Repositori FMIPA UNISMA 2014
Jurnal Ilmiah Biosaintropis Vol.2 No. 1 ISSN : 2338-2805 (p)
Assegaf: 1-6
Repositori FMIPA UNISMA
AKTIVITAS MIKROBA EM-4 DIBANDING PRODUK RAMUAN RUMAHKOMPOS MANYAR MALANG Muchtar Ali Assegaf 1), Ahmad Syauqi, 2) Saimul Laili3) 1,2,3)
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Islam Malang
ABSTRAK Bahan berbahan baku material buangan domestik berjenis sampah basah yang masih baru, digunakan sumber nutrisi bakteri probiotik dalam efektif-mikroorganisme-4 pada kondisi yang selalu terpantau. Penelitian mempunyai tujuan membandingkan rasio Karbon dan Nitrogen menggunakan mikroorganisme tersebut dan ramuan komposisi mikroba rumah-kompos Manyar Kota Malang (control). Metode percobaan dilaksanakan bersamaan dengan 4 unit. Pengambilan sampel secara duplo dan acak dari tempat 4 kotak pengomposan dan kontrol. Analisis kimia rasio C/N yaitu analisis awal dan akhir suatu proses. Nilai tengah dianalisis uji satu dan dua pembanding pada α=0,95. Dinamika suhu selama aktivitas meningkat mencapai > 60 oC. Dinamika pH hari ke 27 menunjukkan pH 7 dan kontrol masih terdapat kenaikan pH 8-9 sampai 33 hari. Pada fase pematangan kontrol, pH mengalami penurunan pada hari ke-35 sampai hari ke 42. Bahan baku mempunyai nilai rasio C/N 15,38 menunjukkan penurunan yang nyata menjadi 6,63. Kontrol mempunyai nilai 15,5 menjadi 5. Hasil kompos dari proses dekomposisi oleh EM4 mempunyai nilai rerata rasio C/N 6,63 berbeda nyata dengan 5 pada kontrol. Kata Kunci : Rasio C/N, dekomposisi, kompos, EM-4
ABSTRACT Raw material compost from household waste that wet garbage is still new, it used on process of decomposition by probiotic bacteria in effective microorganisms (EM-4) with a condition that is always monitored. The aim of research is comparing C/N ratio of compost that yield from composting by EM-4 and control that processed by compost-house of Manyar in Malang City. The research method is experiment using completely randomized design ( CRD ) with 4 replications. Random sampling from the four composting boxs as replicates was taken duplex. Chemical analysis of C / N ratio is done in 2 stages: analysis of C/N ratio of the initial C/N ratio and end of process of composting. Analysis of the data using the comparison test of mean and one value of control and two means of population at a significant level ( P = 0.05). The research result indicate dynamics of the composting temperature changes from day 1 to day 13 were increase, i.e at temperatures above 60 oC. This temperature increase is due to the microbial activity in the decomposition of organic material. Dynamics of pH show the neutral condition (7) occurred on day 27, however, still there is an increase in the control of pH 8-9 until day 33 and in line with the achievement of peak temperature composting. In the maturation phase of control, the pH has decreased on day 35 to day 42. Raw materials of composting have C/N ratio value of 15.38 show significant decreases to value 6.63; and control has value 15.5 to value 5. Product of compost from composting process by EM-4 has mean C/N ratio 6.63 that is significant difference with value 5 of control. Keywords : C / N ratio, decomposition, compost, EM-4 ------------------------Alamat korespondensi
1) 2)
[email protected] [email protected];
[email protected]
Repositori FMIPA UNISMA
Repositori FMIPA UNISMA 2014
Jurnal Ilmiah Biosaintropis Vol.2 No. 1 ISSN : 2338-2805 (p)
