JIHAD MENURUT YUSUF QARADHAWI
skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh : Ahmad Basori NIM : 103033227774
JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H. / 2009 M.
JIHAD MENURUT YUSUF QARADHAWI
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Oleh :
Ahmad Basori NIM : 103033227774
Dibawah Bimbingan
Dr. Sirajuddin Aly, M.A. NIP. 150 318 684
JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 1430 H. / 2009 M.
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata- 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skiripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Jakarta. 4. Demikian lembar pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh tanggung jawab.
Jakarta, 30 Mei 2009 Ahmad Basori Penulis
KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Allah yang Maha Kuasa atas Hidayah dan Rahmat-Nya, akhirnya penulisan skripsi yang berjudul ”Jihad Menurut Yusuf Qaradhawi” ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selalu kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pengikut yang taat kepadanya hingga akhir zaman. . Berbagai pihak telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis menyatakan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penyelesaian tugas akhir, untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) starata satu (S1) pada Jurusan Pemikiran Politik Islam, Fakultas Ushuludin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Ucapan terima-kasih dan penghargaan tulus secara khusus penulis sampaikan kepada : 1. Dr. H.M. Amin Nurdin, M.A., Dekan Fakultas Ushuludin dan Filsafat serta segenap dosen yang telah membimbing penulis selama menempuh pendidikan. 2. Drs. Agus Darmaji, M.Fils. Ketua Jurusan Pemikiran Politik Islam dan Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M.Ag., Sekretaris Jurusan yang tanpa lelah telah mendedikasikan diri demi eksisnya jurusan ini. 3. Dr. Sirojudin Aly, M.A., pembimbing penulis, yang dengan penuh kesabaran membimbing penulis, mengarahkan, memberikan masukan,
hingga selesainya skripsi ini. 4. Kepala dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ushuludin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Iman Jama Lebak Bulus dan Perpustakaan Freedom Institute yang telah memberikan pelayanan dan input data. 5. Kepada kedua orang tua penulis (Bapak Ust Sodari dan Umi Royanah) yang telah bekerja keras membimbing dan mendoakan penulis, begitu juga dengan Hj. Aisyah (Alm), Keluarga Besar H. Musonip (Alm), Abangku Hasbullah Wahid dan adikku tercinta Imam Baihaqi, Neneng Sholiha, serta sahabat ku M Subhan (Alm). 6. Kepada Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia Bapak DR. Soewarsono, Ibu Hj. Yoyoh Yusroh, Bapak Drs. Alfian Tanjung, Bapak Mutamimul Ula, SH Bapak Sidik Kertapati, Imam Tolhah, Bapak Muhammad, Bapak H. Edi Yusuf, Darul Arqom, Nuril Anwar, Salman Al-Farisi yang telah membantu penulis dalam menjalani perkuliahan hingga selesai baik dari segi moril maupun materil. 7. Teman-temanku yang pernah menjabat di Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Periode 2006-2008, Ridwan zulmi, Ulfa Elvia Baroroh, Awaludin Yamin, Awaludin al-Gibrani, Syahidin, M. Arif Abdurrahman, Dede Gusli Piliang, M. Zaki, Irwan, Ririn, Deden Komarudin, M. Nawawi, M. Fadil, Sofyan Kamal serta teman- teman di Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia, Nasrullah, M. Ichsan Kamil, Ananda Selviani. 8. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menajalani proses
perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu.
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ..........................................................................i KATA PENGANTAR ..................................................................................ii DAFTAR ISI ................................................................................................iv TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................................vi BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1 B. Batasan dan Rumusan Masalah .....................................................................3 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................................................3 D. Metode Penelitian ..........................................................................................4
E. Tinjauan Pustaka............................................................................................5 F. Sistematika Penulisan ....................................................................................6 BAB II RIWAYAT HIDUP YUSUF QARADHAWI ..................................................7 A. Riwayat Hidup Yusuf Qaradhawi .................................................................7 B. Kontribusi dan Aktifitasnya dalam Pengabdian kepada Islam .....................11 C. Pemikiran Yusuf Qaradhawi dan Pengaruhnya ...........................................21 D. Karya-karya Yusuf Qaradhawi ....................................................................24 BAB III TINJAUAN UMUM KONSEPSI JIHAD ......................................................27 A. Definisi Jihad ...............................................................................................27 B. Jihad dalam Al-Quran dan Hadist Nabi .......................................................32 C. Pandangan Pakar tentang Jihad ...................................................................39
D. Sejarah dan Perkembangan Jihad .................................................................45 1. Jihad Periode Mekkah ............................................................................45 2. Jihad Periode Madinah ...........................................................................47 BAB IV KONSEP JIHAD MENURUT YUSUF QARADHAWI .............................52 A. Hakekat dan Tujuan Jihad ............................................................................52 B. Dimensi-dimensi Jihad .................................................................................53 -
Jihad Perang ...........................................................................................53
-
Jihad Pendidikan ....................................................................................57
-
Jihad Politik ...........................................................................................64
-
Jihad Ekonomi .......................................................................................73
-
Jihad Sosial ............................................................................................82
C. Relevansi Penafsiran jihad Yusuf Qaradhawi dengan masyarakat Indonesia..................................................................................................... .84 BAB V PENUTUP .......................................................................................................93 A. Kesimpulan ..................................................................................................93 B. Saran-saran ..................................................................................................94 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................95
Transliterasi Arab-Latin
a
ا
Dz
ذ
Zh
ظ
n
ن
b
ب
R
ر
’
ع
H
t
ت
Z
ز
gh
غ
W
و
ts
ث
S
س
f
ف
’
ء
j
ج
Sy
ش
q
ق
h
ح
Sh
ص
k
ك
kh
خ
Dh
ض
l
ل
d
د
Th
ط
M
م
a panjang = â I panjang = î U panjang = û
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jihad merupakan bagian integral wacana Islam sejak masa awal Islam hingga masa kontemporer. Banyak ulama dan pemikir muslim terlibat dalam pembicaraan tentang jihad. Baik dalam kaitannya dengan doktrin fiqih, teologi, sejarah maupun konsep politik Islam1. Jihad merupakan identitas pokok mukmin dalam praksisi sosial teologi, dimana diantara iman dan jihad tidak terpisahkan2. Hal ini tercermin dalam ayat al-Quran Surat al-Hujarat ayat 15 sebagai berikut : ☺ ☺ ! " #$% %/012% ,*-. *' &'() : 5)06789%"% *'0 %4 '(D @B14%C" ? ;<=># GH; ( /1EF "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.” Pasca tragedi pemboman gedung WTC Amerika Serikat dan sejumlah bom yang meledakan Bali, jihad menjadi isu internasional yang kembali diperbincangkan. Jihad menjadi doktrin Islam yang kontroversial dan paling sering disalahpahami, baik oleh kaum muslimin sendiri maupun kalangan non-muslim. Dalam pandangan sebagian kaum muslimin mengartikan jihad dengan perjuangan senjata yang
1
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme, Modernisme, hingga Post Modernisme (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 132. 2 Ziauddin Sardar dan Merryl Wyn Davies (ed), Wajah-Wajah Islam. Penerjemah A.E Priono dan Ade Armando (Bandung : Mizan,1992), h. 106.
menawarkan alternatif hidup mulia atau mati syahid3. Bagi mereka, perjuangan senjata merupakan langkah utama sehingga melegitimasikan kekerasan dan terorisme sebagai jihad tanpa batasan akhlak, agama, dan hukum. Sementara jihad menurut pandangan non-muslim (Barat) adalah perang suci (the holy war) untuk menyebarkan agama Islam dan menarik musuh (non-muslim) untuk masuk Islam. Dari pemahaman yang sering disalahpahami itu, Yusuf Qaradhawi berpendapat bahwa jihad berbeda dengan qatil (perang) makna jihad lebih komprehensif, dimulai dengan jihad terhadap setan, lalu jihad terhadap kezaliman dan kerusakan masyarakat, setelah itu barulah terhadap kaum kafir dan munafik4. Setiap muslim harus menjadi mujahid tetapi tidak harus menjadi muqatil.
Kecuali dia
memang melakukan peperangan sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat AlBaqarah ayat 216 : (D% OPQ '8>=MJN IJ KL V%" TIU% *'S RM*-L RZ*-[ (D% X=⌧ (D-S, #>6(, V%" TIU% *'8> ^% S *'S
Kelompok Khawarij, walaupun tidak berumur panjang tetapi ia menjadi prototip (pola dasar) bagi banyak kelompok keras yang muncul dalam masa-masa belakangan hingga zaman kontemporer dengan tiga langkah pokok : takfir, hijrah, dan jihad. Azra Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme, Modernisme, hingga Post Modernisme, h. 141. 4 Yusuf Qaradhawi, Kita dan Barat: Menjawab Berbagai Pertanyaan yang Menyudutkan Islam. Penerjemah Arif Munandar Riswanto dan Yadi Saeful Hidayat (Jakarta : Bulan Bintang), h. 65.
kekerasan dan terorisme dengan alasan apapun, meski pelakunya berbuat dengan dilandasi oleh kebaikan5. Islam menolak falsafah yang mengajarkan “untuk mencapai tujuan, cara apapun dibenarkan”. Islam mewajibkan tujuan dan cara yang ditempuh haruslah benar, Nabi Muhammad SAW bersabda:
ّ"# ّ$ ا%&' ی$ ّ"# ان ا “Sesungguhnya Allah maha baik dan tidak mau menerima kecuali kebaikan.” (HR. Muslim) Dalam konteks kekinian Yusuf Qaradhawi berpendapat akan pentingnya memperbaiki keadaan masyarakat, yaitu dimulai dengan membangun manusia seutuhnya mendidik generasi masa depan, dengan pendidikan keimanan, akhlak, dan intelektual secara totalitas6. Dengan terbentuknya manusia yang tangguh ini maka akan tercipta masyarakat yang dicita-citakan oleh Islam. Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah pada periode Makkah selama kurang lebih tiga belas tahun. Hal inilah yang menarik untuk membahas dan meneliti konsep jihad menurut Yusuf Qaradhawi. Diharapkan pandangan beliau tentang jihad dapat disosialisasikan ke tengah-tengah umat Islam agar dapat melahirkan solusi-solusi pragmatis atas permasalahan kontemporer umat Islam. B. Batasan dan Rumusan Masalah Yusuf Qaradhawi merupakan ulama kontemporer yang moderat, hal ini dapat terlihat didalam fatwa dan pandangan-pandangannya mengenai ekonomi, sosial, fiqih, politik (demokrasi, sistem pemerintahan, jihad dan Pergerakan Islam). Pandangan Yusuf Qaradhawi mengenai hal yang diatas tidak dibahas semua dalam 5 6
h. 2231.
Ibid., h. 67. Yusuf Qaradhawi, Fiqih Prioritas. Penerjemah Alizar (Jakarta : Gema Insani Press, 1997),
skripsi ini. Pokok penelitian ini di batasi pada permasalahan, bagaimana pandangan Yusuf Qaradhawi tentang jihad. Sedangkan yang menjadi rumusan masalah inti pembahasan skripsi ini adalah : 1. Bagaimana pandangan Yusuf Qaradhawi tentang jihad. 2. Bagaimana pandangan Yusuf Qaradhawi tentang pentingnya jihad dengan makna yang komprehensif di era globalisasi. C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan Dalam setiap kegiatan apapun pasti mempunyai tujuan, begitu pula dengan penulisan skripsi ini. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pandangan Yusuf Qaradhawi tentang jihad. 2. Untuk mengetahui pandangan Yusuf Qaradhawi tentang urgensi jihad dengan makna yang komprehensif di era globalisasi saat ini. Sedangkan kegunaan dari penulisan skripsi ini, adalah sebagai berikut: 1. Untuk meluruskan pemahaman tentang jihad yang sering disalahpahami oleh kalangan Barat dan kalangan muslim itu sendiri. 2. Upaya untuk memahami jihad dalam pemaknaan yang dinamis dan progresif di tengah-tengah persoalan sosial. D. Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis mengunakan metode studi kepustakaan (library research), yang sumber datanya adalah buku-buku dalam perpustakaan dan literatur-literatur lainnya. Data-data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini bersifat primer dan sekunder. Data yang bersifat primer yaitu sumber-sumber utama
yang berasal dan buku Yusuf Qaradhawi (1) Fikih Prioritas (2) Umat Islam Menghadapi Abad ke-21 (3) Membangun Masyarakat Baru (4) Fiqih Parktis Bagi Kehidupan Modern (5) Kita dan Barat (6) Retorika Islam (7) Berjuang di Jalan Allah. Selain itu pula data yang bersifat sekunder, yaitu diperoleh dari sumber atau data-data berupa buku-buku yang berkaitan dengan pemikiran Yusuf Qaradhawi dan data-data lainnya yang meliputi buku-buku, jurnal, buletin dan ensiklopedi yang berkenaan dengan permasalahan skripsi ini. Sedangkan pembahasan penelitian ini menggunakan deskriptif analisis yaitu memaparkan dan menggambarkan serta menganalisa data-data yang diperoleh. Kemudian untuk metode penulisan ini menggunakan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skiripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh center for quality development assurance (CEQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. E. Sistematika Penulisan Agar penulisan skripsi ini tersusun secara sistematis, maka penulis membaginya dalam beberapa bab yang disusun sebagai berikut : Bab Pertama : Pendahuluan, bab ini berisi tentang latar belakang masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penulisan, metode penelitian, sistematika penulisan. Bab Kedua : Biografi Singkat Yusuf Qaradhawi, bab ini berisi tentang riwayat hidup Yusuf Qaradhawi, kontribusi dan aktifitasnya dalam pengabdian kepada Islam, pemikiran Yusuf Qaradhawi dan pengaruhnya, serta karya-karya Yusuf Qaradhawi Bab Ketiga : Tinjauan Umum Konsepsi Jihad, bab ini berisi tentang
pandangan umum tentang jihad, jihad dalam al-Quran dan al-Hadist Nabi Muhammad SAW, pandangan pakar tentang jihad, sejarah dan perkembangan jihad. Bab Keempat : Konsep Jihad Menurut Yusuf Qaradhawi, bab ini mencoba membahas tentang makna jihad menurut Yusuf Qaradhawi, hakekat jihad, dimensidimensi jihad, relevansi jihad dengan masyarakat Indonesia Bab Kelima : Penutup Bab ini merupakan akhir pembahasan yang berisi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II HIDUP DAN KARYA YUSUF QARADHAWI A. Riwayat Hidup Yusuf Qaradhawi dan Profesinya Yusuf Qaradhawi* dilahirkan di sebuah desa di Republik Arab Mesir bernama Shafth Turaab di tengah delta pada 9 September 1926. Dia lahir dalam keadaan yatim. Oleh sebab itulah dia dipelihara oleh pamannya. Pamannya inilah yang mengantarkan Yusuf Qaradhawi kecil ke Surau tempat mengaji. Yusuf Qaradhawi dikenal sebagai anak yang cerdas. Dengan kecerdasannya beliau mampu menghafal al-Qur’an dan menguasai hukum-hukum tajwidnya dengan baik. Itu terjadi pada saat dia masih berada di bawah umur sepuluh tahun. Orang-orang di desa itu menjadikan dia sebagai imam dalam usia yang relatif muda. Sedikit orang yang tidak menangis saat shalat di belakang Yusuf Qaradhawi. 7 Sete1ah itu dia bergabung dengan sekolah cabang al-Azhar. Tepatnya, di Ma’had Thantha dan Ma’had Tsanawi. Kemudian beliau masuk Fakultas Ushuluddin di Universitas al-Azhar dan lulus sebagai sarjana S1 pada tahun 1952.8 Kemudian ia memperoleh ijazah setingkat S2 dan memperoleh rekomendasi untuk mengajar dari Fakultas Bahasa dan Sastra pada tahun 1954. Tahun 1958 memperoleh ijazah diploma dan Ma’had al-Arabiyah al-Aliyah dalam bidang bahasa dan sastra. Tahun
*
Nama Yusuf Qaradhawi dikenal orang Indonesia, ditulis dengan huruf Qardhawi ternyata salah. Kedatangan Yusuf Qaradhawi ke Indonesia bulan Oktober 1999, meralat kesalahan tersebut dan mengatakan : ”nama saya yang benar adalah Yusuf Abdullah Qaradhawi.” Lih. Abas Muhammad Basalamah, Konsep Moderat Syariat, Kajian atas Pemikiran Yusuf Qaradhawi,” (Tesis S2 Program Pasca Sarjana, Program Magister Studi islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2001), h. 8. 7 Lih. Sejarah Singkat Yusuf Qaradhawi, artikel diakses pada 28 April 2009 dari http://fikar.org/2006/02/02/biografi-Yusuf Qaradhawi-2/ 8 Ibid., h.2.
1960 mendapatkan ijazah setingkat Master, Jurusan Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan Sunnah Fakultas Ushuluddin. Tahun 1973 mendapat gelar Doktor dengan peringkat summa cum laude dengan disertasi berjudul az-Zakat wa Atsaruha fi Hill al-Masyakil alljtimaiyah (Zakat dan Pengaruhnya dalam Memecahkan Masalah-Masalah Sosial Kemasyarakatan),9 yang di sempurnakan menjadi Fiqh Zakat. Yusuf Qaradhawi terlambat meraih gelar doktor, karena dia sempat meninggalkan Mesir akibat kejamnya rezim yang berkuasa saat itu. Ia terpaksa menuju Qatar pada tahun 1961. Ditugaskan sebagai tenaga bantuan untuk menjadi kepala sebuah sekolah menengah di negeri Qatar. Dia telah melakukan pengembangan dan peningkatan yang sangat signifikan di tempat itu serta berhasil meletakan pondasi yang sangat kokoh dalam bidang pendidikan karena berhasil menggabungkan antara khazanah lama dan kemodernan pada saat yang sama.10 Pada tahun 1973 didirikan Fakultas Tarbiyah untuk mahasiswa dan mahasiswi, yang merupakan cikal bakal Universitas Qatar. Yusuf Qaradhawi di tugaskan di tempat itu untuk mendirikan jurusan Studi Islam dun sekaligus menjadi ketuanya. Pada tahun 1977 dia ditugaskan untuk memimpin pendirian dan sekaligus menjadi dekan di Fakultas Syariah dan Studi Islam di Universitas Qatar. Dia menjadi Dekan di Fakultas itu hingga akhir tahun ajaran 1989-1990. Dia hingga kini menjadi dewan pendiri pada Pusat Riset Sunnah dan Sirah Nabi di Universitas Qatar. Pada tahun 1990/1991 dia ditugaskan oleh pemerintah Qatar untuk menjadi dosen tamu di al-Jazair. Di negeri ini dia bertugas untuk menjadi ketua Majelis Ilmiah 9
Lih. Biografi Tokoh Muslim, artikel diakses pada 28 April 2009 dari http://tokohmuslim.blogspot.com/2009/01/dr-yusuf-qardhawi.html 10 Ibid.,h. 2.
pada semua universitas dan akademi negeri itu. Setelah itu dia kembali mengerjakan tugas rutinnya di Pusat Riset Sunnah dan Sirah Nabi. Pada tahun 1411 H, dia mendapat penghargaan dari IDB (Islamic Development Bank) atas jasa-jasanya dalam bidang perbankan. Tahun 1413 dia dengan Sayyid Sabiq mendapat penghargaan dari King Faisal Award karena jasa-jasanya dalam bidang keislaman. Di tahun 1996 dia mendapat penghargaan dari Universitas Islam Antar Bangsa Malaysia atas jasajasanya dalam ilmu pengetahuan. Pada tahun 1997 dia mendapat penghargaan dari Sultan Brunai Darus Salam atas jasa-jasanya dalam bidang fikih. 11 1. Keluarga Yusuf Qaradhawi Apa yang dicapai oleh Yusuf Qaradhawi dalam bidang yang beragam dan sangat istimewa ini tak lepas dari andil besar sebuah keluarga yang tenang yang Allah karuniakan sejak bulan-bulan Desember 1958. Beliau memiliki seorang isteri yang shalihah, yang berasal dari Hasysimiyah Husainiyah. Darinya Allah karuniakan tujuh orang anak (empat putri dan tiga putra).12 Semua anakanya mengambil pendidikan modern hanya satu orang yang mengambil pendidikan agama. Selebihnya ada yang mengambil fisika, kimia, elektro dan lainnya. Ia membebaskan anak-anaknya menuntut ilmu apa saja yang sesuai dengan minat dan bakat serta kecenderungan masing-masing. Salah seorang putrinya memperoleh gelar doktor fisika dalam bidang nuklir dari Inggris. Putri keduanya memperoleh gelar doktor dalam bidang kimia juga dari Inggris, sedangkan yang ketiga masih menempuh S3. Adapun yang keempat telah
11 12
Ibid., h. 2. Ibid., h. 3.
menyelesaikan
pendidikan
S1-nya
di
Universitas
Texas
Amerika.
Anak laki-laki yang pertama menempuh S3 dalam bidang teknik elektro di Amerika, yang kedua belajar di Universitas Darul Ulum Mesir. Sedangkan yang bungsu telah menyelesaikan kuliahnya pada fakultas Teknik Jurusan Listrik.13 Dilihat dari beragam pendidikan anak-anaknya, masyarakat bisa membaca sikap dan pandangan Qardhawi terhadap pendidikan modern. Menurut Qardhawi, semua ilmu (bisa islami dan tidak islami), tergantung kepada orang yang memandang dan mempergunakannya. Dan ia menolak pembagian ilmu secara dikotomis. Pemisahan ilmu secara dikotomis itu, menurut Qardhawi, telah menghambat kemajuan umat Islam. 2. Kontribusi dan Aktivitasnya dalam Pengabdian kepada Islam Yusuf Qaradhawi adalah salah seorang tokoh Islam yang menonjol di zaman ini, dalam bidang ilmu pengetahuan, pemikiran, dakwah, pendidikan dan jihad. Pengabdiannya untuk Islam tidak hanya terbatas pada satu sisi atau satu satu medan tertentu. Di antaranya adalah: a. Bidang Ilmu Pengetahuan Tulisan dan karangan merupakan salah satu sisi paling penting dan pribadi Yusuf Qaradhawi. Dia adalah seorang alim yang banyak mengarang dan mengoreksi. Buku-bukunya memiliki bobot ilmiah yang tinggi dan memiliki pengaruh besar di dunia Islam. Yusuf Qaradhawi adalah seorang penulis yang memiliki pikiran-pikiran jenial 13
Lih. Biografi Yusuf Qaradhawi, artikel diakses pada 28 April 2009 http://gozidni.multiply.com/reviews/item/22
dari
dan orisinil. Tulisan-tulisannya selalu menggambarkan keluasan ilmunya dan jauh dari taklid buta. Tidak terjadi pengulangan selalu didapatkan hal-hal penting, mendapatkan
pelurusan
pemahaman
yang
salah,
pengokohan
pemikiran,
menerangkan yang tidak jelas, merinci yang global, menjawab hal-hal yang syubhat, atau menerangkan tentang hikmah.14 b. Bidang Fikih dan Fatwa Salah satu kontribusi Yusuf Qaradhawi yang menonjol adalah dalam bidang fikih dan fatwa. Pada saat memberikan ceramah, menghadiri muktamar atau seminar, sering kali ada pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut masalah-masalah keislaman yang diajukan kepadanya. Dan jawaban-jawaban beliau atas pertanyaan itu selalu mendapat tanggapan positif dan bisa diterima oleh mayoritas kaum intelektual muslim itu semua karena jawaban-jawaban yang beliau berikan memiliki ciri keilmuan yang kuat, ciri moderat serta sangat memuaskan.15 Yusuf Qaradhawi kini menjadi salah satu “referensi” utama kaum muslimin di seluruh dunia. Beliau juga memiliki program tetap di radio dan TV Qatar yang dikhususkan menjawab pertanyaan para pendengar dan pemirsa. Beliau menjelaskan secara panjang lebar didalam bukunya yang sangat terkenal, Fatawa Mu'asirah, yang berbicara tentang metode dan manhaj dalam berfatwa. c. Bidang Dakwah dan Pengarahan Yusuf Qaradhawi bekerja dalam banyak bidang, menerjuni banyak aktivitas, yaitu antara kegiatan-kegiatan yang bersitat akademis, administrasi dan budaya. 14
Ishom Talimah, Manhaj Fikih Yusuf Qaradhawi (Jakarta : Pustaka Kautsar, 2001), h. 12.
