UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96% HERBA KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineusBenth) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS NORMAL
SKRIPSI
RIZKI HIDAYANTI RAMBE 1111102000013
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JUNI 2015
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96% HERBA KUMIS KUCING(Orthosiphon stamineusBenth) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS NORMAL
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
RIZKI HIDAYANTI RAMBE 1111102000013
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JUNI 2015
iii
iv
v
ABSTRAK
Nama
: Rizki Hidayanti Rambe
Program Studi
: Farmasi
Judul
: Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96% Herba KumisKucing (Orthosipone stamineus Benth) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Normal
Kolesterol adalah lipid amfipatik dan merupakan komponen struktural esensial pada membran dan lapisan luar lipoprotein plasma.Kelebihan kolesterol akan menyebabkan kolesterol bereaksi dengan zat-zat lain dalam tubuh dan akan mengendap dalam pembuluh darah arteri. Hal yang akan terjadi selanjutnya adalah penyempitan dan pengerasan pembuluh darah hingga penyumbatan dan pemblokiran aliran darah (aterosklerosis). Uji pendahuluan telah dilakukan. Ekstrak etanol Orthosiphone stamineus Benth menunjukkan adanya kandungan senyawa kolesterol didalamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol96% Orthosiphon stamineus Benth terhadap kadar kolesterol total tikus normal.Tikus dibagi menjadi lima kelompok yang setiap kelompok terdiri dari lima ekor tikus. Kelompok 1 diberikan NaCMC 1% sebagai kontrol normal, kelompok 2 diberikan simvastatin 10 mg/kg sebagai kontrol positif dan kelompok 3, 4 dan 5 diberikan ekstrak Orthosiphone stamineusdengan dosis 250, 500 dan 1000 mg/kgBB.Setelah pemberian berulang melalui oral selama 20 hari, hasilnya menunjukkan kadar kolesterol total menurun 22,539%; 32,476%; 50,241% pada kelompok perlakuan dan 31,485% pada kelompok kontrol positif. Hal ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing dengan dosis 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB dan 1000 mg/kgBBmampu menurunkan rata-rata kadar kolesterol total secara signifikan (p<0,05) terhadap kontrol normal, dan masih dalam rentang kadar normal.
Kata Kunci: Antikolesterol, Kolesterol total, Orthosiphon stamineus, etanol 96%, herba
vi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name
: Rizki Hidayanti Rambe
Program Study
: Pharmacy
Title
:Effect of 96% Ethanolic Extract of HerbOrthosiphone stamineusBenth on Total Cholesterol Levels in Normal Rats
Cholesterolis alipidamphipathicandanessentialstructuralcomponent ofthemembraneandthe outer layer ofplasmalipoproteins. The excessof cholesterolwillcausethese cholesterol reactwithother substancesin the bodyandwill settlein thearteries. Thiscauseisnarrowingandhardening of the arteries to clogging andblockingbloodflow(atherosclerosis). Preliminary phytochemical tests were done. Ethanol extract of Orthosiphone stamineus Benth showed presence of cholesterol compound. The objective of this study was to investigate the effect of96% ethanolextract ofthe herbOrthosiphon stamineus Benthon total cholesterol levelsin normalrats. The rats were divided into five different groups of five rats each; group 1 received NaCMC 1% as normal control, group 2 received simvastatin 10 mg/kg as positive control and group 3, 4 and 5 were treated with 250, 500 and 1000 mg/kg of Orthosiphone stamineus extracts, respectively. After repeated daily oral administrations of the extract for 20 days, the result showedtotal cholesterol levelsdecreased 22,539%; 50,241%; 32,476% in the treatment groupand 31,485% in positive control group. It is concludedthatthe 96% ethanolextract ofthe herbOrthosiphon stamineus Benthat doseof 250mg/kg, 500mg/kgand 1000mg/kgwas a significant mean reduction of total cholesterol levels(p <0.05) againts normal control, and stillwithin the range ofnormaltotal cholesterol levels.
Keywords: Anticholesterol, total cholesterol, Orthosiphon stamineus, 96% ethanol, herb
vii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tak pernah lelah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari lembah kegelapan menuju jalan yang terang benderang. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96% Herba Kumis Kucing (Orthosipone stamineus Benth) Terhadap Kadar Kolesterol Total TikusNormal” disusun sebagai salah satu syarat tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Nurmeilis,M.Si.,Apt dan Prof.Dr.Atiek Soemiati,MS.,Apt selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan arahan serta meluangkan waktu, tenaga, dan juga pikiran dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. 2. Ibu Dr.Azri Fitria, M.Si.,Apt dan Ibu Eka Putri,M.Si.,Apt selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan evaluasi dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Arief Sumantri, SKM.,M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Drs.Umar Mansur,M.Sc.,Apt selaku Ketua Program Studi FarmasiFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Kedua orang tua tercinta, Bapak Burhanuddin Rambe,SH.,MM dan ibu Drs.Mahyuni Siregar, yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, serta kasih sayang dan do’a tiada henti. Kepada ketiga adikku tercinta, Mar’ie Muhammad Abduh Rambe, Ibrahim Soleh Rambe, viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan Ni’mah Salsabila Rambe, yang selalu menghibur dan memberikan semangat serta do’a. 6. Keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan semangat. 7. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Para staf karyawan dan laboran Program Studi Farmasi yang telah banyak membantu berlangsungnya penelitian ini. 9. Sahabat-sahabatku yang 10 tahun menimba ilmu ditempat dan kota yang sama Dede, Kak Iin, Bang Hafis, Ari, Sutan, Fahmi, Indah, Sukma,terima kasih buat dukungan, motivasi, pengalaman dankebersamaannya. 10. Sahabat-sahabatku Intan, Bilqis, Fifi, Erlin, Nuha,Mida dan teman-teman “House Mate” wina, nicki, ayu yang telah memberikan semangat dan pengalaman yang indah selama kuliah. 11. Teman yang berjuang bersama dalam berlangsungnya penelitian ini, partner “Cat Whisker” Dini Fauzana. 12. Teman-teman Farmasi angkatan 2011 yang sama-sama berjuang menyelesaikan pendidikan ini. 13. Teman-teman Farmasi 2011 AC yang tidak membuat penulis menyesal telah menjadi bagian dari kalian. 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.
Ciputat,5Juni 2015
Penulis
ix
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
x
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........ Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................. Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ............................................................................................................. v ABSTRACT ......................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi DAFTAR ISTILAH .......................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3 1.3 Hipotesis ........................................................................................................ 3 1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3 1.5Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4 2.1 Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) ........................... 4 2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan ............................................................................. 4 2.1.2Nama Lain ............................................................................................... 4 2.1.3Nama Daerah ........................................................................................... 5 2.1.4Uraian Tanaman ....................................................................................... 5 2.1.5Kandungan Kimia Tumbuhan .................................................................. 5 2.1.6Kegunaan Tumbuhan ............................................................................... 6 2.2 Simplisia ........................................................................................................ 7 2.3 Esktraksi ........................................................................................................ 7 2.4 Kolesterol ...................................................................................................... 9 2.4.1 Jenis Kolesterol ..................................................................................... 11 2.4.2 Sumber Kolesterol ................................................................................ 14 2.4.3 Metabolisme Kolesterol ........................................................................ 15 xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.4 Hiperlipidemia ...................................................................................... 16 2.4.5 Faktor Resiko Pemicu Kolesterol Tinggi ............................................. 17 2.4.6 Kolesterol dan Hubungannya Pada Beberapa Penyakit ........................ 19 2.5 Obat-Obat Penurun Kolesterol .................................................................... 20 2.6 Simvastatin .................................................................................................. 23 2.6.1 Definisi.................................................................................................. 23 2.6.2 Farmakodinamik ................................................................................... 23 2.6.3 Farmakokinetik ..................................................................................... 24 2.6.4 Efek Samping ........................................................................................ 24 2.7Cara Pengukuran Kadar Kolesterol Darah ................................................... 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 26 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 26 3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 26 3.2.1 Alat........................................................................................................ 26 3.2.2 Bahan .................................................................................................... 26 3.2.2.1 Bahan Uji ....................................................................................... 26 3.2.2.2Bahan Kimia.................................................................................... 26 3.2.2.3Hewan uji ........................................................................................ 27 3.3 Prosedur Kerja ............................................................................................. 27 3.3.1 Penyiapan Simplisia .............................................................................. 27 3.3.2 Pembuatan Ekstrak Herba Kumis Kucing ............................................ 27 3.3.3 Pengujian Parameter Ekstrak ................................................................ 27 3.3.3.1 Penetapan Susut Pengeringan ........................................................ 28 3.3.3.2 Penetapan kadar abu ....................................................................... 28 3.3.3.3 Pemeriksaan Identitas Ekstrak ....................................................... 28 3.3.3.4 Pemeriksaan Organoleptis.............................................................. 28 3.3.3.5 Pengukuran Kadar Sinensetin ........................................................ 28 3.3.4Skrining Fitokimia ................................................................................. 29 3.3.5 Penyiapan Hewan Uji ........................................................................... 30 3.3.6 Rancangan Penelitian ............................................................................ 30 3.3.7 Penyiapan Bahan Uji ............................................................................ 31 3.3.7.1 Penentuan Dosis Ektrak Herba Kumis Kucing .............................. 31 3.3.7.2 Pembuatan Suspensi Na-CMC 1%................................................. 31 3.3.7.3 Pembuatan Suspensi Ekstrak Herba Kumis Kucing ...................... 31 3.3.7.4 Dosis Simvastatin Sebagai Kontrol Positif .................................... 32 3.3.8 Uji Efek Antikolesterolemia ................................................................. 32 xii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.9 Cara Pengambilan Darah ..................................................................... 32 3.3.10 Cara Pengukuran Kadar Kolesterol .................................................... 33 3.3.11 Uji Statistik Terhadap Kadar Kolesterol Darah .................................. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 34 4.1 Determinasi herba kumis kucing (Orthosiphone stamineus Benth) ............ 34 4.2 Hasil Ekstraksi Herba Kumis Kucing ......................................................... 34 4.3 Pengujian Parameter Ekstrak ....................................................................... 35 4.4 Hasil Uji Penapisan Fitokimia ..................................................................... 37 4.5 Hasil Uji Pengukuran Kadar Kolesterol Total ............................................ 40 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 47 5.1Kesimpulan ................................................................................................... 47 5.2 Saran ............................................................................................................ 47 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 48 LAMPIRAN ......................................................................................................... 54
xiii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Klasifikasi Kolesterol Total, HDL, LDL dan Trigliserida ....................... 14 Tabel 2.Pembagian Kelompok Hewan uji Berdasarkan Perlakuan ...................... 31 Tabel 3.Hasil Pengujian Parameter Ekstrak .......................................................... 35 Tabel 4.Hasil Penapisan Fitokimia Esktrak Herba Kumis Kucing ....................... 37 Tabel 5.Kadar kolesterol total sebelum dan setelah perlakuan ............................. 42 Tabel 6.Persentase Penurunan Kadar Kolesterol Total (%) .................................. 43 Tabel 7.Conversion Animal Doses to HED on BSA.............................................. 71 Tabel 8.Hasil Absorbansi Spektrofotometer ......................................................... 73 Tabel 9.Hasil Perhitungan Kadar Kolesterol Total ............................................... 74 Tabel 10.Hasil Uji Normalitas .............................................................................. 77 Tabel 11.Hasil Uji Homogenitas ........................................................................... 78 Tabel 12.Hasil Uji One-Way Anova ..................................................................... 79 Tabel 13.Hasil Uji Post Hock Data Kolesterol Total Awal .................................. 80 Tabel 14.Hasil Uji Post Hoc Data Kolesterol Total Akhir ................................... 81 Tabel 15.Hasil Uji Korelasi................................................................................... 82
xiv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tanaman kumis kucing .......................................................................... 4 Gambar 2Biosintesis Kolesterol ............................................................................ 10 Gambar 3Jalur metabolisme eksogen kolesterol ................................................... 16 Gambar 4Diagram kadar kolesterol total tikus normal sebelum dan setelah perlakuan. .............................................................................................................. 44 Gambar 5 Botol Maserasi ..................................................................................... 57 Gambar 6 Rotary Evaporator ................................................................................ 57 Gambar 7 Timbangan Analitik ............................................................................. 57 Gambar 8 Tanur tinggi .......................................................................................... 57 Gambar 9 Desikator .............................................................................................. 57 Gambar 10Ekstrak kental ...................................................................................... 57 Gambar 11 Sentrifuge ........................................................................................... 57 Gambar 12 Tube EDTA ........................................................................................ 57 Gambar 13 Spektrofotometri UV .......................................................................... 57 Gambar 14.Simplisia ............................................................................................. 58 Gambar 15. Pelarut Etanol 96% ............................................................................ 58 Gambar 16. Plasma Darah..................................................................................... 58 Gambar 17. Reagen Kolesterol ............................................................................. 58 Gambar 18. Suspensi Bahan Uji ........................................................................... 58 Gambar 19. Reagen Penapisan Fitokimia ............................................................. 58 Gambar 20. TLC-Scanner ..................................................................................... 58 Gambar 21. Proses Maserasi ................................................................................. 59 Gambar 22. Proses Penyaringan ........................................................................... 59 Gambar 23. Proses Pengentalan Ekstrak ............................................................... 59 Gambar 24. Pengambilan darah tikus .................................................................. 59 Gambar 25.Pemberian bahan uji ........................................................................... 59 Gambar 26. Penimbangan Berat Badan Tikus ...................................................... 59 Gambar 27. Penambahan reagen ke plasma .......................................................... 59 Gambar 28. Pengukuran Absorbansi Sampel ....................................................... 59 Gambar 29. Pola Kromatografi Sinensetin ........................................................... 65
xv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran
1.Hasil Uji Pendahuluan ...................................................................... 54 2.Alat dan Bahan ................................................................................. 57 3.Prosedur kerja ................................................................................... 59 4.Determinasi Herba Kumis Kucing (Orthosiphone stamineus) ......... 60 5.Surat Keterangan Sehat Tikus .......................................................... 61 6.Alur Penelitian .................................................................................. 62 7.Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Herba Kumis Kucing .................. 63 8.Hasil Penapisan Fitokimia ................................................................ 64 9.Hasil Pengukuran Senyawa Sinensetin............................................. 65 10.Pemeriksaan Parameter Ekstrak ..................................................... 67 11.Skema Uji Antikolesterol ............................................................... 68 12.Perhitungan Dosis Uji Ekstrak Herba kumis kucing ...................... 69 13.Perhitungan Dosis Tablet Simvastatin ............................................ 71 14.Hasil Spektrofotometer Plasma Uji ................................................ 73 15.Grafik Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus ............................. 76 16.Hasil Statistik Uji Antikolesterol.................................................... 77 17.Hasil Uji Korelasi Berat Badan dan Kadar Kolesterol Total.......... 82
xvi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISTILAH
PJK
: Penyakit Jantung Koroner
EDTA
: Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid
GC-MS
: Gas Chromatography-Mass Spectro
cAMP
: Cyclic Adenosine Monophosphate
HMG-KoA
: Hidroksi Metil Glutamil-Koenzim
HDL
:High Density Lipoprotein
LDL
: Low Density Lipoprotein
IDL
: Intermediate Density Lipoprotein
VLDL
: Very Low DensityLipoprotein
NaCMC
: Natrium Karboksi Metil Selulosa
g
: Gram
HCl
: Hidroksi Klorida
HED
: Human Equivalent Dose
BMI
: Body Massa Index
TD
: Tekanan Darah
TLC
: Thin Layer Chromatography
UV
: Ultraviolet
USDA
: United States Department of Agriculture
xvii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah lipid amfipatik dan merupakan komponen struktural esensial pada membran dan lapisan luar lipoprotein plasma. Kolesterol terdapat dijaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas atau dalam bentuk simpanan, yang berikatan dengan asam lemak rantai-panjang sebagai ester kolesterol. Didalam plasma, kedua bentuk tersebut diangkut dalam lipoprotein. Senyawa ini disintesis dibanyak jaringan dari Asetil-KoA dan merupakan prekursor semua steroid dalam tubuh, termasuk kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D (Murray.,2009). Kolesterol dalam takaran normal merupakan lemak yang berperan penting dalam tubuh. Namun, jika terlalu banyak kolesterol dalam aliran darah justru berbahaya bagi tubuh. Kelebihan kolesterol akan menyebabkan kolesterol bereaksi dengan zat-zat lain dalam tubuh dan akan mengendap dalam pembuluh darah arteri. Hal yang akan terjadi selanjutnya adalah penyempitan dan pengerasan pembuluh darah hingga penyumbatan dan pemblokiran aliran darah yang lazim dikenal aterosklerosis (Srinilawati.dkk.,2008).Aterosklerosis yang terjadi pada arteri koroner dapat menyebabkan PJK. Manifestasi klinis yang sering timbul pada aterosklerosis adalah rasa nyeri pada dada (angina pektoris) yang menjalar ke lengan kiri yang disertai kerusakan otot jantung (infark miokard). Kerusakan otot jantung terjadi akibat terhentinya suplai darah ke otot jantung akibat penyumbatan yang pada arteri koroner (Nugraha et al.,2014). Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan tradisional yang secara turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pengobatan tradisional dengan tanaman obat diharapkan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Kemajuan pengetahuan dan tekhnologi modern tidak mampu menggeser peranan obat tradisional, bahkan pada saat ini pemerintah tengah menggalakkan pengobatan kembali ke alam (back to nature) (Wijayakusuma, 1999yang dikutip dari Krisyanella dkk.,2011). Selain murah dan mudah didapat, obat tradisional yang berasal dari tumbuhan pun memiliki efek
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
samping yang jauh lebih rendah tingkat bahayanya dibandingkan obat-obatan kimia. Obat tradisional Indonesia masih sangat banyak yang belum diteliti, khususnya yang sebagian besar berasal dari bahan tumbuhan (I Wayan, S.,2004). Orthosiphone stamineusyang umumnya dikenal sebagai misaikucingdan kumis
kucing
Dauntanaman
banyak
iniumum
tumbuhdiAsiaTenggaradannegara-negaratropis. digunakandi
AsiaTenggaradanNegara-negara
Eropasebagai tehherbal, jugadikenal sebagai"Java tea" (Indubala, 2000). Tanaman ini memilikimanfaat yang luassecara tradisionaluntuk mengobati beberapapenyakit manusia. Studi ilmiahtelahditemukanbahwa Orthosiphone stamineus memiliki sifat farmakologiseperti, antioksidan dan hepatoprotektif (Yam, M.Fet al.,2007), antihipertensi (Azizan et al., 2012), penurun glukosa darah (Sriplang et al.,2007),vasodilatasi (Abraikaet al.,2012) dan memiliki aktivitas hipolipidemik (Umbare et al.,2009). Sriplang et al(2007) meneliti efek dari ekstrak air Orthosiphone stamineus dengan dosis 1,0 g/kg paling efektif menurunkan konsentrasi glukosa plasma, profil lipid, dan trigliserida plasma pada tikus normal dan tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin dan juga dapat meningkatkan konsentrasi plasma HDLkolesterol secara signifikan. Hal ini mengemukakan bahwaOrthosiphone stamineus efektif untuk mengurangi glukosa dan meningkatkan profil lipid pada tikus
diabetes.
