KAJIAN KEAMANAN DAN AKTIVITAS IMMUNOMODULATOR EKSTRAK DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus Benth) DAN BUNGA KNOP (Gomphrena globosa L.)
TRI HARI AQUARINI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
2
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Keamanan dan Aktivitas Immunomodulator Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) dan Bunga Knop (Gomphrena globosa L.) adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Januari 2006 Tri Hari Aquarini NIM P09500014
3
ABSTRAK TRI HARI AQUARINI. Kajian Keamanan dan Aktivitas Immunomodulator Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Dan Bunga Knop (Gomphrena globosa L.). Di bawah bimbingan FRANSISKA RUNGKAT ZAKARIA dan MAGGY THENAWIJAYA SUHARTONO Daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) dan bunga knop (Gomphrena globosa L.) telah lama digunakan secara tradisional untuk mencegah atau mengobati berbagai macam penyakit. Daun kumis biasa digunakan untuk mencegah infeksi kandung kemih, kencing batu, infeksi saluran kemih dan mengobati diabetes melitus, rematik, dan asam urat. Bunga knop biasa digunakan untuk mengobati sesak napas karena asma, batuk rejan, radang saluran napas, disentri dan sakit panas. Walaupun demikian, belum ada informasi ilmiah mengenai keamanan kedua produk ini untuk dikonsumsi. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan metode pengeringan terbaik untuk membuat bubuk daun kumis kucing dan bunga knop dan untuk menguji pengaruh ekstrak kedua produk ini terhadap proliferasi sel limfosit manusia. Metode pengeringan terbaik untuk kumis kucing adalah pengeringan dengan sinar matahari, ditunjukkan oleh nilai rataan konsentrasi total fenol sebesar 123.434 + 12.159 mg fenolik/g berat kering yang lebih tinggi dari pada nilai rataan total fenol pada pengeringan dengan oven sebesar 16.918 + 0.174 mg fenolik/g berat kering dan oleh nilai rataan aktivitas antioksidan yang dinyatakan sebagai Trolox Equivalent Antioxidant Capacity (TEAC) sebesar 1354.756 + 1.515 mM/g berat kering dan 470.441 + 61.670 mM/g berat kering. Metode pengeringan terbaik untuk bunga knop adalah pengeringan dengan oven ditunjukkan oleh nilai rataan konsentrasi total fenolnya 3.069 + 0.168 mg fenolik/g berat kering yang lebih tinggi dari pada nilai rataan total fenol pada pengeringan dengan sinar matahari sebesar 2.239+0.055 mg fenolik/g berat kering dan oleh nilai rataan aktivitas antioksidannya berturut-turut sebesar nilai TEAC 108.346+14.166 mM/g berat kering dan 56.070 + 7.085 mM/g berat kering. Pengujian keamanan ekstrak air daun kumis kucing dan bunga knop dilakukan menggunakan sel limfosit manusia yang dikultur dengan menambahkan ekstrak keduanya dan atau mitogen. Untuk ekstrak daun kumis kucing peningkatan konsentrasi dari 1.203 mg/ml menjadi 2.406 mg/ml kemudian menjadi 4.812 mg/ml meningkatkan rataan indeks stimulasi (IS) berturut-turut sebesar 1.518 + 0.124 menjadi 1.819+0.031 kemudian menjadi 2.389+0.148. Untuk bunga knop peningkatan konsentrasi dari 0.4115 mg/ml menjadi 0.823 mg/ml juga meningkatkan rataan IS berturut-turut sebesar 1.011+0.082 dan 1.071 + 0.122. Sebaliknya, peningkatan konsentrasi menjadi 1.646 mg/ml kemudian menjadi 3.292 mg/ml menghambat proliferasi sel limfosit sebesar 0.938 + 0.041 dan 0.780 + 0.142. Tampaknya bubuk daun kumis kucing tidak bersifat racun terhadap sel limfosit, sebaliknya mempunyai aktivitas imunomodulator. Bubuk bunga knop pada konsentrasi yang lebih tinggi tampaknya bersifat racun. Kata kunci: daun kumis kucing, bunga knop, total fenol, aktivitas antioksidan, proliferasi sel limfosit.
4
© Hak cipta milik Tri Hari Aquarini, tahun 2006 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya
5
KAJIAN KEAMANAN DAN AKTIVITAS IMMUNOMODULATOR EKSTRAK DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus Benth) DAN BUNGA KNOP (Gomphrena globosa L.)
TRI HARI AQUARINI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Pangan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
6
Judul Tesis : Kajian Keamanan dan Aktivitas Immunomodulator Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) dan Bunga Knop (Gomphrena globosa L.) Nama : Tri Hari Aquarini NIM : P09500014
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Fransiska R. Zakaria, M.Sc. Ketua
Prof. Dr. Ir. Maggy T. Suhartono Anggota
Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Pangan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, M.S.
Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.
Tanggal Ujian : 12 Oktober 2005
Tanggal Lulus :
7
PRAKATA Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang dengan seizinnya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini, yang berjudul Kajian keamanan dan aktivitas immunomodulator ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) dan bunga knop (Gomphrena globosa L.). Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Fransiska R. Zakaria selaku ketua komisi pembimbing yang selalu memberi semangat, motivasi dan bimbingan pada penulis dalam melaksanakan penelitian dan penulisan tesis ini. 2. Prof. Dr. Maggy T. Suhartono, selaku anggota komisi pembimbing yang juga selalu memberi semangat dan bimbingan selama penelitian dan penulisan tesis ini. 3. Ir. Didah Nur Faridah, MSi., atas segala bantuan dan bimbingannya selama penelitian dan penulisan tesis ini. 4. Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, MS, selaku ketua Program Studi Ilmu Pangan. 5. Program Hibah B Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB yang telah mensponsori penelitian ini. 6. Ibu Prof. Dr. Aisjah Girindra yang terus memberi semangat agar penulis dapat menyelesaikan studinya. 7. Teman-teman di LPPOM-MUI atas segala dukungan dan doanya. 8. Laboran dan pegawai di Lab. PAU BIOTEK, Mbak Ika, Mbak Eni dan Novi yang selalu memberi semangat dan bantuan bila ada kesulitan selama penulis bekerja di laboratorium. 9. Teman-teman di Lab. Mikrobiologi PAU BIOTEK, Mbak Eko, Mbak Yuyun, Emma, Dina, Siti, Agnes, Rudi, Bobby, Eni dan Darta yang selalu berbagi ilmu dan saling mendukung. 10. Adik-adik satu penelitian Nora dan Inggrid yang selalu saling menyemangati dan bekerja sama. 11. Teman-teman pada Program Studi Ilmu Pangan yang selalu bersedia membantu dan memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian. 12. Papa dan Mama juga Bapak (Soedibjo N.H) dan Ibu (Sumarti) atas segala dukungan dan bantuannya. 13. Suamiku tercinta Mas Upi dan anak-anakku tersayang Mbak Ima, Mbak Ifa, Mas Fawzan dan Adek Ira atas segala pengorbanan dan pengertiannya selama Ibu kuliah. 14. Kakak-kakakku Mas Eko, Bu Nien, Mbak Yanti dan Aa Bagus serta adikadikku De Ida dan Joko, De Ika dan Gandjar, De Dewi, dan De Rudi dan Fika atas segala doa dan dukungannya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini, oleh karena itu penulis mohon kritik dan saran untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Bogor, Januari 2006 Tri Hari Aquarini
8
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 18 Februari 1969 sebagai anak terakhir dari tiga bersaudara putra Bapak Prof. Dr. Harimurti Martojo dan Ibu Rastini Rasjid, MSc. Penulis menempuh pendidikan SD sampai SMA di Bogor. Tahun 1987 diterima di Institut Pertanian Bogor dan tahun 1988 diterima di Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fateta IPB. Penulis menyelesaikan studi Sarjananya pada tahun 1992. Sejak 1993 sampai sekarang penulis bekerja paruh waktu di Lembaga Pengkajian Pangan dan Obat-obatan-MUI (LPPOM-MUI). Penulis telah menikah dengan dr. Supriyadi Bektiwibowo SpA dan dikaruniai empat orang anak, Fathimah Hanun Syifaul Jannah, Hanifah Sakinatun Khalidah, Muhammad Khalid Fawzan ’Adziima dan Khadijah Zhafirah Nurul Ramadhani.
9
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................................. 11 DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... 12 DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... 13 PENDAHULUAN .............................................................................................. 14 Latar Belakang ........................................................................................... 14 Tujuan ....................................................................................................... 15 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 16 Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) ........................................ 16 Bunga Knop (Gomphrena globosa L.) ....................................................... 18 Pengeringan ............................................................................................... 21 Senyawa Fenolik ........................................................................................ 23 Keamanan Pangan ..................................................................................... 25 Limfosit dan Proliferasi Sel Limfosit ......................................................... 26 Immunomodulator ...................................................................................... 29 Kultur Sel ................................................................................................... 30 BAHAN DAN METODE .................................................................................. 32 Bahan dan Alat .......................................................................................... 32 Metode Penelitian ....................................................................................... 33 Pembuatan Bubuk Daun Kumis Kucing dan Bubuk Bunga Knop ... 33 Metode Pengeringan Oven ....................................................... 33 Metode Pengeringan Sinar Matahari ...................................... 33 Pembuatan Ekstrak Air Daun Kumis Kucing dan Bunga Knop Segar dan Bubuk .............................................................................. 33 Analisa Total Fenol modifikasi metode Chandler dan Dodds (Shetty et al. 1995)....................................................................................... 34 Analisa Aktivitas Antioksidan (Kubo et al. 2002) ......................... 34 Analisa Proksimat (Apriyantono et al. 1989).................................. 35 Analisa Proliferasi Limfosit ............................................................. 37 Persiapan Larutan Ekstrak Daun Kumis Kucing dan Bunga Knop Serta Larutan Mitogen ……………………………....... 37 Persiapan Medium Kultur Sel Limfosit (Koesitoresmi 2002), Isolasi Limfosit (Nurrahman 1999) dan Penghitungan Sel ..... 38 Kultur Limfosit ........................................................................ 40 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................... 42 Daun Kumis Kucing ................................................................................. 42 Metode Pengeringan ......................................................................... 42 Total Fenol dan Aktivitas Antioksidan............................................. 44 Analisa Proksimat Bubuk Daun Kumis Kucing Hasil Pengeringan Dengan Sinar Matahari ................................................................... 49 Pengujian Ekstrak Daun Kumis Kucing Terhadap Proliferasi Sel Limfosit Dengan Metode MTT.........................................................49
10
Bunga Knop................................................................................................ 53 Metode Pengeringan......................................................................... 53 Total Fenol dan Aktivitas Antioksidan............................................ 55 Analisa Proksimat Bubuk Bunga Knop Hasil Pengeringan Dengan Oven ................................................................................................ 59 Pengujian Ekstrak Bunga Knop Terhadap Proliferasi Sel Limfosit Dengan Metode MTT........................................................................ 60 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 65 Simpulan ................................................................................................. 65 Saran ......................................................................................................... 65 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 66 LAMPIRAN ...................................................................................................... 72
11
DAFTAR TABEL Halaman 1 Mitogen-mitogen ”nonspecific” yang mengaktivasi sel limfosit manusia ... 28 2 Bahan-bahan yang ditanam ke dalam kultur sel............................................. 41 3 Perbandingan total fenol pada 0 jam dan 24 jam antara ekstrak air masing-masing perlakuan dengan ekstrak air daun kumis kucing segar ....... 45 4 Perbandingan aktivitas antioksidan pada 0 jam dan 24 jam antara ekstrak air masing-masing perlakuan dengan ekstrak air daun kumis kucing segar ..................… .................................................................. 47 5 Hasil analisa proksimat bubuk daun kumis kucing hasil pengeringan dengan sinar matahari .............................................................................................. 49 6 Perbandingan indeks stimulasi antara kultur yang ditambah ekstrak daun kumis kucing dengan mitogen (Con A, LPS dan PK) dengan yang ditambah ekstrak daun kumis kucing saja pada konsentrasi C2 (1.203 mg/ml) ,C4 (2.406 mg/ml) dan C8 (4.812 mg/ml) ..................... 50 7 Perbandingan total fenol pada 0 jam dan 24 jam antara ekstrak air masing-masing perlakuan dengan ekstrak air bunga knop segar................. 54 8 Perbandingan aktivitas antioksidan pada 0 jam dan 24 jam antara ekstrak air masing-masing perlakuan dengan ekstrak air bunga knop segar.......................................................................................................…… 57 9 Hasil analisa proksimat bubuk bunga knop hasil pengeringan dengan oven ............................................................................................................... 59 10 Perbandingan indeks stimulasi antara kultur yang ditambah ekstrak bunga knop dengan mitogen (Con A, LPS dan PK) dengan yang ditambah ekstrak bunga knop saja pada konsentrasi C1 (0.4115 mg/ml), C2 (0.8230 mg/ml), C4 (1.646 mg/ml) dan C8 (3.292 mg/ml)...................... 60 11 Perbandingan hasil penelitian ekstrak daun kumis kucing dengan bunga knop .............................................................................................................. 64 12 Hasil analisa total fenol dan aktivitas antioksidan.......................................... 77 13 Hasil analisa MTT ekstrak bunga knop ......................................................... 77 14 Hasil analisa MTT ekstrak daun kumis kucing... .......................................... 78 15 Absorbansi untuk Trolox (mM)... ................................................................. 79 16 Absorbansi untuk asam tanat... ..................................................................... 80
12
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) .............................. 16 2 Tanaman bunga knop (Gomphrena globosa L.) ............................................ 19 3 Pengambilan darah secara aseptis................................................................. 39 4 Bubuk daun kumis kucing ............................................................................ 43 5 Ekstrak air bubuk daun kumis kucing........................................................... 43 6 Perbandingan total fenol ekstrak air masing-masing perlakuan pada daun kumis kucing ................................................................................................ 46 7
Perbandingan analisa aktivitas antioksidan masing-masing perlakuan pada daun kumis kucing ....................................................................................... 47
8 Perbandingan indeks stimulasi antara kultur yang ditambah ekstrak daun kumis kucing saja dengan yang ditambah mitogen (Con A, LPS dan PK ) saja dan dengan ekstrak daun kumis kucing ditambah mitogen ... 52 9 Bubuk bunga knop ........................................................................................ 54 10 Ekstrak air bubuk bunga knop.......... ........................................................... 54 11 Perbandingan total fenol ekstrak air masing-masing perlakuan pada bunga knop ............................................................................................................. 57 12 Perbandingan analisa aktivitas antioksidan masing-masing perlakuan pada Bungaknop................................................................................................... 58 13 Perbandingan indeks stimulasi antara kultur yang ditambah ekstrak bunga knop saja dengan yang ditambah mitogen (Con A, LPS dan PK ) saja dan dengan ekstrak bunga knop ditambah mitogen .........................
61
14 Kurva standar Trolox .................................................................................. 79 15 Kurva standar Asam Tanat ......................................................................... 80
13
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Dosis dasar jumlah penggunaan daun segar dan bubuk daun kumis kucing untuk membuat ekstrak air …..…………………………………….
72
2 Dosis dasar jumlah penggunaan bunga segar dan bubuk bunga knop untuk membuat ekstrak air .........……………………………………………
73
3 Contoh Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Daun Kumis Kucing .................. 74 4 Contoh Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Bunga Knop ................................ 75 5 Penentuan konsentrasi larutan mitogen (LPS, Con A dan Pokeweed) ........... 76 6 Master tabel data penelitian ......................................................................... 77 7 Tabel absorbansi dan kurva standar trolox .................................................... 79 8 Tabel absorbansi dan kurva standar asam tanat............................................. 80 9 Daftar singkatan ............................................................................................ 81 10 Hasil uji statistik (ANOVA) kadar total fenol ekstrak air daun kumis Kucing ..................................................................................................….... . 82 11 Hasil uji statistik (ANOVA) aktivitas antioksidan ekstrak air daun kumis Kucing .......................................................................................................... 84 12 Hasil uji statistik (ANOVA) indeks stimulasi ekstrak daun kumis kucing .... 86 13 Hasil uji statistik (ANOVA) kadar total fenol ekstrak air bunga knop .....… . 90 14 Hasil uji statistik (ANOVA) aktivitas antioksidan ekstrak air bunga knop.... 92 15 Hasil uji statistik (ANOVA) indeks stimulasi ekstrak bunga knop ........….. 94
14
PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan semboyan kembali ke alam, akhir-akhir ini minat masyarakat untuk menggunakan bahan-bahan alami semakin meningkat. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya industri-industri baik industri kecil maupun besar yang menggunakan tumbuh-tumbuhan yang banyak terdapat di Indonesia. Kenyataan ini mendorong dilakukannya penelitian-penelitian tentang tumbuhantumbuhan yang secara tradisional sering digunakan untuk mencegah atau mengobati berbagai penyakit. Di hutan tropik Indonesia terdapat sekitar 30.000 spesies tumbuhan berbunga. Dari jumlah tersebut, diperkirakan tidak kurang dari 9.606 spesies diketahui berkhasiat obat (Mahendra dan Fauzi 2005), diantaranya kumis kucing dan bunga knop (Dalimartha 2000). Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat biasa mengkonsumsi kumis kucing dan bunga knop dalam bentuk air rebusan. Kumis kucing secara tradisional biasa digunakan untuk mencegah infeksi kandung kemih, kencing batu, infeksi saluran kemih dan mengobati diabetes melitus, rematik, batu kemih, batu ginjal dan asam urat (Mahendra dan Fauzi 2005). Bunga knop secara tradisional biasa digunakan untuk mengobati sesak napas karena asma, batuk rejan (pertusis), radang saluran napas, radang mata, sakit kepala, disentri dan sakit panas (Dalimartha 2000). Daun kumis kucing dan bunga knop segar mempunyai kandungan air yang tinggi, sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama. Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu dilakukan pengawetan terhadap kedua komoditas ini yaitu dalam bentuk bubuk.
Penelitian perlu dilakukan untuk
membuat bubuk dengan metode terbaik, sehingga komponen-komponen penting yang terkandung di dalam daun kumis kucing dan bunga knop tidak banyak yang hilang. Produk dalam bentuk bubuk ini dapat dikembangkan sebagai suatu produk minuman seduhan, sehingga dapat memberi nilai tambah terhadap daun kumis kucing dan bunga knop.
Mengingat berbagai fungsinya secara tradisional,
15
minuman seduhan kedua komoditas tersebut dapat dijadikan sebagai minuman fungsional. Sebelum dapat dikonsumsi secara aman, minuman seduhan daun kumis kucing dan bunga knop terlebih dahulu harus diuji keamanannya ddan fungsi biologis lainnya. Untuk itu perlu diketahui dosis yang aman untuk dikonsumsi sehari-hari dengan cara pengujian secara in vitro terhadap proliferasi sel limfosit manusia. Penggunaan sel limfosit manusia adalah karena limfosit merupakan sel yang sangat rentan terhadap bahan kimia, sehingga pengujian dengan limfosit ini dapat memberikan hasil yang akurat dan sensitif. Di samping itu, penggunaan sel limfosit dapat menggambarkan adanya aktifitas immunomodulator, yaitu memacu atau menekan respon imun (Pranoto 2003 ; Wahyuni 2004 ; Lin et al. 2005). Penelitian-penelitian yang menggunakan sel limfosit untuk pengujian keamanan pangan antara lain cincau hijau (Zakaria dan Prangdimurti 2001 ; Koesitoresmi 2002), jahe (Tejasari et al. 2000 ; Nurrahman 1998) dan makanan jajanan (Zakaria et al. 1997). Tujuan Tujuan penelitian ini adalah 1) memilih metode pengeringan terbaik untuk membuat bubuk seduhan daun kumis kucing dan bunga knop 2) menentukan dosis yang aman dari kedua komoditas tersebut dengan pengujian secara in vitro terhadap proliferasi sel limfosit manusia 3) Menunjukkan adanya aktivitas immunomodulator dari kedua komoditas tersebut.
16
TINJAUAN PUSTAKA Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) diduga berasal dari daerah Afrika tropik, kemudian menyebar ke wilayah Georgia (Kaukasus), Kuba, Asia dan Australia Tropik. Penyebarannya di Indonesia, yaitu di Jawa sejak 1928, India, Malaysia, Vietnam dan Thailand (de Padua et al. 1999).
Gambar 1 Tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Menurut Dalimartha (2000) kumis kucing tersebar di Sumatera dengan nama daerah kumis kucing (bahasa Melayu), di Jawa dengan nama daerah kumis kucing (bahasa Sunda) atau remujung (bahasa Jawa) dan soengoet koceng (bahasa Madura). Sentra produksi kumis kucing yaitu Jawa Tengah (Ambarawa, Kopeng dan Blora), Jawa Barat (Sukabumi dan Bogor), Jawa Timur, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh dan Sulawesi Utara (Mahendra dan Fauzi 2005). Berdasarkan ilmu taksonomi (Mahendra dan Fauzi 2005) tata nama kumis kucing adalah sebagai berikut. Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Subkelas
: Sympetalae
17
Ordo
: Tubiflorae
Famili
: Labitae (Laminaceae)
Genus
: Orthosiphon
Spesies
: Orthosiphon stamineus Benth
Tanaman kumis kucing berakar tunggang, termasuk tanaman tahunan, tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 100-150 cm. Batang berbentuk persegi empat agak beralur, bercabang-cabang, berambut pendek atau gundul, berwarna hijau atau keunguan dan berdiameter sekitar 1.5 cm. Daun berbentuk bulat telur, lonjong, lanset atau belah ketupat dengan permukaan berbintik-bintik dan licin karena adanya kelenjar dalam jumlah banyak dan berwarna hijau keunguan. Panjang daun sekitar 10 cm dan lebar 3-5 cm (Mahendra dan Fauzi 2000). Bunga majemuk dalam tandan yang keluar di ujung percabangan, berwarna ungu pucat atau putih, benang sari lebih panjang dari tabung bunga. Buah berupa buah kotak, bulat telur, masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna coklat. Biji kecil, masih muda berwarna hijau, setelah tua berwana hitam Kumis kucing biasa tumbuh liar di sepanjang anak sungai dan selokan atau ditanam di pekarangan sebagai tumbuhan obat. Tumbuhan ini dapat ditemukan di daerah dataran rendah sampai ketinggian 700 m diatas permukaan laut (Dalimartha 2000). Menurut Mahendra dan Fauzi (2005) serta Dalimartha (2000), kumis kucing mengandung banyak komponen bioaktif seperti orthosiphon glikosida, tanin, minyak atsiri, minyak lemak, saponin, sapofonin, garam kalium (0.6-3.5%) , myoinositol dan sinensetin. Berdasarkan hasil penelitian Olah et al. (2003), kumis kucing mengandung polifenol yaitu polymethoxylated flavonoid dan turunan caffeic acid. Identifikasi lebih lanjut menunjukkan adanya kandungan caffeic acid, cichoric acid, rosmarinic acid, sinensetin dan eupatorine. Loon et al. (2005) melakukan penentuan tiga jenis flavonoid dari kumis kucing di dalam plasma mencit dengan metode HPLC dan deteksi dengan sinar ultraviolet. Ketiga jenis flavonoid tersebut adalah sinensetin, eupatorin dan 3’-hydroxy5,6,7,4’tetramethoxyflavone.
Kumis kucing rasanya manis sedikit pahit dan
sifatnya sejuk. Penelitian yang dilakukan terhadap efek yang ditimbulkan setelah seorang responden yang sehat meminum teh kumis kucing adalah dapat mencegah
18
asam urat dan terbentuknya batu yang mengandung asam urat dalam kandung kemih.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya alkalinitas urin (Nirdnoy dan
Muangman 1991).
