PERFORMA PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DI PELIHARA PADA FLOCK SIZE YANG BERBEDA THE PERFORMANCE OF QUAIL’S EGG (Coturnix coturnix japonica) PRODUCTION THAT MAINTAINED IN DIFFERENT FLOCK SIZE Sania Choeronisa*, Endang Sujana, dan Tuti Widjastuti Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21, Jatinangor 45363, Jawa Barat *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 e-mail :
[email protected] ABSTRAK Penelitian dengan judul “Performa Produksi Telur Puyuh (Coturnix coturnix japonica) yang di Pelihara pada Flock Size yang Berbeda” telah dilaksanakan pada tanggal 1 sampai dengan 31 Desember 2015. Penelitian dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh flock size terhadap performa produksi telur puyuh (Coturnix- coturnix japonica). Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat empat perlakuan flock size (P1= flock size 1 ekor, P2= flock size 5 ekor, P3= flock size 10 ekor, dan P4= flock size 30 ekor) dengan 5 kali pengulangan. Peubah yang diamati ialah konsumsi ransum, Quail Day Production, dan konversi ransum. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian perlakuan flock size dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap performa produksi telur pada puyuh. Pemberian perlakuan pada flock size 10 ekor memberikan pengaruh yang sama dengan perlakuan 5 dan 1 ekor terhadap performa produksi telur. Kata kunci : Flock size, puyuh, performa produksi ABSTRACT A research entitled “The Performance Of Quail’s Egg (Coturnix coturnix japonica) Production That Maintained In Different Flock Size” had been conducted in Desember, 1 to 30 2015. A research had done at Quail Breeding Farm Faculty of Animal Husbandry, University Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang. A research had done to know the influence of flock size to the performance of quail’s egg (Coturnix coturnix japonica) production. A research used experimental method with Completely Randomized Design (CRD). There were four treatments level of flock size (P1= flock size 1 quail, P2= flock size 5 quail, P3= flock size 10 quail, dan P4= flock size 30 quail) by five replications. The observed variables are feed consumption, Quail Day Production, and Feed Conversion Ratio. The research results show that treatments level of flock size can give the real influence to the performance of quail’s egg production. The treatments level to flock size 10 quail the same effect treatments level 5 and 1 quail to the performance of egg production. Key Word : Flock size, quail, performance of production
Performa Produksi Telur Puyuh………………………………………Sania Choeronisa, dkk. PENDAHULUAN Puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan salah satu unggas darat yang memiliki ukuran tubuh kecil namun mampu memproduksi telur tinggi berkisar 250-300 butir per ekor per tahun. Populasi puyuh di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 12.234.188 ekor, tahun 2013 sebanyak 12.552.974 ekor dan tahun 2014 sebanyak 12.692.213 ekor. Produksi telur puyuh tahun 2012 mencapai 15,8 ton, tahun 2013 mencapai 18,9 ton, dan tahun 2014 mencapai 19,1 ton. Konsumsi telur puyuh per kapita per minggu dari tiga tahun terakhir, secara berturutturut tahun 2012 sebanyak 0,070 butir, 2013 sebanyak 0,065 butir, dan 2014 sebanyak 0,072 butir (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2015). Banyaknya permintaan pasar pada saat ini, memberikan kesempatan bagi para peternak untuk meningkatkan produksi telur puyuh. Kurangnya produksi menjadi masalah bagi peternak karena berdampak terhadap kurangnya upaya untuk memenuhi permintaan pasar. Salah satu faktor penyebab produksi telur rendah ialah manajemen pemeliharaan dalam sistem perkandangan. Kandang merupakan tempat ternak untuk berlindung, beristirahat, makan, minum, melindungi dari cuaca ekstrim, dan predator yang dapat membahayakan ternak. Upaya untuk memberikan kondisi yang aman dan nyaman bagi puyuh akan berimbas pada hasil produksi yang tinggi. Kandang yang sesuai akan membuat puyuh memproduksi telur lebih tinggi dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Tipe kandang yang biasanya digunakan ialah cage. Cage adalah kandang yang berbentuk kotak dan biasanya terbuat dari kawat, bambu, reng dan kayu. Ukuran cage dalam satu flock yang digunakan disesuaikan dengan banyaknya jumlah puyuh yang dipelihara. Flock merupakan sekawanan puyuh yang berkumpul. Ukuran flok (flock size) turut menentukan performa produksi telur. Agar tidak terjadinya peck order dan tingkah laku lainnya yang dapat merugikan, maka penggunaan flock size harus diperhitungkan, mengingat bahwa puyuh merupakan ternak yang bersifat soliter dan menghabiskan sebagian besar
waktu mereka
baik sendiri atau dalam pasangan dengan hanya satu puyuh lainnya. Pelaksanaannya bahwa flock size ada hubungannya dengan suhu, sirkulasi udara, banyaknya puyuh dalam satu flock, cahaya, dan konsumsi pakan yang dapat mempengaruhi tingkah laku puyuh sehingga berakibat pada produksi telur.
2|Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Performa Produksi Telur Puyuh………………………………………Sania Choeronisa, dkk. Sifat genetik khas dari puyuh berupa tingginya tingkah laku mematuk, menjadikan salah satu kendala dalam peningkatan produktivitas. Tingkah laku tersebut dapat disebut dengan kanibalisme, yang menyebabkan tingkat mortilitas yang tinggi sehingga mempengaruhi produksi telur. Keadaan ini tidak hanya menggambarkan problem kenyamanan ternak tapi juga meningkatkan kebutuhan energi sehingga mempengaruhi produktivitas (Faure dkk., 2003 dalam Nurgiatiningsih dkk., 2008). Guna mencegah hal tersebut maka manajemen pemeliharaan harus diperhatikan. Puyuh betina dipelihara dalam kandang berukuran 100 x 60 x 30 cm dengan banyak populasi 50 - 60 ekor (Wuryadi, 2013). METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan ternak puyuh (Coturnix coturnix japonica) betina berumur 10 minggu (fase layer) sebanyak 600 ekor, dengan bobot badan seragam dan memiliki koefisien variasi sebesar 9,50%. Puyuh dibagi secara acak ke dalam 20 unit percobaan, setiap unit percobaan berisikan 30 ekor puyuh dan dipelihara selama 1 bulan. Ransum yang digunakan merupakan ransum komersial dengan kandungan nutrien ransum yang digunakan terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Nutrien Puyuh Petelur Umur >5 minggu Bahan Energi Metabolis (kkal/kg) Kadar Air (%) Protein Kasar (%) Lemak Kasar (%) Serat Kasar (%) Abu (%) Kalsium (%) Fosfor (%) Sumber : PT. Sinta Prima Feedmill
Kandungan 2900 12 20 4 6 13,5 3,2 0,6
Adapun masing - masing perlakuan flock size adalah sebagai berikut: P1 = Flock Size 1 ekor P2 = Flock Size 5 ekor P3 = Flock Size 10 ekor P4 = Flock Size 30 ekor
3|Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Performa Produksi Telur Puyuh………………………………………Sania Choeronisa, dkk. Peubah yang diamati meliputi konsumsi ransum, Quail Day Production (QDP), dan konversi pakan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam. Perlakuan yang memberikan
pengaruh nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan data nilai rataan konsumsi ransum, Quail Day Production (QDP), dan konversi pakan puyuh (Coturnix coturnix japonica) dari tiap perlakuan flock size dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan Konsumsi Ransum, Quail Day Production (QDP), dan Konversi Pakan pada Berbagai Perlakuan Flock Size Peubah Konsumsi Ransum (gram/ ekor/ hari) Quail Day Production (%) Konversi Pakan
P1 21,33 64,44c 3,00b
Perlakuan P2 P3 23,06 24,87 ab 53,05 60,25bc a 4,04 3,65ab
P4 26,41 48,41a 4,96a
Keterangan : Huruf yang berbeda berdasarkan deret kolom menunjukkan adanya signifikansi dari tiap perlakuan. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Berdasarkan Tabel 2. rataan konsumsi ransum pada berbagai perlakuan flock size berkisar antara 21,33 sampai dengan 26,41 gram per ekor per hari. Data tersebut selanjutnya diuji dengan analisis ragam. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa flock size 1 ekor, 5 ekor, 10 ekor, dan 30 ekor memberikan pengaruh tidak nyata (non significant) terhadap konsumsi ransum. Ransum yang dikonsumsi pada setiap flock berbeda - beda jumlahnya, namun hal tersebut menunjukkan pengaruh yang tidak nyata. Hal tersebut berhubungan dengan perbedaan aktivitas puyuh dari tiap flock. Unggas memiliki sifat allelomimetik atau disebut dengan sifat meniru, ketika puyuh ada dalam satu lingkungan yang sama maka sifat tersebut akan muncul. Sejalan dengan Hafez (1969), tingkah laku allelomimetik yaitu tingkah laku meniru salah satu anggota kelompok untuk melakukan pekerjaan yang sama dengan beberapa tahap rangsangan dan koordinasi yang berbalas – balasan. 4|Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Performa Produksi Telur Puyuh………………………………………Sania Choeronisa, dkk. Sifat allelomimetik dapat mempengaruhi aktivitas puyuh dari berbagai flock yang mempengaruhi jumlah konsumsi ransum. Semakin banyak populasi maka jumlah pakan yang dikonsumsi semakin banyak, artinya perbandingan antara populasi, berbanding lurus dengan jumlah konsumsi ransum. Hal tersebut diakibatkan oleh perbedaan aktivitas puyuh dari tiap flock size yang menyebabkan perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata. Sejalan dengan Wahju (1992), bahwa jumlah ransum yang dikonsumsi antara lain bergantung dari aktivitas unggas. Semakin banyak aktivitas unggas, maka jumlah ransum yang dikonsumsi akan semakin banyak. Pengaruh Perlakuan terhadap Quail Day Production Berdasarkan Tabel 2. rataan Quail Day Production pada berbagai perlakuan flock size puyuh secara berturut turut ialah P3 60,25%, P2 53,05%, P4 48,41%, dan tertinggi pada P1 yaitu 64,44%.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa flock size dengan berbagai perlakuan
memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap Quail Day Production.
Guna mengetahui
perbedaan antar kelompok perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan yang terdapat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat pada P1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan P4 dan P2, namun tidak berbeda nyata dengan P3. Perlakuan P3 tidak berbeda nyata dengan P2 dan berbeda nyata dengan P4. Sementara P2 dan P4 tidak berbeda nyata. Hal tersebut menunjukkan flock size yang berisi populasi lebih banyak dapat mempengaruhi performa produksi telur pada puyuh yang disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya ialah sifat puyuh yang sering melompat. Puyuh memiliki sifat yang lincah (melompat), kanibalisme dan stres yang cukup tinggi sehingga dapat mempengaruhi produksi. Sifat melompat puyuh berkaitan dengan produksi yang dihasilkan. Hal tersebut diakibatkan oleh aktivitas puyuh yang berlebihan. Meski kepadatan kandang setiap flock sama, namun daya jelajah dalam flock berbeda. Pada P1 ruang pergerakan lebih kecil dibandingkan dengan P4 yang memiliki daya jelajah lebih luas.
Hal ini yang
menyebabkan produksi telur P1 lebih banyak dibandingkan dengan P4. Pada P4 flock size lebih besar namun memiliki produksi telur lebih rendah. Hal ini disebabkan energi yang seharusnya digunakan untuk produksi telur, namun digunakan untuk aktivitas karena daya jelajah puyuh yang lebih luas.
5|Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Performa Produksi Telur Puyuh………………………………………Sania Choeronisa, dkk. Sejalan dengan pernyataan Rasyaf (1983), bahwa puyuh merupakan ternak yang mudah stres, memiliki sifat kanibalisme yang tinggi (biasanya diakibatkan oleh sangkar yang sempit), dan juga memiliki sifat melompat ke arah vertikal dalam kandang sehingga mengakibatkan puyuh tersebut terlalu banyak bergerak dan terluka akibat terbentur atap sangkar. Hal tersebut adalah pemicu yang dapat menurunkan produksi telur pada puyuh. Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Pakan Berdasarkan Tabel 2. konversi pakan pada berbagai perlakuan flock size berkisar antara 3,00 sampai dengan 4,96. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa flock size 1 ekor, 5 ekor, 10 ekor, dan 30 ekor memberikan pengaruh terhadap konversi pakan (P<0,05). Guna mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan yang tertera pada Tabel 2. Terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan P1 dengan P4.
Sementara pada
perlakuan P3, P2, dan P4 sama. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa konversi pakan yang diperoleh berbanding terbalik dengan produksi telur yang dihasilkan.
Angka yang
semankin kecil menunjukkan bahwa ransum yang dikonsumsi oleh puyuh dapat digunakan sudah cukup efisien dikarenakan ransum yang digunakan untuk membentuk satuan telur terhitung rendah, begitu juga sebaliknya. Angka konversi pakan menunjukkan berapa banyak jumlah ransum yang dikonsumsi untuk menghasilkan setiap satuan produksi. Sejalan dengan pernyataan Amrullah (2003) dalam Sudrajat, dkk. (2014), bahwa semakin rendah angka konversi pakan berarti kualitas pakan semakin baik. Berdasarkan penelitian Hazim dkk. (2010), konversi pakan yang ideal adalah 3,67 – 4,71. Konversi pakan dipengaruhi oleh konsumsi ransum dan produksi telur yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan.
Tingginya konversi pakan diakibatkan oleh berbagai hal
diantaranya lingkungan, pakan, dan manajemen. Sejalan dengan pernyataan Card dan Nesheim (1972) dalam Lidya (2004), bahwa konversi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya produksi telur, kandungan energi ransum, besar telur, kandungan zat makanan dalam ransum, temperatur lingkungan, dan kesehatan ternak.
6|Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Performa Produksi Telur Puyuh………………………………………Sania Choeronisa, dkk. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemberian perlakuan flock size yang berbeda memberikan pengaruh terhadap performa produksi telur puyuh (Coturnix coturnix japonica). 2. Perlakuan flock size yang berbeda, memberikan pengaruh yang sama pada flock size 10, 5, dan 1 ekor terhadap performa produksi telur yang dihasilkan oleh puyuh (Coturnix coturnix japonica). Saran Guna meningkatkan performa produksi telur pada puyuh (Coturnix coturnix japonica) maka disarankan menggunakan flock size 10 ekor dalam pemeliharaannya. Daftar Pustaka Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2015. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015. http://ditjennak.deptan.go.id. (Diakses pada tanggal 25 April 2015) Hazim J. Al-Daraji, H.A. Al-Mashadani, W.K. Al-Hayani, H.A. Mirza dan A.S. Al-Hassani. 2010. Effect of dietary supplementation with different oils on productive and reproductive performance of quail. J. Poultry. Sci. 9 (5): 429-435. Lidya, L. E. A. 2004. Performan Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Fase Produksi yang Diberi Ransum Terbatas pada Pemeliharaan Sistem Cage.Tesis UNPAD. Bandung. Nurgiatiningsih, V. M. A., C. Gatot., DESS., dan Muharlin. 2008. Estimasi Nilai Ripitabilitas Sifat Kanibalisme pada Puyuh (Coturnix-coturnix japonica). Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang. PT. Sinta Prima Feedmill. 2015. Komposisi Ransum Burung Puyuh Petelur Umur >5 minggu. Rasyaf, M. 1983. Memelihara Burung Puyuh. Kanisius. Yogyakarta. Sudrajat, D., D. Kardaya., E. Dihansih., dan S. F. S. Puteri. 2014. Performa Produksi Telur Burung Puyuh yang Diberi Ransum Mengandung Kromium Organik. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Djuanda. Bogor. Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Wuryadi, S. 2013. Beternak Puyuh. Agromedia Pustaka. Jakarta. 7|Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran