perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“ANALISIS PERBEDAAN KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)”
(Studi pada Perusahaan Go public di BEI)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh:
JATI RISMAWATI F1206098
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
¨ “Karena
Sesungguhnya
Sesudah
Kesulitan
Ada
Kemudahan, Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu Ada Kemudahan”. (QS. Al Insyirah : 94: 6,7)
¨ “Semakin Malam Semakin Dekat Dengan Fajar, Semakin Berat Persoalan Semakin Dekat Dengan Jalan Keluar”.
¨ “It’s true you don’t know what you’ve got until it’s gone, but it’s also true You don’t know what you’ve been missing until it arrives!!! Jadi….Berhentilah Mengeluh,
Hadapilah
Manis
Pahitnya
Hidup
Dengan Bersyukur Terhadap Semua Yang Telah TUHAN Berikan....
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Teriring do’a dan syukur kepada Allah dan rasa terima kasih kepada Rosullnya, sebuah karya kecil ini kupersembahkan untuk: v Orangtua tercinta. Bapak dan Ibu. v Kakakku. Mas Jati dan Mba Rusi. v Keluarga Besar Rono Atmojo v Sahabat dan Teman-Teman Manajemen Non Reguler Angkatan ’06. v Sahabat-sahabatku Penghuni Kost Bardoe. v Almameterku.
Sebagai penghargaan atas pengertian dan dukungannya commit to user selama penyusunan skripsi ini
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillahirobbil ’alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kemudahan-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Perbedaan Kinerja Saham Jangka Pendek dan Jangka Panjang pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO)” (Studi pada Perusahaan Go Public di BEI). Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan, petunjuk, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Drs. Atmadji, M.M selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis. 2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dra. Endang Suhari, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen. 4. Drs. Wiyono, M.M selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Non Reguler Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Drs. Lilik Dwi Sunardianto, SU selaku pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan selama masa studi di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 6. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengaharapkan masukan dan kritikan yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surakarta, 16 September 2010 Penulis
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL …..…………………………………………………........... HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. HALAMAN MOTTO………....………………………………………................ HALAMAN PERSEMBAHAN…....…………………………………................ KATA PENGANTAR………………....……………………………................... DAFTAR ISI ……….…………………………………………………............... DAFTAR GAMBAR …………………………………………………................ DAFTAR TABEL ...........................………….........……………………….…… DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... ABSTRAK ………………………………………………………………...….....
i ii iii iv v vi viii x xi xii xiii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………....... B. Rumusan Masalah................…………………………………............ C. Batasan Masalah.................................................................................. D. Tujuan Penelitian ................................................................................ E. Manfaat Penelitian...............................................................................
1 8 9 9 10
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ................................................................................
12
1. Initial Public Offering....................................................................
12
2. Kinerja Saham…………………………………............................ 20 3. Pasar Modal…………………………............................................ 33 4. Wealth Relative Index……………................................................ 33 5. Underpricing……..........................................................................
34
6. Manajemen Laba di Seputar IPO………………………………...
45
B. Penelitian Terdahulu …………………………………………….......
47
C. Kerangka Pemikiran …………………………………………............ 51 commit to user D. Perumusan Hipotesis…………………………………………............ 52
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian…………………………………………………...... 54 1. Tujuan Studi……………………………………………………………
54
2. Lingkungan Penelitian………………………………………………….
55
3. Unit Analisis……………………………………………………………
55
4. Horison Waktu………………………………………………………….
55
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ........................ 1. Populasi………………………………………………………...... 2. Sampel ....................................…..……………………………..... 3. Teknik Sampling………………………………………………… C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………………........... D. Sumber dan Jenis Data.........................................………………....... E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………... F. Metode Analisis Data ………………………………………............ 1. Uji Normalitas Data………………………………………..................... 2. Uji Parsial (Uji t)……………………………………………………….
56 56 56 57 58 61 62 63 63 63
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif .............................................................................
68
B. Analisis Data………………………....................................................
73
1. Pengujian Normalitas Data ............................................................ 73 2. Hasil Pengujian Hipotesis …………………………………………… C. Pembahasan………………………...............................................................
74 77
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………….......
82
B. Keterbatasan....................................……………………………...... 83 C. Implikasi .......................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 2. 1.
Kerangka Pemikiran Penelitian…………………………………..….... 51
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman TABEL 1. 4.1. : Gambaran Umum Sampel Perusahaan yang IPO Periode 2005-2007………………………………………………….. 68 2. 4.2. : Daftar Perusahaan yang Memenuhi Syarat ………………………... 69 3. 4.3. : Statistik Deskriptif Perusahaan Abnormal Return ................……... 70 4. 4.4. : Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov ..........................................................
73
5. 4.5. : Kinerja Saham Jangka Pendek dan Jangka Panjang Setelah IPO.........................................................................................
74
6. 4.6. : Perbedaan Kinerja Saham Jangka Pendek dan Jangka Panjang…….
76
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1.
Hasil Uji Normalitas
2.
Hasil Statistik Deskriptif
3.
Hasil Uji Beda One Sample T-Test Abnormal Return Jangka Pendek dan Jangka Panjang
4.
Hasil Uji Beda T-Test Kinerja Saham Jangka Pendek dan Jangka Panjang
5.
Rata-Rata Abnormal Return
6.
Rata-Rata Return Saham, Return Pasar dan Wealth Relative
7.
Rata-Rata Return Saham dan Return Pasar
8.
Wealth Relative Index
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK “ANALISIS PERBEDAAN KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)” (Studi pada Perusahaan Go public di BEI) JATI RISMAWATI NIM :F1206098
Penelitian ini merupakan studi peristiwa atau event study. Dalam penelitian ini, untuk dapat mengetahui terjadinya reaksi pasar terhadap pengumuman IPO adalah dengan mencari ada tidaknya abnormal return yang diperoleh para investor jika membeli saham penawaran perdana. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai kinerja saham jangka panjang dan jangka pendek, serta untuk memperoleh bukti empiris adanya perbedaan kinerja saham jangka pendek dengan kinerja saham jangka panjang pada perusahaan go public di Indonesia. Kinerja saham diukur dengan menggunakan abnormal return. Periode penelitian diambil pada tahun 2005 sampai dengan 2007. Dengan teknik purposive sampling didapatkan 33 sampel perusahaan yang melakukan IPO pada periode tersebut. Data yang digunakan adalah kombinasi data antara time series dan cross section. Alat analisis data yang digunakan meliputi pengujian normalitas, uji parsial (uji t) antara lain uji beda paired sample t-test dan uji beda one sample t-test. Dari hasil penelitian uji beda one sample t-test dapat diketahui bahwa kinerja saham dalam jangka panjang mengalami underperformance dan kinerja saham jangka pendek mengalami outperformance. Sedangkan hasil penelitian uji beda paired sample t-test dapat diketahui bahwa tidak adanya perbedaan kinerja saham jangka pendek dengan kinerja saham jangka panjang pada perusahaan go public di Indonesia.
Kata kunci: initial public offerings (IPO), abnormal return, underperfomance, outperformance, kinerja saham jangka panjang, kinerja saham jangka pendek. commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT “ANALISIS PERBEDAAN KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)” (Studi pada Perusahaan Go public di BEI) JATI RISMAWATI NIM :F1206098
This research represents event study or study event. The objective of this study is to find empirical evidence about performance share in the short run and in the long run period, and also to find empirical evidence about existence of difference of share performance in the short run with the long run share performances at company of go public in Indonesia. Share performance measured with abnormal return. There are 42 companies that issued IPO during 2005-2007. After choosing them with purposive sampling method, there are 33 companies to be analyzed in this study. Analyze of data method which is used consists of descriptive statistical analysis and statistical analysis of inferential for the examination of done hypothesis by using t test to two sample which is paired (paired sample t test) and one sample t test. Result from one sample t-test show that in the short run, the performance is outperformed and in the long run, the performance is underperformed. Result from paired sample t-test show that there is no significant defference between short and long run stock performance in companies issued IPO.
Keyword: initial public offerings (IPO), abnormal underperformance, outperformance.
commit to user
ii
return,
performance
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang IPO (initial public offering) atau penawaran saham perdana merupakan saat yang terpenting yang dilakukan suatu perusahaan privat untuk memperoleh dana tambahan yang digunakan untuk pembiayaan dan ekspansi perusahaan. Salah satu syarat yang ditetapkan oleh pengawas pasar modal untuk perusahaan yang akan melakukan penawaran saham perdana (initial public offering) adalah menyediakan dokumen prospektus. Informasi yang disajikan dalam prospektus adalah laporan keuangan perusahaan yang berisi informasi keuangan dan nonkeuangan yang secara teoritis informasi keuangan memang merupakan salah satu sumber utama dalam proses penentuan harga suatu IPO. Informasi keuangan dapat diperoleh melalui laporan keuangan yang terdiri atas neraca, laporan laba atau rugi, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Sebaliknya, informasi nonkeuangan berisi informasi tentang penjamin emisi, auditor independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan, dan informasi lain yang mendukung (Kim et al., 1993) Keputusan untuk going public atau tetap menjadi perusahaan privat merupakan keputusan yang harus dipikirkan masak-masak. Jika perusahaan memutuskan untuk going public dan melemparkan saham perdananya ke commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
public (Initial Public Offerings), isu utama yang akan muncul adalah tipe saham apa yang akan dilempar, berapa harga yang harus ditetapkan untuk selembar sahamnya dan kapan waktunya yang paling tepat (Jogiyanto, 2004). Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dengan underwriter (penjamin emisi efek). Sebagai pihak yang membutuhkan dana, emiten menginginkan harga perdana yang tinggi. Sebaliknya, underwriter sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalkan risiko yang ditanggungnya. Dalam tipe penjaminan full commitment, pihak underwriter akan membeli saham yang tidak terjual di pasar perdana. Keadaan ini membuat underwriter tidak berkeinginan untuk membeli saham yang tidak laku dijual. Upaya yang dilakukan adalah dengan bernegosiasi dengan emiten agar saham-saham tersebut tidak terlalu tinggi harganya, bahkan cenderung underpriced. Sebagai penjamin emisi, underwriter lebih sering berhubungan dengan pasar daripada emiten sehingga pihak underwriter dimungkinkan mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan emiten. Emiten adalah pendatang baru yang belum mengetahui seperti apa keadaan pasar yang sebenarnya. Kondisi asimetri informasi inilah yang menyebabkan terjadinya underpricing, di mana underwriter merupakan pihak yang memiliki kelebihan informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk memperkecil risiko (Husnan, 1991). Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan oleh investor potensial dan underwriter untuk menilai perusahaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
yang akan go public. Agar laporan keuangan dapat lebih dipercaya, maka laporan keuangan harus diaudit. Salah satu persyaratan dalam proses go public adalah laporan keuangannya telah diaudit oleh KAP (Keputusan Menteri Keuangan RI No 859/KMK.01/1987). Laporan keuangan yang telah diaudit akan memberikan tingkat kepercayaan yang lebih besar kepada pemakainya. Adanya laporan keuangan yang dapat dipercaya pemakai tersebut akan mengurangi terjadinya asimetri informasi (Rosyati dan Sabeni, 2002). Underpricing adalah penentuan harga saham di pasar perdana lebih rendah daripada harga di pasar sekunder untuk saham yang sama. Harga perdana yang underpriced akan memberikan initial return yang positip bagi investor segera saham tersebut mulai diperdagangkan di pasar bursa. Underpricing merupakan fenomena yang menarik karena dialami oleh sebagian besar pasar modal di dunia. Beberapa penelitian membuktikan fenomena ini, antara lain di New York Stock Exchange (Miller dan Keilley, 1987), di UK (Herbert, 1981), di Hongkong (Dawson, 1985), di Korea (Kim, et al., 1993; Guness, 1988), di Kanada (Clarkson dan Simunic, 1992), di Australia (Philip, et al., 1995) dalam Trisnawati (1999). Di Indonesia, fenomena serupa ditemukan oleh Husnan (1996), dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa IPO pada perusahaan-perusahaan privat maupun perusahaan milik negara (BUMN) biasanya mengalami underpriced. Pada saat IPO terdapat kecenderungan terjadinya underpricing (Hanafi, M. dan Suad Husnan,1991). Di beberapa negara berkembang di Amerika Latin gejala adanya underpricing dalam jangka pendek juga terjadi, commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tetapi dalam jangka panjang kondisi sebaliknya (overpricing) yang terjadi (Aggarwal et al., 1993). Para pemilik perusahaan menginginkan agar dapat meminimalisasi
underpricing
karena
terjadinya
underpricing
akan
