perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN KACANG METE DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN WONOGIRI
Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Program Studi Agribisnis
Oleh: Aulia Rahma Kautsari H 0808079
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN KACANG METE DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN WONOGIRI
yang dipersiapkan dan disusun oleh: Aulia Rahma Kautsari H 0808079
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal: 26 Desember 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji Ketua
Anggota I
Anggota II
Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si. NIP. 19671012 199302 1 001
Bekti Wahyu Utami, SP., M.Si. NIP. 19780715 200112 2 001
Setyowati, SP., MP. NIP. 19710322 199601 2 001
Surakarta,
Januari 2013
Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. NIP. 19560225 198601 1 1001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Perilaku Konsumen dalam Pembelian Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas setiap kerja menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada : 1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS Surakarta. 3. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta, serta selaku Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Utama yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat, dan petunjuk kepada penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian UNS Surakarta. 4. Ibu Nuning Setyowati, SP. M.Sc. selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studidi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Ibu Bekti Wahyu Utami, SP., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat, dan petunjuk kepada penulis. 6. Ibu Setyowati, SP., MP. selaku dosen penguji atas saran dan masukan kepada penulis.
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis. 8. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bantuan dalam menyelesaikan segala urusan administrasi berkenaan dengan studi dan skripsi Penulis. 9. Kepala dan seluruh staff Kantor BAKESBANG POLINMAS Kabupaten Wonogiri, Kantor BPS Kabupaten Wonogiri, UPT Pasar Kota Wonogiri, UPT Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan UPT Pasar Kecamatan Jatisrono yang telah memberikan ijin penelitian serta menyediakan data-data yang diperlukan penulis. 10. Para pedagang di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono tempat saya melakukan penelitian, terimakasih atas bantuan serta informasi-informasi yang diberikan. 11. Kedua orang tua tercinta: Bapak Pudjoko dan Ibu Warsini terimakasih atas segala dukungan, perhatian, nasehat, semangat, dan doa yang telah diberikan selama ini. 12. Mbak masku: Mbak Nina, Mbak Putik, Mas Guruh, Mas Six, Mas Heri, dan Mbak Lena terimakasih atas semangat dan bantuan dalam segala hal. 13. Keponakan-keponakanku: Raso, Atta, Falah, Rafa, Arsa, dan Loly yang memberi hiburan di keseharianku. 14. Sahabat-sahabatku: Dyah Puspitasari Purnaningtyas, Galuh Perwita Sari, Ayu Nilasari, dan Noer Ayu Fajrina Okhta Nugraheni yang selalu bersedia dengan ikhlas memberi semangat, motivasi, dan saling mendoakan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. 15. Sahabat-sahabatku: Lian, Zana, Yeyen, Arif, Zaki, Brian, dan Taufik yang selalu memberi masukan dan semangat dalam segala hal. 16. Teman-temanku: Eriska, Tami, Riana, Riri, Ifa, Carrine, Mesti, Puput, Nyitnyit, Suryani, Aik, Anin, Mas Nur, Abid, Ragil, Mas Nanda, Indra, Budi, Heri dan seluruh teman-teman Agribisnis 2008, terima kasih atas kebersamaan, kerjasama, persahabatan, dan persaudaraan yang indah ini.
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17. Teman-teman Agribisnis 2008 yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. 18. Teman-teman Agrobisnis 2007 dan Agribisnis 2009 Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi semangat, masukan, dan tambahan pengetahuan. 19. Teman-teman SMP N 1 Wonogiri: Yustiti, Titin, Windy, dan temam-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberi saran, bantuan, dan motivasi kepada penulis. 20. Teman-teman SMA N 1 Wonogiri: Santi, Rista, Agung, Raras, Esam, Riza, dan temam-teman, yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberi saran, bantuan, dan motivasi kepada penulis. 21. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun di demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis dan dapat digunakan sebagai acuan maupun tambahan referensi bagi para pembaca.
Surakarta,
Januari 2013
Penulis
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xi
RINGKASAN .................................................................................................
xii
SUMMARY ....................................................................................................
xiv
I. PENDAHULUAN........................................................................................ A. Latar Belakang ........................................................................................ B. Rumusan Masalah ................................................................................... C. Tujuan Penelitian .................................................................................... D. Kegunaan Penelitian ...............................................................................
1 1 3 5 5
II. LANDASAN TEORI .................................................................................. A. Penelitian Terdahulu ............................................................................... B. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 1. Perilaku Konsumen .......................................................................... 2. Pemasaran dan Bauran Pemasaran.................................................... 3. Pasar dan Pasar Tradisional .............................................................. 4. Komoditi Mete .................................................................................. C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ..................................................... D. Hipotesis.................................................................................................. E. Asumsi .................................................................................................... F. Pembatasan Masalah ............................................................................... G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel.........................
6 6 8 8 15 17 19 26 28 29 29 29
III. METODE PENELITIAN ........................................................................... A. Metode Dasar Penelitian ......................................................................... B. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 1. Metode Penentuan Daerah dan Lokasi Penelitian............................. 2. Metode Pengambilan Sampel Responden ......................................... C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 1. Data Primer ....................................................................................... 2. Data Sekunder ................................................................................... D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 1. Observasi........................................................................................... 2. Wawancara ........................................................................................
36 36 36 36 37 39 39 39 39 39 39
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pencatatan ......................................................................................... E. Metode Analisis Data .............................................................................. 1. Analisis Deskriptif ............................................................................ 2. Pengukuran Variabel ......................................................................... 3. Lebar Interval .................................................................................... 4. Analisis Faktor .................................................................................. 5. Analisis Variabel yang Dominan Dipertimbangkan oleh Konsumen
40 40 40 40 41 41 43
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ........................................... A. Kondisi Geografis ................................................................................... B. Keadaan Penduduk.................................................................................. 1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ..................................... 2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur ................................. 3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ............................ 4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian .............................. C. Keadaan Perekomian...............................................................................
44 44 45 45 46 48 49 51
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... A. Karakteristik Responden Kacang Mete................................................... 1. Karakteristik Responden Kacang Mete Menurut Jenis Kelamin ............................................................................................. 2. Karakteristik Responden Menurut Umur .......................................... 3. Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga ............................................................................................ 4. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan .................... 5. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan ................................... 6. Karakteristik Responden Menurut Pendapatan Rumah Tangga ............................................................................................... B. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Bauran Pemasaran Kacang Mete ........................................................................................... C. Faktor-faktor yang Dipertimbangkan dan Variabel yang Dominan Dipertimbangkan Konsumen .................................................................. D. Perilaku Konsumen dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Kacang Mete ........................................................................................... 1. Alasan Responden Berbelanja di Pasar Tradisional ......................... 2. Alasan Responden dalam Membeli Kacang Mete ............................ 3. Frekuensi Pembelian Kacang Mete ................................................... 4. Jumlah Pembelian Kacang Mete ....................................................... 5. Bauran Pemasaran dalam Pembelian Kacang Mete ..........................
53 53 53 53 55 55 57 59 60 65 75 76 76 77 78 79
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 88 A. Kesimpulan ............................................................................................. 88 B. Saran ..................................................................................................... 89 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 91 LAMPIRAN ....................................................................................................... 95
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL No
Judul
Halaman
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Gelondong Perkebunan Rakyat Jambu Mete di Kabupaten Wonogiri Tahun 2006-2010 .....................................................................................
20
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Kacang Mete Kering (per 100 gram) .............
21
Tabel 3. Harga Produsen Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat Biji Lambu Mete Tahun 2011 (Rp/100 Kg) .........................................
24
Tabel 4. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Kacang Mete Indonesia Tahun 1999-2009 ..........................................................
25
Tabel 5. Pengukuran Variabel Produk ........................................................
33
Tabel 6. Pengukuran Variabel Harga ..........................................................
34
Tabel 7. Pengukuran Variabel Promosi.......................................................
34
Tabel 8. Pengukuran Variabel Tempat........................................................
35
Tabel 9. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri menurut Jenis Kelamin Tahun 2006-2010 ..........................................................................
45
Tabel 10. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri menurut Kelompok Umur Tahun 2010 .........................................................................
47
Tabel 11. Banyaknya Penduduk Kabupaten Wonogiri menurut Jenis Tingkat Pendidikan tahun 2010 ....................................................
49
Tabel 12. Besarnya Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 ...................................................................
50
Tabel 13. Sarana Perekonomian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 .........
51
Tabel 14. Jumlah Pedagang dalam Pasar Umum (Pasar Tradisional di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 .................................................
52
Tabel 15. Karakteristik Responden Kacang Mete menurut Jenis Kelamin...
53
Tabel 16. Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur .....................
54
Tabel 17. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga ......
55
Tabel 18. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan ................
56
Tabel 19. Karakteristik Responden menurut Pekerjaan ................................
57
Tabel 20. Karakteristik Responden menurut Pendapatan Rumah Tangga dalam Satu Bulan ..........................................................................
59
Tabel 21. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Produk Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri ..............
61
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 22. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Harga Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri..............
62
Tabel 23. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Promosi Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri ..............
63
Tabel 24. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Tempat Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri ..............
64
Tabel 25. KMO (Kaiser Meyer Olkin) Measures of Sampling Adequacy and Bartlett’s Test .........................................................................
67
Tabel 26. Hasil Perhitungan Analisis Faktor 1 .............................................
68
Tabel 27. Hasil Perhitungan Analisis Faktor 2 .............................................
69
Tabel 28. Hasil Perhitungan Analisis Faktor 3 .............................................
70
Tabel 29. Hasil Perhitungan Analisis Faktor 4 .............................................
71
Tabel 30. Communalities...............................................................................
71
Tabel 31. Angka Eigen value dan Proporsi Varian dari Tiap Faktor ............
72
Tabel 32. Nilai Factor Loading untuk Tiap-tiap Variabel ............................
74
Tabel 33. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Berbelanja di Pasar Tradisional .......................................................................
76
Tabel 34. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Membeli Kacang Mete .................................................................................
77
Tabel 35. Perilaku Beli Konsumen menurut Frekuensi Pembelian Kacang Mete...............................................................................................
77
Tabel 36. Perilaku Beli Konsumen menurut Jumlah Pembelian Kacang Mete...............................................................................................
78
Tabel 37. Nilai Factor Loading untuk Variabel Tempat ..............................
79
Tabel 38. Nilai Factor Loading untuk Variabel Produk ...............................
82
Tabel 39. Nilai Factor Loading untuk Variabel Promosi .............................
84
Tabel 40. Nilai Factor Loading untuk Variabel Harga .................................
86
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR No
Judul
Halaman
Gambar 1. Model Perilaku Pembelian Konsumen .......................................
10
Gambar 2. Tahap-tahap Proses Pembelian Konsumen .................................
13
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah......................
28
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN No
Judul
Halaman
Lampiran 1. Identitas Responden Kancang Mete ........................................
95
Lampiran 2. Profil Perilaku Konsumen Kacang Mete .................................
101
Lampiran 3. Identifikasi Faktor dalam Pembelian Kacang Mete ................
104
Lampiran 4. Identifikasi Indikator Persepsi dan atau Penilaian Konsumen................................................................................
106
Lampiran 5. Hasil Analisis Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Bauran Pemasaran Kacang Mete ..............................
109
Lampiran 6. Hasil Analisis Faktor 1 ............................................................ 113 Lampiran 7. Hasil Analisis Faktor 2 ............................................................ 122 Lampiran 8. Hasil Analisis Faktor 3 ............................................................ 130 Lampiran 9. Hasil Analisis Faktor 4 ............................................................ 136 Lampiran 10. Kuisioner Penelitian ................................................................
142
Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian .................................................................
146
Lampiran 12. Foto Penelitian .........................................................................
147
Lampiran 13. Peta Daerah Penelitian ............................................................ 149 Lampiran 14. Modul Analisis Faktor .............................................................
commit to user xi
150
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RINGKASAN
Aulia Rahma Kautsari. H0808079. 2013. Analisis Perilaku Konsumen dalam Pembelian Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri. Di bawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si. dan Ibu Bekti Wahyu Utami, S.P., M.Si. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kacang mete merupakan makanan ringan yang gurih dan enak. Selain dikonsumsi sebagai makanan ringan, kacang mete juga dapat dimanfaatkan untuk bermacam produk olahan seperti campuran pada industri roti, cokelat, es krim, dan sebagainya. Banyaknya penggunaan dan rasanya yang enak membuat kacang mete mempunyai nilai ekonomi tinggi. Sampai saat ini, kacang mete lebih banyak dibeli atau dikonsumsi sebagai makanan ringan pada acara keluarga atau saat hari raya Idul Fitri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik konsumen kacang mete, persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete, mengkaji faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dan variabelvariabel dominan yang dipertimbangkan dalam keputusan pembelian kacang mete, dan mengetahui perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Metode dasar penelitian menggunakan metode deskriptif analisis. Daerah penelitian dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri dengan penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode accidental sampling, di mana peneliti berada di tempat penelitian untuk melakukan penyebaran kuesioner dan melakukan wawancara kepada responden. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 96 orang pembeli yang didasarkan pada tingkat kepercayaan sebesar 95%. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder dengan teknik pengumpulan data secara wawancara, pencatatan, dan observasi. Metode analisis data dengan menggunakan analisis faktor. Analisis faktor adalah suatu analisis yang digunakan untuk mereduksi, meringkas dari banyak variabel menjadi beberapa faktor. Analisis faktor menggunakan data yang berasal dari pendapat responden terhadap 16 variabel kacang mete yang diamati. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan karakteristik responden sebagian besar adalah perempuan (78,13%), dengan kelompok umur keluarga paruh baya dengan anak (45 – 64 tahun) (57,29%), keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga kurang dari sampai dengan 4 orang (60,42%), tingkat pendidikan tinggi (D1-D3,S1, dan S2) (48,96%), bekerja sebagai ibu rumah tangga (29,17%), dan pendapatan 2.800.001 – 4.350.000 (48,96%). Persepsi dan atau penilaian konsumen faktor produk penting bagi konsumen, faktor harga penting bagi konsumen, faktor promosi cukup penting bagi konsumen, dan faktor tempat penting bagi konsumen. Hasil analisis faktor menunjukkan ada 4 faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam pemembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Keempat faktor tersebut berdasarkan prioritasnya adalah faktor tempat (17,746%), faktor produk (14,914%), faktor promosi (11,337%), dan faktor harga (8,136%). Variabel-variabel yang dominan dipertimbangkan
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konsumen untuk faktor tempat adalah variabel kebersihan pasar (factor loading sebesar 0,711), faktor produk adalah variabel rasa (factor loading sebesar 0,722), faktor promosi adalah variabel kesesuaian harga (faktor loading sebesar 0,696), dan faktor harga adalah variabel harga (factor loading sebesar 0,597). Perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian mempertimbangkan alasan responden berbelanja di pasar tradisional karena dekat dengan rumah (36,46%), konsumen kacang mete biasanya mengkonsumsi pada saat ada acara keluarga (33,33%), frekuensi pembelian satu kali dalam 3 bulan (59,38%) dengan jumlah pembelian kacang mete 2 kg (43,75%), dan faktor bauran pemasaran, yaitu faktor tempat, produk, promosi, dan harga. Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian, yaitu sebaiknya pedagang menjual kacang mete dengan variasi kemasan (berat/isi), selalu menjaga mutu kacang mete yang dijual sehingga konsumen tidak merasa kecewa dengan kacang mete yang dibelinya, pedagang menjual kacang mete dengan variasi rasa, dan meningkatkan promosi kacang mete yang sudah ada seperti pemberian label pada kemasan kacang mete.
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SUMMARY
Aulia Rahma Kautsari. H0808079. 2013. Analysis of Consumer Behavior to Buy Cashew Nuts at Traditional Market Wonogiri Regency. Under the guidance of Mr. Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si. and Mrs. Bekti Wahyu Utami, S.P., M.Si. Faculty of Agriculture of Sebelas Maret University, Surakarta. Cashew is a tasty snack. Besides being able to consumed as a snack, cashew also be used for kind of processed products mix such as bread, chocolate, ice cream, and etc. The delicious taste makes cashews have a high economic value. To date, more cashews purchased or consumed as snacks at family event or Eid day. The purpose of this study is to know the characteristics of consumers cashews, perception and or consumer ratings toward the marketing mix of cashews, examine the factors that considered by consumers and the dominant variables considered in the decision to buy cashew nuts, and to know the consumer behavior in making decision to buy cashew nuts at traditional market in Wonogiri Regency. The basic method of research is used analytical descriptive method. Research areas implemented in Wonogiri Regency. Determining of the research location is done purposively. Sampling method used in this study is accidental sampling, where the researcher is in the place to carry out research questionnaires and conduct interviews with respondents. The number of samples taken was 96 buyers based on the confidence level of 95%. The types of data used in this study are the primary data and secondary data that collected with interview, recording, and observation. The method of data analysis used is factor analysis. The factor analysis is an analysis that is used to reduce, summarize the many variables into several factors. Factor analysis using data derived from the opinions of respondents to 16 variables observed cashew nuts. Based on the research conducted showed that most of the characteristics of the respondents were female (78,13%), by age group-aged families with children (45-64 years) (57,29%), a small family with a number of family members up to less than 4 people (60,42%), higher education (D1-D3, S1, and S2) (48.96%), working as housewives (29.17%), and respondents who has income between 2.800.001-4.350.000 (48.96%). Perception and or consumer ratings toward the marketing mix of cashews of the factors of product essential for consumers, factors of price essential for consumers, factors of promotion essential enough for consumers, and the factors of place are essential for consumers. The results of factor analysis indicate that there are four factors that become the consumers consideration in purchasing of cashew nuts at traditional markets in Wonogiri Regency. Based on the priority, the factors are factor of place (17,746%), factor of products (14,914%), factor of promotion (11,337%), and factor of price (8,136%). While the most considered variable by consumers in buying cashew nuts at traditional markets in Wonogiri Regency from each factors are hygiene market variable for factor of place (factor loading of 0,711), taste variable for factor of product (factor loading of 0,722), suitability prices variable for factor of
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
promotion (factor loading of 0,696), and price variable for factor of price (factor loading as 0,597). Consumer behavior in the purchase decision process to consider the reasons respondents shop at traditional markets because it is close to home (36.46%), consumers generally consume nuts when there are family events (33.33%), the frequency of one-time purchase within 3 months (59.38%), with total purchases cashews 2 kg (43.75%), and marketing mix factors, ie place, product, promotion, and price factors. The advice can be given based on the results of the research that the merchants selling cashew nuts with variety packs (weight or contents), always maintain the quality of cashew nuts that are sold so that consumers do not feel disappointed with cashews are bought, the merchant sells cashews with a variety of flavors, and enhance the promotion of existing cashew nuts as the labeling on the packaging of cashew nuts.
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian diharapkan mampu menyediakan lapangan kerja, menyediakan bahan baku bagi industri hasil pertanian, dan meningkatkan perolehan devisa negara dengan jalan meningkatkan jumlah volume dan nilai ekspor hasil pertanian (Bank Indonesia, 2003). Sektor pertanian terdiri dari subsektor-subsektor yaitu subsektor pertanian, subsektor peternakan, subsektor perikanan, subsektor perkebunan, dan subsektor kehutanan. Perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan pertanian Indonesia. Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L.) adalah salah satu komoditas sektor perkebunan di Indonesia. Pada tahun 2000 areal tanam jambu mete di Indonesia seluas 535.745 hektar yang terdiri dari perkebunan rakyat dan perkebunan swasta. Tanaman jambu mete banyak dikembangkan di daerah beriklim kering dan di lahan-lahan kritis. Selain sebagai tanaman penghijauan, hasil utama tanaman jambu mete adalah kacang mete yang termasuk komoditi mewah karena harganya yang mahal (Samadi, 2007). Menurut Darsono (2004), apabila dikembangkan secara serius tanaman jambu mete dapat memberikan manfaat secara ekonomi yang sangat besar, baik bagi masyarakat maupun bagi negara. Bagi
masyarakat,
pengembangan
jambu
mete
dapat
meningkatkan
pendapatan dan dapat memberi lapangan pekerjaan. Sedangkan bagi negara dapat memperoleh devisa dari ekspor jambu mete. Darsono (2004) juga menyatakan bahwa di Jawa Tengah terdapat 11.828,68 Ha tanaman jambu mete yang tersebar di 31 kabupaten, 60% berada di Kabupaten Wonogiri (7.059 Ha) merupakan jumlah terbesar di Jawa Tengah dan diusahakan oleh 92.265 kepala keluarga petani Wonogiri. Kabupaten Wonogiri juga menyumbang produk gelondong mete terbesar, yaitu 3.011.000 Kg (61,90%) untuk Jawa Tengah (4.864.130 Kg). Menurut
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
data BPS (2010), pada tahun 2009 luas lahan perkebunan rakyat jambu mete di Kabupaten Wonogiri adalah 20.505 Ha (77,94%) dari total luas lahan perkebunan rakyat jambu mete di Jawa Tengah (26.308,7 Ha). Sedangkan produksi jambu mete di Kabupaten Wonogiri adalah sebesar 7.177 ton (81,52%) untuk Jawa Tengah (8.804,02 ton). Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki produk unggulan berupa kacang mete yang dapat digunakan untuk berbagai macam hidangan. Kacang mete dibeli untuk disajikan sebagai makanan ringan dalam sebuah hajatan, acara keluarga, atau juga sebagai buah tangan karena rasanya gurih dan enak. Permintaan kacang mete kebanyakan dari industri makanan yang dimanfaatkan sebagai campuran pada industri gula atau industri roti. Kacang mete di Kabupaten Wonogiri lebih banyak diperdagangkan di kios-kios pasar daripada di toko makanan di luar pasar. Hal ini karena sedikit toko makanan di luar pasar yang menjual kacang mete, dan toserba atau swalayan di Kabupaten Wonogiri hanya menjual kacang mete pada saat tertentu seperti saat menjelang hari raya Idul Fitri. Menurut Mursitama (2012), pasar tradisional memiliki karakteristik keunikan tersendiri. Pertama, secara fisik pasar berada reltif dekat dengan tempat tinggal, perkampungan, atau perumahan. Jadi, dari sisi jarak dalam artian kedekatan fisik, pasar tradisional ada di sekitar kita. Kedua, kedekatan antara penjual dan pembeli lebih terasa karena interaksi mereka yang berulang-ulang dan mendalam. Interaksi sosial yang hangat dan personal sering terjadi di pasar tradisional. Transaksi yang berulang, tawar-menawar yang dilakukan dengan ‘taktik’ tertentu agar mendapatkan harga lebih murah atau bonus lebih banyak, seringkali menciptakan ‘kedekatan’ yang maknanya tidak bisa direduksi sebagai
sekedar
hubungan
antara
penjual
dan
pembeli.
Karena
keramahtamahan penjual, tak jarang pembeli pun sepakat dengan penawaran penjual. Yang terjadi adalah saling menguntungkan. Selain produk, di dalam pasar terdapat pemasar (penjual) dan calon pembeli (konsumen) yang melakukan kegiatan belanja untuk memenuhi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
kebutuhannya. Menurut Kotler (1997), pemasar menggunakan bauran pemasaran sebagai alat pemasaran yang digunakan untuk mempengaruhi perilaku pembeli dalam memutuskan suatu kegiatan pembelian. Bauran pemasaran dapat juga digunakan pemasar untuk mendapatkan informasi mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian produk. Sehingga pemasar mempunyai strategi yang kuat dalam mempengaruhi reaksi konsumen dan dapat mengoptimalkan penjualan kacang mete dengan memadukan faktor bauran pemasaran tersebut. Bauran pemasaran yang dimaksud adalah faktor produk, faktor harga, faktor promosi, dan faktor tempat. Pemasar dapat menggunakan faktor bauran pemasaran, yaitu faktor produk kacang mete, faktor harga kacang mete, faktor promosi penjualan kacang mete, dan faktor tempat penjualan kacang mete, sehingga dapat memahami perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional. Konsumen kacang mete di Kabupaten Wonogiri melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional yang merupakan salah satu tempat dimana produk kacang mete dapat diperjual-belikan. Masyarakat di Kabupaten Wonogiri yang beragam dapat mempengaruhi tipe perilaku konsumen dalam membeli kacang mete. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk menganalisis perilaku konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. B. Perumusan Masalah Kacang mete merupakan makanan yang digemari banyak masyarakat karena rasanya yang gurih dan enak. Selain karena rasanya, kacang mete memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan bagi tubuh manusia. Gizi yang terkandung dalam kacang mete adalah lemak, protein, karbohidrat, gula, selulosa, vitamin B1, vitamin E, abu, niacin, kalsium, fosfor, natrium, kalium, magnesium, besi, tembaga, seng, mangan, dan pati Ascorbic Acid (Cahyono, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Rasa kacang mete yang gurih dan lezat sangat cocok untuk makanan ringan (camilan). Selain dapat dikonsumsi sebagai makanan ringan, kacang mete juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam produk olahan seperti campuran pada industri roti, cokelat, es krim, dan sebagainya. Banyaknya penggunaan (pemanfaatan) dan rasanya yang enak membuat kacang mete mempunyai nilai ekonomi yang tinggi (harga yang mahal). Banyak konsumen yang tidak terbiasa mengkonsumsi kacang mete dikarenakan mengandung lemak yang tinggi sehingga dapat menimbulkan kegemukan dan berbagai jenis penyakit jika mengkonsumsinya secara berlebihan. Sampai saat ini, di Kabupaten Wonogiri kacang mete lebih banyak dibeli atau dikonsumsi sebagai camilan di saat hari raya Idul Fitri. Banyaknya faktor yang mempengaruhi seorang konsumen untuk memutuskan produk yang akan dibelinya dapat mempengaruhi perilaku beli konsumen tersebut. Pengetahuan yang baik tentang perilaku keputusan konsumen terhadap suatu produk dapat berguna untuk pengembangan produk agar lebih sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Salah satu upaya untuk memahami perilaku tersebut adalah dengan mengetahui faktorfaktor (dalam hal ini faktor bauran pemasaran) yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan membeli kacang mete. Setiap konsumen memiliki alasan untuk membeli kacang mete termasuk karena faktor bauran pemasaran dalam penjualan kecang mete. Oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang perilaku konsumen dalam membeli kacang mete. Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik pribadi konsumen kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri? 2. Bagaimanakan presepsi konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri? 3. Faktor-faktor apa sajakah dipertimbangkan konsumen dan variabelvariabel
apa
sajakah
yang
dominan
commit to user
dipertimbangkan
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri? 4. Bagaimanakah perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui karakteristik pribadi konsumen kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. 2. Mengkaji presepsi konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. 3. Mengkaji faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dan variabelvariabel dominan dipertimbangkan dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. 4. Mengetahui perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk membandingkan teori yang telah didapat di kuliah dengan aplikasinya di dunia bisnis dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi produsen, penelitian dapat bermanfaat untuk memberikan wawasan yang berkaitan dengan perilaku konsumen kacang mete sebagai dasar pertimbangan untuk menyusun perencanaan strategi pemasaran kacang mete di Kabupaten Wonogiri. 3. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan penelitian yang sejenis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu Penelitian Febi Andana Permatasari (2007) yang berjudul Analisis Perilaku Konsumen Buah Pisang Ambon di Pasar Tradisional di Kota Palembang, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar faktor bauran pemasaran yaitu produk, harga, dan tempat mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian buah pisang ambon, kecuali promosi. Faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli pisang ambon di pasar tradisional di Kota Palembang dimulai dari faktor yang memberikan pengaruh paling besar secara berurutan adalah faktor produk, faktor harga, faktor tempat, dan faktor penampilan. Sedangkan variabel-variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam membeli pisang ambon di pasar tradisional di Kota Palembang untuk tiap-tiap faktor adalah faktor produk yaitu variabel rasa buah, faktor harga yaitu variabel harga buah, faktor tempat yaitu variabel jarak pasar, serta faktor penampilan yaitu variabel ketebalan daging buah. Penelitian Anik Widyaningsih (2008) yang berjudul Analisis Perilaku Konsmen dalam Membeli Pepaya Bangkok (Carica papaya L.) di Pasar Tradisional di Kabupaten Boyolali, hasil analisis faktor menunjukkan bahwa ada 4 faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli papaya Bangkok di pasar tradisional di Kabupaten Boyolali. Keempat faktor yang dipertimbangkan tersebut adalah faktor tempat sebesar 27,184%; faktor produk 14,280%; faktor penampilan 10,386%; dan faktor harga 10,137%. Sedangkan fariabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam membeli papaya Bangkok di pasar tradisional di Kabupaten Boyolali untuk tiap-tiap faktor adalah faktor tempat yaitu variabel kenyamanan pasar, faktor produk yaitu variabel rasa buah, faktor penampilan yaitu variabel bentuk buah, serta faktor harga adalah variabel harga buah.
