Nomor 43 Desember 2009
Pengembangan Kacang Hijau di Lahan Berpengairan Terbatas Pengembangan kacang hijau di lahan berpengairan terbatas berperan penting meningkatkan indeks pertanaman dan pendapatan petani. Varietas kacang hijau yang dikembangkan di Lombok Timur berumur lebih genjah, masak serempak, toleran kekeringan, dan mampu berproduksi rata-rata 1,5 t/ha dengan keuntungan Rp 5 juta/ha.
Panen raya kacang hijau di Lombok Timur pada 17 Nopember 2009, diawali oleh Gubernur NTB. Dengan hasil 1,5 t/ha, keuntungan yang dapat diraih dari budi daya kacang hijau di lahan sawah tadah hujan mencapai Rp 5,0 juta dalam tempo dua bulan.
Berita Puslitbangtan 43 •Desember 2009
acang hijau merupakan sumber protein nabati yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan komoditas ini perlu mendapat perhatian yang lebih besar. Dalam upaya pengembangan kacang hijau, Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) telah merakit varietas berumur pendek, masak serempak, dan daya hasil tinggi (2 t/ha), sehingga lebih efisien dalam memanfaatkan lahan yang makin terbatas.
K
Dalam acara Open House yang digelar oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Barat (NTB) pada bulan April 2009, Gubernur NTB berkeinginan mengembangkan varietas unggul kacang hijau di daerahnya. Keinginan Sang Gubernur disambut baik oleh Kepala Badan Litbang Pertanian. BPTP NTB dan Balitkabi diminta untuk segera mengembangkan varietas unggul kacang hijau di Lombok Timur, terutama untuk mengisi jeda waktu dua bulan antara tanaman tembakau dengan padi pada musim hujan. Kondisi lahan pada saat jeda waktu dua
1
GELAR TEKNOLOGI
Dari Redaksi Berita Puslitbangtan pada tahun 2009 terbit tiga nomor, lebih maju dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya dapat terbit dua nomor setiap tahun. Kali ini Berita Puslitbangtan terbit dengan informasi tentang diseminasi hasil penelitian kacang hijau di lahan berpengairan terbatas di Lombok Timur, NTB, dan pengembangan ubi jalar di Magelang, Jawa Tengah. Meskipun terlambat, informasi tentang Seminar Nasional Tanaman Pangan di Bogor dan Rapat Kerja Puslitbangtan di Pare-Pare Sulawesi Selatan belum lama ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca, terutama di lingkup Puslitbangtan. Informasi penting lainnya adalah akreditasi bagi Buletin Iptek Tanaman Pangan, profesor riset yang baru, dan publikasi baru tentang keberhasilan Indonesia dalam mewujudkan kembali swasembada beras. Selamat membaca.
Redaksi
bulan itu biasanya bera. Mengintroduksikan kacang hijau dalam pola tanam padi-tembakau berarti meningkatkan indeks pertanaman dari 200% menjadi 300%. Pengembangan kacang hijau di lahan berpengairan terbatas di Lombok Timur mengintroduksikan lima varietas unggul yaitu Kenari, Perkutut, Sriti, Kutilang, Murai, dan Vima 1 seluas 8 ha. Benih kacang hijau berupa benih dasar (bredeer seed) yang berasal dari Balitkabi ditanam setelah panen tembakau pada awal September 2009. Penanaman dilakukan dengan cara tugal, tanpa pengolahan tanah (TOT), saluran drainase dibuat untuk setiap 3-5 m, jarak tanam 40 cm x 10 cm, 2-3 biji/lubang, dan pemupukan memanfaatkan sisa pupuk dari tanaman tembakau. Penyiangan dua kali, masingmasing pada saat tanaman berumur 2 dan 5 minggu, pengairan tidak dilakukan, pengendalian hama dan penyakit mengikuti prinsip pengendalian hama secara terpadu, dan panen pada saat kulit polong berwarna hitam atau pada saat tanaman berumur 57-60 hari.
Panen Raya
Daftar Isi
2
Pengembangan Kacang Hijau di Lahan Berpengairan Terbatas ..............
1
Pengembangan PTT Ubi Jalar ..............
3
Menelisik Hasil Penelitian Tanaman Pangan ......................................................
4
Panen raya kacang hijau di Lombok Timur pada 17 Nopember 2009 diawali oleh Gubernur NTB. Acara ini dihadiri oleh berbagai lapisan masyarakat, termasuk Bupati Lombok Timur, Kepala Dinas Pertanian NTB, Kepala Bakorluh,
Kepala BPTP, Perwakilan Badan Litbang Pertanian, penyuluh, Gapoktan, dan masyarakat pertanian setempat. Menurut perkiraan peneliti Balitkabi, hasil kacang hijau di daerah ini dapat mencapai rata-rata 1,5 t/ha dengan keuntungan Rp 5,0 juta/ha. Varietas yang disukai petani adalah Vima 1. Dibandingkan dengan varietas lain, Vima 1 berumur lebih genjah, masak serempak, dan toleran kekeringan. Dalam sambutannya pada acara temu lapang di Lombok Timur, Gubernur NTB menegaskan bahwa pengaturan pola tanam dan pemilihan kacang hijau sebagai salah satu komponen dalam pola tanam dapat meningkatkan indeks pertanaman sehingga berujung pada peningkatan pendapatan petani. Oleh karena itu, Gubernur menginstruksikan Bupati Lombok Timur untuk mengembangkan kacang hijau pada musim tanam berikutnya. Hasil panen perdana kacang hijau ini akan dijadikan benih sebar. Temu lapang mendapat apresiasi yang tinggi dari petani, gapoktan seKabupaten Lombok Timur, penyuluh, Kepala Dinas Pertanian, Bupati Lombok Timur, dan Gubernur NTB. Mereka berniat mengembangkan kacang hijau di seantero NTB. Untuk pengembangan lebih lanjut, hasil kacang hijau dari panen raya ini akan dibeli oleh Perusahaan Daerah Selaparang Agro Milik Pemda Kabupaten Lombok Timur untuk dijadikan benih sumber. (Marwoto)
Refleksi dan Rencana Strategis Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan .....................................
7
Pengukuhan Profesor Riset ...................
10
ISSN 0852-6230
Telah Terakreditasi Buletin Iptek Tanaman Pangan .....................................
11
Publikasi Baru ..........................................
12
Penanggungjawab: Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Prof Dr Ir Suyamto Dewan Redaksi: Hermanto, Husni Kasim, Unang Gunara Kartasasmita, Dedik Sadikin Tata Letak: Edi Hikmat Alamat: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Jalan Merdeka 147, Bogor, 16111 Telp. (0251) 8334089, 8311432, Faks. (0251) 8312755; E-mail:
[email protected] www.puslittan.bogor.net
Berita Puslitbangtan 43 • Desember 2009
GELAR TEKNOLOGI
Pengembangan PTT Ubi Jalar Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian mengembangkan inovasi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) ubi jalar di Magelang dan mendapat apresiasi yang tinggi dari pejabat dan petani setempat. bi jalar makin diperlukan sebagai bahan pangan. Berbagai jenis makanan yang terbuat dari komoditas ini telah beredar di pasar tradisional maupun pasar modern. Hal ini diharapkan dapat mendorong pengembangan ubi jalar.
U
Hingga saat ini hasil ubi jalar di tingkat petani masih rendah, rata-rata 12 t/ha, sementara di tingkat penelitian telah mencapai 25-35 t/ha. Angka ini menunjukkan masih besarnya peluang peningkatan produksi ubi jalar melalui penerapan inovasi teknologi.
2009. Kegiatan ini bertujuan untuk (1) memperkenalkan varietas unggul ubi jalar, (2) mensosialisasikan prinsip dasar Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan teknologi budi daya ubi jalar yang efektif dan efisien, serta (3) memperkenalkan teknik pembuatan produk olahan pangan berbahan baku ubi jalar.
Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak terkait antara lain petani, pengrajin olahan ubi jalar, ibu-ibu PKK Kabupaten Magelang, Bupati, DPR Kabupaten Magelang, aparat dari Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP) K abupaten Magelang, BPTP Jawa Tengah, dan Balitkabi. Varietas ubi jalar yang dikembangkan meliputi Sari, Sawentar, Boko, Papua Salosa, Kidal, Beta 1, Antin 1, Sukuh, Cangkuang, dan Jegros (lokal). Produk olahan yang ditampilkan adalah selai, kripik, brownis, onde-onde, mie, dan dodol dari ubi jalar. Hasil varietas lokal Jegros ternyata paling tinggi, 33 t/ ha. Hasil varietas Sawentar dan Sari masing-masing 24 t dan 21 t/ha. Sementara hasil varietas Papua Solossa
Di beberapa pabrik saos tomat, ubi jalar digunakan sebagai bahan baku, bahkan dengan komposisi yang cukup banyak, mencapai 75%. Meski demikian, saos tersebut tetap disebut saos tomat, bukan saos ubi jalar. Hal ini membuktikan bahwa status komoditas ini masih dinilai rendah oleh sebagian masyarakat. Sebenarnya ubi jalar mempunyai nilai gizi yang tinggi. Ubi jalar berwarna ungu, misalnya, mengandung antosianin yang tinggi. Zat ini dapat berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mencegah penyakit kanker. Ubi jalar kuning mengandung betakarotin tinggi yang dapat berfungsi sebagai pro vitamin A, yang penting artinya untuk kesehatan mata.
Temu Lapang dan Pameran Dalam upaya pengembangan ubi jalar, Balitkabi menyelenggarakan temu lapang di Magelang pada 14 Oktober
Berita Puslitbangtan 43 •Desember 2009
Kepala Puslitbangtan, Prof Dr Suyamto, (kiri) dan Wakil Bupati Kabupaten Magelang (tengah) memperagakan hasil panen varietas unggul ubi jalar yang dikembangkan di Magelang.
3
SEMINAR NASIONAL
rendah karena varietas ini sebenarnya cocok untuk dataran tinggi. Kepala Puslitbangtan, Prof Dr Suyamto, dalam sambutannya menekankan perlunya kerja sama antara lembaga penelitian dengan pihak terkait dalam upaya mempercepat alih teknologi kepada petani. Menurut Prof Suyamto, ubi jalar perlu diolah menjadi pangan dengan cita rasa dan gizi yang tinggi. Hal ini penting artinya bagi ketahanan pangan nasional dan pengembangan perekonomian di pedesaan yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan petani.
