ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU CORPORATE INTERNET REPORTING 35 PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA WIDARYANTI STIE Pelita Nusantara Semarang ABSTRACT This study seek to examined factors that affect the timeliness of corporate internet reporting (CIR) in listed companies on the Indonesian Stock Exchange. Key factors used firm characteristics (firm size, type of bussiness, profitability, leverage, liquidity, issuance of stock) and corporate governance variables (public ownership structure, proportion of supervisory board and supervisory board size). Population of this study was Indonesian Listed Company in 2008 at Indonesian Stock Exchange .The sample was 195 firms Based on purposive sampling technique. Multiple regression analysis used to test the hypothesis. The regression analysis found that a significant relationship between the timeliness of CIR and firm size. However, others variable like type of bussiness, profitability, leverage, liquidity, stock issues, public ownership structure, proportion of supervisory board and supervisory board size was not significant relationship with timeliness of CIR.. This results indicated that firms typically in big size se modisclore timely information on their web sites. Keywords : Timeliness, Corporate Internet Reporting, Firm Characteristics, Corporate Governance digunakan oleh investor dalam pembuatan PENDAHULUAN keputusan, maka ketepatan waktu menjadi Pelaporan keuangan merupakan karakteristik yang paling penting dari media bagi perusahaan untuk informasi akuntansi (Soltani, 2002). mengungkapkan informasi tentang Ketepatan waktu telah diakui perusahaan kepada stakeholders. sebagai satu dari atribut kualitatif laporan Perusahaan-perusahaan yang sahamnya keuangan (PSAK, 2007). Ketepatan waktu tercatat di bursa efek harus melakukan diartikan bahwa informasi seharusnya ada pengungkapan informasi. Seperti untuk pengguna laporan keuangan secepat dinyatakan oleh Healy dan Palepu (2000) mungkin (Carslaw dan Kaplan, 1991), bahwa pengungkapan informasi merupakan sedangkan atribut kualitatif laporan bagian komunikasi yang wajib dilakukan keuangan merupakan ciri khas yang oleh perusahaan emiten, seperti roadshows, membuat informasi dalam laporan analysts’ presentations and conference keuangan berguna bagi pemakai (Saleh, calls, press releases, internet sites, dan 2004). Oleh karena itu, informasi dikatakan aktivitas emiten lainnya. Healy dan Palepu berguna bagi pemakai jika tersedia tepat (1993) menemukan bahwa strategi waktu. pengungkapan merupakan sarana atau Perkembangan tingkat penggunaan media potensial yang sangat penting bagi internet menjadi trend penting bagi para manajer perusahaan emiten untuk perusahaan untuk melaksanakan corporate dapat mempengaruhi atau memberi dampak internet reporting (CIR), atau pelaporan terhadap keputusan-keputusan investasi informasi keuangan perusahaan melalui para investor sebagai pihak luar internet (Oyelere, et al., 2003). Hal ini perusahaan. dilakukan karena berbagai fitur berita dan Pada umumnya investor di dalam informasi keuangan akan sangat mudah membuat keputusan investasi dalam dijangkau oleh pengguna tanpa adanya sekuritas saham atau melakukan aktivitas hambatan batasan geografis. Selain relatif trading di pasar modal sebagian didasarkan lebih mudah untuk diterapkan (applicable), atas informasi terbaru yang masuk ke pasar internet juga memberikan kemudahan dari perusahaan publik dan emiten yang dalam hal akses (accessability), biaya yang sahamnya tercatat (listing) di bursa efek. relatif lebih murah, serta kecepatan untuk Karena tujuan perusahaan publik adalah menyediakan informasi yang akan memperbarui berita dan informasi
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
(updating). Laporan keuangan yang biasanya dicetak, melalui internet laporan keuangan perusahaan bisa didistribusikan lebih cepat (aspek timeliness), artinya dengan media internet perusahaan mampu mengeksploitasi kegunaan teknologi ini untuk lebih membuka diri (aspek transparansi) dan untuk menginformasikan laporan keuangannya (aspek disclosure) lebih tepat waktu. Penyampaian informasi yang lebih cepat pendistribusiannya atau tepat waktu dapat meningkatkan nilai informasi tersebut (Ezat dan El-Masry, 2008). Menurut Jones dan Stanwick (2001) para investor menyadari bahwa nilai informasi keuangan akan menurun menurut waktu. Hal ini yang menyebabkan siklus pelaporan keuangan diperpendek dari tahunan menjadi interval triwulanan untuk mengefektifkan pelaporan yang real-time, untuk itu internet menjadi alat penting bagi perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang up-to-date (timely information) (Abdelsalam dan Street, 2007). Penelitian mengenai pengungkapan informasi melalui internet dalam corporate website telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui luas pengungkapan informasi dalam website perusahaan dan informasi-informasi apa saja yang diungkapkan dalam website perusahaan di banyak negara (Barac, 2004; Ettredge et al., 2001; Hedlin, 1999; Lybert, 2002; Petravick dan Gillet, 1998). Penelitian empiris corporate internet reporting yang lain menganalisis mengenai determinandeterminan kualitas pengungkapan online (Asbaught et al., 1999; Bollen et al., 2006; Brennan dan Hourigan, 2000; Debreceny et al., 2002; Debreceny dan Rahman, 2005; Marston dan Polei, 2004; Momany dan AlShorman, 2006; Trabelsi dan Labelle, 2006; Xiao et al, 2004). Penelitian ini mengacu pada penelitian Ezat dan El-Masry (2008) tentang ketepatan waktu CIR oleh perusahaan-perusahaan besar di Mesir. Variabel independen yang digunakan oleh Ezat dan El-Masry adalah ukuran perusahaan, tipe bisnis, profitabilitas, leverage, likuiditas, penerbitan saham,
