PENGARUH IN HOUSE TRAINING TENTANG PATIENT SAFETY TERHADAP SIKAP PERAWAT DALAM PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA (RSU UKI) JAKARTA TAHUN 2014 Inri Yulisia, Budi Hidayat Sarjana Ekstensi Fakultas Kesehatan Masyarakat Email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh kesesuaian tujuan dan sasaran pelatihan (X1), kualitas pelatih/instruktur pelatihan (X2), materi pelatihan (X3), metode pelatihan (X4), usia (X5), pendidikan (X6) dan status perkawinan (X7) terhadap sikap perawat (Y) dalam pemasangan infus. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain crossectional. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat ruang rawat inap yang telah mengikuti In House Training tentang Patient Safety, dengan jumlah sampel yaitu 60 perawat yang diambil dari total populasi. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa analisis deskriptif dari tanggapan responden mengenai kesesuaian tujuan dan sasaran pelatihan, kualitas pelatih/instruktur pelatihan, materi pelatihan dan metode pelatihan menghasilkan mean yang mempunyai kategori sangat tinggi dan tinggi. Dan juga hasil analisis regresi linear berganda mengahasilkan persamaan regresi yaitu Y = 119.150 + 0.185X1 + -0.170X2 + -0.049X3 + 1.320X4 + -0.495X5 + -0.906X6 + 0.520X7 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tujuan dan sasaran pelatihan, pelatih/instruktur pelatihan, materi pelatihan, metode pelatihan, usia, pendidikan dan status perkawinan terhadap sikap perawat dalam pemasangan infus. Angka R Square sebesar 0,038. ABSTRACT This study aims to analyze how influence of conformity the goals and objectives training (X 1), the quality of trainer/instructor training (X2), training materials (X3), a method of training (X4), age (X5), education (X6) and marital status (X7) of the attitude of nurses (Y). This study is a quantitative study with cross-sectional design. The samples in this study are nurse who have taken the In House Training about Patient Safety, with 60 sample of nurses have taken from the total population. The study used a descriptive analysis and multiple linear regression analysis. The result of this study indicate that the descriptive analysis of the respondents about the conformity of the goals and objectives training, the quality trainer/instructor training, training materials, and a method of training that have resulted in mean very high and high categories. And also the results of multiple linear regression in the regression equation is Y = 119.150 + 0.185X1 + 0.170X2 + -0.049X3 + 1.320X4 + -0.495X5 + -0.906X6 + 0.520X7 means there is no significant effect between the conformity of the goals and objectives training, the quality of trainer/instructor training, training materials (X3), a method of training, age, education and marital status of the attitude of nurses in the infusion theraphy. Figures R Square of 0.038. Keyword: Training; Attitudes of nurse; Intravena Theraphy
1 Pengaruh in..., Inri Yulisia, FKM, 2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes,2009). Salah satu pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit, dan sumber daya manusia di rumah sakit. Rumah Sakit harus dibangun, dilengkapi, dan dipelihara dengan baik untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pasien. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dantindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan olehkesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Permenkes, 2011). Terkait dalam upaya pencapaian enam sasaran keselamatan pasien, maka rumah sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan program dengan mengacu pada kebijakan nasional Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Oleh karena itu Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia (RSU UKI) telah membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) sejak tahun 2011, dimana pembentukan TKPRS yang ditetapkan oleh Direktur Utama Rumah Sakit merupakan pelaksana kegiatan keselamatan pasien. Berdasarkan salah satu tugas TKPRS yang telah disebutkan di atas, yaitu TKPRS bekerjasama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit untuk melakukan pelatihan internal keselamatan pasien, RSU UKI mengadakan pelatihan internal rumah sakit yang biasa disebut In House Training yang dilakukan setiap empat bulan sekali dengan membahas tentang Keselamatan Kerja, Patient Safety, dan PPI (Pengendalian Infeksi). Dalam penelitian ini, penulis fokus pada pembahasan mengenai In House Training tentang Patient Safety.