Hasil penelitian Isparyanto (1999)
menunjukkan bahwa
pemberian infus daun kumis kucing berdosis 12.85 g/kg bobot badan selama 7 hari dapat menurunkan asam urat darah tikus dengan efek yang sama dengan pemberian obat kimia Alopurinol 42.85 mg/kg bobot badan. Efek diuretik dari ekstrak air kumis kucing pada mencit menunjukkan adanya peningkatan pengeluaran urin (Casadebaig-Lafon et al. 1989; Beaux et al. 1999) .
Kandungan Natrium dalam urin mencit juga meningkat dengan
pemberian ekstrak air kumis kucing (Beaux et al. 1999). Berdasarkan penelitian Sari (1985) efek maksimal terhadap sifat diuretikum dari rata-rata 1 ml infus dengan kandungan 5%, 10% dan 20% daun kumis kucing berturut-turut adalah 275.22%, 376.64% dan 646.12%. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kumis kucing mengandung Kalium yang berfungsi sebagai pelarut batu ginjal dan batu saluran kemih. Dibandingkan dengan batangnya potensi diuretikum daun kumis kucing lebih baik. Volume urin rata-rata kelinci yang diberi infus daun kumis kucing sebesar 27.0 ml sedangkan volume urin rata-rata kelinci yang diberi infus batang sebesar 22.4 ml (Garnadi 1998). Daun kumis kucing juga dapat berfungsi sebagai anti bakteri.
Hasil
penelitian Sofiani (2003) menunjukkan adanya sifat anti bakteri dari ektrak daun kumis kucing terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dan Eschericia coli dengan daya penghambatan yang berbeda. Sinensetin yang terkandung di dalam daun kumis kucing juga menghambat relatif besar
terhadap Staphylococcus
epidermidis. Tanaman ini yang biasa digunakan adalah daun atau seluruh bagian tanamannya, baik segar maupun sudah dikeringkan (Anonim 2005). Bunga Knop (Gomphrena globosa L.) Bunga knop (Gomphrena globosa L.) berasal dari Amerika (Dalimartha 2000 ; Anonim 2005) dan Asia (Anonim 2005).
Tanaman ini tumbuh liar di
ladang yang cukup mendapat sinar matahari dan dapat ditemukan pada ketinggian 1- 1.300 m di atas permukaan laut (Dalimartha 2000).
19
Gambar 2 Tanaman bunga knop (Gomphrena globosa L.) Di Indonesia, bunga knop tersebar di Sumatera dengan nama daerah bunga knop, kembang puter dan ratnapakaja. Nama daerahnya di Jawa adalah adasadasan, kembang gundul dan bunga kancing
Selain itu dikenal pula di Bali
dengan nama daerah ratna serta di Gorontalo dengan nama daerah taimantulu (Dalimartha 2000). Berdasarkan ilmu taksonomi (Anonim 2000), tata nama bunga knop adalah sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Caryophyllales
Suku
: Amaranthaceae
Marga
: Gomphrena
Jenis
: Gomphrena globosa L.
Tanaman ini berupa perdu dengan batang hijau kemerahan, berambut dan bercabang-cabang serta tinggi mencapai 60 cm (Anonim 2005). Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang. Helaian daun bentuknya bulat
20
telur sungsang sampai memanjang, ujung meruncing, tepi rata, berwarna hijau, berambut kasar berwarna putih di permukaan atas dan berambut halus di permukaan bawah.
(Dalimartha 2000).
Bunga bentuk bonggol seperti bola,
berwarna merah tua keunguan, putih (Anonim 2005) atau merah muda (Dalimartha 2000). Bijinya banyak dengan ukuran kecil-kecil panjang (Anonim 2005), sedang buahnya buah kotak berbentuk segi tiga terbungkus oleh lapisan tipis berwarna putih, berbiji satu (Dalimartha 2000). Menurut Mahendra dan Fauzi (2005) serta Dalimartha (2000), bunga knop mengandung gomphrenin I, II, III, V dan VI, amaranthin, minyak atsiri, saponin dan flavon.
Menurut Cai et al (2001), bunga knop banyak mengandung
komponen pigmen alami yaitu dari kelompok betasianin sebesar 1.3 mg/g sampel segar.
Betasianin ini terdiri dari komponen gomphrenin I (betanidin 6-0-â-
glukosida) sebesar 16.9%,
isogomphrenin I (isobetanidin 6-0-â-glukosida)
sebesar 8.8%, gomphrenin II (betanidin 6-0-(6’ -0-E-4-coumarooyl)-â-glukosida) sebesar 11.1%, isogomphrenin II (isobetanidin 6-0-(6’ -0-E-4-coumarooyl)-âglukosida) sebesar 3.5%, gomphrenin III (betanidin 6-0-(6’ -0-E-4-feruroyl)-âglukosida) sebesar 40.8% dan isogomphrenin III (isobetanidin 6-0-(6’ -0-E-4feruroyl)-â-glukosida).
Menurut Cai et al (2001), betasianin merah yang terdiri
dari betanin dan amaranthin bersifat tahan terhadap panas dalam sistem buffer, tetapi bersifat tidak stabil pada suhu di atas 40oC dan bersifat lebih stabil pada suhu 40oC tanpa adanya udara dan sinar. Penelitian yang dilakukan terhadap Amaranthus spinosus L., yaitu tanaman yang biasa digunakan sebagai obat di Afrika menunjukkan adanya kandungan betalain utama yang diidentifikasi sebagai amaranthin dan isoamaranthin. Selain itu tanaman ini juga mengandung hidroksisinamat, quersetin dan kaempferol glikosida yang semuanya merupakan senyawa fenolik (Stintzing et al. 2004). Warna bunga dan buah tanaman dari famili Caryophyllales berasal dari betalain yang berwarna merah-ungu untuk betasianin dan kuning untuk betaxanthin, keduanya menggantikan anthosianin. Betalain biasa digunakan sebagai pewarna makanan dan mempunyai sifat antioksidan yang dapat mencegah stress oksidatif (Strack et al. 2003).
Pengujian terhadap kandungan polifenol Amaranthus sp.
menunjukkan bahwa penambahan ekstrak Amaranthus sp. dengan konsentrasi
21
polifenol sampai dengan 0.2 µg/ml dapat meningkatkan perlindungan terhadap stress oksidatif oleh H2O2 yang menginduksi kerusakan DNA dari limfosit (Kapiszewska et al. 2005). Aurone I (E) -3’ –O - ß- D- glucopyranosy l-4,5, 6,4’ - tetrahydroxy -7,2’ dimethoxyaurone dan dua senyawa lain yaitu aurantiamide acetate dan tiliroside diisolasi dari ekstrak etanol Gomphrena agretis.
Evaluasi terhadap aktivitas
biologis ekstrak etanol Gomphrena agretis dan ketiga senyawa di atas menunjukkan adanya penghambatan terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa (Ferreira et al. 2004).
Ekstrak petroleum eter dari Gomphrena martiana dan Gompohrena
boliviana yang kemudian difraksinasi menghasilkan lima jenis 5,6,7-trisubstituted flavon.
Pengujian secara terpisah terhadap hasil fraksinasi ini menunjukkan
aktivitas antimikrobial yang tinggi terhadap M. Phlei dengan minimum inhibitory concentration (MIC) 15, 20 dan 75 µ/ml, mendekati hasil yang didapat dengan bakterisida komersial (Pomilio et al. 1992). Kultur sel dari sel endotel tali pusat manusia (HUVEC) yang diberi ekstrak Amaranthus sp. menunjukkan tidak dihasilkannya IL-1 sebagai proinflamatory sitokin yang menginduksi aktivasi AP-1. Mekanisme aktivitas penghambatan ini belum jelas, tetapi kemungkinan kandungan polifenol dari tanaman merupakan salah satu mediatornya (Stalinska et al. 2005). Bunga knop rasanya manis, sifatnya netral dan biasa digunakan sebagai obat batuk, obat sesak, obat astma, obat bronkhitis kronis, peluruh dahak, panas pada anak, disentri dan penambah nafsu makan. Tanaman ini yang biasa digunakan adalah bunga atau seluruh bagian tanamannya
baik segar maupun sudah
dikeringkan (Anonim 2005). Pengeringan Pengeringan bahan-bahan pertanian seperti sayuran dan buah-buahan adalah suatu cara untuk mengawetkan bahan-bahan pertanian (Imre 1995).
Produk
pertanian yang sudah dikeringkan berkurang kadar air dan kelembabannya, sehingga tidak memberi kesempatan pada mikroorganisme seperti bakteri dan
22
kapang untuk hidup (Sokhansanj dan Jayas 1999; Jayaraman dan Das Gupta 1995). Menurut Jayaraman dan Das Gupta (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pengeringan adalah bentuk dari bahan mentah dan sifatsifatnya, karakteristik dan bentuk fisik yang diinginkan untuk produk akhirnya dan biaya operasional. Tiga cara yang biasa digunakan untuk mengeringkan buah-buahan dan sayur-sayuran adalah pengeringan dengan sinar matahari, pengeringan atmosfirik baik secara batch (tower atau cabinet dryers) atau kontinyu (tunnel, belt, Spray atau pemanasan dengan microwave) serta dehidrasi subatmosfir (vacuum shelf belt dan freeze dryer). Perubahan warna, aroma dan penampakan terjadi pada produk yang dikeringkan. Pengeringan dapat pula meningkatkan kualitas dan nilai nutrisi suatu produk pangan dan pakan, seperti rasa yang lebih enak dan daya cerna serta perubahan metabolik yang meningkat (Sokhansanj dan Jayas 1995).
Selama
pengeringan terjadi degradasi senyawa-senyawa yang terkandung dalam daun seperti klorofil yang memberi warna hijau pada daun.
Degradasi klorofil
tergantung pada ph, waktu, kerja enzim, oksigen dan cahaya (Jayaraman dan Das Gupta 1995). Pengeringan dengan sinar matahari adalah suatu metode pengeringan tradisional yang telah berabad-abad dilakukan. Pengeringan ini dilakukan pada waktu matahari bersinar dengan suhu produk sewaktu dikeringkan berkisar antara 5-15oC di atas suhu ambient (Sokhansanj dan Jayas 1999).
Masalah yang
mungkin timbul pada pengeringan dengan sinar matahari antara lain adalah terjadinya hujan atau mendung, kontaminasi oleh debu, serangga, burung dan binatang lainnya, kurangnya pengawasan sehinga terjadi pengeringan melewati batas dan kemungkinan terjadi pembusukan baik secara kimiawi, enzimatis atau mikrobiologis karena waktu pengeringan yang lama (Jayaraman dan Das Gupta 1995).
Selain itu dapat terjadi penurunan mutu selama penyimpanan karena
terjadi ketidakseragaman pengeringan (Imre 1995). Menurut Mahendra dan Fauzi (2005) pengeringan daun kumis kucing dengan sinar matahari dilakukan selama 2-3 hari (bila matahari bersinar penuh) dan dapat pula dilakukan dengan menggunakan oven yang dapat diatur suhunya sebesar 60oC selama 3 – 6 jam.
23
Senyawa Fenolik Senyawa fenolik dalam bahan pangan meliputi asam-asam fenolik, polimer fenolik yang dikenal sebagai tanin dan flavonoid. Asam-asam fenolik terdiri dari kelompok asam hidroksibenzoat dan asam hidroksisinamat. Senyawa polimer fenolik adalah senyawa dengan berat molekul tinggi seperti tanin.
Flavonoid
adalah kelompok fenolik terbanyak yang terkandung dalam tanaman dan biasanya ditemukan dalam bentuk glikosida. Fenol adalah antioksidan terbanyak dalam tumbuhan yang berperan sebagai antioksidan pemutus rantai. Hal ini disebabkan oleh adanya gugus –OH yang menghalangi senyawa radikal yang reaktif seperti radikal peroksil (RO2’) -OH + RO2’
R-O’ + ROOH
Hasil reaksi di atas menghasilkan radikal fenoksil yaitu R-O’ yang cenderung mempunyai sifat kurang reaktif karena terjadi delokalisasi elektron ke cincin aromatik. Hal ini menyebabkan radikal reaktif RO2’ berkurang kereaktifannya. Fenol kadangkala mempunyai mekanisme reaksi antioksidan tambahan seperti reaksi mengkelat ion logam transisi (Halliwell 2002). Penelitian yang dilakukan Cai et al. (2004) terhadap 112 tanaman yang biasa digunakan dalam pengobatan kanker secara tradisional di Cina menunjukkan adanya hubungan yang positif dan berbanding lurus antara aktivitas antioksidan dengan kandungan total fenolik dalam tanaman-tanaman tersebut. Nilai TEAC tanaman-tanaman tersebut berkisar antara 46.7 sampai 17,323 µM dan GAE sebesar 0.22 sampai 50.3 g GAE/100g berat kering. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa- senyawa fenolik merupakan senyawa antioksidan yang dominan dalam tanaman-tanaman tersebut. Senyawasenyawa fenolik utama yang terkandung di dalam tanaman-tanaman tersebut yang telah diidentifikasi dan dianalisa adalah asam-asam fenolik, flavonoid, tanin, coumarin, lignan, quinon, stilbene dan curcuminoid. Tanaman-tanaman tersebut dengan demikian kemungkinan merupakan sumber potensial antioksidan alami dan kemopreventif untuk mencegah kanker. Penelitian yang dilakukan terhadap aktivitas antioksidan pigmen betalain dari
beberapa
tanaman
yang
termasuk
famili
Amaranthaceae
dengan
menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picryhydrazyl) yang dimodifikasi menunjukkan adanya aktivitas antioksidan yang tinggi untuk semua tanaman yang
24
diteliti. Betasianin tipe gomphrenin (rata-rata = 3.7 µM) dan betaxanthin (ratarata = 4.2 µM) menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi, 3-4 kali lebih tinggi dari asam askorbat (13.9 µM) dan lebih tinggi dari rutin (6.1 ì M) dan catechin (7.2 µM).
Penelitian ini juga mempelajari hubungan antara struktur kimia
dengan aktivitas antioksidan betalain.
Aktivitas antioksidan dari betalain
biasanya meningkat dengan meningkatnya jumlah gugus hidroksil/imino dan juga tergantung dari posisi gugus hidroksil dan glikosilasi dari aglikon dalam molekulnya (Cai et al. 2003). Aktivitas radical scavenging beberapa senyawa terhadap DPPH memberikan hasil sebagai berikut aktivitas asam kafeat > asam sinapat > asam ferulat > ester asam ferulat > asam p-kumarat (Kwon et al. 2003). Aktivitas antioksidan biasanya meningkat dengan adanya peningkatan jumlah gugus hidroksil dan menurun dengan adanya glikosilasi (Fukumoto dan Mazza 2000). Penelitian yang dilakukan dengan membandingkan tiga metode yaitu metode DPPH, static headspace gas chromatography (HS-GC) dan beta-carotene bleaching test (BCBT)
untuk menentukan aktivitas antioksidan menunjukkan
bahwa metode DPPH paling cocok digunakan uintuk menentukan aktivitas antioksidan karena dapat dilakukan dengan cepat, mudah dan tidak tergantung pada kepolaran sampel (Koleva et al. 2002). Flavonoid bukan hanya dapat dianggap sebagai antioksidan, karena pada kondisi reaksi tertentu dapat pula menunjukkan aktivitas prooksidan. Sifat yang tidak diinginkan ini dapat dijadikan penjelasan terhadap toksisitas dari beberapa flavonoid secara in-vivo (Kessler et al. 2003). Penelitian Kang et al. (2003) terhadap ekstrak heksan, etilasetat, n-butanol dan air dari 10 herbal yang biasa digunakan sebagai obat di Korea menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak dengan pelarut yang bersifat lebih polar (n-butanol dan air) relatif lebih tinggi dari aktivitas antioksidan ekstrak dengan pelarut bersifat non-polar (heksan dan etil asetat). Penggunaan asam tanat sebagai standar untuk memenentukan total fenol menggunakan metode Folin-Ciocalteau berdasarkan reaksi reduksi asam fosfomolibdat oleh fenol dalam larutan alkali. Metode ini menentukan total gugus fenolik bebas dengan demikian juga menentukan total fenolik terlarut. Kelemahan metode ini adalah tidak dapat membedakan antara tanin dan fenolik
25
lain yang bukan tanin. Senyawa seperti asam askorbat, tirosin dan mungkin juga glukosa ikut terukur (Waterman dan Mole 1994). Keamanan Pangan Keamanan
pangan adalah suatu kebijakan yang menentukan keamanan
suatu bahan pangan untuk dapat dikonsumsi. Suatu bahan pangan diminimalkan resikonya yang dapat menyebabkan sesuatu yang mambahayakan bagi kesehatan, karena tidak ada bahan pangan yang 100% bebas dari kontaminan (Finley dan Robinson 1992). Untuk mengevaluasi resiko atau keamanan dari suatu bahan pangan atau bahan yang digunakan sebagai komposisi dalam bahan pangan yang baru, maka perlu dilakukan penentuan tipe bahaya potensial yang dapat ditimbulkan oleh bahan tersebut.
Sebagai contoh, untuk suatu bahan yang merupakan komposisi
dalam suatu bahan pangan harus ditentukan bahaya potensial baik yang bersifat kimiawi maupun biologis yang berhubungan dengan bahan tersebut. Bila ada bahaya yang dikandung suatu bahan, perlu ditentukan konsentrasi dimana bahan tersebut dapat bersifat toksik.
Hal lain yang perlu juga diperhatikan adalah
pengaruh bahan tersebut terhadap nilai nutrisi bahan pangan dan pengaruhnya terhadap penyerapan nutrien-nutrien lainnya (Finley dan Robinson 1992). Bahan pangan yang aman tidak dapat mengesampingkan adanya toksikan alami baik yang terkandung secara alami dalam bahan maupun yang diinduksi karena adanya bahan-bahan lainnya.
Makrokomponen di dalam suatu bahan
pangan terutama lemak dan protein serta komponen-komponen anti kanker dan penghambat kanker yang banyak terdapat dalam bahan pangan tampaknya berinteraksi dengan komponen-komponen bahan pangan lainnya yang dapat memodulasi resiko kanker. Komponen-komponen yang secara alami terkandung dalam bahan pangan pada konsentrasi tertentu mempunyai aktivitas anti kanker, tetapi pada konsentrasi yang lebih tinggi menjadi bersifat toksik dan seringkali batas antara konsentrasi yang menguntungkan dan yang toksik sangat kecil (Shank dan Carson 1992). Penentuan dosis merupakan suatu hal yang kritis untuk menguji senyawasenyawa yang bersifat immunomodulator. Dosis tinggi yang dapat menyebabkan
26
toksisitas atau menurunnya berat badan harus dicegah, sebaliknya dosis terlalu rendah yang menyebabkan stress dan malnutrisi sehingga memodulasi fungsi imun tertentu juga harus dicegah (Dean et al. 1989). Penelitian untuk mengetahui efek immunomodulator suatu komponen dapat dilakukan dengan menggunakan limfosit darah tepi manusia. Limfosit ini diisolasi kemudian diinkubasikan secara in vitro dalam kultur yang telah banyak digunakan untuk menguji fungsi immun.
Komponen yang akan diuji efek
immunomodulatornya kemudian ditambahkan ke dalam kultur ini (Dean et al. 1989).
Hasil penelitian Duthil et al. (2003) menunjukkan bahwa beberapa
polifenol dapat bersifat toksik dan mutagenik di dalam suatu sistem kultur sel tertentu. Limfosit dan Proliferasi Sel Limfosit Sistem yang berfungsi melindungi tubuh manusia dari unsur-unsur patogen disebut sistem imun. Sistem imun terdiri dari komponen genetik, molekuler dan seluler yang berinteraksi secara luas dalam merespon antigen endogenus dan eksogenus. Salah satu jenis sel yang berfungsi dalam merespon antigen adalah sel darah putih (Baratawidjaja 2000).
Leukosit atau sel darah putih merupakan salah
satu bagian dalam sistem imun yang ukurannya lebih besar dari eritrosit dan bebas bergerak (Roitt 1991). Menurut Baratawidjaja (2000) leukosit terdiri dari 75% sel granulosit dan 25% sel agranulosit yang terbentuk di dalam sumsum tulang. Granulosit terdiri dari sel limfosit dan monosit sedang agranulosit terdiri dari basofil, neutrofil dan eusinofil (Roitt 1991). Limfosit adalah kunci pengatur sistem imun dan merupakan 20% dari semua leukosit dalam sirkulasi darah orang dewasa. Sel limfosit dibentuk dalam kelenjar timus dan sumsum tulang, merupakan sel nongranulosit berukuran kecil, berbentuk bulat dengan diameter 7 – 15 µm. Sel limfosit selain dalam darah terdapat pula paada organ limfoid seperti limpa, kelenjar limfe dan
timus
(Baratawidjaja 2000). Sel limfosit terdiri atas sel T dan sel B. Sel T yang dibentuk di dalam sumsum tulang, tetapi berproliferasi dan berdiferensiasi di dalam kelenjar timus berperan dalam sistem imun spesifik seluler untuk pertahanan terhadap bakteri
27
yang hidup intraseluler, virus, jamur parasit dan kanker (Baratawidjaja 2000). Sel T merupakan 65-80% dari jumlah sel limfosit yang ada di dalam sirkulasi darah (Kresno 1991). Sel T terdiri dari tiga populasi utama yaitu sel Thelper (Th), sel Tsupressor (Ts) dan Tcytotoxic (Tc). Masing-masing populasi sel T mengekspresikan pertanda permukaan atau Cluster Determinant (CD) berupa molekul glikoprotein yang berbeda-beda. Subset Th ditandai oleh glikoprotein CD4, sel Tc oleh glikoprotein CD8, sedangkan semua subset sel T ditandai oleh molekul CD3. Sel Th membantu sel B dalam memproduksi antibodi, sel Ts menekan pembentukan antibodi dan sel Tc berfungsi menghancurkan sasaran (Roitt 1991). Sel T berproliferasi menjadi sel T memori dan berbagai sel efektor yang mensekresi berbagai limfokin. Limfokin ini dapat mengaktivasi sel B, sel Tc, sel NK (Natural Killer) dan sel lain yang terlibat dalam respon imun (Roitt 1991). Sel B yang berasal dari sel asal multipoten berperan dalam sistem imun spesifik humoral. Bila sel B dirangsang oleh benda asing, maka sel tesebut akan berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat menghasilkan antibodi.
Antibodi inilah yang mempunyai fungsi utama
melawan infeksi
ektraseluler virus dan bakteri serta menetralisir toksinnya (Baratawidjaja 2000). Sel B merupakan 5-15% dari limfosit dalam sirkulasi darah (Kresno 1991). Proliferasi sel limfosit dapat distimulasi oleh bahan-bahan alamiah yang disebut mitogen. Glikoprotein (lectin) asal tanaman yaitu concanavalin A (Con A) dan phytohemaglutinin (PHA) merupakan mitogen poten untuk sel T dan berguna untuk identifikasi dan mempelajari fungsi sel tersebut. Lipopolisakarida (LPS) yang diperoleh dari dinding sel bakteri gram-negatif mempunyai efek mitogen terhadap sel B sedangkan pokeweed merupakan mitogen baik untuk sel B maupun sel T (Baratawidjaja 2000). Macam-macam mitogen yang biasa digunakan untuk menentukan fungsi limfosit manusia dapat dilihat pada Tabel 1. Sebanyak 50-60% limfosit T mampu memberikan respon terhadap stimulasi dengan mitogen misalnya Phytohemaglutinin (PHA) dan concanavalin A (Con A). Respon terhadap mitogen dianggap menyerupai respon terhadap antigen, sehingga uji
transformasi limfosit
dengan
rangsangan
mitogen
banyak
dipakai
28
untuk menguji fungsi limfosit. Stimulasi limfosit dengan antigen atau mitogen menimbulkan berbagai reaksi biokimia di dalam sel, diantaranya fosforilasi nukleoprotein, pembentukan DNA dan RNA serta peningkatan metabolisme Tabel 1. Mitogen-mitogen ”nonspecific” yang mengaktivasi sel limfosit manusia Mitogen
Singkatan
Phytohemaglutinin Concanavalin A
PHA
Sumber biologis Phaseolus vulgaris
Con A
Canavalia ensiformis
Antilympcyte globulin
ALG
Heterologous antisera
Staphylococcus protein A
SpA
S aureus
PWM
Phytolacca americana
Pokeweed mitogen Stites (1991)
Spesifisitas relatif sel T sel T (subset yang berbeda dengan PHA) sel T dan sel B sel B sel T-independent sel B sel T-independent
lemak dan lain-lain. Secara morfologik perubahan tersebut tampak menyerupai sel blast yaitu sel bersitoplasma biru dengan zone perinuklear yang terang, berinti besar dan beranak inti. Sel ini pada umumnya dapat dibedakan dengan limfosit yang tidak terangsang, namun kadang-kadang sulit membedakan sel yang terangsang dengan limfosit besar, sehingga penilaian morfologik kadang-kadang meragukan.
Puncak respon limfosit normal terjadi pada hari ketiga setelah
rangsangan. Limfosit B juga dapat memberi respon terhadap rangsangan mitogen, tetapi puncak respon limfosit B biasanya terjadi lebih lambat yaitu pada hari kelima atau keenam
(Kresno 1991).
Fungsi sel imun ditentukan oleh
keseimbangan oksidan-antioksidan terutama untuk memelihara integritas dan fungsi lipida
membran, protein selular dan asam-asam nukleat serta untuk
pengaturan signal transduksi dan ekspresi gen di dalam sel-sel imun (Wu dan Meydani 1998). Tejasari (2000) melakukan pengujian efek komponen oleoresin jahe terhadap respon proliferatif limfosit (sel B dan T). Pada kondisi tanpa stress oksidatif penambahan senyawa oleoresin dengan konsentrasi 50 µg/ml meningkatkan proliferasi sel B tertingi sebesar 456%, sedangkan penambahan senyawa gingerol dengan konsentrasi 150 µg/ml secara nyata meningkatkan proliferasi sel T sebesar 39%.
29
Pengaruh aktivitas ekstrak tanaman cincau hijau terhadap proliferasi sel limfosit manusia menunjukkan adanya proliferasi sel limfosit yang ditunjukkan oleh nilai indeks stimulasi.
Penambahan ekstrak air akar heksan daun kultur
dengan konsentrasi 0.13655 mg/ml memberikan nilai indeks stimulasi sebesar 1.03, sedangkan penambahan ekstrak heksan akar dengan konsentrasi 0.08683 mg/ml dan sebesar 0.34732 mg/ml memberikan indeks stimulasi berturut-turut sebesar 1.31 dan 1.06 (Pandoyo 2000). Immunomodulator Immunonodulator adalah senyawa-senyawa yang secara langsung merubah fungsi imun spesifik atau memberikan efek baik positif maupun negatif terhadap aktivitas sistem imun (Jaffe dan Sherwin 1991). Menurut Baratawidjaja (2000) Immunomodulator bekerja menurut 3 cara, yaitu melalui immunostimulasi dan immunosupresi.
immunorestorasi,
Immunorestorasi dan immunostimulasi
disebut immunopotensiasi atau up regulation, sedangkan immunosupresi disebut juga down regulation. Penggunaan immunomodulator yang memberikan efek positif (stimulasi) terhadap aktivitas sistem imun diantaranya adalah untuk mengobati defisiensi imun seperti pada pengobatan penderita AIDS, sedangkan yang memberikan efek negatif (menekan) terhadap fungsi imun yang normal atau berlebihan seperti pada pengobatan penyakit autoimun (Jaffe dan Sherwin 1991). Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
suatu
komponen
bersifat
immunomodulator antara lain adalah dosis, cara dan waktu pemberian. Bentuk dan lokasi terjadinya mekanisme immunomodulasi juga berperan terhadap sifat immunomodulator suatu komponen (Tzianabos 2000). Pengujian ekstrak air dari Amaranthus sp. terhadap sel splenosit dari mencit BALB/c menunjukkan kemampuan ekstrak ini untuk menstimulasi proliferasi sel splenosit. Sel B yang diisolasi dapat distimulasi juga oleh ekstrak ini. Pemurnian ekstrak air dari Amaranthus sp menghasilkan protein (GF1) dengan berat molekul 313kDa. GF1 mempunyai aktivitas immunomodulator 309 kali ekstrak air yang belum dimurnikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak air
Amaranthus sp. mempunyai aktivitas immunomodulator dengan secara langsung
30
menstimulasi aktivitas proliferasi sel B dan proliferasi subset sel T secara in vitro (Lin et al. 2005).
Penelitian terhadap aktivitas immunomodulator dari suatu
polisakarida tertentu menunjukkan adanya pengaruh terhadap respon imun selama proses penyembuhan penyakit infeksi. Polimer-polimer ini dapat mempengaruhi imunitas spesifik dan non spesifik melalui interaksinya dengan sel T, monosit, makrofag dan limfosit polimorfonuklear (Tzianabos 2000). Penelitian mengenai aktivitas immunomodulator dari ekstrak akar Echinacea spp. menunjukkan bahwa ekstrak Echinacea spp. dapat menstimulasi proliferasi sel mononuklear darah tepi manusia, tetapi aktivitas immunomodulator ini dapat berubah bila sebelumnya Echinacea spp. ini disimpan pada 40C selama 4 hari. (Senchina et al. 2005). Kultur Sel Kultur sel adalah suatu teknik untuk memelihara atau mengembangbiakkan sel di luar tubuh (in vitro). Tujuan dari pemeliharaan sel atau jaringan ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat sel di luar tubuh. Kultur sel mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat dikontrolnya lingkungan tempat hidup sel, seperti pH, tekanan osmosis, tekanan CO2 dan O2 yang menjadikan kondisi fiologis kultur relatif konstan. Selain itu kultur sel juga mempunyai kelemahan, seperti hilanganya spesifisitas sel, karena sel di luar tubuh bekerja sendiri-sendiri sedang di dalam tubuh (in vivo) bekerja secara terintegrasi di dalam satu jaringan (Freshney, 1995). Kondisi kultur harus disesuaikan dengan kondisi
di dalam tubuh untuk
menunjang pertumbuhan sel yang optimal. Kultur sebaiknya berada pada pH sekitar 7.4 dan tidak di bawah 7.0, karena pH di bawah 6.8 akan menghambat pertumbuhan sel. Sistem buffer dalam kultur biasanya menggunakan sistem CO2bikarbonat yang analog dengan sistem dalam darah. Sistem ini masih berada di bawah kondisi optimum fisiologis sehingga masih diperlukan tambahan CO2 5% pada bagian headspace kultur untuk menjaga stabilitas pH. Stabilitas pH juga dapat dijaga dengan menggunakan buffer yang bersifat zwitterion seperti buffer bikarbonat dan HEPES (N-2-hidroksimetil-piperazin-N-2-etan-sulphonic acid) (Freshney 1995).
31
Medium standar yang biasa digunakan untuk kultur sel adalah Dulbecco’s modified Eagle’s (DME) dan RPMI 1640. Medium ini diperkaya dengan 10% Fetal Bovine Serum (FBS). FBS digunakan karena mengandung molekul IgG dengan konsentrasi yang sangat rendah. Suplemen pertumbuhan lainnya tidak diperlukan kecuali bila jumlah sel yang tumbuh sangat rendah (kira-kira di bawah 103 sel/ml).
Antibiotik yang biasa ditambahkan ke dalam medium adalah
penisilin dan streptomisin. Penisilin efektif untuk membunuh bakteri gram positif sedang streptomisin efektif membunuh bakteri gram negatif (Harlow dan Lane 1988).
32
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Pada penelitian ini, bahan-bahan yang digunakan adalah daun kumis kucing dari kebun di Kampus IPB Darmaga, bunga knop kebun Tanaman Obat Karyasari, Leuwiliang Bogor dan darah manusia dari responden terpilih. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah K2SO4 (Kanto Chemical, Jepang), HgO (Merck, Jerman), H2SO4 pekat (Kanto Chemical, Jepang), batu didih, H3BO3 (Kanto Chemical, Jepang), metilen merah (Kanto Chemical, Jepang) metilen biru (Kanto Chemical, Jepang), NaOH-Na2S2O3, (Merck, Jerman), HCl (Merck, Jerman), dietil eter (Merck, Jerman), air bebas ion, buffer asetat (Merck, Jerman), akuades, air bebas pirogen, standar asam tanat (Merck, Jerman), Na2CO3 (Merck, Jerman), folin-ciocalteau 50% (Sigma, USA), etanol 95% (Merck, Jerman), metanol p.a. (Merck, Jerman), DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl) (Sigma, USA), trolox® (Sigma, USA), tryphan blue (Wako, Jepang), larutan Ficoll-histopaque (Sigma, USA), phosphat buffer saline (PBS) (Sigma, USA), medium RPMI-1640 (Gibco, USA), NaHCO3 (Merck, Jerman),
fetal bovine serum (FBS) (Sigma, USA),
penicillin-streptomycin (Sigma, USA), concanavalin A (Sigma, USA), pokeweed (Sigma,USA), lipopolisakarida S. typhosa
(Sigma, USA), MTT (3(4,5-
dimethylthiazol-2-5-diphenyl-tetrazolium bromide)) (Sigma, USA) dan HClisopropanol (Merck, Jerman). Alat-alat yang digunakan adalah wadah seng, oven, timbangan, neraca analitik, hot plate, cawan alumunium, desikator, alat destilasi, labu kjeldahl, labu lemak, alat ekstraksi soxhlet, kondensor, cawan porselen, tanur, blender, vortek, pH-meter, alat-alat gelas, , saringan vakum, kertas saring Whatman no. 41, stopwatch, mortar, freeze drier, alumunium foil, sentrifuse, pipet mikro, tip, hemasitometer, mikroskop Zeiss Germany ID 03, spektrofotometer, vacutainer, filter 0.2 µm, pipet pasteur, micro plate, laminar flow, inkubator (5% CO2, RH 95%, suhu 37oC) dan microplate reader.
33
Metode Penelitian Pembuatan Bubuk Daun Kumis Kucing dan Bubuk Bunga Knop Metode Pengeringan Oven Daun kumis kucing segar dicuci bersih kemudian dikeringanginkan, sedangkan untuk bunga knop segar tidak perlu dicuci. Setelah itu dikeringkan dengan oven pada suhu 50oC sampai kadar airnya mencapai 7%. Produk yang telah dikeringkan kemudian diblender selama 2 menit untuk menghasilkan bubuk. Bubuk ini kemudian dianalisa proksimat. Metode Pengeringan Sinar Matahari Daun kumis kucing segar dicuci bersih kemudian dikeringanginkan, sedangkan untuk bunga knop segar tidak perlu dicuci. Setelah itu dikeringkan di bawah sinar matahari tetapi tidak secara langsung sampai kadar airnya mencapai 7%. Produk yang telah dikeringkan kemudian diblender selama 2 menit untuk menghasilkan bubuk. Bubuk ini kemudian di analisa proksimat. Pembuatan Ekstrak Air Daun Kumis Kucing dan Bunga Knop Segar dan Bubuk Daun kumis kucing segar dan bunga knop segar dihaluskan dengan mortar kemudian diekstraksi dengan akuades mendidih dengan perbandingan berturutturut sebesar (1.1835 g : 220 ml) dan (3.6720 g : 80 ml) dan didiamkan selama 5 menit. Hasil ekstraksi diaduk kemudian disaring menggunakan saringan vakum dengan kertas saring Whatman no. 41.
Dasar penggunaan perbandingan antara
daun kumis kucing segar dengan akuades dapat dilihat pada Lampiran 1 dan untuk bunga knop segar pada Lampiran 2.
Ekstrak air daun kumis kucing dan bunga
knop dianalisa total fenol dan aktivitas antioksidannya. Bubuk daun kumis kucing dan bubuk bunga knop diekstraksi dengan menggunakan akuades mendidih dengan perbandingan sebesar (1 g : 257 ml) dan (0.8667 g : 80 ml) dan didiamkan selama 5 menit. Pembuatan ekstrak air ini dilakukan dengan perbandingan yang sama, baik untuk bubuk hasil pengeringan oven maupun bubuk hasil pengeringan sinar matahari. Hasil ekstraksi diaduk kemudian disaring menggunakan saringan vakum dengan kertas saring Whatman no. 41.
Dasar penggunaan perbandingan antara bubuk daun kumis kucing
34
dengan akuades dapat dilihat pada Lampiran 1 dan untuk bubuk bunga knop pada Lampiran 2. Ekstrak air daun kumis kucing dan bunga knop dianalisa total fenol dan aktivitas antioksidannya. Analisa Total Fenol modifikasi metode Chandler dan Dodds (Shetty et al. 1995) Ekstrak air daun kumis kucing dan bunga knop baik segar maupun bubuk sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi 1 ml etanol 95%. Setelah itu 5 ml air bebas ion ditambahkan ke dalam 50%, divortek dan didiamkan selama 5 menit. Kemudian 1ml Na2CO3 5% ditambahkan ke dalam tabung reaksi tersebut, divortek dan disimpan delam ruang gelap selama 60 menit. Selanjutnya sampel divortek kembali dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 725 nm. Kurva standar dipersiapkan dengan menggunakan asam tanat standar yang dilarutkan dengan etanol 95%. Sebagian ektrak air sampel disimpan dalam ruang gelap pada suhu kamar untuk dianalisa lagi kandungan total fenol sampel setelah penyimpanan 24 jam. Analisa Aktivitas Antioksidan (Kubo et al. 2002) Buffer asetat 0.1M (pH 5.5) sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 1.87 ml etanol p.a. dan 0.15 ml senyawa radikal bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl) 3mM dalam metanol. Campuran ini divortek. Sebanyak 0.03 ml ekstrak air daun kumis kucing dan bunga knop baik segar maupun bubuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi tersebut kemudian di vortek dan disimpan dalam ruang gelap pada suhu kamar (25oC) selama 20 menit. Setelah 20 menit absorbansi yang dihasilkan dibaca pada 517 nm. Untuk blanko digunakan akuades sebagai pengganti sampel, sedangkan untuk kontrol DPPH diganti dengan metanol dan sampel diganti akuades.
Penurunan absorbansi
menunjukkan adanya aktivitas scavenging atau aktivitas antioksidan.
Untuk
pembuatan kurva standar digunakan Trolox®, dengan satuan TEAC (Trolox Equivalent Antioxidant Capacity). Sebagian ekstrak air sampel disimpan dalam ruang gelap pada suhu kamar untuk dianalisa lagi aktivitas antioksidan sampel setelah penyimpanan 24 jam.
35
Analisa Proksimat (Apriyantono et al. 1989) Analisa kadar air yang dilakukan dengan metode oven adalah sebagai berikut. Cawan aluminium dikeringkan dalam oven selama 15 menit dan didinginkan dalam desikator selama 10 menit, kemudian ditimbang. Bubuk daun kumis kucing dan bubuk bunga knop ditimbang kurang lebih 5 gram dalam cawan. Selanjutnya cawan beserta isinya ditempatkan dalam oven selama 6 jam. Kemudian cawan dipindahkan ke desikator, lalu didinginkan.
Setelah dingin
ditimbang kembali dan proses pengeringan dalam oven diulang sampai diperoleh berat yang tetap. Perhitungan : Berat sampel (g)
= W1
Berat sampel setelah dikeringkan (g)
= W2
Kehilangan berat (g)
= W3
Kadar air (basis kering) (%)
= W3 x 100% W2
Kadar air (basis basah) (%)
= W3 x 100% W1
Pengukuran Kadar Protein dilakukan dengan cara menimbang sejumlah bubuk daun kumis kucing dan bubuk bunga knop dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl lalu ditambahkan 2 g K2SO4, 50 mg HgO, 2 ml H2SO4 pekat dan batu didih. Sampel didekstruksi selama 1-1.5 jam hingga jernih, lalu didinginkan. Secara perlahan ditambahkan 2ml air dan didinginkan kembali. Cairan hasil dekstruksi (cairan X) dipindahkan ke dalam alat destilasi dan labu dibilas dengan air. Erlenmeyer berisi 5 ml H3BO3 dan 2 tetes indikator (metilen merah : metilen biru = 2:1) diletakkan di ujung kondensor alat destilasi. Cairan X ditambah dengan 10 ml NaOH-Na2S2O3 dan didestilasi sampai larutan dalam erlenmeyer ± 5 ml.
Kemudian larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan HCl 0.02 N.
Perhitungan : Volume HCl untuk titrasi sampel (ml) = Vs Volume HCl untuk titrasi blanko (ml) = Vb Konsentrasi HCl (N) Berat sampel (mg)
=C =W
36
Kadar N (%) = (Vs-Vb)x N x 14.007 x 100% W Kadar protein (%) = % N x 6.25 Pengukuran Kadar Lemak dilakukan dengan cara sebagai berikut. Labu lemak yang telah bebas lemak dikeringkan di dalam oven. Setelah kering labu didinginkan kemudian ditimbang. Bubuk daun kumis kucing dan bubuk bunga knop dibungkus dalam kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi soxhlet, kemudian kondensor dan labu lemak dipasang pada ujung-ujungnya. Pelarut dietil eter dimasukkan ke dalam alat lalu sampel direfluks selama 5 jam. Setelah itu pelarut didestilasi dan ditampung di dalam wadah lain. Lemak dan labu lemak dikeringkan di dalam oven pada suhu 105oC. Labu lemak kemudian dipindahkan ke desikator, lalu didinginkan. Setelah dingin labu lemak ditimbang kembali dan diulang proses pengeringan dalam oven sampai diperoleh berat yang tetap. Perhitungan : Berat sampel (g)
= W1
Berat lemak (g)
= W2
Kadar lemak (%)
= W2 x 100% W1
Pengukuran Kadar Abu dilakukan dengan cara sebagai berikut. Cawan porselin dibakar dalam tanur selama 15 menit kemudian didinginkan di dalam desikator. Setelah dingin cawan ditimbang. Bubuk daun kumis kucing dan bubuk bunga knop sebanyak 5 g ditimbang di dalam cawan lalu diabukan di dalam tanur sampai didapatkan abu berwarna abu-abu dan beratnya tetap.
Pengabuan
dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : tahap pertama suhu 400oC lalu dilanjutkan pada suhu 550oC. Cawan kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang. Perhitungan : Berat sampel (g)
= W1
Berat abu
= W2
(g)
Kadar abu (%)
= W2 x 100% W1
37
Analisa Proliferasi Limfosit Persiapan Larutan Ekstrak Daun Kumis Kucing dan Bunga Knop Serta Larutan Mitogen Persiapan ekstrak daun kumis kucing dan bunga knop dilakukan dengan cara terlebih dahulu membuat stock ekstrak Pembuatan stock ekstrak adalah dengan cara membuat ekstrak air bubuk hasil pengeringan terbaik yang dibuat sesuai dengan perbandingan pada Lampiran 1 untuk daun kumis kucing dan Lampiran 2 untuk bunga knop.
Hasil ekstraksi disaring menggunakan saringan vakum
dengan kertas saring Whatman no. 41. Setelah itu hasil ektraksi dikeringbekukan dengan freeze drier.
Tabung freeze drier ditimbang (X1), setelah itu hasil
ekstrak air dimasukkan ke dalam tabung dan dikeringbekukan menggunakan freeze drier selama 48 jam. Selama dikeringbekukan tabung freeze drier ditutup dengan alumunium foil untuk menghindari terjadinya oksidasi. Hasil freeze dry (X2) ditimbang untuk menentukan rendemen.
Rendemen didapatkan dari
perhitungan : Berat bubuk sampel awal (g)
= W1
Berat hasil freeze dry (g)
= X2 - X1 = W2
Rendemen sampel (basis basah) (%)
= W2 x 100% W1
Rendemen yang didapat merupakan dasar untuk menghitung konsentrasi ekstrak yang akan dimasukkan ke dalam kultur sel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 untuk daun kumis kucing dan Lampiran 4 untuk bunga knop. Rendemen ini adalah stock ekstrak yang digunakan untuk membuat larutan stock ekstrak daun kumis kucing dan bunga knop Pembuatan Larutan Stock Ekstrak (Daun Kumis Kucing dan Bunga Knop) dan Larutan Stock Mitogen (LPS, ConA dan pokeweed) dilakukan dengan cara : 1. Pembuatan larutan stock ekstrak (daun kumis kucing dan bunga knop) Sebanyak 0.2 g hasil freeze dry dilarutkan dengan sedikit medium RPMI-1640 takar
(medium pencuci), kemudian
dimasukkan ke dalam
labu
5 ml. Medium RPMI-1640 (medium pencuci) ditambahkan sampai
tanda tera, sehingga didapatkan larutan stock dengan konsentrasi 40 mg/ml.
38
2. Pembuatan larutan stock LPS dan Con A Sebanyak 1 mg bubuk mitogen dilarutkan dengan sedikit medium RPMI1640, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 5 ml. Medium RPMI-1640 ditambahkan sampai tanda tera, sehingga didapatkan larutan stock dengan konsentrasi 200 µg/ml. 3. Pembuatan larutan stock Pokeweed Sebanyak 0.005 g bubuk pokeweed dimasukkan ke dalam tabung eppendorf dan eppendorf 1 ml,
dilarutkan dengan medium RPMI-1640 sampai volume sehingga didapatkan larutan stock dengan konsentrasi
5000 µg/ml. Larutan-larutan stock ini kemudian diencerkan sesuai dengan konsentrasi larutan ekstrak (daun kumis kucing dan bunga knop) serta larutan mitogen yang diinginkan. Pembuatan larutan ekstrak (daun kumis kucing dan bunga knop) yang akan diuji serta larutan mitogen (LPS, Con A dan Pokeweed) dari larutan Stock dilakukan dengan cara mengencerkan larutan stock dengan medium RPMI-1640 sesuai dengan konsentrasi ekstrak yang diujikan dan konsentrasi larutan mitogen yang diinginkan. Misal untuk membuat 5 ml (V2) ekstrak kumis kucing dengan konsentrasi 0.6015 mg/ml (M2), maka larutan stock dengan konsentrasi 40 mg/ml (M1) yang harus diambil (V1) adalah : V1 x M1 = V2 x M2 V1 x 40 mg/ml = 5 ml x 0.6015 mg/ml V1 = 0.075 ml = 75 µl Jadi sebanyak 75 µl larutan stock diambil dan dimasukkan ke dalam labu takar 5 ml dan ditambah dengan medium RPMI-1640 sampai tanda tera. Persiapan Medium Kultur Sel Limfosit (Koesitoresmi 2002), Isolasi Limfosit (Nurrahman 1999) dan Penghitungan Sel Medium yang digunakan untuk kultur dan pemeliharaan sel limfosit adalah 16.2 g RPMI-1640 bubuk yang telah mengandung L-glutamin dan 0.25 mM HEPES. Bubuk ini dilarutkan dengan air bebas pirogen sehingga diperoleh 1 liter larutan medium RPMI-1640. Kemudian ditambahkan 2 g NaHCO3 dan 1%
39
penicillin-streptomycin. Medium yang telah diperkaya ini kemudian disterilisasi kering dengan membran filter 0.2 µm dan digunakan sebagai medium pencuci. Untuk medium kultur sel limfosit digunakan medium RPMI-1640 di atas dengan penambahan fetal bovine serum (FBS) 10% steril. Pembuatan medium dan tahaptahap selanjutnya dalam isolasi limfosit dilakukan di dalam laminar flow yang steril dengan sistem pengaliran udara laminar. Sebelum digunakan, laminar flow ini disinari dahulu dengan sinar UV selama 15 menit.