struktur kepemilikan, komposisi dewan direktur, dualitas peran dan ukuran dewan direktur. Struktur corporate governance di Mesir menggunakan one tier system sedangkan di Indonesia menggunakan two tier system. Adanya perbedaan sistem yang digunakan apakah akan mempengaruhi tingkat transparansi, merupakan salah satu motivasi penelitian ini, dimana pelaporan melalui internet merupakan salah satu perwujudan dari prinsip good corporate governance yaitu transparansi. Penelitian-penelitian sebelumnya di bidang ini dilakukan terutama di luar negeri, belum banyaknya penelitian mengenai ketepatan waktu CIR di Indonesia merupakan motivasi untuk dilakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu CIR pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Faktorfaktor yang mempengaruhi ketepatan waktu CIR adalah ukuran perusahaan, tipe bisnis, profitabilitas, leverage, likuiditas, penerbitan saham, kepemilikan publik, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran dewan komisaris. TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL Teori Signalling Teori signal (signalling theory) membahas bagaimana seharusnya signalsignal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agent) disampaikan kepada pemilik modal (principles) (Jogiyanto, 2000). Dalam hal ini, penyampaian laporan keuangan dapat dianggap sebagai signal, yang berarti bahwa apakah agen telah berbuat sesuai dengan kontrak atau belum. Menurut Sharpe (1997) pengumuman informasi akuntansi yang tepat waktu memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Teori Agensi (Agency theory) Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan agency sebagai suatu kontrak dibawah satu atau lebih (prinsipal) yang melibatkan orang lain (agent) untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melibatkan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi yang rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Shareholder atau prinsipal, mendelegasikan pembuatan keputusan sehari-hari kepada manajer atau agen. Manajer ditugaskan dengan menggunakan dan mengawasi sumber-sumber ekonomi perusahaan. Bagaimanapun juga, manajer tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan terbaik pemegang saham, sebagian dikarenakan oleh pemilihan yang kurang baik (adverse selection) atau adanya moral hazard, selain itu juga dapat memicu adanya asymetri informasi. Oleh sebab itu pemegang saham harus memonitor manajer untuk memastikan mereka telah berbuat sesuai dengan ketentuan dari isi kontrak perjanjian (Jensen dan Meckling 1976). Menurut Kelton (2008) informasi laporan keuangan yang disampaikan secara tepat waktu akan mengurangi asimetri informasi. Corporate Internet Reporting (CIR) Penggunaan internet untuk kepentingan penyajian pelaporan keuangan menjadi suatu kebutuhan. Corporate Internet Reporting (CIR) adalah penyajian pelaporan informasi keuangan perusahaan melalui media internet (Ashbaught, Johnstone, dan Warfield, 1999). Pelaporan keuangan perusahaan melalui situs perusahaan menjadi metode baru untuk penyebaran informasi keuangan. Menurut Suripto (2006) manfaat pelaporan keuangan menggunakan internet antara lain adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan efisiensi biaya, karena a. Menurunkan biaya produksi dan distribusi yang berhubungan dengan laporan tahunan cetakan. b. Menekan jumlah permintaan laporan keuangan cetakan dari
pemakai laporan keuangan yang bukan pemegang saham. 2. Memperbaiki akses pemakai terhadap informasi, dengan a. Fleksibilitas akses yang tidak berurutan terhadap informasi dengan menggunakan hiperlink b. Menyediakan informasi lebih banyak dibanding yang tersedia dalam laporan tahunan cetakan c. Menyediakan informasi real time d. Menyediakan informasi dalam cara yang interaktif e. Memperbaiki keteraksesan informasi yang akan mengakibatkan penyebaran informasi yang lebih adil (Fisher et al., 2004) f. Semakin banyak artikel-artikel yang dimuat dalam media-media bisnis (Asbaught et al., 1999; Marston, 2003; Khadaro, 2005) mencerminkan tumbuhnya kesadaran arti penting internet sebagai media komunikasi informasi keuangan. Proses hubungan investor dapat ditingkatkan, lebih transparan dan inklusif, dengan media pelaporan internet (Marston, 2003). Sebagai contoh, rekaman presentasi analis dapat ditayangkan dalam website perusahaan. Kualitas CIR dapat dinilai dari empat komponen yaitu isi/content, ketepatan waktu/timelines, pemanfaatan tehnologi/technology dan user-support (Almilia dan Budisusetyo, 2008). Adapun penjelasan untuk masing-masing komponen adalah sebagai berikut: 1. Isi/Content, dalam kategori ini meliputi komponen informasi keuangan seperti laporan neraca, rugi laba, arus kas, perubahan posisi keuangan serta laporan keberlanjutan perusahaan. Informasi keuangan yang diungkapkan dalam bentuk html memiliki skor yang tinggi dibandingkan dalam format pdf, karena informasi dalam bentuk html lebih memudahkan pengguna informasi untuk mengakses informasi keuangan tersebut menjadi lebih cepat.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
Ketepatan waktu, ketika website perusahaan sering di-update serta dapat menyajikan informasi terkini maka dikatakan tepat waktu. 3. Pemanfaatan Teknologi, komponen ini terkait dengan pemanfaatan teknologi yang tidak dapat disediakan oleh media laporan cetak serta penggunaan media teknologi multimedia, analysis tools (contohnya, Excel’s Pivot Table), fiturPengembangan Hipotesis Hubungan antara Ukuran Perusahaan dengan Ketepatan Waktu CIR Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil suatu perusahaan. Besar (ukuran) perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan. Perusahaan besar cenderung menyediakan informasi keuangan yang lebih cepat, baik dalam media tradisional (Botosan, 1997) maupun media online (Ettredge et.al, 2002) daripada perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan besar mempunyai desakan kuat dari analis dan investor untuk lebih cepat mendistribusikan informasi keuangan perusahaan (Ettredge, 2005). Perusahaan lebih besar banyak disorot oleh masyarakat dibandingkan perusahaan kecil, oleh karena itu perusahaan besar cenderung menjaga image perusahaan dimata masyarakat. Menurut Botosan (1997) bahwa perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan dengan perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya, dikarenakan perusahaan besar cenderung lebih banyak mendapat perhatian publik. Suripto (2006) menyatakan bahwa perusahaan besar umumnya memiliki jumlah aktiva besar, penjualan besar, keterampilan karyawan yang baik, sistem informasi yang baik, jenis produk banyak, struktur kepemilikan lengkap, memiliki sistem pengendalian yang kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan sorotan masyarakat, sehingga memungkinkan perusahaan untuk melaporkan informasi perusahaan lebih cepat ke publik. Sedangkan pada perusahaan kecil terdapat dugaan akan
2.
