PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
Oleh: ASLIH SRILILLAH A34303030
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
: Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin Terhadap Mutu Buah dan Pertumbuhan Trubus Baru Manggis (Garcinia mangostana L.)
Nama
: Aslih Srilillah
NRP
: A34303030
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc NIP. 131 284 818
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus: ……………………
RINGKASAN ASLIH SRILILLAH.
Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin
Terhadap Mutu Buah dan Pertumbuhan Trubus Baru Manggis (Garcinia mangostana L.). Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh cara panen dan aplikasi giberelin (GA3) serta interaksi keduanya terhadap kesegaran buah dan pertumbuhan pohon manggis. Penelitian dilakukan di Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat dan Laboratorium RGCI, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rancangan
percobaan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
menggunakan rancangan percobaan faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu cara panen dengan dua taraf yaitu cara panen tanpa menyertakan dua daun (P1) dan cara panen dengan menyertakan dua daun (P2). Faktor kedua adalah pemberian giberelin dengan 4 taraf yaitu kontrol/tanpa giberelin (G0), giberelin 100 ppm (G1), giberelin 200 ppm (G2) serta giberelin 400 ppm (G3). Untuk analisis buah, rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Percobaan diulang tiga kali, setiap ulangan terdiri dari jumlah buah yang berbeda-beda tergantung dari pengamatan. Buah yang dibutuhkan untuk pengamatan non destruktif (warna kulit buah, warna cupat, dan laju respirasi) sebanyak 120 buah, dan untuk pengamatan destruktif (kekerasan buah, total asam tertitrasi dan total padatan terlarut) sebanyak 336 buah. Sedangkan untuk pengamatan pertumbuhan trubus digunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial. Percobaan diulang empat kali, setiap ulangan terdiri dari lima trubus sehingga total trubus yang diamati adalah sebanyak 160 trubus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan mempengaruhi daya simpan buah manggis. Buah dengan perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dengan pemberian giberelin pada konsentrasi 0 ppm dan 200 ppm bertahan hingga 12 HSP (Hari Setelah Panen). Sedangkan buah dengan perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dengan pemberian giberelin pada konsentrasi 100 ppm dan 400 ppm serta buah yang dipanen dengan menyertakan dua daun dan tanpa perlakuan pemberian giberelin serta dengan
pemberian giberelin pada konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm dapat mempertahankan daya simpan buah hingga 16 HSP. Kombinasi yang paling lama mempertahankan daya simpan buah manggis hingga 20 HSP adalah perlakuan cara panen dengan menyertakan dua daun dan pemberian giberelin pada konsentrasi 400 ppm. Cara panen dengan menyertakan dua daun dan pemberian giberelin dapat mempertahankan kesegaran cupat buah manggis hingga 16 hari setelah panen (HSP) dan dapat mempertahankan warna merah keunguan kulit buah manggis hingga 12 HSP. Buah dengan perlakuan giberelin 200 ppm memiliki nilai padatan terlarut total (PTT) yang lebih tinggi daripada buah dengan perlakuan giberelin 100 ppm, 400 ppm dan kontrol (tanpa perlakuan giberelin). Buah dengan perlakuan giberelin 100 ppm memiliki nilai total asam tertitrasi (TAT) yang lebih tinggi dibandingkan buah dengan perlakuan giberelin 200 ppm, 400 ppm dan kontrol. Perlakuan cara panen dengan menyertakan dua daun dan pemberian giberelin tidak dapat meningkatkan pertumbuhan trubus manggis. Hal tersebut dapat diketahui dari panjang trubus, diameter trubus, panjang daun dan lebar daun yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol (cara panen dengan dua daun dan tanpa pemberian giberelin). Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pola respirasi buah manggis termasuk klimakterik. Puncak klimakterik tertinggi terjadi pada buah dengan perlakuan kombinasi cara panen tanpa menyertakan dua daun dan tanpa pemberian giberelin pada jam ke-18 sebesar 268.46 mg CO2/kg/jam.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Purwakarta, Jawa Barat pada tanggal 04 Mei 1985 sebagai anak tunggal dari ayah Aang Suhendar, S.Sos dan Siti Rumilah. Tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMU Negeri 1 Purwakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Program Studi Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (BEM-TPB) 2003/2004 dan Himpunan Mahasiswa Agronomi 2004/2005 serta pers kampus Gema Almamater 2004/2005. Selain itu, pada tahun 2008 penulis mendapat beasiswa pertukaran pelajar ke Syracuse University, New York, USA.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Mutu Buah dan Pertumbuhan Trubus Baru Manggis (Garcinia mangostana L.) ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc. dan Dewi Sukma, SP, MSi selaku Dosen Penguji atas kritik dan saran yang diberikan untuk memperbaiki skripsi. 3. Prof. Dr. Ir. Nurhayati Anshori Mattjik, MS. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberi masukan dan dorongan selama studi di IPB. 4. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, IPB atas pendanaan penelitian ini melalui Program Riset Unggulan Strategi Nasional (RUSNAS) untuk pengembangan buah-buahan tropika. 5. MITSHUBISHI Coop. atas beasiswa yang diberikan selama dua tahun berturut-turut. 6. Institute of International Education atas beasiswa yang telah diberikan sehingga penulis dapat menimba ilmu di Syracuse University, NY, USA. 7.
Ade Sugema dan Adis Budiana yang telah memberikan kesempatan untuk dapat melakukan penelitian di kebun Wanayasa, Purwakarta.
8. Arief Pradana Erlangga. S.P, Anum Petalarifarrdhi dan Wati Anggraeni yang telah banyak memberikan bantuan selama penelitian baik moriil maupun materiil. 9. Papa dan Mama tercinta atas bantuannya selama penelitian, kasih sayang, kesabaran serta do`a sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik.
Kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik dalam pengamatan di lapang sampai penulisan skripsi ini tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis haturkan terima kasih. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini belum sempurna namun demikian penulis berharap dalam hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun pembaca sekalian.
Bogor, April 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang …………………………………………………... Tujuan …………………………………………………………… Hipotesis …………………………………………………………
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis ………………………………………….............. Syarat Tumbuh ……………………………………………........... Pemanenan ..................................................................................... Giberelin ........................................................................................
3 3 4 5
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ Bahan dan Alat ............................................................................... Metode Penelitian .......................................................................... Pelaksanaan Penelitian ................................................................... Pengamatan ....................................................................................
6 6 6 8 9
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan Pembahasan ...................................................................
12
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................... Saran ..............................................................................................
30 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
31
LAMPIRAN ...........................................................................................
33
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1. 2. 3. 4. 5.
Kombinasi Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Ketahanan Simpan Buah Manggis …………………………….
13
Kombinasi Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Warna Cupat Buah Manggis ......................................................
17
Kombinasi Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Warna Kulit Buah Manggis ........................................................
20
Rasio antara Padatan Terlarut Total dan Total Asam Tertitrasi Buah Manggis ............................................................................
27
Pengaruh Perlakuan Cara Panen dan Pemberian Giberelin serta Interaksinya terhadap Panjang Trubus, Diameter Trubus, Panjang Daun dan Lebar Daun Manggis ....................................
29
Lampiran 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Laju Respirasi ..............................................................
33
Pengaruh Perlakuan Cara Panen dan Pemberian Giberelin serta Interaksinya terhadap Laju Respirasi .........................................
34
Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Kekerasan Buah Manggis ............................................
35
Pengaruh Perlakuan Cara Panen dan Pemberian Giberelin serta Interaksinya terhadap Kekerasan Buah Manggis........................
36
Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Padatan Terlarut Total (PTT) Buah Manggis ..............
37
Pengaruh Perlakuan Cara Panen dan Pemberian Giberelin serta Interaksinya terhadap Padatan Terlarut Total (PTT) Buah Manggis.......................................................................................
38
Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Total Asam Tertitrasi (TAT) Buah Manggis ...............
39
8.
9. 10. 11. 12.
Pengaruh Perlakuan Cara Panen dan Pemberian Giberelin serta Interaksinya terhadap Total Asam Tertitrasi (TAT) Buah Manggis.......................................................................................
40
Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Panjang Daun Manggis ................................................
41
Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Lebar Daun Manggis ...................................................
41
Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Diameter Trubus Manggis ...........................................
41
Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Panjang Trubus Manggis ...........................................
41
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
1.
Kondisi awal buah manggis yang dipanen ....................................
12
2.
Buah manggis terserang cendawan Botryodiplodia sp .................
12
3.
Kondisi trubus manggis dorman ...................................................
12
4.
Kondisi akhir pengamatan buah manggis yang dipanen tanpa menyertakan dua daun ...................................................................
15
5.
Kondisi akhir pengamatan buah manggis yang dipanen dengan menyertakan dua daun ...................................................................
15
6.
Perubahan warna cupat buah manggis ..........................................
16
7.
Perubahan warna kulit buah manggis ............................................
19
8.
Pengaruh pemberian giberelin terhadap laju respirasi buah manggis .........................................................................................
21
Pengaruh cara panen ((a)panen tanpa menyertakan dua daun, (b) panen dengan menyertakan dua daun) dan pemberian giberelin terhadap kekerasan buah manggis .................................................
23
Pengaruh cara panen ((a)panen tanpa menyertakan dua daun, (b) panen dengan menyertakan dua daun) dan pemberian giberelin terhadap padatan terlarut total buah manggis ................................
24
Hubungan antara padatan total terlarut dan kekerasan buah manggis .........................................................................................
25
Pengaruh cara panen ((a)panen tanpa menyertakan dua daun, (b) panen dengan menyertakan dua daun) dan pemberian giberelin terhadap total asam tertitrasi buah manggis ..................................
26
9.
10.
11. 12.
