1
Jl. Pandanaran 79 Semarang Telp. 024- 8415269 – 8318070 fax. 024- 8318771 www.dinkes-kotasemarang.go.id
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
i
KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, penyusunan Buku “ Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012 “ ini telah dapat kami selesaikan sebagai rangkaian dari penyajian data / informasi kegiatan yang telah dilaksanakan mulai tahun 2012. Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu media yang dapat berperan dalam pemantauan dan evaluasi pencapaian hasil pembangunan kesehatan dan hasil kinerja penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang juga merupakan penyajian yang relative komprehensif terdiri dari data derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumberdaya kesehatan dan data umum serta lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan. Dengan demikian kebutuhan terhadap data yang berkualitas menjadi sangat krusial. Data yang digunakan dalam proses penyusunan Buku Profil Kesehatan ini bersumber dari berbagai unit kerja baik di dalam maupun di luar sektor kesehatan. Agar data yang diperoleh relevan dan akurat, maka terhadap data yang berasal dari unit pelaksana teknis (Puskesmas, Instalasi Farmasi) maupun dari Rumah Sakit yang bersumber dari Sistem Pelaporan Rumah Sakit, telah dilakukan uji silang data dengan para pemegang program melalui mekanisme pemutakhiran data di tingkat Kota dan tingkat Provinsi termasuk melibatkan pula lintas sektoral yaitu Badan Pusat Statistik, Bapermas & KB, Polrestabes Semarang, dan lain-lain. Dengan konsistensi penyusunan profil kesehatan yang dilaksanakan setiap tahun, maka berbagai perkembangan indikator yang digunakan dalam pembangunan kesehatan baik indikator masukan, proses maupun indikator keluaran, manfaat dan indikator dampak dapat diikuti secara cermat. Fakta ini merupakan bahan yang sangat berguna untuk melakukan analisa kecenderungan dalam konteks penentu strategi dan kebijakan kesehatan di masa yang akan datang. Profil Kesehatan Kota Semarang ini disajikan dalam bentuk cetakan, dan softcopy serta juga dapat diunduh di website www.dinkes-kotasemarang.go.id sehingga memudahkan para pengguna (masyarakat) untuk mendapatkan publikasi ini. Untuk meningkatkan mutu Profil Kesehatan Kota Semarang berikutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kota Semarang, kami mengucapkan terima kasih. Semarang,
Juni 2013
Kepala Dinas Kesehatan Ttd
dr. Widoyono, M.PH NIP. 19630809 198801 1 001
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFAR LAMPIRAN TABELDAFTAR TABEL
i ii iiiv
BAB
I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Dasar C. Visi dan Misi D. Tujuan E. Sistematika Penulisan
1 1 1 3 6 7
BAB
II
GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK A. Keadaan Geografis B. Kependudukan C. Sarana dan Prasarana Kesehatan D. Keadaan Kesehatan Lingkungan E. Keadaan Perilaku Masyarakat
8 8 8 13 14 18
BAB
III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Mortalitas / Kematian B. Status Gizi Bayi & Balita C. Morbiditas
20 20 24 25
BAB
IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan Dasar B. Pelayanan Kesehatan Rujukan C. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat D. Perbaikan Gizi Masyarakat E. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut F. Pelayanan Kesehatan Pekerja G. Pelayanan Kesehatan Khusus
74 74 81 84 86 88 88 89
BAB
V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan B. Tenaga Kesehatan C. Perbekalan Kesehatan D. Pembiayaan Kesehatan
90 90 91 93 94
BAB
VI
KESIMPULAN
96
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
iii DAFTAR LAMPIRAN TABEL Tabel 1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Nama Tabel Luas wilayah, jumlah kelurahan, jumlah & kepadatan penduduk, jumlah rumah tangga Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, umur, dan rasio beban tanggungan Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, dan kelompok umur Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Jumlah kematian bayi & balita menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur, kecamatan dan puskesmas Jumlah kasus AFP dan AFP Rate menurut kecamatan dan puskesmas Jumlah kasus baru TB Paru dan kematian akibat TB menurut jenis kelamin, kecamatan Jumlah kasus dan angka penemuan TB Paru BTA + menurut jenis kelamin, kecamatan Jumlah kasus dan kesembuhan TB Paru BTA + menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Penemuan kasus pneumonia balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Jumlah kasus baru HIV, AIDS dan IMS lain menurut jenis kelamin, kecamatan & Puskemas Persentase donor darah diskrining terhadap HIV/AIDS Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Jumlah kasus dan angka prevalensi kusta menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Persentase penderita kusta selesai berobat menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) : difteri, pertusis, tetanus Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) : campak, polio, hepatitis B Jumlah kasus DBD menurut jenis kelamin, kecamatan & puskemas Kesakitan dan kematian malaria menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Penderita filariasis ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) menurut jenis kelamin, kecamatan & puskemas Status gizi balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga kesehatan, pelayanan ibu nifas Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil menurut kecamatan & puskesmas Jumlah ibu hamil yang dapat tablet Fe 1 dan Fe 3 menurut kecamatan & puskemas Jumlah & persentase ibu hamil dan neonatal resiko tinggi/komplikasi ditangani Cakupan pemberian vitamin A pada bayi, anak balita dan ibu nifas menurut kecamatan Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi, per kecamatan & puskesmas Proporsi peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi per kecamatan & puskesmas Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut kecamatan & puskesmas Cakupan kunjungan neonatus (KN) menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Cakupan kunjungan bayi menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Cakupan desa/kelurahan UCI menurut kecamatan & puskesmas Cakupan imunisasi DPT, HB, dan campak pada bayi menurut kecamatan & puskesmas Cakupan imunisasi BCG, Polio pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Jumlah bayi yang diberi ASI Ekslusif menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Pemberian makanan pendamping (MP) ASI anak usia 6-23 bulan keluarga miskin
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
iv 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 57a 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82
Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat level 1 Jumlah penderita & kematian pada KLB menurut jenis KLB Desa/kelurahan terkena KLB yang ditangani <24 jam menurut kecamatan & puskesmas Pelayanan kesehatan gigi mulut menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Pelayanan kesehatan gigi mulut pada anak SD/setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan Jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Cakupan pelayanan rawat jalan masyarakat miskin menurut strata sarana kesehatan Cakupan pelayanan rawat inap masyarakat miskin menurut strata sarana kesehatan Jumlah Kunjungan Pelayanan kesehatan masyarakat miskin menurut jenis & rumah sakit Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap & kunjungan gangguan jiwa di sarana kesehatan Jumlah Tempat Tidur & Angka kematian pasien di rumah sakit Indikator kinerja pelayanan di rumah sakit Persentase rumah tangga ber PHBS menurut kecamatan & puskesmas Persentase rumah sehat menurut kecamatan & puskesmas Persentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes menurut kecamatan & puskesmas Persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih per kecamatan & puskesmas Persentase keluarga menurut sumber air minum yang digunakan per kecamatan & puskesmas Persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar menurut kecamatan & puskesmas Persentase tempat umum & pengelolaan makanan (TUPM) sehat per kecamatan & puskesmas Persentase institusi dibina kesehatan lingkungannya menururt kecamatan & puskesmas Ketersediaan obat menurut jenis obat Jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan Sarana pelayanan kesehatan dengan kemampuan labkes & memiliki 4 spesialis dasar Jumlah posyandu menurut strata, kecamatan & puskesmas Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) menurut kecamatan & puskesmas Jumlah tenaga medis di sarana kesehatan : dokter spesialis, dr. umum, dr. gigi Jumlah tenaga keperawatan & kebidanan di sarana kesehatan Jumlah tenaga kefarmasian & gizi disarana kesehatan Jumlah tenaga kesehatan masyarakat & sanitasi di sarana kesehatan Jumlah tenaga teknisi medis & fisioterapi di sarana kesehatan Anggaran kesehatan Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas & rasio korban luka serta meninggal Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium baik menurut kecamatan & puskesmas Kasus penyakit tidak menular (PTM) di Puskesmas & Rumah Sakit
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
1
BAB I
Hzzuiyhb nt niuujrf r PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesehatan
merupakan
salah
satu
komponen
utama
dalam
Index
Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya SDM yang sehat, cerdas,
terampil
dan
ahli
menuju
keberhasilan
pembangunan
kesehatan.
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu hak dasar masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit menuju paradigma sehat sejalan dengan Visi Indonesia Sehat. Seiring dengan visi tersebut, maka Visi Pembangunan Kesehatan di Kota Semarang adalah “Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang yang Mandiri untuk Hidup Sehat”
B. Dasar Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok yang menjadi landasan untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dasar-dasar berikut ini merupakan landasan dalam penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan kesehatan:
1. Perikemanusiaan Setiap
kegiatan
proyek,
program
kesehatan
harus
berlandaskan
perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pemberdayaan dan Kemandirian Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan saja sebagai obyek namun sekaligus pula subyek kegiatan, proyek, program kesehatan. Segenap komponen bangsa bertangggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya. Setiap kegiatan,
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
2 proyek, program kesehatan harus mampu membangkitkan peran serta individu, keluarga dan masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap individu, keluarga dan masyarakat dapat menolong dirinya sendiri. Dengan dasar ini, setiap individu, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan, proyek, program kesehatan difasilitasi agar mampu mengambil keputusan yang tepat ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Warga masyarakat harus mau bahu membahu menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan agar dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang sesuai kebutuhan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Di lain pihak, fasilitas pelayanan kesehatan yang ada perlu terus diberdayakan agar mampu memberikan pertolongan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, sesuai dengan norma sosial budaya setempat serta tepat waktu.
3. Adil dan Merata Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sehingga dapat mencapai
derajat
kesehatan
yang
setinggi-tingginya.
Kesempatan
untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan tepat waktu, tidak boleh memandang perbedaan ras, golongan, agama, dan status sosial individu, keluarga dan masyarakat. Pembangunan
kesehatan
yang
cenderung
urban-based
harus
terus
diimbangi dengan upaya-upaya kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar gedung maupun yang bersifat satelit pelayanan. Dengan demikian pembangunan kesehatan dapat menjangkau kantong-kantong penduduk beresiko tinggi yang merupakan penyumbang terbesar kejadian sakit dan kematian. Kelompok-kelompok penduduk inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan karena selain lebih rentan terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka jauh lebih sedikit. 4. Pengutamaan dan Manfaat Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kedokteran dan atau kesehatan dalam kegiatan, proyek, program kesehatan harus mengutamakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan deajat kesehatan masyarakat. Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan standar profesi dan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
3 peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh kebutuhan dan kondisi spesifik daerah. C. Visi dan Misi 1. Visi Dalam mewujudkan gambaran masyarakat Kota Semarang di masa depan maka Dinas Kesehatan Kota memiliki Visi “Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang yang Mandiri untuk Hidup Sehat” Visi
tersebut
mengandung
filosofi
pokok
yang
akan
dilaksanakan
perwujudannya, yaitu kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit hasil yang akan dapat dicapai. Perilaku masyarakat kota Semarang yang mandiri untuk hidup sehat diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Disamping itu semua lapisan masyarakat di Kota Semarang juga mempunyai akses dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu. 2. Misi Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi kesehatan di seluruh wilayah Kota Semarang, yang bertanggung jawab secara teknisterhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan Kota Semarang. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi yang diemban oleh seluruh
jajaran
petugas
kesehatan
di
masing-masing
jenjang
administarsi
pemerintahan, yaitu : 1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, 2. Memberdayakan masyarakat untuk memiliki kemauan dan kemampuan hidup sehat 3. Tujuan a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan yang efektif dan efisien. (Misi 1) b. Meningkatkan kesiapan dan ketersediaan sumberdaya kesehatan dalam mendukung proses pelayanan kesehatan. (Misi 1)
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
4 c. Mengembangkan kebijakan dan manajemen yang efektif dan efisien dalam pengelolaan pelayanan dan sumber daya kesehatan. (Misi 1) d. Meningkatkan pelayanan kefarmasian serta penyediaan obat perbekalan kesehatan yang memenuhi persyaratan mutu. (Misi 1) e. Meningkatkan perilaku dan peran aktif individu, keluarga dan masyarakat untuk memlihara dan melindungi kesehatan dan lingkungannya sendiri. (Misi 2) 4. Sasaran a. Menurunnya angka kesakitan, kematian dan mencegah kecacatan akibat penyakit.. b. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjangnya. c. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan keluarga. d. Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat serta kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan gizi. e. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan. f. Meningkatnya ketersediaan, kemampuan dan ketrampilan sumberdaya manusia kesehatan sehingga mampu menyelenggarakan upaya kesehatan yang optimal. g. Meningkatnya kualitas pengelolaan administrasi keuangan, ketatalaksanaan tugas umum dan rumah tangga. h. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana pelayanan kesehatan i. Meningkatnya fungsi perencanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian pelaksanaan kegiatan serta tersedianya berbagai kebijakan kesehatan guna menjamin tercapainya kinerja secara efektif dan efisien. j. Mengembangkan
system
informasi
kesehatan
yang
komprehensif,
berhasilguna dan berdaya guna k. Meningkatkan ketersediaan dan mutu pengelolaan obat pelayanan kesehatan l. Meningkatnya kualitas makanan minuman produksi industri tumah tangga yang memnuhi syarat kesehatan m. Meningkatnya perilaku hidup bersih sehat dan berkembangnya upaya kesehatan bersumberdata masyarakat.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
5
5. Strategi Kebijakan Program yang telah disusun dan ditetapkan sebagai strategi kebijakan Dinas Kesehatan Kota Semarang terdiri dari 12 (dua belas ) alternative startegi yang ditetapkan, antara lain 1. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dasar 2. Memanfaatkan secara optimal jejaring kerja yang ada 3. Menggerakkan sumber daya kesehatan secara efektif dengan melibatkan peran aktif masyarakat 4. Meningkatkan advokasi pembiayaan kesehatan pada pemegang kebijakan 5. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan program 6. Meningkatkan pengelolaan data dan informasi kesehatan berbasis teknologi informasi 7. Mengintensifkan promosi kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi khususnya pada kelompok beresiko 8. Mengalokasikan sumber daya kesehatan yang ada pada kegiatan bersasarn masyarakat miskin dan renta 9. Meningkatkan cakupan pemanfaatan pelayanan kesehatan 10. Mengembangkan dan memantapkan program jaminan mutu pada semua pelayanan 11. Meningkatkan kualitas manajemen kesehatan menuju pelayanan kesehatan yang akuntable, transparan dan berkinerja tinggi. 12. Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan sesuai kompetensinya.
Dalam rangka memberikan gambaran situasi kesehatan di Kota Semarang Tahun 2012 perlu diterbitkan Buku Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012. Media Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu sarana untuk menilai pencapaian kinerja pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan Kota Semarang Sehat 2013. Profil Kesehatan menyajikan berbagai data dan informasi diantaranya meliputi data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program – program kesehatan, masalah kesehatan dan lain-lain. Tersusunnya Buku Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012 didukung oleh pengelola data dan informasi Dinas
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
6 Kesehatan Kota Semarang, Puskesmas, Instalasi Farmasi, berbagai sarana pelayanan kesehatan, juga lintas sektor terkait (Badan Pusat Statistik, ASKES, JAMSOSTEK, Bapermas & KB, POLRESTABES Semarang, dll).
D. Tujuan 1. Umum Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012 adalah tersedianya data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan dalam
rangka
meningkatkan
kemampuan
manajemen
kesehatan
secara
berhasilguna dan berdayaguna sebagai upaya menuju Kota Semarang yang Sehat. 2. Khusus Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah : a. Diperolehnya Data / informasi umum dan lingkungan yang meliputi lingkungan fisik dan biologi, perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, data kependudukan dan sosial ekonomi; b. Diperolehnya Data / informasi tentang status kesehatan masyarakat yang meliputi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat; c. Diperolehnya Data / informasi tentang upaya kesehatan, yang meliputi cakupan kegiatan dan sumber daya kesehatan. d. Diperolehnya Data / informasi untuk bahan penyusunan perencanaan kegiatan program kesehatan; e. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program – program kesehatan; f. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun Unit-Unit Kesehatan lainnya; g. Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
7
E. Sistematika Penulisan Untuk lebih menggambarkan situasi derajat kesehatan, peningkatan upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan di Kota Semarang pada Tahun 2012, maka diterbitkanlah Buku Profil Kesehatan Kota Semarang yang disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB
I
PENDAHULUAN
BAB
II
GAMBARAN
UMUM
&
PERILAKU
PENDUDUK
SEMARANG BAB
III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH
BAB
IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
BAB
V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
BAB
VI
KESIMPULAN
LAMPIRAN
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
KOTA
8
BAB II
GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK BAB II KOTA SEMARANG
A. Keadaan Geografis 1. Letak Kota Semarang terletak antara garis 6º50’ - 7º10’ Lintang Selatan dan garis 109º35’ - 110º50’ Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal, sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan Kabupaten Semarang, dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km. Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas garis pantai. 2. Luas Wilayah Kota Semarang Dengan luas wilayah sebesar 373,67 km2 , dan merupakan 1,15% dari total luas daratan Provinsi terbagi
Jawa dalam
Tengah. 16
Kota
kecamatan
Semarang dan
177
kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada, kecamatan Mijen (57,55 km2 ) dan Kecamatan Gunungpati (54,11 km2 ), dimana sebagian besar wilayahnya berupa persawahan dan perkebunan. Sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah Semarang Selatan (5,93 km2 ) dan kecamatan Semarang Tengah (6,14 km2 ), sebagian besar wilayahnya berupa pusat perekonomian dan bisnis Kota Semarang, seperti bangunan toko/mall,
pasar, perkantoran dan
sebagainya.
B. Kependudukan 1. Pertumbuhan Penduduk, Persebaran dan Kepadatan Penduduk, Komposisi Penduduk, Kelahiran, Kematian dan Perpindahan a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kota Semarang menurut Profil Kependudukan Kota Semarang oleh BPS sampai dengan akhir Desember tahun 2012 sebesar :
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
9 1.628.590 jiwa, terdiri dari 798.467 jiwa penduduk laki-laki dan 830.123 jiwa penduduk perempuan. Dengan jumlah sebesar itu Kota Semarang masih termasuk dalam 5 besar Kabupaten/Kota yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di Jawa Tengah. Tabel 1 : Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2004 - 2011 Tahun
Jumlah Penduduk
T ingkat pertumbuhan Setahun ( % )
2004
1.399.133
1,52
2005
1.419.478
1,45
2006
1.434.132
1,02
2007
1.454.594
1,43
2008
1.481.640
1,86
2009
1.506.924
1,53
2010
1.527.433
1,41
2011
1.544.358
1,11
2012
1.628.590
Sumber data : Kantor BPS Kota Semarang – Semarang Dalam Angka
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk selama 7 tahun terakhir menunjukkan hasil yang bervariasi dengan tren semakin meningkat. b. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang. Secara geografis wilayah Kota Semarang terbagi menjadi dua yaitu daerah
dataran
rendah ( Kota Bawah ) dan daerah perbukitan (Kota Atas). Kota Bawah merupakan
pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan
sedangkan Kota Atas lebih banyak dimanfaatkan
dan
untuk
industri,
perkebunan,
persawahan, dan hutan. Sedangkan ciri masyarakat Kota Semarang terbagi dua yaitu masyarakat dengan karakteristik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan. Sebagai salah satu kota metropolitan, Semarang boleh dikatakan belum terlalu padat. Pada tahun 2012 kepadatan penduduknya sebesar 4.358 jiwa per km2 . Bila dilihat menurut Kecamatan yang mempunyai
kepadatan
paling kecil adalah Kecamatan Ngaliyan sebesar 806 jiwa
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
penduduk
per km2, diikuti
10 dengan Kecamatan Mijen 1.056 jiwa per km2 dan Kecamatan Gunungpati 1.776 jiwa per km2. Ketiga Kecamatan tersebut merupakan daerah pertanian dan perkebunan, sehingga sebagian wilayahnya
masih
banyak
terdapat
areal
persawahan dan perkebunan, Namun sebaliknya untuk Kecamatan-Kecamatan yang terletak di pusat kota, dimana luas wilayahnya tidak terlalu besar tetapi jumlah penduduknya sangat banyak, kepadatan penduduknya sangat tinggi. Yang paling tinggi kepadatan penduduknya
adalah Kecamatan
Gayamsari
12.144 2
Kecamatan Semarang Selatan 11.883 jiwa/km
jiwa/km2,
kemudian
, dan Kecamatan Candisari
11.724 jiwa/km2 . Bila dikaitkan dengan banyaknya keluarga atau rumah tangga, maka dapat dilihat bahwa rata-rata setiap keluarga di Kota Semarang memiliki 4 (empat) anggota keluarga, dan kondisi ini terjadi pada hampir seluruh Kecamatan yang ada . c. Komposisi Penduduk Untuk dapat menggambarkan tentang keadaan penduduk secara khusus dapat dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis kelamin. Dari 1.628.590 penduduk Kota Semarang pada tahun 2012 terdiri dari 798.467 jiwa penduduk laki-laki dan 830.123 penduduk perempuan.. Indikator dari variabel jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan.