fitur lanjutan (seperti implementasi “Intelligent Agent” atau XBRL). 4. User Support, indeks website perusahaan semakin tinggi jika perusahaan mengimplementasikan secara optimal semua sarana dalam website perusahaan seperti: media pencarian dan navigasi/search and navigation tools (sperti FAQ, links to homepage, site map, site search). mengungkapkan dengan kualitas yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang lebih besar. H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu CIR Hubungan antara Tipe Bisnis dengan Ketepatan Waktu CIR Menurut Suripto (2006) perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok besar yaitu : 1. Perusahaan manufaktur 2. Perusahaan non manufaktur selain usaha bank dan lembaga keuangan lainnya 3. Kelompok usaha bank dan lembaga keuangan Ezat dan El-Masry (2008) mengelompokkan tipe bisnis menjadi dua yaitu perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa, dan menyimpulkan bahwa variabel tipe bisnis berpengaruh terhadap ketepatan waktu CIR. Perusahaan yang bergerak dalam industri tertentu secara politik lebih rentan dikritik masyarakat. Perusahaan tersebut menggunakan pengungkapan informasi yang lebih banyak dan tepat waktu untuk meminimalkan atau mengurangi kemungkinan political cost seperti regulasi atau tuntutan tertentu dari masyarakat (Craven dan Marston, 2003). Ketepatan waktu pengungkapan informasi keuangan dalam internet dapat diduga berbeda antar industri karena perusahaan dengan kandungan teknologi tinggi ingin unjuk kemampuan di bidang teknologi (Suripto, 2006). H2: Tipe bisnis berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu CIR Hubungan antara Profitabilitas dengan Ketepatan Waktu CIR Profitabilitas merupakan suatu aspek penting yang dijadikan acuan oleh
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
investor atau pemilik untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola suatu perusahaan. Profitabilitas dapat mempengaruhi keputusan investor untuk membeli atau menjual sahamnya dan dapat juga mempengaruhi keputusan pemilik untuk memberi bonus atau menaikkan nilai kontrak kepada manajer. Di samping itu, profitabilitas juga dapat digunakan oleh kreditor untuk memutuskan pinjaman mereka kepada suatu perusahaan. Berdasarkan signalling theory, perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dapat dikatakan bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut mengandung berita baik dan perusahaan yang mengalami berita baik akan cenderung mengungkapkan informasi keuangan perusahaan secara lebih cepat (Hilmi, 2008). Suripto (2006) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa lebih tinggi profitabilitas perusahaan lebih besar kemungkinan disoroti oleh masyarakat, sehingga perusahaan yang profitable lebih mempunyai sumber daya keuangan untuk meningkatkan kualitas pengungkapan tambahan. H3: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu CIR Hubungan antara Leverage dengan Ketepatan Waktu CIR Leverage adalah hutang sumber dana yang digunakan perusahaan untuk membiayai asetnya diluar sumber dana modal atau ekuitas (Husnan dan Pudjiastuti, 2002). Hutang merupakan perjanjian antara perusahaan sebagai debitur dengan kreditur. Dalam perjanjian hutang ini, ada kepentingan perusahaan untuk dinilai positif oleh kreditur dalam hal kemampuan membayar hutangnya. Sehingga adanya perjanjian kontrak hutang memicu manajemen untuk meningkatkan kualitas pengungkapan informasi keuangan perusahaan melalui internet, termasuk didalamnya aspek ketepatan waktu, dengan tujuan memperlihatkan kinerja positif pada kreditur, sehingga memperoleh suntikan dana atau untuk memperoleh penjadwalan kembali pembayaran hutang. H4 :Leverage berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu CIR
Hubungan antara Likuiditas dengan Ketepatan Waktu CIR Likuiditas perusahaan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesehatan suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki rasio likuiditas yang tinggi akan cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak-pihak yang membutuhkan karena ingin dipandang bahwa perusahaan tersebut credible (dapat dipercaya) (Oyelere et al., 2003). Hal ini memotivasi perusahaan yang sangat likuid untuk mengungkapkan likuiditasnya dalam internet. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang tinggi dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya (Hilmi, 2008). Hal ini merupakan berita baik (good news) sehingga perusahaan dengan kondisi seperti ini cenderung untuk lebih cepat dalam mengungkapkan informasi perusahaan. H5: Likuiditas berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu CIR Hubungan antara Penerbitan saham dengan Ketepatan Waktu CIR Banyak perusahaan mempunyai keinginan untuk meningkatkan modal mereka dengan mencari lebih dari satu sumber pembiayaan, dan satu dari sumber pembiayaan ini adalah dengan cara menerbitkan saham yang lebih banyak (Ezat dan El-Masry, 2008). Penerbitan Saham adalah salah satu pembiayaan perusahaan dengan cara menerbitkan saham baru di pasar modal (Husnan dan Pudjiastuti, 2002). Perusahaan yang membutuhkan sumber pembiayaan baru, akan meningkatkan kualitas pengungkapan informasi pada website perusahaan untuk menarik lebih banyak investor. Ketepatan waktu CIR merupakan salah satu aspek dari kualitas pengungkapan informasi pada website perusahaan. H6: Penerbitan saham berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu CIR Hubungan antara Kepemilikan Publik dengan Ketepatan Waktu CIR Perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan publik cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi pada website perusahaan untuk
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
menyediakan informasi yang diperlukan bagi pemegang saham, namun perusahaan dengan struktur kepemilikan terkonsentrasi cenderung kurang mengungkapkan informasi pada website perusahaan karena pemegang sahamnya dapat mengakses dan mendapatkan informasi yang diinginkannya secara internal (Marston dan Polei, 2004). Sesuai dengan prinsip transparansi, disebutkan bahwa seluruh pemegang saham harus diberi kesempatan untuk berperan dalam pengambilan keputusan atas perubahan mendasar dalam perusahaan dan dapat memperoleh informasi yang benar, akurat dan tepat waktu mengenai perusahaan (Kep. Menteri Negara BUMN, 2002). Teori keagenan menjelaskan dan memprediksi bahwa perusahaan yang mempunyai struktur kepemilikan publik mempunyai insentif untuk lebih mengungkap informasi guna membantu pemegang saham lebih jauh mengawasi perilakunya (Raffournier, 1995). Semakin besar saham yang dimiliki publik, akan semakin banyak informasi yang diungkapkan karena investor ingin memperoleh informasi seluas-luasnya dan secepat-cepatnya tentang perusahaan tempat ia berinvestasi serta dapat mengawasi kegiatan manajemen sehingga kepentingannya dalam perusahaan terpenuhi (Marwata, 2001). H7 : Kepemilikan publik berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu CIR Hubungan antara Proporsi Dewan Komisaris Independen dengan Ketepatan Waktu CIR Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance. Hanifa dan Cooke (2002) menegaskan, komisaris independen memiliki dua karakteristik yang memungkinkan mereka untuk memenuhi fungsi monitoring mereka. Pertama, independensi mereka dan kedua, fokus mereka untuk menjaga reputasi mereka dalam pasar tenaga kerja eksternal. Sehingga dengan adanya karakteristik tersebut diharapkan komisaris independen bisa mempermudah pelaksanaan pertanggung-jawaban dewan komisaris yang meliputi pengawasan manajemen atas
