BAB II BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM DAN KEBERAGAMAAN NARAPIDANA Untuk memperjelas pembahasan bimbingan dan penyuluhan Islam dan tingkah laku keagamaan bagi narapidana, maka penulis memandang perlu untuk membahas dahulu tentang landasan teori yang dikemukakan oleh para ahli bimbingan dan penyuluhan Islam. A. Tinjauan Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Islam 1. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan Islam. a. Pengertian Bimbingan Bimbingan secara etimologi berarti menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya masa kini dan masa mendatang. Dalam bahasa Inggris, istilah bimbingan ditunjukkan dengan kata Guidance yang berasal dari kata kerja to guide yang berarti menunjukkan.1 Pengertian Bimbingan tidak sama dengan pengertian dakwah, dalam hubungannya dengan usaha dakwah bimbingan merupakan teknik atau cara dalam berdakwah.2 Sedangkan bimbingan secara terminologi adalah seperti yang dikemukakan beberapa tokoh di bawah ini, diantaranya : 1) Menurut Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Ahmad Rohani HM, Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu seseorang
untuk
mengatasi
kesulitan-kesulitan
dalam
1
H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, PT. Golden Terayon Press, Jakarta, 1982, hlm. 1 2
Dalam hal ini dapat dibedakan antara bimbingan dengan dakwah sebagai berikut :Bimbingan merupakan suatu usaha untuk membantu individu dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat, Sedangkan dakwah adalah suatu proses penyampaian ajaran Islam kepada umat manusia baik muslim maupun yang belum muslim agar manusia tersebut mendapatkan kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. lihat, Nurbini, Dakwah melalui Teknik Layanan Bimbingan dan Konseling Islami, Risalah Walisongo, edisi 73 januari-pebruari, 1998, hlm. 18-19.
16
17
kehidupannya,
agar
supaya
individu
itu
dapat
mencapai
kesejahteraan hidupnya (atau paling tidak seseorang tersebut dapat memecahkan kesukaran-kesukaran yang dialaminya).3 2) Drs. Bimo Walgito Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam hidupnya agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.4 3) Menurut I. Djumhur dan Moh. Surya Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima
dirinya
mengarahkan
(self
dirinya
acceptance),
(self
direction)
kemampuan dan
untuk
kemampuan
merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya
dalam
mencapai
penyesuaian
diri
dengan
lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. dan bantuan itu diberikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang tersebut.5 4) W.S. Winkel Bimbingan berarti pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada kelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara 3
Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani HM., Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm. 3 4
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Andi Offset, Yogyakarta, 1995, hlm. 5 5
I. Jumhur dan M. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, CV. Ilmu, Bandung, 1975, hlm. 28.
18
bijaksana dan dalam penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan ini bersifat psikologi, dan tidak berupa pertolongan finansial, medis dan lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mampu untuk mengatasi masalah yang akan dihadapinya kelak kemudian - ini menjadi tujuan bimbingan.6 5) Aunur Rahim Faqih (ed) Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, 7
sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dari definisi di atas, menunjukkan bahwa bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan atau berkelanjutan dalam upaya membantu seseorang atau individu atau sekelompok individu untuk mengatasi permasalahan dalam hidupnya sehingga dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. b. Pengertian Penyuluhan Sebagaimana halnya dengan pengertian bimbingan ( Guidance ) maka dalam penyuluhan ( Counseling ) juga terdapat beberapa macam pendapat antara lain : a. I. Djumhur dan Drs. Muh. Surya Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang membantu yang lain supaya ia lebih memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah
6
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, PT. Grasindo, Jakarta, 1991, hlm. 17. 7
Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (LPPAI), Bimbingan dan Konseling Islami, UUI Press, Yogyakarta, 2001, hlm. 4.
19
hidup yang dihadapinya pada waktu sekarang dan waktu yang akan datang .8 b. Prof. Dr. Hasan Longgulung Konseling adalah proses yang bertujuan menolong seseorang yang mengidap kegoncangan psikologis, atau kegoncangan akal, agar ia dapat menghindari diri dari padanya. Oleh sebab itu dikatakan orang bahwa konselor berusaha menyelesaikan masalah orang-orang normal.9 c. Gustad Konseling adalah suatu proses berorientasikan belajar yang dilakukan dalam lingkungan sosial yang sederhana dari orang ke seorang. Dimana seorang konselor yang berwenang secara profesional dalam pengetahuan dan keahlian psikologis mencoba membantu klien dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan klien dan dalam hubungan dan program personalia untuk mengetahui lebih banyak mengenai diri klien untuk belajar sebagaimana menggunakan pengertiannya dalam hubungannya dengan tujuan yang diterapkan secara wajar dan dihati secara lebih jelas hingga akhrnya klien dapat menjadi anggota masyarakat yang lebih produktif dan bahagia.10 d. Penyuluhan adalah merupakan aspek teknis pelayanan bimbingan adalah kegiatan pokok untuk membantu individu untuk memecahkan masalah. Dalam berbagai hal penyuluhan menjadi titik sentral dari
8
I. Djumhur dan Muh. Surya, op. cit., hlm. 29
9
Hasan Longgulung, Teori-Teori Kesehatan Mental, Pustaka Al-Husna, Jakarta, Cet. 2, 1992, hlm. 452 10
Sudirman, Psikolgi Konseling, Studying, Yogyakarta, 1980, hlm. 86
20
keseluruhan kegiatan bimbingan, bahkan dapat dikatakan “jantung hatinya“ pelayanan bimbingan.11 e. Penyuluhan dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu, dimana yang seorang ( Yaitu Penyuluh ) berusaha membantu yang lain ( Yaitu Klien ) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dengan hubungannya dalam masalah-masalah yang dihadapi pada saat ini dan mungkin pada waktu yang akan datang.12 f. Konseling atau penyuluhan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dengan cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.13 Dari beberapa pendapat diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penyuluhan adalah Proses pemberian bantuan yang dilaksanakan antara dua individu dimana seorang penyuluh berusaha membantu klien untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat mengatasi dan mendapatkan jawaban dalam hubungannya dengan masalahmasalah hidup yang dihadapi pada saat ini dan pada waktu yang akan datang.