Temuan
bahwa
tanaman
Orthosiphon
stamineus
dapat
mempengaruhi profil lipid juga diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Umbare et al (2009). Pada penelitian ini disebutkan bahwa ekstrak hidroalkohol kulit kayu Orthosiphon stamineus memiliki aktivitas hipolipidemik yang signifikan pada dosis 500 dan 750 mg/kg. Orthosiphon stamineus yang kaya akan senyawa kimia aktif seperti asam oleanolat, polifenol, flavonoid, dan terpenoid. Polifenol yang merupakan senyawa yang paling dominan dalam daun Orthosiphon stamineus, dapat mencegah pembentukan produk peroksidasi lipid dalam sistem biologi, dan memiliki peran yang cukup besar dalam mengurangi stres oksidatif. Selain itu, tingginya jumlah flavonoid seperti eupatorin, sinensetin, asam rosmarinat, dan quersetin juga terdeteksi dalam jaringan yang berbeda dari tanaman ini (Almatar et al.,2014).Senyawa
fenolik
memiliki
banyak
aktivitas
biologis
seperti
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
antikarsinogenik, antiinflamasi, dan anti-aterosklerosis (Gaoet al., 2008). Selain uraian diatas, hal yang mendasari penelitian ini adalah bahwa pada saat dilakukan uji pendahuluan tentang kandungan ekstrak herba kumis kucing menggunakan kromatografi gas-spektrofotometri massa (GC-MS) ditemukan senyawa kolesterol terkandung didalam ekstrak tersebut (Lampiran 1). Tanaman kumis kucing memiliki senyawa marker yaitu sinensetin. Sinensetin dilaporkan dapat meningkatkan adipogenesis dan lipolisis dengan meningkatkan jumlah cAMP dijaringan adiposit (Kang, S.I et al.,2015). Lipolisis jaringan adiposa merupakan proses katabolik yang berperan dalam pemecahan trigliserida yang disimpan dalam sel lemak dan juga berperan dalam pelepasan asam lemak dan gliserol. Berdasarkan
penjelasan
diatas
maka
dilakukan
penelitian
untuk
mengetahui efek terhadap kadar kolesterol total tikus normal menggunakan ekstrak etanol 96% herba kumis kucing. Karena rerata kadar sinensetin tertinggi dalam ekstrak daun Orthosiphon stamineus Benth diperoleh dengan pelarut pengekstraksi etanol 96%(Arifianti et al.,2014). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini, yaitu : Apakah pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus) dapat mempengaruhi kadar kolesterol total tikus normal? 1.3 Hipotesis Pemberian ekstrak etanol 96%
herba kumis kucing (Orthosiphon
stamineus) dapat menurunkan kadar kolesterol total tikus normal. 1.4 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus) terhadap penurunan kadar kolesterol total tikus normal. 1.5 Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus) sebagai tanaman yang berkhasiat sebagai antikolesterol dan dapat dijadikan dasar bagi penelitian selanjutnya.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) 2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan Klasifikasi tanaman kumis kucing menurut USDA sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Tubiflorae
Suku
: Labiatae
Marga
: Orthosiphon stamineus Benth.
Gambar1: Tanaman kumis kucing (sumber: USDA) 2.1.2
Nama Lain Tanaman kumis kucing mempuyai nama botani Orthosiphon stamineus
Benth., dan mempunyai sinonim Orthosiphon aristatus Miq., Orthosiphon spicatus B.Bs, Orthosiphon grandiflorus Bold (Dalimartha, 2000). Kumis kucing juga dikenal sebagai Misai Kucing atau cats whiskers (Malaysia) (Almatar et al.,2013),Yaa Nuat Maeo, Rau Meo Cay Bac(Thailand),Moustaches de Chat (Perancis), or Java Tea (Eropa) (Elsnoussiet al.,2011) 4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
2.1.3
Nama Daerah Tanaman kumis kucing dapat ditemukan pada daerah yang teduh tidak
terlalu kering; 1-700m di Jawa dan pulau-pulau lain nya di nusantara, tumbuh menjulang sepanjang anak air dan selokan, karena daunnya berkhasiat untuk pengobatan, sering dibiarkan tumbuh di halaman (Dalimartha.,2000). Kumis kucing yang merupakan tanaman obat yang telah banyak dikenal juga tumbuh di negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Thailand, Vietnam dan negara tetangga lainnya (Almataret al.,2014). Kumis kucing juga tumbuh di Eropa yang dikenal sebagai “Java Tea” (Elsnoussi et al.,2011) 2.1.4 Uraian Tanaman Tanaman kumis kucing biasanya tumbuh di sepanjang anak sungai atau selokan atau biasanya ditanam di pekarangan rumah untuk digunakan sebagai tanaman obat keluarga, karena kumis kucing memiliki banyak khasiat dan mudah ditanam yaitu dengan cara menebar biji atau setek batang. Tanaman ini dapat ditemukan di dataran rendah pada ketinggian ± 700 m di atas permukaan laut.Tanaman kumis kucing tumbuh tegak dengan tinggi antara 50-150 cm. Batang berkayu, segi empat agak beralur, beruas, bercabang, berambut pendek atau gundul, berakar kuat. Daun tunggal, bulat telur, elips atau memanjang, berambut halus, tepi bergerigi, ujung dan pangkal runcing, tipis, panjang 2-10 cm, lebar 1-5 cm, warna hijau. Bunga majemuk dalam tandan yang keluar di ujung percabangan, berwarna ungupucat atau putih, benang sari lebih panjang dari tabung bunga.Buah berupa nuah kotak, bulat telur, masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna coklat.Biji kecil, masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna hitam (Dalimartha,2000). 2.1.5
Kandungan Kimia Tumbuhan Studi fitokimia dari kumis kucing yang tumbuh di Asia telah dilakukan
secara ekstensif sejak tahun 1930-an. Ratusan senyawa kimia dilaporkan dan diklasifikasikan sebagai monoterpen, diterpenes, triterpen, saponin, flavonoid, asam organik, dan lain-lain (Adnyana et al.,2013). Berbagai flavonoid yang terdeteksi di berbagai jaringan seperti asam rosmarinat,quersetin, eupatorin dan sinensetin (Gabriel et al.,2012). Senyawa fenolik memiliki banyak aktivitas
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6
biologis seperti antikarsinogenik, antiinflamasi, dan anti-aterosklerosis (Gao et al., 2008). 2.1.6
Kegunaan Tumbuhan Studi farmakologi dari Orthosiphone stamineus yang ditentukan dari
keseluruhan ekstrak, tingtur, fraksi yang dipilih dan senyawa murni. Studi tersebut menunjukkan
aktivitas
antioksidan,
antitumor,
diuretik,
antidiabetes,
antihipertensi, antiinflamasi, antibakteri, dan aktivitas hepatoprotektif (Adnyana et al.,2013). Selain itu, senyawa fenolik yang terkandung didalam Orthosiphone stamineus
memiliki
banyak
aktivitas
biologis
seperti
antikarsinogenik,
antiinflamasi, dan anti-aterosklerosis (Gao et al.,2008). Penelitian yang dilakukan oleh Yam et al(2013) menyatakan bahwa ekstrak metanol 50% daun kumis kucing tidak menimbulkan kematian dan tidak memperlihatkan efek samping terhadap kondisi umum, seperti pertumbuhan, berat badan dan berat organ, hematologi dan nilai biokimia lain pada dosis 1250, 2500 dan 5000 mg/kg pada tikus jantan dan betina galur Sprague-Dawley. Dosis oral yang dapat menyebabkan kematian pada tikus jantan dan betina yaitu pada dosis lebih dari 5000 mg/kg. Committee on Herbal Medicinal Products/HMPC (2010) menyebutkan tentang manfaat daun kumis kucing yang telah melalui uji klinik yaitu sebagai diuretik, peningkat sekresi empedu dari hati dan pengobatan batu ginjal. Ekstrak air daun kumis kucing yang diberikan 5x100 ml sekali sehari selama 10-15 hari, dapat meningkatkan volume urin serta meningkatkan eliminasi urea dan klorida pada 14 pasien dengan kondisi azotaemic ureamia. Ekstrak daun kumis kucing juga dapat meningkatkan produksi empedu dan eliminasi asam empedu dari kandung empedu pada sukarelawan sehat. Kumis kucing telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai antihipertensi, hipolipidemik, hipoglikemik rematik, antiinflamasi, antibakteri, dan antijamur, tetapi belum ada studi farmakologi atau studi klinis yang mendukung tentang manfaat kumis kucing tersebut (Committee on Herbal Medicinal Products, 2010).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
2.2. Simplisia Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan baku obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan, kecuali dinyatakan lain,simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh atau bagian tanaman (DepKes, 1985). Menurut Material Medika (MMI,1995), simplisia dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu: 1. Simplisia nabati Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia. 2. Simplisia hewani Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan atau bagian hewan zat- zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. 3. Simplisia pelikan (mineral) Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan- bahan pelican (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia. 2.3 Esktraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Setelah diketahui senyawa aktif yang dikandung oleh simplisia, akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun mudah ditembus oleh pelarut, karena itu pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai halus. Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar sulit untuk ditembus oleh pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus (Depkes,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
2000).Dalam proses ekstraksi suatu bahan tanaman, banyak faktor yang dapat mempengaruhi kandungan senyawa hasil ekstraksi diantaranya: jenis pelarut, konsentrasi pelarut, metode ekstraksi dan suhu yang digunakan untuk ekstraksi (Senja,dkk.,2014). Metode ekstraksi menurut Depkes (2000) ada beberapa cara, yaitu: maserasi, perkolasi, refluks, sokletasi, digesti, infundasi dan dekoktasi. 1. Maserasi Maserasi adalah suatu cara penyarian simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar, sedangkan remaserasi adalah pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya . Keuntungan metode maserasi adalah prosedur dan peralatannya sederhana (MMI III, 1979). 2. Perkolasi Perkolasi adalah suatu cara penyarian simplisia menggunakan perkolator dimana simplisianya terendam dalam pelarut yang selalu baru dan umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Prosesnya terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) (Depkes, 2000). Keuntungan metode perkolasi adalah proses penarikan zat berkhasiat dari tumbuhan lebih sempurna, sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan waktu yang lama dan peralatan yang digunakan mahal (Agoes, 2007). 3. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya dalam jangka waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu (Depkes, 2000). 4. Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet dimana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel dan mengisi bagian tengah alat soklet. Tabung sifon
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
juga terisi dengan larutan ekstraksi dan ketika mencapai bagian atas tabung sifon, larutan tersebut akan kembali ke dalam labu (Depkes, 2000). 5. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, umumnya dilakukan pada suhu 40-60oC (Depkes, 2000). 6. Infus Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90oC selama 15- 20 menit. 7. Dekoktasi Dekoktasi adalah ekstraksi pada suhu 90oC- 98oC menggunakan pelarut air selama 30 menit (Agoes, 2007). 2.4 Kolesterol Kolesterol terdapat di dalam jaringan dan lipoprotein plasma, yang bisa dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai ester kolesteril. Unsur ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-KoA dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh di dalam empedu sebagai garam kolesterol atau empedu. Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid lainnya di dalam tubuh, misal kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D (Murray.,2003). Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap sebagai berikut :
Tahap pembentukan mevalonat, yang merupakan senyawa enam-karbon, disintesis dari asetil-KoA.
Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat dengan menghilangkan CO2.
Enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk skualen.
Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk, yaitu lanosterol.
Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melalui beberapa tahap lebih lanjut,termasuk menghilangkan tiga gugus metil (Murray,2003).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10 Asetil KoA
HMG KoA
Mevalonat
Mevalonat pirofosfat
Isopentenil pirofosfat
Geranil pirofosfat
Fernesil pirofosfat
Sintesis squalen Ubiquinon
Squalen
Dolichol
Kolesterol Gambar 2: Biosintesis Kolesterol (Dipiro,2002) Kolesterol merupakan zat yang berguna untuk menjalankan fungsi tubuh. Selain berguna untuk proses metabolisme, kolesterol berguna untuk membungkus jaringan saraf (mielin), melapisi selaput sel, dan melarutkan vitamin. Kolesterol pada anak- anak dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan otak. Kolesterol secara khas adalah produk metabolisme hewan, oleh karena itu terdapat pada makanan yang berasal dari hewan seperti kuning telur, daging, hati dan otak (Murray,2003). Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan antara lemak jenuh dan kolesterol dan timbulnya penyakit jantung koroner, obesitas, serta sejumlah penyakit kanker, termasuk kanker payudara dan kanker usus besar (kolon).Untuk itu, kita dianjurkan untuk mengurangi konsumsi zat–zat ini. Kolesterol dan lemak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
berhubungan erat dengan timbulnya aterosklerosis, endapan lemak dan garam– garam lain dalam dinding pembuluh darah nadi (arteri) sehingga pembuluh darah menjadi kaku (sklerosis), yang mengakibatkan menurunnya aliran darah pada bagian yang seharusnya mendapat suplai. Jika sklerosis menyerang arteri koronaria yang menyalurkan darah ke dalam otot jantung maka jantung kekurangan suplai oksigen dan terjadilah angina pektoris atau infark jantung, yaitu suatu keadaan ketika jantung tidak dapat menjalankan fungsinya dengan benar (Uripi, 2002). Arteriosklerosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan penebalan dan
hilangnya
elastisitas
dinding
arteri.
