KAJIAN ANALISA KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA DENGAN DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN TEBU DI CV. KURNIA AGUNG THE STUDY ANALYZES FEASIBILITY OF DEVELOPING A BUSINESS WITH DIVERSIFIED SUGARCANE PRODUK PROCESSED CV. KURNIA AGUNG Agung Rahmad S 1) Susinggih W. 2) Nimas Mayang S. S. 2) Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya Malang Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya Malang Email:
[email protected],
[email protected] ,
[email protected] ABSTRAK Diversifikasi produk merupakan usaha yg dilakukan dalam usaha meningkatkan nilai ekonomi suatu produk. Diversifikasi produk yang dilakukan oleh CV. Kurnia Agung adalah membuat sari tebu kemasan dengan tujuan meningkatkan nilai ekonomi dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Diharapkan dengan dilakukan diversifikasi produk ini dapat meningkatkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui analisa kelayakan teknis dan finansial dari usaha sari tebu hijau. Metode yang digunakan dalam pembuatan produk adalah dengan melakukan pemanasan terhadap sari tebu segar serta dilakukan penambahan Na-Benzoat. Untuk melihat severapa besar kenaikan keuntungan setelah dilakukan diversifikasi produk adalah dengan dillakukan perhitungan keuntungan tebu yang dijual segar dengan keuntungan sari tebu hijau. Hasil penelitian adalah aspek organoleptik, aspek teknis, aspek finansial dan aspek peningkatan keuntungan yang didapatkan perusahaan setelah dilakukan diversifikasi produk. Kata Kunci : Diversifikasi, tebu, sari tebu hijau,peningkatan keuntungan. ABSTRACT Product diversification is a business that performed in an attempt to increase the economic value of a product. Diversification of products made by CV. Kurnia General cane juice packaging is made with the aim of increasing the economic value and increase corporate profits. It is expected to be done product diversification can increase corporate profits. One goal of this study was to determine the technical feasibility and financial analysis of the business of green cane juice. The method used in the manufacture of a product is by warming the fresh sugar cane juice as well as the addition of Na-Benzoate. To see a large increase in profits after severapa done product diversification is the calculation of benefits dillakukan sold fresh cane juice benefits of green cane. The results are organoleptic aspects, technical aspects, financial aspects and aspects of the profit improvement firm after product diversification. Keywords: Diversification, cane, cane juice green, increase profits. PENDAHULUAN CV. Kurnia Agung merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan pertanian. Kegiatan bisnis yang dilakukan adalah konveksi kaos, suplier pakaian jadi, dan perkebunan tebu. Saat ini luas areal tebu yang dikelola oleh CV. Kurnia Agung adalah 35 Ha dengan produktivitas rata-rata tebu yang dihasilkan adalah 110 ton/Ha. Permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha dan petani tebu saat ini adalah adanya fluktuasi keuntungan karena tidak stabilnya harga gula sebagai hasil olahan
dari tebu dan tidak terbukanya pabrik gula dalam penentuan rendemen yang dihasilkan. salah satu cara yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pendapatan petani adalah dilakukannya diversifikasi produk untuk meningkatkan nilai tambah keutungan petani antara 25-53 % (Kastaman, 2007). Ditinjau dari beberapa aspek sari tebu yang tergolong dalam minuman sari buah mempunyai beberapa kelebihan dari segi teknis produksi dan manfaat bagi kesehatan. Sari buah juga mempunyai berbagai manfaat bagi kesehatan karena
mempunyai kandungan anti oxidant, kandungan serat yang cukup serta pemanis yang bersifat alami (Anne, 2011). Sari tebu merupakan suatu alternatif diversifikasi produk dari komoditas tebu. Pada umunya sari tebu adalah minuman segar yang didapat dari menggiling tebu dan diambil sarinya. Proses pembuatan sari tebu sangat sederhana, hanya dengan menggiling atau memeras batang tebu hingga keluar sarinya (Anonymous, 2009). Pentingnya kajian yang perlu dilakukan dalam diversifikasi produk adalah analisis kelayakan teknis dan finansial. Menurut Sudaryanto (2006), aspek teknis mencakup lokasi, kapasitas produksi, proses produksi, mesin peralatan dan tenaga kerja yang mendukung kelangsungan produksi. Aspek finansial dilakukan sebagai bahan pertimbangan permodalan agar perusahaan dapat menyesuaikan kemampuannya dalam ekspansi bisnis yang dilakukan. Aspek finansial mencakup perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP), Break Event Point (BEP), efisiensi usaha (R/C ratio) dan Payback Period (PP). BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan pada bulan Agustus – November 2012 di Laboratorium Teknologi Agrokimia Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian dan Laboratorium Sentral Ilmu Hayati Universitas Brawijaya Malang. Alatalat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik merk Metler Toledo AL204, timbangan meja merk Lion Star, rotary vacuum evaporator merk Buchi, pH meter merk AD1030, dan sugarcane extractor Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tebu hijau ps 862 yang diperoleh dari kebun CV. Kurnia Agung yang berada di Kabupaten Mojokerto. Bahan kimia yang digunakan Na-Benzoat. Sebanyak 30 kilogram tebu hijau diekstrak dan menghasilkan sari tebu hijau. Sari tebu hijau kemudian disaring menggunakan kain saring. Setelah iu dilakukan penambahan Na-Benzoat sebanyak 0,02g/L. Setelah itu dilakukan pemasakan selam 5 menit sejak titik didih dengan suhu 121,50 c. Setelah pemasakan