Komposisi Penduduk Kota Semarang menurut jenis kelamin 2012 49% 51%
Laki-Laki Sumber data : BPS Kota Semarang
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
Perempuan
11
PIRAMIDA PENDUDUK KOTA SEMARANG TAHUN 2013 LAKI-LAKI
perempuan
70 - 74 60 - 64 50 - 54 40 - 44 30 - 34 20 - 24 10 - 14 0- 4 100000
50000
0
50000
100000
Sumber data : BPS Kota Semarang
d. Kelahiran, Kematian dan Perpindahan Potensi permasalahan jumlah penduduk yang besar dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang dimiliki. Bila jumlah penduduk yang besar sedangkan tingkat pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya menjadi sangat berat. Tingkat pertumbuhan penduduk dibedakan atas tingkat pertumbuhan alamiah dan tingkat pertumbuhan karena migrasi. Tingkat pertumbuhan alamiah secara sederhana dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk yang lahir dan mati. Pada periode waktu tertentu digambarkan dengan Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Rate ( CBR ) dan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate ( CDR ) yang merupakan perbandingan antara jumlah kelahiran dan kematian selama 1 tahun dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Selama periode 5 tahun terakhir perkembangan kelahiran dan kematian penduduk di Kota Semarang terlihat cukup berfluktuasi. Hal ini dilihat bahwa untuk CBR periode 2004 – 2011. Dapat dilihat pada tabel berikut :
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
12
Tabel 2: Perkembangan Kelahiran dan Kematian Penduduk Kota Semarang Periode 2004 – 2012 Tahun
Jml Penduduk
2004
1.399.133
CBR (/1000 pddk) 12,64
CDR (/1000 pddk) 5,27
2005
1.419.478
15,23
6,41
2006
1.434.132
15,46
7,56
2007
1.454.594
16,06
7,04
2008
1.481.640
16,25
6,98
2009
1.506.924
16,60
6,79
2010
1.527.433
2011
1.544.358
2012
1.628.590
Sumber data : BPS Kota Semarang
Umur Harapan Hidup Kota Semarang Tahun 2012 ini sekitar 72,20 tahun sedikit meningkat dari tahun 2011 yaitu 72,18 tahun.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
13 C. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN Tabel Jumlah Sarana dan Prasarana di Kota Semarang A.
SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN 1.
2011
2012
a. Rumah Sakit Swasta
10
10
b. Rumah Sakit Umum Daerah
2
2
c. Rumah Sakit Umum Pusat
1
1
d. Rumah Sakit TNI / POLRI
3
3
e. Rumah Sakit Khusus, terdiri dari :
9
9
Rumah Sakit Umum :
-
RS Jiwa
1
1
-
RS Bedah Plastik
1
1
-
Rumah Sakit Ibu dan Anak ( RSIA )
3
3
-
Rumah Sakit Bersalin ( RSB )
3
3
2.
Rumah Bersalin ( RB ) / BKIA
6
6
3.
Puskesmas , terdiri dari :
37
37
a. Puskesmas Perawatan
13
12
b. Puskesmas Non Perawatan
24
25
4.
Puskesmas Pembantu
35
35
5.
Puskesmas Keliling
37
37
6.
Posyandu yang ada
1.533
1.556
7.
Posyandu Aktif
1.055
1.150
8.
Apotik
403
9.
Laboratorium Kesehatan Swasta
30
10.
Klinik Spesialis / Klinik Utama
14
11.
Optik
95
12.
Klinik 24 Jam
13
9
13.
Toko Obat
20
12
14.
BP Umum
139
72
15.
BP Gigi
24
25
16.
PBDS
23
4
17.
Dokter Umum Praktek Perorangan
1.327
1.512
18.
Dokter Spesialis Praktek
681
691
19.
Dokter gigi swasta
328
358
20.
Bidan praktek swasta
Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan DKK Semarang
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
31
14 D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator -indikator seperti: akses terhadap air bersih dan air minum berkualitas dan akses terhadap sanitasi layak. 1. Sarana Air Bersih dan Akses Air Mimum Berkualitas a. Ketersediaan Air Bersih Air adalah salah satu sumber kehidupan, dan setiap manusia memerlukan air bersih Oleh karena itu air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang c ukup dan memenuhi syarat kesehatan (syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi). Tahun 2012 jumlah KK yang diperiksa sumber air bersihnya adalah 316.001 KK atau 76,2% dari 414.725 KK yang ada. Adapun cakupan prosentase air bersih menurut jenis sarananya adalah sebagai berikut: Grafik Penggunaan Air Bersih Menurut Jenis Sarana 2%
0%
11%
LEDENG SPT SGL
19%
MATA AIR 63%
5%
PAH LAINNYA
Sumber: Seksi PAL Bidang PKPKL Dari data yang ada, suplai air bersih rumah tangga terbesar di Kota Semarang berasal dari Ledeng 63,2%, diikuti oleh sumur Gali 19%. Upaya peningkatan kualitas air bersih akan meningkat apabila diikuti upaya perbaikan sanitasi (sarana pembuangan kotoran manusia, sampah, air limbah ). Selain itu adanya peran serta dan kesadaran sektor swasta penyedia air bersih yang meningkat berkenaan dengan kualitas air bersih.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
15
b. Akses Air Minum Tahun 2012 jumlah keluarga dengan akses air minum yang diperiksa adalah 316.001 KK. Dari jumlah tersebut jumlah KK dengan akses air minum terlindungi sebesar 310.395 KK atau 98,2%. Mata air; 1,9 PAH; 0,1
Kemasan; 0,0 Lain; 11,0
SGL; 19,0 Ledeng; 63,2
SPT; 4,9
Sumber: Seksi PAL Bidang PKPKL
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sumber air minum keluarga yang digunakan paling banyak berasal dari ledeng meteran dengan 203.701 KK (64,5%). Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 65. 2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar a. Rumah Sehat Rumah adalah kebutuhan dasar manusia, dan lingkungan yang sehat dapt berawal dari rumah yang sehat. Rumah tidak hanya sebatas tempat berteduh semata, rumah juga salah satu pembentuk karakter indifidu untuk berperilaku sehat. di Kota Semarang pada tahun 2012, jumlah rumah yang diperiksa adalah 287.341 unit atau (82,1%). Dari jumlah tersebut diperoleh jumlah rumah yang sehat adalah 252.220 unit atau 87,8 %. Jika hasil cakupan ini dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 86,8%, maka terdapat sedikit peningkatan hasil/ Rumah juga merupakan salah satu tempat penularan penyakit, salah satunya adalah penyakit demam berdarah (DBD) yang ditularkan oleh vektor nyamuk. Pada tahun 2012, terdapat 288.995 (82,42%) unit yang diperiksa. Dari hasil pemeriksaan terhadap bangunan bebas jentik diperoleh hasil 243.767 unit atau 84,35% adalah
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
16 bangunan bebas jentik. Jika dibandingkan dengan cakupan tahun 2011 yang tercatat 85.04% bangunan bebas jentik nyamuk, maka masih sangat perlu peningkatan partisipasi masyarakat damam penggerakan kegiatan pemberantasan nyamuk / PSN di rumah dan lingkungannya mengingat Kota Semarang merupakan kota endemis demam berdarah. b. Keluarga dengan Jamban Sehat Jamban Sehat adalah salah satu syarat rumah sehat. Pengelolaan sebuah jamban yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penularan penyakit. Berdasarkan laporan puskesmas, pada tahun 2012 dari 316.001 KK diketahui bahwa 285.090 KK (90,2%) telah memiliki jamban keluarga dan sebanyak 274.288 KK (96,2 %) diantaranya telah memenuhi syarat jamban yang sehat. Faktor yang turut mendukung pencapaian target tersebut yaitu meningkatnya pembangunan dan pengembangan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan. c. Pengolahan Air Limbah Salah satu upaya mendukung terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat adalah pengelolaan air limbah yang sesuai standar dan memenuhi syarat kesehatan. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan kamar mandi, tempat cuci, dapur dan lain-lain bukan dari jamban atau peturasan. SPAL yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut : Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dengan sumber air bersih minimal 10 meter Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk sarang nyamuk (diberi tutup yang cukup rapat) Tidak menimbulkan bau (diberi tutup yang cukup rapat) Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan (tidak bocor sampai meluap) Pada tahun 2012 jumlah pengelolaan air limbah di rumah tangga yang diperiksa adalah 316.001 (76,2%) KK dan yang memiliki sarana tersebut sejumlah 285.013 KK (90,2%) sedangkan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 274.420 KK (96,3 %).
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
17
d. Tempat – Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TTU dan TUPM) Tempat-tempat
umum
merupakan
tempat kegiatan bagi umum yang
disediakan oleh badan – badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap, memiliki fasilitas sanitasi (jamban, tempat pembuangan sampah dan limbah) untuk kebersihan dan kesehatan di lingkungan. Tempat-tempat umum yang sehat berpengaruh cukup besar di masyarakat karena masyarakat menggunakan fasilitas umum tersebut untuk berbagai kepentingan. Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menjadi sarang vektor penyakit yang dapat menimbulkan menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya. Pengawasan sanitasi tempat umum meliputi sarana wisata, sarana ibadah, sarana transportasi, sarana ekonomi dan sosial. Jumlah TTU dan TPM di Kota Semarang tahun 2012 sejumlah 2.652 pengelolaan makanan (TUPM) di Kota Semarang, dari jumlah tersebut TUPM yang diperiksa sebanyak 1.950 unit, dan yang dinyatakan sehat sejumlah 1.762 unit atau 90,36%. TUPM tersebut meliputi hotel, restoran/rumah makan dan pasar. Jumlah hotel : 100 unit, jumlah diperiksa 91 unit, jumlah sehat 91 unit
-
(100%) Jumlah pasar : 59 buah, jumlah diperiksa 52 unit, jumlah sehat 39 unit
-
(75%) Jumlah restoran/rumah makan: 845 unit, jumlah diperiksa 474 unit, jumlah
-
sehat 448 unit (94,51%) Jumlah TUPM lainnya : 1.639 unit, jumlah diperiksa 1.333 unit, jumlah
-
sehat 1.184 unit (88,82%) e. Kesehatan Lingkungan Institusi Upaya pembinaan kesehatan lingkungan pada tahun 2012 ini selain dilakukan pada rumah tangga dan tempat-tempat umum, juga dilaksanakan pada beberapa institusi/sarana seperti: -
sarana kesehatan sejumlah 784 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak 722 tempat atau 82,1 %.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
18 -
Instalasi Pengolahan Air Minum sejumlah 220 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak 164 tempat atau 74,5 %.
-
sarana pendidikan sejumlah 1.439 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak 1.373 tempat atau 95,4 %.
-
sarana ibadah sejumlah 1.644 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak 1.494 tempat atau 90,9 %.
-
perkantoran sejumlah 415 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak 276 tempat atau 66,5 %.
-
Dan sarana lain sejumlah 730 tempat, dan yang telah dibina sebanyak 660 tempat atau 90,4%.
Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel nomer 68.
F. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT 1. Rumah Tangga Ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikan anggota rumah tangga atas dasar kesadaran menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam
meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. PHBS dalam rumah tangga di Kota Semarang
diterjemahkan dalam 16
indikator PHBS yang mengacu pada 16 indikator PHBS di Provinsi Jawa Tengah. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kota semarang dilakukan oleh Dinas Kesehatatan bermitra dengan Tim Penggerak PKK dan instansi terkait melalui kegiatan penyuluhan, pengkajian strata, bahkan Lomba Pelaksana PHBS. Dengan mengkaji PHBS melalui 16 indikator diharapkan masyarakat mampu mengetahui jumlah rumah tangga yang ber-PHBS dan yang belum, serta prioritas masalah perilaku yang berpotensi mempengarui derajad kesehatannya sehingga sesegera mungkin dilakukan upaya mengatasinya. Dari hasil pengkajian PHBS tahun 2012 yang dilakukan oleh Dinas kesehatan bersama PKK, secara total populasi rumah tangga (total covered ) diperoleh jumlah rumah tangga berPHBS (strata Utama dan paripurna) sebesar 90,02 % terdiri dari strata utama 70,66% dan strata paripurna 19,35 % sementara jumlah rumah tangga yang belum BerPHBS sebanyak 9,8 % terdiri dari strata pratama 1,06% dan madya 8,92%
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
19
2. Posyandu Purnama dan Mandiri Sebagai salah satu bentuk upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat, Posyandu memiliki peran yang sangat penting dalam sistem penyelenggaraan pelayanan kebutuhan dasar dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara dini serta merupakan lini terdepan dari deteksi dini di bidang kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat. Agar posyandu dapat melakukan fungsi dasarnya, dimana posyandu mempunyai daya ungkit yang sangat besar terhadap penurunan Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita dan Angka Kematian Ibu, maka perlu adanya upaya untuk memantau dan mendorong tingkat perkembangan posyandu. Jumlah posyandu di Kota Semarang dari tahun ke tahun selalu meningkat, pada tahun 2012 jumlah posyandu tercatat 1.556 buah dengan posyandu aktif sejumlah 1.150 buah, secara keseluruhan meningkat 23 posyandu di banding tahun 2011 sejumlah 1.533 buah. Tingkat Perkembangan Posyandu Berdasarkan penghitungan strata posyandu di tahun 2012 diperoleh jumlah posyandu berstrata Purnama 559 buah (35,9 %)
dan mandiri 591 (37,98 %), sementara jumlah
posyandu berstrata pratama dan madya mencapai 406 buah (26 %). Jumlah posyandu berstrata pratama dan madya (26%) inilah yang perlu dilakukan upaya yang lebih intensif lagi agar dapat meningkat stratanya menjadi purnama maupun mandiri di tahun berikutnya. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 72.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
20 BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH KOTA SEMARANG
Untuk menilai derajat kesehatan masyarakat, digunakan beberapa indicator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas (kesakitan).
Pada
bagian ini, derajat
kesehatan masyarakat di
Indonesia
digambarkan melalui Angka Mortalitas; terdiri atas Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), dan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Morbiditas; angka kesakitan beberapa penyakit serta Status Gizi pada balita dan dewasa. A. MORTALIT AS / KEMATIAN Mortalitas
dapat
dijelaskan
sebagai
kejadian kematian pada
suatu
masyarakat dari waktu ke waktu dan tempat tertentu yang dapat menggambarkan status kesehatan masyarakat secara
kasar,
kondisi/
tingkat permasalahan
kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Selain itu dapat pula digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan
1. Kematian Bayi dan Balita Pada tahun 2012, berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan, jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak 118 dari 27.448 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,0 per 1.000 KH. Berdasarkan pencapaian tersebut maka terdapat penurunan dari tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan target MDGs dimana tahun 2015 target AKB sebesar 23 per 1.000 KH, maka AKB Kota Semarang telah dibawah target. Seperti diketahui bahwa angka kematian bayi adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Angka Kematian Balita (AKBa) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKBa merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Berdasarkan data kasus kematian Anak Balita di Kota Semarang Tahun 2012 sebanyak 44 anak dari 27.448 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKBa) Kota Semarang sebesar 1,6 per 1.000 KH. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
21 penurunan.yakni 3,5 per 1.000 KH. Jika dibandingkan dengan target MDGs yang menetapkan bahwa AKBa tahun 2015 sebesar 32 per 1.000 KH, maka AKBa Kota Semarang telah dibawah target. Grafik 3.1. Perkembangan AKB & AKBa Kota Semarang 18,6
16,8 12,1 4,9
2009
3,5
10,7
2,7
2010
2011 AKB
1,6
2012
AKBa
Sumber: Seksi anak & remaja Bidang Kesga
Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB & AKBa, di antaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal itu disebabkan AKB & AKBa sangat sensitive terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak positif pada daya tahan bayi terhadap infeksi penyakit. 2. Kematian Ibu Maternal (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari
suatu
penyebab
penanganannya
(tidak
kematian
terkait
dengan gangguan
termasuk kecelakaan atau kasus
kehamilan
atau
insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
22 Berdasarkan laporan Puskesmas
jumlah kematian ibu maternal di Kota
Semarang pada tahun 2012 sebanyak 22 kasus dari 27.448 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 77,5 per 100.000 KH menurun jika dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 31 kasus dari 25.852 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 119,9 per 100.000 Grafik 3.2. Tren Angka Kematian Ibu Maternal
119,9
150 85,47
77,5
73,8
100 50 0 2009
2010
2011
2012
AKI
Sumber: Seksi Ibu & Lansia, Bidang Kesga Grafik 3.3 Perkembangan Jumlah Kematian Ibu Maternal Kota Semarang Tahun 2005 - 2012
Sumber: Seksi Ibu & Lansia, Bidang Kesga Sebanyak 11 kasus merupakan kematian ibu maternal pada masa nifas, kemudian pada waktu persalinan sebanyak 5 kasus dan masa kehamilan 6 kasus.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
23
Grafik 3.4. Waktu Kejadian Kematian Ibu Maternal
Sumber: Seksi Ibu & Lansi Bidang Kesga Sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah dilaksanakan berbagai pelatihan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak diantaranya Pelatihan Asuhan Persalihan Normal (APN) yang merupakan standar pertolongan persalinan dan pendampingan persalinan dukun bayi oleh tenaga kesehatan, Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) serta yang lainnya. Grafik 3.5. Jumlah Kematian Ibu Maternal Berdasarkan Kelompok Umur Kota Semarang Tahun 2012
Sumber: Seksi Ibu & Lansia Bidang Kesga
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
24 B. STATUS GIZI BAYI & BALITA Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau melalui hasil pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulan di posyandu. Menurut laporan puskesmas pada tahun 2012 di Kota Semarang menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup sebanyak 27.448 bayi dan jumlah Balita yang ada (S) sebesar 110.694 anak. Untuk kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2012 yaitu sebanyak 165 bayi (0,6%) yang terdiri dari 71 bayi laki-laki dan 94 bayi perempuan. Sedangkan jumlah Balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu dari seluruh balita yang ada yaitu sejumlah 86.904 balita dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya sebanyak 69.210 anak (79,6%) dan Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 1.261 anak (1,5%), data selengkapnya pada tabel 44. Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung bertambah adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kurang gizi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat yang kurang, keadaan sosial ekonomi dan kejadian penyakit. Status Gizi Gizi Lebih Gizi baik Gizi Kurang Gizi Buruk
Jumlah Balita 1.618 84.094 1.091 39
Sedangkan untuk kasus gizi buruk ditemukan sebanyak 39 kasus, mengalami peningkatan dari tahun lalu yang berjumlah 26 kasus. Dari seluruh kasus gizi buruk tersebut juga telah dilakukan intervensi khususnya upaya perbaikan gizi masyarakat dalam bentuk kegiatan pemberian PMT pemulihan selama 180 hari, perawatan serta pengobatan baik di puskesmas maupun di Rumah Sakit dengan bantuan dana program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin)/JAMKESMAS dan APBD II
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
25 C. MORBIDITAS Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun angka prevalens dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam uatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian erhadap derajat kesehatan masyarakat. 1. Pola 10 Besar Penyakit Rumah Sakit Varicella (B01.9)
1.679
Myalgia (M87)
1.770
Vertigo (R42) Spondylosis (M47) Hipertensi Essensial (I10)
1.930 2.144 2.516
Jantung (I21)
2.802
Infeksi akut lain pd Saluran napas (J06.9)
3.635
Demam tifoid & paratifoid (A01)
5.798
Diabetes Melitus
6.954
Diare & Gastroenteritis (A09)
7.365
Rumah Sakit (Kasus Rawat Inap)
Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK 2. Pola 10 Besar Penyakit Puskesmas Penyakit Pulpa & Jar. Peripekal (K02) Laringitis & Trachetis (M82)
2.639 3.201
Osteoporosis (J04) Dermatitis kontak alergik (L24) Kencing Manis Lainnya (E13) Penyakit Gusi & Jar. Periodental (K04)
3.595 4.042 4.683 4.870
Reumatik (M79)
6.979
Infeksi akut lain pd Saluran napas (J06)
7.001
Pneumonia (J12) Penyakit Jantung Hipertensi (I11) Jenis Penyakit di Puskesmas
Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
8.671 9.155
26 3. Penyakit Menular a. Tuberkulosis Paru Kasus Penderita Penemuan s uspek tahun 2012 sebanyak 11.724 orang mengalami penurunan bila dibanding tahun 2011. Penemuan penderita TB Paru BTA positif
sebanyak
1.132 orang (70 %), mengalami peningkatan 143 kasus (9 %) bila dibandingkan tahun 2011(61%). Penemuan kasus TB anak sejumlah 359 kasus (13%) , sama dengan dengan penemuan TB anak di tahun 2011 ( 13%) .