menyebabkan transfer kemakmuran (wealth) dari pemilik kepada para investor (Beatty, 1989). Apabila terjadi underpricing, dana yang diperoleh perusahaan dari go public tidak maksimum. Sebaliknya, bila terjadi overpricing, maka investor akan merugi karena mereka tidak menerima initial return. Initial return (IR) adalah keuntungan yang diperoleh pemegang saham saat IPO dengan menjualnya pada hari pertama. Underpricing disebabkan oleh adanya asimetri informasi (Beatty, 1989 dalam Daljono, 2000; Beatty dan Ritter, 1986). Studi yang memfokuskan asimetri informasi antara pemilik dengan investor dilakukan oleh Leland dan Pyle (1977). Di dalam menentukan harga, pihak penentu harga sangat memperhatikan informasi perusahaan. Apabila di antara mereka tidak memiliki informasi yang lengkap tentang perusahaan, maka akan terjadi perbedaan harga. Perbedaan harga di kedua pasar tersebut mestinya dapat dihindarkan apabila penentu harga di kedua pasar tersebut memiliki informasi yang sama terhadap perusahaan go public. Hudiyanto (2002), meneliti mengenai besaran underpricing penawaran saham perdana: sebelum dan sesudah krisis moneter bulan Juli 1997. Penelitian mengambil sampel dari semua emiten-emiten yang melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta dari tahun 1996 sampai dengan 2000. Dengan abnormal return ukuran dari underpricing sebagai variabel terikat dan kondisi pasar commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai variabel bebas. Hasil penelitian menunjukan bahwa selama periode tahun 1996 sampai dengan tahun 2000, saham perdana mengalami underpricing sebesar 21,96% secara rata-rata dan siginifikan pada saat pertama kali diperdagangkan. Perhitungan tersebut menggunakan metode market adjusted abnormal return. Penelitian juga mendapatkan fakta bahwa kondisi bursa yang terpengaruh oleh krisis moneter Juli 1997 mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat underpricing. Mahartha (2007), meneliti perilaku harga saham perusahaan keuangan pada penawaran IPO di Bursa Efek Jakarta tahun 1999-2002 dengan abnormal return ukuran dari underpricing sebagai variabel terikat, Return on Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai variabel bebas. Sampel yang diambil yaitu semua perusahaan keuangan yang melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta periode 1999-2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat Debt to Equity Ratio (DER) yg relative lebih besar dapat memberikan pengaruh positif terhadap tingkat underpricing dan sebaliknya tingkat ROE yg relatif lebih besar dapat memberikan pengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Aggarwal, et al. (1993) menyatakan bahwa
kinerja
IPO
dalam
jangka
pendek
menunjukkan
terjadinya
underpricing, tetapi dalam jangka panjang terjadi return yang negatif. Prastiwi dan Kusuma (2001) meneliti tentang kinerja surat berharga setelah IPO di Indonesia pada periode 1994-1997. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja IPO jangka pendek (tiga bulan) adalah positip (39,67%) dan kinerja jangka panjang commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(24 bulan) adalah negatip (-238,83%). Bukti ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang telah terjadi penurunan kinerja (underperformance). Jain dan Kini (1994) menyatakan bahwa terdapat penurunan kinerja operasi perusahaan setelah IPO. Penurunan kinerja tersebut merupakan indikasi telah terjadinya menajemen laba menjelang IPO. Manajemen laba didefinisi sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh beberapa keuntungan pribadi (Schipper, 1989). Kesenjangan informasi antara perusahaan dengan calon investor pada saat IPO mempertinggi probabilitas bagi perusahaan untuk melakukan manajemen laba dan tidak terdeteksi oleh pasar. Penelitian (Richardson, 1998), dalam M.G Kentris (2004), membuktikan bahwa semakin tinggi informasi asimetri, maka semakin tinggi manajemen laba. Aharoney et al. (1993) membuktikan bahwa tingkat manajemen laba saat IPO pada perusahaan kecil relatif lebih tinggi daripada perusahaan besar. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan informasi yang tersedia pada perusahaan kecil yang melakukan IPO daripada perusahaan besar karena perusahaan besar sebelum IPO pun telah dikenal oleh masyarakat luas. Dalam penelitian ini ingin melakukan uji beda terhadap variabel kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang dengan menggunakan abnormal return sebagai alat ukur untuk periode jangka pendek (3 bulan) maupun jangka panjang (24 bulan). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
Perusahaan publik yang diukur kinerjanya dalam penelitian ini adalah perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2007 sebagai populasi penelitian. Penelitian terhadap kinerja saham baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dalam kondisi perekonomian Indonesia yang masih belum stabil ini masih perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memberikan pegangan bagi investor dalam melakukan strategi perdagangan. Dengan melakukan analisis kinerja saham tersebut, diharapkan investor dapat mengurangi risiko seminimal mungkin dan dapat menghasilkan return yang menguntungkan. Dengan mengetahui
kecenderungan kinerja saham pada
saat penawaran perdana baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, investor dapat menghindari kerugian akibat return yang negatif dari surat berharga tersebut. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai kinerja saham jangka panjang dan kinerja saham jangka pendek pada perusahaan go public di pasar modal Indonesia (BEI), serta untuk memperoleh bukti empiris adanya perbedaan kinerja saham jangka pendek dengan kinerja saham jangka panjang pada perusahaan go public di Indonesia. Dalam penelitian ini berdasarkan pada fenomena yang terjadi dan beberapa penelitian yang sebelumnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada data penelitian yang sama-sama diambil di Bursa Efek Jakarta yang sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia, dan ada commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
variabel yang pernah diteliti kembali untuk membuktikan kebenaran teori tersebut apa masih layak atau tidak. Kemudian perbedaannya pada jumlah sampel dan perusahaan sampel serta periode pengamatan. Berdasarkan alasan di atas penulis mengadakan penelitian dengan judul : “ANALISIS PERBEDAAN KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) (Studi pada Perusahaan Go Public di BEI Tahun 2005 - 2007)”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah dalam jangka panjang kinerja saham di pasar modal Indonesia (BEI) mengalami underperformance? 2. Apakah dalam jangka pendek kinerja saham di pasar modal Indonesia (BEI) mengalami outperformance? 3. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara kinerja saham jangka pendek dan kinerja saham jangka panjang pada perusahaan go public di Indonesia?
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C.
Batasan Masalah Untuk menghindari agar pembahasan masalah dalam penulisan ini tidak terlalu meluas, maka penulis memberikan batasan-batasan, antara lain: 1. Kinerja saham yang diuji dalam penelitian ini adalah dua macam yaitu: untuk kinerja saham dalam jangka pendek diuji selama 3 bulan setelah IPO karena sesuai dengan penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Arum Prastiwi dan Indra Wijaya (2001), menemukan bahwa abnormal return yang positif itu masih bisa dinikmati oleh investor sampai tiga bulan setelah penawaran perdana, dan kinerja saham dalam jangka panjang diuji selama 24 bulan setelah IPO. 2. Penulisan ini dikhususkan pada perusahaan go public periode tahun 20052007 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2007.
D. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai kinerja saham jangka panjang pada perusahaan go public di pasar modal Indonesia (BEI). 2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai kinerja saham jangka pendek pada perusahaan go public di pasar modal Indonesia (BEI).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
3. Untuk memperoleh bukti empiris adanya perbedaan kinerja saham jangka pendek dengan kinerja saham jangka panjang pada perusahaan go public di Indonesia.
E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam dunia pasar modal khususnya tentang
perbedaan kinerja saham jangka panjang
maupun kinerja saham jangka pendek pada saat melakukan IPO. Kegunaan lainnya untuk memperkuat hasil penelitian sebelumnya dan menjadi dasar dalam kajian berikutnya bagi para peneliti yang berminat dalam pasar modal. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Investor Untuk memberikan pegangan bagi investor dalam melakukan strategi perdagangan. Dengan melakukan analisis kinerja saham tersebut, diharapkan investor dapat mengurangi resiko seminimal mungkin dan dapat menghasilkan return yang menguntungkan. Dengan mengetahui kecenderungan kinerja saham pada saat penawaran perdana baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, investor dapat menghindari commit usersurat berharga tersebut. kerugian akibat return yang negatiftodari
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Bagi Emiten Untuk menilai sejauh mana perkembangan perusahaannya di bursa saham dan menilai kinerja manajemen.
commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
F. LANDASAN TEORI 1. Initial Public Offering (IPO) a. Definisi Initial Public Offering (IPO) Pengertian go public menurut Pangastuti dalam Mahfoesdz (1999) adalah: “Upaya perolehan dana segar dari masyarakat dengan mengeluarkan saham baru atau mengeluarkan saham yang ada dalam portepel”. (Pangastuti dalam Mahfoesdz, 1999). Saham dan portepel merupakan jumlah saham yang masih dapat dikeluarkan suatu perusahaan sehingga tidak mengubah modal dasar perusahaan. Go public merupakan salah satu alternatif pendanaan yang bisa ditempuh perusahaan jika dilihat dari struktur permodalan.
Definisi lain tentang go public juga dikemukakan oleh Sunariyah sesuai dengan UU Republik Indonesia No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal, menyebutkan bahwa “Penawaran umum atau go public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan go public) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU dan peraturan pelaksanaanya”. (Sunariyah, 2006:32). commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jogiyanto (2000) mendefinisikan Initial Public Offering (IPO) sebagai penawaran saham perusahaan untuk pertama kalinya. b. Tujuan Initial Public Offering Perusahaan yang belum menjadi perusahaan publik dapat meningkatkan kebutuhan dana dengan menempuh beberapa alternative (Jogiyanto, 2000). Pertama, menjual langsung kepada pemegang saham yang sudah ada sebelumnya. Kedua, menjual kepada karyawan lewat Employee Stock Ownership Plan (ESOP). Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment plan). Keempat, menjual langsung kepada pembeli tunggal (misalnya investor institusional) secara privat. Kelima, menjual kepada publik lewat pasar saham. Tujuan penawaran umum perdana (Initial Public Offering) adalah bagian dari prospektus emiten yang berisi pernyataan tentang alasanalasan atau tujuan go public suatu perusahaan. Pagano et al (1998) menyatakan alasan perusahaan untuk melakukan go public yaitu: 1) Mengatasi kendala pinjaman Manfaat yang paling utama adalah memperoleh akses sumber pembiayaan alternatif selain pinjaman dari bank. Kesempatan bagi public market untuk mendanai akan bertujuan khusus bagi perusahaan dengan investasi sekarang dan masa mendatang yang besar, dengan tingkat leverage dan pertumbuhan yang tinggi. Faktor- faktor inilah commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang berhubungan positif dengan keinginan untuk melakukan penawaran perdana. 2) Mempunyai bargaining yang lebih besar dengan bank. Dengan memperoleh akses ke bursa efek dan menebarkan informasi kepada investor, sebuah perusahaan akan melakukan kompetisi diluar terhadap peminjamnya dan menjamin biaya kredit yang lebih rendah serta supply pembiayaan dari luar yang besar. 3) Diversifikasi likuiditas dan portofolio Keputusan untuk go public mempengaruhi tingkat likuiditas saham perusahaan, dimana tingkat likuiditas merupakan fungsi dari perdagangan sehingga likuiditas saham akan meningkat seiring dengan tersebarnya kepemilikan saham yang semula hanya dipegang oleh beberapa pemegang saham awal. 4) Monitoring Pasar modal juga dapat memberikan penilaian terhadap kebijakan yang diambil oleh manajemen. Para pemegang saham dapat menggunakan informasi yang tersedia untuk menilai apakah kebijakan manajemen
telah
dilakukan
secara
wajar,
sehingga
nantinya
berpengaruh terhadap harga saham. 5) Pengakuan Investor Pencatatan saham di bursa yang cukup terkenal dan besar, commit to user seolah-olah menjadi pengakuan bagi investor bahwa perusahaan
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut memang cukup layak. Hal ini menumbuhkan kesadaran bagi investor dan mereka tertarik untuk memilikinya. 6) Perubahan Kontrol Keputusan untuk go public yang dilakukan oleh pemilik adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Selain itu, pemilik juga menjadikan penawaran perdana sebagai langkah untuk mengubah struktur kepemilikan serta memaksimalkan hasil penjualan sahamnya. Alasan sebuah perusahaan go public adalah sebagai berikut: 1) Kebutuhan akan dana untuk melunasi hutang, baik hutang jangka panjang maupun jangka pendek sehingga mengurangi beban bunga. 2) Meningkatkan modal kerja. 3) Membiayai perluasan perusahaan. 4) Memperluas jaringan perusahaan. 5) Meningkatkan teknologi. 6) Membayar sarana penunjang (pabrik, perawatan, kantor dan lain-lain). Kim et al., (1993) mengemukakan ada dua alasan mengapa perusahaan go public, yaitu karena pemilik lama ingin mendiversifikasikan portofolio mereka dan karena perusahaan tidak memiliki alternatif sumber dana lain untuk membiayai proyek investasinya. Apa pun motivasi go public, perusahaan menginginkan dana yang terkumpul dari IPO bisa maksimum. Agar perusahaan dapat segera mendapatkan dana dari pelemparan sahamnya ke publik, perusahaan commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyerahkan masalah yang berkaitan dengan IPO ke underwriter. Dengan adanya underwriter, perusahaan akan segera mendapatkan dana sebesar harga IPO. Harga saham saat IPO merupakan kesepakatan antara underwriter dan perusahaan emiten. c. Tahapan-tahapan Go Public Menurut
Mohamad
Samsul
tahapan
go
public
dapat
dikelompokkan menjadi lima, yaitu: 1) Rencana Go Public Rencana go public membutuhkan waktu yang cukup berkaitan dengan kondisi internal perusahaan seperti: a) Rapat gabungan pemegang saham, dewan direksi, dan dewan komisaris. b) Kesiapan mental personel. c) Perbaikan organisasi. d) Perbaikan sistem informasi. e) Perbaikan aspek hukum. f) Perbaikan struktur permodalan. g) Persiapan dokumen. 2) Persiapan Go Public a) Penunjukkan lembaga penunjang dan lembaga profesi. b) Uji
tuntas
(due
diligence)
dengan
emisi/profesi. c) Pernyataan pendaftaran kepada Bapepam. commit to user
penjamin
pelaksana
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Public Expose dan Road show. 3) Pelaksanaan Go Public. Kegiatan pelaksanaan go public meliputi: a) Penyerahan dokumen ke Bapepam. b) Tanggapan dari Bapepam. c) Perbaikan dokumen pernyataan pendaftaran. d) Mini Expose di Bapepam. e) Penentuan harga perdana. f) Sindikasi dan perjanjian penjaminan emisi. 4) Penawaran umum Kegiatan penawaran umum meliputi: a) Distribusi prospektus. Prospektus adalah setiap informasi tertulis yang berkaitan dengan penawaran umum dan bertujuan agar pihak lain membeli saham yang ditawarkan. b) Penyusunan prospektus ringkas untuk diiklankan. c) Periode penawaran (offering period) d) Periode penjatahan (allotment period) e) Periode pengembalian dana (refund period) f) Periode penyerahan saham (delivery period) g) Periode pencatatan di bursa efek (listing date) 5) Kewajiban dan konsekuensi emiten setelah Go Public commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sesuai
dengan
ketentuan
SK
Menteri
Keuangan
No.
1199/KMK.013/1991, yang dapat melakukan penawaran umum adalah emiten yang telah menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada BAPEPAM untuk menjual atau menawarkan efek kepada masyarakat dan pernyataan pendaftaraan tersebut telah efektif (Sunariyah, 2006:33). Menurut Sunariyah, sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan No. 1548/KMK.013/1990, perusahaan publik harus memenuhi beberapa kewajiban sebagai berikut: 1) Keharusan untuk keterbukaan (full disclosure) 2) Keharusan untuk mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan. 3) Gaya manajemen yang berubah dari informal ke formal. 4) Kewajiban membayar dividen. 5) Senantiasa berusaha untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan perusahaan. d. Keuntungan dan Kerugian Go Public Perusahaan yang belum go public, awalnya saham-saham perusahaan tersebut dimiliki oleh manajer-manajernya, sebagian lagi oleh pegawai-pegawai kunci dan hanya sejumlah kecil yang dimiliki investor. Sebagaimana biasanya, jika perusahaan berkembang, kebutuhan modal tambahan sangat dirasakan. Pada saat tersebut, perusahaan harus menentukan untuk menambah modal dengan cara hutang atau menambah jumlah dari pemilikan commit denganto user menerbitkan saham baru. Dalam
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengambilan keputusan menjadi perusahaan publik atau tetap menjadi perusahaan privat perlu dipertimbangkan trade-off antara beberapa faktor keuntungan maupun kerugiannya. Jogiyanto (2000) menyebutkan beberapa keuntungan menjadi perusahaan publik yaitu: 1) Kemudahan dalam meningkatkan modal di masa yang akan datang. 2) Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham. 3) Nilai pasar perusahaan diketahui. Terdapat beberapa kerugian yang timbul disamping keuntungan yang mungkin diperoleh yaitu: 1) Biaya
laporan
kewajiban
yang
meningkat
untuk menyerahkan
karena
laporan
perusahaan
kuartalan
dan
memiliki tahunan
kepada regulator (misalnya di Indonesia adalah BAPEPAM). 2) Dampak negatif pengungkapan. 3) Ketakutan untuk diambil alih. Sedangkan Manfaat go public menurut Darmadji dan Fakhrudin (2001:43) adalah sebagai berikut: 1) Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus. 2) Biaya go public lebih murah. 3) Proses relatif mudah. 4) Pembagian deviden berdasarkan keuntungan. to tidak user masuk dalam manajemen. 5) Penyertaan masyarakatcommit biasanya
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme. 7) Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham perusahaan sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial. 8) Emiten akan lebih dikenal masyarakat. 9) Memberi kesempatan bagi koperasi dan karyawan perusahaan untuk membeli saham. 2. Kinerja Saham a. Pengertian Saham Saham merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan, artinya pemilik saham merupakan pemilik perusahaan. Saham juga merupakan suatu bentuk modal penyertaan atau bukti posisi kepemilikan dalam suatu entitas. Saham yang dapat menjadi alat investasi adalah yang dikenal sebagai emisi yang diperdagangkan secara umum yaitu saham yang tersedia bagi masyarakat umum dan dibeli serta dijual di pasar terbuka. Menurut (Pandji Anaroga 2001:54) saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas. Definisi lain tentang saham juga dikemukakan oleh Fabozzi yang menyebutkan bahwa saham menunjukkan suatu kepemilikan atas bunga perusahaan. (Fabozzi, 1999 : 29). Jadi saham adalah tanda penyertaan modal atau tanda bukti pengambilan bagian dalam suatu perseroan terbatas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
b. Manfaat dari Kepemilikan Saham Manfaat dari kepemilikan saham yaitu (Anaroga dan pakarti 2001: 59): 1) Dividen, bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada pemilik saham. 2) Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga belinya. 3) Manfaat non-financial yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak suara dalam menetukan jalannya perusahaan. c. Jenis-jenis Saham 1) Berdasarkan Hak Kepemilikan (Jogiyanto 2003: 67) saham dibagi menjadi: a) Saham biasa Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh hak untuk memperoleh dividen sepanjang perseroan memperoleh keuntungan. Pemilik saham mempunyai hak suara pada RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya (one share one vote). Pada likuidasi persero, pemilik saham memiliki hak memperoleh sebagian dari kekayan setelah semua dilikuidasi. b) Saham preferen Saham preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan deviden dan atau bagian kekayaan pada saat commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perusahaan dilikuidasi dan atau bagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi lebih dulu daripada saham biasa, di samping itu mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi/komisaris. 2) Berdasarkan Fungsinya Menurut Anaroga (2001 : 100) nilai suatu saham dibagi atas tiga jenis yaitu : a) Par Value (nilai nominal) yaitu nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan akuntansi. Jumlah saham yang dikeluarkan perusahaan dikalikan dengan nilai nominalnya dalam pencatatan akuntansi nilai nominal dicatat sebagai modal perusahaan di dalam neraca. b) Base Price (Harga dasar) Merupakan harga yang terjadi pada saat penawaran perdana. Harga perdana digunakan dalam perhitungan indeks harga saham. c) Market price (harga pasar) Merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah ditutup (closing price). Harga pasar ini menyatakan naik turunnya suatu saham dan setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lainnya. Untuk menghitung nilai pasar yaitu harga pasar dikalikan dengan total saham yang beredar (kapitalisasi pasar). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
d. Harga Saham
Harga saham yang dijual di pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dan penjamin emisi (underwriter), sedangkan harga di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar (permintaan dan penawaran). Apabila penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder di hari pertama, maka terjadi underpricing. Sebaliknya apabila penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder di hari pertama, maka terjadi overpricing. Underpricing dan overpricing merupakan dua hal atau perilaku saham yang selalu terjadi pada penawaran perdana. Namun sejalan dari penelitian terdahulu dan banyak dari literatur yang menyatakan bahwa rata-rata harga saham pada saat masuk pasar sekunder dihari pertama selalu cenderung terjadi underpricing.
Menurut (Sawidji Widoatmojo 1996:46) harga saham dibedakan menjadi 3 :
1) Harga nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. 2) Harga Perdana Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin commit to user emisi (underwritter) dan emiten.
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Harga Pasar Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut tercatat di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga inilah yang disebut sebagai harga di pasar sekunder, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi antara harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar. Harga saham di bursa ditentukan oleh kekuatan pasar, yang artinya harga saham terbentuk karena adanya permintaan dan penawaran. Menurut Sitompul, (1996: 175), hal-hal yang dapat mempengaruhi harga saham adalah: 1) Isu-isu dan peristiwa politik yang terjadi di negara yang bersangkutan karena secara otomatis investor akan menjual sahamnya guna mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. 2) Rencana emisi efek oleh suatu perusahaan besar yang dapat mengakibatkan merosotnya harga saham-saham lainnya yang ada di bursa efek. 3) Kebijakan dividen perusahaan, kebijakan ini memberikan isyarat mengenai kondisi dan prospek perusahaan terutama mengenai kemampuan untuk menghasilkan laba.
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Cash flow perusahaan, aliran kas perusahaan penerbit saham yang lebih lancar dan likuid lebih disukai oleh investor karena hal ini menyangkut likuiditas perusahaan. 5) Tingkat laba yang dihasilkan perusahaan, tingkat laba yang dicapai perusahaan menjadi salah satu pertimbangan investor yang akan melakukan investasinya di pasar modal. Dalam
membuat
keputusan
investasi
saham,
investor
membutuhkan data historis mengenai pergerakan saham yang beredar dibursa. Bentuk informasi yang dapat menggambarkan pergerakan harga saham adalah indeks harga saham. Jenis-jenis indeks harga saham adalah: 1) Indeks Harga Saham Individual Indeks harga saham individual menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga masing-masing saham, sampai pada tanggal tertentu. 2) Indeks Harga Saham Gabungan Indeks harga saham gabungan terdiri dari: a) seluruh saham, b) kelompok saham (indeks LQ 45 yang terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tinggi dan indeks Jakarta Islamic Index yang terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam), c) jenis usaha.
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Deskripsi Kinerja Saham Definisi Kinerja (performance) di dalam kamus akuntansi didefinisikan sebagai ukuran hasil yang sesungguhnya dari aktivitas sejumlah orang atau suatu badan usaha selama beberapa periode (Syahrul dan Afni, 2000). Kinerja dalam kamus manajemen didefinisikan sebagai hasil nyata yang dicapai, kadang digunakan untuk menunjukkan dicapainya hasil yang positif atau juga bisa diartikan sebagai perusahaan secara keseluruhan dalam menggunakan sumber daya (man, method, machine, material) dalam perusahaan. Pengertian kinerja juga dikemukakan oleh Munawir sebagai berikut: ”Kinerja adalah pengukuran prestasi yang dapat dicapai oleh perusahaan yang mencerminkan kondisi kesehatan dari suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu. Pengukuran prestasi perusahaan didasarkan atas laba yang dihasilkan dibandingkan dengan investasi yang ditanam perusahaan”. (Munawir, 2000). Kinerja saham perusahaan berkaitan dengan perolehan harga dan nilai saham di pasar modal yang dipengaruhi oleh kinerja operasi dan kinerja keuangan. Kinerja saham yang positif dapat menarik minat investor dalam menanamkan modalnya ke perusahaan, selain itu kinerja perusahaan
yang
baik
akan
menguntungkan
perusahaan
dengan
membangun kesan positif ke pasar dalam pengadaan penjualan saham tambahan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
Hal tersebut diatas didukung oleh penelitian A. Muslimin (1995) yang menyebutkan bahwa kurs saham suatu perusahaan tergantung dari faktor fundamental yang dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yaitu laba bersih perusahaan, deviden setiap saham dan laba per saham. Faktor-faktor tersebut mempunyai hubungan yang positif terhadap fluktuasi kurs saham. Bila kinerja perusahaan baik maka umumnya kurs sahamnya meningkat pula. Selain itu pengumuman yang berhubungan dengan laba dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi harga dari saham (Hartono, 2003:373). Kinerja perusahaan publik atau perusahaan yang listed di bursa bagi pemegang saham dapat diartikan dengan prospek perusahaan yang sahamnya dibeli. Penilaian atas kinerja suatu perusahaan merupakan faktor terpenting dalam rangka untuk mengetahui sehat tidaknya kondisi suatu perusahaan. Penilaian atau pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 1997:419). Pada dasarnya penilaian kinerja suatu perusahaan dapat dilakukan dengan beberapa cara baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dari laporan keuangan akan dapat diperoleh informasi tentang kondisi dan prestasi perusahaan di masa lalu, sedangkan untuk masa depan laporan keuangan ini dapat dijadikan pedoman dan dasar pijakan dalam rangka menetapkan rencana kebijakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
perusahaan di masa depan. Informasi yang didasarkan pada analisis keuangan mencakup penilaian, keadaan, keuangan perusahaan baik yang telah lampau, saat sekarang dan ekspektasi masa depan (Husnan, 1994). Penilaian kinerja perusahaan merupakan upaya untuk mengetahui prestasi yang ingin dicapai oleh perusahaan sebagai suatu unit usaha yang umumnya banyak dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Sedangkan pada perusahaan yang go public, penilaian kinerja sebenarnya merupakan upaya untuk mengetahui apakah go public akan menimbulkan pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan sebagai satu unit usaha. Menurut Fabozzy (2003:25), yang dimaksud dengan kinerja saham adalah: 1) Return saham adalah tingkat keuntungan yang diperoleh dalam beberapa periode tertentu, umumnya satu tahun, melalui investasi yang dilakukan oleh investor. 2) Risk (risiko) saham, pada umumnya diukur sebagai perbedaan pengembalian dari waktu ke waktu, yaitu berapa besar selisih pengembalian terhadap rata-rata pengembalian. 1) Return Saham Dalam melakukan investasi, investor menghendaki tingkat keuntungan (return) tertentu yang diharapkan untuk masa-masa yang akan datang. Dengan kata lain, return merupakan hasil yang dinikmati oleh para pemodal (investor) atas suatu investasi yang dilakukannya. (Prasetio commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan Astuti, 2003). Return adalah pengembalian yang diperoleh dalam berinvestasi selama periode tertentu. 2) Risiko Saham Expected return dan risiko merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan
dalam
mempertimbangkan
suatu
investasi. Expected
return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang ditanggung, maka akan semakin besar pula expected return yang ingin diupayakan sebagai kompensasi risiko. Definisi risiko menurut Vaughan (1997:8) adalah “risk is condition in which there is possibility of an adverse deviation from a desired outcome that is expected or hope for”. Sedangkan menurut Jones (2002) mendefinisikan “risk is the uncertainty that expected outcomes will not be fulfilled”. Jadi pengertian resiko secara umum adalah sebagai probabilitas atau kemungkinan atas terjadinya perbedaan antara tingkat pengembalian aktual dari suatu investasi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Menurut Jones (2002:127) risiko dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a) Risiko sistematis (systematic risk), yakni risiko yang berpengaruh terhadap semua investasi dan tidak dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan melakukan diversifikasi. Risiko ini timbul akibat pengaruh keadaan perekonomian, politik dan sosial budaya,
dimana mempunyai pengaruh commit to user
secara keseluruhan.
