KAJIAN TERHADAP PEMANFAATAN RUANG DI PASAR TRADISIONAL BULU SEMARANG Dwi Ananta Devy Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telpon (0291) 681024 Abstraksi : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan ruang oleh pedagang serta eksistensinya secara substansial dan spasial yang meliputi atribut kenyamanan (comfort), sosialitas (sociality), legibilitas (legibility), aksesibilitas (accessibility), adaptabilitas (adaptability), rangsangan inderawi (sensory stimulation), aktivitas (activity), kontrol (control), makna (meaning), kesesakan (crowdedness), privasi (privacy) dan visibilitas (visibility).Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan sumber data pedagang, pengelola pasar dan pembeli. Alat pengumpul data dipergunakan kuesioner, dokumentasi Temuan dalam penelitian ini adalah Konsentrasi aktivitas terjadi justru di luar bangunan inti, aktivitas terbanyak terutama di ruang parkir sisi bagian timur, tempat ini didominasi oleh pedagang los dasaran yang semula menempati lantai 2 pasar tradisional Bulu dengan variabel yang mempengaruhi adaptasi, visibilitas, indrawi, aksesbilitas, privasi, sosial, aktivitas, makna. Saran dalam penelitian ini adalah (a) penegakan peraturan lebih ketat dari dinas pengelola pasar (b) jika pedagang telah pindah ke lantai dua maka diperlukan dukungan sarana dan prasarana meliputi listrik, air bersih, sanitasi air hujan dan limbah, drainage, pengelolaan sampah dan jaringan telepon Kata kunci : Perilaku Pedagang, Pemanfaatan Ruang Spasial dan Substansial
PENDAHULUAN Latar Belakang
ideal memenuhi kebutuhan kota. Baik pedagang maupun pengunjung
Scott (1974), Norberg Schulz
merasa nyaman dengan kelengkapan
(1986), Charles Jencks (1971) dalam
fasilitas maupun kapasitas yang optimal.
Joyce Marcella Laurens (2002) tentang
Pada saat itu jenis maupun jumlah
pentingnya penataan aktivitas untuk
pedagang sesuai dengan daya dukung
mengetahui setiap ameniti atau fasilitas
yang ada, penempatan terbagi menurut
desain berdasarkan kebutuhan pengguna
zoning yang ditetapkan.
dan bukan kebutuhan manusia secara
Secara
konseptual
pasar
umum
tradisional Bulu yang sekarang telah
Pasar tradisional Bulu yang dirancang dan dibangun serius dan artistik sebagai public building didirikan pada zaman kolonial. Dibangun pada tahun 1936, Pasar Bulu pada saat itu merupakan sentra perdagangan yang 9
mewadahi
konsep-konsep
yang
umumnya sudah melekat pada pasarpasar tradisional yang banyak dikenal orang, yakni sesuatu yang “agak chaotic (kekacauan)”, namun selalu memikat.
Kajian terhadap Pemanfaatan Ruang Di Pasar Tradisional Bulu Semarang TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5, No. 1, September 2009 Hal 9 - 21 JURNAL Dwi Ananta Devy
9
Simpul rawan kemacetan akibat adanya permasalahan sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki, serta tempat naik-turunnya penumpang transportasi umum. Simpul kemacetan dari berbagai aktivitas dan sirkulasi, yaitu : aktivitas para pedagang kaki lima (PKL) dan pedagang pasaran yang berdagang sampai ke luar lahan pasar/ aktivitas tempat parkir kendaraan dan mangkalnya banyak beca’. Khusus di Jl. Jayengan, sering dilakukan aktivitas bongkar muat barang dagangan dengan mempergunakan mobil box dan truk berukuran kecil, begitu pula yang terjadi di Jl. Suyudono, serta adanya sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki.
Gambar 1 : Simpul lokasi penelitian
Tantangan dunia arsitektur yang sering
dihadapi
oleh
(3). ruang
pasar-pasar
direncanakan
Berkaitan dengan hal-hal tersebut
Perumusan masalah penelitian
pemanfaatan
tidak
pedagang.
ruang (space).
hasil
yang
tetapi muncul ruang karena perilaku
tradisional pada umumnya yaitu problem
dari
Bangunan Monumen Tugu Muda Semarang yang berada di kawasan tersebut mempunyai nilai sejarah/sebagai simbol sejarah kota Semarang itu sendiri
Berbagai bangunan konservasi yang mendapat perlindungan dari pemerintah daerah kota Semarang. Perlu dipertahankan bentuk secara fisik bangunannya terutama tampilan bangunan
pengamatan ruang
adalah
perlu adanya kajian untuk mengetahui faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pasar
yang
pemanfaatan ruang oleh pedagang serta
disediakan
oleh
pengelola
pasar
eksistensinya (sesuai gambar di atas)
tradisonal
Bulu
Semarang
dapat
terhadap ruang lain berdasarkan faktor-
dikategorikan berdasarkan penggunaan
faktor penyebab baik fisik maupun non
oleh pedagang sebagai berikut :
fisik
(1). ruang
yang
memang
sudah
direncanakan dan sudah digunakan sebagaimana mestinya, (2). ruang
yang direncanakan tetapi
tidak optimal termanfaatkan dan
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pemanfaatan ruang oleh pedagang.
Kajian terhadap Pemanfaatan Ruang Di Pasar Tradisional Bulu Semarang Dwi Ananta Devy
10
“atribut”.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : - Sebagai pertimbangan dan masukan serta menambah wawasan dalam hal
lingkungan
Atribut
adalah
kualitas
yang
dirasakan
sebagai
pengalaman manusia, merupakan produk organisasi, individu dan seting fisik.
pengaruh pemanfaatan ruang oleh Institusi
pedagang.
Ruang
Lingk unga n
- Menggali permasalahan yang dimiliki dalam
pemanfaatan
ruang
oleh
Individu
pedagang. TINJAUAN PUSTAKA Perilaku sebagai Suatu Pendekatan Pemanfaatan Ruang pada
perilaku, keterkaitan
yang
dialektik antara ruang dengan manusia dan masyarakat yang memanfaatkan atau menghuni ruang tersebut Pendekatan
(4). Institusi
:
dimana
ini
menekankan
atau masyarakat (yang berbeda-beda di setiap daerah) dalam memanfaatkan Pendekatan ini melihat bahwa
melakukan tugasnya sehari-hari yang berupa kebijakan, pengelolaan. (5). Seting fisik : kondisi fisik tempat
komponen dan properti. (6). Individu : pengguna seting fisik yang
melakukan kegiatan. (7). Fenomena perilaku berupa atribut :
Kenyamanan (comfort)
aspek-aspek norma, kultur, psikologi
Menurut
Weismann,
masyarakat
(1981),
kenyamanan
menghasilkan konsep dan wujud ruang
keadaan
lingkungan
yang berbeda (Rapoport, Amos, 1969).
diterima
oleh
yang
individu
kegiatan berlangsung terdiri dari
perlunya mamahami perilaku manusia
ruang.
Gambar 2 : Model Sistem-LingkunganPerilaku (Sumber : Weismann,Gerald D (1981)
Keterangan :
Pendekatan menekankan
Fenomena Perilaku (Atribut) : 1. Kenyamanan (comfort) 2. Sosialitas (sociality) 3. Legibilitas (legibility) 4. Aksesibilitas (accessibility) 5. Adaptabilitas (adaptability) 6. Rangsangan inderawi (sensory stimulation) 7. Aktivitas (activity) 8. Kontrol (control) 9. Makna (meaning) 10. Kesesakan (crowdedness) 11. Privasi (privacy) 12. Visibilitas (visibility)
berbeda
akan
Fenomena perilaku yang terjadi
antropometrik
panca
Gerald
D
merupakan yang
dapat
indra
dan
(menyangkut
merupakan hasil dari bentuk interaksi
proporsi, dimensi dan karakteristik
antara manusia dengan lingkungan fisik.
fisiologis) dan mampu memfasilitasi
Dari
bentuk
menghasilkan
interaksi apa
yang
ini
akan disebut
Kajian terhadap Pemanfaatan Ruang Di Pasar Tradisional Bulu Semarang TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5, No. 1, September 2009 Hal 9 - 21 JURNAL Dwi Ananta Devy
11
kegiatan untuk mendapatkan kinerja
Aksesibilitas (accessibility)
yang baik.
Weismann,
Sosialitas (sociality)
mengemukakan bahwa aksesibilitas
Merupakan kemampuan seseorang
merupakan
kemudahan
dalam melakukan hubungan sosial
melalui
dan
dengan sesamanya pada suatu seting
lingkungan.
(Weismann, Gerald D, 1981). Suatu
dimaksud
tingkat
dimana
mengungkapkan hubungan
Gerald
D
(1981),
bergerak
menggunakan
Kemudahan berhubungan
yang dengan
orang
dapat
sirkulasi dan visual. Kemudahan
dirinya
dalam
pencapaian
sosial
memperhatikan kelancaran sirkulasi
perilaku
dimaksud
dihubungkan secara langsung pada
dalam
susunan tempat duduk dan meja dari
pemakai, tidak berliku-liku dan tidak
suatu ruang umum, jarak antara
membahayakan. Sedangkan visual
perseorangan,
berarti terlihat atau nampak jelas
perilaku
nonverbal
arti
tidak
adalah
seperti sudut tubuh, kontak mata,
termasuk
ekspresi muka adalah menunjukkan
seting.
kualitas
Adaptabilitas (adaptability)
sosialisasi
diantara
akses
menyulitkan
dan
komponen
perseorangan.
Merupakan kemampuan lingkungan
Legibilitas (legibility)
untuk dapat menampung perilaku
Merupakan
kemampuan
suatu
yang
berbeda
dan
belum
ada
lingkungan menciptakan kemudahan
sebelumnya (Weismann, Gerald D,
bagi seseorang untuk mengenal dan
1981).
memahami
elemen-elemen kunci,
Rangsangan
sehingga mereka dapat menemukan
stimulation)
lingkungan tersebut atau besarnya
Kualitas dan intensitas rangsangan
kesempatan yang diberikan berkaitan
sebagai pengalaman yang dirasakan
dengan
oleh indera manusia (Weismann,
ekspresi
lingkungan/bangunan Gerald D, 1981).
fisik (Weismann,
inderawi
(sensory
Gerald D, 1981). Aktivitas (activity) Merupakan adanya perilaku di dalam suatu
lingkungan
Kajian terhadap Pemanfaatan Ruang Di Pasar Tradisional Bulu Semarang Dwi Ananta Devy
yang
terlihat
12
intensif
(Weismann,
Gerald
D,
atau yang didapatkan lebih kecil dari
1981). Sedangkan menurut Bechtel
pada privasi yang diinginkan.
and Zeisel (1987) dalam Haryadi,
Privasi (privacy)
Setiawan B. (1995), mendefinisikan
Merupakan
kemampuan
aktivitas
memonitor
informasi
sebagai
sesuatu
yang
untuk (secara
dikerjakan oleh seseorang pada jarak
visual/suara) yang masuk atau keluar
waktu tertentu.
dari suatu lingkungan (Weismann,
Kontrol (control)
Gerald D, 1981). Menurut Rapoport,
Merupakan kondisi suatu lingkungan
Amos
untuk mewujudkan personalitas dan
kemampuan
privasi
menciptakan teritori suatu ruang
kemampuan
seseorang
(Weismann, Gerald D, 1981).
sekelompok
orang
Makna (meaning)
mengendalikan
interaksi
Merupakan lingkungan
kemampuan menyajikan
suatu makna-
(1977),
mendefinisikan sebagai atau untuk mereka
dengan orang lain, untuk mengontrol jenis-jenis
interaksi
dan
untuk
makna individual atau kebudayaan
memperoleh kondisi interaksi yang
bagi manusia (Weismann, Gerald D,
diinginkan.
1981).
Sarlito
Kesesakan (crowdedness)
menyatakan
Holahan (1982) dalam Sarwono,
kecenderungan pada diri seseorang
Sarlito Wirawan (1992), kesesakan
untuk
merupakan
kesendiriaannya.
kepadatan
persepsi dalam
terhadap
artian
manusia dan kesesakan
Menurut
Wirawan
tidak
Sarwono,
(1992),
privasi
keinginan
atau
diganggu
dalam
Holahan
(1992)
jumlah
dalam Gifford, Robert (1991), jenis
adalah
privasi
dikelompokkan
dalam
2
persepsi yang bersifat subyektif.
golongan, yaitu :
Kesesakan juga bisa merupakan
Golongan pertama adalah keinginan
perasaan terhadap ke padatan di
untuk tidak diganggu secara fisik,
dalam suatu lingkungan, (Weismann,
yang terwujud dalam tingkah laku
Gerald D, 1981). Sedangkan menurut
menarik diri. Solitude (keinginan
Altman
untuk
(1975),
kesesakan
yang
terjadi karena privasi yang dicapai
menyendiri)
(keinginan
untuk
Kajian terhadap Pemanfaatan Ruang Di Pasar Tradisional Bulu Semarang TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5, No. 1, September 2009 Hal 9 - 21 JURNAL Dwi Ananta Devy
;
Seclusion
menjauh
dari
13
pandangan/gangguan)
;
Intimacy
mungkin dapat memahami apa yang
( keinginan untuk intim)
terjadi disuatu seting tanpa mengetahui
Golongan kedua adalah keinginan
apa yang terjadi di seting-seting lain.
untuk
diri
Dalam artian, sistem seting atau sistem
sendiri yang terwujud dalam tingkah
tempat atau ruang sebagai rangkaian
laku hanya memberikan informasi
unsur-unsur fisik atau spasial yang
yang dianggap perlu. Anonimity
mempunyai
(keinginan untuk merahasiakan jati
terkait hingga dapat dipakai untuk suatu
diri) ; Reserve (keinginan untuk
kegiatan tertentu. Sistem seting ini
tidak mengungkapkan diri terlalu
seringkali dilupakan oleh para peneliti,
banyak pada orang lain) ; Not
arsitek dan perencana kota, sehingga
neighbouring (keinginan untuk tidak
hasil pemahaman dan rancangan mereka
terlibat dengan tetangga)
seringkali
Visibilitas (visibility)
lingkungan
menjaga
Weismann,
kerahasiaan
Gerald
mengemukakan merupakan
D
bahwa
(1981), visibilitas
kemampuan
benda (secara visual) pada obyek yang dituju dan pada jarak tertentu. Dari penjabaran diatas, atribut fokus
penelitian
pengguna
ruang
dalam
melakukan aktivitasnya dengan seting ruang. Menurut Rapoport, Amos (1986), sebagai suatu organisasi dari setingseting ke dalam suatu sistem yang berkaitan
dengan
sistem
kegiatan
manusia. Konsep ini didasari adanya kenyataan
bahwa
seseorang
menghasilkan terbangun
yang
dan
suatu berdiri
sendiri dan tidak mempunyai konteks atau kaitan dengan seting di sekitarnya. HASIL
tidak
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN Hasil penelitian Sejarah Pasar Bulu Semarang Pasar Bulu Semarang di bangun
diperoleh
dengan cara menghubungkan antara kegiatan
tertentu
dapat
melihat dengan jelas tanpa terhalang
sebagai
hubungan
pada tahun 1902, oleh Herman Thomas Karsten,
seorang
lulusan
Technische
insunyur
arsitek
Hoogeschool
di
Delft negara Belanda. Dalam kiprahnya di
Semarang,
Karsten
menerapkan
prinsip perencanaan kota, penzoningan, tingkatan/hirarki jalan-jalan seperti di Eropa. Sedangkan kiprah Karsten di dalam perercanaan dan perancangan
Kajian terhadap Pemanfaatan Ruang Di Pasar Tradisional Bulu Semarang Dwi Ananta Devy
14
bangunan adalah pasar Bulu Semarang
pengelola pasar kurang menanggapi
sebagai
laporan kerusakan fisik bangunan yang
salah
satu
hasil
karyanya
diantara sekian banyak bangunan yang
terjadi. Pasar Bulu memegang peranan
tersebar khususya di kota Semarang. Untuk berfungsi struktur
jenis
sebagai
bangunan pasar,
dikatakan
dari
modern
yang segi karena
yang sangat penting pada perkembangan kegiatan
Kota
Semarang.
Dalam
kenyataannya sebuah pasar di pusat kota
strukur yang diterapkan di pasar Bulu
sangat
Semarang ini adalah struktur jamur
aksesibilitas dari fungsi pasar tersebut.
(mushroom)
Fungsi pasar Bulu
dengan
memakai
strategis
dan
mendukung
Semarang secara
bagian
makro untuk cakupan wilayah bagian
atasnya berbentuk segi delapan. Untuk
Kota Semarang secara khusus dan
menyelesaikan masalah penghawaaan
tingkat Kota Semarang secara umum
Karsten banyak membuat bukaan (pintu ,
yang
jendela maupun lubang ventilasi) yang
pengembangan (WP) I serta wilayah
lebarnya
kota (BWK) I
penampang
kolom
sama
maupun
dengan
jarak
antar
berada
pada
wilayah
travenya Pembukaan ini dipadu dengan
Sesuai dengan Peraturan Daerah
tinggi plafon yang sangat tinggi (5.44 M
(PERDA) No. 10 Tahun 2000, bahwa
untuk ruang-ruang di pinggir, dan l0.44
pasar Bulu Semarang merupakan pasar
pada ruang-ruang di tengah). Perbedaan
wilayah
ketinggian ini sekaligus dimanfaatkan
jangkauan pelayanan radius 7.500 m dan
untuk pencahayaan. Patut disayangkan,
skala pelayanan untuk 50.000 – 75.000
bangunan pasar Bulu
Semarang yang
jiwa penduduk Kota Semarang. Luas
memiliki sejarah ini tidak dimasukkan
areal yang dimiliki oleh pasar wilayah
pada program konservasi bangunan-
ini sebesar 0.60 Ha – 1,50 Ha.
bangunan Semarang
kuno
di
sehingga
wilayah
(lihat
gambar
3)
dengan
kota
keberadaannya
semakin hari semakin memprihatinkan terutama dari segi kondisi fisiknya. . Kerusakan yang terjadi pada saat ini dianggap sudah sangat mengganggu kenyamanan pedagang dan pembeli. Dalam
situasi
semacam
itu,
sikap
Gambar 1 : Peta Wilayah Semarang
Kajian terhadap Pemanfaatan Ruang Di Pasar Tradisional Bulu Semarang TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5, No. 1, September 2009 Hal 9 - 21 JURNAL Dwi Ananta Devy
15
biasanya lebih ramai pada rentang waktu
Deskripsi Responden Berdasarkan
usia
pedagang,
antara pukul 05.00 sampai pukul 09.00.
mayoritas berusia di atas 35 tahun atau
Sebagian besar pedagang yang
termasuk dalam kategori orang tua.
berjualan memerlukan
Sisanya dewasa sebanyak 50% dan
lahan dasaran antara 2.00 m2 – 5.00 m2
remaja
asal
untuk menggelar barang dagangannya
pedagang, mayoritas adalah penduduk
sesuai dengan jenis barang yang mereka
kota Semarang dan dalam jumlah kecil
jual, baik itu jenis dagangan basah
terdapat juga pedagang yang datang dari
(daging,
luar kota Semarang yang mempunyai
buahan, bumbu, palawija) atau jenis
tujuan berdagang untuk menjual hasil
dagangan kering (pakaian, kelontong,
kebunnya sendiri.
plastik, jajanan, alat tulis, dll) serta
sebanyak
33%.
dari
Para pedagang ini kalau dihitung
ikan,
ukuran
sayur-mayur,
luas
buah-
asesoris lainnya
dari lamanya mereka berdagang di pasar
Pembahasan
tradisional Bulu ini boleh dikatakan
Latar
belakang
pindahnya
sudah sangat lama. Hampir sebagian
pedagang di pasar bulu lantai dua ke
besar telah berdagang selama lebih dari
lahan parkir di lantai dasar adalah:
6 tahun, dari berbagai latar belakang
Tabel 1 : Deskriptif Atribut Penelitian
tingkat pendidikan yang mayoritas hanya
Atribut
sampai SD. Dalam kurun waktu yang
Kemampuan Adaptasi Kemampuan adaptasi Tidak adanya masalah dalam beradaptasi dengan ruang berjualan Pembeli lebih menyukai di lantai dasar Visibilitas dapat melihat pembeli tanpa terhalang secara visual karena kurangnya ketersediaan tempat dasaran yang tidak sebanding dengan pedagang yang ada Inderawi barang dagangannya mudah ditangkap secara visual oleh para calon pembeli Aksesbilitas Kemudahan bertransaksi memudahkan untuk dijangkau dari semua arah, dekat dengan arus lalu lintas dan akses jalur transportasi umum mengatur tempat berjualan Kenyamanan Kurang nyaman Kepadatan Kurang nyaman
begitu lama tentunya mereka sudah dapat memprediksi tempat-tempat mana yang
memberikan
keuntungan
dari
lebih segi
banyak ekonomi.
Akibatnya terjadi kepindahan sebagian pedagang ke ruang parkir sisi bagian timur pasar, sampai saat ini. Mayoritas dari mereka telah lebih dari 1 tahun menempati
ruang
parkir
tersebut.
Intensitas aktivitas para pedagang ini
Kajian terhadap Pemanfaatan Ruang Di Pasar Tradisional Bulu Semarang Dwi Ananta Devy
Prosen tase
70% 68% 67% 67%
50%
67% 84%
83% 65% 68%
16
Atribut kumuh, semrawut dan suram sehingga tidak selaras dengan perkembangan lingkungan Kesesakan Tidak tersedia fasilitas Pembagian lahan tidak jelas Ruangan atas kondisi memprihantinkan Legibility Kepemilikan tidak jelas Menempati petak permanent Privasi Privasi pedagang sama sebelum pindah Kontrol Peran pemerintah dan dinas pengelola lemah dan pengendalian tata ruang dan penggunaan lahan Sosialitas Interaksional dengan pedagang tidak berbeda Interaksional dengan dinas pengelola tidak berbeda Interaksional dengan calon pembeli tidak berbeda Aktivitas Aktivitas perdagangan/transaksional lebih meningkat Aktivitas dengan sumber (pemasok) lebih meningkat Makna Lebih menyukai berada di lantai dasar
Keberadaan
pedagang
Prosen tase 50%
yang
mempergunakan ruang parkir sisi bagian
100% 64% 78%
adalah salah karena pemanfaatan ruang
76% 20%
fungsi yang sebenarnya. Ruang yang
100% 90%
yang digunakan tidak sesuai dengan
dipergunakan untuk tempat parkir justru diakuisisi untuk aktivitas perdagangan. Oleh karena itu kami merasa perlunya dilakukan penataan ulang yang sesuai
90%
dengan fungsi ruang yang sebenarnya.
80%
Urgensi penataannya :
90%
a. Ditata kembali atau direhabilitasi
87% 90%
kembali
menjadi
tempat
perbelanjaan yang rapi, bersih dan menyenangkan bagi para konsumen.
90%
yang
timur pasar tradisional Bulu Semarang adalah salah karena pemanfaatan ruang yang digunakan tidak sesuai dengan fungsi yang sebenarnya. Ruang yang dipergunakan untuk tempat parkir justru diakuisisi untuk aktivitas perdagangan. Keterbasan Lahan Parkir a. Kenyamanan b. Kesesakan c. Legability d. Kontrol e. Fasilitas
pedagang
timur pasar tradisional Bulu Semarang
mempergunakan ruang parkir sisi bagian
Alasan pindah ke lahan parkir a. Adaptasi b. Visibilitas c. Indrawi d. Aksesbilitas e. Privasi f. Sosial g. Aktivitas h. Makna
Keberadaan
Sarana dan prasa-rana di lantai dua lebih baik serta kurang optimalnya fungsi kontrol karena pedagang dan pembeli mudah menyesuaikan dengan letak lahan
Gambar 4 : Kerangka Analisis Situasi
b. Penataan
pedagang
itu
sendiri,
karena jika dicermati, keberatan yang dikemukakan pedagang dalam berbagai proses penataan sebenarnya hampir sama. Yaitu berpangkal pada kekhawatiran mereka, di lokasi baru barang dagangan tidak akan laku. c. Penataan management traffic yaitu tempat parkir maupun arus lalu lintas. d. Meniru penataan pada pasar modern. Semua toko dan tempat dasaran harus menghadap ke dalam dan halaman pasar hanya untuk tempat parkir.
Kajian terhadap Pemanfaatan Ruang Di Pasar Tradisional Bulu Semarang TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5, No. 1, September 2009 Hal 9 - 21 JURNAL Dwi Ananta Devy
17
e. Lebih
meningkatkan
faktor
keamanan.
l. Melakukan
pendekatan
kepada para pedagang.
Upaya yang dilakukan Dinas Pasar yaitu
m. Mempertemukan
seluruh
mulai dari melakukan inovasi dan
masyarakat
revolusi, terutama dalam memenuhi
dengan penataan pasar.
keinginan para pedagang. Upaya itu antara lain f. Upaya
g.
pembongkaran
Kantor
lahan parkir itu sudah dilakukan berkali-
ini dilakukan agar luas dasaran bagi
pedagang
pedagang mencukupi dan memadai.
maksimal 2 hari di lantai 2, dengan
Upaya untuk memperluas tempat dilakukan
dengan
Usaha
tersebut
hanya
gagal
mampu
karena bertahan
berbagai macam alasan mereka tetap enggan naik ke lantai 2.
di
Dinas pasar sebagai pengelola
lantai 2 yang sudah tidak digunakan
pasar kendala yang sering dihadapi
oleh pemiliknya.
dalam melaksanakan penataan pedagang
Upaya
gerobog-gerobog
merehabilitasi
dan
Upaya
mengusir
di pasar tradisional Bulu Semarang antara lain :
penghuni-
n. Sulitnya mengatur para pedagang
penghuni liar yang menjadikan lantai
sehingga dalam menata pasar tidak
2 bangunan pasar tradisional Bulu
jarang pengelola selalu beradu fisik
dipakai untuk tempat tinggal.
dengan para pedagang yang tidak
Dinas pasar sebagai pengelola pasar juga melakukan kebijakan yang
k.
memindahkan
kali.
membersihkan gedung.
j.
:Upaya
hubungannya
Cabang Dinas Pasar di lantai 2. Hal
membongkar
i.
Hasilnya
yang
elemen
sekitar 50-an pedagang yang memenuhi
dasaran
h.
persuasif
mau pindah untuk menempati ruang yang telah disediakan. o. Pada
saat
ditata
kembali
pedagang
atau
diimplementasikan/dilaksanakan
direhabilitasi,
untuk
dengan cara :
sementara harus dipindahkan. Hal
Melakukan inovasi dan revolusi,
seperti ini justru akan menimbulkan
terutama dalam memenuhi keinginan
masalah baru karena tidak jarang di
para pedagang.
lokasi sementara, jumlah pedagang akan bertambah. Akibatnya, ketika
Kajian terhadap Pemanfaatan Ruang Di Pasar Tradisional Bulu Semarang Dwi Ananta Devy
18
akan dipindahkan lagi , Dinas Pasar
terlepas dari perhatian semua pihak baik
kesulitan membagi lahan dasaran.
itu pemerintah, swasta, pengusaha, dan
p. Adanya oknum aparat yang berkolusi
masyarakat untuk membangun pasar
dengan
pedagang.
mengambil
Oknum
kesempatan
itu
dengan
menjual lahan dasaran. Hal ini
tradisional Bulu yang sangat diperlukan oleh
masyarakat
tegas
dalam
menata.
kecil
/
ekonomi lemah.
mengakibatkan aparat tidak bisa bertindak
pedagang
Sehingga dapat membuat rencana ke
depan
untuk
penanganan
agar
Ketika upaya penataan dilakukan,
permasalahan pedagang khususnya yang
mereka beralasan, menempati lahan
mempergunakan ruang parkir sisi bagian
parkir karena sudah mengelurkan
timur pasar tradisional Bulu Semarang
sejumlah uang untuk sewa lahan.
dapat diselesaikan.
Melihat
pasar
Penanganan tersebut antara lain,
cenderung
(a) penanganan fisik bangunan yakni
mengalami peningkatan pedagang setiap
perlakuan terhadap bangunan-bangunan
tahunnya
yang berada di pasar tradisional Bulu.
tradisional
perkembangan
Bulu
dan
yang
untuk
memenuhi
kepentingan pedagang pasar tradisional
Kekuatan
Bulu, maka gagasan, usulan, tuntutan
kondisi fisik bangunan, pasar tradisional
revitalisasi dapat disolusikan secara
Bulu masih memerlukan peningkatan
saling
daya dukung kapasitas dan fasilitasnya.
menguntungkan.
Dimana
struktur
saja
pengelolaan, perawatan dan manajemen
masyarakat
pengembangan
aktor pembangunan (stake holder) dan
sehingga pasar tradisional Bulu lebih
sikap Dinas Pasar seharusnya aktif dan
dioptimalkan
pemanfaatannya
bagi
berinisiatif
kepentingan
masyarakat
luas.
penataan
ruang,
mendatang
pemberdayaan masyarakat, pengadaan
(b)
bantuan
dan
membutuhkan pemilahan jenis aktifitas
pembangunan kembali pasar tradisional
yang diperbolehkan berlangsung pada
Bulu yang lebih permai. Pada intinya,
pasar tradisional Bulu. Langkah-langkah
untuk mewujudkan semua itu tidak
yang
dana
penataan,
penanganan
masa
pula
pedagang pasar tradisional Bulu sebagai
dalam
di
diperlukan
segi
Selain
organisasi
masih
dari
manajemen pembangunannya diserahkan kepada
itu
ruang
dilakukan
Kajian terhadap Pemanfaatan Ruang Di Pasar Tradisional Bulu Semarang TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5, No. 1, September 2009 Hal 9 - 21 JURNAL Dwi Ananta Devy
aktifitas
adalah
disini
melakukan
19
pemilahan space use dengan tujuan agar
yang
penyebaran pergerakan pengunjung agar
pertimbangkan penempatan space use
dapat mencapai seluruh ruang aktifitas.
dan aktifitas yang berlangsung pada
Di dalam pengorganisasian space use ini
malam
harus mempertimbangkan penempatan
Perletakannya diarahkan pada lokasi-
titik utama yang menarik perhatian
lokasi yang tersebar, terutama pada
pengunjung.
lokasi yang memiliki perbedaan karakter
Diupayakan
bahwa
pengunjung akan bergerak dari satu titik
sedikit.
hari
Untuk
perlu
sampai
dini
di
hari.
aktifitas ekstrem
ke titik yang lain dengan demikian jalur penghubung antar titik akan menjadi
SIMPULAN
“hidup”.
Kesimpulan
Di
kiri
dan
kanan
jalur
penghubung ini kemudian ditempatkan
Konsentrasi
aktivitas
terjadi
space use lain yang kekuatan daya tarik
justru di luar bangunan inti, aktivitas
pengunjungnya lebih kecil. Lalu lalang
terbanyak terutama di ruang parkir sisi
pengunjung menandakan bahwa suatu
bagian timur, tempat ini didominasi oleh
ruang atau space dimanfaatkan oleh
pedagang los dasaran yang semula
pengunjung. Lalu lalang pengunjung
menempati lantai 2 pasar tradisional
memberikan
Bulu,
padagang
kesempatan
untuk
dengan
komoditas
mayoritas
perhatian
dagangan basah antara lain (daging,
barang
ikan, sayur-mayur, buah-buahan, bumbu,
dagangannya pada tempat-tempat yang
palawija). Karena lokasinya kurang dan
strategis dan mudah ditangkap secara
pembagian lahan dasaran yang tidak
visual.
proporsional banyak pedagang
dengan
menarik
kepada
memamerkan
Selain
dengan
menyebarkan
harus
berdesakan. Hal ini dikarenakan aspek
aktifitas dan pergerakan pengunjung,
adaptasi,
untuk
aksesbilitas, privasi, sosial, aktivitas,
menghidupkan
pasar
pasar
dibutuhkan pula manajemen waktu. Aktifitas
perdagangan
visibilitas,
indrawi,
makna.
utama
Hal
tersebut mengakuisisi
mengakibatkan
dilakukan pada dini hari hingga sore
pedagang
hari, sehingga pada malam hari sampai
pengunjung yang berjalan kaki dan lahan
dini hari terdapat aktifitas dalam jumlah
parkir.
Ditambah
Kajian terhadap Pemanfaatan Ruang Di Pasar Tradisional Bulu Semarang Dwi Ananta Devy
jalur
lagi
untuk
dengan
20
keterlibatan
konsumen
yang
cukup
banyak terutama pada jam-jam tertentu sehingga menimbulkan keramaian
limbah,
drainage,
pengelolaan
sampah dan jaringan telepon.
di
tempat ini dan mengakibatkan terjadinya
DAFTAR PUSTAKA
krowdit.
Kumoro W, Agung. 2002. Ruang Publik
Dalam
kaitannya
penataan
tempat berjualan di ruang parkir sisi bagian timur sebaiknya penempatannya
Pasar Tradisional di Surakarta, Tesis. Laurens,
Joyce
Marcella.
2004.
disesuaikan dengan sifat-sifat barang
Arsitektur dan Perilaku Manusia.
tersebut. Barang-barang yang memiliki
Jakarta : Grasindo bekerja sama
karakter hampir sama ditempatkan pada
dengan Universitas Kristen Petra,
tempat yang berdekatan dengan alasan
Surabaya.
mempunyai
Rapoport, Amos. 1969. “House Form
karakter penanganan dan lingkungan
and Culture”. Prentice – Hall
yang spesifik untuk mengoptimalkan
Inc., Engelwood Cliffs.
karena
setiap
barang
bisa
Rapoport, Amos. 1994. “A Different
dengan mudah untuk berbelanja. Juga
View of Design”. Dalam Thirty
proporsionalnya
lahan
three Papers in Environment –
dengan
Behavior Research. New Castle:
penjualannya
dasaran
yang
agar
konsumen
pembagian disesuaikan
karakter barang yang dijual. Hal ini juga tidak bisa lepas dari bersihnya aparat
The Urban International Press. Rustam Hakim, Hardi Utomo. 2004.
dalam bertugas.
“Komponen
Saran
Arsitektur Lansekap”. Jakarta:
Saran dalam penelitian ini adalah
Bumi Aksara.
(a) penegakan peraturan lebih ketat dari dinas pengelola pasar
Sarwono,
Sarlito
Perancangan
Wirawan.
1992.
Psikologi Lingkungan. Jakarta :
(b) jika pedagang telah pindah ke lantai
Rasindo.
dukungan
Wiranto. 1997. “Cakrawala Arsitektur”.
sarana dan prasarana meliputi listrik,
Badan penerbit : Universitas
air bersih, sanitasi air hujan dan
Diponegoro, Semarang
dua
maka
diperlukan
Kajian terhadap Pemanfaatan Ruang Di Pasar Tradisional Bulu Semarang TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5, No. 1, September 2009 Hal 9 - 21 JURNAL Dwi Ananta Devy
21