat yang ada di kampung tsb dengan cara penganugerahan marga. Dia tidak boleh mempertahankan “keasingannya” sendiri tetapi dia harus menjadi anggota masyarakat isterinya. Seorang anak tidak akan meninggalkan orangtuanya sebelum dia menikah. Orangtua mengharapkan anaknya sebagai pelindung dan tempat bergantung apabila di suatu saat dia telah berusia lanjut dan tidak lagi mampu mencari napkah untuk dirinya. Jadi ketika seorang individu masih sebagai anak kecil dia memerlukan perlindungan dari orangtuanya, dan ketika dia nanti berusia lanjut dia akan mengharap perlindungan dari anaknya. Bila terjadi kematian seorang anggota masyarakat atau bila terjadi bencana alam, kehadiran seorang individu sebagai anggota masyarakat sangat diharapkan. Pepatah “Tangi di siluluton” bermakna bahwa seorang anggota msyarakat Mandailing diharapkan agar peka terhadap kesusahan orang lain. Peristiwa-peristiwa penting seperti kelahiran bayi, perkawinan, pendirian rumah baru, dan kematian tidak boleh diurus/dilaksanakan sendiri tetapi harus melibatkan dalihan na tolu. Di dalam masyarakat Mandailing dewasa ini tidak dikenal kelas sosial. Tidak seperti di dalam masyarakat Inggris dimana kelas soial dengan jelas dibedakan menjadi tiga yaitu kelas atas, menengah dan bawah. Di dalam masyarakat Mandailing penggolongan masyarakat hanya menjadi dua yaitu kelas/keluarga keturunan raja (raja pada zaman dahulu) yang dikenal dengan keluarga na mora(-mora) dan orang kebanyakan (halak na bahat). Perbedaan inipun dewasa ini semakin tidak jelas.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Keadaan dan pendidikan keluarga “raja” umumnya lebih baik daripada orang kebanyakan karena mereka yang memiliki harta/tanah yang lebih luas dan mereka yang dapat mengecap pendidikan yang lebih tinggi dahulu. Namun sekarang perbedaan itu sendiri semakin memudar karena era kerajaan tidak ada lagi dan semakin banyak ‘orang kebanyakan” yang dapat melanjutkan pendidikannya ke sekolah tinggi. Perkawinan di antara dua anggota masyarakat yang berasal dari dua kelas yang berbeda bukan sesuatu yang langka. Dalam interaksi sehari-haripun tidak terlihat adanya kelas tersebut. Hanya dalam upacara-upacara tradisional penting seperti perkawinan atau kematianlah akan terlihat adanya kelebihan kelas namora dari halak na bahat. 5.5.4 Gender Dalam beberapa hal, seperti di masyarakat-masyaraskat lainnya ,stastus soial kaum lelaki dengan kaum perempuan agak berbeda di dalam masyarakat Inggris dan masyarakat Mandailing.Di dalam banyak masyarakat kaum lelaki lebih dominan daripada kaum perempuan seperti di dalam kehidupan keluarga. Si anak laki-laki dipandang sebagai penerus keturunan. Baik di masyarakat Inggris maupun di masyarakat Mandailing bila seorang anak lahir maka anak tersebut diberi nama keluarga misalnya Richard Howard atau Helen Smith dimana Richard sebagai nama diri dan Howard dan Smith masing-masing sebagai nama keluarga dalam masyarakat Inggris. Hal yang sama terjadi di masyarakat Mandailing. Seorang anak Mandailing, misalnya diberi nama Parlagutan Nasution atau Latifah Parinduri sebagai nama diri dan Nasution dan Parinduri masing-masing sebagai nama keluarga atau yang lebih
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
populer dengan marga. Seorang perempuan Inggris apabila ia telah menikah, ia boleh dipanggil atau disapa secara resmi dengan menggunakan nama keluarga suaminya, misalnya Mrs. Hopkin karena suaminya bernama Thomas Hopkin. Nama dirinya sendiri tidak disebutkan. Di dalam masyarakat Mandailing nama seorang isteri tidak dikaitkan dengan nama suami. Seorang isteri tetap dipanggil dengan nama dirinya (sebutan marga agak janggal untuk perempuan). Seperti disebutkan oleh McDowall (1993) di negara maju seperti Inggris sekalipun dalam banyak hal posisi laki-laki tetap lebih dominan daripada kaum perempuan seperti dalam bidang pemerintahan dan juga di bidang non-pemerintahan. Dalam masyarakat Mandailing, perbedaan posisi kaum laki-laki dengan perempuan lebih jelas lagi. Kaum perempuan kecuali dalam bidang-bidang yang identik dengan wanita sepeti memasak, mencuci pakaian, mengasuh anak, tetap berada di tangan kaum lelaki. Dalam musyawarah-musyawarah adat, suara kaum perempuan hampir tidak pernah diperhitungkan. Kesempatan belajar di sekolah lebih banyak diberikan kepada anak laki-laki meskipun dewasa ini telah banyak kaum perempuan yang bersekolah sampai ke perguruan tinggi. Pembagian harta lebih banyak diberikan kepada anak-anak laki-laki. 5.5.5 Bahasa BI dan BM merupakan dua bahasa yang sangat berbeda bukan hanya dalam hal struktur dan jumlah kosakata tetapi juga dalam luas pemakaian, jumlah penutur dan keragaman fungsinya. Dalam hal pemakaian, BI dipakai di seluruh dunia (world language) meskipun dengan fungsi yang berbeda, sebagai bahasa ibu (native
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
language), bahasa kedua (second language) dan sebagai bahasa asing (foreign language). BI digunakan oleh penutur asli tidak kurang dari 350 juta penutur di Negara-negara besar dan maju seperti Inggris, Amerika, Australia; sebagai bahasa kedua seperti India, Malaysia, Singapura dan lain-lain dan selebihnya BI digunakan sebagai bahasa asing di seluruh negara. Dalam hal fungsi BI digunakan sebagai bahasa media cetak, media elektronik, bahasa perdagangan dunia dan banyak fungsi lainnya. Sebaliknya BM yang pada umumnya digunakan sebagai bahasa etnis lisan, dipakai hanya di daerah Mandailing dan oleh keluarga-keluarga yang merantau ke luar Mandailing yang pemakainnyapun umumnya terbatas di dalam rumah saja. BI, karena digunakan di wilayah yang luas, memiliki dialek geografis dan dialek sosial. BI yang digunakan di kota London dan sekitarnya berbeda dari BI yang digunakan di daerah-daerah di luar London. Demikian pula dengan ragam sosial. BI memiliki ragam resmi atau baku dan ragam tidak resmi atau bahasa sehari-hari (colloquial).
Pada
prinsipnya
BM
tidak
memiliki
ragam
atau
variasi
geografis/regional maupun ragam sosial. BM digunakan di wilayah yang tidak terlalu luas dan tidak ada batas-batas atau perintang-perintang seperti gunung, laut ataupun hutan yang dapat menghambat sebaran pemakain bahasa tersebut. Seandainya dua orang penutur yang berasal dari dua tempat yang berbeda, katakanlah satu dari kecamatan Siabu dan satu lagi dari kecamatan Muara Sipongi, dua daerah yang berada di dua ujung wilayah, menggunakan BM, mereka tidak akan mendapat hambatan komunikasi kecuali dalam pemakaian beberapa istilah. Pada dasarnya dalam masyarakat moderen Mandailing tidak ada kelas sosial. Meskipun pada 2.5
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Abdullah (1990) mengatakan bahwa masyarakat Mandailing secara sosial dibagi menjadi tiga kelas: na mora-mora (keluarga raja), halak na bahat (orang kebanyakan) dan
hatoban (budak). Dewasa ini kelas sosial makin tidak jelas karena era
kerajaanpun telah berakhir (label na mora-morapun mulai kabur). Dahulu pesta perkawinan dengan mengadakan acara hiburan seperti manortor, menabuh gordang sambilan, serta mengadakan upacara adat resmi hanya terbatas bagi keluarga namoramora saja. Kini, sepanjang orang sanggup memenuhi beban ekonomi maupun adat yang tentu saja tidak ringan, orang kebanyakanpun boleh mengadakan pesta besar seperti itu. Dengan demikian ketiadaan kelas sosial tersebut memungkinkan setiap orang secara bebas dapat berbicara dan bergaul dengan siapa saja sehingga tidak ada ragam sosial, ragam yang berkaitan dengan status sosial penutur seperti ekonomi, pendidikan dan asal usul keturunan. Perbedaan ragam yang jelas dewasa ini adalah ragam sehari-hari dan ragam adat, ragam yang digunakan dalam upacara adat. Ragam ini berbeda dari ragam sehari-sehari terutama dalam kosakata. Kosakata bahasa adat menggunakan banyak kata kelasik 5.5.6 Sopan santun Sopan santun atau tatakrama berintekrasi antara sesama anggota masyarakat di dalam kedua masyarakat tersebut ditentukan oleh tipe masyarakat dan kontak dengan masyarakat asing. Tipe masyarakat Inggris sebagai masyarakat barat adalah tipe individuaslistik yang selalu menginginkan kesetaraan dengan orang lain dan kebebasan peribadi. Sementara masyarakat Mandailing, sebagai masyarakat timur yang bertipe kolektif, komunal dan hirarkis melihat dirinya selalu berada pada posisi
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
yang berbeda dengan orang lain. Pada suatu saat dia bisa berada pada posisi yang setara, lebih rendah, dan lebih tinggi dari orang lain. Dengan para anggota kahangginya, (orang yang semarga dengannya) dia merasa berada pada posisi yang setara (meskipun faktor usia dapat menentukan jarak di antara mereka tetapi jarak mereka tetap lebih dekat daripada dengan anggota dari mora atau anakborunya), dengan anggota moranya dia memposisikan diri di bawahnya, dan dengan anakborunya dia memposisikan diri di atasnya. Hubungan yang terbentuk karena ikatan perkawinan ini menentukan bagaimana seseorang bertindak verbal maupun non-verbal dengan orng lain. Dalam masyarakat Inggris tentu tidak ada hubungan seperti ini. Seseorang bisa saja akrab dengan mertuanya (hampir tidak ada jarak), tetapi dalam masyarakat Mandailing hal tersebut sangat janggal dan bahkan dapat dianggap tabu. Dalam masyarakat Mandailing, hubungan hirarkis di antara satu orang dengan orang lain sangat jelas. Seorang adik dipandang tidak sopan menyebut nama abang/kakaknya apa lagi nama orang lain yang jarak hirarkinya lebih jauh, misalnya paman/makcik meskipun sebaya dengan dia. Dalam masyarakt Inggris, memang menyebut/memanggil nama orang yang setara dengan orangtuanya seperti paman dan makcik masih diangggap janggal tetapi menyebut nama abang/kakak itu lmrah, bahkan memanggil nama teman yang usianya jauh lebih tuapun dianggap wajarwajar saja. Masyarakat Inggris sangat menghargai kebebasan peribadi (privacy) dan tidak suka hal-hal yang bersifat peribadi dicampuri orang lain. Menanyakan usia, status perkawinan, jumlah penghasilan, agama dan lain-lain yang sifatnya pribadi dipandang
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
sebagai mencampuri urusan peribadi yang dalam masyarakat Mandailing merupakan hal yang wajar. Orang Inggris memiliki pola-pola bertutur formal dengan orang asing (orang yang belum dikenal) seperti menggunakan excuse me ketika bertanya, I’m sorry ketika merasa telah melakukan kesalahan dan banyak mengucapkan thank you bila merasa telah mendapat bantuan/perhatian dari orang lain; dan menyebut gelar dan nama kelurga seseorang seperti Mr., Mrs., Miss. Sebaliknya orang Mandailing tidak memiliki pola-pola bertutur formal dengan orang asing (mungkin karena masyarakatnya, masyarakat
monokultural) kecuali ketika sedang markobar
(menggunakan bahasa adat). Tetapi bila menyapa orang asing orang yang belum di kenal), istilah hubungan kekerabatan yang dipakai seperti angkang, uda, amang, inang,ompung. Orang yang pintar menggunakan istilah kekerabatan dianggap orang yang memiliki sopan santun yang baik. Sebagai masyarakat Muslim yang religius, masyarakat Mandailing memandang perbuatan yang berkaitan dengan seksualitas sesuatu yang dianggap sangat tabu, bahkan membicarakannyapun dianggap tidak sopan. 5.6 Penerjemahan Teks Mangupa Datu Pangupa: Paragraf 1. Parjolo au marsantabi tu barisan ni dalihan na
tolu, kahanggi,
anakboru, mora songon i tu barisan ni harajaon, sumurung lobi tu raja panusunan na juguk di uluan ni pantar paradaton on
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Paragraf 2. Satorusna marsyukur hita tu hadirat ni Allah Subahanahu wa taala. Tuhanta na gumorga langit na tu mompa tano na dung mengalehan halapangan dohot hatorkisan di hita sude na rap juguk di pantar paradaton on Paragraf 3. Marhite-hite di pardomuan ni tahi di pantar paradaton, dibaen tibo ma waktu na angkon pasampe hata pangupa tu bayo pangoli dohot boru na ni oli, parjolo au mandokon mauliate na sagodang-godangna asa mangido mohof, ampot adong naron na hurang tupa sanga na sala di pangalaho. Paragraf 4.Mudah-mudahan, ulang adong on nian na manggora manise, anso kobul borhat pangidoan tingon on tu pudi ni ari. . Paragraph 1. First of all I would like to
apologize to dalihan na tolu, kahanggi,
,anak boru, mora as well as harajaon particularly to raja panusunan who are all now sitting on the uluan of this pantar paradaton. Paragraph 2. Then let us thank God, Tuhanta na gumorga langit and na tumompa tano for giving opportunity and health to all of us sitting on this pantar paradaton. Paragraph 3.
As an agreement has been made on this pantar paradaton, and
because the time now has come to deliver hata pangupa to the bridegroom and the bride, let me first express great gratitude to dalihan na tolu for giving me this opportunity to deliver hata pangupa and make apoplogies to dalihan na tolu if in delivering the hata pangupa less appropriate words are spoken and wrong acts are made. Paragraph 4. May no one blame, may no one complain so that our requests will be granted from now on. Pantun 1. Natuari, di mata ni ari guling Di sima au ro tingon luat ni Mandailing Ia ulang suada na uoban Adat ni ompunta na robian Sai hita pagogo ma partahian Anso samate sahangoluan Verse 1.
Yesterday while the sun was setting I was coming from the land of Mandailing Here I brought nothing
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
But the tradition of our forefather Let us always make our agreement stronger So that in life and death we will be always together Pantun 2. Pala dung songon i Sahino ma i samalu Inda marimbar na disuru Sude karejo angkon lalu Verse 2.
When agreement is gained Harmony will be retained People’s help in anything can be requested All work then can be completed
Pantun 3. Antong angkon salumpat do saindege Sapangambe sapanaili Anso rap lomo roha mambege Ulang ma hita on pasili-sili Verse 3.
We should be always in harmony Be together night and day All would be pleased this to see Let conflict stay away
Pantun 4. Pala songon i, tanda mai songon adian Laplap songon indege Hombang mai adat ni ompunta na robian Rap lomo roha mambege If so, it is clear now as a rest-stop As clear as a footstep Our ancestor’s traditions will always develop Our happiness will never stop Paragraf 5. Ari on ari na denggan, ari na uli, ari na tupa, ari na niligi ni bayo datu, Verse 4.
di hanaek ni mata ni ari, diupa tondi dohot badan muyu, anso manaek tua hamamora. Paragraf 6. On ma na margorar ari simonang-monang, na monang mangalo musu, talu mangalo dongan.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Paragraph 5.
It is a good day, a lovely day, the right day, the day which has been
examined by the bayo datu, when the sun is rising, your spirit and body diupa so that your luck and nobility will rise. Paragraph 6. It is a winning day , to win against enemies but to lose against friends. Pantun 5. Dihanaek ni mataniari Di sima naek tua hamamora Harani rumbuk hita satahi Madung dapot lomo ni roha Verse 5.
While the sun is beginning to rise It is the time for luck and nobility to rise Since we are intimate we are always in harmony So we become pleased and happy
Pantun 6. Hatiha tu aek on bujing partonun Hatiha maruyup-uyup bayo parmahan Pasunggul lungun diparmayaman Ulang nian lungun-lungunan Verse 6.
It is the time for a girl weaver to go to the river to wash her suits It is the time for a cow-breeder to blow his flute Yearning for his experiences in the past May his loneliness be released
Pantun 7. Di hangu-nguas on bayo panopa Di hatalgang baju ni bulu Di son ma hita mangupa Pahoras tondi badan muyu Hatiha markuik on halihi bangar Martahuak manuk laho marpira Habang ma on langkupa Na songgop tu Gunungtua Diungkap ma pangupa Anso maroban sangap dohot tua Verse 7.
When a blacksmith extremely needs a drink When the bamboo’s jackets come off its trunk It is the time now to perform mangupa celebration To make your spirit and body sane When an eagle is shrieking in the sky
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
When a hen is cackling before laying its egg on the hay An owl now is flying away To rest at Gunungtua before midday The pangupa can now be opened To bring nobility and good fortune `(The pangupa is being opened by the anak boru by rolling up its cover (banana leaves) and putting them on his head and taking them to the back room. Then the datu pangupa begins to tell the meaning of each item of the pangupa one by one). Paragraf 7.Dipajuguk homu amang bope inang di ginjang ni amak lampisan mudahmudahan
marlampis-lampis
bisukmu,
marlampis-lampis
sinaloanmu,
marlampis-lampis sahalamu, ngon on tu pudi ni ari. Paragraph 7. You are being seated on the amak lampisan so that your intelligence, ability, and charisma will grow higher and higher from now on. Paragraf 8.
Di jolo muyu madung tangkas
diida hamu pangupa. On ma na
margorar pangupa ni tondi dohot badan, na mararti do on asa
na marantusan,
mudah-mudahan kobul borkat nian sude pangidoan. Paragraph 8. In front of you there is pangupa. This pangupa is for your spirit and body. Each of these things has meanings and wishes. May all requests be granted. Paragraf 9. Dipatibal on pangupa di ginjang ni pinggan pasu anso denggan homu marrosu na mamolus dalan matobang. Paragraph 9. This pangupa is put on one big plate so that you will be spiritually close during your marriage life. Paragraf 10.
Marmocom-mocom on isina. Di son pira manuk na nihobolan
Na bontar on di luar na gorsing di bagasan, hobol nian tondi tu badan. Bontar nai songon on ma nian bontar ni ate-ate, ias ni muyu manjagit pangupa
on. Songon i
pusu-pusu. Songon on ma ikhlas ni roha muse nian bontar ni ate-ate muyu
mangadopkon si solkot sasudena. Gorsing na i, songon on ma doa nami tu Tuhan, mudah-mudahan tarjomak sere homu, omas sigumorsing tingon on tu pudi ni ari. Paragraph 10. It contains various things. This is a boiled egg. The white is outside, the yellow is inside. May your body and spirit be strong. May your heart be as white
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
as this (the white). You may accept this pangupa as faithfully as the white. Your heart may be as white as the white of this egg to welcome all relatives. We pray to God. May you always grasp gold as the yellow of this egg, omas sigumorsing, from now on. Paragraf 11. Di son muse sira sasumbiga na ditungkus di bulung salungsung.Sai ancim nian pardaian muyu, marsira na nidok, mandapot bahagia lopus sayur matua bulung. Songon sira on muse hamu nian, sude halak mamorluonsa. Paragraph 11. Here is some salt wrapped up in a banana leaf. May your taste be constantly salty, what you say will taste as salt, to be happy until the future. May you be like this salt. It is needed by everybody. Paragraf 12. Na patoluhon, di son muse indahan sitamba tondi, indahan si tamba tua on, na pahoras badan ma on dohot tondi, sai ditubui sangap homu rap dohot tua, gogo muse manjalahi. Paragraph 12. As the third, here is some rice to strengthen your spirit, to strengthen your body and nobility. May you be glorious, lucky and be hard workers. Paragraf 13.
Na manggonggomi indahan on di son ma i manuk na
diringringan,manuk simarian-ian on, rambe-rambe, lai-lai mariring-iring on nian tangan muyu manogu-nogu, sinuan tunas dohot sinuan boyu, tingon on tu pudi ni ari. Paragraph 13. Those that are surrounding the rice are pieces of chicken. These are from a good chicken. Rambe-rambe lai-lai. May your hands support many children, boys and girls, from now on. Pantun 8. Tubuan laklak, tubuan singkoru Tubuan anak nian tubuan boru Gosta-gosta giring-giring Marompa mariring-iring Verse 8.
May your paddy grow well to give you much grain May your baby-boys and baby-girls be born Dry season comes after the wet season You will carry them in your arms and walk in succession
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Pantun 9. Di Muarasada Marlai-lai do singkoru Langga-langga sada Jolo halaklahi anso dadaboru At Muarasada beside the river The grains of singkoru are hanging down One after another May a baby-boy be first and a baby-girl be second Paragraf 14 Na mangkatiri on, on mai gulaen sale, adong muse incor tali dohot Verse 9.
haporas na nidurung di marayak andospotang. Torkis homu na dua paradaton matobang, horas badan dohot tondi ditubui
mamolus
sangap homu dohot tua,
lopus sayur matua bulung. Ia sifat ni gulaen on rap tu jae do on rap tu julu, rosu dipardalanan, ra muse marsipaihutan. Paragraph 14. In addition to the chicken, here are smoked fishes, some incor tali, and some haporas fished before noon. May both of you be healthy in your marriage life, be physically and mentally sound, have nobility and luck until your old age. The habits of these fishes are to swim downstream and upstream together, they are intimate in their journey, and they are tolerant. Paragraf 15. Di jolo muyu adong aek na lanlan, sada panginuman sada parbasuan. On pe anso hami baen songon on, songon on ma pangidoan nami tu Tuhan, anso nian sahata homu saoloan, marsada hata marsisalungan roha, songon pandok ni umpama, sabara sabustak, salumpat saindege, sapinggan sapanganan, sapangambe sapanaili, anso ulang pajala-jelu songon parkuayam
ni hajaran.
Harana muda ngada marrumbuk tahi, sai totop marsigagahan, muda tanduk ningna paleang-leung, gumbang mai marsinggaluan, talaga ma i jadi uluan, maralo ma i sanga andigan. Paragraph 15. In front of you there is some water, there are one cup and one dish. May you always be harmonious, may you love each other as a proverb says: sabara sabustak, salumpat saindege, sapinggan sapanganan, sapangambe sapanaili. Avoid disharmony like a horse’s mouth which is opening wide. Because if you are not
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
harmonious you will always have quarrels. When a pair of horns (e.g. horns of a buffalo) is not parallel, talaga will become uluan. A dispute may happen later. Paragraf 16.
Sude on koum sisolkot, tarlobi-lobi amanta dohot inanta
mengido tu Tuhan, mudah-mudahan suang hamu siala sampagul rap tu ginjang rap tu toru, muda malamun saulak lalu, muda magulang rap margulu, hibul songon ulu, impal tola palu-palu, songon on nian hamu tingon on tu ginjang ni ari. Paragraph 16. All close relatives, especially your father and mother, they pray to God. May you be like the siala sampagul to ascend and descend together, to be ripe simultaneously, when rolling down all the seeds get muddy. It is rounded as a head, a lump that can be used as a knocker. We hope you will be like that from now on. Paragraf 17. Di son muse tarida do pahan-pahanan ni raja na martua. Mata na i dohot ate-ate na
i
jadi partanda ma i
anso “mata guru roha
siseon”. Songon i muse suping nai anso “tangi homu di siluluton inte di siriaon”. Paragraph 17. In addition, here is a farm animal (buffalo) of a blessed king. Its eyes and hearts symbolize mata guru roha siseon. While its ears symbolize tangi di siluluton, inte di siriaon. Pantun 10. Di son ma horbo simaradang tua Namamolus ombun manyorop Dompak sannari hamu maroban tua Saulakon maroban sangap Verse 10. Here is a buffalo from Batangtoru That passes through thick dew Now you are carrying luck with you In the future may nobility be with you Pantun 11. Di son ma juhut gana-ganaan Mambaen gorar maginjang-magodang Gorarna tarmauk–tarbonggal Tu ipar ni laut siborang Mambaen partahian ulang janggal Patogu tua ulang sirang Verse 11. Here is good meat of a beast To make your name long and best
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
A name well-known to east And will be famous to west Don’t hesitate to make agreement Strengthen your power, avoid argument Pantun 12. Di son adong tulan rincan Sada sin siamun Sada sian siambirang Manorjak laho tu pudi Mangambur laho tu jolo Mangamburkon anak dohot boru Pitu sundut suada mara Maroban tua hamamora Verse 12. Here are the legs of the beast One is the front right Another is the rear left To strike backward To jump up forward To make your offspring jump up forward No perils for seven generations Bringing nobility and good fortune Pantun 13. Di son ma ihan-sayur Anso sayur matua bulung Ia ihan sayur on Sian lubuk parkatimbungan Riak mardomu tu tonga Verse 13. Fishes and vegetables are here To make you live longer These fishes were from a depth of river Ripples meet at the centre Pantun 14. Sayur badan dohot tondi Martamba denggan paruntungan Ulang adong bondul mangkalang Tumbuk dapot na ni roha Verse 14. May your body and spirit live long May your destiny become better Nothing will hinder you to move along To achieve your aim and desire
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Paragraf 18. Dipatibal sude pangupa on diginjang ni anduri anso malo homu mambedahon na denggan dohot na sala, malo muse markoum, malo marmasyarakat, mamboto patik, uhum, ugari, hapantunon. Paragraph 18. All the items of the pangupa are put on a winnow so that you may know how to separate the right from the wrong, be friendly to your relations, be good at making social relations, and understand customs, punishment, rules and social norms. Paragraf 19. Pangupa on ditutup dohot bulung ujung, anso marujung on karejo, adong muse hasilna. Adong muse abit adat anso totop homu digonggomi paradaton, tingon on tu ginjang ni ari. Paragraph 19. This pangupa is covered with three ends of banana leaves so that every work will end and be successful. Here is also a piece of abit adat so that you are always protected by customs from now on. Pragraf 20. Tamba ni on laing dipangido do tu Tuhan. Songon pandokon ni ompunta na robian: mamarpar homu songon dabuar, mardangka tu jae dohot tu julu songon haruaya. Haruaya ho amang silonggom banua , banir na bolak parkolipan, tungkot ho di na landit, sulu di na golap, payung di udan na gogo, parsilaungan di las ni ari. Togu diparkataan, pangidoan hamu pangalapan Paragraph 20. In addition, we pray to God. May you spread as dabuar, to branch eastward and westward like a banyan tree. Be a banyan tree, you! amang, silonggom banua, a big tree as a protective place, be a walking stick on slippery ground, a lamp in the darkness, an umbrella in the heavy rain, a shade on a sunny day as expected by our ancestors. Be definite in speaking, may both of you be givers and providers. Paragraf
21.
Mudah-mudahan
dohot
borkat
pangidoan
ni
damang
na
lambok marlidung dohot inang pangitubu, sude koum sisolkot, matumbur na ni suan manjadi pahan-pahanan. Paragraph 21. May God bless the requests of the father who always talks softly and the mother who gives birth and all close relatives so that your crops grow well and your farm animals breed.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Pantun 15. Muda marmanuk tarhabang dinding Muda marlombu songon batu di pasir Anso adong siparinggas muyu mangkuling Muda ro koumta musafir Verse 15. When breeding chickens they will increase in thousands When breeding cows they will spread as stones on the sands So that you may become pleased When your relatives come to pay a visit Pantun 16. Muda marhorbo longa tinungtung Muda maritik rondam kualo Muda marjagal bahat mandapot untung Muda marsaba bahat mandapot eme pangisi sopo Verse 16. When breeding buffalos you will get much meat When breeding ducks you will collect eggs in a basket When selling things you may make much gain When growing rice you may get much grain To make the barn full of grain Pantun 17. Upa-upa magabe Sinta-sinta mamora Satumtum hamu sapangambe Silang sae suada mara Verse 17. May all prayers be acceptable We wish you to be noble Be intimate, be harmonious No obstacles, no calamities Pantun 18. Tubuan laklak hamu tubuan singkoru Sai siganda-sigandadua Tubuan anak tubuan boru Sada manjadi dua Pitu sundut suada mara Verse 18. May your paddy grow. May it grow faster Growing higher and bigger May you have a son, may you have a daughter One first and two later For seven generations no disaster
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Pantun 19. Di Muarasada Marlai-lai andalado Marantara-antara sada Halaklahi ma nian parjolo Verse 19. At Muarasada close to the river Andalado gets wet One after the other May a boy be first Pantun 20. Nipasae tanding duru Anso santak nida tu ipar Muda sorang anak dadaboru Jeges-jeges boti na pintar Verse 20. Clear up the shrub from the cultivation So that the view is clear When a baby-girl is born May it be pretty and clever Pantun 21. Halaklahi si suan bulu Dadaboru si suan pandan Rap lolot be hamu mangolu Pulik muse marhairasan Verse 21. A boy will be a bamboo-grower A girl will be a pandanus-grower May you have long life May you be healthy for life Pantun 22. Halaklahi si panjala Dadaboru si pandurung Martua hamu marsahala Sarat be manompi-manjujung Verse 22. A boy will be a panjala A girl will be a pandurung May you have good luck and charisma A lot of things on your back and head you are carrying Pantun 23. Dijujar harambir poso Mangihut saludang na tobang
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Tinggalkon ma amang adat naposo Madung sandang adat matobang Verse 23. A young coconut falls down An old stem is brought down Amang! Now leave the youth’s customs On your shoulder now you are carrying a married man’s customs Pantun 24. Talduskon ma giring-giring Laho mamasukkon golang-golang Tinggalkon ma inang adat mabujing Madung jujung adat matobang Verse 24. Take off your jingling bracelets When putting on your gold bracelets Inang!Leave now the youth’s habits On your head are now a married woman’s habits Pantun 25. Na jolo digorar ho si Dalian Pabotohon anak tubu Horas do ho di hangoluan Lopus ho dapotan boru Verse 25. In the past you were named Dalian To announce that a baby-boy was born You were always safe in your life Even in finding your wife Pantun 26. Na jolo digorar ho si Taing Pabotohon anak dadaboru Magodang ho maginjang Sampe dapot dongan marrosu Verse 26. In the past you were named Taing To announce that a baby-girl was born Big and tall you are now growing And now you have found your man Pantun 27. Madung digorar ho amang Sutan Pardomuan Anso pardoumuan ni hula ho dongan-dongan Digorar muse ho inang Namora Pardamean Anso dame sude hula dongan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Verse 27. You, Amang! have been named Sutan Pardomuan May your abode become a meeting place for relations and friends You, too Inang have been named Namora Pardamean May peace be with all relations and friends Pantun 28. Jangat-jangat ni gordang Jigit-jigit di ari potang Dipasahat di hamu gorar matobang Manjagit nian tondi dohot pamatang Verse 28. The drumheads of the gordang To be hit at noonday The title of married people that now you are bearing May your body and soul not deny Pantun 29. Nipadao sipanggago Sian duru ni hauma Gorar na sangap na martua ulang mago Jana ulang tinggal malua Verse 29. The shrub should be thrown From the edge of the cultivation May the noble and lucky title not disappear And may it not be freed either Pantun 30. Tangan siamun-siambirang Ujungna marjari-jari lima Gogo hamu sumbayang Tarkarejohon nian rukun na lima Verse 30. You have two useful hands On each end there are five fingers May you perform the daily five prayers May later you become a hajj fulfilling one of the Moslem’s pillars Pantun 31. Dongdong di Batangtoru Songgopan ni langkupa tonga ari Jongjong ma anakboru Mangabin pangupa di naek ni mataniari Verse 31. The big river of Batangtoru To the sea the water is flowing
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Anakboru may stand up now To lift up the pangupa when the sun is rising (Anakboru is standing up to lift up the pangupa and then he is swinging it over the heads of the bride and the bridegroom and the datu pangupa is uttering : Turuuuuuupa upa three times and Turuuuuuuuuu ma tondi the audience replies three times). Pantun 32 Mare ma tondi muyu Tondi sijanjang Tondi sijunjung Tondi siandarohot Tondi siandarasi Verse 32. Here come your spirit! Sijanjang spirit Sijunjung spirit Siandarohot spirit Siandarasi spirit Pantun 33. Ulang tondi tarkalimanman Ulang tondi tarkalimunmun Ulang tondi marjalang-jalang Ulang tondi martandang-tandang Ulang tondi mandao-dao Di son do bagasta parsarimpunan ni tondi Verse 33. May your spirit not be worried May your spirit not be afraid May your spirit not roam May your spirit stay home May your spirit remain here Your house to settle is here One , two, three, four, five, six, seven! Seven generations no perils. Pantun 34. Jarunjung obur-obur Pasak sanggul simarjarunjung Horas hamu amang bope hamu inang Sampe sayur matua-bulung Verse 34. Don’t forget to say horas When you wish one to be safe
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
May you, Amang and you, too Inang be prosperous From the present to your future life Tuuuuuruupa upa! (uttered by the datu pengupa three times) Turuuuuuuu ma tondi! (replied by the audience three times). Pantun 35. Garang-garang giring-giring Di dangka ni ulasi Tondi maranak mariring-iring Markundang markuasi Halaklahi on na martua Dadaboru na marharatan Verse 35. A bird is now singing On a branch of tree The spirit of all offspring May be strong and high Luck boys bring Girls bring nobility Turuuuuuupa upa (uttered by the datu pangupa three times) Turuuuuuuu ma tondi (replied by the audience three times) Pantun 36. Malos ma dingin-dingin Obanon tu Sipogu Horas ma tondi madingin Pir tondi matogu Sayur matua-bulung Horas …. Horas … Horas ! Verse 36. Here are dingin-dingin To be taken to Sopo Godang May your spirit be safe and fine May it also be hard and strong So that your life will stay long Horas …. Horas ……. Horas …..! Pantun 37. Bariba tor bariba rura Aek mardomu tu muara Tarsongon on ma hata pangupa Na tarpasahat tu hamu na dua Verse 37. The rivers flow through the valley They gather at the estuary
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Thus, all of the words of pangupa I must convey Which can be entrusted to both of you today Paragraf 22. Muda adong na martinggal-tinggal sada, martinggal-tinggal dua, parjolo au mangido mohop tu sude barisan ni dalihan na tolu, harajaon, tarlobi-lobi tu raja panusunan. Santabi Sapulu. Paragraph 22. If one, or two are forgotten, let me in advance ask forgiveness from all the members of dalihan na tolu, harajaon, and particularly from raja panusunan.Santabi sapulu. 5.7 Masalah dan Teknik Penerjemahan Mangupa adalah sebuah upacara tradisional formal dan terinstitusi dalam masyarakat Mandailing yang bertujuan terutama untuk memberikan nasihat perkawinan kepada kedua mempelai. Upacara dilakukan di ruang adat oleh datu pangupa, perangkat dalihan na tolu, kedua mempelai dan halayak lain. Teks mangupa disampaikan secara lisan dalam bentuk monolog dan dalam suasana bersemuka. Teks mangupa merupakan teks eksplanasi yang menyampaikan penjelasan fenomena secara berurutan. Idiologi utama yang mendasari teks mangupa adalah harapan akan kekuatan jasmani dan rohani, keutuhan dan keabadian perkawinan dan keselamatan dan kesejahteraan dalam kehidupan kedua mempelai Teks yang terdiri atas 22 paragraf dan 37 patun itu memiliki dua ciri utama. Yang pertama, teks ini banyak menggunakan istilah/ungkapan budaya, ungkapan metaforis dan peribahasa. Ini membuktikan bahwa penerjemahan teks budaya banyak menimbulkan masalah karena terutama oleh dua hal (1) suatu istilah/ungkapan dalam
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
TSur tidak memiliki padanan dalam Tsar disebabkan perbedaan budaya dan geografi, (2) suatu istilah/ungkapan dalam TSur memiliki padanan dalam Tsar dan dapat diterjemahkan tetapi penerjemahan yang dapat dilakukan hanya penerjemahan harfiah. Dengan penerjemahan harfiah istilah/ungkapan
nuansa budaya yang terkandung dalam
tersebut tidak dapat disampaikan kepada pembaca terjemahan.
Kesulitan seperti ini dihadapi oleh Salleh (2006 ) ketika dia menerjemahkan Hikayat Hang Tuah, sebuah teks klasik budaya Melayu ke dalam bahasa Inggris. Salleh menunjukkan kata keris sebagai contoh. Secara harfiah keris dapat diterjemahkan menjadi dagger yang dalam beberapa komponen makna memiliki persamaan seperti ‘senjata kecil, ringan yang terbuat dari logam dan digunakan untuk menikam musuh’ tetapi makna magis yang melekat pada kata keris itu tidak dapat dipindahkan ke dalam kata dagger (Salleh, 2006:401). Dalam keadaan seperti ini Salleh (2006) memutuskan untuk membiarkan istilah/ungkapan terikat budaya lain seperti raja, balai gendang, garuda, makan sirih tidak diterjemahkan tetapi
diberikan
penjelasan/deskripsi masing-masing kata tersebut pada glosarium. Teilanyo (2007:20) juga menyarankan supaya istilah/ungkapan yang terikat budaya, karena hampir tidak dapat diterjemahkan dengan memadai, tidak harus diterjemahkan ( dijadikan sebagai kata pinjaman) atau diterjemahkan secara harfiah lalu diparafrase/dijelaskan pada glosarium atau anotasi. Teknik yang disarankan oleh Salleh (2006) dan Teilanyo (2007) telah digunakan dalam menerjemahkan teks mangupa ini. Teks mangupa sebagai teks klasik menggunakan banyak kata/ungkapan yang tidak diterjemahkan agar makna budaya yang melekat pada kata itu tidak hilang;
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
tentu saja demi keakuratan penerjemahan. Makna kata/ungkapan seperti itu dijelaskan pada Glosarium. Disebabkan perbedaan struktur linguistik BSur dan BSar sejumlah masalah penerjemahan telah dihadapi yaitu penerjemahan frasa, kata majemuk, dan kalimat karena perbedaan pola dalam pembentukan ketiga unit linguistik tersebut. Dalam TSur subjek kalimat, jumlah (number) dan konjungsi kadang-kadang tidak muncul secara ekplisit dan oleh karena itu ketiga unsur itu harus dibuat ekplisit dalam TSar. Kategori gramatika dalam kedua bahasa bisa berbeda misalnya sebuah kata dalam TSur berpadanan dengan sebuah frasa dalam TSar atau sebuah nomina dalam Tsur berpadanan dengan ajektiva dalam TSar. Mempertahankan kesepadanan bentuk antara sebuah kategori gramatika dalam TSur dengan sebuah kategori gramatika dalam TSar dapat menghasilkan terjemahan yang tidak tepat. Teks mangupa sebagai teks klasik menggunakan banyak kata arkais seperti gana-ganaan, longa tinungtung, marlai-lai yang hampir tidak digunakan lagi dalam pemakaian bahasa sehari-hari dan sulit mencari maknanya yang tepat disebabkan ketiadaan kamus istilah arkais dalam BM dan informan yang dapat memahami makna kata-kata tersebut sulit ditemukan. Ragam dalam BI sangat jelas (misalnya resmi/tidak resmi).Misalnya penerjemahan kata bagas ‘rumah’ dalam TSur ke dalam house merupakan penerjemahan yang tidak tepat dalam hal ragam sebab dalam BI kata abode bukan house yang digunakan dalam ragam puitis. BM tidak memiliki tenses dan oleh karena itu dalam penerjemahan sebuah kalimat ke dalam BI yang memiliki tenses situasi dan waktu
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
terjadinya peristiwa sebagaimana tersirat dalam sebuah kalimat harus benar-benar diperhatikan agar tidak terjadi pemakaian tenses yang salah dalam terjemahan. Di dalam teks terjemahan kata, ungkapan, peribahasa dan nama objek yang tidak terdapat padanannya dalam Tsar terutama dalam pengalaman budaya orang Inggris dicetak miring agar jelas terlihat berbeda dari teks utamanya. Ciri kedua adalah, sebahagian teks mangupa berbentuk pantun. Teks pantun/puisi tentu tidak sama dengan teks prosa. Teks puitis merupakan sarana komunikasi sastra yang mengutamakan pengungkapan perasaan, pikiran, gagasan atau deskripsi tempat atau peristiwa dengan menggunakan diksi khusus (kadangkadang menggunakan persajakan (rhyme) ritma (rhythm) dan (kadang-kadang menggunakan komposisi metris) stilistika dan imaginasi (Oxford, 2001: 14130). Puisi tidak hanya memiliki fungsi semantik dan bentuk yang estetik tetapi juga digunakan sebagai alat utuk menggugah perasaan dan menghasilkan efek emosional (Connolly,1998:176.) Puisi merupakan pengungkapan perasaan dalam bentuk kata dan bentuk bahasa tertentu dan memiliki irama musik (Chan, 2003:1.) Penerjemahan puisi dianggap sebagai penerjemahan yang paling sulit dan sebahagian penerjemah memandang bahwa puisi tidak dapat diterjemahkan (untranslatable) dan masalah ini telah lama menjadi bahan perdebatan bagai para penerjemah. Sebahagian penerjemah melihat bahwa tidak mungkin sebuah terjemahan puisi/pantun akan serupa dengan puisi asalnya. Untuk mempertahankan padanan bunyi pantun, padanan sintaktik dan makna kadang-kadang harus dikorbankan. Sebahagian pakar penerjemahan yang lain antara lain Chan (2003:3); Dastjerdi (2004:2) melihat bahwa puisi dapat
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
diterjemahkan jika dilakukan dengan cermat. Walaupun banyak nuansa puitis puisi aslinya tidak dapat dialihkan ke dalam terjemahan dan harus disusun kembali, hasil terjemahan puisi bisa lebih indah dari puisi aslinya (Dastjerdi, 2004:2.) Karena dalam penerjemahan puisi penekanan lebih banyak diberikan pada sisi artistik dan subjektif, transcreatian, transformation dan transposition sangat berperan dalam penerjemahan teks puisi. Sebagai konsekuensinya, tidak hanya informasi semantik pantun aslinya yang harus dialihkan tetapi juga informasi estetiknya termasuk bentuk dan konstruksi pantun itu (Chan, 2003:3; Salleh, 2006:37.) Semua pantun dalam teks upacara magupa ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran dengan keyakinan dan berdasarkan pengalaman beberapa penerjemah bahwa pantun dapat diterjemahkan dengan menggunakan berbagai teknik penerjemahan seperti penerjemahan harfiah (literal translation), penambahan (addition), penghilangan (delition), pengubahan (alteration), penciptaan (creation) dan lain-lain. Berikut ini uraian tentang beberapa teknik
yang harus dan telah digunakan
dalam menerjemahkan teks mangupa yang berbentuk prosa dan pantun ke dalam bahasa Inggris sebagai bahasa sasaran untuk mencapai terjemahan yang akurat (makna tidak hilang atau menyimpang), terbaca (dapat dipahami oleh pembaca) dan berterima (dapat diterima oleh penutur asli bahasa terjemahan baik secara linguistik maupun secara kultural.)
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Paragraph 1. Dalam paragraph ini, kecuali sejumlah istilah budaya seperti dalihan na tolu, kahanggi, anak boru, harajaon, raja panusunan, uluan dan pantar paradaton semua kata dapat diterjemahkan secara harfiah ke dalam TSar tanpa kesulitan. Sedangkan istilah dan ungkapan budaya tidak diterjemahkan karena tidak memiliki padanan dalam
TSar
atau
tergolong
(untranslatable).
Istilah/ungkapan
yang
tidak
diterjemahkan ditulis seperti dalam TSur dalam TSar (dipinjam). Penempatan permintaan maaf (marsantabi) di awal sebuah tindakan/perbuatan dalam TSur padahal kesalahan belum diperbuat tidak sepadan dengan budaya Inggris. Dalam budaya Inggris permintaan maaf disampaikan bila sebuah kesalahan telah dilakukan.Namun karena isi paragraph 1 semuanya adalah permintaan maaf paragraph 1 diterjemahkan juga seperti paragraf lainnya. Agar makna istilah dan ungkapan budaya yang digunakan dalam seluruh teks ini dapat dipahami dengan jelas oleh pembaca terjemahan yang tidak atau kurang mengenal budaya Mandailing, teknik parafrase digunakan dengan cara memberikan penjelasan yang lengkap pada glosarium yang dapat dilihat pada bagian lampiran tulisan ini. Teknik seperti ini lazim digunakan dalam penerjemahan teks budaya (Newmark, 1988, Salleh, 2006, Chan, 2003.) Paragraph 2. Dalam paragraph 2 ini seperti dalam paragraph 1 hanya ungkapan terikat budaya (tuhanta na gumorga langit, na tumompa tano, dan pantar paradaton) yang tidak dapat diterjemahkan secara harfiah.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Paragraph 3. Dalam paragraf 3, seperti pada paragraf 1dan 2 tidak terdapat masalah penerjemahan kecuali ungkapan budaya (pantar paradaton, hata pangupa dan dalihan na tolu) yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam teks sasaran. Paragraph 4. Dalam paragraf 4 TSur tidak terdapat istilah/ungkapan budaya tetapi terdapat dua kata (kobul dan borkat) yang memiliki makna yang sama (bersinonim) dan dalam Tsar kedua kata tersebut diterjemahkan menjadi satu kata saja (granted) untuk menghindari perulangan makna yang mubazir.Dengan demikian teknik penghilangan telah digunakan. Berikutnya 4 pantun menyela teks mangupa. Verse 1. Dalam baris 1 dan 2 TSar dalam hal waktu/kala terjadinya sebuah peristiwa,digunakan past continuous tense meskipun dalam TSur tidak ditemukan kala/waktu secara gramatikal sebab BM tidak mengenal kala/waktu. Dan pada baris 3 dan 4 digunakan past tense. Dengan demikian teknik restrukturisasi digunakan, yaitu teknik pembentukan aspek gramatika dalam TSar
sementara dalam TSur aspek
tersebut tidak ditemukan seperti pembentukan tenses dalam bahasa Inggris sebagai bahasa sasaran yang berasal dari bahasa yang tidak memiliki tenses seperti bahasa Mandailing atau bahasa Cina yang tidak memiliki afiksasi (Chan, 2003:9).
