JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISSN 1693-8852
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
NILAI INSTRINSIK SAHAM SERTA INFORMASI FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN EMPIRIS DI BURSA EFEK INDONESIA) SAFARUDDIN Dosen Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe
ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of fundamental information that consists of company size, revenues, capital structure and dividend policy of the intrinsic value of the stock on the Indonesia Stock Exchange. Sampling was conducted using purposive sampling method. Data were analyzed using multiple regression analysis, and hypothesis testing is done by using a statistical test that consists of F-test and T-test. The results show that the fundamental information which consists of company size, revenues, capital structure and dividend policy has a significant effect on the intrinsic value of the stock on the Indonesia Stock Exchange either jointly or partially. Keywords: company size, revenues, capital structure, dividend policy, and intrinsic value of the stock prospek investasi di masa yang akan datang. Untuk melakukan pengamatan dan analisis secara aktif tentang penilaian saham, ada berbagai pendekatan yang dapat dilakukan. Salah satu dari pendekatan tersebut adalah analisis pasar yang terdiri dari analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal cenderung digunakan untuk transaksitransaksi jangka pendek. Pemikiran yang mendasari analisis teknikal adalah harga saham mencerminkan informasi yang relevan, informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu yang lalu, dan perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu serta berulang. Sedangkan analisis fundamental lebih umum digunakan dalam penilaian investasi jangka panjang dengan cara mengestimasi nilai faktorfaktor fundamental yang mempengaruhi nilai perusahaan di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran nilai perusahaan. Penelitian ini difokuskan pada analisis fundamental perusahaan. Menurut para ahli, pendekatan analisis fundamental yang biasanya digunakan untuk menentukan nilai instrinsik saham adalah Devidend Discount Model (DDM) dan Price Earnings Ratio (PER) model. Akan tetapi, model PER lebih popular digunakan di kalangan analis. Tandelilin (2001) menyatakan bahwa PER merupakan pendekatan yang lebih populer dipakai di kalangan analis saham dan para praktisi. Analisis PER dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi kebijakan strategis perusahaan terutama yang berhubungan dengan faktor-faktor fundamental perusahaan. Oleh karena itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperkirakan PER adalah dengan menghubungkan PER dengan berbagai faktor yang diperkirakan mempengaruhinya.
PENDAHULUAN Ketersediaan berbagai alternatif instrumen investasi hendaknya dipelajari serta dicermati guna mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Setiap instrumen investasi apapun bentuknya memiliki kelemahan dan kelebihannya tersendiri. Setiap instrumen investasi memiliki karakteristik yang berbeda dengan tingkat risiko yang berbeda pula. Untuk melakukan investasi pada salah satu atau beberapa instrumen tersebut maka tersedia berbagai wahana investasi, diantaranya adalah pasar modal. Saham biasa (common stock) merupakan salah satu surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal. Sebagaimana halnya investasi pada alternatif lainnya, investasi pada saham juga membutuhkan pertimbangan dan analisis yang cermat terutama tentang tingkat keuntungan (return) dan risikonya. Investor harus memiliki dasar yang jelas dalam memutuskan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Ada dua potensi keuntungan yang diharapkan untuk melakukan investasi pada saham yaitu dividen dan capital gain. Di samping potensi keuntungan, investasi pada saham juga memiliki potensi kerugian yang cukup besar, sehingga investor harus menganalisisnya dengan cermat saham-saham yang layak untuk dibeli atau dijual. Analisis untuk membuat keputusan dalam berinvestasi pada saham harus didukung oleh informasi yang berkualitas. Salah satu informasi yang dijadikan bahan pertimbangan dalam membuat keputusan berasal dari laporan keuangan emiten. Berdasarkan laporan ini investor dapat menilai kewajaran harga suatu saham dengan mengunakan pendekatan-pendekatan tertentu. Penilaian kondisi keuangan emiten oleh investor akan dapat memberikan gambaran tentang
52
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISSN 1693-8852
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi PER dapat dilakukan dengan menggunakan model persamaan regresi dengan data cross section. Model-model persamaan PER dapat diketahui dengan mempelajari hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian awal yang mendasari model regresi PER dilakukan oleh Whitebeck-Kisor (1963) dalam Husnan (2001). Mereka berhasil mendokumentasikan bahwa tingkat pertumbuhan laba dan devidend payout ratio berpengaruhi positif terhadap PER, sedangkan standar deviasi tingkat pertumbuhan laba berpengaruh negatif terhadap PER. Penelitian empiris tentang pengaruh faktor fundamental terhadap nilai nilai instrinsik saham dengan PER sebagai proksinya kemudian dilanjutkan oleh beberapa peneliti lain baik di dalam maupun di luar negeri dengan menggunakan faktor fundamental yang lebih variatif. Akan tetapi, berbagai penelitian yang pernah dilakukan memberikan kesimpulan yang beragam dan terkadang cenderung bertentangan sehingga belum mengarah pada universalitas. Untuk itu, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang hal ini. Sehubungan dengan ini, maka penulis tertarik untuk meneliti kembali tentang pengaruh informasi fundamental yang terdiri dari ukuran perusahaan, revenues, struktur modal, dan kebijakan dividen terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia khususnya pada emiten non keuangan. Emiten keuangan tidak diikutsertakan karena adanya perbedaan karakteristik laporan keuangan terutama pada struktur aktiva dan pasivanya sehingga beberapa rasio keuangan yang terdapat pada kedua jenis emiten ini memiliki makna yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh informasi fundamental yang terdiri dari ukuran perusahaan, revenues, struktur modal, dan kebijakan dividen terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia baik secara bersama-sama maupun secara parsial. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti baik secara praktis maupun secara akademis. Bagi investor, diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan di bidang investasi terutama yang berhubungan informasi fundamental yang mempengaruhi nilai instrinsik saham. Bagi emiten, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian untuk memperbaiki kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama tentang pasar modal di Indonesia, khususnya tentang informasi fundamental yang mempengaruhi nilai instrinsik saham.