PENDAHULUAN Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Seiring peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi saat ini pengelolaan sampah sebagaian besar daerah masih menimbulkan permasalahan yang sulit dikendalikan.[1] Cahaya dan dody berkenaan dengan pengelolaan sampah, secara konvensional menyebabkan biaya pengelolaan sampah yang dibutuhkan juga akan semakin bertambah seiring bertambahnya jumlah timbulan sampah. Dengan demikian perlu dilakukan pengelolaan sampah dengan prinsip membuang sekaligus memanfaatkannya, artinya mengelola sampah sekaligus mendapatkan manfaat ekonomi dari [2] pengelolaan tersebut . Pengomposan sampah organik skala kawasan akan mengurangi biaya pembuangan sampah ke TPA. Persepsi Masyarakat di Kecamatan Klojen Kota Malang misalnya, dalam pengelolaan sampah mempunyai persepsi yang kuat tentang pengomposan dilakukan secara bersamasama; dan untuk kontainer proses 3 pengomposan berukuran 0,5 – 1 m dapat digunakan untuk 372 – 658 jiwa dengan pertimbangan tiap rumah dengan 1 kepala keluarga, 4 anggota menimbulkan volume sampah organik (2,103±0,583) L [3]. Kompos yang memenuhi syarat C/N rasio < 20, kadar air dan nutrisi tertentu, dikategorikan kedalam pupuk organik.[1] Kualitas kompos biasanya dilihat dari kandungan unsur hara yang ada di dalamnya, kadarnya sangat bergantung dari bahan baku atau proses pengomposan. Menurut standar kualitas kompos (SNI : 19-7030-2004), kompos yang baik memiliki kandungan minimum 0,40% untuk unsur nitrogen, nilai rasio C/N 10-20 dan karbon antara 9,8032%.[4] Proses pembuatan kompos adalah secara aerobik yaitu dengan cara menggunakan oksigen sebagai aseptor terakhir. Reduksi senyawa intermediator tidak diperlukan seperti fermentasi, hasilnya senyawa intermediet tersebut dapat dioksidasi sempurna menjadi karbondioksida dan air.[5]
Assegaf: 1-6
Pengomposan akan segera berlangsung setelah bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Pada tahap awal, oksigen dan senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu akan meningkat hingga diatas 50 – 70 oC. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada saat ini, terjadi dekomposisi bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagaian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan, akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 - 40% dari volume bobot awal bahan.[1] Bahan baku memiliki rasio C/N yang tinggi kemudian dengan proses fermentasi, terjadi penurunan jumlah C dalam bahan dan C/N menjadi semakin kecil. Hal ini dikarenakan dalam proses fermentasi akan menyebabkan penurunan rasio C/N.[6] Standar minimal untuk rasio C/N adalah 10, sedangkan standar maksimal adalah 20.[7] Semakin besar kecepatan penurunan rasio C/N, maka semakin singkat waktu yang diperlukan untuk mencapai rasio C/N lebih kecil dari 20 yang disebut sebagai waktu pengomposan. Oleh karena itu, standar kompos mempunyai rasio C/N lebih rendah dari bahan baku sampah Organik. Pengelolaan sampah dengan cara pengomposan secara bersama-sama di tingkat RT/RW masih memerlukan pengetahuan tentang operasi proses pengomposan, tetapi pelaksana di rumah-kompos yang dikelola oleh pemerintah mempunyai pengalaman dengan baik. Oleh sebab itu, diperlukan pengetahuan untuk mengetahui kondisi lingkungan mikroba yang sesuai pada proses pembuatan kompos, dengan demikian peneliti mempunyai inisiatif untuk melakukan penelitian dengan judul penurunan nilai rasio C/N bahan organik pada proses pengomposan di rumah kompos Manyar kota Malang.
Repositori FMIPA UNISMA 2014
Jurnal Ilmiah Biosaintropis Vol.2 No. 1 ISSN : 2338-2805 (p)
Assegaf: 1-6
BAHAN DAN CARA KERJA
Repositori Repositori FMIPA FMIPA UNISMAUNISMA
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian bertempat di rumah kompos Manyar kota Malang, Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Pusat Universitas Islam Malang dan Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Lokasi pengolahan kompos berada di kelurahan Manyar kecamatan Sukun kota Malang. Pelaksanaan penelitian pada bulan Oktober Desember 2013. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Kayu reng ukuran 70 cm dan 60 cm, gergaji, palu, meteran, paku ukuran 3 cm 0,25 kg, triplek ukuran 70 x 60 cm, kertas lakmus, termometer batang, kaos tangan, alat tulis, kertas, plastik, timbangan duduk kg, timbangan g, gelas ukur, termometer alkohol, pH meter, labu erlenmeyer 125 ml, gelas ukur 20 ml, peralatan destilasi, peralatan titrasi,. Oven suhu (Temperatur test cabinet), Labu kjeldahl, peralatan destruksi, buret mikro, pengaduk (stirer), erlenmeyer 500 ml, buret FeSO4 1N, pengaduk magnetis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Sampah organik basah berasal dari dapur diangkut menggunakan gerobak sampah, EM-4, dan air berasal dari sumur tanah. Bahan kimia untuk analisis penentuan C terdiri atas 1 g sampel kering udara, 10,5 ml larutan K2Cr2O7 1 N (Asam Kromat), 20 ml larutan asam sulfat (H2SO4) pekat 11,4 ml, 200 ml aquades (H2O), K2SO4 250 g, CuSO4 5 H2O 50 g, NaOH 400 g, H3BO3 Murni 20 g, 0,05 N NaOH, Etanol 700 ml, Brom kresol hijau 0,33 gr, metil metan 0,165 gr. H3PO4 85 %, H2SO4 35 ml encer K2Cr2O7, H2O 800 ml, 0,5 g difenilamin pekat, larutan FeSO4 0,5 N, 196,1 g Fe(NH4)2(SO4)2 6H2O, FeSO4 7 H2O 1N, 2780 g FeSO4 7 H2O. Metode penelitian Metode penelitian menggunakan metode eksperimen dengan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 replikasi. Pengambilan sampel secara duplo dan acak dari tempat 4 kotak pengomposan dan kontrol. Analisis kimia rasio C/N dilakukan 2 tahap yaitu analisis rasio C/N awal dan rasio C/N akhir. Perlakuan terdiri atas 2 macam yaitu pertama, bahan organik sampah rumah tangga yang telah dipilah di rumah-kompos Manyar Kota Malang ditambahkan EM4 dan kedua, kontrol yaitu bahan organik sampah rumah tangga yang sama ditambah agen mikroorganisme yang dimiliki oleh rumahkompos tersebut. Replikasi berjumlah 4 kali berupa kotak proses pengomposan. Secara bagan replikasi dan kontrol sebagai berikut :
Kotak 1
Kotak 2
Kotak 3
Kotak 4
Kontrol 5
Gambar 1 : Pegambilan sampel 2 cuplikan dengan petunjuk pengambilan sampel. Pelaksanaan penentuan rasio C/N awal dilakukan setelah kotak pengomposan diisi penuh kemudian diberi dengan aktivator berupa EM-4 pada sampel dan Biosun pada kontrol dengan pengambialan 8 sampel dari 4 kotak dan 2 sampel pada kontrol yang telah disediakan. Sampel diambil dari 2 cuplikan dalam satu kotak berisi contoh A dan B. Aanalisa rasio C/N menggunakan metode Walkley and Black untuk C-organik (%), dan metode Kjeldahl N-total (%). Proses pengomposan mengikuti teknis pelaksanaan pada kontrol yang dilaksanakan oleh rumah-kompos Manyar Kota Malang. Selanjutnya perlakuan mengikuti teknis pelaksanaan tersebut. Analisa statistik menggunakan uji nilai satu pembanding dan dua rerata populasi dengan distribusi t. Dua populasi yang menunjukkan rerata dari dua populasi antara rasio C/N awal dan rasio C/N akhir. Rerata atau Nilai Tengah Aritmetika
Batas atas dan bawah menurut kepercayaan 95% terhadap µ menggunakan empirical rule yaitu nilai simpangan bakunya. Pernyataan itu dapat ditulis sebagai[8] P[m-σ/(n)1/2 ≤ µ ≤ m+σ/(n)1/2] ≥ 0,95 Dengan demikian pengujian menggunakan uji t dua sisi (Two-Tail Test). yang Rumusan Nilai mempunyai ukuran sampel . Menurut Sokal dan Rohlf[8] rumusan Nilai sebagai berikut: ts | μA μB | / Keterangan :
1
"2 $ % "2 &
Repositori FMIPA UNISMA 2014
Jurnal Ilmiah Biosaintropis Vol.2 No. 1 ISSN : 2338-2805 (p)
Repositori FMIPA UNISMA
s = Simpangan Baku atau Standar Deviasi µ = Rerata n = Populasi Dengan nilai pada ada k kepercayaan minimal dengan terdapat dua kemungkinan nilai tersebut terseb lebih besar atau lebih kecil dengan nilai kritis k (t tabel) untuk P=0,05. Dimana : Bila diseb equal varian disebut Bila dise disebut unequal varian. Sebagai pertimbangan gan dalam menentukan derajat bebas[8]. HASIL DAN PEMBAHA AHASAN Teknis Pemilahan Bahan ahan Baku Kompos dan Pelaksanaan Pengomposa mposan Sampah rumah ah tangga yang akan digunakan untuk bahan baku pembuatan kompos dilakukan pemilah emilahan. Hasil pemilahan akan mendapatkan bahan ahan organik o sebagaimana ditunjukkan pada Gamba ambar 2. Bahan organik untuk bahan baku pengomp ngomposan dikenal dengan nama sampah basah.
Assegaf: 1-6
Penyiram nyiraman dengan air dilakukan pada hari ke k 3, 8, 13 13, 18, 23, 28, 32, 36, dan 40 selama selam proses ses ppengomposan. Sedangkan pembalika balikan dilakuka akukan pada hari ke 5, 10, 15, 20, dan 25. 2 Perlakua rlakuan kontrol oleh operator pelaksan laksana selalu alu di ditambahkan bahan baku hinggaa kotak kota pengomp ngomposan penuh. Hal ini dilakukan hingga hingg hari ri ke 25. Selama proses pengomposa mposan dilakuka akukan pengukuran pH dan suhu tiap iap hari ha hingga gga ddidapatkan pH 7 sebagai akhir proses. roses. Perubah rubahan Suhu Proses Pengomposan Kondisi awal proses pengomposa mposan, temperat peratur bahan kompos sesuai dengan denga temperat peratur lingkungan. Setelah itu terjadi terja proses ses pe penghangatan (mesofilik) menye-babka babkan organism anisme yang terdapat pada bahan baha pengomp ngomposan berkembangbiak.[2] Pada gambar 3, grafik garis aris x menunju nunjukkan hari dan y adalah suhu hu dari da kontrol ntrol ddan 4 pertlakuan EM-4. Pada proses pros pembuat mbuatan kompos pada kontrol berbeda berbed dengan ngan pperlakuan disebabkan oleh penuruna nurunan volume lume bahan baku, sehingga operator operat menamb nambah bahan baku lagi sedangkan n pada pad perlakua rlakuan tetap seperti volume awal pengisisa ngisisan dann tidak ditambah. Hal ini menyebabkan an suhu suh puncak ncak ssampel terjadi pada minggu pertam ertama, kedua dua da dan kontrol terjadi pada minggu pertama pertam sampai pai ketiga. Dinamika perubahan n suhu suh pengomp ngomposan yang meningkat terjadi karen arena adanya anya aaktivitas mikroba dalam dekomposis mposisi. Proses oses yyang terjadi dalam dekomposisi si yaitu yai peromba rombakan sisa tanaman atau hewan an oleh ole mikro-or organisme tanah atau enzim-enzi enzim lainya, nya, ppeningkatan biomassa organisme, e, dan da [9] akumula umulasi serta pelepasan akhir.
Gamba ambar 3. Dinamika Perubahan Suhu Proses Pengomposan Bahan Organik Sampah Rumah Tangga
Gambar 2 : Bagan Alur ur Pengolahan P Sampah Rumah Tangga ga menjadi men Kompos
Akumulasi residu tanaman dan hewan hewa sebagai agai bbahan organik dalam tanah antara tara lain la terdiri diri ddari karbohidrat, lignin, tanin, lemak, lema minyak, nyak, lilin, resin, senyawa N, pigmen en dan da mineral, neral, sehingga hal ini dapat menambahka bahkan unsur-un unsur hara dalam tanah. Menurut Kastaman, dekomposisii bahan baha menghas nghasilkan energi yang dibebaska ebaskan
Repositori FMIPA UNISMA
Repositori FMIPA UNISMA 2014
Jurnal Ilmiah Biosaintropis Vol.2 No. 1 ISSN : 2338-2805 (p)
kelingkungan berupa panas, selanjutnya pada suhu > 40 oC, mikroba mesofilik akan digantikan oleh mikroba termofilik yaitu bakteri termofilik, actinomycetes, dan thermophilic fungi.[4] Suhu kontrol lebih tinggi dibanding perlakuan, hal ini dikarenakan proses dekomposisi oleh macam mikroorganisme yang tidak sama (Biosun pada kontrol dibanding EM4 pada perlakuan) disamping itu, operator yang mengerjakan kontrol memberikan secara kontinyu penambahan bahan baku hingga 2 minggu pada saat pengurangan volume dan pembalikan. Sedangkan pada perlakukan hanya dilakukan pembalikan saja tanpa penambahan bahan baku organik sampah. Pada awal proses pengomposan, temperatur bahan kompos sesuai dengan temperatur lingkungan. Setelah itu terjadi tahap penghangatan (mesofilik) dimana organisme yang terdapat pada bahan pengomposan berkembangbiak. Pada penelitian ini secara umum, temperatur puncak seluruh variasi kompos tidak mencapai temperatur dimana mikroorganisme termofilik tumbuh dan berkembangdengan baik, karena kondisi tumpukan yang berada pada perlakuan tidak dapat mengisolasi panas dengan cukup. Semakin tinggi volume tumpukan, semakin besar isolasi panas. Selain itu, dengan penambahan EM4, Aktivitas mikroorganisme akan semakin cepat dalam mendekomposisi bahan kompos, sehingga tumpukan menjadi berkurang.[5] Dekomposisi Material Organik Hal inilah yang menyebabkan pH pada seluruh variasi pengomposan mengalami penurunan hingga berada pada kondisi mendekati 7 dihari ke-27, seiring dengan pencapaian temperatur puncak pengomposan. Pada awal proses pengomposan aerobik terjadi pelepasan suhu CO2 namun pada pengomposan anaerobik, CO2 yang terbentuk tidak dapat dilepaskan sehingga menbentuk H2CO3. Tabel 1 menunjukkan perbandingan antara rasio C/N bahan baku lebih tinggi dari pada rasio C/N kompos. Hal ini menunjukkan penurunan rasio C/N. Indikasi penurunan rasio C/N ditunjukan oleh penurunan bahan organik (selain air dan abu/mineral). Bahan baku sampah yang dicampur dari berbagai rumah tangga dan siap diproses pengomposan, memiliki keragaman yang relatif tinggi sekitar 18% sedangkan produk kompos relatif homogen, keragaman menunjukkan sekita 4%. Hal itu juga secara kuantitatif berpengaruh terhadap % C. Menurut Mulyadi [2] , semakin rendah rasio C/N bahan maka waktu pengomposan akan semakin singkat, begitu juga sebaliknya karena aktivitas mikroorganisme akan berkurang sehingga diperlukan beberapa siklus mikroorganisme untuk menyelesaikan degradasi bahan kompos.
Assegaf: 1-6
Dengan demikian, bahan pengomposan harus dicampur dengan bahan-bahan yang berair, pangkasan daun dari kebun dan sampahsampah lunak dari dapur serta kotoran ternak. Tabel 1. Deskripsi Data uji rerata satu pembanding dan dua rerata No 1 2
3
Parameter %C Organik % Bahan Organik % Rasio C/N
Kontrol Bahan Baku 67,61
µ Bahan Baku Kompos (32,65 ± 6,17)
Kontrol Produk Kompos 10,78
µ Produk Kompos (16,05 ± 0,76)
58,49
(56,48 ± 10,68)
10,64
(27,76 ± 1,33)
15,5
(15,38 ± 4,13)
5
(6,63 ± 0,48)