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Verse 2. Dalam baris 1 TSur pala dung songon i yang secara harfiah berarti ‘then, after that’ diterjemahkan menjadi when agreement is gained dengan merujuk kembali kepada baris 5 verse 1 Tsar. Teknik yang dikenal dengan nama eksplikasi ini diterapkan agar informasi yang implisit dalam TSur dibuat eksplisit dalam TSar (Moentaha, 2006:78). Sebab pala dung songon i kurang jelas acuannya, apakah partahian atau samate sahangoluan, jadi diputuskan memilih partahian (agreement) sebagai acuannya, yang merupakan asal dari samate sahangoluan. Ungkapan sahino ma i samalu secara harfiah berarti ‘sehina dan semalu’ yang dalam B Ind. dapat dipadankan dengan ‘senasib sepenanggungan’. Ungkapan tersebut diterjemahkan menjadi harmony yang berarti ‘kebersamaan’ (unity). Karena makna harmony lebih generik, teknik yang digunakan adalah generalisasi, yaitu pengungkapan makna secara lebih luas dari TSur ke dalam TSar (Moentaha, 2006:62). Verse 3. Ungkapan salumpat saindege secara harfiah berarti ‘serentak meloncat dan serentak menjejak’ yang oleh penutur bahasa Indonesia sendiripun sulit dipahami sebab ungkapan ini benar-benar sangat terkait dengan budaya Mandailing. Namun karena makna generiknya adalah juga ‘kebersamaan’ atau ‘kerukunan’ maka padanan yang dipakai adalah in harmony. Selanjutnya ungkapan sapangambe sapanaili dalam bahasa Indonesia secara harfiah berarti ‘serentak melenggang dan serentak menoleh’ yang secara denotatif juga berarti ‘kerukunan/kebersamaan’. Ungkapan ini diterjemahkan menjadi be together night and day yang tentu saja tetap
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
mengisyaratkan ‘kerukunan’, agar tercapai padanan persajakan yang baik dengan bunyi sebelumnya. Capaian persajakan yang baik merupakan syarat penting penerjemahan puisi/pantun. Dalam penerjemahan pantun bukan hanya informasi semantik yang harus disampaikan tetapi juga informasi estetika (Chan, 2003:3). Kata mambege berarti ‘hear’ tetapi diterjemahkan menjadi see untuk mengejar padanan persajakan dan secara semantikpun kedua kata itu tidak jauh berbeda. Kalimat ulang ma hita on pasili-sili merupakan kalimat perintah yang berarti ‘jangan kita berbeda/tidak tepat’ lalu diterjemahkan menjadi let conflict stay away dimana kata pasili-sili mengisyaratkan ‘pertengkaran’ dan kata ulang yang bermakna ‘larangan’ maka let conflict stay away bermakna sama dengan ulang ma hita on pasili-sili melalui teknik modulasi, teknik yang mengubah bentuk berita yang berasal dari pengubahan sudut pandang (Shuttleworth dan Cowie, 1996:108). Verse 4. Baris 1 dan 2 dapat diterjemahkan secara harfiah tanpa kesulitan. Pada baris 3 ada penambahan will always, meskipun pada TSur tidak ada kata yang bermakna ‘akan selalu’. Tetapi sebenarnya secara implisit makna itu ada ditandai dengan munculnya partikel mai yang kurang lebih sepadan dengan partikel lah dalam B Ind. yang mengisyarakatkan ‘kontinuitas’ seperti dalam lagu berkibarlah benderaku ‘berkibarlah selamanya’. Dengan demikian teknik penambahan informasi digunakan agar makna yang implisit menjadi eksplisit. Kalimat rap lomo roha membege secara harfiah berarti ‘we are all happy to hear’ namun kembali untuk mencapai padanan persajakan, our happiness never stop digunakan sebagai padanannya yang secara
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
denotatif tidak jauh berbeda dari makna ungkapan TSur-nya. Jadi kembali teknik modulasi telah digunakan. Paragraph 5. Pada paragraf 5 ini terdapat 2 buah kata terikat budaya yakni bayo datu dan diupa. Kedua kata ini seperti sejumlah kata budaya yang terdapat dalam beberapa paragraf sebelumnya tidak diterjemahkan tatapi diberikan penjelasan/parafrase pada glosarium. Frase di hanaek ni mata ni ari ‘at sun rise’ adalah sebuah frase adverbial dan diterjemahkan ke dalam sebuah klausa: when the sun is rising. Dengan demikian telah terjadi shift atau transposisi dari unit frase ke unit klausa. Transposisi merupakan hal yang lazim terjadi dalam penerjemahan. Pragraph 6. Dalam paragraf 6 ini tidak ditemukan kesulitan penerjemahan sebab secara harfiah makna kalimat tersebut dapat dialihkan ke dalam TSar dengan jelas. Verse 5. Kembali 3 buah pantun menyela teks mangupa. Frase di hanaek ni manta ni ari secara harfiah dapat diterjemahkan ke dalam frase adverbial dalam TSar yaitu at sunrise tetapi frase ini dialihkan menjadi klausa while the sun is beginning to rise agar panjangnya mendekati panjang kalimat sesudahnya sehingga terdapat keharmonisan bentuk. Lagi pula secara semantik tidak ada makna yang hilang dalam pemakaian klausa ini. Dalam since we are intimate we are always in harmony terjadi penambahan subjek we pada klausa terikat since we are intimate. Dalam TSur harani rumbuk hita satahi, subjek tidak muncul sebelum rumbuk. Kalau subjek muncul,
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
maka akan berbunyi seperti harani hita rumbuk, hita satahi. DalamBM sering subjek tidak muncul secara eksplisit, sementara dalam BI pada umumnya subjek muncul secara eksplisit. Dengan demikian teknik eksplikasi telah digunakan agar makna terjemahan lebih jelas. Terjadi juga penambahan kata always pada TSar padahal padanan kata ini tidak ada dalam TSur. Penambahan, dengan tujuan untuk memperjelas makna, dan sepanjang tidak membuat makna berlebihan, merupakan hal yang wajar. Hasil terjemahan pada umumnya lebih panjang dari bahasa sumbernya karena penerjemah selalu berusaha agar terjemahannya dapat dipahami dengan jelas. Baris 4 TSur madung dapot lomoni roha bila diterjemahkan secara harfiah akan berbunyi happiness/joy has been gained. Namun bila terjemahan harfiah ini digunakan kesamaan persajakan dengan bunyi sebelumnya tidak tercapai. Kata happy diperlukan untuk menjaga kesamaan bunyi dengan kata harmony pada baris sebelumnya. Dengan demikian teknik modulasi kembali digunakan. Verse 6. Dalam baris 1 Tsar dilakukan penambahan to wash her suits sedangkan pada TSur frase tersebut tidak ada.Teknik ini digunakan agar tercapai harmoni bunyi dengan baris berikutnya yang menggunakan kata flute. Penambahan ini tidak sampai membuat makna berlebihan sebab orang Mandailing pergi ke sungai biasanya salah satu tujuannya adalah untuk mencuci kain selain mandi, buang air atau menangkap ikan bagi yang mampu. Kata lungun pada baris 3 TSur berarti longing atau yearning. Kata pasunggul dapat berarti ‘mengingat/mengenang’; degan demikian diterjemahkan menjadi yearning for. Bila longing atau yearning tidak diganti dengan experience,
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
maka akan berbunyi seperti yearning for his longing, suatu perpaduan yang kurang bagus, Oleh karena itu kata longing/yearning diganti dengan experiences. Kata parmayaman berarti ‘pergaulan’, yang dalam BI disebut social intercourse. Bila diamati
konteksnya
dengan
cermat,
yang
dirindukan
di
sini
adalah
pergaulan/persahabatan di masa lalu, bukan masa sekarang. Dengan demikian experiences in the past sudah bermakna ‘persahabatan di masa lalu’ yang sekali gus membuat tercapainya persajakan dengan bunyi sebelumnya. Kalimat ulang nian lungun-lungunan secara harfiah berarti ‘may not feel lonely’. Juga dengan alasan demi tercapainya persajakan, teknik modulasi digunakan tanpa menghilangkan dan menambah makna secara berlebihan. Selanjutnya kata lungun-lungunan yang merupakan kata ajektiva diterjemahkan menjadi loneliness yang merupakan kata nomina. Dengan demikian telah dilakukan peralihan kategori dari ajektiva ke nomina.Penambahan ajektiva posesif his juga dilakukan agar hasil terjemahan lebih jelas sebab gembala di Mandailing biasanya adalah seorang laki-laki sangat jarang seorang perempuan Verse 7. Teknik modulasi digunakan untuk menerjemahkan baris 1 TSur. Frase di hangu-nguas on bayo panopa secara harfiah berarti ‘when a blacksmith is thirsty’ sedangkan terjemahan yang dibuat adalah when a blacksmith extremely needs a drink. Secara semantik kedua klausa ini tidak banyak berbeda. Mangapa bentuk ini yang dipilih, kembali karena alasan penerjemahan teks puitis, agar tercapai kesepadanan bunyi pada baris berikutnya. Pada baris 3 dilakukan penambahan sebuah kata yaitu
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
kata celebration juga demi mencapai kesepadanan bunyi dan sekali gus memperjelas makna mangupa. Pada baris 5 terjadi juga penambahan frase in the sky demi mencapai harmoni bunyi dengan bunyi kata akhir pada baris berikutnya.Frase on the hay merupakan hasil penambahan demi persajakan. Frase before midday pada baris 8 juga merupakan penambahan agar tercapai persajakan dengan bunyi kata sebelumnya. Dan kata good ditambahkan pada baris 10 agar klausa tersebut terdengar lebih indah. Dengan demikian terjadi 4 kali penambahan kata atau frase dalam pantun terjemahan 7 ini, semua dengan alasan agar tercipta persajakan yang baik. Penambahan merupakan salah satu teknik yang sering digunakan dalam penerjemahan bukan hanya pantun tetapi juga teks budaya lainnya. Paragraph 7. Selain istilah budaya amak lampisan yang dibiarkan tidak diterjemahkan karena akan dijelaskan pada glosarium, kata you digunakan sebagai padanan kata amang dan inang. Sebenarnya kata amang dan inang dalam konteks ini merupakan dua istilah terikat budaya. Kata amang dan inang masing-masing secara harfiah berarti father dan mother tetapi memadankan anak laki-laki dengan father dan anak perempuan dengan mother dapat membuat penutur asli BI merasa sedang membaca teks yang sangat asing. Dalam budaya Mandailing seorang anak laki-laki dapat dipanggil amang dan inang untuk anak perempuan oleh seorang ayah atau ibu. Dalam sistem kekerabatan Mandailing seorang cucu dapat memanggil kakek dan neneknya angkang ‘abang/kakak’ selain ompung. Jadi dalam hirarki kekerabatan Mandailing seorang kakek dengan cucunya dianggap sebagai dua orang abang beradik.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Berdasarkan itulah seorang ayah/ibu boleh memanggil anak/putrinya amang/inang di samping pemakaian kedua istilah itu dapat menimbulkan ikatan emosional yang lebih kuat. Paragraph 8. Dalam paragraf 8 ini istilah pangupa sebagai istilah terikat budaya tidak diterjemahkan dan dijelaskan pada glosarium. Dalam TSar madung tangkas diida hamu yang berarti ‘it can be clearly seen by you” atau ‘you can clearly see it’ dalam TSar cukup dibuat there is pangupa. Di sini telah terjadi penghilangan informasi dan diganti dengan ungkapan lain tetapi tidak sampai mengurangi makna.Selanjutnya on ma namargorar pangupa ni tondi dohot badan bila diterjemahkan secara harfiah akan menjadi
this is what is called the pangupa of spirit and body. Kelihatannya
terjemahan ini termasuk tipe terjemahan kata demi kata dan kurang informatif sedangkan this pangupa is for your spirit and body lebih informatif. Dan kobul borkat dalam TSur merupakan dua kata yang bersinonim yang dalam B Ind. berarti ‘dikabulkan’ dan ‘diberkati’. Dua istilah yang bersinonim dan berulang dan ini cukup diterjemahkan menjadi granted. Paragraph 9. Paragraf 9 TSur dapat diterjemahkan secara harfiah ke dalam TSar tanpa masalah.Frase mamolus dalan matobang merupakan eufemisme untuk memperhalus ungkapan marbagas’kawin’ yang langsung mengacu kepada kehidupan perkawinan. Penerjemahan menjadi marriage life tentu tidak mengisyaratkan makna yang kurang sopan sebab kata marry dapat digunakan dalam konteks formal maupun informal.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Karena perbedaan struktur kedua bahasa, subjek kalimat ditempatkan di posisi awal dakam TSar (this pangupa) sedangkan dalam TSur subjek berada setelah verba.Dalam BM (Lihat 5.4.7.) verba lazim mendahului subjek sedangkan dalam BI keadaanya adalah sebaliknya. Dengan demikian tekik transposisi telah digunakan. Paragraph 10. Kalimat marmocom-mocom on isina pada paragraph 10
TSur dapat
diterjemahkan secara harfiah menjadi its contents are various tetapi it contains various things lebih berterima bagi penutur asli BI. Dalam paragraph ini terdapat simile yang dimulai dengan songon ‘seperti’ seperti putihnya hati diumpamakan dengan
putihnya putih telur; emas diibaratkan seperti kuning telur. Dalam
terjemahanpun digunakan juga simile. Ungkapan omas sigumorsing karena tergolong ungkapan terikat budaya tidak diterjemahkan langsung ke dalam Tsar. Paragraph 11. Di dalam paragraf 11 kembali terjadi pengibaratan (simile) yaitu pardaian ‘rasa’ yang diibaratkan dengan ancim ‘rasa asin’, na nidok ‘ucapan’ juga diibaratkan seperti marsira ‘terasa garam’, juga sira ‘garam’ diibaratkan dengan ‘kebutuhan semua orang’ (sude halak mamorluhon sa). Simile ini diterjemahkan menjadi simile dalam TSar. Ungkapan sayur matua bulung meskipun salah satu ungkapan yang sangat terikat budaya, tapi dalam konteks ini jelas maknanya, lalu diterjemahkan menjadi to be happy until the future. Paragraph 12. Paragraf 12 dapat diterjemahkan secara harfiah ke dalam TSar tanpa kesulitan.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Paragraph 13. Dalam paragraf ini sebuah ungkapan rambe-rambe lai-lai tidak diterjemahkan karena merupakan ungkapan yang sangat arkais. Verse 8. Dalam pantun 8 TSur ini tubuan laklak, tubuan singkoru secara harfiah dalam B Ind. adalah ‘tumbuhlah pelepah pinang, tumbuhlah singkoru’. Kedua kata laklak dan singkoru tidak populer dalam BI dan boleh jadi tidak dikenal. Oleh karena itu kedua kata tersebut diganti dengan kata paddy yang lebih dikenal supaya berpadanan secara logis dengan kata grain di akhir kalimat tersebut. Sedangkan bunyi /n/ pada kata grain menjadi sepadan dengan bunyi /n/ pada kata born di bawahnya. Kalimat pada baris 3 TSar (dry season comes after the wet season) secara semantik tidak berkaitan dengan ungkapan pada baris 3 (gosta-gosta giring-giring) TSur namun demi tercapainya persajakan yang baik dan lagi pula ungkapan ini bukan merupakan isi utama pantun, tidak salah jika digunakan teknik penggantian demi tercapainya persajakan
pantun
yang
baik.
