KAJIAN BUDAYA ORGANISASI PADA PELAYANAN MAHASISWA DI STIE SURYA NUSANTARA PEMATANGSIANTAR DRS. YUSUF SIREGAR, MBA (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surya Nusantara, Pematangsiantar) ABSTRACT One factor to achieve high performance is a strong organizational culture. Culture affects behavior and the workings of the human. Culture is a framework that describes the beliefs, behaviors, knowledge, agreements, values, goals, all of which it formed the view group life. In theory experts say that a strong organizational culture can help organizations achieve a strong performance. Beads of questions in the questionnaire prepared by the book description of duties and operating rules Adventist College Surya Nusantara Revised Edition 2004 is still valid. Samples selected students who live in dormitories, because they are involved fully in the cultural life on campus. From the research, it can be concluded that STIE Nusantara Surya Pematangsiantar still has a strong culture, lecturers are friendly, and encourage students to ask questions. Keywords : Culture affects behavior, organizational culture, duties and operating rules
LATAR BELAKANG Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sudah melebar sangat luas, tidak hanya mencakup industry dan perdagangan, tetapi juga memasuki bisnis pendidikan. Banyak lembaga pendidikan didirikan untuk mengejar profit disamping untuk mencerdaskan bangsa. Karena semakin banyaknya lembaga pendidikan yang berdiri maka persaingan di dunia pendidikan untuk mendapatkan murid/mahasiswa baru juga semakin kuat. Karena itu diperlukan kekuatan yang dapat membuat organisasi tahan menghadapi persaingan yang semakin tajam itu. Beberapa tahun yang lalu hanya STIE Surya Nusantara yang menjalankan program pendidikan Akuntansi di kota Pematangsiantar, tetapi sekarang sudah ada beberapa STIE di Pematangsiantar yang menjalankan program pendidikan Akuntansi. Untuk dapat unggul di dalam menghadapi persaingan ini organisasi harus mempunyai kinerja yang tinggi. Salah satu faktor untuk mencapai kinerja yang tinggi adalah budaya organisasi yang kuat. Budaya mempengaruhi tingkah laku dan cara kerja manusia. Budaya adalah sebuah kerangka pikir yang menjelaskan tentang keyakinan, perilaku, pengetahuan, kesepakatankesepakatan, nilai-nilai, tujuan yang kesemuanya itu membentuk pandangan hidup kelompok. Secara teori para ahli mengatakan bahwa budaya organisasi yang kuat akan membantu organisasi mencapai kinerja yang kuat. Lembaga pendidikan SLA telah berkembang menjadi perguruan tinggi pada tahun 1977, dan menjadi STIE Surya Nusantara pada tahun 1992. Perguruan ini mempunyai budaya yang diturunkan dari falsafah pendidikan pendirinya, yaitu Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK). Dengan berjalannya waktu telah banyak pergantian pimpinan dan pergantian karyawan, guru, dosen, karena pensiun. Tenaga-tenaga yang lebih muda masuk ke dalam organisasi menggantikan yang telah pensiun. Kemungkinan pergantian generasi ini ada membawa perubahan-perubahan dalam budaya dan kinerja dilingkungan kampus PTASN. Perumusan Masalah Pada saat ini tenaga kerja muda lebih banyak di perguruan ini dari pada tenaga kerja senior. Pergantian generasi pekerja ini bisa jadi membawa perubahan pada kebiasaan dan perilaku kehidupan di kampus. Rumusan masalahnya adalah apakah STIE Surya Nusantara mempunyai budaya organisasi yang kuat? Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah STIE Surya Nusantara mempunyai budaya yang kuat. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan bagi pimpinan institusi dan para dosen untuk mengetahui budaya organisasi di STIE Surya Nusantara Pematangsiantar. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di STIE Surya Nusantara Pematangsiantar, Perguruan tinggi ini dikelola oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, menurut Warsito (1995 : 10) penelitian deskriptif adalah penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta. Karena itu penelitian ini hanya mendeskripsikan situasi budaya di STIE Surya Nusantara sesuai dengan keadaan yang sebenarnya berlaku. Informasi yang diperoleh diambil dari kuestioner yang dibagikan kepada mahasiswa. Sampel Sampel di dalam penelitian ini adalah mahasiswa STIE Surya Nusantara Pematangsiantar, dan juga dosen yang mengajar. Sampel mahasiswa dipilih yang tinggal di asrama saja, karena mereka yang terlibat secara penuh di dalam kehidupan budaya di kampus. Dosen yang di pilih sebagai sampel adalah yang mengajar di STIE Surya Nusantara dan tinggal di kompleks kampus.
9
Instrument Penelitian Penelitian ini menggunakan dua jenis instrument yaitu satu kuesioner untuk mahasiswa untuk mengetahui persepsi mahasiswa mengenai budaya kampus yang mereka rasakan di dalam kelas, pelayanan di asrama, pelayanan di kantor perguruan, pelayanan di kamar makan, dan suasana kehidupan sehari-hari di kampus. Untuk lebih memperkuat pemahaman tentang budaya kampus di gunakan lagi satu kuesioner untuk diisi oleh dosen. Validasi Kuestioner Butir-butir pertanyaan di dalam kuesioner disusun berdasarkan buku uraian tugas dan peraturan operasional Perguruan Tinggi Advent Surya Nusantara Edisi Revisi 2004 yang sampai saat ini masih berlaku. Validasi kuesioner dilakukan dengan memberikannya kepada 6 orang yaitu empat teman sejawat dosen, kepada Puket I, dan Puket III untuk dibaca dan direvisi. Dari masukan yang diperoleh kuesioner disempurnakan dan siap untuk dipergunakan. Etika Sebelum dilakukan pengumpulan data, diminta ijin dari Puket I terlebih dahulu. Seluruh responden diberi tahu mengenai tujuan dari penelitian ini. Responden tidak perlu mencantumkan nama dan identitas pada kuesioner, sehingga semua responden dari penelitian ini dapat dijamin kerahasiannya. Informasi yang dikumpulkan dilaporkan sebagai satu kumpulan data, dan seluruh responden terlibat secara sukarela. Analisis Data Data dianalisis pertama sekali dengan mengelompokkan informasi sesuai dengan pertanyaannya. Penilaian angket kuesioner ini menggunakan skala Likert. Menurut Riduwan dan Sunarto (2009:23) criteria interpretasi skor sebagai berikut : Angka 0% - 20% = sangat tidak setuju Angka 21% - 40% = tidak setuju Angka 41% - 60% = netral Angka 61% - 80% = setuju Angka 81% - 100% = sangat setuju STIE SURYA NUSANTARA STIE Surya Nusantaravtelah mendapat iizin dari Departemen Pendidikan Nasional, melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi No; 234/Dikti/Kep 1992, tertanggal 2 Juli 1992 dengan jenjang pendidikan program Diploma III untuk program studi Akuntansi dan Program Studi Manajemen, kemudian peningkatan jenjang pendidikan telah dilakukan pada tanggal 19 November 1997. Dikti telah mengeluarkan izin melalui keputusan No: 80/D/O/1997 untuk jenjang pendidikan Strata I (S-I) program studi Akuntansi dan studi Manajemen. Visi Menjadi sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi yang dikenal unggul dan mampu menghasilkan lulusan yang professional berdaya saing global dan perperan serta dalam pengembangan ilmu ekonomi. Misi Mempersiapkan lulusan yang memiliki keunggulan dalam bidang ilmu ekonomi berketrampilan professional berdaya saing global dan menciptakan lulusan yang dapat mengembangkan keilmuan ekonomi. Geografi Kampus STIE Surya Nusantara terletak di atas sebidang tanah seluas 25 hektar di Jl. Rakutta Sembiring, kelurahan Pondok Sayur, Kecamatan Siantar Martoba, Kota Pematangsiantar, Propinsi Sumatera Utara.
10
Fasilitas 1. Gedung administrasi 2. Gedung asrama mahasiswa dan gedung asrama mahasiswi. 3. Perpustakaan. 4. Kafetaria tempat untuk mahasiswa/i yang tinggal diasrama untuk mendapatkan layanan makan pagi, makan siang dan makan malam. Makanan dimasak oleh petugas dari perguruan. 5. Aula yang dapat digunakan untuk tempat kebaktian, pertemuan umum, dan ruang olah raga. 6. Toko kampus untuk memenuhi kebutuhan pokok mahasiswa dan warga kampus. 7. Fasilitas oleh raga antara lain, lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan volley, lapangan sepak takraw, tennis lapangan, tenis meja, dan bulu tangkis. 8. Perumahan staf dan dosen. 9. Rumah tamu untuk menampung tamu yang datang ke kampus. 10. Laboratorium computer akuntansi. 11. Music centre untuk membekali mahasiswa dalam seni music. 12. Perbengkelan dan perkebunan STIE memiliki bangunan yang khusus menangani perbaikan barang barang perguruan dan juga memiliki kebun sawit. 13. Rumah doa untuk tempat berdoa bagi mahasiswa, bisa juga untuk tempat seminar. KEHIDUPAN KAMPUS Acara kebaktian. Acara kebaktian diadakan setiap pagi dan petang. Hari Sabtu merupakan kebaktian khusus, dimulai kebaktian Vesper pada hari Jumat malam, acara sekolah Sabat pada waktu pagi dan Khotbah pada siang hari, dan acara Pemuda Advent (PA) pada sore hari. Kebaktian pertengahan minggu diadakan pada Rabu malam. Kebaktian Pekan Doa dilaksanakan pada pertengahan semester yang akan diikuti semua mahasiswa, pimpinan, staf, dosen dan pegawai administrasi. Program ini dijalankan untuk pengembangan kerohanian mahasiswa. Asrama Mahasiswa diwajibkan tinggal di asrama, kecuali diberikan ijin atas persetujuan Komite Penerimaan Mahasiswa. Kamar Makan (cafetaria) Mahasiswa yang tinggal di asrama wajib makan di Cafetaria sekolah. Cafetaria dibuka bagi semua penghuni asrama tiga kali sehari: pagi jam 06.00-06.30, siang jam 13.00-14.00, sore jam 18.00-18.30. cafetaria hanya melayani mereka yang memiliki kartu makan dan yang datang pada jam-jam yang ditentukan. Mahasiswa yang masuk kamar makan harus berpakaian rapi, bersih, sopan dan menghormati petugas-petugas kamar makan. Perpustakaan dan Study Period Petugas pertustakaan melayani kebutuhan mahasiswa maupun para dosen setiap hari kerja maupun pada waktu belajar malam (study period) yang sudah ditentukan. Belajar pada malam hari ditetapkan pukul 19.30-21.00, pada jam itu semua mahasiswa wajib belajar dan tidak dibenarkan melakukan kegiatan lain, kecuali mendapat izin khusus dari yang berwenang. Perkuliahan Mahasiswa wajib menghadiri setiap perkuliahan. Mahasiswa diwajibkan berpakaian rapi dan tidak mempergunakan kaus oblong, sandal pada waktu mengikuti perkuliahan dan pada waktu kuliah umum (chapel) diwajibkan memakai jubah almamater. Pengertian Budaya Organisasi
11
Pada saat ini ahli-ahli organisasi mengatakan untuk dapat memahami kelompok kerja dengan baik kita perlu mengenal budaya organisasinya. Konsep budaya organisasi ini dikatakan oleh para ahli teori organisasi diadopsi dari konsep budaya pada disiplin ilmu antropologi. Karena itu keragaman pengertian budaya pada ilmu antropologi juga berpengaruh pada pengertian budaya pada teori organisasi (Sobirin, 127 : 128). Robbins di dalam bukunya menuliskan (1991 : 572), organizational culture is a common perception held by the organization ‘s members; a system of shared meaning. (Budaya organisasi adalah tanggapan bersama yang dipegang oleh anggota organisasi, system pemberian arti bersama). Budaya organisasi merupakan perekat sosial bagi anggota-anggota organisasi secara bersama-sama melalui nilai-nilai serta norma-norma standar yang jelas tentang apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan dan dikatakan oleh anggotanya. Menurut Mulyono (2003 : 17) budaya korporat atau juga dikenal dengan istilah budaya kerja, merupakan nilai-nilai dominan yang disebarluaskan di dalam organisasi dan diacu sebagai filosofi kerja karyawan. Deal dan Kennedy memberikan pengertian budaya organisasi yang dikutip oleh Robert G. Owen dan dikutip lagi oleh Tika (2010 : 2) mengatakan : Culture is a system of shared values and benefit that interact with an organization’s people, organisazitonal structures, and control systems to produce behavioral norms. Budaya adalah suatu system pembagian nilai dan kepercayaan yang berinteraksi dengan orang dalam suatu organisasi, struktur organisasi, dan system control yang menghasilkan norma perilaku. Stoner (1995 : 182) mengatakan budaya organisasi adalah sejumlah pemahaman penting, seperti norma, nilai, sikap, dan keyakinan, yang dimiliki bersama oleh anggota organisasi. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001) :Budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi. Menurut Schein yang dikutip oleh Tika (2010:3) : Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkan /diwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan, dan merasakan terkait dengan masalah-masalah tersebut. Menurut Vijay Sathe dikutip oleh Tika (2010:2): “Budaya organisasi adalah seperangkat asumsi penting yang dimiliki bersama anggota masyarakat. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat dibuat disimpulkan bahwa pengertian budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau system keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal. Fungsi Budaya Organisasi Pada saat-saat awal popularitas budaya organisasi, para ahli begitu yakin bahwa budaya organisasi merupakan variable kunci yang bisa mendorong keberhasilan perusahaan. Keyakinan ini pada awalnya terinspirasi karena banyaknya perusahaan Jepang yang berhasil mempertahankan kinerjanya meski pada waktu itu sedang menghadapi krisis minyak dunia, padahal pada saat yang sama banyak perusahaan Amerika yang kinerjanya menurun bahkan ada yang harus menutup usahanya atau diambil alih oleh perusahaan lain. Salah satu kesimpulan atas keberhasilan perusahaan Jepang adalah pola manejemennya yang berbeda. Hasil Kajian Mc. Kenzie menunjukkan bahwa kemampuan Jepang bertahan tidak lepas dari peran budayanya yang begitu kukuh. Budaya bagi bangsa Jepang tidak saja menjadi landasan bagi bangsa Jepang dalam menjalankan kehidupan sehari-hari tetapi juga menjadi landasan dalam cara mengelola kegiatan organisasi perusahaan (Sobirin, 2007:40). Perusahaan-perusahaan Jepang pada umumnya memasukkan nilai-nilai budaya local ( budaya Jepang) sebagai bagian tidak terpisahkan dari manajemen perusahaan (Sobirin 2007:244) Perusahaan konsultan Mc Kenzie dikutip oleh Sobirin (2007:244) mengatakan : Jika dahulu pelaku bisnis bisa semata-mata mengandalkan perangkat kerasnya (hard system tools) seperti strategi, struktur dan system sebagai kunci keberhasilan perusahaan sekarang tidak bisa lagi demikian. Pelaku bisnis paling tidak harus menambah variable lain yang lebih lunak yang disebut system perangkat lunak organisasi (soft system tools) seperti share values, staff skill dan style.
12
Gabungan antara hard system tools dan soft system tools (budaya) oleh Mc Kenzie disebut The 7 S of Mc Kenzie yaitu: 1. Strategi : Satu set tindakan yang bersifat koheren yang bertujuan agar perusahaan dapat mempertahankan daya saing berkelanjutan, meningkatkan posisi persaingan baik terhadap pelanggan, maupun dalam mengalokasikan sumber daya 2. Struktur : Struktur organisasi yang menunjukkan kepada siapa seseorang harus bertanggung jawab dan bagaimana tugas-tugas organisasi dipisahkan dan sekaligus diintegrasikan. 3. System : Suatu proses dan aliran kerja yang menunjukkan bagaimana kegiatan sehari-hari dilakukan ( system informasi, system anggaran modal, proses manufacturing, system quality control, dan system pengukuran kinerja) dilakukan 4. Styles : Bukan sekedar apa yang dianggap penting oleh manejemen, lebih dari itu bagaimana sesungguhnya manejemen berperilaku nyata tentang apa yang dianggap penting oleh perusahaan. 5. Staff : Yang dimaksud di sini bukan sekedar kepribadian seseorang ataupun orang-orang yang terlibat di dalam organisasi melainkan tentang komposisi demographic dari orangorang yang terlibat di dalam organisasi. 6. Shared values : Nilai-nilai organisasi yang bukan sekedar pernyataan tujuan organisasi, tetapi adalah nilai-nilai yang dipahami dan dijiwai oleh sebagian besar anggota organisasi. 7. Skill : Kapabilitas yang dimiliki organisasi secara keseluruhan, bukan hanya kemampuan individu per individu. Fungsi budaya organisasi bagi kehidupan organisasi menurut Sobirin (2007: 248-255) adalah sebagai berikut: 1. Budaya sebagai pembeda antara kita dengan mereka. 2. Budaya sebagai pembentuk identitas diri. 3. Budaya sebagai perekat organisasi. 4. Budaya sebagai alat control. Menurut Robbins yang dikutip oleh Moeljono (2005 : 15), fungsi budaya organisasi adalah sebagai berikut: 1) Budaya mempunyai suatu peran pembeda. Hal itu berarti bahwa budaya organisasi menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan yang lain. 2) Budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi. 3) Budaya organisasi mempermudah timbulnya pertumbuhan komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual. 4) Budaya organisasi meningkatkan kemantapan sistem sosial. Budaya berfungsi sebagai perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi dengan cara memberikan standarstandar yang tepat untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan. 5) Budaya organisasi berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap dan prilaku para karyawan. Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan fungsi budaya organisasi adalah sebagai perekat social dalam mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan-ketentuan dan nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para anggota organisasi, dan juga berfungsi sebagai alat control berperilaku. Elemen /Unsur-unsur Budaya Organisasi Terdapat beberapa elemen dasar budaya perusahaan, Eugene McKenna dan Nic Beech (2000:15) mengelompokan elemen-elmen budaya perusahaan sebagai berikut : Artefacts: Merupakan hal-hal yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, jika sesorang berhubungan dengan sebuah kelompok baru dengan budaya yang tidak dikenalnya. Artifacts termasuk struktur organisasi dan proses yang tampak, seperti produk, jasa, dan tingkah laku anggota kelompok Espoused Values: Yaitu alasan-alasan tentang mengapa orang berkorban demi apa yang dikerjakan. Budaya sebagian besar organisasi dapat melacak nilai-nilai yang didukung kembali kepenemu budaya. Meliputi strategi, sasaran, dan filosofi.
13
Basic Underlying Assumption: Yaitu keyakinan yang dianggap sudah ada oleh anggota suatu organisasi. Budaya menetapkan cara yang tepat untuk melakukan sesuatu di organisasi, seringkali melalui asumsi yang tidak diucapkan namun anggota organisasi meyakini ketepatan tindakan tersebut. Menurut Susanto, unsur-unsur budaya organisasi adalah: lingkungan usaha, nilai-nilai, kepahlawanan, upacara, dan jaringan cultural. Menurut Daniel R.Denison, unsur-unsur budaya organisasi, adalah: asumsi dasar, seperangkat nilai dan keyakinan yang dianut, pemimpin, pedoman mengatasi masalah, berbagai nilai pewarisan, acuan perilaku, citra dan brand yang khas, dan adaptasi. Menurut Philiph Selnick, unsur-unsur budaya organisasi adalah: kumpulan orang, kerjasama, tujuan bersama, system koordinasi, pembagian tugas dan tanggungjawab, dan sumber daya organisasi. Sedangkan menurut Edgar H.Schein, unsur-unsur budaya organisasi adalah: Ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, modal, hukum, adat-istiadat, perilaku/kebiasaan masyarakat, asumsi dasar, system nilai, pembelajaran, dan masalah adaptasi eksternal dan internal. Proses Pembentukan Budaya Organisasi Eugene McKenna dan Nic Beech (2000:60) membagi budaya organisasi atau budaya perusahaan atas beberapa komponen pembentuk, yaitu : 1. Nilai-nilai dominan yang dipegang oleh organisasi. 2. Norma-norma yang diterapkan dalam bekerja. 3. Aturan main untuk berelasi dengan baik dalam organisasi yang harus dipelajari oleh anggota baru agar dapat diterima oleh organisasi. 4. Tingkah laku khas tertentu dalam berinteraksi yang rutin dilakukan. Perasaan atau suasana yang diciptakan dalam organisasi. Dengan menggali komponen-komponen pembentuk ini, diharapkan akan memperoleh gambaran global dari budaya organisasi tertentu. Gambaran ini menjadi dasar organisasi tersebut, bagaimana masalah deselesaikan didalamnya, dan cara para anggota diharapkan berperilaku. Langkah-langkah kegiatan untuk memperkuat budaya organisasi Untuk memperkuat budaya organisasi, pemimpin organisasi sebaiknya melakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Memantapkan nilai-nilai budaya organisasi. 2) Melakukan pembinaan terhadap anggota. 3) Memberikan contoh atau teladan. 4) Membuat acara-acara ritual. 5) Memberikan penilaian dan penghargaan. 6) Tanggap terhadap masalah eksternal dan internal. 7) Koordinasi dan control . Budaya Menjadi Beban Organisasi Budaya yang kuat dapat menjadikan perusahaan kuat, tetapi budaya yang kuat dapat pula menghalangi perubahan sehingga menghalangi inovasi. Robbins dan Judge (2008:264) “Kultur berpotensi disfungsional terhadap keefektifan suatu organisasi 1. Hambatan untuk perubahan. Kultur menjadi kendala mana-kala nilai-nilai yang dimiliki bersama tidak sejalan dengan nilai-nilai yang dapat meningkatkan efektivitas organisasi 2. Hambatan bagi keberagaman. Kultur membatasi rentang nilai dan gaya yang dapat diterima, dimana perbedaan-perbedaan dengan mayoritas anggota akan menciptakan paradoks. 3. Hambatan bagi akuisisi dan merger. Keputusan akuisisi dan merger tidak hanya mempertimbangkan keuntungan finansial saja tetapi juga kesesuaian kultur menjadi fokus utama.
14
ANALISA DATA Hasil penelitian dari komponen-komponen kuestioner yang dianalisa, sebagai berikut: 1. Classroom culture : Faktor % Teman-teman di kelas saya sangat bersahabat dan saling mendukung untuk belajar 68 Dosen –dosen saya bersahabat dan mendukung mahasiswanya untuk belajar Saya mengharapkan nilai akhir saya akan tepat menyatakan usaha yang saya 87,2 lakukan di dalam belajar 82 Dosen saya dengan jelas menyatakan harapannya untuk pencapaian mahasiswa di kelas 75,6 Dosen saya mendorong saya untuk bertanya dan memotivasi setiap mahasiswa untuk bertanya 81,6 System penilaian yang digunakan oleh dosen kami didasarkan pada standar pencapaian yang jelas 76 Penyampaian materi dari dosen membuat saya mau belajar 62,8
Pernyataan Setuju sangat setuju sangat setuju setuju sangat setuju setuju setuju
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa 87,2% mahasiswa setuju di dalam pergaulan para dosen sangat bersahabat dan mendukung mahasiswanya untuk belajar, 82% mahasiswa setuju nilai akhir yang mereka peroleh tepat menyatakan usaha yang mereka lakukan di dalam belajar, 75,6% mahasiswa setuju para dosen dapat menyatakan harapannya untuk pencapaian mahasiswa, 81,6% mahasiswa setuju dosen mendorong dan memotivasi mahasiswa untuk bertanya , juga mahasiswa setuju teman-teman di kelas saling mendukung untuk belajar , mahasiswa setuju system penilaian yang diberikan dosen jelas, dan penyampaian materi dari dosen membuat mahasiswa mau belajar. 2. Student service culture Cafetaria : Faktor Menu di cafeteria memuaskan (enak) Menu di cafeteria bervariasi Menu di cafeteria menarik selera makan Cafeteria menjaga standar yang tinggi untuk kesehatan Pelayanan di cafeteria professional (bersih) Pelayanan di cafeteria ramah
% 58,8 60,8 49,6 68,8 49,6 53,6
Pernyataan netral netral netral setuju netral netral
Hampir semua item mendapatkan respon yang sama, kecuali untuk cafetaria menjaga standar yang tinggi untuk kesehatan. Para mahasiswa mengakui sajian yang dihidangkan adalah makanan sehat, tetapi karena sudah terbiasa dengan makan daging dan ikan, maka makanan jenis vegetarian kurang menarik selera makan mereka. Asrama : Faktor Pelayanan di asrama (kepala asrama) bersahabat Kepala asrama menaruh perhatian kepada saya yang dipercayakan kepadanya Kepala asrama member nasihat kepada saya sehubungan dengan permasalahan pribadi saya Kepala asrama menjalankan peraturan disiplin yang telah ditetapkan Kepala asrama membangun tingkah laku dan meningkatkan moral dan keagamaan melalui keteladanan hidup Kristen Kepala asrama mengawasi kebiasaan-kebiasaan hidup mahasiswa yang tinggal di
15
% 59,2 62,4 64,4
Pernyataan Netral setuju setuju
66,8 70
setuju setuju
66,4
setuju
asrama Kepala asrama mengadakan pemerikasaan setiap malam untuk memastikan 59,2 mahasiswa berada di dalam kamar Saya merasa nyaman tinggal di asrama 64,8 Saya merasa pergaulan di asrama ramah dan sopan 57,6 Persahabatan penghuni asrama mendukung dalam hal belajar 56,8 Saya merasa asrama selalu dijaga kebersihannya 56,4
netral setuju netral netral netral
Mahasiswa di asrama setuju bahwa kepala asrama telah menaruh perhatian kepada mereka, mereka juga setuju kepala asrama telah memberi nasihat sehubungan dengan masalah yang mereka hadapi, mahasiswa juga setuju kepala asrama telah menjalankan peraturan disiplin yang telah ditetapkan, mahasiswa setuju kepala asrama telah membangun tingkah laku dan meningkatkan moral dan keagamaan melalui teladan, mahasiswa juga setuju kepala asrama telah mengawasi kebiasaankebiasaan hidup mahasiswa yang tinggal di asrama, mahasiswa juga setuju mereka merasa nyaman tinggal di asrama. Tetapi untuk pelayanan kepala asrama yang bersahabat mahasiswa bersifat netral, kepala asrama mengadakan pemeriksaan kamar untuk memastikan mahasiswa sudah berada di asrama mahasiswa berespon netral, persahabatan penghuni asrama yang mendukung dalam hal belajar mahasiswa merespon netral, dan asrama selalu dijaga kebersihannya mahasiswa merespon netral. Respon netral ini karena kegiatan tersebut tidak dilakukan secara rutin setiap hari, tetapi dilakukan secara incidental. Perpustakaan : Faktor Peraturan perpustakaan membuat saya dapat memanfaatkan perpustakaan secara maksimal Petugas perpustakaan dapat membantu saya mencari buku-buku Buku-buku yang ada di perpustakaan merangsang saya untuk giat membaca Petugas perpustakaan mengawasi ketertiban mahasiswa yang belajar di perpustakaan Perpustakaan di buka sesuai jam kerja yang telah ditetapkan Petugas perpustakaan mengawasi kegiatan belajar malam di perpustakaan Perpustakaan menyediakan jurnal-jurnal ilmiah yang membantu mahasiswa belajar Perpustakaan memiliki koleksi teks book terbitan 5 tahun terakhir
% 76,4
Pernyataan Setuju
76,8 74,4 77,6
setuju setuju setuju
70,8 71,6 68
setuju setuju setuju
47,2
netral
Mahasiswa setuju peraturan perpustakaan membuat mereka dapat memanfaatkan perpustakaan secara maksimal, mahasiswa setuju petugas di perpustakaan dapat membantu mereka mendapatkan buku yang mereka butuhkan, mahasiswa setuju buku-buku yang ada di perpustakaan merangsang mereka untuk giat membaca, mahasiswa setuju petugas perpustakaan telah mengawasi ketertiban mahasiswa yang belajar di perpustakaan, mahasiswa setuju perpustakaan di buka sesuai jam kerja yang ada, mahasiswa setuju petugas perpustakaan juga melakukan pengawasan kegiatan belajar malam di perpustakaan, mahasiswa setuju perpustakaan telah menyediakan jurnal-jurnal ilmiah yang membantu mereka belajar. Tetapi untuk perpustakaan memiliki koleksi teks book terbitan 5 tahun terakhir mahasiswa berespon netral. Ini karena buku-buku terbitan lama tentu lebih banyak dari pada yang baru. Aktivitas Rohani Faktor Kegiatan –kegiatan di kampus meningkatkan kehidupan kerohanian saya Saya merasa kegiatan akademik di kampus selalu berhubungan dengan kegiatan rohani Saya merasa kegiatan social di kampus dapat meningkatkan kehidupan kerohanian