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Menurut penelitian Elisabet Endah Oktaviastui (2011) yang berjudul Analisis Perilaku Konsumen dalam Membeli Ikan Lele di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali, hasil analisis faktor menunjukkan bahwa ada 4 faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli ikan lele di pasar tradisional Kabupaten Boyolali. Keempat faktor tersebut berdasarkan prioritasnya adalah faktor tempat sebesar 16,987%; faktor produk 13,427%; faktor harga 11,674%; dan faktor promosi 9,288%. Variabel-variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan lele di pasar tradisional Kabupaten Boyolali untuk faktor tempat adalah variabel keamanan pasar, faktor produk adalah variabel ukuran, faktor harga adalah variabel harga, dan faktor promosi adalah variabel promosi. Menurut penelitian Ulanda Destriana (2011) yang berjudul Analisis Positioning Kacang Mete di Benak Konsumen dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Kasus di PT. Sentra Family Food Indonesia, Jakarta Barat), bertujuan untuk menganalisis posisi produk kacang mete yang tertanam di benak konsumen, menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian kacang mete, dan merekomendasikan strategi pemasaran. Berdasarkan hasil kuesioner yang disebar di DKI Jakarta, di mana 160 responden yang pernah mengonsumsi kacang mete, sebagian besar berjenis kelamin perempuan (67%) dengan usia 17-26 tahun (56%), belum menikah (60%), karyawan swasta (30%) dan mahasiswa (28%) dengan pendapatan Rp 2.500.000 – Rp 3.500.000 (35%). Alasan konsumen membeli kacang mete adalah rasanya yang enak dan bervarisai (64%), biasanya mengkonsumsi pada saat santai di rumah (54%), membeli di supermarket dan mengetahui kacang mete merek Caspy dari media umum dan keluarga (31%) dengan frekuensi pembelian yang tidak tentu (90%). Hasil analisis biplot menujukkan atribut dengan vektor mengarah pada kacang mete merek Caspy adalah atribut harga yang artinya harga kacang mete merek Caspy lebih terjangkau dibandingkan dengan merek pesaing. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli kacang mete
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
dianalisis dengan menggunakan analisis faktor. Faktor yang paling dipentingkan konsumen adalah faktor perbedaan individu dengan variabel yang paling dominan adalah gaya hidup dan variabel yang tidak terlalu dipentingkan adalah alasan kesehatan. Rekomendasi strategi pemasaran yang disarankan adalah produsen memasarkan produk kacang mete diberbagai supermarket dan minimarket, melakukan promosi penjualan melalui media elektronik seperti iklan di televisi dan radio, membuat kemasan dan label yang berbeda dengan ukuran yang lebih beragam sesuai dengan target konsumen. Berdasarkan penelitian terdahulu tentang perilaku konsumen dalam pembelian serta positioning kacang mete di benak konsumen dan faktorfaktor
yang
mempengaruhi
keputusan
pembelian
konsumen,
dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang terdapat dalam bauran pemasaran dipertimbangkan oleh konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian. Pengambilan keputusan konsumen tersebut dapat dianalisis menggunakan analisis faktor sehingga hasilnya dapat digunakan pemasar untuk mengetahui perilaku konsumennya. Sehingga dalam penelitian ini digunakan analisis faktor untuk menganalisis faktor bauran pemasaran yang dipertimbangkan konsumen dalam proses pengambilan keputusan membeli kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. B. Tinjauan Pustaka 1.
Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Engel et. al., 1994). Menurut Mowen dan Minor (2007), perilaku konsumen didefinisikan sebagai semua tindakan konsumen untuk memperoleh, menggunakan, dan membuang barang atau jasa. Beberapa perilaku
konsumen
adalah
membeli
sebuah
produk
atau
jasa,
memberikan informasi dari mulut ke mulut tentang sebuah produk atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
jasa kepada orang lain, dan mengumpulkan informasi sebelum melakukan
pembelian. Definisi tentang perilaku konsumen juga
menyatakan bahwa proses pertukaran melibatkan serangkaian langkahlangkah, dimulai dengan tahap perolehan dan akusisi (acquisition phase), lalu ke tahap konsumsi (consumption phase), dan berakhir dengan tahap disposisi (disposition phase) produk atau jasa. Pada saat menginvestigasi tahap
perolehan
para
peneliti
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pilihan produk dan jasa. Salah satu faktor yang berkaitan dengan pencarian dan penyeleksian barang dan jasa adalah simbolisme produk
yaitu orang biasanya ingin mencari sebuah produk untuk
mengekspresikan diri mereka kepada orang lain tentang ide-ide tertentu dari diri mereka. Menurut Susanto (1999), para konsumen mempunyai perilaku pembelian kompleks ketika mereka terlibat dalam suatu pembelian dan menyadari adanya perbedaan nyata antara berbagai merek. Para konsumen sangat terlibat bila suatu produk, mahal, jarang dibeli, berisiko, dan mempunyai ekspresi pribadi yang tinggi. Pembeli akan melalui
suatu
proses
belajar
yang
pertama
ditandai
dengan
mengembangkan kepercayaan mengenai produk tersebut, kemudian pendirian dan pilihan pembelian dengan bijaksana. Oleh sebab itu, pemasar perlu mengembangkan strategi-strategi yang membantu pembeli dalam mempelajari atribut-atribut dari kelas produk tersebut, kepentingan relatifnya, dan kedudukan merek perusahaan yang tinggi pada atribut yang paling penting. Konsumen memiliki kriteria (atribut) yang akan dievaluasi yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian produk di suatu tempat, yaitu: (1) lokasi; (2) sifat dan kualitas keragaman yang diberikan; (3) harga; (4) iklan dan promosi; (5) personel penjualan; (6) pelayanan yang diberikan; (7) atribut fisik toko; (8) sifat pelanggan toko; (9) atmosfer toko; dan (10) pelayanan dan kepuasan sesudah transaksi (Engel et. al., 1995).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Penjual menggunakan bauran pemasaran sebagai alat pemasaran yang digunakan untuk mempengaruhi perilaku konsumen dalam memutuskan suatu kegiatan pembelian. 4P (product, price, place, promotion) mencerminkan pandangan penjual terhadap alat pemasaran yang tersedia untuk mempengaruhi pembeli. Dari sudut pandang pembeli, setiap alat pemasaran dirancang untuk memberikan manfaat bagi pelanggan. Robert Lauterborn menyarankan agar 4P penjual merupakan tanggapan terhadap 4C pembeli, yaitu produk (product) merupakan kebutuhan dan keinginan pembeli (costumer needs and wants), harga (price) merupakan biaya bagi pembeli (cost to the costomer),
tempat
(place)
merupakan
kemudahan
memperoleh
(convienience), dan promosi (promotion) merupakan komunikasi (communication) (Kotler, 1997). Menurut Kotler (1997), model perilaku pembelian konsumen dapat dijelaskan sebagai berikut: Rangsangan Pemasaran Produk Harga Tempat Promosi
Rangsangan lain Ekonomi Teknologi Politik Budaya
Karakteristik Pembeli Budaya Sosial Pribadi Psikologis
Proses Keputusan Pembelian Pengenalan masalah Pencarian informasi Evaluasi Keputusan Perilaku pasca-pembelian
Keoutusan Pembelian Pilihan produk Pilihan merek Pilihan penyalur Waktu pembelian Jumlah pembelian
Gambar 1. Model Perilaku Pembelian Konsumen (Kotler, 1997) Rangsangan pemasaran terdiri dari “empat P”, yaitu produk, harga, tempat, dan promosi. Rangsangan yang lain terdiri dari kekuatankekuatan dan kejadian penting dalam lingkungan pembeli, seperti ekonomi, teknologi, politik, dan budaya. Semua rangsangan ini melewati kotak hitam pembeli (karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusan) dan menhasilkan serangkaian tanggapan dari para pembeli yang bisa diteliti sehingga diperoleh keputusan pembelian. Tanggapan tersebut adalah pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian, dan jumlah pembelian. Menurut Schiffman dan Kanuk (1994), model keputusan konsumen mencerminkan adanya proses kognitif atas pemecahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
masalah yang dialami oleh konsumen dan terdiri dari tiga komponen utama yaitu input, proses, dan output. a. Input Komponen input yang ada meliputi pengaruh dari luar yang berlaku sebagai sumber informasi dan mempengaruhi konsumen melalui nilai dan perilaku yang berhubungan dengan produk. Yang berperan penting dalam input adalah kegiatan bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan produknya kepada konsumen
potensial
dan
juga
pengaruh
sosiokultural
untuk
menggiring konsumen dalam keputusan. b. Proses Dalam
proses
pembuatan
keputusan
konsumen
harus
diperhatikan beberapa faktor psikologis yang memiliki pengaruh internal terhadap konsumen. Tiga tahapan proses yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian alternatif, dan evaluasi alternatif. Pencarian informasi atas produk tergantung dari jenis produk yang dibeli, dimana semakin kompleks atau rumit produk yang akan dibeli, semakin banyak informasi yang dibutuhkan. Dalam hal ini ada tiga tahapan proses pembuatan keputusan konsumen, yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian alternatif pembelian, dan evaluasi alternatif. c. Output Pada bagian ini terdapat dua bentuk kegiatan pasca keputusan pembelian yang sangat erat yaitu perilaku pembelian dan perilaku pasca pembelian. Dalam perilaku pembelian, konsumen melakukan dua tipe pembelian yaitu pembelian uji coba dan pembelian ulang. Evaluasi pasca pembelian pada saat konsumen menggunakan produk, terutama pada saat uji coba, mereka menilai kemampuan produk, apakah sesuai dengan harapan mereka atau tidak. Ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu: pertama, kemampuan produk sesuai dengan standar yang telah ditentukan, menghasilkan reaksi netral pada konsumen; kedua, kemampuan produk berada diatas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
standar
konsumen
sehingga
menghasilkan
kepuasan;
ketiga,
kemampuan produk berada dibawah standar yang telah ditentukan, akan menghasilkan ketidakpuasan. Berdasarkan faktor yang dipertimbangkan, menurut Hawkins et.al. dalam Simamora (2003), pengambilan keputusan pembelian dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Pengambilan keputusan berdasarkan atribut produk (atribut-based choice). Pengambilan keputusan ini memerlukan pengetahuan tentang apa atribut suatu produk dan bagaimana kualitas atribut tersebut. Asumsinya, keputusan diambil secara rasional dengan mengevaluasi atribut-atribut yang dipertimbangkan. b. Pengambilan keputusan berdasarkan sikap (attitude-based choice). Pengambilan keputusan ini diambil berdasarkan kesan umum, intuisi maupun perasaan. Pengambilan keputusan seperti ini bisa terjadi pada produk yang belum dikenal atau tidak sempat dievaluasi oleh konsumen. Menurut Setiadi (2010), keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, probadi, dan psikologi. Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar tetapi diperhitungkan. a. Faktor budaya, memberi pengaruh sangat luas dan mendalam terhadap tingkah-laku konsumen. Dalam membeli terdapat beberapa peran budaya, yaitu kebudayaan, sub budaya, serta klas sosial pembeli. b. Faktor
sosial,
kelompok
mempengaruhi
acuan
konsumen
tingkah-laku yaitu
konsumen
kelompok-kelompok
adalah yang
mempengaruhi langsung atau tidak langsung sikap dan tingkah-laku orang tersebut, keluarga seperti orang tua dan suami atau istri, serta peranan serta status sosial pembeli. c. Faktor pribadi, mempengaruhi tingkah-laku konsumen adalah usia dan tahapan daur hidup seperti pekerjaan, keadaan ekonomi yang meliputi pendapatan yang dapat dibelanjakan; tabungan; dan harta, gaya hidup,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
pekerjaan, serta kepribadian dan konsep diri yang berguna untuk menganalisis tingkah laku konsumen. d. Faktor
psikologis,
mempengaruhi
pembelian
seseorang
juga
dipengaruhi oleh motivasi yang merupakan kebutuhan yang cukup mendesak
untuk
mengarahkan
seseorang
mencari
pemuasan
kebutuhan, persepsi merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memilih; mengorganisasi; dan menafsirkan masukan informasi. Menurut Kotler (1999), model keputusan
pembelian
dapat
digambarkan dalam sebuah model sebagai berikut: Pengenalan masalah
Pencarian Evaluasi Keputusan Tingkah laku informasi alternatif pembelian setelah pembelian Gambar 2. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian Tahapan-tahapan yang ditempuh oleh pembeli untuk meraih hasil
dan keputusan pembelian adalah: a. Pengenalan masalah, merupakan awal proses pembelian. Ketika pembeli mengenal masalah atau kebutuhan, maka pembeli menyadari kebutuhannya. Kebutuhan bisa ditimbulkan oleh rangsangan dari luar maupun rangsangan dari dalam. b. Pencarian informasi, merupakan tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen ingin mencari informasi lebih banyak. Ketika mencari informasi, konsumen mungkin akan memperoleh informasi dari bebrapa sumber, yaitu 1) sumber pribadi (keluarga, kawankawan, tetangga, kenalan), 2) sumber komersial (iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pameran), 3) sumber publik (media massa, lembaga konsumen), 4) sumber pengalaman (pengamatan dan penggunaan produk). c. Evaluasi alternatif, merupakan tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen menggunakan informasi untuk memperoleh pilihan akhir terhadap merek produk. d. Keputusan pembelian adalah membeli produk yang paling disukai, tetapi terdapat dua faktor yang bisa timbul antara pembelian dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain yang dapat mengubah alternatif pilihan konsumen, yaitu intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif pilihan konsumen dan motivasi konsumen untuk memenuhi harapan orang lain. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tak terduga. Konsumen menciptakan hasrat pembelian berdasarkan faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat produk. Namun, situasi tak terduga mungkin muncul dan bisa mengubah hasrat pembelian. e. Tingkah-laku setelah pembelian, konsumen akan merasa puas atau tidak puas setelah membeli produk. Hal ini merupakan hubungan antara harapan konsumen dan prestasi produk yang dirasakannya. Apabila produk sesuai dengan harapan konsumen akan puas dan apabila produk kurang dari harapan konsumen tersebut tidak puas. Kepuasan konsumen akan akan mempengaruhi apakah pembeli akan membeli kembali produk tersebut atau tidak. Pasar-pasar konsumen terdiri atas keluarga-keluarga yang sebagian besar terlibat dalam pembelian barang-barang atau jasa-jasa. Siklus kahidupan keluarga akan sangat berpengaruh di dalam pembelian barang-barang.
Siklus
kehidupan
keluarga
yang
mempengaruhi
pembelian adalah: a. pemuda-pemudi yang belum menikah, b. pemudapemudi baru menikah (belum mepunyai anak), c. suami-istri (sudah punya anak), dan selanjutnya (Sumawihardja et. al., 1991). Umur dan tahap kehidupan keluarga mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian. Menurut Engel et. al. (1994), siklus kehidupan keluarga mendeskripsikan pola yang didapatkan di antara keluarga ketika mereka menikah, mempunyai anak, meninggalkan rumah, kehilangan pasangan hidup, dan pensiun. Tahap-tahap ini dideskripsikan bersama dengan perilaku konsumen yang dihubungkan dengan masing-masing tahap. Tahap kehidupan utama dari rumah tangga menggambarkan pangsa pasar yang penting dan dideskripsikan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
a. Single muda (younger singles), yaitu kepala rumah tangga single dan di bawah 45 tahun tanpa anak. b. Pasangan muda (younger couples), yaitu pasangan yang sudah menikah dengan kepala rumah tangga di bawah 45 tahun dan tanpa anak. c. Orang tua muda (younger parents), kepala rumah tangga di bawah 45 tahun dengan anak. d. Keluarga paruh baya (mid-life families), yaitu kepala rumah tangga antara usia 45 dan 64 tahun dengan anak ada dirumah atau didukung secara keuangan oleh rumah tangga bersangkutan. e. Rumah tangga separuh baya (mid-life household), yaitu kepala rumah tangga antara usia 45 dan 64 tahun tanpa anak ada dirumah atau yang didukung secara keuangan oleh rumah tangga bersangkutan. f. Rumah tangga tua (older households), yaitu kepala rumah tangga berusia 65 tahun atau lebih tua atau pensiun. 2.
Pemasaran dan Bauran Pemasaran Proses yang melibatkan aliran produk melalui suatu sistem dari produsen ke konsumen disebut pemasaran. Secara khusus, pemasaran dapat didefinisikan sebagai telaah terhadap aliran produk secara fisis dan ekonomik, dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen. Pemasaran melibatkan banyak kegiatan yang berbeda, yang menambah nilai produk pada
saat produk bergerak melalui sistem tersebut
(Downey dan Erickson, 1992). Menurut Kotler (1997), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Arti pemasaran sering disamakan dengan pengertian penjualan, perdagangan, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
distribusi. Padahal istilah tersebut hanya merupakan bagian dari kegiatan pemasaran secara keseluruhan. Proses pemasaran itu sudah dimulai jauh sebelum barang-barang diproduksi dan tidak berakhir dengan penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga dapat memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usaha berjalan terus agar konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan (Natalisa, 2005). Pemasaran adalah fungsi manajemen yang mengorganisasi dan menjuruskan semua kegiatan perusahaan yang meliputi penilaian dan pengubahan daya beli konsumen menjadi permintaan yang efektif akan sesuatu barang atau jasa, serta penyampaian barang atau jasa tersebut kepada konsumen atau pemakai terakhir, sehingga perusahaan dapat mencapai laba atau tujuan lain yang ditetapkannya. Bauran pemasaran adalah suatu istilah yang menggambarkan seluruh unsur pemasaran dan faktor produksi yang dikerahkan guna mencapai sasaran perusahaan, misalnya laba, laba harta, penjualan bagian pasar yang akan direbut, dan sebagainya.
Untuk merencanakannya,
dibutuhkan suatu
kegiatan
mengkombinasikan atau mencampur semua faktor pemasaran yang bersangkutan dengan bidang usaha perusahaan (Foster, 1985). Bauran pemasaran (marketing mix) atau 4P adalah produk (product) atau jasa, harga (price), tempat (place) atau saluran distribusi, dan promosi (promotion) atau bauran komunikasi (Churchill, 2001). Bauran pemasaran terdiri dari segala hal yang bisa dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan atas produknya. Beberapa kemungkinan tersebut bisa dikumpulkan ke dalam empat kelompok yang dikenal sebagai ”empat P”, yaitu product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi). Produk adalah barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan produk. Tempat adalah berbagai kegiatan yang membuat produk terjangkau oleh konsumen sasaran. Promosi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan
untuk
menonjolkan
commit to user
keistimewaan-keistimewaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
produknya dan
membujuk konsumen sasaran agar membelinya
(Kotler, 1999). 3.
Pasar dan Pasar Tradisional Pasar adalah lokasi geografis dimana penjual dan pembeli bertemu untuk mengadakan transaksi faktor produksi, barang, dan jasa. Pasar merupakan keadaan terbentuknya suatu harga dan terjadinya perpindahan hak milik produk-produk tertentu (Sudiyono, 2004). Menurut Kotler (1999), pasar adalah sekelompok pembeli potensial yang mempunyai kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan mampu melibatkan diri dalam suatu pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan tersebut. Sebuah pasar dapat berkembang berkat produk, jasa, atau barang lainnya yang bernilai. Menurut Sumawihardja et al. (1991), pasar dapat diartikan menurut berbagai segi dan pandangan, yaitu: a. Menurut pengertian yuridis, pasar merupakan tempat atau bursa di mana saham-saham diperjualbelikan. b. Bagi pedagang, pasar merupakan suatu lokasi tempat produk-produk itu diterima, dipilih, disimpan, dan dijual. c. Bagi manajer penjualan, pasar merupakan tempat atau letak geografis (kota, daerah) di mana ia harus merumuskan mengenai distributor, mengenai produk yang dijual, periklanan, salesman, dan sebagainya. d. Menurut ahli ekonomi, pasar adalah semua pembelian dan penjualan yang mempunyai perhatian, baik secara riil maupun potensial terhadap suatu produk atau golongan produk. e. Bagi seorang pemasar, pasar adalah semua orang, kelompok usaha, lembaga-lembaga perdagangan yang membeli atau cenderung untu membeli suatu produk atau jasa. Pasar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pasar umum dan pasar khusus. Pasar umum atau pasar terbuka adalah pasar yang semua transaksinya dilakukan secara terbuka dan berlaku untuk umum. Pasar umum meliputi pasar kaki lima, pasar tradisional, toko dan kios, pasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
swalayan, pasar induk, dan pasar ekspor. Sementara pasar khusus atau pasar tertutup hanya terbuka untuk pemasuk khusus yang melakukan transaksi barang-barang tertentu dengan cara yang khusus juga. Pasar khusus meliputi pabrik, hotel, restoran, rumah sakit, toko khusus, dan perorangan (Dwiyatmo, 2006). Menurut Winardi (1992) dalam Sirait (2006), istilah pasar diartikan sebagai wadah (tempat) sekaligus wahana (proses) jual-beli barang berbagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti sembako, pakaian, sepatu dan sandal, sayur-mayur, dan buah yang kemudian disebut sebagai pasar tradisional. Istilah pasar tradisional diartikan sebagai tempat berkumpulnya sejumlah penjual dan pembeli dimana terjadi transaksi jual beli barang-barang yang ada di sana. Proses perpindahan hak milik barang terjadi setelah penjual dan pembeli mencapai kesepakan harga, pasar yang demikian disebut juga pasar konkret/sandang. Penjual dalam pasar tradisional merrupakan lembaga pemasaran yang disebut pengecer. Menurut Sudiyono (2004), pengecer adalah lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen. Pengecer merupakan ujung tombak dari suatu proses produksi yg bersifat komersil yang merupakan kelanjutan proses produksi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang sangat tergantung dari aktivitas para pengecer dalam menjual produknya kepada konsumen. Keberhasilan pengecer menjual produk kepada konsumen sangat menentukan keberhasilan lembaga-lembaga pemasaran pada rantai pemasaran sebelumnya. Proses pembelian dimulai saat pembeli (konsumen) mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya (Kotler, 1997). Konsumen selalu membentuk gambaran atau kesan tertentu terhadap barang, toko, harga, maupun iklan tertentu. Secara langsung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
gambaran atau kesan tersebut akan mempengaruhi sikap atau tingkah laku mereka dalam pembelian atau konsumsi barang. Bila konsumen belum pernah melihat toko, pabrik, atau perusahaan yang mengadakan barang atau jasa, kesan mereka dapat timbul dari reputasi barang atau jasa, atau pun dari iklan barang dan jasa tersebut (Foster, 1985). 4.