TINJAUAN PUSTAKA Nilai Instrinsik Saham Nilai saham biasa lebih sulit diketahui dibandingkan dengan nilai obligasi maupun saham preferen. Menurut Ross et.al. (2002:217), hal ini disebabkan oleh minimal tiga alasan yaitu karena aliran kas yang dihasilkan oleh saham biasa tidak dapat diketahui secara pasti, saham biasa tidak memiliki masa jatuh tempo, dan tingkat keuntungan yang diharapkan tidak mudah untuk dicari. Pertanyaan mendasar yang sering dikemukakan tentang nilai suatu saham adalah apakah harga saham di pasar mencerminkan nilai sebenarnya dari perusahaan. Jika tidak, berapa nilai sebenarnya dari saham yang diperdagangkan tersebut. Nilai sebenarnya ini dinamakan nilai instrinsik. Dua jenis analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai instrinsik saham adalah analisis teknikal dan analisis fundamental. Menurut Jogiyanto (2000:89), analisis fundamental mencoba menghitung nilai instrinsik dari suatu saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan sehingga dinamakan pula dengan analisis perusahaan. Untuk membuat model peramalan harga saham dalam analisis ini maka hal penting yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental yang diperkirakan akan mempengaruhi nilai instrinsik saham. Kemudian membuat suatu model yang memasukkan faktor-faktor tersebut dalam analisis. Para praktisi cenderung menyukai model yang tidak terlalu rumit, mudah dipahami, dan mendasarkan diri pada informasi yang berasal dari laporan keuangan dan model tersebut adalah Price Earnings Ratio. Jones (2004) menyatakan bahwa PER merupakan salah satu aspek finansial menarik bagi para analis saham dan manajer keuangan. Walaupun secara konseptual PER tidak sesolid Devidend Discount Model, tetapi PER konsisten dengan Present Value Analysis karena PER berhubungan dengan nilai instrinsik suatu saham atau agregat pasar. Sementara Haugen (1993) menganggap bahwa DDM tidak realistis karena tidak seorang pun dapat melakukan forecasting terhadap dividen dalam jangka panjang dengan tepat. Oleh karena alasan inilah maka para peneliti tertarik untuk mencari pendekatan alternatif. Bodie, et.al. (2004:428) menyatakan bahwa penggunaan PER sebagai metode penilaian saham lebih banyak digunakan di berbagai belahan dunia dibandingkan dengan metode lainnya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Mayo (2004 : 228) yang menyatakan bahwa metode penilaian saham yang paling sering dan populer adalah PER. Menurut Asri dan Heveadi (1999), salah satu cara untuk menghitung PER dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
53
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISSN 1693-8852
PER =
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
P EPS
faktor yang diperkirakan mempengaruhinya (Elton et.al., 2003:457). Model analisis PER secara cross section dikemukakan oleh Whitebeck-Kisor (1963) dalam Husnan (2001). Mereka berhasil mendokumentasikan bahwa tingkat pertumbuhan laba dan dividend payout ratio berpengaruhi positif terhadap PER, sedangkan standar deviasi tingkat pertumbuhan berpengaruh negatif terhadap PER. Model PER lainnya dikembangkan oleh beberapa peneliti seperti Reinganum (1981), Cook dan Rozeff (1984). Mereka mengatakan bahwa PER berhubungan dengan firm size dan unsystematic risk. Keown, et.al. (1987) menyimpulkan bahwa pemilihan portofolio dapat didasarkan pada PER. Elton dan Gruber (1991) menghubungkan antara PER dengan tingkat pertumbuhan laba. Adapun Constand, et.al. (1991) menemukan beberapa faktor lain yang mempengaruhi PER pada perusahaan-perusahaan di Jepang. Faktor-faktor tersebut yaitu perubahan nilai aset seperti tanah, perubahan kepemilikan individu Jepang dan investor asing, perubahan expected earnings growth dan earnings risk, dan perubahan pada dividends per share serta dividends payout secara signifikan berhubungan dengan perubahan PER. Informasi Fundamenfal Perusahaan a. Ukuran Perusahaan Skala/ukuran perusahaan (firm size) dapat diketahui dari jumlah tenaga kerja, nilai aset, nilai bersih kekayaan dan tingkat penjualannya. Menurut Indriani dalam Daniati dan Suhairi (2006), ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Penelitian ini akan menggunakan logaritma natural (Ln) dari total aset (aktiva) pada akhir tahun sebagai proksi dari ukuran perusahaan. Penggunaan logaritma natural dimaksudkan agar koefisien regresi dari ukuran perusahaan tidak memiliki angka desimal yang terlalu besar karena nilai dari variabel ini memiliki satuan dalam jutaan rupiah sedangkan variabel dependennya relatif kecil sehingga pengguanaan Ln akan lebih memiliki arti untuk diinterpretasikan. Ukuran perusahaan secara umum ikut menentukan tingkat kepercayaan investor. Perusahaan berskala besar, biasanya memiliki akses informasi yang lebih lengkap sehingga lebih dikenal oleh masyarakat. Perusahaan besar biasanya juga berada dalam tahap maturity sehingga diharapkan memiliki arus kas yang positif. Perusahaan besar biasanya juga memiliki prospek yang baik dalam waktu yang relatif lama dan seharusnya lebih mampu dalam menghasilkan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil. Di samping itu, perusahaan besar biasanya juga lebih mudah mendapatkan dana baik dari sumber internal maupun eksternal sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang searah antara ukuran perusahaan dengan nilai instrinsik saham.
