JURNAL ILMIAH - VIDYA , Vol. 24 No. 2
BUDGET GOAL COMMITMENT SEBAGAI PEMODERASI HUBUNGAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DENGAN KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Malang) M. Taufiq Noor Rokhman, Nukhan Wicaksana Pribadi1 Abstrak: Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan salah satu sarana untuk menyajikan informasi rencana anggaran keuangan yang diperoleh dan digunakan Pemerintah Daerah dalam rangka melaksanakan pelayanan publik baik. Untuk dapat menyusun Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) dibutuhkan partisipasi penyusunan anggaran yang berbasis kinerja (ABK). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan kinerja aparat pemerintah daerah melalui peran partisipasi anggaran yang dikuatkan budget goal commitment. Hasil penelitian ini adalah partisipasi anggaran dan Budget Goal Commitment berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah. Sedangkan Budget Goal Commitment dapat memoderasi yang bersifat menguatkan pengaruh partisipasi anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah. Sehubungan dengan adanya dua variabel yang memperkuat pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja Aparat Pemerintah Daerah, yaitu budget goal commitment, kiranya pimpinan SKPD dapat memaksimalkan indikator-indikator budget goal commitment yaitu komitmen pencapaian sasaran, komitmen untuk mencapai tujuan, tingkat usaha yang dilakukan responden untuk menemukan solusi apabila tujuan anggaran tidak bisa dicapai dan tingkat kepedulian responden terhadap pencapaian sasaran anggaran apabila sasaran anggaran tercapai atau tidak tercapai sebagai acuan dalam penyusunan anggaran dan peningkatan kinerja pimpinan itu sendiri. Kata kunci: Partisipasi Penyusunan Anggaran, Budget Goal Commitment dan Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah
Kabupaten Malang yang memiliki penduduk mencapai 3,2 juta jiwa dan tersebar di 33 kecamatan (392 desa/keluarahan) menyerap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp2,9 triliun, dimana 30 persen atau sekitar Rp780 miliar dialokasikan untuk mendukung program kerja, sedangkan 70 persen untuk belanja pegawai. Oleh karena itu, pemkab atau SKPD harus benar-benar bisa menyiasatinya agar program-program kerja yang bersentuhan dengan masyarakat luas bisa terpenuhi, meski harus ada skala prioritas. Penyusunan APBD di kabupaten Malang pada awalnya melalui proses musrenbang. Musrenbang dimulai dari tingkat desa dan kelurahan, kecamatan dan kabupaten. Dalam setiap wilayah musrenbang berisi program-program wilayah dan pembiayaannya. Apabila anggaran tidak mencukupi bisa diusulkan ke tingkat yang lebih tinggi. Pada Musrenbangda, berisi program-program superprioritas, prioritas dan pembiayaan yang berasal dari APBD digunakan sebagai rujukan tim anggaran eksekutif dalam menyusun APBD. Selain Musrenbang, ada jaring aspirasi masyarakat yang lebih sering dikenal dengan istilah jasmas. Jasmas sebenarnya berperan sama dengan musrenbang akan tetapi institusi pelaksananya berbeda. Jasmas adalah wadah yang digunakan DPRD untuk menyaring berbagai kepentingan publik atau konstituennya. Berbagai kepentingan ditampung kemudian dibahas melalui badan anggaran. Sebelum tahun 2011 musrenbang dan jasmas dilaksnakan secara bersamaan. Musrenbang dilaksanakan oleh eksekutif pada bulan April yang dijadikan rujukan dalam pembahasan APBD oleh tim anggaran. Jasmas dilaksanakan oleh DPRD kemudian disinkronkan dengan M. Taufiq Noor Rokhman dan Nukhan Wicaksana Pribadi adalah Dosen Universitas Wisnuwardhana Malang. Email:
[email protected],
[email protected] 1
2 JURNAL ILMIAH - VIDYA , Vol. 24 No. 2
Musrenbang. Dalam sikronisasi ini sering terjadi kompromi kompromi kepentingan. Hal ini dikarenakan karena kepentingan DPRD yang belum terakomodir melalui dua jalur ini akan dinegosiasikan dengan berusaha mencapai kepentingan publik yang berdampak lebih luas. Selain itu proses kompromi tersebut terjadi karena anggarannya sudah baku sehingga peluangnya hanya mengutak-atik besaran alokasi dan distribusi anggaran. Untuk dapat menyusun Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) berdasarkan anggaran berbasis kinerja (ABK) diperlukan pegawai yang mempunyai kemampuan analisis kinerja program. Tentu saja hal ini merupakan tanggung jawab yang besar bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran untuk menyediakan sumber daya manusia yang memadahi, agar dapat mengelola anggaran secara ekonomis, efisien, efektif dan yang benar-benar mencerminkan kepentingan masyarakat. Mengelola anggaran secara ekonomis, efisien dan efektif adalah dengan cara membagi waktu secara proporsional untuk satuan kerja atas dan bawahan. Memberikan waktu lebih banyak untuk satuan pelaksana, misalnya 1/3 waktu (maksimal) untuk perencanaan satuan atas dan 2/3 untuk satuan pelaksana agar cukup waktu untuk melaksanakan program kerja. Penganggaran partisipatif (participative budgeting) merupakan pendekatan penganggaran yang berfokus pada upaya untuk meningkatkan motivasi karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Konsep penganggaran ini sudah berkembang pesat dalam sektor swasta (bisnis), namun tidak demikian halnya pada sektor publik. Brownell dan Mcinnes (1986) menemukan bahwa partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran meningkatkan kinerja manajerial. Frucot and White (2006) menyimpulkan bahwa baik tingkat manajerial maupun partisipasi anggaran memiliki hubungan (positif) langsung dengan kinerja manajerial dan kepuasan kerja. Yuen (2007) menemukan bukti bahwa partisipasi anggaran juga terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Hasil yang berbeda ditunjukan oleh Cherrington dan Cherrington, 1973; Milani,1975; Kenis, 1979; dan Morse dan Reimer, 1956, menemukan bahwa partisipasi anggaran mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kinerja manajerial. Adanya perbedaan hasil kajian empiris tersebut, terjadi karena hubungan partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial tergantung pada faktor-faktor situasional atau lebih dikenal dengan istilah variabel kontingensi (Contingency Variable). Govindarajan, (1986) mengemukakan bahwa untuk menyelesaikan perbedaan dari berbagai hasil penelitian tersebut, bisa dilakukan dengan pendekatan kontijensi, pendekatan ini secara sistematis mengevaluasi berbagai kondisi atau variabel yang dapat mempengaruhi hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja pemimpin. Penelitian yang menggunakan pendekatan kontijensi dengan variabel moderating budget goal commitment. Komitmen merupakan usaha untuk mencapai sasaran anggaran dan terus-menerus berusaha mencapainya sepanjang waktu (Locke et al., 1968). Komitmen merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai individu dalam organisasi. Apabila tidak ada komitmen, maka sasaran akan sulit untuk dicapai. Pada organisasi sektor publik, apabila budget goal commitment bisa diterapkan maka tujuan dan pencapaian kinerja yang baik tersebut akan lebih mudah untuk dicapai. Pimpinan level menengah dan level bawah yang mempunyai komitmen terhadap organisasi akan berusaha untuk mencari informasi yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Dengan komitmen dan informasi tersebut, maka akan mendorong partisipasi pimpinan level menengah dan pimpinan level bawah dalam penyusunan anggaran. Budget Goal Commitment Sebagai Pemoderasi Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah
3 JURNAL ILMIAH - VIDYA , Vol. 24 No. 2
Penelitian yang menggunakan pendekatan kontijensi dengan variabel moderating budget goal commitment yang dilakukan oleh Sahara, (2005); Chong dan Chong, (2002) menemukan bahwa budget goal commitmen berpengaruh signifikan terhadap kinerja dinas/instansi pemerintah daerah. Endarwati, (2004) yang menemukan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial yang dimediasi oleh adanya budget goal commitment, serta adanya peran motivasional dan informasional. Randall (1990) menunjukkan komitmen organisasi sebagai variabel moderating mempengaruhi secara signifikan hubungan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Berdasarkan latar belakang penelitian maka pertanyaan penelitian ini adalah bagiaman meningkatkan kinerja aparat pemerintah daerah Kabupaten Malang. Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut maka tujuan akhir dari riset ini adalah mengetahui peningkatan kinerja aparat pemerintah daerah melalui peran partisipasi anggaran yang dikuatkan budget goal commitment. Teori Kontijensi (Contingency Theory) Contingency theory (teori kontingensi) pada bidang teori organisasi telah memberikan kontribusi pada pengembangan akuntansi manajemen terutama dalam menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi individu dan organisasi. Sisaye, (1998) menyebutkan bahwa teori kontingensi adalah desain sistem kontrol yang bersifat kontinjen terhadap kontekstual setting organisasi tempat sistem kontrol tersebut akan beroperasi. Penerapan pendekatan kontingensi dalam menganalisis sistem pengendalian khususnya dalam bidang sistem akuntansi manajemen telah menarik minat para peneliti. Pengertian Anggaran Anggaran di sektor di sektor publik, anggaran negara merupakan suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi dalam satu periode dimasa depan, serta data dari pengeluaran dan penerimaan yang susngguhsungguh terjadi di masa lalu (Due, 1975). Seperti yang dikatakan oleh Mardiasmo, (2002) anggaran merupakan rencana keuangan untuk mengalokasikan sumber-sumber keuangan melalui proses politik untuk melayani kebutuhan masyarakat yang berbedabeda. Negara/daerah sebagai suatu entitas sektor publik juga memanfaatkan anggaran sebagai alat untuk mencapai tujuan. Hal ini didukung oleh Suparmoko, (2000:47) yang berpendapat, bahwa anggaran adalah suatu daftar atau pernyataan terperinci tentang pendapatan dan belanja negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu. Suprasto (2006), berkesimpulan bahwa proses penyusunan anggaran merupakan proses akuntansi dan proses manajemen. Proses akuntansi karena penyusunan anggaran merupakan studi mekanisme, prosedur merakit data, dan format anggaran. Proses manajemen karena penyusunan anggaran merupakan proses penetapan peran tiap kepala unit/satuan kerja dalam pelaksanaan program atau bagian dari program dan penetapan pusat-pusat pertanggungjawaban. Partisipasi Penyusunan Anggaran Becker, (1978) mendefinisikan partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua pihak atau lebih yang akan membawa efek dimasa yang akan datang bagi para pengambilan keputusan. Keterlibatan para pimpinan suatu organisasi terkait dengan penyusunan anggaran adalah sebuah partisipasi untuk menentukan tujuan organisasi tersebut. Ketika diaplikasikan dalam perencanaan, partisipasi berarti melibatkan pimpinan tingkat bawah dan menengah untuk menyusun langkah, serta membuat keputusan mengenai tujuan operasi organisasi. Menurut Argyris, (1952) kontribusi terbesar dari proses penyusunan anggaran akan terjadi jika Budget Goal Commitment Sebagai Pemoderasi Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah
4 JURNAL ILMIAH - VIDYA , Vol. 24 No. 2
bawahan dilibatkan untuk berpartisipasi dalam penyusunan anggaran. Oleh karena tingkat keterlibatan bawahan dalam proses penyusunan anggaran merupakan faktor utama yang membedakan antara anggaran partisipastif dan anggaran non partisipatif (Milani, 1975). Menurut Bahrul, (2002) bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran lebih memungkin bagi para pemimpin bawah untuk melakukan negosiasi dengan pimpinan mengenai kemungkinan target anggaran yang dapat dicapai. Penganggaran partisipatif adalah proses untuk membuat keputusan bersama oleh dua atau lebih bagian organisasi dan keputusan tersebut memiliki pengaruh terhadap yang membuatnya (French et al., 1990 dalam Siegel et al., 1989). Partisipasi dalam penyusunan anggaran juga bertujuan untuk membentuk sikap, perilaku karyawan dan manajer mersasa memiliki dan menumbuhkan pengaruh motivasional terhadap tujuan anggaran. Pada dasarnya partisipasi adalah sebuah proses yang wajar dalam suatu organisasi, dimana individu terlibat secara langsung dalam pembuatan keputusan yang akan berpengaruh terhadap dirinya. Budget Goal Commitment Locke et. al., (1981) mendefinisikan budget goal commitmen sebagai ketetapan hati untuk berusaha mencapai sasaran anggaran dan terus menerus berusaha mencapainya sepanjang waktu. Wentzel, (2002) budget goal commitmen merupakan tingkat komitmen individu untuk mencapai goal tertentu dan juga merupakan aspek kunci dalam teori goal-setting. Goal commitment menunjukkan pencapaian atau penentuan untuk mencapai sasaran (Locke et al.,1968) yang mewujudkan sasaran dan ketidak inginan untuk menghilangkan atau menurunkan sasaran dari waktu ke waktu. Berdasarkan pada teori goal setting, partisipasi akan meningkatkan commitment bawahan terhadap sasaran anggaran (Chong dan Chong, 2002). Kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi dalam proses pembuatan anggaran akan meningkatkan kepercayaan bawahan, perasaan pengendalian bawahan, keterlibatan ego dengan organisasi, sehingga secara bersama-sama akan menyebabkan sedikit perlawanan terhadap perbahan serta lebih menerima dan memilih commitment terhadap keputusan anggaran. Kinerja Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan sebagian besar tergantung pada kinerja manajer. Kinerja manajerial dapat diukur setelah sistem informasi akuntansi manajemen dapat dilaksanakan dan diaplikasikan di dalam sebuah organisasi. Kinerja manajerial tercapai apabila organisasi secara keseluruhan, atau para manajer unit bisnis secara bersama-sama mampu melakukan tugas-tugasnya dengan baik sehingga organisasi mampu mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Deskripsi peran manajer yang dikemukakan di atas, akan membutuhkan sejumlah keahlian manajerial yang penting – mengembangkan hubungan sejajar (rekan kerja), menjalankan negosiasi, memotivasi bawahan, menyelesaikan konflik, membangun jaringan informasi dan menyebarkan informasi, membuat keputusan dalam kondisi ambiguitas yang ekstrim, dan mengalokasikan sumber daya-sumber daya yang ada (Mitzberg, dalam Usmara 2003). Ditambahkannnya, “untuk itu seorang manajer perlu untuk instropeksi mengenai tugas atau perannya sehingga dapat mencapai kinerja yang maksimal”. Sedangkan konsep kinerja menurut Johns (1996) merupakan konstribusi yang diberikan anggota organisasi terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sementara pendapat lain dari Robertson et, al., (1994) terhadap kinerja pekerja, itu lebih bersifat Budget Goal Commitment Sebagai Pemoderasi Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah
5 JURNAL ILMIAH - VIDYA , Vol. 24 No. 2
situasional, bergantung pada kondisi internal (kepribadian dan emosi) dan faktor eksternal yang melingkupi individu organisasi dalam melakukan pekerjaan. Faktor eksternal berupa target, dan persaingan yang menuntut kinerja yang tinggi dari individu itu sendiri. Sedangkan faktor internal berupa lingkungan kerja, gaji, kesempatan promosi, supervisi, dan lain-lain yang meliputi dimensi kepuasan kerja. Nadler dan Edward III (dalam Usmara, 2003) bahkan telah lama mengungkapkan bahwa untuk mengatakan seberapa baik “kinerja” seseorang, maka ukurannya harus ditetapkan. Dalam hal ini ukuran atau indikator untuk mengukur kinerja tersebut (kuantitas, kualitas, dan sebagainya), dapat menjelaskan secara rinci apa yang dimaksudkan serta bisa didefinisikan dalam perilaku yang dapat diamati dan diukur sehingga seseorang dapat memahami apa yang dituntut darinya. Kinerja manajerial dapat dijelaskan sebagai bentuk eksistensi dimana manajer sudah menyelesaikan pekerjaan mereka seefektif mungkin (Soobaroyen dan Poorundersing, 2008). Evaluasi atas kinerja yang dilakukan oleh manajer beragam, tergantung pada budaya yang dikembangkan oleh masing-masing perusahaan. Oleh karena kinerja dalam penelitian ini adalah presepsi para manajer tentang kegiatan manajerial, yang terdiri dari sembilan dimensi kegiatan yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi, perwakilan, dan kinerja keseluruhan (Mahoney et,al., 1963), maka kinerja sebagai evaluasi menurut Suartana (2000, dalam Faisal dan Wijaya Indra, 2002) dapat dilakukan melalui atasan, rekan kerja, diri sendiri, dan bawahan. METODE Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian explanatory, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara partisipasi anggaran dan kinerja melalui pengujian hipotesis. Penelitian semacam ini dalam deskripsinya juga mengandung uraian-uraian, tetapi fokusnya terletak pada analisis hubungan antara variabel (Hadari, 1998:75). Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terlibat langsung dalam penyusunan anggaran pada Pemerintah Daerah Kabupaten Malang berjumlah 53 pimpinan SKPD. Sedangkan Metode pengambilan sampel yang diuraikan di atas sama halnya dengan apa yang disebut sebagai sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2012) sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, dengan demikian sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 53 pimpinan SKPD Kabupaten Malang. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini jenis data yang akan digunakan dilihat dari sumbernya adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode kuesioner tertutup terhadap data primer. Agar lebih efektif pendistribusian kuesioner kepada responden dilakukan dengan cara mengantar sendiri dan menggunakan jasa surveyor. Untuk penggunaan jasa surveyor, sebelum kuesioner diserahkan ke responden peneliti memberikan penjelasan terlebih dahulu pada surveyor mengenai maksud dari daftar kuesioner yang akan diberikan pada responden. Hal ini untuk menghindari kesalah pahaman responden pada pertanyaan-pertanyaan yang ada di kuesioner. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ini dirancang sebagai suatu penelitian empiris. Untuk melakukan pengujian atas hipotesis yang diajukan, variabel-variabel yang diteliti perlu diukur. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Partisipasi anggaran, dan sebagai Budget Goal Commitment Sebagai Pemoderasi Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah
6 JURNAL ILMIAH - VIDYA , Vol. 24 No. 2
variabel dependen adalah kinerja manajer, sementara variabel pemoderasi adalah Desentralisasi dan Budget goal commitment. Semua perhitungan dan analisis statistik dilakukan dengan piranti lunak SmartPLS. 1. Variabel independen: Partisipasi Anggaran (Budget Participation), adalah keterlibatan yang meliputi pemberian pertimbangan dan usulan dari bawahan dalam mengambil keputusan, mempersiapkan dan merefisi anggaran (Samsi, 2004). Definisi yang lebih rinci mengenai partisipasi dijelaskan oleh Brownell, (1982) yaitu: suatu proses yang individu-individu didalamnya terlibat dan mempunyai pengaruh atas penyusunan target anggaran, yang kinerjanya akan dievaluasi, dan mungkin dihargai atas dasar pencapaian target anggaran mereka. Partisipasi anggaran diukur dengan 5 indikator yang dikembangkan oleh (Milani, 1975). Instrumen tersebut telah banyak digunakan untuk penelitian secara luas dan telah memiliki validasi dalam studi akuntansi terutama dalam penelitian bidang penganggaran seperti: (Brownell dan McInnes, 1986; Chenhall dan Brownell, 1988; Wentzel, 2002; Chong dan Chong, 2002; Yenti, 2003). Variabel partisipasi anggaran diukur dengan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti yaitu: 1) seberapa besar tingkat keterlibatan pimpinan dalam penyusunan anggaran; 2) seberapa besar ide yang diberikan mengenai anggaran untuk didiskusikan dengan atasan; dan 3) seberapa besar usulan yang diberikan pada anggaran final; 4) seberapa besar kontribusi yang diberikan dalam penyusunan anggaran. Variabel ini diukur dengan model skala likert, yaitu mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pertanyaan yang diajukan dengan skor 5 (SS=Sangat Setuju); 4 (S=Setuju); 3 (CS=Cukup Setuju); 2 (TS=Tidak Setuju); dan 1 (STS=Sangat Tidak Setuju). 2. Variabel moderasi: Budget Goal Commitment, adalah keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai individu dalam organisasi. Komitmen merupakan usaha untuk mencapai sasaran anggaran dan terus-menerus berusaha mencapainya sepanjang waktu (Locke et al., 1968). Empat indikator yang diadopsi berdasarkan penelitian Wentzel, (2002) dan Adi, (2006) yaitu: 1) Komitmen pencapaian sasaran, untuk menyatakan seberapa besar komitmen responden untuk mencapai sasaran anggaran yang telah ditetapkan; 2) Komitmen untuk mencapai tujuan, responden diminta untuk menjawab seberapa besar komitmen untuk mencapai tujuan anggaran yang telah ditetapkan; 3) seberapa besar tingkat usaha yang dilakukan responden untuk menemukan solusi apabila tujuan anggaran tidak bisa dicapai; dan 4) seberapa besar tingkat kepedulian responden terhadap pencapaian sasaran anggaran apabila sasaran anggaran tercapai atau tidak tercapai. Variabel ini diukur dengan model skala likert, yaitu mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pertanyaan yang diajukan dengan skor 5 (SS=Sangat Setuju); 4 (S=Setuju); 3 (CS=Cukup Setuju); 2 (TS=Tidak Setuju); dan 1 (STS=Sangat Tidak Setuju). 3. Variabel dependen: Kinerja aparat pemerintah daerah merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategi planning suatu organisasi (Mahsun, 2006:25). Variabel kineja manajerial diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Mahoney et al., (1963) dan telah digunakan oleh: (Wentzel, 2002 dan Adi, 2006) disesuaikan. Indikator yang digunakan, yaitu: 1) seberapa besar perencanaan terhadap segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran; Budget Goal Commitment Sebagai Pemoderasi Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah
7 JURNAL ILMIAH - VIDYA , Vol. 24 No. 2
2) seberapa besar penetapan target anggaran agar terlaksana sesuai dengan sumber daya dan waktu yang telah ditentukan; 3) seberapa besar keberhasilan dalam pencapaian sasaran anggaran yang dapat dirasakan oleh masyarakat berupa pelayanan dan penggunaan dana publik secara efektif dan efisien; 4) seberapa besar upaya mencapai sasaran anggaran dari program/kegiatan yang dibutuhkan masyarakat agar dapat dirasakan manfaat; 5) seberapa besar upaya mencapai sasaran anggaran dan kinerja yang baik agar dapat mewujudkan pemerataan dan kesejahteraan masyarakat. Variabel ini diukur dengan model skala likert, yaitu mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pertanyaan yang diajukan dengan skor 5 (SS=Sangat Setuju); 4 (S=Setuju); 3 (CS=Cukup Setuju); 2 (TS=Tidak Setuju); dan 1 (STS=Sangat Tidak Setuju). Metode Analisis Sehubungan dengan tujuan, maka analisis data yang digunakan dalam penelitian dengan pendekatan variance based atau component based dengan Partial Least Square (PLS). Pengujian t - Statistik dikatakan signifikan apabila nilai t hitung berada di daerah kritis sehingga hipotesis 0 ditolak dan sebaliknya pengujian dikatakan tidak signifikan apabila nilai t - statistik berada di daerah penerimaan (Gujarati, 1995). Hasil pengujian statistik dikatakan signifikan apabila nilai t hitung > t tabel, sehingga hipotesis nol ditolak atau hipotesis tersebut diterima. Selanjutnya tabel distribusi t tabel untuk tingkat signifikansi pengujian α = 5% adalah sebesar 1,960 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian hipótesis tersebut secara rinci dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis Koefisien Jalur T-Statistic PA -> Kinerja 1.178 4.649 BGC -> Kinerja 1.129 3.934 Moderating -> Kinerja 1.291 2.600
Ket Sig Sig Sig
Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah. Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial menunjukan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah. Hal ini dapat dikatakan bahwa paritispasi dalam penyusunan anggaran merupakan aktivitas untuk menyusun rencana anggaran yang melibatkan setiap tingkat pimpinan, agar membuat target kegiatan bagi lingkup tanggung jawab kerjanya. Harapan untuk melibatkan setiap tingkat SKPD dalam penyusunan anggaran adalah meningkatkan motivasi dalam menjalankan anggaran yang sudah disusun. Demikian penilaian kinerja SKPD juga dapat dilihat dari pencapaian target anggaran. Menurut Bahrul, (2002) bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran lebih memungkin bagi para pemimpin bawah untuk melakukan negosiasi dengan pimpinan mengenai kemungkinan target anggaran yang dapat dicapai. Penganggaran partisipatif adalah proses untuk membuat keputusan bersama oleh dua atau lebih bagian organisasi dan keputusan tersebut memiliki pengaruh terhadap yang membuatnya (French et al., 1990 dalam Siegel et al., 1989). Partisipasi dalam penyusunan anggaran juga bertujuan untuk membentuk sikap, perilaku karyawan dan manajer mersasa memiliki dan menumbuhkan pengaruh motivasional terhadap tujuan anggaran. Hasil kajian ini memperluas kajian yang dilakukan oleh Brownell dan Mcinnes (1986) menemukan bahwa partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran Budget Goal Commitment Sebagai Pemoderasi Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah
8 JURNAL ILMIAH - VIDYA , Vol. 24 No. 2
meningkatkan kinerja manajerial. Frucot and White (2006) menyimpulkan bahwa baik tingkat manajerial maupun partisipasi anggaran memiliki hubungan (positif) langsung dengan kinerja manajerial dan kepuasan kerja. Yuen (2007) menemukan bukti bahwa partisipasi anggaran juga terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Pengaruh Budget Goal Commitment terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah. Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial menunjukan bahwa Budget Goal Commitment berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah. Hal ini dapat dikatakan bahwa kinerja SKPD akan meningkat apabila memiliki Budget Goal Commitment yang teraplikasi pada memiliki komitmen yang besar untuk mencapai sasaran anggaran yang telah ditetapkan memiliki komitmen yang besar untuk mencapai tujuan anggaran yang telah ditetapkan memiliki usaha yang besar untuk menemukan solusi, apabila anggaran tidak tercapai dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pencapaian sasaran anggaran apabila sasaran anggaran tercapai atau tidak tercapai. Wentzel, (2002) budget goal commitmen merupakan tingkat komitmen individu untuk mencapai goal tertentu dan juga merupakan aspek kunci dalam teori goal-setting. Goal commitment menunjukkan pencapaian atau penentuan untuk mencapai sasaran Hasil kajian ini memperluas kajian yang dilakukan oleh Sahara, (2005); Chong dan Chong, (2002) menemukan bahwa budget goal commitmen berpengaruh signifikan terhadap kinerja dinas/instansi pemerintah daerah. Budget Goal Commitment Memoderasi pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dihasilkan bahwa budget goal commitment berperan memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Hal ini dapat dikatakan bahwa kinerja SKPD akan meningkat apabila pimpinan (SKPD) memiliki peran aktif atau berpartisipasi dalam menyusun anggaran dan proses partisipasi dalam menyusun anggaran akan efektif apabila pimpinan memiliki Budget Goal Commitment yang teraplikasi pada memiliki komitmen yang besar untuk mencapai sasaran anggaran yang telah ditetapkan memiliki komitmen yang besar untuk mencapai tujuan anggaran yang telah ditetapkan memiliki usaha yang besar untuk menemukan solusi, apabila anggaran tidak tercapai dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pencapaian sasaran anggaran apabila sasaran anggaran tercapai atau tidak tercapai. Hasil kajian ini memperluas penelitian yang dilakukan oleh Endarwati, (2004) yang menemukan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial yang dimediasi oleh adanya budget goal commitment, serta adanya peran motivasional dan informasional. Randall (1990) menunjukkan komitmen organisasi sebagai variabel moderating mempengaruhi secara signifikan hubungan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. KESIMPULAN Partisipasi anggaran dan Budget Goal Commitment berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah. Sedangkan Budget Goal Commitment dapat memoderasi yang bersifat menguatkan pengaruh partisipasi anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah. Sehubungan dengan adanya dua variabel yang memperkuat pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja Aparat Pemerintah Daerah, yaitu budget goal commitment, kiranya pimpinan SKPD dapat memaksimalkan indikator-indikator budget goal commitment yaitu komitmen pencapaian sasaran, Budget Goal Commitment Sebagai Pemoderasi Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah
9 JURNAL ILMIAH - VIDYA , Vol. 24 No. 2
komitmen untuk mencapai tujuan, tingkat usaha yang dilakukan responden untuk menemukan solusi apabila tujuan anggaran tidak bisa dicapai dan tingkat kepedulian responden terhadap pencapaian sasaran anggaran apabila sasaran anggaran tercapai atau tidak tercapai sebagai acuan dalam penyusunan anggaran dan peningkatan kinerja pimpinan itu sendiri. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, baik dalam hal responden, tingkat generalisasi maupun yang berhubungan dengan analisis data, berikut ini dijelaskan beberapa keterbatasannya: 1. Penilaian kinerja dengan menggunakan lima indikator (input, output, outcome, benefit dan impact) dilakukan oleh responden, artinya responden menilai kinerja untuk dirinya sendiri, hasilnya akan berbeda jika penilaian dilakukan orang lain karena dalam hal ini unsur objektifitas lebih ditekankan. 2. Adanya keterbatasan waktu, serta tingkat kesibukan yang dimiliki oleh responden sehingga peneliti tidak seluruhnya menggunakan penyebaran kuesioner secara personal (personally administered questionnaires), namun juga menggunakan contact person. Untuk itu peneliti tidak dapat menjelaskan secara lebih seksama terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tidak dipahami oleh responden. 3. Variabel yang mempengaruhi kinerja pimpinan hanya difokuskan pada partisipasi dalam penyusunan anggaran sehingga belum komprehensif dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja. Begitupula penelitian ini tidak mempertimbangkan seluruh variabel kontingensi yang mungkin memoderasi hubungan partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kinerja pimpinan, seperti halnya budaya organisasi, komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan yang kemungkinan memberikan efek moderasi pada hubungan tersebut. 4. Penelitian ini memiliki tingkat validitas internal yang rendah, khususnya dalam hal kontrol variabel, karena tidak ada variabel kontrol dalam hubungan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja pimpinan, namun diperkuat dengan berbagai studi empiris yang banyak. Begitu pula dengan tingkat generalisir yang masih relatif rendah, karena penyampelan menggunakan purposive sampling dan lokasi penelitian yang ruang lingkup satu kota di wilayah provinsi maluku utara. DAFTAR PUSTAKA Argyris, 1952. The Impact of Budgeting on People, Ithaca: school of Business dan Public administration, Cornel University. Bahrul, E. 2002. Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia, edisi kedua. Ul Press. Jakarta, h. 23-27. Becker, B. dan Gerhart, J. P. 1996. The Impact of Human Resource Management on Organizational Performance: Progress and Prospect. J. Academy of Management. 9 (4): 779-801. Brownell, Peter. 1982. Leadership Style, Budgetary Participation and Managerial. Behavior. Accounting, Organization and Society. Vol.8, No. 4, pp.307-321. Brownell, P, dan M. McInnes, 1986, Budgetary Participation, Motivation, and Managerial Performance, The Accounting Review, Vol. LXI October: 587-600. Chong and Chong, 2002. Budget Goal Commitment and Informasional Effects og Budget Participation on Performance; A. Structural Equation Modeling Approach. Behavioral Research in Accounting (Vol. 14). Hal : 67-86
Budget Goal Commitment Sebagai Pemoderasi Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah
10 JURNAL ILMIAH - VIDYA , Vol. 24 No. 2
Chenhall, R. H., and D. Morris. 1986. The Impact of Structur, Environmental and Interdependence on the Perceived Usefulness of Management Accounting System. The Accounting Revie (January):16-35. Darma, Emile Setia. 2004. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Sistem Pengendalian Akuntansi Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Pemerintah Daerah. Simposium Nasional Akuntansi VI. Bali. Due, John F, 1075. Keuangan Negara. Jakarta. Yayasan Penerbit Universitas Indonesia. Endarwati, Siti. 2004. “Pengaruh Budget Goal Commitment dan Infomasional Partisipasi Penganggaran terhadap Kinerja:. Tesis S2. Universitas Gajah mada. Yogyakarta. Frucot, J.R.P. dan W.T. Shearon, 1991. Budgetary Participation, Locus of Control, and Mexican Managerial Performance and Job Satisfaction, The Accounting Review, January. Galbraith. J. 1973. Designing Complex Organizations, Reading, Mass: Addison-Wesley Publishing Company Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Ketiga. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Ghozali, I. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Badan Penerbitan Universitas Diponegoro. Ghozali, I. 2006. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial Least Square PLS. Badan Penerbitan Universitas Diponegoro. Gordon and Narayanan, 1984. Management Accounting Systems, Perceived Environmental Uncertainty and Organization Structure: An Empirical Investigation, Accounting, Organization and Society, Vol. 9, No. 4: 33-37 Govidarajan. V, 1986a, Impact of Participation in Budgetary Process on Managerial Attitude and Performance: Universalistic and Contengency Perspective, Decision Sciences: 496-516. Gul, F.A., and Chia, Y.M. 1994, The Effects of Mangement Accounting Systems, Perceived Enviromental Uncertainty and Decentralization on Small Bussiness Manager's Performance., Accounting, Organization, andSociep, pp 20-35. Hadari, Nawawi. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press. Jakarta. Hansen dan Mowen. 2004. Management Accounting. Edisi Ketujuh. Salemba Empat. Jakarta. Hill, H. 1998. The Challenge of Regional Development in Indonesia. Australian Journal of International Affairs, 52 (1), pp. 19-34. Indriantoro. N. 1993. The Effect of Partisivative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Cultural Dimentions as Moderating Variabels, University of Kentucy, Dissertation Ivancevich, J. 1976. The Effect og Goal Setting on Performance and Satisfaction. Journal of Applied Psychology. pp. 605-612. Jaccard, J; Turrisi, R; & Wan, C.K. 1990, Interaction Effect in Multiple Regression, Sage Publication. Kreiner, Robert, dan Angelo Kinicki. 2001. Organizational Behavior. McGraw-Hill Companies, Inc. New York: Kenis, I. 1979. The effect of Budgetary Goal Characteristics on Managerial Attitude and Performance, The Accounting Review, Vol. LIV, No. 4, October: 707-721. Budget Goal Commitment Sebagai Pemoderasi Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah
11 JURNAL ILMIAH - VIDYA , Vol. 24 No. 2