Aterosklerosis
adalah
bentuk
arteriosklerosis yang paling umum ditemukan (Suyatna,1995). Aterosklerosis disebabkan oleh penebalan zat-zat lemak di dalam dan di bawah lapisan intima dinding pembuluh darah, yang juga terjadi pada arteri koroner. Athere (bahasa Yunani) berarti bubur encer sedangkan skleros berarti pengerasan. Jadi, arterosklerosis adalah penumpukan endapan jaringan lemak (atheroma) dalam pembuluh darah. Pengendapan lemak seperti ini disebut plaque (plak), terutama terdiri atas kolesterol dan ester kolesterol (Silalahi, 2006). Usaha untuk mencegah dan memperbaiki aterosklerosis adalah antara lain dengan menurunkan kadar kolesterol dalam plasma (Suyatna,1995). 2.4.1 Jenis Kolesterol Di dalam darah ada tiga jenis lipid yaitu kolesterol, trigliserida, dan fospolipid. Oleh karena itu sifat lipid yang susah larut dalam lemak, maka dibuat bentuk yang terlarut. Zat pelarut yaitu suatu protein yang dikenal dengan nama apoliprotein atu apoprotein. Setiap jenis senyawa mempunyai apolipoprotein tersendiri. Misalnya VLDL, IDL, dan LDL mengandung apoprotein B100. Setiap liporotein akan terdiri atas kolesterol (bebas atau ester), trigliserida, fosfolipid, dan apoprotein. Lipoprotein berbentuk sterik dan mempunyai inti trigliserida dan kolesterol ester dan dikelilingi oleh fosfolipid dan sedikit kolesterol bebas. Setiap lipoprotein berbeda berbeda dalam ukuran, densitas, komposisi lemak, dan komposisi apoprotein. Dengan menggunakan metode ultrasentrifugasi dan kepadatan, pada manusia dibedakan menjadi lima bagian yakni
kilomikron,
very
low
density
lipoprotein
(VLDL),
intermediate
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
densitylipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Dari kelimanya yang penting untuk diketahui adalah LDL dan HDL. 1. Low density lipoprotein LDL mengandung kolesterol dan fosfolipid yang cukup tinggi. LDL merupakan lipoprotein yang mengangkut kolesterol terbesar untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh dan pembuluh darah. LDL sering disebut kolesterol jahat karena efeknya yang arterogenik (mudah melekat pada dinding pembuluh darah), sehingga dapat menyebabkan penumpukan lemak dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis). Kadar LDL di dalam darah sangat tergantung dari lemak jenuh yang masuk. Semakin banyak lemak jenuh yang masuk, semakin menumpuk pula LDL. Hal ini disebabkan LDL merupakan lemak jenuh yang tidak mudah larut. 2. High density lipoprotein HDL mengandung protein yang tinggi dan rendah kolesterol dan fosfolipid. HDL merupakan lipoprotein yang mengandung Apo-A, yang memiliki efek anti-aterogenik, sehingga disebut kolesterol baik. Fungsi utamanya adalah membawa kolesterol bebas dari dalam endotel dan mengirimkannya ke pembuluh darah perifer, lalu keluar tubuh lewat empedu. Dengan demikian penimbunan kolesterol di perifer menjadi berkurang (Guyton.,2006). Kolesterol tidak digunakan sebagai bahan bakar metabolik oleh sel. Kolesterol berfungsi sebagai komponen penting bagi membran plasma. Selain itu, beberapa jenis sel khusus menggunakan kolesterol sebagai prekursor untuk membentuk produk-produk sekretorik, misalnya hormon steroid dan garam empedu. Walaupun sebagian besar sel mampu mensintesis sebagian kolesterol yang diperlukan untuk membran plasma mereka sendiri, sel-sel tersebut tidak dapat membentuk dalam jumlah yang cukup, melalui makanan atau dari sel-sel yang mengkhususkan diri untuk mensintesis kolesterol, terutama sel-sel hati (Sherwood, 2003). Sel-sel mengambil kolesterol dari darah dengan mensintesis protein reseptor kolesterol yang mampu mengikat LDL dan menyisipkan reseptor tersebut
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
di membran plasma sel. Sewaktu suatu partikel LDL berikatan dengan salah satu reseptor membran, sel akan memakan partikel tersebut melalui proses endositosis. Di dalam sel, enzim-enzim lisosom akan menguraikan LDL untuk membebaskan kolesterol sehingga dapat digunakan oleh sel untuk mensintesis membran sel baru. Apabila terjadi penimbunan berlebihan kolesterol bebas di dalam sel, terjadi penghentian sintesis protein reseptor LDL (sehingga penyerapan kolesterol menurun) dan sintesis kolesterol oleh sel itu sendiri (sehingga kolesterol yang baru juga berkurang). Di pihak lain, apabila kekurangan kolesterol, sel akan membentuk lebih banyak reseptor LDL, sehingga sel dapat menyerap lebih banyak kolesterol dari darah (Sherwood, 2003). Pemeliharaan penyaluran kolesterol darah ke sel melibatkan interaksi antara kolesterol dari makanan dan sintesis kolesterol oleh hati. Apabila jumlah kolesterol dari makanan meningkat, sintesis kolesterol oleh hati dihentikan karena kolesterol dalam darah secara langsung menghambat suatu enzim hati yang penting untuk sintesis kolesterol. Dengan demikian, semakin banyak kolesterol yang dimakan, semakin sedikit kolesterol yang dibentuk oleh hati. Sebaliknya, apabila asupan kolesterol melalui makanan berkurang, hati mensintesis lebih banyak kolesterol karena efek inhibisi koleterol pada enzim hati tersebut tidak ada (Sherwood, 2003). Kolesterol total plasma tersusun atas turunan kolesterol dari VLDL, LDL dan HDL. Pemeriksaan kadar dari VLDL, LDL dan HDL dapat menentukan ada atau tidaknya peningkatan kolesterol plasma. Peningkatan kadar LDL dan VLDL serta penurunan kadar HDL merupakan indikasi terjadinya hiperkolesterolemia. VLDL = Trigliserida/5, LDL = kolesterol total – (VLDL + HDL).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
Tabel 1.Klasifikasi Kolesterol Total, HDL, LDL dan Trigliserida Kolesterol Total < 200 mg/dl
Diinginkan
200-239 mg/dl
Cukup tinggi
≥ 240 mg/dl
Tinggi
Kolesterol HDL < 40 mg/dl
Rendah
≥ 60 mg/dl
Tinggi
Kolesterol LDL < 100 mg/dl
Optimal
100-129 mg/dl
Jauh dan diatas optimal
130-159 mg/dl
Cukup tinggi
160-189 mg/dl
Tinggi
≥ 190 mg/dl
Sangat Tinggi
Trigliserida <150 mg/dl
Normal
150-199 mg/dl
Cukup tinggi
200-499 mg/dl
Tinggi
≥ 500 mg/dl
Sangat tinggi
(Dipiro, 2009). 2.4.2 Sumber Kolesterol Terdapat dua sumber kolesterol untuk tubuh:
Asupan kolesterol melalui makanan, dengan produk-produk hewani, misal kuning telur, daging merah, dan mentega sebagai sumber utama lipid ini (lemak hewani mengandung kolesterol, sedangkan lemak nabati tidak) (Sherwood, 2003).
Pembentukan kolesterol oleh banyak organ, terutama hati. Karena tubuh mampu membentuk kolesterol, tidak terdapat korelasi langsung antara kolesterol yang dimakan dengan kadar kolesterol dalam darah, walaupun penurunan asupan lemak hewani dapat menurunkan kolesterol darah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
dalam tingkat sedang. Bagi sebagian orang,mungkin diperlukan obat untuk menurunkan kadar kolesterol darah (Sherwood.,2003). 2.4.3 Metabolisme Kolesterol Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu jalur metabolisme eksogen, endogen dan jalur revers cholesterol transport. Kedua jalur pertama berhubungan dengan metabolisme kolesterol- LDL dan trigliserida, sedang jalur revers cholesterol transport khusus mengenai metabolisme kolesterol HDL (Dipiro.,2009). a. Jalur Metabolisme Eksogen Pada metabolisme ini, trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan berlemak masuk ke usus dan dicerna. Selain itu, dalam usus juga terdapat kolesterol yang berasal dari hati yang disekresikan bersama dengan empedu ke usus halus. Kedua trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan
dan
hati
ini
yang
terdapat
di
usus
halus
disebut
lemak
eksogen.Trigliserida dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. Trigliserida diserap dalam bentuk asam lemak bebas sedangkan kolesterol diserap sebagai kolesterol. Setelah melewati mukosa usus halus, asam lemak bebas akan diubah kembali menjadi trigliserida dan kolesterol diesterifikasi menjadi kolesterol ester. Kedua jenis molekul ini bersamaan dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang disebut dengan kilomikron. Kilomikron ini kemudian masuk ke saluran limfa dan akhirnya menuju ke aliran darah. Dalam aliran darah kilomikron dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase menjadi asam lemak bebas.Asam lemak bebas akan diserap oleh endotel pembuluh darah dan dapat disimpan sebagai trigliserida kembali pada jaringan adiposa. Namun bila terdapat dalam jumlah yang banyak, sebagian akan diambil oleh hati untuk membentuk trigliserida hati. Kilomikron sisa yang kaya kolesterol ester disebut kilomikron remnantdan akan dibawa ke hati (Shepherd,2001). Skema jalur eksogen kolesterol dapat dilihat pada Gambar 2.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
Gambar 3.Jalur metabolisme eksogen kolesterol (Sheperd.,2001) b. Jalur Endogen Pembentukan trigliserida dan kolesterol disintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam bentuk VLDL.VLDL akan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi IDL(Intermediate Density Lipoprotein). Partikel IDL kemudian diambil oleh hati dan mengalami pemecahan lebih lanjut menjadi produk akhir yaitu LDL.LDL akan diambil oleh reseptor LDL di hati dan mengalami katabolisme.LDL ini bertugas menghantar kolesterol kedalam tubuh. HDL berasal dari hati dan usus sewaktu terjadi hidrolisis kilomikron dibawah pengaruh enzim lecithin cholesterol acyltransferase(LCAT). Ester kolesterol ini akan mengalami perpindahan dari HDL kepada VLDL dan IDL sehingga dengan demikian terjadi kebalikan arah transpor kolesterol dari perifer menuju hati.Aktifitas ini mungkin berperan sebagai sifat antiterogenik (Adam.,2009). c. Jalur Reverse Cholesterol Transport Suatu proses yang membawa kolesterol dari jaringan kembali ke hepar. HDL merupakan lipoprotein yang berperan pada jalur ini. 2.4.4 Hiperlipidemia Hiperlipidemia merupakan kelompok penyakit yang dapat bersifat primer atau sekunder, tergantung penyebabnya. Hiperlipidemia primer berasal dari kelainan gen tunggal yang diwarisi atau lebih sering disebabkan kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Hiperlipidemia sekunder merupakan penyakit metabolik yang lebih umum seperti diabetes melitus,asupan alkohol yang berlebihan, hipotiroidisme,
atau
sirosis
biliar
primer.Strategi
pengobatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
hiperlipidemiasekunder akibat salah satu gangguan ini termasuk pengaturan diet serta sejumlah obat-obat untuk penyebab utama hiperlipidemia (Mycek, dkk.,2001). Sebelum menentukan apakah yang terjadi adalah hiperlipidemia primer, harus disingkirkan penyakit-penyakit yang menyebabkan hiperlipidemia sekunder seperti diabetes, hipotiroidisme, gagal ginjal kronis atau sindrom nefrotik, penyakit hati kronis, terutama pada alkoholik, dan obstruksi bilier kronis. Selain hiperlipidemia primer dan sekunder, ada juga yang disebut hiperlipidemia genetik. Defek tunggal dalam metabolisme lipid jarang menyebabkan hiperlipidemia hebat. Namun variabilitas genetik umum atau status heterozigot merupakan penentu kadar kolesterol yang sangat penting pada populasi umum. Hiperkolesterol familial merupakan sekelompok gangguan gen tunggal yang mempengaruhi reseptor LDL dan menyebabkan berkurang atau tidak adanya ambilan pertikel LDL, sehingga terakumulasi dalam aliran darah. Homozigot (1/1.000.000) memiliki kadar kolesterol yang sangat tinggi (10-25 mmol/L) dan penyakit jantung koroner pada usia remaja atau 20-an. Heterozigot (1/500) memiliki kolesterol yang cukup tinggi (7-12 mmol/L) dan beresiko mengidap PJK dini. Pasien bisa memiliki arkus kornea, xantelasma, dan xantorna tendon. Hiperkolesterolemia poligenetik dan hiperlipidemia gabungan familial merupakan keadaan yang diturunkan (1/300-600) ditandai oleh kadar kolesterol yang agak meningkat (7-12 mmol/L) dengan atau tanpa kadar trigliserida yang tinggi, tidak disebabkan oleh kelainan gen tunggal, walaupun pada beberapa kasus nampaknya diturunkan secara dominan autosomal yang merupakan penyebab penting pada peningkatan resiko aterosklerosis dalam populasi. Kadar trigliserida yang sangat tinggi bisa menyebabkan pankreatitis (Davey,Patrick.,2005). 2.4.5. Faktor Resiko Pemicu Kolesterol Tinggi Setiap faktor yang meningkatkan timbulnya penyakit disebut sebagai faktor resiko. American Heart Association membagi faktor risiko ini menjadi tiga golongan, yaitu sebagai berikut:
Faktor risiko utama (major risk factor): Faktor risiko utama diyakini secara langsung meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung koroner,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
seperti kadar kolesterol darah abnormal, tekanan darah tinggi, dan merokok.
Faktor risiko tidak langsung (contributing risk factor): Faktor risiko ini dapat diasosiasikan dengan timbulnya penyakit jantung koroner. Hubungan antara faktor tersebut dengan penyakit jantung koroner seringkali bersifat tidak langsung. Faktor-faktor yang termasuk golongan resiko ini adalah diabetes melitus, kegemukan, tidak aktif, dan stress.
Faktor risiko alami: Faktor risiko alami disebabkan karena keturunan, jenis kelamin, dan usia. Faktor risiko utama dan tidak langsung dapat diperbaiki, bahkan
dihilangkan atau diubah. Faktor risiko berkaitan satu dengan lainnya, misalnya penyakit diabetes dengan kegemukan. Hal yang perlu diperhatikan lagi adalah adakalanya faktor risiko yang satu mendorong timbulnya faktor risiko lain, seperti merokok dapat menyebabkan kadar kolesterol abnormal. Adapun beberapa faktor risiko yang mempengaruhi kadar kolesterol adalah sebagai berikut: a. Merokok Merokok akan meningkatkan kecenderungan sel-sel darah untuk menggumpal didalam pembuluh dan melekat pada lapisan dalam pembuluh darah. Hal ini akan meningkatkan kecenderungan sel-sel darah untuk menggumpal didalam pembuluh dan melekat pada lapisan dalam pembuluh darah. Hal ini meningkatkan risiko penggumpalan darah dan biasanya terjadi di daerah-daerah yang terpengaruh oleh adanya aterosklerosis. Kebiasaan merokok dapat menurunkan kadar kolesterol HDL yang baik dalam aliran darah sehingga menyebabkan darah mudah membeku. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya penyumbatan arteri, serangan jantung, dan stroke menjadi semakin besar. b. Kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber bahan makanan yang aman bagi tubuh karena tidak memiliki kandungan kolesterol. Lemak yang dihasilkan pun merupakan lemak tidak jenuh. Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol dari makanan sehari-hari dan kebiasaan kurang mengonsumsi jenis bahan makanan yang berasal dari sayuran dan buah-buahan dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
c. Konsumsi alkohol secara berlebihan Kebiasaan minum alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan trigliserida. Alkohol juga menyebabkan jantung dan hati tidak dapat bekerja secara optimal. d. Obesitas dan kurang aktivitas Obesitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan adanya kelebihan lemak dalam tubuh secara abnormal. Obesitas dan kurangnya aktivitas merupakan salah satu faktor resiko penyakit jantung koroner. Selain itu, obesitas juga mendorong timbulnya faktor risiko lain, seperti diabetes dan hipertensi yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. e. Diabetes melitus Diabetes
melitus
pada
dasarnya
merupakan
suatu
gangguan
metabolisme.Dalam kasus diabetes, produksi insulin oleh pankreas berkurang, atau mungkin terhenti sama sekali. Oleh karena itu, kadar gula dalam darah meningkat hingga melampaui batas sesudah makan. Selain gangguan metabolisme gula, konversi lemak oleh tubuh juga terganggu sehingga menyebabkan kadar lemak dalam darah meningkat (Srinilawati,dkk.,2008). 2.4.6Kolesterol dan Hubungannya Pada Beberapa Penyakit Beberapa penyakit yang berhubungan dengan kolesterol adalah sebagai berikut:s a. Infark jantung.Arteri koroner yang mensuplai darah ke jantung menjalar diseluruh bagian luar otot jantung dan dapat tersumbat oleh endapan kolesterol-kapur (aterosklerosis). Sekitar tempat penyempitan, yaitu bagian dalam pembuluh, dapat robek yang mengakibatkan pembekuan darah setempat. Bila suatu gumpalan darah beku (trombus) menyumbat aliran darah jantung (trombosis koroner), maka terjadilah infark jantung. Akibatnya bagian jantung tersebut tidak menerima lagi darah, zat-zat gizi serta oksigen dan dalam waktu 6-12 jam berangsur-angsur mati. Dijaringan mati terbentuk parut besar yang dapat menganggu fungsipompa jantung (Tjay,TH dan Kirana.,2008). b. Hipertensi. Hipertensi sebetulnya bukan penyakit, melainkan merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung dan pembuluh,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
khususnya CVA (cerebrovascular accident, infark atau pendarahan di otak). Penyebabnya diketahui hanya lebih kurang 10% dari semua kasus, antara lain akibat penyakit ginjal, juga akibat tumor di anak ginjal dengan efek overproduksi hormon-hormon tertentu yang berkhasiat meningkatkan TD (feochromytomaI). Dalam kebanyakan hal penyebabnya tidak diketahui, bentuk umum yang disebut hipertensi essensial. Faktor keturunan berperan penting pada timbulnya hipertensi ini (Tjay,TH dan Kirana.,2008). c. Angina pektoris. Suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan oksigen jantung. Penyebab umumnya ialah aterosklerosis pembuluh darah epikardial. Gangguan perfusi miokardium
pada
insufisiensi
koroner
menimbulkan
perubahan
biokimiawi, elektrofisiologi dan mekanik jantung. Gejala klasik angina pektoris ditandai oleh adanya referred pain daerah dermatom yang dipersarafi oleh segmen T1-T4, yaitu nyeri substernal menjalar ke lengan kiri bagian medial. Bila iskemia berlangsung lama dan berat, maka akan terjadi infark jantung (Suyatna.,2007). d. Obesitas. Obesitas atau kegemukan adalah penumpukan lemak tubuh yang berlebihan. Penumpukan lemak pada orang gemuk jelas terlihat di bagian perut, pinggul, atau paha. Kegemukan cenderung menyebabkan kadar kolesterol, VLDL, dan LDL tinggi. 2.5Obat-Obat Penurun Kolesterol Hiperlipidemia adalah peningkatan salah satu atau lebih kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid, atau trigliserida. Hiperlipoproteinemia adalah meningkatnya konsentrasi makromolekul lipoprotein yang membawa lipid dalam plasma. Ketidaknormalan lipid plasma dapat menyebabkan pengaruh yang buruk (prediposition) terhadap koroner , serebrovaskular, dan penyakit pembuluh darah perifer (Sukandar,dkk., 2008). Prinsip utama pengobatan hiperlipoproteinemia ialah mengatur diet yang mempertahankan berat badan normal dan mengurangi kadar lipid plasma. Individu dengan berat badan berlebih sebaiknya segera mulai makanan dengan diet penurun berat badan.Pasien tanpa penyakit jantung koroner, diharuskan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21
mengubah gaya hidup (diet, latihan fisik, penurunan berat badan) selama 3-6 bulan
sebelum
mulai
terapi.
