KADAR ESTROGEN DAN PROFIL OVIDUK PUYUH (Coturnix coturnix japonica) SETELAH PEMBERIAN CAHAYA MONOKROMATIK Kasiyati *, Nastiti Kusumorini **, Hera Maheshwari **, Wasmen Manalu ** * Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan Jurusan Biologi F.MIPA UNDIP ** Staf Pengajar pada Program Ilmu-Ilmu Faal dan Khasiat Obat F.KH IPB Abstract Light plays an important role in the avian life. The present study was designed to evaluate the effects of monochromatic light on serum estrogen concentrations and profile the oviduct, that were the length and weight of the oviduct in the quail. Two hundred and seventy quails were divided into nine treatments of light, with ten replications and three quails in each replication. The treatments were without light, controls with 15 and 25 W, red, green, and blue lights with intensities of 15 and 25 lux. Control treatment used incandescent bulb. The red, green, and blue lights were provided by light emitting diodes (LED). All lights treatment were given for 14 h daily, started from 17.00 to 07.00. Parameters measured were serum estrogen concentrations, and weights and lengths of the oviduct on weeks 5, 7, and 9. Quails exposed to monochromatic light had higher serum estrogen concentrations (P<0,05). Quails exposed to monochromatic light had better weights and lenghts of the oviduct development. Blue light could be used to increase serum estrogen concentrations and stimulate shell gland development. Key words: estrogen, oviduct profile, monochromatic light, quail
Abstrak Cahaya memiliki peran penting dalam kehidupan aves. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek cahaya monokromatik pada kadar estrogen dalam serum dan profil saluran reproduksi yang terdiri atas panjang serta bobot oviduk. Dua ratus tujuh puluh ekor puyuh dibagi ke dalam sembilan kelompok perlakuan pencahayaan, dengan sepuluh kali ulangan dan masing-masing ulangan terdiri atas tiga ekor puyuh. Perlakuan pencahayaan berupa tanpa pemberian cahaya, kontrol 15 dan 25 W, pencahayaan warna merah, hijau, dan biru dengan intensitas 15 serta 25 lux. Sumber cahaya untuk kontrol menggunakan bohlam lampu pijar. Sumber cahaya merah, hijau, dan biru berupa lampu LED. Semua perlakuan pencahayaan diberikan 14 jam per hari, yang dimulai dari pukul 17.00 sampai 07.00. Parameter yang diukur, yaitu kadar estrogen dalam serum, bobot, serta panjang saluran reproduksi pada minggu ke-5, 7, dan 9. Puyuh yang menerima cahaya monokromatik memiliki bobot dam panjang oviduk yang lebih baik. Dari penelitian ini disimpulkan cahaya biru dapat meningkatkan kadar estrogen serum serta menstimulasi perkembangan kelenjar kerabang. Kata kunci: estrogen, profil oviduk, cahaya monokromatik, puyuh
penting karena selain menghasilkan
PENDAHULUAN Puyuh jepang (Coturnix coturnix japonica)
dalam
sistem
klasifikasi
telur, dagingnya pun merupakan sumber diversifikasi
protein
hewani
(Vali
Galiformes,
2008). Seperti halnya budi daya unggas
famili Phasianidae, genus Coturnix, dan
lain secara intensif, memelihara puyuh
spesies japonica memiliki nilai ekonomi
dalam skala budi daya memerlukan
hewan
termasuk
ordo
1
program pemeliharaan dan tata laksana
dan jarak
yang baik untuk memperoleh hasil
tidak terlalu besar. Sesuai dengan
optimal dan menguntungkan.
panjang
Salah
antarpanjang
gelombang
gelombangnya,
spektrum
satu hal yang penting dalam program
cahaya monokromatik memiliki warna-
pemeliharaan puyuh untuk produksi
warna tunggal, yaitu merah
telur adalah tata laksana pencahayaan
760 nm), jingga (590-630 nm), kuning
kandang. Cahaya mutlak diperlukan
(570-590 nm), hijau (500-570 nm), biru
karena berfungsi sebagai penghangat,
(450-500 nm), dan ungu (400-450 nm)
penerangan, dan yang paling penting,
(Elert 2008).
(630-
pada saat masa produksi, pencahayaan
Energi cahaya yang berasal dari
yang baik akan mampu meningkatkan
alam maupun cahaya artifisial dalam
produksi telur hingga 75% (Menegristek
kehidupan hewan merupakan aspek
2008).
penting Radiasi elektromagnetik cahaya
yang
pengaturan
terlibat
bioritme
di
dalam
dan
secara
dimulai dari sinar kosmik dengan
langsung memberikan efek pada status
panjang gelombang 10 -18 m, sinar
kesehatan
gamma, sinar X, dan sinar ultraviolet
neuroendokrin,
dengan panjang gelombang 4,0-7,8 x
dalam saluran reproduksi, dan regulasi
-7
hewan,
pertumbuhan,
perubahan
fisiologi
10 m, cahaya tampak dengan panjang
tingkah laku seksual sehingga hewan
gelombang
siap
inframerah,
400-780 dan
nm,
sinar
gelombang
mikro
melakukan
perkembangbiakan
(Gewehr et al. 2005). Terdapat dua rute yang dilalui
memiliki panjang gelombang di atas 780 nm serta radar televisi dan radio
cahaya
yang dapat ditransmisikan hingga 6.000
fotoreseptor yang terdapat dalam tubuh
km. Cahaya tampak merupakan porsi
aves. Rute pertama, sebagian besar
kecil
cahaya yang masuk mata akan diterima
dari
total
elektromagnetik,
spektrum
dengan
panjang
oleh
untuk
bisa
fotoreseptor
diterima
retina.
Retina
akan
memiliki
yang
mentransmisikan informasi cahaya yang
berbeda pula. Cahaya monokromatik
diterima dalam bentuk intensitas dan
merupakan jenis cahaya tampak dengan
warna cahaya. Kemudian retina akan
frekuensi panjang gelombang tunggal
meneruskan informasi cahaya melalui
gelombang
yang
berbeda
menghasilkan persepsi warna
kemampuan
oleh
untuk
2
dua jalur, yaitu 1). informasi akan
kelamin.
diteruskan
perkembangan,
ke
bagian
otak
yang
FSH
akan
merangsang
pematangan,
dan
responsif untuk penglihatan dan 2).
vaskularisasi
Informasi cahaya masuk ke dalam jalur
atresia
retinohipotalamus, selanjutnya signal
dengan perkembangan folikel, estrogen
elektrik diubah menjadi signal kimia
mulai
dan
Peningkatan konsentrasi estrogen akan
diteruskan
suprakhiasmatik
ke
dalam
nukleus hipotalamus.
folikel ovarium serta
folikel-folikel
disintesis
merangsang
kecil. Seiring
dan
disekresi.
perkembangan oviduk
Informasi dalam bentuk signal kimia ini
dalam rangka mensintesis
kemudian akan diteruskan dari nukleus
protein, dan lemak kuning telur dalam
suprakhiasmatik
ke
hati serta peningkatan absorpsi kalsium,
kelenjar pineal dan hipofisis. Rute
vitamin, dan mineral yang dibutuhkan
kedua,
langsung
dalam pembentukan telur, (Gunturkun
melakukan penetrasi ke dalam tulang
2000; Lewis dan Moris 2006). Pada
tengkorak, menembus jaringan kranial,
tingkat tertentu pertambahan ukuran
dan otak kemudian akan diterima oleh
folikel
fotoreseptor yang terdapat pada kelenjar
estrogen dan meningkatkan produksi
pineal dan fotoreseptor ekstraretina.
progesteron.
Rute kedua ini banyak ditempuh oleh
disekresikan ke dalam darah akan
cahaya
memberikan
cahaya
dengan
hipotalamus
secara
intensitas
rendah
akan
albumin,
menurunkan
produksi
Progesteron
dampak
umpan
yang
balik
(Gunturkun 2000; Lewis dan Moris
positif bagi pelepasan LH dari hipofisis
2006; Foster dan Soni 1998).
anterior.
Peningkatan
LH
dan
Informasi cahaya yang diterima
progesteron akan merangsang proses
oleh hipotalamus juga akan mengontrol
ovulasi. Masak kelamin pada unggas
sekresi dan pelepasan gonadotropin
betina ditandai dengan ovulasi pertama
(GnRH). GnRH selanjutnya ditransport
kali (Squires 2003).
ke dalam hipofisis anterior lewat sistem
Penelitian ini bertujuan untuk
sirkulasi portal hipofisis. Kehadiran
memperoleh informasi yang mendasar
GnRH dalam hipofisis anterior akan
mengenai aspek biologi reproduksi
merangsang pelepasan LH dan FSH.
puyuh melalui kajian profil estrogen dan
Kedua hormon inilah yang secara
saluran telur.
langsung mengontrol proses masak
3
P31 dan P32: puyuh
METODOLOGI
yang diberi
di
pencahayaan lampu LED warna biru
Laboratorium
dengan intesitas 15 dan 25 lux. Masing-
Biologi Struktur dan Fungsi Hewan,
masing kelompok terdiri atas 30 ekor
Fakultas
Universitas
puyuh. Selama penelitian puyuh diberi
Diponegoro, Semarang. Analisis kadar
makan dan minum secara ad libitum
estrogen
pada pagi, siang, dan sore hari.
Penelitian kandang
ini
dilakukan
percobaan
MIPA,
serum
Laboratorium
dilaksanakan
di
Kandang sangkar dibuat dengan
Fisiologi-Farmakologi,
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
kombinasi
kawat ram/kasa dan kayu
Pertanian Bogor.
yang dilengkapi dengan tempat pakan,
Dalam penelitian ini digunakan
minum, penampung feses, serta alas
270 ekor DOQ (day old quail) betina.
yang dibuat miring. Feses dibersihkan
Puyuh percobaan diaklimatisasi selama
setiap dua hari sekali pada pagi hari.
dua minggu dalam kandang kolektif dan
Setiap satu unit kandang sangkar terdiri
satu minggu dalam kandang sangkar
atas 10 buah kotak kandang, dan
(baterei) untuk menyesuaikan dengan
masing-masing kotak diberi sekat partisi
kandang percobaan dan manajemen
sehingga
pemeliharaan. Pada awal umur empat
disinari oleh satu jenis warna lampu.
dengan
intensitas
satu
kotak
hanya
Sumber cahaya monokromatik
minggu, puyuh diberikan pencahayaan monokromatik
setiap
yang
dipakai
dalam
penelitian
berbeda selama enam minggu. Puyuh
adalah
dibagi ke dalam sembilan kelompok
hijau, dan biru dengan intesitas 15 dan
percobaan, yaitu P01: puyuh yang tidak
25 lux. Intensitas cahaya diukur dengan
mendapat pencahayaan; P02 dan P03
menggunakan
(kontrol):
diberi
cahaya untuk puyuh kontrol berupa
pencahayaan bohlam lampu pijar 15 dan
bohlam lampu pijar 15 dan 25 W warna
25 W; P11 dan P12: puyuh yang diberi
kuning. Sumber cahaya disusun secara
pencahayaan lampu LED warna merah
seri dan di gantung di bagian atas pada
dengan intensitas 15 dan 25 lux; P21
sisi sebelah dalam setiap kandang
dan
diberi
sangkar. Rangkaian lampu pada setiap
pencahayaan lampu LED warna hijau
kandang sangkar dilengkapi dengan
dengan intensitas 15 dan 25 lux; serta
adaptor
P22:
puyuh
puyuh
yang
yang
lampu LED warna merah,
untuk
lightmeter.
mengatur
Sumber
voltase,
4
pengatur waktu (timer) untuk mengatur
uterus diperoleh dengan pembuatan
hidup matinya lampu, serta stabilisator
preparat
yang digunakan untuk menstabilkan
parafin dan pewarnaan standar HE.
histologi,
Rancangan
arus yang masuk dengan arus yang
dipergunakan
keluar.
dengan
metode
percobaan
dalam
penelitian
adalah
minggu
untuk
(RAL) dengan sembilan perlakuan dan
menyeragamkan bobot badan. Puyuh
masing–masing diulang sebanyak 10
dengan
dipilih
kali serta setiap ulangan terdiri atas tiga
selanjutnya
satuan percobaan. Data yang diperoleh
ditempatkan dalam kandang sangkar.
dianalisis menggunakan analisis sidik
Perlakuan pencahayaan diberikan mulai
ragam (ANOVA) dengan uji lanjut uji
dari umur 4 minggu sampai 9 minggu
jarak berganda Duncan. Semua analisis
selama 14 jam per hari, yang dimulai
data dikerjakan dengan prosedur GLM
dari pukul 17.00-07.00.
