Kajian Model Pemberdayaan Pasar Tradisional di Kabupaten Wonogiri Dwi Retnaningsih1) dan Teguh Suprapto2) Penganalisa Data Ekonomi Kantor Litbang Iptek Kabupaten Wonogiri, 2)Anggota DRD Wonogiri, Direktur Persepsi Email:
[email protected]
1)
ABSTRACT Regional Research Council (DRD) Wonogiri. Empowerment Model of Traditional Markets. A study in general to determine the condition of traditional markets and expectations related to the revitalization of the market will do. The rise of the modern markets up to the district level must be addressed as a whip revival of traditional markets to improve itself physically and management. The research purpose to: determine the number and condition of the building traditional markets in Wonogiri, Determine and analyze the expectations of traders, consumers and other interested parties related to the revitalization of traditional markets in the District Baturetno, Pracimantoro and Jatisrono and (3) to determine the condition of traditional markets in general related to: hygiene, waste management, drainage, green open space security.The results showed that the number markets in Wonogiri Regency as many as 103 units consisting of: 26 units of the common market, 68 units and 9 units of rural markets veterinary market with an area of 67 848 m2 to 10 408 traders. With regard to the revitalization of the market in District Baturetno, Pracimantoro and Jatisrono general merchant and the buyer agrees with the expectation that the market be clean, beautiful and comfortable. Whereas general hygiene conditions of traditional markets pretty well with water drainage contain but the presence of shade trees around the market area is lacking. Structuring shanties less good but from the cleanliness of the bathroom as the availability of water that enough with the security level market is very good. As an empowerment model of traditional markets would require an input, process and output. Input needed them; the existence of traders, buyers, HR Manager, policies, funding and implementation guidance in the management of the market. Once there is a process of empowerment through a series of assistance activities by officers the market and other stakeholders, then the resulting output (output) include: market conditions were clean, tidy and safe so that buyers and sellers conduct transactions and the subsequent transaction value increased and this as an indicator of the functioning traditional markets amid increasing development of the traditional market. Keywords: empowerment, traditional markets, modern markets and market revitalization PENDAHULUAN Dalam konteks pengembangan ekonomi pedesaan, keberadaan pasar tradional yang telah ada di seluruh kecamatan di Kabupaten Wonogiri sangat membantu masyarakat karena pasar menjadi ajang transaksi dalam jual beli hasil pertanian, peternakan dan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun ironinya menurut Bupati Wonogiri Joko Sutopo, dalam 15 tahun terakhir hanya satu pasar tradisional yang diperhatikan. Padahal pasar tradisional merupakan pusat perekonomian pedesaan (Solopos, 19 Februari 2016).
Pada bagian lain sebagaimana disampaikan oleh Kepala Diperindagkop dan UKM Kabupaten Wonogiri, revitalisasi (pembangunan secara menyeluruh) pasar tradisional di Kecamatan Baturetno akan mulai dilaksanakan tahun 2017, selanjutnya menyusul untuk pasar tradisional di Kecamatan Pracimantoro atau di Kecamatan Jatisrono ( Solopos, 19 Juli 2016). Sedangkan terkait dengan regulasi dalam pengelolaan pasar tradisional, sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 1 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum di Kabupaten Wonogiri dan 36
Keputusan Bupati Nomor 810 Tahun 2010 tentang Penetapan Kelas Pasar. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan kajian dengan tujuan untuk mengetahui jumlah dan kondisi bangunan pasar tradisional yang ada di Kabupaten Wonogiri; mengetahui dan menganalisis harapan para pedagang, konsumen dan pihak berkepentingan terkait revitalisasi pasar tradisional di Kecamatan Baturetno, Pracimantoro dan Jatisrono; dan untuk mengetahui kondisi pasar tradisonal secara umum terkait dengan: kebersihan, pengelolaan sampah, drainasi, ruang terbuka hijau dan keamanannya. METODE Tempat penelitian dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri pada pasar tradisional yang telah direncanakan akan dibangun secara total yakni; di pasar Baturetno, Pracimantoro dan Pasar Jatisrono, serta beberapa pasar tradisonal yang berada di kecamatan lainnya yang diambil secara terpilih. Pada pasar yang telah direncanakan akan direvitalisasi. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai bulan Juli sampai dengan September 2016, sejak pengambilan data, analisis sampai dengan penyusunan laporan penelitian. Metode yang dipergunakan dalam kajian ini adalah diskriptif kuantitatif dan kualitatif. Metode penelitian menguraikan secara teknis tentang metode-metode yang dipergunakan dalam penelitian. Metode berarti penyelidikan berlangsung menurut suatu rencana tertentu. Menurut Ary (1982) metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data