PENDAHULUAN Latar Belakang Manggis merupakan salah satu buah tropis eksotik yang dijadikan sebagai buah unggulan nasional. Buah ini memiliki rasa unik dan aroma yang khas sehingga menjadi daya jual tersendiri untuk dijadikan buah ekspor. Permintaan ekspor buah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Departemen Pertanian permintaan ekspor manggis terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2002 volume ekspor manggis tercatat sebanyak 6.512.423 kg dan meningkat menjadi 8.162.776 kg pada tahun 2005 (Deptan, 2006). Perkembangan ekspor manggis yang cukup tinggi harus diimbangi dengan peningkatan kualitas. Namun yang menjadi kendala dalam ekspor buah manggis adalah mutu buah yang dihasilkan kurang baik. Dari total produksi manggis yang dihasilkan oleh petani, hanya 50% yang layak ekspor. Hal tersebut sebagai akibat dari sistem budidaya dan penanganan panen serta pasca panen yang kurang baik (Suyanti et al, 1997). Beberapa syarat yang digunakan untuk menentukan mutu manggis ekspor ialah bobot buah, kesegaran cupat, warna cupat, dan jumlah cupat. Buah manggis kualitas ekspor harus mempunyai cupat buah segar, berwarna hijau, dan minimal jumlah cupat yang hilang hanya satu buah. Namun, seringkali pada saat panen kesegaran cupat menurun sehingga tidak layak ekspor. Hal tersebut salah satunya diakibatkan oleh cara panen dan cara pengangkutan yang salah. Untuk mendapatkan cupat buah manggis segar diperlukan cara panen dan penanganan pasca panen yang tepat (Suyanti et al, 1999). Pemanenan buah manggis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemetikan yang menyertakan tangkai buah dengan dua daun dan pemetikan tanpa menyertakan tangkai buah dengan dua daun. Pemetikan buah yang menyertakan tangkai buah dengan dua daun dapat mempertahankan kualitas buah manggis 2-3 minggu pada suhu kamar (www.situsHijau.co.id). Kualitas buah manggis yang salah satunya ditunjukkan melalui kesegaran cupat juga dapat dipertahankan melalui aplikasi zat pengatur tumbuh yaitu penggunaan Giberelin (GA3) pada
2
buah. Menurut Kays (1991) aplikasi Giberelin (GA3) pada buah dapat menunda degradasi klorofil dan pelunakan pada buah sehingga aplikasinya pada buah manggis diharapkan dapat mempertahankan kesegarannya agar tetap hijau. Kendala lain yang menjadi hambatan dalam pengembangan buah manggis adalah pertumbuhan pohon yang lambat. Aplikasi Giberelin (GA3) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan trubus baru. Wattimena (1988) mengemukakan bahwa Giberelin (GA3) merupakan zat pengatur tumbuh yang mempunyai peranan fisiologis dalam pemanjangan batang (tunas) dan menekan proses penuaan serta perontokan organ tanaman. Melalui penggunaan GA3 diharapkan pertumbuhan trubus baru dan daun baru yang terbentuk setelah panen mengalami peningkatan.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara panen dan aplikasi giberelin (GA3) serta interaksi keduanya terhadap kesegaran buah dan pertumbuhan trubus manggis.
Hipotesis 1. Cara panen yang menyertakan tangkai buah dengan dua daun dapat mempertahankan kesegaran buah manggis lebih lama dan meningkatkan pertumbuhan trubus baru. 2. Penyemprotan GA3 pada buah dan ranting manggis pada taraf tertentu dapat mempertahankan kesegaran buah manggis lebih lama dan meningkatkan pertumbuhan trubus baru. 3. Terdapat interaksi antara pengaruh cara panen dan penyemprotan GA3 terhadap kesegaran buah manggis dan meningkatkan pertumbuhan trubus baru.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Manggis merupakan tanaman yang berperawakan pohon dengan tinggi berkisar 6 - 25 m, berbatang lurus, bercabang-cabang simetris dan membentuk tajuk piramid beraturan. Semua bagian tanaman mengeluarkan gambogee (getah kuning) jika dilukai. Daunnya berhadapan berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 5 - 25 cm dan lebar sekitar 7 – 13 cm. Bunga-bunganya menyendiri atau berpasang-pasangan, berada di ujung ranting, bergagang pendek dan tebal, berdiameter kira-kira 5.5 cm (Verheij, 1997). Menurut Nakasone dan Paul (1998) pembungaan ditunjukkan dengan pembengkakan ujung dan fase munculnya pucuk bunga sampai anthesis dalam waktu 25 hari. Buahnya bertipe buah buni yang bulat dan berkulit licin, berdiameter 4-7 cm, sewaktu matang berubah menjadi lembayung tua, dengan daun kelopak yang tetap menempel dan tetap dihiasi oleh cuping kepala putik; daging buah tebalnya kira-kira 0.9 cm, berwarna lembayung; 0-3 ruang berisi biji yang berkembang sempurna, terbungkus oleh aril yang berwarna putih (Verheij, 1997).
Syarat Tumbuh Tanaman manggis merupakan tanaman yang cocok hidup di daerah tropik basah. Tanaman ini hidup dengan baik pada daerah panas dengan kelembapan tinggi. Menurut Verheij (1997) pohon manggis dapat tumbuh di dataran rendah sampai di ketinggian di bawah 1.000 m d.p.l. Temperatur udara yang ideal bagi pertumbuhan pohon manggis adalah pada kisaran 22-32˚C. Curah hujan tahunan yang cocok bagi pertumbuhan manggis adalah sebesar 1.500-2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun (Ashari, 1995). Tanah yang paling baik untuk budidaya tanaman manggis adalah jenis tanah gembur yang kaya kandungan bahan organik dengan derajat keasaman tanah (pH tanah) ideal adalah 5-7.
4
Pemanenan Panen merupakan proses pemetikan buah yang siap panen atau sudah mencapai tingkat kematangan optimal sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan (Deptan, 2004). Pekerjaan ini melibatkan pengetahuan keadaan matangnya buah dan cara yang tepat untuk memetik buah, sehingga buah-buahan itu dapat mencapai pasar dalam keadaan yang memuaskan (Verheij, 1997). Kualitas buah yang dipanen sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kemampuan si pemetik untuk memilih buah yang tua dan cara memanen yang dilakukan. Buah dipanen pada saat tingkatan buah itu mencapai kematangan optimum yang akan memiliki sifat-sifat yang dapat diterima, misalnya warna, bau, aroma, tekstur, dan sifat-sifat lainnya dari jenis atau kultivar itu (Verheij, 1997). Menurut Nakasone dan Paull (1998), indeks panen buah manggis didasarkan pada perkembangan dari perikarp yang berwarna ungu seluruhnya. Buah manggis dipanen setelah berumur 104 hari setelah anthesis (HSA) dengan berat rata-rata 80-130 gram dan diameter rata-rata 55-60 mm. Umur panen dan ciri fisik manggis siap panen dapat dilihat berikut ini : a) Panen 104 hari: warna kulit hijau bintik ungu b) Panen 106 hari: warna kulit ungu merah 10-25% c) Panen 108 hari: warna kulit ungu merah 25-50% d) Panen 110 hari: warna kulit ungu merah 50-75% e) Panen 114 hari: warna kulit ungu merah Untuk konsumsi lokal, buah dipetik pada umur 114 HSA sedangkan untuk ekspor pada umur 104-108 HSA (Prihatman, 2000). Pemanenan buah manggis pada umumnya masih dilaksanakan secara tradisional yaitu dengan menggunakan galah berkait. Namun, cara ini menyebabkan kulit buah memar dan pecah serta jumlah cupat manggis banyak berkurang dan rusak. Hal seperti ini sangat tidak dikehendaki oleh eksportir. Salah satu syarat buah manggis kualitas ekspor adalah jumlah cupat yang hilang maksimal hanya satu buah. Buah manggis yang cupatnya kurang dari tiga buah tidak dapat diekspor. Untuk meminimalisir kehilangan cupat, maka sebagian besar petani memanen buah manggis dengan cara dipetik tangan.
5
Cara panen memiliki pengaruh terhadap mutu buah pasca panen khususnya dalam kesegaran cupat buah. Pemetikan buah langsung dengan dengan mengikutsertakan tangkai buah dapat meningkatkan daya tahan buah manggis sampai 2-3 minggu setelah panen (www.SitusHijau.co.id). Berdasarkan penelitian Suyanti et al (1997) cara panen buah manggis langsung dipetik dengan tangan dapat memberikan hasil kesegaran kelopak buah terbaik dibandingkan dengan cara panen lainnya.
Giberelin Giberelin ditemukan pertama kali oleh E. Kurosawa pada tahun 1926 dalam penelitiannya terhadap penyakit cendawan pada bibit padi. Dari hasil penelitiannya itu diketahui bahwa cendawan yang menyebabkan penyakit tersebut adalah Gibberella fujikuroi. Cendawan tersebut mengeluarkan suatu zat yang diberi nama giberelin A. Zat tersebut juga ternyata dapat menyebabkan perpanjangan pada berbagai tanaman (Wattimena, 1988). Giberelin (GA3) merupakan zat pengatur tumbuh yang mempunyai peranan fisiologis dalam pemanjangan batang (tunas). Pengaruh GA terutama di dalam perpanjangan ruas tanaman berhubungan dengan bertambah besar dan jumlah sel-sel pada ruas-ruas tersebut. Selain perpanjangan batang, giberelin juga memperbesar luas daun dari berbagai jenis tanaman, jika disemprot dengan GA. Demikian juga terhadap besar bunga dan buah. Di samping mempengaruhi besarnya organ tanaman, GA juga mempengaruhi proses-proses fisiologis lainnya. Telah diselidiki juga bahwa proses dormansi dari beberapa biji dan mata tunas dapat dihilangkan dengan pemberian GA (Wattimena, 1988). Selain berhubungan dengan pertumbuhan tanaman, Giberelin (GA3) mempengaruhi kesegaran tanaman. Wattimena (1988) mengemukakan bahwa di dalam tanaman selain terdapat hormon pemacu penuaan (etilen) dan perontokan organ tanaman (asam absisik) terdapat pula hormon-hormon yang menekan proses tersebut (auksin, giberelin, dan sitokinin). Hal tersebut senada dengan pernyataan Kays (1991) bahwa giberelin (GA3) dapat menunda kehilangan klorofil, menunda meningkatnya karotenoid pada buah jeruk serta menunda pelunakan pada Prunus domestica L, dan aprikot.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 500 d.p.l. dengan suhu berkisar 17˚-26˚C.
Sedangkan tempat analisis mutu buah manggis dilaksanakan di
Laboratorium RGCI, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Desember 2006 sampai Oktober 2007.
Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan adalah pohon manggis asal biji dengan tinggi 2,5-3 m yang ditanam dengan jarak tanam 6x6m2 dan buah manggis yang berumur 104 hari setelah anthesis (HSA) dengan indeks kematangan 2 yang artinya buah tersebut memiliki warna kulit buah kuning kemerahan dengan bercak merah hampir merata. Bahan yang digunakan adalah giberelin (GA3) SUN NEO 10%. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah pisau tajam, gunting pangkas, kontainer, sprayer, munsell color chart, cosmotector tipe xp-314, fruit hardness tester, refraktometer, jangka sorong dan alat-alat penunjang penelitian lainnya.