2 Pengaruh in..., Inri Yulisia, FKM, 2015
In House Training tentang Patient Safety merupakan pelatihan internal rumah sakit yang wajib di ikuti oleh seluruh karyawan RSU UKI seperti dokter, perawat, TNMR (Tenaga Non Medis Perawatan), tenaga administrasi, dan tenaga non medis lainnya. Penelitian difokuskan kepada perawat karena terkait pada angka kejadian phlebitis di RSU UKI yang cenderung fluktuatif pada bulan Januari 2012 hingga bulan September 2014. Penelitian ini juga fokus kepada Bacterial Phlebitis itu sendiri karena penyebab terjadinya Bacterial Phlebitis banyak disebabkan oleh perawat yang tidak memperhatikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam pemasangan infus. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku perawat, RSU UKI mengadakan In House Training tentang Patient Safety, yang telah dilakukan pada bulan April 2012 hingga April 2014. In House Training tentang Patient Safety dilakukan untuk perawat terkait dengan tugas pokok perawat. Salah satu tugas pokok perawat, yaitu memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia melalui pemberian pelayanan keperawatan, dimana pelayanan keperawatan dilakukan mulai dari yang paling sederhana sampai kompleks sesuai dengan kebutuhan pasien, yang dalam hal pemberian terapi infus. Dengan dijalankannya tugas tersebut sesuai dengan prosedur, maka diharapkan dapat berguna dalam mengurangi angka kejadian phlebitis. Oleh karena itu, dengan In House Training tentang Patient Safety yang diterima oleh perawat akan berpengaruh terhadap sikap perawat dalam pemasangan infus di ruang rawat inap RSU UKI. Rumusan Masalah Penjelasan yang telah diuraikan pada latar belakang penelitian, mengarahkan permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini, yaitu mengenai fluktuatifnya angka kejadian phlebitis di RSU UKI. Pada tahun 2012 angka kejadian phlebitis mencapai rata-rata 8%, pada tahun 2013 sebanyak 6% dan pada bulan Januari hingga bulan September 2014 mencapai rata-rata 4%. Angka kejadian phlebitis di RSU UKI masih memenuhi SPM (Standar Pelayanan Minimal) menurut Depkes pada indikator kejadian phlebitis sebesar 0-9%, namun fluktuatifnya angka kejadian phlebitis masih diluar harapan rumah sakit, dimana angka kejadian phlebitis diharapkan dapat mencapai 0%. Kejadian phlebitis yang merupakan cakupan sasaran kelima pada Patient Safety yaitu pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan terjadinya phlebitis sangat erat kaitannya dengan sikap perawat. Setiap rumah sakit akan selalu berusaha meningkatkan patient safety dengan mengadakan pelatihan internal, tak terkecuali RSU UKI yang memiliki 3 Pengaruh in..., Inri Yulisia, FKM, 2015
suatu program pelatihan internal yang dinamakan In House Training. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui pengaruh In House Training tentang Patient Safety terhadap sikap perawat dalam pemasangan infus di ruang rawat inap RSU UKI. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan In House Training tentang Patient Safety di RSU UKI dan pengaruhnya terhadap sikap perawat dalam pemasangan infus di ruang rawat inap RSU UKI tahun 2014.