yang diperlukan guna menjawab persoalan penelitian. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, FGD dan observasi, adapun data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi diantaranya data statistik Kabupaten Wonogiri dalam angka, data dari Dinas Pasar Kabupaten Wonogiri, data-data lain yang relevan serta hasil kajian – kajian lain yang pernah dilakukan dan relevan. Pemilihan responden dalam wawancara dan FGD menggunakan metode sampel terpilih (purposive sampling), dimana dalam penentuannya menggunakan cara bola salju bergulir ( snow ball effect). Data sekunder yang dibutuhkan diantaranya diperoleh dari Wonogiri dalam angka, data dari sub dinas pasar, regulasi terkait dengan pasar tradisional serta dokumen lain terkait yang diperlukan. Termasuk rangkaian dalam kajian ini terkait dengan penambahan wawasan yang berguna untuk membantu dalam penyusunan kesimpulan dan rekomendasi maka dilakukan kunjungan kepada model pengelolaan pasar tradisional yang ada di Kabupaten Sukoharjo dan pada pasar Bringharjo, Kota Yogyakarta. HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Wonogiri dengan 25 kecamatan, 251 desa dan 43 kelurahan maka keberadaan pasar tradisonal menyebar pada semua kecamatan dan sebagian desa/kelurahan telah memiliki pasar desa. Pasar tradisional yang ada dikelompokkan menjadi 3 yakni: pasar umum, pasar desa dan pasar hewan. Tabel berikut menjelaskan jenis pasar dan jumlahnya yang diperinci menurut tahun.
Tabel 1. Jenis Pasar dan Jumlah di Kabupaten Wonogiri No Jenis Pasar Tahun 2009 2010 2011 1 Pasar Umum 28 28 28 2 Pasar Desa 68 68 68 3 Pasar Hewan 9 9 9 Jumlah : 105 105 105 Sumber: Wonogiri Dalam Angka 2014
2012 2013 26 26 68 68 9 9 103 103
37
Dari tabel diatas bahwa untuk pasar umum atau pasar di tingkat kecamatan maka telah ada disemua kecamatan sedangkan untuk pasar desa dari 294 desa/kelurahan baru ada 68 pasar desa atau 23 %, sedangkan untuk pasar hewan baru terdapat 9 tempat. Untuk pasar umum kondisi bangunannya sebagian besar sudah sangat tua kalaupun pernah dilakukan sifatnya dalam bentuk perbaikan
(renovasi) pada sebagian-sebagian saja. Pembangunan pasar secara total atau revitalisasi baru dilaksanaan untuk pasar kota Wonogiri pada tahun 1996 karena kebakaran menyeluruh. Terkait dengan luas bangunan dan jumlah pedagang khusus untuk pasar umum tabel berikut menjelaskan secara lebih rinci.
Tabel 2. Luas Bangunan dan Jumlah Pedagang di Pasar Umum. No Jenis Bangunan Luas Bangunan Jumlah Pedagang 1 Kios/Toko 28.707 M2 2.317 orang 2 Los 39.141 M2 8.091 orang Jumlah : 67.848 M2 10.408 orang Sumber: Wonogiri Dalam Angka 2014 Sekalipun pasar tradisonal pada umumnya ramai dengan hari pasaran 2 kali dalam 5 hari namun untuk toko / kios tetap buka menjajagan barang dagangan setiap hari sedangkan untuk pedagang yang menempati los yang pada umumnya di dalam pasar akan berjulan pada hari pasaran saja dan hanya beberapa pedagang dalam los yang berjualan setiap hari. Dilihat dari jumlah pedagang mencapai 10.408 orang maka peran pasar tradisional mampu menampung jumlah tenaga kerja yang sangat besar serta efeknya terhadap perekonomian masyarakat. A. Revitalisasi Pasar Tradisional . Dalam kajian ini maka revitalisasi diberikan arti bahwa pasar tradisional dibangun secara total dan ditata ulang serta berdampak pada perubahan pengelolaannya. Mengapa demikian berdasarkan pengalaman jika pasar hanya dibangun sebagian (renovasi) maka dalam waktu 3-5 tahun pasar tradisional menjadi kumuh dan semrawut. Informasi yang digali diantaranya terkait dengan kondisi pasar, persetujuan, harapan dan kekhawatiran yang secara lebih rinci disampaikan sebagai berikut. 1. Kondisi Bangunan Pasar Responden dalam kajian ini yang mayoritas adalah para pedagang dan pembeli memberikan penilaian terhadap kondisi pasar yang mereka tempati untuk berjualan atau untuk belanja khususnya bagi pasar Baturetno, Pracimantoro dan pasar Jatisrono. Mereka memberikan penilaian terhadap
kondisi bangunan pasar sebagaimana ditampilkan pada diagram berikut.
