Pengaruh Kitosan Terhadap Kadar plumbum……………………………Mohd Jaihaqi Aldiya
PENGARUH PEMBERIAN KITOSAN TERHADAP KANDUNGAN PLUMBUM (Pb) DARAH DAN HATI PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) FASE GROWER THE EFFECT OF CHITOSAN TO LEAD (Pb) CONTENT IN BLOOD AND LIVER OF GROWING QUAIL (Coturnix-coturnix japonica) Mohd Jaihaqi Aldiya*, An An Yulianti **, Kurnia A. Kamil ** Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor 45363
*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian tentang pengaruh pemberian kitosan terhadap kandungan Pb darah dan hati puyuh (Coturnix-coturnix japonica) fase grower, telah dilaksanakan pada bulan Februari 2016, di Kandang Unggas, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran dan analisis sampel darah dan hati dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui adanya pengaruh pemberian konsentrasi kitosan dalam ransum terhadap kandungan Pb darah dan hati dan konsentrasi kitosn terbaik dalam penyerapan Pb. Penelitian mengunakan metode eksperimental dan Rancangan Acak Lengkap dengan lima perlakuan yaitu P0 = (Tanpa pemberian kitosan), P1 = (Pemberian kitosan dengan konsentrasi 50 ppm), P2 = (Pemberian kitosan dengan konsentrasi 100 ppm), P3 = (Pemberian kitosan dengan konsentrasi 150 ppm), dan P4 = (Pemberian kitosan dengan konsentrasi 200 ppm) dan lima ulangan. Berdasarkan hasil analisis statistik dapat disimpulkan bahwa pemberian kitosan berpengaruh nyata menurunkan kadar Pb pada darah dan hati puyuh (P<0,05), seiring dengan penambahan level kitosan yang diberikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian kitosan dalam ransum sebesar 200 ppm memberikan pengaruh terbaik terhadap penurunan kandungan Pb darah yaitu sebesar 0.151 ppm dan hati sebesar 0.204 ppm puyuh fase grower. Kata kunci : kitosan, Pb, darah, hati, puyuh
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadajaran
1
Pengaruh Kitosan Terhadap Kadar plumbum……………………………Mohd Jaihaqi Aldiya ABSTRACT Research on the effect of chitosan to lead (pb) content in blood and liver of growing quail (Coturnix-coturnix japonica) has been carried in February 2016, at Poultry house, Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University and sampling analysis of blood and liver in Laboratory of Dairy Nutrition, Faculty of Animal Husbandry, Bogor Agricultural Institute. The purpose of this research was to investigate the impact of chitosan concentration in ration of the blood and liver Pb contents and the best chitosan concentration in absorption of Pb. This research used experimental method and completely randomized design which consisted of five treatments; P0 = (without chitosan), P1 = (chitosan consentration 50 ppm), P2 = (chitosan consentration 100 ppm), P3 = (chitosan consentration 150 ppm), and P4 = (chitosan consentration 200 ppm) with five replications. Based on the results of statistical analysis can be concluded that the effect of chitosan significantly decreased the content of lead in blood and liver of growing quail (P<0.05), with the addition of chitosan given level. The results showed that the best effect of chitosan contaminant of 200 ppm in ration decreased blood Pb content at 0.151 ppm and 0.204 ppm in liver of growing quail. Keywords: chitosan, Pb, blood, liver, quail
