PENGARUH BAHAN PELAPIS DAN SITOKININ TERHADAP KESEGARAN CUPAT DAN UMUR SIMPAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
Oleh : Heliyana Hermawati Pratiwi A34304011
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PENGARUH BAHAN PELAPIS DAN SITOKININ TERHADAP KESEGARAN CUPAT DAN UMUR SIMPAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : Heliyana Hermawati Pratiwi A34304011
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN HELIYANA HERMAWATI P. Pengaruh Bahan Pelapis dan Sitokinin terhadap
Kesegaran
Cupat
dan
Umur
Simpan
Buah
Manggis
(Garcinia mangostana L.). Dibimbing oleh DARDA EFENDI.
Manggis merupakan tanaman tropis basah yang berbuah musiman. Buah manggis (Garcinia mangostana) merupakan buah tropis asli Indonesia yang memiliki citarasa khas dan penampilan yang menarik sehingga mendapat julukan “Queen of the Tropical Fruits”. Negara tujuan ekspor manggis antara lain Cina, Hongkong, Arab Saudi, Korea, Uni Emirat Arab, Taiwan, Singapura, Belanda dan Perancis. Jumlah produksi manggis di Indonesia cukup tinggi namun presentase manggis yang dapat diekspor cukup rendah hal ini disebabkan oleh terbatasnya volume pasokan manggis yang memenuhi persyaratan kualitas ekspor. Mutu yang kurang baik tersebut sebabkan oleh sistem budidaya dan penanganan pasca panen yang kurang baik. Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
konsentrasi
BAP
(6-Benzilaminopurin) dan bahan pelapis yang efektif mempertahankan kesegaran cupat dan memperpanjang umur simpan buah manggis. Dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2008, bertempat di Laboratorium Produksi dan Laboratorium Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Buah manggis yang digunakan untuk bahan penelitian adalah buah manggis yang dipanen pada umur kurang lebih 103 hari setelah anthesis (HSA). Buah berasal dari kebun petani manggis di daerah sentra produksi manggis di Wanayasa, Purwakarta. Penelitian
menggunakan
rancangan
acak
kelompok
dua
faktor.
Faktor pertama adalah perlakuan pelapisan buah terdiri dari kontrol/tanpa pelapisan (P0), Lilin 6% (P1) dan Kitosan 2% (P2). Faktor kedua adalah pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) anti senescense BAP terdiri dari kontrol/BAP 0 ppm (Z0), BAP 5 ppm (Z1), BAP 10 ppm (Z2), BAP 15 ppm (Z3), BAP 20 ppm (Z4). Kedua faktor perlakuan tersebut dikombinasikan sehingga dalam penelitian ini terdapat 15 kombinasi perlakuan, yang masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali maka terdapat 45 satuan percobaan. Setiap satuan
percobaan terdiri dari 11 buah manggis sehingga total sebanyak 495 buah manggis, untuk pengamatan dekstruktif maupun non destruktif selama 5 minggu pengamatan. Untuk pengamatan awal sebanyak 27 buah manggis. Total buah manggis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 522 buah. Percobaan ini dilakukan dalam suhu 15oC. Pada akhir pengamatan yaitu 35 HSP masih banyak buah manggis yang mampu bertahan. Kondisi akhir buah manggis yang disimpan antara lain kulit buah berwarna ungu gelap, cupat berwarna coklat, kulit buah agak keras namun masih ada yang dapat dibuka dengan tangan, daging buah berwarna putih, tidak berbau alkohol, daging buah masih dapat dimakan namun rasa manisnya sudah berkurang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan lilin 6% dan BAP 20 ppm mampu mempertahankan warna merah keunguan kulit buah sampai 24 HSP dan mempertahankan warna hijau cupat sampai 21 HSP, walaupun cupat sudah terlihat keriput pada 15 HSP. Perlakuan pelapisan lilin 6% mampu memberikan pengaruh yang lebih baik dalam menghambat peningkatan persentase susut bobot buah, mempertahankan warna kulit dan hijau cupat buah lebih lama selama penyimpanan. Penyusutan diameter, kekerasan buah, kemampuan buah dibuka, padatan terlarut total, dan total asam tertitrasi tidak dipengaruhi oleh perlakuan pelapisan dan BAP. Perlakuan pelapisan dan BAP tidak mempengaruhi kandungan kimia buah manggis.
LEMBAR PENGESAHAN Judul
: PENGARUH BAHAN PELAPIS dan SITOKININ terhadap KESEGARAN CUPAT dan UMUR SIMPAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
Nama
:
Heliyana Hermawati Pratiwi
NRP
: A34304011
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr Ir Darda Efendi, MSi. NIP : 131841755
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr Ir Didy Sopandie, MAgr. NIP : 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Indramayu, Jawa Barat pada tanggal 7 April 1986. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Subari, ME dan Ati Rohayati. Tahun 1998 penulis lulus dari SDN Nusa Indah 2 Bekasi, kemudian pada tahun 2001 menyelesaikan studinya di SLTPN 2 Sindang, Indramayu. Selanjutnya pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Sindang, Indramayu. Tahun 2004 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima pada Program Studi Hortikultura yang sekarang bernama Departemen Agronomi dan Hortikultura.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Bahan Pelapis dan Sitokinin terhadap Kesegaran Cupat dan Umur Simpan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)”. Skripsi ini disusun dalam rangka melaksanakan tugas akhir sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Rangkaian terima kasih penulis sampaikankan kepada : 1.
Mamah dan Papah tercinta serta kakakku tersayang yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan kekuatan yang tiada henti.
2.
Dr Ir Darda Efendi, MSi. atas bimbingan dan kesabarannya dalam membimbing penulis mulai dari perencanaan penelitian sampai skripsi ini selesai.
3.
Dr Ir Winarso. D. Widodo, MS. sebagai pembimbing akademik yang selalu memberikan nasihat dan masukkan selama penulis belajar di IPB.
4.
Dr Ir M. R. Suhartanto, MS dan Ir Ani Kurniawati, MSi sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukkan dan saran kepada penulis.
5.
Pusat Kajian Buah-buahan Tropika atas bantuan dana dalam penelitian ini.
6.
Teman Lab PKBT Mba Lassih, Teh Piet, Ibu Ucy terimakasih atas nasihat, doa serta semangatnya. Pak Pardi terimakasih atas bantuan dan doanya.
7.
Boce, tante, momon, nono, puzpi, pimot, hanoy, aji, alung, twister, centong, abank, Hortiers`41, eceu and Gajah`ers thanks for Beautiful moment yang kita lalui dan telah mewarnai hidupku. I’ll be missing U.
8.
Carmadi, Ibu dan bapak negara, onel, my bear, kaka, Coala, mpi, m`ucy terimakasih doa, bantuan, kekuatan, dan semangat yang telah kalian berikan.
9.
Keluarga KKP desa Widasari irwan, nisa, munir, andi.
10.
Bebeb thanks atas tempat kecil di hati untuk aku bersandar, semoga tulisan ini bisa menjadi semangat buat kamu (Q tunggu skripsinya).
Bogor, Agustus 2008 Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................. Tujuan .............................................................................................. Hipotesis ..........................................................................................
1 3 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman ........................................................... Manfaat Buah Manggis .................................................................... Panen dan Pasca Panen...................................................................... Fisiologi Pasca Panen ....................................................................... Penyimpanan Pasca Panen ............................................................... Pelilinan ........................................................................................... Kitosan ............................................................................................. Zat Pengatur Tumbuh ....................................................................... Sitokinin ...........................................................................................
4 4 5 8 9 10 12 14 14
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... Bahan dan Alat ................................................................................. Metode Penelitian ............................................................................. Pelaksanaan ...................................................................................... Pengamatan ......................................................................................
16 16 16 17 21
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum ................................................................................ Susut Bobot Buah ............................................................................. Penyusutan Diameter Buah .............................................................. Warna Kulit Buah ............................................................................ Warna Cupat Buah ........................................................................... Kekerasan Kulit Buah ...................................................................... Kemampuan Buah Manggis Dibuka Secara Manual (Skor) ............... Padatan Terlarut Total (PTT) ............................................................ Total Asam Tertitrasi (TAT) ............................................................. Korelasi Antar Peubah ......................................................................
25 27 30 32 34 37 39 41 43 44
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...................................................................................... Saran ................................................................................................
48 48
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
50
LAMPIRAN ...............................................................................................
55
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1. Volume Ekspor Buah Manggis Indonesia pada Tahun 2003-2006 .................................................................................
1
2. Komponen dan Nilai Zat Gizi Buah Manggis per 100 g ..............
5
3. Indeks Kematangan Buah Manggis .............................................
6
4. Kondisi Awal Buah Manggis Sebelum Perlakuan .......................
25
5. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Susut Bobot (%) Buah Manggis ...............
28
6. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Penyusutan Diameter (%) Buah Manggis .
31
7. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Warna Kulit Buah Manggis ......................
34
8. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Warna Cupat Buah Manggis .....................
36
9. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kekerasan Kulit (Kg/detik) Buah Manggis .....................................................................................
38
10. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Padatan Terlarut Total (oBrix) Buah Manggis .....................................................................................
42
11. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Total Asam Tertitrasi (%) Buah Manggis .
44
12. Korelasi Antar Peubah pada 14 HSP ...........................................
45
13. Korelasi Antar Peubah pada 21 HSP ...........................................
45
14. Korelasi Antar Peubah pada 28 HSP ...........................................
46
15. Korelasi Antar Peubah pada 35 HSP ...........................................
47
Lampiran 1. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Susut Bobot (%) Buah Manggis. .......
56
2. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Penyusutan Diameter (%) Buah Manggis ......................................................................................
58
3. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kekerasan Kulit (Kg/detik) Buah Manggis. .....................................................................................
60
4. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kekerasan Kulit Pangkal (Kg/detik) Buah Manggis ...........................................................................
61
5. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kekerasan Kulit Pangkal (Kg/detik) Buah Manggis .....................................................................................
62
6. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kekerasan Kulit Tengah (Kg/detik) Buah Manggis ...........................................................................
63
7. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kekerasan Kulit Tengah (Kg/detik) Buah Manggis .....................................................................................
64
8. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kekerasan Kulit Ujung (Kg/detik) Buah Manggis ...........................................................................
65
9. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kekerasan Kulit Ujung (Kg/detik) Buah Manggis .....................................................................................
66
10. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kemampuan Buah Manggis Dibuka Secara Manual (Skor) .................................................................
67
11. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Padatan Terlarut Total (oBrix) Buah Manggis .....................................................................................
68
12. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Total Asam Tertitrasi (%) Buah Manggis .....................................................................................
69
13. Korelasi Antar Peubah pada 7 HSP .............................................
70
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
1. Diagram Alir Penelitian ..............................................................
19
2. Diagram Pengamatan Destruktif .................................................
24
3. a) Penampakan Kulit Buah yang Terserang Botryodiplodia theobromae pada 28 HSP ....................................................... b) Penampakan Daging Buah yang Terserang Botryodiplodia theobromae pada 28 HSP .......................................................
26
4. Buah yang Terserang Penyakit Getah Kuning pada 28 HSP ........
26
5. Perubahan Warna Kulit Buah Manggis .......................................
33
6. Perubahan Warna Cupat Buah Manggis ......................................
35
7. Pengaruh Pelapisan Terhadap Skor Kemampuan Buah Dibuka Secara Manual ............................................................................
40
8. Pengaruh Sitokinin (BAP) Terhadap Skor Kemampuan Buah Dibuka Secara Manual ...............................................................................
41
26
PENDAHULUAN Latar Belakang Manggis merupakan tanaman tropis basah yang berbuah musiman. Buah manggis (Garcinia mangostana) merupakan buah tropis asli Indonesia yang memiliki citarasa khas dan penampilan yang menarik sehingga mendapat julukan “Queen of the Tropical Fruits”. Citarasa dan penampilan yang dimiliki manggis tersebut menjadikan buah ini banyak digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Negara tujuan ekspor manggis antara lain Cina, Hongkong, Arab Saudi, Korea,
Uni
Emirat
Arab,
Taiwan,
Singapura,
Belanda
dan
Perancis
(Direktorat Tanaman Buah, 2004). Tanaman manggis yang dibudidayakan di Indonesia hampir semua merupakan tanaman yang berasal dari biji. Buah manggis di Indonesia sebagian besar berasal dari kebun rakyat yang kurang terpelihara dan dengan sistem produksi yang masih tradisional. Berdasarkan data statistik volume ekspor manggis pada lima tahun terakhir menunjukkan keadaan yang berfluktuasi. Hal ini diduga disebabkan oleh terjadinya perubahan musim di Indonesia. Data volume ekspor buah manggis Indonesia dari tahun 2003 sampai 2006 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Volume Ekspor Buah Manggis Indonesia pada Tahun 2003-2006 Ekspor Manggis Tahun Volume (Kg) Nilai (US$) 2003 9 304 511 9 306 042 2004 3 045 379 3 291 855 2005 8 472 770 6 386 091 2006 5 697 879 3 611 995 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) Jumlah produksi manggis di Indonesia cukup tinggi namun presentase manggis yang dapat diekspor cukup rendah, hal ini disebabkan oleh terbatasnya volume pasokan manggis yang memenuhi persyaratan kualitas ekspor (PKBT, 2005). Mutu yang kurang baik tersebut disebabkan oleh sistem budidaya dan penanganan pasca panen yang kurang baik. Menurut Suyanti et al. (1999)
karakteristik buah manggis yang harus diperhatikan untuk ekspor antara lain bobot buah, kesegaran cupat, warna cupat, dan jumlah cupat. Buah merupakan jaringan hidup yang terus melakukan perubahan fisiologi setelah panen. Perubahan pasca panen dalam buah segar tidak dapat dihentikan, tetapi dapat diperlambat dalam batas tertentu (Santoso dan Purwoko, 1995). Menurut Pantastico et al. (1989) perubahan pasca panen ini terjadi karena jaringan dan sel melakukan respirasi. Proses respirasi menyebabkan penurunan mutu dan umur simpan buah. Kader (1992) menambahkan bahwa dalam mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpan buah-buahan tergantung pada faktor kehilangan air, kecepatan penuaan dan pelayuan, serta infiltrasi jamur atau mikroorganisme. Salah satu teknik penanganan pasca panen buah-buahan adalah dengan menerapkan teknologi pelapisan pada produk. Pelapisan dapat menghambat kehilangan berat, mengurangi pengkerutan akibat kehilangan air (transpirasi), dan melindungi produk dari serangan mikroba selama penyimpanan. Keuntungan lain dari pemberian pelapisan adalah meningkatkan kilap buah-buahan sehingga penampilannya lebih menarik (Plotto dan Baker, 2005). Bahan pelapis untuk buah-buahan
yang
umum
digunakan
antara
lain
lilin
dan
kitosan.
Pada buah manggis telah dilakukan beberapa upaya untuk mengurangi transpirasi antara lain dengan pemberian pelapisan lilin pada permukaan kulitnya. Riza (2004) menyatakan bahwa pemberian pelapisan lilin lebah dengan kombinasi perlakuan suhu 5oC dan 13oC mampu menekan laju respirasi, mempertahankan tingkat kelunakan kulit buah, menurunkan total padatan terlarut, menekan kadar air daging buah dan dapat memperpanjang umur simpan buah manggis sampai hari ke 37. Kitosan merupakan produk atau bahan pangan yang berasal dari limbah kulit udang. Menurut Nisperos-Cariiedo (1995) kitosan mampu memodifikasi atmosfer internal pada buah karena mampu membentuk membran semipermeabel dengan demikian proses pematangan buah dapat diperlambat dan laju transpirasi menurun. Berdasarkan hasil penelitian Anggraeni (2008) buah manggis yang diberi perlakuan pelapisan kitosan mampu bertahan sampai 25 HSP, baik pada suhu kamar maupun suhu dingin.
