JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
1
DESAIN PERMODELAN DINDING BETON RINGAN PRECAST RUMAH TAHAN GEMPA BERBASIS KNOCKDOWN SYSTEM Moh. Yusuf Hasbi Avissena, Tavio, I Gusti Putu Raka Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Sukolilo, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak— Indonesia terletak di daerah dengan intensitas gempa bumi tinggi sehingga rawan terjadi musibah gempa dikarenakan bertemunya tiga lempeng tektonik utama dunia. Sebagai solusi atas kerusakan rumah warga akibat gempa, Pemerintah membuat posko pengungsian sementara untuk warga. Dampak buruk terjadi ketika korban musibah gempa terlalu lama tinggal di pengungsian sehingga muncul permasalahan baru seperti permasalahan kesehatan dan sanitasi yang membuat kondisi korban musibah gempa semakin memburuk. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah rumah tahan gempa, cepat bangun dan aman digunakan untuk masyarakat agar tidak lama tinggal di pengungsian sehingga dampak negatif akibat terlalu lama tinggal di pengungsian dapat dikurangi. Desain rumah sederhana cepat bangun ini dimodelkan dengan menggunakan bantuan software SAP 2000 dengan respon spektrum gempa didapat dari Kota Padang Sidempuan sebagai wilayah berintensitas gempa tinggi. Selain itu juga digunakan beton ringan pracetak dari material Autoclaved Aerated Concrete f’c 11MPa serta sistem bongkar pasang untuk memudahkan dan mempercepat waktu pelaksanaan. Hasil yang diperoleh yaitu digunakan dinding panel dengan dimensi 150cm x 100cm, tebal 15cm dengan tulangan vertikal dan horizontal D10-100. Digunakan ringbalk dan sloof dengan dimensi 15 cm x 20 cm dengan tulangan utama 4 D10 dan sengkang ф6-80. Untuk pondasi digunakan pondasi telapak dimensi 100 cm x 100 cm x 20 cm dengan tulangan 8D13. Kolom pondasi menggunakan tulangan 12D8 dengan sengkang ф10-100. Adapun sambungan, digunakan pelat baja t 10mm BJ 37 dengan bentuk yang telah direncanakan. Digunakan juga angkur baut BJ50 diameter 16mm sebagai penghubung antar elemen precast. Kata Kunci: Beton Precast, Tahan Gempa, Knockdown System
Kata kunci : Beton Pracetak, Dinding Panel, Knockdown System I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Indonesia terletak di daerah dengan intensitas gempa bumi yang tinggi, hal tersebut dikarenakan bertemunya tiga lempeng tektonik utama dunia yakni, Samudera India – Australia di sebelah selatan, Samudera Pasifik di sebelah Timur dan Eurasia. Pergerakan relatif ketiga lempeng tektonik tersebut mengakibatkan terjadinya gempa bumi di daerah pertemuan antar lempeng. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), saat terjadi Gempa Aceh pada tanggal 2 Juli 2013 lalu, kerugian ditaksir mencapai 1,3 Triliun rupiah dengan 49% kerusakan adalah sektor perumahan. Data juga menunjukkan bahwa rumah warga yang rusak didominasi oleh rumah sederhana yang memang tidak didesain untuk tahan terhadap gempa. Sebagai solusi atas kerusakan rumah warga, pemerintah bekerja sama dengan pihak-pihak terkait membuat posko pengungsian sementara untuk korban musibah gempa.
Dampak buruk terjadi ketika korban musibah gempa terlalu lama tinggal di pengungsian sehingga muncul permasalahan baru seperti permasalahan kesehatan dan sanitasi yang menjadikan kondisi korban musibah gempa semakin memburuk sehingga mengharuskan korban musibah gempa segera pindah daripada tinggal berlama-lama di pengungsian. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah rumah yang tahan gempa dan cepat bangun untuk masyarakat agar mereka tidak terlalu lama berada di pengungsian sehingga dampak negatif akibat terlalu lama tinggal di pengungsian dapat ditekan. TUJUAN Tujuan umum dari penelitian ini yaitu dapat mendesain rumah sederhana dengan beton tingan precast berbasis knockdown system Tujuan detail antara ITSadalah : 1. Dapat menentukan jenis material elemen struktur precast untuk rumah sederhana tahan gempa berbasis knockdown system 2. Dapat merencanakan desain elemen struktur precast (pondasi, sloof, dinding dan ring balk) untuk rumah sederhana tahan gempa berbasis knockdown system 3. Dapat merencanakan sambungan antar elemen struktur precast (pondasi, sloof, dinding dan ring balk) pada rumah sederhana tahan gempa berbasis knockdown system 4. Dapat membuat permodelan elemen struktur precast (pondasi, sloof, dinding dan ring balk) pada rumah sederhana tahan gempa berbasis knockdown system 5. Dapat melakukan analisis kekuatan terhadap elemen struktur precast (pondasi, sloof, dinding dan ring balk) pada rumah sederhana tahan gempa berbasis knockdown system 6. Dapat mengetahui metode pelaksanaan konstruksi rumah sederhana tahan gempa berbasis knockdown system 7. Dapat merencanakan konstruksi rumah sederhana tahan gempa berbasis knockdown system dalam gambar teknik BATASAN MASALAH Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Kota yang digunakan adalah Padang Sidempuan, Provinsi Sumatera Barat. 2. Tidak menganalisis Rencana Anggaran Biaya (RAB), keuntungan, harga total maupun penjadwalan dari pembangunan rumah tahan gempa 3. Fokus pada perilaku, reaksi dan keefektifan komponen struktur precast dalam menahan gaya gempa 4. Fokus pada metode pelaksanaan bangunan dan desain komponen struktur MANFAAT Adapun manfaat dari pernelitian ini antara lain: 1. Memahami dan mengaplikasikan disiplin ilmu Teknik Sipil yang didapat selama masa kuliah. 2. Terciptanya desain bangunan rumah sederhana tahan gempa yang aman dan cepat bangun untuk masyarakat terdampak gempa 3. Sebagai referensi dan acuan bagi penelitian lain yang sejenis. II. METODOLOGI DIAGRAM ALIR
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
2 222
Kg
� Wl
Didapatkan beban hidup = 222 kg Jadi beban total W = 1,2 DL + 1,6 LL = 1,2 (472,995) + 1,6 (222) = 922,794 kg Sehingga digunakan dinding dengan dimensi 15 cm x 600 cm Perhitungan Beban Mati Merata Tabel 4.3 Beban Mati Merata (diatas satu sloof) DL Berat sendiri dinding Berat Ring Balk
P
l
T
Jumlah
W
Total
1,5
1
0,15
6
900
972
kg
0,15
3
0,2
1
900
81 1053
kg
� Wd
kg
Didapatkan total beban mati merata pada tiap sloof = 1053/3 = 351 kg/m IV. ANALISIS DATA PENENTUAN MATERIAL Material yang dipakai untuk struktur rumah tahan gempa knockdown adalah sebagai berikut: Type Bangunan : Rumah Sederhana Tipe 36 Letak Bangunan : Jauh dari pantai Kota : Padang Sidempuan Tinggi bangunan :3m Panjang bangunan :6m Lebar bangunan :6m Mutu beton (f’c) : 11 MPa Mutu Baja (fy) : 240 Mpa Berat Beton Ringan : 900 Kg/m3 Kuda-kuda : Baja Ringan Lapisan Atap : Genteng Metal, Aluminium foil Sambungan : HTB (baut mutu tinggi) PRELIMINARY DESIGN Perencanaan Sloof dan Ringbalk Balok induk memanjang L fy h= × �0,4 + � × (1,65 − 0,0003 × Wc) 16 700 3000 240 h= × �0,4 + � × (1,65 − 0,0003 × 900) 16 700 h = 192,21mm ≈ 20 cm 2 2 b = × h = × 20 = 133,33 cm ≈ 15 cm 3 3 Didapatkan perencanaan dimensi ring balk dan sloof 15/20 cm Perhitungan Pembebanan Perhitungan Beban Mati Tabel 4.1 Pembebanan Beban Mati Pada Dinding Dead Load
P
L
T
Ring balk Plafon Penggantung Genteng Metal Kuda-kuda truss Reng
3 0,15 0,2 3 3 3 3 0,5 x 6 x 3,7 0,5 x 6 x 3,7 3
Jml 1 1 1 1 1 9
Berat Jenis
Total Berat
900 11 7 6,95 10 1,55
81 kg 99 kg 63 kg 77,145 kg 111 kg 41,85 kg 473 kg
Jadi total beban mati = 472,995 kg Perhitungan beban hidup Tabel 4.2 Pembebanan Beban Hidup Pada Dinding P 0,5 x 3,7
L 6
T
JML 1
W 20
Total 222
Gambar 4.1 Peninjauan Spektra Kabupaten Padang Sidempuan
Gambar 4.2 Grafik Peninjauan Spektra Kota Padang Sidempuan
� Wd =
LL Hujan
PERHITUNGAN BEBAN GEMPA Parameter Percepatan Gempa Penentuan nilai Ss dan S 1 dengan bantuan aplikasi desain spectra Indonesia 2011 oleh PUSKIM PU dengan alamat website http://puskim.pu.go.id/aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011 / kota yang ditinjau adalah Kabupaten Padang Sidempuan, Provinsi Sumatera Barat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2. Hasilnya Ss = 1,794 g dan S 1 = 0,703 g.
Kg
Koefisien Situs dan Parameter Respons Spektra Percepatan Gempa Penentuan respons spectral percepatan gempa MCER di permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik yaitu nilai Fa (koefisien situs untuk periode 0,2 detik) dan Fv (koefisien situs untuk periode 1 detik). Dari data tersebut diperoleh data-data sebagai berikut : Ss = 1,794 g S1 = 0,703 g Fa = 0,900 Fv =2,400 SMS = 1,614 g SM1 = 1,686 g Parameter Percepatan Spektra Desain S DS = 1,076 g S D1 = 1,124 g
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 Perioda Struktur Fundamental Sebagai alternatif pada pelaksanaan analisis untuk menenukan perioda fundamental T, sesuai dengan SNI 031726-2012 pasal 7.8.2.1 tabel 14 Tabel 4.4 Koefisien untuk batas atas pada perioda yang dihitung Parameter Percepatan Respons Spektra Disain pada 1 detik , S D1 ≥ 0,4 0,3 0,2 0,15 ≤ 0,1
Koefisien Cu 1,4 1,4 1,5 1,6 1,7
Perioda Fundamental Pendekatan Struktur tidak melebihi 12 tingkat dimana sistem penahan gaya gempa terdiri dari rangka penahan momen beton atau baja secara keseluruhan dan tinggi tingkat paling sedikit 3 m: T a = 0,1 N Ta = 0,1 x 1 = 0,1 detik Sehingga, T < 1,4 x 0,1 = 0,14 detik Perioda Fundamental Pendekatan Lanjutan .#Dipakai T = 0,934 Kategori Desain Seismik S 1 <0,75 maka kategori desain seismik diijinkan ditentukan berdasarkan Tabel 6.3 dan Tabel 6.4 yang sesuai dengan SNI 03-1726-2012. Tabel 4.5 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan Pada Periode Pendek (SNI 03-1726-2012 pasal 6.5 tabel 6) NilaI S DS S DS < 0,167 0,167 < S DS <0,33 0,33 < S DS <0,50 0,50 ≤ S DS
Kategori Resiko I atau II atau III A B C D
IV A C D D
#Kategori Desain Seismik D Tabel 4.6 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan Pada Periode 1 Detik (SNI 03-1726-2012 pasal 6.5 tabel 7) NilaI S DS S DS < 0,067 0,067 < S DS <0,133 0,133 < S DS <0,20 0,20 ≤ S DS
Kategori Resiko I atau II atau III A B C D
IV A C D D
#Kategori Desain Seismik D
3 Cs harus tidak kurang dari : Cs = 0,044S DS Ie ≥ 0,01 (SNI 03-1726-2012 pasal 7.8.1.1) Dari perhitungan diatas didapat dta perencanaan sebagai berikut : S DS = 1,076 g S D1 = 1,124 g I = 1,0 (dengan kategori risiko II yaitu perumahan) R = 2 (dinding geser beton polos didetail) T = 0,934 = 0,703 g S1 W = 1251,5196 kg Didapat Scale factor: g.I e /R = 9,81.1/2 = 4,90 dipakai Cs = 0,538, sehingga V V = Cs x Wt V = 0,538 x 12,51 kg = 36.219,03 kg Kontrol SAP 2000 Adapun hasil analisis design struktur dengan program SAP 2000 tampak pada gambar 4.2 dan gambar 4.3. terdapat beberapa kombinasi beban yang digunakan berdasarkan SNI 03-1726-2012, beberapa kombinasi tersebut antara lain: COMB 1 : 1,4 DL COMB 2 : 1,2 DL + 1,6 LL COMB 3 : 1,2 DL + LL + Ex +0,3Ey COMB 4 : 1,2 DL + LL + 0,3Ex +Ey COMB 5 : 0,9 DL + Ex + 0,3Ey COMB 6 : 0,9 DL + 0,3Ex + Ey COMB 7 : DL + LL COMB 8 : DL + 0,7(Ex+0,3Ey) COMB 9 : DL + 0,7(0,3Ex+Ey) Perencanaan Sloof dan Ringbalk Perencanaan Sloof Mutu Bahan: Baja (fy) = 240 MPa Beton (f’c) = 11 MPa Selimut beton = 20 mm Ukuran tulangan utama D-10 mm Ukuran tulangan sengkang D-8 mm. Dari hasil perhitungan SAP 2000 didapat : Mu lapangan max = 152175,00 Nmm Mu tumpuan max = 470870,60 Nmm Tulangan tumpuan : Tulangan Tarik Dipakai : As = 157,143 mm2 …….( 2 D 10 ) Untuk Tulangan Tekan : 50 % tulangan tarik Maka untuk tulangan tekan : 2 D 10 ( As = 157,1429 mm2) alasan kemudahan pelaksanaan. Tulangan Geser Sloof dipakai sengkang D6 – 80 mm.
Kategori Struktur Dimana : D = lebar total struktur bangunan S = panjang struktur total bangunan Perhitungan : D/S = 6/6 = 1 < 3 OK (Struktur dinyatakan kaku) Gaya Lateral Ekivalen Geser dasar seismik, V, dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai dengan persamaan berikut : V= Cs x W (SNI 03-1726-2012 pasal 7.8.1) Koefisien respons seismik, Cs SDS C s = R (SNI 03-1726-2012 pasal 7.8.1.1) � � Ie
Nilai Cs yang dihitung tidak perlu melebihi berikut ini : SD 1 Cs = R (SNI 03-1726-2012 pasal 7.8.1.1) T� � Ie
Gambar 4.6 Penampang Tulangan Lapangan dan Tumpuan Sloof Perencanaan Ring Balk Tulangan Tarik As = 157,143 mm2 …(2 D10) Tulangan Tekan = 2 D10 ( As = 157,143 mm2 ) alasan kemudahan pelaksanaan. Tulangan Geser Ring Balk sengkang dipasang D6-80mm
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
4
Gambar 4.7 Penampang Tulangan Lapangan dan Tumpuan Ring Balk Perencanaan Tulangan Dinding Tabel 4.7 Tabel Momen akibat gempa X dan gempa Y No 1. 2.
Area Object/ Elements 13 15
Momen gempa X (Nmm)
Momen gempa Y (Nmm)
1954,265 16412,942
16647,038 1659,509
Force (N) 0 0
Untuk arah x digunakan tulangan pokok A s = D10-100 =785,71 mm2 Untuk arah y digunakan tulangan pokok As = D10-100 =785,71 mm2
1000mm Gambar 4.13 Detail Plat Baja t 6 mm
Adapun hasil desain sambungan yang direncanakan berdasarkan kemudahan pemasangan dan pengerjaan yaitu gambar potongan pada gambar 4.5 dan gambar 4.6
D8-200mm
Gambar 4.14 Gambar Potongan Dinding Gambar 4.8 Detail Tulangan Dinding Panel Menerus
Gambar 4.9 Detail Tulangan Dinding Panel Sudut
Gambar 4.15 Ilustrasi 3D Dinding Sudut
Gambar 4.10 Potongan Pada Dinding Panel Menerus
Gambar 4.16 Ilustrasi 3D Dinding Memanjang Gambar 4.11 Potongan Pada Dinding Panel Sudut PERENCANAAN SAMBUNGAN TIAP ELEMEN
Gambar 4.12 Permodelan Sambungan
Sambungan Knockdown ini dibagi menjadi beberapa tipe. Semua sambungan antara pondasi dengan sloof diberi nama sambungan tipe A. Adapun sambungan tipe A terdapat dua jenis yakni sambungan tipe A sudut dan sambungan tipe A menerus. Sementara sambungan antara dinding dengan sloof disebut sambungan tipe B. Sedangkan yang menghubungkan antar dinding disebut sambungan tipe C. Sambungan tipe C dibagi menjadi sambungan tipe C vertikal dan horizontal. Berikutnya yaitu sambungan yang menghubungkan antara dinding dan ring balk yang disebut dengan sambungan tipe D. Digunakan perhitungan sambungan baja untuk menganalisis kekuaan sambungan. Digunakan metode perhitungan sambungan baja dikarenakan yang dominan berperan dalam sambungan adalah baja. Perhitungan salah satu sambungan sebaga berikut; Sambungan antar dinding (Tipe C) horizontal.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 Gaya yang terjadi Pu = 1816,25 x 1500 = 2724375 N Mu = 29760,68 x 1500 = 44671020 Nmm Vu = 0 N n (jumlah baut) = 8 Panjang Pelat : 1500 mm jarak antar baut = 167 mm (ambil 150 mm) diameter baut = 16 mm Baut BJ 50 Fup = 290 MPa; Fub = 500 MPa Kekuatan pelat: Kuat leleh : Ag = (2 𝑥𝑥 1500 𝑥𝑥 √202 + 402 ) = 134164,1 mm2 Pu = Øt x Ag x fy (pelat) = 0,9 x 134164,1 x 240 = 28979441 N Øperlemahan = Øbaut +1,5 = 16 +1,5 = 17,5 mm An = 134164,1 – 16,5 x 6 = 134059,1 mm2 Ae = μ x An = 1 x 134059,1 = 134059,1 mm2 Kuat putus : Pu = Øt x Ae x fu (pelat) = 0,75 x 134059,1 x 370 = 37201394,1 N Kekuatan baut: Kuat Geser: Vd = Øt x r 1 x fub x Ab x m = 0,75 x 0,5 x 500 x 201,143 x 1 = 75428,57 N Kuat tumpu : Rd = Øf x 2,4 x d b x t p x fup = 0,75 x 2,4 x 16 x 6 x 290 = 50112 N (menentukan!) Cara Elastis (Ku) Akibat Pu : Fv1 = Pu/n = 340546,875 N Akibat Vu : Fh =Vu/n = 0 N Akibat Mu : ∑( x 2 + y 2 ) = ((150/2)2 + (3x150/2)2 + (5x150/2)2 + (7x150/2)2) = 1023750 mm2
5 Tipe D
4
300 mm
Perencanaan Pondasi Dari data tanah yang didapat, diperoleh perhitungan untuk pondasi dangkal. Qult = 0 ,4.γ d .B.N y + 1,3.C.N c + γ d .D.N q
Qult = 0,4.1,31.1,00.0,21 + 1,3.7,45.7,54 + 1,31.1,00.2,06 =75,3 KPa Q 75,301 = 30,345kPa σ ijin = ult = 2,5 SF σ work = σ ijin
Q z = σ work xB Q 20,755 = 0,683m B = work = σ work 30,345 Digunakan B = L = 1m Perhitungan tegangan yang terjadi akibat gaya Mx.x My. y ± q=P ± A Iy Ix didapat Q = 23,25 KPa Q akibat gaya < Q ult = 23,25 KPa < 30,345 KPa Kontrol differential settlement Didapatkan nilai Sci = 0,003, sehingga telah memenuhi syarat di NAFVAC DM7 Pondasi dapat digunakan.
Gambar 4.11 Rencana Penulangan Pondasi
Fv2 = Mu x X/ ∑( x 2 + y 2 ) = 4671020 x 150/1023750 = 220908,2 Ku = ( ( ∑ Fv) 2 + (∑ Fh 2 )
= ( ( 340546,875 + 1023750) 2 + (0) 2
= 36455,1N Kekuatan Sambungan: Ps = n x Vd = 8 x 50112= 400896 N Ku = 363455,22 N < Ps
Gambar 4.11 Rencana Penulangan Pondasi V. TAHAPAN PELAKSANAAN Preoses pembuatan beton pracetak digambarkan dalam gambar 5.1 dibawah ini Pembuatan aneka tulangan
Persiapan Cetakan
Pemasangan Tulangan Dalam Membuat Campuran Beton
Pengecoran beton pada cetakan elemen elemen Sampling
Gambar 4.11 Sambungan Antar Dinding Tabel 4.8 Jumlah baut yang terpasang Jenis Pondasi Tipe A- tengah Tipe A- sudut Tipe B Tipe C – Horizontal Tipe C- Vertikal
Jumlah baut 2 2 4 8 6
Jarak antar baut 150 mm 150 mm 300 mm 150 mm 140 mm
Curing & Quality Control Pembongkaran Cetakan Finishing Penyimpanan dan Pengangkatan Elemen Pracetak
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
6 •
Gambar 5.1 Proses Produksi Beton Pracetak Proses Pelaksanaan Rumah Tahan Gempa Secara garis besar proses konstruksi rumah tahan gempa dengan dinding beton ringan precast adalah sebagai berikut: 1. Pekerjaan Persiapan 2. Pekerjaan Pondasi 3. Pekerjaan sloof 4. Pekerjaan dinding 5. Pekerjaan Ringbalk 6. Pekerjaan atas
3.
4.
5.
Dimensi dinding 1,00m x 1,50m, tebal 0,15m (tulangan D10- 100 mm) Digunakan material sambungan berupa pelat baja t 10mm dengan angkur berupa baut BJ 50 diameter 16mm. Tabel 6.1 dibawah ini menunjukkan elemen sambungan yang digunakan Sambungan antar elemen seperti sambungan sloof dengan dinding, antara dinding dengan dinding dan dinding dengan sloof diusahakan supaya memenuhi kriteria jenis sambungan agar dapat bekerja sesuai dengan yang direncanakan. ditemukan beberapa kekurangan dalam rumah tahan gempa ini, antara lain kurang ekonomis, sambungan baja yang cenderung mudah berkarat
Saran 1.
Gambar 5.2 Pekerjaan Pondasi
Gambar 5.3 Pemasangan Ringbalk
Gambar 5.4 Pemasangan Dinding Panel-1
Gambar 5.5 Pemasangan Dinding Panel-2
VI. PENUTUP Kesimpulan 1. Digunakan material beton pracetak berupa Autoclaved Aerated Concrete f’c 11 MPa 2. Dari hasil perhitungan didapatkan data-data perencanaan sebagai berikut: • Digunakan pondasi telapak setempat dengan dimensi 1,00m x 1,00 x 0,2m dengan kedalaman 0,6m. (tulangan telapak searah sumbu x dan y 8 D13, tulangan kolom pondasi 12 D13 sengkang ф10-200) • Dimensi sloof dan ringbalk 0,15m x 0,2m (tulangan utama 4 D10mm dan sengkang ф6 - 80 mm)
Diperlukan simulasi pengujian miniatur bangunan rumah tahan gempa agar diketahui performansinya. 2. Untuk menghemat biaya, sambungan baja tidak dipasang pada sepanjang elemen precast, namun hanya pada elemen tertentu saja sebagai sambungan. 3. Untuk antisipasi karat, pelat dan angkur dapat dilapisi dengan cat, oli atau ditutup dengan plastik Rencana Pengembangan Kedepan 1. Dilakukan uji coba yang sebenarnya dalam laboratorium pengujian agar diketahui performan dari rumah tahan gempa ini. 2. Jika sudah lulus tahap uji coba, maka dapat diproduksi secara massal dan dibuatkan modul pembangunan Rumah Tahan Gempa agar memudahkan masyarakat. 3. Dilakukan uji kelayakan finansial agar dapat diketahui nilai-nilai ekonominya saat diproduksi 4. Agar lebih layak huni, komponen arsitektural juga diperhatikan DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Standarisasi Nasional Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-17262012) [2] Badan Standarisasi Nasional Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-28472002) [3] Departemen Pekerjaan Umum. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983. [4] ITS Press. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung [SNI 03-2847-2002] Dilengkapi Penjelasan [S-2002]. 2009. Surabaya [5] Purnowo, Rahmat., 2005. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, Surabaya: ITS Press. [6] Jurusan Teknik Sipil ITS. Pemodelan Struktur Dinding Beton Ringan Pracetak Untuk Rumah Tinggal Sederhana Tahan Gempa dan Cepat Bangun. 2010. Surabaya. [7] Wahyudi, Herman. 1999., Daya Dukung Pondasi Dangkal, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. [8] Mulyanto, Pedoman Membangun Rumah Sederhana Tahan Gempa, www.mulyanto.wordpress.com. Yogyakarta, UGM. [9] ITS PRESS. “PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN GEMPA” Sesuai SNI-1726 dan SNI-2847 Terbaru”. 2009. Surabaya.