KAJIAN PELAKSANAAN KEGIATAN IN HOUSE TRAINING DENGAN POLA LESSON STUDY DAN ACTION RESEARCH PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI Reflecting of Implementation In House Training with Lesson Plan and Classroom Action Research at Biology Subject 1
Rahmi Susanti dan Sardianto Markos Siahaan 1
2
2)
Pendidikan Biologi FKIP Unsri, Pendidikan Fisika FKIP Unsri E-mail :
[email protected].
Abstract- Objectives of research are to know increasing of professional, pedagogic, personality, and social competencies biology teacher by planning, implementing, and evaluating of learning process. Sample of research that involved in house training (IHT) is biology teacher and student at five Junior High Schools in Bangka Province. The research used Method of evaluation training program “Kirpatrick Model” that consists of four stages such as (1) Reaction, (2) Learning, (3) Behavior, and (4) Result. Findings of research are (1) teachers were satisfied toward IHT implementation; (2) IHT program could not enhance cognitive both teacher and student; (3) there was no change regarding of teacher attitude change such as late in coming to teach and teacher did not do classroom action research and lesson study. The IHT had not enhanced professional teacher competencies especially promoting knowledge, doing research, writing academic manuscript, and developing of professional; and (4) There was no significant effect toward performance of participant IHT. The research concluded that IHT program was not success in increasing; teacher knowledge that related their subjects, teacher ability in research, teacher ability in writing, and teacher professional development. It means that IHT program can continue because participants were satisfied although the program should be revised at training model.
Keywords: In House Training, Lesson Study, Classroom Action Research, Biology
PENDAHULUAN Sub-Direktorat Pembelajaran pada Direktorat
PSMP
melaksanakan
selama
ini
dan
tindak
pembelajaran.
Namun
demikian,
menunjukkan
bahwa
sebagian
lanjut data besar
program
sekolah kurang optimal mengaplikasikan
peningkatan mutu pendidikan. Program-
ilmu dan kecakapan yang mereka peroleh
program
berupa
melalui berbagai macam bimbingan teknis
bimbingan teknis KTSP, bimbingan teknis
dan panduan yang mereka baca tersebut.
pembelajaran kontekstual, dan bimbingan
Dengan demikian bimbingan teknis atau
teknis penilaian serta penyediaan berbagai
penyediaan panduan operasional saja tidak
macam model dokumen pembelajaran dan
cukup
panduan
meningkatkan mutu pendidikan. Perlu ada
tersebut
berbagai
telah
pelaksanaan,
antara
operasional
lain
berbagai
macam
kegiatan yang terkait dengan penyiapan,
880
tindak
untuk
menjadikan
lanjut
Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_
dari
guru/sekolah
penyelenggaraan
bimbingan teknis/pelatihan/bentuk lainnya
guru terkait sejumlah kemampuan yang
agar
dibutuhkan
sekolah
mengaplikasikan
konsep-
guru
dalam
konsep pendidikan yang mutakhir untuk
kualitas
peningkatan layanan pendidikan.
implementasi pembelajaran di kelas, dan
Terkait dengan permasalahan di atas, perlu
ada
tindak
lanjut
penyelenggaraan
kemampuan siswa maupun kemampuan
konsep-konsep
peningkatan
agar
mutakhir
layanan
melakukan evaluasi berdasarkan tes standar
bimbingan
sekolah
yang
kelas,
yang dikembangkan (baik untuk mengukur
lainnya
pendidikan
di
dari
teknis/pelatihan/bentuk mengaplikasikan
pembelajaran
meningkatkan
guru). Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi,
maka
program
pelatihan
ini
untuk
dikembangkan secara bersiklus. Model ARP
pendidikan.
ini dipilih karena memiliki perangkat yang
Pembinaan akan lebih efektif dan efisien
lengkap
apabila
sekolah-per-sekolah
model pelatihan dari mulai pembinaan guru
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
hingga pola pengembangan model yang
sekolah
dilakukan
diberikan yang
bersangkutan.