Wakil Bupati yang mewakili Bupati Kabupaten Magelang menggaris bawahi bahwa pembangunan pertanian di Kabupaten Magelang merupakan prioritas utama. Oleh sebab itu, pengembangan ubi jalar di daerahnya mendapat dukungan yang baik. “Kami akan mendorong pengembangan ubi jalar dan produk olahannya”, ujar Wakil Bupati di hadapan para hadirin. Petani, pengrajin olahan ubi jalar, dan penyuluh setempat mengharapkan adanya varietas unggul ubi jalar yang cocok dikembangkan di daerahnya. Mereka juga menginginkan teknologi
pembibitan dan pengolahan ubi jalar menjadi produk yang bergizi tinggi dengan citarasa yang enak. Varietas lokal Jegros yang telah berkembang penggunaannya diusulkan untuk dilepas sebagai varietas unggul. dalam acara temu lapang ini, Pemda setempat didaulat untuk membantu pengadaan mesin penepung dan perajang ubi jalar bagi pengrajin produk olahan. Dalam kaitan ini, Bupati dan DPRD setempat menyatakan kesanggupannya untuk pengadaan mesin tersebut. Harapan petani adalah, Pemda dapat menjamin harga ubi jalar selalu pada tingkat yang layak meskipun pada saat panen raya. (Marwoto)
Menelisik Hasil Penelitian Tanaman Pangan Seminar Nasional Tanaman Pangan yang diselenggarakan di Bogor beberapa waktu yang lalu membahas hasil penelitian tanaman pangan dari berbagai aspek. Inovasi teknologi yang dihasilkan diharapkan dapat segera dikembangkan untuk mendukung kemandirian pangan. uber, itulah kesan dari penyelenggaraan Seminar Nasional Tanaman Pangan di Bogor pada 14 Agustus 2009. Dengan berbagai pertimbangan, terutama ruangan yang tersedia, panitia hanya menyediakan tempat bagi 120 peserta, tapi dihadiri oleh 180 peserta. Karena itu, panitia dalam waktu singkat dan cepat harus segera menambah kursi bagi peserta yang belum kebagian duduk.
L
Seminar Nasional Tanaman Pangan adalah rangkaian dari kegiatan ulang tahun ke-35 Badan Litbang Pertanian. Dengan tema “Inovasi Teknologi Padi dan Palawija bagi Keberlanjutan Ketahanan Pangan”, seminar bertujuan untuk (1) menelisik hasil penelitian dan
4
pengembangan tanaman pangan dalam lima tahun terakhir, (2) mengkomunikasikan inovasi teknologi padi dan palawija untuk mendukung upaya peningkatan produksi, pendapatan petani, dan keberlanjutan ketahanan pangan, dan (3) menghimpun umpan balik dari peserta seminar yang akan dijadikan referensi bagi penelitian ke depan. Seminar diikuti oleh berbagai pihak terkait, antara lain dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, LIPI, PATIR BATAN, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Fakultas Pertanian Universitas Negeri Sebelas Maret, BPATP, Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Balitsereal, Balitkabi, dan Puslitbangtan. Dalam seminar tersebut dibahas berbagai hasil penelitian tanaman pangan dengan rumusan sebagai berikut:
•
Inovasi teknologi merupakan pilar penting dalam produksi tanaman pangan. Karena itu, inovasi teknologi harus memberikan kontribusi nyata yang tidak hanya terhadap peningkatan produksi dan ketahanan pangan secara berkelanjutan, tetapi juga dapat mendukung eksistensi Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
Berita Puslitbangtan 43 • Desember 2009
SEMINAR NASIONAL
•
•
•
(road map) berbasis sumber daya lokal dan didesain menurut kawasan. Untuk itu diperlukan kebijakan dan rekomendasi penelitian dan inovasi teknologi, di antaranya kebijakan rancangan penyediaan pangan per provinsi dan kaitannya dengan kebijakan subsidi, peta varietas, peta pengembangan lahan, peta penyebaran teknologi, peta pengembangan kelembagaan, dan peta pengembangan daya saing.
Terdapat beberapa persyaratan penyebaran inovasi teknologi, dua di antaranya dikemukakan oleh Menristek pada pertemuan di Departemen Pertanian 6 Agustus 2009, yaitu (1) hasil penelitian atau inovasi teknologi harus mudah dipahami, dan (2) hasil penelitian harus bermanfaat dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Puslitbangtan telah mengembangkan konsorsium penelitian padi dan kedelai, dan sedang dirintis konsorsium penelitian gandum tropika dan diharapkan dapat dimulai pada tahun 2010. Nilai impor tanaman pangan yang diperkirakan mencapai Rp 325 trilyun hendaknya menjadi bahan pemikiran dalam penyusunan penelitian ke depan. Sesuai dengan tupoksinya, Ditjen Tanaman Pangan dan Badan Litbang Pertanian perlu mengimplementasikan peta jalan
•
•
Teknologi irradiasi untuk perakitan varietas unggul tanaman pangan yang telah dihasilkan PATIR BATAN dapat dimanfaatkan lebih lanjut oleh petani dan pengguna lainnya. Dengan demikian, petani dan pengguna lain dapat memilih varietas selain hasil rakitan Puslitbangtan. Masalah utama yang dihadapi dalam pembangunan pertanian di antaranya (1) jumlah petani banyak tetapi tingkat pendidikan masih
Kepala Puslitbangtan, Prof Dr Suyamto, dalam pembukaan Seminar Nasional Tanaman Pangan di Bogor, menekankan pentingnya kerja sama dengan berbagai pihak dalam penelitian dan pengembangan inovasi teknologi.
Berita Puslitbangtan 43 •Desember 2009
rendah, 81,3% lulusan SD ke bawah, dan (2) lahan sempit.
•
Lembaga pendidikan tinggi dapat mengambil peran dan memberikan kontribusi dalam menghasilkan inovasi teknologi tanaman pangan berbasis kawasan, misalnya Universitas Hasanuddin memberikan kontribusi dalam pembangunan pertanian di Kawasan Timur Indonesia. Kegiatan yang dilakukan Universitas Hasanuddin antara lain adalah alih teknologi melalui SL yang berbasis teknologi, teknologi produksi benih/bibit sumber, kemitraan dengan industri benih, dan produksi pupuk organik cair.
