Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal. 81-96
ISSN : 2355-9977
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 RANAH BATAHAN Halimah Universitas Terbuka, Pekanbaru Email :
[email protected] ABSTRACT The background for this research is the lack of students’ learning activities and the low scores of science subject by students in State Elementary School 002 Ranah Batahan. The learning remains conventional and teacher-centered, while students spend their time mostly watching and listening. This is basically the reason why the teaching objectives were never met. The writer used PTK (Class Behavior Research) as the learning purpose for this research. Research data is obtained using research instrument based on research results the writer found on observation sheets of teachers and students as well as learning results. Data source is learning implementation results in Science subject. Research subjects consist of 25 students in fifth grade State Elementary School 003 Ranah Batahan. This data analysis aims at finding out the results of constructivism approach implementation. The research show positive results in science learning process. In Batch 1 Meeting 1, teacher’s aspect is 60% and Meeting 2 is 68%. The average is 64%. In Batch 2 Meeting 1, teacher’s aspect is 75% and Meeting 2 is 81%. The average is 78%. In Batch 1 Meeting 1, students’ aspect is 69,5% and Meeting 2 is 70%. The average is 69,75%. In Batch 2 Meeting 1, students’ aspect is 72% and Meeting 2 is 82%. The average is 80,5%. Completeness of student’s learning results in Batch 1 is 60% and increased to 76% in Batch 2. This research proves that constructivism approach is capable of developing the student’s learning outcomes and making the learning more meaningful. For this reason, the writer suggests that teachers can seriously consider using this approach to increase their student’s activities and learning results. Keywords: Constructivism Approach, Learning Outcomes, State Elementary School 003 Ranah Batahan
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha pengembangan sumber daya manusia, dan pendidikan SD sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki andil yang sangat penting dalam upaya peningkatan sumber daya manusia itu. Melalui pendidikan di SD, diharapkan dapat dihasilkan manusia Indonesia yang berkualitas. Adapun” tujuan pendidikan SD) dapat dirangkum sebagai berikut: 1)menanamkan dasar-dasar budi pekerti dan akhlak mulia, 2) menumbuhkan dasardasar keterampilan dalam membaca, menulis dan berhitung, 3) mengembangkan dasar-dasar dalam memecahkan masalah serta berpikir logis, kritis dan kreatif, 4) menumbuhkan kecakapan emosional, toleransi, bertanggung jawab dan mandiri, 5) menanamkan dasar-dasar keterampilan hidup, etos kerja, 6) serta menumbuhkan rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air. Pengalaman penulis selama mengajar di SD 03 Ranah Batahan, metode pembelajaran yang di gunakan guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Setiap siswa dituntut untuk memiliki buku teks. Sehingga guru hanya menjelaskan materi yang ada pada buku dan meminta siswa untuk menjawab pertanyaan yang ada pada buku paket. Pembelajaran terjadi satu arah guru lebih dominan. Sedangkan siswa cendrung pasif, hanya menerima apa yang di sampaikan guru sehingga pembelajaran menjadi menonton. Hasil yang di peroleh siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hasil pembelajaran masih dibawah standar ketuntasan minimum dengan rata-rata nilai 65 nilai ketuntasan yang diterapkan sekolah adalah 70. Lebih dari 50% dari jumlah keseluruhan siswa kelas V SDN 03 Ranah Batahan mendapat nilai di bawah KKM sekolah.
81
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal. 81-96
ISSN : 2355-9977
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
Dapat disimpulkan bahwa IPA bukan merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan, tetapi pengajaran yang banyak memberi peluang bagi siswa untuk melakukan berbagai pengamatan dan latihan-latihan, terutama yang berkaitan dengan pengembangan cara berpikir yang sehat dan logis. Jika dicermati lebih lanjut materi pembelajaran IPA di SD telah diusahakan untuk dekat dengan lingkungan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam mengenal konsep-konsep IPA secara langsung dan nyata. Sesuai dengan proses pembelajaran IPA yang menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung untuk mengembangkan potensinya dalam memahami alam sekitar. Meningkatkan aktivitas hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA, siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sendiri, dan bergelut dengan ide-ide, pengetahuan yang diperoleh dengan cara menghapal hanya mampu bertahan dalam jangka waktu pendek, sedangkan pengetahuan yang didapat dari ”menemukan sendiri” mampu bertahan lama dan proses belajarnya akan lebih bermakna bagi siswa. “Pendidikan IPA merupakan proses pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Dapat terlaksananya pembelajaran IPA dengan baik dan bermakna bagi siswa, guru hendaknya memahami dan melaksanakan prinsip-prinsip pembelajaran yang berkualitas, yakni pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered-instruction). Pembelajaran perlu dirancang agar memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi bagi siswa secara berkesinambungan. Guru harus bisa memilih dan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan materi yang diberikan dan dapat dimengerti oleh siswa sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai, serta hasil belajar yang diperoleh siswa meningkat. Berdasarkan pengalaman peneliti, selama mengajar di kelas V SDN 03 Ranah Batahan . Proses pembelajaran IPA, tidak seluruh siswa mempunyai buku sumber, secara tidak aktif dalam pembelajaran, banyak siswa membantu orang tua bekerja sehingga kesempatan untuk belajar kurang sekali, tidak adanya media dalam proses pembelajaran dan Belum adanya keaktifan siswa untuk belajar sungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran, hasil pembelajaran masih dibawah standar ketuntasan minimum dengan rata-rata nilai 70, nilai ketuntasan yang diterapkan sekolah adalah 75. Lebih dari 50% dari jumlah keseluruhan siswa kelas V SDN 03 Ranah Batahan mendapat nilai dibawah KKM sekolah. Sehingga berdasarkan hasil belajar siswa kelas V di SDN 03 Ranah Batahan untuk pembelajaran IPA dapat dilihat berbagai pendekatan mengajar dalam setiap proses pembelajaran. Penggunaan pendekatan tentunya disesuaikan dengan materi yang diajarkan dan kondisi kelas, sarana, dan prasarana serta pertimbangan lainnya. Berdasarkan fenomena yang ditemukan di lapangan, diperoleh kesimpulan bahwa proses pembelajaran IPA di kelas V SDN 03 Ranah Batahan pada umumnya hanya menekankan pada pencapaian kurikulum dan penyampaian tekstual semata, serta kurang mengembangkan kemampuan dalam belajar. Untuk itu perlu adanya perubahan pola pikir bagi pengelola pendidikan, terutama guru, sebagai ujung tombak pelaksana kurikulum yang langsung berhadapan dengan siswa. Perubahan pola pikir tersebut antara lain terdiri dari perubahan pola pembelajaran dan teknik penilaian. Pola pikir yang berpusat pada guru (teacher center) menjadi pola pikir yang berpusat pada siswa (student center). Selain itu, dalam pembelajaran IPA siswa juga dituntut untuk dapat menerapkan keilmuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan yang yang sesuai dengan pola pikir siswa. Di mana pendekatan konstruktivisme suatu pendekatan yang membangun pengetahuan siswa berdasarkan pengetahuan awal yang telah dimiliki melalui pengalaman nyata. ”Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran kontekstual, di mana pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong.
82
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal. 81-96
ISSN : 2355-9977
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
Pada dasarnya pengetahuan itu tidak dibentuk pada diri manusia, melainkan berdasarkan pengalaman nyata yang dialaminya dan hasil interaksinya dengan lingkungan sosial yang ada disekelilingnya. Konstruktivisme ini menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme ini, keaktifan dan hasil belajar siswa akan meningkat. Selanjutnya pendekatan konstruktivisme juga bermanfaat untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif agar siswa aktif dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “pendekatan konstruktivisme Untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN 03 Ranah Batahan Kecamatan Ranah Batahan. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan ,yang menjadi rumusan masalahnya adalah : Bagaimanakah meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran IPA SD dengan menggunakan suatu pendekatan konstruktivisme pada siswa kelas V SDN 03 Ranah Batahan. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar IPA siswa melalui pendekatan konstruktivisme. Penelitian tindakan kelas akan dilaksanakan di kelas V SDN 03 Ranah Batahan dengan pertimbangan lokasi ini dipilih sebagai tempat penulis mengajar.Hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 03 Ranah Batahan masih rendah dan siswa kurang aktif dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan konstruksivisme.Pihak kepala sekolah bersedia untuk diadakan penelitian tindakan kelas. demi kemajuan pendidikan dimasa mendatang.
2. LANDASAN TEORI 2.1. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD 2.1.1 Hakikat IPA di SD IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan dan pengujian gagasan-gagasan. Adapun proses ilmiah yang dimaksud misalnya melalui pengamatan, eksperimen analisis yang bersifat rasional. Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah inilah Sainis memperoleh penemuan-penemuan atau produk yang berupa konsep, fakta, prinsip dan teori. Abruscato (dalam Muslichach, 2006:21) mendefenisikan IPA sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta. Sedangkan menurut BSNP (KTSP 2006:484) IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA di SD adalah suatu program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Dari beberapa penjelasan di atas secara umum diartikan bahwa IPA di SD adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol yaitu proses bagaimana mendapatkan pengetahuan tersebut, baik berupa fakta, konsep yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang diperoleh melalui suatu program pembelajaran.
2.1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup IPA di SD Pada hakikatnya operasional pembelajaran IPA pada setiap jenjang pendidikan sangat dipengaruhi oleh apa tujuan dari pembelajaran IPA itu sendiri. Secara umum Suprayetti (2008:8) menyatakan bahwa IPA di SD bertujuan membantu agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan untuk
83
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal. 81-96
ISSN : 2355-9977
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar maupun menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam yang harus dibuktikan kebenarannya. Menurut BSNP (2006:484) tujuan pembelajaran IPA di SD adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan dalam ciptaannya. 2. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran adanya hubungan yang saling mempengaruhi antar IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4. mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 5. meningkatkan kesadaran unutuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6. meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs. Sedangkan menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK, 2004:24), tujuan pembelajaran Sains (IPA) di SD adalah untuk membekali siswa dengan kemampuan berbagai cara untuk “mengetahui” dan “cara mengerjakan” yang dapat membantu siswa dalam memahami alam sekitar”. Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPA adalah untuk menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa serta memberikan ilmu dan keterampilan kepada siswa untuk memanfaatkan, menjaga, dan melestarikan alam sekitar dengan baik. Selain mengetahui tujuan pembelajaran IPA di SD itu sendiri, ruang lingkup dan prinsip-prinsip pembelajaran IPA di SD juga perlu dikembangkan. Adapun ruang lingkup pembelajaran IPA di SD sebagaimana yang tertuang dalam KTSP (2006: 485) yang meliputi beberapa aspek antara lain: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan, 2) Benda/materi, sifat-sifat atau kegunaannya meliputi: cair, padat, gas, 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana, 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. 2.1.3 Prinsip-prinsip pembelajaran IPA di SD Sedangkan prinsip-prinsip dalam pembelajaran IPA di SD menurut Muslichach (2006:4) bahwa pembelajaran merupakan interaksi dengan lingkungan kehidupannya. Maka dari itu pembelajaran IPA di SD ini berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator saja. Adapun tugas/peranan guru dalam proses pembelajaran IPA ialah meningkatkan pengalaman belajar dengan menyediakan wahana bagi siswa guna pencapaian tujuan pembelajaran IPA tersebut, untuk itu dalam pembelajaran IPA di SD harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajarannya. 2.1.4 Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Hasil belajar IPA merupakan tolok ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami konsep dalam belajar IPA. Apabila telah terjadi perubahan tingkah laku pada diri seseorang, maka seseorang sudah dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar. Sebagaimana dikemukakan oleh Oemar (1993:21) hasil belajar adalah tingkah laku yang timbul, dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pertanyaan-pertanyan baru, perubahan dalam tahap kebiasaan keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat sosial, emosional dan pertumbuhan jasmani. Menurut Abror (dalam Theresia, 2007:4) Hasil belajar adalah perubahan keterampilan dan kecakapan, kebiasaan sikap, pengertian, pengetahuan, dan apresiasi, yang dikenal dengan istilah kognitif, afektif, dan psikomotor melalui perbuatan belajar.
84
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal. 81-96
ISSN : 2355-9977
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
Anita (2006:19) Mengemukakan bahwa: hasil belajar ini berkenaan dengan apa-apa yang diperoleh peserta didik dari serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilaluinya yang semua itu mengacu kepada tujuan pembelajaran yang dijabarkan dalam dimensi kognitif, afektif dan psikomotor. Lebih lanjut Oktaviano (dalam Asmayanti, 2008:8) menyatakan bahwa: “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar yang berupa nilai yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor”. Selain itu hasil belajar ini dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam mengingat pelajaran yang telah disampaikan oleh guru selama proses pembelajaran dan bagaimana siswa tersebut dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa mampu memecahkan masalah yang timbul sesuai dengan yang telah dipelajarinya. Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA adalah perubahan keterampilan, sikap, pengertian, dan pengetahuan yang dikategorikan dalam tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor melalui proses pembelajaran sains. Hasil belajar ketiga ranah tersebut, dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, dan kata-kata, demikian juga dengan hasil belajar IPA di SD. Hasil belajar IPA di SD biasanya dinyatakan dengan skor yang diperoleh dari suatu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai mengikuti proses pembelajaran. Prinsip-prinsip pendekatan konstrukvisme menurut paul ( 1996:73 ) adalah : 1) Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif . 2) Tekanan pada proses belajar terletak pada siswa . 3) Mengajar adalah membantu siswa belajar. 4) Tekanan pada proses belajar lebih pada aktivitas bukan pada hasil akhir
2.2
Tinjauan Tentang Aktivitas
Aktivitas siswa sama maknanya dengan perbuatan, yang menghendaki gerakan fungsi otak individu untuk belajar. Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan tingkah laku berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Aktivitas mutlak diperlukan dalam proses belajar mengajar untuk memperoleh pengetahuan karna esensi dari pengetahuan adalah kegiatan, aktivitas baik secara fisik maupun mental. Menurut Mulyono (dalam Chaniago, 2011) aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan” Jadi segala seuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Menurut Sriyono (dalam Chaniago, 2011) aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivas siswa proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.
2.2.1
Jenis Aktivitas Belajar
Paul D. Dierich (dalam Hamalik, 2007:172) membagi kegiatan aktivitas belajar dalam tiga kelompok, yakni: 1. Kegitan-kegitan visual Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demontrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral) Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi 3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. 4. Kegiatan-kegiatan metrik Melakukan percobaan, memilih alat-alat. 5. Kegiatan-kegiatan emosional Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.
85
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal. 81-96
ISSN : 2355-9977
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
Menurut (Hamalik, 2007:175) penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran siswa, karena: 1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri 2. Berbuat sendiri akan menegembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara intergral . 3. Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan siswa 4. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta mengindarkan berbalistis. 5. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagai mana aktivitas dalam kehidupan masyarakat.
2.3
Pendekatan Konstruktivisme dalam pembelajaran IPA di SD
Secara umum pendekatan adalah cara atau usaha dalam mendekati atau mencapai sesuatu hal yang diinginkan. Seperti yang dikemukakan Wina (2007:127) bahwa: pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Sedangkan menurut Alben (2006:69) pendekatan adalah serangkaian tindakan yang berpola atau teroganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yang terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan Syaiful (2003:62) menyatakan bahwa: pendekatan merupakan suatu pandangan guru terhadap siswa dalam menilai, menentukan sikap dan perbuatan yang dihadapi dengan harapan dapat memecahkan masalah dalam mengelola kelas yang nyaman dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan dalam pembelajaran merupakan suatu usaha seorang pendidik untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, salah satunya adalah pendekatan konstruktivisme. Menurut Wina (2007:264) konstruktivisme adalah”proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman”. Kunandar (2007:305) menyatakan konstruktivisme adalah landasan berpikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit)”. Sedangkan menurut Sumiati (2007:14) konstruktivisme adalah: mengembangkan pemikiran siswa belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Pada dasarnya pengetahuan itu dibentuk pada diri manusia, melainkan berdasarkan pengalaman nyata yang dialaminya dan hasil interaksinya dengan lingkungan sosial yang ada disekelilinganya. Konstruktivisme ini menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Menurut Paul (1996:18) ”konstruktivisme adalah suatu filsafat pendidikan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri”. Dapat dikatakan bahwa Pendekatan konstruktivisme merupakan suatu pendekatan yang bersifat membangun pengetahuan anak dengan mengaktualkan ilmu yang baru. Pada prosesnya, anak lebih banyak aktif untuk menemukan sendiri sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator. Menurut Brooks (dalam Nurhadi, 2006:2)”hakekat dari pembelajaran konstruktivisme adalah siswa harus menjadikan informasi menjadi miliknya sendiri”. Kemudian Nurhadi (2003:33), menjelaskan bahwa”esensi dari teori konstruktifvisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks kesituasi lain dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan”. Siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran, siswa merupakan pusat kegiatan, bukan guru. Jasmansyah (2008:4) pendekatan konstruktivisme mempunyai kelebihan bagi siswa, di antaranya:
86
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal. 81-96
ISSN : 2355-9977
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
1.
2.
3. 4.
5.
6.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi ide dengan temannya, dan mendorong siswa menjelaskan tentang idenya. memberikan pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang ada pada siswa yang disesuaikan dengan gagasan awal agar siswa memperoleh pengetahuan tentang fenomena yang dimilikinya sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan ide yang menantang siswa. memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya agar siswa berpikir kreatif, imajinatif, mengenalkan gagasan sains dengan tepat. memberikan kesempatan pada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan konteks yang dikenal siswa maupun yang baru yang bisa memotivasi siswa. mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan setelah menyadari kemajuan mereka dan memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan ide tersebut. memberikan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung siswa mengungkapkan ide, saling menyimak dan menghindari kesan selalu ada satu “jawaban yang benar”
Dari pandangan Piaget (1988: 133) kelemahan kontruktivisme adalah tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak. Pada teori ini konsekuensinya dalah siswa harus memiliki ketrampilan unutk menyesuaikan diri atau adaptasi secara tepat. Berdasarkan pendapat dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan yang membangun pengetahuan awal siswa dan dikaitkan dengan ilmu yang baru, di sini siswa lebih aktif untuk menemukan ilmu yang baru dan guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator, supaya siswa mampu mencapai pemahamannya dengan baik dan sesuai dengan masa perkembangannya. .
2.4
Kerangka Koseptual
Penggunaan pendekatan dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh, semakin tepat pendekatan yang digunakan maka hasil yang diperoleh akan maksimal. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas hasil belajar siswa yaitu pendekatan konstruktivisme. Pendekatan konstruktivisme merupakan suatu pendekatan yang bersifat membangun pengetahuan siswa dengan mengaitkan ilmu yang sudah ada pada siswa dengan ilmu baru. Siswa tampak lebih aktif dalam proses pembelajaran untuk menemukan sendiri ilmu tersebut, guru hanya sebagai fasilitator dan motivator. Pendekatan kontruktivisme cocok digunakan dalam pembelajaran IPA di sekolah dasarnya prinsip pendekatan konstruktivisme sama dengan prinsip IPA yaitu mewujudkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hasil belajar bukan semata-mata bergantung pada yang disajikan guru, melainkan dipengaruhi oleh interaksi antara berbagai informasi yang diterima siswa dan bagaimana siswa dapat mengolah pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya.
Pembelajar an IPA
Pendekatan konstruktivisme
Aktivitas Hasil belajar
Gambar 2.1: Skema kerangka konseptual penelitian.
87
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal. 81-96
ISSN : 2355-9977
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
2.5 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori yang sudah di sampaikan dapat di rumuskan hipotesis tindakan pada penelitian yaitu penggunaan pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 03 Ranah Batahan.
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas akan dilaksanakan di kelas V SDN 03 Ranah Batahan dengan pertimbangan lokasi ini dipilih sebagai tempat penulis mengajar.Hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 03 Ranah Batahan masih rendah dan siswa kurang aktif dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan konstruksivisme.Pihak kepala sekolah bersedia untuk diadakan penelitian tindakan kelas. demi kemajuan pendidikan dimasa mendatang.
3.1.2 Subjek Penelitian Adapun yang akan menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 03 Ranah Batahan dengan jumlah siswa 25 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Setelah melakukan penelitian jumlah siswa yang hadir 25 orang. penulis mengambil subjek penelitian adalah berdasarkan pengalaman penulis terhadap pembelajaran IPA di kelas V yang menggunakan metode, Pada pembelajaran IPA dengan Kompetensi Dasar menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan cepat pada semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 3.1.3 Waktu Penelitian Waktu untuk penelitian selama 2 bulan dari bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2015. Terhitung dari waktu perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian.
3.2 Rancangan Penelitian 3.2.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian 3.2.1.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar IPA di kelas V dengan pendekatan konstruktivisme. Peneliti di fokuskan pada perencanaan , dan penelitian hasil belajar IPA di kelas V dengan mengunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dugunakan karena pelaksanaan penelitian ini terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal dan tidak di manipulasi keadaan dan kondisinya , menekan pada deskripsi secara alami, dan menurut keterlibatan penulis secara langsung di lapangan.
3.2.1.1 Jenis Penelitian
88
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal. 81-96
ISSN : 2355-9977
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
Metode dalam penelitian ini adalah metode tindakan kelas menurut Suharsimi, dkk (2008:3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru yang berkolaborasi dengan orang lain yang ditugaskan sebagai pengamat untuk memecahkan persoalan atau masalah belajar yang terdapat di kelas.
3.3 Alur Penelitian Studi pendahuluan observasi latar SD, guru dan proses pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme. 1.
Siklus I
Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada melalui pertanyaan dan tes awal . 2. Pemerolehan pengetahuan baru dengan percobaan tentang perubahan lingkungan fisik terhadap daratan(erosi abrasi) 3. Pemahaman pengetahuan melalui persentasi hasil percobaan untuk di tanggapi dan di kembangkan berdasarkan tanggapan. 4. Menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh melalui hasil percobaan 5. Refleksi tentang percobaan yang Simpulan Observasi dan telah dilakukan.
Tindakan
Refeksi 1
Diskusi
Belum Berhasil Rencana II Siklus II
Rancangan pembelajaran II 1.
Tindakan dan pengamatan
2. 3. 4. 5.
Refleksi II
Kembifan pengetahuan siswa dengan cara bekerja sendiri/kontruksivisme. Menemukan pengetahuan baru dengan hasil percobaan Mengembangkan sikap ingin tahu dengan bertanya jawab Mencatat yang telah diperoleh dari hasil percobaan Melalui penilaian yang sebenarnya.
Observasi
berhasil
Laporan Gambar 2.2 : Alur Penelitian Tindakan
3.4 Prosedur Penelitian
89
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal. 81-96
ISSN : 2355-9977
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
3.4.1 Perencanaan Berdasarkan studi pendahuluan, langkah selanjutnya adalah merencanakan tindakan beserta yang akan digunakan selama penelitian berlangsung. Kegiatan perencanaan pada persiapan perlaksanaan tindakan . Persiapan yang dilakukan adalan persiapan tindakan perencanaan pembelajaran, mempersiapkan tindakan tahap pelaksanaan, dan mempersiapkan tindakan tahap evaluasi. Pada tahap perencanaan tindakan ini, perlu dilihat kembali refleksi awal yang telah dilakukan , Dalam merancang suatu kegiatan untuk meningkatkan kenerja pembelajaran serta dalam menemukan tindakan perlu memprtimbangkan secara jelas dan khusus sesuai dengan spesifikasi permasalahan yang telah ditentukan dari analisis awal. Agar pelaksanaan tindakan berjalan dengan baik perlu pula mempertimbangkan hal-hal yang tidak boleh di lakukan dan yang di perolah dilakukan dan wajib dilakukan .Pada tahap perencanaan hal-hal yang perlu di lakukan adalah merumuskan rencana kegiatan yang meliputi tujuan pembelajaran, tahap kegiatan, rencana opserfasi lembaran evaluasi, penyiapan alat pelajaran, jenis kegiatan yang akan dilakukan, pihak-pihak yang terlibat. Setting kegiatan, lembar pengamatan, ( observasi ), dan istrument penilaian. Semua aspek ini harus dirumuskan secara jelas untuk memonitor kegiatan tindakan yang akan dilaksanakan.
3.4.1.1 Pelaksanaan Tahap ini dimulai dengan pelaksanaan pembelajaran IPA dengan kompetensi dasar: menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan cepet dengan menggunakan langkah-langkah pendekatan konstruktivisme. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus ditampilkan dua kali pertemuan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.Praktisi melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas berupa kegiatan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan kegiatan ini dilaksanakan sebagai berikut: 1) Guru dan praktisi melakukan pembelajaran menjelaskan pesawat sederhana dengan pendekatan konstruktivisme sesuai dengan rencana yang telah di buat. 2) Guru dan Kepala sekolah selaku obsever melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan aspek guru dan aspek siswa. Guru dan observer melakukan diskusi terhadap tindakan yang dilakukan, kemudian melakukan refleksi. Hasilnya dimanfaatkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan selanjutnya. Masing-masing siklus mempunyai materi sendiri yang diambil berdasarkan kurikulum tingkat satuan pembelajaran IPA kelas V Sekolah Dasar. Pokus tindakan pada setiap siklus berupa penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran IPA dengan mengikuti langkahlangkah kegiatan pendekatan konstruktivisme.
3.4.1.2 Pengamatan Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran IPA di kelas V dengan pendekatan konstruktivisme dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini dilakukan secara intensif, objektif dan sistematis. Pengamatan dilakukan oleh guru pada waktu peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran IPA. Dalam kegiatan ini penulis ( praktisi ) Kepala Sekolah ( observer ) berusaha mengenal dan mendokumentasikan semua indikator dari proses hasil perubahan yang terjadi yang di sebabkan oleh tindakan terencana maupun dampak interevensi dalam pembelajaran IPA berdasarkan pendekatan konstruktivisme. Keseluruhan hasil pengamatan di tulis dalam bentuk lembar pengamatan . Pengamatan dilakukan secara terus menerus mulai dari siklus I sampai selesai. Pengamatan yang dilakukan pada siklus I berpedoman pada penyusunan tindakan pada siklus II. Rencana
90
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal. 81-96
ISSN : 2355-9977
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
siklus ke-II dibuat berdasarkan analisis pada siklus I. Hasil pengamatan ini kemudian didiskusikan dengan guru dan diadakan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya atau yang ke-II.
3.4.1.3 Tahap Refleksi Refleksi diadakan setiap satu tindakan berakhir. Dalam tahap ini guru atau praktisi dan peneliti mengadakan diskusi tentang tindakan yang baru dilakukan. Hal-hal yang didiskusikan adalah: (1)Menganalisis tindakan yang baru dilakukan. (2).Mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana dan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. (3).Melakukan interverensi, pemaknaan, dan penyimpulan data yang diperoleh. Hasil refleksi ini dimanfaatkan sebagai masukan pada tindakan selanjutnya. Selain itu, hasil kegiatan refleksi setiap tindakan digunakan untuk menyusun simpulan terhadap hasil tindakan pertama dan kedua (Siklus I dan siklus II).
3.4.1.4 Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara, catatan lapangan dari setiap tindakan penggunaan pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran IPA: menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lenih mudah dan cepat dengan pendekatan konstruktivisme di kelas V Sekolah Dasar yang diteliti. Data tersebut berisi hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan hasil pembelajaran berupa informasi sebagai berikut: 1. Menelaah data yang telah terkumpul baik melalui observasi, dan hasil belajar dengan melakukan proses trankskripsi hasil pengamatan, penyeliksian dan pemilihan data. Seperti pengelompokan data pada siklus I, siklus II, dan seterusnya kegiatan menelaah data pada siklus I, siklus II, dan seterus nya kegiatan menelaah data dilaksanakan sejak awal data di kumpulkan. 2. Reduksi data meliputi pengkategorian pengklasifikasikan. Semua data yang telah terkumpul. Di seleksi dan dikelompokan sesuai dengan fokus. Data yang telah dipisah pisahkan tersebut lalu di seleksi mana yang relevan dan mana yang tidak relevan dianalisis dan tidak revan dibuang. 3. Menyajikan data dilakukan dengan cara mengorganisasikan informasi yang telah direduksi,data tersebut mula-Mula disajikan terpisah,tetapi telah tindakan terkhir direkduksi, keseluruhan data tindakan dirangkum disajikan secara terpadu sehingga diperolah sajian tunggal berdasarkan pocus pembelajaran IPA dengan pendekatan konstruktivis. 4. Menyimpulakan aktivitas penelitian tindakan ini merupakan penyimpulan akhir penelitian, diikuti dengan kegiatan pengujian temuan penelitian. Kajian pengujian dilakukan dengan cara ( a ) peninjauan kembali lembar pengamatan, ( b ) bertukar pikiran dengan ahli, atau teman sejawat atau guru. 5. Analisis data dilakukan terhadap data yang telah di reduksi baik data perencanaan, pelaksanaan, maupun data evaluasi. Analisis data dilakukan dengan cara terpisah-pisah.Hal ini di maksudkan agar dapat di temukan berbagai informasi yang spesifik dan terpukus pada berbagai informasi yang mendukung pembelajaran dan yang menghambat pembelajaran.Dengan demikian pengembangan dan perbaikan atas berbagai kekurangan dapat dilakukan tepat pada aspek yang bersangkutan. Sedangkan model analisis data kuantitatif yaitu terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan persentase yang di kemukakan oleh
Dhydiet 2008:1 dengan rumus : dikemukakan Djamarah (2005:264) yaitu:
91
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal. 81-96
ISSN : 2355-9977
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
F
P
=
x 100 % N Keterangan: P = Persentase F = skor ketuntasan yang diperoleh N = nilai siswa Kriteria yang diharapkan standar ketuntasan adalah 75 jika belum berhasil maka siklus di teruskan sampai berhasil.Dengan demikian pengembangan dan perbaikan atas berbagai kekurangan dapat dilakukan tepat pada aspek yang bersangkutan.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari pelaksanaan penelitian yang telah di dilakukan sebanyak 2 siklus, siklus 1 dua kali pertemuan dan siklus 2 dua kali pertemuan. Tahap-tahap pembelajaran setiap tindakan di sesuaikan dengan pendekatan konstrutivisme, adapun perincian setiap siklus adalah sebagai berikut.
4.1 Perencanaan Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x 35 menit.Proses pada pertemuan pertama dilaksanakan dengan waktu 2 x 35 menit pada hari rabu tanggal 1 Februari 2015 peneliti mengadakan tes awal di kelas V SDN 03 Ranah Batahan Tes awal ini diikuti oleh 25 orang. Pada tes awal ini peneliti di bantu oleh teman sejawat. Soal terdiri dari tiga buah soal tentang pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan cepat. Berdasarkan jawaban yang diberikan siswa tersebut, terlihat bahwa siswa kelas V SDN 03 Ranah Batahan kurang memahami tentang pesawat sederhana dapat membantu pekerjaan lebih mudah dan cepat. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal dan berakibat rendah nya nilai aktifitas siswa.
4.2 Pelaksanaan Sesuai dengan RPP yang sudah disusun sebelumnya, proses pembelajaran pada peneliti ini melalui tiga tahap yaitu tahap awal, tahap inti,tahap akhir. Dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 46. Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti meminta Kepala Sekolah sebagai obsever. Untuk mengamati kinerja guru dan aktifitas siswa pada waktu peneliti melaksakan tindakan pembelajaran tentang pesawat sederhana yang dapat membantu memudahkan pekerjaan dengan cepat dan lebih mudah dengan pendekatan konstruktivisme. Hasil pengamatan yang di peroleh kemudian di jumlahkan dan di cari persentase skor rataratanya.
4.3 Pengamatan Tabel 4. 1 : Data hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran dari aspek guru
Pertemuan
Hasil Pengamatan Siklus I
Siklus II
Pertemuan I
60%
75%
Pertemuan II
68%
81%
92
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal. 81-96
ISSN : 2355-9977
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
Rata-rata
64%
78%
Tabel I.I Dapat dilihat dari aktivitas guru (dalam lampiran 3 halaman 82, dan lampiran 4 halaman 86) terlihat mengalami peningkatan dari siklus I pertemuan 1 dan 2 dan siklus II pertemuan 1 dan 2 dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme siklus 1 pertemuan 1 dengan persentase 60% dan pada siklus 1 pertemuan 2 dengan persentase 68%, rata-rata persentase pada siklus 1 dan 2 adalah 64%. Pada siklus 2 pertemuan 1 dari aspek guru lebih mengalami peningkatan naik menjadi 75% dan siklus 2 pertemuan 2 81% dengan rata-rata mengalami peningkatan dapat dilihat pada perkembangan aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung dengan rata-rata 78%. Sesuai dengan banyaknya aktivitas kedua siklus secara keseluruhan dapat dikatakan sudah mengalami peningkatan sesuai dengan indikator yang ditetapkan. Tabel 4. 2 : Penilaian pelaksanaan pembelajaran dari aspek siswa
Hasil Pengamatan
Pertemuan
Siklus I
Siklus II
Pertemuan I
69,5%
79%
Pertemuan II
70%
82%
Rata-rata
69,75%
80,5%
Dari aspek aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstrutivisme pada siklus I pertemuan 1 dengan persentase 69,5% dan pada siklus 1 pertemuan 2 dengan persentase 70% rata-rata 69’75%. Dan siklus II pertemuan 1 dengan persentase 79%, pada pertemuan 2 dengan persentase 82% rata-rata 80,5%. Hal ini menunjukan taraf keberhasilan aktifitas siswa adalah baik. Tabel 1.3 : ketuntasan dan hasil belajar siswa pada siklus I
Uraian Jumlah siswa mengikuti tes Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar
Nilai 25 15 10
Presentase ketuntasan belajar siswa Nilai rata-rata hasil belajar
60% 72
Tabel 1.4 : Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II
Uraian Jumlah siswa mengikuti tes Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar Presentase ketuntasan belajar siswa Nilai rata-rata hasil belajar
Nilai 25 19 6 76% 78
Dari tabel 1.3 dan 1.4 dapat dilihat rata-rata hasil tes belajar siswa pada siklus I dan II selalu mengalami peningkatan, sehingga proses pembelajaran lebih bermakna.
93
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal. 81-96
ISSN : 2355-9977
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
4.4 Pembahasan penelitian 4.4.1 Pembahasan Hasil Belajar Siswa siklus 1, siklus 2 Pelaksanaan serta tindakan yang dilakukan pada siklus I dengan pendekatan konstruktivisme observasi serta pengamatan guru dan teman sejawat selama proses aktifitas pembelajaran berlangsung. Serta belajar dengan berkelompok, siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal yang ada dalam LKS dengan langkah-langkah konstruktivisme. Perencanaan yang di lakukan pada siklus I belum sesuai dengan pelaksanaan yang dilakukan siswa serta alat peraga yang di gunakan tidak menarik. Pada siklus II diharap kan pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan bagai mana semestinya sehingga dapat meningkatkan proses aktifitas pembelajaran serta hasil belajar siswa.. Penyebab lain kurang terlaksananya pendekatan konstruktisme ini adalah kurangnya penjelasan dari guru serta arahan dalam menemukan masalah serta kurang nya bimbingan guru dalam masalah. Ketuntasan belajar siswa dalam garis besar hanya 60%. Penilaian pembelajaran siswa dilakukan essay sebanyak 3 buah. Berdasar kan pengamatan tujuan agar siswa lebih aktif dan ikut berperan dalam setiap langkah pembelajaran dan mendapat hasil nilai belajar sesuai dengan kriteria ketuntasan menimal. Tindakan perencanaan yang dilakukan pada siklus II telah dapat terlaksana dengan bagai mana semestinya serta berjalan dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran telah berurutan dan secara sistematis dengan pendekatan konstruktivisme pada siklus II ini dapart terlaksana dengan baik. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme nampak siswa lebih aktif dan bersemangat dalam belajar, terutama dalam proses menemukan sendiri hasil dari aktifitas percobaan. Kemudian dalam menjawab pertanyaan, siswa sudah berani mengeluarkan pendapatnya. Disamping itu guru banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab, hal ini terlihat ketika masig_masing kelompok melaporkan hasil diskusi dan pada saat memberi tanggapan. Siswa telah berani melaporkan hasil diskusinya ke depan kelas dan kelompok lain memberikan tanggapan dan melakukan tanya jawab. Dengan adanya keinginan siswa untuk keterampilan proses aktifitas dalam pembelajaran pesawat sedrhana dapat membuat pekerjaan lebih cepat dan mudah. Terhadap siswa yang telah paham tentang materi yang telah di pelajari maka guru memberi umpan balik dan penguatan, sehingga siswa selalu termotifasi untuk belajar. Berdasarkan uraian observasi, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme dapat membuat siswa tertarik dan termotivasi untuk belajar. Hal ini berarti penedkatan konstruktivisme dapat digunakan oleh guru sebagai suatu pendekatan yang baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan serta dapat menciptakan suasana belajar yang dapat menyenangkan bagi siswa. Dari observasi penelitian siklus II pertemuan 1 diketahui bahwa persentase pelaksanaan aspek kinerja guru 75%, dan aspek pada siklus II pertemuan 2 persentase aspek kinerja guru 81%. Sedangkan persentase dari keaktifan siswa pada siklus II pertemuan 79%, dan pada siklus II pertemuan 2 persentase aspek keaktifan siswa 82%. Taraf keberhasilan kenerja guru dan taraf keberhasilan aktifitas siswa dalam menggunakan pendekatan konstruktivisme selama proses pembelajaran pada siklus II berdasar hasil pengamatan adalah dalam katagori baik. Dari semua perlaksanaan proses aktifitas pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran dapat meningkat kan hasil belajar siswa kelas SDN 03 Ranah Batahan V Hal ini terbukti dengan persentase ketuntasan hasil belajar siswa yang mencapai 76 %. Pada siklus I ketuntasan hasil belajar siswa adalah 60%. Jadi terdapat peningkatan sebesar 16 %.
94
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal. 81-96
ISSN : 2355-9977
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari paparan dan hasil penelitian dan pembahasan dalam Bab IV, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil lembaran pengamatan yang dikumpulkan oleh observer diketahui bahwa penggunaan pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan proses pembelajaran pada siklus I penilaian aspek guru 60% meningkat pada siklus II 68%. Rata-rata yang diperoleh 64% Dan pada siklus II pertemuan I 75% pada siklus II meningkat lagi menjadi 81% ratarata yang diperoleh 78%. Penialaian aspek siswa siklus I adalah 69,5%, pada pertemuan II skor meningkat menjadi 70%.dengan rata-rata yang diperoleh 69,75% Pada siklus II pertemuan I aspek siswa meningkat 79% pada aspek siswa siklus II pertemuan II meningkat menjadi 82% rata-rata 80,5%. 2. Penggunaan pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran IPA mengenai pesawat sedrhana dapat membantu pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka disarankan kepada: 5.3 Untuk guru, agar bisa menerapkan penggunaan pendekatan konstruktivisme ini dalam pembelajaran IPA, khususnya materi tentang Pesawat sederhana membantu pekerjaan lebih cepat dan lebih mudah. Di mana dengan menggunakan pendekatan ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. 5.4 Untuk guru, hendaknya mampu melibatkan seluruh siswa untuk aktif dalam pembelajaran terutama dalam kegiatan diskusi kelompok sehingga dapat meningkatakan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari. 5.5 Untuk guru, agar dapat mencobakan dan menerapkan pendekatan yang melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran dan meninggalkan pendekatan lama (konvensional) dengan tujuan agar siswa dapat tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan. 5.6 Untuk kepala sekolah hendaknya dapat memotivasi dan membina guru-guru untuk menggunakan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran di sekolah dan memantau proses pelaksanaannya 5.7 Bagi peneliti lain yang merasa tertarik dengan pendekatan konstruktivisme dapat melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan menggunakan materi yang lain.
95
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal. 81-96
ISSN : 2355-9977
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
DAFTAR PUSTAKA [1] Anita, Yus. (2006). Penilaian Portofolio untuk Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas [2] Asmayanti. (2008).”Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPS di Kelas IV SDN 20 Alang Lawas”. Padang: UNP. [3] BSNP. (2006). Kurikulum satuan pendidikan. Jakarta: Depdiknas [4] Haryanto. (2004). Sains untuk sekolah dasar kelas IV. Jakarta: Erlangga. [5] jasmansyah. (2008). “Konstruktivime”(online), (http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/25/Pembelajaran-IPA-yang-BersifatKonstruktif-di-SD/ [6] Kemala, Rosa. (2006). Jelajah IPA. Jakarta: yudhistira [7] Mulyasa/ (2007). Kurikulum tingkat satuan pendidikan sebuah panduan praktis. Bandung:\ PT Remaja Rosdakarya. [8] Muslichach Asy’ari. (2006). Penerapan pendekatan sains teknologi masyarakat dalam pembelajaran sains di SD. Jakarta: Dikti [9] Nurhadi. (2003). Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. [10] Oemar,hamalik. (1993). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Akasara [11] Paul Suparno. (1996). Filsafat konstruktivisme dalam pendidikan. Boston:pustaka filsafat [12] Sumiati dan Asra. (2007). Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima [13] Syaiful Sagala. (2003). Konsep dan makna pembelajaran untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar. Bandung: Alfabeta [14] Suprayetti. (2008). Penerapan model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA di SD. Tersedia dalam (http://www.teknologipendidikan.net/wpcontent/uploads/2008/08/prayekti_pengembangan _model_pembelajaran_interaktifl.pdf/ ,diakses pada 4 maret 2009 [15] Theresia K. Brahim. (2007). Peningkatan hasil belajar sains. Jurnal pendidikan penabur – No.09/tahun ke-6/desember 2007 37 tersedia dalam http://warnadunia.com/teoripembelajaran-konstruktivisme/, diakses pada 20 maret 2009 [16] Wina Sanjaya (2007). Strategi pembelajaran beroriantasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana.
96