Grafik penemuan kasus TB Kota Semarang tahun 2003-2012 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
suspec
2220 3548 7449 10012 8437 8511 8003 1104715001 11724
Tar BTA (+)
1626 1579 1470 1517 1557 1585 1557 1612 1612 1612
BTA (+)
254
558
BTA (-)
174
621 1242 1058 1592 1080 892 1051 1240 1034
TB EP
0
0
0
0
0
0
67
146
186
225
TB Anak
0
0
0
0
0
0
771
371
356
359
812
901
747
750
793
879
989 1132
Target suspec 1625615798 1470015169 155751585415567 1612016120 16120
Suspek TB Pusk 2012
N W
E S
Bandarharjo Genuk Lebdosari Karangdoro Karanganyar Krobokan Gayamsari Bulu Lor Bangetayu Tambakaji Miroto Tlogosari Kulon Manyaran Ngaliyan Tlogosari Wetan Pegandan
Mangkang
Kedungmundu Ngesrep Sekaran Mijen Gunung Pati
Srondol
Rowosari
Karangmalang Pudak Payung
Suspec Pusk.shp 0 - 29 / kurang 30 - 59 / sedang > 60 / baik
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
27 Prosentase Penemuan suspek tertinggi di Puskesmas Karangdoro (102 %) 397 dari target 290 suspek, ini merupakan hasil dari petugas yang aktif untuk melakukan pencarian suspek TB. Penemuan
Suspek TB pada 3 tahun terakhir
mengalami peningkatan, tahun 2009 ditemukan sebanyak 8.003 ( 51% ), tahun 2010 ditemukan sebanyak 10.977 ( 69% ) dan tahun 2011 ditemukan sebanyak 15.001 ( 93% ), tetapi pada tahun 2012 ini penemuan suspek mengalami penurunan sebesar 20% ( dari 93% menjadi 73%).
GRAFIK PENEMUAN SUSPEK RS, PPTI, BKPM TAHUN 2012 400 350 300 250 200 150 100 50 0
367 179 172 155 147 145 142
135 121 117
84 76
29
8
7
0
0
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Penemuan suspek
tertinggi di fasilitas pelayanan kesehatan RSUP Dr.
Kariadi sejumlah 1762 suspek ( 367%) diikuti RS Islam Sultan Agung sejumlah 305 suspek ( 179%) sedangkan
RS yang menemukan suspek terendah adalah RS
Bhayangkara Akpol dan Klinik Asthma dr Priyadi, hal ini dikarenakan RS dan klinik tersebut kurang aktif dalam kegiatan penjaringan suspek. Grafik prosentase penemuan penderita TB Baru di Kota Semarang tahun 2003-2012 80 70 60 50 40 30 20 10 0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Realisasi 14,6 Target
35
35,6
55,2
59
49
48
50
53
61
70
35
55
59
49
48
50
50
55
60
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
28 Prosentase penemuan penderita baru BTA Positif tahun 2012 mencapai 70% mengalami peningkatan 9%
bila dibandingkan tahun 2011 sebesar 61%. Hal ini
menunjukkan hasil dari kegiatan kontak serumah serta pencatatan dan pelaporan yang lebih baik.
55-65 165 16%
Grafik kasus TB BTA Positif berdasarkan jenis kelamin Th 2012
P 475 42%
> 65 71 7%
5-14 15-24 4 154 0% 14% 2534 243 23%
L 657 45-54 228 58% 21%
35-44 197 19%
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Penderita TB BTA (+) tahun 2012 berjumlah 1132 kasus, jenis kelamin laki – laki sebanyak 657 kasus (58% ) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 475 kasus (42%). Hal ini menunjukkan bahwa penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Sedangkan menurut golongan umur Penderita TB terbanyak pada golongan umur 25-34 th sebanyak 243 kasus ( 23%), kemudian disusul pada golongan umur 45-54 th sebanyak 228 kasus (21%), golongan umur 35-44 th sebanyak 197 kasus (19%), golongan umur 55-65 tahun sebanyak 165 kasus (16%), golongan umur 15-24 th sebanyak 154 kasus (14%), golongan umur >65% sebanyak 71 kasus (7%) dan golongan umur 5-14 th sebanyak 4 kasus , hal ini menunjukkan bahwa penularan TB masih berlangsung disegala usia. N
Peta CDR Pusk 2012
W
E S
Mangkang
Bandarharjo Genuk Lebdosari Karangdoro Karanganyar Krobokan Gay amsari Bulu Lor Bangetayu Tambakaji Miroto Tl ogosari Kulon Manyaran Ngaliyan Tlogosari Wetan Pegandan Kedungmundu Nges rep Sekaran
Mijen Gunung Pati
Srondol
Rowosari
Karangmalang Pudak Payung
CDR Pusk.shp 0 - 35/ Kurang 36 - 69/ Sedang >70 / Sesuai target
Sumber: Seksi P2ML bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
29 Prosentase angka Penemuan Kasus baru BTA (+) tertinggi di capai oleh Puskesmas Karangdoro (109%) target 22 kasus menemukan 24 kasus TB BTA Positif, prosentase terendah di puskesmas Pudak payung ( 11%) target 19 kasus dan menemukan 2 kasus BTA Positif. Hal ini disebabkan oleh karena kurang aktifnya petugas dalam pemberdayaan masyarakat di wilayahnya. Angka Konversi Angka konversi di tahun 2012 sampai tribulan 4 sebesar 72% (825 dari 1132 bta pos) mengalami penurunan sebesar 3% dibandingkan pada tahun 2011 (75%), hal ini dikarenakan penderita yang diobati teratur minum obat dan pemeriksaan follow up bulan ke dua belum dilaksanakan secara teratur. Untuk peta dan rangking Konversi perpuskesmas disajikan dibawah ini. Peta Konversi 2012
N W
E S
Bandarharjo Genuk Krobokan Karangdoro Bulu Lor Karanganyar Lebdosari Bugangan Poncol Gayamsari Bangetayu Tambakaji Karangayu Miroto Tlogosari Kulon Manyaran Pandanaran Ngemplak Simg Lamper Tengah Ngaliyan Purwoyoso Pegandan Kagok Tlogosari Wetan
Mangkang
Candi Lama Kedungmundu Ngesrep Sekaran Mijen Gunung Pati
Padangsari Srondol
Rowosari
Karangmalang Pudak Payung
Keterangan.shp 0 - 79 / Tdk sesuai Target 80 - 100 / Sesuai target
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Ada puskesmas sudah mencapai angka konversi 100% hal itu bisa diartikan bahwa pengobatan TB fase intensif sudah teratur dan evaluasi pengobatan sudah dilaksanakan sesuai prosedur namun untuk angka konversi di Rumah sakit hanya 3 RS yang mengalami konversi lebih dari 80%, yaitu RS Banyumanik, RSPW dr. Cipto dan PPTI, hal ini kemungkinan disebabkan penderita tidak datang saat follow up karena pindah,,mangkir atau meninggal. Angka kesembuhan (Cure Rate) Angka kesembuhan tahun 2011 sebesar 63 % (650 kasus dinyatakan sembuh dari total kasus 989 yang diobati). Angka kesembuhan th 2010 masih sama dengan angka kesembuhan ditahun 2009,namun belum mencapai target nasional
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
30 yang 85%, hal ini disebabkan masih ada follow up akhir pengobatan yang tidak dilakukan oleh petugas kesehatan, yang sebagian besar adalah kasus TB yang diobati di Rumah sakit. N
PETA KESEMBUHAN TAHUN 2011 W
E S
Mangkang
Bandarharjo Genuk Krobokan Karangdoro Karanganyar Lebdosari Bulu Lor Bugangan Poncol Gayamsari Bangetayu Tambakaji Karangayu Miroto Tlogosari Kulon Manyaran Pandanaran Ngemplak Simg Lamper Tengah Ngaliyan Purwoyoso Pegandan Tlogosari Wetan Kagok Candi Lama Kedungmundu Ngesrep Sekaran
Mijen Padangsari Srondol
Gunung Pati
Rowosari
Karangmalang Pudak Payung
Keterangan 0 - 29 / Kurang 30 - 59 / Sedang 60 - 100 / Sesuai Target
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Angka kesembuhan di beberapa puskesmas sudah mencapai target namun masih ada 3 puskesmas yang angka kesembuhannya masih sangat rendah /dibawah 50% yaitu puskesmas Pudak Payung, Ngemplak Simongan dan Karang Malang, hal ini kemungkinan disebabkan karena penderita mangkir, pindah dan meninggal.
%
Grafik Evaluasi Hasil Pengobatan Penderita TB BTA Positif Tahun 2011
80 70 60 50 40 30 20 10 0
SEMBUH
2002 41
2003 67
2004 77
2005 70
2006 67
2007 75
2008 63
2009 66
2010 66
2011 63
LENGKAP
44
65
9
19
14
14
24
20
19
17
DO
6
6
4
1
0
2
2
7
8
8
GAGAL
3
0
0
4
0
3
3
1
1
1
PINDAH
2
6
4
5
0
4
4
4
7
7
MENINGGAL
2
2
1
1
4
4
4
2
3
4
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
31 Evaluasi hasil pengobatan penderita TB Paru BTA positif tahun 2010 sebesar 66%, masih sama dengan evaluasi hasil pengobatan tahun 2009. Pengobatan lengkap 19% mengalami penurunan 1% dibanding 20% pada tahun 2009, penderita meninggal naik 1% dari 2% ditahun 2009 menjadi 3% pada tahun 2010, angka kegagalan masih sama pada th 2010 yaitu 1% sedangkan angka drop out 8% mengalami peningkatan sejumlah 1% bila dibanding tahun 2009 sebesar 7%, hal ini dikarenakan banyak kasus TB positif di Rumah sakit yang mangkir tidak mengambil obat dan tidak dilacak oleh petugas.
b. HIV / AIDS Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP). Pada tahun 2012 estimasi populasi risti tertinggi dari kelompok pelanggan WPS yaitu 63,8% dari estimasi seluruh populasi risti tertular HIV, sedangkan estimasi populasi risti terendah adalah pasangan tetap waria sebesar 0,05%. Dibandingkan dengan estimasi tahun 2011 terjadi peningkatan 2 kali lipat.
Kumulatif Kasus HIV Tahun 1995 - Desember 2012* (Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang
2500 2000
2231 1711
Data Per Tahun 1284
1500 Data Kumulatif
997
1000
674 475
500
1 1
5 4
7 2
8 1
12 4
18 6
280 323 287 31 51 101 179 195 199 13 20 50
427
520
0 1995 1997 1998 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Kasus HIV mengalami peningkatan yang signifikan pada dua (2) tahun terakhir yaitu tahun 2011 sebesar 427 orang dan tahun 2012 sebesar 520 orang.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
32 Peningkatan kasus HIV pada tahun 2012 karena adanya peningkatan dalam upaya penemuan kasus HIV, peningkatan pada penjangkauan populasi risti, meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum dan populasi risti. Berdasarkan data diatas merupakan data kasus HIV yang ditemukan di Kota Semarang dari laporan klinik VCT, sehingga bukan hanya warga Kota Semarang namun juga luar wilayah Kota Semarang. Sedangkan data untuk kasus HIV tahun 2012 untuk Kota Semarang saja sebanyak 176 orang, dengan kondisi 104 orang sudah pada stadium AIDS. Grafik Kasus HIV Kota Semarang Kumulatif Kasus HIV Tahun 1995 - Desember 2012* (Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang Berdasarkan Jenis Kelamin
48%
Kasus HIV Tahun 2012 (Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang Berdasarkan Jenis Kelamin
51%
49%
52%
Laki-laki Perempuan
Laki-laki Perempuan
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan grafik pie diatas terlihat bahwa selama tahun 1995 – 2012 kasus HIV lebih banyak diderita oleh laki-laki yaitu sebesar 52% dibandingkan dengan perempuan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena mobilitas laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan sehingga resiko untuk terinfeksi HIV lebih besar sedangkan untuk tahun 2012, antara laki-laki dan perempuan yang terinfeksi HIV hamper sama yaitu dengan perbandingan 51% dan 49%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sudah banyak perempuan yang terinfeksi HIV dari pasangannya.
Sedangkan kasus HIV di Kota Semarang tahun 2012 sendiri lebih banyak laki-laki sebesar 60% dibandingkan dengan perempuan sebesar 40%.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
33
Kasus HIV Tahun 2010-2012 (Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang Berdasarkan Kelompok Umur 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
2012 2011 <4
5-14
15-19
20-24
25-49
≥50
2012
15
4
10
43
410
34
2011
26
6
3
64
280
19
2010
12
3
6
27
141
12
2010
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Berdasarkan data diatas dapat diketahui selama tahun 2010 – 2012 kelompok umur 25-49 tahun paling besar terinfeksi HIV dengan total sebanyak 831 kasus. Kumulatif Kasus HIV Tahun 2007 - 2012 (Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang Berdasarkan Kelompok Risiko Lain-Lain 19% Pasangan risti 19%
Pelanggan PS 41%
WPS 13% WBP Lelaki Seks 1% Lelaki Waria Penasun 2% 4% 1%
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui kumulatif kasus HIV Tahun 20072012 tertinggi pada pelanggan pekerja seks yaitu sebesar 41% dan terkecil pada LSL (Lelaki Seks dengan Lelaki) dan WBP (Warga Binaan Permasyarakatan) masing-masing sebesar 1%.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
34
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Berdasarkan gambar peta diatas dapat diketahui sebaran kasus HIV selama tahun 2011-2012 di Kota Semarang sudah tersebar di seluruh kecamatan, berdasarkan data Kecamatan tertinggi kasus HIV adalah Kecamatan Semarang Utara yaitu sebanyak 27 kasus, sedangkan kasus terendah di Kecamatan Mijen yaitu sebanyak 2 kasus.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
35
Berdasarkan gambar peta diatas dapat diketahui sebaran kasus HIV di Kota Semarang tahun 2012, kecamatan tertinggi jumlah kasus HIV adalah kecamatan Semarang Utara sebanyak 21 kasus, sedangkan kecamatan dengan kasus terendah yaitu Kecamatan Mijen sebanyak 2 kasus.
Kumulatif Kasus AIDS Tahun 1998 - Desember 2012* di Kota Semarang
400 350 300
235
250
176
200 150
81
100 50 0
339
1
1
2
3
4
5
12 23
96
115
48
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Total
Kasus AIDS
1
0
1
1
1
1
7
11
25
33
15
19
61
59
Kematian
0
0
0
0
0
1
1
3
9
5
4
2
5
10
Kumulatif
1
1
2
3
4
5
12
23
48
81
96
104 339 12
52
115 176 235 339
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui pada tahun 2012 jumlah kasus AIDS di Kota Semarang yaitu sebanyak 104 kasus, meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar 59 kasus, dan meninggal sebanyak 12 orang. Dapat diketahui jumlah kematian akibat AIDS pada tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu 12 orang, dibanding tahun 2011. Sedangkan kumulatif kasus AIDS dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2012 yaitu sebanyak 339 kasus.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
36
KASUS PENDERITA AIDS PERKECAMATAN KOTA SEMARANG TAHUN 2012
Tugu
SEMARANG UTARA
N
GENUK
Gayamsari SEMARANG BARAT SEMARANG TIMUR Ngaliyan
Pedurungan GAJAH MUNGKUR CANDISARI
Tembalang Mijen
Gunung Pati
Banyumanik
kss.AIDS Kec 1-5 6 - 10 11 - 15
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Peta diatas menunjukkan penyebaran kasus AIDS DI Kota Semarang tahun 2012 sudah mencapai seluruh kecamatan di Kota Semarang, Kecamatan yang mempunyai kasus rendah yaitu; Kecamatan Tugu, Kecamatan Ngaliyan, Kecamatan Mijen, Kecamatan Gunungpati, Kecamatan Candisari, Kecamatan Semarang Tengah, dan Kecamatan Gayamsari. Kecamatan yang mempunyai kasus sedang yaitu; Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Tembalang, Kecamatan Pedurungan, Kecamatan Genuk, Kecamatan Semarang Timur, Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Semarang Selatan, dan Kecamatan Gajahmungkur,
sedangkan
kecamatan yang memiliki kasus AIDS yang tinggi yaitu Kecamatan Utara. Berbagai upaya penanganan terhadap kasus HIV / AIDS di kota semarang telah dilakukan. Berkaitan dengan penanganan ODHA, jumlah kumulatif ODHA yang memenuhi syarat ARV Tahun 2012 sebesar 1.775 orang. Sedangkan kumulatif ODHA yang pernah diberi ARV di Kota Semarang sampai tahun 2012 sebanyak 1.650 orang. Selanjutnya pada bulan September 2012, Dinas Kesehatan Kota Semarang mengadakan pelatihan Layanan Komprehensif Berkesinambungan yang lebih sering disingkat dengan LKB. Yang dimaksud dengan layanan komprehensif adalah upaya yang meliputi upaya promotif preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang mencakup semua bentuk layanan HIV dan IMS. Berikut ini bagan jenis layanan LKB :
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
37
Dari 37 puskesmas yang ada di Kota Semarang, 5 puskesmas sudah dilatih LKB, yaitu Puskesmas Lebdosari, Poncol, Halmahera, Ngaliyan dan Bandarharjo. Sedangkan RS yang sudah dilatih LKB adalah RSUD Kota Semarang, RS Tugurejo, dam RS Panti Wilasa Citarum.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
38 c. Pneumonia
KASUS PNEUMONIA & PNEUMONIA BERAT DI KOTA SEMARANG TAHUN 2012 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 Pneumonia < 1 Th Pneumonia 1 - 4 Th
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 237 267 186 464 457 609 1011 1147 1268 1448 1600 1075 415
428
Pneumonia berat < 1Th
8
0
369 1870 1123 1664 2206 2712 3446 3132 2960 3237 15
4
29
3
5
56
45
17
15
180
Pneumonia berat 1 - 4 Th
21
0
8
8
27
10
8
8
8
11
12
157
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Jumlah penderita pneumonia <1 th pada tahun 2012 ini mengalami penurunan 525 kasus dari 1.600 menjadi 1.075 tetapi jumlah penderita pneumonia 1-4 th dan Pneumonia Berat < 1 th pada tahun 2012 meningkat
dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Jumlah penderita pneumonia umur 1-4 tahun sebanyak 3.237 meningkat sebanyak 277 kasus dibanding tahun 2011, penderita pneumonia berat umur < 1 tahun sebanyak 180 balita meningkat sebanyak 165 dari tahun sebelumnya dan jumlah pneumonia berat umur 1-4 tahun sebanyak 157 kasus balita.
PNEUMONIA BALITA KOTA SEMARANG TAHUN 2012 MENURUT GOLONGAN UMUR
1-4 3.394 73%
<1 1.255 27%
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
KASUS PNEUMONIA BALITA KOTA SEMARANG TAHUN 2012 MENURUT JENIS KELAMIN
P 2159 46%
L 2490 54%
39 Pada tahun 2012 kasus pneumonia balita banyak terjadi pada kelompok umur 1 – 4 tahun sejumlah 3.394 kasus (73%), pada kelompok umur < 1 tahun sejumlah 1.255 kasus ( 27%). Menurut jenis kelamin kasus Pneumonia Balita di Kota Semarang tahun 2012 tampak bahwa
kasus pneumonia balita pada perempuan
sebanding dengan kasus pneumonia balita pada laki – laki. IR pneumonia dan pneumonia berat pada tahun 2012 sebesar 248 per 10.000 balita menurun dibanding tahun 2011.
Penurunan IR pneumonia berarti
jumlah penderita pneumonia dan pneumonia berat yang ditemukan semakin menurun, hal ini dipengaruhi oleh peran serta aktif masyarakat untuk mau membawa balitanya berobat ke Puskesmas dan juga peran aktif petugas Puskesmas serta kader kesehatan di masyarakat dalam rangka menemukan penderita pneumonia balita di masyarakat. IR pneumonia per
Puskesmas untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada peta berikut ini
Peta IR Pneumonia per Puskesmas Kota Semarang 2012
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Dari peta diatas dapat kita ketahui bahwa Puskesmas yang mempunyai IR Pneumonia melebihi target
300 per 10.000 balita ada 11 Puskesmas
yaitu
puskesmas Candi lama (1257), Halmahera (1064), Mijen ( 620), Ngesrep (596), Lamper tengah (531), Poncol (456), Bugangan (452), Karangayu (375), Karangdoro (377), Bangetayu (313), Karanganyar ( 325).
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
40 Angka kematian (CFR) akibat pneumonia dan pneumonia berat di Kota Semarang berdasarkan data dari RS tahun 2012 sebesar 0.40% (19/4649), sedangkan di Puskesmas tidak ada kasus pnemonia maupun pneumonia berat yang meninggal (CFR 0%). Cakupan penemuan penderita pneumonia dan pneumonia berat yang berobat ke Puskesmas di tahun 2012 sebesar 25% mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan kualitas tata laksana penderita pneumonia dan pneumonia berat adalah 100% dan tidak ada masalah dalam tata laksananya. d. Kusta
Capaian kusta di Kota Semarang tahun 2012 sebagai daerah low endemik : Prevalensi
: 0,15 ( target nasional : < 1 / 10.000 penduduk)
CDR
: 2,34 ( target nasional : < 5 / 100.000 penduduk) GRAFIK PENEMUAN KUSTA KOTA SEMARANG TAHUN 2001 – 2012
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 PB MB Juml
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 0 1 0 4 2 7 3 3 1 6 3 6 11 10 8 16 12 27 17 24 16 35 41 7 11 11 8 20 14 34 20 27 17 41 44
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Berdasarkan grafik di atas penemuan kusta di Kota Semarang tahun 2012 berjumlah 44 - meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2011- yang terdiri dari kusta tipe PB 3 kasus (6,8 %), dan kusta tipe MB 41 kasus (93,2 %). Hal ini tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya di mana prosentase kasus MB lebih besar dari
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
41 kasus PB. Adapun CDR kasus kusta tahun 2012 meningkat 0,15 dibanding tahun 2011, sebagaimana terlihat pada grafik di bawah.
GRAFIK CDR KASUS KUSTA KOTA SEMARANG TAHUN 2008 - 2012 2,19
2,5
1,8
2 1,5
2,34
1,35 0,86
1 0,5 0 2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
GRAFIK KASUS KUSTA BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2012
PEREMPUAN 30% LAKI-LAKI 70%
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
42
KASUS KUSTA BERDASARKAN KELOMPOK UMUR KOTA SEMARANG TAHUN 2012 1 - 15 TH 4% > 50 TH 32%
16 - 49 TH 64%
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan jenis kelamin, kusta terdiri atas laki-laki ( 70 % ) dan perempuan ( 30 % ). Dominasi laki-laki, kemungkinan disebabkan karena angka mobilitas lakilaki lebih tinggi, sebagaimana teori yang dijabarkan oleh Dr. Zulkifli, M.Si. pada tulisannya, laki-laki lebih banyak dijangkiti kusta dibandingkan perempuan. Berdasarkan umur kasus kusta di Kota Semarang tahun 2012 sebagai berikut : tertinggi adalah kategori umur 16 – 49 tahun ( 64 % ), > 50 tahun ( 32 % ), 1 – 15 tahun ( 4 % ). Prosentase tertinggi terdapat pada usia produktif, hal ini dikarenakan pada kelompok umur tersebut
mobilitas tinggi, sehingga kemungkinan tertular
kuman Baccilus leprae juga tinggi.
PETA KASUS KUSTA BERDASARKAN PUSKESMAS DI KOTA SEMARANG TAHUN 2012
Genuk Bandar har jo Karanganyar
Lebdosa ri Po ncol
Bangetayu Ga ya msari
Ng emplak Simg Peg andan
Kagok
Candi Lam a Ngesrep
Sron dol
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
Puskesmas Dg Kss Kusta Tdk ada Kasus Kasus : 1 - 2 Kasus : 3 - 5 Kasus : 6 - 11
43 Berdasarkan laporan Puskesmas pada tahun 2012,
kasus kusta di Kota
Semarang terdistribusi di 17 Puskesmas, dengan perincian sebagai berikut : Bandarharjo (11 kasus), Gayamsari (6 kasus), Ngemplak Simongan (4 kasus), Ngesrep (5 kasus), Lebdosari (3 kasus), Miroto (2 kasus), Poncol (2 kasus), Srondol (1 kasus), Pegandan (2 kasus), Bululor (1 kasus ), Candilama (1 kasus), Halmahera (1 kasus), Kagok (1 kasus), Karang Anyar (1 kasus), Pandanaran (1 kasus), Genuk (1 kasus), Bangetayu (1 kasus). Berdasarkan kelurahan kasus kusta tahun 2012 , kasus terbanyak terdapat di Kelurahan Tambakrejo (6 kasus), Bandarharjo (4 kasus), Ngemplak Simongan (4 kasus), Tanjungmas (4 kasus), Gisikdrono (2 kasus), Jangli (2 kasus), Pandean Lamper (2 kasus). Berdasarkan peta di atas cacat tingkat 2 terdapat di Puskesmas Bandarharjo (3 kasus), Bululor (1 kasus), Gayamsari (3 kasus), Lebdosari (2 kasus), Miroto (1 kasus), Pandanaran (1 kasus), Ngesrep (1 kasus), Srondol (1 kasus). Cacat kusta tingkat 2 di Kota Semarang sebanyak : 13 kasus ( 29,5 % ). Indikator nasional untuk kecacatan kusta di bawah dari 5 % dari kasus yang ditemukan. Dengan demikian kecacatan kusta tingkat 2 di Kota Semarang lebih besar dari indikator nasional.
PETA KASUS KUSTA CACAT TINGKAT 1 BERDASARKAN PUSKESMAS KOTA SEMARANG TAHUN 2012
Bandar harjo Gayamsari
Puskesmas dg Cacat Tk.1 Tdk ada Cacat Tk1 (1 - 2 kss)
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
44 Kasus Cacat tingkat 1 ditemukan di wilayah Puskesmas Bandarharjo (2 kasus) dan Gayamsari (1 kasus). RFT Rate MB Kusta semenjak tahun 2003 hingga tahun 2012, mengalami fluktuatif.
Tahun
2012 : 19,51%
, karena pengobatan masih belum selesai,
berlanjut hingga tahun 2013.
PROSENTASE RFT RATE MB KUSTA KOTA SEMARANG TH 2003 - 2012
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Prosentase 100 92 100 91 81 88 92 87 53 19,51
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik. Sebagaimana tujuan utama terapi medik yaitu pengobatan dengan menggunakan MDT sesuai tipe.Terjadinya cacat pada kusta disebabkan kerusakan fungsi saraf tepi, baik karena kuman kusta maupun karena peradangan sewaktu keadaan reaksi. RFT Rate Kusta tipe PB tahun 2012 sebesar 100 % .
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
45 e. Diare
GRAFIK PENDERITA DIARE MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2012 60000
Axis Title
50000 40000 30000 20000 10000 0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
< 1 th
3697
4144
4146
3776
3446
4402
6915
4870
1-4 th
7491
8242
8267
8625
7996
10194
12550
11215
>5 th
15509
16625
17530
19947
18991
19895
28586
26264
Total
26697
29011
29943
32338
30433
34491
48051
42349
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Penderita Diare dari tahun 2005 – 2011 terus meningkat namun pada tahun 2012 mengalami penurunan, hal ini disebabkan (CTPS) yang sudah di canangkan
program cuci tangan pakai sabun
sudah diterapkan dalam kegiatan sehari hari.
Tahun 2012 kasus diare menurut golongan umur banyak ditemukan pada golo ngan umur >5 tahun sebanyak 26.264 kasus (62 %) dan terendah pada kelompok umur < 1 tahun sejumlah 4.870 kasus (11.5 % ).
KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN 2012 MENURUT JENIS KELAMIN
P L 21.300 21.049 50% 50%
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
46 Cakupan pelayanan penderita diare diketahui dengan menghitung jumlah penderita baru dibagi jumlah penduduk dikalikan 1.000. Pada tahun 2012 IR (Incidence Rate) sebesar 23 per 1.000 penduduk, hal ini berarti terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Angka kematian (CFR) dihitung berdasarkan jumlah penderita yang meninggal akibat penyakit diare yang berobat di Rumah Sakit sebesar 0,01 % (5/42.349) dan berdasarkan data yang masuk dapat diketahui dari tahun 2005–2012 tidak ada laporan mengenai penderita diare yang meninggal di Puskesmas, berarti penderita diare yang berobat ke Puskesmas dan yang ditolong kader tidak ada yang meninggal. Untuk lebih jelasnya berikut ini peta IR diare per Puskesmas di Kota Semarang tahun 2012.
N
IR DIARE 2012 Mangkang
Karangdoro Bandarharjo
Krobokan K robokan
Bulu Lor
Karanganyar
Genuk
Bugangan
Lebdosari
Gayamsari Poncol Bangetayu Halmahera ahera MirotoHalm Miroto Tlogosari Kulon Pandanaran Gayamsari Manyaran Ngemplak Simg Lamper Tengah Tlogosari Wetan Purwoyoso Kagok Pegandan
Tambakaji
Karangayu
Manyaran
Ngaliyan
Candi Lama
Ngesrep Mijen
Kedungmundu
Sekaran Gunung Pati
Rowosari Srondol Padangsari
Karangmalang
Pudak Payung
IR DIARE Rendah Sedang Tinggi
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Dari peta diatas dapat kita ketahui bahwa dari 37 Puskesmas di Kota Semarang yang IR nya sesuai dan melebihi target ( target IR 22/1000 penduduk) ada 13 puskesmas yaitu puskesmas Mangkang(35), Ngemplaksimongan ( 33), Gunungpati (30), Genuk (28), Karang anyar (28), Bandarharjo (27), Lamper tengah (27),Karang
malang
(26), Ngesrep (25), Bugangan (23),
Bangetayu (23),
Manyaran(22) dan Halmahera(21). Puskesmas yang IR diarenya < 21 per 1.000 penduduk ( kurang dari target ) ada 24 Puskesmas yaitu puskesmas Padangsari, Mijen, Miroto, Kedungmundu, Karangayu, Pudakpayung, Rowosari, Krobokan, Purwoyoso, Kagok, Sekaran,
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
47 Pegandan, Pandanaran,Tlogosari wetan, Srondol, Gayamsari, Karangdoro, Poncol, Tambak Aji, Candi Lama, Bulu Lor, Tlogosari Kulon, Ngalian dan Lebdosari. Rangking IR Per Puskesmas dapat dilihat dibawah ini
IR DIARE PER KECAMATAN DI KOTA SEMARANG TAHUN 2012 N
Tugu
Genuk
Sm,g. Utara Smg. Tengah Smg. Barat
Ngaliyan
Smg. Timur Gayamsari
Pedurungan Gajamungkur Candisari
Mijen Tembalang Gunung Pati Banyumanik
IR.Kec.shp 0 - 27 28 - 55 56 - 105
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Dari peta diatas dapat diketahui bahwa dari 17 kecamatan ada 6 kecamatan yang IR nya rendah yaitu kecamatan Tugu, Candisari, Gajahmungkur, Semarang Tengah, Gayamsari, Pedurungan. Cakupan pelayanan penderita diare adalah jumlah penderita diare yang berobat ke tempat pelayanan kesehatan dibagi dengan jumlah sasaran. Cakupan pelayanan penderita diare tahun 2012 sebesar 55% . Hal ini bisa diartikan kinerja petugas Puskesmas lebih baik sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan puskesmas meningkat
jumlah penderita diare yang berobat ke
Puskesmas menjadi semakin banyak jumlahnya. Kualitas tata laksana penderita diare adalah jumlah penderita yang diberi oralit dibagi dengan jumlah penderita. Kualitas tata laksana penderita diare pada tahun 2012 sudah 100%, berarti kinerja petugas diare Puskesmas bisa dikatakan baik karena kualitas tata laksana dalam hal ini adalah pelayanan pengobatan terhadap penderita diare ke Puskesmas terlayani dengan baik dan mendapatkan pengobatan yang sesuai. Masalah tata laksana penderita diare adalah jumlah penderita yang diberi infus dibagi jumlah penderita. Masalah tata laksana penderita diare di Puskesmas tahun 2012 adalah 2 %, sama dengan tahun sebelumnya. Hal ini berarti penanganan penderita diare yang berobat
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
48 ke Puskesmas ada yang sudah terjadi dehidrasi sehingga tetap memerlukan cairan infus. 4. Penyakit PD3I a. Tetanus Tahun 2012 tidak ditemukan kasus Tetanus Neonatorum (TN) di kota Semarang
Meskipun Cakupan persalinan nakes dan Cakupan TT Bumil sudah
melebihi target, tetapi cakupan TT Bumil tahun 2012 mengalami penurunan yaitu cakupan TT sebanyak 85%, sedangkan tahun 2011 sebanyak 92,3 % Grafik Cakupan Imunisasi Bumil dan Persalinan Nakes Tahun 2006-2012 1 20
1 00
Jumlah
80
60
40
20
0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
95,27
90,17
92,15
96,7
93,19
96,08
98,2
Target Nas
85
85
90
90
95
93
90
Cak. TT Bumil
92
85
79
71,3
77,4
92,3
85
Target Nas. TT
80
80
80
80
85
85
85
Persalinan Nakes
Sumber: Seksi PP Bidang P2P b. Difteri Tahun 2012 kasus difteri Kota Semarang sebanyak 5 kasus sama dengan tahun 2011 dan tidak ditemukan penderita meninggal dunia. Berdasarkan jenis kelamin, maka kasus ditemukan lebih banyak pada laki-laki, yaitu sebanyak
4
penderita ( 80 %,) dan perempuan sebanyak 1 penderita ( 20 % ). Berdasarkan golongan umur kasus terbanyak ditemukan pada umur antara 5-14 tahun yaitu sebanyak 60 %, hal ini berbeda dengan tahun 2011 dimana penderita terbanyak adalah umur < 1 tahun yaitu sebanyak 75 %.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
49 Penderita difteri menurut tempat wilayah kerja Pukesmas yaitu Puskesmas Tambak aji (Kelurahan tambak aji ), Puskesmas Lamper Tengah (kelurahan lamper), Puskesmas Bandarharjo (Kelurahan Tanjung mas) , Puskesmas Bulu lor (Kelurahan Panggung lor), dan Puskesmas Karangayu ( kelurahan Bojong Salaman )
PETA KASUS DIFTERI TH 2012
99
Mangkang
Karanganyar Tambakaji Ngaliyan
N
Genuk Bandarhar jo Bulu Lor Karangdoro Krobokan Bugangan
Lebdosari Poncol Bangetayu Gayamsari Karangayu Miroto Halmaher a Tlogosar i Kulon Pandanaran Ngemplak Simg Manyaran Lamper Tengah Purwoyoso Tlogosar i W etan PegandanKagok Candi Lama Kedungmundu Ngesrep Sekaran
Mijen
Sr ondol
Gunung Pati
Rowosari
Padangsar i Karangmalang Pudak Payung
Sum2.shp Tdk ada kasus Ada kasus
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
GRAFIK KASUS DIFTERI BERDASARKAN RIWAYAT IMUNISASI TAHUN 2012
prosentase
100
10
1 1 kali
3 kali
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
> 3 kali
50 c. Campak Gambaran secara umum untuk kasus campak dari tahun 2006–2012 dari hasil laporan mingguan (W2) puskesmas maupun rumah sakit mengalami fluktuatif. Pada tahun 2012 kasus Campak berjumlah 201 kasus mengalami penurunan dibanding tahun 2011. Kasus Campak yang ditemukan merupakan kasus Campak klinis (belum dengan pemeriksaan laboratorium). Sedangkan cakupan imunisasi juga mengalami fluktuatif walaupun dari tahun ke tahun cakupan selalu diatas target nasional (90%). Seperti terlihat pada grafik dibawah ini : KASUS CAMPAK DAN CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK T AHUN 2006- 2012 1100 1000 900 800 700 600 500 400 300 200
Target 85 %
100 0 2006
2007
2008
2 009
2010
2011
2012
Cak Imun
1 04
104
90
107
105,5
101,1
114
Campak
9 99
348
167
305
4 26
4 22
201
Sumber: Seksi PP Bidang P2P Adapun lokasi kasus Campak terbanyak tahun 2012 di kecamatan Gajahmungkur berbeda dengan tahun 2011 kasus Campak terbanyak di kecamatan Semarang Barat. Sejak tahun 2010 Surveilans Campak di kota Semarang diilaksanakan berbasis laboratorium dengan kegiatan CBMS (Case Base Measles Surveilans). Pada tahun 2012 telah dilakukan pemeriksaan Serum kasus klinis Campak di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta. Dari total 26 sampel serum Campak yang dikirim ke BLK Yogyakarta , semuanya negative campak. Cakupan Imunisasi Campak digunakan untuk mengukur tingkat perlindungan / efektivitas
program. Tahun 2011 cakupan imunisasi campak menurun 3,6 % jika
dibandingkan dengan tahun 2010. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2011 ada kegiatan Crash rogram Campak dan Polio sehingga masih ada masyarakat yang beranggapan tidak perlu membawa balitanya kembali untuk mendapatkan imunisasi
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
51 campak rutin karena sudah mendapatkan imunisasi campak waktu kegiatan crash program, Cakupan tahun 2012 naik 10,2% jika dibandingkan dengan tahun 2011.
CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DIKOTA SEMARANG TAHUN 2008-2012 120 100 persen
80 60 40 20 0 CAK Campak Target
2008
2009
2010
2011
2012
107,3
91,59
107,6
104
114,2
90
90
90
90
90
Sumber: Seksi PP Bidang P2P BIAS Campak dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2012 dengan sasaran siswa kelas I 25.782 divaksinasi campak dengan hasil sebanyak 25. 363 (98,4 %) dengan target minimal 98 %. Mulai tahun 2007 , cakupan BIAS Campak sudah mencapai target.
BIAS CAMPAK TH 2012
N
99
Bandarharjo Genuk Krob okan Karangdoro Bulu Lor Lebdosari Karanganyar Bugangan Poncol Gayamsari Bangetayu Tambakaji Karangayu Miroto Tlogosari Kulon Manyaran Pandanaran Ngemplak Simg Lamper Tengah Ngaliyan Purwoyoso Pegandan Kagok Tlogosari W etan
Mangkang
Candi Lama Kedung mundu Ngesrep Sekaran Mijen Gunung Pati
Padangsari Srondol
Rowosari
Karangmalang Pudak Payung
Sum2.shp 0 - 98 99 - 150
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
52 d. Polio Hasil surveilans AFP di Kota Semarang dari tahun 2006 sampai tahun 2012 selalu ditemukan kasus AFP. Hal ini disebabkan karena surveilans aktif yang sudah berjalan cukup baik .Kasus AFP di tahun 2012 sebanyak 8 kasus KA SUS AFP DI KOTA SEMARANG T AHUN 2006- 2012
16 14
Jumlah
12 10 8 6 4 2 0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
8
11
14
9
12
13
8
AFP
Sumber: Seksi PP Bidang P2P Kasus AFP di kota Semarang pada tahun 2012 berada di wilayah kerja Puskesmas Tambak Aji , Tlogosari kulon , Ngesrep, Manyaran , Mijen , Pandanaran, Krobokan , dan Lebdosari. PETA DISTRIBUSI KLB BERDASARKAN
PETA DISTRIBUSI AFP MENURUT PUSKESMAS TH 2012 PUSKESMAS TH 2012 N
99
Mangkang
Genuk Ba ndarh arjo Bulu L or Karangdoro Krobokan Bugangan Le bdosa ri Poncol Banget ayu Gayamsari Karan gayu Miroto Halma hera Tlogo sari Ku lon Pandan aran Ngemplak Simg Manyaran Lamper Te ngah Pu rwoyoso Tlogosari W etan PegandanKago k
Karang anyar Tambakaji Ngaliyan
Candi Lam a Kedungmundu Ng esrep Se kara n Mijen Gunung Pati
Srondol
Rowosari
Pa dangsari Karangmalang Puda k Payung
Sum2.shp Tdk ada kasus Ada kasus
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
53 Kasus AFP yang ditemukan di kota Semarang tahun 2012 sebanyak 8 kasus, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 5 orang (62 %) dan perempuan 3 orang (26 %).Hal ini tidak berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2011 dimana laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Dan yang terbanyak pada golongan umur 1-5 tahun sebanyak 4 orang (50 %) 5. Penyakit Bersumber Binatang a. Malaria Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di kota Semarang, angka kesakitan malaria di Semarang dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2010-2012) menunjukkan trend meningkat, kemungkinan besar penyakit ini bisa
menimbulkan KLB bahkan
hingga
mewabah apabila
tidak dilakukan
penanganan yang memadai. Situasi angka kesakitan malaria selama tahun 2010 – 2012 relatif cenderung naik, tahun 2010 sebanyak 7 kasus, tahun 2011 sebanyak 14 kasus sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 20 kasus, dan jika tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2012 terdapat peningkatan sebesar 30%.
TREN KASUS MALARIA TH 2010 - 2012
20 14
7
2010
2011
2012
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Penemuan
penderita
malaria
diwilayah
kecamatan
kota
Semarang
menggunakan indikator Annual Paracite Incidence (API) atau angka parasite malaria per 1.000 penduduk. pada tahun 2012 API kota Semarang sebesar 0,011 atau naik 0,0033 bila dibandingkan dengan API tahun 2011 sebagaimana dapat dilihat pada grafik berikut:
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
54
0,012 0,011 0,01 0,008
0,0079
0,006
0,0055 0,0046
0,004 0,002 0 2009
2010
2011
2012
Selama tiga tahun terakhir (2010-2012) kasus malaria kota Semarang sebanyak 100% adalah kasus import, karena hasil penyelidikan epidemiologi malaria di kota Semarang sebelum sakit kasus pernah tinggal/bekerja di daerah endemis malaria (Kalimantan, Papua).
20 18 16 14 12
kasus
10
sembuh
8
meninggal
6 4 2 0 2010
2011
2012
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Dari grafik diatas Kasus malaria meninggal tiga tahun terakhir (2010-2012) sebanyak 1 kasus, tahun 2010 meninggal 0 kasus, tahun 2011 sebanyak 1 kasus dan tahun 2012 tidak ada kasus meninggal . Sedangkan rata-rata kasus malaria selama tahun 2010-2012 sebanyak 14 kasus pertahun.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
55 Jumlah malaria tahun 2012 kota Semarang sebanyak 20 kasus, sedang angka kematian kasus malaria tahun 2012 sebanyak 0(0%), sedangkan yang sembuh sebanyak 20 kasus (100%). Pada tahun 2012 semua kelurahan di Kota Semarang 100%
API ≤ 1
sebagaimana dapat dilihat pada peta dibawah ini:
N
Terboyo Kulon Trimulyo Tanjungmas Banjardowo Kemijen Tawangsari Kaligawe Genuksari Kudu Randugarut Tambakharjo Tugurejo Tawangmas Kauman Muktiharjo Kidul Karangroto Jerakah Krobokan Sambirejo Sembungharjo Wonosari Sekayu Krapyak Tlogosari Kulon Gondoriyo Tambak Aji Bongsari Mugasari Kalicari Tlogomulyo Purwoyoso Podorejo Beringin Manyaran Tegalsari Palebon Ngaliyan Kalipancur Candi Gemah Wates Bamban Kerep Gajahmungkur Tandang Plamongansari Karangrejo Jangli Pesantren Sukorejo Sadeng Wonoplumbon Tinjomoyo Kedungpane Sendangmulyo Ngesrep Ngadirgo Tembalang Sekaran Kandri Wonolopo Jatibarang Pongangan Bulusan Srondol Kulon Meteseh Mijen Jatirejo Patemon Pedalangan Jatisari Kramas N gijo Cepoko Banyumanik Rowosari Purwosari Mjn Pakintelan Jabungan Plalangan CangkiranPolaman Bubakan Gunungpati Pudak Payung Mangkang Kulon Mangunharjo Karanganyar
W
E S
Sumurrejo
Keterangan API 0% API 0,01-0,99 API > 1
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Dari 20 kasus malaria import Kota Semarang tahun 2012 menurut jenis plasmodium setelah dilakukan pemeriksaan sediaan darah sebanyak 15 kasus (75%) berplasmodium falciparum dan sebanyak 5 kasus (25%) berplasmodium Vivak.
5; 25% 15; 75%
P.Falciparum
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
P.Vivak
56 b. Demam Berdarah Kasus DBD Kota Semarang pada Tahun 2012 sebanyak 1.250 kasus. Jumlah tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan dari Tahun 2011 yang mencapai 1.303 kasus atau turun 4,1%. IR DBD tahun 2012 menjadi 70,9 turun 3,9 % dari tahun 2011 yaitu 73,87. PERKEMBANGAN IR-CFR DBD 1994 - 2012 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
1994.
1995.
1996.
1997.
1998.
1999.
2000.
2001.
2002.
2003.
2004.
2005.
2006.
2007.
2008.
2009.
2010.
2011.
2012.
Penderita
1278
2015
2369
964
2294
1400
1428
986
607
1128
1621
2297
1845
2924
5.249
3883
5.556
1.303
1.250
IR
107,5
165,7
190,8
76,4
180,0
74,0
110,0
74,7
45,0
81,8
116,0
164,5
126,3
196,4
361
262,1
368,7
73,87
70,9
3
31
21
2
12
3
8
10
3
10
7
38
42
32
18
42
47
10,0
22
0,23
1,54
0,89
0,21
0,52
0,21
0,56
1,01
0,49
0,89
0,43
1,65
2,28
1,09
0,30
1,08
0,85
0,77
1,76
Kematian CFR %
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Pola perhitungan Dinas Kesehatan Kota Semarang menggunakan data jumlah penduduk riil. Yang dimaksud penduduk riil adalah orang yang tinggal di Kota Semarang dengan tidak memperhatikan apakah dia beridentitas Kota Semarang maupun tidak. Termasuk anak kost, kontrak atau orang yang tinggal di Kota Semarang dalam waktu yang cukup lama. Berdasarkan data yang diolah Incidence Rate (IR) DBD Kota Semarang dari Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2012 selalu jauh lebih tinggi dari IR DBD Jawa Tengah dan IR DBD Nasional. Tahun 2012 IR DBD Kota Semarang 3 kali lebih tinggi dari IR DBD Jawa Tengah.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
57
IR DAN CFR DBD KOTA SEMARANG, JAWA TENGAH DAN INDONESIA 400 350 300 250 200 150 100 50 0 KOTA SEMARANG
TH. 2006
TH. 2007
TH. 2008
TH. 2009
TH. 2010
TH. 2011
TH. 2012
129,4
197,7
361
262,1
368,7
73,87
70,9 19,29
JAWA TENGAH
33,7
62
61
61,4
61,4
13,7
INDONESIA
52,5
71,7
59
55
55
25,7
Jumlah Penderita DBD Laki-laki Tahun 2012 adalah 619 kasus atau 49,52%, sisanya atau 631 (50,48%) adalah Perempuan. Proporsi menurut jenis kelamin pada penderita DBD tidak terlalu signifikan. PROPORSI KASUS DBD KOTA SEMARANG TAHUN 2012
Perempuan 631 50,48%
Laki-laki 619 49,52%
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Kasus DBD berdasarkan golongan umur terbanyak pada golongan umur 5 – 9 tahun yaitu sebanyak 320 kasus atau 26% dan terendah pada golongan umur > 60 th, sebanyak 9 kasus atau
0,7%. Jika dilihat dari sudut lebih luas lagi maka
golongan usia balita dan usia sekolah paling dominan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
58
GRAFIK PENDERITA DBD MENURUT KEL. UMUR TH. 2012
50-54 th 14 1,1%
35-39 th 42 3,4%
25-29 th 30-34 th 40-44 th 55 34 31 4,4% 2,7% 2,5%
5545-49 th 59th > 60 th 9 18 32 0,7% 1,4% 2,6%
< 1 TH 23 1,8%
1 - 4th 241 19,3%
20-24 th 83 6,6% 5-9 th 320 25,6%
15-19 th 102 8,2% 10-14th 246 19,7%
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
GRAFIK BULANAN DBD TAHUN 2012 250,0
200,0
150,0
100,0
50,0
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUNI
JULI
AGUST
SEPT
OKT
NOP
DES
P 2012
85
128
113
155
137
136
109
51
64
58
88
126
M 2012
-
3
3
6
2
-
1
2
1
-
1
3
P 2011
182
171
215
168
138
132
66
61
54
44
33
39
M 2011
0
1
3
2
0
1
0
1
0
0
0
2
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Jika dilihat dari waktu kejadian peningkatan kasus DBD Tahun 2012 ada di tribulan kedua (April, Mei, Juni), kemudian kembali turun di tribulan ketiga dan mulai naik di tribulan keempat. Model curve seperti Tahun 2012 tidak seperti yang terjadi selama ini. Kejadian kasus terendah Tahun 2012 terjadi di bulan Agustus dengan jumlah penderita 51 orang sedangkan pada Tahun 2011 terjadi di bulan November 2011 dengan 33 orang penderita. Kejadian tertinggi kasus DBD Tahun 2012 terjadi di bulan April dengan 155 kasus sedangkan pada Tahun 2011 terjadi di bulan dengan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
59 kasus Maret 215 kasus. Untuk kasus meninggal terbanyak Tahun 2012 juga terjadi di Bulan April dengan jumlah kematian 6 orang sedangkan Tahun 2011 terjadi di Bulan Maret yaitu 3 orang.
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Tahun 2012 jumlah kelurahan endemis 143 kelurahan turun dari 152 kelurahan di Tahun 2011. 92
ABJ DAN KASUS TAHUN 2010 - 2012 5.556
91,12
6.000
90,99
90
5.000
88
4.000
86 84
3.000
84,77
2.000
1.303
82
1.250
80
1.000 -
Th. 2010
Th. 2011 ABJ
Th. 2012
Dari gambaran grafik di atas terlihat bahwa ABJ yang meningkat dapat menurunkan kasus DBD. Hal tersebut jelas berhubungan sangat signifikan karena DBD hanya dapat ditularkan melalui nyamuk, sehinga ABJ merupakan salah satu indikator yang paling valid untuk menggambarkan trend DBD.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
60 Jika dibandingkan dengan grafik curah hujan, tahun 2008 sampai dengan 2011 peningkatan curah hujan ada di tri bulan pertama kemudian turun dan kembali naik pada tribulan keempat, gambaran tersebut hampir sama dengan kejadian kasus DBD dimana puncak kejadian DBD ada di tribulan pertama kemudian turun terus dan mulai naik lagi pada tribulan keempat. Pada Tahun 2012 Peningkatan kasus tidak seperti tahun tahun terdahulu. Pada Tahun 2012 peningkatan curah hujan sama seperti pada umumnya yaitu terjadi di tribulan pertama tetapi peningkatan kasus terjadi di tribulan kedua (April, Mei Juni). Pada tribuan berikutnya kasus DBD dan curah turun dan kembali meningkat di tribulan keempat.
KASUS DBD DAN CURAH HUJAN TH. 2008 SAMPAI DENGAN TH. 2012
1600
Kasus 1400
Curah Hujan 1200
1000
800
600
400
200
0 JanFebMrtAprlMeiJunJulAgst SeptOktN ovDesJanFebMrtAprlMeiJunJulAgst SeptOktN ovDesJanFebMrtAprlMeiJunJulAgst SeptOktNovDesJanFebMrtAprlMeiJunJulAgst SeptOktN ovDesJ ANFEB M AR A PRMEI JUNI JULI AGUST SEPT OKT N OP D ES 2008 Kasus
2009
2010
2011
2012
9 9 7 4 6 3 2 6 1 2 3 1 6 4 3 3 2 3 3 2 2 1 1 3 4 7 1 5 5 3 3 2 2 3 3 3
Curah Hujan 4 8 2 8 5 5 2 8 7 1 3 3 2 1 9 4 8 2 9 4 2 1 1 8 4 3 3 2 2 2 7 1 2 2 2 4 2 2 1 1 7 6 7 0 7 5 5 2 4 2 2 1 8 1 2 0 3 2 3 3
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P KASUS DAN CURAH HUJAN TAHUN 2007 SAMPAI DENGAN TAHUN 2012 7.000
5.249
6.000 5.000 4.000
5.764
5.556
3.883 2.924
3.000
3.228
2.600
2.000
1.303
1.862
1.879
2.248 1.250
1.000 -
2007
2008
Kasus
Curah Hujan
2009
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
2010 Linear (Kasus)
2011
2012
Linear (Curah Hujan)
61 Dari grafik di atas terlihat bahwa kecenderungan penurunan jumlah kasus DBD dan curah hujan dari Tahun 2007 sampai dengan 2012. Penurunan penurunan kasus DBD lebih ekstrem di banding penurunan curah hujan Angka Kematian Jumlah penderita yang meninggal mengalami kenaikan dari 10 orang di tahun 2011 menjadi 22 orang di tahun 2012. Sehingga CFR DBD dari pada Tahun 2011 sebesar 0,77% naik menjadi 1,76% pada Tahun 2012 atau naik 125,7 %. Kasus kematian terbanyak Tahun 2012 pada Bulan April dengan 6 kasus kematian. Tahun 2011 kasus kematian terbanyak pada Bulan Maret. Sejak Tahun 1994 sampai dengan 2012 jumlah kasus dan kematian tertinggi pada Tahun 2010 yaitu 5.556 kasus dan 47 meninggal. IR tertinggi juga pada Tahun 2010 yaitu 368,7 per 100.000 dan CFR tertinggi pada Tahun 2006 yaitu 2,28% Dilihat dari jumlah kejadian DBD ditingkat kota, Tahun 2011 tidak terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) tetapi pada Bulan Januari 2012 terjadi KLB. Penentuan KLB menggunakan dasar dua kali atau lebih kasus dari periode sebelumnya (Perda Kota Semarang no. 5 Tahun 2012 tentang Pengendalian DBD). c. Chikungunya
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa Incidence Rate (IR) kasus Chikungunya di Kota Semarang dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 cenderung mengalami penurunan. Rata – rata IR kasus Chikungunya dalam 5 tahun
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
62 terakhir (tahun 2007 – 2011) adalah 11,3 per 100.000 penduduk. Kasus tertinggi terjadi pada tahun 2010 dengan IR 22,9 per 100.000 penduduk (345 kasus). Sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan IR yang cukup sigifikan dari tahun 2011 yaitu sebesar 47,5% dengan IR 3,52 per 100.000 penduduk (62 kasus). Jika dihubungkan menurut bulan kejadian dapat dilihat bahwa kasus Chikungunya pada tahun 2012 mengalami penurunan yang yang tajam dari Bulan Maret ke bulan selanjutnya hingga pada Bulan Juli dan seterusnya tidak ditemukan lagi kasus Chikungunya.
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Dari tahun 2010 – 2012, kasus Chikungunya lebih banyak menyerang perempuan, hal ini kemungkinan disebabkan karena perempuan lebih banyak tinggal di rumah dibandingkan dengan laki-laki. Disamping itu kasus ini banyak menyerang golongan usia produktif, yaitu usia 16 – 55 tahun.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
63
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Dari peta di atas dapat dilihat bahwa kasus Chikungunya ditemukan di kecamatan yang letaknya saling berdekatan. Terdapat 2 kecamatan yang IR Chikungunya di atas rata – rata IR Kota Semarang 5 tahun terakhir yaitu Kecamatan Candisari dan Gayamsari. Sedangkan 5 kecamatan lainnya memiliki IR Chikungunya di bawah rata – rata IR Kota Semarang. Walaupun hanya terjadi di 7 kecamatan, munculnya Chikungunya di kecamatan yang sebelumnya tidak ada kasus harus tetap diwaspadai. Terutama di kecamatan yang berdekatan atau berbatasan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
64 langsung dengan kecamatan lain yang sudah ditemukan kasus Chikungunya, seperti pada Kecamatan Semarang Tengah dan Tembalang. Penanganan Kasus Penyelidikan Epidemiologi (PE) dilakukan pada setiap laporan adanya kasus Chikungunya. Pada tahun 2012, dari 62 kasus Chikungunya yang ditemukan, hanya 61
kasus yang telah dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (98,4%). Hal ini
disebabkan karena ada 1 kasus yang terlambat dilaporkan dari Rumah Sakit (dilaporkan > 1 bulan), Indikator Pelaksanaan Penyelidikan Epidemiologi oleh Puskesmas antara lain target Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk PE ≤ 24 jam dan target Rencana Strategis (Renstra) Kota Semarang untuk PE ≤ 48 jam. Selama tahun 2012 telah dilakukan Fogging Focus di 4 wilayah Puskesmas, yaitu Puskesmas Candi Lama, Gayamsari, Tlogosari Kulon dan Padangsari. Ketiga kejadian di Puskesmas tersebut masuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB) Chikungunya KLB Chikungunya pada tahun 2012 terjadi di 4 wilayah Puskesmas, yaitu Puskesmas Candi Lama, Gayamsari, Tlogosari Kulon, dan Padangsari. Wilayah Puskesmas Candi Lama yang mengalami KLB adalah Jl. Cinde RT 5, 6, dan 7 RW VIII, Kelurahan Jomblang. Wilayah Puskesmas Gayamsari yang mengalami KLB adalah Jl. Kanguru RT 2, 3, dan 4 RW IV, Kelurahan Gayamsari. Wilayah Puskesmas Tlogosari Kulon yang mengalami KLB adalah Jl. Wahyu Temurun RT 5 RW XXI, Kelurahan Tlogosari Kulon. Sedangkan wilayah Puskesmas Padangsari yang mengalami KLB adalah RT 8 RW II, Kelurahan Padangsari dan RT 2 RW V, Kelurahan Pedalangan.
d. Rabies Selama empat tahun terakhir (2009-2012) angka GHPR Gigitan Hewan Penular Rabies Kota Semarang mengalami peningkatan, tahun 2009 kasus GHPR sebanyak 9 kasus, tahun 2010 sebanyak 19 kasus, tahun 2011 sebanyak 38 kasus dan tahun 2012 sebanyak 36 kasus. Jika dibandingkan GHPR tahun 2011 dan tahun 2012 terdapat penurunan kasus sebanyak 2 (5.3%) sebagaimana dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
65
Grafik GHPR tahun 2009-2012 38 40 35 30 25 20 15 10 5 0
36
19 9
2009
2010
2011
2012
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Kasus
GHPR Kota
Semarang
tahun
2012
menurut
jenis
kelamin
sebagaimana pada grafik dibawah, laki-laki sebanyak 22(61%), sedang perempuan sebanyak 14 (39%). Dari grafik juga dapat dilihat kasus GHPR kota Semarang tahun 2012 menurut golongan umur, tertinggi kasus berumur 16-34 tahun sebanyak 15 kasus (42%), sedang terendah kasus GHPR berumur 0-5 tahun sebanyak 3 kasus (8%). P 14 39%
3; 8%
6; 17%
L 22 61%
4; 11%
8; 22% 15; 42% 0-5
6-15
16-34
35-54
≥ 55
Menurut pemetaan distribusi kasus GHPR di Kota Semarang tahun 2011 dan tahun 2012 terdapat pengelompokan kasus yaitu diwilayah tengah Kota Semarang, dimana diwilayah tersebut merupakan tempat hunian padat dan banyak yang memelihara hewan penular rabies (Anjing, kera dan kucing).
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
66
N
Peta GHPR tahun 2012 W
E S
Trimulyo Tanjungmas Karanganyar Kemijen Genuksari Randugarut Tambakharjo Kudu Tugurejo Tawangmas Muktiharjo Kidul Jerakah Krobokan Wonosari Tlogosari Kulon Tambak Aji Bongsari Gondoriyo Tlogomulyo Purwoyoso Tegalsari Podorejo Kalicari Ngaliyan Kalipancur Candi Wates Tandang Sukorejo Pesantren Jangli Sadeng Wonoplumbon 3 Ngesrep Sendangmulyo Sekaran Kandri Wonolopo Bulusan Patemon Mijen Meteseh Ngijo Jatisari Cepoko Kramas Rowosari Tambangan Plalangan Jabungan Cangkiran Gunungpati Pudak Payung Bubakan Keterangan Sumurrejo Mangunharjo
Tdk ada kasus Ada Kasus
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Dari total kasus GHPR Kota Semarang tahun 2012, sebanyak 35 (97%) kasus GHPR diberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) sedangkan 1 (3%) kasus GHPR tidak diberikan VAR karena luka garukan atau lecet/luka kecil disekitar tangan dan kaki serta keadaan hewan pada waktu menggigit dalam kondisi sehat (Tdk ada perubahan tabiat, senang bersembunyi ditempat-tempat yang gelap dan dingin, tdk menyerang dan menggigit apa saja yang dijumpai, tdk kejang-kejang dll). Kasus diberikan VAR kurang dari 24 jam sejak diinformasikan. e. Leptospirosis Kasus Leptospirosis di Kota Semarang meningkat dari tahun 2007 sampai dengan 2009, terjadi penurunan pada tahun 2010 dan 2011,kasus meningkat kembali pada tahun 2012, sedangkan untuk angka kematian mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun 2010 ke tahun 2011,dan kembali menurun pada tahun 2012, hal ini kemungkinan disebabkan karena ketidaktahuan penderita atau pengetahuan
masyarakat
tentang
keterlambatan dalam penanganannya.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
penyakit
Leptospirosis
sehingga
terjadi
67
GRAFIK KASUS LEPTOSPIROSIS 2007-2012 250 200 150 100 50 0 P
2007 8
2008 178
2009 235
2010 71
2011 70
2012 81
M
1
8
9
6
25
14
CFR
13
4
5
8
36
17
Kasus leptospirosis di Kota Semarang menyebar di 21 Puskesmas dari 37 Puskesmas,seperti terlihat pada grafik dibawah. Berdasarkan IR atau angka kesakitan Leptospirosis tahun 2012, ada 14 Puskesmas dengan IR 0,1 - 10 /100.000 penduduk yaitu Puskesmas Bandarharjo, Gayamsari, Pegandan, Tlogosari Kulon, Bulu Lor, Banget Ayu, Kagok, Ngesrep, Poncol, Karangdoro, Lamper Tengah, Tlogosari Wetan, Mijen, Tambak Aji, sedangkan 7 Puskesmas dengan IR > 10/100.000 pendududk, yaitu Puskesmas Kedung Mundu, Halmahera, Pandanaran, Ngemplak Simongan, Candi Lama, Sekaran, dan Bugangan. Berdasarkan Internasional Leptospirosis Society ( ILS ) IR < 10 / 100.000 penduduk adalah rendah dan > 100 / 100.000 penduduk adalah tinggi.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
68
GRAFIK KSS LEPTOSPIROSIS BERDASARKAN GOL.UMUR 2012
GRAFIK KASUS LEPTOSPIROSIS BERDASARKAN JENIS KELAMIN 2012
0-10 PEREM PUAN 47%
17%
LAKILAKI 53%
49%
4% 5%
11-20 21-30 31-40
11% 14%
Kasus leptospirosis berdasarkan
jenis kelamin pada tahun
41-50 > 50
2012
lebih
banyak yang laki-laki yaitu sebanyak 43 kasus ( 53 % ) dibandingkan perempuan 38 kasus ( 47 % ). Sedangkan kjasus bnerdasarkan kelompok umur yang tertertinggi adalah kelompok umur > 50 th, yaitu sebanyak 40 kasus ( 49 % ) , sedangkan kasus terendah pada kelompok umur 11 – 20 tahun yaitu sebanyak 3 kasus ( 4 % ). Hal ini menunjukkan bahwa penyakit Leptospirosis dapat menyerang segala umur bahkan balita, seperti terlihat pada grafik di atas.
f. Flu Burung Kota Semarang tahun 2012 tidak ditemukan adanya konfirm flu burung tetapi ada beberapa wilayah kelurahan yang melaporkan tentang adanya unggas yang mati dan setelah dilakukan pemeriksaan rapid hasilnya negatif H5N1 sedang yang dicurigai suspek flu burung 1 orang. Suspec flu burung di Kota Semarang selama tahun 2009-2012 terjadi penurunan, tahun 2009 sebanyak 8 suspec, tahun 2010 sebanyak 3 suspec, tahun 2011 sebanyak 1 suspec dan tahun 2012 sebanyak 1 suspek flu burung dan berjenis kelamin perempuan. Sebagaimana dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
8 6 4 2 0 P
2009 5
2010 0
2011 0
2012 1
L
3
3
1
0
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
69 Distribusi kasus suspec flu burung Kota Semarang tahun 2011 berasal dari kelurahan Karangroto sedang pada tahun 2012 berasal dari kelurahan Pindrikan kidul. Peta kasus suspec flu burung kota Semarang tahun 2011-2012 Tahun 2011
Tahun 2012 N W
E S
Pindrikan Kidul
keterangan.shp tdk ada suspek ada suspek
Kecamatan di Kota Semarang yang positif H5N1 pada unggas tahun 2011 sebanyak 14 kecamatan (87,5%) dan yang negatif sebanyak 2 kecamatan (12,5%), sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 15 kecamatan (93,7%)
dan hanya 1
kecamatan yang masih negatif yaitu Kecamatan Semarang Timur. Jumlah laporan kematian unggas di Kota Semarang tahun 2012, kelurahan Mangkang Wetan sebanyak 157 ekor, kelurahan Karangroto sebanyak 120 ekor, dan kelurahan Mangunharjo Kec Tugu sebanyak 43 ekor.
g. Penyakit Tidak Menular Perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat seiring meningkatnya frekuensi kejadian penyakit di masyarakat. Di Indonesia terjadi perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yang dikenal sebagai transisi epidemiologi. Penyakit tidak menular yang utama
adalah penyakit jantung termasuk kardiovaskuler, paru-paru terutama yang kronis, stroke dan kanker. Dan angka penyakit tidak menular di Indonesia terus meningkat, pada Tahun 2009 kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 993 kasus, Tahun 2010 sebesar 907 kasus, Tahun 2011 sebesar 1.077 kasus dan tahun 2012 meningkat menjadi 2.084 kasus.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
70
DISTRIBUSI KASUS PTM TAHUN 2008 S/D 2012 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 Angina pektori s 2008 5886
IMA
Dekom Hiperte Hiperte stroke Stroke kordis nsi ess nsi lain hem non hem 10124 92145 38538 3493 9988
2419
2009
5630
2033
6315
99738
13799
2767
2010
3672
1847
4349
89412
18427
2026
2011
6736
2130
9944
106977 21617
2012
2577
1182
1347
34202
2973
DM TGT INS 25067
DM NON INS 39109
8235
13632
40295
7116
9504
37759
2507
12183
14326
45551
987
3092
976
14648
DISTRIBUSI KASUS PTM TAHUN 2008 S/D 2012 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 Ca hati
Ca bronk
Ca servic
PPOM
Asma
KLL
265
Ca mamm ae 5367
2008
300
2009 2010
Psikosis Osteop orosis
5939
4673
19367
10500
31299
299
237
3249
3505
4903
17271
9423
21476
222
268
2349
2782
2846
14568
8753
24388
2011
332
451
4946
5155
4249
17670
8785
39935
2012
292
186
998
482
1342
5674
3659
1023
1559
Sumber: Seksi PP Bidang P2P Selama tahun 2008 – 2012 grafik kasus karena PTM ditunjukkan oleh grafik di atas. Pola beraturan serta berulang, di mana angka tertinggi selama lima tahun tersebut terdapat pada kasus karena Hipertensi dan Diabetes mellitus. Persentase kedua penyakit tersebut sebagai berikut : Tahun 2008 Hipertensi 42,9 % ; Diabetes mellitus 21,1 %. Tahun 2009 Hipertensi 44,9% ; Diabetes mellitus 21,3 %. Tahun 2010 Hipertensi 46,8 % ; Diabetes mellitus 20,5 % ; Tahun 2011 Hipertensi 42,4% ; Diabetes 19,7% ; dan Tahun 2012 Hipertensi 49,1%, Diabetes mellitus 20,7%.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
71
Sumber: Seksi PP Bidang P2P Berdasarkan kelompok umur, kasus penyakit tidak menular banyak terjadi pada penderita golongan umur 45 – 64 tahun, hal ini dimungkinkan karena pada umur tersebut seseorang banyak melakukan aktivitas namun tidak diimbangi oleh pola hidup sehat. Kasus usia muda dengan penyakit jantung dan pembuluh darah
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
72 (Hipertensi, Stroke, Angina, Dekompensasio Cordis, Diabetes Mellitus) kemungkinan disebabkan karena kasus bawaan lahir atau diturunkan oleh orang tuanya.
KASUS PTM BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2012 3500 3000 2500 2000 1500 1000
Selama tahun 2007 – 2011 grafik kasus karena PTM ditunjukkan oleh 500 0 Ca hati
L
169
P
123
Ca Ca Ca Bronchu mamma Cerviks s e 114 13 0 72
985
482
PPOK
827 515
Asma Kecelak Psikosis Osteopo Bronkial aan rosis e Lalin 2490 2049 533 405 3184
1610
490
1154
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
Berdasar grafik kematian tahun 2012, urutan kematian karena penyakit tidak menular adalah : jantung dan pembuluh darah ( 1344 ), diabetes mellitus ( 286 ), kanker ( 229 ), PPOM (66), kecelakaan lalu lintas ( 52 ), dan asma ( 38 ), serta psikosis ( 12 ).
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
73 GRAFIK KEMATIAN AKIBAT PTM DI KOTA SEMARANG TAHUN 2007-2012 300 250 200 150 100 50 0
Angina pektoris
IMA
Dekom Hiperten Hiperten stroke kordis si ess si lain hem
Stroke DM TGT DM non INS NON INS hem 126 36 62
2007
18
98
33
57
18
225
2008
20
74
72
48
14
197
160
18
67
2009
12
77
33
111
15
183
163
26
56
2010
28
80
32
53
13
199
147
60
25
2011
28
80
32
140
15
199
162
53
37
2012
54
193
128
275
162
298
234
106
180
GRAFIK KEMATIAN AKIBAT PTM DI KOTA SEMARANG TAHUN 2007-2012 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Ca hati
Ca bronk
Ca Ca servic mammae 69 23
PPOM
Asma
KLL
Psikosis
2007
19
11
2008
18
16
61
36
47
21
81
0
29
11
88
2009
26
20
60
1
38
36
38
97
2010
2
19
28
2011
18
48
41
50
36
15
78
3
58
48
46
27
86
0
Berdasarkan grafik CFR PTM Kota Semarang di atas, urutan kematian PTM pertama dan kedua adalah penyakit stroke haemorragie dan kanker bronkus dan paru.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
74
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN KOTA SEMARANG
Secara umum upaya kesehatan terdiri dari atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat adiktfi dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir, pada tahun 2012. A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 1. Pelayanan KIA a. Pelayanan Kesehatan Antenatal Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil K1 untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
75 Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan atau antenatal care (ANC) meliputi penimbangan berat badan, pemeriksaan kehamilannya, pemberian tablet besi, pemberian imunisasi TT dan konsultasi. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2012 adalah 27.889 meningkat jika dibanding dengan tahun 2011 adalah
26.743 bumil
(94,4%). Faktor pendukung dalam hal ini dapat disebabkan oleh meningkatnya kesadaran ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke sarana pelayanan kesehatan yang ada dan adanya dukungan peningkatan kualitas pelayanan ANC oleh petugas puskesmas. Cakupan K4 Puskesmas dari rentang antara yang terendah adalah Puskesmas Purwoyoso (73,1%) dan yang tertinggi adalah Puskesmas Karangdoro (143,1%). b.
Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Pertolongan Persalinan Upaya untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Ibu Maternal, salah
satunya melalui persalinan yang sehat dan aman, yaitu persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat bidan) maupun dengan dukun terlatih yang didampingi oleh tenaga kesehatan. Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di Kota Semarang pada tahun 2012 adalah 26.618 (98,2%) dari 27.108 ibu bersalin. Hal ini berarti meningkat jika dibanding dengan tahun 2011 sejumlah 25.972 (96,1%) dari 27.032 total persalinan. Pencapaian ini didukung dengan tersedianya Bidan di seluruh Puskesmas dengan perbandingan Puskesmas dan Bidan yaitu 1 : 4. Disamping itu jumlah Rumah Sakit dan Rumah Bersalin di Kota Semarang yang telah mencukupi. c.
Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Jumlah pelayanan ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan adalah
21.398 orang atau 78,9% dari total ibu nifas yang berjumlah 27.108 orang. d.
Pelayanan Komplikasi Maternal Yang dimaksud dengan risiko tinggi pada ibu hamil adalah keadaan ibu hamil
yang mengancam kehidupannya maupun janinnya, misalnya umur, paritas,
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
76 interval dan tinggi badan. Prosentase sasaran ibu hamil risiko tinggi adalah 20% dari ibu hamil yang ada di masyarakat. Pada tahun 2012 jumlah neonatal risti yang ditangani sebesar 3.095 kasus atau 54,5% dari total 5.680 komplikasi kebidanan. Adapun jumlah ibu hamil adalah 28.399 orang. e.
Pelayanan Neonatal Komplikasi Pada tahun 2012 jumlah neonatal risti yang ditangani sebesar 2.785 kasus
atau 67,5 % dari total perkiraan 4.128 neonatal, meningkat dari tahun 2011 jumlah neonatal risti yang ditangani sebesar 2.187 (56,4%) dari total perkiraan 3.878 neonatal komplikasi. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 dengan jumlah ibu hamil risiko tinggi/ komplikasi yang ditemukan di Kota Semarang sebesar 5.663 orang dan bumil risti/ komplikasi yang dirujuk yaitu sebanyak 79,99% menunjukkan ada penurunan kasus. f.
Kunjungan Neonatal Cakupan kunjungan neonatus (KN 1) tingkat Kota Semarang tahun 2012
adalah 27.035 atau (98,5%) dari 27.448 bayi lahir hidup, mengalami kenaikan jika dibanding tahun 2011 sebesar 24.127 (96,75%). Sedangkang KN3 tahun 2012 adalah 25.533 (93%) mengalami kenaikan jika dibanding tahun 2011 yaitu sebesar 23.317 (90,2%) dan tahun 2010 sebanyak 24.910 anak. Namun
demikian
kondisi
saat
ini
berupa
meningkatnya
kesadaran
masyarakat akan kesehatan neonatus, peningkatan pelayanan kesehatan terutama kesehatan anak (neonatus, bayi, balita) di Puskesmas, dan adanya pemeriksaan kunjungan ke rumah oleh tenaga kesehatan bagi neonatus yang tidak dapat berkunjung ke puskesmas serta sistem pencatatan dan pelaporan (PWS KIA) yang sudah berjalan dengan baik. g.
Pelayanan Kesehatan Bayi Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi (0 – 11 bulan) yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali. Hasil cakupan kunjungan bayi di Kota Semarang pada tahun 2012 adalah 25.680 atau 99,3% dari 25.852 bayi yang ada. Hal ini menunjukkan peningkatan jika dibanding dengan tahun 2011 yang sebesar 25.636 (99,2%) dari total jumlah 25.852 jumlah bayi.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
77 h.
Pelayanan Kesehatan Balita Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) anak balita dan pra sekolah adalah
anak umur 1 – 6 tahun yang dideteksi dini tumbuh kembang sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 2 kali. Pelayanan DDTK anak balita dan prasekolah
meliputi kegiatan deteksi dini masalah kesehatan anak
menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), monitoring pertumbuhan menggunakan Buku KIA/KMS dan pemantauan perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa dan sosialisasi dan kemandirian), penanganan penyakit sesuai MTBS, penanganan masalah pertumbuhan, stimulasi perkembangan anak balita dan prasekolah, pelayanan rujukan ke tingkat yang lebih mampu. Hasil pelayanan kesehatan balita minimal 8 kali di peroleh cakupan tahun 2012 adalah 71.512 atau (80,8 %). Sedangkan hasil cakupan deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak balita tingkat Kota Semarang pada tahun 2012 sebanyak 86.904 (78,5%) bayi ditimbang dari total balita yang ada berjumlah 110.694 anak. Adapun jumlah balita yang ditimbang bulan ini dikurangi dengan balita yang ditimbang bulan ini tetapi tidak datang pada bulan sebelumnya adalah 78.351. Dari angka tersebut sebanyak 69.210 (79,7%) balita dengan BB naik. Sedangkan 1.261 atau 1,6% mengalami BGM. Data secara terperinci dapat dilihat pada tabel 44.
i.
Pelayanan Kesehatan pada siswa SD Pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 & sederajat yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan di tingkat puskesmas diperoleh hasil sebanyak 25.019 murid SD atau 98,8 % dari 25.369 murid SD keseluruhan. Dari capaian ini dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 sudah optimal.
2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Sebagai upaya mengendalikan jumlah kelahiran dan mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera, pemerintah melakukan konsep pengaturan jarak kelahiran atau pembatasan kelahiran dengan program Keluarga Berencana (KB). a.
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Pada tahun 2012, jumlah PUS yang berhasil didata oleh Puskesmas
sebanyak 259.120, angka ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2011, yaitu sebanyak 246.618. Yang menjadi peserta KB baru sebanyak
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
78 36.298 orang (14%) dengan jumlah peserta KB aktif yang dibina sebesar 194.423 orang (75,0%).
b. Peserta KB Baru Dari 36.298 peserta KB Baru, secara rinci mix kontrasepsi yang digunakan adalah sebagai berikut : - Suntik
: 55,7%
- Pil
: 16.4%
- Kondom
: 8,0%
- IUD
: 10,4%
- Implant
: 5,5%
- MOW
: 3,9%
MOW
- MOP
: 0,1%
MOP
suntik pil kondom IUD Implan
c. Peserta KB Aktif Hasil pembinaan peserta KB Aktif selama tahun 2012 sebesar 194.423 dengan mix kontrasepsi sebagai berikut : - Suntik
: 58,1%
- Pil
: 15,5%
- IUD
: 6.8%
- Implant
: 5.9%
- Kondom
: 8,3%
- MOW
: 4,4%
- MOP
: 1,2%
suntik pil kondom IUD Implan MOW
Dari data diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2012, pemakaian kontrasepsi suntik merupakan yang tertinggi karena sifatnya yang praktis dan juga cepat dalam mendapatkan pelayanannya. Apabila dibandingkan dengan data tahun 2011, kontrasepsi suntik juga masih menduduki peringkat teratas, sedangkan kontrasepsi pria merupakan yang paling sedikit digunakan yaitu kondom dan MOP. Hal ini disebabkan banyak suami masih menganggap bahwa istri saja yang mempunyai kewajiban untuk menggunakan kontrasepsi sebagai upaya pengaturan kelahiran.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
79 3. Pelayanan Imunisasi Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta anak balita perlu dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali. Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan imunisasi DPT3 + HB, Polio 4 dan Campak 80%. Cakupan bayi yang diimunisasi DPT3 + HB3 pada tahun 2012 sebesar 29.663 (211,8%) meningkat jika dibanding tahun 2011 yang sebesar 28.022 anak (191,27%), Cakupan imunisasi campak sebesar 29.473 (210,5%) meningkat dari tahun 2011 yaitu 26.779 (182,2%) dari sasaran sejumlah 14.002 bayi. Adapun DO Rate yang didapat selama tahun 2012 adalah -0,2 dari batasan -5 > 0 > 5, hal ini berarti masih baik. Dari data tersebut maka cakupan imunisasi di Kota Semarang pada bayi telah dilaksanakan secara lengkap dan memenuhi target yang ada. Program imunisasi dapat berjalan secara efektif dan memberikan dampak penurunan kejadian penyakit apabila kelengkapan imunisasi telah terlaksana dan mutu pelayanan imunisasi diterapkan sesuai standar, terutama dalam penangan cool chain. Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata dapat dilihat dari pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Tahun 2012 jumlah desa/kelurahan yang sudah mencapai UCI dengan kriteria cakupan DPT 3, polio dan Campak 80% sebanyak 177 kelurahan (100%) dari 177 kelurahan yang ada, jumlah ini sama dari Tahun 2011 dan tahun 2010 yaitu 177 kelurahan (100%). Hasil imunisasi ibu hamil pada tahun 2012 sebesar 15.969 (56 %) TT 1 dengan target 85 % dan TT 2 14.653 (52 %).
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
80
PROSENTASE
GRAFIK CAKUPAN TT1-TT5 DI KOTA SEMARANG TAHUN 2008-2012 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5
2008
79
73
11
6
4
2009
52
48,5
8
5
3
2010
59,7
53
9,2
5,1
3,2
2011
61,9
58,4
15
7,4
3,1
2012
56
52
13
7
4,5
Pencapaian hasil Imunisasi kontak lengkap di Kota Semarang mulai tahun 2008 sudah mencapai target minimal yaitu 95%.
Dibandingkan dengan tahun 2011,
cakupan imunisasi kontak lengkap tahun 2012 meningkat.
PRESENTASE
GRAFIK CAKUPAN IMUNISASI KONTAK LENGKAP DI KOTA SEMARANG TAHUN 2008-2012 140 120 100 80 60 40 20 0
2008
2009
2010
2011
2012
DPT HB 3
108
103
107
109
114
POLIO 4
108
103
102
105
115
CAMPAK
110
106
108
104
114
Target
90
90
90
90
90
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
81
N
CAKUPAN DPT-HB 3 TH 2012
Mangkang
Ngaliyan
Genuk Bandarharjo Bulu Lor Karangdoro Krobokan Bugangan Lebdosari Poncol Gayamsari Bangetayu Karangayu Miroto Halmahera Tlogosari Kulon Ngemplak Pandanaran Simg Manyaran Lamper Tengah Purwoyoso Tlogosari Wetan PegandanKagok Candi Lama
Karanganyar
Karanganyar Tambakaji
99
Mangkang
Genuk Bandarharjo Karangdoro Bulu Lor Krobokan Bugangan Lebdosari Poncol Gayamsari Bangetayu Karangayu Miroto Halmahera Tlogosari Kulon Pandanaran Ngemplak Simg Manyaran Lamper Tengah Purwoyoso Tlogosari Wetan Pegandan Kagok Candi Lama
Tambakaji Ngaliyan
Kedungmundu
Kedungmundu
Ngesrep Sekaran
Ngesrep Sekaran
Mijen Gunung Pati
Mijen
Srondol
Gunung Pati
N
CAKUPAN BCG TH 2012
Rowosari
Srondol
Rowosari
Padangsari
Padangsari
Karangmalang Pudak Payung
Karangmalang
Pudak Payung
Sum2.shp 0 - 94 95 - 99 100 - 300
Sum2.shp 0 - 89 90 - 94 95 - 300
N
CAKUPAN CAMPAK TH 2012
99
Mangkang
CAKUPAN POLIO 4 TH 2012
G enuk Bandar har jo Bulu Lor Karangdor o Kr obokan Bugangan Lebdos ari Ponc ol Gayamsari Bangetayu Karangayu Miroto Halmahera Pandanaran Tlogosar i Kulon Ngemplak Simg Many aran Lamper Tengah Purw oyos o Tlogosari W etan Pegandan Kagok Candi Lama
Tambak aji Ngaliyan
99
Mangkang
Karanganyar
N
Genuk Bandarhar jo Bulu Lor Karangdoro Kr obokan Bugangan Lebdosari Poncol Gayam sari Bangetayu Karangayu Miroto Halm ahera Tlogosar i Kulon Pandanaran Ngemplak Simg Manyaran Lamper Tengah Purwoyoso Tlogosari W etan PegandanKagok Candi Lam a
Karanganyar Tambakaji Ngaliyan
Kedungmundu
Kedungm undu
Ngesrep Ngesrep
Sek aran Sekaran
Mijen Gunung Pati
Srondol
Rowosari
Mijen Gunung Pati
Padangs ari
Srondol
Rowos ari
Padangsari
Karangmalang
Pudak Payung
Sum2.shp 0 - 89 90 - 94 95 - 300
Karangmalang Pudak P ayung
Sum2.shp 0 - 89 90 - 94 95 - 300
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN 1.
Kunjungan Pelayanan Kesehatan Cakupan kunjungan pelayanan kesehatan oleh penduduk dapat diperoleh
dari data kunjungan di sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas & Rumah Sakit) baik kunjungan rawat jalan dan rawat inap. Pada tahun 2012 total kunjungan tingkat Kota Semarang pada unit rawat jalan sebesar 2.845.274 kunjungan mengalami peningkatan dibanding tahun 2011 yaitu 1.398.308 kunjungan dan 2010 yaitu sebanyak 1.439.924. Sedangkan untuk kunjungan rawat inap pada tahun 2012 sebesar 388.858 kunjungan. Namun demikian kunjungan pasien di pelayanan kesehatan ini belum bisa menunjukkan kunjungan khusus warga Kota Semarang karena berbagai macam faktor. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran tabel 58.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
82
2.
Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Indikator pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat dilihat dari angka BOR,
LOS, TOI, GDR, dan NDR. Adapun data pemanfaatan Rumah Sakit di Kota Semarang dapat dilihat dari beberapa indikator kinerja sebagai berikut: a.
Bed Occupation Rate (BOR), standar yang ideal untuk suatu Rumah
Sakit adalah antara 70% s.d 80%. Manfaat Angka Penggunaan Tempat Tidur (BOR ) adalah untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit. Berdasarkan data yang dilaporkan prosentase BOR yang digunakan pada penderita Rawat Inap di Rumah Sakit se- Kota Semarang pada tahun 2012 mencapai 73,7 % mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang sebesar 62,6 dan tahun 2010 yang mencapai 60,2% dengan jumlah tempat tidur sebanyak sebesar sebanyak 3.911 buah.
Capaian angka ini belum
dapat mencapai standar yang ideal untuk Rumah Sakit. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan tempat tidur pada Rumah Sakit di Kota Semarang belum dimanfaatkan secara optimal. b.
Length Of Stay ( LOS) adalah rata-rata dalam 1 (satu) tempat tidur
dihuni oleh 1 (satu) penderita rawat inap yang dihitung dalam hari dengan standar ideal antara 6 – 9 hari. Manfaat LOS adalah untuk mengukur efisiensi pelayanan Rumah Sakit, dan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit. Berdasarkan data yang dilaporkan pencapaian LOS RS tahun 2012 sebesar 5,6 hari sedikit mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang mencapai 4,8 hari. Cakupan pencapaian tersebut dapat diartikan bahwa penggunaan tempat tidur di RS di Kota Semarang belum memenuhi standar ideal. c.
Turn of Interval (TOI) adalah rata-rata tempat tidur tidak ditempati
dengan standar ideal antara 1 – 3 hari. TOI untuk Kota Semarang pada tahun 2012 sebesar 2,0 hari sedikit mengalami perbaikan jika dibanding tahun 2011 sebesar 2,9 hari, dan tahun 2010 yang sebesar 3,4 hari. Angka ini dapat diartikan bahwa pemakaian tempat tidur di Rumah Sakit sudah optimal. d.
Gross Death Rate (GDR), adalah angka kematian untuk tiap-tiap 1000
penderita keluar maksimum adalah 45. Manfaat GDR (Gross Death Rate) untuk mengetahui mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit. Angka ini bisa untuk menilai mutu pelayanan jika angka kematian kurang dari 48 jam
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
83 rendah. Berdasarkan data yang dilaporkan GDR Kota Semarang pada tahun 2012 sebesar 3,5 % sedikit mengalami peningkatan dibanding 2011 sebesar 3,07 % namun sedikit mengalami penurunan kasus jika dibandingkan tahun 2010 sebesar 3,73 %. e.
Neath Death Rate (NDR), manfaat NDR adalah untuk mengetahui mutu
pelayanan / perawatan Rumah Sakit. Semakin rendah NDR suatu Rumah Sakit, berarti bahwa mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit makin baik. NDR yang masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000 penderita keluar. Pencapaian NDR di Kota Semarang pada tahun 2012 sebesar 2,1 % mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang sebesar 1,66 %, namun mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 24,8 permil. Namun demikian secara keseluruhan pelayanan rumah sakit di Kota Semarang masih tergolong baik.
3.
Pelayanan Kesehatan Gigi & Mulut Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di sarana
pelayanan kesehatan pada tahun 2012 meliputi pelayanan tumpatan gigi tetap sejumlah 6.186 kasus, pencabutan gigi tetap 8.936 kasus, dengan rasio untuk tumpatan/pencabutan
dibandingkan
pencabutan
gigi
sebesar
0,7
sedikit
mengalami peningkatan dari tahun 2011 sebesar 0,5. Terhadap pelayanan UKGS di sekolah dasar, dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi terhadap 23.766 siswa (16,6%), dari total 142.553 anak SD/MI. Dari jumlah tersebut terdapat 6.329 siswa perlu perawatan dan yang telah mendapatkan perawatan sebanyak 2.658 siswa (42.0%). Berkaitan dengan kegiatan sikat gigi massal, diperoleh hasil sejumlah 259 SD/MI telah melakukan kegiatan tersebut atau 42,8 % dari total 605 SD/MI. Namun demikian s udah 100 % SD/MI mendapat pelayanan kesehatan gigi. Berdasarkan data yang ada kesehatan gigi dan mulut masih belum menjadi alasan penting masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain itu pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih belum terlaksana
dengan
baik
sehingga
sering
terjadi
keterlambatan
dalam
pelaporannya. Untuk itu perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan gigi mulut khususnya pada upaya kesehatan secara promotif dan preventif,
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
84 peningkatan
kemampuan
tenaga
kesehatan
serta
peningkatan
kualitas
pencatatan dan pelaporan yang ada.
C. PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) merupakan upaya pemeliharaan kesehatan secara paripurna, terstruktur yang dijamin kesinambungan dan mutunya dimana pembiayaannya dilaksanakan secara pra upaya yang bertujuan tidak hanya
sekedar menyembuhkan penyakit tetapi juga dituntut aktif untuk
berusaha meningkatkan derajad kesehatan dan mencegah peserta agar tidak jatuh sakit. Program Jamkesmas diselenggarakan untuk memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas kesehatan yang melaksanakan program Jamkesmas, mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar dan terkendali mutu dan biayanya, dan terselenggaranya pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel. Sasaran atau kuota Jamkesmas Kota Semarang tahun 2012 sebanyak 306.700 jiwa. Gambaran Kepersertaan Jaminan Kesehatan Kota Semarang 2012 306700; 20% 670429; 45% 91309; 6%
jaminan kesehatan masyarakat jaminan kesehatan masyarakat Kota Askes Jamsostek PT. Hatimas Setia belum terjamin
7000; 1%
202754; 13%
228732; 15%
Sumber: Seksi Pemberdayaan & Pembiayaan Kesehatan Program Jamkesmas 2011 dikembangkan dengan memberikan Jaminan Persalinan bagi semua kehamilan/persalinan (yang belum memiliki Jaminan Persalinan). Jaminan Persalinan yang memberikan pelayanan kepada seluruh ibu hamil yang melahirkan dimana persalinannya ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
85
CAKUPAN PELAYANAN JAMPERSAL DI PELAYANAN DASAR KOTA SEMARANG TAHUN 2012 887; 2%
38; 0%
1; 0%
20.238 ; 37%
Peserta Jampersal dirujuk
1001; 2% 7424; 14%
Tindakan Pasca Persalinan (Manual Placenta) Tindakan Emergensi Dasar di Poned Pra Rujukan PARTUS NORMAL PNC
24,481, 45%
ANC
Sumber: Seksi Pemberdayaan & Pembiayaan Kesehatan
Jaminan
Kesehatan
Masyarakat
Kota
(Jamkesmaskot)
merupakan
Pengembangan program jaminan kesehatan di daerah (Jamkesda) dalam upaya menuju pencapaian kepesertaan semesta (universal coverage) sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Dalam rangka memperluas cakupan kepesertaan di luar kuota sasaran yang sudah tercakup dalam program Jamkesmas (Nasional). Kota Semarang merupakan salah satu daerah otonomi di Provinsi Jawa Tengah yang telah mengembangkan sistem jaminan sosial bagi masyarakatnya. Sistem jaminan kesehatan di Kota Semarang terbentuk dengan terbitnya Peraturan Walikota Semarang Nomor 28 Tahun 2009 yang dikenal dengan nama Jaminan Kesehatan Masyarakat Kota Semarang (Jamkesmaskot). Jumlah warga miskin Kota Semarang Tahun 2012 (kuota) yang ditanggung pembiayaan kesehatannya oleh Pemerintah Pusat adalah 306.700 jiwa, sedangkan warga miskin Kota Semarang berdasarkan hasil validasi data tahun 2011 adalah 448.398 jiwa sehingga ada 141.698 jiwa yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota dalam pelayanan kesehatan. Cakupan kunjungan Jamkesmas di pelayanan dasar Kota Semarang tahun 2012 untuk rawat jalan mengalami penurunan dibanding 2011, sebagaimana grafik berikut:
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
86
GRAFIK CAKUPAN KUNJUNGAN JAMKESMAS DI PELAYANAN DASAR KOTA SEMARANG TAHUN 20112012 400.000 300.000 200.000 100.000 RAWAT JALAN
2011 389.535
2012 294.175
RAWAT INAP
1.176
1.563
DIRUJUK
97
Sumber: Seksi Pemberdayaan & Pembiayaan Kesehatan Cakupan kunjungan pelayanan jamkesmaskot bagi warga miskin Kota Semarang tahun
2012 sebanyak 23.700 kunjungan, yang terdiri dari kunjungan
warga miskin yang masuk data base sebanyak 15.496 kunjungan (65,38 %) dan yang menggunakan SKTM sebanyak 8.204 kunjungan (34,62 %). Kunjungan pelayanan kesehatan ini bila dibandingkan jumlah warga miskin yang memanfaatkan (utility) maka rata – rata per orang memanfaatkan 3,6 kali kunjungan per tahun.
D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 1. Pemberian Tablet Tambah Darah Pada Ibu Hamil (Fe) Anemia Gizi adalah rendahnya kadar Haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi. Untuk penanggulangan masalah ini telah dilakukan intervensi dengan distribusi tablet Fe. Cakupan pemberian tablet Fe terkait erat dengan pelayanan antenatal care (ANC). Analisis cakupan K4 dengan Fe3 sering menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar, hal ini mungkin disebabkan karena belum optimalnya koordinasi lintas program terkait atau pencatatan dan pelaporan cakupan Fe ibu hamil belum terlaporkan dengan baik. Pada tahun 2012 cakupan untuk pemberian tablet Fe 3 sebanyak 27.221 atau 95,85 % meningkat dari tahun 2011 dimana cakupan untuk pemberian tablet Fe 3 sebanyak 25.397 bumil atau (89,67%) dari 28.323 ibu hamil. Hal ini menunjukkan bahwa penjaringan pertama pada ibu hamil sudah dapat dilaksanakan sesuai target.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
87 Dari data yang ada diperoleh bahwa cakupan pemberian Fe3 kepada ibu hamil tertinggi diperoleh oleh Puskesmas Bugangan sejumlah 125,97% dan terendah pada puskesmas miroto sebesar 73,79%.
2. Pemberian Kapsul Vitamin A Tujuan pemberian kapsul Vitamin A adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A (KVA) pada balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat apabila cakupannya tinggi. Bukti-bukti lain menunjukkan peranan vitamin A dalam menurunkan angka kematian yaitu sekitar 30%-54%, maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan anak. Dari data yang dilaporkan oleh puskesmas diperoleh bahwa cakupan pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan sejumlah 14.124 bayi atau sebesar 100,9% dari 14.002 bayi yang ada. Sedangkan cakupan pemberian vitamin A yang diberikan 2 kali kepada anak balita ( 1-4 tahun ) sebesar 89.764 anak atau 100,11% dari 89.668 sasaran anak balita yang ada. Bagi ibu nifas diperoleh cata cakupan pemberian vitamin A sebesar 28.892 ibu nifas (106,59%) dari 27.107 ibu nifas. Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 32.
3. Pemberian ASI Ekslusif ASI (Air Susu Ibu) merupakan salah satu makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Oleh sebab itu , pemberian ASI perlu diberikan secara ekslusif sampai umur 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun. Walaupun demikian masih terdapat kendala dalam pemantauan pemberian ASI Ekslusif karena belum ada sistem yang dapat diandalkan. Selama ini pemantauan tingkat pencapaian ASI Ekslusif dilakukan melalui laporan puskesmas yang diperoleh dari hasil wawancara pada waktu kunjungan bayi di Puskesmas. Berdasarkan hasil laporan puskesmas tahun 2012, pemberian ASI Ekslusif pada bayi umur 0-6 bulan sejumlah 9.547 bayi atau 64,0% dari 14.915 bayi. Hal ini menynjukkan peningkatan dari tahun 2011, dimana pemberian ASI Ekslusif sebesar 1.656 (24,2%) dari 6.833 bayi usia 0 – 6 bulan yang ada. Jika dibandingkan dengan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
88 cakupan Indonesia tahun 2011 sebesar 61,5% maka cakupan di tahun 2012 ini sedikit ada peningkatan. Namun demikian terdapat beberapa hal yang menghambat pemberian ASI Ekslusif diantaranya adalah : rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, faktor sosial budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan gencarnya pemasaran susu formula. Untuk itu tingkat pencapaian dalam program ASI Ekslusif ini harus mendapatkan perhatian khusus dan memerlukan pemikiran dalam mencari upayaupaya terobosan serta tindakan nyata yang harus dilakukan oleh provider di bidang kesehatan dan semua komponen masyarakat dalam rangka penyampaian informasi maupun sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat. E. PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT Pelayanan kesehatan usila yang dimaksudkan adalah penduduk usia 60 tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan baik di puskesmas maupun di Posyandu Kelompok Usia Lanjut. Hasil kegiatan pelayanan kesehatan Usila di Kota Semarang pada tahun 2012 sejumlah 32.958 (64,37%) dari 51.200 usia yang ada, atau mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang sebesar 30.551 (65,18%) dari 46.872 jumlah usila yang ada. Namun demikian keaktifan petugas puskesmas dalam melakukan pembinaan dan pelayanan di dalam dan luar gedung terhadap kelompok usia lanjut sangat mendukung pencapaian indikator tersebut. F. PELAYANAN KESEHATAN PEKERJA Dari laporan Puskesmas yang terdata cakupan pelayanan kesehatan pekerja baik sektor formal maupun informal yang dilayani di Kota Semarang pada tahun 2012 sebanyak 76,235 orang, yang terdiri dari kasus penyakit umum pada pekerja sebesar 66%, kasus diduga karena penyakit akibat kerja pada pekerja sebesar 9%, Kasus penyakit akibat kerja sebesar 3%, kasus kecelakaan kerja sebesar 0,43% dan kasus lainnya sebesar 22%. Gambaran cakupan pelayan kesehatan kerja dapat dilihat pada grafik dibawah ini
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
89
GRAFIK CAKUPAN UPAYA KESEHATAN KERJA KOTA SEMARANG TAHUN 2012 325 ; 0%
Kasus Penyakit Umum pd Pekerja Kasus diduga PAK pd pekerja
16.938 ; 22%
1,935, 3%
6.581 ; 9%
Kasus PAK pd pekerja
50.456 ; 66%
Kasus Kecelakan Akbat Kerja
Sumber: Seksi Pemberdayaan & Pembiayaan Kesehatan G. PELAYANAN KESEHATAN KHUSUS 1. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2012 sebanyak 37 sarana kesehatan (58,06%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus (87,5%) dan 13 puskesmas perawatan (100%). 2. Pelayanan Kesehatan Jiwa Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara umum, sarana kesehatan yang ada juga memberikan pelayanan terhadap kesehatan jiwa. Berdasarkan data yang berhasil didapat, pelayanan kesehatan jiwa pada Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Semarang pada tahun 2012 yang diwakili dengan jumlah kunjungan gangguan jiwa menunjukkan 57.604 kunjungan pasien. Namun demikian angka ini termasuk kunjungan gangguan jiwa bagi warga di luar Kota Semarang yang mendapatkan pelayanan di sarana kesehatan Kota Semarang.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
90
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN KOTA SEMARANG
Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada bab ini, sumber daya kesehatan diulas dengan menyajikan gambaran keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan, perbekalan kesehatan dan pembiayaan kesehatan. A. SARANA KESEHATAN Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat perlu didukung oleh adanya sarana kesehatan yang memadai dan memiliki kualitas pelayanan yang baik. Sarana kesehatan dasar yang ada di Kota Semarang pada tahun 2012 terdiri dari : o Rumah Sakit Umum
: 15
RS
o Rumah Sakit Jiwa
:1
RS
o Rumah Sakit Bersalin
:3
RS
o Rumah Sakit Ibu dan Anak : 4
RS
o Puskesmas
: 37
Puskesmas
Perawatan
: 13
Puskesmas
Non Perawatan
: 24
Puskesmas
Pembantu
: 35
Puskesmas
Pusling
: 37
Puskesmas
o Rumah Bersalin
:6
RB
o Balai Pengobatan Umum
: 72
BP Umum
o BP Gigi
: 25
BP Gigi
o Klinik Utama
: 31
Klinik
o Apotek
: 403
Apotek
o Toko Obat
: 12
Unit
o Praktek dokter spesialis
: 691
Unit
o Praktek dokter umum
: 1.512 Unit
o Praktek dokter gigi
: 358
Unit
Data secara lengkapnya dapat dilihat pada tabel 70.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
91 Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Laboratorium Kesehatan dan 4 spesialis dasar. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat, telah terdapat beberapa sarana pelayanan kesehatan yang telah dilengkapi oleh fasilitas laboratorium kesehatan dan 4 (empat) spesialis dasar. Kondisi yang ada di Kota Semarang pada tahun 2012, diketahui bahwa sarana kesehatan yang memiliki laboratorium kesehatan sebanyak 59 buah (100%) dan yang memberikan pelayanan 4 spesialis dasar sebesar 15 buah (24,19%). Sarana kesehatan tersebut terdiri dari : 15 Rumah Sakit Umum dengan fasilitas laboratorium kesehatan dan 4 spesialis dasar; Rumah Sakit Khusus 5 buah yang memiliki laboratorium kesehatan, 1 Rumah Sakit Jiwa, serta 37 puskesmas se-Kota Semarang telah seluruhnya dilengkapi oleh fasilitas laboratorium kesehatan sederhana Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2012 sebanyak 37 sarana kesehatan (58,06%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus (87,5%) dan 13 puskesmas perawatan (100%). Desa Siaga, merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalahmasalah kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Jumlah desa/kelurahan siaga yang ada di Kota Semarang Tahun 2012 sebanyak 177 Kelurahan. Artinya semua kelurahan di Kota Semarang telah menjadi kelurahan siaga B. TENAGA KESEHATAN Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak akan berjalan dengan baik jika tidak didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya
manusia (SDM)
dibidang kesehatan, yang diharapkan mampu bekerja secara profesional dan selalu berusaha untuk mengembangkan kemampuan secara keilmuan dan ketrampilannya dalam rangka memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Informasi tenaga kesehatan diperlukan bagi perencanaan dan pengadaan tenaga serta pengelolaan kepegawaian. Kesulitan memperoleh data ketenagaan yang mutakhir disebabkan antara lain karena sifat data ketenagaan yang selalu berubah terus-menerus sehingga sistem pencatatan dan pelaporan belum dapat
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
92 ditampilkan secara lengkap, akurat dan sistematis. Sebaran tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan, Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan Kota Semarang sebagai berikut:
Tabel m : Data Tenaga Kesehatan di Kota Semarang Tahun 2012 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jenis Tenaga Kesehatan
Unit Kerja RSU/RS RSB Khusus Lainnya
Institusi Diknakes /Diktat
Sarana Kesh Lain
Jumlah
DKK
Puskesmas
0 6 3 1
2 106 46 158
629 215 64 2.884
631 327 113 3.043
2 5
10 146
425 421
437 572
Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Sarjana Keperawatan Bidan
Tenaga Farmasi 3 35 351 Sarjana Farmasi & Apoteker 3 12 68 Tenaga Sanitarian 3 38 12 Kesehatan Masy. 37 21 76 Tenaga Gizi 3 35 86 Tenaga Terapi Fisik 0 0 117 Tenaga Keteknisian Medik 10 47 425 Sumber : Sub Bag Umum Kepegawaian dan Bidang Yankes
389 86 53 134 121 117 482
Adapun Rasio tenaga kesehatan Kota Semarang (berdasarkan lokasi kerja di puskesmas,
Rumah
Sakit
dan
Dinas
Kesehatan
Kota
Semarang)
dibandingkan dengan jumlah penduduk kota Semarang tahun 2012 dapat diperoleh data sebagai berikut: a. jumlah Dokter Umum sebesar 19.7 per 100.000 penduduk (target IS: 40/100.000 penduduk) b. jumlah Dokter Spesialis sebesar 38,7 per 100.000 penduduk (target IS: 6/100.000 penduduk) c. jumlah Dokter Gigi sebesar 6.8 per 100.000 penduduk (target IS: 11/100.000 penduduk) d. jumlah Perawat sebesar 82 per 100.000 penduduk (target IS: 117,5/100.000 penduduk) e. jumlah Bidan sebesar 35 per 100.000 penduduk (target IS: 100/100.000 penduduk)
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
93 f.
jumlah Tenaga Farmasi sebesar 28 per 100.000 penduduk (target IS 2011 : 10/100.000 penduduk)
g. jumlah Tenaga Gizi sebesar 7 per 100.000 penduduk (target IS 2011 : 22/100.000 penduduk) h. jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat sebesar 6,0 per 100.000 penduduk (target IS 2010 : 40/100.000 penduduk) i.
jumlah Tenaga Sanitasi sebesar 3,1 per 100.000 penduduk (target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)
j.
jumlah tenaga teknisi medis sebesar 29 per 100.000 penduduk
Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 74 s.d tabel 77
C. PERBEKALAN KESEHATAN Ketersediaan Obat Tingkat ketersediaan obat sesuai dengan Pelayanan Kesehatan dasar di Puskesmas tahun 2012 adalah 158%. Angka ini diperoleh dari jumlah persediaan obat dari seluruh sumber anggaran tahun 2012 yaitu Rp. 9.633.264.965,45 dibagi dengan
jumlah
pemakaian
obat
selama
tahun
2012
sebesar
Rp.
6.086.186.497,81. Perencanaan dan pengadaan obat di Kota Semarang tahun 2012 seluruh jenis obatnya adalah obat esensial dan generik sesuai dengan Pedoman Pengadaan Obat dari Kemenkes RI.
No
Tahun
Pemakaian obat Puskesmas (Rp.)
Pesediaan Obat (Rp.)
Ketersediaan Obat (%)
1 2 3 4
2009 2010 2011 2012
4.297.138.293 4.937.400.129 5.335.760.964 6.086.186.497
6.972.699.466 7.124.472.650 9.149.159.943 9.633.264.965
162 144 171 158
Sumber: Seksi Farmamin Bidang Yankes & Instalasi Farmasi
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
94
D. PEMBIAYAAN KESEHATAN Tren alokasi anggaran kesehatan Kota Semarang menunjukan angka yang fluktuatif dari tahun 2009 s/d 2012 sebagai berikut: Grafik Tren Alokasi Anggaran Kesehatan Kota Semarang Dari Tahun 2009 s/d 2012 193.676.453.160
200.000.000.000 128.956.186.687
150.000.000.000
106.684.129.161
110.371.222.850
100.000.000.000 50.000.000.000 0 2009
2010
2011
2012
Alokasi Anggaran Kesehatan
Sumber: Subbag Perencanaan & Evaluasi Alokasi anggaran kesehatan Kota Semarang pada tahun 2012 sebesar Rp. 128.956.186.687 hal ini menunjukkan peningkatan dari tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 110.371.222.850,-. Alokasi dana ini terbagi atas: sumber APBD Kota Semarang sebesar Rp. 103.938.931.635,- (80,60%); sumber APBD Propinsi Rp. 140.000.000,(0,11%); sumber APBN sebesar Rp. 17.407.413.500,- (13,5%), pinjaman luar negeri sebesar Rp. 6.314.521.552 (4,9%), dan sumber pemerintah lain sebesar Rp. 1.155.320.000,- (0,9%).
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
95 Jika dibandingkan dengan total APBD Kota Semarang yang sebesar Rp. 2.418.386.486.000,- terhadap total APBD dinas Kesehatan adalah 4,30%. Data secara lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 79.
Rasio Anggaran Kesehatan Terhadap APBD Tahun 2010 s/d 2012
7
6,65
6 5 4 4,29
3
4,3
2 1 0 2010
2011
2012
Sumber: Subbag Perencanaan & Evaluasi
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
rasio
96
KESIMPULAN BAB V KESIMPULAN
BAB VI
Berbagai upaya yang telah dilaksanakan dalam pembangunan kesehatan, antara lain upaya peningkatan dan perbaikan terhadap derajat kesehatan masyarakat, upaya pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya kesehatan. Hasil-hasil kegiatan pembangunan kesehatan di 16 kecamatan di Kota Semarang selama periode 1 (satu) tahun tergambar dalam Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2012. Secara
umum
upaya-upaya
yang
telah
dilakukan
dalam
pembangunan kesehatan telah menunjukkan hasil yang cukup baik, namun
masih
ada beberapa program kesehatan yang belum mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan maupun kekurangan dalam pencapaian upaya-upaya pembangunan kesehatan di Kota Semarang selama tahun 2012 adalah sebagai berikut : 1.
Jumlah Kematian Bayi, berdasarkan hasil laporan berbagai sarana pelayan kesehatan yang terjadi di Kota Semarang Tahun 2012 sebanyak 118 dari 27.448 kelahiran hidup,sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,0 per 1.000 KH.
2.
Jumlah Kematian Anak Balita di Kota Semarang Tahun 2012 sebanyak 44 anak dari 27.448 kelahiran hidup sehingga Angka Kematian Balita (AKABA) Kota Semarang diperoleh sebesar 1,6 per 1.000 KH.
3.
Jumlah kematian Ibu maternal, berdasarkan laporan Puskesmas dan Rumah Sakit pada tahun 2012 sebanyak 22 kasus dengan jumlah kelahiran hidup (KH) sebanyak 27.448 orang atau 77,5 per 100.000 KH.
4.
Jumlah kasus bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) tahun 2012 sebesar 165 bayi (0,6%)
5.
Jumlah Balita dengan status baw ah garis merah (BGM) sebanyak 1.261 anak (1,5%) dari 86.904 balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu
6.
Jumlah kasus giz i buruk balita yang ditemukan tahun 2012 sejumlah 39 kasus.
7.
Jumlah penderita TB Paru yang ditemukan tahun 2012 dengan status supek sebesar 11.724 orang, penderita BTA (+) sebesar 1.132 orang (70%), kasus TB anak sejumlah 359 kasus (13%). Angka kesembuhan tahun 2011 sebesar 63%.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
97 8.
Jumlah kasus HIV yang ditemukan tahun 2012 sebesar 520 orang, sedangkan jumlah kasus AIDS pada tahun 2012 sebanyak 104 orang, dan yang meninggal adalah 12 orang.
9.
Jumlah kasus pneumonia umur < 1 th tahun 2012 adalah 1.075 orang, umur 1 - 4 th sebanyak 3.237. Sedangkan untuk kasus pneumonia berat umur < 1 th sebesar 180 balita, dan umur 1-4 tahun sebanyak 157 anak.
10. Jumlah penderita kusta yang ditemukan tahun 2012 adalah 44 kasus, dengan tipe kusta PB ada 3 kasus (6,8%) dan tipe MB ada 41 kasus (93,2%). 11. Jumlah kasus diare, tahun 2012 untuk penderita umur <1 tahun sebesar 4.870 kasus, umur 1-4 tahun sebesar 11.215 kasus, umur > 5 tahun sebesar 26.264 kasus, dengan total kasus adalah 42.349 kasus. 12. Jumlah kasus tetanus neonatorum (TN), tidak ditemukan kasus pada tahun 2012. Dengan cakupan TT bumil tahun 2012 sebanyak 85%. 13. Jumlah kasus difteri tahun 2012 sebanyak 5 kasus, dan tidak ditemukan penderita yang meninggal. 14. Jumlah kasus campak yang ditemukan pada tahun 2012 sejumlah 201 kasus, dengan cakupan imunisasi 114 kasus 15. Jumlah kasus polio, dengan kasus AFP tahun 2012 sejumlah 8 kasus. 16. Jumlah kasus malaria, tahun 2012 sebesar 20 kasus, dengan API sebesar 0,011. 17. Jumlah kasus demam berdarah pada tahun 2012 sebanyak 1.250 kasus dengan jumlah meninggal 22 orang. IR DBD adalah 70,9 % dan CFR DBD adalah 1,78 %. 18. Jumlah kasus Chikungunya yang terjadi pada tahun 2012 sebesar 62 kasus dengan IR 3,52 per 100.000 penduduk. 19. Jumlah kasus Rabies yang terjadi di tahun 2012 sebanyak 36 kasus, 95% diberikan vaksin anti rabies, 3% tidak diberikan VAR karena luka garukan atau lecet/luka kecil disekitar tangan dan kaki serta keadaan hewan pada waktu menggigit dalam kondisi sehat 20. Jumlah kasus leprospirosis yang terjadi pada tahun 2012 sebesar 81 kasus dengan jumlah kematian 14 kasus, angka CFR adalah 17 per 100.000 penduduk. 21. Jumlah kasus flu burung yang terjadi pada tahun 2012 tidak temukan adanya konfirm kasus, namun terdapat 1 kasus suspek flu burung.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
98 22. Jumlah Kasus Penyakit tidak menular , jumlah kematian tahun 2012 sebesar 2.084 kasus dengan, urutan berdasarkan jumlah kematian karena penyakit tidak menular adalah : jantung dan pembuluh darah ( 1344 ), diabetes mellitus ( 286 ), kanker ( 229 ), PPOM (66), kecelakaan lalu lintas ( 52 ), dan asma ( 38 ), serta psikosis ( 12 ). 23. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2012 adalah 27.889 meningkat jika dibanding dengan tahun 2011 adalah
26.743 bumil
(94,4%). 24. Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di Kota Semarang pada tahun 2012 adalah 26.618 (98,2%) dari 27.108 ibu bersalin. 25. Jumlah pelayanan ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan adalah 21.398 orang atau 78,9% dari total ibu nifas yang berjumlah 27.108 orang. 26. Jumlah pelayanan komplikasi maternal, pada tahun 2012 jumlah neonatal risti yang ditangani sebesar 3.095 kasus atau 54,5% dari total 5.680 komplikasi kebidanan. 27. Pelayanan Neonatal komplikasi yang dilayani/ditangani pada tahun 2012 sebesar 2.785 kasus atau 67,5 % dari total perkiraan 4.128 neonatal. 28. Cakupan kunjungan neonatus (KN 1) tingkat Kota Semarang tahun 2012 adalah 27.035 atau (98,5%) dari 27.448 bayi lahir hidup. 29. Cakupan kunjungan bayi di Kota Semarang pada tahun 2012 adalah 25.680 atau 99,3% dari 25.852 bayi yang ada. 30. Pelayanan kesehatan balita minimal 8 kali di peroleh cakupan tahun 2012 adalah 71.512 atau (80,8 %). 31. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak balita tingkat Kota Semarang pada tahun 2012 sebanyak 86.904 (78,5%) bayi ditimbang dari total balita yang ada berjumlah 110.694 anak. 32. Pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 & sederajat yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas diperoleh hasil sebanyak 25.019 murid SD atau 98,8 % dari 25.369 murid SD keseluruhan. 33. Jumlah pasangan usia subur (PUS) yang berhasil didata oleh Puskesmas sebanyak 259.120, dengan jumlah peserta KB baru sebesar 36.298 orang (14%) dengan jumlah peserta KB aktif yang dibina sebesar 194.423 orang (75,0%). 34. Cakupan bayi yang diimunisasi DPT3 + HB3 pada tahun 2012 sebesar 29.663 (211,8%), dengan Cakupan imunisasi campak sebesar 29.473 (210,5%).
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
99 Adapun DO Rate yang didapat selama tahun 2012 adalah -0,2 dari batasan -5 > 0 > 5, hal ini berarti masih baik 35. Cakupan kunjungan pelayanan kesehatan pada tahun 2012 total kunjungan tingkat Kota Semarang pada unit rawat jalan sebesar 2.845.274 kunjungan, sedangkan untuk kunjungan rawat inap pada tahun 2012 sebesar 388.858 kunjungan 36. Pencapaian hasil kinerja Rumah Sakit di Kota Semarang meliputi : BOR (73,7%) ; LOS (5,6 hari) ;TOI (2,0 hari) ; GDR (3,5 %) ; NDR (2,1 %). 37. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di puskesmas pada tahun 2012 meliputi pelayanan tumpatan gigi tetap sejumlah 5.968 kasus, pencabutan gigi tetap 8.556 kasus, dengan rasio untuk tumpatan/pencabutan dibandingkan pencabutan gigi sebesar 0,7. 38. Pelayanan UKGS di sekolah dasar, dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi terhadap 23.766 siswa (16,6%), dari total 142.553 anak SD/MI. Dari jumlah tersebut terdapat 6.329 siswa perlu perawatan dan yang telah mendapatkan perawatan sebanyak 2.658 siswa (42.0%). Berkaitan dengan kegiatan sikat gigi massal, diperoleh hasil sejumlah 259 SD/MI telah melakukan kegiatan tersebut atau 42,8 % dari total 605 SD/MI. 39. Jumlah pelayanan kesehatan masyarakat miskin, meliputi kunjungan jamkesmas rawat jalan 294.175 kunjungan, kunjungan jamkesmas rawat inap 1.563 kunjungan, kunjungan pelayanan jamkesmaskot 23.700 kunjungan, utility kunjungan 3,6 kali/tahun. 40. Cakupan pemberian Fe3 sebesar 27.221 (95,85%), meningkat dari tahun 2011. 41. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan sejumlah 14.124 bayi atau sebesar 100,9% dari 14.002 bayi yang ada. Sedangkan cakupan pemberian vitamin A yang diberikan 2 kali kepada anak balita ( 1-4 tahun ) sebesar 89.764 anak atau 100,11% dari 89.668 sasaran anak balita yang ada. Bagi ibu nifas diperoleh cata cakupan pemberian vitamin A sebesar 28.892 ibu nifas (106,59%) dari 27.107 ibu nifas. 42. Cakupan pemberian ASI Ekslusif pada bayi umur 0-6 bulan sejumlah 9.547 bayi atau 64,0% dari 14.915 bayi. 43. Cakupan pelayanan kesehatan Usila di Kota Semarang pada tahun 2012 sejumlah 32.958 (64,37%) dari 51.200 usia yang ada. 44. Cakupan pelayanan kesehatan pekerja baik sektor formal maupun informal yang dilayani di Kota Semarang pada tahun 2012 sebanyak 76,235 orang.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012
100 45. Jumlah sarana kesehatan yang memiliki laboratorium kesehatan sebanyak 59 buah (100%) dan yang memberikan pelayanan 4 spesialis dasar sebesar 15 buah (24,19%). 46. Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2012 sebanyak 37 sarana kesehatan (58,06%). 47. Jumlah desa/kelurahan siaga yang ada di Kota Semarang Tahun 2012 sebanyak 177 Kelurahan. 48. Tingkat ketersediaan obat sesuai dengan Pelayanan Kesehatan dasar di Puskesmas tahun 2012 adalah 158%. 49. Alokasi anggaran kesehatan Kota Semarang pada tahun 2012 sebesar Rp. 128.956.186.687, dengan rasio terhadap APBD Kota Semarang sebesar 4,3%.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012