Ungkapan
marompa
mariring-iring
berarti
‘menggendong (anak) beriring-iring’ yang secara eksplisit bermakna ‘menggendong anak kecil (bayi) dan memapah anak-anak kecil beriring-iring’. Makna ini dapat dikaitkan dengan ungkapan yang sangat terkenal dalam budaya Mandailing yaitu maranak sapulu pitu marboru sapulu onom. Dalam TSur tersebut yang digendong tidak disebutkan secara ekplisit sementara dalam TSar dibuat menjadi ekplisit dengan memakai kata them yang mengacu kepada baby-boys dan baby-girls dan juga
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
memunculkan subjek you untuk memenuhi persyaratan kelinguistikan BI yang selalu memunculkan subjek kalimat. Verse 9. Pada baris 1 TSar beside the river semata-mata merupakan penambahan agar tercapai persajakan dengan baris ke 3 yang berakhir dengan kata another. Paragraph 14. Dalam paragraf 14 ini digunakan teknik eksplikasi dengan memunculkan kata chicken yang dalam TSur hanya ditunjukkan dengan menggunakan deiksis on ‘ini’. Kata chicken ini mengacu kepada kata manuk pada paragraph 13. Kata incor tali dan haporas karena merupakan istilah terikat budaya dan geografis tidak diterjemahkan. Frase mamolus paradaton matobang merupakan eufemisme untuk menghindari ungkapan langsung marbagas yang terasa kurang santun. Dan ini dapat diterjemahkan menjadi in your marriage yang dalam BI boleh digunakan dalam situasi formal sekalipun. Paragraph 15. Dalam paragraf 15 ini digunakan teknik pelesapan/penghilangan.Bagian yang dihilangkan adalah on pe anso hami baen songon on, songon on ma pangidoan nami tu Tuhan yang dalam B Ind. berarti ‘Ini pun mengapa kami lakukan seperti ini, beginilah permintaan kami kepada Tuhan’.Bagian ini dihilangkan karena tidak membawa informasi yang terlalu penting. Dan bila disertakan terjemahannya akan terkesan terlalu harfiah. Peribahasa yang sangat terikat budaya dan biasanya hanya digunakan dalam upacara formal seperti ini (sabara sabustak, salumpat saindege,
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
sapinggan sapanganan, sapangambe sapanaili) dibiarkan seperti teks aslinya dengan alasan sulit mencari padanan yang tepat bukan saja dalam budaya asing Inggris juga dalam berbagai budaya lokal Indonesia.Keempat ungkapan metaforis itu masingmasing secara harfiah berarti ‘sekandang (dan) sekubangan’, serentak meloncat (dan) serentak menjejak, sepiring (dan) setempat makan, serentak melenggang (dan) serentak menoleh’ yang secara denotatif sebenarnya bermakna ‘hidup harmonis’. Alasan lain ialah untuk mempertahankan keasingan (foreignizing) teks tersebut agar pembaca dapat merasakan suasana budaya, budaya asing tersebut.Kemudian dilakukan penambahan e.g. horns of a buffalo karena dalam TSur tidak dijelaskan tanduk binatang apa.Biasanya yang menjadi contoh adalah tanduk kerbau. Kata talaga dan uluan dijelaskan pada glosarium sebab kedua kata itu termasuk “culturally untranslatable” karena bangun dan fungsi ruangan rumah tidak sama di Inggris dan di Mandadiling. Paragraph 16. Dalam paragraf 16 TSur terdapat frasa amanta dohot inanta. Bila diterjemahkan sencara harfiah akan menjadi our father and our mother. Dalam TSar dibuat menjadi your father and your mother karena makna emosional yang ada dalam amanta/inanta tidak dapat ditransfer bukan hanya ke dalam BI yang merupakan bahasa asing juga ke dalam B Ind. yang masih serumpun dengan BM. Istilah amanta/inanta sangat terikat budaya Mandailing. Pemakaian bentuk –ta di akhir sebuah nomina seperti dalam bagasta, ‘rumah kita’, sabanta “sawah kita’tidak mengindikasikan
pemilikan
bersama
tetapi
merupakan
eufemisme
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
untuk
menunjukkan kebersamaan (agar lawan berbicara merasa ikut memiliki). Pemakaian –ku mengindikasikan keegoan, misalnya dalam bagasku ‘rumahku’, sabangku ‘sawahku’. Frasa siala sampagul tidak bermakna bagi penutur asli BI bila diterjemahkan secara harfiah atau dengan memakai istilah botani karena perbedaan geografi, buah tersebut tidak ditemukan di daerah Inggris. Jadi lebih baik tidak diterjemahkan tertapi dijelaskan pada glosarium. Paragraph 17. Dalam paragraf 17 ini kata pahan-pahanan berarti ‘hewan piaraan’. Hanya saja dalam teks ini tidak jelas hewan apa (kalau kita berada dalam konteks fisik kita segera tahu jenis hewan apa). Namun berdasarkan pengetahuan umum, hewan yang dipakai sebagai alat pangupa besar adalah kepala kerbau maka dalam TSar ditambahkan kata buffalo agar pembaca terjemahan tahu jenis hewan yang dipakai. Kalimat mata guru roha siseon dan tangi (hamu) di sululuton inte di siriaon dua peribahasa Mandailing yang tidak dapat memberi makna yang jelas bila diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa lain. Oleh karena itu demi pemahaman dan keberterimaan terjemahan ini lebih baik dilakukan parafrase (penjelasan) pada glosarium. Verse 10. Dalam pantun 10 baris 1 ini terjadi penambahan kata Siabu nama sebuah daerah di Mandailing agar tercapai persamaan bunyi dengan kata dew pada baris berikutnya. Kemudian juga penambahan kata you di akhir baris 3 dan 4 alasannya
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
juga demi persajakan, dan penambahan ini tidak sampai menyimpang dari makna utama TSur-nya. Verse 11. Dalam pantun 11 ini tercipta kesamaan persajakan dari baris 1 sampai 4 yang setiap baris berakhir dngan bunyi /t/ melalui teknik penambahan dan penggantian. Kata beast pada baris 1 ditambahkan (tidak sampai merusak makna TSur). Kata best pada baris 2 merupakan pengganti kata bigger sebagai padanan harfiah kata magodang. Pada baris 3 kata east juga ditambahkan yang pada TSur kata itu tidak ada, namun karena pada baris 4 ada kata west sebagai padanan dari ipar ni laut siborang (secara harfiah berarti ‘di sebelah laut seberang) maka dengan penambahan east terciptalah persajakan yang baik. Frasa ulang sirang pada baris terakhir TSur berarti
‘jangan
bercerai’
diterjemahkan
menjadi
avoid
argument
‘hindari
pertengkaran’ yang maknanya lebih generik daripada ulang sirang. Teknik generalisasi ini digunakan agar, seperti alasan sebelumnya, terciptanya persajakan yang baik. Verse 12. Pada pantun 12 tulan rincan bermakna ‘daging bagus yang terdapat pada paha kerbau’. Frase ini tidak diterjemahkan secara harfiah tetapi menjadi the legs of the beast yang secara generik masih berkaitan dengan makna tulan rincan agar tercapai persajakan
dengan
baris
berikutnya
yang
secara
harfiah
dapat
diterjemahkan.Kemudian kata forward pada baris ke 6 TSar merupakan penambahan agar tercapai persajakan dengan baris sebelumnya. Seterusnya kata good pada baris
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
ke 6 TSar juga merupakan penambahan kata agar tercapai kesamaan jumlah kata pada baris sebelumnya. Lagi pula penambahan kata tersebut tidak membuat makna berlebihan, bahkan menciptakan kolokasi yang benar dalam BI. Verse 13. Pada pantun 13 TSur baris ke 4 lubuk parkatimbungan bermakna ‘lubuk tempat orang mandi dan berenang sambil memukul-mukulkan kaki ke permukaan air’. Selain tidak mudah mencari padanan frasa tersebut, juga dalam budaya moderen orang Inggris, mandi di sungai jarang dilakukan sebagai mandi rutin kecuali untuk olah raga atau rekreasi dan bagi mereka ini terdengar janggal. Oleh karena itu dilakukan penggantian dengan depth of river yang secara semantik maknanya masih memiliki kaitan dengan lubuk parkatimbungan agar lebih mudah dipahami penutur BI dan yang terpenting agar tercapai persajakan dengan baris sebelumnya dan baris sesudahnya. Verse 14 Dalam pantun 14 TSar baris 1 ditambahkan kata may yang mengindikasikan ‘harapan’. Dalam TSur harapan itu tidak dinyatakan dengan menggunakan leksis tertentu namun secara implisit harapan itu ada. Pada barus 3 bondul manghalang secara harfiah dalam BI berarti ‘pematang menghalangi’. Ini sebenarnya merupakan makna kiasan/metaforis. Makna kiasan ini diterjemahkan secara harfiah saja karena tidak mengurangi makna dan malah dapat membentuk persajakan dengan baris 1.Tumbuk dapot na ni roha berarti ‘semoga diperoleh yang ada di dalam hati’. Dalam TSur na ni roha bila diterjemahkan secara langsung ke dalam BI akan menjadi what
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
is in one’s heart’. Seperti terlihat pada hasil terjemahan, terjemahan harfiah ini tidak digunakan karena bila digunakan persajakan dengan baris ke 2 tidak tercapai. Dengan demikian dilakukan penggantian dengan your aim and desire sehingga tercapailah persajakan yang baik dengan baris ke 3. Paragraph 18. Parafraf 18 ini dapat diterjemahkan segara harfiah kecuali kata pangupa yang dijelaskan pada glosarium. Paragraph 19. Pada paragraf 19 TSur bulung ujung berarti ‘ujung daun pisang’ meskipun tidak disebut kata pisang, tetapi daun pisanglah yang dipakai untuk penutup bahan pangupa. Dalam TSar teknik eksplikasi dilakukan dengan menambah kata banana agar pembaca yang tidak mengetahui konteks mangupa dapat memahaminya dengan jelas. Penambahan ini bukan bersifat pilihan tetapi wajib sebab penutup bahan pangupa tidak boleh daun tanaman yang lain kecuali daun pisang. Kemudian ada istilah terikat budaya abit adat yang harus dijelaskan pada glosarium. Paragraph 20. Pemakaian simile dan metafora mendominasi paragraf 20 ini. Hampir seluruh teks TSur dapat diterjemahkan ke dalam TSar dengan mengalihkan simile menjadi simile dan metafora mendjadi metafora. Metafora menurut Newmark (1988:106-113) dapat diterjemahkan secara harfiah dengan mengubah metafora menjadi simile dan apabila metafora tersebut merupakan metafora budaya, metafora tersebut dapat dipertahankan dengan menambah penjelasan. Dalam paragraph 20 ini metafora yang
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
digunakan masih dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca yang belum mengalami budaya Mandailing sebab nama benda yang digunakan sebagai alat metafora (beringin, pohon besar, tongkat, lampu, payung, tempat berteduh, tempat meminta dan penyedia/pemberi) dapat dikenal dan ditemukan dalam budaya Inggris. Hanya
nama dua pohon (dabuar, yang sifat pertumbuhannya berserak, dan
silonggom banua, sejenis tanaman yang daunnya pahit dan dapat digunakan sebagai obat luka) yang belum ditemukan dalam budaya/bahasa Inggris. Paragraph 21. Dalam paragraf 21 TSar terjadi penambahan kata God yang di dalam TSur tidak dinyatakan secara eksplisit. Penambahan God sebagai teknik eksplikasi membuat makna yang implisit menjadi eksplisit. Salah satu tujuan penerjemahan adalah membuat makna TSur lebih jelas dalam terjemahan. Verse 15. Dalam pantun 15 TSar, demi tercapainya persajakan, dilakukan penambahan dan penggantian (will increase in thousands) sebab pada baris berikutnya ada kata sands. Baris ke 3 TSur anso adong siparinggas muyu mangkuling secara harfiah berarti ‘agar ada yang membuat kamu rajin berbicara’. Baris ke 4 TSur muda ro koumta musafir bermakna secara harfiah ‘bila datang sanak saudara berkunjung’. Jadi makna pantun ini secara keseluruhan adalah ‘dengan tersedianya banyak ternak ayam dan lembu’ sebuah keluarga secara ekonomi kuat untuk menerima kunjungan sanak saudara. Oleh karena itulah baris ke 3 TSur diterjemahkan menjadi so that you may
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
become pleased (agar kamu senang (senang karena kemampuan ekonomi kuat)). Alasan lain tentu saja agar tercapai persajakan dengan baris berikutnya. Verse 16. Kembali dalam pantun 16 ini demi mencapai persajakan, makna harfiah sebahagian baris satu dan dua TSur diabaikan. Pengabaian ini tidak terlalu banyak ‘merusak makna yang sebenarnya’. Dengan demikian telah dilakukan penggantian. Pantun 16 TSar ini dibuat menjadi 5 baris karena bila baris 5 disatukan dengan baris 4 maka hasilnya akan terlalu panjang dan akan merusak keharmonisan jumlah kata dalam setiap baris. Verse 17. Pantun 17 ini dapat diterjemahkan secara harfiah tanpa kesulitan. Verse 18. Teknik penggantian kembali digunakan dalam pantun 18 ini agar tercapai persajakan. Kata laklak ‘pelepah pinang’ dan singkoru ‘sejenis biji-bijian’ diganti dengan kata paddy yang lebih luas dikenal. Baris ke 2 sai siganda-sigandadua diganti dengan growing higher and bigger. Dengan teknik penggantian tersebut tercapailah persajakan dengan baris-baris berikutnya tanpa menghilangkan informasi penting. Verse 19. Dalam pantun 19 ini juga digunakan teknik penambahan yaitu dengan menambahkan frasa close to the river agar tercapai persajakan dengan baris ke 3 yang juga berakhir dengan bunyi /ə/ dan marlai-lai diganti dengan gets wet untuk
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
mencapai persajakan dengan baris ke 4 yang berakhir dengan bunyi /t/. Teknik penambahan dan penggantian ini tidak mengubah makna utama pantun tersebut. Verse 20. Teknik transposisi digunakan dalam penerjemahan baris 1 pantun 20 TSur yaitu dengan mengubah kalimat pasip menjadi kalimat imperatif (nipasae tanding duru ‘dibersihkan tepi kebun’ menjadi clear up the shrub from the cultivation sebagai kalimat imperatif) dan penambahan kata shrub yang dalam TSur tidak ada.Pada baris ke 2 anso santak nida tu ipar yang secara harfiah berarti ‘supaya terlihat hingga ke seberang ‘ diterjemahkan menjadi so that the view is clear, yang maknanya lebih generik daripada makna TSur-nya. Ini dilakukan supaya persajakan dengan baris 4 tercapai. Verse 21. Pada baris 1 dan 2 pantun 21 TSar dilakukan penambahan will be (sebagai penunjuk masa yang akan datang) sedangkan dalam TSur secara eksplisit tidak ditunjukkan. Tetapi pada baris ke 3 pantun 20 TSur harapan tersebut disampaikan dengan muda sorang anak dadaboru ‘apabila seorang anak perempuan lahir’. Dengan demikian penambahan will be pada baris 1dan 2 pantun 21 TSar ini merupakan teknik eksplikasi agar makna teks lebih jelas. Harapan yang disampaikan dengan menggunakan may pada baris 4 dan 5 TSar juga merupakan penambahan agar makna teks terjemahan menjadi lebih jelas.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Verse 22. Hal yang sama (penambahan will be) terjadi pada pantun 22 baris 1 dan 2. Kemudian penambahan may pada baris 3 sebagai upaya eksplikasi makna teks tersebut. Selanjutnya terjadi pengalihan (shift) dari ajektiva (martua dan marsahala) menjdi frasa nomina (good luck) dan nomina (charisma). Pada baris 4 terjadi peralihan tema kalimat dari tema lazim (unmarked) menjadi tidak lazim (marked) dengan memindahkan objek kalimat sebagai tema. Hal ini dilakukan untuk mencapai persajakan dengan baris ke 3 yang berakhir dengan bunyi /ŋ/. Terdapat dua kata terikat budaya Mandailing yaitu panjala ‘orang yang menangkap ikan dengan jala’ dan pandurung ‘orang yang menangkap ikan dengan tangguk’. Kedua kata ini sangat erat dengan budaya Mandailing dan kurang lazim dalam budaya Inggris. Orang Inggris lebih lazim menangkap ikan dengan memancing. Oleh karena itu kedua kata itu tidak diterjemahkan tetapi dijelaskan pada glosarium. Verse 23. Pada baris 1 TSur dijujar harambir poso adalah sebuah kalimat pasif. Dalam terjemahan, kalimat ini menjadi kalimat aktif dan mangihut saludang na tobang pada baris 2 adalah kalimat aktif dan menjadi kalimat pasif pada terjemahan. Hal ini dilakukan dengan alasan agar tercipta persajakan pada kedua baris tersebut. Pada baris 4 TSur madung sandang ‘telah tersandang’ diterjemahkan dengan teknik modulasi menjadi on your shoulder now yang memiliki makna sedikit lebih generik daripada kata ‘tersandang’ tetapi makna dasarnya tidak berubah. Kata amang tetap tidak diterjemahkan karena merupakan sapaan terikat budaya.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Verse 24. Pada baris 1 dan 2 dilakukan eksplikasi dengan menambah your agar makna teks lebih jelas. Kata inang sebagai sapaan/panggilan kepada anak perempuan yang sangat terikat budaya Mandailing tidak diterjemahkan tetapi dijelaskan pada glosarium. Verse 25. Pantun 25 dapat diterjemahkan secara harfiah tanpa kesulitan. Verse 26. Pada baris 3 TSar terjadi peralihan tema lazim (unmarked) menjadi tidak lazim (marked) (you are now growing big and tall) menjadi big and tall you are now growing) agar tercapai persajakan dengan baris 1 yang berakhir dengan bunyi /ŋ/. Kembali teknik transposisi telah digunakan. Kemudian dongan marrosu secara. harfiah berarti ‘teman akrab’ tetapi untuk mengejar persajakan digunakan teknik eksplikasi dengan mambuat your man ‘suami’ sebagai padanannya. Verse 27. Pantun 27 ini dapat diterjemahkan secara harfiah hanya saja karena perbedaan struktur BI dan BM, ho sebagai subjek kalimat pada kalimat 1 dan 2 TSur yang berada setelah verba, pada terjemahan
diletakkan sebelum verba (you) untuk
mengikuti kaidah BI seperti dijelaskan pada analisis kontrastif kedua bahasa (Lihat 4.2.7.2).
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Verse 28. Pada baris 2 pantun 28 TSur jigit-gigit di ari potang memiliki makna tersendiri dan sengaja dibuat oleh pengarang teks agar terdapat padanan persajakan dengan jangat-jangat ni gordang pada baris 1. Dalam TSar kalimat itu tidak diterjemahkan dengan teknik parafrase atau modulasi tetapi sengaja diciptakan kalimat baru untuk mencapai persamaan persajakan dengan baris ke 4. Penciptaan di atas tingkat kata seperti ini disebut transcreation (Lihat Chan, 2003:15), suatu teknik penerjemahan puisi yang lazim digunakan sepanjang tidak membuat makna utama pantun menyimpang. Kata dipasahat pada baris 3 TSur secara harfiah berarti ‘dititipkan’ dan dalam BI berarti ‘entrusted’ tetapi diterjemahkan menjadi you are bearing ‘anda bawa’ yang lebih generik juga dengan alasan agar tercapai persajakan dengan baris 1 yang berakhir dengan bunyi /ŋ/. Kemudian manjagit pada baris 4 TSur berarti ‘menerima’, tetapi demi mengejar padanan persajakan dengan baris 2 digunakan not deny bukan accept yang merupakan padanan makna harfiah dari manjagit. Verse 29. Pantun 29 dapat diterjemahkan secara harfiah tanpa menggunakan teknik lain. Verse 30. Pada baris 1 TSar terjadi penggantian makna hampir seluruh TSar meskipun kata hands tetap dipertahankan untuk mengejar persajakan dengan baris 2 berikutnya yang juga berakhir dengan bunyi /s/. Penambahan may dilakukan pada baris ke 3 dan 4 untuk membuat makna menjadi eksplisit. Pad baris 4 TSur ini frase rukun na lima
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
‘rukun
(Islam) yang kelima’ bagi pembaca non-Muslim mungkin kurang jelas.
Dengan demikian makna tersebut dibuat lebih konkret (konkretisasi) sebagai salah satu teknik penerjemahan (Moentaha, 2006:62) dengan menggunakan become a hajj dan sekaligus penambahan fulfilling one of the Moslem’s pillars selain membuat makna teks lebih jelas juga tercapainya persajakan dengan baris sebelumnya. Verse 31. Kata dongdong pada baris 1 TSur yang berarti ‘sejenis pohon’ diganti dengan big river (suatu padanan semantik yang tidak relevan), agar maknanya relevan dengan kata flowing pada baris ke 3 dan seterusnya kata flowing akan seirama dengan kata rising pada baris terakhir yang merupakan kata/bentuk wajib dalam pantun tersebut sebab frasa the sun is rising tidak boleh diganti karena upacara mangupa harus dilakukan ketika matahari sedang naik. Batangtoru juga merupakan sebuah kota di kecamatan yang dialiri sungai besar dan terkenal di Tapanuli Selatan. Jadi pemunculan kata river lebih menarik didengar daripada kata dongdong , sejenis tanaman yang buahnya tidak berguna. Kelihatannya bagi pengarang teks ini kata dongdong dihadirkan untuk menciptakan persajakan yang baik dengan verba jongjong ‘berdiri’ pada baris berikutnya. Baris ke 2 TSur seluruhnya diganti dengan menciptakan kalimat yang baru (transcreation) yaitu to the sea the water is flowing. Kata anakboru dan pangupa dipertahankan karena merupakan istilah terikat budaya dan memerlukan penjelasan pada glosarium.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Verse 32. Dalam pantun 32 TSur yang merupakan bagian akhir daripada upacara mangupa terdapat kata tondi dalam setiap kalimat dan diterjemahkan mejadi spirit. Dalam setiap kalimat dari 2 hingga 5 tondi diberi nama yakni sijanjang,sijunjung, siandarohot dan siandarasi. Nama-nama yang terikat budaya ini tidak diterjemahkan sebab tidak memiliki makna penting dalam upacara terebut. Verse 33. Dalam pantun 33 TSur setiap kalimat dari 1 sampai 4 diawali dengan ulang ‘jangan’ yang secara implisit bermakna harapan bukan larangan. Oleh karena itu padanannya pada TSar adalah may ‘semoga’. Verse 34. Baris 1 dan 2 verse 34 TSar ini merupakan hasil penciptaan baris baru (transcreation.) Dan pada akhir baris 1 disisipkan kata horas ‘selamat’ agar tercipta persajakan dengan kata prosperous pada baris ke 3, yang menjadi pesan utama dari pantun ini. Kemudian kata safe dimunculkan pada akhir baris ke 2 yang merupakan padanan/penjelasan dari kata horas. Dengan munculnya kata safe itu maka persajakan dengan baris ke 4 tercipta yang menggunakan kata life di akhir kalimat. Verse 35. Kembali pada pantun 35 ini teknik penciptaan (transcreation) digunakan yaitu dengan memunculkan kalimat a bird is now singing. Kemudian kata tree dapat dimunculkan pada baris berikutnya untuk mengantisipasi persajakan pada baris ke 4 yang berakhir dengan kata high. Kata singing pada baris 1 menciptakan persajakan
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
dengan offspring pada baris ke 3. Tema baris ke 5 harus mengalami transposisi dari tema lazim (unmarked) menjadi tidak lazim (marked) dengan memindahkan luck yang menjadi objek pada kalimat bertema lazim (unmarked) menjadi tema pada kalimat bertema tidak lazim (marked.) Dengan demikian kata bring menciptakan persajakan dengan offspring pada baris 3. Pada baris 6 tema tetap dibiarkan unmarked sebab kata nobility sebagai objek kalimat telah dengan sendirinya menciptakan persajakan dengan kata high pada baris 4. Verse 36. Kata malos ‘layu’ dalam BI adalah wither. Wither berkategori verba dan bila digunakan dalam struktur kalimat BI harus menempati posisi setelah subjek sesuai dengan pola kalimat BI. Jadi malosma dingin-dingin seharusnys diterjemahkan menjadi dingin-dingin withers. Kalau teknik ini digunakan persajakan dengan kata fine pada baris 3 tidak tercapai. Oleh karena itu kata dingin-dingin tidak diterjemahkan dan verba wither diganti dengan here are. Kemudian kata Sipogu pada baris 2 diganti dengan sopo godang untuk mengantisipasi persajakan dengan baris 4 yang berakhir dengan kata strong. Sayur matua bulung pada baris ke 5 dapat diterjemahkan menjadi live long tetapi dalam terjemahan ini yang digunakan adalah so that your life will stay long untuk menyamakan jumlah kata dengan baris sebelumnya yang berjumlah 7 kata. Kemudian sapaan horas tidak diterjemahkan untuk mempertahankan nuansa budaya TSur.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Verse 37. Pada pantun 37, pantun terakhir ini kembali digunakan teknik penciptaan (transcreation) dengan menciptakan baris yang berakkhir dengan bunyi /I/ karena kata muara pada TSur berpadanan dengan kata estuary dalam TSar. Kemudian pada baris 3 dilakukan penambahan I have to convey untuk menciptakan persajakan dengan baris 4 yang dibuat berakhir dengan kata today yang juga merupakan penambahan. Paragraph 22. Dalam paragraf penutup ini tidak terdapat kesulitan penerjemahan. Hanya istilah-istilah terikat budaya: dalihan na tolu, harajaon, raja panusunan, dan sapaan santabi sapulu yang dibiarkan tidak diterjemahkan karena memerlukan penjelasan yang lebih panjang.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Struktur BI dan BM Dalam
seksi 4.2 sampai 4.2.8.7 telah diuraikan banyak perbedaan struktur
kedua bahasa.Adanya banyak perbedaan struktur kedua bahasa merupakan hal yang alamiah karena kedua bahasa berbeda bukan hanya dalam hal asal (BI dari keluarga Indoeropah sedangkan BM dari keluarga Astronesia) tetapi juga dalam hal usia, dan “pergaulan” BI dengan banyak bahasa lain. Pergaulan atau kontak yang luas sebuah bahasa
dengan banyak bahasa
lain akan memberi dampak yang sangat besar
terhadap pertumbuhan kosakata bahasa tersebut. Meskipun jenis afiks BI hanya dua berdasarkan distribusinya (prefiks dan sufiks) tetapi jumlah afiks dalam bahasa tersebut tidak sebanding dengan jumlah afiks dalam BM meskipun jenis afiks dalam BM terdapat empat (prefiks, sufiks, infiks dan konfiks). BI telah meminjam banyak afiks dari bahasa Latin dan Yunani. Perbedaan pola kata majemuk yang sangat signifikan dalam kedua bahasa (BI = pewatas + inti, BM = inti + pewatas) membuat struktur sintaktis kedua bahasa sangat berbeda. Perbedaan ini dapat menyulitkan penerjemahan dari BM ke dalam BI dan sebaliknya. Meskipun pada umumnya kata majemuk dalam BI berpola pewatas-inti tetapi sebagian kata majemuk berpola sebaliknya seperti dalam secretary general atau attorney general dan hal yang sama juga terjadi dalam BM. Meskipun pola dasar kata majemuk dalam BM
adalah inti-pewatas tetapi beberapa kata majemuk berpola
sebaliknya seperti lapang roha’lapang hati’ atau sompit ate-ate ‘sempit hati’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Seperti terlihat pada temuan penelitian, pemenggalan kata terjadi dalam kedua bahasa. Bentuk pemenggalan kata lebih kompleks dalam BI daripada dalam BM. Pemenggalan kata dalam BI bukan hanya dilakukan pada bagian depan dan belakang tetapi juga pada kedua bagian secara serentak (contoh: influenza → flu). Dalam BM semua pemenggalan kata dilakukan pada bagian depan. Meskipun reduplikasi merupakan fenomena bahasa tetapi fungsinya bisa berbeda dari satu bahasa ke bahasa lain. Dalam BM pengulangan kata dapat memiliki fungsi gramatikal (mengubah bentuk tunggal menjadi jamak, contoh ina-ina ‘ibuibu’) dan derivasional (pangan (V) menjadi papangan (N) sedangkan dalam BI pengulangan tidak memiliki fungsi gramatikal. Perbedaan yang sangat signifikan antara BI dengan BM adalah dalam hal sistem pronomina. Bentuk pronomina BI sangat bervariasi dan kompleks dibanding dengan sistem pronomina BM. Bentuk pronomina BI berubah dalam setiap fungsi (I,me, my, mine; we, us, our, ours sebagai contoh) sedangkan dalam BM hampir tidak terjadi perubahan (au, au, -ku; hami, hami, -nami) dan BM tidak memiliki ajektiva posesif. Namun sebaliknya BI tidak memiliki pronomina honorifik seperti ho dalam BM yang berubah menjadi homu bila digunakan untuk menyapa orang yang dihormati dalam jumlah tunggal dan ia menjadi halai. Sama halnya dengan kata majemuk, pola frasa pun
berbeda dalam kedua
bahasa. Dalam frasa nominal dan ajektival BI pewatas mendahului inti (interesting story; very interesting) sedangkan dalam BM polanya adalah sebaliknya (saba na bolak ‘sawah luas’, godang situtu ‘besar sekali.) Bentuk frasa verbal BI juga lebih
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
kompleks dari bentuk frasa dalam BM (bandingkan misalnya might have not known dengan inda unjung ro’tidak pernah datang.) Pola kalimat BM lebih bervariasi daripada pola kalimat BI. Kalimat BM bisa berpola S-V–O dan V–O–S. Kalimat BI umumnya berpola S–V-O. Namun BM tidak memiliki kalimat yang berpola S–P–OTL–OL (father gave me a book). Dalam BM tidak ditemukan OTL. Kalimat Father gave me a book dalam BM menjadi Ayah mangelehen buku di au . Tidak ada kalimat *Ayah mangelehen au buku dalam BM, Dalam kata dasar seperti kata yang berkaitan dengan tubuh manusia dan alam sangat mungkin terdapat kesamaan komponen makna di antara dua bahasa, misalnya kata kepala dalam BI dan B Ind. tentu memiliki komponen makna yang sama atau kata tentang benda alam seperti matahari. Tetapi kata yang berhubungan dengan budaya dan geografi bisa memiliki komponen makna yang berbeda. Sebagai contoh kata indahan ‘nasi’ yang berpadanan dengan rice memiliki komponen makna yang berbeda. Dalam BM indahan bermakna ‘nasi yang siap dimakan’ sementara dalam BI rice bermakna selain ‘nasi yang siap untuk dimakan’ bisa juga bermakna ‘beras’. Kata eat ‘menyantap hidangan’ yang menjadi padanan dari kata mangan dalam BM kelihatannya merupakan padanan yang tepat. Tetapi kalau ditelusuri dengan cermat komponen maknanya memiliki perbedaan. Kata eat dalam BI meliputi breakfast, lunch, dinner dan juga supper. DalamBM kata mangan meliputi mangan manyogot ‘makan pagi’, mangan arian ‘makan siang’ dan mangan potang ‘makan petang/malam’. Bila breakfast dipadankan dengan mangan manyogot ternyata materi dan jumlah makanan dalam breakfast dan mangan manyogot tidak sama.Dalam
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
masyarakat Mandailing jenis dan jumlah makanan dalam setiap hidangan sama misalnya materi dan jumlah hidangan mangan manyogot dengan mangan potang sama.Bagi orang Inggris jenis dan jumlah makanan bisa berbeda-beda dan tambahan lagi hidangan tengah malam (supper) dalam masyarakat Mandailing tidak ada. Sebagai bahasa yang telah hidup dan digunakan selama ribuan tahun dan telah mengadakan kontak dengan banyak bahasa lain hampir di seluruh dunia dan digunakan di seluruh jagat raya, sangat wajarlah kalau jumlah kosakata BI sangat banyak dan umumnya kosakata BI memiliki banyak makna (polysemous) selain daripada makna primernya. Kata take misalnya (Lihat 4.2 8.2) memiliki tidak kurang dari 41 macam makna. Jadi kata take dapat digunakan dalam 41 macam konteks yang berbeda. Seorang penerjemah akan menghadapi kesulitan memahami kata tersebut apabila dia hanya mengetahui makna primernya saja dan tidak memahami konteks kata tersebut digunakan. Sebaliknya BM sesuai dengan usia dan kontak yang sangat terbatas dengan bahasa lain tidak mudah mencari sebuah kata yang bermakna lebih dari lima macam. Dalam hal kata yang memiliki makna yang sama (synonyms) BI juga tidak sebanding dengan BM. BI telah meminjam sangat banyak kata dari berbagai bahasa (Latin, Yunani, Perancis, Portugis, Belanda, Arab, Jepang , Cina termasuk Indonesia) sehingga jumlah kosakatanya sangat banyak. BI adalah salah satu bahasa yang memiliki kosakata terbanyak. Sebagai contoh kata comrade, associate, partner, companion, friend, mate, accomplish dan fello hanya empat kata yang terakhir yang merupakan kata asli BI selebihnya berasal dari berbagai bahasa seperti Sepanyol,
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Latin, dan Perancis. Kata great bersinonim dengan large, immense, dan enormous. Ketiga sinonim tersebut berasal dari bahasa Perancis (Lihat Skeat, 1993). Jadi banyak sinonim dalam BI yang berasal dari kata pinjaman dari bahasa asing. Dalam hal makna generik-spesifik, BI lebih lengkap dari BM. Seperti kita lihat pada 4.2 8.4 tidak ada kata generik dalam BM yang sepadan dengan unggas. Tidak ada kata generik untuk buah, tidak ada kata bibji-bijian, serangga, binatang, umbiumbian, perabot yang dalam BI masing-masing adalah fruit, grain, insect, animal, tuber dan furniture. Bila dalam BSar ada sebuah kata generik sementara dalam BSur tidak ada, tentu seorang penerjemah akan menghadapi kesulitan; seperti menerjemahkan kata grain ke dalam BM sebab hanya kata-kata spesifik yang tersedia dalam BM seperti eme ‘padi’, jegang ‘jagung’, hasang goreng ‘kacang tanah’. Meskipun metafora dapat ditemukan dalam BI dan BM , bidang pemakaian metafora bisa berbeda. BI banyak menggunakan metafora tentang waktu seperti time is money, time is short, to save time, to kill time, time flies dan sebagainya sedangkan dalam BM metafora banyak berkenaan dengan tondi ‘semangat’ seperti ulang tondi martandang-tandang, ulang tondi mandao-dao, mulak tondi tu badan, mago tondi dan lain-lain dan juga tentang roha ‘hati’ seperti dalam incat roha ‘tinggi hati’, yang dalam BI tidak disampaikan dengan metafora tetapi dengan kata biasa seperti arrogant, humble dan generous. Idiom ditemukan dalam kedua bahasa baik yang berbentuk frasa maupun yang berbentuk kalimat seperti to kick the bucket ‘mati’ in cold blood ’dengan perasaan tidak bersalah’ dalam BI dan mangulak ari ‘mengunjungi mertua ole seorang suami
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
bersama isterinya beserta keluarga suami pertama kali setelah perkawinan’, mangangin hosa ‘mempertaruhkan nyawa’ dalam BM. Juga dalam bentuk kalimat seperti It is no use crying over spilt milk ‘Tiada guna menangisi susu yang telah tumpah’, To kill two birds with one stone dalam BI atau dalam BM Muda singkam tungkona singkam ma i tunas na ‘Bila tungkulnya singkam ‘sejenis kayu’ maka singkam jugalah tunasnya’, Santampul dua lancim sanduruk dua marobo ‘Sekali pancung dua putus, sekali lempar dua tumbang’. Perbedaan yang jelas antara bentuk idiom dalam BI dan BM adalah bahwa dalam BM tidak ada idiom yang berbentuk phrasal verb (verba diikuti preposisi atau adverbial) seperti pass away, take off dan lain-lain) dalam BM. Namun hal yang menarik perhatian adalah terdapat idiom berbentuk kalimat yang memiliki makna yang sama dalam kedua bahasa seperti To kill two birds with one stone dengan Santampul dua lancim sanduruk dua marobo yang secara harfiah berarti ‘Dengan satu tindakan diperoleh hasil berganda’. Eufemisme atau penyampaian makna yang lebih halus dan tidak langsung, dapat ditemukan dalam semua bahasa dan ada beberapa bidang pemakaian eufemisme yang bersifat universal yaitu kematian, penyebutan bagian tubuh manusia tertentu, fungsi tubuh tertentu, dan hubungan seksual. Dalam BI dan BM pemakai bahasa pada umumnya menggunakan eufemisme dalam berbagai bidang tersebut (kecuali dalam situasi sangat tidak formal atau ketika penutur dalam keadaan marah). Namun kalau kita berada di luar berbagai ranah dasar ini seperti ranah sosial dan budaya keuniqan eufemisme akan terlihat dari satu bahasa ke bahasa lain. Seperti kita lihat pada 4.2.8.7 di dalam BM memanggil/menyapa orang yang dihormati seperti
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
orangtua sendiri atau mertua merupakan tabu (terlarang menurut norma sosial) menggunakan pronomina kedua tunggal ho ‘kau’ dan juga tabu bila kita mengacu kepada orang yang dihormati itu dengan menggunakan pronomina ketiga tunggal ia ‘dia’. Untuk yang pertama digunakan homu ‘kamu’ dan halai ‘mereka’ untuk yang terakhir. Dalam BI tidak dianggap tabu menggunakan you dan he/she untuk orang yang dihormati seperti ayah/ibu, mertua, atok/nenek dan paman/bibi. Pemakaian –ku sebagai penunjuk pemilikan orang pertama tunggal seperti dalam bagasku ‘rumahku’ biasanya diganti dengan –ta (bentuk pemilikan untuk orang kedua jamak) sebagai penunjuk milik bersama seperti dalam bagasta ‘rumah kita’ karena –ku mengimplikasikan egoisme, tidak menunjukkan kebersamaan. Kata marbagas yang secara langsung mengacu kepada tindakan perkawinan akan terdengar lebih santun bila kata tersebut diganti dengan matobang atau maringanan yang secara harfiah kedua kata tersebut masing-masing bermakna ‘menjadi tua’ dan ‘bertempat tinggal’ sementara dalam BI kata marry berkonotasi neteral. 6.2 Budaya Inggris dan Budaya Mandailing Masyarakat Inggris dan Mandailing keduanya merupakan masyarakat penganut agama meskipun agama yang dianut berbeda. Mayoritas anggota masyarakat Inggris menganut dua agama besar : Kristen dan Katolik dan sebaliknya hampir seluruh anggota masyarakat Mandailing menganut agama Islam. Di dalam kedua masyarakat ditemukan juga penganut sejumlah agama lain seperti Kristen dan Katolik dalam masyarakat Mandailing dan Islam, Yahudi, Hindu dan lain-lain di dalam masyarakat Inggris.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Perbedaan yang utama dalam kedua masyarakat tersebut adalah dalam hal pengamalan agama masing-masing. Dalam masyarakat Mandailing yang religius, sikap, perbuatan dan tingkah laku umumnya didasarkan kepada ajaran Islam. Peran adat yang dominan di masa lampau kini sebahagian besar telah digantikan oleh peran agama. Orang yang melanggar adat tradisional seperti perkawinan intramarga telah lazim terjadi; tidak dianggap lagi sebagai penyimpangan atau pelanggaran norma sosial yang patut mendapat hukuman. Sebaliknya bila seorang dewasa tidak melaksanakan kewajiban agama seperti salat dan berpuasa di bulan Ramadan akan menjadi perhatian, pembicaraan dan celaan orang banyak karena dianggap sebagai pembangkangan terhadap agama. Di dalam masyarakast Inggris agama lebih cenderung menjadi urusan peribadi (secular). Seperti telah disampaikan oleh McDowall (1993) peran gereja di Inggris semakin lama semakin menurun. Hanya pada upacara keagaman penting seperti perayaan Natal orang mengunjungi gereja dalam jumlah yang banyak sedangkan pada hari-hari Minggu jumlah itu akan menurun secara drastis. Keluarga Inggris dan keluarga Mandailing berbeda dalam tipe. Keluarga Inggris tergolong ke dalam tipe inti (nuclear family) sebuah keluarga yang terdiri dari pasangan suasmi isteri dengan dua orang anak. Sebaliknya keluarga Mandailing tergolong ke dalam tipe keluarga luas (extended family) sebuah kelurga yang terdiri dari pasangan suami isteri dengan sejumlah anak (biasanya lebih dari dua/tidak terbatas) dan sering disertai anggota keluarga lain seperti kakek dan nenek atau paman dan bibi. Di dalam keluarga Mandailing kehadiran seorang anak laki-laki
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
merupakan sebuah idaman sebagai penerus keturunan. Sering ketidak hadiran seorang anak laki-laki menjadi alasan kuat bagi seorang suami untuk menikah kembali untuk memperoleh anak laki-laki. Dalam keluarga Inggris seorang anak tidak terlalu banyak bergantung kepada orangtuanya. Seorang anak, bila telah mampu hidup sendiri, akan meninggalkan rumah orangtuanya dan membiayai kehidupannya sendiri. Sementara dalam keluarga Mandailing yang paternalistik dan hirarkis kewajiban orangtua adalah membesarkan anak-anak, mendidik hingga mereka sampai pada perkawinan. Tanggung jawab orangtua secara finansial akan berakhir ketika seorang anak menikah. Seorang anak yang telah menikah akan meninggalkan rumah orangtuanya dan mulai membina hidup sendiri dengan isteri/suaminya. Seorang anak sangat bergantung kepada orangtuanya oleh karena itu tidal lazim seorang anak (meskipun seorang anak lakilaki) meninggalkan rumah orang tuanya sebelum dia menikah. Sebuah perkawinan dalam keluarga Mandailing merupakan peristiwa sangat penting dan diidam-idamkan dalam hidup untuk melanjutkan keturunan. Sebuah perkawinan diharapkan dapat berjalan langgeng, harmonis dan utuh (Lihat kembali makna pepatah berikut dalam terjemahan: salumpat saindege, sapangambe sapanaili, sabara sabustak, songon siala sampagul muda malamun saulak lalu, muda magulang rap margulu) dan memberikan banyak keturunan anak laki-laki dan perempuan (Lihat kembali maranak sapulu pitu marboru sapulu onom). Sebuah perkawinan dipandang bukan hanya sebagai penyatuan seorang suami dengan isterinya tetapi lebih jauh lagi yaitu untuk mempersatukan keluarga kedua belah pihak.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Pandangan masyarakat Inggris terhadap perkawinan berbeda dari masyarakat Mandailing. Banyak orang Inggris menganggap perkawinan sebagai beban dan mengekang kebebasan dan menghalangi kelancaran karir mereka. Oleh karena itu banyak orang memilih hidup bersama saja tanpa ikatan formal. Dan perceraian merupakan hal yang lazim terjadi. Gaya hidup bersama menghasilkan anak-anak di luar nikah (non-marital) dan perceraian menghasilkan anak-anak yang diasuh oleh seorang ibu tanpa ayah (single parent.) Masyarakat Inggris sebagai masyarakat individualistik sangat menghargai kebebasan peribadi (privacy), dan tidak suka bergantung kepada orang lain. Seorang anggota masyarakat yang individualistik tidak mentolerir pengendalian orang lain. Dia merasa dapat menentukan sendiri apa yang akan dia perbuat. Seorang anak, bila telah merasa mampu, akan merasa lebih nyaman jauh dari keluarganya meskipun dia masih sendiri belum berkeluarga.) Sebaliknya masyasrakat Mandailing yang komunal dan paternalistik lebih mengutamakan kebersamaan daripada kesendirian. Seorang individu akan terlebih dahulu meminta nasihat kepada orang/kelompok yang lebih senior sebelum mengambil keputusan. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan menikah dengan seorang pilihannya bila tidak mendapat persetujuan dari orangtuanya. Dan seorang anak tidak akan meninggalkan rumah orangtuanya sebelum dia menikah. Stratifikasi masyarakat Inggris masih jelas yaitu kelas atas, menengah dan bawah. Ketiga kelas sosial ini ditandai dengan jenis pekerjaan (white collar workers atau blue collar workers dan kelompok bangsawan) pendidikan dan juga kekayaan.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Di dalam masyarakat Mandailing, meskipun dikenal ada pengelompokan masyarakat menjadi na mora-mora (keturunan raja), halak na bahat (orang kebanyakan) dan hatoban (budak/pesuruh) namun dewasa ini perbedaan ini sudah sangat kabur. Di masa lampau kelas na mora-moralah yang mengadakan pesta perkawinan besar dan mahal disertai upacara adat lengkap dan pengadaan acara hiburan beberapa malam berupa tortor dan penabuhan gordang sambilan. Kini banyak orang yang bukan na mora-mora dapat melakukan hal serupa sepanjang persyaratan adat dan finansial dapat dipenuhi. Akan halnya hatoban, dalam masyarakat Mandailing dewasa ini tidak ada lagi orang yang disebut hatoban. Seseorang dapat bergaul dan menikah dengan siapa saja tanpa ada penghalang. Peristiwa penting seperti perkawinan, memulai pekerjaan sawah dan mengurus jenazah anggota masyarakat akan dilaksanakan secara kolektif. Wadah masyarakat Mandailing bertumpu pada pilar-pilar segi tiga yang sangat terkenal dengan nama dalihan na tolu, ikatan kekeluargaan yang terbentuk dari hasil perkawinan. Gender adalah persoalan yang belum pernah selesai dan mungkin tidak akan pernah selesai meskipun perjuangan kaum perempuan tidak pernah berhenti untuk mencapai persamaan hak, status dan kesempatan yang sama dengan kaum lelaki. Di berbagai negara maju seperti Inggris sendiri menurut McDowall (1993) perbedaan gender masih jelas terlihat. Masih sedikit jabatan penting yang diserahkan kepada kaum perempuan. Namun perbedaan gender dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga tidak terlalu tegas dalam masyarakat Inggris sebab pekerjaan rumah dapat dikerjakan bersama oleh perempuan dan laki-;laki. Di dalam masyarakat Mandailing
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
perbedaan gender lebih jelas. Mulai dari pekerjaan rumah, mengasuh anak,mencari napkah dan
kegiatan adat masih menjadi tugas gender tertentu. Mengerjakan
pekerjaan rumah, mengasuh anak, belanja ke pasar, mencuci pakaian adalah tugas kaum perempuan. Tugas kaum laki-laki pada umumnya melakukan pekerjaan di luar rumah seperti mencari napkah, mengerjakan pekerjaan berat lainnya di dalam hutan/mencari hasil hutan, menghadiri upacara adat.Tetapi pengerjaan sawah dan kebun dapat dilakukan bersama. Di dalam rumah tangga kaum perempuan tidak diberi hak untuk ,mengambil keputusan dan pembagian harta lebih banyak diberikan kepada kaum lelaki. BI yang dikenal sebagai bahasa internasional sering juga disebut bahasa dunia (world language) karena bahasa tersebut digunakan di seluruh dunia meskipun dengan fungsi yang berbeda-beda. BI yang telah berusia ribuan tahun dengan jumlah kosakata yang sangat banyak dan digunakan di berbagai daerah yang berbeda mengakibatkan terjadinya variasi atau dialek geografis. BI yang digunakan di Inggris berbeda dari bahasa yang sama yang digunakan di Amerika, Australia, dan di berbagai negara lainnya. BI memiliki banyak ragam seperti ragam resmi, ragam tidak resmi, ragam sastra, ragam ilmiah, slang dan lain-lain. Di Negara Inggris sendiri bahasa Inggris bukan satu-satunya bahasa yang dipakai masyasrakat Inggris tetapi masih ada bahasa daerah lain seperti Gaelig dan Keltika. Sebaliknya BM yang digunakan di daerah yang tidak terlalu luas dan oleh penutur yang tidak sebanyak penutur BI dan penuturnya tidak banyak melakukan kontak dengan penutur bahasa lain membuat BM lebih seragam (hampir tidak ada
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
dialek geografis dan dialek social.) Seandainya dua orang penutur yang satu tinggal di satu ujung daerah Mandailing dan yang lainnya tinggal di ujung yang lain keduanya tetap dapat berkomunikasi hampir tanpa hambatan dalamBM. Dua orang yang berbeda status sosial (perbedaan karena pendidikan dan keturunan) tetap dapat berkomunikasi tanpa masalah. Hanya bahasa adatlah yang memiliki ciri khas dan ragam bahasa ini tidak dikuasai oleh banyak orang. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat menggunakan bahasa tersebut. Masyarakat Inggris memiliki pola berinteraksi verbal yang baku dan bila pola tersebut tidak diikuti merupakan pelanggaran tatakrama berinteraksi verbal. Sebagai contoh, menanyakan petunjuk jalan kepada orang asing secara santun dimulai dengan excuse me, menerima tawaran dengan yes, I’d be glad to accept; menolak tawaran dengan I’m afraid I can’t, menyahuti ucapan terima kasih dengan you’re welcome, mengucapkan selamat dengan congratulation, menyahuti berita duka cita dengan I’m sorry to hear that dan lain-lain dengan bentuk-bentuk yang telah terpola. Pelanggaran pola-pola ini menunjukkan bahwa si penutur belum dapat berinteraksi verbal dengan santun. Bagi masyarakat Inggris menanyakan hal yang sifatnya peribadi dianggap tidak santun kecuali lawan berbicara menyatakan dia tidak berkeberatan bila ditanyakan. Masyarakat Inggris sangat menghargai kebebasan peribadi (privacy) dan oleh karena itu sangat tidak menyukai campur tangan orang lain. Mind your own business merupakan ungkapan yang sering terlontar bila seseorang merasa urusan peribadinya dicampuri orang lain.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Waktu bagi masyarakat Inggris adalah sesusatu yang sangat berharga dan oleh karena itu waktu tidak boleh disiasiakan. Mereka tidak dapat mentolerir pelalaian waktu sebab bagi mereka time is money,atau waktu itu terbatas. Bagi orang Inggris menyapa seseorang kecuali orangtua sendiri, paman dan bibi serta kakek dan nenek, tidak menggunakan istilah kekerabatan seperti brother atau sister tetapi langsung menyebut nama orang yang dipanggil meskipun orang tersebut lebih tua. Namun dalam siatuasi formal Mr, Mrs atau Miss biasanya disebutkan di depan nama orang yang dipanggil itu. Seorang anak laki-laki boleh akrab dengan saudara perempuannya atau seorang menantu dipandang wajar akrab dengan mertuanya bukan dianggap sebagai pelanggaran sopan santun. Dalam masyarakat Mandailing sopan santun dalam bertutur akan terlihat bila seseorang berinteraksi dengan orang yang dihormati (antara anakboru dengan mora) atau seorang anak dengan orang tua (orang berusia lanjut). Sopan santun interaksi verbal ditandai dengan penggantian ho menjadi homu dan ia dengan halai. Tidak seperti dalam BI dimana sopan santun berbahasa ditentukan oleh pilihan kata/ujaran misalnya I want menjadi I would like. Hanya dalam bahasa adat penutur harus melakukan pilihan kata/ungkapan secara cermat dalam BM.Dalam bahasa sehari-hari tidak ada pola ujaran baku yang digunakan seperti dalam BI mungkin karena BM digunakan hanya sebagai komunikasi intraetnis dalam masyarakat yang cukup homogen.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Berbeda dari masyasrakast Inggris yang tidak menyukai pertanyaan peribadi dengan orang yang belum dikenal baik, bagi orang Mandailing menanyakan hal yang sifatnya peribadi seperti pekerjaan, perkawinan, jumlah anak dan lain-lain merupakan hal yang wajar malah bila hanya sapaan biasa yang disampaikan, orang yang disapa merasa tidak akrab dengan orang yang menyapa. Pemakaian istilah kekerabatan bila memanggil seseorang atau bila mengacu kepada nama seseorang merupakan tanda kesantunan. Orang yang tidak ‘pintar’ menggunakan istilah kekerabatan seperti tulang kepada sudara laki-laki ibunya meskipun usia orang yang disapa itu lebih muda, orang tersebut dianggap tidak santun dan disebut ‘inda malo martutur’ (tidak pandai menggunakan
istilah
kekerabatan). Seorang laki-laki dewasa tidak boleh terlalu akrab dengan saudara perempuannya karena dianggap melanggar tata susila. Seorang menantu juga tidak boleh akrab atau dekat dengan mertuanya kecuali dalam keadaan yang tidak bisa dielakkan misalnya ketika berada dalam pekerjaan yang sama. Hanya dengan saudara yang berasal dari marga yang sama dan jenis kelamin yang sama yang boleh akrab dan berbicara sesuka hati. Membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan seksualitas secara terbuka dianggap tidak sopan apalagi melakukan berbagai tindakan yang menjurus/mendekati hubungan seksual terlarang. Seorang anak remaja laki-laki ataupun perempuan akan lebih santun bila tidak tidur serumah dengan orangtuanya; tetapi tidur bersama temanteman di suatu rumah lain akan lebih baik. Keadaan ini sangat mungkin terjadi karena
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
oleh satu hal yaitu ketidak tersediaan kamar untuk anak-anak karena ukuran rumah yang relatif kecil. 6.3 Penerjemahan Teks Mangupa Mangupa adalah sebuah upacara tradisional formal dan terinstitusi dalam masyarakat Mandailing yang bertujuan terutama untuk memberikan nasihat perkawinan kepada kedua mempelai. Upacara dilakukan di ruang adat oleh datu pangupa, perangkat dalihan na tolu, kedua mempelai dan halayak lain. Teks mangupa disampaikan secara lisan dalam bahasa resmi berbentuk monolog dan dalam suasana bersemuka. Teks mangupa merupakan teks eksplanasi yang menyampaikan penjelasan fenomena secara berurutan. Idiologi utama yang mendasari teks mangupa adalah harapan akan kekuatan jasmani dan rohani, keutuhan dan keabadian perkawinan dan keselamatan dan kesejahteraan dalam kehidupan kedua mempelai Teks budaya masyarakat Mandailing ini memiliki dua ciri utama. Pertama, pemakaian ungkapan budaya, makna
metaforis, dan peribahasa yang sangat
dominan. Kedua, teks mangupa merupakan perpaduan antara teks prosa dan teks pantun. Teks prosa terdiri dari 22 paragraf dan teks pantun terdiri atas 37 pantun. Disebabkan perbedaan kedua budaya (budaya masyarakat Inggris dengan budaya masyarakat Mandailing) dan juga disebabkan perbedaan geografi sejumlah kata/ungkapan dalam teks mangupa tersebut
sebagai TSur tidak ditemukan
padanannya dalam BI sebagai TSar seperti dalihan na tolu, raja panusunan,
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
kahanggi, mora, anakboru, gordang, pangupa dan lain-lain. Dalam keadaan seperti ini
proses penerjemahan sedang menghadapi untranslatable items (sejumlah kata
dalam TSur tidak ditemukan padanannya dalam TSar). Menghadapi kedaan seperti ini penerjemah harus membiarkan kata seperti itu tidak diterjemahkan (untranslated) tetapi memberikan penjelasan khusus di tempat lain seperti glosarium atau anotasi agar pembaca teks terjemahan tetap dapat memahami makna kata-kata demikian. Sejumlah kata/ungkapan dalam TSur dapat ditemukan padanannya dalam TSar namun karena pengalaman budaya yang berbeda kedua masyarakat tentang pemakaian kata tersebut, nuansa budaya yang dimiliki kata tersebut dalam TSur tidak dapat dialihkan ke dalam TSar. Sebagai contoh, kata amang dan inang dalam BM secara harfiah sepadan dengan father dan mother dalam BI namun kedua kata tersebut dalam teks mangupa tidak mengacu kepada ayah dan ibu tetapi kepada anak laki-laki dan anak /menantu perempuan.Masyarakat Inggris tidak memiliki pengalaman budaya seperti itu. Dengan kata lain mereka tidak pernah memanggil anak dan putri mereka father dan mother. Dengan demikian kedua kata tersebut, karena hanya memiliki padanan harfiah
tidak diterjemahkan tetapi diberikan
penjelasan makna pada glosarium serupa dengan istilah yang sama sekali tidak memiliki padanan yang sesungguhnya. Oleh karena banyak kata/ungkapan yang tidak dapat diterjemahkan, terjemahan teks mangupa masih dicoraki keasingan (foreignizing), sebuah terjemahan yang masih banyak menggunakan kata pinjaman (loan words) dari TSur.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Perbedaan struktur linguistik BSur dan BSar menimbulkan sejumlah masalah penerjemahan yaitu penerjemahan frasa, kata majemuk, dan kalimat disebabkan perbedaan pola dalam pembentukan ketiga unit linguistik tersebut. Dalam TSur subjek kalimat, jumlah (number) dan konjungsi kadang-kadang tidak muncul secara ekplisit dan oleh karena itu ketiga unsur itu harus ditunjukkan secara ekplisit dalam TSar karena subjek kalimat, jumlah dan conjungsi selalu muncul secara eksplisit dalam BI. Kategori gramatika dalam kedua bahasa bisa berbeda, misalnya sebuah kata dalam TSur berpadanan dengan sebuah frasa dalam TSar atau sebuah nomina dalam Tsur berpadanan dengan ajektiva dalam TSar. Mempertahankan kesepadanan bentuk antara sebuah kategori gramatika dalam TSur dengan sebuah kategori gramatika
dalam TSar dapat menghasilkan terjemahan yang tidak tepat.
