Makalah disampaikan pada Seminar Nasional LS IV di FMIPA UM Tgl 12 November 2011. (Proseding ISBN: 978-602-97895-5-3)
Kajian Tentang Pelaksanaan Lesson Study Dalam Proses Pembelajaran Kimia Berbasis Inkuiri dan Berpusat pada Siswa Sri Rahayu Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang (UM) Email:
[email protected]
Abstract Many efforts have been done by Indonesian government to reform science education. The essence of the reform lies on decentralized educational system, competence-based curriculum, and reform of learning paradigm. The new curriculum 2006 suggests that pedagogy at all educational levels should be student-centered. In fact, however, many new instructional strategies haven’t really implemented in teachers’ profession. This because teachers don’t have supporting teaching culture dan there is no adequate system for teachers’ professional development. The purpose of this research is to examine the process of lesson study as an innovative approach dan to see its effectiveness in practice. Research subjects were 19 persons of MGMP chemistry teachers in Pasuruan City. The research was conducted in semester II 2008/2009 and semester II 2009/2010. Research design was descriptive qualitatively. Data was collected by observation, field note, interview and documentation and data in the form of interview transcript, field note, observation record and document. The data was content-analised, triangulated with other data and the results were described qualitatively and narratively. Results reveal that the lesson study activities done are effective in improving students’ active participation, instructional practice for students and teachers’ acquisition in professional development, teachers’ skills in classroom management, and teachers have positive perceptions towards the lesson study. Keywords: chemistry teacher, chemistry instruction, inquiry, lesson study, professional development, studentcentered Abstrak. Berbagai upaya dilakukan pemerintah Indonesia untuk memperbaharui pendidikan sains. Esensi dari pembaharuan tersebut terletak pada diterapkannya sistem pendidikan desentralisasi, kurikulum berbasis kompetensi dan reformasi paradigma belajar. Kurikulum baru 2006 menyarankan agar pedagogi yang diterapkan di semua level pendidikan seharusnya berpusat pada siswa. Namun kenyataan selama ini adalah berbagai strategi pembelajaran baru/ tidak pernah benar-benar diterapkan dalam profesi mengajar guru. Penyebabnya adalah kultur mengajar guru tidak mendukung dan tidak ada sistem yang memadai dalam pengembangan profesi guru. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji proses lesson study, sebagai pendekatan inovatif, dan melihat keefektifannya dalam praktek pembelajaran. Subyek penelitian adalah guru-guru kimia MGMP di Kota Pasuruan sebanyak 19 orang. Penelitian dilakukan pada semester II 2008/2009 dan semester II 2009/2010. Rancangan penelitian adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian dikumpulkan dengan cara observasi, catatan lapangan (field note), wawancara, dan dokumentasi dan data berupa transkrip interview, catatan lapangan, catatan observasi dan dokumen. Data ini dianalisis kontennya, ditriangulasikan dengan data yang lain dan hasilnya dideskripsikan secara kualitatif dan naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan lesson study yang telah dilakukan memberikan hasil yang efektif ditinjau dari meningkatnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, meningkatnya praktek pembelajaran yang dilakukan siswa dan perolehan guru dalam pengembangan profesi, meningkatnya ketrampilan guru dalam mengelola kelas, dan persepsi guru yang positif tentang kegiatan lesson study.
Sri Rahayu adalah Dosen FMIPA UM
Page 1
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional LS IV di FMIPA UM Tgl 12 November 2011. (Proseding ISBN: 978-602-97895-5-3) Pendahuluan Prestasi belajar siswa Indonesia dibandingkan dengan siswa dari negara-negara lain, misalnya Jepang, dalam bidang studi matematika dan sains relatif rendah. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata siswa dalam PISA (Program for International Student Assessment) 2003 and TIMSS (Third International Mathematics and Science Study) 1999 seperti nampak dalam Tabel 1 di bawah ini. Hasil PISA dan TIMSS ini merupakan salah satu pencetus untuk mereformasi pendidikan sains di Indonesia. Tabel 1. Perolehan skor rata-rata siswa Indonesia dan Jepang dalam bidang matematika dan sains (Lemke et al., 2004; Gonzales et al., 2000) Indonesia Jepang PISA 2003 (Matematika) 360 534 TIMSS 1999 (Matematika) 403 579 TIMSS 1999 (Sains) 435 550 Salah satu upaya untuk mereformasi pendidikan sains yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah reformasi kurikulum sekolah. Kurikulum