Kuantitas Produksi Telur Puyuh…. Yuli Triutami, Siti Muflichatun M, Kasiyati, Tyas Rini Saraswati, 56-65
Kuantitas Produksi Telur Puyuh (Coturnix coturnix japonica L) Setelah Pemberian Cahaya Monokromatik Yuli Triutami1*, Siti Muflichatun M1, Kasiyati1, Tyas Rini Saraswati1 1 Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro *Email:
[email protected] ABSTRACT Light is one of the most important environmental aspects in poultry production. The intensity, duration, and light color are used to improve the behavior, activity, production performance, and reproduction of poultry. This study aims to determine the effect of monochromatic light used as an artificial light source in quail cultivation management. Fifty-six DOQ quails used in this study and were divided into four treatment groups. Provision of treatment in the form of lighting using monochromatic light 12 hours per day was carried out from the age of four weeks for 3 weeks. The treatment group were P0: control quails exposured with 5 W incandescent light; P1: quails exposured with 5 W red color monochromatic light; P2: quails exposured with 5 W green color monochromatic light; P3: quails exposured with 5 W blue color monochromatic light. This study was an experimental research using a completely randomized design and Duncan further test at 95% significance level. The observed parameters, namely the average of egg weight, weight of the first egg, the number of eggs (hen day egg production), sex ripe age, feed intake, and quail body weight at first laying. These results indicated that administration of monochromatic light did not affect the sex ripe age, weight of the first egg, number of eggs (hen day egg production) and water intake, but increased the egg weight, body weight, and feed intake in quail. The conclusion of this study is the provision of monochromatic light at sex ripe age doesn’t increase the number of eggs (hen day egg production). Keywords: monochromatic light, quail eggs (Cortunix cortunix japonica L), the production of eggs. ABSTRAK Cahaya merupakan salah satu aspek lingkungan terpenting dalam produksi unggas. Intensitas, durasi, dan warna cahaya memiliki fungsi untuk meningkatkan perilaku, aktivitas, dan performa produksi, serta reproduksi unggas. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui pengaruh cahaya monokromatik yang digunakan sebagai sumber cahaya artifisial. Lima puluh enam ekor DOQ digunakan dalam penelitian ini dan dibagi kedalam empat kelompok perlakuan. Pemberian perlakuan dilakukan mulai umur empat minggu selama 3 minggu, berupa pencahayaan dengan cahaya monokromarik selama 12 jam per hari. Adapun kelompok perlakuan adalah P0 : kelompok kontrol puyuh diberi pencahayaan lampu pijar 5 W; P1 : puyuh diberi pencahayaan dengan lampu monokromatik 5 W warna cahaya merah; P2 : puyuh diberi pencahayaan dengan lampu monokromatik 5 W warna cahaya hijau; P3 : puyuh diberi pencahayaan dengan lampu monoromatik 5 W warna cahaya biru. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap dan uji lanjut uji Duncan pada taraf signifikasi 95%. Parameter yang diamati, yaitu rata-rata bobot telur, bobot telur pertama, jumlah telur (hen day egg production), umur masak kelamin, konsumsi pakan, dan bobot tubuh puyuh pada saat pertama bertelur. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberian cahaya monokromatik tidak mempengaruhi umur masak kelamin, bobot telur pertama, jumlah telur (hen day egg production) dan konsumsi minum, tetapi berpengaruh meningkatkan bobot telur, bobot tubuh, dan konsumsi pakan pada puyuh. Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian cahaya monokromatik saat umur masak kelamin tidak berpengaruh untuk meningkatkan jumlah telur (hen day egg production) Kata kunci : Cahaya monokromatik, telur puyuh (Cortunix cortunix japonica L), produksi telur. 56
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 24, Nomor 1, Maret 2016
Coturnix
PENDAHULUAN Puyuh jepang (Cortunix cortunix japonica. L.) memiliki sifat mudah didomestikasi dan mempunyai keunggulan, yaitu dapat tumbuh dan berkembang biak secara cepat. Puyuh betina umur 41 hari mampu menghasilkan telur dan selama waktu satu tahun dapat menghasilkan 250-300 butir dengan bobot telur sekitar 10 g (Untung, 2011).Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi
telur
puyuh
mengoptimalkan
adalah
manajemen
budidaya
dengan puyuh
melalui pengaturan system pencahayaan. Cahaya mutlak
diperlukan
karena
berfungsi
sebagai
penghangat, penerangan, dan yang paling penting pada masa produksi pencahayaan yang baik mampu
meningkatkan
mencapai75%
produksi
telur
2008).