Kren, L. 1992. Budgetary Participation and Managerial Performance: The Impact of Information and Environmental Volatility, The Accounting Review, Milwaukee Kren, L. 1997. The Role of Accounting Information in Organizational Control: The State of The Art, Behavioral Accounting Research: Foundations and Frontiers, Vol. 1, pp 2-48. Locke, E. A. 1968. Toward A Theory of Task Motivation And Incentives. Organizational Behavior And Human Performance.Vol. 2, pp.157-189. Locke, Edwin A., Shaw, Karyll N., Saari, Lise M., dan Latham, Gary P., 1981, “Goal Setting and Task Performance: 1969-1980”, Psychological Bulletin, 125-152 Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta Mardiyah, Aida., dan Ainul, Listianingsih. 2005. Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja, Sistem Reward, Dan Profit Center Terhadap Hubungan Antara Total Quality Management Dengan Kinerja Manajerial. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo. Merchant, K. A. 1981. The Design of The Corporate Budgeting System : Inflences on manajerial Behavior and Performance. The Accounting Review. Hal : 813-829. Milani, K. 1975. The Relationship of Participation in Budget Setting to Industrial Supervisor Performance and Attitude: A Field Study, The Accounting Review, April 274-284. Mulyasari, Windu. 2004. Pengaruh Keadilan Persepsi, Komitmen pada Tujuan, dan JobRelevant Information Terhadap Hubungan Antara Penganggaran Partisipasi dan Kinerja Manajerial. Tesis S2. UGM. Yogyakarta. Munandar. 2001. Budgeting; Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, dan Pengawasan Kerja, BPFE, Yogyakarta. Murray, D. 1990. The Performance Effects of Budgeting: An Integration of Intervening and Moderating Variable. Behavioral Research in Accounting. Vol. 2 No. 2 : 104-123. Mwita, J.I. 2000. Performance Management Model: A System-based Approad to Public Service Quality, The International Journal Of Public Sector Management, Vol. 13.pp.19-32. Nasir, M. 2003. Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia. Yogyakarta. Otley, D. 1999. Performance Management: A Framework for Management Control System Research, Management Accounting Research, Vol. 10. pp.363-382. Rahayu, I. 1999. Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Partisipasi Penganggaran Dan Kinerja manajerial. JAAI. (Vol. 3 No. 2). Hal : 123-126. Riyadi, Slamet. 2000. Motivasi dan Pelimpahan Wewenang Sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 3. No. 2 Hal. 134 -150. Riyanto, Bambang. 1999. Identifikasi Isu Penelitian Akuntansi Manajemen. Pendekatan Kontijensi. Media Indonesia, No. 34/VI, April: 27-32. Robbins, Stephen, P. 2005. Organization Bahavior. New Jersey. Prentice Hall. Robetson, Gordon. 2002. Loka Karya Review Kinerja. BPKP dan Executive Education. Jakarta. Sahara, Khasanah. 2005. Pengaruh Budget Goal Commitment dan Job-Relevant Information Terhadap hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja. Tesis S2. Universitas Brawijaya. Malang. Sarujandang, S.H. 2001. Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta Budget Goal Commitment Sebagai Pemoderasi Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah
12 JURNAL ILMIAH - VIDYA , Vol. 24 No. 2
Shields, J. F., and M. D. Shields. 1998. Antecedents of Participative Budgeting. Accounting, Organizations and Society. pp. 49 - 76. Siegel, G., dan H.R. Marconi, 1989. Behavioral Accounting. South Western Publishing, Co. Cincinnati, OH. Siegers, V. 2004 Hubungan Partisipasi Anggaran dengan Informasi Job Relevant, serta Pengaruhnya terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajerial di lingkungan Pemerintah Daerah. Tesis S2 Universitas Gajah mada. Yogyakarta. Singarimbun, Masri. Efendi, S. 1995. Metode Penelitian Survey. Cetakan Kedua. LP3ES. Jakarta. Sisaye, Saleshi.1998. “An Overview of the Social and Behavioral Science Approaches in Mangement Control Research”.Behavioral Research in Accounting. Vol. 10. pp.12-25. Suhartono, Ehrmann dan Solichin, Mochammad. 2006. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Instansi Pemerintah Daerah dengan Komitmen Organisasi Sebagai Pemoderasi. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar Sumarno, J. 2005. Pengaruh Komitmen Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial, Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar. Suprasto H., Bambang, 2006. Peluang dan Tantangan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja, Buletin Studi Ekonomi Vol. 11 No. 3. Denpasar Umar, Husen. 2003. Riset Akuntansi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Wentzel, Kristin, 2002, “The Influence of Fairness Perceptions and Goal Commitment on Managers’ Performance in a Budget Setting”, Behavioral Research in Accounting, 14, hal. 247-271 Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja, Penerbit PT. RajaGrafindo Persada Jakarta. Wofford, J. C. V. L. Goodwin, and S. Premack. 1992. Meta Analysis of The Antecedents of Personal Goal Level and of The Antecedents and Consequences of Goal Commitment. Journal of Management 18: pp 595-615.
Budget Goal Commitment Sebagai Pemoderasi Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah