BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM, KEPRIBADIAN MUSLIM DAN USIA LANJUT
2.1 Bimbingan Penyuluhan Islam 2.1.1 Pengertian Bimbingan Penyuluhan Islam Dalam memberikan arti Bimbingan Penyuluhan Islam, para ahli sangat beragam. Hal ini disebabkan karena mereka mempunyai pandangan tersendiri. Secara etimologi Bimbingan Penyuluhan Islam adalah merupakan terjemahan dari Guidence, dari bahasa Inggris yang dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan dan tuntunan. Sedang istilah “penyuluhan” mengandung arti “menerangi”, "menasehati" atau "memberi kejelasan" kepada orang lain agar memahami atau mengerti tentang hal yang sedang dialaminya. Arti “penyuluhan” berasal dari kata “Counseling” yang berarti nasehat. (Arifin, 1982 : 1) 1 Pengertian Bimbingan Setelah kita mengenal arti bimbingan dan penyuluhan secara harfiyah, maka perlu juga kita fahami definisi istilahnya yang dikemukakan oleh para ahli antara lain :
18
Menurut Surya bimbingan ialah suatu proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dan mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun masyarakat. (Surya, 1975 : 12) Walgito dalam bukunya "Bimbingan dan Penyuluhan dalam Sekolah", mendefinisikan bimbingan adalah bantuan pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitankesulitan didalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. (Walgito, 1980 : 4) Menurut Ahmadi dan Rohani bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk mengatasi kesulitankesulitan dalam kehidupannya, agar supaya individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya, Atau dengan kata lain : “Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang dalam
usaha
memecahkan
kesukaran-kesukaran
yang
dialaminya”. (Ahmadi dan Rohani, 1991 : 3) Dengan melihat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan yang terus menerus dan sistematis yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu agar dapat
19
mengatasi berbagai problem kehidupannya, membuat pilihan yang bijaksana sehingga individu tersebut mampu menerima dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. 2 Pengertian Penyuluhan Adapun pengertian penyuluhan (Counseling) menurut para ahli adalah sebagai berikut : Menurut Arifin Penyuluhan mengandung arti “menerangi”, menasehati atau memberi kejelasan” kepada orang lain agar memahami atau mengerti tentang hal yang sedang dialaminya. (Arifin, 1992 :1) Partowisastro dalam bukunya "Bimbingan dan Penyuluhan Sekolah-Sekolah", konseling dalam arti luas adalah segala interaksi pengaruh psikologis yang dapat diadakan sesama manusia. Kemudian konseling dalam artian sesungguhnya adalah merupakan suatu hubungan yang sengaja diadakan dengan manusia lain, dengan maksud agar memakai berbagai cara psikologis, kita dapat mempengaruhi beberapa fase kepribadiannya sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh suatu effect tertentu. (Partowisastro, 1982 : 15-16) Sedangkan menurut Natawidjaya Penyuluhan dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu dimana
20
yang seseorang (penyuluh) berusaha membantu orang lain (klien) untuk
mencapai
pengertian
tentang
dirinya
sendiri
dalam
hubungannya dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu mendatang. (Natawidjaya, 1987 : 32) Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyuluhan adalah hubungan timbal balik antara dua individu dimana seorang penyuluh membantu klien dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan dengan wawancara yang dilakukan secara tatap muka atau dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan klien yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Sedangkan menurut Musnamar dalam bukunya "Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami" dijelaskan bahwa bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. (Musnamar, 1992:5) Adapun pengertian
Bimbingan
Penyuluhan Islam yang
dimaksud dalam skripsi ini adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. (Faqih,2002:4)
21
2.1.2 Dasar dan Tujuan Bimbingan Penyuluhan Islam 1 Dasar Bimbingan Penyuluhan Islam Setiap kegiatan dan usaha yang dilakukan manusia tentu memiliki landasan atau dasar dalam berpijak untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Demikian pula dasar Bimbingan Penyuluhan Islam banyak terdapat dalam ayat-ayat al-Qur'an dan hadis. Untuk mengetahui lebih jauh tentang Bimbingan Penyuluhan Islam akan diuraikan mengenai dasar-dasar Bimbingan Penyuluhan Islam. Dasar Bimbingan Penyuluhan Islam itu antara lain 1) Dasar al-Qur'an surat An-Nahl ayat : 125
ﻲ ﻢ ﺑِﺎﱠﻟﺘِﻲ ِﻫﺎ ِﺩﹾﻟﻬﻭﺟ ﻨ ِﺔﺴ ﺤ ﻮ ِﻋ ﹶﻈ ِﺔ ﺍﹾﻟ ﻤ ﺍﹾﻟﻤ ِﺔ ﻭ ﺤ ﹾﻜ ِ ﻚ ﺑِﺎﹾﻟ ﺑﺭ ﺳﺒِﻴ ِﻞ ﻉ ِﺇﻟِﻰ ﺩ ﺍ ﻦ ﺘﺪِﻳﻬ ﻤ ﺑِﺎﹾﻟﻋﹶﻠﻢ ﻮ ﹶﺃ ﻭﻫ ﺳﺒِﻴِﻠ ِﻪ ﻦﺿﻞﱠ ﻋ ﻦ ِﺑﻤﻋﹶﻠﻢ ﻮ ﹶﺃ ﻚ ﻫ ﺑﺭ ِﺇﻥﱠﺴﻦ ﺣ ﹶﺃ (125 : )ﺍﳓﻞ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Depag, 1989 : 421) 2) al-Qur'an surat Asy-Syura ayat 52 yang berbunyi :
ﺘﻘِﻴ ٍﻢﺴ ﻣ ﻁ ٍ ﺍﺻﺮ ِ ﻬﺪِﻱ ِﺇﻟﹶﻰ ﺘﻚ ﹶﻟ ﻧﻭِﺇ ............ ........dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. 17) (Depag, 1989 : 791) 3)
Di samping ayat tersebut ada ayat lain yang dapat dijadikan sebagai dasar Bimbingan Penyuluhan Islan yaitu surat al-Imron ayat 104.