PENDAHULUAN Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat memprihatinkan. Pencemaran lingkungan oleh logam berat merupakan suatu proses yang berhubungan dengan pengunaan logam tersebut oleh manusia. Logam berat merupakan polutan yang sangat berbahaya, salah satu diantaranya yaitu Plumbum (Pb) yang berasal dari limbah industri, dan residu dari kendaraan bermotor. Logam ini juga biasa digunakan sebagai bahan dasar aki (baterai), sebagai bahan pelapis kabel-kabel listrik dan juga pipa-pipa air. Besarnya peranan Pb dalam kehidupan manusia diikuti juga dengan besarnya dampak yang ditimbulkan. Cemaran timbal yang cukup besar sering menyebabkan keracunan dan berakhir pada kematian. Limbah Pb merupakan limbah yang berbahaya karena bersifat toksik (racun) pada makhluk hidup baik manusia, tumbuhan maupun hewan rentan terhadap pencemaran logam berat Pb. Ternak dapat merasakan dampaknya akibat terkena cemaran logam berat Pb yang terdapat dalam air minum dan pakan yang tercemar. Ternak yang mengonsumsi pakan atau air minum yang tercemar logam berat Pb, maka logam berat Pb tersebut akan terserap ke dalam tubuh terutama dalam darah kemudian diakumulasikan dalam hati, ginjal, dan daging,
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadajaran
2
Pengaruh Kitosan Terhadap Kadar plumbum……………………………Mohd Jaihaqi Aldiya
sehingga menyebabkan metabolisme terganggu dan dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Pencemaran Pb melalui makanan akan dicerna dan diabsorsi usus halus, kemudian masuk dalam sirkulasi darah dan didistribusikan ke berbagai organ tubuh. Ternak yang terkontaminasi Pb umumnya menderita kerusakan pada jaringan tubuh dan salah satunya adalah kerusakan hati. Hati mempunyai peranan penting pada ternak yaitu tempat detoksikasi zat-zat yang berbahaya bagi tubuh, sehingga masuknya logam berat akan di simpan di dalam hati. Pb yang masuk ke dalam tubuh meskipun sangat sedikit jumlahnya, tetapi lamakelamaan Pb tersebut akan terakumulasi dalam tubuh dan membahayakan tubuh sehingga pada kondisi tertentu akumulasi Pb dapat secara tiba-tiba memperlihatkan gejala klinis. Melihat bahaya dari resiko akumulasi Pb dalam tubuh ternak, maka dari itu perlu adanya usaha untuk mengurangi resiko tersebut. Banyak cara yang bisa digunakan untuk mengurangi resiko akumulasi Pb salah satunya dapat dilakukan dengan mengunakan bahan-bahan yang mengandung senyawa yang dapat mengikat Pb seperti kitosan yang dapat dimanfaatkan dalam menyerap logam-logam berat. Kitosan merupakan salah satu resin alami yang bersifat non toksik dan dapat dibuat dari kulit, kepala dan kaki udang, lobster, kepiting, dan hewan yang bercangkang lainnya. Kitosan juga bersifat ramah lingkungan, mudah terdegradasi secara alami, mempunyai sifat menyerap dan menggumpalkan dengan baik. Sifat dari kitosan tersebut membuatnya berpotensi untuk digunakan sebagai bahan penyerap logam-logam berat. Kitosan serta turunannya mempunyai reaktifitas kimia yang tinggi dan menyebabkan sifat polielektrolit kation sehingga dapat berperan sebagai penukar ion (ion exchanger) dan dapat berperan sebagai adsorben terhadap logam berat. Penggunaan kitosan diharapkan dapat mengurangi akumulasi Pb dalam darah dan hati puyuh fase grower. Berdasarkan latar belakang di atas tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kandungan Pb Darah dan Hati Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Fase Grower”.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadajaran
3
Pengaruh Kitosan Terhadap Kadar plumbum……………………………Mohd Jaihaqi Aldiya BAHAN DAN METODE PENELITIAN (1) Bahan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah burung puyuh betina fase grower sebanyak 100 ekor. Adapun bahan analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu: 1.
Darah puyuh
2.
Hati puyuh
3.
Pb Asetat
4.
Kitosan
5.
Aquadest
6.
Asam Perkhlorat (HClO4)
7.