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Termasuk dalam risiko ini adalah risiko pasar, risiko tingkat bunga, risiko daya beli. Risiko ini juga disebut indivertible risk. b) Risiko tidak sistematis (unsystematic risk), yakni risiko yang melekat pada investasi tertentu karena kondisi yang unik dari perusahaan. Risiko ini dapat dikurangi dengan mengadakan diversifikasi. Termasuk dalam risiko ini adalah risiko keuangan dan risiko bisnis. Risiko ini juga disebut diversifiable risk. f. Kinerja Saham Jangka Pendek setelah IPO Banyak peneliti menunjukkan bahwa umumnya penawaran perdana saham adalah underpricing. Para peneliti menunjukkan mean initial return adalah 4,3547% (Widjaja, 1999), 12,4891% (Rizka, 1995), dan 39,07% (Prastiwi dan Kusuma, 2001). Return saham akan tetap positif dalam jangka pendek dan akan negatif dalam jangka panjang. Dawson (1987) dalam Prastiwi dan Kusuma (2001) meneliti kinerja IPO untuk tiga Negara yaitu Hongkong, Malaysia, dan Singapura untuk periode 1978 sampai dengan 1983. sampel yang digunakan untuk Hongkong dan Malaysia sebanyak 21 perusahaan sedangkan Singapura 39 perusahaan. Hasil yang ditemukan di Hongkong dan di Singapura konsisten dengan pola di Negara lain, tetapi di Malaysia menunjukkan kinerja jangka panjang yang masih positip. Kinerja jangka pendek untuk Hongkong, Singapura, dan Malaysia adalah 13,80% , 39,40%, dan 166,67% , sedangkan kinerja setahun kemudian adalah – 9,3%, -2,7% dan 18,2%. commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Levis dalam Prastiwi dan Kusuma (2001) meneliti IPO di Inggris dengan mengunakan sampel sebanyak 632 perusahaan pada periode 1980 sampai dengan 1988. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja IPO jangka pendek adalah 14,08% sedangkan kinerja tiga tahun kemudian adalah – 31%. Aggarwal et al (1993) meneliti kinerja IPO untuk 3 negara yaitu Brasilia, Chili dan Meksiko. Sampel yang digunakan di Brasilia sebanyak 62 perusahaan, di Chili 19 perusahaan dan di Meksiko 44 perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kinerja IPO jangka pendek untuk Brasilia 9,4%, Chili 4,4%, dan Meksiko 4%, sedangkan kinerja setahun kemudian adalah –47%, -23,7%, dan –19,6%. Suatu penjelasan mengenai fenomena underpricing adalah adanya hipotesis asimetri informasi (Senbert dan Guiness, 1992) dalam Rosyati dan Sabeni (2002). Informasi asimetri terjadi antara perusahaan emiten dengan underwriter (model Baron) atau antara informed investor dan uninformed investor (model Rock). Pada model Baron (1982), penjamin emisi dianggap memiliki informasi yang lebih tinggi mengenai permintaan saham perusahaan emiten daripada perusahaan emiten meskipun perusahaan emiten mungkin melakukan manajemen laba sebelum IPO untuk meningkatkan harga sahamnya (Friedlan, 1994). Penjamin emisi akan
memanfaatkan
informasi
yang
dimiliki
untuk
memperoleh
kesepakatan optimal dengan emiten untuk menjual saham yang underpriced. Underwriter melakukan penjualan saham perdana yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
underpriced brtujuan untuk memperkecil risiko kemungkinan saham tidak laku dijual serta keharusan membeli saham yang tidak terjual itu (full commitment). g.
Kinerja Saham Jangka Panjang setelah IPO Penelitian mengenai kinerja IPO menunjukkan bahwa pada jangka panjang terjadi return yang negatif (Aggarwal, et al., 1993). Lebih lanjut beberapa peneliti (Allen dan Faulhaber, 1989; Grinblatt dan Hwang, 1989; Welsch, 1989) dalam Rosyati dan Sabeni (2002) menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan underpricing sebagai suatu mekanisme untuk menandai kualitas perusahaan. Menurut Ritter (1991), faktor yang bisa menjelaskan terjadinya underperformance adalah kesalahan dalam pengukuran risiko, bad luck dan terlalu optimisnya investor terhadap prospek perusahaan. Friedlan (1994) membuktikan bahwa ada kecenderungan perusahaan emiten melakukan manipulasi dengan meningkatkan laba (earning management) sebelum melakukan IPO. Apabila perusahaan melakukan manajemen laba akan berdampak pada kinerja jangka panjangnya yang diukur dengan besarnya return yang diterima investor. Aggarwal et al (1993) meneliti kinerja IPO di negara-negara Amerika Latin (Brasil, Chilil, Meksiko) untuk periode 1980 sampai 1990. Hasil yang ditemukan di tiga negara ini konsisten dengan pola yang ditemukan di negara lain, termasuk Indonesia (Prastiwi dan Kusuma, 2001) yaitu kinerja jangka pendek positif namun kinerja jangka panjang menurun setelah itu. commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Pasar Modal Menurut undang-undang no.8 tahun 1995 tentang pasar modal, dinyatakan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, dan lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Jenis pasar di pasar modal ada dua macam, yaitu pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). a. Pasar Perdana Pasar dimana untuk pertama kalinya efek ditawarkan kepada investor melalui agen penjual. Harga saham pada pasar perdana ini harga saham tetap, pembelian saham tidak dikenakan komisi, pemesanan dilakukan melalui agen penjual, jangka waktu terbatas dan hanya untuk saham. b. Pasar sekunder Pasar untuk memperjual-belikan efek yang telah diterbitkan di pasar perdana. Di pasar sekunder ini harga saham berfluktuasi sesuai kekuatan pasar, pembelian maupun penjualan dikenakan komisi, pemesanan dilakukan melalui anggota bursa dan jangka waktu tidak terbatas. 4. Wealth Relative Index Wealth Relative Index adalah indeks yang digunakan untuk melihat kinerja saham suatu perusahaan dalam jangka panjang dibandingkan dengan kinerja saham dari pasar. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Outperformance Jika kinerja suatu saham lebih besar (dilihat dari total return selama periode tertentu) dibandingkan dengan total return pasar maka mengalami outperformance. b. Underperfomance Jika total return suatu saham selama periode tertentu lebih kecil bila dibandingkan
dengan
total
return
pasar
maka
mengalami
underperformance. 5.
Underpricing a. Pengertian Underpricing Underpricing adalah suatu keadaan, dimana harga saham pada saat penawaran
perdana
lebih
rendah
dibandingkan
dengan
ketika
diperdagangkan di pasar sekunder. Studi tentang IPO secara internasional menyatakan bahwa 9 dari 10 penelitian menyimpulkan telah terjadi underpricing (Aggarwal et al., 1993). Ibbotson (1975) mengemukakan bahwa dari penelitian tentang IPO di Amerika Serikat, terdapat rata-rata underpricing 1% dari bulan kedua sampai dengan keempat. Beberapa studi di beberapa negara mengenai kinerja IPO dalam jangka pendek menunjukkan terjadi underpricing, tetapi dalam jangka panjang terjadi return yang negatif (Aggarwal et. al., 1993). Penyebab terjadinya underpricing dicoba dijelaskan oleh beberapa peneliti, tetapi penelitian empiris membuktikan penyebabnya berbedabeda.
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Beberapa model asimetri informasi (asymmetric of information) telah diajukan untuk menerangkan fenomena underpricing. Dalam model Baron, investment banker merupakan pihak yang mempunyai informasi yang lebih baik (better informed) daripada pihak emiten yang meminta untuk menerbitkan sahamnya (Baron, 1982). Dalam model Rock, diasumsikan bahwa investor dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu yang memperoleh informasi dan yang tidak memperoleh informasi (Rock, 1986; Beatty dan Ritter, 1986). Pada setiap model tersebut bank investment atau investor yang tidak memiliki informasi akan berhadapan dengan ketidakpastian berkaitan dengan nilai perusahaan yang melakukan IPO.
Ketepatan
distribusi
ketidakpastian
nilai
perusahaan
telah
digambarkan sebagai ex ante uncertainty (Beatty dan Ritter, 1986). Kedua model tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara ex ante uncertainty dengan underpricing saat IPO. Beatty (1989) mengungkapkan bahwa kualitas auditor merupakan salah satu pengurang terhadap ketidakpastian. Titman dan Trueman (1986) menyajikan signalling model yang menyatakan bahwa auditor yang memiliki kualitas menghasilkan informasi yang berguna bagi investor di dalam menaksir nilai perusahaan yang melakukan IPO. Hal ini sesuai dengan signalling theory yang dikemukakan Leland dan Pyle (1977) yang menunjukkan bahwa laporan keuangan yang audited dan persentase kepemilikan saham akan mengurangi tingkat ketidakpastian. Menon dan Williams (1991) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
mengemukakan bahwa kualitas auditor berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan ketika perusahaan go public. Oleh karena itu, underwriter yang memiliki reputasi tinggi menginginkan emiten yang dijaminnya untuk memakai auditor yang mempunyai reputasi tinggi pula (Menon dan Williams, 1991; Balver et. al., 1988). Bukti keinginan untuk memakai auditor yang berkualitas oleh perusahaan yang melakukan IPO juga dikemukakan oleh Firth dan Liau-Tan (1998). Penelitian yang dilakukan oleh Beatty (1989) menunjukkan bahwa auditor yang memiliki reputasi tinggi berhubungan negatif dengan initial return. Beatty (1989) juga mengemukakan faktor lain yang juga mempunyai hubungan negatif dengan initial return adalah reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan, jenis kontrak underwriter, dan indikator perusahaan minyak dan gas. Bukti empiris lain mengenai hubungan negatif antara reputasi underwriter dengan initial return dikemukakan oleh Balvers et. al. (1988), Carter dan Manaster (1990). Trisnawati (1999) melakukan penelitian di Bursa Efek Jakarta dengan mengambil data tahun 1994 sampai dengan tahun 1995. Dari penelitiannya ia tidak berhasil mendukung hipotesisnya tentang hubungan auditor yang berkualitas dengan initial return. Akan tetapi, ia berhasil mendukung hipotesisnya tentang hubungan umur perusahaan dengan initial return. Sebaliknya, Fatchan (1999) dengan menggunakan data tahun 1994 sampai dengan tahun 1997 mengungkapkan ada hubungan positif antara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
leverage dan ukuran perusahaan dengan initial return. Daljono (2000) mencoba mengembangkan penelitian Trisnawati dengan memperluas periode penelitian menjadi tahun 1990—1997 dan menambah variabel rasio solvabilitas. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya variabel reputasi underwriter dan financial leverage yang memiliki hubungan secara statistis positif dan signifikan dengan initial return. Nasirwan (2000) menguji lebih lanjut hubungan faktor-faktor signaling tidak hanya terhadap initial return, tetapi juga terhadap return 15 hari dan return selama setahun setelah IPO. Variabel yang ditambah adalah deviasi standar return 15 hari sebagai ukuran ketidakpastian. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel reputasi underwriter dan deviasi standar return berhubungan secara statistis signifikan dan positif terhadap return awal dan return 15 hari sesudah IPO. Sebaliknya, persentase penawaran saham dan nilai penawaran saham berhubungan secara statistis signifikan dan negatif dengan return hari sesudah IPO.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing
1) Reputasi Underwriter
Underwriter adalah perusahaan yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten, dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang terjual. Peran dari underwriter adalah dalam mengurangi ketidakpastian. Dalam commit to user melakukan penawaran saham perdana, untuk mengurangi risiko yang akan
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dihadapi, maka emiten akan meminta underwriter untuk menjamin penjualan saham tersebut.
Adanya fungsi penjaminan saham tersebut berarti underwriter mempunyai peranan kunci bagi kesuksesan emisi surat berharga suatu perusahaan. Ditinjau dari tanggung jawab underwriter sebagai penjamin emisi, terdapat empat tipe penjaminan, yaitu :
a) Full Commitment
Underwriter sebagai penjamin dengan tipe full commitment ini memberikan jaminan kepada emiten, bahwa penjamin emisi akan membeli surat berharga yang ditawarkan dan kemudian menjualnya kembali kepada masyarakat dengan harga yang lebih tinggi daripada harga yang dibayarkan kepada emiten dengan risiko jika sebagian atau seluruh efek tersebut tidak laku terjual maka seluruhnya menjadi beban penjamin emisi.
b) Best Effort
Underwriter sebagai penjamin dengan tipe best effort ini menempatkan para penjamin emisi hanya berperan sebagai agen dari emiten saja, yaitu dengan menjualkan emisi surat berharga sebaik – baiknya. Penjamin emisi tipe ini hanya akan membayar sebesar harga efek yang laku terjual.
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Standby Commitment
Underwriter sebagai penjamin emisi dengan tipe standby commitment ini bertanggungjawab untuk menawarkan dan menjual suatu emisi surat berharga dan menyanggupi untuk membeli sisa efek yang tidak laku terjual dengan tingkat harga tertentu sesuai dengan syarat yang dijanjikan.
d) All or None Commitment
Underwriter sebagai penjamin emisi dengan tipe all or none commitment ini, sebelum menjual efek, sudah memiliki dan membeli efek tersebut sehingga mereka dapat menjual dengan harga tertentu. Pada umumnya underwriter mempunyai tiga fungsi (Jogiyanto, 2000) yaitu:
1) Sebagai pemberi saran kepada perusahaan yang akan melakukan go public (advisory function). 2) Sebagai penjamin penjualan saham perdana dan bersedia membeli sisa sekuritas yang tidak terjual (underwriting function). 3) Sebagai pemasar saham kepada investor (marketing function). Namun
dalam
prakteknya
tidak
semua
underwriter
bersedia
memberikan jaminan full commitment (menjamin semua saham akan terjual), tetapi biasanya hanya berani memberikan jaminan best effort (berusaha sebaik mungkin) untuk menjual saham yang diterbitkan oleh perusahaan. Dengan adanya reputasi underwriter akan mampu menaikan harga saham dan akan meningkatkan kepercayaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
masyarakat sekaligus kualitas perusahaan yang IPO. Reputasi underwriter akan dapat menyakinkan emiten bahwa saham yang ditawarkan akan laku terjual, karena underwriter akan mengalami kerugian bila saham yang ditawarkan tidak laku dijual. Reputasi underwriter berpengaruh signifikan terhadap tinggi rendahnya tingkat underpriced, karena pihak underwriter sangat berperan dalam penentuan harga saham dipasar perdana dan underwriter yang lebih tahu keadaan pasar. Semakin tinggi reputasi underwriter maka tingkat underpricing akan semakin rendah.
