KAJIAN SUMBERDAYA SETU BABAKAN UNTUK PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DKI JAKARTA
ARIEF SYAICHU NUR ALAM
SKRIPSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa sripsi yang berjudul: Kajian Sumberdaya Setu Babakan untuk Pengelolaan dan Pengembangan Ekowisata DKI Jakarta adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2009
Arief Syaichu Nur alam C24051450
ii
RINGKASAN Arief Syaichu Nur Alam. C2401450. Kajian Sumberdaya Setu Babakan untuk Pengelolaan dan Pengembangan Ekowisata DKI Jakarta. Di bawah bimbingan Achmad Fahrudin dan M. Mukhlis Kamal. Setu Babakan terletak di kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan Budaya Betawi. Setu Babakan merupakan situ alam dengan luas 20 hektar dan kawasan ini merupakan kawasan wisata air dan budaya yang memiliki potensi lingkungan alam yang asri. Pemanfaatan Setu Babakan oleh masyarakat sekitar maupun pengelola objek wisata membawa dampak bagi perairan situ itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekowisata Setu Babakan yang meliputi sumberdaya alam perairan dan sekitarnya serta sumberdaya manusia, mengidentifikasi lembaga-lembaga yang terkait dalam pengelolaan kawasan, mengidentifikasi kesesuaian dan daya dukung kawasan dan menentukan alternatif strategi dalam pengelolaan dan pengembangan Setu Babakan secara optimal. Analisis data yang digunakan adalah analisis potensi wisata, kesesuaian wisata, daya dukung kawasan dan SWOT. Penelitian ini berlangsung sejak bulan Mei sampai Juli 2009 di Setu Babakan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa potensi wisata Setu Babakan mencakup kualitas air, pemandangan alam dan budaya yang terdapat di sekitar kawasan. Berdasarkan analisis kesesuaian wisata yang dibagi ke dalam 8 lokasi, kegiatan memancing dapat dilakukan di lokasi satu, bersepeda air di lokasi dua dan berperahu di lokasi tiga. Lokasi empat, enam, dan delapan dapat digunakan untuk duduk santai, lokasi lima untuk kegiatan foto dan shooting. Pada bagian lokasi tujuh dapat dibuat sarana untuk kegiatan flying fox. Daya dukung kawasan Setu Babakan sebesar 1.047 orang/hari. Pada lokasi satu, jumlah maksimum wisatawan yang dapat ditampung sebesar 398 orang/hari. Pada lokasi dua, daya dukung kawasan sebesar 134 orang/hari. Maksimum 211 wisatawan/hari dapat ditampung di lokasi tiga untuk berperahu. Kegiatan duduk santai di lokasi empat, enam dan delapan memiliki nilai daya dukung kawasan total sebesar 263 orang/hari. Lokasi lima dapat menampung wisatawan sebanyak 10 orang/hari. Adapun jumlah wisatawan yang dapat ditampung oleh lokasi yang potensial untuk flying fox adalah 32 orang/hari. Tiga prioritas utama strategi alternatif pengelolaan kawasan Setu Babakan adalah mempertahankan kondisi tipikal perkampungan Betawi yang ada di kawasan Setu Babakan sebagai corak budaya dan lingkungan yang asri dengan konsep lestari dan terletak di lokasi yang strategis di DKI Jakarta; memaksimalkan fungsi kawasan sebagai objek wisata yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta mencegah terjadinya eksploitasi kawasan yang tidak memperhatikan daya dukung; dan membuka peluang kebutuhan masyarakat akan tempat wisata dan kestrategisan lokasi kawasan di dalam Kota Jakarta dan lingkungan yang serasi dengan budaya. iii
KAJIAN SUMBERDAYA SETU BABAKAN UNTUK PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DKI JAKARTA
Arief Syaichu Nur Alam C24051450
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 iv
PENGESAHAN SKRIPSI Judul
: Kajian Sumberdaya Setu Babakan untuk Pengelolaan dan Pengembangan Ekowisata DKI Jakarta
Nama Mahasiswa
: Arief Syaichu Nur Alam
Nomor Pokok
: C24051450
Program Studi
: Manajemen Sumberdaya Perairan
Menyetujui Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Achmad Fahrudin, MS. NIP 19640327 198903 1 003
Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc NIP 132084932
Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Dr.Ir.Yusli Wardiatno, M.Sc NIP.19660728 199103 1 002
Tanggal Lulus : 1 Desember 200
iv
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Kajian Sumberdaya Setu Babakan untuk Pengelolaan dan Pengembangan Ekowisata DKI Jakarta". Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam memberikan bimbingan, dukungan, masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan baik.
Penulis
berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini, tetapi penulis juga menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Semoga skripsi ini berguna dan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian lebih lanjut.
Bogor, Desember 2009
Penulis
v
vi
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayah dan Ibu serta ke dua adikku tercinta sebagai hadiah kecil yang tidak sebanding dengan doa, waktu, kesabaran, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Achmad Fahrudin, MS dan Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah bersabar dalam membimbing penulis, memberikan banyak masukan, arahan, nasehat dan saran untuk penulis. 2. Ir. Gatot Yulianto, M.Si selaku penguji tamu dalam sidang skripsi dan Dr.Ir. Yunizar Ernawati, MS selaku dosen penguji dari program studi yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat berarti untuk penulis. 3. Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc selaku pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat selama menjalani perkuliahan. 4. Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah dan Pemerintah Kotamadya Jakarta Selatan yang telah memberikan informasi dan kerjasamanya. 5. Para staf Tata Usaha MSP terutama Mba Widar, Bagian Produktivitas dan Lingkungan (terutama Bu Siti, Bu Ana, Bu Wulan, Kak Budi) serta seluruh civitas Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. 6. Teman-teman Asisten Mata Kuliah Oceanografi Umum 08/09 dan 09/10 7. Mohammad Irfan, Rofiqul Umam, Muhammad Rizki, Nur Azifah Cakra Dewi, Steven, Garna, Satria Indra, Wahyu, Agus Tarmuji dan teman-teman MSP (Febrianti, Rezkita, Silfia, Eris, Moro, Agustina, Rahmah, Avie, Agustiawan, Gita, Bonit, dan teman-teman 42 lainnya) atas doa, bantuan, dukungan, kesabaran, kerjasama dan semangatnya kepada penulis selama masa perkuliahan hingga pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
vi
vii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Maret 1987, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Supardi Johan dan Ibunda Dedeh Kurniasih. Pendidikan formal yang pernah dijalani oleh penulis berawal dari TK Aisyiah II Kukusan (1993), SD Muhammadiyah 01 Kukusan (1999), SMP 85 Jakarta (2002), dan SMA 97 Jakarta (2005). Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Setelah melewati tahap Tingkat Persiapan Bersama selama 1 tahun, penulis diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Oceanografi Umum (2008/2009 dan 2009/2010). Penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER)
periode
2007/2008
dan
2008/2009
sebagai
staff
divisi
Kewirausahaaan, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM FPIK) periode 2008/2009 sebagai staff divisi PPSDM, dan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB (BEM KM IPB) sebagai staff Kementrian Budaya Olahraga dan Seni di tahun 2009 dan menjadi ketua pelaksana Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) 2009. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi dengan judul “Kajian Sumberdaya Setu Babakan untuk Pengelolaan dan Pengembangan Ekowisata DKI Jakarta”.
vii
viii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ..............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xiv
1.
PENDAHULUAN ............................................................................ 1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 1.3. Tujuan ......................................................................................... 1.4. Manfaat .......................................................................................
1 1 2 3 3
2.
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 2.1. Definisi Situ ................................................................................. 2.2. Karakteristik Sumberdaya dan Lingkungan Situ ........................ 2.3. Pemanfaatan Situ dan Permasalahan yang Ditimbulkan ............. 2.4. Ekowisata Sebagai Alternatif Pengelolaan Situ ...........................
4 4 4 7 10
3.
METODE PENELITIAN ................................................................ 3.1. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................... 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 3.3. Alat dan Bahan ............................................................................ 3.4. Jenis dan Pengumpulan Data ...................................................... 3.4.1. Data primer ........................................................................ 3.4.1.1. Observasi dan pengambilan sampel air .................. 3.4.1.2. Wawancara ............................................................. 3.4.2. Data sekunder ..................................................................... 3.5. Analisis Data ............................................................................... 3.5.1. Analisis sumberdaya .......................................................... 3.5.2 Analisis kesesuaian ............................................................. 3.5.3. Analisis daya dukung ......................................................... 3.5.4. Analisis SWOT .................................................................. 3.5.4.1. Identifikasi faktor internal dan eksternal ............... 3.5.4.2. Penentuan bobot setiap variabel ............................. 3.5.4.3. Penentuan peringkat ............................................... 3.5.4.4. Penyusunan analisis strategi .................................. 3.5.4.5. Penentuan posisi strategi yang akan dijalankan .....
13 13 15 15 17 17 18 22 22 23 23 23 24 25 26 26 27 29 29
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 4.1. Keadaan umum Setu Babakan .................................................... 4.1.1. Luas dan letak ....................................................................
31 31 31
viii
ix 4.1.2. Topografi dan hidrologi ..................................................... 4.2. Kondisi Fisika-Kimia-Biologi Setu Babakan ............................. 4.2.1. Kualitas air ........................................................................ 4.2.1.1. Parameter fisika ................................................... 4.2.1.2. Parameter kimia ................................................... 4.2.1.3. Parameter mikrobiologi bakteri ........................... 4.2.2. Karakteristik sumberdaya alam Setu Babakan ................. 4.2.2.1. Fitoplankton dan zooplankton .............................. 4.2.2.2. Tumbuhan air dan ikan di Setu Babakan ............. 4.2.2.3. Vegetasi di sekitar Setu Babakan ......................... 4.2.2.4. Potensi Setu Babakan bagi kegiatan ekowisata . .. 4.3. Keadaan Sosial dan Ekonomi Penduduk di Kelurahan Serengseng Sawah ...................................................................... 4.3.1. Jumlah dan umur penduduk .............................................. 4.3.2. Mata pencaharian penduduk ............................................. 4.3.3. Pola penggunaan lahan ..................................................... 4.4. Kesesuaian Wisata di Setu Babakan ........................................... 4.4.1. Kunjungan wisatawan ke kawasan perkampungan budaya Betawi Setu Babakan ............................................ 4.4.2. Analisis kesesuaian wisata ................................................ 4.5. Daya Dukung Kawasan ............................................................... 4.6. Karakteristik Sosial Ekonomi ..................................................... 4.6.1. Karakteristik masyarakat sekitar ....................................... 4.6.1.1. Data pribadi masyarakat sekitar ........................... 4.6.1.2. Pengetahuan masyarakat sekitar terhadap Setu Babakan ....................................................... 4.6.1.3. Persepsi, aspirasi, dan harapan masyarakat sekitar terhadap pengembangan kawasan Setu Babakan ....................................................... 4.6.2. Karakteristik wisatawan .................................................... 4.6.2.1. Data pribadi wisatawan ........................................ 4.6.2.2. Motivasi wisatawan berkunjung ke kawasan Setu Babakan ......................................... 4.6.2.3. Persepsi wisatawan .............................................. 4.6.2.4. Aktifitas wisatawan di kawasan Setu Babakan .... 4.6.2.5. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan .................. 4.6.3. Instansi-instansi terkait ..................................................... 4.7. Tata Ruang Kawasan .................................................................. 4.7.1. Analisis kebijakan penataan kawasan Setu Babakan ........ 4.7.3. Hubungan dengan objek wisata lainnya ........................... 4.8. Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Ekowisata ........................ 4.8.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang kawasan Setu Babakan ........................................ 4.8.2. Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal ......... 4.8.3. Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External Factor Evaluation (EFE) ................ 4.8.4. Pembuatan matriks SWOT ............................................... ix
31 32 32 34 35 37 38 38 40 41 42 44 44 45 46 47 47 49 54 57 57 57 60
61 64 65 68 70 74 76 77 80 80 83 83 84 88 90 90
x 4.8.5. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi .....................
91
5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 5.1. Kesimpulan ................................................................................ 5.2. Saran ..........................................................................................
95 95 95
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
96
LAMPIRAN ...............................................................................................
100
x
xi
DAFTAR TABEL Halaman 1. Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data ............................
17
2. Penilaian bobot faktor strategi internal dan eksternal ..............................
27
3. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) ...................................................................................
28
4. Matriks analisis SWOT ...........................................................................
29
5. Kualitas air Setu Babakan .......................................................................
33
6. Jumlah dan sebaran umur penduduk Kelurahan Serengseng Sawah ......
38
7. Mata pencaharian penduduk Kelurahan Serengseng Sawah ...................
45
8. Pola penggunaan lahan di Kelurahan Serengseng Sawah .......................
46
9. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Tahun : 2004-2008 ...........................................................
48
10. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan setiap Hari/Bulan pada Januari-Juli Tahun : 2009 .........
48
11. Kesesuaian wisata Setu Babakan .........................................................
54
12. Daya dukung kawasan Setu Babakan ...................................................
56
13. Tingkat kepentingan faktor internal kawasan Setu Babakan .................
89
14. Tingkat kepentingan faktor eksternal kawasan Setu Babakan ..............
89
15. Penilaian bobot faktor strategis internal kawasan Setu Babakan ..........
89
16. Penilaian bobot faktor strategis eksternal kawasan Setu Babakan .......
89
17. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) kawasan Setu Babakan ......
90
18. Matriks External Factor Evaluation (EFE) kawasan Setu Babakan .....
90
19. Matriks SWOT ......................................................................................
91
20. Perangkingan alternatif strategi ............................................................
92
xi
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka pemikiran penelitian ...............................................................
14
2. Peta lokasi penelitian ..............................................................................
16
3. Diagram analisis SWOT untuk strategi pengelolaan dan pengembangan (Rangkuti 2006) .............................................................
29
4. Rumah adat Betawi . .... ...........................................................................
44
5. Peta kesesuaian wisata di Setu Babakan . ................................................
53
6. Komposisi jenis kelamin masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan ..........................................................................................
58
7. Kelompok umur masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan ............
58
8. Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan ........
59
9. Jenis pekerjaan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan ...............
59
10. Tingkat pendapatan perbulan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan ..........................................................................................
60
11. Pengetahuan masyarakat sekitar akan adanya kawasan Setu Babakan
61
12. Aspirasi, persepsi dan harapan masyarakat sekitar terhadap pengembangan kawasan wisata air Setu Babakan (1) ..........................
62
13. Aspirasi, persepsi dan harapan masyarakat sekitar terhadap pengembangan kawasan wisata air Setu Babakan (2) ..........................
64
14. Komposisi jenis kelamin wisatawan .....................................................
65
15. Kelompok umur wisatawan ..................................................................
65
16. Kelompok asal wisatawan .....................................................................
66
17. Tingkat pendidikan wisatawan .............................................................
66
18. Jenis pekerjaan wisatawan ....................................................................
67
19. Tingkat pendapatan per bulan wisatawan .............................................
67
20. Biaya yang dikeluarkan wisatawan .....................................................
68
21. Motivasi wisatawan ..............................................................................
69
22. Persepsi wisatawan (1) ..........................................................................
71
23. Persepsi Wisatawan terhadap fasilitas dan lingkungan di kawasan Setu Babakan ........................................................................................
72
24. Persepsi wisatawan (2) ..........................................................................
73
25. Persepsi wisatawan (3) ..........................................................................
74
xii
xiii 26. Aktivitas wisatawan (1) ........................................................................
75
27. Aktivitas wisatawan (2) ........................................................................
76
28. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan ........................................................................................
77
29. Master plan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ..................
82
30. Diagram mengenai posisi analisis SWOT untuk strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan Setu Babakan ..........................................
94
xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Gambar lokasi penelitian ........................................................................
101
2. Alat dan bahan yang digunakan untuk pengamatan kualitas air .............
102
3. Kuisioner untuk wisatawan .....................................................................
104
4. Kuisioner untuk masyarakat sekitar ........................................................
107
5. Panduan wawancara dengan pihak pengelola kawasan Setu Babakan ...
109
6. Panduan wawancara dengan instansi terkait ...........................................
109
7. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air ...................................................
110
8. Matriks kesesuaian lahan untuk ekowisata perairan tawar kategori wisata danau ............................................................................................
112
9. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata ...............
113
10. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luasan area kegiatan (Lt) ..........
113
11. Kelimpahan plankton di Setu Babakan .................................................
114
12. Vegetasi di sekitar Setu Babakan ..........................................................
115
13. Lokasi penelitian untuk kesesuaian wisata Setu Babakan ....................
116
14. Indeks kesesuaian wisata di kawasan Setu Babakan .............................
118
15. Kategori kesesuaian wisata di masing-masing lokasi Setu Babakan .....
122
16. Peta kesesuaian memancing di Setu Babakan ......................................
123
17. Peta kesesuaian sepeda Air di Setu Babakan .........................................
124
18. Peta kesesuaian perahu kayu di Setu Babakan .....................................
125
19. Peta kesesuaian duduk santai di Setu Babakan .....................................
126
20. Peta kesesuaian photo dan shooting di Setu Babakan ..........................
127
21. Peta kesesuaian Flying fox di Setu Babakan .........................................
128
22. Peta daya dukung kawasan di Setu Babakan ........................................
129
23. Karakteristik masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan berdasarkan jumlah contoh sebanyak 30 orang .....................................
130
24. Karakteristik wisatawan kawasan wisata Setu Babakan berdasarkan jumlah contoh yang diwawancarai sebanyak 30 orang..........................
134
25. Daerah tujuan wisata di Jakarta ............................................................
140
xiv
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Situ atau setu yang sering dikenal warga Betawi adalah wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami atau buatan; sumber airnya berasal dari mata air, air hujan, dan/atau limpasan air permukaan. Situ memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan secara ekologis maupun secara ekonomis. Secara ekologis situ dapat dimanfaatkan sebagai habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan, daerah resapan air, sumber air bagi kehidupan, pengendali banjir, pengatur iklim mikro, dan sebagainya. Secara ekonomis situ dapat dijadikan sebagai lahan perikanan, penghasil berbagai jenis sumberdaya alam bernilai ekonomis, penghasil energi, sarana wisata dan olah raga (Puspita et al. 2005). Saat ini banyak situ di Indonesia yang dijadikan objek wisata sebagai kegiatan dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam, salah satunya adalah Setu Babakan yang terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Setu Babakan yang memiliki luas sekitar 20 hektar terletak di kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan Budaya Betawi. Kawasan ini mempunyai luas wilayah sekitar 289 hektar dan didiami setidaknya 3.000 kepala keluarga (Anton 2008). Setu Babakan memiliki potensi wisata yang merupakan perpaduan objek wisata alam dan objek wisata budaya. Perkampungan yang terletak di selatan Kota Jakarta ini merupakan salah satu objek wisata yang menarik bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana khas pedesaan atau menyaksikan budaya Betawi asli secara langsung. Di perkampungan ini, masyarakat Setu Babakan masih mempertahankan budaya dan cara hidup khas Betawi; seperti memancing, bercocok tanam, berdagang, membuat kerajinan tangan, dan membuat makanan khas Betawi. Ditambah lagi sejak tahun 2004 oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta daerah ini dijadikan Kawasan Cagar Budaya Betawi yang menyimpan keistimewaan khususnya bagi warga Jakarta untuk melihat dari dekat berbagai kesenian dan budaya Betawi yang ada hingga saat ini. Pengelolaan dan pengembangan Setu Babakan sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian alamnya dalam memanfaatkan situ tersebut baik oleh pihak 1
2 pengelola, masyarakat sekitar, maupun wisatawan. Upaya pengelolaan yang optimal suatu kawasan wisata memerlukan informasi mengenai karakteristik dan potensi dari perairan itu sendiri. Dengan adanya informasi tersebut dapat mencari alternatif pengelolaan yang akan dilakukan untuk dapat mempertahankan kelestarian sumberdaya dan fungsi ekosistem perairan tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Setu Babakan merupakan situ alam yang menjadi daya tarik wisata yang dimiliki Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Kawasan ini merupakan kawasan wisata budaya yang memiliki potensi lingkungan alam yang asri, bahkan dapat dikatakan sudah semakin sulit ditemukan di tengah keramaian Kota Jakarta sekarang ini. Pemanfaatan Setu Babakan oleh masyarakat sekitar maupun pengelola objek wisata membawa dampak bagi perairan situ itu sendiri. Sebagai contoh kerusakan lingkungan seperti pencemaran perairan setu yang menyebabkan penurunan kualitas air dan terjadinya pendangkalan situ terkait dengan keberadaan aktivitas penduduk setempat. Pengelolaan Setu Babakan sampai saat ini masih kurang optimal, karena melibatkan banyak unit lintas sektoral Pemda DKI. Contohnya untuk pengembangan budaya ditangani Dinas Kebudayaan, pembangunan dan pemeliharan taman menjadi tanggung jawab Dinas Pertamanan, jalan dan danau Setu Babakan dikelola Dinas Pekerjaan Umum, pengembangan agrobisnis ditangani Dinas Pertanian dan Kehutanan, sedangkan pengembangan dan promosi pariwisata oleh Dinas Pariwisata. Bisa dibayangkan, betapa panjangnya jalur birokrasi yang harus ditempuh untuk menetapkan satu keputusan. Tak cukup dengan rumitnya koordinasi antardinas itu, kerumitan itu masih ditambah dengan lemahnya koordinasi antara Pemda Provinsi DKI dan Pemda Kotamadya Jakarta Selatan (Ely 2009). Ekowisata merupakan perpaduan antara wisata alam, budaya dan pendidikan dengan karakteristik yang spesifik, yaitu kepeduliannya pada kegiatan konservasi alam dan kepentingan ekonomi serta keberlangsungan budaya masyarakat setempat (Agustin 2007). Dengan ekowisata maka berbagai kepentingan dapat dipadukan dengan
baik
untuk
meningkatkan
ekonomi
masyarakat
sekaligus
juga
memperhatikan keseimbangan lingkungannya. Kegiatan ekowisata di Kecamatan Jagakarsa khusunya Setu Babakan belum berkembang luas, padahal objek wisata ini
3 memiliki potensi lingkungan alam yang asri dan sangat menarik yang sangat sulit ditemukan ditengah hiruk pikuknya kota Jakarta, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daerah ekowisata. 1.3. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui potensi ekowisata Setu Babakan yang meliputi sumberdaya alam perairan dan sekitarnya serta sumberdaya manusia. 2. Mengidentifikasi lembaga-lembaga yang terkait dalam pengelolaan Setu Babakan. 3. Mengidentifikasi kesesuaian wisata dan daya dukung kawasan Setu Babakan. 4. Menentukan alternatif strategi dalam pengelolaan dan pengembangan Setu Babakan secara optimal.
1.4. Manfaat Penelitian ini memberikan informasi mengenai potensi kawasan wisata Setu Babakan, sumberdaya yang dimiliki, analisis dampak yang timbul maupun strategi pengelolaannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perencanaan dan pengelolaan Setu Babakan kearah wisata air yang berkelanjutan oleh pihak yang berkepentingan seperti pengelola dan pemerintah daerah Kotamadya Jakarta Selatan.
4 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Situ Situ termasuk kedalam ekosistem lahan basah. Lahan basah adalah salah satu ekosistem terpenting karena memiliki nilai ekonomi dan keragaman hayati biota darat dan air yang sangat tinggi, pengatur fungsi hidrologi dan iklim mikro suatu kawasan, dan menjadi tempat berkembang biak berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang penting. Keunikan dan nilai penting ekosistem lahan basah terutama karena sifat pasang surutnya. Berbagai jenis hewan termasuk burung, ikan dan udang berkembang biak mengikuti siklus pasang surut. Sifat pasang surut ini pula yang membuat lahan basah kaya akan makanan untuk berbagai jenis hewan (Myers 1996). .Danau-danau kecil dan dangkal di daerah Jawa Barat dikenal dengan nama situ sedangkan dalam dialek Betawi dikenal dengan nama setu. Menurut Puspita et al. (2005) situ merupakan salah satu ekosistem perairan tergenang yang umumnya berair tawar dan berukuran relatif kecil. Situ adalah wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan. Situ buatan yaitu situ yang berasal dari dibendungnya suatu cekungan (basin), sedangkan situ alami yaitu situ yang terbentuk secara alami karena kondisi topografi yang memungkinkan terperangkapnya sejumlah air (Suryadiputra 2003). Sumber air situ alami berasal dari mata air, air hujan
dan/atau limpasan air
permukaan. Situ alami juga terbentuk akibat kegiatan alamiah, seperti bencana alam, kegiatan vulkanik maupun tektonik. Situ alami membutuhkan penanganan yang lebih intensif agar dapat bermanfaat dan tidak hilang akibat pendangkalan, penyempitan, pencemaran dan hilangnya beragam fungsi situ. 2.2. Karakteristik Sumberdaya dan Lingkungan Situ Menurut Wulandari (2006) ada 4 struktur utama danau atau situ, yaitu struktur fisika, kimia, biologi dan watershed. Pada struktur fisika terdapat penzonaan berdasarkan kedalaman yaitu zona litoral dan pelagik. Organisme yang menghuni zona tersebut harus teradaptasi untuk berenang, tersuspensi, ataupun mengambang. Massa airnya memiliki struktur temperatur alami khas yang tidak bergantung pada bentuk basin (cekungan) danau atau situ.
5 Nilai temperatur suatu perairan dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam satu hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman dari badan air. Perubahan temperatur berpengaruh terhadap proses fisik, kimia dan biologi badan air. Kisaran temperatur optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20o-30oC (Effendi 2003). Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid/TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi berdiameter>1µm yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 µm (Effendi 2003). Distribusi zat-zat kimiawi, terutama nutrient dalam air danau merupakan unsur utama kedua struktur danau. Komponen vertikal struktur kimiawi danau umumnya bersifat musiman dan tergantung pada keberadaan lapisan air yang terstabiliusasi oleh kerapatan. Komponen horizontal dapat berlangsung sepanjang tahun dan dipengaruhi oleh tepian danau (Wulandari 2006). Struktur kimiawi perairan bisa menjadi faktor pembatas dalam perairan, dan parameter kimia yang dapat menjadi faktor pembatas tersebut diantaranya: Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD), pH, Nitrogen total (N-total) dan Fosfor total (P-total) (Effendi 2003). Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/DO) adalah gas oksigen terlarut dalam air. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari fotosintesis oleh fitoplankton atau tumbuhan air dan difusi udara (APHA. 1992 in Effendi, 2003). Sumber oksigen terlarut bisa berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan sebagian besar merupakan hasil sampingan aktifitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Novotny & Olem 1994). Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand/BOD) merupakan gambaran secara tak langsung kadar bahan organik adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air, dan diukur pada suhu 20o selama 5 hari keadaan tanpa cahaya (Davis & Cornwell 1991 in Effendi 2003). Mackereth et al. (1989) in Effendi (2003) berpendapat bahwa pH juga berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. pH hanya menggambarkan ion hydrogen (Tebbut 1992). Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai
6 alkalinitas dan semakin sedikit kadar karbondioksida bebas. Larutan asam (pH rendah) bersifat korosif. Nilai pH dapat menunjukkan kualitas perairan sebagai lingkungan hidup, walaupun perairan itu tergantung pula dari berbagai faktor lain. Nitrogen
merupakan
faktor
pembatas
kedua
setelah
Fosfor
yang
mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Fosfor merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan fitoplankton. Walaupun diperlukan dalan jumlah yang kecil, fosfor merupakan faktor pembatas bagi tumbuhan dan fitoplankton serta sangat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan. Fosfor berada dalam jumlah yang kecil di perairan akibat sumber fosfor yang jauh lebih sedikit dibandingkan nitrogen (Goldman & Horne 1983). Unsur utama ketiga struktur danau adalah struktur biologis. Organisme di danau meliputi plankton (zooplankton dan fitoplankton), fungi, virus, nekton (berenang, termasuk ikan), neuston (hidup di permukaan air), pleuston (mengapung dan terombang-ambing oleh air), makrofit akuatik (tumbuhan tingkat tinggi), perifiton (tumbuhan atau hewan mikroskopik atau nyaris mikroskopik yang melekat pada makrofit akuatik), alga yang melekat, bentos, epibentos (hidup dan bergerak di dasar danau), infauna (meliang di baewah permukaan lumpur), pasammon (hidup di pasir). Selain itu ada juga yang disebut aufwuchs, yaitu keseluruhan komunitas organisme mikroskopik melekat yang terdiri atas alga, bakteri, fungi, protozoa, dan metazoa kecil (Wulandari 2006). Parameter biologi yang dianalisis untuk menduga kualitas perairan adalah dengan melihat kelimpahan plankton dan bakteri E. coli, kemudian keberadaan tanaman air, ikan dan vegetasi yang ada di sekitar kawasan perairan. Menurut Basmi (1999) kelimpahan plankton sering dan umum digunakan sebagai indikator biologis untuk menduga kualitas perairan. Skala dan frekuensi perubahan struktur fisik danau, penetrasi cahaya, dan ketersediaan nutrisi berkaitan erat dengan ekologi fitoplankton (Souza 2008). Sedangkan Eschericia coli adalah salah satu bakteri patogen yang tergolong Coliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan sehingga E. coli digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran hewan berdarah panas. E. coli merupakan bakteri fecal dari genus
7 Escherichia, familia Enterobacteriaceae yang mampu hidup dalam saluran manusia dan hewan berdarah panas. Bakteri ini bersifat fakultatif aerobik (Feliatra 2002). Tanaman air yang umumnya banyak dijumpai di perairan danau adalah eceng gondok. Eceng gondok merupakan salah satu tumbuhan air yang berpotensi menjadi gulma. Keberadaan eceng gondok yang tumbuh subur diperairan dapat menyulitkan laju transportasi di perairan dan mengganggu perikanan. Tebal lapisan enceng gondok bisa mencapai 1 meter lebih, dan menjadi tempat perkembangan nyamuk malaria dan sumber penyakit lainnya. Perairan yang tertutup lapisan eceng gondok, kandungan oksigennya sangat rendah dan mendekati nol meskipun di permukaan (Masifwa et al. 2001). Watersheed sama pentingnya dengan unsur-unsur fisika, kimia, dan biologis suatu danau. Ukuran, kemiringan, komposisi geologis, dan iklim cekungan drainage suatu danau mempengaruhi identitas dan kualitas mineral-mineral yang terlarut dalam danau dan sendimen-sendimen yang menumpuk di dalamnya. Perbandingan ukuran area drainage dengan luas permukaan sangatlah penting pada banyak danau karena danau yang area drainage-nya lebih besar biasanya tingkat kesuburannya lebih tinggi. Eutrofikasi biasanya mempengaruhi rasio permukaan danau/watershed (Wulandari 2006). 2.3. Pemanfaatan Situ dan Permasalahan yang Ditimbulkan Menurut Roemantyo et al. (2003) situ memiliki fungsi yang sangat penting, fungsi utama situ adalah sebagai penampung, penyimpan, atau penyedia air. Fungsi situ selain sebagai penampung dan penyedia air, situ juga memiliki fungsi tempat konservasi lahan. Apabila situ dikelola dengan baik maka hal itu dapat meningkatkan fungsi lahan tersebut sebagai tempat rekreasi, wisata alam, kolam ikan dan untuk pengairan sawah atau kebun secara optimal. Gangguan antropogenik dapat mengubah siklus hidrologi alam dan menyebabkan fluktuasi air ketingkat ekstrim yang dapat melebihi kemampuan adaptasi fisiologis atau perilaku dari banyak organisme. Pedalaman danau kecil sangat rentan terhadap perubahan dalam input air, karena setiap gangguan dari kegiatan penggunaan lahan dapat mempengaruhi seluruh ekosistem danau (Cot et al. 2008).
8 Menurut Ubaidillah & Maryanto (2003) situ-situ menghadapi permasalahan yang sangat kompleks yang mencakup permasalahan aspek kelembagaan, aspek hukum, aspek fisik hidrologis, aspek tata ruang dan aspek sosial kemasyarakatan. a. Aspek kelembagaan Permasalahan aspek kelembagaan antara lain meliputi: 1. Belum adanya keberpihakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam upaya konservasi situ 2. Belum adanya pembagian tugas pengelolaan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 3. Kurangnya keterpaduan pelaksanaan program pengelolaan situ 4. Keterbatasan kapasitas dan kemampuan kelembagaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 5. Lemahnya pengawasan dan pengendalian pemanfaatan situ 6. Lemahnya kampanye publik tentang manfaat dan fungsi situ, baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah b. Aspek hukum Permasalahan aspek hukum antara lain meliputi: 1. Kekosongan hukum sebagai implikasi berlakunya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah 2. Belum adanya legalitas penguasaan atas situ 3. Belum adanya jaminan kepastian hukum 4. Lemahnya penegak hukum c. Aspek fisik hidrologis Permasalahan aspek fisik hidrologis antara lain meliputi: 1.
Menurunnya kualitas perairan
2.
Pendangkalan
3.
Penutupan perairan oleh gulma
4.
Longsor lahan
5.
Terputusnya saluran suplai air situ
d. Aspek tata ruang Permasalahan aspek tata ruang antara lain meliputi: 1.
Tidak terkendalinya perubahan tata guna lahan atau alih fungsi situ
9 2.
Tidak jelasnya batas daerah penguasaan situ
3.
Belum adanya rencana detail kawasan dan rencana teknis kawasan
e. Aspek sosial kemasyarakatan Permasalahan aspek sosial kemasyarakatan antara lain meliputi: 1.
Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap fungsi dan manfaat situ
2.
Rendahnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan situ
3.