TINJAUAN TEORITIS
Perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat orang lain yang mengalami masalah kesehatan. Namun pada perkembangannya, definisi perawat semakin meluas. Kini, pengertian perawat merujuk pada posisinya sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional. Perawat merupakan tenaga profesional yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab, dan kewenangan dalam melaksanakan dan/atau memberikan perawatan kepada pasien yang mengalami masalah kesehatan. Seorang perawat harus memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang keperawatan. Sesuai dengan perannya, perawat memiliki kewenagan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada orang lain berdasarkan ilmu dan kiat praktik yang dimilikinya dalam batas-batas kewenangan yang dimilikinya. Peran pokok perawat antara lain (Rifiani N&Hartanti S, 2013): 1. Caregiver (pengasuh). 2. Client Advocate (Advokat Klien) 3. Counselor 4. Educator (pendidik) 5. Coordinator (koordinator) 6. Collaborator (kolaborator) 7. Counsultan (konsultan)
4 Pengaruh in..., Inri Yulisia, FKM, 2015
Pelatihan adalah proses meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan. Pelatihan mungkin juga meliputi pengubahan sikap sehingga karyawan dapat melakukan pekerjaannya lebih efektif (Kaswan, 2013). Adapun komponen-komponen yang mengandung keberhasilan kegiatan pelatihan dan pengembangan menurut Mangkunegara (2011), teknis pelaksanaan pelatihan tergantung pada : a) Tujuan dan sasaran pelatihan b) Kualitas dari pelatih atau Instruktur c) Materi pelatihan d) Metoda pelatihan e) Peserta pelatihan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan Sikap merupakan suatu perasaan yang tidak disertai oleh kecenderungan untuk berbuat atau bertindak sesuai dengan sikapnya, selanjutnya sikap diarahkan sebagai kesediaan untuk bereaksi terhadap suatu objek yang dapat berupakan benda, orang, peristiwa, lembaga, nilainilai dan sebagainya (Sunyoto 2012 dalam Unaradjan (2013)). Pada pemberian terapi intravena tidak bisa lepas dari adanya komplikasi. Komplikasi yang bisa didapatkan dari pemberian terapi intravena adalah komplikasi sistemik dan komplikasi lokal. Komplikasi sistemik lebih jarang terjadi tetapi seringkali lebih serius dibanding komplikasi lokal seperti kelebihan sirkulasi, emboli udara dan infeksi. Komplikasi lokal dari terapi intravena antara lain infiltrasi, phlebitis, trombophlebitis, hematoma, dan ekstravasasi (Potter and Perry, 2005) Phlebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya daerah yang merah, nyeri dan pembengkakan di daerah penusukan atau sepanjang vena. Insiden plebitis meningkat sesuai dengan lamanya pemasangan jalur intravena.Komplikasi cairan atau obat yang diinfuskan (terutama PH dan tonisitasnya), ukuran dan tempat kanula dimasukkan. Pemasangan jalur IV yang tidak sesuai, dan masuknya mikroorganisme pada saat penusukan (Brunner dan Sudarth, 2002).
5 Pengaruh in..., Inri Yulisia, FKM, 2015
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2009) Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai suatu penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh In House Training
tentang Patient Safety
terhadap sikap perawat dalam pemasangan infus. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian cross sectional, merupakan penelitian deskriptif dimana subjek penelitian diamati/diukur/diminta jawabannya satu kali saja (Wibowo A, 2014).
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember tahun 2014. Lokasi penelitian bertempat di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia (RSU UKI) Jakarta Timur. Populasi dan Sampel Populasi yang ingin diteliti pada penelitian adalah seluruh perawat di ruang rawat inap RSU UKI yang telah mengikuti In House Training tentang Patient Safety tahun 2012-2014 yaitu berjumlah 60 perawat. Jumlah sampel diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah populasi itu sendiri Sugiyono (2014). Jadi, sampel dalam penelitian ini yaitu berjumlah 60 perawat. Klasifikasi perawat yang bekerja diruang rawat inap yaitu terdiri dari perawat Ruang Anggrek sebanyak 9 perawat, Ruang Bougenville (Neurologi) sebanyak 7 perawat, Ruang Dahlia sebanyak 8 perawat, Ruang Edelweis (Penyakit Dalam) sebanyak 10 perawat, Ruang VIP sebanyak 18 perawat dan Ruang ICU sebanyak 8 perawat. Penulis akan melakukan pre test sebelum melakukan pengumpulan data yang sebenarnya. Jika ditemukan kalimat yang kurang dipahami oleh responden, maka penulis akan mengubah atau melakukan perbaikan atas pertanyaan tersebut. Selain itu, pre test juga
6 Pengaruh in..., Inri Yulisia, FKM, 2015
diharapkan dapat melihat dan memperkirakan arah hasil penelitian secara dini.
Pre test
dalam penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 30 perawat.
Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah: 1. Data Primer : Data primer dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner yaitu kuesioner untuk mengetahui pengaruh In House Training
tentang Patient Safety terhadapsikap perawat dalam pemasangan infus.
Kuesioner yang digunakan bersifat tertutup. 2. Data Sekunder : Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari dokumen RSU UKI yang terkait dengan gambaran In House Training tentang Patient Safety dari tahun 2012 hingga 2014. Selain itu data sekunder juga diperoleh melalui studi kepustakaan guna mengkaji teori juga mendukung serta melengkapi hasil penelitian. Teknik Pengumpulan Data Untuk dapat memperoleh data dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Kuesioner : Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah kumpulan pertanyaan yang disusun untuk mendapatkan informasi dari responden. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Menurut Sugiyono (2009) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. 2. Wawancara : Tanya jawab dengan panitia pelaksana In House Training
tentang
Patient Safety. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah melalui kahian secara deskriptif kuantitatif dengan adanya uji validitas, uji reliabilitas, analisis deskriptif yang menghasilkan nilai mean, uji asumsi klasik, dan analisis regresi linear berganda. Dalam mengolah data yang didapatkan melalui kuesioner, akan dilakukan dengan menggunakan program software SPSS (Statistical for Social Science) 21. 7 Pengaruh in..., Inri Yulisia, FKM, 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Gambaran In House Training tentang Patient Safety In House Training tentang Patient Safety (Keselamatan Pasien) merupakan kegiatan pelatihan internal yang rutin dilakukan setiap empat bulan sekali, untuk mendukung peningkatan mutu, relevansi dan daya saing rumah sakit menuju kearah yang lebih baik, dan juga merupakan persiapan untuk akreditasi rumah sakit versi 2012. In House Training tentang Patient Safety telah diadakan sejak januari 2012 hingga April 2014. Berdasarkan hasil wawancara dan telaah laporan pelatihan, Tujuan In House Training tentang Patient Safetypada bulan April 2014 antara lain: 1. Tujuan Umum a. Membangun mutu pelayanan kesehatan b. Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga c. Meningkatkan kinerja manajemen termasuk financial didalamnya d. Membangun budaya kerja yang berorientasikan kepada keselamatan pasien 2. Tujuan Khusus a. Membangun pemahaman konsep keselamatan pasien bagi karyawan RSU UKI b. Menyelenggarakan program keselamatan pasien dan program bersama secara kontinyudanberkelanjutan c. Menindaklanjuti
rekomendasi
dalam
usaha
perbaikan
pelayanandanmutu
pelayananrumahsakit Sasaran pelaksanaan In House Training tentang Patient Safety ditujukan seluruh karyawan RSU
UKI
seperti
Dokter,
perawat/bidan,
paramedis
non
perawatan,administrasi
danpetugasoutsourching (CS, Security, Gizi). Namun yang diutamakan untuk dokter, perawat, dan paramedic. Pelatih/Instruktur In House Training tentang Patient Safety merupakan nara sumber yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan pengalaman di bidang Keselamatan Pasien, dan juga telah tersertifikasi. Pembinaan In House Training tentang Patient Safetysecara fungsional menjadi tanggung jawab Bagian Perencanaan, Pengembangan, Pendidikan Penelitian (P4) dan Mutu, melalui standarisasi, akreditasi dan sertifikasi. Materi atau kurikulum In House Training tentang Patient Safety disusun berdasarkan kerangka acuan pelatihan. Materi yang disampaikan adalah sebagai berikut: 8 Pengaruh in..., Inri Yulisia, FKM, 2015
a.
Program dan sasaran Keselamatan Pasien
b.
Insiden Keselamatan Pasien
c.
Pelaporan Keselamatan Pasien
Dan pada simulasi/permainan peran dilakukan berdasarkan tema yang telah ditentukan, yaitu sebagai berikut: a.
Pemasangan infus
b.