Metode Penelitian Percobaan ini menggunakan rancangan faktorial dua faktor. Faktor perlakuan pada percobaan ini terdiri dari: I. Faktor Perlakuan Cara Panen: P1 : Cara panen tanpa menyertakan dua daun P2 : Cara panen dengan menyertakan dua daun II. Faktor Perlakuan Giberelin (GA3): G0 : Tanpa penyemprotan GA3 (Kontrol) G1 : Penyemprotan dengan GA3 pada konsentrasi 100 ppm G2 : Penyemprotan dengan GA3 pada konsentrasi 200 ppm G3 : Penyemprotan dengan GA3 pada konsentrasi 400 ppm
7
Untuk analisis buah, rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri dari jumlah buah yang berbeda-beda tergantung dari pengamatan. Buah yang dibutuhkan untuk pengamatan non destruktif (warna kulit buah, warna cupat, dan laju respirasi) sebanyak 120 buah, dan untuk pengamatan destruktif (kekerasan buah, total asam tertitrasi dan total padatan terlarut) sebanyak 336 buah. Model statistik Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yijk = μ + α i + β j + (αβ ) ij + ε ijk
Sedangkan
untuk
pengamatan
pertumbuhan
trubus
digunakan
Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari dua faktor dan empat ulangan, setiap ulangan terdiri dari lima trubus sehingga total trubus yang diamati adalah sebanyak 160 trubus. Model statistik Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang digunakan adalah sebagai berikut: Yijk = μ + α i + β j + (αβ ) ij + ρ k + ε ijk Keterangan: Yijk
= nilai pengamatan pada ulangan ke-k yang memperoleh taraf ke-i dari faktor cara panen dan taraf ke-j dari faktor giberelin
μ
= rataan umum
αi
= pengaruh cara panen pada taraf ke-i
βj
= pengaruh pemberian giberelin pada taraf ke-j
(αβ)ij = pengaruh interaksi antara cara panen pada taraf ke-i dengan pemberian giberelin pada taraf ke-j ρk
= pengaruh kelompok
εijk
= galat percobaan Data analisa diuji dengan uji F dan uji lanjut Duncan Multiple Range
Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 5%.
8
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Bahan Tanaman
Penelitian diawali dengan pemilihan pohon manggis yang berada dalam kondisi baik di Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat.
Pelabelan
Pada bulan Desember 2006 dilakukan pelabelan terhadap bunga yang telah mekar dengan tujuan agar buah yang akan digunakan untuk penelitian dapat dipanen pada waktu yang bersamaan. Untuk ranting yang buahnya akan dipanen tanpa mengikutsertakan dua buah daun diberi label berwarna merah, sedangkan untuk ranting yang buahnya akan dipanen dengan mengikutsertakan dua buah daun diberi label warna kuning.
Penyemprotan giberelin
Penyemprotan dilakukan pada bagian daun, cupat, kulit buah dan ranting manggis yang masih berada pada pohon, satu minggu sebelum panen yaitu pada tanggal 20 Maret 2007. Konsentrasi GA3 yang digunakan yaitu 100 ppm, 200 ppm dan 400 ppm dengan volume semprot 25 ml per buah.
Panen
Panen dilakukan secara serentak pada tanggal 27 Maret 2007 dengan dua perlakuan yaitu dipetik dengan menyertakan tangkai buah dengan dua daun dan dipetik tanpa menyertakan tangkai buah dengan dua daun. Buah yang dipanen memiliki umur yang sama yaitu 104 hari setelah anthesis (HSA). Kondisi lapangan pada saat itu cerah dan panen dapat dilakukan dengan baik. Panen dilaksanakan pada saat menjelang sore, hal tersebut dilakukan agar buah yang akan dianalisis di Bogor tetap terjaga kesegarannya.
9
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada buah yang telah dipanen dan tanaman yang telah ditentukan di lahan percobaan. Untuk buah manggis, pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan fisik dan secara kimiawi. Pengamatan fisik terdiri atas kekerasan, warna kulit, dan warna cupat buah. Sedangkan pengamatan secara kimia yang dilakukan adalah total padatan terlarut dan total asam tertitrasi. Pengamatan non destruktif dilakukan pada hari ke-0 sampai hari ke-24 setelah panen, pengamatan destruktif dilakukan pada hari pada hari ke-0, 4, 8, 12, 16, 20, dan 24 setelah panen. Untuk trubus manggis, pengamatan dilakukan dari hari ke0 setelah panen hingga trubus baru dorman. Parameter yang diamati adalah panjang dan diameter trubus serta panjang dan lebar daun.
A. Pengamatan Buah 1. Pengamatan Non Destruktif 1.1 Warna Kulit Buah dan Cupat Buah
Warna kulit dan cupat buah diamati secara kualitatif dengan menggunakan munsell color chart. Klasifikasi warna dengan sistem munsell memakai tiga ciri yaitu: Hue (rona), Value (nilai) dan Chroma (kroma). Contoh:
2,5 GY HUE
9/6 VALUE
CHROMA
Hue menunjukkan warna dominan dari suatu objek yang diteliti apakah warna tersebut merah, hijau atau kuning. Value menunjukkan gelap terangnya warna. Nilai Value berada pada angka 0 hingga 10. Semakin tinggi nilai Value maka, warna semakin cerah. Chroma menunjukkan intensitas warna. Nilai Chroma berada pada angka 0 hingga 20. Semakin tinggi nilai Chroma maka, intensitas warna semakin gelap.
10
1.2 Laju Respirasi
Laju respirasi diukur dengan menggunakan cosmotector tipe xp-314 dalam sistem tertutup. Pengamatan laju respirasi dilakukan mulai 0 HSP hingga buah manggis mengalami penurunan puncak klimakterik yaitu pada 8 HSP.
2. Pengamatan Destruktif 2.1 Kekerasan
Kekerasan buah diukur dengan menggunakan fruit hardness tester. Bagian-bagian yang diukur adalah bagian ujung, tengah dan pangkal. Kekerasan buah dinyatakan dalam satuan Kg/detik. 2.2 Total Padatan Terlarut
Total Padatan Terlarut diukur dengan menggunakan refraktometer. Daging buah yang diamati diambil dengan cara memisahkan daging buah dari biji lalu diambil sarinya dengan menggunakan kain atau kertas saring. Sari yang telah diperoleh diteteskan pada lensa refraktometer. Angka yang diperoleh dinyatakan dengan °Brix. 2.3 Total Asam Tertitrasi
Buah manggis diambil sarinya dengan cara diperas dan ditimbang sebanyak 5 gr. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, ditambahkan aquades sampai tanda tera, dikocok dan disaring, diambil 10 ml filtrat. Filtrat tersebut diberi indkator phenolphtalein, kemudian dititrasi dengan NaOH 0.1 N sampai muncul warna pink. Rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai TAT adalah:
%TAT =
mlNaOH × NNaOH × fp × BE × 100 BobotSampel
Keterangan: Fp
: faktor pengencer ( 100 ml / 10 ml)
BE
: bobot ekuivalen ( 64 )
ml NaOH : ml NaOH akhir – ml NaOH awal N NaOH : molaritas NaOH
11
B. Pengamatan Trubus 1. Panjang Trubus
Pengamatan panjang trubus dilakukan dengan cara mengukur bagian pangkal trubus hingga ujung trubus. 2. Diameter trubus
Pengamatan diameter trubus dilakukan dengan cara mengukur lingkar batang trubus menggunakan jangka sorong. 3. Panjang daun
Pengamatan panjang daun dilakukan dengan cara mengukur bagian pangkal daun hingga ujung daun. 4. Lebar daun
Pengamatan lebar daun dilakukan dengan cara mengukur bagian terlebar dari daun.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum
Pada awal panen keadaan buah manggis yang digunakan masih dalam kondisi segar dan dalam keadaan yang seragam yaitu memiliki indeks kematangan dua dimana buah tersebut memiliki warna kulit buah kuning kemerahan dengan bercak merah hampir merata (Gambar 1). Selama penelitian berlangsung terdapat beberapa buah yang terserang penyakit busuk buah Botryodiplodia theobromae pada hari ke-16 setelah panen yang menyebabkan buah menjadi busuk dan menurunkan daya simpan manggis.
Gambar
1.
Kondisi awal buah manggis yang dipanen
Gambar 2. Buah manggis terserang cendawan Botryodiplodia sp
Kondisi lapangan pada saat pengamatan trubus mengalami sedikit kendala yaitu musim kemarau yang berkepanjangan, sehingga munculnya trubus setelah panen membutuhkan waktu yang lama.
Trubus Gambar 3. Kondisi trubus manggis dorman
13
Ketahanan Simpan
Ketahanan simpan buah manggis pada penelitian ini berbeda-beda tergantung dengan perlakuan yang diberikan. Ciri akhir pengamatan dari buah manggis yang dianggap masih layak dikonsumsi adalah memiliki warna kulit buah ungu tua, warna cupat buah kecoklatan, buahnya masih dapat dibuka dengan tangan, daging buah berwarna putih dan tidak berbau alkohol serta masih dapat dikonsumsi. Tabel 1. Kombinasi Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Ketahanan Simpan Buah Manggis Perlakuan 0 ppm GA3
Ketahanan Simpan (HSP) pada Suhu Kamar Cara Panen Tanpa Menyertakan Cara Panen Dengan Menyertakan Dua Daun Dua Daun 12 16
100 ppm GA3
16
16
200 ppm GA3
12
16
400 ppm GA3
16
20
Buah dengan perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dengan pemberian giberelin pada konsentrasi 0 ppm dan 200 ppm ketahanan simpannya hanya dapat bertahan hingga 12 HSP (Hari Setelah Panen). Sedangkan buah dengan perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dengan pemberian giberelin pada konsentrasi 100 ppm dan 400 ppm dapat mempertahankan daya simpan buah hingga 16 HSP. Begitu juga dengan buah yang dipanen dengan menyertakan dua daun dan tanpa perlakuan pemberian giberelin serta dengan pemberian giberelin pada konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm memiliki ketahanan simpan hingga 16 HSP. Kombinasi yang paling lama mempertahankan daya simpan buah manggis hingga 20 HSP adalah perlakuan cara panen dengan menyertakan dua daun dan pemberian giberelin pada konsentrasi 400 ppm (Gambar 5). Perlakuan giberelin 100 ppm, 200 ppm dan 400 ppm pada buah yang dipanen dengan menyertakan dua daun dapat meningkatkan ketahanan simpan buah manggis dari 16 HSP hingga 20 HSP, hal tersebut dikarenakan giberelin dapat menghambat kerusakan buah manggis yang secara alami diakibatkan oleh proses pemasakan (senescence) pada buah manggis itu sendiri. Proses pemasakan
14
yang dihambat oleh giberelin itu diantaranya adalah penundaan penuaan warna kulit buah manggis dan yellowing pada warna cupat manggis serta menunda proses mengerasnya buah manggis sehingga tidak dapat dibuka. Hal tersebut akan dibahas pada sub bab selanjutnya. Buah manggis yang dipanen dengan menyertakan dua daun pada umumnya memiliki ketahanan simpan yang lebih tinggi dibandingkan dengan buah manggis yang dipanen tanpa menyertakan dua daun. Hal tersebut sesuai dengan informasi yang didapat dari www.SitusHijau.com (2006) bahwa pemetikan buah langsung dengan mengikutsertakan tangkai buah dapat meningkatkan daya tahan buah manggis sampai 2-3 minggu setelah panen. Daya tahan buah manggis selama penyimpanan juga dipengaruhi oleh cendawan penyebab busuk buah yaitu Botryodiplodia theobromae. Buah yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala kulit buah berwarna kehitaman dan mengkilat kemudian warna berubah menjadi hitam suram. Selanjutnya buah menjadi keras dan sulit dibuka. Jika dibuka, maka terlihat daging buah yang membusuk dan berwarna kehitaman serta melekat pada kulit buah. Berdasarkan laporan yang didapatkan dari Laboratorium Klinik Tanaman di Departemen Proteksi Tanaman IPB (2007) bahwa cendawan ini dapat menyebar melalui sisasisa tanaman yang sakit kemudian menyebar ke buah-buah yang lain. Sehingga kemungkinan terserangnya buah-buah manggis oleh cendawan Botryodiplodia theobromae dikarenakan cendawan penyebab bakteri ini terbawa pada saat panen melalui daun atau buah manggis itu sendiri. Hal tersebut juga ditunjang oleh kondisi ruang simpan yang cukup panas, lembab dan kurang ventilasi sehingga cendawan mudah berkembang.