bisnis yang berjalan dan memastikan dijalankannya Corporate Governance sebagaimana mestinya oleh perusahaan serta melaporkan hasilnya kepada pemegang saham dalam masa kepengurusannya. Komisaris independen merupakan elemen penting dalam pengawasan terhadap proses akuntansi perusahaan dan mempengaruhi reliabilitas pelaporan keuangan. Penelitian Abdelsalam dan Street (2007) memperlihatkan terdapat pengaruh positif signifikan antara komposisi dewan dengan kualitas pengungkapan melalui internet. Penelitian Eng dan Mak (2003) mengungkapkan adanya pengaruh negatif signifikan antara komposisi dewan dengan kualitas pengungkapan, sedangkan penelitian Haniffa dan Cooke (2002) tidak menemukan pengaruh signifikan antara komposisi dewan dengan kualitas pengungkapan. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H8 : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu CIR Hubungan antara Ukuran Dewan Komisaris dengan Ketepatan Waktu CIR Dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan tindakan oportunistik yang berdampak pada kepercayaan investor. Jumlah dewan komisaris yang besar menguntungkan perusahaan dari sudut pandang resources. Perspektif fungsi ini memandang dewan sebagai suatu alat untuk mendapatkan informasi dan sumber daya yang penting (Dalton dan Daily, 1999). Peran ini sangat berguna mengingat sumber daya yang langka justru dapat menciptakan keuntungan yang kompetitif (Canner dan Prahalad, 1996). Hubungan (connection) yang bernilai, jarang, dan secara sosial kompleks yang dikembangkan oleh anggota dewan akan sulit untuk ditiru oleh perusahaan lain sehingga dapat menjadi suatu sumber keuntungan kompetitif (Barney, 1991 dalam Young et al., 2001). Ukuran dewan yang besar menyediakan
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
keberagaman keahlian dari anggota dewan (Ezat dan El-Masry, 2008). Dari uraian di yang akan membantu perusahaan atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai menyediakan sumberdaya kritis dalam berikut : mengurangi ketidakpastian lingkungan H9 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu (Ezat dan El-Masry, 2008). Perusahaan CIR yang mempunyai ukuran dewan besar Berdasarkan uraian diatas, model kerangka mempunyai keinginan untuk pemikiran teoritis penelitian ini adalah mengungkapkan informasi lebih berkualitas sebagai berikut dan tepat waktu pada website perusahaan agar dapat menarik lebih banyak investor : GAMBAR 1 MODEL KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KETEPATAN WAKTU CIR
Ukuran Perusahaan
H1 : + H2 : +
Tipe bisnis
H3 : +
Profitabilitas
H4 : +
Leverage H5 : + H6 : +
Likuiditas Penerbitan saham Kepemilikan Publik Proporsi
H7 : +
Ketepatan Waktu CIR
H8: + H9 : +
Dewan
Komisaris Independen Ukuran
Dewan
METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ketepatan waktu CIR (TCIR). Pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan yaitu ukuran perusahaan, tipe bisnis, profitabilitas, leverage, likuiditas, penerbitan saham, kepemilikan publik, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran dewan komisaris. 1) Ketepatan Waktu CIR (TCIR) Ketepatan waktu CIR diukur dengan menggunakan index ketepatan waktu corporate internet reporting
(TCIR) yang terdiri dari 11 item. Setiap perusahaan diberi angka “1” jika ditemukan satu item ketepatan waktu CIR dalam website perusahaan dan diberi angka “0” jika tidak diketemukan item ketepatan waktu CIR dalam website perusahaan atau jika perusahaan tidak mempunyai website. Seperti yang digunakan oleh Barac (2004), Pirchenger dan Wagenhofer (1999), Ezad dan El-Masry (2008), penelitian ini menggunakan 11 kriteria ketepatan waktu CIR sebagai berikut : a) Terdapat press release atau berita terkini
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
b) Terdapat Harga saham terkini c) Terdapat kalender atau event keuangan mendatang d) Terdapat halaman yang mengindikasikan update terakhir e) Terdapat data penjualan bulanan/mingguan atau data operasional f) Terdapat market share dari produk utama g) Terdapat tanggal terakhir website di update h) Terdapat pilihan untuk mendaftarkan email pengguna jika ingin memperoleh kiriman press release atau newsletters i) Terdapat link dengan website regulator j) Terdapat pengumuman dividen terbaru k) Terdapat laporan keuangan interim terbaru 2) Ukuran Perusahaan (SIZE) Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan natural log of market capitalisation (Anoraga, 2001), semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal dalam masyarakat. Market capitalisation dapat dirumuskan sebagai berikut: Market Capitalization = Harga Pasar x Jumlah Saham Beredar 3) Tipe bisnis (TYPE) Variabel tipe bisnis dibagi kedalam kelompok manufaktur dan jasa. Tipe bisnis dalam penelitian ini diukur dengan variabel dummy dimana diberi angka “1” jika perusahaan merupakan perusahaan manufaktur dan “0” jika merupakan perusahaan jasa (Ezat dan El-Masry, 2008). 4) Profitabilitas (PROF) Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Return on Equity (ROE). ROE dapat dirumuskan sebagai berikut : ROE = 5) Leverage (LEV) Leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan leverage ratio yaitu perbandingan antara total
debt dengan total asset (Ezat dan ElMasry, 2008). Leverage = 6) Likuiditas (LIQ) Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio antara current assets dengan current liabilities (Ezat dan El-Masry, 2008). Current Ratio = 7) Penerbitan Saham (ISSUE) Penerbitan saham dalam penelitian ini menggunakan variabel dummy, dimana diberi angka “1” jika perusahaan melakukan penerbitan saham selama 2008 dan angka “0” jika perusahaan tidak melakukan penerbitan saham. 8) Kepemilikan Publik (PUBLIC) Struktur kepemilikan publik dalam penelitian ini diukur dengan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh publik. 9) Proporsi Dewan Komisaris Independen (INDEP) Proporsi dewan komisaris independen dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan persentase antara jumlah komisaris independen dengan total anggota dewan komisaris. 10) Ukuran Dewan Komisaris (BSIZE) Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris yang bertugas menjalankan pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi. Ukuran dewan komisaris dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan jumlah anggota dewan komisaris. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2008. Periode tahun 2008 dipilih karena data yang tersedia untuk penelitian ini, yaitu laporan tahunan terbaru yang tersedia di BEI adalah tahun 2008. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah “purposive sampling” yakni berdasarkan kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan memiliki web site yang aktif / dapat diakses dan tidak sedang dalam perbaikan.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
2. Mempublikasikan laporan tahunan 2008, laporan tahunan ini digunakan Tabel 1 : Jumlah Sampel Perusahaan Kriteria Perusahaan listing di BEI 2008 Perusahaan yang tidak mempunyai website 3. Website dalam perbaikan dan tidak bisa diakses 4. Website group perusahaan 5. Data tidak lengkap Jumlah Sampel 1. 2.