Teks
mangupa sebagai teks klasik menggunakan banyak kata arkais seperti gana-ganaan, longa tinungtung, marlai-lai,rambe-rambe
yang tidak digunakan lagi dalam
pemakaian bahasa sehari-hari dan sulit mencari maknanya yang tepat disebabkan ketiadaan kamus istilah klasik dalam BM dan informan yang dapat memahami makna kata-kata tersebut sulit ditemukan. Ragam dalam BI sangat jelas (misalnya resmi/tidak resmi).Misalnya penerjemahan kata bagas ‘rumah’ dalam TSur ke dalam house merupakan penerjemahan yang tidak tepat dalam hal ragam sebab dalam BI kata abode bukan house yang digunakan dalam bahasa puitis. BM tidak memiliki tenses dan oleh karena itu dalam penerjemahan sebuah kalimat ke dalam BI yang memiliki tenses situasi dan waktu terjadinya peristiwa sebagaimana tersirat dalam
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
sebuah kalimat harus benar-benar diperhatikan agar tidak terjadi pemakaian tenses yang salah dalam terjemahan. Seperti dikatakan sebelumnya penerjemahan teks puitis merupakan pekerjaan yang sangat sulit. Sebagian praktisi penerjemahan mengatakan puisi/pantun tidak dapat diterjemahkan. Namun sebahagian yang lain mengatakan puisi/pantun dapat diterjemahkan dengan menggunakan sejumlah teknik yang sesuai dengan keadaan penerjemahan pantun/puisi yang sedang dihadapi. Bahkan dengan teknik yang tepat, hasil terjemahan pantun/puisi bisa lebih baik dan menarik daripada pantun aslinya. Menerjemahkan teks pantun yang terdapat dalam teks mangupa ternyata memerlukan sejumlah teknik. Sebuah pantun pada umumnya terdiri dari 4 baris dan biasanya bersajak a-b-a-b. Dua baris pertama merupakan sampiran yang berfungsi sebagai tumpuan dua baris kedua yang merupakan isi/pesan pantun itu sendiri.Ciri utama sebuah pantun adalah pemilikan persajakan di akhir setiap bait. Keunggulan sebuah pantun adalah terciptanya persajakan yang rapi sekurang-kurangnya pada bunyi akhir bait 1 dengan 3, dan 2 dengan 4. Agar persajakan ini tercapai berbagai teknik penerjemahan harus dilakukan. Teknik pengubahan (alteration) yang paling banyak digunakan adalah pengubahan sampiran dengan bentuk lain yang kadangkadang tidak ada kaitan baik dalam bentuk maupun makna dengan sampiran pantun asli. Teknik ini bebas digunakan mengingat sampiran bukanlah isi pantun tetapi hanya sebagai tumpuan/dasar untuk penciptaan isi pantun. Kadang-kadang -- demi tercapainya persajakan -- bait tentang isi pantunpun harus diubah dengan bentuk lain tetapi secara semantik tidak boleh menyimpang dari makna isi pantun. Sebab apabila
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
penyimpangan makna dilakukan, perbuatan itu merupakan pembohongan terhadap makna pantun itu sendiri. Untuk penciptaan persajakan dan pemertahanan makna pantun berbagai teknik harus dan telah digunakan seperti transcreation, transformation/shift, addition, deletion, alteration, creation, paraphrase, restrukturisasi, eksplikasi, generalisasi, modulasi dan konkretisasi. Sedangkan teknik literal translation (penerjemahan harfiah) tidak banyak digunakan disebabkan adanya kesenjangan kultural dan linguistik yang sangat lebar antara TSur dengan TSar.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
BAB VII PENUTUP 7.1 Simpulan Keenam tujuan penelitian seperti dipaparkan pada 1.3 yaitu tentang (1) menemukan persamaan dan perbedaan struktur kedua bahasa berdasarkan data penelitian, (2) menemukan masalah-masalah penerjemahan yang disebabkan perbedaan struktur kedua bahasa, (3) menemukan persamaan dan perbedaan kedua budaya, (4) menemukan masalah-masalah penerjemahan yang disebabkan perbedaan kedua budaya, (5) menemukan teknik-teknik penerjemahan yang sesuai untuk menerjemahkan teks mangupa, dan (6) menemukan dampak teknik-teknik yang digunakan terhadap keakuratan, keterbacaan dan kebertermaan terjemahan dapat tercapai seperti disimpulkan secara ringkas berikut ini. 1.
Kedua bahasa memiliki afiks namun jenis afiks lebih banyak dalamBM (prefiks, sufiks, konfiks dan infiks). BI hanya memiliki prefiks dan sufiks tetapi jumlah afiks yang dimiliki bahasa tersebut jauh lebih banyak dari BM.
2.
Kata majemuk BM berpola inti-penjelas sedangkan kata majemuk BI
berpola
penjelas-inti. 3.
Bentuk pemenggalan kata lebih kompleks dalam BI (pemenggalan di depan, di tengah, dan di akhir). Dalam BM pemenggalan dilakukan hanya pada bagian depan kata.
4.
Dalam BM pengulangan kata dapat mengubah bentuk tunggal menjadi bentuk jamak sedangkan dalam BI pengulangan kata tidak memiliki fungsi gramatikal.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
5. Sistem pronomina BM lebih sederhana dari BI. Sistem pronomina BI lebih kompleks dan lebih bervariasi. 6. Sama halnya dengan pola kata majemuk, pola frasa pun berbeda di antara kedua bahasa. Dalam frasa BM inti mendahului penjelas (ari na denggan) sedangkan dalam BI penjelas mendahului inti (good day). 7. Dalam BM pola kalimat lebih bervariasi. Subjek boleh mandahului predikat dan predikat boleh mandahului subjek. Dalam BI pada umumnya subjek mendahului predikat. 8. Meskipun dalam kata-kata yang mengacu kepada benda-benda alam, bagianbagian tubuh terdapat jumlah komponen makna yang sama di dalam kedua bahasa, tetapi dalam kata-kata terkait budaya jumlah komponen makna bisa berbeda. Komponen makna father dan mother dalam BI tidak sama dengan komponen makna amang dan inang dalam BM meskipun kedua kata tersebut berpadanan dalam makna primer. 9. Kosakata BI memiliki banyak makna (polysemous) sedangkan kosakata BM memiliki lebih sedikit makna. 10. Karena BI telah meminjam sangat banyak kata dari berbagai bahasa asing konsekuensinya adalah banyak kata yang bersinonim dalam bahasa tersebut sedangkan BM tidak kaya akan sinonim. 11. Berdasarkan data yang terkumpul makna generik dalam BI lebih lengkap. Misalnya, kata insect merupakan hiponim dari semua jenis serangga. Dalam BM
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
tidak ada kata generik untuk insect (serangga) dan tidak ada kata generik untuk buah dan unggas. 12. Kedua bahasa memiliki makna metaforis namun berdasarkan data yang terkumpul metafora dalam BI lebih banyak berkenaan dengan waktu sedangkan dalam BM metafora lebih terfokus kepada tondi ‘semangat’dan kebermanfaatan seorang individu bagi orang banyak. 13. Cukup menarik bahwa terdapat idiom/peribahasa yang memiliki makna yang sama dalam kedua bahasa seperti to kill two birds with one stone dalam BI yang maknanya serupa dengan sanduruk dua marobo dalam BM yang bermakna ‘satu tindakan memberi hasil ganda’ namun idiom yang terdiri dari verba diikuti adverbia seperti carry out, take off tidak ditemukan dalam BM. 14. Kedua bahasa menggunakan eufemisme namun
sesuatu yang dianggap tabu
dalam BM dapat dianggap sopan dalam BI. Misalnya, menyebut ho ‘kau’ kepada orang tua atau kepada orang yang dihormati dianggap tabu/terlarang dalam BM tetapi menyebut you kepada orang yang lebih tua dalam BI dianggap wajar. Dalam hal budaya kedua masyarakat memiliki banyak perbedaan. 1. Mayoritas masyarakat Inggris penganut agama Kristen dan Katolik sedangkan hampir seluruh anggota masyarakat Mandailing menganut agama Islam. Bagi masyarakat Mandailing agama menjadi tuntunan untuk kehidupan duniawi dan ukhrawi bagi semua ummat sedangkan bagi banyak anggota masyarakat Inggris agama lebih cenderung menjadi urusan personal.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
2. Masyarakat Inggris tergolong ke dalam masyarakat individualistik yang mengutamakan privacy dan kebebasan sedangkan masyarakat Mandailing sebaliknya merupakan masyarakat komunal, paternalistik dan hirarkis. Tipe masing-masing masyarakat terrefleksi pada tipe keluarganya. Tipe keluarga masyarakat Inggris adalah keluarga inti (nuclear family) sedangkan tipe keluarga Mandailing adalah keluarga luas (extended family). Seorang Inggris lebih independent/mandiri daripada seorang Mandailing. 3. Perkawinan merupakan peristiwa besar yang diidam-idamkan setiap anggota masyarakat Mandailing. Bagi masyarakat Mandailing perkawinan merupakan institusi penerus generasi dan institusi penyatuan dua keluarga (keluarga suami dan keluarga isteri). Perkawinan diharapkan berlangsung untuk selamanya dan dapat memberikan banyak keturunan. Bagi sebahagian anggota masyarakat Inggris perkawinan dipandang sebagai penghalang kebebasan/privacy dan oleh karena itu banyak pasangan yang hanya hidup bersama tanpa perkawinan yang mengikat. Perceraian merupakan hal yang lumrah dan akibatnya banyak anak yang hidup dengan satu orangtua (single parent). 4. Sebagai bahasa yang telah berusia sangat panjang, pola-pola bertutur dalam BI lebih baku daripada dalam BM. Dalam BM pola bertutur yang baku umumnya digunakan dalam upacara adat. Dalam BI sopan santun bertutur akan terlihat bila mereka berbicara kepada orang asing atau kepada orang yang lebih tua. Dalam BM sopan santun bertutur akan terlihat bila seorang anakboru berbicara kepada moranya atau sebaliknya.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
5. Masyarakat Inggris memiliki tiga strata sosial: kelas atas, menengah dan bawah sedangkan dalam masyarakat Mandailing strata masyarakat hanya dua yaitu keluarga namora-mora dan masyarakat umum. 6.
Karena wilayah pemakaian BI yang cukup luas dan adanya strata sosial menyebabkan terjadinya variasi bahasa: dialek geografis dan dialek sosial. Sebaliknya karena wilayah Mandailing yang relatif kecil dan strata sosial hampir tidak ada, tidak terdapat dialek geografis dan dialek sosial. Perbedaan yang khas dalam bahasa adalah bahasa umum/sehari-hari dengan bahasa adat.
7. Dalam kedua masyarakat perbedaan gender masih jelas terlihat. Tetapi perbedaan gender dalam masyarakat Mandailing jauh lebih jelas. Posisi kaum wanita dalam banyak hal tidak setara dengan posisi kaum lelaki. Teks mangupa sebagai realisasi sebuah upacara resmi pemberian nasihat perkawinan yang terinstitusi
dan berbentuk monolog dan yang
merupakan
perpaduan antara teks prosa dan teks pantun memberikan banyak kesulitan dalam penerjemahan sebagai berikut. 1. Disebabkan perbedaan struktur linguistik BSur dan BSar sejumlah masalah penerjemahan telah dihadapi yaitu penerjemahan frasa,
kata majemuk, dan
kalimat karena pola pembentukan ketiga unit linguistik tersebut berbeda. 2. Dalam TSur subjek kalimat, jumlah (number) dan konjungsi kadang-kadang tidak muncul sedangkan ketiga unsur tersebut dalam TSar selalu muncul secara ekplisit. 3. Kategori gramatika dalam kedua bahasa bisa berbeda misalnya sebuah kata dalam TSur berpadanan dengan sebuah frasa dalam TSar atau sebuah nomina dalam
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Tsur berpadanan dengan ajektiva dalam TSar. Mempertahankan kesepadanan bentuk antara sebuah kategori gramatika dalam TSur dengan sebuah kategori gramatika dalam TSar dapat menghasilkan terjemahan yang tidak tepat. 4.
Komponen makna yang dimiliki dua kata yang sepadan bisa berbeda.
5. Teks mangupa sebagai teks klasik menggunakan banyak kata arkais seperti ganaganaan, longa tinungtung, marlai-lai yang hampir tidak digunakan lagi dalam pemakaian bahasa sehari-hari dan sulit mencari maknanya yang tepat disebabkan ketiadaan kamus istilah klasik dalam BM dan
ketiadaan informan yang dapat
memahami makna kata-kata tersebut. 6.
Pemakaian ragam dalam BI sangat jelas.Misalnya penerjemahan kata bagas ‘rumah’ menjadi house merupakan penerjemahan yang tidak tepat sebab dalam BI kata abode bukan house yang digunakan dalam ragam puitis.