15
Buah manggis dengan perlakuan GA3 0 ppm
Buah manggis dengan perlakuan GA3 100 ppm
Buah manggis dengan perlakuan GA3 200 ppm
Buah manggis dengan perlakuan GA3 400 ppm
Gambar 4. Kondisi akhir pengamatan buah manggis yang dipanen tanpa menyertakan dua daun.
Buah manggis dengan perlakuan GA3 0 ppm
Buah manggis dengan perlakuan GA3 100 ppm
Buah manggis dengan perlakuan GA3 200 ppm
Buah manggis dengan perlakuan GA3 400 ppm
Gambar 5. Kondisi akhir pengamatan buah manggis yang dipanen dengan menyertakan dua daun
16
Warna Cupat Buah
Pada awal penyimpanan semua cupat buah memiliki warna yang sama dikarenakan kondisi buah pada saat panen seragam yaitu warna hijau muda segar. Seiring dengan lamanya waktu penyimpanan, maka warna cupat buah manggis semakin berubah yaitu dari hijau muda segar (2.5GY 9/6), kemudian berubah menjadi hijau tua (10Y 7.5/10), hijau sedikit kecoklatan (10Y 7.5/13), hijau kecoklatan (7.5Y 7/11.5), coklat kehijauan (7.5Y/16) dan pada akhirnya cupat berwarna coklat keseluruhan (5Y / 7/11.5).
Hijau muda (Hijau awal)
Hijau sedikit kecoklatan (Hijau kecoklatan awal)
Coklat kehijauan (Coklat awal)
Hijau Tua (Hijau akhir)
Hijau kecoklatan (Hijau kecoklatan akhir)
Coklat keseluruhan dan keriput (Coklat akhir)
Gambar 6. Perubahan warna cupat buah manggis Kombinasi perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dan tanpa pemberian giberelin memperlihatkan warna cupat manggis yaitu hijau muda hingga hijau kecoklatan hanya dapat bertahan sampai 8 HSP (Hari Setelah Panen). Demikian pula dengan buah manggis yang diberi perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dan dengan pemberian giberelin pada konsentrasi 200 ppm hanya mampu mempertahankan warna hijau muda hingga hijau kecoklatan pada cupat manggis sampai 8 HSP. Mulai 10 HSP hingga 24 HSP warna berubah perlahan menjadi coklat kehijauan,coklat tua, keriput dan kering (Gambar 6).
17
Warna dan kesegaran cupat cepat menurun karena terjadinya transpirasi yang menyebabkan cupat mengering dan berwarna kecoklatan (Qanytah, 2004). Sedangkan perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dan dengan pemberian giberelin 100 ppm dan 400 ppm ternyata mampu mempertahankan warna hijau cupat manggis hingga 12 HSP. Tabel 2. Kombinasi Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Warna Cupat Buah Manggis Hijau Perlakuan
Hijau Kecoklatan
Coklat
Awal
Akhir
Awal
Akhir
Awal
Akhir
2.5GY 9/6
10Y 7.5/10
10Y 7.5/13
7.5Y 7/11.5
7.5Y 7.5/16
5Y 7/11.5
Cara Panen Tanpa Menyertakan Dua Daun 0 ppm GA3
0 HSP
4 HSP
6 HSP
8 HSP
12 HSP
12 HSP
100 ppm GA3
0 HSP
4 HSP
8 HSP
12 HSP
16 HSP
24 HSP
200 ppm GA3
0 HSP
4 HSP
6 HSP
8 HSP
12 HSP
20 HSP
400 ppm GA3
0 HSP
4 HSP
8 HSP
12 HSP
16 HSP
24 HSP
Cara Panen Dengan Menyertakan Dua Daun 0 ppm GA3
0 HSP
4 HSP
8 HSP
12 HSP
16 HSP
24 HSP
100 ppm GA3
0 HSP
4 HSP
8 HSP
12 HSP
16 HSP
24 HSP
200 ppm GA3
0 HSP
4 HSP
8 HSP
12 HSP
16 HSP
24 HSP
400 ppm GA3
0 HSP
4 HSP
12 HSP
16 HSP
20 HSP
24 HSP
Keterangan:
GY : Hijau muda sampai hijau tua Y : Hijau tua sampai coklat
Kombinasi terbaik yang dapat mempertahankan kesegaran dan warna cupat manggis lebih lama adalah kombinasi perlakuan cara panen dengan menyertakan dua daun dan dengan perlakuan giberelin 400 ppm karena warna hijau segar hingga hijau kecoklatan dapat dipertahankan hingga 16 HSP. Hal tersebut disebabkan giberelin mampu menunda kehilangan klorofil pada cupat buah manggis. Menurut Arteca (1996) pemberian giberelin dapat memperlambat degradasi klorofil di daun, tangkai daun, buah, dan kotiledon. Sedangkan untuk kombinasi perlakuan cara panen dengan menyertakan dua daun tanpa pemberian giberelin dan dengan pemberian giberelin pada konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm dapat mempertahankan warna hijau cupat manggis sampai 12 HSP.
18
Cara panen dengan menyertakan dua daun dapat mempertahankan kesegaran cupat lebih lama. Hal tersebut dikarenakan daun berperan dalam kegiatan fotosintesis sehingga ketersediaan energi yang dibutuhkan tanaman untuk melangsungkan reaksi-reaksi metabolisme lebih banyak daripada buah yang disimpan tanpa menyertakan dua daun. Selain tempat berlangsungnya kegiatan fotosintesis, daun juga memiliki fungsi dalam sintesis zat-zat seperti asam-asam amino dan protein yang dapat menghambat degradasi klorofil. Poerwanto (2003) mengemukakan bahwa jika kandungan nitrogen pada tumbuhan berkurang maka sintesis klorofil akan terhambat sedangkan sintesis enzim yang merangsang senescence yaitu klorofillase terbentuk. Purwoko dan Santoso (1995) menjelaskan bahwa faktor utama yang bertanggungjawab terhadap degradasi klorofil salah satunya adalah adanya enzim chlorophyllase. Selain itu, di dalam daun terdapat hormon giberelin endogen yang dapat membantu meningkatkan sintesis klorofil dan memperlambat degradasi korofil.
Warna Kulit Buah Manggis
Warna kulit buah manggis pada awal penyimpanan seragam yaitu kuning kemerahan dengan bercak merah hampir merata karena buah dipanen pada umur berbunga yang sama yaitu 104 HSA (Hari Setelah Anthesis) dan dipilih yang seragam. Perubahan warna kulit buah manggis menjadi lebih gelap daripada semula dialami oleh buah manggis pada semua perlakuan seiring dengan lamanya waktu penyimpanan. Hal tersebut dapat dilihat dari menurunnya nilai value dan meningkatnya nilai chroma dari warna kulit buah manggis. Selama penyimpanan buah manggis mengalami perubahan warna. Pada awal pengamatan, buah manggis berwarna kuning kemerahan dengan bercak merah hampir merata (5R 5/11.5), kemudian berubah menjadi merah keunguan (6R 4/10), ungu kemerahan (6R 5/6.5), ungu tua (10R 4/6), ungu kehitaman (10R 3/8) dan akhirnya buah manggis berwarna ungu gelap (10R 2.3/2.5).
19
Kuning kemerahan (merah awal)
Merah keunguan (merah akhir)
Ungu kemerahan (ungu awal)
Ungu kehitaman (ungu awal)
Ungu tua (ungu akhir)
Ungu gelap (ungu akhir)
Gambar 7. Perubahan warna kulit buah manggis Kombinasi perlakuan cara panen dengan menyertakan dua daun dan pemberian giberelin 100 ppm, 200 ppm dan 400 ppm memiliki pengaruh yang baik dalam mempertahankan warna kulit buah manggis yaitu warna kuning kemerahan hingga ungu tua sampai 12 HSP (Gambar 7). Sedangkan untuk perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dan tanpa pemberian giberelin sudah memperlihatkan warna kulit buah manggis menjadi ungu tua pada 6 HSP. Perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dan dengan pemberian giberelin pada konsentrasi 100 ppm, 200 ppm dan 400 ppm mampu mempertahankan warna ungu tua pada buah manggis hingga 8 HSP. Pigmen buah cenderung berubah selama perkembangan buah termasuk pigmen yang terdapat pada kulit buah manggis. Kader (2003) menyatakan bahwa kulit buah manggis terutama mengandung xanthonin, gartanin, 8-disoxygartanin dan normangostanin. Xantonin merupakan pigmen larut air yang disintesis di dalam vakuola. Pembentuk molekul xantonin adalah monosakarida dan disakarida (Poerwanto, 2003). Dengan diikutsertakannya dua daun dalam penyimpanan buah
20
manggis
dapat
mempertahankan
pigmen
xantonin
lebih
lama.