15
Ibid., h.13
Beliau menyibukan diri dalam fikih dan fatwa, sastra, puisi dan masih banyak lagi bidang lainnya yang beliau tekuni. Namun yang menjadi prioritas utama dalam hidupnya adalah dakwah, dan ini yang menjadikan dirinya sebagai manusia yang berharga. Dakwah telah menjadi darah dagingnya dan menjadi bagian penting dalam kesibukannya. la adalah fokus perhatiannya dan barometer kepeduliannya, fokus ilmu dan amalnya. Beliau memulai aktivitas dakwahnya sejak masa remajanya, yaitu semasih duduk di Sekolah Menengah Pertama di Thantha. Saat itu beliau baru berusia enam belas tahun. Beliau mulai dakwahnya dari desanya, kemudian di lingkungan sekitarnya, dan kini aktivitas dakwahnya telah menyebar ke seluruh dunia. 16 Dalam dakwah yang digelutinya Yusuf Qaradhawi banyak menggunakan sarana yang bervariasi hingga pesan-pesan dakwahnya menyentuh berbagai kalangan. Di antaranya adalah dari mimbar sebagai sarana tradisional yang sejak sejarah panjang, yakni dari masjid-masjid. Pada saat masih menjadi mahasiswa di Fakultas Ushuluddin, Yusuf Qaradhawi telah menyampaikan khutbah-khutbahnya di sebuah masjid di kota Mababah, sebuah kota industri dengan jumlah pekerja yang sangat banyak. Masjid tadi bernama Ali Thaha yang kemudian orang-orang menyebutnya dengan sebutan “Masjid Syaikh Yusuf”. Dia telah menjadi imam dari ribuan makmum shalat Jum’at. Setelah keluar dari penjara pada tahun 1956, 17 kementerian Wakaf (Semisal
16
Ibid., h.10 Karena selain kelibatannya dalam organisasi Ikhwanul Muslimin yang dianggap keras juga pernyataan-pernyataan Qaradhawi yang keras sehingga dianggap dapat mengancam pemerintahan yang berlaku saat itu. Ibid., h 11. 17
Kementerian Agama di Indonesia) setelah usai perang Seuz, meminta Qaradhawi berkhutbah di Masjid Jami’ Zamalik di Kairo. Pada saat itu ribuan jamaah datang memenuhi masjid untuk mendengarkan khutbah Yusuf Qaradhawi, namun saat itu Abdul Nashr melarangnya untuk berkhutbah di Masjid Jami’ tersebut. Saat menjadi dosen tamu di Qatar pada tahun 1961, beliau menjadikan masjid sebagai sarana untuk menyebarkan dakwah-dakwahnya. Dari masjid inilah beliau menyampaikan khutbah dan pelajaran-pelajarannya, menyampaikan nasehat dan fatwa-fatwanya. Hingga kini beliau menjadi khatib tetap di Masjid Umar bin Khattab yang pelaksanaannya disiarkan langsug di TV Qatar. Beliau juga menyampaikan khutbah-khutbah Idul Adha maupun Idul Fitri, khususnya yang beliau sampaikan di lapangan 'Abidin di Kairo dan Astad di lskandariyah. Beliau juga telah menjadikan mass media sebagai mimbar dakwahnya. Beliau memiliki program majlis taklim keagamaan di RadioRadio dan TV. Dan juga melalui media Internet. Beliau membuka situs sendiri dengan domain Yusuf Qaradhawi. com.18 Hingga sebuah surat kabar yang terbit di Mesir memberinya gelar sebagai "Ensiklopedi berjalan”.19 d. Bidang Seminar dan Muktamar Hampir tidak ada satu seminar ataupun muktamar yang membahas tentang pemikiran Islam atau dakwah Islam kecuali Yusuf Qaradhawi selalu diundang untuk menghadirinya. Ini semua merupakan penghormatan dari pihak pengundang mengingat posisi Yusuf Qaradhawi yang sangat penting di kalangan ulama dan para da’i serta kaum intelektual muslim dunia. Diantara muktamar-muktamar yang
18 19
Ibid., h. 12. Talimah, Manhaj Fikih Yusuf Qaradhawi, h. 12.
dihadiri oleh beliau diantaranya adalah ; Muktamar Internasional pertama Tentang Ekonomi Islam yang dikoordinir oleh Universitas Malik Abdul Aziz di Jeddah.20 Dan masih banyak lagi. e. Dalam Kunjungan dan Ceramah-ceramah Yusuf Qaradhawi banyak diundang ke berbagai Universitas Islam untuk menyampaikan ceramah-ceramahnya di tempat itu, baik ceramah untuk mahasiswa dan ini yang paling banyak maupun dihadapan para dosen dan kedua-duanya secara bersamaan. Di antaranya adalah di beberapa universitas yang ada di Mesir seperti Universitas Kairo, al-Azhar, Universitas A’in Syams, University Iskandariyah, alManshurah dan Asyuth. Juga Universitas Khurthoum di Ummu Durman, Sudan. Di samping itu semua, Yusuf Qaradhawi juga melakukan kunjungan ke berbagai negara Arab dan Islam, baik yang berada di benua Asia maupun Afrika. Sebagaimana ia juga pernah melakukan kunjungan ke negeri-negeri berpenduduk minoritas muslim yang ada di Eropa, Amerika dan Australia. Pada kesempatan itu beliau selalu menyampaikan ceramah, pertemuan dan perbincangan hangat dengan generasigenerasi Islam di tempat itu. Pertemuan mereka dengan Yusuf Qaradhawi telah menorehkan pengaruh positif, khususnya di kalangan remaja dan anak muda, lebihlebih mereka yang belajar di negeri-negeri Barat yang sering kali menghadapi angin kencang perubahan kultur dan budaya.21 f. Dalam Bidang Ekonomi Islam Yusuf Qaradhawi telah lama memfokuskan diri terhadap masalah ekonomi 20
Ibid., h. 13.
21
Ibid., h. 14.
Islam, baik secara teoritis maupun praktis. Dari sisi teoritis dia telah banyak menyampaikan ceramah dan pelatihan tentang ekonomi Islam dan mengarang beberapa buku tentang ekonomi Islam yang banyak tersebar di beberapa negara Islam. Di antaranya Fikih Zakat, Musykilat al-Faqr wa Kaifa 'Alajaha al-Islam (Problema Kemiskinan dan Solusi Islam), Bai' al-Murabahah lil Amir bi asy-Syira' kama Tajrihihi al-Masharif al-Islamiyah, dan yang terakhir adalah Fawaid al-Bunuk hiya ar-Riba al-Haram (Bunga Bank itu Haram).22 Sebagai penghargaan atas perannya yang besar dalam masalah ini, IDB (Islamic Development Bank, Bank Pembangunan Islam) menetapkan Qaradhawi sebagai pemenang hadiah dan IDB pada tahun 1411 H dalam bidang Bank Islam.23 g. Dalam Amal Sosial Yusuf Qaradhawi juga memiliki kepedulian yang kental dalam masalahmasalah sosial. Beliau sering kali mengkritik keras pergerakan-pergerakan Islam yang hanya menyibukan dalam masalah-masalah politik yang sering kali banyak menguras energi demikian besar, ataupun bahkan mungkin semua energi yang ada. Kritik itu disampaikan Yusuf Qaradhawi bagi gerakan Islam yang melalaikan sisi-sisi aktivitas sosial yang banyak digarap oleh musuh-musuh gerakan-gerakan dan sering dipergunakan sebagai sarana untuk menyesatkan dan memurtadkan kaum muslimin serta usaha-usaha mereka untuk mencabut kaum muslimin dari akar-akar akidah dan identitas keislamannya yang benar. Mereka dengan liciknya mempergunakan itu
22
Lih Pengantar Penerjemah : Perjalanan Singkat Yusuf Qaradhawi, Yusuf Qaradhawi Kenanganku Bersama Ikhwanul Muslimin Penerjemah M Lili Nur Aulia (Jakarta Aulia, 2003), h. XIV. 23 Talimah, Manhaj Fikih Yusuf Qaradhawi, h. 15.
semua dengan alasan bahwa itu adalah kegiatan sosial, atau bantuan suka rela. Semua itu mereka lakukan dengan mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit-rumah sakit dan yayasan-yayasan sosial yang beragam bentuknya. 24 Yang paling jahat dalam mempergunakan kegiatan sosial sebagai sarana penyesatan adalah para misionaris Kristen. Mereka menyerbu wilayah-wilayah Islam di Asia dan Afiika di mana banyak penduduk negeri-negri itu yang dilanda kemiskinan, penyakit dan kebodohan. Bahkan, mereka-masih dengan kejahatannyamerencanakan untuk mengkristenkan semua kaum muslimin di seluruh dunia sebagaimana ini dinyatakan dalam muktamar para misionaris di Colorado Amerika. Mereka menyediakan dana untuk proyek itu sekitar seribu juta dollar. Lalu mereka mendirikan sebuah Akadcmi Zwimer yang khusus untuk para spesialis pemurtadan kaum muslimin menurut negeri, bahasa, madzhab dan orientasi mereka masingmasing. Slogan: "Sumbangkan Satu Dollar Selamatkan Kaum Muslimin" Semua itu telah menggerakan semangat Yusuf Qaradhawi untuk melawan arus besar misi Kristen. Dalam suatu kesempatan beliau menjelaskan kepada kaum muslimin tentang adanya bahaya yang sedang mengancam. Beliau menyatakan bahwa merupakan kewajiban seorang muslim untuk melawan dan menghambat gerakan mereka tersebut dengan tindakan yang sepadan. Yakni penyediaan dana seribu juta dollar dari kaum muslimin untuk menyelamatkan akidah dan pribadi umat. Dan uang “satu milyar” yang terkumpul itu diinvestasikan untuk kepentingan amal sosial, bantuan suka rela dan amal dakwah. Beliau menjelaskan bahwa kaum 24
Ibid., h. 15.
muslimin saat ini telah berjumlah lebih dari satu milyar, andaikan kaum muslimin dari kalangan menengah membayar satu dollar saja, maka uang yang terkumpul seribu juta dollar. Oleh sebab itulah beliau mengeluarkan slogan yang sangat meggugah: “Sumbangkan Satu Dollar Selamatkan Kaum Muslimin”. Slogan itu beliau sampaikan di beberapa negeri-negeri Islam. 25 Dari adanya slogan ini kemudian muncul ide pendirian Haiah alKhairiyyah al-Islamiyah al-Alamiyah (Lembaga Bantuan Islam Internasional) yang berpusat di Kuwait. Lembaga ini memulai aktivitasnya dengan semangat dan jelas walaupun patut diakui bahwa semua itu masih barada dalam tahap awal. Beliau adalah salah seorang pemilik ide didirikannya lembaga ini serta anggota dewan pendiri. Berdasarkan ide-ide dan pemikirannya, maka ditentukanlah struktur proyek tersebut. Beliau juga menjadi anggota pengawas manajemen dan komisi pelaksana. Beliau juga banyak menyumbangkan kontribusinya baik dalam ide dan harta, maupun dalam pendirian Icmbaga-lembaga keagamaan dan sosial. Seperti pembangunan masjid, akademi, rumah sakit Shahwah di desanya Shafth Turab serta Masjid Rahmat di Nashr City.26 h. Dalam Usaha Kebangkitan Generasi Muda Salah satu fokus utama yang menjadi kepedulian Yusuf Qaradhawi dan kini mulai tampak hasilnya, serta beliau jadikan pena, lisan, pemikiran dan ilmunya sebagai tentara adalah masalah kebangkitan generasi muda umat saat ini. Beliau telah banyak
menghadiri
25 26
muktamar-muktamar,
seminar-seminar
Ibid., h. 16 Talimah, Manhaj Fikih Yusuf al-Qardhawi, h.15
dan
perkemahan
perkemahan yang di organisir oleh anak-anak muda Islam, baik di dalam negeri Islam maupun di luar negara-negara Islam. Yusuf Qaradhawi hadir di tengah-tengah mereka untuk menyampaikan ceramah-ceramahnya. Beliau selalu memberikan kontribusinya dalam pertemuan- pertemuan khusus dan beliau selalu memberikan jawaban pada pertanyaan- pertanyaan yang menyedot kontroversi di kalangan umat, baik mengenai akidah, syariah dan sejarah. Beliau diterima secara baik di berbagai kalangan, khususnya di mata kalangan aktivis kebangkitan Islam. Karena mereka melihat Yusuf Qaradhawi memiliki tingkat keilmuan yang sangat tinggi dan tingkat kefakihan yang sangat mendalam serta keikhlasannya dalam dakwah.27 i. Dalam Bidang Pergerakan dan Jihad Yusuf Qaradhawi sejak masa remaja aktif melakukan dakwah dengan melalui khutbah-khutbah dan ceramah. Dan yang membantu aktivitas dakwahnya dengan mudah
adalah
keterlibatannya
dengan
gerakan
lkhwanul
Muslimin,
dan
perkenalannya secara baik dengan Imam Hasan aI-Banna. Beliau sering mendapatkan tugas kunjungan ke berbagai negeri Arab seperti Suriah, Lebanon dan Yordania. Beliau juga di tugaskan sebagai penanggung jawab pergerakan di semua fakultas Syariah di Universitas al-Azhar. Dalam perjalanan dakwahnya beliau telah banyak mendapat rintangan, tantangan, tekanan keras dan dipenjara beberapa kali sejak masih berstatus sebagai siswa di Sekolah Menengah Umum pada masa pemerintahan Raja Faruk tahun 1948. Beliau juga di penjarakan pada rnasa-masa revolusi bulan Januari tahun 1954, kemudian pada bulan November di tahun yang sama beliau di 27
Ibid., h. 17
penjarakan selama dua puluh bulan. Peristiwa serupa juga rnenirnpa dirinya pada tahun 1963.28 j. Keterlibatannya dalam Lembaga-Iem baga Dunia Qardhawi banyak terlibat dalam lembaga-lembaga dan pusat-pusat keislaman serta lembaga-lernbaga riset, dakwah, ekonomi maupun sosial. Beberapa lembaga Yusuf Qaradhawi menjadi anggotanya: 1) Anggota pada Majlis Tinggi Pendidikan di Qatar dalam masa waktu beberapa tahun. 2) Anggota Majlis Pusat Riset Kontribusi Kaum Muslimin dalam peradaban, yang berpusat di Qatar. 3) Anggota Lembaga Fikih Islam yang berafiliasi pada Liga Muslim Dunia Yang berpusat di Makkah. 4) Tenaga Ahli Lembaga Riset Fikih yang berada di bawah naungan Organisasi Konferensi Islam (OKI). 5) Dan lembaga-lembaga lainnya.29 k. Keterlibatannya dalam Pendidikan Islam Selain itu juga beliau aktif dalam dunia pendidikan-pendidikan Islam. Seperti telah disebutkan pada bab-bab sebelumnya, Yusuf Qaradhawi sering kali diminta untuk menjadi tenaga pengajar pada beberapa lembaga pendidikan Islam. keterlibatanya dalam pendidikan Islam antara lain; Pernah menjabat sebagai dekan Fakultas Tarbiyah di Qatar. Sebagai anggota 28
Ibid., h. 18 Yusuf Qaradhawi, Perjalanan Hidupku Penerjemah. Cecep Taufikkurahman (Jakarta : Pustaka Kautsar,2003), h. 290 29
majlis tinggi pendidikan di Qatar. la juga mendirikan Fakultas Syariah di Universitas Qatar. Sebagai tenaga bantuan untuk menjadi kepala sebuah sekolah menengah di negeri Qatar. Dia telah melakukan pengembangan dan peningkatan yang sangat signifikan di tempat itu serta berhasil meletakan pondasi yang sangat kokoh dalam bidang pendidikan karena berhasil menggabungkan antara khazanah lama dan kemodernan pada saat yang sama. Beliau juga mendirikan Fakultas Tarbiyah untuk mahasiswa dan mahasiswi, yang merupakan cikal bakal Universitas Qatar. Yusuf Qaradhawi ditugaskan di tempat itu untuk mendirikan jurusan Studi Islam dan sekaligus menjadi ketuanya. Dia ditugaskan untuk memimpin pendirian dan sekaligus menjadi Dekan di Fakultas Syariah dan Studi Islam di Universitas Qatar. Menjadi Dekan di Fakultas itu hingga akhir tahun ajaran 1989-1990. Beliau menjadi dewan pendiri pada Pusat Riset Sunnah dan Sirah Nabi di Universitas Qatar. Pernah ditugaskan oleh pemerintah Qatar untuk menjadi dosen tamu di al-Jazair. Di negeri ini dia bertugas untuk menjadi ketua Majelis Ilmiah pada semua universitas dan akademi negeri itu. Selain itu pula beliau dikenal sebagai guru besar di Universitas al-Azhar, Kairo dan masih aktif memberikan pengajaran di unversitas tersebut hingga kini.30 B. Pemikiran Yusuf Qaradhawi dan Pengaruhnya Menurut pendapat para intelektual muslim yang mengenal Yusuf Qaradhawi, pemikiran Yusuf Qardhawi banyak dipengaruhi oleh guru-gurunya antara lain Hasan al-Banna, Syaikh Mahmud Syaltut, Syaikh Muhammad al-Gazali, Syaikh bin Baz dan guru-guru beliau yang lainnya. Yusuf Qaradhawi sendiri membantah dengan 30
Ibid., h. 291.
mengatakan bahwa pemikirannya itu tidak terikat pada salah satu tokoh atau mazhab tertentu walaupun dari sekian pemikiran tokoh atau mazhab tersebut sedikit banyak telah mempengaruhi pemikirannya. 1. Yusuf Qaradhawi dan Syaikh Hasan al-Banna Dalam banyak kesempatan, Qaradhawi mengatakan hahwa beliau tidak pemah terpengaruh dengan seorang manusia yang pernah hidup lebih dan keterpengaruhannya oleh Hasan al-Banna. Beliau sering kali menjadikan perkataan Hasan al-Banna sebagai contoh dalam mengemukakan suatu masalah. Kecintaan Yusuf Qaradhawi ini ditampakkan dengan memberi penjelasan secara rinci kepada buku al-Ushul ‘Isyriin. Yusuf Qaradhawi juga memuji Imam Hasan al-Banna dalam sebuah syair. Dan beliau mempersembahkan kumpulan syairnya yang berjudul alMuslimun Qadimun untuk Hasan al-Banna. Yusuf Qaradhawi berkata, “saya tidak pernah memuji seorang pun dalam sebuah untaian syair kecuali kepada Hasan alBanna”.31 Namun demikian, Yusuf Qaradhawi tidak memposisikan diri sebagai seorang yang mencintai yang karena cintanya telah menjadikannya tidak lagi memiliki indefendensi dalam pendapat dan pandangannya, atau tidak mampu berbeda dengan yang di cintainya dalam beberapa pandangan. Perbedaan pandangan antara Yusuf Qaradhawi dengan Hasan al-Banna yang paling jelas adalah dalam masalah “multi partai dalam negara Islam”, Pandangan al-Banna menolak berdirinya partai-partai dalam satu Negara Islam. Namun Yusuf Qaradhawi menyatakan boleh dengan syarat
31
Ibid., h. 293.
yang beliau jelaskan secara rinci.32 Setelah menerangkan pandangannya, Qardhawi menyatakan penghargaan yang besar kepadanya tanpa fanatisme buta. Yusuf Qaradhawi juga banyak berbeda pendapat dengan Hasan al-Banna. 2. Yusuf Qaradhawi dan Syaikh Mahmud Syaltut Selain al-Banna, salah seorang yang mempengaruhi pemikiran Yusuf Qardhawi adalah Mahmud Syaltut, Syaikh Jami' al-Azhar. Yusuf Qaradhawi juga menghimpun pemikiran-pemikiran Syaltut, baik dalam bidang fikih maupun dalam tafsir al-Qur’an. Walau demikian, rasa cinta Yusuf Qaradhawi kepada Syaltut tidak menghalanginya untuk berbeda pendapat dengannya dalam beberapa masalah seperti yang terlihat dalam bukunya al-Halal wal-Haram fil-Islam. Yusuf Qaradhawi mengatakan, "Barang siapa yang menyembah Syaikh Syaltut maka hendaknya dia tahu bahwa Syaikh Syaltut akan mati, dan barang siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Syaikh Syaltut juga tidak memerintahkan seorang pun untuk bertaklid kepadanya.33 3. Yusuf Qaradhawidan Syaikh Muhammad al-Ghazali Yusuf Qaradhawi Juga terpengaruh dengan pemikiran Syaikh Muhammad alGhazali. Kecintaannya kepada al-Ghazali beliau ekspresikan dengan menulis sebuah buku pada saat al-Ghazali masih hidup. Beliau memaparkan sisi inovatif pemikiran dan karya ilmiahnya.
32 33
Ibid., h. 295. Ibid., h. 295.
Kecintaan Yusuf Qaradhawi kepada al-Ghazali tidak menggiringnya kepada cinta buta, yang membutakannya untuk mengatakan suatu yang hak dan benar. Rasa cintanya juga tidak menghalanginya untuk melakukan kritik dengan cara yang santun. Salah satu kritikan beliau kepada Syaikh al-Ghazali adalah perkataan al-Ghazali: para ahli hadits telah menjadikan diyat wanita adalah separuh dari diyat laki-laki. lni adalah kejahatan pemikiran yang ditolak oleh para fuqaha dan orang-orang yang memiliki pemahaman mendalam. Padahal hakikatnya mayoritas fukaha mengatakan hal serupa dengan apa yang dikatakan oleh para ahli hadits. Seharusnya Syaikh mengatakan ungkapan yang lebih halus dari kata kejahatan. Karena semua itu adalah ijtihad yang terbuka untuk salah dan benar, sedangkan orang yang berpendapat demikian akan selalu mendapat ganjaran, baik perkataan itu salah maupun benar, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama.34 4. Syaikh Yusuf Qaradhawi dan Syaikh Bin Baz Qaradhawi juga memiliki hubungan dan kecintaan yang kuat dengan Syaikh bin Baz kedua syaikh ini telah berbeda pendapat tentang masalah berdamai dengan Israel, serta sejauh mana boleh dan tidaknya perdamaian dengan Israel. Namun demikian jawaban kedua belah pihak selalu menggambarkan contoh yang sangat indah dalam fikih ikhtilaf di antara para ulama. Kebanyakan ungkapan Yusuf Qaradhawi adalah pujian kepada Syaikh bin Baz. Sebagaimana Yusuf Qaradhawi pernah berkata tentang Syaikh bin Baz, Syaikh Abdul Aziz bin Baz adalah salah seorang ulama besar kaum muslimin di zaman ini, beliau pernah menjabat Rektor Universitas Islam Madinah Saudi Arabia, fatwa-fatwanya bisa diterima di lingkungan 34
Ibid., h. 296.
umum dan para aktivis muslim. Beliau adalah sosok ulama yang keilmuannya tidak diragukan lagi, demikianlah beliau dalam pandangan kami.” Demikianlah sikap Yusuf Qaradhawi kepada orang-orang yang dicintainya dari kalangan pemikir dari ulama, hingga orang yang beliau tentang dalam perkataan dan fatwanya sekalipun.35 C. Karya-Karya Yusuf Qaradhawi Yusuf Al-Qaradawi telah menulis berbagai kitab dalam pelbagai bidang keilmuan Islam terutama dalam bidang sosial, dakwah dan pengajian Islam. Kitabkitab beliau sangat diminati oleh umat Islam seluruh dunia. Bahkan Kitab-kitab tersebut telah diulang cetak berpuluh-puluh kali dan diterjemahkan kedalam berbagai bahasa. Di samping itu, kitab-kitab tersebut dapat menjelaskan wawasan perjuangan dan pemikiran al-Imam al-Qaradawi Hafizhahullah secara lebih terperinci, Informasi terakhir (awal September 2007) beliau sedang sakit dan sedang merampungkan kitab terbarunya yang berjudul Fiqh Jihad. Semoga Allah memberikan kesembuhan dan kesehatan dikuatkan dalam berdakwah,tetap bersabar dalam menghadapi hujatan, cacian , bahkan fitnah yang menimpa beliau, Berikut adalah karya beliau: 1. Fiqh dan Usul Fiqh Sebagai seorang ahli fiqh, beliau telah menulis beberapa buah kitab yang terkenal seperti berikut : (1) Al-Halal wa al-Haram fi al-Islam, (Halal dan Haram dalam Islam), al-Maktab al-Islami, Beirut, 1980. (2) Fatawa Mu’asarah, 2 jilid (
35
h. 135.
Fatwa-Fatwa Kontemporer), Dar al-Wafa’, Kaherah., 1993. (3) Al-Ijtihad fi alShari’at al-Islamiah, (Ijtihad dalam syariat Islam), Dar al-Qalam, Kuwait,1996. (4) Madkhal li Dirasat al-Shari’at al-Islamiah, (Membumikan syariat Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1997. (5) Min Fiqh al-Dawlah al-Islamiah, (Fiqh Kenegaraan), Dar al-Shuruq, Kaherah,1997 (6). Nahw Fiqh Taysir, ( Ke arah fiqh yang Mudah), Maktabah Wahbah, Kaherah,1999. (7) Al-Fatwa bayn al-Indibat wa al-Tasayyub, (Fatwa-fatwa antara kesesuaian dan kecerobohan), Dar al-Sahwah,Kaherah,1992. (8) Al-Fiqh al-Islami bayn al-Asalah wa al-Tajdid, (Fikih Islam antara
klasik dan
Kontemporer), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1999. (9) Awamil al-Sa’ah wa alMurunah fi al-Syari’ah al-Islamiah (Faktor-Faktor kelenturan dalam syariah Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1999. (10) Al-Ijtihad al-Mu’asir bayn al-Indibat wa alInfirat, (Ijtihad Kontemporer), Dar al-Tawji’ wa al-Nashr, Kaherah,1994. (11) Fiqh al-Siyam, ( Hukum Tentang Puasa), Dar al-Wafa’, Kaherah,1991. (12) Fiqh alTaharah, (Hukum Tentang Kebersihan), Maktabah Wahbah, Kaherah,2002. (13) Fiqh al-Ghina’ wa al-Musiqa (Hukum Tentang Nyayian dan Musik ), Maktabah Wahbah, Kaherah,2001 (14) Fi Fiqh al-Aqaliyyat al-Muslimah, (Fiqh minoritas Muslim) Dar lShuruq, Kaherah, 2001. 2. Ekonomi Islam (15) Fiqh al-Zakat 2 Juzuk (Fikah Tentang Zakat), Muasassah al-Risalah, Beirut, (16) Mushkilat al-Faqr wa kayfa Alajaha al-Islam, (Masalah kefakiran dan bagaimana Islam mengatasinya),Maktabah Wahbah, Kaherah, 1980. (17) Bay’u alMurabahah li al-Amri bi al-Shira; ( Sistem jual beli al-Murabah), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1987. (18) Fawa’id al-Bunuk Hiya al-Riba al-Haram, ( Faedah bank itulah
yang diharamkan), Dar al-Wafa’, Kaherah,1990. (19) Dawr al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtisad al-Islami, ( Peranan nilai dan akhlak dalam ekonomi Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1998. (20) Dur al-Zakat fi alaj al-Musykilat al-Iqtisadiyyah, (Peranan zakat dalam Mengatasi Masalah ekonomi), Dar al-Shuruq, kaherah,2001 3. Pengetahuan tentang al-Quran dan al-Sunnah. Qaradhawi juga melakukan kajian mengenai al-Quran dan al-Sunnah terutama dalam memahami metodologi, cara berinteraksi dan membenarkan pemahaman mengenai al-Quran dan al-Sunnah. Dalam bidang ini beliau telah menulis : (21) Al-Aql wa al-Ilm fi al-Quran, ( Akal dan Ilmu dalam al-Quran), Maktabah Wahbah, Kaherah,1996 (22) Al-Sabru fi al-Quran, (Sabar dalam al-Quran), Maktabah Wahbah, Kaherah,1989 (23) Tafsir Surah al-Ra’d, (Tafsir surah Ra’d), Dar al-Bashir, Kaherah,1996, (24) Kayfa Nata’amal ma’a al-Sunnah al-Nabawiyyah, (Bagaimana berinteraksi dengan sunnah), Dar al-Shuruq, Kaherah, 2000 (25) Madkhal li Dirasat al-Sunnah, (Pengantar mempelajari sunnah), Maktabah Wahbah, Kaherah,1992 (26) Kayfa Nata’amal ma’a al-Quran, ( Bagaimana berinteraksi dengan al-Quran), Dar alShuruq, Kaherah,1999 (27) Al-Muntaqa min al-Taghib wa al-Tarhib ( hadith-hadith terpilih mengeni berita gembira dn peringatan), Dar al-Wafa, Kaherah, 1993 (28) AlSunnah Masdaran li al-Ma’rifah wa al-Hadarah, (Sunnah sebagai sumber pengetahuan dan peradaban), Dar al-Shuruq, Kaherah,1997. 4. Akidah Islam Mengenai persoalan tauhid, al-Imam al-Qaradawi telah menulis beberapa buah buku: (29) Wujud Allah, (Adanya Allah), Maktabah Wahbah, Kaherah,1990. (30) Haqiqat al-Tawhid, (Hakikat Tauhid), Maktabah Wahbah, Kaherah,19. (31)
Mawqif al-Islam min al-Ilham wa al-Ksh wa al-Ru’a wa Min al-Kananah w alTarna’im wa al-Ruqa. ( Posisi Islam mengenai Ilham, kasyaf, mimpi, ramalan, pencegah kemalangan dan jampi), Maktabah Wahbah, Kaherah,1994. (32) Iman bi . Qadr, (Keimanan kepada Qadar), Maktabah Wahbah, Kaherah. 5. Dakwah dan Pendidikan Qaradawi juga merupakan seorang juru dakwah yang penuh semangat. Dalam bidang ini beliau telah menulis buku-buku terkenal : (33) Thaqafat al-Da’iyyah, (Wawssan Seorang juru dakwah), Maktabah Wahbah, Kaherah,1991. (34) Al-Tarbiah al-Islamiah wa Madrasah Hassan al-Banna,, ( Pendidikan Islam dan ajaran Hassan alBanna), Maktabah Wahbah, Kaherah,1992 (35) Al-Rasul wa al-Ilmi, ( Rasul dan Ilmu), Muasassah al-Risalah, Beirut, 1991 (36) Al-Waqt fi Hayat al-Muslim (Waktu dalam kehidupan seorang Muslim), Dar al-Sahwah, Kaherah, 1991 (37) Risalat alAzhar bayn al-Ams al-Yawmi wa al-Ghad, ( Risalah al-Azhar antara semalm, hari ini dan besok), Maktabah Wahbah, Kaherah,1984 (38) Al-Ikhwan al-Muslimun sab’in Amman fi al-Da’wah wa al-Tarbiyyah, (Ikhwan al-Muslimun selama 70 tahun dalam dakwah dan Pendidikan), Maktabah Wahbah, Kaherah,1999 6.