2) Reputasi Auditor
Menurut pasal 64 UU No. 8 tahun 1995, auditor berfungsi untuk memberikan pendapat atas kewajiban laporan keuangan emiten atau calon emiten dan bertanggungjawab atas kewajiban keuangan yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum serta peraturan BAPEPAM.
Persyaratan yang diharuskan oleh BEJ untuk dipenuhi oleh perusahaan yang akan melakukan proses go public adalah laporan keuangan perusahaan calon emiten harus wajar tanpa syarat. Oleh karena itu auditor sebagai pemeriksa laporan keuangan mempunyai peran yang sangat besar bagi perusahaan calon emiten untuk menentukan bisa atau tidaknya listing di pasar modal. Dengan menyewa auditor yang memiliki commit to user harga penawaran yang paling reputasi tinggi, maka akan memberikan
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tinggi. Bila harga penawaran tinggi maka tingkat underpricing emiten akan semakin rendah.
3) Ukuran Perusahaan
Perusahaan
yang
berskala
besar
umumnya
lebih
dikenal
masyarakat luas apabila dibandingkan dengan perusahaan yang ukurannya kecil. Skala atau ukuran perusahaan ini berpengaruh terhadap tingkat underpriced. Pada umumnya skala atau ukuran perusahaan menjadi faktor dalam memutuskan untuk membeli saham di bursa efek. Hasil penelitian Kim, Krinsky, Lee, (1993) menunjukan adanya hubungan yang negatif antara ukuran perusahaan dengan tingkat underpriced. Sehingga semakin besar ukuran perusahaan, maka tingkat underpriced-nya akan semakin rendah.
4) Pertumbuhan Laba
Pertumbuhan laba merupakan proksi yang digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan perusahaan antara dua periode. Semakin baik tingkat pertumbuhan perusahaan, semakin baik posisi perusahaan tersebut mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industri maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Dalam penelitian ini diduga pertumbuhan laba berpengaruh terhadap terjadinya underpricing, karena dalam keputusan investasinya diduga investor akan mempertimbangkan pertumbuhan laba untuk melihat apakah perusahaan bisa mempertahankan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
bahkan meningkatkan pertumbuhan labanya dimasa mendatang. Sehingga semakin tinggi tingkat pertumbuhan laba maka semakin rendah tingkat Underpricing-nya.
5) Komposisi Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan salah satu inti dari mekanisme pengendalian internal. Tugas utama dewan komisaris adalah melakukan pengawasan terhadap dewan direksi dan manjemen atas pengelolaan sumber daya perusahaan agar dapat berjalan secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai tujuan organisasi, selain itu juga menyeleksi, mengganti dewan direksi, serta mengawasi jalannya pergantian direksi.
Perusahaan harus memiliki dewan komisaris yang kredibel serta memiliki independensi. Kredibilitas dapat dibentuk dengan melakukan penataan terhadap dewan komisaris. Terdapat faktor-faktor yang harus dicermati, yaitu:
a) Menentukan jumlah komisaris yang efektif, jumlah komisaris tidak boleh terlalu sedikit karena akan mengganggu kinerja dewan direksi itu sendiri tetapi juga tidak boleh terlalu banyak karena akan berdampak pada efisiensi. b) Faktor pendidikan, dimana tugas-tugas pokok dewan komisaris adalah berkaitan erat dengan hal-hal yang bersifat strategik. Oleh karena itu, dukungan dari latar belakang pendidikan yang memadai akan sangat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
menentukan kualitas keahlian, pengetahuan, dan pengolahan informasi sehingga akan berdampak pada pengawasan yang diberikan. c) Faktor pengalaman, dimana anggota dewan komisaris yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik akan lebih baik apabila didukung oleh pengalaman yang cukup.
Dalam code for good corporate governance yang dituangkan dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep315/BEI/062000 butir C mengenai pembentukan dewan komisaris independen, menjadi salah satu hal yang diwajibkan bagi perusahaanperusahaan publik yang listing di BEI. Keberadaan komisaris independen sangat diperlukan karena tujuan dibentuknya dewan komisaris adalah sebagai wakil dari pemegang saham khususnya dan stakeholders lain, yang bertugas mengawasi aktivitas manajemen sehingga asimetris informasi antara manajer dan pemegang saham dapat diatasi. Dengan asumsi dewan komisaris mewakili pemegang saham, maka dewan komisaris merupakan alat pengendali dan merupakan elemen yang sangat penting. Anggota dewan komisaris terdiri dari orang-orang yang berasal dari dalam perusahaan (intern) dan dari luar perusahaan (ekstern). anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan ini disebut juga sebagai komisaris independen (Utama dan Afriani, 2005).
Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia mengenai pembentukan komisaris independen, ditetapkan bahwa jumlah commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
komisaris independen sekurang-kurangnya 30 persen dari jumlah seluruh anggota komisaris. Presentase 30 persen ini dianggap bisa mewakili pemilik saham yang dianggap minoritas, sehingga kemungkinan terjadinya perbedaan perlakuan antara pemilik saham mayoritas dan minoritas tidak perlu terjadi.
Dalam menjamin pelaksanaan pengelolaan perushaan yang baik, maka diperlukan dewan komisaris yang berintegrasi, mempunyai kemampuan, mempunyai latar belakang pendidikan yang baik, tidak cacat hukum, serta tidak memiliki hubungan bisnis dengan pihak lain yang dapat merugikan perusahaan. Komposisi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat serta dapat bertindak secara independen dalam arti tidak mempunyai
kepentingan
yang
menganggu
kemampuannya
untuk
melaksanakan tugasnya secara mandiri dan kritis. Komposisi dewan komisaris harus memiliki kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan, agar tujuan
perusahaan
dalam
menjaga
kualitas
manajemen
dan
mempertahankan nilai perusahaan di mata investor tercapai sesuai dengan standar corporate governance yang diwajibkan oleh Bapepam kepada perusahaan yang go public. peraturan di Indonesia mengenai board governance merupakan suatu bentuk upaya dari pemerintah sebagai pihak regulator untuk memperbaiki corporate governance di Indonesia, terutama paska krisis ekonomi tahun 1997. commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan demikian semakin baik komposisi dewan komisaris maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Semakin baik komposisi dewan komisaris, maka semakin kecil tingkat ketidakpastian di masa mendatang, sehingga tingkat underpricing-nya akan rendah.
6. Manajemen Laba di Seputar IPO Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh keuntungan pribadi. Healy dan Wahlen (1998) menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan sehingga menyesatkan stakeholder tentang kinerja
ekonomi
perusahaan
atau
untuk
mempengaruhi
hasil
yang
berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada laba akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi untuk mencapai tujuan khusus (Scott, 2000). Tujuan yang akan dicapai oleh manajemen melalui manajemen laba meliputi mendapatkan bonus dan kompensasi lainnya, mempengaruhi keputusan pelaku pasar modal, menghindari pelanggaran perjanjian utang, dan menghindari biaya politik (Watt dan Zimmerman, 1986). Healy dan Wehlen (1998) membagi motivasi yang mendorong manajemen laba ke dalam tiga kelompok. Pertama, motivasi dari pasar modal yang ditunjukkan dengan return saham. Penelitian Teoh, et al. (1998) dan Rangan (1998) memberikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
bukti bahwa ketika melakukan penawaran saham ke publik, baik IPO maupun SEO (penawaran saham tambahan), manajemen cenderung melaporkan laba lebih tinggi (overstate). Kedua, motivasi kontrak yang dapat berupa kontrak utang (Sweeney, 1994) dan kontrak kompensasi manajemen (Holthausen, Larcker, dan Sloan, 1995). Ketiga, motivasi regulatory seperti yang dikemukakan oleh Na’im dan Hartono (1996) dan Key (1997). Informasi asimetri antara manajemen dan investor potensial untuk perusahaan yang belum pernah melakukan IPO sangat mungkin terjadi. Hal ini disebabkan informasi mengenai perusahaan yang belum go public relatif sulit diperoleh oleh investor potensial tersebut. Ketika dilakukan IPO, investor hanya mengandalkan informasi yang terdapat dalam prospektus. Kondisi ini akan mendorong manajemen untuk melakukan manajemen laba dengan harapan harga saham akan tinggi pada penawaran perdana sehingga meningkatkan kemakmurannya. Kesenjangan informasi antara perusahaan dengan calon investor pada saat IPO akan mempertinggi probabilitas bagi perusahaan untuk menaikkan laba dan tidak terdeteksi oleh pasar. Penelitian (Richardson, 1998) dalam M.G Kentris (2004) membuktikan bahwa semakin tinggi informasi asimetri, maka semakin tinggi manajemen laba.
Penelitian mengenai manajemen laba saat IPO di Bursa Efek Jakarta pernah dilakukan oleh Gumanti (2001). Hasil penelitian terhadap 39 perusahaan yang go public pada tahun 1995 sampai dengan tahun 1997, commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menunjukkan bahwa perusahaan menaikkan laba pada dua tahun sebelum IPO. Setiawati (2002) menemukan bahwa ada tingkat akrual yang descreationary pada laporan keuangan satu periode sebelum dan setelah IPO. Hasil ini membuktikan bahwa perusahaan di Indonesia yang melakukan IPO melakukan manajemen laba. Penelitian yang dilakukan oleh Saiful (2002) terhadap 44 perusahaan yang IPO di Bursa Efek Jakarta tahun 1991-1994 menunjukkan bahwa manajemen laba dilakukan pada periode dua tahun sebelum IPO. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Gumanti (2001).
G. PENELITIAN TERDAHULU Penelitian yang dilakukan oleh Bessler dan Thies (2007) tentang kinerja jangka panjang dari IPO di Jerman menyatakan salah satu faktor terpenting yang menentukan arah dan besarnya abnormal return atau kinerja adalah kesempatan pembiayaan (financing opportunities) di tahun yang akan datang. Tujuan dari penelitiannya adalah untuk menganalisa return behavior dari IPO dengan menyelidiki kinerja jangka panjang dari IPO di Jerman untuk periode 1977-1995. Penelitian lainnya mengenai kinerja jangka panjang dari IPO di Malaysia, Corhay dan Teo (2002) menyatakan bahwa analisis regresi dari variable-variabel berikut : book-to-market equity (B/M), earnings-to-price (E/P), cashflows-to-price (C/P) dan rentang waktu antara permintaan yang ditutup dan IPO yang terdaftar berkorelasi positif dengan cumulative market commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
adjusted returns. Harga dan jumlah dari IPO mempunyai hubungan negative dengan cumulative market adjusted returns. Penelitian yang dilakukan oleh Nickolaos (2004) tentang nilai kinerja dari IPO di Yunani periode 1993-1997 menunjukkan bahwa perusahaan yang baru yang melakukan listing menawarkan saham mereka ke Athens Stock Exchange (ASE) dengan harga dibawah dari yang mereka jumpai ketika memulai trading di bursa efek. Bukti yang menunjukkan underpricing khususnya berdasar pada perilaku dari return yang dihitung berkaitan dengan harga saham yang ditawarkan ketika hari pertama trading dan 23, 45, dan 365 hari berikutnya yang sama baiknya dengan return yang telah diperkirakan berkaitan dengan harga ketika pertama kali trading dan dalam interval satu, dua dan sebelas bulan setelah listing secara berturut-turut. Sampel secara keseluruhan, raw dan market-adjusted (exess) return menunjukkan bahwa investor yang membeli pada saat harga penawaran memperoleh return yang memiliki substantial positif untuk periode minimal satu tahun setelah listing, return rata-rata yang bernilai positif berkisar antara 39% sesuai dengan substantial underpricing dari IPO di Yunani. Menganggap bahwa initial return dari IPO di Yunani sesuai dengan bukti international pada perilaku jangka pendek dari IPO, bagaimanapun return positif jangka panjang dari IPO di Yunani secara umum tidak sesuai dengan kinerja jangka panjang di Negara lain. Penelitian yang dilakukan oleh Loughran, Ritter dan Rydqvist (2008) yang mendiskusikan tentang bukti-bukti dari kinerja jangka pendek ataupun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
kinerja jangka panjang dari perusahaan yang going public di berbagai Negara. Perbedaan rata-rata initial return dianalisis dengan UU yang berlaku saat itu, mekanisme kontrak dan karakteristik perusahaan yang going public. Penelitian ini menyarankan kelanjutan pada tahun yang akan datang oleh kebanyakan Negara Asia Timur untuk menurunkan campur tangan dari UU atas harga saham yang ditawarkan yang hasilnya underpricing menjadi lebih rendah dalam jangka pendek pada tahun 1990 daripada tahun 1980.
Aggarwal et al (1993) meneliti kinerja IPO untuk 3 negara yaitu Brasilia, Chili dan Meksiko. Sampel yang digunakan di Brasilia sebanyak 62 perusahaan, di Chili 19 perusahaan dan di Meksiko 44 perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kinerja IPO jangka pendek untuk Brasilia 9,4%, Chili 4,4%, dan Meksiko 4%, sedangkan kinerja setahun kemudian adalah –47%, -23,7%, dan –19,6%.