Karena
monosakarida dan disakarida yang dibutuhkan untuk sintesis xantonin dapat dipenuhi dari hasil fotosintesis yang dilakukan daun. Selain itu, pemberian giberelin dapat mempertahankan kandungan warna pada kulit buah manggis hingga waktu tertentu. Pantastico (1989) mengemukakan bahwa perlakuan giberelin dapat menunda perubahan warna pada buah manggis, tomat, jambu biji dan pisang. Tabel 3. Kombinasi Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Warna Kulit Buah Manggis Merah Perlakuan
Ungu
Ungu Kehitaman
Awal
Akhir
Awal
Akhir
Awal
Akhir
5R 5/11.5
6R 4/10
6R 5/6.5
10R 4/6
10R 3/8
10R 2.3/2.5
Cara Panen Tanpa Menyertakan Dua Daun 0 ppm GA3
0 HSP
2 HSP
4 HSP
6 HSP
8 HSP
10 HSP
100 ppm GA3
0 HSP
4 HSP
6 HSP
8 HSP
12 HSP
16 HSP
200 ppm GA3
0 HSP
4 HSP
6 HSP
8 HSP
12 HSP
16 HSP
400 ppm GA3
0 HSP
4 HSP
6 HSP
8 HSP
12 HSP
16 HSP
Cara Panen Dengan Menyertakan Dua Daun 0 ppm GA3
0 HSP
6 HSP
8 HSP
10 HSP
12 HSP
16 HSP
100 ppm GA3
0 HSP
8 HSP
10 HSP
12 HSP
12 HSP
20 HSP
200 ppm GA3
0 HSP
8 HSP
10 HSP
12 HSP
12 HSP
20 HSP
400 ppm GA3
0 HSP
8 HSP
10 HSP
12 HSP
12 HSP
20 HSP
Laju Respirasi
Pengaruh kombinasi cara panen dan pemberian giberelin tidak berpengaruh nyata terhadap laju respirasi pada semua waktu pengamatan. Begitu juga dengan pengaruh cara panen tidak berpengaruh nyata terhadap laju respirasi pada semua waktu pengamatan. Sedangkan pengaruh pemberian giberelin berpengaruh nyata terhadap laju respirasi pada jam ke-30 dan jam ke-138. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan uji lanjut Duncan, pengaruh pemberian giberelin pada konsentrasi 100 ppm berbeda nyata terhadap pengaruh pemberian giberelin pada
21
konsentrasi 200 ppm pada jam ke-30. Nilai laju repirasi tertinggi adalah pada buah manggis dengan perlakuan giberelin pada konsentrasi 100 ppm yaitu sebesar 161.26 mg CO2/kg/jam. Sedangkan buah dengan perlakuan giberelin 200 ppm pada jam ke-30 memiliki nilai laju respirasi sebesar 106.46 mg CO2/kg/jam (Gambar 8). Demikian pula dengan laju respirasi buah manggis pada jam ke-138 dengan perlakuan giberelin 100 ppm berbeda nyata terhadap pengaruh pemberian giberelin pada konsentrasi 400 ppm. Laju respirasi buah dengan perlakuan giberelin 100 ppm memiliki nilai laju respirasi sebesar 71.105 mg CO2/kg/jam. Nilai ini lebih besar daripada nilai laju respirasi buah dengan perlakuan giberelin 400 ppm yaitu sebesar 51.380 mg CO2/kg/jam. Menurut Pantastico (1986) perlakuan pasca panen dengan giberelin secara nyata menghambat pematangan beberapa jenis buah. Pengaruh terhadap kematangan terlihat dari penurunan laju respirasinya, terhambatnya klimakterik dan penundaan perubahan warna.
Laju Respirasi (mg CO2/kg/jam)
300,00 250,00 200,00
G0: GA3 0 ppm G1: GA3 100 ppm
150,00
G2: GA3 200 ppm G3: GA3 400 ppm
100,00 50,00 0,00 6
12
18
30
42
66
90 114 138 162 186
Waktu Pengam atan (Jam ke-)
Gambar 8. Pengaruh pemberian giberelin terhadap laju respirasi buah manggis. Secara umum laju respirasi buah manggis mengalami peningkatan sampai dengan jam ke-18 (219.80 mg CO2/kg/jam) dan mengalami penurunan sampai hari terakhir pengamatan seperti ditunjukkan oleh buah klimakterik. Menurut Wills et al. (1989) buah klimakterik menunjukkan peningkatan yang besar dalam laju produksi CO2 bersamaan dengan pemasakan. Sedangkan buah non klimakterik pada saat pemasakan memiliki laju produksi CO2 yang rendah dibandingkan dengan buah klimakterik.
22
Kekerasan Kulit Buah
Kombinasi cara panen dan pemberian giberelin berpengaruh sangat nyata terhadap kekerasan pada 20 HSP dan 24 HSP. Sedangkan perlakuan cara panen berpengaruh sangat nyata pada 12 HSP, 20 HSP dan 24 HSP. Demikian juga dengan pengaruh pemberian giberelin berpengaruh sangat nyata pada 20 HSP dan 12 HSP (Tabel Lampiran 4). Buah manggis yang tanpa diberi perlakuan giberelin memiliki nilai kekerasan yang terus meningkat dan lebih tinggi daripada buah manggis yang diberi perlakuan giberelin 100 ppm, 200 ppm dan 400 ppm (Gambar 9). Selain itu, buah manggis yang tanpa diberi perlakuan giberelin sudah tidak dapat dibuka lagi pada 24 HSP ketika penetrometer menunjukkan angka 0.95 kg/detik. Hal tersebut dikarenakan giberelin dapat menghambat pengerasan buah manggis. Menurut Arteca (1996) aplikasi GA3 dapat menghambat proses kematangan. Dimana pengaruh terhadap kematangan pada buah manggis adalah terhambatnya pengerasan pada buah. Buah manggis yang dipanen dengan menyertakan dua daun sudah keras dan tidak dapat dibuka pada 20 HSP dan 24 HSP. Kerasnya buah mengindikasikan bahwa cara panen dengan menyertakan dua daun tidak dapat menghambat terjadinya pengerasan pada buah manggis. Nilai kekerasan kulit buah manggis terus mengalami peningkatan seiring dengan pemasakan buah. Hal tersebut berlawanan dengan yang terjadi pada buahbuahan lain pada saat mengalami pemasakan yaitu pelunakan jaringan. Pengerasan pada kulit buah manggis dipengaruhi oleh adanya enzim poligalakturonase (PG) yang berpengaruh terhadap degradasi dinding sel. Beberapa penelitian terbaru telah mengindikasikan bahwa kandungan PG menyebabkan pengerasan pada buah selama pemasakan (Murray et al.,1993 dalam Tucker, 1993). Poligalakturonase merupakan enzim yang disintesis dalam sitosol sel. Pada buah-buahan yang belum matang, PG sudah mulai muncul namun belum berfungsi, kemudian aktivitas PG baru terlihat hanya pada saat terjadi pemasakan dan meningkat secara dramatis selama pemasakan berlangsung (Tucker, 1993). Selama proses pemasakan enzim tersebut berperan dalam
23
pembelahan dan pemecahan selulosa dan hemiselulosa yang merupakan komponen penyusun dinding sel. Pengerasan pada kulit buah manggis juga didukung oleh dehidrasi yang tinggi di permukaan kulit akibat penguapan air yang berlebihan. Yektiningtyas (2004) mengungkapkan bahwa pemasakan buah manggis diikuti dengan hilangnya kemampuan mengikat air, sehingga manggis tersebut menjadi keras. Hilangnya kemampuan mengikat air menyebabkan cairan pada ruang-ruang antar sel menguap dan menyebabkan sel menciut. Akibatnya ruang antar sel menyatu dan zat pektin yang merupakan penyusun dinding sel menjadi saling berikatan. Sedangkan selulosa dan hemisellulosa yang juga merupakan penyusun dinding sel dipecah oleh enzim poligalakturonase sehingga kulit buah manggis menjadi keras.
(a) 0,95
Kekerasan (Kg/detik)
0,90 G0: 0 ppm
0,85
G1: GA3 100 ppm G2: GA3 200 ppm
0,80
G3: GA3 400 ppm
0,75
0,70 0
4
8
12
16
20
24
Hari Setelah Panen
(b) 0,95
Kekerasan (Kg/detik)
0,90 G0: 0 ppm
0,85
G1: GA3 100 ppm G2: GA3 200 ppm
0,80
G3: GA3 400 ppm
0,75
0,70 0
4
8
12
16
20
24
Hari Setelah Panen
Gambar 9. Pengaruh cara panen ((a) panen tanpa menyertakan dua daun, (b) panen dengan menyertakan dua daun) dan pemberian giberelin terhadap kekerasan kulit buah manggis.
24
Padatan Terlarut Total (PTT)
Kandungan padatan terlarut total buah berkaitan dengan pemecahan polimer, karbohidrat, khususnya perubahan pati menjadi gula (Juanasari,2004). PTT dapat dijadikan indikator tingkat kemanisan pada buah manggis. Pengaruh kombinasi cara panen dan pemberian giberelin berpengaruh sangat nyata pada 24 HSP. Demikian pula dengan pengaruh cara penen berpengaruh sangat nyata pada 12, 20, dan 24 HSP. Sedangkan pengaruh giberelin berpengaruh sangat nyata pada 24 HSP (Tabel Lampiran 6). Secara
umum
PTT
buah
manggis
semakin
menurun
selama
penyimpanan. Penurunan PTT diakibatkan oleh terurainya gula menjadi alkohol dan
selama
CO2
penyimpanan
(Yektiningtyas,
2004).
Semakin
lama
penyimpanan, komponen gula yang terurai semakin banyak sehingga gula yang merupakan komponen utama bahan padat terlarut semakin menurun. Hal itu berakibat pada nilai PTT yang semakin menurun seiring dengan lamanya waktu penyimpanan. (b) 21,00
20,00
20,00
19,00 G0: 0 ppm
18,00
G1: GA3 100 ppm
17,00
G2: GA3 200 ppm
16,00
G3: GA3 400 ppm
15,00 14,00 13,00
Padatan Terlarut Total (°Brix)
Padatan Terlarut Total (°Brix)
(a) 21,00
19,00 G0: 0 ppm
18,00
G1: GA3 100 ppm
17,00
G2: GA3 200 ppm
16,00
G3: GA3 400 ppm
15,00 14,00 13,00
0
4
8
12
16
Waktu Pengam atan (HSP)
20
24
0
4
8
12
16
20
24
Waktu Pengam atan (HSP)
Gambar 10. Pengaruh cara panen ((a) panen tanpa menyertakan dua daun, (b) panen dengan menyertakan dua daun) dan pemberian giberelin terhadap padatan terlarut total buah manggis. Buah manggis dengan perlakuan giberelin 200 ppm memiliki nilai PTT yang lebih tinggi daripada buah dengan tanpa perlakuan giberelin dan perlakuan giberelin 100 ppm dan 400 ppm (Gambar 10). Buah tanpa pemberian giberelin memiliki nilai PTT yang lebih rendah daripada buah dengan perlakuan giberelin 100 ppm, 200 ppm dan 400 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian giberelin dapat menghambat terurainya gula selama penyimpanan.
25
Cara
panen
tanpa
menyertakan
dua
daun
lebih
baik
dalam
mempertahankan kulitas buah manggis pada parameter padatan terlarut total daripada cara panen yang menyertakan dua daun. Buah dengan perlakuan cara panen yang menyertakan dua daun mengalami penurunan nilai PTT dari H-8 hingga hari terakhir penyimpanan. Sedangkan buah dengan perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun baru mengalami penurunan nilai PTT mulai dari H12 dan H-16.
Padatan Total Terlarut (˚Brix)
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00 0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
Kekerasan Kulit Buah (Kg/detik)
Gambar 11. Hubungan antara padatan total terlarut dan kekerasan kulit buah manggis Gambar 11 menunjukkan bahwa padatan total terlarut dan kekerasan kulit buah manggis tidak memiliki hubungan secara linier maupun kuadratik, sehingga tidak diperoleh persamaan garis dan koefisien determinannya. Namun, dari hasil pengamatan didapatkan data bahwa pada saat buah manggis berada dalam puncak PTT yaitu pada nilai 20.37˚Brix, buah manggis tersebut memiliki kekerasan 0.84 Kg/detik (mudah dibuka) dan dalam keadaan warna ungu tua (10R 4/6) hingga ungu kehitaman (10R 3/8).
26
Total Asam Tertitrasi
Kombinasi pengaruh cara panen dan pemberian giberelin tidak berpengaruh nyata terhadap total asam tertitrasi pada semua waktu pengamatan kecuali pada 24 HSP. Sedangkan perlakuan cara panen berpengaruh sangat nyata terhadap total asam tertitrasi buah manggis pada 12, 20 dan 24 HSP. Begitu juga dengan perlakuan pemberian giberelin berpengaruh nyata pada 12 HSP dan berpengaruh
sangat
nyata pada 24 HSP. Data dapat dilihat pada Tabel
Lampiran 8. Pada 12 HSP buah manggis dengan perlakuan giberelin 100 ppm memiliki nilai TAT paling tinggi dibandingkan dengan buah manggis tanpa perlakuan giberelin dan buah manggis dengan perlakuan giberelin 200 ppm dan 400 ppm
(Gambar 12). Namun nilai tersebut terus menurun seiring dengan
lamanya waktu simpan. Menurut Pantastico (1989) total asam pada buah-buahan akan mencapai maksimum selama pertumbuhan dan perkembangan, kemudian menurun selama penyimpan. Namun, perlakuan giberelin 100 ppm ternyata dapat menghambat penurunan nilai total asam pada buah manggis.
Total Asam Tertitrasi (%)
(a)
1.00 0.80 G0: Kontrol G1: GA3 100 ppm
0.60
G2: GA3 200 ppm G3: GA3 400 ppm
0.40 0.20 0
4
8
12
16
20
24
Hari Setelah Panen
Total Asam Tertitrasi (%)
(b)
1.00 0.80 G0: Kontrol G1: GA3 100 ppm
0.60
G2: GA3 200 ppm G3: GA3 400 ppm
0.40 0.20 0
4
8
12
16
20
24
Hari Setelah Panen
Gambar 12. Pengaruh cara panen ((a) panen tanpa menyertakan dua daun, (b) panen dengan menyertakan dua daun) dan pemberian giberelin terhadap total asam tertitrasi buah manggis.
27
Buah dengan perlakuan panen yang menyertakan dua daun memiliki penurunan nilai TAT yang lebih tinggi daripada buah dengan perlakuan panen tanpa menyertakan dua daun. Penurunan total asam diduga disebabkan karena asam-asam organik dalam buah digunakan sebagai substrat dalam respirasi selama proses pematangan (Qanytah, 2004). Buah yang dipanen dengan menyertakan dua daun menunjukkan aktivitas respirasi yang lebih tinggi daripada buah yang dipanen tanpa menyertakan dua daun. Hal ini dikarenakan dengan adanya daun kegiatan fotosintesis menjadi lebih aktif sehingga daun dapat menyediakan Oksigen (O2) lebih banyak yang dapat digunakan untuk proses respirasi. Dengan kenaikan O2 menyebabkan kecepatan respirasi meningkat sehingga asam-asam organik dalam buah banyak terpakai sebagai substrat dalam respirasi yang pada akhirmya menurunkan nilai TAT. Hal tersebut senada dengan pernyataan Wills et al. (1989) bahwa selama penyimpanan umumnya jumlah asam organik pada buah menurun karena digunakan untuk respirasi atau diubah menjadi gula. Steward dkk (1936) dalam Pantasico (1989) melaporkan bahwa laju respirasi artisyok meningkat dengan bertambahnya O2. Tabel 4. Rasio antara Padatan Terlarut Total dan Total Asam Tertitrasi Buah Manggis Perlakuan
Waktu Pengamatan (HSP) 0
4
8
12
16
20
24
Cara Panen Tanpa Menyertakan Dua Daun 0 ppm GA3
26.26
19.42
33.27
29.50
45.63
31.15
100 ppm GA3
27.28
27.99
28.58
28.96
36.33
28.67
33.28
200 ppm GA3
31.33
35.69
26.68
33.50
33.00
32.33
41.41
400 ppm GA3
32.70
31.73
32.19
40.31
39.16
36.47
42.72
Cara Panen Dengan Menyertakan Dua Daun 0 ppm GA3
32.61
31.25
27.57
37.61
31.31
100 ppm GA3
29.13
28.60
26.07
26.62
47.10
200 ppm GA3
34.87
31.76
27.34
26.63
33.37
400 ppm GA3
32.73
30.89
24.33
33.54
51.01
28
Rasio antara padatan total terlarut dan total asam tertitrasi digunakan untuk mengetahui tingkat kemanisan dan keasaman yang ideal pada buah. Rentang nilai rasio PTT/TAT berbeda-beda untuk tiap jenis buah. Belum ada literatur yang menetapkan rentang nilai rasio PTT/TAT ideal pada manggis. Namun pada buah Jeruk diketahui bahwa rasio PTT/TAT-nya berkisar pada nilai 14 hingga 20. Nilai 14 merupakan nilai batas keasaman sedang nilai 20 merupakan nilai batas kemanisan ideal untuk buah jeruk. Maka jika buah jeruk memiliki rasio PTT/TAT dibawah 14 artinya buah tersebut terlalu asam, sedangkan jika buah jeruk memiliki rasio PTT/TAT diatas 20 artinya buah tersebut terlalu manis (Anggraeni, 2008). Tabel 4 menunjukkan bahwa buah manggis yang diamati memiliki rasio PTT/TAT sebesar 26 hingga 51. Dari tabel tersebut dapat dilihat secara umum trend-nya bahwa rasio padatan total terlarut dan total asam tertitrasi buah manggis untuk semua perlakuan terus mengalami peningkatan dari 0 HSP hingga 16 HSP dan menurun hingga 24 HSP.
29
Panjang Trubus, Diameter Trubus, Panjang Daun dan Lebar Daun
Perlakuan cara panen dan pemberian giberelin tidak berbeda nyata terhadap panjang trubus, diameter trubus, panjang daun dan lebar daun. Serta tidak terdapat interaksi antara cara panen dan pemberian giberelin (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Cara Panen dan Pemberian Giberelin serta Interaksinya terhadap Panjang Trubus, Diameter Trubus, Panjang dan Lebar Daun Manggis Panjang Trubus
Diameter
Panjang Daun
Lebar Daun
(cm)
Trubus (mm)
(cm)
(cm)
Tanpa Daun
5.44
6.27
20.58
10.15
Dengan Daun
5.49
6.14
20.90
10.00
Kontrol
5.48
6.21
21.17
10.23
100 ppm
5.07
6.13
21.04
10.13
200 ppm
5.63
6.17
20.14
9.98
400 ppm
5.68
6.33
20.63
9.96
tn
tn
Perlakuan Cara Panen:
Giberelin:
Interaksi antara cara panen dengan pemberian giberelin: tn
tn
Keterangan: tn=tidak berbeda nyata
Tidak berpengaruhnya pemberian giberelin terhadap pertumbuhan trubus, kemungkinan dikarenakan musim kemarau yang berkepanjangan. Menurut Wieble et al (1992) tanaman manggis mudah terganggu pertumbuhannya oleh lingkungan yang kurang menguntungkan seperti kekeringan atau genangan air. Percobaan yang dilakukan oleh Anwarudin et al (1996) terhadap bibit semai manggis yang diberi perlakuan giberelin menunjukkan bahwa pemberian giberelin ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap pertumuhan semai manggis. Hal tersebut mungkin disebabkan karena fungsi giberelin eksogen hanya memicu dimulainya suatu proses pertumbuhan, sedangkan untuk proses pertumbuhan selanjutnya bergantung pada faktor-faktor lain seperti ketersediaan hara, air dan kondisi lingkungan lainnya.
KESIMPULAN Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kombinasi perlakuan cara panen dengan menyertakan dua daun dan pemberian giberelin dapat mempertahankan kesegaran warna cupat lebih lama hingga 14 HSP (Hari Setelah Panen) serta mempertahankan warna ungu merah pada kulit buah manggis hingga 12 HSP dibandingkan kontrol yang hanya mampu bertahan hingga 8 HSP. 2. Perlakuan cara panen tidak berpengaruh nyata pada parameter laju respirasi dan kekerasan buah manggis. Cara panen tanpa menyertakan dua daun dapat mempertahankan nilai Padatan Total Terlarut (PTT) dan Total Asam Tertitrasi (TAT) lebih lama dibandingkan dengan cara panen yang menyertakan dua daun. 3. Perlakuan pemberian giberelin berpengaruh nyata terhadap parameter laju respirasi, kekerasan, PTT dan TAT buah manggis. Giberelin pada konsentrasi 100 ppm dapat menghambat pengerasan buah manggis dan mempertahankan nilai TAT. Begitu juga dengan giberelin pada konsentrasi 400 ppm baik dalam menghambat laju resprasi buah manggis. Sedangkan PTT dapat dipertahankan dengan perlakuan giberelin 200 ppm. 4. Perlakuan cara panen dengan menyertakan dua daun dan pemberian giberelin tidak dapat meningkatkan pertumbuhan trubus manggis.
Saran
Perlu dilakukan antisipasi dalam penyimpanan
buah manggis agar
serangan jamur pada buah manggis dapat diminimalisir. Serta diperlukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh cara panen dan pemberian giberelin terhadap buah manggis agar hasil yang didapat lebih menguatkan hasil dari penelitian sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, W. 2008. Penggunaan Bahan Pelapis dan Plastik Kemasan Untuk Meningkatkan Daya Simpan Buah Manggis (Garcinia mangostana L). Skripsi. Departemen Angronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anwarudin, M. J., N. L. P. Indriyani, S. Hadiyati, E. Mansyah. 1996. Pengaruh Konsentrasi Asam Giberelat dan Lama Perendaman Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Biji Manggis. J. Hort. 6 (1):1-5. Arteca, R. N. 1996. Plant Growth Substances, Principles and Application. Chapman and Hall. 214 p. Ashari, S. 1995. Hortikultura dan Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta. 485 hal. Departemen Pertanian. 2004. Standar Prosedur Operasional (SPO) Manggis Kabupaten Purworejo. Jakarta. 79 hal. http://www.deptan.co.id. Nilai dan Volume Ekspor Hortikultura 1991-2005. [19 September 2006]. http://www.SitusHijau.co.id. Manggis. [23 Maret 2006]. Juanasri. 2004. Pengaruh Umur Petik, Pemberian Giberelin dan Spermidin terhadap Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kader, A.A. 1992. Quality and Safety Factors: Definition and Evaluation for Fresh Horticultural Crops, p.185-189. In: A.A. Kader (Ed.) Postharvest Technology of Horticultural Crops. Division of Agriculture and Natural Resources, University of California, California. Kays, S. J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant. Van Noostrand Reinhold. New York. 532 p. Mattjik, A. A. dan I. M. Sumertajaya. 2000. Rancangan Percobaan. IPB Press. Bogor. 282 hal. Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CAB Internasional. New York. 400 p. Pantastico, Er.B, T. K. Chattopadhyay dan H. Subramanyam. 1986. Penyimpanan dan Operasi Penyimpanan Secara Komersial, hal. 495-533. Dalam: Er.B. Pantastico (ed.). Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buahbuahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.
32
Poerwoko, B. S. dan B. B. Santoso. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura. Indonesia Australia Eastern Universities Project. 187 hal. Poerwanto, R. 2003. Peran Manajemen Budidaya Tanaman Dalam Peningkatan Ketersediaan dan Mutu Buah-buahan. Orasi Ilmiah. Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 86 hal. Prihatman, K. 2006. Manggis (Garcinia mangostana L.). http://www.ristek.go.id. [23 Maret 2006]. Qanytah. 2004. Kajian Perubahan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Perlakuan Precooling dan Penggunaan Giberelin Selama Penyimpanan. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suyanti, Roosmani, dan D. Sastra. 1999. Karakterisasi mutu buah manggis segar. J. Hort. 8(4):1284-1292. Suyanti, Roosmani, dan Sjaifullah. 1997. Karakterisaasi Sifat Fisik dan Kimia Buah Manggis dari Beberapa Cara Panen. J. Hort. 6(5):493-507. Tucker, G. A. 1993. Introduction, p.1-51. In: G. B. Seymour, J. E. Taylor, and G. A. Tucker (Eds.). Biochemistry of Fruit Ripening. Chapman and Hall. London. Verheij, E. W. M. 1997. Garcinia mangostana L, hal 220-225. dalam E. W. M. Verheij dan R. E. Coronrl (eds.). Buah-buahan yang dapat dimakan. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara (PROSEA). Wattimena. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. PAU Bioteknologi IPB. Bogor. 145 hal. Wieble, J., E. K. Chacko dan W. J. S. Downtown. 1992. Mangosteen (Garcinia mangostana L.) – A Potential crop for tropical northern Australia. Acta. Hort., 321:132-137. Wills, R. H. H, T. H. Lee, W. B. MsGlasson, D. Graham and E. G. Hall. 1989. Postharvest; An Introduction to the Pshysiology and Handling of Fruit and Vegetables. New South Wales University Press. Australia. 163 p. Yektiningtyas, W. K. 2004. Studi Kasus Fisika Pangan Variasi Kelembaban Relatif, Film Kemasan dan Lama Penyimpanan Buah Manggis. Skripsi. Departemen Fisika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
33
Tabel Lampiran 1. Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Laju Respirasi Jam ke-
Sumber
db
jk
KT
Panen 1 103.1276 103.1276 GA3 3 1164.3633 388.1211 PanenxGA3 3 1838.5962 612.8654 Panen 1 339.3776 339.3776 12 GA3 3 11597.4305 3865.8102 PanenxGA3 3 830.3257 276.7752 Panen 1 5764.1402 5764.1402 18 GA3 3 5187.5898 1729.1966 PanenxGA3 3 2028.5803 676.1934 Panen 1 1867.1940 1867.1940 30 GA3 3 11002.5430 3667.5143 PanenxGA3 3 1898.5239 632.8413 Panen 1 7630.8834 7630.8834 42 GA3 3 7137.7283 2379.2428 PanenxGA3 3 5141.3659 1713.7886 Panen 1 142.8864 142.8864 66 GA3 3 401.4294 133.8098 PanenxGA3 3 970.1431 323.3810 Panen 1 641.2868 641.2868 90 GA3 3 1764.4437 588.1479 PanenxGA3 3 3021.8306 1007.2769 Panen 1 30.4651 30.4651 114 GA3 3 59.5065 19.8355 PanenxGA3 3 1788.9112 596.3037 Panen 1 0.5251 0.5251 138 GA3 3 1201.5872 400.5291 PanenxGA3 3 620.6208 206.8736 Panen 1 4.1834 4.1834 162 GA3 3 1325.5419 441.8473 PanenxGA3 3 641.5799 213.8600 Panen 1 50.6922 50.6922 186 GA3 3 1815.0600 605.0200 PanenxGA3 3 1168.6616 389.5539 Keterangan: tn=tidak berbeda nyata, *=berpengaruh nyata pada taraf 5% 6
F
Pr>f
0.23 0.88 1.39 0.13 1.45 0.10 0.91 0.27 0.11 1.42 2.78 0.48 3.71 1.16 0.83 0.85 0.80 1.93 1.76 1.61 2.76 0.16 0.10 3.07 0.00 3.31 1.71 0.02 2.39 1.16 0.22 2.65 1.71
0.6354tn 0.4726tn 0.2825tn 0.7262tn 0.2663tn 0.9568tn 0.3547tn 0.8443tn 0.9550tn 0.2513tn 0.0747tn 0.7006tn 0.0719tn 0.3565tn 0.4947tn 0.3698tn 0.513tn 0.1658tn 0.2032tn 0.2254tn 0.0759tn 0.6974tn 0.9577tn 0.0580tn 0.9483tn 0.0472* 0.2055tn 0.8823tn 0.1069tn 0.3569tn 0.6439tn 0.0842tn 0.2059tn
kk 11.0470 16.0867 10.8685 17.1721 17.4181 13.8647 14.8768
13.3402 9.4093 11.3848 16.3571
Tabel Lampiran 2. Pengaruh Perlakuan Cara Panen dan Pemberian Giberelin serta Interaksinya terhadap Laju Respirasi Perlakuan
6
Waktu Pengamatan (Jam ke-) 12 18 30 42 66 90 114 138 162 186 --------------------------------------------------------------------- mg CO2/kg/jam ---------------------------------------------------------------------
Cara Panen: P1: Tanpa daun
103.846
186.24
261.57
140.61
170.04
61.423
79.044
55.047
60.300
60.705
58.260
P2: Dengan daun
99.700
178.72
230.58
122.97
134.38
56.543
68.706
52.793
60.004
61.540
55.353
G0: 0 ppm
103.40
176.89
248.20
142.27ab
160.83
59.148
74.73
55.730
59.758 ab
70.865
67.210a
G1: 100 ppm
112.46
219.80
267.43
161.26a
174.40
65.507
87.44
55.233
71.105a
65.740
63.117ab
G2: 200 ppm
94.75
168.32
226.33
106.46b
128.19
56.628
68.34
52.218
58.365ab
53.053
45.730 b
G3: 400 ppm
96.49
164.91
242.34
117.17ab
145.42
54.650
65.00
52.498
51.380b
54.832
51.170ab
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Konsentrasi giberelin:
Interaksi antara cara panen dengan pemberian giberelin: tn
tn
tn
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT), tn=tidak berbeda nyata
35
Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Kekerasan Buah Manggis HSP
Sumber db jk KT F Panen 1 0.0000 0.0000 0.00 0 GA3 3 0.0028 0.0009 1.01 PanenxGA3 3 0.0054 0.0018 1.94 Panen 1 0.0048 0.0048 1.75 4 GA3 3 0.0052 0.0017 0.63 PanenxGA3 3 0.0026 0.0009 0.32 Panen 1 0.0026 0.0026 3.09 8 GA3 3 0.0030 0.0010 1.18 PanenxGA3 3 0.0073 0.0024 2.90 Panen 1 0.0150 0.0150 12.12 12 GA3 3 0.0079 0.0026 2.12 PanenxGA3 3 0.0027 0.0009 0.73 Panen 1 0.0096 0.0096 4.12 16 GA3 3 0.0080 0.0027 1.14 PanenxGA3 3 0.0082 0.0027 1.18 Panen 1 4.3605 4.3605 15856.50 20 GA3 3 0.0054 0.0018 6.56 PanenxGA3 3 0.0054 0.0018 6.56 Panen 1 2.5741 2.5741 6240.36 24 GA3 3 0.8618 0.2872 696.36 PanenxGA3 3 0.8618 0.2872 696.36 Keterangan: tn=tidak berbeda nyata, **= berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
Pr>f 0.9473tn 0.4125tn 0.1641tn 0.2040tn 0.6079tn 0.8124tn 0.0977tn 0.3486tn 0.0675tn 0.0031** 0.1374tn 0.5505 tn 0.0593 tn 0.3637 tn 0.3491 tn 0.0001** 0.0042** 0.0042** 0.0001** 0.0001** 0.0001**
kk 3.8276 6.7037 3.5219 4.1345 5.4687 3.8904 6.2016
36
Tabel Lampiran 4. Pengaruh Perlakuan Cara Panen dan Pemberian Giberelin serta Interaksinya terhadap Kekerasan Buah Manggis Waktu Pengamatan (HSP) Perlakuan
0
4
8
12
16
20
24
............................................. Kg/detik ............................................. Cara Panen: P1: Tanpa daun
0.80
0.77
0.83
0.83b
0.86
0.85
0.66
P2: Dengan daun
0.79
0.80
0.81
0.88a
0.90
~
~
tn
tn
tn
**
tn
**
**
G0: 0 ppm
0.78
0.76
0.82
0.88a
0.91
0.45a
~
G1: 100 ppm
0.79
0.79
0.83
0.84ab
0.88
0.43b
0.45a
G2: 200 ppm
0.81
0.78
0.84
0.84ab
0.88
0.41b
0.42b
G3: 400 ppm
0.80
0.80
0.81
0.84b
0.86
0.41b
0.44ab
tn
tn
tn
tn
tn
**
**
Uji F Konsentrasi giberelin:
Uji F
Interaksi antara cara panen dengan pemberian giberelin: P1G0
0.76
0.73
0.86a
0.87ab
0.92a
0.90a
~
P1G1
0.81
0.77
0.84a
0.82bc
0.87ab
0.86b
0.91a
P1G2
0.81
0.78
0.83ab
0.83bc
0.85ab
0.83b
0.84b
P1G3
0.81
0.79
0.81ab
0.79c
0.82b
0.83b
0.88a
P2G0
0.80
0.79
0.78b
0.90a
0.91ab
~
~
P2G1
0.77
0.81
0.82ab
0.87ab
0.89ab
~
~
P2G2
0.81
0.78
0.84a
0.86ab
0.91ab
~
~
P2G3
0.80
0.80
0.81ab
0.88ab
0.90ab
~
~
Uji F
tn
tn
tn
tn
tn
**
**
Keterangan: HSP: Hari setelah panen Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf 5% menurut uji Duncan, tn=tidak berbeda nyata, **= berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, ~ : buah sudah busuk
37
Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Padatan Terlarut Total (PTT) Buah Manggis HSP
Sumber db jk KT F Panen 1 2.3126 2.3126 2.15 0 GA3 3 9.6028 3.2009 2.98 PanenxGA3 3 0.7303 0.2434 0.23 Panen 1 0.3038 0.3037 0.26 4 GA3 3 6.1508 2.0503 1.76 PanenxGA3 3 2.2804 0.7601 0.65 Panen 1 0.3038 0.3038 0.16 8 GA3 3 4.9300 1.6433 0.85 PanenxGA3 3 4.6579 1.5526 0.80 Panen 1 70.2126 70.2126 9.29 12 GA3 3 4.6778 1.5593 0.21 PanenxGA3 3 65.6394 21.8798 2.89 Panen 1 16.3350 16.3350 2.13 16 GA3 3 55.6721 18.5574 2.42 PanenxGA3 3 9.0542 3.0181 0.39 Panen 1 1844.5066 1844.5067 979.93 20 GA3 3 14.7975 4.9325 2.62 PanenxGA3 3 14.7975 4.9325 2.62 Panen 1 847.2817 847.2817 2089.90 24 GA3 3 288.5525 96.1842 237.25 PanenxGA3 3 288.5525 96.1842 237.25 Keterangan: tn=tidak berbeda nyata, **=berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
Pr>f 0.1615tn 0.0625tn 0.8763tn 0.6169tn 0.1958tn 0.5935tn 0.6977tn 0.4886tn 0.5121tn 0.0077** 0.8906tn 0.0676tn 0.1640tn 0.1042tn 0.7597tn 0.0001** 0.0864tn 0.0864tn 0.0001** 0.0001** 0.0001**
kk 5.5654 5.8414 7.4226 16.1439 16.7635 15.6498
10.7162
38
Tabel Lampiran 6. Pengaruh Perlakuan Cara Panen dan Pemberian Giberelin serta Interaksinya terhadap Padatan Terlarut Total (PTT) Buah Manggis Waktu Pengamatan (HSP) Perlakuan
0
4
8
12
16
20
24
.............................................°Brix............................................. Cara Panen: P1: Tanpa daun
18.30a
18.38
18.89
18.45a
17.35
17.53
11.88
P2: Dengan daun
18.93a
18.60
18.67
15.03b
15.70
~
~
tn
tn
tn
**
tn
**
**
G0: 0 ppm
18.04b
18.62
18.61
16.65
16.70ab
9.19ab
~
G1: 100 ppm
18.04b
17.66
19.23
16.51
14.78b
7.44b
7.10b
G2: 200 ppm
19.57a
19.03
19.16
16.33
15.74ab
8.97ab
8.40a
G3: 400 ppm
18.81ab
18.67
18.11
17.48
18.89a
9.47a
8.28a
tn
tn
tn
tn
tn
tn
**
Uji F Konsentrasi giberelin:
Uji F
Interaksi antara cara panen dengan pemberian giberelin: P1G0
17.65b
18.23
18.10
16.05ab
17.03
18.38a
~
P1G1
17.75b
17.32
19.82
18.53ab
15.50
14.88b
14.20b
P1G2
19.05ab
19.42
19.07
20.37a
17.60
17.93a
16.78a
P1G3
18.77ab
18.55
18.57
18.87ab
19.28
18.93a
16.55a
P2G0
18.43ab
19.00
19.12
17.25ab
16.37
~
~
P2G1
18.33ab
18.00
18.63
14.48b
14.07
~
~
P2G2
20.08a
18.63
19.25
13.95b
13.88
~
~
P2G3
18.85ab
18.78
17.65
16.10ab
18.50
~
~
Uji F
tn
tn
tn
tn
tn
tn
**
Keterangan: HSP: Hari setelah panen Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf 5% menurut uji Duncan, **= berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, ~ : buah sudah busuk
39
Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Total Asam Tertitrasi (TAT) Buah Manggis HSP
Sumber db jk KT F Pr>f Panen 1 0.0092 0.0092 1.28 0.2743tn 0 GA3 3 0.0148 0.0049 0.69 0.5728tn PanenxGA3 3 0.0101 0.0034 0.47 0.7068tn Panen 1 0.0234 0.0234 0.91 0.3536tn 4 GA3 3 0.1552 0.0517 2.01 0.1525tn PanenxGA3 3 0.1438 0.0479 1.87 0.1759tn Panen 1 0.0368 0.0368 5.36 0.0342tn 8 GA3 3 0.0342 0.0114 1.66 0.2158tn PanenxGA3 3 0.0317 0.0106 1.54 0.2438tn Panen 1 0.0368 0.0368 8.57 0.0099** 12 GA3 3 0.0491 0.0164 3.81 0.0311* PanenxGA3 3 0.0192 0.0064 1.48 0.2568tn Panen 1 0.0176 0.0176 0.81 0.3819tn 16 GA3 3 0.0412 0.0137 0.63 0.6054tn PanenxGA3 3 0.0862 0.0287 1.32 0.3026tn Panen 1 1.7767 1.7767 1920.76 0.0001** 20 GA3 3 0.0055 0.0018 2.00 0.1549tn PanenxGA3 3 0.0055 0.0018 2.00 0.1549tn Panen 1 0.5643 0.5643 106.63 0.0001** 24 GA3 3 0.1893 0.0631 11.92 0.0002** PanenxGA3 3 0.1893 0.0631 11.92 0.0002** Keterangan: tn=tidak berbeda nyata, *=berpengaruh nyata pada taraf 5%, **= berpengaruh sangat taraf 1%
kk 4.0561 6.7083 3.6684 3.2819 8.6594 1.7608
4.6607 nyata pada
40
Tabel Lampiran 8. Pengaruh Perlakuan Cara Panen dan Pemberian Giberelin serta Interaksinya terhadap Total Asam Tertitrasi (TAT) Buah Manggis Waktu Pengamatan (HSP) Perlakuan
0
4
8
12
16
20
24
............................................. % ............................................ Cara Panen: P1: Tanpa daun
0.63
0.67
0.63b
0.57a
0.46
0.54
0.31
P2: Dengan daun
0.59
0.61
0.71a
0.49b
0.40
~
~
tn
tn
tn
**
tn
**
**
G0: 0 ppm
0.62
0.78
0.62
0.50b
0.45
0.30
~
G1: 100 ppm
0.64
0.62
0.71
0.59a
0.36
0.26
0.22a
G2: 200 ppm
0.59
0.57
0.71
0.54ab
0.48
0.28
0.20a
G3: 400 ppm
0.58
0.60
0.65
0.47b
0.43
0.26
0.20a
tn
tn
tn
*
tn
tn
**
Uji F Konsentrasi giberelin:
Uji F
Interaksi antara cara panen dengan pemberian giberelin: P1G0
0.67
0.94a
0.54b
0.54ab
0.37
0.59a
~
P1G1
0.65
0.62b
0.70ab
0.64a
0.43
0.52b
0.43
P1G2
0.61
0.54b
0.71a
0.61a
0.53
0.55ab
0.41
P1G3
0.57
0.59b
0.58ab
0.47b
0.49
0.52b
0.39
P2G0
0.57
0.61b
0.69ab
0.46b
0.53
~
~
P2G1
0.63
0.63b
0.72a
0.54ab
0.30
~
~
P2G2
0.58
0.59b
0.70a
0.47b
0.42
~
~
P2G3
0.58
0.61b
0.73a
0.48b
0.36
~
~
Uji F
tn
tn
tn
tn
tn
tn
**
Keterangan: HSP: Hari setelah panen Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf 5% menurut uji Duncan, tn=tidak berbeda nyata, *=berpengaruh nyata pada taraf 5%, **= berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, ~ : buah sudah busuk
41
Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Panjang Daun Manggis Sumber
db
Panen 1 GA3 3 PanenxGA3 3 Keterangan: tn=tidak berbeda nyata
jk
KT
F
Pr>f
kk
0.6176 3.8653 14.0653
0.6176 1.2884 4.6884
0.21 0.45 1.63
0.6505tn 0.7232tn 0.2281tn
8.1837
Tabel Lampiran 10. Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Lebar Daun Manggis Sumber
db
Panen 1 GA3 3 PanenxGA3 3 Keterangan: tn=tidak berbeda nyata
jk
KT
F
Pr>f
kk
0.1204 0.3125 3.4054
0.1204 0.1042 1.1351
0.22 0.19 2.03
0.6500tn 0.9041tn 0.1563tn
7.4269
Tabel Lampiran 11. Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Diameter Trubus Manggis Sumber
db
Panen 1 GA3 3 PanenxGA3 3 Keterangan: tn=tidak berbeda nyata
jk
KT
F
Pr>f
kk
0.0938 0.1458 0.9271
0.0938 0.0486 0.3090
0.38 0.20 1.26
0.5469tn 0.8962tn 0.3271tn
7.9875
Tabel Lampiran 12. Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Panjang Trubus Manggis Sumber
db
Panen 1 GA3 3 PanenxGA3 3 Keterangan: tn=tidak berbeda nyata
jk
KT
F
0.0150 1.4100 2.4083
0.0150 0.4700 0.8028
0.03 1.01 1.72
Pr>f 0.8603 0.4189 0.2088
kk 12.499