Gambar 3 Pengambilan darah secara aseptis Darah seorang wanita sehat berusia 22 tahun diambil secara aseptis sebanyak 50 ml dengan menggunakan needle dan vacutainer yang telah mengandung heparin. Darah dari dalam vacutainer dipindahkan ke dalam tabung sentrifuse steril, kemudian di sentrifuse dengan kecepatan 1500 rpm selama 10 menit. Bagian tengah (lapisan buffycoat) yang berisi sel-sel limfosit diambil perlahan-lahan dengan pipet pasteur steril kemudian ditambah dengan 5 ml medium RPMI-1640. Larutan Ficoll-histopaque dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse, kemudian dimasukkan perlahan-lahan campuran lapisan buffycoat dan medium RPMI di atasnya dengan perbandingan 1: 1. Selanjutnya disentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm selama 30 menit. Hasil sentrifuse didapatkan lapisan putih seperti cincin antara larutan ficoll-histopaque dan RPMI-1640. Lapisan putih tersebut diambil dengan pipet pasteur ke dalam tabung sentrifuse dan ditambah dengan 5 ml RPMI-1640 (medium pencuci), kemudian
40
disentrifuse dengan kecepatan 2000 rpm selama 10 menit. Supernatan diambil dan ditambahkan RPMI-1640 (medium pencuci), disentrifuse pada 2000 rpm selama 10 menit. Pencucian limfosit ini dilakukan 2 kali sehingga diperoleh kemurnian suspensi sel limfosit yang tinggi. Sebelum
dilakukan
kultur
sel
limfosit,
terlebih
dahulu
dilakukan
penghitungan sel limfosit dengan menggunakan pewarna tryphan blue. Sejumlah sel ditempatkan ke dalam sumur microplate dan ditambah dengan tryphan blue. Penghitungan
sel limfosit dilakukan dengan menggunakan hemasitometer di
bawah mikroskop cahaya Zeiss Germany ID 03 dengan perbesaran 10 kali. Untuk dapat dikultur, jumlah sel limfosit yang dapat dihitung harus lebih besar dari 95% berupa sel limfosit hidup yang berwarna terang. Limfosit yang diperoleh akan digunakan untuk pengujian proliferasi sel B dan sel T. Penghitungan sel limfosit dengan hemasitometer dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : N = A x FP x 104 sel/ml Keterangan :
N
= jumlah sel limfosit/ ml
A
= jumlah sel hidup rata-rata per bidang pandang
FP = faktor pengenceran 104 = jumlah sel per luas bidang pandang (1.0 mm x 1.0 mm x 0.1 mm) Kultur Limfosit Jumlah sel limfosit dari responden ditepatkan menjadi 2 x 106 sel/ml dengan medium RPMI-1640.
Untuk microplate 96 sumur, agar volume total masing-
masing sumur menjadi 100 µl, maka bahan-bahan yang dipersiapkan untuk ditanam ke dalam kultur dapat dilihat pada pada Tabel 2.
Setiap perlakuan
dilakukan tiga kali ulangan. Penentuan konsentrasi mitogen dapat dilihat pada Lampiran 5.
Kultur diinkubasi selama 72 jam dalam inkubator bersuhu 37oC
dengan atmosfer yang mengandung 5% CO2 dan RH 95%.
41
Pengujian proliferasi sel limfosit dilakukan dengan menggunakan metode MTT.
Enam jam sebelum masa inkubasi berakhir, ke dalam masing-masing
sumur ditambahkan 10 ì l pewarna MT T 0.5% dan diinkubasi kembali pada Tabel 2. Bahan-bahan yang ditanam ke dalam kultur sel
Perlakuan Kontrol limfosit Kontrol mitogen* Kontrol ekstrak** Ekstrak**+ mitogen*
RPMI (µl)
Suspensi limfosit dalam RPMI (µl)
Mitogen* (µl)
Ekstrak (µl)
FBS (µl)
20
70
-
-
10
-
70
20
-
10
-
70
-
20
10
-
70
10
10
10
*Mitogen : Lipopolisakarida (LPS), concanavalin A (conA) dan pokeweed (PK) ** Ekstrak : Ekstrak daun kumis kucing dan bunga knop dengan konsentrasi Sesuai dengan Lampiran 3 untuk daun kumis kucing dan Lampiran 4 untuk bunga knop kondisi yang sama selama 6 jam. Pada akhir masa inkubasi, ditambahkan 80 ì l HCl-isopropanol 0.04 N, setelah itu dilakukan pembacaan sel dengan alat microplate reader pada panjang gelombang 570 nm. -
Nilai indeks stimulasi (IS) untuk semua perlakuan penambahan ekstrak daun kumis kucing, bunga knop maupun mitogen : IS = OD perlakuan OD kontrol Pengujian ekstrak kumis kucing dan bunga knop dalam kultur sel limfosit
ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Hasil pengujian dianalisis dengan Analisis Sidik Ragam Satu Arah (ANOVA) dengan menggunakan program SPSS versi 12.
42
HASIL DAN PEMBAHASAN Daun Kumis Kucing Metode Pengeringan Daun kumis kucing setelah dikeringkan dengan dua macam metode pengeringan, maka didapatkan hasil yang terbaik.
Hasil terbaik ini dinilai
berdasarkan analisa total fenol dan analisa aktivitas antioksidan bubuk hasil pengeringan kedua metode. Bunga knop bila dilihat dari warna bubuk dan warna ekstrak airnya, kumis kucing,
Bila dilihat dari warna bubuk dan warna ekstrak air daun
hasil metode pengeringan dengan sinar matahari memberikan
warna yang lebih baik dibandingkan hasil metode pengeringan dengan oven. Bubuk terlihat masih berwarna hijau, sedangkan warna ekstrak airnya coklat pekat. Pada metode pengeringan dengan sinar matahari, sebelum dikeringkan di bawah sinar matahari daun terlebih dahulu dikeringanginkan untuk memberi kesempatan daun menutup stomatanya. Menurut Mahendra dan Fauzi (2005) menutupnya stomata pada daun merupakan suatu sistem yang alami pada tumbuhan untuk mencegah penguapan zat-zat yang terkandung dalam daun. Selain itu, pada metode pengeringan dengan sinar matahari daun tidak langsung terkena matahari, sehingga lebih sedikit panas yang menyebabkan terdegradasinya klorofil.
Warna hijau ini menunjukkan
bahwa dengan pengeringan matahari sampai kadar air 7% zat-zat hijau daun yang terkandung dalam daun kumis kucing masih banyak (Jayaraman dan Das Gupta 1995). Senyawa fenol yang terkandung di dalam daun kumis kucing adalah orthosiphon glikosida, tanin, saponin, sapofonin, myoinositol dan sinensetin (Mahendra dan Fauzi 2005; Dalimartha 2000), polifenol yaitu polymethoxylated flavonoid dan turunan caffeic acid. (Olah et al. 2003). Identifikasi lebih lanjut menunjukkan adanya kandungan caffeic acid, cichoric acid, rosmarinic acid, sinensetin dan eupatorine. Selain itu menurut Loon et al. (2005) kumis kucing juga mengandung tiga jenis flavonoid yaitu sinensetin, eupatorin dan 3’ -hydroxy5,6,7,4’ tetramethoxyflavone. Warna ekstrak air bubuk daun kumis kucing yang berwarna coklat pekat kemungkinan karena adanya proses oksidasi selama
43
Sinar matahari
Oven
Gambar 4 Bubuk daun kumis kucing
Sinar matahari (1 g bubuk : 257 ml air)
Oven (1 g bubuk : 257 ml air)
Gambar 5 Ekstrak air bubuk daun kumis kucing
44
pengeringan, seperti halnya pada teh hitam menurut Rijken et al (2002) perubahan oksidatif yang terjadi selama produksi teh hitam menyebabkan perubahan catechin monomerik yang tidak berwarna menjadi flavonoid oligomerik yang berwarna oranye kekuningan dan merah kecoklatan.
Pada pengeringan dengan
sinar matahari kemungkinan terjadi proses oksidasi yang lebih lama sehingga memberi warna ekstrak yang berwarna merah kecoklatan.
Hasil yang didapat
pada metode pengeringan dengan oven terlihat warna bubuk kecoklatan dan warna ekstrak airnya coklat terang. Warna bubuk yang kecoklatan kemungkinan karena terdegradasinya klorofil karena pengeringan dengan oven. Warna ekstrak air daun kumis kucing yang dihasilkan dengan pengeringan dengan oven warnanya coklat terang. Hal ini kemungkinan karena dengan pengeringan oven selain suhunya yang relatif stabil juga tinggi yaitu 50oC, sehingga daun kumis kucing lebih cepat mencapai kadar air 7%, sehingga proses oksidasi senyawasenyawa fenol yang terjadi lebih sedikit dibanding dengan daun yang dikeringkan dengan sinar matahari. Total Fenol dan Aktivitas Antioksidan Analisa total fenol dilakukan untuk mengukur kandungan fenol dalam ekstrak air daun kumis kucing. Penggunaan asam tanat sebagai standar untuk menentukan total fenol menggunakan metode Folin-Ciocalteau berdasarkan reaksi reduksi asam fosfomolibdat
oleh fenol dalam larutan alkali.
Metode ini
menentukan total gugus fenolik bebas dengan demikian juga menentukan total fenolik terlarut (Waterman dan Mole 1994). Berdasarkan analisa kadar total fenol dan analisa aktivitas antioksidan dalam ekstrak air bubuk daun kumis kucing, terbukti bahwa kadar rataan total fenol dan aktivitas
antioksidan ekstrak air bubuk daun kumis kucing yang
dikeringkan dengan sinar matahari lebih tinggi yaitu 123.434 + 12.159 mg fenolik/g berat kering sampel dan TEAC sebesar 1354.756 + 1.515 mM/g berat kering sampel bila dibandingkan dengan yang dikeringkan dengan oven 16.918 + 0.123 mg fenolik/g berat kering sampel dan TEAC sebesar 470.441 + 61.699 mM/g berat kering sampel (Tabel 3 dan 4).
45
Bila dibandingkan dengan kadar rataan total fenol ekstrak air daun kumis kucing segar pada saat perlakuan 0 jam dan 24 (48.566 + 11.481 dan 42.514 + 12.901 mg fenolik/g berat kering sampel), maka kadar rataan total fenol pada ekstrak air bubuk daun kumis kucing yang dikeringkan dengan sinar matahari terlihat lebih tinggi yaitu 123.434 + 12.159 dan 87.624 + 6.785 mg fenolik/g berat kering sampel (secara statistik bermakna p 0.001 dan p 0.018), sedangkan ekstrak air bubuk hasil pengeringan oven terlihat lebih rendah yaitu sebesar 16.918 + 0.174 dan 14.086 + 0.250 mg fenolik/g berat kering sampel (tidak bermakna secara statistik p 0.085 dan p 0.125). Hal ini kemungkinan menurut Sokhansanj dan Jayas (1995), terjadi karena pengeringan dapat meningkatkan kualitas suatu produk pangan dan pakan di antaranya adalah perubahan metabolik yang meningkat.
Pengeringan dengan sinar matahari dapat meningkatkan kualitas
ekstrak air daun kumis kucing. Kadar total fenol yang tinggi pada ekstrak air bubuk daun kumis kucing yang dikeringkan dengan sinar matahari menunjukkan kandungan fenol yang tinggi. Senyawa fenolik adalah senyawa antioksidan. Kandungan senyawa ini di dalam daun kumis kucing tinggi, dengan demikian kandungan antioksidan di dalam daun kumis kucingpun tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak air bubuk kumis kucing merupakan sumber potensial antioksidan alami. ` Tabel 3. Perbandingan total fenol pada 0 jam dan 24 jam antara ekstrak air masing-masing perlakuan dengan ekstrak air daun kumis kucing segar
Perlakuan KKS1 KKS2 KKM1 KKM2 KKO1 KKO2
Total fenol
Mean
p
SD
0 jam
24 jam
0 jam
24 Jam
0 jam
24 jam
0 jam
24 jam
56.685 40.448 132.031 114.836 17.041 16.796
51.636 33.391 92.422 82.826 14.262 13.909
48.566
42.514
11.481
12.901
123.434
87.624
12.159
6.785
0.001*
0.018*
16.918
14.086
0.123
0.250
0.085
0.125
Penelitian lainnya terhadap aktivitas antioksidan beberpa jenis buah-buahan dan sayuran memberikan hasil sebagai berikut. Buah berry TEAC 3700, sayursayuran TEAC 450-1400 serta buah-buahan TEAC 600-1700 (Miller et al. 2000).
46
Bila dibandingkan dengan nilai TEAC terutama untuk sayuran, maka nilai TEAC ekstrak air bubuk daun kumis kucing cukup tinggi, terutama yang pengeringannya dilakukan dengan sinar matahari (1354 .756 + 1.515).
*p 0.01
130.000 120.000
Lama Penyimpanan 0 Jam 24 Jam
110.000
Total Fenol (mg fenolik/g berat kering sampel)
100.000
*p 0.018
90.000 80.000 70.000
KKS : Kumis Kucing segar KKM : Pengeringan dengan sinar matahari KKO : Pengeringan dengan oven
60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0.00
KKS
KKM
KKO
Gambar 6 Perbandingan total fenol ekstrak air masing-masing Perlakuan pada daun kumis kucing. Penyimpanan ekstrak air daun kumis kucing selama 24 jam mempengaruhi kadar total fenol. Setelah 24 jam, kadar rataan total fenol ekstrak air daun segar mengalami penurunan dari 48.566 + 11.481 mg fenolik/g berat kering sampel menjadi 42.514 + 12.9 mg fenolik/g berat kering sampel. Kadar
rataan
total
fenol untuk ekstrak air bubuk kumis kucing hasil pengeringan matahari mengalami penurunan yaitu dari 123.434 + 12.159 mg fenolik/g berat kering sampel menjadi 87.624 + 6.785 mg fenolik/g berat kering sampel, sedangkan ekstrak air bubuk kumis kucing hasil pengeringan oven juga mengalami penurunan kadar rataan total fenol yaitu dari 16.918 + 0.174 mg fenolik/g berat kering sampel menjadi 14.086 + 0.250 mg fenolik/g berat kering sampel, seperti terlihat pada Tabel 3 dan Gambar 6. Penurunan ini disebabkan oleh adanya reaksi oksidasi selama penyimpanan dan kemungkinan juga terjadi perubahan pH
47
ekstrak air. Hal ini sesuai dengan pendapat Jayaraman dan Das Gupta (1995) yang menyatakan bahwa degradasi klorofil tergantung pada pH, waktu, kerja enzim, oksigen dan cahaya. Tabel 4. Perbandingan aktivitas antioksidan pada 0 jam dan 24 jam antara ekstrak air masing-masing perlakuan dengan ekstrak air daun kumis kucing segar
Perlakuan KKS1 KKS2 KKM1 KKM2 KKO1 KKO2
mM trolox
Mean
p
SD
0 Jam
24 jam
0 jam
24 Jam
0 jam
24 jam
2474.837 1922.311 1353.685 1355.827 514.069 426.813
2491.622 2188.022 1348 1344 429.715 375.275
2198.574
2339.822
390.695
214.678
1354.756
1346
1.515
470.441
402.495
61.699
2500.000
0 jam
24 jam
2.828
0.027*
0.012*
38.495
0.001*
0.000*
Lama Penyimpanan
2400.000
0 Jam
2300.000
24 Jam
2200.000 2000.000 1900.000
KKS : Kumis Kucing segar KKM : Pengeringan dengan sinar matahari KKO : Pengeringan dengan oven
1800.000 1700.000
*p 0.027 *p 0.012
1600.000 1500.000 1400.000 1300.000 1200.000 1100.000 1000.000 900.000
*p 0.001
800.000
*p 0.000
mM/g berat kering sampel (TEAC)
2100.000
700.000 600.000 500.000 400.000 300.000
KKS
KKM
KKO
Gambar 7 Perbandingan analisa aktivitas antioksidan masingmasing perlakuan pada daun kumis kucing.
48
Pada Tabel 4 dan Gambar 7 terlihat kadar rataan aktivitas antioksidan pada perlakuan 0 dan 24 jam dalam ekstrak air daun kumis kucing segar yaitu TEAC sebesar 2198.574 + 390.695 dan 2339.822 + 214.678 mM/g berat kering sampel lebih tinggi dari pada kadar rataan aktivitas antioksidan dalam ekstrak air bubuk hasil pengeringan sinar matahari (1354.756 + 1.515 dan 1346 + 2.828 mM/g berat kering sampel) maupun ekstrak air bubuk hasil pengeringan oven (470.441 + 61.699 dan 402.495 + 38.495 mM/g berat kering sampel), dengan uji statistik perbedaan rataan aktivitas antioksidan yang diperlihatkan oleh ekstrak air daun kumis kucing segar dengan rataan aktivitas antioksidan ekstrak air bubuk hasil pengeringan sinar matahari maupun seduhan bubuk hasil pengeringan oven menunjukkan hasil yang bermakna (p < 0.05).
Hal ini
kemungkinan karena fenol yang terkandung dalam daun segar walaupun lebih sedikit tetapi mempunyai sifat antioksidan yang lebih baik dibandingkan dengan kandungan fenol yang terdapat dalam bubuk hasil kedua metode pengeringan. Penyimpanan ekstrak air daun kumis kucing selama 24 jam mempengaruhi aktivitas antioksidan. Setelah 24 jam, aktivitas rataan antioksidan ekstrak air bubuk kumis kucing hasil pengeringan matahari mengalami penurunan yaitu dari TEAC
sebesar 1354.756 + 1.515 mM/g berat kering sampel menjadi TEAC
sebesar 1346 + 2.828 mM/g berat kering sampel, sedangkan ekstrak air bubuk kumis kucing hasil pengeringan oven juga mengalami penurunan aktivitas rataan antioksidan yaitu dari TEAC sebesar 470.441+ 61.699 mM/g berat kering sampel menjadi TEAC sebesar 402.495 + 38.495 mM/g berat kering sampel. Penurunan ini disebabkan adanya degradasi klorofil, reaksi oksidasi selama penyimpanan dan kemungkinan juga terjadi perubahan pH seduhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Jayaraman dan Das Gupta (1995) yang menyatakan bahwa degradasi klorofil tergantung pada pH, waktu, kerja enzim, oksigen dan cahaya. antioksidan ekstrak air
Aktivitas rataan
daun segar setelah penyimpanan selama 24 jam
mengalami kenaikan dari TEAC sebesar 2198.574 + 390.695 mM/g berat kering sampel menjadi TEAC sebesar 2339.822 + 214.678 mM/g berat kering sampel. Hal ini seseuai dengan penelitian Kwon et al. (2003) yang menunjukkan bahwa ekstrak batang dan akar Hibiscus syriacus yang dipanaskan pada 100oC
49
selama 24 jam lebih efektif mereduksi senyawa radikal bebas DPPH dibandingkan yang tidak diberi perlakuan pemanasan, dengan demikian menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih baik. Analisa Proksimat Bubuk Daun Kumis Kucing Hasil Pengeringan Dengan Sinar Matahari Hasil analisa proksimat bubuk daun kumis kucing hasil pengeringan dengan sinar matahari dapat dilihat pada Tabel 5. Hal ini dilakukan karena kadar air daun kumis kucing segar cukup tinggi yaitu sebesar 81.42%, sehingga agar dapat disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama diperlukan pengurangan kadar air sampai 7%. Penentuan ini berdasarkan SNI produksi teh dalam kemasan yang kadar airnya maksimum 8% (SNI 01-3836-2000). Tabel 5. Hasil analisa proksimat bubuk daun kumis kucing hasil pengeringan dengan sinar matahari Analisa
Hasil (%)
Kadar air
7.00
Kadar abu
7.89
Kadar lemak
5.09
Kadar protein
17.41
Pengujian Ekstrak Daun Kumis Kucing Terhadap Proliferasi Sel Limfosit Dengan Metode MTT Pengujian ekstrak daun kumis kucing
terhadap proliferasi sel limfosit
memberikan hasil seperti terlihat pada Gambar 8. Pengujian proliferasi sel ini dilakukan dengan metode pewarnaan MTT (3-[4,5-dimethylthiazol-2yl]-2,5diphenyl-tetrazolium), dimana MTT dirubah oleh aktivitas enzim suksinat dehidrogenase mitokondrial dalam sel hidup menjadi formazan, yang kemudian diukur absorbansinya dengan Spectrophotometer Microplate Reader. Kandungan suksinat dehidrogenase ini relatif konstan di antara berbagai sel dengan tipe spesifik, sehingga menurut Wilson (1995) jumlah formazan yang terbentuk proporsional terhadap jumlah sel hidup. Pemberian ekstrak daun kumis kucing
50
dengan konsentrasi 1.203 mg/ml meningkatkan proliferasi sel limfosit 1.518 + 0.124. Untuk kumis kucing, semakin tinggi konsentrasi ekstrak (sampai 4.812 mg/ml) yang ditambahkan, semakin meningkat pula proliferasi sel limfosit berturut-turut sebesar 1.819 + 0.031 (2.406 mg/ml) dan 2.389 + 0.148 (4.812 mg/ml).
Pemberian mitogen saja menunjukkan IS yang lebih kecil dari pada
penambahan ekstrak saja maupun dibandingkan dengan perlakuan kombinasi antara penambahan ekstrak dengan mitogen. Hal ini kemungkinan karena pada waktu dilakukan pengambilan darah responden, keadaan sistem imun dalam tubuh responden sedang menurun. Tabel 6. Perbandingan indeks stimulasi antara kultur yang ditambah ekstrak daun kumis kucing dengan mitogen (Con A, LPS dan PK ) dengan yang ditambah ekstrak daun kumis kucing saja pada konsentrasi C2 (1.203 mg/ml), C4 (2.406 mg/ml), C8 (4.812 mg/ml) Perlakuan C2 C2+ConA C2+LPS C2+PK C4 C4+ConA C4+LPS C4+PK C8 C8+ConA C8+LPS C8+PK
Indeks stimulasi 1
2
3
1.540 1.438 1.789 1.340 1.853 1.811 2.242 1.977 2.457 2.702 2.174 2.574
1.385 1.675 1.770 1.328 1.792 1.955 1.872 1.977 2.491 2.523 1.808 2.377
1.630 1.396 1.796 1.585 1.811 1.815 1.596 2.075 2.219 2.253 2.913 2.853
Mean
SD
1.518 1.503 1.785 1.418 1.819 1.860 1.903 2.001 2.389 2.493 2.298 2.601
0.124 0.150 0.013 0.145 0.031 0.082 0.324 0.057 0.148 0.226 0.563 0.239
Mean Diff
p
0.015 0.267 0.101
1 0.944 1
0.042 0.085 0.191
1 1 0.995
0.104 0.091 0.212
1 1 0.989
Bila dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, nilai % IS sel limfosit ekstrak air kayu secang (Caesalpina sappan Linn) sebesar sampai 150% (Puspaningrum 2003). Nilai % IS sel limfosit mencit sampel teh daun cincau (Cyclea) sebesar 141% dan bubuk gel cincau (Cyclea) sebesar 122% (Setiawati 2003). Nilai % IS filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC dan diinkubasikan pada substrat kitosan DD 85% selama 1 jam sebesar 288.06% (Wahyuni et al 2004; Wahyuni et al 2005) dan nilai IS kitinase 0.1 IU/mg kitin yang direaksikan selama 3 jam untuk pembuatan oligomer kitosan dengan konsentrasi 85 ì g/ml sampel sebesar 1.35 (Agustine 2005), makanilai I S tertinggi
51
2.389 (238.9%) untuk penambahan ekstrak daun kumis kucing dengan konsentrasi 4.812 mg/ml menunjukkan bahwa ektrak daun kumis kucing tidak bersifat toksik, bahkan mampu menstimulasi proliferasi sel limfosit. Dengan demikian peningkatan konsentrasi ekstrak daun kumis kucing dapat menstimulasi proliferasi sel limfosit, dengan kata lain mempunyai fungsi sebagai immunomodulator. Mekanisme
yang
mungkin
terjadi
adalah
karena
adanya
efek
immunomodulator dari antioksidan yang cukup besar yang terkandung dalam ekstrak daun kumis kucing terutama dari senyawa-senyawa fenol yang dikandungnya.
Menurut Wu dan Meydani (1998) antioksidan dapat
mempengaruhi produksi molekul-molekul seperti IL-2 yang berpengaruh terhadap pertumbuhan sel limfosit dan sangat penting untuk mengaktivasi sel limfosit. Senyawa-senyawa fenol spesifik yang terkandung di dalam ekstrak daun kumis kucing yang dapat meningkatkan proliferasi sel limfosit belum diketahui. Pada Gambar 8 dapat dilihat
Indeks Stimulasi (IS) untuk perlakuan
kombinasi antara penambahan ekstrak daun kumis kucing dan
mitogen
lipopolisakarida (LPS), concanavalin A (con A) dan pokeweed (PK) dibandingkan dengan penambahan ekstrak saja. Ekstrak daun kumis kucing yang ditambah dengan mitogen rata-rata meningkatkan proliferasi sel limfosit baik limfosit B maupun limfosit T walaupun tidak bermakna peningkatannya (p>0.05). Peningkatan
IS ini menurut Paraskevas and Foerster (1999) karena mitogen
merupakan substansi yang dapat menginduksi proliferasi sel limfosit. Pada perlakuan penambahan ekstrak daun kumis kucing konsentrasi 1.203 mg/ml ditambah con A (1.503 + 0.150) dan pokeweed (1.418 + 0.145) memang terlihat rataan IS lebih kecil dari pada rataan IS untuk penambahan ekstrak daun kumis kucing saja dengan konsentrasi yang sama (1.518 + 0.124), tetapi tampaknya juga tidak nyata perbedaannya (Tabel 6). Hal ini kemungkinan terjadi karena kondisi sistem imun dalam tubuh responden yang sedang kurang baik, sehingga mempengaruhi pula terhadap proliferasi limfositnya, selain itu setiap mitogenpun mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap proliferasi sel limfosit. Menurut Paraskevas dan Foerster (1999) aktivasi oleh mitogen memerlukan reseptor yang cocok, yang merupakan tahap awal dari aktivasi limfosit. Untuk
52
3.000 2.800 2.600 2.400
2.000 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 0.800 0.600 0.400 0.200
Ekstrak + PK
PK
Ekstrak + LPS
LPS
Ekstrak + Con A
Con A
0.00
Ekstrak
Indeks Stimulasi
2.200
Gambar 8 Perbandingan indeks stimulasi antara kultur yang ditambah ekstrak daun kumis kucing saja dengan yang ditambah mitogen (con A, LPS dan PK ) saja dan dengan ekstrak daun kumis kucing ditambah mitogen Konsentrasi ekstrak Kumis Kucing 1.203 mg/ml 2.406 mg/ml 4.812 mg/ml
konsentrasi ekstrak daun kumis kucing 4.812 mg/ml ditambah LPS nilai rataan IS 2.298 + 0.563 yang lebih kecil dibanding rataan IS penambahan ekstrak daun kumis kucing saja (2.389 + 0.418), tetapi tidak bermakna perbedaannya (p>0.05) (Tabel 6). Hal ini kemungkinan karena pada konsentrasi ini ekstrak daun kumis kucing bila ditambah dengan LPS dapat menyebabkan reaksi yang menurunkan proliferasi sel limfosit seperti penurunan kepekaan reseptor membran sel terhadap mitogen atau tidak meningkatkan aktivitas/reaksi biokimiawi dalam proses
53
proliferasi, misalnya aktivitas enzim protein kinase C yang berperan dalam transduksi sinyal faktor pertumbuhan. Pada masing-masing perlakuan dengan penambahan mitogen baik lipopolisakarida (LPS), concanavalin A (Con A) maupun pokeweed (PK) bila dilakukan penambahan ekstrak kumis kucing, peningkatan konsentrasi dari 1.203 mg/ml ke 2.406 mg/ml sampai 4.812 mg/ml meningkatkan pula rataan IS (Tabel 6 dan Gambar 8). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun kumis kucing dan mitogen bersifat sinergis untuk meningkatkan proliferasi sel limfosit. Jika dilihat dari penambahan mitogen yang berbeda terhadap konsentrasi ekstrak kumis kucing yang sama, pada konsentrasi ekstrak 1.203 mg/ml penambahan LPS memiliki rataan IS tertinggi (1.785 + 0.013)
Pada konsentrasi
2.406 mg/ml dan 4.812 mg/ml penambahan Pokeweed memiliki rataan IS tertinggi berturut-turut sebesar 2.001 + 0.05 dan 2.601 + 0.239 walaupun perbandingan nilainya juga tidak bermakna (p>0.05).
Hal ini menunjukkan
bahwa pada konsentrasi ekstrak daun kumis kucing yang rendah hanya sel B yang distimulasi proliferasinya, sedang pada konsentrasi ekstrak daun kumis kucing yang lebih tinggi dapat menstimulasi proliferasi baik sel T maupun sel B. Bunga Knop Metode Pengeringan Bunga knop setelah dikeringkan dengan dua macam metode pengeringan, maka didapatkan hasil yang terbaik. Hasil terbaik ini dinilai berdasarkan analisa total fenol dan analisa aktivitas antioksidan bubuk hasil pengeringan kedua metode. Bunga knop bila dilihat dari warna bubuk dan warna ekstrak airnya, hasil metode pengeringan oven memberikan warna yang lebih baik dibandingkan hasil metode pengeringan dengan sinar matahari. Bubuk terlihat lebih terang, sedangkan warna ekstrak airnya merah terang. Pada pengeringan dengan sinar matahari terlihat warna bubuk lebih kusam dan warna ekstrak airnya merah kusam. Metode pengeringan terbaik untuk mempertahankan kadar senyawasenyawa yang terkandung di dalam bunga knop adalah pengeringan dengan oven.
54
Sinar matahari
Oven
Gambar 9 Bubuk bunga knop
Sinar matahari (0,8667 g bubuk : 80 ml air)
Oven (0,8667 g bubuk : 80 ml air)
Gambar 10 Ekstrak air bubuk bunga knop
55
Bunga knop tampaknya tahan terhadap panas oven 50oC karena bentuknya yang mempunyai bonggol di bagian tengah.
Menurut Jayaraman dan Das Gupta
(1999), salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pengeringan adalah bentuk dari bahan mentah dan sifat-sifatnya.
Pada metode pengeringan
dengan oven bunga knop lebih cepat mencapai kadar air 7% dibandingkan dengan metode pengeringan dengan sinar matahari.
Kecepatan pengeringan juga
berpengaruh terhadap degradasi zat-zat yang terkandung dalam suatu bahan hasil pertanian (Jayaraman dan Das Gupta 1995).
Pada pengeringan dengan sinar
matahari karena bentuknya yang mempunyai bonggol, bunga knop memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai kadar air 7%. Hal ini menyebabkan semakin lama waktu yang diperlukan pada pengeringan dengan sinar matahari, padahal menurut Jayaraman dan Das Gupta (1995) kemungkinan dapat terjadi pembusukan baik secara kimiawi, enzimatis atau mikrobiologis karena waktu pengeringan yang lama. Selain itu dapat terjadi penurunan mutu selama penyimpanan karena terjadi ketidakseragaman pengeringan (Imre 1995). Total Fenol dan Aktivitas Antioksidan Berdasarkan analisa kadar total fenol dan aktivitas antioksidan dalam ekstrak air bubuk bunga knop, terlihat bahwa kadar total fenol dan aktivitas antioksidan dalam ekstrak air bubuk bunga knop yaitu 3.069 + 0.168 mg fenolik/g berat kering sampel dan TEAC 108.345 + 14.166 mM/g berat kering sampel yang dikeringkan dengan oven lebih tinggi dibandingkan dengan yang dikeringkan dengan sinar matahari 2.239 + 0.055 mg fenolik/g berat kering sampel dan TEAC 56.070 + 7.085 mM/g berat kering sampel (Tabel 7 dan 8, Gambar 11 dan 12). Kandungan senyawa fenolik dalam bunga knop belum banyak diteliti tetapi senyawa yang utama adalah gomphrenin I, II, III, V dan VI, amaranthin, minyak atsiri, saponin dan flavon (Mahendra dan Fauzi 2005; Dalimartha 2000). Menurut Cai et al. (2001), bunga knop banyak mengandung komponen pigmen alami yaitu dari kelompok betasianin sebesar 1.3 mg/g sampel segar. Selain itu menurut Stintzing et al (2004) famili bunga knop (Amaranthus spinosus L.) mengandung senyawa hidroksisinamat, quersetin dan kaempferol glikosida dan senyawa Aurone I (E) -3’ -O –ß –D –glucopyranosyl -4,5,6,4’
-tetrahydroxy -7,2’ -
56
dimethoxyaurone dan dua senyawa lain yaitu aurantiamide acetate dan tiliroside yang diisolasi dari ekstrak Gomphrena agretis (Ferreira et al. 2004). Besarnya kadar total fenol ekstrak air juga dipengaruhi oleh proses pengeringan sebelumnya. Kadar total fenol ekstrak air bubuk hasil pengeringan dengan oven lebih tinggi daripada ekstrak air bubuk hasil pengeringan matahari kemungkinan karena
pada pengeringan dengan oven, bunga knop lebih cepat
Tabel 7. Perbandingan total fenol pada 0 jam dan 24 jam antara ekstrak air masing-masing perlakuan dengan ekstrak bunga knop segar
BKS1 BKS2 BKM1 BKM2 BKO1 BKO2
Mean
0 jam
24 jam
0 jam
24 jam
0 jam
24 jam
3.446 3.536 2.277 2.200 2.950 3.187
1.874 2.117 2.035 1.781 2.735 3.088
3.491
1.996
0.064
0.172
2.239
1.908
0.055
3.069
2.911
0.168
3.600 3.400
*p 0.002
3.200
Total Fenol (mg fenolik/g berat kering sample)
p
SD
3.000 2.800 2.600 2.400
*p 0.010
Perlakuan
Total fenol
0 jam
24 jam
0.179
0.002*
0.992
0.250
0.231
0.010*
Lama Penyimpanan
2.000 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 0.800 0.600 0.400 0.200 0.000
BKM
24 Jam
BKS : Bunga knop segar BKM : Pengeringan dengan sinar matahari BKO : Pengeringan dengan oven
2.200
BKS
0 Jam
BKO
Gambar 11 Perbandingan total fenol masing-masing perlakuan pada bunga knop.
57
mencapai kadar air 7%, sehingga hanya sedikit zat-zat yang terkandung dalam bunga knop yang terdegradasi. Kadar total fenol bunga knop segar paling tinggi (3.491 + 0.064 mg fenolik/g berat sampel kering) dibandingkan dengan ekstrak air bubuk hasil pengeringan baik dengan oven maupun matahari, hal ini mungkin karena bunga knop segar tidak mengalami pengeringan sehingga senyawasenyawa yang terkandung di dalamnya tidak terdegradasi. Walaupun kadar total fenol ekstrak air bunga knop segar paling tinggi, tetapi tidak dipilih untuk penelitian selanjutnya karena salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bubuk hasil pengeringan bunga knop. Tabel 8. Perbandingan aktivitas antioksidan pada 0 jam dan 24 jam antara ekstrak air masing-masing perlakuan dengan ekstrak bunga knop segar
Perlakuan BKS1 BKS2 BKM1 BKM2 BKO1 BKO2
mM trolox
Mean
p
SD
0 jam
24 jam
0 jam
24 jam
0 jam
24 jam
0 jam
24 jam
19.803 28.664 61.080 51.060 118.363 98.329
39.836 40.990 39.750 46.450 88.036 89.575
24.234
40.413
6.266
0.816
56.070
43.100
7.085
4.738
0.032*
0.999
108.345
88.806
14.166
1.088
0.000*
0.004*
Setelah penyimpanan ekstrak air selama 24 jam terjadi penurunan rataan kadar total fenol. Pada seduhan bubuk hasil pengeringan sinar matahari terlihat penurunan rataan kadar total fenol dari 2.239 + 0.055 mg fenolik/g berat kering sampel menjadi 1.908 + 0.179 mg fenolik/g berat kering sampel. Penurunan ini lebih besar dibandingkan dengan penurunan kadar total fenol ekstrak air bubuk hasil pengeringan oven dari 3.069 + 0.168 mg fenolik/g berat kering sampel menjadi 2.911 + 0.250 mg fenolik/g berat kering sampel (Gambar 11). Hal ini kemungkinan terjadi karena pengeringan bunga knop dengan sinar matahari memerlukan waktu yang lama untuk mencapai kadar air 7%, sehingga menurut Jayaraman dan Das Gupta (1995) terjadi pembusukan baik secara kimiawi, enzimatis atau mikrobiologis karena waktu pengeringan yang lama. Selain itu dapat
terjadi
penurunan
mutu
selama
penyimpanan
karena
terjadi
ketidakseragaman pengeringan (Imre 1995). Ekstrak air bunga knop segar juga
58
mengalami penurunan total fenol setelah penyimpanan yaitu dari 3.491 + 0.064 mg fenolik/g berat kering sampel menjadi 1.996 + 0.172 mg fenolik/g berat kering sampel. Aktivitas antioksidan dalam ekstrak air bunga knop segar rataannya lebih rendah dari pada rataan aktivitas antioksidan dalam ekstrak air bubuk hasil pengeringan sinar matahari maupun ektrak air bubuk hasil pengeringan oven, yaitu TEAC sebesar 24.234 + 6.266 mM/g berat kering sampel (Tabel 8). Hal ini kemungkinan terjadi karena ada senyawa-senyawa fenol tertentu
yang
mempunyai sifat antioksidan lebih baik yang terbentuk karena adanya proses pemanasan. Penelitian lainnya terhadap aktivitas antioksidan beberapa jenis buah-buahan dan sayuran memberikan hasil sebagai berikut. Buah berry TEAC 3700, sayursayuran TEAC 450-1400 serta buah-buahan TEAC 600-1700 (Miller et al. 2000). Bila dibandingkan dengan nilai TEAC terutama untuk sayuran, maka nilai TEAC ekstrak air bubuk daun kumis kucing cukup tinggi, terutama yang pengeringannya
*p 0.000
dilakukan dengan sinar matahari (1354 .756 + 1.515).
120.000 115.000
*p 0.004
110.000 105.000 100.000 90.000 85.000 80.000
*p 0.032
mM/g berat kering sampel (TEAC)
95.000
75.000 70.000 65.000 60.000
Lama Penyimpanan 0 Jam 24 Jam BKS : Bunga knop segar BKM : Pengeringan dengan sinar matahari BKO : Pengeringan dengan oven
55.000 50.000 45.000 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0.000
BKS
BKM
BKO
Gambar 12 Perbandingan analisa aktivitas antioksidan masing-masing perlakuan pada bunga knop
59
Penyimpanan ekstrak air selama 24 jam mempengaruhi aktivitas antioksidan. Setelah 24 jam, rataan aktivitas antioksidan untuk ekstrak air bubuk bunga knop hasil pengeringan matahari mengalami penurunan yaitu dari TEAC sebesar 56.070 + 7.085 mM/g berat kering sampel menjadi TEAC sebesar 43.100 + 4.738 mM/g berat kering sampel, sedangkan ekstrak air bubuk bunga knop hasil pengeringan oven juga mengalami penurunan rataan aktivitas antioksidan yaitu dari TEAC sebesar 108.345 + 14.166 mM/g berat kering sampel menjadi TEAC sebesar 88.806 + 1.088 mM/g berat kering sampel. Penurunan ini disebabkan adanya reaksi oksidasi selama penyimpanan dan kemungkinan juga terjadi perubahan pH seduhan. Rataan aktivitas antioksidan seduhan daun segar setelah penyimpanan selama 24 jam mengalami kenaikan dari TEAC sebesar 24.234 + 6.266 mM/g berat kering sampel menjadi TEAC sebesar 40.413 + 0.816 mM/g berat kering sampel, tetapi kenaikannya tidak bermakna (p>0.05). Analisa Proksimat Bubuk Bunga Knop Hasil Pengeringan Dengan Oven Hasil analisa proksimat bubuk bunga knop hasil pengeringan dengan oven dapat dilihat pada Tabel 9. Dari hasil analisa bunga knop segar didapatkan kadar air yang cukup tinggi yaitu sebesar 73.13%, sehingga agar dapat disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama diperlukan pengurangan kadar air sampai 7%. Penentuan ini berdasarkan SNI produksi teh dalam kemasan yang kadar airnya maksimum 8% (SNI 01-3836-2000). Tabel 9. Hasil analisa proksimat bubuk bunga knop hasil pengeringan dengan oven Analisa
Hasil (%)
Kadar air
7.00
Kadar abu
7.18
Kadar lemak
0.83
Kadar protein
7.16
60
Pengujian Ekstrak Bunga Knop Terhadap Proliferasi Sel Limfosit dengan Metode MTT Pengujian ekstrak bunga knop terhadap proliferasi sel limfosit memberikan hasil seperti terlihat pada Tabel 10 dan Gambar 13. Pemberian ekstrak bunga knop dengan konsentrasi 0.4115 mg/ml menaikkan rataan IS sel limfosit sebesar 1.011 + 0.082. Untuk bunga knop sampai 0.8230 mg/ml proliferasi sel limfosit masih meningkat 1.071 + 0.122 setelah itu peningkatan konsentrasi ekstrak bunga knop 1.646 mg/ml dan 3.292 mg/ml menghambat proliferasi sel limfosit berturutturut sebesar 0.938 + 0.041 dan 0.789 + 0.142. Tabel 10. Perbandingan indeks stimulasi antara kultur yang ditambah ekstrak bunga knop dengan mitogen (Con A, LPS dan PK ) dengan ekstrak bunga knop saja pada konsentrasi C1 (0.412 mg/ml), C2 (0.823 g/ml), C4 (1.646 mg/ml) dan C8 (3.292 g/ml) Perlakuan C1 C1+ConA C1+LPS C1+PK C2 C2+ConA C2+LPS C2+PK C4 C4+ConA C4+LPS C4+PK C8 C8+ConA C8+LPS C8+PK
Indeks stimulasi 1
2
3
1.095 0.781 0.945 0.976 1.201 0.718 0.992 0.842 0.974 0.728 0.900 0.868 0.940 0.562 0.813 0.749
1.008 0.757 0.974 0.976 1.053 0.794 0.995 0.931 0.894 0.654 0.884 0.934 0.670 0.562 0.847 0.778
0.931 0.760 0.815 1.016 0.958 0.691 1.005 0.905 0.945 0.702 0.873 0.887 0.731 0.633 0.760 0.620
Mean
SD
1.011 0.766 0.911 0.989 1.071 0.734 0.997 0.893 0.938 0.695 0.886 0.896 0.780 0.586 0.807 0.716
0.082 0.013 0.085 0.023 0.122 0.053 0.007 0.046 0.041 0.038 0.014 0.034 0.142 0.041 0.044 0.084
Mean Diff
p
0.245 0.1 0.022
0.006* 0.877 1
0.336 0.073 0.178
0.000* 0.989 0.123
0.243 0.052 0.041
0.007* 1 1
0.195 0.026 0.065
0.063 1 0.997
Bila dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, nilai % IS sel limfosit ekstrak air kayu secang (Caesalpina sappan Linn) sebesar sampai 150% (Puspaningrum 2003). Nilai % IS sel limfosit mencit sampel teh daun cincau (Cyclea) sebesar 141% dan bubuk gel cincau (Cyclea) sebesar 122% (Setiawati 2003). Nilai % IS filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC dan diinkubasikan pada substrat kitosan DD 85% selama 1 jam sebesar 288.06% (Wahyuni et al 2004; Wahyuni et al 2005) dan nilai IS kitinase 0.1 IU/mg kitin
61
yang direaksikan selama 3 jam untuk pembuatan oligomer kitosan dengan konsentrasi 85 ì g/ml sampel sebesar 1.35 (Agustine 2005), maka nilai rataan I S tertinggi 1.071 + 0.122 (107.1% + 0.122) untuk penambahan ekstrak bunga knop dengan konsentrasi 0.8230 mg/ml menunjukkan bahwa ektrak bunga knop walaupun nilai rataan IS nya lebih kecil dari pada hasil-hasil penelitian lainnya tetapi mempunyai kemampuan menstimulasi proliferasi sel limfosit.
1.200 1.100
*p 0.006 *p 0.000 *p 0.007
1.000 0.900
0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100
Ekstrak + ConA
Ekstrak + LPS
PK
Ekstrak
LPS
0.00
Con A
Indeks Stimulasi
0.800
Gambar 13 Perbandingan indeks stimulasi antara kultur yang ditambah Ekstrak bunga knop saja dengan penambahan mitogen (Con A, LPS dan PK ) saja dan dengan ekstrak bunga knop ditambah mitogen Konsentrasi Ekstrak Bunga Knop
0.412 mg/ml
1.646 mg/ml
0.823 mg/ml
3.292 mg/ml
Pengujian ekstrak air dari Amaranthus sp. (famili bunga knop) terhadap sel splenosit dari mencit BALB/c menunjukkan kemampuan ekstrak ini untuk menstimulasi proliferasi sel splenosit. Sel B yang diisolasi dapat distimulasi juga oleh ekstrak ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak air Amaranthus sp. mempunyai aktivitas immunomodulator dengan secara langsung menstimulasi
Ekstrak + PK
62
aktivitas proliferasi sel B dan proliferasi subset sel T secara in vitro (Lin et al 2005). Dengan demikian peningkatan konsentrasi ekstrak bunga knop sampai 0.8230 mg/ml dapat menstimulasi proliferasi sel limfosit, dengan kata lain mempunyai fungsi sebagai immunomodulator. Mekanisme
yang
mungkin
terjadi
adalah
karena
adanya
efek
immunomodulator dari antioksidan yang terkandung dalam ekstrak bunga knop terutama dari senyawa-senyawa fenol yang dikandungnya.
Menurut Wu dan
Meydani (1998) antioksidan dapat mempengaruhi produksi molekul-molekul seperti IL-2 yang berpengaruh terhadap pertumbuhan sel limfosit dan sangat penting untuk mengaktivasi sel limfosit. Senyawa-senyawa fenol spesifik yang dapat meningkatkan proliferasi sel limfosit belum diketahui. Peningkatan konsentrasi ekstrak bunga knop lebih besar dari 0.8230 mg/ml menurunkan proliferasi sel limfosit atau bersifat toksik terhadap sel limfosit. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada konsentrasi tersebut senyawa-senyawa fenol dalam bunga knop menunjukkan aktivitas prooksidan.