Sebelum
pengobatan
dimulai
penyebab
hiperlipidemia sekunder harus diobati/disingkirkan seperti diabetes melitus, sindrom nefrotik, penggunaan alkohol, kontrasepsi/esterogen, hipotiroidisme, kelebihan glukokortikoid, penyakit hati obstruktif dan lain-lain (Suyatna,2007). Bila individu dengan hiperproteinemia dipacu oleh beberapa penyakit lain seperti diabetes melitus, pecandu alkohol atau hipotiroidisme maka penyakit tersebut perlu diobati. Individu tersebut dianjurkan menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan pembentukan aterosklerosis, yaitu menghentikan rokok, mengobati hipertensi, olah-raga yang cukup dan pengawasan kadar gula darah pada pasien diabetes (Suyatna,2007). Bila pengobatan secara non farmakologi tidak memberikan pengaruh maka diperlukan pengobatan dengan obat–obatan. Pemakaian obat–obatan harus diingat pula tidak terlepas dari efek samping. Obat sesungguhnya adalah ”benda asing” yang dimasukkan ke dalam tubuh semacam ”racun” yang diharapkan memberikan efek baik, tetapi sekaligus mencemaskan karena memendam pula efek yang tidak mengenakkan. Itulah sebabnya indikasi pemakaian obatpun hendaklah setepat mungkin, seakan tidak ada pilihan lain lagi kecuali terpaksa menelannya. Banyak obat antikolesterol yang kini beredar di pasaran. Obat–obat ini hanya boleh dipakai, apabila dengan diet yang ketat, latihan yang teratur dan pengendalian faktor–faktor resiko lainnya tidak lagi bisa menekan kadar kolesterol dalam darah (Baaras, 1993). Adapun obat-obat penurun kolesterol adalah: 1. Inhibitor HMG-KoA reduktase (statin) adalah obat penurun lipid yang paling baru. Obat ini sangat efektif dalam menurunkan angka kejadian penyakit koroner dan mortalitas total. Statin mempunyai sedikit efek samping dan saat ini biasanya merupakan obat pilihan pertama. Inhibitor HMG-KoA reduktase memblok sintesis kolesterol dalam hati (yang mengambil sebagian besar obat). Hal ini menstimulasi ekspresi lebih banyak enzim, cenderung untuk mengembalikan sintesis kolesterol menjadi normal bahkan pada saat terdapat obat. Akan tetapi, efek kompensasi ini tidak lengkap dan pengurangan kolesterol dalam hepatosit
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
menyebabkan peningkatan ekspresi reseptor LDL, yang meningkatkan bersihan kolesterol dari plasma. Bukti kuat bahwa statin menurunkan kolesterol plasma, terutama dengan meningkatkan jumlah reseptor LDL, adalah
kegagalan
obat
untuk
bekerja
pada
pasien
dengan
hiperkolesterolemia familial homozigot (yang tidak mempunyai reseptor LDL). Efek samping jarang terjadi, salah satu yang utama adalah miopati. Insidensi miopati meningkat pada pasien yang menerima terapi kombinasi dengan asam nikotinat atau fibrat. Statin tidak boleh diberikan selama kehamilan karena kolesterol penting untuk perkembangan normal fetus. 2. Resin pertukaran anion. Kolestiramin dan kolestipol adalah bubuk yang digunakan dengan cairan . Kedua obat ini meningkatkan ekskresi asam empedu, menyebabkan lebih banyak kolesterol yang diubah menjadi asam empedu. Penurunan konsentrasi kolesterol hepatosit menyebabkan kompensasi peningkatan aktivitas HMG-KoA reduktase dan jumlah reseptor LDL. Tampaknya peningkatan ekspresi reseptor LDL hati merupakan mekanisme utama resin menurunkan kolesterol plasma, karena resin tidak bekerja pada pasien dengan hiperkolestrolemia familial homozigot. Efek samping terbatas pada usus, karena resin tidak diabsorpsi, dan mencakup rasa penuh, rasa tidak nyaman pada perut, diare, dan konstipasi. 3. Asam Nikotinat mengurangi pelepasan VLDL dan kemudian menurunkan trigliserida plasma (sekitar 30-50%). Asam nikotinat juga menurunkan kolesterol sebanyak (10-20%) dan meningkatkan HDL. Asam nikotinat merupakan obat penurun lipid pertama untuk mengurangi mortalitas keseluruhan pada pasien dengan penyakit arteri koroner, namun penggunaannya dibatasi oleh efek yang tidak diharapkan yang meliputi kemerahan yang diperantarai prostaglandin, pusing, dan palpitasi. Saat ini asam nikotinat hampir tidak pernah digunakan. 4. Fibrat (misalnya gemfibrozil, bezafibrat) menghasilkan penurunan ringan pada LDL (sekitar 10%) dan peningkatam HDL (sekitar 10%). Sebaliknya, fibrat menyebabkan penurunan yang bermakna pada trigliserida plasma (sekitar 30%). Fibrat bekerja sebagai ligan untuk reseptor transkripsi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23
nukleus, reseptor alfa peroksisom yang diaktivasi proliferator (PPAR- , peroxisom proliferator-activated receptor alpha), dan menstimulasi aktivitas lipoprotein lipase. Fibrat merupakan obat lini pertama pada pasien dengan kadar trigliserida plasma yang sangat tinggi yang berisiko mengalami pankreatitis. Semua fibrat dapat menyebabkan sindrom seperti miositis. Insidensi miositis meningkat dengan penggunaan bersama inhibitor HMG-KoA dan kombinasi tersebut sebaiknya dihindari. 5. Inhibitor
pada
absorbsi
kolesterol
usus.
Ezetimibe
menurunkan
penyerapan kolesterol (dan fitosterol) dan menurunkan kolesterol LDL sekitar 18%) dengan sedikit perubahan pada kolesterol HDL. Hal ini mungkin sinergis dengan statin sehingga menjadi terapi kombinasi yang baik (Neal,M.J.,2006). 2.6 Simvastatin 2.6.1 Definisi Simvastatin adalah obat golongan statin, digunakan untuk menurunkan kolesterol (agen hipolipidemik) pada keadaan hiperkolesterolemi dan juga dapat mencegah penyakit kardiovaskular. Statin saat ini merupakan hipolipidemik yang paling efektif dan aman (Suyatna, 2007). 2.6.2 Farmakodinamik Statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol dalam hati, dengan menghambat enzim HMG-KoA reduktase (Suyatna, 2007). HMG-KoA reduktase memperantarai langkah pertama biosintesis sterol (Katzung, 1997). Akibat penurunan sintesis kolesterol ini maka SREBP (sterol regulatory elementbinding protein) yang terdapat pada membran dipecah oleh protease, lalu diangkut ke nukleus. Faktor-faktor transkripsi kemudian akan berikatan dengan gen reseptor LDL, sehingga terjadi peningkatan sintesis reseptor LDL. Peningkatan jumlah reseptor LDL pada membran sel hepatosit akan menurunkan kadar kolesterol darah lebih besar lagi. Selain LDL, VLDL dan IDL juga menurun, sedangkan HDL meningkat (Suyatna, 2007). Karena obat ini diekstraksi paling banyak di dalam hati, efek utama obat ini pada hati. Aktivitas pada hati beberapa turunan tampaknya dapat disebabkan perbedaan spesifisitas jaringan untuk ambilan obat. Selama pengobatan dapat terjadi penurunan sedang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24
trigliserida plasma dan peningkatan ringan kadar HDL kolesterol (Katzung, 1997). Statin menurunkan kejadian penyakit jantung koroner fatal dan nonfatal, stroke, dan angka mortalitas totalnya (Suyatna, 2007). 2.6.3 Farmakokinetik Semua statin, kecuali lovastatin dan simvastatin berada dalam bentuk asam β-hidroksi. Kedua statin yang disebut di atas merupakan prodrug dalam bentuk lakton dan harus dihidrolisis lebih dahulu menjadi bentuk aktif asam β-hidroksi. Statin diabsorpsi sekitar 40-75%, kecuali fluvastatin yang diabsorpsi hampir sempurna. Semua obat mengalami metabolisme lintas pertama di hati. Obat-obat ini sebagian besar terikat protein plasma. Sebagian besar produk degradasi dieksresi melalui feses dan kurang dari 10% dalam urin. Kadar puncak lovastatin dalam plasma terlihat 2-4 jam sesudah pemberian oral tunggal. Sesudah 3 hari dengan pemberian 1x sehari, mantap akan tercapai dan kadar plasma 1½x kadar puncak pada pemberian tunggal. Kadar tetinggi bisa didapat bila lovastatin diberikan bersama makanan. Lovastatin agaknya tidak menginduksi sitokrom P450 (Suyatna, 2007). 2.6.4 Efek Samping Efek samping statin yang potensial berbahaya adalah miopati dan rabdomiolisis. Efek samping lain yang dapat terjadi adalah gangguan saluran cerna, sakit kepala, rash, neuropati perifer dan sindroma lupus (Suyatna, 2007). 2.7 Cara Pengukuran Kadar Kolesterol Darah Spektrofotometri adalah suatu metode pengukuran serapan radiasi elektromegnetik pada panjang gelombang tertentu, spektrofotometer terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dan spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometri adalah alat pengukur intensitas cahaya yangdapat diabsorbsi (Ganiet al.,2010). Pelarut yang banyak digunakan untuk spektroskopi UV adalah etanol 95% karena kebanyakan golongan senyawa larut dalam pelarut tersebut. Pelarut lain yang sering digunakan ialah air, metanol, heksana, eter minyak bumi, dan eter. Senyawa tanpa warna diukur pada jangka 200-400 nanometer (nm), senyawa berwarna pada jangka 200-700 nm. Panjang gelombang serapan maksimum dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
minimum pada spektrum serapan yang diperoleh direkam dalam nm, demikian juga kekuatan absorbansi pada maksima dan minima yang khas (Harborne,1987). Pengukuran kadar kolesterol menggunakan metode enzimatik dengan reagen spesifik untuk kolesterol total. Dimana adsorpsi diukur menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 500 nm (Dachriyanus et al.,2007).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental meliputi penyediaan simplisia, pembuatan ekstrak, pengujian farmakologi, dan uji statistik terhadap data hasil percobaan. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta. Proses pembuatan ekstrak dan penapisan fitokimia dilakukan dilaboratorium penelitian I, uji penurunan kolesterol terhadap hewan uji dilakukan di laboratorium Animal house. Penelitian berlangsung mulai dari bulan februari 2015 sampai mei 2015. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: timbangan analitik, erlenmeyer, gelas ukur, gelas piala, spatula, corong, batang pengaduk, hot plate,tabung reaksi, kaca arloji, kertas saring, alumanium foil, pipet tetes, termometer, cawan penguap, botol timbang, rotary evaporator, oven, tanur tinggi, vortex, mikropipet, timbangan hewan, sentrifugasi, kandang tikus, kapas, sonde, tabung Effendrof, spuit,TLC scanner dan spektrofotometer UV. 3.2.2 Bahan 3.2.2.1 Bahan Uji Bahan uji yang digunakan adalah bagian herba dari tanaman kumis kucing yang diperoleh dari PT.Karya Sari Jl. Klamono A5 No. 4 Jatiwaringin Asri, Pondokgede 17411, Bekasi, Indonesia sebanyak 1,5 kg. 3.2.2.2 Bahan Kimia Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquadest, etanol 96%, Natrium Karboksi Metil Selulosa (Na-CMC), simvastatin dari Kimia Farma, dan larutan pereaksi kolesterol ELITech yang mengandung:
Pepes buffer pH 6,750 mmol/L
Fenol 24 mmol/L
Sodium kolat 5 mmol/L
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
4-aminoantipirin 0, 5 mmol/L
Kolesterol esterase 180 U/L
Kolesteril oksidase 200 U/L
Peroksidase 1000 U/L
3.2.2.3 Hewan uji Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Sparague-Dawley dengan berat badan 150-250 gram dan berumur 3-4 bulan yang diperoleh dari Institus Pertanian Bogor. Tikus yang digunakan berjumlah 30 ekor. 3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Penyiapan Simplisia Sebanyak 1,5 kg simplisia kering yang diperoleh dari PT Karya Saridihaluskan dengan cara digrinder yang dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Universitas Indonesia . 3.3.2 Pembuatan Ekstrak Herba Kumis Kucing Simplisia herba kumis kucing (Orthosiphone stamineus Benth) yang telah dihaluskan diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Serbuk yang diperoleh setelah dihaluskan ditimbang sebanyak 1,5 kg dan ditambahkan pelarut etanol 96% kedalam bejana tersebut kurang lebih hingga 2 cm diatas permukaan serbuk.Pelarut diganti setiap 3 hari sekali dan pengadukan dilakukan setiap harinya 2-3 kali sehari. Hasil maserat yang didapatkan kemudian disaring dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Ekstrak kental yang diperoleh dikeringkan menggunakan oven vakum yang dilakukan di laboratorium fitokimia Universitas Indonesia selama 5 hari hingga didapatkan ekstrak kering.Perhitungan randemen dihitung dari ekstrak kental yang diperoleh sebelumnya. %Randemen= 3.3.3 PengujianParameter Ekstrak Pengujian parameter ekstrak yang dilakukan adalah parameter non spesifik meliputi susut pengeringan dan kadar abu, dan parameter spesifik yaitu identitas ekstrak, organoleptis, dan pengukuran kadar senyawa marker sinensetin.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
3.3.3.1 Penetapan Susut Pengeringan Ekstrak ditimbang sebanyak 1 g dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 1050C selama 30 menit dan telah ditara.Ekstrak yang ditimbang diratakan dalam botol timbang kemudian dimasukkan kedalam oven, sebelumnya tutup botol timbang dibuka dan dikeringkan pada suhu 1050C hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar (Depkes RI,2000). 3.3.3.2 Penetapan kadar abu 1 gram ekstrak yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan kedalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian diratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan, timbang (Depkes, 2000).Hitung kadar abu dengan rumus sebagai berikut: % Kadar abu= Keterangan : A
: Berat
cawan kosong
B
: Berat cawan kosong + berat ekstrak sebelum dipanaskan
C
: Berat cawan kosong + berat ekstrak setelah dikeringkan
3.3.3.3 Pemeriksaan Identitas Ekstrak Diidentifikasi dengan tata nama yang meliputi nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan,nama Indonesia tumbuhan, serta senyawa marker tumbuhan (Depkes, 2000). 3.3.3.4 Pemeriksaan Organoleptis Diidentifikasi menggunakan panca indera untuk mengetahui bentuk, warna, bau, dan rasa (Depkes, 2000). 3.3.3.5 Pengukuran Kadar Sinensetin Pengukuran kadar sinenstin dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri. Larutan uji dibuat dengan melarutkan 0,2 gram ekstrak herba kumis kucing dengan 10 ml etanol 96%. Larutan standar dibuat dengan melarutkan 1 mg sinensetin didalam metanol dan diencerkan dengan 20 ml metanol. Plat yang digunakan adalah plat silika gel dengan ukuran 10 x 7 cm.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
Fase gerak yang digunakan adalah metanol, etil asetat, dan toluen dengan perbandingan 5:40:55 Masing-masing larutan standar ditotolkan sebanyak 10 l, 30 l,50 l, dan 70 l, sedangkan untuk larutan uji digunakan 20 l. Setelah dieluasi dan dikeringkan diudara, plat dideteksi dengan menggunakan UV 365 nm (European Pharmacopoeia Comission,2005). Untuk pengukuran kadar sinensetin dilakukan dengan menggunakan alat TLC-Scanner 3 yang dilengkapiprogram winCATS (Camag). 3.3.4
Skrining Fitokimia
1. Identifikasi golongan alkaloid Sebanyak 0,5 gram esktrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian disaring. Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia. Kemudian ditambahkan
kloroform
5ml
dan
dikocok
perlahan-lahan
untuk
mengekstraksi basa alkaloid. Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi dengan 10 ml asam asetat, kemudian dibagi menjadi 2 bagian. Pada pembagian pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen Dragendorff. Terbentuknya warna krem dengan reagen meyer dan endapan coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid (Ayoolaet al.,2008). 2. Identifikasi golongan flavonoid 0,5 gram ekstrak ditambah 50 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring, filtrat yang digunakan sebagai larutan percobaan. 5 ml larutan percobaan ditambahkan sedikit serbuk magnesium, 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amilalkohol, dikocok dengan kuat dan dibiarkan memisah, terbentuknya warna orange, merah, kuning pada lapisan amilalkohol menunjukkan adanya senyawa flavonoid (Wijono,2003). 3. Identifikasi golongan saponin 0,5 gram ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan aquadest, larutan dikocok secara vertikal selama 3-5 menit. Terbentuknya busa yang stabil selama 30 menit menunjukkan adanya senyawa golongan saponin (Farnsworth,1966).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
4. Identifikasi golongan tannin 0,5 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung reaksi, lalu disaring. Kemudian ke dalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3. Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan adanya tannin (Ayoolaet al.,2008). 5. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid 0,5 gram ekstrak ditambahkan 2 ml kloroform, kemudian 2 tetes asam asetat anhidrat
dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Libermann-
Burchard). Jika terbentuk warna hijau kehitaman menunjukkan golongan steroid dan jika terbentuk warna merah yang cepat hilang menunjukkan adanya senyawa golongan triterpenoid (Ayoolaet al.,2008). 3.3.5Penyiapan Hewan Uji Sebelum digunakan untuk penelitian, hewan diaklimatisasi selama 2 minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Selama diaklimatisasi, tikus diberikan minum dan makanan standar serta mengontrol kesehatan dan berat badan tikus. 3.3.6 Rancangan Penelitian Pada penelitian ini digunakan hewan uji tikus putih jantan dipilih secara acak sebanyak 30 ekor untuk dibagi menjadi 5 kelompok, dihitung berdasarkan rumus federer: (n-1)(t-1)
15
Dimana: n = jumlah ulangan minimal dari tiap perlakuan t = jumlah perlakuan Jumlah hewan uji yang digunakan adalah : (n-1) (t-1) )
15
(n-1) (5-1) )
15
(n-1) (4) ) (5n-4)
15 15
5n 19 n 3,8 = 4 ekor Dalam jumlah perhitungan tersebut dapat diartikan bahwa pada 5 kelompok percobaan terdapat minimal 4 ekor tikus pada masing-masing kelompok, dalam penelitian ini tikus yang digunakan berjumlah 5 ekor pada masing-masing
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
kelompok, hal ini karena untuk uji antihiperlipidemia digunakan minimal 5 ekor tikus pada masing-masing kelompok (Depkes RI,1993). Tabel 2.Pembagian Kelompok Hewan uji Berdasarkan Perlakuan Kelompok
Jumlah
Perlakuan
1
5
Sebagai kontrol normal diberikan suspensi NaCMC 1%
2
5
Sebagai
kontrol
positif
diberikan
suspensi
simvastatin 3
5
Dosis 1, pemberian ekstrak herba kumis kucing dosis rendah 250 mg/kgBB
4
5
Dosis 2, pemberian ekstrak herba kumis kucing dosis sedang 500 mg/kgBB
5
5
Dosis 3, pemberian ekstrak herba kumis kucing dosis tinggi1000 mg/kgBB
3.3.7
Penyiapan Bahan Uji Penyiapan bahan-bahan meliputi suspensi Na-CMC (kontrol), bahan uji
(ekstrak herba kumis kucing), dan dosis simvastatin (pembanding). 3.3.7.1 Penentuan Dosis Ektrak Herba Kumis Kucing Dosis ekstrak etanol 96% herba kumis kucing yang digunakan yaitu 250mg/kg BB, 500 mg/kg BB, dan 1000 mg/kg BB. Pemilihan dosis berdasarkan dosis yang telah digunakan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sriplang et al.,2007). Volume larutan uji yang diberikan dibuat
2 ml yang
disesuaikan dengan berat badan tikus. 3.3.7.2 Pembuatan Suspensi Na-CMC 1% Sebanyak 1 gram NaCMC, didispersikan dalam 20 ml aquadest hangat hingga homogen didalam lumpang, lalu digerus dan ditambahkan sedikit demi sedikit aquadeshingga 100 ml. 3.3.7.3 Pembuatan Suspensi Ekstrak Herba Kumis Kucing Karena dosis yang dipakai pada ekstrak herba kumis kucing terdiri dari tiga variasi dosis yaitu dosis 250 mg/kg BB, 500 mg/kg BB, dan 1000 mg/kg BB,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
maka cara pembuatan suspensi ekstrak : Ekstrak etanol herba kumis kucing ditimbang masing-masing sebanyak 0,5g, 1g, dan 3g, dimasukkan ke dalam lumpang yang berisi sedikit suspensi Na-CMC 1%digerus homogen lalu dicukupkan dengan suspensi Na-CMC hingga 20 ml. 3.3.7.4 Dosis Simvastatin Sebagai Kontrol Positif Dosis simvastatin yang digunakan untuk manusia adalah 5-10 mg/hari. Dosis yang digunakan untuk penelitian yaitu 10 mg/hari. Konversi dosis ke tikus berdasarkan rumus HED adalah 1,03 mg/kgBB. Pemberian simvastatin melalui oral dalam bentuk suspensi dengan menambahkan NaCMC. 3.3.8 Uji Efek Antikolesterolemia a. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus putih jantan galur Sparague-Dawley. Kelompok tersebut terdiri dari kelompok kontrol normal, kontrol positif, uji dosis 250 mg/kg BB, 500 mg/kg BB, dan 1000 mg/kg BB. b. Setiap hari semua tikus diberi pakan standar 120 gram/6 ekor tikus dan aquadest. c. Sebelum diberikan perlakuan, masing-masing tikus diukur kadar kolesterol total. d. Pada kelompok 1 diberikan suspensi NaCMC 1%, kelompok 2 diberikan suspensi simvastatin, kelompok 3 diberikan suspensi ekstrak herba kumis kucing dosis 250 mg/kgBB, kelompok 4 dengan dosis 500 mg/kgBB, dan kelompok 5 diberikan dosis 1000 mg/kgBB. e. Masing-masing kelompok uji diberikan perlakuan selama 20 hari.. f. Pada hari ke 21 setelah pemberian ekstrak herba kumis kucing dilakukan pengambilan darah tikus pada semua kelompok melalui vena mata, kemudian dilakukan pengukuran kadar kolesterol total pada darah tikus. Sebelumnya tikus dipuasakan selama 12 jam. 3.3.9 Cara Pengambilan Darah Tikus dipuasakan
12 jam sebelum dilakukan pengambilan darah.