c. Pengertian Islam (Agama) Kata Islam berasal dari bahasa arab, Aslama-Yuslimu-Islaman yang
berarti
:
selamat
dari
kecacatan-kecacatan,
memperoleh
11
Prayitno, Pelayanan Bimbingan Sekolah, Dasar-Dasar dan Kemungkinan Pelaksanaannya Di Sekolah-Sekolah Indonesia, Ghalia Indonesia, 1976, hlm. 51 12
13
H.M. Arifin, op. cit, hlm. 25
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah, Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM, 1983, hlm. 20
21
perdamaian dan keamanan.14 Islam juga diartikan sebagai Agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw yang berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan kedunia melalui wahyu Allah swt.15 Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan penyuluhan Islam adalah suatu usaha bantuan yang diberikan kepada individu untuk mengembangkan fitroh keberagamaannya, agar memahami dan menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang tampak dalam cara berfikir, kebiasaan sikap dan tingkah lakunya . 2. Dasar dan Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Dalam melakukan suatu tindakan atau perbuatan hendaknya didasarkan pada dasar-dasar yang berlaku, karena hal itu akan dijadikan suatu pijakan untuk melangkah pada suatu tujuan, yakni agar orang tersebut berjalan baik dan terarah. Begitu juga dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan Islam didasarkan pada petunjuk Al-Qur‘an dan Hadits, baik yang mengenai ajaran memerintah atau memberi isyarat agar memberi bimbingan, petunjuk, sebagaimana dalam Al-Qur‘an Surat Yunus ayat 57 :
ﺼﺪُو ِر ﻦ َر ﱢﺑ ُﻜ ْﻢ وَﺷِﻔَﺎ ٌء ِﻟﻤَﺎ ﻓِﻲ اﻟ ﱡ ْ ﻈ ٌﺔ ِﻣ َﻋ ِ س َﻗ ْﺪ ﺟَﺎ َء ْﺗ ُﻜ ْﻢ َﻣ ْﻮ ُ ﻳَﺎَأ ﱡﻳﻬَﺎ اﻟﻨﱠﺎ ﻦ َ ﺣ َﻤ ٌﺔ ِﻟ ْﻠ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨِﻴ ْ وَ ُهﺪًى َو َر Artinya : Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orangorang yang beriman. (Q. S. Yunus: 57).16
14
H. Endang Saifuddin Anshari, Kuliah Al-Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1992, hlm. 68-69. 15
Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hlm.388. 16 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, PT. Tanjung Mas Inti, Semarang, 1992., hlm. 315.
22
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa tujuan Al-Qur’anul karim dalam memperbaiki jiwa manusia itu ada empat perkara, yaitu : mau‘idzah, syifa‘, hudan dan rohmat. a. Mau‘idhah, yaitu pelajaran dari Tuhan yang nikmat-Nya telah dilimpahkan kepada kita baik lahir maupun batin. b. Syifa‘, yaitu penawar atau obat berbagai penyakit jiwa seperti sirik, nifak (munafik), dendam, dengki, permusuhan, benci kepada keadilan dan lain-lain yang menimbulkan kepicikan pikiran dan hati, serta mematikan perasaan. c. Hudan, yaitu petunjuk kepada kebajikan. Al-Qur’anlah yang menerangkan mana yang (benar) dan mana yang batil. Menunjuki kita kepada kebajikan dan mencegah kita dari perbuatan keji. d. Rahmat, yaitu rahmat bagi semua mukmin. Hal ini adalah suatu natijah (output)dari pengajaran, penawar dan petunjuk. Pengajaran yang baik akan menimbulkan kepulihan jiwa dan menghasilkan petunjuk dan taufik. Dari ketiganya maka timbullah rahmat, yaitu rasa belas kasihan kepada manusia.karunia
17
Sifat-sifat empat yang terkandung dalam ayat tersebut diciptakan oleh Allah sesuai dengan fitrah kejadian manusia, artinya menurut akal kejadian manusia itu mempunyai kecenderungan untuk menerima petunjuk-petunjuk yang dapat dipedomani untuk kebahagiaan hidupnya dan suka hidup damai, kasih mengasihi dan sayang menyayangi diantara mereka. Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 104 :
17
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur Jilid II, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2000, hlm. 1824.
