BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manggis (Garcinia mangostana L.) Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah salah satu buah asli negara tropik yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Manggis di luar negeri dikenal sebagai “Queen of Fruits “ dan “ The Finest Fruit of Tropis “, karena memiliki keistimewaan dari warna kulit, daging buah dan mempunyai rasa yang unik yaitu manis, asam serta menyegarkan. Selain itu, manggis juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Salah satu nilai gizinya adalah sebagai sumber vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia (Supiyanti et al., 2010). Di daerah Asia Tenggara, kulit buah manggis telah lama digunakan untuk pengobatan dermatologi pada permukaan kulit wajah, seperti masalah penuaan dan jerawat (Chaverri et al., 2008; Yatman, 2012)
B
A
Gambar 2.1. (A) Buah Manggis; (B) Daging Buah dan Kulit Buah Manggis (Lim, 2012)
5
6
2.1.1 Klasifikasi Menurut Hutapea (1994), klasifikasi tanaman manggis adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Guttiferanales
Family
: Clusiaceae
Genus
: Garcinia
Spesies
: Garcinia mangostana L.
2.1.2 Nama daerah Manggoita (Aceh), Bagustang, Manggastan, Manggusta (Sulawesi Utara), Manggis, Manggista, Manggusta (Bali), Malung, Kitong, Bua Tiu, Kitung (Kalimantan Timur), Epiko (Sumatera), Manggis (Jawa), Manggus, Mangos (Lampung), Mangghis (Madura), Kirasa, Manggisi, Mangkosota ( Makasar), Manggu (Jawa Barat), Mangustang (Ternate) (Lim,2012) 2.1.3 Morfologi a. Tanaman Manggis Buah manggis (Garcinia mangostana L.) adalah buah musiman dengan kulitnya berwarna unggu tua karena mengandung banyak antosianin dan isi berwarna putih. Dalam satu buah terdapat 5-6 daging buah. Mempunyai 1-3 biji, selaput biji tebal berair, putih serta dapat dimakan. Pohon selalu hijau, tinggi 6-20 m. Batang tegak, batang pokok jelas, kulit batang coklat, memiliki getah kuning.
7
Daun tunggal, duduk daun berhadapan atau bersilang berhadapan, helaian; mengkilat dipermukaan, permukaan atas hijau gelap permukaan bawah hijau terang, bentuk elips memanjang, 12-23 x 4,5-10 cm, tangkai 1,5-2 cm. Bunga betina 1-3 di ujung batang, susunan menggarpu, garis tengah 5-6 cm. Dua daun kelopak yang terluar hijau kuning, 2 yang terdalam lebih kecil, bertepi merah, melengkung kuat, tumpul. Mahkota terdiri dari 4 daun mahkota, bentuk telur terbalik, berdaging tebal, hijau kuning, tepi merah atau hampir semua merah. Bakal buah beruang 4-8, kepala putik berjari-jari 4-6. Buah berbentuk bola tertekan, garis tengah 3,5-7 cm, ungu tua, dengan kepala putik duduk (tetap), kelopak tetap, dinding buah tebal, berdaging, ungu, dengan getah kuning. Pohon manggis mempunyai akar serabut (Darmawansyih, 2014) b. Simplisia Kulit Buah Manggis Berupa potongan padat, agak keras, bentuk seperempat bola atau setengah bola dengan garis tengah 4-6 cm, tebal 3-6 mm, permukaan luar agak kasar, agak mengkilat, warna kecoklatan sampai coklat kehitaman sedangkan permukaan dalam licin, berwarna coklat, dan terdapat sisa sekat yang membagi buah menjadi 4 bagian atau lebih, bekas patahan tidak rata, tidak berbau dengan rasa pahit. Secara mikroskopik yang menjadi fragmen penanda adalah sel batu, parenkim endokarp, parenkim eksokarp, periderm dan parenkim mesokarp (DepKes RI, 2010).
