Jurnal Aquarine Vol. 1, No. 2, September Tahun 2010
ISSN : 2085-9449
SUMBERDAYA TERIPANG DI PERAIRAN DESA MELAHING BONTANG KUALA KALIMANTAN TIMUR IRWAN RAMADHAN RITONGA Staf Pengajar Jurusan MSP FPIK UNMUL Alamat : Jl. Gunung Tabur Kampus Gn. Kelua Samarinda Telp. (0541-749482) ABSTRACT Sumber daya teripang di perairan Melahing Kota Bontang Propinsi Kalimantan Timur. Observasi terhadap keanekaragaman teripang telah dilakukan di perairan Melahing. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengumpulkan teripang di empat stasiun. Pengambilan dan pengamatan sampel dilakukan dengan metode mikro-habitat. Analisis struktur komunitas berdasarkan analisis keanekaragaman, indeks kemerataan dan indeks dominasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa di empat stasiun, terdapat beberapa spesies seperti teripang Holothuria leucospilota, H. edulis, Bohadchia argus, Stichopus Actnopyga mauritiana dan cloronotus. indeks keanekaragaman tingkat teripang di desa perairan Melahing rendah, distribusi individu masing-masing dari setiap spesies dan stabilitas dari masyarakat juga rendah. Tingkat indekskeanekaragamannya di perairan desa Melahing adalah rendah, penyebarannya individu tiap individu tiap spesies rendah dan kestabilan komunitas juga rendah. Kemudian indeks kemerataannya tiap jenis cenderung sama, serta indekskekayaan jenis spesiesnya cenderung dominan Kata Kunci : Teripang, Perairan Melahing, Bontang Kuala. PENDAHULUAN Teripang (Holothuroidea) merupakan kelompok hewan laut satu – satunya dari filum Echinodermata yang secara luas dimanfaatkan dan diperdagangkan (Romimuhtarto dan juwana, 2007). Kebutuhan akan produk ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dengan produksi sampai saat ini tergantung dari penangkapan di alam oleh para nelayan. Perairan Desa Melahing yang mempunyai lahan perairan yang cukup luas diduga dihuni oleh sejumlah jenis teripang yang dapat dieksploitasi untuk kebutuhan makanan rakyat maupun untuk komoditas ekspor yakni dari genus Holothuroidea, Stichopodidae, Thelenota, Actinopyga. Hal ini disebabkan teripang tersebut mempunyai harga yang cukup baik berkisar antara Rp 180.000,sampai Rp 660.000,- per kg/berat kering bergantung jenis, ukuran dan kualitas pengolahannya (Yusron, 2004). Karena harganya yang amat menggiurkan itu, banyak pihak yang mencoba mencari teripang dimana pun berada dengan cara eksploitasi tanpa melihat jenis dan ukurannya. Hal ini mengakibatkan berkurangnya stok alami yang ada di perairan desa tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas perlu adanya upaya pelestarian demi keberlangsungan spesies teripang, sehingga proses ekploitasi teripang ini di hindari. Oleh karena itu perlu adanya penelitian yang berkaitan dengan kelimpahan, kepadatan dan frekuensi kehadiran teripang di perairan Melahing.
Irwan Ramadhan Ritonga
Jurnal Aquarine Vol. 1, No. 2, September Tahun 2010
ISSN : 2085-9449
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan Melahing(Gambar 1).
