perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN MODEL KOOPERATIF LEARNING TIPE JIGSAW DAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN TOLERANSI BERAGAMA DAN PRESTASI BELAJAR DI SMA NEGERI 1 SIDOHARJO
JURNAL TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh: Prihadi Dwi Hatmono NIM S861308017
PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2015 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN MODEL KOOPERATIF LEARNING TIPE JIGSAW DAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN TOLERANSI BERAGAMA DAN PRESTASI BELAJAR DI SMA NEGERI 1 SIDOHARJO THE IMPLEMENTATION OF HISTORICAL LEARNING BY USING COOPERATIVE LEARNING MODEL JIGSAW TYPE AND THREE DIMENSION MEDIA TO IMPROVE STUDENTS’ RELIGIOUS TOLERANCE AND STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENT IN SENIOR HIGH SCHOOL NEGERI 1 SIDOHARJO PRIHADI DWI HATMONO
[email protected] Abstrak
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa melalui metode atau model media yang inovatif dalam pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar. Pembelajaran yang terencana dengan matang dan menarik akan memotivasi belajar sehingga memudahkan pemahaman materi dan berpengaruh terhadap toleransi beragama dan prestasi belajar pada setiap siklus. Prestasi belajar yang di capai pada siklus I 59,09% dengan rata-rata kelas 7,2, ketuntasan prestasi belajar siklus II 90,90% dengan rata-rata 8,0, dan ketuntasan prestasi belajar sejarah siklus III 100% dengan rata-rata 8,4. Untuk angket toleransi beragama diperoleh hasil siklus I rata-rata 74,82, siklus II 79,36, siklus III 81,81. Hasil toleransi beragama dan prestasi belajar sejarah mengarah pada peningkatan dari siklus I, siklus II dan siklus III. Penerapan model Jigsaw dan media tiga dimensi pada pembelajaran sejarah secara tepat lebih efektif dapat meningkatkan toleransi beragama dan prestasi belajar siswa kelas X IPA 1 SMA Negeri I Sidoharjo. Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Jigsaw, Media Tiga Dimensi, Toleransi Beragama, Prestasi Belajar Sejarah. ABSTRACT Based on the data analysis is gained that through method or model the media which is innovative in learning can improve students’ learning achievement. Learning which is wellplanned and interesting will motivate students to learn so it can ease students’ understanding about material and it can affect towards students’ religious tolerance and students’ learning achievement in every cycle. Students’ learning achievement on the first cycle is 59,09% by mean amounts 7,2, students’ learning achievement on the second cycle is 90,90% by mean amounts 8,0, and students’ learning achievement on historical lesson on the third cycle is 100% by mean amounts 8,4. In attitude questionnaire about religious tolerance results the mean of the first cycle is 74,82, second cycle is 79,36, third cycle 81,81. The result of the religious tolerance and students’ learning achievement shows an improvement from first cycle, second cycle and third cycle. The implementation of Jigsaw model and three dimension media on historical learning which is appropriately will be more effective to improve students’ religious tolerance and students’ learning achievement in the class X Scientific 1 Senior High School Negeri 1 Sidoharjo. Key Words: Cooperative Learning, Jigsaw, three dimension Media, Religious Tolerance, commitlesson. to user Students’ Learning Achievement of Historical
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting, karena Belajar adalah kegiatan inti dalam pendidikan berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Proses pembelajaran perkembangan hidup manusia dalam hal ini merupakan suatu kegiatan guru pemerintah telah mengatur dan menyampaikan materi kepada siswa. mengarahkan pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam suatu lembaga pendidikan tentunya nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pasal 3 menyebutkan mengarah pada perubahan tingkah laku dan pola pikir yang lebih baik. Menurut tujuan dari pendidikan nasional yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan Dalyono (2009: 49), “belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengedepankan berkembangnya potensi mengadakan perubahan di dalam diri anak didik agar menjadi manusia yang seseorang, mencakup perubahan tingkah beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang laku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan, Maha Esa, memiliki aklak mulia, sehat, keterampilan, dan sebagainya”. mandiri dan memiliki ilmu serta cakap dan Menurut Syaiful Bahri Djamarah kreatif sehingga menjadi manusia Indonesia dan Zain Aswan (2006: 105), suatu yang demokratis dan bertanggung jawab. pembelajaran dikatakan berhasil apabila Pembelajaran memiliki beberapa unsur didalamnya seperti siswa, guru, siswa mampu mencapai kompetensi dasar yang dijabarkan dalam indikator-indikator. kurikulum, sumber materi dan gedung. Pembelajaran mempunyai komponen yang Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh unsur-unsur didalamnya mempunyai tujuan yang akan pembelajaran. Beberapa unsur penting dicapai. Komponen utama dalam dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: guru, pembelajaran (Martiningrum, 2012: 17) siswa, materi pembelajaran, lingkungan, yaitu: 1) Menstrukturisasi kerangka belajar, media, model dan strategi pembelajaran 2) memfasilitasi perhatian siswa, 3) yang memuat tentang metode pembelajaran. Memfasilitasi Pengkodean informasi dan 4) Unsur-unsur penting tersebut mengajari siswa menginstruksi makna mempengaruhi keberhasilan dalam untuk memperkaya pemahaman mereka pembelajaran. Hal tersebut akan atas pengetahuan yang bersifat tekstual mempengaruhi Prestasi belajar dari suatu maupun kontekstual. kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan Menurut Anita Lie (2004: 8) dalam baik secara individu maupun secara Nunuk Suryani dan Leo Agung (2012: 80) kelompok. pembelajaran kooperatif adalah pendekatan Pendidikan bagi kehidupan manusia pembelajaran yang berfokus pada merupakan kebutuhan mutlak yang harus penggunaan kelompok kecil siswa untuk dipenuhi sepanjang hidup. Tanpa bekerja sama dalam memaksimalkan pendidikan tidak mungkin manusia dapat kondisi belajar untuk mencapai tujuan. hidup berkembang sejalan dengan aspirasi Dalam pembelajaran kooperatif guru menciptakan suasana yang mendorong agar untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut siswa merasa saling membutuhkan. pandangan mereka. Sehingga pendidikan Hubungan ini disebut saling ketergantungan ditujukan untuk semua warga negara, positif. Saling ketergantungan dapat seperti yang tertuang dalam BAB II pasal 5 melalui: 1) saling melalui ketergantungan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 commit to mencapai user Tahun 2003 yang berbunyi bahwa “setiap tujuan, 2) saling ketergantungan warga negara mempunyai hak yang sama melaksanakan tugas, 3) saling untuk memperoleh pendidikan”. ketergantungan bahan atau sumber, 4) PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menghambat kemajuan masing-masing saling ketergantungan peran dan 5) saling agama. Kerukunan itu harus dilihat dalam ketergantungan hasil atau hadiah. konteks perkembangan masyarakart yang Model pembelajaran kooperatif tipe dinamis, yang menghadapi beraneka Jigsaw yang diadaptasi Slavin dan kawantantangan dan persoalan. kawan (Nunuk Suryani dan Leo Agung, 2012: 85) memiliki langkah-langkah Krisnanda Wijaya Mukti (2006: sebagai berikut: 1) kelas dibagi menjadi 150) toleransi dalam bahasa latin berarti beberapa tim yang anggotanaya terdiri dari dapat menanggung, menahan, sabat. 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang Toleransi adalah kesedian untuk menerima heterogen, 2) para anggota dari beberapa kehadiran orang yang berkeyakinan lain, tim yang berbeda memiliki tanggung jawab menghormati keyakinan yang lain itu untuk mempelajari suatu bagian akademik meskipun bertentangan dengan keyakinan yang sama selanjutnya berkumpul untuk sendiri, dan tidak memaksakan suatu agama saling membantu mengkaji bagian bahan atau kepercayaan kepada orang lain. tersebut, 3) selanjutnya para siswa yang Toleransi ini merupakan konsekuensi dari berada dalam kelompok pakar kembali ke pengakuan atas hak dan kebebasan yang kelompok semula (home teams) untuk sama dari setiap orang untuk hidup menurut mengajar anggota yang lain menguasai keyakinannya masing-masing. materi yang telah dipelajari dalam Unsur-unsur tersebut antara lain kelompok pakar dan 4) setelah diadakan (Maskuri Abdullah, 2001): pertemuan dan diskusi dalam “home a. Memberikan kebebasan atau teams”, para siswa dievaluasi secara kemerdekaan individual mengenai bahan yang telah b. Mengakui hak setiap orang dipelajari. c. Menghormati keyakinan orang lain Pendidikan di sekolah juga harus d. Saling mengerti menanamkan toleransi antar umat Media pembelajaran merupakan beragama. Toleransi antar sesama sangat salah satu komponen pembelajaran yang penting unjuk menjaga komunikasi dan mempunyai peranan penting dalam hubungan baik. Perbedaan agama pada kegiatan belajar mengajar. Pemanfaatan dasarnya tidak menghalangi hubungan media seharusnya merupakan hal yang umat-umat yang akrab, baik secara pribadi, perlu diperhatikan seorang fasilitator atau keluarga atau kelompok. Interaksi lewat Pengajar dalam setiap pembelajaran berbagai kepentingan. Kerukunan hidup Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 beragama adalah suatu kondisi dimana tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 yang semua golongan agama bissa hidup dinyatakan: bersama-sama secara damai tanpa Proses pembelajaran pada satuan mengurangi hak dan kebebasan masingpendidikan diselenggarakan secara masing untuk menganut dan melaksanakan interaktif, inspiratif, menyenangkan, agamanya. Kerukunan akan dapat tercapai menantang, memotivasi siswa untuk apabila setiap golongan agama memiliki berpatisipasi aktif serta memberikan prinsip “setuju dalam perbedaan”. Setuju ruang yang cukup bagi kreatifitas dalam perbedaan berarti orang mau dan kemandirian sesuai dengan menerima dan menghormati orang lain bakat, minat, dan perkembangan dengan seluruh aspirasi, keyakinan, fisik serta psikologis siswa. kebiasaan dan pola hidupnya, menerima Menurut Gerlac (1971: 285) dalam dan menghormati orang lain dengan Khoirul Anwar ditegaskan bahwa ada tiga kebebasannya untuk menganut keyakinan keistimewaan yang dimiliki media commit to user agamanya sendiri. Memelihara kerukunan pembelajaran yaitu: 1) Media memiliki hidup umat beragama tidaklah berarti kemampuan untuk menangkap, mempertahankan status quo sehingga menyimpan, dan menampilkan kembali 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suatu objek atau kejadian, 2) Media guru selama pembelajaran. Manfaat lain memiliki kemampuan untuk menampilkan dari penggunaan model pembelajaran yang kembali objek atau kejadian dengan sesuai dengan KD adalah memungkinkan berbagai macam cara disesuaikan dengan siswa untuk berperan aktif dalam belajar. keperluan, 3) Media mempunya Model pembelajaran yang dapat kemampuan untuk menampilkan suatu memunculkan interaktif, keaktifan, inovasi, objek atau kejadian yang mengandung kreativitas dan menyenangkan bagi siswa makna. serta dapat mengarah pada pencapaian Informasi melalui Media memper kompetensi dasar secara efektif merupakan mudah proses belajar, dapat dilakukan