•
Pembangunan pertanian di luar Jawa memerlukan dana yang sangat tinggi untuk infrastruktur, sehingga diperlukan jalinan kerja sama yang saling menguntungkan antara Pemerintah dengan investor.
•
Luas penanaman lahan tanaman bioteknologi tahun 2008 diperkirakan mencapai 125 juta ha. Kebutuhan terhadap inovasi teknologi tertentu atau varietas dengan sifat-sifat tertentu (misalnya golden rice yang mengandung vitamin A tinggi, padi toleran kekeringan dan tahan rendaman, dan padi ideal dengan produktivitas tinggi dan sifat-sifat unggul lainnya) masih belum tercukupi. Hal itu masih merupakan masalah dan sekaligus tantangan jika dikaitkan dengan pertumbuhan populasi penduduk Indonesia dan kebutuhan pangan masa depan, baik jumlah maupun mutu hasil. Untuk itu, diperlukan rekayasa genetika untuk perakitan teknologi pangan masa depan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian dan pengembangan genetically modified organism adalah (1) PP nomor 21 tahun 2005 tentang keamanan pangan dan keamanan
5
SEMINAR NASIONAL
lingkungan dan (2) paten. Lebih jauh, penelitian bioteknologi perlu disesuaikan kembali dengan kinerja yang sudah dicapai dan aturan main terkait dengan bioteknologi perlu diperkuat.
•
•
6
Teknologi yang tidak aplikatif praktis bukan atau belum dapat disebut teknologi. Pertanian industrial merupakan usaha transparan yang memerlukan persyaratan teknologi tertentu dan kondisi lingkungan tertentu, termasuk kesetaraan dan keseimbangan pihak-pihak yang terlibat (misalnya petani, industri, dan pedagang), daya saing, triangle, dan kelembagaannya. Untuk itu, diperlukan pemikiran yang sepenuhnya didukung oleh kebijakan dan program aplikatifpraktis untuk menghasilkan dan memanfaatkan inovasi teknologi tanaman pangan dalam perspektif pertanian industrial. Pemikiran tentang pertanian industrial dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan, di antaranya apa penyebab belum sepenuhnya dapat diaplikasikan, apa yang seharusnya dilakukan, bagaimana upaya ke depan, bagaimana sinergi, koordinasi, dan keterpaduannya, dan apa perlunya teknologi atau varietas spesifik. Pada saat ini, program pertanian sangat terkait dengan (1) perluasan areal tanam, di antaranya pencetakan sawah baru yang hampir tidak terdengar lagi dan kalah oleh isu alih fungsi lahan, (2) peningkatan indeks pertanaman
(IP), dan (3) pemanfaatan lahan tidur. Terdapat inovasi teknologi yang telah memberikan dukungan, kontribusi, dan arah penelitian dan pengembangan tanaman pangan ke depan, di antaranya varietas unggul (inbrida dan hibrida), penyediaan benih sumber, dan peningkatan IP Padi dan IP Jagung. Hasil penelitian terkait dengan IP Padi 400 dan IP Jagung 400 dapat dimanfaatkan dan dikaji lebih lanjut penyesuaiannya di lapangan secara spesifik lokasi dari aspek teknis, sosial-ekonomi, dan lingkungan, dan selanjutnya didukung oleh kebijakan yang benar-benar berpihak kepada petani. •
Pembangunan pertanian memerlukan penguatan sinergi antara penelitian dan penyuluhan sesuai dengan tupoksi masing-masing serta keterkaitan yang erat antara penelitian-penyuluhan-petani dalam pengembangan teknologi tanaman pangan. Sejak diberlakukan kebijakan otonomi daerah, penyuluhan dirasakan “mati suri” tidak hanya oleh penyuluh sendiri, tetapi juga oleh peneliti, petani, dan pihak yang terkait dengan keterkaitan peneliti-penyuluh-petani. Revitalisasi penyuluhan dicanangkan pada tahun 1995. Sesuai dengan UU nomor 16 tahun 2006 diperlukan Badan Koordinasi Penyuluhan di tingkat Provinsi dan Badan Pelaksana Penyuluhan di tingkat Kabupaten/Kota. Diperlukan biaya yang cukup memadai dalam mengimplementasikan
suatu kebijakan atau program serta umpan balik yang lancar. Pada dasarnya semua pihak perlu mempertimbangkan prinsip From Farmers Back to Farmers di mana peneliti dan penyuluh masingmasing atau secara bersama-sama, bisa berkomunikasi dengan petani atau pengguna lainnya sewaktuwaktu. Terkait dengan diseminasi dan umpan balik inovasi teknologi tanaman pangan, peneliti dapat melaksanakan on-farm research secara spesifik lokasi dengan melibatkan penyuluh, petani, dan khalayak pengguna lainnya. •
Hasil penelitian dan pengkajian serta komponen teknologi yang sudah dihasilkan oleh lembaga penelitian dapat dimanfaatkan oleh petani dan pengguna lain, di antaranya pendekatan PTT, alat sederhana yang dapat mengoptimalisasikan penggunaan air padi sawah untuk mendukung implementasi IP Padi 400 di tingkat petani, usaha perbenihan padi, mutu fisik dan kandungan gizi beras varietas unggul baru, peningkatan intensitas tanam padi di lahan tadah hujan, ketepatan pranata mangsa untuk penentuan waktu tanam di lahan sawah tadah hujan, varietas padi gogo dan kaitannya dengan cekaman kekeringan, IP Jagung 400, kompos untuk tanaman jagung, peningkatan mutu jagung dan produk olahannya, keragaan usaha tani ubi jalar, dan pola tumpangsari kacang tanah dan kedelai pada areal pertanaman ubi kayu. (UGK/HMT)
Berita Puslitbangtan 43 • Desember 2009
RAPAT KERJA
Refleksi dan Rencana Strategis Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Rapat Kerja Puslitbangtan pada 18-20 Mei 2009 di Pare-Pare Sulawesi Selatan membahas refleksi hasil penelitian 2005-2009 dan rencana strategis penelitian dan pengembangan tanaman pangan periode 2010-2014.