22
ﻮ ﹶﻥ ﻬ ﻨﻳﻭ ﻑ ِ ﻭﻌﺮ ﻤ ﻭ ﹶﻥ ﺑِﺎﹾﻟﻣﺮ ﻳ ﹾﺄﻭ ﻴ ِﺮﺨ ﻮ ﹶﻥ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟﺪﻋ ﻳ ﻣ ﹲﺔ ﻢ ﹸﺃ ﻨ ﹸﻜﺘﻜﹸﻦ ﻣﻭﹾﻟ ﻮ ﹶﻥﻤ ﹾﻔِﻠﺤ ﻢ ﺍﹾﻟ ﻫ ﻚ ﻭﻟﹶـِﺌ ﻭﹸﺃ ﻨ ﹶﻜ ِﺮﻋ ِﻦ ﺍﹾﻟﻤ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut menunjukkan adanya seruan agar ada satu golongan dari umat manusia untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada orang atau kelompok lain yakni berupa ajaran Islam agar berbakti kepada Allah dan berbuat ma'ruf artinya segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah. Berdasar ayat tersebut maka memberikan bimbingan kepada orang lain, wajib hukumnya. Dalam ayat tersebut juga dijelaskan agar mencegah perbuatan mungkar yaitu berbuat yang melanggar atau tidak sesuai dengan norma-norma agama. mungkar artinya segala perbuatan yang dapat menjauhkan diri dari Allah SWT. Dari ketiga ayat tersebut diatas maka dapat dipahami bahwa Bimbingan Penyuluhan Islam dibutuhkan dalam upaya mengantisipasi
dan
menetralisir
problema
yang
dihadapi
manusia. Bimbingan Penyuluhan Islam merupakan aspek dakwah Islamiyah, dimana Bimbingan Penyuluhan Islam merupakan bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai persoalan-persoalan ruhaniah. Hal ini sebagaimana dijelaskan Hasymy bahwa dakwah Islamiyah adalah usaha untuk
23
mengadakan pembinaan Islam dalam segala seginya, Segi ibadah, Segi aqidah dan mu'amalah.(Hasymy, 1974:295) 2 Tujuan Bimbingan Penyuluhan Islam Sesuai dengan pengertian bimbingan dan penyuluhan diatas, maka Bimbingan Penyuluhan Islampun mempunyai tujuan yang jelas. Adapun tujuan khusus dari Bimbingan Penyuluhan Islam merupakan penjabaran tujuan umum yang dikaitkan langsung dengan
permasalahan
yang
dialami
oleh
individu
yang
bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu. (Prayitno dan Anti, 1994 : 115) Menurut Faqih bahwa tujuan Bimbingan Penyuluhan Islam itu dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Tujuan umum Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 2. Tujuan khusus a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah. b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang lebih baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan
24
menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain. (Faqih, 2001 : 36-37) Dengan demikian Bimbingan Penyuluhan Islam bertujuan menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan gangguan jiwa klien sehingga dengan demikian ia akan memperoleh ketenangan hidup rohaniah yang sewajarnya. 2.1.3 Metode Bimbingan Penyuluhan Islam Metode Bimbingan Penyuluhan Islam menurut Faqih dalam bukunya
"Bimbingan
dan
konseling
dalam
Islam"
dapat
diklasifikasikan menjadi : 1. Metode langsung Adalah metode dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi : 1) Metode individual Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan teknik : (1) Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing. (2) Kunjungan kerumah (home visit), yakni pembimbing mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan
25
dirumah klien sekaligus untuk mengamati keadaan rumaha klien dan lingkungannnya (Faqih,2001:55) (3) Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing atau konseli
melakukan
percakapan
individual
sekaligus
mengamati kerja klien dan lingkungannnya. 2) Metode kelompok Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik: (1) Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan atau bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama (2) Karyawisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan secara langsung dengan mempergunakan ajang karyawisata sebagai forumnya. 2. Metode tidak langsung Metode tersebut merupakan metode bimbingan konseling yang dilakukan melalui media komunikasi masa. Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan massal. 1) Metode individual (1) Melalui surat-menyurat (2) melalui telepon dan sebagainya 2) Metode kelompok atau massal
26
(1) melalui papan bimbingan (2) melalui surat kabar atau majalah (3) melalui brosur (4) melalui radio (5) melalui televisi. (Faqih,2001:56) Pemilihan
metode
mana
nantinya
digunakan
dalam
melaksanakan bimbingan konseling, tergantung pada : (1) Masalah atau problem yang sedang dihadapi atau digarap. (2) Tujuan penggarapan masalah. (3) Keadaan yang dibimbing atau klien. (4) Kemampuan pembimbing / konselor mempergunakan metode / teknik. (5) Sarana dan prasarana yang tersedia. (6) Kondisi dan situasi lingkungan sekitar. (7) Organisasi dan administrasi layanan bimbingan konseling. (8) Biaya yang tersedia. (Faqih, 2001: 54-55) Konseling merupakan suatu aktifitas yang hidup dan mengharapkan akan lahirnya perubahan-perubahan dan perbaikanperbaikan yang sangat didambakan oleh konselor dan klien untuk mencapai tujuan yang mulia itu, Apabila tidak didukung dengan metode
itu, maka tujuan utama konseling tidak dapat tercapai
dengan baik dan memuaskan bagi kedua pihak konselor maupun klien.
27
2.2 Kepribadian Muslim 2.2.1 Pengertian Kepribadian Secara Bahasa Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kepribadian muslim perlu
kiranya
ada
keseragaman
pengertian
mengenai
istilah
kepribadian. Pada dasarnya istilah kepribadian digunakan untuk pengertian yang ditujukan pada individu atau perorangan. Artinya, yang mempunyai kepribadian adalah individu, kemudian istilah kepribadian digunakan pula untuk kelompok individu atau masyarakat. Hal ini sama dengan penggunaan istilah jiwa yang tadinya melekat pada individu, tapi akhirnya meluas penggunaannya, sehingga bukan hanya perorangan yang mempunyai jiwa, tapi masyarakat mempunyai jiwa seperti jiwa kelompok, jiwa petani, jiwa santri, jiwa bangsa Indonesia, dan sebagainya. (Suyanto, 1986:12) Secara historis etimologis, perkataan persona berarti topeng (mask) yang dipakai dalam sandiwara atau drama Yunani, pendapat yang terbanyak dari para ahli menyatakan, bahwa perkataan persona berasal dari bahasa latin yaitu perkataan per-sonare (to sound through), dan kesimpulan para ahli arti perkataan persona itu ialah topeng, yang dipakai didalam drama (sandiwara) kemudian perkataan itu menjadi lebih jelas dalam uraian Cicero (106-43 SM) yang secara terperinci membedakan empat pengertian perkataan persona, sebagai berikut :
28
1.
Perwujudan
lahiriah
seseorang
(walaupun
belum
tentu
menggambarkan keadaan yang sebenarnya). 2.
Peranan seseorang dalam kehidupannya (misalnya sebagai seorang filosof).
3.
Kesesuaian
kemampuan
seseorang
dengan
lapangan
pekerjaannya. 4.
Kekhususan dan martabat seseorang (misalnya dalam gaya tulisan). Pengertian pertama mempunyai hubungan dengan pengertian
asal kata itu, yakni topeng, pengertian kedua tentang status seseorang didalam kehidupan, arti yang ketiga terutama menunjukkan kualitas psykis atau pembawaan yang dimiliki seseorang, dan pengertian terakhir menunjukkan kekhususan dan martabat seseorang. Dengan kata lain, kepribadian adalah organisasi dinamis dari peralatan fisik dan psikis dalam diri individu yang membentuk karakternya yang unik dalam penyesuaian dalam lingkungannya. (Najati, 1985:240) Hal ini dapat dimaklumi sebab pada hakekatnya kepribadian itu bersifat abstrak yang dapat diketahui adalah penampilannya atau bekasnya dalam segi dan aspek kehidupan, misalnya dalam tindakannya, ucapan, cara bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah baik ringan atau berat.(Daradjat, 1982:16)
29
2.2.2. Pengertian Kepribadian Secara Istilah Secara terminologi atau istilah arti kepribadian sangat beragam, hal ini dikarenakan adanya perbedaan para ahli dalam menafsirkan kepribadian itu sendiri. Berikut ini akan penulis kemukakan arti kepribadian menurut beberapa tokoh antara lain: -
Menurut Suyanto, dalam bukunya psikologi kepribadian menyatakan kepribadian adalah suatu totalitas psikophisis yang kompleks dari individu, sehingga
nampak dalam tingkah
lakunya yang unik. (Ahyadi,2001: 12) -
Adnan Syarif dalam bukunya Psikologi Qur'ani mengemukakan: Kepribadian adalah kumpulan ciri-ciri perilaku, tindakan, perasaan yang disadari ataupun tak disadari oleh pemikiran dan konsepsi
akal.
Artinya
kepribadian
merupakan
gagasan
komprehensif atau tidak mapan yang dibuat oleh setiap manusia yang berasal dari dirinya maupun orang lain.(Syarif, 2002:148) -
Carl Gustaf Jung Berpendapat bahwa manusia di dunia ini pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis, tergantung pada jenis atau tipe kepribadiannya. Menurutnya kepribadian dapat dibagi menjadi dua aspek yaitu berdasarkan fungsinya dan berdasarkan reaksinya terhadap lingkungan. (Sarwono, 1978 : 171)
30
2.2.3 Pengertian Kepribadian Muslim Beberapa pendapat diatas tersebut telah menjelaskan konsep kepribadian
secara
umum
kiranya
dapat
mengarahkan
pada
pemahaman tentang konsep kepribadian muslim. Konsep kepribadian muslim menurut beberapa ahli mempunyai pengertian atau batasan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang mereka masingmasing. Menurut Arifin mengatakan bahwa kepribadian samawi atau Islami yaitu suatu perilaku lahiriah dan batiniah manusia yang berbeda dalam nilai ke Tuhanan yang positif yang berorientasi pada kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dengan demikian seseorang dianggap memiliki kepribadian muslim tidak lain hanyalah yang melahirkan perbuatan-perbuatan, perkataan-perkataan dan amalan-amalan yang senantiasa mengerjakan perbuatan baik dan terpuji terhadap sesamanya. Dalam al-Qur'an terdapat uraian tentang kepribadian manusia dan berbagai karakteristik umum yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk Allah yang lain. Selain itu terdapat pula uraian tentang model-model atau pola umum kepribadian manusia yang diwarnai dengan sifat-sifat utama, yaitu pola umum yang kita temui di masyarakat. Selain itu dalam al-Qur'an juga terdapat uraian tentang berbagai faktor yang membentuk kepribadian, baik yang lurus maupun yang tidak. (Najati, 1985:240) sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT :
31
ﺎﺯﻛﱠﺎﻫ ﻦﺢ ﻣ ﺪ ﹶﺃ ﹾﻓﹶﻠ ( ﹶﻗ8) ﺎﺍﻫﺗ ﹾﻘﻮﻭ ﺎﺭﻫ ﻮﺎ ﹸﻓﺠﻤﻬ ﻬ ( ﹶﻓﹶﺄﹾﻟ7) ﺎﺍﻫﺳﻮ ﺎﻭﻣ ﺲ ٍ ﻧ ﹾﻔﻭ (10) ﺎﺎﻫﺩﺳ ﻦﺏ ﻣ ﺎﺪ ﺧ ﻭﹶﻗ (9) Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa-jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams : 7-10). (Depag, 1989 : 1064) Berdasarkan ayat diatas, dalam diri manusia terdapat kesiapan untuk melakukan kejahatan dan kebajikan, mengikuti hawa nafsu fisiknya, tenggelam dalam kenikmatan indrawinya dan berbagai kenikmatan dunianya dan kesiapan untuk membumbung tinggi ke efek keutamaan, ketaqwaan, idealita, manusiawi, amal sholeh, dan keutamaan psikis dan kebahagiaan spritual yang dibawakan oleh itu semua. (Najati, 1985 : 250) Dari beberapa pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspekaspeknya yakni baik tingkah lakunya, kegiatan-kegiatan jiwa maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan, penyerahan diri kepada-Nya. (Marimba, 1989 : 73) 2.2.4. Aspek-aspek kepribadian Muslim Sebagian besar para ahli ilmu jiwa menyatakan bahwa dalam diri manusia (kepribadian manusia) ada dua aspek, yaitu aspek fisik dan psikis atau aspek materi dan rohani. Namun sebagian lainnya ada yang berpandangan bahwa, aspek kepribadian manusia itu ada tiga yakni jiwa, jasmani dan rohani. Sebenarnya dimensi atau aspek-aspek
32
kepribadian manusia itu sangat banyak dan kompleks, walaupun nampaknya ada dimensi atau variabel dalam kepribadian, tetapi pada dasarnya hanya ada sejumlah kecil komponen-komponen dasar yang diharapkan akan menjadi dasar daripada kepribadian yang nampak itu. (Suyanto, 1999:28) Hasan
Langgulung
yang
mengutip
pendapat
Anshari,
mengemukakan bahwa pribadi manusia bersifat 3 dimensi yang mempunyai
3
komponen
yaitu
jasmani,
psikological
dan
transendental. (langgulung, 1988:279) Sedangkan aspek kepribadian muslim menurut Sukanto dalam bukunya nafsiologi dijelaskan bahwa kepribadian muslim terdiri dari empat sistem atau aspek yaitu : 1 Qalb (angan-angan) 2 Fuad (perasaan) 3 Ego (aku sebagai pelaksana kepribadian) 4 Tingkah laku. Meskipun ke-empat aspek itu masing-masing mempunyai fungsi sendiri-sendiri namun keempatnya berhubungan dengan erat dan tidak bisa dipisah-pisahkan. (Sukanto, 1985:148) Dari aspek-aspek kepribadian muslim diatas sebenarnya kepribadian itu ada 2 aspek, yaitu fisik dan psikis, ataupun yang berpendapat bahwa aspek-aspek kepribadian manusia itu ada 3 yaitu jasmani, jiwa dan rohani. Pada hakekatnya mereka sama sebab
33
pandangan mereka adalah tertuju pada aspek rohaniah yang merupakan penentu arah serta kualitas kepribadian itu sendiri ia selalu
dipandang
sebagai
aspek
transendental
yang
selalu
berhubungan dengan sistem nilai yang luhur, suci dan tergolong sebagai aspek spiritual yang selalu rindu kepada pencipta-Nya (Allah). 2.2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Menurut Marimba dalam bukunya Filsafat pendidikan dijelaskan bahwa ada berbagai faktor yang membentuk kepribadian yaitu faktor keturunan dan pembawaan, serta faktor lingkungan. 1 Faktor keturunan dan pembawaan Faktor tersebut adalah faktor yang timbul dari individu sendiri, seperti ciri dan sifat yang diwariskan dari bapak, ibu atau kakek, dan juga fitrah atau potensi yang dimiliki dan dibawa sejak lahir (faktor fitrah). Keturunan (hereditas) dan faktor pembawaan (fitrah) merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi pertumbuhan
kepribadian
seseorang.