dambaan bagi guru. dimana saja dan kapan saja serta Berdasarkan uraian di atas, maka menumbuhkan sikap positif siswa terhadap penulis merumuskan masalah yang akan materi dan proses belajar, mengubah peran diteliti yaitu: Bagaimanakah perencanaa fasilitator atau pengajar kearah yang lebih pembelajaran cooperatif learning tipe positif dan produktif. Disinilah seorang jigsaw dengan media tiga dimensi untuk pengajar diharapkan untuk dapat meningkatkan toleransi beragama dan mengunakan media pembelajaran dengan prestasi belajar?, Bagaimanakah penerapan efektif dan maksimal agar pesan yang pembelajaran cooperatif learning tipe disampaikan terhadap anak pun akan jigsaw dengan media tiga dimensi untuk tersampaikan secara optimal. Salah satunya meningkatkan toleransi beragama?, media pembelajaran 3 dimensi. Bagaimanakah penerapan pembelajaran Pada kenyataannya media cooperatif learning tipe jigsaw dengan pembelajaran masih sering terabaikan media tiga dimensi untuk meningkatkan dengan berbagai alasan, antara lain: prestasi belajar?. keterbatasan waktu untuk membuat persiapan mengajar dengan menggunakan METODE PENELITIAN media tertentu, kesulitan mencari dan menentukan media yang tepat dalam Jenis Penelitian menyampaikan pesan pembelajaran Penelitian ini dilakukan pada satu terhadap anak. Alasan yang sangat ironis kelas pembelajaran pendidikan sejarah adalah keterbatasan biaya dalam menunjang kelas XI SMA Negeri 1 Sidoharjo untuk penyediaan media yang akan digunakan. memecahkan permasalahan yang terjadi Padahal dalam pengunaan media ini mengenai penanaman toleransi dan prestasi sebenarnya tidak perlu terjadi, jika setiap belajar siswa. Penelitian dilaksanakan pengajar atau fasilitator telah mempunyai sebagai upaya untuk memperbaiki pengetahuan dan ketrampilan mengenai pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, dengan menggunakan kolaborasi yang media pembelajaran. Sehingga seorang pengajar dapat memanfaatkan secara mengutamakan kerjasama antara guru maksimal media-media yang ada sesuai pendidikan sejarah di SMA Negeri 1 dengan pesan yang akan disampaikan Sidoharjo tersebut dengan peneliti. Penelitian ini termasuk Penelitian terhadap anak. Hal tersebut dikarenakan banyaknya Tindakan Kelas (PTK). Hal ini sesuai dengan teori pendapat Suharsimi Arikunto model pembelajaran. Penggunaan metode (2006: 2) bahwa PTK merupakan salah satu pembelajaran disesuaikan dengan pendekatan dalam penelitian yang berbasis Kompetensi Dasar (KD) yang hendak kelas atau sekolah untuk melakukan dicapai. Penggunaan metode pembelajaran pemecahan berbagai permasalahan yang yang baik mampu mengarahkan siswa commit to user digunakan dalam rangka peningkatan kepada pencapaian KD secara efektif. Hal kualitas pendidikan. Singkatnya PTK tersebut dikarenakan perhatian siswa merupakan penelitian praktis yang terfokus pada materi yang disampaikan oleh 3
perpustakaan.uns.ac.id
dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran yang ada. Desain Penelitian Menurut David Hopkins dalam Achmad Fawaid (2011: 92) setiap siklus penelitian terdiri dari identifikasi awal, peninjauan ulang, rencana umum yang didalamnya terdapat langkah 1,2,3, implementasi dari tindakan yang sudah ditentukan, memonitoring implementasi dan pengaruh-pengaruhnya, dan peninjauan ulang. Pelaksanaan PTK ini dilakukan lebih dari satu siklus mengingat bahwa belum tentu satu siklus dapat memberikan hasil yang memuaskan. Setiap siklus PTK ini meliputi empat langkah yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Lokasi Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sidoharjo. PTK tersebut dilaksanakan dengan subjek penelitian kelas X SMA Negeri 1 Sidoharjo. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Sidoharjo pada mata pelajaran sejarah tahun ajaran 2014/2015.
digilib.uns.ac.id
cooperatif learning tipe jigsaw dengan media tiga dimensi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen. Dokumen tersebut berupa lembar observasi pembelajaran sebelum tindakan dan setelah menerapkan model pembelajaran cooperatif learning tipe jigsaw dengan media tiga dimensi. Selain itu, tanggapan subjek penelitian yang terkumpul melalui wawancara dan lembaran jawaban tes siswa juga dijadikan sebagai sumber data. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, tes, dan wawancara. Data yang diperoleh dari penelitian tindakan didokumentasikan untuk mengetahui perbedaan tingkatan perubahan yang terjadi antara sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran cooperatif tipe jigsaw dengan media tiga dimensi. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu: pedoman observasi, pedoman tes, dan pedoman wawancara. Validitas instrumen Validitas instrumen dilakukan supaya instrumen penelitian dapat mengukur apa yang seharusnya diukur sehingga dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Validitas instrumen dalam penelitian ini akan dilakukan oleh para pakar, dalam hal ini instrumen yang akan divalidasi adalah pedoman observasi, pedoman tes, dan pedoman wawancara. Para pakar yang akan bertindak sebagai validator adalah para pakar yang berkompeten dan guru pendidikan sejarah.
Data dan Sumber Data Data yang penting dalam penelitian ini berupa keterangan, informasi dan fakta dari responden baik secara lisan maupun secara tertulis. Keseluruhan data tersebut merupakan alat bantu untuk mengidentifikasi masalah serta dapat memudahkan peneliti melakukan tindakan secara tepat. Data yang terkumpul semuanya akan dijadikan pertimbangan Analisis Data Analisis hasil pengukuran peneliti. Hal tersebut dilakukan agar setelah Penanaman Toleransi Analisis hasil dilakukan sebuah tindakan dapat pengamatan selama kegiatan pembelajaran menunjukkan perubahan yang signifikan berlangsung mengenai aktivitas siswa. sesuai dengan tujuan penelitian. commit to user menyelidiki aktivitas siswa saat Guna Sumber data yang diperlukan dalam pembelajaran berlangsung, maka data hasil penelitian ini berupa informasi mengenai pelaksanaan model pembelajaraan 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
observasi dan pemberian tes sikap melalui skala likert. Analisis Hasil Tes Belajar. Data hasil tes belajar berisi soal pilihan ganda. Analisis data dengan cara membandingkan transkrip setiap instrumen kegiatan atau hasil belajar siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif dan kualitatif. HASIL PENELITIAN
dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota yang lain menguasai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar dan 4) setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams”, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Komponen utama dalam pembelajaran (Martiningrum, 2012: 17) yaitu: 1) Menstrukturisasi kerangka belajar, 1) Perencanaan model jigsaw 2) memfasilitasi perhatian siswa, 3) dengan media tiga dimensi pada Memfasilitasi Pengkodean informasi dan 4) pembelajaran sejarah dapat mengajari siswa menginstruksi makna meningkatkan prestasi belajar untuk memperkaya pemahaman mereka Berdasarkan hasil penelitian siklus atas pengetahuan yang bersifat tekstual maupun kontekstual. I, siklus II dan siklus III terdapat relevansi dengan teori-teori yang dijadikan acuan Menurut Dahar dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Zain Aswan (2006: 2), peneliti. Fokus penelitian adalah penerapan model Jigsaw dengan Media tiga dimensi prestasi adalah segala sesuatu telah dapat diciptakan, hasil kegiatan, hasil yang pada pembelajaran sejarah untuk meningkatkan Toleransi Beragama dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Kegiatan yang Prestasi Belajar siswa kelas X IPA 1 SMA Negeri 1 Sidoharjo 2014/2015. terencana dengan baik memungkinkan terlaksana secara sistematis dan Syaiful Sagala (2009 : 184) dalam Nunuk Suryani dan Leo Agung (2012:8) membuahkan hasil yang menyenangkan. Sedangkan toleransi menurut menyatakan bahwa model pembelajaran Krisnanda Wijaya Mukti (2006: 150) adalah kerangka konseptual yang adalah kesedian untuk menerima kehadiran melukiskan prosedur yang sistematis dalam orang yang berkeyakinan lain, menghormati mngorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar keyakinan yang lain itu meskipun bertentangan dengan keyakinan sendiri, dan tertentu dan fungsi sebagai pedoman bagi tidak memaksakan suatu agama atau perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan menganalisis aktivitas kepercayaan kepada orang lain. Toleransi belajar. ini merupakan konsekuensi dari pengakuan atas hak dan kebebasan yang sama dari Model pembelajaran kooperatif setiap orang untuk hidup menurut tipe Jigsaw yang diadaptasi Slavin dan kawan-kawan (Nunuk Suryani dan Leo keyakinannya masing-masing. Agung, 2012: 85) memiliki langkahPada proses perencanaan pembelajaran sejarah dengan penerapan langkah sebagai berikut: 1) kelas dibagi model Jigsaw dan media tiga dimensi ini menjadi beberapa tim yang anggotanaya dilaksanakan sesuai dengan Kurikulum terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan 2013 yang didalamnya terdiri dari karakteristik yang heterogen, 2) para menanya, mengamati, mengumumkan anggota dari beberapa tim yang berbeda informasi, mengasosiasi, memiliki tanggung jawab untuk mengkomunikasikan. Tindakan yang mempelajari suatu bagian akademik yang commit to user dilaksanakan setiap siklusnya berdasarkan sama selanjutnya berkumpul untuk saling RPP yang telah dibuat per siklusnya dan membantu mengkaji bagian bahan tersebut, selalalu menggalami daur ulang maupun 3) selanjutnya para siswa yang berada 5
perpustakaan.uns.ac.id
perbaikan tindakan setiap siklusnya. Setiap tindakan dilakukan secuai langkah-langkah yang telah dibuat. Perencanaan model Jigsaw dengan media tiga dimensi pada pembelajaran sejarah secara tepat dapat meningkatkan Toleransi Beragama dan Prestasi Belajar siswa kelas X IPA 1 SMA Negeri 1 Sidoharjo Tahun Akademik 2014/2015. Hal ini diperoleh prestasi belajar yang diperoleh dalam penelitian ini membuktikan bahwa melalui metode model media yang inovatif dalam pembelajaran dan penggunan model pembejaran yang bervariatif dapat mempengaruhi toleransi beragama dan prestasi belajar. Pembelajaran yang terencana dengan matang dan menarik akan memotivasi belajar sehingga memudahkan pemahaman materi dan berpengaruh terhadap toleransi beragama dan prestasi belajar pada setiap siklus. 2)
Penerapan model jigsaw dengan media tiga dimensi pada pembelajaran sejarah dapat meningkatkan toleransi beragama
digilib.uns.ac.id
4. Saling mengerti Skor toleransi beragama juga mengalami peningkatan di setiap siklusnya yakni, pada siklus I, rata-rata toleransi beragama siswa mencapai skor yaitu 74,8 dengan skor terendah 66 dan skor tertinggi 87. Presentase skor toleransi beragama siswa yang meningkat mencapai skor 79,4 dengan skor terendah 675 dan skor tertinggi 93. Pada siklus III rata-rata toleransi beragama siswa mencapai skor 81,8 dengan skor terendah 77 dan skor tertinggi 93. Dari hasil tiap siklus tersebut peneliti menyimpulkan bahwa toleransi beragama meningkat dan telah mencapai lebih dari 80%. Penggunaan pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw dan media tiga dimensi ini dapat menigkatkan toleransi bergama, hal ini dapat dilihat pada perkembangan tiap siklusnya. Adapaun hasil tiap siklusnya dari siklus I,II dan III selalu mengalami peningkatan. Penggunan media dan metode pembelajaran yang bervariatif akan menciptakan kondisi kelas yang lebih efektif dapat meningkatkan toleransi beragama. Perbandingan skor toleransi beragama siklus I, II, III dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Krisnanda Wijaya Mukti (2006: 150) toleransi dalam bahasa latin berarti Perbandingan Skor Toleransi Beragama dapat menanggung, menahan, sabat. Siklus I, Siklus II, Siklus III Toleransi adalah kesedian untuk menerima SIKLUS kehadiran orang yang berkeyakinan lain, NO NAMA 1 2 3 menghormati keyakinan yang lain itu Ayu Fitriana meskipun bertentangan dengan keyakinan 1 71 78 81 Dewi sendiri, dan tidak memaksakan suatu agama 2 Diah Andini 77 77 83 atau kepercayaan kepada orang lain. Elfrida 3 73 75 80 Toleransi ini merupakan konsekuensi dari Nurbaiti Emi pengakuan atas hak dan kebebasan yang 4 71 76 77 Maghfiroh sama dari setiap orang untuk hidup menurut Endah Tri keyakinannya masing-masing. 5 70 77 80 Mulatsih Selain itu toleransi mempunyai Ersita 6 70 76 80 unsur-unsur yang harus ditekankan dalam Anggraini mengekspresikan terhadap orang lain. 7 Esti Wulandari 87 89 90 Ganin Unsur-unsur tersebut antara lain (Maskuri 8 80 87 87 Jodianto Abdullah, 2001): Hansen kebebasan atau 1. Memberikan 9 73 77 79 Mahendra commit to user kemerdekaan 10 Iin Afsari 70 77 80 2. Mengakui hak setiap orang Kalpin Surya 11 75 79 81 3. Menghormati keyakinan orang lain Kusuma 6
perpustakaan.uns.ac.id
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kiki Saputri Marhamah Muhammad Fahri M Retno Widyastuti Rizky Amanda Putri Rizky Tri Pamungkas Silvia Pebri Ashari Tri Maryati Siti W Wisnu Saputro Yulius Purwoko Predi U Zulaiha Widiyana JUMLAH SKOR NILAI TERRENDAH NILAI TERTINGGI RATA-RATA JUMLAH SISWA YANG MENINGKAT
digilib.uns.ac.id
69 85
76 87
78 88
68
75
78
76
76
79
73
82
83
76
76
77
80
79
80
66
76
80
jumlah nilai 189nilai rata-rata kelas 86%, nilai tertinggi 95, nilai terendah 80, jumlah siswa bernilai < KKM (70) tidak ada dan ketuntasan klasikal 100%. Perbandingan hasil prestasi siklus I, siklus II dan siklus III dapat dilihat pada tabel berikut ini : Perbandingan Hasil Prestasi Belajar Siklus I, Siklus II, Siklus III SIKLUS
71
75
81
NO
79
83
85
1
86
93
93
1646
1746
1799
66
75
77
87
93
93
74,82
79,3636
81,818
18
20
22
NAMA 1
2
3
Ayu Fitriana Dewi
6,5
8,0
8,5
2
Diah Andini
6,5
8,0
8,5
3
Elfrida Nurbaiti
8,0
9,0
9,5
4
Emi Maghfiroh Endah Tri Mulatsih
7,5
8,5
9,0
6,5
7,5
8,0
6
Ersita Anggraini
7,5
8,0
8,5
7
Esti Wulandari
7,5
8,5
9,0
8
Ganin Jodianto Hansen Mahendra
6,0
8,0
8,5
6,5
7,5
8,0
Iin Afsari Kalpin Surya Kusuma
6,5
8,0
8,5
7,5
7,5
8,5
Kiki Saputri
6,5
8,0
8,5
Marhamah Muhammad Fahri M Retno Widyastuti Rizky Amanda Putri Rizky Tri Pamungkas Silvia Pebri Ashari Tri Maryati Siti W
7,0
7,5
8,5
7,5
8,0
8,5
6,5
7,5
8,5
7,5
7,5
8,0
8,0
8,5
8,5
8,0
8,0
8,5
8,0
8,0
8,5
Wisnu Saputro Yulius Purwoko Predi U Zulaiha Widiyana
6,5
7,5
8,0
8,0
9,0
9,5
8,0
9,0
9,5
5
9
3) Penerapan model jigsaw dengan 10 media tiga dimensi dapat meningkatkan prestasi belajar 11 Menurut Dahar dalam Syaiful Bahri 12 Djamarah dan Zain Aswan (2006: 2), prestasi adalah segala sesuatu telah dapat 13 diciptakan, hasil kegiatan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan 14 jalan keuletan kerja. Kegiatan yang 15 terencana dengan baik memungkinkan terlaksana secara sistematis dan 16 membuahkan hasil yang menyenangkan. Adapun hasil prestasi belajar yang 17 di capai pada siklus I dengan jumlah nilai 18 158, rata-rata kelas 7,2, nilai tertinggi 8,0, nilai terendah 6,0, jumlah siswa bernilai < 19 KKM (70) 9 siswa, keuntungan klasikal 59,09%. Terjadi peningkatan hasil belajar 20 di siklus II yaitu jumlah nilai 176, rata-rata 21 kelas 80, jumlah siswa bernilai < KKM commit (70) to user 2 siswa, nilai tertinggi 90, nilai terendah 70, 22 keuntungan klasikal 90.90%. Keberhasilan penelitian ini terjadi pada siklus III dengan
7
perpustakaan.uns.ac.id
NILAI TERRENDAH NILAI TERTINGGI RATA-RATA Jumlah Siswa bernilai< KKM (70)
digilib.uns.ac.id
6,0
7,5
8,0
8,0
9,0
9,5
7,2
8,0
8,6
9
2
59,09 %
90.90 %
pembelajaran sejarah dapat meningkatkan Prestasi Beajar Siswa di SMA Negeri 1 Sidoharjo tahun ajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dengan pencampaian ketuntasan pada siklus III yaitu prestasi belajar siswa mencapai 100% dari 22 siswa.
100 %
DAFTAR PUSTAKA Achmad Fawaid. (2011). Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Histogram Frekuensi Hasil Prestasi Belajar Dalyono. (2009). Psikologi Pendidikan. Sejarah Siklus I, Siklus II, Siklus III Jakarta: Rineka Cipta. Khoirul Anwar, dkk. (2009). Pengaruh Media Pembelajaran Dua Dimensi, Tiga Dimensi, dan Bakat Mekanik Terhadap Hasil Belajar Sistem Pengapian Motor Bensin di SMK Kota Mojokerto. Teknologi dan kejuruan, Vol. 32. No.2. September 2009. Hal: 141-150. Krishnanda Wijaya Mukti. (2006). Wacana Buddha Dharma. Jakarta: Yayasan Dharma Pembangunan. Martiningrum, E. S. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Sejarah Melalui Problem Based Learning (PBL) PENUTUP Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar: 1. Perencanaan pembelajaran sejarah Tesis. dalam penelitian ini telah di Maskuri Abdullah. (2001). Pluralisme implementasikan dengan model Jigsaw Agama dan Kerukunan dalam dan Media Tiga Dimensi, dimana Keagamaan. Jakarta: Kompas. model dan media tersebut merupakan Nunuk Suryani, Leo Agung. (20120. sebuah penerapan model pembelajaran Strategi Belajar Mengajar. yang aktif, inovatif, kreatif dan Yogyakarta: Ombak. menyenangkan sehingga terwujud Suharsimi Arikunto. (2006). Penelitian pembelajaran yang interaktif (student Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi centered). Aksara. 2. Penerapan model pembelajaran Jigsaw Syaiful Bahri Djamarah & Zain Aswan. dan media Tiga Dimensi dalam (2006). Strategi Belajar Mengajar. pembelajaran sejarah dapat Jakarta: Rineka Cipta. meningkatkan Toleransi Beragama Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang siswa di SMA Negeri 1 Sidoharjo sisdiknas dan Peraturan Pemerintah tahun ajaran 2014/2015. Hal ini No.19 tentang standar pendidikan terbukti dengan pencampaian nasional. ketuntasan pada siklus III yaitu commit to user tercapainya KKM. 3. Penerapan model pembelajaran Jigsaw dan media Tiga Dimensi dalam KETUNTASAN
8