2
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN KACANG METE DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN WONOGIRI Aulia Rahma Kautsari, Mohd. Harisudin, Bekti Wahyu Utami Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Kentingan, Surakarta 57126, Telp: +62 271 637457 E-mail:
[email protected], 081329306648 Abstract: The purpose of this study are to know the characteristics of consumers, perception and or consumer ratings, to examine the factors that considered and the dominant variables considered, and to know the consumer behavior in making decision to buy cashew nuts in traditional market Wonogiri Regency. The basic method using analytical descriptive method. Sampling method was used in this research is accidental sampling to 96 buyers. Consumer perceptions of product factors, price factors, place factors are essential for consumers, and promotion factors are essential enough for consumers. Based on the priority, the factors are factor of place (17,746%), factor of products (14,914%), factor of promotion (11,337%), and factor of price (8,136%). While the most considered variable by consumers are hygiene market (factor of place), taste (factor of product), suitability prices (factor of promotion), and price (factor of price). Respondents shop at traditional markets because it is close to home, when there are family events, the frequency of one-time purchase within 3 months, with total purchases cashews 2 kg, and to consider marketing mix factors. Key words: Consumer Behavior, Cashew Nuts, Marketing Mix, Factor Analyze Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik konsumen, persepsi dan atau penilaian konsumen, mengkaji faktor-faktor yang dipertimbangkan dan variabel-variabel dominan dipertimbangkan, dan mengetahui perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Metode dasar menggunakan metode deskriptif analisis. Pengambilan sampel dalam penelitian secara accidental sampling kepada 96 pembeli. Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor produk; harga; dan tempat penting bagi konsumen, serta faktor promosi cukup penting bagi konsumen. Hasil analisis faktor menunjukkan ada 4 faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam pemembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Keempat faktor tersebut berdasarkan prioritasnya adalah faktor tempat (17,746%), faktor produk (14,914%), faktor promosi (11,337%), dan faktor harga (8,136%). Variabelvariabel dominan dipertimbangkan konsumen adalah kebersihan pasar (faktor tempat), rasa (faktor produk), kesesuaian harga (faktor promosi), dan harga (faktor harga). Responden berbelanja di pasar tradisional karena dekat dengan rumah, saat acara keluarga, frekuensi pembelian tiga bulan sekali, jumlah pembelian 2 kg, dan mempertimbangkan bauran pemasaran. Kata Kunci: Perilaku Konsumen, Kacang Mete, Bauran Pemasaran, Analisis Faktor
1
2
PENDAHULUAN Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian diharapkan mampu menyediakan lapangan kerja, menyediakan bahan baku bagi industri hasil pertanian, dan meningkatkan perolehan devisa negara dengan jalan meningkatkan jumlah volume dan nilai ekspor hasil pertanian (Bank Indonesia, 2003). Sektor pertanian terdiri dari subsektor-subsektor yaitu subsektor pertanian, subsektor peternakan, subsektor perikanan, subsektor perkebunan, dan subsektor kehutanan. Perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan pertanian Indonesia. Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L.) adalah salah satu komoditas sektor perkebunan di Indonesia. Pada tahun 2000 areal tanam jambu mete di Indonesia seluas 535.745 hektar yang terdiri dari perkebunan rakyat dan perkebunan swasta. Tanaman jambu mete banyak dikembangkan di daerah beriklim kering dan di lahan-lahan kritis. Selain sebagai tanaman penghijauan, hasil utama tanaman jambu mete adalah kacang mete yang termasuk komoditi mewah karena harganya yang mahal (Samadi, 2007). Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki produk unggulan berupa kacang mete yang dapat digunakan untuk berbagai macam hidangan. Kacang mete dibeli untuk disajikan sebagai makanan ringan dalam sebuah hajatan, acara keluarga, atau juga sebagai buah tangan karena rasanya gurih dan enak. Pemasar dapat menggunakan faktor bauran
pemasaran, yaitu faktor produk kacang mete, faktor harga kacang mete, faktor promosi penjualan kacang mete, dan faktor tempat penjualan kacang mete, sehingga dapat memahami perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional. Konsumen kacang mete di Kabupaten Wonogiri melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional yang merupakan salah satu tempat dimana produk kacang mete dapat diperjual-belikan. Masyarakat di Kabupaten Wonogiri yang beragam dapat mempengaruhi tipe perilaku konsumen dalam membeli kacang mete. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk menganalisis perilaku konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pribadi konsumen kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri, mengkaji presepsi konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri, mengkaji faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dan variabel-variabel dominan dipertimbangkan dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri, dan mengetahui perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan
3
masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah aktual (Surakhmad, 1994). Teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Metode Pengumpulan Data Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive), yaitu di Kabupaten Wonogiri. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di pasar Kota Wonogiri, pasar Kecamatan Ngadirojo, dan pasar Kecamatan Jatisrono. Menurut Slamet (2001), pengambilan sampel untuk besarnya populasi yang tidak diketahui, besarnya sampel adalah 96 responden. Penelitian ini menggunakan quota sampling, jumlah responden dibagi pada masing-masing pasar tradisional adalah 32 responden. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah accidental sampling, yang merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan yaitu seseorang bisa dijadikan sampel bila dipandang cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2005). Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari responden yang membeli kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara mengutip laporan maupun dokumen dari instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data dilakukan deangan observasi, wawancara, dan pencatatan Metode Analisis Data Pengukuran variabel dilakukan dengan skala likert, yang memungkinkan responden untuk
mengekspresikan intensitas perasaan mereka. Pertanyaan yang diberikan kepada responden adalah pertanyaan tertutup. Pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah hingga paling tinggi (Simamora, 2004). Lebar interval digunakan untuk mendeskripsikan indikator dari variabel-variabel bauran pemasaran termasuk dalam kategori-kategori yang telah ditentukan. Menurut Akbar dan Usman (2003) rumus lebar interval adalah: Lebar interval =
jangkauan banyak kelas interval
Keterangan: Jangkauan = nilai terbesar – nilai terkecil
Analisis faktor adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian dan menganalisis interaksi antar variabel (Simamora, 2005). Faktor bauran pemasaran dapat digambarkan sebagai kombinasi linier dari variabel yang diteliti, sebagai berikut: Fj = bj1Xs1 + bj2Xs2 + … + bjkXsk Dimana: Fj = Skor faktor ke-j bj = Koefisien skor faktor bauran pemasaran kacang mete yang terbentuk Xsk = Variabel bauran pemasaran kacang mete yang telah distandarisasi
Variabel bauran pemasaran diamati terdiri dari: X1 : kandungan gizi X2 : keutuhan X3 : warna X4 : rasa X5 : harga X6 : kesesuaian harga X7 : promosi X8 : potongan harga X9 : pengalaman pembelian
yang
4
X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16
: jarak pasar : lokasi pasar : ketersediaan kacang mete : kenyamanan pasar : pelayanan pedagang : kebersihan pasar : keamanan pasar Untuk mengetahui variabel yang dominan dipertimbangkan oleh konsumen dalam keputusan membeli kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri adalah dengan melihat faktor loading tertinggi dari suatu variabel. Semakin besar nilai faktor loading maka suatu variabel dan faktor tersebut semakin dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Kacang Mete Karakteristik responden kacang mete menurut jenis kelamin Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 96 responden yang diambil sebagai sampel, terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan proporsi 22 laki-laki dan 74 perempuan. Jumlah responden perempuan lebih daripada laki-laki. Menurut Engel et. al. (1994), keputusan pembelian produk makanan lebih didominasi oleh perempuan, karena pada umumnya perempuan yang bertanggung jawab dalam penyediaan konsumsi rumah tangga. Sehingga dapat dikatakan bahwa peran perempuan dalam pengambilan keputusan pembelian sangat besar. Karakteristik responden menurut kelompok umur Sebagian besar konsumen sebagai pengambil keputusan dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional
Kabupaten Wonogiri adalah konsumen pada kelompok umur keluarga paruh baya, yaitu sebanyak 55 responden (57,29%). Kelompok umur tersebut merupakan kelompok umur dewasa yang cenderung berpikir rasional dalam keputusan pembelian dan memiliki pertimbangan tertentu dalam mengambil keputusan pembelian. Menurut Sumawihardja et. al. (1991), siklus kehidupan keluarga yang mempengaruhi pembelian adalah pemuda-pemudi yang belum menikah, pemuda-pemudi baru menikah (belum mepunyai anak), suami-istri (sudah punya anak), dan selanjutnya. Karakteristik responden menurut jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi terhadap kacang mete. Sebagian besar konsumen kacang mete merupakan keluarga kecil sebanyak 58 responden (60,42%). Menurut Kotler (1999), anggota keluarga akan mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan pembelian antara lain sebagai inisiator, pemberi pengaruh, penyaring informasi, pengambil keputusan, pembeli dan pengguna. Dalam penelitian ini semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga konsumsi kacang mete dalam keluarga sedang dan keluarga besar semakin sedikit. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan Tingkat pendidikan menentukan seseorang dalam menerima pengetahuan dan informasi. Sebagian besar responden memiliki jenjang pendidikan tinggi (D1-D3,S1, dan S2) sebanyak 47 responden (48,96%).
