Kombinasi Cahaya Monokromatik Kasiyati, Hirawati Muliani, 64 - 74
Peran Kombinasi Cahaya Monokromatik Dalam Menstimulasi Pertumbuhan dan Matang Kelamin Puyuh (Coturnix coturnix japonica L.) Kasiyati, Hirawati Muliani *Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro
ABSTRACT One of the external factors involved in the quail growth and sexual maturity is light. The purpose of this research were to stimulate quail growth and sexual maturity with combination monochromatic light utilizing an additional illumination at night. Quail used in this study were ninety-eight female DOQ Coturnix coturnix japonica. Quail acclimated for two weeks in collective cages and a week in battery cage. Provision of additional light in the form of a combination of light monochromatic and light monochromatic single at four weeks old quail. A number ninety-eight female quails were divided into seven groups and each experimental group consisted of fourteen quails. Provision of single monochromatic light and monochromatic light combination can increase the body weight, body weight gain, carcass weight, lower feed intake, and feed conversion. The fastest age of the quail sexual maturity receiving achieved by monochromatic light green, and a combination of light green-blue, and red-green. The weight of the eggs produced with monochromatic light were the normal range, except the eggs weight of quail control relative decrease. The conclusion of this research were the monochromatic light red color combined with green monochromatic light could be stimulated the quail growth and the age of sexual maturity within the normal range. Key words: combination monochromatic light, DOQ, the carcass weight, sexual maturity
ABSTRAK Salah satu faktor eksternal yang terlibat dalam pertumbuhan dan masak kelamin puyuh adalah cahaya. Tujuan dari penelitian ini adalah menstimulasi pertumbuhan dan matang kelamin
puyuh dengan memanfaatkan kombinasi cahaya monokromatik sebagai penerangan tambahan pada malam hari. Puyuh yang dipakai pada penelitian ini adalah sembilan puluh delapan DOQ Coturnix coturnix japonica berjenis kelamin betina. Puyuh percobaan diaklimasi selama 2 minggu dalam kandang kolektif dan 1 minggu dalam kandang sangkar (batere). Pemberian cahaya tambahan berupa cahaya monokromatik dan kombinasi cahaya monokromatik dilakukan pada puyuh umur empat minggu. Sejumlah sembilan puluh delapan ekor puyuh betina dibagi ke dalam tujuh kelompok percobaan dan masing-masing kelompok terdiri atas empat belas ekor puyuh. Pemberian cahaya monokromatik dan kombinasi cahaya monokromatik dapat meningkatkan bobot tubuh, pertambahan bobot tubuh, bobot karkas, menurunkan konsumsi pakan dan konversi pakan. Umur masak kelamin tercepat dicapai oleh puyuh yang menerima cahaya monokromatik hijau, dan kombinasi cahaya hijau-biru, dan merah-hijau. Bobot telur yang dihasilkan masih dalam kisaran normal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah cahaya monokromatik warna merah yang dikombinasikan dengan
cahaya monokromatik warna hijau dapat memacu pertumbuhan dan umur matang kelamin dalam kisaran normal. Kata kunci: kombinasi cahaya monokromatik, DOQ, bobot karkas, matang kelamin 64
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013
kriteria yang banyak dipakai sebagai tanda
PENDAHULUAN Pertumbuhan dan masak kelamin
timbulnya umur masak kelamin pada
pada unggas khususnya puyuh relatif cepat
unggas. Kriteria bertelur pertama kali
jika pemeliharaan dilakukan dengan tepat.
didahului oleh ovulasi, sedangkan pada
Pertumbuhan tercepat pada puyuh, terjadi
unggas jantan, masak kelamin merupakan
sampai umur enam minggu, setelah itu
tahap ketika testis telah tumbuh dan
mulai
pertumbuhan
berkembang serta mampu menghasilkan
dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan, dan
spermatozoa yang matang. Tanda-tanda
lingkungan.
masak
melambat.
Proses
Wiradimadja
dkk.
(2007)
kelamin
merupakan
perpaduan
menyampaikan pakan masa starter dan
antara perubahan fisiologis dan morfologis
grower harus mengandung nutrisi yang
yang menghasilkan suatu keadaan sehingga
sesuai untuk mendukung pertumbuhan.
hewan mampu bereproduksi (Olanrewaju et
Keseimbangan energi dan protein dalam
al., 2006; Wiradimadja dkk. 2007).
pakan untuk periode pertumbuhan sangat mempengaruhi
pertumbuhan
puyuh,
Cahaya memegang peranan penting dalam
proses
pertumbuhan,
matang
efisiensi penggunaan pakan, produksi telur,
kelamin, dan produksi telur pada unggas.
dan kualitas telur .
Pada periode starter cahaya berperan
Pertambahan
bobot
tubuh
penting dalam proses pertumbuhan melalui
merupakan parameter untuk pengukuran
pengaturan sekresi hormon somatotropik
suatu proses
dan selalu
(De Jager 2003). Pada periode grower
berkaitan dengan perubahan. Perubahan
cahaya berperan dalam proses pendewasaan
yang terjadi selama pertumbuhan hewan
kelamin melalui pengaturan sekresi hormon
tidak selalu positif, dapat juga negatif.
melatonin. Pada periode layer, cahaya
Proses substansial pada proses produksi
berperan dalam proses produksi melalui
yang ditandai dengan adanya pertambahan
pengaturan sekresi hormon LH (Luteinizing
bobot tubuh merupakan perubahan positif,
Hormone) dan FSH (Follicle Stimulating
sedangkan
apabila
Hormone) yang berperan dalam produksi
pertumbuhan suatu hewan tidak optimal
oosit yang pada akhirnya menentukan
atau sangat lambat (Wahyu 2004; Abdel-
produksi telur (Solangi et al., 2004; Vali
Hakim et al. 2009).
2008).
pertumbuhan
perubahan
negatif
Masak kelamin pada aves betina
Respons pertumbuhan dan perilaku
berkaitan erat dengan pengeluaran telur.
pada unggas bergantung pada penerimaan
Tercapainya oviposisi pertama merupakan
reseptor pada retina. Sebaliknya, respons
65
Kombinasi Cahaya Monokromatik Kasiyati, Hirawati Muliani, 64 - 74 fotoseksual dipengaruhi oleh
penerimaan
puyuh jepang (Coturnix coturnix japonica)
cahaya yang melibatkan fororeseptor pada
berjenis kelamin betina. Puyuh percobaan
hipotalamus. Pertumbuhan puyuh, kalkun,
diaklimasi selama 2 minggu dalam kandang
dan ayam yang dipelihara dengan cahaya
kolektif dan 1 minggu dalam kandang
merah
mengalami
sangkar (batere) untuk menyesuaikan faktor
kurang
optimal
pertumbuhan dibandingkan
yang dengan
fisik
lingkungan
dan
manajemen
pemeliharaan menggunakan cahaya biru
pemeliharaan. Pada umur empat minggu,
dan hijau. Kondisi ini disebabkan unggas
puyuh diberi
yang terekspos cahaya merah dengan
dengan
panjang gelombang panjang menjadi lebih
monokromatik selama 12 jam. Pemberian
agesif dan aktif. Cahaya dengan panjang
cahaya monokromatik dan kombinasinya
gelombang panjang lebih mudah melakukan
berlangsung selama 8 minggu.
penetrasi
pada
jaringan
sehingga
merangsang
hipotalamus
masak
kelamin
(Lewis et al., 2007).
pencahayaan tambahan
kombinasi
warna
cahaya
a) Hewan Coba Sejumlah sembilan puluh delapan ekor puyuh betina dibagi ke dalam tujuh
Pemeliharaan dan budi daya puyuh
kelompok percobaan dan masing-masing
skala usaha masih belum sepenuhnya
kelompok terdiri atas empat belas ekor
menggunakan
puyuh, yaitu
cahaya
tambahan
untuk
meningkatkan produktivitas puyuh. Terkait
P0
:
puyuh
yang
diberi
dengan peran cahaya yang kompleks,
pencahayaan lampu pijar 5 W, warna
penelitian
kuning
ini
bertujuan
menstimulasi
pertumbuhan dan matang kelamin puyuh dengan memanfaatkan kombinasi monokromatik
sebagai
cahaya
penerangan
tambahan pada malam hari.
P1
:
puyuh
yang
diberi
pencahayaan dengan lampu LED 5 W kombinasi warna cahaya merah dan hijau, P2
:
puyuh
yang
diberi
pencahayaan dengan lampu LED 5 METODOLOGI
W kombinasi warna
Penelitian berlangsung di kandang percobaan Laboratorium Biologi Struktur
cahaya merah dan biru, P3
:
puyuh
yang
diberi
dan Fungsi Hewan, Fakultas Sains dan
pencahayaan dengan lampu LED 5
Matematika,
W kombinasi warna
Semarang.
Universitas Puyuh
yang
Diponegoro, dipakai
pada
penelitian ini adalah DOQ (day old quail) 66 64
cahaya hijau dan biru.
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013 P4
:
puyuh
yang
diberi
pencahayaan dengan lampu LED 5
:
puyuh
yang
diberi
pencahayaan dengan lampu LED 5
:
kolektif
yang
digunakan
pada
puyuh
yang
diberi
pencahayaan dengan lampu LED 5W
aklimasi, memiliki ukuran 80 x 80 x 40 cm
jumlah satu unit kandang, dan kandang sangkar dengan jumlah empat unit kandang, berukuran 30 x 40 x 60 cm. Kandang
warna biru
sangkar dibuat dengan kombinasi
cahaya
kawat
ram/kasa dan kayu yang dilengkapi dengan
b) Sistem Pencahayaan Sumber
saat
dengan kapasitas 100 ekor puyuh dengan
W warna hijau P6
dalam
penelitian ada dua macam, yakni kandang
W warna merah P5
c) Sistem Perkandangan Kandang yang dipakai
monokromatik
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah lampu LED (light emitting diodes) warna merah, hijau, dan biru dengan daya 5 W. Sumber cahaya untuk puyuh kontrol berupa lampu pijar 5 W warna kuning. Sumber cahaya disusun secara seri dan digantung di bagian atas pada sisi sebelah dalam setiap kandang sangkar. Rangkaian lampu dilengkapi dengan adaptor untuk
tempat pakan, minum, penampung feses, serta alas yang dibuat miring sehingga telur yang
dikeluarkan
oleh
puyuh
akan
menggelinding keluar dan terkumpul di satu tempat. Setiap satu unit kandang sangkar terdiri atas empat buah kotak kandang, dan masing-masing kotak diberi sekat partisi sehingga setiap satu kotak hanya disinari oleh
warna
cahaya
tertentu
dan
kombinasinya.
mengatur voltase, pengatur waktu (timer) untuk
mengatur
stabilisator
yang
nyala
lampu,
digunakan
serta
yang keluar. Intensitas cahaya diukur menggunkan light meter (lux meter), yang memiliki kemampuan sampai pengukuran 100 lux. Penambahan cahaya dilakukan setelah matahari tenggelam, yaitu pada
(18.00-06.00 WIB).
Puyuh percobaan yang berumur 2
untuk
menstabilkan arus yang masuk dengan arus
pukul 18.00 WIB selama
d) Pelaksanaan Penelitian
12 jam
minggu ditimbang untuk menyeragamkan bobot badan. Puyuh dengan bobot 30,040,0
g
dipilih
sebagai
hewan
coba,
selanjutnya ditempatkan dalam kandang sangkar.
Sanitasi
kandang
dan
perlengkapannya dilakukan sebelum puyuh ditempatkan
dalam
kandang
kolektif
maupun kandang sangkar. Tempat pakan, tempat minum, dan kandang dibersihkan secara rutin setiap pagi hari dan sanitasi 67 65
Kombinasi Cahaya Monokromatik Kasiyati, Hirawati Muliani, 64 - 74 kandang dilakukan setiap satu minggu
tubuh dilakukan pada pagi hari
sekali, dengan menyemprotkan desinfektan.
sebelum
Selama penelitian puyuh diberi makan dan
Timbangan
yang
minum secara ad libitum pada pagi, siang,
memiliki
kapasitas
dan sore hari. Feses dibersihkan setiap dua
maksimum 1000 g.
hari sekali pada pagi hari.
pemberian
pakan.
dipergunakan beban
Pertambahan bobot tubuh setiap
Pakan yang diberikan pada puyuh
minggu dihitung dengan mencari
percobaan adalah pakan komersial standar
selisih antara bobot tubuh akhir
yang
dengan bobot tubuh awal.
disesuaikan
pemeliharaan,
dengan
yaitu
pakan
umur
pada
fase
Bobot karkas diperoleh setelah
pertumbuhan (pakan starter dan pakan pada
puyuh dikorbankan pada minggu
fase
bertelur
layer).
Selama
ke-10,
diberi
vitamin
dipotong, tubuh dibersihkan dari
antistres, mulai pada saat pergantian jenis
bulu-bulu yang menempel, dan
pakan dari pakan starter hingga awal
organ viscera dibersihkan. Bobot
bertelur, dan setelah puyuh pindah kandang
tubuh kosong tanpa kepala, kaki,
selama tiga hari berturut-turut. Vaksinasi
dan viscera merupakan karkas.
menggunakan vaksin ND1 (tetes mata) dan
Karkas ditimbang untuk mendapat
ND2 (melalui air minum) juga dilakukan
bobot karkas. Timbangan yang
pada puyuh percobaan.
dipergunakan memiliki kepekaan
penelitian
(pakan
puyuh
juga
kepala
dan
ekstremitas
0,1 g.
e) Pengukuran Parameter
Bobot lemak abdominal diperoleh
Parameter yang diukur dan diamati
setelah puyuh dikorbankan pada
adalah bobot tubuh, pertambahan bobot
minggu ke-10. Kulit pada bagian
tubuh, lemak abdominal, bobot muskuli
abdominal disayat hingga terbuka,
pektorales, bobot karkas, konsumsi pakan,
lemak yang terdapat di bagian
konversi pakan, umur masak kelamin, dan
rongga abdomen dan sekitar saluran
bobot telur. Prosedur pengambilan data
pencernaan
untuk mendukung parameter penelitian
ditimbang sehingga diperoleh bobot
adalah sebagai berikut,
lemak abdomen. Timbangan yang
Bobot
tubuh
menimbang
diukur
puyuh
dengan
setiap
penelitian. 64 68
Penimbangan
bobot
kemudian
dipergunakan memiliki kepekaan
satu
minggu sekali sampai pada akhir
dikoleksi,
0,1 g.
Bobot diperoleh
muskulus setelah
pektorales puyuh
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013 dikorbankan,
bulu
dibersihkan,
diisolasi
muskulus
kemudian
ditimbang
pektorales, bobotnya.
dan
kulit
Timbangan
f)
Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan
penelitian
yang
yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah
dipergunakan memiliki kepekaan
rancangan eksperimental Rancangan Acak
0,1 g.
Lengkap (RAL) nonfaktorial terdiri atas
Umur masak kelamin, merupakan
tujuh perlakuan dan dua kali ulangan.
umur mulai bertelur. Umur masak
Setiap ulangan
kelamin ditentukan saat
puyuh. Data yang diperoleh dianalisis
puyuh
terdiri atas tujuh ekor
bertelur untuk pertama kalinya.
menggunakan
Bobot telur dihitung dari total bobot
(ANOVA) dengan uji lanjut Uji Duncan
telur yang dihasilkan pada waktu
pada taraf uji 95%. Semua analisis data
penelitian
dikerjakan dengan prosedur GLM (general
telur
dibagi dengan jumlah
yang
dihasilkan
penelitian.
selama
Timbangan
analisis
sidik
ragam
linear model) pada program SAS.
yang
dipergunakan memiliki kepekaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
0,1 g.