Faktor
inilah
yang
merupakan modal awal yang perlu dikembangkan dan diarahkan sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. 2 Faktor lingkungan Yang
dimaksud
faktor
lingkungan
dalam
proses
pertumbuhan kepribadian adalah segala sesuatu yang ada diluar
34
manusia (individu) yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kepribadian seseorang. Ada beberapa unsur yang termasuk dalam faktor lingkungan ini : 1) Lingkungan keluarga Dalam pembentukan kepribadian individu, keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan terpenting. Menurut Zakiyah Daradjat menegaskan bahwa: Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk kedalam pribadi anak yang sedang bertumbuh itu (Darajat, 1975 : 47) 2)
Lingkungan sekolah Lingkungan kedua setelah keluarga dalam proses pembentukan kepribadian seorang anak adalah lingkungan sekolah. (Apa yang ada di sekolah, baik yang bersifat fisik maupun non fisik). Sekolah bukan sekedar menuangkan ilmu pengetahuan ke otak murid, tetapi juga harus dapat membina kepribadian
anak.
(Daradjat,1975:46-47)
Karena
itu
kepribadian seorang pendidik adalah lebih penting daripada ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
35
3)
Lingkungan masyarakat Dalam
proses
pembentukan
dan
pertumbuhan
kepribadian seseorang, masyarakat dengan segala aktivitasnya mempunyai pengaruh yang besar juga, sebab seseorang setelah keluar dari keluarga dan sekolah (bahkan ketika ia masih berada dalam keduanya), ia pasti berinteraksi dengan lingkungannya (masyarakat). Masyarakat dalam hal ini adalah masyarakat yang
mampu membentuk kepribadian muslim
yaitu masyarakat Islam. Masyarakat ini mempunyai ciri-ciri bebas sekaligus suci, bebas dari nilai palsu, suci tidak bercampur dengan kebebasan hewani, bebas dari pemujaan selain Allah. (Quthb, 184 : 395) Dari uraian di atas terlihat jelas adanya dua faktor pokok yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan individu. Dalam mekanismenya, kedua faktor tersebut tidaklah berpisah secara dichotomis. Bahkan untuk mengetahui dari faktor mana suatu kepribadian tertentu terbentuk adalah sangat sulit, sebab kepribadian merupakan ramuan dan capaian atas dua faktor tersebut. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi kepribadian individu secara adaptasi, melengkapi untuk melahirkan satu pola kepribadian yang utuh dan unik.