Cahaya
(Menegristek,
natural maupun cahaya artifisial yang diterima
coturnix
Phasianidae. diternakan
japonica
Puyuh di
jenis
Indonesia
dari coturnix
pada
akhir
family mulai tahun
1979.Sebagaimana di Negara lain, pemerintah Indonesia memasukkan puyuh jenis coturnix ini karena sifatnya yang mudah beradaptasi dan kemampuan
bertelur
tinggi.
Seperti
yang
disampaikan oleh Susilorini (2007) puyuh jenis coturnix mampu menghasilkan telur pertama dalam jangka waktu singkat, yaitu sekitar umur 40 hari, jadi dalam satu tahun mampu menghasilkan keturunan 3-4 kali, serta tahan pada berbagai penyakit dan memiliki daya kesembuhan relative singkat bila terluka. Penelitian ini dilakukan dalam rangka memanfaatkan
cahaya
monokromatik
untuk
mengoptimalkan produksi telur puyuh. METODE PENELITIAN
oleh puyuh dapat menstimulasi peningkatan fungsi biologi
ssehingga
memacu
masak
kelamin
Tempat dan Waktu Penelitian
(Kasiyati dkk., 2009).Masak kelamin pada aves
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga
betina ditandai dengan keluarnya telur pertama
bulan dari bulan Juni-Agustus 2013, di kandang
kali (Balthazartdan Ball, 1998).
percobaan Biologi Struktur dan Fungsi Hewan,
Usaha dilakukan
budidaya
secara
puyuh
tradisional,
telah
banyak
namun
belum
Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang.
sepenuhnya menggunakan cahaya tambahan untuk meningkatkan
produktivitas
puyuh.Berbagai
Bahan dan Alat
metode pencahayaan yang terdiri atas warna
Puyuh yang dipakai pada penelitian ini
cahaya, periode pencahayaan, dan intensitas
ialah puyuh jepang (Coturnix coturnix japonica L).
cahaya dapat meningkatkan fungsi biologis yang
Sejumlah 56 ekor DOQ betina. Puyuh percobaan
secara
diaklimasi dua minggu dalam kandang kolektif
langsung
memacu
peningkatan
dan satu minggu dalam kandang sangkar (baterai)
produktivitas puyuh (Abidin, 2002). terus
untuk menyesuaikan dengan kandang percobaan
dengan
dan manajemen pemeliharaan. Puyuh pada umur
bertambahnya populasi manusia. Jenis puyuh yang
empat minggu diberi cahaya tambahan dengan
dikenal dan diternakan di Indonesia adalah
warna cahaya monokromatik selama 12 jam.
Perkembangan mengalami
budidaya
peningkatan
puyuh
seiring
57
Kuantitas Produksi Telur Puyuh…. Yuli Triutami, Siti Muflichatun M, Kasiyati, Tyas Rini Saraswati, 56-65
Penambahan cahaya diberikan selama 8 minggu.
kandang sangkar. Kandang kolektif digunakan saat
Puyuh dibagi ke dalam 4 kelompok percobaan dan
aklimasi, memiliki ukuran 80 x 80 x 40 cm dengan
masing masing kelompok terdiri atas 14 ekor
kapasitas 100 ekor puyuh dengan jumlah dua unit
puyuh, yaitu
kandang. Kandang sangkar dengan jumlah unit
P0 : puyuh
diberi pencahayaan dengan
kandang, berukuran 30 x 40 x 45 cm. Kandang
lampu pijar 5 W (kontrol) wara kuning.
sangkar dibuat dengan kombinasi kawat ram/kasa
P1: puyuh diberi pencahayaan dengan
dan kayu yang dilengkapi dengan tempat pakan,
cahaya warna merah 5 W.
minum, penampung feses, serta alas yang dibuat
P2 : puyuh diberi pencahayaan dengan
miring sehingga telur yang dikeluarkan oleh puyuh
cahaya warna hijau 5 W.
akan menggelinding keluar dan terkumpul di satu
P3: puyuh diberi pencahayaan dengan
tempat. Setiap satu unit kandang sangkar terdiri
cahaya warna biru 5 W.