Dimana : PERt = Price Earnings Ratio pada akhir tahun t Pt = Harga penutupan saham pada akhir tahun t EPSt = Earnings Per Share pada akhir tahun t Penggunaan rumus PER di atas juga sejalan dengan pendapat Sawir (2003:21) yang mengemukakan bahwa investor biasanya menghubungkan laba tahun berjalan terhadap current price dengan menggunakan hubungan rasio harga terhadap laba. Penggunaan model PER sebagai salah satu pendekatan dalam penilaian saham dapat dilakukan dengan berbagai cara. Hal ini sesuai dengan pendapat Huang dalam Asri dan Heveadi (1999) yang menyatakan bahwa penggunaan PER sebagai dasar penilaian saham dapat dikategorikan sebagai berikut : Metode 1 Membagi harga saham dengan normal earnings atau rata-rata earnings untuk menghitung PER. Rasio ini kemudian dibandingkan dengan normal PER dari saham tersebut. Metode 2 Membagi harga saham dengan estimasi earnings (satu sampai tiga tahun) untuk menentukan PER. Rasio ini kemudian dibandingkan dengan normal PER dari saham tersebut. Metode 3 Membandingkan PER dan earnings growth dari setiap saham dengan PER dan rata-rata pertumbuhan industri. Metode 1 dan 2 menggunakan konsep normal PER saham. Normal PER ini diperoleh dengan menentukan faktor yang mempengaruhi harga saham seperti earnings, growth, risk, time value of money, dan sebagainya. Selanjutnya diformulasikan persamaan model PER beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya tersebut. Model ini kemudian digunakan untuk menilai dan menyesuaikan PER perusahaan di masa yang akan datang. Penilaian saham secara cross sectional juga dapat dilakukan dengan menggunakan analisis PER. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui bagaimana posisi suatu saham relatif terhadap saham-saham lainnya dengan menggunakan variabel PER. Apabila diketahui suatu saham mempunyai nilai PER sebesar tertentu, apakah saham tersebut sebaiknya dibeli kalau sahamsaham lainnya mempunyai PER yang lebih tinggi. Untuk menjawab hal tersebut maka perlu mengaitkan besar kecilnya PER dengan faktor-
54
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISSN 1693-8852
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
Hubungan antara ukuran perusahaan dengan nilai instrinsik saham dengan PER sebagai proksinya juga dapat diketahui dari hasil penelitian terdahulu. Reinganum (1981) menemukan bahwa penggunaan PER berhubungan dengan terjadinya abnormal return dan adanya kecenderungan pada perusahaan kecil untuk memiliki PER yang ekstrim. Badrinanth dan Kini (1994) menyimpulkan bahwa terdapat interaksi yang penting antara skala perusahaan dengan PER. Perusahaan berskala kecil dengan PER yang tinggi dapat memperoleh laba yang lebih banyak tiap bulannya dibandingkan dengan perusahaan berskala besar, didasarkan pada risiko yang telah disesuaikan (adjusted risk). Hasil penelitian Mpaata dan Sartono (1997) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi PER untuk seluruh industri yang diteliti. Pada service, clothing and retail, serta raw material industry, size memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap PER. Sebaliknya, pada electronic, food and beverage, serta pharmaceutical industry, ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap PER. Penelitian di Indonesia oleh Suryaputri dan Astuti (2003) mendokumentasikan bahwa skala perusahaan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap PER pada industri food & beverage serta paper & allied. Di samping itu, pada industri metal & allied, size memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap PER sedangkan pada industri lainnya yang berada dalam sektor manufaktur di BEJ, ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PER. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Amaliah (2003) pada sektor property dan real estate. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa size tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PER. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas ternyata menghasilkan kesimpulan yang beragam sehingga perlu untuk diteliti lebih lanjut pada objek, periode atau metode yang lebih beragam pula.