Pemberian sitokinin yang merupakan salah satu hormon penghambat proses penuaan diharapkan dapat memperpanjang kesegaran cupat dan mempertahankan warna hijau cupat buah. Menurut Salunke (1989) pemberian sitokinin dapat menghambat degradasi klorofil dan penuaan sayuran daun. Selain pelapisan dan pemberian sitokinin, pendinginan juga berperan dalam memperpanjang umur simpan buah dan sayuran. Meskipun telah dilakukan beberapa penelitian tentang cara memperpanjang umur simpan buah manggis, tetapi belum dilakukan penelitian yang mengkombinasikan pelapisan lilin lebah atau kitosan dengan perlakuan sitokinin yang disimpan dalam suhu 15oC.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi BAP (6-Benzilaminopurin) dan bahan pelapis yang efektif mempertahankan kesegaran cupat dan memperpanjang umur simpan buah manggis.
Hipotesis 1. Terdapat pengaruh interaksi pelapisan dan BAP dan ada kombinasi perlakuan yang terbaik untuk memperpanjang umur simpan dan kesegaran cupat buah manggis, 2. Terdapat jenis dan konsentrasi bahan pelapis yang lebih efektif dalam memperpanjang umur simpan buah manggis, 3. Terdapat konsentrasi BAP yang efektif dalam mempertahankan kesegaran cupat buah manggis.
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Manggis adalah tanaman yang berbentuk pohon dengan tinggi mencapai 6-25 m, berbatang lurus, bercabang simetris, membentuk tajuk piramida beraturan. Daunnya berhadapan, lembaran daun berbentuk lonjong dengan panjang 15-25 cm dan lebar 7-13 cm, tebal, permukaannya kasar, bagian atas daun berwarna
hijau
tua
dan
bagian
bawah
berwarna
hijau
kuning
(Nakasone dan Paul, 1998). Manggis memiliki bunga yang tunggal atau berpasangan, berada di ujung ranting, mempunyai tangkai yang pendek dan tebal, berdiameter kira-kira 5,5 cm (Verheij, 1997). Bunganya berwarna hijau keputihan. Inisiasi pembungaan ditandai dengan pembengkakan dan fase munculnya tunas bunga sampai anthesis dalam 25 hari (Nakasone dan Paul, 1998). Menurut Ashari (2006) tanaman manggis mempunyai bunga jantan yang rudimenter sehingga tidak mampu menyerbuki bunga betinanya. Tanaman manggis dikembangbiakkan melalui biji apomiksis. Biji apomiksis adalah biji yang terbentuk tanpa melalui penyerbukan dan pembuahan. Buah manggis bulat dan berkulit licin, berdiameter 4-7 cm, terdapat 4-8 segmen aril berwarna putih, lembut, dan dapat dimakan yang terdiri dari satu atau dua segmen yang mengandung biji apomiksis, kulit buah memiliki ketebalan 6-10 mm, agak keras dan saat masak berwarna ungu (Nakasone dan Paul, 1998). Menurut Verheij (1997) buah yang masak memiliki kelopak bunga yang tetap menempel pada bagian pangkal buah. Bekas kepala putik masih melekat, tampak seperti bintang pada ujung buah.
Manfaat Buah Manggis Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar maupun olahan. Buah manggis memiliki kalori yang dapat dimakan sebesar 63%, sebagian besar berasal dari karbohidrat yang dikandungnya. Komponen protein dan lemak yang dikandung sangat kecil (Tabel 2). Kulit buahnya dapat digunakan sebagai bahan penyamak kulit dan bahan pewarna (Ashari, 1995). Buah manggis dapat
digunakan sebagai obat tradisional yaitu untuk mengobati sariawan, wasir dan luka. Buah manggis mengandung zat xanthones yang merupakan sejenis antioksidan sehingga dapat membantu memulihkan sistem imun tubuh (www.htagrolink.mao). Tabel 2. Komponen dan Nilai Zat Gizi Buah Manggis per 100 g Kandungan Jumlah Kalori (kal) 63 Protein (g) 0.6 Lemak (g) 0.6 Karbohidrat (g) 15,6 Kalsium (mg) 8 Fosfor (mg) 12 Besi (mg) 0,8 Vitamin A (S.I) 14 Vitamin B1 (mg) 0.03 Vitamin C (mg) 2 Air (g) 83,0 b.d.d (%) 29 Sumber : Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (2007)
Panen dan Pasca Panen Buah manggis biasanya dipanen setelah berumur 104-110 hari setelah bunga mekar (Poerwanto, 2004). Tingkat kematangan panen buah manggis sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpannya. Sebaiknya buah jangan dipanen jika kulitnya masih berwarna hijau kekuningan dan menghasilkan banyak getah (Nakasone dan Paul 1998). Qanytah (2004) menjelaskan bahwa buah yang kulitnya bergetah penampilannya kurang menarik dan kotor sehingga tidak mencapai mutu ekspor. Buah yang dipanen pada umur 103 hari setelah bunga mekar kulitnya berwarna hijau dengan bercak ungu dan bertekstur keras. Daging buah berwarna putih, dan teksturnya agak keras, dan rasa buah manis. Menurut Suyanti et al. (1999) buah manggis yang dipanen pada umur 103 hari setelah bunga mekar merupakan buah yang berkualitas dan akan matang setelah 5 hari dalam penyimpanan.
Buah manggis dipanen sesuai dengan keinginan konsumen dan tujuan pemasarannya. Buah yang dipanen pada indeks warna 1 biasanya untuk pemasaran yang jauh. Indeks warna 2, 3, dan 4 untuk tujuan ekspor, sedangkan indeks 5 dan 6 dapat langsung dikonsumsi dan biasanya dipasarkan untuk pangsa domestik (Tabel 3). Tabel 3. Indeks Kematangan Buah Manggis Indeks Warna
Deskripsi
Tahap 0
Warna buah kuning kehijauan, kulit buah masih banyak mengandung getah dan buah belum siap dipetik.
Tahap1
Warna kulit buah hijau kekuningan, buah belum tua dan getah masih banyak. Isi buah masih sulit dipisahkan dari daging. Buah belum siap dipanen.
Tahap 2
Warna kulit buah kuning kemerahan dengan bercak merah hampir merata. Buah hampir tua dan getah mulai berkurang. Isi buah masih sulit dipisahkan dari daging.
Tahap 3
Warna kulit buah merah kecoklatan. Kulit buah masih bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari daging kulit. Buah disarankan dapat dipetik untuk tujuan ekspor.
Tahap 4
Warna kulit buah merah keunguan. Kulit buah masih sedikit bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari daging kulit dan buah dapat dikonsumsi. Buah dapat dipetik untuk tujuan ekspor.
Tahap 5
Warna kulit buah ungu kemerahan. Buah mulai masak dan siap dikonsumsi. Getah telah hilang dan isi buah mudah dilepaskan. Buah lebih sesuai untuk pasar domestik.
Tahap 6
Warna kulit buah unggu kehitaman. Buah sudah masak. Buah sesuai untuk pasar domestik dan siap saji.
Sumber : (Poerwanto, 2004) Pohon manggis yang ditanam di Indonesia umumnya merupakan tanaman yang memiliki ketinggian sekitar 10-25 m. Pemanenan buah masih dilakukan dengan cara tradisional, hal ini dapat menyebabkan kerusakan mekanik yaitu kulit
buah memar dan pecah. Buah yang dipanen dengan dipetik langsung dengan tangan dapat memberikan hasil kesegaran cupat buah terbaik dibandingkan dengan cara panen lainnya. Namun tidak semua buah manggis dapat dipanen dengan cara dipetik dengan tangan karena letak buah yang cukup tinggi. Pengggunaan alat bantu seperti hamparan kain dan galah berkantong akan dapat mengurangi kerusakan buah seperti kerusakan pada cupat buah, jumlah cupat dan warna buah sehingga baik jumlah maupun kesegaran cupat buah dapat dipertahankan (Suyanti et al., 1997). Syarat mutu buah manggis untuk ekspor antara lain bobot buah, kesegaran cupat, warna cupat, dan jumlah cupat. Buah kualitas ekspor harus memiliki cupat segar, berwarna hijau, dan minimal hanya satu cupat buah yang hilang (Suyanti et al., 1999). Saat ini hanya buah manggis yang bercupat utuh yang dapat diklasifikasikan ke dalam mutu ekspor.
Fisiologi Pasca Panen Hasil tanaman sebelum maupun sesudah dipanen dari tanamannya masih mengalami proses biologis. Proses biologis ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan berbagai zat yang dikandung dalam buah. Proses respirasi adalah salah satu dari proses biologis dimana oksigen dari udara diserap untuk proses pembakaran yang menghasilkan energi dan diikuti pengeluaran sisa pembakaran dalam bentuk CO2 dan air (Winarno dan Wirakartakusumah, 1981). Menurut Pantastico et al. (1989) intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya metabolisme sehingga sering digunakan sebagai petunjuk potensi daya simpan buah. Respirasi
dikelompokkan
dalam
tiga
tingkatan:
(a)
pemecahan
polisakarida menjadi gula sederhana; (b) oksidasi gula menjadi asam piruvat; dan (c) transformasi piruvat dan asam-asam organik lainnya secara aerobik menjadi CO2, air, dan energi. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain tingkat perkembangan organ, susunan kimiawi jaringan, ukuran produk, pelapis alami, jenis jaringan. Sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, etilen, oksigen yang
tersedia, karbondioksida, zat-zat pengatur tumbuh dan adanya kerusakan pada buah (Phan et al., 1989). Berdasarkan pola respirasinya, buah dapat digolongkan menjadi buah klimakterik dan buah non klimakterik. Buah klimakterik merupakan buah yang memperlihatkan kenaikan laju respirasi atau kenaikan produksi CO2 dan etilen yang besar dan cepat selama pemasakan, sedangkan buah non klimakterik tidak menunjukkan adanya perubahan laju respirasi atau produksi CO2 dan etilen saat pemasakan. Contoh buah klimakterik adalah apel, alpukat, pisang, mangga, pepaya, melon, rambutan, durian, kiwi, jambu biji, pear, semangka, plum. Contoh buah non klimakterik yaitu anggur, jeruk, nanas, belimbing, strawberi, lemon (Kader, 1992; Santoso dan Purwoko, 1995; Pantastico, 1989). Widiastuti (2006) melaporkan berdasarkan pola respirasinya manggis termasuk buah klimakterik. Etilen merupakan senyawa karbon sederhana tidak jenuh yang pada suhu kamar berbentuk gas. Etilen dianggap sebagai hormon tumbuhan karena merupakan hasil metabolisme tumbuhan, bersifat mobil (mudah bergerak) dalam jaringan tanaman dan merupakan senyawa organik (Wattimena, 1988). Etilen memiliki peranan dalam menstimulasi proses pematangan buah. Aktifitas etilen dalam pematangan buah akan menurun bila suhu diturunkan. Pada suhu di atas 35oC buah tidak akan membentuk etilen (Winarno dan Wirakartakusumah, 1981).
Penyimpanan Pasca Panen Penyimpanan dalam suhu dingin merupakan cara yang paling umum dan ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang bagi produk hortikultura. Penyimpanan pada suhu dingin adalah penyimpanan dibawah suhu 15oC dan di atas titik beku. Penyimpanan pada suhu rendah dapat mengurangi kegiatan respirasi, proses penuaan, kehilangan air dan pelayuan, kerusakan akibat aktivitas mikroba, serta proses pertumbuhan yang tidak dikehendaki (Pantastico, 1989). Persyaratan suhu penyimpanan untuk berbagai produk hortikultura sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Menurut Wong et al. dalam Lesmana (1996) sebagian besar buah-buahan tropis dan subtropis dapat mengalami chilling injury
jika disimpan pada suhu di bawah 10-12oC. Hasbi et al. (2005) menyatakan bahwa manggis baik disimpan pada suhu 15oC karena dapat memperpanjang umur simpan manggis selama 39 hari. PKBT (2007) melaporkan bahwa manggis yang disimpan pada suhu 10oC pada buah yang dilapisi lilin lebah dan dikemas dengan plastik PE dapat mempertahankan masa simpan buah manggis selama 30 hari. Sedangkan penyimpanan pada suhu 15oC dapat mempertahankan masa simpan buah manggis sampai 40 hari.
Pelilinan Buah-buahan dan sayuran memiliki selaput lilin alami pada permukaan kulitnya yang sebagian akan hilang karena pencucian. Pelapisan lilin tambahan yang diberikan secara artifisial dapat menghindarkan keadaan anaerobik di dalam buah, memberikan perlindungan terhadap organisme-organisme pembusuk dan meningkatkan
kilap
buah-buahan
sehingga
tampak
lebih
menarik
(Akamine et al, 1989). Menurut Kader (1992) pelapisan lilin diharapkan dapat menutup sebagian stomata sehingga menurunkan laju respirasi dan mencegah penguapan air sehingga dapat memperkecil kerusakan buah yang telah dipanen. Keberhasilan pelapisan lilin untuk buah-buahan dan sayuran tergantung pada ketebalan lapisan. Pelilinan yang terlalu tipis tidak berpengaruh nyata terhadap pengurangan laju respirasi dan transpirasi, sedangkan yang terlalu tebal dapat menyebabkan kerusakan, bau dan rasa yang menyimpang akibat udara di dalam sayuran dan buah-buahan terlalu banyak mengadung CO2 dan sedikit O2. Komoditas yang dilapisi lilin harus cukup tua, sehat, segar dan tidak cacat (Park et al. dalam Holil, 2005). Pelilinan tradisional dilakukan dengan menggunakan minyak biji kapas atau minyak kacang, namun saat ini jarang digunakan. Lilin merupakan ester dari asam lemak berantai panjang dengan alkohol monohidrat berantai panjang atau sterol. Lilin yang dapat digunakan untuk pelapisan harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain tidak mempengaruhi bau dan rasa buah, cepat kering, tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tipis, aman bagi manusia, harganya murah dan mudah diperoleh (Lolit Jeruk, 2004).
Lilin yang biasa digunakan antara lain lilin lebah, shellac, lilin carnauba (Cera vlava), lilin tebu, spermaceti, lilin buah komersial (Decco Wax, Lustr Wax 231, Semperfresh). Lilin lebah berasal dari hasil sekresi lebah madu (Apis mellifica) atau lebah lainnya. Madu yang diekstrak dengan sentrifugal sisir madunya akan tetap utuh sehingga dapat digunakan lagi. Sedangkan madu yang diekstrak dengan pengepresan, sisirnya akan hancur. Sisir yang hancur dapat dibuat lilin atau bibit bahan sarang burung. Hasil sisa pengepresan ini, kemudian dicuci dan dikeringkan, lalu dipanaskan hingga menjadi lilin atau malam (Winarno, 1981). Lilin lebah berwarna putih, kuning sampai coklat, dengan titik cair 62-65oC (www.cyberlipid.org). Menurut Fatimah (1996), lilin lebah ini banyak digunakan untuk pelilinan komoditas hortikultura karena mudah didapat dan harganya murah. Pelapisan lilin untuk buah-buahan umumnya menggunakan lilin lebah yang dibuat dalam bentuk emulsi lilin dengan konsentrasi 4-12%. Lilin diberikan dalam bentuk emulsi. Emulsi lilin dalam air lebih aman digunakan daripada pelarut-pelarut lilin yang mudah sekali terbakar. Emulsi lilin dalam air dapat digunakan tanpa harus mengeringkan buah terlebih dahulu (Akamine et al., 1989). Pantastico et al. (1989) menyatakan bahwa pembuatan emulsi lilin tidak boleh menggunakan air sadah karena garam-garam yang terkandung dalam air sadah dapat merusak emulsi lilin. Pengemulsi yang biasanya digunakan adalah trietanolamin dan asam oleat. Pemberian lapisan lilin dapat dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain pembusaan, penyemprotan, pencelupan, atau pengolesan. Hasil dari percobaan Siahaan (1998) memperlihatkan bahwa pelapisan lilin untuk jeruk besar memiliki nilai yang optimum dalam menghambat susut bobot dan kelunakan buah serta mempertahankan kualitas penampakkan luar buah dan padatan terlarut buah pada konsentrasi 9% dan 12%. Sedangkan penyimpanan dalam suhu rendah kurang berpengaruh nyata dalam menghambat kelunakan buah. Pada penelitian Nugroho (2002) perlakuan pelapisan dengan lilin lebah pada durian dapat menurunkan susut bobot, menghambat laju penurunan kekerasan, menahan penurunan padatan terlarut total, mempertahankan kondisi buah tetap utuh (mencegah pecah kulit), aroma, rasa dan tekstur daging buah durian.