Prastiwi dan Kusuma (2001) meneliti tentang kinerja surat berharga setelah IPO di Indonesia pada periode 1994-1997. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja IPO jangka pendek (tiga bulan) adalah positip (39,67%) dan kinerja jangka panjang (24 bulan) adalah negatip (-238,83%). Bukti ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang telah terjadi penurunan kinerja (underperformance). Penelitian yang dilakukan oleh Asmaul Aziz, yang bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai perbedaan performance (kinerja) jangka pendek dengan performance (kinerja) jangka panjang dari surat berharga commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
setelah
penawaran
perdana
(IPO).
Dalam
penelitian
ini
mengukur
performance suatu saham dengan melihat return dari saham pada saat penawaran perdana baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, pengukuran performance dilakukan selama masa hari perdagangan aktif dalam waktu satu bulan dimulai sejak hari pertama perdagangan. Sedangkan dalam jangka panjang, pengukuran dilakukan selama 24 bulan sejak hari pertama perdagangan dengan menggunakan data harga tiap akhir bulan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan dalam jangka pendek (hari ke-1 sampai dengan hari ke-30) rata-rata return saham yang dihasilkan perusahaan-perusahaan sampel penelitian adalah sebesar 0,57%, sedangkan dalam jangka panjang rata-rata return saham yang dihasilkan perusahaan adalah sebesar -2,7%. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa ada perbedaan antara return jangka pendek dan return jangka panjang atas saham pada perusahaan yang melakukan IPO dengan menunjukkan hasil pengujian statistik inferensial dengan paired sample t test dengan angka t sebesar 2,051 dan angka signifikansi t sebesar 0,049. Penelitian yang dilakukan oleh MG Kentris, Yohanes dan Andi K. (2004) tentang analisis perbedaan kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang pada perusahaan yang melakukan initial public offerings (IPO) di pasar modal Indonesia yang diukur dengan menggunakan abnormal return untuk periode 1998 sampai 2000, yang bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang dugaan bahwa fenomena underpricing terjadi pada perusahaan di Indonesia yang melakukan IPO dan terjadi manajemen laba di seputar IPO commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang ditandai dengan menurunnya kinerja saham pada jangka panjang. Hasil analisis dengan metode one sample t test terhadap kinerja saham jangka panjang
menunjukkan
kinerja
saham
jangka
panjang
mengalami
underperformed, sedangkan hasil analisis dengan metode paired sample t test terhadap kinerja jangka pendek (3 bulan) dan jangka panjang (24 bulan) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang pada perusahaan yang IPO di Indonesia, hal itu terbukti dengan nilai t hitung (2,827) > t table (1,960) dengan nilai signifikansi sebesar 0,008.
H. KERANGKA PEMIKIRAN
Perusahaan Go Public
RETURN JANGKA PANJANG
RETURN JANGKA PENDEK
Dibandingkan Abnormal Return Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan model penelitian di atas, dapat diketahui bahwa penelitian ini akan melakukan uji beda antara variabel X (return jangka pendek) dengan variabel Y (return jangka panjang) yang diukur menggunakan abnormal return dari saham perusahaan go public.
I. HIPOTESIS Penelitian yang dilakukan oleh Aggarwal et al (1993) tentang kinerja IPO untuk 3 negara yaitu Brasilia, Chili dan Meksiko. Sampel yang digunakan di Brasilia sebanyak 62 perusahaan, di Chili 19 perusahaan dan di Meksiko 44 perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kinerja IPO jangka pendek untuk Brasilia, Chili, dan Meksiko menunjukkan nilai yang sedangkan kinerja setahun kemudian menunjukkan nilai yang negative. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan hasil penelitian dari Prastiwi dan Kusuma (2001) yang meneliti tentang kinerja surat berharga setelah IPO di Indonesia pada periode 1994-1997. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja IPO jangka pendek (3 bulan) adalah positip dan kinerja jangka panjang (24 bulan) adalah negatip. Bukti ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang telah terjadi penurunan kinerja (underperformance). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh MG Kentris, (2004) tentang analisis perbedaan kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang pada perusahaan yang melakukan initial public offerings (IPO) di pasar modal Indonesia yang diukur dengan menggunakan abnormal return untuk periode commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1998 sampai 2000. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja saham dalam jangka panjang mengalami underperformed dan hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang pada perusahaan yang IPO di Indonesia.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan nampak bahwa kinerja saham dalam jangka pendek outperformance (positif) dan dalam jangka panjang akan mengalami penurunan bahkan menjadi negatif. Berdasarkan hasil peneliltian tersebut, maka diturunkan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1: Kinerja saham jangka panjang mengalami underperformance. H2: Kinerja saham jangka pendek mengalami outperformance. H3: Terdapat perbedaan signifikan antara kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang pada perusahaan go public di Indonesia.
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien, dan efektif (Jogiyanto, 2004). Secara umum yang perlu ditentukan di dalam desain penelitian adalah karakteristik-karakteristik dari penelitiannya meliputi: tujuan studi, lingkungan (setting) studi, unit analisis, horizon waktu, dan pengukuran construct (Indriantoro dan Supomo, 2002). 1. Tujuan Studi Penelitian ini merupakan studi peristiwa atau event study. Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. (Jogiyanto, 2000:392). Jika suatu pengumuman mengandung informasi (information content) maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai dari perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Adapun dalam penelitian ini, untuk dapat mengetahui terjadinya reaksi pasar terhadap pengumuman IPO adalah dengan mencari ada tidaknya commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
abnormal return yang diperoleh para investor jika membeli saham penawaran perdana. 2. Lingkungan (setting) Penelitian Penelitian terhadap suatu fenomena dapat dilakukan pada lingkungan yang natural dan lingkungan yang artificial (buatan). Lingkungan (setting) dari penelitian ini adalah lingkungan yang natural karena merupakan kejadiankejadian alamiah yang berlangsung secara normal dengan mengambil subyek penelitian di Bursa Efek Indonesia. 3. Unit Analisis Unit analisis merupakan tingkat agregasi data yang dianalisis dalam penelitian dan merupakan elemen penting dalam desain penelitian karena mempengaruhi proses pemilihan, pengumpulan data, dan analisis data. Unit analisis penelitian ini adalah tingkat industri karena meneliti tingkat kinerja dari perusahaan-perusahaan go public di BEI. 4.
Horison Waktu Data penelitian dapat dikumpulkan sekaligus pada waktu tertentu (satu
titik waktu) atau dikumpulkan secara bertahap dalam beberapa waktu yang relatif lebih lama tergantung pada karakteristik masalah yang akan dijawab. Penelitian ini merupakan kombinasi antara studi cross sectional yang merupakan tipe studi satu tahap yang datanya berupa beberapa subyek pada waktu tertentu, dan studi time series yang lebih menekankan pada data penelitian yang berupa data rentetan waktu (Indriantoro dan Supomo, 1999: 94).
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam penelitian ini periode horison waktunya yaitu tahun 2005 sampai dengan tahun 2007.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah sekumpulan dari orang, kejadian atau sesuatu yang menjadi perhatian peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2003). Populasi juga dapat diartikan sebagai totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatnya. Dalam setiap penelitian ilmiah selalu dihadapkan pada masalah populasi dan populasi sasaran, karena populasi dan populasi sasaran penelitian merupakan sumber data yang akan digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Populasi paling sedikit mempunyai sifat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang listing di BEI periode 2005-2007. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari beberapa anggota yang dipilih dari populasi untuk diteliti (Sekaran, 2003). Syarat utama dalam pengambilan sampel adalah bahwa sampel harus mewakili populasi, dan sampel harus merupakan populasi dalam bentuk kecil (miniature population) (Djarwanto, 2000). commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sampel dari penelitian ini adalah sebagian perusahaan yang ada di BEI. 3. Teknik Sampling Teknik sampling adalah proses pemilihan sejumlah elemen dari populasi yang akan dijadikan sebagai sampel (Sekaran, 2006). Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak (Indriantoro dan Supomo, 1999) pada perusahaan yang melakukan IPO. Penelitian ini menggunakan perusahaan go public dari tahun 2005-2007 dengan alasan bahwa peneliti ingin mengetahui kinerja perusahaan yang melakukan IPO dalam waktu yang terkini. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metode purposive sampling, dengan kriteria pemilihan: a. Perusahaan melakukan penawaran perdana (IPO) mulai 1 Januari 2005 sampai dengan 31 Desember 2007. Berdasarkan studi pendahuluan, terdapat 33 perusahaan yang melakukan penawaran perdana pada periode tersebut. Jumlah tersebut dianggap representative untuk dilakukan analisis statistic parametrik. b. Memiliki laporan keuangan dua tahun sebelum dan sesudah IPO. c. Harga perdana dan data harga penutupan hari pertama tersedia. d. Data harga saham harian, serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai bulan Januari 2005 - Desember 2007 tersedia.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Definisi Operasional, Instrumen Penelitian Dan Pengukuran Variabel Variabel adalah sesuatu yang menjadi objek penelitian yang dapat diukur. Nilai ini dapat terjadi pada objek yang sama untuk waktu yang berbeda atau pada objek berbeda dengan dimensi waktu yang sama. (Sekaran, 2006: 64). Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah kinerja saham. Untuk melihat kinerja dari saham perusahaan dilakukan dengan cara melihat abnormal return. Abnormal return merupakan kelebihan harga saham yang sesungguhnya terjadi dibandingkan dengan harga saham hari sebelumnya dianggap sebagai harga saham ekspektasi (harga yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian, abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan harga ekspektasi. (Jogiyanto, 2000: 415). Abnormal return ini digunakan untuk mengukur performance saham penawaran perdana baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, pengukuran performance dilakukan selama masa hari perdagangan aktif dalam waktu tiga bulan dimulai sejak hari pertama perdagangan. Sedangkan dalam jangka panjang, pengukuran dilakukan selama 24 bulan sejak hari pertama perdagangan dengan menggunakan data indeks harga saham gabungan harian. Menurut Prastiwi dan Kusuma (2001:180 dalam Asmaul Aziz), dasar untuk menghitung
adalah harga perdana harga penutupan pada hari
pertama perdagangan dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Aggarwal et al (1993) yaitu sebagai berikut: commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Konsep
: Return Saham
Definisi Operasional : Merupakan pendapatan per lembar saham yang dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukan. Indikator Empirik
Keterangan
:
(3.1) Rit
= Return Saham
Pit
= Harga saham pada saat t
Pi0
= Harga saham saat penawaran
: a. Untuk jangka pendek return saham dihitung secara harian selama 90 hari. b. Untuk jangka panjang return saham dihitung secara harian selama 480 hari.
2. Konsep
: Return Pasar
Definisi Operasional : Perbandingan antara harga pasar pada saat t dengan harga pasar pada periode pasar saat penawaran.
Indikator Empirik
:
(3.2) Rmt = Return Pasar Pmt = Nilai IHSG pada saat t Pm0 = Nilai IHSG saat penawaran commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan
: a. Untuk jangka pendek return saham dihitung secara harian selama 90 hari. b. Untuk jangka panjang return saham dihitung secara harian selama 480 hari.
3. Konsep
: Market-Adjusted Abnormal Return
Definisi Operasional : Alat untuk mengukur abnormal return saham dengan asumsi abnormal return pasar.
Indikator Empirik
:
(3.3) Rit = Return Saham Rmt = Return Pasar
Kriteria Kinerja Saham : a. Return abnormal return > 0, menunjukkan kinerja yang outperformance. b. Return abnormal return < 0, menunjukkan kinerja yang underperformance.
4. Konsep
: Wealth Relative
Definisi Operasional : Pengukur kinerja untuk menginterprestasikan total return secara kelompok (grup) setiap periode. Angka indeks yang digunakan sebagai patokan dalam melihat kinerja suatu perusahaan adalah 1. commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Indikator Empirik
:
(3.4)
Keterangan
: a. Untuk jangka pendek wealth relative dihitung secara harian selama 90 hari. b. Untuk jangka panjang wealth relative dihitung secara harian selama 480 hari.
Kriteria Kinerja Saham : a. Jika WR > 1, maka kinerja saham perusahaan dikatakan outperfomance, yang berarti kinerja saham perusahaan lebih besar daripada kinerja pasar. b. Jika WR < 1, maka kinerja saham perusahaan dikatakan
underperfomance,
yang
berarti
kinerja saham perusahaan lebih kecil daripada kinerja pasar. c. Jika WR = 1, maka kinerja saham perusahaan dikatakan marketperfomance, yang berarti kinerja saham perusahaan sama dengan kinerja pasar.
D. Sumber dan Jenis Data Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder, commit to user yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain), (Indriantoro dan Supomo, 2002:147). Data yang digunakan adalah data laporan keuangan tahunan untuk periode 2005 sampai dengan 2007, dimana pada periode tersebut dianggap cukup mewakili kondisi BEI yang relatif normal. Data harga saham harian masing-masing perusahaan sampel diperoleh dari database yahoo finance (finance.yahoo.com/historical_data).
E. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode dokumentasi. Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan tahunan untuk periode 2005 sampai dengan 2007, dimana pada periode tersebut dianggap cukup mewakili kondisi BEI yang relatif normal. Data harga saham harian masing-masing perusahaan sampel diperoleh dari database yahoo finance (finance.yahoo.com/historical_data).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
F. Metode Analisis Data 1. Uji Normalitas Syarat penggunaan one sample t.test dan paired sample t.test yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah data terdistribusi normal. Uji normalitas data digunakan untuk membuktikan bahwa data dalam penelitian ini berasal dari distribusi normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogorovsmirnov. Teknik ini digunakan karena sampel dalam penelitian ini jumlahnya relatif kecil dan cenderung tidak normal. Uji ini dapat dilakukan pada setiap variabel dengan logika bahwa jika secara individual masing-masing variabel memenuhi asumsi normalitas, maka secara simultan variabel-variabel tersebut juga dapat dianggap memenuhi asumsi normalitas. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan melihat besaran Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria pengujian sebagai berikut (Koncoro, 2001): a.