16
% 76,4 78,8
Pernyataan setuju setuju
76,8
setuju
Untuk aktivitas kerohanian yang akan membentuk karakter dan budi pekerti yang luhur mahasiswa setuju kegiatan-kegiatan dikampus telah meningkatkan kehidupan kerohanian, mahasiswa setuju kegiatan akademik di kampus selalu ada hubungannya dengan kegiatan rohani, mahasiswa juga setuju pelaksanaan kegiatan social di kampus juga dapat meningkatkan kehidupan kerohanian. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat dibuat kesimpulan meskipun terjadi pergantian tenaga kerja karena tenaga yang pensiun digantikan oleh tenaga yang baru, namun STIE Surya Nusantara Pematangsiantar masih mempunyai budaya yang kuat di dalam pelayanan mahasiswa, ini tercermin dari hasil penelitian bahwa peraturan-peraturan yang ada di dalam buku pedoman kerja masih dilaksanakan dengan baik seperti: 1. Dosen-dosen ramah,dan mendorong mahasiswa untuk belajar dan bertanya, nilai akhir yang mereka peroleh tepat menyatakan usaha yang mereka lakukan di dalam belajar, teman-teman di kelas saling mendukung untuk belajar, system penilaian yang diberikan dosen jelas, dan penyampaian materi dari dosen membuat mahasiswa mau belajar. 2. Para mahasiswa mengakui sajian yang dihidangkan di kamar makan adalah makanan sehat. 3. Kepala asrama menaruh perhatian kepada penghuni asrama, kepala asrama juga memberi nasihat sehubungan dengan masalah yang mereka hadapi, kepala asrama menjalankan peraturan disiplin yang telah ditetapkan, kepala asrama membangun tingkah laku dan meningkatkan moral dan keagamaan melalui teladan, kepala asrama mengawasi kebiasaan-kebiasaan hidup mahasiswa yang tinggal di asrama, dan mahasiswa merasa nyaman tinggal di asrama. 4. Peraturan perpustakaan membuat mahasiswa dapat memanfaatkan perpustakaan secara maksimal, petugas di perpustakaan dapat membantu mendapatkan buku yang di butuhkan, buku-buku yang ada di perpustakaan dapat merangsang mereka untuk giat membaca, petugas perpustakaan mengawasi ketertiban mahasiswa yang belajar di perpustakaan, perpustakaan di buka sesuai jam kerja yang ada, petugas perpustakaan juga melakukan pengawasan kegiatan belajar malam di perpustakaan, perpustakaan telah menyediakan jurnal-jurnal ilmiah yang membantu mereka belajar. 5. Kegiatan-kegiatan dikampus telah meningkatkan kehidupan kerohanian, kegiatan akademik di kampus selalu ada hubungannya dengan kegiatan rohani, pelaksanaan kegiatan social di kampus juga dapat meningkatkan kehidupan kerohanian. Saran 1. Seminar pola makanan sehat perlu untuk terus dilakukan agar mahasiswa bisa mengubah selera makan. 2. Pelayanan kepala asrama perlu ditingkatkan untuk item-item yang mendapatkan respon netral, seperti mengadakan pemeriksaan kamar untuk memastikan mahasiswa sudah berada di asrama, persahabatan penghuni asrama agar mendukung dalam hal belajar, dan kebersihan asrama. DAFTAR PUSTAKA: Buku Panduan Kurikulum 2011-2013. STIE Surya Nusantara. Draft R. L. (2000). Manajemen. Ed. 5. Jakarta: Erlangga Marzuki (1995). Metode Riset. Yogyakarta: BPFE-UII. Moeljono, D (2003). Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Moeljono, D (2005). Budaya organisasi dalam Tantangan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Riduwan & Sunarto. (2009).Statistika. Bandung: Alfabeta. Robbins, S. (1991). Organizational Behavior. New Jersey: Prentice Hall, Incs., Englewood Cliffs. Schein (1992). Organizational Culture and Leadership. Jossey-Bas: San Fransisco.
17
Sobirin,A. ( 2007). Budaya Organisasi. Yogyakarta: STIM YKPN Stoner J. A. F. & Freeman G. (1996). Manajemen. Ed. 6. Jakarta: P.T. Prenhalindo. Tika, P. 2006. Budaya Organisasi Dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
18