Pemanfaatan situ oleh masyarakat yang tidak memperhatikan keberlanjutan fungsi Kawasan Setu Babakan mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi, dan
geografi dengan corak ragam yang khas. Dengan letak kawasan yang berada di wilayah pemukiman maka memerlukan pembinaan dan pengembangan lingkungan hidup yang didasarkan pada keadaan daya dukung dan daya tampung lingkungan, sehingga akan meningkatkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan ekosistem setu, yang berarti juga meningkatkan ketahanan ekosistem setu. Pembangunan memanfaatkan secara terus-menerus sumberdaya alam guna meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat. Sementara itu, ketersediaan sumber daya alam terbatas dan tidak merata, baik dalam jumlah maupun dalam kualitas, sedangkan permintaan akan sumberdaya alam tersebut makin meningkat sebagai akibat meningkatnya kegiatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat dan beragam (Yusuf 2008). Di pihak lain, daya dukung lingkungan hidup dapat terganggu dan daya tampung lingkungan hidup dapat menurun. Kegiatan pembangunan yang makin meningkat mengandung risiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak. Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup itu akan merupakan beban sosial, yang pada akhirnya masyarakat dan pemerintah harus menanggung biaya pemulihannya (Yusuf 2008). Situ dapat tercemar oleh beberapa hal, misalnya pestisida, pupuk, sedimentasi berlebihan, sampah akibat aktivitas manusia, limbah cair, limbah radioaktif, panas buangan dan lain-lain. Pemanfaatan situ untuk kegiatan budaya ikan dengan system keramba jarring apung juga dapat menyebabkan pencemaran. Hal itu diakibatkan oleh kurangnya perhatian pada daya tampung limbah ke perairan. Sebagai akibatnya,
10 degradasi lingkungan pun terjadi, terutama ketika terjadi umbalan (up welling). Ikan-ikan yang hidup di situ dapat mengalami kematian massal. Selain itu, penumpukan limbah organik dari proses budidaya akan mempercepat proses eutrofikasi (Wulandari 2006). Hal yang perlu dicatat adalah bahwa situ atau danau yang berukuran lebih kecil kemungkinan tingkat pencemarannya lebih besar dari pada situ atau danau yang lebih besar. Hal itu disebabkan danau yang lebih besar tingkat pengenceran dan pelarutannya limbahnya juga tinggi. Keberadaan arus juga dapat mengeluarkan limbah dari dalam danau dengan cukup cepat (Wulandari 2006). 2.4. Ekowisata Sebagai Alternatif Pengelolaan Situ Beragam definisi Ekowisata yang diberikan oleh banyak ahli dan praktisi. Namun demikian pada dasarnya memiliki konsistensi di dalam isinya, yaitu konsep keberlanjutan. Beberapa negara bahkan mendifinisikan ekowisata secara berbeda, yang disesuaikan dengan karakteristik setempat, dengan kata kunci konservasi dan pelibatan masyarakat. Pada beberapa negara memilih fokus pada konservasi alam dan budaya, sementara pada beberapa negara lain, lebih menfokuskan kegiatan ekowisatanya pada pelibatan dan pemberdayaan masyarakat (Conservation International 2006). Secara
konseptual
ekowisata
dapat
didefinisikan
sebagai
konsep
pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upayaupaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Sementara ditinjau dari segi pengelolaannya, ekowisata dapat didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi berkelanjutan, yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat (Conservation International 2006). Ekowisata juga diyakini beberapa pihak memiliki kemampuan untuk membangun pariwisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, jika ekowisata dikembangkan dan dikelola berdasarkan prinsip-prinsip yang dikandungnya. Hal-hal yang mendukung penyataan tersebut adalah: (1) Ekowisata sangat bergantung pada
11 kualitas sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya; (2) Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya; (3) Ekowisata memprioritaskan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prinsip dalam mencapai keberlanjutan (Wall 1997). Beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijaksanaan pengembangan ekowisata, yang penting diantaranya adalah cara-cara pengelolaan, pengusahaan, penyediaan prasarana dan sarana yang diperlukan. Atas dasar itu, sifat dan jenis kegiatan yang dilakukan juga harus disesuaikan dengan kawasan ekowisata. Satu hal yang tidak pernah dilupakan adalah masalah pelestarian lingkungan hidup yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan ekowisata. Adapun daerah-daerah yang biasanya dijadikan kawasan ekowisata di luar negeri maupun dalam negeri (Yoeti 2000) adalah : 1. Daerah atau wilayah yang diperuntukan sebagai kawasan pemanfaatan berdasarkan rencana pengelolaan pada kawasan seperti Taman Wisata Pegunungan, Taman Wisata Danau, Taman Wisata Pantai atau Taman Wisata Laut. 2. Daerah atau zona pemanfaatan pada Kawasan Taman Nasional seperti Kebun Raya Bogor, Hutan Lindung, Cagar Alam atau Hutan Raya. 3. Daerah pemanfaatn untuk Wisata Berburu berdasarkan rencana pengelolaan Kawasan Taman Perburuan. Ketiga jenis daerah atau lokasi pengembangan ekowisata tersebut merupakan lokasi yang boleh dan dapat dimanfaatkan secara intensif untuk pengembangan sarana dan prasarana untuk aktivitas ekowisata. Setu Babakan termasuk dalam daerah yang dapat dijadikan
kawasan ekowisata karena diperuntukan sebagai
kawasan pemanfaatan berdasarkan rencana pengelolaan pada kawasan Taman Wisata Danau, dan Setu Babakan juga berada pada kawasan Cagar Budaya. Kriteria
lain
dalam
pengembangan
lokasi
ekowisata
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut (Yoeti 2000) : 1. Kelayakan pasar dan kapasitas pengunjung 2. Tersedianya aksebilitas yang memadai ke daerah tersebut. 3. Potensi yang dimiliki daerah untuk dijadikan kawasan ekowisata.
harus
12 4. Dapat mendukung pengembangan wilayah lain di daerah tersebut. 5. Member peluang bagi pembangunan kegiatan sosial, ekonomi dan kebudayaan bagi masyarakat setempat. 6. Mempunyai kemungkinan besar untuk saling mendukung pengembangan pariwisata di daerah setempat. 7. Dapat saling mendukung bagi pengembangan pelestarian kawasan danau bagi daerah tersebut. Agar kelestarian alam tetap terjaga dan tidak mengganggu habitat mahluk hidup lain serta memberikan kenyamanan bagi wisatawan maka diperlukan adanya daya dukung lingkungan dan daerah kesesuai wisata. Selain itu, perencanaan dan pengembangan wisata haruslah memperhatikan daya dukung berdasarkan tujuan wisata. Daya dukung lingkungan pada area wisata adalah jumlah individu maksimum yang dapat diakomodir pada suatu area dengan tidak mempengaruhi atau merusak lingkungan yang ada dan dapat memberikan suatu kepuasan bagi pengunjung juga bagi masyarakat setempat (Libosada 1998 in Maryadi 2003). Daya dukung lingkungan pariwisata dipengaruhui oleh dua faktor utama, yaitu tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata. Sedangkan daya dukung badan air yang digunakan untuk pariwisata dipengaruhi oleh luas dan volume badan air serta pergerakan air. Penentuan daya dukung juga dikaitkan dengan fasilitas akomodasi, pembangunan sarana rekreasi yang dibangun di tempat wisata (Soemarwoto 2004).
13 3. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir penelitian yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada Gambar 1. Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi kondisi ekologi Setu Babakan. Setu Babakan termasuk ke dalam situ alami, memiliki luas sekitar 20 hektar terletak di kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi. Setu Babakan termasuk situ di Jakarta Selatan yang diperuntukan sebagai daerah resapan air bagi kawasan Jakarta secara keseluruhan. Hal ini didukung dengan keberadaan potensi air tanah dan daerah hijau yang ada di Kelurahan Serengseng Sawah. Indentifikasi
selanjutnya
adalah
dengan
mengidentifikasi
potensi
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia kawasan Setu Babakan. Sumberdaya alam meliputi lingkungan fisik dan lingkungan biologi perairan Setu Babakan dan sekitarnya (termasuk keindahan alam dan kualitas perairannya). Sumberdaya manusia meliputi masyarakat sekitar, pengunjung dan instansi-instansi yang terkait dalam pengelolaan kawasan Setu Babakan. Upaya pengembangan kawasan Setu Babakan dapat menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap kondisi lingkungan fisik, biologi perairan, kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar. Dampak positif dari pengembangan pariwisata di Setu Babakan diantaranya meningkatkan perekonomian masyarakat dengan membuka kesempatan usaha, menciptakan lapangan pekerjaan serta adanya penataan wilayah di sekitarnya menjadi lebih indah sehingga menarik bagi wisatawan. Namun pengembangan kawasan wisata yang melebihi daya dukung dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan seperti terjadinya pencemaran air, pendangkalan dan akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan ekosistem perairan. Selain itu, dampak negatif ini dapat saja meluas hingga pada akhirnya menurunkan jumlah wisatawan yang datang dan bahkan menurunkan pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, untuk menekan berbagai dampak negatif tersebut, perlu diketahui daya dukung lingkungan perairan Setu Babakan dan sekitarnya yang akan dikembangkan sebagai objek pariwisata berwawasan lingkungan.
14 Pengelolaan
kawasan
Setu
Babakan
dapat
dilakukan
dengan
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi. Keseluruhan aspek tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT sehingga diperoleh alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan Setu babakan secara berkelanjutan.
Kondisi ekologis Setu Babakan
Masyarakat dan pengunjung
Sumberdaya perairan kawasan Setu Babakan
Lingkungan fisik
Kesesuaian wisata
Lingkungan biologi
Daya dukung
Strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan Setu Babakan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Instansiinstansi terkait
Analisis SWOT
15 Penelitian dilaksanakan di kawasan Setu Babakan yang termasuk dalam wilayah Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta (Lampiran 1) dan peta lokasi dapat dilihat pada Gambar 2. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juli 2009. Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama diawali dengan membuat perencanaan dan menentukan metode pengumpulan analisa data. Tahap kedua yaitu pengumpulan data dan informasi-informasi mengenai kawasan berupa studi literatur dan studi lapang. Tahap ketiga yaitu melakukan pengolahan data dan analisis sesuai dengan metode analisis yang telah ditentukan. 3.3. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan antara lain : a. Kondisi biofisik kawasan Setu Babakan. Kamera digital untuk mengambil foto keadaan lapang dan alat tulis untuk mencatat data. Bahan yang digunakan adalah peta lokasi Setu Babakan, beberapa dokumen yang berkaitan dengan Setu Babakan dan studi pustaka yang mendukung penelitian. Alat dan bahan untuk analisis kualitas air adalah termometer lingkungan, kertas lakmus, botol sampel, pipet tetes, alat suntik 10 ml, botol BOD, reagent (KI alkalis, Amylum, MnSO4), H2SO4, Thiosulfat dan aquades. Sedangkan alat untuk mengambil contoh air adalah van Dorn water sampler dan alat untuk mengukur kedalaman adalah tali tambang berskala yang diberi pemberat. Alat dan bahan yang digunakan untuk analisis kualitas air dapat dilihat pada lampiran 2. b. Kondisi sosial ekonomi. Alat yang digunakan untuk mengamati aspek sosial-ekonomi adalah alat tulis (untuk
mencatat
data).
Bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian
adalah,kuesioner, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Setu Babakan dan literaturliteratur yang mendukung penelitian.
16
Gambar 2. Peta lokasi penelitian
16
16
17 3.4. Jenis dan Pengumpulan Data Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data yang diperlukan dalam penelitian dapat dilihar pada Tabel 1. Tabel 1. Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data No 1.
Komponen data
Jenis data
Sumber data
Primer dan Sekunder
Responden dan Laporan
Sekunder
Laporan
Sekunder
Laporan
Sekunder
Responden dan laporan
Sekunder
Responden dan laporan
Primer dan Sekunder
Lapangan, Laporan
Primer dan Sekunder
Lapangan, Laporan
a. Temperatur (0C)
Primer
Lapangan
b. Kecerahan (m)
Primer
Lapangan
c. Warna
Primer
Lapangan
d. TSS (mg/l)
Primer
Lapangan
a. pH
Primer
Lapangan
b. DO (mg/l)
Primer
Lapangan
c. BOD (mg/l)
Primer
Laboratorium
d. NTotal (mg/l)
Primer
Laboratorium
e. PTotal (mg/l)
Primer
Laboratorium
Keadaan Umum Situ Babakan a. Luas dan Letak
2.
3.
b. perbatasan dan aksesibiliti c. Visi dan Misi Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan d. Kunjungan wisatawan ke Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan e. Sosial ekonomi penduduk kelurahan Serengseng Sawah Karakteristik Sumberdaya Alam Setu Babakan a. Flora - Vegetasi sekitar - Tumbuhan air - Plankton b. Fauna - Ikan - Biota air lainnya Kualitas Air Setu Babakan 1.
2.
3.
Parameter Fisika
Parameter Kimia
Mikrobologi Bakteri
a. E. coli (jml/100 ml)
Primer
Laboratorium
4.
Data Kesesuain Wisata
Primer
Lapangan
5.
Data Daya Dukung Kawasan
Primer
Lapangan
6.
Karakteristik sosial-ekonomi a. Masyarakat sekitar Setu Babakan
Primer
Responden
b. Wisatawan
Primer
Responden
Primer dan sekunder
Laporan dan Responden
c. Instansi-instansi terkait 7.
Tata Ruang Kawasan a. Analisis Kebijakan Penataan Kawasan Setu Babakan
Primer dan sekunder Primer dan sekunder
b. Hubungan dengan objek wisata lainnya
Laporan dan Responden Laporan dan Responden
3.4.1. Data primer Data primer terdiri dari observasi dan pengambilan sampel air serta wawancara. Pengumpulan data primer dilakukan dengan :
17
18 3.4.1.1. Observasi dan pengambilan sampel air Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi, yaitu meninjau langsung kondisi lokasi di lapangan dengan melakukan sampling pada beberapa parameter seperti kualitas air, tanaman air, biota (flora atau fauna), dan kondisi kawasan. Pengamatatan dan pengambilan sampel kualitas air dilakukan di musim kemarau pada tanggal 30 juni 2009 pukul 07.00 hingga pukul 10.00 sebanyak 2 kali di 3 titik pengambilan sampel (Gambar 2). Stasiun 1 mewakili daerah inlet, stasiun 2 yakni tengah badan situ mewakili sebagai daerah yang jarang dilalui, dan stasiun 3 mewakili daerah outlet. Kemudian ditambahkan dengan pengamatan ruang sekitar 50 meter dari kawasan situ, dimana di sekitar kawasan Setu Babakan terdapat penggunaan lahan seperti perumahan, fasilitas umum, rawa, dan kawasan hijau. Pengamatan kualitas air dilakukan baik langsung di lapangan maupun di laboratorium. Pengambilan air contoh dilakukan secara vertikal, yaitu pada bagian permukaan dan dekat dasar perairan. Adapun parameter kualitas air yang diamati terdiri dari parameter fisika, kimia dan biologi. a. Parameter fisika Temperature (0C) diukur dengan menggunakan termometer dan langsung dilapangan. Kecerahan (m) ditentukan dengan menggunakan secchi disk bertali skala, yaitu dengan murunkan secchi disk ke dalam air sampai tidak tampak lagi dan catat kedalamannya. Kemudian turunkan secchi disk sedikit lagi, dan perlahan-lahan tarik ke atas. Jika sudah mulai terlihat untuk pertamakalinya, catat kedalamannya. Selanjutnya menghitung rata-rata dari nilai kedalaman tersebut yang merupakan nilai dari kecerahan dan dinyatakan dalam meter (m). Warna perairan ditentukan dengan cara visual berdasarkan indra penglihatan. Padatan tersuspensi (TSS) diukur dengan cara sebelumnya menimbang kertas filter millipore dengan porosity 0,45µm yang telah direndam dalam akuades selama 24 jam dan keringkan dalam oven 1050C selama 1 jam, kemudian pipet air sample sebanyak 100 ml, aduk dan saring dengan kertas filter millipore dengan menggunakan alat bantu vacuum pump. Selanjutnya ambil filter dari vacuum pump kemudian keringkan di dalam oven 1050C
19 selama 1 jam. Dan terakhir timbang kertas saring yang sebelumnya telah didinginkan di dalam dalam dessikator. b. Parameter kimia pH diukur dengan menggunakan pH stik yaitu dengan cara pH stik dicelupkan ke dalam perairan kemudian dilihat perubahan warna yang terjadi dan dibandingkan dengan indikator pH. Dissolve Oxygen (DO) di tentukan dengan metode titrasi, yaitu air sampel yang diambil dengan botol BOD ditambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml NaOH+KI ke dalam air sampel, kemudian tutup dan aduk botol dengan cara membolak-balikkan botol. Biarkan beberapa saat hingga endapan coklat terbentuk di dasar botol BOD secara sempurna. Lalu tambahkan 1 ml H2SO4 pekat, aduk dengan cara yang sama hingga semua endapan terlarut. Ambil 25 ml air dari botol BOD dengan pipet mohr atau gelas ukur, masukkan ke dalam erlenmeyer dan usahakan jangan terjadi aerasi. Titrasi dengan Na2S2O3 hingga terjadi perubahan warna dari kuning tua kekuning muda, kemudian tambahkan indikator amylum 2-3 tetes hingga terbentuk warna biru dan lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang. Dan terakhir menghitung nilai DO dengan rumus :
DO =
ml titran x Normalitas thiosulfat x 8 x 1000 ml sampel ml botol BOD – ml reagen terpakai ml botol BOD
BOD diukur dengan cara mengmbil air sampel sebanyak 1-2 liter dari kedalaman yang dikehendaki. Kemudian encerkan air sampel 2-100 kali, tergantung tingkat kepekatan sampel, dengan menggunakan akuades dan selanjutnya tingkatkan kadar oksigen sampel dengan menggunakan aerator selama kurang lebih lima menit. Nitrogen total (N-total) dapat diperoleh nilainya dengan cara menyaring air sampel dengan menggunakan kertas saring. Kemudian pipet 5 ml air yang telah disaring, masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 0,5 ml Brucine dan aduk. Tambahkan 5 ml H2SO4 pekat (gunakan ruang asam) aduk dengan menggunakan vibrofix, panaskan di hot plate selama 30 menit kemudian diamkan hingga dingin. Untuk pengukuran blanko, pipet 5 ml aquadest
20 masukkan ke dalam tabung reaksi, lakukan seperti di atas. Ukur absorban dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm, tentukan persamaan
regresi
berdasarkan
larutan
standar
kemudian
tentukan
konsentrasinya berdasarkan kurva standar Fosfor total (P-total) dapat diperoleh nilainya dengan cara mempipet air contoh yang telah disaring sebanyak 50 ml kemudian tambahkan PP 1 tetes, jika berwarna merah muda tambahkan asam sulfat 1 N sampai berwarna bening. Selanjutnya tambahkan 0,5 gram K2S2O8 dan tambahkan 1 ml H2SO4 30%, aduk. Panaskan di atas hot plate sampai volume air contoh berkurang menjadi setengah volume awal. Dinginkan. Tambahkan 1 tetes inidikator PP, atur pH menjadi sekitar 8,2-9,8 dengan menambahkan NaOH dengan indikator air contoh berwarna merah muda. Kemudian masukan ke dalam labu takar 50 ml, tambahkan aquades sampai batas tera. Pipet 25 ml air contoh ke dalam erlenmeyer, tambahkan mi reagen sebanyak 4 ml. Buat larutan blanko. Buat satu seri larutan standar PO4-P. Tentukan persamaan regresi berdasarkan larutan standar. Tentukan konsentrasinya berdasarkan kurva standar. c. Parameter biologi Parameter biologi yang diukur adalah plankton (fitplankton dan zooplankton), bakteri E. coli., tanaman air, ikan dan vegetasi sekitar lokasi penelitian. Plankton Pengambilan sampel plankton dilakukan pada titik sampling parameter kualitas air dengan menggunakan plankton net sebanyak 30ml dengan 3 kali ulangan, setelah terlebih dahulu diidentifikasi dengan buku identifikasi plankton (Needham 1962) kemudian dianalisis dengan menggunakan metode sensus dan jumlah individu plankton per liter air dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
N
nxV xA t cg u x Vcg x A a
21 Keterangan : N = n = u = Vt = Vcg = Aa = Acg =
Jumlah total fitoplankton (ind/l) Jumlah rataan individu yang teramati (ind) Ulangan (3) Volume air tersaring (30 ml) Volume air dibawah coverglass ( 1 ml) Luas satu lapang pandang (20x50 mm2) Luas coverglass/ SRC (20x50mm2)
Analisis selanjutnya adalah analisis kuantitatif indeks biologi fitoplankton
yaitu
perhitungan
keragaman
dari
Shannon-Wiener
(Odum1971). Indeks keragaman jenis: H’ = -∑ Pi ln Pi; dimana Pi
ni N
Keterangan : H’ = Indeks keragaman jenis ni = Jumlah individu taksa ke-i N = Jumlah total individu Pi = Proporsi spesies ke-i Bakteri E. coli Pengambilan sampel bakteri E. coli diambil hanya pada bagian permukaan perairan dengan botol steril pada titik pengambilan sampel kualitas air.. Analisis Perhitungan jumlah bakteri E. coli dilakukan di laboratorium dengan teknik MPN (Alcamo 1983 in Feliatra 2002). Tanaman air, ikan dan vegetasi sekitar Pengambilan data tanaman air dilakukan dengan pengamatan langsung di perairan Setu Babakan, tanaman air yang ditemukan langsung diidentifikasi dan dicatat. Untuk pengambilan data ikan diperoleh dengan cara wawancara terhadap 30 orang masyarakat yang sedang memancing dan menjala ikan di Setu Babakan serta pihak pengelola kawasan situ. Pengambilan data vegetasi sekitar dilakukan dengan pengamatan langsung ± 50 meter di sekitar kawasan Setu Babakan.
22 3.4.1.2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang lokasi penelitian.
Wawancara dilakukan dengan pihak yang terkait dengan
penelitian, yaitu: a. Wisatawan, yaitu dengan menyebarkan kuisioner yang bersifat semi terbuka (Lampiran 3) kepada responden seperti untuk mengetahui pendapatan, tingkat pendidikan, motivasi dan persepsi wisatawan terhadap Setu Babakan. Pemilihan responden ini dilakukan secara accidental sampling yaitu pengambilan contoh yang dilakukan tanpa perencanaan yang seksama dan responden yang dimintai informasi diperoleh secara kebetulan tanpa pertimbangan tertentu.
Jumlah
responden yang diambil sebanyak 30 orang. b. Masyarakat sekitar kawasan, yaitu dengan menyebarkan kuisioner bersifat semi terbuka (Lampiran 4) kepada responden seperti untuk mengetahui aktivitas masyarakat di sekitar Setu Babakan, pendidikan,
dan persepsi ekowisata.
Pemilihan responden kepada masyarakat dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik pengambilan responden yang digunakan apabila peneliti mempunyai pertimbangan tertentu dalam menetapkan responden sesuai dengan tujuan penelitinnya. c. Pengelola kawasan wisata, lembaga atau pihak-pihak terkait juga dilakukan dengan metode purposive sampling (Lampiran 5 dan Lampiran 6). 3.4.2. Data sekunder Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, seperti dengan mempelajari buku-buku laporan, penelitian-penelitian sebelumnya, buku-buku penunjang, peta, dan sumber lainnya yang dapat dijadikan informasi pendukung. Cara pengumpulan dan pengambilan data dalam penelitian ini meliputi studi dokumen/literatur yang merupakan langkah awal dari data sekunder untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan memperoleh informasi data penunjang yang diperlukan dalam penelitian. Studi dokumen/literatur dapat berupa buku-buku, majalah-majalah, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang akan dipelajari.
23 3.5. Analisis Data 3.5.1. Analisis sumberdaya Analisis sumberdaya meliputi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Analisis sumberdaya alam meliputi kondisi kawasan, kualitas air, dan flora dan fauna yang terdapat di sekitar danau. Kondisi kawasan diperoleh melalui data primer yaitu melalui observasi dan wawancara dan juga data sekunder melalui pengumpulan literatur-literatur. Parameter kualitas air yang diukur meliputi parameter fisika, kimia dan mikrobiologi bakteri E. coli (Tabel 1), kemudian data kualitas air tersebut dibandingkan dengan baku mutu menurut PP No. 82 Tahun 2001 (Lampiran 7). Untuk flora yang hidup di Setu Babakan seperti tanaman air dilihat banyaknya jenis yang tumbuh disana dan kerapatannya. Untuk fauna seperti ikan dilihat banyaknya jenis ikan dan kelimpahannya. Analisis sumberdaya manusia yaitu mencakup masyarakat sekitar kawasan wisata, pengunjung, pengelola dan instansi yang terkait. Analisis sumberdaya manusia dilakukan melalui wawancara dengan beberapa responden dan diberikan kuisioner seperti untuk mengetahui tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, dan tingkat pemahaman kelestarian lingkungan. 3.5.2. Analisis kesesuaian Kesesuaian mencakup kesesuaian sumberdaya atau potensi yang dikaitkan dengan luas areal bagi setiap peruntukan wisata. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan wisata yang dikembangkan. Persamaan yang digunakan untuk kesesuaian wisata adalah (Yulianda 2007): IKW = Σ (Ni / Nmaks) x 100% Keterangan : IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Ni = Nilai Parameter ke-i Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata Analisis kesesuaian diperoleh berdasarkan perkalian skor dan bobot dari setiap parameter. Kemudian dihitung tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh
24 dengan menjumlahkan nilai dari seluruh parameter (Lampiran 8). Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di Setu Babakan diantaranya adalah memancing, berperahu, duduk santai, dan pengambilan gambar untuk foto dan shooting dan flying fox. 3.5.2. Analisis daya dukung Daya dukung lingkungan (carrying capacity) merupakan intensitas penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam juga membatasi pembangunan fisik yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan wisata tanpa merusak alam. Daya Dukung Kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia yaitu dengan perhitungan menggunakan rumus (Yulianda 2007):
DDK = K x Lp / Lt x Wt/Wp Keterangan : DDK = Daya Dukung Kawasan K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt = Unit area untuk kategori tertentu Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp = Waktu yang dihasilkan untuk setiap kegiatan tertentu Pada kawasan Setu Babakan, daya dukung kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum wisatawan yang secara fisik dapat ditampung di setiap lokasi sesuai peruntukannya dalam satu hari agar tidak menimbulkan kerusakan alam dan wisatawan dapat bergerak bebas serta tidak merasa terganggu oleh keberadaan wisatawan lain di lokasi tersebut. Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (K) adalah jumlah wisatawan maksimum yang dapat ditampung oleh suatu sarana atau lokasi wisata dalam waktu yang bersamaan. Kondisi sarana atau lokasi yang digunakan harus dalam kondisi baik (layak pakai) sehingga masih dapat menampung wisatawan sesuai dengan nilai K yang telah ditetapkan. Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan (Lp) adalah luas atau panjang suatu area yang telah disediakan oleh pengelola agar wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata yang ditetapkan di area tersebut. Unit area untuk kategori tertentu (Lt) adalah luas atau panjang suatu area yang dibutuhkan wisatawan agar dapat bergerak bebas
25 melakukan kegiatan wisata yang ditetapkan di area tersebut dan tidak merasa terganggu oleh keberadaan wisatawan lain. Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) merupakan lamanya waktu kawasan Setu Babakan dibuka dalam satu hari yaitu sekitar 8 jam (jam 8.00-16.00). Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp) berbeda-beda bergantung kepada jenis kegiatan wisata. Selama melakukan kegiatan bersepeda air, wisatawan dapat mengabiskan waktu selama 0,5 jam (30 menit). Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi situ dengan perahu kayu, memancing, duduk santai, foto dan shooting dan flying fox dapat dilihat pada Lampiran 9. Potensi ekologis (K) untuk kegiatan bersepeda air adalah dua orang yang berarti bahwa satu sepeda air dapat menampung dua orang wisatawan sekaligus dalam satu kali perjalanan. Unit area untuk kategori tertentu (Lt) untuk kegiatan bersepeda air adalah 15.000 m2 yang berarti bahwa luas lokasi yang dibutuhkan oleh satu sepeda air agar dapat bergerak bebas tanpa merasa terganggu oleh sepeda air lain adalah 15.000 m2. Potensi ekologis dan unit area untuk kategori tertentu (Lt) untuk kegiatan berperahu kayu, memancing, duduk santai, foto dan shooting, dan flying fox dapat dilihat pada Lampiran 10. Nilai unit area untuk kategori tertentu (Lt) dan waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (Wp) diperoleh dari subjektifitas para pakar yang ahli dalam bidangnya. 3.5.4. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai factor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan dengan memaksimalkan kekuatan (Strengh), peluang (Opportunities), namun secara bersamaan meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Kekuatan (Strenght) adalah unsur yang dimiliki kawasan wisata Setu Babakan yang
bisa membantu pengelola mencapai keberhasilan.
Kelemahan
(Weakness) adalah unsur yang dimiliki oleh kawasan wisata yang bisa menyebabkan kinerja pengelola menjadi buruk atau menghambat untuk mencapai keberhasilan. Peluang (Oppurtunity) adalah unsure lingkungan yang berada di luar kendali pengelola yang berada di luar kendali pengelola yang menguntungkan pengelola. Ancaman (Threat) adalah unsur lingkungan yang berda di luar kendali pengelola
26 yang tidak menguntungkan dan dapat mengganggu atau menghalangi suatu kegiatan atau usaha di kawasan wisata. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah: 3.5.4.1. Identifikai faktor internal dan eksternal Penilaian fator internal (IFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan. Alat untuk menganalisis faktor internal adalah matrik IFE yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasihubungan antara area-area tersebut (David 2006). Penilaian faktor eksternal (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang. Alat yang digunakan untuk mengan alisis faktor eksternal adalah matriks EFE yang merangkum dan mengevaluasi hal-hal yang mempengaruhi yang berasal dari luar. Hasil dari kedua identifikasi fakor-faktor tersebut selanjutnya akan diberikan bobot peringkat (rating). 3.5.4.2. Penentuan bobot setiap variabel Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak pengelola. Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Penentuan bobot setiap variabel menggunakna skal 1,2 dan 3 (Kinner, T.C, 1991 in Agustin, 2007) yaitu : 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripa indikator vertikal 4 = Jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal Bentuk pembobotan faktor strategis internal dapat dilihat pada Tabel 2 Bentuk pembobotan faktor strategis eksternal sama dengan pembobotan pada faktor strategis internal.
27 Tabel 2. Penilaian bobot faktor strategi internal dan eksternal Faktor Strategis Internal/ Eksternal A
A
B
…
Total
Bobot
X1
α1
B
X2
α2
C
X3
α3
…
X4
α4
Total
C
n
n
ΣX
Σ αi
i=1
i=1
Sumber: Rangkuti 2006
Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan rumus (Kinner, T.C in Agustin, 2007) :
Xi
αi =
n
Xi i 1
Keterangan :
α1 Xi i n
= Bobot faktor ke-i = Nilai faktor ke-i = 1, 2, 3,…,n = jumlah faktor
3.5.4.3. Penentuan peringkat Penentuan Peringkat (Rating) merupakan pengukuran terhadap masingmasing variabel terhadap kondisi objek wisata dengan skala 1 – 4 terhadap masingmasing faktor strategi. Skala rating yang digunakan untuk matriks Internal Factor Evaluation (IFE) yaitu : a. faktor kekuatan : 1 = kekuatan yang kecil 2 = kekuatan yang sedang 3 = kekuatan yang besar 4 = kekuatan yang sangat besar b. faktor kelemahan : 1 = kelemahan yang sangat berarti 2 = kelemahan yang cukup berarti 3 = kelemahan yang kurang berarti
28 4 = kelemahan yang tidak berarti Sedangkan pemberian nilai peringkat untuk matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) yaitu : a. faktor peluang : 1 = peluang rendah, respon kurang 2 = peluang sedang, respon rata-rata 3 = peluang tinggi, respon diatas rata-rata 4 = peluang sangat tinggi, respon superior b. faktor ancaman : 1 = ancaman sangat besar 2 = ancaman besar 3 = ancaman sedang 4 = ancaman sedikit Tabel 3. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (EFE) Faktor Strategis Internal/Eksternal Kekuatan/Peluang 1. 2. …. Kelemahan/Ancaman 1. 2. … Sub total Total
Bobot
Rating
Nilai
Sumber: Rangkuti 2006
Selanjutnya nilai pembobotan dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total nilai pembobotan (Tabel 3). Total skor pembobotan berkisar antara 1 sampai denan 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2,5 maka dapat dinyatakan bahawa kondisi internal lemah, sedangkan jika berda diatas 2,5 maka dapat dinyatakan bahwa kondisi internal kuat. Demikian juga total pembobotan EFE jika di bawah 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal lemah dan jika di atas 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal kuat (David 2006).
29 3.5.4.4. Penyusunan analisis strategi Dibuat berdasarkan matriks IFE dan EFE, bertujuan untuk melihat dan membuat strategi yang tepat untuk diterapkan (Tabel 4.). Tabel 4. Matriks analisis SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal
Kekuatan (Strenght) Strategi S-O Strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Strategi S-T Strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman.
Peluang (Opportunity)
Ancaman (Threath)
Kelemahan (Weakness) Strategi W-O Strategi dengan memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan yang ada. Strategi W-T Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti 2006
3.5.4.5. Penentuan posisi strategi yang akan dijalankan a. Menentukan Koordinat P yang akan diperoleh dari total nilai kekuatan dikurangi nilai kelemahan b. Menentukan koordinat Q yang ditentukan dari total nilai peluang dikurangi dengan total nilai ancaman c. Menentukan nilai P sebagai absis dan nilai Q sebagai ordinat. Strategi yang akan dijalankan disesuaikan dengan posisi titik (P,Q).