atas 4 buah kotak kandang, dan masing masing kotak diberi sekat partisi sehingga setiap satu
Sistem Pencahayaan Sumber
cahaya
kotak hanya disinari oleh kombinasi warna cahaya monokromatik
yang
digunakan pada penelitian ini adalah lampu LED (light emiting diodes) warna merah, hijau, biru, dan kuning dengan daya 5 W. Sumber cahaya
tertentu. Perlakuan Hewan Uji
Kandang aklimasi disiapkan, dibersihkan
untuk puyuh kontrol berupa lampu pijar 5 W
dari kotoran, disemprot desinfektan, diberi
warna kuning. Sumber cahaya disusun secara seri
penerangan menggunakan lampu berwarna
dan digantung di bagian atas pada sisi sebelah
kuning
dalam setiap kandang sangkar. Rangkaian lampu
sekam yang disemprot desinfektan yang
dilengkapi dengan adaptor untuk mengatur voltase,
bertujuan untuk membunuh bakteri.
pengatur waktu (timer) untuk mengatur hidup dan
25 watt, kemudian alas diberi
Sebelum
puyuh
dihangatkan
untuk menstabilkan arus yang masuk dengan arus
menyalakan lampu. Ketika puyuh datang,
yang
diukur
puyuh dipindahkan dari box kardus ke
memiliki
kandang aklimasi yang diberi pakan dan
menggunakan
Intensitas lightmeter,
cahaya yang
dahulu
kandang
matinya lampu, serta stabilisator yang digunakan keluar.
terlebih
datang,
dengan
lux.
air gula untuk mengembalikan energi yang
Penambahan cahaya dilakukan setelah matahari
digunakan selama perjalanan dari poultry
tenggelam, yaitu pada pukul 18.00 WIB selama 12
shop ke kandang.
kemampuan
sampai
pengukuran
100
jam (18.00-06.00) WIB.
Puyuh diaklimasi selama 2
minggu,
setelah itu dipindahkan ke dalam kandang Sistem Perkandangan Kandang yang digunakan pada penelitian ada dua macam, meliputi kandang kolektif dan
58
kolektif dan diaklimasi selama 1 minggu. Umur
4
minggu
puyuh
perlakuan cahaya monokromatik.
diberikan
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 24, Nomor 1, Maret 2016
Puyuh percobaan yang berumur 2
berturut-turut, serta sebelum dan sesudah
minggu ditimbang untuk menyeragamkan
vaksin. Selama penelitian juga diberi
bobot badan. Puyuh dengan bobot 30,0-
vaksin ND1 (diteteskan pada mata pada
40,0 g dipilih sebagai hewan coba,
umur 4 hari) dan ND2 (lewat air minum
selanjutnya ditempatkan dalam kandang
pada umur 20 hari).
sangkar.
Sanitasi kandang dan perlengkapannya dilakukan sebelum puyuh ditempatkan
Parameter yang diukur dan diamati adalah
dalam kandang kolektif maupun kandang
karakteristik produktivitas pada telur puyuh,
sangkar.
diantaranya adalah jumlah telur (hen day produksi
Selama penelitian, puyuh diberi pakan dan
telur), bobot telur, bobot telur pertama, umur
minum secara ad libitum pada pagi, siang,
masak kelamin, konsumsi pakan, bobot tubuh
dan sore hari. Feses dibersihkan setiap dua
puyuh pada saat pertama bertelur. Prosedur
hari sekali pada pagi hari. Temperatur dan
pengambilan sampel dan data, serta pengukuran
kelembaban lingkungan diukur setiap hari
parameter adalah sebagai berikut:
pada pagi (pukul 07.00), siang (pukul
Prosedur Pengambilan Data dan Sampel
13.00), dan sore (pukul 17.00) hari
yang dihasilkan pada waktu penelitian
menggunakan termohigrometer.
dibagi total bobot telur. Bobot telur puyuh
pertama dihitung dengan menimbang telur
percobaan adalah pakan komersial standar
yang pertama kali dihasilkan. Timbangan
yang
yang dipergunakan memiliki kepekaaan
Pakan
yang
diberikan
disesuaikan
pada
dengan
umur
0,1 g.
pemeliharaan, yaitu pakan pada fase pertumbuhan dan pakan pada fase bertelur.
Pakan
komersial
pertumbuhan
standar
untuk
menggandung
4,0 %, kadar air
Jumlah produksi telur (%) dihitung dari
fase
jumlah telur yang dihasilkan dibagi jumlah
2.900
puyuh yang hidup, kemudian dikalikan 100 %.
kkal/kg, protein kasar 29,0 %, lemak kasar 11,0 %, abu 0,6 %,
Pengambilan data bobot telur pertama
serat kasar 4,0 %, kalsium 1,0 %, dan
adalah dengan cara menimbang telur yang
fosfor 0,4 %, sedangkan pakan komersial
pertama keluar, kemudian mencatat hasil
standar yang diberikan untuk fase bertelur
dari penimbangan telur pertama tersebut.
mengandung 2.700 kkal/kg, protein kasar
Bobot telur (gram) dihitung dari total telur
Umur masak kelamin puyuh dapat dilihat
22,0 %, lemak kasar 5,0 %, kadar air 12,0
dari petama kali puyuh bertelur. Kemudian
%, abu 7,0 %, serat kasar 5,0 %, kalsium
dicatat tanggal pada hari tersebut untuk
4,0 %, dan fosfor 0,9 %.
menandai umur masak kelamin.