7. BM tidak memiliki tenses dan oleh karena itu dalam penerjemahan sebuah kalimat ke dalam BI yang memiliki tenses situasi dan waktu terjadinya peristiwa sebagaimana tersirat dalam sebuah kalimat TSur harus diperhatikan dengan baik agar pemakaian tenses yang tidak sesuai dalam terjemahan tidak terjadi. 8. Karena kesenjangan kedua budaya, yang sangat berpengaruh kepada bahasa, banyak kata/ungkapan terkait budaya
dalam BM tidak dapat diterjemahkan
karena tidak ditemukan padanannya dalam BI sebagai TSar. 9. Sejumlah kata dapat diterjemahkan ke dalam TSar secara harfiah namun nuansa budaya yang melekat pada kata/ungkapan tersebut tidak dapat dialihkan ke dalam TSar.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
10. Menerjemahkan teks pantun dalam teks mangupa, agar makna/pesan pantun dan persajakan yang merupakan ciri utama pantun dapat dipertahankan memerlukan sejumlah teknik penerjemahan yaitu transcreation, transformation/shift, addition (penambahan),
deletion
(pelesapan),
alteration
(pengubahan),
creation
(penciptaan), parafrase, restrukturisasi, eksplikasi, generalisasi, modulasi dan konkretisasi. Sedangkan penerjemahan harfiah (literall translation) tidak banyak digunakan karena kesenjangan linguistik dan kultural antara TSur dan TSar yang cukup lebar 11. Dengan menggunakan berbagai teknik penerjemehan tersebut di atas terjemahan ini diharapkan telah akurat (accurate), terbaca (readable) dan berterima (acceptable). Keakuratan, keterbacaan dan keberterimaan terjemahan ini dapat diharapkan setelah melalui pemeriksaan dan koreksi yang dilakukan oleh seorang penutur asli BI, seorang pakar sosiolinguistik di Auburn University, Amerika Serikat, profesor Thomas Nunnaly, Ph D. dan Drs. Namsyah Hot Hasibuan, M.Ling., seorang penutur asli BM, dosen bahasa Indonesia dan kandidat doktor linguistik di Universitas Sumatera Utara. 7.2 Saran Teks mangupa adalah salah satu dari beberapa teks budaya yang ada dalam masyarakat Mandailing.Teks budaya yang lain misalnya
adalah
teks upacara
perkawinan, teks upacara kelahiran anak, teks upacara pemberian marga, teks upacara kematian dan lain-lain. Semua teks yang memiliki nilai budaya yang tinggi tersebut – dalam era globalisasi ini - tidak cukup, dalam masa yang telah sangat panjang hanya,
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
dipahami oleh masyarakat Mandailing saja tetapi perlu dikenal dan dipahami oleh masyarakat lain agar Mandailing dengan budayanya dikenal masyarakat luas yang pada gilirannya dapat berdampak positif terhadap peningkatan kepariwisataan. Harapan ini akan tercapai dengan salah satu cara yaitu melalui penerjemahan berbagai teks budaya tersebut ke dalam banyak bahasa internasional. Penerjemahan teks budaya merupakan penerjemahan yang menghadapi banyak kesulitan disebabkan perbedaan budaya yang menjadi latar belakang bahasa sumber dan bahasa sasaran. Oleh karena itu
menerjemahkan teks budaya merupakan
pengalaman penerjemahan yang penuh dengan tantangan dan memerlukan berbagai teknik agar teks sumber yang dilatari budaya tertentu dapat dipahami oleh pembaca dengan latar budaya yang lain. Dengan demikian menerjemahkan teks budaya akan dapat memberikan pengalaman penerjemahan yang sangat kompleks bagi penerjemah.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Taufiq ed. 1996. Sejarah Lokal di Indonesia: Kumpulan Tulisan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Abrams, M.H.1971. A Glossary of Literary Terms. ed. ke 3. New York: Holt, Rinehart and Winston. Alwi, Hasan et al. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Baker, M. 1992. In Other Words: A Course book on Translation. London: Sage Publication. Balai Pustaka.1993.Kamus Besar Bahasa Indonesia. ed. ke 2 Jakarta: Balai Pustaka. Bell, Roger T. 1991. Translation and Translating: Theory and Practice.London: Longman. Bhatia, Vijay K. Analysing Genre: Language Use in Professional Settings. London: Longman. Broombead, Peter.1991.Life in Modern Britain. ed ke 3. Essex: Longman. Butler, C.S. 1985. Systemic Linguistics: theory and application. London: Batsford. Catford, M. 1965. A Linguistic Theory of Translation. London: Oxford University Press. Chaer, Abdul.1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Chan, Sheung Wai (Sherry).”Some Crucial Issues on the Translation of Poetic Discourse from Chinese to English” dalam Gema Online Journal of Languge Studies, Vol.3 (2) 2003, pp.1-23. Connolly, David. 1998. “Poetry Translation” dalam Routledge Encyclopedia of Translation Studies. Mona Baker dan Kirsten Malmkjaer,eds. London: Routledge. Coulthard, M.C. 1977. An Introduction to Discourse Analysis.London: Longman. Crystal, David dan Derek Davy. 1969. Investigating English Style. London:Longmans. Crystal, David. 1991..A Dictionary of Linguistics and Phonetics. ed. ke 3. Oxford: Blackwell. Dastjerdi, Hossein Vahid “Translation of Poetry: Sa’di’s Oneness of Mankind Revisited’, dalam Literary Translation, Vol. 8, No.4, October 2004. De Beaugrande, Robert dan Wolfgang Dressler. 1972. Introduction to Text Linguistics. London: Longmans. De Beaugrande, Robert. 1978. Factors in a Theory of Poetic Translation. Assen: Van Gorcum. Derewianka, Beverly.1990.Exploring How Texts Work. NSW: Primary English Teaching Association. Dingwaney, Anuradha. .1995. “Introduction: Translating “Third World” Cultures” dalam Between Languages and Cultures: Translation and Cross-Cultural Texts. London: University of Pittsburgh press.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Eriyanto.2001..Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media.Yogyakarta: LKIS. Faiq, Said. 2007. Trans-Lated: Translation and Cultural Manipulation. Lanham: University Press of America. Finch, Geoffrey. 2000. Linguistic Terms and Concepts. New York: St. Martin’s Press. Fowler, Roger dan Gunter Kress. 1979. Languge and Control. London: Routledge & Kegan Paul. Fowler, Roger. 1991. ”Critical Linguistics”, dalam The Linguistics Encyclopedia. London: Routledge. Gabrielatos, Costas. “Translation Impossibilities: Problems and Opportunities for TEFL”, dalam TESOL Greece Newsletter 60, December 1998, pp 21-24. Gibbs, Raymon. W. “Taking Metaphor out of our Heads and Putting it into the Cultural Word” dalam Metaphor in Cognitive Linguistics, oleh Raymond W. Gibbs dan Gerard J. Steen eds., Amsterdam, 1997. Goddard, Cliff. 1998. Semantic Analysis: A Practical Introduction. New York: Oxford University Press. Greely, Andrew.1991. “Religion in Britain, Ireland and the USA” dalam British Social Attitudes: the 9th Report edited by Roger Jowell at al. Aldershot: Darmouth Publishing Company. Halliday, M.A.K. 1985. An Introduction to Functional Grammar. London: Edward Arnold. Halliday, M.A.K. dan R. Hasan. 1985. Context and Text: Aspects of Language in Social Semiotic Perspective .Geelong: Deakin University Press. Halliday, M.A.K.. 1978. Language as a Social Semiotic: the social interpretation of language and meaning. London: Edward Arnold. Hasyim, Leila Hanoum.1986.Buku Materi Pokok Cross Cultural Understanding. Jakarta: Universitas Terbuka. Hatim, B. dan I. Mason.1990. Discourse and the Translator. London: Longman. Hatim, Basil and Jeremy Munday. 2004. Translation: An Advanced Resource Book. London: Routledge. Hill, Jimmie and Michael Lewis.1990.Welcome to Britain. Hove: Language Teaching Publications. Hipkiss, RobertA. 1995. Semantics: Defining the Discipline. New Jersey: Lawrence Erlbaun Associates, Publishers. Hodge, R. and G. Kress. 1993. Language and Ideology, ed. ke 2. London: Routledge. Hoey, Michael dan Diane Houghton. 1998. “Contrastive Analysis and Translation” dalam Routledge Encyclopedia of Translation Studies. London: Routledge. Hornby, A.S.1995.Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. ed. ke 5 Oxford: Oxford University Press. Huddleston, Rodney.1984.Introduction to the Grammar of English. Cambridge: Cambridge University Press. Katamba, Francis.1993.Morphology. London: MacMillan.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Katan, David. 1999. Translating Cultures: An Introduction for Translators, Interpreters and Mediators. Manchester: St. Jerome Publishing. Katzner, Kenneth.1986.The Languages of the World. rev. ed. London: Routledge & Kegan Paul. Khairuddin, H.Ss.1997.Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty. Kiernan, Kathlem. 1992. “Men and Women at Work and at Home” dalam British Social Attitudes the 9th Report, edited by Roger Jawell et al. Aldershot: Darmouth Publishing Co. Knopp, Peter dan Megan Watkins. 2005. Genre, Text, Grammar: Technologies for Teaching and Assessing Writing. Sydney: UNSW Press. Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Larson, M.L. 1984. Meaning-Based Translation: A Guide to Cross Language Equivalence. London: University Press of America. Levine, Deena R. & Mara B. Adelman.1993.Beyond Language: Cross-Cultural Communication. ed.ke 2 Englewood Cliffs: Prentice Hall Regents. Lubis, P. Dolok. “Pembentukan Huta di Mandailing”,dalam Sinondang Mandailing. Medan, 14 Juni, 2007, hal. 6. Lubis, Syahron. “Tabu dan Eufemisme dalam Masyarakat Mandailing”, dalam Pertemuan LinguistikUtara, 7-8 September, Medan, Universitas Sumatera Utara. Mackenzie, M.D Munro dan L.J.Westwood.1978. Background to Britain. London: The Macmillan Press. Malmkjaer, Kirsten. 1991. “Functionalist Linguistics” dalam The Linguistics Encyclopedia. London: Routledge. Malmkjaer, Kirsten. 1991”.Metaphor” dalam The Linguistics Encyclopedia. London: Routledge. Martin, J.R. 1986. “Intervening in the Process of Writing Development’ dalam Painter & Martin, 1986, 11-43. Martin, J.R. et al. 1997. Working with Functional Grammar. London: Arnold. McDowell, David.1993.Britain in Close-Up. Essex:Longman. Metropolitan East Disadvantaged Schools’ Program. 1989. The Discussion Genre. Sydney: Metropolitan East Disadvantaged Schools’ Program. Miller, Jim.2002.An Introduction to English Syntax. Edinburgh: Edinburgh University Press. Moentaha, Salihen. 2006. Bahasa dan Terjemahan: Language and Translation the New Millennium Publication. Jakarta: Kesasint Blanc. Nababan, M.R. “Strategi Penilaian Kualitas Terjemahan” dalam Jurnal Linguistik Bahasa Program Studi Linguistik, Program Pasca Sarjana, UNS, volume 2 no 1 tahun 2004, hal. 54 – 65. Nababan, M.R., Subroto dan Sumarlam.2004. Keterkaitan antara Latar Belakang Penerjemah dengan Proses Penerjemahan dan Kualitas Terjemahan: Studi Kasus Penerjemah Profesional di Surakarta (Laporan Penelitian).
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Surakarta: Program Studi linguistik (S2), Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. Naibaho, Jawasi.2006.Contrastive Linguistics: A Course Material. Medan:Program Pasca Sarjana Unimed. Nasution, Pandapotan. 1994. Uraian Singkat tentang Adat Mandailing Serta Tatacara Perkawinannya. Jakarta: Widya Press. Nasution, Pandapotan. 2001. Acara Mangupa di Mandailing, Angkola, Sipirok dan Padang Lawas. Medan: Yayasan Parsarimpunan ni Tondi. Nasution, Pandapotan. 2005. Adat Budaya Mandailing dalam Tantangan Zaman. Medan: Forkala. Newmark Peter.1988. A Textbook of Translation. Hertfordshire: Prentice-Hall International. Newmark, Peter. 1988. A Textbook of Translation. New York: Prentice Hall. Newmark, Peter.1981. Approaches to Translation. Oxford: Pergamon Press. Nida, E. & Charles Taber. 1974. The Theory and Practice of Translation. Leiden: E.J. Brill. Oxford (2001). New Oxford Dictionary of English. New York: Oxford University press. Palmer, F.R.1976.Semantics: a New Outline. Cambridge: Cambridge University Press. Persell, Caroline Hodges.1987.Understanding Society: An Introduction to Sociology ed. ke 2 New York: Harper & Row Publishers. Poespowardojo, Soerjanto.1992. “Pancasila sebagai Ideologi Ditinjau dari Segi Pandangan Hidup Bersama” dalam Pancasila Sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: BP-7 Pusat. Saeed, John I.2000. Semantics. Salleh, Muhammad Haji. “A Malay Knight Speaks the Whiteman’s Tongue: Notes on Translating the Hikayat Hangtuah, dalam Indonesia and the Malay World, Vol. 34, No. 100 November 2006, pp. 395 – 405. Samsulhadi, Much. “Welcoming Speech” dalam International Conference on Translation, UNS, Solo, 2005. Santoso, Riyadi.2003.Semiotika Sosial:Pandangan Terhadap Bahasa. Surabaya: Pustaka Eureka. Saragih, A. 2005. Bahasa dalam Konteks Sosial. Medan: Universitas Sumatera Utara. Savory, Theodore. 1968. The Art of Translation. London: Jonathan Cape. Schiriffin, Deborah. 1994. Approaches to Discourses. Oxford: Blackwell Scott, Jacqueline et al .1993. “The Family”dalam International Social Atitudes: The 10th BSA Report edited by Roger Jowell et al. Aldershot: Dartmouth. Shuttleworth, Mark dan Cowie, Moira. 1996. Dictionary of Translation Studies. Manchester: St. Jerome. Simatupang, Maurits D.S. 2000. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta: Ditjen Dikti, Depdiknas.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Simpson, P. 1993. Language, Ideology and Point of View. London: Routledge. Sinar, T.S. 2000. Teori dan Analisis Wacana: Pendekatan Sistemik-Fungsional. Medan: Pustaka Bangsa Press. Skeat, Walter W. 1993. The Concise Dictionary of English Etymology. Hertfordshire:Wordsworth Reference. Stubbs, Michael. 1983. Discourse Analysis: the Sociolinguistic Analysis of Natural Language. Oxford: Basil Blackwell. Swales, John M. 1990. Genre Analysis: English in Academic and Research Setting. New York: Cambridge University Press. Tarjana, M. Sri Samiati. 2006. Pemahaman Lintas Budaya (Cross Cultural Awareness). Surakarta: Program Pascasarjana UNS. Teilanjo, Diri I. “Culture in Translation: The Example of J.P. Clark’s dalam The Ozidi Saga, Babel, 53:1 (2007) 1-21. Tischler, Henry Z.1996.Introduction to Sociology ed. ke 5 Fort Worth: Harcourt Brace College Publishers. Tou, A.B. “Memaknai Perjalanan Fenomena dalam Perspektif Komunikasi Semiotik Translasional” dalam Jurnal Linguistik Bahasa, volume 2 no 1 Tahun 2004, Program Studi Linguistik, Program Pasca Sarjana UNS, hal. 30 -41. Trew, Tony. 1979. Theory and Ideology at Work. Language and Control. London: Routledge & Kegan Paul. Urdang, Laurence. 1978. A Basic Dictionary of Synonyms and Antonyms. New York: Elsevier/Nelson Books. Van Dijk, T. 1977. Text and Context. London: Longman. Wallace, Michael J.1982.Teaching Vocabulary. London: ELBS. Wardhaugh, Ronald.1986..An Introduction to Sociolinguistics. Oxford: Basil Blackwell.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Lampiran 1 Glosarium Makna Istilah-istilah Budaya Teks Mangupa dalam Bahasa Indonesia abit adat Kain tradisional amak lampisan Tikar berlapis-lapis yang terbuat dari pandan dan berwarna-warni digunakan sebagai tempat duduk terhormat. amang Sapaan akrab orangtua kepada anak laki-laki bayo datu Dukun dabuar Sejenis rotan dalihan na tolu Secara harfiah berarti ‘tungku yang tiga’, merupakan tiga komponen yang membentuk sistem kemasyarakatan Mandailing. Sistem sosial ini terbentuk dari hubungan perkawinan. Komponen pertama yang disebut kahanggi
(bersaudara,
semarga) pada dasarnya adalah orang-orang yang berasal dari satu nenek moyang, misalnya semua orang yang bermarga Lubis yang berasal dari nenek moyang Lubis. Komponen kedua yang disebut mora ‘mulia, terhormat’ adalah pihak pemberi isteri (asal isteri). Mora tidak hanya terdiri dari orang-orang yang berasal dari satu marga saja. Misalnya Lubis bisa bermora kepada Nasution dan Rangkuti karena kedua marga ini telah memberi isteri kepada Lubis. Anaknoru sebagai pihak ketiga adalah pihak penerima isteri. Misalnya seorang putri Lubis ‘diberikan’ (dinikahi) oleh seorang pria Pulungan, maka pihak Pulungan menjadi anakboru Lubis. Sama halnya dengan mora, anakboru bisa berasal dari berbagai marga. Orang bermarga lainpun bisa digolongkan menjadi kahanggi disebabkan asal isteri.Misalnya isteri seorang
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
bermarga Daulae adalah adik/kakak isteri seorang bermarga Lubis, maka orang yang bermarga daulae tsb menjadi kahanggi pareban Lubis (bersaudara karena isteri berasal dari sumber yang sama, bukan bersaudara karena berasal dari nenek moyang yang sama). Peran dalihan na tolu akan lebih jelas terlihat pada upacara-upcara tradisional seperti perkawinan, kematian dan lain-lain. Dalam suatu upacara perkawinan yang diselenggarakan oleh sebuah keluarga Lubis, misalnya keluarga Lubis, pembuat acara berperan sebagai suhut sihabolonan (tuan rumah) dan bersama orang-orang lain yang semarga disebut kahanggi. Pihak pemberi isteri kepada Lubis, sebutlah Nasution berstatus mora, dan pihak penerima isteri dari Lubis sebutlah Pulungan berstatus anak boru. Pada suatu ketika lain Nasution mengadakan pesta yang sama, maka Lubis menjadi anakboru, Pulungan menjadi pisang raut (anak boru dari anak boru) dan katakanlah asal isteri nasution adalah Hasibuan maka Hasibuan berstatus mora. Dan ketika Pulungan mengadakan pesta, Lubis menjadi mora dan Hasibuan menjadi mora ni mora (mora dari mora). Dengan demikian dalam sistem sosial dalihan na tolu seseorang (pihak semarga) bisa menempati ketiga posisi tersebut pada situasi-situasi yang berbeda damang na lambok marlidung Ayah yang berbicara lemah lembut. datu pangupa Seorang yang terampil dalam menyampaikan/menuturkan kata-kata mangupa. dongdong Sejenis pohon yang buahnya tidak dapat dimakan dan tidak berguna.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
gordang Gendang tradisional Mandailing yang terdiri dari 9 unit dengan ukuran yang berbeda-beda dan ditabuh oleh 3-4 orang. gosta-gosta giring-giring Sejenis tanaman yang buahnya berbiji kecil. Setelah buah itu kering bila digoncang akan berbunyi gumorga langit Pencipta langit haporas Jenis ikan kecil yang suka hidup dalam air tenang hata pangupa Kata-kata atau ungkapan-ungkapan ataupun kalimat-kalimat yang diucapkan datu pangupa ketika melaksanakan upacara mangupa. inang pangitubu Ibu yang melahirkan inang
Sapaan akrab orangtua kepada anak perempuan
incor tali Jenis ikan kecil yang suka hidup di air deras jangat-jangat ni gordang Kulit gendang juhut gana-ganaan
Bahan pangupa yang terdiri dari kepala kerbau, hati, limpa
dan bagian-bagian lain. langkupa Burung hantu mangupa, Upacara pemberian nasihat-nasihat, doa serta harapan-harapan dalam perkawinan manuk na diriringan Ayam yang telah dimasak dan dibelah-belah manuk si marian-ian Ayam cantik mata guru roha siseon Yang dilihat dijadikan guru, yang di dalam hati harus direnungkan. omas sigumorsing Emas
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
ompunta narobian
Nenek moyang
pantar paradaton Ruangan yang paling lebar di dalam rumah tempat musyawarah adat dilakukan (peserta musyawarah duduk di lantai). pinggan pasu Piring besar pira manuk na ni hobolan Telur ayam yang direbus dan kulitnya telah dibuang. pitu sundut suada mara Tujuh keturunan tanpa marabahaya. sabara sabustak Kerbau yang berada
dalam satu tempat peternakan dan satu
kubangan salumpat saindege
Secara harfiah bermakna serentak melompat, serentak
menjejak sedangkan makna konotatifnya adalah ‘keharmonisan dalam rumah tangga’. Santabi sapulu Ungkapan permintaan maaf sapangambe sapanaili Secara harfiah bermakna serentak mengayun, serentak melihat. Makna konotatifnya adalah ‘keharmonisan dalam rumah tangga’. satumtum sapangambe Sama tinggi, sama rendah, seayun. sayur matua bulung
Panjang umur/lanjut usia.
siala na sampagul
Buah kincung yang terdiri dari puluhan buah kecil, menyatu
dan membentuk sebuah bulatan. Biasanya buah ini digunakan sebagai asam. singkoru Tanaman/buah yang tergolong pada jenis biji-bijian sinuan boyu
Anak perempuan
sinuan tunas Anak laki-laki talaga
Bagian lantai rumah dekat pintu masuk yang dianggap sebagai tempat
yang kurang terhormat bagi tamu.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
tangi di silulutan inte disiriaon Tanggap terhadap dukacita orang, dan tidak perlu berharap ikut menikmati sukacita orang lain. tulan rincan
Daging yang terdapat pada paha belakang kerbau. Daging ini
termasuk daging paling bagus. tumompa tano Pencipta bumi uluan
Bagian lantai rumah yang jauh dari pintu masuk yang dianggap sebagai
tempat terhormat bagi tamu.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Lampiran 2 Glosarium Istilah-Istilah Budaya Teks Mangupa dalam Bahasa Inggris abit adat Traditional cloth amak lampisan A layered, colourful mat made of pandanus. amang An intimate address by parents to their son bayo datu A medical man dabuar A kind of rattan dalihan na tolu The term dalihan na tolu literally means ‘a fireplace made of three stones’. The metaphorical term symbolizes a triangle relationship among kahanggi, mora and anak boru. Kahanggi consists of people who were descended from the same ancestor (marga); mora is one (group of people) from whom one got his wife and anak boru is one (group of people) to whom a wife is given. Schematically the relationship can be shown as follows. If A got a wife from B, B and his brothers were the mora of A and his brothers and A was the anak boru of B. If A gave a wife to C, C and his brothers were the anak boru of A and
A and his brothers were the mora
of C. B was the mora of mora of C (mora ni mora) and C was the anak boru of anak boru of B (pisang raut). This triangle relationship becomes the foundation of social interaction in Mandailing society. Dalihan na tolu on which Mandailing social relationship is based serves to unite the three groups of people in every day life and when a social ceremony is held such as a ceremony of baby birth, of house building, of occupying a new house, of marriage and death.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
One may hold the three positions (kahanggi, mora and anak boru) since the positions are formed by marriage relation. An A with all of his brothers (descended from the same ancestor) is kahanggi (brothers), a B from whom A got his wife is his mora and C to whom A gave a wife is his anak boru and at the same time A is the anakboru of B, and A is the mora of C. Suppose B got a wife from D, D becomes the mora of B, and suppose also C gave a wife to E, E is the anakboru of C and C is the mora of E. The way the three groups of people interact and behave is based on the three strictly obeyed norms of behaviour: 1. sangap marmora (anak boru should respect his mora), 2. laok maranak boru (mora should be thoughtful of his anak boru), and 3. rosu markahanggi (all the members of kahanggi should be intimate). damang na lambok marlidung Father who speaks softly datu pangupa One (usually a man) who is skilled in uttering the words of mangupa dongdong A kind of plant whose fruit is inedible and useless. fifth requirement, the Visiting the two holy cities: Mecca and Madina is the fifth requirement for a Moslem. To be a pilgrimage is a great expectation of almost all Mandailingnese who profess Islam. A hajj is usually regarded to have a higher social and economic status in the society. gordang sambilan set of Mandailing traditional drums which consists of nine units of different size. When they are beaten with sticks they will produce melodious sounds. Gordang sambilan is played by four to five players and it is played generally on special occasions such as a wedding ceremony, death ceremony, or on lebaran days.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
gumorga langit The creator of the sky. haporas kind of small fish usually live in still water. hata pangupa Words or expressions uttered by the datu pangupa during the mangupa ceremony. inang pangitubu Mother who gives birth. inang An intimate address by parents to their daughter/daughter-in-law incor tali A kind of small fish living in water stream. jangat-jangat Drumheads juhut gana-ganan The material of pangupa consisting of the head of the buffalo, its heart, liver and other parts. langkupa Owl mangupa A ceremony
of giving advice to a married couple hoping that their
marriage will give them children and be everlasting. manuk na diriringan A cooked chicken which is then parted into some pieces. manuk si marian-ian A good chicken mata guru roha siseon What is seen is our teacher and what is in mind should be thought of. omas si gumorsing Gold ompunta na robian
Ancestor
pantar paradaton The largest space in a house used as a place of holding a traditional meeting (the participants sit on the floor). pinggan pasu Big plate
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
pira manuk na nihobolan Boiled eggs whose eggshells have been removed. pitu sundut suada mara No perils for seven generations. Salumpat saindege The condition of a harmonious marriage life in Mandailing society is symbolized by a number of metaphorical expressions such as salumpat saindege ‘to jump up and to fall on the ground simultaneously’, sapangambe sapanaili ‘to swing arms and to look at something simultaneously’, satumtum sapangambe, ‘be equal in form and to swing arms simultaneously’, sabara sabustak ‘to be at the same ranch and to be at the same pond (for buflloes)’, songon siala na sampagul rap tu ginjang rap tu toru, muda malamun saulak lalu, muda magulang rap margulu ‘like a lump of siala fruits which erect and droop simultaneously, which ripen simultaneously; when rolling down all get muddy’ Santabi sapulu Expression of apology Sayur matua bulung to live to a ripe old age Siala A kind of plant growing in the bush. Its fruits are as big as but shorter than a thumb growing closely together on a stem forming a lump. When they are ripe, they are brownish and taste sour. Siala is a symbol of unity and strength in Mandailing society. singkoru A kind of grain sinuan boyu A daughter sinuan tunas A son talaga part of a floor close to the entrance door which is regarded as common place, not a respectable place for honorable guests.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
tangi di silulutaon inte di siriaon To care about one’s misfortune, but should not expect a share of one’s pleasure. tulan rincan
Meat of the bufallo’s back thighs.
tumompa tano The creator of the earth uluan
Part of a floor away from the entrance door which is regarded as a
respectable place when receiving guests.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Lampiran 3 Surat Pernyataan 1 Department of English 9030 Haley Center Auburn University, AL 36849-5203 Office: 334-844-4620 FAX: 334-844-9027 e-mail:
[email protected] www.auburn.edu/english March 10, 2009 Dear Doctoral Examination Committee for Syahron Lubis: I hereby affirm that I, Thomas Nunnally, Associate Professor of English at Auburn University and a native speaker of English, read and approved Syahron Lubis‘s translation into English of Mangupa, a traditional wedding ceremony of his ethnic culture. You may also want to know that I was moved by the beauty and power of the ceremony. I hope in the future that Syahron and I can collaborate on publishing his work in the United States in order to share this meaningful and affirming cultural artifact with a larger audience in the humanities. If you need further information about my enjoyable experience working with Syahron on his dissertation project while he was at Auburn University under the Sandwich Program between my university and the University of Sumatra Utara (Fall semester, 2008), please contact me by email at the address below. Sincerely,
Thomas E. Nunnally Associate Professor of English
[email protected]
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Lampiran 4 Surat Pernyataan 2 Yth. Panitia Ujian Disertasi Saudara Syahron Lubis, Dengan ini saya menyatakan bahwa saya, Namsyah Hot Hasibuan, penutur asli bahasa Mandailing dan bekerja sebagai dosen Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara telah membaca dan memeriksa terjemahan teks mangupa dari bahasa Mandailing ke dalam bahasa Inggris yang dikerjakan oleh Saudara Syahron Lubis mahasiswa program doktor Program Studi linguistik USU. Saya menilai bahwa terjemahan tersebut telah sesuai dan tepat dalam arti makna teks telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris seperti yang terkandung di dalam teks asli mangupa tersebut, Namun untuk kesempurnaan terjemahan tidak tertutup upaya pemeriksaan ulang.