Diagram
1.
Kondisi Pasar yang dilakukan Revitalisasi.
akan
Sebanyak 62 % responden memberikan kesan bahwa pasar yang keseharian mereka tempati untuk berjualan atau belanja masih layak ditempati dengan maksud masih bisa dipakai untuk berjualan. Sementara 33% mengatakan kurang layak dan sebanyak 5 % memberikan penilaian tidak layak. Sebagaimana terlihat dipasar bahwa ketiga pasar tersebut pembangunannya sudah sangat lama sekitar tahun 70 an dan kalaupun ada perbaikan atau renovasi yang sifatnya tambal sulam. Sehingga memang ketiga pasar tersebut memang sudah saatnya direvitalisasi karena memang sudah terkesan semrawut. Sisi lain ketiga pasar tersebut merupakan simpul pergerakan barang hasil pertanian dan komoditas lain dari kecamatan-kecamatan atau wilayah lain disekitarnya. 2. Sikap Terhadap Rencana Revitalisasi Pasar. Sebagaimana pembagunan pasar secara menyeluruh (revitalisasi) tentu pada awalnya 38
akan menimbulkan pro dan kontra, bagaimana pandangan para pedagang dan pembeli menyikapi hal ini dapat diketahui pada gambar 2. Terkait dengan rencana revitalisasi pasar tradisional di Kecamatan Baturetno, Pracimantoro dan Jatisrono yang telah bergulir dikalangan pedagang dan pembeli maka sebanyak 54% setuju, 13% tidak setuju dan sebanyak 33 % memberikan pernyataan ragu-ragu. Untuk mengetahui secara lebih rinci alasan dari masing-masing sikap tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Diagram 2. Sikap Terhadap Rencana Revitalisasi Pasar
Tabel 3. Sikap dan Alasan Terhadap Rencana Revitalisasi Pasar No Sikap Alasan 1 Setuju a. Pasar terkesan kumuh revitalisasi akan menjadikan pasar menjadi lebih bagus dan rapi b. Agar penataan kios, los dan lapak lebih tertata dan tertib sehingga tidak mengganggu pejalan/pembeli c. Agar pasar menjadi lebih nyaman pembeli banyak yang datang dan mampu menarik dari kalangan masyarakat menengah keatas. 2 Tidak a. Takut kehilangan pelanggan Setuju b. Dagangan saya malah sepi c. Tidak usah dibangun, pasar masih layak d. Kalau dibangun pedagang malah akan membayar kios atau los lagi e. Takut jika tidak disediakan pasar darurat 3 Ragu a. Kalaupun dibangun belum tentu pasar menjadi ramai - ragu b. Saya mengikuti pedagang yang lainnya saja Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Dari tabel diatas nampak bahwa komunitas pasar yang terwakili pandangannya oleh para pedagang dan pembeli memberikan sikap setuju, tidak setuju dan ragu-ragu dengan berbagai alasan sebagaimana tabel diatas. Namun jika dicermati lebih lanjut maka sikap tidak setuju dan ragu-ragu adalah sekaligus merupakan cermin dari kekhawatiran terhadap rencana revitalisasi pasar. Selanjutnya dari berbagai sikap dengan alasan yang dikemukakan tersebut maka sebanyak 71 % responden tidak ada kekawatiran terhadap rencana revitaslisasi pasar yang akan dilakukan dengan alasan bahwa segala hal telah direncanakan dan dipersiapkan oleh pemerintah atau pemrakarsa sedangkan sebanyak 29 % masih menaruh kekawatiran seperti; jiak pasar akan dibangun apakah telah dipersiapkan pasar darurat, takut kehilangan pelanggan dan dari sisi pembeli
akan kesulitan mencari barang-barang yang dibutuhkan. 3. Penataan Zonasi. Bagaimana dengan pendapat para pedagang dan pembeli terkait dengan penataan zonasi maka dapat dilihat pada diagram berikut.
Diagram 3. Pendapat Penataan Zonasi Barang Dagangan Dari diagram diatas terlihat bahwa sebanyak 87 % responden menjawab jika pasar Baturetno, Pracimantoro dan Jatisrono 39
dilakukan pembangunan secara menyeluruh (revitalisasi) maka menyatakan setuju jika dilakukan penataan zonasi atau kelompok – kelompok barang dagangan. Dengan demikian maka akan memudahkan bagi pembeli untuk membeli jenis barang tertentu selain itu menghindari kontaminasi dari sifat barang-barang yang dijual serta menambah kenyamanan. Sedangkan 13 % menyatakan tidak setuju karena jika dilakukan penataan zonasi maka akan mempengaruhi jumlah pembeli yang belanja di pasar karena sifat konsumen umumnya lebih suka datang pada satu titik kunjungan namun sekaligus dapat membeli beberapa jenis barang yang dibutuhkan. 4. Penempatan Lapak Pendapat para pedagang dan pembeli yang terwakili oleh responden terkait cara penempatan lapak atau kios setelah pembangunan pasar selesai maka dapat dilihat pada diagram berikut.
Diagram 4. Pendapat Cara Penempatan Lapak/Kios Dari diagram diatas nampak bahwa sebanyak 20 persen responden menghendaki dalam penentuan lapak atau kios baru setelah pasar dibangun dengan cara diundi, 47 % terserah petugas yang menata dan sebanyak 33% memilih dengan cara lainnya. Cara lain yang dimaksud diantaranya melalui musyawarah antar pedagang, namun ketika responden diminta penjelasan lebih rinci juga mengalami kesulitan dalam pelaksanaan nantinya.
5. Harapan Terkait Rencana Revitalisasi Pasar Tradisional. Masukan dari para pihak melalui proses wawancara personal dan Focus Group Discussion (FGD) dengan hasil sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Masukan dan Harapan terkait Revitalisasi Pasar Tradisional No Masukan dan Harapan 1 Sebaiknya pembangunan pasar Baturetno, Paracimantoro dan Jatisrono segera dimulai karena sudah lama diwacanakan 2 Untuk mengimbangi dinamika, maka wajah pasar harus ditata sedemikian rupa hingga menarik dan mulai dipikirkan keberadaan unit untuk penitipan anak yang ana disekitar pasar 3 Untuk mempermudah akses keluar masuk barang maka bangunan pasar hasrus dilingkari jalan 4 Perlunya penertiban pedagang oprokan agar pasar tertata rapi serta pengangkutan sampah dilakukan setiap hari 5 Mengingat jumlah kendaraan orang yang berbelanja semakin banyak serta untuk kenyamanan dan keamannya, maka perlu dilakukan penataan perpakiran dan kondisi ini menjadi kehutuhan disemua pasar. 6 Pada lantai 2 sebaiknya dibangun akses jalan untuk untuk memudahkan bongkar muat barang serta dipergunakan untuk pedagang yang menyediakan kebutuhan pokok. 7 Perlu dibuat hidran minimal terdapat 4 titik yang diletakkan pada sisi utara, barat, timur dan selatan untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran. 8 Secara tegas perlunya penataan dagangan secara tetap berdasarkan zonasi barang dagangan agar pelanggan lebih mudah disamping pasar menjadi lebih nyaman 9 Sosialisasi penempatan kios/los pedagang harus dilaksanakan dari awal (untuk semua pasar) 10 Mohon agar keberadaan Himpunan Pedagang Pasar (HPP) diajak berembuk dalam proses pembangunan pasar.
