KAJIAN FORMULASI DAN PENDUGAAN UMUR SIMPAN SIRUP MANGGIS Kasma Iswari, Harnel, E. Afdi, dan Azman Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Jl. Raya Padang-Solok Km. 40, Sukarami
ABSTRACT Mangosteen is an agricultural export commodity of West Sumatra province. Anticipating of its over production as well as increasing of its added value, mangosteen fruits may be processed into some products, one of its is mangosteen syrup. A study for formulating mangosteen syrup formula and its save life has been conducted in the food laboratory of West Sumatra Assessment Institute for Agricultural Technology from January to December 2006. A completely randomized design two factors has been used. The first factor was three syrup formulas in term of the comparation of sugar and mangosteen fruits porridge (80%, 90%, and 100%) and the second factor was maltodextrin concentration as a stabilization material (0.1% and 0.2%). Concentration of the other additional materials like salt and fructus was calculated using trial and error. The save life of mangosteen syrup was calculated using Arrhenius approach. Results of the study showed that using of 80% sugar and 0.1% maltodextrin resulted the best mangosteen syrup. The score of its organoleptic test was 4.8 (liked) for its performance, 4.6 (liked) for its taste, and its viscocity score was 0.3644 poise. The best syrup formula was 80% mangosteen fruits porridge and 20% mangosteen skin exstract as main material, whereas the additional materials were (% of main material) water 38.46%, sugar 80%, fructus 2.76%, citrat acid 0.07%, maltodextrin 0.1% and salt 0.14%. This formula contained carbohidrate 11.5 g, protein 4.1 g, fat 4 g, xanthone 104.05 mg, vitamin B1 26.55 mg, vitamin B2 1.29 mg, vitamin C 35.3 mg, calcium 21.15 mg/100 ml sirup, and calori 134 k kal/100 g. The save life of the syrup produced was 78.38 days. Based on economic analysis, the production of mangosteen syrup was feasible enough with the score of B/C ratio was 1.86. Key words: Mangosteen, syrup, formula, save life.
PENDAHULUAN
M
anggis (Garcinia mangostana L.) dengan rasa buah yang manis dan unik sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh karena diketahui mengandung xanthone sebagai antioksidan, antiproliferatif, antiinflamasi, dan antimikrobial. Sifat antioksidannya melebihi vitamin E dan vitamin C. Salah satu hasil olahan manggis adalah sirup. Sirup merupakan minuman segar yang diproses dengan penambahan gula ke dalam bubur buah, untuk mengkonsumsi perlu pengenceran dengan air, baik air panas maupun dingin. Untuk perbaikan penampilan, sering ditambahkan pewarna dan bahan penstabil atau pengisi ke dalam sirup. Penambahan pewarna sintetis tidak aman untuk kesehatan, karena sering me-
110 Prosiding Seminar Nasional Hortikultura
nimbulkan batuk. Hasil penelitian Iswari et al. (2005) menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kulit buah sebanyak 20% memberikan penampilan sirup sangat bagus. Di samping itu juga meningkatkan kandungan xanthone dalam sirup, karena kandungan xanthone banyak terdapat dalam kulit buah. Dalam hal penambahan bahan penstabil dan pengisi, Richana et al. (2005) melaporkan bahwa maltodextrin dapat digunakan sebagai bahan penstabil atau pengisi karena aman untuk kesehatan tubuh. Maltodextrin merupakan polimer glukosa dengan panjang rantai rata-rata 5-10 unit glukosa per molekulnya. Produk ini merupakan salah satu produk modifikasi pati yang dibuat dari hasil hodrolisis pati, baik melalui proses enzimatis yang terkendali atau dengan cara hidrolisis asam.
Dalam hal pemasaran, Tridjaya (2003) melaporkan bahwa Jepang dan Singapura merupakan pasar yang potensial untuk produk olahan manggis. Negara-negara lain seperti Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa juga merupakan pasar yang menjanjikan karena ke depan negara-negara di dunia cenderung menyukai produk minuman alami seperti juice, koktel, dan sirup (Gregory, 2005). Pengkajian bertujuan untuk menentukan formulasi dan umur simpan sirup manggis sehingga dapat dilaksanakan oleh industri rumah tangga ataupun pabrikasi di kawasan sentra produksi manggis.
0,1% dan 0,2%. Pendugaan umur simpan sirup manggis menggunakan pendekatan Arrhenius. Pemberian bahan lainnya seperti garam dan fruktus dilakukan dengan trial and error, sehingga secara organoleptik formulasi disukai oleh panelis. Proses Pembuatan Sirup Buah manggis yang diperoleh dari Kabupaten Padang Pariaman dengan tingkat ketuaan seragam dan matang penuh (indeks 4-6), terlebih dahulu cuping buah dibuang dan dicuci serta dikeringanginkan, kemudian dibelah dan dikeluarkan isi atau daging buahnya. Selanjutnya daging buah diblanching pada suhu 70°C selama tiga menit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram alir (Gambar 1).
METODOLOGI Pengkajian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen BPTP Sumatera Barat sejak Januari sampai Desember 2006. Beberapa analisis seperti kandungan xanthone, vitamin C, B1, B2, B6, Ca, Fe, P dan kalori dilaksanakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pascapanen Pertanian di Bogor. Bahan baku (buah manggis) diperoleh dari Kabupaten Padang Pariaman. Pengkajian meliputi buah manggis segar kelas BS dengan tingkat indeks kematangan 4-6, gula pasir, sodium bisulfit, fruktosa, maltodextrin, dan bahan kimia untuk analisis fisik dan kimia. Alat-alat yang digunakan adalah juicer, centrifugal screener, pastuerizer, mixer, panci stainless steel, pisau, botol plastik kaku yang bening untuk kemasan, label, oven dan kompor serta alat-alat penunjang untuk terlaksananya pengkajian. Penelitian menggunakan rancangan Acak Lengkap dua faktor. Faktor utama adalah formulasi sirup dalam bentuk perbandingan gula dengan bubur buah yaitu 80%, 90%, dan 100% dari berat bubur buah. Sedangkan faktor kedua adalah konsentrasi maltodextrin sebagai bahan penstabil yaitu
Buah manggis segar Pencucian Pembelahan Pengeluaran daging buah Blanching pada suhu 800C selama 3 menit Pulper Penyaringan (screner) Bubur buah Penambahan air 50% Penambahan ekstrak kulit buah 20%, gula, maltodextrin Mixing Pemasakan Pasteurisasi (sesuai perlakuan) Pembotolan Sirup manggis
Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan sirup manggis. Kajian Formulasi dan Umur Simpan Sirup Manggis 111
Pengamatan Parameter pengamatan meliputi kandungan vitamin C menggunakan metode titrasi Iodometri, kadar pH menggunakan pH meter, viskositas menggunakan viskometer, dan total asam melalui titrasi dengan NaOH 0,1N dan indikator fenolftalein (AOAC, 1998). Setelah diperoleh formulasi yang paling baik dilakukan analisis lengkap mengenai umur simpan produk, kandungan karbohidrat, protein, lemak, gula, kandungan xanthone, vitamin C, vitamin B1, B2, B6, Ca, Fe, P, tanin, dan kalori dengan HPLC, rendemen produk, dan uji organoleptik dengan skala Hedonik. Uji organoleptik menggunakan panelis yang terlatih di laboratorium (Fardiaz et al., 1986). Di samping itu juga dilakukan analisis ekonomi untuk menentukan kelayakan usaha (B/C ratio). Umur simpan dihitung melalui pendekatan Arrhenius. Metode ini diterapkan pada penyimpanan yang diakselerasi atau ASLT (Accelerated Shelf Life Testing). Persamaan yang digunakan ada dua jenis yaitu persamaan ordo nol dan ordo satu (Arpah, 2001). Data yang digunakan sebagai parameter mutu adalah total asam. Peningkatan total asam diduga oleh adanya aktivasi mikroba khususnya bakteri asam pembentuk spora. Disamping itu diiringi dengan nilai sensori yaitu aroma dan rasa. Persamaan ordo nol:
Sehingga
A = A0 – k.t A – A0 t = k
Persamaan ordo satu: A = A0e-kt Ln (A) = Ln (A0) – k.t Ln (A) – Ln (A0) t = k Keterangan: t = waktu kadaluarsa
112 Prosiding Seminar Nasional Hortikultura
A0 = konsentrasi total asam mula-mula (nilai awal) A = konsentrasi total asam pada titik batas kadaluarsa k = kecepatan perubahan total asam. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Fisik dan Kimia Sirup Formulasi sirup dengan perbandingan gula 100% per berat bubur buah dengan penambahan maltodextrin 0,2% memberikan nilai viskositas (kekentalan) tertinggi yaitu 0,7325 poise, sedangkan viskositas terendah diperoleh pada formulasi penambahan gula 80% per berat bubur buah dengan maltodextrin 0,1% yaitu 0,3644 poise (Tabel 1). Menurut Richana et al. (2005), maltodextrin merupakan hasil hidrolisis pati melalui proses enzimatis. Rapuhnya granula pati sebagai akibat pemanasan mengakibatkan terjadi penurunan viskositas (Perez dan Gonzales, 1997). Kandungan total asam berkisar 2,74 – 3,92 ml NaOH 0,1 N/2ml sirup. Total asam tertinggi diperoleh pada perlakuan gula 80% dengan maltodextrin 0,1% yang diikuti dengan perlakuan gula 90% dengan maltodextrin 0,1%. Pada Tabel 1 terlihat bahwa peningkatan total asam diikuti dengan penurunan pH. Menurut Soekarto et al. (1991), total asam berhubungan dengan nilai pH. Semakin tinggi total asam pH akan semakin rendah, dan sebaliknya semakin rendah total asam pH semakin meningkat. pH sirup berkisar 3,5-4,67. pH pada perlakuan gula 80% dengan maltodextrin 0,1% sebesar 3,5, nilai pH ini sesuai standar sirup bahan nabati lainnya. Menurut Astawan dan Astawan (1991), pH produk minuman dari bahan buah-buahan sebaiknya diatur pada level asam, untuk mencegah perkembangan bakteri atau cendawan maupun khamir yang hidup dalam suasana asam. Di samping itu juga untuk menimbulkan cita rasa yang lebih segar.
Tabel 1. Kandungan vitamin C, total asam, dan pH sirup manggis. Total asam Formulasi Vitamin C (mg/100 ml) (ml NaOH 0,1 N/2 ml ) Gula 80% M 0,1 % 38,20 3,92 M 0,2 % 40, 11 3,05 Gula 90% M 0,1 % 30,04 3,83 M 0,2 % 35,56 2,98 Gula 100% M 0,1 % 23,32 3,45 M 0,2 % 32,54 2,74 Keterangan: Gula 80% = gula 80% per berat bubur buah Gula 90% = gula 90% per berat bubur buah Gula 100% = gula sama dengan berat bubur buah M 0,1 = maltodextrin 0,1% per berat bubur buah M 0,2 = maltodextrin 0,2% per berat bubur buah
Kandungan vitamin C berkisar 23-40 mg/100 ml sirup. Kandungan vitamin C tertinggi pada perlakuan gula 80% per berat bubur buah dengan maltodextrin 0,2% yaitu 40 mg/100 ml sirup dan terendah pada perlakuan formulasi gula 100% per berat bubur buah dengan maltodextrin 0,1% yaitu 23 mg/100 ml sirup. Nilai Organoleptik Berdasarkan uji organoleptik diketahui bahwa panelis memberikan skor tertinggi pada formulasi sirup dengan perbandingan gula 80% per berat bubur dan penambahan maltodextrin 0,1% dengan skor penampakan 4,8 (sangat suka), skor rasa 4,6 (sangat suka), dan warna pada skor 5 (Tabel 2). Nilai sensori ini sesuai dengan nilai viskositas yang diperoleh, dimana nilai viskositas pada perlakuan tersebut 0,3644 poise (Tabel 1). Dalam hal diketahui bahwa semakin tinggi nilai viskositas sirup akan semakin kental, semakin kental sirup semakin tidak disukai panelis. Nilai viskositas mempunyai batas tertentu yaitu antara 0,25000,3700 poise (Astawan dan Astawan, 1991).
pH
Viskositas (poise)
3,50 4,08
0,3644 0,4789
3,57 4,10
0,5392 0,5749
4,13 4,67
0,6676 0,7325
Tabel 2. Hasil uji organoleptik sirup manggis pada berbagai formulasi. Formulasi Penampakan Rasa Warna Gula 80% M 0,1% 4,8 4,6 5,0 M 0,2% 4,2 4,7 5,0 Gula 90% M 0,1% 4,0 4,1 5,0 M 0,2% 4,2 4,4 5,0 Gula 100% M 0,1% 3,8 4,0 4,8 M 0,2% 3,5 4,2 4,7 Keterangan: G80% = gula 80% per berat bubur buah G90% = gula 90% per berat bubur buah G10% = gula 100% per berat bubur buah M 0,1% = maltodextrin 0,1% per berat bubur buah M 0,2% = maltodextrin 0,2% per berat bubur buah 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak suka, 4 = suka, 5 = sangat suka.
Khusus warna, panelis memberikan skor sangat suka untuk semua formulasi. Dalam hal ini. semua formulasi pewarnaannya menggunakan 20% bubur kulit buah manggis. Di samping memberikan warna yang bagus, bubur kulit buah juga akan meningkatkan kandungan xanthone (antioksidan). Pada kajian Iswari et al. (2005), penambahan 20% ekstrak kulit buah dapat meningkatkan kandungan xanthone bubur buah dari 29 ppm menjadi 928 ppm. Formulasi Ditinjau dari formulasi, perlakuan terbaik adalah pemberian gula 80% dengan penambahan maltodextrin 0,1%. Formulasi ini
Kajian Formulasi dan Umur Simpan Sirup Manggis 113
dijadikan sebagai formulasi dasar untuk mendapatkan formulasi sirup yang lebih baik lagi. Untuk pemberian bahan tambahan seperti asam sitrat, fruktus, dan garam dilakukan trial and error beberapa kali sehingga secara organoleptik diterima panelis. Berangkat dari formulasi dasar, diperoleh formulasi hasil trial and error sebagai berikut: (A) Bahan baku berupa bubur buah manggis 80% dan ekstrak kulit buah 20%; (B) Bahan tambahan (% bahan baku) terdiri dari air 38,46%, gula 80%, fruktus 2,76%, asam sitrat 0,07%, maltodextrin 0,1% dan garam 0,14%. Formulasi tersebut telah diusulkan hak patennya ke Dirjen HAKI Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI dengan nomor pendaftaran paten P0020060 0764. Penampilan sirup uang diusulkan hak paten tersebut disajikan pada Gambar 2. Sirup dengan formulasi lengkap mengandung gizi yang cukup tinggi, kandungan xanthone 104,05 mg/100 ml sirup (Tabel 3). Tabel 3. Nilai gizi sirup manggis setiap 100 ml. Uraian Nilai Karbohidrat (g) 11,5 g Protein (g) 4,1 g Lemak (g) 4g Xanthone (mg) 104,05 Vitamin B1 (mg) 26,55 Vitamin B2 (mg) 1,29 Vitamin B6 (mg) 0,43 Vitamin C (mg) 35,3 Calsium (mg) 21,15 Besi (mg) 3,13 Fosfor (mg) 10,3 Energi (k kal/100 g sirup) 134
Umur Simpan Umur simpan sirup manggis dihitung menggunakan pendekatan Arrhenius. Parameter mutu yang digunakan adalah total asam dan nilai sensori, karena total asam sering berkorelasi positif dengan kerusakan. Peningkatan total asam diantaranya disebabkan oleh adanya aktivitas mikroba khususnya bakteri asam pembentuk spora. Hal ini dikuatkan oleh Winarno (2002) yang 114 Prosiding Seminar Nasional Hortikultura
menyatakan bahwa Bacillus subtilis, Bacillus coagulans dan Lactobacillus spp merupakan bakteri pembentuk spora penyebab kebusukan pada makanan dan Lactobacillus spp juga sering terdapat pada bubur buah. Perubahan total asam disajikan pada Tabel 4.
Gambar 2. Penampilan sirup formulasi lengkap.
dengan
Tabel 4. Perubahan total asam selama penyimpanan sirup manggis. Perubahan total asam Waktu penyimpanan (mg NaOH 0,1 N/ (hari) 2 ml sirup) 0 1,6 2 1,6 4 2,3 8 3,0 10 3,6 14 4,3 18 5,0 22 5,8 26 6,7 30 8,0 34 9,5 38 10,4 42 11,5 44 15,0 50 18,0 52 25,0 58 27,0 60 28,0 62 29,0 64 30,0 66 37,0 70 57,8
Untuk menghitung masa kadaluwarsa terlebih dahulu dihitung nilai k dari kurva sirup tersebut. Nilai k merupakan nilai slope persamaan garis dengan memplotkan data total asam dalam persamaan regresi pada Gambar 4.
rup terkontaminasi oleh mikroba dari luar yang menyebabkan umur simpan lebih pendek bila dibandingkan dengan sirup yang dikemas dengan botol kaca dan disterilisasi.
Total asam (ml NaOH 0,1N/2 mg
Analisis Ekonomi 35 30
y = 0.4303x - 2.0386
25
R = 0.8792 0.0458x y = 2.0045e
2
20
2
R = 0.9822
15 10 5 0 0
4
8
12 16 20
24
28
32 36 40 44
48 52
56
60 64
Lama Penyimpanan (Hari) Total asam
Gambar 4.
Linear (Total asam)
Expon. (Total asam)
Perubahan total asam sirup manggis selama penyimpanan.
Pada Gambar 4 terlihat bahwa nilai slope kemiringan k mengikuti ordo satu dari persamaan tersebut, karena kurva bukan garis lurus tetapi dalam bentuk persamaan eksponensial. Slope kemiringan k = 0,0458 yang nilainya tidak konstan dengan nilai R2 0,9822 sedangkan nilai R2 kurva garis lurus 0,8792. Berdasarkan hasil analisis total asam selama penyimpanan sirup yang diakselerasi diperoleh umur simpan sirup manggis 78,38 hari. Umur simpan tersebut tergolong pendek bila dibandingkan dengan sirup manggis yang dibuat Iswari et al. (2005). Hal ini disebabkan karena sirup manggis dikemas dalam botol plastik kaku, botol ini akan mengkerut pada suhu 100ºC sehingga proses sterilisasi tidak bisa dilaksanakan mengingat suhu sterilisasi sampai 100ºC. Oleh karena itu, untuk mempertahankan umur simpan digunakan proses pasteurisasi menggunakan pasteurizer. Pada saat penelitian alat ini kurang berfungsi dengan baik. Alat pengatur suhu (termokopel dan selenoid) juga kurang berfungsi, suhu dalam tabung dengan suhu pada termokopel tidak sama, sehingga tutup tabung sering dibuka untuk mengecek suhu secara manual dengan termometer. Besar kemungkinan si-
Analisis ekonomi secara parsial menunjukkan bahwa usaha pengolahan sirup manggis cukup memberikan keuntungan dan layak untuk diusahakan. Untuk pengolahan 200 kg buah manggis diperoleh keuntungan Rp. 542.200 dengan nilai rasio B/C 1,86 (Tabel 5). Menurut Gittinger (1986) dalam Munir et al. (2004), suatu usaha pertanian dengan nilai rasio B/C > 1 berarti usaha tersebut layak untuk dilakukan. Nilai rasio B/C 1,86 menunjukkan bahwa setiap Rp.100.000 modal yang dikeluarkan akan memperoleh keuntungan sebesar Rp.86.000. Tabel 5. Analisis parsial pembuatan sirup manggis (harga tahun 2006). Harga Jumlah Uraian satuan (Rp) (Rp) Modal : Buah manggis 200 kg 1.000 200.000 Gula 28 kg 6.300 176.400 Botol kemasan 87 bh 1.500 130.500 Label 87 lbr 200 17.400 Bahan Tambahan 20.000 Gas (15 menit) 65.000 6.000 Listrik 7.000 Tenaga Kerja 3 org 25.000 75.000 Jumlah modal 632.300 Penjualan: 13.500 1.174.500 87 btl @ 500 ml 1.174.500 Keuntungan: 542.200 Rasio B/C 1,86
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sirup dengan perbandingan gula 80% dan penambahan maltodextrin 0,1% dari bubur buah merupakan formulasi terbaik dengan skor penampakan 4,8 (sangat suka),
