JENIS DAN PRODUKSI VEGETASI DOMINAN DI AREAL RUMPUT ALAM HUTAN PRODUKSI KECAMATAN TUTUR Wardoyo Dosen Fakultas Peternakan Universitas Islam Lamongan, Jl. Veteran No.53A Lamongan Jawa Timur Abstrak Penelitian ini dilakukan di hutan produksi wilayah Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan, sejak tanggal 16 Juli sampai tanggal 23 September 1984. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi bahan kering (BK) jenis vegetasi dominan di areal rumput alam hutan produksi Kecamatan Tutur. Metode penelitian adalah survei, parameter yang diukur adalah produksi BK rumput alam. Pengambilan sampel secara acak menggunakan frame ukuran 0,5 x 0,5 m. Jumlah sampel per hektar adalah 60 cuplikan. Sehingga per desa obyek survai mempunyai 60 kali cuplikan. Setiap peletakan frame, vegetasi yang masuk dalam frame dipotong setinggi 3 cm dari permukaan tanah sampai 1,5 m dari permukaan frame, kemudian langsung ditimbang beratnya. Setelah terkumpul 60 cuplikan dilakukan identifikasi nama jenis vegetasi yang didapatkan secara hand sorting. Disamping berat kumpulan masing-masing ditimbang. Lebih lanjut secara komposit diambil sampel setiap vegetasi untuk dikirim ke Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, untuk dianalisa BK total. Hasil survai dari empat desa terdapat 25 jenis vegetasi dengan total produksi BK adalah 408,56 + 108,61 kg/ha, yang terdapat tehtehan (Eupatorium riparium Reg.) sebagai jenis vegetasi dominan. Rata-rata produksi BK tehtehan adalah 223,90 + 62,05 kg/ha atau 54,80 persen dari total produksi BK semua jenis vegetasi yang ada. Sedangkan total produksi jenis vegetasi yang lain adalah 184,65 + 100,90 kg/ha atau 45,20 persen dari total produksi BK semua jenis vegetasi yang ada. Berdasarkan uraian hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tehtehan merupakan jenis vegetasi dominan di areal rumput alam. Karena tehtehan tidak pernah dipanen sehingga produksi BK lebih tinggi dari jenis-jenis vegetasi lainnya. Sebagai saran dari hasil penelitian ini, maka tehtehan yang tumbuh di tempat tersebut perlu diberantas. Kata Kunci : vegetasi, dominan, rumput alam, hutan produksi,bahan kering (BK)
PENDAHULUAN Selain tanah komplangan, kawasan hutan produksi di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan, berfungsi sebagai sumber rumput alam yang dapat dimanfaatkan oleh para peternak sapi perah di daerah tersebut. Berdasarkan informasi dari beberapa peternak, areal rumput alam seperti dimaksud diatas, ditumbuhi jenis tumbuhan yang secara lokal disebut tehtehan Tehtehan mempunyai nama botani Eupotorium riparium reg. (Soedarsan dan Rifai, 1975). Lebih lanjut beberapa peternak di Kecamatan Tutur menyatakan bahwa tehtehan merupakan vegetasi yang tidak disukai ternak sehingga tidak pernah dipanen. Di samping itu terdapat gejala bahwa tehtehan menurunkan produki rumput alam yang tidak disukai ternak. Hal tersebut di atas sesuai dengan pendapat Roymond, Milton dan Freeman (1997) bahwa suatu padang rumput yang digembalai, maka tanaman yang tidak sesuai ternak akan menjadi vegetasi dominan pada padang rumput itu. Karena rumput alam di Kecamatan Tutur masih dipergunakan sebagian peternak sebagai ransum sapi perah. Maka diharapkan produksi rumput alam itu setinggi mungkin. Dengan kata lain, di harapkan bahwa rumput alam yang disukai ternak seharusnya bersifat sebagai vegetasi dominan di areal rumput alam di hutan produksi Kecamatan
JURNAL TERNAK Vol. 01 No.01 Th.2010
Tutur. Tetapi dengan adanya tehtehan seperti diuraikan diatas maka dikhawatirkan bahwa justru tehtehan menjadi
vegetasi dominan. Sehingga produksi rumput alam yang disukai ternak perluasan tanah menurun. Mengingat jenis vegetasi rumput alam adalah beragam, maka produksi rumput alam per satuan luas di pengaruhi oleh komposisi botani jenis-jenis vegetasi pada lahan itu, karena masing-masing jenis vegetasi mempunyai kontribusi produksi yang berbeda. Pengukuran komposisi botani dengan menentukan berat kering setiap jenis vegetasi yang ada merupakan cara paling obyekif untuk mengevaluasi padang rumput alam menurut Brow dikutip Crowder dan Cheda (1984), serta sekaligus dapat mengetahui jenis vegetasi dominan pada padang rumput alam itu. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi bahan kering (BK) jenis vegetasi dominan pada padang rumput alam hutan produksi kecamatan Tutur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai dasar kebijaksanaan pengelolaan padang rumput alam untuk meningkatkan ketersediaan rumput alam di kawasan hutan produksi. MATERI DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
1
Penelitian ini dilakukan di hutan produksi wilayah Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Sejak tanggal 16 Juli sampai tanggal 23 September 1984. Materi Penelitian Obyek penelitian ini adalah vegetasi yang tumbuh di areal rumput alam hutan produksi kecamatan Tutur . Peralatan lainnya berupa frame ukuran ( 0,5 X 0,5) M, gunting taman, timbangan merk (FUJI) dengan kepekaan 0,01 gr dan kantong plastik kapasitas 2 kg. Metode Penelitian -
Penentuan Desa Lokasi Penelitian
Mula-mula dilakukan survai berupa wawancara antara tanggal 16 sampai 30 Juli 1984, terhadap 15 persen dari populasi peternak sapi perah tiap desa dari 10 Desa, Kecamatan Tutur untuk mengetahui apakah mereka memanfaatkan hutan sebagai rumput alam di hutan produksi sekitar desanya sebagai makanan sapi perah terdapat empat klasifikasi desa seperti tertera pada Tabel 1.
mandor hutan desa setempat , areal sumber rumput alam . kemudian areal-areal rumput alam yang telah di ketahui diadakan purposive random sampling areal yang dijadikan petek sampel. Adapun pertimbangan yang dipakai dalam pemilihan petak sempel itu , bahwa petak-petak tersebut kudah dijangkau dengan jalan kaki serta pengamatan sepintas mempunyai kesamaan jenis-jenis vegetasi dengan areal yang lain per desa. Adapun data sempel tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Data tentang petak sampel di empat desa obyek survai Lokasi Hutan Kode Petak Luas Petak Keterangan (Perhutani) (ha) 114 d 4,5 Terdapat tegakan Andonosari tanaman pinus tinggi 15 m dan jarak tanam 4 m. Keadaan tanah miring ke Utara melandai Kayukebek
149 a
16
Terdapat tegakan tanaman kaliandra tinggi 3 m dan jarak tanam 4 m. Keadaan tanah miring ke Utara melandai
Kalipucang
6q
8
Terdapat tegakan tanaman pinus tinggi 3 m dan jarak tanam 4 m. Keadaan tanah miring ke Timur melandai
1,8
Terdapat tegakan tanaman pinus tinggi 15 m dan jarak tanam 4 m. Keadaan tanah miring ke Barat melandai
Tabel 1. Klasifikasi desa berdasarkan persentase responden yang menyatakan memanfaatkan rumput alam di hutan produksi Klasifikasi
Desa
Persentase responden yang memanfaatkan rumput alam dari hutan produksi 75 – 100
I
Andonosari Pungging
II
Kayukebek Blarang
50 – 75
III
Wonosari Gendro Tutur
25 – 50
IV
Tlogosari Kalipucang Sumberpitu
0 - 25
Berdasarkan klasifikasi desa tersebut di atas maka di pilih secsra acak satu desa dari masing-masing kelas untuk dijadikan obyek penelitian ini. Adapun desa-desa yang terpilih adalah : Klas I desa Andonosari Klas II desa Kayukebek Klas III desa Wonosari Klas IV desa Kalipucang -
Penentuan Petak Sampel
Di daerah obyek survai seperti tersebut di atas , di tentukan petak areal rumput alam di daerah hutan produksi yang akan di ukur jenis vegetasi dominan . penentuan petak sampel ini berdasarkan informasi dari para peternak serta mantri dan
JURNAL TERNAK Vol. 01 No.01 Th.2010
Wonosari
140 d
Selanjutnya , pengukuran komposisi botani dilakukan pada areal seluas satu hektar berbentuk bujur sangkar yang di tentukan secara random dari masing-masing petak sampel tersebut di atas . -
Pengukuran Vegetasi Dominan
Pada prinsipnya pengukuran ini di lakukan seperti pengukuran komposisi botani suatu areal padang rumput berdasarkan berat kering masing-masing jenis vegetasi yang terdeteksi pada areal tersebut Crowder , et a1 (1984). Pengukuran komposisi botani memakai metode cuplikan menggunakan frame ( 0,5 x 0,5 ) m . Jumlah cuplikan per hektar adalah 60 kaki. Dengan demikian setiap areal rumput alam di hutan produksi per desa obyek survai mempunyai 60 cuplikan. Petak cuplikan pertama di tentukan secara acak kemudian petak cuplikan ke dua diambil pada jarak lurus 13,14 m dari petak cuplikan pertama dengan luas yang sama. Kemudian antara petak. Cuplikan tersebut membentuk suatu kumpulan (cluster). Karena petak sampel yang di gunakan
2
seluas 10.000 m² yang mempunyai sisi-sisi 100 m (bujur sangkar), sehingga cluster selanjutnya memungkinkan untuk diambil jarak 19,5 m dari cluster sebelumnya. Dengan cara demkian, dapat memberikan gambaran yang cukup obyekif menurut Malls, dkk dikutip Susetyo (1980). Selanjutnya denah petak sampling setiap areal rumput alam yang di tentukan dapat dilihat seperti pada Gambar 1 sebagai berikut:
maka didapatkan kandungan bahan kering udara b/a x e – f / d – c x 100 persen = g persen. Pada proses ini masih di pakai timbangan AHAUS dengan ketelitian 0,01 gr, sedangkan untuk proses selanjutnya menggunakan timbangan SARTORIUS dengan ketelitian 0,0001 gr . -
Penggilingan
Hasil pengovenan digiling sampai halus dengan blinder merk CULATI dengan diameter saringan 1,5 mm. Hasil penggilingan ini akan dipergunakan analisa selanjutnya. -
Bahan Kering Oven
Memasukkan cawan porselin dalam oven 105º C selama 1 jam. Kemudian dimasukkan dalam eksikator selama 1 jam. Setelah itu beratnya di timbang (h gr) menimbang contoh sekitar 5 gr (i gr) dan memasukkan dalam cawan porselin. Cawan yang sudah berisi contoh dimasukkan dalam oven dengan suhu 105º C selama 4 jam, setelah itu dimasukkan dalam eksikator selama 1 jam, kemudian menimbangnya (j gr), maka didapatkan kandungan bahan kering oven (BK) j – h/i x 100 persen. -
Perhitungan Komposisi Botani
Dari berat segar serta kandungan BK masing-masing jenis vegetasi di tentukan, berat kering masing-masing vegetasi dengan rumusan sebagai berikut : Berat kering tiap jenis vegetasi = persentase BK x berat segar masing-masing vegetasi Sedangkan untuk komposisi botani dinyatakan dalam persentase masing-masing jenis vegetasi dihitung persentase eksistensinya terhadap total produksi BK per hektar sesuai dengan rumus sebagai berikut : Setiap meletakkan frame, vegetasi yang masuk dalam frame di potong setinggi 3 cm sampai 1,5 m dari permukaan tanah , kemudian langsung ditimbang beratnya. Setelah terkumpul 60 cuplikan, di stasiun penelitian yang di perumahan Koperasi Setia Kawan Nongkojajar, dilakukan identifikasi jenis-jenis vegetasi yang di dapat secara Hand sorting. Di samping berat kumpulan masing-masing jenis vegetasi ditimbang, lebih lanjut secara komposit di ambil sampel setiap vegetasi untuk di kirim ke laboratorium nutrisi dan makanan ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang, untuk di analisa BK total. Analisa BK ini adalah sebagai berikut : -
Bahan Kering Udara
Hasil pemotongan (a gr) dipotong kecil-kecil kurang lebih 2 cm kemudian ditimbang lagi (b gr). Menimbang kotak kertas (c gr). Memasukkan hasil potongan ke dalam kotak kertas kemudian ditimbang (d gr). Memasukkan kotak kertas yang sudah berisi potongan tersebut dalam oven dengan suhu 70ºc selama 24 jam . setelah di oven kotak di anginanginkan sampai beratnya konstan (e gr). Kemudian potongan dikeluarkan dan kotaknya di timbang lagi (f gr),
JURNAL TERNAK Vol. 01 No.01 Th.2010
Persentase jenis vegetasi A= brt kering vegetasi A/ha berat kering total Semua vegetasi per hektar x 100 persen Berat kering vegetasi A/ha = berat kering vegetasi A/15 m² x 666,66666 m² Yang mana : Luas frame ( 0,5 x 0,5 ) m x 60 cuplikan = 15 m² luas petak sampling adalah 1 ha = 10.000 m² maka untuk mengkonversikan dalam hektar di hitung dengan mengalikan 666,66666 m² yang di peroleh dari 10.000 m²/15 m² . Pada akhirnya jenis vegetasi dominan di tentukan berdasarkan persentase yang paling besar dari semua jenis vegetasi yang ada.
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Botani di Masing-Masing Desa
3
Desa Kayukebek Untuk Desa Kayukebek jenis-jenis vegetasi dan produksi BK tertera pada tabel 3. Tabel 3. Jenis-jenis Vegetasi dan Produksinya di Hutan Produksi Desa Kayukebek No. Jenis Produksi Komposisi Urut Vegetasi BK (kg/ha) botani (%) 242,55 43,60 1. Tehtehan (Eupatorium riparium) 196,30 35,29 2. Alang-alang (Imperata cylindrica) 91,49 16,44 3. Kaliandra (Calliandra callothyrsus) 7,09 1,28 4. Sembunggilang (Erechtites valerianfolia) 6,10 1,10 5. Wedusan (Ageratum conyzoides) 0,59 6. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) 3,29 2,06 0,38 7. Kipusek (Elepantopus scaber) 1,27 0,23 8. Tapasan (Titonia diversifolia) 1,11 0,20 9. Pakisan (Ceropteris calomelanos) 0,80 0,14 10. Kentangan (Centella asiatica) 0,78 0,14 11. Berasan (Polygala peniculata) 0,67 0,12 12. Grinting (Cynodon dactilon) 0,60 0,10 13. Semanggi (Oxalis corniculata) 0,52 0,09 14. Lemon (Setaria plicata) 0,47 0,09 15. Kuningan (Spilanthes iabandicensis) 0,45 0,08 16. Teki (Cyperus rotundus) 0,30 0,05 17. Cendolan (Drymaria cordata) 0,24 0,04 18. Jabungan (Erigeron lenifolius) 0,13 0,02 19. Lempuyangan (Panicum repens) 0,11 0,02 20. Bawangan (Erogrostis atroverns) Total 556,33 100,00
Dari Tabel 3 dapat dijumpai bahwa di hutan produksi desa Kayukebek terdapat setidaknya 20 jenis vegetasi dengan total produksi BK 556,33 kg/ha. Berdasarkan persentase produksi BK masing-masing jenis vegetasi per hektar, maka tehtehan sebagai jenis vegetasi dominan dengan produksi BK adalah 242,55 kg/ha atau 43,60 persen dari total produksi . Desa Andonosari Untuk desa Andonosari jenis-jenis vegetasi dan produksi BK tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Jenis-jenis Vegetasi dan Produksinya di Hutan Produksi Desa Andonosari No. Urut
Jenis Vegetasi
Produksi BK (kg/ha)
Komposisi botani (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Tehtehan (Eupatorium riparium) 241,37 Wedusan (Ageratum conyzoides) 119,17 Berasan (Polygala peniculata) 17,30 Jabungan (Erigeron lenifolius) 9,76 Tapasan (Titonia diversifolia) 6,44 Wudelan (Kyllinga monocephala) 5,53 Teki (Cyperus rotundus) 4,47 Merakan (Themeda arguens) 4,37 Grinting (Cynodon dactilon) 4,08 Pakisan (Ceropteris calomelanos) 2,49 Blembem (Axonopus compresus) 2,45 Cendolan (Drymaria cordata) 1,49 Kentangan (Centella asiatica) 1,22 Lemon (Setaria plicata) 0,44 Bawangan (Erogrostis atroverns) 0,42 Semanggi (Oxalis corniculata 0,15 Total 421,15
57,31 28,30 4,10 2,32 1,53 1,31 1,07 1,07 0,98 0,59 0,58 0,35 0,29 0,10 0,10 0,04 100,00
Dari Tabel 4 dapat dijumpai bahwa dihutan produksi desa Andonosari terdapat setidaknya 16 jenis vegetasi dengan total produksi BK adalah 421,15 kg/ha. Berdasarkan presentase total produksi BK masing-masing jenis vegetasi per hektar, maka tehtehan sebagai jenis vegetasi dominan dengan produksi BK adalah 241,37 kg/ha atau 57,31 persen dari total produksi. Desa Wonosari Untuk desa Wonosari jenis-jenis vegetasi dan produksi BK tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis-jenis Vegetasi dan Produksinya di Hutan Produksi Desa Wonosari No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Jenis Produksi Komposisi Vegetasi BK (kg/ha) botani (%) Tehtehan (Eupatorium riparium) 277,43 80,49 Tapasan (Titonia diversifolia) 59,16 17,16 Wedusan (Ageratum conyzoides) 1,68 0,49 Gedibal (Eryngium foetidum) 1,46 0,42 Alang-alang (Imperata cylindrica) 0,96 0,29 Merakan (Themeda arguens) 0,95 0,27 Lamuran (Polytrias amaura) 0,74 0,21 Blembem (Axonopus compresus) 0,71 0,21 Berasan (Polygala peniculata) 0,61 0,18 Pakisan (Ceropteris calomelanos) 0,50 0,14 Bawangan (Erogrostis atroverns) 0,25 0,07 Kipusek (Elepantopus scaber) 0,21 0,06 Kentangan (Centella asiatica) 0,05 0,01
Total
344,71
100,00
Dari Tabel 5 dapat dijumpai bahwa di hutan produksi desa Wonosari terdapat setidaknya 13 jenis vegetasi dengan total produksi BK adalah 344,71 kg/ha. Berdasarkan presentase total produksi BK masing-masing jenis vegetasi per hektar, maka tehtehan sebagai jenis vegetasi dominan dengan produksi BK adalah 277,43 kg/ha atau 80,48 persen dari total produksi. Desa Kalipucang
JURNAL TERNAK Vol. 01 No.01 Th.2010
4
Untuk desa Kalipucang jenis-jenis vegetasi dan produksi BK tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Jenis-jenis Vegetasi dan Produksinya di Hutan Produksi Desa Kalipucang No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Jenis Produksi Komposisi Vegetasi BK (kg/ha) botani (%) Tehtehan (Eupatorium riparium) 134,28 43,03 Wedusan (Ageratum conyzoides) 69,42 22,25 Tapasan (Titonia diversifolia) 60,03 19,24 Kuningan (Spilanthes iabandicensis) 27,73 8,89 Kipusek (Elepantopus scaber) 11,74 3,76 Alang-alang (Imperata cylindrica) 3,40 1,09 Berasan (Polygala peniculata) 2,28 0,73 Pakisan (Ceropteris calomelanos) 0,95 0,30 Jabungan (Erigeron lenifolius) 0,71 0,23 Kentangan (Centella asiatica) 0,65 0,20 Rumput gajah (Pennisetum purpureum) 0,55 0,18 Cendolan (Drymaria cordata) 0,30 0,10 Total
312,04
100,00
312,04
100,00
Dari Tabel 6 dapat dijumpai bahwa di hutan produksi desa Kalipucang terdapat setidaknya 12 jenis vegetasi dengan total produksi BK 312,04 kg/ha. Berdasarkan persentase produksi BK masing-masing jenis vegetasi per hektar, maka tehtehan sebagai jenis vegetasi dominan dengan produksi BK adalah 134,28 kg/ha atau 43,03 persen dari total produksi . Komposisi Botani Kecamatan Tutur Rata-rata produksi BK jenis-jenis vegetasi di hutan produksi Kecamatan Tutur tertera pada Tabel 7. Tabel 7. Jenis-jenis Vegetasi dan Produksinya di Hutan Produksi Kecamatan Tutur No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Jenis Vegetasi Tehtehan Alang-alang Wedusan Tapasan Kaliandra Kuningan Berasan Kipusek Jabungan Sembunggilang Wudelan Merakan Pakisan Teki Grinting Rumput gajah Blembem Kentangan Cendolan Gedibal
223,9 0 50,16 49,09 31,72 22,87 7,05 5,24 3,50 2,78 1,78 1,38 1,33 1,27 1,23 1,19 0,96 0,79 0,68 0,45
Produksi (kg/ha) persentase + 62,05 54,80 + 50,17 12,29 + 49,09 12,01 + 31,73 7,76 + 22,87 5,60 + 7,05 1,72 + 5,24 1,29 + 3,50 0,85 + 2,68 0,68 + 1,77 0,43 + 1,33 0,33 + 2,12 0,32 + 1,26 0,31 + 1,23 0,30 + 1,19 0,29 + 0,96 0,23 + 0,79 0,19 + 0,68 0,18 + 0,52 0,11 + 0,37 0,09
JURNAL TERNAK Vol. 01 No.01 Th.2010
21. 22. 23. 24. 25.
Lemon Bawangan Semanggi Lamuran Lempuyangan Total
0,36 0,24 0,19 0,19 0,18 0,03 408,56
+ + + + +
0,24 0,20 0,19 0,19 0,04
0,07 0,05 0,05 0,04 0,01
+
108,61
100,00
Dari Tabel 7 dapat dijumpai bahwa di hutan produksi Kecamatan Tutur terdapat setidaknya 25 jenis vegetasi dengan total produksi BK adalah 408,56 ± 108,61 kg/ha. Berdasarkan total produksi BK masing-masing jenis vegetasi per hektar, maka tehtehan didapatkan sebagai jenis vegetasi dominan dengan produksi BK adalah 223,90 kg/ha atau 54,80 persen dari total produksi. Tabel 8. Produksi BK Jenis Vegetasi Dominan dengan Jenisjenis Vegetasi Lainnya di Hutan Produksi Kecamatan Tutur No Urut 1. 2. 3. 4.
Desa
Produksi BK tehtehan BK jenis-jenis (kg/ha) vegetasi lainnya (kg/ha) Andonosari 241,37 179,78 Kayukebek 242,55 313,78 Kalipucang 134,28 177,76 Wonosari 277,43 67,28 Rata-rata 223,90 184,65 + 62,05 + 100,86
Total (kg/ha) 421,15 556,33 312,04 344,72 408,56 + 108,61
Dari Tabel 8 dinyatakan bahwa dihutan produksi yang diamati di Kecamatan Tutur terdapat rata-rata produksi BK tehtehan adalah 223,90 ± 62,05 kg/ha atau 54,80 persen dari total produksi BK semua jenis produksi yang ada. Sedangkan rata-rata produksi BK jenis-jenis vegetasi lainnya adalah 184,65 ± 100,86 kg/ha atau 45,20 persen dari total produksi BK semua jenis vegetasi yang ada. Hasil evaluasi dari empat desa obyek survai tersebut dapat dijumpai 25 jenis vegetasi. Selanjutnya dengan rata-rata produksi dari komposisi botani, maka tehtehan dijumpai sebagai jenis vegetasi dominan yang mempunyai distribusi produksi BK paling tinggi dengan jenis-jenis vegetasi lainnya. Dari semua jenis vegetasi yang dijumpai didapatkan total produksi BK jenis-jenis vegetasi yang lain adalah 184,65 ± 100,86 kg/ha atau 45,20 persen dari semua jenis vegetasi yang ada. Apabila dilakukan pengkajian lebih lanjut bahwa tehtehan adalah tumbuhan perdu tahunan, batang tegak, daun berhadapan dan berpanulangan tiga serta permukaanya tidak berbulu. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan pengganggu yang tumbuh hingga ketinggian 2000 m dari permukaan air laut. Tumbuh didaerah subur tempat terbuka atau terlindung. Berkembangbiak dengan tumbuh atau stek (Soedarsan, dkk, 1975) . Kemudian menurut informasi dari para peternak setempat, tehtehan mempunyai rasa pahit dan tidak dsukai
5
ternak. Sehingga tumbhan ini tidak pernah dipanen sama sekali. Sehingga tehtehan terus berkembang menhinvesi areal rumput alam hutan produksi dan cenderung untuk mengalahkan semua jenis-jenis vegtasi yang tumbuh pada tempat yang bersamaan. Disamping itu jenis-jenis vegetasi yang disukai ternak sering dipotong, sehingga distribusi produksi BK yang didapatkan adalah lebih rendah dari tehtehan. Berdasarkan beberapa keterangan seperti tersebut diatas, maka untuk meningkatkan ketersediaan rumput alam dikawasan hutan produksi Kecamatan Tutur, Tehtehan yang tumbuh diareal tersebut perlu diberantas.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dari penelitian ini, dapat dipetik beberapa kesimpulan yang cukup bermanfaat sebagai sumber informasi bagi peneliti lebih lanjut atau peternak sapi perah ditempat tersebut. Adapun kesimpulan tersebut meliputi : 1. Di areal rumput alam hutan produksi Kecamatan Tutur terdapat setidaknya 25 jenis vegetasi. Berdasarkan berat kering, dijumpai tehtehan sebagai jenis vegetasi dominan.
Mcllroy, R. J, 1962. An Introduction to Tropical Grassland Husbandry. Oxford University. Press Amen Hause, London. EC 4. Reksohadiprodjo, S, 1981. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah mada, Yogyakarta. Roymond, F. D., F. Millton dan P.W. Freemann, 1977. Prinsip Ekologi Untuk Pembangunan Ekonomi. PT Gramedia, Jakarta. Susetyo, S, 1978. Pengelolaan dan Potensi Hijauan Makanan Ternak Untuk Produksi Ternak Daging. Fakultas Peternakan, IPB, Bogor. Soedarsan, A. M., A. Rifai, 1975. Lima Puluh Gulma di Perkebunan. Lembaga Biologi Nasional. Gabungan Perusahaan Perkebunan Jawa Timur Bekerjasama dengan Balai Perkebunan Bogor. Soetanto, H dan I. Subagio, 1981. Ilmu Tanaman Makanan Ternak Bagian Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Brawijaya, Malang. ‘t Mannetje. L. 1978. Measurement of Grassland Vegetation and Animal Production Bulletin 52. Commewealth Bureau of Pastures and Vield Crops, Wurley, Berkshire, England.
2. Dari semua jenis vegetasi yang ada didapatkan total produksi BK adalah 408,56 ± 108,61 kg/ha. Adapun rata-rata ruang produksi BK tehtehan adalah 223,90 ± 62,05 kg/ha atau 54,80 persen dari total produksi BK semua jenis vegetasi yang ada. Sedangkan produksi BK jenis-jenis vegetasi lainnya adalah 184,65 ± 100,86 atau 45,20 persen dari total produksi BK semua jenis vegetasi yang ada. Untuk meningkatkan ketersediaan produksi rumput alam dihutan produksi, maka tehtehan yang tumbuh di areal rumput alam tersebut perlu diberantas.
REFERENSI Bambang R. P., M. E. Siregar dan T. Manurung, 1979. Komposisi Botani Padang Rumput Alam di Tiga Daerah Pengembalaan di Sulawesi Selatan. Lembaga Penelitian Peternakan Bogor. Crowder, L. V., W. R. Cheeda, 1984. Tropical Grassland Husbandry. Longman, London. Downs, R. I and W. Hellmers, 1975. Envirronment and the Experimental Control of Plant Growth. Academic Press, London, New York, San Fransisco. Kuntohartono, 1980. Pengantar Ilmu Gulma. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.
JURNAL TERNAK Vol. 01 No.01 Th.2010
6