(general linear model) pada program
ditimbang
bobot
sebagai
30,0-40,0
hewan
coba,
g
Pengambilan
sampel darah dimulai pada pukul 08.00
Acak
ini
Puyuh percobaan yang berumur dua
Rancangan
yang
Lengkap
SAS (Mattjik dan Sumertajaya 2006).
pada akhir minggu ke-5, ke-7, dan ke-9. Dari
setiap
kelompok
percobaan
diambil 3 ekor puyuh secara acak untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan kadar
estrogen pada
pengukuran kadar estrogen (teknik RIA)
puyuh yang berumur 5, 7, dan 9 minggu
dan profil saluran reproduksi berupa
disajikan pada Tabel 1. Kadar estrogen
panjang serta bobot saluran reproduksi.
pada puyuh yang berumur 5 minggu
Panjang
diukur
belum menunjukkan adanya perbedaan
setelah puyuh dikorbankan dan saluran
(P>0,05) antara puyuh yang menerima
reproduksi
dalam
cahaya merah, hijau, biru, kontrol
tubuh. Pengukuran panjang saluran
maupun yang tanpa diberi pencahayaan.
reproduksi mulai dari infundibulum,
Artinya, cahaya yang diterima oleh
magnum, isthmus, uterus, vagina, dan
puyuh umur 5 minggu belum dapat
kloaka menggunakan pita mikrometer,
mempengaruhi kadar estrogen, sesuai
sedangkan pengukuran bobot dilakukan
dengan penelitian Tsutsui et al. (1998)
dengan menimbang saluran reproduksi
yang menyatakan kadar estrogen pada
yang telah diisolasi. Gambaran histologi
puyuh umur 4-6 minggu relatif konstan.
saluran
reproduksi
dikeluarkan
dari
5
Tabel 1. Rataan kadar estrogen (pg/ml) dalam serum pada puyuh yang berumur 5, 7, dan 9 minggu Pemberian Cahaya Umur 5 minggu Umur 7 minggu Umur 9 minggu 5,97b ± 0,46 14,08c ± 5,20 P01 5,69a ± 0,37 a a P02 10,29 ± 3,46 24,83 ± 8,33 63,56a ± 11,09 a a P03 18,04 ± 6,59 66,90 ± 17,44 18,24a ± 2,31 18,08a ± 9,79 55,06a ± 9,01 44,65a ± 6,93 P11 a a 10,74 ± 4,99 68,43 ± 58,89 61,74a ± 25,93 P12 a a 6,90 ± 1,46 20,44 ± 15,59 61,18a ± 19,40 P21 a a 11,57 ± 4,90 28,36 ± 17,54 33,32b ± 13,99 P22 a a 12,50 ± 5,39 40,93 ± 16,96 74,07a ± 32,46 P31 a a 15,50 ± 9,14 53,24 ± 14,88 74,55a ± 11,04 P32 Keterangan: huruf superskrip yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) - P01 : puyuh tanpa diberi pencahayaan - P02 dan P03: puyuh kontrol yang diberi pencahayaan 15 dan 25 W - P11 dan P12: puyuh yang diberi pencahayaan warna merah dengan intensitas 15 dan 25 lux - P21 dan P22: puyuh yang diberi pencahayaan warna hijau dengan intensitas 15 dan 25 lux - P31 dan P32: puyuh yang diberi pencahayaan warna biru dengan intensitas 15 dan 25 lux
Kadar estrogen serum pada
berkaitan dengan reproduksi, yaitu
puyuh yang berumur 7 minggu
untuk
menunjukkan perbedaan yang nyata
sebagai
(P<0,05) antara puyuh yang tidak
induksi
menerima
dengan
saluran telur (oviduct), dan induksi
puyuh yang diberikan cahaya merah,
reseptor progesteron pada ovari.
hijau, dan kontrol. Kadar estrogen
Lebih lanjut seperti yang dikemukan
puyuh yang tidak menerima cahaya,
oleh
yaitu 5,97 pg/ml sangat rendah
menginduksi
dibandingkan dengan kadar estrogen
conalbumin, ovomusin, dan lisosim
puyuh
dalam oviduk serta vitelogenin di
pencahayaan
yang
menerima
cahaya
regulasi
metabolisme
pembentuk reseptor
Palmiter
kerabang,
estrogen
(1972) sintesis
hati.
Ca
pada
estrogen ovalbumin,
berkisar 20,44-68,43 pg/ml. Pada
dalam
umur 7 dan 9 minggu semua puyuh
estrogen pada puyuh yang tidak
sudah bertelur, kecuali puyuh yang
menerima cahaya diduga karena
tidak diberi pencahayaan tidak lagi
folikel
menghasilkan telur. Meningkatnya
hierarki
kadar estrogen serum pada puyuh
untuk cahaya berjumlah minimal
umur 7 dan 9 minggu yang diberi
atau fotoreseptor ada dalam jumlah
cahaya bisa terjadi karena estrogen
banyak, namun tidak adanya sinyal
ovari memiliki berbagai fungsi yang
cahaya
ovari folikel
yang
Rendahnya
kadar
tidak
membentuk
dan
fotoreseptor
diterima
oleh
6
fotoreseptor
menyebabkan
kadar
tetap
terjadi
tanpa
adanya
hormon reproduksi yang melibatkan
peningkatan estrogen plasma, namun
stimulasi cahaya menjadi minimal.
estrogen
Jumlah reseptor dalam sel target
progesteron
tidak konstan sebab reseptor yang
hipotalamus dan hipofisis sebagai
merupakan protein ini akan rusak
dasar untuk menginduksi pelepasan
dengan
LH.
sendirinya
atau
dengan
bersama
dengan
dibutuhkan
oleh
mekanisme pembentukan protein di
Panjang dan bobot saluran
dalam sel akan terbentuk reseptor
telur secara umum meningkat selama
baru.
periode Kadar estrogen pada umur 9
minggu cahaya
menunjukkan
pemberian
monokromatik
menghambat
tidak
(P>0,05)
sekresi
pemberian
cahaya
monokromatik (Tabel 2 dan 3). Tidak adanya cahaya yang diterima oleh
puyuh
pertumbuhan
akan dan
menghambat perkembangan
estrogen, kecuali pada puyuh kontrol
saluran telur serta bobot saluran
25 W dan puyuh yang diberi cahaya
telur. Terdapat kecenderungan puyuh
merah 15 serta 25 lux yang secara
yang tidak menerima cahaya sampai
nyata
(P<0,05).
umur 9 minggu baik panjang saluran
Menurunnya kadar estrogen pada
telur maupun bobotnya tetap rendah.
puyuh kontrol 25 W dan puyuh yang
Kondisi ini berhubungan dengan
diberi cahaya merah 15 serta 25 lux
rendahnya
kadar
diduga karena folikel yang sudah
kelompok
puyuh
matang memasuki masa ovulasi.
menerima
cahaya.
Seperti
yang
dikemukakan
oleh
saluran telur lebih banyak distimulasi
Tanabe
dan
Nakamura
(1980),
oleh estrogen. Dari hasil korelasi
konsentrasi estrogen akan menurun
antara kadar estrogen dan panjang
ketika terjadi ovulasi. Konsentrasi
saluran telur serta bobot saluran telur
estrogen plasma menjadi tinggi 6-4
terlihat
jam
Estrogen
hubungan antara estrogen dengan
folikel-folikel
panjang dan bobot saluran telur.
prehierarki. Estrogen tidak terlibat
Dengan koefisien korelasi (r) untuk
langsung dalam ovulasi. Ovulasi
panjang saluran telur adalah 0,45 dan
menurun
sebelum
disintesis
ovulasi.
oleh
adanya
estrogen
pada
yang
tidak
Perkembangan
tingkat
keeratan
7
bobot saluran telur 0,34. Artinya,
Yu
meningkatnya kadar estrogen akan
menunjukkan rasio protein/DNA dan
diikuti dengan pertambahan panjang
lipid/DNA
dan bobot saluran telur. Pertumbuhan
seluruh
dan perkembangan saluran telur
Sekresi
berhubungan
(ovalbumin
dengan
proses
dan
Marquardt
relatif
siklus
(1978)
konstan
pada
reproduksi
aves.
protein dan
telur
conalbumin)
hiperplasia (peningkatan total DNA)
meningkat
dan hipertropi (peningkatan rasio
selama fase perkembangan dan akan
bahan
seluler.
segera menurun pada saat molting.
Perubahan-perubahan yang terjadi
Menurut Fairchild (2007) intensitas
dalam saluran telur pada saat fase
cahaya yang mengacu pada terang-
perkembangan,
oviposisi,
redupnya cahaya berperan penting
molting
bulu)
kering/DNA)
(ganti
dan
meliputi
dalam
dengan
putih
reproduksi
sangat
aves,
cepat
karena
diferensiasi dan formasi, sekresi,
cahaya dengan intensitas minimal
serta involusi sel-sel kelenjar tubuler.
pun
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
menimbulkan respons fotostimulasi.
sangat
diperlukan
untuk
Tabel 2. Perkembangan panjang saluran telur (cm) setelah pemberian cahaya monokromatik pada puyuh yang berumur 5,7, dan 9 minggu Pemberian Cahaya Umur 5 minggu Umur 7 minggu Umur 9 minggu 2,01c ± 0,30 4,10e ± 1,82 P01 2,41d ± 0,39 b a P02 3,88 ± 0,76 5,30 ± 0,32 12,37d ± 5,77 a ab P03 4,25 ± 0,71 4,86 ± 0,22 22,17c ± 4,53 3,07b ± 0,58 5,59a ± 0,10 30,33ab ± 2,75 P11 3,92b ± 1,17 4,64ab ± 0,44 31,57ab ± 4,78 P12 d c 2,28 ± 0,16 2,28 ± 1,49 34,03a ± 6,57 P21 c b 2,80 ± 0,64 3,84 ± 2,10 11,83d ± 13,14 P22 5,03a ± 0,09 5,09ab ± 0,16 24,63b ± 3,30 P31 a ab 4,23 ± 1,52 5,14 ± 0,32 36,60a ± 5,18 P32 Keterangan: huruf superskrip yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) - P01 : puyuh tanpa diberi pencahayaan - P02 dan P03: puyuh kontrol yang diberi pencahayaan 15 dan 25 W - P11 dan P12: puyuh yang diberi pencahayaan warna merah dengan intensitas 15 dan 25 lux - P21 dan P22: puyuh yang diberi pencahayaan warna hijau dengan intensitas 15 dan 25 lux - P31 dan P32: puyuh yang diberi pencahayaan warna biru dengan intensitas 15 dan 25 lux
uterus
uterus diperoleh pada puyuh umur 9
puyuh ditampilkan pada Gambar 1,
minggu. Profil saluran reproduksi
2, 3, dan 4 untuk melengkapi profil
yang diperlihatkan dengan gambaran
saluran reproduksi. Semua histologi
histologi uterus menunjukkan bahwa
Gambaran
histologis
8
puyuh
yang
menerima
berbeda dengan puyuh yang tidak
cahaya
menerima cahaya.
monokromatik sampai dengan umur 9 minggu memiliki gambaran yang
Tabel 3. Rataan bobot saluran telur (g) setelah pemberian cahaya monokromatik pada puyuh yang berumur 5, 7, dan 9 minggu Pemberian Cahaya Umur 5 minggu Umur 7 minggu Umur 9 minggu 0,32b ± 0,00 0,32c ± 0,00 P01 0,47c ± 0,16 P02 0,47c ± 0,16 2,59a ± 0,41 2,18a ± 0,18 b a 1,77 ± 1,06 2,93 ± 0,53 2,62a ± 0,44 P03 b a 1,01 ± 0,11 2,81 ± 0,19 2,44a ± 0,33 P11 1,54b ± 0,90 2,39a ± 0,40 2,80a ± 0,32 P12 c a 0,42 ± 1,18 2,28 ± 1,49 2,93a ± 0,17 P21 c a 0,84 ± 0,66 1,93 ± 1,42 1,30b ± 1,71 P22 a a 2,60 ± 0,58 2,71 ± 0,41 3,15a ± 0,22 P31 a a 1,80 ± 1,10 2,80 ± 0,20 2,87a ± 0,31 P32 Keterangan: huruf superskrip yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) - P01 : puyuh tanpa diberi pencahayaan - P02 dan P03: puyuh kontrol yang diberi pencahayaan 15 dan 25 W - P11 dan P12: puyuh yang diberi pencahayaan warna merah dengan intensitas 15 dan 25 lux - P21 dan P22: puyuh yang diberi pencahayaan warna hijau dengan intensitas 15 dan 25 lux - P31 dan P32: puyuh yang diberi pencahayaan warna biru dengan intensitas 15 dan 25 lux
(A)
(B)
(C)
Gambar 1. Fotomikrografi uterus puyuh pada kelompok yang tidak diberikan pencahayaaan (A), kontrol 15 (B), dan 25 W (C). Pewarnaan H & E. Keterangan: a. Epitelium kelenjar tubuler; b. Lumen uterus; dan c. Lapisan muskularis.
(A)
(B)
Gambar 2. Fotomikrografi uterus puyuh pada kelompok yang diberikan pencahayaaan merah 15 (A) dan 25 lux (B). Pewarnaan H & E. Keterangan: a. Epitelium kelenjar tubuler; b. Lumen uterus; dan c. Lapisan muskularis.
9
(A)
(B)
Gambar 3. Fotomikrografi uterus puyuh pada kelompok yang diberikan pencahayaaan hijau 15 (A) dan 25 lux (B). Pewarnaan H & E. Keterangan: a. Epitelium kelenjar tubuler; b. Lumen uterus; dan c. Lapisan muskularis.
(A)
(B)
Gambar 4. Fotomikrografi uterus puyuh pada kelompok yang diberikan pencahayaaan biru 15 (A) dan 25 lux (B). Pewarnaan H & E. Keterangan: a. Epitelium kelenjar tubuler; b. Lumen uterus; dan c. Lapisan muskularis.
Kelenjar tubuler pada puyuh yang
tidak
menerima
cahaya
oleh estrogen. Puyuh yang tidak diberikan
cahaya
monokromatik
monokromatik (Gambar 1A) terlihat
memiliki kadar estrogen yang lebih
seragam dengan lumen lebih lebar.
rendah dibandingkan dengan puyuh
Lumen merupakan tempat sekresi
yang menerima cahaya. Hal ini
kalsium kerabang telur. Kebutuhan
mendasari
kalsium pada unggas sebagai bahan
histologi uterus
pembentuk kerabang pada
memiliki
produksi
telur
Pertumbuhan
dan
sangat
masa tinggi.
perkembangan
mengapa
ukuran
gambaran
kelenjar
tubuler
yang
berbeda
dibandingkan dengan yang menerima cahaya monokromatik.
kelenjar tubuler uterus dipengaruhi
10
KESIMPULAN Pemberian cahaya biru dengan intensitas 15 dan 25
lux
dapat
meningkatkan kadar estrogen dalam serum,
serta
menstimulasi
perkembangan kelenjar kerabang.
DAFTAR PUSTAKA Elert G. 2008. The nature of light. http://hypertexbook.com/physics/ (20 Pebruari 2008). Fairchild B. 2007. Lighting programs for backyard egg production. http://www.poultry.uga.edu/index. htm (30 Juni 2009). Foster RG, Soni BG.1998. Extraretinal photoreceptor and their regulation of temporal physiology. J Repro and Fert 3: 145-150. Gewehr CE, Cotta JT, Oliviera AIG, de Freitas HJ. 2005. Effect of lighting programs on the egg production of quails (Coturnix coturnix japonica). Agrotecnologia 29(4): 139-146. Gunturkun O. 2000. Sensory Physiology: Vision. In G C Whittow. Sturkie’s Avian Physiology. Ed ke-5. New York: Academic Press. Lewis P, Morris T. 2006. Poultry Lighting: The Theory and Practice. Hampshire UK: Northcot. Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor: IPB Press. Menegristek. 2008. Budidaya burung puyuh (Coturnix coturnix japonica). http://www.ristek.go.id (15 Januari 2008). Palmiter RD. 1972. Regulation of protein synthesis in chick oviduct: independent regulation of
ovalbumin, conalbumin, ovomuciod and lysosyme induction. J Biol Chem 247: 64506461. Squires EJ. 2003. Apllied Animal Endocrinology. Wallingford UK: CABI Publishing. Tanabee Y, Nakamura. 1980. Endocrine mechanism in chicken (Gallus domesticus), quail (Coturnix coturnix japonica) and duck (Anas plathyrhynchos domestika). Biological Rythms in Birds. Japan Scientific Societies Press. Tsutsui K, Li D, Ukena K, Kikuchi M, Ishii S. 1998. Developmental changes in galanin receptors in quail oviduct and effect of ovarian sex steroids on galanin receptor induction. J Endocrinol 139(10): 4230-4236. Vali N. 2008. The japanese quail: review. J Poult Sci 7(9): 925-931. Yu JY, Marquardt RR. 1973. Development, cellular growth, and function of the avian oviduct. J Bio Repro 8: 283-298.
11