sebagai sumber informasi beberapa variabel independen. ε : Variabel gangguan HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah 396 123
Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2008. Pada periode ini terdapat 396 perusahaan, akan tetapi setelah dilakukan purposive sampling, maka sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini adalah 195 perusahaan. Data diambil dari website dan annual report perusahaanperusahaan tersebut. Terdapat 201 sampel digugurkan karena data perusahaan tersebut tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan karena ketidaklengkapan data. Deskriptif Statistik
13 10 55 195
Teknik Analisis Metode analisis statistik yang digunakan adalah metoda regresi linear berganda yang sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Model regresi dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut: TCIR=β +β SIZE+β TYPE+β PROF+β LE 0
1
2
3
4
V+β LIQ+β ISSUE+β PUBLIC+β 5
6
7
untuk
Berdasarkan input data dari annual report perusahaan tahun 2008 dan website perusahaan yang diakses selama satu bulan antara bulan November-Desember 2009 maka didapatkan data variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ketepatan waktu CIR, ukuran perusahaan, tipe bisnis, profitabilitas, leverage, likuiditas, penerbitan saham, kepemilikan publik, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran dewan komisaris. Nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
8
INDEP+β BSIZE+ ε 9
Keterangan: TCIR : Index ketepatan waktu CIR SIZE : Ukuran Perusahaan TYPE : Tipe Bisnis PROF : Profitabilitas LEV : Leverage LIQ : Likuiditas ISSUE : Penerbitan Saham PUBLIC : Kepemilikan Publik INDEP : Proporsi dewan komisaris independen BSIZE : Ukuran dewan komisaris Tabel 2 : Descriptive Statistic Ketepatan waktu CIR Ukuran perusahaan Profitabilitas Leverage Likuiditas Kepemilikan publik Proporsi komisaris independen Ukuran dewan komisaris
N
Minimum
195 195 195 195 195 195
0 2249100000 -211,90 0,004 0,04 0
10 1.E14 89,10 2,42 57,82 93,81
2,87 3.42E12 7,3299 0,5372 2,9195 25,8859
2,371 1.231E13 26,91835 0,32088 5,78811 18,89347
195
0
1
0,3584
0,14447
195
2
12
4,53
1,884
Berdasarkan Tabel 2 tampak bahwa jumlah data untuk masing-masing variabel penelitian adalah 195. Variabel ketepatan waktu CIR mempunyai nilai rata-rata sebesar 2,87 sedangkan nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum 10
Maksimum
Mean
Std. Deviasi
dan standar deviasi sebesar 2,371. Nilai indeks rata-rata ketepatan waktu CIR ini menunjukkan bahwa tingkat ketepatan waktu CIR yang dilakukan perusahaan masih sangat rendah. Hal ini sesuai dengan kondisi di Indonesia bahwa ketepatan waktu CIR
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
perusahaan masih bersifat sukarela, sehingga mereka tidak terlalu memfokuskan perhatiannya untuk melakukan ketepatan waktu CIR. Tabel 3 : Tipe Bisnis Tipe Bisnis
Jumlah
Persentase
Manufaktur Jasa
83 112
42,6 57,4
Jumlah
195
100
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan sampel adalah perusahaan jasa yaitu sebanyak 112 perusahaan atau 57,4 persen dan hanya 42,6 persen saja yang merupakan perusahaan manufaktur. Tabel 4 : Penerbitan Saham Penerbitan saham
Jumlah
Persentase
Melakukan Tidak melakukan
47 148
24,1 75,9
Jumlah
195
100
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel perusahaan tidak melakukan penerbitan saham selama tahun 2008 yaitu sebanyak 148 perusahaan atau sebesar 75,9 persen. Sedangkan sebanyak 47 perusahaan melakukan penerbitan saham selama tahun 2008 atau sebesar 24,1 persen. Uji Kualitas Data Sebelum dilakukan pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini perlu dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu yang meliputi : uji normalitas data, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Hasil uji kualitas data menunjukkan bahwa data terdistribusi normal, tidak terjadi multikolinieritas dan data bersifat homokedastisitas sehingga data layak digunakan untuk regresi. Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda antara sebuah variabel dependen dengan sembilan variabel independen. Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel
bebas yaitu ukuran perusahaan, tipe bisnis, profitabilitas, leverage, likuiditas, penerbitan saham, kepemilikan publik, proporsi dewan komisaris independen, dan ukuran dewan komisaris terhadap variabel terikat ketepatan waktu CIR. Tabel 5 :Uji Koefisien Determinasi R R Adjusted Std Error Square R of the Square Estimate 0,359a 0,129 0,079 1,931 Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien determinasi sebesar 0,079 atau 7,9 %. Hal ini berarti bahwa hasil penelitian hanya bisa menjelaskan sebesar 7,9 % hubungan antara variabel bebas yaitu ukuran perusahaan, tipe bisnis, profitabilitas, leverage, likuiditas, penerbitan saham, kepemilikan publik, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dengan ketepatan waktu CIR, sedangkan sisanya yaitu sebesar 92,1 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Tingkat Adjusted R Square yang rendah ini menunjukkan perlunya dilakukan penelitian lanjutan dengan menambahkan variabel lain sebagai penduga ketepatan waktu CIR perusahaan. Standar Error of Estimate (SEE) sebesar 1,931 artinya makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. Pengujian secara Simultan (F test) Tabel 6 : Hasil Pengujian Hipotesis secara Bersama-sama (Uji F) Model Regression Residual Total
Sum of Square 86,832 585,528 672,360
Df 9 157 166
Mean Square 9,648 3,729
F
Sig.
2,587
0,008
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil uji Anova atau F test hitung sebesar 2,587 dengan tingkat signifikansi 0,008, karena probabilitas signifikansi kurang dari 0,05 maka kesembilan variabel bebas, yaitu ukuran perusahaan, tipe bisnis, profitabilitas, leverage, likuiditas, penerbitan saham, kepemilikan publik, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris secara bersama-sama berpengaruh terhadap ketepatan waktu CIR.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
Tabel 5 : Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Variabel bebas Unstandardized T S ig Keterangan Coefficients B (Constant) -5,414 -1,974 0,050 LNSIZE 0,308 2,749 0,007 Signifikan Tipe bisnis -0,333 -0,895 0,372 Tidak signifikan Profitabilitas 0,012 0,876 0,382 Tidak signifikan Leverage -0,272 -0,446 0,656 Tidak signifikan Likuiditas -0,040 -1,438 0,152 Tidak signifikan Penerbitan saham 0,382 0,866 0,388 Tidak signifikan Kepemilikan publik 0,005 0,577 0,565 Tidak signifikan Proporsi komisaris independen 0,218 0,176 0,861 Tidak signifikan Ukuran dewan komisaris 0,010 0,091 0,928 Tidak signifikan Berdasarkan ringkasan hasil PEMBAHASAN perhitungan pada tabel 4.9 tersebut Hasil pengujian hipotesis pertama diatas menunjukkan bahwa variabel menunjukkan bahwa variabel ukuran independen LnSIZE memiliki tingkat perusahaan yang dalam penelitian ini diukur signifikansi lebih kecil dari 0,05 dengan market capitaliation berpengaruh sedangkan variabel tipe bisnis, secara positif terhadap ketepatan waktu CIR profitabilitas, leverage, likuiditas, pada tingkat signifikansi 5 %. Hasil penelitian penerbitan saham, kepemilikan publik, ini sesuai dengan hasil penelitian yang proporsi dewan komisaris independen, dilakukan Ezat dan El-Masry (2008), ukuran dewan komisaris memiliki Pirchegger dan Wagenhofer (1999) yang tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05. menemukan adanya pengaruh positif Dengan demikian dapat disimpulkan signifikan antara ukuran perusahaan dengan bahwa variabel independen LnSIZE ketepatan waktu CIR. Hasil penelitian ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan mendukung atau bertentangan dengan hasil terhadap variabel dependen