JURNAL SISTEM INFORMASI Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah - Jakarta Vol. 8 No. 1, Februari 2015
ISSN: 1979 – 0767 Penanggung Jawab Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Dr. Agus Salim, S.Ag., M.Si Pimpinan Redaksi (Editor in Chief) Zainul Arham, S.Kom.,M.Si. Dewan Redaksi (Editor Board) Ditdit N. Utama, MM, M.Com Ir. Bakri La Katjong, MT Bayu Waspodo, MM Ir. M. Qomarul Huda, M.Kom Nur Aeni Hidayah, MMSI Zulfiandri, MMSI Penelaah Senior (Senior Reviewer) Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Dr. Ujang Maman, M.Si. Dr. Agus Salim, M.Si. Mitra Bestari Dr. Eko Syamsuddin Hasrito Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya Dr.Ir. Taslim Rochmadi, M.Sc Dr.Ir. Rusdianto Roestam, M.Sc Penyunting Pelaksana Qurrotul Aini, MT Nia Kumaladewi, MMSI Penyunting Pengelola A’ang Subiyakto, M.Kom. Nur Aeni Hidayah, MMSI
Koordinator Sekretariat dan Pelaksana Tata Usaha Fitroh, MMSI Eva Khudzaeva, M.Si
Alamat Penerbit / Redaksi Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jl. Ir. H. Djuanda No. 95, Ciputat 15412 Telp / Fax. (021) 7493545 / (021) 7493315 Website: http://fst.uinjkt.ac.id E-mail:
[email protected] dan
[email protected] Jurnal Sistem Informasi merupakan jurnal keilmuan bidang sistem informasi dan teknologi informasi yang memuat tulisan-tulisan ilmiah mengenai penelitian-penelitian murni dan terapan serta ulasan-ulasan umum tentang perkembangan teori, metode dan ilmu-ilmu terapan terkait. Jurnal Sistem Informasi diterbitkan oleh Program Studi Sistem Informasi. Redaksi mengundang para peneliti, praktisi dan mahasiswa untuk menulis perkembangan ilmu di bidang yang berkaitan dengan sistem informasi dan teknologi informasi. Jurnal Sistem Informasi diterbitkan 2 (dua) kali dalam 1 tahun pada bulan Februari dan Oktober.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga Jurnal Sistem Informasi Volume 8 No.1 bulan Februari 2015 dapat terbit. Keberadaan Sistem Informasi dan Teknologi Informasi mencakup berbagai aspek kehidupan, dalam hal ini jurnal Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya para akademisi dan praktisi teknologi informasi dan komunikasi, terutama pada konsep sistem informasi geografis, sistem informasi korporat dan sistem informasi bisnis syari’ah. Dengan terbitnya Jurnal Sistem Informasi ini diharapkan memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan dalam konsep dan aplikasi sistem informasi dan teknologi informasi serta meningkatnya wawasan dan kemampuan para akademisi dan praktisi teknologi informasi dan komunikasi. Edisi Jurnal Kali Ini memuat 8 (Delapan) makalah yang mengangkat perihal Sistem Informasi dan Teknologi Informasi, yaitu: Pengembangan Sistem EProcurement (Studi Kasus: PT Telkom Indonesia, Unit General Support — STO Gambir); Rancang Bangun Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Pelayanan Pelanggan Listrik; Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Promosi Karyawan Menggunakan Metode Fuzzy AHP Dan Topsis Studi Kasus: PT. Istidata Indopacific Solution Centre; Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Pencatatan Keuangan Pada Koperasi Lancar Jaya; Usulan Manajemen Risiko Berdasarkan Standar SNI ISO/IEC 27001:2009 Menggunakan Indeks Kami (Keamanan Informasi) Studi Kasus: Badan Nasional Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI); ANALISA PERANCANGAN Sistem Informasi Spasial Pendidikan Berdasarkan Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) (Studi Kasus : Kota Tanggerang Selatan); Implementasi Algoritma Meeus Dalam Penentuan Waktu Shalat Dan Pencarian Masjid Terdekat Dan Implementasi Algoritma Sidik Jari Audio Untuk Mendeteksi Duplikat Lagu. Kami selaku tim redaksi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memungkinkan terbitnya Jurnal Sistem Informasi ini. Kami berharap jurnal sistem informasi ini dapat menjadi salah satu alternatif pilihan bacaan yang berguna, informatif dan inovatif.
Jakarta, Februari 2015 Hormat Kami
Tim Redaksi Jurnal SI
JURNAL SISTEM INFORMASI
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah - Jakarta
Februari 2015
Vol. 8 No. 1
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
i ii
PENGEMBANGAN SISTEM E-PROCUREMENT (STUDI KASUS: PT TELKOM INDONESIA, UNIT GENERAL SUPPORT — STO GAMBIR) Nia Kumaladewi, Meinarini Catur Utami, Andika Syafiq Baskara
1
RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN PELANGGAN LISTRIK Dewi Arti Wulandari, Nuratni S Simin
8
RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PROMOSI KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP DAN TOPSIS STUDI KASUS: PT. ISTIDATA INDOPACIFIC SOLUTION CENTRE Hendra Bayu Suseno, Andrew Fiade, Ahmad Rizki Faizal
13
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENCATATAN KEUANGAN PADA KOPERASI LANCAR JAYA Sarip Hidayatuloh, Indah Sari Agustin
25
USULAN MANAJEMEN RISIKO BERDASARKAN STANDAR SNI ISO/IEC 27001:2009 MENGGUNAKAN INDEKS KAMI (KEAMANAN INFORMASI) STUDI KASUS: BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BNP2TKI) Indah Kusuma Dewi, Fitroh, Suci Ratnawati
35
ANALISA PERANCANGAN SISTEM INFORMASI SPASIAL PENDIDIKAN BERDASARKAN INDIKATOR ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) (STUDI KASUS : KOTA TANGGERANG SELATAN) Eva Khudzaeva
42
IMPLEMENTASI ALGORITMA MEEUS DALAM PENENTUAN WAKTU SHALAT DAN PENCARIAN MASJID TERDEKAT Dede Muhammad Isnaeni, Fitri Mintarsih, Feri Fahrianto
49
IMPLEMENTASI ALGORITMA SIDIK JARI AUDIO UNTUK MENDETEKSI DUPLIKAT LAGU Raka Yusuf, Harni Kusniyati, Erick Estrada
58
ii
PENGEMBANGAN SISTEM E-PROCUREMENT (STUDI KASUS: PT TELKOM INDONESIA, UNIT GENERAL SUPPORT — STO GAMBIR) Nia Kumaladewi1, Meinarini Catur Utami2, Andika Syafiq Baskara 3 Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412 Jakarta E-mail :
[email protected],
[email protected]
Abstract - PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) is a telecommunications company and the information provider (InfoComm). With the technology continues to evolve, the role of information systems in the various divisions to support the modernization of the company due to synergize information system media, and information technology with business processes. Especially in the procurement of goods and services with the integration of such information may facilitate each division to cooperate with and support each other maximum to achieve company goals. The purpose of this research is to help develop eprocurement systems PT Telkom to support the needs of enterprise business processes. The development of eprocurement system is using SDLC (System Development Life Cycle) with the waterfall model. The results of this study are e-procurement system that has been developed to support the needs of corporate business processes in helping to maximize the logistics functional division kinerjai.Sistem e-Pocurement functional logistics that can help in making a decision for the procurement of goods and services by PT Telkom Indonesia. Based on test results, it can be concluded that the information system has been running as they are designed Keywords: Procurement of goods and services, e-procurement system I.
melalui proses procurement, setelah itu proses identifikasi vendor dilakukan untuk menentukan vendor yang dapat ambil bagian dalam proses procurement, proses berikutnya adalah pembuatan surat dalam proses ini fungsional logistik melakukan input spesifikasi barang dan project procurement untuk kemudian di printout untuk persetujuan kepala divisi procurement. Setelah proses persetujuan selesai dan dokumen disetujui, fungsional logistik melakukan interaksi dengan vendor mengenai event procurement yang akan diselenggarakan. Setelah interaksi selesai dan ditemukan vendor yang mengikuti proses procurement, data proses auction dibuat. Pelaksanaan procurement yang efektif dan efisien akan membantu kesehatan suatu perusahaan. sebagai contoh perbandingan kita bisa lihat implementasi yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) yang telah mengimplementasikan e-procurement secara menyeluruh. Selama tahun 20052008, eProc mencatat saving sebesar 4,56% terhadap realisasi Harga Perkiraan Sendiri (HPS), yakni Rp.249,40 Milyar dan pengehematan sebesar Rp.1,6 Trilyun dan Realisasi Rencana Anggaran Biaya (RAB) terhadap total RAB. Sedangkan total pengadaan yang telah direalisasikan melalui eProc selama 4 tahun tersebut adalah sebanyak 3352 pengadaan dan total rencana sebanyak 5071 pengadaan atau 66,1%. Jumlah realisasi pengadaan yang dilakukan melalui eProc terhadap rencana pengadaan cenderung meningkat dan tahun 2005 hingga tahun 2008 dengan rata-rata pertumbuhan realisasi pengadaan sebesar 63.91% setiap tahunnya. Sedangkan pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 terjadi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Procurement activities significantly improves bottom-line performance by supply chain coordination and cost reduction efforts, and improve agility through lead-time reduction efforts (Hamilton, 2003). Dalam kutipan tersebut dapat dipahami bahwa mengelola procurement pada sebuah perusahaan diperlukan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan untuk proses dengan kualitas maksimal tapi dengan harga yang sesuai budget, karena aktivitas pengadaan meningkatkan performa dari bottom-line. Hal tersebut merupakan tantangan terbesar dalam procurement. Dengan adanya teknologi perputaran informasi menjadi lebih cepat dan divisi procurement dapat mempertimbangkan banyak hal dengan informasi yang didapat dari divisi-divisi dalam perusahaan dan dari vendor sebagai penyedia barang. Dalam proses Procurement ada beberapa tahap mulai dari listing permintaan barang, pengajuan biaya, hingga pemilihan vendor. Dalam pemilihan vendor ada beberapa cara mulai dari seleksi hingga pembukaan umum di media cetak (Hamilton, 2003). Proses Procurement yang dijalankan PT Telkom meliputi proses pengidentifikasian data barang untuk procurement, proses pembuatan surat procurement, identifikasi vendor untuk procurement,interaksi dengan vendor, dan pembuatan dokumen untuk proses auction. Dalam proses identifikasi data barang fungsional logistik melakukan input spesifikasi barang yang akan 1
penpenurunan pertumbuhan sebesar 5,89%. Sedangkan pada tahun 2008, eProc berhasil mencatat saving sebesar Rp.90,80 Milyar atau sebesar 4.91% berdasarkan Perolehan HPS terhadap Realisasi HPS dan sebesar Rp.457,9 Milyar atau sebesar 8,06% terhadap Realisasi RAB (E-Procurement PLN, 2012). Berdasarkan data tersebut, PLN berhasil memaksimalkan efektifitas dan efisiensi dalam suatu proses procurement. Dilihat dan hal tersebut PT. Telkom belum mencapai efektifitas dan efisiensi maksimal dalam proses procurement, karena PT. Telkom baru mengimplementasikan e-procurement secara menyeluruh, PT. Telkom hanya meng-implementasikan e-auction dalam proses procurement. Aplikasi e-auction yang membantu proses procurement sudah dapat menekan penghematan RAB sekitar 5,6% (e-Proc PT Telkom, 2014). Melihat hal tersebut potensi penekanan biaya seharusnya bisa mencapai 8-10 % apabila PT Telkom mengimplementasikan e-procurement secara menyeluruh. Dari uraian singkat di atas sangat menarik untuk melakukan penelitian dan pembuatan Sistem eProcurement pada PT. Telkom yang dapat memberikan solusi untuk menangani permasalahan tersebut dengan cara memberikan suatu usulan rancangan Sistem Informasi e-Procurement dangan tema: “Pengembangan Sistem e-Procurement (Studi Kasus: PT Telkom Indonesia, Unit General Support — STO Gambir)”.
1. Si st em
2.
3. 4. 5. 6. 7. 8.
ini m em baha s pengembangan sistem e- Procurement pada PT Telkom Indonesia, Unit General Support Infra Service STO Gambir. Proses Procurement yang dilakukan berdasarkan pada pedoman dasar Procurement PT Telkom Indonesia dan UN Procurement Practitioner's Handbook . Pengembangan sistem berupa pembuatan modul e-sourcing, e-tendering,web based ERP dan e-information. Tidak ada proses pendaftaran vendor karena proses pendaftaran vendor terdapat dalam aplikasi SMILE dari PT Telkom. Sistem e-Procurement ini tidak terintegrasi dengan SMILE dan e-auction. Data vendor yang digunakan merupakan data dummy, karena keterbatasan hak akses di PT Telkom. Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah SDLC (System Development Life Cycle) dengan metode Waterfall. Pengembangan sistem e- Procurement dengan menggunakan PHP dan MySQL.
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian adalah mempelajari dan menganalisa sistem procurement yang berjalan di PT Telkom untuk mengembangkan sistem procurement yang telah berjalan tersebut agar mampu membantu semua pihak yang terlibat dalam proses procurement untuk mencapai efektifitas dan efisiensi maksimal dalam proses procurement PT Telkom.
B. Rumusan Masalah Identifikasi masalah yang ada di sistem eProcurement PT Telkom Indonesia, yakni : 1. Proses identifikasi barang yang meliputi input data kebutuhan barang, dan listing data Procurement dalam sistem tidak terintegrasi sehingga dalam proses pembuatan RFQ harus dilakukan input ulang. 2. Tidak terintegrasinya data dalam sistem, sehingga dalam proses e-auction. data dalam e-procurement tidak bisa dimanfaatkan dan memerlukan proses input ulang. 3. Proses penawaran harga dalam tendering procurement masih menggunakan cara permohonan melalui proposal, sehingga memakan waktu lama. Berdasarkan permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yang utama, yaitu : Bagaimana mengembangkan sistem yang mampu yang dapat membantu proses Procurement menj adi lebih efektif, dan terintegrasi, sehingga membuat tata cara interaksi yang lebih baik dan cepat dalam proses procurement secara menyeluruh?
II. LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Sistem Informasi Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi manajemen di dalam pengambilan keputusan, permasalahannya adalah dari mana informasi itu didapat. Informasi dapat diperoleh dari sistem informasi. Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis mendefinisikan sistem informasi sebagai berikut: “Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan” (Jogiyanto: 2005). Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang berlaku. (Sutabri : 2003)
C. Batasan Masalah Batasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
2
Swakelola dapat digunakan untuk pekerjaanpekerjaan, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, seminar, diklat dan kursus, pilot proyek, pekerjaan rahasia, pekerjaan yang kurang diminati penyedia, pekerjaan yang membutuhkan langsung masyarakat, dsb seperti tercantum dalam Perpres 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang jasa pemerintah.
B. E-Procurement Pada saat ini, e-Procurement menggunakan transfer data secara elektronik untuk mendukung kegiatan operasional, penyusunan taktik, dan strategi Procurement. E-Procurement merupakan pelanggan setia dari internet semenjak kemuculannya pertama kali diantara tahun 1960- 1990s. Dari 1960 1990s, eProcurement mengutamakan bentuk eletctronic data intercharge (EDI). Pada saat ini, e-Procurement lebih sering didukung oleh teknologi internet dan menjadi bersifat semakin umum.
D. Metode Pengembangan Sistem Menurut Jeffrey L. Whitten (2004) kebanyakan organisasi memiliki proses pengembangan sistem (system development process) resmi yang terdiri dari satu set standar proses atau langkah-langkah yang mereka harapkan akan diikuti oleh semua proyek pengembangan sistem. Proses pengembangan sistem di kebanyakan organisasi mengikuti pendekatan pemecahan masalah (problem solving). Pendekatan tersebut biasanya terdiri dari beberapa langkah pemecahan masalah yang umum, yaitu: 1. Mengidentifikasi masalah. 2. Manganalisis dan memahami masalah. 3. Mengidentifikasi persyaratan dan solusi yang diharapkan. 4. Mengidentifikasi solusi alternatif dan memilih tindakan yang terbaik. 5. Mendesain solusi yang dipilih. 6. Mengimplementasikan solusi yang dipilih. 7. Mengevaluasi hasilnya. (Jika masalah tidak terpecahkan, kembalilah ke langkah 1 atau 2 seperlunya.) Langkah-langkah pemecahan masalah tersebut sesungguhnya merupakan bagian dari tahapan-tahapan proses pengembangan sistem dalam strategi waterfall seperti yang dikemukakan oleh Jeffery L. Whitten (2004) bahwa pengembangan sistem terbagi menjadi empat tahapan metode yaitu permulaan sistem (system initiation), analisis sistem (system analysis), desain sistem (system design), dan implementasi sistem (system implementation). Untuk lebih jelasnya, pada Tabel 1. dijelaskan korelasi antara tahapan-tahapan metode proses pengembangan sistem dengan langkah-langkah pemecahan masalah. Tabel 1. Korelasi Langkah Pemecahan Masalah dengan Tahapan Proses Pengembangan Sistem
Gambar 1. Hubungan Waktu, Teknologi, dan e-Procurement (IAPWG, 2006) Keterlibatan tersebut dalam fungsi Procurement membutuhkan pemahaman dalam konsep Procurement dan alat untuk menyediakan masukkan dalam pengembangan, kegunaan, evaluasi dan perbaikan yang artinya peningkatan dalam efektifitas dan efisiensi Procurement. Dalam bisnis untuk mengadopsi atau menambahkan e-Procurement biasanya dipersiapkan oleh bagian IT dan atau spesialis keuangan. Bagaimanapun, e-Procurement paling sukses diimplementasikan oleh mereka yang mengerti bagaimana proses Procurement dan apa yang akan dihasilkan. Karena pemahaman terhadap proses Procurement, keterlibatan dalam fungsi Procurement menjadi kunci dalam mengidentifikasi dan menaksir biaya dan keuntungan dari penggunaan eProcurement (IAPWG, 2006). C. Metode Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Pengadaan Barang Jasa Pemerintah secara umum dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu (Mustafa, Metode Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, 2012) : 1. Swakelola 2. Pemilihan Penyedia Barang Jasa Sehingga ketika suatu dinas atau instansi atau /L/D/I (kementrian/lembagaldaerah/instansi) pemerintah memperoleh suatu kegiatan pengadaan barang jasa maka ada 2 (dua) pilihan secara umum yang dapat digunakan, apakah melalui swakelola yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri atau melalui pemilihan penyedia barang jasa yang suka disalah kaprahkan istilahnya menjadi pihak ketiga.
Sumber: Whitten, 2004
3
Dari tahapan proses pengembangan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat diketahui bahwa pengembangan sistem secara alamiah adalah berurutan (sequential) dari tahap permulaan sistem (system initiation) hingga tahap implementasi sistem (system implementation) yang disebut juga dengan pengembangan sistem waterfall.
digambarkan sebagai kotak hitam (black box) yang menerima dan mengirim pesan-pesan (messages). Dalam object-oriented programming kotak hitam tersebut berisi kode (himpunan intruksi dengan bahasa yang dipahami komputer) dan data (informasi dimana intruksi tersebut beroperasi dengannya). Dalam object-oriented programming, kode dan data disatukan dalam sebuah “benda” yang tersembunyi isinya, yaitu objek. Pengguna objek tidak perlu tahu isi dalam kotak tersebut. Untuk dapat berkomunikasi dengan objek, diperlukan pesan (message). Secara formal message di definisikan sebagai permintaan untuk objek penerima (receiver object) untuk membawa metode yang ditunjukan atau perilaku dan mengembalikan result dari aksi tersebut kepada objek pengirim (sender object) (Suhendar, 2002). Association dan Aggregation Association (asosiasi) adalah hubungan antar objek yang saling membutuhkan. Sedangkan aggregation (agregasi) adalah bentuk khusus dari asosiasi yang menggambarkan seluruh bagian suatu objek merupakan bagian dari objek lainnya. Sebagai contoh, objek tanggal dapat disusun dari objek hari, objek bulan, dan objek tahun (Suhendar, 2002).
E. Object Oriented Analysis and Design (OOAD) Object-Oriented Analysis adalah metode analisa yang memeriksa requirement (syarat/keperluan yang harus dipenuhi suatu sistem) dari sudut pandang kelas-kelas dan objek-objek yang ditemui dalam ruang lingkup permasalahan. Sedangkan Object-Oriented Design adalah metode untuk mengarahkan arsitektur software yang didasarkan pada manipulasi objek-objek sistem atau subsistem (Suhendar, 2002). Objek Objek (object) adalah “benda”, secara fisik atau konseptual, yang dapat kita temui disekeliling kita. Hardware, software, dokumen, manusia, dan bahkan konsep semuanya adalah contoh objek. Sebuah objek memiliki keadaan sesaat (state) dan perilaku (behavior). State dari sebuah objek adalah kondisi objek tersebut atau himpunan dari keadaan yang menggambarkan objek tersebut. State dinyatakan dengan nilai dari atribut (attribute) objeknya. Atribut adalah nilai internal suatu objek yang mencerminkan antara lain karakteristik objek, kondisi sesaat, koneksi dengan objek lain, dan identitas. Perubahan state dicerminkan oleh prilaku (behavior) objek tersebut. Behavior suatu objek mendefinisikan bagaimana sebuah objek bertindak (beraksi) dan memberi reaksi. Behavior ditentukan oleh himpunan semua atau beberpa operasi yang dapat dilakukan dalam objek itu sendiri. Behavior dari objek dicerminkan oleh interface, service, dan method dari objek tersebut. Interface adalah pintu untuk mengakses service objek. Service adalah fungsi yang bisa diemban objek. Method adalah mekanisme internal objek yang mencerminkan perilaku (behavior) atau service-nya mencetak apapun yang diterima (Suhendar, 2002). Kelas Kelas (class) adalah definisi umum (pola, template atau cetak biru) untuk himpunan objek sejenis. Kelas menetapkan spesifikasi perilaku (behaviors) dan atribut objek-objek tersebut. Class adalah keniskalan (abstraksi) dari entitas dalam dunia nyata. Objek adalah “contoh” (instance) dari sebuah kelas (Suhendar, 2002). Encapsulation Encapsulation adalah proses menyembunyikan detil implementasi sebuah objek. Satu-satunya jalan untuk mengakses data objek tersebut adalah melalui interface. Interface melindungi internal state sebuah objek dari “campur tangan” pihak luar. Oleh karena itu objek sering
F. UML (Unified Modelling Language) UML (Unified Modeling Language) adalah salah satu alat bantu yang sangat handal di dunia pengembangan sistem yang berorientasi objek. Hal ini dikarenakan UML menyediakan bahasa pemodelan visual yang memungkinkan bagi pengembang sistem untuk membuat cetak biru atas visi mereka dalam bentuk yang baku, mudah dimengerti serta dilengkapi dengan mekanisme yang efektif untuk berbagi (sharing) dan mengkomunikasikan rancangan mereka dengan yang lain (Munawar, 2005). III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data untuk pengembangan sistem ini dilakukan dengan cara : 1. Observasi 2. Wawancara 3. Studi Pustaka B. Metode Pembuatan Sistem Dalam pengembangan system e-procurement ini, dengan menggunakan metodologi waterfall (Whitten: 2005). Tahap-tahap pengembangan yang dilakukan, yaitu: 1. Permulaan Sistem (System Initiation) 2. Analisis Sistem (System Analysis) 3. Desain Sistem (System Design) 4. Implementasi Sistem (System Implementation) C. Kerangka Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan tahapan-tahapan kegiatan dengan
4
mengikuti rencana kegiatan yang tertuang dalam kerangka penelitian meliputi metode pengumpulan data dan metode pengembangan sistem. Berikut ini dapat dilihat gambaran kerangka berpikir penelitian.
informasi dan telekomunikasi (InfoComm) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar di Indonesia. TELKOM (yang selanjutnya disebut juga Perseroan atau Perusahaan) menyediakan jasa telepon tidak bergerak kabel (fixed wire line), jasa telepon tidak bergerak nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak (cellular), data & internet dan network & interkoneksi baik secara langsung maupun melalui perusahaan asosiasi. Menganalisa Sistem yang Berjalan Sistem berjalan pada proses procurement dapat dilihat pada gambar 3:
Gambar 2. Kerangka Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permulaan Sistem (System Initiation) 1. Identifikasi Masalah Adapun masalah yang melatarbelakangi pengembangan sistem ini, yaitu: a. Fleksibilitas proses yang dilakukan oleh divisi Procurement dan UBIS yang berpengaruh secara langsung kepada waktu prosesProcurementperusahaan. b. Efektifitas proses interkasi antara perusahaan dan vendor, yang mempengaruhi proses Procurement perusahaan. c. Integrasi dan alur data yang masih belum bisa dimanfaatkan untuk proses bisnis lain dalam eProcurement . 2. Lingkup Sistem Peneliti menentukan batasan sistem yang akan dibangun yaitu sistem informasi e-procurement pada PT Telkom Indonesia, Unit General Support Infra Service - STO Gambir dengan modul yang dibuat adalah modul e-sourcing, e-tendering,web based ERP dan e-information. Sistem ini akan dijalankan pada web browser dengan server Apache, bahasa pemrograman PHP dan database MySQL.
Gambar 3. Rich Picture Sistem Berjalan C. Desain Sistem (System Designs) Pada tahapan desain sistem yang dilakukan meliputi perancangan sistem, perancangan basis data, dan perancangan antar muka sistem. 1. Perancangan Sistem Alur proses procurement digambarkan dengan menggunakan diagram UML yang terdiri atas use case diagram, activity diagram dan sequence diagram. Tergambar pada gambar 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Use Case Diagram Sistem Informasi e-procurement dapat dilihat pada gambar 4 berikut:
3.
Tujuan Sistem ini dibangun untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang telah diidentifikasi sebelumnya dan diharapkan dapat membantu kinerja karyawan yang terlibat dalam proses procurement. Gambar 4 Use Case Model Diagram Sistem eProcurement
B. Analisis Sistem (System Analysis) 1. Profil PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan perusahaan penyelenggara
Activity Diagram
5
Gambar 8. Sequence Diagram Buat RFQ 2.
Perancangan Basis Data Berikut ini Class Diagram dari system eprocurement;
Gambar 5. Activity Diagram Data Procurement
Gambar 9 Class Diagram Sistem e-Procurement
Gambar 6. Activity Diagram Pengajuan Penawaran 3.
Perancangan Antar Muka Sistem Antar Muka Sistem ini bertujuan untuk menggambarkan rancangan tampilan aplikasi yang akan dibuat. Perancangan layout terdiri dari halaman modul Procurement, modul RFQ, modul event procurement, modul pengajuan penawaran, modul penentuan vendor dan modul pengumuman.
Sequence Diagram
D. Implementasi Sistem (System Implementation) 1. Pembuatan Sistem e-Procurement Pada proses pembuatan sistem e-Procurement, penulis menggunakan XAMPP versi 1.6.2 yang mencakup: Apache versi 2.2.4 untuk web server, PHP versi 5.2.2 untuk bahasa pemrograman dan MySQL versi 5.0.41 untuk database-nya. Selain itu, penulis juga menggunakan Edit Plus 2 dan Macromedia Dreamweaver MX 2004 sebagai software editor dan Adobe Photoshop 7.0 untuk mengolah gambar. Berikut ini spesifikasi minimal hardware dan software yang digunakan: a. Perangkat Keras (Hardware) 1. Server: a. Processor Intel Pentium 4 2.8 GHz b. 256 MB of RAM
Gambar 7. Sequence Diagram Pengajuan Penawaran
6
c. Harddisk 80 GB 2. Client: a. Processor Intel Pentium 4 2.8 GHz b. 256 MB of RAM c. Printer tinta b. Perangkat Lunak (Software) 1. Server: a. Microsoft Windows XP Professional Version 2002 Service Pack 2 b. XAMPP version 1.6.2 yang mencakup: Apache version 2.2.4, PHP version 5.2.2, dan MySQL version 5.0.41 c. Browser: Microsoft Internet Explorer Version: 6.0 2. Client: a. Microsoft Windows XP Professional Version 2002 Service Pack 2 b. Browser: Microsoft Internet Explorer Version: 6.0
[1] HM, Jogiyanto. 2005. Analisis & Desain SIstem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi. [2] IAPWG. (2006). UN Procurement Practitioner's Handbook. Institute for Supply Management. [3] Munawar, Pemodelan Visual dengan UML, Graha Ilmu, 2005 [4] Suhendar, A dan Hariman Gunadi, Visual Modelling Menggunakan UML dan Rational Rose, Informatika,2002. [5] Whitten, Jeffrey L. 2004. Systems Analysis & Design Methods: Sixth Edition. New York: McGraw-Hill. COPYRIGHT Dengan ini kami menyatakan bahwa jurnal ini benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai jurnal atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis bertanggung jawab dalam menyalin (mereproduksi) gambar atau tabel dan citra yang diperoleh dari pihak lain dengan apresiasi (acknowledgement) yang benar.
2. Pengujian Sistem e-Procurement Setiap program menjalani pengujian secara pribadi untuk memastikan bahwa program yang telah kita buat bisa bebas dari kesalahan (bug), walaupun tidak menutup kemungkinan masih terjadi sedikit bug atau tidak 100% bebas dari bug, namun pengujian ini setidaknya bisa meminimalisasi kesalahan yang akan terjadi. Pada tahap ini, menggunakan metode pengujian unit dengan pendekatan black-box testing. Pengujian dengan Black-box testing yang dilakukan untuk memperlihatkan bahwa fungsi-fungsi bekerja dengan baik dalam arti masukan yang diterima dengan benar dan keluaran yang dihasilkan benar-benar tepat, pengintegrasian dari eksternal data berjalan dengan baik. Cara pengujian yang dilakukan dengan menjalankan sistem e-Procurement dan melakukan input data serta melihat output-nya apakah sesuai dengan proses yang diharapkan. V. KESIMPULAN Berdasarkan uraian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan bahwa: 1. Ketersediaan dan integrasi data bernilai besar untuk meningkatkan waktu pelaksanaan procurement. Loading data memberikan waktu lebih cepat dibandingkan proses input berulang selain itu kegiatan load data dapat menjaga sistem berjalan lebih stabil. 2. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi diperlukan implementasi secara menyeluruh dalam sistem e-procurement (semua modul). 3. Dengan implementasi tersebut alur proses dan data terus berjalan secara terintegrasi antara satu modul dengan modul lainnya. VI. REFERENSI
7
RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN PELANGGAN LISTRIK Dewi Arianti Wulandari1, Nuratni S Simin2 Sekolah Tinggi Teknik – PLN, Jakarta Email :
[email protected] Abstract - PT PLN is one of the power company in Indonesia. Customers scattered throughout the archipelago, where PT PLN is trying to provide good service to all customers. Among other functions are in the service of providing information about the electrical connection, the information procedure for the calculation of costs, information about the added power and much more related to customer service. SAW method is often also known term weighted sum method. The basic concept SAW method is to find a weighted summation of the performance ratings of each alternative on all attributes. SAW method requires a decision matrix normalization process (X) to a scale which can be compared with all existing alternative rating. Application design support system is designed to improve the performance of PT PLN in terms of providing services to customers. This application is made by using one of the methods Decision Support System (Decision Support System) is a SAW (Simple Additive Weighting). In this application the customer reported the complaint in accordance categories via SMS (Short Message Service). Based on the complaint of the smssms it will take a decision on which category most productive, that category will be improved services Keywords: SAW method, Services, Applications
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT PLN (persero) memberikan pelayanan dalam bidang penyambungan baru , penyambungan sementara , pelayanan pembayaran penertiban pemakaian tenaga listrik (P2TL) , catat meter dan pemutusan. Pengaduan pelanggan itu sendiri hanya bisa di lakukan pelanggan dengan cara melalui telepon dan dengan cara datang langsung ke kantor PLN. Pelanggan PT PLN pada tahun ini berjumlah 49 juta pelanggan. Keputusan yang dihasilkan diperlukan suatu sistem pendukung keputusan (Decision Support System/DSS) yang dapat membantu bagian pelayanan pelanggan untuk memutuskan kategori yang paling tinggi untuk mendapat tindakan selanjutnya dari bagian pelayanan pelanggan itu sendiri. DSS merupakan suatu sistem menggunakan model yang dibangun untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah semi terstruktur. Dengan menerapkan model SAW (Simple Additive Weighting).
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Merancang suatu aplikasi pendukung keputusan yang dapat meningkatkan kinerja pelayanan pelanggan. 2. Membantu PT PLN dalam mengambil keputusan yang optimal berdasarkan keluhan yang disampaikan oleh pelanggan. II. LANDASAN TEORI A. Simple Additive Weighting (SAW) Metode SAW sering juga dikenal istilah metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternative yang ada. xij xij Max i rij = Min xij i xij
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat maka dibuat beberapa rumusan masalah , yaitu : 1. Bagaimana merancang suatu aplikasi pendukung keputusan dengan menggunakan metode SAW (Simple Additive Weighting)? 2. Bagaimana meningkatkan kinerja pelayanan kepada pelanggan ? 8
jika j adalah atribut keuntungan (benefit)
jika j adalah atribut biaya (cost)
dimana rij adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif A 𝑖𝑖 pada atribut C𝑗𝑗 ; i=1,2,...,m dan j = 1,2,...,n. Nilai preferensi untuk setiap alternatif 𝑉𝑉𝑖𝑖 diberikan sebagai:
𝑛𝑛
3. Diagram Sequence Diagram Class dan diagram Object merupakan suatu gambaran model statis. Namun ada juga yang bersifat dinamis, seperti Diagram Interaction. Diagram sequence merupakan salah satu diagram Interaction yang menjelaskan bagaimana suatu operasi itu dilakukan; message (pesan) apa yang dikirim dan kapan pelaksanaannya. Diagram ini diatur berdasarkan waktu. Obyek-obyek yang berkaitan dengan proses berjalannya operasi diurutkan dari kiri ke kanan berdasarkan waktu terjadinya dalam pesan yang terurut.
𝑉𝑉𝑉𝑉 = � 𝑊𝑊𝑗𝑗 𝑟𝑟𝑖𝑖𝑖𝑖
Keterangan :
𝑗𝑗 =1
V𝑖𝑖 = nilai preferensi untuk alternatif ke − 𝑖𝑖 W𝑗𝑗 = bobot
r𝑖𝑖𝑖𝑖 = rating kinerja ternormalisasi dari alternatif A𝑖𝑖
Nilai V𝑖𝑖 yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif A 𝑖𝑖 lebih terpilih. Perancangan SAW dalam sistem ini terdiri dari beberapa langkah yaitu 1. Input tingkat kepentingan / nilai pembobotan dari user. 2. Penentuan masing-masing kriteria cost / benefit. 3. Normalisasi nilai kriteria. 4. Perhitungan data bobot dan hasil normalisasi nilai kriteria 5. Perhitungan hasil alternative dan pencarian nilai tertinggi. Simpe Additive Weighting (SAW) memungkinkan setiap orang atau kelompok untuk mempertajam kemampuan logic dan intuisinya terhadap persoalan yang dipetakan melalui Simpe Additive Weighting (SAW).
4. Diagram Collaboration Diagram Collaboration juga merupakan diagram interaction. Diagram membawa informasi yang sama dengan diagram Sequence, tetapi lebih memusatkan atau memfokuskan pada kegiatan obyek dari waktu pesan itu dikirimkan. 5. Diagram StateChart Behaviors dan state dimiliki oleh obyek. Keadaan dari suatu obyek bergantung pada kegiatan dan keadaan yang berlaku pada saat itu. Diagram StateChart menunjukan kemungkinan dari keadaan obyek dan proses yang menyebabkan perubahan pada keadaannya. 6. Diagram Activity Pada dasarnya diagram Activity sering digunakan oleh flowchart. Diagram ini berhubungan dengan diagram Statechart. Diagram Statechart berfokus pada obyek yang dalam suatu proses (atau proses menjadi suatu obyek), diagram Activity berfokus pada aktifitas-aktifitas yang terjadi yang terkait dalam suatu proses tunggal. Jadi dengan kata lain, diagram ini menunjukkan bagaimana aktifitas-aktifitas tersebut bergantung satu sama lain.
B. Unified Modeling Language (UML) UML (Unified Modeling Language) adalah metode pemodelan secara visual sebagai sarana untuk merancang dan atau membuat software berorientasi objek. Karena UML ini merupakan bahasa visual untuk pemodelan bahasa berorientasi objek, maka semua elemen dan diagram berbasiskan pada paradigma object oriented. UML sendiri terdiri atas pengelompokkan diagramdiagram system menurut aspek atau sudut pandang tertentu. Diagram adalah yang menggambarkan permasalahan maupun solusi dari permasalahan suatu model.
7. Diagram Component dan Deployment Component adalah sebuah code module (kode-kode module). Diagram Component merupakan fisik sebenarnya dari diagram Class. Diagram Deployment menerangkan bahwa konfigurasi fisik software dan hardware.
1. Diagram Use Case Diagram Use Case menggambarkan apa saja aktifitas yang dilakukan oleh suatu sistem dari sudut pandang pengamatan luar. yang menjadi persoalan itu apa yang dilakukan bukan bagaimana melakukannya. Diagram Use Case dekat kaitannya dengan kejadian-kejadian.
C. Pelayanan Pelanggan Pelayanan pelanggan merupakan fungsi yang menangani interaksi sistem dengan pelanggan. Pelayanan Pelanggan dibagi atas 5 sistem yaitu : 1. Penyambungan Baru adalah sub sistem yang menangani permintaan pelanggan yang akan memasang jaringan listrik atau menjadi pelanggan PLN. 2. Penyambungan sementara adalah sub sistem yang menangani permintaan pelanggan atau
2. Diagram Class Diagram Class memberikan pandangan secara luas dari suatu system dengan menunjukan kelas-kelasnya dan hubungan mereka. Diagram Class bersifat statis; menggambarkan hubungan apa yang terjadi bukan apa yang terjadi jika mereka berhubungan. 9
3.
4.
5.
non pelanggan untuk mendapatkan layanan sambungan listrik untuk jangka waktu tertentu. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) adalah sub sistem yang menangani pelanggan yang ingin membayar Tagihan Susulan (TS), adalah pelanggan yang telah terdeteksi melakukan pelanggaran dalam pemakaian tenaga listrk. Catat Meter adalah Pencatatan meter pada umumnya dilakukan oleh petugas dengan cara manual, yaitu menuliskan hasil pembacaan meter kWh ke dalam Daftar Pembacaan Meter (DPM). Cara seperti ini membawa risiko terjadinya kesalahan akibat salah tulis, apabila petugas melakukan pencatatan meter melakukan penyalinan atau pemindahan catatan dari daftaryang satu ke daftar yang lain. Pemutusan, ini terjadi jika pelanggan tidak membayar listrik hingga waktu yang di tentukan misalnya dalam jangka waktu 3 bulan maka akan dikenakan sanksi yaitu berupa pemutusan.
4.
5.
6.
7.
perancangan data base, dan perancangan tampilan. Analisa hardware dan software menganalisa perangkat lunak dan perangkat keras yang akan digunakan untuk membuat dan menjalankan aplikasi yang dirancang. Pengkodean dilakukan dengan merancang kode program yang sesuai dengan aplikasi yang akan dibangun. Implementasi dengan cara melakukan uji coba terhadap aplikasi, ini dilakukan agar aplikasi yang sudah dibangun dapat dikatakan berhasil atau tidak. Dan jika hasil implementasi belum baik, maka akan dilakukan pengkajian ulang agar implementasi dapat berjalan sukses. Evaluasi dan pembahasan akan membahas hasil perancangan aplikasi
IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM A. Analisis Permasalahan Analisis sistem berjalan dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
D. Short Message Service (SMS) 1. Pengertian SMS Short Message Service (SMS) adalah layanan global dengan sistem komunikasi nirkabel yang mentransmisikan pesan teks antara dua atau lebih handphone dan sistem eksternal seperti surat elektronik, pager dan pesan suara.
Tabel 1. Prosedur sistem berjalan PELANGGAN
ADMINISTRASI
Menginformasikan pengaduannya lewat telepon ataupun dengan cara langsung datang ke kantor PLN
Mencatat data pelanggan (nama,no kode, alamat, keluhan) baik lewat telepon maupun datang ke tempat
Membuat KP (Kartu perencanaan ) survey.oleh petugas terkait ke lokasi pelanggan yang meakukan pengaduan
2. Arsitektur Jaringan SMS Struktur dasar jaringan yang digunakan untuk SMS ditunjukkan pada Gambar 1
PETUGAS (PLN)
Petugas PLN meakukan survey dirumah pelanggan yang mengadu .perugas akan melakukan pengerjaan(perbaikan) setelah selsai,petugas akan mencatat semua untuk di jadikan laporan ke pihan pelayanan pelanggan
Petugas akan melaporkan kejadian yang terjadi saat melakukan survey ke pihak administrasi atau bagian pelayanan pelanggan
Menerima informasi dari pihak pelayanan pelanggan, jika pengaduannya telah selesai di tindak
Pelayanan pelangan akan melaporkan ke pelanggan bahwa pengaduan yang di lakukan oleh pelanggan telah di selesaikan oleh petugas .
B. Perancangan Sistem Use Case Diagram
Gambar 1 Arsitektur Jaringan untuk SMS
APLIKASI PENDUKUNG KEPUTUSAN BERDASARKAN ANALISA KELUHAN PELANGGAN BERBASIS SMS
III. METODOLOGI PENELITIAN Ada beberapa tahap dalam melakukan penelitian ini. Dimana tahap-tahap ini dilakukan agar penelitian dapat dilakukan secara berurut, sehingga penelitian dapat berjalan dengan teratur. 1. Identifikasi masalah tahap ini merupakan tahap awal dari penelitian yaitu memahami masalah yang terjadi. 2. Kajian pustaka dilakukan dengan cara mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. 3. Analisa dan perancangan , pada tahap ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu analisa masalah,
PELANGGAN
Melakukan Registrasi
Melakukan Pengaduan/ keluhan pelanggan Meminta Status Pengaduan
Meminta Bantuan
Membatalkan pengaduan
Mencatat NO Hp Pelanggan
Mendata keluhan / pengaduan pelanggan menganalisa denga SPK,kemudian memasukan ke No agenda Membuat kartu perencanaan untuk perintah kerja kepada petugas untuk melakukan survey ke rumah pelanggan
ADMINISTRAS I PELAYANAN PELANGGAN
Mengirim Petugas survey
Menerima laporan dari petugas survey dan kemudian menginformasikan kepada pelanggan jika telah selesai di kerjakan perihal pengaduan yang telah di sampaikan oleh pelanggan
Gambar 2. Use Case Diagram Aplikasi Keluhan Pelanggan 10
Sequence Diagram Trigger_Regis trasi()
Transaksi
Aduan
Pelanggan Registrasi Aduan Status Cancel help
Kode aduan Waktu aduan Kode pelanggan Kategori Isi status Reg() Adu() Status() Cancel() Help()
Pesan
Pelanggan
sms
SPK
Data pelanggan Data pesan Data kategori
Reg() Adu() Status()
Pelanggan Kirim_sms_ daftar()
Kategori
Kode kategori Add() Edit() Delete() Save()
Terima_sms_daftar() Simpan_sms_daftar( ) Cek_format_sms()
Txrstatus
Pelanggan
Pelanggan Aduan
Kode Daya Nama pelanggan Alamat Hp
Get_data_pelanggan() Data_pelanggan()
Cek_hp_pelanggan()
Minta status() Cek status adu()
Cek_Kode_pelanggan( )
Add() Edit() Delete() Save()
Update_data_pelanggan( ) Get_data_pesan()
Gambar 6. Aplikasi Pendukung Keputusan Berdasarkan Analisa Keluhan Pelanggan Berbasis SMS
Data_pesan() Simpan_pesan_sms( ) Terima_dat a_sms()
Proses_kirim_sms()
D. Tahap pembuatan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) Simple Additive Weighting (SAW)
Gambar 3. Sequence Diagram untuk Use Case registrasi – pelangan
APLIKASI PENDUKUNG KEPUTUSAN BERDASARKAN ANALISA KELUHAN PELANGGAN BERBASIS SMS
KRITERIA
ALTERNATIF
CATER
SAMBUNG BARU
TELEPON
SAMBUNG SEMENTARA
DATANG KE KANTOR
PEMUTUSAN
P2TL
VIA SMS
Gambar 7. Struktur hirarki keluhan pelanggan 1. Gambar 4. Sequence Diagram Untuk Use Case Keluhan Pelanggan Activity Diagram PELANGGAN
SISTEM
Menerima permintaan via SMS
Mengirimkan permintaan via sms : • Proses registrasi • Proses pengaduan / keluhan • Proses status keluhan • Proses bantuan
Memproses sms masuk
Bantuan
Pengaduan/ keluhan dan status keluhan tersebut
Update keluhan
Kirim sms konfirmasi
Gambar 5. Diagram Activity Sistem yang Diusulkan untuk Pelanggan C. Perancangan Database
11
Pembobotan Kriteria Dan Alternative Untuk Keluhan Pelanggan a. Pembobotan kriteria Catat Meter ini mempunyai bobot nilai pertama tertinggi dibanding kriteria lainnya, dikarenakan banyaknya pelanggan yang sering mengeluhkan hal ini baik meternya rusak. Tetapi sebelumnya kriteria-kriteria lain juga menjadi pertimbangan. Kriteria ini mempunya nilai atau bobot default 45 %, namun user atau pengguna dapat menginput bobot tersebut sesuai kebutuhan. b. Sambung Baru Sambung Baru, kriteria ini yang menjadi salah satu bahan pertimbangan yang berpengaruh dalam keluhan pelanggan. Kriteria ini mempunya nilai atau bobot default 30 %, namun user atau pengguna dapat menginput bobot tersebut sesuai kebutuhan. c. Sambung Sementara Kriteria pelayanan untuk pendaftaran bagi pelanggan/non pelanggan yang mengajukan penyambungan listrik semetara.Penyambungan sementara adalah untuk melayani permohonan dari pelanggan dan nonpelanggan yang
memerlukan energi listrik dengan daya tertentu dan jangka waktu tertentu. Memiliki bobot 15%. d. P2TL(penertiban dan pemakaian tenaga listrik) Pelayanan bagi pelanggan yang terkena P2TL.Nilai bobot untuk Kriteria ini adalah 7% . e. Pemutusan Pada kriteria ini sangat sedikit orang yang terkena pemutusan di PT PLN (Persero) cabang Ternate.di karenakan banyak pelanggan yang bayar listrik tepat pada waktunya.bobot atau nilai 3% .
iv.
v.
V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Aplikasi ini digunakan untuk membantu pihak PT PLN dalam mengambil suatu keputusan untuk menentukan jenis pelayanan mana yang harus ditingkatkan. 2. Metode Simple Additive Wrighted (SAW) digunakan untuk menentukan urutan prioritas kategori tertinggi pada penggaduan yang dilakukan oleh pelanggan. 3. Aplikasi ini menggunakan data yang dikirimkan oleh pelanggan melalui sms. 4. Aplikasi ini berfungsi untuk menganalisa aduan, sehingga pelanggan mendapatkan informasi dengan mudah.
2.
Hasil Perancangan Hasil perancangan tampilan dari aplikasi pendukung keputusan berdasarkan analisa keluhan pelanggan berbasis sms. a. Trigger Berfungsi untuk menangani setiap pesan masuk sesuai dengan format pesan yg terdapat di dalam basis data. Trigger ini bisa difungsikan dalam banyak hal sesuai dengan format khusus dari pesan yg masuk yaitu : i. Proses pengaduan, trigger ini menangani permintaan proses pengaduan dari jenis kategori tertentu. ii. Pembatalan pengaduan, trigger ini menangani permintaan pembatalah proses pengaduan yang telah dilakukan dengan. iii. Cek status aduan, trigger ini menangani permintaan status aduan tertentu apakah telah diterima oleh operator kantor. iv. Help, trigger ini untuk menangani permintaan format penulisan yang dikenali sistem.
VI. REFERENSI [1] Adi Nugroho, Perancangan dan Implementasi Sistem Basis Data, 2011, Andi Publisher. [2] Buku Pelayanan Pelanggan, khususnya pengaduan dan Informasi Pelanggan, PT PLN (Persero) Wilayah Maluku dan Maluku Utara khususnya di PT PLN Cabang Kota Ternate. [3] Dermawan, R. 2005. Model Kualitatif Pengambilan Keputusan dan Perancangan Strategi. Bandung : Alfabeta. Cv. [4] Kusumadewi, Sri dan Hari Purnomo. 2004. Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukug Keputusan. Yogyakarta: Graha Ilmu [5] Kusrini, 2007, Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan, Yogyakarta: Penerbit Andi [6] Ralph H Sprague, Jr.Hugh, J Watson, 1993, Decision Support Systems, Putting Theory Intro Practice, Prentice-Hall, Inc, New Jersey
Fungsi sms balas otomatis adalah merupakan layanan sms gateway yang dapat diakses oleh pelanggan. Untuk mendapatkan data-data dan informasi tertentu dari PLN. Fungsi- fungsi yang tersedia : i.
ii.
iii.
Pembatalan Pada tahap ini pelanggan dapat membatalkan aduan yang telah di lakukannya. Help, pelanggan melakukan permintaan bantuan.
Pendaftaran Pelanggan melakukan registrasi, kemudian sms server akan mengirimkan pesan ke no Hp pelanggan kalau proses regstrasi pelanggan dengan no pelanggan, dan no Hp sekian, telah berhasil melakukan registrasi. Penggaduan Setelah melakukan registrasi, pelanggan melakukan aduan berdasarkan kategori yang telah disediakan oleh PLN. Setelah itu sms server akan mengirimkan no pengaduan ke No Hp pelanggan. Status Penggaduan Setelah melakukan aduan pelanggan dapat melakukan cek status aduannya. Apa telah di terima server atau belum.
COPYRIGHT Dengan ini kami menyatakan bahwa jurnal ini benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai jurnal atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis bertanggung jawab dalam menyalin (mereproduksi) gambar atau tabel dan citra yang diperoleh dari pihak lain dengan apresiasi (acknowledgement) yang benar 12
Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Promosi Karyawan Menggunakan Metode Fuzzy AHP dan TOPSIS Studi Kasus: PT. Istidata Indopacific Solution Centre Hendra Bayu Suseno1, Andrew Fiade2, Ahmad Rizki Faizal3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412 Jakarta
Abstract- Promotion of employees provide an important role for employees. With the promotion of employees are based on the principles of fairness and objectivity will make the employees are motivated to work harder, passionate, disciplined, and improve job performance so as to achieve company goals optimally. PT. Istidata IndoPacific Solution Centre (I2S), the selection of the most viable employee promoted was done directly. In other words, the selection of employees is still done in the absence of specific procedures in selecting employees and without the weight of employee assessment criteria. Fairness, objectivity and accuracy of selection of employees in this way of course doubtful. Other problems that arise are the employee eligibility determination process is still time consuming and difficult to choose the best employees if the results are not much different assessment. Therefore, this study aims to build a decision support system to help the promotion of employees I2S decision makers in making decisions to determine the most appropriate employee promoted. The promotion of employees included in the multi-criteria problems. Therefore, Fuzzy AHP and TOPSIS methods used as a tool to determine eligibility of employees. Fuzzy AHP is used to perform the weighting of the criteria used to sort while the TOPSIS ranking employees. System development method used in this research that while the incremental method of data collection methods, namely observation, interviews, library research and literature studies. Web-based system developed using HTML programming language, PHP, Javascript and MySQL as database server. The results showed that the system is able to help the decision makers in the I2S in determining appropriate employee promoted faster, more accurate, fair, objective, and able to cope with the selection of employees permasalahaan if the assessment result is not much different. Keywords : Method Fuzzy AHP, TOPSIS, Promotion of employees
memilih siapa yang berhak dipromosikan tanpa adanya bobot kriteria dan prosedur tertentu untuk menentukan karyawan yang paling layak dipromosikan. Objektivitas, keakuratan dan keadilan pada pengambilan keputusan secara langsung tersebut patut dipertanyakan. Masalah lain yang ada yaitu proses pengambilan keputusan memakan banyak waktu karena melibatkan beberapa jabatan dan sulitnya menentukan karyawan terbaik jika hasil penilaian tidak jauh berbeda. Adapun permasalahan diatas dapat digolongkan dalam permasalahan MCDM (Multi Criteria Decision Making) karena melibatkan beberapa kriteria dalam menentukan karyawan yang terbaik diantara sejumlah karyawan. Metode AHP merupakan salah satu metode dalam model MCDM [2]. AHP termasuk kedalam metode yang paling terkenal dan paling sering digunakan untuk menentukan pilihan [3]. Meskipun pengaplikasian AHP sangat luas, namun AHP tidak sepenuhnya
I. PENDAHULUAN Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa adanya peran aktif karyawan meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu canggihnya [1]. Mengatur karyawan merupakan tugas yang sulit dan kompleks, karena mereka mempunyai pikiran, perasaan, status keinginan dan latar belakang yang berbeda-beda di dalam organisasi [1]. Salah satu cara untuk mengatur karyawan yaitu dengan promosi karyawan. Adanya promosi karyawan dapat membuat karyawan termotivasi dan bekerja lebih giat sehingga dapat mencapai tujuan organisasi secara optimal [1]. Pada PT. Istidata Indopacific Solution Centre (I2S), pemilihan karyawan yang paling layak dipromosikan masih dilakukan secara langsung. Dengan kata lain manajer langsung
13
mencerminkan gaya berpikir manusia, oleh karena itu fuzzy AHP (FAHP) dikembangkan untuk memecahkan masalah ini [4]. Dalam memecahkan permasalahan pemilihan, FAHP juga tidak selalu menjadi solusi yang utuh [5]. Dua atau lebih metode MCDM dapat dikombinasikan untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan [3]. Untuk itu dapat digunakan TOPSIS untuk mendukung FAHP. TOPSIS memiliki konsep yang sederhana, mudah dipahami dan komputasinya efisien [2]. Penggunaan Fuzzy AHP dan TOPSIS dapat mengurangi proses perbandingan berpasangan [5] yang terdapat dalam metode Fuzzy AHP. Untuk itu peneliti menerapkan kombinasi antara Fuzzy AHP dan TOPSIS. Metode Fuzzy AHP digunakan untuk melakukan pembobotan kriteria, sedangkan TOPSIS digunakan untuk mengurutkan alternatif (karyawan).
merupakan tahap-tahap dalam Fuzzy AHP dengan metode Buckley[6]. 1. Pengambil keputusan membandingkan kriteria atau alternatif melalui istilah linguistik.
A. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana merancang dan membangun sistem pendukung keputusan promosi karyawan dengan menggunakan metode Fuzzy AHP dan TOPSIS? 2. Bagaimana sistem pendukung keputusan promosi karyawan dengan metode Fuzzy AHP dan TOPSIS dapat membantu pengambil keputusan dalam mengambil keputusan untuk promosi karyawan dengan cepat, lebih akurat, adil, obektif dan dapat mengatasi masalah pemilihan karyawan jika hasil penilaian tidak jauh berbeda?
2.
Tabel 1 Istilah linguistik dan nilai triangular fuzzy Fuzzy Saat Triangu y Definition lar scale Scale 1 Equally (1, 1, 1) 3 important (2, 3, 4) 5 Weakly (4, 5, 6) 7 important (6, 7, 8) 9 Fairly (9, 9, 9) important Strongly important Absolutely important 2 (1, 2, 3) 4 The intermittent (3, 4, 5) 6 values between (5, 6, 7) 8 two adjacent (7, 8, 9) scales Jika ada lebih dari satu pengambil keputusan, preferensi dari tiap pengambil keputusan (𝑑𝑑�𝑖𝑖𝑖𝑖𝑘𝑘 ) dirata-rata dan (𝑑𝑑� ) dihitung seperti persamaan berikut. 𝐾𝐾
3.
B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membangun sistem pendukung keputusan promosi karyawan dengan menggunakan metode fuzzy AHP dan Topsis pada PT. Istidata Indopacific Solution centre
4.
C. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu sistem yang dapat melakukan proses pengambilan keputusan untuk promosi karyawan pada PT. Istidata Indopacific Solution Centre
5.
II. LANDASAN PEMIKIRAN A. Fuzzy AHP Teknik Fuzzy AHP (F-AHP) adalah suatu metode analitik yang dikembangkan dari AHP tradisional [7]. F-AHP menyisipkan teori fuzzy pada AHP tradisional. F-AHP menjalankan proses perbandingan berpasangan dari alternatif yang berbeda dengan kriterianya masing-masing dan menyediakan alat pendukung keputusan untuk masalah keputusan multi-kriteria [6]. Berikut ini 14
� 𝑘𝑘
∑𝑘𝑘=1 𝑑𝑑 𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑑𝑑� 𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝐾𝐾
𝑖𝑖𝑖𝑖
Sesuai dengan preferensi, matrik kontribusi berpasangan di-update seperti persamaan berikut. ⋯ 𝑑𝑑� 𝑑𝑑� 11 1𝑛𝑛 𝐴𝐴̃ = � ⋮ ⋱ ⋮ � � � 𝑑𝑑𝑛𝑛1 ⋯ 𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛
Hitung geometric mean dari nilai perbandingan fuzzy pada tiap kriteria. Berikut merupakan persamaannya. 1/𝑛𝑛 𝑟𝑟 = �∏𝑛𝑛 𝑑𝑑� � , i=1,2,...,n � 𝑖𝑖
𝑗𝑗 =1
𝑖𝑖𝑖𝑖
Hitung fuzzy weights pada tiap kriteria dengan persamaan sebagai berikut 𝑤𝑤 �𝑖𝑖 = 𝑟𝑟�𝑖𝑖 ⊗ (𝑟𝑟�1 ⊕ 𝑟𝑟�2 ⊕ ⋯ ⊕ 𝑟𝑟�𝑛𝑛 )−1 = (𝑙𝑙𝑙𝑙𝑖𝑖 , 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑖𝑖 , 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑖𝑖 ) a. Hitung penjumlahan vector pada tiap 𝑟𝑟�. 𝑖𝑖 b. Hitung pangkat (-1) dari hasil jumlah vector. Ubah urutan nilai fuzzy triangular dengan urutan naik. �) c. Hitung fuzzy weight pada kriteria i (𝑤𝑤 𝑖𝑖 dengan mengalikan tiap 𝑟𝑟�𝑖𝑖 dengan reverse vector ini.
6.
7.
Sejak � 𝑤𝑤𝑖𝑖 masih dalam bentuk fuzzy triangular, maka perlu dilakukan de-fuzzified dengan metode Centre of area yang diajukan oleh Chou dan Chang [6] dengan persamaan berikut. 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑖𝑖 + 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑖𝑖 + 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑖𝑖 𝑀𝑀𝑖𝑖 = 3
4.
Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal positif & matriks solusi ideal negatif. a. Jarak alternatif 𝐴𝐴𝑖𝑖 dengan solusi ideal positif dirumuskan sebagai berikut. b.
𝑀𝑀𝑖𝑖 merupakan anggota non fuzzy, maka perlu dinormalisasi dengan persamaan berikut. 𝑀𝑀𝑖𝑖 𝑁𝑁𝑖𝑖 = 𝑛𝑛 ∑𝑖𝑖=1 𝑀𝑀𝑖𝑖
5.
B. TOPSIS Konsep TOPSIS banyak digunakan pada beberapa model MADM untuk menyelesaikan masalah keputusan secara praktis[2]. TOPSIS didasarkan pada konsep dimana alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif, namun juga jarak terpanjang dari solusi ideal negatif [2]. TOPSIS memiliki konsep yang sederhana dan mudah dipahami, komputasinya efisien dan memiliki kemampuan untuk mengukur kinerja relatif dari alternatif-alternatif keputusan dalam bentuk matematis yang sederhana [2]. Secara umum, prosedur TOPSIS mengikuti langkah-langkah sebagai [2]: 1. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi dari matriks keputusan yang diperoleh dengan persamaan berikut. 𝑥𝑥 𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑟𝑟𝑖𝑖𝑖𝑖 = ; dengan i=1,2,....,m;dan
Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif dengan persamaan sebagai berikut. 𝐷𝐷 − 𝑉𝑉𝑖𝑖 = − 𝑖𝑖 + ; i=1,2,...,m. 𝐷𝐷𝑖𝑖 +𝐷𝐷𝑖𝑖
Nilai 𝑉𝑉𝑖𝑖 yang lebih besar menunjukan bahwa alternatif 𝐴𝐴𝑖𝑖 lebih dipilih.
III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian yang digunakan adalah metode pengumpulan data dengan studi lapangan, pustaka dan literatur dan metode pengembangan sistem yang digunakan adalah Incremental dengan tahapan Communication, planning, modelling, construction, Deployment. A. Kerangka Berpikir Observasi, wawancara, studi pustaka, studi literatur Communication Perumusan masalah
j=1,2,...,n.
Planning
3.
Jarak alternatif 𝐴𝐴𝑖𝑖 dengan solusi ideal negatif dirumuskan sebagai berikut.
𝐷𝐷𝑖𝑖− = �∑𝑛𝑛𝑗𝑗=1(𝑦𝑦𝑖𝑖𝑖𝑖 − 𝑦𝑦𝑖𝑖− )2 ; i=1,2,...,m.
2 �∑𝑚𝑚 𝑖𝑖=1 𝑥𝑥 𝑖𝑖𝑖𝑖
2.
𝐷𝐷𝑖𝑖+ = �∑𝑛𝑛𝑗𝑗=1(𝑦𝑦𝑖𝑖+ − 𝑦𝑦𝑖𝑖𝑖𝑖 )2 ; i=1,2,...,m.
Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot. Pengambil keputusan memberikan faktor kepentingan (bobot) pada tiap kriteria yang mengekspresikan kepentingan relatifnya (𝑤𝑤𝑗𝑗 ). 𝑊𝑊 = (𝑤𝑤1 , 𝑤𝑤2 , … , 𝑤𝑤𝑛𝑛 ) Dengan ∑𝑛𝑛𝑗𝑗=1 𝑤𝑤𝑗𝑗 = 1
Pembuatan jadwal rancang bangun sistem
Analisis Data
Desain Sistem
DFD
Desain basis data
ERD
Desain Antarmuka
Normalisasi
Modeling
Bobot ini kemudian dikalikan dengan matriks perbandingan berpasangan dengan persamaan berikut. 𝑦𝑦𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝑤𝑤𝑗𝑗 𝑟𝑟𝑖𝑖𝑖𝑖 dengan i=1,2,...,m; dan j=1,2,...,n.
Implementasi Kode
Construction
Menentukan matriks solusi ideal positif & matriks solusi ideal negatif. 𝐴𝐴+ = (𝑦𝑦1+ , 𝑦𝑦2+ , … , 𝑦𝑦𝑛𝑛+ ) 𝐴𝐴− = (𝑦𝑦1− , 𝑦𝑦2− , … , 𝑦𝑦𝑛𝑛− ) Dengan maxi 𝑦𝑦𝑖𝑖𝑖𝑖 ; 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑗𝑗 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑦𝑦𝑗𝑗+ = � 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑖𝑖 𝑦𝑦𝑖𝑖𝑖𝑖 ; 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑗𝑗 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 mini 𝑦𝑦𝑖𝑖𝑖𝑖 ; 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑗𝑗 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑦𝑦𝑗𝑗− = � 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑖𝑖 𝑦𝑦𝑖𝑖𝑖𝑖 ; 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑗𝑗 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 j=1,2,...,n
Uji perhitungan Fuzzy AHP dan TOPSIS
Melakukan black box testing
Unggah sistem ke hosting I2S
Deployment
Uji coba perbandingan sistem
Menerima feedback dari pengguna
Gambar 1. Kerangka Berpikir IV. HASIL PENELITIAN 15
A. Communication Pada increment pertama tahap communication, peneliti melakukan observasi dan wawancara untuk menentukan mengumpulkan data dan mengidentifikasi kebutuhan sistem yang akan dibuat. Berikut ini merupakan gambaran dari sistem yang berjalan:
Pengambilan keputusan untuk promosi karyawan Manager
HRD
Supervisor
Leader
Mulai
Menentu kan kriteria Mengisi kuesione r Fuzzy AHP Pembobotan kriteria dihitung dengan menggunakan Fuzzy AHP
Menyiapkan form pengisian data
Form pengisian data Mengisi form penilaian supervisor
Mengisi form penilaian leader
Mengisi form penilaian staf
Data penilaian leader
Data penilaian staf
Pengambilan keputusan untuk promosi karyawan Manager
HRD
Supervisor
Data penilaian supervisor
Leader
Mengumpulkan data penilaian staf, leader & supervisor
Mulai Memilih keputusa n dan tanggal
Menentuk an datadata yang diperlukan
Data yang diperlukan
Mengurutkan karyawan yang paling layak dipromosikan dengan menggunakan TOPSIS
Menyiapkan form pengisian data
Laporan berupa karyawa n yang layak dipromo sikan
Form penilaian Mengisi form penilaian supervisor
Data penilaian supervisor
Mengisi form penilaian leader
Mengisi form penilaian staf
Data penilaian leader
Data penilaian staf
Laporan mengenai karyawan yang layak dipromosikan
Melakukan proses kenaikan jabatan Selesai
Gambar 3. Sistem usulan Inti dari sistem usulan ini yaitu otomatisasi proses perhitungan kelayakan karyawan. Sistem ini akan memberikan hasil atau laporan yang berisi urutan karyawan berdasarkan kelayakannya untuk dipromosikan. Laporan ini nantinya akan dijadikan sarana pendukung keputusan Manajer. Diharapkan melalui sistem usulan ini dapat menjawab permasalahan yang ada seperti objektivitas penilaian dan penghematan waktu pemilihan karayawan untuk dipromosikan.
Mengumpul kan data penilaian staf, supervisor & leader Mempertimba ngkan kan karyawan yang layak dipromosikan
input nilai staf, leader & supervisor ke sistem
Laporan akhir hasil penilaian
Melakukan proses kenaikan jabatan
B. Planning Dalam tahap ini akan dilakukan penjadwalan untuk membangun fungsionalitas sistem pendukung keputusan (SPK). Jadwal yang dibuat berorientasi pada model incremental. Berikut ini merupakan jadwal pembuatan sistem pada increment pertama dan kedua.
Selesai
Gambar 2. Sistem yang berjalan Berdasarkan flowchart diatas dapat ditemukan beberapa permasalahan dalam sistem yang sedang berjalan. Permasalahan pertama yang muncul yaitu mengenai objektivitas dari pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dilakukan secara manual tanpa melakukan proses perhitungan apapun. Manajer hanya mempertimbangkan mengenai siapa yang layak dipromosikan melalui pemikiran langsung. Permasalahan lain yang muncul yaitu proses pengambilan keputusan yang memakan banyak waktu. Proses ini masih dilakukan secara manual dan berdasarkan hasil wawancara menunjukkan adanya kendala dalam proses ini karena melibatkan banyak karyawan. Untuk mengatasi permasalahan diatas peneliti dalam hal ini mengajukan rancangan sistem yang diusulkan. Berikut ini merupakan alur dari sistem usulan.
Gambar 4. Jadwal Rancang Bangun Sistem
16
Pada minggu pertama peneliti melakukan observasi, wawancara dan penjadwalan untuk spesifikasi fungsi SPK. Kemudian pada minggu kedua peneliti merancang SPK dan menentukan spesifikasi pada fitur olah input dan keputusan. Kegiatan terus dilakukan sampai kepada minggu kelima sesuai dengan gambar 4
Pekerjaan
Pengetahuan teknis kerja Kedisiplinan Masa Kerja Tabel 3 Kriteria Promosi untuk Golongan Pimpinan (Supervisor, TA Leader dan QC Leader)
B. Modelling Berdasarkan model pengembangan sistem yang digunakan. Peneliti melakukan analisis data sebanyak dua kali, yaitu analisi data pada increment pertama dan analisis data pada increment kedua. Pada increment pertama, peneliti melakukan analisis terhadap hasil data tahap communication di increment pertama untuk membangun fungsionalitas dasar sistem. Berdasarkan tahap communication diperoleh skema promosi karyawan di I2S. Berikut ini merupakan gambaran dari skema promosi karyawan I2S.
Kriteria Sikap Kerja
Kelengkapan peralatan Motivasi untuk berprestasi Kepedulian terhadap lingkungan Kepemimpinan
Supervisor
Produktivitas Teknisi
QC Leader Supervisor
CSO
Manajer
TA Leader
Gambar 5. Skema Promosi Karyawan I2S Manajer I2S menentukan kriteria sesuai dengan golongan karyawannya. Kriteria promosi untuk staf dan pimpinan dipisahkan oleh manajer, dengan kata lain terdapat dua kriteria promosi yaitu kriteria promosi untuk golongan Staf (Teknisi dan CSO) dan kriteria promosi untuk golongan pimpinan (Supervisor, QC Leader dan TA Leader). Berikut ini merupakan kriteria dan sub-kriteria dari golongan yang bersangkutan.
Pekerjaan
Prosedur pencapaian hasil Inisiatif dan Kreatifitas kerja Kecepatan dan Ketelitian Kerja Komitmen terhadap pekerjaan Pengetahuan teknis kerja
Masa Kerja Diskusi dilakukan antara penelitis dan manajer I2S pada masalah pembobotan promosi karyawan. Hasilnya, pembobotan dibedakan berdasarkan golongan Staf, Leader dan Supervisor. Pembobotan promosi untuk Staf melibatkan jabatan Teknisi dan CSO, pembobotan promosi untuk Leader melibatkan jabatan QC Leader dan TA Leader dan pembobotan promosi untuk golongan Supervisor melibatkan jabatan Supervisor. Pembobotan masing-masing kriteria dilakukan dengan menerapkan metode Fuzzy AHP. Pengambil keputusan untuk mengisi nilai perbandingan kriteria yaitu Manajer I2S, dengan kata lain hanya terdapat satu pengambil keputusan. Hasil perbandingan kriteria selanjutnya akan diproses lebih lanjut ke tahap-tahap berikutnya pada Fuzzy AHP sehingga akan menghasilkan bobot kriteria untuk keputusan tertentu. Dalam hal ini peneliti akan melakukan perhitungan pada pembobotan kriteria promosi untuk golongan staf dengan menggunakan Fuzzy AHP secara manual. Langkah awal yang ditempuh
Sub-Kriteria Kebersihan Kerapihan Kelengkapan peralatan Motivasi untuk berprestasi Kepedulian terhadap lingkungan Kerjasama
Produktivitas
Hasil KPI
Kedisiplinan
Tabel 2 Kriteria Promosi untuk Golongan Staf (Teknisi dan CSO) Kriteria Sikap Kerja
Kerjasama Hubungan secara horizontal Hubungan secara vertikal Kemampuan pengambilan keputusan
Manajer
Staf Leader
Sub-Kriteria Kebersihan Kerapihan
Karyawan Pimpinan
Komitmen terhadap pekerjaan
Hasil KPI Prosedur pencapaian hasil Inisiatif dan Kreatifitas kerja Kecepatan dan Ketelitian Kerja 17
yaitu pengambil keputusan mengisi kuesioner perbandingan kriteria. Berikut hasil pengisian kuesioner pada kriteria ‘Promosi untuk Staf’ oleh manajer I2S setelah dilakukan konversi intensitas (derajat kepentingan) ke dalam bentuk numerik. Tabel 4. Perbandingan Kriteria ‘Promosi untuk Staf’
Pada langkah ke-lima dihitung bobot fuzzy pada tiap kriteria. Hasil dari penerapan langkah 5 (lima) pada setiap kriteria sebagai berikut. Tabel 7 Bobot fuzzy untuk tiap kriteria
Intensitas dari hasil perbandingan kriteria diatas selanjutnya diubah menjadi skala fuzzy segitiga (triangular) dengan catatan bila perbandingan antar kriteria adalah sama penting maka intensitasnya adalah (1,1,1). Pada langkah kedua ditentukan jumlah pengambil keputusan. Dalam penelitian ini hanya ada satu pengambil keputusan sehingga langkah kedua dapat dilewati. Kemudian pada langkah ketiga, matriks perbandingan kriteria diubah dan dilengkapi. Sebagai contoh, perbandingan kriteria sikap kerja atas pekerjaan memberikan skala TFN (1,2,3) maka sebaliknya perbandingan antara pekerjaan dan sikap kerja akan memberikan skala TFN (1/3,1/2,1/1) dan begitu seterusnya hingga matriks keputusan dilengkapi. Berikut ini matriks perbandingan kriteria yang telah diubah dan dilengkapi.
Pada langkah ke-enam, diperoleh hasil bobot non-fuzzy dengan menghitung rata-rata bilangan fuzzy pada tiap kriteria (𝑀𝑀𝑖𝑖 ). Berikut ini merupakan hasil dari perhitungan langkah ke-enam dan ke-tujuh. Tabel 8 Hasil de-fuzzified dan normalisasi bobot fuzzy
Tabel 5. Matrik Perbandingan Kriteria
Kolom 𝑁𝑁𝑖𝑖 merupakan hasil bobot akhir level satu pada kriteria atau keputusan promosi untuk staf. Peneliti mengubah bobot kedalam bentuk persen (%) dan membatasi hanya dua angka di belakang koma untuk menyederhanakan penulisan bobot di browser. Adapun nilai bobot yang digunakan pada perhitungan TOPSIS akan digunakan nilai bobot asli (bukan dalam bentuk persen). Perhitungan bobot untuk beberapa subkriteria pada kriteria ‘Sikap kerja’, ‘Produktivitas’ dan ‘Pekerjaan’, dihitung dengan cara yang sama melalui tahapan fuzzy AHP begitu juga dengan pembobotan pada golongan leader dan supervisor. Pembobotan pada tiap kriteria dihitung nilai prioritas lokal dan prioritas globalnya. Prioritas
Setelah menyelesaikan tiga langkah awal dalam metode fuzzy AHP, maka dilanjutkan ke langkah ke-empat yaitu menghitung geometric �𝑖𝑖 ) dari nilai perbandingan fuzzy pada tiap mean (𝑟𝑟 criteria Tabel 6. Geometric Mean dari nilai perbandingan fuzzy
18
lokal merupakan nilai 𝑁𝑁1 yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya. Penjumlahan bobot kriteria pada prioritas lokal akan menghasilkan nilai satu. Sedangkan penjumlahan bobot kriteria pada prioritas global akan menghasikan nilai bobot sama dengan induk bobot induk kriterianya. Prioritas global pada level 1 (satu) kriteria diperoleh dengan mengalikan prioritas lokal dengan 1 (satu). Contoh untuk mendapatkan prioritas global kriteria ‘sikap kerja’ maka dihitung 0.263548253 x 1 = 0.263548253, Adapun prioritas global tiap subkriteria yaitu hasil kali dari prioritas lokalnya dengan prioritas global induknya. Contoh untuk memperoleh prioritas global pada subkriteria kebersihan yaitu sebagai berikut:
kriteria untuk pimpinan terdapat kriteria input tambahan yaitu hubungan secara horizontal, hubungan secara vertikal dan kemampuan pengambilan keputusan. Rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria (baik keputusan promosi untuk staf maupun untuk pimpinan) kecuali hasil KPI dan masa kerja, yaitu 5 (Istimewa), 4 (Baik Sekali), 3 (baik), 2 (Cukup), 1 (Kurang). Rating kecocokan untuk setiap alternatif pada kriteria hasil KPI yaitu 1 (Not Achieved), 2 (Achieved), 3 (Exceed 1), 4 (Exceed 2). Adapun rating untuk kriteria masa kerja yaitu lama kerja karyawan dalam hitungan bulan. peneliti akan menggunakan data sampel pada 5 (lima) karyawan sebagai alternatif (𝑉𝑉𝑖𝑖 ). Sampel data diambil dari karyawan dengan jabatan teknisi, sehingga pengurutan karyawan digunakan untuk menentukan karyawan yang paling layak dipromosikan menjadi QC Leader. Berikut merupakan data sampel penilaian karyawan (staf).
Prioritas global ‘kebersihan’ = prioritas lokal x prioritas global ‘sikap kerja’ = 0.101473784 x 0.263548253= 0.026743239 Berikut salah satu hasil akhir pembobotan untuk staff.
Tabel 10. Data Sampel Penilaian Staf Tabel 9 Kriteria Promosi (Staf)
Dalam membuat peringkat mengenai siapa yang paling layak dipromosikan, peneliti menggunakan metode TOPSIS. Hasil bobot prioritas global pada proses Fuzzy AHP dijadikan input bagi perhitungan TOPSIS. Adapun nilai bobot kriteria yang digunakan pada proses TOPSIS yaitu kriteria yang tidak memilik sub-kriteria (kriteria anak). Hal ini dikarenakan input penilaian yang dilakukan oleh HRD seluruhnya merupakan kriteria anak. Bobot kriteria induk hanya dijadikan acuan pada sub-kriterianya untuk menentukan bobot global. Jumlah seluruh nilai bobot global kriteria anak pada satu keputusan adalah 1 (satu). Hasil dari proses TOPSIS adalah urutan karyawan. Karyawan dengan peringkat teratas adalah karyawan yang paling layak dipromosikan. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis data untuk mengolah data dengan metode TOPSIS. Golongan kriteria yang dipilih peneliti yaitu golongan kriteria promosi untuk staf. Dalam keputusan promosi untuk staf terdapat beberapa kriteria yang dijadikan input penilaian, yaitu kebersihan, kerapihan, kelengkapan peralatan, motivasi untuk berprestasi, kepedulian terhadap lingkungan, kerjasama, hasil KPI, prosedur pencapaian hasil, inisiatif dan kreatifitas kerja, kecepatan dan ketelitian kerja, komitmen terhadap pekerjaan, pengetahuan teknis kerja, kedisiplinan, masa kerja. Sedangkan pada
Langkah awal dalam menentukan karyawan yang paling layak dipromosikan menggunakan metode TOPSIS yaitu membuat matriks ternormalisasi dari matriks keputusan. Matriks keputusan dapat dibentuk berdasarkan tabel 10 yang diubah dengan rating kecocokannya masingmasing. Matriks keputusan diatas selanjutnya dinormalisasi dengan persamaan pada tahap pertama TOPSIS. Berikut ini merupakan perhitungan TOPSIS dari data sampel penilaian leader
19
Deskripsi_Keputusan Deskripsi_Input Jenis_Keputusan Tanggal
Tabel 11. Data Sampel Penilaian Leader Manajer
Deskripsi_Keputusan Deskripsi_Input Aturan_Keputusan Hasil_Keputusan
Aturan_Keputusan Hasil_Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan Promosi Jabatan
Jenis_Keputusan Tanggal
HRD Jenis_Keputusan Tanggal Penilaian_User
Karyawan
Aturan_Keputusan Hasil_Keputusan
Gambar 6 Diagram Konteks Diagram konteks pada gambar 6 memperlihatkan entitas luar yang berinteraksi dengan sistem. Dalam hal ini entitas luar yang berinteraksi dengan sistem yaitu Manajer, Karyawan (Supervisor, Leader, Tekinisi, CSO) dan HRD. Diagram diatas juga memperlihatkan hak akses bagi tiap entitas luar. Manager memiliki peranan lebih untuk melakukan manajemen sistem pendukung keputusan (Deskripsi_Keputusan dan Deskripsi_Input) sementara HRD memiliki peranan untuk mengisi nilai karyawan (Penilaian_User). Selain hal yang telah disebutkan sebelumnya, semua entitas memiliki hak yang sama untuk menerima informasi mengenai Hasil_Keputusan dan Aturan_Keputusan.
Berikut ini merupakan data sampel untuk penilaian supervisor. Tabel 12. Data Sampel Penilaian Supervisor
b.
Diagram Nol 1.0 Olah Input
Manajer Deskripsi_Input
Input
Pilihan
Deskripsi_Keputusan 2.0 Olah Keputusan
Keputusan
Umpan_balik Deskripsi_Kriteria
3.0 Pembobotan Kriteria dengan Fuzzy AHP
Jenis_Keputusan Tanggal Hasil_ Keputusan Aturan_ Keputusan
Kriteria
Input User
Pilihan
Penilaian_User
HRD
4.0 Pengisian Nilai
Nilai
Jenis_Keputusan Tanggal Aturan_keputusan Hasil_Keputusan
5.0 Pengurutan Peringkat Karyawan
C. Perancangan Sistem 1. Data Flow Diagram (DFD) Berikut ini merupakan rancangan DFD yang dibuat. a. Diagram Konteks
Jenis_Keputusan Tanggal
Hasil_Keputusan Aturan_Keputusan
Karyawan
User
Gambar 7 Diagram Nol Diagram nol pada gambar 7 menjelaskan sistem pendukung keputusan secara umum. Terdapat 5 (lima) proses yang secara sekilas memeberikan pengertian mengenai fitur-fitur sistem yang dibangun. Proses-proses tersebut antara lain yaitu olah input, olah keputusan, pembobotan kriteria dengan Fuzzy AHP, Pengisian Nilai dan pengurutan peringkat karyawan dengan TOPSIS. Simpanan Data (Data Store) dijabarkan pada diagram diatas. Arus data dari dan/ atau ke 20
Simpanan Data tidak dijabarkan karena data yang dikirim atau diterima berupa data dalam bentuk satu record utuh. Penggambaran satu record utuh dalam penelitian ini akan digunakan istilah ‘deskripsi’, contohnya satu record utuh untuk data input diberi nama dengan ‘Deskripsi_Input’. c.
Diagram diatas menjelaskan proses pengurutan karyawan. Awal dari proses pengurutan digambarkan digambarkan pada proses Pilih User dimana proses tersebut melakukan pengambilan data user yang sesuai kemudian dilanjutkan dengan proses Pengrutan TOPSIS yang melakukan pengurutan karyawan. Diagram ini juga menggambarkan bagaimana proses Lihat Aturan Keputusan dijalankan.
Diagram 1.0 Deskripsi_Pilihan
Deskripsi_Input
1.1 Tambah Input
1.4 Tambah Pilihan
1. 1.2 Edit Input
Input
Deskripsi_ Pilihan
Deskripsi_Input
1.3 Hapus Input
Manajer
Id_Input
1.5 Edit Pilihan
Id_Pilihan
Entity Relationship Diagram (ERD) Selanjutnya dilakukan rancangan basis data. Adapun rancangan basis data dibuat dengan alat bantu ERD. Berikut merupakan ERD sistem yang dirancang.
Pilihan
1.6 Hapus Pilihan
idCabang idStatus
Gambar 8 Diagram 1.0
idDivisi
idJabatan
poin nama
idJnsKel
kinerja
pos id
nama
Diagram 1.0 diatas memperlihatkan proses lengkap olah input yang melibatkan proses tambah, ubah dan hapus input kemudian juga melibatkan proses tambah, ubah dan hapus pilihan. Prosesproses tersebut masing-masing berinteraksi dengan basis data.
nilai
tglMulaiKerja User
pass
memiliki
Pilihan
1
id
nama M
1
idPilihan
id idKaryawan
memiliki
rentang
M
memiliki idJabatan
tipe idInput
M
tgl
Nilai
nilai
M
Input
N
N
memiliki
M
id jabatan
Jabatan
idDivisi
1 N
default
1
idJabatan
memiliki
dinilai idJabatan
idPilihan memiliki
memiliki idInput
idKeputusan
keterangan memiliki
M
N
M
id
d.
Diagram 2.0
1
Kriteria
id
memiliki
1
1
Keputusan
1
modeBobot
idKriteria
rentang
2.1 Tambah Keputusan
Deskripsi_Keputusan
Deskripsi_Umpan_Balik
nama
2.4 Tambah Umpan Balik
idInput
memiliki
bobot idKeputusan
keterangan M
Umpan_balik
peringkat
isi
2.2 Edit Keputusan
Keputusan
2.3 Hapus Keputusan
Gambar 11 ERD Sistem yang dirancang
Deskripsi_Keputusan Manajer
Umpan_balik
Id_Keputusan Id_Umpan_Balik
ERD diatas menggambarkan hubungan antar entitas. Entitas yang digambarkan hanyalah entitas untuk sistem pendukung keputusan (entitas Keputusan, Kriteria, Input, Nilai, Pilihan dan Umpan_Balik), sedangkan entitas lain pada sistem KPI tidak disertakan, kecuali entitas User dan Jabatan. Entitas User dan Jabatan pada ERD diatas hanya untuk menggambarkan hubungannya dengan entitas-entitas di sistem pendukung keputusan promosi jabatan yang akan dirancang.
2.5 Edit Umpan Balik
Gambar 9 Diagram 2.0 Diagram diatas memperlihatkan pengolahan keputusan yang mencakup tambah, ubah dan hapus keputusan. Diagram ini juga memperlihatkan proses tambah dan ubah umpan balik. Secara keseluruhan proses ini menggambarkan bagaimana simpanan data keputusan diolah dalam basis data.
e.
2.
Perancangan Antarmuka Pada tahap ini peneliti melakukan perancangan antarmuka sistem. Perancangan dilakukan untuk menentukan tempat dari fitur-fitur yang akan dipasang. Berikut ini beberapa rancangan antarmuka yang dibuat peneliti:
Diagram 5.0 Jenis_Keputusan Tanggal
Hasil_Keputusan Jenis_Keputusan Manager Aturan_Keputusan
User
Jenis_Keputusan Tanggal Jenis_Keputusan Tanggal
Jenis_Keputusan
5.2 Pilih User
Aturan_Keputusan Keputusan
5.1 Lihat Aturan Keputusan
Jenis_Keputusan
HRD Keputusan
Hasil_Keputusan
Kriteria Karyawan
Aturan_Keputusan
Hasil_Keputusan
Daftar_User
Kriteria
5.3 Pengurutan TOPSIS
Nilai
Umpan_balik
Gambar 10 Diagram 5.0
21
Gambar 12 Halaman ‘Decision Support’
Gambar 13 Halaman ‘Manage Input’
Gambar 14 Halaman ‘Add Input’ dan ‘Edit Input’
Gambar 15 Halaman ‘Manage Selection’
Gambar 16 Halaman ‘Add Selection’ dan ‘Edit Selection’
Gambar 18 Halaman ‘Add Decision’ dan ‘Edit Decision’
Gambar 17 Halaman Olah Keputusan Halaman ‘Manage Decision’
Gambar 19 Halaman ‘Feedback’
22
peneliti melakukan pengujian secara mandiri terhadap fungsi dasar sistem untuk menemukan kesalahan. Kesalahan yang teridentifikasi segera diperbaiki. Selanjutnya progress sistem diperlihatkan kepada calon pengguna. Pada increment kedua di tahap construction dilakukan pengujian menggunakan metode black-box testing. Proses pengujian dilakukan oleh peneliti dan juga oleh calon pengguna sistem pada browser Google Chrome. Browser ini dipilih karena semua karyawan I2S termasuk manajer I2S menggunakan browser ini untuk mengakses sistem perhitungan KPI. Sistem perhitungan KPI merupakan sistem yang akan diintegrasikan dengan sistem pendukung keputusan yang dibangun. Browser Google Chrome mendukung secara penuh fungsionalitas sistem perhitungan KPI ini sedangkan browser lainnya masih dalam tahap pengembangan. Pada proses black-box testing sistem pendukung keputusan yang dibangun, setiap unit dan fungsionalitas sistem diperiksa satu-persatu. Kesalahan atau error yang ditemukan akan dicatat dan di perbaiki oleh peneliti.
Gambar 20 Halaman ‘DSS Input’ D. Construction Pada tahap ini dilakukan pembuatan source code atau implementasi kode program berdasarkan rancangan yang telah dibuat. Source code ditulis dengan menggukan program Netbeans IDE 8.0. Bahasa pemrograman yang dilibatkan dalam proses pengkodean sistem antara lain yaitu javascript, php, html, css. Bahasa pemrograman yang dominan digunakan dalam pengembangan sistem ini yaitu javascript. Dalam penulisan source code javascript peneliti menggunakan beberapa library. Proses yang melibatkan javascript meliputi proses pengiriman data, perpindahan halaman, event handling, sorting, error handling dan lain-lain. Pengembangan sistem web dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi WampServer versi 2.4 yang didalamnya terdapat aplikasi Apache 2.4.4, PHP 5.4.16, dan MySql 5.6.12 sekaligus dengan phpMyAdmin sebagai interface untuk mengolah database. Setelah melakukan implementasi kode program, peneliti melakukan pengujian perhitungan fuzzy AHP dan TOPSIS pada sistem untuk memastikan hasil hitung memberikan nilai yang benar. Pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan manual yang telah dilakukan pada tahap anilisis data dengan hasil perhitungan yang dilakukan oleh sistem yang telah dibuat. Dari hasil pengujian terlihat bahwa semua perhitungan menghasilkan nilai yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa perhitungan Fuzzy AHP dan TOPSIS pada sistem telah memberikan hasil yang benar. Pada tahap ini, peneliti juga melakukan proses pengujian terhadap sistem untuk menemukan kesalahan (error) sistem yang mungkin masih ada. Pada increment pertama
V. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sistem pendukung keputusan promosi karyawan dengan Fuzzy AHP dan TOPSIS ini dirancang dan dibangun melalui tahapan incremental. Tahapan incremental yang dilakukan yaitu communication, planning, modeling, construction dan deployment. 2. Sistem pendukung keputusan promosi karyawan dengan Fuzzy AHP dan TOPSIS yang telah dibangun ini dapat membantu manajer I2S mempercepat proses pengambilan keputusan promosi karyawan dan mampu mengurangi subjektivitas sehingga kualitas keputusan lebih objektif. Keakuratan dan keadilan pengambilan keputusan juga tercapai melalui sistem ini. Sistem ini juga dapat mengatasi permasalahan pemilihan karyawan jika hasil penilaian tidak jauh berbeda (hampir seimbang). Semua hal itu dapat diraih karena sistem ini melakukan proses pembobotan dan perhitungan kelayakan karyawan secara otomatis (terkomputerisasi) dengan metode Fuzzy AHP dan TOPSIS. Metode Fuzzy AHP digunakan untuk menghitung bobot kriteria sedangkan TOPSIS digunakan untuk mengurutkan peringkat karyawan. VI. REFERENSI [1] Hasibuan, M.S.P. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta. [2] Kusumadewi, S., Hartati, S., Harjoko, A., & Wardoyo, R. 2006. Fuzzy Multi-Attribute 23
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
Decision Making (FUZZY MADM). Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Volarić, T., Brajković, E., & Sjekavica, T. 2014. Integration of FAHP and TOPSIS Methods for the Selection of Appropriate Multimedia Application for Learning and Teaching. electronic form only:: DA. Momeni, M., Fathi, M. R., Jafarzadeh, A. H., & Behrooz, A. 2012. Integration of Interval TOPSIS and Fuzzy AHP for Technology Selection. Nature & Science, 10(6). Abdolshah, M., & Nejad, S. S. 2013. Developing a new model using Fuzzy AHP and TOPSIS methods in supplier selection problem in Supply Chain Management-A case study of SADRA Company in IRAN. Supply Chain Management Journal, 4(1), 26-44. Ayhan, M. B. 2013. A Fuzzy AHP Approach for Supplier Selection Problem: A Case Study in a Gear Motor Company. arXiv preprint arXiv:1311.2886. Özdağoğlu, A., & Özdağoğlu, G. 2007. Comparison of AHP and fuzzy AHP for the multi-criteria decision making processes with linguistic evaluations. İstanbul Ticaret Üniversitesi Fen Bilimleri Dergisi, 6(11), 6585.
COPYRIGHT Dengan ini kami menyatakan bahwa jurnal ini benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai jurnal atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis bertanggung jawab dalam menyalin (mereproduksi) gambar atau tabel dan citra yang diperoleh dari pihak lain dengan apresiasi (acknowledgement) yang benar.
24
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENCATATAN KEUANGAN PADA KOPERASI LANCAR JAYA Sarip Hidayatuloh1, Indah Sari Agustin2 Program Studi Sistem Informasi1,2 Fakultas Sains danTeknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
[email protected],
[email protected] Abstract - With the development of increasingly advanced technology today cooperatives should improve managerial performance by utilizing these technologies. Among the recording of financial data to be used as financial statements. Current Cooperative Jaya, processing financial data to be reported is still done manually which cause management to lose control. So it may happen transactions are not recorded, lost documents, and problem reporting delay making financial reports are not accurate and can not be used as a basis for making decisions. Based on these problems, in this study Analysis and Design of Information Systems Financial Recording Current Cooperative Jaya which can be used to process and store data in the form of financial cooperative cash receipts and disbursements of data to produce financial statements are accurate, timely and accounted for. Analysis and Design of Information Systems using the Waterfall method which refers to the theory of Jeffery L, Whitten Dkk. (2004) with the Unified Modeling Language (UML) as the modeling tool system, while microsoft visio 2013 as the design of the interface design and create charts. The research methodology used to use observation, interviews, literature and for the development of cooperative information systems using waterfall development methodology. The results of this study are Analysis and Design of Information Systems Financial Recording desktop based. The design is expected to facilitate the flow of information recording keuangann, as well as supporting the implementation of cooperative binis process. Keywords: cooperative, financial records, receipts and cash disbursements, UML, interface design, microsoft visio 2013, tools, waterfall. tersebut, selain itu data juga memegang peranan yang penting dalam sistem informasi, data yang akan dimasukkan dalam sebuah sistem informasi dapat berupa formulir-formulir, prosedur-prosedur, dan bentuk data lainnya.
I. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi terjadi begitu cepat dengan tingkat persaingan yang tinggi. sehingga mengharuskan perusahaan atau organisasi berupaya meningkatkan kualitas yang disertai dengan peningkatan kemampuan sumber daya. Dalam koperasi pasti memiliki proses keuangan yang dikeluarkan atau dimasukkan, dalam hal ini peneliti akan membahas tentang sistem informasi pencatatan keuangan pada Koperasi Lancar Jaya serta melihat sejauh dan sebaik mana yang diterapkan oleh koperasi tersebut dan menganalisanya. Melihat kondisi proses bisnis koperasi saat ini yaitu dengan masih banyaknya penggunaan sistem yang masih manual dan menggunakan software yaitu microsoft excel 2007 sehingga membuat kinerja menjadi kurang efisien
B. Koperasi Dalam Undang-Undang perkoperasian nomor 25 tahun 1992, Koperasi diartikan sebagai badan usaha yang beranggotakan kumpulan orang atau badan hukum Koperasi dengan berlandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasarkan atas azas kekeluargaan. Koperasi merupakan kumpulan orang atau badan hukum berdasarkan prinsip Koperasi yaitu untuk memajukan kepentingan anggota dan masyarakat umum. Dalam Koperasi tidak ada paksaan dan campur tangan dari pihak lain. Semua diatur oleh para anggota, sehingga pemegang kekuasaan tertinggi adalah rapat para anggota. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) didasarkan pada besar kecilnya karya dan jasa anggota (Departemen Koperasi, 1994).
II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Sistem Informasi Sistem Informasi merupakan kumpulan dari perangkat keras dan perangkat lunak komputer serta perangkat manusia yang akan mengolah data menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak
C. Pencatatan Keuangan Pada Koperasi 25
Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya atas dasar prinsip koperasi dan kaidah ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat sekitarnya, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Koperasi memiliki karakteristik utama yang membedakannya dengan badan usaha lain yaitu adanya identitas ganda (the dual identity of the member) pada anggotanya. Anggota koperasi berperan sebagai pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi (user own oriented firm). Laporan keuangan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen, atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan koperasi yang disusun berdasarkan PSAK, akan membuat informasi yang disajikan menjadi lebih mudah dipahami, mempunyai relevansi, keandalan, dan mempunyai daya banding yang tinggi. Sebaliknya jika laporan keuangan koperasi disusun tidak berdasarkan standar dan prinsip yang berlaku, dapat menyesatkan penggunanya.
beralamat di Jl. Wibawa Mukti Pedurenan No. 39 Jatiluhur Jatiasih Bekasi. Dalam observasi dilakukan pengamatan dan diskusi dengan pihak terkait dalam hal lingkungan pengendalian organisasi dan sistem pencatatan keuangan yang berjalan dalam Koperasi Lancar Jaya sehingga dapat disimpulkan masalah yang ada dalam organisasi dan dapat dilakukan penelitian sebagai usaha atau pemecahan masalah tersebut. Dalam observasi tersebut telah didapatkan: a. Profil Koperasi Lancar Jaya. b. Sistem Yang Sedang Berjalan. c. Data-data tentang standar sistem informasi pencatatan keuangan koperasi lancar jaya. 3.
MetodeWawancara Peneliti melakukan diskusi dengan Ibu Ika selaku bendahara mengenai proses Koperasi Lancar Jaya. Sehingga peneliti dapat mengetahui kebutuhan yang diperlukan dalam merancang Sistem Informasi Pencatatan Keuangan pada koperasi tersebut. 4. Studi Literatur Sejenis Penelitian ini menggunakan laporan penelitian yang berjudul Rancang Bangun Sistem Informasi Pencatatan Keuangan Organisasi NonProfit (Studi Kasus: Di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) PATTIRO).
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data digunakan untuk melakukan pengumpulan data-data yang digunakan dalam penelitian. Baik berupa data-data pendukung penelitian maupun data-data yang akan digunakan dalam pembuatan sistem informasi pencatatan keuangan pada koperasi lancar jaya. Fungsi dari metode pengumpulan data adalah agar proses pengumpulan data dalam penelitian dapat terorganisir dengan baik sehingga akan mempercepat proses penelitian. 1. Studi Pustaka Dalam proses studi pustaka dilakukan pencarian data-data terkait penelitian yang akan dijadikan landasan teori dalam melakukan penelitian. Setelah menjadi landasan teori, datadata tersebut berguna untuk menjadi petunjuk penelitian dan acuan untuk tahapan pengembangan sistem. Pencarian data tersebut dilakukan dengan cara melakukan kunjungan ke berbagai perpustakaan. 2. Observasi / Pengamatan Teknik ini dilakukan pada tanggal 24 maret 2014 sampai dengan 24 april 2014 dengan cara pengamatan langsung terhadap proses atau kegiatan yang dilakukan oleh Koperasi Lancar Jaya yang
B. Metode Pengembangan Sistem Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Object oriented dengan model waterfall strategy sequential (strategi air terjun beraturan). Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, strategi ini mensyaratkan penyelesaian tiap proses secara satu per satu sehingga lebih mudah dimengerti. Tahapan model watefall strategy sequential yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut. 1. Permulaan Sistem (System Initiation) Dalam tahap ini, terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan di dalam membangun sistem informasi pencatatan keuangan pada Koperasi Lancar Jaya antara lain: a. Identifikasi Masalah, yaitu menjelaskan masalah pada proses pencatatan keuangan yang sedang berjalan. b. Lingkup Sistem, yaitu menentukan batasan ruang lingkup sistem informasi pencatatan keuangan yang akan dibangun.
26
c. Tujuan, yaitu menentukan untuk apa dan untuk siapa sistem informasi pencatatan keuangan dibangun. 2. Analisis Sistem (system Analysis) Dalam tahap ini, peneliti akan menguraikan beberapa hal, yaitu: a. Gambaran Umum Koperasi Lancar Jaya seperti Visi, Misi, Struktur Organisasi, dan Fungsi Koperasi tersebut. b. Analisa sistem yang berjalan menjelaskan sistem yang dipakai oleh Koperasi Lancar Jaya dalam melakukan proses kegiatan transaksi sebelum adanya sistem informasi Pencatatan Keuangan. c. Analisa pemecahan masalah menguraikan tentang beberapa usulan yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan pada sistem yang berjalan. d. Kebutuhan User dan Sistem Informasi Pencatatan Keuangan.
Gambar 3.1 KerangkaPenelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Sistem Berjalan Ada satu sistem pokok yang ada dalam sistem keuangan Koperasi Lancar Jaya yaitu sistem penerimaan dan pengeluaran kas. Sistem tersebut masih dilakukan secara manual. 1. Sistem Pencatatan Penerimaan dan Pengeluaran Kas
3. Desain Sistem (System Design) Desain sistem dirancang sebagai penggambaran model sistem untuk mendokumentasikan aspek teknis dari sebuah sistem yang akan dibangun. Pada tahap ini, peneliti akan membuat desain sistem yang akan dibangun, meliputi perancangan proses menggunakan Use Case Diagram, Activity Diagram, dan Sequence Diagram, perancangan input dan output, perancangan database menggunakan Class Diagram, dan perancangan tampilan user interface (GUI). Proses desain akan menggunakan perancangan sistem notasi UML yang digambarkan dalam Microsoft Visio sebagai tools system design dan Microsoft Visual Studio 2008 sebagai perancangan tampilan user interface (GUI).
Sistem Pencatatan Penerimaan dan pengeluaran Kas di Koperasi Lancar Jaya dimulai dengan Bendahara 1 dan 2 membuat bukti penerimaan & pengeluaran Kas. Kemudian Bukti Penerimaan dan pengeluaran Kas tersebut diberikan kepada Ketua untuk ditandatangani, direvisi, atau ditolak. Setelah Bukti Penerimaan dan pengeluaran Kas ditandatangani, Bendahara 1 dan 2 mencatatnya kedalam jurnal penerimaan dan pengeluaran.
C. Kerangka Penelitian Berikut ini adalah kerangka penelitian dari penelitian yang dilakukan digambarkan pada Gambar dibawah ini.
Gambar 4.1 Sistem Berjalan Pencatatan Penerimaan dan Pengeluaran Kas B. Analisa Kebutuhan Sistem 27
Gambar 4.4 Activity Diagram Login
Tujuan dari analisa kebutuhan sistem adalah untuk memperjelas sistem apa yang akan dirancang sesuai dengan permasalahan yang ada. C. Analisa Sistem Usulan Setelah melakukan analisa kebutuhan sistem maka dapat disimpulkan untuk membuat sebuah sistem yang bisa mengatasi masalah serta memenuhi kebutuhan sistem.
Gambar 4.5 Activity Diagram Input Penerimaan Kas
Gambar 4.2 Sistem Usulan Pencatatan Penerimaan dan Pngeluaran Kas 1.
Use – Case Diagram
Gambar 4.6 Activity Diagram Input Pengeluaran Kas
Gambar 4.3 Use-case Diagram Sistem Usulan 2.
Activity Diagram
Gambar 4.7 Activity Diagram Persetujuan Penerimaan Kas
28
Gambar 4.8 Activity Diagram Persetujuan Pengeluaran Kas Gambar 4.12 Activity Diagram Lihat Laporan Keuangan 3.
Class Diagram
Gambar 4.9 Activity Diagram Klarifikasi Data Keuangan
Gambar 4.13 Class Diagram Sistem Informasi Pencatatan Keuangan Koperasi Lancar Jaya 4.
Skema Mapping
Gambar 4.10 Activity Diagram Cetak Bukti Penerimaan Kas
Gambar 4.14 Schema Mapping Pencatatan Keuangan
Gambar 4.11 Activity Diagram Cetak Bukti Pengeluaran Kas 29
5.
Sequence Diagram
Gambar 4.18 Sequence Diagram Persetujuan Penerimaan Kas Gambar 4.15 Sequence Diagram Login
Gambar 4.16 Sequence Diagram Input Penerimaan Kas Gambar 4.19 Sequence Diagram Persetujuan Pengeluaran Kas
Gambar 4.17 Sequence Diagram Input Pengeluaran Kas Gambar 4.20 Sequence Diagram Cetak Penerimaan Kas
30
6.
Statechart Diagram
Gambar 4.21 Sequence Diagram Cetak Pengeluaran Kas
Gambar 4.24 Statechart Diagram Penerimaan Kas
Gambar 4.22 Sequence Diagram Lihat Laporan Keuangan
Gambar 4.25 Statechart Diagram Pengeluaran Kas
7.
Deployment Diagram
Gambar 4.23 Sequence Diagram Klarifikasi Data Keuangan
Gambar 4.26 Deployment Diagram Pencatatan Keuangan
31
D. Perancangan Antar Muka Sistem Pada tahap ini dilakukan perancangan tampilan (antarmuka) halaman-halaman desktop, dimana dari beberapa menu memiliki form, yaitu form dana, user, status, pegawai, penerimaan kas, dan pengeluaran kas. Beserta output laporan keuangan, bukti penerimaan kas dan pengeluaran kas. Perancangan antarmuka ini diharapkan dapat memudahkan pengguna dalam menjalankan sistem informasi pencatatan keuangan pada Koperasi Lancar Jaya. Berikut ini adalah gambaran rancangan antarmuka sistem.
Gambar 4.30 Rancangan Halaman Form Pegawai
Gambar 4.27 Rancangan Halaman Login Sistem
Gambar 4.31 Rancangan Halaman Form Status
Gambar 4.28 Rancangan Halaman Utama User
Gambar 4.32 Rancangan Halaman Form Dana
Gambar 4.29 Rancangan Halaman Form User Gambar 4.33 Rancangan Halaman Form Penerimaan Kas
32
Gambar 4.34 Rancangan Halaman Form Pengeluaran Kas
Gambar 4.37 Rancangan Halaman Laporan Keuangan Perubahan Modal
Gambar 4.35 Rancangan Halaman Laporan Keuangan Neraca
Gambar 4.38 Rancangan Halaman Laporan Keuangan Arus Kas
Gambar 4.36 Rancangan Halaman Laporan Keuangan Laba Rugi
Gambar 4.39 Rancangan Halaman Bukti Penerimaan Kas .
33
[2]. [3].
[4]. [5].
[6].
[7]. Gambar 4.40 Rancangan Halaman Bukti Pengeluaran Kas [8]. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan a. Analisis sistem pencatatan keuangan yang saat ini berjalan pada Koperasi Lancar Jaya telah berhasil membuat pencatatan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas yang sudah terkomputerisasi serta karyawan dapat mencetak bukti penerimaan dan pengeluaran kas. b. Rancangan sebuah sistem pencatatan keuangan yang keluar dan masuk dapat meningkatkan kinerja karyawan pada Koperasi Lancar Jaya. c. Menghasilkan analisis dan perancangan sistem informasi pencatatan keuangan Koperasi Lancar Jaya yang tepat waktu, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga ketua dapat mengambil keputusan berdasarkan laporan yang ada.
[9]. [10].
[11]. [12]. [13]. [14].
[15]. [16].
[17].
B. Saran a. Dengan adanya analisis pencatatan keuangan, dapat mengefisiensikan proses kerja pada karyawan dan mempermudah dalam pencatatan keuangan yang masuk maupun keluar. b. Diharapkan kedepannya sistem informasi pencatatan keuangan tidak hanya penerimaan dan pengeluaran kas saja tetapi bisa ditambahkan produk jasa koperasi lainnya yaitu simpan pinjam
[18].
COPYRIGHT Dengan ini kami menyatakan bahwa jurnal ini benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai jurnal atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis bertanggung jawab dalam menyalin (mereproduksi) gambar atau tabel dan citra yang diperoleh dari pihak lain dengan apresiasi (acknowledgement) yang benar.
VI. REFERENSI [1].
Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern. Yogyakarta: Penerbit: Andi. 2007 Arifin Sitio. Koperasi: Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga. 2001 Bodnar, George H. dan William S. Hopwood. Sistem Informasi Akuntansi Salemba Empat. Jakarta. 2000 Gulo, W. Metodologi Penelitian. Grasindo. Jakarta. 2002 Hartono, Jogiyanto MBA. Ph.D. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Andi. Yogyakarta. 2005 Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. 2002 Jogiyanto HM. Analisis dan Desain Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Andi Offset: Yogyakarta. 2009. John J Wild. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Buku Satu. Edisi Delapan. 2005 Kadir, Abdul.Pengenalan Sistem Informasi, Yogyakarta: Andi. 2003 Kendall, Keneith E, dan Julie E. Kendall. Analisis dan Perancangan Sistem. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. 2003 Munawar. Pemodelan Visual UML. Graha Ilmu Media: Yogyakarta. 2007. Mulyanto A. Sistem Informasi. Konsep dan Aplikasi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2009. Nazir M. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia : Bogor. 2005 Sholiq. Pemodelan Sistem Informasi Berorientasi Objek dengan UML. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009 Soemarso SR Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rineka Citra. 2002 Pressman , Roger S. Rekayasa Perangkat Lunak. Buku 1. Alih Bahasa. Yogyakarta: Andi. 2002 Warren Reeve Fess. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Buku dua, Edisi 21. Whitten, Jeffery L, Dkk. Metode Desain dan Analisis Sistem. Andi. Yogyakarta. 2004
Al Fatta, Hanif. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Keunggulan
34
USULAN MANAJEMEN RISIKO BERDASARKAN STANDAR SNI ISO/IEC 27001:2009 MENGGUNAKAN INDEKS KAMI (KEAMANAN INFORMASI) STUDI KASUS: BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BNP2TKI) Indah Kusuma Dewi1, Fitroh2, Suci Ratnawati3 1,2,3
Jurusan Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tel: (021) 7493606 Fax: (021) 7493315 Email :
[email protected] ,
[email protected] 2,
[email protected]
Abstract - National Agency for the Placement and Protection of Indonesian Overseas Workers (BNP2TKI) managing labor data are vital such as data placement and data arrival so required security information. At the Center for Research and Development Information (Puslitfo) are the head of information systems in charge of sub-areas of system development and maintenance of the system. Of the two sub-areas that many threats that occur as the incident that led to the demise of electricity damaged server so that services should be in real time was inhibited. The study began with a check (analysis of current conditions), Act (Selfassessment based index WE) is an evaluation of the role and the importance of ICT as well as V (five) the completeness of the information security area, namely governance, risk management, framework, asset management, and technology and information security, Plan (Creating Risk Management Plan) which has an output Inventory asset, threat list, list of potential weakness, value possible threats, the impact value, and the value of risk and level of risk. And the last one is Do (Implement controls planned). From the results, the role and the importance of ICT with a score of 31, which has a higher category. For completeness of information security level still needs to be improved, and the maturity level of information security is at the first level categories (initial conditions). Of V (five) area evaluation, information security risk management has not reached the minimum so that made the Risk Management Plan and the policies and controls in the Risk Management Plan. Keywords: Risk Management Plan, Assets, Threats, Weaknesses, Value Possible Threat, Impact Analysis, Risk Value. insiden yang pernah terjadi adalah saat aliran listrik yang tiba-tiba mati dan menyebabkan server menjadi rusak. Saat itu pelayanan yang biasanya real time pun tidak dapat diakses oleh para user. Apalagi BNP2TKI yang terletak di Jl. MT. Haryono ini adalah kantor pusat sehingga kasus itu pun berimbas pula ke kantor-kantor cabang di Indonesia. Kasus ini membuat BNP2TKI menderita kerugian baik dari segi bisnis maupun informasi.
I. PENDAHULUAN Pada bidang sistem informasi di Puslitfo, terdapat dua sub bidang yaitu pengembangan sistem dan pemeliharaan sistem. Dua sub bidang inilah yang mengelola seluruh aplikasi dan server untuk kebutuhan data dan informasi baik internal maupun eksternal. Oleh karena itulah mereka memerlukan sebuah pengkajian risiko untuk tugas mereka yang berisiko tinggi bagi kelangsungan bisnis dan informasi di BNP2TKI. Setelah penulis melakukan observasi dan wawancara kepada kepala sub bidang pengembangan sistem, BNP2TKI ternyata tidak mempunyai pengkajian dan pengelolaan risiko, tidak ada kerangka kerja pengelolaan risiko yang mencakup klasifikasi aset informasi dan tingkat keamanan serta tidak melakukan pendefinisian kepemilikan dan pihak pengelola aset informasi. BNP2TKI hanya menjadi organisasi yang reaktif terhadap risiko ancaman yang terjadi. Contoh
II. LANDASAN TEORI A. SNI ISO/IEC 27001:2009 Merupakan susunan secara adopsi identik terhadap standar ISO/IEC 27001:2005, Information technology – Security techniques – Information security management systems – Requirements. Standar yang merupakan standar nasional ini dibuat sebagai model untuk penetapan, penerapan, pengoperasian, pemantauan, pengkajian, pemeliharaan, dan perbaikan Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI). Desain dan penerapan SMKI dari suatu perusahaan 35
dipengaruhi oleh kebutuhan dan sasaran perusahaan. Standar ini dan sistem pendukungnya diperkirakan akan berubah dari waktu ke waktu. Penerapan SMKI disesuaikan pula dengan kebutuhan perusahaan. Standar ini dapat digunakan untuk menilai kesesuaian oleh pihak terkait baik internal maupun eksternal (Badan Standardisasi Nasional SNI ISO/IEC 27001: 2005). Standar SNI ISO/IEC 27001:2009 mengadopsi model “Plan-Do-Check-Act” (PDCA) yang diterapkan untuk membentuk seluruh proses SMKI. Gambar 2.1 memperlihatkan persyaratan keamanan informasi dan harapan dari pihak terkait menjadi masukan bagi SMKI, serta melalui tindakan dan proses yang diperlukan akan menghasilkan keluaran keamanan informasi yang memenuhi persyaratan dan harapan tersebut.
Tabel 2.1 Penjelasan Model PDCA
Menetapkan kebijakan, sasaran, proses dan prosedur SMKI yang sesuai untuk pengelolaan risiko dan perbaikan keamanan informasi agar menghasilkan hasil yang sesuai dengan kebijakan dan sasaran perusahaan secara keseluruhan.
Do (Penerapan dan Pengoperasian SMKI)
Menerapkan dan mengoperasikan kebijakan pengendalian, proses dan prosedur SMKI.
Check (Pemantauan dan Pengkajian
Mengukur kinerja proses terhadap
kebijakan, sasaran SMKI dan pengalaman praktis dan melaporkan hasilnya kepada manajemen untuk pengkajian.
Act (Peningkatan dan Pemeliharaan SMKI)
Mengambil tindakan korektif dan pencegahan berdasarkan hasil internal audit SMKI dan tinjauan manajemen atau informasi terkait lainnya, untuk mencapai perbaikan berkesinambungan dalam SMKI.
B. Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah proses untuk mengidentifikasi risiko, menganalisa risiko dan melakukan penanganan untuk mengurangi risiko sampai dampaknya terhadap proses bisnis di perusahaan ataupun organisasi pada level yang dapat diterima atau dibolehkan (Sarno&Iffano, 2009). Manajemen risiko meliputi aktifitas-aktifitas yaitu: identifikasi informasi, identifikasi ancaman dan kelemahan, analisa dampak bisnis serta penilaian risiko (risk assessment).
Gambar 2.1 Model PDCA
Plan (Penetapan SMKI)
SMKI)
Penilaian Risiko Penilaian risiko (risk assessment) adalah langkah atau tahap pertama dari proses manajemen risiko dan bertujuan untuk mengetahui ancamanancaman (threat) dari luar yang berpotensi mengganggu keamanan informasi organisasi dan potensial kelemahan (vulnerability) yang mungkin dimiliki oleh informasi di perusahaan atau organisasi (Sarno&Iffano, 2009). Pada tahap ini, penulis mengadopsi dan mengadaptasikannya menjadi Plan, yaitu membuat Risk Management Plan dengan melakukan tahap-tahap pada metode dibawah ini. Metode penilaian risiko terdiri dari 6 (enam) tahapan yaitu: 1. Identifikasi aset/Fasilitas Informasi 2. Identifikasi ancaman (threat) 3. Identifikasi kelemahan (vulnerability) 4. Menentukan kemungkinan ancaman (probability) 5. Analisa dampak (impact analysis) 6. Menentukan nilai risiko 36
INPUT
TAHAPAN
OUTPUT
Aset
TAHAP 1 Identifikasi Aset/ Fasilitas Informasi
Inventarisasi Aset
Historis ancaman yang pernah terjadi
TAHAP 2 Identifikasi Ancaman
Daftar Ancaman (Threat)
Laporan penilaian terdahulu, hasilhasil audit
TAHAP 3 Identifikasi Kelemahan
Daftar kelemahan yang potensial
Historis gangguan
TAHAP 4 Menentukan Kemungkinan
Nilai kemungkinan ancaman
Aset yang kritikal dan sensitif
TAHAP 5 Analisa Dampak
Nilai Dampak
Besarnya dampak
TAHAP 6 Menentukan Nilai Risiko
Risiko dan level risiko
PDCA ini juga dapat dilakukan dari siklus mana saja, baik itu dari Do, Check, maupun Act. Penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan Check-Act-Plan-Do (CAPD). Alasan penulis memilih model CAPD karena penulis melihat dari saran penelitian sebelumnya yang kebanyakan hanya melakukan Plan dan Do saja. Karena framework SNI ISO/IEC 27001: 2009 ini fleksibel, maka dapat disesuaikan dengan kondisi organisasinya. BNP2TKI belum pernah melakukan tata kelola teknologi informasi dan tidak memiliki pengkajian risiko untuk mengelola ancamanancaman yang ada maupun yang akan datang. Maka dengan melakukan Check terlebih dahulu, penulis dapat mengetahui apa kebutuhan sebenarnya dari BNP2TKI. Berikut ini adalah tabel model CAPD yang dilakukan oleh penulis beserta dengan penjelasannya: Tabel 3.1 Model CAPD Check (pemantauan Mengobservasi profil, dan pengkajian) struktur organisasi dan SOP, serta kondisi organisasi saat ini untuk dijadikan analisis kondisi terkini.
Gambar 2.2 Tahapan Penilaian Risiko C. Indeks KAMI (Keamanan Informasi) Indeks KAMI adalah alat evaluasi untuk menganalisis tingkat kesiapan pengamanan informasi di instansi pemerintah. Alat evaluasi ini tidak ditujukan untuk menganalisis kelayakan atau efektivitas bentuk pengamanan yang ada, melainkan sebagai perangkat untuk memberikan gambaran kondisi kesiapan (kelengkapan dan kematangan) kerangka kerja keamanan informasi kepada pimpinan Instansi. Evaluasi dilakukan terhadap berbagai area yang menjadi target penerapan keamanan informasi dengan ruang lingkup pembahasan yang juga memenuhi semua aspek keamanan yang didefinisikan oleh standar SNI ISO/IEC 27001:2009. Hasil evaluasi indeks KAMI menggambarkan tingkat kematangan, tingkat kelengkapan penerapan SNI ISO/IEC 27001:2009 dan peta area tata kelola keamanan sistem informasi di instansi pemerintah (Direktorat Keamanan Informasi, 2012). III. METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa proses, yaitu menggunakan Check-Act-Plan-Do yang masing-masing mencakup analisis kondisi terkini, melaksanakan self-assessment berdasarkan Indeks KAMI (Keamanan Informasi), membuat perencanaan manajemen risiko, serta melakukan kebijakan yang akan dilakukan B. Metode Pendekatan Proses Berdasarkan teori yang ada, metode yang diterapkan oleh SNI ISO/IEC 27001: 2009 menggunakan model atau siklus Plan-Do-CheckAct (PDCA). Karena merupakan suatu siklus, 37
Act (peningkatan dan pemeliharaan)
Peningkatan dan pemeliharaan dengan melaksanakan selfassessment berdasarkan Indeks KAMI (Keamanan Informasi). Penilaian yang dilakukan meliputi: Peran dan tingkat kepentingan TIK, Tata kelola keamanan informasi Pengelolaan risiko keamanan informasi, Kerangka kerja pengelolaan keamanan informasi, Peengelolaan aset informasi, serta Teknologi dan keamanan informasi. Hasil dari assessment ini untuk peningkatan dan pemeliharaan organisasi dari sisi manajemen
Plan (penetapan dan perencanaan)
Membuat risk management plan dari prosedur SMKI yang sesuai untuk perbaikan keamanan informasi. Perencanaan tersebut meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Do (penerapan dan pengoperasian)
1.
Identifikasi aset, outputnya yaitu daftar aset utama dan aset pendukung. Identifikasi ancaman, outputnya yaitu daftar ancaman. Identifikasi kelemahan, outputnya yaitu daftar kelemahan yang potensial terjadi. Menentukan nilai kemungkinan, outputnya yaitu nilai kemungkinan ancaman dan prioritas aset. Analisa dampak, outputnya yaitu nilai dampak bisnis dan analisa mitigasi. Menentukan nilai risiko, outputnya yaitu nilai risiko dan level risiko.
2. 3. 4. 5. 6.
Peran dan Tingkat Kepentingan TIK dalam instansi Tata kelola keamanan informasi Pengelolaan risiko keamanan informasi Kerangka kerja pengelolaan keamanan informasi Pengelolaan aset informasi Teknologi dan keamanan informasi
Gambar 4.1 Dashboard dan Radar Chart Kantor Pusat BNP2TKI Dari hasil evaluasi kelengkapan penerapan standar SNI ISO/IEC 27001: 2009 didapatkan bahwa kantor pusat BNP2TKI berada pada area merah dan memiliki nilai 228 sehingga masih dikategorikan dalam status kesiapan perbaikan. Sedangkan untuk tingkat kematangan keamanan informasi berada pada kategori tingkat I yaitu kondisi awal (Reaktif). C. Plan (Membuat Risk Management Plan) Dari hasil evaluasi self-assesment yang telah didapatkan, pengelolaan risiko pada kantor pusat BNP2TKI memang belum sampai pada tahap minimal. Risiko keamanan informasi adalah potensi bahwa ancaman yang diberikan akan mengeksploitasi kerentanan aset yang dimiliki oleh organisasi ataupun kelompok aset lainnya. Organisasi yang memberikan layanan untuk publik, sangat rentan akan keamanan informasi. Semakin tinggi teknologi suatu organisasi, maka makin tinggi pula risiko keamanan informasinya. Untuk menjadikan organisasi yang preventif, Risk Management Plan dapat menjadi solusi. Penulis menggabungkan ISO 27001 dengan ISO 27005 mengenai manajemen risiko yang merupakan prasyarat untuk membuat Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI).
Melakukan kontrol yang direncanakan berupa kebijakan dan pengendalian dari usulan risk management pada tahap sebelumnya.
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Check (Analisis Kondisi Terkini) Penulis mengecek profil, visi, misi, arah, kebijakan, tujuan dan sasaran organisasi, logo, struktur organisasi baik pada organisasi maupun lingkup batasan masalah, serta proses bisnis yang ada pada Kepala Bidang Sistem Informasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Informasi (Puslitfo). B. Act (Melakukan self-assessment) Self-assessment dilakukan untuk melakukan penilaian menggunakan indeks KAMI (Keamanan Informasi). Penilaian ini mencakup penilaian tingkat ketergantungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Penilaian V (lima) area tingkat kelengkapan keamanan informasi sebagai berikut:
1. Identifikasi Aset/Fasilitas Informasi Jenis aset dapat dibedakan menjadi 2 (dua): 1. Aset utama Aset utama biasanya merupakan proses dan informasi inti kegiatan dalam lingkup organisasi. Aset utama lainnya seperti proses 38
organisasi juga dapat diperhitungkan, yang akan lebih tepat untuk menyusun kebijakan keamanan informasi atau rencana kelangsungan bisnis. Aset utama terdiri dari dua jenis: a. Proses bisnis (sub-proses) dan kegiatan b. Informasi 2. Aset pendukung Aset pendukung merupakan dimana unsurunsur utama dari ruang lingkup bergantung. Ruang lingkup terdiri dari aset yang harus diidentifikasikan dan dijelaskan. Aset-aset ini mempunyai kerentanan yang dapat dieksploitasi oleh ancaman yang bertujuan untuk merusak aset utama. Yang termasuk aset pendukung antara lain: a. Hardware b. Software/Aplikasi c. Jaringan d. Personel e. Tempat f. Struktur organisasi
informasi E
D
Identifikasi Kelemahan Kelemahan yang dimaksud dalam mengidentifikasi kelemahan ini adalah yang di dalam prosedur kemanan informasi, perencanaan, implementasi atau kontrol internal di dalam organisasi terhadap penjagaan informasi yang dimiliki, dimana kelemahan ini dapat menimbulkan atau memicu ancaman. Tujuan utama dari tahap ini adalah organisasi memahami kelemahan yang dimiliki dalam sistem manajemen keamanan informasinya. Berdasarkan pada ISO 27001, input dari identifikasi kelemahan ini adalah dari laporan penilaian terdahulu dan hasil-hasil audit 4. Menentukan Kemungkinan/Nilai Kemungkinan Ancaman Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengetahui kemungkinan ancaman yang akan timbul sesuai dengan identifikasi ancaman yang telah didefinisikan. Nilai aset, dan tingkat ancaman dan kerentanan, relevan untuk setiap jenis konsekuensi dan dicocokkan dalam matriks berdasarkan ISO/IEC 27005: 2008. 5. Analisa Dampak Analisa dampak adalah kegiatan untuk menentukan seberapa besar dampak atau pengaruhnya suatu risiko yang diakibatkan oleh ancaman atau kelemahan terhadap organisasi atau jalannya proses bisnis organisasi. Jika analisa dampak ditujukan atau difokuskan kepada proses bisnis organisasi diistilahkan dengan analisa dampak bisnis yang disingkat BIA (Business Impact Analysis). 6. Menentukan Nilai Risiko Nilai risiko adalah gambaran dari seberapa besar akibat yang akan diterima organisasi jika ancaman yang menyebabkan kegagalan keamanan informasi terjadi.
Tabel 4.1 Daftar klasifikasi ancaman Tidak disengaja Digunakan untuk semua tindakan manusia yang tidak sengaja dapat merusak aset informasi Disengaja
Digunakan untuk semua insiden yang tidak didasarkan pada tindakan manusia
3.
2. Identifikasi Ancaman Threat atau ancaman adalah suatu potensi yang disebabkan oleh insiden yang tidak diinginkan yang mungkin membahayakan jalannya proses bisnis organisasi. Tujuan dari mengidentifikasi ancaman adalah agar diketahui ancaman yang mungkin terjadi dan membahayakan sistem dalam organisasi. Sumber ancaman dapat berasal dari alam (natural threat), lingkungan (environmental threat), dan manusia (human threat). Pada ISO 27005: 2008, diberikan daftar contoh ancaman yang khas. Daftar tersebut memberikan gambaran ancaman yang mungkin disengaja, tidak disengaja atau lingkungan alam dan dapat mengakibatkan kerusakan atau kehilangan layanan yang penting. Daftar ini menunjukkan untuk setiap jenis ancaman yang diklasifikasikan sebagai berikut:
A
Lingkungan
Tabel 4.2 Nilai kemungkinan skenario risiko Kemungki Rendah ( Sedang ( Tinggi ( nan R) S) T) Ancaman
Digunakan untuk semua tindakan sengaja yang ditujukan untuk aset
Level Kerentanan
39
R S T R S T R S T
Nilai kemungkin an dari skenario insiden
0
1
2
1
2
3
2
3
Teknologi Keamanan Informasi saja tanpa menerapkan Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI). Berdasarkan perbandingan (benchmarking), jika dihitung perbandingan kontribusi maka Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) berperan lebih besar (60%) dalam Keamanan Informasi dibandingkan dengan Teknologi Keamanan Informasi.
4
Tabel 4.3 Matriks nilai aset dan nilai kemungkinan Nilai Aset 0 1 2 3 4
Gambar 4.2 Hubungan Teknologi Keamanan Informasi dan SMKI Kebijakan yang penulis rekomendasikan untuk dilakukan oleh kantor pusat BNP2TKI berdasarkan referensi dari SNI ISO/IEC 27001: 2009 yang mencakup dari tahapan penilaian risiko yang sudah direncanakan
Nilai Kemungkinan 0
0
1
2
3
4
1
1
2
3
4
5
2
2
3
4
5
6
3
3
4
5
6
7
4
4
5
6
7
8
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) telah melakukan self-assessment pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Informasi pada bidang sistem informasi dengan menggunakan indeks KAMI (Keamanan Informasi) berdasarkan SNI ISO/IEC 27001: 2009. 2. Hasil evaluasi peran dan tingkat kepentingan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) termasuk dalam kategori TINGGI yaitu dengan skor 31, yang berarti BNP2TKI membutuhkan keamanan ekstra untuk melindungi aset atau informasi yang dimiliki. 3. Hasil evaluasi kelengkapan penerapan keamanan informasi pada kantor pusat BNP2TKI berada pada area merah sehingga masih dikategorikan dalam status kesiapan tidak layak. Sedangkan untuk tingkat kematangan keamanan informasi berada pada kategori tingkat I yaitu kondisi awal (reaktif). 4. Perencanaan manajemen risiko telah menghasilkan daftar aset, daftar ancaman, daftar kelemahan yang potensial, nilai kemungkinan ancaman, nilai dampak dan risiko serta level risiko
Penulis membuat penilaian risiko dari aplikasi data warehouse yang memiliki 3 (tiga) aset utama yaitu Data Penempatan (A1), Data Kedatangan (A2), serta Data Pengaduan (A3). Ancaman yang terjadi pada BNP2TKI adalah data dari sumber yang tidak dapat dipercaya (T1). Tabel 4.4 Nilai Risiko Aplikasi Data Warehouse BNP2TKI Aset/Nilai Aset T1 Jumlah A1/4
7
7
A2/4
6
6
A3/4
7
7
Nilai Risiko Data Warehouse
20
Dapat dilihat bahwa aplikasi data warehouse yang merupakan salah satu aplikasi penting untuk pengambilan keputusan pada level top management memiliki nilai risiko 20 dikarenakan aset-aset yang ada memiliki kemungkinan ancaman yang sedang dan tinggi. Dengan nilai ancaman yang masingmasing 7, 6 dan 7 termasuk dalam kategori risiko yang tinggi dan diperlukan mitigasi prioritas menengah bagi manajemen atas.
B. Saran 1. Evaluasi penilaian dilakukan di semua deputi atau unit yang ada di kantor pusat BNP2TKI, tidak hanya pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Informasi (Puslitfo). 2. Model Plan-Do-Check-Act (PDCA) terus dilakukan berkelanjutan membentuk siklus sehingga Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) dapat berjalan optimal. 3. Dapat memberikan laporan dari hasil evaluasi tingkat kepentingan, kelengkapan informasi dan kematangan keamanan informasi kepada top management serta melakukan Business Impact Analysis (BIA) yang lebih mendalam.
D. Do(Melaksanakan kontrol yang direncanakan) Dalam menerapkan Keamanan Informasi dua aspek tersebut tidak dapat dipisahkan. Artinya sebaiknya suatu organisasi tidak hanya menerapkan 40
4.
5.
Dapat melakukan desktop assessment dan on site assessment langsung oleh auditor atau assessor SNI ISO/IEC 27001: 2009. Usulan manajemen risiko dapat diimplementasikan dan dilanjutkan untuk dibuat pengendalian sesuai dengan kebutuhan organisasi
COPYRIGHT Dengan ini kami menyatakan bahwa jurnal ini benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai jurnal atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis bertanggung jawab dalam menyalin (mereproduksi) gambar atau tabel dan citra yang diperoleh dari pihak lain dengan apresiasi (acknowledgement) yang benar.
VI. REFERENCE Direktorat Keamanan Informasi. 2011. Panduan Penerapan Tata Kelola Keamanan Informasi Bagi Penyelenggara Pelayanan Publik. Jakarta: Penerbit Kementerian Komunikasi dan Informatika. [2]. Sarno, Riyanarto. 2009. Audit Sistem dan Teknologi Informasi. Surabaya: Penerbit ITS Press [3]. Sarno R, Iffano I. 2009. Sistem Manajemen Keamanan Informasi berbasis ISO 27001. Surabaya: Penerbit ITS Press. [4]. Surendro, Kridanto. 2009. Implementasi Tata Kelola Teknologi Informasi. Bandung: Penerbit: Informatika. [5]. Direktorat Keamanan Informasi. 2012. Penerapan Standard SNI-27001 Dibidang Keamanan Informasi. Jakarta: Penerbit Kementerian Komunikasi dan Informatika. [6]. ISO/IEC 27005. 2008. International Standard ISO/IEC 27005 Information Technology - Security Techniques – Information Security Risk Management. [7]. Direktorat Keamanan Informasi. 2012. Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keamanan Informasi – Pendahuluan. Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika. [8]. Direktorat Keamanan Informasi. 2012. Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keamanan Informasi – Persyaratan Keamanan Informasi. Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika. [9]. Direktorat Keamanan Informasi. 2012. Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keamanan Informasi – Risk Management Information Security Management System. Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika. [10]. Direktorat Keamanan Informasi. 2012. Indeks KAMI Versi 2.3. Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika. [11]. SNI ISO/IEC 27001: 2009. Teknologi Informasi – Teknik Keamanan – Sistem Manajemen Keamanan Informasi – Persyaratan. Badan standardisasi Nasional Indonesia. [12]. Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA. [13]. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta. [1].
41
ANALISA PERANCANGAN SISTEM INFORMASI SPASIAL PENDIDIKAN BERDASARKAN INDIKATOR ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) (STUDI KASUS : KOTA TANGGERANG SELATAN) Eva Khudzaeva Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tel : (021) 7493547 Fax: (021) 7493315 e-mail :
[email protected]
Abstract - One of the aspects that determine the progress of a country is the education level of its citizens. Not of services to the needs of the educational facilities is caused in part by less uneven distribution of schools that are not in accordance with Act No. 20 of 2003. Through the indicator of the gross enrollment rate (GER) and indicator equal opportunity to learn, be able to formulate a plan to address the issue of equity in each education. Thus, it is necessary to review the evaluative against based on age distribution of educational facilities in the City of Tangsel. To evaluate the distribution of facilities (school) education in the form of spatial data is needed to view and mapping the distribution of educational facilities (schools) in Tangsel. The required spatial data can be displayed by relying on Geographic Information System (GIS). in this study researchers used the method to equalization APK learning and to the development of information systems using the methodology of development RAD (Rapid Application development), and processing the data using ArcGIS software. The results achieved in the form of a web-based spatial information system distribution points educational facilities in the City of Tangsel based on the number of school age. Keywords: APK, a web-based spatial information system, RAD.
data spasial (wilayah) maupun data non spasial mampu menyajikan informasi yang lebih dinamis, sehingga tidak hanya menyajikan informasi berupa data tekstual (atribut, keterangan atau angka) saja tetapi juga data spasial berupa data grafis peta dalam bentuk data yang terhubung secara digital. [1] Dengan demikian, perlu dilakukan tinjauan evaluatif terhadap pemerataan pendidikan berdasarkan Angka partisipasi kasar (APK) di Kota Tangsel. Untuk pemerataan pendidikan berdasarkan Angka partisipasi kasar (APK) pendidikan ini dibutuhkan data dalam bentuk spasial untuk melihat persebaran pendidikan (sekolah) di Kota Tangsel. Data spasial yang dibutuhkan ini dapat ditampilkan dengan mengandalkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penyediaan informasi kepada masyarakat mengenai pendidikan khususnya sekolah, menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat dan peguna mendukung kegiatan pelayanan Dinas Pendidikan Kota Tangsel. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka penulis membuat Analisa pendidikan sistem informasi spasial berdasarkan Angka Partisipasi Kasar (APK) berbasis web. Hal ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan dan memudahkan masyarakat untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan mengenai
I. PENDAHULUAN Tingkat pendidikan adalah salah satu aspek yang menentukan kemajuan dari suatu negara. Kota Tangerang Selatan (Tangsel) merupakan daerah otonom yang terbentuk pada akhir tahun 2008 berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten tertanggal 26 November 2008. Dengan 36 kecamatan luas wilayah + 1.159,05 km2 dan jumlah penduduk lebih dari tiga juta orang, Selaras dengan pertumbuhan penduduk Kota Tangsel maka sebaran sarana pendidikan harus sejalan dengan perkembangan penduduknya, mulai dari tingkat sekolah SD hingga SLTA. Indikator angka partisipasi kasar (APK) merupakan suatu perencanaan untuk mengatasi masalah pemerataan pada masing-masing jenjang pendidikan. APK berguna untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu dan untuk menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu jenjang pendidikan tertentu. Pemanfaatan teknologi informasi digunakan sebagai penyebaran informasi untuk mengetahui letak wilayah suatu Negara, kota maupun daerah dan pemanfaatan teknologi informasi ini juga terasa pada sistem informasi geografis (SIG) di bidang pendidikan. Penyebaran informasi geografis berupa
42
pemerataan sekolahan berdasaarkan jenjang pendidikan (SD, SLTP, SLTA) di Kota Tangsel. 2. II. LANDASAN TEORI A. Indikator Pendidikan Indikator merupakan suatu konsep dan sekaligus ukuran. Sebagai suatu konsep, indikator pendidikan merupakan besaran kuantitatif mengenai suatu konsep tertentu yang dapat digunakan untuk mengukur proses dan hasil pendidikan atau dampak dari suatu instrumen kebijakan pendidikan. Indikator juga didefinisikan sebagai perbandingan antara dua atau lebih variabel sehingga dapat diinterpretasikan. Tujuan dari indikator adalah untuk menunjukkan seberapa baik suatu sistem bekerja. Seandainya sistem tersebut bekerja dengan kurang baik, maka suatu indikator dapat membantu menentukan arah kemana atau apa yang harus diperbaiki. Indikator sangat bervariasi sesuai dengan sistem yang sedang dimonitor, namun ada beberapa karakteristik indikator yang efektif , yaitu: 1. Relevan, indikator ini memperlihatkan sesuatu tentang sistem yang seharusnya diketahui. 2. Mudah dipahami, bagi siapa saja termasuk pengguna yang bukan ahlinya 3. Reliabel, informasi yang diberikan oleh indikator dapat dipercaya
1:25000 dan dengan koordinat UTM dengan ellipsoid acuan WGS 84. Data non spasial (data tabular) berupa data mengenai nama-nama sekolah, jumlah penduduk usia sekolah, jumlah unit sekolah.
B. Teknik Pengumpulan Data Metode-metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data antara lain : 1.
Studi Pustaka a. Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. b. UU Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanl c. Peraturan Pemerintah no. 47 tahun 2008 tentang Wajib Belajar. d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 17 tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. e. Siti et al (2008), mahasiswi Universitas Diponogoro dengan penelitiannya berjudul “Sistem Informasi Pemetaan Sekolah Tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah di Kota Serang”. Sistem ini dapat menampilkan informasi persebaran sekolah jenjang pendidikan dasar (SD/MI), pendidikan menengah pertama (SMP/MTs), dan pendidikan menengah atas dan kejuruan (SMA/SMK) yang berstatus negeri maupun swasta dalam bentuk peta intraktif, berupa data spasial dan data atribut. Pada pembangunan sistem ini model proses perangkat lunak yang digunakan adalah waterfall model[2] f. Diecky Zenzova (2013), mahasiswa UIN Jakarta“Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Pendidikan Berdasarkan Jumlah Usia Sekolah Berbasis Web (Studi Kasus : Kota Administrasi Tangsel)” [3] 2. Observsi Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana sebaran data-data sekolah, data tersebut diolah sehingga dapat memberikan gambaran tentang APK.
B. APK (Angka Partisipasi Kasar) Data Statistik Indonesia [2] Mendefinisikan Angka Partisipasi Kasar (APK) sebagai rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK berguna untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu dan untuk menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu jenjang pendidikan tertentu. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.
C. Metode Pengembangan Sistem Pengembangan Analisa perencanaan sistem informasi spasial pendidikan berdasarkan Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) berbasis web, ini menggunakan metode pengembangan Rapid Application Development (RAD) [5], pengembangan sistem berorientasi objek RAD ini terdiri dari tiga fase pengembangan yaitu : 1. Fase Perencanaan Syarat Dalam Fase ini terdiri dari dua tahap yaitu : a. Fase Pengumpulan data Dalam Fase ini penulis mengumpulkan data dan syarat-syarat informasi, yaitu tahap mengumpulkan data-
III. METODE PENELITIAN A. Data Dalam Analisa perencanaan sistem informasi spasial pendidikan berdasarkan Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) berbasis web, bahan yang digunakan adalah : 1. Peta Administrasi Kota Tangsel dalam format *.shp yang telah di olah menggunakan proyeksi geografi (longitude latitude ), dengan skala
43
data hasil survey dan wawancara untuk mengetahui apa saja yang menjadi kebutuhan sistem, yaitu dengan mengidentifikasikan kebutuhan informasi dan masalah yang dihadapi untuk menentukan tujuan, batasanbatasan sistem, kendala dan juga alternative pemecahan masalah. Analisis ini digunakan untuk mengetahui perilaku sistem dan juga untuk mengetahui aktivitas apa saja yang ada dalam sistem tersebut. Pada pengumpulan data diperoleh sebagai : 1.) Data-data sebaran pendidikan jenjang SD, SMP,SMA 2.) Peta Administrasi Kota Tangsel 3.) Data Mengenai Sistem Berjalan b. Identifikasi Sistem 1.) Identifikasi masalah pada sistem yang lama 2.) Identifikasi sistem yang di usulkan 3.) Identifikasi Kebutuhan Sistem yang diusulkan 2. Workshop Design Fase ini ditujukan untuk mengidentifikasi solusi alternative dari Analisa perencanaan sistem informasi spasial pendidikan berdasarkan Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) berbasis web dan memilih solusi yang terbaik. Selanjutnya membuat desain proses bisnis dan desain pemrograman untuk data-data yang telah diperoleh dan dimodelkan dalam arsitektur tersebut. Tujuan dari tahapan ini adalah membangun dasar arsitektur, menentukan rencana proyek, mendapatkan gambaran umum kebutuhan, persyaratan dan fungsi-fungsi utama perangkat lunak. Peneliti menggunakan notasi UML (Unified Modeling Language). Notasi ini UML digunakan untuk merancang arsitektur pengembangan sistem. Diagram pada notasi UML [5] yang digunakan yaitu: 1.) Usecase diagram 2.) Activity digram 3.) Sequence diagram 4.) Class Diagram
a.
b.
2
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Sistem Tahap analisa sistem bertujuan untuk menganalisa sistem yang sedang berjalan sebelumnya dan mengidentifikasikan masalahmasalah yang ada. 1 Sistem Berjalan
. Gambar 1. Sistem Berjalan Kegiatan pencarian lokasi dan informasi spesifikasi SD, SLTP, dan SLTA berdasarkan usia sekolah seperti namanama sekolah, alamat sekolah, jumlah masyarakat yg sekolah, belum sekolah, dan tidak sekolah mulai tingkat SD, SLTP, dan SLTA serta informasi yang menunjukan tingkat pemerataan dalam memperoleh kesempatan pendidikan untuk masyarakat pada wilayah tertentu masih dilakukan secara manual dengan mengirimkan form pengisian data spesifikasi sekolah yang dikirim oleh Dinas Pendidikan Tangsel untuk melakukan pendataan setiap tahunnya. Sulitnya mengetahui lokasi SD, SLTP, dan SLTA di Tangsel dengan menggunakan data atribut biasa, maka akan lebih baiknya ditambahkan fungsi peta untuk melihat lokasi SD, SLTP, dan SLTA di Tangsel.
Sistem Usulan
Gambar 2. Sistem Usulan Dari gambar di atas pengguna dapat melakukan pencarian data berupa informasi pendidikan berdasarkan usia sekolah dari SD sampai SLTA dan lokasi-lokasinya yang diinginkan serta informasi yang menunjukan tingkat pemerataan dalam memperoleh kesempatan pendidikan untuk masyarakat pada wilayah tertentu, memperolehnya hanya melalui website yang pengaksesannya tidak terbatas ruang dan waktu. 44
Pengguna tidak harus memiliki peta ataupun mendatangi kantor Dinas Pendidikan Tangsel seperti yang terlihat pada sistem yang berjalan. Peta yang digunakan adalah peta administrasi Kota Tangsel yang digunakan untuk menampilkan informasi SD sampai SLTA berdasarkan usia sekolah yang ada di Tangsel, point/titik yang dimunculkan pada peta dimaksudkan untuk memudahkan user untuk memperoleh informasi mengenai data-data tentang SD sampai SLTA Negeri dan Swasta yang dipilih dengan mengklik point dan kemudian muncul informasi atribut yang dibutuhkan.
C. Workshop Design 1. Usecase Diagram Usecase Diagram memodelkan perilaku dari suatu sistem dengan menggambarkan hubungan interaksi antar actor pada sistem arsip akreditasi Fakultas Sains dan Teknologi. a. Tabel Identifikasi aktor Tabel 1 Identifikasi actor No 1
B. Perencanaan Syarat-Syarat Pada fase ini menjabarkan sistem yang tengah berjalan, mendefinisikan permasalahan dan tujuan pengembangan sistem. 1. Kebutuhan Sistem Untuk membuat suatu analisa sistem informasi spasial Suku Dinas Pendidikan Tangsel tentang sistem informasi spasial pendidikan berdasarkan APK. Maka penulis melakukan observasi dan pengambilan data dari Badan pusat statistik (BPS) Kota Tangsel dan suku dinas pendidikan Kota Tangsel. a. Kebutuhan akan suatu sistem yang dapat memberikan informasi yang jelas mengenai informasi nama-nama sekolah, alamat sekolah, dan angka partisipasi kasar (APK) per kecamatan mulai tingkat SD, SLTP, dan SLTA serta menunjukan sebaran tingkat pemerataan dalam memperoleh kesempatan pendidikan untuk masyarakat pada wilayah Tangsel. b. Kebutuhan sistem informasi yang mampu memberikan informasi secara visual. c. Kebutuhan akan suatu media penyampaian berita, keluhan atau opini masyarakat secara mengenai sistem pendidikan dan pemerataan kesempatan belajar di Tangsel.
2
3
Nama aktor Bidang Sistem Informasi Kepala Dinas
Keterangan Aktor yang dapat memanage data standar Aktor yang melihat data sekolah/pendidikan dan laporan Aktor yang menginput data-data sekolah Aktor dapat melihat informasi spasial pendidikan berdasarkan indicator APK
4
Kepala Sekolah Masyarakat
b.
Identifikasi Diagram Usecase Tabel 2. Identifikasi diagram usecase
No. 1.
Nama Usecase Login
2.
Logout
Keterangan
Aktor
Usecase yang menggambark an kegiatan memasukan username dan password untuk masuk ke dalam sistem.
Bid. System informasi, kepala dinas, kepala sekolah
Usecase yang menggambark an kegiatan untuk keluar dari sistem.
2.
Identifikasi Masalah Permasalahan yang terjadi dalam sistem yang berjalan Suku Dinas Pendidikan Tangsel dalam mengetahui dan mengawasi pemetaan sekolah berdasarkan APK antara lain : a. Sistem yang ada hanya berupa draft kertas, tidak adanya sistem terkomputerisasi visual dalam menampilkan informasi nama-nama sekolah, alamat sekolah, dan angka partisipasi kasar (APK) per desa mulai tingkat SD, SLTP, dan SLTA berdasarkan usia sekolah di Tangsel serta menunjukan tingkat pemerataan dalam memperoleh kesempatan pendidikan untuk masyarakat pada wilayah tertentu. b. Selama ini tidak adanya media penyampaian opini masyarakat sebagai warga Tangsel mengenai dunia pendidikan 45
3.
Manage data berita
4.
Melihat data berita
Usecase yang menggambark an kegiatan mengelola data berita. Usecase yang menggambark an kegiatan melihat berita.
Bid. System informasi, kepala dinas, kepala sekolah Bid. System informasi
Bid. System informasi, kepala dinas, kepala sekolah,
Aktor
5.
6.
Manage peta
Melihat Peta
7
Input data sekolah
8
Melihat data sekolah
c.
Usecase yang menggambark an kegiatan mengelola data peta Usecase yang menggambark an kegiatan melihat berita.
Usecase yang menggambark an kegiatan menginput data sekolah Usecase yang menggambark an kegiatan melihat data sekolah
masyarakat Bid. System informasi
Bid. System informasi, kepala dinas, kepala sekolah, masyarakat Kepala sekolah
Sistem
Pilih Log out
Menghapus Cookies Login
Lihat Halaman Login
Menampilkan Halaman Login
Gambar 4 Activity Diagram Login Proses Login diawali dengan memasukkan email dan password kemudian memilih Login. Sistem menghubungkan dengan database untuk mencek email dan password. Jika benar maka sistem menampilkan pesan login berhasil dan sistem akan menampilkan halaman utama. Tetapi, jika salah sistem akan menampilkan pesan login gagal dan sistem meminta untuk kembali menginput email dan password.
Bid. System informasi, kepala dinas, kepala sekolah, masyarakat
ii. Activity Diagram Logout Aktor
Sistem
Masukkan Email dan Password
Usecase diagram
Menghubungkan dengan database
Memilih Login
valid? ya Menampilkan Pesan Login Berhasil
tidak Menampilkan Pesan Login Gagal
Menampilkan Halaman Utama
Lihat Halaman Utama
Gambar 5. Activity Diagram Logout Proses Logout dimulai dengan actor memilih logout kemudian sistem memberikan respons dengan menghapus cookies login. Selanjutnya, setelah proses logout berhasil sistem menampilkan halaman login
Gambar 3. Usecase diagram SIPETANG d.
e.
Activity Diagram
Activity diagram memodelkan alur aktifitas antara aktor dengan sistem dalam sebuah aliran kerja bisnis. i. Activity Diagram Login
46
ER- Diagram
menu
judul url
*id_hal konten
*id_menus
email web
homepage menu_users
nama
halaman
*id_mod
M
alamat
sekarang
modul
M
modul
M
avatar password ym
*id_buktam
isi setup
Inside
alamat
email
komentar jawab
*user 1
bukutamu
mengelola
level tipe
UserId
posisi
M
menu
ordering
1
mengelola
*id_ad
published
user
Inside kecamatan
1
url
kab_kota
admin
1
propinsi
mod
1
sklh_sd
kabkota_no
url
M
menu
1
Mengelola
sklh_smp
mod_forum_a
M
Mengelola published
sklh_mts
BPS
sklh_sma
M
ordering
*forum_id
1
menu
Inside
sklh_mi
*prop_no
*id_submen **id_menu
sklh_blm
kec_non
signature
*id_fora
menu
jml_pen
desa_no
avatar **user
*Id_men
desa
mod_forum
sklh_ma
forum_name
sklh_tdk
url forum_desc published
M
submenu
punya
1
ordering
forum_replies BPS Has
forum_lastpost
B
Polygon
lock
*id_fort
M
mod_forum_t
*id_sltp
punya
SD maxpost
**forum_id
jenis
1
point
S
kode_sltp
hide
thread_name
Has
useragent
thread_reply
M
SD
ip
thread_a
thread_date
nama
keterangan tingkat
alamat
SLTA **user
thread_lock
T
M
1
SLTA
jss_sd
jenis
konten
Has
point
nama
kode_slta
1
1
dytampung
artikel
ju_sd dts_sd
Has
*id_slta
judul
apk Indikator_SD B
keterangan alamat
kab_kota *id_intsltp
tgl
M
topik
keterangan hits tags
jml_pen pu_sltp
judul ju_sltp ip
konten
dts_sltp
**id_artikel email
Has
Has
jss_sltp
tgl
kecamatan desa
desa
M komentar
user
Indikator_SLTA
kecamatan
gambar
*id_kom
Indikator_SLTP
kab_kota
publikasi
punya
polygon
keterangan
*id_intslta
email
1 *id_topik topik
pu_sd
point
tingkat
**id_topik
Indikator_SD
SLTP L
*id_art Mengelola
jml_pen
Has keterangan
kode
thread_view
desa
dytampung
M
dytampung
jenis
thread_user thread_parent
kecamatan
tingkat *id_sd
thread_s
kab_kota *id_intsd
nama
SLTP
alamat
1 thread_desc
M
Memiliki
jml_pen pu_slta
Indikator_SLTP B
polygon
Indikator_SLTA B
ju_slta
polygon dts_slta jss_slta apk keterangan
apk keterangan
Gambar 6. ERD
Gambar 7. Halaman Login
f. Interface i. Desain input Sistem informasi spasial pendidikan berdasarkan jumlah usia sekolah menerima input dari pengguna baik menggunakan mouse yang berupa pemilihan fitur-fitur yang tersedia maupun menggunakan keyboard untuk input text pada saat melakukan fungsi search. ii. Desain Output Output sistem dirancang agar informasi yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan pengguna
Gambar 8. Halaman Home
iii. Antar Muka (Interface)
Gambar 8. Halaman Peta
47
2.) Peta Sebaran Pendidikn Kota Tangsel
diantaranya adalah sebagai berikut : dapat menggunakan analisis modeling untuk penetuan pemerataan sekolah. VI. REFERENSI [1] Prahasta, Eddy. 2005. Sistem Informasi Geografis Konsep-konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika). Informatika, Bandung. [2] Siti et al. 2008. Sistem Informasi Pemetaan Sekolah Tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah di Kota Serang. Universitas Diponogoro. [3] Zenzova, Diecky, 2013. Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Pendidikan Berdasarkan Jumlah Usia Sekolah Berbasis Web (Studi Kasus : Kota Administrasi Tangsel). Universitas Islam Negeri Jakarta.
Gambar 9. Peta Sebaran Pendidikaan V. Kesimpulan A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dalam pembangunan Sistem Informasi Spasial Pendidikan Berdasarkan Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) ini adalah sebagai berikut : Analisa Sistem Informasi Spasial ini menyajikan informasi spasial mengenai sebaran sekolah dan juga tingkat pemerataan kesempatan belajar berdasarkan Angka Partisipasi Kasar (APK) pada sektor pendidikan jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK di wilayah Kota Tangsel
[4] Whitten, Jetfery L. 2004. Metode Desain & Analisis Sistem Edisi 6. P. Yogyakarta : ANDI & Mc Graw Hill Education. [5] Kendall KE & Kendall JE. 2008 Analisa dan Perancangan Sistem. Jakarta: PT indeks COPYRIGHT Dengan ini kami menyatakan bahwa jurnal ini benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai jurnal atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis bertanggung jawab dalam menyalin (mereproduksi) gambar atau tabel dan citra yang diperoleh dari pihak lain dengan apresiasi (acknowledgement) yang benar.
B. Saran Analisa Sistem Informasi Spasial Pendidikan Berdasarkan APK usia sekolah yang dibuat ini tentunya masih banyak memiliki kekurangan dan jauh sekali dari sempurna, karena itu demi menghasilkan sesuatu yang lebih baik dimasa yang akan datang, perlu diadakan perbaikan-perbaikan,
48
IMPLEMENTASI ALGORITMA MEEUS DALAM PENENTUAN WAKTU SHALAT DAN PENCARIAN MASJID TERDEKAT Dede Muhammad Isnaeni1, Fitri Mintarsih2, Feri Fahrianto3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi1,2,3 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia Jl. Ir. H. Juanda No 95, Ciputat 15412 Phone (62-21) 7493606 Abstract- In an age of emerging technologies such as the role of the communications media today is in need in answering every need, both physical and spiritual needs. For physical needs such as social media and so forth, for the spiritual needs as a religious lecture, digital Qur'an, and the timing of prayer. To be able to determine prayer times, a lot of methods and different opinions on the use of the algorithm determining the prayer time, one of which is the algorithm Meeus. Jean Meeus is a Belgian astronomer and mathematician born in 1928. He studied mathematics at the University of Leuven, Belgium, and graduated in 1953. He was interested in astronomy and mechanics of celestial bodies ball. Jean Meeus wrote many books on mathematical astronomy, such as the Canon of Solar eclipses, Elements of Solar eclipses 1951-2200, Canon of Lunar eclipses, Astronomical Formulae for Calculators, Astronomical Algorithms, Transits, Astronomical Tables of the Sun, Moon and Planets, Mathematical Astronomy Morsels . For his services in the field of astronomy, an asteriod found named asteroid 2213 Meeus. Meeus algorithm is an algorithm that is widely used for astronomical calculations because it is known with sufficient accuracy is high. Meeus algorithm itself is the reduction of VSOP87 algorithm which has a high degree of accuracy, of the thousands of tribes VSOP87 collection of algorithms to determine the position of the sun, then that counts is about hundreds of tribes large and important in this Meeus algorithm, while the tribes small is not taken into account. This does not reduce the accuracy of the calculation algorithm itself Meeus, therefore the author uses this Meeus algorithm in determining the time the five daily prayers. The method of searching a nearby mosque, the author uses the data base sourced from Google, this is due to the limitations of time, energy and ability to rewriter to record the mosque to be included in this study. Keywords: determination of the time of prayer, bookmark the nearest mosque, Smartphone, Android. Algoritma meeus merupakan algoritma yang sudah banyak digunakan untuk perhitungan astronomi karena dikenal dengan keakuratannya yang cukup tinggi, sebagai contoh thesis yang ditulis oleh Farid Wajdi, mahasiswa IAIN walisongo yang berjudul Penerapan Algoritma Jean Meeus dalam Pengukuran Arah Kiblat dengan Theodolite, pada thesis ini dibahas bagaimana penerapan algoritma meeus dapat menentukan arah kiblat, adapun kekurangan dari thesis ini adalah penerapannya masih berbasis desktop, dan belum menerapkan basis mobile sehingga hanya dapat digunakan ketika kita sedang menggunakan komputer saja. Lalu skripsi yang ditulis oleh Arif Agus P, mahasiswa Universitas Brawijaya jurusan fisika yang berjudul Pembuatan Aplikasi untuk Menentukan Fase dan Visibilitas Bulan dengan Menggunakan Algoritma Jean Meeus, sama seperti thesis diatas, skripsi ini masih bersifat desktop, sehingga hanya dapat digunakan ketika kita sedang menggunakan komputer saja. Maka dalam hal ini penulis mencoba mengimplementasikan algoritma meeus dalam hal perhitungan waktu shalat berbasis mobile, sehingga pengguna dapat menggunakan algoritma meeus ini
I. PENDAHULUAN Saat ini teknologi informasi semakin mengalami kemajuan yang sangat pesat. Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, efisien, tepat waktu dan menarik untuk dikonsumsi publik. Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dimulai dari cara penentuan waktu dalam menyusun agenda pekerjaan, pendidikan, kesehatan serta membantu dalam menentukan waktu kewajiban kita seperti halnya shalat. Shalat adalah suatu kewajiban setiap individu muslim, pada zaman kemajuan teknologi informasi seperti sekarang ini, tentunya dapat membantu kualitas ibadah shalat, hal ini tentunya mendorong kita untuk lebih meningkatkan kualitas beribadah kepada Allah SWT. Kemajuan teknologi ini salah satunya dapat diterapkan pada cara kita menentukan waktu shalat, jika zaman dahulu penentuan waktu shalat dilihat dari cuaca, maka zaman sekarang dapat diketahui dengan hitungan matematis yang dapat diketahui dari handset android. 49
kapan saja dan dimana saja selama pengguna membawa handset android. Algoritma meeus itu sendiri adalah reduksi dari algoritma VSOP87 yang memiliki tingkat akurasi tinggi, dari ribuan suku koreksi dari algoritma VSOP87 untuk menentukan posisi matahari, maka yang diperhitungkan adalah sekitar ratusan suku-suku yang besar dan penting pada algoritma meeus ini, adapun suku-suku yang kecil tidak diperhitungkan. Hal ini tidak mengurangi keakurasian dari perhitungan algoritma meeus itu sendiri, oleh karena itu penulis menggunakan algoritma meeus ini dalam menentukan waktu shalat lima waktu.
menurut teori Kendall & Kendall. Sedangkan tools yang digunakan adalah notasi Unified Modelling Language (UML) yang merupakan pemodelan berorientasi objek menurut Jetfery L. Whitten adalah suatu pendekatan berorientasi objek terhadap pengembangan sistem yang mencakup suatu metode pengembangan serta perangkatperangkat lunak. Pengembangan sistem RAD memiliki tiga fase yakni penilaian, perancangan, dan penerapan yang melibatkan penganalisis dan pengguna. Gambar di bawah ini menggambarkan ketiga fase ini.
II. PENELITIAN SEJENIS A. Aplikasi Adzan dan Pengingat Shalat menggunakan Global Positioning System (GPS) berbasis Android 2.2 Sumber : Hasan Abdul Malik Pada studi literatur pertama ini, fitur yang di tawarkan hanya berupa pengingat waktu shalat dan pemilihan adzan saja, tanpa ada fitur lain yang mendukung kegiatan shalat.
Gambar 3.1. Fase Rapid Application Development 1.
Fase Perancangan Kebutuhan Pada fase ini, penganalisis mengidentifikasikan tujuan – tujuan aplikasi atau sistem untuk mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan data serta sistem yang dibutuhkan untuk membangun aplikasi tersebut. Pada fase perancangan kebutuhan, yang dilakukan antara lain: a. Melakukan pembelajaran pada literatur yang membahas tentang algoritma meeus. b. Menganalisa sistem yang akan dibangun. c. Melakukan identifikasi masalah yang terjadi.
B. Aplikasi Pengingat Shalat dan Arah Kiblat Menggunakan Global Positioning System (GPS) berbasis Android 1.6 Sumber : Muhammad Amiral Pada studi literatur yang kedua ini, fitur yang ditawarkan sudah ditambah dengan penunjukkan arah kiblat, namun tidak menunjukkan masjid yang berada disekitar Pengguna.
2.
Fase Workshop Desain RAD Fase ini adalah fase untuk merancang sistem yang akan dibuat atau memperbaiki (jika ada) sistem yang telah dibuat. Adapun fase ini terdiri dari dua hal, yakni design system dan build system. Fase ini dicirikan dengan workshop karena layaknya sebuah workshop yang terdapat para partisipan yang berpartisipasi kuat dalam kelompok dan tidak terdapat aktifitas yang pasif. Partisipan tersebut dianalogikan sebagai kelompok-kelompok kecil (Group Decision Support System) yang dibentuk untuk membantu pengguna dalam menyetujui desain. Selama workshop desain RAD ini, pengguna merespon working prototype yang ada, menganalisa dan memperbaiki modul-modul yang dirancang menggunakan perangkat lunak berdasarkan respon pengguna.
C. Sistem Pemandu Pencarian Masjid Terdekat Berbasis Lokasi di atas Platform Android Sumber : Fatimah Aljufri Pada studi literatur selanjutnya, fitur yang terdapat pada aplikasi ini hanya menunjukkan masjid terdekat saja, tanpa memberitahukan waktu shalat kepada pengguna dan hanya dapat digunakan di daerah Kotamadya Yogyakarta saja. D. Augmented Reality on Android Operating System-Based Device; Case Study: Mosque Finder Sumber : Ary Mazharuddin S dan Diaz Hendrianto Fitur yang terdapat pada penelitian ini terbilang cukup lengkap sebagai pencari masjid, namun aplikasi ini tidak dapat memberikan rute menuju masjid yang dituju serta tidak menampilkan jadwal shalat.
a.
III. PEMBAHASAN A. Metode Pengembangan Sistem Dalam mengembangkan aplikasi ini peneliti menggunakan pendekatan metode pengembangan sistem Rapid Application Development (RAD) 50
Design System - Desain Aplikasi Pada perancangan aplikasi ini, didesain menggunakan Unified Modeling Language (UML). Hal ini dilakukan karena UML dapat memudahkan dalam pengembangan sistem. Selain itu, UML juga lebih cocok digunakan dalam perancangan aplikasi object oriented. UML (Unified Modelling Language) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990-an
ketika Grady Booch, Ivar Jacobson dan James Rumbaugh mulai mengadopsi ide-ide serta kemampuan-kemampuan tambahan dari masingmasing metodanya dan berusaha membuat metodologi terpadu yang kemudian dinamakan UML (Unified Modelling Language) (Nugroho, 2005:20). Secara umum UML merupakan ’bahasa’ untuk visualisasi, spesifikasi, konstruksi dan dokumentasi. Secara khusus, UML menspesifikasikan langkah-langkah penting dalam pengambilan keputusan analisis, perancangan, serta implementasi dalam sistem yang sangat bernuansa perangkat lunak (Nugroho, 2005:21). Pendekatan UML memiliki nilai yang sangat baik dalam penyelidikan dan penelitian. Perangkat UML distandarkan sebagai peralatan untuk dokumen analisa dan perancangan dari sistem perangkat lunak. Peralatan UML termasuk diagram yang memberikan seseorang untuk menampilkan konstruksi dari sebuah sistem object oriented. UML sendiri juga memberikan standar penulisan sebuah sistem blue print, yang meliputi konsep bisnis proses, penulisan kelas-kelas dalam bahasa program yang spesifik, skema database, dan komponen-komponen yang diperlukan dalam sistem software.
Ini adalah jantung dari use case. Menjelaskan interaksi antara actor dan sistem dalam kondisi normal, yaitu segala seuatu berjalan dengan baik, tiada halangan atau hambatan dalam mencapai tujuan dari use case.
- Aliran alternatif Merupakan perlengkapan dari basic flow karena tidak ada yang sempurna dalam setip kali use case berlangsung. Di dalam alternate flow ini dijelaskan apa yang akan terjadi bila suatu halangan terjadi sewaktu use case berlangsung. - Pre-condition Menjelaskan persyaratan yang harus di penuhi sebelum use case bisa di mulai. - Post-condition Menjelaskan kondisi yang berubah atau terjadi saat use case selesai di eksekusi. - Activity Diagram. Activity diagram menggambarkan aliran fungsionalitas sistem. Pada tahap pemodelan bisnis, diagram aktivitas dapat digunakan untuk menunjukan aliran kerja bisnis (business workflow). Dapat juga digunakan untuk menggambarkan aliran kejadian (flow of event) dalam use case. (Sholiq, 2006 : 8).
b.
Diagram UML UML menyediakan beberapa jenis diagram, diantaranya yang digunakan dalam penelitian ini adalah Use Case Diagram, Sequence Diagram, Class Diagram, dan State Diagram.
- Sequence Diagram. Sequence Diagram adalah diagram interaksi yang menekankan pada pengiriman pasan (message) dalam suatu waktu tertentu (Nugroho, 2005:19). Kita dapat membaca diagram ini dengan melihat pada objek-objek dan pesan-pesan (message). Objek-objek yang berperan dalam aliran diperlihatkan pada kotak bersegi empat panjang yang melintas pada bagian atas diagram. Setiap objek memiliki garis hidup (lifeline), yang digambarkan sebagai garis vertikal di bawah nama suatu objek (Nugroho, 2005:92).
- Use Case Diagram. Use Case diagram memperlihatkan himpunan use case dan aktor-aktor. Diagram ini terutama sangat penting untuk mengorganisasi dan memodelkan perilaku dari suatu sistem yang dibutuhkan serta diharapkan pengguna (Nugroho, 2005:19). Di dalam use case terdapat teks untuk menjelaskan urutan kegiatan yang di sebut use case specification. Use case specification terdiri dari:
- Class Diagram. Class Diagram mendeskripsikan jenisjenis objek dalam sistem dan berbagai macam hubungan statis yang terdapat diantara mereka. Class Diagram juga menunjukkan properti dan operasi sebuah class dan batasan-batasan yang terdapat dalam hubungan-hubungan objek tersebut (Fowler, 2005:53). Class didefinisikan sebagai kumpulan/himpuanan objek dengan atibut/yang mirip, perilaku (operasi) yang mirip, serta
- Nama Use Case Mencantumkan nama dari use case yang bersangkutan. Sebaiknya di awali dengan kata kerja untuk menujukan suatu aktivitas. - Deskripsi singkat Menjelaskan secara singkat dalam satu atau dua kalimat tentang tujuan dari use case ini. - Aliran normal
51
hubungan dengan objek yang lain dengan cara yang mirip. (Nugroho, 2005 : 39).
Gambar 3.3. Alur berfikir Gambar 3.2. Notasi Class
IV. HASIL Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya mengenai metode ini, peneliti memulai penelitian dengan melakukan pengumpulan data untuk menjadikan parameter awal penelitian.
Bagian paling atas pada notasi kelas digunakan sebagai nama kelas, dan secara opsional juga dapat disertakan stereotype-nya. Bagian tengah digunakan untuk mendeklarasikan atribut, dan bagian paling bawah digunakan mendeklarasikan operasi. (Sholiq, 2006 : 103). Class diagram umumnya tersusun dari elemen class, interface, dependency, Generalization dan Association. Relasi dependency menunjukan bagaimana terjadi ketergantungan antar class yang ada. Relasi Generalization menunjukan bagaimana suatu class menjadi superclass dari class lainnya dan class tersebut menjadi subclasss dari class tersebut. Relasi Association menggambarkan navigasi antar class, berapa banyak obyek lain bisa berhubungan dengan satu obyek (multiplicity antar class), dan apakah satu class menjadi bagian dari class lainnya (agregation) (Hermawan, 2004:28).
A. Requirement Planning 1. Algoritma Meeus Jean Meeus adalah astronom dan matematikawan kelahiran Belgia tahun 1928. Dia belajar matematika di Universitas Leuven, Belgia, dan lulus tahun 1953. Dia tertarik pada astronomi bola dan mekanika benda langit. Jean Meeus menulis banyak buku matematika astronomi, seperti Canon of Solar Eclipses, Elements of Solar Eclipses 1951-2200, Canon of Lunar Eclipses, Astronomical Formulae for Calculators, Astronomical Algorithms, Transits, Astronomical Tables of the Sun, Moon and Planets, Mathematical Astronomy Morsels. Atas jasanya dalam bidang astronomi, sebuah asteriod yang ditemukan diberi nama asteroid 2213 Meeus.
- Build System Pada tahap build system ini merupakan output dari design system yaitu pengembangan aplikasi yang telah dirancang sebelumnya. Pada fase ini membuat pengguna interface dan pengkodean program. Perancangan yang dilakukan meliputi halaman-halaman yang ada pada aplikasi.
B. Desain Workshop 1. Desain Sistem Pada tahap ini, penulis akan merancang sistem pengingat waktu sholat dan penunjuk masjid terdekat. Adapun rancangannya meliputi rancangan identifikasi aktor, perancangan use case diagram, perancangan activity diagram, perancangan sequence diagram, perancangan class diagram, dan perancangan user interface. - Penentuan Aktor Pada tahap ini, penulis mendapatkan dua aktor yang terlibat pada aplikasi ini, yakni user dan GPS. User adalah aktor yang menggunakan handphone berbasis Smartphone Android, dimana user akan mendapatkan output dari sistem berupa pemberitahuan waktu sholat dan masjid yang jaraknya terdekat dari posisi user. Sedangkan GPS memiliki kewajiban untuk memberikan nilai koordinat latitude, longtitude dan altitude posisi handphone berada.
3.
Fase Implementasi Setelah aplikasi selesai dibangun, dilakukan implementasi kepada pengguna untuk memperoleh hasil yang diharapkan, maka dilakukanlah uji coba atau system testing. Pada tahap ini jika sistem dikembangakan belum sesuai dengan yang diharapkan, maka peneliti melakukan revisi terhadap aplikasi. Pada penelitian ini dilakukan pengujian aplikasi dengan metode blackbox secara mandiri. B. Alur Berfikir
Tabel 4.1. Penentuan Actor
52
-
-
Use Case Diagram Use Case merupakan gambaran skenario dari interaksi antara user dengan sistem. Sebuah diagram Use Case menggambarkan hubungan antara user dan kegiatan yang dapat dilakukan terhadap aplikasi
Gambar 4.1. Diagram Use Case Pada diagram diatas terdiri dari 1 aktor dan 5 Use Case. Di dalam diagram ini terdapat extend yang digunakan untuk menunjukkan bahwa satu Use Case merupakan tambahan fungsional dari Use Case lain. Adapun Use Case sistem pada pengingat waktu sholat dan penunjuk masjid terdekat ini diantaranya :
-
1. Melihat Jadwal Sholat, merupakan Use Case yang menggambarkan bahwa user akan mendapatkan kemampuan untuk melihat jadwal sholat. 2. Melihat Masjid Terdekat, merupakan Use Case yang menggambarkan bahwa user akan mendapatkan kemampuan untuk mengetahui masjid terdekat dilokasi sekitar handphone berada. 3. Menentukan Mazhab yang digunakan, merupakan Use Case yang menggambarkan bahwa user diberikan keleluasaan untuk menentukan mazhab yang akan dipakainya dalam metode perhitungan waktu shalat. 4. Menentukan Mode Pengingat, merupakan Use Case yang menggambarkan bahwa user dapat mengatur mode pengingat waktu shalat, apakah dengan suara adzan atau hanya getar saja. 5. Memberikan nilai latitude, longtitude dan altitude, merupakan Use Case yang menggambarkan bahwa GPS memberikan nilai koordinat latitude, longtitude dan altitude posisi handphone berada.
Test Case - Test Case Melihat Jadwal Shalat. User berhasil melihat jadwal shalat. -
Test Case Melihat Masjid Terdekat. User berhasil melihat masjid terdekat sesuai dengan posisi handphone user.
-
Test Case Menentukan Mazhab yang digunakan. User berhasil menentukan mazhab yang digunakan sesuai dengan keinginan user.
-
Test Case Menentukan Mode Pengingat. User berhasil memilih mode pengingat yang diinginkan, baik itu berupa suara adzan maupun hanya getar saja.
-
Test Case Memberikan Nilai Latitude, Longtitude dan Altitude. GPS berhasil memberikan nilai koordinat latitude, longtitude dan altitude sesuai dengan posisi handphone.
Activity Diagram Activity Diagram adalah teknik untuk mendeskripsikan logika procedural, proses bisnis, dan aliran kerj dalam banyak kasus. Adapun Activity Diagram pada program ini adalah: - Activity Diagram Lihat jadwal shalat
Activity diagram diatas menggambarkan bagaimana ketika aplikasi pertama kali dijalankan akan membawa user pada tampilan pembuka program Muaidzah ini selama 3 detik, lalu user akan 53
langsung dihadapkan kepada jadwal waktu shalat.
menunjukkan rute menuju masjid yang dituju.
- Activity Diagram Lihat daftar masjid terdekat
Activity diagram diatas menggambarkan ketika aplikasi pertama kali dijalankan akan membawa user pada tampilan pembuka program Muaidzah ini selama 3 detik, lalu user akan langsung dihadapkan kepada jadwal waktu shalat. Lalu user mengklik menu masjid terdekat, maka akan ditampilkan daftar-daftar masjid terdekat dari posisi user. - Activity Diagram Detail lokasi masjid terdekat
Activity diagram diatas menggambarkan bagaimana ketika aplikasi pertama kali dijalankan akan membawa user pada tampilan pembuka program Muaidzah ini selama 3 detik, lalu user akan langsung dihadapkan kepada jadwal waktu shalat. Lalu user mengklik menu masjid terdekat, maka akan ditampilkan daftar-daftar masjid terdekat dari posisi user. Dengan mengklik nama lokasi yang dikehendaki, user akan dihadapkan dengan tampilan googlemap yang akan
-
Sequence Diagram Diagram ini menggambarkan interaksi antar objek didalam dan disekitar sistem (termasuk pengguna, display dan sebagainya) berupa massage yang digambarkan terhadap waktu. Sequence Diagram terdiri atas dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (objek-objek terkait).
-
Class Diagram Diagram ini digunakan untuk menggambarkan kumpulan dari class dan hubungannya. Diagram ini merupakan diagram yang paling umum ditemukan dalam pemodelan sistem berorientasi objek. Class menggambarkan keadaan suatu sistem, sekaligus layanan untuk memanipulasi keadaaan metode atau fungsi sehingga class memiliki tiga area pokok, yaitu: nama, atribut, dan metode. Selainitu setiap class yang dapat menjadi sebuah form saat pembuatan program. Class diagram yang diusulkan dapat dilihat pada gambar berikut:
Class Diagram Jadwal Shalat Class Diagram Masjid Terdekat
54
2. Build System a. Perancangan Antarmuka (Interface) Perancangan Interface adalah bagian yang penting pada aplikasi, karena yang pertama kali dilihat dan berinteraksi dengan pengguna adalah tampilan antar muka (interface) aplikasi.
Delta = 0,37877 + 23,264*SIN(57,297*89,17234781 – 79,547) + 0,3812*SIN(2*57,297*89,17234781 – 82,682) + 0,17132*SIN(3*57,297*89,17234781 – 59,722) Delta = -0,190491501 derajat 7. Equation of Time (ET), untuk dapat menghitung ET, maka pertama kali yang harus dihitung adalah bujur rata-rata matahari (L0) dengan rumus : L0 = 280,46607 + 36000,7698*U Dimana U: U = (JD – 2451545)/36525 U = (JD – 2451545)/36525. U = (2456728,708 – 2451545)/36525. U = 0,142141227 Maka dapat dihitung L0 = 280,46607 + 36000,7698*U L0 = 280,46607 + 36000,7698*0,142141227 L0 = 94,2069333 Selanjutnya, Equation of Time dapat dihitung sebagai berikut : 1000*ET = -(1789 + 237*U)*SIN(L0) – (7146 – 62*U)*COS(L0) + (9934 – 14*U)*SIN(2*L0) – (29 + 5*U)*COS(2*L0) + (74 + 10*U)*SIN(3*L0) + (320 – 4*U)*COS(3*L0) – 212*SIN(4*L0) 1000*ET = -(1789 + 237*0,142141227)*SIN(94,2069333) – (7146 – 62*0,142141227)*COS(94,2069333) + (9934 – 14*0,142141227)*SIN(2*94,2069333) – (29 + 5*0,142141227)*COS(2*94,2069333) + (74 + 10*0,142141227)*SIN(3*94,2069333) + (320 – 4*0,142141227)*COS(3*94,2069333) – 212*SIN(4*94,2069333) 1000*ET = -7555 ET = -7555/1000 ET = -7,555 8. Altitude matahari waktu subuh = 20 derajat. Altitude matahari waktu Isya’ = 18 derajat 9. Tetapan panjang bayangan ashar = 1 (Mazhab Syafi’i)
b.
Perancangan Algoritma Meeus Pada tahap ini dilaksanakan implementasi perhitungan waktu shalat menurut algoritma Meeus yang digunakan oleh penulis. Adapun perhitungan dari algoritma Meeus itu sendiri akan dijabarkan dalam bentuk contoh kasus sebagai berikut : Menentukan waktu shalat pada tanggal 20 Maret 2014 di Jakarta (L = -6,166667 derajat, B = 106,85 derajat, Z = 7, H = 50 meter). Sudut Subuh = 20 derajat. Sudut Isya’ = 18 derajat. Ashar menggunakan madzhab Syafi’i (KA = 1). Langkah – langkah : 1. Koordinat lintang daerah tersebut (L) = 6,166667 derajat 2. Koordinat bujur daerah tersebut (B) = 106,85 derajat 3. Zona waktu daerah tersebut (Z) = 7 4. Ketinggian lokasi dari permukaan laut (H) = 50 meter 5. Julian Day untuk 20 Maret 2014 pukul 12.00 UT. Dari tanggal tersebut diperoleh nilai D = 20, M = 3, Y = 2014. a. A = INT(Y/100) A = INT(2014/100) A = 20 b. B (JD) = 2 + INT(A/4) – A B (JD) = 2 + INT(20/4) – 20 B (JD) = -13
c. JD = 1720994,5 + INT(365,25*Y) + INT(30,6001(M + 1))+B+D JD = 1720994,5 + INT(365,25*2014) + INT(30,6001(3 + 1)) + (-13) + 20 JD = 2456729,0 d. Convert menjadi JD lokal JD lokal = JD – Z/24 JD lokal = 2456729,0 – 7/24 JD lokal = 2456728,708 Dari nilai JD tersebut, maka dapat dihitung sudut tanggal (T) untuk menghitung Delta dengan rumus : T = 2*PI*(JD – 2451545)/365,25 T = 2*3,14159265359*(2456728,708 – 2451545)/365,25 T = 89,17234781 6. Sudut deklinasi matahari (Delta), dapat dihitung dengan rumus : Delta = 0,37877 + 23,264*SIN(57,297*T – 79,547) + 0,3812*SIN(2*57,297*T – 82,682) + 0,17132*SIN(3*57,297*T – 59,722)
Dari data-data tersebut diatas, maka dapat waktu shalat sudah dapat dihitung 1. Waktu Zhuhur Zhuhur = 12 + Z – B/15 – ET/60 Zhuhur = 12 + 7 – 106,85/15 – (-7,555/60) Zhuhur = 12,0028 Kemudian nilai ini dikonfersi ke jam : menit : detik Jam = 12 Menit = 0,0028/1 * 60 = 0,168 55
Menit = 00 Detik = 0,168/1 * 60 = 10,08 Detik = 10 Jam : menit : detik = 12 : 00 : 10 WIB
Kemudian nilai ini dikonfersi ke jam : menit : detik 19,21057 = 19 : 12 : 38 5. Waktu Subuh Subuh = Zhuhur - (Hour Angle Subuh)/15 Subuh = Zhuhur - ACOS(COS(HA))/15 Subuh = Zhuhur - ACOS(SIN (Altitude) – SIN (Lintang) * SIN (Delta) / COS (Lintang) * COS (Delta))/15 Subuh = 12,0028 - ACOS(SIN (-20) – SIN(0,003324704) * SIN(-0,107629) / COS(0,003324704) * COS(-0,107629))/15 Subuh = 12,0028 - 110,157568/15 Subuh = 4,658962
2. Waktu Ashar Ashar = Zhuhur + (Hour Angle Ashar)/15 Ashar = Zhuhur + ACOS(COS(HA))/15 Ashar = Zhuhur + ACOS(SIN (Altitude) – SIN (Lintang) * SIN (Delta) / COS (Lintang) * COS (Delta))/15 Ashar = Zhuhur + ACOS(SIN(ARCCOT(KA + TAN(ABS(Delta - Lintang))))) - SIN (Lintang) * SIN (Delta) / COS (Lintang) * COS (Delta))/15 Ashar = 12,0028 + ACOS(SIN(ARCCOT(1 + TAN(ABS((-0,107629)-(-0,003324704)))))) – SIN(-0,003324704) * SIN(-0,107629) / COS(-0,003324704) * COS(-0,107629))/15 Ashar = 12,0028 + 47,60749529/15 Ashar = 15,17663
Kemudian nilai ini dikonfersi ke jam : menit : detik 4,658962 = 04 : 39 : 32 [b]. Perancangan Coding Pada tahap ini dilaksanakan implementasi dari rancangan sistem yang dibuat. Bahasa yang digunakan pada pemrograman ini adalah bahasa Java. Untuk editor dan unit test digunakan Eclipse Galileo. Pada tahap debugging penulis menggunakan sdk yang telah diberikan. Untuk menghitung waktu shalat, penulis menggunakan algoritma Meeus. Dengan perhitungan tersebut maka dapat ditentukan waktu shalat berdasarkan lokasi pengguna berada. Berikut potongan kode perhitungan waktu shalat dalam aplikasi ini.
Kemudian nilai ini dikonfersi ke jam : menit : detik 15,17663 = 15 : 10 : 35
3. Waktu Maghrib Maghrib = Zhuhur + (Hour Angle Maghrib)/15 Maghrib = Zhuhur + ACOS(COS(HA))/15 Maghrib = Zhuhur + ACOS(SIN (Altitude) – SIN (Lintang) * SIN (Delta)] / [COS (Lintang) * COS (Delta))/15 Maghrib = Zhuhur + ACOS(SIN (0,8333 – 0,0347 * SQRT(H)) – SIN(-0,003324704) * SIN(-0,107629) / COS(-0,003324704) * COS(-0,107629))/15 Maghrib = 12,0028 + ACOS(SIN (0,8333 – 0,0347 * SQRT(50)) – SIN(-0,003324704) * SIN(-0,107629) / COS(-0,003324704) * COS(-0,107629))/15 Maghrib = 12,0028 + 91,09472347/15 Maghrib = 18,07578
C. Implementation Agar aplikasi ini berjalan baik dan benar maka dibutuhkan perangkat yang mampu mendukung aplikasi ini baik dari segi perangkat lunak maupun perangkat keras. Untuk itu perlu diperhatikan kategori dari perangkat yang dapat menjalankan aplikasi ini. 1. Handphone dengan OS Android atau biasa disebut Smartphone Android. 2. Smartphone Android dengan minimal API 8.
Kemudian nilai ini dikonfersi ke jam : menit : detik 18,07578 = 18 : 04 : 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari penelitian dan penulisan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : dengan memanfaatkan teknologi yang ada pada Smartphone khususnya yang berbasis sistem operasi Android, pengguna bisa dengan cepat mengetahui waktu shalat dan lokasi masjid yang berada paling dekat dengan posisi dia berada menggunakan sebuah aplikasi yang dirancang untuk dapat mengetahui waktu shalat dan masjid terdekat. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
4. Waktu Isya Isya’ = Zhuhur + (Hour Angle Isya’)/15 Isya’ = Zhuhur + ACOS(COS(HA))/15 Isya’ = Zhuhur + ACOS(SIN (Altitude) – SIN (Lintang) * SIN (Delta) / COS (Lintang) * COS (Delta))/15 Isya’ = 12,0028 + ACOS(SIN (-18) – SIN(0,003324704) * SIN(-0,107629) / COS(0,003324704) * COS(-0,107629))/15 Isya’ = 12,0028 + 108,1165581/15 Isya’ = 19,21057
56
-
-
Penulis dapat menjelaskan keakurasian algoritma Meeus dalam penentuan waktu shalat. Aplikasi dapat mencari keberadaan masjid terdekat dengan memanfaatkan fasilitas GPS.
B. Saran Aplikasi ini tentu saja masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan aplikasi ini agar menjadi lebih baik lagi, antara lain : - Penulis mengharapkan aplikasi ini dapat dikembangkan lebih lanjut bukan hanya waktu shalat serta masjid terdekat, tetapi juga kontenkonten islami lainnya agar dapat lebih bermanfaat. - Diharapkan kedepannya dapat dikembangkan bukan hanya berjalan pada platform Android saja. VI. REFERENSI [1]. Amhar, Fahmi. 2002. Pengantar Memahami Astronomi Rukyat. [2]. Jogianto. 1999. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi. [3]. Kendall & Kendall. 2008. System Analysis And Design. London: Pearson International Edition 7th Edition. [4]. Meeus, Jean. 1991. Astronomical Algorithm, Willmann-Bell: Virginia. [5]. Mulyadi, Adi. 2010. Membangun Aplikasi Android. Yogyakarta: Multimedia Center Publishing. [6]. Riyanto. 2011. Sistem Informasi Geografis Berbasis Mobile. Yogyakarta: Gava Media. [7]. Safaat, Nazaruddin. 2012. ANDROID Pemrograman Aplikasi Mobile Smartphone dan Tablet PC Berbasis Android. Bandung: Informatika. http://www.eramuslim.com/peradaban/ilmuhisab/cara-menghitung-waktu-shalat.htm http://www.eramuslim.com/peradaban/ilmuhisab/kalender-julian-kalender-gregorian-danjulian-day.htm COPYRIGHT Dengan ini kami menyatakan bahwa jurnal ini benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai jurnal atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis bertanggung jawab dalam menyalin (mereproduksi) gambar atau tabel dan citra yang diperoleh dari pihak lain dengan apresiasi (acknowledgement) yang benar.
57
Implementasi Algoritma Sidik Jari Audio Untuk Mendeteksi Duplikat Lagu Raka Yusuf1, Harni Kusniyati2, Erick Estrada3 E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstract- In a song storage media, often found duplicate songs which resulted in the use of storage media space song not be optimal. Duplicate songs are generally caused by the way the user to store songs on the storage media. Generally, users do not pay attention to whether the storage medium has tracks are the same song or not. In addition, differences in track storage location is one of the factors that make it difficult to determine whether the storage medium contained songs duplicate songs. Therefore, to optimize storage space song, then designed an application that uses audio fingerprinting algorithm to identify duplicate songs in the song storage media. This study uses the waterfall model of software engineering, to produce an application that can overcome the problem of duplicate song files on the storage media. Keywords: Fingerprint Algorithm Song, Library Open Fingerprint Architecture
I. PENDAHULUAN Beban kehidupan akhir-akhir ini terasa bertambah berat, membuat manusia harus berpacu melawan waktu bekerja keras untuk mendapatkan rejeki. Hal inilah yang membuat masyarakat Indonesia, terutama yang hidup di kota-kota besar mengalami tingkat stress yang begitu tinggi. Banyak cara yang dilakukan oleh manusia untuk menghilangkan stress, dimana salah satu cara untuk menghilangkan stress adalah dengan mendengarkan musik. Musik sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia, karena dapat membawa emosi bagi pendengarnya. Saat musik mengalun sendu, maka tanpa terasa emosi si pendengarnya terbawa hanyut oleh kesenduan musik tersebut, namun tatkala musik mengalun riang dengan nada semangat, maka emosi si pendengarpun dapat ikut terbawa semangat. Musik atau lagu yang kita dengarkan sejak kecil hingga dewasa, mungkin sudah berjumlah ratusan lagu. Lagu yang diciptakan manusia mungkin sudah ribuan atau bahkan jutaan lagu. Banyak atau hampir setiap orang menyimpan lagulagu sebagai koleksi pribadi, terlebih lagi bagi suatu stasiun radio yang menyimpan ribuan lagu dalam berbagai jenis aliran musik.
Benda
Perbedaan
Melewat
Penden
Gambar 1. Proses Terjadinya Suara Suara dihasilkan oleh getaran suatu benda dimana selama bergetar, terjadi perbedaan tekanan pada media terkompresi yang dilalui, sehingga menghasilkan pola osilasi yang disebut dengan gelombang. Gelombang yang dihasilkan memiliki pola sama berulang pada interval tertentu, dan dapat dihitung dengan rumus: λ = c/f........................................................(1) λ = Panjang Gelombang suara (m) c = Kecepatan Rambat Suara (m/s) f = Frekuensi (Hz) Berdasarkan tinggi rendahnya frekuensi yang dihasilkan, maka gelombang suara dibagi kedalam empat jenis gelombang suara, yaitu: 1. Infrasonik yang mempunyai rentang frekuensi diantara 0 Hz – 20 Hz. 2. Audiosonik yang mempunyai rentang frekuensi diantara 20 Hz – 20 KHz. 3. Ultrasonik yang mempunyai rentang frekuensi diantara 20 KHz – 1GHz. 4. Hipersonik yang mempunyai rentang frekuensi diantara 1 GHz – 10 THz.
Dimana :
II. LANDASAN TEORI Pengertian Suara Suara adalah gelombang yang dihasilkan oleh getaran benda dengan amplitudo yang berubah secara kontinu terhadap waktu. Suara berhubungan dengan pendengaran yang merambat melalui media terkompresi seperti gas, air atau udara, dan tidak dapat merambat melalui ruang hampa. Lihat Gambar 1.
A.
B. Audio Watkinson (2002:3) menyatakan, bahwa audio adalah sinyal analog dalam bentuk gelombang listrik yang merepresentasikan gelombang suara. Dalam proses menghasilkan 58
audio, suara asli diubah oleh transducer seperti mikrofon menjadi sinyal analog listrik yang merambat secara kontinu pada media terkompresi, dan mengalami perubahan seiring waktu dan media yang dilalui. Lihat Gambar 2.
Definisi dari pemrosesan sinyal audio digital adalah analisa dan manipulasi informasi bentuk gelombang audio yang diproses ke dalam sistem komputer. Dalam pemrosesan ke dalam sinyal audio digital, dilakukan pengukuran amplitudo selama interval waktu tertentu pada sinyal analog untuk menghasilkan sampling, dimana pada tiap satuan pengukuran dalam sampling dinamakan sampel. D. Audio Sampling Dalam memproses sinyal analog menjadi bit-bit sinyal digital, digunakan teknik sampling yang merupakan teknik untuk mengambil cuplikancuplikan dari bagian-bagian sinyal analog, dimana tiap cuplikan yang diambil disebut dengan sinyalsinyal sampel. Dalam proses sampling, untuk menghasilkan sinyal sampel mengikuti aturan teori Shannon yang menyatakan minimum frekuensi sinyal sampel adalah dua kali frekuensi sinyal analog, sebab frekuensi sinyal sampel yang lebih banyak akan menghasilkan cuplikan yang lebih menggambarkan gelombang sinyal analog yang asli. Setelah proses sampling dilakukan, maka akan terbentuk sinyal analog diskrit yang menyerupai sinyal analog asli seperti yang ditunjukan pada Gambar.4.
Gambar 2. Contoh Gelombang Sinyal Analog Gelombang sinyal analog dihitung berdasarkan amplitudo sebagai ukuran tinggi rendahnya gelombang sinyal analog dalam satuan decibel (db), dan velocity sebagai ukuran kecepatan rambat gelombang dalam satuan m/s. Sebuah sinyal audio analog merupakan akumulasi gabungan dari suara asli dan noise. Hal ini merupakan kelemahan dari sinyal audio analog sebab perubahan gelombang listrik yang dihasilkan selama melalui media terkompresi bersifat kontinu sehingga sulit untuk mendeteksi proporsi energi dari suara asli maupun noise. Untuk mengatasi kelemahan sinyal audio analog, maka diperlukan suatu bentuk gelombang sinyal audio yang dapat dideteksi proporsi antara energi suara asli maupun noise pada sinyal tersebut. Gelombang sinyal audio ini merupakan gelombang sinyal audio digital.
Gambar 4. Contoh Sinyal Analog Diskrit Setelah proses sampling, dilakukan proses pembandingan sinyal sampel diskrit dengan tetapan level tertentu yang disebut quantisasi. level-level pembanding pada proses ini merupakan tetapantetapan angka dalam bentuk bilangan biner dimana tetapan level tergantung pada resolusi dari alat konversi. Sinyal-sinyal diskrit yang dihasilkan akan disesuaikan levelnya dengan tetapan-tetapan pada level yang ada. Dengan melakukan pembulatan angka, sinyal-sinyal diskrit yang lebih besar dari median rentang tetapan level akan dinaikan dan jika lebih kecil maka akan diturunkan. Lihat Gambar 5.
C. Audio Digital Fries dan Marty (2005:142) menyatakan, bahwa audio digital adalah representasi dari suara dalam bentuk deret angka berurutan yang mewakili gelombang sinyal selama interval waktu tertentu seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.3. Audio digital direpresentasikan oleh bilangan biner (1 dan 0), dimana bilangan biner dinyatakan dalam bit-bit yang mewakili dua jenis tegangan, yaitu tegangan rendah atau off yang diwakili oleh bilangan 0, dan tegangan tinggi atau on yang diwakili oleh bilangan 1.
Gambar 3. Contoh Gelombang Sinyal Audio Digital Gambar 5. Contoh Quantisasi Sinyal Analog
59
Gambaran
Proses
Tiap-tiap sinyal diskrit yang telah mempunyai tetapan tertentu menghasilkan representasi informasi dari sinyal analog. Urutanurutan dari sinyal-sinyal diskrit disebut sebagai sinyal audio digital karena sudah berbentuk informasi dalam bentuk bit-bit digital.
Codec audio mempunyai dua arti yang merupakan kombinasi dari coder-decoder. G. Sidik Jari Audio Untuk menghasilkan sidik jari audio, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan agar sidik jari yang dihasilkan dapat dianggap mewakili audio sumbernya, yaitu: 1. Ketahanan Untuk menghasilkan sidik jari audio, sebuah berkas audio harus memiliki tingkat ketahanan yang tinggi. 2. Kehandalan Sidik jari audio hasil ekstraksi dari berkas audio harus dapat digunakan untuk mengidentifikasi berkas lagu identik lainnya secara tepat. 3. Ukuran sidik audio Sidik jari audio harus berukuran kecil agar dalam penggunaannya sebagai alat identifikasi berkas audio, proses yang dilakukan akan berjalan cepat. Ukuran sidik jari audio sangat berpengaruh pada aplikasi yang berinteraksi dengan server yang menyediakan basis data informasi berkas audio. 4. Terperinci Lama durasi berkas audio yang digunakan untuk menghasilkan sidik jari audio harus diperhitungkan secara jelas, sehingga dapat menghasilkan sidik jari audio yang identik dengan berkas audio asli. 5. Kecepatan pencarian dan skalabilitas Kecepatan proses dalam satuan waktu yang diperlukan untuk mencocokan sidik jari. Kecepatan sangat diperlukan apabila proses pencocokan sidik jari audio dilakukan dalam jumlah yang berskala besar. Dalam mengekstraksi sidik jari audio, terdapat dua bagian yang menjadi proses utama dalam menciptakan sidik jari, yaitu Front End Module dan Fingerprint Modeling Block. Front End Module merupakan bagian dimana terjadi proses ekstraksi isi berkas audio ke dalam bentuk audio mentah, sedangkan Fingerprint Modeling Block merupakan bagian dimana proses ekstraksi dari audio mentah yang dihasilkan untuk diubah menjadi sidik jari audio. Dari kedua proses utama tersebut, terdapat langkah-langkah untuk memproses audio hingga menghasilkan sidik jari audio yang digambarkan ke dalam tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Front End Module Bagian ini dimulai dari proses awal (Preprocessing) yaitu mengkonversi sinyal audio menjadi format standar untuk proses sidik jari audio yaitu 16 bit mono PCM dengan sample rate 44,1 kHz. Sinyal audio kemudian dipecah menjadi frame-frame overlap berdurasi satuan milidetik (Framing & Overlap). Pada proses selanjutnya, setiap frame yang ada diubah menggunakan metode
E. Format Audio Digital Binanto (2010:56) menyatakan, bahwa Format berkas audio merupakan hasil pemampatan audio yang dilakukan pada saat pembuatan berkas audio dan pada saat distribusi berkas audio tersebut, yang bertujuan untuk mengecilkan ukuran berkas audio. Pendekatan Umum tentang penyimpanan audio digital adalah pengambilan sampel tegangan audio analog menjadi digital yang pada waktu dimainkan kembali (playback) akan cocok dengan audio analog aslinya. Dalam penyimpanannya, berkas audio umumnya dapat mendukung penggunaan beragam codec, walaupun terdapat juga berkas audio yang tidak mendukung penggunaan codec seperti AVI. Bentuk dari berkas audio sendiri digolongkan ke dalam tiga golongan besar berdasarkan jenis pemampatannya, yaitu: 1. Format audio yang tidak terkompresi (uncompress) Format audio tidak terkompresi disebut juga berkas audio polos/mentah. Formati ini mengkodekan suara dengan jumlah bit per unit waktu yang sama, sebagai contoh sebuah berkas audio berisi simfoni orkestra akan berdurasi sama dengan berkas audio suara hening berdurasi satu menit. Contoh format audio ini adalah WAV, AIFF dan AU. 2. Format audio dengan kompresi lossless Format audio kompresi lossless memampatkan suara dengan kualitas yang tidak berkurang, sehingga penggunaannya dapat difokuskan pada kecepatan kompresi dan decompresi, derajat kompresi dan dukungan terhadap perangkat keras dan perangkat lunak. Contoh format audio ini adalah FLAC, Wavpack (WV), Shorten, TTA dan ATRAC. 3. Format audio dengan kompresi lossy Format audio ini memampatkan suara dengan kualitas yang berkurang. Proses kompresi format audio kompresi lossy lebih difokuskan untuk menjaga kualitas audio, faktor kompresi, kecepatan kompresi dan decompresi, dan kecepatan real-time streaming. Contoh format audio ini adalah MP3, Vorbis, lossy Windows Media Audio (WMA) dan AAC. F. Codec Binanto (55) menjelaskan, bahwa codec adalah program komputer yang memampatkan/menggembungkan data audio digital sesuai dengan format berkas audio yang diberikan. 60
2.
fourier transform, yaitu operasi menguraikan sinyal berdasarkan sinyal penyusunnya ke dalam bentuk blok-blok frekuensi sinyal (Transform). Blok-blok frekuensi sinyal ini disebut sebagai hasil ekstraksi fitur (feature extraction) yang selanjutnya akan diproses pada Fingerprint Model Block (PostProcessing). Fingerprint Modeling Block Bagian ini merupakan tahap proses ekstraksi sidik jari audio, yaitu tahap menghasilkan sidik jari audio dengan mengambil magnitude tiap-tiap blok frekuensi sinyal yang diproses pada tahap front end module, dan menggunakan algoritma tertentu untuk mengubah blok-blok sinyal tersebut menjadi sidik jari audio.
Gambar 6. Visualisasi Bentuk Sidik Jari Lagu 3.
Mengambil informasi-informasi berkas audio Arsitektur LIBOFA menggunakan protocol layer untuk mengirimkan informasi sidik jari audio ke server MusicDNS untuk mendapatkan informasi berkas audio yang sesuai dengan sidik jari audio yang dikirimkan. Tahap ini bersifat opsional, karena tidak mempengaruhi proses dalam menghasilkan sidik jari audio.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Masalah Teknologi multimedia saat ini mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, sebagai salah satu contoh adalah kebutuhan untuk mendengarkan lagu sebagai media yang paling sering digunakan untuk menghilangkan stress. Penikmat lagu dapat menikmati lagu yang ia inginkan menggunakan perangkat keras yang memiliki aplikasi pemutar lagu, ataupun mendengarkan langsung melalui sinyal gelombanggelombang radio.
H. Library Open Fingerprint Architecture Arsitektur LIBOFA dapat mengidentifikasi lagu dengan toleransi bitrate terendah mulai dari 65 kbps hingga bitrate tertinggi yang ada, serta mendukung identifikasi berkas audio dengan algoritma kompresi lossy seperti MP3. Pada Arsitektur LIBOFA, terdapat tiga tahap proses utama dimana dua diantaranya merupakan tahap untuk menghasilkan sidik jari audio. Tahap-tahap tersebut yaitu: 1. Konversi berkas audio Dalam menciptakan sidik jari audio, arsitektur LIBOFA menggunakan codec untuk mengubah berkas audio kedalam bentuk audio mentah dengan format 16 bit mono PCM bertipe WAV. 2. Ekstraksi sidik jari audio Dari audio mentah yang dihasilkan, sinyalsinyal audio dibagi menjadi serangkaian frame dengan durasi setiap frame berukuran 185 milidetik. Setiap kolom pada matrik awal mewakili pita frekuensi, dan setiap baris pada matrik awal mewakili frame. Dengan menggunakan rumus, digunakan nilai-nilai pada matriks V untuk mengkonstruksi core print berukuran 512 bytes, digabung dengan empat nilai pita frekuensi paling menonjol (pitch print) berukuran 4 bytes, lalu dienkripsi dengan enkripsi yang dikembangkan oleh LIBOFA, dan dienkripsi kembali menggunakan enkripsi base64 untuk menghasilkan sebuah sidik jari audio berukuran 516 bytes, yang divisualisasikan pada Gambar 6.
1. Faktor-Faktor Penyebab Duplikasi Lagu Duplikasi berkas lagu pada media penyimpanan lagu merupakan kondisi dimana terdapat 2 atau lebih berkas lagu yang sama pada media penyimpanan lagu tersebut. Duplikasi tersebut dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor yang disebabkan oleh cara pemilik media penyimpanan lagu dalam melakukan penyimpanan berkas lagu kedalam media penyimpanan lagu, seperti: Menyimpan berkas lagu dengan nama A.MP3 ke dalam direktori A pada media penyimpanan lagu, dimana pada direktori A dalam media penyimpanan lagu tersebut sudah terdapat berkas lagu yang sama namun memiliki nama B.MP3. Solusi-Solusi Untuk Mengatasi Duplikasi Lagu Berdasarkan faktor-faktor penyebab duplikasi berkas lagu, maka dapat didefinisikan kondisikondisi yang disebut sebagai duplikasi berkas lagu, yaitu: 1. Kondisi dimana terjadi duplikasi berkas lagu pada lokasi penyimpanan yang sama, karena terdapat 2 atau lebih berkas lagu yang sama dengan penamaan berkas lagu yang berbedabeda. 2. Kondisi dimana terjadi duplikasi berkas lagu pada lokasi penyimpanan yang berbeda, walaupun berkas-berkas lagu tersebut memiliki penamaan yang sama. 3. Kondisi terjadinya duplikasi berkas lagu pada lokasi penyimpanan yang berbeda, dengan penamaan berkas-berkas lagu yang berbeda pada tiap lokasi penyimpanannya. 61
Berdasarkan kondisi-kondisi diatas, dapat disolusikan beberapa cara untuk mencari duplikasi berkas-berkas lagu pada media penyimpanan lagu, yaitu: 1. Melakukan pencarian secara manual ke dalam lokasi media penyimpanan lagu, dengan cara memutar tiap-tiap berkas lagu untuk mengidentifikasi apakah berkas-berkas lagu tersebut dapat dinyatakan sama. 2. Menggunakan fitur pencarian yang dimiliki oleh sistem operasi, dimana berkas-berkas lagu dengan penamaan yang mirip pada lokasi yang sama atau penamaan yang sama pada lokasi yang berbeda akan diputar agar dapat teridentifikasi apakah berkas-berkas lagu tersebut dapat dinyatakan sama. 3. Menggunakan algoritma khusus untuk melakukan ekstraksi sidik jari untuk setiap berkas lagu pada media penyimpanan lagu, kemudian melakukan pencarian duplikasi berkas lagu dengan cara membandingkan setiap sidik jari berkas lagu satu dengan lainnya, dan menampilkan hasil pencarian berkas-berkas lagu yang di teridentifikasi sama berdasarkan perbandingan antara sidik jari berkas-berkas lagu yang sama, serta menampilkan lokasi berkas-berkas lagu yang sama tersebut.
Gambar 7. Tampilan Layar Utama Program Aplikasi
2. Implementasi Fitur Lokasi Pencarian Fitur lokasi pencarian merupakan fitur untuk menentukan lokasi pencarian duplikasi lagu atau merupakan fitur untuk menentukan lokasi media penyimpanan lagu. Dalam fitur ini digunakan 1 komponen textbox dan 1 komponen button pada antar muka program aplikasi. Implementasi Fitur Opsi Pencarian Fitur Opsi pencarian merupakan fitur untuk menentukan cara pencarian duplikasi lagu pada media penyimpanan lagu. Pada antar muka aplikasi, diberikan opsi pencarian duplikasi berkas lagu pada direktori utama atau direktori dan sub direktori utama media penyimpanan lagu. Dalam fitur ini digunakan 1 komponen Optionbox dan 2 komponen radio pada antar muka program aplikasi
Analisis Program Aplikasi Setelah menganalisa permasalahan dan menganalisa solusi terbaik dari solusi-solusi yang ada, maka penulis memutuskan untuk merancang sebuah program aplikasi yang dapat melakukan pencarian duplikasi berkas lagu pada suatu media penyimpanan lagu.
C. Pengujian Program Aplikasi Pengujian program aplikasi merupakan tahapan yang dilakukan untuk penilaian kesesuaian program yang dibuat dengan analisa yang dilakukan dan hasil yang diharapkan. Dalam tahap pengujian aplikasi ini, dilakukan pengujian dengan metode Black Box yang merupakan uji spesifikasi dan fungsionalitas program, tanpa adanya pengetahuan tentang struktur internal dari source code-nya. Metode Black Box menitikberatkan pada apa yang dilakukan oleh code tersebut, dan bukan bagaimana code itu bekerja. Dalam pengujian program aplikasi ini, akan dijelaskan lingkungan pengujian program, skenario pengujian, hasil pengujian dan analisis hasil pengujian.
B. Implementasi Program Aplikasi Pada tahap implementasi program aplikasi, proses pengkodean program akan menggunakan bahasa pemrograman Visual basic.NET, dan Microsoft Visual Studio 2005 sebagai antar muka pengembang aplikasi yang digunakan. Berdasarkan Rancangan diagram alir program, ditentukan tahapan-tahapan implementasi yang akan dilakukan yaitu implementasi antar muka aplikasi, implementasi fitur lokasi pencarian, implementasi fitur opsi pencarian, dan implementasi fitur pencarian. 1. Implementasi Antar Muka Aplikasi Pada diagram alir program, setelah program dijalankan, pengguna akan disuguhkan tampilan layar utama program. Pada pembuatan layar utama digunakan beberapa komponen yang terdapat pada toolbar Microsoft Visual Studio 2005 yaitu menu, textbox, tombol (button), optionbox, radio, dan listview sebagai komponen pendukung antar muka program aplikasi. Berikut digambarkan pada Gambar 7. tampilan layar utama.
1. Lingkungan Pengujian Dalam pengujian program aplikasi, diperlukan perangkat lunak dan perangkat keras untuk melakukan pengujian, sehingga diperlukan persiapan awal untuk mempersiapkan kebutuhan akan perangkat keras dan perangkat lunak tersebut. Untuk pengujian program aplikasi ini, dilakukan pengujian pada lingkungan pengujian sebagai berikut:
62
a.
Dalam pengujian program aplikasi ini digunakan alat keluaran berupa layar monitor bertipe SVGA.
Perangkat Keras Yang Dibutuhkan
Berdasarkan fungsi atau kegunaannya, perangkat keras dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu: i.
Alat Masukan (Input Device) Dalam pengujian program aplikasi ini, digunakan 2 alat masukan yaitu papan ketik atau keyboard dan mouse.
ii.
Alat Pemroses (Processing Unit)
1
Perangkat Lunak Yang Digunakan
c.
Perangkat lunak merupakan sekumpulan baris perintah atau program yang digunakan untuk memberikan instruksi-instruksi pengolahan data kepada perangkat keras komputer. Pada pengujian program ini, dilakukan pada sistem operasi Windows XP.
Skenario Pengujian Dalam melakukan pengujian program aplikasi ini, ditetapkan skenario pengujian yang disusun sebagai berikut:
Alat pemroses yang digunakan dalam pengujian program aplikasi ini adalah sebuah CPU (Central Processing Unit) yaitu prosesor Intel Core 2 Duo T6400 @2.00GHz, 1 Gb RAM memory, dan sebuah harddisk dengan kapasitas penyimpanan sebesar 250 Gb. iii. No
b.
Tabel 1. Skenario Pengujian
Alat Keluaran (Output Device) Yang Diuji Data Cara Menguji Pengujian Layar 2 berkas lagu 1 Pilih lokasi dengan menekan tombol Utama dengan nama bergambar direktori, maka akan muncul yang sama, isi jendela directory browser yang sama, bitrate yang 2 Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan sama, dengan tombol OK kedua berkas lagu berada pada lokasi 3 Pilih opsi pencarian pada direktori utama dan sub direktori dari direktori utama berbeda
Hasil Yang Diharapkan Program akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, pada tabel hasil pengujian
4 Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu 2
3
Layar Utama
Layar Utama
2 berkas lagu dengan nama yang sama, isi yang sama, bitrate yang berbeda, dengan kedua berkas lagu berada pada lokasi berbeda
2 berkas lagu dengan nama yang berbeda, isi yang sama, bitrate yang sama, dengan kedua berkas
1
Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser.
2
Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK
3
Pilih opsi pencarian pada direktori utama dan sub direktori dari direktori utama
4
Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser
1
2
Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK
63
Progrm akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, pada tabel hasil pengujian
Program akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, pada tabel hasil
4
5
Layar Utama
Layar Utama
lagu berada pada lokasi yang sama
3
Pilih opsi pencarian pada direktori utama
4
Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu
2 berkas lagu dengan nama yang berbeda, isi yang berbeda, bitrate yang sama, dengan kedua berkas lagu berada pada lokasi yang sama
1
Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser
2
Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK
3
Pilih opsi pencarian pada direktori utama
4
Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu
2 berkas lagu dengan nama yang berbeda, isi yang berbeda, bitrate yang sama, dan kedua berkas lagu berada pada lokasi yang berbeda
1
Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser
2
Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK
3
Pilih opsi pencarian pada direktori utama dan sub direktori dari direktori utama
4
Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu
Hasil Pengujian Dari skenario
pengujian
yang
dilakukan,
didapatkan
hasil
pengujian
Program tidak akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, pada tabel hasil pengujian
Program tidak akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, pada tabel hasil pengujian
pengujian
sebagai
Tabel 2. Hasil Pengujian No 1
Yang Diuji Layar Utama
Data Pengujian 2 berkas lagu dengan nama yang sama, isi yang sama, bitrate yang sama, dengan kedua berkas lagu berada pada lokasi berbeda
Cara Menguji 1
2
3
Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK Pilih opsi pencarian pada direktori utama dan sub direktori dari direktori utama
64
Hasil Yang Diharapkan Program akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, berikut lokasi dari masing-masing berkas lagu, yang akan ditampilkan pada tabel hasil pengujian
Hasil Pengujian Sesuai
berikut:
2
3
4
Layar Utama
Layar Utama
Layar Utama
4
Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu
2 berkas lagu dengan nama yang sama, isi yang sama, bitrate yang berbeda, dengan kedua berkas lagu berada pada lokasi berbeda
1
Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK Pilih opsi pencarian pada direktori utama dan sub direktori dari direktori utama Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu
Program akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, berikut lokasi dari masing-masing berkas lagu, yang akan ditampilkan pada tabel hasil pengujian
Sesuai
2 berkas lagu dengan nama yang berbeda, isi yang sama, bitrate yang sama, dengan kedua berkas lagu berada pada lokasi yang sama
1
Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK Pilih opsi pencarian pada direktori utama
Program akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, berikut lokasi dari masing-masing berkas lagu, yang akan ditampilkan pada tabel hasil pengujian
Sesuai
4
Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu
2 berkas lagu dengan nama yang berbeda, isi yang berbeda, bitrate yang sama, dengan kedua berkas lagu berada pada lokasi yang sama
1
Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK Pilih opsi pencarian pada direktori utama
Program tidak akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, pada tabel hasil pengujian
Sesuai
2
3
4
2
3
2
3 4
Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu
65
5
Layar Utama
2 berkas lagu dengan nama yang berbeda, isi yang berbeda, bitrate yang sama, dan kedua berkas lagu berada pada lokasi yang berbeda
1
2
3 4
Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK Pilih opsi pencarian pada direktori utama
Dari hasil skenario pengujian terhadap aplikasi, dilakukan analisa sebagai berikut:
2.
3.
Sesuai
Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu
Analisis Hasil Pengujian
1.
Program tidak akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, pada tabel hasil pengujian
Hasil pengujian pada skenario pengujian nomor 1 menunjukkan kesesuaian dengan hasil yang diharapkan, karena data pengujian yang digunakan merupakan 2 berkas lagu dengan nama, isi dan bitrate yang sama, dimana dalam prosesnya aplikasi akan menghasilkan sampling dan nilai-nilai quantisasi yang sama untuk setiap berkas lagu data pengujian, dan dalam proses ekstraksi sidik jari akan menghasilkan sidik jari berkas lagu yang dapat dipastikan sama. Perbedaan lokasi tidak akan mempengaruhi dalam proses identifikasi duplikasi berkas lagu, selama data pengujian berada pada direktori utama atau sub-sub direktori dari direktori utama lokasi yang dipilih.
4.
5.
Hasil pengujian pada skenario pengujian nomor 2 menunjukkan kesesuaian dengan hasil yang diharapkan. Dalam penggunaan data pengujian 2 berkas lagu dengan nama dan isi yang sama, namun dengan bitrate yang berbeda menunjukkan bahwa perbedaan bitrate pada berkas lagu dengan nama dan isi yang sama akan menghasilkan audio sampel dengan ukuran yang berbeda karena perbedaan jumlah bit-bit pembentuk kedua lagu tersebut. Dalam proses ekstraksi sidik jari lagu, algoritma enkripsi LIBOFA dapat menghasilkan sidik jari lagu yang sama untuk kedua berkas lagu Hal ini menunjukkan bahwa proses quantisasi sinyal pada kedua lagu dapat dihasilkan perbandingan tetapan nilai yang sama, sehingga pada proses transform hingga membentuk sidik jari lagu, dapat dihasilkan sidik jari yang sama. Hasil pengujian pada skenario pengujian nomor 3 menunjukkan kesesuaian dengan hasil yang diharapkan. Dalam penggunaan data pengujian 2 berkas lagu dengan isi dan bitrate yang sama namun dengan penamaan
berkas lagu yang berbeda, ditunjukkan bahwa pada proses pencocokan berkas lagu tidak dilakukan pencocokan berdasarkan nama berkas-berkas lagu, melainkan dari ekstraksi isi berkas lagu tersebut. Dijelaskan pula bahwa kesamaan lokasi data pengujian tidak akan mempengaruhi dalam proses identifikasi duplikasi berkas lagu, sama seperti keadaan apabila berkas lagu data pengujian terdapat pada lokasi yang berbeda-beda. Hasil pengujian pada skenario pengujian nomor 4 menunjukkan kesesuaian dengan hasil yang diharapkan. Dalam proses ekstraksi sidik jari lagu dapat dipastikan bahwa kedua sidik jari lagu data pengujian yang dihasilkan merupakan sidik jari yang berbeda, karena merupakan 2 lagu dengan isi yang berbeda. Hasil pengujian pada skenario pengujian nomor 5 menunjukkan kesesuaian dengan hasil yang diharapkan, karena selain perbedaan lokasi tidak mempengaruhi hasil dari identifikasi duplikasi berkas lagu, hasil ekstraksi sidik jari lagu dari kedua berkas lagu data pengujian akan menunjukkan perbedaan antara kedua sidik jari berkas lagu tersebut, sebab kedua berkas lagu tersebut hanya memiliki kesamaan bitrate, tapi sebenarnya merupakan 2 jenis berkas lagu yang berbeda.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil analisis yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Aplikasi yang dibuat dapat melakukan identifikasi berkas-berkas lagu yang terduplikasi pada media penyimpanan lagu, baik untuk berkas lagu dengan bitrate yang sama maupun berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses quantisasi untuk menghasilkan audio sampel, algoritma LIBOFA dapat melakukan penyesuaian quantisasi sinyal sampel terutama pada lagu dengan bitrate yang berbeda, dan mengubahnya kedalam sampling rate yang sama. Kemudian pada proses transform yang dilakukan, algoritma sidik jari LIBOFA dapat 66
2.
melakukan penyesuaian perhitungan untuk mengubah nilai matriks awal dari perbandingan nilai-nilai pada pita-pita frekuensi terhadap nilai-nilai waktu, sehingga dapat dihasilkan sidik jari yang sama baik untuk lagu dengan bitrate yang sama maupun berbeda. Aplikasi dapat digunakan untuk membantu pengguna dalam menemukan duplikasi berkas-berkas lagu yang terdapat pada media penyimpanan lagu, sehingga pengguna dapat menghapus duplikasi-duplikasi lagu tersebut.
V. REFERENSI [1] Binanto, Iwan. Multimedia Digital Dasar Teori dan Pengembangannya. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2010 [2] Cano, Pedro, Eloi Batlle, Emilia Gomez, Leandro de C.T Gomes, and Madeleine Bonnet, 2005 “Audio Fingerprinting: Concepts And Applications” Studies in: Computational Intelligence for Modeling and Prediction Halgamuge, S.K, Lipo Wang. Berlin: Springer, 2005 [3] Elektro Indonesia, Audio Sampling, http://www.elektroindonesia.com/elektro/ele k35a.html, diakses pada tanggal 1 mei 2011 [4] Fries, Bruce, and Marty Fries. Digital Audio Essentials Sebastopol: O`Reilly Media, Inc, 2005 [5] Kusumo, Ario Suryo. Buku Latihan Pemrograman Visual Basic 2005 Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2006 [6] Music IP. MusicDNS Developers Guide Monrovia: Music IP Corporation, 2006 [7] Rainer, R.Kelly, Turban, Efraim, Introduction to Information Systems Danvers: John Wiley & Sons Inc, 2009 [8] Serrao, Carlos, Clara, Marco, 2007 “Describing Acoustic Fingerprint Technology Integration For Audio Monitoring Systems” Studies in: Innovation And Advanced Techniques In Computer And Information Sciences And Engineering Sobh, Tarek Dordrecht: Springer, 2007 [9] Watkinson, John, An Introduction to Digital Audio Oxford: Focal Press, 2002
B.Saran Beberapa saran yang diajukan dengan kemungkinan untuk dilakukan pengembangan aplikasi lebih lanjut adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan ke depannya disarankan untuk menggunakan komponen ekstraksi sidik jari lagu lainnya, sehingga dapat dilakukan perbandingan mana komponen yang lebih baik. 2. Pengembangan lebih lanjut dapat dicoba untuk melakukan ekstraksi sidik jari dari berkas lagu dengan kualitas yang sangat baik, seperti berkas lagu dengan kualitas orkestra atau live music. 3. Pengembangan lebih lanjut juga dapat dicoba dengan tipe format lagu yang berbeda seperti MP4, MIDI, DLL. Hal ini ditujukan untuk menguji kemampuan LIBOFA dalam ekstraksi sidik jari dari berkas lagu selain MP3. 4. Faktor kecepatan dalam ekstraksi dan besarnya ukuran sidik jari lagu sebaiknya menjadi pertimbangan untuk pengembangan lebih lanjut, karena kedua hal tersebut cukup mempengaruhi waktu proses pencarian duplikasi berkas lagu. 5. Penambahan fitur-fitur baru pada pengembangan lebih lanjut seperti penambahan konfigurasi threeshold dalam mencocokan sidik jari, atau menggunakan ID3 Tag sebagai tambahan untuk membantu proses identifikasi berkas lagu.
COPYRIGHT Dengan ini kami menyatakan bahwa jurnal ini benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai jurnal atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis bertanggung jawab dalam menyalin (mereproduksi) gambar atau tabel dan citra yang diperoleh dari pihak lain dengan apresiasi (acknowledgement) yang benar.
67
JURNAL SISTEM INFORMASI ISSN 1979 – 0767 Vol 8, No 1 Februari 2015
DAFTAR ISI 1-7 PENGEMBANGAN SISTEM E-PROCUREMENT (STUDI KASUS: PT TELKOM INDONESIA, UNIT GENERAL SUPPORT — STO GAMBIR) Nia Kumaladewi, Meinarini Catur Utami, Andika Syafiq Baskara 8-12 RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN PELANGGAN LISTRIK Dewi Arianti Wulandari, Nuratni S Simin 13-24 RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PROMOSI KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP DAN TOPSIS STUDI KASUS: PT. ISTIDATA INDOPACIFIC SOLUTION CENTRE Hendra Bayu Suseno, Andrew Fiade, Ahmad Rizki Faizal 25-34 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENCATATAN KEUANGAN PADA KOPERASI LANCAR JAYA Sarip Hidayatuloh, Indah Sari Agustin 35-41 USULAN MANAJEMEN RISIKO BERDASARKAN STANDAR SNI ISO/IEC 27001:2009 MENGGUNAKAN INDEKS KAMI (KEAMANAN INFORMASI) STUDI KASUS: BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BNP2TKI) Indah Kusuma Dewi, Fitroh, Suci Ratnawati 42-48 ANALISA PERANCANGAN SISTEM INFORMASI SPASIAL PENDIDIKAN BERDASARKAN INDIKATOR ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) (STUDI KASUS : KOTA TANGGERANG SELATAN) Eva khudzaeva 49-57 IMPLEMENTASI ALGORITMA MEEUS DALAM PENENTUAN WAKTU SHALAT DAN PENCARIAN MASJID TERDEKAT Dede Muhammad Isnaeni, Fitri Mintarsih, Feri Fahrianto 58-67 IMPLEMENTASI ALGORITMA SIDIK JARI AUDIO UNTUK MENDETEKSI DUPLIKAT LAGU Raka Yusuf, Harni Kusniyati, Erick Estrada