Komunikasi SBAR Metode In House Training tentang Patient Safety adalah metode yang sesuai dengan
tujuan dan sasaran pelatihan.Metode yang digunakan dalam program In House Training tentang Patient Safety adalah metode off the job training, dimana pelatihan dilaksanakan diluar tempat kerja.Dalam hal ini pelatihan diadakan langsung di Aula Asrama Keperawatan Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia. Metode yang diterapkan adalah: a.
Ceramah yang dikombinasikan dengan Tanya Jawab
b.
Diskusi Kelompok
c.
Simulasi/Permainan Peran Metode tersebut di bagi atas beberapa sesi, ceramah dan Tanya Jawab dilakukan pada sesi
pertama, diskusi kelompok pada sesi kedua dan setelah itu dilakukan simulasi/permainan peran yang didampingin oleh fasilitator bidang keperawatan.
Analisis deskriptif Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa analisis deskriptif dari tanggapan responden mengenai kesesuaian tujuan dan sasaran pelatihan, kualitas pelatih/instruktur pelatihan, materi pelatihan dan metode pelatihan menghasilkan mean yang mempunyai kategori sangat tinggi dan tinggi. Analisis Regresi Linear Berganda Hasil analisis regresi linear berganda menghasilkan persamaan regresi yaitu
Y = 119.150
+ 0.185X1 + -0.170X2 + -0.049X3 + 1.320X4 + -0.495X5 + -0.906X6 + 0.520X7 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tujuan dan sasaran pelatihan, pelatih/instruktur pelatihan, materi pelatihan, metode pelatihan, usia, pendidikan dan status perkawinan terhadap sikap perawat dalam pemasangan infus. Angka R Square sebesar 0.038. Persamaan regresi linier berganda dapat digunakan untuk memprediksi atau meramalkan bagaimana pengaruh perubahan Variabel Independen yang terdiri dari Tujuan dan Sasaran 9 Pengaruh in..., Inri Yulisia, FKM, 2015
Pelatihan, Pelatih/Instruktur Pelatihan, Materi Pelatihan, Metode Pelatihan, usia, pendidikan dan status perkawinan terhadap Variabel Dependen yaitu Sikap Perawat.Berdasarkan persamaan regresi dapat diketahui bahwa: 1)
Variabel Tujuan dan Sasaran Pelatihan memiliki nilai sebesar 0,185, hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan variabel Tujuan dan Sasaran Pelatihan maka akan meningkatkan Sikap Perawat sebesar 0,185.
2)
Variabel Pelatih/Instruktur Pelatihan memiliki nilai sebesar 0,170, hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan variabel Pelatih/Instruktur Pelatihan maka akan menurunkan Sikap Perawat sebesar 0,170.
3)
Variabel Materi Pelatihan memiliki nilai sebesar 0,049, hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan satu variabel
materi pelatihan maka akan menurunkan Sikap
Perawat sebesar 0,049. 4)
Variabel Metode Pelatihan memiliki nilai sebesar 1.320, hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan variabel metode pelatihan maka akan meningkatkan Sikap Perawat sebesar1.320.
5)
Variabel Usia memiliki nilai sebesar 0,495, hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan variabel Usia maka akan menurunkan Sikap Perawat sebesar 0,495.
6)
Variabel Pendidikan memiliki nilai sebesar 0,906, hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan satu variabel Pendidikan maka akan menurunkan Sikap Perawat sebesar 0,906.
7)
Variabel Status Perkawinan memiliki nilai sebesar 0,520, hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan variabel Status Perkawinan maka akan menurunkan Sikap Perawat sebesar 0,520.
Persamaan regresi di atas memiliki arti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tujuan dan sasaran pelatihan, pelatih/instruktur pelatihan, materi pelatihan, metode pelatihan, usia, pendidikan dan status perkawinan terhadap sikap perawat. Penulis menemukan beberapa asumsi yang menguatkan pernyataan tersebut di atas. Pertama, penulis setuju dengan pernyataan Notoatmodjo (2014), yang menyatakan bahwa terdapat komponen yang mempengaruhi sikap seseorang yaitu a.
Kepercayaan atau keyakinan, ide, konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Menurut penulis, apapun tujuan dan 10 Pengaruh in..., Inri Yulisia, FKM, 2015
sasaran, pelatih/instruktur, materi dan metode yang terdapat di dalam suatu pelatihan, apabila di dalam diri peserta tidak mempunyai konsep pemikiran bahwa Patient Safety dalam hal pemasangan infus sangat penting dilakukan sesuai dengan Standard Operasional Procedure (SOP), maka akan berpengaruh terhadap sikap seseorang di dalam menginterpretasikan hasil pelatihan ke dalam keseharian pekerjaannya. b.
Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. Menurut penulis, berdasarkan hasil interpretasi mean didapatkan bahwa setiap peserta memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tinggi dalam menanggapi pertanyaan mengenai sikap perawat dalam pemasangan infus, namun asumsi penulis ketika implementasinya masih kurang, hal ini diindikasikan melalui pengamatan tidak langsung yang di lakukan oleh penulis.
c. Kecenderungan untuk bertindak, artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindak. Menurut penulis, sikap yang merupakan ancang-ancang untuk bertindak, sehingga untuk mencapai tindakan masih banyak tahapannya, sehingga hal ini membuat adanya asumsi bahwa ketika sikap seseorang baik maka belum tentu baik juga ketika ia bertindak, begitu juga sebaliknya. Kedua, berdasarkan wawancara penulis dengan bagian pendidikan dan pelatihan, bahwa bidang keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pemasangan infus masih kurang dalam monitoring dan evaluasinya. Sehingga penulis berasumsi In House Training tentang Patient Safety yang diikuti oleh perawat hanya sebagai rutinitas yang tidak diperhatikan tindaklanjutnya. Dan yang ketiga, berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukan pada tabel 6.25 angka R Square atau koefisien determinasi sebesar 0.038, artinya Tujuan dan sasaran pelatihan, pelatih/instruktur pelatihan, materi pelatihan, metode pelatihan, usia, pendidikan dan status perkawinan secara bersama-sama dapat menjelaskan sikap perawat, ditunjukkan dengan persentase sebesar 3.8%, sedangkan dengan persentase 96.2% lainnya dijelaskan
oleh
variabel lain. Sehingga penulis berasumsi bahwa sikap perawat tidak selalu ditunjukan atau dipengaruhi oleh tujuan dan sasaran pelatihan, pelatih/instruktur pelatihan, materi pelatihan, dan metode pelatihan, dan memungkinkan ada faktor lain yang mempengaruhi sikap perawat dalam pemasangan 11nfuse di ruang rawat inap.
11 Pengaruh in..., Inri Yulisia, FKM, 2015
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan yang diharapkan bisa memberikan jawaban dan penjelasan terhadap permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini, dimana kesimpulan-kesimpulan tersebut antara lain sebagai berikut : 1) Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan In House Training tentang Patient Safety di RSU UKI yang telah dilaksanakan dari tahun 2012 hingga 2014 sudah berjalan dengan baik. Dilihat dari Tujuan dan Sasaran Pelatihan, Pelatih/Instruktur Pelatihan, Materi Pelatihan, dan Metode Pelatihan sudah sesuai kebutuhan para peserta pelatihan, dan menggunakan standar yang telah ditentukan oleh RSU UKI. 2) Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa analisis deskriptif dari tanggapan responden mengenai kesesuaian tujuan dan sasaran pelatihan, kualitas pelatih/instruktur pelatihan, materi pelatihan dan metode pelatihan menghasilkan mean yang mempunyai kategori sangat tinggi dan tinggi. Dan juga hasil analisis regresi linear berganda mengahasilkan persamaan regresi yaitu Y = 119.150 + 0.185X1 + -0.170X2 + -0.049X3 + 1.320X4 + 0.495X5 + -0.906X6 + 0.520X7 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tujuan dan sasaran pelatihan, pelatih/instruktur pelatihan, materi pelatihan, metode pelatihan, usia, pendidikan dan status perkawinan terhadap sikap perawat dalam pemasangan infus. Angka R Square sebesar 0.038. 3) Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial : a. Tujuan dan Sasaran Pelatihan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap sikap perawat. b.Pelatih/Instruktur Pelatihan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap sikap perawat. c. Materi Pelatihan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap sikap perawat. d.Metode Pelatihan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap sikap perawat. e. Usia tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap sikap perawat. f. Pendidikan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap sikap perawat. g.Status Perkawinan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap sikap perawat.
12 Pengaruh in..., Inri Yulisia, FKM, 2015
Berdasarkan hasil uji hipotesis secara simultan In House Training tentang Patient Safety tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap sikap perawat.
SARAN
1. Bagi RSU UKI Diharapkan RSU UKI, khususnya bidang keperawatan membuat adanya monitoring dan evaluasi setelah pelatihan dalam hal pemasangan infus. Diharapkan bagi RSU UKI memberikan adanya reward bagi perawat yang telah mengikuti pelatihan. Diharapkan bagi RSU UKI dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada para karyawannya akan pentingnya In House Training tentang Patient Safety agar para peserta yang mengikuti pelatihan memiliki hasrat dan motivasi dari dirinya sendiri dan bukan paksaan dari RSU UKI. Hal itu dilakukan agar para peserta yang mengikuti pelatihan menyadari pentingnya mengikuti In House Training tentang Patient Safety. 2. Bagi Peneliti Lanjutan Karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis untuk diharapkan pada penelitian berikutnya bisa menambah periode penelitian agar hasilnya lebih faktual.Diharapkan juga penelitian berikutnya dapat melakukan observasi langsung ketika melakukan penelitian seperti ini. Diharapkan juga penelitian berikutnya dapat meneliti faktor lain dari unsur In House Training tentang Patient Safety yang dapat mempengaruhi sikap perawat dalam pemasangan infus.
DAFTAR REFERENSI
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Aditama, TY. 1999. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI-Press.
13 Pengaruh in..., Inri Yulisia, FKM, 2015
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 Tahun 2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Payaman, JS. 2011. Manajemen & Evaluasi Kinerja. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI. Infusion Nurses Society. 2006. Infusion Nursing An Evidence Based Approach. Missouri: Elsevier Inc. Rifiani Nisya & Hartanti Sulihandari. 2013. Prinsip-Prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: ALFABETA,CV. Purwanto, EA dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial. Yogyakarta: Gaya Media. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: ALFABETA,CV. Wibowo, A. 2014. Metodlogi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA. Siregar, S. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: KENCANA. Vaus, DA. 2002. Survey In Social Research. London: UCL Press. Bagian Pengembangan, Penelitian, Pendidikan, Pelatihan (P4) dan mutu RSU UKI Tahun 2014. Bagian Sumber Daya Manusia RSU UKI Tahun 2014. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Kaswan. 2013. Pelatihan dan Pengembangan Untuk Meningkatkan Kinerja SDM. Bandung: ALFABETA. Samsudin, S. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia. Mangkunegara, AP. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Robbins, SP. 2010. Manajemen Edisi Kesepuluh Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Unaradjan, DD. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Universitas Atma Jaya. Notoatmodjo,S. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Irianto, J. 2001. Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pelatihan. Surabaya: Insan Cendekia. Sunyoto, D. 2011. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta: CAPS. Malhotra,NK. 2007. Marketing Research An Applied Orientation Sixth Edition. United States Of America: Pearson. Notoatmodjo, S. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
14 Pengaruh in..., Inri Yulisia, FKM, 2015
Susilo, J. 2009. Kepatuhan Mencuci Tangan Pada Perawat Yang Telah Mengikuti Pelatihan Pencegahan Pengendalian Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Skripsi. Depok: FKM UI. Zulparida. 2011. Gambaran Pelaksanaan Pelatihan 5S Di Rumah Sakit Tebet. Skripsi. Depok: FKM UI. Norman, R. 1997. Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Perawat Terhadap Infeksi Nosokomial Di Departemen Perawatan Intensif. Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto. Skripsi. Depok: FKM UI.
15 Pengaruh in..., Inri Yulisia, FKM, 2015