ketepatan penelitian yang dikemukakan oleh Ettredge et waktu CIR, sedangkan variabel al. (2002). Temuan ini menunjukkan bahwa independen tipe bisnis, profitabilitas, ukuran perusahaan merupakan salah satu leverage, likuiditas, penerbitan saham, karakteristik perusahaan yang mampu kepemilikan publik, proporsi dewan mempengaruhi ketepatan waktu CIR. Hal ini komisaris independen, ukuran dewan sejalan dengan pandangan atau konsep yang komisaris secara signifikan tidak mengatakan bahwa perusahaan besar berpengaruh terhadap ketepatan waktu cenderung menyediakan informasi keuangan CIR. yang lebih cepat baik dalam media tradisional maupun media online (Ettredge et.al, 2002) Berdasarkan output tersebut, persamaan matematis dapat dinyatakan daripada perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan besar mempunyai desakan kuat sebagai berikut : TCIR = -5,414 + 0,308 LnSIZE – 0,333 dari analis dan investor untuk lebih cepat mendistribusikan informasi keuangan Tipe bisnis + 0,012 perusahaan (Ettredge, 2005). Selain itu, Profitabilitas - 0,272 Leverage perusahaan besar mampu memasang dan - 0,040 Likuiditas + 0,382 mengoperasikan alat bantu komputer dan Penerbitan Saham + 0,005 internet agar bisa mempercepat proses Kepemilikan Publik + 0,218 penyampaian informasi perusahaan melalui Proporsi Komisaris website perusahaan. Independen + 0,010 Ukuran Dewan Komisaris + Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel tipe bisnis tidak e............................................(1) berpengaruh terhadap ketepatan waktu CIR
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
pada tingkat signifikansi 5 %. Dengan demikian, hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Ezat dan El-Masry (2008) yang menunjukkan bahwa tipe bisnis berpengaruh terhadap ketepatan waktu CIR. Akan tetapi hasil analisis tersebut konsisten dengan hasil penelitian Brennan dan Hourigan (2000) yang tidak menunjukkan hubungan signifikan antara jenis bisnis dengan IFR. Alasan yang mendasari hasil penelitian yaitu pada era globalisasi dengan tingkat perkembangan teknologi yang tinggi, seluruh perusahaan baik itu perusahaan manufaktur maupun jasa bersaing untuk mengadopsi teknologi-teknologi baru seperti internet untuk mempermudah aktivitas mereka, baik untuk promosi, pelayanan konsumen dan lain-lain termasuk di dalamnya untuk pelaporan keuangan perusahaan agar dapat menjangkau luas pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan tersebut sehingga dapat mengurangi agency cost. Selain itu, setiap perusahaan pasti ingin memberikan image yang bagus di kalangan masyarakat, terutama dimata investor maupun calon investor. Hal ini sesuai dengan pendapat Oyelere (2002) yang menyatakan bahwa manajemen perusahaan akan mendesain aktivitas perusahaan sebaik mungkin untuk memberikan image yang baik (positive self attribute). Dengan menggunakan ketepatan waktu CIR, setiap perusahaan baik itu perusahaan manufaktur maupun jasa berharap dapat menaikkan citra perusahaan karena dianggap perusahaan tersebut smart dan exclusive dengan mengikuti trend teknologi. Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel profitabilitas yang dalam penelitian ini diukur dengan ROE tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu CIR pada tingkat signifikansi 5 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Oyelere et al. (2003), Marston dan Polei (2004) yang menemukan tidak adanya pengaruh positif signifikan antara profitabilitas dengan kualitas
pengungkapan melalui internet. Berdasarkan review penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak mendukung atau bertentangan dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Ezat dan El-Masry (2008). Kondisi profitabilitas yang menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu CIR. Hal ini berarti bahwa tidak ada kecenderungan bagi perusahaan yang mengalami keuntungan untuk melakukan ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan melalui internet dan sebaliknya perusahaan yang mengalami kerugian akan tidak tepat waktu dalam memperbaharui informasi perusahaan melalui internet. Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu CIR pada tingkat signifikansi 5 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Ezat dan El-Masry (2008) yang menemukan tidak adanya pengaruh positif signifikan antara leverage dengan ketepatan waktu CIR. Hasil penelitian ini tidak mendukung atau bertentangan dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Xiao et al. (2004). Variabel leverage tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu CIR dimungkinkan karena trend yang dihasilkan cenderung tetap. Alasan yang mendasari hasil penelitian adalah rasio leverage adalah perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Rasio leverage yang tinggi menunjukkan total hutang lebih tinggi dibanding aktiva perusahaan. Dalam penyelesaian masalah hutang, pada umumnya dilakukan secara prosedural yang relatif panjang dan memerlukan waktu yang lama juga. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah hutang tersebut akan menghambat selesainya penyusunan pelaporan keuangan sehingga berakibat juga terhadap ketepatan waktu CIR. Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa variabel likuiditas yang dalam penelitian ini diukur dengan current ratio tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu CIR pada tingkat signifikansi 5 %. Berdasarkan review penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak mendukung atau bertentangan dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Ezat dan
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
El-Masry (2008) dan Oyelere et al. (2003). Ketepatan waktu CIR tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya rasio likuiditas karena mungkin rata-rata tingkat rasio likuiditas perusahaan yang masuk ke dalam sampel penelitian ini kecil sehingga tidak cukup kuat atau signifikan untuk menjadi indikator bagi perusahaan dalam menentukan ketepatan waktu CIR. Dengan kata lain dapat dinyatakan semakin tinggi rasio likuiditas tidak berarti perusahaan semakin segera atau sebaliknya rasio likuiditas yang rendah tidak berarti perusahaan tidak segera atau terlambat dalam mengungkapkan informasi melalui website mereka. Hasil pengujian hipotesis keenam menunjukkan bahwa variabel penerbitan saham tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu CIR pada tingkat signifikansi 5 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Ezat dan El-Masry (2008) yang menemukan tidak adanya pengaruh positif signifikan antara penerbitan saham dengan ketepatan waktu CIR. Hasil penelitian ini tidak mendukung atau bertentangan dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Ettredge et al. (2002) dan Xiao et al. (2004). Alasan yang mendasari hasil penelitian adalah dari hasil deskriptif statistik dapat diketahui perusahaan di Indonesia banyak yang tidak melakukan penerbitan saham selama tahun 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan di Indonesia banyak yang menggunakan sumber dana selain dari penerbitan saham, yaitu dari laba ditahan atau dari hutang. Husnan (1996) menyatakan urutan pendanaan dimulai dari laba ditahan, hutang dan penerbitan saham (ekuitas) pada urutan terakhir. Laba ditahan adalah sumber dana internal, sedangkan hutang dan ekuitas adalah sumber dana eksternal. Konsep ini didasarkan pada, argumentasi bahwa penggunaan laba ditahan lebih murah biayanya dibandingkan penggunaan sumber dana eksternal. Penggunaan sumber dana eksternal melalui hutang dan penerbitan saham hanya digunakan