yang diberlakukan saat ini adalah kurikulum baru 2006. Esensi dari berbagai program pembaharuan pendidikan sains terletak terletak pada diterapkannya sistem pendidikan desentralisasi, kurikulum berbasis kompetensi dan reformasi paradigma belajar (Sidi, 2008). Kurikulum baru 2006 menyarankan agar pedagogi yang diterapkan di seluruh level sekolah sebaiknya berpusat pada siswa dengan menekankan kreativitas, kompetensi, kecakapan hidup dan pengalaman hands-on (Badan Nasional Standar Pendidikan, 2007). Oleh karena itu, guru bidang studi sains baik di level SD, SMP maupun SMA diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi siswa dalam membangun pemahaman konsep dan ketrampilan sains serta sikap ilmiah. Selama ini, berbagai strategi pembelajaran baru yang dipandang inovatif tidak pernah benar-benar diterapkan dalam profesi mengajar. Hal ini disebabkan karena kultur mengajar guru tidak mendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi mengajar guru yang digunakan saat ini bergantung pada pengalamannya saat pertama kali mengajar di sekolah. Praktek pengajaran ini tetap bertahan selama karirnya sebagai guru. Strategi pembelajaran yang digunakan guru saat pertama kali mengajar di sekolah digunakan oleh guru sebagai fondasi bagaimana guru mengajar di kelas saat ini. Bahkan seringkali guru tergantung pada strategi pembelajaran yang kurang efektif yang dicontohkan guru kepada mereka saat mereka masih duduk di bangku SMA. Kegiatan pembelajaran yang kurang mendukung pelaksanaan kurikulum baru 2006 harus diubah agar apa yang diharapkan oleh kurikulum dapat terwujud. Salah satu cara adalah mengubah strategi pembelajaran yang biasanya berpusat pada guru ke arah strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sehingga siswa menjadi lebih diberdayakan dalam proses belajarnya. Perubahan ini hanya dapat dilakukan dengan cara mengkaji praktek pengajaran itu dan melihat dampaknya terhadap belajar siswa. Agar supaya perubahan ini terjadi maka sekolah perlu menciptakan suatu proses bagi guru untuk mengkaji secara sistematik strategi-strategi pembelajaran dan mengambil contoh pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Sayangnya, sejauh ini para guru belum memiliki cara yang sistematik untuk melakukan kolaborasi dan untuk mengubah praktek pembelajaran. Dengan adanya desentralisasi pendidikan maka perubahan yang harus dilakukan tersebut menjadi tanggungjawab guru dan sekolah. Guru seringkali menghadapi kesulitan dalam menemukan strategi pembelajaran dan pembelajaran yang ‘efektif’ dan yang lebih jelek lagi para guru hanya mengandalkan pemerintah dalam upaya-upaya reformasi pendidikan. Sangat sering guru-guru yang berpengalaman hanya menunggu gerakan reformasi semacam ini. Guru melanjutkan mengimplementasikan metode-metode pembelajaran yang telah mereka gunakan saat memulai karir sebagai guru. Keadaan ini terjadi bukan karena guru malas atau ingin
Sri Rahayu adalah Dosen FMIPA UM
Page 2
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional LS IV di FMIPA UM Tgl 12 November 2011. (Proseding ISBN: 978-602-97895-5-3) menggunakan strategi mengajar yang tidak efektif, namun karena tidak ada pilihan lain yang disediakan oleh sistem di sekolah. Program pengembangan profesi guru masih menjadi fokus reformasi pendidikan sampai saat ini. Misalnya, adanya pelatihan dan workhop yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam mengenalkan berbagai inovasi pembelajaran. Namun, walaupun kegiatan ini masih tetap berlanjut sampai sekarang, hasil belajar siswa masih kurang memuaskan. Menurut Stigler & Heibert (1999: 12-13) program pengembangan profesi seharusnya memberikan kesempatan bagi guru untuk belajar tentang pembelajaran. Pengembangan profesi guru merupakan suatu proses pendidikan yang terencana, kolaboratif dan berkelanjutan yang bertujuan untuk membantu guru dalam (1) memperdalam materi bidang studi; (2) mengasah ketrampilan mengajar di kelas; (3) menghasilkan dan menyumbang pengetahuan baru terhadap profesi; (4) meningkatkan kemampuan memonitor belajar siswa, sehingga mereka dapat memberikan umpan balik yang konstruktif pada siswa dan membantu mengarahkan mengajarnya sendiri (5) melanjutkan studi dalam bidang ilmunya dan pendidikan pada umumnya (Glenn, 2000: 18). Salah satu cara pengembangan profesi guru adalah melalui kegiatan lesson study. Dalam kegiatan lesson study guru secara sistematis meningkatkan pembelajaran dan mengurangi keterasingan guru jika lesson study dapat dipertahankan secara terus menerus (sustainable). Lesson study merupakan sebuah proses bagi guru untuk melakukan kolaborasi dalam mendesain pembelajaran sekaligus menguji tingkat keberhasilannya dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Pada dasarnya lesson study meliputi