Medan 13 Maret 2009 Pemeriksa,
Drs.Namsyah Hot Hasibuan, M. Ling.
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Lampiran 5 Riwayat Hidup Penulis I. Data Pribadi Nama Lengkap
: Drs.Syahron Lubis, M.A.
Jenia Kelamin
: Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir
: Tamiang/13 Oktober 1951
Alamat
: Jalan Letda Sujono, Gg.Hasan Basri No. 5 Medan 20223
Telp.
: (061) 7342291
HP
: 081362208885
e-mail
:
[email protected]
II.Riwayat Pendidikan 1. Sekolah Rakyat Negeri Tamiang (selesai tahun 1963) 2.Sekolah Menengah Pertama Negeri Kotanopan (Selesai tahun 1966) 3.Sekolah Menengah Atas Negeri Kotanopan (selesai tahun 1969) 4. S1 Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara (selesai tahun 1979) 5. S2 School of English and Linguistics, Macquarie University, Australia (selesai tahun 1988) 6. S3 Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana USU (selesai tahun 2009) III. Riwayat Pekerjaan 1. Tenaga administratif di Kantor Pusat TataUsaha USU (1976 – 1980) 2. Ketua Jurusan Jurusan Sastra Inggris dari tahun 1994 - 1998 3. Tenaga edukatif (dosen tetap) di Fakultas Sastra USU (1980 – sekarang)
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
4. Dosen tidak tetap di Sekolah Tinggi Bahasa Asing Harapan ( 1988 – sekarang) 5. Dosen tidak tetap di FKIP UMSU (1988 – sekarang) 6. Dosen tidak tetap di FKIP UMN (1988 – sekarang) 7. Dosen tidak tetap di AKPER dan AKBID Flora (1984 – sekarang)
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
LAMPIRAN 3: DATA BAHASA MANDAILING DARI INFORMAN (KATA, FRASA DAN KALIMAT) 1. Nomina abang abara abit abu aek agong alame alihi alo amang ambaroba ambubu anak arga ari arilas arong arun asom baba babiat badan bagas baju bala balom bara baro
‘abang’ ‘bahu’ ‘kain’ ‘abu’ ‘air’ ‘arang’ ‘dodol’ ‘elang’ ‘lawan’ ‘ayah’ ‘nama burung’ ‘ubun-ubun’ ‘anak’ ‘harga’ ‘hari’ ‘panas hari’ ‘arang’ ‘demam’ ‘asam’ ‘mulut’ ‘harimau’ ‘badan’ ‘rumah’ ‘baju’ ‘bala’ ‘balam’ ‘kandang/peternakan’ ‘bisul’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
batang batu boltok bonang boru bujing bulu bustak cambong cambuk colok daro datu daun dongdong dosa dulang durung eme gadubang gaja galang garing golang-golang gordang gota gulaen guluan gurung-gurung halak halangan haluang hambeng handor hapas harambir harangan
‘pohon’ ‘batu’ ‘perut’ ‘benang’ ‘putri’ ‘anak gadis’ ‘bambu’ ‘lumpur’ ‘baskom’ ‘cambuk’ ‘obor’ ‘darah’ ‘dukun’ ‘daun’ ‘sejenis tanaman/buah’ ‘dosa’ ‘dulang’ ‘tangguk’ ‘padi’ ‘parang besar’ ‘gajah’ ‘ganjal’ ‘jurung’ ‘gelang’ ‘gendang’ ‘getah’ ‘ikan’ ‘kubangan’ ‘belakang badan’ ‘orang’ ‘penghalang’ ‘kalong’ ‘kambing’ ‘akar’ ‘kapas’ ‘kelapa’ ‘hutan’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
harto haruaya hasang hata hatiha hatoban hayu hepeng hobar hodok hopuk horbo hosa hotang huali hula hulok hunik huta huting igung ihan ijuk ikur ilu incor indahan indalu indege induk induri ipon isang jala jambur jegang juhut
‘harta’ ‘beringin’ ‘kacang’ ‘kata’ ‘saat’ ‘budak’ ‘kayu’ ‘uang’ ‘kabar’ ‘keringat’ ‘lumbung’ ‘kerbau’ ‘napas’ ‘rotan’ ‘kuali’ ‘kerabat’ ‘ular’ ‘kunyit’ ‘kampung’ ‘kucing’ ‘hidung’ ‘ikan’ ‘ijuk’ ‘ekor’ ‘air mata’ ‘sejenis ikan kecil’ ‘nasi’ ‘alu’ ‘jejak’ ‘induk’ ‘penampi’ ‘gigi’ ‘dagu’ ‘jala’ ‘warung’ ‘jagung’ ‘daging’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
kaco kampung karung kobun koum kudo labang labi lading lancat landuk langkitang langkupa lanok latong laut leto linta lipan loba lobu logu lombu losung lubang lubuk lukah lumut misang muko musojid musolla nambur nojis obuk onggang ongkos
‘kaca’ ‘kampung ‘karung’ ‘kebun’ ‘kerabat’ ‘kuda’ ‘paku’ ‘penyu’ ‘parang’ ‘langsat’ ‘pelanduk’ ‘siput’ ‘burung hantu’ ‘lalat’ ‘jelatang’ ‘laut’ ‘sejenis burung’ ‘lintah’ ‘lipan’ ‘lebah’ ‘kandang ayam’ ‘lagu’ ‘lembu’ ‘lesung’ ‘lobang’ ‘lubuk’ ‘bubu’ ‘lumut’ ‘musang’ ‘wajah’ ‘mesjid’ ‘musalla’ ‘embun’ ‘najis’ ‘rambut’ ‘enggang’ ‘ongkos’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
orsik pacul pandan pantar pasak payung pelor pingan pira pisang pocal podoman poken pust raja ranjo roba robung rodang rupo rura saba sabun sabun sabut sadu salak same sapor sapu sarang saudagar setan singa sira soban sopo
‘pasir’ ‘cangkul’ ‘pandan’ ‘lantai’ ‘pasak’ ‘payung’ ‘peluru’ ‘piring’ ‘telur’ ‘pisang’ ‘pecal’ ‘tempat tidur’ ‘pekan’ ‘pusar’ ‘raja’ ‘ranjau’ ‘semak-semak’ ‘rebung’ ‘rodang’ ‘rupa’ ‘kali’ ‘sawah’ ‘sabun’ ‘sabun’ ‘sabut’ ‘sado’ ‘salak’ ‘bibit padi’ ‘belalang’ ‘sapu’ ‘sarang’ ‘saudagar’ ‘setan’ ‘singa’ ‘garam’ ‘kayu api’ ‘pondok’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
sora sorbuk suling sulu sulum sumbu sumpol supir suping surgo suri susu sutan talaga talapak talonan tando tano tarup tombak tompa tonga tuba tudung tulila tumbilang uban ubat udan udang ulam ulit ulos ulu unto upa urat
‘suara’ ‘serbuk’ ‘suling’ ‘lampu’ ‘sejenis ikan’ ‘sumbu’ ‘sumpal’ ‘supir’ ‘telinga’ ‘surga’ ‘sisir’ ‘susu’ ‘sutan’ ‘bagian pangkal rumah’ ‘telapak’ ‘leher’ ‘tanda’ ‘tanah’ ‘atap’ ‘tombak’ ‘wajah’ ‘bagian tengah rumah’ ‘tuba’ ‘topi’ ‘suling’ ‘linggis’ ‘uban’ ‘obat ‘hujan’ ‘udang’ ‘ulam’ ‘kulit’ ‘selimut’ ‘kepala’ ‘unta’ ‘upah’ ‘akar’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
ustad utang wakap
‘ustad’ ‘utang’ ‘wakap’
2. Verba boku habang jonjong juguk karejo kehe maginjang mago magodang magotap magulang maila malos malua malungun mambaen mamenek mamorsan manaba manabusi manaek manderes mandoit mandokon manduda mangajar mangalehan mangaligi mangalumpat mangan mangida manginum
‘beku’ ‘terbang’ ‘berdiri’ ‘duduk’ ‘kerja’ ‘pergi’ ‘memanjang’ ‘hilang’ ‘membesar’ ‘putus’ ‘berguling’ ‘menjadi malu’ ‘layu’ ‘lepas’ ' merindukan’ ‘membuat’ ‘mengecil’ ‘membawa dengan bahu’ ‘memotong kayu’ ‘membeli’ ‘naik’ ‘menderes’ ‘menyengat’ ‘menyebut’ ‘menumbuk’ ‘mengajar’ ‘memberikan’ ‘melihat’ ‘melompat’ ‘makan’ ‘melihat’ ‘meminum’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
mangkail mangolu manjadi manjujung manolon manompi mantak mantata manutung manutup manyabun manyargut manyonduk marambit marende maridi markobar marlange marlojong marmasak marsalisi marumbak matalpok mate matipul mayup mijur mintop modom monjap mulak ro songgop tangis
‘memancing’ ‘hidup’ ‘menjadi’ ‘menjunjung’ ‘menelan’ ‘menggendong dengan bagian belakang badan’ ‘berhenti’ ‘tertawa’ ‘membakar’ ‘menutup’ ‘mencuci dengan sabun’ ‘menggigit’ ‘menyenduk’ ‘menggendong’ ‘bernyanyi’ ‘mandi’ ‘berbicara’ ‘berenang’ ‘berlari’ ‘memasak’ ‘berselisih’ ‘tumbang’ ‘patah’ ‘mati’ ‘putus’ ‘hanyut’ ‘turun’ ‘padam’ ‘tidur’ ‘bersembunyi’ ‘pulang’ ‘datang’ ‘hinggap’ ‘menangis’
3. Ajektiva
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
alus ancim asok bagas baru
‘halus’ ‘asin’ ‘pelan’ ‘dalam’ ‘baru’
bisuk
‘pintar’
bolak
‘lebar’
bontar borat
‘putih’ ‘berat’
borgo butong capot
‘dingin/sejuk’ ‘kenyang’ ‘kelat’
cikolat
‘coklat’
congok dao dayuk deges denggan dokdok donok gabur gayok geduk gelap
‘rakus’ ‘jauh’ ‘lembut’ ‘cantik’ ‘baik’ ‘berat’ ‘dekat’ ‘rapuh’ ‘geli’ ‘bengkok’ ‘gelap’
godang
‘besar’
gogo
‘kuat’
gorsing
‘kuning’
habur halung
‘kabur’ ‘janggal’
hapal
‘tebal’
hiang hiras holbung ila ipas jinak jogal
‘kering’ ‘sehat’ ‘cekung’ ‘malu’ ‘cepat’ ‘jinak’ ‘kaku’
kayo
‘kaya’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
laing
‘miring’
lambat
‘lambat’
lambok lambok landit lapang laung
‘lembek’ ‘lembut’ ‘licin’ ‘lapang’ ‘teduh’
lomlom
‘hitam’
losok macom maek majal manis maol
‘malas’ ‘asam’ ‘basah’ ‘tumpul’ ‘manis’ ‘sukar’
menek
‘kecil’
milas
‘panas’
miskin mokmok
‘miskin’ ‘gemuk’
napa
‘datar’
nayang
‘ringan’
ngali
‘dingin’
nipis nyiang oto pade
‘tipis’ ‘kurus’ ‘bodoh’ ‘cocok’
paet pir por porkot
‘pahit’ ‘keras’ ‘deras’ ‘kesat’
poso
‘muda’
ramos
‘lebat’
rara rata
‘merah’ ‘hijau’
riar
‘liar’
ringgas
‘rajin’
so sompit sonang tabo tajom
‘diam’ ‘sempit’ ‘senang’ ‘enak’ ‘tajam’
tama
‘cantik/baik’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
tangkok tibu
‘menanjak’ ‘dini’
tobang
‘tua’
togu torang
‘kokoh’ ‘terang’
4. Adverbia asok dao donok ipas lambat lolot nangkin nasogot natuari ompot palan saborngin sadari santongkin tibu naborngin ancogot (cogot) sannari haduan sadarion sancogot on di julu di lombang di jae di dolok di tonga di topi diginjang di bagasan
‘pelan’ ‘jauh’ ‘dekat’ ‘cepat’ ‘lambat’ ‘lama’ ‘tadi’ ‘tadi pagi’ ‘kemarin’ ‘tiba-tiba’ ‘pelan’ ‘satu malam’ ‘sehari’ ‘sebentar’ ‘dini’ ‘tadi malam’ ‘besok’ ‘sekarang’ ‘lusa’ ‘hari ini’ ‘sepagi ini’ ‘di hulu’ ‘di lembah’ ‘di hilir’ ‘di bukit’ ‘di tengah’ ‘di tepi’ ‘di atas’ ‘di dalam’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
di ruar di balik di lambung di toru pupu totop jotjot jarang ganop ari manombo sasaulak dodas di son di sadun di si gogo denggan ias alus lidang kokoh
‘di luar’ ‘di sebelah’ ‘di sekitar’ ‘di bawah’ ‘sering’ ‘tetap’ ‘sering’ ‘jarang’ ‘setiap hari’ ‘kadang-kadang’ ‘sekali-sekali’ ‘sering’ ‘si sini’ ‘di sana’ ‘di situ’ ‘kuat’ ‘baik-baik’ ‘bersih’ ‘halus’ ‘lurus’ ‘kukuh’
5. KATA MAJEMUK bagas godang batang aek dalihan na tolu gordang sambilan ihan sale indahan si hunik jama-jama goreng lambok mangalangoi mago-mago tarida
‘rumah adat’ ‘sungai’ ‘sistem kemasyarakatan Mandailing’ ‘gendang yang terdiri dari 9 buah’ ‘ikan yang diasap’ ‘nasi kunyit’ ‘tidak dengan sungguh-sungguh’ ‘lembut tapi licik’ ‘kadang-kadang muncul, kadang-kadang
manis-manis ancim margonti daun mate maranak mate poso mate pusuk menek porngis mulak-mulak mata
‘antara manis dengan asin’ ‘berganti daun’ ‘mati ketika melahirkan bayi’ ‘mati muda’ ‘mati pada pucuk’ ‘kecil tapi pedas ‘mentah kembali’
menghilang’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
pabuat boru paet sira pahae-pahulu si horus na lobi tipul dua tombak si jabut
‘melepas putri untuk menikah’ ‘terlalu asin’ ‘ke hilir dan ke hulu’ ‘orang yang boleh mengambil yang berlebih’ ‘patah dua’ ‘tombak berumbu-umbul’
6.REDUPLIKASI asok-asok bujing-bujing dakdanak dege-dege dongan-dongan godang-godang gogo-gogo golang-golang goruk-goruk halak-kalak haroro ina-ina injang-injang longko-longko menek-menek papangan pio-pio poso-poso sopo-sopo tibu-tibu 6. PEMENGGALAN KATA amang tulang → tulang amang uda → uda babere → bere batang aek → aek dadaboru → boru daganak/dakdanak → danak
dainang → inang inang boru → namboru inang uda → nang uda manyogot → cogot
‘pelan-pelan’ ‘anak gadis’ ‘anak-anak’ ‘memijak’ ‘teman-teman’ ‘besar-besar’ ‘kuat-kuat’ ‘gelang’ ‘palang’ ‘orang-orangan’ ‘kedatangan’ ‘ibu-ibu’ ‘panjang-panjang’ ‘air tergenang’ ‘kecil-kecil’ ‘mulut’ ‘memanggil’ ‘anak muda’ ‘pondok kecil’ ‘cepat-cepat’
‘adik/abang ibu atau mertua laki-laki’ ‘paman’ ‘menantu laki-laki’ ‘sungai’ ‘putri’ ‘anak’ ‘ibu’ ‘adik/kakak ayah’ ‘isteri paman’ ‘besok’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
parmaen → maen 7.PRONOMINA Subjektif au ho ia hami homu halai
‘menantu perempuan’ Objektif
Posesif
au ho ia hami homu halai
-ku -mu -nia ( ni ia) -nami ( ni hami) -muyu nalai (ni halah i)
7.FRASA NOMINA saba na bolak aek na milas i aek ni koje anak ni manuk bayo na denggan i bayo na losok boru ni tulang bulu na di topi aek i
‘sawah yang luas’ ‘air yang panas itu’ ‘getah’ ‘anak ayam’ ‘laki-laki yang baik’ ‘laki-laki yang malas’ ‘putri paman’ ‘bambu yang di pinggir sungai itu’
bulung ni pisang burung na habang i daun ni harambir halak na ro i harambir na poso i horbo na riar indege ni babiat mata ni ari pira ni manuk sarung ni goluk sopo na di tonga saba i tarup ni bagas 8. FRASA VERBAL dompak mangan (amang) dompak modom (si Ucok) inda dope malamun (pisang i) inda kehe (amang tu saba sadari on) inda unjung ro (udan sapoken na lewat) madung kehe (inang tu saba)
‘daun pisang’ ‘burung yang terbang itu’ ‘daun kelapa’ ‘orang yang datang itu’ ‘kelapa muda itu’ ‘kerbau liar’ ‘jejak harimau’ ‘matahari’ ‘telur ayam’ ‘sarung parang’ ‘pondok yang di tengah sawah itu’ ‘atap rumah’ ‘lagi makan’ ‘lagi tidur’ ‘belum masak’ ‘ tidak pergi’ ‘tidak pernah datang’ ‘sudah pergi’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
muda kehe (ho manjala …) nangkan mate (do sagalo na mangolu) naso ikarejohon dope( saba i) nga kehe (homu mangguris?) 9.FRASA AJEKTIVAL bontar gorsing butong babiat dao (dohot)donok godang (dohot) ginjang godang situtu lomlom putus losok peto maol-maol momo na golap an na ipasan na lobi bagas na lobi bolak na lobi dao na lobi milas na lobi paet na milasan na piran na tajoman paet sira rara (dohot) lomlom tajom bariba tar bisuk tar dao tar donok tar godang tar manis
‘bila pergi' ‘akan mati’ ‘belum di kerjakan lagi’ ‘tidak pergi’ ‘putih kuning’ ‘kenyang harimau’ ‘jauh ataudekat’ ‘besar dan tinggi’ ‘besar sekali’ ‘hitam sama sekali’ ‘malas betul’ ‘sulit tapi sukar’ ‘gelap sekali’ ‘cepat sekali’ ‘dalam sekali’ ‘luas sekali’ ‘jauh sekali’ ‘panas sekali’ ‘pahit sekali’ ‘panas sekali’ ‘keras sekali’ ‘tajam sekali’ ‘asin betul’ ‘merah dan hitam’ ‘tajam sebelah’ ‘agak pintar ‘agak jauh’ ‘agak dekat’ ‘agak besar’ ‘agak manis’
10. FRASA ADVERBIAL cogot ipas tu son hum asok hum gogo hurang ipas ipas sannari ipas sannari tu huta lambat cogot na lambatan
‘besok cepat kemari’ ‘agak pelan’ ‘agak kuat’ ‘kuurang cepat’ ‘cepat sekarang’ ‘cepat sekarang ke kampung’ ‘lambat besok’ ‘lambat sekali’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
na lambokan targogo tibu manyogot 11.FRASA PREPOSISIONAL (tempat) adop julu di bagas di bagasan sian saba tu poken
‘lembut sekali’ ‘agak kuat’ ‘cepat besok’ ‘hadap hulu’ ‘di rumah’ ‘di dalam’ ‘dari sawah’ ‘ke pasar’
(peruntukan) baen panaba ni hayu dohot gadubang dohot gala hara ni harto hara ni udan na por
‘untuk pemotong pohon’ ‘dengan parang’ ‘dengan galah’ ‘karena harta’ ‘karena hujan deras’
(pemilikan) (bagas) ni tulang (hopuk ) ni eme (indege) ni babiat
‘rumah paman’ ‘lumbung padi’ ‘jejak harimau’
(ikhwal peristiwa) satontang tu musyawarah desa i satontang tu parkancitan nia KALIMAT(DEKLARATIF) 1. Amang kehe tu saba 2. Inang dompak manduda di dapur 3. Anggi marmayam di alaman 4. Madung gurgur aek i 5. Madung malamun pisang i 6. Na rara baju ni si Taing 7. Datu godang mandiang ompung nia 8. Guru do i tulang nia
‘tentang musyawarah desa itu ‘tentang penderitaannya’ ‘Ayah pergi ke sawah’ ‘Ibu sedang memasak di dapur’ Adik bermain di halaman’ ‘Sudah mendidih air itu’ ‘Sudah masak pisang itu’ ‘Baju si Taing merah’ ‘Dukun besar mendiang kakeknya’
‘Guru pamannya’
(IMPERATIF)
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
1. Denggan tutup gule i. 2. Buka pintu i. 3. Minum hita jolo, uda! 4.Tolong pasampe hamu hobar on tu koum-
‘Tutup gulai itu dengan baik’ ‘Buka pintu itu’ ‘Mari minum, Paman’ ‘Tolong sampaikan berita ini
koumta di huta i
kepada sanak saudara kita di kampung itu’
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009
Syahron Lubis : Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing Ke Dalam Bahasa Inggris, 2009