ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KECAP CV MAJA MENJANGAN DI KABUPATEN MAJALENGKA
HASTRIRATNA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
2
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kecap CV Maja Menjangan di Kabupaten Majalengka adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Hastriratna NIM H34114037
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ii
i
ABSTRAK HASTRIRATNA. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kecap CV Maja Menjangan di Kabupaten Majalengka. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA Terdapat beberapa merek kecap yang menguasai pasar nasional, namun banyak juga terdapat perusahaan kecap berskala kecil yang menguasai daerah tertentu di seluruh Indonesia. CV Kecap Maja Menjangan (MM) merupakan salah satu perusahaan yang turut meramaikan industri kecap skala kecil di Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan pengembangan kecap yang akan dilakukan CV MM di Majalengka. Lokasi penelitian dilakukan di CV MM, kabupaten Majalengka. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menilai kelayakan usaha berdasarkan aspek non finansial berupa aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, dan aspek sosial dan lingkungan. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial berdasarkan kriteria penilaian investasi dan analisis switching value. Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan usaha kecap CV MM baik dalam kondisi sebelum maupun sesudah pengembangan layak untuk dijalankan. Kata kunci: kelayakan, kecap, CV Maja Menjangan
ABSTRACT HASTRIRATNA. Development feasibility analysis of soy sauce business belonging to CV Maja Menjangan in the Majalengka Sub-District. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA. There are several brands of soy sauce market that dominate the national market however there are also many local-scale soy sauce company that control of certain areas in Indonesia. CV Maja Menjangan is one of the companies that helped to enliven the small-scale soy sauce industry in West Java. The purpose of this research is to analyze the development feasibility that are going to be performed of CV MM. The research was conducted at the CV MM in the Majalengka Sub-District. Data analysis method which is used on this research is qualitative and quantitative method. Qualitative analysis is used to analyze feasibility based on non-financial aspect such as market aspect, technical aspect, management and law aspect, and also social and environmental aspect. Quantitative analysis is used to analyze feasibility of financial aspect based on investment criteria and switching value analysis. The result of this feasibility analysis shows that soy sauce business in the pre and post development condition in CV MM is feasible to run. Key words : feasibility, soy sauce, CV Maja Menjangan
ii
iii
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KECAP PADA CV MAJA MENJANGAN DI KABUPATEN MAJALENGKA
HASTRIRATNA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
iv
v
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kecap CV Maja Menjangan di Kabupaten Majalengka Nama : Hastriratna NIM : H34114037
Disetujui oleh
Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
vii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih kelayakan usaha, dengan judul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kecap CV Maja Menjangan di Kabupaten Majalengka. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis sebagai bentuk penghargaan kepada kedua orang tua, kakak adik tersayang, serta sahabat yang telah memberikan dukungan, doa, dan materi yang mengantarkan penulis pada satu titik menuju masa depan. Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Tintin Sarianti, SP, MM sebagai dosen evaluator kolokium yang telah memberikan banyak saran, keluarga besar CV Maja Menjangan yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian dan telah membantu selama pengumpulan data, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014
Hastriratna
viii
ix
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Pengolahan Kecap Aspek Non Finansial Aspek Finansial KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Non Finansial Aspek Finansial SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x x x 1 1 5 6 6 7 7 8 9 10 10 16 18 18 18 18 24 24 32 42 42 43 43 45
x
DAFTAR TABEL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jumlah produksi komoditi subsektor tanaman pangan (ton) tahun 2009-2012 Nilai konsumsi jenis bumbu-bumbuan tahun 2008-2012 Jumlah UMKM dan produksi kecap di Kabupaten Majalengka Penawaran dan permintaan kecap CV MMa Upah pekerja CV MMa Biaya investasi yang digunakan dalam perhitungan Hasil kelayakan investasi CV MM sebelum pengembangan Analisis switching value CV MM sebelum pengembangan Biaya investasi yang digunakan dalam perhitungan Hasil kelayakan investasi CV MM setelah pengembangan Analisis switching value CV MM setelah pengembangan
1 2 4 25 28 34 35 36 39 40 41
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran operasional 2 Tata letak CV MM 3 Struktur organisasi CV MM
17 28 30
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Dokumentasi penelitian Cashflow CV MM sebelum pengembangan Laba rugi CV MM sebelum pengembangan Switching value kenaikan harga gula aren sebelum pengembangan Switching value CV MM penurunan produksi sebelum pengembangan Cashflow CV MM setelah pengembangan Laba rugi CV MM setelah pengembangan Switching value kenaikan harga gula aren CV MM setelah pengembangan Switching value penurunan produksi CV MM setelah pengembangan
45 47 49 49 51 53 56 56 58
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pangan merupakan salah satu industri yang memberikan kontribusi atau sumbangan ke dalam PDB di Indonesia. Industri pangan masuk dalam kategori Perdagangan, Hotel dan Restoran. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), tiga sektor utama pembentukan PDB pada tahun 2008 sampai 2012 adalah Sektor Pertanian; Industri Pengolahan; dan Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Ke-3 sektor tersebut mempunyai peran lebih dari separuh dari total perekonomian yaitu sebesar 56,3% pada tahun 2008, 55,0% pada tahun 2009, 53,8% pada tahun 2010, 52,8% pada tahun 2011 serta 52,3% pada tahun 2012. Subsektor yang menghasilkan kebutuhan masyarakat Indonesia akan pangan adalah subsektor tanaman pangan. Subsektor ini menghasilkan beberapa komoditi seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1. Komoditi tersebut dapat dilihat di Tabel 1. Tabel 1 Jumlah produksi komoditi subsektor tanaman pangan (ton) tahun 20092012 Komoditi 2009 2010 2011 2012 Padi 60 325 925 64 398 890 66 411 469 68 061 715 Padi Ladang 3 156 154 3 220 884 3 451 278 3 253 578 Padi Sawah 57 169 771 61 108 445 63 018 116 64 808 137 Jagung 16 317 252 17 592 309 18 327 636 17 392 246 Kacang Hijau 297 997 315 400 291 705 293 976 Kacang Tanah 770 034 776 596 779 228 698 982 Kedelai 1 880 977 972 945 907 031 819 446 Ubi Jalar 21 756 991 2 057 913 2 051 046 2 172 437 Sumber: Kementrian Pertanian (2013)
Tabel 1 memperlihatkan jumlah produksi dari komoditi yang termasuk ke dalam subsektor tanaman pangan. Salah satu tanaman yang termasuk tanaman pangan adalah kedelai. Kedelai dapat diolah menjadi beberapa produk turunan, seperti tahu, tempe, kecap, dan susu. Kedelai merupakan salah satu pangan strategis bagi bangsa Indonesia yang merupakan sumber gizi protein nabati utama. Kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 240 000 ton setiap tahunnya. Sampai saat ini produksi kedelai lokal hanya mampu memenuhi 20% sampai dengan 30% kebutuhan kedelai nasional, sehingga pemerintah masih harus mengimpor kedelai dari beberapa negara penghasil kedelai dunia seperti United State of America, Brazil, Argentina, China, India dan Paraguay. Dengan demikian Indonesia masih menggantungkan 70% - 80% kebutuhan kedelai pada impor dari negara lain. Saat ini sebagian besar kedelai yang dikonsumsi masyarakat telah melalui proses pengolahan. Pengolahan kedelai dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu dengan fermentasi dan tanpa fermentasi. Pengolahan melalui fermentasi kedelai salah satunya akan menghasilkan kecap. Industri kecap merupakan salah satu industri pangan yang berkembang di Indonesia. Hal ini
2
terlihat dari banyaknya perusahaan-perusahaan berskala kecil, sedang, maupun besar yang memproduksi kecap. Terdapat beberapa merek kecap yang menguasai pasar nasional, namun banyak juga terdapat perusahaan berskala lokal (Usaha Kecil Menengah) yang menguasai daerah tertentu yang tersebar di seluruh Indonesia. Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bergerak di berbagai kegiatan ekonomi, merupakan sektor penting dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh bangsa yakni pengangguran dan kemiskinan. Peran UKM yang saat ini tersebar di seluruh Indonesia, tidak saja diharapkan mampu meningkatkan lapangan kerja, dan mengatasi masalah pengangguran, tetapi sekaligus juga dapat mendorong peningkatan pembangunan daerah. Pada awalnya, industri kecap di Indonesia bermula dari industri rumah tangga, yang biasanya memiliki skala produksi yang terbatas. Pada Tabel 2 menunjukkan nilai konsumsi kecap sebagai salah satu bumbu pelengkap mulai dari tahun 2008-2012. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, diketahui bahwa pada tahun 2008 nilai konsumsi kecap merupakan yang tertinggi diantara bumbu lainnya. Penurunan konsumsi kecap terjadi pada tahun 2009 dan 2010 namun konsumsi kecap kembali meningkat pada tahun selanjutnya. Hal ini dapat dilihat di Tabel 2. Tabel 2 Nilai konsumsi jenis bumbu-bumbuan tahun 2008-2012 Tahun Jenis Bumbu-Bumbuan 2008 2009 2010 2011 2012 Kecap (140 ml) 186 112 112 122 118 Saus Tomat (140 ml) 37 22 168 194 220 Garam (ons) 90 187 99 120 126 Kemiri (ons) 75 84 76 88 108 Merica (ons) 74 89 79 88 111 Sumber : BPS (2013)
Pertumbuhan industri kecap saat ini cukup besar1, dimana menurut Dicky Saelan, Manajer Pemasaran PT Unilever Indonesia (produsen Kecap Bango), dikatakan bahwa pertumbuhan bisnis kecap luar biasa. Setiap tahunnya, secara nasional terjadi peningkatan sebesar 10% sampai dengan 20%. Saat ini konsumsi kecap per tahun mencapai sekitar 130 juta liter dengan market size Rp 3 triliun. Menurut Burhan, Manajer Pemasaran Sari Sedap Indonesia, populasi penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa membuat bisnis kecap di Indonesia cukup menggiurkan. Kecap dipilih karena produk ini merupakan bahan yang dibutuhkan oleh hampir setiap rumah tangga. Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang terkenal dengan citra rasa kecap yang sangat khas2. Di Majalengka terdapat banyak UKM Kecap yang terkenal. Kecap Majalengka dikonsumsi oleh segala lapisan masyarakat terutama masyarakat perkotaan di Majalengka hal ini karena kecap Majalengka 1 2
Kristanti,”Makin Gurih Kecapnya Makin Legit Labanya”, Kompas. 23 September 2013 Hartana,”Menembus Kota Angin Majalengka”,Kompas, diakses dari http//:travel.kompas.comMenembus.Kota.Angin.Majalengka,pada tanggal 8 Maret 2013
3
memiliki citra rasa tersendiri. Kualitas produksi kecap di Majalengka dapat dikatakan cukup baik, terbukti dengan keberadaan produk yang telah mampu menembus pasar lokal, regional dan nasional. Sebagai produk yang mempunyai citra rasa tersendiri, kecap Majalengka dapat menjadikan daya tarik bagi para konsumen yang melintas ke Kabupaten Majalengka ataupun pengunjung wisata untuk membeli kecap khas Majalengka. CV Kecap Maja Menjangan (MM) merupakan salah satu perusahaan yang turut meramaikan industri kecap skala kecil di Jawa Barat. CV MM berdiri sejak tahun 1940 dan merupakan perusahaan kecap tertua di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Kecap MM merupakan kecap yang dibuat melalui proses fermentasi kedelai hitam yang dilakukan secara tradisional. Produk yang dihasilkan hanya satu varian rasa dengan tiga ukuran kemasan yang berbeda. Perusahaan ini mengalami masa kejayaan pada era tahun 1980-an sampai dengan awal dekade 1990-an dan saat itu merupakan market leader untuk kecap lokal Kabupaten Majalengka. Kecap Maja Menjangan ini merupakan salah satu merek yang cukup melegenda di Majalengka karena proses pembuatannya yang dilakukan secara tradisional3. Saat ini perusahaan harus berkompetisi dengan perusahaanperusahaan kecap besar berskala nasional maupun perusahaan lokal di Majalengka. Di tataran lokal Majalengka saja, saat ini terdapat sekitar 35 perusahaan kecap. Jumlah UMKM di industri kecap terdapat pada Tabel 3. Belum lagi persaingan dengan perusahaan kecap nasional, dimana persaingan dalam industri kecap saat ini sangat kompetitif dengan hadirnya perusahaan-perusahaan besar. Ada banyak merek kecap di Indonesia dengan pemain besar seperti kecap Bango (Unilever), kecap ABC (Heinz ABC), kecap Nasional (Sari Sedap Indonesia), kecap Indofood (Indofood), kecap Sedap (Wings Food). Perubahan iklim persaingan tersebut memberikan dampak kepada kelangsungan perusahaan Kecap Maja Menjangan. Menurut data potensi industri kecap Disperindag Kabupaten Majalengka tahun 2007, kecap Maja Menjangan menduduki peringkat keempat, dimana peringkat pertama diduduki oleh Kecap H. Santana, peringkat kedua Kecap Sari Dele dan peringkat ketiga Kecap Ayam Jago (Muliasih, 2010). Kendati CV MM sudah memiliki konsumen yang tetap sebagai mitranya, akan tetapi ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh mitra seperti kesepakatan besama itu menjadi tolak ukur CV MM sendiri untuk menjalankan keberlangsungan usahanya dengan mitra tersebut. Seiring bertambahnya jumlah permintaan kecap dari pihak mitra ke CV MM juga menyebabkan perlu adanya pengembangan pada usaha kecap tersebut demi tercapainya target yang sudah ditentukan oleh kesepakatan bersama antara kedua belah pihak. Studi kelayakan sangat diperlukan oleh CV MM. khususnya terutama bagi para investor selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit, dan pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundangundangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainya. Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat 3
Wardani,”Kecap Legendaris dari Majalengka”,Tribunnews,diakses http//:www.tribunnews.com/2011/03/02/,pada tanggal 5 Maret 2013
dari
4
keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya, pemerintah lebih menitik-beratkan manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan kesempatan kerja, dan lain-lain. Pentingnya dilakukan analisis kelayakan dalam penelitian di CV MM ini untuk mengetahui apakah setelah melakukan pengembangan perusahaan tetap berada dalam kondisi layak atau tidak.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Tabel 3 Jumlah UMKM dan produksi kecap di Kabupaten Majalengka Perusahaan Kecamatan Total Produksi (Botol per tahun) Ikan Mas Koki Dawuan 20 000 Sari Sumberjaya Kecap Ayam Jago Cigasong H. Dedi J Cikijing Cap Matahari Sugiri Dawuan Cap Potret Matahari Dawuan 15 000 Kambing Dawuan 1 200 Kecap Cap Gurame Talaga Kecap Cap Sate Kadipaten 183 000 Kecap Potret Matahari Kadipaten 180 000 Terbit Kecap Panggang Ayam Kadipaten 45 000 Panggang Ayam Kadipaten 9 300 Sapyudin Banjaran Anton Banjaran Anton Yulianto Kadipaten Ijoh Sindangwangi 960 Oman Sindangwangi 840 CV Maja Menjangan Majalengka 144 778 Eeny Riani Majalengka H. Saroni Majalengka Saridele Majalengka H. Saniana Sumberjaya Segitiga Sumberjaya 30 000 Ban Bersayap Sumberjaya 12 000 Ayam Jago Majalengka 225 000 Dua Bintang Majalengka 84 000 Moh. Suherman Cigasong 7 000 Kecap Tauhid Cigasong 840 Tohri Talaga Iyan Dasiyah Leuwimunding 750 Surahman Bantarujeg Tata Talaga Ajud Tajudin Talaga Deden Hardian Talaga Roda Bersayap Majalengka -
Sumber : Dikoperin Kabupaten Majalengka (2013) Keterangan : - : tidak melaporkan
5
Perumusan Masalah Kecap merupakan salah satu produk olahan kedelai yang sejak lama akrab di lidah masyarakat nusantara. Sebagian dari masyarakat telah menganggap kecap sebagai bumbu pelengkap yang tak bisa dipisahkan dari setiap sajian yang dimasak setiap hari. Majalengka merupakan daerah yang yang terkenal akan produksi kecapnya di provinsi Jawa Barat. Salah satu kecap Majalengka yang dikenal oleh masyarakat adalah kecap yang dihasilkan oleh CV MM, yaitu kecap dengan merek dagang Maja Menjangan. CV MM merupakan kebanggaan daerah Majalengka karena merupakan perusahaan kecap tertua karena pertama kali berdiri di daerah tersebut. Usaha ini telah berdiri sejak tahun 1940 dan saat ini dikelola oleh generasi kedua. Usaha ini dikenal dengan kecapnya yang memiliki cita rasa yang unik, proses produksi melalui fermentasi alami dan diolah secara tradisional. Produk yang dihasilkan oleh CV MM hanya 1 varian rasa dengan 3 ukuran kemasan yang berbeda. Kecap legendaries ini diminati oleh konsumen yang tidak hanya berasal dari Kabupaten Majalengka tetapi juga dari beberapa daerah seperti Kuningan, Cirebon, Indramayu, Bandung, Bogor, dan Jakarta. Saat ini produksi kecap per bulan sebanyak 12 152 botol yang terdiri dari 5 000 botol kecap ukuran 140 ml, 5 091 botol ukuran 275 ml dan 1 061 botol ukuran 575 ml dan permintaan kecap yang ada dan belum dipenuhi sebanyak 15 081 botol yang terdiri dari 7 500 botol kecap ukuran 140 ml, 6 364 botol ukuran 275 ml dan 608 botol ukuran 575 ml. Terjadi gap karena CV MM tidak mengoptimalkan jam kerja yang seharusnya dimulai pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore. Pekerja CV MM hanya bekerja hingga pukul 1 siang. Melihat kondisi permintaan yang ada pada saat ini sangat disayangkan jika tidak dilakukan penambahan produksi. CV MM berencana mengembangkan usaha dan menambah kapasitas produksi. Dengan mengoptimalkan jam kerja yang ada maka produksi akan bertambah menjadi 14 472, sehingga CV MM dapat memenuhi seluruh permintaan dari konsumennya. Selain mengoptimalkan jam kerja yang ada, perusahaan juga ingin melakukan pengembangan terhadap bentuk produk kecapnya. Pengembangan yang akan dilakukan perusahaan ialah dengan membuat kecap dengan menggunakan kemasan pouch ukuran 220 ml. Kemasan pouch ini merupakan salah satu bentuk strategi pengembangan yang akan dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk inovasi yang berbeda dari industri kecap rumahan yang ada di sekitarnya. Ukuran 220 ml ditentukan oleh pihak CV MM dengan melakukan pendekatan terhadap salah satu merek kecap nasional yang biasanya laris penjualannya dalam menjual produk kecapnya di ukuran tersebut. Dalam mewujudkan rencana pengembangan yang akan dilakukan maka diperlukan tambahan investasi baru berupa mesin pengemas untuk kecap ukuran pouch yang nilainya tidak sedikit. Berdasarkan pemikiran yang telah dipaparkan oleh pemilik perusahaan, terdapat alternatif pengembangan usaha yang dapat dilaksanakan oleh CV MM yaitu dengan penambahan alat investasi baru berupa mesin pengemas kecap untuk ukuran
6
pouch yang disertai peningkatan kapasitas produksi Sebelum rencana bisnis ini direalisasikan diperlukan studi kelayakan terhadap pengembangan yang akan dilakukan sehingga diperoleh rencana tepat dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Studi kelayakan usaha digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha yaitu yang pertama jika dia merupakan suatu usaha baru dan yang kedua apabila terdapat investasi baru pada usaha tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka CV MM termasuk dalam kategori yang kedua yaitu akan melakukan penambahan alat investasi baru berupa . Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak industri diketahui bahwa belum pernah ada yang melakukan analisis kelayakan pengembangan usaha kecap di perusahaan ini, sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan pengembangan usaha ini untuk mengetahui apakah rencana pengembangan yang akan dilakukan oleh CV ini layak atau tidak untuk dijalankan mengingat kondisi persaingan saat ini. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana kelayakan pengusahaan kecap CV Maja Menjangan dilihat dari aspek non finansial? 2. Bagaimana kelayakan aspek finansial pengusahaan kecap CV Maja Menjangan baik sebelum maupun setelah pengembangan? 3. Bagaimana switching value kelayakan pengusahaan kecap CV Maja Menjangan jika terjadi penurunan produksi dan peningkatan harga bahan baku, baik sebelum maupun setelah pengembangan?