pada
4
stasiun
yang
meliputi
di
wilayah
pesisir
desa
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010. Pengambilan contoh dan pengamatan mikrohabitat teripang dilakukan dengan metode transek dengan ukuran (10 x 100 m) pada kedalaman 1 – 5 m saat air menjelang surut pada siang hari, dengan ukuran 4 stasiun yang berbeda. Teripang yang terliput dalam kawasan tiap – tiap stasiun di ambil dan di hitung jumlah individunya.. Nama jenis teripang diidentifikasi menurut buku petunjuk Rowe & Doty (1977) serta Clark & Rowe (1971). Analisis data dilakukan dengan perhitungan frekuensi kehadiran dan kepadatan dengan berdasar cara yang diuraikan oleh Krebs (1989) dan Odum (1993). Diskripsi lokasi penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan diketahui bahwa pada stasiun I ( N : 00 0 0 10’ 40’’ E : 117 00 33’ 15’’) mempunyai substrat perpaduan terumbu karang dan pasir halus dengan ditumbuhi oleh jenis lamun diantaranya jenis . Stasiun II ( N : 00 0 0 12’ 32’’ E : 00 117 32’ 19’’)ini terdapat banyak terumbu karang yang sudah hancur akibat aktivitas pengeboman ikan oleh para nelayan luar desa Melahing. Stasiun III ( N : 00 00 11’ 35’’ E : 117 0 0 37’ 12’’) ini adalah stasiun yang berdekatan dengan pulau kedindingan. Stasiun IV ( N : 00 00 13’ 9’’ E : 117 0 0 35’ 37’’) ini merupakan stasiun yang berdekatan dengan stasiun III yang mempunyai substrat berpasir dengan di tumbuhi terumbu karang, walaupun ada beberapa wilayah yang hancur akibat dari aktivitas pengeboman ikan oleh para nelayan luar desa Melahing. Dahuri et all (2008) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mengakibatkan kerusakan terumbu karang adalah penangkapan ikan yang merusak seperti penggunaan alat peledak, racun, dan alat tangkap nonselektif, seperti trawl dan muroami.
Irwan Ramadhan Ritonga
Jurnal Aquarine Vol. 1, No. 2, September Tahun 2010
ISSN : 2085-9449
HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian di Perairan Desa Melahing, maka didapatkan data sumberdaya teripang sebagai berikut (tabel 1) : Tabel 1. Komposisi Jenis, Frekuensi kehadiran, dan kepadatan teripang di Desa Melahing. Table 1. Species composition, frequency of occurence and density cucumber in Melahing Village No Spesies Stasiun 1 2 3 1 43 Holouthuria whitmae 2 6 15 Holothuria leucospilota 3 4 Actinopyga mauritiana 4 1 Stichopus chloronotus 5 7 10 Bohadschia argus 6 20 Holothruia edulis Total Spesies 2 3 3 2 Kepadatan Individu (ind/km ) 50 11 45 Indeks Keanekaragaman (H) 0.23 0.13 0.11 Indeks Keseragaman (E) 0.76 0.44 0.36 Indeks Dominansi (C) 0.76 0.44 0.36
perairan of sea 4 6 2 2 8 0.19 0.63 0.63
Secara kuantitatif data hasil penelitian disajikan pada tabel 1. Hasil analisis kuantitatif diperoleh suatu gambaran bahwa nilai indeks keanekaragaman tertinggi di temukan di stasiun satu (H = 0,23). Indeks Shannon Stirn (1981) menjelaskan bahwa bila H’ < 1, maka komunitas biota dinyatakan tidak stabil. Kemudian nilai indeks keseragaman teringgi juga berada di stasiun I (satu) dengan nilai (E = 0,76). Lind (1979) mengemukakan bahwa jika nilai indeks keseragaman spesies ini mendekati 1, maka keseragaman antar spesies dapat dikatakan relative merata atau dengan jata lain dapat dikatakan misalnya jumlah individu pada masing – masing spesies relative sama, perbedaannya tidak mencolok. Akan tetapi kejadian ini hanya terdapat di stasiun I (satu ) saja. indeks dominansi tertinggi juga berada di stasiun satu juga (C = 0,76). Krebs (1989) mengemukakan bahwa bila C mendekati 1 (satu), berarti di dalam struktur komunitas biota yang sedang diamati dijumpai spesies yang mendominasi spesies lainnya. Hal ini mencerminkan struktur komunitas dalam keadaan labil, terjadi tekanan ekologis (stress). Dengan demikian bisa ketahui bahwa tingkat keanekaragaman dari teripang yang ada di Desa Melahing tidak stabil. Kemudian penyebarannya individu tiap individu tiap spesies teripang tersebut tidak merata dari tiap – tiap stasiun. Kemudian indeks kemerataannya tiap jenis cenderung sama, serta indekskekayaan jenis spesiesnya cenderung dominan. Adapun indekskeanekaragaman, indeks kemerataan, serta indekskekayaan jenis tinggi di daerah stasiun II ini di karenakan bahwa komunitas di daerah ini terumbu karangnya masih bagus, ini ditandai dengan adanya beberapa spesies ikan seperti anemon laut, baronang, maupun teripang di sekitar terumbu karang. Disamping itu wilayah terumbu karang yang ada di stasiun ini banyak di tumbuhi beberapa jenis lamun (Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halodule pinifolia, Halodule
Irwan Ramadhan Ritonga
Jurnal Aquarine Vol. 1, No. 2, September Tahun 2010
ISSN : 2085-9449
uninervis, Halophila ovalis, Halophila minor, Syringgodium isoetifolium, Thalassia hemprichii dan Thalassodendron) serta substrat pasir yang masih mendukung kehidupan organisme laut lainnya. Heryanto (1984) mengemukakan bahwa di daerah karang dan rumput laut cukup banyak ditemukan teripang. Banyaknya di mikrohabitat tersebut oleh karena kebutuhan akan perlindungan dari sinar matahari. Sedangkan nilai indekskeanekaragaman (H = 0,11), nilai indeks keseragaman (E = 0,36), dan indeks dominansi (C = 0,36) terendah berada di stasiun tiga. Hal ini di karenakan bahwa di stasiun tiga ini mikrohabitatnya terumbu karang yang sudah mulai rusak akibat aktifitas nelayan yang mengeksploitasi terumbu karang tersebut, serta banyaknya dijumpai bulu babi dari jenis Tripneustes gratilla. Sedangkan penelitian Yusron (2006) di perairan Teluk Saleh Sumbawa, Nusa Tenggara Barat masing – masing mempunyai nilai indekskeanekaragaman (H = 1,23), indeks keseragaman (E = 0,96), indeks dominansi (C = 22,96). Sedangkan sebelumnya Yusron (2003) diperairan daerah terumbu karang di Pulau – pulau Muna, Sulawesi Tenggara mempunyai indekskeanekaragaman (H = 1,189), indeks keseragaman (E = 0,911), dan indeks dominansi (C = 2,674). Jadi dapat dibandingkan bahwa sumberdaya teripang yang ada di wilayah Desa Melahing Bontang ini berdasarkan nilai Indeks Keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi lebih miskin dibandingkan dengan sumberdaya teripang di perairan Teluk Saleh Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dan diperairan daerah terumbu karang di Pulau – pulau Muna, Sulawesi Tenggara yang di lakukan oleh Yusron (2003 dan 2006). Tabel 2. Penyebaran teripang berdasarkan mikrohabitat di 2 lokasi di Perairan Desa Melahing. Table 2. Spread of sea cucumber based micro-habitat on two location in Melahing Village No Jenis Pasir Lamun Karang 1 Holouthuria whitmae √ √ 2 Holothuria leucospilota 3 Actinopyga mauritiana √ 4 Stichopus chloronotus √ 5 Bohadschia argus √ 6 Holothruia edulis Keterangan :(-) : tidak terdapat pada mikrohabitat (√) : terdapat pada mikrohabitat
√ √
√ √ √ √ √
Dari tabel 2 di atas terlihat umumnya teripang yang ada di perairan Desa Melahing menyukai microhabitat karang, namun 4 jenis diantaranya menempati pasir, dan 4 jenis lainnya menempati mikrohabitat lamun. Gustato & Villani dalam Heryanto (1984) mengemukakan bahwa di daerah karang dan rumput laut cukup banyak ditemukan teripang. Dan juga Nontji (2005) menambahkan bahwa teripang banyak terdapat di paparan terumbu karang kemudian juga di pantai berbatu atau yang berlumpur.
Irwan Ramadhan Ritonga
Jurnal Aquarine Vol. 1, No. 2, September Tahun 2010
ISSN : 2085-9449
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Dari hasil penelitian yang didapatkan dari ke empat stasiun perairan Desa Melahing Bontang Kuala diketahui bahwa teripang yang mendominasi adalah di stasiun satu dengan indekskeanekaragaman (H = 0,23), nilai indeks keseragaman (E = 0,76), dan indekskekayaan jenis (C = 0,76) dari genus Holothuroidea leucospilota. Sedangkan jumlah teripang yang paling sedikit adalah dari dari Stichopus cloronopus. Kemudian indekskeanekaragaman (H = 0,11), nilai indeks kemerataan (E = 0,36) , serta indeks dominansi (C = 0,36) terdapat di stasiun tiga. 2. Tingkat indekskeanekaragamannya di perairan desa Melahing adalah rendah, penyebarannya individu tiap individu tiap spesies rendah dan kestabilan komunitas rendah. Kemudian indeks kemerataannya tiap jenis cenderung sama, serta indekskekayaan jenis spesiesnya cenderung dominan. 3. Dibandingkan dengan jenis teripang di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat serta diperairan terumbu karang di Pulau – pulau Muna. Sulawesi Tenggara maka kekayaan jenis teripang yang ada di perairan Desa Melahing relatif rendah pada keanekaragaman serta indeks kemerataan. 4. Disarankan untuk penelitian selanjutnya dalam meneliti sumberdaya teripang di perairan Desa Melahing ini dilakukan pada malam hari, karena sangat di mungkinkan bahwa teripang bersifat nocturnal, dan akan didapatkan hasil yang lebih baik DAFTAR PUSTAKA Dahuri, R, Rais J, Ginting S P, Sitepu M J. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Cet 4. PT Pradnya Paramita. Jakarta.328 hlm. Heryanto. (1984) Suatu studi tentang kepadatan dan penyebaran berbagai jenis teripang Echinodermata Holothuroidea di pesisir gugus Pulau Pari Teluk Jakarta [skripsi].Bogor. Fakultas Perikanan, IPB. Krebs, T. 1989. Ecology ; The Experimental Analysis of Distribution and Abudance. Harper and Row Publication. Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Ed. Rev.cet 4. Djambatan. Jakarta. Odum, E. P. (1993) Dasar – dasar Ekology. Tj. Samigan. [Penerjemah]; Srigandono [Editor]. Terjemahan dari : Fundamental of Ekology. Gajah Mada Press, Yogyakarta. Romimuhtarto, K dan Juwana, S. 2007. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Ed.rev, cet ke-3. Penerbit Djambatan. Jakarta. 540 hlm. Rowe, F.W.E, Clark, A.M (1971) Monograph of Shallow-water Indo-West Pasifik Echinoderms, Trustess of the British Museum, London. Rowe, F.W.E; Doty, J.E (1977) Micronesica, London, p 217
Irwan Ramadhan Ritonga
Jurnal Aquarine Vol. 1, No. 2, September Tahun 2010
ISSN : 2085-9449
Sloan, N.A, Keegan,B.F, Connor,B.D.S (eds) (1985) Echonoderm Fisheries of the world : a review , A. Balkema, Rotterdam. Yusron, E. (2003) Pesisir dan Pantai Indonesia VIII, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanolgi – LIPI. Jakarta. p. 129. Yusron, E (2004) Sumberdaya teripang di perairan Tanjung Pai Padaido Biak Numfor Papua. Journal Makara, Sains, Vol.8, No.3, Desember 2004: 123 – 127. Yusron, E (2006) Echinodermata di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat. Jurnal Oceanology dan limnology di Indonesia, No.40 : 43 – 52.
Irwan Ramadhan Ritonga