Pengambilan darah dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Pengambilan darah dilakukan dengan cara tikus dianestesi terlebih dahulu menggunakan eter lalu dipegang dan dijepit bagian tengkuk
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
dengan jari tangan. Tikus dikondisikan senyaman mungkin, kemudian pipa kapiler digoreskan pada retro-orbital pleksus.Pipa kapiler diputar sampai melukai pleksus, lalu darah ditampung pada tube EDTA untuk tujuan pengambilan plasma darah . Darah yang diambil dari setiap mata tikus berkisar antara 1-1,5ml. Darah didiamkan selama 15 menit dan disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.Plasma darah yang diperoleh dipipet menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung Effendorf lalu disimpan pada suhu -200C. 3.3.10 Cara Pengukuran Kadar Kolesterol Pengukuran kadar kolesterol total tikus dilakukan dengan metode enzimatis dengan larutan pereaksi kolesterol ELITech yang mengandung pepes buffer, fenol, sodium kolat, 4-aminoantipirin, kolesterol esterase, kolesterol oksidase dan peroksidase. Plasma darah dipipet menggunakan mikropipet sebanyak 0,01
l dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan
larutan pereaksi kolesterol ELITech sebanyak 1 ml dan dibiarkan selama 20 menit pada suhu kamar. Sebagai blanko digunakan pereaksi kolesterol ELITech sebanyak 1 ml dan aquadest 0,01 ml, dan sebagai standar digunakan 0,01ml standar kolesterol dan 1 ml reagen kolesterol ELITech. Kemudian diukur absorbansinya
menggunakan
spektrofotometer
UV-visibel
pada
panjang
gelombang 500 nm (Dachriyanus et al.,2007). Untuk mengetahui kadar kolesterol total dihitung menggunakan rumus: (200 mg/dl) 3.3.11 Uji Statistik Terhadap Kadar Kolesterol Darah Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, uji statistik homogenitas menggunakan Lavene dan uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov test.Apabila hasil sebaran data normal, maka untuk perbedaan kadar dari masingmasing kelompok perlakuan dianalisis dengan uji statistik One Way ANOVA, kemudian dilanjutkan dengan uji LSD. Apabila sebaran data tidak normal, dilanjutkan dengan uji statistik Kruskal Wallis (Santoso,2009).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Determinasi herba kumis kucing (Orthosiphone stamineus Benth) Berdasarkan hasil determinasi yang dilakukan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor menunjukkan bahwa jenis simplisia yang digunakan pada penelitian ini adalah kumis kucing (Orthosiphone stamineus Benth) dengan suku Lamiaceae (Lampiran 3). Determinasi dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi jenis simplisia yang digunakan. 4.2 Hasil Ekstraksi Herba Kumis Kucing Dari 1500 g serbuk herba kumis kucing yang diekstraksi diperoleh ekstrak kental sebanyak 133 g sehingga randemen yang diperoleh yaitu 8,87 % (lampiran 10). Randemen merupakan perbandingan ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal.Menurut Farmakope herbal randemen ekstrak dari daun kumis kucing tidak kurang dari 8,7%, dan hasil randemen yang diperoleh pada penelitian ini adalah 8,87%. Metode maserasi yang digunakan dalam proses ektraksi ini dipilih karena maserasi merupakan metode sederhana dan baik untuk senyawa-senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan. Pemilihan pelarut etanol 96% sebagai pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi ialah karena senyawa sinensetin dari golongan flavonoid yang berperan dalam memberikan aktivitas farmakologi larut dengan baik dalam pelarut ini. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Arifiantiet al pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa rerata kadar sinensetin tertinggi dalam ekstrak daun Orthosiphon stamineus Benth diperoleh pada kelompok ekstrak dengan pelarut pengekstraksi etanol 96%. Selain itu, pelarut ideal yang sering digunakan adalah alkohol atau campurannya dengan air yang merupakan pelarut pengekstraksi yang mempunyai extractive power yang terbaik untuk hampir semua senyawa yang mempunyai berat molekul rendah seperti alkohol, saponin dan flavonoid.
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35
4.3 Pengujian Parameter Ekstrak Tabel 3. Hasil Pengujian Parameter Ekstrak Parameter
Jenis
Hasil
Standarisasi Spesifik
Identitas Ekstrak
Nama Ekstrak: Kumis kucing Nama Latin
: Orthosiphon stamineus Benth
Bagian tanaman yang digunakan : Herba Senyawa Identitas : Sinensetin Organoleptis
Bentuk : kental Warna : coklat kehitaman
Pengukuran
Rasa
: Pahit
Bau
: Khas
0,075%
Senyawa sinensetin Nonspesifik Susut pengeringan Kadar abu
0,948% 12,587%
Pengujian parameter ekstrak meliputi parameter spesifik dan non-spesifik. Parameter spesifik merupakan suatu aspek yang berfokus pada senyawa atau golongan senyawa yang berperan dan bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologis.Pengujian parameter spesifik yang dilakukan ialah pemeriksaan identitas, organoleptis dan pengukuran senyawa marker sinensetin. Penentuan identitas ekstrak perlu dilakukan untuk memberikan identitas obyektif dari nama dan senyawa identitas. Identitas ekstrak yang digunakan memiliki nama daerah kumis kucing dengan nama latin tumbuhanOrthosiphone stamineus Benth. Untuk bagian tanaman yang digunakan ialah bagian herba meliputi batang, daun, dan bunga. Senyawa marker dari tanaman ini ialah senyawa sinensetin. Pada pemeriksaan organoleptis yang bertujuan untuk melakukan pengenalan awal yang sederhana dan seobyektif mungkin didapatkan bahwa ekstrak herba kumis kucing memiliki bentuk kental, warna coklat kehitaman, rasa pahit dan memiliki bau yang khas.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
Pada pengukuran senyawa sinensetin yang merupakan senyawa marker dari ekstrak etanol 96% herba Orthosiphon stamineusdilakukan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis-densitometri. Dari pengujian ini didapatkan kadar senyawa sinensetin yang terkandung dalam ekstrak sebanyak 0,075%. Kromatografi lapis tipis-densitometer (TLC scanner) merupakaninstrumen pengukur densitasbercak hasil pemisahan kromatografilapis tipis. Instrumen dilengkapidengan suatu perangkat optik, sumbercahaya dan detektor seperti halnyaspektrofotometer (Touchstone dan Dobbins,1983; Poole dan Khatib,1987; yang dikutip dariHayun, dkk.,2007). Pada pengujian ini, digunakan empat standar larutan sinensetin dengan konsentrasi yang sama, namun jumlah penotolannya berbeda yaitu 10 l, 30 l, 50 l, dan 70
l. Untuk larutan uji digunakan larutan dengan konsentrasi 2%
dengan jumlah penotolan sebanyak 20 l. Untuk fase diam digunakan plat Silika Gel F254 dan fase gerak metanol, etil asetat, dan toluen dengan perbandingan 5:40:55. Hal ini sesuai dengan European Pharmacopoeia. Pada pengukuran menggunakan kromatogrfi lapis tipis-densitometri pada panjang gelombang 341 nmdiperoleh nilai Rf sebesar 0,53 dengan persamaan y=18777,150x + 11323,215 sehingga
diperoleh
persentase
kadar
sinensetin
sebesar0,075%.Menurut
farmakope herbal kadar sinensetin dalam ekstrak kental daun kumis kucing mengandung sinensetin tidak kurang dari 1,10%. Hasil yang diperoleh menunjukkan jumlah yang jauh lebih kecil dari standar yang ada. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor sepertibagian tanaman yang digunakan ialah bagian herba meliputi batang, daun,dan bunga dari kumis kucing, Sinensetin diketahui banyak terkandung di bagian daun kumis kucing. Menurut Dalimartha setiawan (2008) kadar sinensetin dalam daun kumis kucing yang tertinggi terdapat dalam daun tua yang berbunga ungu (0,365%), sedangkan yang terkecil berasal dari daun muda yang berbunga putih (0,095%). Faktor lain yang dapat mempengaruhi ialah tempat penanaman, waktu panen, teknik pengumpulan, dan penanganan setelah panen meliputi sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering dan penyimpanan. Parameter non-spesifik merupakan suatu aspek yang berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
stabilitas. Standarisasi parameter non-spesifik yang dilakukan ialah kadar susut pengeringan dan kadar abu. Parameter susut pengeringan bertujuan untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Parameter kadar abu bertujuan memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Pada pengujian parameter ekstrak tersebut diperoleh hasil susut pengeringan sebesar 0,948% dan kadar abu 12,587%. Perhitungan uji parameter esktrakdapat dilihat pada lampiran 10. Menurut farmakope herbal kadar susut pengeringan dari daun Orthosiphone stamineus tidak lebih dari 12% dan hasil yang diperoleh sebesar 0,948%. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan sangat kecil. Dan untuk kadar abu total dari ekstrak kental daunOrthosiphone stamineus tidak kurang dari 9%, namun hasil yang didapatkan adalah 12,587%.Seperti yang diketahui kumis kucing mengandung senyawa mineral yang sebagian besarnya adalah mineral kalium (Awaleet al.,2001yang dikutip dari Arifiantiet al.,2014). Kandungan mineral kalium dalam daun segar kumis kucing yaitu sekitar 600-700 mg/100gdaun segar (Anon,2001 yang dikutip dari Almataret al.,2013). 4.4 Hasil Uji Penapisan Fitokimia Tabel 4.Hasil Penapisan Fitokimia Esktrak Herba Kumis Kucing Golongan Senyawa
Hasil
Alkaloid
-
Saponin
+
Flavonoid
+
Steroid
+
Tanin
+
Penapisan fitokimia adalah pemeriksaan kandungan kimia secara kualitatif untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam suatu tumbuhan. Pemeriksaan dilakukan pada senyawa metabolit sekunder yang memiliki khasiat bagi kesehatan seperti alkaloid, glikosida, flavonoid, terpenoid, tanin, dan saponin (Harborne,1987). Adapun tujuan dilakukan penapisan fitokimia adalah untuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
mengetahui kandungan-kandungan yang terdapat dalam bahan alam yang memberikan gambaran kemungkinan aktivitas biologisnya. Penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak kental herba kumis kucing adalah golongan saponin, flavonoid, steroid, tanin dan alkaloid. Dari ke lima golongan yang dilakukan penapisan fitokimia, ekstrak herba kumis kucing positif mengandung flavonoid, saponin, steroid, dan tanin dan negatif untuk uji senyawa alkaloid. Orthosiphon stamineus yang tumbuh di Asia yang telah diketahui sejak tahun 1930 dilaporkan lebih dari 100 senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman tersebut yang diklasifikasikan sebagai monoterpen, diterpen, triterpen, saponin, flavonoid, asam organik dan lain sebagainya. Adapun senyawa yang diduga memiliki potensi manurunkan kadar kolesterol adalah antara lain flavonoid. Flavonoid yang bersifat antioksidan memiliki aktivitas sebagai antiaterosklerosis dan memiliki pengaruh besar pada sistem vaskular (Nijveldt et al.,2001). Flavonoid mampu memperbaiki fungsi endotel pembuluh darah, dapat mengurangi kepekaan LDL terhadap pengaruh radikal bebas dan dapat bersifat hipolipidemik, antiinflammasi serta sebagai antioksidan (I Wayan.S., dan I Made J.,2012).Asam rosmarinat yang merupakan senyawa polifenol yang terkandung didalam Orthosiphone stamineus juga dapat mencegah oksidasi LDL. Quersetin juga dapat menurunkan konsentrasi plasma aterogenik LDL teroksidasi pada manusia (Almatar et al.,2013).Sinensetin yang merupakan senyawa marker dari tanaman ini diduga memiliki pengaruh besar dalam memberikan aktivitas farmakologi. Sinensetin dilaporkan dapat meningkatkan adipogenesis dan lipolisis dengan meningkatkan jumlah cAMP dijaringan adiposit (Kang, S.I et al.,2015). Lipolisis jaringan adiposa merupakan
proses katabolik yang berperan dalam
pemecahan trigliserida yang disimpan dalam sel lemak dan juga berperan dalam pelepasan asam lemak dan gliserol. Selain flavonoid, saponin juga menunjukkan kemampuan menurunkan kadar kolesterol darah. Penelitian tentang efek saponin menunjukkan bahwa saponin yang tidak terhidrolisis dapat menurunkan penyerapan kolesterol, sedangkan saponin yang terhidrolisis asam dapat meningkatkan
kemampuannya
untuk
(Malinowet al.,1977). Efek penurunan berhubungan
dengan
kemampuan
menurunkan kolesterol
saponin
untuk
penyerapan oleh
saponin
membentuk
kolesterol tersebut insoluble
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
complexes(micelles) dengan sterol.Cara saponin menurunkan kolesterol darah adalah secara langsung maupun tidak langsung yakni dengan menghambat absorpsi kolesterol dari usus halus dan menghambat reabsorpsi asam empedu (Oakenfull dan Sidhu, 1990yang dikutip dari Priyo,dkk.,2015). Saponin juga dapatberinteraksi dengan asam empedu yang dapat meningkatkan metabolisme kolesterol dalam hati yang pada akhirnya menurunkan tingkat kolesterol dalam serum (Desai et al.,2009 yang dikutip dari Priyo,dkk.,2015). Selain itu, tanin yang tergolong senyawa polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan juga mempunyai efek yang menguntungkan pada fungsi endotel yaitu dapat menurunkan oksidasi LDL dan meningkatkan produksi nitrit oksida. Nitrit oksida adalah vasodilator endogenous yang mempunyai antiaterosklerosis (Umaruddin et al.,2012). Dalam literatur
lain
tanin
mampu
menurunkan
kolesterol
total,low
density
lipoprotein(LDL), dan dapat mencegah LDL. Efek hipokolesterolemik dari tanin disebabkan aksi antioksidan, yang menghambat inisiasi dan propagasi radikal bebas yang menyebabkan teroksidasinya kolesterol LDL (Auger et al, 2002yang dikutip dari Felipedan Maria.,2007). Efek lain dari tanin terhadap kolesterol juga terkait dengan penghambatan 3-hidroksi-3-metilglutaril KoA reduktase yang merupakan enzim yang diperlukan untuk biosintesis kolesterol (Chang, 2001yang dikutip dari Felipedan Maria.,2007). Dalam penapisan fitokimia yang dilakukan, Orthosiphone stamineus juga mengandung steroid. Steroid merupakan senyawa organik yang larut dalam lemak yang ditemukan secara alami dalam organisme hidup.Potensi penurun kolesterol dari makanan yang mengandung sterol telah dikenal selama lebih dari 50 tahun. Kesamaan struktur antara sterol, stanol dengan kolesterol memungkinkan mereka untuk bersaing dengan kolesterol ketika masuk ke dalam misel, partikel yang mengangkut lipid dan kolesterol ke dalam mukosa usus. Kompetisi ini mengurangi penyerapan kolesterol makanan dan empedu di saluran pencernaan. Ketika penyerapan kolesterol menurun maka regulator konsentrasi reseptor LDL juga menurun sehingga kadar serum LDL juga berkurang. Steroid dapat menurunkan kadar LDL dan kolesterol total tanpa berefek pada kadar HDL dan trigliserida (Phuruengrat, A. and Phaisansuthichol, S.,2006).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