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Menganalisa kelayakan usaha kecap dilihat dari aspek non finansial. 2. Menganalisa kelayakan aspek finansial usaha kecap baik sebelum maupun setelah pengembangan. 3. Menganalisa switching value kelayakan usaha kecap jika terjadi penurunan produksi dan peningkatan harga bahan baku.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengusaha kecap, pembaca maupun penulis. Bagi pengusaha kecap sebagai tempat penelitian yang dipilih oleh penulis, penelitian ini bermanfaat untuk memberi masukan apakah bisnis ini layak atau tidak untuk dikembangkan. Bagi pembaca dapat memberikan informasi bagi investor untuk melakukan investasi pada pengembangan kecap ini. Bagi pengusaha kecap di luar tempat penelitian yang dilakukan penulis, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan untuk melakukan pendirian ataupun pengembangan usaha kecap.
7
Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan ini antara lain: 1. Komoditas yang akan dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah kecap yang diusahakan CV MM. 2. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara dan diskusi langsung dengan pihak CV MM dan data sekunder berupa hasil studi literatur beberapa buku, skripsi, dan artikel dari internet yang berkaitan dengan materi penelitian serta pengolahan data yang diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti, Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Majalengka. 3. Lingkup kajian masalah yang diteliti difokuskan pada analisis studi kelayakan pengembangan usaha pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, aspek lingkungan dan aspek finansial.
TINJAUAN PUSTAKA Pengolahan Kecap Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain (gula, garam, dan bumbu) untuk meningkatkan cita rasa masakan. Jenis kedelai yang umum digunakan dalam pembuatan kecap adalah kedelai hitam dan kedelai kuning. Tidak ada perbedaan komposisi diantara keduanya dan perbedaan jenis kedelai tersebut tidak berpengaruh terhadap efektivitas fermentasi. Menurut Utomo dan Nikkuni (2000), dalam proses pembuatan kecap terdapat dua cara fermentasi. Pertama, fermentasi dengan menggunakan Aspergillus pada suhu 20-30oC selama tiga sampai tujuh hari. Hasil kedelai yang terbentuk dari proses fermentasi tersebut dicampur dengan 20-30% larutan garam untuk dibawa ke fermentasi cara kedua yaitu dengan larutan garam di bawah 20 persen pada suhu 25-30oC selama 14-120 hari. Kemudian bubur yang telah difermentasi disaring. Berdasarkan penelitian Yudhana (2013), prinsip dasar pembuatan kecap adalah fermentasi kedelai dengan kapang Aspergillus oryzae dan Aspergillus sojae. Kedelai direbus utuh, atau digiling terlebih dahulu, didinginkan, baru kemudian difermentasi, Prinsip fermentasi kedelai ini sama dengan pada pembuatan tempe, hanya bedanya biji kedelai untuk kecap tidak dibuat menyatu satu dengan lainnya. Hingga hasil fermentasinya tetap berupa biji yang satu sama lain terpisah. Fermentasi kedelai pada pembuatan kecap, sama dengan pada pembuatan tauco. Bedanya, tauco menggunakan kedelai kuning. Setelah terfermentasi, kedelai bahan kecap dijemur sampai kering. Terkait dengan kecap yang berkualitas, proses pembuatan kecap terbagi menjadi dua yaitu secara modern maupun tradisional. Kecap yang diolah secara tradisional umumnya masih dilakukan oleh industri kecap
8
skala lokal. Proses pembuatannya ada yang menggunakan tungku dan ada yang menggunakan peralatan memasak biasa. Kecap yang diproses secara modern seperti yang dilakukan oleh industri kecap skala nasional diolah menggunakan pengembangan inovasi teknologi proses fermentasi kecap (Sardjono, 2014). Tepatnya, dengan melakukan penelitian komprehensif tentang perbaikan proses dan peningkatan efisiensi proses fermentasi kecap dengan bahan baku lokal, yakni kedelai hitam. Salah satu faktor penghambat pabrik kecap dalam meningkatkan produksi adalah fermentasi moromi atau fermentasi dalam larutan garam. Penyebabnya ialah tahapan fermentasi memakan waktu lama, berkisar antara lima sampai dengan enam bulan. Dari inovasi yang dikembangkan oleh Sardjono (2014), proses fermentasi dapat diperpendek menjadi 3,5 bulan dengan kualitas yang sama dengan fermentasi sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Sardjono dimulai dengan isolasi mikroflora dari proses fermentasi kecap, melakukan seleksi beberapa strain mikroba yang memiliki potensi besar untuk fermentasi. Langkah berikutnya ialah melakukan formulasi starter dan merancang proses produksi starter, termasuk unit produksinya. Penelitian berikutnya ialah pengembangan dan perbaikan proses fermentasi oleh jamur atau fermentasi koji. Fermentasi koji merupakan tahapan proses yang sangat penting untuk menentukan kualitas hasil fermentasi. Dalam pengembangan yang dilakukan Sardjono (2014), fermentasi koji yang semula tidak dikendalikan dengan baik diubah dengan merancang proses yang dapat dikendalikan dengan baik, yakni dengan pengendalian RH ruang fermentasi, suhu, aerasi (oksigen), pengeluaran CO2, cara pengadukan bahan, dan sistem pengendalian otomatis. Alat tersebut dapat terwujud berkat diskusi intensif dengan divisi engineering pabrik (dalam hal ini PT Unilever Indonesia Tbk.) dan pabrik pembuat alat-alat industri pangan. Dari rancangan pertama bioreaktor telah dilakukan evaluasi dan revisi. Saat ini telah terpasang beberapa unit bioreaktor untuk fermentasi koji dengan kapasitas sebuah bioreaktor sekali fermentasi ekuivalen dengan empat ton kedelai.
Aspek Non Finansial Berdasarkan penelitian Novianti (2011) aspek non finansial di CV Cisarua Integrated Farming, hasil analisis aspek pasar menjelaskan usaha ini layak karena peluang pasar dinilai memadai melakukan peningkatan kapasitas produksi serta untuk pemasaran poduk. Analisis aspek teknis menjelaskan bahwa usaha ini layak karena perusahaan telah memiliki lokasi yang tepat serta memiliki sarana dan prasarana pendukung yang lengkap. Pada aspek manajemen menjelaskan bahwa usaha ini layak karena memiliki struktur organisasi yang digunakan untuk pembagian tugas dan wewenang yang jelas sehingga memeberikan kemudahan dalam koordinasi diantara karyawan. Berdasarkan analisis aspek sosial dan lingkungan diketahui bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karean memberikan manfaat positif ke lingkungan sekitar.
9
Penelitian berikutnya oleh Indah (2010) di PT Panafil Essential Oil di Bandung. Berdasarkan hasil analisis penelitian dari aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial proyek pengembangan usaha budidaya nilam yang akan dijalankan PT Panafil Oil layak untuk dijalankan. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek pasar yang menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara permintaan minyak nilam terus meningkat dan suplainya yang menurun sehingga hal tersebut menjadi peluang usaha ini. Untuk aspek teknis didukung oleh kesesuaian kondisi iklim dan tanah di desa Ciburuy dengan yang dibutuhkan oleh tanaman nilam, ketersediaan sarana produksi, tenaga kerja dan skala operasi. Daya dukung aspek manajemen dapat dilihat dengan adanya rencana kerja budidaya dan penentapan sistem pola tanaman yang akan memperlancar persediaan bahan baku nilam. Sementara dari aspek sosial daya dukungnya dapat dilihat dari adanya manfaat yang dapat secara langsung dan tidak langsung oleh masyarakat di antaranya perbaikan kondisi lingkungan serta terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar.
Aspek Finansial Menurut penelitian Novianti (2011) tentang kelayakan usaha peningkatan kapasitas produksi pakan konsentrat sapi perah di CV Cisarua Integrated Farming, Desa Cibereum, kecamatan Cisarua Bogor mengkaji kelayakan finansial di CV ini berdasarkan kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C Ratio, Payback Period dan analisis sensitivitas. Hasil penelitian dari aspek finansial ini menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan berdasarkan nilai NPV Rp 455 809 870, Net B/C sebesar 3,33, IRR sebesar 50% dan payback periode sebesar 4,1. Hasil analisis sensitivitas dengan menggunakan dua variabel parameter yaitu hasil wawancara dan yang mungkin akan terjadi ialah harga dedak padi mengalami kenaikan 8 persen. Berdasarkan analisis sensitivitas tersebut perubahan peningkatan harga bahan baku dedak pasi sebesar 10 persen lebih sensitive dibandingkan perubahan harga bahan baku dedak pasi sebesar 5 persen. Penelitian Napitupulu (2009) tentang Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup di CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, kota Depok, mengkaji kelayakan finansial di CV ini berdasarkan kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C Ratio, Payback Period dan analisis switching value. Hasil penelitian dari aspek finansial ini menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan berdasarkan nilai NPV yang dihasilkan selama kurun waktu 10 tahun adalah sebesar Rp 292 938 966. Nilai IRR yang diperoleh yaitu, sebesar 48,95% dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu, 14%. Net B/C yang diperoleh adalah sebesar 3,09. Hal ini berarti, setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha ini, akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3,09. Payback period yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau sama dengan 3 tahun 7 bulan 4 hari. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa usaha ini menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula pasir mengalami kenaikan melebihi
10
18,84%, harga botol jus mengalami kenaikan melebihi 20,94 %, penurunan penjualan jus melebihi 6,09%, dan penurunan penjualan sirup lebih dari 10,48%. Penelitian berikutnya Indah (2010) tentang kelayakan usaha di budidaya nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung. Kelayakan aspek finansial berdasarkan hasil analisis kriteria kelayakan yaitu NPV sebesar Rp 337 257 777 ; IRR sebesar 2,02, Net B/C 15% dan payback periode selama 7,72 triwulan. Berdasarkan hasil hitungan ini, proyek pengembangan usaha budidaya nilam ini layak untuk dijalankan. Berdasarkan tiga penelitian di atas, kelayakan aspek finansial diperoleh apabila hasil NPV lebih dari nol, nilai B/C lebih dari satu, IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan dan Payback Period berada sebelum masa bisnis berakhir. Penelitian terdahulu yang dikaji mmiliki manfaat yang bisa diambil antara lain penggunaan metode, objek penelitian dan lokasi penelitian yang digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini ialah kriteria kelayakan investasi yang digunakan seperti NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period serta menggunakan analisis switching value seperti pada penelitian Napitupulu (2010). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah pada penelitian Novianti (2010) meneliti tentang kelayakan usaha peningkatan kapasitas produksi pakan konsentrat sapi perah di CV Cisarua Integrated Farming, Desa Cibereum. Di sini Novianti menggunakan analisis sensitivitas sementara penelitian ini menggunakan analisis switching value.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Bisnis merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan merupakan wadah untuk melakukan kegiatan seperti perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan bisnis adalah siklus bisnis yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi (Gitinger,1986). Evaluasi bisnis sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan bisnis. Studi kelayakan adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan. Studi kelayakan bila diletakkan pada objek pendirian sebuah usaha baru disebut studi kelayakan proyek. Namun, jika objeknya adalah pengembangan usaha (usaha sudah berjalan, namun direncanakan ada pengembangan) maka disebut studi kelayakan bisnis (Subagyo, 2007). Adapun tujuan dari studi kelayakan bisnis adalah untuk mengetahui apakah suatu proyek/bisnis akan untung atau rugi, dengan kata lain untuk memperkecil tingkat risiko
11
kerugian yang memastikan bahwa investasi yang dilakukan memang menguntungkan. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat investasi yang terdiri atas: 1. Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat finansial). 2. Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga manfaat ekonomi nasional). 3. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek. Hal-hal yang mendasari untuk menjalankan studi kelayakan bisnis investasi jika suatu pihak atau seseorang melihat kemampuan usaha, yaitu apakah kesempatan usaha tersebut bisa dimanfaatkan secara ekonomis serta apakah kita bisa mendapatkan keuntungan yang cukup layak ari usaha tersebut. Semakin luas skala bisnis maka dampak yang dirasakan baik secara ekonomi maupun sosial semakin luas. Oleh karena itu studi kelayakan dilengkapi dengan analisa yang disebut analisa manfaat dan pengorbanan (cost and benefit analysis). Aspek –Aspek Studi Kelayakan Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), untuk menentukan layak atau tidaknya suatu proyek harus dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk dikatakan layak harus memiliki standar tertentu. Namun, penilaian tidak hanya dilakukan pada suatu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai, jadi tidak berdiri sendiri. Jika ada aspek yang kurang layak akan diberikan beberapa saran perbaikan, sehingga memenuhi kriteria yang layak. Namun, apabila tidak dapat memenuhi kriteria tersebut sebaiknya jangan dijalankan. Menurut Nurmalina (2010), secara umum aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek finansial, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Namun, belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti. Aspek-aspek yang akan diteliti terlebih dahulu harus ditentukan dalam menentukan studi kelayakan. Penelitian ini, akan mengkaji mengenai aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, aspek hukum, serta aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari : 1. Aspek Pasar Pasar adalah titik pertemuan antara permintaan dan penawaran barang dan jasa, sehingga tercapai kesepakatan dalam transaksi (Subagyo, 2007). Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh proyek tersebut. 2. Aspek Teknis Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengorganisasian setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono, 2000). Penilaian kelayakan terhadap aspek ini penting dilakukan sebelum suatu proyek dijalankan. Penentuan kelayakan teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis atau operasi, sehingga jika tidak dianalisis
12
dengan baik akan berakibat fatal bagi perusahaan dimasa yang akan datang (Kasmir dan Jakfar, 2006). a. Lokasi Proyek Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencakup dua pengertian yaitu, lokasi dan lahan pabrik serta lokasi bukan pabrik. Pengertian lokasi bukan pabrik mengacu pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan dengan proses produksi yaitu, lokasi administrasi perkantoran dan pemasaran. Terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi proyek. Variabel ini dibedakan ke dalam dua golongan besar yaitu, variabel utama (primer) dan variabel bukan utama (sekunder). Variabel-variabel utama (primer) tersebut yaitu, ketersediaan barang mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Variabel-variabel sekunder terdiri dari, hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat (adat istiadat), serta perencanaan masa depan perusahaan. b. Skala Operasional atau Luas Produksi Skala operasi atau luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Pengertian kata ”seharusnya” dan ”keuntungan yang optimal”, mengandung maksud untuk mengkombinasikan faktor eksternal dan faktor internal perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan luas produksi yaitu, batasan permintaan, persediaan kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen, serta kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang. c. Layout Atau Tata Letak Alur Produksi Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan demikian, pengertian layout mencakup layout site (layout lokasi proyek), layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik dan fasilitasfasilitasnya. Dalam layout pabrik terdapat dua tipe utama yaitu, layout fungsional (layout process) dan layout Produk (layout garis). d. Pemilihan Jenis atau Teknologi Peralatan Prinsip-prinsip yang dipegang dalam penetuan jenis atau teknologi peralatan antara lain, seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan, manfaat ekonomi yang diharapkan, ketepatan teknologi dengan bahan bahan mentah yang digunakan, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut ditempat lain yang memiliki ciriciri mendekati lokasi proyek, kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat, dan kemungkinan pengembangannya serta pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan. 3. Aspek Manajemen Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan
13
berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari merencanakan, sampai dengan mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian juga dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyeknya (Kasmir dan Jakfar, 2006). Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), hal-hal yang dipelajari dalam aspek manajemen antara lain: a. Manajemen dalam Masa Pembangunan Proyek Manajemen proyek adalah sistem untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi pembangunan proyek dengan efisien. Manajemen proyek harus dapat menyusun rencana pelaksanaan proyek dengan mengkoordinasi berbagai aktivitas atau kegiatan dan pengguaan sumber daya agar secara fisik proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya (Kasmir dan Jakfar, 2006). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen masa pembangunan proyek yaitu, pelaksana proyek tersebut, jadwal penyelesaian proyek, dan pihak yang melakukan studi masing-masing aspek. b. Manajemen dalam Operasi Manajemen ini meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi, dan spesifikasi jabatan, anggota direksi, dan tenaga kunci, serta jumlah tenaga kerja yang akan digunakan (Husnan dan Suwarsono, 2000). 4. Aspek Finansial Analisis finansial merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 2000). Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), penelitian dalam aspek finansial dilakukan untuk menilai biaya-biaya yang akan dikeluarkan dan juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika proyek dijalankan. Penelitian ini meliputi, lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga jika dihitung dengan formula penilaian investasi akan sangat menguntungkan. Hal-hal yang mendapatkan perhatian dalam penelitian aspek ini antara lain : a. Biaya Kebutuhan Investasi Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk membeli aset-aset yang dibutuhkan usaha tersebut. Aset-aset ini biasanya berupa aset tetap yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian hingga dapat dioperasikan. Karena itu, dalam melakukan investasi dibutuhkan biaya investasi yang digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi tersebut. Biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis usaha yang akan dijalankan. Secara umum, komponen biaya terdiri atas, biaya prainvestasi, biaya pembelian aktiva, dan biaya operasional (Kasmir dan Jakfar, 2006). b. Sumber-Sumber Dana Dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada seperti, dari modal sendiri, modal pinjaman, atau gabungan keduanya. Pilihan apakah menggunakan modal sendri atau modal
14