Kajian Formulasi dan Umur Simpan Sirup Manggis 115
skor rasa 4,6 (sangat suka), dan viskositas 0,3644 poise. Formulasi lengkap adalah: (A) Bahan baku berupa bubur buah manggis 80% dan ekstrak kulit buah 20%; (B) Bahan tambahan (% bahan baku) terdiri dari air 38,46%, gula 80%, fruktus 2,76%, asam sitrat 0,07%, maltodextrin 0,1% dan garam 0,14%. Formulasi tersebut mengandung nilai gizi yang cukup tinggi yaitu karbohidrat 11,5 g, protein 4,1 g, lemak 4 g, xanthone 104,05 mg, vitamin B1 26,55 mg, vitamin B2 1,29 mg, vitamin C 35,3 mg, calsium 21,15 mg/100 ml sirup, dan kalori 134 k kal/100 g sirup. Formulasi ini telah diusulkan hak paten ke Dirjen HAKI dengan nomor pendaftaran paten P00200600764. Umur simpan sirup manggis 78,38 hari. Pengolahan sirup manggis cukup memberikan keuntungan dan layak untuk dilakukan dalam skala industri rumah tangga dengan nilai rasio B/C 1,86. Saran Teknologi ini perlu dikembangkan di daerah sentra produksi manggis dalam bentuk riset, pembinaan dan pelatihan bekerjasama dengan pemerintah setempat. Pengembangan teknologi di tingkat industri rumah tangga sebaiknya diiringi dengan studi HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) pada industri yang akan dibina, sehingga produk yang dihasilkan aman bagi konsumen dan tidak terjadi penolakan pasar. DAFTAR PUSTAKA AOAC. 1998. Official Methods of Analysis. Association of Official Analytical Chemist, Washington. Arpah. 2001. Monograf Penentuan Kadaluwarsa Produk Pangan, Program Studi Ilmu Pangan, Program Pascasarjana, IPB Bogor.
116 Prosiding Seminar Nasional Hortikultura
Astawan. M. dan M.W. Astawan. 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Penerbit Akademi Presindo, Jakarta. Hlm. 42-46. Fardiaz, D., A. Apriyantono, S. Yasni, S. Budiyanto, dan N.L. Puspitabubur. 1986. Penuntun Praktikum Analisa Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB Bogor. Gregory, S.R. 2005. Technology for Global Trends in Food. Disajikan pada Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian di Bogor, 7-8 September 2005. 10 hlm. Iswari, K., Harnel, E. Afdi, Azman, F. Artati, dan Aswardi. 2005. Kajian teknologi pengolahan manggis mendukung agribisnis manggis di Sumbar. Laporan Hasil Penelitian, BPTP Sumbar, TA. 2006. Munir, R., K. Iswari, M. Ali, dan M. Jamalin. 2004. Profil Komoditas Pertanian Unggulan Kabupaten Pesisir Selatan. Laporan Akhir Kegiatan. Perez, E. dan Gonzales. 1997. Functional Properties of Cassava Starch Modified by Physical Methods. Starch : 49-53. Richana, N., F. Nursyafira, Pujoyuwono, dan H. Herawati. 2005. Optimasi Proses Produksi Maltodextrin dari Tapioka Menggunakan Spray Dryer. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen di Bogor, 7-8 September 2005. Soekarto, S.T., Lily P., dan Maya A. 1991. Peningkatan Nilai Tambah Tepung Sagu dengan Proses Modifikasi Pati untuk Bahan Dasar Industri Pangan dan Non Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB Bogor. Tridjaya, N.O. 2003. Kebijaksanaan pemasaran komoditas manggis. Disampaikan pada Seminar Dukungan Kebijaksanaan dan Teknologi Lepas Panen untuk Pengembangan Agribisnis Manggis di Serpong, 23 Desember 2003. 10 hlm. Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia, Jakarta.