Berdasarkan penelitian Fitradesi (1999) buah pepaya Solo cv Tainung 3 yang diberi pelapisan lilin lebah 6% dan disimpan pada suhu dingin (18-20oC) mempunyai daya simpan 16 hari setelah panen. Priyono (2005) menyimpulkan bahwa pelapisan lilin lebah 6% pada pepaya mampu menekan susut bobot, mempertahankan kekerasan buah dan menunda perubahan warna kulit buah. Pelapisan lilin 6% berpengaruh nyata terhadap rasa dan tekstur buah, dan berpengaruh sangat nyata terhadap warna dan penampilan buah pada uji organoleptik. Melalui percobaan pelapisan lilin lebah 6% pada buah manggis (Riza, 2004) disimpulkan bahwa berdasarkan laju konsumsi O2 dan produksi CO2 kadar pelilinan 6% merupakan kadar pelilinan yang optimum untuk buah manggis. Buah manggis dengan pelapisan lilin 6% yang disimpan pada suhu 5oC mempunyai umur simpan 37 hari, sedangkan kontrolnya hanya mencapai 33 hari. Pada penyimpanan suhu 13oC, buah manggis dengan pelapisan lilin mempunyai umur simpan 29 hari, sedangkan yang tanpa pelilinan hanya mencapai 21 hari. Pada penelitian Widiastuti (2006), buah manggis yang diberi lapisan lilin carnauba
dalam
penyimpanan
suhu
ruang
layak
dijual
sampai
hari
ke-16 penyimpanan, walaupun pada hari ke-25 penyimpanan kondisi buah masih baik
(masih
dapat
dikonsumsi).
Sedangkan
berdasarkan
percobaan
Ruspita (2007), pelapisan lilin lebah 6% pada nanas baik pada suhu ruang maupun pada suhu 15oC mampu memberikan umur simpan paling lama yaitu tiga minggu tanpa adanya pengerasan dan pengeriputan pada kulit buah dan kualitas penampakan warna buah yang baik.
Kitosan Kitosan merupakan kitin yang mengalami proses penghilangan gugus asetil (deasetilasi) dengan alkali kuat. Kitosan tidak beracun dan tidak mempunyai efek samping bila dikonsumsi manusia. Kitosan larut dengan cepat dalam asam organik cair seperti asam formiat, asam asetat, asam sitrat, dan asam mineral lain kecuali sulfur. Kitosan tidak larut dalam basa pekat, air, alkohol dan aseton (Alamsyah, 2001). Menurut Rismayadi (2003) kitosan dapat dimanfaatkan sebagai bahan yang dipergunakan dalam proses water treatment, bahan yang
bersifat fungsional yang dipergunakan dalam industri makanan dan industri farmasi karena sifatnya yang memiliki daya tahan terhadap air dan efek fungisida. Pemanfaatan kitosan dari limbah cangkang udang di beberapa negara telah cukup luas. Dalam bidang pangan dan farmasi, kitosan banyak digunakan karena sifatnya yang dapat mengikat asam, mengikat air, mengikat lemak serta memiliki aktivitas hipokolesterolemik dan aktivitas kekebalan tubuh (Santoso et al., 2002). Dalam bidang pertanian kitosan dapat digunakan sebagai pelapis benih, meningkatkan hasil panen, sebagai kontrol pelepasan pestisida dan herbisida, merangsang pertumbuhan mikroba alami, pelapis buah, dan bahan pengawet warna. Pada umumnya mutu kitosan terdiri dari beberapa parameter yaitu bobot molekul, kadar air, kadar abu, kelarutan, warna dan derajat deasetilasi (www.uchitotech.com). Kitosan dapat digunakan sebagai edible coating atau edible films karena kitosan dapat membentuk lapisan semi permeabel yang dapat memodifikasi atmosfir internal pada buah, sehingga pematangan buah-buahan dan sayuran dapat tertunda (Barkey, 2002). Santoso et al. (2002) menambahkan bahwa kitosan memiliki gugus amina bebas yang menjadikan polimer tersebut bersifat polikationik sehingga mempunyai kemampuan untuk mengikat logam-logam tertentu dan membentuk membran. Kitosan memiliki sifat selektif permeabel terhadap gas-gas seperti CO2 dan O2 tetapi kurang mampu menghambat perpindahan air. Secara umum edible coating yang tersusun dari polisakarida dan turunannya hanya sedikit dalam menahan penguapan air tetapi efektif dalam mengontrol difusi dari berbagai gas. Kualitas edible coating kitosan tergantung dari butiran kitosan yang homogen, tingkat deasetilasi dan kelarutannya di dalam asam (Nisperos-Carriedo, 1995). Musaddad (2002) menyimpulkan bahwa tomat yang diberi pelapisan kitosan 2% menujukkan total asam dan karakter yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Pada penyimpanan suhu kamar kitosan 2% mengakibatkan pengeriputan dan pengecilan ukuran buah. Sedangkan pada penelitian Nurrachman (2004) pelapisan kitosan pada buah apel dapat menghambat peningkatan susut bobot, padatan terlarut total, dan penurunan total
asam, mengurangi penggunaan O2 respirasi dan produksi etilen, serta memperpanjang masa simpan. Konsentrasi kitosan 1.5% memberikan hasil yang lebih baik dalam menghambat terjadinya proses perubahan sifat fisikokimia buah secara keseluruhan. Berdasarkan penelitian Ruspita (2007) diketahui bahwa buah nanas yang diberi pelapisan kitosan 2% baik pada suhu kamar maupun suhu 15oC mampu memberikan umur simpan selama dua minggu tanpa adanya pengerasan dan pengeriputan pada kulit buah dan kualitas penampakan warna buah yang baik. Anggraeni (2008) menyimpulkan bahwa buah manggis yang diberi perlakuan pelapisan kitosan 1.5% mampu memberikan pengaruh lebih baik dalam menghambat perubahan persentase susut bobot, kekerasan kulit buah, kemampuan buah dibuka, dan padatan terlarut total buah manggis selama penyimpanan.
Zat Pengatur Tumbuh Zat pengatur pertumbuhan tanaman merupakan substansi kimia dengan konsentrasi sangat rendah yang mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Gardner et al., 1991). Menurut Wattimena (1988) zat pengatur tumbuh dapat merangsang, menghambat, atau merubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara kuantitatif maupun kualitatif. Senyawa ini dapat berupa fitohormon maupun senyawa sintetis. Fitohormon yang ada saat ini dibagi menjadi lima kelas yaitu auksin, giberelin, sitokinin atau kinin, asam absisat, dan etilen.
Sitokinin Sitokinin
merupakan
senyawa
yang
mempunyai aktivitas
utama
mendorong pembelahan sel atau sitokinesis. Sitokinin terbagi mejadi sitokinin alami dan sitokinin sintetik. Sitokinin alami antara lain kinetin, zeatin, dan IPA, sedangkan yang termasuk ke dalam sitokinin sintetik merupakan turunan dari adenin seperti BA dan Benzimadazale (Wattimena, 1988). Sitokinin dapat mempengaruhi berbagai proses fisiologi di dalam tanaman. Wattimena (1988) menyebutkan bahwa selain berperan dalam pembelahan sel sitokinin juga dapat memperlambat proses penghancuran butir-butir klorofil dan
protein pada daun yang sudah terlepas dari tanaman dan dapat memperlambat proses
senescense
(penuaan)
pada
daun,
buah,
dan
organ
lainnya.
Gardner et al. (1991) menambahkan penundaan proses penuaan ini karena adanya penyimpanan klorofil, pengumpulan asam amino, dan penyimpanan protein. Hal ini diperkirakan karena terjadi penarikan molekul-molekul asam amino dari bagian lain. Sayuran dan buah-buahan merupakan komoditas yang mudah mengalami kerusakan setelah dipanen. Pemberian sitokinin dapat menunda penuaan dan mencegah
kehilangan
kualitas
dari
sayuran
dan
buah-buahan
selama
penyimpanan. Sitokinin telah diaplikasikan pada beberapa sayuran dan buah-buahan dengan berbagai tingkat konsentrasi seperti pada kubis 20-40 ppm, selada 5-10 ppm, kol bunga 10 ppm, asparagus 25 ppm, brokoli 10-20 ppm, seledri 10 ppm, rebung 10 ppm, ceri 10 ppm, dan strawberi 10 ppm (Weaver, 1972). Berdasarkan penelitian yang dilaporkan oleh Tsujita dan Andrew dalam Winarno et al. (1981), semakin tinggi konsentrasi sitokinin yang disintesis, maka akan semakin banyak kandungan klorofil yang tertinggal dalam daun. Salah satu sitokinin yang sering digunakan dalam menghambat penuaan adalah kinetin dan BAP yang diaplikasikan dari luar. Menurut Gan (2004) pemberian sitokinin dari luar dapat mencegah daun mengalami penuaan dan dapat menghijaukan kembali daun yang sudah menguning. Namun pemberian sitokinin dari
luar
dicobakan.
tidak
selalu
efektif,
tergantung
pada
jenis
tanaman
yang
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2008, bertempat di Laboratorium Produksi dan Laboratorium Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB.
Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah manggis yang dipanen dengan indeks kematangan satu dan dua (Tabel 3) dan cupat hijau segar. Buah berasal dari kebun petani manggis di daerah sentra produksi manggis di Wanayasa, Purwakarta. Bahan yang digunakan dalam perlakuan ini antara lain Lilin Lebah 6%, Kitosan 2%, BAP, aquades, dan larutan Kloroks 10% sebagai disinfektan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain timbangan analitik untuk pengamatan susut bobot. Jangka sorong untuk pengamatan diameter buah, Munshell Colour Chart untuk pengamatan kesegaran warna cupat dan warna kulit buah. Toples untuk tempat pencelupan bahan pelapis. Refraktometer untuk pengamatan total padatan terlarut. Hand penetrometer untuk pengamatan kekerasan buah, dan alat-alat penunjang penelitian lainnya.
Metode Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Penelitian ini terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu faktor pelapisan dan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) anti senescense BAP. Faktor perlakuan pelapisan buah terdiri dari kontrol/tanpa pelapisan (P0), Lilin 6% (P1) dan Kitosan 2% (P2). Faktor pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) anti senescense BAP terdiri dari kontrol/BAP 0 ppm (Z0), BAP 5 ppm (Z1), BAP 10 ppm (Z2), BAP 15 ppm (Z3), BAP 20 ppm (Z4).
Kedua faktor perlakuan tersebut dikombinasikan sehingga dalam penelitian ini terdapat 15 kombinasi perlakuan, yang masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali maka terdapat 45 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 11 buah manggis sehingga total sebanyak 495 buah manggis, untuk pengamatan dekstruktif maupun non destruktif selama 5 minggu pengamatan. Untuk pengamatan awal sebanyak 27 buah manggis. Total buah manggis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 522 buah. Percobaan ini dilakukan dalam suhu 15oC. Model statistik yang digunakan yaitu Yij = µ + αi + βj + ϕij + εij Keterangan : i = 1, 2, 3,..., t
; j = 1, 2, 3, ..., r
Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j µ = nilai tengah populasi αi = pengaruh pelapisan ke-i βj = pengaruh pemberian BAP ke-j ϕij= interaksi pengaruh pelapisan ke-i dengan pengaruh pemberian BAP ke-j εij = pengaruh acak pada pelapisan ke-i pemberian BAP ke-j Pengolahan data dilakukan dengan uji F. Apabila nilai F hitung > F tabel atau berbeda nyata maka dilakukan uji beda nilai tengah dengan menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf 5%.
Pelaksanaan Panen dan Sortasi Buah manggis dibeli dan dipetik langsung dari petani manggis di Wanayasa, Purwakarta. Kemudian dilakukan sortasi untuk mendapatkan buah manggis yang seragam. Buah manggis yang lolos sortasi adalah buah yang berwarna merah cerah dengan sedikit semburat hijau, kulit mulus, cupatnya masih lengkap, berwarna hijau segar, tangkai buah berwarna hijau segar dan tidak keriput, tidak terlalu bergetah dan bebas dari hama penyakit tanaman (Gambar 1).
Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan noda dan getah yang menempel pada kulit buah. Buah dicuci dengan menggunakan sabun cair dan dibilas dengan air bersih. Kemudian buah dicelupkan dalam larutan Kloroks 10% selama 30 detik dan dikering anginkan.
Panen
Sortasi
Pencucian
Pencelupan ke dalam kloroks 10% selama ± 30 detik
Pengeringan
Pencelupan ke dalam aquades + BAP 0, 5, 10, 15, 20 ppm selama 5 menit
Pencelupan ke dalam lilin 6% + BAP 0, 5, 10, 15, 20 ppm selama 5 menit
Pengeringan
Penyimpanan pada suhu 15oC
Pengamatan non destruktif dan destruktif
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Pencelupan ke dalam kitosan 2% + BAP 0, 5, 10, 15, 20 ppm selama 5 menit
Pembuatan Emulsi Lilin Salah satu bahan pelapis yang digunakan dalam penelitian ini berupa emulsi lilin lebah, untuk membuat 1 liter larutan stok 12% dibutuhkan 120 gram lilin lebah yang dicairkan dalam wadah pada suhu 90-95oC lalu tambahkan 20 ml asam oleat dan trietanolamin 40 ml sedikit demi sedikit sambil diaduk. Selanjutnya ditambahkan aquades sebanyak 820 ml yang telah dididihkan terlebih dahulu (90-95oC) secara perlahan sambil diaduk sampai merata. Emulsi lilin ini dapat digunakan apabila suhunya telah dingin (±25oC). Untuk memperoleh emulsi lilin 6% dibutuhkan sebanyak 0.50 liter emulsi lilin 12% yang dicampurkan ke dalam 0.50 liter aquades dalam suhu ruang. BAP yang digunakan dilarutkan terlebih dahulu dalam NaOH 1 M sesuai dengan konsentrasinya. Setelah larut BAP dimasukkan ke dalam aquades yang akan dicampurkan dengan emulsi lilin. Pembuatan Larutan Kitosan Selain lilin, bahan pelapis lainnya yang digunakan adalah kitosan. Untuk mendapatkan larutan kitosan 2% sebanyak 5 liter, dibutuhkan 1,5 liter kitosan 6% yang ditambahkan dengan aquades sebanyak 3,5 liter yang telah dididihkan (90-95oC) terlebih dahulu. Aquades dimasukkan secara perlahan sambil diaduk sampai merata. BAP yang digunakan dilarutkan terlebih dahulu dalam NaOH 1 M sesuai dengan konsentrasinya. Setelah larut ditambahkan aquades sebanyak 50 ml. Larutan BAP dimasukkan ke dalam larutan kitosan 2% sesuai dengan konsentrasinya. Pelapisan Aplikasi pelapisan dilakukan dengan cara mencelupkan 11 buah manggis yang sudah dicuci bersih ke dalam pelapis lilin 6%, kitosan 2% maupun tanpa pelapis sesuai dengan perlakuannya masing-masing yang sudah dicampur dengan BAP. Pencelupan dilakukan selama kurang lebih 5 menit kemudian dikering anginkan. Buah disimpan di atas baki plastik pada suhu 15oC. Penyimpanan buah manggis yang telah diberi perlakuan menggunakan ruang pendingin Laboratorium Produksi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hotikultura, Fakultas Pertanian.
Pengamatan Pengamatan yang akan dilaksanakan meliputi pengamatan destruktif dan non destruktif. Pengamatan destruktif terdiri atas kekerasan, total padatan terlarut, total asam tertitrasi, dan kemampuan buah dibuka yang dilakukan pada hari ke 0, 7, 14, 21, 28, dan 35 setelah perlakuan. Sedangkan pengamatan non destruktif terdiri atas susut bobot, penyusutan diameter buah, warna kulit buah dan kesegaran warna cupat dilakukan pada hari ke 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, dan 33 setelah perlakuan.
Pengamatan non destruktif 1. Susut bobot Pengukuran susut bobot buah dilakukan dengan membandingkan bobot buah awal dan bobot buah pada hari ke-n pengamatan. Rumus yang digunakan : % Susut bobot = A - B x 100% A Keterangan : A = Bobot buah awal B = Bobot buah hari ke-n 2. Penyusutan diameter Pengukuran membandingkan
penyusutan diameter
diameter
buah
awal
buah dan
dilakukan diameter
dengan
pada
hari
ke-n pengamatan. Pengukuran ini menggunakan jangka sorong pada bagian tengah-tengah buah. Rumus yang digunakan : % Penyusutan diameter = X - Y x 100% X Keterangan : X = Diameter buah awal Y = Diameter buah hari ke-n 3. Warna kulit dan cupat buah Perubahan warna kulit dan cupat buah manggis dinilai dengan menggunakan
Munshell
Colour
Chart.
Munsell
menggambarkan
tiga variabel warna, yaitu Hue (rona), Value (nilai), dan Chroma (kroma). Hue menunjukkan warna yang dominan dari suatu objek yang diteliti seperti merah, kuning, atau hijau. Value menunjukkan kejernihan atau
gelap terangnya suatu warna. Nilai Value berada pada angka 0 sampai 10, semakin
tinggi
nilai
Value
maka
warna
semakin
cerah.
Chroma menunjukkan intensitas warna (Djunaedi, 1999). Pengambilan data ini berdasarkan nilai modus warna dari tiga buah yang diamati. 5R 5 /11,5 Hue
Chroma Value
Pengamatan destruktif (Gambar 2) 1. Kekerasan Kekerasan buah diukur dengan menggunakan hand penetrometer. Jarum penetrometer ditusukkan pada tiga tempat yaitu ujung, tengah, dan pangkal buah, kemudian dirata-ratakan. Kekerasan buah dinyatakan dalam satuan kg/detik. 2. Padatan Terlarut Total (PTT) Kandungan Padatan Terlarut Total (PTT) dapat diukur dengan menghancurkan daging buah manggis, kemudian diambil sarinya dengan menggunakan kertas saring atau kain kasa. Sari yang telah diperoleh diteteskan pada lensa refraktometer. Kadar PTT dapat dilihat pada alat (oBrix). Sebelum dan sesudah digunakan, lensa refraktometer dibersihkan dengan aquades. 3. Total Asam Tertitrasi (TAT) Pengukuran TAT dilakukan dengan menghancurkan 10 gram daging buah, kemudian daging buah yang telah hancur ditambahkan aquades hingga 100 ml kemudian dikocok dan disaring. Setelah disaring, larutan diambil sebanyak 10 ml dan ditambahkan dua tetes indikator Phenoftalien dan dilakukan titrasi dengan 0,1 N NaOH hingga larutan berubah warna menjadi merah muda. Titrasi dilakukan secara duplo. Kandungan TAT dihitung dengan menggunakan rumus: TAT (%) = ml NaOH x N NaOH x fp x 40 x 100% mg contoh
keterangan: fp = faktor pengencer (100 ml/10 ml) 4.
Kemampuan Buah Dibuka Secara Manual Uji kemampuan ini dinilai berdasarkan kekuatan peneliti sendiri dalam membuka buah manggis. Buah dibuka dengan cara menekan buah menggunakan kedua telapak tangan. Penilaian ditentukan dengan tingkatan skor 1 sampai 6 yang sudah ditetapkan. Tingkatan skor tersebut yaitu: 1= sangat mudah, 2= agak mudah, 3= mudah, 4= agak sulit, 5= sulit, 6= sangat sulit.
Buah
Buah diukur dengan hand penetrometer bagian ujung, tengah, pangkal
Uji kemampuan buah dibuka
Daging buah dipisahkan dari biji
Diambil sarinya dengan kain saring
Pengukuran PTT
Teteskan sari buah pada lensa refraktometer
Pengukuran TAT
Sebanyak 10g dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, ditambahkan aquades sampai dengan tanda tera
Dikocok dan disaring, diambil 10 ml filtrat
Diberi indikator phenoftalien
Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai muncul warna pink
Gambar 2. Diagram Pengamatan Destruktif
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Buah yang digunakan pada penelitian ini dipetik langsung dari kebun petani manggis Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Manggis yang dipanen memiliki indeks kematangan satu dan dua (Tabel 3) dengan cupat hijau segar. Buah manggis yang digunakan dikelompokkan berdasarkan ukurannya. Kondisi awal manggis sebelum perlakuan dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Kondisi Awal Buah Manggis Sebelum Perlakuan Parameter Bobot (g) Diameter (mm) Warna buah Kesegaran cupat Kekerasan (Kg/det) PTT (°Brix) TAT (%) Kemampuan buah dibuka
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 100.99 89.40 66.63 56.64 54.85 49.58 5R 5/11.5 5R 5/11.5 5R 5/11.5 2.5GY 9/6 2.5GY 9/6 2.5GY 9/6 0.87 0.87 0.93 18.28 17.88 17.13 0.55 0.51 0.46 3.50
2.50
3.00
Rata-rata 85.67 53.69 5R 5/11.5 2.5GY 9/6 0.89 17.76 0.51 3.00
Setelah diberi perlakuan, ada beberapa buah yang dilapisi lilin 6% memiliki penampakan yang kurang menarik karena terdapat butiran-butiran lilin pada permukaan kulit. Sedangkan manggis yang dilapisi kitosan 2% penampilannya lebih menarik karena lebih mengkilap. Pemberian BAP cukup membantu mempertahankan warna hijau pada cupat, hal ini dapat dilihat ada beberapa cupat buah yang masih hijau pada 15 hari setelah perlakuan (HSP) walaupun sudah mengalami keriput. Pada akhir pengamatan yaitu 35 HSP masih banyak buah manggis yang mampu bertahan. Kondisi akhir buah manggis yang disimpan antara lain kulit buah berwarna ungu gelap, cupat berwarna coklat, kulit buah agak keras namun masih ada yang dapat dibuka dengan tangan, daging buah berwarna putih, tidak berbau alkohol, daging buah masih dapat dimakan namun rasa manisnya sudah berkurang.
Secara umum kondisi buah manggis selama penyimpanan cukup baik. Namun ada beberapa buah yang terserang penyakit. Berdasarkan hasil pemeriksaan Klinik Penyakit Tanaman Departemen Proteksi Tanaman IPB, penyakit yang menyerang manggis selama penyimpanan yaitu busuk buah yang disebabkan oleh cendawan Botryodiplodia theobromae. Gejala yang ditimbulkan oleh adanya serangan cendawan ini antara lain warna kulit menjadi hitam gelap dan mengkilap, kulit keras sangat sulit dibuka, kering dan ringan, daging buah kecoklatan, berair dan berbau busuk (Gambar 3a dan 3b).
a
b
Gambar 3.a) Penampakan Kulit Buah; b) Penampakan Daging Buah yang Terserang Botryodiplodia theobromae pada 28 HSP. Selain itu, ada pula manggis yang terserang penyakit getah kuning dengan gejala antara lain kulit buah menjadi keras sehingga sulit untuk dibuka, daging buah menjadi berair, kuning kecoklatan dan berasa pahit (Gambar 4).
Gambar 4. Buah yang Terserang Penyakit Getah Kuning pada 28 HSP
Penyakit yang menyerang manggis selama penyimpanan diduga terbawa pada saat panen namun belum menunjukkan gejalanya. Serangan baru tampak pada 28 HSP sehingga ada beberapa buah yang rusak dan tidak dapat diamati lagi. Buah yang banyak terserang penyakit adalah buah pada kelompok tiga. Pencelupan buah ke dalam larutan kloroks 10% selama 30 detik belum efektif dalam menghambat serangan penyakit tersebut.
Susut Bobot Buah Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Perubahan susut bobot disebabkan terjadi perubahan fisikokimia berupa pelepasan air yaitu respirasi dan transpirasi. Respirasi adalah proses biologis dimana oksigen dari udara diserap untuk proses pembakaran yang menghasilkan energi dan diikuti pengeluaran sisa pembakaran dalam bentuk CO2 dan air (Winarno dan Wirakartakusumah, 1981). Sedangkan transpirasi adalah proses kehilangan air dalam bentuk uap air melalui proses penguapan yang berpengaruh langsung pada kehilangan bobot (Santoso dan Purwoko, 1995). Berdasarkan analisis statistik (Tabel Lampiran 1) diketahui bahwa kombinasi perlakuan pelapisan dan BAP tidak berpengaruh nyata menghambat peningkatan persentase susut bobot buah pada semua waktu pengamatan. Perlakuan pelapisan lilin 6% pada buah berpengaruh nyata menghambat peningkatan persentase susut bobot pada 18, 21, 24, 27, 30, dan
33 HSP.
Sedangkan perlakuan BAP pada buah tidak berpengaruh nyata menghambat peningkatan persentase susut bobot pada semua waktu pengamatan (Tabel 5).
Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Susut Bobot (%) Buah Manggis Perlakuan
Susut Bobot pada Waktu Pengamatan (HSP) 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 .............……………………………………%…………………………………………………………………
Pelapisan Kontrol 2.12 4.31 6.06 7.83 9.83 11.48a 13.09a 15.85a 17.89a 20.65a Lilin 6% 2.00 3.64 4.94 6.13 7.55 8.67b 9.77b 11.61b 12.69b 13.66b Kitosan 2% 2.25 4.22 5.76 7.35 9.14 10.62ab 12.08ab 14.56a 16.49a 19.11a Uji F tn tn tn tn tn * * * * * Sitokinin (BAP) 0 ppm 1.77 3.50 4.95 6.34 7.93 9.20 10.42 12.52 13.81 15.67 5 ppm 1.66 3.46 4.84 6.29 8.01 9.40 10.78 13.07 14.52 16.68 10 ppm 2.28 4.25 5.80 7.31 9.05 10.49 11.89 14.35 16.32 18.59 15 ppm 1.95 3.85 5.37 6.82 8.51 9.89 11.28 13.65 15.82 18.91 20 ppm 2.97 5.22 6.97 8.75 10.70 12.30 13.85 16.42 17.98 27.21 Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn Pelapisan x BAP Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn Keterangan = Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama nyata pada uji DMRT taraf 5% tn : Tidak berbeda nyata * : Berbeda nyata
23.73a 15.43b 22.07a * 17.83 19.50 20.79 22.17 21.76 tn tn
Secara umum nilai persentase susut bobot mengalami peningkatan. Pada akhir pengamatan (33 HSP) nilai persentase susut bobot buah pada perlakuan pelapisan lilin 6% (15.43%) lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan pelapisan kitosan 2% (22.07%) maupun tanpa pelapis (23.73%). Dapat dilihat bahwa pelapisan lilin 6% pada buah mampu menekan peningkatan persentase
susut
bobot
sebanyak
35%
dibandingkan
dengan
kontrol.
Hal ini diduga karena lilin mampu menutupi pori-pori kulit buah secara merata, sehingga dapat menekan kehilangan air akibat proses respirasi dan transpirasi. Sedangkan kitosan yang digunakan dalam penelitian ini tidak dapat menekan kenaikan persentase susut bobot. Hal ini diduga karena kitosan memiliki sifat selektif permeabel terhadap gas-gas seperti CO2 dan O2 tetapi hanya sedikit dalam menahan penguapan air. Menurut Baldwin (2005) pelilinan dapat menutupi luka-luka goresan pada permukaan kulit buah, membuat kulit tampak lebih mengkilap sehingga lebih menarik, selain itu dapat menghambat kehilangan air dan respirasi yang dapat menyebabkan penyusutan bobot buah. Sesuai dengan hasil penelitian Riza (2004) bahwa sampai dengan hari ke-37 susut bobot buah manggis yang diberi lapisan lilin 6% pada suhu 13oC memiliki susut bobot 12.04% sedangkan kontrolnya mencapai 26,01%. Widiastuti (2006) menambahkan buah manggis yang diberi pelapisan lilin 6% pada suhu ruang memiliki susut bobot paling rendah 20.73% (pada 25 HSP) dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pelilinan juga dapat mempertahankan susut bobot pada buah lainnya seperti pada penelitian Mariany (2001) buah lengkeng varietas Batu yang dilapisi dengan lilin 6% dapat mempertahankan susut bobot tetap rendah 22,4% pada 14 HSP.
Penyusutan Diameter Buah Diameter buah merupakan salah satu komponen yang berhubungan dengan kualitas buah secara visual. Selama penyimpanan diameter buah mengalami penurunan, hal ini disebabkan terjadi proses pelepasan air ke lingkungan. Menurut Kader et al. (1992) kehilangan air tidak saja berpengaruh langsung terhadap kehilangan kuantitatif (bobot), tetapi juga menyebabkan kerusakan tekstur, kandungan gizi, dan kerusakan dalam penampilannya seperti pengkerutan. Berdasarkan analisis statistik (Tabel Lampiran 2) diketahui bahwa kombinasi perlakuan pelapisan dan BAP tidak berpengaruh nyata menghambat penyusutan diameter buah pada semua waktu pengamatan. Perlakuan pelapisan pada buah tidak berpengaruh nyata menghambat penyusutan diameter buah pada semua waktu pengamatan. Sedangkan perlakuan BAP pada buah berpengaruh nyata menghambat penyusutan diameter pada 21, 24, 27, dan 30 HSP (Tabel 6). Namun pada akhir pengamatan (33 HSP) pengaruh perlakuan BAP menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Hal ini diduga BAP sebagai ZPT anti penuaan mampu menunda penuaan dengan mempertahankan ketegaran sel buah dan menunda terjadinya pelarutan protein pada 21, 24, 27, dan 30 HSP sehingga pengeriputan kulit dapat dihambat. Salunke et al. (1989) menyatakan bahwa pemberian BAP dengan konsentrasi 5, 10, dan 20 ppm dapat memperpanjang umur simpan kubis bunga, selada, lobak, kubis, tunas brokoli, seledri, bawang daun dan asparagus. Hal ini disebabkan BAP dapat menghambat proses respirasi, pengeluaran CO2, dan penyerapan O2 pada suhu tertentu.
Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Penyusutan Diameter (%) Buah Manggis Perlakuan
Penyusutan Diameter pada Waktu Pengamatan (HSP) 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 …………………………………………………………..%.......................................................................................
Pelapisan Kontrol 0.89 1.91 2.87 3.38 3.96 3.96 4.67 5.30 5.72 6.31 Lilin 6% 0.70 1.40 2.23 2.98 3.44 3.58 4.01 4.56 4.84 5.35 Kitosan 2% 0.87 1.73 2.50 3.28 4.09 4.08 4.51 5.25 5.66 6.53 Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn Sitokinin (BAP) 0 ppm 0.90 1.79 2.58 3.23 3.60 3.69 4.06b 4.77b 5.00b 5.67b 5 ppm 0.56 1.23 1.97 2.61 3.07 3.14 3.73b 4.21b 4.48b 5.10b 10 ppm 0.85 1.91 2.68 3.59 4.06 4.03 4.30b 5.06b 5.41b 5.65b 15 ppm 0.84 1.62 2.51 2.96 3.65 3.77 4.23b 4.78b 5.32b 6.37ab 20 ppm 0.98 1.88 2.92 3.66 4.76 4.74 5.65a 6.36a 6.80a 7.53a Uji F tn tn tn tn tn tn * * * * Pelapisan x BAP Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn Keterangan = Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama nyata pada uji DMRT taraf 5% tn : Tidak berbeda nyata * : Berbeda nyata
6.93 6.23 7.60 tn 6.28 5.99 6.49 7.61 8.24 tn tn
Warna Kulit Buah Pada saat dipanen buah berumur kurang lebih 103 hari setelah anthesis (HSA) (Tabel 3. Indeks Kematangan 1 dan 2). Warna diusahakan seragam agar dapat terlihat pengaruh perlakuan yang diberikan selama penyimpanan. Perubahan warna seringkali dijadikan sebagai kriteria utama oleh konsumen untuk menentukan kematangan buah. Manggis termasuk ke dalam buah klimakterik. Menurut Santoso dan Purwoko (1995) buah klimakterik memperlihatkan perubahan warna yang cepat selama pemasakan. Semakin bertambahnya umur simpan, maka warna kulit buah akan semakin berwarna ungu gelap. Selama penyimpanan buah manggis mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna merah cerah dengan sedikit semburat hijau (5R 5/11.5), kemudian berubah menjadi merah keunguan (5R 4/10), ungu kemerahan (5R 3/10), ungu tua (5R 3/8), ungu kehitaman (6R 3/8), dan akhir pengamatan buah berwarna ungu gelap (6R 2.3/6) (Tabel 7 dan Gambar 5). Tabel 7 menunjukkan bahwa pengaruh kombinasi perlakuan lilin 6% dan BAP 20 ppm mampu mempertahankan warna merah keunguan sampai 24 HSP, mempertahankan warna ungu tua sampai 33 HSP. Sedangkan kontrol mampu mempertahankan warna merah keunguan hanya sampai 3 HSP, mempertahankan warna ungu tua sampai 15 HSP, dan buah berwarna ungu gelap pada 18 HSP. Buah yang masih muda biasanya berwarna hijau karena adanya pigmen klorofil. Pada tahap pemasakan pigmen klorofil terdegradasi sehingga warna hijau akan pudar. Hilangnya klorofil berkaitan dengan pembentukan atau munculnya pigmen lain. Pada manggis pigmen yang muncul adalah anthosianin yang memberikan warna merah-ungu. Menurut Winarno dan Wirakartakusumah (1981) warna yang disebabkan oleh anthosianin dipengaruhi oleh faktor konsentrasinya, pH dari media dan adanya pigmen lain. Konsentrasi anthosianin yang rendah menyebabkan warna menjadi ungu.
Merah semburat hijau (merah awal) (5R 5/11.5)
Ungu gelap (ungu kehitaman akhir) (6R 2.3/6)
Merah keunguan (merah akhir) (5R 4/10)
Ungu kehitaman (ungu kehitaman awal) (6R 3/8)
Ungu kemerahan (ungu awal) (5R 3/10)
Ungu tua (ungu akhir) (5R 3/8)
Gambar 5. Perubahan Warna Kulit Buah Manggis
Tabel 7. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Warna Kulit Buah Manggis Warna Buah Merah Ungu Ungu Kehitaman Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir 5R 5R 5R 5R 6R 6R 5/11.5 4/10 3/10 3/8 3/8 2.3/6 ………………………….Hari…………………………
Perlakuan
Pelapisan
Kontrol
Lilin 6%
Kitosan 2%
BAP 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 <3 * 3 3 9 3 3 3 6 24 3 6 15 3 3
6 3 6 6 12 6 6 6 9 27 6 9 18 6 6
15 12 18 21 33 15 9 9 21 33 15 18 33 33 21
18 15 21 24 ~ 18 12 12 24 ~ 18 21 ~ ~ 24
33 33 33 33 ~ 33 33 33 33 ~ 33 33 ~ ~ 33
Keterangan = R : Merah keunguan sampai ungu gelap ~ : Pada akhir pengamatan (33 HSP ) buah masih berwarna ungu, setelah 33 buah tidak diamati lagi sehingga tidak diketahui saat umur berapa buah mengalami warna ungu kehitaman * <3 : Pada 0 warna buah merah keunguan, pada pengamatan selanjutnya (3 HSP ) warna buah sudah menjadi ungu. Sehingga perubahan warna buah diduga terjadi diantara 0 HSP dan 3 HSP.
Warna Cupat Buah Kesegaran warna cupat buah sangat berpengaruh terhadap penilaian mutu buah manggis selama penyimpanan. Buah manggis yang segar memiliki warna cupat hijau segar kemudian akan berubah menjadi coklat setelah tidak segar. Pada awal pengamatan, cupat buah manggis berwarna hijau muda segar (2.5GY 9/6), kemudian berubah menjadi hijau tua (10Y 8.5/9), hijau sedikit kecoklatan (10Y 8.5/12), hijau kecoklatan (7.5Y 7.5/11), coklat kehijauan
(7.5Y 8.5/9), dan akhirnya cupat buah berwarna coklat (7.5Y 7.5/13) (Tabel 8 dan Gambar 6).
Hijau muda (hijau awal) (2.5GY 9/6)
Coklat keseluruhan (coklat akhir) (7.5Y 7.5/13)
Hijau tua (hijau akhir) (10Y 8.5/9)
Coklat kehijauan (coklat awal) (7.5Y 8.5/9)
Hijau sedikit coklat (hijau kecoklatan awal) (10Y 8.5/12)
Hijau kecoklatan (hijau kecoklatan akhir) (7.5Y 7.5/11)
Gambar 6. Perubahan Warna Cupat Buah Manggis Tabel 8 menunjukkan bahwa pengaruh kombinasi perlakuan lilin 6% dan BAP 20 ppm mampu mempertahankan warna hijau tua sampai 21 HSP, mempertahankan warna hijau kecoklatan sampai 24 HSP, dan cupat berwarna coklat pada 27 HSP. Sedangkan kontrol mampu mempertahankan warna hijau tua hanya sampai 12 HSP, mempertahankan warna hijau kecoklatan sampai 24 HSP, dan cupat berwarna coklat pada 27 HSP. Kombinasi perlakuan kitosan 2% dan BAP 10 dan 15 ppm mampu mempertahankan warna hijau tua sampai 18 HSP lebih cepat 3 hari dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lilin 6% dan BAP 20 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sitokinin yang
digunakan maka degradasi butir-butir klorofil semakin dapat dihambat. Selain itu, dapat dilihat bahwa pelapis kitosan 2% yang digunakan lebih efektif dibandingkan dengan lilin 6% dalam menghambat degradasi klorofil. Tabel 8. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Warna Cupat Buah Manggis
Perlakuan
Warna Cupat Hijau Hijau Kecoklatan Coklat Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir 2.5GY 10Y 10Y 7.5Y 7.5Y 7.5Y 9/6 8.5/9 8.5/12 7.5/11 8.5/9 7.5/13 ………………………..Hari…..……………………….
Pelapisan
BAP 0 0 12 15 24 27 33 5 0 12 15 24 27 33 Kontrol 10 0 15 18 27 30 33 15 0 15 18 24 27 33 20 0 18 21 24 27 33 0 0 12 15 18 21 33 5 0 15 18 24 27 33 Lilin 6% 10 0 15 18 21 24 33 15 0 15 18 24 27 33 20 0 21 >21 * 24 27 33 0 0 12 15 18 21 33 5 0 15 18 24 27 33 Kitosan 2% 10 0 18 21 24 27 33 15 0 18 21 24 27 33 20 0 15 18 21 24 33 Keterangan = GY : Hijau muda sampai hijau tua 10Y : Hijau tua 7,5 Y : Hijau tua kecoklatan sampai coklat >21 * : Pada 21 HSP warna cupat masih hijau, pada pengamatan selanjutnya (24 HSP ) warna cupat sudah menjadi hijau kecoklatan. Sehingga perubahan warna cupat diduga terjadi diantara 21 HSP dan 24 HSP
Perubahan warna disebabkan oleh hilangnya warna hijau (klorofil). Hal ini disebabkan klorofil mengalami degradasi struktur. Selama penyimpanan enzim chlorophyllase yang ada dalam buah melakukan kegiatan yang menyebabkan penguraian klorofil (Mattoo et al., 1989). Menurut Santoso dan
Purwoko (1995) yang bertanggung jawab terhadap degradasi klorofil adalah perubahan pH, sistem oksidatif dan enzim chlorophyllase. Salunke et al. (1989) menerangkan bahwa setelah dipanen buah mengalami degradasi umum yang mengakibatkan terganggunya sintesis protein. Dengan pemberian BAP, sintesis protein tetap dapat dipertahankan, dan buah yang diberi BAP akan tetap segar dalam waktu lebih lama. Kaufman dan Ringel dalam Salunke et al. (1989) melaporkan bahwa pengaruh hambatan BA terhadap penguningan bongkol kubis lebih nyata bila dikombinasikan dengan 2,4-D yaitu menghasilkan retensi daun hijau sebesar 74%. Menurut Suyanti et al. (1999) buah manggis yang dipanen pada 104 HSA kesegaran cupatnya dapat bertahan hanya sampai 6 hari penyimpanan. Widiastuti (2006) menambahkan bahwa manggis yang dipanen pada 103 HSA dan diberi perlakuan lilin 3% dapat mempertahankan kesegaran cupat hanya sampai 8 hari penyimpanan.
Kekerasan Kulit Buah Kekerasan kulit buah merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu buah dan menandakan penurunan mutu buah. Semakin keras buah, maka semakin rendah mutu buah tersebut dan menjadi tidak disukai. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai kekerasan buah manggis semakin meningkat selama penyimpanan. Menurut Qanytah (2004) kekerasan kulit manggis merupakan salah satu masalah dalam mempertahankan mutu buah manggis yang disimpan dalam jangka waktu lama. Berdasarkan sidik ragam (Tabel Lampiran 3) diketahui bahwa kombinasi perlakuan pelapisan dan BAP tidak berpengaruh nyata menghambat kekerasan kulit buah pada semua waktu pengamatan. Perlakuan pelapisan pada buah menunjukkan pengaruh yang nyata menghambat kekerasan kulit buah hanya pada 14 HSP. Sedangkan perlakuan BAP pada buah tidak menunjukkan pengaruh nyata menghambat
kekerasan
kulit
buah
pada
semua
waktu
pengamatan.
Nilai kekerasan kulit buah bervariasi karena buah yang digunakan untuk setiap pengamatan berbeda (destruktif) (Tabel 9).
Tabel 9. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kekerasan Kulit (Kg/detik) Buah Manggis Perlakuan
Kekerasan Kulit pada Waktu Pengamatan (HSP) 7 14 21 28 35 ……………………......Kg/detik...................................
Pelapisan Kontrol 0.83 0.82b 0.88 0.96 0.93 Lilin 6% 0.83 0.86a 0.90 0.94 0.92 Kitosan 2% 0.86 0.86a 0.91 0.94 0.96 Uji F tn * tn tn tn Sitokinin (BAP) 0 ppm 0.84 0.84 0.91 0.96 0.94 5 ppm 0.84 0.84 0.86 0.95 0.97 10 ppm 0.84 0.88 0.88 0.95 0.94 15 ppm 0.84 0.84 0.88 0.91 0.91 20 ppm 0.84 0.84 0.94 0.96 0.93 Uji F tn tn tn tn tn Pelapisan x BAP Uji F tn tn tn tn tn Keterangan = Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama nyata pada uji DMRT taraf 5% tn : Tidak berbeda nyata * : Berbeda nyata Kombinasi perlakuan pelapisan dan BAP tidak berpengaruh nyata menghambat kekerasan kulit pangkal buah pada semua waktu pengamatan (Tabel Lampiran 4). Perlakuan pelapisan pada buah tidak menunjukkan pengaruh yang nyata menghambat kekerasan kulit pangkal buah pada semua waktu pengamatan. Perlakuan BAP pada buah juga tidak menunjukkan pengaruh nyata menghambat kekerasan kulit pangkal buah pada semua waktu pengamatan (Tabel Lampiran 5). Analisis statistik (Tabel Lampiran 6) menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pelapisan dan BAP tidak berpengaruh nyata menghambat kekerasan kulit tengah buah pada semua waktu pengamatan. Pelapisan pada buah tidak memberikan pengaruh yang nyata menghambat kekerasan kulit tengah buah pada semua waktu pengamatan. Demikian pula dengan perlakuan BAP pada buah tidak memberikan pengaruh yang nyata menghambat kekerasan kulit tengah buah pada semua waktu pengamatan (Tabel Lampiran 7). Kombinasi perlakuan pelapisan dan BAP tidak berpengaruh nyata menghambat kekerasan kulit ujung buah pada semua waktu pengamatan
(Tabel Lampiran 8). Perlakuan pelapisan pada buah menunjukkan pengaruh yang nyata menghambat kekerasan kulit ujung buah hanya pada 14 HSP. Perlakuan BAP pada buah tidak menunjukkan pengaruh nyata menghambat kekerasan kulit ujung buah pada semua waktu pengamatan (Tabel Lampiran 9). Peningkatan nilai kekerasan kulit disebabkan oleh penguapan air. Qanytah (2004) menjelaskan bahwa pengerasan kulit manggis disebabkan oleh air sel yang menguap menjadikan sel mengkerut sehingga ruang antar sel menyatu dan zat pektin menjadi saling berikatan. Azhar (2007) menambahkan bahwa pengerasan kulit buah manggis selama penyimpanan disebabkan oleh dehidrasi yang tinggi di permukaan kulit atau terjadi kerusakan jaringan kulit buah, sehingga terjadi desikasi. Keempukkan kulit buah manggis dipengaruhi oleh besar rongga jaringan kulit buah.
Kemampuan Buah Manggis Dibuka Secara Manual (Skor) Kemampuan buah dibuka dilakukan untuk mengetahui kekerasan kulit buah secara keseluruhan. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan skor yang sudah ditetapkan sebelumnya. Skor yang digunakan berdasarkan kekuatan peneliti dalam membuka buah manggis. Semakin tinggi nilai skor maka semakin sulit buah tersebut untuk dibuka. Kombinasi perlakuan pelapisan dan BAP tidak berpengaruh nyata terhadap
kemampuan
buah
dibuka
pada
semua
waktu
pengamatan
(Tabel Lampiran 10). Terjadi peningkatan nilai skor kemampuan buah dibuka selama penyimpanan. Gambar 7 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai skor sebesar 40% pada buah yang dilapisi lilin 6% (35 HSP). Buah yang diberi BAP 15 ppm memiliki peningkatan nilai skor sekitar 37% pada 35 HSP (Gambar 8). Nilai skor kemampuan buah dibuka bervariasi karena buah yang digunakan untuk setiap pengamatan berbeda. Selain itu, pada akhir pengamatan ada beberapa buah yang sudah tidak dapat dibuka sehingga mempengaruhi hasil analisis. Menurut Sjaifullah et al. (1998), terjadinya pengerasan kulit buah manggis disebabkan oleh tingginya laju kehilangan air, sehingga kulit buah menjadi kering dan keras sehingga sulit untuk dibuka.
Skor Kemampuan Buah Dibuka
6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 7
14
21
28
35
HSP
Kontrol
Lilin lebah 6%
Kitosan 2%
Gambar 7. Pengaruh Pelapisan Terhadap Skor Kemampuan Buah Dibuka Secara Manual Keterangan : 1= sangat mudah, 2= agak mudah, 3= mudah, 4= agak sulit, 5= sulit, 6= sangat sulit.
Skor Kemampuan Buah Dibuka
6,00 5,00 4,00 0 ppm
3,00
5 ppm 10 ppm 15 ppm
2,00
20 ppm
1,00 0,00 7
14
21 HSP
28
35
Gambar 8. Pengaruh Sitokinin (BAP) Terhadap Skor Kemampuan Buah Dibuka Secara Manual Keterangan : 1= sangat mudah, 2= agak mudah, 3= mudah, 4= agak sulit, 5= sulit, 6= sangat sulit.
Padatan Terlarut Total (PTT) Buah yang masak akan mengalami perubahan rasa. Berubahnya rasa masam menjadi manis menunjukkan adanya pemasakan buah. Gula merupakan komponen utama bahan padat yang terlarut. Baik gula yang bebas maupun yang terikat pada zat lain merupakan komponen penting untuk mendapatkan rasa. Menurut Mattoo et al. (1989) rasa manis disebabkan adanya peningkatan jumlah gula-gula sederhana dan berkurangnya senyawa fenolik. Semakin tinggi kandungan padatan terlarut total maka buah tersebut semakin manis. Anilisis statistik (Tabel Lampiran 11) menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pelapisan dan BAP tidak berpengaruh nyata mempertahankan padatan terlarut total buah pada semua waktu pengamatan. Perlakuan pelapisan pada buah tidak berpengaruh nyata mempertahankan padatan terlarut total buah pada semua waktu pengamatan. Sedangkan perlakuan BAP pada buah menunjukkan pengaruh nyata mempertahankan padatan terlarut total buah hanya pada 28 HSP.
Nilai padatan terlarut total bervariasi karena buah yang digunakan untuk setiap pengamatan berbeda (destruktif) (Tabel 10). Tabel 10. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Padatan Terlarut Total (oBrix) Buah Manggis Perlakuan
Padatan Terlarut Total pada Waktu Pengamatan (HSP) 7 14 21 28 35 o ………………………… Brix…………………………..
Pelapisan Kontrol 17.84 17.58 16.21 16.28 16.13 Lilin 6% 17.03 18.21 16.86 16.21 14.90 Kitosan 2% 17.33 17.35 17.30 16.72 16.20 tn tn tn tn tn Uji F Sitokinin (BAP) 0 ppm 17.23 17.83 16.55 16.03ab 17.16 5 ppm 17.42 17.72 17.72 17.04a 15.06 15.21 10 ppm 17.57 17.46 17.44 16.53ab 15 ppm 17.62 17.97 16.70 16.90a 15.66 20 ppm 17.14 17.58 15.51 15.51b 15.59 tn tn tn * tn Uji F Pelapisan x BAP tn tn tn tn tn Uji F Keterangan = Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama nyata pada uji DMRT taraf 5% tn : Tidak berbeda nyata * : Berbeda nyata Secara umum padatan terlarut total buah manggis mengalami penurunan selama penyimpanan. Semakin lama penyimpanan, komponen gula yang terurai akan semakin banyak sehingga padatan terlarut total akan semakin menurun. Menurut Winarno dan Wirakartakusumah (1981) peningkatan gula disebabkan karena terjadinya akumulasi gula sebagai hasil dari degradasi pati, sedangkan penurunan gula disebabkan karena sebagian gula digunakan untuk proses respirasi. Juanasri (2004) menambahkan bahwa penghambatan peningkatan padatan terlarut total disebabkan oleh terhambatnya proses perombakan pati di dalam buah, hal ini berhubungan dengan rendahnya laju respirasi pada buah tersebut. Terhambatnya respirasi diduga menyebabkan hanya sedikit pati yang dirubah menjadi gula dan berpengaruh pada rendahnya padatan terlarut total buah.
Total Asam Tertitrasi (TAT) Asam merupakan komponen utama penyusun sel yang mengalami perubahan selama pematangan buah. Terjadi penurunan keasaman yang cukup banyak pada pemasakan (Mattoo et al., 1989). Menurut Wills et al. (1981) asam organik yang terdapat pada buah merupakan sumber energi bagi buah, sehingga semakin tinggi kandungan asamnya maka semakin tinggi pula ketahanan simpan buah tersebut. Santoso dan Purwoko (1995) menambahkan bahwa umumnya kandungan asam organik mengalami penurunan selama pemasakan karena asam direspirasikan atau dirubah menjadi gula. Berdasarkan sidik ragam (Tabel Lampiran 12) diketahui bahwa kombinasi perlakuan pelapisan dan BAP berpengaruh nyata mempertahankan kandungan asam tertitrasi dalam buah hanya pada 7 HSP. Hal ini diduga pada 7 HSP manggis sedang mengalami perubahan warna yang cepat dan belum cukup masak. Selain itu, pada akhir pengamatan ada beberapa buah yang sudah tidak dapat diamati lagi, sehingga mempengaruhi hasil analisis. Nilai total asam tertitrasi bervariasi karena buah yang digunakan untuk setiap pengamatan berbeda (destruktif) (Tabel 11). Perubahan keasaman buah selama penyimpanan dapat berbeda-beda sesuai dengan tingkat kematangan buah dan tingginya suhu penyimpanan. Buah-buah hijau yang sudah tua dan sedang berubah warnanya keasamannya meningkat, dan kenaikan itu terjadi bersamaan dengan pola klimakteriknya (Qanytah, 2004). Suyanti et al. (1999) mengemukakan bahwa pola perubahan kandungan asam pada manggis sama dengan perubahan kandungan asam pada pisang tanduk, pisang raja sere, pisang barangan, mangga gedong, dan nenas Subang. Semakin
tua
buah
manggis,
semakin
tinggi
kandungan
asamnya.
Menurut Wills et al. (1981) semakin masaknya buah maka akan terjadi kenaikan asam dalam buah. Keasaman tertitrasi akan meningkat sampai maksimum dan setelah tercapai puncak perkembangan akan terjadi sedikit penurunan asam. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Juanasri (2004) keasaman daging buah manggis semakin menurun seiring lamanya penyimpanan.
Tabel 11. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Total Asam Terlarut (%) Buah Manggis
Perlakuan
Total Asam Terlarut pada Waktu Pengamatan (HSP) 7 14 21 28 35 …………………………..%.........................................
Pelapisan Kontrol 0.49 0.49 Lilin 6% 0.50 0.52 Kitosan 2% 0.50 0.48 Uji F tn tn Sitokinin (BAP) 0 ppm 0.47 0.44 5 ppm 0.51 0.50 10 ppm 0.50 0.54 15 ppm 0.50 0.50 20 ppm 0.50 0.49 Uji F tn tn Pelapisan x BAP Uji F * tn Keterangan = tn : Tidak berbeda nyata * : Berbeda nyata pada taraf 5%
0.49 0.53 0.45 tn
0.43 0.41 0.45 tn
0.44 0.45 0.42 tn
0.51 0.49 0.48 0.50 0.47 tn
0.43 0.42 0.43 0.42 0.44 tn
0.48 0.46 0.39 0.44 0.42 tn
tn
tn
tn
Korelasi Antar Peubah Korelasi merupakan koefisien yang menggambarkan tingkat keeratan hubungan linier antara dua peubah atau lebih (Mattjik dan Sumertajaya, 2002). Susut bobot umumnya digunakan sebagai indikasi terjadinya penurunan mutu buah, karena susut bobot dapat menggambarkan proses respirasi dan transpirasi dalam buah yang dapat menurunkan mutu buah selama penyimpanan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini susut bobot dijadikan acuan untuk mengetahui apakah antar peubah pengamatan mempunyai hubungan yang searah atau bahkan sebaliknya. Nilai r menunjukkan bagian keragaman dalam satu peubah yang dapat diperhitungkan sebagai fungsi linear peubah lainnya. Tanda negatif atau positif pada nilai r menunjukkan arah perubahan pada satu peubah terhadap perubahan yang lainnya. Nilai r negatif apabila perubahan positif pada suatu peubah berhubungan dengan perubahan negatif pada peubah lainnya. Nilai r positif apabila kedua peubah berubah kearah yang sama (Gomez dan Gomez, 1995).
Berdasarkan analisis statistik (Tabel Lampiran 13) tidak terdapat korelasi antar peubah pengamatan pada 7 HSP. Tabel 12. Korelasi Antar Peubah pada 14 HSP Kekerasan Tengah Skor PTT TAT DM 15 Skor -0.092tn PTT -0.066tn 0.602* TAT 0.093tn 0.347tn 0.268tn DM 15 0.131tn 0.009tn 0.006tn -0.072tn SB 15 -0.292tn -0.417tn -0.068tn 0.082tn 0.697** Keterangan = DM 15 : Penyusutan Diameter 15 HSP; SB 15 : Susut Bobot 15 HSP; Skor : Kemampuan Buah Dibuka; tn : Tidak berbeda nyata; * : Berbeda nyata; ** : Berbeda Sangat Nyata pada taraf 5% Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat kolerasi antara susut bobot dengan penyusutan diameter. Nilai r antara susut bobot dengan penyusutan diameter pada 15 HSP sebesar 0.697 [(100)(0.697)2 = 49%]. Artinya terdapat 49% keeratan hubungan atau keragaman dalam peubah susut bobot yang dapat diterangkan oleh peubah penyusutan diameter. Korelasi yang terjadi antara susut bobot dan penyusutan diameter adalah positif, hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat persentase susut bobot maka penyusutan diameter juga semakin meningkat. Tabel 13. Korelasi Antar Peubah pada 21 HSP Kekerasan Tengah Skor PTT TAT DM Skor 0.383tn PTT 0.256tn -0.167tn TAT 0.176tn -0.059tn 0.348tn DM 0.131tn -0.062tn -0.057tn -0.354tn SB 0.249tn -0.385tn -0.229tn -0.422tn 0.693** Keterangan = DM : Penyusutan Diameter; SB : Susut Bobot; Skor : Kemampuan Buah Dibuka; tn : Tidak berbeda nyata; * : Berbeda nyata; ** : Berbeda Sangat Nyata pada taraf 5%
Tabel 13 menunjukkan bahwa terdapat kolerasi antara susut bobot dengan penyusutan diameter. Nilai r antara susut bobot dengan penyusutan diameter pada 21 HSP sebesar 0.693 [(100)(0.693)2 = 48%]. Artinya 48% keeratan hubungan atau keragaman dalam peubah susut bobot yang dapat diterangkan oleh peubah penyusutan diameter. Korelasi yang terjadi antara susut bobot dan penyusutan diameter adalah positif, hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat persentase susut bobot maka penyusutan diameter juga semakin meningkat. Tabel 14. Korelasi Antar Peubah pada 28 HSP Kekerasan Tengah Skor PTT TAT DM 27 Skor -0.536* PTT -0.675** 0.141tn TAT 0.263tn -0.401tn 0.102tn DM 27 -0.180tn 0.304tn 0.305tn 0.242tn SB 27 0.006tn -0.055tn -0.125tn 0.427tn 0.709** Keterangan = DM 27 : Penyusutan Diameter 27 HSP; SB 27 : Susut Bobot 27 HSP; Skor : Kemampuan Buah Dibuka; tn : Tidak berbeda nyata; * : Berbeda nyata; ** : Berbeda Sangat Nyata pada taraf 5% Korelasi yang terjadi antara susut bobot dan penyusutan diameter pada 27 HSP adalah positif. Nilai r antara susut bobot dengan penyusutan diameter pada 27 HSP sebesar 0.709 [(100)(0.709)2 = 50%]. Artinya terdapat 50% keeratan hubungan atau keragaman dalam peubah susut bobot yang dapat diterangkan oleh peubah penyusutan diameter. Korelasi yang terjadi antara kekerasan kulit tengah buah dan skor kemampuan buah dibuka adalah negatif. Nilai r antara kekerasan buah dengan skor kemampuan buah dibuka sebesar -0.593 [(100)(-0.593)2 = 35%]. Artinya 35% keeratan hubungan atau keragaman dalam peubah kekerasan kulit tengah buah yang dapat diterangkan oleh peubah skor kemampuan buah dibuka (Tabel 14). Pada 28 HSP terdapat juga korelasi antara kekerasan kulit tengah buah dan padatan terlarut total dengan nilai r sebesar -0.675 [(100)(-0.675)2 = 46%]. Artinya sebesar 46% keeratan hubungan atau keragaman dalam peubah kekerasan kulit tengah buah yang dapat diterangkan oleh peubah padatan terlarut total.
Korelasi yang terjadi antara kekerasan kulit tengah buah dan padatan terlarut total adalah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin keras kulit tengah buah maka semakin rendah padatan terlarut totalnya. Semakin lama penyimpanan kulit manggis akan mengalami peningkatan kekerasan kulit yang disebabkan oleh penguapan air. Sedangkan kandungan gula buah manggis akan semakin menurun selama penyimpanan. Menurut Anggraeni (2008) hal ini diduga manggis memiliki kandungan pati yang lebih sedikit karena berasal dari aril (daging buah). Kemudian kandungan pati tersebut akan dirubah menjadi gula yang akan digunakan dalam proses respirasi. Tabel 15. Korelasi Antar Peubah pada 35 HSP Kekerasan Tengah Skor PTT TAT DM 33 Skor 0.258tn PTT 0.197tn -0.138tn TAT -0.384tn 0.162tn 0.417tn DM 33 -0.002tn 0.359tn 0.360tn -0.150tn SB 33 0.142tn 0.139tn 0.210tn -0.419tn 0.573* Keterangan = DM 33 : Penyusutan Diameter 33 HSP; SB 33 : Susut Bobot 33 HSP; Skor : Kemampuan Buah Dibuka; tn : Tidak berbeda nyata; * : Berbeda nyata; ** : Berbeda Sangat Nyata pada taraf 5% Pada 33 HSP terdapat kolerasi positif antara susut bobot dengan penyusutan diameter. Nilai r antara susut bobot dengan penyusutan diameter pada 33 HSP sebesar 0.573 [(100)(0.573)2 = 33%] (Tabel 15). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 33% keeratan hubungan atau keragaman dalam peubah susut bobot yang dapat diterangkan oleh peubah penyusutan diameter.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perlakuan pelapisan lilin 6% mampu memberikan pengaruh yang lebih baik dalam menghambat peningkatan persentase susut bobot buah. 2. Kombinasi perlakuan lilin 6% dan BAP 20 ppm mampu mempertahankan warna merah keunguan kulit buah sampai 24 HSP. 3. Kombinasi perlakuan lilin 6% dan BAP 20 ppm mampu mempertahankan warna hijau cupat sampai 21 HSP, walaupun cupat sudah terlihat keriput pada 15 HSP. 4. Penyusutan diameter, kekerasan kulit buah, kemampuan buah dibuka, padatan terlarut total, dan total asam tertitrasi tidak dipengaruhi oleh perlakuan pelapisan dan BAP. 5. Perlakuan pelapisan dan BAP tidak mempengaruhi kandungan kimia buah manggis.
Saran 1. Penyimpanan buah sebaiknya dilakukan setelah buah benar-benar kering dari pelapisnya. Hal ini dilakukan agar buah tidak lembab dan dapat mencegah timbulnya kerusakan dan penyakit selama penyimpanan. 2. Perlu pengkajian lebih lanjut yang berkaitan dengan metode pelapisan, baik dengan
memperbaiki
metode
pencelupan
maupun
dengan
mencoba
menggunakan metode aplikasi lainnya sehingga memberikan hasil yang lebih efektif dan efisien terutama untuk melindungi cupat. 3. Perlunya penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan aplikasi sitokinin, baik dengan menggunakan jenis sitokinin yang berbeda maupun dengan kosentrasi yang lebih tinggi. 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kombinasi BAP 20 ppm dengan perlakuan pelapisan yang lain agar cupat tetap berwarna hijau tetapi tidak keriput.
5. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap kitosan sebagai alternatif pelapis selain lilin untuk mengantisipasi kesulitan pembuatan lilin, karena kitosan cukup efektif mempertahankan warna hijau cupat manggis.
DAFTAR PUSTAKA Akamine, E. K., H. Kutagawa, H. Subramanyam, P.G.Long. 1989. Kegiatankegiatan dalam gudang pengemasan, hal. 421-445. Dalam: Er. B. Pantastico (Ed.) Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtopika. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Alamsyah, R. 2001. Karakteristik dan penerapan J. Teknologi Industri Pertanian. 11(2):61-68.
kitin
dan
kitosan.
Anggraeni, W. 2008. Penggunaan Bahan Pelapis dan Plastik Kemasan untuk Meningkatkan Daya Simpan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 62 hal. Ashari, S. 1995. Edisi Revisi Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 476 hal. Azhar, K. S. 2007. Pengkajian Bahan Pelapis, Kemasan, dan Suhu Penyimpanan untuk Memperpanjang Masa Simpan Buah Manggis. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 97 hal. Baldwin, E. A. 2005. Edible coating, hal. 301-315. Dalam: Shimshon Ben-Yehoshua (Ed.) Environmentally Friendly Technologies for Agricultural Produce Quality. Taylor and Francis. London. Barkey, S. S. 2002. Aplikasi Edible Film Kitosan dari Kulit Udang Windu (Panaeus monodon) pada Penyimpanan Buah Tomat. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Djunaedi, A. R. 1999. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 122 hal. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun 2003-2006. http://www.deptan.go.id. [Diakses 12 Agustus 2008]. Direktorat Tanaman Buah. 2004. Manggis Primadona Ekspor Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Departemen Pertanian, Jakarta.[Diakses 5 Oktober 2007]. Fatimah, N. 1996. Pengaruh Pelapisan Lilin dan Lama Penyimpanan terhadap Sifat Fisik Sawo (Achras sapota L.) pada Suhu Ruang dan Suhu Dingin. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 106 hal.
Fitradesi, P. 1999. Pengaruh Perlakuan Bahan Pelapis dan Suhu Simpan terhadap Daya Simpan dan Kualitas Buah Pepaya (Carica papaya L.). Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 77 hal. Gan, S. 2004. The Hormonal Regulation of Senescence. hal. 561-578. Dalam: P. J. Davies (Ed). Plant Hormones Biosynthesis, Signal Transduction, Action. Kluwer Academic Publishers. London. Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 428 hal. Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Edisi kedua. Universitas Indonesia. Jakarta. 698 hal. Hasbi, D. Saputra, dan Juniar. 2005. Masa simpan buah manggis (Garcinia mangostana L.) pada berbagai tingkat kematangan, suhu dan jenis kemasan. J. Teknologi dan Industri Pangan 16(3):199-205. http://www.cyberlipid.org/wax/wax0001.htm. Waxes. [Diakses 10 Maret 2008]. http://www.htagrolink.moa.my/doa/bdc/fruits/manggis/manggis.html. [Diakses 14 November 2007]. http://www.uchitotech.com. Kitosan. [Diakses 10 Maret 2008]. Juanasri. 2004. Pengaruh Umur Petik, Pemberian Giberelin dan Spermidin terhadap Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 55 hal. Kader, A. A. 1992. Postharvest Biology and Technology of Horticultural Crops.University of California, Davies. Lesmana, S. N. 1996. Memperpanjang Masa Simpan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Hasil Teknologi Olah Minimal (Minimal Processing) dan Mempelajari Mutunya Selama Penyimpanan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 78 hal Lolit Jeruk. 2004. http://www.citrus-indonesia.com. [Diakses 25 November 2007] Mariany. 2001. Pengaruh Kemasan Plastik dan Pelilinan terhadap Kualitas dan Masa Simpan Buah Lengkeng (Euphoria longan L.) Varietas Batu. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 50 hal. Mattjik, A. A dan I. M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Edisi kedua. FMIPA IPB. Bogor. 282 hal.
Mattoo, A. K., T. Murata, Er. B. Pantastico, K. Chachin, dan C. T. Phan. 1989. Perubahan-perubahan kimiawi selama pematangan dan penuaan, hal. 160-197. Dalam: Er. B. Pantastico (Ed.) Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtopika. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Musaddad, D. 2002. Mempelajari Efektifitas Pelapis Edibel Kitosan pada Buah Tomat Segar Selama Penyimpanan di Suhu Kamar dan Suhu Dingin. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 61 hal. Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CAB Internasional. New York. 400 p. Nisperos-Carriedo, M. D. 1995. Edible coating and film based on polysaccarides. p 305-329. In : J. M. Krochta., E. A. Baldwin and O. N. C. Myrha (Eds.). Edible Coating and Film to Improve Food Quality. Tecnomic Publishing. Nugroho, W. 2002. Pengaruh Pelilinan terhadap Kualitas dan Daya Simpan Buah Durian (Durio zibhentinus Murr.) Varietas Rancamaya pada Suhu Kamar. Skripsi. Fakultas Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 88 hal. Nurrachman. 2004. Pengaruh Pelapisan Kitosan terhadap Fisiologi Pasca Panen Buah Apel (Malus sylvestris L.). Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 57 hal. Pantastico, Er. B., T. K. Chattopadhyay dan H. Subramanyam. 1989. Penyimpanan dan operasi penyimpanan secara komersial. hal. 495-536. Dalam: Er. B. Pantastico (Ed.) Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtopika. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Phan, C. T., Er. B. Pantastico dan K. Ogata. 1989. Respirasi dan puncak respirasi. hal. 136-159. Dalam: Er. B. Pantastico (Ed.) Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtopika. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Plotto, A and B. Baker. 2005. Review of Waxed Based and Other Coatings for Fruits and Vegetables. IFOAM Technical Paper. Poerwanto, R. 2004. Standar Prosedur Operasional (SPO) Manggis Kabupaten Purworejo. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Departemen Pertanian, Jakarta. 100 hal. Priyono, A.F. 2005. Pemberian KmnO4 dan Pelapisan Lilin untuk Memperpanjang Daya Simpan Pepaya pada Suhu Dingin. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51 hal.
Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika. 2005. Laporan Akhir Riset Unggulan Strategis Nasional Pengembangan Buah-Buahan Unggulan Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika. 2007. Laporan Akhir Riset Unggulan Strategis Nasional Pengembangan Buah-Buahan Unggulan Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika. 2007. Daftar Komposisi Zat Gizi Buah-Buahan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Qanytah. 2004. Kajian Perubahan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Perlakuan Precooling dan Penggunaan Giberelin Selama Penyimpanan. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 94 hal. Rismayadi, Y. 2003. Teknologi Stabilisasi Dimensi Kayu Dengan Senyawa Kitosan dari Limbah Cangkang Udang. Pusat Studi Ilmu Hayat – LP, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Riza, I. D. 2004. Kajian Pelilinan dalam Penyimpanan Buah Manggis Segar (Garcinia mangostana L.). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 67 hal. Ruspita, A. 2007. Pengaruh Pelapisan Khitosan dan Pelilinan terhadap Kualitas dan Daya Simpan Buah Nanas (Ananas comosus L Merr.) pada Suhu Kamar dan Suhu 15oC. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 56 hal. Salunke, D. K., D. Y. Do, Er. B. Pantastico, dan K. Chachin. 1989. Modifikasi kimiawi. hal. 227-270. Dalam: Er. B. Pantastico (Ed.) Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtopika. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta Santoso, B. B dan B. S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura. Indonesia Australia Eastern Universities Project. 187 hal . Santoso, U., N. Tabahana, H. Krissetiana. H., dan Suhardi. 2002. Penggunaan response surface methodology untuk optimasi proses dekafeinasi menggunakan kitosan dari kulit udang. J. Teknologi dan Industri Pangan 8(1):54-63. Siahaan, O. S. B. 1998. Pengaruh Pelapisan Lilin terhadap Daya Simpan Buah Jeruk Besar (Citrus grandis L. Osbeck) cv. Nambangan pada Dua Kondisi Suhu yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 56 hal.
Sjaifullah, Setyadjit, Donny ABS, dan U. Rusdiyanto. 1998. Penyimpanan buah manggis segar dalam atmosfer termodifikasi pada berbagai suhu dingin. J. Hort. VIII(3): 1191-1200. Suyanti, Roosmani ABST dan Sjaifullah. 1997. Karakterisasi sifat fisik dan kimia buah manggis dari beberapa cara panen. J. Hort 6(5):493-507. Suyanti, Roosmani ABST dan D. Sastra.1999. Karakteristik mutu buah manggis segar. J. Hort 8(4):1284-1292. Verheij, E. W. M. 1997. Garcinia mangostana L. hal. 220-225. Dalam: E. W. M. Verheij dan R.E. Coronel (Eds.). Buah-buahan yang dapat dimakan. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara (PROSEA). Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor. Bogor. 145 hal. Weaver, R. J. 1972. Plant Growth Substances In Agriculture. W. H. Freeman And Company. San Francisco. 594 p. Widiastuti, R. 2006. Studi Memperpanjang Daya Simpan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Pelilinan. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 46 hal. Wills, R. H. H, T. H. Lee, D. Graham, W. B. McGlason, and E. G. Hall. 1981. Post Harvest an Introduction to the Physiology and Handling of Fruits and Vegetables. New South Wales University Press. 163 p. Winarno, F. G. 1981. Madu, Teknologi, Khasiat, dan Analisa. Pusat Penelitian Pengembangan Teknologi Pangan IPB. Bogor. 94 hal. Winarno, F. G. dan A. Wirakartakusumah. 1981. Fisiologi Lepas Panen. P.T. Sastra Hudaya. Jakarta. 187 hal.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Susut Bobot (%) Buah Manggis Pengamatan
Sumber
db
JK
KT
3 HSP
P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total
2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44
0.4761 10.0681 12.5559 6.1723 52.3950 81.6673 3.8849 18.9019 16.7101 13.7132 80.9806 134.1906 10.1211 26.7796 19.5754 21.9171 108.9954 187.3893 22.9286 36.5414 23.0765 35.8195 143.3242 261.6901 41.1339 46.0636 27.1873 51.9485 181.8289 348.1620 62.0331 55.7968 31.1276 71.5392 223.9614 444.4579
0.2381 2.5170 1.5695 3.0861 1.8713
6 HSP
9 HSP
12 HSP
15 HSP
18 HSP
F hitung 0.13 1.35 0.84 1.65
Pr > F
KK
0.8810tn 0.2780tn 0.5770tn 0.2103tn 64.4281
1.9424 4.7255 2.0888 6.8566 2.8922
tn
0.67 1.63 0.72 2.37
0.5189 0.1935tn 0.6706tn 0.1119tn
1.30 1.72 0.63 2.82
tn
0.2884 0.1736tn 0.7468tn 0.0769tn
11.4643 9.1354 2.8846 17.9097 5.1187
2.24 1.78 0.56 3.50
tn
0.1252 0.1600tn 0.7983tn 0.0440*
20.5669 11.5159 3.3984 25.9742 6.4939
3.17 1.77 0.52 4.00
0.0575tn 0.1623tn 0.8287tn 0.0297*
3.88 1.74 0.49 4.47
*
41.9519 5.0610 6.6949 2.4469 10.9586 3.8927
35.3325
31.8559
28.8353 31.0166 13.9492 3.8910 35.7696 7.9986
0.0326 0.1684tn 0.8554tn 0.0206* 27.5842
21 HSP
24 HSP
27 HSP
30 HSP
33 HSP
P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total
2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44
86.7762 65.9474 34.9214 97.3288 274.4291 559.4027 141.3909 82.4784 42.5674 143.2921 380.6437 790.3725 217.5874 94.9585 57.7289 241.9262 606.5315 1218.7324 404.9368 86.4657 135.4052 487.4797 1120.0191 2234.3073 578.5997 113.0141 294.2007 894.0781 1931.6855 3811.5789
Keterangan: P = Perlakuan Pelapisan B = Perlakuan Sitokinin (BAP) P*B = Interaksi Perlakuan Pelapisan dan BAP tn = Tidak Berbeda Nyata * = Berbeda Nyata
4.43 1.68 0.45 4.97
0.0214* 0.1821tn 0.8831tn 0.0143*
5.20 1.52 0.39 5.27
*
0.0120 0.2243tn 0.9159tn 0.0114*
108.7937 23.7396 7.2161 120.9631 21.6619
5.02 1.10 0.33 5.58
*
0.0137 0.3778tn 0.9458tn 0.0091**
202.4684 21.6165 16.9257 243.7399 40.0007
5.06 0.54 0.42 6.09
0.0133* 0.7073tn 0.8972tn 0.0064**
4.19 0.41 0.53 6.48
*
43.3881 16.4869 4.3652 48.6644 9.8011
26.8900 70.6955 20.6196 5.3210 71.6461 13.5944
26.3316
29.6689
35.5198 289.2999 28.2535 36.7751 447.0395 68.9888
db JK KT KK **
0.0255 0.8002tn 0.8215tn 0.0049** 40.7001
= Derajat Bebas = Jumlah Kuadarat = KuadratTengah = Koefisien Keragaman = Berbeda Sangat Nyata
Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Penyusutan Diameter (%) Buah Manggis Pengamatan
Sumber
db
JK
KT
3 HSP
P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total
2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44
0.3387 0.8507 3.1547 0.2884 6.9982 11.6306 2.0107 2.8029 2.4897 3.9932 13.2984 24.5948 3.0859 4.4202 6.3179 8.3248 24.9923 47.1411 1.3232 6.9397 7.4808 5.8873 33.6429 55.2738 3.0156 11.9684 6.9201 6.1587 32.3591 60.4220 2.0051 12.2959 8.1567 5.3743 31.9934 59.8253 3.6478 19.5510 12.9746 1.6317 38.9545 76.7596
0.1694 0.2127 0.3944 0.1442 0.2499
6 HSP
9 HSP
12 HSP
15 HSP
18 HSP
21 HSP
F hitung 0.68 0.85 1.58 0.58
Pr > F 0.5160tn 0.5052tn 0.1764tn 0.5682tn
2.12 1.48 0.66 4.20
0.1393tn 0.2362tn 0.7252tn 0.0253*
1.5429 1.1051 0.7898 4.1624 0.8926
1.73 1.24 0.88 4.66
tn
0.1959 0.3175tn 0.5414tn 0.0179*
0.6616 1.7349 0.9351 2.9437 1.2016
0.55 1.44 0.78 2.45
0.5827tn 0.2457tn 0.6251tn 0.1046tn
1.5078 2.9921 0.8650 3.0794 1.1557
1.30 2.59 0.75 2.66
0.2872tn 0.0583tn 0.6492tn 0.0872tn
1.0026 3.0739 1.0196 2.6872 1.1426
0.88 2.69 0.89 2.35
tn
0.4270 0.0515tn 0.5357tn 0.1137tn
1.8239 4.8878 1.6218 0.8158 1.3912
1.31 3.51 1.17 0.59
0.2856tn 0.0191* 0.3535tn 0.5630tn
KK
61.4136 1.0053 0.7008 0.3112 1.9966 0.4741
41.0237
37.3749
34.1466
29.2868
27.6095
26.8419
24 HSP
27 HSP
30 HSP
33 HSP
P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total
2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44
5.0577 23.2533 15.9932 1.9937 48.2160 94.5137 7.2939 26.6096 15.6184 3.5173 56.7933 109.8324 11.9279 31.6048 12.5260 3.0952 69.7666 128.9204 14.1957 32.9258 15.2434 0.6652 90.8012 153.8312
Keterangan: P = Perlakuan Pelapisan B = Perlakuan Sitokinin (BAP) P*B = Interaksi Perlakuan Pelapisan dan BAP tn = Tidak Berbeda Nyata * = Berbeda Nyata
1.47 3.38 1.16 0.58
0.2475tn 0.0225* 0.3563tn 0.5671tn
3.6469 6.6524 1.9523 1.7586 2.0284
1.80 3.28 0.96 0.87
tn
0.1842 0.0252* 0.4841tn 0.4312tn
5.9639 7.9012 1.5658 1.5476 2.4917
2.39 3.17 0.63 0.62
0.1097tn 0.0287* 0.7470tn 0.5446tn
2.19 2.54 0.59 0.10
tn
2.5289 5.8133 1.9992 0.9969 1.7219
26.0625
26.3674
26.0395 7.0979 8.2315 1.9054 0.3326 3.2429
0.1309 0.0621tn 0.7795tn 0.9029tn 26.0295
db JK KT KK
= Derajat Bebas = Jumlah Kuadarat = KuadratTengah = Koefisien Keragaman
Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kekerasan Kulit (Kg/detik) Buah Manggis Pengamatan
Sumber
db
JK
KT
7 HSP
P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total
2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44
0.0062 0.0003 0.0048 0.0109 0.0467 0.0687 0.0168 0.0113 0.0272 0.0117 0.0551 0.1220 0.0072 0.0339 0.0268 0.0237 0.1045 0.1961 0.0013 0.0166 0.0189 0.0414 0.0993 0.1775 0.0112 0.0172 0.0206 0.0141 0.1368 0.1996
0.0031 0.0001 0.0006 0.0054 0.0017
14 HSP
21 HSP
28 HSP
35 HSP
Keterangan: P = Perlakuan Pelapisan B = Perlakuan Sitokinin (BAP) P*B = Interaksi Perlakuan Pelapisan dan BAP tn = Tidak Berbeda Nyata * = Berbeda Nyata
F hitung 1.84 0.04 0.36 3.26
Pr > F
KK
0.1768tn 0.9968tn 0.9336tn 0.0535tn 4.8687
0.0084 0.0028 0.0034 0.0058 0.0020
*
4.27 1.43 1.73 2.96
0.0242 0.2505tn 0.1359tn 0.0683tn
0.0036 0.0085 0.0034 0.0119 0.0038
0.96 2.27 0.90 3.18
tn
0.3934 0.0868tn 0.5326tn 0.0571tn
0.0006 0.0042 0.0024 0.0207 0.0035
0.18 1.17 0.67 5.84
0.8396tn 0.3457tn 0.7153tn 0.0076**
1.14 0.88 0.53 1.44
tn
5.2574
6.8532
6.2959 0.0056 0.0043 0.0026 0.0070 0.0049
0.3343 0.4897tn 0.8268tn 0.2541tn 7.4646
db JK KT KK **
= Derajat Bebas = Jumlah Kuadarat = KuadratTengah = Koefisien Keragaman = Berbeda Sangat Nyata
Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kekerasan Kulit Pangkal (Kg/detik) Buah Manggis Pengamatan
Sumber
db
JK
KT
7 HSP
P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total
2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44
0.0186 0.0049 0.0130 0.0321 0.1464 0.2152 0.0180 0.0193 0.0472 0.0087 0.1083 0.2017 0.0229 0.0676 0.0816 0.0147 0.2422 0.4292 0.0032 0.0298 0.0255 0.0229 0.1169 0.1986 0.0158 0.0333 0.0255 0.0221 0.2112 0.3081
0.0092 0.0012 0.0016 0.0160 0.0052
14 HSP
21 HSP
28 HSP
35 HSP
Keterangan: P = Perlakuan Pelapisan B = Perlakuan Sitokinin (BAP) P*B = Interaksi Perlakuan Pelapisan dan BAP tn = Tidak Berbeda Nyata * = Berbeda Nyata
F hitung 1.78 0.24 0.31 3.07
Pr > F
KK
0.1879tn 0.9157tn 0.9546tn 0.0622tn 8.2664
0.0090 0.0048 0.0059 0.0043 0.0038
tn
2.33 1.25 1.53 1.13
0.1158 0.3126tn 0.1931tn 0.3388tn
0.0114 0.0169 0.0102 0.0073 0.0086
1.33 1.95 1.18 0.85
tn
0.2816 0.1291tn 0.3454tn 0.4371tn
0.0016 0.0074 0.0031 0.0114 0.0041
0.39 1.79 0.77 2.75
0.6837tn 0.1593tn 0.6353tn 0.0814tn
1.05 1.10 0.42 1.47
tn
7.1867
11.0800
6.8010 0.0079 0.0083 0.0031 0.0110 0.0075
0.3640 0.3739tn 0.8975tn 0.2472tn 9.3955
db JK KT KK **
= Derajat Bebas = Jumlah Kuadarat = KuadratTengah = Koefisien Keragaman = Berbeda Sangat Nyata
Tabel Lampiran 5. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kekerasan Kulit Pangkal (Kg/detik) Buah Manggis
Perlakuan
Kekerasan Kulit Pangkal Buah pada Waktu Pengamatan (HSP) 7 14 21 28 35 ……………………......Kg/detik...................................
Pelapisan Kontrol 0.87 0.84 Lilin 6% 0.86 0.89 Kitosan 2% 0.91 0.88 Uji F tn tn Sitokinin (BAP) 0 ppm 0.86 0.84 5 ppm 0.89 0.87 10 ppm 0.88 0.90 15 ppm 0.89 0.86 20 ppm 0.88 0.86 Uji F tn tn Pelapisan x BAP Uji F tn tn Keterangan = tn : Tidak berbeda nyata
0.81 0.85 0.86 tn
0.96 0.95 0.95 tn
0.92 0.91 0.95 tn
0.86 0.79 0.84 0.82 0.90 tn
0.95 0.96 0.98 0.90 0.97 tn
0.93 0.96 0.95 0.88 0.92 tn
tn
tn
tn
Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kekerasan Kulit Tengah (Kg/detik) Buah Manggis Pengamatan
Sumber
db
JK
KT
7 HSP
P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total
2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44
0.0015 0.0052 0.0179 0.0008 0.0394 0.0650 0.0144 0.0104 0.0207 0.0182 0.0799 0.1439 0.0052 0.0251 0.0167 0.0179 0.1344 0.1996 0.0042 0.0257 0.0104 0.0365 0.0872 0.1642 0.0039 0.0156 0.0261 0.0114 0.0952 0.1523
0.0007 0.0013 0.0022 0.0004 0.0014
14 HSP
21 HSP
28 HSP
35 HSP
Keterangan: P = Perlakuan Pelapisan B = Perlakuan Sitokinin (BAP) P*B = Interaksi Perlakuan Pelapisan dan BAP tn = Tidak Berbeda Nyata * = Berbeda Nyata
F hitung 0.54 0.93 1.59 0.30
Pr > F
KK
0.5884tn 0.4622tn 0.1721tn 0.7446tn 4.5320
0.0072 0.0026 0.0025 0.0091 0.0028
tn
2.54 0.92 0.91 3.20
0.0971 0.4669tn 0.5247tn 0.0559tn
0.0026 0.0062 0.0020 0.0089 0.0048
0.55 1.31 0.44 1.86
tn
0.5845 0.2901tn 0.8886tn 0.1738tn
0.0021 0.0064 0.0013 0.0182 0.0031
0.68 2.07 0.42 5.87
0.5159tn 0.1121tn 0.8988tn 0.0074*
0.58 1.15 0.96 0.96
tn
6.3446
7.4923
5.8185 0.0019 0.0039 0.0032 0.0057 0.0034
0.5690 0.3523tn 0.4863tn 0.2052tn 6.0633
db JK KT KK **
= Derajat Bebas = Jumlah Kuadarat = KuadratTengah = Koefisien Keragaman = Berbeda Sangat Nyata
Tabel Lampiran 7. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kekerasan Kulit Tengah (Kg/detik) Buah Manggis
Perlakuan
Kekerasan Kulit Tengah Buah pada Waktu Pengamatan (HSP) 7 14 21 28 35 ……………………......Kg/detik...................................
Pelapisan Kontrol 0.82 0.82 Lilin 6% 0.83 0.86 Kitosan 2% 0.84 0.86 Uji F tn tn Sitokinin (BAP) 0 ppm 0.84 0.84 5 ppm 0.82 0.83 10 ppm 0.85 0.87 15 ppm 0.82 0.83 20 ppm 0.83 0.84 Uji F tn tn Pelapisan x BAP Uji F tn tn Keterangan = tn : Tidak berbeda nyata
0.92 0.94 0.92 tn
0.98 0.95 0.96 tn
0.95 0.96 0.98 tn
0.92 0.91 0.90 0.94 0.97 tn
0.98 0.96 0.97 0.92 0.98 tn
0.97 0.99 0.96 0.94 0.95 tn
tn
tn
tn
Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kekerasan Kulit Ujung (Kg/detik) Buah Manggis Pengamatan
Sumber
db
JK
KT
7 HSP
P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total
2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44
0.0027 0.0032 0.0096 0.0076 0.0568 0.0802 0.0260 0.0054 0.0230 0.0118 0.0789 0.1453 0.0060 0.0351 0.0270 0.0440 0.1316 0.2438 0.0038 0.0115 0.0424 0.0709 0.1714 0.3002 0.0077 0.0150 0.0435 0.0254 0.1756 0.2674
0.0013 0.0008 0.0012 0.0038 0.0020
14 HSP
21 HSP
28 HSP
35 HSP
Keterangan: P = Perlakuan Pelapisan B = Perlakuan Sitokinin (BAP) P*B = Interaksi Perlakuan Pelapisan dan BAP tn = Tidak Berbeda Nyata * = Berbeda Nyata
F hitung 0.68 0.40 0.59 1.88
Pr > F
KK
0.5140tn 0.8043tn 0.7754tn 0.1712tn 5.5329
0.0130 0.0013 0.0028 0.0059 0.0028
*
4.61 0.49 1.02 2.10
0.0186 0.7459tn 0.4439tn 0.1412tn
0.65 2.34 0.72 3.73
tn
0.5305 0.0794tn 0.6732tn 0.0365*
0.32 0.47 0.87 5.79
tn
0.7309 0.7568tn 0.5549tn 0.0078tn
0.62 0.60 0.87 2.03
tn
6.5004 0.0030 0.0110 0.0033 0.0175 0.0047
7.5938 0.0019 0.0028 0.0053 0.0354 0.0061
8.3606 0.0038 0.0037 0.0054 0.0127 0.0062
0.5465 0.6666tn 0.5542tn 0.1504tn 8.5162
db JK KT KK **
= Derajat Bebas = Jumlah Kuadarat = KuadratTengah = Koefisien Keragaman = Berbeda Sangat Nyata
Tabel Lampiran 9. Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kekerasan Kulit Ujung (Kg/detik) Buah Manggis Perlakuan
Kekerasan Kulit Ujung Buah pada Waktu Pengamatan (HSP) 7 14 21 28 35 ……………………......Kg/detik...................................
Pelapisan 0.79b 0.89 0.95 0.92 Kontrol 0.81 Lilin 6% 0.82 0.83a 0.92 0.93 0.92 Kitosan 2% 0.83 0.84a 0.90 0.93 0.95 Uji F tn * tn tn tn Sitokinin (BAP) 0 ppm 0.83 0.82 0.93 0.96 0.94 5 ppm 0.81 0.80 0.89 0.93 0.96 10 ppm 0.81 0.84 0.86 0.95 0.92 15 ppm 0.82 0.82 0.89 0.91 0.92 20 ppm 0.82 0.81 0.95 0.94 0.92 Uji F tn tn tn tn tn Pelapisan x BAP Uji F tn tn tn tn tn Keterangan = Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama nyata pada uji DMRT taraf 5% tn : Tidak berbeda nyata * : Berbeda nyata
Tabel Lampiran 10. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Kemampuan Buah Manggis Dibuka Secara Manual (Skor) Pengamatan Sumber 7 HSP
14 HSP
21 HSP
28 HSP
35 HSP
P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total
db
JK
KT
2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 25 41
0.1334 0.3556 0.3111 0.0000 2.0000 2.8000 0.5778 1.0222 0.3111 0.5778 4.0889 6.5778 1.2445 0.5334 1.8667 1.2445 5.4222 10.3111 1.2000 1.2000 1.4667 0.9334 6.4000 11.2000 0.8506 0.4365 2.6892 0.5929 11.0738 15.6429
0.0667 0.0889 0.0389 0.0000 0.0714
Keterangan: P = Perlakuan Pelapisan B = Perlakuan Sitokinin (BAP) P*B = Interaksi Perlakuan Pelapisan dan BAP tn = Tidak Berbeda Nyata
F hitung 0.93 1.24 0.54 0.00
Pr > F
KK
0.4051tn 0.3150tn 0.8129tn 1.0000tn 9.1112 tn
0.2889 0.2556 0.0389 0.2889 0.1461
1.98 1.75 0.27 1.98
0.1572 0.1671tn 0.9718tn 0.1572tn
0.6222 0.1334 0.2334 0.6222 0.1937
3.21 0.69 1.20 3.21
0.0554tn 0.6060tn 0.3318tn 0.0554tn
0.6000 0.3000 0.1834 0.4667 0.2286
2.63 1.31 0.80 2.04
0.0902tn 0.2895tn 0.6060tn 0.1487tn
0.4253 0.1091 0.3362 0.2964 0.4430
0.96 0.25 0.76 0.67
0.3965tn 0.9091tn 0.6410tn 0.5210tn
12.0254
12.0748
12.3644
14.3349 db JK KT KK
= Derajat Bebas = Jumlah Kuadarat = KuadratTengah = Koefisien Keragaman
Tabel Lampiran 11. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Padatan Terlarut Total (oBrix) Buah Manggis Pengamatan
Sumber
db
JK
KT
7 HSP
P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total
2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44
5.0241 1.5806 10.483 0.5925 46.276 63.956 5.8614 1.4841 3.2109 3.0870 45.8097 59.4530 8.9343 26.9295 27.9162 9.3310 71.3740 144.4850 2.3444 14.3789 9.9485 2.6614 35.5970 64.9300 15.9030 25.0278 13.2709 3.3764 115.1020 172.6800
2.5121 0.3951 1.3104 0.2962 1.6527
14 HSP
21 HSP
28 HSP
35 HSP
Keterangan: P = Perlakuan Pelapisan B = Perlakuan Sitokinin (BAP) P*B = Interaksi Perlakuan Pelapisan dan BAP tn = Tidak Berbeda Nyata * = Berbeda Nyata
F hitung 1.52 0.24 0.79 0.18
Pr > F 0.2362tn 0.9138tn 0.6133tn 0.8369tn
1.79 0.23 0.25 0.94
0.1853tn 0.9211tn 0.9780tn 0.4013tn
4.4672 6.7324 3.4895 4.6655 2.5491
1.75 2.64 1.37 1.83
tn
0.1918 0.0547tn 0.2526tn 0.1790tn
1.1722 3.5947 1.2436 1.3307 1.2713
1.92 2.83 0.98 1.05
0.4095tn 0.0435* 0.4730tn 0.3644tn
1.93 1.52 0.40 0.41
tn
KK
7.3908 2.9307 0.3710 0.4014 1.5435 1.6361
7.2224
9.5129
6.8752 7.9515 6.2569 1.6589 1.6882 4.1108
0.1634 0.2228tn 0.9090tn 0.6671tn 12.8867
db JK KT KK
= Derajat Bebas = Jumlah Kuadarat = KuadratTengah = Koefisien Keragaman
Tabel Lampiran 12. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pelapisan dan Sitokinin (BAP) serta Interaksinya terhadap Total Asam Tertitrasi (%) Buah Manggis Pengamatan
Sumber
db
JK
KT
7 HSP
P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total P B P*B UL Galat Total
2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 28 44 2 4 8 2 25 41
0.0001 0.0074 0.0257 0.0068 0.0303 0.0703 0.0169 0.0431 0.0440 0.0412 0.1986 0.3437 0.0437 0.0068 0.0955 0.0967 0.5713 0.8139 0.0137 0.0017 0.0121 0.0628 0.1007 0.1909 0.0050 0.0461 0.2992 0.0121 0.4239 0.7069
0.0001 0.0019 0.0032 0.0034 0.0010
14 HSP
21 HSP
28 HSP
35 HSP
Keterangan: P = Perlakuan Pelapisan B = Perlakuan Sitokinin (BAP) P*B = Interaksi Perlakuan Pelapisan dan BAP tn = Tidak Berbeda Nyata * = Berbeda Nyata
F hitung 0.06 1.71 2.96 3.11
Pr > F 0.9443tn 0.1756tn 0.0156* 0.0603tn
0.0085 0.0107 0.0055 0.0206 0.0071
1.19 1.52 0.78 2.90
0.3192tn 0.2237tn 0.6269tn 0.0714tn
0.0219 0.0017 0.0119 0.0484 0.0484
1.07 0.08 0.58 2.37
0.3565tn 0.9868tn 0.7818tn 0.1120tn
0.0069 0.0004 0.0015 0.0314 0.0036
1.91 0.11 0.42 8.72
tn
0.1672 0.9762tn 0.8999tn 0.0011**
0.0025 0.0115 0.0275 0.0260 0.0169
0.15 0.68 1.62 0.36
0.8645tn 0.6431tn 0.1690tn 0.7046tn
KK
6.6653
17.0383
29.2709
14.0867
29.9682 db JK KT KK **
= Derajat Bebas = Jumlah Kuadarat = KuadratTengah = Koefisien Keragaman = Berbeda Sangat Nyata
Tabel Lampiran 13. Korelasi Antar Peubah pada 7 HSP Kekerasan Tengah Skor PTT TAT DM 6 Skor 0.320tn PTT 0.333tn 0.104tn TAT 0.459tn 0.276tn -0.196tn DM 6 0.293tn -0.065tn -0.089tn 0.017tn SB 6 0.068tn 0.177tn -0.326tn 0.055tn 0.293tn Keterangan = DM 6 : Penyusutan Diameter 6 HSP; SB 6 : Susut Bobot 6 HSP; Skor : Kemampuan Buah Dibuka; tn : Tidak berbeda nyata; * : Berbeda nyata; ** : Berbeda Sangat Nyata