4.5 Hasil Uji Pengukuran Kadar Kolesterol Total Pada penelitian ini menggunakan tikus putih sebagai subjek penelitian. Tikus yang digunakan adalah tikus jantan galur Sparague-Dawley yang berusia 34 bulan dengan berat badan sekitar 150-250 g. Tikus putih banyak digunakan pada penelitian-penelitian toksikologi, metabolisme lemak, obat-obatan maupun mekanisme penyakit infeksius. Tikus putih baik digunakan dalam penelitian karena mudah dipelihara, mudah berkembang biak sehingga cepat mendapatkan hewan coba yang seragam dan mudah dikelola dilaboratorium (Berata et al.,2010). Selain itu tikus putih pada umumnya tenang,mudah ditangani, tidak bersifat fotofobik, dan aktivitasnya tidak demikian terganggu dengan adanya manusia disekitarnya. Sebelum digunakan untuk penelitian,tikus diaklimatisasi selama dua minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Selama proses aklimatisasi, tikus diamati aktivitasnya maupun kondisi fisiknyasetiap hari, yaitu dengan cara menimbang berat badan tikus dan melihat apakah ada luka atau tidak pada hewan. Selama proses aklimatisasi hingga akhir penelitian berat badan tikus menunjukkan kenaikan setiap harinya, kecuali pada akhir penelitian dimana berat badan tikus kontrol positif mengalami penurunan. Grafik kenaikan berat badan tikus dapat dilihat pada lampiran 15.Setelah diaklimatisasi, tikus dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol normal, positif, dosis rendah, dosis sedang, dan dosis tinggi yang mana masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Pada penelitian ini digunakan dua kontrol yaitu kontrol normal dan positif. Kontrol normal diperlukan untuk mengetahui kadar kolesterol total darah tikus selama uji. Sedangkan kontrol positif menggunakan simvastatin diperlukan untuk melihat pengaruh obat antikolesterol yang telah terbukti khasiatnya menurunkan kadar kolesterol. Karena simvastatin tidak larut dalam air, maka disuspensikan dengan Na CMC 1%. Sebelum pemberian perlakuan pada tikus, dilakukan pengukuran kadar kolesterol darah awal sebelum perlakuan . Hal ini dilakukan untuk memperoleh data kolesterol yang akan digunakan sebagai pembanding pada saat tikus telah diberikan perlakuan. Dari data yang diperoleh, kadar kolesterol total masingmasing tikus sebelum perlakuan menunjukkan normal. Adapun kadar kolesterol
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
41
total normal tikus adalah 40-130 mg/dl (Malole dan Sri.,1989).Pada hari ke 15 diberikan perlakuan dengan pemberian bahan uji dan pembanding pada masingmasing tikus normal. Ekstrak herba kumis kucing yang telah disuspensikan terlebih dahulu dengan NaCMC 1% diberikan dalam 3 variasi dosis yaitu dosis 250 mg/kg berat badan, 500 mg/kg berat badan dan 1000 mg/kg berat badan. Dosis ini dipilih berdasarkan dosis yang digunakan pada penelitian efek ekstrak air Orthosiphon stamineus Benth terhadap kadar glukosa dan profil lipid pada tikus normal dan tikus yang diinduksi streptozotocin. Untuk kelompok normal diberikan suspensi NaCMC 1% dan untuk kelompok kontrol positif diberikan simvastatin dengan dosis 10 mg/kg berat badan.Dosis ini diambil berdasarkan dosis lazim yang sering digunakan pada manusia sebagai obat antikolesterol yang kemudian dikonversikan ke dalam dosis tikus dengan rumus HED. Dosis simvastatin yang digunakan pada tikus ialah 1,03 kg/BB. Bahan uji diberikan secara oral mengunakan sonde lambung yang diberikan pada interval satu hari sekali di pagi hari. Perlakuan diberikan selama 20 hari. Pengukuran kadar kolesterol total darah tikus dilakukan dengan metode enzimatis dengan larutan pereaksi kolesterol ELITech menggunakan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm. Plasma yang digunakan ditambahkan dengan larutan pereaksi kolesterol. Pada penambahan ini akan terjadi reaksi dimana enzim kolesterol esterase akan menghidrolisis kolesterol ester menjadi kolesterol bebas dan asam lemak. Enzim kolesterol oksidase akan mengoksidasi
kolesterol
bebas
menjadi
koles-4-en-3-one dan
peroksida.Selanjutnya hidrogen peroksida akan bereaksi
hidrogen
dengan
4-
aminoantipirin dan fenol membentuk komplek quinoneimine yang berwarna merah (Anonim.,2014). Warna yang
terbentuk
diukur serapannya dengan
spektrofotometer UV-visibel pada panjanggelombang 500 nm (Dachriyanus dkk., 2007).Kadar kolesterol total darah tikus normal dapat dilihat pada Tabel 5.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
Tabel 5.Kadar kolesterol total sebelum dan setelah perlakuan Kelompok
Kelompok Perlakuan
Rata-rata Kadar Kolesterol Total (mg/dl) SD Sebelum Perlakuan
Setelah Perlakuan
1
Normal
78,42
20,72
96,94
19,77
2
Positif
98,32
14,79
67,37
15,17
3
Dosis 250 mg/kgBB
91,81
21,71
71,12
22,59
4
Dosis 500 mg/kgBB
100,58
15,35
67,92
14,27
5
Dosis 1000 mg/kgBB
105,85
15,35
52,67
9,64
Keterangan: SD: Standar Deviasi Berdasarkan uji normalitas (One Sample Kolmogrov-Smirnov Test) yang bertujuan untuk melihat data kadar kolesterol total darah tikus terdistribusi normal atau tidak menunjukkan bahwa kadar kolesterol total darah terdistribusi dengan normal (p
0,05). Pada uji homogenitas yang betujuan untuk melihat data kadar
kolesterol darah tikus homogen atau tidak menunjukkan bahwa data kadar kolesterol total darah bervariasi homogen, maka dari itu dapat dilanjutkan dengan uji One-Way Anova.Uji One-Way ANOVA bertujuan untuk melihat apakah data kadar kolesterol darah tikus antar kelompok terdapat perbedaan secara bermakna atau tidak, dan hasil yang diperoleh data kolesterol akhir menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (signifikan) pada semua kelompok uji (p 0,05).Hal ini menunjukkan bahwa esktrak etanol 96% dari herba kumis kucing (Orthosiphone stamineus Benth) dapat mempengaruhi kadar kolesterol total secara bermakna. Hasil yang tertera pada Tabel 5dapat dilihat bahwa rata-rata kadar kolesterol total plasma darah tikus setelah diberi perlakuan menunjukkan kadar yang lebih rendah dari pada sebelum diberi perlakuan kecuali pada kontrol normal, namun masih dalam rentang kadar normal (40-130 mg/dl). Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan yang signifikan maka dilakukan analisa Post Hock. Dari analisa tersebut diperoleh bahwa kadar kolesterol total tikus normal dari kelompok kontrol positif, uji dosis 250, 500, dan 1000 mg/kgBB memiliki perbedaan yang signifikan dengan kontrol normal.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
43
Namun dari ketiga variasi dosis ekstrak etanol 96% herba kumis kucing yang diberikan tidak memiliki perbedaan yang bermakna dalam penurunan kolesterol total tikus normal. Hal ini menjelaskan bahwa peningkatan dosis tidak memberikan aktivitas yang berbeda. Berdasarkan data persentase penurunan kadar kolesterol total tikus (Tabel 6) diketahui bahwa semua kelompok uji dosis ekstrak herba kumis kucing (250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 1000 mg/kgBB) menunjukkan penurunan kadar kolesterol total yang signifikan jika dibandingkan dengan kontrol normal. Namun jika dibandingkan dengan kontrol positif, kelompok uji dosis 500 mg/kgBB memiliki persentase penurunan kolesterol total yang hampir sama, maka dari itu dapat disimpulkan pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis dosis 500 mg/kgBB memiliki efek yang sama dengan simvastatin pada tikus normal. Tabel 6.Persentase Penurunan Kadar Kolesterol Total (%) Kelompok
Persentase Penurunan Kadar Kolesterol Total Tikus Setelah Perlakuan(%)
Normal
-23,614
Positif
31,485
Dosis 250 mg/kgBB
22,539
Dosis 500 mg/kgBB
32,476
Dosis 1000 mg/kgBB
50,241
Pada uji aktivitas antikolesterol ekstrak etanol 96% herba kumis kucing dengan 3 variasi dosis, ekstrak yang diberikan dengan dosis 1000 mg/kgBB selama 20 hari menunjukkan aktivitas antikolesterol tertinggi yang mampu menurunkan kadar kolesterol total tikus normal hingga 50,24%. Jika diberikan lebih lama, kemungkinan untuk terjadinya hipokolesterol semakin tinggi. Kemudian dilanjutkan dengan dosis 500 mg/kgBB yang mampu menurunkan kadar kolesterol total tikus normal hingga 32,47%. Persentase penurunan kolesterol total dari ekstrak etanol 96% herba kumis kucing dengan dosis 500 mg/kgBB memiliki persentase penurunan kolesterol yang hampir sama dengan kelompok kontrol positif yang diberikan suspensi simvastatin. Simvastatin telah banyak digunakan sebagai obat penurun kolesterol. Efek simvastatin sebagai
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44
penurun kolesterol sudah terlihat dalam waktu dua minggu dan maksimal setelah penggunaan satu bulan (Rahardja.,2002). Pada uji dosis 250 mg/kgBB dapat menurunkan kadar kolesterol total tikus normal sebanyak 22,53%. Berikut diagram penurunan kadar kolesterol total sebelum dan setelah diberi perlakuan. 120.00 100.00 80.00 60.00
Kadar Kolesterol Awal Kadar Kolesterol Akhir
40.00 20.00 0.00 Normal Positif
Dosis Dosis Dosis 250 mg 500 mg 1000 mg
Gambar 4. Diagram kadar kolesterol total tikus normal sebelum dan setelah perlakuan. Berdasarkan tabel 5 dan Gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa pemberian suspensi simvastatin dan ekstrak herba kumis kucing selama 20 hari memberikan efek penurunan kadar kolesterol total, namun masih dalam rentang kadar normal. Semakin tinggi dosis ekstrak herba kumis kucing yang diberikan akan menghasilkan persentase penurunan kadar kolesterol total yang semakin besar. Namun berdasarkan uji statistik, perbedaan persentase penurunan tersebut tidak berbeda secara bermakna. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Umbare et al(2007) tentang efek ekstrak etanol 95% dari kulit batang Orthosiphone stamineus Benth dengan dosis 500 dan 750 mg/kgBB mampu menurunkan kadar kolesterol total masing-masing 20,32% dan 28,84%. Untuk kadar trigliserida ekstrak kulit batang dari kumis kucing mampu menurunkan 26,6% dan 28,09%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak herba kumis kucing memiliki aktivitas yang lebih besar dalam menurunkan kadar kolesterol totaltikus dibandingkan dengan ekstrak kulit batang. Penelitian lain dari tanaman obat yang telah banyak dikenal seperti temulawak terhadap kolesterol telah diteliti oleh Silvia dan Arifah (2012). Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak etanol 50% UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
45
rimpang temulawak dengan dosis 100 dan 400 mg/kgBB selama 14 hari dengan metode induksi pakan hiperkolesterol. Dari hasil yang diperoleh ekstrak rimpang temulawak dengan dosis 100 mg/kgBB mampu menurunkan kadar kolesterol total sebanyak 24,78% dan untuk dosis 400 mg/kgBB menurunkan hingga 58,3%. Tanaman obat lainnya yang telah banyak dikenal ialah biji jinten hitam. Penelitian yang dilakukan oleh Daniek et al (2013) tentang efek suspensi sediaan jinten hitam dengan dosis 378 mg/kgBB, 756 mg/kgBB, dan 1,134 g/kgBB dengan metode induksi pakan tinggi kolesterol selama 14 hari. Hasil yang diperoleh adalah masing-masing dosis dari sediaan suspensi jinten hitam mampu menurunkan kadar kolesterol total tikus normal sebanyak 35,89%, 43,16%, 47,13%. Hal ini menyimpulkan bahwa ekstrak herba kumis kucing tidak kalah manfaatnya dengan rimpang temulawak dan jinten hitam dalam menurunkan kadar kolesterol total. Perbedaan persentase penurunan dapat disebabkan karena adanya perbedaan metode uji yang digunakan, perbedaan kandungan senyawa, perbedaan dosis yang diberikan serta lama pemberian. Senyawa kolesterol ditemukan didalam tanaman kumis kucing tersebut. Kolesterol adalah sterol yang ditemukan dalam sel manusia, sedangkan fitosterol diproduksi oleh tanaman.Sterol merupakan konstituen penting dari membran sel pada hewan dan tumbuhan. Meskipun keduanya memiliki susunan kimiawi yang mirip dengan kolesterol, fitosterol mengandung gugus metil atau etil dalam rantai samping yang menyebabkan mereka sulit diserap oleh usus. Sterol secara alami ditemukan dalam jumlah kecil dalam buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, sereal, kacang-kacangan dan minyak sayur. Stanol ditemukan dalam makanan yang sama tetapi dalam jumlah yang jauh lebih kecil. Lebih dari 40 sterol telah diidentifikasi, dan yang paling banyak ditemukan ialah ß-sitosterol, stigmasterol dan campesterol. Menurut beberapa penelitian, fitosterol dapat membantu menurunkan kadar kolesterol LDL sebanyak 15% dengan cara bersaing dengan kolesterol untuk masuk ke dalam saluran pencernaan dan menghalangi penyerapan, sehingga hanya sedikit kolesterol yang diserap oleh tubuh dan disalurkan ke hati (Fitzgerald.,2009). Senyawa lainyang terkandung dalam tanaman ini yang juga mampu menurunkan kadar kolesterolseperti
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
46
flavonoid, saponin, tanin, dan senyawa marker sinensetin diduga berperan penting dalam memberikan aktivitas antikolesterol dari ekstrak herba kumis kucing. BMI yang tinggi berhubungan dengan tingginya kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida dan rendahnya kadar kolesterol HDL. Hal tersebut berhubungan dengan faktor risiko terjadinya CHD dan stroke, dan dapat meningkatkan berat badan dan obesitas. Meta analisis yang dilakukan oleh Datillo dan Krish-Etherton dari 70 studi dan review lainnya menyimpulkan bahwa setiap kehilangan 1 kg berat badan ada hubungannya dengan penurunan 1% kadar total kolesterol dan LDL, peningkatan 1% HDL serta penurunan sebanyak 3% dari kadar trigliserida (Roland.,1997). Pada penelitian ini juga dilihat korelasi antara berat badan dan kadar kolesterol total tikus. Berdasarkan uji korelasi statistik,data berat badan tikus dan kolesterol total tikus memiliki nilai korelasi 0,104. Hal ini menyimpulkan bahwa antara berat badan dan kadar kolesterol memiliki kadar korelasi yang sangat lemah.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan Dari hasil penelitian uji pengaruh pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphone stamineus Benth) pada tikus normal selama 20 hari, diperoleh kesimpulan bahwa pemberian ekstrak dengan dosis 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB dan 1000 mg/kgBB mampu menurunkan kadar kolesterol total tikus normal secara signifikan (p<0,05) terhadap kontrol normal, dan masih dalam rentang kadar normal. 5.2 Saran Perlu penelitian lebih lanjut mengenai efek penurunan kadar kolesterol total darah tikus dari ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphone parameter uji lainnya yang berkaitan dengan kolesterol seperti LDL,HDL, dan trigliserida dengan lama pemberian ekstrak yang berbeda.