Bahan baku memiliki rasio C/N yang tinggi kemudian dengan proses fermentasi, terjadi penurunan jumlah %C dalam bahan dan C/N menjadi semakin kecil. Hal ini dikarenakan dalam proses fermentasi terjadi reaksi C menjadi CO2 dan CH4 yang berupa gas. Kecepatan reaksi fermentasi akan menyebabkan penurunan rasio C/N. Adapun kecepatan reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain konsentrasi EM4, prosentase gula sebagai nutrisi bagi bakteri, suhu proses dan ukuran bahan. Menurut Yuwono, bahan tersesbut sudah menjadi kompos apabila rasio C/N sudah mencapai lebih kecil dari 20.[6] Selain itu dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi EM4, semakin cepat penurunan rasio C/N, dengan kata lain waktu proses semakin singkat. Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi EM4, Jumlah bakteri yang mengurai semakin banyak sehingga bahan lebih cepat terurai oleh bakteri-bakteri tersebut.[6] KESIMPULAN Pemilahan selektif bahan baku pembuatan kompos terhadap bahan organik sampah rumah tangga menentukan penurunan rasio C/N dari bahan baku sampai menjadi kompos. Semakin banyak penumpukan bahan baku maka semakin tinggi isolasi suhu termofilik yang dihasilkan setelah kondisi optimal bakteri kompos. Proses dekomposisi terjadi setelah diketahui adanya kenaikan suhu pada proses pengomposan. Suhu pengomposan 0-40 oC menyebabkan kecepatan penurunan rasio C/N semakin cepat yang terjadi setelah minggu ketiga. Sedangkan suhu diatas 40 oC akan memperlambat kecepatan penurunan rasio C/N. Dinamika pH menunjukkan pH menuju kondisi netral pH 7 terjadi pada hari ke-27 namun pada kontrol masih terdapat kenaikan pH 8-9 sampai hari ke-33 dan seiring dengan pencapaian temperatur puncak pengomposan.
Repositori FMIPA UNISMA 2014
Jurnal Ilmiah Biosaintropis Vol.2 No. 1 ISSN : 2338-2805 (p)
Pada fase pematangan kontrol, pH mengalami penurunan pada hari ke-35 sampai hari ke 42. Bahan baku mempunyai nilai rasio C/N 15,38 menunjukkan penurunan yang nyata menjadi 6,63. Demikian pula kontrol mempunyai nilai 15,5 menjadi 5. Hasil kompos dari proses dekomposisi oleh EM4 mempunyai nilai rasio C/N 6,63 berbeda nyata dengan 5 pada kontrol. UCAPAN TERIMA KASIH
Repositori FMIPA UNISMA
Terima kasih disampaikan kepada Pemerintah Kota Malang cq. Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan up. Rumah-Kompos Manyar. DAFTAR PUSTAKA [1] Alex, S. 2012. Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik. Pustaka Baru Press. Purwomartini Kalasan Sleman Yogyakarta. [2] Prahesti R dan Dwipayati N, 2011. Pengaruh Penambahan Nasi Basi Dan Gula Merah Terhadap Kualitas Kompos dengan Proses Anaerobik;Studi Kasus Pada Sampah Domestik Lingkungan Banjar Sari, Kelurahan Ubung,Denpasar Utara.Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Bali. [3] Syauqi, A. 2013. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Perkotaan Berdasar Proses Pemilahan Material Organik dan Persepsi Masyarakat di Kecamatan Klojen Kota Malang. Tesis. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan (PSL) Minat Pengelolaan Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang. Hal. 145. [4] Pramaswari Ida AA dkk. 2011. Jurnal Kombinasi Bahan Organik (Rasio C/N) Pada Pengolahan Lumpur (Sludge) Limbah Pencelupan, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana. Bali. [5] Hajoeningtijas O.D. 2012. Mikrobiologi Pertanian. Graha Yogyakarta.Ilmu. [6] Yuniwati M, Iskarina F, Padulemba A. 2012. Optimasi Kondisi Proses Pembuatan Kompos Dari Sampah Organik Dengan Cara Fermentasi Menggunakan EM4. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Sains dan Teknologi AKPRIND. Yogyakarta. [7] Saputra, S D dkk. 2012. Jurnal Studi Komparatif Antara Penambahan Effective Microorganisms 4 (EM 4) Dan Leachate (Air Lindi) Sebagai Stimulator Dalam
Assegaf: 1-6
Pembuatan Kompos. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah. Surakarta. [8] Syauqi A. 2009. Dua Aktivitas tahapan Belajar Biostatistika Kuantifikasi Parameter Statistika Survey dan Eksperimen Biologi. FMIPA Universitas Islam Malang. Malang [9] Surur, M. 2011. Penggunaan Limbah Organik Cair Urin Sapi Dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi EM4 (Efektif Mikroorganisme-4) Untuk Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L). Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNISMA. Malang.