pinjaman atau gabungan dari keduanya tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan pengusaha (Kasmir dan Jakfar, 2006). Pada dasarnya, pemilihan sumber dana bertujuan untuk memilih sumber dana yang pada akhirnya bisa memberikan kombinasi dengan biaya terendah, dan tidak menimbulkan likuiditas bagi proyek atau perusahaan mensponsori usaha tersebut (artinya, jangka waktu pengembalian sesuai dengan jangka waktu penggunaan dana). Sumbersumber dana yang utama terdiri dari, modal sendiri yang disetor oleh pemilik perusahaan, penerbitan saham di pasar modal, obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal, kredit bank, leasing dari lembaga keuangan nonbank, dan project finance (Husnan dan Suwarsono, 2000). c. Aliran Cashflow Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk ke perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar serta jenisjenis biaya yang dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar, 2006). Aliran kas penting digunakan dalam akuntansi karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi para investor adalah kas bukan laba. Aliran kas yang berhubungan dengan suatu usaha dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu, aliran kas permulaan (initial cash flow), aliran kas operasional (operational cash flow), dan aliran kas terminal (terminal cash flow). Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode merupakan aliran kas permulaan. Aliran kas yang timbul selama operasi usaha disebut aliran kas operasional, sedangkan aliran kas terminal adalah aliran kas yang diperoleh ketika usaha berakhir (Husnan dan Suwarsono, 2000). d. Kriteria Kelayakan Investasi Menurut Nurmalina (2010), kriteria kelayakan secara finansial yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : i. Net Present Value (NPV) Merupakan nilai sekarang dari selisih antara penerimaan dan biaya pada tingkat diskonto tertentu. Penggunaan kriteria NPV ditujukan untuk mengetahui gambaran nilai bersih suatu proyek. Suatu bisnis dikatakan layak bila NPV lebih besar dari nol dan semakin besar NPV menunjukkan semakin layak bisnis tersebut untuk dilaksanakan. Sebaliknya apabila NPV di bawah nol, maka menunjukkan bahwa bisnis tidak layak untuk diusahakan karena kegiatan usaha tersebut tidak menguntungkan. ii. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio) Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif. Kriteria Investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah: Net B/C = 1, maka NPV = 0, artinya proyek tidak untung ataupun rugi
15
Net B/C > 1, maka NPV > 0, artinya proyek tersebut menguntungkan Net B/C < 1, maka NPV < 0, proyek tersebut merugikan iii. Internal Rate Return (IRR) Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan Net Present value (NPV) sama dengan nol. Menurut Gittinger (1986) IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila memiliki nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan suatu investasi dianggap tidak layak apabila memiliki nilai IRR yang lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku. iv. Payback Periode (PBP) Payback Period atau tingkat pengembalian investasi merupakan suatu metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang untuk mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal kembali, maka akan semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono, 1999). v.. Incremental Net Benefit Analisis studi kelayakan bisnis terutama yang bergerak dibidang pertanian membedakan antara arus komponen biaya dan manfaat antara kondisi dengan dan tanpa bisnis. Perbedaan besaran angka kondisi tanpa dan dengan bisnis merupakan besaran sebenarnya yaitu sebagai pengaruh kondisi yang dihasilkan oleh adanya investasi baru atau kondisi yang dihasilkan oleh adanya suatu bisnis. Usaha pada sektor agribisnis seringkali diperhitungkan manfaat bersih tambahan (Incremental Net Benefit) yaitu manfaat bersih dengan bisnis (net benefit with business) dikurangi dengan manfaat bersih tanpa bisnis (net benefit without business). Hal ini dimungkinkan karena ada faktor-faktor produksi yang sebelumnya tidak digunakan atau tidak terpakai ataupun belum termanfaatkan sehingga pada saat ada bisnis apakah faktor tersebut memberikan manfaat atau tidak bagi bisnis yang dijalankan (Nurmalina et al. 2009). 5. Aspek Hukum Aspek hukum akan membahas masalah kelengkapan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki. Kelengkapan dokumen usaha sangat penting, karena merupakan dasar hukum yang harus dipegang apabila di kemudian hari timbul masalah (Kasmir dan Jakfar, 2006). 6. Aspek Sosial dan Lingkungan Analisis aspek sosial digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika proyek tersebut berjalan. Analisis aspek lingkungan akan melihat dampak proyek yang dijalankan terhadap
16
lingkungan sekitar, baik terhadap air, darat, udara, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kehidupan manusia, binatang, dan tumbuhan (Kasmir dan Jakfar, 2006). Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan proyek yang telah dilakukan, tujuannya yaitu untuk melihat pengaruh yang akan terjadi apabila keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk menarik perhatian pada masalah utama proyek yaitu proyek selalu menghadapi ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diramalkan (Nurmalina et al, 2010). Pada proyek di bidang pertanian terdapat empat masalah utama yang mengakibatkan proyek sensitif terhadap perubahan, yaitu: 1. Perubahan harga jual 2. Keterlambatan pelaksanaan proyek 3. Kenaikan biaya 4. Perubahan volume produksi Variabel harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Analisis finansial menggunakan harga produk dan biaya pada tahun pertama analisis sebagai nilai tetap. Walaupun dalam keadaan nyata kedua variabel dapat berubah-ubah sejalan dengan penambahan waktu. Jadi analisis kepekaan dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak untuk dilaksanakan (Gittinger, 1986).
Kerangka Pemikiran Operasional Di Indonesia, kecap merupakan bahan makanan yang paling banyak digunakan. Bahkan bagi sebagian kalangan, kecap dianggap menu wajib yang harus selalu tersedia dalam hidangan sehari-hari. Perkembangan industri kecap tumbuh seiring dengan meningkatnya permintaan akan kecap. Namun, konsumsi kecap yang semakin meningkat tersebut tidak hanya dipenuhi oleh produksi dalam negeri tetapi juga oleh impor. Hal ini dapat terlihat dari semakin banyaknya produk kecap impor yang masuk ke pasaran Indonesia sehingga kecap hasil industri rumahan pun kalah saing. CV MM telah menjalani usaha penjualan kecap lebih dari 70 tahun. Dalam penelitian ini, CV MM yang berada di Kabupaten Majalengka bermaksud untuk mengembangkan usahanya dengan cara menambah kapasitas produksi dan memproduksi kecap dengan kemasan sachet. CV MM berencana menambah kapasitas produksi demi tercapainya target yang sudah disepakati sebelumnya oleh mitra. Modal untuk investasi pengembangan usaha tersebut dibiayai oleh pemilik usaha itu sendiri tanpa meminta bantuan dari lembaga keuangan lain. Analisis kelayakan dilakukan dengan menganalisis aspek-aspek kelayakan investasi seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek finansial. Kriteria investasi yang akan dianalisis
17
dengan melihat nilai Net Present Value, Benefit Cost Ratio, Internal Rate Return, dan Payback Periode. Analisis kelayakan pengembangan yang dilakukan nantinya akan bertujuan untuk memberikan alternative mana yang lebih sesuai untuk dilakukan CV MM Analisis switching value dilakukan apabila terbukti pengembangan usaha ini layak untuk dilkukan. Analisis switching value digunakan untuk melihat sejauh mana perubahan maksimum yang dapat dihadapi oleh perusahaan yang akan berpengaruh terhadap inflow dan outflow. didasarkan pengalaman pelaku usaha sehingga tidak menutup kemungkinan kedepannya akan terjadi penurunan kapasitas produksi. Sedangkan perubahan dari sisi pengeluaran yaitu kenaikan harga gula aren. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi mengenai pelaksanaan usaha kepada pengusaha kecap. Berikut kerangka operasional penelitan pada usaha kecap MM dapat dilihat di Gambar 1. 1. Adanya permintaan yang tidak diimbangi dengan produksi kecap CV MM 2. CV MM ingin mengembangkan usaha sebagai upaya untuk memenuhi permintaan
Analisis Kelayakan Usaha CV MM
Aspek Non Finansial : 1. Aspek pasar 4. Aspek sosial 2. Aspek teknis 5. Aspek lingkungan 3. Aspek manajemen dan hukum
Aspek Finansial : 1. IRR 4. PP 2. NPV 5. Laba Rugi 3. Net B/C
Tidak Layak
Analisis kelayakan pengembangan usaha (penambahan alat produksi dan peningkatan kapasitas produksi)
Layak
Analisis Switching Value 1.Penurunan kapasitas produksi 2.Kenaikan harga bahan baku
Tidak Layak
Kembali ke awal usaha
Layak
Pengembangan usaha
Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional
18
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di CV MM yang terletak di Majalengka. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa CV Maja akan melakukan pengembangan. Selain itu, CV MM belum pernah melakukan analisis kelayakan usaha maka pihak manajemen meminta agar penulis melakukan penelitian di tempat ini. Pengambilan data di lapangan akan dilaksanakan bulan Desember 2013 sampai Januari 2014.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur usaha, baik investasi maupun operasional dan penerimaan selama satu tahun usaha. Data tersebut digunakan untuk membuat analisis kelayakan usaha kecap MM. Data sekunder diperoleh dari beberapa buku, skripsi, dan artikel yang berkaitan dengan materi penelitian, serta pengolahan data yang diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti, Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Majalengka. Metode Pengumpulan Data Data primer yang terkumpul diperoleh dari wawancara kepada pemilik dan karyawan CV MM, serta pemasok. Data sekunder diperoleh dari studi literatur beberapa buku, skripsi, dan artikel dari internet yang berkaitan dengan materi penelitian serta pengolahan data yang diperoleh dari dinasdinas terkait seperti, Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Majalengka.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data kuantitatif yang diperoleh selama penelitian, terutama mengenai biaya-biaya, baik biaya investasi maupun biaya operasional, penerimaan, diolah menggunakan program Microsoft Excel. Program ini dipilih karena telah lazim digunakan dan relatif mudah dioperasikan. Data kualitatif, diolah dan disajikan secara deskriptif. Tujuan utama dilakukan analisis kelayakan usaha pembuatan kecap adalah untuk menghindari kerugian usaha pada saat rencana pengembangan usaha berjalan. Analisis yang dilakukan selama penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum dalam usaha
19
pengolahan kecap. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menganalisis kelayakan aspek finansial dalam usaha pembuatan kecap. Analisis kelayakan finansial menggunakan beberapa kriteria, yaitu: analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value/NPV), tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR), masa pengembalian investasi (Payback Periode), net benefit dan cost ratio (Net B/C Rasio) yang merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan net benefit yang negatif, dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan kalkulator dan program komputer yaitu, Microsoft Excel, ditampilkan dalam bentuk tabulasi dan diberikan penjelasan deskriptif agar memudahkan pembaca. Kriteria Kelayakan Aspek Non Finansial Dalam melakukan analisis aspek non finansial diperlukan kriteria yang menyatakan usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan serta aspek hukum. Kriteria yang digunakan tersebut adalah: 1. Aspek Pasar Analisis aspek pasar dilakukan secara kualitatif. Analisis ini dilakukan untuk melihat potensi dan prospek pasar dari kecap, daur hidup produk yang dihasilkan CV MM, dan bauran pemasaran yang dilakukan CV MM. Usaha dikatakan layak, apabila memiliki potensi dan peluang pasar serta menetapkan strategi pemasaran yang tepat untuk memperoleh konsumen. 2. Aspek Teknis Aspek teknis berhubungan dengan input usaha (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gittinger, 1986). Analisis ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui apakah usaha tersebut dapat dilaksanakan secara teknis. Bila analisis secara teknis tersebut berjalan dengan lancar dan perkiraan-perkiraan secara teknis cocok dengan kondisi sebenarnya. Analisis aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran pada hal-hal teknis dari usaha seperti: alasan pemilihan lokasi usaha, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, transportasi, ketersedian bahan baku, peralatan, perlengkapan, kapasitas usaha, rencana perluasan usaha, teknologi yang digunakan, proses produksi yang dilakukan, dan layout perusahaan. Proyek dikatakan layak apabila ada perkembangan produksi. 3. Aspek Manajemen Analisis aspek manajemen dilakukan secara kualitatif untuk melihat apakah fungsi manajemen dapat diterapkan dalam kegiatan operasional usaha pembuatan kecap. Jika fungsi manajemen dapat diterapkan, maka usaha tersebut dinilai layak dari aspek manajemen. Menurut Nurmalina (2010), analisis aspek manajemen dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan aspek manajemen perusahaan, seperti: struktur organisasi, tugas dan wewenang tenaga kerja, dan kebutuhan tenaga kerja dalam suatu usaha. Bisnis dikatakan layak apabila menggunakan sistem manajemen yang baik.
20
4. Aspek Sosial dan Lingkungan Analisis sosial menurut Suliyanto (2010) dapat dilakukan dengan mempertimbangkan pola dan kebiasaan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengn usaha, karena pertimbangan ini berhubungan langsung dengan kelangsungan suatu usaha. Suatu usaha harus tanggap terhadap keadaan sosial seperti, penciptaan lapangan kerja, distribusi pendapatan, dan lain sebagainya. Selain itu, apakah usaha tersebut dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya serta bagaimana dampak usaha terhadap lingkungan. 5. Aspek Hukum Analisis ini dimaksudkan untuk meyakini bahwa secara hukum rencana bisnis dinyatakan layak atau tidak. Dalam hal ini menurut Nurmailna (2010), akan dianalisis sejauh apa CV MM mengikuti peraturan-peraturan ataupun perundang-undangan yang berlaku, perizinan apa saja yang telah dipenuhi, serta bagaimana bentuk dan badan hukum usaha. Kriteria Kelayakan Aspek Finansial Dalam melakukan analisis aspek finansial diperlukan kriteria investasi yang menyatakan usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Kriteria investasi yang digunakan tersebut adalah: 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah suatu alat analisis untuk menguji kelayakan dari suatu investasi. NPV adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu atau dapat dikatakan sebagai selisih antara nilai bersih dari manfaat dan biaya pada setiap tahun kegiatan usaha. Rumus yang digunakan dalam penghitungan NPV menurut Suliyanto (2010) adalah sebagai berikut :
Dimana: Bt = Penerimaan (benefit) bruto tahun ke-t Ct = Biaya (cost) bruto tahun ke-t N = Umur Ekonomis Usaha t = Tahun kegiatan bisnis i = Tingkat suku bunga/discount rate Dalam metode NPV, terdapat tiga penilaian kriteria investasi. Jika NPV suatu usaha lebih besar dari nol (NPV>0) berarti usaha tersebut layak dilakukan atau dilanjutkan karena memiliki arti, bahwa manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya, jika NPV usaha kurang dari nol (NPV<0), maka usaha tersebut tidak layak dilakukan atau dilanjutkan karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Sedangkan, jika NPV sama dengan nol (NPV=0) manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutup biaya yang
21
dikeluarkan, artinya proyek mengembalikan persis sebesar modal sosial. Dengan demikian, usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi. 2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Analisis imbangan biaya dan penerimaan adalah alat analisis tingkat efisiensi setiap rupiah yang dikeluarkan yang diperoleh dari penerimaan. Net B/C merupakan perbandingan NPV total dari manfaat bersih terhadap total dari biaya bersih atau dapat dikatakan sebagai perbandingan antara jumlah nilai bersih yang bernilai positif sebagai pembilang dan nilai bersih yang bernilai negatif sebagai penyebut. Analisis ini akan menguji seberapa jauh setiap nilai rupiah yang akan dipakai dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Rumus yang digunakan dalam penghitungan Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) menurut Suliyanto (2010) adalah sebagai berikut:
Bt Ct n t i
= Penerimaan (benefit) bruto tahun ke-t = Biaya (cost) bruto tahun ke-t = Umur Ekonomis Usaha = Tahun = Tingkat suku bunga/discount rate Net B/C digunakan untuk mengukur efisiensi dalam penggunaan modal. Jika Net B/C suatu usaha lebih dari satu (Net B/C>1), maka dapat dikatakan bahwa usaha tersebut layak untuk diusahakan atau dilanjutkan. Jika Net B/C suatu usaha sama dengan satu (Net B/C=1), maka biaya yang dikeluarkan sama dengan keuntungan yang didapatkan. Jika Net B/C suatu usaha kurang dari satu (Net B/C<1), maka dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan atau dilanjutkan karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pada keuntungan yang diperoleh. 3. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga (discount rate) pada saat NPV sama dengan nol. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha tersebut layak diusahakan. Rumus perhitungannya menurut Suliyanto (2010) adalah sebagai berikut: IRR = i+ Dimana: NPV = NPV yang bernilai positif NPV” = NPV yang bernilai negatif i = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV positif i” = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV negatif Jika ternyata IRR usaha lebih besar dari tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha layak untuk dilaksanakan. Namun, jika IRR
22
usaha lebih kecil dari tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan. 4. Payback Periode (PBP) Payback Periode atau analisis waktu adalah jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal. Kriteria ini mengukur kecepatan proyek dalam mengembalikan biaya awal. Oleh sebab itu, kriteria ini menghitung arus kas yang dihasilkan dan bukan besarnya keuangan akuntansi. Semakin kecil angka yang dihasilkan, maka usaha tersebut semakin baik untuk diusahakan. Perhitungan PBP menurut Suliyanto (2010) adalah sebagai berikut: Payback Periode Dimana: = Besarnya investasi yang dibutuhkan I Ab = Benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya Pada dasarnya semakin cepat Payback Periode menandakan semakin kecil risiko yang dihadapi oleh investor. Analisis Nilai Pengganti Menurut Nurmalina (2010), analisis nilai pengganti (switching value) merupakan salah satu variasi dari analisis sensitivitas. Pada switching value digunakan untuk mengetahui sampai titik berapa peningkatan atau penurunan suatu komponen yang dapat meningkatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu ambang batas kelayakan proyek, kondisi untuk masing-masing komponen dibuat pada kondisi meningkatnya harga input seperti meningkatnya harga bahan baku utama dan penurunan harga output seperti berkurangnya jumlah penjualan. Dengan switching value dapat diketahui sampai batas maksimal berapa usaha masih layak. Kondisi tersebut dibuat sampai mencapai nilai NPV mendekati nol, nilai Net B/C mendekati satu dan nilai IRR mendekati tingkat diskonto. Asumsi Dasar Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Seluruh modal yang digunakan dalam usaha kecap CV MM ini merupakan modal sendiri 2. Umur bisnis adalah 10 tahun didasarkan dari peralatan produksi yang paling mempengaruhi dalam proses produksi yaitu kuali. 3. Inflow dan outflow merupakan proyeksi pada penelitian dan informasi yang didapatkan pada saat penelitian. 4. Jumlah hari kerja dalam 1 minggu ada 6 hari. 1 bulan ada 4 minggu sehungga 1 tahun terdapat 288 hari kerja 5. Sebelum pengembangan terdapat 8 kali proses produksi dalam sebulan dimana 1 kali proses produksi mengahsilkan 350 liter kecap. 6. Pengembangan yang dilakukan ialah meningkatkan kapasitas produksi menjadi 10 kali dan membuat kecap kemasan standing pouch ukuran 220 ml.