40
B. Pemberdayaan Pasar Tradisional Saat ini pasar tradisional mulai sedikit ditinggalkan oleh konsumen seiring maraknya pasar modern yang tumbuh sejak dari kotakota besar hingga sampai kota kecamatan. Pergeseran ini mengingat pasar modern lebih menjanjikan pelayanan dan kenyamanan bagi pembeli misalnya dengan menampilkan kesan: bersih, aman, nyaman, ramah dengan pelayanan waktu untuk bertransaksi lebih lama. Kondisi tersebut sangat berbeda dengan kesan bahwa pasar tradisional yang terkesan kumuh dan semrawut. Kajian ini memberikan gambaran kondisi pasar tradisional yang ada di Kabupaten Wonogiri. Selanjutnya dengan memahami kondisi tersebut dapat menjadi acuan untuk merumuskan kebijakan dan strategi pemberdayaan pasar-pasar tradisonal untuk masa mendatang. 1. Kebersihan Area Pasar Kebersihan pasar dicirikan oleh keberadaan sampah yang berada pada area pasar, bagaimana kondisi sampah pada pasarpasar tradisional dapat dilihat pada diagram berikut.
Diagram 6. Kondisi Saluran Air (Drainase) Dari diagram diatas terbaca bahwa sebanyak 8% responden menyatakan kondisi drainase pasar tersumbat, 40% menyatakan kurang lancar dan sebanyak 50% responden menyatakan lancar dan sebanyak 2% menyatakan sangat lancar. Kondisi yang baik soal drainase ini sangat dipengaruhi karena topografi wilayah sekitar pasar berada dalam kondisi miring sehingga aliran air sangat lancar meninggalkan area pasar. 3. Keberadaaan Pohon Peneduh Keberadaan pohon peneduh disekitar pasar dapat dilihat dari sisi sebaran dan fungsi. Sisi sebaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah keberadaan pohon menyebar disemua area pasar atau hanya berada pada area tertentu. Sedangkan dari sisi fungsi apakah keberadaan pohon peneduh tersebut secara fungsi telah memberikan keteduhan dan kenyamanan bagi lingkungan sekitar. Selanjutnya bagaimana keberadaan pohon sebagai fungsi peneduh dapat dilihat pada diagram dibawah ini.
Diagram 5. Kebersihan Area Pasar Konsumen yang sering berbelanja memberikan pendapat bahwa keberadaan sampah pasar tradisional terdapat banyak sampah sebanyak 30%, cukup banyak sampah 37%, sedikit sampah 33% dan tidak ada yang memberikan pernyataan bahwa pasar tradisional kita bersih. Dengan demikian upaya pengelolaan sampah pada pasar tradisional masih perlu ditingkatkan untuk menjaga kebersihan pasar. 2. Saluran Air (Drainase) Area Pasar Kondisi drainase pada pasar tradisional dapat dilihat pada diagram berikut.
Diagram 7. Keberadaan Pohon Peneduh Berdasarkan diagram diatas nampak bahwa sebanyak 77 % responden memberikan pernyataan bahwa pohon peneduh hanya memenuhi kurang dari 25% dari seluruh area pasar dan sebanyak 23% responden mengatakan bahwa keberadaan pohon peneduh telah memenuhi sekitar 50% dari area pasar. Dari data ini dapat disimpulkan 41
bahwa keberadaan pohon peneduh pada area pasar tradisional masih sangat kurang dan menjadikan area pasar menjadi panas dan kurang nyaman baik bagi pedagang maupun pembeli. 4. Penataan Lapak Kondisi penataan lapak pada pasar tradisional dapat dilihat pada diagram berikut.
5. Keberadaan dan Kebersihan WC Kondisi WC pada pasar tradisional dapat dilihat pada diagram berikut.
Diagram 9. Kondisi WC Dari diagram diatas terbaca bahwa sebanyak 2% responden memberikan pernyataan bahwa kondisi kamar mandi/WC kotor, bau dan tidak ada air bersih, 28% responden memberikan pernyataan kondisi WC bersih, ada air namun tidak terawat, 28% kotor, bau dan ada air serta sebanyak 42 % menytakan bahwa kamar mandi/WC dalam keadaan bersih, ada air dan terawat. Pengelolaan kamar mandi/WC pada umumnya dikelola oleh pihak lain diluar manajemen pasar dengan pola kontrak. Pengelola hanya mampu pada tindakan kebersihan kamar mandi/WC saja namun jika telah sampai pada masalah perbaikan atau pengadaan sarana seperti bangunan dan ketersedian air bersih pengelola tidak lagi memiliki kewenangan.
Diagram 8 Penataan Lapak Pada diagram diatas terlihat bahwa sebanyak 22% responden memberikan pernyataan bahwa sebagian besar lapak tidak tertata, semrawut dan kotor, sebanyak 62% memberikan pernyataan sebagian kecil tertata, semrawut dan kotor, 8% tertata rapid an bersih sebanyak 8% memberikan pernyataan bahwa pada area pasar tradisional telah ada pengelompokkan barang dagangan, rapi dan bersih. Dengan demikian masih diperlukan upaya lebih lanjut untuk melakukan penataan lapak pada pasar-pasar tradisonal agar kenyamanan pasar lebih terjaga. C. Analisis SWOT Tabel 5. Hasil Analisis SWOT Pasar Tradisional Strength (Kekuatan) 1. Bisa tawar menawar dalam jual beli (transaksi langsung) 2. Tempat strategis 3. Sayur ,buah dijual dengan segar 4. Lebih banyak pilihan dan murah 5. Sudah ada paguyuban pedagang 6. Pasar tradisional sebagai tempat transaksi jual beli hasil bumi dan produk dari masyarakat ( lebih menguasai hajat hidup masyarakat ) 7. Pasar tradisional lebih mendorong wirausahawan baru Opportunity (Peluang) 1. Nilai transaksi dalam pasar meningkat 2. Meningkatkan perekonomian dan usaha masyarakat (mendorong pertumbuhan wirausaha baru) 3. Menarik golongan ekonomi menengah ke atas jual/beli di pasar 4. Meningkatkan daya saing pasar tradisional 5. Meningkatkan PAD
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
1. 2. 3. 4.
Weakness (Kelemahan) Tempat kumuh (kotor ,becek, bau ) Penataan dagangan kurang menarik dan semrawut Kurang nyaman (tempat, ventilasi, Pencahayaan) Sebagian pasar tradisional belum ada petugas keamanan Belum ada penataan zonasi Sanitasi dan akses jalan belum memadai Jaringan / instalasi listrik tidak standar sehingga rawan kebakaran Belum ada SOP pengelolaan pasar yang standar Threat (Ancaman) Maraknya pasar modern Banyaknya penganguran dan kemiskinan Gaya hidup wah/gengsi masyarakat/pemimpin ke pasar tradisional Pemimpin / pejabat enggan berbelanja di pasar tradisional
42
Hasil analisis SWOT terhadap keberadaan pasar tradsional di Kabupaten Wonogiri maka dapat dilihat pada Tabel 5. Penggunaan metode Focus Group Discussion (FGD) yang dihadiri para pemangku kepentingan terkait dengan pasar tradisional sebagaimana Tabel 5 telah teridentifikasi peta kelebihan, kelemahan, peluang dan ancaman berkaitan dengan pengembangan pasar tradisional. Terdapat 6 pernyataan terkait dengan kelebihan, 8 pernyataan kelemahan, 5 pernyataan peluang dan 4 pernyataan ancaman. Dengan demikian pengelolaan pasar tradisional kedepan menjumpai kelemahan dan ancaman namun untuk mengatasinya memiliki kelebihan dan peluang yang cukup baik.
INPUT -
D. Model Pemberdayaan Pasar Tradisional Suatu model pemberdayaan pasar tradisional diperlukan suatu input, proses dan output. Input yang dibutuhkan diantaranya adalah keberadaan pedagang, pembeli, SDM Pengelola, kebijakan, dana dan pedoman pelaksanaan dalam pengelolaan pasar. Setelah ada proses pemberdayaan melalui serangkaian kegiatan pendampingan oleh petugas pasar dan para pihak lainnya, maka dihasilkan keluaran (output) berupa: kondisi pasar yang bersih, rapi dan aman sehingga para penjual dan pembeli yang melakukan transaksi dan selanjutnya nilai transaksi meningkat dan ini sebagai indikator berfungsinya pasar tradisional. Untuk mengetahui secara skematik model pemberdayaan pasar tradisional dapat dilihat pada diagram berikut.
PROSES
SDM Pengelola Kebijakan Pedoman/SOP Dana Pembeli Pedagang
Penentuan Zonasi
OUTPUT
Pemberdayaan Pasar Tradisional
- Pasar Bersih, Rapi - Aman - Penjual dan Pembeli Nyaman - Nilai Transaksi Meningkat
Sosialisasi Kebijakan/SOP Penentuan Kios/Los
Banyak Pengunjung
- K3 - Drainase - Penataan lapak - Kelola Sampah
Pengakuan Publik Bahwa Pasar Tradisional Nyaman dan Aman
Diagram 11 . Model Pemberdayaan Pasar Tradisional Dari diagram tersebut dapat dibaca bahwa dalam pemberdayaan pasar tradisional dibutuhkan input dan proses yang bersifat dana, material regulasi serta sumber daya
manusia (SDM) untuk melakukan proses pemberdayaan atau melakukan fungsi-fungsi manajerial. Yang pada akhirnya menghasilkan kondisi pasar yang bersih, rapi, aman dan 43
nyaman selanjutnya memberikan dampak banyaknya pengunjung (penjual dan pembeli) yang melakukan transaksi pada pasar tradisional. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil kajian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Jumlah pasar yang ada di Kabupaten Wonogiri secara keseluruhan berjumlah 103 unit terdiri dari: 26 unit pasar umum, 68 unit pasar desa dan 9 unit pasar hewan dengan luas bangunan keseluruhan 67.848 M2 dengan 10.408 pedagang. Dari 294 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Wonogiri baru 68 desa/kelurahan (23%) yang memiliki pasar desa. Sebagian besar kondisi pasar tersebut merupakan bangunan lama. Terhadap rencana revitalisasi pasar di Kecamatan Baturetno, Pracimantoro dan Jatisrono sebagian besar pedagang dan pembeli setuju dengan harapan agar pasar menjadi bersih, indah dan nyaman. Secara umum kondisi kebersihan pasar tradisional cukup baik dengan drainase air memadahi namun keberadaan pohon peneduh disekitar area pasar sangatlah kurang. Penataan lapak kurang baik namun dari kebersihan kamar mandi/WC serta ketersediaan air dirasa sudah cukup dengan tingkat keamanan pasar sangat baik. Saran Pemerintah Kabupaten Wonogiri perlu melakukan perbaikan dalam pengelolaan pasar tradisional menjadi lebih baik agar pasar tampil lebih nyaman dan menarik ditengah makin berkembangnya pasar -pasar modern yang mulai masuk di kota kecamatan. Sebelum pelaksanaan revitalisasi pasar Baturetno, Pracimantoro dan Jatisrono dilakukan maka perlu dilakukan sosialisasi secara partisipatif agar dalam pelaksanaan pembangunannya diterima dan mendapat dukungan dari komunitas pasar. Pembangunan pasar darurat harus memperhatikan aspirasi mereka dan
memastikan bahwa transaksi tetap dapat berjalan. Perlu dipikirkan konsep model pembangunan pasar tradisional yang sekligus mengintegrasikan unit penitipan anak mengingat para pedagang yang memiliki anak usia balita sekaligus dapat menerima penitipan anak dari luar komunitas pasar. Perlu dibangun Tempat Pengelolaan Sampah, perbaikan drainase, penataan lapak dan pembuatan ruang terbuka hijau terutama untuk fungsi pohon peneduh. DAFTAR PUSTAKA Himpunan Lembaran Daerah, 2012. Himpunan Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri Bagian Hukum, Setda Kabupaten Wonogiri. Ferry. F Karwur, dkk, 2007. Pengembangan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat. Reading Material. Salatiga: Program Pengembangan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat. Pardino dan Andi Suriadi. 2008. Penelitian dan Pengembangan Sosial - Ekonomi dalam Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum. Suprapto, Teguh. 2015. Kajian Tata Niaga Kayu Rakyat Di Kabupaten Wonogiri. Dewan Riset Daerah Kabupaten Wonogiri. Serikat Pedagang Pasar Kota Tegal, 2013. Permasalahan Pasar Tradisional dan Permasalahannya. Rosdiana Dewi, 2014. Telaah Fungsi. Pasar Umum Gubug Kabupaten Grobogan Perpres 112/2007. Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
44