23
ِن ﺑِﺎ ْﻟﻤَ ْﻌﺮُوف َ ﺨ ْﻴ ِﺮ َو َﻳ ْﺄ ُﻣﺮُو َ ن ِإﻟَﻰ ا ْﻟ َ ﻦ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ُأ ﱠﻣ ٌﺔ َﻳ ْﺪﻋُﻮ ْ َو ْﻟ َﺘ ُﻜ َﻚ ُه ُﻢ ا ْﻟ ُﻤ ْﻔﻠِﺤُﻮن َ ﻦ ا ْﻟ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ َوأُوَﻟ ِﺌ ِﻋ َ ن َ َو َﻳ ْﻨ َﻬ ْﻮ Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, mereka lah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imron ayat 104).18 Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 82 :
ﻦ وَﻟَﺎ َﻳﺰِﻳ ُﺪ َ ﺣ َﻤ ٌﺔ ِﻟ ْﻠ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨِﻴ ْ ن ﻣَﺎ ُه َﻮ ﺷِﻔَﺎ ٌء َو َر ِ ﻦ ا ْﻟ ُﻘ ْﺮءَا َ ل ِﻣ ُ َو ُﻥ َﻨﺰﱢ ﺥﺴَﺎرًا َ ﻦ ِإﱠﻟﺎ َ اﻟﻈﱠﺎِﻟﻤِﻴ Artinya : “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. “ (Q.S. Al-Isra’ : 82).19 Sabda Nabi Muhammad SAW :
ﻲ َﺿ ِ ى َر ى ا ْﻟ َﺒ ْﺪ ِر ﱢ ﻷ ْﻥﺼَﺎ ِر ﱢ َ ﻋ ْﻤ ٍﺮ َو ْا َ ﻦ ِ ﻋ ْﻘ َﺒ َﺔ ْﺑ ُ ﺴ ُﻌ ْﻮ ٍد ْ ﻦ َاﺑِﻰ َﻣ ْﻋ َ َو ل ﻦ َد ﱠ ْ َﻣ: ﺱﱠﻠ َﻢ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺹﻠﱠﻰ ا َ ﷲ ِ لا ُ ﺱ ْﻮ ُ ل َر َ ﻗَﺎ: ل َ ﻋ ْﻨ ُﻪ ﻗَﺎ َ اﷲ .ﺴﻠِ ٌﻢ ْ ﻋِﻠ ِﻪ َروَا ُﻩ ُﻣ ِ ﺟ ِﺮ ﻓَﺎ ْ ﻞ َا ُ ﺥ ْﻴ ٍﺮ َﻓَﻠ ُﻪ ِﻣ ْﺜ َ ﻰ َ ﻋَﻠ 20
Artinya : Dari Ibnu mas’ud R.A., ia berkata bahwasannya Rasulullah SAW, telah bersabda : “Barangsiapa yang menunjukkan (memberi petunjuk-petunjuk) kepada kebajikan, ia memperoleh pahala sama dengan yang melakukan”. (H.R. Muslim). Dari ayat-ayat dan sabda Nabi Muhammad SAW tersebut, dapat diketahui bahwa manusia diwajibkan untuk menyeru dan mengajak orang lain kepada kebajikan, dan itu dapat kita lakukan melalui bimbingan dan 18
Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 116.
19
Ibid., hlm. 554.
20
Syaikh Islam Muhyiddin Bin Zakariya Yahya dan Syarif Nawawi, Riyadhus Shalihin, Toha Putra, tth, hlm. 103-104.
24
penyuluhan Islam, karena Islam mengajak kita kepada kebahagiaan yang hakiki, kebahagiaan yang sesuai dengan fitrah penciptaan manusia, sebagaimana semangat yang disebarkan Islam sebagai Rahmatan lil ‘alamin (menyebar kasih sayang untuk seluruh alam/makhluk). 3. Tujuan dan Prinsip Bimbingan dan Penyuluhan Islam a. Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Bimbingan dan penyuluhan Islam secara general mempunyai dua tujuan, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bimbingan dan penyuluhan Islam adalah untuk membantu individu dalam mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan tujuan khusus dari bimbingan dan penyuluhan Islam antara lain : 1) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah 2) Membantu individu menghadapi masalah yang sedang dihadapi 3) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya maupun orang lain.21 b. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Prinsip berasal dari akar kata prinsipia, dapat diartikan “sebagai permulaan yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya tergantung dari pemula itu”. Prinsip ini merupakan hasil paduan antara kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan suatu yang dimaksudkan.22 Maksud dari
21 22
63.
H.M. Arifin, op.cit., hlm. 7. Hallen A, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Ciputat Pers, Jakarta, 2002, hlm.
25
prinsip ini ialah hal-hal yang dapat menjadi dasar pijakan dan pegangan dalam proses bimbingan penyuluhan. Adapun prinsip-prinsip bimbingan dan penyuluhan Islam adalah sebagai berikut : 1)
Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbingnya.
2) Antara individu yang satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan, jadi pembimbing harus memahami masing-masing individu. 3) Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan agar individu yang bersangkutan mampu membantu dan mengarahkan dirinya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya. 4) Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebudayaan yang dirasakan oleh individu yang dibimbing. 5) Dalam pemberian layanan bimbingan, harus bisa fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat.23 6) Bimbingan dan penyuluhan merupakan proses yang kontinue atau terus menerus. 7) Aspek yang perlu dibimbing adalah meliputi seluruh bidang, dengan demikian bimbingan dan penyuluhan Islam tidak hanya mengkhususkan bidang agama saja tetapi juga bidang yang lain seperti, kemampuan atau bakat minat yang dihadapi oleh clien. 8) Bimbingan dan penyuluhan hendaknya mampu mendorong clien kearah memahami dan mengenal akan apa yang dialami dan dimiliki
oleh
clien
sendiri
serta
menyadarkan
tentang
kemungkinan-kemungkinan mengembangkan dirinya lebih lanjut.24 Sedangkan menurut kajian LPPAI, prinsip-prinsip bimbingan dan penyuluhan Islam adalah sebagai berikut : 1)
Prinsip kebahagiaan dunia akherat.
2)
Prinsip fitrah
23
M. Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, CV Pustaka Setia, Bandung, 1998, hlm. 91. 24
H.M. Arifin, op. cit., hlm. 12 – 13.
26
3)
Prinsip “lillahi ta’ala’’
4)
Prinsip bimbingan seumur hidup
5)
Prinsip kesatuan jasmaniyah
6)
Prinsip keseimbangan rohaniah
7)
Prinsip kemajuan individu
8)
Prinsip sosialitas manusia
9)
Prinsip kekhalifahan manusia
10) Prinsip keselarasan dan keadilan 11) Prinsip pembinaan akhlakul karimah 12) Prinsip kasih sayang 13) Prinsip saling menghargai dan menghormati 14) Prinsip musyawarah 15) Prinsip Keahlian. 25
4. Macam-macam Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Setelah mengkaji dari berbagai pendapat para ahli, maka untuk mengetahui berbagai macam bimbingan, dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu segi bentuk, sifat, fungsi dan jenisnya. a. Dari segi bentuknya, bimbingan dan penyuluhan dapat dilaksanakan secara: 1) Individual,
terutama
berhubungan
dengan
masalah-masalah
perorangan. 2) Kelompok, dilaksanakan jika masalah yang dihadapi mempunyai kesamaan atau mempunyai hubungan, dan ada kesediaan untuk dilayani atau melayani secara kelompok.26 b. Dari segi sifat atau fungsinya, dapat dibedakan menjadi :
25 LPPAI, op. cit., hlm. 21-35. 26 26
Eddy Hendarno, dkk, Bimbingan dan Konseling Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP, Semarang, 1983, hlm. 79.
27
1) Preventif atau pencegahan, yakni mencegah timbulnya masalah pada seseorang. 2) Kuratif atau korektif, yakni memecahkan atau menanggulangi masalah yang sedang dihadapi seseorang. 3) Preventif dan developmental, yakni memelihara agar keadaan yang telah baik tidak menjadi tidak baik kembali, dan mengembangkan keadaan yang sudah baik itu menjadi lebih baik.27 c. Dari segi jenis atau bidangnya, dibedakan menjadi : 1) Bimbingan Pendidikan (Educational Guidance), berkaitan dengan persoalan-persoalan sekitar prose pendidikan. 2) Bimbingan Jabatan (Vocational Guidance), proses bantuan yang diberikan kepada individu untuk mengenal bermacam-macam jabatan untuk mempersiapkan diri dalam suatu jabatan yang cocok atau sesuia dengan keinginan dan kemampuannya, meningkatkan karier dan sebagainya sehingga memperoleh sukses yang lebih tinggi di dalam suatu jabatan. 3) Bimbingan Penggunaan Waktu Luang (Leisure time Guidance), erat kaitannya dengan (atau bahkan tidak bisa terlepas dari) bimbingan pendidikan. 4) Bimbingan Pribadi (Personal Guidance), untuk membantu individu di dalam mengatasi konflik-konflik pribadinya. 5) Bimbingan Keluarga (Family Guidance), untuk memberikan bantuan yang berupa tuntunan bagi individu dalam memecahkan atau menyelesaikan problema yang berhubungan dengan masalah keluarga. 6) Bimbingan Sosial (Sosial Guidance), adalah merupakan jenis bimbingan yang bertujuan untuk membantu dalam memecahkan
27
LPPAI, op. cit., hlm. 3.
28
dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masalah sosial. Sebagai upaya penyesuaian lingkungan masyarakat.28
5. Materi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Materi bimbingan dan penyuluhan Islam adalah sama dengan materi dakwah, yang meliputi tiga hal yaitu : a. Masalah keimanan (Aqidah) b. Masalah ke-Islaman (Syari‘ah) c. Masalah budi pekerti (Akhlakul karimah)29 Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu sebagai berikut : 1). Masalah Keimanan (aqidah) Aqidah adalah merupakan sesuatu yang diyakini secara bulat tidak diliputi keragu-raguan sedikitpun. Dapat menimbulkan sifat jiwa yang tercermin dalam perkataan dan perbuatan. Hal ini tertumpu dalam kepercayaan dan keyakinan yang sungguh-sungguh akan ke-Esaan Allah. Keimanan itu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak supaya menjadi dasar untuk melaksanakan agama. Iman pada hakekatnya adalah
kombinasi
antara
Aqidah,
fikiran
dan
irodah
yang
mengarahkan hati untuk mengerjakan kebaikan yang memberikan kemaslahatan bagi individu. 2). Masalah Keislaman (Syari’ah) Keislaman adalah berhubungan dengan amalan lahir dalam rangka menta’ati semua peraturan dan hukum Tuhan guna mengatur hidup dan kehidupan antara hubungan manusia dengan Tuhan. Masalah 28
M. As’ad Djalali, Teknik-teknik Bimbingan dan Penyuluhan, PT. Bina Ilmu, Surabaya, tth., hlm. 3-7. 29
62.
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, Al-Ikhlas, Surabaya, 1983, hlm. 60-
29
syari’ah mencakup aspek ibadah dan muamalah yang dilaksanakan seperti, sholat, puasa, zakat dan sebagainya. 3). Masalah Budi Pekerti (Akhlak) Akhlak adalah suatu sikap atau sifat atau keadaan yang mendorong untuk melakukan sesuatu perbuatan baik atau buruk yang dilakukan dengan mudah. Perbuatan ini dilihat dari pangkalnya yaitu motif atau niat. Akhlak menurut Islam sangat dijunjung tinggi demi kebahagiaan manusia. Yang termasuk akhlak disini adalah seperti perbuatan berbakti kepada orang tua, saling hormat menghormati, tolongmenolong dan sebagainya.
6. Metode Bimbingan dan Penyuluhan Islam Metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan, karena itu metode berasal dari meta yang berarti melalui dan hodos berarti jalan. Namun secara definitif, metode adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk alat peraga, alat administrasi, dan pergedungan di mana proses kegiatan bimbingan berlangsung. Sejalan dengan tujuan yang akan dicapai, seorang pembimbing dan penyuluh akan memerlukan beberapa metode yang dapat menghantarkan menuju sasaran tugasnya, antara lain sebagai berikut : a. Metode wawancara (Interview) Adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan pemetaan clien pada saat tertentu yang memerlukan bantuan. b. Metode Kelompok (group guidance) Dengan menggunakan kelompok, pembimbing atau penyuluh akan dapat mengembangkan sikap sosial, sikap memahami peranan anak bimbing dalam lingkungannya menurut penglihatan orang lain dalam kelompok itu, karena ingin mendapatkan pandangan baru tentang dirinya dari orang lain. Dengan metode ini dapat timbul kemungkinan
30
diberinya group therapy yang fokusnya berbeda dengan individu counselling. c. Metode yang dipusatkan pada keadaan clien (Clien-contered method) Metode ini sering disebut nondirective (tidak mengarahkan), dalam metode ini terdapat dasar pandangan bahwa Clien sebagai makhluk yang bulat yang memiliki kemampuan berkembang sendiri. Metode ini lebih cocok dipergunakan oleh konselor agama karena akan lebih memahami keadaan Clien yang biasanya bersumber dari perasaan dosa yang banyak menimbulkan perasaan cemas, konflik kejiwaan, dan gangguan jiwa lainnya. d. Directive conseling Merupakan bentuk psikoterapi yang paling sederhana, karena konselor secara langsung memberikan jawaban-jawaban terhadap problem yang oleh Clien disadari sebagai sumber kecemasannya. Metode ini tidak hanya digunakan oleh para konselor saja, melainkan juga oleh para guru, dokter, social wolker, ahli hukum, dan sebagainya, dalam rangka usaha mencari informasi tentang keadaan diri Clien. e. Metode educative Metode ini hampir sama dengan metode Clien contered, hanya perbedaannya terletak pada lebih menekankan pada usaha mengorek sumber perasaan yang dirasa menjadi beban tekanan batin Clien serta mengaktifkan kekuatan atau tenaga kejiwaan Clien (potensi dinamis) dengan melalui pengertian tentang realitas situasi yang dialami olehnya. f. Metode Psikoanalistis Metode ini terkenal mula-mula diciptakan oleh Sigmund Freud. Metode ini berpangkal pada pandangan bahwa semua manusia itu bilamana fikiran dan perasaannya tertekan oleh kesadaran dan perasaan atau motive-motive tertekan tersebut tetap masih aktif mempengaruhi
31
segala
tingkah
lakunya
meskipun
mengendap
didalam
alam
30
ketidaksadaran.
Sedangkan metode yang ditawarkan oleh Islam diantaranya : a. Dzikir, yaitu mengingat kepada Allah. Dengan dzikir ini hati seseorang akan tentram, sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur‘an surat Ar-Ro‘du ayat 28 :
ﻦ ﻄ َﻤ ِﺌ ﱡ ْ ﻦ ُﻗﻠُﻮ ُﺑ ُﻬ ْﻢ ِﺑ ِﺬ ْآ ِﺮ اﻟﱠﻠ ِﻪ أَﻟَﺎ ِﺑ ِﺬ ْآ ِﺮ اﻟﱠﻠ ِﻪ َﺗ ﻄ َﻤ ِﺌ ﱡ ْ ﻦ ءَاﻣَﻨُﻮا َو َﺗ َ اﱠﻟﺬِﻳ ب ُ ا ْﻟ ُﻘﻠُﻮ Artinya : (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.(Q.S. Ar-Ro‘du: 28).31 b. Tadarus Al-Qur‘an, yaitu membaca dan mendalami Al-Qur‘an, karena
orang
yang
tidak
mau
membaca
Al-Qur‘an
dan
mendalaminya hatinya akan terkunci sebagaimana dituliskan dalam Al-Qur‘an surat Muhammad ayat 24:
ب َأ ْﻗﻔَﺎُﻟﻬَﺎ ٍ ﻋﻠَﻰ ُﻗﻠُﻮ َ ن َأ ْم َ َأ َﻓﻠَﺎ ﻳَﺘَﺪَﺑﱠﺮُونَ ا ْﻟ ُﻘ ْﺮءَا Artinya : „Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur‘an ataukah hati mereka terkunci ?“ (Q.S. Muhammad: 24).32 c. Berlaku Sabar. Orang yang berlaku sabar dalam menghadapi masalah atau cobaan akan mendapatkan petunjuk dan rahmat dari
30
H.M. Arifin, op. cit, hlm. 44-50.
31
Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 373
32
Ibid., hlm. 833.
32
Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‘an surat AlBaqoroh ayat : 155 – 157 :
ِﻦ ا ْﻟﺄَ ْﻣﻮَال َ ﺺ ِﻣ ٍ ف وَا ْﻟﺠُﻮعِ َو َﻥ ْﻘ ِ ﺨ ْﻮ َ ﻦ ا ْﻟ َ ﻲ ٍء ِﻣ ْ ﺸ َ َوَﻟ َﻨ ْﺒُﻠ َﻮ ﱠﻥ ُﻜ ْﻢ ِﺑ ﻦ ِإذَا َأﺹَﺎ َﺑ ْﺘ ُﻬ ْﻢ َ ( اﱠﻟﺬِﻳ155)َﺸ ِﺮ اﻟﺼﱠﺎﺑِﺮِﻳﻦ ت َو َﺑ ﱢ ِ ﺲ وَاﻟ ﱠﺜ َﻤﺮَا ِ وَا ْﻟَﺄ ْﻥ ُﻔ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻬ ْﻢ َ ﻚ َ ( أُوَﻟ ِﺌ156)ن َ ﺟﻌُﻮ ِ ُﻣﺼِﻴ َﺒ ٌﺔ ﻗَﺎﻟُﻮا ِإﻥﱠﺎ ِﻟﱠﻠ ِﻪ َوِإﻥﱠﺎ ِإَﻟ ْﻴ ِﻪ رَا ن َ ﻚ ُه ُﻢ ا ْﻟ ُﻤ ْﻬ َﺘﺪُو َ ﺣ َﻤ ٌﺔ َوأُوَﻟ ِﺌ ْ ﻦ َر ﱢﺑ ِﻬ ْﻢ َو َر ْ ت ِﻣ ٌ ﺹَﻠَﻮَا Artinya : “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita kepada orang-orang yang sabar yaitu orang-orang yang jika ditimpa musibah mengucapkan innalillahi wainna ilaihi roji‘un (sesungguhnya kita ini milik Allah dan kepadaNya lah kita akan kembali). Mereka itulah yang mendapat berkat yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk“. (Q.S. Al-Baqoroh ayat : 155 – 157).33 d. Sholat, adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sholat akan mencegah perbuatan keji dan munkar. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Al-Qur‘an surat Al-Ankabut ayat 45 :
ﻦ ِﻋ َ ﺼﻠَﺎةَ ﺗَ ْﻨﻬَﻰ ن اﻟ ﱠ ﺼﻠَﺎةَ ِإ ﱠ ب َوَأ ِﻗ ِﻢ اﻟ ﱠ ِ ﻦ ا ْﻟ ِﻜﺘَﺎ َ ﻚ ِﻣ َ ﻲ ِإَﻟ ْﻴ َﺣ ِ ﻞ ﻣَﺎ أُو ُ ا ْﺗ (45)ن َ ﺼ َﻨﻌُﻮ ْ ﺤﺸَﺎ ِء وَا ْﻟ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ َوَﻟ ِﺬ ْآ ُﺮ اﻟﱠﻠ ِﻪ َأ ْآ َﺒ ُﺮ وَاﻟﱠﻠ ُﻪ َﻳ ْﻌَﻠ ُﻢ ﻣَﺎ َﺗ ْ ا ْﻟ َﻔ
Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu AlKitab (Al-Qur‘an) dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) 33
Ibid., hlm. 39.
33
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ (Q.S. Al-Ankabut ayat 45).34 7. Asas-Asas Bimbingan dan Penyuluhan Islam a. Asas Fitrah, artinya manusia pada dasarnya telah membawa fitrah (naluri beragama Islam yang mengesakan Allah) sehingga bimbingan dan penyuluhan Islam harus senantiasa mengajak kembali manusia memahami dan menghayatinya. b. Asas kebahagiaan dunia dan akhirat, bimbingan dan penyuluhan Islam membentuk individu memahami dan menghayati tujuan hidup manusia yaitu mengabdi kepada Allah dalam rangka mencapai tujuan akhir sebagai manusia yaitu mencapai kebahagian dunia dan akhirat. c. Asas Amal saleh dan akhlaqul karimah, kebahagiaan hidup didunia dan akhirat sebagai tujuan hidup akan tercapai manakala manusia beramal ‘saleh‘ dan berakhlak mulia, karena perilaku semacam itulah fitrah manusia terwujud dalam realita kehidupan. d. Asas mau‘idhatul hasanah, bimbingan dan penyuluhan Islam dilakukan dengan cara sebaik-baiknya dengan mempergunakan segala macam sumber pendukung secara efektif dan efisien, karena hanya dengan cara penyampaian hikmah yang baik sajalah, maka hikmah itu akan tertanam pada indifidu yang dibimbing. e. Asas
mujadalatul ahsan, bimbingan dan penyuluhan Islam
dilakukandengan cara dialog antara pembimbing dengan yang dibimbing, dengan baik dan manusiawi dalam membuka pikiran dan hati yang dibimbing terhadap ayat-ayat Allah sehingga muncul pemahaman, penghayatan, keyakinan, akan kebenaran dan kebaikan syari’at Islam dan mau melaksanakannya. 35
34
Ibid., hlm. 635.
35
LPPAI, op. cit., hlm. 63-64.
34
B. Tinjauan Tentang Keberagamaan 1. Pengertian Keberagamaan Menurut Jalaluddin Rakhmat keberagamaan yaitu perilaku yang bersember langsung atau tidak langsung kepada Nash.36 Dari kedua definisi keberagamaan tersebut, maksudnya adalah pola sikap seseorang yang berusaha menuju kepada pola kehidupan yang sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. 2. Dimensi-dimensi Keberagamaan Agama dapat dikatakan sebagai perangkat peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan yang Maha Kuasa, yaitu Allah SWT, dan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, yang mencakup pada aspek pergaulan serta cara beribadah juga mengatur hubungan manusia dengan makhluk - makhluk lainnya. Seseorang yang mempunyai keImanan yang kuat senasntiasa akan selalu melaksanakan perintah-perintah Allah tanpa merasa bawa perintah tersebut merupakan suatu beban yang memberatkan, akan tetapi pelaksanaan perintah Allah tersebut berdasarkan kesadaran yang timbul dalam diri sendiri tanpa paksaan. Dengan demikian maka seseorang yang beragama tidaklah cukup hanya dikatakan dalam lesan atau percaya semata, namun harus disertai dengan perbuatan yang disebut dengan pengabdian kepada Tuhan. R. Stark dan C. Y. Glock mengatakan keberagamaan muncul dalam lima dimensi. Dimensi-dimensi itu adalah : keyakinan, praktek agama, pengalaman, pengetahuan agama dan konsekunsi-konsekuensi.37 Untuk lebuh memperjelas berikut penulis paparkan kelima dimensi tersebut : a. Dimensi keyakinan ( Akidah ) 36
Taufik Abdullah dan Rusli Karim, ed, Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar, Yogyakarta, PT. Tiara Wacana, 1989, hlm. 93 37
Roland Robertson, ed, Agama Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, Rajawali Pers, Jakarta, 1988, hlm. 295
35
Dimensi ini berisikan pengharapan-pengharapan dimana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut dan mentaatinya. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu berfariasi tidak hanya diantara agama-agama, tetapi sering kali juga diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama.38 Akidah merupakan dimensi agama dari aspek keyakinan yang menjadi unsur pokok dalam beragama. Sedangkan akidah Islam menurut DR. H. Abuddin Nata, MA, akidah Islam bukan sekedar keyakinan dalam hati melainkan pada tahap selanjutnya harus menjadi acuan dan dasar dalam bertingkah laku, serta berbuat yang pada akhirnya menimbulkan amal saleh.39 Dengan adanya akidah yang kuat akan dapat membentuk suatu kepribadian yang kuat, artinya salah satu dari pembentukan pribadi yang baik itu harus didasari dari keyakinan yang kuat,
dengan demikian
akidah dapat menjadi modal dasar seseorang dalam melaksanakan hukum-hukum Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah SAW. b. Dimensi praktek Agama Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan , ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Pada dimnensi ini sebagai manifestasi dari kepercayaan atau keyakinan pada Allah yang diwujudkan dalam bentuk ibadah dan mengabdikan diri secara utuh, lahir dan batin kepada Allah SWT. Ibadah merupakan aspek keberagamaan manusia yang paling dapat diamati dan diukur, dan merupakan aspek beragama yang paling mudah diamati perbedaannya antara satu agama dengan agama lainnya.40 38
Ibid
39
H. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001,
hlm.85 40
H. Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, Cet. Kedua, hlm. 99
36
Sehingga dengan demikian pada dimensi ini dalam agama Islam dapat berbentuk sebagai berikut: Salat, zakat, puasa, serta menunaikan ibadah haji bagi yang mampu ditambah dengan ibadah yang berhubungan dengan masalah sosial. c. Dimensi Pengalaman Didalam beragama seseorang pada setiap saat akan selalu mengadakan suatu kontak dengan perantara supra natural artinya pengalaman beragama itu adakalanya diperoleh dari suatu pengalaman yang tidak dapat dijangkau oleh akal, didalam istilah agama disebut orang yang mendapat hidayah atau petunjuk tentang kebenaran, namun pengalaman beragama ini tidak hanya diperoleh dari hidayah saja, akan tetapi juga dari pergaulan sosial. Pengalaman dan perasaan religius seseorang akan muncul ketika ia berdo’a atau melaksanakan ibadah ditempat tertentu akibat spiritual yang ditimbulkan oleh praktek ibadah yang dilakukan penganut agama akan melahirkan berbagai pengalaman keagamaan yang sangat menarik; misal, berbagai pengalaman penganut Islam ketika menunaikan ibadah haji ditanah suci. Pengalaman seorang muslim ketika sembahyang tahajud pada dini hari, ketika ia memanjatkan do’a kepada Allah secara khusuk pada saat mendapatkan kesulitan dan pengalaman dari proses perubahan spiritual seorang pemaluk agama
setelah melaksanakan berbagai
tindakan keagamaan tertentu.41 d. Dimensi Pengetahuan ( Intelektual ) Agama Islam demikian kuat mendorong manusia agar memiliki ilmu pengetahuan dengan cara menggunakan akalnya untuk berpikir, merenung dan sebagainya. Demikian pentingnya ilmu ini hingga Islam
41
Ibid, hlm. 108
37
memandang bahwa orang menuntut ilmu sama nilainya dengan jihad di jalan Allah.42 Untuk mengetahui dan memahami tentang ajaran agama itu maka pembuktian dari
hukum dan kaidah-kaidah dibuktikan dengan
pemikiran-pemikiran yang dapat menganalisa dan dapat berfikir secara rasional. Dengan menggunakan argumen rasional dapat digunakan alasanalasan yang lebih kuat untuk memegang suatu kepercayaan. Dengan demikian pada dimensi pengetahuan agama adalah mengacu pada harapan bahwa orang yang beragama harus memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar keyakinannya terhadap agama. e. Dimensi konsekuensi-konsekuensi Konsekuensi komitmen agama berlainan dari keempat dimensi yang sudah dibicarakan , dimensi ini mengacu kepada identifikasi akibatakibat keyakinan keagamaan, praktek agama, pengalaman, dan pengetahuan agama seseorang dari hari kehari.43 Dari pengertian tersebut diatas maka dapat penulis paparkan bahwa dalam dimensi konsekuensi merupakan yang menjadi identifikasi dari dimensi (keyakinan, praktek agama, pengalaman dan pengetahuan agama), artinya setelah keempat dimensi tersebut dilaksanakan, maka terjadi efek yang berkaitan dengan ajaran agama Islam baik terhadap diri sendiri secara individu maupun terhadap dirinya yang berhubungan dengan orang lain / masyarakat. 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Dalam Keberagamaan.
42
H. Abuddin Nata, op.cit, hlm. 87
43
Roland Robertson, ed, op.cit, hlm. 297
38
Sebagaimana telah penulis paparkan bahwa keberagamaan adalah pola sikap seseorang yang berusaha menuju kepada pola kehidupan yang sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Manusia memiliki pola sikap terhadap bermacam-macam hal, sedangkan pola sikap yang termasuk dalam keberagamaan misalnya : Untuk orang muslim yang benar-benar taat ia akan mengatakan daging babi adalah haram, tidak disukai dan kotor. Mungkin sekali seseorang yang betul-betul bersikap demikian apabila dikatakan bahwa ia sedang makan daging babi maka ia akan memuntahkan keluar apa yang sedang ia makan, inilah contoh mengenai sikap terhadap makanan daging babi. Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap dalam keberagamaan adalah sebagai berikut : 1) Faktor Internal Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu yakni aktifitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri, atau minat perhatiannya untuk menerima atau mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya itu.44 2) Faktor Eksternal Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu. Dimana faktor ini biasa timbul melalui interaksi sosial maupun non sosial.45 a. Interaksi sosial Interaksi sosial adalah hasil kebudayaan manusia yang sampai melalui keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Menurut Robert H. Thouless bahwa “Tidak ada seorangpun yang dapat mengembangkan sikap-sikap keagamaan kita dalam keadaan terisolasi dalam masyarakat. Sejak masa kanak-kanak hingga masa 44
W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, PT. Eresco, Bandung, 1991, hlm. 156
45
Ibid, hlm. 156
39
tua kita menerima perilaku dari apa yang mereka katakan pengaruh terhadap sikap-sikap keagamaan kita”.46 Sedemikian penting faktor lingkungan sosial dalam pembentukan sikap, maka selektifitas pergaulan sangat penting untuk diperhatikan, karena kesalahan dalam pemilihan lingkungan sosial akan dapat berakibat negatif bagi pembentukan sikap seseorang. b. Interaksi Non Sosial Interaksi non sosial adalah hasil kebudayaan manusia yang sampai kepadanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar,radio, televisi, buku, risalah dan lain-lain.47 Dengan
demikian
interaksi
sosial
dan
non
sosial
mempunyai peranan dalam rangka pembentukan sikap dalam keberagamaan. C. Tinjauan Tentang Narapidana. 1. Pengertian Narapidana Narapidana adalah orang hukuman.48 Drs. Yusfar Lubis dkk memberi pengertian narapidana adalah seorang terhukum yang dikenakan pidana dengan menghilangkan kemerdekaannya ditengah-tengah masyarakat yang telah mendapat keputusan pengadilan (Hakim).49 Lebih luas lagi, narapidana adalah orang yang dijatuhi putusan pidana penjara oleh pengadilan karena melanggar hukum yang telah ditetapkan dan ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan atau rumah tahanan.
46
Robert H. Thouless, Pengantar Psikologi Agama, Terjemah Mahnun Husein, Rajawali Pers, Jakarta, 1992, hlm.37 47
W. A. Gerungan, op.cit, hlm. 155
48
Soedarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, 1992, hlm, 293.
49
Yusfar Lubis dkk, Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana, Proyek Penerangan Departemen Agama, Jakarta, 1978, hlm. 13.
40
Dari segi definisinya, maka dapat diketahui bahwa ciri-ciri narapidana adalah : a. Ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) atau Rumah Tahanan (Rutan) negara. b. Dibatasi kemerdekaannya dalam hal-hal tertentu. Misalnya kebebasan bergaul dengan masyarakat, kebebasan bergerak atau melakukan aktifitas di masyarakat. Selain hal tersebut, seseorang yang dijatuhi pidana penjara dapat juga dibebani dengan pencabutan hak-hak tertentu sebagaimana diatur dalam pasal 35 (1) KUHP yaitu : a. Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan tertentu. b. Hak memasuki angkatan bersenjata. c. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aturan umum. d. Hak menjadi penasehat atau pengurus menurut hukum, hak menjadi wali, wali pengawas pengampu, atau pengampu pengawas atas orang yang bukan anak sendiri. e. Hak menjalankan kekuasaan Bapak, menjalankan perwalian atau pengampuan atas anak sendiri. f. Hak menjalankan pencahariaan tertentu.50 2. Kondisi Psychologis Narapidana Ada beberapa kondisi pesikologis yang berhubungan dengan penderitaan yang dialami narapidana tersebut, Yusfar Lubis dkk. menyebutkannya ada lima macam, yaitu: 1. Hilang Kemerdekaan Hidup 2. Kehilangan Kewajaran Hubungan Sex dengan lain jenis 3. Kehilangan Rasa Aman 4. Kehilangan hak milik dan pelayanan sebagai seorang manusia 5. Kehilangan Kemauan Untuk bertindak sendiri 51 50
hlm. 64-65.
Roeslan Saleh, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Aksara Baru, Jakarta, 1987,
41
Narapidana yang bertempat tinggal dalam penjara tentunya merasa menderita, yang sama sekali tidak pernah dialaminya sebelum dia menjadi narapidana. Kehidupan yang bebas, bergaul dengan masyarakat luas, pergaulan rumah tangga, rasa aman dalam menjalankan kehidupan, memiliki nilai-nilai dan memiliki harta benda dan bertindak atas kemauannya sendiri, semuanya menjadi lenyap ketika memasuki alam lembaga pemasyarakatan sebagai narapidana. Sebagai orang yang mengambil jalan yang berseberangan dengan ketentuan hukum, narapidana mengalami problem antara lain dirongrong oleh perasaan bersalah, merasa dirinya buruk dan jahat karena telah diasingkan dari lingkungan, resah dan takut apabila setelah keluar tidak diterima masyarakat dan sebagainya. Maka dari itu perlu mendapatkan bimbingan keagamaan agar merasa dekat dengan Allah dan mendapatkan ketenangan serta menumbuhkan rasa percaya diri dan tidak mengulangi perbuatannya lagi apabila telah keluar nantinya. 3. Upaya Pembinaan Terhadap Narapidana di Rumah Tahanan Pidana penjara adalah salah satu pidana pokok yang membatasi kebebasan bergerak narapidana. Dengan memasukkan narapidana ke penjara, terkandung maksud agar orang lain tidak terpengaruh sifat jahat dari narapidana, agar petugas Rumah Tahanan mudah melakukan pembinaan terhadap narapidana itu sendiri, serta agar narapidana jangan mengulangi perbuatannya setelah keluar dari penjara dan juga agar jangan melarikan diri. Rumah Tahanan hendaknya memberikan jaminan bahwa narapidana itu betul-betul dipersiapkan menjadi manusia yang mandiri dan mampu menghadapi masa depan. Dengan demikian Rumah Tahanan merupakan wadah bagi narapidana untuk menjalani masa pidananya, serta memperoleh berbagai pembinaan dan ketrampilan. Berbagai kegiatan yang
51
Yusfar Lubis dkk, op. cit, hlm. 15-17.
42
dilakukan oleh petugas hendaknya mempercepat proses rasionalisasi narapidana tersebut. Sasaran utama pembinaan narapidana itu ialah mempersiapkan agar narapidana tersebut mampu menghadapi masa depan dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu pembinaan yang dilakukan di Rumah Tahanan antara lain : a. Pendidikan Umum, Pemberantasan tiga buta ( buta aksara, buta angka, dan buta bahasa ) b. Pembinaan ketrampilan antara lain : menjahit, pertukangan dll c. Pembinaan mental spiritual, pendidikan agama, dan budi pekerti. d. Sosial budaya, kunjungan, belajar seni lukis, seni karawitan, seni musik dll. e. Kegiatan rekreasi, diarahkan pada pemupukan kesegaran jasmani dan rohani melalui : olah raga, hiburan segar, membaca buku / majalah / surat kabar.52
Dengan pembinaan tersebut, maka tujuan dari pidana penjara yaitu disamping menimbulkan rasa derita pada terpidana karena dihilangkannya kemerdekaan bergerak, juga membimbing terpidana agar bertaubat, mendidik supaya ia menjadi seorang anggota masyarakat
sosialis
Indonesia yang berguna.
52
Departemen Kehakiman RI, Pola Pembinaan Narapidana / Tahanan, Cetakan I, 1990, hlm. 41.
43