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
DAFTAR PUSTAKA
Abraika,O.S.S., Item, J.A, Amirin, S., Mohd Z.Asmawi, Alssanousi, A.H. (2012). In Vitro Activity –Guided Vasodilatory Effect of Orthosiphone stamineus Leaves. Journal of Experimental and Integrative Medicine, 2(3), 255-261. Adam, J.M.(2009).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Adnyana,I.K., Finna, S., Muhamad,I. (2013). From Ethnopharmacology To Clinical Study Of Orthosiphon Stamineus Benth.Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,5 (3). AgroMedia.(2008). 273 Ramuan Tradisional Untuk mengatasi Aneka Penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal.1-13. Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam Bandung: ITB. Hal.8; 38-39. Almatar,M.,Zaidah, R.,Faezah, M.S. (2013). Preliminary morphological and anatomical study of Orthosiphon stamineus. IndianJ.Pharm.Biol.Res, 1(4), 1-6. Almatar, M.,Harith, E., Zaidah, R. (2014). A Glance on Medical Applications of Orthosiphon stamineus and Some of its Oxidative Compounds.Int. J. Pharm. Sci. Rev.Res, 24(2),83-88. Anon. (2001).Orthosiphon Medicinal and Poisonous Plants. Leidin: Buckhuys Publication. 368-371. Anonim.(2014). Cholesterol SL.Brosure. Ellitech Clinical System. Arifianti, L., Rice, D.S., Idha, K. (2014).Pengaruh Jenis Pelarut Pengektraksi Terhadap Kadar Sinensetin Dalam Ekstrak Daun Orthosiphon stamineus Benth. Journal Planta Husada, 2 (1). Awale S, Tesuka Y, Banskota A.H, Kouda K, Tun KM, Kadota S. (2001). Five Novel Highly Oxigenated Diterpenes of Orthosiphon stamineus from Myanmar. Journal of Natural Product, 64(5), 592-596. Ayoola,GA.,HAB,Coker.,Adesegun, SA., Adepoju,A.A., Obaweya,K., Ezennia, Atangbayila, TO.(2008). Phytochemical Screening and Antioxidant Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy In Southwestern Nigeria. Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 7 (3), 1019-1024.
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
Azizan, N.A., Rashidi, A, Khaleed, M., Mohd Zikri, A.,dan Zaini, A. (2012). The In Vivo Antihypertensive Effects Of Standardized Methanol Extracts of Orthosiphon stamineus on Spontaneous Hypertensive Rats: A preliminary study.Journal of Pharmacy and Pharmacology, 6 (6),376-379. Baaras,F.(1993).Mencegah Serangan Jantung Dengan Menekan Kolesterol. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Berata, I.K.,Anak, A.G.A.,I Wayan,S.,I Made, M., I Ketut, B., Ida, B.M.O.(2010). Studi Patologi Kejadian Cysticercosis pada Tikus Putih.Jurnal Veteriner, 11 (4), 232-237. Dachriyanus,Delpa,O.K.,Rika, O.,Olivia, E., Suhatri, dan Mukhtar, M.H.(2007). Uji Efek A-Mangostin Terhadap Kadar Kolesterol Total, Trigliserida, Kolesterol HDL, dan Kolesterol LDL Darah Mencit Putih Jantan serta Penentuan Lethal Dosis 50 (Ld50).J.Sains Tek.Far, 12(2). Dalimartha, S. (2000).Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor: Trobus Agriwidya. Dalimartha, S.(2008).Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta:Niaga Swadaya. Daniek, V., Sapto,Y., Akrom.(2013). Pengaruh Pemberian Suspensi Sediaan Jinten Hitam (Nigella sativa,L.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Jantan Wistar yang Diberi Diet Lemak Tinggi. Farma Sains, 2(1), 44-49. Davey,Patrick. (2005). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga. Depkes RI.(1979). Materia Medika Indonesia. Jilid III. Jakarta:Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. Hal.159, 167-171. Depkes RI.(1985).Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen kesehatan RI. Depkes RI. (1993). Metode Penapisan Farmakologi, Pengujian Klinik, Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam: Jakarta: Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica. Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal 1, 10-11. Depkes RI. (2008). Farmakope Herbal Indonesia Kesehatan Republik Indonesia.
Edisi Pertama. Departemen
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50
Desai,S.D.,Desai,D.G. and H, Kaur. (2009). Saponins and their biological activities: Article Pharma Times, 41(3),13-16. Dipiro, J.T., Barbara G., Gary C., Gary R., Robert L., and Michael P. (2005). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 6th edition.The McGrawHill Companies, Inc. Dipiro, J.T., Barbara G., Cecily V., and Terry L.S. (2009). Pharmacotherapy Handbook 7th edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. Elsnoussi, A.H.M.,Ali, J.M., Mohd,Zaini, Amirin, S., Omar,A.,and Mun, F.Y. (2011). Antihyperglycemic Effect of Orthosiphon Stamineus Benth Leaves Extract and Its Bioassay -Guided Fractions.Molecules, 16, 3787-3801. European Pharmacopoeia Comission. (2005).European Pharmacopoeia Volume 5th Edition.Strasbourg, France: CouncilEuropean Departement Quality Medicines. Farnsworth, N.R. (1996). Biological and Phytochemical Screening of Plant. Journal of Pharmaceutical Science, 55 (3), 225-276. Felipe,S.A dan Maria,R.B. (2007).Body Lipid Deposition In Nile Tilapia Fed On Rations Containing Tannin.Pesq. agropec. Bras:42 (1), 51-56. Fitzgerald, C. (2009). The Skinny on Food and Cholesterol. Food Product Design, 18 (8), 1-4. Gabriel, A.A, Zhari,I., Maraiam, A. (2012). HPLC-TOF/MS profile and nitric oxide scavenging activity of Orthosiphon stamineus leaf extracts.Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, S1436-S1439. Gani,R.L., Esti,M., Sudjaswadi.(2010). Uji Efek Antioksidan dan Antiinflamasi dari Ekstrak Tumbuhan Kayu Angin (Usnea flexuosa,Tayl) Terstandarisasi. Penelitian Universitas Pancasila. Gao,DF., Zhang,YJ., Yang,CR., Chen, KK., Jiang, HJ. (2008). Phenolic Antioxidants From Green Tea Produced From Camellia taliensis. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 56,7517-7521. Guyton,A.C., Hall, J.E. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11. Penerjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB. Hayun, N.D.L dan Camelia, D.P.M.(2007). Penetapan Kadar Triprolidina Hidroklorida dan Pseudoefedrina Hidroklorida dalam Sediaan Sirup Obat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
51
Influenza Secara Kromatografi Lapis Tipis Densitometri.Majalah Ilmu Kefarmasian, 49 (2), 59-72. Indubala,J.Ng.LT. (2000). The green pharmacy of Malaysia. Vinpress Sdn Bhd: Kuala Lumpur, Malaysia: 76-77. I Wayan,S. (2004). Pemanfaatan obat penurun panas oleh masyarakat Angkah, Tabanan Bali. Dalam Prosiding Seminar Nasional XXV Tumbuhan Obat Indonesia. Tawangmangu: Pokjanas. I Wayan, S dan I Made, J. (2012). Ekstrak Air Daun Ubi jalar Ungu Memperbaiki Profil Lipid dan Meningkatkan Kadar SOD Darah Tikus yang di Beri Makanan Tinggi Kolesterol. Artikel Asli, 43 (2). Kang, S.I., Shin, H.S.,and Kim,S.J.(2015). Sinensetin Enhances Adipogenesis and Lipolysis by Increasing Cyclic Adenosine Monophosphate Levels in 3T3-L1 Adipocytes.Biol. PharmBull, 38, 552–558 Katzung, B.1997. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 4. Jakarta: EGC. Krisyanella, Dachriyanus,Marlina. (2011). Karakterisasi Simplisia Dan Ekstrak Serta Isolasi Senyawa Aktif Antibakteri Dari Daun Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa ( W.Ait ) Hassk ). Artikel.Pasca Sarjana Prodi Farmasi Universitas Andalas. Malinow, M.R., Phyllis, Mc.L., Lynne, P., Carolyn,S., George,O.K.,Livingstone, A.L and Peter, R.C. (1977). Effect of Alfaalfa Saponins on Intestinal Cholesterol Absorbtion in Rats.The American Journal of Clinical Nutrition, 30, 2061-2067. Malole dan Sri Utami,P. (1989). Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Murray, R.K.,Daryl, K.G, Victor, W.R. (2003). Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Nijveldt, R.J., Elsvan,N., Danny, E.C.H., Petra,G.B., Klaske,N., and Paul,A.M.L. (2001). Flavonoid: A review of Probable Mechanism of Action and Potential Applications.American Journal of Clinical Nutrition, 74 (4), 418-425. Neal, M.J. (2006). At a Glance Farmakologi Medis Edisi lima. Jakarta: Penerbit Erlangga.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
Nugraha, M.A.,Agustin, W.S.D., I Dewa, A.S. (2014). Kadar LDL dan HDL Dalam Darah Model Tikus Periodontitis. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 2(1). Oakenfull, D.G. and G.S. Sidhu. (1990). Saponins a Useful Treatment For Hypercholesterolaemia. European J. Clin. Nutrit, 44, 79-88. Phuruengrat, A., and Phaisansuthichol, S. (2006). Preliminary study of steroids in Sericocalyx schomburgkii (Craib) Bremek by GC-MS. Songklanakarin J. Sci. Technol, 28 (1),39-44. Priyo, S., Angelina, N.T., dan Sientje, D.R. (2015). Efek Antikolesterol Fraksi nHeksana Rumput Kebar Pada Hewan Model Hiperlipidemia.Jurnal Kedokteran Hewan, 9 (1). Rahardja, K. (2002). Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Cetakan Kelima: Jakarta: Penerbit Elex Media Komputindo. Roland,T.J. (1996). Obesity as a Disease. British Medical Buletin,53 (2), 307-321. Santoso,S. (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: PT Gramedia. Senja, R.Y., Elisa, I.N., Akhmad, K.N., dan Erna, P.S. (2014). Perbandingan Metode Ekstraksi Dan Variasi Pelarut Terhadap Rendemen Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kubis Ungu (Brassica oleracea L.var.Capitata f.rubra).Traditional Medicine Journal, 19 (1), 43-48. Sherwood, L. (2003). Human Physiology:From Cells to Systems.5th Edition.USA: Brooks/Cole. Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional.Yogyakara: Penerbit Kanisius. Hal 85-89. Silvia, A dan Arifah,S.W. (2012). Pengaruh Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Pada Tikus Putih Hiperlipidemia. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Srinilawati, Diah,K., Mahendra,B., Djing,O.G.(2008).Care Your Self Kolesterol. Jakarta: Penebar Plus. Sriplang,K., Adisakwattana,S., Rungsipipat, A., Yibchok-anun,S. (2007). Effects of Orthosiphon stamineusAqueous Extract On Plasma Glucose Concentration And Lipid Profile In Normal And Streptozotocin-Induced Diabetic Rats. J Ethnopharmacol, 109 (3),510-14.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
53
Sukandar, E.Y., Retnosari, A., Joseph, I.S., Adnyana, I.K., Adji,P.S., Kusnandar. (2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT ISFI Penerbitan. Suyatna, F., dan Tony,H. (1995). Farmakologi Dan Terapi. Editor. Sulistia G.G. Edisi Keempat. Jakarta : Penerbit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 365, 374-375. Suyatna, F.D. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi.Editor. Sulistia G.G. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Bagian Farmakologi Universitas Indonesia. Tjay,T.H., dan Kirana,R. (2008). Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hal 589,591. Umarudin, R.,Susanti dan Ari,Y. (2012). Efektivitas Ekstrak Tanin Seledri Terhadap Profil Lipid Tikus Putih Hiperkolestrolemi.Unnes J Life Sci, 1(2). Umbare, R.P., Patil, S.M.,Mate, G.S., Dongare, S.S. (2009). Hypolipidemic Activity of Orthosiphone stamineus Benth Bark Extract.Journal of Pharmacy Research, 2 (11),1735-1738. Uripi,V. (2002) . Menghidangkan Makanan Rendah kolesterol. Jakarta: Penerbit Puspa Swara. USDA.2015. Natural Resources Conservation Service. Available at: http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=ORTHO7. Diakses pada tanggal 4 februari 2015. Wijono, S., Sri Harsodjo.(2003). Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu (Sauropus androgynus (L) Merr.).Makara Sains, 7(2). Yam, F.M., Rusliza, B., Mohd, Z.A., Zhari.I. (2007). Antioxidant and Hepatoprotective Effects of Orthosiphon stamineus Benth.Standardized Extract. International Journal of Comparative Medicine East and West, 35 (1).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
54
LAMPIRAN Lampiran 1.Hasil Uji Pendahuluan
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
55
Hasil Fragmentasi GC-MS
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
56
Korelasi Data Pada Library Search
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
57
Lampiran 2.Alat dan Bahan
Gambar 5 Botol Maserasi
Gambar 8 Tanur tinggi
Gambar 11 Sentrifuge
Gambar 6 Rotary Evaporator
Gambar 7 Timbangan Analitik
Gambar 9 Desikator
Gambar 10 Ekstrak kental
Gambar 12 Tube EDTA
Gambar 13 Spektrofotometri UV
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
58
Gambar 14. Simplisia
Gambar 15. Pelarut Etanol 96%
Gambar 16. Plasma Darah
Gambar 17. Reagen Kolesterol
Gambar 18. Suspensi Bahan Uji
Gambar 19. Reagen Penapisan Fitokimia
Gambar 20. TLC-Scanner
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59
Lampiran 3.Prosedur kerja
Gambar 21. Proses Maserasi
Gambar 24. Pengambilan darah tikus
Gambar 27. Penambahan reagen ke plasma
Gambar 22. Proses Penyaringan
Gambar 23. Proses Pengentalan Ekstrak
Gambar 25.Pemberian bahan uji
Gambar 26. Penimbangan Berat Badan Tikus
Gambar 28. Pengukuran Absorbansi Sampel
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
60
Lampiran 4.Determinasi Herba Kumis Kucing (Orthosiphone stamineus)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
61
Lampiran 5.Surat Keterangan Sehat Tikus
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
62
Lampiran 6.Alur Penelitian
Simplisia kering Herba Kumis Kucing
Determinasi
Simplisia dihaluskan
Serbuk simplisia herba kumis kucing dimaserasi menggunakan etanol 96%
Ekstrak cair
Tikus di aklimatisasi selama 14 hari
Dikentalkan dengan rotary evaporator evaporator
Pembagian Kelompok
Ekstrak kental
Disuspensikan dengan NaCMC 1%
Pemeriksaan kadar kolesterol darah tikus sebelum perlakuan
Tikus Uji
Selama 20 hari
Pemeriksaan kadar kolesterol darah tikus setelah perlakuan
Analisi data hasil dengan menggunakan statistik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
63
Lampiran 7.Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Herba Kumis Kucing
Simplisia kering Herba Kumis Kucing
Simplisia dihaluskan
Serbuk halus herba kumis kucing Maserasi dengan etanol 96% Ekstrak cair Dikentalkan menggunakan Rotary evaporator Ekstrak kental
Pembuatan Dosis Ekstrak
Uji efek hipolipidemik
1. 2. 3. 4.
Penapisan Fitokimia Flavonoid Saponin Tanin Steroid dan triterpenoid
Standarisasi ekstrak 1. Kadar abu 2. Susut pengeringan 3. Pengukuran kadar sinensetin 4.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
64
Lampiran 8.Hasil Penapisan Fitokimia
Saponin (+)
Flavonoid (+)
Alkaloid ()
Terbentuknya busa yang stabil selama 30 menit setelah pengocokan
Terbentuknya warna dalam larutan amilalkohol (lapisan bagian atas)
Tidak terbentuk warna krem dengan reagen Meyer
Steroid (+)
Tanin atau Polifenol (+)
Terbentuknya warna hijau setelah ditetesi pereaksi Libermannbuchard
Terbentuknya warna hijau kehitaman atau biru tua setelah ditambahkan FeCl3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
65
Lampiran 9.Hasil Pengukuran Senyawa Sinensetin
Rf: 0, 53
1
2
3 4
5
Metanol: Etil Asetat: Toluen 5 : 40 : 55 Gambar 29. Pola Kromatografi SinensetinPada Sinar UV 365 nm Keterangan: 1
: Standar sinensetin 10
2
: Standar sinensetin 30
3
: Standar sinensetin 50
4
: Satndar sinensetin 70
5
:Sampel Esktrak herba kumis kucing
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
66
Kurva Standar Sinensetin 30000 y = 18,777.150x + 11,323.215 R² = 0.999
25000 20000
Series1
15000
Linear (Series1)
10000 5000 0 0
0.2
0.4
0.6
0.8
Persamaan regresi yang diperoleh adalah: y= 18777,150x + 11323,215 Maka kadar sinensetin: 17004,5= 18777,150x + 11323,215 17004,5-11323,215= 18777,150x x= 0,303 g Maka persentase kadar sinensetin: x 100= 0,075% Keterangan: Larutan ekstrak yang digunakan adalah sebanyak 2% dan volume larutan ekstrak yang ditotolkan sebanyak 20 L.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
67
Lampiran 10. Pemeriksaan Parameter Ekstrak 1. Perhitungan Randemen % Randemen=
100%
% Randemen=
100%
% Randemen= 8,87 % 2. Pemeriksaan Susut Pengeringan Berat botol kosong = 23,641 g Berat Ekstrak = 2,002 g Berat botol kosong + ekstrak sebelum dipanaskan (W0)= 25,649 g Berat botol kosong + ekstrak setelah dikeringkan (W1) = 25,400 g % Susut pengeringan =
100%
% Susut pengeringan =
100%
% Susut pengeringan = 0,948 % 3. Pemeriksaan Kadar abu Berat cawan kosong (A)= 59,139 g Berat ekstrak= 2,002 g Berat cawan kosong + berat ekstrak sebelum dipanaskan (B)= 61,141 g Berat cawan kosong + berat ekstrak setelah dikeringkan (C)= 59,391 g % Kadar abu= % Kadar abu=
100% –
100%
% Kadar abu= 12,587%
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
68
Lampiran 11. Skema Uji Antikolesterol
Tikus Diaklimatisasi ________________________________________________________________________
Kelompok Normal
Kontrol Positif
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
________________________________________________________________________
Pengukuran kadar kolesterol awal sebelum perlakuan ________________________________________________________________________
Pemberian Suspensi NaCMC 1%
Pemberian Suspensi Simvastatin
Pemberian Suspensi ekstrak dosis 1
Pemberian Suspensi ekstrak dosis 2
Pemberian Suspensi ekstrak dosis 3
Pengukuran kadar kolesterol setelah 20 hari perlakuan
Analisis Data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
69
Lampiran 12. Perhitungan Dosis Uji Ekstrak Herba kumis kucing Untuk perhitungan dosis uji ekstrak herba kumis kucing digunakan rumus sebagai berikut: VAO = a. Perhitungan jumlah ekstrak dengan dosis 250 mg/kgBB VAO = 2 ml= = Konsentrasi mg/ml = 25 mg/ml Pembuatan ekstrak dilakukan tiap 3 hari sekali,dan perhitungan dilakukan untuk 6 ekor tikus, maka perhitungan jumlah ekstrak yang dibutuhkan ialah: VAO total = VAO x Jumlah tikus x waktu perlakuan = 2 ml x 6 (ekor tikus) x3 (hari) =36 ml Karena VAO yang diberikan disesuaikan dengan berat badan tikus, maka suspensi ekstrak dibuat dalam 50 ml. Jumlah ekstrak herba kumis kucing = VAO total x konsentrasi = 50 ml x 25 mg/ml = 1250 mg= 1,25g b. Perhitungan jumlah ekstrak dengan dosis 500 mg/kgBB VAO = 2 ml= Konsentrasi mg/ml = Konsentrasi mg/ml = 50 mg/ml
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
70
Karena pembuatan ekstrak dilakukan tiap 3 hari sekali,dan perhitungan dilakukan untuk 6 ekor, maka perhitungan jumlah ekstrak yang dibutuhkan ialah: VAO total = VAO x Jumlah tikus x waktu perlakuan = 2 ml x 6 (ekor tikus) x 3 (hari) = 36 ml Karena VAO yang diberikan disesuaikan dengan berat badan tikus, maka suspensi ekstrak dibuat dalam 50 ml. Jumlah ekstrak herba kumis kucing = VAO total x konsentrasi = 50 ml x 50 mg/ml = 2500 mg= 2,5g c. Perhitungan jumlah ekstrak dengan dosis 1000 mg/kgBB VAO = 2 ml= = Konsentrasi mg/ml = 100 mg/ml Karena pembuatan ekstrak dilakukan tiap 3 hari sekali,dan perhitungan dilakukan untuk 6 ekor tikus, maka perhitungan jumlah ekstrak yang dibutuhkan ialah: VAO total = VAO x Jumlah tikus x waktu perlakuan = 2 ml x 10 (ekor tikus) x 3 (hari) = 36 ml Karena VAO yang diberikan disesuaikan dengan berat badan tikus, maka suspensi ekstrak dibuat dalam 50 ml Jumlah ekstrak herba kumis kucing = VAO total x konsentrasi = 50 ml x 100 mg/ml = 5000 mg= 5 g
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
71
Lampiran 13. Perhitungan Dosis Tablet Simvastatin Perhitungan
Dosis
Simvastatin
berdasarkan
rumus
HED
untuk
menkonversikan dosis dari manusia ke tikus (Shaw et al,2007): HED (mg/kg) = Animal dose (mg/kg) x Tabel 7.Conversion Animal Doses to HED on BSA Spesies
Berat Badan (kg)
Luas Permukaan Tubuh
Faktor Km
Manusia Dewasa
60
1,6
37
Anak
20
0,8
25
Baboon
12
0,6
20
Anjing
10
0,5
20
Monyet
3
0,24
12
Kelinci
1,8
0,15
12
Babi
0,4
0,05
8
Tikus
0,15
0,025
6
Hamster
0,08
0,02
5
Mencit
0,02
0,007
3
HED (mg/kg) = Dosis hewan x 10 mg/60 kg = Dosis hewan x 0,167 mg/kg = Dosis hewan x Dosis hewan = 1,03 mg/kg Berat badan tikus: 200-250 g VAO = 2 ml = Konsentrasi simvastatin dalam larutan = 0,116 mg/ml VAO total = VAO x jumlah tikus x waktu perlakuan = 2 ml x 6 (ekor tikus) x 20 hari = 240 ml UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
72
Jumlah simvastatin = VAO total x konsentrasi = 240 ml x 0,116 mg/ml = 27,84 mg Dengan pertimbangan bahwa 10 mg simvastatin terdistribusi merata didalam tablet dengan berat total 100 mg, maka pembuatan dosis simvastatin dilakukan sebagai berikut:
Tablet simvastatin 100 mg mengandung 10 mg simvastatin, berarti 3 tablet 300 mg mengandung 30 mg simvastatin.
3 tablet simvastatin digerus dalam lumpang hingga menjadi serbuk.
Ditimbang 278,4 mg serbuk, mengandung simvastatin 27,84 mg.
Hasil timbangan disuspensikan dalam NaCMC 1%.
Suspensi simvastatin diberikan 2 ml/200gramBB tikus setiap hari selama 20 hari.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
73
Lampiran 14. Hasil Spektrofotometer Plasma Uji Tabel 8.Hasil Absorbansi Spektrofotometer Kelompok
No
Sebelum Perlakuan
Setelah Perlakuan
Standar
Absorbansi
Standar
Absorbansi
Kontrol
1
0,210
0,0675
0,395
0,1850
normal
2
0,655
0,1640
0,369
0,1180
3
0,318
0,1350
0,275
0,1420
4
0,318
0,1520
0,275
0,1510
5
0,318
0,1560
0,275
0,256
Kontrol
1
0,210
0,0935
0,369
0,0845
Positif
2
0,380
0,1650
0,369
0,1145
3
0,210
0,1165
0,369
0,1485
4
0,210
0,1235
0,369
0,1535
5
0,210
0.0915
0,369
0,1205
Uji Dosis
1
0,395
0,1190
0,395
0,0900
250
2
0,210
0,1150
0,369
0,1925
mg/kgBB
3
0,210
0,1055
0,369
0,1470
4
0,210
0,0820
0,369
0,1280
5
0,210
0,1155
0,369
0,1045
Uji Dosis
1
0,210
0,1015
0,369
0,1605
500
2
0,210
0,0930
0,369
0,1105
mg/kgBB
3
0,210
0,1330
0,369
0,1435
4
0,210
0,1085
0,369
0,1170
5
0,210
0,1155
0,369
0,0950
Uji Dosis
1
0,395
0,2420
0,395
0,1290
1000
2
0,105
0,0490
0,628
0,1480
mg/kgBB
3
0,210
0,0995
0,395
0,0950
4
0,215
0,1020
0,395
0,0840
5
0,215
0,1320
0,395
0,1190
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
74
Hasil absorbansi dari spekrofotometer kemudian dimasukkan kedalam rumus: C=
x C st
Keterangan: C = Kadar kolesterol (mg/dl) A = Serapan Cst = Kadar kolesterol standar (200 mg/dl) Tabel 9.Hasil Perhitungan Kadar Kolesterol Total Kelompok
No
Kadar Kolesterol (mg/dl) Sebelum perlakuan
Kontrol normal
Setelah perlakuan
1
64,30
93,67
2
50,08
65,74
3
84,00
102,00
4
95,59
109,82
5
98,11
113,46
1
89,05
45,78
2
86,84
62,05
3
110,95
80,49
4
117,62
83,19
5
87,14
65,31
Uji Dosis 250
1
60,25
45,57
mg/kgBB
2
109,52
104,34
3
100,48
79,68
4
78,81
69,38
5
110,00
56,64
Uji Dosis 500
1
96,67
86,99
mg/kgBB
2
88,57
59,89
3
126,70
77,78
4
103,33
63,42
5
87,62
51,49
Kontrol Positif
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
75
Uji Dosis 1000
1
122,53
65,32
mg/kgBB
2
94,23
47,14
3
94,80
48,10
4
94,88
42,53
5
122,79
60,25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
76
Lampiran 15. Grafik Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus
300
250
200 Normal 150
Positif Uji Dosis 250 mg/kgBB Uji Dosis 500 mg/kgBB
100
Uji Dosis 1000 mg/kgBB 50
Aklimitasi
02-Mei
29-Apr
26-Apr
23-Apr
20-Apr
17-Apr
14-Apr
12-Apr
09-Apr
06-Apr
03-Apr
31-Mar
0
Perlakuan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
77
Lampiran 16. Hasil Statistik Uji Antikolesterol 1. Uji Normalitas One Sample Kolmogrov-Smirnov Test Tujuan: Untuk melihat data kadar kolesterol darah tikus terdistribusi normal atau tidak. Hipotesis: Ho: Data kadar Kolesterol total darah tikus terdistribusi normal Ha: Data Kadar kolesterol total darah tikus tidak terdistribusi normal Pengambilan keputusan: Jika nilai signifikansi
0,05, maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi
0,05, maka Ho ditolak
Tabel 10.Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parametersa
Mean
DataKolesterolAwal
DataKolesterolAkhir
25
25
94.9929
71.1300
Std. Deviation 18.99620
21.19198
Absolute
.134
.168
Positive
.075
.168
Negative
-.134
-.089
Kolmogorov-Smirnov Z
.669
.840
Asymp. Sig. (2-tailed)
.761
.480
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
78
2. Uji Homogenitas (Lavene) Terhadap Kadar Kolesterol Darah Kelompok Hewan Uji Tujuan: Untuk melihat data kadar kolesterol total tikus homogen atau tidak. Hipotesis: Ho: Data kadar kolesterol total darah tikus bervariasi homogen Ha: Data kadar kolesterol total darah tikus tidak bervariasi homogen Pengambilan keputusan: Jika nilai signifikansi
0,05, maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi
0,05, maka Ho ditolak
Tabel 11.Hasil Uji Homogenitas Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Data Kolesterol Awal .738
4
20
.577
.637
4
20
.642
Data Kolesterol Akhir
Keputusan: Data kadar kolesterol total tikus bervariasi homogen.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
79
3. Uji One-Way ANOVA Tujuan: Untuk melihat data kadar kolesterol darah tikus antar kelompok terdapat perbedaan secara bermakna atau tidak. Hipotesis: Ho: Data kadar kolesterol total darah tikus tidak terdapat perbedaan secara bermakna. Ha: Data kadar kolesterol total darah tikus terdapat perbedaan secara bermakna. Pengambilan keputusan: Jika nilai signifikansi
0,05, maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi
0,05, maka Ho ditolak
Tabel 12.Hasil Uji One-Way Anova Sum of Squares DataKolesterol
df
Mean Square
Between Groups
2224.719
4
556.180
Within Groups
6435.813
20
321.791
Total
8660.533
24
DataKolesterol
Between Groups
5065.292
4
1266.323
Akhir
Within Groups
5713.109
20
285.655
10778.401
24
Awal
Total
F
Sig.
1.728
.183
4.433
.010
Keputusan: Data kadar kolesterol total tikus terdapat perbedaan secara bermakna.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
80
4. Uji Post-Hock Post Hock Tests digunakan untuk mengetahui variabel mana yang memiliki perbedaan yang signifikan. Cara menganalisanya adalah dengan melihat ada tidaknya tanda * pada kolom Mean Difference. Tabel 13.Hasil Uji PostHock Data Kolesterol Total awal DataKolesterol Total Awal LSD 95% Confidence Interval Mean
Bound
Normal
Positif
-19.90540
11.34532
.095
-43.5713
3.7605
Dosis 250
-13.39740
11.34532
.252
-37.0633
10.2685
Dosis 500
-22.15740
11.34532
.065
-45.8233
1.5085
Dosis 1000
-27.43140*
11.34532
.025
-51.0973
-3.7655
19.90540
11.34532
.095
-3.7605
43.5713
Dosis 250
6.50800
11.34532
.573
-17.1579
30.1739
Dosis 500
-2.25200
11.34532
.845
-25.9179
21.4139
Dosis 1000
-7.52600
11.34532
.515
-31.1919
16.1399
Normal
13.39740
11.34532
.252
-10.2685
37.0633
Positif
-6.50800
11.34532
.573
-30.1739
17.1579
Dosis 500
-8.76000
11.34532
.449
-32.4259
14.9059
Dosis 1000
-14.03400
11.34532
.230
-37.6999
9.6319
Normal
22.15740
11.34532
.065
-1.5085
45.8233
Positif
2.25200
11.34532
.845
-21.4139
25.9179
Dosis 250
8.76000
11.34532
.449
-14.9059
32.4259
Dosis 1000
-5.27400
11.34532
.647
-28.9399
18.3919
27.43140*
11.34532
.025
3.7655
51.0973
7.52600
11.34532
.515
-16.1399
31.1919
Dosis 250
14.03400
11.34532
.230
-9.6319
37.6999
Dosis 500
5.27400
11.34532
.647
-18.3919
28.9399
Dosis 250
Dosis 500
Dosis 1000
Normal Positif
Sig.
Bound
Kelompok
Normal
Std. Error
Upper
Kelompok
Postif
Difference
Lower
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
81
Tabel 14.Hasil Uji Post Hoc Data Kolesterol Total Akhir Data Kolesterol Total Akhir LSD 95% Confidence Interval Mean
Bound
Normal
Positif
29.21400*
10.68935
.013
6.9164
51.5116
Dosis 250
25.45800*
10.68935
.027
3.1604
47.7556
Dosis 500
28.66600*
10.68935
.014
6.3684
50.9636
Dosis 1000
43.91200*
10.68935
.001
21.6144
66.2096
-29.21400*
10.68935
.013
-51.5116
-6.9164
Dosis 250
-3.75600
10.68935
.729
-26.0536
18.5416
Dosis 500
-.54800
10.68935
.960
-22.8456
21.7496
14.69800
10.68935
.184
-7.5996
36.9956
-25.45800*
10.68935
.027
-47.7556
-3.1604
Positif
3.75600
10.68935
.729
-18.5416
26.0536
Dosis 500
3.20800
10.68935
.767
-19.0896
25.5056
Dosis 1000
18.45400
10.68935
.100
-3.8436
40.7516
-28.66600*
10.68935
.014
-50.9636
-6.3684
.54800
10.68935
.960
-21.7496
22.8456
Dosis 250
-3.20800
10.68935
.767
-25.5056
19.0896
Dosis 1000
15.24600
10.68935
.169
-7.0516
37.5436
Normal
-43.91200*
10.68935
.001
-66.2096
-21.6144
Positif
-14.69800
10.68935
.184
-36.9956
7.5996
Dosis 250
-18.45400
10.68935
.100
-40.7516
3.8436
Dosis 500
-15.24600
10.68935
.169
-37.5436
7.0516
Dosis 1000 Dosis 250
Dosis 500
Normal
Normal Positif
Dosis 1000
Sig.
Bound
Kelompok
Normal
Std. Error
Upper
Kelompok
Positif
Difference
Lower
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
82
Lampiran 17. Hasil Uji Korelasi Berat Badan dan Kadar Kolesterol Total Tabel 15. Hasil Uji Korelasi Berat_badan Beratbadan
Pearson Correlation
Kadar_kolesterol_total 1
Sig. (2-tailed) N Kadarkolesteroltotal
.104 .622
25
25
Pearson Correlation
.104
1
Sig. (2-tailed)
.622
N
25
25
Keterangan: 0,00-0,20: korelasi sangat lemah 0,21-0,40: korelasi lemah 0,41-0,70: korelasi kuat 0,71-0,90: korelasi sangat kuat 0,91-1,00: korelasi sempurna Nilai korelasi yang diperoleh antara berat badan dan kadar kolesterol total tikus adalah 0,104 yang menunjukkan korelasi antara kedua variabel ini sangat lemah.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta