KAJIAN JENIS KEMASAN SELAMA TRANSPORTASI DAN PENGARUH SUHU PENYIMPANAN TERHADAP UMUR SIMPAN DAN MUTU BUAH MANGGIS ( Garcinia mangostana L.)
Oleh : REZKI YUNIKA F14051372
2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KAJIAN JENIS KEMASAN SELAMA TRANSPORTASI DAN PENGARUH SUHU PENYIMPANAN TERHADAP UMUR SIMPAN DAN MUTU BUAH MANGGIS ( Garcinia mangostana L.)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Departeman Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : REZKI YUNIKA F14051372
2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
KAJIAN JENIS KEMASAN SELAMA TRANSPORTASI DAN PENGARUH SUHU PENYIMPANAN TERHADAP UMUR SIMPAN DAN MUTU BUAH MANGGIS ( Garcinia mangostana L.) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Departeman Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : REZKI YUNIKA F14051372 Dilahirkan pada tanggal 20 Juni 1987 Di Bengkulu Tanggal lulus : Menyetujui, Bogor, Mei 2009
Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, MSc
Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr
Pembimbing Akademik I
Pembimbing Akademik II
Mengetahui,
Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen Teknik Pertanian
REZKI YUNIKA. F14051372. Kajian Jenis Kemasan Selama Transportasi dan Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Umur Simpan dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Di bawah bimbingan : Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, MSc dan Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr.
RINGKASAN Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buahbuahan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan nilai gizi yang tidak kalah pentingnya dengan buah-buahan lainnya, serta dapat dikembangkan untuk orientasi agribisnis. Manggis sebagai komoditas eksotis dapat lebih dikenal di masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri, sehingga menciptakan peluang pasar dan dapat meningkatkan daya saing serta nilai tambah produk. Permintaan buah manggis dari dalam maupun luar negeri terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Direktorat Bina Produksi Hortikultura (2003), luas panen dan produksi tanaman manggis meningkat, yaitu dari 5.192 Ha dengan produksi 26.400 ton pada tahun 2000 menjadi 9.354 Ha dengan produksi 79.073 ton pada tahun 2003. Volume ekspor manggis Indonesia mengalami peningkatan dari 6,9 ribu ton pada tahun 2002 menjadi 7,2 ribu ton pada tahun 2003 dengan tujuan utama Negara Taiwan dan Hongkong (Deptan, 2004). Daya saing buah manggis di pasar dunia akan sangat ditentukan oleh selera konsumen dan tuntutan mutu yang harus dipenuhi. Produksi buah manggis bermutu sesuai selera konsumen dan upaya mempertahankan mutu segarnya hingga ke tangan konsumen merupakan faktor yang harus diperhatikan oleh produsen dan eksportir. Permasalahan yang sering dihadapi dalam pemasaran produk hortikultura adalah sifat produk tersebut yang musiman serta mutu buah yang beragam dan rendah. Mutu buah-buahan sangat ditentukan oleh cara penanganan, baik pada saat pra penen maupun pasca panen. Untuk itu, penanganan pasca panen khususnya pada manggis sangatlah penting karena akan mempengaruhi mutu dan banyaknya kerusakan buah manggis sebelum sampai ke konsumen. Beberapa perlakuan yang potensial dapat diterapkan untuk meminimumkan efek kerusakan, sehingga dapat memperpanjang umur simpan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan mutu segar dan memperpanjang umur simpan adalah dengan perlakuan pengemasan selama penyimpanan. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh jenis kemasan buah manggis pada proses transportasi dan suhu penyimpanan setelah proses transportasi terhadap perubahan kualitas buah. Sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengkaji jenis kemasan keranjang plastik dan peti kayu buah manggis untuk proses transportasi, 2. Menganalisis perubahan mutu buah manggis setelah proses transportasi, 3. Mengkaji pengaruh suhu penyimpanan buah manggis setelah proses transportasi. 4. Menentukan umur simpan buah manggis pada beberapa tingkat suhu penyimpanan. Pengamatan dilakukan terhadap tingkat kerusakan mekanis, laju respirasi, susut bobot, uji kekerasan, total padatan terlarut, uji warna, dan uji organoleptik.
Simulasi transportasi dilakukan untuk mendapatkan kondisi yang homogen pada tiap ulangan yang sulit diperoleh dalam kondisi real di jalan. Selain itu, simulasi transportasi juga dilakukan untuk menghemat biaya. Berdasarkan konversi angkutan truk selama 0.5 jam 30 km, maka simulasi pengangkutan dengan truk selama 2 jam di jalan luar kota setara dengan 127.402 km. Sedangkan pada jalan buruk aspal berdasarkan konversi angkutan truk selama 1 jam 30 km, maka simulasi pengangkutan dengan truk selama 2 jam setara dengan 123.532 km. Setelah dilakukan simulasi transportasi selama 2 jam dengan frekuensi 3.4 Hz dan amplitudo 3.7 cm, terlihat bahwa tingkat kerusakan mekanis dari buah manggis yang dikemas dalam peti kayu lebih besar daripada buah manggis yang dikemas dalam keranjang plastik, yaitu sebesar 8% untuk buah manggis yang dikemas pada peti kayu sedangkan buah manggis yang dikemas dalam keranjang plastik hanya sebesar 6,96%. Pada saat penyimpanan, suhu yang digunakan untuk menyimpan buah manggis adalah pada suhu 8ºC, 13ºC, dan 20ºC. Dari penelitian yang telah dilakukan, suhu penyimpanan buah manggis yang paling optimum selama penyimpanan adalah pada suhu 13ºC. Salah satu parameter mutu yang dapat digunakan untuk penentuan umur simpan buah manggis adalah kekerasan. Penentuan umur simpan ini dilakukan pada tiap suhu penyimpanan berdasarkan perubahan kekerasan manggis dari pengukuran secara langsung dan pengukuran berdasarkan uji organoleptik. Berdasarkan regresi, manggis yang dikemas dalam keranjang plastik memiliki umur simpan lebih lama daripada manggis yang dikemas dalam peti kayu, yaitu selama 36 hari dengan suhu penyimpanan 13ºC.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Juni 1987 di Bengkulu. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Darmin, SE dan Ibu Mursyida, BSc. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Alhidayah Bengkulu pada tahun 1993, sekolah dasar di SDN 87 Perumdam Bengkulu pada tahun 1999, SMPN 1 Kota Manna Bengkulu Selatan pada tahun 2002, SMAN 1 Kota Manna Bengkulu Selatan tahun 2005. Pada tahun yang sama (tahun 2005) penulis diterima di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Himpunan Profesi Mahasiswa Teknik Pertanian di Departemen Sekretaris Eksekutif pada tahun 2006-2007, Organisasi Mahasiswa Daerah Bengkulu yang ada di IPB pada tahun 2005-2007, dan MPC (Manna People Community) yang ada di IPB pada tahun 2008-2009. Pada tahun 2008, penulis telah melaksanakan praktek lapang di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Talo Pino, Bengkulu dengan judul “Aspek Energi Pada Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO di PTPN VII Talo Pino, Bengkulu”. Penulis menyelesaikan skripsi pada tahun 2009 dengan judul “Kajian Jenis Kemasan Selama Transportasi dan Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Umur Simpan dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana, L).
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, kekuatan, dan kesabaran sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul ” KAJIAN JENIS KEMASAN SELAMA TRANSPORTASI DAN PENGARUH SUHU PENYIMPANAN TERHADAP UMUR SIMPAN DAN MUTU BUAH MANGGIS ( Garcinia mangostana L.)” dengan lancar. Penelitian ini dapat diselesaikan dengan bantuan banyak pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, MSc. Dosen Pengajar Departemen Teknik Pertanian FATETA IPB sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian ini. 2. Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr. Dosen Pengajar Departemen Teknik Pertanian FATETA IPB sekaligus Dosen Pembimbing II atas bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian ini. 3. Dr. Ir. Dyah Wulandani, MSi., selaku dosen pengajar Departemen Teknik Pertanian FATETA IPB sekaligus sebagai dosen penguji sidang skripsi. 4. Proyek Asia Invest dari Uni Eropa yang telah membiayai penelitian ini. 5. Papa, mama, kakak dan adek tercinta untuk semuanya. Kasih sayang, doa dan semangat yang diberikan kepada penulis yang tak henti-hentinya. 6. Sugiyono, STP, MSi yang telah memberi masukan, bimbingan, dan pengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi. 7. Bapak Sulyaden, Ibu Ros, Ibu Mar, Bu Edah, dan Pak Nandang atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 8. Tim manggis : Acel, Dayu, Acie, Mba yuli. 9. Semua teman-teman Teknik Pertanian angkatan 42 yang telah memberikan bantuan dan semangat selama penelitian ini. Terima kasih banyak untuk pertemanan yang telah terjalin selama 3 tahun ini. Semoga kita semua sukses. Untuk ii terima kasih atas segala perhatian dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
i
10. Crew Pondok Indah (Yuni, Nadya, Ika, Atus, Lie, Mba upik, Mba nopeh, Mba pupah, Mba nyus, Eno, Kembar dan semua teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu. (Terima kasih atas support dan doa yang telah diberikan kepada penulis). 11. Miuu dan 0coy thanks for all. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu, penulis mangharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca sekalian. Terima kasih.
Bogor, Mei 2009
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................................
i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………... iii DAFTAR TABEL ....................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………... vi DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… ix I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Tujuan .......................................................................................... 2
II.
TINJAUAN PUSTAKA A. Buah Manggis ............................................................................... 4 B. Komposisi Kimia, Nilai Gizi, serta Standar Mutu Buah Manggis .. 8 C. Laju Respirasi ................................................................................ 10 D. Pengemasan .................................................................................. 12 E. Transportasi .................................................................................. 14 F. Penyimpanan Dingin ..................................................................... 15
III.
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 17 B. Bahan dan Alat ............................................................................. 17 C. Metode Penelitian ......................................................................... 17 D. Pengamatan ................................................................................... 20 E. Rancangan Percobaan ………………………………………………24
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Kerusakan Mekanis Setelah Simulasi Transportasi............ 25 B. Pengaruh Pengemasan Terhadap Mutu Fisik Manggis ................... 29 a. Laju Respirasi …………………………………………………. 29 b. Susut Bobot ……………………………………………………. 31 c. Kekerasan ………………………………………………………33
iii
d. Total Padatan Terlarut ………………………………………….35 e. Uji Warna ………………………………………………………37 f. Uji Organoleptik ………………………………………………..39 C. Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu Fisik Manggis ........ 40 a. Laju Respirasi …………………………………………………. 40 b. Susut Bobot ……………………………………………………. 43 c. Kekerasan …………………………………………………… .. 44 d. Total Padatan Terlarut ………………………………………… 47 e. Uji Warna ………………………………………………………48 f. Uji Organoleptik ………………………………………………..52 D. Penentuan Umur Simpan ………………………………………….. 54 V.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan …………………………………………………………57 B. Saran ………………………………………………………………..57 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 55 LAMPIRAN ....................................................................................... 58
iv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Indeks kemasakan buah manggis .................................................... 7 Tabel 2. Tingkat Kematangan Buah Manggis ............................................... 8 Tabel 3. Komposisi Kimia Buah Manggis .................................................... 9 Tabel 4. Persyaratan mutu buah manggis ..................................................... 10 Tabel 5. Umur simpan manggis tiap jenis kemasan yang disimpan pada beberapa suhu. ............................................................................... 56
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Bagian-bagian Buah Manggis .................................................. 6 Gambar 2. Kegiatan Pengemasan Buah Manggis ........................................ 13 Gambar 3. Pengangkutan Manggis ke Gudang Eksportir dan Ekspor .......... 15 Gambar 4. Penyimpanan Manggis Pada Beberapa Kondisi.......................... 16 Gambar 5. Meja Getar ................................................................................ 18 Gambar 6. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian ......................................... 19 Gambar 7. Portable Oxygen Tester POT-101 .............................................. 21 Gambar 8. Continous Gas Analyzer tipe IRA-107....................................... 21 Gambar 9. Rheometer ................................................................................ 21 Gambar 10. Timbangan Metler ..................................................................... 22 Gambar 11. Refraktometer............................................................................ 24 Gambar 12. Penyusunan kemasan peti kayu dan keranjang plastik diatas meja getar ..................................................................................... 27 Gambar 13. Kerusakan buah manggis (a) sepal patah, (b) pecah, (c) memar, dan (d) luka gores………………………………………..27 Gambar 14. Grafik perubahan laju respirasi CO2 manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu..................................... 29 Gambar 15. Grafik perubahan laju respirasi CO2 manggis yang dikemas dalam peti kayu terhadap waktu ................................ ............. .....30 Gambar 16. Grafik perubahan persentase susut bobot manggis yang disimpan pada suhu 8ºC terhadap waktu ................... ................. 31 Gambar 17. Grafik perubahan persentase susut bobot manggis yang disimpan pada suhu 13ºC terhadap waktu ....................................31 Gambar 18. Grafik perubahan persentase susut bobot manggis yang disimpan pada suhu 20ºC terhadap waktu ....................................32 Gambar 19. Grafik perubahan persentase kekerasan manggis yang disimpan pada suhu 8ºC terhadap waktu .................................................... 33 vi
Gambar 20. Grafik perubahan kekerasan manggis yang disimpan pada suhu 13ºC terhadap waktu .....................................................................34 Gambar 21. Grafik perubahan kekerasan manggis yang disimpan pada suhu 20ºC terhadap waktu .....................................................................34 Gambar 22. Grafik perubahan total padatan terlarut manggis yang disimpan pada suhu 8ºC terhadap waktu .................................................... 35 Gambar 23. Grafik perubahan total padatan terlarut manggis yang disimpan pada suhu 13ºC terhadap waktu ................................................... 36 Gambar 24. Grafik perubahan total padatan terlarut manggis yang disimpan pada suhu 20ºC terhadap waktu ................................................... 36 Gambar 25. Grafik perubahan tingkat kecerahan (nilai L) manggis yang disimpan pada suhu 13ºC terhadap waktu.................................... 37 Gambar 26. Grafik perubahan tingkat kehijauan (nilai a) manggis yang disimpan pada suhu 13ºC terhadap waktu ................................... 38 Gambar 27. Grafik perubahan tingkat kekuningan (nilai b) manggis yang disimpan pada suhu 13ºC terhadap waktu .................................... 38 Gambar 28. Grafik perubahan tingkat kesukaan manggis yang disimpan pada suhu 8ºC terhadap waktu............................................................... 39 Gambar 29. Grafik perubahan tingkat kesukaan manggis yang disimpan pada suhu 13ºC terhadap waktu............................................................. 39 Gambar 30. Grafik perubahan tingkat kesukaan manggis yang disimpan pada suhu 20ºC terhadap waktu ............................................................ 40 Gambar 31. Grafik perubahan laju respirasi CO2 manggis yang disimpan dalam suhu 8ºC terhadap waktu ................................................... 41 Gambar 32. Grafik perubahan laju respirasi CO2 manggis yang disimpan dalam suhu 13ºC terhadap waktu ................................................ 41 Gambar 33. Grafik perubahan laju respirasi CO2 manggis yang disimpan dalam suhu 20ºC terhadap waktu ..................................................42 Gambar 34. Grafik perubahan susut bobot manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu...................................................43 Gambar 35. Grafik perubahan susut bobot manggis yang dikemas dalam peti kayu terhadap waktu ..............................................................44
vii
Gambar 36. Grafik perubahan kekerasan manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu .................................................45 Gambar 37. Grafik perubahan kekerasan manggis yang dikemas dalam peti kayu terhadap waktu ........................... .................................. 45 Gambar 38. Grafik perubahan total padatan terlarut manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu.......................................47 Gambar 39. Grafik perubahan total padatan terlarut manggis yang dikemas dalam peti kayu terhadap waktu ...................................................47 Gambar 40. Grafik perubahan tingkat kecerahan (nilai L) manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu.........................49 Gambar 41. Grafik perubahan tingkat kecerahan (nilai L) manggis yang dikemas dalam peti kayu terhadap waktu .....................................49 Gambar 42. Grafik perubahan tingkat kehijauan (nilai a) manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu.........................50 Gambar 43. Grafik perubahan tingkat kehijauan (nilai a) manggis yang dikemas dalam peti kayu terhadap waktu ................................... 50 Gambar 44. Grafik perubahan tingkat kekuningan (nilai b) manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu .......................51 Gambar 45. Grafik perubahan tingkat kekuningan (nilai b) manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu.........................52 Gambar 46. Grafik perubahan tingkat kesukaan manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu....................................... 53 Gambar 47. Grafik perubahan tingkat kesukaan manggis yang dikemas dalam peti kayu terhadap waktu .................................................. 53 Gambar 48. Grafik perubahan kekerasan manggis yang disimpan pada suhu 13ºC dan dikemas dalam k. plastik terhadap skor hedonik...........55 Gambar 49. Grafik perubahan kekerasan manggis yang disimpan pada suhu 13ºC dan dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu ........ 55
viii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Perhitungan simulasi transportasi .......................................... 62 Lampiran 2. Perhitungan tingkat kerusakan mekanis setelah simulasi transportasi buah manggis........................................................ 67 Lampiran 3. Laju respirasi manggis tiap suhu yang dikemas dalam peti kayu………………………………………………………...69 Lampiran 4. Laju respirasi manggis tiap suhu yang dikemas dalam keranjang plastik...................................................................... 70 Lampiran 5. Data kekerasan buah manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu. .............................................................. 71 Lampiran 6. Data total padatan terlarut manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu. ............................................... 71 Lampiran 7. Data susut bobot manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu ................................................................. 72 Lampiran 8. Data persentase susut bobot manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu................................................. 72 Lampiran 9. Perubahan warna (nilai L, a, b) manggis tiap kemasan yang disimpan pada suhu 8ºC ................................ ........................ ....73 Lampiran 10. Perubahan warna (nilai L, a, b) manggis tiap kemasan yang disimpan pada suhu 13ºC ................... ............................. 73 Lampiran 11. Perubahan warna (nilai L, a, b) manggis tiap kemasan yang disimpan pada suhu 20ºC .......................................................... 74 Lampiran 12. Grafik perubahan kekerasan manggis yang disimpan pada suhu 13ºC terhadap waktu .......................................................... 74 Lampiran 13. Laju respirasi manggis tiap suhu yang dikemas dalam peti kayu pada ulangan 1.................................................................... 75 Lampiran 14. Laju respirasi manggis tiap suhu yang dikemas dalam keranjang plastik pada ulangan 1 .................................................................. 76 ix
Lampiran 15. Grafik pengaruh waktu (jam ke-) terhadap laju respirasi manggis yang disimpan pada beberapa suhu dan dikemas dalam peti kayu pada ulangan 1..................................................77 Lampiran 16. Data kekerasan buah manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu pada ulangan1. ......................................... 78 Lampiran 17. Data total padatan terlarut manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu pada ulangan 1.......................... 78 Lampiran 18. Grafik pengaruh waktu terhadap kekerasan manggis pada ulangan 1..................................................................................... 79 Lampiran 19. Grafik pengaruh waktu (hari ke-) terhadap total padatan terlarut manggis pada ulangan 1 ................................................ 80 Lampiran 20. Data susut bobot manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu pada ulangan 1....................................... 81 Lampiran 21. Data persentase susut bobot manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu pada ulangan 1........................ 81 Lampiran 22. Grafik pengaruh waktu (hari ke-) terhadap persentase susut bobot manggis pada ulangan 1 .................................................. 82 Lampiran 23. Perubahan warna (nilai L, a, b) manggis tiap kemasan pada ulangan 1 ................................................................................... 83 Lampiran 24. Grafik pengaruh waktu (hari ke-) terhadap tingkat kecerahan (nilai L) manggis yang dikemas dalam K. Plastik pada ulangan 1 .................................................................................. 85 Lampiran 25. Grafik Pengaruh waktu (hari ke-) terhadap tingkat kehijauan (nilai a) manggis yang dikemas dalam K. plastik pada ulangan 1 .....................................................................................85 Lampiran 26. Grafik Pengaruh waktu (hari ke-) terhadap tingkat kekuningan (nilai b) manggis yang dikemas dalam K. plastik pada ulangan 1......................................................................................86 Lampiran 27. Data uji organoleptik secara umum terhadap buah manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu pada
x
ulangan 1 .....................................................................................86 Lampiran 28. Grafik pengaruh waktu (hari ke-) terhadap tingkat kesukaan manggis pada ulangan 1 ............................................................87 Lampiran 29. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan laju respirasi CO2 selama penyimpanan ..................88 Lampiran 30. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan laju respirasi O2 selama penyimpanan..................... 89 Lampiran 31. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan susut bobot manggis selama penyimpanan............... 90 Lampiran 32. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan kekerasan manggis selama penyimpanan.................. 91 Lampiran 33. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan total padatan terlarut manggis selama penyimpanan..92 Lampiran 34. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan tingkat kecerahan manggis selama penyimpanan...... 93 Lampiran 35. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan tingkat kehijauan manggis selama penyimpanan...... 94 Lampiran 36. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan tingkat kekuningan manggis selama penyimpanan .. 95 Lampiran 37. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan tingkat kesukaan manggis selama penyimpanan ...... 96
xi
I. A.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah-
buahan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan nilai gizi yang tidak kalah penting dibandingkan dengan buah-buahan lainnya, serta dapat dikembangkan untuk orientasi agribisnis. Manggis sebagai komoditas eksotis dapat lebih dikenal di masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri, sehingga menciptakan peluang pasar dan dapat meningkatkan daya saing serta nilai tambah produk. Permintaan buah manggis dari dalam maupun luar negeri terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Direktorat Bina Produksi Hortikultura (2003), luas panen dan produksi tanaman manggis meningkat, yaitu dari 5.192 Ha dengan produksi 26.400 ton pada tahun 2000 menjadi 9.354 Ha dengan produksi 79.073 ton pada tahun 2003. Pusat penanaman pohon manggis terbesar di Indonesia pada tahun 2003 adalah di Jawa Barat dengan luas panen 2.601 Ha dan produksi 27.967 ton. Panen manggis di Indonesia berlangsung pada bulan November – Maret. Taiwan adalah pasar terbesar manggis Indonesia. Selama tahun 1994, Taiwan mengimpor manggis Indonesia sebanyak 2.235.177 kg atau 83% dari total ekspor buah Indonesia. Menurut Deptan (2004), volume ekspor manggis Indonesia mengalami peningkatan dari 6,9 ribu ton pada tahun 2002 menjadi 7,2 ribu ton pada tahun 2003 dengan tujuan utama Negara Taiwan dan Hongkong. Negara lain yang mengimpor manggis adalah Jepang, Brunei, Hongkong, Arab Saudi, Kuwait, Oman, Belanda, Perancis, Swis, Amerika Serikat. Daya saing buah manggis di pasar dunia akan sangat ditentukan oleh selera konsumen dan tuntutan mutu yang harus dipenuhi. Produksi buah manggis bermutu sesuai selera konsumen dan upaya mempertahankan mutu segarnya hingga ke tangan konsumen merupakan faktor yang harus diperhatikan oleh produsen dan eksportir. Peningkatan produksi dan produktivitas sangat diperlukan untuk menjamin kesinambungan pasokan buah manggis kepada konsumen dengan mutu terjaga.
1
Hambatan yang sering dihadapi dalam pemasaran produk hortikultura adalah sifat produk tersebut yang musiman serta mutu buah yang beragam dan rendah. Mutu buah-buahan sangat ditentukan oleh cara penanganan, baik pada saat pra penen maupun pasca panen. Untuk itu, penanganan pasca panen khususnya pada manggis sangatlah penting karena akan mempengaruhi mutu dan banyaknya kerusakan buah manggis sebelum sampai ke konsumen. Kerusakan yang sering terjadi diawali dengan kerusakan mekanis yang selanjutnya dapat mengakibatkan kerusakan fisiologis. Parameter yang biasa digunakan untuk penentuan mutu dan tingkat kerusakan manggis yaitu susut bobot, kekerasan, meningkatnya total padatan terlarut, serta perubahan warna. Beberapa perlakuan yang potensial dapat diterapkan untuk meminimumkan efek kerusakan, sehingga dapat memperpanjang umur simpan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan mutu segar dan memperpanjang umur simpan adalah dengan perlakuan pengemasan selama penyimpanan. Pengemasan menjadi salah satu tahap yang sangat penting dalam penanganan pasca panen, khususnya pada manggis. Pengemasan ini secara umum bertujuan untuk melindungi produk dari kerusakan selama distribusinya, memudahkan dalam penanganan selanjutnya, serta memberikan estetika untuk menarik konsumen. Sejauh ini belum ada penelitian yang bertujuan untuk mengkaji pengaruh jenis kemasan pada proses transportasi terhadap perubahan kualitas buah manggis. B.
TUJUAN Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh jenis
kemasan buah manggis pada proses transportasi dan suhu penyimpanan setelah proses transportasi terhadap perubahan kualitas buah. Sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengkaji jenis kemasan keranjang plastik dan peti kayu buah manggis untuk proses transportasi. 2. Menganalisis perubahan mutu buah manggis setelah proses transportasi.
2
3. Mengkaji pengaruh suhu penyimpanan buah manggis setelah proses transportasi. 4. Menentukan umur simpan buah manggis pada beberapa tingkat suhu penyimpanan.
3
II. A.
TINJAUAN PUSTAKA
BUAH MANGGIS Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis
yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawai dan Australia Utara. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), Manggista (Sumatera Barat) (Reza et. al., 1998). Buah manggis tidak hanya disukai oleh penduduk di sekitar negara penghasil, tetapi digemari pula oleh penduduk di daerah subtropis dan banyak mendapat pujian di pasar luar negeri. Mereka menilainya sebagai buah yang paling nikmat di seluruh dunia. Masyarakat dunia mengenal manggis sebagai Queen of fruits karena rasanya yang eksotik yaitu manis, asam berpadu dengan sedikit sepat, bentuk buah yang indah, dan tekstur daging buah yang putih halus. Menurut Rukmana (1995), kedudukan tanaman manggis dalam sistematika tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Guttiferanales
Family
: Guttiferae
Genus
: Garcinia
Spesies
: Garcinia mangostana L.
Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk tanaman tahunan yang masa hidupnya dapat mencapai puluhan tahun. Susunan tubuh tanaman manggis terdiri atas organ vegetatif yang meliputi akar, batang, dan daun yang berfungsi sebagai alat pengambil, pengangkut, pengolah, pengedar, dan penyimpanan makanan, serta organ
4
generatif yang meliputi bunga, buah, dan biji (Rukmana, 1995). Pohon manggis dapat mencapai ketinggian 25 m, mempunyai akar tunggang dengan beberapa rambut akar, batang tegak dengan percabangan simetris, kanopinya berbentuk piramid beraturan dengan lebar tajuk mencapai 12 m. Permukaan batang tidak rata dan berwarna kecoklatan. Semua bagian tanaman mengeluarkan getah kuning apabila dilukai (Juanda dan Cahyono, 2000). Daun manggis tunggal, berpasangan di sisi ranting dengan tangkainya memeluk pucuk, berbentuk lonjong, tebal, berukuran (15 - 25) cm x (7 - 13) cm, permukaan atas daun berwarna hijau tua, sedangkan permukaan bawahnya berwarna hijau kuning. Bunga manggis tergolong bunga sempurna namun alat kelamin jantannya tidak berkembang sempurna sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Bunga terletak di ujung ranting bertangkai pendek dan tebal, mempunyai 4 sepal yang tersusun dalam 2 pasang dan 4 petal yang tebal dan berdaging (Verheij, 1997). Buah manggis bertipe buah buni dan terbentuk tanpa penyerbukan (apomiksis), berdiameter 4 - 7 cm dengan kelopak yang tebal dan tetap menempel pada ujung buahnya. Buah berbentuk bulat atau agak pipih. Kulit buah manggis keras, permukaan licin, berwarna hijau saat masih muda kemudian berubah menjadi merah keunguan setelah tua. Daging buah terdiri dari 4 - 8 segmen, berwarna putih susu, tekstur halus dan mempunyai aroma yang khas, beberapa diantaranya mengandung biji (2 - 3 biji). Biji berwarna coklat muda, berbentuk bulat agak pipih, berkeping dua dan bersifat polinucellus yaitu dapat tumbuh lebih dari satu semai dari tiap biji (Verheij, 1997). Berdasarkan penelitian Daryono dan Sosrodiharjo (1986), di daerah Jasinga, Bogor pada musim buah tahun 1981/1982 menunjukkan bahwa sebagian besar buah manggis terdiri atas kulit dan hanya 18.7% berupa daging buah beserta bijinya. Bagian-bagian dari buah manggis dapat dilihat pada Gambar 1.
5
Gambar 1. Bagian-bagian buah manggis Tanaman manggis dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal pada ketinggian tempat antara 0 - 600 m di atas permukaan laut dengan suhu berkisar antara 25ºC - 30ºC. Curah hujan 1270 - 2500 mm/tahun dengan 10 bulan basah dalam satu tahun dan kelembaban udara sekitar 80%. Intensitas cahaya matahari berkisar 40 - 70% (Verheij, 1997). Tanaman manggis umumnya memiliki adaptasi yang luas terhadap berbagai jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang baik tanaman manggis menghendaki tanah dengan tekstur liat berpasir dan berstruktur remah dengan solum yang dalam (1.5 - 10 m). Derajat kemasaman tanah yang dikehendaki adalah 5 - 7 (agak masam sampai netral). Kedalaman air tanah yang cocok untuk manggis berkisar 0.5 - 2 m (Verheij, 1997). Menurut Deptan (2004), panen merupakan proses pemetikan buah yang siap panen atau sudah mencapai tingkat kematangan optimal sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Buah manggis dipanen apabila kulitnya telah berwarna ungu muda hingga ungu tua dengan tangkai buah masih melekat. Indeks panen didasarkan pada perkembangan intensitas warna ungu pada perikarp. Umumnya buah yang dipanen dengan intensitas warna ungu yang kurang akan mengeluarkan banyak lateks pada tangkai buah dan mempunyai flavour yang kurang baik dibandingkan stadia ungu penuh. Jumlah lateks akan berkurang seiring dengan kematangan buah, padatan terlarut meningkat dan keasaman konstan (Nakasone dan Paull, 1997). Indeks panen warna kulit buah manggis dapat dilihat pada Tabel 1.
6
Tabel 1. Indeks Kematangan Buah Manggis Indeks Warna
Deskripsi
0
Warna buah kuning kehijauan, kulit buah masih banyak mengandung getah dan buah belum siap dipetik.
1
Warna kulit buah hijau kekuningan, buah belum tua dan getah masih banyak. Isi buah masih sulit dipisahkan dari daging. Buah belum siap dipanen.
2
Warna kulit buah kuning kemerahan dengan bercak merah hampir merata. Buah hampir tua dan getah mulai berkurang. Isi buah masih sulit dipisahkan dari daging. Buah dapat dipetik untuk tujuan ekspor.
3
Warna kulit buah merah kecoklatan. Kulit buah masih bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari daging kulit. Buah tepat dipetik untuk tujuan ekspor.
4
Warna kulit buah merah keunguan. Kulit buah masih sedikit bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari daging kulit dan buah dapat dikonsumsi. Buah tepat dipetik untuk tujuan ekspor.
5
Warna kulit buah ungu kemerahan. Buah mulai masak dan siap dikonsumsi. Getah telah hilang dan isi buah mudah dilepaskan. Buah lebih sesuai untuk pasar domestik.
6
Warna kulit buah ungu kehitaman. Buah sudah masak. Buah sesuai untuk pasar domestik dan siap saji.
Sumber : Standar Operasional Prosedur Manggis (2007) 7
Buah manggis juga dipanen berdasarkan keperluan. Buah manggis yang dipanen pada indeks warna 1 biasanya untuk pasaran yang jauh. Indeks warna 2 dan 3 untuk ekspor, sedangkan indeks warna 4 dan 5 bisa langsung dikonsumsi. Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan manggis. Menurut Satuhu (1997), buah manggis dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga mekar (SBM). Untuk konsumsi lokal, buah dipetik pada umur 114 SBM, sedangkan untuk ekspor pada umur 104-108 SBM. Umur panen dan ciri fisik manggis siap panen dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat Kematangan Buah Manggis Ciri Fisik
Umur Panen (hari)
Warna Kulit
Berat (gram)
Diameter (mm)
104
Hijau bintik ungu
80-130
55-60
106
Ungu kemerahan 10-25 %
80-130
55-60
108
Ungu kemerahan 25-50 %
80-130
55-60
110
Ungu kemerahan 50-75 %
80-130
55-60
114
Ungu Merah
80-130
55-65
Sumber : Satuhu (1997) B.
KOMPOSISI KIMIA, NILAI GIZI, SERTA STANDAR MUTU BUAH MANGGIS Buah manggis mengandung kalori dan kadar air yang cukup tinggi. Secara
tradisional buah manggis dapat dimanfaatkan sebagai obat sariawan, wasir dan luka. Buah manggis dapat tetap segar bila disimpan dalam ruangan atau tempat yang dingin. Pada kondisi ruangan bersuhu 4-6 ºC dapat tetap segar sampai 49 hari, sedangkan pada suhu 9-12 ºC hanya tahan sampai 33 hari (Rukmana, 1995). Komponen terbesar dari buah manggis adalah air, yaitu 83%. Kalori yang dihasilkan oleh 100 gram buah manggis yang dapat dimakan adalah 63%, yang sebagian besar berasal dari karbohidrat yang dikandungnya. Komponen protein dan lemak yang dikandung sangat kecil, demikian pula kandungan vitaminnya. Buah manggis tidak mengandung vitamin A, tetapi mengandung vitamin B1 dan vitamin C. 8
Oleh karena itu, buah ini tidak dapat dijadikan sumber vitamin yang potensial. Komposisi kimia dan nilai gizi manggis dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi kimia buah manggis dalam 100 gram buah yang dapat dimakan. Komponen gizi Air
Jumlah kandungan 83.00 g
Kalori
63.00 kal
Protein
0.60 g
Lemak
0.60 g
Karbohidrat
15.60 g
Kalsium
8.00 mg
Fosfor
12.00 mg
Besi
0.80 mg
Vitamin B1
0.03 mg
Vitamin C
2.00 mg
Sumber : Departemen Kesehatan RI, 1990 didalam Mahmudah, I (2008). Tingkat mutu dan kualitas buah manggis selama ini belum tercapai optimal. Keseragaman ukuran dan tingkat kemantangan buah masih sulit dicapai. Dalam rangka melindungi kepentingan konsumen serta meningkatkan daya saing maka diperlukan dukungan kebijakan baik dalam budidaya maupun produksi buah manggis. Salah satu kebijakan tersebut adalah dengan penerapan standar buah manggis. Standar mutu buah manggis tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01 - 3211 - 1992. Berdasarkan SNI 01 - 3211 - 1992 mutu manggis segar dikelompokkan atas 3 jenis mutu, yaitu mutu super, mutu I, mutu II. Adapun klasifikasi dan standar mutu manggis disajikan pada Tabel 4.
9
Tabel 4. Persyaratan mutu buah manggis Jenis uji
Satuan
Persyaratan Mutu Super
Mutu I
Mutu II
-
Seragam
Seragam
Seragam
mm
> 65
55-65
<55
Tingkat kesegaran
-
Segar
Segar
Segar
Warna kulit
-
Hijau kemerahan s/d merah muda mengkilat
Hijau kemerahan s/d merah muda mengkilap
Hijau kemerahan
Buah cacat atau busuk (jumlah/jumlah)
%
0
0
0
Tangkai atau kelopak
-
Utuh
Utuh
Utuh
Kadar kotoran (b/b)
-
0
0
0
Serangga hidup atau mati
%
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Warna daging buah
-
Putih bersih khas manggis
Putih bersih khas manggis
Putih bersih khas manggis
Keseragaman Diameter
Sumber : Standar Nasional Indonesia (1992) C.
LAJU RESPIRASI Menurut Eskin (1990), buah-buahan segar setelah dipanen masih mengalami
proses biologi. Perubahan-perubahan
kimiawi dan biokimiawi tetap berlangsung
karena jaringan dan sel masih menunjukkan aktivitas metabolisme. Proses metabolisme yang terpenting setelah panen adalah respirasi. Menurut Winarno dan Wirakartakusuma (1981), respirasi adalah suatu proses metabolisme dengan cara menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa yang lebih kompleks seperti pati, gula, protein, lemak, dan asam organik, sehingga menghasilkan molekul sederhana
10
seperti CO2, air serta energi dan molekul lain yang dapat digunakan oleh sel untuk reaksi sintesa. Proses respirasi yang masih berlangsung setelah buah dipanen menyebabkan terjadinya beberapa perubahan kandungan kimia dalam buah. Tiga tingkat perubahan kimiawi yang berlangsung selama proses respirasi yaitu pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana, oksidasi gula menjadi piruvat, serta oksidasi asam-asam organik secara aerobik menjadi CO2, air dan energi (Pantastico, 1986). Proses respirasi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut : C6H12O6 + 6 H2O
6 CO2 + 6 H2O + 674 kkal (energi)
Laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk daya simpan buah setelah di panen. Bila laju respirasi tinggi, biasanya umur simpannya pendek (Phan et. al., 1986). Laju respirasi tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal. Faktor internal tersebut antara lain tingkat perkembangan, susunan kimiawi jaringan, ukuran buah, pelapis alami dan jenis jaringan. Sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, etilen, O2 yang tersedia, CO2, zat-zat pengatur pertumbuhan dan kerusakan buah. Besar kecilnya respirasi dapat diukur dengan menentukan jumlah substrat yang hilang, O2 yang diserap, CO2 yang dikeluarkan, panas yang dihasilkan, dan energi yang timbul. Dalam praktek, jumlah air yang dilepas tidak ditentukan karena reaksi berlangsung dalam udara sebagai medium dan jumlah air yang dihasilkan dalam reaksi sangat sedikit. Energi yang dikeluarkan juga tidak dapat ditentukan karena berbagai bentuk energi yang dihasilkan tidak dapat diukur hanya dengan menggunakan satu alat saja. Menurut Pantastico (1989), proses respirasi yang terjadi pada buah dan sayuran ditentukan dengan pengukuran laju penggunaan O2 dan laju pengeluaran CO2. Berdasarkan pola respirasinya, buah manggis termasuk dalam jenis buah non klimakterik, yaitu buah yang laju respirasinya tidak mencapai puncak (Lili, 1997). Proses pematangan buah manggis setelah dipanen lama-kelamaan akan menurun. Produksi etilen yang dihasilkan cukup rendah, sehingga tidak cukup untuk memacu kematangan buah. Laju produksi CO2 pun semakin berkurang. 11
D.
PENGEMASAN Kualitas buah yang rendah ketika sampai di pihak konsumen dapat disebabkan
oleh sarana dan penanganan pasca panen yang belum diperhatikan. Dengan usaha untuk menempatkan buah-buahan segar ke dalam suatu kemasan yang memenuhi syarat, dapat menjamin kualitas yang tetap atau hanya mengalami sedikit penurunan kualitas pada saat diterima oleh konsumen akhir dan nilai pasar yang tetap tinggi (Anonim, 1988). Pengemasan merupakan suatu cara untuk melindungi dan memperpanjang umur simpan produk yang dikemas. Pengemasan adalah suatu usaha untuk melindungi komoditas dari penurunan mutu dan kerusakan mekanis, fisik, kimia dan mikrobiologi, dan pada saat diterima konsumen akhir nilai pasarnya tetap tinggi (Soedibyo, 1985). Pengemasan berfungsi untuk mempertahankan produk agar lebih bersih dan memberikan perlindungan terhadap kotoran dan pencemaran, melindungi bahan pangan terhadap kerusakan fisik, air, O2, dan sinar, memberi perlindungan bagi konsumen dalam membuka wadah tersebut dan memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan pendistribusian, serta memberikan daya tarik penjualan dan pendistribusian (Buckle et. al., 1987). Dari hasil survey yang dilakukan oleh Wijandi (1990), diperoleh gambaran bahwa pada umumnya pembuatan kemasan sayur-sayuran dan buah-buahan untuk keperluan domestik lebih mengutamakan kemasan yang mempermudah transportasi, mempermudah selama pemuatan ke dalam kendaraan dan pembongkaran kemasan dari kendaraan yang mengangkutnya, maupun pemindahan dari satu tempat ke tempat lainnya. Pencegahan terhadap kerusakan yang terjadi akibat benturan mekanis masih kurang mendapat perhatian. Untuk keperluan ekspor, kemasan yang digunakan tidak hanya ditujukan untuk mempermudah transportasi, namun kemasan tersebut digunakan juga sebagai pelindung terhadap kerusakan mekanis maupun kerusakan non mekanis. Bahkan kemasan tersebut dijadikan sebagai sarana promosi. Bahan pengemas digunakan untuk membatasi antara bahan pangan dan lingkungan luar yang bertujuan untuk menunda proses kerusakan dalam jangka waktu yang diinginkan (Buckle et. al., 1987). Bahan pengemas luar bisa terbuat dari kayu,
12
rotan, bambu, atau karton bergelombang. Sedangkan pengemasan untuk tingkat konsumen biasanya terbuat dari film plastik, kertas, plastik tercetak atau bahan campuran dari kertas atau plastik. Menurut Satuhu (1997), bahan pengemas yang dipilih haruslah ekonomis, mampu mengurangi biaya produksi, ringan, dan tidak merusak produk yang dikirim. Pemilihan bahan kemasan yang digunakan untuk mengemas produk hortikultura segar harus memenuhi beberapa persyaratan. Persyaratan-persyaratan tersebut meliputi bagaimanakah karakteristik komoditas (respirasi dan transpirasi, aroma, karakteristik permukaan), bentuk kemasan, komoditas penyimpanan, transportasi, distribusi, keinginan konsumen dan keinginan penjual (Subramanian, 1986). Kemasan yang ditujukan untuk melindungi bahan yang dikemas selama pengangkutan dari produsen ke konsumen disebut kemasan distribusi. Menurut Buckle et. al. (1987), kemasan distribusi terdiri dari tujuh tipe utama yaitu kemasan yang terdiri dari kotak kayu dan baja, peti/plywood, drum dari fibreboard, drum baja dan aluminium, kantung dari tekstil dan plastik atau kertas, peti dari fibreboard yang padat dan bergelombang. Pengemasan dengan menggunakan keranjang plastik dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kegiatan pengemasan buah manggis Ada beberapa sifat kemasan distribusi yang diinginkan, yaitu sesuai dengan produk yang dikemas, cukup kuat untuk melindungi produk dari resiko-resiko yang terjadi selama pengangkutan dan penyimpanan, memiliki lubang ventilasi yang cukup (bagi produk tertentu yang memang membutuhkannya), dapat dibongkar dengan mudah tanpa menggunakan buku petunjuk, dan menyediakan informasi yang
13
memungkinkan identifikasi produk yang dikemas, tempat produsen, dan tujuan pengiriman (Paine dan Paine, 1983). Menurut Purwadaria (1998), perancangan kemasan selama pengangkutan ditujukan untuk meredam goncangan dalam perjalanan yang dapat mengakibatkan kememaran dan penurunan kekerasan hortikultura. Faktor yang perlu diperhatikan meliputi kemasan, yaitu jenis, sifat, tekstur, dan dimensi bahan; komoditas yang diangkut, sifat fisik, bentuk, ukuran, struktur, dan pola susunan biaya pengangkutan dibandingkan dengan harga komoditas, permintaan waktu, jarak dan keadaan jalan yang dilintasi. Ada beberapa penyebab kerusakan mekanis selama pengangkutan, yaitu isi kemasan terlalu penuh, isi kemasan kurang (under packing), dan kelebihan tumpukan. E.
TRANSPORTASI Masalah pengangkutan merupakan masalah yang sangat penting pada rantai
pemasaran hortikultura. Pengangkutan mempunyai peranan yang penting pada setiap tingkatan distribusi, sebab harga total hasil hortikultura yang dipasarkan berhubungan erat dengan masalah pengangkutan (Sjaifullah, 1976). Menurut Soedibjo (1985), perlakuan yang kurang sempurna selama pengangkutan dapat mengakibatkan jumlah kerusakan yang dialami oleh komoditi pada waktu sampai ditempat tujuan mencapai lebih kurang 30-50 %. Pada umumnya hambatan-hambatan yang menyebabkan penurunan mutu tersebut adalah kegiatan pasca panen yang tidak sempurna walaupun mutu pada waktu pemanenan sudah baik. Kegiatan penanganan pasca panen meliputi masalah tempat pengumpulan, gradasi/sortasi, pengemasan, pengangkutan, dan pemasaran. Komoditi buah-buahan dan sayur-sayuran harus diangkut secepat mungkin, sebab kedua komoditi tersebut mempunyai sifat mudah rusak. Kerusakan ini akan lebih besar lagi dengan adanya luka dan memar selama pengangkutan dari kebun menuju tempat pengumpulan hingga ke konsumen. Selain terjadinya susut bobot dan kerusakan mekanis akibat adanya goncangan selama dalam perjalanan, biaya angkut yang cukup mahal juga termasuk kendala dalam pengangkutan (Soedibyo, 1992).
14
Pengangkutan dapat dilakukan lewat udara, laut, dan air. Pengangkutan melalui darat merupakan pengangkutan yang paling penting dan akan tetap merupakan sarana utama pengangkutan di negara berkembang di daerah tropika (Pantastico, 1986). Waktu yang diperlukan selama pengangkutan melalui jalan raya lebih pendek dibandingkan dengan bila menggunakan kereta api, meskipun biaya pengangkutannya lebih tinggi (Pantastico, 1986). Goncangan yang terjadi selama pengangkutan baik di jalan raya maupun di rel kereta api dapat mengakibatkan kememaran, susut berat dan memperpendek umur simpan. Hal ini terjadi terutama pada pengangkutan buah-buahan dan sayuran yang tidak dikemas. Meskipun kemasan dapat meredam efek goncangan, tetapi daya redamnya tergantung pada jenis kemasan serta tebal bahan kemasan, susunan komoditas didalam kemasan dan susunan kemasan di dalam alat pengangkut (Purwadaria, 1992). Kegiatan transportasi manggis dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pengangkutan manggis ke gudang eksportir dan ekspor F.
PENYIMPANAN DINGIN Menurut Soesarsono (1988), penyimpanan adalah salah satu cara tindakan
pengamanan yang selalu terkait dengan faktor waktu dengan tujuan menjaga dan mempertahankan nilai komoditi yang disimpan. Peranan penyimpanan antara lain dalam hal penyelamatan dan pengamanan hasil panen, memperpanjang umur simpan, terutama untuk komoditas musiman sehingga dapat mempertahankan harga. Produk dikatakan berada didalam kisaran umur simpannya bila kualitas produk secara umum dapat diterima untuk tujuan seperti yang diinginkan oleh konsumen, serta selama bahan pengemasnya masih memiliki integritas serta melindungi isi kemasan. Menurut
15
Shewfelt (1987), masa simpan ialah batas waktu suatu produk untuk dapat mempertahankan kualitas penerimaannya di bawah kondisi penyimpanan tertentu. Setiap produk hortikultura mempunyai karakteristik penyimpanan tersendiri. Menurut Muchtadi (1992), karakteristik penyimpanan buah-buahan dan sayursayuran dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain : varietas, iklim tempat tumbuh, kondisi tanah, derajat kematangan, dan perlakuan sebelum penyimpanan. Tujuan utama penyimpanan buah segar adalah pengendalian laju transpirasi dan respirasi antara lain mengatur suhu dan kelembababan ruangan, mengendalikan infeksi penyakit dan mempertahankan produk dalam bentuk yang paling berguna bagi konsumen (Pantastico, 1986). Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka penting dijaga agar suhu ruang penyimpanan relatif tetap. Perubahan 2-3 ºC dari suhu yang dikehendaki sebaiknya dicegah. Sayuran dan buah-buahan yang disimpan pada suhu 2-3 ºC lebih tinggi dari yang seharusnya bila suhu pendingin tidak segera dicapai, akan sangat memungkinkan terjadinya pembusukan atau proses pematangan yang tidak baik. Makin lama keadaan di atas saat suhu optimum tersebut berlangsung, makin besar kemungkinan terjadinya kerusakan pada bahan yang akan disimpan (Syarif dan Hariyadi, 1990). Perubahan-perubahan fisik yang umumnya terjadi pada buah-buahan selama pematangan dan penyimpanan diantaranya adalah tekstur, warna, kandungan gula, keasaman, susut bobot, kadar air, dan kandungan vitamin C. Penyimpanan manggis pada beberapa kondisi disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. (a) Kemasan manggis di luar gudang, (b) Kemasan manggis di dalam gudang, (c) Gudang penyimpanan/cold storage.
16
III. A.
METODOLOGI PENELITIAN
TEMPAT DAN WAKTU Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan
Hasil Pertanian (Lab. TPPHP), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari – Maret 2009. B.
BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah manggis dengan indeks
2 dan 3. Bahan lain yang dipergunakan adalah kemasan peti kayu dan kemasan keranjang plastik, serta bahan-bahan lain yang menunjang penelitian ini. Peralatan yang digunakan antara lain meja getar dengan kompresor, timbangan metler untuk mengukur susut bobot, Rheometer tipe CR-300DX untuk mengukur kekerasan buah, Portable Oxygen Tester POT-101 untuk mengukur konsentrasi O2, Continous Gas Analyzer tipe IRA-107 untuk mengukur konsentrasi CO2, refraktometer untuk penentuan total padatan terlarut, ruang pendingin bersuhu 8ºC,13ºC, dan 20ºC, kamera digital, stoples kaca, serta alat penunjang lain yang mendukung penelitian ini. C.
METODA PENELITIAN Prosedur penelitian yang dilakukan adalah : 1. Manggis yang diperoleh dari Desa Karacak Leuwiliang, Bogor dipanen berdasarkan tingkat kematangan optimal sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Lalu, manggis dikumpulkan pada tempat pengumpulan buah manggis dan dilakukan kegiatan sortasi (pemisahan antara buah yang baik dan buah yang tidak baik serta buah yang matang dan buah yang belum matang) berdasarkan indeks kematangan manggis yang telah ditentukan, yaitu indeks 2 dan 3.
17
2. Setelah disortasi manggis tersebut dimasukkan ke dalam keranjang plastik ukuran 40 kg dan langsung diangkut dengan menggunakan kendaraan umum selama ± 1 jam untuk dibawa ke laboratorium. 3. Setelah manggis sampai di laboratorium, dilakukan pembersihan dengan cara dilap dengan kain halus dan bersih. Lalu manggis tersebut dikeringanginkan. 4. Selanjutnya dilakukan sortasi I untuk mengetahui besarnya kerusakan mekanis sebelum dilakukan simulasi transportasi. 5. Manggis kemudian disusun dan dimasukkan ke dalam kemasan, yaitu peti kayu dan keranjang plastik yang berukuran sama dengan panjang 45 cm, lebar 35 cm, dan tinggi 15 cm. 6. Kemasan-kemasan tersebut diatur pada meja getar untuk dilakukan simulasi transportasi. Penggetaran dilakukan selama 2 jam dengan frekuensi 3.4 Hz dan amplitudo 3.7 cm. Seperti yang terlihat pada Gambar 5. 7. Setelah perlakuan goncangan, dari tiap kemasan tersebut dilakukan sortasi II untuk mengetahui besarnya kerusakan mekanis setelah simulasi transportasi. 8. Manggis yang telah disortasi tersebut lalu dimasukkan kedalam toples dengan volume 3300 ml untuk disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 8ºC dan suhu 13ºC, serta pada suhu 20ºC sebagai kontrol. 9. Selama penyimpanan, dilakukan pengamatan kerusakan mekanis, susut bobot, kekerasan, laju respirasi, total padatan terlarut (TPT), warna dan uji organoleptik. Selain itu, dapat ditentukan umur simpan dari tiap kemasan selama penyimpanan.
Gambar 5. Meja Getar Diagram alir pelaksanaan penelitian disajikan pada Gambar 6. 18
Buah manggis dari kebun Sortasi
Transport ke lab.
Pembersihan
Sortasi KM 1
Pengemasan dengan keranjang plastik
Pengemasan dengan peti kayu
Penyusunan di meja getar selama 2 jam dengan frekuensi 3,4 Hz dan amplitudo 3,7 cm
Sortasi KM 2
Penyimpanan pada suhu 8ºC
1. 2.
Penyimpanan pada suhu 13ºC
Penyimpanan pada suhu 20ºC
Penentuan umur simpan Pengamatan terhadap mutu fisik, yaitu kerusakan mekanis, laju respirasi, susut bobot, kekerasan, total padatan terlarut, warna dan uji organoleptik Gambar 6. Diagram alir penelitian
19
D.
PENGAMATAN Pengamatan dilakukan terhadap tingkat kerusakan mekanis, pengukuran laju
respirasi, uji kekerasan, susut bobot, uji warna, total padatan terlarut, dan uji organoleptik. 1.
Tingkat kerusakan mekanis Penetapan kerusakan dilakukan secara visual terhadap buah manggis yang
mengalami kerusakan mekanis, seperti : pecah, memar, patahnya sepal dan luka dari masing-masing kemasan. Pengamatan tingkat kerusakan mekanis manggis dilakukan setelah pengangkutan. Tingkat kerusakan mekanis pada manggis dapat dinyatakan dalam persentase, yaitu : %rusak JumlahRusak 100% JumlahTotal 2.
Pengukuran laju respirasi Penentuan laju respirasi dilakukan selama penyimpanan. Pengukuran laju
respirasi ini bertujuan untuk menentukan pola respirasi. Data yang diperoleh pada pengukuran laju respirasi berupa penambahan konsentrasi gas O2 dan CO2 selama pengamatan pada beberapa tingkat suhu. Pengukuran konsentrasi O2 menggunakan Portable Oxygen Tester POT-101 (Gambar 7), sedangkan untuk mengukur konsentrasi CO2 menggunakan Continous Gas Analyzer tipe IRA107 (Gambar 8). Buah manggis yang telah ditimbang, dimasukkan dalam toples dengan kondisi tertutup rapat. Pada bagian pinggiran penutupnya dilapisi malam agar udara tidak bocor. Kemudian untuk pemasukan dan pengeluaran udara saat pengukuran dibuat 2 selang yang ujungnya dijepit. Saat pengukuran, kedua selang tersebut dihubungkan dengan gas analizer. Setelah pengukuran, toples dibuka selama ± 5 menit agar gas CO2 yang terdapat didalam toples keluar. Pengukuran dilakukan tiap 4 jam pada hari pertama, 8 jam pada hari kedua, 12 jam pada hari ketiga, 16 jam pada hari keempat, dan 24 jam pada hari selanjutnya sampai konsentrasi dalam toples konstan. Lalu laju respirasi dihitung dengan menggunakan persamaan:
20
V dx W dt R = Laju respirasi (ml/kg.jam) R
dimana :
V = Volume bebas (L) W = Berat sampel (kg) dx Perubahan konsentrasi gas terhadap waktu (%) dt
Gambar 7. POT-101 3.
Gambar 8. IRA-107
Uji kekerasan Pengukuran kekerasan buah manggis dilakukan dengan menggunakan
Rheometer tipe CR-300DX. Pengukuran kekerasan ini dilakukan tiap 3 hari sekali. Uji kekerasan diukur berdasarkan tingkat ketahanan buah manggis terhadap jarum penusuk dari Rheometer yang digunakan. Alat ini diset dengan mode 20, beban maksimal 10 kg, kedalaman penekanan 10 mm, kecepatan penurunan beban 60 mm/m, dan diameter probe 5 mm. Pengukuran dilakukan pada 4 titik dibagian tengah buah. Rheometer tipe CR-300DX dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Rheometer
21
4.
Susut bobot Susut bobot ditentukan dengan cara menimbang sampel pada saat
pengambilan sampel pada waktu simpan tertentu. Pengukuran dilakukan tiap 3 hari sekali. Alat yang akan digunakan untuk mengukur susut bobot adalah timbangan metler (Gambar 10). Kehilangan bobot dihitung dengan rumus sebagai berikut : SusutBobot
A B 100% A
Dimana : A = Berat awal penyimpanan (gram) B = Berat pada saat pengambilan setelah waktu simpan (gram)
Gambar 10. Timbangan metler 5.
Uji Warna Pengamatan perubahan warna buah manggis dilakukan setiap 3 hari
sekali. Pengukuran perubahan warna buah manggis menggunakan metode image processing dan menggunakan kamera digital sebagai alat dokumentasi. Pengukuran dilakukan dengan melihat nilai RGB (Red, Green, dan Blue) yang dihasilkan dari kamera digital. Nilai r = var_R, g = var_G, b = var_B. Jika var_R, var_G, var_B > 0.04045, maka: 2.4 x 100 ....................................(1) var_ R var_ R 0.055 1.055
22
2.4 x 100 ....................................(2) var_ G var_ G 0.055 1.055 2.4 var_ B 0.055 var_ B x 100 ....................................(3) 1 . 055
(www.easyrgb.com/index.php?X=MATH&H=02#Top) Jika var_R, var_G, var_B > 0.04045, maka: x 100 ........................................................(4) var_ R var_ R 12.92 x 100 .........................................................(5) var_ G var_ G 12 . 92 x 100 .........................................................(6) var_ B var_ B 12 . 92 Lalu nilai RGB tersebut dikonversi ke XYZ (observer 2o dan illuminant D65): X var_R 0.4124 var_G 0.3576 var_B 0.1805 .................(7) Y var_R 0.2126 var_G 0.7152 var_B 0.0722 .................(8) Z var_R 0.0193 var_G 0.1192 var_B 0.9505 ..................(9)
Hunter Lab adalah : ( H ) L 10 Y ..............................................................................(10)
................................................(11) ( H )a 17.5 1.02 X Y Y ...................................................(12) ( H )b 7 Y 0.847 Z Y (www.easyrgb.com/index.php?X=MATH&H=05#text5) Nilai L menunjukkan kecerahan (Lightness) dengan nilai 100 untuk warna puti dan 0 untuk warna hitam. Nilai a menunjukkan warna merah bila nilainya positif, abu-abu bila nilainya 0, dan hijau bila nilainya negatif. Sedangkan nilai b menunjukkan warna kuning bila nilainya positif, abu-abu bila nilainya 0, dan biru jika nilainya negatif.
23
6.
Total padatan terlarut Besarnya total padatan terlarut pada buah manggis dapat diketahui
dengan menggunakan refraktometer. Total padatan terlarut tersebut didapat dari filtrat daging buah manggis. Daging buah dilumatkan, lalu hasilnya diletakkan pada prisma refraktometer yang telah dikalibrasi. Kemudian dilakukan pembacaan. Besarnya nilai total padatan terlarut dinyatakan dalam ºBrix. Angka refraktometer menunjukkan kadar total padatan terlarut yang mewakili rasa manis. Pengukuran total padatan terlarut dilakukan setiap 3 hari sekali. Refraktometer dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Refraktometer 7.
Uji organoleptik Pengujian terhadap mutu organoleptik buah manggis dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana konsumen menerima perubahan sifat fisik dan kimia buah manggis selama penyimpanan. Uji organoleptik ini dilakukan terhadap warna, kesegaran sepal, kekerasan, rasa, dan kesukaan secara umum dari beberapa panelis dengan menggunakan uji hedonik (uji kesukaan). Panelis yang digunakan sebanyak 2 orang. Skor hedonik yang digunakan mempunyai rentangan skor 1-7, dari sangat tidak suka sampai sangat suka. Pengujian dilakukan setiap 3 hari sekali. E.
RANCANGAN PERCOBAAN Penelitian yang akan dilakukan, menggunakan dua faktor yaitu pengemasan
dan suhu penyimpanan. Faktor pertama merupakan faktor tetap yang terdiri dari dua jenis kemasan (K) yaitu : (1) pengemasan dengan peti kayu (K1) dan (2) pengemasan dengan keranjang plastik (K2). Faktor kedua juga merupakan faktor tetap yang terdiri
24
dari tiga jenis suhu penyimpanan (T) yaitu : (1) penyimpanan pada suhu 8 oC (T1), (2) penyimpanan pada suhu 13oC (T2), (3) penyimpanan pada suhu 20oC (T3). Dua faktor tersebut akan menghasilkan kombinasi-kombinasi perlakuan yaitu: K1T1, K1T2, K1T3, K2T1, K2T2, K2T3. Rancangan percobaan yang dilakukan adalah Faktorial dalam waktu (Factorial in time) dengan dua faktor dan dua ulangan. Model linier dari rancangan ini sama seperti model linier dari rancangan dasar yang digunakan ditambahkan dengan pengaruh waktu dan interaksinya dengan perlakuan. Model umum dari rancangan ini adalah : yijkl = μ + Ai + Bj + ABij + δijk + Wl + γkl + AWil + BWjl + ABWijl + εijkl yijkl
= Respon dari faktor pengemasan ke-i, faktor suhu penyimpanan ke-j, ulangan ke-k, waktu ke-l
μ
= Rataan umum
Ai
= Pengaruh faktor pengemasan ke-i, i= 1, 2
Bj
= Pengaruh faktor suhu penyimpanan ke-j, j= 1, 2, 3
ABij
= Pengaruh interaksi faktor pengemasan ke-i dan faktor suhu penyimpanan ke-j
δijk
= Pengaruh acak dari perlakuan
Wl
= Pengaruh waktu ke-l, l = 1, 2, ... , 20
γkl
= Pengaruh acak dari waktu
AWil
= Pengaruh interaksi faktor pengemasan ke-i dan waktu ke-l
BWjl
= Pengaruh interaksi faktor suhu penyimpanan ke-j dan waktu ke-l
ABWijl = Pengaruh interaksi faktor pengemasan ke-i, faktor suhu penyimpanan ke-j dan waktu ke-l εijkl
= Pengaruh acak dari interaksi waktu dengan perlakuan Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali terhadap beberapa respon. Respon
yang akan diamati yaitu : tingkat kerusakan mekanis, susut bobot, uji kekerasan, pengukuran laju respirasi, total padatan terlarut, uji warna dan uji organoleptik. Setiap respon akan diamati pengaruh dari kombinasi faktor yang diberikan sehingga akan diketahui jenis kemasan dan suhu penyimpanan yang berpengaruh terhadap umur simpan dan mutu buah manggis.
