BIMBINGAN VOCATIONAL DALAM PEMILIHAN PROFESI BAGI WARGA BINAAN SOSIAL DIPANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA HARAPAN MULYA KEDOYAJAKARTABARAT
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh SAID INA NIM : 103052028679
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UINSYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 1428H./2007 M.
BIMBINGAN VOCATIONAL DALAM PEMILIHAN PROFESI BAGI WARGA BINAAN SOSIAL DIPANTI SOSIAL BINAKARYA WANITAHARAPANMULYA KEDOYAJAKARTABARAT
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.l)
Oleh: SAID INA NIM: 103052028679
Di Bawah Bimbingan
Dr. H. Daud Effendi A'.M NIP: 150 178 889
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UINSYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 1428H./2007 M.
PENGESAIIAN PANITTA U.llAN
Skr~psi
yang berjudul "Bimhingim Vocational
Profesi Bagi Warga Binaan Sosial di Panti Sosia! Bina Karya \Vanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barnt" telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Dakwah dan
Komunika~i
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 12 september 2007. Skripsi ini tclah diterima sebagi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pro grail'. Strata satu (S-1 ). Pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 12 september 2007 Sidang Munaqosah
Ketua, MerangkaJ\Anggota,
sekreta ·s, l'vlerangkap ggota,
Drs. Arie Subhan, M.A NI?: 150 262 442
Nasichah M.A NIP: 150 276 298
Anggofa, Penguji J
Penguji II
Nurul Hidayati, M.Pd NIP: 150 277 649
Drs., . Luthf1, M.A NlP: 150 268 782 Pembimbing,
LEMBARPERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan basil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleb Gelar Strata I di UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian bari terbukti bahwa karya ini bukan basil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 3 September 2007 Saidina
ABSTRAK
SAIDINA
Bimbingan Vocational dalam Pemiliban Profesi Bagi Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat Bimbingan vocational merupakan sebuah proses bantuan yang dilakukan untuk membantu seseorang dalam memahami potensi yang dimiliki berkenaan dengan suatu bidang pekerjaan. Dan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan bimbingan vocational ini meliputi tes dan wawancara. Adapun secara umum bimbingan pekerjaan mempunyai tujuan memberikan pertolongan kepada seseorang supaya ia dapat menentukan pekerjaan yang sesuai dengan minat, kemampuan, kepribadian dan cita-citanya. Apabila seseorang memasuki pekerjaan sesuai dengan minat, kemampuan, kepribadiaan dan cita-citanya, maka ia cenderung untuk memperoleh kepuasan yang akan membawanya pula ke arah keberhasilan. Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif, yang akan mendeskripsikan tentang bimbingan vocational dalam pemilihan profesi bagi warga binaan sosial di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Muiya (PSBKWHM) Kedoya Jakarta Barat. Setelah penulis melakukan penelitian di (PSBKWHM) kedoya Jakarta Barat, penulis dapat mendeskripsikan bahwasanya bimbingan vocational dalam pemilihan profesi bagi warga binaan social dilakukan oleh 3 bidang seksi resosialisasi diantaranya adalah seksi identifikasi dan asesmen, seksi bimbingan dan pelatihan, dan seksi penyaluran dan binaan lanjut. Dalam kegiatan pelayanan resosialisasi tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya terhadap bimbingan vocational, dengan tahapan sebagai berikut: pertama-tama warga binaan sosial (WBS) diidentifikasi meliputi registrasi, pencatatan data, pemeriksaan kesehatan, Pengenalan program Panti sosial, pengungkapan masalah, identifikasi potensi (sumber), dan pemilihan minat keterampilan kerja. Kedua proses pelaksanaan bimbingan dan pelatihan keterampilan, yang ketiga tahap penyaluran dan binaan lanjut. Para warga binaan sosial diberikan pembinaan paling cepat berkisar antara 1-3 bulan paling lama 4-5 bulan, setelah keluar dari Panti diberikannya bekal modal usaha sesuai dengan pilihan bimbingan dan pelatihan keterampilan kerja yang mereka ikuti. Kemudian dilakukan proses binaan lanjut dilihat perkembangan yang ada pada mantan warga binaan sosial setelah mereka dibina, dan diberikan modal usaha, serta disalurkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan vocational yang berada di Panti tersebut sangat membantu bagi warga binaan sosial dalam pemilihan profesi, ha! tersebut dilihat karena respon yang tunjukkan para (WBS) sangat positif sehingga terlaksanaya bimbingan vocational.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang, sehingga penyusunan skripsi ini dapat di selesaikan, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, yang membawa visi, misi, dan ajaran Islam sehingga menghantarkan kita pada nalar Islam yang diridhai Allah SWT, beserta para sahabat dan pengik:utnya hingga akhir zaman. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir pada program strata satu (S I) jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunukasi.dalam penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. DR. Murodi, M. A., selaku Dekan Fakultas dakwah dan Komunikasi; 2. Drs. M. lutfi, M.A., selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam; 3. Dra. Nasicha, M.A., Selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam; 4. DR. H. Daud Effendi A.M selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan dan saranya semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan yang berlipat; 5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan ilmu yang begitu berharga bagi penulis selama dalam masa perkuliahan;
6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan pelayanan kepada penulis untuk mendapatkan referensi dalam penulisan skripsi ini; 7. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan layanan administrasi dan kenyamanan selama perkuliahan; 8. Kepala Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian; 9. Kepala Seksi dan Staf Bidang Resosialisasi yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh informasi tentang penelitian ini; 10. Kedua orang tua penulis, yakni Ayahanda Mu'min dan Ibunda Tasnim, yang senantiasa mencurahkan kasih sayangnya dan senantiasa memberikan motivasi yang begitu berarti bagi penulis khususnya dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah meridhai segala kerja keras mereka dalam mendidik dan membesarkan penulis; 11. Kakak dan Adik penulis yaitu Mustari dan Istri, Nurmin, Nuraenah dan Suami,
dan Nurrohim
yang
telah
memberikan
motivasi
dalam
penyelesaian skripsi ini; 12. Teman-teman Mahasiswa UIN Jakarta, khususnya Jurusan BPI angkatan 2003, Taher, Pizzaro, Jaya, Barok, Hasyim, lwan, Ruby, Ubay, Kosim, Amin Abel, Junet, Arif, dan Puji cute; 13. Teman-teman Majlis Ta'lim Miftahul Huda, Ust. H. Noupal, Jibut, Komar, Babet, Azis, Aki, Yoga, Pirman, Nurhadi, Topik, Ozi, opik, dan bang Sayuti yang telah memotivasi penyelesaian skripsi ini;
14. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telab berpartisipasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga partisipasi
mereka
dalam penyelesaian skripsi
1m
mendapatkan keridhaan Allah SWT. Dan penulispun menyadari akan keterbatasan penulis dalam penyusunan skripsi ini. Namun semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kajian ilmu pengetabuan, khususnya dalam bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 3 September 2007
Penulis
DAFTARISI
ABSTRAK ............................................................................... .iv KATA PENGANTAR.................................................................. v
DAFTARISI ........................................................................... viii
BABI
PENDAHULUAN A. Latar Belak:ang Masalah.............................................................. 1 B. Pembatasan Masalah...................................................7 C. Perumusan Masalah ................................................... 8 D. Tujuan dan ManfaatPenelitian.................................................... 8 E. Metodologi Penelitian................................................................. 9 F. Sistematika Penulisan...................................... , ......... 13
BAB II
KERANGKA TEORI A. Bimbingan Vocational ............................................... 15
1. Pengertian Bimbingan Vocational .......................... ... .15 2. Prinsip-Prinsip Umum Bimbingan Vocational .............. . 17
3. TUJuan . B.tmb.mgan ,u ocatwna . l ............................................ .18 B. Profesi .................................................................. 20
1. Pengertian Profesi.. .............................................. 20 2. Ciri-ciri Profesi ................................................... 22 3. Pengertian Warga Binaan Sosial.. ............................. 23
BAB ID
GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA HARAPAN MULYA KEDOYA JAKARTA BARAT A. Sejarah Berdirinya ..................................................... 26 B. Visi, Misi, Tugas, Fungsi, Sasaran, dan Tujuan ................... 27 C. Struktur Organisasi .................................................... 29 D. Program Kerja .......................................................... .31 E. Data Warga Binaan Sosial ........................................... .34 F. Sarana dan Prasarana.................................................. 37
BAB IV
ANALISIS BIMBINGAN VOCATIONAL DALAM PEMILIHAN PROFESI BAGI WARGA BINAAN SOSIAL A. Proses pelaksanaan Bimbingan Vocational ........................ .38 B. Respon Bimbingan Vocational ...................................... . .47
C. Faktor Pendukung dan Pengharnbat Pelaksanaan Bimbingan Vocational ............................................................. .48
BABV
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................. 50 B. Saran ..................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 54 LAMPIRAN
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Aktifitas manusia dan problemnya merupakan dua sisi kehidupan yang tidak bisa dipisahkan, dimana ada aktifitas maka di dalamnya akan ada problem. Atau dengan perkataan lain setiap problem ada keterkaitanya dengan berbagai aktifitas yang dilakukan. Semakin banyak aktifitas tentu semakin banyak pula masalahnya, sebab setiap aktifitas akan ada hubungannya dengan tuntutan dengan kebutuhan hidup. Maka setiap manusia yang hendak memenuhi kebutuhan hidupnya dia tidak bisa menghindarkan diri dari permasalahan sebagai konsekwensi logikanya. Dengan demikian dapat disinyalir,
setiap
manusia
apapun
status
sosialnya
tidak
mungkin
menghidarkan diri sama sekali dari permasalahan. Dalam ajaran Islam ditegaskan bahwa pada hakekatnya manusia dilahirkan di dunia dalam keadaan fitrah (suci). Itulah sebabnya manusia ada potensi positif yang memungkinkannya melakukan tindakan-tindakan yang benar dan bermanfaat, serta potensi negatif yang merugikan, tidak saja bagi dirinya sendiri melainkan juga bagi orang lain dan alam sekitarnya. Islam menganggap manusia itu mempunyai kemerdekaan dan kebebasan berikhtiar di dalam kehidupannya. Oleh karena itu ia pun bebas mengerjakan kebajikan, lalu diberi pahala oleh Allah SWT dan bebas pula untuk mengerjakan kejahatan yang akibatnya ia akan disiksa di akhirat nanti.
2
Mahmud Syaltut dalam bukunya Al-Islam Aqidah wa Syari'ah mengatakan " ... dengan kemerdekaan dan kebebasan tersebut, Allah SWT telah memberikan kewajiban-kewajiban kepada mahkluk-Nya dan mengutus para Rasul untuk membimbing dan menunjuki mahkluk-Nya, kemudian Dia pun memberikan kemerdekaan kepada manusia untuk memilih jalan kebaikan atau keJ"ahatan ....,,1 Perubahan-perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi, dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai dampak pada kehidupan masyarakat. Perubahan-perubahan sosial tersebut telah mempengarnhi nilai kehidupan masyarakat. Tidak semua orang mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut yang pada giliranya dapat menimbulkan problem-problem sosial. Soerjono Soekanto melihat bahwa jika seseorang tidak dapat menyesuaikan dirinya terhadap perubal1an-perubahan social yang terjadi maka dapat menimbulkan problem-problem sosial, sehingga ia menitikberatkan pada ha! yang bersifat penyimpangan (deviation) terhadap norma-norma kemasarakatan yang umum.2 Namun menarik melihat ungkapan Drs. ArifHerdiyanto. C mengenai prilaku menyimpang ia katakan bahwa "Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan (deviation) adalah
1
Mahmud Syaltut, Al Islam Aqidah wa Syari'ah, Bustami A. Ghani dan Hamdani Ali (alih bahasa), (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), h. 95-96.
