PENDAHULUAN
Latar Belakang Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman buah asli Indonesia yang mempunyai potensi ekspor sangat besar. Tanaman ini mendapat julukan ratunya buah (queen of fruit) karena keistimewaan dan kelezatannya. Julukan lain untuk buah manggis adalah nectar of ambrosia, golden apple of hesperides, dan finest in the world. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai buah kejujuran, lambang kebaikan dan mendatangkan keberuntungan, sehingga di beberapa negara dijadikan sebagai buah utama untuk sesaji (Balai Penelitian Tanaman Buah, 2006). Di balik keesotikannya, manggis menyimpan berbagai manfaat yang luar biasa bagi kesehatan atau biasa disebut sebagai pangan fungsional (functional food). Di beberapa negara sudah sejak lama manggis dijadikan sebagai obat dan bahan terapi, terutama bagian kulitnya. Kulit buah manggis yang dikategorikan sebagai limbah, mengandung 62,05% air, 1,01% abu, 0,63% lemak, 0,71% protein, 1,17% gula dan 35,61% karbohidrat. Berbagai hasil penelitian menunjukkan kulit buah manggis kaya akan antioksidan terutama antosianin, xanthone, tannin dan asam fenolat yang berguna sebagai anti diabetes, anti kanker, anti peradangan, hepatoprotektif, meningkatkan kekebalan tubuh, aromatase inhibitor, anti bakteri, anti fungi, antiplasmodial dan aktivitas sitotoksik (Permana, 2010) Produk olahan manggis telah tersedia baik dari daging buah, kulit buah maupun campuran keduanya dalam bentuk jus, konsentrat atau suplemen
Universitas Sumatera Utara
makanan yang sudah dikomersialkan. Di Amerika, Malaysia, Jepang, Afrika dan beberapa negara Asia konsentrat dan bubuk manggis telah diproduksi secara komersial dan telah dipatenkan. Di Amerika Serikat produk tersebut menempati peringkat 22 dalam USA top selling supplements pada tahun 2006 (Permana, 2010). Di Indonesia, potensi peluang dan pengembangan tanaman manggis cukup cerah untuk memenuhi konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Pada tahun 2008 negara tujuan ekspor manggis utama adalah Cina, Taiwan, Hongkong, Timur Tengah (Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain dan Qatar), daerah Asia lainnya dan Eropa (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2010), seperti Belanda, Perancis, Jerman, Italia dan Spanyol (Fitriawan, 2008). Australian Government (2012) menyatakan, pada tahun 2010 produksi manggis Indonesia mencapai 184.500 ton dengan area produksi utama propinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara dan propinsi di sepanjang pulau Sumatera. Dari hasil produksi tersebut hanya 2.450 ton yang diekspor dengan tujuan Cina, Timur Tengah dan Eropa. Kecilnya jumlah buah manggis yang diekspor ini disebabkan sebagian besar buah yang dihasilkan bermutu rendah dan beragam. Peluang ekspor buah manggis segar masih terbuka karena pasar buahbuahan termasuk manggis belum dibatasi oleh kuota. Bahkan permintaan pasar dunia akan manggis belum terpenuhi (Harahap et al., 2009) Dalam sistem perdagangan internasional komoditas pertanian yang dilaksanakan saat ini, WTO memberlakukan ketentuan-ketentuan non-tarif yang dituangkan dalam bentuk Sanitary and Phytosanitary (SPS) Agreement. Negaranegara anggota WTO termasuk Indonesia, harus melaksanakan ketentuan dalam
Universitas Sumatera Utara
“agreement” tersebut dalam kegiatan ekspor dan impor komoditas pertanian. Semua ketentuan ini diberlakukan dalam kerangka implementasi International Plant Protection Convention (IPPC). Implementasi SPS Agreement dalam bentuk International Standard for Phytosanitary Measures (ISPM). Dalam ISPM ditentukan bahwa negara pengimpor dapat melakukan analisa resiko masuk dan berkembangnya Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
yang mungkin
terbawa oleh komoditas yang diimpor. Informasi tentang OPT tersebut tersedia dalam bentuk “Daftar OPT” atau “Pest List” yang disertai informasi tentang biologi, ekologi dan potensi merusak masing-masing OPT. Untuk memperlancar pelaksanaan ekspor komoditas pertanian khususnya manggis, kelengkapan dokumen ekspor berupa daftar OPT harus disediakan. Kegiatan inventarisasi dan identifikasi merupakan salah satu cara yang bertujuan untuk menyusun daftar OPT manggis tersebut (Harahap et al., 2009). Dalam budidaya manggis, banyak kendala yang dihadapi oleh para petani. Salah satunya adalah gangguan hama dan penyakit. Beberapa OPT penting pada tanaman manggis yang dapat menurunkan produksi dan menyebabkan tampilan buah kurang menarik sehingga menurunkan harga jual, antara lain kutu putih (Pseudococcus spp.), ulat pengorok daun (Phyllocnitis citrella), scale insect (Aspidiotus destructor), thrip (Scirtothrips sp.), tungau (Tetranychus spp), Hyposidra talaca, Stictoptera cucullioides, jamur upas (Upasia salmonicolor, Corticium salmonicolor), hawar benang (Marasmius scandens), hawar rambut kuda (Marasmius equicrinis), dan penyakit getah kuning (Balai Penelitian Tanaman Buah, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Salah satu kendala utama untuk ekspor buah manggis adalah serangan kutu putih. Serangan kutu putih pada buah manggis dapat bermanifestasi dalam berbagai gejala. Kutu putih merusak kulit buah sehingga tampilan buah kurang menarik. Kutu muda hidup pada kelopak bunga, tunas atau buah muda dan mengisap cairan pada bagian tanaman tersebut. Kutu putih mengeluarkan semacam tepung putih yang menyelimuti seluruh tubuhnya (Kuntarsih, 2005). Kutu putih dewasa mengeluarkan cairan seperti gula yang selanjutnya dapat menarik semut hitam dan menyebabkan timbulnya jelaga pada buah. Kulit buah yang kotor menyebabkan kualitas buah menurun. Dikhawatirkan dapat menjadi vektor dari beberapa virus. Kutu putih memiliki kemampuan bertahan hidup yang cukup tinggi, bahkan kutu putih mampu bertahan hidup hingga 42 hari pada temperatur 0ºC. Akibat serangan kutu putih yang sangat fatal ini mendorong negara-negara pengimpor buah manggis untuk memberlakukan peraturan karantina internasional yang sangat ketat. Implikasinya adalah semua buah manggis yang diekspor harus disertifikasi bebas kutu putih (Balai Penelitian Tanaman Buah, 2006). Pestisida nabati saat ini sering digunakan dalam mengendalikan hama (bersifat insektisida) maupun penyakit (bersifat bakterisida atau fungisida) dalam mendukung produk pertanian yang berkualitas dan keamanan lingkungan. Beberapa jenis yang bersifat insektisida adalah Nimba, Srikaya, Sirsak, Saga, Bengkuang dan Mahoni. Nimba mengandung senyawa sekunder bersifat insektisida yaitu azadirachtin, sirsak mengandung asetogenin yang bersifat insektisida dan biji mahoni mengandung zat swietenin yang bersifat racun bagi hama (Balai Penelitian Tanaman Hias, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Perumusan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah manggis. Tanaman manggis di Indonesia merupakan tanaman manggis liar yang tumbuh di hutan, dan tanaman manggis yang mulai dikebunkan seperti di daerah Purwakarta Jawa Barat. Negara tujuan ekspor manggis Indonesia masih terbatas pada Cina, Eropa dan Timur Tengah, sementara potensi ekspor buah manggis masih terbuka lebar. Australia merupakan salah satu negara yang menginginkan impor buah manggis Indonesia. Berbagai persyaratan ditetapkan mulai dari jenis manggis, tempat tumbuh, cara panen, dan daftar OPT manggis yang harus jelas agar manggis Indonesia dapat masuk ke Australia. Kebutuhan akan daftar OPT yang menyerang manggis merupakan hal yang mendesak, sehingga perlu dilakukan inventarisasi terhadap OPT khususnya kutu putih yang banyak ditemukan dan menimbulkan kerugian bagi kualitas buah manggis. Ekspor manggis Indonesia seringkali terkendala akibat keberadaan kutu putih pada bagian bawah kelopak buah. Kendala ini semata-mata muncul karena belum tersedianya metode pengendalian kutu putih yang efektif. Metode pengendalian yang diharapkan tidak menyebabkan kerusakan pada buah dan tidak meninggalkan residu yang berbahaya, sehingga dapat digunakan dalam sertifikasi untuk keperluan ekspor. Metode pengendalian berbasis ramah lingkungan yang akan dilakukan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk menginventarisasi spesies kutu putih pada manggis dan menyediakan metode pengendalian kutu putih, yang efektif berbasis ramah lingkungan serta perlakuan untuk menjaga kesegaran buah manggis dengan pemanfaatan insektisida botani yang dapat digunakan untuk keperluan sertifikasi buah manggis bebas kutu putih.
Hipotesis Penelitian 1.
Ada beberapa spesies kutu putih yang menyerang buah manggis.
2.
Terdapat perbedaan pengaruh jenis, konsentrasi dan perlakuan insektisida botani terhadap mortalitas kutu putih dan morfologis buah manggis.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian akan berguna bagi pemerintah dalam penyempurnaan daftar OPT kutu putih pada manggis dan para eksportir buah manggis dalam rangka menyediakan metode pengendalian kutu putih
yang efektif, berbasis
ramah lingkungan untuk menjaga kesegaran buah manggis, untuk sertifikasi buah manggis bebas kutu putih yang mampu bersaing di pasar internasional.
Universitas Sumatera Utara