Pemberian vitamin antistres dilakukan setelah pindah kandang selama
3 hari
Konsumsi
pakan
diukur
dengan
menghitung selisih antara pakan yang 59
Kuantitas Produksi Telur Puyuh…. Yuli Triutami, Siti Muflichatun M, Kasiyati, Tyas Rini Saraswati, 56-65
diberikan dengan jumlah yang tersisa
ulangan berisi 7 ekor puyuh. Data yang diperoleh
selama
pakan
dianalisis menggunakan analisis sidik ragam
sehingga dapat diperoleh konsumsi pakan
(ANOVA) dengan uji lanjut duncan pada taraf
harian dalam satuan g/ekor per hari.
95%.
1
minggu
pemberian
Bobot tubuh diukur dengan menimbang puyuh setiap satu minggu sekali sampai
HASIL DAN PEMBAHASAN
pada akhir penelitian. Penimbangan bobot
Puyuh merupakan kelompok hewan yang
badan dilakukan pada pagi hari sebelum
sangat responsif dalam menerima informasi cahaya
pemberian pakan.
untuk memulai proses pembentukan telur setiap hari. Cahaya artifisial mampu merangsang kelenjar
Rancangan Penelitian dan Analisis Data
pituitari anterior untuk mensekresikan hormon
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap, dengan 4
FSH
(Follicle
Stimulating
Hormon)
yang
berpengaruh pada perkembangan folikel ovarium.
perlakuan dan 2 kali ulangan. Masing-masing Tabel 1. Hasil Pengukuran Variabel Penelitian Parameter yang diamati Umur masak kelamin (hari) Bobot badan (g) Bobot telur pertama (g/butir) Bobot telur pada umur 12 minggu (g/butir) Produksi telur hen day (%) Konsumsi pakan (g/ekor/hari) Konsumsi minum (ml/ekor/hari)
Hasil
menunjukkan
P1
P2
P3
48b 158,00b
47b 166,00b
44c 176,00a
54a 166,00b
8,81a 9,58b
9,55a 10,74a
9,43a 10,54a
9,57a 9,82ab
55,60ab 20,326a
70,00a 18,040b
48,40ab 17,650b
31,20b 16,332b
31,71a
32,42a
30,00a
30,14a
bahwa
kali bertelur puyuh pada masing-masing perlakuan
pemberian cahaya selama 3 bulan pada puyuh
disebabkan adanya perbedaan respon puyuh
jepang (Coturnix coturnix japonica L) berpengaruh
terhadap cahaya tampak, yaitu warna kuning,
nyata (P<0,05)terhadap umur masak kelamin. Hal
merah, hijau, dan biru. Warna merah, kuning, hijau
ini menunjukan bahwa cahaya monokromatik
dan biru mempunyai panjang gelombang yang
mampu mempengaruhi fungsi reproduksi. Cahaya
berbeda
monokromatik warna hijau memberi pengaruh
perbedaan
terhadap umur masak kelamin, lebih cepat, yaitu
rangsangan
44 hari dibanding dengan pemberian cahaya
panjang gelombang yang berbeda-beda.Panjang
monokromatik lainnya. Perbedaan umur pertama
gelombang untuk merah adalah 700 nm, orange
60
penelitian
P0
sehingga
memungkinkan
terjadinya
respon
puyuh
menerima
cahaya
tersebut.Cahaya
dalam
memiliki
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 24, Nomor 1, Maret 2016
600 nm, kuning 580 nm, putih 560 nm, hijau 520
sejumlah sel-sel otot dan tulang. Puyuh yang
nm, biru 480 nm dan violet 400 nm. Cahaya akan
dipelihara dengan menggunakan cahaya hijau
direspon oleh burung puyuh melalui
indra
mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan
penglihatan berupa mata. Melalui mata cahaya
penambahan cahaya warna lain. Cahaya hijau juga
dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan
menyebabkan
hormon gonadotropin dan merangsang kelenjar
Penambahan massa protein akan mempengaruhi
pituitari untuk menghasilkan FSH dan LH. Kedua
pertumbuhan
hormon ini berperan dalam proses reproduksi.
menstimulasi proliferasi otot skeletal melalui
Hasil
skeletal
unggas
protein. dengan
pengaruh androgen. Androgen tersebut yang akan
menunjukkan adanya perbedaan nyata terhadap
meningkatkan sintesis protein.Kasiyati (2009)
bobot badan pada puyuh. Pemberian cahaya
melaporkan bobot badan merupakan manifestasi
polikromatik menunjukkan rata-rata bobot puyuh
dari
158
dengan
hipertropi dan hiperplasia yang kemudian diikuti
kelompok puyuh lainnya. Hal ini diduga substrat
oleh penambahan material organik ke dalam sel,
pakan banyak di metabolisme untuk mengahsilkan
misalnya
deposisi
energi yang digunakan untuk pertumbuhan. Puyuh
kartilago,
dan
akan mensintesa pakan menjadi sumber energi
berkaitan dengan asupan nutrisi yang dikonsumsi.
sampai mata akan diteruskan melalui saraf mata
Tidak adanya cahaya akan mengurangi perilaku
menuju
makan sehingga asupan nurisi menurun sedangkan
lebih
rendah
hipotalamus
pemberian
otot
masa
cahaya
g,
penelitian
pertambahan
dibandingkan
anterior,
sehingga
pertumbuhan
melibatkan
lemak,
bahan
glikogen,
tulang.
bahan
Pertumbuhan
adanya
(STH-RH) dan tirotropik releazing hormone
makan, seperti meningkatnya daya palatabilitas
(TRH). Releazing faktor tersebut akan merangsang
karena
kelenjar pituitari anterior mensekresikan STH dan
polikromatik juga menempati urutan kelompok
TSH. TSH akan merangsang kelenjar tiroid untuk
perlakuan terendah bobot tubuh dalam penelitian.
melepaskan tiroksin. STH, dan tiroksin akan
Cahaya hijau dapat merangsang pertumbuhan pada
merangsang
usia
meningkatkan
aktivitas
adanya
grower,
akan
proses
disekresikan somatotropik hormon releazing faktor
tubuh
cahaya
yang
meningkatkan
pemberian
selanjutnya
cahaya.
perilaku Cahaya
cahaya
hijau
pertumbuhan (Bell dan Freeman, 1971).Pemberian
mempercepat pertumbuhan otot. Hal tersebut
cahaya tambahan monokromatik warna hijau
sesuai dengan penelitian Rozenboim et al., (2004)
berpengaruh pada rata-rata bobot badan puyuh
yang melaporkan bahwa puyuh dipelihara dengan
tertinggi bila dibandingkan dengan bobot badan
cahaya hijau mengalami peningkatan signifikan
puyuh yang diberi cahaya merah dan biru serta
dalam
lampu polikromatik, yaitu sebesar 176 g. Hasil
dipelihara dengan cahaya lampu merah atau putih.
penelitian Kasiyati (2009) menguatkan bukti
Lampu hijau menyebabkan unggas menjadi lebih
penelitian ini, bahwa cahaya hijau yang diberikan
tenang sehingga mendorong pertumbuhan usia
akan menstimulasi pertumbuhan pada periode
grower dengan meningkatkan hiperplasia sel satelit
grower, yaitu dengan menstimulasi pertumbuhan
otot rangka. Perilaku puyuh menjadi lebih tenang,
hal
bobot
badan
dibandingkan
jika
61
Kuantitas Produksi Telur Puyuh…. Yuli Triutami, Siti Muflichatun M, Kasiyati, Tyas Rini Saraswati, 56-65
menyebabkan pakan yang dikonsumsi dapat
kalsium, protein, lemak, vitamin, dan substansi
dimanfaatkan
proses
lainnya dalam darah yang digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan usia grower. Hal
pembentukan telur. Sintesis protein kuning telur
ini sesuai dengan konsumsi pakan pada puyuh
berasal dari hati atas rangsangan hormon estrogen.
yang diberi pemberian cahaya monokromatik
yang kemudian disalurkan mengisi hirarki folikel
hijau, walaupun puyuh dengan pencahayaan hijau
untuk pembentukan telur. Bobot telur pertama
memiliki bobot badan tertinggi akan tetapi
menunjukkan tidak berbeda nyata diduga karena
konsumsi pakannya lebih rendah dibandingkan
cahaya terlalu banyak memicu perkembangan
dengan kelompok puyuh yang lain. Kelompok
hirarki folikel, sehingga sintesis vitelogenin yang
puyuh yang diberi cahaya monokromatik hijau
mengisi folikel-folikel tidak maksimal dan bobot
mampu memanfaatkan pakannya dengan baik
telur pertama yang dihasilkan tidak terlalu
untuk proses pertumbuhan.Puyuh yang menerima
besar.Hasil penelitian terhadap bobot telur pada
cahaya merah dan biru memiliki bobot badan yang
umur 12 minggu menunjukkan hasil berbeda
sama rendahnya. Hal tersebut berkaitan dengan
nyata. P1 dan P2 kelompok perlakuan dengan
aktivitas harian yang lebih agresif pada puyuh
pencahayaan monokromatik warna merah dan
yang menerima cahaya merah ditandai dengan
hijau dapat meningkatkan bobot telur, hal ini
mematuk-matuk kandang, mengais alas kandang,
dibuktikan dengan bobot telur tertinggi selama
berjalan mengelilingi kandang, dan meloncat.
penelitian, yaitu sebesar 10,74 g dan 10,54 g.
Aktivitas harian puyuh yang cukup tinggi memicu
Kelompok puyuh yang diberi tambahan cahaya
puyuh mudah terstimulasi dan menjadi lebih
polikromatik memiliki rata-rata bobot telur yang
agresif. Adapun, pada puyuh yang menerima
paling rendah dibanding kelompok perlakuan
cahaya biru lebih tenang, energi lebih banyak
lainnya. Hal ini dikarenakan cahaya lampu pijar
digunakan untuk perkembangan dan reproduksi.
memiliki
sepenuhnya
untuk
Hasil penelitian bobot telur pertama masing-masing
puyuh
rendah
berproduksi
telur
untuk serta
memiliki produktivitas yang rendah karena hanya
tidak
memiliki rata-rata paling rendah yaitu hanya 9,58
mempengaruhi bobot telur pertama pada puyuh
g. Rendahnya produksi telur diduga karena aliran
jepang. Sistem reproduksi puyuh dapat berfungsi
hormon GnRH yang terganggu sehingga sekresi
dengan baik jika ada stimulasi hormon FSH
FSH dan LH mengalami hambatan.
(follicle anterior
nyata,
yang
stimulating yang
menunjukan
merangsang
lebih
tidak
berbeda
perlakuan
kemampuan
artinya
cahaya
hormone)
dari
menyebabkan
hipofisis terjadinya
Hasil monokromatik
penelitian terhadap
pemberian
cahaya
hendayeggproduction
perkembangan dan pematangan folikel. Sekresi
(produksi telur henday) menunjukan hasil yang
FSH secara normal distimulasi oleh periode
berbeda nyata. Kelompok perlakuan yang diberi
pencahayaan.
akan
cahaya monokromatik warna biru menunjukan
menginisiasi sekresi estrogen dan progesteron.
hasil yang berbeda nyata dengan kelompok
Estrogen
perlakuan yang lain, yaitu sebesar 31,20 %. Hal ini
62
Perkembangan
menyebabkan
folikel
peningkatan
kadar
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 24, Nomor 1, Maret 2016
berkaitan dengan umur masak kelamin kelompok
kebutuhan energi sudah terpenuhi maka kelebihan
P3 yang paling lambat yaitu 54 hari, secara
energi yang identik dengan pemanfaatan glukosa
normal umur masak kelamin pada puyuh adalah 6
akan disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak.
minggu. Lambatnya umur masak kelamin pada
Kelompok
puyuh menyebabkan produksi telur juga rendah.
polikromatik menunjukkan rata-rata konsumsi
Pemberian
merah
pakan yang paling tinggi bila dibandingkan dengan
menunjukkan hasil produksi henday tertinggi yaitu
kelompok puyuh lain, yaitu sebesar 20,328
70 %, hal ini dikaitkan dengan konsumsi pakan
(g/ekor/hari). Kelompok puyuh P0 menghasilkan
dan bobot badan yang cukup tinggi disertai dengan
cahaya yang lebih terang, sehingga mengakibatkan
umur
cepat
panas yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan
mempengaruhi puyuh pada kelompok ini memiliki
dengan cahaya monokromatik, dan kandangnya
produksi telur yang tinggi pula.
menjadi lebih terang sehingga saat diberikan
cahaya
masak
monokromatik
kelamin
yang
lebih
puyuh
P0
yang
diberi
cahaya
Konsumsi pakan masing-masing perlakuan
cahaya lampu pijar puyuh lebih banyak bergerak
menunjukan adanya perbedaan nyata dengan
(agresif). Aktivitas harian yang lebih tinggi,
kelompok perlakuan yang diberi cahaya pijar (P0).
menyebabkan puyuh membutuhkan banyak energi.
Kelompok puyuh P3 (kelompok puyuh yang diberi
Energi tersebut diperoleh dari pakan. Didukung
perlakuan
data konsumsi pakan, puyuh yang diberikan
dengan konsumsi
pemberian warna
cahaya
biru)
pakan
monokromatik
menunjukkan
yang
paling
rata-rata
rendah
bila
cahaya lampu pijar memiliki konsumsi pakan lebih tinggi dibandingkan puyuh yang diberikan cahaya
dibandingkan dengan kelompok puyuh lain, yaitu
monokromatik
sebesar 16,332 (g/ekor/hari). Konsumsi pakan
konsumsi pakan tidak diimbangi dengan bobot
pada pemberian cahaya biru paling rendah
badan yang tinggi.Suhaely (2008) melaporkan
dibandingkan dengan pemberian cahaya
merah
bahwa suhu yang tinggi menyebabkan naiknya
dan hijau. Puyuh yang menerima cahaya biru
suhu tubuh puyuh. Peningkatan fungsi organ tubuh
menjadi lebih tenang sehingga puyuh lebih banyak
dan alat pernapasan merupakan gambaran dari
diam dan aktivitas makan menjadi lebih sedikit.
aktivitas metabolisme basal pada suhu lingkungan
Hal tersebut yang menyebabkan konsumsi
tinggi
tunggal.
menjadi
tingginya
Meningkatnya
metabolisme
rendah dibandingkan pemberian cahaya yang
penggunaan energi akibat bertambahnya frekuensi
lain.Rendahnya konsumsi pakan pada puyuh yang
pernafasan, kerja jantung, serta bertambahnya
menerima cahaya monokromatik mengindikasikan
sirkulasi darah perifer. Suhu tinggi mengakibatkan
keperluan energi dan material organik baik untuk
kebutuhan energi lebih tinggi, sehingga pakan
fungsi pertumbuhan, produksi, dan reproduksi
yang dikonsumsi oleh puyuh yang diberi perlakuan
sudah terpenuhi. Hal ini didukung dengan bobot
cahaya lampu pijar lebih banyak digunakan untuk
tubuh yang relatif tinggi pada puyuh yang
memenuhi
cahaya
monokromatik.
disebabkan
laju
pakan pada puyuh yang diberi warna biru lebih
menerima
basal
naik.
Namun,
kebutuhan
energi
bertambahnya
untuk
proses
Apabila
63
Kuantitas Produksi Telur Puyuh…. Yuli Triutami, Siti Muflichatun M, Kasiyati, Tyas Rini Saraswati, 56-65
metabolisme dibandingkan dalam pertumbuhan maupun reproduksi.
Temperatur
dan
kelembaban
lingkungan
selama pemeliharaan puyuh pada penelitian ini
Hal tersebut juga terjadi karena panas yang
sudah sesuai dengan yang dikemukakan oleh
dikeluarkan oleh cahaya polikromatik lebih tinggi
Suhaely (2008), yaitu bahwa suhu lingkungan
dibandingkan dengan panas yang dikeluarkan oleh
yang optimal untuk puyuh adalah 20°C-25°C.
cahaya
polikromatik
Kelembapan lingkungan untuk pertumbuhan dan
menghasilkan warna kuning yang cerah sehingga
perkembangan puyuh secara optimal antara 30-80
menyebabkan puyuh dapat melihat pakan yang
%. Konsumsi minum masing-masing perlakuan
diberikan menjadi lebih jelas.
tidak
monokromatik.
Lampu
Didi (2011) melaporkan penggunaan lampu
menunjukan
perlakuan
merangsang puyuh untuk mengkonsumsi pakan
dengan
yang
konsumsi
banyak,
karena
warna
kuning
perbedaan
nyata.
Kelompok puyuh P2 (kelompok puyuh yang diberi
berwarna kuning menghasilkan cahaya yang dapat lebih
adanya
pemberian
warna
cahaya
hijau)
minum
monokromatik
menunjukkan
yang
paling
rata-rata
rendah
bila
memberikan cahaya yang cerah pada lingkungan
dibandingkan dengan kelompok puyuh lain, yaitu
kandang dan pakan serta dapat meningkatkan
sebesar 30,006 (ml/ekor/hari).
aktivitas ternak, baik aktivitas gerak maupun makan. Namun,
Rendahnya konsumsi minum pada puyuh yang
kelompok
puyuh
P1
yang
menerima
cahaya
monokromatik
mengindikasikan keperluan energi dan bahan
mendapatkan cahaya monokromatik warna merah
organik
juga menunjukkan konsumsi pakan yang relatif
pemeliharaan, produksi, dan reproduksi sudah
tinggi (Didi, 2011), yaitu 18,04 (g/ekor/hari).
cukup terpenuhi. Hal ini didukung dengan bobot
Cahaya merah yang memiliki panjang gelombang
badan yang relatif tinggi pada puyuh yang
yang lebih panjang banyak menggunakan jalur
menerima
penerimaan lewat retinohipotalamus.
Artinya,
puyuh P1 (kelompok puyuh yang diberi perlakuan
cahaya merah sangat sulit melakukan penetrasi
pemberian cahaya monokromatik dengan warna
langsung ke dalam jaringan kranial. Sinyalcahaya
merah) menunjukkan rata-rata konsumsi minum
yang diterima oleh fotoreseptor retina akan
tertinggi bila dibandingkan dengan kelompok
diteruskan ke nukleus suprakhiasmatik pada
puyuh lain, yaitu sebesar 32,426 (ml/ekor/hari).
hipotalamus akan menginduksi pusat rasa lapar di
Aktivitas harian puyuh yang diberi cahaya
bagian lateral hipotalamus. Ketika pusat rasa lapar
monokromatik merah cukup tinggi dipicu oleh
terstimulasi maka akan terekspresi dengan perilaku
neurotransmiter tertentu sehingga puyuh mudah
makan. Puyuh yang menerima cahaya merah lebih
terstimulasi dan menjadi lebih agresif. Berbagai
aktif dan agresif. Faktor lingkungan seperti
aktivitas yang dilakukan puyuh P1 memerlukan
temperatur dan kelembaban pada saat penelitian
energi yang cukup sehingga diperlukan asupan
berkisar antara 27,68-31°C dengan kelembaban
nutrisi dan air yang tinggi.
40,89-60,62 %.
64
baik
untuk
cahaya
fungsi
pertumbuhan,
monokromatik.
Kelompok
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 24, Nomor 1, Maret 2016
SIMPULAN Berdasarkan pemberian
cahaya
hasil
penelitian
monokromatrik
bahwa dengan
pencahayaan 5 W selama 12 minggu pada puyuh (Coturnix coturnix japonica L) tidak berpengaruh meningkatkan produksi telur puyuh, khususnya kuantitas telur yang dihasilkan.
Rozenboim. 2004. Monochromatic Light Stimuli During Embryogenesis Enhance Embryo Development and Posthatch Growth. Poultry Science 83:1413-1419. Suhaely, A. 2008. Perancangan Fasilitas Fisik Usaha Ternak Puyuh Skala Komersial Di Kecamatan Ranca Bungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. IPB. Bogor Susilorini, T. E. 2007. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Abidin,
Zainal.2002. Meningkatkan Produksi Puyuh. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Untung, O. 2011. Ternak Puyuh. Trubus-Swadaya. Jakarta.
Abidin, Z. 2004. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur. Agro Media Pustaka. Jakarta. Balthazart, J., and Ball, G. F. 1998. Japanese Quail As AModel System For The Investigation of Steroid-Cathecolamine Interaction Mediating Appetitive And Consumatory Aspects of Male Sexual Behaviour. Ann Rev: Sex Research. Bell, D.J. and B.M. Freeman. 1971. Physiology and Biochemistry of the Domestic Fowl. Vol. 1. Academic Press, New York. Didi, D. 2011. Pengaruh Warna dan Intensitas Cahaya Terhadap Konsumsi Pakan, Bobot Telur, Konversi Pakan dan Berat Jenis Telur pada Burung Puyuh. Tesis.UniversitasBrawijaya. Malang.. Kasiyati. 2009. Umur Masak Kelamin Dan Kadar Estrogen Puyuh (Coturnixcoturnix japonica) Setelah Pemberian Cahaya Monokromatik. Tesis.IPB. Bogor. Kasiyati, N, Kusumorini, H, Maheshwari,dan W, Manalu. 2009. Penerapan Cahaya Monokromatik Untuk Perbaikan Kuantitas Telur Puyuh (Cortunixcortunix japonica. L). Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol XIX (1). Hal: 1-7 Menegristek. 2008.Budidaya Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica). http://www. ristek.go.id.Diakses 13 Oktober 2012
65