dilakukan penyaringan kembali dan dilakukan pengemasan. Sari tebu hijau diuji organoleptik (rasa, aroma, kekenyalan dan warna). Uji organoleptik mengggunakan hedonic test atau uji kesukaan pada lima orang panelis yang terdiri dari pengusaha katering dan pedagang minuman dengan menentukan skor kesukaan antara 1-5mulai dari sangat tidak menyukai hingga sangat menyukai (Soekarto, 1990 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada awalnya CV. Kurnia agung merupakan usaha skala rumah tangga dibidang konveksi kaos untuk keperluan olahraga dengan target pasar utama adalah sekolah SD, SMP dan SMA sederajat. Usaha ini diawali dari tahun 1988 di desa Bangsal, kecamatan Bangsal, kabupaten Mojokerto. Selain memproduksi kaos pada awal tahun 1996 usaha ini mencoba menjadi distributor pakaian wanita yang dijual secara grosir pada pedagang pasar yang ada di wilayah Mojokerto. Pesatnya perkembangan usaha ini juga meningkakan keuntungan dua usaha tersebut. Sehingga pelaku usaha berinvestasi pada usaha bidang lain yaitu perkebunan tebu hijau yang diawali pada tahun 2005. Awalnya lahan yang dimiliki hanya dua petak sawah yang dibeli pada tahun sebelumnya. Dalam perjalananya perusahaan berhasil mengembangkan usaha perkebunan tebu ini hingga mencapai produksi sekitar 40.000 ton tebu tiap tahunnya. Tebu yang dihasilkan ini kemudian sebagian besar dijual pada beberapa pabrik gula yang ada di Kabupaten Mojokerto. Pada tahun 2011 perusahan juga melakukan expansi usaha perkebunan kelapa sawit yang berada di provinsi Kalimantan Timur. Selain itu perusahaan telah mencoba mengembangkan usaha yang berbasis turunan dari tebu. Salah satu produk turunan yang dipilih adalah minuman sari tebu segar. Hingga saat ini tenaga kerja yang digunakan pada perkebunan tebu adalah 40 orang, yang meliputi 20 karyawan tetap dan 20 karyawan lepas. Mesin utama yang digunakan dalam sari tebu segar ini adalah ekstraktor khusus untuk tebu yang sistem kerjanya
menggiling batang tebu untuk diambil air sarinya. Sari tebu segar ini memiliki beberapa kelemahan pada proses produksinya. Salah satu kelemahan itu adalah masa simpan produk yang singkat. Umur simpan yang singkat ini disebabkan fermentasi oleh mikroba sehingga sari tebu segar menjadi asam. Hal ini yang memicu untuk dilakukan diversivikasi lanjutan melalui proses pemasakan sehingga sari tebu mempunyai umur simpan yang lebih lama. Tebu merupakan tanaman yang pada umumnya dibudidayakan untuk bahan baku gula. Sepintas tanaman ini mempunyai karakterisik fisik seperti bambu. Pada industri gula tebu dimanfaatkan dengan mengambil sarinya kemudian diproses menjadi gula. Sari tebu yang akan dikembangkan oleh CV. Kurnia Agung merupakan produk olahan tebu yang dijadikan minuman dalam kemasan siap saji. Minuman dalam kemasan ini bertujuan untuk memperlama umur simpan produk. Sari Tebu hijau ini dikemas dalam kemasan plasik 200 mL dengan penutup Tabel 1. Hasil Uji Organoleptik No. Parameter Sari tebu Sari hijau segar 1. Warna 2,7 3,8 2. Aroma 3 3,8 3. Rasa 3,8 3,8 4. Tekstur 4,2 3,4 Berdasarkan uji kesukaan serta diskusi atas hasil penilain pada Tabel 1 para panelis memberikan penilaian terhadap warna sari tebu hijau adalah netral sedangkan pada sari tebu segar cenderung menyukai. Salah satu alasan mengapa para panelis lebih menyukai warna sari tebu segar dikarenakan warna yang dihasilkan lebih alami dan menarik. Pada sari tebu hijau warna cenderung mengalami perubahan dikarenakan efek dari pemasakan sehingga warna hijau sedikit memudar kurang terang. Berdasarkan hasil Uji t didapatkan kesimpulan bahwa ada perbedaan nyata antara produk sari tebu segar dengan sari tebu hijau. Pada hasil penilaian aroma para panelis memberikan penilaian yang sama yaitu
plastik. Sari tebu hijau mempunyai rasa manis khas seperti sari tebu pada umunya tanpa campuran air. Untuk memperlama umur simpan digunakan Na-Benzoat sebagai bahan pengawet tambahan. Berdasarkan dokumentasi pada Gambar1. Gambar 1. Sari tebu hijau
sengaja penutup plastik dipilih transparan agar memudahkan penilaian panelis terhadap tampilan warna produk. Dalam poses produksi pada kinerja pengemasan mengalami banyak kendala yang disebabkan keterbatasan alat yang tidak bis digunakan secara optimal sehingga penutup produk yang berupa plastik transparan terlihat tidak rapi.
tebu
Uji pembeda Ada perbedaan Ada perbedaan Tidak ada perbedaan Ada perbedaan lebih menyukai sari tebu segar. Aroma pada sari tebu hijau yang telah mangalami pemasakan menjadikan aroma semakin kuat dan terdapat aroma seperti gula merah. Berdasarkan hasil Uji t didapatkan kesimpulan bahwa ada perbedaan nyata antara produk sari tebu segar dengan sari tebu hijau. Penilaian terhadap rasa para panelis cenderung menyukai keduanya. Dikatakan oleh para panelis rasa yang dihasilkan memang mempunyai perbedaan akan tetapi mereka menyukai kedua produk tersebut. Berdasarkan hasil Uji t disimpulkan bahawa tidak ada perbedaan nyata pada kedua produk tersebut. Nilai yang cukup signifikan di dapatkan dari hasil uji tekstur. Para panelis
mengarah pada menyukai tekstur sari tebu hijau dikarenakan tekstur lebih lembut ketika dirasa oleh indra perasa lidah dan ketika diminum melewati tenggorokan. Para panelis menilai sari tebu segar sedikit lebih kasar ketika diminum dan paling terasa ketika melewati tenggorokan para panelis. Berdasarkan hasil Uji t didapatkan kesimpulan bahwa ada perbedaan nyata antara produk sari tebu segar dengan sari tebu hijau. Hasil dari penilaian keempat parameter para panelis cenderung menyukai pada rasa dan tekstur, sedangkan aroma pada urutan ketiga berdasarkan penilaian panelis. Akan tetapi perbedaan penilaian paling signifikan ada pada parameter tekstur dengan hasil penilaian positif. Sari tebu ini tidak menggunakan bahan pewarna makanan akan tetapi warna yang dihasilkan murni dari sari tebu itu sendiri. Dikarenakan ada proses perebusan pada pengolahanya warna tersebut cenderung berubah sedikit menjadi hijau sedikit kekuningan sehingga panelis memberikan penilaian bahwa faktor warna ini kurang menarik. Aspek Pasar Pasar terdiri dari pembeli, dan pembeli berbeda-beda dalam berbagai hal yang bisa membeli dalam keinginan, sumber daya, lokasi, sikap membeli, dan kebiasaan membeli. Masing-masing pembeli (konsumen) memiliki kebutuhan dan keinginan yang unik. Untuk itu, perusahaan mencari kelas-kelas pembeli yang lebih besar dengan kebutuhan produk atau tanggapan membeli yang berbedabeda. Segmen pasar terdiri dari kelompok pelanggan yang memiliki seperangkat keinginan yang sama (Kotler, 2005). Dalam menggali potensi pasar, produk minuman sari tebu hijau konsumen dibagi menjadi tiga variabel yang penting dalam menentukan segmentasi pasar yaitu: a. Segmentasi Geografi Segmentasi ini bertujuan memperjelas arah segmentasi secara geografi. Adapun kota yang dituju sebagai tujuan pemasaran adalah Surabaya dan Mojokerto. Alasan mengapa terpilihnya dua kota ini dikarenakan dekat dengan tempat produksi, karakteristik geografi dua kota
ini hampir sama. yaitu terletak pada ketinggian 2-30 meter dari permukaan laut, mempunyai iklim yang panas dengan suhu rata-rata berkisar 25o-35o C, ( Anonim, 2011). Disisi produk, minuman sari tebu hijau ini juga memberikan manfaat untuk memulihkan tenaga kembali, serta memberikan kesegaran meskipun bukan termasuk dalam kategori minuman suplemen. Hal ini sejalan dengan gaya hidup masyarakat perkotaan yang mengutamakan kualitas. b. Segmentasi Demografi Segmentasi demografi ini bertujuan untuk memperjelas kepada siapa produk sari tebu ini ditujukan. Pada dasarnya semua golongan dapat mengkonsumsi minuman sari tebu hijau. Akan tetapi segmentasi lebih dikhususkan pada konsumen usia 15-30 tahun di kota Surabaya dan Mojokerto. Dapat diketahui bahwa pada usia produktif tersebut mempunyai mobilitas yang tinggi. Potensi pasar usia 15-30 tahun disajikan dalam Gambar 1
Gambar 1 Potensi Pasar Konsumen Usia 1530 tahun Tingginya mobilitas masyarakat pada usia tersebut berpengaruh terhadap kebutuhan produk yang siap saji. Menurut Kurniawan (2000) Kalangan usia 15-30 tahun adalah salah satu konsumen terbesar minuman siap saji dengan nilai persentase mencapai 41%. Kategori sari buah didapatkan 21% dari total konsumsi minuman siap saji. Menurut James (2003), alasan personal proses konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suau produk dipengaruhi beberapa faktor. Diantara faktor tersebut pengaruh umur, gaya hidup, tingkat ekonomi, jabatan serta konsep produk yang di inginkan oleh mereka. c. Segmentasi Psikografi Pada segmentasi ini pembeli dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan
golongan ekonomi kelas menengah ke bawah. Golongan ini mempunyai potensi yang cukup besar yang membentuk lini horizontal, sehingga mencakup banyak kalangan. Pada tahun 2011 golongan masyarakat kelas menengah ke bawah dengan pengeluaran perkapita Rp. 300.000,00 hingga Rp. 500.000,00 perbulan mencapai 68,79% di kota Mojokerto dan 73,48% di kota Surabaya. Masyarakat yang mempunyai pengeluaran perkapita tersebut adalah masyarakat yang mempunyai pendidikan yang cukup, pekerjaan yang layak, lebih memilih kualitas dari pada kuantitas, suka mencoba hal baru, pada umumnya berusia 15-35 tahun ke atas (Anonim, 2011). Konsumen pada segmentasi ini lebih pada konsumen yang telah mengerti akan manfaat suatu produk. Pengambilan keputusan dipengaruhi oleh persepsi yang mereka dapat akan suatu produk, dan mereka cenderung konsumen yang loyal. Aspek Teknis Aspek teknis dimaksudkan memberikan batasan garis besar parameter-parameter teknis yang berkaitan dengan perwujudan industri yang akan didirikan untuk memproduksi minuman sari tebu hijau. Pengkajian aspek teknis meliputi penentuan kapasitas produksi, jenis dan jumlah bahan baku serta bahan pembantu yang diperlukan untuk tiap tingkat kegiatan produksi yang direncanakan, penjadwalan produksi, pemilihan jenis mesin dan alat, serta tenaga kerja yang dibutuhkan. Kapasitas Desain Produksi Kapasitas produksi merupakan volume atau jumlah satuan produk yang dihasilkan selama satu satuan waktu tertentu dan dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) per satuan waktu. Kapasitas minuman sari tebu hijau yang akan diproduksi sebesar 150 liter/hari (sebelum pemasakan) dan menghasilkan 20 kardus sari buah (600 cup) disesuaikan dengan kapasitas produksi mesin yang digunakan. Salah satu dasar penentuan kapasitas produksi ditargetkan 150 l/hari adalah untuk meningkatkan pemanenan tebu dengan jumlah kebutuhan bahan baku 250 kg/hari dan rendemen yang dihasilkan 1:6,5. hal ini dilakukan atas
pertimbangan kapasitas mesin yang digunakan, terutama pada mesin ekstraktor. Apabila kapasitas kurang dari 150 l/hari diduga akan menyebabkan bertambahnya biaya produksi. Selain itu alasan mengapa dipilihnya kapasitas tersebut adalah respon dari beberapa responden yang cukup bagus serta potensi pasar yang besar. Bahan baku a. Bahan baku utama Ketersediaan bahan baku merupakan faktor yang paling penting untuk menentukan kelangsungan proses produksi. Bahan baku utama yang digunakan untuk memproduksi minuman sari buah adalah tebu hijau jenis 862 yang dapat diperoleh dari kebun yang dikelola CV. Kurnia Agung , Kabupaten Mojokerto. Area luasan kebun yang dikelola CV. Kurnia Agung pada tahun 2012 adalah 37 Ha yang meliputi lahan sendiri dan lahan sewa, sedangkan produktifitas tebu yang dihasilkan berkisar antara 3700-4400 ton/tahun. Pada perencanaan industri ini bahan baku yang digunakan adalah tebu jenis 862. Tebu jenis ini memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan, yaitu menghasilkan banyak sari, rasanya manis dan mempunyai warna hijau yang menarik. Diperkirakan jumlah bahan baku tebu jenis 862 yang ada saat ini di CV. Kurnia Agung berkisar 700 ton dengan jangka waktu selama satu tahun, karena tebu merupakan tanaman yang panen satu kali setahun, Diasumsikan jumlah tersebut dapat menghasilkan sari tebu sekitar 6.000 liter. Untuk rencana produksi tahap awal untuk pejajakan pasar berkisar 150 l/hari dan menjadi 840 cup produk tiap harinya Untuk kapasitas 150 l/hari tersebut diperkirakan membutuhkan bahan baku tebu 250 kg dengan rendemen 1:6,5 atau 65% setiap satu kilogram tebu Dalam prosesnya, timbul permasalahan dalam pengadaan bahan baku. Ini terjadi karena untuk tahap awal hanya membutuhkan 250 kg/ perhari, idealnya pemanenan tebu dilakukan paling tidak 5000-7000 kg/hari. Dimungkinkan apabila pasar merespon positif maka setiap tahunya dapat