Berbagai Peluang
Kuadran II
Kuadran I
(W-O)
(S-O)
Kelemahan Internal
Kekuatan Eksternal Kuadran I
Kuadran II
(W-T)
(S-T)
Berbagai Ancaman
Gambar 3. Diagram analisis SWOT untuk strategi pengelolaan dan Pengembangan (Rangkuti 2006) Alternatif strategi yang dapat diterapkan bagi kelangsungan suatu kegiatan (Rangkuti 2006) :
30 1. Strategi SO (Strenght-Opportunity) pada kuadran I, yaitu menggunakan kekuatan yang dimilikinya untuk menambil peluang yang ada. 2. Strategi ST (Strength-Threat) pada Kuadran II, yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi WO (Weakness-Opportunity) pada kuadran III, yaitu diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi WT (Weakness-Threath) pada kuadran IV, yaitu dengan berusahan meminimalkan kelemahan yang ada serta mengahindari ancaman.
31
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Setu Babakan 4.1.1. Luas dan letak Setu Babakan merupakan kawasan yang termasuk dalam wilayah Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dan terletak di Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Setu Babakan merupakan situ alami dan memiliki luas sekitar 20 hektar dengan mendapatkan input air dari sungai Ciliwung. Setu Babakan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan perikanan seperti menjala dan memancing, selain itu Setu Babakan juga banyak dikunjungi wisatawan karena kawasan tersebut merupakan objek wisata air dan budaya. Kedalaman Setu Babakan sendiri saat ini telah mengalami pendangkalan akibat sedimentasi, yaitu hanya berkisar dua hingga lima meter. Secara geografis, Setu Babakan berada pada 106049’30’’ BT – 106049’50” BT dan 06020’07” LS – 06021’10’’ LS (Majid 2008). Jalan Raya Pasar Minggu dan Lintasan Kereta Rel Listrik (KRL) Jakarta Bogor merupakan akses utama untuk menuju lokasi ini. Secara detil, Setu Babakan dapat dicapai dari empat arah, yaitu: 1. Dari Utara, yaitu dari Jalan raya lenteng agung melalui Jalan Moch.Kahfi II atau jalan Jeruk. 2. Dari arah Timur, dapat ditempuh melalui jalan Srengseng Sawah. 3. Dari arah Selatan, mewakili daerah Lebak bulus dan Depok dapat melalui jalan Tanah Baru (terusan Moch.Kahfi II) dari Lebak Bulus dan jalan Raya Kukusan di Depok. 4. Dari arah Barat, mewakili daerah Ciganjur, Cinere dan Pondok Labu dapat melalui jalan Warung Silah. 4.1.2. Topografi dan hidrologi Keadaan topografi kawasan Setu Babakan umumnya berbentuk datar hingga bergelombang. Daerah ini memiliki lereng yang berkisar antara ± 15% dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut dan curah hujan 2500 mm/tahun. Daerah permukiman di sebelah Barat lebih tinggi dari permukaan jalan di sepanjang
32 situ. Jalan-jalan yang ada disepanjang situ relatif datar dan telah dilapisi conblock. Untuk mencegah terjadinya longsor dan erosi pada pinggir situ maka Pemda DKI membangun turap pada hampir seluruh bagian tepi situ, hanya bagian Selatan situ saja yang belum dibangun dikarenakan pada bagian Selatan Setu Babakan masih dalam bentuk kebun dan sawah yang masih dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain memasang turap, Pemda DKI juga memasang pintu air dan saluran pengeluaran air pada bagian outlet situ untuk mengendalikan jumlah air yang ada di Setu Babakan agar apabila hujan lebat tidak menyebabkan banjir. Wilayah Kelurahan Serengseng Sawah termasuk ke dalam DAS Sanggrahan yang berada di sebelah Barat Sungai Ciliwung. Sistem hidrologis yang terdapat di Setu Babakan merupakan sistem terbuka dengan adanya inlet dan outlet air situ. Inlet Setu Babakan berasal dari beberapa aliran air, yaitu aliran Setu Mangga Bolong, Kali Baru, Kali Tengah, dan Situ ISTN (Institut Sains dan Teknologi), sedangkan outletnya melalui pintu air menuju Sungai Ciliwung. Kondisi fisik Setu Babakan secara keseluruhan cukup baik dengan genangan 100% perkiraan volume air ±1.755.000 m3 pada musim kemarau, dan ±2.025.000 m3 pada musim hujan (Apriyani 2007). Mengingat keberadaan dan fungsinya sebagai reservoir, bahkan di dalam RTRW DKI Jakarta 2001-2010 kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan penyangga atau daerah resapan air, hal tersebut perlu mendapatkan perhatian ekstra baik dari pemerintah maupun penduduk karena keberadaan kawasan ini secara ekologis tergantung pada adanya situ, sawah, kebun dan vegetasi yang juga memiliki peran penting bagi keberadaan kawasan Jakarta secara umum. 4.2. Kondisi Fisika-Kimia-Biologi Setu Babakan 4.2.1. Kualitas air Perairan Setu Babakan telah mengalami tekanan ekologi yang sangat tinggi dengan berada di tengah pemukiman penduduk dan juga sebagai kawasan wisata air. Setu Babakan sendiri telah mengalami pendangkalan akibat sedimentasi. Dilihat dari substrat Setu Babakan yang berupa lumpur maka dapat mengindikasikan perairan Setu Babakan telah banyak menerima masukan bahan organik dan anorganik, baik akibat erosi maupun buangan limbah rumah tangga (Indrasti et al. 2003).
33 Pengkajian kondisi biofisik perairan yang mencakup kualitas perairan (fisika, kimia dan mikrobiologi bakteri) dilakukan dengan tujuan untuk melihat keseimbangan ekosistem perairan Setu Babakan dan menentukan kondisi perairan yang terkait dengan kelayakan habitat bagi perikanan dan pariwisata. Parameter kualitas air yang diamati adalah temperatur, kecerahan, warna, TSS, pH, DO, BOD, Ntotal , Ptotal dan bakteri E. coli. Parameter-parameter tersebut dapat berpengaruh terhadap atau dipengaruhi oleh aktifitas-aktifitas wisata di Setu Babakan seperti berseped air, memancing dan duduk santai. Pengambilan contoh air dilakukan di musim kemarau pada tanggal 30 Juni 2009 pada pukul 07.00 hingga pukul 10.00 di 3 stasiun dan diambil secara vertikal berdasarkan kedalaman perairan. Apabila kedalaman perairan lebih dari dua meter, maka pengambilan contoh air dilakukan pada bagian permukaan, kedalaman secchi dan dasar (Dwikorawati 1994). Namun kedalaman perairan Setu Babakan kurang dari dua meter yaitu antara 1,33-1,85 m, sehingga pengukuran parameter kualitas air dilakukan pada bagian dekat pemukaan dan bagian dekat dasar perairan. Pengukuran parameter fisika, kimia perairan dan bakteri E.coli dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kualitas air Setu Babakan No
Parameter
P 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Fisika Temperatur (0C) Kecerahan (m) Warna TSS (mg/l) Kimia pH DO (mg/l) BOD (mg/l) Ntotal (mg/l)
±3
D
Hasil analisis Tengah (Stasiun 2) P D
P
28
28
29
Inlet (Stasiun 1)
Baku mutu
28 1,05
Tidak tercantum 50
6-9 4 3 Tidak tercantum Ptotal (mg/l) 0,2 Mikrobiologi Bakteri E. coli 1000 (jml/100ml)
27
Outlet (Stasiun 3)
0,48
D 28 0,35
Hijau kecoklatan 25
Hijau kecoklatan 27
Hijau kecoklatan 21
Hijau kecoklatan 29
Hijau kecoklatan 32
Hijau kecoklatan 36
7,5 4,94 2,51 0,21
7 4,53 2,81 0,15
6,5 6,18 2,35 0,10
6 5,35 2,78 0,07
6,5 7,42 0,79 0,08
6,5 6,59 1,78 0,02
0,10
0,12
0,03
0,03
0,03
0,03
600
160
11
Keterangan: P : Permukaan D : Dekat dasar ٭Batas maksimum yang diperbolehkan pada baku mutu berdasarkan PP No.82 tahun 2001 klas 2 ٭٭Batas minimum yang diperbolehkan Sumber: Data primer, 2009 (diolah)
34 4.2.1.1. Parameter fisika Parameter fisika meliputi tempereatur, kecerahan, warna, dan padatan tersuspensi (TSS). Peralatan untuk mengukur parameter fisika antara lain adalah termometer lingkungan, secchi disk, dan van Dorn water sampler. Temperatur, kecerahan dan warna perairan dilakukan dilapangan, sedangkan analisis TSS dilakukan dilaboratorium dengan metode titrasi dan pemanasan. a. Temperatur Nilai temperatur perairan Setu Babakan berkisar antara 27-290C (Tabel 5). Dengan demikian temperatur perairan Setu Babakan tergolong layak untuk kegiatan rekreasi dan perikanan berdasarkan baku mutu air pada PP No. 82 tahun 2001 klas 2 yang memberikan toleransi sebesar ±3 dari rataan temperatur air setempat. Selain itu, kisaran temperatur tersebut sesuai dengan kisaran temperatur optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan yaitu 20-300C (Effendi 2003). Fitoplankton sangat diperlukan oleh ikan dan organisme perairan sebagai produser. Menurut Boyd (1982) kisaran temperatur tersebut juga masih dapat mendukung kehidupan organisme akuatik, karena masih berada pada kisaran 25-320C. Oleh karena itu, perairan Setu Babakan masih sesuai untuk pengembangan perikanan. b. Kecerahan Nilai kecerahan air yang terukur pada Setu Babakan berkisar 0,35-1,05 m (Tabel 5). Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran (Effendi, 2003). Kecerahan tertinggi terletak pada stasiun 1 yaitu sebesar 1,05 m. Hal ini diduga karena jumlah padatan tersuspensi rendah. Sedangkan nilai kecerahan terendah terletak pada stasiun 3. Hal ini diduga karena padatan tersuspensi di stasiun 3 lebih banyak dibandingkan dengan stasiun lainnya. Kisaran nilai kecerahan tersebut mengambarkan bahwa Setu Babakan merupakan tipe perairan eutrofik karena kecerahan secchi disk <3,0 m (Henderson-Seller & Markland 1987 in Surya 1998). Menurut Boyd (1982) nilai kecerahan dianggap cukup produktif dan masih dapat mendukung kehidupan organisme perairan jika pinggan secchi masih terlihat pada kedalaman 30-60 cm.
35 c. Warna Warna perairan Setu Babakan yang diamati secara visual berdasarkan indra penglihatan pada umumnya berwarna hijau kecoklatan (Tabel 5). Warna perairan sendiri dapat mempengaruhi estetika dan menunjukkan keberadaan plankton diperairan. Warna kecoklatan di perairan diduga ditimbulkan oleh bahan-bahan organik seperti tannin, lignin dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati (Effendi 2003). d. Padatan tersuspensi total (TSS) TSS merupakan salah satu parameter biofisik perairan yang dinamikanya mencerminkan dinamika perubahan yang terjadi di daratan dan perairan (Parwati et al. 2007). Kisaran nilai TSS perairan Setu Babakan adalah 21-36 mg/l (Tabel 5). Secara vertikal, nilai TSS cenderung meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Pada bagian dekat permukaan, nilai TSS berkisar antara 21 mg/l hingga 32 mg/l. Nilai TSS di dekat dasar berkisar antara 27 mg/l s/d 36 mg/l. Nilai TSS tertinggi dijumpai pada stasiun 3 di dekat dasar perairan. Hal ini menunjukkan terjadinya proses pengendapan partikel-partikel tersuspensi ke dasar perairan (Dwikorawati 1994). Kisaran nilai TSS masih berada di bawah ambang batas baku mutu perairan menurut PP No. 82 tahun 2001 klas 2 yaitu sebesar 50 mg/l sehingga masih sesuai bagi peruntukan sarana rekreasi air dan perikanan. Nilai TSS pada musim kemarau umumnya lebih rendah dibanding pada musim hujan dikarenakan pada musim hujan masukan materi organik dan anorganik yang terdiri dari lumpur, protein, bakteri, sampah dan limbah domestik yang masuk ke perairan lebih banyak, sehingga pada bagian hulu debit air dan kecepatan arus sungai meningkat dan terjadi pengadukan dari dasar perairan sehingga mengangkat senyawa-senyawa beracun kepermukaan (Indrasti et al. 2003). 4.2.1.2. Parameter kimia Parameter kimia perairan yang diamati meliputi pH, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biokimiawi (BOD), nitrogen total (N-total), dan fosfor total (P-total). Pengamatan pH dan DO dilakukan di lapangan, pH dengan kertas lakmus sedangkan DO dengan metode titrasi, sedangkan untuk bahan organik lainnya dianalisis di laboratorium dengan metode pemanasan dan titrasi.
36 a. pH Sebagian besar organisme akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi 2003). pH air Setu Babakan berkisar antara 6-7,5 (Tabel 5). Kisaran ini, masih berada dalam kisaran baku mutu bagi sarana rekreasi air dan perikanan menurut PP No.82 tahun 2001 yaitu antara 6-9. Nilai pH cenderung menurun seiring meningkatnya kedalaman. Hal ini diduga akibat tingginya proses dekomposisi bahan organik yang menghasilkan ion hidrogen penyebab kemasaman pada bagian dasar perairan. Jika konsentrasi ion hidrogen terlalu tinggi atau terlalu rendah, organisme akuatik tidak mungkin mencapai pertumbuhan yang maksimum (Moriber 1974 in Sari 2009). b. Oksigen terlarut (DO) Oksigen terlarut adalah salah satu parameter paling mendasar di perairan karena mempengaruhi kehidupan organisme akuatik. Oksigen terlarut di Setu Babakan berkisar antara 4,53-7,42 mg/l (Tabel 5). Populasi hewan dan tanaman di badan air akan mengkonsumsi oksigen selama proses respirasi. Hal ini menghasilkan CO2, yang akan digunakan untuk fotosintesis. Fotosintesis terjadi di zona fotik, tetapi respirasi terjadi dimana saja di dalam perairan (diseluruh kolom air bahkan sampai ke dasar perairan), sehingga hasil bersihnya adalah permukaan air cenderung kaya akan oksigen terlarut, dan berkurang dengan bertambahnya kedalaman (Effendi 2003). Kandungan oksigen terlarut tertinggi dijumpai pada permukaan, yaitu berkisar antara 4,94-7,42 mg/l sedangkan terendah (dekat dasar) berkisar 4,53 mg/l hingga 6,59 mg/l. Tingginya konsentrasi oksigen terlarut di dekat permukaan air diduga oleh adanya suplai oksigen dari udara (difusi) dan aktifitas fotosintesis fitoplankton yang lebih tinggi dibandingkan dengan dekat dasar. Sedangkan oksigen terlarut di dekat dasar lebih banyak digunakan (dikonsumsi) dalam proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba aerobik dan pengaruh fotosintesis yang telah berkurang. Bila dibandingkan dengan batas minimum kadar oksigen terlarut menurut PP No.82 tahun 2001 klas 2 yaitu 4 mg/l maka kisaran tersebut masih sesuai bagi pengelolaan Setu Babakan sebagai objek wisata air dan perikanan.
37 c. Kebutuhan oksigen biokimiawi (Biochemical oxygen demand/BOD) Perairan Setu Babakan memiliki nilai BOD berkisar antara 0,79-2,81 mg/l (Tabel 15). Pada umumnya, BOD secara vertikal di Setu Babakan cenderung meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Nilai BOD tertinggi dijumpai pada bagian dekat dasar perairan yaitu berkisar antara 1,78 mg/l hingga 2,81 mg/l. Sedangkan nilai BOD terendah diperoleh pada bagian dekat permukaan berkisar 0,79 mg/l s/d 2,51 mg/l. Tingginya nilai BOD di dekat dasar diduga karena banyaknya jumlah bahan organik dari limbah domestik, pertanian maupun hasil pembusukan tumbuhan dan hewan yang terakumulasi di dasar. Kandungan BOD di perairan Setu Babakan berada di bawah ambang batas PP No.82 tahun 2001 klas 2 yaitu maksimum 3 mg/l. Hal ini berarti, Setu Babakan masih sesuai peruntukkannya bagi sarana rekreasi air dan perikanan. d. Nitrogen total (N-total) Nilai N-total merupakan gambaran nitrogen dalam bentuk organik dan anorganik pada air. N-total adalah penjumlahan dari nitrogen anorganik yang bersifat terlarut dan nitrogen organik yang berupa partikulat tidak larut dalam air (Effendi 2003). Nilai N-total perairan Setu Babakan berkisar antara 0,02-0,21 mg/l abel 15). Sumber utama nitrogen pada Setu Babakan berasal dari kegiatan domestik dan pemancingan. e. Fosfor total (P-total) Fosfor total menunjukkan kandungan P (Fosfor) baik yang berupa senyawa organik maupun anorganik (Effendi 2003). Sumber utama fosfor perairan Setu Babakan berasal dari limbah domestik seperti deterjen. Nilai P-total perairan Setu Babakan berkisar antara 0,03-0,12 mg/l (Tabel 15). Kandungan P-total di perairan Setu Babakan berada di bawah ambang batas PP No.82 tahun 2001 klas 2 yaitu maksimum 0,2 mg/l. Hal ini berarti Setu Babakan masih sesuai peruntukkannya bagi sarana rekreasi air dan perikanan. 4.2.1.3. Parameter mikrobiologi bakteri Parameter mikrobiologi yang diamati adalah bakteri E. coli, dengan pengambilan sempelnya menggunakan botol steril di permukaan perairan pada 3 stasiun. Analisis Perhitungan jumlah bakteri E. coli dilakukan di laboratorium dengan teknik MPN (Alcamo 1983 in Feliatra 2002).
38 a. Bakteri E. coli Berdasarkan stasiun pengamatan, densitas E. coli berkisar antara 11-600 jml/100 ml (Tabel 5). Densitas tertinggi ditemukan di stasiun 1 yang terletak di inlet Setu Babakan dengan densitas 600 jml/100 ml. Menurut Laliberte P & Grimes DJ (1982) Bakteri fecal masuk ke perairan melalui aliran sungai serta limpasan air hujan sehingga kelimpahan bakteri akan semakin tinggi pada kawasan yang banyak dipengaruhi daratan dan pada saat hujan. Keadaan yang demikian disebabkan oleh konsentrasi materi organik, perubahan salinitas, suhu maupun intensitas cahaya. Pada stasiun 2 yang letaknya di tengah situ densitas E. coli yaitu 60 jml/100 ml, sedangkan nilai densitas yang kecil pada stasiun 3 atau outlet yaitu 11 jml/100 ml karena pengarus arus yang membawa bakteri E. coli ketempat lain (Effendi 1998 in Feliatra 2002). Secara umum densitas E. coli di perairan Setu Babakan berada di bawah ambang batas PP No.82 tahun 2001 klas 2 yaitu maksimum 1000 jml/100 ml. Untuk mencegah E. coli masuk ke dalam saluran pencernaan maka makanan dan minuman harus terbebas dari E. coli. Menurut Pelczar & Chan (1988) in Feliatra (2002), penyebaran E. coli tidak melalui air melainkan melalui kegiatan tangan ke mulut atau dengan pasif lewat makanan dan minuman. 4.2.2. Karakteristik sumberdaya alam Setu Babakan 4.2.2.1. Fitoplankton dan zooplankton Keberadaan fitoplankton dan zooplankton sangatlah penting karena masingmasing merupakan primary producer (fitoplankton) dan primary consumer (zooplankton) dalam rantai makanan di ekosistem perairan Setu Babakan. Kisaran kelimpahan fitoplankton di perairan Setu Babakan adalah 250-302.125 sel/l. Di perairan Setu Babakan dijumpai lima kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae (7 genus), Chlorophyceae (7 genus) dan Cyanophyceae (5 genus) Euglenaphyceae (3 genus) dan Dinophyceae (1 genus). Dari kelima kelas (23 genus) yang dijumpai, ternyata perairan Setu Babakan didominasi oleh genus Choroococcus sp (kelas Cyanophyceae) sebesar 302.125 sel/l. Indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) dapat menunjukkan keanekaragaman komunitas fitoplankton di perairan Setu Babakan. Nilai indeks H’ untuk komunitas fitoplankton di Setu Babakan adalah 1,6349. Hasil analisis keragaman (H’)
39 fitoplankton memperlihatkan bahwa kondisi perairan termasuk stabil moderat. Menurut Stirn (1981) apabila H’ < 1, maka komunitas biota dinyatakan tidak stabil, apabila H’ berkisar 1-3 maka stabilitas komunitas biota tersebut adalah moderat (sedang) dan apabila H’ > 3 berarti stabilitas komunitas biota berada dalam kondsi prima (stabil). Semakin besar nilai H’ menunjukkan semakin beragamnya kehidupan di perairan tersebut, kondisi ini merupakan tempat hidup yang lebih baik. Menurut Prihantini et al. (2008) Nilai H’>1 pada fitoplankton berdasarkan kriteria limnologis menunjukkan ciri-ciri kondisi perairan yang tergolong sedang, yaitu didominasi oleh kelas Cyanophyceae. Perairan yang termasuk golongan sedang umumnya mendapat masukkan bahan organik yang berasal dari pencemaran oleh limbah penduduk atau sebab alami, seperti pengayaan nutrien akibat pencucian mineral tanah oleh air hujan. Ciri-ciri kondisi tersebut berlaku untuk Setu Babakan yang didominasi oleh Chroococcus sp (Cyanophyceae). Setu Babakan termasuk perairan yang eutrofik sesuai pernyataan Wetzel (1975) in Sari (2009), bahwa danau eutrofik memiliki struktur komunitas fitoplankton didominasi oleh kelas Chlorophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae dan Bacillariophyceae. Sedangkan pada danau oligotrofik memiliki struktur komunitas fitoplankton yang didominasi oleh kelas Cyrisophyceae, Cryptophyceae, Dinophyceae dan Bacillariophyceae. Berbeda halnya dengan fitoplankton, jumlah kelas pada zooplankton yang dijumpai di Setu Babakan lebih sedikit sedikit, yaitu terdiri dari tiga kelas (5 genus). Kelimpahan zooplankton berkisar antara 2.125-27.875 sel/l. Jenis zooplankton yang dijumpai di perairan Setu Babakan didominasi oleh genus Nauplius sp (kelas Crustacea) dengan kelimpahan 27.875 sel/l. Rataan indeks diversitas zooplankton berdasarkan indeks Shannon-Wienner pada perairan Setu Babakan memiliki nilai H’>1, yaitu sebesar 1,1667 sebagai indikator bahwa stabilitas komunitas di stasiun tersebut adalah moderat atau sedang. Kondisi komunitas yang moderat (sedang) adalah kondisi komunitas yang mudah berubah hanya dengan terjadinya pengaruh lingkungan yang relatif kecil (Stirn 1981). Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton di perairan Setu Babakan dapat dilihat pada Lampiran 11. Ketersediaan fitoplankton di Setu Babakan yang berlimpah, diharapkan pengelola dapat menebarkan jenis-jenis ikan pemakan plankton (plankton feeder).
40 Dengan memanfaatkan pakan alami tersebut, maka pengelola tidak memerlukan pemberian pakan khusus yang dapat meningkatkan biaya produksi. Selain itu, jika tidak menggunakan pakan buatan maka dapat mengurangi laju pendangkalan akibat sisa-sisa pakan yang terakumulasi di dasar. 4.2.2.2. Tumbuhan air dan ikan di Setu Babakan Tumbuhan air memiliki beberapa berfungsi yaitu untuk menyaring partikelpartikel yang terdapat di air oleh akarnya sehingga membuat air menjadi jernih, tumbuhan air juga memiliki nilai estetika dan nilai ekonomis, dan jika dalam jumlah yang besar maka tumbuhan air juga bisa menjadi gulma pada perairan situ. Keberadaan ikan di dalam perairan juga memiliki peran penting dalam ekosistem situ, yaitu sebagai bagian dari rantai makanan dan memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat. Di Setu Babakan dijumpai dua jenis tumbuhan air yaitu teratai (Nymphaea sp.) dan eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang menutupi perairan sangat sedikit sekali jika dibandingkan dengan luas perairan Setu Babakan. Teratai adalah salah satu tanaman air yang memiliki nilai estetika, selain bentuknya menawan juga memiliki kemampuan menetralisir limbah. Demikian juga dengan eceng gondok yang selama ini lebih dikenal sebagai tanaman gulma, padahal sebenarnya eceng gondok memiliki kemampuan menyerap logam berat. Eceng gondok dapat tumbuh dengan cepat pada danau maupun waduk sehingga dalam waktu yang singkat dapat mengurangi oksigen perairan, mengurangi fitoplankton dan zooplankton serta menyerap air sehingga terjadi proses pendangkalan. Menurut Masifwa et al. (2001) Perairan yang tertutup lapisan eceng gondok, kandungan oksigennya sangat rendah dan mendekati nol meskipun di permukaan. Eceng gondok dapat mentolerir perubahan yang ektrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium. Setu Babakan merupakan habitat yang baik bagi berbagai jenis ikan. Ikanikan yang terdapat di Setu Babakan antara lain ikan patin (Pangasius sp.), nilem (Osteochilus hasselti), mas (Cyprinus carpio) tawes (Puntius javanicus), benteur
41 (Puntius binotatus), sepat rawa (Tricogaster tricopterus), nila (Oreocromis niloticus), gabus (Channa striata), mujair (Oreochromis mossambicus) dan ikan lele (Clarias batracus). Dari hasil wawancara keberadaan ikan-ikan native di Setu Babakan hanya tinggal sepat rawa, nilem dan benteur yang kelimpahannya relatif lebih sedikit dibandingkan ikan-ikan hasil intoduksi. Hal ini diduga selain karena tekanan ekologis yang tinggi pada perairan sehingga dari ketersediaan makanan, tempat memijah dan kondisi perairan yang tidak mendukung sebagai habitat ikanikan native tersebut, selain itu keberadaan ikan-ikan introduksi dan adanya ikan-ikan predator juga mempengaruhi keberadaan ikan-ikan native tersebut di perairan (Hobson 1974). Ikan-ikan yang ada di Setu Babakan tidak ada yang dibudidayakan karena tidak diperbolehkan lagi oleh tim pengelola untuk dipasang karamba. Pemda DKI Jakarta hanya memberikan bibit ikan untuk menjamin ketersediaan stok ikan di perairan Setu Babakan dan tim pengelola masih memperbolehkan masyarakat sekitar untuk menjala dan memancing. Dengan perairan yang masih memiliki beranekaragam jenis ikan yang bernilai ekonomis dan kelimpahan ikan yang masih terjamin ketersediaannya maka sangat potential untuk dikembangkannya wisata memancing di kawasan Setu Babakan. 4.2.2.3. Vegetasi di sekitar Setu Babakan Salah satu elemen pembentuk karakter lanskap kawasan Setu Babakan adalah vegetasi, baik yang berada di pekarangan, kebun campuran maupun ruang terbuka hijau lainnya. Dalam hal ini, kawasan yang dijadikan Perkampungan Budaya Betawi ini lebih cenderung kearah lanskap Betawi yang umumnya diidentikan dengan keberadaan tanaman buah-buahan baik di pekarangan rumah penduduk ataupun sempadan situ. Selain sebagai penghijauan tanaman ini berfungsi sebagai peneduh ataupun estetis. Pada tahun 2002 Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta memberikan bantuan 1000 bibit buah-buahan untuk penghijauan produktif pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan situ. Vegetasi yang ada sebagai batas situ dan berjark 12-50 meter dari situ antara lain andong (Cordilyn frucosa linn), jarak (Jatropha multifida), melinjo (Gnetum gnemon), pinus (Pinus merkusii), kelapa (Cocos nucifera), nangka (Anthocarpus heterophilus), mengkudu (Morinda citrifolia), meranti (Shorea pinanga), karet
42 (Ficus elastic), aren (Arenga pinnata), kecapi (Sandoricum loetjape), rambutan (Nephelium lappaceum) dan berbagai tanaman buah lainnya (Lampiran 12). Keberadaan vegetasi yang sengaja ditanam di pinggir Setu Babakan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya longsor dan mencegah aliran permukaan yang berlebihan akibat air hujan, selain itu keberadaan vegetasi di Setu Babakan juga sebagai kawasan yang diperuntukan Pemerintah sebagai ruang terbuka hijau yang ada di DKI Jakarta. Menurut Goldyn et al. (2008) kebradaan vegetasi di sekitar danau selain sebagai peneduh juga sebagai sabuk hijau kawasan yang dapat mencegah hingga 50% terjadinya pengikisan tanah. Sebagai sebuah lanskap budaya, vegetasi yang ada umumnya merupakan tanaman budidaya, baik jenis lokal maupun introduksi. Introduksi tanaman tersebut merupakan salah satu upaya penduduk setempat untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil yang diperoleh. Setu Babakan juga ditetapkan menjadi daerah wisata agro oleh pemerintah DKI Jakarta. 4.2.2.4. Potensi Setu Babakan bagi kegiatan ekowisata a. Potensi sumberdaya alam Setu Babakan dengan luas area 20 hektar, dan berada di kawasan yang ditetapkan pemerintah sebagai kawasan cagar budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata. Potensi sumberdaya alam Setu Babakan meliputu keindahan alamnya, vegetasi yang ada, jenis ikan yang hidup di dalamnya, kondisi perairannya, serta kualitas airnya. Warna perairan yang kehijauan memberi kesan nyaman dan tenang bagi setiap wisatawan yang memandangnya. Parameter fisika, kimia dan biologi yang dimiliki Setu Babakan dapat dimanfaatkan sebagai potensi wisata. Kualitas air yang tergolong baik menjadi salah satu faktor penting bagi kehidupan organisme perairan. Suhu yang optimal merupakan salah satu syarat pertumbuhan ikan yang baik disamping kondisi lingkungan lainnya dan ketersediaan makanan di perairan. Kegiatan memancing dapat menjadi menyenangkan apabila ikan di perairan juga banyak sehingga sangat potensial sebagai kawasan wisata air. Salah satu jenis tanaman air yang terdapat di Setu Babakan adalah eceng gondok. Eceng gondok dapat menjernihkan perairan meskipun jika jumlahnya tidak
43 terkendali bisa menjadi gulma. Tanaman air teratai juga memiliki nilai estetika yang tinggi, bentuknya yang indah menjadikan pemandangan di tengah situ menjadi menarik. Beragamnya vegetasi di Setu Babakan menjadikan kawasan ini terasa sejuk dan indah. Vegetasi-vegetasi yang didominasi oleh tanaman buah seperti belimbing (Averhoa bilimba L), duku condet (Lansium domesticum Var. condet), durian sitokong (Durio zibetinus Murr.Var. Sitokong), menteng (Baccauria rasemosa), matoa (Pometia pinnata) dan vegetasi-vegetasi yang lainnya. Adanya vegetasivegetasi tersebut membentuk karakter lanskap yang bernuansa Betawi selain sebagai kawasan yang ditetapkan pemerintah DKI Jakarta sebagai kawasan hijau dan resapan air juga sebagai wisata agro (Bappeda DKI Jakarta 2000). b. Potensi budaya Setu Babakan yang terletak di Selatan Jakarta, lebih tepatnya berlokasi di wilayah Kelurahan srengseng sawah, Kecamatan Jagakarsa Jakarta selatan ini, menyimpan satu objek wisata budaya yang sangat menarik berupa Perkampungan Budaya Betawi, dan oleh pemerintah DKI Jakarta dijadikan Cagar Budaya Betawi yang menyimpan keistimewaan khususnya bagi warga Jakarta untuk melihat dari dekat berbagai kesenian dan budaya betawi yang ada hingga saat ini. Cagar budaya sendiri memiliki pengertian suatu kegiatan untuk menjaga atau melakukan konservasi terhadap benda-benda alam atau buatan manusia yang dianggap memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan (UU No.5 Tahun 1992). Seperti suku-suku lainnya di Tanah Air, seni dan budaya merupakan warisan leluhur mereka yang diturunkan bagi generasi selanjutnya untuk dilestarikan, begitu pula dengan Suku Batawi atau lebih dikenal sebagai orang Jakarte ini, juga tidak ketinggalan ikut serta dalam melestarikan budaya mereka khusunya di tanah kelahirannya. Orang Betawi merupakan penduduk asli di Kota Jakarta, dan dari sudut pandang keberadaanya memang sedikit berbeda dengan suku-suku lainnya, perbedaan yang paling mencolok adalah mereka berada di kawasan Ibu Kota Jakarta dimana beragam orang dari berbagai suku dan latar belakang pendidikan yang berbeda mendiami Kota Jakarta. wajarlah Kota Jakarta tidak hanya dimilki oleh Budaya Betawi saja, namun masih banyak budaya para pendatang yang ikut menyemarakkan Ibu Kota.
44 Bangunan khas Betawi yang unik dapat kita lihat dikawasan ini (Gambar 4), malah rencananya akan dibangun sebanyak 300 rumah di Perkampungan Setu Babakan yang bernuansa Betawi dan saat ini sudah ada 75 bangunan di tanah seluas 200 hektar peruntukan berupa bangunan yang menunjukkan nuansa dan ciri khas Betawi. Selain itu bagi pengunjung dapat menikmati sajian tarian dan kesenian melalui sebuah panggung yang memperagakan berbagai kesenian khas betawi yang biasanya dilaksanakan pada hari libur oleh penari-penari cilik dikawasan konservasi budaya betawi ini antara lain kesenian tari, musik tanjidor, ondel-ondel, lenong, gambang kromong dan tentunya salah satunya adalah pencak silat seni, atau Tari Betawi yang sepenuhnya merupakan aneka gerak pencak silat disebut tari silat.