3
segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri (conformity) terhadap kehendak masyarakat"3 Disamping itu Arif juga mengutip apa yang dibilang oleh James W. Van Der Zanden tentang penyimpangan sosial bahwa penyimpangan perilaku merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi. Akan tetapi, Robert M. Z. Lawang yang dikutip Arif cenderung menganggap penyimpangan perilaku sebagai semua tindakan yang di luar dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang. 4 Salah satu penyimpangan terhadap norma-norma kemasyarakatan yang tak asing lagi kita dengar bahkan sudah menjadi hal yang "wajar" serta menjadi profesi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebut saja pelacuran. Kata pelacuran memang agak susah untuk didefinisikan, namun ada sumbangan berharga dari Pius yang mencoba mengurai kesulitan untuk mengartikan istilah tersebut. Menurut Pius pelacuran dalam bahasa asingnya disebut prostitution berasal dari bahasa latin protituo yang berarti perilaku secara terang-terangan menjerumuskan diri pada perzinahan. 5 Di lain hal Kartini Kartono mendefinisikan pelacuran sebagai sebuah pelampiasan nafsu seks secara bebas dan liar bersifat prorniskuitas, hingga terjadi komersialisasi
3
Arif Herdianto, "Penyimpangan Sosial" Artikel diakses pada 23 juli 2007, dari www. wts pdf.or.id 4
Ibid, penyimpangan social, dariwww.wtspdf.or.id
4
seks berupa kenikmatan dengan uang atau benda, dengan demikian seks sudab dijadikan barang dagangan. 6
Kenyataan membuktikan, babwa seks bebas dan cinta bebas mengakibatkan banyak kerusakan (destruction) dikalangan orang-orang muda, baik pria maupun wanita. Sejak zaman
Norma agama pada umunya melarang prostitusi atau perzinaban, seperti termaktub dalam Al-Qur'an Surat Al-Isra ayat 32, menyebutkan:
"danjanganlah kamu mendekati zina: sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk (Qs. Al-Isra: 32) . "
Banyak kalangan yang mengartikan istilab pelacur senng diperhalus dengan istilab Wanita Tuna Susila. 7 (Selanjutnya disebut dengan WTS), istilab lain yang juga mengacu kepada layanan seks komersial. WTS sampai sekarang masih menjadi polemik dan materi perdebatan. Mengenai
6
Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Sexsuil, (Bandung: Mandar
Maju, 1989), Cet. Ke-6, h. 233. 7
Ada ceritra menarik dalam penggunaan istilah WTS. Beberapa orang menilai Kata pe/acur, karena dipandang vulgar, norak, menjijikan, hams "dihaluskan", diganti dengan wanita tuna susila atau WTS --yang justru singk:atannya inilah yang lebih populer. Jadi, orang bisa menepuk dada, seakan di Indonesia tak ada pelacur lagi, yang ada hanyalah wanita-wanita tuna susila saja. Opini tersebut dilontarkan oleh D. Jupriono dalam artikelnya. Lebih jelasnya dalam D. Tnnrlnnn ]:l.,,ho;ac-::l TnrlnnPcl<> R<;ilHlC'!ll T P.lo;alr-i? 'J'plo;i-;ih 1l" Ptimnann--:lln
r..PnrlP.I"
rl<>l.,,m J:t.,,h.,. .. a TnAri.nA'-';"
5
masalah ini cukup beragam mulai dari keabsahan profesi WTS, penyebutan istilah WTS, sampai pada pola penanganan WTS.
Sebagai instansi Pemerintah, Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat memilih sikap berada pada posisi sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) resosialisasi di mana WTS diposisikan sebagai klien (orang yang memiliki masalah). 8
Banyaknya faktor penyebab yang menjadi alasan para WTS menjerumuskan diri ke dunia hitam antara lain ekonomi lemah, lingkungan keluarga yang berantakan, kurangnya skill atau keterampilan, ketatnya persaingan hidup yang menuntut pendidikan tinggi hingga kurangnya kepercayaan diri. Dan karena keterbatasan terhadap ha! yang tersebut di atas sehingga mereka tetap bergelut di lembah kehinaan tersebut, seolah-olah melacurkan diri sudah menjadi ha! yang biasa sehingga pelacuran dijadikan sebagai sebuah pekerjaan yang dapat menghasilkan uang.
Ketika mereka berniat ingin kembali ke kehidupan normal maka banyak kendala yang muncul, satu alasan yang menurut penulis paling mendominasi adalah kurangnya skill para WTS sehingga mereka tidak percaya diri untuk mencari kerja dan ini menjadi dilemma bagi mereka. Oleh karena itu dengan melihat permasalahan di atas mereka memerlukan bimbingan, yang bertujuan untuk menolong individu dalam memilih penyesuaian yang cocok terhadap masalah yang dihadapinya.
8
Sumber: Surat Keputusan Gubemur, Nomor: 163 Tahun 2002.
6
Karenanya, dalam literatur Bimbingan dan Konseling penulis menemukan bermacamjenis bimbingan yang mempunyai korelasi dalam tema yang sedang penulis bahas. Sebagai contoh, WS Wiukel dan Sri Hastuti merangkum berbagai jenis layanan bimbingan, diantaranya yaitu: layanan bimbingan karir, akademik dan pribadi sosial. 9 yang semua itu bertujuan untuk menolong individu untuk mengatasi segala permasalahan yang dihadapi,
Melihat pada permasalahan yang dihadapi oleh para WTS terhadap penguasaan skiil, maka perlu rasanya untuk menyadari potensi diri untuk dikembangkan. Yusuf Qardhawi mengatakan " ... pengembangan potensi individu secara optimal dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas sistem pendidikan dan pelatihan untuk mempersiapkan sumber daya yang berkualitas di segala bidang. Dan menempatkan individu pada pekerjaan yang tepat sesuai pada bidangnya masing-masing ...." 10
Sehubungan dengan apa yang disebut Bimbingan dan Konseling yang telah disebut tadi, maka diperlukan adanya sebuah bimbingan vocational, yang biasa disebut bimbingan pekerjaan, bimbingan kejuruan, atau bimbingan karir. Yakni suatu proses untuk membantu individu dalam memilih dan
9
W. S. Winkel dan Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di lnstitusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h. 114. 10
Yusuf Qardhawi, Islam Agama Peradaban, (Solo: Era Intermedia, 2004), Cet. Ke-2, h.
7
memutuskan,
serta
mempersiapkan
diri
dalam
rangka
mewujudkan
keberhasilan dalam jabatan, seperti dinyatakan oleh Dewa Ketut Sukardi.
11
Panti sosial bina karya wanita harapan mulya Kedoya Jakarta Barat dalam hal ini memiliki peran dalam membimbing para warga binaan sosialnya dalam hal pekerjaan karena para WBS pada dasarnya membutuhkan bimbingan Vocational guna mempersiapkan diri dalam ha! pekerjaan.
Bertitik tolak dari uraian di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul "Bimbingan Vocational dalam Pemilihan Profesi bagi Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Jakarta Barat."
B. Pembatasan Masalah Dengan banyaknya Panti-Panti dan sarana rehabilitasi di berbagai tempat serta bentuk-bentuk bimbingan yang diberikan, dan agar penulisan skripsi ini terarah maka penulis perlu membatasi permasalahan yang akan di bahas dalam skripsi ini hanya pada respon Bimbingan Vocational dalam pemilihan profesi bagi warga binaan sosial di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat.
8
C. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses pelaksanaan Bimbingan Vocational dalam pemilihan profesi bagi warga binaan sosial di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat? 2. Bagaimana respon Bimbingan Vocational dalam pemilihan profesi bagi warga binaan sosial? 3. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Bimbingan Vocational dalam pemilihan profesi bagi warga binaan sosial?
D. Tujuau dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian Tujuan merupakan titik tolak dari setiap kegiatan penelitian, sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah yang sudah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan: a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan Bimbingan Vocational dalam pemilihan profesi bagi warga binaan sosial di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat. b. Untuk mengetahui respon Bimbingan Vocational dalam
pemilihan
profesi bagi warga binaan sosial. c. Untuk mengetahui
faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan Bimbingan Vocational dalam pemilihan profesi bagi warga binaan sosial.
9
2. Manfaat Penelitian a. Sebagai salah satu literatur dalam rangka pengembangan wawasan penulis, terutama mengenai bimbingan vocational dalam pemilihan profesi bagi (WBS). b. Secara
Akademis:
merupakan
konstribusi
kepustakaan
dalam
mengembangkan akademis serta menambah literatur dalam keilmuwan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. c. Secara Praktis: Penelitian ini diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya berbagai permasalahan pada warga binaan sosial sehingga tercipta kearah yang lebih baik lagi.
E. Metodologi Penelitian
1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ini bertempat di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya (PSBKW) Kedoya Jakarta Barat. Karena Panti ini merupakan tempat membina para pekerja seks komersial (PSK) yang terjaring razia guna diberikan bimbingan-bimbingan yang tersedia di Panti tersebut salah satunya ialah bimbingan vocational yang penulis sedang teliti. Adapun waktu penelitian ini mulai dari observasi awal hingga penelitian ini selesai, yakni dari bulan Mei hingga bulan Agustus 2007.
10
2. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek penelitian Subjek pada penelitian ini adalah para Warga Binaan Sosial (WBS) yang mengikuti Bimbingan Vocational di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat. b. Objek Penelitian. Objek penelitian ini adalah Bimbingan Vocational yang diadakan di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoyajakarta Barat. 3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode deskriptif analisis (Analytical Descriptive Approach) dengan pendekatan
kualitatif.
Penelitian
deskriptif
bertujuan
untuk
mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku didalarnnya, mencatat analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti yang dikutip Lexy J. Moleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati. 12
11
4. Sumber Data Dalam penelitian ini penulis mengunakan dua sumber data, yakni: a. Data primer, berupa: hasil wawancara dengan Kepala Panti, seksi identifikasi dan asesmen, seksi bimbingan dan pelatihan, seksi penyaluran dan bina lanjut, dan para Warga Binaan Sosial (WBS) yang mengikuti bimbingan vocational. b. Data sekunder, berupa: data-data yang bersumber dari buku-buku, dokumen lembaga dan sumber pustaka yang relefan dan menunjang penelitian. 5. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik dalam pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah (Field Researce) yang meliputi: a. Observasi, yakni penulis melakukan pengamatan secara langsung di (PSBKW) Kedoya Jakarta Barat untuk meneliti respon Bimbingan Vocational dalam pemilihan profesi bagi wanita tuna susila.
b. Wawancara, yakni pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan langsung yang berkaitan dengan penelitian kepada para seksi-seksi di atas untuk melengkapi data yang ada, yakni kepada Kepala Panti: Drs. Achmad, Seksi Identifikasi dan Asesmen: Sri Widiastuti S. Psi Seksi Bimbingan dan Pelatihan: Dra. Hj. Misliati, Seksi Penyaluran dan Bina Lanjut: Drs. Djalu Sugiarto M.Si, dan 5 orangWBS.
12
c.
Teknik Analisis Data Adapun yang dimaksud teknik analisa data adalah suatu proses
penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. 13 Dan dalam penulisan ini, setelah peneliti memperoleh data-data melalui observasi dan wawancara, kemudian data tersebut dianalisa atau diolah untuk mendapatkan informasi yangjelas. Dan analisa data dilaksanakan terns menerus sejak awal penelitian sampai akhir penelitian dilakukan dengan bentuk penalaran induktif. Dikatakan induktif, karena peneliti tidak memaksakan diri untuk hanya membatasi penelitian pada upaya menerima atau menolak dugaan-dugaannya, melainkan mencoba memahami sesuai dengan bagaimana situasi tersebut menampilkan diri. 14 6. Teknik penulisan Adapun informasi yang diperoleh melalui data yang telah dianalisa, kemudian
penulis
tuangkan
dalam
bentuk
tulisan
dengan
cara
mendeskripsikannya dalam bentuk pemaparan dan pemberian penjelasanpenjelasan yang logis. Dalam hal ini penulis menggunakan buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Sedangkan penerjemahan ayat-ayat Al-Qur'an menggunakan sumber Al-Qur'an dan Terjemahnya yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI.
13
Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3 ES, 1995), h. 263.
13
E. Sistematika Penulisan Untulc memudahkan pembahasan skripsi ini, penulis menyusunnya dalam beberapa bab dalam sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pembahasan diawali dengan pendahuluan yang menguraikan argumentasi seputar signifikansi studi ini. Selain itu, Pendahuluan diisi dengan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II
Kerangka teori pada bab ini penulis memaparkan tentang: Pengertian
Bimbingan
Vocational,
Prinsip-Prinsip
Umum
Bimbingan Vocational, Tujuan Bimbingan Vocational, Pengertian Profesi, Ciri-Ciri Profesi, Pengertian Warga Binaan Sosial.
BAB III : Gambaran umum Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat, dalam bab ini penulis menguraikan: Sejarah Berdirinya, Visi, Misi, Tugas, Sasaran, Fungsi dan Tujuan, Program Kerja, Struktur Organisasi, Data Warga Binaan Sosial, Sarana dan Prasarana.
BAB IV : Analisis Respon Bimbingan Vocational dalam Pernilihan Profesi Bagi Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat, dalam bab ini penulis memaparkan:
Proses pelaksanaan bimbingan vocational dalam
14
pemilihan profesi bagi Warga Binaan Sosial, Respon bimbingan vocational, faktor pendukung dan penghambat dalam Pelaksanaan
bimbingan vocational dalam pemilihan profesi bagi Warga Binaan Sosial. BAB V : Penutup, pada bah ini berisi kesimpulan, saran daftar pustaka dan
lampiran.