5
Semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang, maka semakin luas pula pengetahuan dan informasi yang dimilikinya. Pendidikan dan pengetahuan responden akan mempermudah dalam mendapatkan informasi tentang kacang mete yang ada di pasaran. Informasi tersebut dapat diperoleh dari teman, media masa, maupun media sosial. Responden yang biasa melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional akan mengetahui informasi yang berkaitan dengan kacang mete yang dijual di pasar. Menurut Sumarwan (2003), konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsive terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek. Karakteristik Responden menurut Pekerjaan Jenis pekerjaan konsumen akan mempengaruhi pendapatan yang mereka terima. Sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 28 responden (29,17%), yang kegiatan setiap harinya adalah mengurus rumah tangga. Ibu rumah tangga memiliki waktu yang cukup banyak untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan melakukan pembelian barang konsumsi keluarga, sehingga lebih cermat dalam mempertimbangkan produk yang akan dibeli. Karakteristik responden menurut pendapatan rumah tangga Pendapatan rumah tangga sangat mempengaruhi seseorang dalam memilih produk yang akan dikonsumsi. Pendapatan yang diukur dari seorang konsumen bukanlah pendapatan individu, akan tetapi pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga
responden (dalam satu menejemen keluarga). Sesuai dengan Sumarwan (2003), daya beli sebuah rumah tangga bukan hanya ditentukan oleh pendapatan dari satu orang (misalnya ayah saja), tetapi dari seluruh anggota rumah tangga yang bekerja. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendapatan rumah tangga Rp 2.800.001–4.350.000 yaitu 47 responden (48,96%). Pendapatan rumah tangga tersebut sudah termasuk cukup di Kabupaten Wonogiri karena kacang mete bukan merupakan kebutuhan pokok dan tidak dikonsumsi sehari-hari, maka responden dengan tingkat pendapatan tersebut membeli mete untuk acara tertentu tidak menjadi masalah. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Bauran Pemasaran Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasi setiap input yang dapat ditangkap oleh indera (seperti produk, kemasan, merek, iklan, harga, dan lain-lain) ke dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh (Simamora, 2004). Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dianalisis dengan menggunakan rumus lebar interval. Lebar interval digunakan untuk mendeskripsikan indikator dari variabel-variabel bauran pemasaran termasuk dalam kategori-kategori yang telah ditentukan. Produk adalah barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan produk. Tempat adalah berbagai kegiatan yang membuat produk terjangkau oleh
6
konsumen sasaran. Promosi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menonjolkan keistimewaan-keistimewaan produknya dan membujuk konsumen sasaran agar membelinya (Kotler, 1999). Faktor produk Menurut persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap kandungan gizi kacang mete adalah cukup bagus (46,88%), keutuhan kacang mete adalah penting (55,21%), warna kacang mete adalah penting (62,50%), rasa kacang mete adalah sangat penting (52,08%), dan faktor produk penting bagi konsumen kacang mete (52,08%). Faktor harga Menurut persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap harga adalah agak murah (48,96%), kesesuaian harga adalah cukup sesuai (67,71%), dan faktor harga penting bagi konsumen (53,13%). Faktor promosi Menurut persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap promosi adalah cukup menarik (50,00%), potongan harga adalah wajar (60,42%), pengalaman pembelian adalah penting (56,25%), dan faktor promosi penting bagi konsumen (51,04%). Faktor tempat Menurut persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap jarak pasar adalah dekat (42,71%), lokasi pasar adalah strategis (65,63%), ketersediaan kacang mete di pasar tradisional adalah mudah (71,88%), kenyamanan pasar adalah cukup nyaman (62,50%), pelayangan pedagang adalah cukup memuaskan (58,33%), kebersihan pasar adalah cukup bersih (66,67%), keamanan