Gambar 4. Rumah adat Betawi
4.3. Keadaan Sosial dan Ekonomi Penduduk di Kelurahan Serengseng Sawah 4.3.1. Jumlah dan umur penduduk Berdasarkan data statistik, jumlah penduduk Kelurahan Serengseng Sawah pada bulan Juni 2009 adalah 51.931 jiwa yang terdiri dari 26.946 laki-laki dan 24.945 perempuan (Tabel 6). Sebesar 66,49% dari total penduduk tersebut berada dalam kategori berusia produktif (15-60 tahun), sedangkan sisanya sebesar 33,51% adalah non produktif (0-14 tahun dan >60 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa beban tanggungan usia produktif terhadap non produktif relatif tidak terlalu berat. Usia masyarakat yang produktif dan tidak produktif tersebut adalah kategori yang pada umumnya digunakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
45 Hal demikian juga menunjukkan bahwa jumlah penduduk berusia produktif yang tinggal di Kelurahan Serengseng Sawah berpotensi untuk dimanfaatkan baik ilmu, tenaga dan pikirannya untuk mengembangkan kawasan Setu Babakan. Rasio jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan lebih dari satu, hal ini menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Tabel 6. Jumlah dan sebaran umur penduduk Kelurahan Serengseng Sawah No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Umur (tahun) 0- 4 5–9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75 ke atas Jumlah Ratio
Laki-laki (jiwa)
Perempuan (jiwa)
2.259 1.893 1.906 3.055 2.454 2.539 2.290 2.260 1.640 1.441 1.280 1.118 892 814 587 518 26.946 1,08
2.217 1.756 1.792 2.642 2.328 2.439 1.968 1.889 1.583 1.299 1.272 1.036 909 755 551 549 24.985
Jumlah (jiwa) 4.476 3.649 3.698 5.697 4.782 4.978 4.258 4.149 3.223 2.740 2.552 2.154 1.801 1.569 1.138 1.067 51.931
Persentase (%) terhadap jumlah penduduk 8,62 7,03 7,12 10,97 9,21 9,59 8,19 7,99 6,21 5,28 4,91 4,14 3,46 3,02 2,19 2,05 100
Sumber: Kelurahan Serengseng Sawah Juni 2009
4.3.2. Mata pencaharian penduduk Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Serengseng sawah sangatlah beragam, pada umumnya adalah usia sekolah/pelajar yaitu sebesar 27,88%. Sebesar 15,06% mata pencaharian penduduk Kelurahan Serengseng Sawah adalah pegawai swasta/BUMN/BUMD. Kemudian sebesar 6,38% adalah pedagang, jumlah penduduk yang menjadi TNI/POLRI sebesar 5,62% mengingat di Kelurahan Serengseng Sawah terdapat komplek perumahan TNI/POLRI. Hanya sebagian kecil penduduk yang bekerja sebagai petani yaitu sebesar 3,82% sisanya pekerja yang bergerak di bidang jasa, pertukangan, buruh dan pemulung. Sebesar 1,54% penduduk merupakan pensiunan dari berbagai bidang pekerjaan dan 0,54% penduduk adalah pengangguran (Tabel 7).
46 Bentuk partisipasi penduduk dalam menunjang kegiatan wisata sehari-hari diantaranya adalah kegiatan perparkiran; penyediaan makanan, minuman dan barang-barang khas betawi; penyediaan dan pengelolaan pemancingan umum. Sedangkan bentuk partisipasi penduduk setempat dalam menunjang atraksi wisata adalah pembntukan dan partisipasi kelompok seni tari, teater dan musik gambang kromong setempat dalam pergelaran-pagelaran seni Betawi; serta pagelaran upacara adat masyarakat Betawi yang sering dilaksanakan di kawasan Setu Babakan. Tabel 7. Mata pencaharian penduduk Kelurahan Serengseng Sawah No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Mata pencaharian Pegawai Negeri Sipil TNI/POLRI Pegawai swasta/BUMN/BUMD Pensiunan Pedagang Petani Pertukangan Pemulung Buruh Jasa Pengangguran Usia sekolah/pelajar Balita Jumlah
Jumlah (orang) 1.065 2.919 7.821 920 3.315 1.986 458 175 1.616 457 282 14.479 2.680 51.931
Persentase (%) 2,05 5,62 15,06 1,77 6,38 3,82 0,88 0,33 3,11 0,88 0,54 27,88 0,51 100
Sumber: Kelurahan Serengseng Sawah Juni 2009
4.3.3. Pola penggunaan lahan Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana bagian Wilayah Kota (RBWK) Tahun 2005 Propinsi DKI Jakarta, wilayah selatan termasuk Kelurahan Serengseng Sawah diperuntukan sebagai daerah resapan air bagi kawasan Jakarta secara keseluruhan. Hal ini didukung dengan keberadaan potensi air tanah dan daerah hijau khususnya yang berada dikelurahan ini antara lain dengan adanya Setu Babakan, Setu Mangga Bolong, Setu Salam UI dan Setu ISTN serta Hutan Kota yang berada di kawasan Wales Barat Universitas Indonesia. Pemanfaatan tanah di Kelurahan Serengseng Sawah ditetapkan peruntukannya oleh Dinas Tata Kota Propinsi DKI. Jakarta sebagian besar digunakan untuk pemukiman penduduk, yaitu sebesar 54%, kemudian setu dan irigasi sebesar 29,08%, lahan pertanian sebesar 9,04%, jalan raya/lingkungan sebesar 4,76%, fasilitas umum sebesar 2,51%, pemakaman sebesar 0,70% dan lain-lain sebesar 0,24% (Table 8).
47 Tabel 8. Pola penggunaan lahan Kelurahan Serengseng Sawah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Peruntukan tanah Perumahan Industri Fasilitas Umum Pemakaman Jalan Raya/Lingkungan Pertanian Setu/Irigasi Lain-lain Jumlah
Luas ( Ha ) 366,10 0,00 17,00 4,76 28,00 61,00 196,21 1,63 674,70
Persentase (%) 54,26 0,00 2,51 0,70 4,15 9,04 29,08 0,24 100,00
Sumber: Kelurahan Serengseng Sawah Juni 2009
Peningkatan jumlah penduduk di sekitar Setu Babakan secara langsung akan meningkatkan kebutuhan terhadap lahan, baik untuk permukiman, pertanian, sarana dan prasarana lainnya dalam menunjang kehidupan. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan tekanan terhadap perairan Setu Babakan sehingga masukan limbah akan menyebabkan kualitas perairan menurun dan perairan danau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. 4.4. Kesesuaian Wisata di Setu Babakan 4.4.1. Kunjungan wisatawan ke kawasan perkampungan budaya Betawi Setu Babakan Diresmikannya Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso sesuai dengan SK Gubernur No.92 Tahun 2000 pada 20 Januari 2000, menjadikan kawasan ini sebagai kawasan wisata. Selain wisata air, masih ada lagi wisata budaya seperti pagelaran beberapa kesenian Betawi seperti seni tari, musik, teater tradisional. Seperti halnya Qasidah, Marawis, Keroncong, Gambang Kromong, Lenong dan Gambus. Dan tak ketinggalan tari Topeng dan Ondel-ondel pun turut ditampilkan dengan ceria, juga sanggar budaya yang melatih anak-anak agar tetap mengenal dan melestarikan budaya Betawi. Visi Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi adalah terwujudnya kebudayaan dan pariwisata yang maju, dinamis, dan berwawasan lingkungan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada umumnya dan masyarakat dilokasi pengembangan pada khususnya. Adapun misi pengembangan Perkampungan Budaya Betawi yaitu mendapatkan bentuk dan pola pembinaan, pengembangan serta pelestarian seni dan budaya Betawi; mendukung pelaksanaan Rencana Tata Ruang Umum wilayah Jakarta Selatan.
48 Wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini meliputi wisatawan lokal dan wisatawan asing. Selain itu wisatawan pun datang dari mulai berbagai kalangan dari mulai pelajar, mahasiswa, LSM, lembaga pemerintah dan juga masyarakat umum (Tabel 9).
Jumlah wisatawan pun cendrung meningkat tiap tahunnya, dengan
pengunjung paling banyak ada di tahun 2007 dengan jumlah 134.575 wisatawan. Tabel 9. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Tahun : 2004-2008 No
Tahun
Mahasiswa dan Pelajar
1. 2. 3. 4. 5.
2004 2005 2006 2007 2008
4.000 6.643 10.939 12.727 11.175
Lokal LSM, Lembaga Pemerintah 8.583 1.109 11.642 15.167 10.577
Masyarakat umum
Mahasiswa dan Pelajar
38.833 81.964 75.901 106.610 111.736
8 20 15 79
Asing LSM, Lembaga Pemerintah 12 25 10 49
Masyaraka t umum
Jumlah
179 186 56 40
51.919 98.834 98.713 134.575 133.656
Sumber : Pengelola kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 2009
Kawasan Setu Babakan biasanya ramai dikunjungi pada hari sabtu dan minggu atau hari libur nasional, karena biasanya digelar pementasan kesenian Betawi di atas panggung terbuka. Pada tahun 2009 hingga bulan Juli jumlah wisatawan terbanyak ada pada bulan Januari di hari minggu yaitu dengan jumlah 4.007 wisatawan (Tabel 10), dengan demikian rata-rata pengunjung di hari minggu pada bulan Januari mencapai 1.002 wisatawan. Tabel 10. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan setiap Hari/Bulan pada Januari-Juli Tahun : 2009 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Jumlah
Senin 175 225 167 120 175 403 575 1.840
Selasa 455 475 617 477 478 815 412 3.729
Hari kunjungan Rabu Kamis 514 3.474 852 447 866 652 700 585 1.011 620 588 673 1.673 1.966 6.209 8.417
Jumat 1.236 483 1.113 703 784 631 936 5.886
Sabtu 1.279 1.251 954 1.730 1.949 1.449 2.044 10.56
Minggu 4.007 1.412 2.739 2.786 2.591 4.037 3.259 21.827
Jumlah 11.140 5.140 7.108 7.101 7.608 8.596 10.885 58.583
Sumber : Pengelola kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 2009
Daya dukung kawasan pada kawasan Setu Babakan adalah jumlah maksimum wisatawan yang secara fisik dapat ditampung di setiap lokasi sesuai peruntukannya dalam satu hari agar tidak menimbulkan kerusakan alam dan wisatawan dapat bergerak bebas serta tidak merasa terganggu oleh keberadaan wisatawan lain di lokasi tersebut (Yulianda 2007). Untuk mengantisipasi wisatawan
49 yang melebihi daya dukung maka perlu adanya pembatasan terhadap fasilitas wisata yang ada dikawasan dengan menyesuaikan jumlah fasilitas seperti sepeda air, perahu kayu, tempat duduk santai dan lahan memancing dengan jumlah maksimum wisatawan yang dapat ditampung di kawasan Setu Babakan. 4.4.2. Analisis kesesuaian wisata Kegiatan wisata air yang sudah ada di kawasan Setu Babakan baru sepeda air, duduk santai dan memancing. Sepeda air yang ada di kawasan Setu Babakan jumlahnya masih sedikit dibandingkan luas area lokasi yang di peruntukan untuk kegiatan wisata ini. Fasilitas duduk santai yang sudah ada umumnya baik hanya saja masih belum tersebar secara merata, sedangkan kegiatan duduk santai dan memancing di Setu Babakan masih belum dikelola oleh tim pengelola kawasan Perkampungan Budaya Betawi, sehingga wisatawan bebas memancing diberbagai lokasi. Kawasan Setu Babakan juga sering dipergunakan oleh anggota TNI dan mahasiswa untuk berlatih dayung atau perahu kano tiap minggunya di hari kerja dan sudah mendapatkan izin khusus oleh tim pengelola. Analisis kesesuaian wisata dilakukan pada masing-masing kegiatan yang akan dikembangkan di delapan lokasi dalam kawasan Setu Babakan. Adapun kegiatan yang akan dikembangkan adalah bersepeda air, berperahu kayu, memancing, duduk santai, foto dan shooting, dan flying fox; yaitu sebuah permainan tantangan individu yang diadaptasi dari pelatihan militer dan permainan ini dilakukan dengan cara meluncur dari ketinggian tertentu. Analisis kesesuaian wisata dimaksudkan untuk menilai kelayakan atau kesesuaian wisata yang akan dikembangkan dari ke delapan lokasi di kawasan Setu Babakan. Penentuan
lokasi
didasarkan
kepada
perbedaan
karakteristik
yang
dimilikinya. Peta dan foto lokasi penelitian kesesuaian wisata di Setu Babakan dapat dilihat pada Lampiran 13. Hasil analisis kesesuaian wisata dikelompokkan ke dalam empat kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, sesuai bersyarat dan tidak sesuai. Indeks kesesuaian wisata di kawasan Setu Babakan dapat dilihat pada Lampiran 14. Lokasi satu sangat sesuai untuk dilakukan kegiatan memancing dengan IKW sebesar 90,91%. Hal ini disebabkan karena masing-masing parameter yang berpengaruh terhadap kegiatan memancing di lokasi satu sangat mendukung kegiatan tersebut. Parameter-parameter yang berpengaruh terhadap kegiatan
50 memancing adalah kelimpahan dan jumlah jenis ikan serta kedalaman perairan. Lokasi yang sangat sesuai untuk kegiatan memancing adalah lokasi yang memiliki kelimpahan ikan dalam kategori banyak, jumlah jenis ikan ≥4 dan kedalaman perairan antara 2-6 meter. Pada lokasi satu terdapat lebih dari empat jenis ikan, kelimpahan ikan tergolong banyak dan kedalaman perairan antara 0,3 s/d <2 meter. Lokasi 1 juga sesuai dengan kegiatan berperahu kayu dan sepeda air. Dengan kedalaman antara 0,3-2 meter, kecepatan arus antara 0-0,15 m/s, tidak berbau, jenis vegetasi yang hidup di tepi Setu Babakan diantaranya adalah tanaman buah, kelapa dan meranti serta warna perairan hijau kecoklatan, sehingga kegiatan berperahu kayu dan bersepeda air di lokasi satu termasuk dalam kategori sesuai dengan IKW sebesar 77,78%. Begitu juga dengan lokasi dua dan lokasi tiga, kegiatan yang sangat sesuai dilakukan adalah bersepeda air dan berperahu kayu serta kegiatan yang termasuk dalam kategori sesuai adalah memancing. Hal ini dapat dilihat dari IKW di lokasi dua untuk kegiatan-kegiatan tersebut berturut-turut adalah 86,67%, 86,67% dan 75,76%, sedangkan di lokasi tiga memiliki IKW 86,67%, 86,67% dan 60,61%. Kegiatan bersepeda air dan berperahu kayu sama-sama termasuk dalam kategori sangat sesuai dilakukan di lokasi dua dan lokasi tiga. Namun kegiatan berperahu kayu membutuhkan ruang untuk bergerak lebih besar dibandingkan dengan bersepeda air. Berdasarkan data, luas lokasi dua sebesar 61.800 meter dan lokasi tiga sebesar 65.400 meter. Oleh karena itu lokasi tiga diprioritaskan untuk kegiatan berperahu kayu sedangkan kegiatan bersepeda air dapat dilakukan di lokasi dua. Pada lokasi empat, kegiatan duduk santai termsuk kategori sangat sesuai dengan IKW sebesar 94,74% dan kegiatan foto dan shooting masuk kedalam kategori sesuai dengan IKW sebesar 72,22%. Hal ini disebabkan oleh parameterparameter yang terdapat di lokasi empat sangat mendukung untuk diadakannya kedua kegiatan tersebut. Parameter-parameter yang digunakan untuk menganalisis kesesuaian wisata duduk santai adalah lebar tepi situ, pemandangan, vegetasi yang hidup di tepi situ, hamparan dataran dan biota berbahaya. Parameter yang digunakan dalam menganalisis kesesuaian wisata kereta keliling adalah lebar tepi. Berdasarkan pengamatan, lokasi empat memiliki lebar dari tepi air ≥8 m dengan hamparan dataran berupa rumput/tanah liat yang ditumbuhi oleh pohon kelapa, akasia dan
51 meranti, terdapat satu serta terdapat dua jenis pemandangan yang dapat dilihat yaitu situ, sungai dan hutan. Namun, karena letaknya yang tepat di tepi Setu Babakan dan agar wisatawan tidak terganggu untuk duduk santai dan memandang Setu Babakan, maka lokasi empat lebih sesuai untuk dijadikan kawasan duduk santai daripada foto dan shooting. Kegiatan flying fox di lokasi empat termasuk dalam kategori sesuai bersyarat yaitu sebesar 33,33%. Hal ini disebabkan oleh pemandangan yang dapat dilihat dari lokasi empat kurang bervariasi. Pemandangan yang dapat dilihat dari atas tebing flying fox di lokasi empat hanya Setu Babakan sehingga skornya satu untuk kesesuaian wisata flying fox. Kegiatan foto dan shooting sesuai untuk dilakukan di lokasi lima sedangkan kegiatan flying fox termasuk dalam kategori sesuai bersyarat. Lokasi lima juga sangat sesuai dilakukan kegiatan duduk santai. Kesesuaian wisata foto dan shooting di kawasan Setu Babakan dihasilkan dari analisis terhadap parameter-parameter seperti pemandangan, vegetasi yang hidup di tepi, dan fauna yang berada di sekitar kawasan. Lebar lokasi lima ≥ 25 meter, vegetasi yang hidup adalah kelapa, akasia dan meranti, terdapat satu jenis fauna yaitu burung. Kawasan duduk santai telah dialokasikan di lokasi empat, sehingga lokasi lima diprioritaskan untuk kegiatan foto dan shooting. Nilai kesesuaian wisata di lokasi lima untuk kegiatan duduk santai, foto dan shooting, dan flying fox berturut-turut adalah 91,23%; 91,67%; dan 66,67%. Pada lokasi enam, kegiatan foto dan shooting dan flying fox termasuk dalam kategori sesuai bersyarat yaitu sebesar 47,22% dan 33,33%. Hal ini disebabkan oleh karakteristik lokasi enam yang kurang mendukung untuk dikembangkan kegiatan tersebut. Pemandangan yang terlihat hanya kawasan perairan Setu Babakan saja, selain itu medan untuk membangun arena flyng fox juga tidak mendukung. Adapun kegiatan yang sangat sesuai dilakukan di lokasi enam antara lain adalah duduk santai dengan nilai IKW sebesar 85,96%. Kegiatan flying fox termasuk dalam kategori sangat sesuai untuk dilakukan di lokasi tujuh dengan nilai IKW sebesar 100%. Kesesuaian wisata untuk flying fox dihasilkan dari analisis terhadap parameter pemandangan. Pemandangan yang dapat dilihat dari lokasi delapan sangat beragam yaitu hutan, situ dan sawah sehingga membuat kegiatan flying fox menjadi lebih menarik. Kegiatan duduk santai juga
52 termasuk kedalam kategorisangat sesuai dengan IKW sebesar 85,96%. Sedangkan untuk kegiatan foto dan shooting termasuk dalam kategori sesuai dengan IKW sebesar 72,22%. Kegiatan duduk santai telah dialokasikan pada lokasi empat dan enam, sedangkan foto dan shooting juga telah dialokasikan pada lokasi lima. Oleh karena itu, lokasi tujuh diprioritaskan untuk kegiatan flying fox. Lokasi delapan sesuai untuk dilakukan kegiatan duduk santai dengan IKW sebesar 63,16%, sedangkan foto dan shooting serta flying fox secara berturut-2 memiliki IKW sebesar 33,33%. Kesesuain wisata pada lokasi 8 hanya sesuai untuk kegiatan duduk santai sedangkan foto dan shooting serta flying fox memiliki kesesuaian wisata yang sesuai bersyarat. Sehingga Lokasi delapan diprioritaskan untuk kegiatan duduk sanatai. Kategori kesesuaian wisata untuk masing-masing lokasi dapat dilihat pada Lampiran 15. Peta kesesuaian wisata memancing, sepeda air, perahu kayu, duduk santai, foto dan shooting serta flying fox berturut-turut dapat dilihat pada Lampiran 16, 17, 18, 19, 20 dan 21. Berdasarkan analisis kesesuaian wisata tersebut diperoleh delapan kegiatan wisata yang dapat direkomendasikan untuk dikembangkan di kawasan Setu Babakan, yaitu: 1. Kegiatan memancing di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi satu yang memiliki luas 71.600 m2. 2. Kegiatan sepeda air di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi dua yang memiliki luas 62.600 m2. 3. Kegiatan berperahu kayu di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi tiga yang memiliki luas 65.800 m2. 4. Kegiatan duduk santai di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi empat yang memiliki luas 788,73 m2. 5. Kegiatan foto dan shooting di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi lima yang memiliki luas 2.437 m2. 6. Kegiatan flying fox di Setu Babakan dapat dilakukan di bagian lokasi tujuh. Hasil perhitungan indeks kesesuaian wisata di Setu Babakan dapat dilihat pada Tabel 11 dan peta kesesuaian wisatanya dapat dilihat pada Gambar 5.
53
Gambar 5. Peta kesesuaian wisata di Setu babakan
53
53
54 Tabel 11. Kesesuaian wisata Setu babakan Lokasi
Skor Kesesuaian (%) Duduk Memancing Santai 90,91 75,76 60,61 94,74
1 2 3 4
Sepeda Air 77,78 86,67 86,67 -
Perahu Kayu 77,78 86,67 86,67 -
5
-
-
-
6 7 8
-
-
-
Foto dan Shooting 80,56
Flyng fox 33,33
91,23
91,67
66,66
85,96 85,96 63,16
47,22 72,22 33,33
33,33 100,00 33,33
Kategori yang dipilih
Tingkat kategori
Memancing Sepeda air Perahu kayu Duduk santai Foto dan Shooting Duduk santai Flying fox Duduk santai
SS SS SS SS SS SS SS S
4.5. Daya Dukung Kawasan Daya dukung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan kawasan untuk menerima sejumlah wisatawan dengan intensitas penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam yang berlangsung secara terus-menerus dalam satu hari tanpa merusak lingkungan (Yulianda 2007). Analisis daya dukung kawasan di Setu Babakan diperlukan agar kegiatan wisata yang akan dikembangkan dapat terus berkelanjutan. Daya dukung setiap kawasan berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya dan terkait dengan jenis kegiatan wisata yang akan dikembangkan. Kegiatan memancing dapat dilakukan di lokasi satu yang luasnya 71.600 m2. Lokasi satu terletak di daerah inlet dan jauh dari keramaian kegiatan wisata seperti perahu kayu dan sepeda air, sehingga wisatawan dapat merasa nyaman untuk memancing. Wisatawan membutuhkan lokasi agar dapat bergerak bebas untuk memancing dan tidak merasa terganggu oleh pemancing lainnya seluas 240 m2. Waktu yang disediakan oleh pengelola untuk wisatawan yang memancing adalah 8 jam/hari, namun maksimum wisatawan memancing selama enam jam. Dari uraian di atas, maka daya dukung kawasan untuk memancing di lokasi tersebut adalah 398 orang/hari. Wisatawan dapat memancing di saung-saung ataupun hanya di atas rangkaian bambu yang memanjang di sekeliling lokasi dua. Kegiatan bersepeda air dilakukan di lokasi dua dengan luas 62.600 m2. Satu sepeda air digunakan oleh dua orang selama setengah jam. Lokasi yang dibutuhkan untuk bersepeda air agar dapat bergerak bebas selama setengah jam sebesar 15.000 m2. Adapun waktu yang disediakan oleh pengelola untuk wisatawan adalah 8
54
55 jam/hari. Oleh karena itu, daya dukung kawasan untuk bersepeda air di Setu Babakan sekitar 134 orang/hari. Berperahu kayu dilakukan di lokasi tiga yang terletak tepat di sebelah lokasi dua sampai daerah outlet situ. Biasanya wisatawan berperahu kayu selama 0,75 jam. Waktu yang disediakan oleh pengelola bagi wisatawan untuk berperahu kayu adalah 8 jam/hari. Luas lokasi dua yaitu 65.800 m2, sedangkan luas lokasi yang dibutuhkan satu perahu kayu agar dapat bergerak bebas mengelilingi Setu Babakan selama 0,75 jam tanpa terganggu oleh perahu kayu lainnya adalah 20.000 m2. Kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh 6 orang/perahu kayu sehingga jumlah wisatawan maksimum yang dapat ditampung oleh lokasi dua untuk berperahu kayu adalah 211 orang/hari. Kegiatan duduk santai yang diprioritaskan untuk loksai empat, lokasi enam dan lokasi delapan memiliki daya tampung sebesar 263 orang/hari. Luas seluruh lokasi empat, enam dan delapan adalah 788.73 m2. Lokasi tersebut terletak di sepanjang tepi Setu Babakan dan di bawah pohon-pohon yang berada di kawasan penghijauan dan merupakan lanskap dari Setu Babakan yang bernuansa Betawi, sehingga wisatawan dapat duduk sambil menikmati pemandangan alam dengan nyaman. Satu tempat duduk dapat menampung dua orang. Luas lokasi agar wisatawan dapat duduk dengan nyaman tanpa terganggu oleh wisatawan lainnya adalah 16 m2. Wisatawan duduk santai maksimum selama tiga jam. Adapun waktu yang disediakan pengelola bagi wisatawan yang duduk santai adalah 8 jam/hari. Wisatawan dapat duduk santai di atas tikar, di tempat duduk yang terbuat dari bambu atau di saung-saung. Kegiatan foto dan shooting dapat dilakukan di lokasi lima dengan luas 2.437,5 m2. Kegiatan ini hanya dapat dilakukan oleh 1 orang. Lokasi yang dibutuhkan agar wisatawan dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh keberadaan wisatawan lainnya adalah 250 m2. Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk menyelesaikan kegiatan foto dan shooting adalah delapan jam, sama dengan waktu yang disediakan pengelola. Oleh karena itu, daya dukung kawasan yang digunakan untuk kegiatan foto dan shooting ini adalah 10 orang/hari. Kegiatan flying fox di Setu Babakan dapat dilakukan oleh 32 orang/hari. Untuk mendukung kegiatan flying fox diperlukan satu buah tebing yang dibuat di bagian lokasi tujuh. Tebing terbuat dari besi atau kayu yang kokoh dengan tinggi
56 minimal tiga meter dan dilengkapi tangga. Wisatawan meluncur di atas Setu Babakan dari atas tebing tersebut sampai daratan yang terletak di lokasi foto dan shooting. Satu orang membutuhkan waktu untuk meluncur selama 0,25 jam. Waktu yang disediakan pengelola untuk wisatawan adalah 8 jam/hari. Tabel 12. Daya dukung kawasan Setu Babakan
No
Lokasi
1. 2. 3. 4.
1 2 3 4,6 dan 8
5. 6.
5 7
Jenis Kegiatan wisata
Potensi ekologis pengunjung (orang) (K)
Unit area (m²/m) (Lt)
Luas area yang dapat dimanfaatkan (m²/m) (Lp)
Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung (jam) (Wp)
Memancing Sepeda air Perahu kayu
1 2 6
240 15.000 20.000
71600 62600 65800
6 0,5 0,75
Waktu yang disediakan oleh pengelola (jam/hari) (Wt 8 8 8
Duduk santai
2
16
788.73
3
8
263
1
250
2437.5
8
8
10
-
0,25
8
32 1.047
Foto dan shooting Flyng fox
1
Total DDK
Daya dukung kawasan (Orang/hari) (DDK) 398 134 211
Pada tabel 12 dapat diketahui bahwa total wisatawan yang dapat ditampung di kawasan Setu Babakan sebanyak 1.047 orang/hari, tetapi harus menyebar dalam kisaran waktu selama 8 jam/hari atau tidak terakumulasi pada jam-jam kunjungan yang sama (karena akan menimbulkan kesan over crawded). Kunjungan wisatawan pada tahun 2007 dan 2008 rata-rata mencapai lebih dari 130.000 orang. Jumlah wisatawan terbanyak terdapat pada hari minggu bulan Januari 2009 dengan jumlah 4.007 wisatawan, atau rata-rata 1.002 wisatawan. Jumlah tersebut memang masih di bawah nilai DDK, tetapi melihat jumlah wisatawan yang tiap tahunnya cenderung meningkat maka perlu adanya kebijakan pengelola kawasan yang memperhatikan daya dukung seperti menutup pintu masuk kawasan ketika wisatawan sudah dalam jumlah yang maksimum dan juga pembatasan fasilitas di masing-masing lokasi wisata sesuai dengan daya dukung kawasan. Peta daya dukung kawasan Setu Babakan dapat dilihat pada Lampiran 23. Lokasi parkir di Setu Babakan diperluas dengan cara melakukan penertiban warung makanan yang terletak di sekitar lokasi parkir. Selain itu tim pengelola juga bisa memaksimalkan pembangunan daerah yang belum dikelola secara maksimal seperti di bagian Selatan dari kawasan Setu Babakan. Pada bagian Selatan kawasan Setu Babakan yang masih berupa kebun dan sawah sangat berpotensi untuk
57 dikembangkannya wisataagro. Selain untuk menambah nilai ekonomis juga bermaksud agar keberadaan wisatawan lebih menyebar dan tidak terkonsentrasi. 4.6. Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial-ekonomi meliputi karakteristik masyarakat sekitar (Lampiran 23), karakteristik wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata (Lampiran 24) dan instansi-instansi yang terkait dengan pengelolaan kawasan Setu Babakan. 4.6.1. Karakteristik masyarakat sekitar Masyarakat yang diwawancara adalah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Situ Babakan. Masyarakat sekitar dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keberadaan kawasan Setu Babakan. Jumlah responden yang diambil sebanyak 30 orang dengan cakupan karakteristik masyarakat di sekitarnya yang meliputi: (a) Data pribadi masyarakat sekitar yang terdiri dari rasio jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan (b) Pengetahuan masyarakat sekitar terhadap Setu Babakan (c) Aspirasi,
persepsi
dan
preferensi
masyarakat
sekitar
terhadap
pengembangan wisata di Setu Babakan (d) Keterlibatan masyarakat sekitar dalam menjaga kelestarian Setu Babakan Karakteristik masyarakat sekitar yang disebutkan di atas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan Setu Babakan dan oleh karena itu masyarakat sekitar harus dilibatkan (baik langsung maupun tak langsung) dalam aktifitas yang berhubungan dengan kegiatan wisata. Hal ini dilakukan untuk memperkecil kesenjangan dan permasalahan yang terjadi antara masyarakat dengan pihak pengelola serta agar masyarakat dapat ikut serta dalam menjaga kelestarian Setu Babakan. 4.6.1.1. Data pribadi masyarakat sekitar Dari 30 contoh (responden masyarakat sekitar) yang diambil saat berlangsungnya penelitian, masyarakat yang ditemui di sekitar kawasan Setu Babakan terdiri dari 57% perempuan dan 43% laki-laki (Gambar 6). Hal ini terjadi karena saat penelitian berlangsung, masyarakat yang lebih banyak ditemui, lebih
58 mudah berkomunikasi, lebih mudah berinteraksi dan mengetahui Setu Babakan adalah perempuan.
Gambar 6. Komposisi jenis kelamin masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan Berdasarkan Gambar 7, dari 30 responden yang diambil, masyarakat sekitar kawasan Situ Babakan sebagian besar berumur 35-39 tahun yaitu sebesar 30% kemudian diikuti 20% berumur 25-29 tahun, 17 % untuk 20-24 tahun, 10 % untuk 30-34 tahun dan 45-49 tahun, 7% untuk 15-19 tahun, 6% 40-44 tahun, 3% ≥ 55 tahun, dan terakhir 0% untuk umur 50-54 tahun.
10% 45-49 thn 7% 15-19 thn
27% 35-39 thn
0% 50-54 thn
3% 6% >55 40-44 thn thn
10% 30-34 thn
17% 20-24 thn
20% 25-29 thn
Gambar 7. Kelompok umur masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah diikuti sesuai ijazah terakhir. Dari 30 responden yang diambil, tingkat pendidikan masyarakat sekitar tergolong tinggi karena terdapat 40% masyarakat yang merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sebesar 23% adalah lulusan Diploma (D3), 20% adalah lulusan Sarjana (S1) dan juga 3% masyarakatnya bergelar Master (S2). Sedangkan hanya sebesar 10% masyarakat merupakan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 4% merupakan lulusan Sekolah Dasar (Gambar 8). Masyarakat sekitar kawasan Setu Babakan sebagian besar merupakan lulusan SMA. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah menyadari pentingnya pendidikan untuk masa depan dan penghidupan yang lebih baik.
59
Gambar 8. Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan
Tingkat pendidikan masyarakat sekitar mencerminkan kualitas sumberdaya manusia di Setu Babakan. Tingkat pendidikan masyarakat sekitar sangat berperan dalam menentukan pengelolaan dan pengembangan kawasan Setu Babakan. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka cenderung akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman tentang konsep wisata, kelestarian, tingkat kesadaran dan pengelolaan yang tepat bagi kawasan Setu Babakan. Dari 30 responden yang diambil, masyarakat sekitar kawasan Setu Babakan mayoritas merupakan ibu rumah tangga (37%) . Sebesar 20% masyarakat kawasan wisata air Situ Babakan bekerja sebagai wiraswasta, 17% pelajar, 13% masyarakat masing-masing memiliki pekerjaan sebagai karyawan dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 10% masyarakat bekerja sebagai guru (Gambar 9).
10% guru
17% pelajar
13% PNS 20%
27% ibu rumah tangga
13% karyawan
wiraswasta
Gambar 9. Jenis pekerjaan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan
Sebesar 40% dari 30 responden masyarakat di kawasan Setu Babakan memiliki pendapatan
antara Rp.1.000.000,00-Rp.2.000.000,00 setiap bulan.
Masyarakat yang memiliki pendapatan antara Rp.500.000,00-Rp.1.000.000,00 setiap bulan sebesar 27%, kemudian sebesar 20% masyarakat memiliki pendapatan di atas
60 Rp.2.000.000,00 setiap bulan dan sebesar 13% masyarakat memiliki pendapatan dibawah Rp.500.000,00 (Gambar 10). Hal ini menunjukkan perekonomian masyarakat sekitar Setu Babakan tergolong tinggi. Adanya perbedaan jumlah pendapatan masyarakat dapat disebabkan oleh perbedaan jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan.
20% >Rp. 2 juta
40% Rp. 1 juta-2 juta
13%
27% Rp 500 ribu1 juta
Gambar 10. Tingkat pendapatan per bulan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan 4.6.1.2. Pengetahuan masyarakat sekitar terhadap Setu Babakan Responden yang diwawancara adalah responden yang mengetahui kawasan Setu Babakan sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan baik. Pengetahuan responden masyarakat sekitar terhadap Setu Babakan dapat dilihat dari jumlah responden masyarakat yang tahu adanya kawasan Setu Babakan, jumlah kunjungan dan aktifitas yang dilakukan Dari 30 responden yang ditemui, masyarakat mengakui tahu adanya kawasan Setu Babakan (Gambar 11a). Masyarakat yang baru mengunjungi kawasan Setu Babakan sebanyak 2 kali sebesar 90%, masyarakat telah mengunjungi kawasan Setu Babakan lebih dari dua kali. Dari 30 orang responden tidak ada yang menyatakan bahwa mereka belum pernah sekalipun berkunjung ke kawasan Setu babakan atau baru berkunjung satu kali (Gambar 11b). Aktifitas-aktifitas masyarakat di kawasan Setu Babakan sebagian besar adalah berekreasi (83%), berdagang (10%) dan bekerja (7%) (Gambar 11c).
61
0% tidak tahu
100% tahu a.
Komposisi masyarakat yang b. Jumlah kunjungan masyarakat mengetahui dan belum mengetahui sekitar ke Setu Babakan adanya kawasan Setu Babakan 10% berdagang
7% bekerja
83% rekreasi
c. Aktivitas masyarakat disekitar kawasan Setu Babakan
Gambar 11. Pengetahuan masyarakat sekitar akan adanya kawasan Setu Babakan. 4.6.1.3. Persepsi, aspirasi, dan harapan masyarakat sekitar terhadap pengembangan kawasan Setu Babakan. Dari 30 responden yang ditemui, sebesar 100% responden dari masyarakat sekitar Setu Babakan menyatakan setuju terhadap upaya pengembangan kawasan Setu Babakan sebagai kawasan wisata (Gambar 12a). Seluruh responden masyarakat sekitar menyatakan setuju dengan potensi Setu Babakan yang indah (Gambar 12b). Dengan adanya kawasan wisata Setu Babakan, sebesar 37% masyarakat sekitar berpendapat bahwa kawasan tersebut dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, sebesar 23% berpendapat dapat berinteraksi dengan wisatawan, 17% dapat berekreasi, dan 10% masyarakat berpendapat manfaat yang diperoleh adalah adanya perbaikan jalan. Dari uraian di atas terlihat bahwa, bentuk-bentuk dukungan positif yang diberikan oleh masyarakat terhadap keberadaan kawasan wisata Setu Babakan cukup bervariasi dan ini tentunya akan mempengaruhi upayaupaya pengembangan kawasan wisata Setu Babakan. Selain itu sekitar 13% masyarakat mengaku tidak merasakan manfaat apa pun (Gambar 12c). Hal ini dikarenakan oleh adanya isu bahwa
hanya pengelola dan masyarakat yang
bertempat tinggal dekat dengan kawasan saja yang dibantu oleh Pemda DKI Jakarta. Salah satu hal yang dikhawatirkan dengan adanya wisatawan yang berkunjung ke
62 Setu Babakan yaitu terpengaruhnya perilaku masyarakat sekitar oleh perilaku negatif wisatawan. Sampai saat ini, sebesar 50% masyarakat sekitar tidak merasakan adanya pengaruh apapun yang ditimbulkan oleh wisatawan terhadap masyarakat (Gambar 12d). Namun ada juga masyarakat yang merasakan adanya pengaruh yang diakibatkan oleh wisatawan seperti perubahan tingkah laku (10%), perubahan cara berbicara (13%), cara berpakaian (14%) dan perubahan berpakaian sekaligus tingkah laku dinyatakan oleh 13% masyarakat sekitar (Gambar 12e). Pendapat masyarakat sekitar terhadap adanya aktifitas wisatawan yang mengganggu kenyamanan diungkapkan oleh 10% responden. Namun, sebesar 90% masyarakat berpendapat bahwa tidak ada aktifitas wisata yang mengganggu kenyamanan (Gambar 12f). 0% tidak setuju 100 % setuju a. Aspirasi masyarakat sekitar terhadap upaya pengembangan kawasan Setu Babakan 13% tdk ada
17% rekre asi
10% jalan yang baik
b. Persepsi masyarakat tentang keindahan alam yang dimiliki Setu Babakan
7% terpe ngaruh
20% kotor
17% 37% 56% terce lapa tdk 0% 23% mar ngan khaw keam inter kerja atir anan aksi c. Persepsi tentang mafaat yang diperoleh d. Persepsi tentang dampak negatif dari masyarakat sekitar dengan adanya kawasan
14% berp akai an
kegitan wisata Setu babakan
13% bica-10% ra ting kahlaku 13%
50% tkh tdk lku,p ada kaian e. Persepsi tentang pengaruh dan prilaku wisatawan terhadap masyarakat sekitar
f. Persepsi masyarakat tentang aktivitas yang menggangu kenyamanan masyarakat sekitar
Gambar 12. Aspirasi, persepsi dan harapan masyarakat sekitar terhadap pengembangan kawasan wisata air Setu Babakan (1)
63 Sebanyak 43% masyarakat sekitar berpendapat bahwa pengelola kawasan Setu Babakan memberikan bantuan berupa terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, sedangkan 57% masyarakat berpendapat bahwa pengelola tidak memberikan bantuan apapun termasuk bantuan modal usaha (Gambar 13a). Hal ini terjadi karena pengelolaaan kawasan Setu Babakan belum membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar. Sebesar 67% masyarakat berpendapat bahwa mereka tidak mengerti akan adanya konsep ekowisata dan sebesar 33% masyarakat paham akan konsep ekowisata (Gambar 13b). Sebagian besar responden (77%) penduduk sekitar setuju bahwa kawasan Setu Babakan dijadikan kawasan ekowisata dan 23% penduduk sekitar tidak setuju untuk menjadikan kawasan Setu babakan menjadi kawasan ekowisata karena bisa terjadi konflik antara masyarakat sekitar dan pengelola mengingat letak Setu Babakan yang ada ditengah pemukiman dan banyaknya masyarakat sekitar yang beraktifitas di kawasan tersebut baik sebagai pedagang, memancing, menangkap ikan dan yang aktivitas lainnya yang belum terkontrol pengelola (Gambar 13c). Sebesar 87% masyarakat berpendapat bahwa pengelolaan kawasan Setu Babakan masih tetap menjaga kelestarian lingkungannya dan hanya 13% masyarakat yang berpendapat bahwa pengelolaan tidak menjaga kelestarian alam (Gambar 13d). Harapan-harapan masyarakat terhadap pengembangan kawasan Setu Babakan menjadi kawasan ekowisata adalah agar Setu Babakan tetap lestari (27%), tetap bernuansa alami (20%), tidak ada pencemaran lingkungan perairan (17%), membuka lapangan kerja baru (17%), membangun fasilitas yang mendukung menjadi kawasan ekowisata (13%) dan mensejahterakan masyarakat sekitar (6%) (Gambar 13e). Dilihat dari harapan-harapan yang disampaikan, dapat memperlihatkan bahwa masyarakat peduli terhadap kelestarian alam Setu Babakan, karena pada dasarnya konsep ekowisata adalah mengajak seluruh pelaku pariwisata untuk harus ikut bertanggung jawab dalam melestarikan lingkungan alam dan kebudayaan sebagai aset utama dan meningkatkan partisipasi masyarakat lokal untuk pembangunan pariwisata yang berkelanjutan (Wall 1997).
64
57% tidak ada bantu-an apa-apa
a.
0% bantu-an modal untuk usaha
43% terbukan ya lapangan kerja
Persepsi tentang bantuan yang diberikan Pengelola terhadap masyarakat
33% ya
67% tidak
b. pemahaman masyarakat terhdap konsep ekowisata
23% tidak setuju
13% belum
87% sudah
77% setuju c. Persepsi masyarakat jika kawasan Setu Babakan menjadi kawasan ekowisata 13% membangun fasilitas yang mendukung ekowisata
20% bernuansa alami
6% mensejahte rakan masyarakat sekitar
17% membuka lapangan kerja
d. Persepsi masyarakat tentang pengelola yang menjaga kelestarian kawasan Setu Babakan 0% tidak memiliki harapan
17% tidak adanya pencmaran perairan
27% melestarikan lingkungan
e. Harapan masyarakat terhadap upaya pengembangan wisata di Setu Babakan
Gambar 13. Aspirasi, persepsi dan harapan masyarakat sekitar terhadap pengembangan kawasan wisata air Setu Babakan (2) 4.6.2. Karakteristik wisatawan Karakteristik wisatawan meliputi data pribadi seperti rasio jenis kelamin, umur, asal, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan biaya wisata; motivasi; persepsi, aktifitas dan keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan.
65
4.6.2.1. Data pribadi wisatawan Jumlah responden wisatawan adalah 30 orang yang terdiri atas 57% laki-laki dan 43% perempuan (Gambar 14). Wisatawan laki-laki lebih banyak ditemui dibandingkan dengan perempuan, hal ini karena wisatawan laki-laki lebih banyak yang tertarik untuk berkumpul dan duduk-duduk santai bersama teman-teman disamping melakukan kegiatan wisata di Setu Babakan.
43% Perem puan
57% Lakilaki
Gambar 14. Komposisi jenis kelamin wisatawan Kisaran umur wisatawan yang ada di Setu Babakan bervariatif, paling banyak ditemui sebagian besar berumur 20-29 tahun (27%), kemudian diikuti umur 30-39 tahun dan 40-49 tahun (23%), umur < 20 tahun (17%) dan wisatawan yang berkunjung paling sedikit berada pada umur ≥ 50 tahun (10%). (Gambar 15).
Gambar 15. Kelompok umur wisatawan Asal daerah wisatawan dibuat berdasarkan tempat tinggal wisatawan. Wisatawan yang ditemui, 90% berasal dari Jakarta antara lain warga Serengseng Sawah itu sendiri, Pondok Labu, Ciganjur, Tebet, Kebayoran Baru dan Pondok Gede. Sedangkan wisatawan yang berasal dari luar Jakarta antara lain berasal dari Depok dan Cinere. Wisatawan berpendapat bahwa Setu Babakan merupakan salah satu tempat wisata yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal dan nuansanya masih terbilang asri. (Gambar 16).
66
Gambar 16. Kelompok asal wisatawan Tingkat pendidikan wisatawan ditentukan berdasarkan ijazah atau tamatan pendidikan formal terakhir. Tingkat pendidikan wisatawan berpengaruh terhadap kelestarian objek wisata. Semakin tinggi tingkat pendidikan wisatawan maka cenderung semakin tinggi pula pengetahuan wisatawan akan arti pentingnya menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan vandalisme seperti mencoret-coret sarana, membuang sampah sembarangan dan berbuat keributan yang meresahkan masyarakat setempat tidak akan terjadi di kawasan wisata Setu Babakan. Wisatawan yang merupakan lulusan SMA memiliki persentase terbesar yaitu 37%, kemudian lulusan S1 sebesar 27%. Sebesar 23% wisatawan Setu Babakan merupakan lulusan D3, kemudian 10% wisatawan merupakan lulusan SMP dan tidak ada wisatawan yang merupakan lulusan SD (Gambar 17).
Gambar 17. Tingkat pendidikan wisatawan Berdasarkan jenis pekerjaan di atas, wisatawan yang datang ke Setu Babakan paling banyak bekerja sebagai karyawan (37%), kemudian terbanyak kedua adalah pelajar (23%), diikuti PNS (17%), Guru dan wiraswasta (13%) dan Ibu rumah tangga (7%). (Gambar 18). Bervariasinya wisatawan yang datang ke Setu Babakan
67 berdasarkan jenis pekerjaan ini, karena karyawan, mahasiswa, pelajar, wiraswasta dan PNS dapat berekreasi ke Setu Babakan bersama teman maupun keluarga diwaktu senggang, terutama hari libur.
Gambar 18. Jenis pekerjaan wisatawan Dari tiga puluh responden yang diwawancara, wisatawan memiliki pendapatan yang berbeda-beda. Wisatawan yang memiliki pendapatan per bulan berkisar antara Rp.1.000.000,- s/d Rp 2.000.000,- sebesar 47%. Wisatawan yang berpenghasilan antara Rp. 500.000 s/d Rp. 1.000.000,- sebesar 30%. Wisatawan berpenghasilan di atas Rp. 2.000.000,- yaitu sebesar 17% dan 6% wisatawan memiliki pendapatan per bulan di bawah Rp. 500.000,- (Gambar 19). Wisatawan yang berpenghasilan dibawah Rp. 500.00,- adalah pelajar dimana belum memiliki pendapatan.
17% >Rp.2 juta
47% Rp. 1-2 juta
6%
30% Rp. 500 ribu-1 juta
Gambar 19. Tingkat pendapatan per bulan wisatawan Biaya yang dikeluarkan wisatawan untuk berekreasi di Setu Babakan bervariasi bergantung pada tempat tinggal, jenis kendaraan yang digunakan dan jenis rekreasi yang dituju. Sebagian besar wisatawan mengeluarkan biaya untuk datang ke Setu Babakan kurang dari Rp.50.000,-. Pada umumnya, untuk berekreasi di Setu
68 Babakan, wisatawan hanya mengeluarkan biaya transportasi, tiket parkir bagi yang membawa kendaraan, tiket sarana wisata sepeda air dan biaya untuk membeli makanan. Sebesar 46% wisatawan mengeluarkan biaya sebesar Rp 30.000,- s/d Rp.50.000,- merupakan wisatawan yang datang bersama keluarga. Sebesar 27% wisatawan mengeluarkan biaya sebesar Rp 10.000,- s/d Rp.30.000,-. Terdapat 17% wisatawan yang menghabiskan biaya lebih dari Rp. 50.000,-, yaitu wisatawan yang membeli oleh-oleh berupa makanan khas betawi seperti bir pletok dan kerak telor, dan sebesar 10% wisatawan menghabiskan kurang dari Rp. 10.000,-, yang rata-rata mereka hanya duduk-duduk santai ditepi situ sambil membeli es kelapa muda atau minuman yang lain. (Gambar 20).
17% >Rp. 50 ribu
10% 27%
46% Rp.30 ribu s/d Rp. 50 ribu
Gambar 20. Biaya yang dikeluarkan wisatawan 4.6.2.2. Motivasi wisatawan berkunjung ke kawasan Setu Babakan Sebesar 70% wisatawan mengetahui adanya kawasan wisata Setu Babakan dari teman. Bagi wisatawan yang pernah melewati dan tinggal di sekitar kawasan Setu Babakan mengetahui sendiri tentang keberadaan kawasan wisata air ini (17%). Sebesar 10% wisatawan mengetahui kawasan wisata Setu Babakan dari koran atau majalah dan hanya 3% wisatawan yang mengetahuinya dari saudra. (Gambar 21a). Meskipun pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan telah membuat leaflet atau brosur tentang objek wisata Setu Babakan, namun tidak ada satupun wisatawan yang mengetahui keberadaan kawasan wisata Setu Babakan dari sumber tersebut. Demikian juga wisatawan tidak menegtahui iklan yang ditayangkan dan disiarkan televisi dan radio mengenai keberadaan kawasan wisata Setu Babakan, Kejadian ini perlu dipertimbangkan oleh pihak pengelola maupun instansi-instansi
69 terkait agar dapat mempromosikan kawasan wisata Setu Babakan lebih baik lagi melalui siaran-siaran publik yang lebih intensif seperti radio, televisi, internet dan juga melalui penyebaran brosur. Sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Setu Babakan, sebelumnya telah pernah mengunjungi Situ Babakan sebesar 90%, sedangkan wisatawan yang sebelumnya belum pernah mengunjungi kawasan wisata Setu Babakan sebesar 10%. Hal ini berdasarkan pada hasil survey yang disajikan pada Gambar 21b. Sebanyak 40% wisatawan berpendapat bahwa kawasan wisata Setu Babakan mudah dijangkau dan 20% wisatawan berpendapat pemandangan di Setu Babakan indah. Selain itu dorongan wisatawan ke Setu Babakan sebesar 17% karena diajak teman, 10% karena pemandangan yang indah dan mudah dijangkau, 7% karena pemandangan yang indah dan diajak teman dan 6% karena sebelumnya wisatawan belum pernah sehinnga ingin berkunjung ke kawasan ini. (Gambar 21c).
3% 0% saudaleaflet ra 0% /brosur Tv/ Radio 10% koran /majal ah
10% belum pernah
17% sendiri
a. Sumber informasi yang diperoleh wisatawan
7% peman dangan , diajak teman
90% pernah
70% teman
10% peman dangan , mudah
b. Intensitas berkunjung wisatawan
6% belum pernah
20% peman dangan indah
40% mudah 17% dijangdiajak kau teman c. Dorongan wisatawan mengunjungi d. Tujuan wisatawan mengunjungi kawasan wisata Kawasan wisata
Gambar 21. Motivasi wisatawan Tujuan wisatawan mengunjungi Setu Babakan bervariasi yaitu menikmati aktifitas wisata yang ditawarkan (23%), menikmati pemandangan alam (20%),
70 mengisi waktu luang (20%), makan (14%), sekedar menghilangkan stress (13%) seperti memancing, kemudian tujuan wisatawan lainnya yaitu menikmati keindahan alam dan mengisi waktu luang (10%). (Gambar 21d). 4.6.2.3. Persepsi wisatawan Sebanyak 56% wisatawan mengungkapkan puas berwisata ke Setu Babakan. Hal tersebut dikarenenakan, selain terdapat wisata air Setu Babakan terdapat pula pergelaran kesenian budaya betawi seperti lenong dan pergelaran tari setiap akhir pekan. Sebesar 27% wisatawan berpendapat sangat puas berwisata ke Setu Babakan dengan salasan yang sama seperti diatas dan tambahan biaya yang murah serta banyaknya aneka makanan khususnya makanan khas betawi seperti kerak telor dan bir pletok (Gambar 22a). Hal ini diungkapkan oleh 100% wisatawan yang menyatakan bahwa pengelola menetapkan harga yang murah bagi wisatawan untuk naik sepeda air (Gambar 22b). Harga tiket untuk naik sepeda air Rp. 5000/orang, tiket parkir bagi pengunjung yang membawa kendaraan roda dua (motor) sebesar Rp.1000,- dan kendaraan roda empat (mobil) sebesar Rp.2000,-. Terlebih lagi letak kawasan yang berada di DKI Jakarta yang hampir setiap kawasan wisata dikomersilkan. Hambatan untuk berkunjung ke Setu Babakan yang dialami oleh 37% wisatawan, yaitu kondisi jalan, dimana lebar jalan yang relatif kecil dan melalaui pemukiman penduduk. Sebesar 36% wisatawan menyatakan hambatannya ke Setu Babakan adalah karena lalu-lintas yang macet, terutama yang datang dari arah Pasar Minggu. Sebesar 27% wisatawan mengungkapkan bahwa mereka tidak ada waktu luang untuk sering berkunjung ke Setu Babakan, karena wisatawan umumnya berwisata pada hari libur kerja. Wisatawan tidak mengalami kesulitan dalam menemukan Setu Babakan, selain banyaknya penunjuk jalan yang menujukkan arah ke Setu Babakan, wisatawan juga sudah mengetahui sebelumnya dikarenakan tempat tinggal sebagian besar pengunjung berdekatan dengan kawasan Setu Babakan. Selain itu juga tidak ada yang berpendapat tiket untuk memasuki kawasan wisata air Situ Babakan itu mahal, karena memang pengunjung hanya dikenakan biaya retribusi parkir saja bagi yang membawa kendaraan bermotor. Selain itu wisatawan yang berkunjung ke Setu Babakan pada umumnya membawa kendaraan pribadi. (Gambar 22c).
71
a. Kepuasan wisatawan
b. Pendapat wisatawan menegnai harga tiket
c. Hambatan wistawan berkunjung ke Situ Babakan
Gambar 22. Persepsi wisatawan (1) Menurut wisatawan, kawasan Setu Babakan sudah memiliki fasilitas yang rata-rata tergolong baik. Dari hal aksesibilitas, pelayanan pengelola, keamanan kawasan wisata, kenyamanan dalam kawasan, keindahan kawasan wisata, kebersihan lingkungan, keaslian lingkungan, tata tertib peraturan, toilet, mushola, sisrem tata ruang dan taman duduk. Menurut persepsi wisatawan yang dirasa cukup yaitu dalam hal kebersihan air dan warung penjualan makanan. Setu Babakan memiliki banyak kekurangan dalam hal penjualan souvenir dan tempat sampah, karena wisatawan mengalami kesulitan dalam menemukan tempat penjualan souvenir yang letaknya berada di kantor pengelola dan juga tempat sampah yang lebih terfokus di sekitar pusat wisata. Yang tidak ada di kawasan Setu Babakan adalah perahu dan taman bermain anak. Meskipun demikian, wisatawan berpendapat bahwa secara keseluruhan keamanan, kenyamanan, keaslian lingkungan, peraturan, serta keindahan kawasan sudah tergolong baik (Gambar 23).
72
Gambar 23. Persepsi Wisatawan terhadap fasilitas dan lingkungan di kawasan Setu Babakan Meskipun fasilitas tempat sampah tergolong kurang namun kebersihan kawasan Setu babakan tetap terjaga, dikarenakan banyaknya tenaga pembersih yang dipekerjakan oleh pihak pengelola. Selain itu warung-warung makanan juga menyediakan tempat sampah sendiri dan turut menjaga kebersihan Setu Babakan. Selain itu wisatawan juga berpendapat bahwa jenis aktifitas wisata yang ditawarkan masih kurang beragam. Adapun kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di Setu Babakan diantaranya adalah outbond, memancing, dayung dan taman bermain anak-anak. Pada umumnya wisatawan menginginkan adanya wisata memancing yang lebih teratur dan diatur oleh pihak pengelola (Gambar 24a). Pemanfaatan kawasan Setu Babakan sebagai tempat wisata air harus tetap menjaga kelestariannya. Sebesar 70% wisatawan berpendapat bahwa kelestarian Setu Babakan sudah baik dilihat dari pemandangan situ yang masih asri dan warna perairan yang hijau kecoklatan sehingga terlihat alami. Sebanyak 30% lainnya berpendapat kelestarian Setu Babakan kurang baik, ini dikarenakan kurang terkelolanya bagian inlet situ sehingga buangan limbah rumah tangga seperti sampah dan bekas makanan masih ditemui, meskipun secara keseluruhan sudah baik dilihat dari kebersihannya (Gambar 24b).
73
30% kurang baik
0% buruk
70% baik
a. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan b. Pendapat wisatawan tentang kelestarian di kawasan wisata
Gambar 24. Persepsi wisatawan (2) Sebanyak 60% wisatawan mengerti akan konsep ekowisata, yaitu wisata yang berwawasan lingkungan dengan turut menjaga kelestarian sumberdaya alam yang ada di Setu Babakan dan 40% wisatawan menyatakan tidak mengerti dengan konsep ekowisata dikarenakan kurangnya informasi dan wawasan mereka dibidang ekologi (Gambar 25a). Tetapi 100% wisatawan setuju dengan menjadikan kawasan Setu Babakan menjadi kawasan ekowisata, dikarenakan dampak positif yang akan diterima nantinya yaitu menjadi kawasan yang lestari dan fungsi ekologinya pun tidak terganggu sehingga akan tetap menjadi kawasan hijau dan sebagai daerah resapan air di daerah DKI Jakarta (Gambar 25b). Sebesar 77% wisatawan setuju dengan adanya pembatasan jumlah pengunjung ke kawasan Setu Babakan untuk mendukung menjadi kawasan ekowisata, dan sebesar 23% wisatawan tidak setuju dengan pembatasan pengunjung ini karena dikhawatirkan dapat menimbulkan konflik antara pihak pengelola dengan wisatawan (Gambar 25c). Dari hasil analisis daya dukung kawasan (DDK) memang jumlah wisatawan di kawasan Setu Babakan belum melebihi daya tampungnya, tetapi melihat dari total jumlah wisatawan yang meningkat tiap tahunnya maka pengunjung kawasan ini sangat berpotensi melebihi daya dukung maksimal yang telah ditetapkan. Sehingga perlu adanya pembatasan jumlah pengunjung ditiap-tiap lokasi yang diperuntukan untuk kegiatan wisata dan pengunjung tidak menumpuk pada satu lokasi.
74
40% tidak menger -ti
60% menger -ti a.
Pendapat wisatawan tentang pengertian ekowisata 23% tidak setuju
0% tidak
77% setuju
100% setuju a. Pendapat wisatawan tentang dijadikannya Setu Babakan sebagai kawasan ekowisata
c. Pendapat wisatawan mengenai pembatasan pengunjung
Gambar 25. Persepsi wisatawan (3) 4.6.2.4. Aktifitas wisatawan di kawasan Setu Babakan Tidak ada satupun wisatawan yang datang sendirian. Minimal wisatawan datang berdua bersama teman (27%), atau rombongan bersama teman-teman (60%) dan sisanya yaitu sebesar 13% wisatawan datang bersama keluarga (Gambar 26a). Sebagian besar wisatawan menggunakan motor sebagai kendaraan untuk mencapai kawasan Situ Babakan (77%). Sebesar 17% wisatawan menggunakan mobil pribadi, 6% wisatawan berjalan kaki, dan tidak ada satupun wisatawan yang menggunakan angkutan umum dan kendaraan sewaan. Banyaknya wisatawan yang menggunakan kendaraan pribadi dikarenakan akses menuju kawasan lebih mudah dan cepat dibandingkan naik kendaraan umum, meskipun sarana transportasi menuju kawasan tersedia dengan mudah. Wisatawan yang rumahnya berdekatan dengan kawasan Setu Babakan lebih memilih untuk berjalan kaki atau menggunakan motor. (Gambar 26b). Perlengkapan yang dibawa oleh wisatawan ke Setu Babakan paling banyak adalah kamera (67%), baik hanphone berkamera ataupun kamera digital. Adapun perlengkapan lain yang dibawa adalah handycam (6%) dan tidak ada wisatawan
75 yang membawa tape recorder saat berwisata ke Setu Babakan, selain itu juga sebesar (27%) wisatawan tidak membawa perlengkapan apa-apa. (Gambar 26c). 0% 0% kendasewa/ raan umum carter
6% jalan kaki
17% mobil
77% motor a. Pendamping wisatawan
27% tidak membawa apaapa
b. Kendaraan yang digunakan untuk mencapai lokasi
0% tape recorder
17% piknik, menikmati
13% 20% piknik meman -cing
alam 43% menik mati 67% keinda kamehan ra alam
6% handycam c. Perlengkapan yang dibawa untuk wisata
7% fotogra -fi
d. kegiatan yang dilakukan wisatawan di kawasan Situ Babakan
Gambar 26. Aktivitas wisatawan (1) Kegiatan yang dilakukan wisatawan di kawasan wisata Setu Babakan bervariasi. Pada umumnya wisatawan berkunjung ke Setu Babakan untuk menikmati keindahan alam dan piknik seperti duduk-duduk di pinggir situ sambil minum es kelapa dan menikmati sepeda air. Selain itu cukup banyak wisatawan yang datang ke Setu Babakan dengan tujuan memancing dan sebagian lainnya untuk fotografi karena keindahan kawasan Setu Babakan. Keindahan kawasan Setu Babakan membuat
sebagian
kecil
wisatawan
ada
yang
bersemangat
untuk
mendokumentasikannya dalam bentuk foto. (Gambar 26d). Semua wisatawan ingin kembali lagi ke kawasan wisata Setu Babakan karena memiliki pemandangan alam yang indah, sejuk, dekat dengan tempat tinggal dan murah (Gambar 27a). Selain itu wisatawan merasa biasa saja (60%) dan merasa
76 nyaman (40%) meskipun pada waktu libur kawasan ini dipadati oleh wisatawan lainnya (Gambar 27b).
0% tidak
0% kurang nyam -an
100% ya a. Keinginan wisatawan untuk kembali
0% tidak nyam -an
40% nyam -an
60% biasa saja b. Kenyamanan berwisata saat kawasan dipdati pengunjung
Gambar 27. Aktivitas wisatawan (2)
4.6.2.5. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan sangat mempengaruhi kelestarian dan juga kebersihan kawasan wisata tersebut. Sebagian besar wisatawan membuang sampah makanan di tempat sampah yang telah disediakan (87%). Namun sebanyak 13% wisatawan membuang sampah di sembarang tempat (Gambar 28a). Wisatawan cenderung membiarkan sampah makanan mereka di tepi Situ Babakan dan di sembarang tempat karena tempat sampah kurang memadai. Seluruh responden wisatawan (100%) menyatakan setuju diberikan sanksi membayar denda apabila terdapat wisatawan yang merusak lingkungan (Gambar 28b). Hal ini dibutuhkan untuk memberikan efek jera bagi pelakunya agar tidak melakukan hal yang sama di kawasan wisata Setu Babakan maupun di tempat lain. Walaupun sudah terdapat papan peraturan di sekitar kawasan Situ Babakan, masih banyak wisatawan yang sengaja merusak lingkungan. Prilaku buruk yang sering dilakukan wisatawan yaitu membuang sampah, membuang limbah dan mencoretcoret fasilitas. Untuk itu, diharapkan agar pengelola dapat melakukan pengawasan yang lebih baik. Sebagian besar wisatawan berharap agar pengembangan fasilitas wisata yang bernuansa alami (87%). Hanya sebagian kecil wisatawan yang menginginkan pengembangan fasilitas bernuansa modern yaitu sebesar 13% (Gambar 28c). Nuansa
77 modern yang dimaksud adalah keberadaan fasilitas-fasilitas wisata yang dapat berpotensi merusak keseimbangan lingkungan seperti penggunaaan perahu boat, pembangunan hotel
dan
pembangunan
area
bermain
yang tidak sesuai
peruntukannya untuk kawasan wisata alam
0% tidak setuju
100% setuju a.
Tempat wisatawan membuang sampah
b. Persetujuan wisatawan terhadap pemberian sanksi bagi wisatawan yang merusak lingkungan
13% modern
87% alami c. Bentuk pengembangan fasilitas
Gambar 28. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan 4.6.3. Instansi-instansi terkait Pengelolaan kawasan Setu Babakan melibatkan beberapa instansi terkait. Instansi-instansi terkait tersebut diharapkan dapat bekerjasama dan berkoordinasi dalam mengembangkan dan menjadikan kawasan Setu Babakan sebagai salah satu kawasan ekowisata yang ada di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan DKI Jakarta. Berikut adalah instansi-instansi yang terkait dengan pengelolaan kawasan Setu Babakan: 1. Dinas Pariwisata DKI Jakarta Dinas Pariwisata DKI Jakarta bertugas dalam mempromosikan kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan. Selain itu, merencanaan pembangunan dan pengelolaan sarana rekreasi di Setu Babakan dan menyelenggarakan atraksi wisata yang ada di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Kegiatan promosi
78 dapat dilakukan melalui media massa seperti televisi, radio, leaflet atau brosur, spanduk, papan penunjuk jalan maupun melalui mouth to mouth. Promosi juga dapat dilakukan dengan cara membuat suatu situs khusus di internet. 2. Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Sehubungan dengan ditetapkannya Kawasan Setu Babakan sebagai Perkampungan Budaya Betawi dan dalam upaya peningkata fungsi fasilitas-fasilitas yang ada di Perkampungan Budaya Betawi yang meliputi penataan dan pengaturan fungsi rumah adat Betawi, Wisma Betawi, Teater Terbuka, Gedung Pengelola dan Gallery Betawi; maka berdasarkan SK Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta Nomor 49 tahun 2003 menetapkan adanya perangkat Pengelola Perkampungan Budaya Betawi. Tim pengelola ini terdiri dari pihak Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, tokoh masyarakat Betawi. dan masyarakat setempat. Biaya kegiatan pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi dibebankan pada Anggaran Belanja Aktivitas Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, dan dalam pelaksanaan tugasnya berkoordinasi dengan dinas-dinas lain yang terkait. 3. Dinas Kebudayaan dan Permusiuman DKI Jakarta Dinas Kebudayaan dan Permuseuman bertugas dalam pembangunan fisik Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yaitu sarana penunjang yang tercantum dalam Rencana Induk Perkampungan Budaya Betawi, meliputi: Pembangunan pintu gerbang Bang Pitung Pembangunan Gedung Teater Pembangunan Wisma Betawi Pembangunan rumah adat Betawi Pembangunan Gedung pengelola Pembangunan Gallery/ruang pamer Dinas Kebudayaan dan Permuseuman juga bertugas dalam menjalankan kegiatan pergelaran Kesenian atau apresiasi seni Budaya yang dilaksanakan secara insidental atau dalam memperingati event-event tertentu seperti HUT Kota Jakarta. Selain itu, kegiatan pelatihan kesenian bagi masyarakat di sekitar Perkampungan
79 Budaya Betawi seperti seni tari, seni teater, dan seni musik gambang kromong yang rutin digelar setiap minggunya juga menjadi agenda kegiatan dari Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta. 4. Dinas Tata Kota DKI Jakarta Dinas Tata Kota DKI Jakarta berperan sebagai Team Leader dalam perencanaaan dan penanganan Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan. Hingga saat ini pembangunan yang telah dilakukan adalah: Perbaikan jaringan jalan melalui pengerasan, yaitu melapisinya dengan conblock. Pembangunan lahan parkir dan pembangunan landscape furniture (lampu taman, bangku taman dan papan informasi) Pemugaran rumah penduduk 5. Dinas Pertamanan DKI Jakarta, Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta dan Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Dinas Pertamanan DKI Jakarta berwenang dalam penataan taman di sekitar rumah adat, wisma Betawi, teater terbuka, gedung pengelola, gallery dan Setu Babakan serta pembuatan pot bunga dan tempat sampah, sedangkan Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta bertugas dalam pemberian bibit buah-buahan untuk penghijauan produktif pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan setu babakan serta penyediaan tanaman hias dan pot. Untuk kegiatan penataan sarana penampungan sampah di sekitar lokasi Perkampungan Budaya Betawi menjadi tugas Dinas Kebersihan DKI Jakarta. 6. Biro administrasi sarana perkotaan DKI Jakarta Setu Babakan yang memiliki luas area sebesar 20 hektar berencana akan mengalami perluasan menjadi sebesar 32 hektar. Selain fungsi utama Setu babakan sebagai tempat penampung, penyimpan, dan penyedia air, Setu Babakan juga berfungsi sebagai konservasi lahan. Untuk itu Biro administrasi sarana perkotaan DKI Jakarta berwenang khusus dalam melaksanakan inventarisasi lahan Setu Babakan, selain itu juga berwenang dalam pembinaan dan pengendalian pembangunan Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan khususnya di sekitar perairan Setu Babakan.
80 4.7. Tata Ruang Kawasan 4.7.1. Analisis kebijakan penataan Perkampungan Budaya Betawi Babakan
Setu
Kebijakan tata ruang Propinsi DKI Jakarta secara umum telah mengarahkan pengembangan dan pembangunan daerah melalui peningkatan fungsi kota serta pengembangan wilayah secara merata melalui sistem utilitas dan fasilitas kota dan keseimbangan alam. Dalam kebijakan ini disebutkan pula bahwa kawasan Setu Babakan merupakan kawasan prioritas untuk dikembangkan sebagai bagian dari fasilitas kota dan keseimbangan alam melalui Perkampunggan Budaya Betawi yang didukung hutan kota yang serasi untuk kawasan wisata budaya dan lokasi lingkungan di Jakartan Selatan. Apabila ditinjau dari kebijakan pariwisata Propinsi DKI Jakarta, maka keberadaan kawasan Setu Babakan sebagai Perkampungan Budaya Betawi telah sesuai dan mendukung beberapa program yang diarahkan untuk mengembangkan jaringan pariwisata di DKI Jakarta. Program-program tersebut yaitu pemantapan dan pengembangan
budaya
bangsa
dan
kesenian
tradisional,
peningkatan
penyelenggaraan event atraksi budaya, serta pelestarian warisan kesenian dan budaya Betawi. Keberadan Kawasan Perkampungan Budaya Betawi ini diperkuat pula melalui SK Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 92 Tahun 2000 dan telah disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 3 Tahun 2005, mengenai Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Dengan dikeluarkannya kebijakan ini merupakan bukti keseriusan Pemda DKI dalam upaya pelestarian dan pemanfaatan seni budaya Betawi melalui pembentukan Perkampungan Budaya Betawi. Peneglolaan Setu Babakan diharapkan juga dapat mempertahankan fungsi utama situ, yaitu sebagai daerah resapan air. Berdasarkan master plan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 20002010 (Lemtek FT UI & Dinas Tata Kota DKI Jakarta 2001) konsep dasar pengembangan Perkampungan Budaya Betawi adalah meningkatkan harkat dan martabat warga Betawi melalui penataan ruang di dalam batas wilayah kehidupan masyarakat berdasarkan nilai-nilai tradisi dan sosial budaya yang dikembangkan. Seluruh bangunan di dalam Perkampungan Budaya Betawi selain harus
81 menampilkan
citra
tradisional
Indonesia
khususnya
Betawi,
namun
jiga
menggambarkan perkembangan yang mengarah kepada konsep berwawasan lingkungan. Lahan kawasan Setu Babakan yang berada di Perkampungan Budaya Betawi terbagi menjadi beberapa zona pengembangan fisik lingkungannya yang diharapkan dapat menampung aspirasi kehidupan penduduk setempat. Zona pengembangan fisik tersebut adalah zona perumahan dan fasilitasnya, zona kesenian dan sejarah, zona wisata agro, zona wisara air, dan zona industri (Gambar 29). Zona perumahan tersebar merata di atas lahan milik penduduk. Kebun atau halaman rumah merupakan bagian dari konsep agro wisata harus menjadi sandaran dalam menunjang kehidupan ekonomi penduduknya melalui pembinaan dan pemberdayaan masyarakatnya. Zona kesenian dan sejarah merupakan suatu areal yang menampung kegiatan dan pengembangan kesenian Betawi, serta nilai-nilai sejarah yang ada sejak dulu hingga sekarang. Konsep arsitektur bangunan maupun lingkungan di dalam zona ini harus mencerminkan budaya Betawi dan merupakan satu kesatuan Perkampungan Budaya Betawi. Zona wisata agro menyajikan perjalanan wisata perkebunan atau pertamanan Perkampungan Budaya Betawi yang seharusnya memiliki ciri dan nuansa Betawi. Konsep penataan tidak dapat lepas dari zona perumahan sebagai tempat tinggal pemilik kebun atau pertanian tersebut. Lanskap wisata agro dilengkapi dengan elemen taman seperti bangku, dan lampu taman sehingga pengunjung dapat dengan nyaman menikmati perjalanan wisata. Zona wisata air memanfaatkan Setu Babakan sebagai tujuan utama yang memberikan nilai ekonomis dan ekologis bagi penduduk Perkampungan Budaya Betawi. Setu babakan tidak hanya dikembangkan sebagai objek wisata air, namun diharapkan dapat memicu perkembangan area Perkampungan Budaya Betawi lainnya sebagai zona-zona wisata sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Zona industri di dalam Perkampungan Budaya Betawi disediakan dalam rangka melindungi dan mengembangkan industri yang ada (home industry). Karena sifatnya merupakan industri rumah tangga, maka zona ini menyebar di dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi.
Gambar 29. Master plan Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan
82
83 83 4.7.2. Hubungan dengan objek wisata lainnya Hubungan dengan objek wisata lain perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu objek wisata, guna mengetahui adanya ancaman atau dukungan yang diakibatkan oleh keberadaan objek wisata lain bagi pengembangan wisata kedepannya. Unsur-unsur yang termasuk dalam penilaian hubungan dengan objek lain yaitu jumlah dan jarak objek-objek wisata lain baik yang sejenis maupun tidak sejenis di kota objek berada. Jarak tiap-tiap objek wisata dibandingkan dengan objek wisata Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan (Lampiran 25). Kawasan Setu Babakan terletak di wilayah Jakarta Selatan berjarak sekitar 6 km dengan Kebun Binatang Ragunan dan berjarak 10 km dari kompleks Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang terletak di kawasan Jakarta Timur. Sebenarnya bisa menjadi keuntungan dan peluang pengembangan wisata Setu Babakan dengan bekerja sama dengan biro-biro perjalanan untuk membuat penawaran paket tour. Sehingga paket wisata yang ditawarkan tidak hanya wisata yang sudah dikenal saja. Dilihat dari jenis wisatanya diketahui bahwa objek-objek wisata yang ada di DKI Jakarta lebih didominasi oleh objek wisata rekreasi dan wisata belanja seperti kompleks Taman Impian Jaya Ancol, kompleks Monas, kompleks taman Ismail Marzuki dan kompleks-kompleks perbelanjaan seperti Blok-M. Mangga Dua dan Plaza Senayan. Hal ini merupakan peluang bagi pengembangan kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ke depan, karena kawasan ini adalah perpaduan atara wisata alam dan wisata budaya. 4.8. Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Ekowisata Untuk menentukan prioritas pelaksanaan strategi pengelolaan dilakukan analisis SWOT dengan pertimbangan faktor internal dan eksternal. Factor internal yaitu Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness), dan faktor eksternal yaitu Peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat). Kedua factor tersebut memberikan dampak positif yang berasal dari peluang dan kekuatan serta dampak negative yang berasal dari kelemahan dan ancaman.
84 4.8.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang kawasan Setu Babakan 1. Kekuatan (Strength) a. Potensi sumberdaya alam Setu Babakan memiliki potensi sumberdaya alam yang sesuai untuk dijadikan objek wisata. Setu Babakan merupakan situ alami yang memiliki luas 20 hektar. Pemandangan alamnya yang indah, dan memiliki udara yang cukup sejuk karena masih banyak pohon yang tetap dipertahankan sebagai daerah hijau menjadikan bentang alam Setu Babakan unik dan menarik. Selain itu, sumberdaya alam yang dimiliki oleh kawasan Setu Babakan sesuai untuk dilakukan berbagai aktifitas wisata. Perairan yang tidak dalam, tidak bau dan berwarna hijau kecoklatan sangat mendukung untuk dilakukan aktifitas wisata berperahu. Beranekaragamnya jenis ikan dan terjaminnya ketersediaan ikan sehingga kawasan Setu Babakan sangat sesuai untuk dikembangkan kegiatan memancing. Ditambah lagi di Setu Babakan juga telah dikembangkan wisata agro yang menyajikan berbagai aneka buah asli Jakarta seperti belimbing, kecapi, salak, dukuh, dan rambutan. b. Potensi sosial budaya Kesenian dan budaya Betawi sudah ada sebelum Kelurahan Srengseng Sawah dikembangkan menjadi Perkampungan Budaya Betawi, tetapi baru aktif kembali dengan adanya Perkampungan Budaya Betawi. Dengan visi-misi yang mendukung kegiatan kebudayaan dan kepariwisataan yang berwawasan lingkungan dan pelestarian seni dan budaya Betawi. Kesenian dan budaya Betawi dapat dikembangkan agar dapat dijadikan atraksi atau pertunjukan di Perkampungan Budaya Betawi. Kesenian tradisional yang ada di saat ini dalah Gambang Kromong, lenong, marawis dan rebana. Dengan mayoritas penduduk Betawi yang bertempat tinggal di daerah ini menimbulkan corak budaya setempat yang cenderung kearah budaya Betawi yang tercermin dalam pola kehidupan sehari-hari. Seperti pelaksaan upacara perkawinan yang dilakukan secara adat Betawi, dan dalam tutur bahasa mereka yang menggunakan bahasa Betawi dengan dialek yang khas. Selain itu mudah dijumpainya makanan dan minuman tradisional khas Betawi yang sulit dijumpai di tempat lain memberikan nilai tambah akan potensi yang dimiliki masyarakat.
85 c. Letak yang strategis Setu Babakan yang terletak di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan memiliki akses yang cukup baik dari dan ke Jakarta yaitu jalan arteri (Jl. Raya Pasar Minggu) dan untuk menuju Setu Babakan dapat melalui dua jalan kolektor yaitu Jl. Moch. Kahfi II dan Jl. Srengseng Sawah. Ditunjang tersedianya roda transportasi masalnya kereta api dengan stasiun terdekat yaitu stasiun KRL Lenteng Agung dan Stasiun KRL Universitas Pancasila dengan jarak 5 km dari Setu Babakan. Selain itu Setu Babakan terletak diantara dua objek yang berskala nasional yaitu Kebun Binatang Ragunan dan TMII merupakan potensi yang dapat dijadikan media pemasaran untuk lebih memperkenalkan objek wisata Setu Babakan ini. 2. Kelemahan a. Informasi Walaupun akses menuju kawasan Setu Babakan tergolong mudah dan juga terletak diantara dua objek wisata berskala nasional yaitu Kebun Binatang Ragunan dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), tetapi pada prakteknya yang ditawarkan hanya objek yang sudah dikenal saja. Perlunya bekerja sama dengan biro-biro perjalanan untuk memasukan kawasan Setu Babakan ke dalam paket tour mereka. Kawasan Setu Babakan tidak hanya mengandalkan wisata air saja, karena terdapat atraksi kesenian budaya Betawi dan juga sedang dikembangkannya wisata agro. Selama ini pemasaran objek hanya melalui peliputan media massa seperti koran, internet dan televisi dan dari mulut ke mulut. b. kebersihan Kebersihan di objek wisata air Setu Babakan kurang karena minimnya sarana-sarana yang menagani masalah ini seperti tempat sampah. Sedangkan pengunjung terus meningkat dan sering mendapat kesulitan untuk menemukan tempat sampah. Sehingga wisatawan akhirnya membuang sampah di sembarang tempat yang membuat image objek yang kotor dan merusak pemandangan. Penanganan sampah yang sederhana yaitu dibakar dan ditimbun mempengaruhi estetika kawasan dan persepsi dari wisatawan terhadap kebersihan kawasan. Selain itu peran serta masyarakat kurang sehingga perlu pemahaman bahwa citra suatu objek wisata diciptakan bersama-sama.
86 c. Pengelolaan kawasan Kondisi memprihatinkan di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan tidak lepas dari pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi yang melibatkan lintas sektoral unit Pemda DKI. Keterlibatan begitu banyak unit justru akan menghambat kinerja pengembangan Perkampungan Budaya Betawi. Jika pengelolaannya diserahkan pada setiap unit terkait otomatis prosedur administrasi dan birokasinya akan lebih rumit. Ini justru akan menghambat kinerja pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi. Sedangkan tim pengelola sendiri bertugas meningkatkan fasilitasfasilitas yang ada di Perkampungan Budaya Betawi, serta berkoordinasi dengan dinas-dinas lain yang terkait dan tidak memiliki wewenang untuk memutuskan keputusan yang terkait dengan pembangunan wilayah studi sebagai Perkampungan Budaya Betawi. d. Letak objek Kawasan Setu Babakan berada di lingkungan RW 08 Kelurahan Srengseng Sawah terletak di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Penggunaan lahan tertinggi di kawasan RW 08 adalah perumahan, dimana penduduk sekitar sudah lama menetap dan memiliki bangunan rumah atau wisma sebagai tempat tinggal. Di kawasan RW 08 termasuk pemukiman padat dan hampir tidak ditemui lahan kosong atau terbuka. Batas kawasan Setu babakan dengan pemukiman penduduk hanya diberi batas sekitar 12 meter dari pinggir situ. Dengan kondisi yang seperti ini besar kemungkinannya untuk terjadi pencemaran limbah rumah tangga pada perairan Setu Babakan juga rentan terjadi kerusakan lingkungan pada kawasan ini. Pengetahuan masyarakat sekitar mengenai ekowisata pun sangat terbatas. Dari hasil wawancara penduduk sekitar hanya sekitar 33% masyarakat yang mengetahui konsep ekowisata. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya informasi tentang ekowisata atau lemahnya masyarakat mencari informasi. 3. Peluang a. Agrowisata Potensi perkebunan yang ada di sekitar situ dapat memberikan peluang dikembangkannya agrowisata. Bentuk agrowisata yang dapat dikembangkan di kawasan Setu Babakan adalah dengan menanami berbagai tanaman buah seperti belimbing, rambutan, salak dan tanaman buah lainnya di pekarangan rumah atau
87 kebun milik penduduk kemudian wisatawan yang datang dapat memetik sendiri buah-buahan yang diinginkan secara langsung dengan tambahan lanskap wisata agro berupa bangku dan lampu taman sehingga pengunjung dapat dengan nyaman berwisata. b. Citra budaya Kawasan Setu Babakan yang ditetapkan sebagai Perkampungan Budaya Betawi merupakan satu-satunya objek wisata air dan wisata budaya yang dikembangkan di DKI Jakarta. Objek wisata ini tidak bersifat statis tetapi juga dinamis yang akan memberikan kesempatan untuk menciptakan citra yang kuat bahwa jika ingin mengetahui mengenai Betawi silahkan datang ke Perkampungan Budaya Betawi di kelurahan Srengseng Sawah. Karena kita bisa menikmati langsung nuansa yang diberikan dari mulai bentang alam, arsitektur bangunan dan juga pola kehidupan masyarakat yang kental dengan nuansa Betawi. c. Pengembangan kawasan SK Gubernur No. 92 Tahun 2000 telah disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 3 Tahun 2005, yaitu tentang penetapan perkampungan Budaya Betawi di kelurahan Srengseng Sawah. Penetapan Perkampungan Budaya Betawi juga memiliki fungsi-fungsi, yaitu sebagai sarana pemukiman, sarana ibadah, sarana informasi, sarana seni dan budaya, sarana pendidikan, sarana penelitian, sarana pelestarian dan pengembangan, serta yang terakhir, yaitu sebagai sarana pariwisata. 4. Ancaman a. Image yang komersil Dikembangkannya kawasan Perkampungan Budaya Betawi menjadi objek wisata maka akan dapat menambah dan meningkatkan nilai-nilai ekonomi daerah tersebut atau secara aktual fenomena materialisme cenderung melebihi spiritiualisme yang dapat mengkondisikan segala sesuatu dihitung secara material atau komersial. Hal ini harus diantisipasi agar daya dukung alam dan penyangga kebudayaan tidak dimanfaatkan hanya dengan memperhitungkan keuntungan yang didapat. Jika hanya mempertimbangkan dari segi ekonomi besar kemungkinannya terjadi eksploitasi dan pengembangan kawasan wisata tanpa memperhitungkan daya dukung kawasan. Padahal konsep ekowisata adalah pengembangan pariwisata yang berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan
88 alam dan budaya. Sementara ditinjau dari segi pengelolaannya, ekowisata dapat didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi berkelanjutan, yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan alam dan budaya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat (Conservation International, 2006). b. Kerusakan lingkungan Akibat pembangunan fasilitas sarana dan prasarana kepariwisataan di Perkampungan Budaya Betawi yang terlalu berlebihan dapat mengakibatkan berkurangnya ruang hijau yang merupakan ruang penyangga untuk penyerapan air khususnya wilayah Jakarta selatan yang tentu saja dapat memberikan dampak yang sangat luas tidak saja dilokasi objek tetapi juga wilayah lain. Kawasan Setu Babakan yang diperuntukan sebagai daerah resapan air oleh Pemda Jakarta butuh pengawasan yang lebih intensif mengingat selain pembangunan fasilitas wisata juga letaknya yang dekat pemukiman penduuk yang bisa berakibat kerusakan lingkungan. c. Potensi buangan limbah Letak Setu Babakan yang berada di kawasan pemukiman penduduk dapat berpotensi menurunnya kualitas air. Perubahan kondisi kualitas air Situ Babakan sangat tergantung pada kebiasaan hidup penduduk yang tercakup dalam daerah aliran Situ Babakan. Masuknya partikel-partikel tersuspensi dan limbah-limbah dari aktifitas yang dilakukan oleh berbagai sektor tersebut seperti zat-zat organik, unsurunsur Nitrogen dan Phosphat yang dihasilkan dari sisa buangan limbah domestik dan sisa pakan ikan dapat berpeluang terjadinya eutrofikasi, pencemaran kualitas air dan pendangkalan perairan yang akhirnya dapat mempengaruhi keberlanjutan usaha wisata di Setu Babakan. Selain itu, penanganan sampah yang sederhana seperti dibakar dan ditimbun juga dapat mempengaruhi estetika kawasan dan persepsi wisatawan terhadap kebersihan kawasan. 4.8.2. Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal Faktor internal dan eksternal terlebih dahulu ditentukan tingkat kepenti ngannya sebelum dilakukan pembobotan pada faktor-faktor tersebut. Tingkat kepentingan faktor internal dan eksternal pada kawasan Situ Babakan dapat dilihat secara berturut-turut pada Tabel 13 dan Tabel 14. Setelah memperoleh tingkat
89 kepentingan dari setiap faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan pembobotan (Tabel 15 dan Tabel 16). Tabel 13. Tingkat kepentingan faktor internal kawasan Setu Babakan Simbol S1 S2 S3 Simbol W1 W2 W3 W4
Faktor kekuatan (Strengths) Potensi sumberdaya alam Letak yang strategis Potensi sosial budaya Faktor kelemahan (Weaknesses) Informasi objek Kebersihan di objek kurang Pengelolaan kawasan terlalu banyak melibatkan lintas sektoral Letak objek berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk
Tingkat kepentingan Kekuatan yang sangat besar Kekuatan yang besar Kekuatan yang sangat besar Tingkat kepentingan Kelemahan yang sangat berarti Kelemahan yang cukup berarti Kelemahan yang sangat berarti Kelemahan yang cukup berarti
Tabel 14. Tingkat kepentingan faktor eksternal kawasan Setu Babakan Simbol O1 O2 O3 Simbol T1 T2 T3
Faktor peluang (Opportunities) Agrowisata Pengembangan kawasan telah didukung kebijakan Pemda DKI Jakarta Daerah wisata dengan citra budaya yang kuat Faktor ancaman (Threats) Potensi buangan limbah Kerusakan lingkungan Image yang komersil
Tingkat kepentingan Peluang yang sangat tinggi Peluang yang tinggi
oleh
Peluang yang tinggi Tingkat kepentingan Ancaman sangat besar Ancaman besar Ancaman sedang
Tabel 15. Penilaian bobot faktor strategis internal kawasan Setu Babakan Simbol faktor internal S1 S2 S3 W1 W2 W3 W4
S1 3 3 2 4 4 4
S2
S4
W1
W2
W3
W4
Total
Bobot
1
1 2
2 3 3
1 2 2 1
1 2 2 1 2
1 2 2 1 2 2
9 16 9 9 16 9 14 82
0,11 0,20 0,11 0,11 0,20 0,11 0,17 1,00
2 1 2 2 2
1 2 2 2
3 3 3
2 2
2
Total
Tabel 16. Penilaian bobot faktor strategis eksternal kawasan Setu Babakan Simbol faktor eksternal
O1
Total
O2 1
O1 O2
3
O3
3
O3 1 2
2
T1
2
1
T2 T3
3 4
2 3
T1
T2
T3
Total
Bobot
2
1
1
6
0,10
2
1
11
0,17
1
11
0,17
1
6
0,10
1
12 17 63
0,19 0,27 1,00
3 3
1 2 3
2 1
4 4
3
90 4.8.3. Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External Factor Evaluation (EFE) Setelah diperoleh bobot dari masing-masing faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan penentuan peringkat (rating) antara 1-4. Kemudian rating setiap faktor tersebut dikali dengan bobot untuk memperoleh skor pembobotan yang tercantum dalam matriks IFE dan EFE (Tabel 17 dan Tabel 18). Tabel 17. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) kawasan Setu Babakan Faktor strategis internal Potensi sumberdaya alam Letak yang strategis Potensi sosial budaya Pemasaran objek Kebersihan di objek kurang Pengelolaan kawasan terlalu banyak melibatkan lintas sektoral Letak objek berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk
Bobot
Rating
Skor
0,11 0,20 0,11 0,11 0,20 0,11 0,17
4,00 3,00 4,00 1,00 2,00 1,00 2,00
0,44 0,59 0,44 0,11 0,39 0,11 0,34
1,00
Total
2,41
Tabel 18. Matriks External Factor Evaluation (EFE) kawasan Setu Babakan Faktor strategis eksternal
Bobot
Rating
Skor
Agrowisata
0,10
4,00
0,38
Pengembangan kawasan telah didukung oleh kebijakan Pemda DKI Jakarta
0,17
3,00
0,52
Daerah wisata dengan image atau citra yang kuat Potensi buangan limbah Kerusakan lingkungan Image yang komersil
0,17 0,10 0,19 0,27
3,00 1,00 2,00 3,00
0,52 0,10 0,38 0,81
Total
1,00
2,71
Kondisi internal kawasan Setu Babakan kuat karena memiliki nilai total skor di sebesar 2,41. Total skor EFE yaitu sebesar 2,71 sehingga menunjukkan bahwa kondisi eksternal kawasan Setu Babakan kuat. Hal ini diungkapkan oleh David (2006) bahwa nilai total skor EFE > 2,5 menunjukkan kondisi eksternal adalah kuat. 4.8.4. Pembuatan matriks SWOT Setelah selesai menyusun matriks IFE dan EFE, langkah selanjutnya adalah membuat matriks SWOT (Tabel 19). Setiap unsur SWOT yang ada saling dihubungkan untuk memperoleh beberapa alternatif strategi pengelolaan kawasan Setu Babakan. Matriks ini menghubungkan empat kemungkinan strategi, yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada (strategi S-O), menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
91 (strategi S-T), mendapatkan keuntungan dari peluang dengan mengatasi kelemahan (strategi W-O), meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman (strategi WT). Tabel 19. Matriks SWOT Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
IFE 1. Potensi Sumberdaya Alam 2. Letak yang strategis 3. Potensi sosial budaya
EFE
1. Informasi objek 2. Kebersihan di objek kurang 3. Pengelolaan kawasan terlalu banyak melibatkan lintas sektoral 4. Letak objek berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk
Peluang (O)
Strategi S-O
1.Agrowisata 2.Pengembangan kawasan telah didukung oleh kebijakan Pemda DKI Jakarta 3.Daerah wisata dengan image atau citra yang kuat
1. Mengembangkan kawasan sesuai dengan Kebijakan Pemda DKI Jakarta sebagai daerah wisata budaya, wisata air dan wisata agro yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan 2. Membuka peluang kebutuhan masyarakat akan tempat wisata dan kestrategisan lokasi kawasan di dalam Kota Jakarta dan lingkungan yang serasi dengan budaya 3. Mengoptimalkan pengembangan kawasan sebagai daerah cagar budaya dan upaya pengelolaan sumberdaya alam di Setu Babakan dengan menjalin kerjasama antara pengelola, masyarakat dan pemerintah Strategi S-T
1. Perlu melakukan koordinasi antar instansi-instansi yang berkaitan langsung sehingga tidak terjadi tumpang tindih kepentingan di wilayah Setu Babakan 2. Perlunya bekerjasama dengan biro tour agar menjadi nagian dari paket wisata yang ada di DKI Jakarta 3. Mengatur penataan, perbaiakan dan fasilitas dan uitilitas dengan tetap berointasi pada kawasan sebagai daerah resapan dan wisata sehingga kebersihan objek tetap terus dijaga.
1. Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai objek wisata yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta mencegah terjadinya eksploitasi kawasan yang tidak memperhatikan daya dukung 2. Mempertahankan kondisi tipikal perkampungan Betawi yang ada di kawasan Setu Babakan sebagai corak budaya dan lingkungan yang asri dengan konsep lestari dan terletak di lokasi yang strategis. 3. Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai daerah reasapan air melalui pengawasan yang ketat terhadap perubahan penggunaan lahan dan buangan limbah masyarakat.
1. Mensosialisasikan mengenai prinsip dan konsep ekowisata kepada stakeholders 2. Memberikan pengawasan ekstra dalam pembangunan kawasan dan membuat aturan mengenai batas maksimum dan minimum rasio daerah terbangun/daerah tidak terbangun serta buangan limbah domestik guna mencegah terjadinya kerusakan lingkungan 3. Perlunya sosialisasi dan penerapan sanksi oleh pihak pengelola terhadap pihak-pihak yang tidak menjaga kebersihan dan membuang limbah yang dapat mencemari kawasan
Ancaman (T) 1. Potensi buangan limbah 2. Kerusakan lingkungan 3. Image yang komersil
Strategi W-O
Strategi W-T
4.8.5. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi Penentuan prioritas strategi pengelolaan kawasan Setu Babakan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan akan menentukan rangking prioritas strategi. Jumlah skor (nilai) ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi. Tabel perangkingan alternatif strategi dapat dilihat pada Tabel 20.
92 Tabel 20. Perangkingan alternatif strategi Alternatif strategi Mengembangkan kawasan sesuai dengan Kebijakan Pemda DKI Jakarta sebagai daerah wisata budaya, wisata air dan wisata agro yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan Membuka peluang kebutuhan masyarakat akan tempat wisata dan kestrategisan lokasi kawasan di dalam Kota Jakarta dan lingkungan yang serasi dengan budaya Mengoptimalkan pengembangan kawasan sebagai daerah cagar budaya dengan menjalin kerjasama antara pengelola, masyarakat dan pemerintah Perlu melakukan koordinasi antar instansi-instansi yang berkaitan langsung sehingga tidak terjadi tumpang tindih kepentingan di wilayah Setu Babakan Lebih memaksimalkan lagi promosi dan publikasi Setu Babakan sebagai kawasan wisata yang terletak di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dengan mengandalkan tiga objek wisata yaitu wisata air, wisata agro dan wisata budaya. Mengatur penataan, perbaiakn dan fasilitas dan uitilitas dengan tetap berointasi pada kawasan sebagai daerah resapan dan wisata sehingga kebersihan objek tetap terus dijaga Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai objek wisata yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta mencegah terjadinya eksploitasi kawasan yang tidak memperhatikan daya dukung Mempertahankan kondisi tipikal perkampungan Betawi yang ada di kawasan Setu Babakan sebagai corak budaya dan lingkungan yang asri dengan konsep lestari dan terletak di lokasi yang strategis di DKI Jakarta. Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai daerah reasapan air melalui pengawasan yang ketat terhadap perubahan penggunaan lahan dan buangan limbah masyarakat. Mensosialisasikan mengenai prinsip dan konsep ekowisata kepada stakeholders Memberikan pengawasan ekstra dalam pembangunan kawasan dan membuat aturan mengenai batas maksimum dan minimum rasio daerah terbangun/daerah tidak terbangun serta buangan limbah domestik Perlunya sosialisasi dan penerapan sanksi oleh pihak pengelola terhadap pihak-pihak yang tidak menjaga kebersihan dan membuang limbah yang dapat mencemari kawasan
Keterkaitan dengan unsur SWOT
Skor
Rangking
S1,S3, O1,O2
1,78
5
S1,S2,S3,O3
1,99
3
S1,S3,O2,O3
1,93
4
W3,O2
0,63
12
W1,W4,O1,O3
1,36
8
W2,W4,O2,O3
1,78
6
S1,S3,T2,T3
2,07
2
S1,S2,S3,T2,T3
2,63
1
S1, T1,T2
0,92
11
W1,W3,T2,T3
1,41
7
W2,W4,T1,T2
1,21
9
W2, W4,T1
0,94
10
Dari 12 alternatif strategi yang dihasilkan, maka diperoleh tiga prioritas utama sebagai rencana strategis utama dalam pengelolaan kawasan Setu Babakan. Strategi-strategi tersebut adalah: 1. Mempertahankan kondisi tipikal perkampungan Betawi yang ada di kawasan Setu Babakan sebagai corak budaya dan lingkungan yang asri dengan konsep lestari dan terletak di lokasi yang strategis di DKI Jakarta. Daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan Setu Babakan meliputi pemandangan alam yang indah, perairan yang bersih, dan menyaksikan pergelaran seni budaya Betawi. Aksebilitas yang mudah dijangkau dengan kendaraan umum dan pribadi juga menjadi pilihan wisatawan berkunjung ke kawasan Setu Babakan yang ada Perkampungan Budaya Betawi dan menjadi ciri khas tempat objek wisata dengan corak budaya betawi yang kental. Oleh karena itu, kondisi seperti ini sudah
93 sangat sulit ditemukan di tengah hiruk pikuknya kota Jakarta dan harus terus dilestarikan. 2. Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai objek wisata yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta mencegah terjadinya eksploitasi kawasan yang tidak memperhatikan daya dukung. Dalam kebijakan Tata Ruang Propinsi DKI Jakarta disebutkan bahwa kawasan Setu Babakan merupakan kawasan prioritas untuk dikembangkan sebagai daerah fasilitas kota dan keseimbangan alam melalui Perkampungan Budaya Betawi yang didukung hutan kota yang serasi untuk kawasan wisata budaya dan lokasi wisata lingkungan (wisata air dan agro) di Jakarta. Ditambah lagi dengan visi dan misi Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi yang ingin mewujudkan kebudayaan dan pariwisata yang maju, dinamis, dan berwawasan lingkungan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 3. Membuka peluang kebutuhan masyarakat akan tempat wisata dan kestrategisan lokasi kawasan di dalam Kota Jakarta dan lingkungan yang serasi dengan budaya Kawasan Setu Babakan yang terletak di Perkampungan Budaya Betawi dapat membuka peluang pasar yang cukup luas. Kawasan ini terletak di Kota Jakarta dan keberadaan lingkungannya serasi dengan budaya Betawi, sehingga pengelola dapat menata dan memanfaatkan potensi lingkungan fisik baik alami maupun buatan yang bernuansa budaya Betawi, mengendalikan pemanfaatan lingkungan fisik dan nonfisik sehingga saling bersinergi untuk tetap mempertahankan fungsi ekologi Setu Babakan. Alternatif strategi juga dapat disusun melalui penetuan koordinat titik A(P,Q) dengan terlebih dahulu menentukan nilai P dan nilai Q. Penentuan koordinat nilai P dan koordinat nilai Q dilakukan untuk menentukan posisi strategis yang akan dijelaskan berdasarkan hasil identifikasi, sehingga strategi yang akan dijalankan berada pada titik A(P,Q). Nilai P diperoleh dari pengurangan antara total skor kekuatan (Strength) dengan total skor kelemahan (Weakness) yang terdapat pada matriks IFE. Sedangkan nilai Q didapatkan dari total skor peluang (Opportunity) dikurangi total skor ancaman (Threat) yang terdapat pada matriks EFE. Titik A berada ada koordinat (0,51;0,14) yang terletak di kuadran 1. Hal ini berarti bahwa pengelolaan dan pengembangan kawasan Setu Babakan sebaiknya
94 menggunakan prioritas utama strategi berdasarkan pada strategi S-O (StrengthOpportunity) yaitu melakukan mengembangkan kawasan sebagai tempat wisata yang berwawasn lingkungan dan mengoptimalkan sebagai kawasan cagar budaya dengan upaya pengelolaan sumberdaya alam dan membuka peluang kebutuhan masyarakat akan tempat wisata dengan kestrategisan lokasi. Strategi S-O merupakan strategi yang sangat menguntungkan karena memiliki kekuatan dan peluang yang ada di kawasan Setu Babakan (Gambar 30).
Peluang (Opportunity)
Kuadran II (W-O)
Kelemahan (Weakness)
Kuadran I 1.50 (S-O) 1.25 1.00 0.75 0.50 0.25 0.00 -0.25 -1-0.9-0.8-0.7-0.6-0.5-0.4-0.3 -0.2-0.1 1E-16 0.10.20.30.40.50.60.70.80.9 1 -0.50 -0.75 -1.00 -1.25 Kuadran III Kuadran IV -1.50 (W-T)
Kekuatan (Strength) A(1,0;0,14)
(S-T)
Ancaman (Threat)
Gambar 30. Diagram mengenai posisi analisis SWOT untuk strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan Setu Babakan
95
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setu Babakan merupakan objek wisata yang berada di kawasan cagar budaya Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Kondisi perairan yang tidak tercemar dengan kelimpahan ikan yang bisa dikembangkan untuk berbagai kegiatan wisata air. Setu Babakan juga memiliki tumbuhan air yang selain memiliki nilai estetika juga memiliki kemampuan menetralisir pencemaran lingkungan. Dalam pengelolaan kawasan Setu Babakan melibatkan beberapa instansi terkait. Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta menetapkan tim pengelola yang bertugas meningkatkan fungsi dan memelihara fasilitas-fasilitas yang ada di Perkampungan Budaya Betawi, serta berkoordinasi dengan dinas-dinas lain yang terkait. Berdasarkan analisis kesesuaian wisata, lokasi-lokasi yang sesuai untuk dilakukan kegiatan-kegiatan wisata adalah memancing (lokasi 1), bersepeda air (lokasi 2), berperahu (lokasi 3), duduk santai (lokasi 4, 6,7 dan 8), foto dan shooting (lokasi 5), dan flying fox (bagian dari lokasi 7). Total wisatawan yang dapat ditampung di kawasan Setu Babakan sebanyak 1.047 orang/hari, tetapi harus menyebar dalam kisaran waktu selama 8 jam/hari atau tidak terakumulasi pada jam-jam kunjungan yang sama. Berdasarkan hasil analisis SWOT di kawasan Setu Babakan dihasilkan strategi S-O (Strength-Opportunity) Startegi S-O merupakan situasi yang sangat menguntungkan dimana pengelola memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk mengelola dan mengembangkan kawasan Setu Babakan. 5.2. Saran
Berdasarkan penelitian ini, dengan letak kawasan Setu Babakan yang berada di DKI Jakarta dan berada ditengah pemukiman penduduk maka perlunya mempertahankan kondisi tipikal perkampungan Betawi yang ada di kawasan Setu Babakan sebagai corak budaya dan lingkungan yang asri dengan konsep lestari. Kemudian perlunya pengembangan kawasan wisata di bagian Selatan Setu Babakan terutama wisata agro melihat potensi lokasi yang berupa sawah dan kebun guna menarik wisatawan agar tidak terpusat di wisata air dan bagian Barat Setu Babakan yang memang menjadi pusat kegiatan wisata.
96
DAFTAR PUSTAKA Agustin H. 2007. Inventarisasi Potensi dan Peluang Pengembangan Ekowisata Situ Lengkong Panjalu, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat [skripsi]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. vi + 96 hlm. Anton. 2008. Sehari di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Jakarta. http://www.beritajakarta.com [5 Desember 2008]. Apriyani R. 2007. Dampak Perubahan Ekosistem Situ Babakan Terhadap Kehidupan Penduduk Sekitrar [skripsi]. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. xii + 96 hlm. Badan Perencana Pembangunan Daerah DKI Jakarta. 2000. Jakarta Membangun. RTRW DKI Jakarta. http://www.bappedajakarta.go.id/jktbangun. [15 Juni 2009]. Basmi J. 1999. Plaktonologi: Plankton sebgai bioindikator kualitas perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 74-76 hlm. Boyd C E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam. Oxford. xi + 318 p. Conservation International. 2006. Studi Kelayakan Ekowisata. http://www.pdfsearch-engine.com [6 Januari 2009] David FR. 2006. Manajemen Strategis. Konsep. Ed ke-10. Paulyn Sulistio, Mcomm dan Harryadin Mahardika. Penerjemah. PT Prenhallindo. Jakarta. xxxx + 456 Lembaga Teknologi Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan Dinas Tata Kota DKI Jakarta. 2001. Penyempurnaan Master Plan dan Penyusunan Rencana Teknis Ruang KawasanBudaya Betawi di Situ Babakan.. Jakarta. Dwikorawati S S. 1994. Telaah Kandungan Nitrogen dan Fosfor di Perairan Setu Cikaret, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. [Tesis]. IPB. Bogor. vi + 120 hlm. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hlm. Ely 2009. Setu Babakan Bakal Bernasib Sama Dengan Condet?, Terlalu Banyak Unit yang Menangani Bikin Rumit Admi. Jakarta. http://www.hupelita.com [6 Januari 2009].
97 Feliatra. 2002. Sebaran Bakteri Eschercia coli di Perairan Muara Sungai Bantan Tengah Bengkalis Riau. Laboratorium Biologi Laut. Faperika. Universitas Riau. 179-181 hlm. Goldman CR and AJ Horne. 1983. Limnology. McGraw-Hill Inc. United State of America. xvi + 464 Gołdyn H, Arczyńska-Chudy E, Pińskwar P,& Jezierska-Madziar M. 2008. Natural and anthropogenic transformations of water and marsh vegetation in Lake Zbęchy (Wielkopolska Region). International Journal of Oceanography and Hydrobiology. 37(2):77-87. Grimes DJ and Lalibertet. 1982. Survival of Escherichia coli in Lake Bottom Sediment Applied and Enviromental Microbiologi. 43(3):623-628 Hobson E., 1974. Feeding Relationships of Teleostean Fishes of coral reefs in Kona, Hawaii. Fish. Bull., 72(4):915-1.031 Indrasti R, Bakrie B, & Wiguna IW. 2003. An Ecological Assesment of Situ Babakan Lake for Agroturism Development in Jakarta. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 6(2):176-184 Parwati E, Kartika T, Indarto J, Dyah F, Nur M & Kartasasmita M. 2007. The Study of Relation Between Total Suspended Solid (TSS) and Landuse / Landcover Change in The Berau Coastal Area, East Kalimantan. Proceeding Geo-Marine Research Forum Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta. 2005. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan. Jakarta Presiden Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya. Prihantini NB, Wardhana W, Hendrayanti D, Widyawan A, Ariyani Y & Rianto R. 2008. Biodiversitas Cyanobacteria dari Beberapa Situ/Danau di Kawasan Jakarta-Depok-Bogor, Indonesia. Makaira Sains. 12(1):44-54 Kementrian Lingkungan Hidup. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran. Jakarta Kelurahan Serengseng Sawah. 2009. Laporan Bulanan : Juni 2009 Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Jakarta
98 Majid R. 2008. Analisis Willingnes to Pay Pengunjung Terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. [skripsi]. Program Studi Ekonomi pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. vi + 84. Maryadi D. 2003. Peluang Pengembangan Ekowisata di Kawasan Rawa Danau dan Sekitarnya, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. [Tesis]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Masifwa W.F, Twongo T, & Denny P. 2001. The Impact of Water Hyacinth, Eichhornia crassipes (Mart) Solms on The Abundance and Diversity of Aquatic Macroinvertebrates Along The Shores of Northern Lake Victoria, Uganda. In: Hydrobiologia. 452(1-3):79-88. Myers N. 1996. Environmental Services of Biodiversity. Proc. Natl. Acad. Sci. USA. 93:2764-2769 Needham JG. 1962. A Guide to the Study of Fresh Water Biology. San Fransisco, Calif: Holden-Day. Inc. 174 p. Novotny V and Olem H. 1994. Water Quality: Prevention, Identification and Management of Diffuse Pollution. Van Nostrand Reinhold. New York. 1054 p.
Odum EP. 1971. Fundamental of Ecology. 3rd Company. 74 p.
edition
. Philadelpia. W. B Saunders
Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan. 2008. Kunjunga Wisatawan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Tahun 2008. Jakarta. Puspita LE, Ratnawati, INN Suryadiputra, & AA Meutia. 2005. Lahan Basah Buatan di Indonesia. Ditjen. PHKA. Wetlands International Indonesia Programme. Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 188 hlm. Roemantyo, Noerdjito M, Prabandani D, & Maryanto I. 2003. Perubahan Jumlah Situ-Rawa di Jabodetabek Tahun 1922-1943 dan 2000 dalam Manajemen Bioregional Jabodetabek: Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan Danau. R Ubaidillah dan I Maryanto (eds). Pusat Penelitian Biologi-LIPI. 8597 hlm. Sari E. 2009. Kajian Pengelolaan Wisata Air Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor [skripsi]. Departemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. xiii + 188 hlm. Soemarwoto O. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Ed ke-10. Djambatan. Jakarta. xii + 362 hlm.
99 Souza MBG, Barros CFA, Barbosa F, Hajnal E, & Padisak J. 2008. Role of Atelomixis in Replacement of Phytoplankton Assemblages in Dom Helvécio Lake, South-East Brazil. Hydrobiologia. 607 (1): 211-216 Stirn, J. 1981. Manual Methods in Aquatic Environment Research. Part 8. Rome: Ecological Assesment of Pollution Effect, FAO Surya G. 1998. Tingkat Kesuburan Perairan Situ Lengkong Panjalu, Ciamis, Jawa Barat Berdasarkan Kandungan Unsur P dan N. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 57 hlm. Suryadiputra INN. 2003. Penelitian Situ-Situ di Jabodetabek: Tantangan dan Harapan. Pusat Penelitian Biologi-LIPI. 205-228 hlm. Tebbut THY. 1992. Priciples of Water Quality Control. Fourth Edition. Pergamon Press. Oxford. 251 p.
Ubaidillah R, & Maryanto, I. 2003. Manajemen Bioregional JABODETABEK: Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan Danau. Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Bogor. xxvi + 404 hlm. Wall G. 1997. Forum:Is Ecotourism Sustainable?. Environmental Management. 21(4):483-491 Wulandari TW. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Danau. http://matakelabu.coffeecat.net [7 Mei 2009]. Yulianda F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah. Departemen Manajemen Sumberdaya perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Instut Pertanian Bogor. Yusuf. 2008. Lingkungan Danau Tempe. http://ekosistem-danautempe.blogspot.com [7 Mei 2009] Yoeti OA. 2000. Ekowisata Pariwisata Berwawasan Lingkungan. Penerbit Pertja. Jakarta. xxii + 173 hal.
100
LAMPIRAN
101 Lampiran 1. Gambar lokasi penelitian
102 Lampiran 2. Alat dan bahan yang digunakan untuk pengamatan kualitas air
Erlenmeyer
Timbangan digital
Secchi disk
pH meter
SCT meter
Van dorn water sampler
Inkubator
Planktonet
Botol BOD
Vacuum pump
Reagen untuk analisis DO & BOD
Tambang dan pemberat
GPS
Meteran
103 Lampiran 3. K uisioner untuk wisatawan A. Data Pribadi Wisatawan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Asal/ Tempat Tinggal : 5. Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/S1/S2/S3 6. Pekerjaan : 7. Pendapatan : a. Kurang dari Rp.500.000,b. Rp.500.000,- sampai Rp. 1000.000,c. Rp. 1000.000,- sampai Rp. 2000.000,d. Lebih dari Rp. 2000.000,8. Biaya yang dikeluarkan untuk berwisata ke kawasan Situ Babakan : a. Kurang dari Rp.10.000,b. Rp. 10.000,- sampai Rp.30.000,c. Rp. 30.000,- sampai Rp. 50.000,d. Lebih dari Rp. 50.000,B. Motivasi Wisatawan 1. Dari manakah saudara/i mendapat informasi mengenai Situ Babakan? a. Teman b. Radio / Televisi c. Leaflet / brosur d. Lainnya........... 2. Apakah sebelumnya saudara/i pernah berkunjung ke Situ Babakan ? a. Belum pernah b. Pernah, berapa kali?........... 3. Apa yang mendorong saudara/i berkunjung ke tempat ini ? a. Belum pernah berkunjung ke tempat ini b. Mudah dijangkau c. Diajak teman Lampiran 3. (lanjutan) d. Pemandangan indah e. Lainnya........... 4. Apakah tujuan saudara/i mengunjung tempat ini? a. Menikmati keindahan alam b. Mengisi waktu luang c. Menghilangkan stres dari aktifitas-aktifitas keseharian d. Menikmati aktifitas wisata yang ditawarkan e. Lainnya………. 5. Mengapa saudara/i memilih tempat ini? a. Aksesibilitasnya yang mudah b. Biaya murah c. Fasilitas Lengkap d. Lainnya……….. C. Persepsi Wisatawan 1. Apakah saudara/i merasa puas melakukan kegiatan di kawasan wisata Situ Babakan? a. Sangat puas, karena……….. b. Puas, karena……….. c. Cukup puas, karena………. d. Tidak puas, karena……….. e. Sangat tidak puas, karena………..
104 Lampiran 3. (lanjutan) 2. Apakah saudara/i mengerti dengan konsep ekowisata? a. Ya b. Tidak 3. Apakah saudara/i setuju jika kawasan wisata Situ Babakan dijadikan sebagai kawasan ekowisata? a. Ya, karena ........... b. Tidak, karena. .......... 4. Apakah saudara/i setuju dengan adanya pembatasan jumlah pengunjung ke kawasan wisata Situ Babakan? a. Ya, karena ........... b. Tidak, karena. .......... 5. Apa menurut saudara/i yang menjadi hambatan untuk datang ke kawasan wisata Situ Babakan? a. Kondisi jalan yang menuju ke kawasan Situ Babakan b. Lalu lintas yang sering macet c. Tiket masuk yang terlalu mahal d. Susah menemukan lokasi e. Tidak ada waktu luang f. Lainnya.......... 6. Apakah menurut saudara/i fasilitas di kawasan wisata sudah cukup atau tidak? a. Cukup, karena............ b. Tidak, karena ............ 7. Kekurangan di kawasan wisata Situ Babakan? a. Kenyamanan kurang karena sampah b. Pelayanan kurang ramah c. Jenis-jenis aktifitas wisata kurang beranekaragaman d. Fasilitas kurang e. Kenyamanan kurang karena terlalu ramai f. Lainnya........... 8. Menurut saudara/i harga tiket masuk sekarang ke kawasan wisata Situ Babakan? a. Mahal b. Sedang c. Murah 9. Bagaimana pendapat saudara/i terhadap kelestarian lingkungan Situ Babakan? a. Baik, karena........... b. Kurang baik, karena........... c. Buruk, karena..........
105 Lampiran 3. (lanjutan) 10. Persepsi wisatawan terhadap kondisi, jumlah, fasilitas dan lingkungan yang ada di kawasan wisata Situ Babakan No. 1. 2. 3 4. 5. 6. 7. 8.
Aspek Penilaian/Parameter
11. 12. 13. 14. 15. No.
Aspek Penilaian/Parameter
10.
1. 2. 3. 4.
Kriteria / Persepsi Cukup Kurang
Tidak Tahu
Baik
Kriteria / Persepsi Cukup Kurang
Tidak Tahu
Aksesibilitas Pelayanan oleh pengelola Keamanan kawasan wisata Kenyamanan dalam kawasan Keindahan Kawasan Wisata Kebersihan lingkungan Kebersihan air Keaslian lingkungan Peraturan yang ada dalam kawasan Sistem tata ruang dan tata letak fasilitas Fasilitas rekreasi: Tempat sampah Toilet Tempat ibadah Taman duduk
9.
Baik
Tempat bermain anak Warung penjualan makanan Toko souvenir Fasilitas perahu
D. Aktivitas Wisatawan 1. Saudara/i datang ke tempat ini a. Sendiri b. Berdua c. Keluarga d. Kelompok/Rombongan Lampiran 3. (lanjutan) 2. Jenis kendaraan yang saudara/i gunakan untuk mencapai lokasi ini? a. Kendaraan pribadi b. Sewa / carter c. Kendaraan umum (angkot/ojek) d. Jalan kaki 3. Perlengkapan yang saudara/i bawa ke kawasan wisata a. Kamera b. Handycam c. Tape Recorder d. Lainnya………. 4. Kegiatan yang saudara/i lakukan di tempat ini a. Piknik b. Mancing c. Fotografi d. Menikmati keindahan alam e. Lainnya………..
106 Lampiran 3. (lanjutan) 5.
6.
7.
Dimanakah saudara/i membuang sampah? a. Tempat sampah b. Ke Situ Babakan c. Dibuang begitu saja Apakah saudara/i berkeinginan untuk kembali berkunjung atau melakukan rekreasi di Situ Babakan kembali ke depannya? a. Ya, karena……….. b. Tidak, karena……….. Apakah saudara/i merasa nyaman apabila kawasan wisata dipadati oleh pengunjung lain pada saat anda berwisata ke kawasan ini? a. Nyaman b. Biasa aja c. Kurang nyaman d. Tidak nyaman
Lampiran 3. (lanjutan) 8. Apakah saudara/i setuju adanya pembatasan pengunjung dalam kurun waktu tertentu di kawasan wisata? a. Setuju, karena……….. b. Tidak setuju, karena……….. 9. Selama kunjungan saudara/i di kawasan ini, apakah ada aktivitas wisata yang menurut anda berpotensi untuk dikembangkan? a. Ya, yaitu……….. b. Tidak tahu/ada 10. Sebaiknya aktivitas wisata apa yang perlu penambahan atau perbaikan? a. Memancing b. Berkemah c. Perahu d. Duduk Santai e. Lainnya……….. 11. Menurut saudara/i apakah ada kegiatan yang merusak lingkungan di kawasan ini? a. Ada, yaitu……….. b. Tidak ada
107 Lampiran 4. Kuisioner untuk masyarakat sekitar A. Data Pribadi Masyarakat Sekitar 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/S1/S2/S3 5.Status dalam keluarga : 6. Pekerjaan : 7. Pendapatan per bulan : a. Kurang dari Rp.500.000,b. Rp.500.000,- sampai Rp. 1000.000,c. Rp. 1000.000,- sampai Rp. 2000.000,d. Lebih dari Rp. 2000.000,B. Manfaat dan Pengaruh Wisata 1. Manfaat yang diperoleh : a. Kondisi jalan menjadi baik b. Membuka lapangna kerja / ada kesempatan berusaha c. Bisa berinteraksi dengan wisatawan d. Tidak ada manfaat yang dirasakan e. Lainnya……….. 2. Pengaruh / dampak negatif yang saudara/i lihat atau rasakan dengan adanya kegiatan wisata : a. Terpengaruhnya kehidupan masyarakar oleh perilaku wisatawan b. Kotornya kawasan c. Tercemarnya perairan d. Tingkat keamanan masyarakat terganggu e. Tidak ada kekhawatiran apa-apa f. Lainnya……….. 3. Bentuk kerjasama / bantuan yang dilakukan pengelola dengan masyarakat yang saudara/i tahu atau rasakan : a. Terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar b. Tidak ada bantuan apa-apa Lampiran 4. (lanjutan) c. Bantuan modal untuk usaha di sekitar kawasan wisata. d. Lainnya………. 4. Pengaruh yang sudah ada pada masyarakat akibat perilaku wisatawan : a. Perilaku berpakaian (ada / cenderung / tidak ada) b. Perilaku berbicara (ada / cenderung / tidak ada) c. Tingkah laku (ada / cemderung / tidak ada) d. Lainnya………. C. Aktivitas Masyarakat di kawasan Situ Babakan 1. Sudah berapa kali saudara/i masuk ke kawasan Situ Babakan? a. Satu kali b. Dua kali c. Lebih dari dua kali d. Lainnya……….. 2. Aktivitas yang dilakukan dalam kawasan wisata Situ Babakan? a. Bekerja b. Berdagang c. Lainnya……….. 3. Pernahkah saudara/i melakukan kegiatan untuk menjaga kelestarian lingkungan Situ Babakan? a. Belum pernah b. Pernah, yaitu……….. 4. Apakah menurut saudara/i pengelolaan kawasan wisata Sitru Babakan ini sudah menjaga kelestarian alamnya? a. Ya, karena……….. b. Tidak
108 Lampiran 4. (lanjutan) 5. Apakah saudara/i senang dengan adanya kawasan wisata ini? a. Ya, karena……….. b. Tidak 6. Setujukah saudara/I apabila tanah milik masyarat dibeli oleh pengelola dan dibangun fasilitas hotel/restoran di kawasan wisata? a. Ya, karena……….. Lampiran 4. (lanjutan) b. Tidak, karena………. 7. Apakah menurut saudara/i ada aktivitas wisata yang mengganggu kenyaman masyarakat sekitar? a. Ya, yaitu………… b. Tidak ada D. Persepsi ekowisata dan sumberdaya alam situ 1. Apakah saudara/i mengerti apa yang dimaksud dengan ekowisata? 2. Apakah saudara/i setuju kawasan wisata Situ Babakan dikelola oleh pihak pengelola saat ini (dalam hal ini Pemda setempat)? 3. Harapan-harapan yang diinginkan terhadap pengelola kawasan wisata. 4. Potensi sumberdaya alam danau apa saja yang saudara/i ketahui yang dapat dijadikan untuk pengembangan wisata? 5. Menurut saudara/i apakah sumberdaya alam Situ Babakan sudah terjadi kerusakan/pencemaran? 6. Apa tanggapan saudara/i bila kawasan ini sudah terjadi kerusakan/ pencemaran? 7. Harapan-harapan saudara/i terhadap pengelola mengenai kerusakan/pencemaran yang terjadi. 8. Apa yang dilakukan saudara/i dalam mengurangi kerusakan/ pencemaran di kawasan wisata?
109 Lampiran 5. Panduan wawancara dengan pihak pengelola kawasan Setu Babakan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
21.
Riwayat singkat kawasan wisata Setu Babakan Potensi yang dimiliki oleh kawasan wisata Setu Babakan Pemanfaatan yang telah dilakukan pengelola terhadap kawasan wisata Pengelolaan objek wisata yang sudah berjalan hingga saat ini, konsep wisata yang dijalankan dan pembatasan mengenai daya dukung kawasan Kebijakan-kebijakan yang berlaku dalam pengelolaan kawasan wisata Aliran kebijakan wewenang/peraturan pengelolaan kawasan wisata dari pusat hingga sampai ke lapangan Rencana pengembangan yang sudah ada dan akan dilakukan Kegiatan-kegiatan promosi yang telah dilakukan Permasalahan atau kendala yang terjadi dalam pengelolaan kawasan wisata termasuk saat di lapangan. Solusi atau tindakan dalam menghadapi permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kawasan Kerjasama yang sudah dilakukan untuk pengembangan pengelolaan wisata Pengelola setuju atau tidak untuk melibatkan masyarakat dalam mengelola kawasan wisata? (Jika ya, dalam bentuk apa saja?) Anggaran/ biaya yang dikeluarkan/dibutuhkan utnuk pengelolaan wisata Pendapatan yang diperoleh Jumlah karyawan/ pegawai, tingkat pendidikan dan pendapatan Jumlah wisatawan dalam satu tahun terakhir Objek-objek wisata yang mengelilingi atau berdekatan dengan kawasan objek wisata Situ Babakan Pengaruh objek wisata lain yang berdekatan dengan Situ Babakan Peta-peta kawasan Sumberdaya alam situ yang belum dimanfaatkan secara optimal Apakah setuju dengan konsep ekowisata dan pembatasan jumlah pengunjung?
Lampiran 6. Panduan wawancara instansi terkait 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Pendapat tentang keberadaan Kawasan wisata Situ Babakan Pendapat tentang kondisi Kawasan wisata Situ Babakan saat ini Rencana pengembangan Pemda Provinsi DKI Jakarta dan Pemda Kotamadya Jakarta Selatan yang sedang dan akan dilakukan terhadap pengelolaan kawasan wisata Situ Babakan Kondisi sarana dan prasarana ekonomi, kesehatan, transportasi, komunikasi, dan keamanan, serta budaya masyarakat setempat Permasalah yang ada dalam masyarakat dan tingkat pengangguran Tindakan/usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi Potensi yang dimilki masyarakat seputar budaya atau keterampilan khas dan unik yang dapat dikembangkan Pendapat mengenai kelestarian lingkungan sekitar dikaitkan dengan adanya pengelolaan kawasan wisata Situ Babakan Pendapat mengenai dampak positif dari adanya kawasan wisata Situ Babakan Pendapat mengenai dampak negatif dari adanya kawasan wisata Situ Babakan Setuju atau tidak Situ Babakan dijadikan kawasan wisata Harapan/keinginan bagi pengelolaan kawasan wisata air yang berkelanjutan Apakah mau mendukung pengembangan wisata sesuai dengan kompetensi dari instansi yang terkait?
110 Lampiran 7. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air PARAMETER
Temperatur Residu terlarut Residu tersusupensi
SATUAN
KELAS
KETERANGAN
I
II
°C
dev 3
dev 3
mg/L
1000
1000
1000
1000
mg/L
50
50
400
400
6-9
III
IV
FISIKA dev 3 dev 3
Deviasi temperatur dari kondisi alamiahnya Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu tersuspensi ≤5000 mg/L
KIMIA ANORGANIK Apabila secara alamiah dan rentang waktu 6-9 6-9 5-9 tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah 3 6 12
pH
mg/L
BOD
mg/L
2
COD
mg/L
10
25
50
100
DO Total fosfat sebagai P NO3 sebagai N
mg/L
6
4
3
0
mg/L
0,2
0,2
1
5
mg/L
10
10
20
20
NH3
mg/L
0,5
(-)
(-)
(-)
Arsen
mg/L
0,05
1
1
1
Kobalt
mg/L
0,2
0,2
0,2
0,2
Barium
mg/L
1
(-)
(-)
(-)
Boron
mg/L
1
1
1
1
Selenium
mg/L
0,01
0,05
0,05
0,05
Kadmium
mg/L
0,01
0,01
0,01
0,01
Khrom (VI)
mg/L
0,05
0,05
0,05
0,01
Tembaga
mg/L
0,02
0,02
0,02
0,02
Besi
mg/L
0,3
(-)
(-)
(-)
Timbal
mg/L
0,03
0,03
0,03
(-)
Mangan
mg/L
0,1
(-)
(-)
(-)
Air raksa
mg/L
0,001
0,002
0,002
0,005
Khlorida
mg/L
600
(-)
(-)
(-)
Sianida
mg/L
0,02
0,02
0,02
(-)
Fluorida Nitrit sebagai N Sulfat
mg/L
0,5
1,5
1,5
(-)
mg/L
0,06
0,06
0,06
(-)
mg/L
400
(-)
(-)
(-)
Khlorin bebas Belerang sebagai H2S
mg/L
0,03
0,03
0,03
(-)
mg/L
0,002
0,002
0,002
(-)
Fecal coliform
jml/100ml
100
1000
2000
2000
Total coliform
jml/100ml
1000
5000
10000
10000
Angka batas minimum
Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan peka ≤ 0,02 mg/L
Bagi pengolahan air minum konvensional, Cu ≤ 1 mg/L Bagi pengolahan air minum konvensional, Fe ≤ 5 mg/L Bagi pengolahan air minum konvensional, Pb ≤ 0,1 mg/L
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2N≤1 mg/L Bagi ABAM tidak dipersyaratkan Bagi pengolahan air minum secara konvensional, S sebagai H2S <0,1 mg/L
MIKROBIOLOGI
RADIOAKTIVITAS Gross-A
Bq/L
0,1
0,1
0,1
0,1
Gross-B
Bq/L
1
1
1
1
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform ≤2000 jml/100 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, total coliform ≤10000 jml/100
111 Lampiran 7. (lanjutan) PARAMETER
SATUAN
KELAS I
II
KETERANGAN
III
IV
KIMIA ORGANIK Minyak dan lemak Deterjen sebagai MBAS Senyawa Fenol sebagai Fenol BHC
µg/L
1000
1000
1000
(-)
µg/L
200
200
200
(-)
µg/L
1
1
1
(-)
µg/L
210
210
210
(-)
Aldrin/Dieldrin
µg/L
17
(-)
(-)
(-)
Chlordane
µg/L
3
(-)
(-)
(-)
DDT Heptachlor dan Heptachlor epoxide Lindane
µg/L
2
2
2
2
µg/L
18
(-)
(-)
(-)
µg/L
56
(-)
(-)
(-)
Methoxychlore
µg/L
35
(-)
(-)
(-)
Endrin
µg/L
1
4
4
(-)
Toxaphan
µg/L
5
(-)
(-)
(-)
Keterangan: Mg : milligram µg/L : microgram mL : milliliter L : liter Bq : bequerel MBAS : Methylene Blue Activa Sunstance ABAM : Air Baku Untuk Air Minum Logam berat merupakan logam terlarut, kecuali untuk pH dan DO Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum Nilai DO merupakan batas minimum Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut tidak dipersyaratkan Tanda ≤ adalah lebih kecil atau sama dengan Tanda < adalah lebih kecil
112 Lampiran 8. Matriks kesesuaian lahan untuk ekowisata perairan tawar kategori wisata danau No
Parameter
Bobot
Kategori Baik
Kategori Cukup Baik
Skor
Skor
Kategori Buruk
Skor
Sepeda air 1. 2. 3. 4. 5.
Warna Perairan Bau Kedalaman perairan (m) Vegetasi yang hidup di tepi danau Kecepatan arus (m/s)
5
Hijau jernih
3
5
Tidak berbau
3
Hijau kecoklatan Sedikit berbau
2
Cokelat kehitaman Berbau
4
2<x≤3
3
3≤x≤5
2
x<1; x>5
1
3
Kelapa, meranti, pinus
3
1 dari 3
2
Semak belukar tinggi
1
3
0<x≤0,15
3
0,15<x≤0,30
2
0,30<x≤0,50
1
2
1 1
Memancing 1. 2. 3.
Kelimpahan ikan Jenis ikan Kedalaman perairan (m)
3
Sangat banyak Lebih dari 4
1
1≤x<3
5
3
Banyak
2
Sedikit
1
3
2-3
2
<2
1
3
3<x≤5
2
X<1 ; x>5
1
3
1≤ x<8
2
<1
1
3
2-3 dari 4 pemandangan
2
Satu dari 4 pemandangan
1
3
1 dari 3
2
Belukar tinggi
1
Duduk santai 1. 2.
3. 4. 5.
Lebar tepi danau (m) Pemandangan Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan daratan Biota berbahaya
1 5
5
x≥8 situ, hutan, pegunungan, sungai Kelapa, cemara, akasia
3
Rumput/pasir
3
Tanah liat
2
Lumpur/batu
1
3
Tidak ada
3
1 jenis
2
> 1 jenis
1
Satu dari 4 pemandangan
1
Belukar tinggi
1
Tidak ada
1
Satu dari 4 pemandangan
1
1.
Pemandangan (object view)
5
2.
Vegetasi yang hidup di tepi
4
3.
fauna
3
1.
Pemandangan (object view)
5
Pengambilan gambar untuk foto dan shooting Situ, hutan, 2-3 dari 4 pegunungan, 3 2 pemandangan sungai Kelapa, meranti, 3 1 dari 3 2 pinus Ikan, burung, 3 1 dari 4 2 monyet, rusa Flying fox Situ, hutan, 2-3 dari 4 pegunungan, 3 2 pemandangan sungai
Sumber : Yulianda (2007)
Keterangan: Nilai maksimum = 51 (sepeda air), 27 (memancing), 51 (duduk santai), 36 (pengambilan gambar untuk foto dan shooting). Keterangan : Jumlah = (Skor x Bobot) S1 = Sangat sesuai, dengan nilai >83% S2 = Cukup sesuai, dengan nilai 50% -<83% S3 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 17%-< 50% N = Tidak sesuai, dengan nilai < 17%
113 Lampiran 9. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata No
1 2 3 4 5 6
Kegiatan
Waktu yang dibutuhkan Wp-(jam)
Kemah Perahu Memancing Duduk santai Pengambilan gambar untuk foto. Flying fox
Total waktu 1 hari Wt-(jam) 48 0,50 3 2
72 8 6 8
8
8
0,25
8
Sumber : Yulianda (2007)
Lampiran 10. Potensi ekologis pengunjung (K) dan Luasan area kegiatan (Lt)
Jenis kegiatan
∑ Pengunjung (orang)
Unit area (Lt)
2
Keterangan Dihitung luas situ yang dibutuhkan untuk 2 orang (1 sepeda air) untuk mengelilingi situ sebesar 62,5 m x 10 m Setiap satu orang membutuhkan jarak pancing dari darat ke perairan sepanjang 2 m
Sepeda air
2
625 m
Memancing
1
2m
Duduk santai
1
5m
Setiap satu orang membutuhkan ruang untuk untuk duduk santai sepanjang 5m
Pengambilan gambar untuk foto dan shooting
1
50 m
1 orang setiap 50 m panjang tepi situ
Sumber : Yulianda (2007)
114 Lampiran 11. Kelimpahan plankton di Setu Babakan a. fitoplankton No
Genus
Kelimpahan plankton (sel/l)
Bacillariophyceae 1
Melosira
10750
2
Nitszchia
5125
3
Navicula
10000
4
Synedra
5903
5
Cyclotella
2750
6
Meugeotia
1250
Pinnularia
500
1
Sphaerocystis
191750
2
Chlorella
258625
3
Cruchigenia
1250
4
Pediastrum
5125
5
Choroococcus
302125
6
Coelastrum
1625
7
Scenedesmus
500
1
Oscillatoria
7750
2
Spirulina
5375
3
Microcystis
8250
4
Tetrastrum
750
5
Lyngbya
375
Peridinium
250
1
Euglena
127375
2
Trechelomonas
3250
3
Phacus
250
Genus
Kelimpahan plankton (sel/l)
1
Nauplius
27875
2
Daphnia
500
3
Limnocalamus
2125
Branchionus
2875
Arcella
7000
7 Chlorophyceae
Cyanophyceae
Dinophyceae 1 Euglenaphyceae
b. Zooplankton No Crustacea
Rotifera 1 Protozoa 1
115 Lampiran 12. Vegetasi di sekitar Setu Babakan No
Nama tanaman
Nama latin
1
Andong
Cordilyn fruticosa linn
2
Jarak
Jatropha multifida
3
Melinjo
Gnetum gnemon
4
Kelapa
Cocos nucifera
5
Nangka
Anthocarpus heterophilus
6
Mengkudu
Morinda citrifolia
7
Meranti
Shorea pinanga
8
Karet
Ficus elastic Roxb.
9
Kecapi
Sandoricum loetjape
10
Rambutan
Nephelium lappaceum
11
Aren
Arenga pinnata
12
Pinus
Pinus merkusii
13
Belimbing
Averhoa bilimba L
14
Duku condet
Lansium domesticum Var. condet
15
Durian sitokong
Durio zibetinus Murr.Var. Sitokong
16
Menteng
Baccauria rasemosa
17
Matoa
Pometia pinnata
18
Bambu
Bambusa Sp
19
Asem
Tamarindus indica
20
Buni
Antidesma bunius
21
Jambu biji
Psidium guajava
22
Jambu bol
Eugenia malaccensis
23
Pepaya
Carica papaya
24
Pisang
Musa sp
116
Lampiran 13. Lokasi penelitian untuk kesesuaian wisata Setu Babakan
116
117 Lampiran 13. (Lanjutan)
Lokasi 1
Lokasi 2
Lokasi 3
Lokasi 4
Lokasi 5
Lokasi 6
Lokasi 7
Lokasi 8
118 Lampiran 14. Indeks kesesuaian wisata di kawasan Setu Babakan 1. Sepeda air Skor
Ni (Bobot x skor)
Skor maks
Bobot
a. Kedalaman perairan (m)
5
2
10
3
N maks (Bobot x skor maks) 15
b. Kecepatan arus (m/s)
5
3
15
3
15
c. Bau
3
2
6
3
9
d. Vegetasi yang hidup di tepi situ
1
2
2
3
3
e. Warna perairan
1
2
2
3
Lokasi 1
Parameter
Jumlah
35
IKW (%) 2
77,78
a. Kedalaman perairan (m)
5
3
15
3
15
b. Kecepatan arus (m/s)
5
2
10
3
15
c. Bau
3
3
9
3
9
d. Vegetasi yang hidup di tepi situ
1
3
3
3
3
e. Warna perairan
1
2
2
3
3
Jumlah
39
IKW (%) 3
3 45
45
86.67
a. Kedalaman perairan (m)
5
3
15
3
15
b. Kecepatan arus (m/s)
5
2
10
3
15
c. Bau
3
3
9
3
9
d. Vegetasi yang hidup di tepi situ
1
3
3
3
3
e. Warna perairan
1
2
2
3
3
Jumlah
38
IKW (%)
45
86,67
4
IKW (%)
-
-
-
-
-
5
IKW (%)
-
-
-
-
-
6
IKW (%)
-
-
-
-
-
7
IKW (%)
-
-
-
-
-
8
IKW (%)
-
-
-
-
-
Skor
a. Kedalaman perairan (m)
5
2
Ni (Bobot x skor) 10
Skor maks
Bobot
3
N maks (Bobot x skor maks) 15
b. Kecepatan arus (m/s)
5
3
15
3
15
c. Bau
3
2
6
3
9
d. Vegetasi yang hidup di tepi situ
1
2
2
3
3
e. Warna perairan
1
2
2
3
3
2. Perahu kayu Lokasi 1
Parameter
Jumlah
35
IKW (%) 2
45
77,78
a. Kedalaman perairan (m)
5
3
15
3
15
b. Kecepatan arus (m/s)
5
2
10
3
15
119 Lampiran 14. (lanjutan) Bobot
Skor
c. Bau
3
3
Ni (Bobot x skor) 9
d. Vegetasi yang hidup di tepi situ
1
3
e. Warna perairan
1
2
Lokasi
Parameter
Jumlah
3
3
3
2
3
3
39
IKW (%) 3
3
N maks (Bobot x skor) 9
Skor maks
45
86.67
a. Kedalaman perairan (m)
5
3
15
3
15
b. Kecepatan arus (m/s)
5
2
10
3
15
c. Bau
3
3
9
3
9
d. Vegetasi yang hidup di tepi situ
1
3
3
3
3
e. Warna perairan
1
2
2
3
Jumlah
39
IKW (%)
3 45
86,67
4
IKW (%)
-
-
-
-
-
5
IKW (%)
-
-
-
-
-
6
IKW (%)
-
-
-
-
-
7
IKW (%)
-
-
-
-
-
8
IKW (%)
-
-
-
-
-
3. Memancing Lokasi 1
Parameter
Skor maks
3
Ni (Bobot x skor) 15
3
N maks (Bobot x skor maks) 15
3
9
3
9
6
3
Bobot
Skor
a. Kelimpahan ikan
5
b. Jumlah jenis ikan
3
c. Kedalaman perairan (m)
3
2
Jumlah
30
IKW (%) 2
90,91
a. Kelimpahan ikan
5
2
10
3
15
b. Jumlah jenis ikan
3
2
6
3
9
c. Kedalaman perairan (m)
3
3
9
3
Jumlah
25
IKW (%) 3
9 33
9 33
75.76
a. Kelimpahan ikan
5
1
5
3
15
b. Jumlah jenis ikan
3
3
9
3
9
c. Kedalaman perairan (m)
3
2
6
3
9
Jumlah
20
IKW (%)
33
60,61
4
IKW (%)
-
-
-
-
-
5
IKW (%)
-
-
-
-
-
6
IKW (%)
-
-
-
-
-
7
IKW (%)
-
-
-
-
-
8
IKW (%)
-
-
-
-
-
120 Lampiran 14. (lanjutan) 4. Duduk santai Lokasi
Parameter
Bobot
Skor
1
IKW (%)
-
-
2 3 4
IKW (%) IKW (%) a. Lebar tepi situ (m) b. Pemandangan (objek view) c. Vegetasi yang hidup di tepi situ d. Hamparan dataran e. Biota Berbahaya Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi situ (m) b. Pemandangan (objek view) c. Vegetasi yang hidup di tepi situ d. Hamparan dataran e. Biota Berbahaya Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi situ (m) b. Pemandangan (objek view) c. Vegetasi yang hidup di tepi situ d. Hamparan dataran e. Biota Berbahaya Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi situ (m) b. Pemandangan (objek view) c. Vegetasi yang hidup di tepi situ d. Hamparan dataran e. Biota Berbahaya Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi situ (m) b. Pemandangan (objek view) c. Vegetasi yang hidup di tepi situ d. Hamparan dataran e. Biota Berbahaya Jumlah IKW (%)
5 5 5 3 1
3 3 3 2 3
5 5 5 3 1
3 2 3 3 3
5 5 5 3 1
3 2 3 2 3
5 5 5 3 1
3 3 2 2 3
5 5 5 3 1
3 1 2 1 3
5
6
7
8
Ni (Bobot x skor) -
Skor maks
15 10 15 6 3 54 94,74 15 10 15 9 3 52 91,23 15 10 15 6 3 49 85,96 15 15 10 6 3 49 85,96 15 5 10 3 3 36 63.16
3 3 3 3 3
15 15 15 9 3 57
3 3 3 3 3
15 15 15 9 3 57
3 3 3 3 3
15 15 15 9 3 57
3 3 3 3 3
15 15 15 9 3 57
3 3 3 3 3
15 15 15 9 3 57
-
N maks (Bobot x skor maks) -
121 Lampiran 14. (lanjutan) 5. Foto dan shooting
1
IKW (%)
-
-
Ni (Bobot x skor) -
2
IKW (%)
-
-
-
-
-
3
IKW (%)
-
-
-
-
-
4
a. Pemandangan (object view) b. Vegetasi yang hidup di tepi situ c. Fauna Jumlah IKW (%)
5 4 3
3 2 2
15 8 6 29 80,26
3 3 3
15 12 9 36
5
a. Pemandangan (object view) b. Vegetasi yang hidup di tepi situ c. Fauna Jumlah IKW (%)
5 4 3
3 3 2
15 12 6 33 91,67
3 3 3
15 12 9 42
6
a. Pemandangan (object view) b. Vegetasi yang hidup di tepi situ c. Fauna Jumlah IKW (%)
5 4 3
2 1 1
10 4 3 17 47,22
3 3 3
15 12 9 42
7
a. Pemandangan (object view) b. Vegetasi yang hidup di tepi situ c. Fauna Jumlah IKW (%)
5 4 3
3 2 1
15 8 3 26 72,22
3 3 3
15 12 9 42
8
a. Pemandangan (object view) b. Vegetasi yang hidup di tepi situ c. Fauna Jumlah IKW (%)
5 4 3
1 1 1
5 4 3 12 33,33
3 3 3
15 12 9 42
Bobot
Skor
5
1
5
2
5
1
Lokasi
Parameter
Bobot
Skor
Skor maks
-
N maks (Bobot x skor maks) -
6. Flying fox Lokasi 1 2 3 4
5
6
Parameter IKW (%) IKW (%) IKW (%) a. Pemandangan Jumlah IKW (%) a. Pemandangan Jumlah IKW (%) a. Pemandangan Jumlah IKW (%)
Ni (Bobot x skor) 5 5 33.33 10 5 66,67 5 5 33.33
Skor maks
3
N maks (Bobot x skor maks) 15 15
3
15 15
3
15 15
122
Lampiran 14. (lanjutan) Lokasi 7
8
Parameter
Bobot
Skor
5
3
5
1
a. Pemandangan Jumlah IKW (%) a. Pemandangan Jumlah IKW (%)
Ni (Bobot x skor) 5 5 33.33 15 15 100
Skor maks 3
N maks (Bobot x skor) 15 15
3
15 15
Lampiran 15. Kategori kesesuaian wisata di masing-masing lokasi Setu Babakan Lokasi
Memancing
Sepeda air
IKW
IKW
(%) 1
90,91
K
(%)
K
Perahu
Duduk
Foto dan
kayu
santai
shooting
IKW (%)
K
IKW (%)
K
IKW (%)
Flying fox
K
IKW (%)
K
SS
77,78
S
77,78
S
-
-
-
-
-
-
2
75,76
S
86,67
SS
86,67
SS
-
-
-
-
-
-
3
60,61
S
86,67
SS
86,67
SS
-
-
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
-
94,74
SS
80,56
S
33,33
SB
5
-
-
-
-
-
-
91,23
SS
91,67
SS
66,66
S
6
-
-
-
-
-
-
85,96
SS
47,22
SB
33,33
SB
7
-
-
-
-
-
-
85,96
SS
72,22
S
100,00
SS
8
-
-
-
-
-
-
63,16
S
33,33
SB
33,33
SB
123
Lampiran 16. Peta kesesuaian memancing
123
124
Lampiran 17. Peta kesesuaian sepeda air
124
125
Lampiran 18. Peta kesesuaian perahu kayu
125
126
Lampiran 19. Peta kesesuaian duduk santai
126
127
Lampiran 20. Peta kesesuaian foto dan shooting
127
128
Lampiran 21. Peta kesesuaian flying fox
128
129
Lampiran 22. Peta daya dukung kawasan di Setu Babakan
129
130 Lampiran 23. Karakteristik masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan berdasarkan jumlah contoh sebanyak 30 orang A. Data pribadi 1. Jenis kelamin No 1 2
Rasio jenis kelamin
Jumlah contoh (orang)
Laki-laki Perempuan Jumlah
Persentase (%) 13 17 30
43 57 100
2. Kelompok umur No
Kelompok umur (tahun)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah contoh (orang)
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 ≥ 50 Jumlah
Persentase (%) 2 5 6 3 8 2 3 0 1 30
7 27 20 10 17 6 10 0 3 100
1 3 12 7 6 1 30
Persentase (%) 27 10 40 23 20 3 100
3. Tingkat pendidikan No 1 2 3 4 5 6
Pendidikan terakhir
Jumlah contoh (orang)
SD SMP SMA D3 S1 S2 Jumlah
4. Jenis pekerjaan No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis pekerjaan Petani karyawan Pelajar Guru Wiraswasta PNS Ibu rumah tangga Jumlah
Jumlah contoh (orang)
Persentase (%) 0 4 5 3 6 0 8 30
0 13 17 20 10 13 27 100
131 Lampiran 23. (lanjutan) 5. Pendapatan per bulan No 1 2 3 4
Pendapatan per bulan < Rp.500.000,00 Rp.500.000,00 s/d Rp.1.000.000,00 Rp.1.000.000,00 s/d Rp.2.000.000,00 > Rp.2.000.000,00 Jumlah
Jumlah contoh (orang) 4 8 12 6 30
Persentase (%) 13 27 40 20 100
B. Pengetahuan masyarakat terhadap Setu Babakan berdasarkan jumlah contoh yang diwawancarai sebanyak 30 orang 1. Komposisi masyarakat yang mengetahui dan belum mengetahui adanya kawasan Setu Babakan Pengetahuan masyarakat Persentase No Jumlah contoh (orang) terhadap Setu Babakan (%) 1 Tahu 30 100 2 Tidak tahu 0 0 Jumlah 30 100 2. Jumlah kunjungan masyarakat sekitar ke kawasan Setu Babakan Jumlah contoh No Jumlah kunjungan (orang) Persentase (%) 1 Satu kali 0 0 2 Dua kali 3 10 3 Lebih dari dua kali 27 90 4 Berlum pernah 0 0 Jumlah 30 100 3. Aktifitas masyarakat di kawasan Setu Babakan Aktifitas masyarakat di Situ Jumlah contoh No Gede (orang) 1 Berdagang 2 Berekreasi 3 Bekerja Jumlah
Persentase (%) 3 6 21 30
56 83 10 100
C. Aspirasi, persepsi dan preferensi masyarakat sekitar terhadap pengembangan wisata di Setu Babakan berdasarkan jumlah contoh yang diwawancarai sebanyak 30 orang 1. Aspirasi masyarakat terhadap upaya pengembangan wisata di Setu Babakan No 1 2
Aspirasi masyarakat terhadap upaya pengembangan wisata di Setu Babakan Tidak Setuju Jumlah
Jumlah contoh (orang) 0 30 30
Persentase (%) 0 100 100
132 Lampiran 23. (lanjutan) 2. Manfaat yang diperoleh masyarakat sekitar dengan adanya kawasan wisata Setu Babakan Manfaat yang diperoleh Jumlah contoh Persentase No masyarakat (orang) (%) 1 Kodisi jalan yang baik 3 10 2 Membuka lapangan kerja 11 37 3 Tidak ada manfaat 4 13 4 Rekreasi 5 17 5 Berinteraksi dengan wisatawan 7 23 Jumlah 30 100 3. Pendapat masyarakat tentang keindahan alam yang dimiliki Setu Babakan Pendapat masyarakat tentang keindahan Jumlah contoh Persentase No alam yang dimiliki Setu Babakan (orang) (%) 1 Ya 30 100 2 Tidak 0 0 Jumlah 30 100 4. Dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata Jumlah contoh Persentase No Dampak negatif dari kegiatan wisata (orang) (%) Terpengaruhnya kehidupan masyarakat 1 2 7 oleh perilaku wisatawan 2 Kotornya kawasan 6 20 3 Tercemarnya perairan 5 17 4 Tingkat keamanan masyarakat terganggu 0 0 5 Tidak ada kekhawatiran apa-apa 17 56 Jumlah 30 100 5. Pengaruh dari perilaku wisatawan terhadap masyarakat Pengaruhdari perilaku wisatawan terhadap Jumlah contoh Persentase No masyarakat (orang) (%) 1 Perilaku berpakaian 4 14 2 Perilaku berbicara 4 13 3 Tingkah laku 3 10 4 Tidak ada pengaruh 15 50 5 Perilaku berpakaian dan tingkah laku 4 13 Jumlah 30 100 6. Pendapat masyarakat tentang aktifitas wisata kenyamanan masyarakat sekitar No 1 2
Pendapat tentang aktifitas wisata yang mengganggu kenyaman masyarakat sekitar Ya Tidak Jumlah
yang
mengganggu
Jumlah contoh (orang) 3 27 30
Persentase (%) 10 90 100
133
Lampiran 23. (lanjutan) 7. Bantuan yang diberikan pengelola terhadap masyarakat Bantuan yang diberikan pengelola Jumlah contoh Persentase No terhadap masyarakat (orang) (%) Terbukanya lapangan pekerjaan bagi 1 13 43 masyarakat sekitar 2 Tidak ada bantuan apa-apa 17 57 3 Bantuan modal berupa usaha 0 0 Jumlah 30 100 8. Pemahaman masyarakat terhadap ekowisata No 1 2
Pemahaman masyarakat terhadap ekowisata Ya Tidak Jumlah
Jumlah contoh (orang)
Persentase (%) 10 20 30
33 67 100
9. Persepsi masyarakat jika Setu Babakan dijadikan kawasan ekowisata Jumlah Persepsi masyarakat jika Setu Babakan Persentase No contoh dijadikan kawasan ekowisata (%) (orang) 1 Tidak setuju 7 23 2 Setuju 23 77 Jumlah 30 100 10. Pendapat masyarakat terhadap pengelolaan yang menjaga kelestarian alamnya Jumlah Pendapat masyarakat terhadap pengelolaan Persentase No contoh yang menjaga kelestarian alamnya (%) (orang) 1 Sudah 4 13 2 Belum 26 87 Jumlah 30 100 11. Harapan masyarakat terhadap upaya pengembangan wisata Setu Babakan No 1 2 3 4 5 6 7
Harapan pengembangan kawasan wisata air Situ Gede Menjaga kelestarian alam Membuka lapangan kerja baru Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Melakukan pembangunan fasilitas-fasilitas yang bermanfaat bagi masyarakat setempat Tidak punya harapan Bernuansa alami Tidak adanya pencemaran Jumlah
Jumlah contoh (orang) 8 5 2
Persentase (%) 27 17 6
4
13
0 6 5 30
0 20 17 100
134 Lampiran 24. Karakteristik wisatawan kawasan wisata Setu Babakan berdasarkan jumlah contoh yang diwawancarai sebanyak 30 orang A. Data pribadi wisatawan 1. Rasio jenis kelamin No 1 2
2. Umur No 1 2 3 4 5
Jenis Kelamin
Jumlah
Jumlah contoh (orang) 17 13 30
Presentase (%) 57 43 100
Umur (tahun)
Jumlah contoh (orang) 5 8 7 7 3 30
Persentase (%) 16 27 23 23 10 100
Jumlah contoh (orang) 27
Persentase (%) 90
3
10
30
100
Laki-laki Perempuan
< 20 20-29 30-39 40-49 > 50 Jumlah
3. Tempat tinggal No
Tempat tinggal
1
Jakarta
2
Luar Jakarta Jumlah
4. Tingkat pendidikan No Tingkat pendidikan 1 SD 2 SMP 3 SMA 4 D3 5 S1 6 S2 Jumlah
Jumlah contoh (orang)
Presentase (%)
0 3 11 7 8 1 30
0 10 37 23 27 3 100
5. Tingkat pendapatan wisatawan per bulan No
Pendapatan per bulan
Jumlah contoh (orang)
Presentase (%)
1
2
2
Rp.500.000-Rp.1.000.000
9
30
3
Rp.1.000.000-Rp.2.000.000
14
47
4
>Rp.2.000.000
5
17
30
100
Jumlah
6
135 Lampiran 24. (lanjutan) 6. Jenis pekerjaan wisatawan
4 5 7 4 8 2 30
Presentase (%) 13 17 23 13 27 7 100
7. Biaya yang dikeluarkan untuk berwisata ke Setu Babakan Biaya yang dikeluarkan ke Setu No Jumlah contoh (orang) Babakan 1
Rp.50.000 5 Jumlah 30
Presentase (%) 10 27 46 17 100
No 1 2 3 4 5 6
Jenis pekerjaan wisatawan Wiraswasta PNS Pelajar Guru Karyawan Ibu rumah tangga Jumlah
Jumlah contoh (orang)
B. Motivasi wisatawan berdasarkan jumlah contoh yang diwawancarai 30 orang 1. Sumber informasi yang diperoleh wisatawan Sumber informasi yang Jumlah contoh No diperoleh wisatawan (orang) 21 1 Teman 0 2 Radio/Televisi 0 3 Leaflet/brosur 3 4 Koran/majalah 5 5 Sendiri 1 6 Saudara 30 Jumlah 2. Intensitas berkunjung wisatawan Intensitas berkunjung No wisatawan 1
Belum pernah
2
Pernah Jumlah
Jumlah contoh (orang)
sebanyak
Presentase (%) 77 0 0 3 17 3 100
3
Presentase (%) 10
27
90
30
100
136 Lampiran 24. (lanjutan) 3. Dorongan wisatawan mengunjungi kawasan Setu Babakan Jumlah contoh No Dorongan datang ke Setu Babakan (orang) Belum pernah berkunjung ke Setu 1 2 Babakan 2 Mudah dijangkau 12 3 Diajak teman 5 4 Pemandangan indah 6 pemandangan indah dan diajak 2 5 teman Pemandangan indah dan mudah 3 6 dijangkau Jumlah 30
Presentase (%) 6 40 17 20 7 10 100
4. Tujuan wisatawan mengunjungi kawasan wisata Setu Babakan Jumlah contoh No Tujuan mengunjungi Setu Babakan (orang) 1 Menikmati keindahan alam 6 2 mengisi waktu luang 6 3 Menghilangkan stress 4 Menikmati aktifitas wisata yang ditawarkan 7 4 dan memancing 5 Makan 4 Menikmati keindahan alam dan mengisi 3 6 waktu luang Jumlah 30
Presentas e (%) 20 20 13 23 14 10 100
C. Persepsi wisatawan berdasarkan jumlah contoh yang diwawancarai sebanyak 30 orang 1. Kepuasan wisatawan dalam melakukan aktifitas wisata di Setu Babakan No 1 2 3 4
Kepuasan wisatawan melakukan aktifitas wisata di Setu Babakan Sangat puas Puas Cukup Tidak puas Jumlah
Jumlah contoh (orang) 8 17 5 0 30
Presentase (%) 27 56 17 0 100
2. Pendapat wisatawan mengenai harga tiket No 1 2 3
Harga tiket Mahal Sedang Murah Jumlah
Jumlah contoh (orang)
Persentase (%) 0 0 30 30
0 0 100 100
137 Lampiran 24. (lanjutan) 3. Hambatan wisatawan berkunjung ke Setu Babakan No 1 2 3 4 5
Jumlah contoh (orang) 11 0 8 0 11 30
Hambatan ke Setu Babakan Lalu lintas yang sering macet Tiket masuk yang terlalu mahal Tidak ada waktu luang Sulit menemukan lokasi Lalu lintas macet Jumlah
Persentase (%) 36 0 27 0 37 100
4. Pendapat wisatawan mengenai kelestarian lingkungan di kawasan wisata No 1 2 3
Kelestarian lingkungan
Jumlah contoh (orang) 21 9 0 30
Baik Kurang baik Buruk Jumlah
Persentase (%) 70 30 0 100
5. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di Setu Babakan No 1 2 3 4
Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di Setu Babakan Dayung Outbond Arena bermain anak Memancing Jumlah
Jumlah contoh (orang)
Persentase (%) 10 20 17 53 100
3 6 5 16 30
6. Persepsi wisatawan terhadap kondisi, jumlah, fasilitas dan lingkungan yang ada di kawasan wisata Setu Babakan Parameter
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
Baik
24
28
27
25
29
23 10
20
14
12
9
17
15
17
Cukup
5
2
2
3
1
4 15
7
7
10
8
8
9
Kurang
1
0
1
2
0
1
2
1
5
1
13
5
Tidak ada Tidak tahu Jumlah
0
0
0
0
0
2
3
2
4
7
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
30
30
30
30
30
30 30
30
30
30
Keterangan: A : Aksesibilitas B : Pelayanan oleh pengelola C : Keamanan di Situ Gede D : Kenyamanan dalam kawasan E : Keindahan F : Kebersihan lingkungan G : Kebersihan air H : Keaslian lingkungan I : Peraturan yang ada dalam kawasan J : Sistem tata ruang dan tata letak fasilitas wisata
P
Q
R
0
11
8
0
5
0
6
16
0
6
8
0
13
6
0
0
0
0
30
0
0
30
0
0
0
1
0
0
0
0
30
30
30
30
30
30
30
30
K L M N O P Q R
: Tempat sampah : Toilet : Tempat beribadat : Tempat duduk : Tempat bermain anak : Warung penjual makanan : Toko souvenir : Fasilitas perahu
138 Lampiran 24. (lanjutan) 7. Pendapat wisatawan mengenai pembatasan pengunjung di kawasan Setu Babakan Pendapat tentang pembatasan Jumlah contoh Persentase No pengunjung (orang) (%) 1 Setuju 20 77 2 Tidak setuju 10 33 Jumlah 30 100 8. Pendapat wisatawan mengenai ekowisata Pendapat tentang pembatasan No pengunjung 1 Mengerti 2 Tidak mengerti Jumlah
Jumlah contoh (orang) 18 12 30
Persentase (%) 60 40 100
9. Pendapat wisatawan mengenai dijadikannya kawasan Setu Babakan sebagai kawasan ekowisata Pendapat tentang pembatasan Jumlah contoh Persentase No pengunjung (orang) (%) 1 Setuju 30 0 2 Tidak setuju 0 100 Jumlah 30 100 D. Aktifitas wisatawan berdasarkan jumlah contoh yang diwawancarai sebanyak 30 orang 1. Kendaraan yang digunakan untuk mencapai kawasan Setu Babakan Jumlah contoh Persentase No Kendaraan yang digunakan (orang) (%) 1 Motor 23 77 2 Mobil 5 17 3 Sewa/carter 0 0 4 Angkot 0 0 5 Ojek 0 0 6 Jalan kaki 2 6 Jumlah 30 100 2. Perlengkapan yang dibawa untuk berwisata ke Setu Babakan Jumlah No Perlengkapan yang dibawa contoh (orang) 1 Kamera 20 2 Handycam 2 3 Tape recorder 0 5 tidak membawa perlengkapan 8 Jumlah 30
Persentase (%) 67 6 0 27 100
139 Lampiran 24. (lanjutan) 3. Keinginan wisatawan untuk kembali berkunjung ke Setu Babakan No 1 2
Keinginan untuk kembali
Jumlah contoh (orang)
Persentase (%) 0 100 100,00
0 100 30
Tidak Ya Jumlah
4. Pendamping wisatawan berkunjung ke Setu Babakan No 1 2 3 4
Pendamping wisatawan Sendiri Berdua Keluarga Rombongan Jumlah
Jumlah contoh (orang)
Persentase (%)
0 8 4 18 30
0 27 13 60 100
5. Aktifitas yang dilakukan di Setu Babakan No 1 2 3 4 5
Kegiatan yang dilakukan
Jumlah contoh (orang)
Memancing Fotografi Menikmati keindahan alam Piknik Piknik dan menikmati keindahan alam Jumlah
6. Kenyamanan berwisata saat kawasan dipadati pengunjung Jumlah No Tingkat kenyamanan contoh (orang) 1 Nyaman 12 2 Kurang nyaman 0 3 Tidak nyaman 0 5 Biasa saja 18 Jumlah 30
6 2 13 4 5 30
Persentase (%) 20 7 43 13 17 100,00
Persentase (%) 40 0 0 60 100
E. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan 1. Pendapat wisatawan atas pemberian sangsi terhadap wisatawan yang merusak lingkungan Jumlah contoh Persentase No Pendapat wisatawan atas pemberian sangsi (orang) (%) 30 100,00 1 Setuju 0 0,00 2 Tidak setuju 30 100,00 Jumlah
2. Bentuk pengembangan fasilitas di Setu Babakan Bentuk pengembangan No. fasilitas Jumlah contoh (orang) Presentase (%) 1 Alami 26 87 2 Modern 4 13 Jumlah 30 100
140 Lampiran 25. (lanjutan) 3. Tempat wisatawan membuang sampah berdasarkan jumlah contoh yang diwawancarai sebanyak 30 orang Jumlah contoh Persentase No Tempat pembuangan sampah (orang) (%) 1 Tempat sampah 23 77 2 Di buang begitu saja 5 17 3 Ke Setu Babakan 2 6 Jumlah 30 100,00
Lampiran 25. Daerah tujuan wisata di Jakarta No.
1.
2.
Spesifikasi Atraksi
Jarak dari Setu Babakan
Lokasi
Kepulauan Seribu
Wisata Bahari
Pemandangan keindahan kehidupan alam bawah laut seperti ikan dan terumbu karang
40-60 Km
Kepulauan Seribu
Kompleks Taman Impian Jaya ancol - Pantai ancol
Wisata Bahari
Pemandangan pantai utara Jakarta
30 Km
Jakarta Utara
Berbagai atraksi dan arena permainan Kolam renang besar dilengkapi dengan arena seluncur Pemandangan kehidupan bawah laut dari akuarium raksasa Koleksi benda-benda purbakala semenjak Jakarta didirikan Kawasan perbelanjaan dengan berbagai macam barang yang ditawarkan dengan harga murah BPameran berskala internasional Koleksi benda-benda purbakala peninggalan kerajaan-kerajaan di Indonesia Koleksi benda-benda bersejarah semenjak kemerdekaan Indonesia View Kota Jakarta dari ketinggian 150 meter Kesejukan taman di tengah Kota Jakarta
30 Km
Jakarta Utara
30 Km
Jakarta Utara
30 Km
Jakarta Utara
27 Km
Jakarta Utara
27 Km
Jakarta Utara
22 Km
Jakarta Pusat
20 Km
Jakarta Pusat
20 Km
Jakarta Pusat
Daerah wisata*)
Jenis Wisata
-
Dunia Fantasi
Wisata rekreasi
-
Water Boom Ancol
Wisata Air
-
Sea World
Wisata Bahari
3.
Museum Jayakarta
Wisata Budaya
4.
Kawasan Mangga Dua
Wisata Belanja
5.
Kawasan PRJ (kemayoran) Jakarta
Wisata Konveksi
6.
Museum Satria Mandala
Wisata Budaya
7.
Kompleks Monas - Monumen Nasional - Tugu Monumen Nasional -
Taman Monas
Wisata Budaya Wisata rekreasi Wisata Rekreasi
20 Km 20 Km
Jakarta pusat Jakarta Pusat
141 Lampiran 25. (lanjutan)
No.
8.
Daerah wisata*) Kompleks Taman Ismail Marzuki - Taman Ismail marzuki -
9.
10.
Planetarium
Kompleks Taman Mini Indonesia Indah (TMII) - Anjungan Propinsi seIndonesia
Spesifikasi Atraksi
Jarak dari Setu Babakan
Lokasi
Wisata Rekreasi
Ruang terbuka (taman) dan tempat berkumpulnya seniman muda Jakarta
17 Km
Jakarta Pusat
Wisata Minat Khusus
Mini teater mengenai kehidupan luar angkasa
17 Km
Jakarta Pusat
Wisata Budaya dan Minat Khusus
Rumah adat yang menyediakan informasi mengenai kebudayaan di Indonesia
10 Km
Jakarta Timur
10 Km
Jakarta Timur
10 Km
Jakarta Timur
10 Km
Jakarta Timur
15 Km
Jakarta Selatan
15 Km
Jakarta Selatan
15 Km
Jakarta Selatan
15 Km
Jakarta Selatan
14 Km
Jakarta Selatan
6 Km
Jakarta Selatan
Jenis Wisata
-
Kereta gantung dan Monorail
Wisata rekreasi
-
Teater IMAX Keong Mas
Wisata rekreasi
-
Berbagai Museum
Wisata Budaya
Kompleks Gelora Senayan - Gelanggang Olahraga Senayan - Jakarta Convention Center (JCC)
Wisata Olahraga
Wisata Konveksi
-
Plaza Senayan
Wisata Belanja
-
Taman Ria Senayan
Wisata Rekreasi
11.
Kawasan Blok-M
Wisata Belanja
12.
Kebun Binatang Ragunan
Wisata Alam
Alat transportasi untuk menikmati keindahan keseluruhan TMII Teater berbentuk Keong Mas yang menyajikan film tentang keindahan Indonesia Sumber informasi mengenai hal-hal tertentu, memiliki koleksi barangbarang unik dan langka Kompleks olahraga lengkap Pameran dan ruang konveksi berskala internasional Kawasan perbelanjaan eksklusif yang menawarkan produkproduk kualitas tinggi berskala internasional Arena permainan dan restoran eksklusif di tengah Kota Jakarta Kawasan perbelanjaan yang menawarkan beragam produk dari yang eksklusif hingga terjangkau Koleksi hewan yang lengkap