PENINGKATAN PEMAHAMAN BENCANA GEMPA BUMI TEKTONIK MELALUI MEDIA LEGO DALAM MATA PELAJARAN IPS TERPADU PADA SISWA TUNARUNGU KELAS VII DI SLB WIYATA DHARMA I SLEMAN
Artikel Jurnal
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Ilmu Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Zukhana Dwi Cahyani NIM 07103241042
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JANUARI 2014
PENGESAHAN Artikel jurnal yang berjudul “PENINGKATAN PEMAHAMAN
BENCANA GEMPA BUMI TEKTONIK MELALUI MEDIA LEGO DALAM MATA PELAJARAN IPS TERPADU PADA SISWA TUNARUNGU KELAS VII DI SLB WIYATA DHARMA I SLEMAN” yang disusun oleh Zukhana Dwi Cahyani , NIM 07103241042 ini telah disahkan oleh pembimbing.
Yogyakarta, Januari 2014 Pembimbing I
N. Praptiningrum, M. Pd NIP. 19590908 198601 2 001
IMPROVING THE UNDERSTANDING OF TECTONIC EARTHQUAKE THRUOGH LEGGO IN INTEGRATED SOCIAL SCIENCE LESSON OF VII GRADE DEAF STUDENTS AT SLB WIYATA DHARMA 1 SLEMAN Oleh : Zukhana Dwi Cahyani, Jurusan Pendidikan Luar Biasa Email :
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman bencana gempa bumi tektonik pada siswa kelas VII dalam pembelajaran IPS SLB Wiyata Dharma I Sleman melalui penggunaan media lego. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah dua anak. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan metode observasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif dengan persentase. Hasil menunjukkan bahwa media lego dapat meningkatkan pemahaman anak mengenai materi gempa bumi pada siswa tunarungu kelas VII di SLB Wiyata Dharma I Sleman dan telah mencapai kriteria ketuntasan 75 %. Peningkatan yang terjadi pada siklus II yakni, persentase pencapaian pada skor meningkat menjadi 80% pada subjek I dari kemampuan awal 40%, dan presentase pencapaian skor meningkat menjadi 88% pada subjek II dari kemampuan awal 28%. Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan siswa dapat menjawab/menjelaskan: 1) pengertian gempa bumi tektonik, 2) dampak terjadinya gempa bumi, 3) tindakan jika terjadi gempa bumi, 4) faktor terjadinya gempa bumi tektonik dan 5) membedakan skala kekuatan gempa bumi secara mandiri. Kata kunci : media lego, peningkatan pemahaman, siswa tunarungu. Abstract This study aims to improve the understanding of the tectonic earthquake in class VII social studies learning SLB Wiyata Dharma I Sleman through the use of lego media. This study is a classroom action research was conducted in two cycles . Subjects in this study amounted to two kids. Data collected by the test method and the method of observation. Data analysis in this study uses descriptive qualitative analysis and quantitative descriptive percentages . Results show that the media can increase children's understanding lego regarding earthquakes material on deaf students of class VII in SLB Wiyata Dharma I Sleman and has achieved 75% completeness criteria. Increase occurred in the second cycle, the percentage achievement scores increased to 80 % at the beginning of the ability of the subject I of 40% , and the percentage of achievement scores increased to 88% in the second subject 28% of the initial capability. The increase was shown by students to answer / explain :1 ) understanding of tectonic earthquakes , 2 ) the impact of the earthquake , 3 ) actions in the event of earthquakes, 4 ) factors tectonic earthquakes and 5 ) distinguish the earthquake strength scale independently . Keywords: lego media, improving the understanding, deaf students
1
2
Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014
dimiliki.
PENDAHULUAN Anak
tunarungu
adalah
Salah
dilakukan
satu
yang
untuk
dapat
mengatasi
seseorang yang mengalami kerusakan
permasalahan tersebut yaitu dengan
atau kehilangan kemampuan mendengar
adanya media di setiap pembelajaran.
sebagian
yang
Media yang dapat memudahkan daya
diakibatkan oleh tidak berfungsinya
tangkap anak terhadap pelajaran yang
sebagian
diajarkan, misalnya dengan melakukan
atau
seluruhnya
atau
seluruhnya
pendengaran sehingga menggunakan dalam
alat
kehidupan
berdampak
alat
tidak dapat pendengarannya
sehari-hari,
terhadap
yang
kehidupannya
pembelajaran
aktif
bagi
anak,
diharapkan anak menjadi tertantang sehingga
meninggalkan
pengalaman
yang menarik dan sulit dilupakan. Media
pada
tersebut misalnya dengan permainan,
alat
permainan apapun jenisnya pasti akan
komunikasi yang pentingmenurutMurni
membuat anak senang. Permainan juga
Winarsih (2007: 37).
dapat digunakan sebagai sarana untuk
secara
komplek,
kemampuan
terutama
berbahasa
sebagai
Keterbatasan pada tunarungu
mempelajari sesuatu, misalnya dengan
berdampak pada layanan pendidikan
permainan
edukatif.
yang berbeda dari anak normal lainnya,
karakteristik
anak
misalnya
mengalami kelemahan dalam materi
anak.
perkembangan Model
intelegensi
pembelajaran
Salah
satu
tunarungu
yakni
bagi
pembelajaran yang bersifat verbalisasi
tunarungu haruslah disesuaikan dengan
yang berhubungan dengan kemampuan
kemampuan dan karakteristik anak,
kognitif,
sehingga diperlukan media dan strategi
mengalami gangguan untuk memahami
belajar yang lebih mudah dipahami dan
hal-hal yang bersifat imajiner, seperti
dimengerti. Pendidikan bertujuan untuk
mempelajari tentang gempa bumi dalam
membawa peserta didik agar mampu
pelajaran IPS Terpadu.
mengoptimalkan potensi yang dimiliki
sehingga
anak
Berdasarkan
tunarungu
observasi
di
sertamampu menumbuhkan kemandirian
SLBWiyata
anak.
ditemukan berbagai permasalahan pada Keterbatasan menjadikan tidak
proses
Dharma
pembelajaran
1 terkait
Sleman dengan
semua orang dapat berkomunikasi aktif
kemampuan pemahaman gempa bumi.
dengan
anak
tunarungu.
Hal
ini
Gempa bumi merupakan suatu getaran
pengaruh
terhadap
yang pada saatnya cukup keras hingga
kemampuan verbal dan kosakata yang
mampu merusak atau menghancurkan
memberikan
3
Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014
tanah dan bangunan-bangunan. Sering
siswa yang aktif. Kepasifan siswa dalam
kali getaran gempa bumi dapat dirasakan
belajar
dan ada pula yang tidak dapat dirasakan
penghambat
oleh
mengembangkan
manusia.
Getaran
tersebut
di
kelas
masih
bagi
menjadi
guru
potensi
untuk siswanya.
dihasilkan karena adanya batuan yang
Kebiasaan guru yang hanya memberikan
patah atau disebabkan oleh gelombang-
tugas mencatat juga berdampak pada
gelombang seismik dari sumber gempa
kemampuan
di dalam lapisan kulit bumi. Gelombang
kemampuan awal, siswa belum mampu
ini menjalar menjauhi fokus gempa ke
merangkai
segala arah di dalam bumi. Ketika
Kebiasaan siswa menggunakan bahasa
gelombang
gempa
bumi
isyarat, jadi terkesan bingung jika harus
permukaan
bumi,
getarannya
mencapai bisa
menulis
siswa, kata
kata
karena
menjadi
yang
dari
kalimat.
diisyaratkan.
merusak atau tidak tergantung pada
Keterbatasan bahasa isyarat dan tidak
kekuatan sumber dan jarak fokus, di
selalu dipergunakannya media yang
samping itu juga mutu bangunan dan
tepat dalam pembelajaran juga menjadi
mutu tanah dimana bangungan berdiri.
salah
Lempeng bumi selalu bergerak dan
menimbulkan kesan
berkembang, karena berada di atas
minat belajar siswa. Akibatnya siswa
lapisan astenosfer yang panas dan cair.
tidak mendengarkan penjelasan guru
Lapisan ini tidak beraturan, mudah
yang
berubah bentuk dan bergerak sepanjang
pemahaman anak tentang gempa bumi
tahun.(L. Donn&Florence: 41).
khususnya gempa tektonik.
satu
penghambat,
berdampak
sehingga
kurang menarik
pada
rendahnya
kegiatan
Siswa kelas VII belum mampu
pembelajaran di kelas VII tunarungu
menguasai materi gempa bumi, ketika
masih mengalami kendala serius yang
ditanya pengertian gempa bumi tektonik,
menjadi perhatian adalah kemampuan
faktor-faktor penyebab gempa bumi,
peserta didik pada mata pelajaran IPS
klasifikasi kekuatan gempa bumi serta
Terpadu. Selama KBM (kegiatan belajar
dampaknya belum mampu menjawab
mengajar)
suasana
dengan benar. Siswa mengetahui bahwa
interaksi belajar yang menjadi prinsip
gempa itu ada yang bergoyang-goyang,
pembelajaran sudah cukup baik, hanya
tidak boleh langsung lari keluar dan ada
saja keaktifan tersebut tidak terjadi pada
rumah yang roboh.
Salah
satu
berlangsung,
kedua siswa. Guru yang mengajar juga terkesan berpusat pada salah seorang
4
Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014
Berdasarkan
Kendala yang selama ini ada di
Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata
lapangan,
pelajaran IPS Terpadu untuk Sekolah
pembelajaran
Menengah
Biasa
dalam menunjang kegiatan pembelajaran
Tunarungu (SMPLB-B), pembelajaran
kurang bervariasi dan membuat siswa
IPS
untuk
kurang bisa memahami materi pelajaran.
meningkatkan kemampuan peserta didik
Guru belum mampu memberi umpan
dalam mengetahui fenomena-fenomena
balik kepada siswa sehingga potensi
yang terjadi pada lingkungan sekitar.
peserta didik belum tampak secara
Salah satu kompetensi yang menjadi
optimal. Kegiatan pembelajaran yang
dasar dalam pelaksanaan pembelajaran
hanya mencatat dan menerangkan, tidak
adalah
menutup kemungkinan anak-anak akan
Pertama
Terpadu
Luar
diarahkan
kemampuan
memahami
misalnya
saja
media
yang
digunakan
guru
proses
mudah lupa. Kegiatan pembelajaran
pembentukan, dan dampaknya terhadap
yang menarik dan mengutamakan peran
kehidupan, yang salah satu materinya
aktif siswa seperti dengan menggunakan
yaitu
media
keragaman
bentuk
tentang
bumi,
gempa
bumi
dan
sangat baik apabila dilakukan,
sehingga pengetahuan anak semakin
dampaknya terhadap kehidupan. Kemampuan dasar dalam proses
terasah.
Media
permainan
edukatif
pembelajaran siswa tunarungu memiliki
seperti lego misalnya dapat dijadikan
kelemahan dalam pembelajaran yang
sarana pembelajaran. Menurut Arief S.
bersifat
bagi
Sadiman (1986: 6) kata media berasal
siswa tunarungu akan lebih bermakna
dari bahasa latin yang merupakan bentuk
dan
siswa
jamak dari kata medium yang secara
yang
harafiah berarti perantara atau pengantar
dipelajari bukan hanya mengetahui.
pesan dari pengirim ke penerima pesan
Salah satu media pembelajaran yang
dari pengirim ke penerima pesan
abstrak.
mudah
mengalami
Pembelajaran
diingat sendiri
apabila akan
hal
sesuai dengan paradigma tersebut adalah
Lego merupakan seperangkat
menggunakan media nyata yang dapat
permainan yang terbuat dari balok-balok
dimainkan oleh siswa, sehingga menarik
atau plastik yang dapat disusun menjadi
siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
berbagai bentuk (Maike S.T, 2008: 36).
Tujuannya
Dengan
yakni
anak
tunarungu
media
ini,
anak
dapat
mampu memahami pembelajaran yang
membentuk sebuah bangunan. Susunan
diberikan dengan penerapan langsung
rumah dan beberapa benda mainan
pada kehidupan nyata kesehariannya.
seperti mobil, orang-orangan, dan pohon
5
Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014
Berdasarkan
diletakkan di atas balok kayu. Balok
belakang,
kayu yang berjumlah 2 buah itu,
maka
digambarkan sebagai lempengan bumi.
“Bagaimana meningkatkan pemahaman
Media ini diharapkan selain sebagai
bencana gempa bumi tektonik dalam
sarana
pelajaran IPS Terpadu pada siswa
dalam
mempelajari
tentang
gempa bumi, juga bertujuan untuk mengasah
kemampuan
rumusan
latar
masalahnya
adalah:
tunarungu melalui media lego?” Tujuan penelitian ini yaitu untuk
kreatifitas,
menumbuhkan daya imajinasi anak,
meningkatkan
melatih kesabaran dan ketelitian anak.
bencana gempa bumi tektonik dalam
Media bertujuan
pembelajaran
untuk
membantu
ini siswa
pemahaman
konsep
mata pelajaran IPS Terpadu pada siswa tunarungu melalui media lego.
mendapatkan makna dari pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Hal ini mendorong siswa tunarungu
Jenis Penelitian
membuat hubungan antara pengetahuan
Pendekatan
yang
digunakan
yang dimiliki dengan penerapan dalam
dalam penelitian ini adalah pendekatan
kehidupan
deskripsi
sehari-hari.
Media
kuantitatif
dan
kualitatif
pembelajaran ini diharapkan mampu
dengan jenis penelitian yang digunakan
menarik minat dan perhatian siswa
yaitu
tunarungu dalam kegiatan pembelajaran.
kelas/classroom
Perhatian siswa akan meningkat dan
Menurut
Suhardjono
pemahaman belajar menjadi lebih baik
penelitian
tindakan
sehingga pengetahuan siswa terhadap
penelitian tindakan (action research)
bencana gempa bumi dalam pelajaran
yang
IPS Terpadu dapat meningkat.
memperbaiki mutu praktik pembelajaran
Berdasarkan
dilakukan
tindakan
action
research. (2007:
kelas dengan
58) adalah tujuan
awal,
di kelasnya. Dengan demikian dalam
penelitian ini akan memfokuskan pada
penelitian tindakan ini mengutamakan
penerapan meningkatkan tentang
media
data
penelitian
lego
untuk
adanya
pengetahuan
siswa
pembelajaran
bumi
memperbaiki atau meningkatkan mutu
pembelajaran
gempa
peningkatan dengan
khususnya gempa bumi tektonik pada
praktik.
mata pelajaran IPS Terpadu bagi siswa
Waktu dan Tempat Penelitian
tunarungu kelas VII di SLBWiyata Dharma 1 Sleman.
kualitas tujuan
Penelitian ini dilaksanakan di SLB Wiyata Dharma 1 yang beralamat di Jl. Magelang KM 17 Margorejo,
6
Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014
Tempel, Sleman. Di sekolah ini pernah
aktivitas
melakukan praktek
gempa
berlangsung.
Tes
bumi dan terdapat siswa yang sedang
memperoleh
hasil
menempuh pembelajaran di kelas VII
memahami materi yang diberikan dan
dan subjek belum mampu menjelaskan
dapat dinyatak tuntas ataukah belum.
konsep gempa bumi tektonik, seperti
Pengamatan
belum mampu menjelaskan pengertian,
pengambilan data pada saat proses
faktor terjadinya, dampak dan tindakan
pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan
terjadinya gempa bumi. Waktu yang
oleh
digunakan dalam penelitian ini yaitu
check list yaitu penataan data yang
bulan November 2012-Januari 2013
dilakukan
dalam 6 kali pertemuan dengan @
sebuah daftar yang memuat nama
pertemuan 2 jam pelajaran. Tiap jam
observen disertai jenis gejala yang
pelajaran 2x35 menit.
diamati. Lembar pengamatan mencakup
Subjek Penelitian
pengamatan terhadap: performance guru
simulasi
Suharsimi Arikunto (2002: 112),
siswa
pembelajaran
dilakukan
guna
siswa
sudah
dilakukan
peneliti
dalam
selam
dengan
dengan
untuk
menggunakan
mempergunakan
pelaksanaan
pembelajaran,
menyatakan bahwa subjek penelitian
aktivitas siswa selama pembelajaran IPS
adalah subjek yang ingin dituju untuk
Terpadu tentang materi gempa bumi
diteliti oleh peneliti. Adapun subjek
tektonik,
dalam
anak
kesesuaian tindakan guru dengan media
tunarungu yang pernah diajarkan tentang
yang digunakan. Sedangakan Tes hasil
materi bencana gempa bumi. Subjek
belajar
yang digunakan dalam penelitian ini
kemampuan siswa sebelum dan setelah
adalah seluruh siswa kelas VII SMP
dilaksanakan
diSLB Wiyata Dharma 1 Sleman tahun
pelajaran IPS Terpadu pada materi
ajaran 2012/2013 berjumlah 2 siswa,
gempa bumi tektonik. Keberhasilan
yaitu DM dan FR.
tindakan
Teknik Pengumpulan Data
membandingkan hasil tes akhir tindakan
penelitian
ini
adalah
Teknik pengumpulan data yang
dan
pengamatan
digunakan
tindakan
kelas
pengajaran (pre test).
observasi
dan
pengamatan
tes.
Observasi
atau
mata
dengan
(post test) dengan hasil tes yang telah dilaksanakan
adalah
mengukur
dalam
diperoleh
dilakukan dalam penelitian tindakan ini
untuk
terhadap
pada
awal
tindakan
ini
Tes yang digunakan berupa tes
dilakukan untuk acuan tindakan yang
pilihan ganda dan tes lisan. Tes ini
dilakukan guru dengan instrumen dan
digunakan
untuk
mengetahui
dan
7
Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014
mengukur pemahaman anak tentang
HASIL
gempa
mata
PEMBAHASAN
Tes
Hasil Penelitian
bumi
pelajaran
tektonik
IPS
pada
Terpadu.
PENELITIAN
DAN
menggunakan pedoman penilaian yang
Penelitian yang menggunakan
didasarkan pada kemampuan menjawab
pendekatan deskripsi kuantitatif dan
soal. Parameter yang digunakan untuk
kualitatif dapat dilihat dari pengaruh
mengukur keberhasilan tindakan adalah
media
mengikuti ketuntasan belajar yakni nilai
pemahaman siswa terhadap bencana
rata-rata kelas >75% mampu menjawab
gempa bumi tektonik. Ada tidaknya
tes dengan benar.
pengaruh
Instrumen Penelitian
peningkatkan pemahaman gempa bumi
lego
terhadap
media
peningkatan
lego
terhadap
digunakan
tektonik dapat diketahui dari hasil
dalam penelitian ini yaitu tes dan
perbandingan antara sebelum tindakan
pedoman observasi. Pedoman observasi
siklus I dan sesudah tindakan siklus II
sudah dirinci sedemikian rupa sehingga
dapat disajikan dalam tabel dan grafik
sesuai dengan kegiatan yang dirancang
berikut ini :
dalam penelitian. Tes digunakan untuk
Tabel 1.
Instrumen
yang
mengetahui peningkatan kemampuan
Peningkatan Pemahaman Konsep Bencana Gempa Bumi Pretest-Postest II
kosakata subjek sedangkan pedoman observasi digunakan untuk memantau
Subyek
Pretes Postes I Postes II
Hasil
proses pembelajaran.
DM
40
64
80
Tuntas
Teknik Analisis Data
FR
28
68
88
Tuntas
Analisis data dalam penelitian
Berdasarkan data di atas, selanjutnya
merupakan suatu kegiatan yang sangat
dapat disajikan dalam bentuk grafik
penting dan memerluan ketelitian serta
sebagai berikut :
kekritisan dari peneliti (Nurul Zuria,
100% 80% 88% 90% 80% 64% 68% 70% 60% 40% 50% 28% 40% 30% 20% 10% 0%
2005: 198). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan persentase.
DM
Pretest Postest I Postest II
FR
Grafik1. Grafik Peningkatan Pemahaman Konsep Bencana Gempa Bumi
8
Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014
Tabel merupakan
dan
hasil
grafik skor
di
atas
peningkatan
monoton dalam pembelajaran, misalnya ketika
pembelajaran
pemahaman gempa bumi tektonik pada
menggunakan
pretes, postes I dan postest II.
Data
mencatat buku, serta dari siswanya
tersebut menunjukkan bahwa dengan
sendiri yang masih minim kosakata dan
menggunakan
dapat
cenderung menggunakan bahasa isyarat.
siswa
Pengetahuan mengenai gempa bumi
media
meningkatkan
lego
pemahaman
media,
jarang
siswa
hanya
terhadap materi gempa bumi tektonik.
sangatlah penting, mengingat negara
Pembahasan Penelitian
Indonesia adalah salah satu negara yang
Penelitian ini bertujuan untuk
sering
dilanda
bencana
khususnya
memberikan penanganan melalui media
gempa bumi. Negara Indonesia terletak
lego
di atas pertemuan 3 lempang bumi, yaitu
agar
dapat
meningkatkan
pemahaman mengenai materi gempa
eurasia, australia dan lempeng pasifik. Media
bumi tektonik pada siswa kelas VII di
lego
dapat
Dengan
meningkatkan motivasi belajar siswa.
mengkaji hasil analisis dan pengolahan
Media lego merupakan model tiruan
data yang telah diuraikan sebelumnya
dalam
ternyata menghasilkan suatu penilaian
merupakan representatif atau pengganti
bahwa penggunaan media lego dapat
dari benda yang sesungguhnya (Nana S.
meningkatkan
dan A. Rifai, 1989: 3). Permainan ini
SLB
Wiyata
Dharma
I.
pemahaman mengenai
wujud
tiga
yang
materi gempa bumi tektonik pada siswa
menjadi
kelas VII di SLB Wiyata Dharma I.
edukatif. Siswa dituntut untuk kreatif,
Fakta
di
lapangan
aktif
media
dimensi
dan
pembelajaran
imajinatif.
yang
Media
ini
menunjukkan bahwa siswa tunarungu
membantu siswa untuk belajar lebih
kelas
keterbatasan
asyik dan mudah. Diharapkan subjek
bahasa dalam memahami materi gempa
tidak mengalami kesulitan lagi dalam
bumi tektonik. Subjek sudah mampu
memahami materi. Dalam penelitian ini
mengenal tanda-tanda terjadinya gempa
media
bumi,
namun masih kurang dalam
kemudian disusun bersama-sama dengan
memahami pengertian, faktor terjadinya,
siswa membentuk suatu bangunan yang
dampak serta tindakan jika terjadi
diibaratkan
bencana.
kemudian diletakkan diatas dua buah
kurang
VII
mengalami
Hal ini disebabkan oleh inovatifnya
guru
dalam
menyampaikan materi. Guru terkesan
balok
lego
kayu
dibawa
sebagai
oleh
peneliti
rumah
kemudian
yang
digoyang-
9
Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014
goyangkan yang mengibarat-kan seperti
Azhar Arsyad (2006: 10) bahwa :
gempa bumi tektonik.
“Semakin banyak alat indera yang
Berdasarkan hasil pada pretes,
dipergunakan
untuk
menerima
dan
diperoleh hasil bahwa belum adanya
mengolah informasi, semakin besar
peningkatan selama siklus I, Data hasil
kemungkinan
penelitian ini menunjukkan bahwa, pada
dimengerti dan dapat dipertahankan
postest sudah terlihat adanya penigkatan
dalam ingatan”.
namun masih berada dibawah kriteria
KESIMPULAN DAN SARAN
ketuntasan. Pada postes II skor yang
Kesimpulan
didapat
oleh
siswa
informasi
tersebut
menunjukkan
Proses pembelajaran materi
peningkatan dan dapat dinyatakan tuntas
gempa bumi menunjukkan peningkatan
melebihi kriteria ketuntasan minimum.
berupa
keaktifan.
Hasil
penelitian
Hal tersebut disebabkan oleh
berdasarkan perilaku saat tindakan yakni
beberapa faktor yang mempengaruhi
siswa aktif selama proses tindakan
terjadinya perubahan yang lebih baik
seperti
diantaranya:
permainan media lego serta memberikan
1)
Pengaturan waktu diperbaiki agar
respon
tidak menggunakan waktu pelajaran
berlangsung.
selanjutnya 2)
3)
terutama
pada
antusias
dalam
selama Pelaksanaan
melakukan pembelajaran pembelajaran
pertemuan kedua dan ketiga.
memberikan pengaruh yang baik, ini
Kurangnya latihan menulis dan
dijelaskan dengan adanya peningkatan
membaca
pemahaman gempa bumi tektonik pada
membuat
pemahaman
siswa kurang terlatih.
subjek dapat dilihat dari meningkatnya
Penjelasan materi gempa bumi
kemampuan subjek dalam menjawab
yang
sehingga
soal. Peningkatan pemahaman yang
dalam
dialami oleh subjek ditunjukkan melalui
kurang
siswa
inovatif
kurang
jelas
memahami materi.
naiknya skor yang didapat mulai dari
Berdasarkan hasil analisis data
pretes hingga postes II. Peningkatan
dan pembahasan di atas, menunjukkan
tersebut sebesar 40% dan 60%.
pelaksanaan media lego mampu efektif
Saran
memberikan
pengaruh
terhadap
Diharapkan media lego dapat
pemahaman gempa bumi tektonik pada
digunakan sebagai media pembelajaran
subyek yang diteliti. Hal ini sesuai
untuk meningkatkan pemahaman gempa
dengan pendapat yang disampaikan oleh
bumi dalam pembelajaran IPS pada
10
Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014
siswa tunarungu. Guru lebih intensif memberikan bimbingan pada langkah merumuskan masalah dan merumuskan kesimpulan, tetap menggunakan media yang bersifat kongkrit, memberikan kata-kata positif pada siswa dalam proses pembelajarannya, dan reward pada akhir pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Arief S Sadiman, dkk. 2006. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Arsyad
Media Azhar. 2006. Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Mayke S. Tedjasaputra. 2008. Bermain, Mainan untuk
dan Anak
Permainan Usia
Dini.
Jakarta: Grasindo Murni Winarsih. 2007. Intervensi Dini Anak Tunarungu Dalam Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Depdiknas.