diharapkan EPS juga akan tinggi. Akan tetapi, hal ini tidak serta merta terjadi, karena dalam perhitungan laba komponen biaya sangat menentukan pula. Apabila perusahaan dapat meningkatkan revenues dengan biaya yang sama atau bahkan biaya yang lebih rendah melalui berbagai upaya efisiensi maka laba perusahaan akan meningkat sehingga EPS akan meningkat pula. Hal ini diharapkan akan mempengaruhi pandangan investor terhadap prospek perusahaan di masa yang akan sehingga kemungkinan akan diikuti oleh kenaikan harga saham dengan porsi yang lebih tinggi daripada kenaikan EPS. Penelitian tentang keterkaitan revenues terhadap nilai instrinsik saham masih sangat jarang dilakukan. Salah satu penelitian tentang hal ini dilakukan oleh Mpaata dan Sartono (1997). Hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa revenues mempengaruhi PER untuk seluruh industri yang diteliti. Revenues memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap PER hanya pada satu industri dari enam industri yang diteliti, sedangkan pada lima industri lainnya pengaruhnya negatif. Menurut mereka, hubungan negatif pada lima industri tersebut kemungkinan disebabkan oleh kurang berhasilnya upaya pengendalian biaya sehingga meskipun revenues tinggi, perusahaan belum tentu dapat menghasilkan laba. Penelitian Amaliah (2003), menyimpulkan bahwa revenues memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap PER hanya pada tahun 2000. Sedangkan pada tahun 1998 dan 1999, revenues tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PER. Mengingat nilai dari variabel ini memiliki satuan dalam jutaan rupiah sedangkan variabel dependennya relatif kecil, maka akan digunakan logaritma natural (Ln) dari total revenues pada akhir tahun sebagai proksi dari revenues. c. Struktur Modal Struktur Modal dapat diketahui dengan melihat rasio leverage perusahaan. Struktur Modal menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasi perusahaan. Karnadi (1993) dalam Suharli dan Oktorina (2005) menyatakan bahwa rasio leverage yang paling umum digunakan adalah rasio hutang terhadap modal atau Debt Equity Ratio. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur Debt Equity Ratio menurut Sartono (2001:121) adalah sebagai berikut:
b. Revenues Penjualan (revenues) merupakan kemampuan perusahaan untuk mengkonversi ouput yang dihasilkannya menjadi kas. Perusahaan dengan revenue yang tinggi berpotensi untuk memiliki laba yang tinggi pula sehingga =
Total Hutang Total Modal Sendiri
Terkait dengan struktur modal maka Miller and Rock (1985) menyarankan agar pembelanjaan baru sebaiknya lebih rendah dibandingkan dengan laba yang diharapkan, sehingga berlawanan dengan efek pengumuman
dividen. Pengeluaran modal baru akan menggambarkan kenaikan pembiayaan eksternal, yang berarti menurunkan efek perubahan dividen. Variabel pembelanjaan modal baru diidentifikasikan sebagai persentase perubahan
55
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISSN 1693-8852
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
nilai per lembar saham biasa dengan rasio hutang terhadap modal (debt equity ratio) sebagai ukuran leverage. Hansen and Crutchley (1990) menjelaskan bahwa rata-rata harga saham terpengaruh pada waktu perusahaan mengumumkan penerbitan suratsurat berharga yang baru. Terdapat bukti yang mengidentifikasikan bahwa terjadi penurunan harga saham secara signifikan selama pengumuman dari pembelanjaan modal yang baru atau hutang yang dipertukarkan (convertible bond). Penawaran hutang secara terbuka atau saham preferen menghasilkan reaksi harga saham yang negatif. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan antara leverage dengan nilai instrinsik saham. Hasil penelitian Mpaata dan Sartono (1997) menyimpulkan bahwa faktor leverage memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap PER pada lima industri yang diteliti dan hanya berpengaruh positif pada satu industri. Sedangkan hasil penelitian Suryaputri dan Astuti (2003) hanya menemukan adanya pengaruh negatif dari leverage terhadap PER pada satu industri sedangkan pada lima industri lainnya hal ini tidak terjadi.