Komoditi Mete dan Kacang Mete Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L.) merupakan tanaman yang berasal dari Brazil yang merupakan daerah beriklim tropis. Sampai saat ini tanaman jambu mete tersebar di seluruh daerah tropis Asia, Amerika, dan Afrika. Tanaman jambu mete banyak ditanam pada daerah kritis. Dalam hal ini jambu mete merupakan tanaman penghijauan yang menghasilkan. Biji jambu mete laku keras di pasaran, sedang tangkai buahnya yang lezat dapat dibuat sirup atau abon mete (Anonim a, 1986). Menurut
Budi
Samadi
(2007),
tanaman
jambu
mete
diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi
: Spermathophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Sapindales
Suku
: Anacardiaceae
Marga
: Anacardium
Spesies
: Anacardium occidentate L. Jambu mete termasuk tumbuhan yang berkeping biji dua atau
juga disebut tumbuhan berbiji belah. Nama yang tepat untuk mengklasifikasikan tumbuhan ini adalah tumbuhan yang berdaun lembaga dua atau disebut juga dikotil. Jambu mete mempunyai batang pohon yang tidak rata dan berwarna coklat tua. Daunnya bertangkai pendek dan berbentuk lonjong (bulat telur) dengan tepian berlekuk-lekuk, dan guratan rangka daunnya terlihat jelas. Bunganya berwarna putih. Bagian buahnya yang membesar, berdaging lunak, berair, dan berwarna
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
kuning kemerah-merahan adalah buah semu. Bagian itu bukan buah sebenarnya, tetapi merupakan tangkai buah yang membesar. Buah jambu mete yang sebenarnya biasa disebut mete (mente), yaitu buah batu yang berbentuk ginjal dengan kulit keras dan bijinya yang berkeping dua tersebut oleh kulit yang mengandung getah (Anonimb, 2005). Menurut Budi Samadi (2007), pengolahan biji mete gelondong meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut: a. Pengeringan biji mete gelondong dengan dijemur di bawah sinar matahari, b. Penyimpanan dalam ruangan sehingga biji mete dingin, c. Pengupasan kulit biji mete grlondong d. Pengeringan kacang mete dengan dijemur di bawah sinar matahari, e. Pengupasan kulit ari kacang mete, f. Sortasi dan grading. Tanaman jambu mete merupakan tanaman perkebunan yang menjadi primadona di Kabupaten Wonogiri. Berikut ini adalah data tentang luas panen, produksi, dan rata-rata produksi gelondong perkebunan rakyat jambu mete di Kabupaten Wonogiri: Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Gelondong Perkebunan Rakyat Jambu Mete di Kabupaten Wonogiri Tahun 2006-2010 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Luas Panen (ha) 14.096 12.135 12.971 12.971 12.903
Produksi Gelondong (ton) 13.316 11.089 6.718 13.877 7.145
Rata-rata (kg/ha) 945 902 623 960 553
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui perkembangan rata-rata produksi gelondong mete dari tahun 2006 sampai 2010 mengalami kenaikan dan penurunan. Produksi gelondongan jambu mete di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2006-2010 cenderung mengalami fluktuasi, hal ini ditunjukan adanya penurunan produksi pada tahun 2008
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
sebesar 4.371 ton yang kemudian pada tahun 2009 mengalami kenaikan hingga 13.877 ton, dan pada tahun 2010 turun menjadi 7.145 ton. Fluktuasi produksi gelondong mete ini disebabkan oleh kurangnya keterpaduan dalam pengelolaan tanaman dan lahan, serta kurangnya usaha pengadaan dan penyaluran sarana dan prasaran usahatani. Menurut Cahyono (2009), kacang mete memiliki nilai nutrisi cukup tinggi, terutama protein dan lemak sehingga dapat menjadi bahan makanan yang berenergi tinggi pula. Komposisi (jumlah) nutrisi kacang mete sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tumbuh dan varietas jambu mete. Kandungan nutrisi kacang mete kering adalah sebagai berikut: Tabel 2. Kandungan Nutrisi Kacang Mete Kering (per 100 gram) Nutrisi Kadar air Lemak Protein Karbohidrat Vitamin B1 (thiamin) Vitamin E (tucopherol) Niacin (PP) Kalsium(Ca) Fosfor (P) Natrium (Na) Kalium (K) Magnesium (Mg) Besi (Fe) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Mangan (Mn)
Kandungan 2,5% - 7,5% 44,4% - 50,94% 15,78% - 28,83% 22% - 29% 0,56% 210 mg 3,68 mg 0,04% 0,88% 0,005% 0,57% 0,28% 0,008% 0,002% 0,004% 0,002%
Sumber: Cahyono, 2009 Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan menjadikan masyarakat mempertimbangkan kandungan nutrisi yang terdapat pada makanan sebelum mengkonsumsinya. Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa kacang mete mengandung lemak, protein dan karbohidrat yang tinggi dibandingkan dengan nutrisi yang lain yang terkandung dalam 100 gram kacang mete kering. Selain itu, kacang mete
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
dan buah semunya juga mengandung gula, abu, selulosa, dan pati Ascorbic Acid. Kandungan nutrisi dapat menjadi pertimbangan untuk mengonsumsi kacang mete karena akan berpengaruh pada kesehatan apabila mengonsumsinya terlalu banyak. Selamjutnya menurut Cahyono (2009), kacang mete umumnya memiliki berat rata-rata 5-6 gram, panjang 2,5-3,5 cm, lebar 2 cm, lebar 2 cm, dan tebal 1,0-1,5 cm. Kacang mete yang masih muda berwarna hijau mengkilap atau hijau pucat. Bila kacang mete terseebut telah tua akan berubah warna menjadi keabu-abuan dan bila telah mongering akan menjadi cokelat keabu-abuan. Kacang mete terdiri atas kulit buah (pericarp) dan biji mete (kernel). Biji mete terdiri atas dua keeping biji berwarna putih. Kacang mete tergolong memiliki nilai gizi tinggi karena kandungan protein dan lemaknya cukup tinggi sehingga dapat menjadi bahan makanan yang berenergi tinggi pula. Menurut warnanya, biji kacang mete dibedakan menjadi: a. Kacang mete putih (white kernels), yakni kacang mete berwarna putih bersih, tidak terdapat bercak berwarna cokelat atau hitam. b. Kacang mete agak putih (fancy kernels), yakni kacang mete berwarna agak putih atau agak gosong. c. Kacang mete setengah gosong (dessert kernels), yakni kacang mete setengah gosong atau bercak-bercak hitam. d. Kacang mete gosong (scorched kernels), yakni kacang mete yang gosong berwarna cokelat muda sampai cokelat
akibat pemanasan
yang berlebihan. Cahyono (2009) juga menyatakan bahwa menurut ukuran biji kacang mete dibedakan menjadi: a. Kacang mete utuh (whole kernels), yakni kacang mete utuh seluruhnya dan tanpa cacat. b. Kacang mete tidak utuh, yakni sebagian kecil sudah pecah (buus kernels).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
c. Kacang mete belahan (splits kernels), yakni kacang mete setengah utuh atau merupakan belahan kacang mete yang utuh. d. Kacang mete remukan besar (large pieces kernels), kacang mete yang pecah lebih dari dua bagian dengan ukuran di atas 0,6 cm dan tidak lolos dengan ayakan 4 mesh. e. Kacang mete remukan kecil (small pieces kernels), yakni kacang mete yang pecah/remuk dengan ukuran antara 0,4 – 0,5 cm dan tidak lolos dengan ayakan 6 mesh. f. Kacang mete remukan halus (baby bits kernels), yakni kacang mete yang pecah/remuk halus, tetapi tidak lolos ayakan 10 mesh. Kriteria kacang mete yang berkualitas baik sebagai berikut: (a) Kacang mete utuh seluruhnya tanpa cacat, tidak terdapat bintik hitam atau cokelat karena serangan hama atau cendawan; (b) Kacang mete cukup kering dengan kadar air maksimal 5%; (c) Kacang mete tua; (d) Kacang mete tidak tercampur dengan biji yang busuk; (e) Kacang mete berwarna putih, pucat atau kelabu terang; dan (f) Kacang mete tidak tercampur kotoran atau benda-benda asing. Harga jual kacang mete ke pengepul/pedagang besar umumnya lebih rendah dibandingkan dengan harga jual langsung ke konsumen (Anonim c, 2008). Mutu adalah keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat (Susanto, 1999). Menurut Samadi (2007), dalam dunia perdagangan, kacang mete digolongkan menjadi empat jenis mutu biji mete, yaitu: a. Mutu I, yakni kacang mete yang sekurang-kurangnya terdiri atas 95% merupakan kacang mete utuh. b. Mutu II, yakni kacang mete yang sekurang-kurangnya terdiri atas 95% merupakan kacang mete belah dua. c. Mutu III, yakni kacang mete yang sekurang-kurangnya terdiri atas 90% merupakan kacang mete pecah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
d. Mutu IV, yakni kacang mete merupakan campuran dari kacang mete utuh, kacang mete belah dua, dan kacang mete pecah. Petani jambu mete menjual hasil panen yang masih berupa biji (gelondong) mete kepada pada pengumpul. Harga produsen untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat biji jambu mete Indonesial tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Harga Produsen Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat Biji Jambu Mete Tahun 2011 (Rp/100 Kg) No. Bulan Harga Produsen (Rp/100 Kg) 1. Januari 723.322 2. Februari 705.315 3. Maret 687.767 4. April 714.378 5. Mei 713.764 6. Juni 708.138 7. Juli 740.707 8. Agustus 748.786 9. September 749.361 10. Oktober 751.661 11. November 753.564 12. Desember 763.564 Rata-rata 730.048 Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun 2012 Harga produsen merupakan harga transaksi antara petani (penghasil) dan pembeli (pedagang pengumpul/tengkulak) untuk setiap komuditas di suatu tempat. Tabel 3. menunjukkan bahwa harga rata-rata kacang mete di tingkat produsen adalah Rp 730.048 per 100 kg. Harga produsen ini merupakan harga mete yang masih dalam bentuk gelondong. Harga kacang mete yang dijual di pasaran sangat berbeda dengan harga produsen, hal ini karena kacang mete telah mengalami proses pengolahan yang panjang sehingga meningkatkan harga jual kacang mete. Prospek pengembangan tanaman jambu mete dapat dilihat dari permintaan kacang mete, baik permintaan dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini dapat menjadi salah satu indikasi masih luasnya potensi usaha pengolahan mete. Selama ini, kacang mete dari Indonesia sudah diekspor ke berbagai negara di dunia, antara lain ke Amerika, Belanda,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Inggris, Jerman, Australia, Hongkong, Singapura, Taiwan, Cina, Jepang, India, Libanon, Malaysia, Italia, Kanada, Korea Selatan dan Swiss. Sementara itu, permintaan kacang mete dalam negeri, khususnya kacang mete yang berasal dari Kabupaten Wonogiri adalah dari pedagang besar dan industri makanan yang ada di Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya serta pedagang-pedagang eceran di pasar Solo, Klaten, Yogyakarta, dan kota-kota terdekat lainnya. Perkembangan ekspor kacang mete Indonesia tahun 1999-2009 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Gelondong Mete Indonesia Tahun 1999-2009 Tahun Volume (Ton) Nilai (000 US$) 1999 34.520 43.507 2000 27.619 31.502 2001 41.313 28.929 2002 51.717 34.810 2003 60.429 43.534 2004 59.372 58.187 2005 69.415 68.972 2006 63.406 56.584 2007 83.646 82.833 2008 66.990 77.755 2009 68.767 82.650 Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010 Tabel 4. menunjukkan bahwa ekspor gelondong mete tertinggi selama periode 1999-2009 terjadi pada tahun 2007 dengan volume dan nilai ekspor mencapai 83.646 ton atau US$ 82,833 juta. Setelah tahun 2007, ekspor mete cenderung menurun meskipun kembali meningkat pada tahun 2009. Dari data tersebut, secara umum peluang ekspor mete masih sangat menjanjikan bagi pasar internasional. Menurut Saragih dan Haryadi (1994), kacang mete yang diekspor biasanya dalam bentuk mentah dengan kadar air antara 4-6%. Produk ini biasanya dikemas dalam kaleng hampa udara dan diisi dengan karbondioksida. Kaleng pengemasan yang digunakan sebaiknya masih baru, bersih, kering, kedap udara, dan bocor. Selain itu kaleng juga harus bebas dari infeksi serangga dan jamur serta tidak karatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Ekspor pertama produk mete Kabupaten Wonogiri dilakukan oleh PT Gunamete Surakarta pada akhir 1970-an dengan cara ekspor tidak langsung melalui eksportir di Jakarta. Baru pada akhir 1980-an produk mete dari Kabupaten Wonogiri diekspor langsung ke luar negeri oleh eksportir Surabaya (PT Sumber Alam) yang mempunyai pabrik pengolahan di Kecamatan Jatisrono, Wonogiri, PT Balianakardia dan PT Jawa Muna di Semarang, dan perusahaan lainnya (Darsono, 2004). C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Konsumen
kacang
mete
di
Kabupaten
Wonogiri
memiliki
pertimbangan yang berbeda-beda dalam membeli kacang mete. Pertimbangan konsumen ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor-faktor inilah yang akan mempengaruhi konsumen kacang mete dalam keputusan membeli. Para pemasar dan produsen kacang mete harus mengetahui faktor-faktor yang dipertimbangkan seorang konsumen dalam melakukan pembelian kacang mete. Alasan konsumen dalam membeli suatu produk merupakan informasi yang penting bagi seorang pemasar, agar pemasar dapat menentukan keputusan pemasaran kacang mete yang tepat. Sedangkan bagi produsen, alasan suatu konsumen dalam membeli suatu produk penting untuk dipelajari agar produsen dapat menyediakan kacang mete yang sesuai keingunan konsumen. Salah satu cara untuk memahami alasan pembelian konsumen adalah dengan cara mengidentifikasi variabel dalam faktor-faktor (dalam hal ini faktor bauran pemasaran) yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam mengambil keputusan pembelian kacang mete, khususnya di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Bauran pemasaran adalah empat faktor pokok dalam pemasaran yaitu, produk, harga, promosi,
dan tempat.
Faktor-faktor
tersebut sangat
dipertimbangkan oleh konsumen dan akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses keputusan pembeliannya. Faktor bauran pemasaran diteliti karena peneliti mendapat gambaran dari penelitian terdahulu yang meneliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
faktor bauran pemasaran untuk mengetahui faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli produk. Faktor bauran pemasaran merupakan kumpulan variabel berkaitan yang akan dijelaskan faktor tersebut. Variabel-variabel tersebut dapat dikendalikan dan digunakan oleh pemasar untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar tradisional. Faktor produk terdiri dari variabel kandungan gizi, ukuran (keutuhan), warna, dan rasa. Faktor harga terdiri dari variabel harga kacang mete dan kesesuaian harga dengan mutu kacang mete, faktor harga sangat dipertimbangkan konsumen dalam membuat keputusan untuk membeli kacang mete. Faktor promosi terdiri dari variabel promosi, variabel potongan harga, dan variabel pengalaman pembelian. Faktor tempat terdiri dari variabel jarak pasar, lokasi pasar, ketersediaan (kemudahan mendapatkan), kenyamanan, pelayangan, kebersihan dan keamanan pasar yang akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli kacang mete. Hal ini perlu karena berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan konsumen untuk membeli kacang mete. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat skema kerangka pemikiran pendekatan masalah yang disajikan pada Gambar 3, sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Pedagang Kacang Mete
Proses Pengambilan Keputusan
Kacang Mete
Faktor Bauran Pengenalan Pemasaran Produk 1. Produk Karakteristik a. Kandungan gizi Pribadi b. Keutuhan Pencarian c. Warna Informasi d. Rasa 2. Harga Konsumen a. Harga Kacang Mete b. Kesesuaian Evaluasi harga Alternatif 3. Promosi Lingkungan a. Promosi budaya, sosial, b. Potongan harga ekonomi, dan c. Pengalaman politik Keputusan pembelian 4. Tempat a. Jarak pasar b. Lokasi pasar Perilaku konsumen c. Ketersediaan dalam pembelian d. Kenyamanan kacang mete e. Pelayanan Pedagang f. Kebersihan pasar g. Keamanan pasar Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah Keterangan: : Variabel yang tidak dianalisis D. Hipotesis 1.
Diduga faktor-faktor bauran pemasaran yang meliputi faktor produk, faktor harga, faktor promosi, dan faktor tempat merupakan faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
2.
Diduga variabel rasa, harga, potongan harga, dan kebersihan pasar merupakan variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.
E. Asumsi 1.
Konsumen
kacang
mete
(responden)
bersifat
rasional
dengan
mengevaluasi variabel-variabel kacang mete yang dipertimbangkan. 2.
Konsumen kacang mete (responden) bertindak dan bersikap secara rasional dalam membelanjakan uang yang dimilikinya dan mempunyai pengetahuan yang lengkap tenteng harga.
3.
Mutu kacang mete yang dibeli konsumen adalah sama, yaitu kacang mete bermutu super.
4.
Selera responden dianggap tetap selama periode penelitian.
F. Pembatasan Masalah 1.
Penelitian mengenai analisis perilaku konsumen dalam membeli kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dilakukan dengan menganalisis faktor bauran pemasaran kacang mete, yaitu faktor produk kacang mete, faktor harga kacang mete, faktor promosi penjualan kacang mete, dan faktor tempat penjualan kacang mete.
2.
Produk kacang mete yang diteliti adalah produk kacang mete matang (sudah digoreng).
3.
Penelitian ini terbatas pada konsumen yang membeli untuk dikonsumsi dan tidak dijual kembali.
G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel 1. Definisi Operasional a. Kandungan gizi (X1) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap zat gizi yang terkandung dalam kacang mete. Kandungan gizi diukur dari pendapat konsumen terhadap gizi yang terdapat pada kacang mete, yaitu sangat bagus, bagus, cukup, kurang bagus, dan tidak bagus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
b. Keutuhan (X2) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap keutuhan kacang mete dalam satu kemasan. Keutuhan diukur dari pendapat konsumen terhadap keutuhan kacang mete, yaitu sangat penting, penting, biasa, kurang penting, tidak penting. c. Warna (X3) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap warna kacang mete yang dijual di pasar. Warna diukur dari pendapat konsumen terhadap warna kacang mete, yaitu sangat penting, penting, biasa, kurang penting, tidak penting. d. Rasa (X 4) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap rasa kacang mete yang dibeli, apakah rasa kacang mete sesuai dengan selera responden yang sudah pernah mengkonsumsi kacang mete sebelumnya. Rasa diukur dari pendapat konsumen terhadap rasa kacang mete, yaitu sangat penting, penting, biasa, kurang penting, tidak penting. e. Harga (X5) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap besarnya uang yang digunakan untuk membeli kacang mete. Harga diukur dari pendapat konsumen terhadap harga kacang mete, yaitu murah, agak murah, wajar, mahal, sangat mahal. f. Kesesuaian harga (X 6) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap kesesuaian harga kacang mete dengan mutu kacang mete. Kesesuaian harga diukur dari pendapat konsumen terhadap mutu kacang mete, yaitu sangat sesuai, sesuai, cukup sesuai, kurang sesuai, tidak sesuai. g. Promosi (X7) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap bagian dari sistem pemasaran yang memberikan informasi kepada konsumen terhadap kacang mete. Promosi diukur dari pendapat konsumen terhadap promosi kacang mete, yaitu sangat menarik, menarik, cukup menarik, kurang menarik, tidak menarik. h. Potongan harga (X8) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap potongan dari besarnya uang yang harus dibayarkan untuk membeli kacang mete. Potongan harga diukur dari pendapat konsumen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
terhadap promosi kacang mete, yaitu sangat banyak, banyak, wajar, kurang banyak, tidak ada potongan harga. i. Pengalaman pembelian (X 9) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap pengalaman pembelian kacang mete dalam mempertimbangkan pembelian kacang mete. Pengalaman pembelian diukur dari pendapat konsumen terhadap pengalaman pembelian kacang mete dalam mempertimbangkan pembelian kacang mete, yaitu sangat penting, penting, cukup penting, kurang penting, tidak penting. j. Jarak pasar (X10) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap jarak yang ditempuh dari rumah atau tempat tinggal untuk mencapai pasar tradisional yang menjual kacang mete. Variabel ini diukur dengan satuan (ukuran) kilometer (km), yaitu sangat dekat (<1 km), dekat (1-2 km), sedang (3-4 km), jauh (5-6 km), sangat jauh (>6 km). k. Lokasi pasar (X11) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap lokasi (tempat) menjual kacang mete. Lokasi pasar diukur dari pendapat konsumen terhadap lokasi pasar tradisional yaitu sangat strategis, strategis, cukup strategis, kurang strategis, dan tidak strategis. l. Ketersediaan (X12) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap ketersediaan (kemudahan mendapatkan) kacang mete di pasar tradisional. Ketersediaan diukur dari pendapat konsumen terhadap ketersediaan kacang mete di pasar tradisional, yaitu sangat mudah, mudah, wajar, agak sulit, sangat sulit m. Kenyamanan pasar (X13) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap perasaan nyaman yang diperoleh selama berada di pasar tradisional. Kenyamanan pasar merupakan kenyamanan terhadap penataan produk dalam pasar tradisional yang diukur menurut pendapat konsumen terhadap kenyamanan pasar yaitu sangat nyaman, nyaman, cukup nyaman, kurang nyaman, dan tidak nyaman. n. Pelayanan (X14) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap pelayanan yang diberikan penjual kacang mete. Pelayanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
diukur dari pendapat konsumen terhadap pelayanan yang diberikan pedagang, yaitu sangat memuaskan, memuaskan, cukup memuaskan, kurang memuaskan, dan tidak memuaskan. o. Kebersihan pasar (X15) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap kebersihan tempat (pasar) yang menjual kacang mete. Kebersihan pasar diukur dari pendapat konsumen terhadap kebersihan pasar yaitu sangat bersih, bersih, cukup bersih, kurang bersih, dan tidak bersih. p. Keamanan pasar (X16) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap rasa aman yang diperoleh selama berada di pasar tradisional. Keamanan pasar diukur dari pendapat konsumen terhadap kenyamanan pasar tradisional yaitu sangat aman, aman, cukup aman, kurang aman, dan tidak aman. q. Faktor produk adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap faktor produk kacang mete (kandungan gizi, keutuhan, warna, dan rasa kacang mete) di pasar tradisional. Faktor produk diukur dari pendapat konsumen yaitu, sangat penting, penting, cukup penting, kurang penting, tidak penting. r. Faktor harga adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap faktor harga kacang mete (harga dan kesesuaian harga) di pasar tradisional. Faktor harga diukur dari pendapat konsumen yaitu, sangat penting, penting, cukup penting, kurang penting, tidak penting. s. Faktor promosi adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap faktor promosi kacang mete (promosi, potongan harga, dan pengalaman pembelian) di pasar tradisional. Faktor promosi diukur dari pendapat konsumen yaitu, sangat penting, penting, cukup penting, kurang penting, tidak penting. t. Faktor tempat adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap faktor tempat kacang mete (jarak pasar, lokasi pasar, ketersediaan, kenyamanan pasar, pelayanan pedagang, kebersihan pasar, dan keamanan pasar) di pasar tradisional. Faktor tempat diukur dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
pendapat konsumen yaitu, sangat penting, penting, cukup penting, kurang penting, tidak penting. 2. Konsep Pengukuran Variabel Konsep pengukuran variabel kualitatif dibuat dengan penyekalaan (scaling) untuk mengurangi subjektivitas responden (konsumen). Skala yang digunakan adalah skala likert yang merupakan teknik pengukuran pilihan jawaban berjenjang mulai dari intensitas paling tinggi sampai paling rendah. Ada lima pilihan jawaban pada setiap variabel, maka untuk jawaban sangat bagus diberi skor 5 sedangkan tidak bagus diberi skor 1. a. Persepsi Responden terhadap Faktor Produk Kacang Mete Tabel 5. Pengukuran Variabel Produk Indikator Tingkat pengukuran Kriteria a) Kandungan Tingkat kandungan gizi Sangat bagus gizi yang terkandung dalam Bagus kacang mete Cukup bagus Kurang bagus Tidak bagus b) Keutuhan Tingkat kepentingan Sangat penting keutuhan kacang mete Penting Biasa Kurang penting Tidak penting c) Warna Tingkat kemenarikan Sangat penting warna kacang mete Penting Biasa Kurang penting Tidak penting d) Rasa Tingkat kepentingan Sangat penting rasa kacang mete Penting Biasa Kurang penting Tidak penting
commit to user
Skor 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
b. Persepsi Responden terhadap Faktor Harga Kacang Mete Tabel 6. Pengukuran Variabel Harga Indikator Tingkat pengukuran a) Harga Tingkat pertimbangan uang yang harus digunakan untuk membeli kacang mete b) Kesesuaian harga
Kriteria Murah Agak murah Wajar Mahal Sangat mahal Tingkat kesesuain harga Sangat sesuai dengan mutu kacang mete Sesuai yang dibeli Cukup sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai
Skor 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
c. Persepsi Responden terhadap Faktor Promosi Kacang Mete Tabel 7. Pengukuran Variabel Promosi Indikator Tingkat pengukuran Kriteria a) Promosi Tingkat daya tarik promosi Sangat menarik yang dilakukan oleh Menarik pedagang kacang mete Cukup menarik Kurang menarik Tidak menarik b) Potongan Tingkat banyaknya Sangat banyak harga potongan harga yang Banyak diberrikan oleh pedagang Wajar kacang mete Kurang banyak Tidak ada c) Pengalaman Tingkat pengalaman Sangat penting pembelian pembelian untuk Penting pertimbangan pembelian Cukup penting selanjutnya Kurang penting Tidak penting
commit to user
Skor 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
d. Persepsi Responden terhadap Faktor Tempat Penjualan Kacang Mete Tabel 8. Pengukuran Variabel Tempat Indikator Tingkat pengukuran Kriteria a) Jarak pasar Tingkat jarak pasar dari Sangat dekat (<1 km) rumah responden Dekat (1-2 km) Sedang (3-4 km) Jauh (5-6 km) Sangat jauh (>6 km) b) Lokasi pasar Tingkat kestrategisan Sangat strategis lokasi (tempat) Strategis penjualan kacang mete Cukup strategis Kurang strategis Tidak strategis c) Ketersediaan Tingkat ketersediaan Sangat mudah (kemudahan Mudah mendapatkan) kacang Wajar mete di pasar Agak sulit tradisional Sangat sulit d) Kenyamanan Tingkat kenyamanan Sangat nyaman yang dirasakan Nyaman responden selama Cukup nyaman berada di pasar Kurang nyaman Tidak nyaman e) Pelayanan Tingkat kepuasan Sangat memuaskan pedagang respondent terhadap Memuaskan pelayanan yang Cukup memuaskan diberikan pedagang Kurang memuaskan Tidak memuaskan f) Kebersihan Tingkat kebersihan Sangat bersih pasar pasar Bersih Cukup bersih Kurang bersih Tidak bersih g) Keamanan Tingkat rasa aman Sangat aman pasar responden selama Aman berada di pasar Cukup aman Kurang aman Tidak aman
commit to user
Skor 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III.
METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis, karena itu metode ini sering disebut metode analisis (Surakhmad, 1994). Teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Penelitian survei adalah pengumpulan data dari individu dari suatu populasi dalam jangka waktu tertentu dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data (Singarimbun dan Effendi, 1995). B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Daerah dan Lokasi Penelitian Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga daerah penelitian yang diambil adalah Kabupaten Wonogiri. Peneliti memilih Kabupaten Wonogiri sebagai daerah penelitian dengan pertimbangan karena Kabupaten Wonogiri memiliki produksi jambu mete yang besar sehingga ketersediaan kacang mete dari Kabupaten Wonogiri banyak dan selalu terjaga. Hal ini mempengaruhi permintaan konsumen dalam membeli kacang mete yang semakin meningkat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Pasar tradisional tersebut terdapat di masing-masing Kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Peneliti memilih pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan masyarakat Kabupaten Wonogiri umumnya membeli kacang mete di pasar tradisional karena pasar modern yang terdapat di Kabupaten Wonogiri hanya menjual kacang mete pada saat menjelang hari raya Idul Fitri, sehingga konsumen tidak selalu dapat membeli kacang
commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
mete di pasar modern yang terdapat di Kabupaten Wonogiri. Pasar tradisional tersebut terdapat di masing-masing Kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Pasar tradisional yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah pasar Kota Wonogiri, pasar Kecamatan Ngadirojo, dan pasar Kecamatan Jatisrono. Ketiga pasar tradisional tersebut dipilih karena berada di lokasi yang strategis, yaitu dekat dengan jalan raya dan terminal angkutan umum atau bus. Selain itu, ketiga pasar tradisional tersebut berada di dekat sentra produksi mete yang berada di Kecamatan Jatisrono. Masyarakat Kabupaten Wonogiri lebih cenderung berbelanja di pasar tradisional daripada di pasar modern, dan kebiasaan ini sudah membudaya di Kabupaten Wonogiri. Seperti yang dikemukakan oleh Kotler (1999), bahwa budaya merupakan salah satu yang mempengaruhi perilaku konsumen. 2. Metode Penentuan Sampel Responden Sampel responden yang digunakan dalam penelitian adalah sampel konsumen kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Menurut Slamet (2001), pengambilan sampel untuk besarnya populasi yang tidak diketahui, besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: n = (Z)2
p.q (SE) 2
Dimana: n Z
= besarnya sampel yang akan ditarik = besarnya satuan standar deviasi
p dan q = proporsi sub-sub sampel SE
= standar error
Untuk menerapkan rumus di atas, confident interval ditentukan sebesar 95%, maka besarnya Z = 1,96. Bila besarnya proporsi pada subsub sampel ditentukan p : q = 0,5 : 0,5 dan SE = ± 10% maka: n = (1,96)2 = 96,4
0,5 (0,5) (10)
2
= 96 (dibulatkan)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Jumlah sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini adalah 96 responden yang tersebar di tiga wilayah lokasi pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Penyebaran kuesioner ataupun wawancara dilakukan terhadap setiap konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono yang membeli kacang mete dan berkenan untuk diwawancarai tanpa menetapkan ketentuan atau karakteristik tertentu dari konsumen tersebut. Penelitian ini menggunakan quota sampling, jumlah responden dibagi pada masingmasing pasar tradisional adalah pada pasar tradisional Kecamatan Wonogiri adalah 32 responden, pasar tradisional Kecamatan Nadirojo adalah 32 responden, dan pada pasar Kecamatan Jatisrono adalah 32 responden. Quota sampling digunakan karena jumlah populasi konsumen kacang mete tidak diketahui. Menurut Supranto (2007), quota sampling digunakan untuk memastikan bahwa kelompok dalam populasi telah terwakili dengan berbagai karakteristik sampel sampai jumlah yang telah ditentukan. Menurut Kinnear dan Taylor (2006) dalam pengambilan sampel non-probabilitas, setiap unsur dalam populasi terpilih, sama sekali tidak memiliki kesempatan yang diketahui. Sehingga peneliti tidak dapat menghitung perbedaan nilai sampel dengan nilai populasi penarikan sampel yang timbul. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Metode accidental sampling yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan yang tidak dirancang pertemuannya terlebih dahulu (Arikunto, 2006). Accidental Sampling merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti (mudah ditemui) bisa dijadikan sampel bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2005). Metode tersebut digunakan karena populasi dari responden tidak dapat diketahui jumlahnya dan tidak ada kerangka sampel yang dapat dibuat. Beberapa sampel yang dipilih diharapkan dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan yaitu responden yang dipilih adalah responden yang membeli kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari responden yang membeli kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri, data primer digunakan untuk analisis faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Data primer diperoleh melalui wawancara, kuisioner, dan observasi. Sumber data primer adalah konsumen kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri yaitu Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data jadi yang diperoleh dengan cara mengutip data laporan maupun dokumen dari instansi-instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Sumber data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Perindagkop dan UKM Kabupaten Wonogiri, serta pencarian melalui komputer secara on-line. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data keadaan umum daerah penelitian, keadaan perekonomian, keadaan penduduk dan data-data lain yang berkaitan dengan penelitian ini. D. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti, sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai keadaan daerah yang diteliti. b. Wawancara Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden (konsumen kacang mete) dengan bantuan kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
c. Pencatatan Teknik ini dilakukan dengan cara mencatat data, baik data dari responden maupun data dan publikasi yang sudah ada pada lembagalembaga atau instansi-instansi yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian. E. Metode Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Analisis
dekriptif
digunakan
karena
analisis
ini
dapat
mendeskripsikan dan menjelaskan data hasil penelitian yang telah dikumpulkan. Analisis deskriptif digunakan untuk: a. Mendeskripsikan karakteristik konsumen kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. b. Mendeskripsikan persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. c. Mendeskripsikan faktor-faktor yang dipertimbangkan dan variabelvariabel dominan yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri d. Mendeskripsikan perilaku konsumen dalam
proses pengambilan
keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. 2. Pengukuran Variabel Perilaku merupakan variabel kualitatif, maka pengukuran variabel dalam penelitian ini memerlukan penyekalaan (scaling) untuk mengurangi subyektifitas responden. Skala yang dipakai adalah skala likert. Skala likert merupakan teknik pengukuran sikap yang paling luas digunakan dalam riset pemasaran. Skala ini memungkinkan responden untuk mengekspresikan intensitas perasaan mereka. Pertanyaan yang diberikan kepada responden adalah pertanyaan tertutup. Pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah hingga paling tinggi (Simamora, 2004). Dalam penelitian ini dibuat lima pilihan jawaban, maka untuk tidak bagus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
diberi skor 1, kurang bagus diberi skor 2, cukup diberi skor 3, bagus diberi skor 4, dan sangat bagus diberi skor 5. 3. Lebar Interval Lebar interval digunakan untuk mendeskripsikan indikator dari variabel-variabel bauran pemasaran termasuk dalam kategori-kategori yang telah ditentukan. Menurut Akbar dan Usman (2003) rumus lebar interval adalah: Lebar interval = Keterangan: Jangkauan
= nilai terbesar – nilai terkecil
Nilai terbesar
= jumlah pertanyaan x skor tertinggi
Nilai terkecil
= jumlah pertanyaan x skor terendah
4. Analisis Faktor Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
dipertimbangkan
konsumen
dalam
pengambilan
keputusan
pembelian digunakan analisis faktor. Analisis faktor menganalisis interaksi antar variabel. Semua variabel berstatus sama, tidak ada variabel independen yang menjadi prediktor bagi variabel independen. Analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor-faktor dominan dalam menjelaskan suatu masalah (Simamora, 2005). Analisis faktor dapat mengidentifikasi struktur dari hubungan antar variabel atau respondenresponden dengan menguji korelasi antar variabel atau responden. Faktor bauran pemasaran dapat digambarkan sebagai kombinasi linier dari variabel yang diteliti, sebagai berikut: Fj = bj1Xs1 + bj2Xs2 + … + bjkXsk Dimana: Fj
= Skor faktor ke-j
bj
= Koefisien skor faktor bauran pemasaran kacang mete yang terbentuk
Xsk = Variabel bauran pemasaran kacang mete yang telah distandarisasi Variabel bauran pemasaran yang diamati, terdiri dari:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
a. Faktor Produk X1
: kandungan gizi kacang mete
X2
: keutuhan kacang mete
X3
: warna kacang mete
X4
: rasa kacang mete
b. Faktor Harga X5
: harga kacang mete
X6
: kesesuaian harga kacang mete
c. Faktor Promosi X7
: promosi
X8
: potongan harga
X9
: pengalaman pembelian
d. Faktor Tempat X10 : jarak pasar X11 : lokasi pasar X12 : ketersediaan kacang mete X13 : kenyamanan pasar X14 : pelayanan pedagang X15 : kebersihan pasar X16 : keamanan pasar Pengolahan data yang diperoleh dari kuisioner kemudian diolah secara komputerisasi dengan analisis faktor menggunakan program SPSS. Hair et al. (1998) dalam Oktaviastui (2011) mengemukakan tahap-tahap dalam analisis faktor sebagai berikut: a. Pengolahan matriks korelasi atas semua variabel. Pada tahap ini untuk memperoleh analisis faktor yang akurat, semua variabel harus berkorelasi. Uji statistik yang digunakan Measure of Sampling Adequacy (MSA). b. Mencari dan meringkas variabel menjadi faktor-faktor inti. Prosedur ini dilakukan agar dapat meringkas informasi yang terkandung dalam variabel-variabel asli secara tepat. Faktor ditetapkan berdasarkan nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
eigenvalue, yaitu yang bernilai di atas 1. Eigenvalue menunjukkan varians yang dijelaskan oleh faktor. Dengan ini diketahui faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pembelian. c. Melakukan rotasi untuk penyelesaian akhir. Rotasi faktor diperlukan untuk menyederhanakan
matrik
faktor
sehingga mudah
untuk
diinterpretasikan. Variabel dianggap paling penting jika memiliki loading tertinggi, sedangkan variabel lain dapat dimasukkan dalam faktor jika memiliki kriteria signifikan. Dengan cara ini diketahui variabel yang terkandung di dalam faktor variabel yang paling dipertimbangkan dalam keputusan pembelian. d. Menguji tingkat signifikan dari faktor loading dan menamai faktor. Kriteria signifikan yang ditetapkan adalah signifikasi praktis dimana loading di atas 0,5 adalah signifikan secara praktis. Loading di atas 0,5 juga menunjukkan instrument yang digunakan untuk mengukur variabel valid. Sedangkan variabel dengan loading di bawah 0,5 menunjukkan bahwa variabel hampir tidak dipertimbangkan. Variabel dengan loading tertinggi dianggap lebih penting dan memiliki kontribusi terbesar untuk menamai faktor. Penamaan faktor bisa dilakukan dengan melihat variabel-variabel yang diwakili oleh faktor. 5. Analisis Variabel yang Dominan Dipertimbangkan oleh Konsumen Untuk mengetahui variabel yang dominan dipertimbangkan oleh konsumen dalam keputusan membeli kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri adalah dengan melihat faktor loading tertinggi dari suatu variabel. Cara ini merupakan bagian dari tahapan yang dilakukan dalam analisis faktor. Menurut Simamora (2005), faktor loading menunjukkan besarnya korelasi antara suatu variabel dengan faktor, dimana semakin besar nilai faktor loading maka suatu variabel dan faktor tersebut semakin dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian. Faktor loading dibatasi antara 0,5 sampai dengan 1. Semakin mendekati satu, semakin besar peranan variabel terhadap faktor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Geografis Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang berada 32 km di sebelah selatan Kota Solo, sementara jarak ke ibukota propinsi (Kota Semarang) sejauh 133 km. Kabupaten ini terletak di antara 7°32’ - 8°15’ Lintang Selatan dan 110°41’ - 111°8’ Bujur Timur, dengan luas wilayah adalah 182.236,02 hektar. Keadaan alamnya sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping, terutama di bagian selatan, termasuk jajaran Pegunungan Seribu yang merupakan mata air dari Bengawan Solo. Secara klimatologis, Kabupaten Wonogiri beriklim tropis, mempunyai dua musim yaitu penghujan dan kemarau dengan suhu rata-rata 240-320C. Kelembaban udara rata-rata bervariasi antara 88,75% – 92%, Curah hujan tertinggi tercatat 987 mm ddengan jumlah hari hujan 24 hari pada bulan Maret. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.
2. Sebelah Timur
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo (Propinsi Jawa Timur).
3. Sebelah Selatan
: Kabupaten Pacitan (Propinsi Jawa Timur) dan Samudra Indonesia.
4. Sebelah Barat
: Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Secara administrasi, Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 25 kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan 294 desa/kelurahan, terdiri dari 251 desa dan 43 kelurahan. Kecamatan terjauh adalah Kecamatan Paranggupito, jarak dari ibukota kabupaten sejauh 68 km, sedangkan kecamatan terdekat dengan
ibukota
kabupaten
adalah
Kecamatan
Selogiri.
Kecamatan
Karangtengah adalah kecamatan yang paling tinggi lokasinya, berada pada ketinggian 600 mdpl dan paling rendah adalah Kecamatan Selogiri (106 mdpl). Kecamatan Puhpelem merupakan kecamatan tersempit dengan luas
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
wilayah 3.162 ha, sedangkan kecamatan terluas adalah Kecamatan Pracimantoro. Penggunaan tanah di wilayah Kabupaten Wonogiri berbedabeda, yaitu tanah untuk tegalan sebesar 69,607 ha (38,20%), sawah 33,734 ha (18,51%), hutan negara 16,445 (9,02%), hutan rakyat 34,01 ha (1,87%), bangunan/pekarangan 25,584 ha (14,04%), dan lainnya 33,465 ha (18,36%). B. Keadaan Penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri jumlah penduduk tahun 2010 menurut registrasi sebanyak 1.245.923 jiwa, bertambah 11.043 jiwa dari tahun sebelumnya 1.234.880 jiwa. Dari jumlah penduduk akhir tahun 2010 tersebut terdiri dari 625.901 laki-laki dan 620.022 perempuan. Dari jumlah penduduk akhir tahun 2010 yang tercatat maka tingkat kepadatan penduduk per kilometer adalah 684 jiwa. Keadaan penduduk di Kabupaten Wonogiri meliputi keadaan penduduk menurut jenis kelamin, keadaan penduduk menurut kelompok umur, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan,
dan keadaan penduduk menurut mata
pencaharian utama adalah sebagai berikut: 1. Keadaan Penduduk menurut Jenis Kelamin Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri tahun 2011, jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri menurut jenis kelamin tahun 2006-2010 adalah sebagai berikut: Tabel 9. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri menurut Jenis Kelamin Tahun 2006-2010 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 563.035 564.872 593.089 588.025 609.159 603.518 620.386 614.495 625.901 620.022
Jumlah (jiwa) 1.127.907 1.181.114 1.212.677 1.234.880 1.245.923
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 9. dapat diketahui bahwa jumlah penduduk lakilaki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Pada tahun 2010 jumlah penduduk laki-laki tercatat mencapai 625.901 jiwa sedangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
jumlah penduduk perempuan sebanyak 620.022 jiwa. Pertambahan dan penurunan jumlah penduduk dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti migrasi, kelahiran, dan kematian. Angka Sex Ratio di Kabupaten Wonogiri dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut : SR
= =
Jumlah Penduduk Laki-laki x 100 Jumlah Penduduk Perempuan
625.901 x 100 620.022
= 100,95 = 101
Angka Sex Ratio menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan di suatu wilayah pada suatu waktu. Nilai sex ratio Kabupaten Wonogiri sebesar 101%, artinya jika di Kabupaten tersebut terdapat 100 orang penduduk perempuan maka terdapat 101 penduduk laki-laki.
Hal ini akan berpengaruh pada
pengambilan keputusan dalam pembelian berbagai keperluan rumah tangga termasuk keputusan dalam pembelian kacang mete karena laki-laki juga berperan dalam memberikan pendapat dan penilaian terhadap kualitas dan fungsi produk. Selanjutnya perempuan akan mempertimbangkan dan selanjutnya menentukan keputusan pembelian suatu produk. 2. Keadaan Penduduk menurut Kelompok Umur Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri tahun 2011, jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri menurut kelompok umur tahun 2010 adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Tabel 10. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri menurut Kelompok Umur Tahun 2010 Kelompok Umur (tahun) 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ Jumlah
Jumlah (jiwa) 65.013 81.747 87.819 89.054 88.674 105.346 104.257 98.903 97.817 86.135 80.889 62.977 50.096 43.570 39.875 63.751 1.245.923
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2011 Menurut Kotler (1997), kelompok umur 10-19 tahun merupakan konsumen dengan tipe prilaku trial buying sehingga dalam melakukan konsumsi hanya bersifat mengikuti tren dan belum mempertimbangkan atribut yang melekat pada pada produk. Sedangkan kelompok umur 20-65 tahun merupakan konsumen dengan tipe perilaku selektif dalam membeli sehingga dalam melakukan konsumsi sudah mempertimbangkan berbagai atribut yang melekat pada produk yang akan dikonsumsi. Pengelompokan penduduk dalam usia produktif/penduduk yang bekerja (15-59) tahun dan usia non-produktif/penduduk yang tidak bekerja (0-14 tahun dan >59 tahun) biasanya menunjukkan perkembangan kependudukan dan dapat pula digunakan untuk menghitung besarnya Angka Beban Tanggungan (ABT) yang bisa digunakan dan dipakai sebagai indikator ekonomi suatu daerah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Angka Beban Tanggungan (ABT) = =
non produktif x 100% produktif 381.775 864.148
x 100%
= 44,18% Berdasarkan
perhitungan
di
atas
diperoleh
Angka
Beban
Tanggungan (ABT) di Kabupaten Wonogiri adalah sebesar 44,18%. Artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif di Kabupaten Wonogiri harus menanggung atau memberi penghidupan kepada 44 orang penduduk usia non produktif. Menurut Anonime (2012), kategori angka beban tanggungan adalah sebagai berikut: a. Angka beban tanggungan tinggi: b. Angka beban tanggungan sedang: 51 – 69 c. Angka beban tanggungan rendah: Angka ketergantungan sebesar 44,18 ini dapat dikategorikan dalam ketergantungan rendah. Hal ini dimungkinkan karena di Kabuparen Wonogiri lapangan pekerjaan tersedia yang relatif cukup banyak menyerap tenaga kerja. Jika angka beban tanggungan semakin tinggi maka akan semakin besar pendapatan penduduk produktif yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang tidak produktif. 3. Keadaan Penduduk menurut Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seorang konsumen dan selanjutnya pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya. Pendapatan dan pendidikan tersebut kemudian akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi seseorang. Keadaan penduduk Kabupaten Wonogiri menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 11.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Tabel 11. Banyaknya Penduduk Kabupaten Wonogiri menurut Tingkat Pendidikan tahun 2010 No. 1 2 3 4 5 6
Jumlah (jiwa) 86.042 169.760 458.193 193.096 158.605 32.747 1.099.163
Tingkat Pendidikan Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak/Belum Tamat SD Tamat SD/MI Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Perguruan Tinggi Jumlah
Presentase (%) 7,83 15,44 41,75 17,57 14,43 2,98 100
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri Tahun 2011 Tingkat pendidikan di Kabupaten Wonogiri terbagi dalam 6 tingkatan. Tabel 11. menunjukkan jenjang pendidikan di Kabupaten Wonogiri.
Sebagian
besar
penduduk
di
Kabupaten
Wonogiri
berpendidikan tamat Sekolah Dasar (SD)/sederajat, yaitu sebesar 458.913 jiwa atau 41,75% dari jumlah seluruh penduduk di Kabupaten Wonogiri. Penduduk yang menamatkan pendidikan SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi di Kabupaten Wonogiri adalah sebesar 384.448 jiwa atau 34,98%. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di Kabupaten Wonogiri sudah menyelesaikan wajib belajar 9 tahun yang diprogramkan pemerintah. Sehingga, dapat dikatakan tingkat pendidikan di Kabupaten Wonogiri cukup baik karena penduduk telah mendapatkan pendidikan. Menurut Sumarwan (2003), tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berfikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Tingkat pendidikan yang berbeda akan menyebabkan selera konsumen berbeda sehingga pemasar harus memahami kebutuhan konsumen dengan tingkat pendidikan yang berbeda dan menciptakan produk yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut. 4. Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian Tahun 2010 Keadaan
penduduk
menurut
mata
pencaharian
dapat
menggambarkan kesejahteraan penduduk suatu daerah. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 13.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Tabel 12. Besarnya Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tingkat Pendidikan Petani Buruh Tani Pengusaha Kecil Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Angkutan PNS/TNI/Polri Lainnya Jumlah
Jumlah 238.113 103.534 21.001 41.849 57.299 48.563 18.174 20.666 130.449 679.648
Presentase 35,04 15,23 3,09 6,16 8,43 7,15 2,67 3.04 19,19 100
Sumber: Kecamatan Dalam Angka Tahun 2011 Penduduk Kabupaten Wonogiri paling banyak bekerja sebagai petani sebanyak 238.113 jiwa. Hal ini dikarenakan di Kabupaten Wonogiri terdapat banyak lahan pertanian dan menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian daerah Kabupaten Wonogiri. Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh konsumen akan mempengaruh pendapatan yang diterimanya. Pekerjaan dan pendapatan yang diterima tersebut akan mempengaruhi proses keputusan dan daya beli dari seorang konsumen. Konsumen wanita merupakan konsumen yang dalam beberapa dekade terakhir ini mulai diperhitungkan oleh pemasar sebagai pasar sasaran untuk beriklan. Wanita dianggap sebagai pasar yang memerlukan cara pendekatan tersendiri dan memiliki tuntutan lebih untuk dapat diyakinkan. Wanita khususnya ibu rumah tangga dan ibu bekerja selain mengendalikan anggaran belanja keluarga ternyata juga membawa pengaruh pada lingkungan sekitarnya, khususnya keluarga dari masingmasing suami dan istri, keluarga dekat, maupun keluarga di sekitarnya. Wanita dalam hal ini memberikan pengaruh yang sangat besar dalam membentuk keputusan pihak keluarganya maupun di luar keluarga (Kaihatu, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
C. Keadaan Perekonomian Jumlah sarana perekonomian yang ada di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Sarana Perekonomian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 No. 1. 2. 3. 4.
Jenis Sarana KUD (Koperasi Unit Desa) Bank Umum BPR (Bank Perkreditan Rakyat) Pasar a. Umum b. Desa c. Hewan
Jumlah 25 12 13 28 68 9
Sumber : Kabupaten Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011 Sarana perekonomian yang tersedia, berhubungan dengan kemudahan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Berdasarkan Tabel 13. dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang paling banyak terdapat di Kabupaten Wonogiri adalah pasar. Di Kabupaten Wonogiri terdapat 28 pasar umum, 68 pasar desa dan 9 pasar hewan. Pasar merupakan salah satu sarana perekonomian yang paling penting karena keberadaan pasar-pasar ini akan menunjang perekonomian Kabupaten Wonogiri, serta dapat memudahkan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Koperasi Unit Desa (KUD) berperan dalam menyediakan saprodi maupun kebutuhan lain terutama yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Selain itu, KUD juga berperan sebagai tempat jual beli hasil pertanian bagi petani di daerah setempat. KUD di Kabupaten Wonogiri sampai saat ini berjumlah 25 unit. Sarana perekonomian lain yang tidak kalah penting adalah lembaga perkreditan, dalam hal ini bank. Bank yang dimaksud adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan, memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat. Kurangnya modal bagi masyarakat sering menjadi kendala dalam usahanya. Oleh karena itu, dengan tersedianya bank di wilayah kabupaten dan kecamatan, akan sangat membantu terutama sebagai penyedia kredit bagi masyarakat. Jumlah pedagang di pasar tradisional di masing-masing kecamatan di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 14.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Tabel 14. Jumlah Pedagang dalam Pasar Umum (Pasar Tradisional) di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 No. Nama Pasar Kecamatan Jumlah Pedagang 1. Wonogiri Wonogiri 295 2. Sidorejo Wonogiri 16 3. Wonokarto Wonogiri 16 4. Selogiri Selogiri 50 5. Krisak Selogiri 34 6. Ngadirojo Ngadirojo 146 7. Nguntoronadi Nguntoronadi 27 8. Wuryantoro Wuryantoro 77 9. Manyaran Manyaran 72 10. Eromoko Eromoko 80 11. Pracimantoro Pracimantoro 167 12. Baturetno Baturetno 200 13. Batuwarno Batuwarno 13 14. Tirtomoyo Tirtomoyo 88 15. TNB Tirtomoyo Tirtomoyo 27 16. Giriwoyo Giriwoyo 27 17. Giritontro Giritontro 13 18. Giribelah Giritontro 25 19. Jatisrono Jatisrono 196 20. Jatiroto Jatiroto 46 21. Girimarto Girimarto 77 22. Sidoharjo Sidoharjo 180 23. Purwantoro Purwantoro 182 24. Slogohimo Slogohimo 212 25. Bulukerto Bulukerto 32 26. Kismantoro Kismantoro 16 27. Puhpelem Puhpelem 37 28. Jatipurno Jatipurno 15 Sumber: Dinas Perindagkop dan UKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2011 Tabel 14. menujukkan banyaknya pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri, pasar tradisional tersebut terdapat di setiap kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Pasar tradisional merupakan tempat yang sangat berpengaruh bagi perekonomian daerah karena setiap harinya penduduk melakukan transaksi jual–beli untuk memenuhi kebutuhannya di pasar tradisional tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden Kacang Mete Pengetahuan mengenai karakteristik responden diperlukan oleh seorang pemasar agar dapat mengetahui konsumen yang menjadi sasaran dalam penjualak produknya sehingga dapat memposisikan produk dengan tepat. Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian meliputi jenis kelamin, umur responden, jumlah anggota keluarga responden, tingkat pendidikan responden, pekerjaan responden, dan pendapatan responden. 1. Karakteristik Responden Kacang Mete menurut Jenis Kelamin Sampel pada penelitian ini berjumlah 96 responden, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan proporsi seperti pada Tabel 15. Tabel 15. Karakteristik Responden Kacang Mete menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Responden Presentase (%) Laki-laki 22 21,87 Perempuan 74 78,13 Jumlah 96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 15. menunjukkan bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki. Hal ini terjadi karena pada umumnya perempuan merupakan pengambil keputusan dalam pembelian kebutuhan pangan dan bertugas dalam melakukan kegiatan belanja. Menurut Engel et. al. (1994), keputusan pembelian produk makanan lebih didominasi oleh perempuan, karena pada umumnya perempuan yang bertanggung jawab dalam penyediaan konsumsi rumah tangga. Sehingga dapat dikatakan bahwa peran perempuan dalam pengambilan keputusan pembelian sangat besar. Saat penelitian, banyak ditemui responden perempuan yang bekerja dan juga menjadi ibu rumah tangga melakukan pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. 2. Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur Kelompok umur dari responden sangat penting dalam pemasaran. Menurut Kotler (1999), salah satu faktor pribadi, yaitu umur akan
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Jumlah responden kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut kelompok umur responden dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur Responden Presentase Kelompok Umur (orang) (%) < 45 tahun (lajang/bujang tanpa anak) 9 9,38 < 45 tahun (pasangan muda tanpa anak) 2 2,08 < 45 tahun (orang tua muda) 28 29,17 45 – 64 tahun (keluarga paruh baya 55 57,29 dengan anak) 45 – 64 tahun (rumah tangga separuh baya 1 1,04 tanpa anak) 1 1,04 Jumlah 96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Umur konsumen kacang mete yang menjadi responden dalam penelitian adalah berkisar antara umur 21-65 tahun. Tabel 16. menunjukkan bahwa umur responden yang paling banyak adalah kelompok umur keluarga paruh baya, yaitu responden berumur 45-64 tahun dan masih memiliki anak di rumah yaitu sebanyak 55 responden (57,29%). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden adalah responden yang sudah dewasa yang cenderung berpikir rasional dalam keputusan pembelian kacang mete. Responden dalam kelompok umur tersebut sudah memiliki pertimbangan tertentu dalam mengambil keputusan pembelian. Kelompok umur lajang dan orang tua muda memiliki pertimbangan pembelian yang dipengaruhi kebutuhan yang lebih beragam. Kelompok umur rumah tangga separuh baya tanpa anak dan rumah tangga tua yang (usia pensiun), memiliki kebutuhan akan kesehatan semakin meningkat sehingga pada kelompok umur ini responden
akan
mempertimbangkan
faktor
kesehatan
dalam
mengkonsumsi kacang mete. Menurut Susanto (1999), dalam kepala rumah tangga berusia lebih tua, sudah pensiun, dan tidak ada anak yang tinggal bersama di rumah akan terjadi penurunan dalam penghasilan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
berusaha mempertahankan rumah. Pengeluaran lebih berorientasi pada peralatan kesehatan, produk perawatan yang mendukung kesehatan, tidur, dan pencernaan. 3. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian kacang mete. Anggota keluarga konsumen dapat memberikan
pengaruh terhadap proses
keputusan pembelian konsumen. Karakteristik responden menurut jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Anggota Keluarga Responden (orang) Presentase (%) 58 60,42 5 – 7 orang (keluarga sedang) 37 38,54 > 7 orang (keluarga besar) 1 1,04 Jumlah 96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Menurut BKKBN dalam Ernawati (2009), jumlah anggota keluarga dapat dikelompokkan menjadi keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga kurang dari atau sama dengan 4 orang, keluarga sedang dengan jumlah anggota keluarga 5-7 orang, dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga lebih dari 7 orang. Tabel 17. menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen kacang mete merupakan keluarga kecil yang mempunyai anggota keluarga berjumlah kurang dari sampai dengan 4 orang yaitu sebanyak 58 responden (60,42%). Menurut Kotler (1999), anggota keluarga akan mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan pembelian antara lain sebagai inisiator, pemberi pengaruh, penyaring informasi, pengambil keputusan, pembeli dan pengguna. Dalam penelitian ini semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga konsumsi kacang mete dalam keluarga sedang dan keluarga besar semakin sedikit. 4. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimiliki responden dapat menentukan seseorang
dalam
menerima
pengetahuan
commit to user
dan
informasi
serta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir dan persepsinya terhadap suatu masalah. Jumlah responden di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Responden (orang) Presentase (%) Pendidikan rendah 8 8,33 (SD dan SMP) Pendidikan sedang 41 42,71 (SMA) Pendidikan tinggi 47 48,96 (D1-D3,S1, dan S2) Jumlah 96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 18. menunjukkan bahwa responden memiliki latar belakang pendidikan yang beragam. Tingkat pendidikan responden terbanyak adalah jenjang pendidikan tinggi (D1-D3,S1, dan S2) sebanyak 47 responden (48,96%). Semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang, maka semakin luas pula pengetahuan dan informasi yang dimilikinya. Pendidikan dan pengetahuan
responden
akan
mempermudah
dalam
mendapatkan
informasi tentang kacang mete yang ada di pasaran. Informasi tersebut dapat diperoleh dari teman, media masa, maupun media sosial. Responden yang biasa melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional akan mengetahui informasi yang berkaitan dengan kacang mete yang dijual di pasar. Menurut Sumarwan (2003), konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsive terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek. Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. 5. Karakteristik Responden menurut Pekerjaan Jenis pekerjaan responden dapat mempengaruhi perilaku pembelian produk karena memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Jumlah responden kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut jenis pekerjaannya dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Karakteristik Responden menurut Pekerjaan Jenis Pekerjaan Responden (orang) Formal 1. Karyawan Swasta 25 2. PNS 26 3. Pensiunan PNS 3 Informal 1. Petani 2 2. Wiraswasta 11 Tidak bekerja 1. Ibu rumah tangga 28 2. Pelajar/Mahasiswa 1 Jumlah 96
Presentase (%) 26,04 27,08 3,13 2,08 11,46 29,17 1,04 100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 19. menunjukkan bahwa responden yang memiliki pekerjaan formal sebanyak 54 responden (karyawan swasta, PNS, dan pensiunan PNS), responden yang memiliki pekerjaan informal adalah sebanyak 13 responden (petani, dan wiraswasta), dan responden yang tidak bekerja sebanyak 29 responden (pelajar/mahasiswa dan ibu rumah tangga). Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
pekerjaan formal dan tergolong mapan karena telah memiliki pendapatan yang tetap.