Angka signifikansi (SIG) > 0,05 maka data berdistribusi normal.
b.
Angka signifikansi (SIG) < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal.
2.
Uji Parsial (Uji t) Adapun proses pengambilan keputusan dengan menggunakan alat uji statistik Paired Sample T-Test adalah sebagai berikut: Apabila nilai probabilitas dari masing-masing variabel bebas ≥ 0.05 maka commit to user Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya bahwa variabel bebas berpengaruh
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
terhadap variabel terikat. Sebaliknya apabila nilai probabilitas dari masingmasing variabel bebas < 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa variabel bebas tidak dapat menerangkan variabel terikat secara individual. Jika data berdistribusi normal maka akan dilakukan uji statistik dengan metode parametrik dengan menggunakan Paired Sample T-Test. Namun apabila data tidak berdistribusi normal maka akan dilakukan uji statistik dengan metode non parametrik dengan menggunakan uji peringkat bertanda wilcoxon (Wilcoxon Signed Rank Test). a. Proses pengambilan keputusan uji peringkat tanda Wilcoxon (Wilcoxon Signed Rank Test) adalah sebagai berikut: 1) Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) Ho : µ sebelum = µ sesudah, artinya tidak terdapat perbedaan antara kinerja saham jangka panjang dan kinerja saham jangka pendek yang diukur dengan menggunakan abnormal return. Ha : µ sebelum ≠ µ sesudah, artinya terdapat perbedaan antara kinerja saham jangka panjang dan kinerja saham jangka pendek yang diukur dengan menggunakan abnormal return. 2) Besarnya α adalah 5% untuk menguji tingkat signifikansi. 3) Dasar pengambilan keputusan Dengan membandingkan angka z hitung dengan z tabel. Jika Z hitung < Z tabel, maka Ho diterima. commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jika Z hitung > Z tabel, maka Ho ditolak. Dengan melihat angka profitabilitas, dengan ketentuan: Profitabilitas > 0,05, maka Ho diterima. Profitabilitas < 0,05, maka Ho ditolak. 4) Keputusan Dengan membandingkan angka Z hitung dengan Z tabel. Mencari Z hitung:
T - [1 / 4 N ( N + 1)]
Rumus :
Z=
Dimana:
T = Selisih Terkecil
1 / 24( N )( N + 1)(2 N + 1)
N = Jumlah Sampel Mencari Z tabel: Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi (standar untuk perhitungan di SPSS), di dapat nilai Z tabel adalah ± 1,96. Hasil pengujian Wilcoxon dapat berupa (Santoso, 2001:147): a) Negative differences atau selisih antara ‘jangka panjang’ dan ‘jangka pendek’ yang bernilai negatif, dalam arti angka ‘jangka panjang’ lebih kecil dari ‘jangka pendek’. b) Positive differences atau selisih antara ‘jangka panjang’ dan ‘jangka pendek’ yang bernilai positif, dalam arti angka ‘jangka panjang’ lebih besar dari ‘jangka pendek’. c) Ties atau data ‘jangka panjang’ dan ‘jangka pendek’ yang bernilai sama.
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis, apakah terdapat
perbedaan
kinerja
jangka
pendek
dan
jangka
panjang
dari saham perusahaan yang melakukan penawaran perdana. Untuk keperluan ini, dilakukan pengujian return dengan menggunakan uji t untuk dua sample yang berpasangan (paired sample t test). Adapun langkahlangkahnya adalah sebagai berikut : 1) Menentukan periode pengamatan untuk masing-masing perusahaan dengan berdasarkan tanggal perusahaan tersebut melakukan penawaran perdana. 2) Menghitung return untuk saham i dalam jangka pendek, yaitu hari ke-1 sampai dengan hari ke 90. 3) Menghitung return pasar untuk saham i dalam jangka pendek yaitu hari ke-1 sampai dengan hari ke 90. 4) Menghitung return untuk saham i dalam jangka panjang, yaitu bulan ke 1 sampai dengan bulan ke 24. 5) Menghitung return Pasar untuk saham i dalam jangka panjang, yaitu bulan ke 1 sampai dengan bulan ke 24. 6) Menghitung Market-Adjusted Abnormal Return untuk perusahaan yang IPO dalam jangka pendek. 7) Menghitung Market-Adjusted Abnormal Return untuk perusahaan yang IPO dalam jangka panjang. 8) Menghitung nilai Wealth Relatives (WR) untuk setiap periode jangka pendek (3 bulan) dan periode jangka panjang (24 bulan). commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9) Membandingkan
rata-rata
abnormal return
jangka
pendek
dengan jangka panjang masing-masing perusahaan dengan alat uji statistik paired sample t test, melalui bantuan software SPSS.
Hipotesis pertama dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan onesample t-test. Pengujian ini digunakan untuk membuktikan dugaan bahwa dalam jangka panjang telah terjadi underperformance pada perusahaan yang go public di Indonesia.
Hipotesis kedua dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan onesample t-test. Pengujian ini digunakan untuk membuktikan dugaan bahwa dalam jangka pendek telah terjadi outperformance pada perusahaan yang go public di Indonesia.
Hipotesis ketiga akan diuji dengan menggunakan paired sample t-test. Teknik ini digunakan untuk menguji apakah dua sampel yang berpasangan mempunyai rata-rata yang secara nyata berbeda. Sampel berpasangan (paired sample) adalah sebuah sampel dengan subyek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda.
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Statistik Deskriptif
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan Initial public Offering (IPO) di BEI pada tahun 2005 s/d 2007. Perusahaan yang melakukan IPO pada periode tersebut sebanyak 42 perusahaan. Berdasarkan teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, diperoleh sampel sebanyak 33 perusahaan.
Tabel 4.1. Gambaran Umum Sampel Perusahaan Yang IPO Periode 2005-2007 Tahun
2005
2006
2007
Total
Delisting
7
2
0
9
Memenuhi syarat
1
10
22
33
Total
8
12
22
42
Sumber : Indonesian Capital Market Directory yang diolah.
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut ini adalah daftar saham-saham yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini: Tabel 4.2. Daftar Perusahaan Yang Memenuhi Syarat NO. 1 2 3
KODE ACES ASRI BACA
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
BISI BKDP BTEL COWL CPRO CSAP CTRP DEWA DGIK EXCL FREN GPRA IATA ITMG JKON JSMR LCGP MAIN MCOR MNCN PKPK PTSN RAJA RUIS SDRA SGRO TOTL TRUB WEHA WIKA
NAMA PERUSAHAAN ACE HARDWARE INDONESIA TBK ALAM SUTERA REALTY TBK BANK CAPITAL INDONESIA TBK BISI INTERNATIONAL TBK BUKIT DARMO PROPERTY TBK BAKRIE TELECOM TBK COWELL DEVELOPMENT TBK CENTRAL PROTEINAPRIMA TBK CATUR SENTOSA ADIPRANA TBK CIPUTRA PROPERTY TBK DARMA HENWA TBK DUTA GRAHA INDAH TBK XL XIATA TBK MOBILE-8 TELECOM TBK PERDANA GAPURAPRIMA TBK INDONESIA AIR TRANSPORT TBK INDO TAMBANGRAYA MEGAH TBK JAYA KONSTRUKSI MANGGALA PRATAMA TBK JASA MARGA (PERSERO) TBK LAGUNA CIPTA GRIYA TBK MALINDO FEEDMILL TBK BANK WINDHU KENJTANA INT. 1 TBK MEDIA NUSANTARA CITRA TBK PERDANA KARYA PERKASA TBK SAT NUSAPERSADA TBK RUKUN RAHARJA TBK RADIANT UTAMA INTERINSCO TBK BANK HIMPUNAN SAUDARA 1906 TBK SAMPOERNA AGRO TBK TOTAL BANGUN PERSADA TBK TRUBA ALAM MANUNGGAL ENGINEERING TBK PANORAMA TRANSPORTASI TBK WIJAYA KARYA (PERSERO) TBK
commit to user
TANGGAL LISTING 06 Nov 2007 18 Des 2007 04 Okt 2007 28 Mei 2007 15 Juni 2007 03 Feb 2006 19 Des 2007 28 Nov 2006 12 Des 2007 07 Nov 2007 26 Sep 2007 19 Des 2007 29 Sep 2005 29 Nov 2006 10 Okt 2007 13 Sep 2006 18 Des 2007 04 Des 2007 12 Nov 2007 13 Juli 2007 10 Feb 2006 03 Juli 2007 22 Juni 2007 11 Juli 2007 08 Nov 2007 19 April 2006 12 Juli 2006 15 Des 2006 18 Juni 2007 25 Juli 2006 16 Okt 2006 31 Mei 2007 29 Okt 2007
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Statistik deskriptif untuk 33 perusahaan yang melakukan IPO tersebut disajikan pada tabel 4.3. Tabel 4.3. menyajikan nilai rata-rata (mean), standar deviasi, standar error, nilai maksimum, dan nilai minimum dari kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang yang diukur dengan besarnya abnormal return dari saham saat melakukan IPO. Tabel 4.3. Mean, Standar deviasi, Standar Error, Nilai Maksimum, dan Nilai Minimum Abnormal Return
N Statistic
Minimum Maximum Statistic
Statistic
Mean Statistic
Std. Error
Std. Deviation Statistic
ar_1bln
33
-,01966
,04215 ,0046858 ,00242223
,01391465
ar_2bln
33
-,01241
,03209 ,0031640 ,00168625
,00968676
ar_3bln
33
-,02278
,03817 ,0021347 ,00195311
,01121977
ar_jpndek
33
-,01596
,03747 ,0033280 ,00159367
,00915496
ar_jpnjng
33
-,00264
,01775 ,0029661 ,00082713
,00475147
Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui besarnya nilai rata-rata standar deviasi, standar error, nilai maksimum dan nilai minimum dari abnormal return pada periode bulan ke-1 (ar_1bln), bulan ke-2 (ar_2bln), bulan ke-3 (ar_3bln), serta periode jangka pendek selama 3 bulan (ar_jpndek) dan periode jangka panjang selama 24 bulan(ar_jpnjng). Nilai mean pada periode bulan ke-1 sebesar 0,0046 menunjukkan bahwa apabila investor membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama 1 bulan, commit to user maka ia akan mendapatkan rata-rata abnormal return sebesar 0,46%. Nilai
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
mean pada periode jangka pendek sebesar 0,0033 menunjukkan bahwa apabila investor membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama periode jangka pendek (3 bulan), maka ia akan mendapatkan rata-rata abnormal return sebesar 0,33%. Sedangkan Nilai mean pada periode jangka panjang sebesar 0,0029 menunjukkan bahwa apabila investor membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama periode jangka panjang (24 bulan), maka ia akan mendapatkan rata-rata abnormal return sebesar 0,29%. Standar deviasi pada periode bulan ke-1 menunjukkan besarnya risiko yang harus ditanggung oleh investor apabila ia membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama 1 bulan yaitu sebesar 1,4%. Standar deviasi pada periode jangka pendek menunjukkan besarnya risiko yang harus ditanggung oleh investor apabila ia membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama 3 bulan yaitu sebesar 0,91%. Sedang dalam jangka panjang standar deviasinya sebesar 0,47% itu menunjukkan besarnya risiko yang harus ditanggung oleh investor apabila ia membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama 24 bulan yaitu sebesar 0,47%. Standar error menunjukkan nilai penyimpangan abnormal return dari rata-ratanya, semakin besar nilai standar error maka semakin besar penyimpangan abnormal return dari rata-ratanya. Nilai maksimum pada periode bulan ke-1 menunjukkan angka 0,042 berarti bahwa abnormal return tertinggi yang dapat dicapai oleh investor yang membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama 1 commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bulan adalah sebesar 4,2%. Nilai minimum pada periode bulan ke-1 sebesar 0,019 menunjukkan bahwa kerugian terbesar yang mungkin ditanggung oleh investor yang membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama 1 bulan adalah sebesar 1,9%. Nilai maksimum pada periode jangka pendek menunjukkan angka 0,037 berarti bahwa abnormal return tertinggi yang dapat dicapai oleh investor yang membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama periode jangka pendek (3 bulan) adalah sebesar 3,7%. Nilai minimum pada periode jangka pendek sebesar -0,015 menunjukkan bahwa kerugian terbesar yang mungkin ditanggung oleh investor yang membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama periode jangka pendek (3 bulan) adalah sebesar 1,5%. Sedangkan Nilai maksimum pada periode jangka panjang menunjukkan angka 0,017 berarti bahwa abnormal return
tertinggi yang dapat dicapai oleh investor yang
membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama periode jangka panjang (24 bulan) adalah sebesar 1,7%. Nilai minimum pada periode jangka panjang sebesar -0,0026 menunjukkan bahwa kerugian terbesar yang mungkin ditanggung oleh investor yang membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama periode jangka panjang (24 bulan) adalah sebesar 0,26%.
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Analisis Data Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, kemudian dilakukan analisis statistik untuk pengujian hipotesis. Adapun hasilnya diuraikan sebagai berikut: 1.
Uji Normalitas Syarat penggunaan one sample t.test dan paired sample t.test yang
digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah data terdistribusi normal. Uji normalitas data digunakan untuk membuktikan bahwa data dalam penelitian ini berasal dari distribusi normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Tabel 4.4. berikut ini adalah hasil uji kolmogorov-smirnov dari 33 sampel untuk periode jangka pendek dan jangka panjang. Tabel 4.4. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ar_jpndek N Normal Parametersa,,b
Mean
Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber : Data sekunder yang diolah.
ar_jpnjng
33
33
,0033280
,0029661
,00915496 .191
,00475147 .173
.191 -.147 1.096
.173 -.132 .994
.181
.277
Berdasarkan tabel 4.4. tersebut dapat diketahui bahwa distribusi data abnormal return dari 33 sampel pada periode jangka pendek dan jangka commit to user panjang adalah normal, karena nilai kolmogorov-smirnov hitung > 0,05. Jadi
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
data tersebut telah memenuhi syarat normalitas, sehingga dapat dilakukan uji statistik one-sample t-test dan paired sample t.test. 2. Hasil Pengujian Hipotesis a. Hasil Pengujian Hipotesis Ke-1 Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah kinerja saham jangka panjang mengalami underperfomance (terdapat penurunan kinerja yang diukur dengan menggunakan abnormal return). Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan uji statistik one-sample t-test. Uji ini digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan rata-rata dari suatu sampel. Hasil pengujian dengan one-sample t-test disajikan pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Kinerja Saham (Jangka Pendek dan Jangka Panjang) Setelah IPO Periode
N
ar_1bln ar_2bln ar_3bln ar_jpndek ar_jpnjng
33 33 33 33 33
Std. Deviation 0,0046858 0,01391465 0,003164 0,00968676 0,0021347 0,01121977 0,003328 0,00915496 0,0029661 0,00475147 Mean
Thitung 1.934 1.876 1.093 2.088 3.586
WR
Sig.
1,0045 1,0033 1,001 1,0032 1,0026
.062 .070 .283 .045 .001
Sumber : Data sekunder yang diolah. Dari tabel 4.5. tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata abnormal return dari 33 perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang adalah positif.
Dalam jangka pendek rata-rata abnormal return sebesar
0,33%, pada bulan pertama rata-rata abnormal return mencapai 0,46% dan mengalami penurunan menjadi 0,31% pada bulan kedua dan menjadi 0,21% pada bulan ketiga. Pada periode jangka panjang, rata-rata abnormal return commit to user masih memiliki nilai positif sebesar 0,29%. Berdasarkan uji t diperoleh hasil
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa kinerja saham jangka panjang mengalami underperfomance. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi untuk kinerja jangka panjang sebesar 0,001. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa kinerja saham jangka panjang mengalami underperformance diterima.
b. Hasil Pengujian Hipotesis Ke-2 Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah kinerja saham jangka pendek mengalami outperfomance. Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan uji statistik one-sample t-test. Uji ini digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan rata-rata dari suatu sampel. Hasil pengujian dengan one-sample t-test disajikan pada tabel 4.5.
Dari tabel 4.5. tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata abnormal return dari 33 perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang adalah positif.
Dalam jangka pendek rata-rata abnormal return sebesar
0,33%, pada bulan pertama rata-rata abnormal return mencapai 0,46% dan mengalami penurunan menjadi 0,31% pada bulan kedua dan menjadi 0,21% pada bulan ketiga.
Nilai wealth relative (WR) menunjukkan besarnya rata-rata return secara kelompok dari 33 perusahaan yang melakukan IPO. Dari perhitungan wealth relative untuk periode 3 bulan menunjukkan angka 1,0032 yang berarti bahwa kinerja saham jangka pendek (3 bulan) mengalami outperformance, karena nilai wealth relative > 1. Berdasarkan uji t diperoleh hasil bahwa to user kinerja saham jangka pendekcommit mengalami outperformance. Hal ini dapat dari
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nilai signifikansi kinerja saham jangka pendek sebesar 0,045. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kinerja saham jangka pendek mengalami outperformance diterima.
c. Hasil Pengujian Hipotesis Ke-3 Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan signifikan antara kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang pada perusahaan go public di Indonesia. Untuk membuktikan hipotesis ketiga tersebut digunakan uji statistik paired sample t-test. Uji tersebut digunakan untuk menguji perbedaan antara rata-rata abnormal return jangka pendek (3 bulan) dan rata-rata abnormal return jangka panjang (24 bulan). Hasil pengujian hipotesis dengan paired sample t-test terhadap 33 perusahaan disajikan dalam tabel 4.6. Tabel 4.6. Perbedaan Kinerja Jangka Pendek dan Jangka Panjang 3 Bulan
24 Bulan
T-hitung
Sig.
Mean (%)
0,003328
0,002966
.254
.801
Std. Deviasi
0,009155
0,004751
33
33
N
Sumber : Data sekunder yang diolah. Berdasarkan tabel 4. tersebut dapat diketahui tidak adanya perbedaan rata-rata dan standar deviasi antara kinerja jangka pendek (3 bulan) dan kinerja jangka panjang (24 bulan). Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai signifikansi t sebesar 0,801. Angka signifikasi t yang berada di atas 0,05 menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ditolak, yang berarti tidak terdapat commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perbedaan yang signifikan antara kinerja jangka pendek (3 bulan) dan kinerja jangka panjang (24 bulan).
C. Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis ke-1, penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kinerja saham jangka panjang mengalami underperfomance. Berdasarkan uji t diperoleh hasil bahwa kinerja saham jangka panjang underperformance. Hal ini dapat dilihat pada nilai signifikansi sebesar 0,001. Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis ke-2, penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kinerja saham jangka pendek mengalami outperformance. Berdasarkan uji t diperoleh hasil bahwa kinerja saham jangka pendek outperformance. Hal ini dapat dilihat pada nilai signifikansi sebesar 0,045. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kinerja saham jangka pendek mengalami outperformance terbukti didukung oleh fakta empiris. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh MG Kentris, Yohanes dan Andi K. (2004). Ia meneliti kinerja IPO untuk periode 1998 sampai 2000. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja jangka panjang underperformed dengan rata-rata abnormal return sebesar -8,6878. Hasil tersebut berdasarkan hasil uji t, dimana nilai signifikansi t sebesar 0,000. Sebaliknya pada jangka pendek kinerja IPO outperformance dengan nilai ratarata abnormal return sebesar 53,8846. commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi dan Kusuma (2001) yang meneliti tentang kinerja surat berharga setelah IPO di Indonesia pada periode 1994-1997. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja IPO jangka pendek (tiga bulan) adalah positip (39,67%) dan kinerja jangka panjang (24 bulan) adalah negatip (-238,83%). Bukti ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang telah terjadi penurunan kinerja (underperformance).
Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian Aggarwal et al (1993) yang meneliti kinerja IPO untuk 3 negara yaitu Brasilia, Chili dan Meksiko. Sampel yang digunakan di Brasilia sebanyak 62 perusahaan, di Chili 19 perusahaan dan di Meksiko 44 perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kinerja IPO jangka pendek untuk Brasilia 9,4%, Chili 4,4%, dan Meksiko 4%, sedangkan kinerja setahun kemudian adalah –47%, -23,7%, dan –19,6%.
Kinerja saham jangka panjang yang underperformance dan kinerja saham jangka pendek yang outperformance pada perusahaan yang melakukan IPO periode 2005 sampai 2007, Kinerja saham jangka pendek yang outperfomance itu disebabkan karena sebagian besar perusahaan yang melakukan IPO pada periode 2005 sampai 2007 memang memiliki kinerja yang baik. Hal itu terbukti pada nilai abnormal return sebagian besar perusahaan yang positif, selain itu hasil ini juga membuktikan bahwa ada kemungkinan
perusahaan-perusahaan
yang
memilliki
kinerja
buruk
melakukan manajemen laba (earning management) sebelum mereka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
melakukan IPO. Hal ini sesuai dengan temuan Gumanti (2001), Setiawati (2002) dan Saiful (2002) yang menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta melakukan manajemen laba. Penelitian ini juga memperkuat hasil penelitian yang dilakukan Friedlan (1994), yaitu ada kecenderungan perusahaan-perusahaan melakukan manajemen laba sebelum mereka melakukan IPO. Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis ke-3, penelitian ini gagal membuktikan adanya perbedaan signifikan antara kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang pada perusahaan go public di Indonesia. Tidak terjadinya perbedaan yang signifikan antara kinerja jangka pendek (3 bulan) dan jangka panjang (24 bulan) dapat dilihat berdasarkan hasil uji t, di mana nilai signifikansi t sebesar 0,801.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh MG Kentris, Yohanes dan Andi K. (2004) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang pada perusahaan yang melakukan IPO periode 1998 sampai 2000. Hasil tersebut berdasarkan uji paired sample t test, di mana nilai signifikansi t sebesar 0,008. Dalam penelitian tersebut dalam menghitung abnormal return menggunakan data harga saham dan indeks harga saham gabungan (IHSG) bulanan saat penutupan (closing price). Penelitian ini dilakukan pada periode krisis dan setelah krisis moneter, sehingga dimungkinkan krisis tersebut berdampak pada pasar modal Indonesia dalam jangka panjang, karena saat user krisis moneter terjadi, tingkat commit inflasi ditoIndonesia mengalami kenaikan.
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan dalam peneliltian ini dalam menghitung abnormal return menggunakan data harga saham dan indeks harga saham gabungan (IHSG) harian saat penutupan (closing price), sehingga mencerminkan nilai abnormal return yang sebenarnya dan dilakukan pada periode yang memiliki kondisi perekonomian yang relatif normal dan tidak memiliki tingkat inflasi yang tinggi. Berdasarkan likuiditas perusahaan dapat dilihat bahwa perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) pada tahun 2005-2007 adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki likuiditas kecil atau bahkan cenderung merupakan saham yang tidak aktif diperdagangkan di bursa. Dari 42 perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi dan termasuk dalam LQ-45 hanya sekitar 12 perusahaan sedangkan sisanya banyak yang merupakan saham yang tidak aktif diperdagangkan di bursa . Hal ini mengakibatkan saham-saham yang tidak aktif tersebut harganya tidak mencerminkan fundamental perusahaan sesungguhnya. Setelah ditelusuri lebih lanjut, dapat diketahui ternyata perusahaan yang mengalami outperformance belum tentu memiliki kinerja saham yang baik. Hal ini dikarenakan saham tersebut memiliki kapitalisasi yang kecil. Karena memiliki kapitalisasi yang kecil, saat harga saham tersebut mengalami peningkatan, peningkatan tersebut tidak direspon dengan peningkatan harga pasar. Tetapi ada beberapa perusahaan yang memang dapat mempertahankan commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kinerja saham jangka panjangnya sehingga dalam jangka waktu dua tahun kinerja sahamnya masih dapat berada diatas kinerja pasar. Penelitian ini mengasumsikan bahawa perusahaan yang mengalami underperformance telah melakukan earning management pada saat menyusun laporan prospektus di waktu penawaran perdana. Penelitian ini tidak dapat mendeteksi perusahaan yang mengalami underperformance yang memang betul-betul karena kondisi penurunan kinerja yang sesungguhnya dari masingmasing individu perusahaan.
commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil analisis dengan metode one-sample t-test terhadap kinerja saham jangka panjang menunjukkan bahwa kinerja saham jangka panjang mengalami underperformance. Hal itu terbukti dari nilai signifikansi kinerja saham jangka panjang sebesar (0,001) < 0,05. Dengan demikian H1 dalam penelitian ini diterima yang berarti kinerja saham dalam jangka panjang mengalami underperfomance. 2. Hasil analisis dengan metode one-sample t-test terhadap kinerja saham jangka pendek menunjukkan bahwa kinerja saham jangka pendek mengalami outperformance. Hal itu terbukti dari nilai signifikansi kinerja saham jangka panjang sebesar (0,045) < 0,05. Dengan demikian H2 dalam penelitian ini diterima yang berarti kinerja saham dalam jangka pendek mengalami outperfomance. 3. Hasil analisis dengan metode paired sample t-test terhadap kinerja saham jangka pendek (3 bulan) dan jangka panjang (24 bulan) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang pada to perusahaan go public di Indonesia. Hal commit user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
itu terbukti dari nilai signifikansi sebesar 0,801 > 0,05. Dengan demikian H3 dalam penelitian ini ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaan signifikan antara kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang pada perusahaan go public di Indonesia. B. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa masih terdapat beberapa kelemahan yang ada dalam penelitian ini yaitu:
1. Periode pengamatan yang relatif pendek (3 tahun), yaitu periode 2005 sampai dengan 2007 sehingga diperoleh sampel dalam jumlah yang relatif kecil. 2. Jangka waktu pengamatan atas kinerja saham terbatas sampai 24 bulan mengingat keterbatasan waktu, data yang tersedia, serta aktivitas perdagangan saham yang belum terjadi. 3. Penelitian ini tidak membuktikan lebih jauh tentang adanya dugaan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang akan melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.
C. Implikasi Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan diatas, maka dapat diberikan implikasi sebagai berikut: 1. Sebaiknya periode pengamatan diperpanjang sehingga jumlah sampel yang ada lebih banyak sehingga memungkinkan dapat diambil kesimpulan yang lebih baik.
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Jangka waktu pengamatan atas kinerja saham dapat lebih diperpanjang lagi, terutama untuk kinerja saham jangka panjang sehingga hasil penelitian mencerminkan fenomena yang sesungguhnya dan hasil penelitian akan lebih baik. 3. Sebaiknya peneliti selanjutnya juga membuktikan kemungkinan adanya kecenderungan
perusahaan
melakukan
manajemen
laba
(earning
management) sebelum melakukan IPO yang berdampak pada kinerja jangka panjang. 4. Bagi investor perlu memperhatikan bahwa dimungkinkan perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana melakukan earning management. Untuk itu investor disamping melihat laporan prospektus sebagai dasar pengambilan keputusan pembelian saham, juga perlu melihat riwayat kinerja keuangan perusahaan tersebut sebelum melakukan penawaran perdana. Hal ini bermanfaat untuk melihat kinerja dalam jangka panjang. 5. Bagi emiten perlu memperhatikan kinerja saham yang dikeluarkannya dalam jangka panjang tidak hanya dalam jangka pendek karena menurut hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja saham jangka panjang mengalami underperformance.
commit to user