Pengaruh Pemberian Kitosan…………………………………………………… ….Sri Sulastri
PENGARUH PEMBERIAN KITOSAN TERHADAP KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb PADA GINJAL DAN DAGING PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) FASE GROWER EFFECT OF CHITOSAN ON Pb CONTENT IN KIDNEY AND MEAT OF GROWING QUAIL (Coturnix-Coturnix japonica) Sri Sulastri*, Kurnia A. Kamil**, An An Yulianti** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjdjaran e-mail :
[email protected] ABSTRAK Penelitian tentang Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kandungan Logam Berat Pb pada Ginjal dan Daging Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Fase Grower ini telah dilaksanakan di Kandang Percobaan Laboratorium Ternak Unggas selama 40 hari pada bulan Maret hingga April 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kitosan dalam ransum terhadap kandungan logam berat Pb pada ginjal dan daging puyuh (Coturnix-coturnix japonica) fase grower. Pembedahan dan pengambilan sampel dilakukan di Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, sedangkan untuk analisis mineral dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Lingkungan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan yaitu P0=0 ppm, P1=50 ppm, P2=100 ppm, P3=150 ppm, P4=200 ppm, dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan hubungan antara perlakuan dengan peubah yang diamati, dilakukan analisis Polinomial Ortogonal, sedangkan untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan digunakan kontras ortogonal. Pemberian kitosan ditambahkan kedalam ransum dan pemberian Pb dilarutkan dalam air minum sebesar 100 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kitosan berpengaruh nyata menurunkan kandungan Pb dalam ginjal dan daging puyuh. Pada ginjal puyuh dosis 150 ppm kitosan merupakan dosis terbaik, sedangkan pada daging, dosis 200 ppm kitosan merupakan dosis terbaik mampu menurunkan kandungan logam berat Pb. Kata Kunci : Pb, Ginjal, Daging, Puyuh, Kitosan
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 1
Pengaruh Pemberian Kitosan…………………………………………………… ….Sri Sulastri ABSTRACT A Research of the Effect of Chitosan on the Content of Lead (Pb) in Kidney and Meat of Growing Quail (Coturnix-Coturnix japonica) was done in the Experimental Cage, Laboratory of Poultry for 40 days in March until April 2016. The research was aimed to determine the effect of chitosan in rations on the lead content of Pb in kidney and meat of growing quail (Coturnix-Coturnix japonica). Surgery and sampling was conducted at the Laboratory of Animal Physiology and Biochemistry, Faculty of Animal Science, Padjadjaran University, while for mineral analysis carried on the Laboratory of Dairy Nutrition, Faculty of Animal Science, Bogor Agriculture Institut (IPB). The method used in this research was a completely randomized design with 5 treatments, P0 = 0 ppm, P1 = 50 ppm, P2 = 100 ppm, P3 = 150 ppm, P4 = 200 ppm, and each treatment was repeated 5 times. To determine the effect of treatment and the relationship between treatment with the observed variables, analysis Orthogonal polynomial, while to know the differences among treatments used orthogonal contrasts. Chitosan was added to rations and the provision 100 ppm of Pb dissolved in the drinking water. The results showed that the chitosan significantly reduced the content of Pb in kidney and meat of growing quail. At a dose of 150 ppm of chitosan in kidney of growing quail is the best dose, while in the flesh, a dose of 200 ppm of chitosan is the best dose due to able to reduce the content of lead (Pb). keywords: pb, kidney, meat, quail, chitosan
I.