Sedangkan responden yang paling banyak adalah ibu rumah
tangga sebanyak 28 responden (29,17%), yang kegiatan setiap harinya adalah mengurus rumah tangga. Selain berpengaruh pada pendapatan yang diterima, jenis pekerjaan responden juga mempengaruhi cara pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Ibu rumah tangga memiliki waktu yang cukup banyak untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan melakukan pembelian barang konsumsi keluarga, sehingga lebih cermat dalam mempertimbangkan produk yang akan dibeli, dalam hal ini adalah pembelian kacang mete. Menurut J.K. Hart dalam Effendi dan Manning (1985), kesempatan memperoleh penghasilan (pekerjaan) seseorang dapat dibedakan menjadi: a. Kesempatan
memperoleh
penghasilan
formal,
yaitu
pekerjaan
responden yang mendapatkan penghasilan dari: 1) Gaji dari negara 2) Gaji dari sektor swasta 3) Tunjangan-tunjangan pensiun b. Kesempatan memperoleh penghasilan informal, yaitu pekerjaan responden yang mendapatkan penghasilan dari: 1) Kegiatan-kegiatan
primerr
dan
sekunder,
yaitu
pertanian,
perkebunan yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengannya, pengrajin usaha sendiri, pembuat sepatu, penjahit, pengusaha bird an alkohol. 2) Usaha tersier dengan modal relatif besar, yaitu perumahan, transportasi, usaha-usaha untuk kepentingan umum, spekulasi barang-barang dagang, kegiatan sewa menyewa. 3) Distribusi kecil-kecilan, yaitu pedagang pasar, pedagang kelontong, pedagang kaki lima, pengusaha makanan jadi, pengangkut barang, dan penyalur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
4) Jasa yang lain, yaitu pemusik (pengamen), pengusaha binatu, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang sampah, makelar dan perantara. 5) Transaksi pribadi, yaitu pinjam-meminjam, pengemis. 6. Karakteristik Responden menurut Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan memiliki peranan penting dalam rumah tangga karena pendapatan akan mempengaruhi proses keputusan dalam konsumsi rumah tangga. Besarnya jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli konsumen. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga dalam satu bulan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Karakteristik Responden menurut Pendapatan Rumah Tangga dalam Satu Bulan Pendapatan per Bulan (Rp) Responden (orang) Presentase (%) 1.250.000 – 2.800.000 35 36,46 2.800.001 – 4.350.000 47 48,96 4.350.001 – 5.900.000 8 8,33 5.900.001 – 7.450.000 5 5,21 7.450.001 – 9.000.000 1 1,04 Jumlah 96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Pendapatan yang diukur dari seorang konsumen biasanya bukan hanya pendapatan yang diterima seorang individu, tetapi diukur dari semua pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga konsumen. Sesuai dengan Sumarwan (2003), daya beli sebuah rumah tangga bukan hanya ditentukan oleh pendapatan dari satu orang (misalnya ayah saja), tetapi dari seluruh anggota rumah tangga yang bekerja. Tabel 20. menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada tingkat pendapatan rumah tangga Rp 2.800.001 – 4.350.000 yaitu 47 responden (48,96%). Pendapatan rumah tangga Rp 2.800.001 – 4.350.000 sudah termasuk cukup di Kabupaten Wonogiri karena kacang mete bukan merupakan barang kebutuhan pokok dan tidak dikonsumsi sehari-hari, maka responden dengan tingkat pendapatan tersebut dalam membeli mete untuk acara tertentu tidak menjadi masalah bagi responden. Pendapatan rumah tangga merupakan jumlah seluruh pendapatan anggota keluarga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
yang bekerja. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa responden di Pasar tradisional Kabupaten Wonogiri terdiri dari berbagai kalangan ekonomi yang dapat dilihat dari tingkat pendapatannya, baik masyarakat dengan keadaan ekonomi rendah sampai masyarakat ekonomi tinggi. Perilaku konsumen tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendapatan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor budaya dan faktor lingkungan sosial tempat tinggal konsumen. Masyarakat yang melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional juga disebabkan oleh masih sedikitnya pasar modern di Kabupaten Wonogiri dan di pasar modern kacang mete hanya dijual pada saat tertentu seperti saat menjelang Hari Raya Idul Fitri. B. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Bauran Pemasaran Kacang Mete Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasi setiap input yang dapat ditangkap oleh indera (seperti produk, kemasan, merek, iklan, harga, dan lain-lain) ke dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh (Simamora, 2004). Persepsi konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dianalisis dengan menggunakan rumus lebar interval. Lebar interval digunakan untuk mendeskripsikan indikator dari variabel-variabel bauran pemasaran termasuk dalam kategori-kategori yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini data yang digunakan berasal dari pendapat responden mengenai variabel-variabel produk kacang mete. Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri, yang diteliti meliputi faktor produk terdiri dari variabel kandungan gizi (X1); keutuhan (X2); warna (X3); dan rasa kacang mete (X4), faktor harga terdiri dari variabel harga (X5) dan kesesuaian harga dengan mutu kacang mete (X6), faktor promosi terdiri dari variabel promosi (X7); potongan harga (X8); dan pengalaman pembelian (X9), faktor tempat terdiri dari variabel jarak pasar (X10); lokasi pasar (X11);
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
ketersediaan (X12); kenyamanan pasar (X13); pelayanan (X14); kebersihan pasar (X15); dan keamanan pasar (X16). 1. Faktor Produk Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor produk kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Produk Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri Faktor inti Faktor Produk
Indikator Kandungan Gizi (X1)
Keutuhan (X2)
Warna (X3)
Rasa (X4)
Total Indikator
Krteria
Kelas
Tidak bagus Kurang bagus Cukup bagus Bagus Sangat bagus Tidak penting Kurang penting Biasa Penting Sangat penting Tidak penting Kurang penting Biasa Penting Sangat penting Tidak penting Kurang penting Biasa Penting Sangat penting Tidak penting Kurang penting Cukup penting Penting Sangat penting
1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 4,00 - 7,20 7,21 - 10,41 10,42 - 13,62 13,63 -16,83 16,84 - 20,04
Responden (orang) 0 11 45 37 3 0 0 13 53 30 0 0 17 60 19 0 0 2 44 50 0 0 7 50 39
Presentase (%) 0 11,46 46,88 38,54 3,13 0 0 13,54 55,21 31,25 0 0 17,71 62,50 19,79 0 0 2,08 45,83 52,08 0 0 7,29 52,08 40,63
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 21. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap kandungan gizi kacang mete adalah cukup
bagus
(46,88%).
Kacang
mete
merupakan
kacang
yang
mengandung protein dan lemak yang diperlukan oleh tubuh. Keutuhan kacang mete adalah penting (55,21%). Keutuhan kacang mete merupakan bentuk fisik dari kacang mete yang menarik bagi konsumen, sehingga konsumen memilih kacang mete yang utuh. Warna kacang mete adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
penting (62,50%). Menurut konsumen, warna kacang mete dapat mencerminkan rasa kacang mete. Warna kacang mete biasanya sesuai dengan proses penggolahan (penggorengan) dan kematangannya. Rasa kacang mete adalah sangat penting (52,08%). Konsumen membeli kacang mete karena rasanya yang enak dan gurih. Faktor produk merupakan faktor yang penting bagi konsumen kacang mete (52,08%). 2. Faktor Harga Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor harga kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Harga Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri Faktor inti Faktor Harga
Indikator Harga (X5)
Kesesuaian harga (X6)
Total Indikator
Krteria
Kelas
Sangat mahal Mahal Wajar Agak murah Murah Tidak sesuai Kurang sesuai Cukup sesuai Sesuai Sangat sesuai Tidak penting Kurang penting Cukup penting Penting Sangat penting
1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 2 ,00- 3,60 3,61 - 5,21 5,22 - 6,82 6,83 - 8,43 8,44 - 10,04
Responden (orang) 0 2 46 47 1 0 16 65 12 3 0 12 31 51 2
Presentase (%) 0 2,08 47,92 48,96 1,04 0 16,67 67,71 12,50 3,13 0 12,50 32,29 53,13 2,08
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 22. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap harga adalah agak murah (48,96%). Kabupaten Wonogiri merupakan penghasil kacang mete sehingga harga kacang mete yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri agak murah. Kesesuaian harga adalah cukup sesuai (67,71%). Harga kacang mete cukup sesuai dengan kacang mete yang dibeli, dengan harga yang lebih mahal para konsumen mendapatkan kacang mete yang lebih bagus daripada harga kacang mete yang lebih murah. Faktor harga merupakan faktor yang penting bagi konsumen (53,13%).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
3. Faktor Promosi Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor promosi kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Promosi Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri Faktor inti Faktor Promosi
Indikator Promosi (X7)
Potongan harga (X8)
Pengalaman pembelian (X9)
Total Indikator
Krteria Tidak menarik Kurang menarik Cukup menarik Menarik Sangat menarik Tidak ada Kurang banyak Wajar Banyak Sangat banyak Tidak penting Kurang penting Cukup penting Penting Sangat penting Tidak penting Kurang penting Cukup penting Penting Sangat penting
Kelas 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 3,00 - 5,40 5,41 - 7,81 7,82 - 10,22 10,23 - 12,63 12,64 - 15,04
Responden (orang) 0 1 48 42 5 27 4 58 6 1 0 0 17 54 25 0 6 49 39 2
Presentase (%) 0 1,04 50,00 43,75 5,21 28,13 4,17 60,42 6,25 1,04 0 0 17,71 56,25 26,04 0 6,25 51,04 40,63 2,08
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 23. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap promosi adalah cukup menarik (50,00%). Promosi dari mulut ke mulut sering terjadi di antara konsumen. Konsumen mendapatkan informasi tentang kacang mete dari saudara dan teman. Label pada kemasan kacang mete member informasi mengenai pedagang dan informasi produk kacang mete yang di beli. Potongan harga adalah wajar (60,42%). Konsumen yang membeli kacang mete dalam jumlah yang cukup banyak akan mendapatkan potongan harga dari pedagang. Pengalaman pembelian adalah penting (56,25%). Dalam pembelian kacang mete, apabila konsumen mendapatkan pengalaman tidak baik misalnya, dalam satu kemasan kacang mete yang dibeli banyak yang pecah-pecah dan banyak kacang mete yang dilem maka konsumen akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
mempertimbangkan untuk membeli di pedagang lain. Faktor promosi merupakan faktor yang cukup penting bagi konsumen (51,04%). 4. Faktor Tempat Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor tempat kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Tempat Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri Faktor inti Faktor Tempat
Indikator Jarak pasar (X10)
Lokasi pasar (X11)
Ketersediaan (X12)
Kenyamanaan pasar (X13)
Pelayanan (X14)
Kebersihan pasar (X15)
Keamanan pasar (X16)
Total Indikator
Krteria Sangat jauh (>6 km) Jauh (5-6 km) Sedang (3-4 km) Dekat (1-2 km) Sangat dekat (<1 km) Tidak strategis Kurang strategis Cukup strategis Strategis Sangat strategis Sangat sulit Agak sulit Wajar Mudah Sangat mudah Tidak nyaman Kurang nyaman Cukup nyaman Nyaman Sangat nyaman Tidak memuaskan Kurang memuaskan Cukup memuaskan Memuaskan Sangat memuaskan Tidak bersih Kurang bersih Cukup bersih Bersih Sangat bersih Tidak aman Kurang aman Cukup aman Aman Sangat aman Tidak penting Kurang penting Cukup penting Penting Sangat penting
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
commit to user
Kelas 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 7,00 - 12,60 12,61 - 18,21 18,22 - 23,82 23,83 - 29,43 29,44 - 35,04
Responden (orang) 12 5 31 41 7 0 0 18 63 15 0 1 17 69 9 0 0 60 34 2 0 7 56 29 4 0 9 64 22 1 0 2 47 45 2 0 0 30 64 2
Presentase (%) 12,50 5,21 32,29 42,71 7,29 0 0 18,75 65,63 15,63 0 1,04 17,71 71,88 9,38 0 0 62,50 35,42 2,08 0 7,29 58,33 30,21 4,17 0 9,38 66,67 22,92 1,04 0 2,08 48,96 46,88 2,08 0 0 31,25 66,67 2,08
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Berdasarkan Tabel 24. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap jarak pasar adalah dekat (42,71%). Pasar tradisional pada umumnya terdapat di dekat rumah. Lokasi pasar adalah strategis (65,63%). Pasar tradisional strategis karena dekat dengan jalan raya dan terminal angkutan umum sehingga konsumen mudah untuk mencapainya. Ketersediaan kacang mete di pasar tradisional adalah mudah (71,88%). Kabupaten Wonogiri merupakan penghasil kacang mete maka pasar tradisional dekat dengan tempat industri sehingga ketersediaan kacang mete cukup terjaga. Kenyamanan pasar adalah cukup nyaman (62,50%). Penataan barang (produk) di dalam pasar yang teratur membuat rasa nyaman bagi konsumen, selain itu tidak banyaknya pengamen membuat konsumen tidak terganggu dalam melakukan kegiatan belanja. Pelayangan pedagang adalah cukup memuaskan (58,33%). Pedagang pada umumnya ramah dan mau memberikan informasi yang diperlukan konsumen. Kebersihan pasar adalah cukup bersih (66,67%). Petugas kebersihan pasar membersihkan pasar secara rutin dan pedagang selalu menjaga kebersihan pasar. Keamanan pasar adalah cukup aman (48,96%). Pada setiap pasar tradisional terdapat petugas keamanan dan pasar tradisional dekat dengan pos polisi yang menjaga keamanan pasar tradisional dan lingkungan di sekitarnya. Faktor tempat merupakan faktor yang penting bagi konsumen (66,67%). C. Faktor-faktor yang Dipertimbangkan dan Variabel yang Dominan Dipertimbangkan Konsumen Perilaku konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dianalisis menggunaka metode analisis faktor. Menurut Rochaety et. al (2007), analisis faktor merupakan sebuah analisis yang mencari
hubungan
interdependensi
antarvariabel,
sehingga
mampu
mengidentifikasi dimensi-dimensi atau faktor-faktor yang menyusunnya. Oleh karena itu, dalam analisis faktor tidak terdapat variabel bebas maupun variabel terikat. Manfaat dari analisis faktor adalah melakukan peringkasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
variabel berdasarkan tingkat keeratan hubungan antar variabel, sehingga akan diperoleh faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap variabel lainnya. Dalam penelitian ini data yang digunakan dalam analisis faktor berasal dari pendapat responden mengenai atribut-atribut produk kacang mete. Analisis faktor digunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel-variabel yang terangkum dalam faktor bauran pemasaran yang dipertimbangkan dalam mengambil keputusan pembelian kacang mete. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan analisis faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete pada pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Faktor bauran pemasaran yang diteliti adalah produk, harga, promosi, dan tempat. Faktor produk yang diteliti terdiri dari variabel kandungan gizi (X1), keutuhan (X2), warna (X3) dan rasa kacang mete (X4). Faktor harga yang diteliti terdiri dari variabel harga (X5) dan kesesuaian harga dengan mutu kacang mete (X6). Faktor promosi yang diteliti terdiri dari variabel promosi (X7), potongan harga (X8), dan pengalaman pembelian (X9). Faktor tempat yang diteliti terdiri dari variabel jarak pasar (X10), lokasi pasar (X11), ketersediaan (X12), kenyamanan pasar (X13), pelayanan (X14), kebersihan pasar (X15), dan keamanan pasar (X16). Enambelas variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian kacang mete tersebut dianalisis menggunakan analisis faktor dengan bantuan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17. Layak tidaknya analisis faktor untuk dilakukan analisis lebih lanjut dapat diketahui dengan mengunakan uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO), Bartlett Test of Sprericity, dan Measure of Sampling Adequacy. Analisis faktor dapat dilakukan dengan persyaratan pokok yang harus dipenuhi yaitu nilai indeks KMO tinggi, yaitu berkisar antara 0,5 sampai 1 (Simamora, 2005). Besarnya nilai KMO dapat dilihat pada Tabel 25.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Tabel 25. KMO (Kaiser Meyer Olkin) Measures of Sampling Adequacy and Bartlett’s Test Uji KMO dan Bartlett KMO Measure of Sampling Adequacy Bartlett’s Test of Sphericity - Approx. Chi-Square - Derajat Kebebasan (Df) - Signifikansi (Sig)
Hasil Penelitian 0,625 156,193 78,000 0,000
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012 Menurut Simamora (2005), KMO uji yang nilainya berkisar anara 0 sampai 1 mempertanyakan kelayakan analisis faktor. Apabila nilai KMO tinggi (berkisar antara 0,5 sampai 1), maka analisis faktor layak dilakukan. Sebaliknya, kalau nilai KMO dibawah 0,5 analisis faktor tidak layak dilakukan. Ketentuan tersebut berdasarkan pada: 1. Jika probabilitas (sig) kurang dari 0,05, maka variabel dapat dianalisis lebih lanjut 2. Jika probabilitas (sig) lebih dari 0,05, maka variabel tidak dapat dianalisis lebih lanjut. Berdasarkan hasil analisis dengan SPSS 17, diperoleh nilai KMO Measure of Sampling Adequacy sebesar 0,625 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai 0,625 berada di atas 0,5 dan signifikansi 0,00 lebih kecil dari 0,05, maka variabel dan data dapat dianalisis lebih lanjut. Besarnya Measures of Sampling Adequacy (MSA) merupakan uji statistik yang digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel dapat dilihat pada tabel anti images correlation matrices pada SPSS. Besarnya MSA masing-masing variabel dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 26.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Tabel 26. Hasil Pengujian Analisis Faktor 1 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Variabel-variabel Kandungan gizi Keutuhan Warna Rasa Harga Kesesuaian harga Promosi Potongan harga Pengalaman pembelian Jarak pasar Lokasi pasar Ketersediaan kacang mete Kenyamanan pasar Pelayanan pasar Kebersihan pasar Keamanan Pasar
MSA 0,518 0,444 0,586 0,488 0,469 0,601 0,601 0,413 0,543 0,382 0,331 0,614 0,586 0,471 0,606 0,582
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Menurut Anonim d (2011), besarnya angka MSA adalah antara 0 sampai 1, jika digunakan dalam menentukan penggabungan variabel ketentuannya sebagai berikut: 1. Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan. 2. Jika MSA
dapat diprediksi dan dapat
dianalisis lebih lanjut. 3. Jika MSA < 0,5, maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut sehingga variabel tersebut harus dikeluarkan. Tabel 26. menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai MSA lebih dari 0,5 adalah variabel kandungan gizi, warna, kesesuaian harga, promosi, pengalaman
pembelian,
ketersediaan,
kenyamanan,
kebersihan,
dan
keamanan pasar sehingga variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut. Sedangkan variabel keutuhan, rasa, harga, potongan harga, jarak pasar, lokasi pasar, dan pelayanan pasar mempunyai MSA kurang dari 0,5, maka variabel tersebut dikeluarkan dan perlu dilakukan proses pengujian ulang. Menurut Anonimd (2011), apabila terdapat lebih dari 1 variabel yang memiliki MSA di bawah 0,5, maka yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil, dan proses penilaian tetap harus dilakukan pengulangan. Dengan demikian variabel yang harus dikeluarkan adalah lokasi pasar, sehingga variabel lokasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
pasar tidak menjadi variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Lokasi pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri pada umumnya berada di lokasi yang strategis, yaitu di tepi jalan raya dan dekat atau bersebelahan dengan terminal angkutan umum. Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono tersebut menyediakan produk yang bervariasi dan lengkap, kemudahan dalam mendapatkan produk yang diinginkan, dan memberikan kepuasan saat berbelanja. Pengulanan proses pengujian dilakukan tanpa memasukkan variabel lokasi pasar, sehingga nilai MSA dari hasil pengujian yang ke-2 dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Hasil Pengujian Analisis Faktor 2 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Variabel-variabel Kandungan gizi Keutuhan Warna Rasa Harga Kesesuaian harga Promosi Potongan harga Pengalaman pembelian Jarak pasar Ketersediaan kacang mete Kenyamanan pasar Pelayanan pasar Kebersihan pasar Keamanan Pasar
MSA 0,485 0,471 0,614 0,484 0,492 0,635 0,646 0,413 0,561 0,384 0,657 0,629 0,466 0,639 0,633
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 27. menunjukkan bahwa dari hasil pengujian analisis faktor yang ke-2 masih terdapat variabel yang mempunyai MSA kurang dari 0,5 yaitu variabel keutuhan, rasa, harga, potongan harga, jarak pasar, dan pelayanan pasar. Variabel yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil yaitu variabel jarak pasar. Sehingga, variabel jarak pasar tidak menjadi variabel yang dipertimbangkan konsumen. Konsumen yang berbelanja di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono diketahui berasal dari berbagai wilayah Kabupaten
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Wonogiri yang dapat dilihat dari jarak pasar dengan tempat tinggal konsumen. Pengulanan proses pengujian dilakukan tanpa memasukkan variabel jarak pasar, sehingga nilai MSA dari hasil pengujian yang ke-3 dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Hasil Pengujian Analisis Faktor 3 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Variabel-variabel Kandungan gizi Keutuhan Warna Rasa Harga Kesesuaian harga Promosi Potongan harga Pengalaman pembelian Ketersediaan kacang mete Kenyamanan pasar Pelayanan pasar Kebersihan pasar Keamanan Pasar
MSA 0,606 0,579 0,620 0,602 0,486 0,602 0,653 0,395 0,553 0,640 0,649 0,455 0,618 0,653
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 28. menunjukkan bahwa hasil pengujian analisis faktor yang ke3 masih terdapat variabel yang mempunyai MSA kurang dari 0,5 yaitu variabel harga, potongan harga, dan pelayanan pasar. Variabel yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil, yaitu variabel potongan harga. Sehingga, variabel potongan harga tidak menjadi variabel dari faktor promosi yang dipertimbangkan oleh konsumen. Pedagang kacang mete jarang memberikan
potongan
harga
kepada
konsumen,
apabila
pedagang
memberikan potongan harga, besarnya hampir sama untuk setiap pedagang dan nilainya tidak terlalu besar. Pedagang kacang mete tidak mengambil keuntungan yang besar bila dibandingkan dengan resiko yang harus diterima jika kacang mete yang dijualnya tidak laku karena sebagian orang masih menganggap kacang mete sebagai produk mewah. Pengulanan proses pengujian dilakukan tanpa memasukkan variabel potongan harga, sehingga nilai MSA dari hasil pengujian yang ke-4 dapat dilihat pada Tabel 29.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Tabel 29. Hasil Pengujian Analisis Faktor 4 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Variabel-variabel Kandungan gizi Keutuhan Warna Rasa Harga Kesesuaian harga Promosi Pengalaman pembelian Ketersediaan kacang mete Kenyamanan pasar Pelayanan pasar Kebersihan pasar Keamanan Pasar
MSA 0,626 0,602 0,621 0,632 0,521 0,641 0,691 0,549 0,681 0,691 0,561 0,612 0,650
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 29. menunjukkan bahwa semua variabel pada analisis ke-4 mempunyai MSA lebih dari 0,5 sehingga ketigabelas variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut. Setelah menemukan variabel yang dapat dianalisis, selanjutnya dilanjutkan dengan communalities. Communalities merupakan jumlah total variasi dari sebuah variabel penelitian yang bisa dijelaskan faktor umum. Dari nilai communalities dapat diketahui hubungan antara variabel dengan faktor-faktor yang nantinya dibentuk. Communalities untuk tiap variabel dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Communalities Variabel-variabel Kandungan gizi Keutuhan Warna Rasa Harga Kesesuaian harga Promosi Pengalaman pembelian Ketersediaan kacang mete Kenyamanan pasar Pelayanan pasar Kebersihan pasar Keamanan Pasar
Initial 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
Extraction 0,373 0,666 0,629 0,533 0,451 0,558 0,463 0,501 0,558 0,531 0,481 0,548 0,514
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 30. menunjukkan besarnya communalities untuk masing-masing variabel berbeda. Communalities untuk variabel kandungan gizi nilainya 0,373 yang artinya sekitar 37,3 % varian dari variabel kandungan gizi dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Sedangkan untuk variabel keutuhan nilainya 0,666 artinya sekitar 66,6 % varian dari variabel keutuhan dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk, begitu juga untuk variabelvariabel yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin kecil communalities sebuah variabel, berarti semakin lemah hubungannya dengan faktor yang terkait, dan semakin besar communalities sebuah variabel, maka semakin kuat hubungannya dengan faktor yang terbentuk. Setelah diketahui nilai communalities, selanjutnya dapat dilihat pada nilai eigen value. Kriteria suatu faktor dipertimbangkan oleh konsumen terhadap keputusan dalam membeli kacang mete pada pasar tradisional Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono, dapat diketahui dengan melihat nilai eigen value dari suatu faktor. Eigen value untuk faktor yang dipertimbangkan konsumen terhadap keputusan pembelian kacang mete harus lebih dari 1. Angka eigenv alue menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor yang terbentuk dalam menghitung varian dari variabel-variabel penelitian yang dianalisis. Besarnya eigen value dan proporsi varians untuk masing-masing faktor yang terbentuk dapat dilihat pada Tabel 31. sebagai berikut: Tabel 31. Angka Eigen value dan Proporsi Varian dari Tiap Faktor Faktor inti 1 (tempat) 2 (produk) 3 (promosi) 4 (harga) Total
Eigen value 2,307 1,939 1,474 1,058 6,778
Proporsi Varian 17,746 % 14,914 % 11,337 % 8,136 % 52,132 %
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Pada analisis data terdapat 13 variabel yang dilibatkan, jadi akan ada 13 yang diusulkan dalam analisis faktor. Setiap faktor mewakili variabelvariabel yang dianalisis. Kemampuan setiap faktor mewakili variabel-variabel yang dianalisis, ditunjukkan oleh besarnya varians yang dijelaskan (eigen value). Tabel 31. menunjukkan bahwa terdapat 4 variabel yang menjadi faktor inti dari faktor bauran pemasaran. Hal ini terjadi karena 4 faktor tersebut memiliki nilai eigen value lebih dari 1, sedanngkan 9 faktor yang lain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
tidak menjadi faktor inti karena nilai eigen value kurang dari 1. Dengan demikian pada penelitian ini terbentuk 4 faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Faktor 1 mampu menjelaskan 17,746% varian ke-13 variabel penelitian, faktor 2 mampu menjelaskan 14,914% varian ke-13 variabel penelitian, faktor 3 mampu menjelaskan 11,337% varian ke-13 variabel penelitian, faktor 4 mampu menjelaskan 8,136% varian ke-13 variabel penelitian. Total varian yang mampu dijelaskan keempat faktor tersebut adalah 52,132%, yang berarti penelitian ini mampu menjelaskan faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono sebesar 52,132%. Sedangkan sisanya 47,868% merupakan faktor lain yang tidak tercakup dalam hasil analisis faktor misalnya karakteristik dari konsumen itu sendiri, lingkungan sosial, budaya, ekonomi, politik dan faktorfaktor lain. Empat faktor yang dihasilkan merupakan kumpulan dari variabelvariabel yang merupakan unsur pembentuk faktor tersebut. Penamaan masing-masing faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri didasarkan pada variabel-variabel yang menyusun faktor tersebut. Setelah diketahui empat faktor yang sesuai untuk menyederhanakan ke-13 variabel penelitian yang diteliti, maka dari analisis data dengan menggunakan SPSS 17 diperoleh tabel rotated component matrix. Tabel tersebut menunjukkan distribusi ke-13 variabel pada empat faktor yang terbentuk. Angka-angka yang terdapat pada tabel rotated component matrix adalah factor loading yang menunjukkan besarnya korelasi antara suatu variabel dengan masing-masing faktor yang terbentuk. Factor loading memberikan informasi tentang variabel mana yang berkorelasi signifikan dengan faktor tertentu. Informasi ini selanjutnya digunakan untuk menginterpretasikan faktor secara subyektif. Proses penentuan faktor dilakukan dengan melakukan perbandingan besarnya korelasi setiap baris dengan melihat besar nilai korelasi yang lebih besar dari 0,5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Factor loading dari ke-13 variabel tersebut selanjutnya dirotasikan dengan metode varimax, yaitu metode rotasi oethogonal (sudut putar 90o) yang menyederhanakan kolom dari matrik faktor agar hanya didapat satu faktor loading tertinggi untuk tiap-tiap variabel. Nilai faktor loading yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Nilai Factor Loading untuk Tiap-tiap Variabel
1
Nama Faktor Tempat
Proporsi Varian 17,746%
2
Produk
14,914%
3
Promosi
11,337%
4
Harga
8,136%
Faktor
Variabel yang Terlibat pada Faktor Inti Ketersediaan kacang mete Kenyamanan pasar Pelayanan pasar Kebersihan pasar Keamanan pasar Kandungan gizi Keutuhan Warna Rasa Kesesuaian harga Promosi Pengalaman pembelian Harga
Nilai Korelasi 0,621 0,695 0,332 0,711 0,549 0,546 0,672 0,702 0,722 0,696 0,524 0,681 0,597
Eigen value 2,307
1,939
1,474
1,058
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 32. menunjukkan bahwa dari hasil analisis faktor terdapat 4 faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri dengan variabel-variabel yang terkandung di dalamnya. Faktor dengan total varian tertinggi merupakan faktor yang paling dominan. Sehingga jika diurutkan menurut total variannya, faktor tempat menempati urutan pertama yaitu dengan total varian sebesar 17,746%, kemudian urutan kedua adalah faktor produk dengan total varian sebesar 14,914%, urutan selanjutnya yaitu faktor promosi dengan total varian sebesar 11,337%, dan yang terakhir adalah faktor harga dengan total varian 8,136%. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis pertama diterima, karena faktor bauran pemasan dipertimbangkan dalam keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Pada tabel tersebut juga menunjukkan variabel-variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete pada masingmasing faktor. Variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
nilai faktor loading yang tertinggi pada masing-masing faktor. Variabel yang paling dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel kebersihan pasar yaitu sebesar 0,711, variabel yang paling dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel rasa yaitu sebesar 0,722, variabel yang paling dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah variabel kesesuaian harga dengan mutu kacang mete yaitu sebesar 0,696, dan variabel yang paling dipertimbangkan konsumen pada faktor harga adalah variabel harga yaitu sebesar 0,597. Sebelum dianalisis variabel kesesuaian harga termasuk dalam faktor harga, tetapi setelah dianalisis variabel kesesuaian harga termasuk ke dalam faktor promosi. Hal ini dikarenakan kesesuaian harga kacang mete mengandung unsur promosi dalam penjualan kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Hipotesis kedua menyebutkan bahwa variabel yang dominan dari faktor produk adalah variabel rasa, dari faktor harga adalah variabel harga, dari faktor promosi adalah variabel potongan harga, dan faktor tempat adalah variabel kebersihan pasar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua ditolak, karena variabel potongan harga bukan merupakan variabel yang dominan dari faktor promosi yang dipertimbangkan konsumen. D. Perilaku Konsumen dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri Studi mengenai perilaku konsumen akan menjadi dasar yang sangat penting dalam pemasaran dan memainkan peranan penting dalam merancang kebijakan publik. Bagi penguasa bidang ekonomi, suatu negara memerlukan kajian ini untuk merumuskan kebijakannya dalam kerangka perlindungan konsumen (Setiadi, 2010). Perilaku beli konsumen kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono yang diteliti meliputi alasan responden berbelanja di pasar tradisional, alasan responden membeli kacang mete, frekuensi pembelian kacang mete, jumlah pembelian kacang mete, dan faktor bauran pemasaran dalam penjualan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
kacang mete di pasar tradisional, yaitu faktor tempat, produk, promosi, dan harga. 1. Alasan Responden Berbelanja di Pasar Tradisional Responden memiliki alasan yang berbeda-beda dalam melakukan kegiatan berbelanja di pasar tradisional. Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut alasan responden berbelanja dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Berbelanja di Pasar Tradisional Alasan Konsumen Strategis Dekat dengan rumah Harga lebih murah Pelayanan pedagang Langganan Dekat dengan tempat kerja Jumlah
Responden (orang) 25 35 19 2 13 2 96
Presentase (%) 26,04 36,46 19,79 2,08 13,55 2,08 100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 33. menunjukkan bahwa responden di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki alasan yang beragam dalam berbelanja di pasar tradisional. Alasan terbanyak yang diberikan responden dalam berbelanja di pasar tradisional tersebut adalah karena dekat dengan rumah, sebanyak 35 orang (36,46%). Pasar tradisional yang dekat dari rumah memudahkan responden untuk mencapainya, baik dengan berjalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi, maupun menggunakan angkutan umum. Selain itu, responden dapat menghemat biaya transportasi dan waktu perjalanan yang sebentar sehingga responden tetap dapat melakukan kewajiban lain seperti bekerja dan melakukan pekerjaan rumah tangga. 2. Alasan Responden dalam Membeli Kacang Mete Responden memiliki alasan yang berbeda satu dengan yang lainnya dalam mengkonsumsi kacang mete. Hal ini dapat disebabkan karena adanya kebutuhan responden dalam mengkonsumsi kacang mete. Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Pasar Kecamatan Jatisrono menurut alasan responden dalam membeli kacang mete dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Membeli Kacang Mete Alasan Konsumen Camilan Acara keluarga Hari raya Hajatan Pengajian Menjamu tamu Jumlah
Responden (orang) 7 32 23 22 10 2 96
Presentase (%) 7,29 33,33 23,96 22,92 10,42 2,08 100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 34. menunjukkan bahwa responden di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki alasan yang beragam dalam membeli kacang mete. Sebagian besar responden membeli kacang mete karena adanya acara keluarga, yaitu sebanyak 32 orang (33,33%). Hal ini dikarenakan sebagian besar responden menjadikan kacang mete sebagai makanan ringan yang disajikan
dalam
mengkonsumsi
acara
keluarga.
