KAJIAN PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM KEBUN BIBIT RAKYAT (KBR) DI DESA BULUSULUR KABUPATEN WONOGIRI Dewi Safitri
[email protected] Alia Fajarwati
[email protected] Abstract Kebun Bibit Rakyat Program (KBR) is one program Forest and Land Rehabilitation (RHL)-based self-managed communities, and aims to provide good quality seeds, thereby increasing public interest in planting. One of the villages that received assistance in 2012 was Desa Bulusulur, Wonogiri Perceptions of KBR program that includes understanding, motivation, satisfaction and profits, is considered positive, as seen from the public enthusiasm and satisfaction felt by the public on the implementation of program. In harmony with this, which includes participation, role, shape of, the potential of participation and review of the implementation of the program was also implemented properly and in accordance with the regulations that shade. Committee and the community has a role and participation forms are almost the same. Only at the stage of planning and design, and in the form of new ideas and no public involvement in it. Key words : KBR program, perception, participation, committe, community Abstrak Program Kebun Bibit Rakyat (KBR) merupakan salah satu program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang berbasis swakelola kelompok masyarakat dan bertujuan untuk menyediakan bibit berkualitas baik sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat tanam masyarakat. Salah satu desa yang menerima bantuan pada tahun 2012 adalah Desa Bulusulur, Kabupaten Wonogiri. Persepsi terhadap program KBR yang meliputi pemahaman, motivasi, kepuasaan dan keuntungan serta manfaat yang diperoleh dinilai positif, hal ini terlihat dari tingginya antusiasme masyarakat serta kepuasaan yang dirasakan masyarakat terhadap pelaksanaan program. Selaras dengan hal tersebut, partisipasi yang meliputi peran, bantuk, potensi partisipasi serta review pelaksanaan program juga terlaksana dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang menaungi. Panitia dan masyarakat memiliki peran dan bentuk partisipasi yang hampir sama. Hanya pada tahap rencana dan rancangan dan dalam bentuk ide dan gagasan tidak ada pelibatan masyarakat umum di dalamnya. Kata kunci : program KBR, persepsi, partisipasi,panitia inti, masyarakat
297
Wonogiri telah melaksanakan program
PENDAHULUAN Saat ini lahan kritis menjadi
kebun
bibit
rakyat
(KBR)
guna
di
mengurangi laju lahan kritis di sekitar
data
daerah aliran sungai. Sesuai dengan
Departemen Kehutanan pada tahun
rencana umum pengadaan Kabupaten
2006, jumlah luasan lahan kritis di
Wonogiri
Indonesia mencapai lebih dari 81 juta
kebun bibit rakyat berada pada poin
ha, padahal data 5 tahun sebelumnya
541
menunjukan
kritis
pengadaannya oleh pemerintah mulai
mencapai lebih dari 40 juta ha. Angka
bulan Oktober 2012. Pengadaan bibit
ini meningkat dua kali lipat setelah 5
ini
tahun
lahan kritis sekaligus menjadi supplier
masalah
yang
Indonesia.
cukup
serius
Berdasarkan
jumlah
dengan
lahan
laju
degradasi
yang
bibit
tahun.
masyarakat, telah
melakukan
lahan
meningkat.
adalah
di dalamnya
dan
gratis
sehingga
masyarakat
Program
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang program-progra
merehabilitasi bagi
diharapkan
dengan adanya program ini minat tanam
diantaranya
pengadaan dilaksanakan
untuk
berkualitas
berbagai upaya untuk mengurangi laju kritis
2012,
akan
bertujuan
sumberdaya hutan 2,1 juta hektar per Pemerintah
tahun
merupakan
akan
kebun program
semakin
bibit
rakyat
Kementerian
meliputi : hutan desa, hutan tanaman
Kehutanan berupa bantuan senilai 50
rakyat (HTR) hutan kemasyarakatan
juta rupiah untuk setiap unit, yang
dan program kebun bibit rakyat (KBR),
kemudian
(Kementrian Kehutanan tahun 2011).
masyarakat untuk menjadi pembibitan.