meningkat 0,5% setiap tahun mengikuti market share. b. Bahan Pembantu Bahan pembantu adalah bahan yang digunakan untuk melengkapi bahan baku sehingga akan diperoleh produk yang sesuai dengan kualitas dan spesifikasi yang diinginkan. Kebutuhan bahan pembantu ini disesuaikan dengan formulasi yang dicantumkan pada SNI sari buah . Pada pembuatan minuman sari tebu hijau, bahan pembantu yang diperlukan adalah natrium benzoat. Tingkat penggunaan Na benzoat per liter adalah 0,2 g, harga Na benzoat per kg berkisar Rp. 20.000,00. Jumlah kebutuhan Na-Benzoat dalam membutuhkan 57,6 Kg pertahun. Menurut Luck (1996) benzoat digunakan dalam bentuk sodium benzoat secara utama untuk mengawetkan jus buah yang akan diproses lebih lanjut. Benzoat melindungi produk dari serangan oksidasi, kerusakan enzimatis dan kerusakan secara bakterial (fermentasi asam laktat dan asam asetat). Sebagai tambahan, jus buah dipasteurisasi untuk menonaktifkan enzim dan mengurangi jumlah mikroba. c. Bahan Pengemas Kemasan adalah suatu tempat atau wadah yang digunakan untuk mengemas suatu produk. Tujuan utama pengemasan adalah untuk menjaga mutu bahan pangan selama masa tenggang penggunaannya. Bahan pengemas yang digunakan untuk mengemas minuman sari buah adalah cup (gelas plastik) ukuran 200 ml sebagai pengemas primer, sedangkan pengemas sekunder berupa kardus cup. Spesifikasi masing-masing bahan pengemas adalah sebagai berikut : 1. Cup (gelas plastik) Cup (gelas plastik) digunakan sebagai pengemas primer ukuran 200 ml, dengan warna putih jernih dan tembus pandang. Menurut Fachruddin (2002) bahan pengemas plastik mempunyai sifat ringan, murah, transparan jika tidak terlalu tebal, tahan terhadap gas dan kelembapan, tahan terhadap zat kimia, tahan terhadap suhu minus 20 0C – 15 0C, dan mempunyai permukaan yang halus dan licin sehingga dapat dengan mudah didekorasi. Cup
(gelas plastik) ini diperoleh dari supplier plastik di Malang dengan harga Rp. 140,00/cup, biasanya dijual Rp. 7000,00 isi 50 cup. Cup yang dibutuhkan tiap hari adalah 840 buah. Penutup cup ini berupa plastik gulung dengan harga Rp. 500/meter, sedangkan stiker (label) Rp. 60/buah 2. Kardus cup Kardus sebagai pengemas sekunder jika produk dijual ke pasaran. Fungsi pengemas sekunder ini agar lebih mudah dalam hal transportasi dan distribusi, selain itu agar produk tidak mudah rusak. Kardus yang digunakan berukuran 31 x 4 x 12 cm. Harga kardus Rp. 2.100,00 per buah. Tingkat kebutuhan kardus tiap hari adalah 36 buah dan apabila di akumulasikan dalam satu tahun membutuhkan 9.310. Lokasi Perusahaan menentukan lokasi perusaahaan dengan mempertimbangkan letak pasar, sumber bahan baku, kesediaan tenaga kerja, listrik, air listrik dan investasi tanah . Faktor-faktor tersebut diatas dijadikan variabel penilaian dalam menentukan lokasi. Penilaian yang digunakan menggunakan metode analisis nilai ideal. Dari hasil perhitungan tersebut perusahaan memilih lokasi berada di Kabupaten Mojokerto. Kedua lokasi mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk kedekatan perusahaan dengan pasar,lokasi di Krian lebih baik dikarenakan Krian berada diantara Kabupeten Mojokerto dan Kota surabaya. Apabila dilihat dari sisi kelemahan, lokasi di Krian jauh dari bahan baku serta kemungkinan mencari tenaga kerja dengan spesifikasi yang dibutuhkan perusahaan akan kesulitan. Penjadwalan Produksi Penentuan jadwal produksi yang tepat harus memperhatikan waktu yang dibutuhkan untuk tiap tahapan proses. Jadwal produksi yang tepat juga akan menentukan jumlah persediaan yang harus dipersiapkan untuk menjamin kontinuitas proses produksi. Adapun pekerjaan yang dilakukan dalam tahapan proses produksi minuman sari buah meliputi penimbangan
bahan baku utama maupun pembantu, pemotongan, pengambilan ekstrak tebu dilakukan dengan Sugarcane extractor, penyaringan ekstrak, Na-Benzoat, kemudian campuran tersebut dimasak, diisikan pada cup yang telah dipasteurisasi, minuman sari buah yang telah dimasukkan cup selanjutnya dipasteurisasi, dan tahap terakhir yakni pendinginan. Penjadwalan jam kerja ditetapkan 9 jam kerja per hari yang dimulai pada pukul 07.00 – 18.00 dalam 6 hari per minggu dengan 7 orang tenaga kerja. Aspek Finansial Aspek finansial sangat memegang peranan penting dalam melakukan studi kelayakan bisnis perlu melakukan pengkajian lebih mengenai aspek-aspek pendapatan dan biaya yang diperlukan dalam pengimplementasiannya. Hal ini dimaksudkan sebagai bahan kajian pertimbangan tersendiri bagi pihak manajemen perusahaan dalam mengambil langkah strategi terhadap penyelenggaraan bisnis (Tamime, 2003). Pengkajian aspek finansial dilakukan untuk mengetahui besarnya biaya operasional yang dikeluarkan untuk memproduksi minuman sari buah dari bahan subgrade ini. Perkiraan finansial meliputi perhitungan harga jual produk per cup, BEP, B/C, payback period (PP) dan peningkatan profit. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan biaya produksi adalah : 1. Kapasitas produksi per hari ditetapkan berdasarkan kapasitas produksi CV. Kurnia Agung (kapasitas minuman sari buah 150 liter per hari) 2. Umur ekonomis proyek adalah 10 tahun
