II KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1
Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang
berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau water bufallo yang ada pada saat ini berasal dari spesies Bubalus arnee. Spesies kerbau lainnya yang masih liar adalah B. mindorensis, B. depressicornis dan B. cafer (Hasinah dan Handiwirawan 2006). Kerbau Asia terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau domestik terdiri atas dua tipe yaitu kerbau rawa (swamp buffalo) dan kerbau sungai (river buffalo). Klasifikasi ternak kerbau Storer dkk,. (1971) sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Kelas
: Mamalia
Sub-kelas
: Ungulata
Ordo
: Artiodactyla
Sub-ordo
: Ruminansia
Famili
: Bovidae
Genus
: Bubalus
Spesies
: Bubalus bubalis Linn.
Kerbau merupakan ternak asli daerah panas dan lembab, khususnya daerah belahan Utara tropika (Deptan 2008). Kerbau ditinjau dari habitatnya, digolongkandalam dua tipe, yaitu: swamp bufallodan river bufallo. Swamp
buffalo (kerbau rawa) tipe habitatnya adalah area daerah rawa yang tempat berkubangnya di lumpur, sedangkan river buffalo (kerbau sungai) menetap di daerah basah dan lebih sukaberenang di sungai atau kolam yang dasarnya keras. Kerbau sungai umumnya tipe kerbau penghasil susu, sedangkan kerbau rawa merupakan tipe penghasil daging (Fahimuddin 1975). Kerbau rawa banyak terdapat di daerah Asia Tenggara. Kerbau ini tampak lebih liar dibandingkan dengan kerbau tipe sungai. Fahimuddin (1975) menyatakanbahwa kerbau rawa merupakan kerbau yang berbadan pendek, besar, bertanduk panjang, memiliki konformasi tubuh yang berat dan padat, dan biasanya berwarnaabu-abu dengan warna yang lebih cerah pada bagian kaki.Warna yang lebih terangdan menyerupai garis kalung juga terdapat di bawah dagu dan leher.Kerbau rawatidak pernah berwarna coklat atau abu-abu coklat sebagaimana kerbau sungai (Mason 1974). Ciri-ciri dari bagian muka adalah dahi datar, muka pendek, moncong lebar dan terdapat bercak putih di sekitar mata. Fahimuddin (1975) menyatakan bahwa kerbau rawa jantan memiliki bobot dewasa 500 kg dan kerbau betina 400 kg dengan tinggi pundak jantan dan betina adalah 135 dan 130 cm. Pada umumnya kerbau rawa merupakan jenis kerbau penghasil daging dan sering ditemukan di daerah rawa atau berkubang pada tempat yang berlumpur. Kerbau sungai memiliki warna tubuh hitam atau abu-abu gelap dan tanduk melingkar atau lurus memanjang ke belakang.
2.2
Sifat Kualitatif Pada Kerbau Sifat kualitatif adalah suatu sifat dimana masing-masing individu dapat
diklasifikasikan
kedalam
satu
hingga
dua
kelompok
atau
lebih,
dan
pengelompokan itu berbeda jenis satu sama lain (Warwick 1995). Menurut
pendapat Dudi, dkk. (2011) menyatakan bahwa sifat kualitatif pada ternak kerbau meliputi warna kulit, bentuk tanduk, garis punggung, garis kalung putih (chevron), dan jumlah unyeng–unyeng (whorls). Pengamatan sifat kualitatif kerbau lokal masih sangat bervariasi baik warna kulit, bentuk tanduk, garis punggung maupun garis kalung putih pada leher. sedangkan untuk jumlah unyeng-unyeng dan warna putih pada kaki umumnya seragam. 2.2.1
Bentuk Tanduk BPPT Kalimantan Selatan (2007) melaporkan bahwa bentuk tanduk
kerbau rawa agak pipih pada pangkalnya serta bulat dan runcing pada ujungnya, tumbuh mengarah kesamping kemudian lurus kebelakang dan berjumlah 2 buah. Kerbau rawa atau kerbau lumpur memiliki tanduk melengkung keatas, lurus kesamping dan melengkung kebawah (Hasinah dan Handiwirawan, 2006). 2.2.2
Garis Kalung (Chevron) Garis kalung (chevron) merupakan ciri spesifik dari kerbau rawa, hampir
seluruh kerbau rawa memiliki garis kalung. Menurut murti (2002) menjelaskan bahwa kerbau rawa memiliki bercak putih pada permukaan lehernya. Garis kalung (chevron) di temukan pada seluruh kerbau rawa dengan jenis chevron tunggal dan chevron double. 2.2.3
Garis Punggung Garis punggung terdiri atas dua macam yaitu garis punggung datar dan
garis punggung melengkung. Garis punggung ada kaitannya dengan bentuk karkas, kerbau yang mempunyai garis punggung datar mempunyai kualitas karkas yang lebih baik dari pada yang bergaris punggung melengkung ke dalam, namun
untuk melihat garis punggung akan lebih terlihat jelas pada ternak yang kurus dan sudah tua (Dudi, dkk., 2011). 2.2.4
Unyeng-Unyeng (Whorls) Unyeng-unyeng merupakan garis tanda pada rambut kerbau yang
umumnya berbentuk melingkar-lingkar dan semakin terpusat di suatu titik pada bagian tubuh kerbau. Menurut Erdiansyah, (2008). Unyeng-unyeng merupakan salah satu sifat yang paling menonjol pada ternak kerbau. Pada kerbau lumpur mempunyai keseragaman untuk letaknya diseluruh tubuh namun jumlahnya spesifik untuk setiap individu. Unyeng–unyeng paling banyak terdapat pada pinggang, Dada dan perut. 2.2.5
Warna Kulit Fahimuddin (1975) menyatakan bahwa kerbau rawa biasanya berwarna
abu-abu dengan warna yang lebih cerah di bagian kaki. Warna yang lebih terang dan menyerupai garis kalung juga terdapat di bawah dagu dan leher. Konformasi tubuh pendek dan gemuk serta tanduk panjang mengarah ke belakang (Fahimuddin, 1975).
2.3
Sifat Kuantitatif Pada Kerbau Menurut Soeparno, (1998) nilai kuantitatif pada ternak akan berhubungan
dengan pertumbuhan pada ternak, pertumbuhan secara umum didefinisikan sebagai perubahan ukuran tubuh yang meliputi perubahan bobot badan, bentuk, dimensi dan komposisi tubuh termasuk perubahan jaringan-jaringan tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ. Lingkar dada dan panjang badan dapat digunakan untuk melakukan pendugaan bobot hidup kerbau. Ukuran ukuran tubuh memiliki hubungan erat
dengan komponen tubuh, ukuran permukaan dan bagian tubuh ternak mempunyai banyak kegunaan karena dapat digunakan dalam penaksiran bobot badan dan karkas. Ukuran-ukuran tubuh seperti lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak dapat memberikan petunjuk bobot badan ternak dengan ketelitian yang cukup baik (Santosa, 2008). 2.3.1
Panjang Badan Sitorus, (2008) menyatakan panjang badan adalah jarak garis lurus dari
tepi tulang Processus spinocus sampai dengan benjolan tulang lapis (Os ischium), diukur dengan tongkat ukur. Semakin panjang badan kerbau maka kemampuan berproduksi akan meningkat, demikian juga dengan dimensi tubuh yang lain selalu berkorelasi positif dengan produktivitas kerbau (Sumadi, 2007). 2.3.2
Tinggi Pundak Menurut Jamarun, (1988). Tinggi pundak merupakan perpaduan antara
ukuran tulang kaki dan dalam dada. Hewan yang mempunyai dimensi tulang kaki yang besar cenderung tumbuh lebih cepat dan menghasilkan daging yang lebih banyak dibandingkan hewan yang berkaki kecil. Tinggi pundak perlu diketahui untuk memberikan informasi tentang pertumbuhan ternak dan dapat digunakan untuk memperkirakan bobot badan, dan juga tinggi pundak berpengaruh terhadap daya tarik yang dihasilkan oleh ternak tersebut (Murti, 2002). 2.3.3
Lingkar Dada Umur sangat berpengaruh terhadap pertambahan ukuran lingkar dada.
Semakin dewasa umur ternak maka ukuran lingkar dada semakin bertambah. Sesuai dengan pendapat Saroji (2008) bahwa dengan bertambahnya umur seekor ternak maka ukuran panjang badan, lingkar dada, tinggi pundak dan bobot badan juga ikut bertambah. Bertambahnya bobot hewan menyebabkan bertambah
kuatnya otot-otot penggantung tersebut sehingga bertambah besar pula lingkar dada (Putra, 1985). 2.3.4
Lebar Pinggul Santosa (2008) menyatakan bahwa lebar pinggul berkolerasi positif
terhadap kelahiran anak, dalam artian semakin besar lebar pinggul dapat berpeluang melahirkan anak dengan baik. 2.3.5
Tinggi Pinggul Hartati (2009) melaporkan bahwa tinggi pinggul dan tinggi gumba pada
ternak pada saat usia masak dini (awal), pertumbuhan tinggi pinggul lebih cepat dari pada tinggi gumba. Hal ini berarti bahwa bila tinggi pinggul telah selesai tumbuh maka tinggi gumba masih tumbuh dan setelah ternak selesai tumbuh pada saat dewasa, maka tinggi pinggul relatif sama dengan tinggi gumba. Dalam dada, lingkar dada, tinggi gumba, tinggi pinggul, lebar dada dan lebar pinggul berkorelasi positif terhadap persentase karkas (Sumadi, 2007). 2.3.6
Bobot Badan Kinerja produksi kerbau dapat dilihat dan diukur dengan mengetahui
bobot badan, ukuran tubuh, kondisi ternak dan kemampuan kerjanya. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa pemakaian ukuran lingkar dada dan panjang badan dapat digunakan untuk estimasi bobot badan seekor hewan. Pemberian pakan yang lebih baik yaitu dengan penambahan konsentrat sebanyak 5 kg/ekor/hari dapat meningkatkan bobot badan dan memperbaiki kondisi tubuh kerbau betina sehingga pada akhirnya dapat merangsang aktivitas birahi, konsepsi dan produksi anak (Putu, 2003).