8
2.1.4 Kandungan kimia Kandungan kimia yang terdapat dalam kulit buah manggis diantaranya senyawa golongan alkaloida, flavonoida, glikosida, saponin, tanin, steroid, triterpenoid, xanton, fenol dan antosianin (Zhou et al., 2011; Pasaribu dkk., 2012). Kulit buah manggis mengandung xanton yang sangat tinggi yaitu mencapai 123,97 mg/100 mL (Yatman, 2012). Menurut Chaverri et al., (2008) xanton dalam kulit buah manggis memiliki beberapa turunan seperti α-mangostin, β-mangostin, γ-mangostin, gartanine, garcinone E, dan 8-deoxygartanine. Selain kandungan xanton di dalam kulit buah manggis juga mengandung vitamin B1 20,66 mg, vitamin B2 1,79 mg, vitamin B6 0,948 mg, dan vitamin C 17,92 mg. 2.1.5 Aktivitas farmakologi Beberapa penelitian menunjukan bahwa kulit buah manggis memiliki aktivitas farmakologi sebagai antioksidan, antikanker, antiviral, antiinflamasi, kardioprotektif, antimikroba, antiamoeba, larvasida, dan efek farmakologi lainnya. Xanton yang diisolasi kulit buah manggis menunjukan aktivitas antioksidan, antitumor, antialergi, antiinflamasi, antibakteri, antifungal, dan antiviral (Lim, 2012). Antioksidan banyak digunakan dalam bahan sediaan topikal untuk pengobatan dermatologi. Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (elektron donor) atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang
9
sangat reaktif. Akibatnya, kerusakan sel dapat terhambat (Winarsi, 2007). Radikal bebas merupakan atom atau gugus atom yang memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada lapisan terluarnya. Hal ini mengakibatkan radikal bebas bersifat sangat reaktif dan dapat bereaksi dengan protein, lipida, karbohidrat dan DNA. Radikal bebas akan mengambil elektron dari molekul stabil terdekat sehingga mengakibatkan reaksi berantai pembentukan radikal bebas (Hartanto, 2012). Terdapat dua cara untuk memperoleh antioksidan yakni dari luar tubuh (eksogen) dan antioksidan dari dalam tubuh (endogen). Antioksidan eksogen dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Antioksidan alami merupakan antioksidan yang diperoleh dari hasil ekstraksi bahan alami. Senyawa antioksidan alami tumbuhan disebut juga phytoantioxidants (Pouillot et al., 2011; Hartanto, 2012). Contoh antioksidan alami adalah vitamin C, vitamin E, dan β-karoten. Sedangkan antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia. Contoh antioksidan sintetik adalah PG (Propil galat), TBHQ (Tert-Butylhydroxyquinone). BHA (Butylated Hydroxyanisole) dan BHT (Butylated Hydroxytoluene). Sedangkan contoh antioksidan endogen adalah enzim superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase dan katalase (Santoso, 2005; Hartanto, 2012). Menurut Mardawati et al., (2009), ekstrak kulit buah manggis memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai Inhibiton Concentration 50% (IC50) kurang dari 50 mg/L, dimana ekstrak metanol nilai IC50 sebesar 8,00 mg/L, ekstrak etanol 9,26 mg/L dan ekstrak etil asetat sebesar 29,48 mg/L. Palakawong (2010),
10
menyatakan bahwa ekstrak air kulit buah manggis mempunyai aktivitas antioksidan dengan nilai IC50adalah 5,94 mg/mL.
2.2 Metode Ekstrasi Maserasi Penyarian merupakan kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair, sehingga zat aktif akan berada dalam cairan pelarut tersebut (Dewi, 2013). Salah satu cara penyarian simplisia adalah teknik maserasi. Maserasi adalah teknik penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dalam masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dengan di dalam sel. Keuntungan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugianya adalah pengerjaanya lama dan penyarian kurang sempurna (Depkes RI, 1986). Menurut Bart (2011), metode maserasi digunakan untuk mengekstraksi jaringan tanaman yang diketahui kandungan senyawanya yang bersifat tidak tahan panas sehingga kerusakan komponen tersebut dapat dihindari. Pemilihan pelarut yang sesuai akan mempengaruhi hasil kandungan senyawa metabolit sekunder yang dapat terekstraksi. Pemilihan pelarut ekstraksi umumnya mengunakan prinsip “like dissolves like”, dimana senyawa yang nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar sedangkan senyawa yang polar akan larut pada
11
pelarut polar (Siedel, 2008). Pelarut yang umum digunakan adalah Etanol. Etanol merupakan pelarut organik yang memiliki indeks polaritas sebesar 5,2 dan pelarut etanol dalam ekstraksi dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel simplisia sehingga proses ekstraksi menjadi lebih efisien dalam menarik komponen polar hingga semi polar (Siedel, 2008). Keuntungan lain dari pelarut etanol adalah etanol memiliki kelarutan yang tinggi dan bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen lainnya (Susanti et al., 2012). Etanol tidak beracun dan tidak berbahaya (Myres dan Rusty, 2007). Etanol dengan konsentrasi 20% keatas sulit untuk ditumbuhi kapang dan kuman. Selain itu, etanol dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan, selektif dalam menghasilkan jumlah senyawa aktif yang optimal dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit sebab etanol mudah untuk diuapkan dimana titik didih etanol yang rendah yaitu 78,5°C (Depkes RI, 1986; Ramadhan dan Haries, 2010).
2.3 Masker Wajah Gel Peel Off Masker adalah sediaan kosmetik untuk perawatan kulit wajah. Masker dioleskan pada kulit wajah dalam bentuk lapisan yang relatif tebal dan dihapuskan beberapa waktu kemudian, biasanya 15-30 menit (Shai et al., 2009). Jenis kosmetika ini berfungsi menjaga kesehatan kulit diantaranya membersihkan, menjaga kelembaban, perlindungan dari bahaya UV, antioksidan, memutihkan, mencegah penuaan kulit, mencegah kerutan, mencegah pengenduran dan jerawat pada kulit (Mitsui, 1997)
12
Tipe masker wajah yang dilepaskan dengan dikelupas (masker wajah peel off) dibedakan berdasarkan bentuknya menjadi: A. Gel: masker wajah berbentuk gel transparan atau semi transparan yang mampu menyebar dengan baik serta membentuk lapisan pada kulit yang mudah diaangkat serta dikeringkan. Setelah lapisan film tersebut dikelupas maka kulit akan terasa lembab, lembut dan terasa bersih. B. Pasta: masker wajah yang berbentuk pasta yang opak yang memiliki kandungan serbuk, minyak dan pelembab yang diformulasikan menjadi pasta. Kulit akan menjadi lembut dan lembab ketika lapisan yang terbentuk dari pasta tersebut mengering dan mengelupas. C. Powder: masker wajah yang berbentuk serbuk terlebih dahulu harus ditambahkan air untuk membentuk campuran yang seragam yang akan diaplikasikan ke kulit. Pengaruh panas yang menguapkan air pada pemakaian ini, akan membentuk lapisan yang mengering dan mengelupas serta membuat kulit menjadi lebih bersih dan agak kencang. (Mitsui, 1997) Masker wajah gel peel off memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan bentuk sediaan masker lain seperti pasta dan serbuk diantaranya dapat menimbulkan efek dingin akibat lambatnya penguapan air pada kulit, tidak menghambat fungsi fisiologis kulit khususnya respiratio sensibilis karena tidak membentuk lapisan lilin yang melapisi permukaan kulit secara kedap serta tidak menyumbat pori-pori kulit, memungkinkan pemakaian pada bagian tubuh yang
13
berambut, daya sebar dan daya lekat baik, serta mampu melepaskan zat aktif dengan baik (Voight, 1994). Menurut shai (2009) masker wajah berdasarkan cara membersihkan dari permukaan kulit dapat dibedakan menjadi: A. Masker yang dilepaskan dengan dibilas B. Masker yang dilepaskan dengan dikelupas (Masker Peel Off). Masker gel peel off merupakan masker yang terbuat dari bahan polimer seperti polivinil alkohol dan bahan seperti lateks dan senyawa karet alam. Masker setelah dioleskan akan mengering pada kulit, mengeras dan membentuk lapisan tipis, fleksibel dan transparan. Masker tidak perlu dibilas hanya dikelupas seperti pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. Cara Menggunakan Masker Gel Peel Off (Shai et al., 2009) Keterangan: (A) Sepotong kain kasa yang dibasahi dengan air ditempatkan pada wajah; (B) Masker gel peel off dioleskan di atas kasa; (C) Setelah waktu pengaplikasian selesai masker diangkat dengan cara dikelupas.
Dalam formulasi masker wajah peel off tipe gel, komposisi bahan-bahan yang digunakan diantaranya adalah gelling agent, agent peningkat viskositas, dan humektan akan mempengaruhi sifat fisika dan kimia dari masker wajah gel peel off. Polimer pembentuk lapisan film yang umumnya dipergunakan adalah polivinil alkohol (PVA) dan polivinil pirolidon (PVP) (Mitsui, 1997). Lapisan
14
film terbentuk melalui proses hidrasi komponen pelarut dan rantai polimer yang kemudian akan berkoalesen (bergabung) membentuk sebuah lapisan film ketika mengering (Siepmann et al., 2007). Dalam formulasi masker gel peel off agen peningkat viskositas yang dapat digunakan adalah HPMC, karbomer, gom, guar dan CMC Na (Vieira, 2009; Septiani et al., 2011). Humektan berfungsi menjaga kestabilan dengan cara mengabsorbsi lembab dari lingkungan dan mengurangi penguapan air dari sediaan. Selain menjaga kestabilan sediaan, secara tidak langsung humektan juga dapat mempertahankan kelembaban kulit sehingga kulit tidak kering. Jenis humektan yang banyak digunkan adalah gliserin, propilen glikol, dan sorbitol (Yuliani, 2010). Sukmawati (2013), telah memformulasikan masker gel peel off ekstrak etanol 96% kulit buah manggis. Formula yang digunakan terdiri dari PVA, HPMC, gliserin, ekstrak etanol 96% kulit buah manggis, metil paraben, propil paraben dan air. Utami (2014), telah melakukan pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol 96% kulit buah manggis dari sediaan masker gel peel-off yang dibandingkan dengan standar vitamin C. Hasil penelitian menyatakan bahwa aktivitas antioksidan masker gel peel-off ekstrak etanol 96% kulit buah manggis lebih besar dan berbeda signifikan dibandingkan dengan standar vitamin C (P<0,05), dimana nilai IC50 masker gel peel off ekstrak etanol 96% kulit buah manggis sebesar 17,90±0,06 g/mL dan IC50 vitamin C sebesar 20,58±0,11 g/mL. 2.4 Hidroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC) HPMC merupakan turunan dari metil selulosa berupa serbuk granul atau berserat, berwarna putih atau putih krem, tidak berbau dan tidak berasa. HPMC
15
larut dalam air dan membentuk kolidal kental. HPMC tidak larut dalam kloroform, etanol
95%, dan eter, tetapi larut dalam campuran etanol dan
diklorometana, campuran metanol dan diklorometana, serta campuran air dan etanol (Rowe et al., 2009). Serbuk HPMC merupakan bahan yang stabil. Larutan HPMC stabil pada pH 3-11 dan dapat disimpan dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk dan kering. HPMC digunakan sebagai gelling agent dalam sediaan gel pada konsentrasi 5-15% (Voigt, 1994). Jika digunakan sebagai agen pengental dalam sediaan gel, digunakan dengan kosentrasi 2-4% (Wade and waller, 1994). HPMC yang diformulasikan dalam bentuk sediaan gel memiliki viskositas yang besar, stabil, jernih, dan pH netral (Niyogi et al., 2012). HPMC merupakan polimer hidrofilik yang merupakan polimer yang larut dalam air. HPMC mengambang terbatas dalam air sehingga merupakan bahan pembentuk hidrogel yang baik. Karena sifat hidrofilik polimer, polimer tersebut mampu menyerap air dan kemudian mengembang (Rowe et al., 2009; Lieberman, 1996). Mekanisme pembentukan gel oleh turunan selulosa terjadi karena adanya penggabungan antara molekul polimer yang menyebabkan jarak antarpartikel menjadi kecil dan terbentuk ikatan silang antarmolekul yang banyak. Ikatan silang antarmolekul menyebabkan berkurangnya mobilitas pelarut sehingga akan terbentuk massa gel (Suyudi, 2014; Voigt, 1994). Menurut Voigt (1994), pengembangan HPMC dilakukan dengan pendiaman selama 30-60 menit untuk membentuk gel yang homogen. Setiaputri (2007), melakukan penelitian dengan mengembangkan HPMC selama 24 jam untuk membentuk masa gel yang mengembang sempurna.
16
HPMC merupakan nonionik selulosa eter. Selulosa eter dengan gugus metil umumnya membentuk gel pada suhu tinggi. Gugus metil memberikan satu sifat yang unik terhadap HPMC, yaitu thermalgelation. Thermalgelation adalah pembentukan gel yang disebabkan oleh pemanasan (Lieberman, 1996a). Thermalgelation terjadi karena melemahnya interaksi polimer-air dan penguatan interaksi polimer-polimer. Molekul air membentuk ikatan hidrogen sekitar polisakarida hidrofobik. Pemanasan secara efektif mengganggu struktur air ini memungkinkan interaksi polimer-polimer (Imeson, 2010). Menurut
Imeson
(2010),
pembentukan
dispersi
dilakukan
dengan
memanaskan sebagaian air yang digunakan dalam formula pada suhu pembentukan gel (80-90º) kemudian ditambahkan serbuk HPMC dan sebagian air dingin ditambahkan ke dalam campuran dan kemudian didinginkan dengan pengadukan. Penelitian Niyogi et al. (2012), memformulasikan gel ekstrak daun Solanum pubescens menggunakan HPMC yang dikembangkan dalam air yang dipanaskan pada suhu 80-90ºC menghasilkan sediaan yang memiliki viskositas 4889-4892 mpa s dan daya sebar 17-25 g cm/detik.
Gambar 2.3 Struktur Kimia HPMC (Rowe et al., 2005)
17
2.5 Viskositas dan Rheologi Pseudoplastis Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas suatu cairan, maka semakin besar pula gaya per satuan luas (shearing stress) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu kecepatan geser tertentu (rate of shear) (Martin et al., 1993). Pada cairan non-Newton, shearing rate dan shearing stress tidak memiliki hubungan linear, viskositasnya berubahubah tergantung dari besarnya tekanan yang diberikan. Sifat alir (rheologi) berasal dari bahasa Yunani yaitu mengalir (Rheo) dan logos (ilmu). Rheologi adalah ilmu yang mempelajari sifat alir suatu cairan dan deformasi dari padatan. Pengetahuan tentang rheologi bahan akan sangat berperan dalam menghasilkan produk yang baik, serta untuk optimasi proses yang akan berpengaruh pada penerimaan produk oleh konsumen. Kemudahan mengalir dari suatu cairan sangat ditentukan oleh viskositas dari zat cair tersebut. Dalam kosmetik, sistem dispersi seperti emulsi, suspensi dan sediaan setengah padat menunjukkan sifat alir yang termasuk golongan non-Newton. HPMC memiliki sifat alir tidak dipengaruhi oleh waktu, yaitu rheologi pseudoplastis. Rheologi pseudoplastis dimiliki oleh polimer-polimer yang berada dalam larutan. Kurva aliran ini melalui titik (0,0) atau mendekati rate of shear terendah. Viskositas zat pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of shear (Handojo, 2011).
18
A
B
Gambar 2.4 (A) Kurva Rheologi Pseudoplastis; (B) Kurva Hubungan Viskositas dan Rate Of Shear (Martin et al., 1993).
2.6 Monografi Eksipien 2.6.1
Polivinil alkohol (PVA)
Polivinil alkohol merupakan serbuk berwarna putih agak krem dan tidak berbau. Polivinil alkohol larut dalam air, sedikit larut dalam etanol 96% dan tidak larut dalam pelarut organik (Rowe et al., 2009). Polivinil alkohol digunakan terutama dalam sediaan farmasi dalam bentuk topikal dan dalam formulasi masker wajah gel peel off sebagai pembentuk lapisan film dengan kosentrasi 10-16%. Polivinil alkohol dikembangkan dalam akuades panas suhu antara 80-90ºC dengan pengadukan yang konstan hingga mengembang sempurna (Vieira, 2009). 2.6.2
Gliserin
Gliserin merupakan cairan tidak berwarna, tidak berwarna, tidak berbau, kental, cairan higroskopis. Gliserin larut dalam air, etanol dan metanol (Rowe et al., 2009). Gliserin digunakan dalam formulasi masker wajah gel peel off sebagai humektan dengan kosentrasi 2-15% (Mitsui, 1997). Jika dibandingkan dengan propilen glikol maupun sorbitol, gliserin lebih nyaman dalam penggunaan (Yuliani, 2010)
19
2.6.3 Metil paraben Metil paraben berupa kristal tidak berwarna atau bubuk kristal putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau dan mempunyai rasa sedikit terbakar. Metil paraben larut dalam 400 bagian air, larut dalam 50 bagian air bersuhu 50°C dan larut dalam 30 bagian air bersuhu 80°C. Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi dan digunakan baik tunggal atau dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan antimikroba lain (Rowe et al., 2005). Metilparaben digunakan sebagai bahan pengawet dalam sediaan topikal pada persentase 0,02-0,3% (Rowe et al., 2009). 2.6.4 Propil paraben Propil paraben berupa serbuk berwarna putih, kristal, tidak berbau, dan hambar, sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan eter, sukar larut dalam air mendidih (DepKes RI, 1995). Larutan cair propil paraben pada pH 3-6 stabil sekitar 4 tahun pada suhu ruangan, sedangkan larutan pada pH diatas 8 akan cepat terhidrolisis sekitar 60 hari pada suhu kamar. Propil paraben dengan persentase 0,01-0,6% digunakan sebagai bahan pengawet pada sediaan topikal (Rowe et al., 2009). 2.6.5 Akuades Akuades merupakan pelarut berupa cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Akuades larut dalam etanol dan gliserol. Akuades digunakan sebagi pelarut (DepKes RI, 1979).
20
2.7 Evaluasi Sediaan Masker Wajah Gel Peel Off Evaluasi sediaan masker gel peel off terdiri dari evaluasi fisika dan kimia. Evaluasi fisika meliputi pengujian viskositas, daya sebar, waktu sediaan mengering dan pengujian sineresis, sedangkan evaluasi kimia yakni pengujian pH sediaan. 2.7.1 Evaluasi fisika A. Uji organoleptis Pemeriksaan organoleptis meliputi warna gel yang diamati secara visual yang bertujuan untuk menilai parameter warna sehingga menghasilkan sediaan yang berpenampilan baik. B. Uji viskositas Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui besarnya suatu viskositas dari sediaan, dimana viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya. Viskometer yang dapat digunakan untuk mengukur viskositas sistem newton yaitu viskometer Ostwald. Viskometer yang dapat digunakan untuk menentukan viskositas sistem non newton adalah viskometer yang memiliki kontrol shearing stress yang bervariasi (Martin et al., 1993). Viskometer Brookfield DV-E merupakan viskometer yang dapat digunakan untuk mengukur viskositas sistem non newton (Lachman et al., 2008). Viskometer Brookfield DV-E dapat menentukan tahanan yang dialami oleh suatu silinder berputar yang dicelupkan dalam bahan kental. Nilai viskositas yang baik yaitu 2000-4000 cPs karena
21
dengan kekentalan tersebut gel mampu menyebar dengan baik dan nyaman untuk pemakaian (Garg et al.,2002). Nilai viskositas (η ) yang diperoleh dari rate of shear (dv/dx) digunakan untuk menghitung shearing stress (F/A) dengan persamaan (1). Kurva rheologi dibuat dengan cara memplotkan data terhadap tekanan geser (dyne/cm 2) dan kecepatan geser (rpm) (Handojo, 2011). Rheologi masker gel peel-off adalah pseudoplastis (Martin et al., 1993).
F/A dv / dx F / A dv / dx
…………………………………………………….(1)
C. Pengujian daya sebar Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran gel pada kulit yang sedang diobati serta untuk mengetahui kelunakan dari sediaan gel untuk dioleskan pada kulit (Voigt, 1994). Daya sebar 5-7 cm menunjukkan konsistensi semisolid yang sangat nyaman dalam penggunaan (Garg et al., 2002). D. Pengujian waktu sediaan mengering Pengujian dilakukan dengan mengamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering, yaitu waktu dari saat mulai dioleskannya masker wajah gel hingga benar-benar terbentuk lapisan yang kering. Pengujian dilakukan secara triplo (Vieira, 2009). Waktu sediaan mengering dikatakan baik 15-30 menit setelah diaplikasikan (Shai et al., 2009).
22
E. Pengujian sineresis Sineresis adalah peristiwa keluarnya air dari dalam gel dimana gel mengkerut sehingga cenderung memeras air keluar dari dalam sel. Uji sineresis dilakukan dengan memasukan gel ke dalam alat sentrifugasi kemudian disentrifugasi dan dihitung persentase sineresisnya. Gel yang stabil tidak boleh menunjukkan sineresis (Charoenrein et al., 2008; Ida, 2012; Kuncari et al., 2014). 2.7.2 Evaluasi Kimia a. Pengujian pH Pengujian pH digunakan untuk mengetahui apakah pH gel sesuai dengan pH kulit. Persyaratan pH untuk sediaan topikal yaitu antara 4-8 (Aulton, 1998).