langkah-langkah Plan (merencanakan), Do (melaksanakan pembelajaran) dan See (merefleksikan pembelajaran). Dalam proses ini, sekelompok guru bekerja sama dalam melakukan perencanaan untuk menyiapkan antara lain RPP, LKS, dan media pembelajaran, kemudian salah seorang guru mengimplementasikan pembelajaran yang telah dikembangkan secara kolaboratif di ruang kelas atau laboratorium sementara para guru yang lain mengamati kegiatan pembelajaran tersebut sambil mengumpulkan bukti-bukti belajar siswa. Setelah pembelajaran yang diamati berakhir, kelompok kolaboratif ini mendiskusikan dan merefleksikan tentang pembelajaran yang baru mereka amati di dalam suatu ruangan yang dipimpin oleh seorang moderator. Menurut Lewis (2000), mengembangkan ‘pembelajaran yang ideal’ bukanlah komponen yang paling penting dalam proses lesson study. Namun, fokus pada belajar siswa dan kolaborasi secara professional merupakan penggerak proses kelompok lesson study. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji proses lesson study, sebagai pendekatan inovatif, dan melihat efektivitasnya dalam praktek pembelajarannya. Rumusan masalah penelitian adalah bagaimanakah gambaran keberhasilan proses lesson study yang diterapkan dalam penelitian ini? Metode Penelitian Subyek Subyek penelitian adalah guru-guru Kimia MGMP Kota Pasuruan. Jumlah guru MGMP Kimia yang terlibat dalam kegiatan lesson study adalah 19 orang yang terdiri dari 11 guru dari SMAN, 5 orang dari MAN dan 3 orang dari SMA Swasta. Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan pada semester II tahun 2008/2009 (tahap I) dan semester II tahun 2009/2010 (tahap II). Tabel 2 berikut menunjukkan jadwal dan kegiatan lesson study dan topik-topik kimia yang diangkat sebagai pembelajaran yang diamati (open lesson). Tabel 2 Kegiatan pada Tahap-Tahap Lesson Study dan Topik Kimia Yang Dikaji Tanggal 21 Feb 2009 28 Feb 2009
Semester II 2008/2009 (tahap I) Plan Plan
Sri Rahayu adalah Dosen FMIPA UM
Tanggal 27 Feb 2010 6 Maret 2010
Semester II 2009/2010 (tahap II) Plan Plan Page 3
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional LS IV di FMIPA UM Tgl 12 November 2011. (Proseding ISBN: 978-602-97895-5-3) 14 Mar 2009
21 Mar 2009
11 April 2009
Do &See di kelas 11 dengan topik “titrasi asam basa” (sesi 1). Guru model adalah Bpk Munadi dan kegiatan dilakukan di SMA Muhammadiyah Do & See di kelas 11 dengan topik “titrasi asam basa” (sesi 2). Guru model adlah Ibu Nita dan pembelajaran dilakukan di MAN Pasuruan
10 April 2010
Do & See di kelas 11 dengan topik ‘minyak bumi’
24 April 2010
Do & See di kelas 10 dengan topik “Identifikasi unsur C, H, O dalam senyawa karbon”.
8 mei 2010
Do & See di kelas 11 dengan topik Titrasi asam basa (sesi 3). Guru model adalah pBpk Rochim dan pembelajaran dilakukan di MAN Pasuruan Do & See di kelas 11 dengan topik ‘kelarutan dan pengaruh ion senama”.
Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian dikumpulkan dengan cara observasi, catatan lapangan (field note), wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan data penelitian berupa transkrip interview, catatan lapangan, catatan observasi dan dokumen. Data ini dianalisis kontennya, ditriangulasikan dengan data yang lain dan hasilnya dideskripsikan secara kualitatif dan naratif. Sebenarnya, keberhasilan lesson study dapat ditinjau dari partisipasi siswa dalam pembelajaran, hasil belajar siswa yang mencakup aspek kognitif, psikomotor dan afektif, praktek pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam pengembangan profesi, dan kemampuan guru dalam mengelola managemen kelas serta persepsi guru terhadap lesson study. Karena keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti maka data yang bisa dikumpulkan dan dianalisis dari kedua semester pelaksanaan lesson study ditunjukkan dalam Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Kriteria Keberhasilan Lesson Study Kriteria Keberhasilan a. Siswa berpartisipasi secara aktif. b. Meningkatnya praktek pembelajaran yang dilakukan siswa dan perolehan guru dalam pengembangan profesi c. Meningkatnya ketrampilan mengelola kelas guru. d. Persepsi guru yang positif terhadap kegiatan lesson study
Data yang Dikumpulkan Partisipasi siswa di dalam kelas dengan respon siswa terhadap pertanyaan guru dan aktivitas yang diamati. Komentar-komentar dalam melaporkan hasil pengamatan terhadap pembelajaran, umpan balik dari kolega/observer. Catatan tentang alur pembelajaran dan interaksi dgn siswa. Umpan balik dari para observer secara keseluruhan, catatan tentang alur pembelajaran Pendapat dan komentar guru selama proses diskusi dan transkrip wawancara
Sri Rahayu adalah Dosen FMIPA UM
Sumber Data Catatan lapangan peneliti dan para observer. Catatan lapangan peneliti , dokumen guru, catatan diskusi dan refleksi.
Catatan lapangan peneliti, catatan diskusi dan refleksi. Guru, catatan diskusi dan refleksi Page 4
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional LS IV di FMIPA UM Tgl 12 November 2011. (Proseding ISBN: 978-602-97895-5-3)
Sri Rahayu adalah Dosen FMIPA UM
Page 5
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional LS IV di FMIPA UM Tgl 12 November 2011. (Proseding ISBN: 978-602-97895-5-3) Pelaksanaan Lesson study Lesson study yang diterapkan dalam kegiatan ini mencakup langkah-langkah Plan-Do-See, setiap semester kegiatan plan dilakukan 2 kali pertemuan sedangkan kegiatan Do-See dilakukan 3 kali seperti nampak dalam Tabel 2. Kegiatan ini dilakukan oleh team lesson study MGMP Kimia Kota Pasuruan yang terdiri dari 19 orang. Dalam Kegiatan Plan semester II 2008/2009, team guru diberikan pemahaman tentang lesson study, model pembelajaran inovatif learning cycle yang berbasis konstruktivistik dan berbasis inkuiri oleh peneliti selaku pendamping lesson study. Selanjutnya, para team guru tersebut memilih sendiri topik yang ingin mereka open class-kan dan ingin ditingkatkan kualitas pembelajarannya. Selanjutnya team membuat RPP dan perangkatnya untuk setiap topik-topik kimia yang dipilih dengan dipandu oleh peneliti/pendamping. Topik-topik yang dipilih adalah topik – topik yang sesuai dengan kharakteristik model pembelajaran learning cycle. Pada semester II 2009/2010 kegiatan juga diawali dengan plan 2 kali namun guru sudah paham dengan learning cycle sehingga RPP pada semester II 2009/2010 ini menjadi lebih baik dan sempurna dalam model pembelajaran itu dan pendamping tidak banyak memberikan input dalam keputusan-keputusan yang diambil oleh team guru. Topik –topik yang dipilih adalah topik yang bisa dilakukan inkuiri atau kegiatan berbasis laboratorium, antara lain titrasi asam basa, identifikasi unsur C, H, O dalam senyawa karbon, minyak bumi dan kelarutan dan pengaruh ion senama”. Selanjutnya ditetapkan sekolah dan guru yang akan tampil dikelas dengan menggunakan RPP yang telah dibuat di sekolah asalnya. Selain itu, disepakati pula oleh team bahwa pembelajaran yang telah diimplementasikan di kelas oleh guru model di sekolahnya akan diterapkan lagi di kelas yang lain pada topik yang sama namun dengan RPP yang telah diperbaiki berdasarkan diskusi dan refleksi yang dilakukan setelah pembelajaran tersebut diamati bersama. Selain mempersiapkan RPP dan perangkatnya serta alat evaluasi pembelajaran, team guru juga menyiapkan peta lokasi duduk siswa lengkap dengan nama masing-masing siswa. Langkah selanjutnya adalah kegiatan Do (open class). Seorang guru model mengajar di kelas dengan RPP yang sudah dibuat secara kolaboratif. Sementara anggota team lesson study yang lainnya menempatkan diri sebagai observer untuk mengumpulkan bukti-bukti belajar siswa. Masing-masing observer membawa RPP, LKS dan daftar nama siswa/denah tempat duduk siswa. Dalam kegiatan mengamati pembelajaran, seorang observer diberi rambu-rambu pertanyaan-pertanyaan berikut agar pengamatannya menjadi terfokus: Apakah tujuan pembelajaran jelas bagi siswa? Apakah aktivitas yang dikerjakan oleh siwa efektif menyumbang tercapainya tujuan pembelajaran? Apakah alur pembelajaran koheren dan mendukung siswa belajar konsep? Apakah masalah dan bahan ajar membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran? Apakah diskusi kelas membantu pemahaman siswa? Apakah materi pembelajaran cocok dengan tingkat pemahaman siswa? Apakah siswa menerapkan pengetahuan awalnya untuk memahami materi pelajaran? Apakah pertanyaan yang diajukan guru menarik perhatian dan memfasilitasi siswa dalam berfikir? Apakah ide-ide siswa dihargai dan dikaitkan dengan pelajaran? Apakah kesimpulan pelajaran mengaitkan ide-ide siswa? Apakah kesimpulan pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran? Bagaimanakah guru memberikan penguatan terhadap apa yang sudah dipelajari siswa selama pembelajaran? Langkah terakhir dalam kegiatan lesson study adalah diskusi dan refleksi. Guru model beserta observer melakukan diskusi dan refleksi di sebuah ruangan atau di laboratorium tentang pembelajaran yang baru saja diamati dan dipandu oleh seorang moderator. Yang bertindak sebagai moderator adalah fasilitator lesson study. Kunci keberhasilan tahap diskusi adalah apabila refleksi dan komentar-komentar yang dilontarkan oleh observer bersifat mendukung dan tidak menghakimi guru model (Stepanek dkk., Sri Rahayu adalah Dosen FMIPA UM