3. Produksi dilaksanakan 26 hari per bulan 4. Harga bahan baku, mesin, peralatan, kebutuhan utilitas, bangunan, tenaga kerja untuk perhitungan biaya produksi minuman sari tebu hijau berlaku pada saat penelitian dilaksanakan yakni pada bulan April-Juni 2012. 5. Modal yang digunakan berasal dari modal sendiri 6. Industri adalah CV. Kurnia Agung, Kab. Mojokerto 7. Harga pokok produksi dan harga jual naik secara proporsional setiap tahun sesuai kenaikan komponen biaya berdasarkan tingkat pertumbuhan inflasi menurut Bank Indonesia yakni sebesar 8,5 % per tahun dan diasumsikan tetap selama pengujian. Menurut Graves (1999) mengidentifikasi biaya yang terkait dalam proses produksi adalah hal yang sangat penting. Dalam perencanaan produksi diperlukan penentuan biaya variabel produksi termasuk biaya yang terkait dengan proses produksi, biaya inventory dan biaya tambahan yang berkaitan dengan sumber produksi. Total biaya produksi selama 1 tahun dari minuman sari tebu hijau adalah sebesar Rp. 195.661.107,00 dengan perincian biaya tetap sebesar Rp. 76.797.327,00 dan biaya tidak tetap sebesar Rp. 118.863.780,00 perhitungan biaya produksi dilakukan dalam periode 1 tahun yang merupakan jumlah keseluruhan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap dalam 1 tahun yang melibatkan biaya bahan baku, bahan pembantu dan pengemas, biaya tenaga kerja, serta biaya overhead pabrik.
Tabel 2 Ringkasan Biaya Produksi Sari Tebu Hijau No. Jenis Jumlah (Rp) 1. Biaya tetap selama 1 tahun Rp76.797.327,00 Biaya tidak tetap selama 1 tahun Rp118.863.780,00 Total biaya produksi selama 1 tahun Rp195.661.107,00 2. Jumlah produksi selama 1 tahun 219.450 3. HPP per unit (per cup) Rp. 891,60 Harga jual (per @ 200 ml) (mark up Rp1.292,82 40 %) Harga Pokok Produksi (HPP) sebesar Harga Pokok Produksi (HPP) Rp. 891,60/cup. Harga jual yang dihitung
ditingkat produsen hingga pengecer Rp. 1.292,82 dengan asumsi pengambilan keuntungan (mark up) sebesar 45 % dari harga pokok produksi. Dari harga jual tersebut, berarti keuntungan yang diterima produsen adalah sebesar 45 % dari setiap unit produk yang terjual, sehingga perkiraan harga jual ke konsumen akhir sebesar Rp. 1500,00. Break Event Point (BEP) Break Event Point (BEP) merupakan titik impas, dimana nilai penjualan atau pendapatan sama dengan total biaya. Analisis BEP tersebut merupakan cara untuk mengetahui volume penjualan minimal agar suatu usaha tidak mengalami kerugian tetapi juga belum memperoleh laba (laba sama dengan nol). BEP sangat tergantung terhadap perubahan fixed operating cost, variable operating cost per unit dan harga jual per unit hasil produksi perusahaan. Hasil perhitungan BEP menunjukkan bahwa titik balik pokok akan dicapai pada volume penjualan 102.236,59 unit/cup atau senilai Rp. 76.797.326,00. Apabila unit usaha tersebut telah mencapai angka penjualan tersebut di atas, maka dapat diartikan unit usaha tersebut mencapai titik di mana usaha tidak mengalami kerugian maupun memperoleh keuntungan. R/C ratio Perhitungan efisiensi usaha dengan analisis R/C yang merupakan perbandingan antara penerimaan usaha dengan biaya total yang dikeluarkan, menunjukkan keberhasilan usaha untuk mencapai laba. Total penerimaan yang didapat dari unit produksi minuman sari tebu hijau skala industri kecil sebesar Rp. 283.708.605,00 dengan total biaya Rp. 195.661.107,00 sehingga didapatkan nilai efisiensi usaha R/C sebesar 1,45. Hal ini berarti bahwa usaha tersebut sudah efisien dan menguntungkan sesuai dengan kritetria efisiensi usaha yaitu bila nilai R/C > 1 . Pentingnya efisiensi dalam usaha adalah sebagai dasar pertimbangan dalam evaluasi efisiensi usaha serta sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk
menentukan kebijakan pengembangan usaha.
dalam
rangka
Payback Period (PP) Payback period merupakan metode yang digunakan untuk mengukur kecepatan pengembalian modal investasi yang dinyatakan dalam tahun. Metode ini juga mempunyai manfaat dalam perencanaan tata kelola keuangan yang akan digunakan. Apa bila hasil payback period cukup lama bisa dikatakan sebuah investasi kurang menarik untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan apabila jangka waktu terlalu lama maka cash flow dapat mengalami masalah dan mungkin akan terjadi pemborosan keunngan ( Kinney et al, 2009). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai payback period dicapai pada 1 tahun 4 bulan 6 hari . Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka waktu tersebut nilai investasi usaha sebesar Rp 195.661.107,00 telah kembali. Kembalinya investasi dalam waktu yang cukup cepat ini menunjukkan bahwa proyek sangat menguntungkan, sehingga jika ada investor mempunyai kesempatan untuk melakukan investasi lagi setelah tahun kedua. Lama payback period lebih pendek daripada umur proyek yang direncanakan yaitu selama 10 tahun, sehingga dapat dikatakan proyek ini layak untuk dilaksanakan. Nilai waktu balik modal ini dapat menunjukkan bahwa unit usaha pengolahan sari tebu hijau memberikan resiko yang kecil atau besar bagi uang yang ditanamkan oleh investor.
Aspek Finansial Perkebunan Tebu Pengkajian aspek finansial perkebunan tebu ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan keuntungan yang bisa di dapat perusahaan antara sebelum dan sesudah dilakukan unit usaha baru yaitu sari tebu hijau. Dalam menjalankan unit usaha perkebunan tebu ini CV. Kurnia Agung dihadapkan masalah yang selalu sama setiap tahunya. Masalah itu adalah mengenai ketidakjelasan dalam menghitung profit yng didapatkan. Bisnis ini masih banyak tergantung pada pabrik gula dan kebijakan pemerintah. Selain itu, hasil pengolahan pabrik gula yang
termasuk sembilan kebutuhan pokok juga menjadi komoditas politik . Rincian Biaya yang digunakan untuk tahun pertama perkebunan tebu dengan total biaya Rp. 32.813.500,00. Biaya tersebut digunakan sebagai kebutuhan operasional dan perawatan kebun dari penanaman hingga panen. Biaya terbesar dalam usaha ini ada pada biaya tenaga kerja. Hal ini dikarenakan dalam usaha perkebunan termasuk usaha pada karya. Kelebihan dalam menjalankan bisnis ini adalah mempunyai dampak sosial yang cukup tinggi karena menyerap banyak tenaga kerja meskipun bersifat musiman. Untuk menghitung profit yang didapat diasumsikan harga tiap 1kuintal tebu adalah Rp. 40.000,00 dengan produktifitas tiap 1 Ha lahan dapat menghasilkan 1400 kuintal tebu maka didapatkan total pendapatan Rp. 56.000.000,00. Laba bersih yang di dapat tiap tahun untuk 1 Ha kebun Rp 23.168.500, 00/tahun. Peningkatan Profit setelah dilakukan pembuatan sari tebu hijau Salah satu alasan dilakukanya penelitian mengenai sari tebu hijau ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh peningkatan profit perusahaan setelah adanya unit pengolahan pasca panen dari hasil perkebunan tebu. Dalam perhitungan untuk dapat mengetahui tingkat akurasi peningkatan profit maka data dalam penelitian sari tebu hijau ini diketahui bahwa setiap 720 kuintal tebu yang diolah menghasilkan profit Rp 87.605.589,00 setiap tahunnya, sedangkan potensi bahan baku tiap Ha lahan tebu mempunyai potensi produkifitas 1400 kuintal. Untuk peningkatan profit mengacu pada penelitian Kastaman (2007) dengan rumus ∆Profit : Profit sari buah – ( Harga JualHPP)buah Dari hasil perhitugan tersebut dapat diketahui bahwa unit diversifikasi sari tebu hijau dapat meningkatkan profit perusahaan. Peningkatan tersebut dapat dicapai dengan langkah strategis untuk menginvestasikan sebagian modal untuk keperluan operasional dan utilitas unit pengolahan sari tebu hijau. Kesimpulan
dari perhitungan profit ini adalah dalam pengembangan usaha sari tebu hijau lebih menguntungkan dari pada menjual tebu pada pabrik gula. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Diversifikasi produk yang dilakukan terhadap produk hasil perkebunan tebu memenuhi aspek teknis dan secara analisa finansial dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk meningkatkan umur simpan yang lebih baik. Pemilihan mesin dan metode dalam pengawetan perlu dilakukan untuk meningkatkan nilia organoleptik supaya tidak terlalu jauh dari produk segar. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada para dosen pembimbing dan dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan saran selama proses penulisan lapran skripsi dan jurnal serta kepada pihak-pihak lain yang terkait. DAFTAR PUSTAKA Ahyari, A. 1994. Manajemen Produksi Pengendalian Produksi Buku 2. BPFE. Yogyakarta. Almeida M.D.J, Novoa AV, Linares AF, Lajolo FM, Inés Genovese M. Antioxidant activity of phenolics compounds from sugar cane (Saccharum officinarum L.) juice. Sao Paulo University. Sao Paulo. Anonim,2011. Tebu. Dilihat 8 Desember 2011. http://www.disbunjatim.go.id/teb u.php\ __________,1995. SNI minuman sari buah. Dilihat 24 Januari 2012. http://www.sisni.bsn.go.id/index.p hp?/sni_main/sni/cari_simple\ Antti, S and Immonen, A.2002. Product Lifecyle Management. Springer. Helsinki.
Assauri, S. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Darmadji, Tjiptono. 2006. 60 Cara Cerdas Mengelola Perushaan. Elex Media Komputindo. Jakarta. Edward, D. Hess. 2007. The Road To Organic Growth: How Great Companies Consistently Grow Marketshare From. McGraw-Hill Professional. US Fachruddin, L. 2002. Membuat Aneka Sari Buah. Kanisius. Yogyakarta Giatman, M. 2007. Ekonomi Teknik. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta Griffin,W Ricky. 2004. Management. Erlangga. Jakarta. Hadiguna, Rika Ampuh dan Setiawan, Heri. 2008. Tata Letak Pabrik. Penerbit Andi : Yogyakarta Harsokusoemo,D. 2000. Pengantar Perancangan Teknis (Perancangan Produk). Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Depdiknas. Jakarta Hartati, M.E. 2002. Upaya Menngkatkan Kualitas Gula Merah Sesuai SNI Materi. Temu Teknis Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Gula Merah Sebagai Bahan Baku Industri Makanan dan Minuman di Jawa Timur. Disperindag Provinsi Jawa Timur. Hendroko, Roy. 2008. Energi Hijau. Niaga Swadaya. Jakarta Husnan, S dan Muhammad, S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN: Yogyakarta Husnan dan Suwarsono. 1999. Studi Kelayakan Proyek, Edisi Ketiga. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Yogyakarta. James Glyn. 2004. Sugarcane. Volume 10 dari World agriculture series. Wiley-Blackwell. Oxford UK. Kastaman, Roni. 2007. Analisi Prospektf Pengembangan Produk Olahan Manggis (Garcinia mangostana) Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Petani. Journal Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian. Bandung.
Kinney, M and Raiborn, C. 2009. Cost Accounting. Thomson Learning Academic Resource Centre. USA Madura, Jeff. 2001. Pengantar Bisnis. Penerbit Salemba Empat : Jakarta Michelle, K. 2011. The Nutrition Of Sugarcane. Dilihat 8 November 2012. http://www.livestrong.com/article/ 37060-the-nutrition-of-sugarcanejuice/ Mognetti, J. Frédéric. 2002. Organic Growth: Cost Effective Business Expansion From Within. Penulis Kontributor Jean-Frédéric Mognetti. John Wiley and Sons. England. Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Salemba Empat. Jakarta Rahman, T. 2012. Membuat sari buah jambu. Dilihat 8 November 2012. http://www.ttg.lipi.go.id/berita217-membuat-sari-buah-jambubiji.html Royan,F.2007. Smart Launching New Product. Alex Media Komputindo. Jakarta. Shinya, H. 2007. The Miracle Of Enzyme. Coancil Oak Book. Tulsa Soeharto, I .1997. Manajemen Proyekdari Konseptual Operasional. Penerbit Erlangga : Jakarta. Sudarsono, H .2002. Manajemen Usaha Kecil edisi 1. PT. BPFE. Yogyakarta Suratman. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. ________. 2001. Studi Kelayakan Proyek , Teknik dan Prosedur. J&J Learning: Yogyakarta. Sutanto, Ahmad. 2004. Studi Kelayakan Proyek Industri. Penerbit Amedia. Jakarta. Suyanto, M. 2007. Strategic Management Global Most Admired Companies Andi. Yogyakarta. Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.