ebagai lembaga penelitian publik, Puslitbangtan dituntut untuk menghasilkan inovasi teknologi yang diperlukan oleh masyarakat pertanian. Oleh karena itu, Puslitbangtan yang didukung oleh unit-unit pelaksana teknis penelitiannya terus berupaya menghasilkan inovasi teknologi melalui penelitian.
S
Puslitbangtan selama ini memang telah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan pertanian tanaman pangan, sebagaimana tercermin dari inovasi teknologi yang berkembang di petani. Kini lebih dari 90% areal pertanaman padi telah ditanami dengan varietas unggul hasil penelitian. Sebagian dari areal pertanaman palawija pun telah diwarnai oleh varietas unggul. Selain itu, Puslitbangtan juga telah menghasilkan teknologi budi daya dan pascapanen primer, serta inovasi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) yang telah mulai dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melalui berbagai program. Untuk mengevaluasi kinerja penelitian dalam periode 2005-2009 dan rencana penelitian ke depan, Puslitbangtan menyelenggarakan Rapat Kerja di Pare-Pare, Sulawesi Selatan pada 1820 Mei 2009 dengan tema “Refleksi 2005-2009 dan Rencana Strategis Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 2010-2014 Mendukung
Berita Puslitbangtan 43 •Desember 2009
Peningkatan Produktivitas Tanaman Pangan Nasional”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung program kemandirian pangan dan peningkatan pendapatan petani. Dihadiri oleh pejabat struktural dan peneliti senior di Balai Besar, Balit, dan Lolit lingkup Puslitbangtan, Rapat Kerja ini menindaklanjuti hasil Raker Badan Litbang Pertanian di Surakarta 4-7 Mei 2009. Materi utama disajikan oleh Peneliti Senior lingkup Badan Litbang
Pertanian dalam upaya perbaikan manajemen riset untuk mencapai lembaga penelitian yang terakreditasi. Aspek utama yang dibahas dalam Rapat Kerja ini adalah: (1) Kinerja Penelitian 2005-2009, 2) Finalisasi Rancangan Renstra 2010-2014, 3) Penyempunaan Pedoman Manajemen Operasional (PMO) UK/UPT (Hasil Raker Badan Litbang Pertanian), dan 4) Manajemen Riset. Rumusan Raker adalah sebagai berikut:
Kepala Puslitbangtan, Prof Dr Suyamto (kiri depan), memberikan pengarahan dan pembingkaian pada Rapat Kerja Puslitbangtan 2009 di Pare-Pare, Sulawesi Selatan.
7
RAPAT KERJA
Refleksi 2005-2009
Renstra 2010-2014
•
•
Dalam periode 2005-2009 telah dirakit 49 varietas unggul baru (VUB) tanaman pangan yang terdiri atas padi (hibrida, inbrida), jagung (hibrida, komposit), kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan ubi jalar yang memiliki potensi hasil lebih tinggi, dengan sifat-sifat khusus yang lebih baik seperti umur genjah sampai super genjah, padi aromatik, jagung dengan kandungan protein tinggi, ubi jalar dengan kandungan beta karoten dan antosianin tinggi. VUB dan PTT merupakan inovasi penting dalam program peningkatan produksi tanaman pangan melalui SL-PTT. Refleksi lima tahunan akan digunakan sebagai bahan laporan Lima Tahun (2005-2009) Penelitian Tanaman Pangan.
•
Efektivitas diseminasi dan publikasi ilmiah masih perlu ditingkatkan. Perbanyakan publikasi minimal 1.000 eksemplar setiap terbitan. Diseminasi dan penelitian dilakukan di lokasi pelaksanaan program strategis Departemen Pertanian.
•
Beberapa varietas padi dan jagung hibrida telah di-leasing ke beberapa perusahaan swasta dan BUMN. Varietas hibrida yang dihasilkan hanya sebagian yang dilisensikan pada swasta, dan sebagian lagi diberikan kepada publik. Sistem perbenihan hibrida yang dikelola oleh publik perlu dikembangkan.
•
8
Pengelolaan sumber daya penelitian terutama pengelolaan kebun percobaan, laboratorium pengujian, dan Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS) perlu diperbaiki untuk mengantisipasi penurunan dana penelitian dari DIPA.