kacang
mete
Tidak
untuk
banyak
camilan
responden sehari-hari
yang karena
dihkawatirkan dengan mengkonsumsi kacang mete sebagai camilan akan mempengaruhi kesehatan konsumen. 3. Frekuensi Pembelian Kacang Mete Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut frekuensi pembelian kacang mete dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Perilaku Beli Konsumen menurut Frekuensi Pembelian Kacang Mete Frekuensi Pembelian dalam 3 Bulan (kali) 1 2 3 Jumlah
Responden (orang) 57 36 3 96
Presentase (%) 59,38 37,50 3,13 100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 35. menunjukkan bahwa frakuensi pembelian kacang mete yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah 1 kali dalam 3 bulan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
yaitu sebanyak 57 orang (59,38%). Dalam penelitian, frekuensi pembelian dicatat dalam 3 bulan karena kacang mete belum menjadi konsumsi harian dan hanya dikonsumsi pada saat ada acara keluarga atau menjadi sajian di acara-acara tertentu. Sehingga, selain rasanya yang enak, menyajikan kacang mete dapat menjadi kebanggaan bagi konsumen karena harga kacang mete yang lebih mahal dari kacang tanah yang biasa disajikan dalam sebuah acara. 4. Jumlah Pembelian Kacang Mete Jumlah pembelian kacang mete dapat berkaitan dengan jumlah anggota keluarga responden dan kebutuhan responden. Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut jumlah pembelian kacang mete dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Perilaku Beli Konsumen menurut Jumlah Kacang Mete dalam Setiap Pembelian Jumlah dalam Setiap Responden Presentase Pembelian (Kg) (orang) (%) 1 35 36,46 2 42 43,75 3 12 12,50 >3 7 7,29 Jumlah 96 100 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 36. menunjukkan bahwa jumlah pembelian kacang mete yang paling banyak adalah 2 kg dalam setiap kali pembelian, yaitu sebanyak 42 orang (43,75%). Pembelian kacang mete untuk konsumsi keluarga, responden menyesuaikan jumlah kacang mete yang dibeli dengan
banyaknya
jumlah
anggota
keluarga
responden
yang
mengkonsumsi kacang mete. Selain itu, untuk sajian dalam sebuah acara yang akan diadakan, jumlah kacang mete yang dibeli disesuaikan dengan jumlah tamu yang akan datang. Semakin banyak jumlah anggota keluarga atau jumlah tamu yang mengkonsumsi kacang mete, maka jumlah pembelian juga akan semakin banyak karena menyesuaikan kebutuhan responden tersebut. Jumlah pembelian kacang mete sebanyak 2 kg sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
cukup untuk memenuhi konsumsi dalam sebuah acara, seperti acara keluarga atau saat hari raya. Kacang mete sebanyak 2 kg sudah memenuhi kebutuhan unruk suatu acara karena kacang mete biasanya dikemas dalam kemasan kecil sehingga dalam 1 kg dapat menghasilkan 70 kemasan kecil kacang mete atau lebih sesuai dengan keinginan konsumen. 5. Korelasi antara Bauran Pemasaran dengan Keputusan Pembelian Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri Menurut Simamora (2005), analisis faktor dapat digunakan untuk mengidentifikasikan antarresponden
struktur
dengan
hubungan
menguji
antarvariabel
korelasi
ataupun
antarvariabel
atau
antarresponden. Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis perilaku konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri, diketahui bahwa dalam proses pengambilan keputusan pembelian mempertimbangkan faktor bauran pemasaran. Pada penelitian ini,
hasil
analisis
faktor
menunjukkan
bahwa
konsumen
mempertimbangkan empat faktor bauran pemasaran yaitu faktor tempat, faktor produk, faktor harga, dan faktor promosi bauran pemasaran dalam proses pengambilan keputusan konsumen dalam pemembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. a. Faktor Tempat Nilai factor loading dari variabel tempat yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 33. Nilai Factor Loading untuk Variabel Tempat Variabel yang Terlibat pada Faktor Nama Faktor Inti Inti Tempat Ketersediaan kacang mete Kenyamanan pasar Pelayanan pasar Kebersihan pasar Keamanan pasar
Nilai Korelasi 0,621 0,695 0,332 0,711 0,549
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012 Faktor tempat merupakan faktor utama yang dipertimbangkan responden dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Tabel 37.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
menunjukkan variabel yang terdapat pada faktor tempat adalah variabel ketersediaan kacang mete, kenyamanan pasar, pelayanan pasar, kebersihan pasar, dan keamanan pasar. Berdasarkan Tabel 37. variabel pertama atau variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel kebersihan pasar dengan factor loading sebesar 0,711. Konsemen pada umumnya menyukai berbelanja di pasar tradisional yang bersih. Sebagian besar konsumen menyatakan bahwa Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono termasuk pasar yang bersih. Kebersihan pasar tersebut dapat tercipta dengan adanya kesadaran para penjual untuk selalu menjaga kebersihan tempat berjualannya, kesadaran konsumen juga sangat penting karena konsumen harus ikut membantu menjaga kebersihan pasar tradisional dengan membuang sampah pada tempat sampah yang telah banyak disediakan di pasar, selain itu petugas kebersihan pasar yang secara tertib dan teratur membersihkan area pasar dari sampah-sampah yang ada dan mengangkut sampah dari tempat sampah ke dalam penampungan yang kemudian diangkut oleh petugas kebersihan ke pembuangan akhir. Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel kenyamanan pasar dengan factor loading 0,695. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menyukai suasana pasar tradisional yang nyaman. Kenyamanan pasar (penataan produk di pasar) dapat dirasakan oleh konsumen karena penataan tempat berdagang yang disesuaikan dengan jenis produk yang dijual sehingga menciptakan keteraturan di dalam pasar. Penataan tempat ini juga membantu mempermudah dalam menjaga kebersihan pasar karena sampah-sampah dari berbagai jenis produk tidak bercampur, sehingga kenyamanan pasar dapat terjamin. Selain itu, tidak banyak pengamen dan pedagang asongan yang berkeliling sehingga tidak mengganggu konsumen dalam berbelanja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel ketersediaan kacang mete dengan factor loading sebesar 0,621. Ketersediaan kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten
Wonogiri
dipertimbangkan
oleh
konsumen
karena
ketersediaan dan kemudahan dalam mendapatkan kacang mete yang lebih terjamin dibandingkan di tempat lain seperti di pasar modern. Variabel keempat yang dipertimbangkan oleh konsumen pada faktor tempat adalah variabel keamanan pasar dengan factor loading sebesar 0,549. Keamanan pasar dipetimbangkan konsumen karena pada umumnya konsumen memilih berbelanja di pasar tradisional yang aman. Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono adalah pasar tradisional yang aman jarang terjadi tindak kejahatan seperti pencurian, perampokan, atau tindak kejahatan lainnya. Selain itu, terdapat petugas keamanan (satpam) untuk menjaga keamanan di tradisional tersebut, serta di dekat pasar terdapat pos polisi yang menjaga keamanan lingkungan di sekitar pasar yang ramai. Variabel pelayanan pasar (pedagang) merupakan variabel dengan factor loading di bawah 0,5 (factor loading 0,332), sehingga variabel tersebut dianggap hampir tidak dipertimbangkan oleh konsumen dalam kegiatan pembelian kacang mete. Hal ini dikarenakan pelayanan pedagang di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut konsumen cukup baik dan memuaskan seperti halnya pelayanan di pasar tradisional lainnya yang berada di Kabupaten Wonogiri. Pelayanan yang diberikan pedagang adalah keramahan pedagang kepada konsumen. Menurut Rao dan Monroe dalam Yoo, et.al., (2000), toko dengan citra yang baik akan lebih menarik perhatian dan kunjungan dari konsumen potensial. Pada beberapa toko menyediakan kepuasan konsumen yang lebih besar dan mendorong komunikasi dari mulut ke mulut secara aktif dan positif diantara para konsumen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
b. Faktor Produk Nilai faktor loading dari variabel produk yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38. Nilai Factor Loading untuk Variabel Produk Variabel yang Terlibat pada Faktor Nama Faktor Inti Inti Produk Kandungan gizi Keutuhan Warna Rasa
Nilai Korelasi 0,546 0,672 0,702 0,722
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012 Faktor produk merupakan faktor kedua yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Variabel yang terdapat pada faktor produk adalah variabel kandungan gizi, keutuhan, warna, dan rasa kacang mete. Berdasarkan Tabel 38. variabel pertama atau variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel rasa kacang mete dengan factor loading sebesar 0,722. Sebagian besar konsumen menyatakan bahwa kacang mete memiliki rasa yang khas sehingga menjadi daya tarik utama. Rasa kacang mete Wonogiri dikenal lebih gurih daripada rasa kacang mete dari Sumbawa, karena getah yang terkandung dalam kacang mete Sumbawa lebih banyak dari kacang mete Wonogiri, sehingga saat dimakan menjadi lebih ulet. Konsumen akan memilih rasa kacang mete sesuai dengan selera masing-masing konsumen, kacang mete yang pernah dikonsumsi akan mempengaruhi keputusan pembelian. Rasa kacang mete dipengaruhi oleh bumbu dan proses menggoreng, bumbu yang kabanyakan garam ata bawang putih membuat kacang mete menjadi lebih asin atau terasa sedikit pahit. Hal ini mempengaruhi selera konsumen sehingga mempertimbangkan rasa kacang mete yang ditawarkan oleh pedagang. Selain itu, lama penyimpanan kacang mete juga mempengaruhi rasanya, kacang mete yang sudah lama akan memiliki bau yang tengik, sehingga ketersediaan kacang mete yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
baru juga dapat mempengaruhi selera konsumen tentang rasa kacang mete. Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel warna kacang mete dengan factor loading sebesar 0,702. Warna kacang mete merupakan faktor yang penting karena mempengaruhi penampilan kacang
mete dan
kepuasan
konsumen. Konsumen lebih menyukai kacang mete yang berwarna kuning keemasan daripada masih berwarna putih atau sudah berwarna cokelat. Kacang mete yang berwarna putih dinilai kurang matang, sedangkan yang berwarna cokelat dinilai terlalu matang sehingga mengurangi kenikmatannya. Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel keutuhan kacang mete dengan factor loading sebesar 0,672. Selain variabel warna, keutuhan kacang mete juga mempengaruhi penampilan kacang mete dan kepuasan konsumen. Keutuhan kacang mete juga berpengaruh pada harga jual kacang mete tersebut. Dalam satu kemasan, kacang mete yang utuh dan besar atau sering disebut dengan kacang mete kualitas super dijual dengah harga yang lebih tinggi daripada dalam satu kemasan terdapat kacang mete yang utuh, belah dan pecah. Beberapa pedagang mensiasati keutuhan kacang mete dengan menempelkan kacang mete belah dengan tepung kanji sehingga terlihat utuh. Akan tetapi hal tersebut akan mengurangi kenikmatan kacang mete dan kepusan konsumen, sehingga konsumen akan berhati-hati dalam memilih kacang mete yang akan dibelinya. Variabel keempat yang dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel kandungan gizi kacang mete dengan factor loading sebesar 0,546. Kandungan gizi yang yang dimaksud adalah kandungan karbohidrat, protein, dan lemak. Kandungan karbohidrat, protein, dan lemak kacang mete yang tinggi dapat memenuhi kebutuhan protein dan lemak yang diperlukan tubuh. Kandungan lemak pada kacang mete merupakan lemak tak jenuh yang merupakan lemak baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
bagi tubuh. Akan tetapi, sebaiknya kacang mete dikonsumsi dalam batas wajar (tidak kebanyakan) karena akan berpengaruh pada kesehatan tubuh. Menurut Carol O’Neil dalam Satriani (2012), mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengkonsumsi beragam jenis kacang seperti almond, kacang mete, dan kacang kenari menunjukkan berat badan, body mass index (BMI), dan lingkar pinggang yang lebih rendah ketimbang
mereka
yang tidak
mengkonsumsi kacang-kacangan
tersebut. Para pengkonsumsi kacang ini juga berisiko lebih rendah terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan sindrom metabolisme. Para ahli merekomendasikan konsumsi 1,5 ons kacang per hari, atau tiga sendok makan kacang-kacangan sebagai bagian dari diet sehat. c. Faktor Promosi Nilai factor loading dari variabel promosi yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 39. Tabel 39. Nilai Factor Loading untuk Variabel Promosi Nama Faktor Inti Promosi
Variabel yang Terlibat pada Faktor Inti Kesesuaian harga Promosi Pengalaman pembelian
Nilai Korelasi 0,696 0,524 0,681
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012 Faktor promosi merupakan faktor ketiga yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Variabel yang terdapat pada faktor promosi adalah variabel kesesuaian harga, promosi penjualan, potongan harga, dan pengalaman pembelian kacang mete. Berdasarkan Tabel 39. variabel pertama atau variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah variabel kesesuaian haga kacang mete dengan factor loading sebesar 0,696. Kesesuain harga dengan mutu kacang mete menjadi variabel dari faktor promosi yang penting bagi konsumen karena harga kacang mete merupakan cerminan dari mutu kacang mete yang dijual. Konsumen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
akan memilih harga yang sedikit lebih tinggi dengan mutu kacang mete yang bagus daripada harga yang murah tetapi mutu kacang mete kurang bagus, karena hal tersebut akan berpengaruh pada kepuasan konsumen. Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah variabel pengalaman pembelian kacang mete dengan factor loading sebesar 0,681. Pengalaman pembelian oleh konsumen penting dalam proses keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional.
Pengalaman
pembelian
ini
dipertimbangkan
karena
konsumen ingin mendapatkan kacang mete dengan mutu yang baik dan sesuai dengan seleranya. Tidak jarang konsumen merasa tertipu karena pedagang mencampur kacang mete bermutu baik dengan kacang mete yang kurang bagus, atau kacang mete belah dilem menggunakan tepung kanji sehingga terlihat utuh. Hal tersebut membuat konsumen lebih hatihati dan cermat dalam membeli kacang mete. Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah variabel promosi penjualan kacang mete dengan factor loading sebesar 0,524. Terdapat beberapa promosi dalam penjualan kacang mete, yaitu promosi dari mulut ke mulut yang dilakukan konsumen satu kepada konsumen yang lainnya, kemasan kacang mete yang menggunakan label, dan adanya beberapa artikel di surat kabar lokal mengenai kacang mete yang di jual di salah satu kios pasar tradisional. Menurut undang-undang no. 7 tahun 1996 tentang pangan, label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Sekuang-kurangnya dalam label memuat: a) nama produk, b) bahan yang digunakan, c) berat atau isi besih, d) nama dan alamat produsen, e) keterangan halal, f) tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa. Namun selain hal tersebut pemerintah dapat menetapkan keterangan lain yang dapat dicantumkan dalam label, mengenai tata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
cara penggunaan, kandungan gizi pangan, ataupun efek samping pangan bagi kelompok masyarakat tertentu, seperti lanjut usia, pengidap penyakit tertentu, atau mereka yang sedang menjalani program diet. d. Faktor Harga Nilai faktor loading dari variabel promosi yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40. Nilai Factor Loading untuk Variabel Promosi Variabel yang Terlibat pada Faktor Nama Faktor Inti Inti Harga Harga
Nilai Korelasi 0,597
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012 Faktor terakhir yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono adalah faktor harga. Menurut Wahyudi dalam Darmayanti (2009), untuk meningkatkan citra produk dapat dilakukan dengan menggunakan strategi harga yang tepat, karena terdapat hubungan positif antara tingkat harga dengan kualitas merek persepsian.
Hal
ini
menyebabkan
semakin
tinggi
nilai
yang
dipersepsikan terhadap suatu produk maka akan semakin tinggi pula kemungkinan seseorang untuk membeli produk. Oleh karena itu, harga menjadi faktor yang terakhir dipertimbangkan oleh konsumen. Faktor harga terdiri dari variabel harga dengan factor loading sebesar 0,597. Variabel harga dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Walaupun harga kacang mete tergolong tinggi dibandingkan dengan harga kacangkacangan yang lain, tetapi harga kacang mete di pasar tradisional cenderung lebih murah dibandingkan harga kacang mete yang dijual di toko oleh-oleh di luar pasar tradisional. Perbedaan harga kacang mete di pasar tradisional dengan harga di luar pasar tradisional tidak mempengaruhi mutu kacang mete yang dijual. Pada saat penelitian terdapat perbedaan harga kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Harga kacang mete di pasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
tradisional Kabupaten Wonogiri termasuk dalam harga yang wajar karena Kabupaten Wonogiri merupakan daerah produksi kacang mete, selain itu harga kacang mete pada setiap pasar tradisional tidak jauh berbeda. Setiap pedagang kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki harga jual yang berbeda-beda. Harga kacang mete yang tertinggi adalah Rp 85.000 dan terendah adalah Rp 65.000, dengan fluktuasi harga kacang mete mencapai Rp 20.000. Hal ini dipengaruhi oleh waktu pembelian dan tempat pembelian kacang mete. Waktu pembelian kacang mete berpengaruh terhadap harga, saat penelitian dimulai adalah setelah Hari Raya Idul Fitri sehingga harga kacang mete masih tinggi karena masih banyak konsumen yang membeli kacang mete dan belum musim panen kacang mete, akan tetapi harga kacang mete berangsurangsur turun. Turunnya harga mete ini dipengaruhi dengan semakin berkurangnya konsumen yang membeli kacang mete dan musim panen kacang mete telah dimulai. Tempat pembelian kacang mete juga berpengaruh terhadap harga, kacang mete yang dijual di Pasar Kota Wonogiri memiliki harga yang lebih tinggi daripada harga kacang mete di Pasar Kecamatan Ngadirijo dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Pasar Kota Wonogiri berada jauh dari daerah produksi kacang mete sehingga memerlukan biaya distribusi yang lebih besar dari Pasar Kecamatan Ngadirojo dan Pasar Kecamatan Jatisrono yang berada di dekat daerah produksi kacang mete.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden Kacang Mete Pengetahuan mengenai karakteristik responden diperlukan oleh seorang pemasar agar dapat mengetahui konsumen yang menjadi sasaran dalam penjualak produknya sehingga dapat memposisikan produk dengan tepat. Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian meliputi jenis kelamin, umur responden, jumlah anggota keluarga responden, tingkat pendidikan responden, pekerjaan responden, dan pendapatan responden. 1. Karakteristik Responden Kacang Mete menurut Jenis Kelamin Sampel pada penelitian ini berjumlah 96 responden, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan proporsi seperti pada Tabel 15. Tabel 15. Karakteristik Responden Kacang Mete menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Responden 22 74 96
Presentase (%) 21,87 78,13 100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 15. menunjukkan bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki. Hal ini terjadi karena pada umumnya perempuan merupakan pengambil keputusan dalam pembelian kebutuhan pangan dan bertugas dalam melakukan kegiatan belanja. Menurut Engel et. al. (1994), keputusan pembelian produk makanan lebih didominasi oleh perempuan, karena pada umumnya perempuan yang bertanggung jawab dalam penyediaan konsumsi rumah tangga. Sehingga dapat dikatakan bahwa peran perempuan dalam pengambilan keputusan pembelian sangat besar. Saat penelitian, banyak ditemui responden perempuan yang bekerja dan juga menjadi ibu rumah tangga melakukan pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. 2. Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur Kelompok umur dari responden sangat penting dalam pemasaran. Menurut Kotler (1999), salah satu faktor pribadi, yaitu umur akan
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Jumlah responden kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut kelompok umur responden dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur Kelompok Umur < 45 tahun (lajang/bujang tanpa anak) < 45 tahun (pasangan muda tanpa anak) < 45 tahun (orang tua muda) 45 – 64 tahun (keluarga paruh baya dengan anak) 45 – 64 tahun (rumah tangga separuh baya tanpa anak) Jumlah
Responden (orang) 9 2 28
Presentase (%) 9,38 2,08 29,17
55
57,29
1
1,04
1 96
1,04 100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Umur konsumen kacang mete yang menjadi responden dalam penelitian adalah berkisar antara umur 21-65 tahun. Tabel 16. menunjukkan bahwa umur responden yang paling banyak adalah kelompok umur keluarga paruh baya, yaitu responden berumur 45-64 tahun dan masih memiliki anak di rumah yaitu sebanyak 55 responden (57,29%). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden adalah responden yang sudah dewasa yang cenderung berpikir rasional dalam keputusan pembelian kacang mete. Responden dalam kelompok umur tersebut sudah memiliki pertimbangan tertentu dalam mengambil keputusan pembelian. Kelompok umur lajang dan orang tua muda memiliki pertimbangan pembelian yang dipengaruhi kebutuhan yang lebih beragam. Kelompok umur rumah tangga separuh baya tanpa anak dan rumah tangga tua yang (usia pensiun), memiliki kebutuhan akan kesehatan semakin meningkat sehingga pada kelompok umur ini responden
akan
mempertimbangkan
faktor
kesehatan
dalam
mengkonsumsi kacang mete. Menurut Susanto (1999), dalam kepala rumah tangga berusia lebih tua, sudah pensiun, dan tidak ada anak yang tinggal bersama di rumah akan terjadi penurunan dalam penghasilan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
berusaha mempertahankan rumah. Pengeluaran lebih berorientasi pada peralatan kesehatan, produk perawatan yang mendukung kesehatan, tidur, dan pencernaan. 3. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian kacang mete. Anggota keluarga konsumen dapat memberikan pengaruh terhadap proses keputusan pembelian konsumen. Karakteristik responden menurut jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Anggota Keluarga 5 – 7 orang (keluarga sedang) > 7 orang (keluarga besar) Jumlah
Responden (orang) 58 37 1 96
Presentase (%) 60,42 38,54 1,04 100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Menurut BKKBN dalam Ernawati (2009), jumlah anggota keluarga dapat dikelompokkan menjadi keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga kurang dari atau sama dengan 4 orang, keluarga sedang dengan jumlah anggota keluarga 5-7 orang, dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga lebih dari 7 orang. Tabel 17. menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen kacang mete merupakan keluarga kecil yang mempunyai anggota keluarga berjumlah kurang dari sampai dengan 4 orang yaitu sebanyak 58 responden (60,42%). Menurut Kotler (1999), anggota keluarga akan mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan pembelian antara lain sebagai inisiator, pemberi pengaruh, penyaring informasi, pengambil keputusan, pembeli dan pengguna. Dalam penelitian ini semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga konsumsi kacang mete dalam keluarga sedang dan keluarga besar semakin sedikit. 4. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimiliki responden dapat menentukan seseorang
dalam
menerima
pengetahuan
commit to user
dan
informasi
serta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir dan persepsinya terhadap suatu masalah. Jumlah responden di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Pendidikan rendah (SD dan SMP) Pendidikan sedang (SMA) Pendidikan tinggi (D1-D3,S1, dan S2) Jumlah
Responden (orang)
Presentase (%)
8
8,33
41
42,71
47
48,96
96
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 18. menunjukkan bahwa responden memiliki latar belakang pendidikan yang beragam. Tingkat pendidikan responden terbanyak adalah jenjang pendidikan tinggi (D1-D3,S1, dan S2) sebanyak 47 responden (48,96%). Semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang, maka semakin luas pula pengetahuan dan informasi yang dimilikinya. Pendidikan dan pengetahuan
responden
akan
mempermudah
dalam
mendapatkan
informasi tentang kacang mete yang ada di pasaran. Informasi tersebut dapat diperoleh dari teman, media masa, maupun media sosial. Responden yang biasa melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional akan mengetahui informasi yang berkaitan dengan kacang mete yang dijual di pasar. Menurut Sumarwan (2003), konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsive terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek. Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. 5. Karakteristik Responden menurut Pekerjaan Jenis pekerjaan responden dapat mempengaruhi perilaku pembelian produk karena memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Jumlah responden kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut jenis pekerjaannya dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Karakteristik Responden menurut Pekerjaan Jenis Pekerjaan Formal 1. Karyawan Swasta 2. PNS 3. Pensiunan PNS Informal 1. Petani 2. Wiraswasta Tidak bekerja 1. Ibu rumah tangga 2. Pelajar/Mahasiswa Jumlah
Responden (orang)
Presentase (%)
25 26 3
26,04 27,08 3,13
2 11
2,08 11,46
28 1 96
29,17 1,04 100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 19. menunjukkan bahwa responden yang memiliki pekerjaan formal sebanyak 54 responden (karyawan swasta, PNS, dan pensiunan PNS), responden yang memiliki pekerjaan informal adalah sebanyak 13 responden (petani, dan wiraswasta), dan responden yang tidak bekerja sebanyak 29 responden (pelajar/mahasiswa dan ibu rumah tangga). Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
pekerjaan formal dan tergolong mapan karena telah memiliki pendapatan yang tetap.
Sedangkan responden yang paling banyak adalah ibu rumah
tangga sebanyak 28 responden (29,17%), yang kegiatan setiap harinya adalah mengurus rumah tangga. Selain berpengaruh pada pendapatan yang diterima, jenis pekerjaan responden juga mempengaruhi cara pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Ibu rumah tangga memiliki waktu yang cukup banyak untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan melakukan pembelian barang konsumsi keluarga, sehingga lebih cermat dalam mempertimbangkan produk yang akan dibeli, dalam hal ini adalah pembelian kacang mete. Menurut J.K. Hart dalam Effendi dan Manning (1985), kesempatan memperoleh penghasilan (pekerjaan) seseorang dapat dibedakan menjadi: a. Kesempatan
memperoleh
penghasilan
formal,
yaitu
pekerjaan
responden yang mendapatkan penghasilan dari: 1) Gaji dari negara 2) Gaji dari sektor swasta 3) Tunjangan-tunjangan pensiun b. Kesempatan memperoleh penghasilan informal, yaitu pekerjaan responden yang mendapatkan penghasilan dari: 1) Kegiatan-kegiatan
primerr
dan
sekunder,
yaitu
pertanian,
perkebunan yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengannya, pengrajin usaha sendiri, pembuat sepatu, penjahit, pengusaha bird an alkohol. 2) Usaha tersier dengan modal relatif besar, yaitu perumahan, transportasi, usaha-usaha untuk kepentingan umum, spekulasi barang-barang dagang, kegiatan sewa menyewa. 3) Distribusi kecil-kecilan, yaitu pedagang pasar, pedagang kelontong, pedagang kaki lima, pengusaha makanan jadi, pengangkut barang, dan penyalur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
4) Jasa yang lain, yaitu pemusik (pengamen), pengusaha binatu, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang sampah, makelar dan perantara. 5) Transaksi pribadi, yaitu pinjam-meminjam, pengemis. 6. Karakteristik Responden menurut Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan memiliki peranan penting dalam rumah tangga karena pendapatan akan mempengaruhi proses keputusan dalam konsumsi rumah tangga. Besarnya jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli konsumen. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga dalam satu bulan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Karakteristik Responden menurut Pendapatan Rumah Tangga dalam Satu Bulan Pendapatan per Bulan (Rp) 1.250.000 – 2.800.000 2.800.001 – 4.350.000 4.350.001 – 5.900.000 5.900.001 – 7.450.000 7.450.001 – 9.000.000 Jumlah
Responden (orang) 35 47 8 5 1 96
Presentase (%) 36,46 48,96 8,33 5,21 1,04 100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Pendapatan yang diukur dari seorang konsumen biasanya bukan hanya pendapatan yang diterima seorang individu, tetapi diukur dari semua pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga konsumen. Sesuai dengan Sumarwan (2003), daya beli sebuah rumah tangga bukan hanya ditentukan oleh pendapatan dari satu orang (misalnya ayah saja), tetapi dari seluruh anggota rumah tangga yang bekerja. Tabel 20. menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada tingkat pendapatan rumah tangga Rp 2.800.001 – 4.350.000 yaitu 47 responden (48,96%). Pendapatan rumah tangga Rp 2.800.001 – 4.350.000 sudah termasuk cukup di Kabupaten Wonogiri karena kacang mete bukan merupakan barang kebutuhan pokok dan tidak dikonsumsi sehari-hari, maka responden dengan tingkat pendapatan tersebut dalam membeli mete untuk acara tertentu tidak menjadi masalah bagi responden. Pendapatan rumah tangga merupakan jumlah seluruh pendapatan anggota keluarga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
yang bekerja. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa responden di Pasar tradisional Kabupaten Wonogiri terdiri dari berbagai kalangan ekonomi yang dapat dilihat dari tingkat pendapatannya, baik masyarakat dengan keadaan ekonomi rendah sampai masyarakat ekonomi tinggi. Perilaku konsumen tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendapatan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor budaya dan faktor lingkungan sosial tempat tinggal konsumen. Masyarakat yang melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional juga disebabkan oleh masih sedikitnya pasar modern di Kabupaten Wonogiri dan di pasar modern kacang mete hanya dijual pada saat tertentu seperti saat menjelang Hari Raya Idul Fitri. B. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Bauran Pemasaran Kacang Mete Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasi setiap input yang dapat ditangkap oleh indera (seperti produk, kemasan, merek, iklan, harga, dan lain-lain) ke dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh (Simamora, 2004). Persepsi konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dianalisis dengan menggunakan rumus lebar interval. Lebar interval digunakan untuk mendeskripsikan indikator dari variabel-variabel bauran pemasaran termasuk dalam kategori-kategori yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini data yang digunakan berasal dari pendapat responden mengenai variabel-variabel produk kacang mete. Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri, yang diteliti meliputi faktor produk terdiri dari variabel kandungan gizi (X1); keutuhan (X2); warna (X3); dan rasa kacang mete (X4), faktor harga terdiri dari variabel harga (X5) dan kesesuaian harga dengan mutu kacang mete (X6), faktor promosi terdiri dari variabel promosi (X7); potongan harga (X8); dan pengalaman pembelian (X9), faktor tempat terdiri dari variabel jarak pasar (X10); lokasi pasar (X11);
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
ketersediaan (X12); kenyamanan pasar (X13); pelayanan (X14); kebersihan pasar (X15); dan keamanan pasar (X16). 1. Faktor Produk Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor produk kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Produk Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri Faktor inti Faktor Produk
Indikator Kandungan Gizi (X1)
Keutuhan (X2)
Warna (X3)
Rasa (X4)
Total Indikator
Krteria Tidak bagus Kurang bagus Cukup bagus Bagus Sangat bagus Tidak penting Kurang penting Biasa Penting Sangat penting Tidak penting Kurang penting Biasa Penting Sangat penting Tidak penting Kurang penting Biasa Penting Sangat penting Tidak penting Kurang penting Cukup penting Penting Sangat penting
Kelas 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 4,00 - 7,20 7,21 - 10,41 10,42 - 13,62 13,63 -16,83 16,84 - 20,04
Responden (orang) 0 11 45 37 3 0 0 13 53 30 0 0 17 60 19 0 0 2 44 50 0 0 7 50 39
Presentase (%) 0 11,46 46,88 38,54 3,13 0 0 13,54 55,21 31,25 0 0 17,71 62,50 19,79 0 0 2,08 45,83 52,08 0 0 7,29 52,08 40,63
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 21. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap kandungan gizi kacang mete adalah cukup bagus
(46,88%).
Kacang
mete
merupakan
kacang
yang
mengandung protein dan lemak yang diperlukan oleh tubuh. Keutuhan kacang mete adalah penting (55,21%). Keutuhan kacang mete merupakan bentuk fisik dari kacang mete yang menarik bagi konsumen, sehingga konsumen memilih kacang mete yang utuh. Warna kacang mete adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
penting (62,50%). Menurut konsumen, warna kacang mete dapat mencerminkan rasa kacang mete. Warna kacang mete biasanya sesuai dengan proses penggolahan (penggorengan) dan kematangannya. Rasa kacang mete adalah sangat penting (52,08%). Konsumen membeli kacang mete karena rasanya yang enak dan gurih. Faktor produk merupakan faktor yang penting bagi konsumen kacang mete (52,08%). 2. Faktor Harga Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor harga kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Harga Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri Faktor inti Faktor Harga
Indikator Harga (X5)
Kesesuaian harga (X6)
Total Indikator
Krteria
Kelas
Sangat mahal Mahal Wajar Agak murah Murah Tidak sesuai Kurang sesuai Cukup sesuai Sesuai Sangat sesuai Tidak penting Kurang penting Cukup penting Penting Sangat penting
1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 2 ,00- 3,60 3,61 - 5,21 5,22 - 6,82 6,83 - 8,43 8,44 - 10,04
Responden (orang) 0 2 46 47 1 0 16 65 12 3 0 12 31 51 2
Presentase (%) 0 2,08 47,92 48,96 1,04 0 16,67 67,71 12,50 3,13 0 12,50 32,29 53,13 2,08
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 22. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap harga adalah agak murah (48,96%). Kabupaten Wonogiri merupakan penghasil kacang mete sehingga harga kacang mete yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri agak murah. Kesesuaian harga adalah cukup sesuai (67,71%). Harga kacang mete cukup sesuai dengan kacang mete yang dibeli, dengan harga yang lebih mahal para konsumen mendapatkan kacang mete yang lebih bagus daripada harga kacang mete yang lebih murah. Faktor harga merupakan faktor yang penting bagi konsumen (53,13%).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
3. Faktor Promosi Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor promosi kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Promosi Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri Faktor inti Faktor Promosi
Indikator Promosi (X7)
Potongan harga (X8)
Pengalaman pembelian (X9)
Total Indikator
Krteria Tidak menarik Kurang menarik Cukup menarik Menarik Sangat menarik Tidak ada Kurang banyak Wajar Banyak Sangat banyak Tidak penting Kurang penting Cukup penting Penting Sangat penting Tidak penting Kurang penting Cukup penting Penting Sangat penting
Kelas 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 3,00 - 5,40 5,41 - 7,81 7,82 - 10,22 10,23 - 12,63 12,64 - 15,04
Responden (orang) 0 1 48 42 5 27 4 58 6 1 0 0 17 54 25 0 6 49 39 2
Presentase (%) 0 1,04 50,00 43,75 5,21 28,13 4,17 60,42 6,25 1,04 0 0 17,71 56,25 26,04 0 6,25 51,04 40,63 2,08
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 23. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap promosi adalah cukup menarik (50,00%). Promosi dari mulut ke mulut sering terjadi di antara konsumen. Konsumen mendapatkan informasi tentang kacang mete dari saudara dan teman. Label pada kemasan kacang mete member informasi mengenai pedagang dan informasi produk kacang mete yang di beli. Potongan harga adalah wajar (60,42%). Konsumen yang membeli kacang mete dalam jumlah yang cukup banyak akan mendapatkan potongan harga dari pedagang. Pengalaman pembelian adalah penting (56,25%). Dalam pembelian kacang mete, apabila konsumen mendapatkan pengalaman tidak baik misalnya, dalam satu kemasan kacang mete yang dibeli banyak yang pecah-pecah dan banyak kacang mete yang dilem maka konsumen akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
mempertimbangkan untuk membeli di pedagang lain. Faktor promosi merupakan faktor yang cukup penting bagi konsumen (51,04%). 4. Faktor Tempat Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor tempat kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Tempat Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri Faktor inti Faktor Tempat
Indikator Jarak pasar (X10)
Lokasi pasar (X11)
Ketersediaan (X12)
Kenyamanaan pasar (X13)
Pelayanan (X14)
Kebersihan pasar (X15)
Keamanan pasar (X16)
Total Indikator
Krteria Sangat jauh (>6 km) Jauh (5-6 km) Sedang (3-4 km) Dekat (1-2 km) Sangat dekat (<1 km) Tidak strategis Kurang strategis Cukup strategis Strategis Sangat strategis Sangat sulit Agak sulit Wajar Mudah Sangat mudah Tidak nyaman Kurang nyaman Cukup nyaman Nyaman Sangat nyaman Tidak memuaskan Kurang memuaskan Cukup memuaskan Memuaskan Sangat memuaskan Tidak bersih Kurang bersih Cukup bersih Bersih Sangat bersih Tidak aman Kurang aman Cukup aman Aman Sangat aman Tidak penting Kurang penting Cukup penting Penting Sangat penting
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
commit to user
Kelas 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 1,00 - 1,80 1,91 - 2,71 2,72 - 3,52 3,53 - 4,33 4,34 - 5,00 7,00 - 12,60 12,61 - 18,21 18,22 - 23,82 23,83 - 29,43 29,44 - 35,04
Responden (orang) 12 5 31 41 7 0 0 18 63 15 0 1 17 69 9 0 0 60 34 2 0 7 56 29 4 0 9 64 22 1 0 2 47 45 2 0 0 30 64 2
Presentase (%) 12,50 5,21 32,29 42,71 7,29 0 0 18,75 65,63 15,63 0 1,04 17,71 71,88 9,38 0 0 62,50 35,42 2,08 0 7,29 58,33 30,21 4,17 0 9,38 66,67 22,92 1,04 0 2,08 48,96 46,88 2,08 0 0 31,25 66,67 2,08
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Berdasarkan Tabel 24. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap jarak pasar adalah dekat (42,71%). Pasar tradisional pada umumnya terdapat di dekat rumah. Lokasi pasar adalah strategis (65,63%). Pasar tradisional strategis karena dekat dengan jalan raya dan terminal angkutan umum sehingga konsumen mudah untuk mencapainya. Ketersediaan kacang mete di pasar tradisional adalah mudah (71,88%). Kabupaten Wonogiri merupakan penghasil kacang mete maka pasar tradisional dekat dengan tempat industri sehingga ketersediaan kacang mete cukup terjaga. Kenyamanan pasar adalah cukup nyaman (62,50%). Penataan barang (produk) di dalam pasar yang teratur membuat rasa nyaman bagi konsumen, selain itu tidak banyaknya pengamen membuat konsumen tidak terganggu dalam melakukan kegiatan belanja. Pelayangan pedagang adalah cukup memuaskan (58,33%). Pedagang pada umumnya ramah dan mau memberikan informasi yang diperlukan konsumen. Kebersihan pasar adalah cukup bersih (66,67%). Petugas kebersihan pasar membersihkan pasar secara rutin dan pedagang selalu menjaga kebersihan pasar. Keamanan pasar adalah cukup aman (48,96%). Pada setiap pasar tradisional terdapat petugas keamanan dan pasar tradisional dekat dengan pos polisi yang menjaga keamanan pasar tradisional dan lingkungan di sekitarnya. Faktor tempat merupakan faktor yang penting bagi konsumen (66,67%). C. Faktor-faktor yang Dipertimbangkan dan Variabel yang Dominan Dipertimbangkan Konsumen Perilaku konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dianalisis menggunaka metode analisis faktor. Menurut Rochaety et. al (2007), analisis faktor merupakan sebuah analisis yang mencari
hubungan
interdependensi
antarvariabel,
sehingga
mampu
mengidentifikasi dimensi-dimensi atau faktor-faktor yang menyusunnya. Oleh karena itu, dalam analisis faktor tidak terdapat variabel bebas maupun variabel terikat. Manfaat dari analisis faktor adalah melakukan peringkasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
variabel berdasarkan tingkat keeratan hubungan antar variabel, sehingga akan diperoleh faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap variabel lainnya. Dalam penelitian ini data yang digunakan dalam analisis faktor berasal dari pendapat responden mengenai atribut-atribut produk kacang mete. Analisis faktor digunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel-variabel yang terangkum dalam faktor bauran pemasaran yang dipertimbangkan dalam mengambil keputusan pembelian kacang mete. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan analisis faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete pada pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Faktor bauran pemasaran yang diteliti adalah produk, harga, promosi, dan tempat. Faktor produk yang diteliti terdiri dari variabel kandungan gizi (X1), keutuhan (X2), warna (X3) dan rasa kacang mete (X4). Faktor harga yang diteliti terdiri dari variabel harga (X5) dan kesesuaian harga dengan mutu kacang mete (X6). Faktor promosi yang diteliti terdiri dari variabel promosi (X7), potongan harga (X8), dan pengalaman pembelian (X9). Faktor tempat yang diteliti terdiri dari variabel jarak pasar (X10), lokasi pasar (X11), ketersediaan (X12), kenyamanan pasar (X13), pelayanan (X14), kebersihan pasar (X15), dan keamanan pasar (X16). Enambelas variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian kacang mete tersebut dianalisis menggunakan analisis faktor dengan bantuan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17. Layak tidaknya analisis faktor untuk dilakukan analisis lebih lanjut dapat diketahui dengan mengunakan uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO), Bartlett Test of Sprericity, dan Measure of Sampling Adequacy. Analisis faktor dapat dilakukan dengan persyaratan pokok yang harus dipenuhi yaitu nilai indeks KMO tinggi, yaitu berkisar antara 0,5 sampai 1 (Simamora, 2005). Besarnya nilai KMO dapat dilihat pada Tabel 25.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
Tabel 25. KMO (Kaiser Meyer Olkin) Measures of Sampling Adequacy and Bartlett’s Test Uji KMO dan Bartlett KMO Measure of Sampling Adequacy Bartlett’s Test of Sphericity - Approx. Chi-Square - Derajat Kebebasan (Df) - Signifikansi (Sig)
Hasil Penelitian 0,625 156,193 78,000 0,000
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012 Menurut Simamora (2005), KMO uji yang nilainya berkisar anara 0 sampai 1 mempertanyakan kelayakan analisis faktor. Apabila nilai KMO tinggi (berkisar antara 0,5 sampai 1), maka analisis faktor layak dilakukan. Sebaliknya, kalau nilai KMO dibawah 0,5 analisis faktor tidak layak dilakukan. Ketentuan tersebut berdasarkan pada: 1. Jika probabilitas (sig) kurang dari 0,05, maka variabel dapat dianalisis lebih lanjut 2. Jika probabilitas (sig) lebih dari 0,05, maka variabel tidak dapat dianalisis lebih lanjut. Berdasarkan hasil analisis dengan SPSS 17, diperoleh nilai KMO Measure of Sampling Adequacy sebesar 0,625 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai 0,625 berada di atas 0,5 dan signifikansi 0,00 lebih kecil dari 0,05, maka variabel dan data dapat dianalisis lebih lanjut. Besarnya Measures of Sampling Adequacy (MSA) merupakan uji statistik yang digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel dapat dilihat pada tabel anti images correlation matrices pada SPSS. Besarnya MSA masing-masing variabel dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 26.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
Tabel 26. Hasil Pengujian Analisis Faktor 1 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Variabel-variabel Kandungan gizi Keutuhan Warna Rasa Harga Kesesuaian harga Promosi Potongan harga Pengalaman pembelian Jarak pasar Lokasi pasar Ketersediaan kacang mete Kenyamanan pasar Pelayanan pasar Kebersihan pasar Keamanan Pasar
MSA 0,518 0,444 0,586 0,488 0,469 0,601 0,601 0,413 0,543 0,382 0,331 0,614 0,586 0,471 0,606 0,582
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Menurut Anonimd (2011), besarnya angka MSA adalah antara 0 sampai 1, jika digunakan dalam menentukan penggabungan variabel ketentuannya sebagai berikut: 1. Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan. 2. Jika MSA
dapat diprediksi dan dapat
dianalisis lebih lanjut. 3. Jika MSA < 0,5, maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut sehingga variabel tersebut harus dikeluarkan. Tabel 26. menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai MSA lebih dari 0,5 adalah variabel kandungan gizi, warna, kesesuaian harga, promosi, pengalaman
pembelian,
ketersediaan,
kenyamanan,
kebersihan,
dan
keamanan pasar sehingga variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut. Sedangkan variabel keutuhan, rasa, harga, potongan harga, jarak pasar, lokasi pasar, dan pelayanan pasar mempunyai MSA kurang dari 0,5, maka variabel tersebut dikeluarkan dan perlu dilakukan proses pengujian ulang. Menurut Anonimd (2011), apabila terdapat lebih dari 1 variabel yang memiliki MSA di bawah 0,5, maka yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil, dan proses penilaian tetap harus dilakukan pengulangan. Dengan demikian variabel yang harus dikeluarkan adalah lokasi pasar, sehingga variabel lokasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
pasar tidak menjadi variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Lokasi pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri pada umumnya berada di lokasi yang strategis, yaitu di tepi jalan raya dan dekat atau bersebelahan dengan terminal angkutan umum. Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono tersebut menyediakan produk yang bervariasi dan lengkap, kemudahan dalam mendapatkan produk yang diinginkan, dan memberikan kepuasan saat berbelanja. Pengulanan proses pengujian dilakukan tanpa memasukkan variabel lokasi pasar, sehingga nilai MSA dari hasil pengujian yang ke-2 dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Hasil Pengujian Analisis Faktor 2 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Variabel-variabel Kandungan gizi Keutuhan Warna Rasa Harga Kesesuaian harga Promosi Potongan harga Pengalaman pembelian Jarak pasar Ketersediaan kacang mete Kenyamanan pasar Pelayanan pasar Kebersihan pasar Keamanan Pasar
MSA 0,485 0,471 0,614 0,484 0,492 0,635 0,646 0,413 0,561 0,384 0,657 0,629 0,466 0,639 0,633
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 27. menunjukkan bahwa dari hasil pengujian analisis faktor yang ke-2 masih terdapat variabel yang mempunyai MSA kurang dari 0,5 yaitu variabel keutuhan, rasa, harga, potongan harga, jarak pasar, dan pelayanan pasar. Variabel yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil yaitu variabel jarak pasar. Sehingga, variabel jarak pasar tidak menjadi variabel yang dipertimbangkan konsumen. Konsumen yang berbelanja di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono diketahui berasal dari berbagai wilayah Kabupaten
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Wonogiri yang dapat dilihat dari jarak pasar dengan tempat tinggal konsumen. Pengulanan proses pengujian dilakukan tanpa memasukkan variabel jarak pasar, sehingga nilai MSA dari hasil pengujian yang ke-3 dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Hasil Pengujian Analisis Faktor 3 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Variabel-variabel Kandungan gizi Keutuhan Warna Rasa Harga Kesesuaian harga Promosi Potongan harga Pengalaman pembelian Ketersediaan kacang mete Kenyamanan pasar Pelayanan pasar Kebersihan pasar Keamanan Pasar
MSA 0,606 0,579 0,620 0,602 0,486 0,602 0,653 0,395 0,553 0,640 0,649 0,455 0,618 0,653
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 28. menunjukkan bahwa hasil pengujian analisis faktor yang ke3 masih terdapat variabel yang mempunyai MSA kurang dari 0,5 yaitu variabel harga, potongan harga, dan pelayanan pasar. Variabel yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil, yaitu variabel potongan harga. Sehingga, variabel potongan harga tidak menjadi variabel dari faktor promosi yang dipertimbangkan oleh konsumen. Pedagang kacang mete jarang memberikan
potongan
harga
kepada
konsumen,
apabila
pedagang
memberikan potongan harga, besarnya hampir sama untuk setiap pedagang dan nilainya tidak terlalu besar. Pedagang kacang mete tidak mengambil keuntungan yang besar bila dibandingkan dengan resiko yang harus diterima jika kacang mete yang dijualnya tidak laku karena sebagian orang masih menganggap kacang mete sebagai produk mewah. Pengulanan proses pengujian dilakukan tanpa memasukkan variabel potongan harga, sehingga nilai MSA dari hasil pengujian yang ke-4 dapat dilihat pada Tabel 29.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
Tabel 29. Hasil Pengujian Analisis Faktor 4 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Variabel-variabel Kandungan gizi Keutuhan Warna Rasa Harga Kesesuaian harga Promosi Pengalaman pembelian Ketersediaan kacang mete Kenyamanan pasar Pelayanan pasar Kebersihan pasar Keamanan Pasar
MSA 0,626 0,602 0,621 0,632 0,521 0,641 0,691 0,549 0,681 0,691 0,561 0,612 0,650
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 29. menunjukkan bahwa semua variabel pada analisis ke-4 mempunyai MSA lebih dari 0,5 sehingga ketigabelas variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut. Setelah menemukan variabel yang dapat dianalisis, selanjutnya dilanjutkan dengan communalities. Communalities merupakan jumlah total variasi dari sebuah variabel penelitian yang bisa dijelaskan faktor umum. Dari nilai communalities dapat diketahui hubungan antara variabel dengan faktor-faktor yang nantinya dibentuk. Communalities untuk tiap variabel dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Communalities Variabel-variabel Kandungan gizi Keutuhan Warna Rasa Harga Kesesuaian harga Promosi Pengalaman pembelian Ketersediaan kacang mete Kenyamanan pasar Pelayanan pasar Kebersihan pasar Keamanan Pasar
Initial 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
Extraction 0,373 0,666 0,629 0,533 0,451 0,558 0,463 0,501 0,558 0,531 0,481 0,548 0,514
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 30. menunjukkan besarnya communalities untuk masing-masing variabel berbeda. Communalities untuk variabel kandungan gizi nilainya 0,373 yang artinya sekitar 37,3 % varian dari variabel kandungan gizi dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Sedangkan untuk variabel keutuhan nilainya 0,666 artinya sekitar 66,6 % varian dari variabel keutuhan dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk, begitu juga untuk variabelvariabel yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin kecil communalities sebuah variabel, berarti semakin lemah hubungannya dengan faktor yang terkait, dan semakin besar communalities sebuah variabel, maka semakin kuat hubungannya dengan faktor yang terbentuk. Setelah diketahui nilai communalities, selanjutnya dapat dilihat pada nilai eigen value. Kriteria suatu faktor dipertimbangkan oleh konsumen terhadap keputusan dalam membeli kacang mete pada pasar tradisional Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono, dapat diketahui dengan melihat nilai eigen value dari suatu faktor. Eigen value untuk faktor yang dipertimbangkan konsumen terhadap keputusan pembelian kacang mete harus lebih dari 1. Angka eigenv alue menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor yang terbentuk dalam menghitung varian dari variabel-variabel penelitian yang dianalisis. Besarnya eigen value dan proporsi varians untuk masing-masing faktor yang terbentuk dapat dilihat pada Tabel 31. sebagai berikut: Tabel 31. Angka Eigen value dan Proporsi Varian dari Tiap Faktor Faktor inti 1 (tempat) 2 (produk) 3 (promosi) 4 (harga) Total
Eigen value 2,307 1,939 1,474 1,058 6,778
Proporsi Varian 17,746 % 14,914 % 11,337 % 8,136 % 52,132 %
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Pada analisis data terdapat 13 variabel yang dilibatkan, jadi akan ada 13 yang diusulkan dalam analisis faktor. Setiap faktor mewakili variabelvariabel yang dianalisis. Kemampuan setiap faktor mewakili variabel-variabel yang dianalisis, ditunjukkan oleh besarnya varians yang dijelaskan (eigen value). Tabel 31. menunjukkan bahwa terdapat 4 variabel yang menjadi faktor inti dari faktor bauran pemasaran. Hal ini terjadi karena 4 faktor tersebut memiliki nilai eigen value lebih dari 1, sedanngkan 9 faktor yang lain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
tidak menjadi faktor inti karena nilai eigen value kurang dari 1. Dengan demikian pada penelitian ini terbentuk 4 faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Faktor 1 mampu menjelaskan 17,746% varian ke-13 variabel penelitian, faktor 2 mampu menjelaskan 14,914% varian ke-13 variabel penelitian, faktor 3 mampu menjelaskan 11,337% varian ke-13 variabel penelitian, faktor 4 mampu menjelaskan 8,136% varian ke-13 variabel penelitian. Total varian yang mampu dijelaskan keempat faktor tersebut adalah 52,132%, yang berarti penelitian ini mampu menjelaskan faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono sebesar 52,132%. Sedangkan sisanya 47,868% merupakan faktor lain yang tidak tercakup dalam hasil analisis faktor misalnya karakteristik dari konsumen itu sendiri, lingkungan sosial, budaya, ekonomi, politik dan faktorfaktor lain. Empat faktor yang dihasilkan merupakan kumpulan dari variabelvariabel yang merupakan unsur pembentuk faktor tersebut. Penamaan masing-masing faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri didasarkan pada variabel-variabel yang menyusun faktor tersebut. Setelah diketahui empat faktor yang sesuai untuk menyederhanakan ke-13 variabel penelitian yang diteliti, maka dari analisis data dengan menggunakan SPSS 17 diperoleh tabel rotated component matrix. Tabel tersebut menunjukkan distribusi ke-13 variabel pada empat faktor yang terbentuk. Angka-angka yang terdapat pada tabel rotated component matrix adalah factor loading yang menunjukkan besarnya korelasi antara suatu variabel dengan masing-masing faktor yang terbentuk. Factor loading memberikan informasi tentang variabel mana yang berkorelasi signifikan dengan faktor tertentu. Informasi ini selanjutnya digunakan untuk menginterpretasikan faktor secara subyektif. Proses penentuan faktor dilakukan dengan melakukan perbandingan besarnya korelasi setiap baris dengan melihat besar nilai korelasi yang lebih besar dari 0,5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
Factor loading dari ke-13 variabel tersebut selanjutnya dirotasikan dengan metode varimax, yaitu metode rotasi oethogonal (sudut putar 90o) yang menyederhanakan kolom dari matrik faktor agar hanya didapat satu faktor loading tertinggi untuk tiap-tiap variabel. Nilai faktor loading yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Nilai Factor Loading untuk Tiap-tiap Variabel
1
Nama Faktor Tempat
Proporsi Varian 17,746%
2
Produk
14,914%
3
Promosi
11,337%
4
Harga
8,136%
Faktor
Variabel yang Terlibat pada Faktor Inti Ketersediaan kacang mete Kenyamanan pasar Pelayanan pasar Kebersihan pasar Keamanan pasar Kandungan gizi Keutuhan Warna Rasa Kesesuaian harga Promosi Pengalaman pembelian Harga
Nilai Korelasi 0,621 0,695 0,332 0,711 0,549 0,546 0,672 0,702 0,722 0,696 0,524 0,681 0,597
Eigen value 2,307
1,939
1,474
1,058
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 32. menunjukkan bahwa dari hasil analisis faktor terdapat 4 faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri dengan variabel-variabel yang terkandung di dalamnya. Faktor dengan total varian tertinggi merupakan faktor yang paling dominan. Sehingga jika diurutkan menurut total variannya, faktor tempat menempati urutan pertama yaitu dengan total varian sebesar 17,746%, kemudian urutan kedua adalah faktor produk dengan total varian sebesar 14,914%, urutan selanjutnya yaitu faktor promosi dengan total varian sebesar 11,337%, dan yang terakhir adalah faktor harga dengan total varian 8,136%. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis pertama diterima, karena faktor bauran pemasan dipertimbangkan dalam keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Pada tabel tersebut juga menunjukkan variabel-variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete pada masingmasing faktor. Variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
nilai faktor loading yang tertinggi pada masing-masing faktor. Variabel yang paling dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel kebersihan pasar yaitu sebesar 0,711, variabel yang paling dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel rasa yaitu sebesar 0,722, variabel yang paling dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah variabel kesesuaian harga dengan mutu kacang mete yaitu sebesar 0,696, dan variabel yang paling dipertimbangkan konsumen pada faktor harga adalah variabel harga yaitu sebesar 0,597. Sebelum dianalisis variabel kesesuaian harga termasuk dalam faktor harga, tetapi setelah dianalisis variabel kesesuaian harga termasuk ke dalam faktor promosi. Hal ini dikarenakan kesesuaian harga kacang mete mengandung unsur promosi dalam penjualan kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Hipotesis kedua menyebutkan bahwa variabel yang dominan dari faktor produk adalah variabel rasa, dari faktor harga adalah variabel harga, dari faktor promosi adalah variabel potongan harga, dan faktor tempat adalah variabel kebersihan pasar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua ditolak, karena variabel potongan harga bukan merupakan variabel yang dominan dari faktor promosi yang dipertimbangkan konsumen. D. Perilaku Konsumen dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri Studi mengenai perilaku konsumen akan menjadi dasar yang sangat penting dalam pemasaran dan memainkan peranan penting dalam merancang kebijakan publik. Bagi penguasa bidang ekonomi, suatu negara memerlukan kajian ini untuk merumuskan kebijakannya dalam kerangka perlindungan konsumen (Setiadi, 2010). Perilaku beli konsumen kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono yang diteliti meliputi alasan responden berbelanja di pasar tradisional, alasan responden membeli kacang mete, frekuensi pembelian kacang mete, jumlah pembelian kacang mete, dan faktor bauran pemasaran dalam penjualan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
kacang mete di pasar tradisional, yaitu faktor tempat, produk, promosi, dan harga. 1. Alasan Responden Berbelanja di Pasar Tradisional Responden memiliki alasan yang berbeda-beda dalam melakukan kegiatan berbelanja di pasar tradisional. Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut alasan responden berbelanja dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Berbelanja di Pasar Tradisional Alasan Konsumen Strategis Dekat dengan rumah Harga lebih murah Pelayanan pedagang Langganan Dekat dengan tempat kerja Jumlah
Responden (orang) 25 35 19 2 13 2 96
Presentase (%) 26,04 36,46 19,79 2,08 13,55 2,08 100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 33. menunjukkan bahwa responden di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki alasan yang beragam dalam berbelanja di pasar tradisional. Alasan terbanyak yang diberikan responden dalam berbelanja di pasar tradisional tersebut adalah karena dekat dengan rumah, sebanyak 35 orang (36,46%). Pasar tradisional yang dekat dari rumah memudahkan responden untuk mencapainya, baik dengan berjalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi, maupun menggunakan angkutan umum. Selain itu, responden dapat menghemat biaya transportasi dan waktu perjalanan yang sebentar sehingga responden tetap dapat melakukan kewajiban lain seperti bekerja dan melakukan pekerjaan rumah tangga. 2. Alasan Responden dalam Membeli Kacang Mete Responden memiliki alasan yang berbeda satu dengan yang lainnya dalam mengkonsumsi kacang mete. Hal ini dapat disebabkan karena adanya kebutuhan responden dalam mengkonsumsi kacang mete. Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
Pasar Kecamatan Jatisrono menurut alasan responden dalam membeli kacang mete dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Membeli Kacang Mete Alasan Konsumen Camilan Acara keluarga Hari raya Hajatan Pengajian Menjamu tamu Jumlah
Responden (orang) 7 32 23 22 10 2 96
Presentase (%) 7,29 33,33 23,96 22,92 10,42 2,08 100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 34. menunjukkan bahwa responden di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki alasan yang beragam dalam membeli kacang mete. Sebagian besar responden membeli kacang mete karena adanya acara keluarga, yaitu sebanyak 32 orang (33,33%). Hal ini dikarenakan sebagian besar responden menjadikan kacang mete sebagai makanan ringan yang disajikan dalam mengkonsumsi
acara
keluarga. Tidak
kacang
mete
untuk
banyak
camilan
responden sehari-hari
yang karena
dihkawatirkan dengan mengkonsumsi kacang mete sebagai camilan akan mempengaruhi kesehatan konsumen. 3. Frekuensi Pembelian Kacang Mete Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut frekuensi pembelian kacang mete dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Perilaku Beli Konsumen menurut Frekuensi Pembelian Kacang Mete Frekuensi Pembelian dalam 3 Bulan (kali) 1 2 3 Jumlah
Responden (orang) 57 36 3 96
Presentase (%) 59,38 37,50 3,13 100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 35. menunjukkan bahwa frakuensi pembelian kacang mete yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah 1 kali dalam 3 bulan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
yaitu sebanyak 57 orang (59,38%). Dalam penelitian, frekuensi pembelian dicatat dalam 3 bulan karena kacang mete belum menjadi konsumsi harian dan hanya dikonsumsi pada saat ada acara keluarga atau menjadi sajian di acara-acara tertentu. Sehingga, selain rasanya yang enak, menyajikan kacang mete dapat menjadi kebanggaan bagi konsumen karena harga kacang mete yang lebih mahal dari kacang tanah yang biasa disajikan dalam sebuah acara. 4. Jumlah Pembelian Kacang Mete Jumlah pembelian kacang mete dapat berkaitan dengan jumlah anggota keluarga responden dan kebutuhan responden. Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut jumlah pembelian kacang mete dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Perilaku Beli Konsumen menurut Jumlah Kacang Mete dalam Setiap Pembelian Jumlah dalam Setiap Pembelian (Kg) 1 2 3 >3 Jumlah
Responden (orang) 35 42 12 7 96
Presentase (%) 36,46 43,75 12,50 7,29 100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012 Tabel 36. menunjukkan bahwa jumlah pembelian kacang mete yang paling banyak adalah 2 kg dalam setiap kali pembelian, yaitu sebanyak 42 orang (43,75%). Pembelian kacang mete untuk konsumsi keluarga, responden menyesuaikan jumlah kacang mete yang dibeli dengan
banyaknya
jumlah
anggota
keluarga
responden
yang
mengkonsumsi kacang mete. Selain itu, untuk sajian dalam sebuah acara yang akan diadakan, jumlah kacang mete yang dibeli disesuaikan dengan jumlah tamu yang akan datang. Semakin banyak jumlah anggota keluarga atau jumlah tamu yang mengkonsumsi kacang mete, maka jumlah pembelian juga akan semakin banyak karena menyesuaikan kebutuhan responden tersebut. Jumlah pembelian kacang mete sebanyak 2 kg sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
cukup untuk memenuhi konsumsi dalam sebuah acara, seperti acara keluarga atau saat hari raya. Kacang mete sebanyak 2 kg sudah memenuhi kebutuhan unruk suatu acara karena kacang mete biasanya dikemas dalam kemasan kecil sehingga dalam 1 kg dapat menghasilkan 70 kemasan kecil kacang mete atau lebih sesuai dengan keinginan konsumen. 5. Korelasi antara Bauran Pemasaran dengan Keputusan Pembelian Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri Menurut Simamora (2005), analisis faktor dapat digunakan untuk mengidentifikasikan antarresponden
struktur
dengan
hubungan
menguji
antarvariabel
korelasi
ataupun
antarvariabel
atau
antarresponden. Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis perilaku konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri, diketahui bahwa dalam proses pengambilan keputusan pembelian mempertimbangkan faktor bauran pemasaran. Pada penelitian ini,
hasil
analisis
faktor
menunjukkan
bahwa
konsumen
mempertimbangkan empat faktor bauran pemasaran yaitu faktor tempat, faktor produk, faktor harga, dan faktor promosi bauran pemasaran dalam proses pengambilan keputusan konsumen dalam pemembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. a. Faktor Tempat Nilai factor loading dari variabel tempat yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 33. Nilai Factor Loading untuk Variabel Tempat Nama Faktor Inti Tempat
Variabel yang Terlibat pada Faktor Inti Ketersediaan kacang mete Kenyamanan pasar Pelayanan pasar Kebersihan pasar Keamanan pasar
Nilai Korelasi 0,621 0,695 0,332 0,711 0,549
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012 Faktor tempat merupakan faktor utama yang dipertimbangkan responden dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Tabel 37.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
menunjukkan variabel yang terdapat pada faktor tempat adalah variabel ketersediaan kacang mete, kenyamanan pasar, pelayanan pasar, kebersihan pasar, dan keamanan pasar. Berdasarkan Tabel 37. variabel pertama atau variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel kebersihan pasar dengan factor loading sebesar 0,711. Konsemen pada umumnya menyukai berbelanja di pasar tradisional yang bersih. Sebagian besar konsumen menyatakan bahwa Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono termasuk pasar yang bersih. Kebersihan pasar tersebut dapat tercipta dengan adanya kesadaran para penjual untuk selalu menjaga kebersihan tempat berjualannya, kesadaran konsumen juga sangat penting karena konsumen harus ikut membantu menjaga kebersihan pasar tradisional dengan membuang sampah pada tempat sampah yang telah banyak disediakan di pasar, selain itu petugas kebersihan pasar yang secara tertib dan teratur membersihkan area pasar dari sampah-sampah yang ada dan mengangkut sampah dari tempat sampah ke dalam penampungan yang kemudian diangkut oleh petugas kebersihan ke pembuangan akhir. Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel kenyamanan pasar dengan factor loading 0,695. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menyukai suasana pasar tradisional yang nyaman. Kenyamanan pasar (penataan produk di pasar) dapat dirasakan oleh konsumen karena penataan tempat berdagang yang disesuaikan dengan jenis produk yang dijual sehingga menciptakan keteraturan di dalam pasar. Penataan tempat ini juga membantu mempermudah dalam menjaga kebersihan pasar karena sampah-sampah dari berbagai jenis produk tidak bercampur, sehingga kenyamanan pasar dapat terjamin. Selain itu, tidak banyak pengamen dan pedagang asongan yang berkeliling sehingga tidak mengganggu konsumen dalam berbelanja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel ketersediaan kacang mete dengan factor loading sebesar 0,621. Ketersediaan kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten
Wonogiri
dipertimbangkan
oleh
konsumen
karena
ketersediaan dan kemudahan dalam mendapatkan kacang mete yang lebih terjamin dibandingkan di tempat lain seperti di pasar modern. Variabel keempat yang dipertimbangkan oleh konsumen pada faktor tempat adalah variabel keamanan pasar dengan factor loading sebesar 0,549. Keamanan pasar dipetimbangkan konsumen karena pada umumnya konsumen memilih berbelanja di pasar tradisional yang aman. Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono adalah pasar tradisional yang aman jarang terjadi tindak kejahatan seperti pencurian, perampokan, atau tindak kejahatan lainnya. Selain itu, terdapat petugas keamanan (satpam) untuk menjaga keamanan di tradisional tersebut, serta di dekat pasar terdapat pos polisi yang menjaga keamanan lingkungan di sekitar pasar yang ramai. Variabel pelayanan pasar (pedagang) merupakan variabel dengan factor loading di bawah 0,5 (factor loading 0,332), sehingga variabel tersebut dianggap hampir tidak dipertimbangkan oleh konsumen dalam kegiatan pembelian kacang mete. Hal ini dikarenakan pelayanan pedagang di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut konsumen cukup baik dan memuaskan seperti halnya pelayanan di pasar tradisional lainnya yang berada di Kabupaten Wonogiri. Pelayanan yang diberikan pedagang adalah keramahan pedagang kepada konsumen. Menurut Rao dan Monroe dalam Yoo, et.al., (2000), toko dengan citra yang baik akan lebih menarik perhatian dan kunjungan dari konsumen potensial. Pada beberapa toko menyediakan kepuasan konsumen yang lebih besar dan mendorong komunikasi dari mulut ke mulut secara aktif dan positif diantara para konsumen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
b. Faktor Produk Nilai faktor loading dari variabel produk yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38. Nilai Factor Loading untuk Variabel Produk Nama Faktor Inti Produk
Variabel yang Terlibat pada Faktor Inti Kandungan gizi Keutuhan Warna Rasa
Nilai Korelasi 0,546 0,672 0,702 0,722
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012 Faktor produk merupakan faktor kedua yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Variabel yang terdapat pada faktor produk adalah variabel kandungan gizi, keutuhan, warna, dan rasa kacang mete. Berdasarkan Tabel 38. variabel pertama atau variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel rasa kacang mete dengan factor loading sebesar 0,722. Sebagian besar konsumen menyatakan bahwa kacang mete memiliki rasa yang khas sehingga menjadi daya tarik utama. Rasa kacang mete Wonogiri dikenal lebih gurih daripada rasa kacang mete dari Sumbawa, karena getah yang terkandung dalam kacang mete Sumbawa lebih banyak dari kacang mete Wonogiri, sehingga saat dimakan menjadi lebih ulet. Konsumen akan memilih rasa kacang mete sesuai dengan selera masing-masing konsumen, kacang mete yang pernah dikonsumsi akan mempengaruhi keputusan pembelian. Rasa kacang mete dipengaruhi oleh bumbu dan proses menggoreng, bumbu yang kabanyakan garam ata bawang putih membuat kacang mete menjadi lebih asin atau terasa sedikit pahit. Hal ini mempengaruhi selera konsumen sehingga mempertimbangkan rasa kacang mete yang ditawarkan oleh pedagang. Selain itu, lama penyimpanan kacang mete juga mempengaruhi rasanya, kacang mete yang sudah lama akan memiliki bau yang tengik, sehingga ketersediaan kacang mete yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
baru juga dapat mempengaruhi selera konsumen tentang rasa kacang mete. Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel warna kacang mete dengan factor loading sebesar 0,702. Warna kacang mete merupakan faktor yang penting karena mempengaruhi penampilan kacang mete dan kepuasan konsumen. Konsumen lebih menyukai kacang mete yang berwarna kuning keemasan daripada masih berwarna putih atau sudah berwarna cokelat. Kacang mete yang berwarna putih dinilai kurang matang, sedangkan yang berwarna cokelat dinilai terlalu matang sehingga mengurangi kenikmatannya. Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel keutuhan kacang mete dengan factor loading sebesar 0,672. Selain variabel warna, keutuhan kacang mete juga mempengaruhi penampilan kacang mete dan kepuasan konsumen. Keutuhan kacang mete juga berpengaruh pada harga jual kacang mete tersebut. Dalam satu kemasan, kacang mete yang utuh dan besar atau sering disebut dengan kacang mete kualitas super dijual dengah harga yang lebih tinggi daripada dalam satu kemasan terdapat kacang mete yang utuh, belah dan pecah. Beberapa pedagang mensiasati keutuhan kacang mete dengan menempelkan kacang mete belah dengan tepung kanji sehingga terlihat utuh. Akan tetapi hal tersebut akan mengurangi kenikmatan kacang mete dan kepusan konsumen, sehingga konsumen akan berhati-hati dalam memilih kacang mete yang akan dibelinya. Variabel keempat yang dipertimbangkan konsumen pada faktor produk adalah variabel kandungan gizi kacang mete dengan factor loading sebesar 0,546. Kandungan gizi yang yang dimaksud adalah kandungan karbohidrat, protein, dan lemak. Kandungan karbohidrat, protein, dan lemak kacang mete yang tinggi dapat memenuhi kebutuhan protein dan lemak yang diperlukan tubuh. Kandungan lemak pada kacang mete merupakan lemak tak jenuh yang merupakan lemak baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
bagi tubuh. Akan tetapi, sebaiknya kacang mete dikonsumsi dalam batas wajar (tidak kebanyakan) karena akan berpengaruh pada kesehatan tubuh. Menurut Carol O’Neil dalam Satriani (2012), mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengkonsumsi beragam jenis kacang seperti almond, kacang mete, dan kacang kenari menunjukkan berat badan, body mass index (BMI), dan lingkar pinggang yang lebih rendah ketimbang mereka yang tidak mengkonsumsi kacang-kacangan tersebut. Para pengkonsumsi kacang ini juga berisiko lebih rendah terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan sindrom metabolisme. Para ahli merekomendasikan konsumsi 1,5 ons kacang per hari, atau tiga sendok makan kacang-kacangan sebagai bagian dari diet sehat. c. Faktor Promosi Nilai factor loading dari variabel promosi yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 39. Tabel 39. Nilai Factor Loading untuk Variabel Promosi Nama Faktor Inti Promosi
Variabel yang Terlibat pada Faktor Inti Kesesuaian harga Promosi Pengalaman pembelian
Nilai Korelasi 0,696 0,524 0,681
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012 Faktor promosi merupakan faktor ketiga yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Variabel yang terdapat pada faktor promosi adalah variabel kesesuaian harga, promosi penjualan, potongan harga, dan pengalaman pembelian kacang mete. Berdasarkan Tabel 39. variabel pertama atau variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah variabel kesesuaian haga kacang mete dengan factor loading sebesar 0,696. Kesesuain harga dengan mutu kacang mete menjadi variabel dari faktor promosi yang penting bagi konsumen karena harga kacang mete merupakan cerminan dari mutu kacang mete yang dijual. Konsumen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
akan memilih harga yang sedikit lebih tinggi dengan mutu kacang mete yang bagus daripada harga yang murah tetapi mutu kacang mete kurang bagus, karena hal tersebut akan berpengaruh pada kepuasan konsumen. Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah variabel pengalaman pembelian kacang mete dengan factor loading sebesar 0,681. Pengalaman pembelian oleh konsumen penting dalam proses keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional. Pengalaman
pembelian ini dipertimbangkan
karena
konsumen ingin mendapatkan kacang mete dengan mutu yang baik dan sesuai dengan seleranya. Tidak jarang konsumen merasa tertipu karena pedagang mencampur kacang mete bermutu baik dengan kacang mete yang kurang bagus, atau kacang mete belah dilem menggunakan tepung kanji sehingga terlihat utuh. Hal tersebut membuat konsumen lebih hatihati dan cermat dalam membeli kacang mete. Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah variabel promosi penjualan kacang mete dengan factor loading sebesar 0,524. Terdapat beberapa promosi dalam penjualan kacang mete, yaitu promosi dari mulut ke mulut yang dilakukan konsumen satu kepada konsumen yang lainnya, kemasan kacang mete yang menggunakan label, dan adanya beberapa artikel di surat kabar lokal mengenai kacang mete yang di jual di salah satu kios pasar tradisional. Menurut undang-undang no. 7 tahun 1996 tentang pangan, label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Sekuang-kurangnya dalam label memuat: a) nama produk, b) bahan yang digunakan, c) berat atau isi besih, d) nama dan alamat produsen, e) keterangan halal, f) tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa. Namun selain hal tersebut pemerintah dapat menetapkan keterangan lain yang dapat dicantumkan dalam label, mengenai tata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
cara penggunaan, kandungan gizi pangan, ataupun efek samping pangan bagi kelompok masyarakat tertentu, seperti lanjut usia, pengidap penyakit tertentu, atau mereka yang sedang menjalani program diet. d. Faktor Harga Nilai faktor loading dari variabel promosi yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40. Nilai Factor Loading untuk Variabel Promosi Nama Faktor Inti Harga
Variabel yang Terlibat pada Faktor Inti Harga
Nilai Korelasi 0,597
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012 Faktor terakhir yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono adalah faktor harga. Menurut Wahyudi dalam Darmayanti (2009), untuk meningkatkan citra produk dapat dilakukan dengan menggunakan strategi harga yang tepat, karena terdapat hubungan positif antara tingkat harga dengan kualitas merek persepsian.
Hal ini menyebabkan
semakin
tinggi nilai
yang
dipersepsikan terhadap suatu produk maka akan semakin tinggi pula kemungkinan seseorang untuk membeli produk. Oleh karena itu, harga menjadi faktor yang terakhir dipertimbangkan oleh konsumen. Faktor harga terdiri dari variabel harga dengan factor loading sebesar 0,597. Variabel harga dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Walaupun harga kacang mete tergolong tinggi dibandingkan dengan harga kacangkacangan yang lain, tetapi harga kacang mete di pasar tradisional cenderung lebih murah dibandingkan harga kacang mete yang dijual di toko oleh-oleh di luar pasar tradisional. Perbedaan harga kacang mete di pasar tradisional dengan harga di luar pasar tradisional tidak mempengaruhi mutu kacang mete yang dijual. Pada saat penelitian terdapat perbedaan harga kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Harga kacang mete di pasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
tradisional Kabupaten Wonogiri termasuk dalam harga yang wajar karena Kabupaten Wonogiri merupakan daerah produksi kacang mete, selain itu harga kacang mete pada setiap pasar tradisional tidak jauh berbeda. Setiap pedagang kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki harga jual yang berbeda-beda. Harga kacang mete yang tertinggi adalah Rp 85.000 dan terendah adalah Rp 65.000, dengan fluktuasi harga kacang mete mencapai Rp 20.000. Hal ini dipengaruhi oleh waktu pembelian dan tempat pembelian kacang mete. Waktu pembelian kacang mete berpengaruh terhadap harga, saat penelitian dimulai adalah setelah Hari Raya Idul Fitri sehingga harga kacang mete masih tinggi karena masih banyak konsumen yang membeli kacang mete dan belum musim panen kacang mete, akan tetapi harga kacang mete berangsurangsur turun. Turunnya harga mete ini dipengaruhi dengan semakin berkurangnya konsumen yang membeli kacang mete dan musim panen kacang mete telah dimulai. Tempat pembelian kacang mete juga berpengaruh terhadap harga, kacang mete yang dijual di Pasar Kota Wonogiri memiliki harga yang lebih tinggi daripada harga kacang mete di Pasar Kecamatan Ngadirijo dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Pasar Kota Wonogiri berada jauh dari daerah produksi kacang mete sehingga memerlukan biaya distribusi yang lebih besar dari Pasar Kecamatan Ngadirojo dan Pasar Kecamatan Jatisrono yang berada di dekat daerah produksi kacang mete.
commit to user