Konsumsi pakan diukur dengan
Ringkasan hasil penelitian disajikan
menghitung selisih antara pakan
pada Tabel 1 dan Tabel 2. Puyuh yang
yang diberikan dengan jumlah yang
menerima
tersisa
minggu
kombinasi cahaya monokromatik memiliki
pemberian pakan sehingga dapat
bobot tubuh reletif tinggi dibandingkan
diperoleh konsumi pakan harian
dengan puyuh kontrol, hal ini didukung
dalam
g/ekor/hari.
pula oleh pertambahan bobot tubuh per
dipergunakan
minggu. Pertumbuhan puyuh dipengaruhi
selama
satuan
Timbangan
yang
satu
Konversi
pakan
dihitung
dari
jumlah pakan yang dikonsumsi (gram) (gram).
dibagi
produksi
monokromatik
dan
oleh banyak faktor, salah satunya faktor
memiliki kepekaan 0,1 g.
cahaya
telur
dari luar, yaitu cahaya. Adanya cahaya menyebabkan puyuh dapat melihat pakan dan melakukan aktivitas harian. Terkait dengan aktivitas makan, puyuh kontrol memiliki konsumsi pakan tertinggi, diduga cahaya dari lampu pijar yang sangat terang menstimulasi penglihatan puyuh sehingga puyuh dapat melihat pakannya secara jelas. 69 65
Kombinasi Cahaya Monokromatik Kasiyati, Hirawati Muliani, 64 - 74 Meskipun konsumsi
pakan pada puyuh
dihasilkan lebih banyak dipergunakan untuk
kontrol memiliki nilai tertinggi, namun
aktivitas harian seperti gerak, berjalan, dan
tidak diimbangi dengan bobot tubuh yang
meloncat. Proses pengosongan pakan pada
tinggi.
saluran cerna menjadi lebih cepat, sehingga
Bobot karkas, bobot muskuli
pektorales, dan bobot lemak abdominal
cepat
pada puyuh kontrol juga tidak signifikan.
menyatakan substrat yang termetabolisme
Demikian juga dengan data produksi telur,
dengan cepat meningkatkan pengosongan
yaitu bobot telur, memiliki bobot terendah
saluran cerna sehingga aktivitas makan juga
9,49
bertambah dalam periode waktu tertentu.
g/butir.
Artinya,
energi
yang
dimetabolisme.
Klasing
(2006)
Tabel 1. Ringkasan rataan hasil bobot tubuh, pertambahan bobot tubuh per minggu, bobot lemak abdominal, dan bobot muskuli pektorales pada puyuh setelah diberikan cahaya monokromatik dan kombinasinya Parameter Bobot tubuh (g) Pertambahan bobot tubuh (g/minggu) Bobot lemak abdominal (g) Bobot karkas (g) Bobot muskuli pektorales (g)
P0 158,0 bc
P1 156,0 c
P2 178,0a
Perlakuan P3 164,0bc
P4 166.0b
P5 176,0a
P6 166,0b
16b
30a
28a
22ab
26ab
28ab
26ab
1,01a
0,64a
0,54a
0,68a
0,29a
0,45a
0,69a
77,72ab
75,77ab
78,82ab
81,72a
74,78b
79,05ab
74,37b
29,04a
25,62a
26,58a
28,64a
28,08a
27,0a
28,48a
Keterangan: huruf superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05). P0: puyuh kontrol; P1: puyuh yang diberi kombinasi cahaya merah-hijau 5 W; P2: puyuh yang diberi kombinasi cahaya merah-biru 5 W; P3: puyuh yang diberi kombinasi cahaya warna hijau-biru 5 W; P4: puyuh yang diberi cahaya warna merah; P5: puyuh yang diberi cahaya warna hijau; P6: puyuh yang diberi cahaya warna biru
Asumsi lain bahwa cahaya yang dihasilkan
maka
oleh lampu pijar menghasilkan temperatur
lebih
lebih tinggi dibandingkan dengan cahaya
homeostasis tubuh. Artinya, tubuh harus
yang
dalam kondisi stabil dan terpelihara, baru
diproduksi
oleh
lampu
LED.
energi yang diperoleh dari pakan banyak
dimanfaatkan
Meningkatnya temperatur lingkungan akan
kemudian
berpengaruh pada proses metabolisme dan
pertumbuhan
proses-proses fisiologis di dalam tubuh.
terlaksana. Decuypere dan Michels (1992)
Jika temperatur lingkungan meningkat,
melaporkan temperatur
64 70
proses
selanjutnya
untuk
dan
reproduksi
seperti dapat
merupakan salah
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013 satu
faktor
yang
menentukan
dan
mempengaruhi pertumbuhan pascatetas. Puyuh
yang
menerima
bobot karkas dan bobot telur yang tinggi (P<0,05), serta umur masak kelamin dalam
cahaya
kisaran normal pada puyuh yang diberi
monokromatik beserta kombinasinya, rata-
cahaya kombinasi hijau-biru, yaitu 81,72 g;
rata memiliki bobot tubuh dan pertambahan
10,85 g; dan 44,0 hari. Mendukung
bobot tubuh per minggu lebih tinggi. Bobot
pernyataan Rozenboim et al. (2004) dan
tubuh tertinggi dihasilkan oleh puyuh yang
Jing et al. (2007), untuk mengotimalkan
menerima kombinasi cahaya monokromatik
pertumbuhan
merah-biru dan cahaya monokromatik hijau
normal dan konversi pakan baik, unggas
(Tabel 1). Demikian juga pertambahan
sebaiknya dipelihara menggunakan cahaya
bobot tubuh per minggu memiliki nilai
monokromatik hijau dan biru.
yang tinggi pada puyuh yang menerima
dengan
konsumsi
pakan
Umur masak kelamin pada puyuh
kombinasi cahaya monokromatik merah-
yang
hijau dan merah-biru. Diduga puyuh yang
monokromatik merah-hijau, hijau-biru, dan
dipelihara
cahaya monokromatik hijau
menggunakan
monokromatik
mampu
cahaya
memanfaatkan
yaitu
diberi
44
kombinasi
hari
cahaya
lebih cepat,
dibandingkan
dengan
pakan yang dikonsumsinya secara efisien,
pemberian warna cahaya lain dan kontrol
hal ini didukung oleh nilai konsumsi dan
(Tabel 2). Matang kelamin puyuh dalam
konversi pakan (Tabel 2) yang lebih rendah
penelitian ini masih normal, artinya tidak
dibanding kontrol. Prayitno et al., (1997)
tertalu
melaporkan unggas yang terpapar pada
dihasilkan juga memiliki bobot telur dalam
cahaya dengan panjang gelombang pendek
kisaran normal. Kecepatan masak kelamin
(400-450 nm), yaitu cahaya hijau dan biru
dan produksi telur sangat dipengaruhi oleh
memiliki bobot tubuh tinggi dan konversi
asupan pakan.
pakan rendah.
dalam
Temperatur
Produk
telur
yang
Peran pakan sangat vital
mendukung
pertumbuhan
dan
yang
reproduksi. Umur masak kelamin dapat
cahaya
dicapai jika bobot tubuh puyuh sudah
monokromatik bersumber dari lampu LED
mencapai 120-150 g. Bobot tubuh masak
tidak
proses
kelamin yang berada pada kisaran tersebut
metabolisme dan fisiologis dapat berjalan
sesuai dengan yang dikemukan oleh Kim
dengan baik. Energi
yang dihasilkan
(2000), Gunes dan Cerit (2000) bahwa
dipergunakan secara optimal untuk sintesis
puyuh yang memiliki bobot tubuh antara
jaringan, homeostasis, pemeliharaan tubuh,
120-160 g telah masak kelamin.
dihasilkan
oleh
terlalu
panas,
lingkungan
terlambat.
pemberian
sehingga
pertumbuhan, dan reproduksi. Terbukti dari 71 65
Kombinasi Cahaya Monokromatik Kasiyati, Hirawati Muliani, 64 - 74 Pemberian
cahaya
hijau
yang
Terdapat
dua
faktor
yang
dikombinasikan dengan warna cahaya biru
berpengaruh pada
atau merah dapat menstimulasi performa
yaitu faktor genetik dan faktor eksternal.
reproduksi. Mengacu pada hasil penelitian
Faktor eksternal adalah pakan dan periode
Rozenboim dalam Priel (2007) bahwa
pencahayaan.
retina aves sangat sensitif terhadap cahaya
penting dalam menstimulasi hipotalamus
hijau.
Rozenboim
untuk mensekresikan GnRH dan memacu
mengemukakan untuk meningkatkan profil
hipofisis anterior untuk mensintesis FSH
reproduksi pada aves, jaringan retina mata
dan
akan lebih baik jika dinetralisasi. Artinya,
pembesaran
pemakaian
harus
sedangkan LH diperlukan untuk ovulasi,
dikombinasikan dengan cahaya biru, merah,
yaitu pelepasan yolk yang sudah matang
atau kuning.
dari ovarium ke dalam oviduk.
Lebih
lanjut
cahaya
hijau
LH.
umur masak kelamin,
Cahaya
FSH
memiliki
dibutuhkan
dan
pematangan
peran
dalam folikel,
Tabel 2. Ringkasan rataan hasil konsumsi pakan, konversi pakan, umur masak kelamin, dan bobot telur pada puyuh setelah diberikan cahaya monokromatik dan kombinasinya Parameter P0 Konsumsi pakan (g/ekor/hari) Konversi pakan Umur masak kelamin (hari) Bobot telur (g/butir)
P1 a
Perlakuan P3
P2 ab
ab
19,37
ab
P4 18,04
P5 b
P6
17,65
bc
16,33c
20,33
18,87
18,95
0,13a
0,12b
0,10c
0,11bc
0,11bc
0,10c
0,09d
47,80b
46,0c
44,40d
44,0d
46,60c
44,20d
54,40a
9,49c
10,54ab
10,56ab
10,85a
10,76a
10,54ab
9,82b
Keterangan: huruf superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05). P0: puyuh kontrol; P1: puyuh yang diberi kombinasi cahaya merah-hijau 5 W; P2: puyuh yang diberi kombinasi cahaya merah-biru 5 W; P3: puyuh yang diberi kombinasi cahaya warna hijau-biru 5 W; P4: puyuh yang diberi cahaya warna merah; P5: puyuh yang diberi cahaya warna hijau; P6: puyuh yang diberi cahaya warna biru
Terdapat
yang
jaringan kranial, kemudian sinyal cahaya
menerima cahaya monokromatik hijau dan
akan diterima oleh fotoreseptor ekstraretina
kombinasi cahaya hijau-biru, serta merah-
dan
hijau mencapai masak kelamin lebih cepat.
Hipotalamus dapat terstimulasi dengan
Adanya unsur cahaya hijau atau
biru
mensekresikan
beberapa
pendek
seperti faktor
stimulasi GH
dengan
panjang
indikasi
puyuh
gelombang
diteruskan
ke
hipotalamus.
faktor/hormon (GHRF:
disinyalir mampu melakukan penetrasi
growth hormone releasing factor) dan
langsung
hormon gonadotropin (GnRH). Davies et
64 72
pada
tulang
tengkorak
dan
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013 al., (2011) mengemukakan kranium aves
hormone)
permeabel
Selanjutnya
terhadap
cahaya,
terutama
dari FSH
hipofisis
anterior.
akan
memacu
cahaya tampak (visible light), namun
pertumbuhan dan perkembangan folikel,
penyebaran dan absorpsi foton bergantung
sedangkan
pada
ovulasi sehingga unggas mencapai masak
komposisi spektrum cahaya yang
melakukan penetrasi.
Terutama cahaya
dengan panjang gelombang 400-450 nm (cahaya violet-biru) dan
LH menginduksi
terjadinya
kelamin. Ovulasi pertama merupakan tanda bahwa puyuh telah masak kelamin.
525-550 nm
(hijau) dapat diabsorpsi oleh bulu, kulit,
KESIMPULAN
kranium, dan otak aves. Sedangkan Foster
Kesimpulan
dan Soni (1998) melaporkan
bahwa
penelitian ini adalah cahaya monokromatik
fotoreseptor ekstraretina pada aves tersebar
warna merah yang dikombinasikan dengan
di bagian basal otak, septum lateral,
cahaya monokromatik warna hijau dapat
hipotalamus
memacu pertumbuhan dan umur matang
(deep
brain),
intrakranial
organ pineal, dan cairan serebrospinal yang
yang
dapat
diambil
dari
kelamin dalam kisaran normal
terhubung dengan neuron (CSF-contacting neuron). Fotoreseptor merupakan sel saraf yang
mengalami
menerima
sinyal
spesialisasi untuk cahaya
dan
mentransduksikan sinyal cahaya tersebut menjadi sinyal elektrokimiawi. Jaringan otak permeabel terhadap cahaya dan cahaya yang diabsorpsi oleh jaringan otak akan difilter
kembali
oleh jaringan
neural.