pasar adalah cukup aman (48,96%), dan faktor tempat penting bagi konsumen (66,67%). Faktor-faktor yang Dipertimbangkan dan Variabel yang Dominan Dipertimbangkan Konsumen Perilaku konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dianalisis menggunaka metode analisis faktor. Menurut Rochaety et. al (2007), analisis faktor merupakan sebuah analisis yang mencari hubungan interdependensi antarvariabel, sehingga mampu mengidentifikasi dimensidimensi atau faktor-faktor yang menyusunnya. Oleh karena itu, dalam analisis faktor tidak terdapat variabel bebas maupun variabel terikat. Manfaat dari analisis faktor adalah melakukan peringkasan variabel berdasarkan tingkat keeratan hubungan antar variabel, sehingga akan diperoleh faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap variabel lainnya. Dalam penelitian ini data yang digunakan dalam analisis faktor berasal dari pendapat responden mengenai atribut-atribut produk kacang mete. Analisis faktor digunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel-variabel yang terangkum dalam faktor bauran pemasaran yang dipertimbangkan dalam mengambil keputusan pembelian kacang mete. Faktor bauran pemasaran yang diteliti adalah produk, harga, promosi, dan tempat. Variabel-variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian kacang mete tersebut dianalisis menggunakan analisis faktor dengan bantuan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17.
7
Layak tidaknya analisis faktor untuk dianalisis lebih lanjut dapat diketahui dengan uji Kaiser-MeyerOlkin (KMO), Bartlett Test of Sprericity, dan Measure of Sampling Adequacy. Analisis faktor dapat
dilakukan dengan persyaratan yang harus dipenuhi yaitu nilai indeks KMO berkisar antara 0,5 – 1 (Simamora, 2005). Besarnya nilai KMO dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. KMO (Kaiser Meyer Olkin) Measures of Sampling Adequacy and Bartlett’s Test Uji KMO dan Bartlett KMO Measure of Sampling Adequacy Bartlett’s Test of Sphericity - Approx. Chi-Square - Derajat Kebebasan (Df) - Signifikansi (Sig)
Hasil Penelitian 0,625 156,193 78,000 0,000
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012
Berdasarkan hasil analisis dengan SPSS 17, diperoleh nilai KMO Measure of Sampling Adequacy sebesar 0,625 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai 0,625 berada di atas 0,5 dan signifikansi 0,00 lebih kecil dari 0,05, maka variabel dan data dapat dianalisis lebih lanjut. Pada pengujian analisis faktor yang pertama terdapat variabel dengan MSA kurang dari 0,5, maka variabel tersebut dikeluarkan dan perlu dilakukan proses pengujian ulang. Menurut Anonim (2011), apabila terdapat lebih dari 1 variabel dengan MSA di bawah 0,5, maka variabel dengan MSA terkecil harus dikeluarkan, dan proses penilaian harus dilakukan pengulangan. Dengan demikian variabel yang harus dikeluarkan adalah lokasi pasar. Pada hasil pengujian analisis faktor yang ke2 dan ke-3 terdapat variabel yang mempunyai MSA kurang dari 0,5 sehingga variabel yang dikeluarkan adalah variabel jarak pasar dan potongan harga. Kemudian pada analisis faktor yang ke-4 tidak terdapat nilai MSA di bawah 0,5 sehingga
terdapat 13 variabel yang dapat dianalisis lebih lanjut. Ketigabelas variabel tersebut adalah kandungan gizi, keutuhan, warna, rasa, harga, kesesuaian harga, promosi, pengalaman pembelian, ketersediaan kacang mete, kenyamanan pasar, pelayanan pasar, kebersihan pasar, dan keamanan pasar. Factor loading memberikan informasi tentang variabel mana yang berkorelasi signifikan dengan faktor tertentu. Informasi ini selanjutnya digunakan untuk menginterpretasikan faktor secara subyektif. Proses penentuan faktor dilakukan dengan melakukan perbandingan besarnya korelasi setiap baris dengan melihat besar nilai korelasi yang lebih besar dari 0,5. Factor loading dari ke-13 variabel tersebut selanjutnya dirotasikan dengan metode varimax, yaitu metode rotasi oethogonal (sudut putar 90o) yang menyederhanakan kolom dari matrik faktor agar hanya didapat satu faktor loading tertinggi untuk tiap-tiap variabel. Besarnya nilai faktor loading yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 2.
8
Tabel 2. Nilai Factor Loading untuk Tiap-tiap Variabel 1
Nama Faktor Tempat
Proporsi Varian 17,746%
2
Produk
14,914%
3
Promosi
11,337%
4
Harga
8,136%
Faktor
Variabel yang Terlibat pada Faktor Inti Ketersediaan kacang mete Kenyamanan pasar Pelayanan pasar Kebersihan pasar Keamanan pasar Kandungan gizi Keutuhan Warna Rasa Kesesuaian harga Promosi Pengalaman pembelian Harga
Nilai Korelasi 0,621 0,695 0,332 0,711 0,549 0,546 0,672 0,702 0,722 0,696 0,524 0,681 0,597
Eigen value 2,307
1,939
1,474
1,058
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 2. menunjukkan bahwa terdapat 4 faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri dengan variabel-variabel yang terkandung di dalamnya. Faktor dengan total varian tertinggi merupakan faktor yang paling dominan. Faktor tempat menempati urutan pertama, kedua adalah faktor produk, ketiga adalah faktor promosi, dan terakhir adalah faktor harga. Total varian yang mampu dijelaskan keempat faktor tersebut adalah 52,132%, sedangkan sisanya 47,868% merupakan faktor lain yang tidak tercakup dalam hasil analisis faktor misalnya karakteristik dari konsumen itu sendiri, lingkungan sosial, budaya, ekonomi, politik dan faktor-faktor lain. Variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen memiliki nilai faktor loading yang tertinggi pada masing-masing faktor. Variabel yang paling dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel kebersihan pasar, pada faktor produk adalah variabel rasa, pada faktor promosi adalah variabel kesesuaian harga dengan mutu kacang mete, dan
pada faktor harga adalah variabel harga. Perilaku Konsumen dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri Studi mengenai perilaku konsumen akan menjadi dasar yang sangat penting dalam pemasaran dan memainkan peranan penting dalam merancang kebijakan publik. Bagi penguasa bidang ekonomi, suatu negara memerlukan kajian ini untuk merumuskan kebijakannya dalam kerangka perlindungan konsumen (Setiadi, 2010). Perilaku beli konsumen kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono yang diteliti meliputi alasan responden berbelanja di pasar tradisional, alasan responden membeli kacang mete, frekuensi pembelian kacang mete, jumlah pembelian kacang mete, dan faktor bauran pemasaran dalam penjualan kacang mete di pasar tradisional. Alasan responden berbelanja di pasar tradisional Pasar tradisional berada reltif dekat dengan tempat tinggal,
9
perkampungan, atau perumahan, sehingga responden dapat dengan mudah menjangkaunya. Menurut Winardi dalam Sirait (2006), istilah pasar tradisional diartikan sebagai tempat berkumpulnya sejumlah penjual dan pembeli dimana terjadi transaksi jual beli barang-barang yang ada di sana. Proses perpindahan hak milik barang terjadi setelah penjual dan pembeli mencapai kesepakan harga, pasar yang demikian disebut juga pasar konkret/sandang. Sebagian besar responden berbelanja di pasar tradisional karena dekat dengan rumah, sebanyak 35 orang (36,46%). Pasar tradisional yang dekat dari rumah memudahkan responden untuk mencapainya, baik dengan berjalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi, maupun menggunakan angkutan umum. Selain itu, responden dapat menghemat biaya transportasi dan waktu perjalanan yang sebentar sehingga responden tetap dapat melakukan kewajiban lain seperti bekerja dan melakukan pekerjaan rumah tangga. Alasan responden dalam membeli kacang mete Sebagian besar responden membeli kacang mete karena adanya acara keluarga, yaitu sebanyak 32 orang (33,33%). Hal ini dikarenakan sebagian besar responden menjadikan kacang mete sebagai makanan ringan yang disajikan dalam acara keluarga. Tidak banyak responden yang mengkonsumsi kacang mete untuk camilan sehari-hari karena dihkawatirkan dengan mengkonsumsi kacang mete sebagai camilan akan mempengaruhi kesehatan konsumen.
Frekuensi pembelian kacang mete Frakuensi pembelian kacang mete yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah 1 kali dalam 3 bulan, yaitu sebanyak 57 orang (59,38%). Dalam penelitian, frekuensi pembelian dicatat dalam 3 bulan karena kacang mete belum menjadi konsumsi harian dan hanya dikonsumsi pada saat ada acara keluarga atau menjadi sajian di acara-acara tertentu. Jumlah pembelian kacang mete Jumlah pembelian kacang mete yang paling banyak adalah 2 kg dalam setiap kali pembelian, yaitu sebanyak 42 orang (43,75%). Pembelian kacang mete untuk konsumsi keluarga, disesuaikan dengan banyaknya jumlah anggota keluarga dan untuk sajian dalam sebuah acara disesuaikan dengan jumlah tamu. Semakin banyak jumlah anggota keluarga atau jumlah tamu yang mengkonsumsi kacang mete, maka jumlah pembelian juga akan semakin banyak karena menyesuaikan kebutuhan responden tersebut. Jumlah pembelian kacang mete sebanyak 2 kg sudah cukup untuk memenuhi konsumsi dalam sebuah acara. Korelasi antara bauran pemasaran dengan keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri Faktor tempat merupakan faktor utama yang dipertimbangkan responden dalam membeli kacang mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri. Pada faktor tempat adalah kebersihan pasar (0,711) adalah variabel paling dominan dipertimbangkan konsumen, variabel kedua adalah kenyamanan pasar (0,695), variabel ketiga adalah ketersediaan kacang mete (0,621), variabel keempat adalah keamanan
10
pasar (0,549), dan variabel kelima adalah pelayanan pasar (0,332). Faktor produk merupakan faktor kedua yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri. Variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah rasa kacang mete (0,722), variabel kedua adalah warna kacang mete (0,702), variabel ketiga adalah keutuhan kacang mete (0,672), dan variabel keempat adalah kandungan gizi kacang mete (0,546). Faktor promosi merupakan faktor ketiga yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri. Variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah kesesuaian haga kacang mete (0,696), variabel kedua adalah pengalaman pembelian kacang mete (0,681), dan variabel ketiga adalah variabel promosi penjualan kacang mete (0,524). Menurut undang-undang no. 7 tahun 1996 tentang pangan, label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Sekuangkurangnya dalam label memuat: nama produk, bahan yang digunakan, berat atau isi besih, nama dan alamat produsen, keterangan halal, tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa. Faktor terakhir yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri adalah faktor harga. Faktor harga terdiri dari variabel harga (0,597). Menurut Wahyudi dalam
Darmayanti (2009), untuk meningkatkan citra produk dapat dilakukan dengan menggunakan strategi harga yang tepat, karena terdapat hubungan positif antara tingkat harga dengan kualitas merek persepsian. Hal ini menyebabkan semakin tinggi nilai yang dipersepsikan terhadap suatu produk maka akan semakin tinggi pula kemungkinan seseorang untuk membeli produk. Oleh karena itu, harga menjadi faktor yang terakhir dipertimbangkan oleh konsumen. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan yaitu, yang pertama karakteristik responden dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri sebagian besar adalah perempuan, kelompok umur keluarga paruh baya dengan anak, keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga kurang dari sampai dengan 4 orang, tingkat pendidikan tinggi, bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan pendapatan 2.800.001–4.350.000. Kedua, persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor produk; faktor harga; dan faktor tempat penting bagi konsumen, sedangkan faktor promosi cukup penting bagi konsumen. Ketiga, faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri adalah faktor tempat; produk; promosi; dan harga, sedangkan variabel-variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri adalah untuk faktor tempat
11
adalah kebersihan pasar; faktor produk adalah variabel rasa kacang mete; faktor promosi adalah variabel kesesuaian harga dengan mutu kacang mete; dan faktor harga adalah variabel harga. Keempat, perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri adalah dengan mempertimbangkan alasan responden berbelanja di pasar tradisional adalah dekat dengan rumah, alasan responden dalam pembelian kacang mete adalah acara keluarga, frekuensi pembelian adalah satu kali dalam 3 bulan, jumlah pembelian adalah 2 kg, dan faktor bauran pemasaran dalam penjualan kacang mete di pasar tradisional, yaitu tempat; produk; promosi; dan harga. Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan yaitu, yang pertama setiap pedagang disarankan untuk mengemas kacang mete dengan berbagai variasi bobot sehingga sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen, misalnya kemasan 0,25 kg,.Kedua, pedagang disarankan untuk melakukan inovasi dalam hal rasa kacang mete guna meningkatkan daya tarik dan nilai tambah kacang mete. seperti membuat variasi rasa manis dan pedas. Ketiga, dalam rangka promosi maka pedagang disarankan untuk memberi label pada kemasan kacang mete untuk meningkatkan citra dan mutu produk, serta meningkatkan loyalitas konsumen terhadap produk kacang mete yang dijual pedagang. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Modul Analisis Faktor. http://file.upi.edu/Direktori/F
PIPS/LAINNYA/MEITRI_HEN ING/Modul/Modul_Analisis_F aktor.pdf. Diakses pada 25 Mei 2012. Akbar, Purnomo Setiady dan Usman, Husaini. 2003. Pengantar Statistika. PT Bumi Aksara. Jakarta. Bank
Indonesia. 2003. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Industri Pengolahan Kacang Mete. (Pola Pembiayaan Konvensional). http://www.bi.go.id/NR/rdonly res/32E04A87-E142-46EFAD6E7F06BFEDBD9E/15877/Peng olahanKacangMeteKonvensio nal1.pdf. Diakses pada 29 Mei 2012.
Damayanti, Andyana, et. al. 2009. Analisis Faktor Marketing Mix terhadap Keputusan Pembelian Minyak Goreng pada Pasar Swalayan di Kota Surakarta. Jurnal SEPA. Vol. 6 No.1. hal. 1-11. September 2009. DPR. 1996. Undang-undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan. DPR. Jakarta. Engel, James F. et. al. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi 6. Jilid 1 (Consumer Behavior. 6th ed.). Diterjemahkan oleh Budijanto. Binapura Angkasa. Jakarta. Kotler, Philip. 1999. Marketing. Jilid 1 (Marketing Esentials). Diterjemahkan oleh Dharma Hutauruk. Erlangga. Jakarta. Rochaety, et. al. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis dengan
12
Aplikasi SPSS. Penerbit Mitra Wacana Media. Jakarta. Samadi, Budi. 2007. Jambu Mete. Teknik Budidaya dan Pengolahannya. Aneka Ilmu. Semarang. Setiadi, Nugroho J. 2010. Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer pada Motif, Tujuan, dan Kegiatan Konsumen. Edisi Revisi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. ___________. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sirait, Tanda S. 2006. Identifikasi Karakteristik Pasar
Tradisional yang Menyebabkan Kemacetan Lalu-lintas di Kota Semarang. Tugas Akhir Fakultas Universitas Diponegoro. Semarang. Dipublikasikan. Slamet, Y. 2001. Teknik Pengambilan Sampel. PT Pabelan. Surakarta. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta. Bandung. Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen. Teori dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta. Sumawihardja et. al. 1991. Intisari Manajemen Pemasaran. Remaja Rosdakarya. Bandung. Surakhmad, W. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito. Bandung.