Mengatasi Masalah dengan cara Islam. Menurut pandangan al-Imam al-Qaradawi, Islam adalah suatu kepastian yang
wajib diikuti untuk mengatasi semua masalah yang kita hadapi. Tidak ada suatu sistem yang dapat mengatasi persoalan umat keculi Islam. Malahan sistem selain Islam hanya akan menambahkan luka parah yang sudah di alami umat. Mengenai masalah ini beliau telah menulis : (39) Al-Hulul al-Mustwaradah wa Kayfa janat ‘ala Ummaatina, (Penyelesaian Import : bagaimana ia Menghantam Umat kita), Maktabah
Wahbah, Kaherah,1993 (40) Al-Hall al-Islami faridatan wa daruratan (Mengatasi masalah dengan cara Islam adalah suatu kewajiban dan kepastian), Maktabah Wahbah, Kaherah,1987 (41) Bayinat al-hall al-Islami wa Syubuhat al-Ilmaniyyin wa al-Mustaqhribin, (Penjelasan mengatasi masalah dengan cara Islam dan tuduhan orang Barat dan pengnut sekular), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1988 (42) ‘Ada’ alhall al-Islami, (Musuh-musuh dalam penyelesaian cara Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah, 2000 7. Tokoh Islam. Al-Imam al-Qaradawi jug menulis beberapa buah buku tentang sejarah hidup para tokoh : (43) Al-Imam al-Ghazali bayn Madihi wa Naqidihi, ( Imam al-Ghazali antara para pemuja dan pengkritiknya). Dar al-Wafa’, Kaherah,1988 (44) Al-Shaykh al-Ghazali Kama Araftuhu Khilala Nisf al-Qarn (Syeikh al-Ghazali seperti yang saya kenal selama setengah abad), Dar al-Wafa’, Kaherah,1995 (45) Nisa Mu’minat, (Para Wanita Beriman), Maktabah Wahbah, Kaherah,1979 (46) Abu Hasan al-Nadwi Kama ‘Araftuh, , (Abu Hassan al-Nadwi seperti yang saya kenal) Dar al-Fikr, Beirut, 2001 (47) Fi Wada’ al-‘A’lam (Memperingati Pemergian Tokoh-Tokoh), Dar al-fikr, Beirut, 2003 8.Akhlak (48) Al-Hayat al-Rabbaniah wa al-‘Ilm, (Kehidupan Rabbani dan Ilmu), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1995. (49) Al-Niyat wa al-Ikhlas (Niat dan Keikhlasan), Maktabah Wahbah, Kaherah,1995 (50) Al-Tawakkal (Bertawakal kepada Allah), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1995 (51) Al-Tawbah ila Allah ( Taubat kepada Allah), Maktabah Wahbah, Kaherah, 2000.
9. Kebangkitan Islam Kebangkitan Islam yang sedang semarak dan merebak ke seluruh dunia saat ini juga menjadi perhatian Qaradawi. Beliau adalah seorang tokoh aktivis yang sering memberikan gagasn-gagasn yng meluruskan tujuan gerakan kebangkitan Islam pada jalan moderat dan mencakupi hampir semua permasalahan umat. Tulisan beliau dalam persoalan ini menyeluruh, mendalam dan bersesuaian dengan realitas saat ini. Qaradawi dalam masalah ini telah menulis beberapa buah buku yang terkenal : (52) Al-Sahwah al-Islamiah Bayn al-Juhud wa al-Tatarruf ( Kebangkitan Islam antara penolakan dan sikap ekstrim), Dar al-Wafa’, Kaherah, 1992 (53) Al-Sahwah alIslamiah bayn al-Ikhtilaf al-Mashru’ wa al-Tafaruq al-Madzmum, ( Kebangkitan Islam antara perbedaan pendapat yang dibolehkan dan perpecahan yang tercela), Dar al-Wafa’, Kaherah, 1991 (54) Al-Sahwah al-Islamiah wa Humum al-Watan al-Arabi ( Kebangkitan
Islam
dan
keresahan
negara-negara
Arab),
Dar
al-Sahwah,
Kaherah,1993 (55) Min Ajli Sahwah rashidah Tujaddid al-Din wa Tanhad bi Dunya (Untuk mencapai kebangkitan yng sedar, yang membaharui agama dan membaiki dunia),Dar al-Wafa’, Kaherah, 1995 (56) Awlawiyyat al-Harakah al-Islamiyyah fi alMarhalah al-Qadimah (Keutamaan gerakan Islam pada masa depan), Maktabah Wahbah, Kaherah,2001 (57) Fi Fiqh al-Awlawiyyat ( Fikih Prioritas), Maktabah Wahbah, Kaherah,2000 (58) Al-Islam wa al-Ilmaniyyah wajhan li wajhin ( Islam Versus sekularisme), Maktabah Wahbah, kaherah,1997 (59) Ayna al-Khalal? (Di manakah kesalahannya?), Dar al-Sahwah, Kaherah, 1985 (60) Al-Syariat al-Islamiah Solihah li tatbiq fi Kulli Zaman wa makan ( Syariat Islam sesuai masa dan tempat), Dar al-Sahwah, Kaherah,1993 (61) Al-Ummah al-Islamiyyah haqiqatun la wahm (
Umat Islam adalah suatu hakikat dan bukan khayalan), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1995 (62) Al-Thaqafah al-Islamiyyah bayn al-Asalah wa al-Mu’asarah ( Pengetahuan Islam antara ketulenan dan pembaharuan), Maktabah Wahbah, Kaherah,1994 (63) Ghair al-Muslimin fi al-Mujtama’ al-Islam (Non-Muslim dalam masyarakat Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1992 (64) Al-Muslimun wa al-Aulamah, ( Kaum Muslim dan globalisasi), Dar al-Tawji’ wa al-Nashr, Kaherah, 2000 (65) Al-Islam wa Hadarah al-ghad (Islam Peradaban Masa Depan), Maktabah Wahbah, Kaherah,1995 (66) Al-Tataruf al-Ilmani fi Muwajahat al-Islam, ( Ektremis Sekular dalam Menghadapi Islam), Andalusiah li Nashr,Kaherah, 2000 (67) Al-Sahwah al-Islamiah min al-Murahaqah ila al-Rusyd, (Kebangkitan Islam), Dar al-Shuruq, Kaherah,2002 10. Pemikiran Islam Qaradawi jug menulis buku mengenai asas –asas yng diperlukan bagi Juru dakwah Islam dengan mengambil kira asas pendidikan yang telah ditetapkan oleh Hassan al-banna. Antaranya ialah : (68) Syumul al-Islam (Kesempurnaan Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah,1991 (69) Al-Marji’yyat al-Ulya fi al-Islam al-Quran wa al-Sunnah ( Sumber rujukan tertinggi dalam Islam ialah al-Quran dan alSunnah),Muasassah al-Risalah, Beirut,1993 (70) al-Siyasah al-Syar’iyyah fi daw’ nusus al-Shari’at wa Maqasiduha (siyasah syar’iyyah menurut syariat dan matlamatnya), Maktabah Wahbah, Kaherah, (71) Kayfa Nata’amal Ma’a al-Turath (Bagaimana Kaherah,2001
Berinteraksi (72)
Nahw
Kaherah,1999 11. Pemahaman Islam
dengan Fiqh
Buku-buku Muyassar
klasik),
Maktabah
Wahbah,
mu’asirah,
Maktabah
Wahbah,
Qaradawi juga menulis tentang pemahaman Islam dengan pendekatan yang mudah dan jelas. Antaranya ialah : (73) Al-Iman wa al-Hayat (Iman dan Kehidupan), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1990 (74) Al-Ibadat fi al-Islam (Ibadah dalam Islam), Maktabah
Wahbah,Kaherah,1985
(75)
Al-Khasas’is
al-Ammah
li
al-Islam
(Keistimewaan Agama Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1989 (76) Madkhal li Ma’rifah al-Islam, (Pengantar agama Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah,1996 (77) Al-Nass wa al-Haq ( Manusia dan Kebenaran), Maktabah Wahbah, Kaherah,1993 (78) Jil al-Nasr al-Mansyud ( Generasi Kemenangan yang dinantikan), Maktabah Wahbah, Kaherah,1998 (79) Durus al-Nakbah al-Thaniah (Pengajaran mengenai musibah kedua), Maktabah Wahbah, Kaherah,1993 (80) Khatab al-Shaykh alQaradawi 5 jilid (Khutbah Syeikh al-Qaradawi),Maktabah Wahbah, Kaherah, 1997 (81) Liqaat wa Muhwarat hawla Qadaya al-Islam wa al-‘Asr (Perbincangan tentang permasalahan Islam dan Peradaban), Maktabah Wahbah, Kaherah,2001 (82) Qadaya Mua’sarah ala basat al-Bahth (Kajian mengenai permasalan komtemporer) (83) Ri’ayah al-bai’ah fi Syari’at al-Islam ( Memelihara alam Sekitar Menurut Syariat Islam), Dar al-Shuruq, Kaherah,2001 12. Bidang Kesusasteraan dan syair (84) Nafahat wa Lafahat (Syair), Dar al-Wafa’, Kaherah. (85) al-Muslimun Qadimun ( Orang Muslim Maju) (Syair), Dar al-Wafa’, Kaherah, (86) Yusuf alSadiq, (Nabi Allah Yusuf) (Drama), Maktabah Wahbah, Kaherah, (87) Alim wa Taghiyyat , (Golongan Ulamak dan Golongan Pelampau)( Drama),Maktabah Wahbah, 1998 13. Risalah Kecil Mengenai Kebangkitan Islam
(88) Al-Din fi ‘Asr al-‘Ilm ( Agama dalam dunia Ilmu Pengetahuan). Maktabah Wahbah, Kaherah, 1995 (89) Al-Islam wa al-Fann (Islam dan Kesenian), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1996 (90) Al-Niqab al-Mar’ah ( Pemakaian Jilbab bagi wanita), Maktabah Wahbah Kaherah, 1996 (91) Markaz al-Mar’ah fi al-Hayat alIslamiah ( Kedudukan wanita dalam kehidupan Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah,1996 (92) Fatawa al-Mar’ah al-Muslimah (Fatwa-fatwa tentang wanita Muslimah, Maktabah Wahbah, Kaherah,1996 (93) Jarimah al-riddah (Jenayah Murtad), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1996 (94) Al-Aqaliiyyat al-Diniyyat wa hulli al-Islami ( Minoritas agama dan Penyelesaian Islam, Maktabah Wahbah, Kaherah, 1996 (95) Al Mubasyirat bintisar al-Islamiah ( Berita Kemenangan Islam), Maktabah Wahbah,
Kaherah,1996
(96)
Mustaqbal
Usuliyyah
al-Islamiah
(
Masa
DepanFundamentalisme Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah,1997 (97) Al-Quds Qadiyah likulli al-Muslim ( Quddus tanggungjawab setiap muslim), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1998 (98) Hajat al-Basyariah ila al-Risalah al-Hadariah li Ummatina ( Keperluan Manusia kepada risalah Peradaban ), Maktabah Wahbah, Kaherah, Kaherah, 2000 (99) Fatawa min ajli Palastin, (Fatwa-fatwa tentang Palestina), Maktabah Wahbah, Kaherah, 2003 (100) Zahirah al-Ghulu fi Takfir ( Fanatik
dalam
Mengkafir),
Maktabah
Wahbah,
Kaherah,
1990.
14. Kumpulan Ceramah-Ceramah Yusuf al-Qaradawi (101) al-Sunnah wa al-Bid’ah, (Sunnah dan Bidah), Maktabah Wahbah, Kaherah,1999 (102) Zawaj al-Maysar, haqiqat wa Hukm, (Perkahwinan Maysar hakikat dan hokum), Maktabah Wahbah, 1999 (100) Dawabit al-Shar’iyyah libina’ al-Masajid, (prinsip syariat dalam Membina masjid), Maktabah Wahbah, Kaherah,
1999 (101) Mawqif al-Islam al-Aqdi min kufr al-Yahudi wa al-Nasara, (Pendirian islam terhadp perjanjian dengan Yahudi dan Nasr), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1999 (102) Al-Juwaini Imam al-Haramain, ( Juwaini Imam Haramain), Maktabah Wahbah, Kaherah, 2000 (103) Al-Istishaq wa al-Tubna fi Shari’at al-Islamiah, ( Penamaan dalam Syari’at Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah, (104) Umar ibn Abdul Aziz, (Umar bin Abdul Aziz), Maktabah Wahbah, 2001 (105) Likay Tanjaha Muasassah al-Zakat, (Semoga Institusi zakat Berjaya),Muasassah al-Risalah, Beirut,1994,
36
Sekarang
beliau
sedang
menyelesaikan
kitab:
Fiqh
Jihad.36
Demokrasi di Indonesia Bisa di Contoh Negara Timur Tengah, artikel diakses pada 28 April 2009 dari http://www.eramuslim.com/berita/int/7904171651-dr.-yusuf-qaradhawi-tibamesir-dengan-pesawat-khusus-aljazair.htm,
BAB III TINJAUAN UMUM KONSEPSI JlHAD A. Pengertian Jihad Kata jihad berasal dari bahasa Arab, bentuk isim masdar dari fi'il ruba’i (yang terdiri dari empat huruf asli) : jahaada, berdasarkan wazan fi’al dengan pengertian mufa’alah (saling melakukan) dari kedua belah pihak. 37 Menurut lbnu Faris (w.395 H) dalam bukunya Mu 'jam al-Maqayis fi al-Lughah, seperti dikutip Quraish Shihab, "Semua kata yang terdiri dari huruf j-h-d, pada awalnya mengandang arti kesulitan atau kesukaran dan yang mirip dengannya.” Ada juga yang berpendapat bahwa jihad berasal dari akar kata juhd yang berarti kemampuan. Ini karena jihad menuntut kemampuan, dan harus dilakukan sebesar kemampuan. Dari kata yang sama tersusun ucapan jahida bir-rajul yang artinya seseorang sedang mengalami ujian. Terlihat bahwa kata ini mengandung makna ujian dan cobaan, hal ini yang wajar karena jihad memang merupakan ujian dan cobaan bagi kualitas seseorang. 38 Dalam Ensiklopedi Islam, jihad mempunyai makna dasar berikhtiar keras untuk mencapai tujuan yang terpuji. Dalam konteks Islam, kata jihad memuat banyak makna,
kata ini bisa berarti perjuangan melawan kecenderungan jahat atau
pengerahan daya upaya untuk atau demi kepentingan ummah, misalnya, mencoba mengimankan orang yang ingkar (tidak beriman) atau bekerja keras memperbaiki
37
Muhammad Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an (Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset, 1997), h II. 38 Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000), Cet. I, h. 284.
moral masyarakat (Jihad Pendidikan).39 Allah mewajibkan jihad yang tujuannya adalah: meninggikan kalimat yang hak dan membebaskan manusia dari perbudakan hawa nafsu, kedzaliman seorang raja, dan khurafat. Selain itu, jihad bertujuan menegakkan keadilan, memberantas kebatilan, mempertahankan akidah, jiwa, nama baik, dan harta benda. Sebaliknya, Islam sangat mengharamkan penganiayaan, kezaliman, dan sejenisnya: Islam sangat menghargai kebebasan dan tidak memaksa seseorang untuk memeluk agama ini, Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 256 berikut : / ; d : cM-L b b_ ? T⌧* [i /gh- ef>e,
' 51l *-89S. i☺k
/k mn .% c%5o( @I7g☺K5# S cstu rIF 9 \_ ?:p)q G` ; xyvJN vv= 9⌧w ^% ”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” Jihad dalam Islam bukan bertujuan merampas harta, atau lainnya. Pada hakikatnya, perang merupakan alternatif terakhir dalam dakwah. Perang dalam Islam bukan untuk menyerang, tetapi untuk mempertahankan diri dari serangan musuh dan menangkis tindakan yang melampaui batas dari musuh. 40
Untuk memperjelas
subtansi jihad agar tidak diidentikan dengan aksi mengangkat senjata Al-Quran membedakan antara konsep qital (interaksi bersenjata) dengan konsep jihad.
39
40
Jhon. L. Esposito, Ensiklopedi Islam (Jakarta:2000 ), cet. 4, h. 41. Muhammad Faiz al-Math, Keistimewaan Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 127.
Jihad jelasnya menunjuk kepada suatu konsep yang lebih komprehensif, dimana salah satu sisinya adalah berjuang di jalan Allah melalui penggunaan senjata. Namun, jihad dengan pengertian sempit ini, oleh al-Quran dibatasi pada saat-saat tertentu khususnya dalam rangka mempertahankan diri.41 Agaknya karena pengertian sisi sempit inilah yang secara keliru dianggap sebagai ciri utama jihad yang mengundang kontroversi dan pertikaian pendapat.42 Seperti pandangan dunia Barat yang memandang Islam sebagai teroris, penuh dengan kekerasan dan mengartikan jihad sebagai holy war (perang suci). 43 B. Jihad dalam al-Quran dan al-Hadits Nabi Kata jihad dan derivikasinya tersebut 41 kali dalam Al-Quran44. Ayat-ayat jihad dalam konteks perjuangan berjumlah 28 ayat sebagai berikut; al-Baqarah/2: 218, ali-Imran/3:142, an-Nisa/4: 95, al-Maidah/5: 35,54, al-Anfal/8: 72,74,75, atTaubah/9: 16, 19, 20, 24, 41, 44, 73, 81 ,86,88, an-Nahl/16:110, al-Hajj/22:78, alFurqan/25 :52, al-Ankabut/29: 6,69, Muhammad/47:31, al-Hujurat/49:15, alMumtahanah/60 :1, ash-Shaff/61:11, at-Tahrim/66:9. Ayat-ayat jihad tersebut sebagian besar lainnya turun pada periode Madinah. Ayat-ayat jihad periode Makkah adalah sebagai berikut : '(Dg/012% z- 91⌧> nv l(, \⌧k G`; Z-@\| {062 ! t
41
Lih. Q. S. al-Baqarah [2]: 190-191. Quraish Shihab, , Wawasan Al-Quran, h. 284. 43 Abdurrahman Wahid, Islam Tanpa Kekerasan (Yogyakarta: LKiS, 2000), Cet. 2, h. 10. 44 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mujamul Mufahras li Alfazhil Quranil Karim (Kairo : Darul Hadist,1991), h. 232-233 42
”Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan Jihad yang besar.” (QS al-Furqan :52) z ~ $ } E)()
/( Li %-2D %/012 E)() P(k Li ~ $ } 9%ZI% GHHQ; )= t&$ ⌦$ 895 D /( ”Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS an-Nahl :110)
{ k %/012 [i. % ? MJ@# *'e
. /*
v☺ eV% G ; f 675☺ “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benarbenar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”(QS al-Ankabut : 69)
t./ [i1I7 {E%% ⌧ZgP /012 V% 57t \⌧k ⌦'kJ ! t @ &{ : *'S(62*- :M ? ☺0( l(, V (J☺(, 5)PL ☺ SUtuC4k G; “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibubapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS al-Ankabut: 8)
Keempat ayat makkiyah tersebut menggunakan lafal jihad dan tidak menggunakan lafal qital, sebagaimana ditemukan pada ayat-ayat lain. Qital atau perang baru diizinkan Allah untuk membela diri dengan firman-Nya: (JK1. V C" eV% ? ☺J8 *'0%4 G; -. / 5) DZ5G ?:M, i 2-[C" %" _
Abdullah Yusuf Ali, Quran Penerjemah dan Tafsirnya. Penerjemah Ali Audah (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1993), h. 925. 46 Majid Ali Kahn, Muhammad Saw Rasul akhir. Penerjemah Fathul Umam (Bandung : Pustaka,1985), h. 127.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan, bahwa jihad tidaklah identik dengan
qital
atau perang, sebab jihad telah diserukan Allah SWT
dan telah
dilaksanakan Nabi SAW bersama kaum muslimin pada periode Madinah. Adapun ayat-ayat jihad yang diturunkan pada periode Madinah berdasarkan urutan turunnya surat adalah sebagai berikut : z eV %-2D [i.Q=% ;<=># : %/012% I☺gt$ V 2*-. @B14%C" G`H; )= t&$ ⌦$ 89⌧x ^% ? ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Baqarah ; 218) [i. eV %/012% %-2D% : *'689%"% 5)0 %4 %% % ;<=># @B14%C" 9%ZIGe% ? ( q= %%" *'( *'% % i S %-62/ ?T¢yt ¡5T⌧ i 'Q☺=1% ;V% ? %-62/ ; D/ : *'L%ZIGc£5# ?:M, }_ Z5Ge '8>=MJ(k 'N¥o % *'Sc o U¤* V (J☺(, ☺ ^% S R1{ G¦`; RZ-6F “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada
Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Anfal :72) z % : %/012% %-2D% %% Q=% ;<=># '(D ~B14%C" 9%ZIGe% 's]u ? t V ☺ G¦; Ry -⌧L Rm§$% Rc- 95e “Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia (QS al-Anfal:74) /( mn % %/012% %-2D% ? 5)S @B14%C4k *'S( *'(
¤M*$P¨ 4%C"% S QJ1P L : (@ ?:M%%" @yvJN ¡5T⌧ ;d<S eV G¦; “Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu Maka orang-orang itu Termasuk golonganmu (juga). orang-orang yang mempunyai hubungan Kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat)di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS al-Anfal:75) (J[g/, V%" y©*@67t g¤%" ^ Q)MJ(. ª☺% e *'S %/012 GH`; ZQ1EF ['MJ(.% “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS ali-Imran:142) \_ /%41. *'Le%/% %/ %= K, '*Z 8kJ(, = %%" %-⌧9⌧L g/% ce{ ☺ ;D [i 'Li ☺ ¬ *'L.% O #&- V 2-.« *'SM $ (, V%"
: /1062 5)Pg2-[ y© L V :OIH5® 5 K* % :,=># '*Z V%h-67(< ? ¯)MJN%" )%"% ce{ ☺ % y©{⌧9[%" ☺ *'S "k(9. i% ? y© MJN%" GH; ;<=>77 # e
# ^ \<}k ? *'689%"% 5)0 %4 /01k¤ / (1 :M, *'689%"% ^ /% ⌧L% ? 2${ ^ \<}k% ? ?Tc257 :M, /01☺ ☺{ 8 -g2%" / (1 G; ”Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk[340] satu derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.” (QS an-Nisa :95) [)MJ( 5)S
?T¢yt
*'S (J*@% /01☺
(J*@%
ZQ1EF% GH; * L$>[%"
“Dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (QS Muhammad :31) ☺ ☺ ! " #$% %/012% ,*-. *' &'() : 5)06789%"% *'0 %4 '(D @B14%C" ? ;<=># GH; ( /1EF “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.” (QS al-Hujurat :15)
/012 TQe /%41. fQ 91c ☺% $U98> ? *'*ZMJ ³(J´% & % ¯)e 02 5)0%k4% G; Z-6F☺ “Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka adalah Jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS at-Tahrim:9) /%41. uc-10 ?:M, * S§{%" *<D GHQ; yv %" O¡⌧= gi S{Q(, ! " #$% V (, ;<=># : V%/010C% ? *'S6789%"% 5)S %4 y©L V * S RZ*-[ * S * S *- 95. GHH; V ¡(, u1e2 5)SkJ6[g/.% * S ( -1µP¨ Q☺% i -0%
1e2 : >¥{ [i6S1I7% §* ⌧9 @ ? ·Vg/ GH`; yv 8( “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? --(yaitu)
kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. -Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS ash-Shaff : 10-12) z 0¸.%41. ¹ 5K* % 8¢, %/012% 4=6# t= J9(, *'8>J( ! "=># : G; “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS al-Maidah:35) i /%41. * I7k ! t . { i *'S ª/,*-. *'# « ·¤* ^ :Ok4. :M, O4 %" 9t #> «% :M, ¡ce %" f ☺ : %/010« - 91S * V (k.« \_% ;<=>#
t{ ,. 67t g¤%" ^ 'MJ(. ª☺% %= K. 5)% *'S %/012 \_% ! " #$ \_% ;V%{ i ^% ? = % f ☺ GH ; (J☺(, ☺ @Z-@[
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS at-Taubah:16) .6# y©kJ(2%" ¼ Mc$☺ % nDs gi☺⌧L ¤- /Q57☺
¤* =% [i ;<=># : /012% -6[P \_ ^% S / Vq P57. \_ ? f ¡18 r* /*/ GH; “Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orangorang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (QS at-Taubah:19) %-2D% ;<=># : %/012% *'689%"% g su %4 ? / 2${ '8g%" ( @B14%C"% G`Q; V%qº⌧9 “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS atTaubah:20) *'L V⌧L V *<( *'S [% *'8|c * %"% 5)S(,Z- »% * S2%§%"% D ☺KkZb xO %"% D{I7⌧L V* ».% Rc-10 % 7Jt%" 0* IH*-, i6S1I7% ! " #$% n '8>= ! "=@# : @{062% ^ «Ok4. ?T¢yt F Zbk /*/ \_ ^% S !M*®%4 G`; zfQ671⌧9 r*
“Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteriisteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS at-Taubah :24) _ )%
k⌧96[ %- 9 *'8> %4 %/012% ? ;<=># : *'S6789%"% 5)PL V *'S RZ*-[ *'S GH; ☺MJ(, “Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS at-Taubah :41) ~Q=P57c° \_
¤* =% . %/01. V%" -6[P S *'689%"% 5)0 %4 G; fQK☺ @){JN ^% “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.” (QS at-Taubah :44)
/012 TQe /%41. fQ 91c ☺% $U98> *'0%k4% ? *'*ZMJ ³(J´% G¦; Z-6F☺ & % ¯)e 02 “Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka ialah Jahannam dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” (QS atTaubah :73) 89J☺ -k QO #$ 1MJ6[ *' D /(☺ %/010« V%" ¹ (D-⌧L% : *'689%"% 5) su %4 \_ % ;<=>#
q$ *<( S ¥- : %- 9, * ? ½-t $/⌧%" [)e02 GH; V 09. ⌧L “Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini". Katakanlah: "Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui.” (QS at-Taubah: 81) z % O #&- Gi6S1 %/012 t( ? 5)06789%"% 5) su %4 Z*-l '0 ~B14%C"% '(D @B14%C"% G; V J9☺ “Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama Dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. dan mereka Itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (QS at-Taubah : 88)
Terdapat perbedaan antara ayat-ayat jihad periode Makkah dan ayat-ayat jihad periode Madinah. Ayat-ayat jihad priode Makkah pada umumnya menyeru untuk bersabar terhadap tindakan-tindakan musuh, disamping terus berdakwah secara lisan ditengah-tengah umat manusia. Memang tidak ada pilihan lain bagi mereka selain itu. Adapun ayat-ayat jihad priode Madinah, sesuai dengan kondisi umat Islam pada waku itu, menyeru kaum mukminin untuk menghadapai musuh secara konfrontatif dan mewajibkan mereka untuk memerangi penduduk Makkah. Adapun pesan-pesan jihad Nabi SAW antara lain terungkap dalam hadis-hadis berikut:
)*+ و,"*- ا.*/ ل ا0+ ر123+ ,4- ا56د ر0789 :&< ا ﺏ- :) اى ؟E 1*= 3FG3'"9 .*- ةIJ2 ا: ل3= ؟%?@A ا%B72ل ا اى ا0+ ر3 ی1*= ل ا0+ ر:- 1N8A ا%"&+ .A د3FK2ل ا3= ) اي ؟E :4<ی2ا02اM) ﺏE ل3= (ري3S&2 )روا ا.ادﻥP2 ,G دPQ+ ا02*) و+ و,"*- ا.*/
Abdullah bin Mas’ud berkata “ saya bertanya kepada Rasulullah, apakah amal yang paling utama?” Nabi menjawab “shalatlah tepat pada waktunya” “kemudian apa?” beliau menjawab “berbuat baik kepada kedua orang tua” “kemudian apa lagi?” jawab beliau “berjihadlah dijalan Allah” lalu saya diam. Jikalau saya bertanya lagi, tentu Nabi SAW menambahkan jawaban.” (HR Bukhari)47
Ibnu Hajar Al-‘Asqalaniy menerangkan, penyebutan tiga macam amal kebajikan yang utama itu adalah karena ketiganya merupakan lambang ketaatanketaatan lainnya. Siapa yang mengabaikan shalat fardhu hingga melampaui waktunya tanpa udzur, padahal shalat itu demikian besar keutamaannya, maka ia akan lebih mengabaikan lain-lainnya. Siapa yang tidak berbuat kebajikan kepada orang tuanya padahal demikian banyak hak mereka atas dirinya; maka ia akan lebih baik sedikit berbuat kebaikan kepada selain keduanya; dan barang siapa meninggalkan jihad menghadapai orang-orang kafir, maka terhadap berbagai kefasikan ia akan lebih tidak peduli.48 د3F ﺝ:N2 وVQ@2< ا7ة ﺏMK ه$ )*+ و,"*- ا.*/ ل ا0+ل ر3= 3F4- ,**2 ا56 س ر3&- : اﺏ:(ري3S&2وا )روا اM@ﻥ3A )GM@4Q+ واذا اX"وﻥ “Ibnu ‘Abbas berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda pada fathu Makkah, tidak ada kewajiban hijrah setelah pembukaan kota Makkah. Yang ada adalah kewajiban jihad dan memasang niat, jika kamu diseru untuk keluar ke medan perang, maka berangkatlah.” (HR Bukhari)49
Terhadap Hadist diatas Ibnu Hajar menjelaskan, bahwa hijrah merupakan kewajiban setiap muslim pada masa awal Islam, karena sedikitnya jumlah kaum 47
Abu Abdillah al-Bukhariy, Shahih Bukhariy (T.tp.: Penerbit Daru Mathba’atisy-Sya’bi, t.t.), h. 200. 48 Ibnu Hajar al-Asqalaniy Kitabul Jihad wa Siyar min Fathil Bari (Beirut : Darul Balaghah, 1985), h. 11-12. 49 Al-Bukhari, Shahih Bukhariy, h. 200.