Kebun bibit rakyat merupakan program
Pelaksanaan
pemerintah untuk menyediakan bibit
swakelola
tanaman hutan dan jenis tanaman
sebagai basis pelaksanaan. Mulai dari
serbaguna (MPTS) yang dilaksanakan
perencanaan
secara
kelompok
operasional
pedesaan
diperlukan
swakelola
masyarakat,
oleh
terutama
di
dikelola
oleh
kelompok
program
memerlukan
kelompok
masyarakat
hingga
pada
penanaman swakelola
tahap bibit,
masyarakat.
Selain kelompok masyarakat yang
(Permenhut no 17 tahun 2012). Selaras dengan pemerintah pusat,
telah ditunjuk, keterlibatan masyarakat
saat ini pemerintah daerah Kabupaten
umum juga akan sangat membantu
297
berjalannya program, selain menjadi
sosial. Teknik pemilihan sampel yang
tambahan tenaga, dalam pengadaannya,
digunakan pada penelitian ini adalah
masyarakat
kuota
juga
pengontrol
dapat
menjadi
keberlangsungan
upaya-
sampling.
Dimana
jumlah
responden telah ditentukan sebelum
upaya tersebut agar dapat berjalan
terjun
dengan
responden dalam penelitian ini adalah
lancar.
Keikutsertaan
ke
lokasi
kajian.
Jumlah
masyarakat dapat mengurangi resiko
sebanyak
kegagalan program, karena masyarakat
diantaranya adalah Kepala Bidang
akan merasa ikut bertanggung jawab
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Dinas
dalam kesuksesan program.
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
32
responden.
Dua
Salah satu desa yang menerima
Wonogiri dan Kepala Desa. Informasi
bantuan KBR pada tahun 2012 adalah
dari kedua instansi tersebut bersifat
Desa Bulusulur, Kabupaten Wonogiri.
sebagai pelengkap dan media cross
Sehubungan
pelaksanaan
check dengan informasi yang diperoleh
berbasis
swakelola
dari responden kunci yaitu masyarakat
masyarakat,
dimana
dan panitia inti. Sedangkan 30 orang
merupakan
lainnya terdiri dari 7 orang panitia inti
program
dengan
yang
kelompok kelompok
masyarakat
penggerak sekaligus pelaksana utama
dan
program, sehingga aspek persepsi dan
menerima bantuan bibit dari program
partisipasi masyarakat menjadi hal
KBR. Jumlah 30 responden, dipilih
yang perlu untuk diketahui dalam
karena lokasi kajian merupakan desa
pelaksanaan program KBR di Desa
yang
Bulusulur.
Sedangkan
digunakan adalah analisis deskriptif.
METODE
Menurut Soehartono (1995) penelitian
23
orang
memiliki teknik
masyarakat
sifat
yang
homogen.
analisis
yang
merupakan
deskriptif bertujuan untuk meberikan
cara ilmiah untuk mendapatkan data
gambaran tentang suatu masyarakat
dengan tujuan dan kegunaan tertentu
atau suatu kelompok orang tertentu
(Sugiyono, 2008). Metode penelitian
atau gambaran tentang suatu gejala
yang digunakan dalam penelitian ini
atau hubungan antara dua gejala atau
adalah metode kualitatif karena objek
lebih. Analisis deskriptif memberikan
dari penelitian ini merupakan objek
gambaran atau deskripsi mengenai
Metode
penelitian
298
fakta-fakta, sifat-sifat secara objektif
persepsi masyarakat terhadap program
pada suatu fenomena di lapangan.
pembangunan hutan pola kemitraan
Menurut Soehartono (1995) penelitian
berpengaruh terhadap keberlangsungan
deskriptif dapat meliputi :
program
1.Penelitian
tersebut, persepsi masyarakat berada
yang
menggambarkan
tersebut.
karakteristik suatu masyarakat atau
dalam
suatu kelompok orang tertentu
masyarakat
2.Penelitian
yang
menggambarkan
kategori
Dalam
kasus
sedang,
menilai
dimana
program
yang
dijalankan sesuai dengan kebutuhan serta adanya manfaat yang diperoleh
penggunaan fasilitas masyarakat memperkirakan
masyarakat, oleh sebab itu program
proporsi orang yang mempunyai
dapat diterima dan dijalankan dalam
pendapat, sikap, atau bertingkah laku
masyarakat tersebut. Tidak berbeda
tertentu.