Bahkan
pembinaan perlu dilakukan secara langsung dengan
melalui
penelitian
suatu
secara
Berdasarkan latar belakang di atas
sekolah
maka rumusan masalah dalam makalah ini
mengidentifikasi kebutuhan peningkatan
adalah “Apakah pelaksanaan kegiatan IHT
mutu,
ini
menetapkan
program,
warga
mengembangkan
berkesinambungan.
dengan fasilitator datang ke sekolah dan bersama-sama
dalam
tujuan,
melaksanakan
merancang
program,
dan
mengevaluasinya.
dapat
membantu
kompetensi
profesional,
meningkatkan pedagogis,
kepribadian, dan sosial guru, di tingkat SMP
Berkaitan dengan permasalahan ini
sehingga
mampu
merencanakan,
Direktorat PSMP mengembangkan pola
melaksanakan, dan mengevaluasi proses
kerjasama dengan Perguruan Tinggi (PT)
pembelajaran
dan PT mitra lainnya untuk menemukan
sekolah lainnya sesuai dengan kebutuhan
model pola pembinaan guru yang efektif
masing-masing sekolah?
dan
program-program
dan efisien. Menanggapi permasalahan ini, Universitas
Pendidikan
Indonesia
(UPI)
METODE PENELITIAN
bekerjasama dengan Universitas Sriwijaya (Unsri)
dan
PT
lainnya
Penelitian
ini
menggunakan
mencoba
metode evaluasi program pelatihan model
mengadopsi dan mengadaptasi pola Lesson
Kirkpatrick (1998) yang terdiri dari empat
Study dan Action Research Program (ARP)
bagian, yaitu: (1) Reaction; adalah evaluasi
yang diimplementasikan melalui kegiatan
untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta
IHT.
terhadap pelaksanaan suatu pelatihan, (2) ARP merupakan pola pembinaan
Learning; adalah evaluasi untuk mengukur
yang
secara
tingkat
diawali
ketrampilan, dan perubahan sikap peserta
dengan memberikan pembinaan kepada
setelah mengikuti pelatihan, (3) Behaviour;
guru
dikembangkan
berkesinambungan;
kegiatan
tambahan
pengetahuan,
Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS
881
adalah evaluasi untuk mengetahui tingkat
di kelas sesuai standar pembelajaran IPA
perubahan perilaku kerja peserta pelatihan
yang umum.
setelah kembali ke lingkungan kerjanya, dan (4)
Result;
adalah
evaluasi
untuk
mengetahui dampak perubahan perilaku
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kompetensi Profesional Guru Biologi
kerja peserta pelatihan terhadap tingkat produktivitas organisasinya.
Kemampuan
guru
dalam
menguasai materi pelajaran secara luas dan
Penelitian ini dilaksanakan di lima
mendalam, merupakan salah satu indikator
SMP Negeri di Kabupaten Bangka, yaitu:
kompetensi profesional guru. Dengan kata
SMP N 1 Sungailiat, SMP N 5 Sungailiat, SMP
lain,
N 1 Pemali, SMP N 2 Pemali dan SMP N 1
keahlian
Merawang. Subyek penelitian ini adalah
penguasaan materi yang harus diajarkan
guru IPA (Biologi) yang ikut sebagai peserta
dan metode pembelajarannya. Berdasarkan
pelatihan pada program IHT tersebut.
uraian tersebut, kompetensi profesional
Instrumen yang digunakan pada
kompetensi
guru
di
profesional
dalam
tercermin
meliputi
bidangnya,
dari
yaitu
indikator
(1)
penelitian ini sebagai berikut: 1) Tes; tes ini
kemampuan penguasaan materi pelajaran,
digunakan untuk mengevaluasi penguasaan
(2) kemampuan penelitian dan penyusunan
konsep-konsep pembelajaran IPA (Biologi).
karya
Tes penguasaan konsep berbentuk pilihan
pengembangan
ganda. Tes dilaksanakan sebanyak dua kali
pemahaman
yaitu di awal (tes awal) dan akhir (tes akhir).
landasan pendidikan. Gambar 1 berikut ini
2)
untuk
merupakan gambaran penguasaan guru IPA
mengetahui pendapat guru IPA (Biologi)
(Biologi) SMP yang ada di Kabupaten
sebagai
Bangka
Angket;
angket
peserta
digunakan pelatihan
tentang
ilmiah,
(3)
kemampuan
profesi, terhadap
terhadap
dan
(4)
wawasan
dan
bidang
studi
yang
penggunaan Lesson Study dan Action
diajarkannya. Guru yang dites adalah guru
Research Program pada program IHT yang
dari mata pelajaran biologi yang pernah ikut
diterapkan.
kegiatan IHT dan sedang berada di sekolah.
3)
Lembar
observasi,
untuk
mengobservasi keterlaksanaan pembelajaran
80 75 70 65 60 SMPN 1 Sungai SMPN 5 Sungai Liat Liat
SMPN 1 Merawang
Gambar 1. Penguasaan materi pelajaran oleh guru Biologi di SMPN 1, SMPN 5 Sungai Liat dan SMPN 1 Merawang Kabupaten Bangka
882
Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_
Berdasarkan Gambar 1 di atas
Nilai rerata yang dicapai SMPN 1 Pemali
dapat dilihat bahwa guru IPA Biologi di SMP
21,19.
Negeri 1 Merawang lebih menguasai materi
memprihatinkan, mengingat topik yang
pelajaran Biologi dibanding guru IPA Biologi
diujikan adalah sistem pencernaan yang
dari dua SMPN lainnya, meskipun guru
sudah dipelajari di kelas 7. SMPN 1
tersebut belum bisa menjawab dengan
Merawang menarik untuk diperhatikan,
benar
karena nilai rerata IPA Biologi tertinggi
seluruh
soal
yang
diberikan
Ini
tentu
saja
masih
sangat
kepadanya.
dibanding SMP lainnya, sementara lokasi
Hasil Belajar Siswa SMP di Kabupaten
sekolah ini tidak berada di kota seperti
Bangka
SMPN 1 dan SMPN 5 yang berada di tengah Rerata hasil tes kognitif IPA biologi
kota Sungailiat. Dari hasil yang diperoleh
pada Gambar 2 masih dibawah 60 yakni
tampaknya hasil IHT belum berdampak
nilai rerata yang dicapai SMPN 1 Merawang.
positif terhadap hasil belajar IPA (Biologi)
Selebihnya nilai rerata masih dibawah 50.
siswa.
Gambar 2. Rerata hasil tes kognitif IPA biologi
Pendapat Siswa tentang Pembelajaran IPA
setuju
Biologi SMP di Kabupaten Bangka
menggunakan
Berdasarkan
guru
IPA
(Biologi)
berbagai
media
yang
pembelajaran saat mengajar. Dalam hal
dilakukan terhadap angket yang diberikan
pemberian tugas, 59,59% siswa menyatakan
kepada siswa, diperoleh hasil bahwa guru
bahwa guru menugaskan siswa berdiskusi
IPA (Biologi) 80,45%. Semangat mengajar
kelompok, dan 64,50% guru IPA Biologi
guru IPA di Kabupaten Bangka ini termasuk
mengajarkan
kategori baik. Selanjutnya 80,02% siswa
kegiatan
menyatakan bahwa guru IPA (Biologi)
berupa masalah yang berhubungan dengan
mengajar sangat menyenangkan bagi siswa.
kehidupan sehari-hari dan penggunaan
Cara
laboratorium
mengajar
guru
perhitungan
bahwa
IPA
(Biologi)
di
Kabupaten Bangka ini dikategorikan baik.
IPA
praktikum.
oleh
dengan
melakukan
Penggunaan
guru
IPA
soal
dalam
pembelajaran dikategorikan cukup baik.
Penggunaan media sebagai alat bantu dalam mengajar dikategorikan cukup. Hal ini dinyatakan oleh sebanyak 69,11% siswa
Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS
883
Pendapat Guru Tentang Kegiatan IHT di
SIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI
Kabupaten Bangka
Berdasarkan hasil penelitian dapat
Setelah berakhirnya kegiatan IHT
disimpulkan bahwa: (1) guru-guru pada
hingga dengan saat ini, guru-guru peserta
umumnya
IHT tidak pernah melakukan kegiatan lesson
pelaksanaan IHT. (2) kegiatan IHT tidak
study baik di tingkat MGMP maupun lesson
dapat menambahkan pengetahuan guru
study di tingkat sekolah. Selain itu, guru-
pada mata pelajaran yang diajarkannya.
guru peserta IHT juga setelah berakhirnya
Begitu juga dengan kemampuan kognitif
kegiatan IHT hingga saat ini belum pernah
siswanya, Kemampuan kognitif guru ini
melakukan kegiatan penelitian tindakan
tampaknya
kelas (PTK). Ketika digali lebih lanjut, hampir
terhadap kemampuan kognitif siswanya. (3)
semua guru memberikan alasan tidak
ditinjau
melakukan kegiatan lesson study, karena
mengajar, tampaknya belum menunjukkan
jumlah guru yang ada di sekolah sangat
perubahan yang berarti. Guru-guru tidak
terbatas. Menurut mereka, jika mereka
pernah melakukan kegiatan lesson study
mengadakan kegiatan lesson study, maka
dan kegiatan PTK. Kegiatan IHT belum dapat
otomatis banyak kelas yang tidak akan
meningkatkan kompetensi profesional guru
belajar pada jam tersebut, tentu ini akan
secara
merugikan
penambahan
siswa.
Selanjutnya
ketika
menyatakan
memiliki
dari
puas
korelasi
perubahan
optimal
terhadap
sikap
positif dalam
terutama
pada
aspek
pengetahuan
pada
mata
ditanyakan mengapa tidak melakukan PTK,
pelajaran
yang
sebagian besar guru mengatakan tidak
kemampuan penelitian dan penyusunan
punya referensi sebagai kajian pustaka.
karya
Meskipun ada juga kepala sekolah yang
pengembangan profesinya; dan (4) dampak
sudah memberikan contoh laporan PTK,
perubahan perilaku kerja peserta pelatihan
tapi tetap saja guru-guru tidak percaya diri
terhadap tingkat produktifitas organisasinya
melakukan PTK karena minimnya sumber
tidak menunjukkan dampak yang signifikan.
ilmiah,
diajarkannya dan
serta
kemampuan
referensi yang mereka temukan. Dari data tersebut
tampak
bahwa
kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
penelitian dan penyusunan karya ilmiah,
Joni, T. Raka. (1984). Pedoman Umum Alat
serta kemampuan pengembangan profesi,
Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta:
dan pemahaman terhadap wawasan dan
Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud.
landasan pendidikan yang dimiliki guru
Kirkpatrick, Donald. (1998). Evalaution Training
masih sangat rendah. Artinya dari aspek
Programs: The Four Level. Second Edition.
Behaviour, sebagian besar guru-guru masih
San Fransisco: Berrett-Koehler Publisher,
seperti sebelum mengikuti IHT, meskipun
Inc Naugle.
hampir semua peserta menyatakan bahwa
Leibbrandt, G. (1999). The Unesco World
mereka sangat puas dengan kegiatan IHT
Conference on Higher Education in the
yang diikutinya.
21 Century and its Follow-up.
884
st
Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_
Makalah. International Seminar Managing Higher
Suma, K. (2004). Peningkatan Profesional Guru
Education in the Third Millennium,
Sains. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
October
IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
26-27.
Jakarta:
Bidakara
Complex. Majid,
XXXVII
Abdul.
(2005).
Perencanaan
Susilo, dkk. 2009. Lesson Study Berbasis Sekolah.
Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja
Malang: Bayumedia Publishing. Usman, Moh. Uzer. (1994). Menjadi Guru
Rosdakarya.
Profesional.
McDermoot, L.C. (1990). A persepective on
Bandung:
PT
Remaja
konfirmasi
(bukan
Rosdakarya
Teacher Preparation in Physics and Other Sciences. “The Need for
PERTANYAAN
Special Sciece Courses for Teachers”. American Journal of Physics. 58 (8), 734-742. Mulyasa,
E.,
(2003).
Kurikulum
Penanya 1: Damhuri Pertanyaan:
Berbasis
Hanya
pertanyaan )
Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Pak
Implementasi. Bandung: PT
pelaksanaan Lesson Study di daerahnya (Kendari).
Remaja
Rosdakarya.
Damhuri
menjelaskan
bagaimana
Selain itu, jangan sampai setelah proyek IHT (In
National Research Council (NRC).(1996). National
House Training ) selesai juga peningkatan kinerja
Science Education Standard. Washington
guru. Oleh karenanya harus ada pengawasan,
DC: National Press.
sebagai contoh di tempat saya (Kendari) setiap 3
Robbins, Stephen P., (2001), Organizational
bulan diadakan pertemuan guru-guru untuk
Behavior, New Jersey: Pearson Education
membahas
International.
pendidikan.
Santyasa, I. W. (2009), Implementasi Lesson Study Dalam Pembelajaran,
masalah
yang
dihadapi
dalam
Penanya 2: Ninik Kristiani
Seminar
Pertanyaan: Model yang perlu dikembangkan
dalam
adalah bagaimana mengubah mindset guru dan
Pembelajaran bagi Guru-Guru TK, Sekolah
pendampingan setelah pelaksanaan IHT. (Saran)
Implementasi
Lesson
Study
Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Nusa Penida, Tanggal 24 Januari 2009, di Nusa Penida. Terdapat pada:
http:
//www.freewebs.com/santyasa/pdf/IMPL EMENTASI_LESSON_STUDY.pdf,
diakses
tanggal 07 Mei 2013. Sudrajat, Ahmad. 2008. Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar. (online).(http://akhmadsudrajat.worpress .com/, diakses 16 Mei 2009)
Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS
885