jika kebutuhan investasi lebih tinggi dari sumber dana internal. Jadi perusahaan di Indonesia lebih banyak menggunakan sumber pendanaan selain dari penerbitan saham sehingga tidak perlu melakukan ketepatan waktu CIR untuk menarik investor. Hasil pengujian hipotesis ketujuh menunjukkan bahwa variabel kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu CIR pada tingkat signifikansi 5 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Abdelsalam dan Street (2007), Trabelsi dan Labelle (2006) yang menemukan tidak adanya pengaruh positif signifikan antara kepemilikan publik dengan ketepatan waktu CIR. Hasil penelitian ini tidak mendukung atau bertentangan dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Ezat dan El-Masry (2008). Struktur kepemilikan perusahaan di Indonesia sebagian besar memiliki struktur kepemilikan yang terkonsentrasi pada suatu institusi yang biasanya memiliki saham yang cukup besar yang diduga mencerminkan kekuasaan, sehingga mempunyai kemampuan untuk melakukan intervensi terhadap jalannya perusahaan dan mengatur proses penyampaian informasi perusahaan kepada pengguna lainnya. Akibatnya diduga manajer terpaksa melakukan keinginan pihak-pihak tertentu diantaranya pemilik institusional atau individual yang mempunyai saham cukup besar untuk mengatur proses penyampaian informasi perusahaan kepada pengguna lainnya. Perusahaan dengan struktur kepemilikan terkonsentrasi cenderung kurang mengungkapkan informasi pada website perusahaan karena pemegang sahamnya dapat mengakses dan mendapatkan informasi yang diinginkannya secara internal (Marston dan Polei, 2004). Hasil pengujian hipotesis kedelapan menunjukkan bahwa variabel proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu CIR pada tingkat signifikansi 5 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Cooke (2002) yang menemukan tidak adanya pengaruh positif signifikan antara proporsi komisaris independen dengan ketepatan waktu CIR. Berdasarkan review penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak mendukung atau bertentangan dengan hasil penelitian yang
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
dikemukakan oleh Abdelsalam dan Street (2007) yang memperlihatkan terdapat pengaruh positif signifikan antara komposisi dewan dengan kualitas pengungkapan. Walaupun variabel proporsi komisaris independen tidak signifikan namun mempunyai hubungan tanda (sign) positif, ini berarti sesuai dengan logika teori (Kelton, 2008) bahwa perusahaan yang mempunyai komisaris independen mampu melakukan pengawasan terhadap proses akuntansi perusahaan dan mempengaruhi reliabilitas pelaporan keuangan, sehingga komisaris independen menginginkan pelaporan yang lebih tepat waktu. Selanjutnya apabila kesesuaian tanda positif tersebut diinterpretasikan maka dapat memberikan indikasi bahwa perusahaan tidak akan secepatnya memperbaharui informasi dalam website perusahaan apabila mempunyai proporsi komisaris independen yang kecil. Beberapa alasan mengapa proporsi komisaris independen tidak memberikan pengaruh terhadap ketepatan waktu CIR adalah bukti empirik menunjukkan rata-rata proporsi komisaris independen saat ini relatif rendah yaitu 35,84%, sehingga secara kolektif komisaris independen tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan dewan komisaris. Pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporate governance (GCG) di dalam perusahaan. Kondisi ini juga ditegaskan dari hasil survei Asian Development Bank dalam Boediono Gideon (2005) yang menyatakan bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen. Fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggung jawab anggota dewan menjadi tidak efektif. Keberadaan komisaris independen ini tidak dapat meningkatkan efektifitas monitoring yang dijalankan oleh komisaris. Menurut Kusumawati dan Riyanto (2005) keberadaan
komisaris independen dalam perusahaan cenderung tampak sekedar formalitas untuk memenuhi peraturan yang ada karena 50 persen sampel mempunyai persentase independensi minimal, yaitu sebesar 33 persen, bahkan terdapat proporsi komisaris independen yang kurang dari persyaratan minimal 30 persen, serta terdapat beberapa perusahaan yang tidak memiliki komisaris independen. Padahal menurut aturan Bapepam, proporsi komisaris independen terhadap total komisaris adalah sebesar 30 persen. Selain itu, komisaris utama yang cenderung dapat mengatur keefektifan seluruh tugas dan fungsi dewan komisaris masih merupakan komisaris yang tidak independen. Dari beberapa komisaris independen yang adapun, tidak semua komisaris independen memiliki waktu dalam rangka memberikan fokus pengawasan terhadap kinerja manajerial. Hal ini terlihat dari proporsi kehadiran rapat komisaris, dimana komisaris independen tidak secara keseluruhan menghadiri rapat dewan komisaris. Aktifnya peranan dewan komisaris dalam praktik memang sangat tergantung pada lingkungan yang diciptakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Berdasar data yang ada, sebagian besar komisaris independen terdiri dari pejabat publik ataupun tokoh masyarakat, yang belum tentu memiliki keahlian dalam konteks manajemen perusahaan. Sebagian besar anggota komisaris ternyata juga menjabat sebagai komisaris dan direksi di perusahaan lain (cross-directorship), baik perusahaan yang berkaitan maupun perusahaan lain. Mantan pejabat pemerintahan ataupun yang masih aktif, biasanya diangkat sebagai anggota dewan komisaris suatu perusahaan dengan tujuan agar mempunyai akses ke instansi pemerintah yang bersangkutan. Dalam hal ini integritas dan kemampuan dewan komisaris seringkali menjadi kurang penting. Pada gilirannya independensi dewan komisaris menjadi sangat diragukan karena hubungan khususnya dengan pemegang saham mayoritas ataupun hubungannya dengan dewan direksi ditambah kurangnya integritas serta kemampuan dewan komisaris (Herwidayatmo, 2005). Hasil pengujian hipotesis kesembilan menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu CIR pada tingkat signifikansi
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
5 %. Berdasarkan review penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak mendukung atau bertentangan dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Ezat dan ElMasry (2008). Walaupun variabel ukuran dewan komisaris tidak signifikan namun mempunyai hubungan tanda (sign) positif, ini berarti sesuai dengan logika teori (Ezat dan El-Masry, 2008) bahwa perusahaan yang mempunyai ukuran dewan komisaris yang besar mempunyai keinginan untuk mengungkapkan informasi lebih berkualitas pada website perusahaan agar dapat menarik lebih banyak investor. Selanjutnya apabila kesesuaian tanda positif tersebut diinterpretasikan maka dapat memberikan indikasi bahwa perusahaan tidak akan secepatnya memperbaharui informasi dalam website perusahaan apabila mempunyai ukuran dewan komisaris yang kecil. Alasan yang mendasari hasil penelitian adalah jumlah dewan yang besar dapat meningkatkan permasalahan dalam hal komunikasi dan koordinasi sehingga dapat menunda pengambilan keputusan strategis. Hal ini dapat berakibat pada terlambatnya pelaporan keuangan perusahaan melalui internet. Kepemilikan saham yang terpusat dalam satu kelompok atau satu keluarga, dapat menjadi salah satu penyebab lemahnya posisi dewan komisaris, karena pengangkatan posisi anggota dewan komisaris diberikan sebagai rasa penghargaan semata maupun berdasarkan hubungan keluarga atau kenalan dekat (Herwidayatmo, 2000). Sesuai dengan fungsinya, seharusnya peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi kebijakan direksi. Peran komisaris ini diharapkan dapat meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham, yaitu dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan termasuk didalamnya ketepatan waktu pelaporan informasi keuangan perusahaan melalui internet.