25
IV. 4.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat Kerusakan Mekanis Setelah Simulasi Transportasi Simulasi transportasi dilakukan untuk mendapatkan kondisi yang homogen
pada tiap ulangan yang sulit diperoleh dalam kondisi real di jalan, dan untuk menghemat biaya. Selama simulasi transportasi, tiap kemasan diguncang selama 2 jam dengan frekuensi 3.4 Hz dan amplitudo 3.7 cm. Seperti yang terlihat pada Lampiran 1, berdasarkan konversi angkutan truk selama 0.5 jam 30 km, maka simulasi pengangkutan dengan truk selama 2 jam di jalan luar kota setara dengan 127.402 km. Sedangkan pada jalan buruk aspal berdasarkan konversi angkutan truk selama 1 jam 30 km, maka simulasi pengangkutan dengan truk selama 2 jam setara dengan 123.532 km. Kemasan yang digunakan adalah peti kayu dan keranjang plastik. Pemilihan kemasan peti kayu dikarenakan peti kayu merupakan kemasan buah yang paling banyak digunakan di Indonesia, lebih ringkas dan rapi, serta biaya kemasan relatif lebih murah. Sedangkan pemilihan kemasan keranjang plastik dikarenakan keranjang plastik banyak digunakan untuk pengangkutan buah dari kebun ke lokasi pengemasan, pasar induk atau pabrik pengolahan, pengangkutan buah dari suplier ke pasar swalayan, dan pengangkutan dari pasar induk ke pengecer selanjutnya. Selain itu, kemasan keranjang plastik memiliki beberapa kelebihan seperti : dari segi ketahanan dan kekuatan, dapat digunakan berulang-ulang, dan mudah diatur dalam alat angkut. Kedua kemasan mempunyai ukuran yang sama, dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi berturut-turut adalah 45 cm, 35 cm, dan 15 cm. Pada kemasan peti kayu, berisi manggis sebanyak 125 buah. Sedangkan pada keranjang plastik berisi 115 buah manggis. Jumlah buah yang tidak sama tiap kemasan dikarenakan ukuran buahnya yang kurang seragam. Berikut disajikan gambar penyusunan kemasan diatas meja getar, seperti yang terlihat pada Gambar 12 dibawah ini.
26
Gambar 12. Penyusunan kemasan peti kayu dan keranjang plastik diatas meja getar. Setelah disimulasikan, manggis dari tiap kemasan disortir untuk mengetahui besarnya kerusakan mekanis setelah simulasi transportasi. Pada pengemasan buah manggis, penetapan kerusakan dilakukan secara visual terhadap buah manggis yang mengalami kerusakan mekanis, seperti patahnya sepal, pecah, memar, dan luka dari masing-masing kemasan. Penampakan kerusakan mekanis tersebut dapat dilihat pada Gambar 13.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 13. Kerusakan buah manggis (a) sepal patah, (b) pecah, (c) memar, dan (d) luka gores. Penyebab kerusakan mekanis yang terjadi selama pengangkutan adalah isi kemasan terlalu penuh ataupun terlalu kurang dan penumpukan kemasan yang terlalu tinggi. Isi kemasan yang terlalu penuh mengakibatkan bertambahnya tekanan pada buah, sedangkan isi kemasan yang terlalu kurang akan menyebabkan buah yang terletak pada bagian atas saling berbenturan dan terlempar karena getaran maupun benturan yang berlangsung selama simulasi transportasi. Penumpukan kemasan yang terlalu tinggi menyebabkan buah pada lapisan dasar dalam kemasan yang paling
27
bawah dari tumpukan akan mengalami kerusakan akibat penambahan tekanan dari tumpukan kemasan (Darmawati, 1994). Pada kemasan peti kayu, persentase kerusakan mekanisnya jauh lebih besar dari pada kemasan keranjang plastik. Terlihat dari Lampiran 2, pada ulangan 1 tingkat kerusakan mekanis pada kemasan peti kayu sebesar 5,6% dan pada kemasan keranjang plastik tingkat kerusakan mekanisnya sebesar 5,22%. Sedangkan pada ulangan 2, tingkat kerusakan mekanis pada peti kayu sebesar 8% dan pada kemasan keranjang plastik hanya sebesar 6,96%. Hal ini mungkin disebabkan karena kondisi permukaan kemasan peti kayu dengan keadaan tidak halus atau kasar, sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan pada permukaan kulit buah manggis. Buah manggis dapat mengalami benturan dengan kemasan dan antar buah itu sendiri sehingga mengakibatkan memar dan luka. Namun, sebagian besar kerusakan disebabkan karena patahnya sepal. Sedangkan pada kemasan keranjang plastik, tingkat kerusakan mekanisnya lebih kecil daripada peti kayu. Hal ini mungkin dikarenakan permukaan dinding keranjang plastik yang lebih halus. Selain itu, keranjang plastik termasuk dalam kemasan fleksibel, mempunyai bobot yang ringan, serta volume produk yang terkemas dapat sesuai keinginan. Pengemasan dengan keranjang plastik bisa disusun bertumpuk dan bisa dimuatkan satu sama lain sehingga bisa disusun tumpuk dengan aman. Tingkat kerusakan mekanis yang tinggi saat transportasi dapat mengakibatkan meningkatnya susut bobot, menurunnya kekerasan, meningkatnya total padatan terlarut, serta perubahan warna. Hal ini dapat menyebabkan buah yang berada dalam kemasan menjadi cepat matang, sehingga akan mempercepat proses pembusukan. Menurut Pantastico (1989), menyatakan bahwa wadah-wadah yang dipakai dalam kegiatan distribusi haruslah cukup untuk menahan penumpukan dan dampak pemuatan dan pembongkaran tanpa menimbulkan kememaran pada barang-barang yang lunak. Sehingga keranjang plastik lebih tepat digunakan untuk pengemasan buah manggis.
28
4.2
Pengaruh Pengemasan Terhadap Mutu Fisik Manggis a.
Laju Respirasi Hasil pertanian setelah dipanen masih melakukan aktivitas biologis, seperti
respirasi. Laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk mengetahui daya simpan komoditi pertanian, khususnya manggis. Salah satu upaya untuk memperpanjang waktu simpan produk hortikultura adalah dengan pengemasan yang baik. Dengan pengemasan ini diharapkan dapat mengurangi terjadinya kerusakan karena terjadinya benturan sesama produk selama proses transportasi. Selain itu, pengemasan dapat mengendalikan kelembaban dari produk sehingga produk dapat tetap segar. Pengukuran laju respirasi hasil panen komoditi pertanian seperti buahbuahan dapat diukur dari jumlah karbondioksida yang diproduksi atau oksigen yang dikonsumsi dalam suatu kemasan selama penyimpanan (Winarno dan Wirakartakusumah, 1981). Konsentrasi CO2 dan O2 yang terukur dinyatakan dalam persen (%). Dari nilai konsentrasi tersebut, akan ketahui besarnya laju respirasi buah manggis yang dinyatakan dalam ml/kg jam. Berikut disajikan grafik laju respirasi CO2 dari tiap kemasan yang dapat dilihat pada Gambar 14
Laju respirasi CO2 (ml/kg.jam)
dan 15. 30 25 20 15 10 5 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Hari ke8oC 8⁰C
13⁰C 13oC
20⁰C 20oC
Gambar 14. Grafik perubahan laju respirasi CO2 manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu.
29
Laju respirasi CO2 (ml/kg.jam)
30 25 20 15 10 5 0 0
1 2
3 4
5
6 7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Hari ke-
8⁰C 8oC
13⁰C 13oC
20⁰C 20oC
Gambar 15. Grafik perubahan laju respirasi CO2 manggis yang dikemas dalam peti kayu terhadap waktu. Dari grafik diatas terlihat bahwa laju respirasi manggis yang dikemas dalam peti kayu lebih tinggi dari pada laju respirasi manggis yang dikemas dalam keranjang plastik. Hal ini mungkin dikarenakan buah manggis yang dikemas dalam peti kayu lama kelamaan akan mengalami kerusakan. Meskipun sebelum penyimpanan telah dilakukan sortasi secara visual, namun kerusakan buah seperti luka gores dan memar yang tidak kelihatan diawal penyimpanan lama kelamaan akan membesar. Sehingga dapat mempercepat laju respirasi. Seperti yang terlihat pada Lampiran 3 dan 4, pada akhir penyimpanan di suhu 13ºC, laju respirasi CO2 manggis yang dikemas dalam keranjang plastik sebesar 8.64 ml/kg.jam. Sedangkan laju respirasi CO2 manggis yang dikemas dalam peti kayu sebesar 12.59 ml/kg.jam. Hal ini jelas mempengaruhi umur simpan buah manggis. Menurut Phan et. al. (1986) bila laju respirasi tinggi, biasanya umur simpannya pendek. Sehingga dapat dikatakan bahwa buah manggis yang dikemas dalam keranjang plastik mempunyai umur simpan yang lebih lama daripada manggis yang dikemas dalam peti kayu.
30
b.
Susut Bobot Selama penyimpanan, buah manggis mengalami proses respirasi dan
transpirasi, sehingga senyawa-senyawa kompleks yang terdapat di dalam sel pecah menjadi molekul- molekul sederhana seperti menguapnya CO2 dan H2O. Menurut Wills et. al. (1981), penguapan komponen CO2 dan H2O menyebabkan buah mengalami pengurangan bobot. Pengukuran susut bobot pada buah manggis dilakukan selama penyimpanan.
Persentase susut bobot selama
penyimpanan pada kemasan peti kayu dan keranjang plastik dapat dilihat pada
Persentase susut bobot (%)
Gambar 16, 17, 18 dibawah ini. 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4
K. plastik
0.3
peti kayu
0.2 0.1 0 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
hari ke-
Gambar 16. Grafik perubahan persentase susut bobot manggis yang disimpan pada
Persentase susut bobot (%)
suhu 8ºC terhadap waktu. 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0
K. plastik peti kayu
0
3
6
9
12
15 18 hari ke-
21
24
27
30
Gambar 17. Grafik perubahan persentase susut bobot manggis yang disimpan pada suhu 13ºC terhadap waktu.
31
Persentase susut bobot (%)
3 2.5 2 1.5
K. plastik
1
peti kayu
0.5 0 0
3
6
9
12
15 18 hari ke-
21
24
27
30
Gambar 17. Grafik perubahan persentase susut bobot manggis yang disimpan pada suhu 20ºC terhadap waktu. Dari ketiga grafik diatas terlihat bahwa persentase susut bobot tiap suhu penyimpanan pada kemasan keranjang plastik dan peti kayu lama kelamaan semakin meningkat hingga akhir penyimpanan. Hal ini dikarenakan pengurangan kandungan air pada proses respirasi dan transpirasi, sehingga bobot manggis semakin menurun dan meningkatkan persentase susut bobot hingga akhir penyimpanan. Susut bobot tertinggi yang dihasilkan adalah pada manggis yang dikemas dengan peti kayu dan disimpan pada suhu 20⁰C, yaitu sebesar 2.5%. Dari analisis sidik ragam yang telah dilakukan, waktu berpengaruh nyata terhadap susut bobot. Berdasarkan uji Duncan, waktu yang paling berpengaruh terhadap susut bobot adalah pada hari ke-27. Pada akhir penyimpanan pada suhu 13ºC (Gambar 17), persentase susut bobot manggis yang dikemas dalam keranjang plastik sebesar 1,39%. Sedangkan manggis yang dikemas dalam peti kayu mempunyai persentase susut bobot sebesar 1,58%. Terlihat bahwa persentase susut bobot buah manggis yang dikemas dalam peti kayu lebih besar daripada manggis yang dikemas dengan keranjang plastik. Hal ini berarti buah manggis yang dikemas dalam peti kayu lebih banyak berespirasi dan bertranspirasi. Jadi dapat dikatakan bahwa pengemasan dengan keranjang plastik lebih bagus daripada pengemasan dengan peti kayu. Dari analisis sidik ragam terbukti bahwa jenis
32
kemasan juga berpengaruh nyata terhadap susut bobot. Namun saat uji Duncan dilakukan, tidak terlihat pengaruhnya terhadap susut bobot. c.
Kekerasan Menurut Tongdee dan Sawanagul (1989), pengerasan cangkang buah
secara fisiologis terjadi setelah mengalami proses pemasakan, yaitu setelah melalui proses klimaterik disertai dengan dehidrasi tinggi. Lama kelamaan permukaan buah secara keseluruhan mengalami pengerasan sehingga sangat sulit untuk dibuka. Berikut grafik perubahan kekerasan selama penyimpanan pada beberapa suhu yang dapat dilihat pada Gambar 19, 20, dan 21. 3.5
kekerasan (kgf)
3 2.5 2
K. plastik
1.5
peti kayu
1 0.5 0 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
hari ke-
Gambar 19. Grafik perubahan kekerasan manggis yang disimpan pada suhu 8ºC terhadap waktu.
33
1.8 1.6 kekerasan (kgf)
1.4 1.2 1
K. plastik
0.8
peti kayu
0.6 0.4 0.2 0 0
3
6
9
12
15 18 hari ke-
21
24
27
30
Gambar 20. Grafik perubahan kekerasan manggis yang disimpan pada suhu 13ºC terhadap waktu. 2.5
kekerasan (kgf)
2 1.5
K. plastik peti kayu
1 0.5 0 0
3
6
9
12 15 hari ke-
18
21
24
27
Gambar 21. Grafik perubahan kekerasan manggis yang disimpan pada suhu 20ºC terhadap waktu. Pada akhir penyimpanan suhu 13ºC (Lampiran 5), manggis yang dikemas dalam keranjang plastik mempunyai nilai kekerasan sebesar 1.46 kgf. Sedangkan manggis yang dikemas dalam peti kayu mempunyai nilai kekerasan sebesar 1.68 kgf. Dari ketiga grafik diatas pun, terlihat bahwa kemasan peti kayu mempunyai nilai kekerasan yang lebih besar daripada kemasan keranjang plastik. Hal ini mungkin disebabkan karena pada kemasan peti kayu tingkat kerusakan mekanisnya lebih besar daripada keranjang plastik. Sehingga nilai
34
kekerasannya pun akan lebih besar akibat dari kerusakan mekanis tersebut. Namun pada analisis sidik ragam terlihat bahwa jenis kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan. d.
Total Padatan Terlarut Menurut Sjaifullah (1996), kandungan total padatan terlarut pada suatu
bahan menunjukkan kandungan gula yang terdapat pada bahan tersebut. Pengamatan total kandungan gula berguna sebagai indikator adanya perubahan atau kerusakan dalam bahan. Proses respirasi yang berlangsung pada produk pertanian selama penyimpanan, akan menggunakan substrat pada jaringan bahan tersebut. Ada tiga jenis substrat yang digunakan dalam proses respirasi hasil panen produk pertanian, yaitu asam lemak, gula (karbohidrat) dan asam amino (Pantastico, 1989). Sehingga semakin lama penyimpanan, maka semakin banyak substrat gula yang digunakan untuk respirasi dan akan menurunkan kandungan gula dalam buah manggis. Grafik total padatan terlarut buah manggis yang disimpan pada beberapa suhu, dapat dilihat pada Gambar 22, 23, dan 24. 25
TPT (Brix)
20 K. plastik
15
peti kayu
10 5 0 0
3
6
9
12
15 18 hari ke-
21
24
27
30
Gambar 22. Grafik perubahan total padatan terlarut manggis yang disimpan pada suhu 8ºC terhadap waktu.
35
25 20 TPT (Brix)
15
K. plastik peti kayu
10 5 0 0
3
6
9
12
15 18 hari ke-
21
24
27
30
Gambar 23. Grafik perubahan total padatan terlarut manggis yang disimpan pada suhu 13ºC terhadap waktu. 25
TPT (Brix)
20 15 10
K. plastik peti kayu
5 0 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
hari ke-
Gambar 24. Grafik perubahan total padatan terlarut manggis yang disimpan pada suhu 20ºC terhadap waktu. Nilai total padatan terlarut buah manggis tiap kemasan cenderung menurun hingga akhir penyimpanan. Manggis yang dikemas dalam peti kayu mempunyai nilai total padatan terlarut sebesar 14,9ºBrix. Sedangkan nilai total padatan terlarut manggis yang dikemas dalam keranjang plastik 13,55ºBrix. Dari ketiga grafik diatas pun terlihat bahwa manggis yang dikemas dalam peti kayu memiliki nilai total padatan terlarut yang lebih besar daripada manggis yang dikemas dalam keranjang plastik. Namun berdasarkan analisis sidik ragam, jenis kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut.
36
e.
Warna Warna merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menilai
mutu fisik suatu produk. Perubahan warna pada manggis yang disimpan pada suhu 13ºC hingga akhir penyimpanan semakin menurun. Pada akhir penyimpanan suhu 13ºC, manggis yang dikemas dalam keranjang plastik mempunyai nilai L, a, b sebesar 30.77, 4.69, dan 9.05. Sedangkan manggis yang dikemas dalam peti kayu mempunyai nilai L, a, b sebesar 31.04, 9.45, dan 11.57. Perubahan tingkat kecerahan (nilai L), tingkat kehijauan (nilai a), dan tingkat kekuningan (nilai b) dari tiap pengukuran dapat dilihat pada Gambar 25,
Nilai L
26, dan 27 dibawah ini. 31.3 31.2 31.1 31.0 30.9 30.8 30.7 30.6 30.5 30.4 30.3 30.2
K. plastik Peti kayu
0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
Hari ke-
Gambar 25. Grafik perubahan tingkat kecerahan (nilai L) manggis yang disimpan pada suhu 13ºC terhadap waktu.
37
30 25 Nilai a
20 15 K. plastik
10
Peti kayu
5 0 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
Hari ke-
Gambar 26. Grafik perubahan tingkat kehijauan (nilai a) manggis yang disimpan pada suhu 13ºC terhadap waktu. 16 14
Nilai b
12 10 8 6
K. plastik
4
Peti kayu
2 0 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
Hari ke-
Gambar 27. Grafik perubahan tingkat kekuningan (nilai b) manggis yang disimpan pada suhu 13ºC terhadap waktu. Dari ketiga grafik diatas terlihat bahwa manggis yang dikemas dalam peti kayu mempunyai nilai L, a, b yang lebih besar daripada manggis yang dikemas dalam keranjang plastik. Berdasarkan analisis sidik ragam, jenis kemasan berpengaruh nyata terhadap tingkat kecerahan (nilai L) dan tingkat kehijauan (nilai a). Namun saat uji lanjut Duncan dilakukan, terlihat bahwa jenis kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai L dan nilai a tersebut.
38
f.
Uji Organoleptik Uji organoleptik bertujuan untuk mengetahui sejauh mana konsumen
menerima perubahan sifat fisik dan kimia buah manggis selama penyimpanan. Uji organoleptik ini dilakukan terhadap tingkat kesukaan dari beberapa panelis dengan menggunakan uji hedonik. Skor hedonik yang diberikan mempunyai nilai 1-7, dan nilai 4 dijadikan sebagai batas netralnya. Berikut disajikan grafik tingkat kesukaan terhadap buah manggis yang dikemas dalam keranjang plastik
Skor hedonik
tiap suhu penyimpanan. 8 7 6 5 4 3 2 1 0
K. plastik peti kayu
3
6
9
12
15
18
21
24
27
Hari ke-
Gambar 28. Grafik perubahan tingkat kesukaan manggis yang disimpan pada suhu
Skor hedonik
8ºC terhadap waktu. 8 7 6 5 4 3 2 1 0
K. plastik peti kayu
3
6
9
12
15
18
21
24
27
Hari ke-
Gambar 29. Grafik perubahan tingkat kesukaan manggis yang disimpan pada suhu 13ºC terhadap waktu.