Asam Nitrat (HNO3)
(2) Metode Penelitian Prosedur Kerja 1. Persiapan kandang yaitu dengan sanitasi kandang meliputi kegiatan fumigasi dan sanitasi kandang dengan kegiatan pengapuran dinding kandang serta penyemprotan desinfektan. 2. Ternak puyuh dimasukkan kedalam kandang cages yang sudah dibersihkan dan segera setelah itu diberikan vitachick sebagai vitamin selama 3 hari. 3. Ternak puyuh diberikan wing tag saat pertama kali masuk kandang. 4. Ternak diberikan pakan dan minum sesuai kebutuhan pada pagi hari pukul 07.00 WIB. 5. Dilakukan perhitungan konsumsi pakan dan minum setiap harinya, dan juga penimbangan bobot badan setiap minggu. 6. Tahap percobaan yaitu ternak diberikan larutan Pb-asetat dalam air minum dengan konsentrasi 100 ppm dan pemberian pakan yang mengandung kitosan dengan konsentrasi yang sesuai dengan perlakuan dari umur 3 minggu hingga akhir pemeliharaan selama 40 hari. 7. Tahap pengambilan sampel darah dan hati. Darah akan didapatkan dengan cara memilih ternak secara acak lalu diambil darahnya dan ditampung dalam venoject vacutainer sebanyak 3 ml. Pengambilan sampel hati dengan memilih ternak secara acak lalu dipotong dengan pisau di bagian leher kemudian diambil hatinya. 8. Tahap menganalisis sampel dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadajaran
4
Pengaruh Kitosan Terhadap Kadar plumbum……………………………Mohd Jaihaqi Aldiya Peubah Yang Diamati 1. Konsentrasi kadar Pb pada darah puyuh. Mekanisme yang dilakukan dengan memilih 3 ekor puyuh secara acak dari masing-masing perlakuan lalu diambil darahnya dan ditampung dalam venoject vacutainer EDTA. Volume darah yang diambil sebanyak 3 ml. Setelah pengambilan darah, venoject vacutainer EDTA disimpan dalam termos yang berisikan es sebelum dianalisis. Sampel dibaca menggunakan mesin Atomic Absorption Spechtrophotometry (AAS). 2. Konsentrasi kadar Pb pada hati puyuh. Mekanisme yang dilakukan pertama adalah memilih 3 ekor ternak dari masing-masing perlakuan lalu dipotong dan diambil hatinya lalu dikeringkan dengan menggunakan oven. Setelah diketahui bahan keringnya, sampel diambil sebanyak 1 gram untuk didestruksi menggunakan wet ashing. Lalu filtrat yang akan diamati disaring dengan kertas saring lalu di masukkan dalam vial. Setelah itu, sampel dibaca dengan mesin Atomic Absorption Spechtrophotometry (AAS). Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental dengan Rancangan Lingkungan Rancangan Acak Lengkap (RAL), sedangkan untuk analisis statistik hubungan antara perlakuan dengan peubah yang diamati dilakukan dengan polinomial ortogonal, dan untuk melihat perbedaan diantara perlakuan menggunakan contras orthogonal. Adapun perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: P0 = Tanpa pemberian kitosan P1 = Pemberian kitosan 50 ppm P2 = Pemberian kitosan 100 ppm P3 = Pemberian kitosan 150 ppm P4 = Pemberian kitosan 200 ppm
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kandungan Plumbum (Pb) dalam Darah Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Fase Grower Rata-rata kadar Pb darah puyuh hasil penelitian pengaruh pemberian kitosan terhadap
kadar Pb pada darah puyuh dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini :
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadajaran
5
Pengaruh Kitosan Terhadap Kadar plumbum……………………………Mohd Jaihaqi Aldiya Tabel 1. Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Pb pada Darah Puyuh Ulangan 1 2 3 4 Total Rata-rata
P0 0,568 0,547 0.584 0.526 2.225 0.556
Kadar Pb Darah Puyuh (ppm) P1 P2 P3 0.407 0.334 0.239 0.470 0.359 0.226 0.412 0.345 0.250 0.480 0.312 0.278 1.769 1.350 0.994 0.442 0.337 0.248
P4 0.171 0.123 0.123 0.160 0.602 0.151
Keterangan : P0 = Tanpa kitosan dalam ransum P1 = 50 ppm kitosan dalam ransum P2 = 100 ppm kitosan dalam ransum P3 = 150 ppm kitosan dalam ransum P4 = 200 ppm kitosan dalam ransum Berdasarkan Tabel 1 terdapat kecendrungan bahwa semakin tinggi pemberian kitosan, maka rataan kadar Pb dalam darah semakin menurun, yaitu P0 (0.556) ppm, P1 (0.442) ppm, P2 (0.337) ppm, P3 (0.248) ppm, dan P4 (0.151) ppm. Rataan kadar Pb dalam darah yang terendah terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 0.151 ppm, sedangkan yang tertinggi terdapat pada P0 yaitu sebesar 0.556 ppm. Peranan kitosan sebagai adsorben dapat dilihat dari berbagai tingkat perlakuan. Perlakuan P0 yang tidak diberi kitosan menunjukkan kadar Pb yang lebih tinggi dari pada perlakuan yang diberi kitosan, karena pada perlakuan tersebut tidak ada kitosan yang mampu mengikat logam berat pada saat masuk ke dalam darah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Piliang (2000) yang menyatakan bahwa pemberian Pb sebanyak 100 ppm pada ransum akan meningkatkan kerja Pb dalam jaringan, dan sebagaimana pernyataan dari Wiryaningsih dan Erfan (2009) bahwa semakin besar kosentrasi adsorben maka semakin banyak adsorbat yang teradsorpsi dan semakin besar luas permukaan adsorben, maka adsorpsinya juga semakin besar. Pengaruh kitosan terhadap kadar Pb dalam darah puyuh, dilakukan analisis statistik polynomial orthogonal (Lampiran 1), dari hasil analisis statistik menunjukan bahwa pemberian kitosan dalam pakan memberi pengaruh nyata (P<0,05) terhadap penurunan kadar Pb dalam darah puyuh yang dipapar Pb-Asetat. Hal ini disebabkan karena kitosan mempunyai fungsi yang baik untuk mengikat logam Pb, dengan semakin bertambahnya level kitosan, semakin menurun kadar Pb dalam darah. Sesuai dengan penelitian Emni Purwoningsih (2008) yang melaporkan bahwa kitosan dengan konsentrasi 1-3% dapat menurunkan kadar Pb dalam Fakultas Peternakan, Universitas Padjadajaran
6
Pengaruh Kitosan Terhadap Kadar plumbum……………………………Mohd Jaihaqi Aldiya darah, dan menaikan kadar hemoglobin darah mencit yang terpapar Pb. Kenaikan kadar hemoglobin darah yang dihasilkan tersebut terjadi karena kitosan dapat mengikat cemaran Pb dalam tubuh mecit sehingga proses pembentukan hemoglobin dalam tubuh tidak terganggu. Penelitian Suharsih (2008), menyatakan bahwa pemberian kitosan sebanyak 2% dapat meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah mencit albino yang terpapar timbal (Pb). Selain mengikat logam berat, kitosan dengan konsentrasi 100 ppm mampu meningkatkan sintesis protein dan meningkatkan sistem kekebalan dalam tubuh sehingga dapat mencegah timbal (Pb) masuk ke dalam tubuh. Kekebalan tubuh yang meningkat akan menghambat toksisitas Pb pada saat masuk kedalam tubuh (Wang dkk., 2011). Bentuk hubungan pengaruh penambahan kitosan terhadap kadar Pb pada darah dilakukan uji Polynomial Orthogonal yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan uji tersebut terlihat perbedaan yang nyata (P<0,05) bahwa pemberian kitosan pada ransum mempengaruhi kadar Pb dalam hati pada puyuh, yang menghasilkan persamaan y = 0,5481 + (-0,002x) yang artinya setiap penambahan satu unit kitosan akan menurunkan kadar Pb sebesar 0,002. Hasil uji tersebut menunjukan bahwa kadar Pb darah terendah berada pada konsentrasi 200 ppm kitosan atau pada perlakuan P4 (0.151) ppm.
kosentrasi Pb dalam Darah
Kadar Pb Darah 0.600 0.500 0.400 0.300
y = 0.5481+ (-0.002x )
0.200 0.100 0.000 0
50
100
150
200
250
Tingkat perlakuan
Ilustrasi 1. Pengaruh pemberian Kitosan terhadap Kadar Pb dalam Darah Puyuh Fase Grower
Berdasarkan hasil analisis Polynomial Orthogonal (Ilustrasi 1) terjadi penurunan kadar Pb dalam darah dari perlakuan P1 (50 ppm ) sampai P4 (200 ppm). Semakin tinggi pemberian kitosan dalam pakan maka kadar Pb dalam darah puyuh semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa peran kitosan sebagai adsorben logam berat berhasil mengikat Pb dalam darah, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh (Rinaudo & Domard, 1989) bahwa kitosan serta turunannya mempunyai reaktifitas kimia yang tinggi
dan
menyebabkan
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadajaran
sifat 7
Pengaruh Kitosan Terhadap Kadar plumbum……………………………Mohd Jaihaqi Aldiya polielektrolit kation sehingga dapat berperan sebagai penukar ion (ion exchanger) dan dapat berperan sebagai adsorben terhadap logam berat.