PENUTUP Kesimpulan Adapun hasil penelitian secara ringkas dapat dijabarkan berikut : 1. Hasil penelitian ini menunjukkan ukuran perusahaan, tipe bisnis, profitabilitas, leverage, likuiditas, penerbitan saham, kepemilikan publik, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran dewan komisaris berpengaruh secara bersamasama terhadap ketepatan waktu CIR pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan secara statistis mempengaruhi ketepatan waktu CIR. 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe bisnis, profitabilitas, leverage, likuiditas, penerbitan saham, kepemilikan publik, proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu CIR. Agenda Penelitian Mendatang Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian. Adapun beberapa keterbatasannya adalah hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen sebesar 7,9 persen dan sisanya sebesar 92,1 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi. Dengan memperhatikan keterbatasan yang ada, diharapkan penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut : 1. Untuk menghindari adanya heteroskedastisitas, maka penelitian mendatang diharapkan memperbanyak sampel. Sampel yang banyak akan menghasilkan variabel terdistribusi normal, hal ini berarti dengan sendirinya hubungan antar pasang variabel adalah linear dan homoskedastik (Ghozali, 2001). 2. Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan Adjusted R Square yang rendah, oleh karena itu terdapat kemungkinan untuk menghasilkan variabel-variabel baru ke dalam penelitian berikutnya.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
DAFTAR PUSTAKA Abdelsalam, O.H. and Street, D.L. 2007. ‘‘Corporate governance and the timeliness of corporate internet reporting by UK listed companies’’. Journal of International Accounting, Auditing and Taxation, Vol. 16, pp. 111-30. a
Almilia, Budisusetyo, 2008. “Corporate Internet Reporting of Banking Industry and LQ45 Firms: An Indonesia Example”. Available: http//www.ssrn.com a
Ang, Robert. 1997. The Intelligent to st
Indonesia Capital Market. 1 Edition. Mediasoft Indonesia. a
Anoraga, Pandji. 2001. Pengantar teori pasar Modal. Edisi 3, Penerbit Aneka Cipta. Jakarta. a
Ashbaugh, H., Johnstone, K.M., dan Warfield, T.D., 1999. “Corporate Reporting on the Internet”. Accounting Horizons, Vol. 13 No. 3, September pp. 241 – 257 a
Barac, K. 2004. ‘‘Financial reporting on the internet in South Africa’’. Meditarin Accountancy Research, Vol. 12, pp. 1-20. a
Bollen, L., Hassink, H. and Bozic, G. 2006. ‘‘Measuring and explaining the quality of internet investor relations activities: a multinational empirical analysis’’. International Journal of Accounting Information Systems, Vol. 7, pp. 273-98. a
Brennan, N. and Hourigan, D. 2000. ‘‘Corporate reporting on the internet by Irish companies’’. Irish Accounting Review, Vol. 7, pp. 107-35
Debreceny, R., G.L. Gray and A. Rahman. 2002. “The Determinant Of Internet Financial Reporting”. Journal of Accounting and Public Policy, Vol 21 a
Debreceny, R. and Rahman, A. 2005. ‘‘Firmspecific determinants of continuous corporate disclosure’’. The International Journal of Accounting, Vol. 40, pp. 249-78. a
Ettredge, M., Richardson, V.J. and Scholz, S. 2001. ‘‘The presentation of financial information at corporate web sites’’. International Journal of Accounting Information Systems, Vol. 2, pp. 14968 a
Ezat, El-Masry. 2008. “The Impact of Corporate Governance on the Timeliness of Corporate Internet Reporting by Egyptian listed Company”. Managerial Finance, Vol. 34 No. 12, pp.848-867 a
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang a
Hedlin, P. 1999. ‘‘The internet as a vehicle for investor relations: the Swedish case’’. European Accounting Review, Vol. 8, pp. 373-81 a
Healy, P. and K. Palepu. 1993. “The Effect of Firms’ Financial Disclosure Strategies on Stock Prices”. Accounting Horizons. Vol.7. No.1. March 1993. pp. 1-11 a
Healy, P. and K. Palepu. 2000. “A Review of the Empirical Disclosure Literature”. Working Paper, School of Business, Harvard University. Available: http://www.ssrn.com a
Hilmi. 2008. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan”. SNA Pontianak
a
a
Carslaw, C.A. and Kaplan, S.E. 1991. ‘‘An examination of audit delay: further evidence from New Zealand’’. Accounting and Business Research, Vol. 22 No. 85, pp. 21-32
Husnan, Suad dan Pudjiastuti. 2002. “Dasardasar Manajemen Keuangan”. Edisi Kedua. Cetakan Kedua. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
a
a
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
Jensen, M.C and Meckling, W.H. 1976. “Theory of Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics. 3. Pp. 305-360. a
Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua BPFE, Yogyakarta. a
Jones, J.P. and Stanwick, S. 2001. ‘‘Electronic-based financial reporting’’. CPA Journal, Vol. 60, pp. 31-4 a
Kelton, 2008.”The impact of corporate governance on Internet financial reporting”. Journal of Accounting and Public Policy 27 pp. 62–87
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang (Tidak dipublikasikan). a
Sharpe, William F, Gordon J. Alexander dan Jeffrey V. Bailey. 1997. Investasi. Alih Bahasa Henry Njooliangtik dan Agustiono. Edisi ke-5 ( Edisi Bahasa Indonesia ), Jilid 2. Jakarta : Prenhalindo a
Soltani, B. 2002. ‘‘Timeliness of corporate and audit reports: some empirical evidence in the French context’’. International Journal of Accounting, Vol. 37, pp. 215-46 a
Suripto,
a
Lybert, N. 2002. ‘‘On-line financial reporting. An analysis of the Dutch listed firms’’. The International Journal of Digital Accounting Research, Vol. 2, pp. 195-234 a
Marston, C. and Polei, A. 2004. ‘‘Corporate reporting on the internet by German companies’’. International Journal of Accounting Information Systems, Vol. 5, pp. 285-311 a
Momany, M.T and Salah Al-Dain AlShourman. 2006. “Web-Based Voluntary Financial Reporting of Jordanian Companies”. International Review of Business Research paper, Vol. 2, No. 2
B., 2006. “Pengaruh Besaran, Profitabilitas, Pemilikan Saham oleh Publik, dan Kelompok Industri terhadap Tingkat Pengungkapan Keuangan di Website”. Jurnal Akuntansi &Manajemen 5 (1).pp.1-26
a
Trabelsi, S. and Labelle, R. 2006. ‘‘Evidence that corporate websites is a part of the firm’s overall disclosure package’’, Working paper, Brock University, St Catherines,available at: http:// accounting .uwaterloo.ca/ seminars/old_ papers/ TrabelsiLabelleWP-may2-2006.pdf a
Xiao, J.Z., Yang, H. and Chow, C.W. 2004. ‘‘The determinants and characteristics of voluntary internet-based disclosures by Chinese listed companies’’. Journal of Accounting and Public Policy, Vol. 23, pp. 191-225
a
Oyelere, P., Laswad, F. and Fisher, R. 2003. ‘‘Determinants of internet financial reporting by New Zealand companies’’. Journal of International Financial Management and Accounting, Vol. 14, pp. 26-63 a
Petravick, S. and Gillet, J. 1998. ‘‘Distributing earnings reports on the internet’’. Management Accounting, Vol. 80, pp. 54-6 a
Saleh, Rahmat. 2004. Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Widaryanti