39
Gambar 30. Grafik perubahan tingkat kesukaan manggis yang disimpan pada suhu 20ºC terhadap waktu. Dari Gambar 28, 29, dan 30 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaan terhadap buah manggis yang dikemas dengan keranjang plastik lebih besar dari pada buah manggis yang dikemas dalam peti kayu. Misalnya pada manggis yang dikemas dalam keranjang plastik dan disimpan pada suhu 13ºC, pada akhir penyimpanannya mempunyai skor hedonik sebesar 4.33. sedangkan manggis yang dikemas dalam peti kayu pada akhir penyimpanannya mempunyai skor hedonik sebesar 4. Hal ini mungkin disebabkan karena tingkat kerusakan mekanis pada peti kayu lebih besar. Sehingga ingga tingkat kesukaan konsumen terhadap buah manggis pun semakin berkurang. Namun secara keseluruhan hingga akhir penyimpanan pada hari ke-27, ke buah manggis masih dapat diterima oleh konsumen. Hasil analisis sidik ragam menyatakan bahwa jenis kemasan berpengaruh berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan. Dari uji Duncan, uncan, dapat dilihat bahwa kemasan yang paling berpengaruh terhadap tingkat kesukaan adalah kemasan keranjang plastik. 4.3
Pengaruh Suhu Penyimpanan P Terhadap Mutu Fisik Manggis a.
Laju Respirasi Menurut Pantastico (1986), laju respirasi yang tinggi biasanya disertai
dengan umur simpan yang pendek. Penyimpanan suhu rendah dapat menekan
40
kecepatan laju respirasi dan transpirasi sehingga kedua proses ini berjalan lambat, akibatnya ketahanan simpan dari buah manggis cukup panjang dengan susut bobot minimal (Hasbi et. al., 2006). Manggis yang dikemas dalam peti kayu dan disimpan pada suhu 8ºC, 13ºC, dan 20ºC hingga akhir penyimpanannya mempunyai laju respirasi CO2 berturut-turut sebesar 4.19 ml/kg.jam, 12.59 ml/kg.jam, dan 16.69 ml/kg.jam. Berikut grafik laju respirasi tiap suhu penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 31, 32, dan 33 di bawah ini. Laju respirasi (ml/kg.jam)
16 14 12 10 8 6 4 2 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
LRCO2 CO2 LR
Hari ke-
LRLR O2O2
Gambar 31. Grafik perubahan laju respirasi CO2 manggis yang disimpan dalam
Laju respirasi (ml/kg.jam)
suhu 8ºC terhadap waktu. 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
CO2 LRLR CO2
Hari ke-
LRLR O2O2
Gambar 32. Grafik perubahan laju respirasi CO2 manggis yang disimpan dalam suhu 13ºC terhadap waktu.
41
Laju respirasi (ml/kg.jam)
30 25 20 15 10 5 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
CO2 LRLR CO2
Hari ke-
LRLR O2O2
Gambar 33. Grafik perubahan laju respirasi CO2 manggis yang disimpan dalam suhu 20ºC terhadap waktu. Dari grafik diatas, terlihat bahwa laju respirasi buah manggis yang disimpan pada suhu 20ºC lebih besar. Hal ini dikarenakan pada suhu tinggi, buah akan cepat berespirasi. Laju respirasi menunjukkan kecenderungan menurun selama penyimpanan. Hal ini karena dalam aktivitas respirasi, manggis memerlukan oksigen dari udara sekitar. Bila oksigen dalam kemasan menipis, sedang respirasi masih berlanjut (penyimpanan diteruskan), kebutuhan oksigen untuk respirasi diambil dari jaringan bahan simpan (manggis). Pada kondisi ini produk menjadi rusak dan mutunya turun. Penurunan laju respirasi yang ditunjukkan oleh penurunan CO2 yang dihasilkan juga disebabkan oleh berkurangnya aktifitas enzim dekarbosilase (Winarno dan Wirakartakusumah, 1981). Berdasarkan analisis ragam sidik, waktu berpengaruh nyata terhadap laju respirasi. Dari uji Duncan, waktu yang paling berpengaruh terhadap laju respirasi CO2 adalah pada hari ke-0, sedangkan waktu yang paling berpengaruh terhadap laju respirasi O2 adalah pada hari ke-27. Dari hasil yang didapatkan, berdasarkan pola respirasinya manggis tergolong kedalam buah dengan respirasi non klimaterik. Hal ini dikarenakan pada grafik memperlihatkan laju respirasi buah yang terus menurun. Meskipun
42
dari tiap grafik terlihat peningkatan laju respirasi diakhir
penyimpanan,
sebenarnya bukan produk (manggis) yang berespirasi tetapi mikroorganisme yang ada disekitar manggis. Hal inilah yang menyebabkan grafik laju respirasi terlihat meningkat. b.
Susut Bobot Susut bobot dapat diartikan sebagai kehilangan kandungan air pada produk.
Hal ini dapat mempengaruhi tekstur, penampakan fisik, dan nilai gizinya. Persentase susut bobot manggis yang dikemas dalam keranjang plastik dan disimpan pada suhu 8ºC, 13ºC, 20ºC pada akhir penyimpanan masing-masing sebesar 0.48%, 1.39%, 2.16%. Sedangkan persentase susut bobot manggis yang dikemas dalam peti kayu dan disimpan pada suhu 8ºC, 13ºC, 20ºC pada akhir penyimpanan adalah sebesar 0.76%, 1.58%, dan 2.50%. Grafik perubahan susut bobot buah manggis tiap suhu penyimpanan yang dikemas dalam keranjang
Persentase susut bobot (%)
plastik dan peti kayu dapat dilihat pada Gambar 34 dan 35 dibawah ini. 2.5 2 1.5
8⁰C 8oC
1
13oC 13⁰C
0.5
20oC 20⁰C
0 0
3
6
9
12
15 18 hari ke-
21
24
27
30
Gambar 34. Grafik perubahan persentase susut bobot manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu.
43
Persentase susut bobot (%)
3 2.5 2 8oC 8⁰C
1.5
13⁰C 13oC
1
20⁰C 20oC
0.5 0 0
3
6
9
12
15 18 hari ke-
21
24
27
30
Gambar 35. Grafik perubahan persentase susut bobot manggis yang dikemas dalam peti kayu terhadap waktu. Dari Gambar 34 dan 35 terlihat bahwa semakin tinggi suhu penyimpanan maka semakin meningkat persentase susut bobotnya. Sehingga persentase susut bobot yang terbesar pada tiap kemasan adalah pada manggis yang disimpan pada suhu 20ºC, sedang persentase susut bobot terkecil adalah pada penyimpanan dengan suhu 8ºC. Menurut Setyadjit dan Syaifullah (1994), suhu tinggi menyebabkan proses transpirasi lebih cepat dari pada suhu rendah. Transpirasi yang tinggi dapat menurunkan kadar air buah sehingga susut bobot menjadi besar. Selain itu suhu tinggi menyebabkan respirasi meningkat. Diduga gula yang dihasilkan pada proses fotosintesis akan dipecah untuk menghasilkan CO2 dan air pada proses respirasi, sehingga berat buah berkurang. Dari analisis sidik ragam, terbukti bahwa suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap susut bobot buah manggis selama penyimpanan. Dari uji Duncan, penyimpanan dengan suhu 20ºC paling berpengaruh nyata terhadap susut bobot, karena mempunyai nilai rataan terbesar yaitu 1,166. c.
Kekerasan Kekerasan buah manggis merupakan indikator kerusakan yang sering
digunakan untuk menilai mutu buah manggis. Salah satu masalah yang dihadapi dalam mempertahankan mutu manggis adalah terjadinya pengerasan kulit buah manggis yang disimpan pada jangka waktu yang lama. Kekerasan sangat
44
tergantung pada ketebalan kulit luar, kandungan total zat padat dan kandungan pati yang terdapat pada produk. Tingkat kekerasan buah manggis pada tiap kemasan dapat dilihat pada Gambar 36 dan 37. 3
kekerasan (kgf)
2.5 2
8oC 8⁰C 13oC 13⁰C
1.5
20oC 20⁰C
1 0.5 0 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
hari ke-
Gambar 36. Grafik perubahan kekerasan manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu. 3.5
kekerasan (kgf)
3 2.5
8oC
8⁰C
2
13oC 13⁰C 20oC
1.5
20⁰C
1 0.5 0 0
3
6
9
12
15 18 hari ke-
21
24
27
30
Gambar 37. Grafik perubahan kekerasan manggis yang dikemas dalam peti kayu terhadap waktu. Dari Gambar 36 dan 37, terlihat bahwa kekerasan buah manggis selama penyimpanan semakin meningkat. Pada suhu 8⁰C dan 20⁰C terlihat bahwa nilai kekerasan manggis meningkat pada hari ke-18. Sedangkan pada suhu 13⁰C nilai kekerasan mulai meningkat pada hari ke-24. Berdasarkan analisis sidik ragam, 45
waktu sangat berpengaruh nyata terhadap kekerasan buah manggis selama penyimpanan. Dari uji Duncan yang telah dilakukan, waktu yang paling berpengaruh nyata terhadap kekerasan adalah pada hari ke-27. Dari kedua grafik diatas, terlihat bahwa penyimpanan dengan suhu 8ºC memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi daripada penyimpanan dengan suhu 13ºC dan 20ºC. Manggis yang dikemas dalam keranjang plastik dan disimpan pada suhu 8ºC mempunyai mempunyai nilai kekerasan sebesar 2.61 kgf. Sedangkan manggis yang disimpan pada suhu 13ºC dan 20ºC mempunyai nilai kekerasan sebesar 1.46 kgf dan 1.77 kgf. Hal ini dikarenakan pada suhu 8ºC sering terjadi chilling injury. Chilling injury termasuk ke dalam kerusakan fisik. Menurut Satuhu (1997), hal terpenting yang harus diperhatikan pada penyimpanan dengan suhu rendah ialah penggunaan suhu yang tepat. Sehingga suhu yang digunakan tidak boleh terlalu rendah karena dapat menyebabkan terjadi kerusakan buah akibat suhu dingin (chilling injury). Secara visual kerusakan manggis akibat suhu dingin dapat dilihat dari tingkat kekerasannya selama penyimpanan. Manggis lama kelamaan mengeras karena penyimpanan pada suhu rendah tersebut. Pada analisis sidik ragam, terlihat bahwa suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kekerasan. Dari uji Duncan, dapat dilihat bahwa suhu penyimpanan yang paling berpengaruh nyata terhadap kekerasan buah manggis adalah pada suhu 8ºC. Sedangkan penyimpanan pada suhu 20ºC, akan menyebabkan buah manggis cepat busuk, karena terjadinya kerusakan pada buah tersebut. Menurut Syarif dan Hariyadi (1990), keadaan kondisi penyimpanan di atas suhu optimum jika berlangsung semakin lama, maka semakin besar kemungkinan terjadinya kerusakan pada bahan yang akan disimpan. Dari hasil yang telah didapatkan, penyimpanan pada suhu 13ºC mempunyai nilai kekerasan yang lebih rendah.
46
d.
Total Padatan Total Menurut Azudin dan Agustin (1986), hubungan antara total padatan terlarut
dan kandungan gula adalah bahwa hampir semua kandungan total padatan terlarut dalam sari daging buah manggis terbentuk dari glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Manggis memiliki daging buah atau pulp yang putih, berair, dan lembut dengan nilai TPT berkisar antara 17-20 ºBrix (Kader, 2006). Berikut disajikan grafik total padatan terlarut dari tiap kemasan dalam Gambar 38 dan 39. 25 20
8oC 8⁰C
TPT (Brix)
15
13oC 13⁰C 20oC 20⁰C
10 5 0 0
3
6
9
12
15 18 hari ke-
21
24
27
30
Gambar 38. Grafik perubahan total padatan terlarut manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu. 25
TPT (Brix)
20
8oC 8⁰C
15
13oC 13⁰C 20oC 20⁰C
10 5 0 0
3
6
9
12
15 18 hari ke-
21
24
27
30
Gambar 39. Grafik perubahan total padatan terlarut manggis yang dikemas dalam peti kayu terhadap waktu.
47
Dari grafik diatas, terlihat bahwa nilai total padatan terlarut bervariasi. Hal ini mungkin dikarenakan buah yang digunakan tiap pengamatan berbeda. Namun, dari grafik menunjukkan bahwa nilai total padatan terlarut cenderung menurun hingga akhir penyimpanan. Berdasarkan analisis sidik ragam, waktu berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut. Pada uji Duncan terlihat bahwa waktu yang paling berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut dari buah manggis adalah pada hari ke-0. Menurut Azudin dan Agustin (1986), berbagai faktor termasuk suhu penyimpanan dapat mempengaruhi susunan gula dalam buah manggis, variasi faktor intrinsik buah karena perbedaan klon dan lokasi penanaman manggis juga dapat mempengaruhi komposisi kandungan TPT buah manggis. Pada awal penyimpanan kandungan total padatan terlarut manggis tinggi. Hal ini dikarenakan buah mengalami pematangan dan terjadi perombakan oksidatif dari bahan-bahan komplek seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Sehinga terbentuk gula sederhana, yaitu glukosa, fruktosa, dan sukrosa. e.
Warna Warna merupakan salah satu parameter mutu yang pertama kali menjadi
perhatian konsumen saat membeli produk pertanian. Warna dapat dinilai secara visual oleh mata yang bersifat subjektif. Sehingga diperlukan suatu alat yang dapat warna secara objektif. Pengukuran warna tersebut biasanya dapat dilihat dari tingkat kecerahan (L), tingkat kehijauan (a), dan tingkat kekuningan (b). Berikut disajikan grafik warna buah manggis berdasarkan nilai L, a, b pada Gambar 40, 41, 42, 43, 44, 45 dibawah ini.
48
31.50 31.00 Nilai L
30.50 30.00
8oC 8⁰C
29.50
13oC 13⁰C
29.00
20oC 20⁰C
28.50 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
Hari ke-
Gambar 40. Grafik perubahan tingkat kecerahan (nilai L) manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu. 33.00 32.50 Nilai L
32.00 31.50
8oC 8⁰C
31.00
13oC 13⁰C 20oC 20⁰C
30.50 30.00 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
Hari ke-
Gambar 41. Grafik perubahan tingkat kecerahan (nilai L) manggis yang dikemas dalam peti kayu terhadap waktu. Nilai L menyatakan tingkat kecerahan dari kulit manggis dimana cahaya pantul menghasilkan warna akromatik putih, abu-abu, dan hitam. Nilai L mempunyai batas nilai dari 0 (warna hitam) sampai 100 (warna putih). Dari Gambar 40 dan 41 diatas, terlihat bahwa pada pengemasan dengan keranjang plastik pada suhu 13ºC tingkat kecerahannya lama kelamaan cenderung menurun. Sedangkan pada suhu 8ºC dan 20ºC, tingkat kecerahannya cenderung meningkat. Sedangkan pada pengemasan dengan peti kayu, pada suhu 13ºC dan 20ºC tingkat kecerahannya cenderung menurun, namun pada suhu 8ºC 49
tingkat kecerahannya cenderung meningkat. Menurunnya tingkat kecerahan buah manggis, menunjukkan bahwa buah manggis lama kelamaan mengalami kerusakan selama penyimpanan, sehingga buah terlihat semakin kusam. Berdasarkan analisis sidik ragam, suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap tingkat kecerahan. Namun saat uji Duncan dilakukan, terlihat bahwa suhu penyimpanan tidak berpengaruh nyata. Sedangkan waktu berpengaruh nyata terhadap tingkat kecerahan. Dari uji Duncan, terlihat bahwa waktu yang paling berpengaruh nyata terhadap tingkat kecerahan adalah hari ke-27. 35.00 30.00
Nilai a
25.00 20.00
8oC 8⁰C
15.00 10.00
13oC 13⁰C
5.00
20oC 20⁰C
0.00 -5.00 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
Hari ke-
Gambar 42. Grafik perubahan tingkat kehijauan (nilai a) manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu. 35.00 30.00
Nilai a
25.00 20.00
8oC 8⁰C
15.00
13oC 13⁰C
10.00
20oC 20⁰C
5.00 0.00 -5.00 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
Hari ke-
Gambar 43. Grafik perubahan tingkat kehijauan (nilai a) manggis yang dikemas dalam peti kayu terhadap waktu.
50
Nilai a menyatakan tingkat kehijauan dari buah manggis dimana nilai positif adalah warna merah dan nilai negatif adalah warna hijau. Dari Gambar 42 dan 43, dapat dilihat bahwa pada suhu tinggi perubahan warna kulit semakin cepat. Tingkat kehijauan dari buah manggis yang dikemas dalam keranjang plastik dan peti kayu pada suhu 8ºC mengalami peningkatan. Sedangkan buah manggis yang dikemas dalam suhu 13ºC dan 20ºC mengalami penurunan tingkat kehijauan. Tingkat kehijauan (nilai a) yang cenderung menurun disebabkan oleh degradasi klorofil sebagai pewarna hijau selama penyimpanan (Santoso dan Purwoko, 1986). Hasil analisis sidik ragam menyatakan bahwa suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap tingkat kehijauan. Dari uji Duncan, dapat dilihat bahwa suhu yang paling berpengaruh terhadap tingkat kehijauan adalah pada suhu 8ºC. Jenis kemasan juga berpengaruh nyata terhadap tingkat kehijauan. Namun saat uji Duncan dilakukan, terlihat bahwa jenis kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kehijauan. 16.00 14.00 12.00 Nilai b
10.00 8.00
8oC 8⁰C
6.00
13oC 13⁰C
4.00
20oC 20⁰C
2.00 0.00 0
3
6
9
12
15 18 Hari ke-
21
24
27
30
Gambar 44. Grafik perubahan tingkat kekuningan (nilai b) manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu.
51
16.00 14.00
Nilai b
12.00 10.00 8.00
8oC 8⁰C
6.00
13oC 13⁰C
4.00
20oC 20⁰C
2.00 0.00 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
Hari ke-
Gambar 45. Grafik perubahan tingkat kekuningan (nilai b) manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu. Nilai b menyatakan tingkat kekuningan dimana nilai positif adalah warna kuning dan nilai negatif adalah warna biru. Dari Gambar 44 dan 45, dapat dilihat bahwa tingkat kekuningan buah manggis cenderung meningkat pada suhu 8ºC, sedangkan pada suhu 13ºC dan 20ºC tingkat kekuningannya cenderung menurun. Menurunnya tingkat kekuningan dari buah manggis disebabkan
karena
adanya
proses
pematangan
menuju
pembusukan.
Berdasarkan analisis sidik ragam, suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap tingkat kekuningan. Dari uji Duncan, suhu penyimpanan yang paling berpengaruh nyata terhadap tingkat kekuningan adalah suhu 8ºC. f.
Uji Organoleptik Uji organoleptik ini dilakukan terhadap warna, kesegaran sepal, kekerasan,
rasa, dan kesukaan secara umum dari beberapa panelis dengan menggunakan uji hedonik (uji kesukaan). Skor hedonik yang digunakan mempunyai rentangan skor 1-7, dari sangat tidak suka sampai sangat suka. Standar penerimaan konsumen ditetapkan pada skor 4, yang berarti netral. Netral dijadikan batas kritis umur simpan buah manggis yang masih diterima oleh konsumen. Berikut disajikan grafik tingkat kesukaan buah manggis tiap kemasan pada Gambar 46 dan 47.