Page 6
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional LS IV di FMIPA UM Tgl 12 November 2011. (Proseding ISBN: 978-602-97895-5-3) 2007). Hal yang paling penting adalah para pengamat mempertimbangkan bukti-bukti yang akan mereka sampaikan dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan selama diskusi. Dengan menuliskan refleksi personal dari pengamat setelah melakukan pengamatan akan memfokuskan dan mempertajam pembicaraan dalam diskusi dan meningkatkan nilai/manfaat untuk team lesson study. Observer diarahkan untuk memberikan komentar yang bisa memberikan pengaruh paling besar terhadap belajar siswa. Hal ini disebabkan karena mendiskusikan beberapa komentar lebih efektif daripada sekedar membaca daftar panjang pengamatan masing-masing observer. Moderator mendorong observer untuk memberikan komentarnya berlandasakan bukti-bukti yang dikumpulkan selama pengamatan. Agenda yang dilakukan dalam diskusi dan refleksi adalah: Guru memberikan komentar tentang pembelajaran. Moderator mengundang guru model untuk memberikan kesan-kesannya tentang pembelajaran yang direncanakan oleh team dan menggambarkan tantangan yang dijumpai selama pembelajaran. Anggota team lesson study memberikan komentar tentang pembelajaran. Moderator mengundang anggota team untuk berkomentar. Mengingat bahwa pembelajaran itu adalah milik seluruh anggota team maka setiap anggota berbagi satu atau dua komentar yang memfokuskan pada buktibukti seputar pemahaman siswa. Komentar akan berguna jika mengungkap kekuatan pembelajaran kemudian diikuti oleh tantangan atau kelemahan pembelajaran. Team juga dapat berbagi tentang sesuatu yang mengejutkan atau menarik yang mereka perhatikan selama alur proses pembelajaran berlangsung. Komentar dari peneliti/pendamping. Moderator meminta komentar dari pendamping berdasarkan data yang dikumpulkannya dari percakapan di kelas, tugas-tugas siswa dan kegiatan siswa. Pendamping tidak serta merta memberikan solusi untuk memperbaiki pembelajaran, namun menunjukkan kekuatan pembelajaran berdasarkan bukti-bukti sebelum berbagi tentang aspek/bidang yang perlu mendapat perhatian. Pendamping adalah patner dalam lesson study, dengan keahlian dan pengalaman, pendamping dapat menambahkan nilai tambah pada kegiatan team. Jadi peran peneliti di sini adalah berbagi data yang dikumpulkan, membantu team memahami data, dan membantu mereka mempertimbangkan upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mengarahkan usaha perbaikan. Setelah diskusi dan refleksi berakhir, maka langkah berikutnya adalah team lesson study merevisi pembelajaran dengan cara memperbaiki RPP dan LKS atau aspek-aspek lain yang perlu diperbaiki. Kemudian anggota team mengajarkan kembali topik tersebut di kelas mereka sendiri kemudian mencatat hasilnya untuk kegiatan diskusi dan refleksi pada kegiatan berikutnya. Pembelajaran yang sudah direvisi pada semester II 2008/2009 selanjutnya diajarkan kembali di tahun berikutnya yaitu semester II 2009/2010. Topik yang direvisi dan diterapkan di tahun berikutnya adalah ‘titrasi asam basa’ menggunakan model pembelajaran yang tetap yaitu learning cycle berbasis inkuiri dan berpusat pada siswa. Hasil dan Pembahasan Hasil dari Beberapa Open Class dan Diskusi-Refleksi Dari analisis field note tentang pembelajaran dalam open class yang dilakukan oleh peneliti dan guru pada tahap I semsester II 2008/2009 dan tahap II semester II 2009/2010 dalam mengajarkan topik-topik kimia, dokumen persiapan mengajar berupa RPP dan LKS yang telah dibuat oleh team, dan catatan hasil diskusi dan refleksi, nampak bahwa: a) pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada tahap II lebih berpusat pada siswa dan lebih banyak menggunakan kegiatan inkuiri baik dilakukan di laboratorium seperti titrasi asam basa dan topik kelarutan dan pengaruh ion senama dan pembelajaran inkuiri yang dilakukan di kelas seperti topik minyak bumi. Kemampuan guru dalam mengelola kelas dengan menggunakan strategi pembelajaran learning cycle menjadi lebih baik dan guru lebih memikirkan bagaimana caranya supaya siswa Sri Rahayu adalah Dosen FMIPA UM
Page 7
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional LS IV di FMIPA UM Tgl 12 November 2011. (Proseding ISBN: 978-602-97895-5-3) menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk membangun konsepnya sendiri. Praktek pembelajaran siswa dan perolehan guru dalam kegiatan pengembangan profesi ini menjadi semakin meningkat. Sebagai case study, RPP yang dibuat team pada tahap II pada topik titrasi asam basa (sesi 3) mempertimbangkan pengalaman open class di tahap I dan juga masukan dari hasil diskusi dan refleksi. Sedangkan pada tahap I sendiri, team melakukan perbaikan terhadap RPP yang di open class-kan di sesi 1 untuk kemudian diterapkan lagi di kelas sendiri oleh masing-masing guru dan juga untuk diterapkan di open class sesi 2 pada semester yang sama. Berikut adalah beberapa aspek yang didiskusikan dan direfleksikan sebagai dasar perubahan dan revisi pembelajaran yang dilakukan oleh team lesson study: Aspek waktu pembelajaran yang direncanakan di RPP untuk titrasi asam basa. RPP pada topik titrasi asam basa untuk open class sesi 1 menggunakan strategi learning cycle direncanakan waktunya 2 x 45 menit. Pada fase engage, guru mengajukan beberapa pertanyaan yang memotivasi siswa. Pada fase explore guru meminta siswa untuk membaca buku teks dan melengkapi LKS yang baru diberikan saat pembelajaran. Setelah itu, siswa dipersilahkan melakukan kegiatan titrasi asam HCl dan basa NaOH. Pada fase explain, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil percobaan dan fase extent siswa diberi beberapa soal untuk dikerjakan. Kenyataan menunjukkan bahwa pembelajaran molor waktunya sekitar 30 menit walaupun tujuan pembelajaran 70% sudah tercapai. Siswa kurang terampil dalam berinkuiri karena mereka baru pertama kali mengalami pembelajaran inkuiri sehingga ketika diajak untuk menggali informasi dari buku paket untuk mengisi LKS mereka nampaknya kebingungan selain itu mereka kurang terampil dalam melakukan titrasi, banyak kesalahan yang dibuat oleh siswa sehingga waktunya menjadi molor. Berikut ini cuplikan komentar guru pada saat diskusi dan refleksi: “pada awalnya siswa merasa kebingungan apa yang harus dilakukan (saat diminta untuk melengkapi LKS) seperti pada kelompok 7, namun setelah siswa melihat kelompok lain mereka mencoba walaupun agak kesulitan” (Ibu Nita) “sekali titrasi siswa dalam kelompok yang saya amati membutuhkan waktu sekitar 20 menit sehingga kalau 3x titrasi maka waktu kegiatan explorasi hanya habis digunakan untuk melakukan titrasi saja”(Ibu susi). “ menurut pemantauan saya sebaiknya waktu untuk eksplorasi ditambah, tidak 30 menit tetapi 60 menit sehingga pada fase ini siswa diberi penekanan-penekanan yang harus dilakukan sehingga tidak mengalami kebingungan” (Ibu Tantri) Berdasarkan hasil diskusi dan refleksi pada sesi 1, maka team lesson study merevisi RPP yang ada untuk digunakan kembali pada sesi 2. Aspek waktu pada RPP sesi 2 tetap dibuat 2x45 menit, namun kegiatan menggali informasi dalam buku teks untuk melengkapi LKS dilakukan oleh siswa dalam kelompoknya di luar jam saat open class dan guru membimbing siswa bagaimana mengisi LKS tersebut dan bagaimana menentukan titik ekivalen. Kegiatan ini dicobakan membutuhkan waktu 40 menit. Selain itu, dilakukan juga pemodelan bagaimana melakukan titrasi di awal kegiatan eksplorasi pada sesi 2 dan diberi penekanan oleh guru. RPP yang sudah direvisi ini diterapkan pada sesi 2 yaitu di MAN Pasuruan. Hasil diskusi dan refleksi pada sesi 2 ini mengungkap bahwa jika guru model melakukan pertemuan di luar open class sesi 2 selama 40 menit hanya membicarakan bagaimana siswa melakukan titrasi, mengisi LKS dan menentukan titik ekivalen, maka bisa disimpulkan bahwa titrasi asam basa dengan menggunakan learning cycle sebenarnya membutuhkan waktu 3 x 45 menit agar tujuan pembelajaran benarbenar tercapai. Apalagi siwa di Pasuruan belum pernah melakukan inkuiri seperti yang ada dalam pembelajaran open class. Oleh karena itu team lesson study merevisi RPP yang digunakan pada sesi 2 menjadi RPP baru untuk sesi 3 dengan perubahan waktu menjadi 3x 45 menit. RPP untuk sesi 3 ini diterapkan di pembelajaran sesi 3 pada tahap II dan nampaknya masalah waktu tidak menjadi isu diskusi dan refleksi lagi. Dari ilustrasi ini disimpulkan bahwa penggunaan waktu Sri Rahayu adalah Dosen FMIPA UM
Page 8
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional LS IV di FMIPA UM Tgl 12 November 2011. (Proseding ISBN: 978-602-97895-5-3)
untuk pembelajaran topik titrasi asam basa dengan strategi pembelajaran learning cycle yang berbasis inkuiri dan berpusat pada siswa sudah teruji secara empiris membutuhkan waktu efektif 3 x 45 menit dengan kondisi siswa berkemampuan rata-rata dan belum terbiasa dengan model pembelajaran tersebut. Aspek ketrampilan siswa dalam melakukan titrasi. RPP untuk pembelajaran topik titrasi asam basa menggunakan learning cycle yang merupakan pembelajaran berbasis inkuiri (guided inquiry). Berdasarkan catatan hasil pengamatan dan diskusi dan refleksi pada sesi 1, 2 dan 3 disimpulkan bahwa titrasi merupakan ketrampilan proses mengukur dan oleh karena ketrampilan ini merupakan pengalaman baru bagi siswa di kelas XI maka ketrampilan ini harus diajarkan dulu kepada siswa. Ketrampilan pokok yang ada dalam kegiatan melakukan titrasi adalah memasang buret, memasukkan larutan NaOH kedalam buret, mengukur larutan HCl, melakukan titrasi, membaca buret, menentukan titik ekivalen sampai pada menghitung konsentrasi asam yang dititrasi. Pada sesi 1, siswa sama sekali belum paham tentang titrasi sehingga ketika diberikan tugas melengkapi LKS dan melakukan titrasi banyak sekali dijumpai kesalahan dan tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan maksimmal serta memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang telah direncanakan. Aspek ini ditingkatkan lagi oleh team lesson study dengan cara memberikan pelatihan bagaimana mengisi LKS dan memodelkan cara melakukan titrasi sebelum kegiatan eksplorasi dilakukan sehingga RPP untuk sesi 2 dan juga aktivitas yang akan dilakukan oleh siswa menjadi lebih meningkat. Sehingga pada sesi 3 pembelajaran sudah lebih sempurna dibandingkan dengan pembelajaran sesi 1 dan 2. Dari ilustrasi ini dapat disimpulkan bahwa praktek pembelajaran yang dilakukan siswa dan perolehan guru dalam pengembangan profesi semakin meningkat.
b) Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran menjadi lebih meningkat. Hal ini disebabkan karena: a) strategi pembelajaran dengan learning cycle yang diterapkan berbasis konstruktivistik memang pada hakekatnya mengajak siswa untuk aktif berfikir, tugas-tugas siswa dirancang dengan inkuiri yang berbasis hands-on activity dan diarahkan kontekstual sehingga dari tuntutan strategi ini sendiri siswa dapat menjadi lebih aktif. Karena strategi ini merupakan strategi pembelajaran baru bagi guru-guru MGMP Kota Pasuruan nampaknya mereka tertantang untuk menguasai langkah-langkah pembelajaran ini dengan baik; b) kemampuan guru dalam mengelola kelas menjadi semakin meningkat sehingga siswa dapat lebih berpartisipasi dalam belajar. Hal ini dilihat dari alur pembelajaran menjadi lebih baik dan lebih lancar dan guru lebih memposisikan siswa sebagai subyek belajar. Berikut ini cuplikasn komentar para observer pada sesi 1 yang digunakan sebagai pertimbangan untuk meningkatkan partisipasi siswa pada kegiatan berikutnya: “sebenarnya siswa sudah nampak termotivasi terbukti anak-anak menjawab pertanyaan pancingan dari guru model tetapi sangat disayangkan guru model tidak merespon jawaban siswa, terus melanjutkan dengan membagikan LKS “(Ibu Nidar sesi 1) “kerjasama kelompok sudah sangat bagus sekali misalnya ada kelompok siswa yang bertanya bu ini kelompoknya dibagi? Terus saya jawab silahkan. Jadi mau melakukan diskusi kelompok sepertinya siswa mau membagi diri/tugas dulu” (Ibu Nita pada sesi 2). Dari uraian di atas ini dapat disimpulkan bahwa guru-guru MGMP Kimia Kota Pasuruan mengalami peningkatan dalam hal partisipasi siswa dalam pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola kelas, praktek pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan perolehan guru dalam kegiatan lesson study yang antara lain adalah guru menjadi praktisi yang lebih reflektif, lebih mengorientasikan pembelajaran dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered) kearah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered) dan segala keputusan yang diambil terkait pembelajaran lebih mempertimbangkan pada aspek bagaimana siswa belajar, dan lebih terampil dalam melakukan
Sri Rahayu adalah Dosen FMIPA UM
Page 9
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional LS IV di FMIPA UM Tgl 12 November 2011. (Proseding ISBN: 978-602-97895-5-3) kolaborasi. Selain itu, siswa menjadi lebih berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran learning cycle.