halnya
3.Penelitian
4.Penelitian
yang
yang
berusaha
untuk
dengan
penelitian
tersebut,
penelitian ini mendasarkan persepsi sebagai sesuatu yang berperan terhadap
melakukan semacam ramalan 5.Penelitian yang mencari hubungan
keberhasilan
pelaksanaan
program
KBR. Persepsi dalam penelitian ini
antara dua variabel atau lebih. Berdasarkan kategori tersebut
terdiri
dari
pemahaman
terhadap
maka penelitian ini adalah penelitian
program, motivasi penerima bantuan,
deskriptif yang meliputi penelitian
kepuasaan
penerima
yang
keuntungan
serta
menggambarkan
karakteristik
suatu masyarakat, dan memperkirakan proporsi
orang
yang
bantuan manfaat
dan yang
diperoleh dari program. Tingkat
mempunyai
pemahaman
yang
pendapat, sikap dan bertingka laku
dimiliki berbeda antara panitia inti
tertentu.
dengan
masyarakat.
Panitia
inti
memiliki pemahaman yang lebih baik PEMBAHASAN DAN HASIL
dibandingkan
A. Persepsi Masyarakat Dewasa ini persepsi masyarakat terhadap suatu program pembangunan dianggap sebagai sesuatu yang cukup berperan program.
terhadap Dalam
keberhasilan
Yuwono
(2006),
masyarakat.
Minimnya pemahaman yang dimiliki masyarakat dapat disebabkan oleh dua hal, kualitas sosialisasi yang diberikan dan kurang responsifnya masyarakat dalam
299
dengan
menagggapi
kebijakan.
Sosialisasi program hanya ada pada
notabene merupakan pembeli kayu.
saat
bantuan,
Masyarakat memiliki penilaian yang
sedangkan masyarakat belum mampu
rendah terhadap harga kayu, sebaliknya
memberikan
para
pendataan
penerima
feed
terhadap
back
kebijakan
yang
dijalankan.
Meski
demikian
hal
tersebut
dapat
diminimalisir
mebel
memiliki
penilaian yang cukup tinggi. Hal ini dapat
disebabkan
oleh
tingkat
menjalankan
pengetahuan akan harga kayu yang
organisasi-oragnisasi
dimiliki. Pengusaha mebel merupakan
dengan
kembali
pengusaha
masyarakat, sebagai contoh kelompok
pihak
tani, yang sebagian besar masyarakat
usaha jual beli kayu, maka bisa
belum aktif di dalamnya. Aktivasi
dipastikan informasi yang diperoleh
kembali
serta tingkat pengetahuan harga kayu
dan
kepengurusan
reformasi serta
struktur
pembaharuan
yang
berpengalaman
dalam
yang dimiliki lebih baik.
kegiatan diharapkan dapat menjadi
Berkaca dari kasus tersebut,
bekal dalam membentuk masyarakat
seharusnya ada pembentukan koperasi
yang tanggap dan responsif.
atau organisasi sejenis kelompok tani
Program
KBR
disambut
yang dikhususkan bagi petani tanaman
antusias oleh masyarakat. Hal ini
keras.
terlihat dari banyaknya masyarakat
berjalan hanya berorientasi pada sektor
yang
pertanian seperti padi dan palawija,
lahannya
bersedia untuk
mengalokasikan penanaman
bibit.
ada
tanaman
Selain
Meski
demikian
ini
koperasi
yang
sedangkan untuk tanaman keras belum
Masyarakat sudah terbiasa menanam keras.
Selama
organisasi
yang
dapat
manjangkau.
mewadahi
masyarakat belum memiliki koperasi
tersebut,
khusus yang membidangi tanaman
memungkinkan dapat meningkatkan
keras,
kesejahteraan
sehingga
mereka
hanya
adanya
hal-hal
oraganisasi
masyarakat
mengetahui harga pasar kayu dari para
peningkatan
pengepul. Akibatnya masyarakat rentan
pemasaran hasil kayu. Masyarakat
terhadap monopoli harga kayu. Hal ini terlihat dari adanya perbedaan tingkat
dengan
pengetahuan harga antara masyarakat
Masyarakat
umum dengan pengusaha mebel, yang
dengan
300
kualitas
adanya yang
pelaksanaan
juga
dengan
tanam
dan
merasa
puas
program
ini.
mengaku
puas
KBR
merasa
adanya
perencanaan
program. Program ini dinilai sesuai
pelaksanaan.