52
8
Skor hedonik
7 6 5 4
8oC 8⁰C
3
13oC 13⁰C
2
20oC 20⁰C
1 0 3
6
9
12
15 Hari ke-
18
21
24
27
Gambar 46. Grafik perubahan tingkat kesukaan manggis yang dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu. 7
Skor hedonik
6 5 4
8oC 8⁰C
3
13oC 13⁰C
2
20oC 20⁰C
1 0 3
6
9
12
15 Hari ke-
18
21
24
27
Gambar 47. Grafik perubahan tingkat kesukaan manggis yang dikemas dalam peti kayu terhadap waktu. Uji organoleptik dilakukan tiap 3 hari sekali dan dimulai pada hari ke-3 hingga penyimpanan berakhir. Dari Gambar 46 dan 47 diatas terlihat bahwa, tingkat kesukaan konsumen terhadap buah manggis semakin menurun hingga akhir penyimpanan. Berdasarkan analisis sidik ragam, waktu berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan. Dapat dilihat dari uji Duncan, waktu yang paling berpengaruh terhadap tingkat kesukaan adalah pada hari ke-3. Pada awal penyimpanan hari ke-3, buah manggis yang dikemas dalam keranjang plastik dan disimpan pada 3 suhu penyimpanan mendapat skor hedonik diatas 6. 53
Namun hingga penyimpanan pada hari ke-27, buah manggis mendapatkan skor hedonik mendekati 4. Pada suhu 8ºC dan 13ºC buah manggis tersebut mendapatkan skor hedonik diatas 4. Sedangkan buah manggis yang disimpan pada suhu 20ºC skor hedoniknya mendekati 4. Hal ini berarti buah manggis menuju taraf yang agak tidak disukai oleh konsumen, tapi masih dapat diterima oleh konsumen. Sedangkan pada hari ke-3, tingkat kesukaan buah manggis yang dikemas dalam peti kayu dan disimpan pada beberapa suhu penyimpanan, mendapatkan skor hedonik diatas 6. Namun suhu 13ºC mendapatkan skor tertinggi dibandingkan dengan suhu 8ºC dan 20ºC. Pada hari ke-27, tingkat kesukaan terhadap buah manggis semakin berkurang. Manggis yang disimpan pada suhu 8ºC, mendapatkan skor hedonik tertinggi, yaitu mendekati 4. Pada suhu 13ºC, buah manggis mendapatkan skor 4. Sedangkan buah manggis yang disimpan pada suhu 20ºC mendapatkan skor kurang dari 4, yaitu 3.97 . Dari analisis sidik ragam, suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan. Pada saat uji Duncan dilakukan, terlihat bahwa suhu 8ºC paling berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan. 4.4
Penentuan Umur Simpan Parameter mutu yang bisa digunakan untuk penentuan umur simpan suatu
produk adalah kekerasan, total padatan terlarut, dan warna kulit. Kekerasan merupakan parameter mutu yang paling berpengaruh untuk penentuan umur simpan manggis. Penentuan umur simpan ini akan dilakukan pada tiap suhu penyimpanan berdasarkan perubahan kekerasan manggis dari pengukuran secara objektif dengan menggunakan rheometer dan pengukuran berdasarkan uji organoleptik yang dilakukan secara subjektif. Berdasarkan skor hedonik, nilai 4 dijadikan sebagai batas kritis umur simpan buah manggis yang masih diterima oleh konsumen.
54
Kekerasan (kgf)
2.5 2.0 1.5
y = 0.292x2 - 3.411x + 10.8 R² = 0.990
1.0 0.5 0.0 0
1
2
3
4
5
6
7
Skor hedonik
Gambar 48. Grafik perubahan nilai kekerasan manggis terhadap skor hedonik. Berdasarkan regresi yang telah didapatkan dari grafik diatas, maka didapatkan nilai kekerasan kritis buah manggis sebesar 1.828 kgf. Kemudian nilai kekerasan tersebut dijadikan acuan untuk menentukan umur simpan manggis. Berikut disajikan grafik hubungan antara kekerasan manggis terhadap waktu pada Gambar 49 dibawah
Kekerasan (kgf)
ini. 3 2.7 2.4 2.1 1.8 1.5 1.2 0.9 0.6 0.3 0
y = 0.059x + 0.462 R² = 0.636
3
6
9
12
15
18
21
23
24
27
30
Waktu (hari ke-)
Gambar 49. Grafik perubahan nilai kekerasan manggis yang disimpan pada suhu 8ºC dan dikemas dalam keranjang plastik terhadap waktu. Dari regresi diatas, terlihat bahwa manggis dengan kekerasan 1.828 kgf dapat disimpan selama 23 hari dengan tingkat keakuratan sebesar 63.6%. Nilai kekerasan dan umur simpan manggis tiap suhu penyimpanan yang dikemas dalam keranjang plastik dan peti kayu dapat dilihat pada Tabel 5. 55
Tabel 5. Umur simpan manggis tiap jenis kemasan yang disimpan pada beberapa suhu. Jenis kemasan Keranjang plastik
Peti kayu
Suhu penyimpanan
Umur simpan
(⁰C)
(hari)
8
23
13
36
20
28
8
20
13
30
20
27
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa manggis yang dikemas dengan keranjang plastik memiliki umur simpan yang lebih lama daripada manggis yang dikemas pada peti kayu yaitu selama 36 hari dengan suhu penyimpanan 13ºC.
56
V. A.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1.
Setelah dilakukan simulasi transportasi selama 2 jam dengan frekuensi 3.4 Hz dan amplitudo 3.7 cm, terlihat bahwa tingkat kerusakan mekanis dari buah manggis yang dikemas dalam peti kayu lebih besar daripada buah manggis yang dikemas dalam keranjang plastik, yaitu sebesar 8% untuk buah manggis yang dikemas pada peti kayu sedangkan buah manggis yang dikemas dalam keranjang plastik hanya sebesar 6.96%.
2.
Jenis kemasan buah manggis yang paling sesuai untuk proses transportasi adalah dengan menggunakan keranjang plastik. Hal ini dikarenakan buah manggis yang dikemas dengan keranjang plastik dapat mempertahankan mutu manggis yaitu dapat menekan susut bobot, laju respirasi yang dihasilkan rendah, nilai kekerasan kulit manggis relatif kecil, dan penerimaan konsumen terhadap manggis lebih tinggi.
3.
Suhu penyimpanan buah manggis yang paling optimum selama penyimpanan adalah pada suhu 13ºC.
4.
Manggis yang dikemas dalam keranjang plastik memiliki umur simpan lebih lama daripada manggis yang dikemas dalam peti kayu, yaitu selama 36 hari dengan suhu penyimpanan 13ºC.
B.
Saran 1.
Buah yang digunakan sebagai sampel dalam pengujian, harus lebih seragam tingkat kematangannya. Hal ini dikarenakan dapat mempengaruhi hasil yang diharapan.
2.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh mutu buah manggis selama transportasi berdasarkan tumpukan terhadap kemasan yang digunakan.
57
3.
Pemilihan jenis kemasan yang digunakan harus lebih diperhatikan agar tingkat
kerusakan
mekanis
setelah
simulasi
transportasi
dapat
diminimalisir. 4.
Perlu dipertimbangkan untuk penggunaan filler, karena dapat mengurangi tingkat kerusakan mekanis.
58
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1988. Pasca Panen dan Pemasaran Sayuran dan Buah-buahan. Departemen Pertanian, Jakarta. Azudin, M. H. dan M. A. Agustin. 1986. Storage of Mangosteen (Garcinia mangostana, L.). ASEAN Food Jurnal Vol. (2) 2 : 78-80. Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan: Purnomo Adiono. UI Press. Jakarta. Darmawati, E. 1994. Simulasi Komputer Untuk Perancangan Kemasan Karton Bergelombang Dalam Pengangkutan Buah-Buahan. Tesis MS. Program Studi Keteknikan Pertanian IPB, Bogor. Daryono, M. dan S. Sosrodiharjo. 1986. Cara Praktis Penentuan Saat Pemanenan Buah Manggis dan Sifat-sifatnya Selama Penyimpanan. Buletin Penelitian Hortikultura. Vol. XIV (2). Departemen Pertanian. 2004. Standar Operasional Prosedur Manggis (Garcinia mangostana, L.) Kabupaten Purworejo. Jakarta. Ditjen Bina Produksi Hortikultura. 2003. Pengembangan Agro Industri Manggis. Jakarta. Eskin, N. A. M. 1990. Biochemistry of Food. 2nd Edition. Academic Press. Inc. San Diego. California. http://www.easyrgb.com/index.php?X=MATH&H=02#Top. diakses, 29 Juli 2008 http://www.easyrgb.com/index.php?X=MATH&H=05#texts. diakses, 29 Juli 2008 Juanda, D. dan B. Cahyono. 2000. Manggis Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. Kader, A. A. 2006. Mangosteen Facts, Recommendations for Maintaining Postharvest Quality. http://postharvest.ucdavis.edu.shtml diakses, 20 Juli 2008. Lili. 1997. Mempelajari Model Kemasan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan ”Modified Atmosphere”. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
59
Mahmudah, I. (2008). Memperpanjang Umur Simpan Buah Manggis Segar (Garcinia mangstana L.) Dengan Kombinasi Proses Pre-Cooling, Pelilinan, Stretch Film Single Wrapping Pada Penyimpanan Dingin 5ºC. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Muchtadi, D. 1992. Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah-buahan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB, Bogor. Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1997. Tropical Fruit. P.359 - 375. Cab International. Paine, F. A. dan H. Y. Paine. 1983. A Handbook of Food Packaging. Leonard Hill, London. Pantastico, E. B. 1986. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buahbuahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pantastico, E. B. 1989. Fisiologi Pasca Panen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Phan, C. T., E. B. Pantastico, K. Ogata, dan K. Chachin. 1986. Respirasi dan Puncak Respirasi. Di dalam : Fisiologi Pasca Panen. E. B. Pantastico (ed.). Penerjemah Kamariyani. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. PT. Agung Mustika Selaras. 2007. Standar Operasional Prosedur Manggis (Garcinia mangostana L.). Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, LPPM IPB. Bogor. Purwadaria, H. K. 1992. Sistem Pengangkutan Buah-buahan dan Sayuran. Makalah Pelatihan Teknologi Pasca Panen Buah-buahan dan Sayuran. PAU Pangan dan Gizi. IPB, Bogor. Reza, M., Wijaya, dan E. Tuherkih. 1998. Pembibitan dan Pembudidayaan Manggis. Jakarta: Penebar Swadaya. Rukmana, R. 1995. Budidaya Manggis. Kanisius. Yogyakarta. Satuhu, S. 1997. Penanganan Manggis Segar untuk Ekspor. Jakarta: Penebar Swadaya. Santoso, B. B. dan Purwoko, B. S. 1986. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura. Indonesia-Australia Eastern Universities Project. Setyadjit dan Syaifullah. 1994. Penyimpanan Buah Manggis dalam Suhu Dingin. J. Hort. 4(1): 64-76.
60
Shewfelt, R. L. 1987. Quality of Minimally Processed Fruit and Vegetables. J. Food Qual. 10: 143-156. Sjaifullah. 1976. Perlakuan Segar Hortikultura. Hortikultura, No. 2 : 33-41. Soedibyo, M. 1985. Penanganan Pasca Panen Buah-buahan dan Sayur-sayuran (Khusus Pengepakan, Pengangkutan, dan Penyimpanan). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Sub Balai Penelitian Tanaman Pangan, Pasar Minggu, Jakarta. Soedibyo, M. 1992. Alat Simulasi Pengangkutan Buah-Buahan Segar dengan Mobil dan Kereta Api. Jurnal Hortikultura 2(1) : 66-73. Soesarsono. 1988. Teknologi Penyimpanan Komoditi Pertanian. Jurusan Teknik Industri Pertanian. IPB, Bogor. Subramanian, M. R. 1986. Packaging of Horticultura Products. Di dalam : Packaging of Fruit Products. Shry A. P. Vaidya (ed.). Indian Institute of Packaging, Bombay. Syarif, R. dan Hariyadi, H. 1990. Teknologi Penyimpanan Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB, Bogor. Tongdee, S. C. and A. Sawanagul, 1989. Postharvest Mechanical Damage of Mangosteens. ASEAN Food Journal Vol. 6 : 74-75. Verheij, E. W. M. 1997. Garcinia mangostana L. Dalam E. W. M Verheij dan R. E. Coronel (Eds.). PROSEA. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2. Buahbuahan yang Dapat Dimakan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 220 225. Winarno, F. G. dan A. Wirakartakusumah. 1981. Fisiologis Lepas Panen. Jakarta: Sastra Hudaya.
61
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan simulasi transportasi. Data pengukuran goncangan truk : Lembaga uji konstruksi BPPT tahun 1986 telah mengukur goncangan truk yang diiisi 80% penuh dengan kecepatan 60 km/jam dalam kota dan 30 km/jam untuk jalan buruk (aspal). Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel data pengukuran goncangan truk pada berbagai keadaan. Amplitudo gerakan vertikal (cm) Jumlah Jalan Jalan kejadian dalam luar Jalan buruk amplitudo kota kota (aspal) 1 3.5 3.9 4.8 500 3.2 3.6 4.2 1000 2.9 3.3 3.9 1500 2.5 3.0 3.5 2000 2.2 2.8 3.1 2500 1.8 2.5 2.8 3000 1.6 2.1 2.8 3500 1.5 2.0 2.0 4000 1.1 1.7 1.2 4500 0.9 1.3 0.8 5000 0.0 0.1 0.2 (Sumber : Lembaga Uji Konstrusi BPPT. 1986)
Jalan buruk berbatu 5.2 4.1 3.8 3.6 3.2 2.6 2.6 2.0 1.1 0.7 0.1
Jalan dalam atau luar kota diukur selama 30 menit 30 km, sedangkan jalan buruk aspal selama 60 menit 30 km.
62
Lampiran 1. Perhitungan simulasi transportasi (Lanjutan). Sebelum Meja Getar (Jalan Luar Kota) Amplitudo rata – rata getaran bak truk(P) =
Ni Ai Ni i
i
Frekuensi bak truk = 1.442 Hz Dalam kota 1 3.9 500 3.6 1000 3.3 ... (4500 1.3) (5000 0.1) P= 1 500 1000 ... 4500 5000 = 1.742 cm 1 1 = T= = 0.693 detik / getaran f 1.422 2 2 = = 9.062 getaran / detik T 0.6935 Luas siklus getaran bak truk di jalan luar kota
=
=
0.693
0
1.742 sin 9.062T dT
1 = 1.742 cos ( 9 . 062 T ) 9 . 062
0 . 693
0
1 = 1.742 (cos (9.062 0.693) (cos(9.062 0)) 9.062
1 (0.994 1) = 1.742 9.062 2 = 0.00115 cm /getaran
Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan luar kota selama 0.5 jam det ik getaran = 30 menit x 60 x 1.442 x 0.000858 cm2/getaran menit det ik = 2.985 cm2 Sesudah Meja Getar Frekuensi Ulangan 1 = 3.295 Hz Amplitudo Ulangan 1 = 3.23 cm Frekuensi Ulangan 2 = 3.298 Hz Amplitudo Ulangan 2 = 4.15 cm Frekuensi Rata-rata = 3.297 Hz Amplitudo Rata-rata = 3.69 cm 1 1 T= = =0.303 detik / getaran f 3.297 63
Lampiran 1. Perhitungan simulasi transportasi (Lanjutan). 2 2 = = 20.737 getaran / detik T 0.303 Luas satu siklus getaran
=
=A
T
0
= 3.69
sin 20.737 dT
0.303
0
sin 20.737 dT
1 = 3.69 20.737
cos ( 20.737
T )
0.303
0
1 = 3.69 (cos ( 20.737 0.303 ) (cos(20.737 0)) 20.737 1 = 3.69 (0.994 1) 20.737 -3 2 = 1.068 x 10 cm /getaran
Jumlah seluruh getaran selama 2 jam menit det ik getaran =2 jam x 60 x 60 x 3.297 = 23783.4 getaran jam menit det ik Jumlah luas seluruh getaran selama 2 jam = 23783.4 getaran x 1.068 x 10-3 cm2/getaran = 25.353 cm2 Berdasarkan konversi angkutan truk selama 0.5 jam 30 km. maka simulasi pengangkutan dengan truk selama 2 jam di jalan luar kota jumlah luas seluruh getaran selama 2 jam = x setara panjang jalan jumlah getaran bak truk =
25.353 cm2 x 30 km 2.985 cm 2 / 0.5 jam
= 127.402 km
64
Lampiran 1. Perhitungan simulasi transportasi (Lanjutan). Sebelum Meja Getar (Jalan Buruk Aspal) Amplitudo rata – rata getaran bak truk(P) =
Ni Ai Ni i
i
Frekuensi bak truk = 1.442 Hz Dalam kota 1 4.8 500 4.2 1000 3.9 ... (4500 0.8) (5000 0.2) P= 1 500 1000 ... 4500 5000 = 1.791 cm 1 1 = T= = 0.693 detik / getaran f 1.422 2 2 = = 9.062 getaran / detik T 0.6935 Luas siklus getaran bak truk di jalan kota
=
=
0.693
0
1.791sin 9.062T dT
1 = 1.791 cos ( 9 . 062 T ) 9 . 062
0 . 693
0
1 = 1.791 (cos (9.062 0.693) (cos(9.062 0)) 9.062
1 (0.994 1) = 1.791 9.062 2 = 0.001186 cm /getaran
Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan buruk aspal selama 1 jam det ik getaran = 60 menit x 60 x 1.442 x 0.001186 cm2/getaran = 6.157 cm2 menit det ik Sesudah Meja Getar Frekuensi Ulangan 1 Frekuensi Ulangan 2 Frekuensi Rata-rata
= 3.295 Hz = 3.298 Hz = 3.297 Hz
Amplitudo Ulangan 1 = 3.23 cm Amplitudo Ulangan 2 = 4.15 cm Amplitudo Rata-rata = 3.69 cm
65
Lampiran 1. Perhitungan simulasi transportasi (Lanjutan). T=
1 1 = =0.303 detik / getaran f 3.297
2 2 = = 20.737 getaran / detik T 0.303 Luas satu siklus getaran
=
=A
T
0
sin 20.737 dT 0.303
= 3.69
= 3.69
1 20.737
0
sin 20.737 dT
cos ( 20.737
T )
0.303
0
1 = 3.69 (cos ( 20.737 0.303 ) (cos(20.737 0)) 20.737 1 = 3.69 (0.994 1) 20.737 -3 2 = 1.068 x 10 cm /getaran
Jumlah seluruh getaran selama 2 jam menit det ik getaran =2 jam x 60 x 60 x 3.297 = 23738.4 getaran jam menit det ik Jumlah luas seluruh getaran selama 2 jam = 23738.4 getaran x 1.068 x 10-3 cm2/getaran = 25.353 cm2 Berdasarkan konversi angkutan truk selama 1 jam 30 km. maka simulasi pengangkutan dengan truk selama 2 jam di jalan buruk aspal jumlah luas seluruh getaran selama 2 jam x setara panjang jalan = jumlah getaran bak truk =
25.353 cm 2 x 30 km 6.157 cm 2
= 123.532 km
66
Lampiran 2. Perhitungan tingkat kerusakan mekanis setelah simulasi transportasi buah manggis. Ulangan 1 Pada keranjang plastik Jumlah buah total = 115 buah Jumlah buah yang rusak adalah buah. yang terdiri dari : Cupat patah
= 3 buah
Luka
= 3 buah
Tingkat kerusakan mekanis
= =
× 100%
× 100%
= 5.22 % Pada peti kayu Jumlah buah total = 125 buah
Jumlah buah yang rusak adalah buah. terdiri dari : Cupat patah
= 5 buah
Luka
= 2 buah
Tingkat kerusakan mekanis
= =
× 100%
× 100%
= 5.6 %
67
Lampiran 2. Perhitungan tingkat kerusakan mekanis setelah simulasi transportasi buah manggis (Lanjutan). Ulangan 2 Pada keranjang plastik Jumlah buah total = 115 buah Jumlah buah yang rusak adalah buah. yang terdiri dari : Cupat patah
= 5 buah
Luka
= 3 buah
Tingkat kerusakan mekanis
= =
× 100%
× 100%
= 6.96 % Pada peti kayu Jumlah buah total = 125 buah
Jumlah buah yang rusak adalah buah. terdiri dari : Cupat patah
= 6 buah
Luka
= 4 buah
Tingkat kerusakan mekanis
= =
× 100%
× 100%
=8%
68
Lampiran 3. Laju respirasi manggis tiap suhu yang dikemas dalam peti kayu. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
jam ke0 4 8 12 16 20 24 32 40 48 60 72 88 104 113 137 161 185 209 233 257 281 305 329 353 377 401 425 449 473 497 521 545 569 593 617 641 665 689 713 737
LR CO2 (ml/kg.jam) 8ºC 13ºC 20ºC 7.61 11.54 15.59 14.12 17.98 24.05 7.94 15.31 21.11 3.75 8.50 16.94 3.97 8.75 13.25 3.53 7.53 14.24 3.75 8.02 14.24 2.65 6.44 11.90 3.31 7.77 14.73 2.87 5.83 11.17 2.72 6.15 11.54 3.01 6.24 10.64 3.03 5.95 10.49 3.14 6.44 10.43 3.73 7.56 11.78 2.46 5.47 9.57 2.90 6.80 8.84 2.83 7.13 10.06 2.76 6.52 9.90 2.87 7.05 10.19 3.35 7.49 10.27 3.13 7.17 10.15 3.90 8.14 9.25 2.98 6.36 8.88 3.24 6.64 9.57 2.94 6.11 8.71 3.13 6.28 8.10 2.94 7.61 8.43 3.27 7.21 10.27 3.01 6.96 10.64 3.64 7.57 12.03 3.46 7.41 11.90 3.97 7.98 13.13 3.31 7.69 13.95 3.38 7.90 13.34 3.49 8.71 14.73 3.82 8.63 14.65 4.23 10.20 15.26 3.97 10.89 16.69 4.19 11.54 12.59
LR O2 (ml/kg.jam) 8ºC 13ºC 20ºC 3.31 6.07 8.59 8.82 14.58 18.41 4.41 9.72 17.18 3.31 4.86 4.91 4.41 6.07 12.27 3.31 7.29 14.73 4.41 8.50 14.73 2.76 7.90 14.73 3.31 9.11 17.80 2.76 7.90 14.73 2.94 7.29 15.55 3.68 7.69 15.55 4.14 6.68 13.19 4.41 7.59 14.73 4.90 9.18 14.73 3.31 5.47 12.07 3.68 6.48 11.25 3.86 7.09 11.45 3.68 6.68 12.07 4.04 7.29 12.48 4.60 8.10 13.09 3.86 7.49 11.86 4.78 8.30 12.27 3.68 7.29 10.43 4.78 7.69 11.25 4.04 7.49 10.23 4.60 7.09 9.20 3.68 8.10 10.02 4.04 7.69 11.25 3.68 7.49 12.27 4.41 8.50 13.70 4.04 8.30 13.30 5.70 9.52 15.14 5.33 9.31 15.95 5.51 9.72 15.34 5.88 10.53 16.57 6.25 10.33 16.36 6.62 12.15 15.75 6.07 13.36 17.39 5.88 14.17 14.58
69
Lampiran 4. Laju respirasi manggis tiap suhu yang dikemas dalam keranjang plastik. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
jam ke0 4 8 12 16 20 24 32 40 48 60 72 88 104 113 137 161 185 209 233 257 281 305 329 353 377 401 425 449 473 497 521 545 569 593 617 641 665 689 713 737
LR CO2 (ml/kg.jam) 8ºC 13ºC 20ºC 8.67 11.34 17.35 14.27 17.27 26.92 7.47 12.48 24.32 3.51 6.66 13.93 3.73 7.28 14.88 4.39 7.70 15.11 3.51 7.70 15.35 2.63 5.62 12.51 3.95 6.76 16.53 2.53 5.31 13.58 2.71 5.34 14.25 3.00 5.69 11.73 3.07 5.15 10.86 2.96 5.31 11.22 3.42 6.10 12.70 2.23 4.23 9.05 3.07 4.99 9.17 3.18 5.41 10.74 2.01 4.72 9.52 3.04 5.48 9.88 2.85 5.96 11.14 3.15 5.72 8.74 3.84 6.59 9.09 2.85 5.34 8.93 2.73 5.79 8.66 2.85 5.31 8.78 2.93 5.06 8.03 2.85 5.27 8.15 3.22 5.44 9.01 3.77 6.00 8.81 3.88 5.72 9.60 3.11 6.17 9.37 3.66 6.35 10.07 3.04 5.86 13.22 3.00 5.79 14.36 2.89 6.31 18.02 3.07 6.80 19.52 3.48 7.18 22.98 3.18 7.94 26.64 3.22 8.32 8.64
LR O2 (ml/kg.jam) 8ºC 13ºC 20ºC 3.29 4.16 5.90 5.49 10.40 20.07 2.20 4.16 12.99 5.49 2.08 3.54 4.39 6.24 16.53 3.29 7.28 16.53 4.39 8.32 17.71 3.29 7.80 14.17 4.39 7.80 16.53 3.29 7.80 13.58 3.66 6.24 14.56 4.39 7.28 15.35 3.57 5.46 11.81 4.12 7.54 13.58 4.88 7.40 14.17 3.11 5.90 10.63 3.66 6.07 10.82 3.66 5.90 11.81 2.74 5.90 10.63 3.84 6.24 11.61 3.66 6.94 12.59 3.84 6.07 9.64 4.03 7.80 10.23 2.74 6.07 9.84 2.01 6.94 8.66 2.56 6.07 9.44 3.11 5.90 9.25 2.74 6.07 9.44 3.66 6.42 10.03 4.21 6.94 9.84 4.57 6.59 11.02 4.03 7.11 10.82 4.94 7.98 12.79 4.57 7.11 14.76 4.76 6.94 15.74 4.57 7.80 16.92 4.94 8.15 17.51 5.49 8.67 19.68 4.57 9.19 20.66 4.76 9.54 9.88
70
Lampiran 5. Data kekerasan buah manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu. Keranjang plastik No. Hari ke8ºC 13ºC 20ºC 1 0 0.94 0.95 0.84 2 3 1.05 0.97 0.88 3 6 0.98 0.88 1.04 4 9 0.96 0.89 0.91 5 12 0.93 0.83 0.71 6 15 1.09 0.8 0.74 7 18 0.97 0.85 0.91 8 21 1.42 0.71 1.14 9 24 2.12 0.95 1.34 10 27 2.61 1.46 1.77 Ket : Nilai kekerasan dinyatakan dalam kgf
8ºC 0.98 1.07 1.1 0.88 0.78 0.93 0.64 1.67 2.86 3.08
Peti kayu 13ºC 0.98 0.83 0.89 0.9 0.82 0.88 1.02 0.82 0.96 1.68
20ºC 1 0.96 0.86 1.07 0.89 0.72 0.96 1.29 1.52 1.91
Lampiran 6. Data total padatan terlarut manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu. Tray 8ºC 13ºC 20ºC 8ºC No. Hari ke1 0 21.65 17.9 19.2 17.75 2 3 18.1 18.8 14.15 19.05 3 6 11.3 22.2 15.6 17.6 4 9 17 17.5 13.05 12.7 5 12 16.8 18.35 17 18 6 15 14.05 17.95 13.5 17.25 7 18 19.1 16.2 13.95 17.6 8 21 17.6 11.9 14.9 14.65 9 24 14 15.9 15.2 15.8 10 27 15.45 13.55 16.15 17.65 Ket : Nilai total padatan terlarut dinyatakan dalam ºBrix
Peti kayu 13ºC 19.05 18.25 14.4 18.4 17.15 16.75 14.35 13.2 16.1 14.9
20ºC 17.95 16.2 17 10.2 17.3 15.6 15.95 15.7 16.95 16.9
71
Lampiran 7. Data susut bobot manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu. Keranjang plastik No. Hari ke8ºC 13ºC 20ºC 1 0 108.62 90.82 101.64 2 3 108.34 90.43 100.98 3 6 108.33 90.36 100.76 4 9 108.3 90.21 100.58 5 12 108.28 90.13 100.42 6 15 108.25 89.98 100.2 7 18 108.2 89.9 100.02 8 21 108.17 89.82 99.83 9 24 108.12 89.67 99.6 10 27 108.1 89.56 99.44 Ket : Nilai susut bobot dinyatakan dalam gram
8ºC 89.54 89.18 89.13 89.08 89.07 89.04 89 88.98 88.9 88.86
Peti kayu 13ºC 92.2 91.73 91.61 91.5 91.42 91.28 91.19 91.05 90.9 90.74
20ºC 87.97 87.46 87.3 87.15 86.94 86.67 86.44 86.2 85.99 85.77
Lampiran 8. Data persentase susut bobot manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu. Keranjang plastik 8ºC 13ºC 20ºC 8ºC No. Hari ke1 0 0 0 0 0 2 3 0.26 0.43 0.65 0.40 3 6 0.27 0.51 0.87 0.46 4 9 0.29 0.67 1.04 0.51 5 12 0.31 0.76 1.20 0.52 6 15 0.34 0.92 1.42 0.56 7 18 0.39 1.01 1.59 0.60 8 21 0.41 1.10 1.78 0.63 9 24 0.46 1.27 2.01 0.71 10 27 0.48 1.39 2.16 0.76 Ket : Nilai persentase susut bobot dinyatakan dalam %
Peti kayu 13ºC 0 0.51 0.64 0.76 0.85 1.00 1.10 1.25 1.41 1.58
20ºC 0 0.58 0.76 0.93 1.17 1.48 1.74 2.01 2.25 2.50
72
Lampiran 9. Perubahan warna (nilai L, a, b) manggis tiap kemasan yang disimpan pada suhu 8ºC.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari ke0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Keranjang plastik L a b 30.16 18.55 11.18 30.40 25.68 12.62 30.48 23.97 12.68 30.76 27.99 13.62 30.43 27.40 12.80 30.70 28.53 13.52 30.79 29.20 13.75 30.83 29.16 13.83 30.92 30.41 14.09 30.82 28.32 13.79
L 30.55 30.97 30.78 31.15 30.49 31.14 31.17 31.13 31.04 30.97
Peti kayu a 14.37 26.26 28.98 29.88 25.05 29.69 31.52 32.10 30.66 26.20
b 11.45 14.01 13.71 14.58 12.79 14.55 14.65 14.57 14.35 14.02
Lampiran 10. Perubahan warna (nilai L, a, b) manggis tiap kemasan yang disimpan pada suhu 13ºC. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari ke0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Keranjang plastik L a b 31.15 11.79 12.45 30.74 22.74 13.19 30.28 20.63 11.81 30.86 18.46 12.98 30.26 11.91 10.01 30.62 10.59 10.70 30.54 11.75 10.81 30.54 7.36 9.40 30.63 7.86 9.88 30.77 4.69 9.05
L 30.89 30.89 31.05 30.94 30.39 30.72 30.94 30.53 31.15 31.04
Peti kayu a 14.29 24.72 17.60 19.28 13.07 12.89 14.21 9.55 10.48 9.45
b 12.33 13.72 13.30 13.28 10.69 11.58 12.45 10.14 12.14 11.57
73
Lampiran 11. Perubahan warna (nilai L, a, b) manggis tiap kemasan yang disimpan pada suhu 20ºC. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari ke0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Keranjang plastik L a b 30.36 11.94 10.31 30.53 8.58 9.82 31.05 3.97 9.68 31.45 1.89 9.99 31.29 -1.06 7.70 31.43 -0.68 8.48 31.46 -0.77 8.56 31.32 -1.09 7.80 31.22 0.07 8.18 31.13 -0.51 7.48
L 32.39 32.42 31.41 31.16 31.41 31.95 31.98 31.92 31.95 31.32
Peti kayu a 14.41 13.10 6.55 3.62 0.28 -0.05 1.21 -0.03 0.58 0.12
b 12.98 11.84 9.44 11.18 7.21 8.96 8.17 7.94 9.09 8.21
Lampiran 12. Data uji organoleptik secara umum terhadap buah manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hari ke3 6 9 12 15 18 21 24 27
Keranjang plastik 8ºC 13ºC 20ºC 6.70 6.70 6.60 6.27 6.50 6.33 5.93 6.17 6.00 6.07 6.00 5.97 5.97 5.63 5.77 5.80 5.67 5.57 5.63 5.07 5.10 5.10 4.80 4.67 4.53 4.33 4.10
8ºC 6.53 6.40 5.83 5.87 6.03 5.67 5.20 4.77 4.17
Peti kayu 13ºC 6.63 6.20 5.97 5.87 5.63 5.30 4.87 4.50 4.00
20ºC 6.57 6.43 6.07 5.93 5.67 5.40 4.93 4.50 3.97
74
Lampiran 13. Laju respirasi manggis tiap suhu yang dikemas dalam peti kayu pada ulangan 1. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
jam ke0 4 8 12 16 20 24 32 40 48 60 72 88 104 113 137 161 185 209 233 257 281 305 329 353 377 401 425 449 473 497 521 545 569 593 617 641 665 689 713 737
LR CO2 (ml/kg.jam) 8ºC 13ºC 20ºC 6.29 11.35 14.57 15.02 17.43 24.39 7.71 12.62 17.91 5.07 10.09 17.91 4.87 9.40 16.62 5.07 7.11 16.40 5.48 9.40 16.40 4.67 7.34 15.21 3.15 6.19 13.38 3.35 6.65 13.92 3.18 5.28 12.37 2.98 5.73 12.09 2.54 5.73 8.90 2.79 5.96 11.49 4.01 8.05 16.59 3.15 5.93 8.81 2.37 5.05 11.22 2.87 6.19 10.57 3.15 5.77 9.89 3.18 5.66 10.04 2.94 6.00 9.82 2.98 5.85 9.96 2.91 6.88 12.27 2.74 6.23 10.57 3.42 6.04 10.11 3.08 6.12 9.21 2.87 6.12 10.04 3.21 6.31 9.10 2.87 5.93 8.45 2.81 5.73 8.06 2.98 6.42 7.77 3.15 6.77 9.03 3.62 7.76 13.02 3.55 8.30 10.47 3.65 8.68 9.32 3.59 9.29 9.71 3.62 8.60 10.90 3.69 9.98 14.75 3.69 11.43 18.56 4.06 11.09 11.55
LR O2 (ml/kg.jam) 8ºC 13ºC 20ºC 5.07 11.47 7.55 16.23 20.64 24.82 9.13 14.91 21.58 10.15 13.76 21.58 5.07 10.32 19.42 7.10 11.47 21.58 6.09 11.47 19.42 6.09 10.32 18.88 2.03 5.73 14.03 2.54 5.73 16.19 3.38 5.73 14.39 3.04 6.50 15.11 2.54 6.59 10.79 3.80 8.32 14.03 4.51 10.70 20.14 3.38 7.45 9.89 1.18 4.78 11.69 3.38 6.69 11.51 3.04 6.50 11.33 3.38 5.73 11.51 2.54 5.93 10.43 2.54 4.21 10.79 2.71 5.73 11.51 2.20 4.78 10.79 4.23 4.97 9.71 3.38 5.73 8.81 2.54 5.73 9.89 3.21 6.31 8.99 2.54 5.73 7.91 2.37 4.97 7.37 3.38 5.73 6.47 3.72 7.07 7.91 4.06 8.03 12.95 3.89 6.31 9.71 5.24 9.75 9.17 6.43 11.28 8.99 6.09 12.62 13.49 6.76 14.53 17.45 6.60 16.25 19.78 6.93 15.29 15.67
75
Lampiran 14. Laju respirasi manggis tiap suhu yang dikemas dalam keranjang plastik pada ulangan 1. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
jam ke0 4 8 12 16 20 24 32 40 48 60 72 88 104 113 137 161 185 209 233 257 281 305 329 353 377 401 425 449 473 497 521 545 569 593 617 641 665 689 713 737
LR CO2 (ml/kg.jam) 8ºC 13ºC 20ºC 8.81 11.45 14.21 15.00 17.51 24.12 9.57 13.25 18.40 5.44 10.55 19.21 5.65 7.86 15.33 4.35 7.86 17.99 7.61 8.76 18.40 4.02 7.30 15.53 3.04 6.62 12.47 3.37 6.85 13.08 3.04 5.61 11.17 3.12 5.91 11.24 2.88 4.71 10.73 3.21 6.06 11.40 4.59 7.68 14.72 3.70 5.69 8.76 3.19 5.50 9.13 3.95 6.10 9.95 3.26 5.54 7.77 3.41 5.54 9.68 2.86 5.84 10.02 3.01 5.13 9.85 3.44 6.32 11.62 3.55 5.54 10.90 3.33 5.72 9.57 3.30 6.06 12.54 3.19 6.21 12.57 3.55 6.21 12.95 3.48 5.39 13.18 3.95 5.61 11.45 4.13 5.28 8.96 4.24 6.36 12.13 3.55 7.48 10.19 4.17 8.49 15.74 4.02 8.79 15.84 4.02 9.02 14.51 4.09 9.73 14.72 4.46 9.17 14.68 4.49 9.65 16.22 4.20 10.03 10.44
LR O2 (ml/kg.jam) 8ºC 13ºC 20ºC 5.44 8.98 5.11 18.48 22.45 30.66 8.70 14.59 20.44 4.35 11.23 20.44 5.44 7.86 17.37 5.44 8.98 23.51 6.52 10.10 20.44 5.44 8.98 19.93 1.63 5.61 12.78 2.72 6.74 15.33 3.62 5.99 13.29 3.99 6.74 15.33 3.53 5.61 12.78 4.08 7.86 13.80 5.80 11.47 18.62 4.17 7.11 9.37 2.54 4.68 9.54 4.35 6.92 10.56 3.62 6.17 9.37 3.99 6.36 11.24 2.54 6.55 9.37 2.90 5.61 11.07 3.26 5.80 10.56 3.62 5.61 11.07 2.90 6.74 10.22 2.72 7.30 12.78 2.36 7.67 12.95 3.08 7.67 14.65 2.90 5.99 15.33 3.62 6.74 13.46 2.54 5.61 10.90 3.99 6.74 13.29 3.08 6.92 8.18 3.80 6.55 13.12 5.44 9.35 15.67 6.52 10.10 14.31 6.70 12.35 17.89 7.79 12.16 17.72 7.43 12.35 17.72 7.79 12.53 12.91
76
Lampiran 15. Grafik pengaruh waktu terhadap laju respirasi manggis yang disimpan pada beberapa suhu dan dikemas dalam peti kayu pada ulangan 1. Pada suhu penyimpanan 8ºC Laju respirasi (ml/kg.jam)
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
LR LRCO2 CO2 LRLRO2O2
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
hari ke-
Pada suhu penyimpanan 13ºC Laju respirasi (ml/kg.jam)
25 20 15 10 LR LRCO2 CO2
5
O2 LRLRO2
0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Hari ke-
Pada suhu penyimpanan 20ºC Laju respirasi (ml/kg.jam)
30 25 20 15 10 5 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Hari ke-
77
Lampiran 16. Data kekerasan buah manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu pada ulangan1. Keranjang plastik No. Hari ke8ºC 13ºC 20ºC 1.17 0.92 1.01 1 0 1.06 0.94 0.9 2 3 0.9 0.79 0.96 3 6 1.09 0.83 1.14 4 9 0.99 0.84 0.87 5 12 1 0.99 0.92 6 15 1.19 0.99 1.05 7 18 0.74 0.63 0.74 8 21 1.3 0.87 0.78 9 24 2.86 0.99 1.45 10 27 Ket : Nilai kekerasan dinyatakan dalam kgf
8ºC 1.1 1.09 0.96 0.9 0.97 0.99 1.37 0.72 0.98 1.83
Peti kayu 13ºC 0.99 1.16 0.95 0.86 0.81 0.89 1.27 0.73 1.09 0.93
20ºC 1.05 0.94 0.84 0.84 0.88 0.92 0.95 0.76 0.94 0.81
Lampiran 17. Data total padatan terlarut manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu pada ulangan 1. Tray 8ºC 13ºC 20ºC 8ºC No. Hari ke1 0 19.95 17.6 18 16.3 2 3 19.65 19.15 19.55 16.05 3 6 16.8 17.5 17.35 18 4 9 15.6 19.1 19.6 16.9 5 12 17 19.6 17.9 19.65 6 15 16.6 16.8 17.55 17.45 7 18 17.75 18.2 15.3 14.6 8 21 17.5 15.6 18.75 16.25 9 24 17.9 18 16.55 17.15 10 27 16.25 15.8 16.15 18.05 Ket : Nilai total padatan terlarut dinyatakan dalam ºBrix
Peti kayu 13ºC 16.35 17.85 11.55 15.7 17.7 18.45 14.6 17.4 17.8 18.9
20ºC 18.4 18.15 18.7 16.4 19.3 17.75 15.1 16.3 16.45 19
78
Lampiran 18. Grafik pengaruh waktu terhadap kekerasan manggis pada ulangan 1. Pengemasan dengan keranjang plastik 3.5 3 2.5 2 kekerasan (kg) 1.5
8⁰C 2013⁰C derajat
1
20⁰C
0.5 0 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
hari ke-
Pengemasan dengan peti kayu 2 1.8 1.6 1.4 kekerasan (kg)
1.2
8⁰C 8 derajat
1
1313⁰C derajat
0.8
2020⁰C derajat
0.6 0.4 0.2 0 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
hari ke-
79
Lampiran 19. Grafik pengaruh waktu (hari ke-) terhadap total padatan terlarut manggis pada ulangan 1. Pengemasan dengan keranjang plastik 25 20
TPT (% brix)
15
8 8⁰C derajat 1313⁰C derajat
10
2020⁰C derajat 5 0 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
Waktu (hari ke-)
Pengemasan dengan peti kayu 25 20
TPT (% brix)
15
8 8⁰C derajat 1313⁰C derajat
10
2020⁰C derajat
5 0 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
Waktu (hari ke-)
80
Lampiran 20. Data susut bobot manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu pada ulangan 1. Keranjang plastik No. Hari ke8ºC 13ºC 20ºC 1 0 89.8 91.16 106.61 2 3 89.79 90.93 106.14 3 6 89.77 90.82 105.91 4 9 89.74 90.8 105.79 5 12 89.71 90.72 105.65 6 15 89.7 90.69 105.49 7 18 89.68 90.54 105.3 8 21 89.65 90.48 105.16 9 24 89.6 90.42 104.96 10 27 89.5 90.31 104.74 Ket : Nilai susut bobot dinyatakan dalam gram
8ºC 111.39 111.35 111.32 111.29 111.26 111.24 111.22 111.19 111.17 111.12
Peti kayu 13ºC 110.62 110.41 110.31 110.29 110.25 110.2 110.08 110.02 110 109.9
20ºC 123.79 123.19 122.84 122.73 122.53 122.36 122.15 121.91 121.7 121.36
Lampiran 21. Data persentase susut bobot manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu pada ulangan 1. Keranjang plastik 8ºC 13ºC 20ºC 8ºC No. Hari ke1 0 0 0 0 0 2 3 0.01 0.25 0.44 0.04 3 6 0.03 0.37 0.66 0.06 4 9 0.07 0.39 0.77 0.09 5 12 0.10 0.48 0.90 0.12 6 15 0.11 0.52 1.05 0.13 7 18 0.13 0.68 1.23 0.15 8 21 0.17 0.75 1.36 0.18 9 24 0.22 0.81 1.55 0.20 10 27 0.33 0.93 1.75 0.24 Ket : Nilai persentase susut bobot dinyatakan dalam %
Peti kayu 13ºC 0 0.19 0.28 0.30 0.33 0.38 0.49 0.54 0.56 0.65
20ºC 0 0.48 0.77 0.86 1.02 1.16 1.32 1.52 1.69 1.96
81
Lampiran 22. Grafik pengaruh waktu (hari ke-) terhadap persentase susut bobot manggis pada ulangan 1.
Persentase susut bobot (%)
Pengemasan dengan keranjang plastik 2 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0
8 8⁰C derajat 1313⁰C derajat 2020⁰C derajat
0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
Waktu (hari ke-)
Pengemasan dengan peti kayu
Persentase susut bobot (%)
2.5 2 1.5 8 8⁰C derajat
1
1313⁰C derajat 2020⁰C derajat
0.5 0 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
Waktu (hari ke-)
82
Lampiran 23. Perubahan warna (nilai L. a. b) manggis tiap kemasan pada ulangan 1. Pada suhu penyimpanan 8ºC
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari ke0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Keranjang plastik L a b 30.26 24.02 12.12 30.22 23.91 12.03 30.63 26.85 13.25 30.48 26.60 12.88 30.83 29.79 13.86 30.91 31.45 14.06 30.70 28.91 13.53 30.29 26.25 12.39 30.35 27.04 12.58 30.95 26.36 13.98
L 29.80 29.35 29.94 30.41 30.08 30.03 30.29 30.17 30.16 30.84
Peti kayu a 21.98 20.38 23.02 26.34 26.88 27.58 26.10 28.23 29.16 32.78
b 10.67 9.09 11.19 12.71 11.89 11.79 12.37 12.18 12.20 13.92
L 31.43 30.06 30.95 31.15 30.67 31.35 31.13 30.90 31.34 31.59
Peti kayu a 20.61 17.29 17.03 14.73 13.49 10.55 8.49 5.10 3.27 4.58
b 14.56 10.67 12.97 13.07 11.58 12.69 11.55 9.66 10.27 11.55
Pada suhu penyimpanan 13ºC
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari ke0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Keranjang plastik L a b 30.39 19.85 11.99 29.75 16.84 9.67 30.51 14.91 11.46 30.26 18.63 11.45 30.27 11.78 10.01 30.39 8.73 9.44 30.54 7.31 9.40 30.32 5.41 7.84 30.51 3.34 7.48 30.81 2.29 7.99
83
Lampiran 23. Perubahan warna (nilai L. a. b) manggis tiap kemasan pada ulangan 1 (Lanjutan). Pada suhu penyimpanan 20ºC
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari ke0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Keranjang plastik L a b 29.99 18.99 10.76 29.05 12.20 5.98 30.61 2.73 7.48 30.80 0.44 6.80 31.15 0.10 7.97 31.21 -0.48 7.81 31.28 -2.13 6.87 30.97 -1.00 6.44 31.22 -1.43 7.14 31.33 -1.40 7.62
L 30.37 29.17 30.63 30.87 31.15 31.13 31.28 30.92 31.44 31.42
Peti kayu a 20.68 10.13 3.68 1.68 0.95 -0.26 -1.56 -1.46 -2.41 -1.37
b 12.04 5.63 8.10 7.87 8.46 7.63 7.32 5.85 7.28 7.98
84
Lampiran 24. Grafik pengaruh waktu (hari ke-) terhadap tingkat kecerahan (nilai L) manggis yang dikemas dalam K. Plastik pada ulangan 1. 31.50 31.00
Nilai L
30.50 30.00
8 8⁰C derajat 1313⁰C derajat
29.50
2020⁰C derajat
29.00 28.50 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
Hari ke-
Lampiran 25. Grafik Pengaruh waktu (hari ke-) terhadap tingkat kehijauan (nilai a) manggis yang dikemas dalam K. plastik pada ulangan 1. 35.00 30.00 25.00 Nilai a
20.00
88⁰C derajat
15.00
13 derajat 13⁰C
10.00
20 derajat 20⁰C
5.00 0.00 -5.00 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
Hari ke-
85
Lampiran 26. Grafik Pengaruh waktu (hari ke-) terhadap tingkat kekuningan (nilai b) manggis yang dikemas dalam K. plastik pada ulangan 1. 16.00 14.00
Nilai b
12.00 10.00 8.00
8 derajat 8⁰C
6.00
1313⁰C derajat
4.00
2020⁰C derajat
2.00 0.00 0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
Hari ke-
Lampiran 27. Data uji organoleptik secara umum terhadap buah manggis tiap kemasan yang disimpan dalam beberapa suhu pada ulangan 1.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hari ke3 6 9 12 15 18 21 24 27
Keranjang plastik 8ºC 13ºC 20ºC 6.67 6.57 6.40 6.23 6.20 6.07 6.00 5.90 6.13 5.97 5.87 5.77 6.20 6.07 5.50 5.60 5.63 5.07 5.73 5.77 4.77 5.73 5.43 4.37 5.03 4.93 3.83
8ºC 6.43 6.00 5.90 6.07 5.93 5.27 5.40 5.47 4.70
Peti kayu 13ºC 6.40 5.60 5.87 5.70 5.83 5.37 5.40 5.37 4.73
20ºC 6.20 6.00 6.07 5.60 5.47 4.83 4.77 4.30 3.77
86
Lampiran 28. Grafik pengaruh waktu (hari ke-) terhadap tingkat kesukaan manggis pada ulangan 1. Pengemasan dengan keranjang plastik 7
Skor hedonik
6 5 4 8 8⁰C derajat
3
1313⁰C derajat
2
2020⁰C derajat
1 0 3
6
9
12
15
18
21
24
27
Hari ke-
Pengemasan dengan peti kayu 7
Skor hedonik
6 5 4 8 8⁰C derajat
3
1313⁰C derajat
2
2020⁰C derajat
1 0 3
6
9
12
15
18
21
24
27
Hari ke-
87
Lampiran 29. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan laju respirasi CO2 selama penyimpanan. Hasil analisis ragam Sumber keragaman Kemasan Suhu Kemasan*Suhu Ulangan(kemasan*suhu) Waktu Ulangan(waktu) Kemasan*Waktu Suhu*Waktu Kemasan*Suhu*Waktu
Derajat Jumlah Kuadrat Fhit Pvalue bebas kuadrat tengah 1 0.091301 0.091301 0.06 0.8112 2 1310.570882 655.285441 414.48 <.0001 2 7.984402 3.992201 2.53 0.0913 5 6.105937 1.221187 0.77 0.5747 9 301.369534 33.485504 21.18 <.0001 9 54.088774 6.009864 3.80 0.0012 9 11.987374 1.331930 0.84 0.5816 18 50.751718 2.819540 1.78 0.0589 18 22.294998 1.238611 0.78 0.7074
Uji lanjut Duncan berdasarkan suhu penyimpanan Suhu penyimpanan (ºC) 8 13 20
Rataan 3.6600c 6.9580b 11.7112a
Uji Duncan berdasarkan waktu Waktu (hari ke-) 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Rataan 11.565a 6.947bc 7.388bc 6.255c 6.295c 6.347c 6.354c 6.671bc 7.724bc 8.886b
88
Lampiran 30. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan laju respirasi O2 selama penyimpanan. Hasil analisis ragam Sumber keragaman Kemasan Suhu Kemasan*Suhu Ulangan(kemasan*suhu) Waktu Ulangan(waktu) Kemasan*Waktu Suhu*Waktu Kemasan*Suhu*Waktu
Derajat Jumlah Kuadrat Fhit bebas kuadrat tengah 1 0.564441 0.564441 0.25 2 1302.328052 651.164026 286.15 2 14.621802 7.310901 3.21 5 77.088187 15.417637 6.78 9 160.057424 17.784158 7.82 9 91.067257 10.118584 4.45 9 17.712684 1.968076 0.86 18 134.489798 7.471655 3.28 18 35.852148 1.991786 0.88
Pvalue 0.6209 <.0001 0.0496 <.0001 <.0001 0.0003 0.5626 0.0006 0.6083
Uji lanjut Duncan berdasarkan suhu penyimpanan Suhu penyimpanan (ºC) 8 13 20
Rataan 3.8613c 6.4640b 11.7775a
Uji lanjut Duncan berdasarkan waktu Waktu (hari ke-) 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Rataan 5.565b 7.821ab 8.695ab 6.842ab 6.504ab 6.617ab 6.595ab 7.230ab 8.129ab 9.678a
89
Lampiran 31. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan susut bobot manggis selama penyimpanan. Hasil analisis ragam Sumber keragaman Kemasan Suhu Kemasan*Suhu Ulangan(kemasan*suhu) Waktu Ulangan(waktu) Kemasan*Waktu Suhu*Waktu Kemasan*Suhu*Waktu
Derajat bebas 1 2 2 5 9 9 9 18 18
Jumlah kuadrat 0.0924075 16.215995 0.0883350 0.3509175 14.7163175 0.65105750 0.02881750 4.87360500 0.08496500
Kuadrat tengah 0.09240750 8.10799750 0.04416750 0.07018350 1.63514639 0.07233972 0.00320194 0.27075583 0.00472028
Fhit
Pvalue
18.88 1656.89 9.03 14.34 334.15 14.78 0.65 55.33 0.96
<.0001 <.0001 0.0005 <.0001 <.0001 <.0001 0.7447 <.0001 0.5134
Uji lanjut Duncan berdasarkan jenis kemasan Jenis kemasan Peti kayu Keranjang plastik
Rataan 0.72300a 0.66750a
Uji lanjut Duncan berdasarkan suhu penyimpanan Suhu penyimpanan (ºC) 8 13 20
Rataan 0.26850c 0.65150b 1.16575a
Uji lanjut Duncan berdasarkan waktu Waktu (hari ke-) 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Rataan 0.0000h 0.3533g 0.4733fg 0.5567efg 0.6467def 0.7558cde 0.8692bcd 0.9750abc 1.0950ab 1.2275a
90
Lampiran 32. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan kekerasan manggis selama penyimpanan. Hasil analisis ragam Sumber keragaman Kemasan Suhu Kemasan*Suhu Ulangan(kemasan*suhu) Waktu Ulangan(waktu) Kemasan*Waktu Suhu*Waktu Kemasan*Suhu*Waktu
Derajat Jumlah bebas kuadrat 1 0.00705333 2 2.25321167 2 0.04608167 5 0.35345667 9 8.42703000 9 2.75832000 9 0.20494667 18 3.97660500 18 0.16776833
Kuadrat Fhit tengah 0.00705333 0.14 1.12660583 22.06 0.02304083 0.45 0.07069133 1.38 0.93633667 18.34 0.30648000 6.00 0.02277185 0.45 0.22092250 4.33 0.00932046 0.18
Pvalue 0.7119 <.0001 0.6397 0.2482 <.0001 <.0001 0.9023 <.0001 0.9999
Uji lanjut Duncan berdasarkan suhu penyimpanan Suhu penyimpanan (ºC) 8 13 20
Rataan 1.25675a 0.93850b 1.00525b
Uji lanjut Duncan berdasarkan waktu Waktu (hari ke-) 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Rataan 0.9942b 0.9875b 0.9292b 0.9392b 0.8600b 0.9058b 1.0142b 0.9475b 1.3092ab 1.7817a
91
Lampiran 33. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan total padatan terlarut manggis selama penyimpanan. Hasil analisis ragam Sumber keragaman Kemasan Suhu Kemasan*Suhu Ulangan(kemasan*suhu) Waktu Ulangan(waktu) Kemasan*Waktu Suhu*Waktu Kemasan*Suhu*Waktu
Derajat bebas 1 2 2 5 9 9 9 18 18
Jumlah kuadrat 1.74002083 2.77254167 7.98329167 16.70935417 88.95252083 34.52935417 41.08602083 55.40454167 89.10879167
Kuadrat tengah 1.74002083 1.38627083 3.99164583 3.34187083 9.88361343 3.83659491 4.56511343 3.07803009 4.95048843
Fhit
Pvalue
0.69 0.55 1.58 1.32 3.90 1.52 1.80 1.22 1.95
0.4115 0.5822 0.2180 0.2730 0.0010 0.1719 0.0942 0.2899 0.0351
Uji lanjut Duncan berdasarkan waktu Waktu (hari ke-) 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Rataan 18.3417a 17.9125ab 16.5000abc 16.0125bc 17.9792ab 16.6417abc 16.0583bc 15.8125c 16.4833abc 16.5625abc
92
Lampiran 34. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan tingkat kecerahan manggis selama penyimpanan. Hasil analisis ragam Sumber keragaman Kemasan Suhu Kemasan*Suhu Ulangan(kemasan*suhu) Waktu Ulangan(waktu) Kemasan*Waktu Suhu*Waktu Kemasan*Suhu*Waktu
Derajat bebas 1 2 2 5 9 9 9 18 18
Jumlah kuadrat 1.86501333 6.81916167 1.58291167 4.92116667 5.88835333 4.50292000 0.54195333 2.89067167 1.44042167
Kuadrat tengah 1.86501333 3.40958083 0.79145583 0.98423333 0.65426148 0.50032444 0.06021704 0.16059287 0.08002343
Fhit
Pvalue
24.03 43.93 10.20 12.68 8.43 6.45 0.78 2.07 1.03
<.0001 <.0001 0.0002 <.0001 <.0001 <.0001 0.6392 0.0247 0.4469
Uji lanjut Duncan berdasarkan jenis kemasan Jenis kemasan Peti kayu Keranjang plastik
Rataan 30.9310a 30.6817a
Uji lanjut Duncan berdasarkan suhu penyimpanan Suhu penyimpanan (ºC) 20 13 8
Rataan 31.1285a 30.7313a 30.5593a
Uji lanjut Duncan berdasarkan waktu Waktu (hari ke-) 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Rataan 30.6450ab 30.2958b 30.6933ab 30.8575ab 30.7017ab 30.9650ab 31.0083ab 30.8200ab 30.9942ab 31.0825a
93
Lampiran 35. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan tingkat kehijauan manggis selama penyimpanan. Hasil analisis ragam Sumber keragaman Kemasan Suhu Kemasan*Suhu Ulangan(kemasan*suhu) Waktu Ulangan(waktu) Kemasan*Waktu Suhu*Waktu Kemasan*Suhu*Waktu
Derajat bebas 1 2 2 5 9 9 9 18 18
Jumlah kuadrat 13.38004 11627.37793 10.55019 44.20195 753.03282 262.47135 9.81625 1948.20237 45.67355
Kuadrat tengah 13.38004 5813.68896 5.27509 8.84039 83.67031 29.16348 1.09069 108.23347 2.53742
Fhit
Pvalue
5.26 2283.88 2.07 3.47 32.87 11.46 0.43 42.52 1.00
0.0266 <.0001 0.1377 0.0097 <.0001 <.0001 0.9127 <.0001 0.4806
Uji lanjut Duncan berdasarkan jenis kemasan Jenis kemasan Peti kayu Keranjang plastik
Rataan 14.4615a 13.7937a
Uji lanjut Duncan berdasarkan suhu penyimpanan Suhu penyimpanan (ºC) 8 13 20
Rataan 26.9388a 12.4388b 3.0053c
Uji lanjut Duncan berdasarkan waktu Waktu (hari ke-) 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Rataan 17.623ab 18.486a 15.827abc 15.795abc 13.303abc 13.212abc 12.853bc 11.632c 11.586c 10.959c
94
Lampiran 36. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan tingkat kekuningan manggis selama penyimpanan. Hasil analisis ragam Sumber keragaman Kemasan Suhu Kemasan*Suhu Ulangan(kemasan*suhu) Waktu Ulangan(waktu) Kemasan*Waktu Suhu*Waktu Kemasan*Suhu*Waktu
Derajat bebas 1 2 2 5 9 9 9 18 18
Jumlah kuadrat 11.5320000 425.6272817 18.8172650 15.2145600 42.3331967 39.0516033 3.4627500 89.4682683 7.2118850
Kuadrat tengah 11.5320000 212.8136408 9.4086325 3.0429120 4.7036885 4.3390670 0.3847500 4.9704594 0.4006603
Fhit
Pvalue
34.49 636.48 28.14 9.10 14.07 12.98 1.15 14.87 1.20
<.0001 <.0001 <.0001 <.0001 <.0001 <.0001 0.3489 <.0001 0.3026
Uji lanjut Duncan berdasarkan jenis kemasan Jenis kemasan Peti kayu Keranjang plastik
Rataan 11.1607a 10.5407a
Uji lanjut Duncan berdasarkan suhu penyimpanan Suhu penyimpanan (ºC) 8 13 20
Rataan 12.9813a 11.1695b 8.4012c
Uji lanjut Duncan berdasarkan waktu Waktu (hari ke-) 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Rataan 11.9033a 10.6892a 11.2558a 11.7008a 10.4142a 10.9342a 10.7858a 9.8367a 10.3900a 10.5967a
95
Lampiran 37. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap perubahan tingkat kesukaan manggis selama penyimpanan. Hasil analisis ragam Pvalue Derajat Jumlah Kuadrat Fhit bebas kuadrat tengah 1 0.37142994 0.37142994 12.00 0.0013 2 1.71421687 0.85710843 27.68 <.0001 2 0.09195324 0.04597662 1.48 0.2388 5 0.89363214 0.17872643 5.77 0.0004 8 39.07988248 4.88498531 157.76 <.0001 8 1.28964174 0.16120522 5.21 0.0002 8 0.13715516 0.01714439 0.55 0.8087 16 1.68946273 0.10559142 3.41 0.0008 16 0.24493825 0.01530864 0.49 0.9353
Sumber keragaman Kemasan Suhu Kemasan*Suhu Ulangan(kemasan*suhu) Waktu Ulangan(waktu) Kemasan*Waktu Suhu*Waktu Kemasan*Suhu*Waktu
Uji lanjut Duncan berdasarkan jenis kemasan Jenis kemasan rataan Keranjang plastik 5.70033a Peti kayu 5.45333b Uji lanjut Duncan berdasarkan suhu penyimpanan Suhu penyimpanan (ºC)
Rataan
8 5.74444a 13 5.62444ab 20 5.40278b Uji lanjut Duncan berdasarkan waktu Waktu (hari ke-) 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Rataan 6.5333a 6.1858ab 5.9867b 5.8908b 5.8083bc 5.4317cd 5.2200de 4.9175e 4.3408f
96