dengan
Persepsi Guru Tentang Lesson Study Berdasarkan pendapat dan komentar guru yang diperoleh selama proses diskusi dan refleksi dan didukung oleh wawancara bebas dengan beberapa guru serta kehadiran guru dalam setiap kegiatan lesson study diperoleh kesimpulan bahwa guru memiliki persepsi yang positif tentang lesson study. Berikut ini beberapa cuplikan dari hasil wawancara dengan sekelompok guru: “Bagaimanapun juga guru yang maaf cara ngajarnya konvensional guru hanya duduk dan menjelaskan..maaf ya, itu anak khan muak. Dengan adanya lesson study mau tidak mau guru khan nggak bisa duduk aja….” “Kalau dulu RPP hanya pinjam dan fotokopi saja, sekarang dengan adanya lesson study kita harus membuat sendiri dan merasa ikut memiliki RPP itu” “guru-guru MGMP merasa tertantang dengan adanya lesson study karena betul-betul menekankan pada siswa yang belajar” “Dulu saya sering mengikuti kegiatan MGMP tapi lama-lama bosen dan saya jadi tidak suka, sekarang ada lesson study dan tahu manfaatnya, saya senang datang kemari”. “Dengan adanya lesson study itu kita dipaksa untuk tampil bu dan kita diwarnai oleh banyak orang. Kita jadi senang”. Kesimpulan dan Saran Kegiatan lesson study yang telah dilakukan di semester II 2008/2009 dan semester II 2009/2010 memberikan hasil yang efektif ditinjau dari meningkatnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, meningkatnya praktek pembelajaran yang dilakukan siswa dan perolehan guru dalam pengembangan profesi, meningkatnya ketrampilan guru dalam mengelola kelas, dan persepsi guru yang positif tentang kegiatan lesson study. Adanya lesson study, sebagai cara mengembangkan profesi, memiliki pengaruh positif seperti: 1. Meningkatkan kolaborasi antar guru sehingga perasaan keterasingan guru menjadi semakin berkurang, rasa saling percaya (trust) menjadi meningkat, dan meningkatkan keinginan guru agar dapat membuka kelasnya untuk diamati dan kemampuan guru untuk belajar bersama. 2. Membantu guru untuk menjadi praktisi yang reflektif untuk menemukan ide-ide baru. Hal ini disebabkan karena adanya forum yang mendiskusikan tentang perbedaan pendapat diantara para guru dan mungkin menguji pendekatan-pendekatan yang berbeda dan mengumpulkan data tentang pengaruhnya terhadap belajar siswa. 3. Mengajak guru untuk belajar bagaimana cara menginvestigasi dan memperoleh pengetahuan dari praktek pembelajaran sehari-hari dan juga dari mengamati siswa belajar. 4. Membantu guru untuk mencari dan memikirkan tentang bagaimana siswa belajar sehingga dalam merencanakan pembelajaran guru bisa mengantisipasi bagaimana kemungkinan respon siswa terhadap sebuah pembelajaran misalnya pertanyaan atau tugas-tugas yang akan diberikan. Oleh karena itu, pada prinsipnya adalah membantu guru dalam memperoleh pemahaman yang baik tentang siswa dan kebutuhan siswa. 5. Membantu guru dalam menemukan pendekatan yang efektif dalam merencanakan kegiatan pembelajaran di masa-masa mendatang bila mereka bisa mempertahankan keberlanjutan dari kegiatan lesson study . Oleh karena itu, kegiatan lesson study perlu dilakukan secara terus menerus dalam praktek pembelajaran di sekolah.
Sri Rahayu adalah Dosen FMIPA UM
Page 10
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional LS IV di FMIPA UM Tgl 12 November 2011. (Proseding ISBN: 978-602-97895-5-3)
Daftar Rujukan Badan Nasional Standar Pendidikan. 2007. Standar Proses. Jakarta: BNSP Glenn, John. 2000. Before It’s Too Late. A Report to the Nation from the National Commision of Mathematics and Science Teaching for the 21st Century. Washington: US Department of Education. Gonzales P., Calsyn, C., Jocelyn L., Mak K., Kastberg D., Arafeh S., Williams T., & Tsen, W. (2000). Pursuing excellence: Comparisons of international eighth-grade mathematics and science achievement from a U.S. perspective, 1995 and 1999 (NCES 2001-028). Washington, DC: U.S. Department of Education, National Centre for Education Statistics. Retrieved November 15, 2008, from http://nces.ed.gov/timss/timss-r. Lemke, M., Sen, A., Pahlke, E., Partelow, L., Miller, D., Williams, T., Kastberg, D. & Jocelyn, L. (2004). International outcomes of learning in mathematics literacy and problem solving: PISA 2003 results from the U.S. perspective (NCES 2005-003). Washington, DC: U.S. Department of Education, National Centre for Education Statistics. Lewis, Chatherine. 2002a. What are theessential elements of lesson study? The CPS Connection, Vol. 2 (6), 1-4 Sidi, I. J. (2008). Synergy of curriculum and the national examination. Paper presented at national seminar on the national examination conducted by the Quality Insurance Board, Middle East of Java, Semarang, Indonesia. http://sawali.info/2008/08/30/ujian-nasional-un-jalan-terus/. Stigler J. & Hiebert J. (1999). The Teaching Gap: Best Ideas from the World's Teachers for Improving Education in the Classroom, New York, Free Press. Stepanek, J., Appel, G., Leong, M., Mangan, M.T. & Mitchell, M. 2007. Leading Lesson Study: A Practical Guide fo Teachers and Facilitators. California, USA: Corwin Press
Sri Rahayu adalah Dosen FMIPA UM
Page 11