dengan kebutuhan masyarakat, terlebih
direncanakan sebanyak 40.000 bibit
lagi
yang
dengan penerima sebanyak 108 orang.
dibagikan dapat dijadikan tabungan
Dengan jumlah tersebut seharusnya
dan
paling
cukup
terbantu
bibit
dengan
tanaman
investasi.
keras
Meskipun
sebagian
tidak
tidak
sesuai
Jumlah
setiap
dengan
bibit
orang
yang
dapat
masyarakat menyatakan puas, namun
memperoleh 400 bibit, namun pada
ada
selama
pelaksanaannya tidak demikian. Selain
pelaksanaan program yang diantaranya:
itu dijumpai pula pendaataan yang
1.Bibit
memiliki
kurang akurat. Hal ini terlihat dari
kualitas yang beragam, sehingga
banyaknya masyarakat yang belum
pembagian bibit tidak merata.
terdaftar dan mengambil jatah bantuan.
beberapa yang
keluhan dibagikan
2.Banyak masyarakat yang menerima
Padahal seluruh responden mangaku
bibit dengan kualitas buruk yaitu
mendaftarkan
bibit yang masih terlalu kecil masih
pengambilan
terlalu muda.
diantaranya tidak tercantum dalam
3.Banyak
bibit
yang
mati
ketika
daftar
dirinya bibit,
penerima
namun
bantuan.
14
Berikut
ditanam di lahan milik warga. Belum
adalah tabel yang menyajikan data
ada studi lebih lanjut mengenai hal
penerimaan bibit : Tabel 4.2 Data Penerimaan Bibit
ini. Namun menurut masyarakat hal tersebut diakibatkan oleh bibit yang
No
terlalu kecil, terlalu muda, sehingga rentan
terhadap
lingkungan
baru.
adaptasi Jumlah
dengan yang
diterima sebagian besar masyarakat
1 2
Kode
Jumlah
Jumlah
Informan
yang
yang
diterima
terdaftar
500
Tidak
02/PTI/06 02/PTI/03
terdaftar 200
tidak sesuai dengan jumlah yang 3
Analisis Data Primer, 2013)
4
keluhan
serta
perbedaan antara jumlah bibit yang terdaftar dengan yang diterima oleh masyarakat, dapat menjadi indikasi
301
Tidak Terdaftar
diminta ketika pendataan. (sumber : Banyaknya
sebelum
02/PTI/05 01/MSY/03
460
448
200
Tidak Terdaftar
5
01/MSY/04 150
272
6
01/MSY/07 70
368
7
01/MSY/08 70
448
8
01/MSY/10 25
384
9
01/MSY/11 130
352
prinsip pemberdayaan masyarakat dan
10
01/MSY/26 25
352
pendekatan partisipatif Panitia berperan sangat besar
Sumber : Data Primer 2013 dan Dokumen KBR Desa Bulusulur 2012
Secara
umum
masyarakat
merasa diuntungkan dengan adanya program
ini.
Keuntungan
yang
diperoleh masyarakat dapat terbagi atas dua
kategori,
langsung
dan
yang
keuntungan
keuntungan
tidak
langsung. Keuntungan langsung yang diperoleh
oleh
masyarakat
adalah
perolehan bibit tersebut. Mereka tidak perlu mengeluarkan sejumlah uang untuk
memperoleh
keuntungan
tidak
bibit.Sedangkan langsung
yang
diterima masyarakat adalah partisipasi masyarakat
untuk
menjaga
lingkungannya dari potensi bencana.
terhadap pelaksanaan program KBR, hal ini karena semua tahapan program melibatkan
panitia
didalamnya.
Masyarakat dalam program ini tidak banyak terlibat dalam tahapan program. Peran
masyarakat
terdapat
pada
pelaksanaan
dan
pemeliharaaan.
Pelaksanaan
adalah
keiukutsertaan
masyarakat dalam operasional program seperti penyiapan lahan dan distribusi bibit, serta penanaman bibit di lahan masing-masing
warga
sampai
pemeliharan setelahnya. Bentuk
partisipasi
yang
dilakukan dilakukan panitia dengan masyarakat meliputi tenaga,dan lahan. Berbeda halnya dengan panitia yang
B. Partisipasi Masyarakat Sejak era reformasi, berbagai upaya
pembangunan
mulai
mengikutsertakan masyarakat sebagai salah satu bagian yang berperan serta di dalamnya. Salah satu contoh upaya pembanguan
yang
melibatkan
masyarakat di dalamnya adalah pada program rehabilitasi hutan dan lahan. Dalam PP no. 76 tahun 2008 tentang Rehabilitasi
Hutan
dan
Lahan,
disebutkan bahwa salah satu prinsip
juga berpartisipasi dalam bentuk ide, masyarakat tidak berpartisipasi dalam bentuk tersebut. Bentuk partisipasi berupa ide dilakukan pada saat tahapan perencanaan,
dalam
pelaksanaan program ini tidak ada unsur
masyarakat
perencanaannya, ide/gagasan
tidak
sehingga dilakukan
dalam bentuk oleh
masyarakat. Berikut adalah tabel yang menyajikan
yang digunakan dalam upaya ini adalah 302
sedangkan
perbandingan
bentuk
partisipasi yang dialkukan oleh panitia
namun masyarakat memiliki kuantitas
dan masyarakat responden :
kerja yang lebih banyak dibandingkan panitia. Seperti pada tahap pembibitan,
Tabel 4.7 Bentuk Partisipasi
-
Ide/ga gasan √
Aset (lahan) √
-
-
√
Tenaga
Dana
Panitia
√
Masyar
√
mulai dari penyiapan lahan, pembuatan bedengan hingga penyemaian bibit di polybag
akat
oleh
sebagian
masyarakat, sedangkan panitia pada Sumber : Data Primer, 2013
Meski tidak dilibatkan secara penuh,
namun
dimiliki
ada
masyarakat
potensi
yang
untuk
dapat
berpartisipasi aktif dalam program. Beberapa
potensi
partisipasi
yang
dimiliki masyarakat diantaranya : 1.Masyarakat telah lama menanam tanaman
keras,
meskipun
belum
pernah membuat pembibitan, namun masyarakat
memiliki
pengalaman
dalam penanaman tanaman keras. 2.Masyarakat memiliki pengetahuan dan
pemahaman
mengenai
cara
menanam tanaman keras meskipun masih
bersifat
tradisional
yang
diwariskan turun temurun. 3.Pasar untuk tanaman keras di Desa Bulusulur
sudah
jelas,
banyak
pengepul yang berkeliling desa untuk mencari pohon yang siap tebang Pelaksanaan program KBR di Desa Bulusulur, banyak melibatkan masyarakat Meskipun
umum tidak
di
dalamnya.
dilibatkan
tahap
tersebut
hanya
mengawasi
pelaksanaan tersebut. Hal
ini
tidak
menyalahi
peraturan, dimana pengerjaan program KBR boleh dikerjakan oleh siapa saja. Panitia
boleh
tahapan
mengerjakan
program
sendiri
semua dengan
alokasi upah berarti untuk panitia atau boleh mengupah orang lain. Hal ini berdasarkan pernyataan dari Kepala Bidang Rehabilitasi Hutan dan Lahan, dimana menurut beliau pengerjaan KBR tidak harus yang mengerjakan panitia, panitia boleh mengupah pihak lain untuk mengerjakan pembibitan. Tidak berbeda halnya dengan panitia, pendamping teknis lapangan juga
lebih
bersifat
mengawasi
pelaksanaan program daripada ikut mendampingi dan membimbing kerja masyarakat. Dimana hal ini diperkuat oleh pernyataan ketua panitia, sebagai berikut :
secara
penuh pada tiap-tiap tahapan program 303
dilakukan
“pendamping teknis ya pernah datang ke lapangan, nanya-nanya, foto-foto bibitnya abis itu yasudah.. nanya perkembangan, kendala ya semacam
itu.. ga ada pendampng itu bantubantu di lapangan, yang mengerjakan ya masyarakat, pendamping tiap datang ya kerjanya begitu itu mbak,” (Tugimin-Ketua Panitia)
Tidak ada penilaian terhadap kinerja
pendamping,
pendamping
teknis
sehingga
bekerja
tanpa
pengawasan. Untuk di Desa Bulusulur sendiri,
pendamping
teknis
tidak
bekerja dengan semestinya. Menurut Kepala Bidang Rehabilitasi Hutan dan Lahan, pendamping teknis bekerja mendampingi
masyarakat
dalam
pembuatan pembibitan, namun pada kenyataannya
masyarakat
perlu untuk di evaluasi, karena peran teknis
sangat
masyarakat dan belum optimlanya pendampingan
teknis
di
lapangan.
Meski demikian, tidak banyak kendala yang ditemui pada saat pelasanaan program. Hanya ditemui kesulitan pada awal mula pembuatan bibit. Pembibitan seperti ini baru pertama kali dilakukan oleh
masyarakat
Desa
Bulusulur.
Pembibitan dilakukan 2 kali, dimana pada
pembibitan
pertama
hampir
setengah dari benih yang disemai mati, kemudian dilakukan pembibitan ulang.
bekerja
sendiri tanpa ada pengarahan. Hal ini pendamping
program lebih banyak dikerjakan oleh
KESIMPULAN 1.Persepsi
penting
masyarakat
program
KBR
terhadap
yang
meliputi
untuk mengarahkan masyarakat dalam
pemahaman, motivasi penerimaan,
pengenalan ilmu dan teknologi terbaru.
kepuasaan
Sehingga kemampuan masyarakat akan
manfaat
semakin meningkat.
positif. Hal ini terlihat dari tingginya
Program KBR di Desa Bulusulur dapat
antusiasme
dikatakan sukses dilaksanakan. Hal ini
program
serta
terlihat dari ketepatan waktu, jumlah
dirasakan
masyarakat.
bibit yang terdistribusi dan antusiasme
masyarakat juga merasa terbantu
masyarakat, namun masih dijumpai
dengan adanya program pembagian
ketidaktepatan. Berdasarkan PP no.17
bibit yang sesuai dengan kebutuhan
tahun 2012, pelaksanaan program KBR
masyarakat terhadap tanaman keras.
dilakukan
berbasis
kelompok
masyarakat
swakelola
serta yang
2.Partisipasi
keuntungan diperoleh
masyarakat
dinilai terhadap
kepuasaan
masyarakat
dan
yang
Selain itu
di
dalam
dengan
program yang meliputi peran di
pendampingan dari tim ahli. Hal ini
dalam program, bentuk partisipasi,
belum
potensi
sesuai
dimana
pelaksanaan
304
partisipasi
serta
review
pelaksanaan program telah terlaksana
Wonogiri
dengan baik sesuai dengan peraturan
Wonogiri
yang menaungi. Masyarakat dan panitia
inti
memiliki
Dalam Angka 2007. Kabupaten Wonogiri. 2013. Wonogiri Dalam Angka 2012.
yang hampir sama, hanya pada tahap rencana dan rancangan serta dalam
Kabupaten
Kabupaten Wonogiri. 2012. Wonogiri
porsi
keterlibatan dan bentuk partisipasi
2012.
Peraturan Menteri Kehutanan Republik
bentuk partisipasi ide dan gagasan,
Indonesia
masyarakat tidak turut dilibatkan,
II/2012
meski demikian masyarakat memiliki
Teknis Kebun Bibit Rakyat
potensi
untuk
keseluruhan.
terlibat Potensi
secara
adalah
memiliki
pemahaman
P.17/Menhut-
Tentang
Pedoman
Soehartono, Irawan. 1995. Metode
tersebut
diantaranya
no.
Penelitian
masyarakat
Sosial.
Metode
penelitian Sosial : Suatu Teknik
dan
Penelitian
Bidang
pengalaman yang baik dalam hal
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu
tanamn keras.
Sosial
Remaja
Lainnya.
Rosdakarya. Bandung Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Departemen Kehutanan 2012. Data
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung
statistik Departemen Kahutanan
Undang-Undang Republik Indonesia
Indonesia tahun 2011.
no.44 Tahun 1999
Departemen Kehutanan 2001. Data statistik Departemen Kahutanan
Yuwono, Setyo. 2006. Persepsi dan
Indonesia tahun 2001.
Partisipasi
Desa Bulusulur. 2013. Laporan data
terhadap Pembangunan Hutan
Dinamis Bulan Desember 2012. Desa
Bulusulur. Bantuan
2012.
Rakyat
Proposal
Pembuatan
Provinsi IPB. Bogor
Bibit Rakyat (KBR). Pengadaan
Kabupaten
305
Pola
Kabupaten
Kebun
Kabupaten Wonogiri. 2012. Rencana
Masyarakat
Kemitraan
di
Musi
Rawas
Sumatera
Selatan.