muslimin di Madinah dan karena kebutuhan mereka untuk berhimpun. Setelah Allah SWT membukakan kota Makkah dan orang berbondong-bondong masuk agama Allah, maka dihapuskanlah kewajiban hijrah ke Madinah dan tetaplah kewajiban untuk berjihad dan berniat sungguh menghadapi perlakuan atau tindakan orang kafir yang selalu menganiaya pemeluk agama Islam, hingga mereka kembali kepada agama mereka semula. Berkenaan dengan penganiayaan tersebut turunlah firman Allah dalam surat An-Nisa’/4:97-100.50 '0k , eV ¹$ ☺ (SB1MJ☺ y©L ['{ k *'689%" : f 9(gK57 eL giS, *'%" ¹ ? G¾*$P¨ (6#% ¯¾*$%" ? Z k %-62☺k Ny(02 *'0%k4 @B14%C4k }_ G¦; Z-6F g'#% n f 9(gP57☺
I7 % QOi¥- V (= lK57c° \_ ;V; % G; ¿⌧=@# V%/K*/ \_% X4= t 89(. V%" ^ TIU @B14%C4k 89 ^ ⌧L% ? *'
: *-62/ i% ¼ G; $ 89⌧x G¾*$P¨ : g/60« ;<=># i% ? (#% Z- ¿⌧L ☺⌧x- -620 ! t Po Li 5s-.« &'() ! " #$% :M v% g/k '* k¤ tL$g/. ^ V⌧L% S :M, M-g2%" GHQQ; ☺{ t&$ $ 89⌧x ”Mereka yang diwafatkan oleh malaikat karena berbuat zalim terhadap diri sendiri, malaikat bertanya “ dalam keadaan bagaimana kamu ini?” mereka menjawab, “kami orang yang lemah dibumi ini.” Malaikat berkata “bukankah bumi Allah luas dan kamu dapat berhijrah?” mereka itulah yang akan tinggal di neraka – tempat kembali terburuk-. Kecuali mereka yang memang lemah dan tertindas; laki-laki, perempuan dan anak-anak yang tak berdaya dan tak 50
Al-Asqalaniy, Kitabul Jihad, h. 12
ada bimbingan yang akan menunjukkan jalan. Kepada mereka, mudahmudahan Allah memaafkan. Karena Allah maha Pemaaf, Maha perngampun. Dan barang siapa yang hijrah dijalan Allah. Dimeninggalkan rumahnya berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian maut memburunya, Allah senantiasa memberi pahala. Allah Maha Pangampun lagi Maha Pengasih.” (QS an-Nisa’:97-100) Abdullah Yusuf Ali menulis, bahwa ayat-ayat itu berkenaan dengan masalah hijrah dari tempat-tempat biasa umat Islam dianiaya dan ditindas. Maka sudah menjadi kewajiban kaum muslimin untuk meninggalkan tempat itu kendati tempat tersebut kampung halaman mereka sendiri
untuk menggabungkan diri dan
memperkuat barisan umat Islam. Mereka akan hidup aman dan dapat membantu perjuangan melawan segala kejahatan yang terdapat di sekitar meraka. Islam menyuruh tiap muslim untuk berjuang terus-menerus memerangi kejahatan. Untuk perjuangan semacam itu kaum muslimin mungkin harus meninggalakan kampung halaman lalu bersatu menyusun organisasi dan bersama-sama dengan saudara muslim lain mengadakan serangan dan merobohkan benteng kejahatan. Kewajiban seorang muslim bukan hanya menyuruh berbuat baik, tetapi juga mencegah kejahatan.51 %?Aّ ا:N2 ل3=
51 52
Yusuf Ali, al-Quran terjemah dan Tafsirnya, h. 211 Al-Bukhari, Shahih Bukhariy, h.12
ibadah haji disyariatkan pada akhir periode risalah Nabi di Madinah. Dengan demikian Hadits tersebut disabdakan Nabi SAW lebih akhir dari turunya ayat-ayat jihad yang menyeru kaum muslimin untuk berperang di jalan Allah. %B- .*- .4ّ2ل د3'A )ّ*+ و,"*- ا.*/ ل ا0+ ر.2 ا%ء رﺝ3ل ﺝ3= ,4- ا.6ة رMیM ه5 اﺏ:م0JG وMQ@G$م و0'QA
53
Ibid., h. 200. Ibid., h. 201. 55 Ibid., h. 202. 54
ن3آ$ ا.*&= X9 ا5A ا,c7 ﺏ5& ﻥ:9 39 ل3= )*+ و,"*- ا.*/ ل ا0+د ان ر0789 :&< ا ﺏ- :ن020'ف ی0* ﺥ3<ه7 ﺏ:9 f*SG 3F) اﻥE M93<ون ﺏQ' وی,Q48ون ﺏgﺥ3ب ی3h/ن وا0اری0\ ,Q9 ا:9 ,2 :9 و:9a9 0FA ,ﻥ38*ه< ﺏ3 ﺝ:9 و:9a9 0FA <"ده) ﺏ3ه3 ﺝ:BA ونM9a ی$ 39 ن0*7@ن و ی0*7@ ی$39 ()*89 دل )رواM ﺥX&\ ن3Bی$ وراء اi"2 و:9a9 0FA ,&*'ه<د ﺏ3ﺝ
“Diriwayatkan dari Abdullah ibn Masud, bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Tidak seorang Nabi pun diutus Allah kepada suatu umat sebelumku, kecuali ia memiliki pengikut-pengikut setia dari umatnya dan beberapa sahabat yang melaksanakan sunahnya serta mengikuti perintahnya. Kemudian datang sesudah mereka pengganti. Mereka mengucapkan sesuatu yang tidak mereka lakukan dan melakukan apa yang tidak diperintahkan. Maka siapa berjuang menhadapi mereka dengan tanganya, itu pertanda ia mukmin. Siapa berjuang menghadapi mereka dengan lisanya pertanda ia mukmin. Siapa berjuang menghadapi mereka dengan hatinya, pertanda ia mukmin. Selain itu tak ada lagi tersisa iman, walau seukuran biji sawi.” (HR. Muslim).56 Dari Hadits-Hadits tersebut dapat ditarik dua kesimpulan bahwa jihad mengandung dua pengertian. Dalam arti sempit, jihad adalah perang di jalan Allah. Hal ini ditunjukan oleh penyebutan kematian di medan jihad beserta perolehan Ghanimah. Dalam arti luas, jihad adalah segala usaha yang memerlukan pencurahan tenaga dalam rangka memperoleh ridha Allah, baik berbentuk ibadah khusus yang bersifat individual, dalam hal ini haji, maupun ibadah umum yang bersifat kolektif, berupa amar makruf nahi mungkar. Di dalam al-Quran dan al-Hadis lafaz jihad digunakan dalam berbagai bentuk, baik kata kerja maupun kata benda. Ayat-ayat jihad Makkiyah menggunakan kata jihad dalam bentuk kata kerja lampau (fiil madhi) sebanyak tiga kali, yakni dalam QS 16:110, 29:6 dan 29:6; dalam bentuk kata kerja sekarang dan yang akan datang (fiil mudhari) satu kali, yakni dalam QS 29:6; dalam bentuk kata kerja perintah (fiil amar)
56
Abu Husain Muslim, Shahih Muslim, Penerjemah AD Haanie (Yogyakarta: Penyiaran Islam, 1962), h. 47-48.
sebanyak satu kali, yakni QS 25:52. sedangkan dalam bentuk kata benda digunakan satu kali, yakni dalam QS 25:52 untuk menekankan tingkat atau kadar jihad yang harus dilakukan oleh Nabi SAW. Bentuk fiil mengandung arti pergerakan, sedangkan bentuk isim memberikan kesan kemantapan.57 Hal itu tergambar jelas misalnya dalam QS An-Nisa/4:95, Al-Mukminun/23:1-11, Al-Ahzab/33:35 dan Al-Hujarat/49:15. Adapun ragam penggunaanya dalam ayat-ayat periode Madinah adalah sebagai berikut. Dalam bentuk kata benda asal (isim masdar) lafal jihad disebut tiga kali, yakni dalam 9:24; 22:78; 60:1. sedangkan dalam bentuk kata benda pelaku (isim fail) disebut empat kali, yakni dalam QS 4:95 diulang tiga kali dan dalam QS 47:31. dalam kaidah tafsir dijelaskan bahwa penggunaan isim menunjukan tetapnya keadaan dan kelangsunganya. Sedangkan fiil menunjukan timbulnya sesuatu yang baru dan terjadinya suatu perbuatan. Masing kata-kata tersebut mempunyai tempat tersendiri yang tidak bisa di pertukarkan satu dengan yang lain untuk tetap menghadirkan makna yang sama.58 Dalam bentuk kata kerja, terdapat tiga macam, yakni kata kerja lampau (fiil madhi), kata kerja sekarang (fiil mudhari) dan kata kerja perintah (fiil amar). Dalam bentuk kata kerja lampau terdapat sebanyak 10 kali, yakni dalam QS alBaqarah/2:218; ali Imran/3:142; al-Anfal/8:72, 74, 75; at-Taubah/9:41, 73, 88; dan alHujarat/49:15.dalam bentuk kata kerja sekarang sebanyak empat kali, yakni QS alMaidah/5:54; at-Taubah/9:44, 81 dan ash-Shaff/61:11. adapun dalam bentuk kata
57 58
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran (Bandung, Mizan,1992), h. 116 Abd. Rahman, Kaidah-Kaidah Penafsiran Al-Quran (Bandung:Mizan ,1997), h. 60
kerja perintah sebanyak enam kali,yakni QS al-Maidah/5:35; at-Taubah/9:41, 73 86; al-Hajj/22:78 dan at-Tahrim/66:9. Pengulangan perintah jihad periode Madinah hingga enam kali menunjukan aktivitas jihad dalam Islam. Dalam Khazanah Ulumul Quran terdapat kaidah pemahaman, bahwa perintah permintaan melakukan sesuatu dari pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada yang lebih rendah. Dalam konteks perintah dalam alQuran, yang dimaksud dengan pihak yang lebih tinggi kedudukanya ialah Allah SWT sebagai pemberi perintah, sedangkan yang lebih rendah kedudukanya adalah manusia.59 Menurut kaidah ushuliyyah, amar ada kalanya menunjukkan wajib, seperti dalam QS 4;77 dan ada kalanya menunjukkan sunnat, seperti dalam QS 24:3360. dalam konteks perintah-perintah jihad dalam al-Quran, ayat-ayat jihad yang dimaksud semuanya menunjukan perintah. Lafal jihad dalam bentuk kata kerja perintah kadang di tujukan kepada orang kedua tunggal dan adakalanya ditujukan kepada orang kedua jamak. Perintah jihad bentuk pertama mengandung pengertian bahwa pesan tersebut ditujukan kepada perseorangan dan dapat di laksanakan secara perseorangan dan dapat di lakukan secara perseorangan pula, sebagaimana pesan untuk menyeru manusia ke jalan Allah (QS an-Nahl)/16:125) dan perintah untuk menyeru kepada kebajikan (QS alAraf/7:199). Adapun perintah untuk orang kedua jamak mengandung pengertian bahwa perintah tersebut ditujukan kepada khalayak agar dilaksanakan secara berjamaah pula. Ini mengandung kemuingkinan maksud bahwa jihad tidak dapat 59
Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Mutiara Ilmu Balaghah dalam ilmu maani. Penerjemah M. Zuhri dan K Ahmad Chumaidi Umar (Surabaya: Mutiara Ilmu,1994), h. 24. 60 Ibid., h. 26.
terlaksana secara maksimal kecuali jika dilakukan secara bersama-sama atau melalui kerja sama yang satu dengan lainya,seperti tertera dalam QS at-Taubah/9:41 Perintah jihad kepada kelompok tidak menutup kemungkinan untuk dapat dilaksanakan oleh sebagian anggotanya. Jika demikian, mereka yang tidak terlibat dalam Aktivitas tersebut sebagianya mengambil alternatif kegiatan lain yang boleh jadi tidak kurang berharga daripada yang pertama. Keputusan demikian dapat diambil berdasarkan firman Allah SWT : V ☺ ⌧L % ¼ -⌧9 \_* MJk ? k\| %- 9 { *'
@*- k ;d<L i : 0U⌧9K{ À R⌧9º %q$Q= { % Gi. d ¹ (2$ 5)0* %q$⌧=« 5)0J( *'*Z GH``; ”Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS at-Taubah :122) Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ikrimah dikemukakan bahwa ketika turun ayat: illa tanfiru yu adzdzibkum adzaban aliman (QS AtTaubah/9:39), ada beberapa orang yang jauh dari kota yang tak ikut berperang karena mereka mengajar kaumnya. Maka kaum munafik berkata, “Celakalah orang-orang di kampung itu karena ada orang yang tidak turut berjihad bersama Rasulullah”. Maka
turunlah ayat itu (QS At-taubah/9:122) yang memebenarkan orang meninggalkan perang untuk menyebarkan ilmu dan menyebarkan kepada kaumnya.61 Dalam riwayat lain, dari Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abdullah bin Ubaid bin Umar di kemukakan bahwa kaum mukminin, apabila diseru Rasulullah SAW untuk di utus ke medan perang, mereka serta merta berangkat meninggalkan Nabi beserta orang-orang yang lemah. Maka turunlah ayat ini sebagai larangan untuk berangkat ke medan perang seluruhnya, melainkan harus ada yang tetap tinggal untuk memperdalam pengetahuan agama.62 Sebagian ayat jihad disertai objek, misalnya at-Tahrim/66:9. objek jihad dalam ayat tersebut adalah orang-orang kafir dan munafik. Sebagian lainnya tidak menyebutkan objeknya, misalnya al-Baqarah/2:218 dan al-Maidah/5:35. suatu kaidah penafsiran menyatakan bahwa jika suatu kata kerja transitif disebutkan dalam suatu ayat tanpa disertai penyebutan objeknya maka objek kata kerja itu bersifat umum, mencakup segala sesuatu yang terjangkau oleh lafal itu.63 Berdasarkan kaidah ini dapat disimpulkan bahwa objek jihad tidak terbatas pada orang-orang kafir dan munafik saja, tetapi mencakup siapa saja yang perilakunya tidak sejalan dengan ajaran Tuhan. Dari sisi lain sebagian ayat jihad menyebutkan sarana yang digunakan untuk berjihad, misalnya an-Nisa’/4:95, al-Hujurat/49:15 dan sebagian lainnya tidak, 61
Qomarudin Shaleh dkk, Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis turunnya ayat-ayat alQuran (Bandung : Mizan,192), h. 168. 62 Ibid., h. 169. 63 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran (Bandung: Mizan,1992), h.168
semisal an-Nahl/16:110, al-Ankabut/29:6 dan at-Tahrim/66:9. ini mengisyaratkan bahwa sarana jihad adalah apa saja yang telah disebutkan Al-Quran, yakni harta benda dan diri atau nyawa. Pengertian harta benda mencakup segala milik manusia yang tidak melekat pada jasadnya. Adapun diri atau nyawa adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang, baik berupa tenaga, pikiran, ilmu pengetahuan maupun lainnya.64 Ayat-ayat jenis kedua mengisyaratkan kepada pelaku jihad untuk menggunakan sarana apapun, sejauh tidak bertentangan dengan garis-garis agama. Berjihad dengan demikian tidak selalu menggunakan pedang terhunus. Lisan dan pena termasuk diantara sarana-sarana yang dapat digunakan secara efektif untuk berjihad. Jihad dalam bentuk apapun memerlukan persiapan yang memadai, seperti diisyaratkan al-Quran: z oJ « eeV 9I ! "=># : (J K1. Q *-e ⌦i1{ )0%⌧L G; ”Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS ash-Shaff :4) e '0 %$/ %"% n % uc& ( i )P(lK5# @ D*-(, ;<=l 6¯ ¥$ *'8|e%/% e%/ ! t \_ 5)0 %{ i -[% ? *'0☺MJ(. ^ '0 ☺MJ(, « "5T⌧ i 8 9(, % *'S*= U . ;<=># G Q; ☺MJg8(, \_ 5)P%"% 64
Ibid., h.169
”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS al-Anfal : 60) Tujuan jihad adalah menegakkan kalimat Allah. Tegaknya kalimat Allah tercermin dalam dalam kebajikan segala aspek kehidupan di dunia. Menyeru orang berbuat baik dan melarang perbuatan mungkar merupakan jihad yang berlaku sepanjang zaman. Hal itu dilakukan dengan bijaksana, dengan meyakinkan pihak lain secara lemah lembut dan penuh pengertian. Jihad fi sabilillah dapat pula berbentuk pembebasan budak dari perbudakan, memberi makan pada hari kelaparan kepada anak yatim atau orang miskin yang sangat fakir (QS Al-Balad/90:13-16). Jihad dapat pula berupa sedekah buat orang yang dilunakkan hatinya untuk memeluk Islam, membantu orang yang dibelit hutang dan membiayai kegiatan-kegiatan sosial keagamaan lainnya (QS At-Taubah : 60) Jihad dilaksanakan berdasarkan tuntunan nash Quran dan Sunnah serta teladan langkah-langkah perjuangan Nabi SAW sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi dimana saja muslim berada. Aktivitas jihad dapat dirumuskan dalam dua bentuk kegiatan besar, yakni sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai kebajikan (amar ma’ruf) dan pencegahan serta penghapusan kemungkaran (nahi mungkar). Al-Quran menginginkan agar kaum muslimin mendukung terciptanya kondisi yang benar yang
bersumber pada kehendak Allah dan kepentingan masyarakat dalam seluruh aspeknya.65 C. Pandangan Pakar tentang Jihad Hasan Al-Bana seperti yang dikutip Yusuf Qaradhawi, menyatakan bahwa jihad adalah salah satu kewajiban muslim yang berkelanjutan hingga hari kiamat : tingkat rendahnya penolakan keburukan dan tertinggi perang dijalan Allah. Diantara keduanya adalah perjuangan dengan lisan, pena dan tangan berupa pernyataan tentang kebenaran dihadapan penguasa yang dzalim. 66 Murtadha Mutahari, ulama syiah terkemuka, menitikberatkan arti jihad sebagai perang yang sah bagi individu, suatu suku atau bangsa, untuk membela diri, dan harta benda, sebagi salah satu tuntunan hidup manusia. Bentuk peperangan apapun yang bermotivasi agresi, karena keserakahan untuk memperoleh harta kekayaan serta sumber-sumber lain, untuk merampok sumber-sumber ekonomi atau kemanusiaan, sama sekali tidak dibenarkan Islam. Jihad adalah perlawanan terhadap setiap jenis agresi.67 Salman Al-Audah mengemukakan, bahwa jihad adalah memerangi orang yang disyariatkan untuk diperangi, dari kalangan orang-orang kafir dan lain-lain. Dari segi hukum, ia berlaku melalui fase-fase berjenjang sebagai berikut. Pertama fase”tahanlah tanganmu” yang mencakup periode Makkah. Saat itu mukmin tidak diperkenanakan memerangi orang-orang kafir secara syari. Mereka berjihad dengan 65
Muhammad Husain Fadhlullah, Islam dan Logika Kekuatan. Penerjemah Afif Muhammad dan Abdul Adhiem (Bandung : Mizan, 1995), h. 38. 66 Yusuf Qaradhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna. Penerjemah Bustami A Gani dan Zainal Abidin Ahmad (Jakarta : Bulan Bintang, 1980), h. 74. 67 Murtadha Mutahari, Jihad. Penerjemah. M Hashem (Bandar-Lampung: YAPI,1987), h. 2751.
Al-Quran dan dakwah dalam keadaan damai. Kedua, fase “telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dizalim”. Ketiga fase ”perangilah kaum musyrikin semua, sebagaimana mereka memerangi kamu”. 68 Taufiq Aliy Wahbah menyatakan bahwa jihad adalah pengerahan segala kemampuan dan potensi dalam memerangi musuh. Jihad diwajibkan atas kaum muslimin demi membela agama Allah. Jihad baru dilakukan setelah timbulnya gangguan-gangguan yang dilakukan musuh terhadap kaum muslimin, berlandaskan Al-Quran : \_% oJ6.
;<=># : (J K1% 5)S (J K1. \_ } ? 9%/K(, GHQ; z /K(☺
”Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS al-Baqarah:190) Ia juga menguraikan tentang sebab-sebab dan tujuan perang, unsur unsur kemanusiaan Islam dalam perang , konsep Darul Islam dan Darul Harb dan perlakukan Islam terhadap tawanan perang.69 Sayyid Sabiq dari kalangan ahli fiqh menulis, bahwa jihad adalah meluangkan segala usaha dan berupaya sekuat tenaga serta menanggung segala kesulitan didalam memerangi musuh dan menahan agresi. 70 Jamilah Jitmoud menulis, bahwa jihad seringkali diterjemahkan kedalam bahasa inggris dengan holy war. Jihad sesungguhnya berarti berjuang membela Islam
68
Salman Al-Audah, Jihad : Sarana menghilangkan Ghurbah Islam. Penerjemah Kathur Suhardi (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,1993), h. 14-21. 69 Taufiq Ali Wahbah, Jihad dalam Islam. Penerjemah Abu Ridha (Jakarta: Media Dakwah,1985), h. 21 70 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah. Penerjemah Kamaludin A. Marzuki (Bandung: AlMaarif,1987), h. 50.
yang terkadang menghadapi ancaman dari dalam, ia dapat berbentuk perang. Berperang bukan karena Allah, melainkan karena kekayaan, kemashuran, kekuasaan dan lain-lain adalah termasuk perbuatan syirik. Menghindari jihad karena ketakutan adalah syirik juga, karena menempatkan rasa takut disakiti oleh manusia diatas rasa takut dan rasa hormat kepada Allah serta tidak dapat kepada perintah Allah. Jihad karena Allah adalah bukti keimanan.71 Menurut Mahmood Shehabi, dalam keadaaan tertentu jihad berupa perang adalah kewajiban segenap kaum muslimin untuk membela Islam. Hasan Ismail Hudhaibi, pemimpin Ikhwanul Muslimin, menulis bahwa jihad termasuk fardhu kifayah, yakni tanggung jawab yang harus dilaksanakan bersama. 72
Abul A’la
Maududi menulis, jihad adalah salah satu sistem kerohanian Islam yang lima: shalat, puasa, zakat, haji dan jihad. Jihad ialah usaha manusia muslim sekuat tenaga untuk menyebarluaskan kalimatullah dan menjunjung setinggi-tingginya, membuatnya berlaku dan terlaksana di muka bumi dengan menyingkirkan segala perintang, baik melalui kata-kata yang terucap (lisan), kata-kata yang tertulis (pena), maupun dengan kekuatan senjata, dengan tujuan agar manusia hidup penuh dedikasi dan bersedia mengorbankan jiwa raga. 73 Sultan Mansur menulis, jihad adalah bekerja sepenuh hati untuk menegakkan agama Allah dan meninggikan kalimat-Nya. Jihad tersebut dilakukan melalui tahaptahap dengan persyaratan yang harus dipenuh: adanya roh suci yang menghubungkan 71
Jamilah Jitmoud dalam Mumtaz Ahmad (Ed), Masalah-Masalah Teori Politik Islam. Penerjemah Ena Hadi (Bandung: Mizan, 1993), h. 171-177. 72 Shehabi dalam Kenneth W. Morgan (Ed), Islam Jalan Lurus. Penerjemah Abusalamah dan Chaidir Anwar (Jakarta : Pustaka Jaya,1986), h. 248. 73 Munawwar Ahmad Anees dalam Ziauddin Sardar dan Merryl Wyn Davies, Wajah-wajah Islam. Penerjemah A.E Priono dan Ade Armando (Bandung : Mizan,1992), h. 107.
makhluk dengan Khaliknya; roh suci itu menimbulkan tenaga dinamis aktif yang tahu keharusan untuk berbuat sesuai dengan tempat, waktu dan keadaan; dimulai dengan ‘ilmul-yaqin. Kegiatan jihad dilaksanakan, baik di waktu perang maupun damai. Jihad di waktu perang relative terbatas, karena perintah perang adalah juga terbatas; ketika keadaan menghendaki. Adapun di waktu damai jihad artinya membangun, menegakkan dan menyusun. Ia menghendaki kekuatan tenaga otak, keikhlasan berkorban harta benda dalam mengisi jiwa dan mendidik umat. Jihad tidak boleh berhenti hingga hari kiamat.74 Seyyed Hossein Nasr mengemukakan signifikasi spiritual jihad. Menurut Nasr, Penerjemah jihad menjadi “perang suci”, yang dikombinasikan dengan pemikiran Barat yang keliru tentang Islam sebagai agama pedang mengurangi arti nilai batini dan spritiualnya serta mengubah konotasinya. Karena itu dalam mengahadapi ketergantungan dunia pada perubahan, gejala waktu yang fana dan silih bergantinya eksistensi duniawi, untuk tetap berada dalam keseimbangan diperlukan usaha berkesinambungan berupa jihad pada setiap tahap kehidupan. Pada setiap momen kehidupan manusia harus berusaha menunaikan jihad batini menuju realitas Ilahi. Melalui jihad batini manusia spiritual mati dalam kehidupan ini, supaya bangkit menuju realitas yang merupakan sumber semua realitas.75 Dari beberapa pengertian jihad menurut para pakar yang telah dijelaskan diatas terdapat dengan Jelas tiga perbedaan pemaknaan. Pertama yang menekankan arti jihad sebagai perang fisik menghadapi orang Kafir dan musyrik, tokoh yang
74 75
Ibid., h. 127 S.H. Nasr, Islam Tradisi di Tengah Dunia Modern (Bandung:Pustaka,1994), h.25-26
memiliki pemaknaan seperti ini yaitu Salman Al-Audah, Taufiq Aliy Wahbah, Murtadha Muthahari, Aliy bin Nafayyi, Sayyid Sabiq, Hans Wehr. Kedua yang menekankan arti jihad sebagai perang psikis menghadapi hawa nafsu, tokonya yaitu : Farid Esack, Munawar Ahmad Anees, Joyce M Davis, Sayyed Hossein Nasr. Sebagian lainnya menekankan arti jihad secara terpadu, meliputi perang psikis dan fisik, Tokohnya yaitu : Yusuf Qaradhawi, Abul Ala Al-Maududi, Kamil Salmah, Sultan Mansur, Ibnul Qayyim, Hasan Al-Bana.76 Dari ketiga klasifikasi pemaknaan tentang jihad, Yusuf Qaradhawi tergolong pada pemaknaan yang ketiga yaitu arti jihad secara terpadu (psikis dan perang). Menurutnya, jihad adalah mencurahkan atau menanggung kemampuan fisik, jiwa, dan amal untuk membela agama agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi. Dimulai jihad terhadap setan, lalu jihad terhadap kezhaliman dan kerusakan di masyarakat, setelah itu barulah jihad terhadap orang-orang Kafir dan munafik. 77 Yusuf Qaradhawi mengutip Ibnul Qayyim didalam karyanya yang sangat populer, “Zad Al-Maad” membagi jihad kedalam tiga belas tingkatan. Empat tingkatan termasuk kedalam jihad nafsu, dua kedalam jihad setan, tiga kedalam jihad kedzaliman, kerusakan, dan kemungkaran didalam masyarakat, serta empat kedalam jihad orang Kafir dan orang-orang munafik yang bisa dilakukan dengan tangan, lisan, harta, dan hati. Diantara keempat tingkatan tersebut hanya satu yang masuk kedalam
76
Muhammad Chirzin, Penafsiran Rasyid Ridha dan Sayyid Quthb tentang Jihad (Jakarta : Departemen Agama RI, 2005) h. 36 77 Yusuf Qaradhawi, Kita dan Barat: menjawab Berbagai Pertanyaan yang Menyudutkan Islam Penerjemah Arif Munandar Riswanto dan Yadi Saeful Hidayat (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2007) h. 71
nama yang lebih dikenal dengan nama jihad, yaitu memerangi orang Kafir dengan pedang dan tangan.78 Yusuf Qaradhawi mengkritik pemaknaan dari kalangan Muslimin maupun kalangan non-Muslim yang memaknai jihad secara sempit. Dari kalangan Muslim banyak yang menyempitkan makna jihad hanya pada batas perang, mengangkat senjata untuk memerangi musuh Islam.79 Yusuf Qaradhawi mencontohkan kelompokkelompok yang menisbatkan dirinya kepada kata jihad, seperti ada yang bernama ”Jamaah Al-Jihad” dalam beberapa negara Islam. 80 Adapun
pemahaman
jihad
dari
golongan
non-Muslim,
ada
yang
menggambarkan jihad adalah memerangi manusia keseluruhan untuk memaksanya agar masuk Islam, atau menundukan mereka secara paksa kepada pemerintahan kaum Muslimin.81 Padahal Jika ada orang yang meneliti teks menurut Yusuf Qaradhawi pasti akan menjumpai perbedaan antara pengertian Jihad dan Qital. Setiap Muslim harus menjadi Al- Mujahid tetapi tidak harus menjadi Al-Muqatil, kecuali dia memang harus melakukan peperangan.82 sebagaimana firman Allah : (D% OPQ '8>=MJN IJ KL V%" TIU% *'S RM*-L RZ*-[ (D% X=⌧ (D-S, #>6(, V%" TIU% *'8> ^% S *'S
78
Ibid., h. 71-72 Yusuf Qaradhawi Fatwa-Fatwa Mutakhir, Terjemah H.M.H Al-Hamid Al-Husaini (Jakarta:Pustaka Hidayah, 1996) h. 374 80 Yusuf Qaradhawi, Retorika Islam, Terjemah M. Abdillah Noor Ridlo: Cet 1 (Jakarta: Khalifa: 2004) h. 210 81 Ibid., h 210 82 Yusuf Qaradhawi, Kita dan Barat...... h. 72 79
Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS Albaqarah :216) Yusuf Qaradhawi juga menjelaskan bahwa didalam
al-Quran telah
menceritakan jihad fase Makkah, sebelum disyariatkannya peperangan. Jihad tesebut berupa dakwah, menyampaikan risalah, dan memberikan hujjah. Ia adalah Al-Jihad Al-Bayani (jihad dengan memberikan penjelasan) dari al-Quran.83 Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Taala kepada Nabi Muhammad didalam surat al-Furqan ayat 52 : '(Dg/012% z- 91⌧> nv l(, \⌧k G`; Z-@\| {062 ! t Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang Kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan Jihad yang besar. (QS Al-Furqan Ayat :52)
D. Sejarah dan Perkembangan Jihad Dalam perkembangannya makna dan fungsi jihad telah mengalami perubahan yang sangat signifikan, sesuai perkembangan zaman, kondisi, dan kebutuhan yang berlaku. Hal itu bisa dilihat dalam sejarah Islam, yaitu di mulai pada masa awal Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah di Kota Makkah dan setelah hijrah ke Kota Madinah, hingga masa sahabat sampal perkembangannya pada saat kini. 1. Jihad Periode Makkah Makkah adalah kota suci umat Islam, kota kelahiran Rasulullah Muhammad SAW. Menurut istilah Arab kuno ia disebut Bakkah (QS.3:96). Selain itu dalam Al-
83
Ibid., h. 73
Quran kota ini dikenal sebagai Ummul Qura (QS.42:7) dan al-Balad al-Amin (QS. 95: 3).84 Pada usia empat puluh tahun, sekitar tahun 611 M, Nabi Muhammad mengumumkan kenabiannya di Makkah dan menyampaikan ajarannya tentang keesaan Tuhan, yang dengan demikian membuang 360 dewa-dewi yang berada di tempat suci Ka’bah. Ia dihormati oleh orang-orang Makkah karena kasih sayangnya, kejujurannya, kesucian karakternya, kesopanannya, kebenarannya sehingga di panggil Amin (dapat dipercaya).85 Kenabian adalah kemuliaaan pemberian Tuhan. Dialah yang memilih hamba-hamba-Nya yang dikehendaki dan Dialah yang mengkhususkan keNabian dan risalah kepada orang-orang yang Dia inginkan, karena kenabian merupakan beban berat yang tidak akan kuasa menjalankannya kecuali orang-orang yang dikehendaki-Nya.86 Sesuai dengan firman Allah: %-⌧9⌧L z { . e \_% QJ1K6S ;<D%" gi OehX. V%" f LZgk¤ S *'8>M &$ i Z*-[ gi '8>=MJN i ! t K☺gt- Z¯K.« ^% ;
Ketika Nabi SAW mendekati usia empat puluh tahun, pada saat berada di gua, pada hari senin, 17 Ramadhan 610 M, ketika sedang khusuk bertafakkur muncul 84
Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an, h. 59 Abdurrahman Wahid, Islam tanpa Kekerasan, (Yogyakarta: LKIS, 2000), h. 48 86 Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an, h. 64. 85
malalkat (Jibril AS) yang menyuruhnya membaca, sambil berkata, "Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang telah Menciptakan-Menciptakan manusia dari alaq”, 87 Itulah wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi SAW, Rasul terakhir dan penutup para Nabi. Nabi bangkit berjihad mengamalkan panggilan Allah dengan sangat hati-hati dan mantap. Mengajak umat manusia menghadap Allah, menuju jalan lurus, jalan penyerahan dan penghambaan sejati. 88 Aktif berjihad dengan dakwah, memberi pemahaman dan pengajaran kepada penduduk Makkah tanpa mengenal lelah dan menyerah. Ajaran yang dapat disebut paling awal dari Rasulullah. Pertama mengenalkan sifat-sifat Allah yang Maha Kuasa, Maha Pemurah, yang menciptakan manusia dari "alaq", yang mengajar dari kalam, yang mengajar manusia apa yang tidak diketahui. Sebagai pemberi ingat, Rasulullah mengajak manusia. untuk memperhatikan gejala-gejala alam dan melihat kebesaran Tuhan Pencipta sebagai bukti kemaha kuasaan-Nya. Kedua, berbuat kebaikan dan menjauhi kejahatan. Ketiga, mendirikan shalat, sebagai sambutan atas kemurahan Tuhan. Keempat, mengabarkan, bahwa Tuhan tempat semua manusia akan kembali. Kelima, Muhammad adalah utusan Allah.89 Ajaran yang di bawa oleh Nabi tersebut, menjadikan kemarahan hampir seluruh penduduk kota itu. Kelompok dominan di Makkah menyerang Nabi Muhammad dengan fitnahan dan membiarkan siksaan tak henti-hentinya ditimpakan pada dirinya dan orang-orang yang mengikutinya. Kemanapun Nabi pergi dan tinggal 87
Q. S. al-Alaq [96]: 1-5. Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an, h. 67. 89 Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an, h. 71. 88
beliau selalu mendapatkan perlakuan yang kasar dan tidak manusiawi. 90 Nabi dan keluarganya diasingkan. Sepanjang periode ini tidak pernah mengutuk seorang pun, juga tidak pernah melontarkan pernyataan yang melecehkan seseorang. Betapa Allah senantiasa memerintahkan Nabi-Nya untuk bersabar dan menahan derita dalam menghadapi masyarakat Arab.
Karena Nabi Muhammad pada dasamya adalah
pembawa peringatan dan bukan pembangun kerajaan melalui kekerasan. 91 Sebaliknya Nabi berdoa agar hidayah dan keselamatan di anugerahkan bagi mereka. Periode penghambatan berlanjut selama dua belas tahun. Kemudian ada rencana pembunuhan terhadap dirinya sehingga ia terpaksa hijrah ke Madinah. 92 2. Jihad Periode Madinah Hijrah dalam Islam, bukanlah merupakan realitas yang menjadi monopoli sejarah Islam belaka, tetapi merupakan fenomena universal yang menjadi landasan sosial penting. Hijrah (migrasi) adalah pemutusan yang sangat keterkaltan masyarakat terhadap tanahnya. Ia bisa mengubah pandangan yang luas dan menyeluruh, yang pada akhirnya hilanglah kejumudan, kemerosotan sosial, pemikiran dan perasaan, sehingga masyarakat tersebut berubah menjadi masyarakat yang dinamis.93 Peristiwa hijrah diungkap dalam Al-Quran sebagai berikut: z eeV %-2D [i.Q=% ;<=># : %/012% I☺gt$ V 2*-. @B14%C" )= t&$ ⌦$ 89⌧x ^% ? G`H; 90
Wahid, Islam tanpa Kekerasan, h. 48. Quraish, Membumikan Al-Quran, h. 283. 92 Wahid Islam tanpa Kekerasan, h. 48. 93 Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an, h. 73. 91
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.al-Baqarah: 218)94 : %-2D % ¡8
/( Li =$/ : *'0eÂ;¥ @ c-6[P -g2¨% I7t ⌧L * ? ZL%" GH; V ☺MJg(. ”Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. dan Sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahu.” (QS. an-Nahl 41) Keadaan Madinah sebelum datangnya Nabi Muhammad tidak berbeda dengan keadaan di Makkah. Pelanggaran hukum merupakan keadaan sehari-hari, berperang antar suku, tidak tertib. Sehingga mereka memerlukan perdamaian dan keamanan. Adapun golongan Yahudi, hidup bersatu dan makmur di sana.95 Lalu Nabi mengembangkan dakwahnya di Madinah. Dalam tempo yang amat pendek saja setelah melakukan pendekatan-pendekatan yang efektif dan tidak pernah mengenal lelah, seluruh penduduk Madinah, kecuali beberapa golongan orang Yahudi, telah masuk Islam. Tahun pertama di Madinah ditandai dengan masuk Islamnya seorang pakar dan pendeta Yahudi Abdullah bin Salam. Lalu diikuti dengan masuk Islam yang lainnya dari penduduk Madinah. Peristiwa ini sangat mengejutkan kalangan orang-orang Yahudi.96 Sehingga menambah kebencian dan kemarahan orang Yahudi terhadap Nabi dan pengikutnya. Dengan demikian menjadikan umat Islam bersikap
95 96
Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an, h. 80. Ibid, h. 89.
waspada terhadap serangan yang sewaktu-waktu datang. Nabi ketika berada di Madinah banyak mendapatkan serangan serangan dari orang-orang kafir, baik dari dalam Madinah sendiri maupun dari luar, seperti Makkah. Dalam menghadapi hal ini Nabi mencoba jalan dengan cara berdiplomasi dengan mereka untuk berdamai dan menghentikan aksi kekerasan, peperangan, akan tetapi ketika usaha tersebut tidak dapat ditempuh, maka tidak ada pilihan lain kecuali melakukan aksi peperangan.97 Di dalam Islam scndiri bcrpcrang bukanlah suatu tindakan yang dilarang, akan tetapi ketika berperang umat Islam tidak diperkenankan untuk membunuh orang tua, wanita dan anak-anak serta tidak boleh berlebih-lebihan.98 Dan harus seminimal mungkin. Hanya untuk pertahanan diri (defensif) tidak untuk agresi militer. Karena dalam sejarah walaupun Nabi di perintahkan untuk berjihad melawan orang-orang munafik Nabi tidak pernah kontak senjata dengan mereka, walaupun sebenamya bias saja Nabi melakukan hal itu. Seperti yang tergambar di dalam Al-Qur'an, ayat-ayat yang turun pada periode Madinah, jihad dengan istilah perang secara tisik lebih menonjol. Berbeda sekali dengan jihad yang dilakukan oleh Nabi ketika berada di Makkah yang melakukan aksi jihadnya lebih kepada aksi kemanusiaan, dengan berdakwah dan mendidik, mencerdaskan umat, memerangi tradisi-tradisi kejahiliyahan dan mengenalkan ajaran Islam. Pada periode ini Nabi beserta umatnya memang banyak terlibat dalam aksi
97 98
Wahid, Islam tanpa Kekerasan, h. 48. Q. S. al-Baqarah [2]: 190
peperangan. Dan jihad dalam aksi peperangan merupakan cara yang efektif memobilisasi umat Islam untuk mematahkan serangan serangan kaum kafir yang telah menganiaya dan mengganggu kehidupan mereka. Peperangan yang terjadi ketika Nabi berada di Madinah antara lain, Perang Badar, Perang Uhud, Perang Hunain dan perang-perang lainnya.99 Walaupun dalam kondisi peperangan, Nabi juga tak luput untuk melakukan jihad dalam bentuk yang lain, seperti membekali umatnya dengan pendidikan dan akidah yang kuat. karena, sessuai dengan fungsi Nabi yang diutus untuk menyebarkan risalah Tuhan. secara damai, bukan dengan paksaan atau kekerasan. Pada masa-masa selanjutnya setelah Nabi wafat, perjuangan dan dakwah Islam dilanjutkan oleh para sahabat. Penganiayaan yang dilakukan oleh orang kafir terhadap umat Islam tidak kunjung usai dan selalu berakhir dengan aksi peperangan. Khalifah keempat, Umar bin Khattab, yang sadar akan bahaya penyalahgunaan konsep jihad untuk kepentingan material dan penindasan kaum lemah, pada saat-saat melarang ekspedisi militer. Dengan semangat yang sama Umar bin Abdul Aziz, kepala pemerintahan Dinasti Umayyah tahun 99-101 H., yang dikenal bijaksana, pernah
pula
memerintahkan
tentara-tentaranya
yang
sedang
mengepung
Konstatinopel (Kerajaan Kristen) untuk kembali kepangkalan. Umar bin Abdul Aziz lalu mengucapkan kata-katanya yang tak terlupakan, “Tuhan mengutus Muhammad untuk memberi petunjuk, sama sekali bukan untuk mengumpulkan jizyah (pajak)" melalui ekspansi militer.
99
55.
Yusuf Qardhawi, Umat Islam Menyongsong Abad ke-21 (Solo: Era Intermedia, 2001), h.
Pada masa setelah wafatnya Khalifah Usman RA. Yang meninggal akibat
pembunuhan, telah menjadikan umat Islam menjadi tiga kelompok. Salah satunya adalah kelompok radikal Khawarij (kaum pembelot) kelompok yang bertanggung jawab atas pembunuhan khalifah Ali RA. Kelompok ini berpendapat bahwa kewajiban umat Islam bahkan setiap individu untuk berjihad (mengangkat senjata) guna mengakan keadilan sesuai perintah Tuhan. Ketidakadilan bagi mereka adalah sama dengan kezaliman dan kezaliman tidak ubahnya dengan kekufuran, sehingga pada gilirannya mereka yang berlaku tidak adil harus diperlakukan sama dengan orang orang kafir (dapat dibunuh).100 Bahkan ajaran mereka menganggap jihad sebagai rukun Islam yang keenam.101 Juga sebagai rukun iman. 102 Setelah kekhalifahan yang empat berakhir kepemimpinan Islam terus berganti di pimpin oleh khalifah-khalifah baru, peperangan antara umat Islam dengan kaum kafir masih terus berlangsung. Di antara peperangan tersebut antara lain, salah satunya adalah perang Salib. Umat Islam masih menjadikan tema jihad dengan arti 100
Ibid., h. 285. Wahid dkk, Islam tanpa Kekerasan, h. 11. 102 Fazlur Rahman. Islam, (Bandang: Pustaka, 1997), cet. 3, h. 42. 101
perang, karena hal itu menjadi penyemangat kaum Muslimin untuk melakukan perlawanan terhadap kekuatan musuh. Demikian sejarah perkembangan makna jihad pada periode Makkah dan Madinah, pada periode makkah makna jihad lebih identik dengan makna dakwah dak tarbiyah dan makna perang di jalan Allah pada periode Madinah. Pembagian periode ini bukan berarti bahwaislam ketika lemah dan minoritas berdakwah dengan santun dan ketika berkuasa dan mayoritas berperang. Pada hakekatnya Islam menolak peperangan seperti ada fase Makkah, di izinkannya berperang oleh Allah SWT bukanlah karena Islam sudah mempunyai kekuatan tetapi peperangan merupakan alternatif terakhir setelah diusahakan untuk berdamai dan tidak terjadi kesepakatan. Berperang hayalah untuk mempertahankan diri (defensif) dari perbuatan zalim musuh-musuh Islam. Bahkan sekiranya terjadi peperangan juga, di medan perang tentara yang saling bertikai oleh Islam diberikan batasan untuk tidak membunuh kecuali kepada orang yang memerangi. Maka ketika Nabi melihat seorang perempuan yang mati di salah satu pertempuran beliau langsung mengingkarinya. Tidak selayaknya perempuan ini ererang dan Rasulullah telah melarang membunuh kaum perempuan dan anak-anak.
BAB IV KONSEPSI JIHAD MENURUT YUSUF QARADHAWI A. Hakekat dan Tujuan Jihad Allah mewajibkan jihad yang tujuannya adalah: meninggikan kalimat yang hak dan membebaskan manusia dari perbudakan hawa nafsu, kezaliman seorang raja, dan khurafat. Selain itu, jihad bertujuan menegakkan keadilan, memberantas kebatilan, mempertahankan akidah, jiwa, nama baik, dan harta benda. Sebaliknya, Islam sangat mengharamkan penganiayaan, kezaliman, dan sejenisnya: Islam sangat menghargai kebebasan dan tidak memaksa seseorang untuk memeluk agama ini, Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 256 berikut : / ; d : cM-L b b_ ? T⌧* [i /gh- ef>e,
' 51l *-89S. i☺k
/k mn .% c%5o( @I7g☺K5# S cstu rIF 9 \_ ?:p)q G` ; xyvJN vv= 9⌧w ^% ”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” Jihad dalam Islam bukan bertujuan merampas harta, atau lainnya. Perang merupakan alternatif terakhir dalam dakwah. Perang dalam Islam bukan untuk menyerang, tetapi untuk mempertahankan diri dari serangan musuh dan menangkis
tindakan yang melampaui batas dari musuh. 103 Untuk memperjelas subtansi jihad agar tidak diidentikan dengan aksi mengangkat senjata Al-Quran membedakan antara konsep qital (interaksi bersenjata) dengan konsep jihad. Jihad jelasnya menunjuk kepada suatu konsep yang lebih komprehensif, dimana salah satu sisinya adalah berjuang di jalan Allah melalui penggunaan senjata. Namun, jihad dengan pengertian sempit ini, oleh al-Quran dibatasi pada saat-saat tertentu khususnya dalam rangka mempertahankan diri. 104 Agaknya karena pengertian sisi sempit inilah yang secara keliru dianggap sebagai ciri utama jihad yang mengundang kontroversi dan pertikaian pendapat.105 Seperti pandangan dunia Barat yang memandang Islam sebagai teroris, penuh dengan kekerasan dan mengartikan jihad sebagai holy war (perang suci). 106 Jadi, hakekat jihad adalah mengerahkan segenap tenaga atau kemampuan, atau menanggung beban dan resiko dalam memenangkan kebenaran dan kebaikan, dalam melawan kebatilan, keburukan, dan kerusakan dengan cara yang dibenarkan syariat, dimulai dari diri sendiri dan meluas hingga sekalian alam.107 B. Dimensi-Dimensi Jihad Pemaknaan
jihad
yang
komprehensif
merupakan
jawaban
terhadap
pemaknaan jihad yang sering disalahfahami oleh kalangan umat Islam dan non-
103
Muhammad Faiz al-Math, Keistimewaan Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h.
127. 104
Yusuf Qaradhawi, Kita dan Barat: menjawab Berbagai Pertanyaan yang Menyudutkan Islam. Penerjemah Arif Munandar Riswanto dan Yadi Saeful Hidayat (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2007), h. 71. 105 Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Bandung : Mizan,1996), Cet. 3, h. 284. 106 Abdurrahman Wahid, Islam Tanpa Kekerasan (Yogyakarta: LKiS, 2000), Cet. 2, h. 10. 107 Yusuf Qaradhawi, Retorika Islam. Penerjemah M. Abdillah Noor Ridlo (Jakarta : Khlifah, 2004), h. 210.
muslim serta solusi dari problematika keumatan kontemporer. Pemaknaan jihad dengan makna yang komprehensif akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Jihad Perang Seperti kebanyakan para tokoh Islam yang berpendapat bahwa jihad di medan peperangan seharusnya dapat dihindari dan tidak perlu terjadi apabila jalan damai dapat dilakukan oleh umat Islam. Selain itu pengaruh yang ditimbulkan dari peperangan berdampak buruk, destruktif dan merusak semua tatanan yang ada, tidak saja materi tapi juga non materi. Yusuf Qaradhawi berpendapat jihad yang dapat ditangguhkan hanyalah jihad dengan senjata atau jihad di medan perang, sementara jihad dengan dakwah dan penerangan, atau jihad dengan al-Qur’an tegak berdiri sejak hari pertama. 108 Jihad di medan perang dapat dilakukan apabila umat Islam dianiaya, apa yang menjadi milik umat Islam dirampas dan dikuasai olehnya, mereka juga merusak dan menyerang daerah umat Islam. Menjadi wajib bagi umat Islam untuk melakukan perlawanan dan memerangi mereka.109 Seperti yang terjadi pada kasus Palestina dengan Israel. Menurutnya masalah Palestina adalah masalah seluruh kaum Muslimin, dan bukan hanya persoalan orang Palestina atau bangsa Arab semata. Menurutnya jalan damai dengan Israel itu adalah haram, dengan menampilkan nash-nash al-Qur’an dan dengan kacamata fikih realitas yang sangat tidak
108
Yusuf Qaradhawi, Fikih Prioritas (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 226. Dikutip dan disarikan dari Hudzaifah.org Al-Quds Qadhiyyatu Kulli Muslim, Yusuf Qaradhawi, Maktabah Wahbah, Cairo, Mesir. Artikel Diakses Pada 23 April 2009 dari http://www.denpatrol.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/01/tgl/09/time/163511/idnews/ 728432/idkanal/10) 109
memungkinkan untuk dilakukan.110 Beliau mengkritik Syaikh bin Baz, mufti kerajaan Arab Saudi, yang berpendapat bolehnya berdamai dengan Israel dengan alasan-alasan yang diambil dari al-Qur’an maupun Sunnah. Menurutnya kesalahan Syaikh bin Baz adalah bukan dalam hukum syariah dan dalil-dalil yang beliau ambil. Kesalahannya adalah penempatan hukum pada realitas yang pada saat ini. Aplikasi hukum tersebut kelihatan pincang. Syaikh bin Baz mendasarkan fatwanya pada dua perkara atau di atas dua dalil. Pertama, firman Allah dalam surat al-Anfal ayat 61. g⌧g2k 'kJ77J 2 V% ¼ t ? :M, *<L ,% cstu G H; yvJ( v{ ☺77 (D ”Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(QS al-Anfal : 61) Kedua, gencatan senjata itu adalah boleh secara syara, baik secara mutlak ataupun terbatas. Kedua hal tersebut dilakukan oleh Rasulullah dengan musyrikin Makkah, dengan melakukan perjanjian gencatan senjata selama sepuluh tahun. Rasulullah juga melakukan perjanjian damai tanpa batas waktu. Berdasarkan dua dalil ini, Syaikh bin Baz berpendapat diperbolehkan bagi pemerintah untuk melakukan gencatan senjata dengan pihak manapun jika dia melihat pada mashlahat didalamnya. Dalam pandangan Yusuf Qaradhawi, tidak ada perdebatan apabila musuh condang untuk berdamai. Namun aplikasi ayat ini pada realitas sikap Yahudi terhadap umat Islam tidak benar. Sebab orang-orang Yahudi yang telah mengambil hak umat Islam Palestina dan mengusirnya tidak pernah condang untuk berdamai dengan umat 110
Talimah, Manhaj Fikih Yusuf Qaradhawi, h. 108.
Islam.111 Dan seharusnya ayat yang dipakai oleh Syaikh bin Baz adalah ayat berikut : :M ¹ g/,% 0, \⌧k V* MJgP¨ ¯)P%"% Q)kJ77 5)LZ b. i% *'S( ^% G; *'SMJ1k%" ”Janganlah kamu lemah dan minta damai Padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.” (Muhammad: 35) Pada dalil kedua, tentang kebolehan melakukan perdamaian tanpa batas waktu tertentu. Yusuf Qaradhawi mengatakan apa yang dimaksud dengan hudnah (gencatan senjata) itu pemberhentian perang. Namun yang terjadi pada orang-orang Yahudi hanya sebatas gencatan senjata, dimana perang dihentikan dan manusia tidak saling serang menyerang.112 Realitas yang terjadi di lapangan, yang terjadi antara orang Yahudi dan Muslim Palestina bukan sekadar penghentian perang, namun lebih jauh dari itu orang-orang Yahudi merampas, mengaku hak milik bangsa Palestina sebagai milik bangsa Yahudi, selama hampir 50 tahun sejak berdirinya negara Israel dan sekitar puluhan tahun sebelum berdirinya negara Israel. Hal ini menurutnya adalah tindakan ilegal secara hukum jika perdamaian dilakukan dan pengakuan hak Israel atas penguasaan tanah umat Islam Palestina.113 Meskipun Yusuf Qaradhawi menganjurkan perang melawan Israel, namun beliau secara terang-terangan menolak dan mengecam segala bentuk tindakan terorisme, seperti tragedi pemboman gedung WTC Amerika Serikat 11 September
111
Qaradhawi, Fikih Prioritas,h. 109. Talimah, Manhaj Fikih Yusuf Qaradhawi, h. 110. 113 Ibid., h. 110. 112
2001 dan pemboman Bali dll.114 Menurutnya, Tindakan terorisme itu tidak bisa dibenarkan Islam sebab terorisme adalah aksi yang dilakukan oleh kelompok yang memakai cara kekerasan kepada orang yang tidak punya masalah dengan mereka. Kekerasan tersebut adalah sarana untuk mengintimidasi, melukai dan memaksa orang lain supaya tunduk kepada kemauannnya. Meskipun dalam persepsi mereka hal tersebut merupakan tindakan yang adil. Menurutnya Islam menolak falsafah yang mengajarkan ”untuk mencapai tujuan, cara apapun dibenarkan”. Islam mewajibkan tujuan dan cara yang ditempuh haruslah benar. Islam tidak membenarkan tujuan yang mulia dicapai dengan cara-cara yang keji. Misalnya Islam tidak membolehkan seorang Muslim menerima uang atau korupsi, yang uang tersebut nantinya digunakan untuk pembangunan Masjid atau mendirikan yayasan sosial.115 Namun demikian pula, Yusuf Qaradhawi tidak sepakat dengan Barat yang menampakan seolah-olah terorisme hanya dilakukan oleh umat Islam. Seakan-akan terorisme berjenis kelamin Islam, terutama setelah tragedi 11 September 2001. Menurut Yusuf Qaradhawi kekerasan dapat dijumpai di benua Inggris, Jepang, Amerika, India, dan Israel. Dengan demikian mengapa terorisme dikaitkan dengan Islam, tetapi tidak dikaitkan dengan yang lain? menurutnya ini tidak lain hasil propaganda media massa Barat, Amerika, Zionisme. Mereka menyembunyikan
114 115
Qaradhawi, Kita dan Barat, h. 70. Ibid., h. 67.
kebenaran, menyemaikan kebatilan dan melakukan kebohongan publik padahal mereka mengetahui kenyataan sebenarnya. 116 2. Jihad Pendidikan Umat Islam hari ini semestinya berada pada posisi tertinggi dari bangsa maupun umat lain. Karena, Islam memiliki ajaran yang luhur, dan komprehensif. Islam juga sangat menjunjung ilmu pengetahuan, banyak ayat al-Qur’an maupun Hadits Nabi yang senantiasa mengajarkan umat Islam untuk melakukan tindakan mulia, melakukan kebaikan, menyerukan untuk bekerja keras, melakukan pembaharuan, bersabar, tidak mudah putus asa, dan tidak melakukan pemaksaan saja. Kenyataan kondisi umat Islam saat ini, jauh tertinggal dengan bangsa maupun umat lain, terutama dalam lapangan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, dan beberapa bidang lainnya. Saat ini manusia hidup di zaman globalisasi, entitas semakin mengecil tetapi kerja semakin profesional. Masyarakat berkembang menuju knowledge society, yakni masyarakat akademik atau post-capital society. Ciri masyarakat ini adalah persaingan bebas.117 Masyarakat Muslim tidak bisa menghindarkan diri dari proses globalisasi tersebut, jika ingin survive dan berjaya di tengah perkembangan dunia yang kian kompetitif di masa kini dan abad 21.118 Dalam knowledge society puncak kesuksesan atau untuk menjadi sukses (berprestasi) adalah mereka yang educated person. Orang terus menerus mencari ilmu untuk merebut dan menguasai sains dan teknologi. 116
Yusuf Qaradhawi, Retorika Islam. Penerjemah M. Abdillah Noor Ridlo: (Jakarta: Khalifa: 2004), Cet 1, h. 210 117 Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana llmu, 1999), cet. 2, h. 44. 118 azyumardi Azra, Pendidikan Islam: tradisi dan modernisasi menuju milenium baru, (Jakarta: Logos Wacana llmu, 1999), cet. 1, h. 43.
Dengan demikian penghargaan tertinggi bukan pada ijazah atau status, tetapi pada kemampuan belajar yang maksimal.119 Globalisasi juga mempengaruhi pendidikan Islam.120 Selain itu saat ini banyak ditemui merosotnya nilai-nilai, etika, akhlak dan moral umat. Pendidikan merupakan bidang kerja yang secara langsung menyiapkan manusia-manusia untuk menghadapi tantangan masa depannya.121 Jihad sebagai spirit, penyemangat, penuh dengan nilai-nilai revolusioner, dan sebagai perjuangan merupakan cara ampuh untuk membangkitkan umat Islam. Dalam hal ini jihad dalam medan pendidikan merupakan kebutuhan umat Islam saat ini. Jihad
Pendidikan dapat
dilakukan
dengan
melakukan perbaikan,
maupun
meningkatkan mutu pendidikan Islam. Menurut Yusuf Qaradhawi pada beberapa kritik terhadap pengajaran di negara-negara Arab dan Islam berkenaan dengan tujuan, metode dan sarana pendidikan, serta filsafat yang melandasinya. Di kebanyakan negara Islam, pengajaran masih terbagi menjadi dua, pengajaran agama dan sekuler. Agama yang melestarikan identitas umat, nilai-nilai dan peradabannya, meskipun dikritik karena lebih berorientasi hidup di masa lampau dan tidak hidup di masa kini. Ia lebih banyak berinteraksi dengan peninggalan klasik dibanding interaksinya dengan produk kontemporer. Sedangkan pengajaran sekuler adalah pengajaran modern yang rnengajarkan ilmu-ilmu modern, baik fisika maupun humaniora, menggunakan sarana pendidikan modern dengan gedung-gedung yang dilengkapi alat-alat modern berupa
119
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, h. 44. Azra, Pendidikan Islam, h. 43. 121 Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, h. 46. 120
laboratorium, alat-alat bantu pendengaran, penglihatan, dan lain-Iain. 122 Terbaginya pendidikan kepada dua jenis pendidikan ini, menurutnya karena umat Islam masih menderita schizophrenia (kepribadian yang terpecah) dan dualisme kehidupan. 123 Pendidikan dan pengajaran secara umum masih membutuhkan filsafatnya yang jelas sebagai orientasi bagi sistem dan program-programnya, juga sebagai landasan bagi para guru, pengarah, dan pengelolanya. Hal ini akan membantu memperjelas pembentukan manusia yang diinginkan. Manusia yang logis dibentuk dari pendidikan dan pengajaran ini adalah manusia yang saleh, bermanfaat bagi dirinya sendiri, berbakti pada keluarganya, berguna bagi masyarakatnya, komitmen dengan umatnya, dan bangga dengan risalahnya, yaitu risalah petunjuk dan pembahruan bagi umat manusia seluruhnya. la adalah manusia yang selamat dari kerugian dan disebutkan dalam surat al-Ashr: 1-3. [i1I7 eV }_ (J ☺% * I ,% * I ,%
GH; Z5G(% G`; OZgª[ :6Ã
1J1EF ;D G; Z*EF
”Demi masa--Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,- Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” ( al-Ashr: 1-3) Manusia semacam ini, mengambil dari ilmu-ilmu masa kini secara optimal dan dengan segala kemampuannya berupaya untuk dapat unggul di bidangnya. Dan menggunakannya untuk tujuan mulia, yaitu melayani kebenaran, kebaikan, dan segala
122 123
Ibid., h. 75. Ibid., h. 76.
yang bermanfaat bagi manusia. Ia pelajari hukum-hukumnya atas dasar dan prinsip bahwa hal itu merupakan Sunatullah pada makhluk-Nya, yang tidak akan didapati pergantian dan perubahan di dalamnya. Dan tentunya menjadikan manusia berkualitas, karena al-Qur’an mencela kelompok mayoritas jika para anggotanya terdiri dari orang-orang yang tidak berakal, tidak berilmu, tidak beriman, atau tidak bersyukur.124 Dalam hal ini al-Qur’an banyak membicarakannya. n Oe ie )0P%4# L%
t {gt%4k ☯ ☺77 0 ,*
/( Li ¾*$P¨ /g☺ ;<( ? ^ ªi 8= V (JQ(. \_ 5)(DZ Å|%" *< ? º G ; ”Dan Sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).” (al-ankabut : 63). Namun menurut Yusuf Qaradhawi banyak kendala yang dihadapi usaha tersebut menjadi tidak terlaksana dengan baik. Salah satunya dari internal Islam sendiri. Menurut Yusuf Qaradhawi, umat Islam tidak percaya terhadap Islam sendiri, masih memiliki sikap dualisme juga masih trauma terhadap Barat. Selain itu pula banyaknya kalangan intelektual Islam yang mengenyam pendidikan Barat yang telah terbaratkan dan menjadi boneka mereka. Kendala lain banyak di kalangan intelektual Islam yang tidak sepaham dengan gagasan tersebut. Dan kendala lainnya yang perlu diperhatikan adalah kurangnya sumber daya manusia Islam yang mampu melaksanakan ide-ide tersebut. 124
Ibid., h. 49.
Selain itu ia juga mengkritik sistem dan metode pengajaran lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut. Menurutnya, Di lembaga-lembaga pendidikan agama, universitas,
dan
fakultas-fakultas Islam,
diajarkan pelajaran-pelajaran
yang
sebenarnya menyita waktu dan tenaga mahasiswa. Semestinya waktu dan tenaga mereka digunakan sebagian saja untuk pelajaran yang lebih esensial bagi mereka dalam urusan agama dan keduniaan mereka. Yaitu, antara ilmu yang klasik dan kontemporer secara seimbang.125 Apa yang dipelajari di lembaga-Iembaga pendidikan itu masih terdapat kekurangan-kekurangan. Ilmu-ilmu yang dipelajari masih menggunakan metode klasik, guru-guru masih menggunakan metode hafalan. IImu membutuhkan pembaruan agar berbicara dengan bahasa al-Qur’an yang menyentuh fitrah, akal dan hati sekaligus, bukan dengan ungkapan-ungkapan filsafat Yunani. Begitu pula ilmuilmu tersebut perlu dilengkapi dengan ilmu-ilmu kontemporer, kebudayaan kontemporer, dengan metode baru, dan memperhatikan kebutuhan manusia masa kini.126 Kebutuhan umat Islam pada saat ini salah satunya adalah teknologi maju. Menurut Yusuf Qaradhawi, umat Islam harus memasuki era teknologi, umat Islam tidak boleh terus tertinggal dari negara-negara lain. Umat Islam harus bangkit membawakan misi Islam ke seluruh penjuru Dunia dari tidak terus bergantung dengan peralatan modern yang diciptakan negara-negara maju. Menurutnya
125 126
umat
Islam
dapat
Qaradhawi, Fikih prioritas, h. 108. Ibid., h. 109.
bangkit
bila
umat
Islam
dapat
mengembangkan metode dan sistem pengajaran umat Islam sejalan dengan tujuan tersebut. Islam harus kembali kepada posisi terhormat di Dunia. Sesungguhnya menguasai keunggulan teknologi maju dan ilmu pengetahuan yang mengantarkan ke arah itu menjadi keharusan dan mendesak. Keharusan yang diperintahkan agama dan tuntutan realitas. Penguasaan teknologi maju merupakan prioritas umat Islam dewasa ini. 127 Secara umum Yusuf Qaradhawi sendiri telah melakukan banyak hal dalam kaitan dengan pendidikan sebagai implementasi dari jihad pendidikannya. Dalam pendidikan Islam menurutnya perlu melakukan perbaikan-perbaikan terutama pada semua sistem pendidikan yang ada. Pertama, yaitu berkaitan dengan lembaga pendidikan, menurutnya lembaga pendidikan yang pada saat ini perlu melakukan perbaikan-perbaikan untuk melengkapi lembaga pendidikan Islam dengan kebutuhan yang paling mendasar saat ini. Pemerintah juga perlu memberikan anggaran yang cukup untuk lembaga pendidikan Islam, bukan hanya pada bidang-bidang lainnya saja. Yusuf Qaradhawi menilai, seharusnya tidak perlu ada pengiriman mahasiswa untuk belajar di luar negeri. Dan seharusnya anggaran dana tersebut dikonsentrasikan untuk perbaikan dan perlengkapan fasilitas dari sarana pendidikan di dalam negeri sendiri.128 Kedua, terhadap metode pendidikan dan pengajaran, menurutnya metode pengajaran yang masih digunakan pada saat ini terutama di negara-negara Islam masih menggunakan metode yang bersifat klasik, yaitu pengetahuan masih bersifat
127 128
Ibid., h. 136. Qaradhawi, Umat Islam Menghadapi Abad ke-21, h. 74.
hafalan bukan pendalaman. Padahal metode seperti ini hanya akan memperlambat perkembangangan Islam, namun bukan berarti metode hafalan tidak perlu menurutnya akan tetapi pengetahuan itu perlu adanya pendalaman dan pemahaman yang lebih dari sekedar hafalan. Dengan metode pemahaman seseorang jauh lebih mengerti dari sekedar menghafal.129 Pada metode yang lain adalah metode dialog, dengan metode seperti ini menurutnya seorang murid bisa lebih memahami apa yang dipelajarinya, karena antara murid dan guru merasa lebih dekat dan kemampuan yang dimiliki anak didik akan berkembang.130 Berkaitan dengan metode pendidikan, menurut Yusuf Qaradhawi sebenarnya dengan menggunakan metode yang seperti apapun tidak menjadi masalah namun harus disesuaikan dengan situasi dan keadaan pada saat itu. Masih banyak lagi metode pendidikan yang dilontarkan oleh beliau, terutarna perlu alat bantu atau media tertentu dalam melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran.131 Ketiga, berkaitan dengan kurikulum, dalam pandangannya kurikulum pendidikan yang pada saat ini perlu dilakukan perbaikan dan perombakan, karena rnasih terdapat kekurangan dan banyak materi pelajaran yang telah menyimpang terutama pada pelajaran sejarah.132 Dan menurutnya materi pelajaran hendaknya disesuaikan dengan keadaan yang berkembang saat ini, berkaitan dengan hal-hal yang baru, kontemporer dan materi pelajaran tidak perlu banyak dalarn menghafal namun
129
Qaradhawi, Fikih Prioritas, h. 108. Qaradhawi, Keutamaan Ilmu dalam Islam (Jakarta: Pustaka Panjimas,1993), cet. 1, h. 166. 131 Ibid., h. 158. 132 Qaradhawi, Umat Islam Menghadapi Abad ke-21, h. 243. 130
lebih kepada aspek pengamalan atau praktek.133 Dan yang terakhir adalah tujuan pendidikan Islam menurutnya adalah membentuk manusia yang beriman kepada Allah. 134 Dalam arti lebih luasnya adalah iman tidak hanya sebagai semboyan atau sekedar kata-kata yang dipertahankan, tetapi ia adalah suatu hakikat yang meresap kedalam akal, menggugah perasaan dan kemauan, apa yang diyakini dalam hati dibuktikan kebenarannya dengan amal perbuatan. 3. Jihad Politik Politik di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah yang berakar dari kata Sâsa Yasûsu. pelaku pengurusan urusan-urusan manusia tersebut dinamai politikus (sais). Dalam realitas bahasa Arab dikatakan bahwa ulil amri mengurusi (Yasûsu) rakyatnya saat mengurusi urusan rakyat, mengaturnya, dan menjaganya. Begitu pula dalam perkataan orang Arab dikatakan : ‘Bagaimana mungkin rakyatnya terpelihara (Masûsah), artinya bagaimana mungkin kondisi rakyat akan baik bila pemimpinnya rusak.135 Jadi As-Siyasah (Politik) adalah mengatur rakyat atau menangani urusan mereka dan yang mendatangkan kemaslahatan bagi mereka. Adapun makna Siyasah Syar’iyyah Yusuf Qaradhawi mengatakan : ”Siyasah syar’iyyah ialah menggunakan
133
Qaradhawi, Keutamaan ilmu dalam Islam, h. 155. Yusuf Qaradhawi, Pendidikan Islam dan A1-Madrasah Hasan Al-Banna, h. 16 135 Yusuf Qaradhawi, Pedoman Bernegara Dalam Perspektif Islam. Penerjemah Kathur Suhardi (Jakarta : Pustaka Kautsar, 1999), h. 34 134
syariat sebagai pangkal tolak dan sumber bagi as-siyasah itu dan menjadi tujuan bagi as-siayasah.”136 Jadi politik atau siyasah itu maknanya adalah mengurusi urusan umat dan mendatangkan mashlahat. Berkecimpung dalam politik berarti memperhatikan kondisi kaum Muslimin dengan cara menghilangkan kezaliman, kesengsaraan, kemiskinan, kebodohan, dan mendatangkan kesejahteraan, keadilan, dan kebaikan. Yusuf Qaradhawi mengkritik realitas politik saat ini yang di dominasi oleh politik sekuler yang jauh dari nilai-nilai Islam dan cenderung menghalalkan segala cara.137 Oleh karena itu Yusuf Qaradhawi berpandangan bahwa umat Islam mesti merubah kondisi politik yang tidak sesuai dengan aturan Islam. Untuk merubah kondisi tersebut menurut Yusuf Qaradhawi termasuk kedalam jihad. Dalam implementasinya Qaradhawi membagi Jihda dalam bidang politik kepada tiga kondisi sesuai dengan aspek negara/ pemerintah : 1. Negara Islam Menurut Yusuf Qaradhawi apabila ada Negara Islam yang memiliki konstitusi berlandaskan syariat Islam, serta dikelola oleh sekelompok umat Islam : baik pemimpin-pemimpinnya maupun staf-stafnya terdiri dari orang orang yang komitmen terhadap Islam dan melaksanakan syariat Islam baik terhadap urusan yang berkaitan dengan aqidah, ibadah, moral, hubungan dalam negeri maupun internasional. 138
136
Ibid h. 35 Yusuf Qaradhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer. Penerjemah As’ad Yasin. (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), Cet. I, h. 914. 138 Qaradhawi, Fiqih Negara ( Jakarta : Robbani Press,1997), h. 16 137
Maka lanjutnya, bagi umat Islam wajib mendukung dan menjalin hubungan yang erat, mempertahankan dan memperkuatnya, serta terus berjuang dan berkorban melalui jiwa dan raga untuk menjaga dan melestarikannya. 139 Allah SWT berfirman : ¹ /%41. (= %"% (= %" *®P¨ :4%C"% O #&- : y©g1, V¼k 5)S :M M%{-k "5T⌧ V (, y© L V QO #&-% ? -6[P ¤* =% Æ⌧.%k4, iI7gt%"% RZ*-[ @ G; “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Qs An-Nisa:59) Komitmen negara Islam kepada hukum syariat memberikan kepadanya legalitas untuk menata umat dan memberikan pula kepadanya hak untuk di dukung dan dipatuhi oleh rakyat dalam keadaan sempit dan lapang dalam keadaan suka dan duka. Tapi, bila negara ini menyimpang dari syariat maka legalitasnya akan hilang dan haknya untuk memerintah pun gugur, serta rakyat tidak perlu lagi patuh dan taat kepadanya. Sebab kenyataannya hanya kepada yang makruf (baik) dan tidak ada ketatan kepada manusia dalam mendurhakai khaliq. Sehubungan dengan ini Abu Bakar as-Shiddiq dalam pidato pengukuhannya sebagai khalifah mengatakan : ”Patuhilah saya selama saya mematuhi Allah bila saya durhaka kepada-Nya maka
139
Ibid., h. 33-34.
janganlah patuhi saya.”140 Dan dalam sebuah Hadist dijelaskan : ^B+ IA X"J7B ﺏM9ذا ا3A X"J7B ﺏM9a) ی239 M ا\ ّ وآ3B"A )*8B2ء اMB2 ا.*- ّj\ X-3_2^ واB82ا X-3# $و “Setiap Muslim diharuskan patuh dan taat tentang apa yang dia benci atau senangi selama tidak disuruh berbuat maksiat (durhaka) bila dia disuruh durhaka (kepada Allah) maka dia tidak perlu dan patuh.” Jadi Jihad di negara Islam menurut Qaradhawi tergantung kepada pemimpinnya apabila taat dan menjalankan syariat Islam maka umat Islam wajib mendukung dan mentaatinya. Tetapi apabila pemimpin di negara Islam itu berbuat zalim maka berkewajiban untuk menasihatinya, kalau pemimpin itu masih melaksanakan sholat. Tetapi jika pemimpin itu tidak melaksanakan sholat maka kita diperbolehkan untuk tidak mematuhinya dan berusaha agar menurunkan dari tahta kekuasaannya.141 2. Negara Sekuler Yusuf Qaradhawi sangat menyayangkan negara-negara yang mayoritas Islam saat ini, yang lebih memilih menganut paham sekuler (memisahkan agama dengan negara) ketimbang negara Islam itu sendiri. Contoh praktis diawali dengan pendirian negara sekuler oleh Kemal Ataturk di Turki dengan menggunakan kekerasan dan penindasan terhadap bangsa Turki yang Muslim. Hal itu terjadi setelah keruntuhan kerajaan Ottoman yang merupakan benteng politik Islam terakhir setelah pergulatan berabad-abad dengan kaum salibi.142 Berbagai pemerintahan di negara Islam meniru sistem pemerintahan yang 140
Ibid., h. 34. Yusuf Qaradhawi, Berjuang di Jalan Allah. Penerjemah Abu Fahmi ( Jakarta : Gema Insani Press, 1992), cet. 2, h. 91. 142 Qaradhawi, Fiqih Negara ( Jakarta : Robbani Press,1997), h. 34. 141
berlaku di Turki yang baru dengan tingkatan yang berbeda-beda. Hukum dan syariat terbatas pada hukum Individual sedangkan penegakan syariat Islam di bidang pendidikan, sosial, politik, hukum masih terbatas. Di lain pihak, peradaban dan tradisi Barat diadopsi tanpa adanya penyaringan apakah sesuai dengan syariat dan nilai-nilai Islam ataukah tidak?. Seharusnya menurut Qaradhawi umat Islam tidak begitu saja mengikuti sekulerisme Barat. Karena dalam sistem sekuler Barat biasanya cenderung tidak mengindahkan sistem dan nilai-nilai Islam dan menawarkan kebebasan yang tanpa batas. Atas nama wakil rakyat demokrasi Barat yang bisa saja menghapuskan keluruhan, melegalisir kezaliman, menghalalkan yang haram. Membolehkan minuman keras untuk diminium, diproduksi, dan diperdagangkan. Walaupun sudah terbukti bahwa minuman keras itu mengakibatkan kerusakan moral dan materil terhadap individu, keluarga, masyarakat, bahkan, terhadap ekonomi dan moral. 143 Menurut Qaradhawi umat Islam wajib menggunakan hukum dan aturan Islam, apabila hukum Islam dicampur dengan syariat dan hukum non-Islam, menurut pandangan Islam hal ini semua tidak dapat diterima. Sistem sekuler itu mesti ditolak dan dirubah. Sebagai konsekuensi keimanannnya dituntut agar tidak bersikap lepas tangan terhadap kemungkaran, baik kemungkaran dalam bidang politik, ekonomi, sosial, atau kebudayaan. Menurut Yusuf Qaradhawi Islam telah meletakan kewajiban dipundak setiap
143
Yusuf Qaradhawi, Sekuler Ekstrim, Penerjemah Nabhani (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar Press, 2000), h. 99.
Muslim untuk beramar ma’ruf dan nahyu anil munkar.144 Seorang Muslim harus memeranginya dan berusaha mengubah dengan tangannya kalau ia mampu, jika tidak mampu maka hendaklah mengubahnya dengan lisannya dan memberikan penjelasan. Jika tidak mampu mengubah dengan lisan barulah berpindah kepada peringkat terakhir dan terendah yaitu mengubah dengan hati. Dalam demokrasi Barat terdapat filsafat dan perundang-undangan modern diistilahkan dengan hak bagi manusia untuk mengungkapkan, mengkritik dan menentang, dalam Islam hal ini dianggap sebagai kewajiban suci sehingga apabila diabaikan berdosa dan berhak mendapatkan hukuman dari Allah.145 Baik perjuangan itu dengan metode kooperatif yaitu dengan mendirikan partai Islam dan masuk ke Parlemen
ataupun dengan non-kooperatif dengan mendirikan LSM, organisasi
kemasyarakatan dll. 3. Negara Non-Muslim Sebagai seorang mukmin menurut Yusuf Qaradhawi mesti menolak dan mengubahnya apabila ada kekuatan apabila berada di negara non-muslim yang menerapkan aturan yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Dan apabila kaum Muslim dizalimi maka dianjurkan untuk hijrah dan berlari kenegeri lain. 146 Pembicaraan alQuran yang berulang-ulang mengenai orang-orang yang aniyaya dan congkak di muka bumi seperti Firaun, Haman, Qarun. Pembantu dan Tentaranya, telah memenuhi hati orang Muslim, dengan perasaan benci terhadap mereka, ingkar
144
Qaradhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer, h. 899. Yusuf Qaradhawi, Islam Ekstrem: Analisis dan Pemecahannya. Penerjemah Alwi A.M (Bandung: Mizan Anggota IKAPI, 1991), Cet. 4, h. 105. 146 Qaradhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer, h. 901. 145
terhadap kelakuan mereka, marah terhadap kezaliman mereka, dan mengharapkan kemenangan bagi para korban penganiyaan dan penindasan mereka. Oleh karena itu, Rasulullah bersabda
: ”Jihad yang paling utama ialah
mengucapkan perkataan yang benar terhadap penguasa zalim.” Dan jikalau meninggal dalam rangka menegakan kebenaran di hadapan penguasa zalim, maka matinya dinilai sebagai jenis mati syahid dijalan Allah : ”Penghulu para syuhada ialah Hamzah, kemudian orang yang menghadap kepada penguasa yang zalim lantas ia menyuruhnya berbuat makruf dan mencegahnya dari kemunkaran, kemudian ia dibunuhnya.” Namun Yusuf Qaradhawi mengenai jiihad di negara Kafir memberikan ketentuan dalam beberapa kondisi yang membolehkan menggunakan asas fleksiblitas untuk melonggarkan kaedah dasar yang berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Seperti pada dasarnya bekerjasama dengan orang zalim/Kafir adalah haram dan menolak negara yang zalim adalah wajib, Maka pada kondisi tertentu kaedah dasar mengalami asas fleksibilitas dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut147 : 1. Mengurangi Kezaliman : Sesuai dengan Kemampuan. Menurut Qaradhawi bagi orang yang sanggup mengurangi kezaliman dan mengubah menjadi negara yang menjalankan syariat di negara non-muslim, maka sebaiknya hal itu dia lakukan. Namun apabila tidak mampu merubahnya maka dalam kondisi ini dibolehkan untuk tidak melakukan perubahan yang ideal, Sabda 147
Yusuf Qaradhawi, Fiqih Daulah. Penerjemah Press,1997), h. 232.
Syafril Halim
( Jakarta : Robbani
Rasulullah :
(,"*- j@Q9) )Q7_Q+ا39 ,49 ا0G3A M93) ﺏNGM9ااذا ا ”Bila kamu disuruh melakukan sesuatu maka lakukanlah semampumu Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya.” }_ Ç79 ^ JS. \_ g>I7⌧L 0 ? 0(5#% S g>I7PL *ZMJ% V = ¨⌧(, \_ c $ c $ ? k4l[%" %%" {67¢ X-g {MJ *< ☺5, \_% z :M, tPkJ☺t ☺⌧L \_% $ ? J*> i ! t c \_ c kJ D☺(, c *- 9x% e g% * I%" ? g☺t*$%
¤* :M, *-Fk G` ; z- 91⌧> ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang Kafir."(al- Baqarah 286) Sebagai contoh
lanjut Qaradhawi, Raja Habsyah(Eutopia) yang bernama
Negus masuk Islam di zaman Rasulullah dia tidak sanggup menerapkan hukum Islam dalam kerajaannya. Karena bila dipaksakan menerapakan hukum Islam, maka kaumnya akan melakukan perlawanan terhadapnya, karena itu Rasulullah tidak menyalahkannya.148 2. Memilih Bahaya yang Lebih Ringan 148
Ibid., h. 232-233.
Pertimbangan ini menurut Qaradhawi berdasarkan ketetetapan syariat bahwa dibolehkan untuk memilih bahaya atau kerusakan yang lebih ringan, demi menolak kerusakan yang lebih besar, melepaskan kemashlahatan yang lebih rendah demi mendapatkan kemaslahatan yang besar. Karena itu, para ulama membolehkan untuk membiarkan kemungkaran dalam sementara waktu, karena bila dilakukan pencegahan khwatir akan terjadi kemungkaran yang lebih besar. Mereka lalu berdalil dengan sabda Rasulullah kepada Aisyah :
(,"*- j@Q9) )"اهM< اﺏ-ا0= .*- X&7N2 ا1"4&2 كMY< ﺏF- 0Y` \<ی90= ان$02 ”Kalau bukanlah karena kaummu baru saja meninggalkan kemusyrikan, tentu saya akan bangun ka’bah diatas fondasi Ibrahim.” (Mutafaqun Alaih). Sementara itu, untuk mengemukakan dalil dari al-Quran yang berbicara tentang Kaum Musa, ketika beliau pergi bermunajat kepada Rabbnya selama tiga puluh malam, lalu disempurnakannya sepuluh malam lagi, sehingga sempurnalah miqat itu selama empat puluh malam. Sepeninggal beliau kaumnya disesatkan oleh Samiri yang membuatkan mereka anak sapi dari emas, dan mengatakan ”inilah Tuhan kalian dan Tuhan Musa”. Mereka menbenarkan hal itu serta mengikuti apa yang dikatakan Samiri. Sementara itu Harun memperingatkan mereka dengan mengatakan ”Hai kaum, Sesungguhnya kamu hanya di beri cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku.149 Mereka menjawab : kami akan tetap menyembah patung anak lembuh ini, hingga Musa kembali kepada kami (Thaha 92-93) 149
Musthafa Malikah, Manhaj dakwah Yusuf Al-Qaradhawi. Penerjemah Samson Rahman ( Jakarta :Pustaka al-Kautsar), h. 352.
Ini berati Nabi Allah Harun membiarkan kemunkaran yang dilakukan kaumnya untuk sementara waktu, yaitu sesuatu kemungkaran yang berat bahkan terberat, yaitu menyembah patung anak sapi. Sebab, dia berpendapat lebih baik menjaga keutuhan kesatuan jamaah pada saat itu, sampai Musa kembali, lalu mereka berdua bermusyawah dan mengatasi persoalan itu dengan baik. Jadi sekiranya diterapkannya sistem Islam di negara non-muslim itu akan membahayakan jiwa dan komunitas minoritas muslim, maka cukuplah hanya dengan sementara waktu melawannya dengan hati atau membencinya karena itu adalah selemah-lemahnya iman. 4. Sunnah Tadarruj Ditambahkan terhadap beberapa hal yang lalu bahwa salah satu Sunnah Allah yang tidak pantas kita lupakan ialah bertahap (Sunnah Taddaruj), segala sesuatu mulai tumbuh dari kecil menjadi besar, mulai dari lemah kemudian menjadi kuat kita melihat sunnah itu berlaku untuk tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Manusia tidak dilahirkan dewasa tapi dimulai dari bayi kemudian berkembang menjadi seorang anak remaja pemuda kemudian tua sebelum itu kejadian manusia dimulai dari dalam kandungan ibunya di mulai dari segumpal darah kemudian diberi tulang yang dibalut Allah dengan daging kemudian dia menjadi makhluk yang lain Maha Suci Allah sebaik-baik Pencipta. Menurut Qaradhawi Apabila kita tidak sanggup untuk merubah sistem yang ada di negara kafir, maka yang perlu dilakukan adalah merubah manusianya dengan dakwah dan pendidikan. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Rasulullah dalam membangun manusia dengan membebaskan dari kemusyrikan, hawa nafsu jahiliyah.
Kemudian dia tancapkan aqidah tauhid dalam diri, pengertian keimanan dalam hati, kemuliaan akhlak dalam hidupnya, dan menyucikan kepalanya dari pemikiran sesat. Atas cara ini Rasulullah mampu mendidik generasi teladan yang pertama generasi yang mampu mendirikan daulah (negara).150 Jadi, tidak diragukan lagi bahwa mewujudkan pemerintahan Islam di negara Kafir adalah suatu cita-cita besar yang memerlukan perhatian serta penuh dengan tantangan rintangan yang berat. Maka asas fleksibilitas dapat dipergunakan apabila dalam keadaan darurat dan kemaslahatan umat. Maka tidak ada salahnya bagi yang sanggup untuk mewujudkan sebagiannya yaitu hanya pada masalah hukum individual dan dakwah. 4. Jihad Ekonomi Menurut Yusuf Qaradhawi Islam menegaskan jihad melawan kemiskinan, langkah ini diambil untuk melindungi keselamatan aqidah, akhlak umat manusia serta keharmonisan dan persaudaraan diantara anggotanya. 151 Islam menghendaki setiap individu hidup ditengah masyarakat secara layak sebagai manusia. Sekurangkurangnya, ia dapat memenuhi kebutuhan pokok berupa sandang dan pangan, memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahliaanya, atau membina rumah tangga dengan bekal yang cukup. Dalam rangka mengentaskan
kemiskinan,
Al-Quran
menganjurkan
banyak cara yang harus ditempuh, yang secara garis besar dapat dibagi pada tiga hal pokok. Pertama Kewajiban setiap individu melalui bekerja dan berusaha. Kedua 150
Qaradhawi, Manhaj dakwah Yusuf Qaradhawi, h.353. Yusuf Qaradhawi, Norma dan etika ekonomi Islam. Penerjemah Zainal Arifin, Dahlia Husin (Jakarta : Gema Insani Press, 1997), Cet I h. 107. 151
Kewajiban orang lain/masyarakat melalui Jaminan Ikatan Kekeluargaan, dan Zakat . Ketiga Kewajiban pemerintah. 1. Bekerja dan Berusaha. Menurut Yusuf Qaradhawi, kerja dan usaha merupakan dasar utama dalam memperoleh kecukupan dan kelebihan. Dengan demikian, seseorang dapat mencukupi kebutuhan dirinya dengan hasil kerjanya sendiri. Disamping itu, ia dapat menutupi kebutuhan keluarganya tanpa mengemis kepada seseorang, lembaga atau kepada pemerintah.152 Kerja dan usaha merupakan cara pertama dan utama yang ditekankan oleh Kitab Suci al-Quran, karena hal inilah yang sejalan dengan naluri manusia, sekaligus juga merupakan kehormatan dan harga dirinya. oJt eeJ [i .§
I7 n ' 0U» Z- l1c % f >% QJD n c-l☺ ;<=%
} 9% Q)1(P¨%
& I7☺ v1P ~ S
È*-% ^% =$/ c? = GH; Q¡☺ ¾n57t M/ ”Dijadikan indah dalam (pandangan) manusia kesenangan kepada syahwat, berupa wanita (lawan seks), harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup duniawi. dan di sisi Allah tempat kecuali yang baik.” (QS Ali 'Imran: 14). Ayat ini secara tegas menggarisbawahi dua naluri manusia, yaitu naluri seksual yang dilukiskan sebagai "kesenangan kepada syahwat wanita" (lawan seks), dan naluri kepemilikan yang dipahami dari ungkapan (kesenangan kepada) 152
Ibid., h. 110.
"harta yang banyak". Sementara pakar
menyatakan
bahwa
seakan-akan
al-
Quran menjadikan kedua naluri itu sebagai naluri pokok manusia. Bukankah teks ayat tersebut membatasi (hashr) kesenangan hidup duniawi pada hasil penggunaan kedua naluri itu. Naluri kepemilikan itu kemudian mendorong manusia bekerja berusaha.
dan
Hasil kerja tersebut apabila mencukupi kebutuhannya --dalam istilah
agama-- disebut rizki (rezeki), dan bila melebihinya disebut kasb (hasil usaha). Yusuf Qaradahawi berpandangan Islam tidak melarang hak milik pribadi, dalam sistem masyarakat Islam, seseorang diperbolehkan membeli barang tidak bergerak atau pun barang bergerak untuk menambah penghasilan atau meningkatkan taraf kehidupannya. Atau sebagai simpanan untuk menghadapi hari tua dan sebagai warisan untuk anak cucu.153 Dari sini dapat disimpulkan bahwa jalan pertama dan utama yang diajarkan al-Quran untuk pengentasan kemiskinan
adalah
diwajibkannya atas setiap individu yang mampu.
kerja dan
usaha yang
Menurut Qaradhawi Apabila
seseorang bekerja untuk untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga, berbuat baik terhadap karib kerabat dan tetangganya, perbuatan itu sama dengan berjihad di jalan Allah. Karena itulah Allah menggandengkan kedua hal ini dalam firman-Nya. i V 5K*>. G¾*$P¨ : V Zg±. V (J K1. V%-[% ¬ ;# :
153
Yusuf Qaradhawi, Konsepsi Islam Mengentaskan Kemiskinan (Surabaya : Duta Ilmu, 1996), h. 52.
”.....dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah...” (al-Muzzammil : 20) 2. Jaminan Ikatan Kekeluargaan dan Zakat. Islam menuntut setiap individu memerangi kemiskinan dengan senjata yang dimilikinya, yaitu bekerja dan berusaha. Islam melarang nasib orang-orang yang lemah seperti para janda yang ditinggal suami tanpa harta benda, anak kecil dan orang tua renta yang tidak berdaya, orang zimmi, sakit atau cacat mereka yang tertimpa bencana alam, haruskah mereka dibiarkan saja tergilas roda kehidupan hingga hancur. a. Jaminan Ikatan Kekeluargaan Menurut Yusuf Qaradhawi, Islam bertekad menyelamatkan dan mengangkat mereka dari lembah kemiskinan serta mencegah mereka dari tindakan mengemis dan meminta-minta.154 Dalam kaitan ini Islam membuat peraturan yang berkaitan dengan solidaritas antar anggota keluarga. Islam menjadikan seluruh karib kerabat saling menopang dan menunjang. Yang kuat menolong yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, dan yang mampu mengulurkan tangan kepada yang tidak mampu. Dengan prinsip ini hubungan antar famili dipererat, kesadaran saling membantu pun menjadi makin tinggi. Hal ini disebabkan oleh terjalinnya hubungan silaturahim yang kuat dan ikatan kekeluargaan yang kental Boleh jadi karena satu dan
lain
hal
seseorang
tidak
mampu
memperoleh kecukupan untuk kebutuhan pokoknya, maka lanjut Qaradhawi, dalam hal ini Al-Quran datang dengan 154
konsep
kewajiban
memberi
Qaradhawi, Konsepsi Islam Mengentaskan Kemiskinan, h. 75.
nafkah kepada
keluarga, atau dengan istilah lain jaminan antar satu rumpun keluarga sehingga setiap keluarga harus saling menjamin dan mencukupi.155 tUt ?:M*-8
'% ;<=>77 5% f6S57 ☺% G` ; -.Q=*@, *$QÀ=@(, \_% ”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (QS al-Isra': 26). Ayat ini menggarisbawahi adanya hak bagi keluarga yang tidak mampu terhadap yang mampu. Dalam mazhab Abu Hanifah memberi nafkah kepada anak dan cucu, atau ayah dan datuk merupakan kewajiban walaupun mereka bukan Muslim. Para
ahli
hukum menetapkan bahwa yang dimaksud dengan nafkah
mencakup sandang, pangan, papan dan perabotnya, pelayan
(bagi yang
memerlukannya), mengawinkan anak bila tiba saatnya, serta belanja untuk istri dan siapa saja yang menjadi tanggungannya. b. Zakat Menurut Yusuf Qaradhawi agama Islam memiliki berbagai kelebihan yang membuktikan bahwa ia benar-benar berasal dari sisi Allah dan merupakan risalah Rabbaniyah terakhir yang abadi. Diantaranya adalah kemampuannya mendahului zaman. Lalu, dengan penuh perhatian, berusaha menyelesaikan masalah kemiskinan dan mengayomi kaum miskin tanpa didahului oleh revolusi atau gerakan menuntut hak-hak kaum miskin.156 Perhatian Islam terhadap kaum miskin tidak bersifat sesaat tetapi prinsipil. Tidaklah mengherankan kalau zakat yang disyariatkan Allah sebagai 155 156
Ibid., h. 73. Ibid., h. 91
penjamin hak fakir miskin dalam harta umat dan negara merupakan pilar pokok Islam ketiga, salah satu tiang dan syiarnya yang agung. Dalam salah satu Hadist populer dari Ibnu Umar yang dirawikan oleh Bukhari Muslim Rasulullah bersabda : ة3ّآP2 ء3Qة وایIJ2 اX93=ل ا وا0+ّ<ا رBh9 ّّا وان$ ا,2ا$ دة ان3F ﺵiB ﺥ.*- مI+$ ا54ﺏ I"&+ ,"2ع اا3_Q+ ا:B2 1"&2ن و\[ ا3?9م ر0/و ”Islam dibangun diatas lima tiang pokok, yaitu kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah, medirikan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan anik haji bagi yang sanggup.”(HR. Bukhari-Muslim) Lebih dari itu lanjutnya Qardhawi menjelaskan bahwa zakat bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin kepada kehidupan yang layak dan menjadikan mereka orang yang berpunya. Zakat bertujuan mempersempit jarak antar kaum kaya dan golongan miskin. Para pelopor dan pendukung jaminan sosial modern tidak akan sampai pada tingkat ini.157 Hal ini dikemukakan Mr. Daniel S Gerard seperti yang dikutip Qaradhawi menjelaskan bahwa jaminan sosial ini berbeda dengan berbagai sistem managemen bantuan untuk kaum miskin dari masa sebelum nya tidak hanya diberikan kepada kaum miskin. Mereka yang berpenghasilan cukup misalnya boleh juga menikmatinya jika memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Jaminan ini mempunyai sumber dan tempat penyaluran tertentu yang bersifat tetap. Dengan demikian, tidak akan muncul perasaan malu atau terhina dikalangan mereka yang meminta pertolongan. Disamping itu berbagai hak sipil kaum miskin yang sering dilecehkan karena kedudukan mereka sebagai penerima bantuan. 157
Ibid., h. 92.
Karena Zakat diwajibkan pada setiap harta yang aktif atau siap dikembangkan, yang sudah mencapai nishab dan sudah mencapai satu tahun serta bersih dari hutang. Ini berlaku pada binatang ternak, emas, perak dan harta dagangan. Ada pun pada tanaman dan buah-buahan wajib ketika panen, dan pada tambang dan barang temuan purbakala maka wajib ketika menemukan. Islam tidak menetapkan nishab itu suatu jumlah yang besar, agar ummat ikut serta dalam menunaikan zakat dan menjadikan prosentase yang wajib dizakati sederhana. Yaitu 2,5 % pada emas, perak dan barang perdagangan, 5% untuk tanaman yang disiram memakai alat, 10 % untuk yang disiram tanpa alat, dan 20 % untuk rikaz (barang temuan purbakala) dan tambang. Semakin besar kepayahan seseorang maka semakin ringan kadar zakatnya.158 Jadi kesimpulannya bahwa mengentaskan kemiskinan melalui jalan bekerja, membantu kerabat, mengeluarkan zakat merupakan jihad di jalan Allah, hal ini sesuai dengan Hadist Rasulullah SAW,
: ”Jika dia keluar untuk berusaha mencari
penghidupan anak-anaknya yang masih kecil, maka dia di jalan Allah. Jika dia keluar untuk berusaha mencari penghidupan ayah ibu yang sudah tua, maka dia di jalan Allah. Jika dia keluar untuk berusaha menghidupi dirinya agar menjadi shaleh, maka dia di jalan Allah. Dan jika dia keluar untuk riya dan bermegah-megahan, maka dia di jalan setan.” Allah SWT berfirman dalam surat al-Anfal ayat 72 :
158
Qaradhawi, Norma dan etika ekonomi Islam, h. 89.
[i. eV %/012% %-2D% : *'689%"% 5)0 %4 % ;<=># 9%ZIGe% %% *'( @B14%C" % ? ( q= %%" %-62/ *'% i 'Q☺=1% i S ? %-62/ ?T¢yt ¡5T⌧ : *'L%ZIGc£5# ;V% Z5Ge '8>=MJ(k ; D/ *'Sc o U¤* ?:M, }_ ^% S R1{ 'N¥o % G¦`; RZ-6F V (J☺(, ☺ ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan, mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” 3. Kewajiban Pemerintah Dalam Islam salah satu tugas utama negara adalah menciptakan keadilan dikalangan masyarakat, mengajak berbuat kebaikan, serta menegakan amr makruf nahyi munkar. Bukanlah suatu keadilan dan kebaikan bila kaum dhuafa serta kaum miskin dibiarkan terlantar tanpa sandang, pangan, papan. Padahal, mereka hidup ditengah masyarakat berada yang memiliki kelebihan harta dan mampu membantu mereka. Qaradhawi menegaskan bagi setiap orang harus tersedia tingkat kehidupan yang sesuai dengan kondisinya. Dengan demikian, ia mampu melaksanakan berbagai
kewajiban yang dibebankan Allah dan berbagai tugas lainnya, ia tidak menjadi gelandangan. Dalam masyarakat Islam seorang tidak boleh dibiarkan walaupun ia ahlu dzimmah (non Muslim yang hidup dalam masyarakat Islam) kelaparan, tanpa pakaian, hidup menggelandang, tidak memiliki tempat tinggal, atau kehilangan kesempatan membina keluarga.159 Menurut Yusuf Qaradhawi negara harus menggunakan berbagai sarana untuk menghapuskan kemiskinan dan menjamin kehidupan yang layak bagi warganya. Dengan demikian, terciptalah solidaritas Islam dalam suatu masyarakat. Berbagai sarana dan cara ini berbeda sesuai dengan situasi, kondisi, dan lingkungan masing-masing. Hal ini terpulang kepada ijtihad para ahli dan aparat penguasa dalam masyarakat Islam. Dalam sistem Islam sumber-sumber dana utama pemerintah untuk menghapuskan kemiskinan dan mengangkat kehidupan kaum miskin tidak hanya terbatas pada zakat. Semua dana yang terhimpun di Baitul Mal yang berasal dari berbagia sumber, juga harus didayagunakan untuk menghapuskan kemiskinan. Ketika perolehan zakat tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka yang memerlukan, harta kekayaan pemerintah Muslim yang terhimpun di Baitul Mal dapat dipergunakan. Begitu juga jaminan ini tidak terbatas pada kaum miskin dari kalangan umat Islam. Kalangan non Muslim yang hidup didalam negara Islam juga berhak memperoleh jaminan dan bantuan Baitul Mal. Harta Baitul Mal yang dimiliki pemerintah Muslim terkumpul dengan berbagai cara. Misalnya dengan menjalankan usaha sendiri, menyewakan sesuatu, 159
Ibid., h.108.
menjalankan sistem, usaha bagi hasil mengusahakan pertambangan, dan mengelola sektor-sektor vital bagi masyarakat umum. Untuk permasalahan ini Yusuf Qaradhawi mengutip Beberapa wasiat Umar yang penting, tentang kewajiban pemerintah atau negara untuk membantu orang yang lemah dan miskin160 : Pertama : Negara Islam harus memperhatikan mereka yang memiliki harta yang sedikit dan berpenghasilan kecil, negara harus memberikan kesempatan berusaha kepada mereka agar dapat menutupi kebutuhan dirinya, walaupun hal itu dilakukan dengan membatasi peluang golongan kaya. Kedua apabila sumber penghasilannya musnah,setiap pribadi sesuai dengan haknya akan menggantungkan hidupnya kepada negara Islam. Orang seperti ini boleh langsung
mengadu
kepada
penguasa
untuk
memperoleh
haknya
maupun
tanggungannya dari Baitul Maal. Penguasa tidak mempunyai pilihan selain memenuhi hak tersebut. Ketiga kebijaksanaan yang baik adalah menyediakan lapangan kerja dan memberikan kesempatan kepada mereka yang mampu berusaha dari kalangan kaum miskin. Disamping itu mengembangkan sumber pendapatan golongan yang berpendapatan rendah agar mereka sanggup hidup dengan hasil usaha sendiri tanpa bantuan negara. 5. Jihad Sosial Yusuf Qaradhawi juga memiliki kepedulian yang kental dalam masalahmasalah sosial. Beliau sering kali mengkritik keras pergerakan-pergerakan Islam yang hanya menyibukan dalam masalah-masalah politik yang seringkali menguras 160
Ibid., h. 146-147.
energi demikian besar, ataupun bahkan mungkin semua energi yang ada. Kritik itu disampaikan Qaradhawi bagi gerakan Islam yang melalaikan sisi –sisi aktivitas sosial yang banyak digarap oleh musuh-musuh gerakan dan sering dipergunakan sebagai sarana untuk menyesatkan kaum Muslimin serta usaha-usaha mereka untuk mencabut kaum Muslimin dari akar-akar akidah dan identitas keislamannya yang benar. Mereka mempergunakan kegiatan sosial, atau bantuan suka rela, dengan mendirikan sekolahsekolah, rumah sakit-rumah sakit dan yayasan-yayasan sosial yang beragam bentuknya.161 Yang paling jahat lanjutnya, dalam mempergunakan kegiatan sosial sebagai sarana penyesatan adalah para misionaris Kristen. Mereka masuk ke wilayah-wilayah Islam di Asia dan Afrika yang penduduknya dilanda kemiskinan, penyakit dan kebodohan. Bahkan, mereka merencanakan untuk mengkristenkan semua kaum Muslimin di seluruh dunia, hal ini dinyatakan dalam muktamar para misionaris di Colorado Amerika. Oleh karena itu, mereka menyediakan dana untuk proyek itu sekitar seribu juta dollar. Lalu mereka mendirikan sebuah Akadcmi Zwimer yang khusus untuk para spesialis pemurtadan kaum Muslimin menurut negeri, bahasa, madzhab dan orientasi mereka masing-masing. Yusuf Qaradhawi menegaskan bahwa melakukan kegiatan amal sosial di wilayah aman dan tidak mendapatkan tantangan yang berat dari kaum misionaris, komunis, sekuler maka amal itu merupakan kebajikan dan merupakan usaha yang patut disyukuri dan dinilai sangat baik oleh Islam, tetapi tidak dapat dipandang
161
h. 315.
Ishom Talimah, Manhaj Fikih Yusuf Qaradhawi, (Jakarta : Pustaka Kautsar, 2001), cet. 1,
sebagai jihad fisabilillah. Berbeda dengan daerah yang mendapat tantangan perusakan aqidah dari kekuasaan kaum misionaris, komunis, dan sekuler termasuk Jihad Fi Sabilillah. Misalnya dengan mendirikan sekolah di sekolah-sekolah Islam itu anakanak kaum Muslimin belajar menuntut ilmu Yang di butuhkan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Dengan mengikuti pendidikan disekolah-sekolah Islam mereka akan terhindar dari doktrin racun yang akan menghancurkan pikiran, mental dan moral; yang sengaja disiapkan oleh musuh-musuh Islam melalui pelajaran,metode belajar,dan pandangan hidup para pendidikan atau guru-guru yang menjiwai dan mengarahkan semua pelajaran. Begitu juga dengan Mendirikan rumah sakit Islam pun amal Jihad Fi Sabilillah jika didasarkan pada tujuan memberi perawatan dan pengobatan kepada kaum Muslimin, dan menyelamatkan mereka dari pengelabuan dan penyesatan aqidah yang dilakukan orang didalam rumah-rumah sakit yang didirikan oleh kaum misionaris.162 Selain itu juga, Mendirikan lembaga-lembaga Islam di dalam negeri Islam sendiri untuk membina dan mengarahkan pandangan dan pikiran kaum pemuda kepada ajaran-ajaran Islam yang benar. Termasuk didalamnya upaya membentengi akidah mereka dari ateisme, menjaga pikiran mereka dari penyelewengan, mencegah kemungkinan
terperosok
kedalam
dekadensi
moral (kemerosotan
Akhlak),
menyiapkan mereka sebagai kader-kader pembela Islam dan syariatnya serta
162
Yusuf Qaradhawi, Fatwa-Fatwa Mutakhir, Terjemah H.M.H Al-Hamid Al-Husaini (Jakarta:Pustaka Hidayah, 1996), Cet.3, h. 374.
menyiagakan mereka untuk menghadapi musuh-musuh Islam.163 Dan yang lainnya adalah, Menerbitkan surat kabar majalah, dan media cetak lainnya untuk menghadapi pers dan media cetak yang merusak dan menyesatkan pikiran umat. Misi yang diemban harus jelas, yaitu menegakan Kalimatullah setinggitingginya, mengumandangkan kebenaran Allah, menangkal kebohongan dan pengelabuan yang meyesatkan pikiran serta menyampaikan ajaran Islam yang semurni-murninya kepada kaum Muslim.164 Yang terakhir adalah, Menerbitkan dan meyebarluaskan buku-buku Islam dalam arti yang sebanr-benarnya membentangkan ajaran dan pikiran pikiran Islami dengan sebaik-baiknya, atau menjelaskan sebagian dari risalah Islam mengungkapkan inti pandangan dan ajaran yang menjadi kandungannya, memaparkan betapa indahnya ajaran kebenaran Islam dan membongkar kebatilan yang diteriakan oleh musuh-musuh Islam menyebarluaskan buku-buku.165 C.
Relevansi
Penafsiran
Jihad
Yusuf
Qaradhawi
dengan
Dinamika
Problematika Bangsa Indonesia. Qaradhawi adalah sosok ulama kontemporer, Beliau begitu fasih berbicara mengenai isu gender, politik, ekonomi, globalisasi, sejarah, dan masalah kemasyarakatan lainnya. Gaya bicaranya mengesankan seorang yang moderat dan modern. Pemikiran dan fatwa-fatwanya sangat berpengaruh di Indonesia, diantara pemikirannya yaitu mengenai konsepsi Jihad yang komprerehensif sebagai upaya untuk membangkitkan kembali peradaban Islam. 163
Ibid h. 379. Ibid h. 379. 165 Ibid h. 379. 164
Kebangkitan Islam dunia itu menurutnya diharapkan muncul dari Indonesia, potensi itu sangat besar bangkit antara lain karena posisi Muslim Indonesia yang moderat. Islam di Indonesia telah menampilkan wajah yang baik, tidak berlebihan. Harapan agar Indonesia memimpin dunia Islam tentu saja hanya bisa dilakukan dengan pembangunan peradaban dalam kondisi negara yang aman dan tenteram, bukan dalam situasi kacau yang selama ini ditampilkan oleh kalangan radikal. Harapan Qardhawi agar Islam Indonesia memimpin peradaban dunia sejalan dengan seruannya agar kaum Muslim menampilkan wajah Islam yang moderat. Seruan itu sangat rasional dan relevan166. Banyak yang harus diperbaiki
di dunia Islam,
kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, terorisme, konflik internal maupun antar negara yang harus diselesaikan. Yusuf Qardhawi, memuji pelaksanaan demokrasi di Indonesia yang selaras dengan penerapan nilai-nilai Islam yang moderat. Ia mengatakan, ‘’Dulu ada anggapan bahwa tidak mudah mengimplementasikan keduanya (demokrasi dan Islam), namun rakyat Indonesia membuktikan bahwa demokrasi dan Islam bisa sejalan”.167 Penilaian Qardhawi tidaklah berlebihan. Indonesia yang sangat pluralistik dan multi agama mampu hidup berdampingan, saling menghargai, dan mengedepankan sikap kasih sayang serta berjiwa damai. Sehingga penerapan konsep demokrasi yang
A. 166 Republika Online - 1 Mei 2006, Artikel Diakses pada 28 April 2009 dari http://indonesia-ottawa.org/information/details.php?type=news_copy&id=2523 167
Ibid., h. 2
adil dan benar, dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara tetap selaras dengan nilai-nilai Islam. Yusuf Al-Qaradhawi berpendapat bahwa substansi demokrasi sesungguhnya berasal dari ajaran Islam seraya mengutip Hadits dan bahkan mengatakan demokrasi begian
dari
Islam.
Beliau
mengutip
sebuah
Hadits
:
“Tiga golongan yang shalatnya tidak bisa naik di atas kepala mereka sekalipun hanya sejengkal....” lalu beliau menyebutkan yang pertama diantaranya, “Seseorang yang mengimami suatu kaum dan mereka tidak suka kepadanya” (Ibnu Majjah) Dengan menganalogikan Hadits ini pada substansi demokrasi, Yusuf Qaradhawi menyimpulkan bahwa substansi demokrasi adalah dari Islam. Meskipun demikian Qaradhawi mengakui kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem demokrasi selain kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Dengan menggunakan kaidah ushul fiqih “apabila yang wajib tidak bisa menjadi sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu pun hukumnya wajib”, Qaradhawi berpendapat bahwa ummat Islam perlu mengambil manfaat dari demokrasi.168 Manfaat itu, menurut Qardhawi diharapkan bisa dipertahankan. Tak hanya itu, nilai-nilai ini seharusnya menjadi bingkai kokoh, sehingga segala persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia dapat terselesaikan. Bahkan, lanjut penulis buku Fatwafatwa Kontemporer ini, keberhasilan Indonesia menerjemahkan demokrasi bisa
168
Qaradhawi, Fiqih Daulah, h. 165.
ditularkan ke negara lain. Karena tidak bisa dinafikan, di beberapa negara, penerapan demokrasi justru tidak berjalan malah menimbulkan konflik yang menyengsarakan.169 Mengambil contoh di Irak, ia mengatakan bukannya kestabilan yang terjadi, melainkan situasi yang jauh dari demokrasi sejak pasukan koalisi AS menjajah Irak dengan dalih menegakkan demokrasi. Menurut Ketua Persatuan Ulama Islam Internasional itu, ini terjadi karena pelaksanaan prinsip demokrasi tidak didasarkan pada aspek moralitas, kejujuran, dan keadilan. Memang ada pandangan miring dari sebagian kelompok terhadap demokrasi. Bagi mereka demokrasi adalah produk Barat dan cara hidup orang Kafir. Pandangan mereka ini dipengaruhi oleh penyimpangan penerapan demokrasi yang melahirkan diskriminasi, konflik, perang, dominasi asing, dan arogansi negara tertentu. Namun, demokrasi yang dijalankan dengan benar, akan melahirkan kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera. Penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, musyawarah, dan keadilan inilah yang membuat demokrasi bisa bersinergi dengan nilai-nilai Islam. Dalam perkembangam ekonomi Indonesia beliau juga melakukan penilaian seperti yang dikatakannya dalam pengajian di rumah Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Qaradhawi Qaradhawi mengulas terlebih dahulu sejarah masuknya Islam ke bumi Nusantara secara damai yakni melalui aktivitas perdagangan. Islam di Indonesia
169
Azam Munawar, Demokrasi Sejalan dengan Nilai-nilai Islam Moderat, 2007, Diakses pada 28 april 2009 dari http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A3855_0_3_0_M
disebarkan melalui interaksi pedagang Muslim dari Arab, Parsi, dan India dengan masyarakat lokal di Nusantara.170 Menurutnya, Peradaban lebih banyak ditularkan dari bangsa yang maju ke bangsa atau negara berkembang. Kemajuan negara Muslim kala itu telah mampu mempengaruhi perkembangan sosial, budaya, dan politik di kawasan Asia Tenggara. Sekarang keadaannya relatif berbeda, negara-negara Muslim adalah negara berkembang sehingga secara ekonomi, politik, dan budaya relatif kurang berpengaruh terhadap negara-negara lainnya. Dalam konteks yang sekarang, adalah penting untuk memajukan peradaban. Salah satu komponen intinya adalah kemajuan di bidang perekonomian. Qaradhawi berpandangan bahwa yang berjaya dan berpengaruh adalah mereka yang ‘’menguasai’’ kekayaan dan bukan mereka yang menjadi sekadar ‘’penonton’’. Kekayaan tidak hanya didefinisikan sebagai kekayaan finansial ataupun dalam bentuk modal saja. Kekayaan secara lebih luas bisa berbentuk sumber daya manusia, kekayaan alam, dan tata nilai.171 Penguasaan kekakayaan adalah bagian yang sentral dalam pembangunan perekonomian. Tidaklah heran jika negara-negara maju melakukan perambahan terhadap sumber-sumber kekayaan di negara berkembang. Kolonialisasi merupakan salah satu bentuk perambahan kekayaan yang paling tradisional. Saat ini, perambahan
B.
170
www. Sebi.Ac.id, Arti Penting Kunjungan Qardhawi Diakses Pada 28 April 2009
dari http://www.sebi.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=66&Itemid=33 171
Qaradhawi, Norma dan etika ekonomi Islam, h. 78.
sudah semakin kompleks dan semakin halus yakni dalam bentuk ketergantungan ekonomi dan budaya. Tidak berlebihan kalau Qaradhawi berharap banyak terhadap Indonesia. Negara kita memiliki kekayaan sumber daya alam yang demikian melimpah yang negara lain jarang memilikinya. Selain itu, Indonesia memiliki potensi populasi dan wilayah untuk menjadi bangsa yang besar. Kelemahan kita adalah dalam hal modal, kualitas sumber daya manusia, dan tata nilai. Tampaknya Qaradhawi berharap banyak bahwa kelak kita akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi di antara negara Muslim. Ia pun kemudian merujuk betapa kerja sama ekonomi antarnegara Muslim masih sangat lemah. Arus perdagangan antara negara Muslim misalnya baru sekitar 6 persen saja. Kekuatan modal di negaranegara Teluk yang kaya minyak masih belum bisa dimanfaatkan. Modal mereka lebih banyak diputar di negara-negara maju.172 Investor yang datang ke negara kita sekarang lebih banyak dari Singapura, Taiwan, Cina, dan Jepang. Malaysia mulai rajin melakukan investasi di negara kita baru-baru ini saja. Tetapi masalahnya adalah bahwa negara kita memang kurang menarik dibanding para pendatang baru seperti Vietnam. Sumber daya alam pun sekarang lebih banyak dikuasai perusahaan-perusahaan multinasional. Bahkan kita pun lebih rajin memfasilitasi rangkaian superstore dibandingkan memberdayakan saudagar-saudagar tradisional. Hampir setiap bank yang dijual, pembelinya adalah pihak asing. Pelaku domestik lebih banyak menjadi ‘’penonton’’. 172
Ibid h. 2.
Qaradhawi sangat benar dalam hal ini: Kemajuan selalu ditandai dengan penguasaan sumber-sumber kekayaan. Kita memiliki sumber daya alam, tapi kita tidak pernah menguasainya. Kita memiliki potensi pasar yang cukup besar, tapi kita tak pernah menguasainya. Paradigma pembangunan yang sampai sekarang dijalankan sangat tidak memperhatikan aspek penguasaan. Dalam hal Konflik Timur Tengah dan Perdamaian Dunia Qaradhawi mengajak Indonesia baik pemerintahnya, ormas dan orsospolnya agar memiliki peran di kancah internasional, terutama dalam isu-isu keIslaman. Hal ini dikarenakan oleh sejumlah faktor: Indonesia merupakan negara Muslim terbesar, Indonesia tidak memiliki sejarah konflik dengan negara manapun dengan negara-negara Islam di Timur Tengah yang kebanyakan memiliki konflik dan krisis persengketaan. Di samping itu, Indonesia memiliki kursi di Dewan Keamanan PBB dan dianggap sebagai negara non-blok.173 Selama ini Indonesia juga sudah banyak berbuat dan mengambil langkah inisiatif. Di antaranya mengirim pasukan penjaga perdamaian ke sejumlah negara sejak selama puluhan tahun hingga saat ini, Ini tentu patut disyukuri. Namun Indonesia dituntut untuk melakukan lebih besar dari itu. Dalam kondisi darurat, Indonesia bisa melakukan intervensi dan mengupayakan secara maksimal menghentikan pertumpahan darah di Irak. Peran Indonesia di sini - dengan bekerja sama dengan negara-negara Muslim moderat – jauh lebih penting dari pada ribuan
173
Lih. eraMuslim.com/, Qaradhawi Minta Indonesia Jadi Mediator Konflik di Timteng, Artikel diakses Pada 28 April 2009 dari http://www.eraMuslim.com/berita/nasional/al-qaradhawiminta-indonesia-jadi-mediator-konflik-di-timteng.htm
pasukan Amerika yang dikirim Washington ke Irak yang sama sekali tidak memberikan manfaat apa-apa terhadap rakyat Irak.174 Dalam pertemuan pertamanya dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Qaradhawi sangat tegas menyerukan kepada pemerintah Indonesia agar melakukan intervensi menghentikan pertumpahan darah di Irak dengan cara kerjasama dengan negara tetangga Irak. Ini karena Indonesia dianggap memiliki hubungan yang kuat terhadap negara-negara tetangga Irak tersebut. Permintaan Syeikh Qardhawi kepada Indonesia untuk ambil bagian pada masalah Irak adalah dalam rangka menghentikan aksi pembantaian yang memakan korban sipil dari kelompok Sunni dan Syiah dalam perang saudara yang ganas. Syaikh Qardhawi menyadari dirinya sebagai seorang da'i yang bertugas mendekatkan antara kelompok-kelompok yang ada. Beliau pernah menegaskan, dirinya tidak berpihak kepada satu kelompok. Dirinya banyak menghadiri sejumlah forum dan muktamar "taqrib" (pendekatan antar madzhab) di Bahrain, Damaskus dan Maroko. Namun beliau menilai bahwa apa yang terjadi di Irak mengancam semua upaya "taqrib" antar madzhab, menghancurkan semua prinsip toleransi dan kesepahaman hidup berdampingan, tidak berpihak kepada kelompok Sunni dan Syiah, bahkan justru menguntungkan musuh-musuh kaum Muslim. Sedangkan Soal isu Palestina misalnya, di mana Jakarta memiliki peluang untuk membantu menggulirkan dialog nasional Palestina antar kelompok dan 174
Ibid., h. 2.
organisasi yang ada di sana. Selain itu masih soal palestina Yusuf Qaradhawi juga diajak untuk melakukan Jihad Madani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Kantor Presiden, Jakarta, Jihad Madani ini dideklarasikan oleh Qaradhawi Dalam pidato pembukaan Konferensi Kelima Al-Quds Foundation di Aljazair, Qaradhawi menegaskan, “Yahudi telah merampas Al-Quds dari kita. Sangat dikhawatirkan mereka juga akan merampas Masjid Al-Aqsha dan kemudian Masjid Al-Haram. ” Menurutnya, kewajiban umat Islam saat ini adalah, membangun dan mendukung Palestina dalam mempertahankan jati diri mereka dan membangun peradaban kota Al-Quds (Jerussalem). Karena itu, ia melontarkan istilah “jihad madani” sebutan untuk perjuangan modern untuk membangun berbagai infrastruktur di Palestina, khususnya Al-Quds.175 “Saya serukan untuk melakukan jihad madani di Palestina guna membangun masjid, rumah-rumah sakit dan berbagai sarana yang mengokohkan Al-Quds sehingga kaum Muslimin bisa menghadapi penjajah Zionis Israel di sana, ” tandas Qaradhawi.176 Dijelaskan pula, bahwa Imam Ibnul Qayyim al Jauziyah juga pernah menyebutkan 13 jenis jihad. Dan kini, Qaradhawi mengatakan ingin menambahkan istilah jihad lain yang ke-14, yakni Jihad Madani. “Aktifitas Al-Quds Foundation ada dalam lingkup jihad ini, ” jelasnya.177 Menurut Qaradhawi yang juga memimpin Perhimpunan Internasional Ulama Islam itu, ada 60 program yang diusung oleh AlQuds Foundation untuk segera diimplementasikan. Ia juga meminta berbagai 175
Luhur Hertanto, Dari Musibah Hingga Palestina dan Irak, Artikel, diakses Pada 28 April 2009 dari (http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/01/tgl/09/time/135050/) 176 Ibid., h.1 177 Ibid., h. 2
pemerintah Arab dan Islam serta berbagai organisasi sosial masyarakat untuk turut memberi
sumbangsih
dalam
penerapan
program
tersebut.
Acara
yang
diselenggarakan Al-Quds Foundation di Aljazair ini bertajuk “Al-Quds Amanat ummat”. Tak kurang 350 tokoh Islam dari 46 negara hadir dalam acara ini.
Bab V Penutup A. Kesimpulan Jihad yang mempunyai pengertian sungguh-sungguh, dalam aplikasinya mempunyai arti dan fungsi yang luas tidak hanya di pahami dengan pengertian perang. Tapi lebih luas mencakup semua bidang seperti Politik, Ekonomi,Pendidikan, Sosial dll. Jihad dengan makna yang komprehensif merupakan jawaban terhadap problematika yang dihadapi umat Islam saat ini. Berkaitan dengan judul dan pembahasan skripsi ini, ada dua point yang penulis simpulkan : 1. Jihad menurut pandangan Yusuf Qaradhawi adalah mencurahkan atau menanggung kemampuan fisik, jiwa, dan amal untuk membela agama agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi. Dimulai jihad terhadap setan, lalu jihad terhadap kezhaliman dan kerusakan di masyarakat. Setelah itu, barulah jihad terhadap orangorang kafir dan munafik. 2.
Jihad merupakan suatu konsep yang lebih komprehensif, dimana salah
satu sisinya adalah berjuang di jalan Allah melalui penggunaan senjata. Namun, jihad dengan pengertian sempit ini, oleh al-Quran dibatasi pada saat-saat tertentu khususnya dalam rangka mempertahankan diri dari serangan musuh dan menangkis tindakan yang melampaui batas dari musuh. 3.
Tidak seperti jihad jihad pada dimensi perang yang di batasi oleh waktu
dan kondisi tertentu. Jihad di bidang politik, ekonomi, pendidikan, Sosial, untuk menegakan keadilan, melawan kezaliman, memberantas kemiskinan, kebodohan
merupakan jihad yang mesti terus dikumandangkan. Dengan jihad di berbagai bidang ini merupakan solusi dari keterbelakangan dan kemunduran yang dialami umat Islam kontemporer.
B. Saran-Saran Sebagai akhir kata dari penyusunan skripsi yang sederhana ini, penulis berkeinginan untuk mengemukakan beberapa saran berikut ini : 1.
Agar melakukan studi yang lebih sempurna dan mendalam tentang jihad menurut Yusuf Qaradhawi.
2.
Meskipun
terdapat
beberapa
kontra
pendapat
terhadap
Yusuf
Qaradhawi, hendaknya tetap menghormati beliau, sebagai salah satu ulama kontemporer yang pemikiran-pemikirannya dibutuhkan oleh umat saat ini. Dengan penuh kesadaran, skripsi yang telah di susun ini belum dianggap memiliki hasil yang sempurna atau jauh dari yang diharapkan. Karena masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, namun segala upaya telah dilakukan guna penyempurnaan skripsi ini. Maka dari itu saran, kritik, atau masukan dari pembaca sangat diperlukan untuk penyempurnaan lebih lanjut skripsi ini. Dan terakhir ucapan rasa syukur terhadap Allah dan Rasul-Nya yang tak terbilang karena atas Hidayah dan Rahmat-Nya dapat terselesaikan penulisan skripsi ini.
DAFT AR PUST AKA Al-Idrusy, Imron, Jihad di Jalan Allah, cet. 1 Surabaya: Putra Pelajar, 2001 Azzam, Abdullah, Perang Jihad di Jalan Modern, cet. 2 Jakarta: Gema Insani Press Azra, Azyumardi, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, cet l Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1998, _____, Pendidikan Islam: tradisi dan modernisasi menuju milenillm baru, cet. 1 Jakarta: Logos Waeana Ilmu, 1999 Chirzin, Muhammad, Jihad dalam Al-Qur’an, cet. 1 Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994 _____, Penafsiran Rasyid Ridha dan Sayyid Quthb tentang Jihad Departemen Agama RI, 2005)
(Jakarta :
Esposito, Jhon. L, Ensiklopedi Islam, cet. 3 Bandung: Mizan, 1996 Faridl, Miftah, Pokok-Pokok Ajaran Islam, cet.l Bandung: Pustaka, 1993 Hamdy, Muhammad Halabi (Ed.), Menyambut Panggilan Jihad, cet.1 Yogyakarta: Madani Pustaka Hikmah, 2000 Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, cet. 2 Jakarta: Logos Wacana ilmu, 1999 Malaikah, Musthafa, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qaradhawi Harmoni Antara Kelembutan dan Ketegasan, cet.l, Jakarta: Al-Kautsar, 2001 Munawwir, Ahmad Warson, AL-Munawwir : Kamus Arab Indonesia, cet. 14 Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak, 1998 Qaradhawi, Yusuf, Fikih Prioritas, cet.2 Jakarta: Gema Insani Press, 1997 _____, Umat Islam Menghadapi Abad ke-21, cet.1 Solo: Era Intermedia, 2001 _____, A/-Qur'an Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, cet.3 Jakarta: Gema lnsani Press, 1999 _____, As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradaban, cet.l Jakarta: Al-Kautsar, 1998
_____, Ijtihad Kontemporer: Kode Etik dan Berbagai Penyimpangan, cet.2 Surabaya: Risalah Gusti, 2000 _____, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, cet. I Jakarta: Bulan Bintang, 1980 _____, Keutamaan Ilmu dalam Islam, cet. 1 Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1993 _____, Fatwa-fatwa Kantemporer, Jilid II cet. 4, Jakarta: Gema lnsani Press, 1996. _____, Pedoman Bernegara Dalam Perspektif Islam Jakarta : Pustaka Kautsar, 1999. _____, Fatwa-Fatwa Mutakhir, Terjemah H.M.H Al-Hamid Al-Husaini Cet.3 Jakarta:Pustaka Hidayah, 1996 ______, Berjuang di Jalan Allah, Terjemah Abu Fahmi Cet. III ( Jakarta : Gema Insani Press, 1992) ______, Fiqih Daulah Penerjemah Syafril Halim Cet. I Jakarta : Robbani Press,1997 Sardar, Ziaudin, Wajah Islam, Bandung: Mizan, 1992 _____, Jihad 1ntelektual: mengukur parameter-parameter sains Islam, cet. 1 Surabaya : Pustaka, 1995 _____, Merombak Pola fikir Intelektual Muslim, cet. 1 Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000 Shihab, Quraish, Wawasan Al-Qur’an, cet.3 Bandung: Mizan, 1996 Talimah, Ishom, Manhaj Fikih Yusuf al-Qardhawi, cet. 1 Jakarta: Pustaka AlKautsar, 2001 Urbaningrum, Anas, Islamo Demokrasi Pemikiran Nurkholis Madjid Cet.I (Jakarta: Republika, 2004) Wahid dkk, Abdurrahman, Islam Tempa Kekerasan, cet. 2 Yogyakarta: LKiS, 2000