23
7.
Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini diasumsikan konstan hingga akhir umur usaha yang berlaku pada Desember 2013. 8. Total produksi adalah jumlah kemasan yang dihasilkan selama satu tahun. Nilai total penjualan adalah hasil kali antara total produksi dan harga jual. 9. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembuatan kecap ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatanperalatan yang telah habis umur ekonomisnya. 10. Penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus dimana harga beli dibagi umur ekonomis. 11. Pajak Penghasilan (PPh) badan ditentukan menggunakan perhitungan pajak yang diatur dalam Undang-Undang RI No. 36 pasal 17 ayat 1 huruf b Tahun 2008 : Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% yang berlaku sejak tahun pajak 2010. Oleh karena itu pada tahun pertama bisnis sampai dengan akhir tahun bisnis dikenakan pajak penghasilan sebesar 25%. 12. Tingkat suku bunga yang ditetapkan adalah 6.25% berdasarkan tingkat bunga deposito pada Bank BRI karena pemilik menggunakan modal sendiri
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Lokasi dan Keadaan Umum CV MM merupakan UKM yang menghasilkan kecap dengan proses tradisional dan menggunakan bahan baku terbaik dan aman untuk dikonsumsi sehingga kecap yang dihasilkan memiliki cita rasa yang unik dan memiliki kekuatan pada harum kecapnya. CV MM berlokasi di Jalan Suha No. 209, Majalengka, Jawa Barat. CV MM. Usaha kecap dimulai pada tahun 1940, saat itu produksi dilakukan oleh Bapak H. Saad beserta istrinya. Bapak H. Saad memahami secara mendalam mengenai pembuatan kecap sehingga rasa yang dihasilkan merupakan rasa yang unik, yaitu perpaduan rasa manis dan asin sehingga tercipta rasa manis sedang. Pemasaran kecap dilakukan oleh Bapak H. Saad menggunakan sepeda hingga ke Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon. Produksi kecap pada tahun 1940-1955 dilakukan di rumah bilik yang hanya dibatasi oleh sekat, produksi ini masih dilakukan di dalam rumah yang ditempati oleh Bapak H. Saad beserta keluarga. Tahun 1955-1960, produksi dipindahkan ke dapur khusus yang dipersiapkan untuk memproduksi kecap tetapi dapur khusus ini masih termasuk bagian dari rumah Bapak H. Saad, dan akhirnya pada tahun 1960 hingga saat ini, produksi kecap telah dilakukan di pabrik khusus yang sengaja dibuat terpisah dari rumah dan hanya digunakan untuk memproduksi kecap.
24
Saat usaha ini berdiri, kecap yang diproduksi dikemas dalam botol ukuran besar (575 ml) dan ukuran sedang (275 ml) yang berbahan dasar beling, kemasan ini dipertahankan hingga tahun 2005. Di tahun 2006, kecap mengalami inovasi dalam kemasan, yaitu diluncurkan kemasan berbahan dasar plastik dengan ukuran 140 ml. Pada tahun 2013, CV. MM berhasil memasarkan produknya ke Majalengka, Kuningan, Cirebon, Indramayu, Bandung, Bogor, dan Jakarta. Visi dan Misi Perusahaan Visi dan misi merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan arah tujuan suatu usaha. Visi CV MM adalah terwujudnya perusahaan kecap berskala nasional dengan proses alami yang ramah lingkungan dengan berbasis kekeluargaan, sedangkan misi CV MM adalah: 1. Membuat kecap dengan bahan-bahan terbaik melalui proses alami yang ramah lingkungan dan dapat dinikmati semua kalangan 2. Melakukan ekspansi pasar secara bertahap dan terarah 3. Menjalin hubungan kerja yang berbasis kekeluargaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Non Finansial Aspek Pasar Aspek pasar digunakan untuk mengkaji mengenai potensi pasar produk kecap Menjangan baik dari sisi permintaan, penawaran maupun harga yang berlaku juga strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran pemasaran yaitu harga, tempat, promosi, dan distribusi. 1. Potensi Pasar Kecap Menjangan Kebutuhan masyarakat di Indonesia untuk mengkonsumsi produk turunan kedelai yang salah satunya kecap diperkirakan meningkat setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi dari juga mempengaruhi permintaan masyarakat terhadap kecap. Pengaruh pertambahan penduduk dalam kehidupan sosial adalah meningkatnya kebutuhan akan bahan pangan dan kebutuhan akan bumbu masakan sedangkan pengaruhnya dalam kehidupan budaya adalah budaya untuk mengkonsumsi kecap sebagai salah satu bumbu untuk masakan. Beberapa masakan yang menggunakan kecap sebagai bumbu masakan seperti, sate, nasi goreng, dan semur. Jawa Barat merupakan pasar utama dari CV MM. Pertumbuhan penduduk di Jawa Barat ini menjadikan peluang untuk CV MM karena semakin meningkatnya penduduk maka kebutuhan akan pangan semakin meningkat. Pangan memerlukan kecap sebagai bumbu masakan, pelengkap masakan sehingga peningkatan kebutuhan akan pangan ini tentunya akan meningkatkan permintaan kecap. Peningkatan populasi
25
ini dapat dimanfaatkan oleh pihak perusahaan kecap yang ada di Kabupaten Majalengka untuk memperoleh pangsa pasar dan keuntungan yang lebih besar. 2. Rencana Pemasaran dan Pangsa Pasar CV MM memasarkan dan menjual produknya melalui penjualan secara langsung, yaitu membuat kios untuk menjual produknya. Selain itu, CV MM melakukan penjualan produknya melalui agen/distributor yang berada di Majalengka, Kuningan, Cirebon, Indramayu, Bogor, Jakarta dan Bandung kemudian menitipkan produknya ke pasar swalayan yang saat ini hanya terdapat di daerah kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kabupaten Majalengka. Tabel 4 Penawaran dan permintaan kecap CV MMa Daerah Realisasi Penjualan Jumlah Pemasaranb Kecap CV MMc Permintaanc 1. Majalengka 3 232 3 216 2. Cirebon 1 508 1 842 3. Indramayu 1 508 2 029 4. Kuningan 1 508 1 951 5. Bogor 431 614 6. Jakarta 1 724 2 160 7. Bandung 2 241 2 660 Total 12 152 14 472 a
Jumlah yang telah dipenuhid 100 82 74 77 70 80 84 81.2
Sumber: Data wawancara pembeli (2014).;bkota.;cbotol.;dpersen
Pada Tabel 4 di atas diperoleh data tentang penjualan kecap MM per bulan dan permintaan dari masing-masing toko. Dari permintaan yang ada baru 81.2% yang dipenuhi oleh CV MM. Keadaan ini memperlihatkan bahwa masih ada peluang bagi CV MM untuk mengembangkan usahanya. 3. Strategi Pemasaran a. Produk Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain (gula, garam, dan bumbu) untuk meningkatkan cita rasa makanan. CV MM menghasilkan produk kecap yang memiliki cita rasa yang unik, sehat, tradisional, dan halal. Kecap MM hanya memiliki satu rasa, yaitu manis sedang tetapi memiliki tiga ukuran. kecap MM dikemas dalam ukuran 140 ml (ukuran botol plastik), botol kaca ukuran 275 ml dan 600 ml. Kemasan standing pouch yang sedang direncanakan ialah ukuran 220 ml. Gambar kemasan pouch 220 ml dapat dilihat di Lampiran 1. b. Harga Penetapan harga yang dilakukan oleh CV MM diputuskan berdasarkan perhitungan total biaya dan presentase keuntungan yang ditetapkan. Harga yang ditetapkan untuk kemasan 140 ml adalah Rp4 500, kemasan 275 ml adalah 8 000 dan kemasan 575 ml ditetapkan harganya sebesar Rp16 000.
26
c. Distribusi CV MM memiliki lokasi usaha yang cukup strategis, berada di wilayah pusat Majalengka agar dapat menjangkau konsumennya, CV MM memiliki perwakilan cabang di beberapa daerah untuk memudahkan pendistribusian produk. Wilayah cabang pemasaran tersebut antara lain Jakarta, Bogor, Kuningan, Cirebon, Indramayu, Bandung. Operasional yang digunakan dalam pendistribusiannya untuk di dalam kota Majalengka adalah menggunakan mobil box. Konsumen dari luar kota Majalengka umunya mengambil sendiri pesanan mereka di kios CV MM. Konsumen yang berasal dari Majalengka umumnya langsung diantarkan oleh pihak CV MM. Namun, untuk memenuhi permintaan target rumah tangga, kecap MM baru dapat diperoleh di kios, agen, dan beberapa swalayan yang ada di Kabupaten Majalengka. d. Promosi Promosi yang dilakukan oleh CV MM adalah memperkenalkan kecap yang dihasilkan kepada masyarakat sekitar dengan memberikan contoh kecap, sehingga masyarakat dapat mengetahui bagaimana rasa kecap Menjangan. Pihak CV juga biasanya mengikutsertakan produknya di kegiatan-kegiatan UKM. Namun untuk saat ini sedang tidak ada kegiatan promosi baru yang dilakukan oleh pihak pemilik. Berdasarkan hasil analisis dari aspek pasar yang telah diteliti di CV MM, usaha ini layak untuk dijalankan jika melihat dari jumlah permintaan yang belum dipenuhi 100% sehingga menunjukkan adanya peluang bagi CV MM untuk mengembangkan usahanya dengan cara meningkatkan kapasitas produksi. Aspek Teknis Analisis dalam aspek teknis mencakup lokasi usaha, ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga kerja, layout, skala usaha, dan proses produksi. Berikut adalah hasil analisis pada tiap kriteria aspek teknis. 1. Lokasi usaha Lokasi perusahaan merupakan salah satu faktor terpenting dalam perusahaan karena kegiatan dilakukan di lokasi tersebut. CV MM terletak di Jalan Suha No. 209 di Kabupaten Majalengka. Lokasi perusahaan strategis karena terletak tidak jauh dari pusat kota dan pusat pemerintahan Kabupaten Majalengka dan lokasi usaha ini berada di jalan utama yang berarti memudahkan untuk dijangkau oleh konsumen (rumah tangga, restoran, oleh-oleh). 2. Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku yang dibutuhkan untuk proses pembuatan kecap Menjangan ini diperoleh dari Cirebon, Ciamis, Bandung, Jakarta Barat dan Majalengka sendiri. CV MM memilih asal bahan baku dari sana disebabkan selain harganya yang murah, supplier bahan baku juga tidak pernah mengecewakan pihak CV sehingga mereka menjadi mitra kerja yang tetap. Lokasi CV MM yang ada di pusat kota memudahkan untuk mendapatkan bahan baku utama. Bahan baku yang digunakan untuk
27
membuat kecap yang pertama ialah gula aren yang diperoleh dari Ciamis dengan harga 7 800/kg. Botol plastik 140 ml diperoleh dari Bandung dengan harga 300/botol dan botol plastik 275 ml diperoleh dari Jakarta Barat dengan harga 600/botol. Botol kosong diperoleh dari Cirebon dengan harga 1 000/botol dan bahan baku utama kecap yaitu kedelai hitam juga diperoleh dari Brebes, Jawa Tengah dan Ciledug, Jawa Barat dengan harga 8 000/kg. Bahan baku lainnya yaitu garam, tepung terigu dan kayu bakar diperoleh dari Majalengka. Untuk kayu bakar diperoleh dengan harga 70 000/m3 dan tepung terigu dikenakan harga 160 000/25 kg. Kemasan standing pouch yang direncanakan akan diperoleh dari kota Jakarta dengan harga per pouchnya Rp500. Jenis peralatan yang digunakan dalam produksi adalah sebagai berikut, 1. Telebug Keranjang bambu digunakan untuk menyimpan kedelai yang siap untuk diberi dijemur dan difermentasi. 2. Timbangan Timbangan digunakan untuk mengukur berat kedelai dan gula yang diperlukan. 3. Tong kayu Digunakan untuk menyimpan kedelai hasil rebusan dan air kedelai hasil rebusan. 4. Kain saringan Digunakan untuk menyaring campuran air kedelai dengan gula merah. 5. Alat ukur berskala Digunakan untuk mengukur tinggi air kedelai di dalam kuali besar. 6. Kuali besar Digunakan untuk merebus kedelai. Kapasitas setiap kuali ialah 70 liter. CV MM memliki 5 kuali yang digunakan dalam 1 kali proses produksi. 7. Pengaduk Digunakan untuk mengaduk gula merah dan kedelai saat perebusan. 8. Kuali gula Digunakan sebagai wadah tempat perebusan gula merah. 9. Ember Digunakan untuk pencampuran tepung 10. Corong Digunakan saat pengisiaan kecap ke dalam botol. 11. Ruang fermentasi Di ruang fermentasi, kedelai difermentasi selama kurang lebih 2 minggu. Kapasitas ruang fermentasi yang dimiliki CV MM adalah 6000 kg. 3. Letak pasar yang dituju Pasar yang dituju oleh CV MM ialah agen atau distributor yang berada di Majalengka, Kadipaten, Kuningan, Cirebon, Indramayu, Bandung, Bogor, Jakarta kemudian menitipkan produknya ke pasar swalayan yang saat ini hanya terdapat di daerah kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kabupaten Majalengka.
28
4. Tenaga kerja Tenaga kerja yang digunakan seluruhnya berasal dari warga Majalengka dan merupakan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja yang ada di CV MM sebanyak 10 orang. Upah yang diberikan untuk pekerja berbeda-beda sesuai dengan jobdesk masing-masing. Daftar upah dapat dilihat di tabel 5 berikut : Tabel 5 Upah pekerja CV MMa Upah tenaga kerja Harga satuanb Penanggungjawab pabrik 1 500 000 Penanggungjawab lapang 1 500 000 Administrasi 1 000 000 Pemasaran 1 250 000 Supir 1 000 000 a
Sumber: Data wawancara pemilik (2014);bRp
5. Layout perusahaan Layout CV MM dapat dilihat di Gambar 2 di bawah ini : 1 5
Keterangan :
2
3
4
6
7
11
8
9
10
1. Gudang penyimpanan kedelai dan tepung; 2. Tempat proses produksi; 3. Gudang penyimpanan gula aren; 4. Ruang pengisian botol kecap; 5. Tempat proses produksi; 6. Tempat penyimpanan botol kosong; 7. Tempat kecap siap didistribusi; 8. Kios; 9. Tempat fermentasi kedelai; 10. Penjemuran kedelai; 11. Ruang cuci botol
Gambar 2 Tata letak CV MM 6. Skala usaha Luas lahan CV MM saat awal usaha pada tahun 1940 ialah 250m2. Seiring dengan perkembangan usaha yang semakin maka lahan usaha meluas menjadi 2 000m2.