searah antara DPR dengan PER. Akan tetapi, penelitian Kelay (1982) menyimpulkan adanya respon yang berlawanan antara harga saham terhadap perubahan dividen yang tidak terduga. Sementara itu, Mpaata dan Sartono (1997), menemukan pengaruh positif dari DPR terhadap PER pada empat kelompok industri sedangkan pada satu industri lain pengaruhnya negatif dan satu industri lagi tidak signifikan. Selanjtunya, Suryaputri dan Astuti (2003) menemukan pengaruh positif dari DPR terhadap PER hanya pada dua kelompok industri sedangkan pada sepuluh industri lain pengaruhnya tidak signifikan dan arah koefisiennya juga bervariasi. Hipotesis Berdasarkan permasalahan dan kajian pustaka yang telah dikemukakan sebelumnya maka hipotesis yang diajukan dalam usulan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ukuran perusahaan, revenues, struktur modal, dan dividen secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia (Ha). 2. Hipotesis parsial dapat dirinci sebagai berikut: a. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia (Ha1). b. Revenue memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia (Ha2). c. Struktur modal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia (Ha3). d. Kebijakan dividen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia (Ha4).
d. Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan hal yang relatif kompleks karena melibatkan kepentingan beberapa stakeholders. Bagi pemegang saham dan calon investor, investasi pada saham dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka melalui perolehan return dari dana yang diinvestasikannya, dimana return yang diterimanya dapat berupa dividen dan atau capital gain. Sedangkan, manajemen perusahaan lebih berorientasi pada pengembangan perusahaan dan berusaha menahan sebahagian laba sebagai sumber dana internal perusahaan. Sementara itu, para kreditur membutuhkan informasi dividen untuk menilai dan menganalisa kemungkinan memberikan pinjaman kepada perusahaan terutama terkait dengan solvabilitas debiturnya. Kebijakan dividen pada dasarnya berhubungan besarnya porsi laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham. Pembayaran dividen adalah hal penting yang menyangkut pilihan besarnya bagian laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk diinvestasikan kembali dalam rangka mengembangkan perusahaan. Besarnya dividen yang dibagikan oleh perusahaan dapat diketahui dari Dividend Payout Ratio (DPR) masing-masing perusahaan. Miller dan Rock (1985) menyatakan bahwa pembagian dividen yang tidak terduga memberikan informasi penting tentang laba perusahaan sehingga diapresiasi secara positif oleh investor yang cenderung meningkatkan nilai instrinsik saham. Whitbeck-Kissor (1993) dalam Husnan (2001) menemukan adanya hubungan yang
METODE PENELITIAN Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah informasi fundamental emiten di Bursa Efek Indonesia yang terdiri dari ukuran perusahaan, revenues, struktur modal, dan kebijakan dividen serta nilai instrinsik saham yang dihitung dengan PER. Periode penelitian dimulai sejak 1 Januari s.d. 31 Desember 2010. Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan maka penelitian ini termasuk dalam jenis verificative/explanative research yaitu penelitian yang hendak menguji lebih lanjut hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Supardi : 2005). Berdasarkan kerangka pemikiran dan hipotesis yang telah diajukan, maka variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel dependen (terikat) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai instrinsik saham yang dihitung dengan menggunakan Price Earnings Ratio. 2. Variabel independen (bebas)
56
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISSN 1693-8852
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
Penelitian ini menggunakan empat informasi fundamental perusahaan sebagai variabel independen yaitu ukuran perusahaan, revenues, struktur modal, dan kebijakan dividen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2010. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Emiten non keuangan yang terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2010 dan tidak delisting
hingga 31 Desember 2010. Emiten keuangan tidak diikutsertakan karena memiliki karakteristik laporan dan rasio keuangan yang berbeda sehingga interpretasinya juga akan berbeda. 2. Saham dari emiten yang dimaksud laku atau aktif ditransaksikan setiap hari bursa dalam tahun 2010 yaitu selama 245 hari bursa. 3. Data dari emiten yang dipilih tidak memiliki nilai ekstrim (outlier). Dari hasil pengumpulan data, diperoleh sampel sebanyak 82 emiten dengan dasar penentuan sebagaimana tabel berikut ini.
Tabel 1: Penentuan Sampel Keterangan
Jumlah
Emiten per 1 Januari 2010 Emiten keuangan Emiten non keuangan Emiten non keuangan yang transaksinya kurang dari satu tahun bursa Emiten non keuangan yang transaksinya selama satu tahun bursa Emiten non keuangan yang transaksinya satu tahun bursa namun memiliki nilai ekstrem Jumlah sampel Model analisis yang digunakan adalah analisis linear berganda (multiple linear regression) dengan metode pangkat dua terkecil biasa atau disebut juga dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Bentuk persamaan regresinya adalah sebagai berikut :
11 82
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi yang seharusnya dipenuhi dalam metode OLS agar koefisien regresi yang dihasilkan tidak bias dan dapat mendeteksi keadaan yang sesungguhnya (Best Linear Unbiases Estimator atau BLUE). Pengujian ini meliputi uji normalitas, multikolinieritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. Setelah dilakukan uji asumsi klasik terhadap model yang digunakan, maka selanjutnya dilakukan pengujian terhadap hipotesis.
Yi = a + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 X3 + b4X4 dimana : Y = a = b1 s.d. b4 = X1 = X2 = X3 = X4 = Ln = i =
398 69 329 236 93
Nilai perusahaan Intersep Koefisien regresi Ukuran perusahaan Revenues Struktur modal Kebijaka dividen Logaritma natural Nama emiten
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Asumsi Klasik Hasil uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikolinieritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2: Pengujian Asumsi Klasik No.
Uji
1.
Normalitas
2.
Multikolinearitas
3.
Heterokedastisitas
Hasil Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dari Uji Kolgomorov Smirnov sebesar 0,767; artinya lebih besar dari α (0,05) Nilai VIF untuk masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10 (X1 =2,136; X2 =2,537; X3=1,119; X4=1,326) P-value untuk masing-masing variabel bebas lebih besar daripada alpha (α) (X1 = 0,118; X2 =0,390; X3=0,607;
57
Kesimpulan Data berdistribusi normal Tidak terjadi multikolinieritas Lolos dari gejala heterokedastisitas
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISSN 1693-8852
4.
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
X4=0,858) Nilai Statistik Durbin-Watsonnya berada diantara dU s.d. 4-dU (1,743 < 2,001 < 2,257).
Autokorelasi
Berdasarkan hasil tabel di atas maka dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik dari model regresi dalam penelitian ini sehingga model penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
Tidak ada gejala autokorelasi
keputusan. Selanjutnya, hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai koefisien regresi untuk masing-masing variabel bebas sebagaimana tertera pada Tabel 3.
Tabel 3: Hasil Perhitungan Koefisien Regresi Coefficientsa Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
Beta
(Constant)
9.042
11.192
X1
7.478
1.005
X2
-7.543
X3 X4 a. Dependent Variable: Y
T
Sig. .808
.422
.813
7.444
.000
.942
-.952
-8.006
.000
-2.258
1.073
-.166
-2.105
.039
.257
.048
.464
5.399
.000
Dari tabel di atas, maka model taksiran persamaan regresi untuk penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut : Y = 9,042 + 7,478 Ln X1 -7,543 Ln X2 – 2,258 X3 + 0,257 X4
modal, dan kebijakan dividen secara bersama-sama terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 dapat diketahui dengan melakukan uji F dengan cara membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel. Pada level of significant 5% diperoleh diperoleh F- tabel sebesar 2,49. F-hitung yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS tertera pada tabel anova berikut ini
Pengujian Hipotesis Pengaruh informasi fundamental yang terdiri dari ukuran perusahaan, revenues, struktur
Tabel 4: Hasil Perhitungan Nilai F Statistik ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
8119.148
4
2029.787
Residual
6115.842
77
79.427
14234.990
81
Total
F 25.556
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), X1, X2, X3, X4 b. Dependent Variable: Y Nilai F-hitung dalam penelitian ini adalah 25,556 yang berarti lebih besar daripada Ftabel dan p-value (Sig. F = 0,00) lebih kecil daripada alpha, sehingga H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat keyakinan 95%,
informasi fundamental yang terdiri dari ukuran perusahaan, revenues, struktur modal, dan kebijakan dividen secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia.
58
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISSN 1693-8852
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
Tabel 5 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi dan Determinasi Model Summaryb Model 1
R .755a
Adjusted R Square
R Square .570
.548
Std. Error of the Estimate 8.91216
a. Predictors: (Constant), X1, X2, X3, X4 b. Dependent Variable: Y Kemampuan model untuk menerangkan variasi dari nilai instrinsik saham yang dapat dijelaskan oleh informasi fundamental secara bersama-sama diperlihatkan oleh koefisien determinasi dari model penelitian ini (R2) yaitu sebesar 57%. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan dari nilai instrinsik saham yang dipengaruhi oleh informasi fundamental yang terdiri dari ukuran perusahaan, revenues, struktur modal, dan kebijakan dividen adalah sebesar 57%, sedangkan selebihnya sebesar 43% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian ini. Variabel ini dapat berasal dari informasi fundamental perusahaan, fundamental industri dan fundamental ekonomi. Hal ini sesuai dengan kerangka analisis fundamental yang dikemukakan oleh Husnan (2001:318) bahwa pada dasarnya nilai instrinsik saham dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari fundamental perusahaan, fundamental industri dan fundamental ekonomi. Sementara itu, keeratan hubungan antara informasi fundamental terhadap nilai instrinsik saham menunjukkan hubungan yang sedang sebagaimana ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasinya (R) sebesar 75,50%. Selanjutnya untuk menguji signifikansi koefisien regresi secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji T dengan cara membandingkan antara T-hitung dengan T-tabel atau dengan cara melihat nilai P-value (sig. t). Hipotesis nol dari setiap variabel akan ditolak jika T-hitung lebih besar daripada T-tabel atau P-value lebih kecil daripada alpha. Merujuk pada Tabel 3, maka hasil pengujian hipotesis secara parsial merekomendasikan bukti empiris sebagai berikut: 1. Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia. 2. Revenues berpengaruh secara signifikan terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia. 3. Struktur modal berpengaruh secara signifikan terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia. 4. Kebijakan dividen berpengaruh secara signifikan terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai instrinsik saham dengan
arah koefisien regresi yang positif. Hal ini berarti bahwa ukuran perusahaan turut mempengaruhi kepercayaan investor, semakin besar ukuran perusahaan maka nilai instrinsik saham juga akan semakin tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh harapan investor terhadap prospek perusahaan. Investor berharap bahwa perusahaan berskala besar cenderung lebih mudah mendapatkan dana baik dari sumber internal maupun eksternal, arus kasnya positif, serta memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang dan seharusnya lebih mampu dalam menghasilkan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Mpaata dan Sartono (1997) pada dua kelompok industri, serta Suryaputri dan Astuti (2003) pada dua kelompok industri pula. Pengujian hipotesis berikutnya menghasilkan kesimpulan bahwa revenues berpengaruh secara signifikan terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia namun arah koefisien regresinya negatif. Hasil ini mengindikasikan bahwa perusahaan dengan revenues yang tinggi tidak serta merta diyakini oleh investor mampu menghasilkan laba yang tinggi pula. Hal ini dapat disebabkan antara oleh rendahnya tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber dayanya sehingga biaya relatif tinggi dan berpotensi menurunkan laba. Temuan ini sesuai Mpaata dan Sartono (1997) yang menyimpulkan bahwa revenues mempengaruhi nilai saham dengan arah koefisien yang negatif pada lima industri dan berpengaruh secara positif hanya pada satu industri. Pengujian terhadap struktur modal berhasil membuktikan adanya pengaruh yang signifikan dari variabel ini terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia dengan arah koefisien yang negatif. Hubungan negatif antara struktur modal dengan nilai instrinsik saham menunjukkan bahwa perusahaan dengan rasio hutang yang tinggi relatif kurang diminati oleh investor karena memiliki risiko yang tinggi pula sehingga probabilitas perusahaan untuk membagi dividen juga rendah dengan maksud untuk mengurangi ketergantungan akan pendanaan secara eksternal. Struktur permodalan perusahaan akan membandingkan antara permodalan dari kreditur dan pemegang saham. Struktur permodalan dengan jumlah hutang yang lebih tinggi akan mendorong
59
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISSN 1693-8852
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
pihak manajemen untuk memprioritaskan pelunasan kewajiban terlebih dahulu sebelum membagikan dividen. Dengan demikian investor akan mempelajari kewajiban perusahaan untuk memperkirakan pendapatan dari investasinya berupa deviden di masa yang akan datang. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Hansen & Crutchley (1990) bahwa struktur modal berhubungan negatif dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini juga memberikan kesimpulan yang serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mpata & Sartono (1997) pada lima industri yang diteliti, serta Suryaputri & Astuti (2003) pada satu industri. Selanjutnya, kebijakan dividen juga berpengaruh secara signifikan terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia dengan arah koefisien regresi yang positif. Dalam hal ini investor meyakini bahwa jumlah dividen yang relatif tinggi dibagikan kepada para pemegang saham merupakan salah satu wujud keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka dan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Hal ini juga sejalan dengan pendapat dan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Miller dan Rock (1985), Whitbeck-Kissor (1993) dalam Husnan (2001), Mpaata dan Sartono (1997) pada empat kelompok industri, serta Suryaputri dan Astuti (2003) pada dua kelompok industri.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran kepada berbagai pihak sebagai berikut : 1. Keputusan investor dalam berinvestasi hendaknya mempertimbangkan informasfundamental perusahaan yang telah dikemukakan dalam penelitian ini. Di samping itu, investor juga perlu mempertimbangkan informasi lainnya yang tidak terdapat pada penelitian ini baik yang berasal dari fundamental perusahaan, industri maupun perekonomian. 2. Bagi emiten, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dalam mengelola perusahaan terutama yang berkaitan dengan informasi fundamental perusahaan, mengingat faktor ini bersifat controlable. Pengelolaan terhadap hal ini yang dilakukan secara optimal diharapkan dapat mempengaruhi image investor terhadap perusahaan. 3. Bagi peneliti berikutnya yang tertarik untuk meneliti nilai instrinsik saham memiliki peluang untuk menambah jumlah variabel bebas lainnya yang secara konseptual diperkirakan mempengaruhinya sehingga dapat meningkatkan kemampuan model dalam menjelaskan variasi dari nilai instrinsik saham.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Informasi fundamental yang terdiri dari ukuran perusahaan, revenues, struktur modal, dan kebijakan dividen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia. 2. Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia dengan arah hubungan yang searah. 3. Revenues berpengaruh secara signifikan terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia dengan arah hubungan yang berlawanan. 4. Struktur modal berpengaruh secara signifikan terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia dengan arah hubungan yang berlawanan. 5. Kebijakan dividen berpengaruh secara signifikan terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia dengan arah hubungan yang searah. Saran
Amaliah, Lies (2003), “Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental terhadap Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Jakarta”, Tesis Magister Manajemen Unpad. Asri S.W., Marwan dan Anton N. Heveadi (1999), “Price Earning Ratio (PER) Model Consistency: Evidence From Jakarta Stock Exchange”, Gajah Mada International Journal of Business, Vol.1 No.2, p.85-97. Badrinanth, S. and Omesh Kini (1994), “The Relationship Between Securities Yields, Firm Size, Earning Price Ratio and Tobin’s Q”, Journal of Business Finance and Accounting, p.109-131. Bodie, Zvi, Alex Kane, Alan J. Markus (2004), “Essential of Investment” Mc.Grawhill/Irwin, New York. Constand, Richard L., L.P. Freitas, and M.J. Sulivan (1991), “Factors Affecting Price Earnings Ratios and Market Values of
60
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISSN 1693-8852
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
Japanese Firms”, Journal of Financial Management, p. 68-78.
Mayo, Herbert B. (2004), “Financial Institution, Investment and Mangement : An Introduction”, 8th Edition, Thomson South-Western, Ohio.
Cook, T. and M.S. Rozeff (1984), “Size and Earning Price Ratio Anomalie : One of Effect or Two?”, Journal of Finance Quantitative Analysis, p.449-466.
Miller, M. and Rock, K. (1985), “Deviden Policy Growth and Asymetric Information”, Journal of Finance, p. 1031-1051.
Daniati, Nina dan Suhairi. 2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan terhadap Expected Return Saham (Survey pada Industri Textile dan Automotive yang terdaftar di BEJ) . Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, hlm. 1-20.
Reinganum, M. (1981), “Mis-specification of Capital Assets Pricing : Empirical Anomalies Based on Earning Yields and Market Values”, Journal of Finacial Economics, p.19-41.
Elton, Edwin J., Marthin J. Gruber, Stephen J. Brown, and William N.Goetman (2003), “Modern Portfolio Theory and Investment Analysis”, Sixth Edition, John Willey & Sons, Inc., New Jersey.
Ross, Stephen A., Radolph W. Westerfield and Bradford D. Jordan (2002), “Fundamental of Corporate Finance”, Fifth Edition, Mc Graw-hill Higher Education, New York. Sawir, Agnes, (2003), “Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Haugen A., Robert (1993),”Modern Investment Theory”, Prentice-Hall Inc., New York. Husnan,
Suad, (2001), “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi Ketiga, UPP AMP YKPN, Yokyakarta.
Sartono, Agus, (2001), “Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi”, Edisi Keempat, BPFE-UGM, Yokyakarta.
Indonesia Stock Exchange (2011), “Indonesian Capital Market Direcory”, Jakarta.
Suharli,
Jogiyanto H.M. (2000), “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi Kedua, BPFEUGM, Yokyakarta. Jones, Charles P. (2004), “ Investment : Analysis and Management”, Fifth Edition, John Wiley & Sons, Inc. New York.
Michell dan Megawati Oktorina (2005),”Memprediksi Tingkat Pengembalian Investasi pada Equity Securities Melalui Rasio Profitabilitas, Likuiditas, dan Hutang pada Perusahaan Publik di Jakarta”, Seminar Nasional Akuntansi VIII, Solo.
Suryaputri, Rossje V. dan C.D. Astuti (2003), “Pengaruh Faktor Leverage, Devidend Payout, Size, Earning Growth And Coutry Risk terhadap Price Earning Ratio”, Jurnal Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol.3, hlm. 1-23.
Keown, A.J., Pinkerton J.M. dan Chen S.N. (1987), “Portfolio Selection Based Upon P/E Ratio : Diversification, Risk Decomposition and Implication”, Jounal of Bussiness Finance and Accounting, p.187-198.
Supardi (2005),”Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis”, UII Press, Yogyakarta.
Mpaata, Kaziba A. dan Agus Sartono (1997) , “Factor Determining Price-Earning (P/E) Ratio”, Jurnal Kelola No.15/VI, hlm. 133150.
Tandelilin, Eduardus, (2001), “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”, Edisi Pertama, BPFE-UGM, Yokyakarta.
61