Penyerapan logam berat oleh kitosan
dipengaruhi oleh beberapa factor, struktur adsorben, berat adsorben, suhu, ph, lama penyerapan, kapasitas petukaran elektron dan jenis adsorbat serta kosentrasi logam dalam larutan. Aktivitas kitosan akan meningkat seiring dengan peningkatan derajat deasetilasi kitosan, karena besar derajat deasetilasi menunjukan semakin banyaknya gugus asetil dari kitin yang diubah menjadi situs aktif NH2 dalam kitosan. Kitosan dapat bekerja optimum sampai pemberian 900 ppm, konsentrasi kitosan pada level 900 ppm telah bekerja optimum sebagai koagulan dan flokulan. Artinya pada konsentrasi tersebut destabilisasi partikel dan pembentukan flokulan benar-benar terbentuk secara sempurna (Agusnar, 2003). Diperkuat oleh Yan.G (2000) Kitosan merupakan polielektrilit kationik serta merupakan koagulan dan flokulan yang baik. Penambahan kitosan akan mampu menurunkan kadar logam dari larutan sampel standard. Pada konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 1200 dan 1500 ppm diperoleh konsentrasi dan persentase penyerapan makin rendah, ini disebabkan pada konsentarsi tersebut kitosan sebagai polielektrolit kationik menjadi jenuh. Akibatnya akan merusak jembatan antar partikel sekaligus menyebabkan tidak semua partikel terendapkan, maka dari itu kitosan dengan 200 ppm merupakan perlakuan terbesar dalam menurunkan kadar Pb dalam darah puyuh.
2.
Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kandungan Plumbum (Pb) dalam Hati Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Fase Grower Rata-rata kadar Pb hati puyuh hasil penelitian pengaruh pemberian kitosan terhadap
kadar Pb hati puyuh dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini : Tabel 2. Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Fe pada Tulang Puyuh Ulangan 1 2 3 4 Total Rata-rata
P0 0.791 0.803 0.797 0.705
Kadar Fe Tulang Puyuh (ppm) P1 P2 P3 0.509 0.416 0.358 0.573 0.393 0.323 0.589 0.407 0.323 0.487 0.403 0.326
P4 0.176 0.180 0.250 0.209
3.096 0.774
2.158 0.540
0.815 0.204
1.618 0.405
1.330 0.332
Keterangan : P0 = Tanpa kitosan dalam ransum P1 = 50 ppm kitosan dalam ransum Fakultas Peternakan, Universitas Padjadajaran
8
Pengaruh Kitosan Terhadap Kadar plumbum……………………………Mohd Jaihaqi Aldiya P2 = 100 ppm kitosan dalam ransum P3 = 150 ppm kitosan dalam ransum P4 = 200 ppm kitosan dalam ransum Berdasarkan Tabel 2 terdapat kecendrungan bahwa semakin tinggi pemberian kitosan, rataan kadar Pb dalam hati semakin menurun, yaitu P0 0.774 ppm, P1 0.540 ppm, P2 0.405 ppm, P3 0.332 ppm, dan P4 0.204 ppm. Rataan kadar Pb dalam hati yang terendah terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 0.204 ppm, sedangkan yang tertinggi terdapat pada P0 yaitu sebesar 0.774 ppm. Peranan kitosan sebagai adsorben dapat dilihat dari berbagai tingkat perlakuan. Perlakuan P0 yang tidak diberikan kitosan menunjukkan kadar Pb yang lebih tinggi dari pada perlakuan yang diberi kitosan, karena pada perlakuan tersebut tidak ada kitosan yang mampu mengikat logam berat pada saat masuk ke dalam hati. Hal ini dikarnakan kitosan merupakan biopolimer alam yang bersifat polielektrolit kationik yang berpotensi tinggi untuk penyerapan logam dan mudah terbiodegredasi serta tidak beracun (Muzzarelli,1997). Pengaruh kitosan terhadap kadar Pb dalam hati puyuh, dilakukan analisis statistik Polynomial Orthogonal (Lampiran 2), dari hasil analisis statistik menunjukan bahwa perlakuan pemberian kitosan dalam pakan memberi pengaruh nyata (P<0,05) terhadap penurunan kadar Pb dalam hati puyuh yang dipapar Pb-Asetat. Hal ini disebabkan karena kitosan mempunyai fungsi yang baik untuk mengikat logam Pb, dan semakin bertambahnya level kitosan, semakin menurunnya kadar Pb dalam hati. Sesuai dengan pernyataan Wiryaningsih dan Erfan (2009) bahwa semakin besar kosentrasi adsorben maka semakin banyak adsorbat yang teradsorpsi dan semakin besar luas permukaan adsorben, maka adsorpsinya juga semakin besar. Bentuk hubungan pengaruh penambahan kitosan terhadap kadar Pb pada hati dilakukan analisis Polynomial Orthogonal yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan uji tersebut terlihat perbedaan yang nyata (P<0,05) bahwa pemberian kitosan pada ransum mempengaruhi kadar Pb dalam hati pada puyuh, yang menghasilkan persamaan y = 0,7204 + (-0,0027x) yang artinya setiap penambahan satu unit kitosan akan menurunkan kadar Pb sebesar 0,0027. Hasil uji tersebut menunjukan bahwa kadar Pb hati terendah berada pada konsentrasi 200 ppm kitosan atau pada perlakuan P4 (0.204 ppm).
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadajaran
9
Pengaruh Kitosan Terhadap Kadar plumbum……………………………Mohd Jaihaqi Aldiya
Kosentrasi Pb dalam Hati
Kadar Pb Hati 1.000 0.800 0.600 0.400
y = 0.7204 + (-0.0027x )
0.200 0.000 0
50
100
150
200
250
Tingkat Perlakuan
Ilustrasi 2. Pengaruh pemberian Kitosan terhadap Kadar Pb dalam Hati Puyuh Fase Grower
Berdasarkan hasil analisis Polynomial Orthogonal (Ilustrasi 2) terjadi penurunan kadar Pb dalam hati dari perlakuan P1 (50 ppm ) sampai P4 (200 ppm). Semakin tinggi pemberian kitosan dalam pakan maka kadar Pb dalam hati puyuh semakin menurun. Tampak pada P1 0.540 ppm, P2 0.405 ppm, P3 0.332 ppm, dan P4 0.204 ppm terdapat penurunan kadar Pb. Hal ini menunjukan bahwa peran kitosan sebagai adsorben logam berat berhasil menurunkan kadar Pb dalam hati, sebagaimana menurut (Knoor, 1984) bahwa kitosan dapat digunakan sebagai adsorben atau penyerap logam-logam berat, seperti Zn, Cd, Cu, Mg, Pb, dan Fe. Situs aktif kitosan baik dalam bentuk NH2 ataupun dalam terprotonasi NH3+ mampu mengadsorbsi logam-logam berat melalui mekanisme pembentukan khelat atau petukaran ion (ion exchanger). Kitosan merupakan biopolimer alam yang bersifat polielektrolit kationik yang berpotensi tinggi untuk penyerapan logam dan mudah terbiodegredasi serta tidak beracun (Muzzarelli,1997). Berdasarkan hasil analisis yang didapat, kitosan sangat efektif menurunkan kadar Pb hati. Hasil ini dikarnakan kitosan mampu bekerja optimum hingga konsentrasi 900 ppm (Agusnar, 2003). Dapat dilihat juga Jumlah Pb dalam hati lebih banyak dibandingkan Pb dalam darah karena fungsi hati sebagai toksifitas zat-zat toksin, Pb yang masuk ke dalam tubuh ternak akan didetoksifikasi pada hati. Hal ini sesuai pernyataan (Siagian, 2008) akumulasi logam tertinggi biasanya dalam organ detoksifikasi (hati), dan ekskresi (ginjal). Untuk melakukan detoksifikasi dari bahan berbahaya, hati mengandung antioksidan dengan berat molekul rendah dan enzim yang merusak kelompok oksigen reaktif (Mushawwir, 2014). Namun hati memiliki ambang batas untuk melakukan detoksifikasi. Apabila melewati ambang batas, maka akan merusak organ dan fungsi hati tersebut. Sebagian Pb yang tidak tersaring akan mengendap dalam hati dan pada jangka waktu yang panjang akan Fakultas Peternakan, Universitas Padjadajaran
10
Pengaruh Kitosan Terhadap Kadar plumbum……………………………Mohd Jaihaqi Aldiya mengakibatkan kerusakan fungsi hati (Antoine dkk., 2008). Apabila hati rusak salah satunya akan terjadi penumpukan kolesterol di dalam darah. Berdasarkan hasil analisis terdapat perbedaan yang signifikan diantara perlakuan. Hal ini disebabkan oleh penyerapan Pb yang terjadi didalam saluran pencernaan. Pengikatan Pb oleh kitosan didasarkan oleh prinsip kerja ikatan ion, dimana kitosan yang bermuatan positif berikatan dengan logam Pb yang bermuatan negative (Mekawati dkk., 2000). Penyerapan terbesar terdapat pada perlakuan P4 (200 ppm) yang menghasilkan kadar Pb terendah dalam hati. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemberian kitosan dalam ransum memberikan pengaruh nyata terhadap penurunan kandungan Pb dalam darah dan hati puyuh fase grower. Bentuk hubungan pemberian kitosan terhadap Pb darah dan hati menghasilkan hubungan linier 2. Pemberian level kitosan terbaik dicapai pada perlakuan P4 (200 ppm) yang menghasilkan kandungan Pb terendah dalam darah dan hati puyuh fase grower.