PENDAHULUAN Meningkatnya perkembangan sektor industri di Indonesia merupakan sarana untuk
memperbaiki
taraf
hidup
masyarakat,
tetapi
dilain
pihak
muncul
masalah
pencemaran/polusi misalnya pencemaran air akibat limbah cair industri yang dibuang ke dalam saluran air. Pencemaran air dapat merusak kelestarian lingkungan, keseimbangan sumber daya alam dan berkembangbiakanya bibit penyakit sehingga air tersebut tidak layak dikonsumsi. Pencemaran logam berat terhadap lingkungan merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam berat tersebut oleh manusia. Limbah cair dari berbagai industri seperti industri pupuk, pengecoran logam, pelapisan logam, pestisida, penyamakan kulit, industri cat, industri batu baterai, umumnya mengandung senyawa-senyawa logam. Disamping itu, limbah dari tempat pembuangan sampah dengan sistem penimbunan, aliran permukaan dari kawasan pertanian (pemakaian pupuk dan pestisida) juga memberikan kontribusi terhadap pencemaran logam. Logam berat berbahaya pada makhluk hidup jika ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada lingkungan (dalam air, tanah dan udara) karena logam tersebut memiliki sifat yang dapat merusak jaringan tubuh makhluk hidup. Pencemaran lingkungan oleh logam– Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 2
Pengaruh Pemberian Kitosan…………………………………………………… ….Sri Sulastri logam berbahaya misalnya Timbal (Pb) dapat terjadi jika didalam pengelolaan pabrik yang menggunakan logam tersebut dalam proses produksinya tidak memperhatikan AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan). Tubuh apabila tercemar Pb dapat mengganggu kerja enzim oksidase akibatnya akan menghambat sistem metabolisme sel, yaitu menghambat sintesis protein, toksisitas Pb mempengaruhi kandungan logam esensial seperti Besi (Fe), Kalsium (Ca), Seng (Zn), Selenium (Se), Tembaga (Cu), dan Khrom (Cr). Pada umumnya, defisiensi mineral esensial tersebut dapat meningkatkan absorpsi Pb sehingga menyebabkan keracunan. (Darmono, 1995). Penyebaran atau distribusi Pb dalam jaringan tubuh tergantung pada jalur masuknya mineral dalam tubuh dan bentuk kimia mineral. Jumlah relatif mineral timbal dibeberapa jaringan tubuh bervariasi tergantung lama dan banyaknya mineral ini masuk kedalam tubuh. Timbal jika sudah masuk kedalam tubuh akan didistribusikan oleh darah yang hampir semuanya ada dalam eritrosit. Hampir semua Pb dideposit dalam tulang (90%) dan lainnya dalam jaringan lemak terutama hati dan ginjal (M.C. Linder, 1992). Pb yang masuk melalui dinding usus akan menuju ke tulang dan ginjal. Pada awalnya Pb dideposit dalam tulang sampai dicapai batas ambang, kemudian Pb dideposit dalam jaringan-jaringan lain terutama ginjal dengan kecepatan turnover yang lambat. Sel-sel tubuli ginjal merupakan target yang dituju aktivitas resorpsinya sehingga akan menyebabkan glukosuria dan aminoasiduria. Kerusakan ginjal juga menyebabkan hipertensi. Protein pengikat Pb (63.000 dalton) dalam otak dan ginjal dapat merupakan tanda adanya pengaruh keracunan Pb dalam jaringan tersebut. Pb menggantikan kalsium dalam protein sitosol sehingga dapat mengganggu kerja kalsium. Masyarakat di negara maju dan berkembang mempunyai tingkat konsumsi cukup tinggi terhadap daging. Pb juga dapat mencemari daging ternak. Pakan dan air minum ternak dapat tercemar oleh Pb. Toksisitas logam pada hewan komersial biasanya berpengaruh terhadap produksi, juga menimbulkan residu logam dalam tubuh ternak, sehingga jika daging ternak tersebut dikonsumsi oleh manusia akan menyebakan gangguan kesehatan pada manusia. Puyuh merupakan ternak yang sudah banyak dikembangbiakkan dan dapat menjadi sumber protein hewani. Daging dan telur puyuh sudah lazim dikonsumsi oleh masyarakat, namun tidak dapat dipungkiri cemaran dari logam berat untuk masuk kedalam tubuh puyuh dapat terjadi baik melalui air, pakan ataupun udara. Jika dikonsumsi Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 3