BAB II KERANGKA TEORI
A. Bimbingan Vocational
1. Pengertian Bimbingan Vocational Bimbingan pekerjaan (Vocational Guidance) dapat juga diartikan dengan bimbingan karir atau jabatan, seperti yang dikatakan oleh Thantawy dalam "Kamus Bimbingan dan Konseling" babwa secara historis bimbingan vocational dipandang sebagai suatu proses untuk membantu klien dalam
memilih dan memutuskan serta mempersiapkan diri
dalam rangka
mewujudkan keberhasilan dalam pekerjaan atau jabatan. 1 Sedangkan menurut J.P. Chaplin dalam "Kamus Psikologi" menjelaskan babwa bimbingan vocational adalab proses bantuan kepada individu untuk memilih satu pekerjaan ataujabatan, terutama dalam persiapan memasuki lapangan pekerjaan dan menyesuaikan diri terhadap tuntutan suatu jenis pekerjaan. Bimbingan ini didalarnnya mencakup wawancara, pengunaan tes bakat dan keterampilan, tes kepribadian, dan formulir minat.2 Menarik pula seperti yang diuraikan Attia Mahmoud Hana dalam bukunya yang berjudul "Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan"
ia
mendefinisikan bimbingan pekerjaan (vocational guidance) adalab sebagai proses bantu terhadap individu untuk menumbuhkan dan menerima gambaran 1
Thantawy R., Kamus Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Pamator, 1997), Cet. Ke-
1, h. 61. 2
J.P. Chaplin. P, Kamus Psiko/ogi, Dictionary of Psychology, penerjemah Kartini Kartono, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2004), Cet. Ke-9, h. 533.
16
tentang dirinya secara keseluruhan. Attia juga menarnbahkan bahwa bimbingan pekerjaan itu mesti cocok bagi individu tersebut. 3 Agar
seseorang
mempunyai
pilihan
yang
tepat
terhadap
pekerjaannya, Hoppocks seperti dikutip Kartini Kartono, mengemukakan ha!ha! yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pemilihan pekerjaan, yaitu: a) Pekerjaan yang dipilih hendaknya sesuai dengan kebutuhan (needs). b) Pekerjaan yang dipilih adalah pekerjaan yang diyakininya sebagai paling baik untuk memenuhi kebutuhannya. c) Kebutuhan yang timbul, mungkin diterima secara intelektual, yang diarahkan untuk tujuan tertentu. d) Pekerjan tertentu akan dipilih seseorang, bila untuk pertarnakali dia menyadari, bahwa pekerjaan tersebut dapat menolongnya dalarn memenuhi kebutuhannya. e) Pemilihan pekerjaan tersebut akan tepat bila memang memungkinkan terpenuhi kebutuhannya. Hal ini tergantung pada }>- Pengetahuan tentang diri sendiri. >- Pengetahuan tentang pemilihan pekerjaan. >- Kemarnpuan berfikir yang jelas. f) Informasi tentang diri sendiri mempengaruhi pilihan pekerjaan. Karena dengan demikian seseorang mengetahui apa yang ia inginkan, dan ia mengetahui pekerjaan yang tepat bagi potensi dirinya sendiri. g) Informasi tentang jenis pekerjaan mempengaruhi pemilihan pekerjaan seseorang, karena dengan demikian Ia dapat: >- Mengetahui pekerjaan yang cocok untuk pemenuhan kebutuhannya. >- Menimbang-nimbang pekerjaan yang dapat memuaskan. h) Kepuasan dalarn pekerjaan tergantung pada tercapai atau tidaknya pemenuhan kebutuhan seseorang, clan derajat kepuasan tersebut tergangtung pada pemikiran antara apa yang diinginkan. i) Kepuasan tersebut mungkin mempakan akibat atau hasil dari terpenuhinya kebutuhan sekarang ini, atau dari garnbaran yang jelas akan terpenuhinya kebutuhan tersebut di masa yang akan datang. j) Pilihan pekerjaan dapat bembah bila seseorang yakin bahwa pembahan tersebut lebih baik untuk pemenuhan kebutuhannya.4 Dalarn bimbingan pekerjaan (vocational guidance) seseorang tidak hanya ditolong untuk menentukan pekerjaan saja, tetapi seperti diungkapkan 3
Attia Mahmoud Hana, alih bahasa Zakiah Daradjat, Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Cet. Ke-I, Jilid I, h. 65-66. 4
Kartini Kartono, Menyiapkan dan Memandu Karir, (Jakarta: Cv. Rajawali, 1990), h. 9-
17
Kartini Kartono lebih dahulu ditolong untuk mengetahui dan mengenal kelemahan serta kekuatan pada dirinya sendiri. 5 Selanjutnya Kartini Kartono juga mengatakan bahwa apabila seseorang telah mengenal dirinya sendiri dan mengetahui minat, kemampuan, keperibadian dan cita-citanya, maka ia akan dapat membuat pilihan sendiri secara tepat. Dan dengan demikian kemungkinan berhasil dalam pekerjaannya akan lebih besar. 6 2. Prinsip-Prinsip Umum Bimbingan Vocational Adapun prinsip-prinsip umum dari bimbingan vocational menurut Attia Mahmud Hana dalam bukunya "Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan I" adalah: a) Pembimbing tidak boleh melampaui batas kemungkinanya secara teknis b) Pembimbing tidak boleh memaksakan kepada klien c) Pembimbing harus berusaha sekuat tenaga agar pengertian klien terhadap dirinya dan alam sekitarnya bertambah. d) Pembimbing harus memantulkan kepada klien gambaran yang telah diperbaiki tentang dirinya. e) Pembimbing harus menolong klien untuk menerima dirinya sebagaimana adanya dan sesuai dengan hakikatnya. f) Tidak seharusnya pembimbing mendiktekan kepada klien jalan harus di tempuhnya. g) Pembimbing harus menolong klien untuk berfikir dalam semua kemungkinan pendidikan dan pekerjaan yang dapat ditempulmya. h) Keputusan terakhir dalam proses bimbingan harus timbul dari diri klien, di bawah tanggung jawabnya dan atas pilihannya sendiri. i) Pembimbing harus meneliti kesukaran kliennya dari segala segi dan hendaknya ia menggunakan segala kemungkinan dan alat yang ada padanya dan untuk membantu dalam pemecahan persoalannya. j) Metode bimbingan harus berbeda sesuai dengan kebutuhan klien. k) Pada dasarnya bimbingan itu harus merupakan proses belajar mengajar. 7 5
Ibid, h. 11.
6
Kartini Kartono, Menyiapkan dan Memandu Karir, b. 12.
7
Hana, Bimbingan dan Pendidikan, h. 87-89.
18
Dari prinsip-prinsip umum bimbingan vocational dapat dikatakn bahwa didalam memberikan bimbingan vocational seorang konselor harus mematuhi kode etik yang berlaku terhadap profesinya. Dikatakan juga bahwa prinsip umum bimbingan vocational merupakan suatu proses belajar mandiri. Seorang konselor tidak memaksakan kehendaknya terhadap klien . 3. Tujuan Bimbingan Vocational Tujuan bimbingan pekerjaan (vocational guidance) menurut Attia Mahmoud Hana dalam bukunya yang berjudul "Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan" adalah sebagai berikut : a) Bimbingan pekerjaan adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu individu agar dapat menumbuhkan gambaran untuk dirinya. Gambaran itu mempunyai ciri integritas, artinya bahwa ia bebas dari pertentangan atau perlawanan, atau kerusakan. b) Bahwa bimbingan pekerjaan adalah suatu pekerjaan yang bertujuan juga untuk menolong individu untuk menumbuhkan dan menerima peranan yang dilakukannya dalam dunia pekerjaan. c) Bimbingan pekerjaan adalah pekerjaan yang bertujuan untuk menolong individu untuk mencoba dan menyelami gambaran yang dibuatnya bagi dirinya dan tentang peranannya dalam dunia pekerjaan dalam lapangan hidup nyata. Yang berarti bahwa bimbingan pekerjaan memberikan kepadanya kesempatan untuk mencoba dan memilih dalam suasana yang cocok. d) Bahwa bimbingan perkerjaan akhirnya bertujuan untuk menolong individu untuk mencapai gambaran tentang dirinya dalam lapangan pekerjaan. Dengan demikian itu dapat membawanya kepada terjaminnya kebahagiaan bagi dirinya dan manfaat bagi masyarakat. 8 Masih mengenai tujuan bimbingan pekerjaan, Kartini Kartono mendefinisikan pula dalam bukuya "Menyiapkan dan Memandu Karir" ia mengatakan "secara umum bimbingan pekerjaan mempunyai
tujuan
memberikan pertolongan kepada seseorang supaya ia dapat menentukan pekerjaan yang sesuai dengan minat, kemampuan, kepribadian dan citaR .. , • •
~
,... .... ,....,..
19
citanya. Apabila seseorang memasuki pekerjaan sesuai dengan minat, kemampuan, kepribadiaan dan cita-citanya, maka ia cendrung untuk memperoleh kepuasan yang akan membawanya pula ke arah keberhasilan ...."9 Dari beberapa tujuan bimbingan vocational diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan vocational pada pokoknya ialah membantu agar individu siswa dapat memahami dirinya, memahami dunia kerja, dan mengadakan penyesuaian antara dirinya dengan dunia kerja melalui suatu pembuatan rencana dan keputusan secara tepat. Dewa Ketut Sukardi ikut berbicara pula dalam bukunya "Pendekatan Konseling Karir" secara jelas ia tertarik
mengamati peran serta konselor
untuk menjawab tantangan dalam menyiapkan dan memandu karir. Di sini Dewa Ketut berharap agar konselor dapat meningkatkan kepercayaan diri seorang klien, melalui pendekatan konseling karir dengan berbagai macam teknik yang tepat. Secara terperinci, konselor difokuskan untuk membantu klien dalam proses memilih, menetapkan, dan memutuskan pekerjaan, jabatan atau karir. 10
9
10
Kartini Kartono, Menyiapkan dan Memandu Karir, h. 12. Dewa Ketut Sukardi. Pendekatan Konseline Karir. (Jakarta: Ghalia Indonesia. 1989).
20
B. Profesi I. Pengertian Profesi Istilah "profesi" memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak samua pekerjaan dapat disebut profesi. Untuk mencegah kesimpangsiuran tentang arti profesi dan hal-hal yang bersangkut paut denganya seperti: professional, profesionalisme, profesionalitas, dan profesionalisasi penulis tidak membahas tentang semua istilah tersebut, Penulis membatasinya hanya pada pengertian profesi saja. Mengutip "Kamus Besar Bahasa Indonesia" mengenai pengertian profesi dikatakan bahwa "profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) ...." 11 Thantawy
dalam
"Kamus
Bimbingan
dan
Konselingnya"
mengatakan profesi adalah suatu pekerjaan yang mempunyai vakasi (perletakan jabatan) khusus yang mempunyai cirri-ciri keahlian (expertise) karena ada pendidikan formal, tanggung jawab (responsibility) dan mempunyai etika kerja, kesejawatan (corporatness), (profession). 12 Yunita Maria Yeni menguraikan kata profesi secara lebih komperhensif bahwa profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan 11
Tim penyusun kamus pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-2, h. 897.
21
berdasarkan keablian tertentu dan sekaligus dituntut dari padanya pelaksanaan norrna-norrna sosial dengan baik. 13 Sedangkan Hilman Nugroho dalam suatu riset disertasinya seperti dikutip oleh Pusat Penelitian BKN, mengartikan profesi sebagai suatu pekerjaan yang didasarkan pada studi kekhususan intelektual dan pelatihan, dengan maksud menawarkan pelayanan keablian atau saran kepada orang lain untuk suatu kepastian upah/bayaran atau gaji, terutama untuk mereka yang berstatus praktisi atau para pekerja bebas. 14 Adam Kuper dan Jesica Kuper dalam suatu ensiklopedia merujuk profesi pada awalnya berarti sejumlah pekerjaan terbatas yaitu pekerjaanpekerjaan yang hanya ada dalam era pra-industri di Eropa, yang membuat orang-orang berpenghasilan mampu hidup tanpa tergantung pada perdagangan manual. Dalam perkembangannya, ada enam karakteristik yang dapat diambil sebagai definisi profesi yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Memiliki keablian berdasarkan pengetahuan teoritis. Adanya pelatihan dan pendidikan. Uji kemampuan anggota. Organisasi. Terikat dengan aturan pelaksanaan. Dan jasa altruistik (orang yanf mementingkan kepentingan orang lain dari pada kepentingannya sendiri). 5 13
Yunita Maria Yeni M, "Profesi Guru Antara Pengabdian dan Tuntutan," Artikel diakses pada 18 Juli 2007, dari http://www.lbpkpenabur.or.id 14 Pusat Penelitian BKN, "Rancang Bangun Model Pembinaan dalam Rangka PNS," Artikel diakses Meningkatkan kinerja 18 Juli 2007 dari pada http://www.BKN.go.id/2007/07 l 8/c9 l t9u.html. 15
Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi I/mu-I/mu Sosial, The social Encyclopedia, penerjemah Haris Munandar, et.all, ed. I (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2000), Cet. Ke-!, h. 844.
22
Berbeda dengan Prayitno dan Erman Amti yang juga merumuskan istilah profesi. Profesi dalam pandangan mereka lebih concern kepada pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Secara garis besar, pekerjaan yang disebut profesi itu tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu.
16
2. Ciri-Ciri Profesi Suatu jabatan atau pekerjaan disebut profesi apabila ia memiliki syarat-syarat atau ciri-ciri tertentu. Sejumlah ahli seperti: (McCully, 1963; Tolbert, 1972; dan Nugent, 1981) seperti yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti telah merumuskan syarat-syarat atau ciri-ciri dari suatu profesi, sebagai berikut: a) Suatu profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang memiliki fungsi dan kebermaknaan sosial yang sangat menentukan. b) Untuk mewujudkan fungsi tersebut pada butir di atas para anggotanya (petugasnya dalam pekerjaan itu) harus menampilkan pelayanan yang khusus yang didasarkan teknik-teknik intelektual, dan keterampilanketerampilan tertentu yang unik. c) Penampilan pelayanan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin saja, melainkan bersifat pemecahan masalah atau penangan situasi kritis yang menuntut pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah. d) Para angotanya memiliki kerangka ilmu yang sama yaitu yang didasarkan atas ilmu yang jelas, sistematis, eksplisit, bukan hanya didasarkan atas aka! sehat (common sense) belaka. e) Untuk dapat menguasai kerangka ilmu itu diperlukan pendidikan dan latihan dalamjangka waktu yang cukup lama. l) Para anggotanya secara tegas dituntut memiliki kompetensi minimum melalui prosedur seleksi, pendidikan dan latihan, serta lisensi ataupun sertifikasi. g) Dalam menyelengarakan pelayanan kepada pihak yang dilayani, para anggota memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi dalam memberikan pendapat dan pertimbangan serta membuat keputusan tentang 16
H. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konse/ing, (Jakarta: PT.
RinekH f;inta_ lC)C)Q)_ <:et_ Ke-?._ h_
~:1R_
23
apa yang akan dilakukan berkenaan dengan peyelenggaraan pelayanan professional yang dirnaksud. h) Para angotanya, baik perorangan maupun kelompok, lebih mementingkan pelayanan yang bersifat sosial dari pada pelayanan yang mengejar keuntungan yang bersifat ekonorni. i) Standar tingkah laku bagi anggotanya dirumuskan secara tersurat (eksplisit) melalui kode etik yang benar-benar diterapkan, setiap pelanggaran atas kode etik dapat dikenakan sanksi tertentu. j) Selama berada dalam pekerjaan itu, para anggotanya terus-menerus berusaha menyegarkan dan meningkatkan kompetensinya dengan jalan mengikuti secara cermat literatur dalam bidang pekerjaan itu. 17 Dapat disirnpulkan bahwa suatu pekerjaan dikatakan sebagai profesi ialah pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya karena adanya pelatihan dan pendidikan bagi
pekerjanya.
Begitu juga bimbingan
keterampilan yang berada di Panti Sosial Kedoya Jakarta Barat dapat dikatakan sebagai suatu profesi karena dituntut keahlian para binaannya kemudian ada birnbingan dan pelatihannya. Seperti keterampilan menjahit, tata rias atau salon, tataboga dan lain sebagainya. 3. Pengertian Warga Binaan Sosial Warga Binaan Sosial adalah kalimat kata yang di singkat dengan istilah (WBS) yang merupakan penghalusan makua dari istilah prostitusi atau pelacur. Yang kemudian diperhalus lagi menjadi istilah WTS dan pada setiap istilah tersebut merniliki pengertian berbeda-beda pula. Meminjam istilah "Kamus Besar Bahasa Indonesia" mengenai istilah prostitusi ialah pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan...." 18 Kartini Kartono menguraikan 17 18
Ibid., h. 339.
Tim penyusun kamus pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), ed. 3. Cet. Ke-2, h. 899.
24
pula dalam bukunya "Patologi Sosial" mengenai definisi pelacuran yang terbagi pada tiga bagian sebagaimana yang termaktub di bawah ini: a) Pelacuran adalah bentuk penyimpangan seksual, dengan pola-pola organisasi impuls (dorongan) seks yang tidak wajar dan tidak terintegrasi, dalam bentuk pelampiasan seks tanpa terkendali dengan banyak orang. b) Pelacuran merupakan pristiwa penjualan diri (persundalan) dengan jalan memperjual belikan badan, kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu-nafsu seks, dengan imbalan pembayaran. c) Pelacuran ialah perbuatan perempuan atau laki-laki yang menyeriihkan badannya untuk berbuat cabul secara seksual dengan mendapatkan upah. 19 Seperti yang dikatakan Kartini Kartono menilai prostitusi dengan adanya unsur penyerahan diri yang disertai imbalan k:omersial. Dengan pengertrian ini, semakin memperkuat asumsi bahwa ada sifat khas yang menyertai yaitu komersialitas. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa WTS adalah penghalusan makna dari pelacuran karena istilah ini yang lebih populer. Yang merupakan suatu perbuatan menyimpang yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. 20 Kemudian dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian Warga Binaan Sosial (WBS) dari istilah-istilah tersebut diatas, karena pada umumnya mereka merupakan para pekerja seks komersial yang menjual harga diri mereka. Sehingga mereka terjaring razia yang kemudian di Asramakan di Panti-Panti Sosial untuk dibimbing, dibina, dan dididik. Para (WBS) diposisikan sebagai klien (orang yang memiliki masalah) adapun tugas pihak Panti memberikan pembinaan terhadap kehidupan dan penghidupan secara 19
Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1999), Cet. Ke-6, h.
182. 20
D. Juoriono. "Bahasa Indonesia Bahasa Le1aki Teh1ah K etimnanPan <1P.nriP.r rlalam
25
normatif, mengembangkan dan memulihkan harga diri, mengembalikan kepercayaan, tanggung jawab sosial, kemauan dan kemampuan para (WBS) agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat. 21 Menarik pula untuk dikutip pemyatan Singgih D. Gunarsa dalam bukunya "Konseling dan Psikoterapi" mengenai sebuah perubahan prilaku yang dapat terjadi oleh faktor lingkungan dalam proses belajar atau proses kondisioning (menetapkan sesuatu keadaan untuk menghasilkan sesuatu), karena manusia tumbuh dan dibentuk oleh lingkungan. 22 Terutama pada permasalahan yang penulis kemukakan yaitu bimbingan vocational dalam pemilihan profesi bagi warga binaan social. Dan telah
diketahui
bahwa
semakin
meresahkan
masyarakat
Indonesia,
merajalelanya para pekerja seks komersial (WTS), karena susahnya mereka dalam mencari kerja atau memilih pekerjaan. Oleh karenanya pelayanan bimbingan pekerjaan
(vocational
guidance) perannya sangat dibutuhkan untuk membimbing dan membina para
(WBS) dalam upaya terbina dan berkembangnya tata kehidupan dan penghidupan para (WBS) meliputi pulihnya rasa harga diri, kepercayaan diri, kemauan dan berkemampuan untuk melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat secara baik untuk menghadapi masa depan mereka dan tantangan zaman.
21
22
Wawancara Pribadi dengan Hj. Misliati, Jakarta, 17 September 2007
Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT. Gunung Mulia, 1992), Cet. Ke-I, h. 34.
BABIIl GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYAWANITA HARAPAN MULYA KEDOYA JAKARTA BARAT
A. Sejarah Berdirinya
Pelayanan bidang kesejabteraan sosial merupakan tanggung jawab antara pemerintab dan masyarakat. Setelab Indonesia dilanda badai krisis moneter sejak tabun 1998, beban pemerintab propinsi Jain yang mencoba mengadu nasib. Sebabagian warga masyarakat pendatang tersebut, tidak mempunyai bekal keterampilan kerja dan pendidikan yang memadai, sehingga tidak mampu bersaing dalam memasuki Japangan kerja. Pada akhimya mereka menambab beban ibukota yang sudab padat dan menjadi penyandang masalab kesejabteraan sosial. Salab satu diantara mereka adalab Wanita Tuna Susila. Atas dasar pertimbangan tersebut, pemerintab propinsi daerab Khusus
lbukota Jakarta melalui Oinas Bina Mental
Spiritual dan
Kesejabteraan Sosial Propinsi OKI Jakarta mendirikan sebuab panti dengan nama "Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya", yang beroprasional mulai bulan Januari 2002 (sesuai SK. Gubemur Kepala Oaerab Khusus lbukota Jakarta No. 3622 I 2001). Oengan kedudukan organisasi sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Oinas Bina Mental Spiritual dan Kesejabteraan Sosial Propinsi OKI Jakarta. 1 Oasar Hukum didirikanya PSBKW Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat berdasarkan pada :
27
1. Undang-Undang No. 6 Tahun 1974, tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. 2. Peraturan daerah No. 3 Tahun 2001, tentang bentuk susunan Organisasi dan Tata Kerja perangkat Daerah dan Sekretariat DPRD Propinsi DKl Jakarta. 3. Surat Keputusan No. 41 Tahun 2002, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Bintal dan Kesos Propinsi DKl Jakarta. 4. Surat Keputusan Gubernur No. Organisasi dan Tata Kerja UPT
163/2002, Tentang Pembentukan di lingkungan Dinas Bina Mental,
Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DKl Jakarta. 2
B. Visi, Misi, Tugas, Fungsi, Sasaran, dan Tujuan 1. Visi Terentasnya warga binaan sosial (WBS) panti kedalam kehidupan yang lebih layak, manusiawi, produktif dan mandiri. 2. Misi a. Menyelenggarakan pelayanan resosialisasi
WBS
dalam rangka
menumbuhkan kemauan dan kemampuan WBS untuk kembali dalam kehidupan masyarakat secara normatif. b. Menyelenggarakan BIMLAT keterampilan dalam rangka memulihkan dan mewujudkan produktifitas menuju kemandirian dalam kehidupan c. Menyelenggarakan penyaluran dan bina lanjut
28
d. Menjalin keterpaduan, koordinasi, kerjasama antar lintas sektoral dalam pelayanan resosialisasi. 3. Tugas Menyelenggarakan kegiatan resosialisasi wanita tuna susila yang meliputi identifikasi dan asesmen, bimbingan dan pelatihan serta penyaluran dan binaan lanjut (BINJUT). 4. Fungsi Melaksanakan kegiatan : a. Pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi, identifikasi, motivasi dan seleksi b. Penerimaan
meliputi
regestrasi,
persyaratan,
administrasi
dan
penempatan di dalam panti sosial c. Perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan d. Asesmen meliputi penelahaan, pengungkapan dan pemahaman masalah dan potensi e. Bimbingan fisik, mental, sosial dan bimbingan latihan (BIMLAT) keterampilan kerja usaha sendiri f.
Resosialisasi meliputi praktek belajar kerja reintegrasi dengan kehidupan dalam keluarga dan masyarakat
g. Pelayanan rujukan kelembaga-lembaga pelayanan lain dan Penyaluran h. Pembinaan lanjut meliputi monitoring, asistensi, pemantapan dan terminasi
29
5. Sasaran Adapun yang menjadi sasaran ialah para Wanita tuna susila (WTS), keluarga dan masyarakat 6. Dan Tujuan Tujuan
adalah terbina
dan
berkembangnya tata
kehidupan
dan
penghidupan warga binaan sosial meliputi pulihnya rasa harga diri, kepercayaan diri, kemauan dan berkemampuan untuk melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dan kehidupan bermasyarakat secara baik. 3
C. Struktur organisasi. Adapun struktur organisasi Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat adalah sebagai berikut : 4 I. Kepala Panti
: Drs. Achmad
2. Sub. Bagian Tata Usaha
: H. Haris Fadillah, S.Sos
3. Seksi Identifikasi dan Asesmen
: T. Syahrul, SH
4. Seksi Bimbingan dan Pelatihan
: Dra. Hj. Misliati
5. Seksi Penyaluran dan Bina Lanjut
: Drs. Djalu Sugiarto, M.Si
6. Sub. Kelompok Jabatan Fungsional
3
Wawancara Pribadi dengan Acbmad, Jakarta, 26 juli 2007.
30
STRUKTUR ORGANISASI P ANTI SOSIAL BINA KARYAWANITA HARAPANMULYAKEDOYAJAKARTABARAT
Kepala Panti Drs.Achmad
Sub. Bagian Tata Usaha H. Haris Fadillah, S.Sos
Seksi Identifikasi dan Asasemen
Seksi Birnbingan dan Pelatihan
Seksi l?enyaluran dan Binaan Lanjut
T. Syahrul, SH
Dra. Hj. Misliati
Drs. Djalu Sugiarto, M.Si
Sub. Kelompok Jabatan Fungsional
31
D. Program Kerja Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat memiliki program kerja sebagai berikut: 1. Kepala Panti Kepala panti merupakan pimpinan yang menaungi dari berbagai seksi bagian yang ada pada sebuah struktur organisasi, yang memiliki tugas sasaran kerja diantaranya: a. Mengkoordinasikan penyusunan RASK. b. Mengkoordinasikan pelayanan bimbingan, fisik, mental, sosial dan keterampilan Warga Binaan Sosial (WBS). c. Mengkoordinasikan pengadaan sarana dan prasarana. d. Melaksanakan pembinaan dan penilaian kinerja pejabat eselon IV. e.
Menghadiri rapat-rapat.
f.
Melaksanakan koordinasi dengan sektor terkait.
g. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan Kepala Dinas. 2. Bagian TU Bagian Tata Usaha (TU) mempunyai tugas melaksanakan penyiapan rencana serta pelayanan administrasi kepada semua satuan organisasi dilingkungan Panti, yang memiliki tugas sasaran kerja diantaranya: a. Menyiapkan daftar absensi pegawai dan pramusosial. b. Membuat usulan anggaran dana. c. Memonitor kegiatan administrasi barang. d. Mengonsep surat menyurat.
32
e. Memonitor sarana dan prasarana Panti.
f. Memonitor kegiatan kinerja staf dan tenaga pramusosial. g. Menghimpun dan menyusun laporan kegiatan panti. 3. Seksi. Identifikasi dan Asesmen Seksi. Identifikasi dan Asesmen adalah mempunya1 tugas merunmskan kebijakan teknis, Identifikasi dan Asesmen yang memiliki sasaran kerja diantaranya: a. Melaksanakan kegiatan identifikasi Warga Binaan Sosial (WBS). b. Melakukan pengungkapan masalah WBS. c. Mengadakan pendaftaran ulang WBS untuk mendapat data yang akurat. d. Mengadakan kunjungan rumah guna mengetahui latar belakang kehidupan WBS. e. Memonitor perkembangan WBS selama di Panti. f.
Memonitor pekerjaan staf pembagian alat kebersihan WBS.
g. Membuat laporan bulanan tentang kemajuan WBS di Panti. 4. Seksi. Bimbingan dan Pelatiban. Seksi. Bimbingan dan Pelatihan adalah mempunya1 tugas merumuskan kebijakan teknis bimbingan dan latihan kerja, yang memiliki sasaran kerja diantaranya: a. Membuat rencana kerja kegiatan keterampilan. b. Melaksankan dan memonitor kegiatan bimbingan fisik. c. Melaksankan dan memonitor kegiatan bimbingan sosial. d. Memonitor kegiatan bimbingan keterampilan.
34
E. Data Warga Binaan Sosial (PSBKWHM) Kedoya Jakarta Barat Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat yang menghuni Panti akibat terkena razia dan pengiriman dari instansi lain berjurnlah 322 jiwa pada Tahun 2006, dengan perincian di bawah ini: 6
1. Daerah Asal NamaDaerah
Prosentase
Jabotabek
29%
JawaBarat
34,4%
Jawa Tengah
20,4%
Jawa Timur
4,4%
Banten
1,5%
LuarJawa
10,3%
Usia
Prosentase
15-19
8%
20-24
48,4%
25-29
27%
30 keatas
17,7%
2. Usia
3. Diketahui Oleh Keluarga Diketahui Oleh Keluarga
Prosentase
Diketahui
40%
Tidak di ketahui Oleh Keluarga
60%
35
4. Pendidikan Pendidikan
Prosentase
ButaHuruf
2,4%
SD
45%
SLIP
30,5%
SLTA
21,4%
Perguruan Tinggi
0,7%
5. Penghasilan Penghasilan
Prosentase
200 ribu-400 ribu
31%
400 ribu-600 ribu
14%
600 ribu-800 ribu
7%
800 ribu keatas
48%
6. Lama Sebagi PSK Lama Sebagai PSK
Prosentase
1-2 Tahun
82%
3-4 Tahun
12,4%
5 Tahun keatas
5,6%
36
7. Penyalahgunaan Narkoba Penyalahgunaan Narkoba
Prosentase
Memakai Narkoba
8%
Tidak Memakai Narkoba
91%
8. Frekwensi Masuk Panti Frekwensi Masuk Panti
Prosentase
1 Kali
80%
2 Kali
11,5%
3 Kali
5%
4 Kali Keatas
3,5%
9. Jenis Keterampilan Jenis Keterampilan
Prosentase
Tata Rias
20%
Menjahit
19,3%
Tata Boga
20,5%
Hantaran
21,5%
Mute-Mute
18,5%
37
F. Sarana dan Prasarana PSBKW Harapan Mulya memiliki sekitar 10 bangunan dengan luas tanah 24.678 m2 dan luas bangunan 5.512 m2 dengan perinciaan sebagai berikut:
1. Rumahjaga
1 unit
2. Kantor dan Aula
1 unit
3. Ruang Keterampilan
1 unit
4. Ruang Identifikasi dan Asesmen
1 unit
5. Wisma
3 unit
6. Dapur
1 unit
7. RumahDinas
1 unit
8. Musholah
1 unit
Jaiinan kerjasama dalam rangka mendukung terlaksananya tugas kerja panti maka panti sosial bina karya wanita harapan mulya mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak terkait sebagai berikut :
1. Polsek
2. Koramil 3. Panti Sosial Bina lnsan Bangun Daya 4. Rumah Sakit Umum Daerah Budi Asih
5. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 6. Tokoh Masyarakat 7. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
8. Lembaga Pendidikan yang Mengirim Praktikan7 7T"IT~ --- - - -
_ ..-.
"1
1°'
BAB IV ANALISIS BIMBINGAN VOCATIONAL DALAM PEMILIHAN PROFESI BAGI WARGA BINAAN SOSIAL
A. Proses Bimbingan Vocational di (PSBKWHM) Kedoya Jakarta Barat Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DKI Jakarta, yang mempunyai tugas dan fungsi untuk menyelenggarakan kegiatan resosialisasi wanita tuna susila. Sementara tenaga yang terlibat dalam memberikan pelayanan kepada Warga Binaan Sosial (WBS) Panti melibatkan profesi pekerja sosial, Dokter dan Perawat, Agamawan dan Instruktur keterampilan. Dengan
fasilitas
pelayanan yang diberikan panti tersebut mengupayakan berbagai macam pembinaan yang meliputi identifikasi dan asesmen, bimbingan dan pelatihan serta penyaluran dan binaan lanjut (BINJUT). 1 Resosialisasi bagi Wanita Tuna Susila (WTS) merupakan suatu upaya yang diselenggarakan secara terorganisir dengan baik dalam rangka terbina dan berkembangnya tata kehidupan dan penghidupan Warga Binaan Sosial (WBS) yang diliputi pulihnya rasa harga diri, kepercayaan diri, kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun kegiatan resosialisasi tersebut diantaranya:
1
Wawancara Pribadi dengan Achmad, Jakarta, 26 juli 2007.
39
1. Identifikasi dan Asesmen Identifikasi dan asesmen merupakan suatu proses pelayanan dalam mengungkap kepribadian Wanita Tuna Susila (WTS) dari awal masuk sehingga pada akhirnya diterima untuk dibina. Adapun pelayanan dalam resosialisasi identifikasi dan asesmen meliputi: a. Registrasi. b. Pencatatan data. c. Pengenalan program Panti sosial. d. Pengungkapan masalah. e. Identifikasi potensi (sumber). f. Penyusunan program Panti.
g. Pemeriksaan kesehatan. 2 Pemeriksaan kesehatan kepada para warga binaan sosial dilakukan dengan memberikan penyuluhan kesehatan dan juga pelayanan kesehatan yang optimal kepada para WBS dari Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) yang telah diadakan kerjasama untuk melakukan pemeriksaan secara berkala di Panti tersebut, yaitu Rumah Sakit Umum daerah Budi Asih. 3 Semua itu dilakukan oleh pihak Panti untuk dapat mencegah dan mendeteksi penyakit-penyakit berbahaya yang disebabkan aktifitas bekerja sebagai penjaja seks, yang menimbulkan berbagai macam penyakit kelamin seperti: HIV AIDS, dan lain-lain. 2
3
Wawancara Pribadi dengan Sri Widiastuti, Jakarta, 26 juli 2007. Wawancara Pribadi dengan Sri Widiastuti, Jakarta, 26 juli 2007.
40
2. Bimbingan dan Pelatihan Bimbingan dan pelatihan merupakan suatu kegiatan dalam rangka
mengarahkan
(governing),
memberikan
petunjuk
(giving
instruction) dan menuntun (conducting) WBS sebagai bekal masa depan
mereka. Kegiatan resosialisasi bimbingan dan pelatihan tersebut meliputi: a. Bimbingan Mental Keagamaan. Bimbingan Mental Keagamaan kepada warga binaan sosial dengan memberikan kegiatan-kegiatan berupa:
ceramah agama
Islam,
muhasabah dan membaca surat yasin bersama-sama setiap malam jum'at, Sholawat Rosullullah SAW. Semua itu dilakukan oleh pihak panti agar para warga binaan sosial dapat lebih dekat dan mau memperdalam ilmu agama setelah keluar dari panti, karena agama merupakan pondasi dasar dalam menentukan keberhasilan mental agama b. Bimbingan Sosial: Penanganan melalui bimbingan sosial kepada para warga binaan sosial merupakan cerminan untuk membangun kepribadian yang baik yang bertujuan untuk menjalin rasa kebersamaan, kepedulian, keterbukaan, kedisiplinan, dan tanggung jawab antara sesama warga binaan sosial yang dilakukan setiap pagi oleh petugas Panti, mereka diperdengarkan filosofi panti yang tertulis: "masa lalu yang kelam, tidaklah perlu tuk dikenang, tataplah jauh masa depan penuh semangat dan ketegaran. Disini saya ingin belajar, menjadi insan yang berharga, tidak dalam kepura-puraan dan tekanan.
41
Tetapi dalam kehidupan yang nyata dan berguna, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Disini kita sebagai keluarga besar, kita saling membutuhkan. Tegarlah daku kawan demi perbaikan, karena hidup ini penuh batu sandungan.'" Bimbingan Sosial ini meliputi: I. Case Coriferance adalah merupakan kegiatan untuk membahas masalah WBS. 2. Static
group
adalah
merupakan
kegiatan
untuk
melihat
perkembangan secara berkelompok WBS.
3. Morning meeting adalah merupakan kegiatan untuk menjalin kebersamaan, kepedulian, keterbukaan, kedisiplinan, dan tanggung jawab antar WBS). Mornig meeting meliputi:
+ Do'a. + Pembacaan pilosofi. + Pengumuman tentang WBS. + Fu! up (saling mengingatkan). + Pemyataan diri. + Berita aktual (ucapan terimakasih). + Konsep Harl ini (ungkapan diri). + Game.
+
4
5
Penutup Do' a 5
Wawancara Pribadi dengan Hj. Misliati, Jakarta, 26 juli 2007.
Ibid., Hj. Misliati, Jakarta, 26 juli 2007.
42
c. Bimbingan Psikologi Bimbingan Psikologis kepada para warga binaan sosial dilakukan dengan membantu mereka dalam menyelesaikan masalah dan juga membantu dalam mengubah persepsi, pola pikir dan tingkah laku para warga binaan sosial melalui konseling WBS dapat mengungkapkan permasalahan serta dibantu untuk mencari jalan keluarnya. Proses konseling itu sendiri dilakukan dengan cara tatap muka (face to face) atau juga dengan cara berkelompok (static group). d. Bimbingan Fisik Penanganan melalui pembinaan fisik kepada para warga binaan sosial dengan memberikan latihan-latihan fisik yang meliputi, olah raga, senam kesehatan jasmani, dan aerobic. Hal ini diberikan oleh pihak panti agar setiap warga binaan sosial dapat menjaga kesehatan jasmani secara baik. e. Bimbingan melalui Perpustakaan dan Rekreasi atau Kesenian. Penanganan melalui perpustakaan dan rekreasi atau keseniaan kepada para warga binaan sosial dengan membiasakan kebiasaan membaca sebagai penambah pengetahuan para warga binaan sosial yang nota benenya sebagian besar dari warga binaan sosial berpendidikan rendah dan bahkan ada yang buta huruf. Kesenian atau rekreasi merupakan sebagai bentuk penyaluran bakat dan potensi bagi para warga binaan sosial, seperti: penyanyi, membuat dan membaca puisi, dan lain-lain. Penampilan mereka sering dipentaskan dalam acara-acara peringatan
43
hari-hari besar keagamaan dan nasional seperti: Isra mi'raj, 17 Agustusan dan lain-lain.
f.
Bimbingan Kadarkum. Penanganan melalui bimbingan kadarkum (kesadaran hukum) kepada para warga binaan sosial dengan memberikan pengertian kepada mereka bahwa apa yang mereka lakukan tersebut melanggar hukum, baik Negara, Adat, dan Agama. Hal ini dilakukan dengan metode diskusi dan hanya berkelompok saja.
g. Bimbingan keterampilan meliputi: 1. Keterampilan Menjahit. 2. Keterampilan Menyusun Hantaran. 3. Keterampilan Tata Rias (Salon). 4. Keterampilan Tata Boga dan, 5. Keterampilan Mute-Mute. Pada bimbingan keterampilan ini yang paling banyak diminati para warga binaan sosial ialah keterampilan hantaran sebab pada proses pelaksanaan dan pelatihan bimbingan hantaran tidak sesulit dengan keterampilan yang lain dan hari pelatihannya pun cuma dua hari dalam seminggu. Itulah yang membuat mereka meminati bimbingan keterampilan hantaran. 3. Penyaluran dan Binaan Lanjut Penyaluran dan Binaan Lanjut adalah suatu kegiatan setelah dilaksanakannya dua resosialisasi terhadap WBS. Setelah itu dilanjutkan dan diusahkan untuk disalurkan, dan dibina lanjut dengan memonitoring
44
WBS tersebut untuk melihat perkembangannya setelah keluar dari Panti. Hal itu juga dikenal dengan Usaha Ekonorni Produktif (UEP) dalam bentuk pemberian modal usaha agar WBS dapat melaksanakan Fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Penyaluran dan binaan lanjut meliputi: a. Keluarga. b. Menikah. c. Bekerja. d. Perusahaan. e. Wiraswasta atau lembaga lain. 6 Kegiatan resosialisasi itu merupakan proses bimbingan pekerjaan (vocational guidance), karena didalamnya terdapat bimbingan dan pelatihan yang masuk dalam kegiatan resosialisasi yang diberikan kepada WBS dalam menentukan pilihan profesi yang sesuai dengan minatnya. Pihak Panti tidak memaksakan kehendak kepada mereka dalam memilihkan
profesi yang sesuai dengan dirinya akan tetapi diberi
kebebasan bagi mereka untuk memilihnya Seiring berjalanya pelatihan dan terdapat ketidak cocokan bagi dirinya maka baginya boleh mernilih keterampilan yang lain. Sedangkan menurut Achmad selaku kepala Panti di PSBKWHM Kedoya Jakarta Barat menyatakan latar belakang diadakannya bimbingan vocational adalah karena pada dasarnya para WTS yang terjaring rajia tidak menjalankan fungsi sosialnya secara wajar dengan mencari uang 6
Wawancara Pribadi dengan Djalu Sugiarto, Jakarta, 26 juli 2007.
45
secara cepat tanpa melihat faktor yang a1can terjadi disana sini pada dirinya, kurangnya skill yang dimiliki mereka turut andil dalam permasalahan mereka. 7 Oleh karena itu melihat pentingnya masalah tersebut maka perlu diadakannya bimbingan dan pelatihan keterampilan bagi mereka. demi terciptanya keterampilan kerja dan nantinya setelah keluar dari panti diharapkan dapat mandiri, bersaing hidup secara wajar dan tidak kembali pada pekerjaan semula. Pada waktu bersamaan pula ia mengatakan bahwasanya cakupan bimbingan vocational sangat luas sekalih, mencakup seluruh kegitan yang ada di Panti karena antara bimbingan satu dengan bimbingan yang Iainnya saling berkaitan pada kegiatan resosialisasi. Dengan demikian dapat dipahami bahwasanya proses kegiatan bimbingan pekerjaan (vocational guidance) di PSBKWHM Kedoya Jakarta Barat merupakan seluruh kegiatan dalam kegiatan resosialisasi yang diantaranya adalah identifikasi dan asesmen, bimbingan dan pelatihan, dan penyaluran dan binaan lanjut. 8 Setiap bimbingan dan pelatihan keterampilan ditentukan hari, waktu dan tempat pelaksanaannya, yang bertempat di Woork Shop para Warga Binaan Sosial dibina kurang lebih 3 Bulan sampai 5 Bulan dengan data sebagai berikut: 9
7 8
Wawancara Pribadi dengan Achmad, Jakarta, 26 juli 2007.
Ibid., Achmad, Jakarta, 26 juli 2007.
46
NO
HARI
KETERAMPILAN
JAM
Menjahit
1.
Senin
Tata Boga
10:00-12:00
Istirahat
12:00-01:00
Tata Rias Atau Salon Mute-Mute
01 :00-03 :30
Hantaran Menjahit 2.
Rabu
Tata Boga
10:00-12:00
Istirahat
12:00-01:00
Tata Rias Atau Salon
01 :00-03:30
Menjahit
3.
Kamis
Tata Boga
10:00-12:00
Istirahat
12:00-01:00
Tata Rias Atau Salon Mute-Mute Hantaran
01 :00-03 :30
48
Kedoya ia akan meneruskan kepandaian merias rambut kawan-kawannya dengan kursus di luar. Dan kalau niatnya kesampaian ia akan membuka salon.11 Itu merupakan sebagian contoh ungkapan kesenangan hati dan respon yang baik bagi warga binaan social, yang mempunyai suatu keinginan untuk merubah dirinya kepada hal yang lebih baik. Mudah-mudahan menjadi motivasi buat warga binaan yang lain, pada hakekatnya manusia hanya dapat berusaha memiliki cita-cita, keinginan untuk menjadi yang terbaik sikap, prilaku, perbuatan bagi dirinya dan kehidupannya kelak, akan tetapi Allah SWT lah yang menentukaan dan merido'i segala usaha yang direcanakan tersebut. Seperti sai'r Arab yang berbunyi
"manusia hanya dapat berusaha dan Allah yang menentukan takdir"
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Bimbingan Vocational
a. Faktor Pendukung Didalam
suatu
program kegiatan
bimbingan
dan
pelatihan
keterampilan, penulis menemukan beberapa faktor pendukung yang dapat mempengaruhi berkembangnya suatu bimbingan pada keterampilan tersebut, sehinga semua program dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan.
II
Wawancara Pribadi dengan Meny Taruna, Jakarta, 26 juli 2007.
49
Berdasarkan wawancara ke pada Hj. Misliati, yang penulis lakukan dan dari data-data yang didapati ternyata faktor pendukung pada birnbingan
vocational antara lain adalah:
l. Adanya dukungan dari pemerintah dalam melaksanakan program tersebut 2. Unit Pelaksana Teknis (UPT) sebagai pembina Warga Binaan Sosial (WBS).
3. Instruktur yang kompeten dibidangnya didatangkan untuk memberikan bimbingan dan pelatihan. 4. Antusiasnya Warga Binaan Sosial dalam mengikuti bimbingan tersebut. 5. Fasilitas sarana dan prasarana yang memadai. b. Faktor Penghambat l. Terbatasnya dana yang diberikan oleh pemerintah 2. Faktor interen para warga binaan sosia!. 12
12
Wawancara Pribadi dengan Hj. Misliati, Jakarta, 26 juli 2007.
50
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan penelitian di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat, berdasarkan data-data yang penulis peroleh. Penulis dapat menyimpulkan bahwa: Proses pelaksanaan bimbingan vocational JUga dapat dikatakan sebagai proses resosialisasi yang pada hakekatnya dinamakan proses resosialisasi karena terbagi pada tiga cakupan bimbingan yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana teknis (UPT) yang terdapat di Panti tersebut, yang kesemua itu berawal dari proses resosialisasi identifikasi dan asesmen. Proses identifikasi dan asesmen ini merupakan suatu proses penanganan dalam mengungkap masalah dan asal usu! kepribadian Warga Binaan Sosial (WBS) setelah diidentifikasi dan positif akan di asramakan pada kesempatan itu pula calon WBS ditawarkan untuk memilih keterampilan kerja yang telah disediakan oleh pihak panti, setelah terpililmya keterampilan kerja yang ditawarkan selanjutnya dibimbing dan dididik pada proses resosialisasi bimbingan dan pelatihan. Proses bimbingan dan pelatihan ini merupakan proses resosialisasi yang kedua yang dilakukan oleh pihak panti, dengan bimbingan dan pelatihan keterampilan tersebut diharapkan para WBS, dapat merniliki skill dalam ha! keterampilan yang penulis telah sebutkan pada bab empat. Diharapkan agar kemandirian dan kepercayaan diri WBS terbanguan sehingga menatap masa
51
depan dalam hal memilih profesi dan mencari pekerjaan dengan penuh kesabaran dan perhitungan yang matang melihat pada sisi baik dan buruknya. Setelah dua proses resosialisasi dilakukan kemudian sampai pada proses tahap
akhir yaitu penyaluran dan binaan lanjut. Proses penyaluran dan binaan lanjut (BINJUT) merupakan proses resosialisasi yang ketiga dalam ha! ini seluruh WBS yang berhasil memiliki keterampilan yang dipilih kemudian diberikan modal atau alat untuk melanjutkan atau membuka usaha sendiri bagi yang tidak minat disalurkan atau direkomendasikan pada beberapa perusahaan yang menawarkan latar belakang profesi dengan menentukan kesesuaian bidang profesi yang dirniliki WBS. Kemudian dikroscek pada tahap binaan lanjut dengan melihat perkembangan mantan WBS. Bimbingan pekerjaan (vocational guidance) yang berada di kedoya memiliki respon yang baik bagi para warga binaan sosial, karena banyak manfaat yang diperoleh dari hasil bimbingan tersebut. Dari hasil wawancara yang penulis dapati mereka meresponnya dengan sangat senang dan antusias dalam mengikuti bimbingan dan pelatihan dengan mengesampingkan rasa kejenuhan yang mereka rasakan demi mendapatkan oleh-oleh keterampilan setelah keluar dari panti. Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan bimbingan vocational adalah: 1. Terbatasnya dana yang diberikan oleh pemerintah. 2. Faktor interen para warga binaan sosial.
52
Dari dua faktor itulah dapat diketahui faktor penghambat bimbingan pekerjaan yang bertada di (PSBKWHM) Kedoya Jakarta Barat.
B. Saran Berdasarkan pada kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang mungkin berguna untuk masyarakat, pemerintah khususnya bagi unit pelaksana
teknis
(UPT)
yang
bertugas
Menyelenggarakan
kegiatan
resosialisasi wanita tuna susila di Panti ini diantaranya : 1. Dalam ha! ini peran serta pemerintah sangat mendukung dan berpengaruh
demi terberantasnya para WTS. Dengan memberikan suntikan dana sesuai dengan kebutuhan Panti demi terlaksananya seluruh program yang telah direncanakan. 2. Peran serta masyarakat diharapkan tidak menjauhi mantan WBS akan tetapi merangkul, memotivasi , menunjuki dan mengajak pada jalan yang hakiki dalam ha! mencari atau memilih profesi yang sesuai dengan normanorma yang berlaku tentunya yang diridhai Allah SWT. 3. Hendaknya pihak Panti memberikan pelayanan yang lebih maksimal. Terutama dalam memberikan bimbingan dan keterampilan yang didukung dengan alat-alat teknologi canggi dengan menyesuaikan perkembangan zaman. 4. Hendaknya pihak Panti memperbanyak pilihan keterampilan yang belum ada di Panti dengan mendatangkan instruktur yang kompeten dibidangnya.
53
5. Hendaknya pihak: Panti memberikan penghargaan bagi warga binaan sosial yang mempunyai prestasi sehingga membantu memotivasi warga binaan sosial yang lain. 6. Hendaknya pihak: Panti memotivasi warga binaan sosial dalam mengembangkan keterampilan yang telah didapat.
DAFTAR PUSTAKA
A. Partanto, Pius dan M. Dahlan Al-Barry. Kamus flmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994.
Chaplin, P, J.P. Kamus Psikologi, Penerjemah, Kartini Kartono. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Gunarsa, Singgih D. Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: PT. Gunung Mulia, 1992. Kartono, Kartini. Menyiapkon dan Memandu Karir, Jakarta: Cv. Rajawali,1990 . . Patologi Sosial, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1999.
----
___ _ .Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksuil, Bandung: Mandar Maju, 1989. Kristi, E. Poerwandari. Pendekotan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, Jakarta: LPSP3, 1998. Kuper, Adam dan Jessica Kuper. Ensiklopedi flmu-flmu Sosial, The social Encyclopedia, penerjemah Haris Munandar, et.all, ed. 1 Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2000. Mahmud Hana, Attia. alih bahasa: Zakiah Darradjat. Bimbingan Pendidikon dan Pekerjaan, Jakarta: Bulan Bintang, 1978. Maria Yeni M, Yunita. "Profesi Guru Antara Pengabdian dan Tuntutan," Artikel diakses pada 18 Juli 2007, dari http://www.lbpkpenabur.or.id Moleong, Lexi J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002. Herdianto, Arif. "Penyimpangan Sosial," dalam www. wts pdf.or.id. Jupriono, D. "Bahasa Indonesia Bahasa Lelaki Telaah Ketimpangan Gender dalam Bahasa Indonesia, 1997," Artikel diakses pada 18 juli 2007, dalam www.angelfire.com Prayitno, H. dan Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999. Pusat Penelitian BKN. "Rancang Bangun Model Pembinaan dalam Rangka Meningkatkan Kinerja PNS, " Artikel diakses pada 18 Juli 2007 dari http://www.BKN.go.id/2007/0718/c91 t9u.html
55
R, Thantawy. Kamus Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Pamator, 1997.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. Metodelogi Penelitian Survey, Jakarta: IP3IS, 1983. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Penerbit Rajawali Pers, 1987. Sukardi, Dewa Ketut. Pendekatan Konseling Karir di dalam Bimbingan Karir Suatu Pendahuluan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1989. Syaltut, Malnnud. alih bahasa: Bustami A. Ghani dan Hamdani Ali, Al-Islam Aqidah wa Syari 'ah, Jakarta: Bulan Bintang, 1983. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Tim penyusun. pedoman penulisan skripsi, Tesis, Disertasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007. Winkel, W. S. dan Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Yogyakarta: Media Abadi, 2004 Zakaria, Abu. Mengawetkan Cinta Kasih Suami Istri, Solo: CV. Aneka, 1990.
DEP ARTEMEN A GAMA UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH JAKARTA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jin. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412
Nomor: Ft 51/KM.04/ 32 S /IV/2007 1 ( satu) bundel Lamp Bimbingan Skripsi Hal
Telepon I Fax: 7432728
Jakarta,
18 April 2007
Kepada Yth. Dr. H. Daud Effendi, AM Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN' Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami kirimkan kepada Bapak sebuah Judul berikut Out line skripsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut, Nama Nomor Pokok Jurusan /Semester Program Judul Skripsi
Saidina 103052028679 Bimbingan dan Penyuluhan Islam ( BPI ) I VIII S1 Bimbingan Vocational dalam Pemilihan Profesi bagi Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Baral.
Penuh harapan kami kiranya Bapak bersedia untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunan dan penyelesaian skripsinya dalam waktu yang tidak terlalu lama. Alas perhatian dan kesediaan Bapak kami sampaikan terima kasih. Wassa/amu'alaikum Wr. Wb.
Tembusan: 1. Pembantu Dekan Bidang Akademik 2. Ketua Jurusan BPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi
,.'
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH JAKARTA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jin. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412
Nomor: ED/KM 04.3/ J./8'Z N/2007 1 (Satu) bundel Lamp lzin Penetitian/Wawancara Hal
Telepon I Fax: 7432728
Jakarta, (
Mei 2007
Kepada Yth. Kepala Dinas Bina Mental dan Kesejahteraan Sosial JI. Gunung Sahari II No. 6 Jakarta Pusat
Assalamu'a/aikum Wr. Wb.
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa mahasiswa di bawah ini, Nama Nomor Pokok Jurusan /Semester Program
Saidina 103052028679 Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI ) I VIII
S1
bermaksud melaksanakan penelitian untuk bahan penulisan skripsi yang berjudul Bimbingan Vocational dalam Pemilihan Profesi bagi Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat. Untuk melengkapi data yang berkaitan dengan judul skripsi di alas, kami memohon kepada Bapak/lbu kiranya dapat menerima/memberi izin mahasiswa ka,mi tersebut untuk melaksanakan penelitian/wawancara. Alas perhatian dan perkenan Bapak/lbu kami ucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Tembusan: 1. Pembantu Dekan I 2. Ketua Jurusan BPI Fakliltas Dakwah dan Komunikasi
RAYA
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
DINAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL JI. Gunung Sahari II No. 6 Jakarta Pusat
Telp. 3807896 - 3807881 Fax. 425363.9
JAKARTA
mor at mpiran I
1694 /-1.785.4 Biasa
10 Mei 2007
Permohonan Izin Penel itian
Kepada Yth,
Dekan Univ. Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakatta Fakultas Dakwah dan Komunikasi di Jakarta
Sehubungan dengan surat Saudara nomor ED/KM 04.3/488/V/2007 tanggal Ol Mei 2007 ha! seperti tersebut diatas, bagi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatuilah Jakarta, untuk mengadakan penelitian sebagai bahan penulisan skripsi dengan judul " Bimbingan Vocational dalam Pemilihan Profesi bagi Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia Kedoya Jakarta Barat. a.n. Saidina, pada prinsipnya kami tidak berkeberatan memberikan rekomendasi sebagai sumbangan untuk pengembangan ilmu dan pelayanan sosial. Diminta setelah selesai melaksanakan kegiatan tersebut, Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi OKI Jakarta diberikan hasil laporannya. Atas perhatian Saudara disampaikan terima kasih.
:mbusan: ~a. PSBK Wanita Harapan Mulia Kedoya.
A MENTAL SPIRITUAL TERAAN SOSIAL Kl JAKARTA,
PEDOMAN WAWANCARA
Nama
: Drs. Achmad
Jabatan
: Kepala Panti
Waktu
: Kamis, 26 Juli 2007
Berita Wawancara : Profil Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat
Pertanyaan I. Bagaimana latar belakang berdirinya Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan
Mulya (PSBKW) Kedoya Jakarta Barat? 2. Apa Visi, Misi dan Tujuan (PSBKW) Kedoya Jakarta Barat? 3. Apa yang melatar belakangi diadakanya Bimbingan Vocational? 4. Bimbingan Vocational apa saja yang ada di (PSBKW) Kedoya Jakarta Barat? 5. Siapakah pemberi materi Bimbingan Vocational? 6. Apakah ada anggaran dana khusus yang digunakan untuk proses Bimbingan Vocational?
HASIL WAWANCARA Na ma
: Drs. Achmad
Jabatan
: Kepala Panti
Waktn
: Kamis, 26 Juli 2007
Berita Wawancara : Profil Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat (?) : Interviewer (+) : Interviewee
(?) Bagaimana latar belakang berdirinya Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat?
(+) Pelayanan bidang kesejahteraan sosial merupakan tanggungjawab antara pemerintah dan masyarakat. Setelah Indonesia dilanda badai krisis moneter sejak tahun 1998, beban pemerintah propinsi lain yang mencoba mengadu nasib. Sebahagian warga masyarakat pendatang tersebut, tidak mempunyai bekal keterampilan kerja dan pendidikan yang memadai, sehingga tidak mampu bersaing dalam memasuki lapangan kerja. Pada akhirnya mereka menambah beban ibukota yang sudah padat dan menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial. Salah satu diantara mereka adalah Wanita Tuna Susila. Atas dasar pertimbangan tersebut, pemerintah propinsi daerah Khusus Ibukota Jakarta melalui Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DKI Jakarta mendirikan sebuah Panti dengan nama "Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya", yang beroprasional mulai bulan Januari 2002 (sesuai SK. Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3622 I 2001).
Dengan kedudukan organisasi sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DK.I Jakarta. (?} Apa Visi, dan Misi (PSBKW) Kedoya Jakarta Barat? (+} Visinya Terentasnya Warga Binaan Sosial (WBS) Panti kedalam kehidupan
yang lebih layak, manusiawi, produktif dan mandiri Misinya: A. Menyelenggarakan pelayanan resosialisasi WBS dalam rangka menumbuhkan kemauan dan kemampuan WBS untuk kembali dalam kehidupan masyarakat secara normatif.
B. Menyelenggarakan birnlat keterampilan dalam rangka memulihkan dan
mewujudkan
produktifitas
menuju
kemandirian
dalam
kehidupan · C. Menyelenggarakan penyaluran dan bina lanjut D. Menjalin keterpaduan, koordinasi, kerjasama antar lintas sektoral dalam pelayanan resosialisasi. Tujuan : Tujuannya adalah terbina dan berkembangnya tata kehidupan dan penghidupan warga binaan sosial meliputi pulihnya rasa harga diri, kepercayaan diri, kemauan dan berkemampuan untuk melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dan kehidupan bermasyarakat secara baik. (?} Bimbingan Vocational apa saja yang ada di (PSBKW) Kedoya Jakarta Barat? (+} Birnbingan vocational yang ada di Panti ini diantaranya: keterampilan
menjahit, tata boga, salon atau tata rias, hantaran, dan mute-mute. (?} Siapakah pemberi materi Bimbingan Vocational?
(+) yang memberikan materi ya ... instruktur, instruktur masing-masing, menjahit
yah ... menjahit gitu, kita panggil dari luar kita bayar. (?) Apakah ada anggaran dana khusus yang digunakan untuk proses Bimbingan
Vocational? ( +) Heeh ... ada anggaran dana khusus.
Jakarta 26 Juli 2007,
Interviewer
::4
(Saidi a)
In erviewee
(Drs. Achmad)
HASIL WAWANCARA
Narna
: Sri Widiastuti S. Psi
Jabatan
: Seksi. ldentifikasi dan Asesrnen
Waktu
: Karnis, 26 Juli 2007
Berita Wawancara : konstribusi Identifikasi dan Asasernen dalarn pelayanan Birnbingan Vocational (?) : Interviewer (+):Interviewee (?) Bagaimana ldentifikasi dan Asesmen dalam pelayanan Bimbingan Vocational Pad a tahap persiapan? (+) Pada tahap persiapan ini cal on WBS diterima, diberi keperluannya, kemudian di Asramakan. (?) Bagaimana ldentifikasi dan Asesmen dalam pelayanan Bimbingan Vocational Pada tahap pelaksanaan? (+) Pada tahap pelaksanaannya WBS tersebut dipanggil kekantor dengan membawa file dan di Identifikasi untuk mengungkap masalahnya. (?) Bagaimana Identifikasi dan Asesmen dalam pelayanan Bimbingan Vocational Pad a tahap pengakhiran? (+) Pada tahap pengakhiran ya... dilihat perkembangannya seperti apa! keterampilannya bagaimana! dan diberi nilai contreng-contreng-contreng. (?) Apa tujuan Identifikasi dan Asesmen dalam pelayanan Birnbingan Vocational?
(+) Tujuan ldentifikasi dan Asesmen adalah mengungkap asal usu! WTS, dari
mana! punya keluarga atau tidak! kadang-kadang mereka banyak bohongnya, muter-muter Jakarta, Tanjung Priuk dan pada akhimya terungkap juga. (?) Metode apa yang digunakan pada ldentifikasi dan Asesmen? (+) Metode yang digunakan head to head (dari hati ke hati), membaur bersama-
sama tidak ada sekat (penghalang). (?) Berapakah batas usia WTS yang ada? (+) Usia ... 14 Tahun sampai 45 Tahun. Yang kelas Rp 10000; hayo ada yang Rp
5000; di Manggarai makanya mas coba terjun kesana untuk mengetahui.
Jakarta 26 Jul2007, Interviewer
:::_7
Interviewee
cJf1~
(Sri Widiastuti S. Psi)
PEDOMAN WAWANCARA
Nama
: Dra. Hj. Misliati
Jabatan
: Seksi. Bimbingan dan Pelatihan
Waktn
: Kamis, 26 Juli 2007
Berita Wawancara : konstribusi Bimbingan dan Pelatihan (BIMPEL)dalam Melaksanakan Bimbingan Vocational
Pertanyaan I. Metode apakah yang sering di gunakan dalam melaksanakan Bimbingan Vocational?
2. Bagaiman proses pelaksanaan Bimbingan Vocational bagi Wanita Tuna Susita? a. Pada tahap sebelum pelatihan Bimbingan Vocational? b. Pada tahap pelaksanaan pelatihan Bimbingan Vocational? c. Pada tahap pengakhiran pelatihan Bimbingan Vocational? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat (BIMPEL) Bimbingan Vocational? 4. Apa tujuan (BIMPEL) pada program Bimbingan Vocational? 5. Bagaimana dalam menangani WBS yang tidak mematuhi peraturan?
HASIL WAWANCARA
Nama
: Dra. Hj. Misliati
Jabatan
: Seksi. Bimbingan dan Pelatihan
Waktu
: Karn is, 26 Juli 2007
Berita Wawancara : konstribusi Bimbingan dan Pelatihan (BIMPEL)dalam Melaksanakan Bimbingan Vocational (?) : Interviewer (+) : Interviewee (?) Metode apakah yang sering digunakan dalam melaksanakan Bimbingan
Vocational? (+) Metode yang digunakanpace to pace (langsung tatap muka) teori dan praktek
langsung biasanya. (?) Bagaiman proses pelaksanaan Bimbingan Vocational bagi Wanita Tuna Susila
pada tahap sebelum pelatihan? (+) Pada tahap sebelum pelatihan WBS memilih keterampilan, mereka maunya
apa! oke mereka ikut. (?) Bagaiman proses pelaksanaan Bimbingan Vocational bagi Wanita Tuna Susila
pada tahap pelaksanaan pelatihan? (+) Pada tahap pelaksanaan mereka dikumpulkan di work shop (tempat pelatihan)
sesuai dengan masing-masing keterampilan pilihan mereka, Kemudian latihan deh ... !
PEDOMAN WAWANCARA Nama
: Drs. Djalu Sugiarto, M.si.
Jabatan
: Seksi. Penyaluran dan Bina Lanjut
Waktu
: Kamis, 26 Juli 2007
Berita Wawancara : konstribusi Penyaluran dan Bina Lanjut dalam Melaksanakan Bimbingan Vocational
Pertanyaan J. Bagaimana proses Penyaluran dan Bina Lanjut setelah WBS mengikuti Bimbingan Vocational (follow up)? 2. Apa tujuan Penyaluran dan Bina Laujut setelah WBS mengikuti Bimbingan Vocationan
3. Standar apa yang digunakan untuk menentukan berhasil atau tidaknya program Bimbingan Vocational? 4. Apakah ada WBS yang bekerja dipanti ini setelah diberikan Bimbingan Vocationar?
5. Bagaimana respon WBS dalam megikuti Bimbingan Vocational? 6. Apakah ada pengaruh setelahWBS mengikuti Bimbingan Vocational? 7. Apakah Bimbingan Vocational yang ada perlu ditambah?
HASIL WAWANCARA
Nama
: Drs. Djalu Sugiarto. M.Si
Jabatan
: Seksi. Penyaluran dan Bina Lanjut
Waktu
: Kamis, 26 Juli 2007
Berita Wawancara : konstribusi Penyaluran dan Bina Lanjut dalam Melaksanakan Bimbingan Vocational (?) : Interviewer
(+) : Interviewee
(?) Bagaimana proses Penyaluran dan Bina Lanjut setelah WBS mengikuti Bimbingan Vocational (follow up)? (+) Prosesnya terbagi dua: 1. Sebelum disalurkan petugas melihat data rekapan hasil kegiatan WBS di Panti. Biasanya disalurkan
ke
keluarga,
menikah,
bekerja,
perusahaan,
wiraswasta atau lembaga lain. 2. Pada proses bina lanjut home visit (kunjungan ke rumah) dari sekian banyak WBS 8% nya rumahnya kos atau ngontrak yang membuat kesulitan bagi kami, karena pindah-pindah. (?) Apa tujuan Penyaluran dan Bina Lanjut setelah WBS mengikuti Bimbingan Vocational?
(+) Tujuan penyaluran dan bina lanjut ialah para WBS yang telah dibina mereka sudah betaul-betul hidup mandiri. Dan sudah mapan untuk disalurkan ke
keluarga, menikah, bekerja, perusahaan, wiraswasta atau lembaga lain dengan melihat perkembangan mereka setelah disalurkan. (?) Standar apa yang digunakan untuk menentukan berhasil atau tidaknya program Bimbingan Vocational? (+) Standar berhasil atau tidaknya melihat seberapa jauh WBS dibina di sini mengerti tentang materi. (?) Apakah ada WBS yang bekerja di Panti ini setelah diberikan Bimbingan Vocational?
(+) Ada, dari tahun 2002. itu kurang lebih volume yang sudah bekerja di sini. Sebenarnya bukan bekerja tapi memperdalam aja (membantu membina). (?) Bagaimana respon WBS dalam megikuti Bimbingan Vocational? (+) Responnya pariatif ada yang suka karena hobi mereka, tidak suka karena menganggap bimbingan Vocational ecek-ecek, keterpaksaan ya udah ikut salah satunya. (?) Apakah ada pengaruh setelahWBS mengikuti Bimbingan Vocational? (+) Pengaruhnya baik bagus, tadinya mereka tidak tahu menjadi tahu, gak bisa menjadi bisa. Karena orang tua mereka ikhlas dalam menitipkan anaknya. (?) Apakah Bimbingan Vocational yang ada perlu ditambah? (+) Ditambah wajib karena standar pelayanan manual, sarana dan prasarana atau
alat keterampilan ada tapinya karena keterbatasan dana.
Jakarta 26 Juli 2007' Interviewee
Interviewer
(Im.
Djfil~.
M.Si)
PEDOMAN WAWANCARA WARGA BINAAN SOSIAL
Pertanyaan
1. Apa tujuan anda mengikuti Bimbingan vocational? 2. Apa yang memotivasi anda dalam mengikuti Bimbingan Vocational? 3. Bagaimana perasaan Anda setelah mengikuti Bimbingan Vocational? 4. Menurut Anda apakah Bimbingan Vocational sudah berjalan? 5. Bagaimana menurut Anda tentang Bimbingan Vocational yang itu-itu saja? 6. Menurut Anda perlukah Bimbingan Vocational yang ada ditambah dengan yang lain? 7. Setujuhkah Anda bahwa Bimbingan Vocational dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru! Bagaiman menurut Anda? 8. Apa harapan ke depan Anda setelah mengikuti Bimbingan Vocational?
(?) Setujuhkah anda bahwa Bimbingan Vocational dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru! Bagaiman menurut Anda? (+) Setuju, tapikan kadang-kadang mentok dengan modal. Memang Bimbingan
Vocational dapat menciptakan pekerjaan baru, tapi kalau gue lihat jarang yang bener-bener tobat banyakjuga yang bolak-balik ke sini. Karena lebih mudah mencari uang dengan mejeng. (?)Apa harapan ke depan anda setelah mengikuti Bimbingan Vocational? (+) Harapan kedepan pengennya berubah sih gak mau balik lagi.
Jakarta 26 Juli 2007,
77 ~Saidina
Interviewee
HASIL WAWANCARA
Nama
: Tuti
Keterampilan
: Tata Boga
Waktu
: Kamis, 26 Juli 2007
(?) : Interviewer (+) : Interviewee
(?) Apa tujuan anda mengikuti Bimbingan vocational?
(+) Tujuanya karena pengen bisa aja mas. (?) Apa yang memotivasi anda dalam mengikuti Bimbingan Vocational? (+) Motivasinya pengen usaha kayanya. (?) Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti Bimbingan Vocational?
(+) Perasaannya syukur al-hamdulillah sudah bisa, seneng sih karena di luar tidak bisa membuat apa-apa. (?) Menurut anda apakah Bimbingan Vocational sudah berjalan? (+) Sudah berjalan seperti biasanya. (?) Bagaimana menurut anda tentang Bimbingan Vocational yang itu-itu saja? (+) Bimbingan Vocational yang itu-itu aja, biasa aja soalnya banyak manfaat yang diambil dari bimbingan keterampilan. (?) Menurut anda perlukah Bimbingan Vocational yang ada ditambah dengan yang lain?
(+) Keterampilan yang ada ditambah gitu, kepengen, cuma saya udah mau wisuda dan dikasih peralatan bikin kue. (?) Setujuhkah anda bahwa Bimbingan Vocational dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru! Bagaiman menurut Anda? (+) Ya ... setujulah, seneng aja untuk perubahan masa depan (?)Apa harapan ke depan Anda setelah mengikuti Bimbingan Vocational? (+) Harapan kedepan pengen dagang, buka usaha catering cita-cita itu doang kedepan.
Jakarta 26 Juli 2007,
In ervie
(Tuti)
e
(?) Setujuhkah anda bahwa Bimbingan Vocational dapat menciptakan Japangan pekerjaan baru! Bagaimana menurut anda?
(+)Ia dong, 90% setuju, karena banyak manfaatnya. (?) Apa harapan ke depan anda setelah mengikuti Bimbingan Vocational?
(+) Harapan kedepan sih pengen kursus untuk memperdalam dan pengen buka salon (?) Pengaruh bimbingan bagi kamu sendiri seperti apa?
(+) Pengaruhnya banyak banget dari mulai disiplin, kekeluargaan, solidaritas, saling menghargai sesama WBS dan lain-lain berasa banget.
Jakarta 26 Juli 2007,
HASIL WAWANCARA
Nama
: Cut Sintiya
Keterampilan
: Mute-Mute
Waktu
: Kamis, 26 Juli 2007
(?) : Interviewer (+) : Interviewee (?) Apa tujuan anda mengikuti Bimbingan vocational? (+) Pengen bisa aja, awalnya sih bingung tapi dicoba-coba aja, karena orang tua juga yang bikin semangat. (?)Apa yang memotivasi anda dalam mengikuti Bimbingan Vocational? (+) Motivasinya karena mudah aja diliatnya, juga karena pengen bisa. (?) Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti Bimbingan Vocational? (+) Perasaannya senang sih ada gunanya, karena di luar kan kita gak pernah tahu apa itu mute-mute.di luar juga nongkrong doang. (?) Menurut anda apakah Bimbingan Vocational sudah berjalan? (+) Sudah berjalan. (?) Bagaimana menurut anda tentang Bimbingan Vocational yang itu-itu saja? (+) Bosenjuga, ya ... mau gak mau harus ngikutin nantikan setelah keluar dari Kedoya lndah (KDI) punya bekal. (?) Menurut anda perlukah Bimbingan Vocational yang ada ditambah dengan
BASIL WAW ANCARA
Nama
: Silpi Ferawati
Keterampilan
: Menjahit
Waktu
: Kamis, 26 Juli 2007
(?) : Interviewer
(+) : Interviewee (?) Apa tujuan anda mengikuti Bimbingan vocational? (+) Tujuannya supaya aku punya pengalaman bisa jahit. (?) Apa yang memotivasi anda dalam mengikuti Bimbingan Vocational?
(+) Motivasinya karena pengen bisa buat baju sendiri dan dapat membantu orang tua. (?) Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti Bimbingan Vocational? (+) Perasaannya senang dan banyak manfaat yang dapat diambil. (?) Menurut anda apakah Bimbingan Vocational sudah berjalan?
(+) Sudah berjalan, karena dari kesemuanya mendukung (?) Bagaimana menurut anda tentang Bimbingan Vocational yang itu-itu saja?
(+) Asik-asik aja, karena kan kalau ada kegiatan, waktu cepet berlalu jadi gak bosen. (?) Menurut anda perlukah Bimbingan Vocational yang ada ditambah dengan yang lain?
(+) Kalau memang diperlukan ya ... nggak jadi masalah, untuk menambah ilmu v~no- h~rn
(?) Setujuhkah anda bahwa Bimbingan Vocational dapat menciptakan lapangan pekerjaan barn! Bagaimana menurut anda? (+) Setuju aja karena bertambah kepercayaan diri untuk bersaing hidup.
(?) Apa harapan ke depan anda setelah mengikuti Bimbingan Vocational?
(+) Palingjadi Ibu rumah tangga dan kalau dibutuhkan untuk menjahit bisa gitu!
Jakarta 26 Juli 2007,
y
Interviewer
IDENTIFIKASI DAN ASESMEN
Pemeriksaan Kesehatan
BIMBINGAN DAN IIBTRAMPILAN KERJA
Tata Rias/Salon
Menyusun Hantaran I
I
I
Mute-mute
Menjahit
Tata Boga
Static Group
Morning Meeting
Bimbingan Keagamaan
Senam Erobic
Perlombaan HUT RI
PENYALURAN DAN BINAAN LANJUT