•
•
Tantangan dalam peningkatan produksi tanaman pangan untuk lima tahun ke depan masih tetap tinggi. Peningkatan indeks pertanaman dan tropikasi gandum diharapkan dapat meningkatkan produksi pangan. Varietas unggul baru padi, jagung, kedelai yang belum dimiliki untuk menjawab tantangan tersebut adalah varietas ultra genjah dan varietas gandum yang adaptif pada ketinggian tempat < 400 m dpl serta teknologi budi daya yang memungkinkan varietas unggul untuk aktualisasi potensi hasilnya menjadi prioritas penelitian tanaman pangan lima tahun ke depan. Isu strategis yang memberikan peluang bagi penelitian dan pengembangan tanaman pangan adalah: (1) ketahanan pangan berkelanjutan, (2) peningkatan permintaan pangan domestik, (3) energi terbarukan, (4) permintaan pangan berkualitas, dan (5) peningkatan indeks pertanaman. Isuisu strategis yang memberikan tantangan bahkan ancaman adalah: (1) keterbatasan sumber daya lahan, (2) dampak pemanasan global, (3) era perdagangan bebas, dan (4) otonomi daerah. Fokus penelitian dan pengembangan tanaman pangan ke depan adalah: (1) komoditas yang meliputi padi, jagung, kedelai, ubi kayu, kacang tanah, (2) bidang masalah yang mencakup (a) perakitan varietas genjah-ultra genjah dan toleran kering (hasil tinggi), (b) perbaikan PTT menjadi lebih mudah, murah, efisien, (c) peningkatan IP menuju IP 400 (padi, jagung, padipalawija), (d) pengembangan gandum dan kedelai tropika, (e) pengembangan bahan baku bioetanol (ubi kayu dan sorgum), (f) pengembangan pangan fungsional,
dan (g) lahan irigasi dan suboptimal. Penelitian perlu mempertimbangkan time frame yang jelas dan terukur (output, outcome, efisiensi biaya), optimasi sumber daya litbang, dan pengembangan keterpaduan dan kerja sama, baik nasional maupun internasional.
•
Arah penelitian di Balit adalah: 1) menghasilkan inovasi teknologi guna mendukung program nasional/program strategis Deptan, 2) menghasilkan inovasi teknologi yang dapat dikomersialisasikan (link dengan industri), untuk menghasilkan cost recovery (30-50% biaya penelitian dari kerja sama), dan 3) core program: Integtrated Crop & Resource Improvement.
Pedoman Manajemen Operasional
•
Pedoman manajemen operasional (PMO) adalah bentuk operasionalisasi Tupoksi untuk mendayagunakan UK/UPT dan sebagai alat kontrol yang dapat digunakan oleh pelaksana maupun pimpinan untuk mengetahui progres kegiatan yang dapat dilihat dari capaian dalam periode tertentu.
•
PMO berisikan apa yang harus dikerjakan, yang menjadi pedoman bagi pelaksana agar melaksanakan apa yang tertulis untuk menuju sertifikasi lembaga penelitian dengan ISO 9001.
•
Saran penyempurnaan PMO Satker Puslitbangtan adalah dengan memasukkan kegiatan: 1) sinergi dengan UK/UPT lingkup litbang tanaman pangan/padu-padan, 2) koordinasi dengan Ditjentan, 3) peningkatan kerja sama dengan target mitra yang jelas, 4) pembinaan administrasi UPT, 5) Peningkatan PNBP melalui penjualan publikasi seperti penawaran pencetakan oleh Balai Pustaka. Berita Puslitbangtan 43 • Desember 2009
RAPAT KERJA
•
•
•
•
Saran penyempurnaan PMO Satker BB Padi: 1) uji coba IP padi 400 pada tahun 2010 ditargetkan 400.000 ha di 17 provinsi, 2) peningkatan PNBP dari kebun percobaan dengan mekanisme yang tidak dipermasalahkan pemeriksa (Itjen). Saran penyempurnaan PMO Satker Lolit Tungro: 1) demplot pengendalian penyakit tungro terpadu di lokasi SL-PTT, 2) penyediaan benih sumber varietas tahan tungro bekerjasama dengan UPBS BB Padi, 3) penyusunan pedoman pengendalian penyakit tungro untuk disebarkan ke lokasi SL-PTT di daerah endemis tungro. Saran penyempurnaan PMO Satker Balitsereal: peningkatan PNBP dari kebun percobaan dengan mekanisme yang tidak dipermasalahkan pemeriksa (Itjen).
penelitian di lingkup Puslitbangtan akan disertifikasi ISO 9001 secara bertahap dimulai dari BB Padi.
•
Diperlukan pelatihan manajemen penelitian dan evaluasi oleh eksternal reviewer tentang kinerja UPT untuk memperbaiki manajemen penelitian.
•
Indonesia sudah menganeksasi Perlindungan Kekayaan Hayati dan telah menerbitkan Permentan No 15/2009 tentang Pedoman Penyusunan Perjanjian Pengalihan Material (Material Transfer Agreement, MTA), sehingga setiap tukar-menukar materi genetik domestik maupun internasional harus berpedoman pada MTA.
•
Saran penyempurnaan PMO Satker Balikabi: 1) peningkatan kerja sama, 2) capaian diisi dengan capaian riil, 3) penelitian PTT kedelai dilaksanakan di lokasi SL-PTT kedelai.
Perbaikan Manajemen Penelitian
•
•
Penelitian adalah proses kreatif. Badan Litbang Pertanian mendorong peneliti untuk menerapkan kerangka berfikir out of the box, Lembaga penelitian harus peduli terhadap mutu dan selaras dengan kepentingan pengguna. Sertifikasi lembaga penelitian dengan ISO 9001 dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja organisasi agar lebih sesuai dengan persyaratan konsumen. UPBS BB Padi telah mendapatkan sertifikat ISO 90012000. Agar dapat mensertifikasi benih BS sendiri, UPBS Balitsereal dan Balitkabi akan dipacu agar memperoleh sertifikasi ISO 90012000 pada tahun 2009. Lembaga
Berita Puslitbangtan 43 •Desember 2009
•
•
Usulan perluasan Tupoksi Lolit Penyakit Tungro dari hanya menangani perakitan teknologi pengendalian penyakit tungro menjadi Lolit Pengendalian Terpadu Penyakit Tungro yang menghasilkan varietas tahan tungro dan teknologi budi daya untuk aktualisasi potensi genetik. Pengendalian tungro didasarkan pada perubahan iklim global. Lolit tungro juga perlu terlibat dalam upaya peningkatan indeks pertanaman menuju IP padi 400, dan peningkatkan efisiensi sumber daya penelitian. Sistem pengendalian internal (SPI), adalah bentuk koreksi terhadap sistem pengawasan melekat (Waskat), sesuai dengan PP 60 tahun 2008 dengan fokus pengawasan pada: 1) lingkungan pengendalian, 2) penilaian risiko, 3) kegiatan pengendalian, 4) informasi dan komunikasi, serta 5) pemantauan. Tim SPI segera akan dibentuk di UK/UPT. Manajemen SDM peneliti: (1) pemberdayaan SDM yang ada untuk mengatasi berkurangnya jumlah SDM yang akan memasuki masa
pensiun, (2) Puslitbangtan akan menyusun analisis kebutuhan SDM berdasarkan kebutuhan minimal untuk mengganti peneliti yang pensiun, diprioritaskan untuk BB Padi, dan (3) mindset peneliti perlu diubah, bahwa tenaga administrasi bukan untuk melayani tetapi menunjang kegiatan penelitian, sehingga untuk tenaga administrasi belum perlu rekruitmen, kecuali untuk tenaga dengan keterampilan tertentu seperti satpam, montir, dan supir.
•
Manajemen fasilitas: pemanfaatan kebun percobaan (KP) oleh koperasi atau pihak ketiga lainnya perlu didukung dengan mekanisme yang tidak dipermasalahkan oleh pemeriksa (Itjen). Selama PP tarif belum turun, dapat dilakukan KSO antara Balai dengan Koperasi dengan pengembalian ke kas negara dengan proporsi 50:50.
•
Tugas khusus Balitkabi: (1) menggali kerja sama untuk mengenalkan kedelai hitam meniru Malika (UGM) dengan unilever, (2) percepatan pelepasan varietas ubi kayu untuk etanol dan pengembangan kebun bibit ubi kayu untuk etanol, (3) leaflet/brosur deskripsi varietas kedelai perlu ditambahkan informasi teknik budi daya sesuai lingkungan tertentu.
•
Tugas khusus Balitsereal: (1) integrasi gen tahan bulai pada perakitan calon varietas jagung, (2) kerja sama penjualan parentstock diatur dengan MOU khusus.
•
Tugas khusus Lolit Tungro: (1) menggali kerja sama dengan pemda, dimulai dari instansi terkait sekitar Lolit sampai Merauke, (2) kerja sama dengan BB Padi dalam memperbanyak benih padi tahan tungro. (HK/HMT)
9
SUMBER DAYA MANUSIA
Pengukuhan Profesor Riset Dikukuhkan sebagai Profesor Riset pada akhir November 2009, Prof Dr Agus Setyono yang merupakan peneliti pascapanen di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi telah berhasil mengembangkan inovasi pemanenan padi secara berkelompok dan terintegrasi.
Pengembangan sistem pemanenan padi secara terintegrasi berdampak terhadap kerukunan antaranggota kelompok, sehingga pemanenan padi berjalan dengan baik dan tepat waktu. “Inilah kunci utama penyelamatan hasil panen padi di lapangan”, ujar peneliti pascapanen di BB Padi ini.
alam orasi ilmiahnya, Prof Dr Agus Setyono mengungkapkan bahwa penerapan inovasi panen dan pascapanen secara terintegrasi mampu menekan kehilangan hasil padi lebih dari 10%, atau secara nasional sebesar 3,1 juta ton GKP, dengan nilai Rp 7,75 triliun, sehingga berdampak positif terhadap peningkatan produksi padi, pendapatan petani, dan ketahanan pangan nasional.
D
Menurut Pak Agus, panggilan akrab Prof Dr Agus Setyono, pembentukan kelompok jasa pemanen dan Kelompok Usaha Pelayanan Jasa Alsintan mendorong munculnya tenaga kerja pertanian profesional di pedesaan.
10
Mengabdikan diri sebagai peneliti pertama kalinya di LP3 Bogor pada 1975, pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 64 tahun yang lalu ini kemudian bertugas di Unit Kerja Teknologi Pascapanen di Karawang pada tahun 1976. Pada tahun 1980 ditugaskan mengikuti Program Pasca Sarjana (S2) di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Gelar Doktor diraihnya di Universitas yang sama pada tahun 1988. Pada tahun 1994-1996, Pak Agus dipercaya sebagai Ketua Kelompok Peneliti Fisiologi Hasil di Balitpa yang kini berubah nama menjadi BB Padi. Pada tahun yang sama mendapat tugas sebagai Tim Survei dan Analisis Mutu Gabah dan Kehilangan Hasil Pascapanen Padi secara Nasional bersama Biro Pusat Statistik, Jakarta. Pada tahun 1998-2001 Pak Agus dipercaya sebagai anggota Tim Asistensi BPTP. Selain sebagai peneliti, Pak Agus juga tercatat sebagai dosen luar biasa pada
Fakultas Pertanian Universitas Singa Perbangsa Karawang, pembimbing dan penguji Program S1 Jurusan Teknologi Pangan Universitas Pasundan, Program S1 Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, dan Program D3 Politeknik Agroindustri Sang Hyang Seri. Penghargaan ilmiah yang pernah diterimanya meliputi Juara Harapan I Lomba Karya Tulis Penganekaragaman Pangan yang diselenggarakan oleh BULOG pada tahun 1977, Juara II Lomba Kar ya Tulis Ilmiah dalam Rangka Lustrum Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada tahun 1987 dan Universitas Satya Lancana Karya Satya pada tahun 2004. Prof Agus juga tercatat sebagai anggota Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia sejak 1992 sampai sekarang, narasumber di PT Garuda Food dan PT Padi Murni Indonesia sejak 2003, dan konsultan POP Bihun pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun 2005-2007. Putra keempat dari Bapak Hardiyo (Alm) dan Ibu Siti Rufiah (Almh) ini menikah dengan Hasni Bachrudin, SH pada 9 Juni 1975 dan dikaruniai tiga putri masing-masing bernama Criana Hapsari, STP, Bertha Hapsari, SP dan Adhita Hapsari, SS. (HMT)
Berita Puslitbangtan 43 • Desember 2009
AKREDITASI
Telah Terakreditasi, Buletin Iptek Tanaman Pangan Buletin Iptek Tanaman Pangan telah mendapat akreditasi dari LIPI, sama statusnya dengan Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. ublikasi ilmiah adalah barometer kinerja lembaga penelitian. Oleh karena itu, tentu tidak ada alasan bagi lembaga penelitian untuk tidak menerbitan publikasi ilmiah. Puslitbangtan menerbitkan berbagai publikasi, dua di antaranya bernama Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan dan Buletin Iptek Tanaman Pangan.
P
Agar diakui eksistensinya sebagai publikasi ilmiah, kedua terbitan berkala ini wajib untuk diakreditasi di LIPI. Dengan berbagai persyaratan, Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan telah mendapat akreditasi pada tahun 2006 dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tiga tahun kemudian, Jurnal Ilmiah ini diwajibkan untuk
Berita Puslitbangtan 43 •Desember 2009
diusulkan kembali akreditasinya. Pada akhir Oktober 2009, Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan kembali mendapat akreditasi dari LIPI dengan nilai yang lebih baik. Bersamaan dengan itu, Buletik Iptek Tanaman Pangan juga telah mendapat akreditasi. Dengan telah diakreditasinya Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan dan Buletin Iptek Tanaman Pangan, peneliti tanaman pangan, terutama di lingkup Puslitbangtan, kini telah memiliki dua publikasi ilmiah yang telah diakui eksistensinya secara nasional. (HMT)
11
PUBLIKASI BARU
Meraih Kembali Swasembada Beras Buku ini memuat perjalanan Departemen Pertanian dalam meraih kembali swasembada beras pada tahun 2008 dan diharapkan menjadi acuan bagi pihak terkait dalam meningkatkan produksi padi ke depan. ebagai pangan utama, padi merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat Indonesia sejak berabad-abad yang lalu. Beberapa negara lainnya di Asia juga menjadikan beras sebagai pangan utama. Kini lebih dari 90% penduduk Indonesia mengandalkan beras sebagai makanan pokok dan usahatani padi itu sendiri telah menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani di pedesaan.
S
Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dituntut untuk senantiasa mampu memenuhi kebutuhan pangan domestik dari produksi dalam negeri. Keberhasilan Indonesia mewujudkan swasembada beras untuk pertama kalinya pada tahun 1984 merupakan jawaban dari tuntutan itu. Sayangnya kelanggengan swasembada beras terputus di tengah jalan karena makin beratnya tantangan yang dihadapi dalam peningkatan produksi padi. Selain degradasi dan konversi lahan subur, perubahan iklim global akhirakhir ini juga menjadi ancaman serius bagi upaya peningkatan produksi padi nasional. Di beberapa daerah, perubahan iklim telah menyebabkan makin meluasnya areal pertanaman yang mengalami kekeringan pada musim kemarau dan kebanjiran pada musim hujan. Peningkatan permukaan air laut, yang juga merupakan dampak dari perubahan iklim global, akan menjadi penyebab meluasnya lahan salin di daerah pantai yang umumnya merupakan kawasan sentra produksi padi.
12
Banyak pihak yang meragukan akan terwujudnya kembali swasembada beras. Namun pengalaman dan analisis menunjukkan bahwa peluang peningkatan produksi padi di Indonesia masih terbuka, terutama ditinjau dari kemajuan inovasi teknologi dan ketersediaan sumber daya lahan dan air yang masih dapat dioptimalkan. Untuk memacu peningkatan produksi padi, pemerintah melalui Sidang Kabinet Terbatas di Departemen Pertanian pada tahun 2007 mencanangkan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Melalui program ini ternyata produksi beras meningkat secara siginifikan pada tahun 2007 dan 2008, sehingga Indonesia terhindar dari krisis pangan yang saat itu melanda banyak negara berkembang. Kenyataannya, Indonesia berhasil meraih
kembali swsembada beras pada tahun 2008 dan bahkan mengekspor 300 ribu ton beras ke beberapa negara. Hal ini tentu tidak terlepas dari sumbangan Badan Litbang Pertanian dalam menghasilkan inovasi teknologi yang dikembangan Program P2BN. Perjalanan dalam mewujudkan kembali swasembada beras dituangkan oleh Dr Anton Apriyanto, Dr Gatot Irianto, Prof Dr Suyamto, Prof Dr Irsal Las, Prof Dr Tahlim Sudaryanto, dan Dr Trip Alihamsyah ke dalam buku Meraih Kembali Swasembada Beras. Diprakarsai oleh Badan Litbang Pertanian, buku ini diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan Inggris, dan diharapkan menjadi acuan bagi pihak terkait dalam meningkatkan produksi padi dan mempertahankan keberlanjutan swasembada beras ke depan. (HMT)
Berita Puslitbangtan 43 • Desember 2009