Pengaruh Pemberian Kitosan…………………………………………………… ….Sri Sulastri secara terus menerus dapat terakumulasi dan membahayakan tubuh. Upaya untuk mencegah cemaran logam berat kedalam tubuh dapat dilakukan berbagai cara salah satunya dengan menggunakan bahan atau zat tertentu yang dapat menyerap kandungan logam berat didalam tubuh. Salah satu zat yang dapat digunakan untuk menyerap logam berat di dalam tubuh ternak adalah kitosan, yang merupakan hasil deastilasi dari kitin. Secara prinsip proses utama dalam pembuatan kitosan meliputi penghilangan protein dan kandungan mineral melalui proses kimiawi yang disebut deproteinasi dan deamineralisasi yang masing-masing dilakukan dengan menggunakan larutan basa dan asam. Selanjutnya, kitosan diperoleh melalui proses deasetilasi dengan cara memanaskan dalam larutan basa. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kandungan Logam Berat Pb Pada Ginjal dan Daging Puyuh (Coturnix Coturnix Japonica) Fase Grower”. II.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1
BAHAN Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah burung puyuh betina fase
grower sebanyak 100 ekor. Adapun bahan analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu daging puyuh, ginjal puyuh, Pb Asetat, kitosan , Asam Nitrat (HNO3), Asam Perkhlorat (HclO4) 2.2 METODE PENELITIAN 1. Tahap persiapan Tahap persiapan ini dimulai dengan mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama penelitian serta membersihkan kandang, fumigasi dan sanitasi kandang terlebih dahulu dengan cara pengkapuran dinding dan lantai serta penyemprotan disinfektan. 2. Adaptasi Puyuh yang telah diambil dari tes farm ditimbang berat badannya serta diberi wing tag kemudian dimasukkkan ke dalam kandang dan diberi vitachik supaya puyuh tetap vit. Kemudian diberikan ransum dan air minum biasa selama 1 minggu untuk masa pengadaptasian dalam perlakuan. 3. Tahap Penelitian Ternak penelitian adalah burung puyuh betina fase grower sebanyak 100 ekor terdiri dari 5 perlakuan dan 5 kali ulangan. Terdapat 5 kandang percobaan dan setiap kandang terdiri dari 5 flock. Setiap flock berisi 4 ekor puyuh. Pada analisis data hanya Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 4
Pengaruh Pemberian Kitosan…………………………………………………… ….Sri Sulastri diambil 3 ekor dari setiap flock dan diambil 4 ulangan, karena sudah mewakili sampel dan sisanya digunakan untuk penelitian lain. Pemberian Pb dilakukan dengan cara dilarutkan dalam air minum dengan dosis 100 ppm, sedangkan untuk pemberian kitosan dicampurkan dengan pakan sesuai dengan dosis yang telah ditentukan sebagai perlakuan. Pakan dan air minum diberikan selama 24 jam. 4. Analisis Sampel Ternak yang telah dipelihara selama penelitian kemudian dipotong di Kandang Percobaan Ternak Unggas kemudian diambil bagian ginjal dan daging sebagai sampel untuk dianalisis. Analisis kandungan Pb dilakukan di Laboratorium Ternak Perah Institut Pertanian Bogor. 4.1 Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah Pb pada ginjal dan daging puyuh. Puyuh yang telah dipotong kemudian dibedah menggunakan pisau. Sampel diambil bagian ginjal dan daging. Ginjal puyuh diambil semua dari sebelah kiri dan kanan. Daging puyuh yang dijadikan sampel diambil dari bagian paha dan dada. Masing-masing sampel dipisahkan dan ditimbang, kemudian diberi label. Metode Analisis kandungan Pb pada sampel yaitu masing-masing sampel yang telah diberi kode dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 1 gram, ditambahkan 5 ml asam nitrat p.a, dan 1 ml asam perkhlorat p.a, didiamkan satu malam. Besok hari dipanaskan pada suhu 100˚C selama 1 jam 30 menit, suhu ditingkatkan menjadi 130 ˚C selama 1 jam, kemudian suhu ditingkatkan lagi menjadi 150 ˚C selama 2 jam 30 menit (sampai uap kuning habis, bila masih ada uap kuning, waktu pemanasan ditambah lagi). Setelah uap kuning habis, suhu ditingkatkan menjadi 170 ˚C selama 1 jam, kemudian suhu ditingkatkan lagi menjadi 200 ˚C selama 1 jam (terbentuk uap putih). Destruksi selesai dengan terbentuknya endapan putih. Ekstrak didinginkan kemudian diencerkan dengan air bebas ion menjadi 10 ml, lalu dikocok. Tahap terakhir yaitu mengukur kandungan Pb menggunakan mesin AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry).
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 5
Pengaruh Pemberian Kitosan…………………………………………………… ….Sri Sulastri 2.3
ANALISIS DATA Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental dengan
Rancangan Lingkungan Rancangan Acak Lengkap (RAL), sedangkan untuk analisis statistik dan melihat pola hubungan antara perlakuan dengan peubah yang diamati digunakan polinomial ortogonal, dan untuk melihat perbedaan diantara perlakuan digunakan kontras ortogonal. Adapun perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: P0: pakan tanpa kitosan P1 : kitosan dalam ransum sebanyak 50 ppm P2 : kitosan dalam ransum sebanyak 100 ppm P3: kitosan dalam ransum sebanyak 150 ppm P4: kitosan dalam ransum sebanyak 200 ppm
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1
Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kandungan Logam Berat Pb pada Ginjal Puyuh (Coturnix-Coturnix Japonica) Fase Grower
Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian kitosan terhadap kandungan Pb pada ginjal Puyuh (coturnix-coturnix japonica) fase grower dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kandungan Pb pada Ginjal Puyuh (Coturnix-Coturnix Japonica) Fase Grower. Ulangan
Konsentrasi Pb Pada Ginjal Puyuh (ppm)
Total
P0
P1
P2
P3
P4
1
0.983
0.852
0.789
0.707
0.707
4.039
2
0.974
0.850
0.844
0.707
0.707
4.082
3
0.978
0.883
0.768
0.707
0.707
4.044
4
0.965
0.837
0.801
0.707
0.707
4.017
Total
3.901
3.422
3.202
2.828
2.828
16.182
Rata-rata
0.975
0.856
0.800
0.707
0.707
4.046
Keterangan P0 : ransum tanpa kitosan P1 : 50 ppm kitosan dalam ransum P2: 100 ppm kitosan dalam ransum P3: 150 ppm kitosan dalam ransum P4: 200 ppm kitosan dalam ransum Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 6
Pengaruh Pemberian Kitosan…………………………………………………… ….Sri Sulastri
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa terdapat kecenderungan penurunan kandungan Pb dalam ginjal puyuh seiring dengan tingkat pemberian kitosan. Rataan konsentrasi Pb terendah terdapat pada perlakuan P3 dan P4 yaitu masing-masing sebesar 0.707 ppm sedangkan kandungan Pb tertinggi dicapai oleh perlakuan P0 sebesar 0.975 ppm (tanpa pemberian kitosan). Peranan kitosan sebagai adsorben terlihat dengan jelas sesuai dengan tingkat pemberian. Pada perlakuan P0 (tanpa kitosan) dan pemberian kitosan sampai tingkat 100 ppm ternyata masih dapat terakumulasi didalam ginjal sedangkan pemberian mulai 150 ppm, kitosan sudah dapat mengadsorpsi Pb secara maksimal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa jika Pb masuk kedalam ginjal, kadar Pb dalam ginjal cukup tinggi, hal ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal lebih beresiko daripada jaringan tubuh lain. Selanjutnya hasil pemeriksaan secara makroskopis tersebut, organ ginjal tampak pucat sedangkan organ lain normal, secara mikroskopis pada epitel tubulus kontortus proksimal ginjal terlihat degenerasi, hiperplasia, dan terlihat bendabenda inklusi dalam inti sel. Terdapat pula vakuolisasi duktus kolektivus, dilatasi lumen disertai akumulasi sel debris dan pelebaran ruangan bowman, semua ini menunjukkan gejala dari penurunan fungsi ginjal (Hariono, 2005). Salah satu fungsi ginjal adalah mengekskresikan zat buangan seperti urea, asam urat, kreatinin dan zat lain yang bersifat racun. Apabila Pb dapat masuk dan terakumulasi pada ginjal, karena tidak tersaring oleh membran fitrasi pada ginjal, fungsi membran akan terhambat karena Pb yang masuk secara terus menerus (Wulangi, 1993). Membran filtrasi yang normal tidak dapat ditembus oleh protein yang terdapat dalam plasma darah. Lolosnya suatu zat menembus membran filtrasi, diakibatkan oleh keadaan yang tidak normal seperti anoreksia dan terdapat macam-macam zat yang bersifat racun (Edens dan Garlich, 1983). Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh pemberian kitosan terhadap kandungan Pb pada ginjal puyuh dilakukan analisis Polinomial Ortogonal. Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui bahwa pemberian kitosan berpengaruh nyata terhadap kandungan Pb pada ginjal puyuh (P<0.05). Hal ini disebabkan karena kitosan mempunyai fungsi yang dapat mengikat Pb secara optimal sampai batas 150 ppm, dan semakin tinggi tingkat pemberian kitosan semakin rendah kandungan Pb dalam ginjal. Ini menunjukkan bahwa pemberian tingkat 150 ppm kitosan mempunyai daya serap yang maksimal. Penyerapan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 7
Pengaruh Pemberian Kitosan…………………………………………………… ….Sri Sulastri ini terjadi pada saluran pencernaan. Hasil Penelitian Huang dkk., (2005) menyatakan bahwa pemberian kitosan pada level 50,100 dan 150 mg dapat meningkatkan daya cerna dan penyerapan nutrisi pada ternak ayam broiler. Berarti Pb yang dapat menghambat daya cerna dapat diikat oleh kitosan tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hanna (2015), tentang Efektifitas Kitosan Sebagai Adsorben Logam Berat pada Gambaran Anatomi Ginjal Mencit (Mus Musculus L) yang Diinduksi Plumbum Asetat. Kitosan dapat mengikat Pb karena berifat polielektrolit, yang ditandai dengan tidak terjadinya fibriosis interstitialis kronis pada gambaran histopatologi ginjal mencit. Terjadinya kerusakan tubulus ginjal mencit Balb/c ini setelah dipapar Pb, sesuai dengan teori bahwa proses ekskresi Pb yang berlangsung di ginjal dapat menimbulkan dampak buruk bagi ginjal itu sendiri (Robbins SL, 1995). Hal tersebut disebabkan oleh beberapa macam faktor yang salah satunya adalah walaupun berat ginjal hanya sekitar 0,5% dari total berat badan, tetapi ginjal menerima darah sebesar 20%-25% dari curah jantung melalui arteri renalis. Tingginya aliran darah yang menuju ginjal inilah yang menyebabkan berbagai macam obat, bahan kimia, dan logam- logam berat dalam sirkulasi sistemik dikirim ke ginjal dalam jumlah yang besar. Zat-zat toksik ini akan terakumulasi di ginjal dan menyebabkan kerusakan bagi ginjal itu sendiri (Schnellman RG, 2001). Mencegah hal tersebut terjadi, pemberian kitosan ini efektif menyerap logam berat pada ginjal puyuh. Selanjutnya untuk mengetahui pola hubungan diantara perlakuan dilakukan dengan uji kontras ortogonal. Dari hasil uji tersebut terdapat pengaruh nyata pemberian kitosan terhadap kandungan Pb pada ginjal puyuh yang ditunjukkan dengan model persamaan linear Y=-0.0014+0.946 (Ilustrasi 1), yang berarti bahwa setiap penambahan dosis sebesar satu unit/50 ppm kitosan akan menurunkan kandungan Pb sebesar -0,0014.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 8
Pengaruh Pemberian Kitosan…………………………………………………… ….Sri Sulastri
Kandungan Pb Dalam Ginjal
1,2
Kandungan Pb Ginjal
1 0,8 0,6 y=-0,0014x+0,946 0,4 0,2 0 0
50
100 150 Tingkat Perlakuan
200
250
Ilustrasi 1. Kandungan Pb pada Ginjal Puyuh Berdasarkan ilustrasi diatas terlihat terjadinya penurunan kandungan Pb dalam ginjal puyuh dari perlakuan P0 sampai P4. Semakin tinggi pemberian kitosan dalam ransum menghasilkan kandungan Pb yang semakin rendah, dan penurunan tersebut dimulai dari tingkat pemberian 50 ppm. Penurunan mulai tampak stabil mulai dari pemberian P3 (150 ppm), memberikan pengaruh terhadap kandungan Pb yang semakin menurun. Pb yang masuk kedalam tubuh puyuh sebelum sampai ke ginjal akan diikat oleh kitosan didalam saluran pencernaan kemudian dikeluarkan melalui feses sehingga Pb tidak masuk kedalam ginjal. Usus merupakan organ tempat adsorpsi produk pencernaan, penyerapan zat-zat makanan terjadi di ileum, glukosa, vitamin yang larut dalam air, asam amino, dan mineral setelah diserap oleh vili usus halus, akan dibawa oleh pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh, namun ketika kitosan sama-sama masuk ke dalam usus maka Pb akan diserap oleh kitosan. Pb pada saluran pencernaan dalam bentuk terlarut, diabsorpsi sekitar 1−10% melalui dinding saluran pencernaan, sistem darah porta hepatis (dalam hati) membawa Pb untuk dideposisi dan sebagian lagi dibawa darah serta didistribusikan ke dalam jaringan dan sebagian Pb yang telah melalui rute metabolisme diekskresikan melalui urine dan feses (Darmono, 1995). Prinsip dasar dalam mekanisme pengikatan antara kitosan dan logam berat adalah prinsip penukar ion. Pb ketika direaksikan dengan kitosan akan membentuk endapan (terkoagulasi). Hal ini sesuai dengan pernyataan Mella (2013) bahwa membran kitosan mampu mengadsorpsi ion
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 9
Pengaruh Pemberian Kitosan…………………………………………………… ….Sri Sulastri logam dan Pb. Laksono (2010), menyatakan bahwa hal tersebut disebabkan oleh pengaruh dari ion logam Pb yang telah berikatan dengan membran kitosan. Gugus amina khususnya nitrogen dalam kitosan akan beraksi dan mengikat logam dari limbah cair. Kitosan sebagai polimer kationik yang dapat mengikat logam dimana gugus amino yang terdapat pada kitosan berikatan dengan logam dapat membentuk ikatan kovalen (Margnarof, 2003). 3.2
Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kandungan Logam Berat Pb pada Daging Puyuh (Coturnix-Coturnix Japonica) Fase Grower Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian kitosan terhadap kandungan Pb pada
daging puyuh (Coturnix-coturnix japonica) fase grower dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kandungan Pb pada Daging Puyuh (coturnix-coturnix japonica) Fase Grower. Ulangan
Konsentrasi Pb pada Daging (ppm)
Total
P0
P1
P2
P3
P4
R1
0.845
0.811
0.766
0.742
0.727
3.890
R2
0.844
0.812
0.765
0.744
0.722
3.887
R3
0.848
0.810
0.764
0.746
0.725
3.892
R4
0.858
0.808
0.764
0.743
0.721
3.895
Total
3.395
3.242
3.058
2.974
2.895
15.564
Rata-Rata
0.849
0.810
0.765
0.743
0.724
3.891
Keterangan P0 : ransum tanpa kitosan P1 : 50 ppm kitosan dalam ransum P2: 100 ppm kitosan dalam ransum P3: 150 ppm kitosan dalam ransum P4: 200 ppm kitosan dalam ransum Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa terdapat kecenderungan penurunan kandungan Pb pada daging seiring dengan pemberian tingkat kitosan. Dari data di atas kadar Pb tertinggi terdapat pada P0 yang tidak diberi kitosan dalam ransum yaitu sebesar 0.849 dan kadar Pb paling rendah dicapai pada P4 sebesar 0.724, dengan kata lain seiring dengan pemberian kitosan yang semakin tinggi maka Pb semakin sedikit yang dideposit pada daging.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 10
Pengaruh Pemberian Kitosan…………………………………………………… ….Sri Sulastri Sistem peredaran darah akan membawa sari-sari makanan ke seluruh tubuh. Menurut Jan Kolman (2000), salah satu fungsi darah merupakan alat transfor, gas oksigen dan karbondioksida ditrasfor oleh darah. Darah mengangkut zat-zat makanan yang diserap dari usus ke dalam hati dan organ-organ lainnya, sehingga organ-organ tetap terpelihara dengan baik, selain itu darah mengambil produk akhir metabolisme dari jaringan. Begitu pun dengan Pb yang masuk kedalam tubuh ternak terlebih dahulu akan diserap oleh kitosan di dalam sistem pencernaan, namun Pb yang lolos maka darah akan menyebarkannya sampai pada daging dan di deposit dalam daging. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan Polinomial Ortogonal. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kitosan dalam ransum memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kandungan logam berat pada daging puyuh. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kitosan mempengaruhi penyerapan Pb yang dapat mencemari daging. Berdasarkan informasi dari jurnal pangan dan gizi tahun 2010 pada bagian paha, Pb juga terdeteksi dalam konsentrasi yang cukup besar, hal ini dapat disebabkan oleh tingginya aktivitas metabolisme pada bagian paha (jaringan otot) yang memungkinkan jaringan ini lebih banyak terpapar oleh logam berat karena lancarnya aliran darah ke daerah tersebut, namun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kitosan mampu menyerap Pb sehingga menurunkan kadar Pb pada daging puyuh. Jika Pb terakumulasi dalam daging dapat menyebabkan kesehatan terganggu seperti terjadinya anemia, kanker dan lain sebagainya. Peran adanya kitosan maka Pb yang berpotensi terakumulasi dalam daging dapat diikat atau diserap terlebih dahulu didalam saluran pencernaan kemudian dikeluarkan melalui feses.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 11
Pengaruh Pemberian Kitosan…………………………………………………… ….Sri Sulastri Untuk mengetahui hubungan dari perlakuan dilakukan uji Kontras Ortogonal
Kandungan Pb dalam Daging
dengan hasil seperti pada Ilustrasi 2.
Kandungan Pb Daging
0,86 0,84 0,82 0,8 0,78 0,76 0,74 0,72 0,7
y=-0,0006x+0,8416
0
50
100 150 Tingkat Perlakuan
200
250
Ilustrasi 2. Kandungan Pb pada Daging Puyuh Pada Ilustrasi 2 di atas tampak bahwa pengaruh perlakuan kitosan terhadap kandungan Pb dalam daging berpengaruh nyata yang ditunjukkan oleh model regresi linear dengan persamaan Y= -0,0006x + 0,8416. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk keperluan pendugaan respon konsentrasi Pb pada daging sebagai akibat pemberian kitosan dalam ransum. Persmaan tersebut mempunyai arti setiap penambahan dosis 50 ppm akan menurunkan kandungan Pb sebesar -0,0006. Pb yang terakumulasi pada daging menjadi sedikit karena dapat diserap oleh kitosan pada saluran pencernaan. Pb pada saluran pencernaan dalam bentuk terlarut, diabsorpsi sekitar 1−10% melalui dinding saluran pencernaan, sistem darah porta hepatis (dalam hati) membawa Pb untuk dideposisi dan sebagian lagi dibawa darah serta didistribusikan ke dalam jaringan, melalui proses metabolisme, selanjutnya darah akan menyebarkannya keseluruh tubuh dan memberikan efek terakumulasinya Pb dalam daging. Akumulasi pada jaringan tubuh dapat
menimbulkan keracunan pada ternak
apabila melebihi
batas toleransi
(Wardyahyani, 2006). Berdasarkan analisis di atas terdapat perbedaan yang signifikan diantara perlakuan. Penurunan kadar Pb mulai dari P1 hingga P4. Kadar Pb semakin kecil mulai dari P1 hingga P4. Konsentrasi penyerapan dosis kitosan yang maksimal terdapat pada P4 dengan kadar Pb terkecil yang dideposit dalam daging. Adsorpsi tergantung pada luas permukaan adsorben, semakin poros adsorben maka daya adsorpsinya semakin besar, Adsorben padat yang baik yaitu porositasnya tinggi, permukaanya sangat luas sehingga adsorpsi terjadi pada banyak tempat, Demikian juga untuk konsentrasi dan luas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 12
Pengaruh Pemberian Kitosan…………………………………………………… ….Sri Sulastri permukaan, semakin besar konsentrasi adsorbat maka semakin banyak adsorbat yang teradsorpsi dan semakin besar luas permukaan adsorben, maka adsorpsinya juga semakin besar (Antuni dan Erfan, 2009). Hal ini menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi kitosan maka semakin banyak kandungan Pb yang terserap, maka pada P4 didapatkan hasil yang terendah kadar Pbnya. Penyerapan Pb didalam usus halus oleh kitosan ini memberikan daya serap yang maksimal. IV.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa 1. Pemberian kitosan dalam ransum berpengaruh nyata mampu menurunkan kadar Pb pada ginjal dan daging puyuh. 2. Dosis terbaik didapat pada dosis 150 ppm (P3) pemberian kitosan mampu menurunkan kandungan Pb dalam ginjal puyuh, sedangkan pada dosis 200 ppm (P4) kitosan merupakan dosis terbaik menurunkan kandungan Pb pada daging puyuh. V.
SARAN Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh pemberian kitosan terhadap logam berat selain logam berat Pb. UCAPAN TERIMAKASIH Penulisan artikel ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya artikel ini juga kepada Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran dan yang telah memberikan fasilitas pada saat penelitian berlangsung. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA Darmono, 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas Indonesia, UIPRESS. Edens, F. W dan Garlich. 1983. Lead Induced Egg Production Descrease in Leghorn. Poultry. Science. Hariono B. Efek Pemberian Plumbum (Timah Hitam) Anorgani pada Tikus Putih (Rattus novergicus). J. Sain Vet. 2015; 2(23), 107–118. Jan Koolman, Klaus-Heinrich Rohm. 1995. Biokimia. Jakarta: Penerbit Hipokrates Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 13
Pengaruh Pemberian Kitosan…………………………………………………… ….Sri Sulastri Laksono, Endang. 2009. Kajian terhadap Aplikasi Kitosan sebagai Adsorben Ion Logam Dalam Limbah Cair. Jurdik Kimia, FMIPA, UNY Karangmalang 55281, Yogyakarta Marganof. 2007. Potensi Limbah Udang sebagai Penyerap Logam Berat (Timbal, Kadnium dan Tembaga) di Perairan. Insitut Pertanian Bogor Mella Roza, Gusnedi, dan Ratnawulan. 2013. Kajian Sifat Konduktansi Membran Kitosan pada Berbagai Variasi Waktu Perendaman dalam Larutan Pb. Pada PILLAR OF PHYSICS, Vol. 1. April 2013, 60-67. Universitas Negeri Padang Robbins SL, Kumar V. Buku Ajar Patologi II. 4th ed. Jakarta: EGC ;1995. Schnellman RG, Goldstein RS. Toxic Responses of Kidney. In Klaasen CD, editor. Casarett and Doull’s Toxicology the Basic Sciences of Poisons. New York : The Mc Graw-Hill; 2001. P. 417-430. Wardhayani, Sutji, 2006. Analisis Risiko Pencemaran Bahan Toksik Timbal (Pb) pada Sapi Potong di Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Jatibarang Semarang. Magister Kesehatan Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Konsentrasi Kesehatan Lingkungan Industri. Semarang.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 14
Pengaruh Pemberian Kitosan…………………………………………………… ….Sri Sulastri
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 15