Sebagian besar cahaya dengan panjang gelombang pendek seperti cahaya hijau dan biru akan tetap dapat melakukan penetrasi ke bagian dasar otak. Sinyal cahaya yang diterima oleh hipotalamus akan merangsang pelepasan GnRH (gonadothropin releasing hormone). GnRH inilah yang akan menstimulasi sintesis
dan
sekresi
FSH
(follicle
stimulating hormone) dan LH (luteinizing
DAFTAR PUSTAKA Abdel Hakim, N.F., A. Abdel-Hady., F. Abdel-Azeem., and G.A. AbdelHafez., 2009. Growth performance and nature of growth of japanese quails as affected with dietary energy sources, levels and age under the egytion environmental. Egypt Poult Sci 29 (III): 777-804. Davies, W.I.L., M. Turton., S.N. Pierson., Follet, B.K., S. Halford., J.M.G. Fernandez., P.J Sharp., M.W. Hankin., and R.G. Foster., 2011. Vertebrate ancient opsin photopigment spectra and avian photoperiode response. Biol lett: 1-5. Decuypere, E., and H. Michels., 1992. Incubation temperature as a management tool: a review. World Poult Sci 8: 28-38. De Jager, P.H., 2003. Effect of Photoperiod on Sexual Development, Growth, and Production of Quail (Coturnix coturnix japonica).
73 65
Kombinasi Cahaya Monokromatik Kasiyati, Hirawati Muliani, 64 - 74 Department of Agricultural Management Port Elizabeth Technicon. George Campus. Foster R.G., and B.G. Soni., 1998. Extraretinal photoreceptor and their regulation of temporal physiology. J Repro and Fert 3: 145-150. Gunes, H., and H. Cerit. 2000. Interrelationships between age of sexual maturity, body weight and egg production in the japanese quail (Coturnix coturnix japonica). Poult Sci 67: 463-469. Jing, C., C. Yao-Xing., W. Zi-Xu., L. JunYin., X. Dian., and X. Lin-Jun., 2007. Effect of monochromatic light on broiler growth. Scientia Agricultura Sinica 40 (10): 23502354. Kim, S.F. 2000. Coturnix quail: the nutrition and management of japanese (Coturnix) quail in the tropic. http://www.thatquailplace.com/co turnix/ (30 Juli 2009). Klasing, K.C. 2006. Comparative Avian Nutrition. London: CAB International. Lewis, P.D., L. Caston., and S. Leeson., 2007. Green light during rearing does not significantly affect the performance of egg-type pullets in the laying phase. Poult Sci 86: 739-743. Olanrewaju, H. A., J. P. Thaxton, W. A. Dozier III, J. Purswell, W. B. Roush, and S. L. Branton. 2006. A Review of Lighting Program for Broiler Production. Int. J. Poult. Sci. 5:301-308. Prayitno, D.S., C.J.C. Phillips., and H. Omed. 1997. The effect of color of light on the behaviour and production of meat chickens. J Poult Sci 76: 452-457. Rozenboim, I., Y. Pietsun., N. Mobarkey., M. Barak., A. Hoyzman., and O. Halevy., 2004. Monochromatic light stimuli during embryogenesis
74 64
enhance embryo development and posthatch growth. Poult Sci 83: 1413-1419. Priel A. 2007. Broilers and layers respond differently to coloured light. World poult Sci 23(4): 17. SAS Institute. 2001. The SAS® System for Windows. Release 9.0. SAS Inst., Inc, Cary, NC. Solangi, A.H., M.I. Rind., A.A. Solangi., N.A. Shahani., A.W. Rind., and S.H. Solangi., 2004. Influence of lighting on production and agonistic behaviour of broiler. Journal of Animal and Veterinary Advances 3 (5): 285-288. Vali, N. 2008. The japanese quail: review. J Poult Sci 7(9): 925-931. Wahyu, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Wiradimadja, R., W.G. Piliang., M.T. Suhartono., dan W. Manalu., 2007. Umur dewasa kelamin puyuh jepang betina yang diberi tepung daun katuk (Sauropus androgynus L. Merr.). Animal Production 9(2): 67-72.