36
2.3. Lanjut Usia 2.3.1 Pengertian Usia Lanjut Pada
penjelasan
Undang-Undang
No.4
Tahun
1965
dijelaskan tentang batas usia lanjut yang menjelaskan bahwa usia lanjut. Bagi pria atau wanita ialah 55 tahun ke atas, sedangkan menurut dokumen pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh departemen sosial dalam rangka pencanangan hari lanjut usia nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh presiden RI, batas umur usia lanjut adalah 60 tahun atau lebih. (Depkes,1999:2) Sedang yang dimaksud dengan manula dalam pembahasan skripsi ini adalah manula yang berumur 55 tahun ke atas yang tinggal di Panti Sosial Harapan Ibu Ngaliyan Kotamadya Semarang sebagai obyek penelitian. Manusia usia lanjut dalam penilaian orang adalah manusia yang sudah tidak produktif lagi. (Jalaluddin, 1997:101). Di negaranegara maju seperti Amerika, yang dimaksud dengan usia lanjut adalah mereka yang telah menjalani siklus kehidupan diatas 65 tahun. Proses penuaan disebut pula dengan nama “senescene” artinya tumbuh menjadi tua. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahap-tahap menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, dan lain sebagainya. (Hawari,1996:243-244)
37
Proses lanjut usia bagi seseorang adalah merupakan proses alami dari setiap kehidupan, demikian ini merupakan nikmat Allah yang harus kita syukuri. Masa tua ini bisa dilihat dari berbagai segi, yaitu dari segi umur, badaniyah, perubahan kepribadian dan perubahan jaringan tubuh. Dalam tata kehidupan masyarakat Indonesia, orang tua usia lanjut menjadi tanggung jawab keluarganya, mereka dijadikan tempat curahan hormat dan bakti bagi keluarganya yang lebih muda. Namun mengingat adanya keluarga yang karena suatu gangguan didalam kehidupannya, baik gangguan sosial ekonomi maupun sosial psikologis, mereka tidak mampu mengurus anggota keluarganya yang telah lanjut usia, sehingga menimbulkan masalah lanjut usia atau jompo terlantar. Dalam hal ini pemerintah mengambil kebijaksanaan yaitu : Pemerintah mengeluarkan peraturan khusus untuk menjaga orang lanjut usia dan mendirikan lembaga khusus untuk mereka, yang akan memperhatikan persoalan yang mereka hadapi, dalam pada itu mengurang kemungkinan terjadinya penyakit jiwa terhadap mereka, yang terpenting diantaranya adalah sakit jiwa pada lanjut usia. (Fahmi, 1977 : 158) Adapun dasar hukum dalam upaya pengembangan program pembinaan kesehatan usia lanjut adalah : (1) UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan (2) UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia (3) TAP MPR No.II tahun 1998 tentang GBHN tahun 1998
38
(4) Keppres No.15 tahun 1985 tentang susunan struktur organisasi departemen. (5) Kep.Menkes No. 558/84 tentang susunan struktur organisasi dan tata kerja departemen kesehatan. (6) Kep Menko Kesra No.05/89 tentang pembentukan kelompok kerja tetap kesejahteraan lanjut usia. (7) SK Menkes No.1346/90 tantang pembentukan tim kerja geriatri. (Depkes,1999:2) Dari keterangan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa usia lanjut bila dilihat dari segi umur berkisar 55 tahun ke atas, dan badaniyah sudah tidak berfungsi banyak, serta dipengaruhi pula oleh keadaan sosial ekonomi lemah, sehingga tidak dapat menikmati sisa hari tuanya dengan enak. Faktor
yang
terpenting
dari
semua
tujuan
adalah
menghilangkan perasaan rendah diri pada para usia lanjut, agar mereka mampu hidup sebagaimana layaknya manusia lain. Untuk tetap memelihara rasa harga diri lanjut usia, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Adanya jaminan sosial-ekonomi yang cukup memadai untuk hidup diusia lanjut.
39
2. Adanya dukungan dari orang-orang yang melindungi dirinya dari isolasi sosial dan memperoleh kepuasan dari kebutuhan ketergantungannya pada pihak lain. 3. Kesehatan jiwa agar mampu beradaptasi dengan perubahan perkembangan pada tahapan lanjut usia. 4. Kesehatan fisik agar mampu menjalankan berbagai aktivitas secara produktif dan menyenangkan. 5. Kebutuhan spiritual (keagamaan) agar diperoleh ketenangan batiniah.(Hawari,1997:246) Menurut Darmojo dan Martono pelayanan sosial bagi usia lanjut adalah merupakan layanan yang bisa diberikan kepada : 1) Institusi yang memberikan akomodasi, antara lain panti wredha (terutama bagi para lanjut usia dengan keterbatasan sosial ekonomi) 2) Bantuan pengerjaan aspek domestik, misalnya membersihkan rumah, cuci seterika dan lain-lain. 3) Bantuan penyediaan makan sehari-hari 4) Penjagaan penderita di malam hari. 5) Penyediaan pramu wredha (Depkes 2000: 545) Bila semua satu atau lebih dari faktor-faktor diatas tidak terpenuhi, maka lanjut usia tidak mampu memelihara dan mempertahankan rasa harga dirinya merasa tegang, cemas, takut,
40
murung, sedih, kecewa, marah, putus asa, dan lain sebagainya serta mereka tidak merasa sejahtera diusia senjanya. 2.3.2. Batasan usia lanjut Usia kronologis mudah diketahui dan dihitung, seperti merayakan ulang tahun seseorang. Usia biologis inilah yang menunjukkan jaringan fisiologis yang sebenarnya. Terlepas dari berapa usia kronologis seseorang, banyaknya kemunduran jaringan sehingga menyebabkan meningkatnya usia biologis seseorang, usia biologis inilah sesungguhnya dapat diupayakan agar tidak terlalu cepat bertambah karena proses menua erat kaitannya dengan proses metabolisme yang ada didalam tubuh. Oleh karena itu tak heran apabila banyak orang yang merasa dirinya belum tua, walaupun secara kronologis dirinya tua. Hal ini selaras dengan ucapan psikolog Justin Pikunas : “ During the years of adulthood, most person consiler themselves midle age and try continue others that they are not old, still capable of doing the same things they did when were young”(pada usia setengah baya orang merasa dan mencoba meyakinkan masyarakat bahwa meraka belum tua, masih mampu melakukan segala sesuatu seperti ketika masih muda) (Sadli,1984:110) - Dr. Sarlito W Sarwono, memberi batasan usia lanjut dalam perkembangan manusia, dalam: 1. tahap adolescentia (16-25 tahun) 2. tahap juventus (26-40 tahun) 3. tahap verilitas (50-55 tahun)
41
4. tahap praesenium (55-65 tahun) 5. tahap senectus (diatas 65 tahun) 2.3.3 Gangguan usia lanjut Sastroamidjoyo, menyimpulkan pembahasan pokok pada masa tua, adalah : 1 Berbagai jaringan secara teratur sedikit demi sedikit menjadi kering, karena kepekaan elektronik dalam menyusun sel sangat berkurang. 2 Jalannya pembelahan inti sel imitosis lambat dalam arti sangat perlahan-lahan. 3 Kecepatan pengoksiden (oxydatio) dalam jaringan sangat berkurang. 4 Antrophia, dan degenerasi disamping pertambahan pigmen dan zat lemak dalam sel bertambah. 5 Degenerasi jaringan kenyal. 6 Kecepatan dan kekuatan daya bereaksi dengan menggunakan otot atau urat syaraf, serta daya lawan umumnya sangat berkurang. 7 Daya penglihat, daya pendengar, perhatian (minat), atas segala ingatan dan sebagainya berkurang. 8 Faktor-faktor yang pada masa mudanya mengalirkan sesuatu yang berguna untuk menciptakan sebuah “suasana dalam” (millieo interieur) yang sehat dan kuat, pada masa tua menjadi lemah dan terbendung (homeostatis)” .(Sastoamidjojo, 1971:117-118).
42
2.3.4 Aspek Psikososial Usia lanjut Di negara-negara industri, yang menggunakan produktifitas seseorang, hal ini akan menimbulkan problem psikologis pada masa tua, pada orang-orang yang berusia lanjut tersebut. Pada masyarakat yang demikian, usia muda menjadi pujaan, sementara kalau sudah tua disingkirkan karena tidak produktivitas lagi. Oleh karena itu pada masyarakat yang demikian, keluhankeluhan menopouse pada wanita dan kelainan perilaku-perilaku pada orang tua baik pria maupun wanita menonjol. Juga orang tua yang melarikan diri dari pandangan sebagai “mesin bekas” banyak dijumpai. Lain halnya dengan kedudukan manula di negara agraris, sebagaimana kata dari Kartono Muhammad : “Sebagaimana di negara-negara yang masih agraris, justru menempatkan orang tua pada derajat yang terhormat, problemproblem semacam itu sangat sedikit. Di negara-negara berkembang, wanita yang telah melampaui menopouse justru merasa naik derajatnya, karena kalau semula ia tidak boleh mengunjungi kuil atau masjid pada masa haid, sekarang ia dapat melakukan setiap waktu”. (Sadli, 1983: 22) 2.3.5 Manula dalam pandangan Islam Ayah dan ibu merupakan pokok keluarga. Kalau anak dipandang sebagai buah keluarga, atau buah hidup, maka ayah dan ibu pokok pangkalnya. Karena itu besarlah hak ibu bapak yang harus dipenuhi oleh seorang anak. ( Husein, 2004:104).
43
Dengan tegas al-Qur’an menerangkan tugas pribadi muslim terhadap ibu bapaknya: Firman Allah :
ﺮ ﺒﻙ ﺍﹾﻟ ِﻜ ﺪ ﻦ ﻋِﻨ ﻐ ﺒﻠﹸﻳ ﺎﺎ ِﺇﻣﺎﻧﺣﺴ ﻳ ِﻦ ِﺇﺪ ﺍِﻟﻭﺑِﺎﹾﻟﻮ ﻩ ﺎﻭﹾﺍ ِﺇﻻﱠ ِﺇﻳﺒﺪﻌ ﺗ ﻚ ﹶﺃﻻﱠ ﺑﺭ ﻰﻭﹶﻗﻀ ﺎﻮ ﹰﻻ ﹶﻛ ِﺮﳝ ﺎ ﹶﻗﻬﻤ ﻭﻗﹸﻞ ﱠﻟ ﺎﻫﻤ ﺮ ﻬ ﻨﺗ ﻭ ﹶﻻ ﺎ ﹸﺃﻑﻬﻤ ﺗﻘﹸﻞ ﱠﻟ ﻼ ﺎ ﹶﻓ ﹶﻫﻤ ﻼ ﻭ ِﻛ ﹶ ﺎ ﹶﺃﻫﻤ ﺪ ﺣ ﹶﺃ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya/kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. (QS.al-isra’:23). (Depg,1989:427)
Dari ayat di atas yang menyatakan
ٍﺎ ﹸﺃﻑﻬﻤ ﺗﻘﹸﻞ ﱠﻟ ﻼ ﹶﻓ ﹶ
menunjukkan bahwa keadaan psikologis orang tua sangat sensitif. Apabila anak membentak orang tua maka akan berdampak negatif terhadap psikologis lansia. Dia akan merasa bahwa dirinya sudah tidak berguna, tidak bisa memberikan manfaat yang akhirnya lansia akan menarik diri dari lingkungan masyarakat. Maka dari itu dalam ayat 24 dikatakan bahwa anak harus berbuat kasih sayang terhadap orang tuanya.
ﺎﻧِﻲﺑﻴﺭ ﺎﺎ ﹶﻛﻤﻬﻤ ﻤ ﺣ ﺭ ﺏ ﺍ ﺭ ﻭﻗﹸﻞ ﻤ ِﺔ ﺣ ﺮ ﻦ ﺍﻟ ﺡ ﺍﻟﺬﱡ ﱢﻝ ِﻣ ﺎﺟﻨ ﺎﻬﻤ ﺾ ﹶﻟ ﺧ ِﻔ ﺍﻭ ﺍﺻ ِﻐﲑ
44
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : Wahai Tuhanku, kasikanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (QS. Al-Isro' : 24) (Depag : 1991, 427) Surat al-Ahqaaf : 15
ﻤﻠﹸﻪ ﺣ ﻭ ﻫﹰﺎ ﹸﻛﺮﺘﻪﻌ ﺿ ﻭ ﻭ ﻫﹰﺎﻪ ﹸﻛﺮ ﹸﺃﻣﺘﻪﻤﹶﻠ ﺣ ﺎﻧﹰﺎﺣﺴ ﻳ ِﻪ ِﺇﺪ ﺍِﻟﺎ ﹶﻥ ِﺑﻮﺎ ﺍﹾﻟﺈِﻧﺴﻴﻨﺻ ﻭ ﻭ ﺏ ﺭ ﻨ ﹰﺔ ﻗﹶﺎ ﹶﻝﺳ ﲔ ﺑ ِﻌﺭ ﺑﹶﻠ ﹶﻎ ﹶﺃﻭ ﻩ ﺷﺪ ﺑﹶﻠ ﹶﻎ ﹶﺃ ﻰ ِﺇﺫﹶﺍﺣﺘ ﺮﹰﺍﺷﻬ ﻪ ﹶﺛﻠﹶﺎﺛﹸﻮ ﹶﻥ ﺎﹸﻟﻭِﻓﺼ ﻤ ﹶﻞ ﻋ ﻭﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﺃ ﻱ ﺪ ﺍِﻟﻋﻠﹶﻰ ﻭ ﻭ ﻲ ﻋﹶﻠ ﺖ ﻤ ﻌ ﻧﻚ ﺍﱠﻟﺘِﻲ ﹶﺃ ﺘﻤ ﻌ ﺮ ِﻧ ﺷﻜﹸ ﻋﻨِﻲ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﺃ ﻭ ِﺯ ﹶﺃ ﲔ ﺴِﻠ ِﻤ ﻦ ﺍﹾﻟﻤ ﻲ ِﻣﻭِﺇﻧ ﻚ ﻴﺖ ِﺇﹶﻟ ﺒﺗ ﻲﻳﺘِﻲ ِﺇﻧﺭ ﺢ ﻟِﻲ ﻓِﻲ ﹸﺫ ﺻِﻠ ﻭﹶﺃ ﻩ ﺎﺮﺿ ﺗ ﺎﻟِﺤﹰﺎﺻ Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah. Mengandungnya sampai dengan menyapihnya adalah 3 bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai 40 tahun ia berdoa : "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua ibu bapaku supaya aku dapat berbuat amal sholeh yang Engkau ridhoi, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. (QS. Al-Ahqaaf : 15) (Depag : 1991, 822) Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa betapa besar jasa seorang ibu dalam membesarkan anaknya, maka apabila seorang anak tidak hormat kepada orang tuanya tentu hati orang tuanya akan tersakiti. Mengenai lanjut usia, Allah sudah menerangkan dalam AlQur'an surat Yassin “ 68 yang berbunyi :
ﻌ ِﻘﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﻳ ﺨ ﹾﻠ ِﻖ ﹶﺃﹶﻓﻠﹶﺎ ﻪ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ ﺴ ﻨﻜﱢﻧ ﻩ ﺮ ﻌﻤ ﻧ ﻦ ﻣ ﻭ
45
Dan barang siapa yang kami panjangkan umurnya (lanjut) niscaya kami baikkan alam kejadiannya. Maka apakah mereka tidak memikirkannya ? (Depag, 1989 : 713) Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa seseorang yang berusia lanjut dimata Allah kedudukan orang tersebut tetap tidak dipandang rendah. Bahkan Allah akan memberikan kebaikan apabila dimasa tuanya dipergunakan untuk beribadah kepada Allah.
2.3.6 Perkembangan keagamaan usia lanjut Menurut Jalaluddin perkembangan keagamaan seseorang dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap ajaran agama yang dapat memberikan kepuasan batin atas dasar pertimbangan akal sehat. Sikap keberagamaan orang dewasa atau lanjut usia memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu sikap keberagamaan ini umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengertian dan perluasan pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama bagi orang dewasa atau usia lanjut sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan. Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan pada orang dewasa atau usia lanjut antara lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
46
2) Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku. 3) Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan. 4) Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup. 5) Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas. 6) Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani. 7) Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya. 8) Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang. (Jalaluddin, 2000 : 96)