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulisan artikel ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak kepada penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen pembimbing utama Ir. Hj. An An Yulianti M.Si dan kepada dosen pembimbing anggota Dr. Ir. Kurnia A. Kamil, M.Agr.Sc., M.Phil yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi, saran, serta bimbingan dalam penulisan dan penyelesaian penyusunan artikel ilmiah ini. Terima kasih juga kepada Kang Adang sebagai Staf teknisi Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan yang membantu dalam proses penelitian sampai dengan selesai. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA Agusnar H. 2003. Analisa Keefektifan Pengunaan Kitosan Untuk Menurunkan Kadar Logam Berat. Jurnal Jurusan Kimia FMIPA.Universitas Sumatera Utara. Medan. Antoine, D. J., D. P. Williams and B. K. Park. 2008. Understanding the Role of Reactive Metabolites in Drug-Induced Hepatotoxicity: State of The Science. Expert Opin Drug. Metab Toxicol (4): 1415-1427. Knoor, D. 1982. Functional Properties of Chitin and Chitosan. J. Food.Sci. Vol 47: 36-38. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadajaran
11
Pengaruh Kitosan Terhadap Kadar plumbum……………………………Mohd Jaihaqi Aldiya Mekawati, 2000. Aplikasi Kitosan Hasil Tranformasi Kitin Limbah Udang (Penaeus merguiensis) untuk Adsorpsi Ion Logam Timbal. Jurnal Sains and Matematika, FMIPA Undip, Semarang, Vol. 8 (2), hal. 51-54. Mushawwir, A. 2014. Biokimia Nutrisi. Universitas Padjadjaran. Bandung. Muzzarelli, R. A. A., & Rocchetti, R. 1997, Chitin, Pergamon Press, New York. Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Penerbit Rineka Cipta. 23-56 Piliang, 2000. Nutrisi Mineral edisi ke-3. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Purwoningsih, E. 2008. Pemgaruh Berat Molekul Kitosan Terhadap Kadar Plumbum(Pb) Darah dan Aktivitas Enzim δ-ALAD Delta Aminolevulinik Acid Dehydratase) Mencit Albino (Mus Musculus L.) Tesis Biomedik Program Magister USU Medan: tidak diterbitkan. Rinaudo, M. and A. Domard. 1989. Solution Properties of Chitosan.In Braek, G.S., Anthonsen, T., and Stanford, P. (eds.). Chitin and Chitosan. Elsevier Science Publisher Ltd, NYC, US. p. 71–85. Suharsih, 2008. Pengaruh Derajat Deasetilasi Kitosan terhadap Kadar Plumbum (Pb) Darah dan Aktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase (δ-ALAD) Mencit Albino (Mus Musculus L.). Tesis Magister Kesehatan Program Studi Biomedik USU Medan. Tao-Lee, S., Long Mi, F., Ju Shen., dan Shing Shyu. 2001. Equilibrium and Kinetic Studies of Copper(II) Ion Uptake by Chitosan-Tripolyphosghate Chelating Resin. J Polymer (42): 1879-1892. Wang, C., M. Q. Wang, S. S. Ye, W. J. Tao, dan Y. J. Du. 2011. Effects of copper-loaded chitosan nanoparticles on growth and immunity in broilers. The Key Laboratory of Molecular Animal Nutrition, College of Animal Science, Zhejiang University, Ministry of Education, Hangzhou, China. 90: 2223–2228. Wiryaningsih, Antuni dan P. Erfan. 2009. Pengaruh Konsentari Kitosan dari Cangkang Udang terhadap Efisiensi Penterapan Logam Berat. Jurnal Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA. Universitas Negri Yogyakarta. Yogyakarta. Yan.G and T.Viraraghavan, 2000, Effect of Pretreatment on the bioadsorption of heavy metal on Mucor rouxii, Water.S.A.,Vol. 26:1.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadajaran
12