Sifat yang tidak
diinginkan ini menurut Kessler et al. (2003) dapat dijadikan penjelasan terhadap toksisitas dari beberapa flavonoid secara in-vivo. Senyawa-senyawa fenol spesifik yang menyebabkan terjadinya toksisitas ekstrak bunga knop terhadap limfosit belum diketahui. Salem et al. (2004) melakukan penelitian terhadap daun bunga knop yang diinokulasi dengan virus Prunus Necrotic Ringspot Virus (PNRSV). Hasil inokulasi ini menunjukkan ketahanan daun bunga knop terhadap virus tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa daun bunga knop mengandung anti virus atau bersifat toksik terhadap virus.
Senyawa ini kemungkinan terdapat juga
dalam bunganya yang kemungkinan dengan konsentrasi tertentu dapat menghambat proliferasi sel limfosit. Pada Gambar 13 dapat dilihat rataan IS untuk perlakuan kombinasi antara penambahan ekstrak bunga knop dan
mitogen lipopolisakarida (LPS),
concanavalin A (Con A) dan pokeweed (PK). Ekstrak bunga knop yang ditambah dengan mitogen semua menghambat proliferasi sel limfosit bila dibandingkan dengan perlakuan penambahan ekstrak bunga knop saja, tetapi yang berbeda bermakna menghambat proliferasi hanya penambahan concanavalin A (p<0.05) Hal ini kemungkinan terjadi karena kondisi sistem imun dalam tubuh responden
63
yang sedang kurang baik, sehingga mempengaruhi pula terhadap proliferasi limfositnya, selain itu kemungkinan karena adanya reaksi yang menyebabkan ketidakcocokan mitogen untuk berpasangan dengan reseptor, karena menurut Paraskevas dan Foerster (1999) aktivasi oleh mitogen memerlukan reseptor yang cocok, yang merupakan tahap awal dari aktivasi limfosit. Penambahan LPS saja mempunyai indeks stimulasi yang lebih tinggi dari pada untuk penambahan concanavalin A (Con A), dan pokeweed (PK)
saja
(Gambar 13). Pada penambahan LPS peningkatan konsentrasi ekstrak bunga knop dari 0.4115 mg/ml ke 0.8230 mg/ml meningkatkan IS.
Hal ini menunjukkan
bahwa dalam kultur tersebut ekstrak bunga knop yang berperan meningkatkan IS. Setelah itu peningkatan konsentrasi ekstrak bunga knop dengan penambahan LPS, Con A maupun pokeweed dengan konsentrasi yang sama menurunkan IS. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi penambahan bunga knop bersifat menghambat proliferasi sel limfosit dan bersama-sama dengan LPS, Con A dan pokeweed sinergis menghambat proliferasi sel limfosit. Selain itu, Con A sendiri menurut Stites (1991) dapat mengaktifkan sel Ts yang dengan demikian dapat menghambat proliferasi sel limfosit di dalam kultur tertentu.
64
Tabel 11. Perbandingan hasil penelitian ekstrak daun kumis kucing dengan bunga knop Daun Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Metode pengeringan Terbaik
Bunga knop (Gomphrena globosa L.)
sinar matahari
Senyawa kimia yang orthosiphon glikosida(1), tanin(2) dikandung minyak atsiri(3) ,minyak lemak(4) , saponin(5), sapofonin(6), garam kalium (0.6-3.5%)(7), myoinositol(8), sinensetin(9). Eupatorin(10), Polymethoxylated flavonoid (11) turunan caffeic acid(12), hydroxy-5,6,7,4’ tetramethoxyflavone.(13), Flavonoid aglikon(14)
oven Gomphrenin I,II,III,V,VI(15), amaranthin(16), saponin(17) minyak atsiri(18), flavon(19)
Aktivitas biologis mencegah dan mengobati asam urat(20) mencegah batu yang mengandung asam urat(21) pelarut batu ginjal dan batu kandung kemih(22) efek diuretikum(23), anti bakteri(24)
anti bakteri(25) anti inflamasi(26), obatbatuk(27), obat sesak(28), penurun panas(29), disentri(30)
Kadar total fenol Tertinggi (mg fenolik/g bk)
123.220
3.068
Aktivitas antioksidan tertinggi (mM/gr bk (TEAC))
2339.822
108.343
Konsentrasi ekstrak yang diuji mg/ml
1.203, 2.406 dan 4.812
Konsentrasi ekstrak (mg/ml) dengan Indeks Stimulasi (IS) tertinggi
4.812 2.4
0.412, 0.823, 1.646 dan 3.292 0.823 1.071
(1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8), (9), (15), (16), (17), (18) dan (19) Mahendra dan Fauzi (2005) (10), (11), (12) Olah et al. (2003) (13), (14) Loon et al. (2005) (25) Ferreira et al. (2004) (26) Stalinska et al. 2005) (27),(28), (29) dan (30) Anonim (2005)
65
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan : 1. Metode pengeringan terbaik untuk daun kumis kucing adalah pengeringan dengan sinar matahari sedang untuk bunga knop adalah pengeringan dengan oven 2. Peningkatan konsentrasi ekstrak daun kumis kucing yang ditambahkan berturut-turut dari 1.203 mg/ml, 2.406 sampai 4.812 mg/ml meningkatkan IS. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun kumis kucing sampai konsentrasi setara 4.812 mg/ml masih aman untuk dikonsumsi karena masih bersifat meningkatkan proliferasi sel limfosit. 3. Peningkatan konsentrasi bunga knop yang ditambahkan berturut turut dari 0.4115 mg/ml sampai 0.8230 mg/ml meningkatkan konsentrasi selanjutnya sebesar 1.646
IS.
Peningkatan
mg/ml sampai 3.292
mg/ml
menghambat proliferasi sel limfosit. Konsentrasi ekstrak bunga knop yang aman untuk dikonsumsi adalah sampai konsentrasi 0.8230 mg/ml, karena masih bersifat meningkatkan proliferasi sel limfosit. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui peningkatan sel NK, CD4 (penanda permukaan untuk Th) dan Tc.
Peningkatan ketiganya
menunjukkan adanya peningkatan proliferasi sel limfosit yang menunjukkan pula keamanan terhadap sel limfosit, baik sel B maupun sel T dalam sistem imun dengan adanya penambahan ekstrak daun kumis kucing.
Mekanisme
imunomodulator dengan adanya penambahan ekstrak daun kumis kucing ke dalam kultur sel juga perlu diteliti lebih lanjut. Untuk bunga knop, terjadi penghambatan proliferasi sel limfosit dengan adanya penambahan ekstrak bunga knop ke dalam kultur sel.
Hal ini
menunjukkan adanya sifat sitotoksik dari ekstrak bunga knop tersebut. Untuk mengetahui mekanisme penghambatan proliferasi sel limfosit atau adanya aktivitas anti inflamasi dengan penambahan ekstrak bunga knop ke dalam kultur sel perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
66
DAFTAR PUSTAKA Anonim. Materi Pelatihan Profesional Tanaman Obat (Kelas Profesional Tanaman Obat 2). 2005. Edisi Baru. Jakarta : Yayasan Pengembangan Tanaman Obat Karyasari Mengabdi Bagi Pengembangan Tanaman Obat Indonesia. Anonim. 2000. GomphrenaglobosaL. http://kambing.ui.edu/bebas/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku3/3041.pdf#search=’bunga%20knop’ [8 Februari 2005]. Agustine H. 2005. Pengujian aktivitas immunoenhancing oligomer kitin yang diproduksi secara enzimatik [skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Yasni S, Budiyanto S. 1989. Analisis Pangan. Bogor : PT Penerbit IPB (IPB Press). Baratawidjaja KG. 2000. Imunologi Dasar. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta : Balai Penerbit
Beaux D, Fleurentin J, Mortier F. 1999. Effects of extract of Orthosiphon stamineus Benth, Hieracium pilosella L. Sambucus nigra L. and Arctostaphylos uva-ursi (L.) Spreng in rats. Phytother Res 13(3):222-5. Cai Y, Sun M, Schliemann W, Corke H. 2001. Chemical stability and colorant properties of betaxanthin pigments from Celosia argentea. J Agric Food Chem 49(9):4429-35. Cai Y, Sun M, Corke H. 2001. Identification and distribution of simple and acylated betacyanins in the Amaranthaceae. J Agric Food Chem 49(4):1971-8. Cai Y, Sun M, Corke H. 2003. Antioxidant activity of betalains from plants of the Amaranthaceae. J Agric Food Chem 51(8):2288-94. . Cai Y, Luo Q, Sun M, Corke H. 2004. Antioxidant activity and phenolic compounds of 112 traditional Chinese medicinal plant associated with anticancer. Life Sci 74(17):2157-84. Casadebaig-Lafon J, Jacob M, Cassanas G, Marion C, Puech A. 1989. Adsorbed plant extract, use of extracts of dried seeds of Orthosiphon stamineus Benth. Pharm Acta Helv 64(8):2204. Dalimartha S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid ke-2. Jakarta: Trubus Agriwidya.
67
Dean JH, Cornacoff JB, Rosenthal GJ, Luster MI. 1989. Immune system : evaluation of injury. Di dalam : Hayes AW, editor. Principles and Methods of Toxicology. New York : Raven Press Ltd. Hlm 741-760. De Padua LS,Bunyaprahatsara N, Lemmens RHMJ, editor. 1999. Medicinal and poisonous plants 1. plant Resources of South-East Asia 12(1):368-371. Duthil GG, Gardner PT, Kyle JA. 2003. Plant polyphenols : are they the new magic bullet ?. Proc Nutr Soc 62: 599-603. Ferreira EO, Salvador MJ, P ral EM, Alfieri SC, Ito IY, Dias DA. 2004. A new heptasubstituted (E) - aurone glucoside and other aromatic compounds of Gomphrena agrestis with biological activity. Z Naturforsch [C] 59(7-8):499-505. Finley JW, Robinson SF. 1992. Food safety assessment : introduction. Di dalam Finley JW, Robinson SF, Amstrong DJ, editor. Food Safety Assessment. Washington DC : Library of Congress Cataloging –in -Publication Data. Hlm 2-7. Frehsney RI . 1995. Introduction to basic principles. Di dalam : Freshney RI, editor. Animal Cell Culture : A Practical Approach. Ed ke-2. Oxford : Oxford University Press. hlm 1-14. Fukumoto LR, Mazza G. 2000. Assessing antioxidant and prooxidant activities of phenolic compounds. J Agric Food Chem 48(8):3597-604. Garnadi Y. 1998. Perbandingan potensi diuretic antara infusa daun dan batang tumbuhan kumis kucing (Orthosiphon aristatus BI. Mig.) pada kelinci secara oral [skripsi]. Bandung : Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran. Halliwell B. 2002. Food –derived antioxidant : how to evaluate their importance In food and in vivo. Di dalam : Cadenas E, editor. Handbook of Antioxidants. New York : Marcel Dekker Inc. hlm 1-33. Harlow E, Lane D. 1988. Antibodies A Laboratory Manual. Cold Spring Harbor : Cold Spring Harbor Laboratory. Imre L. 1995. Solar drying. Di dalam : Mujundar AS, editor. Handbook of Industrial Drying. Volume ke-1. Ed ke-2. New York: Marcel Dekker, Inc. hlm 373-451. Isparyanto W. 1999. Pengaruh infusa daun kumis kucing (Orthosiphon Aristatus BI. Mig.) terhadap asam urat darah tikus putih [skripsi]. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada.
68
Jaffe HS, Sherwin SA. 1991. Immunomodulators. Di dalam : Stites DP, Terr AI, editor. Basic and Clinical Immunology. Edisi ke-7. New Jersey : Prentice-Hall International Inc. hlm 780-785. Jayaraman KS, Das Gupta DK. 1999. Drying of fruits and vegetables. Di dalam: Mujundar AS, editor. Handbook of Industrial Drying. Volume ke-1. Ed ke-2. New York: Marcel Dekker, Inc. hlm 643-690. Kang DG, Yun C, Lee HS. 2003. Screening and comparison of antioxidant activity of Solvent extracts of herbal medicines used in Korea. J Ethnopharmacol 87(2) : 231-6. Kapiszewska M, Soltys E, Visioli F, Cierniak A, Zajac G. 2005. The protective ability of the Mediterranean plant extracts against the oxidative DNA damage. The role of the radical oxygen species and the polyphenol content. J Physiol Pharmacol 56 Suppl 1:183-97. Kessler M, Ubeaud G, Jung L. 2003. Anti- and pro- oxidant activity of rutin and quercetin derivatives. J Pharm Pharmacol 55(1):131-42. Koesitoresmi A. 2002. Kapasitas antioksidan ekstrak batang dan daun cincau hijau (Cyclea barbata L. Miers) pada sel limfosit manusia secara in vitro [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Koleva II, van Beek TA, Linssen JP, de Groot A, Evstatieva LN. 2002. Screening of Plant extracts for antioxidant activity : a comparative study on three testing methods. Phytochem Anal 13(1):8-17. Kresno SB. 1991. Imunologi. Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kubo IN, Masuoka P, Haraguchi H. 2002. Antioxidant activity of dodecyl gallate. J Agric Food Chem 50:3533-3539. Lin BF, Chiang BL, Lin JY. 2005. Amaranthus spinosus water extract Directly stimulates proliferation of B lymphocytes in vitro. Int Immunopharmacol 5(4):711-22. Loon YH, Wong JW, Yap SP, Yuen KH. 2005. Determination of flavonoids from Orthosiphon stamineus in plasma using a simple HPLC method with ultraviolet detection. J Chromatogr B Analyt Technol Biomed Life Sci 816 (1-2):161-6. Mahendra B, Fauzi RH. 2005. Kumis Kucing, Pembudidayaan dan Pemanfaatan Untuk Penghancur Batu Ginjal. Jakarta: Penebar Swadaya.
69
Miller HE, Rigelhorf F, Marquat L, Prakash A, Kanter M. 2000. Antioxidant Content of whole grain breakfast cereal, fruits and vegetables. J Am Coll Nut 90003(19):3128-3198. Nirdnoy M, Muangman V. 1991. Effects of Folia orthosipohonis on urinary stone promoters and inhibitors. J Med Assoc Thai 74(6):318-21. Nurrahman. 1998. Pengaruh konsumsi sari jahe terhadap perlindungan limfosit dari stres oksidatif pada mahasiswa pondok pesantren Ulil Albaab di Bogor [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Olah NK, Radu L, Mogosan C, Hanganu, D, Gocan S. 2003. Phytochemical and pharmacological studies on Orthosiphon stamineus Benth. (Lamiaceae) hydroalcoholic extracts. J Pharm Biomed Anal 33(1):117-23. Pandoyo AS. 2000. Pengaruh aktivitas ekstrak tanaman cincau hijau (Cyclea barbata L. Miers) terhadap proliferasi sel limfosit darah tepi manusia secara in vitro [skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Paraskevas F, Foerster J. 1999. The lymphatic system. Di dalam : Lee GR, Foerster J, Lukens J, Paraskevas F, Greer JP, Rodgers GM, editor. Wintrobe’s Clinical Hematology. Ed ke - 10. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. hlm 430-465. Pomilio AB, Buschi CA, Tomes CN, Viale AA. 1992. Antimicrobial constituents of Gomphrena martiana and Gomphrena boliviana. J Ethnopharmacol 36(2):155-61. Pranoto BA. 2003. Aktivitas antitumor dan immunomodulator dari produk cincau hijau Cyclea barbata L. Miers dan Premna oblongifolia Merr. terhadap pertumbuhan tumor kelenjar susu mencit C3H [tesis]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Puspaningrum R. 2003. Pengaruh ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan Linn) terhadap proliferasi sel limfosit limpa tikus dan sel kanker K562 (Chronic Myelogenous Leukimia) secara in vitro [skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Roitt IM. 1991. Essential Immunology. Edisi ke - 7. Scientific Publication.
Oxford : Blackwell
Sari PW. 1985. Efek penyuntikan campuran infus daun Meniran (Phyllanthus niruri Linn) dan daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus BI. Mig.) terhadap jumlah tetes urine kelinci terbius. Laporan penelitian. Yogyakarta : Lembaga Penelitian Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada.
70
Senchina DS, McCann DA, Asp JM, Johnson JA, Cunnick JE, Kaiser MS, Khut ML. 2005. Changes in immunomodulatory properties of Echinacea spp. root infusions and tintures stored at 4 degrees C for four days. Clin Chiom Acta 355(1-2):67-82. Setiawati R. 2003. Pengaruh produk daun cincau hijau Cyclea barbata L.Miers dan Premna oblongifolia Merr, terhadap kapasitas antioksidan limfosit mencit C3H bertumor kelenjar susu [skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Shank FR, Carson KL. 1992. What is safe food?. Di dalam : Finley JW, Robinson SF, Amstrong DJ, editor. Food Safety Assessment. Washington DC : Library of Congress Cataloging –in -Publication Data. hlm 26-34. Shetty K, Curtis OR, Levin RE, Witkowsky R, Ang W. 1995. Prevention of vitrication associated with in vitro shoot culture of oregano (Origanum vulgare) by Pseudomonas spp. J Plant Physiol 147: 447-451. SNI 01- 3836- 2000. Teh kering dalam kemasan. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional. Sofiani YS. 2003. Isolasi, pemurnian dan uji aktivitas antibakteri senyawa Sinensetin dari daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus BI. Mig.) [skripsi]. Bogor : Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Sokhansaj S, Jayas DS. 1995. Drying of foodstuffs. Di dalam : Mujundar AS, editor. Handbook of Industrial Drying. Volume ke -1. Edisi ke -2. New York : Marcel Dekker, Inc. hlm 589-625. Stalinska K, Guzdek A, Rokicki M, Koj A. 2005. Transcription factors as targets of the anti-inflammatory treatment. A cell culture study with extracts from some Mediterranean diet plants. Physiol Pharmacol 56 Suppl 1:157-69. Stintzing FC, Kammerer D, Schieber A, Adama H, Nacoulma OG, Carle R. 2004. Betacyanins and phenolic compounds from Amaranthus spinosus L. and Boerhavia erecta L. Z Naturforsch [C] 59(1-2):1-8. Stites DP. 1987. Clinical laboratory methods for detection of cellular immunity. Di dalam : Stites DP dan Terr AI, editor. Basic and Clinical Immunology. Edisi ke-7. New Jersey : Prentice-Hall International Inc. hlm 263-283 Strack D,Vogt T, Schliemann W. 2003. Recent advances in betalain research. Phytochemistry 62(3):247-69.
71
Tejasari. 2000. Efek proteksi komponen bioaktif oleoresin rimpang jahe (Zingiber officinale Roscoe) terhadap fungsi limfosit secara in vitro. [disertasi]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Tejasari, Zakaria FR, Sayuthi D. 2002. Aktivitas stimulasi komponen rimpang Jahe (Zingiber officinale Roscoe) pada sel limfosit B manusia secara in vitro. J Teknologi dan Industri Pangan 13(1):47-53. Tzianabos AO. 2000. Polysaccharides immunomodulators as therapeutic agents : structural aspects and biological function. Clin Microb Rev. 13(4):523-33. Wahyuni S, Zakaria FR, Witarto AB, Syah D, Suhartono MT. 2004. Aktivitas oligomer kitosan sebagai immunoenhancer. Seminar Nasional PATPI. Jakarta, Desember 2004. Wahyuni S, Zakaria FR, Witarto AB, Syah D, Suhartono MT. 2005. Aplikasi oligomer kitosan sebagai anti kanker. Seminar Nasional PERSADA (Persatuan Alumni Jepang). Agustus 2005. Waterman PG, Mole S. 1994. Analysis of phenolic plant metabolites. Oxford : Blackwell Scientific Publications. Wilson AP. 1995. Cytotoxicity and viability assays. Di dalam : Freshney RI, editor. Animal Cell Culture : A Practical Approach. Ed ke-2. Oxford : Oxford University Press. hlm 263-304. Zakaria FR, Meilasanti MA, Sanjaya, Pramudya SM, Richards AL. 1997. Aktivitas proliferasi limfosit darah tepi konsumen makanan jajanan di Bogor, Jawa Barat. Bul. Teknologi dan Industri Pangan. 8(2):57-65. Zakaria FR, Prangdimurti E. 2001. Kajian aktivitas biologis dari pengkayaan gel cincau hijau (Cyclea barbata L. Miers). Laporan Penelitian. Bogor: Proyek QUE FTSP.
72
Lampiran 1 Dosis dasar jumlah penggunaan daun segar dan bubuk daun kumis kucing untuk membuat ekstrak air * Untuk ekstrak air daun segar : Dosis yang digunakan berdasarkan Anonim (2005) yaitu dosis daun segar yang digunakan untuk mengobati infeksi kandung kemih dan batu dalam kandung kemih. 5-10 helai daun kumis kucing segar diekstraksi dengan ½ gelas air mendidih (110ml) Dikonversikan untuk dosis pencegahan 5 helai daun dalam 220 ml air (berat 5 helai daun = 1.1835 gr) Jadi perbandingan yang didapatkan untuk pembuatanekstrak air adalah : 1.1835 gr daun segar : 220 ml air * Untuk ekstrak air bubuk : Dosis yang digunakan berdasarkan Anonim (2005) yaitu dosis bubuk daun kumis kucing untuk pencegahan infeksi kandung kemih, kencing batu, dan infeksi saluran kemih, yaitu : 1-3 sendok takar (3-10 gr) per hari diekstraksi dengan 3.5 gelas air mendidih (770 ml) Diambil takaran 3 gr dalam 770 ml air, karena terlalu pekat maka diencerkan dengan mengurangi takaran menjadi 1 gr dalam 257 ml air. Jadi perbandingan yang didapatkan untuk pembuatan ekstrak air adalah 1 gr bubuk : 275 ml air
73
Lampiran 2 Dosis dasar jumlah penggunaan bunga segar dan bubuk bunga knop untuk membuat ekstrak air * Untuk ekstrak air bunga segar : Dosis yang digunakan berdasarkan Anonim (2005) yaitu dosis bunga segar yang digunakan untuk menambah nafsu makan, yaitu : 20 gr bunga segar (33 kuntum) diekstraksi dengan 3 gelas air mendidih direbus Sampai tersisa 2 gelas (440 ml). Karena terlalu pekat, maka diambil dosis untuk pengobatan asthma broncial sebanyak 10 kuntum Dikonversikan untuk dosis pencegahan 5 kuntum bunga dalam 80 ml air (berat 5 helai daun = 3.6720 gr) Jadi perbandingan yang didapatkan untuk pembuatan ekstrak air adalah : 3.6720 gr bunga segar : 80 ml air * Untuksekstrak air bubuk : Dosis yang digunakan berdasarkan Anoni m (2005) yaitu dosis bunga segar yang digunakan untuk menambah nafsu makan (sama dengan untuk ektrak air bunga segar). Berdasarkan ektrak air b unga segar (kadar air bunga segar 73.13%), maka didapatkan bubuk (kadar air 7%) sebesar : N x 93 = 3 gr x 26.87 N = 0.8667 gr bubuk Jadi perbandingan yang didapatkan untuk pembuatan ektrak air adalah : 0.8667 gr bubuk : 80 ml air
74
Lampiran 3 Contoh Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Daun Kumis Kucing Contoh : Konsentrasi ekstrak bubuk daun kumis kucing yang dikonsumsi seharihari -
Asumsi konsumsi seduhan bubuk daun kumis kucing per hari = 770 ml
-
Dari 0.6226 gr bubuk daun kumis kucing yang diekstraksi dengan 80 ml air mendidih didapatkan 0.15 gr hasil freeze dry.
-
Untuk konsumsi sehari-hari bubuk yang digunakan untuk pembuatan ekstrak air adalah :
0.6225 gr x 770 ml 80 ml - Rendemen = 24% (berat basah)
= 5.9925 gr
- Sehingga jumlah ekstrak daun kumis kucing yang setara dengan 5.9925 gr bubuk adalah : 5.9925 gr x 24% = 1.4436 gr - Volume darah manusia dalam tubuh = 6 liter = 6000 ml -
Konsentrasri teoritis ekstrak di dalam darah bila semua ektrak bubuk diserap adalah 1.4436 gr = 2.406x 10-4 gr/ml = 0.2406 mg/ml 6000 ml darah
-
Bila volume ekstrak dalam kultur (0.1 ml) adalah 20 µl maka konsentrasi ekstrak yang harus dipersiapkan adalah : V1 x M 1
=
V2 x M2
0.1 ml x 0.2406 mg/ml = 0.02 ml x M2 M2
= 1.203 mg/ml (2 x dosis awal)
di C1 (dosis awal) adalah = 0.6015 mg/ml -
C1 adalah konsentrasi ekstrak untuk dosis referensi yang dikonsumsi seharihari Penentuan dosis ekstrak daun kumis kucing pada taraf yang lainnya adalah dengan menmgalikan C1 dengan kelipatan yang diinginkan. Pada penelitian ini digunakan C2, C4 dan C8. C2 = 1.203 mg/ml C4 = 2.406 mg/ml C8 = 4.812 mg/ml
75
Lampiran 4 Contoh Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Bunga Knop Contoh : Konsentrasi ekstrak bubuk bunga knop yang dikonsumsi sehari-hari -
Asumsi konsumsi seduhan bubuk bunga knop per hari = 440 ml
-
Dari 2.3834 gr bubuk bunga knop yang diektraksi dengan 110 ml air mendidih didapatkan 0.247 gr hasil freeze dry.
-
Untuk konsumsi sehari-hari bubuk yang digunakan untuk pembuatan ekstrak air adalah
2.3834 gr x 440 ml 110 ml - Rendemen = 10.36% (berat basah)
= 9.5336 gr
- Sehingga jumlah ekstrak bunga knop yang setara dengan 5.9925 gr bubuk adalah : 9.5336 gr x 24% = 0.9876 gr - Volume darah manusia dalam tubuh = 6 liter = 6000 ml -
Konsentrasri teoritis ekstrak di dalam darah bila semua ekstrak bubuk diserap adalah 0.9876 gr = 1.646 x 10-4 gr/ml = 0.1646 mg/ml 6000 ml darah
-
Bila volume ekstrak dalam kultur (0.1 ml) adalah 20 µl maka konsentrasi ekstrak yang harus dipersiapkan adalah : V1 x M1 = V2 x M2 0.1 ml x 0.1646 mg/ml = 0.02 ml x M2 M2
= 0.8230 mg/ml (2 x dosis awal)
di C1 (dosis awal) adalah = 0.4115 mg/ml -
C1 adalah konsentrasi ekstrak untuk dosis referensi yang dikonsumsi seharihari Penentuan dosis ekstrak bunga knop pada taraf yang lainnya adalah dengan menmgalikan C1 dengan kelipatan yang diinginkan. Pada penelitian ini digunakan C1, C2, C4 dan C8. C1 = 0.4115 mg/ml C2 = 0.823 mg/ml C4 = 1.646 mg/ml C8 = 3.292 mg/ml
76
Lampiran 5 Penentuan konsentrasi larutan mitogen (LPS, Con A dan Pokeweed) 1. Bila mitogen yang ditanam ke dalam kultur sebanyak 10 µl Dalam sumur dengan volume 100µl (V1) untuk mendapatkan konsentrasi mitogen (M1) sebesar 10 µg/ml, maka konsentrasi mitogen sebanyak 10 µl (V2) yang ditanam ke dalam kultur adalah : V1 x M1 = V2 x M2 100 µl x 10 µg/ml = 10 µl x M2 M2 = 100 µg/ml 2. Bila mitogen yang ditanam ke dalam kultur sebanyak 20 µl Dalam sumur dengan volume 100µl (V1) untuk mendapatkan konsentrasi mitogen (M1) sebesar 10 µg/ml, maka konsentrasi mitogen sebanyak 20 µl (V2) yang ditanam ke dalam kultur adalah : V1 x M1 = V2 x M2 100 µl x 10 µg/ml = 20 µl x M2 M2 = 50 µg/ml
77
Lampiran 6 Master tabel data penelitian Tabel 12. Hasil analisa total fenol dan aktivitas antioksidan
PERLAKUAN KKS KKM KKO BKS BKM BKO
TOTAL FENOL mg fenolik/g berat kering sampel 0 JAM 24 JAM 47.202 41.319 123.220 87.620 16.918 14.319 3.491 1.995 2.238 1.907 3.068 2.911
ANALISA ANTIOKSIDAN mM/g berat kering sampel 0 JAM 24 JAM 2198.533 2339.822 1354.763 1346.528 470.448 406.350 24.231 40.413 56.072 43.204 108.343 88.825
Tabel 13. Hasil analisa MTT ekstrak bunga knop
OD
PERLAKUAN C1 C1+LPS C1+Con A C1+PK C2 C2+LPS C2+Con A C2+PK C4 C4+LPS C4+Con A C4+PK C8 C8+LPS C8+Con A C8+PK KONTROL LPS Con A PK
I 0.415 0.358 0.296 0.370 0.455 0.376 0.272 0.319 0.369 0.341 0.276 0.329 0.356 0.308 0.213 0.284 0.400 0.372 0.272 0.363
II 0.382 0.369 0.287 0.370 0.399 0.377 0.301 0.353 0.339 0.335 0.248 0.354 0.254 0.321 0.213 0.295 0.362 0.356 0.270 0.361
III 0.353 0.309 0.288 0.385 0.363 0.381 0.262 0.343 0.358 0.331 0.266 0.336 0.277 0.288 0.240 0.235 0.375 0.373 0.269 0.376
x 0.383 0.345 0.290 0.375 0.406 0.378 0.278 0.338 0.355 0.336 0.263 0.340 0.296 0.306 0.222 0.271 0.379 0.367 0.270 0.367
IS 1.011 0.910 0.765 0.989 1.071 0.997 0.734 0.892 0.937 0.887 0.694 0.897 0.781 0.807 0.586 0.715 0.968 0.712 0.968
78
Tabel 14. Hasil analisa MTT ekstrak daun kumis kucing
OD
PERLAKUAN C2 C2+LPS C2+Con A C2+PK C4 C4+LPS C4+Con A C4+PK C8 C8+LPS C8+Con A C8+PK KONTROL LPS Con A PK
I 0.408 0.474 0.381 0.355 0.491 0.594 0.480 0.524 0.651 0.576 0.716 0.682 0.266 0.245 0.267 0.284
II 0.367 0.469 0.444 0.352 0.475 0.496 0.518 0.524 0.669 0.479 0.669 0.630 0.265 0.267 0.273 0.265
III 0.432 0.476 0.370 0.420 0.480 0.423 0.481 0.550 0.588 0.772 0.597 0.756 0.266 0.282 0.269 0.280
x 0.402 0.473 0.398 0.376 0.482 0.504 0.493 0.533 0.636 0.609 0.661 0.689 0.265 0.265 0.270 0.276
IS 1.517 1.785 1.502 1.419 1.819 1.902 1.860 2.011 2.400 2.298 2.494 2.600 1.000 1.019 1.042
79
Lampiran 7 Tabel absorbansi dan kurva standar trolox Tabel 15. Absorbansi untuk Trolox (mM) No
Trolox (mM)
Absorbansi
1 2
0.0 1.25
0.0000 0.0315
3 4
2.5 5.0
0.2025 0.4575
0.5000
Y= 0.097 X – 0.038 R2 = 0.968
absorbansi
0.4000
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000 0.0000
1.0000
2.0000
3.0000
4.0000
trolox
Gambar 14 Kurva standar Trolox
5.0000
80
Lampiran 8 Tabel absorbansi dan kurva standar asam tanat Tabel 16. Absorbansi untuk Asam Tanat No
Asam Tanat (ug/ml)
Absorbansi
1 2
5 10
0.0580 0.0745
3 4
25 50
0.1775 0.4185
5 6
100 150
0.9430 1.4445
7
200
1.7785
2.0000
Y= 0.009 X – 0.015 R2 = 0.996
absorbansi
1.5000
1.0000
0.5000
0.0000 0.0000
50.0000
100.0000
150.0000
200.0000
AsamTanat
Gambar 15 Kurva standar Asam Tanat
81
Lampiran 9 Daftar singkatan DPPH = 1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl TEAC = Trolox Equivalent Antioxidant Capacity GAE = Gallic Acid Equivalent HEPES = N-2-hidroksimetil-piperazin-N-2-etan-sulphonic acid FBS = Fetal Bovine Serum MTT = (3-[4,5-dimethythiazol-2-yl]-2,5-diphenyltetrazolium bromide) Con A = Concanavalin A LPS = Lipopolisakarida PK = Pokeweed
82
Lampiran 10 Hasil uji statistik (ANOVA) kadar total fenol ekstrak air daun kumis kucing. Descriptives
N
Mean
Std. Deviation
95% Confidence Interval for Mean
Std. Error
Minimum
Maximum
1
2
48.56640
11.481151
8.118400
Lower Bound -54.58765
2
2
123.43380
12.158560
8.597400
14.19348
3
2
16.91840
.173665
.122800
15.35808
18.47872
16.796
17.041
12
2
42.51355
12.900951
9.122350
-73.39690
158.42400
33.391
51.636
22 32
2 2
87.62410 14.08585
6.784972 .249679
4.797700 .176550
26.66354 11.84257
148.58466 16.32913
82.826 13.909
92.422 14.262
12
55.52368
41.150401
11.879097
29.37797
81.66940
13.909
132.031
Total
Upper Bound 151.72045
40.448
56.685
232.67412
114.836
132.031
Multiple Comparisons
Tukey HSD
(I) perlakuan
(J) perlakuan
1
2 3
2
3
12
22
32
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval
-74.867400(*) 31.648000
9.057320 9.057320
.001 .085
Lower Bound -110.91415 -4.39875
Upper Bound -38.82065 67.69475
12
6.052850
9.057320
.979
-29.99390
42.09960
22
-39.057700(*)
9.057320
.035
-75.10445
-3.01095
32
34.480550
9.057320
.060
-1.56620
70.52730
1
74.867400(*)
9.057320
.001
38.82065
110.91415
3 12 22
106.515400(*) 80.920250(*) 35.809700
9.057320 9.057320 9.057320
.000 .001 .051
70.46865 44.87350 -.23705
142.56215 116.96700 71.85645
32
109.347950(*)
9.057320
.000
73.30120
145.39470
1
-31.648000
9.057320
.085
-67.69475
4.39875
2
-106.515400(*)
9.057320
.000
-142.56215
-70.46865
12
-25.595150
9.057320
.178
-61.64190
10.45160
22 32 1
-70.705700(*) 2.832550 -6.052850
9.057320 9.057320 9.057320
.002 .999 .979
-106.75245 -33.21420 -42.09960
-34.65895 38.87930 29.99390
2 3
-80.920250(*) 25.595150
9.057320 9.057320
.001 .178
-116.96700 -10.45160
-44.87350 61.64190
22
-45.110550(*)
9.057320
.018
-81.15730
-9.06380
32
28.427700
9.057320
.125
-7.61905
64.47445
1 2 3
39.057700(*) -35.809700 70.705700(*)
9.057320 9.057320 9.057320
.035 .051 .002
3.01095 -71.85645 34.65895
75.10445 .23705 106.75245
12
45.110550(*)
9.057320
.018
9.06380
81.15730
32
73.538250(*)
9.057320
.001
37.49150
109.58500
1
-34.480550
9.057320
.060
-70.52730
1.56620
2
-109.347950(*)
9.057320
.000
-145.39470
-73.30120
3 12 22
-2.832550 -28.427700 -73.538250(*)
9.057320 9.057320 9.057320
.999 .125 .001
-38.87930 -64.47445 -109.58500
33.21420 7.61905 -37.49150
83
* The mean difference is significant at the .05 level.
Keterangan : 1 2 3 12 22 32
Kumis kucing segar 0 jam Kumis kucing matahari 0 jam Kumis kucing oven 0 jam Kumis kucing segar 24 jam Kumis kucing matahari 24 jam Kumis kucing oven 24 jam
84
Lampiran 11 Hasil uji statistik (ANOVA) aktivitas antioksidan ekstrak air daun kumis kucing. Descriptives
N
Std. Deviation
Mean
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound
Minimum
Maximum
Upper Bound
1
2
2198.57400
390.694881
276.263000
-1311.68024
5708.82824
1922.311
2474.837
2
2
1354.75600
1.514623
1.071000
1341.14765
1368.36435
1353.685
1355.827
3
2
470.44100
61.699309
43.628000
-83.90530
1024.78730
426.813
514.069
12
2
2339.82200
214.677619
151.800000
411.02012
4268.62388
2188.022
2491.622
22
2
1346.00000
2.828427
2.000000
1320.58759
1371.41241
1344.000
1348.000
32
2
402.49500
38.494893
27.220000
56.63211
748.35789
375.275
429.715
12
1352.01467
794.668989
229.401177
847.10608
1856.92325
375.275
2491.622
Total
Multiple Comparisons
Tukey HSD
(I) perlakuan
(J) perlakuan
1
2 3 12
2
12
22
32
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound 109.92029 994.23529 -875.14571
Upper Bound 1577.71571 2462.03071 592.64971
.026
118.67629
1586.47171
.001
1062.18129
2529.97671
184.403510
.027
-1577.71571
-109.92029
184.403510 184.403510 184.403510
.022 .013 1.000
150.41729 -1718.96371 -725.14171
1618.21271 -251.16829 742.65371
843.818000(*) 1728.133000(*) -141.248000
184.403510 184.403510 184.403510
.027 .001 .964
22
852.574000(*)
184.403510
32
1796.079000(*)
184.403510
1
-843.818000(*)
3 12 22
884.315000(*) -985.066000(*) 8.756000
32 3
Mean Difference (I-J)
952.261000(*)
184.403510
.015
218.36329
1686.15871
1
-1728.133000(*)
184.403510
.001
-2462.03071
-994.23529
2 12
-884.315000(*) -1869.381000(*)
184.403510 184.403510
.022 .000
-1618.21271 -2603.27871
-150.41729 -1135.48329
22 32 1
-875.559000(*) 67.946000 141.248000
184.403510 184.403510 184.403510
.023 .999 .964
-1609.45671 -665.95171 -592.64971
-141.66129 801.84371 875.14571
2
985.066000(*)
184.403510
.013
251.16829
1718.96371
3 22
1869.381000(*) 993.822000(*)
184.403510 184.403510
.000 .012
1135.48329 259.92429
2603.27871 1727.71971
32
1937.327000(*)
184.403510
.000
1203.42929
2671.22471
1 2 3
-852.574000(*) -8.756000 875.559000(*)
184.403510 184.403510 184.403510
.026 1.000 .023
-1586.47171 -742.65371 141.66129
-118.67629 725.14171 1609.45671
12
-993.822000(*)
184.403510
.012
-1727.71971
-259.92429
32
943.505000(*)
184.403510
.016
209.60729
1677.40271
1
-1796.079000(*)
184.403510
.001
-2529.97671
-1062.18129
2
-952.261000(*)
184.403510
.015
-1686.15871
-218.36329
3 12 22
-67.946000 -1937.327000(*) -943.505000(*)
184.403510 184.403510 184.403510
.999 .000 .016
-801.84371 -2671.22471 -1677.40271
665.95171 -1203.42929 -209.60729
85
* The mean difference is significant at the .05 level.
Keterangan : 4 5 6 13 22 32
Kumis kucing segar 0 jam Kumis kucing matahari 0 jam Kumis kucing oven 0 jam Kumis kucing segar 24 jam Kumis kucing matahari 24 jam Kumis kucing oven 24 jam
86
Lampiran 12 Hasil uji statistik (ANOVA) indeks stimulasi ekstrak daun kumis kucing. Descriptives
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 1.21048 1.82619
Minimum
Maximum
C2
3
1.51833
.123929
.071550
1.385
1.630
C4
3
1.81867
.031214
.018022
1.74113
1.89621
1.792
1.853
C8
3
2.38900
.148203
.085565
2.02084
2.75716
2.219
2.491
C2+ConA
3
1.50300
.150429
.086850
1.12931
1.87669
1.396
1.675
C4+ConA
3
1.86033
.082008
.047347
1.65661
2.06405
1.811
1.955
C8+ConA
3
2.49267
.226032
.130499
1.93117
3.05416
2.253
2.702
C2+LPS
3
1.78500
.013454
.007767
1.75158
1.81842
1.770
1.796
C4+LPS C8+LPS
3 3
1.90333 2.29833
.324138 .562895
.187141 .324987
1.09813 .90003
2.70854 3.69664
1.596 1.808
2.242 2.913
C2+PK
3
1.41767
.145039
.083738
1.05737
1.77796
1.328
1.585
C4+PK
3
2.00967
.056580
.032667
1.86911
2.15022
1.977
2.075
3
2.60133
.239174
.138087
2.00719
3.19548
2.377
2.853
36
1.96644
.431492
.071915
1.82045
2.11244
1.328
2.913
C8+PK Total
Multiple Comparisons
Tukey HSD
(I) perlakuan
(J) perlakuan
11
12 13 21
12
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound
Upper Bound
-.300333 -.870667(*) .015333
.185933 .185933 .185933
.887 .004 1.000
-.97074 -1.54107 -.65507
.37007 -.20026 .68574
22
-.342000
.185933
.782
-1.01241
.32841
23
-.974333(*)
.185933
.001
-1.64474
-.30393
31 32
-.266667 -.385000
.185933 .185933
.944 .646
-.93707 -1.05541
.40374 .28541
33
-.780000(*)
.185933
.013
-1.45041
-.10959
41
.100667
.185933
1.000
-.56974
.77107
42
-.491333
.185933
.311
-1.16174
.17907
43
-1.083000(*)
.185933
.000
-1.75341
-.41259
11
.300333
.185933
.887
-.37007
.97074
13 21 22
-.570333 .315667 -.041667
.185933 .185933 .185933
.149 .853 1.000
-1.24074 -.35474 -.71207
.10007 .98607 .62874
23
-.674000(*)
.185933
.048
-1.34441
-.00359
31
.033667
.185933
1.000
-.63674
.70407
32
-.084667
.185933
1.000
-.75507
.58574
33
-.479667
.185933
.342
-1.15007
.19074
41 42
.401000 -.191000
.185933 .185933
.592 .995
-.26941 -.86141
1.07141 .47941
43
-.782667(*)
.185933
.013
-1.45307
-.11226
87
13
21
22
23
31
11
.870667(*)
.185933
.004
.20026
1.54107
12
.570333
.185933
.149
-.10007
1.24074
21
.886000(*)
.185933
.003
.21559
1.55641
22 23 31
.528667 -.103667 .604000
.185933 .185933 .185933
.223 1.000 .105
-.14174 -.77407 -.06641
1.19907 .56674 1.27441
32
.485667
.185933
.326
-.18474
1.15607
33 41
.090667 .971333(*)
.185933 .185933
1.000 .001
-.57974 .30093
.76107 1.64174
42
.379333
.185933
.665
-.29107
1.04974
43
-.212333
.185933
.989
-.88274
.45807
11
-.015333
.185933
1.000
-.68574
.65507
12
-.315667
.185933
.853
-.98607
.35474
13
-.886000(*)
.185933
.003
-1.55641
-.21559
22
-.357333
.185933
.736
-1.02774
.31307
23 31 32 33
-.989667(*) -.282000 -.400333 -.795333(*)
.185933 .185933 .185933 .185933
.001 .921 .594 .011
-1.66007 -.95241 -1.07074 -1.46574
-.31926 .38841 .27007 -.12493
41
.085333
.185933
1.000
-.58507
.75574
42
-.506667
.185933
.273
-1.17707
.16374
43 11
-1.098333(*) .342000
.185933 .185933
.000 .782
-1.76874 -.32841
-.42793 1.01241
12
.041667
.185933
1.000
-.62874
.71207
13
-.528667
.185933
.223
-1.19907
.14174
21
.357333
.185933
.736
-.31307
1.02774
23
-.632333
.185933
.077
-1.30274
.03807
31
.075333
.185933
1.000
-.59507
.74574
32
-.043000
.185933
1.000
-.71341
.62741
33 41 42 43
-.438000 .442667 -.149333 -.741000(*)
.185933 .185933 .185933 .185933
.468 .453 .999 .022
-1.10841 -.22774 -.81974 -1.41141
.23241 1.11307 .52107 -.07059
11
.974333(*)
.185933
.001
.30393
1.64474
12
.674000(*)
.185933
.048
.00359
1.34441
13
.103667
.185933
1.000
-.56674
.77407
21
.989667(*)
.185933
.001
.31926
1.66007
22
.632333
.185933
.077
-.03807
1.30274
31
.707667(*)
.185933
.032
.03726
1.37807
32 33
.589333 .194333
.185933 .185933
.123 .995
-.08107 -.47607
1.25974 .86474
41
1.075000(*)
.185933
.000
.40459
1.74541
42 43 11
.483000 -.108667 .266667
.185933 .185933 .185933
.333 1.000 .944
-.18741 -.77907 -.40374
1.15341 .56174 .93707
12 13
-.033667 -.604000
.185933 .185933
1.000 .105
-.70407 -1.27441
.63674 .06641
21
.282000
.185933
.921
-.38841
.95241
22
-.075333
.185933
1.000
-.74574
.59507
23
-.707667(*)
.185933
.032
-1.37807
-.03726
88
32
33
41
42
43
32
-.118333
.185933
1.000
-.78874
33
-.513333
.185933
.257
-1.18374
.55207 .15707
41
.367333
.185933
.704
-.30307
1.03774
42
-.224667
.185933
.983
-.89507
.44574
43
-.816333(*)
.185933
.008
-1.48674
-.14593
11 12 13 21
.385000 .084667 -.485667 .400333
.185933 .185933 .185933 .185933
.646 1.000 .326 .594
-.28541 -.58574 -1.15607 -.27007
1.05541 .75507 .18474 1.07074
22
.043000
.185933
1.000
-.62741
.71341
23
-.589333
.185933
.123
-1.25974
.08107
31
.118333
.185933
1.000
-.55207
.78874
33
-.395000
.185933
.612
-1.06541
.27541
41
.485667
.185933
.326
-.18474
1.15607
42
-.106333
.185933
1.000
-.77674
.56407
43 11
-.698000(*) .780000(*)
.185933 .185933
.036 .013
-1.36841 .10959
-.02759 1.45041
12
.479667
.185933
.342
-.19074
1.15007
13 21 22
-.090667 .795333(*) .438000
.185933 .185933 .185933
1.000 .011 .468
-.76107 .12493 -.23241
.57974 1.46574 1.10841
23 31
-.194333 .513333
.185933 .185933
.995 .257
-.86474 -.15707
.47607 1.18374
32
.395000
.185933
.612
-.27541
1.06541
41
.880667(*)
.185933
.004
.21026
1.55107
42
.288667
.185933
.910
-.38174
.95907
43
-.303000
.185933
.881
-.97341
.36741
11
-.100667
.185933
1.000
-.77107
.56974
12
-.401000
.185933
.592
-1.07141
.26941
13 21
-.971333(*) -.085333
.185933 .185933
.001 1.000
-1.64174 -.75574
-.30093 .58507
22 23 31
-.442667 -1.075000(*) -.367333
.185933 .185933 .185933
.453 .000 .704
-1.11307 -1.74541 -1.03774
.22774 -.40459 .30307
32
-.485667
.185933
.326
-1.15607
.18474
33
-.880667(*)
.185933
.004
-1.55107
-.21026
42
-.592000
.185933
.119
-1.26241
.07841
43
-1.183667(*)
.185933
.000
-1.85407
-.51326
11
.491333
.185933
.311
-.17907
1.16174
12 13
.191000 -.379333
.185933 .185933
.995 .665
-.47941 -1.04974
.86141 .29107
21
.506667
.185933
.273
-.16374
1.17707
22
.149333
.185933
.999
-.52107
.81974
23
-.483000
.185933
.333
-1.15341
.18741
31 32 33
.224667 .106333 -.288667
.185933 .185933 .185933
.983 1.000 .910
-.44574 -.56407 -.95907
.89507 .77674 .38174
41
.592000
.185933
.119
-.07841
1.26241
43
-.591667
.185933
.120
-1.26207
.07874
11
1.083000(*)
.185933
.000
.41259
1.75341
89
12
.782667(*)
.185933
.013
.11226
13
.212333
.185933
.989
-.45807
.88274
21
1.098333(*)
.185933
.000
.42793
1.76874
22
.741000(*)
.185933
.022
.07059
1.41141
23
.108667
.185933
1.000
-.56174
.77907
31 32
.816333(*) .698000(*)
.185933 .185933
.008 .036
.14593 .02759
1.48674 1.36841
33 41 42
.303000 1.183667(*) .591667
.185933 .185933 .185933
.881 .000 .120
-.36741 .51326 -.07874
.97341 1.85407 1.26207
Keterangan : 11 12 13 21 22 23 31 32 33 41 42 43
C2 C4 C8 C2+ConA C4+ConA C8+ConA C2+LPS C4+LPS C8+LPS C2+PK C4+PK C8+PK
1.45307
90
Lampiran 13 Hasil uji statistik (ANOVA) kadar total fenol ekstrak air bunga knop Descriptives N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound
Minimum
Maximum
Upper Bound
1
2
3.49095
.063710
.045050
2.91854
4.06336
3.446
3.536
2
2
2.23870
.054589
.038600
1.74824
2.72916
2.200
2.277
3 12
2 2
3.06855 1.99550
.167655 .171968
.118550 .121600
1.56223 .45043
4.57487 3.54057
2.950 1.874
3.187 2.117
22
2
1.90785
.179393
.126850
.29607
3.51963
1.781
2.035
32
2
2.91135
.249538
.176450
.66934
5.15336
2.735
3.088
12
2.60215
.627384
.181110
2.20353
3.00077
1.781
3.536
Total
Multiple Comparisons (I) perlakuan
(J) perlakuan
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound
Tukey HSD
1
2
3
12
22
32
Upper Bound
2 3
1.252250(*) .422400
.162876 .162876
.002 .231
.60403 -.22582
1.90047 1.07062
12
1.495450(*)
.162876
.001
.84723
2.14367
22 32
1.583100(*) .579600
.162876 .162876
.001 .079
.93488 -.06862
2.23132 1.22782
1
-1.252250(*)
.162876
.002
-1.90047
-.60403
3 12 22
-.829850(*) .243200 .330850
.162876 .162876 .162876
.016 .681 .421
-1.47807 -.40502 -.31737
-.18163 .89142 .97907
32 1
-.672650(*) -.422400
.162876 .162876
.043 .231
-1.32087 -1.07062
-.02443 .22582
2
.829850(*)
.162876
.016
.18163
1.47807
12
1.073050(*)
.162876
.005
.42483
1.72127
22 32 1
1.160700(*) .157200 -1.495450(*)
.162876 .162876 .162876
.003 .914 .001
.51248 -.49102 -2.14367
1.80892 .80542 -.84723
2
-.243200
.162876
.681
-.89142
.40502
3
-1.073050(*)
.162876
.005
-1.72127
-.42483
22
.087650
.162876
.992
-.56057
.73587
32 1 2 3
-.915850(*) -1.583100(*) -.330850 -1.160700(*)
.162876 .162876 .162876 .162876
.010 .001 .421 .003
-1.56407 -2.23132 -.97907 -1.80892
-.26763 -.93488 .31737 -.51248
12
-.087650
.162876
.992
-.73587
.56057
32
-1.003500(*)
.162876
.006
-1.65172
-.35528
-.579600 .672650(*)
.162876 .162876
.079 .043
-1.22782 .02443
.06862 1.32087
1 2
91
3 -.157200 12 .915850(*) 22 1.003500(*) * The mean difference is significant at the .05 level.
Keterangan : 7 8 9 14 22 32
Bunga knop segar 0 jam Bunga knop matahari 0 jam Bunga knop oven 0 jam Bunga knop segar 24 jam Bunga knop matahari 24 jam Bunga knop oven 24 jam
.162876 .162876 .162876
.914 .010 .006
-.80542 .26763 .35528
.49102 1.56407 1.65172
92
Lampiran 14 Hasil uji statistik (ANOVA) aktivitas antioksidan ekstrak air bunga knop. Descriptives
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound
1
2
2
2
56.07000
7.085210
3
2
108.34600
14.166177
12 22
2 2
40.41300 43.10000
.816001 4.737615
32
2
88.80550
12
60.16133
Total
24.23350
6.265673
4.430500
Minimum
Maximum
Upper Bound
-32.06134
80.52834
19.803
28.664
5.010000
-7.58809
119.72809
51.060
61.080
10.017000
-18.93205
235.62405
98.329
118.363
.577000 3.350000
33.08152 .53421
47.74448 85.66579
39.836 39.750
40.990 46.450
1.088237
.769500
79.02808
98.58292
88.036
89.575
31.007629
8.951131
40.46003
79.86264
19.803
118.363
Multiple Comparisons (I) perlakuan
(J) perlakuan
1
2 3
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound
Tukey HSD
2
3
12
22
32
Upper Bound
-31.836500(*) -84.112500(*)
7.239182 7.239182
.032 .000
-60.64734 -112.92334
-3.02566 -55.30166
12
-16.179500
7.239182
.341
-44.99034
12.63134
22 32
-18.866500 -64.572000(*)
7.239182 7.239182
.228 .001
-47.67734 -93.38284
9.94434 -35.76116
1
31.836500(*)
7.239182
.032
3.02566
60.64734
3 12 22
-52.276000(*) 15.657000 12.970000
7.239182 7.239182 7.239182
.003 .368 .530
-81.08684 -13.15384 -15.84084
-23.46516 44.46784 41.78084
32 1
-32.735500(*) 84.112500(*)
7.239182 7.239182
.029 .000
-61.54634 55.30166
-3.92466 112.92334
2
52.276000(*)
7.239182
.003
23.46516
81.08684
12
67.933000(*)
7.239182
.001
39.12216
96.74384
22 32 1
65.246000(*) 19.540500 16.179500
7.239182 7.239182 7.239182
.001 .205 .341
36.43516 -9.27034 -12.63134
94.05684 48.35134 44.99034
2
-15.657000
7.239182
.368
-44.46784
13.15384
3
-67.933000(*)
7.239182
.001
-96.74384
-39.12216
22
-2.687000
7.239182
.999
-31.49784
26.12384
32 1 2 3
-48.392500(*) 18.866500 -12.970000 -65.246000(*)
7.239182 7.239182 7.239182 7.239182
.004 .228 .530 .001
-77.20334 -9.94434 -41.78084 -94.05684
-19.58166 47.67734 15.84084 -36.43516
12
2.687000
7.239182
.999
-26.12384
31.49784
32
-45.705500(*)
7.239182
.006
-74.51634
-16.89466
1 2
64.572000(*) 32.735500(*)
7.239182 7.239182
.001 .029
35.76116 3.92466
93.38284 61.54634
3
-19.540500
7.239182
.205
-48.35134
9.27034
93
12 48.392500(*) 22 45.705500(*) * The mean difference is significant at the .05 level.
Keterangan : 10 11 12 15 22 32
Bunga knop segar 0 jam Bunga knop matahari 0 jam Bunga knop oven 0 jam Bunga knop segar 24 jam Bunga knop matahari 24 jam Bunga knop oven 24 jam
7.239182 7.239182
.004 .006
19.58166 16.89466
77.20334 74.51634
94
Lampiran 15 Hasil uji statistik (ANOVA) indeks stimulasi ekstrak bunga knop. Descriptives
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Minimum
95% Confidence Interval for Mean
Maximum
C1
3
1.01133
.082051
.047372
Lower Bound .80751
C2
3
1.07067
.122460
.070702
.76646
1.37487
.958
1.201
C4
3
.93767
.040501
.023383
.83706
1.03828
.894
.974
C8
3
.78033
.141599
.081752
.42858
1.13209
.670
.940
C1ConA
3
.76600
.013077
.007550
.73352
.79848
.757
.781
C2ConA
3
.73433
.053407
.030835
.60166
.86700
.691
.794
C4ConA
3
.69467
.037541
.021674
.60141
.78792
.654
.728
C8ConA
3
.58567
.040992
.023667
.48384
.68750
.562
.633
C1LPS
3
.91133
.084678
.048889
.70098
1.12168
.815
.974
C2LPS
3
.99733
.006807
.003930
.98042
1.01424
.992
1.005
C4LPS
3
.88567
.013577
.007839
.85194
.91939
.873
.900
C8LPS
3
.80667
.043844
.025314
.69775
.91558
.760
.847
C1PK
3
.98933
.023094
.013333
.93196
1.04670
.976
1.016
C2PK
3
.89267
.045764
.026422
.77898
1.00635
.842
.931
C4PK
3
.89633
.033975
.019616
.81193
.98073
.868
.934
C8PK
3 4 8
.71567
.084109
.048560
.50673
.92461
.620
.778
.85473
.142439
.020559
.81337
.89609
.562
1.201
Total
Upper Bound 1.21516
.931
1.095
Multiple Comparisons
Tukey HSD
(I) perlakuan
(J) perlakuan
11
12 13
-.059333 .073667
.053895 .053895
.999 .989
-.25918 -.12618
.14051 .27351
14
.231000(*)
.053895
.012
.03115
.43085
21
.245333(*)
.053895
.006
.04549
.44518
22
.277000(*)
.053895
.001
.07715
.47685
23
.316667(*)
.053895
.000
.11682
.51651
24 31
.425667(*) .100000
.053895 .053895
.000 .877
.22582 -.09985
.62551 .29985
32
.014000
.053895
1.000
-.18585
.21385
33
.125667
.053895
.605
-.07418
.32551
34 41
.204667(*) .022000
.053895 .053895
.040 1.000
.00482 -.17785
.40451 .22185
42
.118667
.053895
.690
-.08118
.31851
43
.115000
.053895
.732
-.08485
.31485
44 11
.295667(*) .059333
.053895 .053895
.000 .999
.09582 -.14051
.49551 .25918
13 14 21
.133000 .290333(*) .304667(*)
.053895 .053895 .053895
.516 .001 .000
-.06685 .09049 .10482
.33285 .49018 .50451
22
.336333(*)
.053895
.000
.13649
.53618
12
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound
Upper Bound
95
13
14
21
23
.376000(*)
.053895
.000
.17615
.57585
24
.485000(*)
.053895
.000
.28515
.68485
31
.159333
.053895
.243
-.04051
.35918
32
.073333
.053895
.989
-.12651
.27318
33
.185000
.053895
.094
-.01485
.38485
34 41
.264000(*) .081333
.053895 .053895
.002 .973
.06415 -.11851
.46385 .28118
42
.178000
.053895
.123
-.02185
.37785
43
.174333
.053895
.142
-.02551
.37418
44
.355000(*)
.053895
.000
.15515
.55485
11
-.073667
.053895
.989
-.27351
.12618
12
-.133000
.053895
.516
-.33285
.06685
14
.157333
.053895
.259
-.04251
.35718
21 22 23 24
.171667 .203333(*) .243000(*) .352000(*)
.053895 .053895 .053895 .053895
.157 .043 .007 .000
-.02818 .00349 .04315 .15215
.37151 .40318 .44285 .55185
31
.026333
.053895
1.000
-.17351
.22618
32
-.059667
.053895
.999
-.25951
.14018
33
.052000
.053895
1.000
-.14785
.25185
34
.131000
.053895
.540
-.06885
.33085
41
-.051667
.053895
1.000
-.25151
.14818
42
.045000
.053895
1.000
-.15485
.24485
43 44
.041333 .222000(*)
.053895 .053895
1.000 .018
-.15851 .02215
.24118 .42185
11
-.231000(*)
.053895
.012
-.43085
-.03115
12
-.290333(*)
.053895
.001
-.49018
-.09049
13
-.157333
.053895
.259
-.35718
.04251
21
.014333
.053895
1.000
-.18551
.21418
22
.046000
.053895
1.000
-.15385
.24585
23 24 31
.085667 .194667 -.131000
.053895 .053895 .053895
.959 .063 .540
-.11418 -.00518 -.33085
.28551 .39451 .06885
32 33
-.217000(*) -.105333
.053895 .053895
.023 .832
-.41685 -.30518
-.01715 .09451
34
-.026333
.053895
1.000
-.22618
.17351
41
-.209000(*)
.053895
.033
-.40885
-.00915
42 43
-.112333 -.116000
.053895 .053895
.761 .721
-.31218 -.31585
.08751 .08385
44
.064667
.053895
.997
-.13518
.26451
11
-.245333(*)
.053895
.006
-.44518
-.04549
12 13
-.304667(*) -.171667
.053895 .053895
.000 .157
-.50451 -.37151
-.10482 .02818
14
-.014333
.053895
1.000
-.21418
.18551
22
.031667
.053895
1.000
-.16818
.23151
23
.071333
.053895
.992
-.12851
.27118
24
.180333
.053895
.113
-.01951
.38018
31 32
-.145333 -.231333(*)
.053895 .053895
.375 .012
-.34518 -.43118
.05451 -.03149
96
22
23
24
33
-.119667
.053895
.678
-.31951
34
-.040667
.053895
1.000
-.24051
.08018 .15918
41
-.223333(*)
.053895
.017
-.42318
-.02349
42
-.126667
.053895
.593
-.32651
.07318
43
-.130333
.053895
.548
-.33018
.06951
44 11
.050333 -.277000(*)
.053895 .053895
1.000 .001
-.14951 -.47685
.25018 -.07715
12
-.336333(*)
.053895
.000
-.53618
-.13649
13
-.203333(*)
.053895
.043
-.40318
-.00349
14
-.046000
.053895
1.000
-.24585
.15385
21
-.031667
.053895
1.000
-.23151
.16818
23
.039667
.053895
1.000
-.16018
.23951
24
.148667
.053895
.340
-.05118
.34851
31 32
-.177000 -.263000(*)
.053895 .053895
.128 .002
-.37685 -.46285
.02285 -.06315
33 34 41
-.151333 -.072333 -.255000(*)
.053895 .053895 .053895
.314 .991 .004
-.35118 -.27218 -.45485
.04851 .12751 -.05515
42
-.158333
.053895
.251
-.35818
.04151
43
-.162000
.053895
.222
-.36185
.03785
44
.018667
.053895
1.000
-.18118
.21851
11
-.316667(*)
.053895
.000
-.51651
-.11682
12
-.376000(*)
.053895
.000
-.57585
-.17615
13 14
-.243000(*) -.085667
.053895 .053895
.007 .959
-.44285 -.28551
-.04315 .11418
21
-.071333
.053895
.992
-.27118
.12851
22
-.039667
.053895
1.000
-.23951
.16018
24
.109000
.053895
.796
-.09085
.30885
31
-.216667(*)
.053895
.023
-.41651
-.01682
32
-.302667(*)
.053895
.000
-.50251
-.10282
33
-.191000
.053895
.073
-.39085
.00885
34 41 42 43
-.112000 -.294667(*) -.198000 -.201667(*)
.053895 .053895 .053895 .053895
.765 .000 .054 .046
-.31185 -.49451 -.39785 -.40151
.08785 -.09482 .00185 -.00182
44
-.021000
.053895
1.000
-.22085
.17885
11
-.425667(*)
.053895
.000
-.62551
-.22582
12 13
-.485000(*) -.352000(*)
.053895 .053895
.000 .000
-.68485 -.55185
-.28515 -.15215
14
-.194667
.053895
.063
-.39451
.00518
21
-.180333
.053895
.113
-.38018
.01951
22 23
-.148667 -.109000
.053895 .053895
.340 .796
-.34851 -.30885
.05118 .09085
31
-.325667(*)
.053895
.000
-.52551
-.12582
32
-.411667(*)
.053895
.000
-.61151
-.21182
33
-.300000(*)
.053895
.000
-.49985
-.10015
34
-.221000(*)
.053895
.019
-.42085
-.02115
41
-.403667(*)
.053895
.000
-.60351
-.20382
42
-.307000(*)
.053895
.000
-.50685
-.10715
97
31
32
33
34
43 44 11
-.310667(*) -.130000 -.100000
.053895 .053895 .053895
.000 .552 .877
-.51051 -.32985 -.29985
-.11082 .06985 .09985
12 13
-.159333 -.026333
.053895 .053895
.243 1.000
-.35918 -.22618
.04051 .17351
14
.131000
.053895
.540
-.06885
.33085
21
.145333
.053895
.375
-.05451
.34518
22 23
.177000 .216667(*)
.053895 .053895
.128 .023
-.02285 .01682
.37685 .41651
24
.325667(*)
.053895
.000
.12582
.52551
32
-.086000
.053895
.958
-.28585
.11385
33
.025667
.053895
1.000
-.17418
.22551
34
.104667
.053895
.838
-.09518
.30451
41
-.078000
.053895
.981
-.27785
.12185
42
.018667
.053895
1.000
-.18118
.21851
43 44
.015000 .195667
.053895 .053895
1.000 .060
-.18485 -.00418
.21485 .39551
11 12 13
-.014000 -.073333 .059667
.053895 .053895 .053895
1.000 .989 .999
-.21385 -.27318 -.14018
.18585 .12651 .25951
14
.217000(*)
.053895
.023
.01715
.41685
21 22
.231333(*) .263000(*)
.053895 .053895
.012 .002
.03149 .06315
.43118 .46285
23
.302667(*)
.053895
.000
.10282
.50251
24
.411667(*)
.053895
.000
.21182
.61151
31
.086000
.053895
.958
-.11385
.28585
33
.111667
.053895
.768
-.08818
.31151
34
.190667
.053895
.074
-.00918
.39051
41
.008000
.053895
1.000
-.19185
.20785
42 43
.104667 .101000
.053895 .053895
.838 .869
-.09518 -.09885
.30451 .30085
44
.281667(*)
.053895
.001
.08182
.48151
11
-.125667
.053895
.605
-.32551
.07418
12 13 14 21
-.185000 -.052000 .105333 .119667
.053895 .053895 .053895 .053895
.094 1.000 .832 .678
-.38485 -.25185 -.09451 -.08018
.01485 .14785 .30518 .31951
22
.151333
.053895
.314
-.04851
.35118
23
.191000
.053895
.073
-.00885
.39085
24 31
.300000(*) -.025667
.053895 .053895
.000 1.000
.10015 -.22551
.49985 .17418
32
-.111667
.053895
.768
-.31151
.08818
34
.079000
.053895
.979
-.12085
.27885
41
-.103667
.053895
.847
-.30351
.09618
42
-.007000
.053895
1.000
-.20685
.19285
43
-.010667
.053895
1.000
-.21051
.18918
44
.170000
.053895
.167
-.02985
.36985
11 12
-.204667(*) -.264000(*)
.053895 .053895
.040 .002
-.40451 -.46385
-.00482 -.06415
98
41
42
43
13
-.131000
.053895
.540
-.33085
.06885
14
.026333
.053895
1.000
-.17351
.22618
21 22 23
.040667 .072333 .112000
.053895 .053895 .053895
1.000 .991 .765
-.15918 -.12751 -.08785
.24051 .27218 .31185
24
.221000(*)
.053895
.019
.02115
.42085
31
-.104667
.053895
.838
-.30451
.09518
32 33
-.190667 -.079000
.053895 .053895
.074 .979
-.39051 -.27885
.00918 .12085
41
-.182667
.053895
.103
-.38251
.01718
42
-.086000
.053895
.958
-.28585
.11385
43
-.089667
.053895
.942
-.28951
.11018
44
.091000
.053895
.935
-.10885
.29085
11
-.022000
.053895
1.000
-.22185
.17785
12
-.081333
.053895
.973
-.28118
.11851
13 14
.051667 .209000(*)
.053895 .053895
1.000 .033
-.14818 .00915
.25151 .40885
21
.223333(*)
.053895
.017
.02349
.42318
22
.255000(*)
.053895
.004
.05515
.45485
23 24 31 32
.294667(*) .403667(*) .078000 -.008000
.053895 .053895 .053895 .053895
.000 .000 .981 1.000
.09482 .20382 -.12185 -.20785
.49451 .60351 .27785 .19185
33
.103667
.053895
.847
-.09618
.30351
34
.182667
.053895
.103
-.01718
.38251
42
.096667
.053895
.901
-.10318
.29651
43
.093000
.053895
.924
-.10685
.29285
44
.273667(*)
.053895
.001
.07382
.47351
11
-.118667
.053895
.690
-.31851
.08118
12 13
-.178000 -.045000
.053895 .053895
.123 1.000
-.37785 -.24485
.02185 .15485
14
.112333
.053895
.761
-.08751
.31218
21
.126667
.053895
.593
-.07318
.32651
22 23
.158333 .198000
.053895 .053895
.251 .054
-.04151 -.00185
.35818 .39785
24
.307000(*)
.053895
.000
.10715
.50685
31 32 33
-.018667 -.104667 .007000
.053895 .053895 .053895
1.000 .838 1.000
-.21851 -.30451 -.19285
.18118 .09518 .20685
34 41
.086000 -.096667
.053895 .053895
.958 .901
-.11385 -.29651
.28585 .10318
43
-.003667
.053895
1.000
-.20351
.19618
44
.177000
.053895
.128
-.02285
.37685
11
-.115000
.053895
.732
-.31485
.08485
12
-.174333
.053895
.142
-.37418
.02551
13
-.041333
.053895
1.000
-.24118
.15851
14
.116000
.053895
.721
-.08385
.31585
21 22
.130333 .162000
.053895 .053895
.548 .222
-.06951 -.03785
.33018 .36185
99
23
.201667(*)
.053895
.046
.00182
.40151
24
.310667(*)
.053895
.000
.11082
.51051
31
-.015000
.053895
1.000
-.21485
.18485
32
-.101000
.053895
.869
-.30085
.09885
33 34 41
.010667 .089667 -.093000
.053895 .053895 .053895
1.000 .942 .924
-.18918 -.11018 -.29285
.21051 .28951 .10685
42 44
.003667 .180667
.053895 .053895
1.000 .111
-.19618 -.01918
.20351 .38051
11
-.295667(*)
.053895
.000
-.49551
-.09582
12
-.355000(*)
.053895
.000
-.55485
-.15515
13
-.222000(*)
.053895
.018
-.42185
-.02215
14
-.064667
.053895
.997
-.26451
.13518
21
-.050333
.053895
1.000
-.25018
.14951
22
-.018667
.053895
1.000
-.21851
.18118
23 24
.021000 .130000
.053895 .053895
1.000 .552
-.17885 -.06985
.22085 .32985
31
-.195667
.053895
.060
-.39551
.00418
32
-.281667(*)
.053895
.001
-.48151
-.08182
33
-.170000
.053895
.167
-.36985
.02985
34
-.091000
.053895
.935
-.29085
.10885
41 -.273667(*) 42 -.177000 43 -.180667 * The mean difference is significant at the .05 level.
.053895 .053895 .053895
.001 .128 .111
-.47351 -.37685 -.38051
-.07382 .02285 .01918
44
Keterangan : 11 12 13 21 22 23 31 32 33 41 42 43
C2 C4 C8 C2+ConA C4+ConA C8+ConA C2+LPS C4+LPS C8+LPS C2+PK C4+PK C8+PK