29
7. Proses produksi CV MM memproduksi satu jenis kecap, yaitu kecap rasa manis sedang dengan 3 ukuran, yaitu 600 ml, 275 ml, dan 140 ml. Bahan baku yang diperlukan dalam proses pembuatan kecap MM adalah kedelai hitam, gula merah, garam, dan air. Standar mutu kedelai yang diterima yang memiliki kadar air 10% serta terbebas dari kerusakan biologis, kimia dan mikroorganisme. Satu kali proses produksi menghasilkan 350 liter kecap dimana pembagian proporsi ialah 20% untuk komposisi 575 ml, 30% untuk komposisi 140 ml dan 50% untuk komposisi 275 ml. siklus produksi terjadi setiap 3 hari sekali sehingga dalam seminggu ada 2 kali proses produksi. Dan dalam sebulan ada 8 kali proses produksi. Satu kuali memerlukan adonan sebanyak 30 kg kedelai hitam, 60 kg gula aren, 15 kg garam dan 11 kg tepung. Gambar proses produksi dapat dilihat di Lampiran 1. a. Proses produksi diawali dengan memilih biji kedelai yang berkualitas baik. Pemilihan atau penyeleksian dilakukan secara manual berdasarkan keseragaman ukuran kedelai. b. Kedelai yang telah lolos seleksi selanjutnya dicuci dengan bersih kemudian ditiriskan. c. Kedelai yang telah agak kering, kemudian direbus. Perebusan dilakukan dengan menggunakan air secukupnya. Lamanya perebusan dilakukan bila kacang kedelai telah mencapai tingkat keempukan, yaitu sekitar 2,5 jam. Perebusan dilakukan untuk menyiapkan kedelai sebagai tempat tumbuh jamur yang baik. d. Setelah direbus, kedelai yang telah lunak ditiriskan dan diletakkan di atas telebug dan siap untuk dijemur. Proses penjemuran silakukan selama 5 hari. Sementara itu, air rebusan sisa penirisan kedelai tersebut dikumpulkan dalam tong kayu dan disimpan selama 5 hari. e. Setelah penjemuran, kedelai difermentasi selama 2 minggu di ruangan khusus.Tanda terjadinya fermentasi adalah tumbuhnya jamur (bungkil) yang membentuk lapisan hijau atau putih tebal. f. Setelah proses fermentasi proses selanjutnya adalah pemberian larutan garam. Setelah itu dilakukan filtrasi I. g. Hasil filtrasi I adalah kedelai hitam yang telah siap untuk direbus. h. Tahapan selanjutnya adalah perebusan di kuali besar. Perebusan ini menggunakan air bersih dan kedelai. i. Setelah dilakukan perebusan, kedelai tersebut di filtrasi. Hasil dari filtrasi ada dua, yaitu air kedelai dan ampas kecap. j. Proses selanjutnya adalah filtra kecap. k. Proses pemasakan merupakan proses inti dari pembuatan kecap. Proses ini sangat vital karena air kedelai akan dimasak kembali dan dicampurkan dengan gula merah. Proses ini menggunakan 150 kg kacang kedelai ditambah dengan 300 kg gula merah, proses ini menghasilkan 350 Liter kecap. l. Setelah pemasakan, air kedelai yang telah tercampur dengan gula merah difiltrasi untuk mendapatkan kecap yang benar-benar berupa cairan.
30
m. Kecap yang telah difiltrasi diletakkan ke dalam tong kayu dan disimpan di ruang khusus. Hal ini dimaksudkan agar kecap lebih cepat dingin. n. Setelah kecap disimpan di tong kayu. Proses selanjutnya adalah kecap dimasukkan ke dalam botol kaca dan botol plastik menggunakan corong. o. Setelah dimasukkan ke dalam botol. Botol tersebut ditutup dan diberi segel MM. p. Proses terakhir adalah botol dikumpulkan sesuai dengan ukurannya kemudian dipak secara rapi agar kecap dapat segera didistribusikan. Aspek Manajemen dan Hukum Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada. Kegiatan usaha yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari yang merencanakan, melaksanakannya, hingga mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian juga dengan struktur organisasi yang diperoleh harus sesuai dengan bentuk dan tujuan usaha serta kebutuhan tenaga kerja harus terinci dengan baik. Pada penelitian ini, aspek manajemen yang akan diteliti dibatasi pada manajemen dalam operasi, yang meliputi struktur organisasi serta tugas dan wewenangnya. Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapkan dan di inginkan. Struktur organisasi yang dibentuk secara terperinci akan mempermudah pengawasan terhadap kegiatan operasional dari CV MM. Struktur organisasi CV MM dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini. Direktur Utama
Administrasi
Pemasaran
Pengawas
Penanggungjawab pabrik dan lapang
Supir
Gambar 3 Struktur organisasi CV MM Karyawan CV MM berjumlah 10 orang dengan jobdesk masing-masing sesuai dengan keahliannya. Adapun susunan jobdesk karyawan CV MM adalah sebagai berikut: 1. Administrasi Bertanggung jawab mengenai uang masuk, uang keluar, dan pemesanan kecap. Jumlah tenaga kerja adalah 2 orang.
31
2. Pemasaran Bertanggungjawab dengan kegiatan pemasaran kecap MM. Jumlah tenaga kerja di bidang ini ada 2 orang. 3. Supir Bertanggung jawab mengenai kondisi mobil operasional yang digunakan untuk mengantarkan pesanan kecap. Jumlah tenaga kerja adalah 1orang. 4. Penanggungjawab Pabrik Bertanggung jawab mulai dari persediaan bahan baku, kecap, proses produksi dan peralatan produksi. Jumlah tenaga kerja ada 3 orang. 5. Penanggungjawab Lapang Bertanggung jawab dalam hal pencucian botol, penjemuran botol, dan penjemuran kedelai. Jumlah tenaga kerja adalah 2 orang. Pendirian dan beroperasinya usaha akan lebih diketahui serta diakui keberadaannya oleh pemerintah jika berbentuk badan usaha dan memiliki perizinan usaha. Kelengkapan dan keabsahan dokumen sangat penting karena ini merupakan dasar hukum yang harus dipegang apabila dikemudian hari timbul masalah. Keabsahan dan kesempurnaan dokumen dapat diperoleh dari pihak-pihak. yang menerbitkan atau mengeluarkan dokumen tersebut. Aspek hukum disini dilihat dari apakah CV MM telah mematuhi perudang-undangan yang berlaku, bentuk badan usaha serta memiliki perizinan yang harus dipenuhi. Sejauh ini perusahaan tidak pernah ada sejarah melanggar undang-undang yang ada dan untuk perijinan, perusahaan memiliki SIUP yang dapat dilihat di Lampiran 1. Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dikatakan bahwa CV MM layak dilihat dari aspek hukum. Hal ini dikarenakan, CV MM sudah memiliki badan hukum dan memiliki perizinan-perizinan yang dibutuhkan dalam menjalankan suatu usaha. Berdasarkan aspek manajemen usaha ini juga telah layak untuk dilakukan karena tenaga kerja sebagian besar bekerja sesuai tugas dan wewenang yang diberikan. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan Pembangunan suatu usaha hendaknya memperhatikan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Pembanguan usaha yang baik adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan tersebut dapat terwujud apabila semua komponen dalam perusahaan mengerti pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dalam setiap tahapan proses produksinya. Adanya usaha ini dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, dimana seluruh tenaga kerja CV MM berasal dari lingkungan sekitar usaha ini. Dampak secara sosial, masyarakat merasa terbantu dengan adanya CV MM. CV MM sangat mementingkan tanggung jawab, kejujuran, dan keaktifan dari setiap karyawannya. Oleh karena itu, CV MM selalu mengadakan pertemuan dengan karyawannya untuk mempererat kerja sama, kekeluargaaan, dan meningkatkan loyalitas dari karyawannya. Dari segi ekonomi, dapat dilihat bahwa dampak adanya CV MM dapat dilihat dari peningkatan pendapatan masyarakat yang menjadi tenaga kerja tetap diperusahaan ini. Sampai saat ini, CV MM memang belum
32
memiliki Analsis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), meskipun diketahui bahwa keseimbangan lingkungan tersebut dapat dijaga dan diatur apabila industri telah memiliki AMDAL dan perundangan yang berlaku menghendaki demikian. Namun hal ini dapat ditolerir dengan pertimbangan bahwa CV MM tidak menghasilkan limbah dalam jumlah besar dan tidak membahayakan masyarakat sekitar. Selain itu limbahnya yang berupa ampas kedelai hitam juga bisa diolah lagi menjadi makanan khas Majalengka. Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa CV MM layak secara aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Berdirinya usaha ini semata-mata tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk mensejahterakan masyarakat sekitar usaha dengan mempekerjakan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja. Usaha ini juga menggunakan bahan baku yang ramah terhadap lingkungan sehingga tidak akan mencemari lingkungan. Aspek Finansial Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan pengembangan kecap. Analisis kelayakan finansial yang dilakukan bertujuan untuk membandingkan usaha kecap sebelum pengembangan dengan setelah dilakukan pengembangan yaitu dengan diadakannya penambahan kapasitas produksi dan alat perusahaan apakah tetap layak atau menjadi tidak layak untuk dijalankan. Analisis finansial yang dilakukan pada CV MM menggunakan kriteriakriteria penilaian investasi yaitu, net present value (NPV), internal rate of return (IRR), net benefit-cost ratio (Net B/C), dan payback period (PBP). Arus kas (cash flow) digunakan untuk melakukan analisis terhadap ke-4 kriteria investasi karena dengan cash flow kita dapat mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Arus penerimaan dalam usaha pengolahan ini dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu, pendapatan penjualan dan nilai sisa. Analisis Kelayakan Finansial (Sebelum Pengembangan) Pertama-tama menganalisis kelayakan yang saat ini dijalankan oleh CV MM dimana alat dan bahan yang digunakan merupakan jumlah yang dipergunakan pada saat ini.
Analisis Hasil Inflow Pada usaha pembuatan kecap dengan alat yang ada sekarang ini, arus penerimaan diperoleh dari hasil penjualan produk kecap. Selain itu, penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa biaya investasi berupa alat-alat yang saat ini digunakan untuk proses pembuatan kecap. Jumlah alat yang digunakan untuk memproduksi kecap saat ini yaitu satu buah timbangan, 10 buah telebug, 10 buah ayakan, 15 buah saringan, 30 buah tong besar, 2 buah kuali gula, 50 buah tampah besar, 5 buah pengaduk, 1 buah mixer, 10 buah corong, 1 buah gelas ukur, 1 buah penutup botol, 10 buah ember, 7 buah tungku besar, 100 buah krat dan 5 buah kuali. Dalam sekali siklus produksi
33
dapat dihasilkan kecap sebanyak 350 liter. Dalam sebulan dilakukan 8 kali proses produksi. Pendapatan penjualan dihitung dari perkiraan jumlah produksi dikalikan dengan harga jual. Pada tahun pertama, CV MM berproduksi sebesar 25% dari kapasitas yang ingin dicapai karena ini merupakan tahuntahun awal produk yang dihasilkan dipasarkan di supermarket, sehingga produk belum dikenal konsumen secara luas dan ini juga merupakan awal CV MM memproduksi melebihi kapasitas yang sudah ada sebelumnya, sehingga dibutuhkan keterampilan dari tenaga kerja yang ada. CV MM berproduksi 100 persen untuk tahun kedua hingga tahun ke-10 karena sudah memiliki pengalaman dan produk sudah dikenal di pasaran. Pada tahun pertama CV MM memproduksi 36 194 botol kecap yang terdiri dari 18 000 botol kecap ukuran 140 ml, 15 273 botol kecap ukuran 275 ml dan 2 922 botol kecap ukuran 575 ml. Tahun kedua hingga ke-10, CV MM akan memproduksi 144 778 botol kecap yang terdiri dari 72 000 botol kecap ukuran 140 ml, 61 091 botol 275 ml dan 11 667 botol kecap ukuran 575 ml. Harga jual untuk kecap ukuran 140 ml adalah Rp4 500,00, harga jual untuk kecap ukuran 275 ml adalah Rp8 000,00 dan harga jual kecap untuk kecap ukuran 575 ml adalah Rp16 000,00. Pendapatan yang diterima CV MM dari penjualan kecap pada tahun pertama Rp249 929 644 yang terdiri dari Rp81 000 000 untuk kecap ukuran 140 ml, Rp122 181 818 untuk kecap ukuran 275 ml dan 46 747 826 untuk kecap ukuran 575 ml. Penerimaan pendapatan tahun kedua hingga ke-10 adalah Rp999 718 577 yang terdiri dari Rp324 000 000,00 untuk kecap ukuran 140 ml, Rp488 727 723 untuk kecap ukuran 275 ml dan Rp186 991 304 untuk kecap ukuran 575 ml. Rincian pendapatan penjualan dapat dilihat pada Lampiran 2. Nilai Sisa Penerimaan lain yang diperoleh CV MM adalah dari nilai sisa atau salvage value. Nilai sisa merupakan nilai sisa barang modal yang tidak habis terpakai selama umur usaha berlangsung dan dinilai saat umur usaha berakhir. Total nilai sisa yang dimiliki oleh CV MM ialah Rp641 160 000. Rincian nilai sisa dapat dilihat di Tabel 6 Arus Pengeluaran (Outflow) Arus pengeluaran dalam usaha ini dikelompokkan menjadi dua jenis. Arus pengeluaran tersebut adalah biaya investasi dan biaya operasional. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat awal proyek. Namun, jika terdapat aset yang umur ekonomisnya kurang dari umur usaha, biaya investasi juga dikeluarkan selama umur usaha berlangsung yang disebut biaya reinvestasi. Total biaya investasi yang dikeluarkan CV MM dalam menjalankan usahanya adalah Rp865 800 000. Rincian biaya investasi dan reinvestasi dapat dilihat di Tabel 6.
34
Tabel 6 Biaya investasi yang digunakan dalam perhitungan Biaya Investasi Tanah Bangunan Peralatan produksi a. Timbangan b. Telebug c. Ayakan d. Saringan e. Tong besar f. Kuali gula g.Tampah besar h. Pengaduk i. Mixer k. Corong l. Gelas ukur m. Penutup botol n. Ember o. Tungku besar p. Kuali q. Krat Alat transportasi
Satuan
Jumlah
m3 unit
2000 1
Harga Satuan (Rp) 250.000 250.000.000
1 10 10 15 30 2 50 5 1 10 1 1 10 7 5 100 1
300.000 50.000 15.000 10.000 100.000 1.700.000 20.000 20.000 300.000 10.000 100.000 2.000.000 20.000 1.000.000 2.000.000 25.000 85.000.000
unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit Total biaya investasi
Total Biaya Umur Ekonomis Penyusutan (Rp) (Rp) (Tahun) 500.000.000 250.000.000 15 16.666.667 300.000 500.000 150.000 150.000 3.000.000 3.400.000 1.000.000 100.000 300.000 100.000 100.000 2.000.000 200.000 7.000.000 10.000.000 2.500.000 85.000.000 865.800.000
3 3 5 3 3 10 5 3 2 2 2 10 3 10 10 5 10
100.000 166.667 30.000 50.000 1.000.000 340.000 200.000 33.333 150.000 50.000 50.000 200.000 66.667 700.000 1.000.000 500.000 8.500.000 13.136.667
Nilai Sisa 500.000.000 100.000.000 60.000 100.000 30.000 30.000 600.000 680.000 200.000 20.000 60.000 20.000 20.000 400.000 40.000 1.400.000 2.000.000 500.000 35.000.000 641.160.000
Sumber: Data primer diolah (2014)
Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama usaha berjalan. Biaya operasional meliputi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan dan nilainya sama setiap tahun. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan dalam proses produksi. 1. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh CV MM untuk memproduksi kecap adalah pengeluaran untuk gaji karyawan, bahan bakar minyak, listrik, air dan perawatan kendaraan. Rincian biaya tetap dapat dilihat dari penjabaran berikut: a. Tenaga kerja tetap yang dimiliki CV MM adalah 10 orang dengan gaji masing-masing adalah : i. Tenaga administrasi sebanyak 2 orang sebesar Rp1 000 000 per bulan. ii. Tenaga pemasaran banyak 2 orang sebesar Rp1 250 000 per bulan iii. Penanggungjawab pabrik sebanyak 3 orang sebesar Rp 1 500 000 per bulan iv. Penanggungjawab lapangan sebanyak 2 orang sebesar Rp 1 500 000 per bulan v. Supir 1 orang sebesar Rp1 000 000 per bulan Dengan demikian, biaya gaji karyawan tetap CV MM dalam setahun adalah Rp156 000 000. b. Biaya listrik yang dikeluarkan oleh CV MM selama setahun ialah Rp4 800 000 dengan asumsi pengeluaran per bulannya sebesar Rp400 000. c. Biaya air yang dikeluarkan oleh CV MM selama setahun ialah
35
Rp3 600 000 dengan asumsi pengeluaran per bulannya sebesar Rp300 000. d. Biaya bahan bakar minyak yang dikeluarkan CV MM selama setahun ialah sebesar Rp2 730 000 dengan asumsi pengeluaran per bulannya sebesar Rp227 500. e. Biaya perawatan dan pemeliharaan yang dikeluarkan oleh CV MM selama setahun ialah sebesar Rp4 200 000 dengan asumsi per bulannya sebesar Rp350 000. f. PBB CV MM sebesar Rp300 000 per tahun Dari rincian biaya tetap di atas, diperoleh nilai dari total biaya tetap yang dikeluarkan CV MM pada tahun pertama hingga tahun ke-10 adalah Rp171 630 000. 2. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya dapat berubah-ubah, terpengaruh oleh jumlah output yang dihasilkan perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Biaya variabel usaha kecap CV MM meliputi biaya kedelai, gula aren, garam, tepung, kayu bakar, label, botol, tali rafia dan kardus. Rincian biaya variabel dan total pengeluarannya dapat dilihat di Lampiran 2. Analisis Laba Rugi Analisa laba rugi digunakan perusahaan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam periode tertentu. Komponen laba rugi usaha pembuatan kecap ini terdiri atas, pendapatan penjualan hasil produksi, biaya operasional, biaya penyusutan, dan pajak penghasilan. Laba sebelum pajak (EBT) diperoleh dari pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya operasional dan biaya penyusutan. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada Tabel 6. Laba setelah pajak (EAT) diperoleh dari laba sebelum pajak dikurangi dengan pajak penghasilan. CV MM telah memperoleh keuntungan mulai tahun pertama usaha hingga tahun ke 10 berdasarkan analisa laba rugi. Rincian analisa laba rugi CV MM dapat dilihat pada Lampiran 3. Kriteria Investasi Kriteria-kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PBP). Hasil analisis kriteria investasi CV MM dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil kelayakan investasi CV MM sebelum pengembangan Kriteria Investasi Hasil Indikator Kelayakan Hasil Kelayakan NPV (Rp) 561 581 471 >0 Layak Net B/C 1.642 >1 Layak IRR (%) 16.75 >6.25 Layak PP (tahun) 7.42 <10 Layak Hasil kriteria investasi menunjukkan bahwa NPV usaha pembuatan kecap ini lebih besar dari nol yaitu, Rp561 581 471. Hal ini menunjukkan usaha yang akan dijalankan CV MM memberikan manfaat bersih sebesar
36
Rp561 581 471 selama kurun waktu 10 tahun. Dengan demikian, berdasarkan kriteria NPV usaha ini layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 16.75% dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu, 6.25%. Hal ini menunjukkan tingkat pengembalian yang diberikan usaha dari modal yang telah diinvestasikan adalah sebesar 16.75%. Hal ini juga menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan menguntungkan karena lebih besar dari tingkat suku bunga. Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha ini layak untuk dilaksanakan. Net B/C yang diperoleh adalah sebesar 1.642. Hal ini berarti setiap Rp1 biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha ini akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp1.642. Nilai Net B/C yang dihasilkan lebih besar dari 1. Karena itu, usaha pembuatan kecap ini layak untuk dilaksanakan. Payback period yang diperoleh adalah 7.42 atau sama dengan 7 tahun 5 bulan. Hal ini berarti, usaha dapat mengembalikan modal sebelum umur usaha berakhir. Hal ini menandakan usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil perhitungan keempat kriteria kelayakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 10. Perhitungan cashflow usaha pembuatan kecap di CV MM dapat dilihat pada Lampiran 2. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Analisis nilai pengganti (switching value) digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan penjualan yang dapat ditolerir, sehingga usaha masih layak untuk dilaksanakan. Switching value ditentukan dengan uji coba, sehingga menghasilkan keuntungan normal yaitu, NPV=0, IRR mendekati atau sama dengan tingkat suku bunga, dan Net B/C=1. Usaha pembuatan kecap yang bahan baku utamanya merupakan gula aren tentu sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan bakunya. CV MM memperoleh gula aren dari Ciamis dan gula aren merupakan bahan baku yang sangat berpengaruh terhadap usaha ini karena memegang proporsi yang besar dalam biaya usaha. Selain itu, penurunan produksi kecap juga perlu dianalisis. Hal ini dikarenakan penurunan produksi mempengaruhi jumlah pendapatan yang akan diterima. Dengan demikian, variabel yang dianalisis merupakan variabel yang dianggap signifikan terhadap usaha yaitu kenaikan harga gula aren dan penurunan produksi. Kita akan memperoleh jumlah maksimum kenaikan harga gula aren serta penurunan maksimum produksi kecap yang membuat usaha ini masih tetap layak untuk dijalankan melalui analisis switching value. Hasil switching value pada kondisi ini dapat dilihat di Tabel 8 sebagai berikut. Tabel 8 Analisis switching value CV MM sebelum pengembangan Uraian Persentasea NPVb Net B/C IRRa PPd Harga gula aren 49.73 0 1 6.25 9.35 Penurunan produksi 8.5 0 1 6.25 9.36 a
%.;cRp.;dTahun
37
Dari hasil analisis switching value di atas dapat dilihat bahwa batas maksimal perubahan terhadap kenaikan harga kenaikan gula aren dan penurunan produksi masing-masing adalah 49.73% dan 8.5%. Apabila perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut, maka usaha pembuatan kecap ini menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan. Berdasarkan hasil analisis switching value, CV MM menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula aren mengalami kenaikan melebihi 49.73% yaitu, sebesar Rp3 380 per kilogram. NPV usaha akan lebih kecil dari nol atau negatif, IRR lebih kecil dari discount faktor, dan Net B/C juga akan lebih kecil dari nol jika kenaikan harga gula aren melebihi 49.73%. Rincian analisis switching value terhadap kenaikan harga gula aren dapat dilihat pada Lampiran 4. CV MM juga tidak layak untuk dilaksanakan apabila terjadi penurunan produksi kecap melebihi 8.5%. Hal ini akan menyebabkan, NPV usaha akan lebih kecil dari nol atau negatif, IRR lebih kecil dari discount faktor, dan Net B/C juga akan lebih kecil dari nol. Dengan demikian, berdasarkan kriteria investasi usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan. Rincian analisis switching value terhadap penurunan produksi sebesar 8.5% dapat dilihat pada Lampiran 5. Analisis Kelayakan Finansial (Setelah Pengembangan) Pada kondisi ini akan dilihat kelayakan finansial dari usaha yang akan dilakukan CV MM yaitu dengan mengingkatkan kapasitas produksi dari yang sebulan hanya 8 kali produksi menjadi 10 kali proses produksi berdasarkan dengan permintaan yang telah dipaparkan di aspek pasar. Dalam kondisi ini terjadi penambahan alat produksi berupa mesin pengemas kecap pouch dengan harga Rp25 000 000 untuk membuat kecap kemasan standing pouch ukuran 220 ml dan dikenakan harga Rp6 000. Gambar mesin yang akan dibeli dan kemasan pouch yang akan dibuat oleh CV MM dapat dilihat di Lampiran 1. Analisis Hasil Inflow Arus penerimaan di kondisi ini diperoleh dari penjualan kecap tetapi jumlah yang diterima bertambah karena terjadi penambahan alat produksi untuk mengemas kecap dalam bentuk sachet. Selain itu, penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa biaya investasi proyek berupa alat yang saat ini digunakan untuk proses pembuatan kecap. Pada skenario ini yang dilakukan adalah apabila perusahaan dalam kondisi akan melakukan pengembangan produknya dengan cara menambah alat produksi untuk memproduksi kecap kemasan pouch ukuran 220 ml. Jumlah alat yang digunakan untuk memproduksi kecap di kondisi ini yaitu 1 buah timbangan, 10 buah telebug, 10 buah ayakan, 15 buah saringan, 30 buah tong besar, 2 buah kuali gula, 50 buah tampah besar, 5 buah pengaduk, satu buah mixer, 10 buah corong, satu buah gelas ukur, satu buah penutup botol, 10 buah ember, 7 buah tungku besar, 100 buah krat, 1 buah mesin pengemas kecap sachet dan 5 buah kuali. Dalam sekali siklus produksi dapat dihasilkan kecap sebanyak 350 liter. Dalam sebulan dilakukan 10 kali proses produksi.
38
Pendapatan penjualan dihitung dari perkiraan jumlah produksi dikalikan dengan harga jual. Pada tahun pertama CV MM berproduksi sebesar 25% dari kapasitas yang ingin dicapai karena, ini merupakan tahuntahun awal produk yang dihasilkan dipasarkan di supermarket, sehingga produk belum dikenal konsumen secara luas dan ini juga merupakan awal CV MM memproduksi melebihi kapasitas yang sudah ada sebelumnya, sehingga dibutuhkan keterampilan dari tenaga kerja yang ada. CV MM berproduksi 100% untuk tahun kedua hingga tahun ke-10 karena sudah memiliki pengalaman dan produk sudah dikenal di pasaran. Pada tahun pertama CV MM akan memproduksi 22 500 botol kecap ukuran 140 ml, 19 091 botol kecap ukuran 275 ml dan 1 826 botol kecap ukuran 575 ml dan 4 773 kemasan pouch 220 ml. Tahun kedua hingga ke-10, CV MM akan memproduksi 90 000 botol kecap ukuran 140 ml, 76 364 botol 275 ml dan 7 304 botol kecap ukuran 575 ml serta 19 091 pouch kecap ukuran 220 ml. Harga jual untuk kecap ukuran 140 ml adalah Rp4 500,00, harga jual untuk kecap ukuran 275 ml adalah Rp8 000,00, harga jual kecap untuk kecap ukuran 575 ml adalah Rp16 000,00 dan kecap kemasan pouch ukuran 220 ml dikenakan harga Rp6 000. Pendapatan yang diterima CV MM dari penjualan kecap pada tahun pertama Rp311 831 028 yang terdiri dari Rp101 250 000 untuk kecap ukuran 140 ml, Rp152 727 273 untuk kecap ukuran 275 ml dan 29 217 391 untuk kecap ukuran 575 ml. Kecap kemasan 220 ml memperoleh pendapatan sebesar 28 636 364. Penerimaan tahun kedua hingga ke-10 adalah Rp1 247 324 111 yang terdiri dari Rp405 000 000 untuk kecap ukuran 140 ml, Rp610 909 091 untuk kecap ukuran 275 ml. Rp116 869 565 untuk kecap ukuran 575 ml dan Rp114 545 455 untuk kecap kemasan pouch 220 ml. Rincian pendapatan penjualan dapat dilihat pada Lampiran 6 . Nilai Sisa Penerimaan lain yang diperoleh CV MM adalah dari nilai sisa atau salvage value. Nilai sisa merupakan nilai sisa barang modal yang tidak habis terpakai selama umur usaha berlangsung dan dinilai saat umur usaha berakhir. Total nilai sisa yang dimiliki oleh CV MM ialah Rp646 160 000. Rincian nilai sisa dapat dilihat di Tabel 9. Arus Pengeluaran (Outflow) Arus pengeluaran dalam kondisi pengembangan yang dilakukan oleh CV MM ini juga dikelompokkan menjadi dua, sama seperti pada saat kondisi normal.. Arus pengeluaran tersebut adalah biaya investasi dan biaya operasional Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat awal proyek. Namun, jika terdapat aset yang umur ekonomisnya kurang dari umur usaha, biaya investasi juga dikeluarkan selama umur usaha berlangsung yang disebut biaya reinvestasi. Total biaya investasi yang dikeluarkan CV MM dalam menjalankan usahanya adalah Rp890 800 000 Rincian biaya investasi dan reinvestasi dapat dilihat di Tabel 9.
39
Tabel 9 Biaya investasi yang digunakan dalam perhitungan Biaya Investasi Tanah Bangunan Peralatan produksi a. Timbangan b. Telebug c. Ayakan d. Saringan e. Tong besar f. Kuali gula g.Tampah besar h. Pengaduk i. Mixer j. Corong k. Gelas ukur l. Penutup botol m. Ember n. Tungku besar o. Kuali p. Mesin pengemas q. Krat Alat transportasi
Satuan m3 unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit Total biaya investasi
Harga Satuan (Rp) 2.000 250.000 1 250.000.000
Jumlah
1 10 10 15 30 2 50 5 1 10 1 1 10 7 5 1 100 1
300.000 50.000 15.000 10.000 100.000 1.700.000 20.000 20.000 300.000 10.000 100.000 2.000.000 20.000 1.000.000 2.000.000 25.000.000 25.000 85.000.000
Total Biaya Umur Ekonomis Penyusutan (Rp) (Rp) (Tahun) 500.000.000 250.000.000 15 16.666.667 300.000 500.000 150.000 150.000 3.000.000 3.400.000 1.000.000 100.000 300.000 100.000 100.000 2.000.000 200.000 7.000.000 10.000.000 25.000.000 2.500.000 85.000.000 890.800.000
3 3 5 3 3 10 5 3 2 2 2 10 3 10 10 10 5 10
100.000 166.667 30.000 50.000 1.000.000 340.000 200.000 33.333 150.000 50.000 50.000 200.000 66.667 700.000 1.000.000 2.500.000 500.000 8.500.000 15.636.667
Nilai Sisa 500.000.000 100.000.000 60.000 100.000 30.000 30.000 600.000 680.000 200.000 20.000 60.000 20.000 20.000 400.000 40.000 1.400.000 2.000.000 5.000.000 500.000 35.000.000 646.160.000
Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama usaha berjalan. Biaya operasional meliputi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan dan nilainya sama setiap tahun. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan dalam proses produksi. 1. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh CV MM untuk memproduksi kecap adalah pengeluaran untuk gaji karyawan, bahan bakar minyak, listrik, air dan perawatan kendaraan. Rincian biaya tetap dapat dilihat dari penjabaran berikut: a. Tenaga kerja tetap yang dimiliki CV MM adalah 10 orang dengan gaji masing-masing adalah : i. Tenaga administrasi sebanyak 2 orang sebesar Rp1 000 000 per bulan. ii. Tenaga pemasaran banyak 2 orang sebesar Rp1 250 000 per bulan iii. Penanggungjawab pabrik sebanyak 3 orang sebesar Rp 1 500 000 per bulan iv. Penanggungjawab lapangan sebanyak 2 orang sebesar Rp 1 500 000 per bulan v. Supir 1 orang sebesar Rp1 000 000 per bulan Dengan demikian, biaya gaji karyawan tetap CV MM dalam setahun adalah Rp156 000 000. b. Biaya listrik yang dikeluarkan oleh CV MM selama setahun ialah Rp4 800 000 dengan asumsi pengeluaran per bulannya sebesar Rp400 000. c. Biaya air yang dikeluarkan oleh CV MM selama setahun ialah
40
Rp3 600 000 dengan asumsi pengeluaran per bulannya sebesar Rp300 000. d. Biaya bahan bakar minyak yang dikeluarkan CV MM selama setahun ialah sebesar Rp2 730 000 dengan asumsi pengeluaran per bulannya sebesar Rp227 500. e. Biaya perawatan dan pemeliharaan yang dikeluarkan oleh CV MM selama setahun ialah sebesar Rp3 600 000 dengan asumsi per bulannya sebesar Rp300 000. f. PBB CV MM sebesar Rp300 000 per tahun Dari rincian biaya tetap di atas, diperoleh nilai dari total biaya tetap yang dikeluarkan CV MM pada tahun pertama hingga tahun ke-10 adalah Rp171 630 000. 2. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya dapat berubah-ubah, terpengaruh oleh jumlah output yang dihasilkan perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Biaya variabel usaha kecap CV MM meliputi biaya kedelai, gula aren, garam, tepung, kayu bakar, label, sachet, botol, tali rafia dan kardus. Rincian biaya variabel dan total pengeluarannya dapat dilihat di Lampiran 6. Analisis Laba Rugi Analisa laba rugi digunakan perusahaan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam periode tertentu. Komponen laba rugi usaha pembuatan kecap ini terdiri atas, pendapatan penjualan hasil produksi, biaya operasional, biaya penyusutan, dan pajak penghasilan. Laba sebelum pajak (EBT) diperoleh dari pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya operasional dan biaya penyusutan. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada Tabel 9. Laba setelah pajak (EAT) diperoleh dari laba sebelum pajak dikurangi dengan pajak penghasilan. CV MM telah memperoleh keuntungan mulai tahun pertama usaha hingga tahun ke 10 berdasarkan analisa laba rugi. Rincian analisa laba rugi CV MM dapat dilihat pada Lampiran 7. Kriteria Investasi Kriteria-kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PBP). Hasil analisis kriteria investasi CV MM dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Hasil kelayakan investasi CV MM setelah pengembangan Kriteria Investasi Hasil Indikator Hasil Kelayakan Kelayakan NPV (Rp) 991 447 447 >0 Layak Net B/C 2.12 >1 Layak IRR (%) 24.34 >6.25 Layak PP(tahun) 4.9 <10 Layak Hasil kriteria investasi menunjukkan bahwa NPV usaha pembuatan kecap ini lebih besar dari nol yaitu, Rp999 447 447. Hal ini menunjukkan usaha yang akan dijalankan CV MM memberikan manfaat bersih sebesar
41
Rp999 447 447 selama kurun waktu 10 tahun. Dengan demikian, berdasarkan kriteria NPV usaha ini layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 24.34% dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu, 6.25%. Hal ini menunjukkan tingkat pengembalian yang diberikan usaha dari modal yang telah diinvestasikan adalah sebesar 24.34%. Hal ini juga menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan menguntungkan karena lebih besar dari tingkat suku bunga. Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha ini layak untuk dilaksanakan. Net B/C yang diperoleh adalah sebesar 2.12. Hal ini berarti setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha ini akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp2.12. Nilai Net B/C yang dihasilkan lebih besar dari 1. Karena itu, usaha pembuatan kecap ini layak untuk dilaksanakan. Payback period yang diperoleh adalah 4.9 tahun atau sama dengan 4 tahun 10 bulan. Hal ini berarti, usaha dapat mengembalikan modal sebelum umur usaha berakhir. Nilai Payback period ini cukup singkat, sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil perhitungan keempat kriteria kelayakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 10. Perhitungan cashflow usaha pembuatan kecap di CV MM dapat dilihat pada Lampiran 6. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Analisis nilai pengganti (switching value) digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan penjualan yang dapat ditolerir, sehingga usaha masih layak untuk dilaksanakan. Switching value ditentukan dengan uji coba, sehingga menghasilkan keuntungan normal yaitu, NPV sama dengan 0, IRR mendekati atau sama dengan tingkat suku bunga, dan Net B/C sama dengan 1. Di kondisi pengembangan ini, hasil switching value CV MM dapat dilihat di Tabel 11 sebagai berikut. Tabel 11 Analisis switching value CV MM setelah pengembangan Uraian Harga gula aren Penurunan produksi a
Persentasea 71.7 12
NPVb 0 0
Net B/C 1 1
IRRa 6.25 6.25
PPd 9.35 9.35
%.;cRp.;dTahun
Dari hasil analisis switching value diatas dapat dilihat bahwa batas maksimal perubahan terhadap kenaikan harga kenaikan gula aren dan penurunan produksi masing-masing adalah 71.7% dan 12%. Apabila perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut, maka usaha pembuatan kecap ini menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan. Berdasarkan hasil analisis switching value, CV MM menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula aren mengalami kenaikan melebihi 71.7% yaitu, sebesar Rp5 594 per kilogram. NPV usaha akan lebih kecil dari nol atau negatif, IRR lebih kecil dari discount faktor, dan Net B/C juga akan lebih kecil dari nol jika kenaikan harga gula aren melebihi 71.7%. Rincian analisis switching value terhadap kenaikan harga gula aren dapat dilihat pada Lampiran 8.
42
CV MM juga tidak layak untuk dilaksanakan apabila terjadi penurunan produksi kecap melebihi 12%. Hal ini akan menyebabkan, NPV usaha akan lebih kecil dari nol atau negatif, IRR lebih kecil dari discount faktor, dan Net B/C juga akan lebih kecil dari nol. Dengan demikian, berdasarkan kriteria investasi usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan. Rincian analisis switching value terhadap penurunan produksi sebesar 12% dapat dilihat pada Lampiran 9. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kedua Kondisi Dari hasil analisis finansial yang dilakukan nilai NPV, nilai Net B/C dan IRR kondisi usaha setelah pengembangan lebih besar dibandingkan dengan usaha yang dilakukan sekarang atau sebelum dilakukan pengembangan. Sedangkan masa pengembalian biaya investasi (payback periode) setelah pengembangan relatif lebih cepat dibandingkan dengan kondisi setelah pengembangan. Switching value yang dilakukan antara sebelum dan setelah pengembangan di atas dapat diketahui bahwa kondisi CV MM yag dilaksanakan sekarang merupakan kondisi yang paling sensitif terhadap perubahan. Batas maksimal perubahan terhadap kenaikan harga gula aren pada saat sebelum pengembangan sebesar 49.73%. Sedangkan pada kondisi setelah pengembangan sebesar 71.7%. Hasil dari perhitungan payback period usaha pembuatan kecap saat sebeleum pengembangan menghasilkan nilai yang lebih kecil daripada setelah melakukan pengembangan. Artinya pada kondisi setelah pengembangan, waktu yang diperlukan untuk menutupi total pengeluaran lebih cepat. Berdasarkan switching value, dapat disimpulkan bahwa penurunan produksi merupakan perubahan yang paling sensitif terhadap kelayakan dalam dua kondisi. Lebih baik untuk melakukan pengembangan karena lebih menguntungkan untuk diusahakan dan memiliki tingkat sensitivitas yang kecil terhadap perubahan dengan cara meningkatkan produksi melalui penambahan alat produksi dan bahan baku.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Hasil analisis kelayakan non finansial yaitu analisis aspek pasar, bahan baku, teknis, manajemen, hukum, dan sosial ekonomi dan lingkungan, usaha pembuatan kecap yang dijalankan oleh CV MM layak untuk dilaksanakan. 2. Pengusahaan pembuatan kecap yang dilakukan pada dua kondisi yaitu baik sebelum maupun setelah pengembangan dapat mendatangkan keuntungan. Terdapat perbandingkan dari analisis finansial antara sebelum pengembangan dan setelah pengembangan. Di kondisi setelah pengembangan merupakan kondisi yang paling layak untuk dijalankan. Hal ini dilihat dari hasil analisis finansial yang menunjukkan bahwa NPV setelah pengembangan>NPV sebelum pengembangan, begitu pula
43
dengan nilai Net B/C dan IRR nya. Sama halnya dengan payback periode, kondisi setelah pengembangan lebih cepat dalam hal pengembalian biaya investasi dibandingkan saat sebelum pengembangan. 3. Jika dilihat dari hasil analisis switching value, kondisi sebelum pengembangan yaitu usaha pembuatan kecap yang saat ini dijalankan adalah jenis usaha yang paling sensitif terhadap perubahan baik penurunan kenaikan harga gula aren dan penurunan tingkat produksi.
Saran Adapun saran yang dapat direkomendasikan dalam penelitian ini antara lain : 1. Perusahaan sebaiknya melakukan ekspansi usaha yaitu dengan meningkatkan kapasitas produksi dengan peningkatan alat produksi dan bahan baku untuk memenuhi permintaan konsumen. Selain karena ekspansi tersebut lebih menguntungkan juga lebih dapat bertahan apabila terjadi perubahan seperti penurunan produksi dan kenaikan harga bahan baku. 2. Pemilik sebaiknya meningkatkan promosi seperti bekerja sama dengan Dinas Pariwisata setempat sehingga produk dapat lebih dikenal luas oleh masyarakat. Selain itu promosi juga dapat dilakukan dengan cara melalui media sosial di internet seperti twitter, facebook, blog dan instagram.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Jumlah Produksi Kedelai Indonesia 2006-2012. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. [DIKOPERIN] Dinas Koperasi dan UKM, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Majalengka. 2013. Jumlah UMKM Dan Produksi Kecap. Majalengka (ID): Dinas Koperasi dan UKM, Perdagangan, dan Perindustrian. Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta (ID): UIPress. Husnan, S dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta (ID): Unit Penerbit dan Pencetak AMP YPKN. Indah, S. 2010. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Nilam (Pogostemon Cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung. [Skripsi]. Bogor (ID). Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Kasmir dan Jakfar. 2006. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Kedua. Jakarta (ID): Kencana [KEMENTAN] Kementerian Pertanian. 2013. Tanaman Pangan. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.
44
Muliasih, S. 2010. Formulasi Strategi Pengembangan Perusahaan Kecap CV MM di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. [Thesis]. Bogor (ID). Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Napitupulu, D. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus Dan Sirup Belimbing Manis Dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Wineer Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor (ID). Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID) : Departemen Agribisnis FEM-IPB Novianti, A. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Peningkatan Kapasitas Produksi Pakan Konsentrat Sapi Perah Pada CV Cisarua Integrated Farming Desa Cibereum Kabupaten Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID). Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Sardjono. 2014. Teknologi Proses Fermentasi Kecap. [Jurnal]. Yogyakarta (ID). Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Subagyo, A. 2007. Studi Kelayakan: Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): Gramedia. Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta (ID) : Penerbit ANDI Utomo, J.S. dan S. Nikkuni. Soybean Production and Post Harvest Technology: For Inovation in Indonesia. Jepang (JPN) : JIRCAS Yudhana, I. 2013. Strategi Pengembangan Usaha Kecap CV Maja Menjangan di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID). Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
45
LAMPIRAN Lampiran 1 Dokumentasi penelitian
Surat Ijin Usaha Perdagangan
Pemasakan kedelai dan gula aren
Pengisian kecap ke dalam botol
Kecap siap didistribusi
46
Ruang penjemuran kedelai
Ruang fermentasi kedelai
Lingkungan sekitar pabrik
Alat transportasi
Rencana mesin yang akan dibeli
Rencana kemasan yang akan dibuat
Lampiran 2 Cashflow CV MM sebelum pengembangan URAIAN INFLOW Penjualan Nilai Sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW Biaya Investasi Lahan Bangunan Timbangan Telebug Ayakan Saringan Tong besar Kuali gula Tampah besar Pengaduk Mixer Corong Gelas ukur Penutup botol Ember Tungku besar Kuali Krat Alat transportasi Total Biaya Investasi Biaya Operasional A. Biaya Variabel Kedelai Gula Garam Tepung Kayu bakar Label Botol
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
249,929,644
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
249,929,644
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
10 999,718,577 641,160,000 1,640,878,577
500,000,000 250,000,000 300,000 500,000 150,000 150,000 3,000,000 3,400,000 1,000,000 100,000 300,000 100,000 100,000 2,000,000 200,000 7,000,000 10,000,000 2,500,000 85,000,000 865,800,000
-
400,000
4,250,000
400,000
3,650,000
4,650,000
-
400,000
1,100,000
30,600,000 56,160,000 8,640,000 8,448,000 16,800,000 10,858,340 9,163,636
122,400,000 224,640,000 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502
122,400,000 224,640,000 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502
122,400,000 224,640,000 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502
122,400,000 224,640,000 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502
122,400,000 224,640,000 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502
122,400,000 224,640,000 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502
122,400,000 224,640,000 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502
122,400,000 224,640,000 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502
122,400,000 224,640,000 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502
300,000 500,000
300,000 500,000
300,000 500,000
150,000 150,000 3,000,000
150,000 3,000,000 1,000,000
100,000 300,000 100,000
100,000 300,000 100,000
300,000 100,000
200,000
100,000 300,000 100,000
200,000
200,000
2,500,000
47
48
URAIAN Kardus Tali Rafia Total Biaya Variabel B. Biaya Tetap Air Listrik BBM Upah tenaga kerja a. Administrasi b. Pemasaran c. Penanggungjawab pabrik d. Penanggungjawab lapang e. Supir Pemeliharaan dan perbaikan a. Alat transportasi PBB Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional
Tahun Tahun 11 1,247,727 138,000 142,055,704
22 4,990,909 552,000 601,509,771
33 4,990,909 552,000 601,509,771
44 4,990,909 552,000 601,509,771
55 4,990,909 552,000 601,509,771
66 4,990,909 552,000 601,509,771
77 4,990,909 552,000 601,509,771
88 4,990,909 552,000 601,509,771
99 4,990,909 552,000 601,509,771
1010 4,990,909 552,000 601,509,771
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
36,000,000
12,000,000
12,000,000
12,000,000
12,000,000
12,000,000
12,000,000
12,000,000
12,000,000
12,000,000
12,000,000
4,200,000 300,000 171,630,000 313,685,704
4,200,000 300,000 171,630,000 773,139,771
4,200,000 300,000 171,630,000 773,139,771
4,200,000 300,000 171,630,000 773,139,771
4,200,000 300,000 171,630,000 773,139,771
4,200,000 300,000 171,630,000 773,139,771
4,200,000 300,000 171,630,000 773,139,771
4,200,000 300,000 171,630,000 773,139,771
4,200,000 300,000 171,630,000 773,139,771
4,200,000 300,000 171,630,000 773,139,771
53,360,535
53,360,535
53,360,535
53,360,535
53,360,535
53,360,535
53,360,535
53,360,535
826,900,306 172,818,271 0.834 144,079,715
830,750,306 168,968,271 0.785 132,583,478
826,900,306 172,818,271 0.739 127,627,706
830,150,306 169,568,271 0.695 117,861,228
830,950,306 168,768,271 0.654 110,404,870
826,500,306 173,218,271 0.616 106,650,327
826,900,306 172,818,271 0.579 100,144,986
827,400,306 813,478,271 0.545 443,666,431
Tax 25% TOTAL OUTFLOW Net Benefit Discount Factor = 6.25% PV PV + PV NPV Net B/C IRR PP
1,179,485,704 (929,556,059) 0.941 (874,876,291) 1,436,457,762 (874,876,291) 561,581,471 1.642 16.75% 7.42
Sumber: Data primer (2014)
53,360,535 826,500,306 173,218,271 0.886 153,439,022
Lampiran 3 Laba rugi CV MM sebelum pengembangan Tahun
URAIAN PENDAPATAN Kemasan 140 ml Kemasan 275 ml Kemasan 575 ml TOTAL PENDAPATAN BIAYA Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya Penyusutan TOTAL BIAYA Profit Before Tax Tax Profit After Tax
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
81,000,000 122,181,818 46,747,826 249,929,644
324,000,000 488,727,273 186,991,304 999,718,577
324,000,000 488,727,273 186,991,304 999,718,577
324,000,000 488,727,273 186,991,304 999,718,577
324,000,000 488,727,273 186,991,304 999,718,577
324,000,000 488,727,273 186,991,304 999,718,577
324,000,000 488,727,273 186,991,304 999,718,577
324,000,000 488,727,273 186,991,304 999,718,577
324,000,000 488,727,273 186,991,304 999,718,577
324,000,000 488,727,273 186,991,304 999,718,577
171,630,000 142,055,704 13,136,667 326,822,370 (76,892,726) (19,223,181) (57,669,544)
171,630,000 601,509,771 13,136,667 786,276,437 213,442,140 53,360,535 160,081,605
171,630,000 601,509,771 13,136,667 786,276,437 213,442,140 53,360,535 160,081,605
171,630,000 601,509,771 13,136,667 786,276,437 213,442,140 53,360,535 160,081,605
171,630,000 601,509,771 13,136,667 786,276,437 213,442,140 53,360,535 160,081,605
171,630,000 601,509,771 13,136,667 786,276,437 213,442,140 53,360,535 160,081,605
171,630,000 601,509,771 13,136,667 786,276,437 213,442,140 53,360,535 160,081,605
171,630,000 601,509,771 13,136,667 786,276,437 213,442,140 53,360,535 160,081,605
171,630,000 601,509,771 13,136,667 786,276,437 213,442,140 53,360,535 160,081,605
171,630,000 601,509,771 13,136,667 786,276,437 213,442,140 53,360,535 160,081,605
Sumber: Data primer (2014)
Lampiran 4 Switching value kenaikan harga gula aren sebelum pengembangan URAIAN INFLOW Penjualan Nilai Sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW Biaya Investasi Lahan Bangunan Timbangan Telebug Ayakan Saringan Tong besar Kuali gula Tampah besar
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
249,929,644
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
249,929,644
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
999,718,577
500,000,000 250,000,000 300,000 500,000 150,000 150,000 3,000,000 3,400,000 1,000,000
300,000 500,000
300,000 500,000
10 999,718,577 641,160,000 1,640,878,577
300,000 500,000
150,000 150,000 3,000,000
150,000 3,000,000 1,000,000
49
50
URAIAN Pengaduk Mixer Corong Gelas ukur Penutup botol Ember Tungku besar Kuali Krat Alat transportasi Total Biaya Investasi Biaya Operasional A. Biaya Variabel Kedelai Gula Garam Tepung Kayu bakar Label Botol Kardus Tali Rafia Total Biaya Variabel B. Biaya Tetap Air Listrik BBM Upah tenaga kerja a. Administrasi b. Pemasaran c. Penanggungjawab pabrik d. Penanggungjawab lapang e. Supir Pemeliharaan dan perbaikan
Tahun 1 100,000 300,000 100,000 100,000 2,000,000 200,000 7,000,000 10,000,000 2,500,000 85,000,000 865,800,000
2
3
4 100,000
300,000 100,000
5
6
300,000 100,000
200,000
7 100,000 300,000 100,000
8
9
10 100,000
300,000 100,000
200,000
200,000
2,500,000 -
400,000
4,250,000
400,000
3,650,000
4,650,000
400,000
1,100,000
30,600,000 91,114,659 8,640,000 8,448,000 16,800,000 10,858,340 9,163,636 1,247,727 138,000 177,010,363
122,400,000 336,423,357 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000 713,293,128
122,400,000 336,423,357 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000 713,293,128
122,400,000 336,423,357 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000 713,293,128
122,400,000 336,423,357 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000 713,293,128
122,400,000 336,423,357 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000 713,293,128
122,400,000 336,423,357 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000 713,293,128
122,400,000 36,423,357 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000 713,293,128
122,400,000 336,423,357 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000 713,293,128
122,400,000 336,423,357 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000 713,293,128
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
URAIAN a. Alat transportasi PBB Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional Tax 25% TOTAL OUTFLOW Net Benefit Discount Factor = 6.25% PV PV + PV NPV Net B/C IRR PP
1 4,200,000 300,000 171,240,000 348,250,363
2 4,200,000 300,000 171,240,000 884,533,128 25,512,196 910,045,324 89,673,253
1,214,050,363 (964,120,719) 0.941 (907,407,735) 907,407,735 (907,407,735) 0 1.000 6.25% 9.35
3 4,200,000 300,000 171,240,000 884,533,128 25,512,196 910,445,324 89,273,253
0.886 79,433,747
4 4,200,000 300,000 171,240,000 884,533,128 25,512,196 914,295,324 85,423,253
5 4,200,000 300,000 171,240,000 884,533,128 25,512,196 910,445,324 89,273,253
6 4,200,000 300,000 171,240,000 884,533,128 25,512,196 913,695,324 86,023,253
0.834
0.785
0.739
0.695
74,427,691
67,028,632
65,929,027
59,791,883
7 4,200,000 300,000 171,240,000 884,533,128 25,512,196 914,495,324 85,223,253 0.654 55,751,369
8 4,200,000 300,000 171,240,000 884,533,128 25,512,196 910,045,324 89,673,253
Tahun 10 4,200,000 300,000 171,240,000 884,533,128 25,512,196 910,945,324 729,933,253
9 4,200,000 300,000 171,240,000 884,533,128 25,512,196 910,445,324 89,273,253
0.616
0.579
0.545
55,211,738
51,732,196
398,101,452
Sumber: Data primer (2014)
Lampiran 5 Switching value CV MM penurunan produksi sebelum pengembangan URAIAN INFLOW Penjualan Nilai Sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW Biaya Investasi Lahan Bangunan Timbangan Telebug Ayakan Saringan Tong besar Kuali gula
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
228,457,160
913,828,638
913,828,638
913,828,638
913,828,638
913,828,638
913,828,638
913,828,638
913,828,638
228,457,160
913,828,638
913,828,638
913,828,638
913,828,638
913,828,638
913,828,638
913,828,638
913,828,638
500,000,000 250,000,000 300,000 500,000 150,000 150,000 3,000,000 3,400,000
300,000 500,000
300,000 500,000
10 913,828,638 641,160,000 1,554,988,638
300,000 500,000
150,000 150,000 3,000,000
150,000 3,000,000
51
52
URAIAN Tampah besar Pengaduk Mixer Corong Gelas ukur Penutup botol Ember Tungku besar Kuali Krat Alat transportasi Total Biaya Investasi Biaya Operasional A. Biaya Variabel Kedelai Gula Garam Tepung Kayu bakar Label Botol Kardus Tali Rafia Total Biaya Variabel B. Biaya Tetap Air Listrik BBM Upah tenaga kerja a. Administrasi b. Pemasaran c. Penanggungjawab pabrik d.Penanggungjawa
Tahun 1 1,000,000 100,000 300,000 100,000 100,000 2,000,000 200,000 7,000,000 10,000,000 2,500,000 85,000,000
2
3
4
5
6 1,000,000
100,000 300,000 100,000
7
8
9
100,000 300,000 100,000
300,000 100,000
200,000
10 100,000
300,000 100,000
200,000
200,000
2,500,000
865,800,000
-
400,000
4,250,000
400,000
3,650,000
4,650,000
-
400,000
1,100,000
30,600,000 56,160,000 8,640,000 8,448,000 16,800,000 10,858,340 9,163,636 1,247,727 138,000
122,400,000 224,640,000 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000
122,400,000 224,640,000 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000
122,400,000 224,640,000 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000
122,400,000 224,640,000 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000
122,400,000 224,640,000 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000
122,400,000 224,640,000 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000
122,400,000 224,640,000 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000
122,400,000 224,640,000 34,560,000 33,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000
122,400,000 224,640,000 34,560,000 3,792,000 67,200,000 43,433,360 69,941,502 4,990,909 552,000
142,055,704
595,966,862
601,509,771
601,509,771
601,509,771
601,509,771
601,509,771
601,509,771
601,509,771
601,509,771
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
54,000,000 36,000,000
54,000,000 36,000,000
54,000,000 36,000,000
54,000,000 36,000,000
54,000,000 36,000,000
54,000,000 36,000,000
54,000,000 36,000,000
54,000,000 36,000,000
54,000,000 36,000,000
54,000,000 36,000,000
b lapang URAIAN e. Supir Pemeliharaan dan perbaikan a. Alat transportasi PBB Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional Tax 25% TOTAL OUTFLOW Net Benefit Discount Factor = 6.25% PV PV + PV NPV Net B/C IRR PP
Tahun 5 6 12,000,000 12,000,000
1 12,000,000
2 12,000,000
3 12,000,000
4 12,000,000
7 12,000,000
8 12,000,000
9 12,000,000
10 12,000,000
4,200,000 300,000 171,630,000
4,200,000 300,000 171,630,000
4,200,000 300,000 171,630,000
4,200,000 300,000 171,630,000
4,200,000 300,000 171,630,000
4,200,000 300,000 171,630,000
4,200,000 300,000 171,630,000
4,200,000 300,000 171,630,000
4,200,000 300,000 171,630,000
4,200,000 300,000 171,630,000
313,685,704
767,596,862 54,746,262
773,139,771 54,746,262
773,139,771 53,360,535
773,139,771 53,360,535
773,139,771 53,360,535
773,139,771 53,360,535
773,139,771 53,360,535
773,139,771 53,360,535
773,139,771 53,360,535
1,179,485,704 (951,028,544)
822,343,124 91,485,515
828,286,033 85,542,606
830,750,306 83,078,333
826,900,306 86,928,333
830,150,306 83,678,333
830,950,306 82,878,333
826,500,306 87,328,333
826,900,306 86,928,333
827,400,306 727,588,333
0.941
0.886
0.834
0.785
0.739
0.695
0.654
0.616
0.579
0.545
(895,085,688) 895,085,688 (895,085,688) (0) 1.000 6.25% 9.36
81,039,072
71,317,426
65,188,655
64,197,284
58,162,007
54,217,369
53,767,972
50,373,358
396,822,546
Sumber: Data primer (2014)
Lampiran 6 Cashflow CV MM setelah pengembangan URAIAN INFLOW Penjualan Nilai Sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW Biaya Investasi Lahan Bangunan
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
311,831,028
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
311,831,028
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111 646,160,000 1,893,484,111
500,000,000 250,000,000
53
54
Timbangan URAIAN Telebug Ayakan Saringan Tong besar Kuali gula Tampah besar Pengaduk Mixer Corong Gelas ukur Penutup botol Ember Tungku besar Kuali Krat Mesin pengemas Alat transportasi Total Biaya Investasi Biaya Operasional A. Biaya Variabel Kedelai Gula Garam Tepung Kayu bakar Kemasan sachet Label Botol Kardus Tali Rafia Total Biaya Variabel B. Biaya Tetap Air Listrik BBM
300,000
300,000
300,000
300,000
Tahun 1 500,000 150,000 150,000 3,000,000 3,400,000 1,000,000 100,000 300,000 100,000 100,000 2,000,000 200,000 7,000,000 10,000,000 2,500,000 25,000,000 85,000,000 890,800,000
2
3
4 500,000
5
6
7 500,000
8
9
10 500,000
150,000 150,000 3,000,000
150,000 3,000,000 1,000,000
100,000 300,000 100,000
100,000 300,000 100,000
300,000 100,000
200,000
100,000 300,000 100,000
200,000
200,000
2,500,000
-
400,000
4,250,000
400,000
3,650,000
4,650,000
-
400,000
1,100,000
38,250,000 70,200,000
153,000,000 280,800,000
153,000,000 280,800,000
153,000,000 280,800,000
153,000,000 280,800,000
153,000,000 280,800,000
153,000,000 280,800,000
153,000,000 280,800,000
153,000,000 280,800,000
153,000,000 280,800,000
10,800,000 10,560,000 21,000,000 6,750,000 11,454,545 20,030,632 1,559,659 172,500 190,777,337
3,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,664,289
43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,664,289
43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,664,289
43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,664,289
43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,664,289
43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,664,289
43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,664,289
43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,664,289
43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,664,289
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
Upah tenaga kerja URAIAN a. Administrasi b. Pemasaran c. Penanggungjawab pabrik d. Penanggungjawab lapang e. Supir Pemeliharaan dan perbaikan a. Alat transportasi PBB Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional Tax 25% TOTAL OUTFLOW Net Benefit DF 6.25% PV per tahun PV+ PVNPV Net B/C IRR PP
1 24,000,000 30,000,000
2 24,000,000 30,000,000
3 24,000,000 30,000,000
4 24,000,000 30,000,000
Tahun 5 24,000,000 30,000,000
6 24,000,000 30,000,000
7 24,000,000 30,000,000
8 24,000,000 30,000,000
9 24,000,000 30,000,000
10 24,000,000 30,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
4,200,000 300,000 171,630,000 362,407,337
4,200,000 300,000 171,630,000 929,294,289 75,598,289 1,004,892,577 242,431,533 0.886 214,749,040
4,200,000 300,000 171,630,000 929,294,289 75,598,289 1,005,292,577 242,031,533 0.834 201,783,261
4,200,000 300,000 171,630,000 929,294,289 75,598,289 1,009,142,577 238,181,533 0.785 186,892,697
4,200,000 300,000 171,630,000 929,294,289 75,598,289 1,005,292,577 242,031,533 0.739 178,742,266
4,200,000 300,000 171,630,000 929,294,289 75,598,289 1,008,542,577 238,781,533 0.695 165,969,049
4,200,000 300,000 171,630,000 929,294,289 75,598,289 1,009,342,577 237,981,533 0.654 155,682,819
4,200,000 300,000 171,630,000 929,294,289 75,598,289 1,004,892,577 242,431,533 0.616 149,264,867
4,200,000 300,000 171,630,000 929,294,289 75,598,289 1,005,292,577 242,031,533 0.579 140,252,788
4,200,000 300,000 171,630,000 929,294,289 75,598,289 ,005,792,577 887,691,533 0.545 484,141,922
1,253,207,337 (941,376,309) 0.941 (886,001,232) 1,877,478,709 (886,001,232) 991,477,477 2.12 24.34% 4.90
Sumber : Data primer (2014)
55
56
Lampiran 7 Laba rugi CV MM setelah pengembangan URAIAN Kemasan 140 ml Kemasan 275 ml Kemasan 575 ml Kemasan 220 ml TOTAL PENDAPATAN BIAYA Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya Penyusutan TOTAL BIAYA Profit Before Tax Tax Profit After Tax
1 101,250,000 152,727,273 29,217,391 28,636,364
2 405,000,000 610,909,091 116,869,565 114,545,455
3 405,000,000 610,909,091 116,869,565 114,545,455
4 405,000,000 610,909,091 116,869,565 114,545,455
311,831,028
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
171,630,000 190,777,337 15,636,667 378,044,004 (66,212,976) (16,553,244) (49,659,732)
171,630,000 757,664,289 15,636,667 944,930,955 302,393,155 75,598,289 26,794,867
171,630,000 757,664,289 15,636,667 944,930,955 302,393,155 75,598,289 226,794,867
171,630,000 757,664,289 15,636,667 944,930,955 302,393,155 75,598,289 226,794,867
Tahun 5 405,000,000 610,909,091 116,869,565 114,545,455
6 405,000,000 610,909,091 116,869,565 114,545,455
7 405,000,000 610,909,091 116,869,565 114,545,455
8 405,000,000 610,909,091 116,869,565 114,545,455
9 405,000,000 610,909,091 116,869,565 114,545,455
10 405,000,000 610,909,091 116,869,565 114,545,455
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
171,630,000 757,664,289 15,636,667 944,930,955 302,393,155 75,598,289 226,794,867
171,630,000 757,664,289 15,636,667 944,930,955 302,393,155 75,598,289 226,794,867
171,630,000 757,664,289 15,636,667 944,930,955 302,393,155 75,598,289 226,794,867
171,630,000 757,664,289 15,636,667 944,930,955 302,393,155 75,598,289 226,794,867
171,630,000 757,664,289 15,636,667 944,930,955 302,393,155 75,598,289 226,794,867
171,630,000 757,664,289 15,636,667 944,930,955 302,393,155 75,598,289 226,794,867
Sumber : Data primer (2014)
Lampiran 8 Switching value kenaikan harga gula aren CV MM setelah pengembangan URAIAN INFLOW Penjualan Nilai Sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW Biaya Investasi Lahan Bangunan Timbangan Telebug Ayakan Saringan Tong besar Kuali gula Tampah besar
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
311,831,028
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
311,831,028
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111
1,247,324,111 646,160,000 1,893,484,111
500,000,000 250,000,000 300,000 500,000 150,000 150,000 3,000,000 3,400,000 1,000,000
300,000 500,000
300,000 500,000 150,000
150,000 3,000,000
150,000 3,000,000 1,000,000
300,000 500,000
URAIAN Pengaduk Mixer Corong Gelas ukur Penutup botol Ember Tungku besar Kuali Mesin pengemas Krat Alat transportasi Total Biaya Investasi Biaya Operasional A. Biaya Variabel Kedelai Gula Garam Tepung Kayu bakar Kemasan sachet Label Botol Kardus Tali Rafia Total Biaya Variabel B. Biaya Tetap Air Listrik BBM Upah tenaga kerja a. Administrasi b. Pemasaran c. Penanggungjawab pabrik d. Penanggungjawab lapang e. Supir
Tahun 1
2
3
4 100,000
5
6
7 100,000 300,000 100,000
8
9
10 100,000
100,000 300,000 100,000 100,000 2,000,000 200,000 7,000,000 10,000,000 25,000,000 2,500,000 85,000,000 890,800,000
-
400,000
4,250,000
400,000
3,650,000
4,650,000
-
400,000
1,100,000
38,250,000 120,557,429 10,800,000 10,560,000 21,000,000 6,750,000 11,454,545 20,030,632 1,039,773 172,500 240,614,880
153,000,000 482,229,718 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 4,159,091 690,000 957,014,461
153,000,000 482,229,718 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 4,159,091 690,000 957,014,461
153,000,000 482,229,718 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 4,159,091 690,000 957,014,461
153,000,000 482,229,718 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 4,159,091 690,000 957,014,461
153,000,000 482,229,718 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 4,159,091 690,000 957,014,461
153,000,000 482,229,718 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 4,159,091 690,000 957,014,461
153,000,000 482,229,718 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 4,159,091 690,000 957,014,461
153,000,000 482,229,718 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 4,159,091 690,000 957,014,461
153,000,000 482,229,718 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,827,668 80,122,530 4,159,091 690,000 957,014,461
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
4,800,000 3,600,000 2,340,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
300,000 100,000
300,000 100,000
200,000
300,000 100,000
200,000
200,000
2,500,000
57
58
URAIAN
Tahun 1
Pemeliharaan dan perbaikan a. Alat transportasi 4,200,000 PBB 300,000 Total Biaya Tetap 171,240,000 Total Biaya Operasional 411,854,880 Tax 25% TOTAL OUTFLOW 1,302,654,880 Net Benefit (990,823,852) DF 6.25% 0.941 PV per tahun (932,540,096) PV+ 932,540,097 PV(932,540,096) NPV 0 Net B/C 1.00 IRR 6.25% PP 9.35 Sumber : Data primer (2014)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
4,200,000 300,000 171,240,000
4,200,000 300,000 171,240,000
4,200,000 300,000 171,240,000
4,200,000 300,000 171,240,000
4,200,000 300,000 171,240,000
4,200,000 300,000 171,240,000
4,200,000 300,000 171,240,000
4,200,000 300,000 171,240,000
4,200,000 300,000 171,240,000
1,128,254,461 25,858,246 1,154,112,707 93,211,404 0.886 82,567,887
1,128,254,461 25,858,246 1,154,512,707 92,811,404 0.834 77,377,470
1,128,254,461 25,858,246 1,158,362,707 88,961,404 0.785 69,804,894
1,128,254,461 25,858,246 1,154,512,707 92,811,404 0.739 68,541,981
1,128,254,461 25,858,246 1,157,762,707 89,561,404 0.695 62,251,133
1,128,254,461 25,858,246 1,158,562,707 88,761,404 0.654 58,065,958
1,128,254,461 25,858,246 1,154,112,707 93,211,404 0.616 57,390,174
1,128,254,461 25,858,246 1,154,512,707 92,811,404 0.579 53,782,489
1,128,254,461 25,858,246 1,155,012,707 738,471,404 0.545 402,758,111
Lampiran 9 Switching value penurunan produksi CV MM setelah pengembangan URAIAN INFLOW Penjualan Nilai Sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW Biaya Investasi Lahan Bangunan Timbangan Telebug Ayakan Saringan
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
274,097,494
1,096,389,975
1,096,389,975
1,096,389,975
1,096,389,975
1,096,389,975
1,096,389,975
1,096,389,975
1,096,389,975
274,097,494
1,096,389,975
1,096,389,975
1,096,389,975
1,096,389,975
1,096,389,975
1,096,389,975
1,096,389,975
1,096,389,975
1,096,389,975 646,160,000 1,742,549,975
500,000,000 250,000,000 300,000 500,000 150,000 150,000
300,000 500,000
300,000 500,000 150,000
150,000
150,000
300,000 500,000
URAIAN Tong besar Kuali gula Tampah besar Pengaduk Mixer Corong Gelas ukur Penutup botol Ember Tungku besar Kuali Mesin pengemas Krat Alat transportasi Total Biaya Investasi Biaya Operasional A. Biaya Variabel Kedelai Gula Garam Tepung Kayu bakar Kemasan sachet Label Botol Kardus Tali Rafia Total Biaya Variabel B. Biaya Tetap Air Listrik BBM Upah tenaga kerja a. Administrasi b. Pemasaran
Tahun 1 3,000,000 3,400,000 1,000,000 100,000 300,000 100,000 100,000 2,000,000 200,000 7,000,000 10,000,000 25,000,000 2,500,000 85,000,000
2
3
4 3,000,000
5
6
7 3,000,000
8
9
10
1,000,000 100,000 300,000 100,000
100,000 300,000 100,000
300,000 100,000
200,000
100,000 300,000 100,000
200,000
200,000
2,500,000
890,800,000
-
400,000
4,250,000
400,000
3,650,000
4,650,000
-
400,000
1,100,000
38,250,000 70,200,000 10,800,000 10,560,000 21,000,000 6,750,000 11,454,545 20,030,632 1,559,659 172,500 190,777,337
153,000,000 280,800,000 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,863,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,700,289
153,000,000 280,800,000 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,863,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,700,289
153,000,000 280,800,000 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,863,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,700,289
153,000,000 280,800,000 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,863,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,700,289
153,000,000 280,800,000 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,863,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,700,289
153,000,000 280,800,000 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,863,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,700,289
153,000,000 280,800,000 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,863,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,700,289
153,000,000 280,800,000 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,863,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,700,289
153,000,000 280,800,000 43,200,000 42,240,000 84,000,000 9,545,455 57,863,668 80,122,530 6,238,636 690,000 757,700,289
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
4,800,000 3,600,000 2,730,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
24,000,000 30,000,000
59
60
URAIAN
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
c. Penanggungjawab pabrik
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
54,000,000
d. Penanggungjawab lapang e. Supir Pemeliharaan dan perbaikan a. Alat transportasi PBB
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
36,000,000 12,000,000
4,200,000 300,000
4,200,000 300,000
4,200,000 300,000
4,200,000 300,000
4,200,000 300,000
4,200,000 300,000
4,200,000 300,000
4,200,000 300,000
4,200,000 300,000
4,200,000 300,000
171,630,000
171,630,000
171,630,000
171,630,000
171,630,00 0
171,630,000
171,630,000
171,630,000
171,630,000
171,630,000
362,407,337
929,330,289
929,330,289
929,330,289
929,330,28 9
929,330,289
929,330,289
929,330,289
929,330,289
929,330,289
75,589,289
75,589,289
1,253,207,337 (979,109,843) 0.941
75,589,289 1,004,919,57 7 91,470,397 0.886
1,005,319,577 91,070,397 0.834
1,009,169,577 87,220,397 0.785
75,589,289 1,005,319, 577 91,070,397 0.739
75,589,289 1,008,569,57 7 87,820,397 0.695
75,589,289 1,009,369,57 7 87,020,397 0.654
75,589,289 1,004,919,57 7 91,470,397 0.616
75,589,289 1,005,319,57 7 91,070,397 0.579
75,589,289 1,005,819,57 7 736,730,397 0.545
81,025,681
75,925,982
68,438,787
67,256,233
61,041,018
56,927,025
56,318,238
52,773,608
401,808,576
Total Biaya Tetap
Total Biaya Operasional Tax 25% TOTAL OUTFLOW Net Benefit DF 6.25% PV per tahun PV+ PVNPV Net B/C IRR PP Sumber : Data primer (2014)
(921,515,147) 921,515,147 (921,515,147) (0) 1.00 6.25% 9.35
61
RIWAYAT HIDUP Hastriratna dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 November 1990. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Ir. H. Sewoko Utomo Priyoyudoko dan Ibu Ir. Hj. Anita Awalianti. Penulis memiliki satu orang kakak laki-laki bernama Parardya Satyasinggara dan dua orang adik laki-laki bernama Parardya Stirabudhi dan Parardya Catrasatwika. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 007 Bhayangkara Samarinda pada tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Samarinda pada tahun 2002 dan lulus pada tahun 2005. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Samarinda dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima menjadi mahasiswa pada Agroindustri Program Diploma Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada. Tahun 2011 penulis melanjutkan studi ke jenjang strata satu dan diterima sebagai mahasiswa Alih Jenis dua Agribisnis IPB.